i
PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK PADA
MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Lucia Anindita Astasari
NIM : 109114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
“Entah berkarir atau menjadi ibu rumah tangga,
seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu.
Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.”
(Dian Sastrowardoyo)
“Ada kalanya kita ragu-ragu
dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat.
Namun, sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya,
kita ternyata mampu.
Bahkan yang semula kita anggap tidak mungkin untuk dilakukan sekalipun.
Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya !!”
(Collen Haskell)
“Kesalahan yang paling besar bukanlah kegagalan, tetapi berhenti dan menyerah
sebelum merasakan keberhasilan, jadi….
Menyerah ???
Angkat kepalamu Princess, nanti mahkota kamu jatuh….”
(Anonim)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria,
Bapak dan Ibu yang tercinta,
Kedua kakak dan keluarga besarku
Serta semua sahabat dan teman seperjuangan Psikologi 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK PADA
MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Lucia Anindita Astasari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan
perempuan berusia 18-24 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 160 orang yang terdiri 80
mahasiswa laki-laki dan 80 mahasiswa perempuan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah mahasiswa
laki-laki memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa
perempuan. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala prokrastinasi akademik dalam
bentuk skala Likert. Reliabilitas yang diperoleh berdasarkan teknik Cronbach’s Alpha dalam skala
prokrastinasi akademik adalah 0,925. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teknik
pengujian Independent Sample T-Test dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,217 (p > 0,05). Hal ini
berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara prokrastinasi akademik mahasiswa laki-laki (n= 80; M= 94,6375;
SD=11,79) dengan mahasiswa perempuan (n=80; M= 93,1125; SD= 12,78).
Kata kunci : prokrastinasi, prokrastinasi akademik, jenis kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE DIFFERENCE LEVEL OF ACADEMIC PROCRASTINATION LEVEL
IN MALE AND FEMALE UNIVERSITY STUDENT
Lucia Anindita Astasari
ABSTRACT
This research aimed to comprehend a significant difference of academic procrastination
level in male and female students university. However, the subject of this research were male and
female students aged 18 – 24 years old. The number of the research subject were 160 people consisting
of 80 male students and and 80 female students. The hypothesis of this research was male students
who had a lower level of academic procrastination rather than female students. The research data were
obtained by using academic procrastination scale through Likert scale. The reliability was based on
Cronbach’s Alpha technique which its scale procrastination academic was 0,925. The data of this
research were analyzed by using Independent Sample T-Test technique and it obtained a number of
significance value 0,217 (p>0,05). In this case, it meant that hypothesis in this research was rejected,
so that was no significant level difference of academic procrastination in male (n= 80; M= 94,6375;
SD=11,79) and female university students (n=80; M= 93,1125; SD= 12,78).
Keywords : procrastination, academic procrastination, sex
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan dan
tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul
“Perbedaan Tingkat Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak
pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku dekan Fakultas Psikologi.
Terimakasih atas kesediaan bapak dalam mendampingi saya khususnya untuk
masalah akademik dan membantu dalam administrasi akademik.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi dan kepala
program studi. Terimakasih atas bantuannya dalam kelancaran proses pembuatan
skripsi ini.
3. Bapak TM. Raditya Hernawa, M.Psi., yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan semangat, nasehat, waktu, tenaga, pikiran, dan pelajaran hidup
berharga selama penulis berjuang menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.S., selaku dosen pembimbing akademik.
Terimakasih untuk waktu, tenaga, dan pelajaran hidup selama lima tahun ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Bapak, Ibu, dan kedua kakakku yang selalu memberikan doa, nasehat, dukungan
dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian adalah motivasiku dalam
menyelesaikan skripsi ini dan karya luar biasa ini spesial untuk kalian.
6. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat, doa dan mengingatkanku
untuk tekun dalam mengerjakan skripsi agar tetap fokus pada tugas akhir ini.
7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi’, Mas
Mudji, dan Mas Donny yang senantiasa membantu saya ketika saya memerlukan
bantuan. Pelayanan dan bantuan kalian sangat memuaskan, Tuhan memberkati.
8. Sahabat sepaket seperjuangan (Tista Dara, Esti Merry, Pudji Astuti, Aprilia
Pinno, Sesilia Daning, Lolla Permatasari, Ghea Theresa, Fiona Damanik, dan
Vienna Aniella) yang selalu menemani dan menjadi sahabat senasib
seperjuangan. Terimakasih atas setiap kebersamaan dan menjadi pendengar yang
baik cerita suka-duka ku selama lima tahun ini. Bersyukur bisa menjadi bagian
dari kalian.
9. Teman-temanku (Fiona “Simbah”, Maya Kristine, Ariadne Tutut, Dyah
Septiningtyas, Yovi “Koleti”, Gracia Hoyi, Nariswari, Vira Lidwina, Maria
Krisna, Monica Dhani, Helena Dyah, Chatarina Puspa, Yovi “Chiripa”, dan
Yohana Rida) yang selalu menjadi tempat berbagi cerita dan keceriaan selama
masa bimbingan.
10. Teman-teman perpanjangan tangan dalam membagikan skala (Soge Mannuel,
Chandarisma Dhanes, Fajar Wija, Gung Is, Sesilia Daning, dan Andreas Yanuar).
Jasa kalian luar biasa, beribu terimakasih untuk waktu dan tenaga yang kalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
berikan sehingga proses pengambilan data dalam penelitian ini dapat berjalan
cepat dan lancar.
11. Engger, Ayon Bayu, dan Anita Galuh selaku guru privat statistik dan bahasa
Inggris selama mengerjakan skripsi. Terimakasih atas bantuan dan ilmunya.
12. Teman-teman seperjuangan “satu bimbingan” yang selalu memberikan semangat
dan saling menguatkan.
13. Teman-teman kelas B Psikologi 2010, yang selalu menjadi tempat yang nyaman
untuk ngobrol, bercanda dan berdinamika bersama. Terimakasih untuk semuanya,
bahagia dan bersyukur bisa berdinamika dan berada diantara kalian.
14. Teman-teman mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dan untuk orang-orang
yang mungkin saya lupa atau tidak sempat saya sebutkan satu per satu,
terimakasih untuk bantuannya, baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga saya dapat terbantu dalam mengerjakan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
dalam penelitian ini, baik dari segi metode maupun pelaporan penelitian. Oleh
karena itu, penulis menerima segala masukkan yang membangun demi perbaikan
penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan
kiranya Tuhan senantiasa memberkati kita semua.
Yogyakarta, Mei 2015
Penulis,
Lucia Anindita Astasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
BAB II: LANDASAN TEORI ........................................................................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Prokrastinasi Akademik ............................................................. 12
1. Pengertian Prokrastinasi ............................................................. 12
2. Pengertian Prokrastinasi Akademik ............................................ 13
3. Jenis Prokrastinasi Akademik .................................................... 15
4. Area Prokrastinasi Akademik .................................................... 16
5. Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik ...................... 17
6. Aspek Prokrastinasi Akademik .................................................. 23
B. Mahasiswa .................................................................................. 25
C. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Dalam
Hal Prokrastinasi Akademik ....................................................... 27
D. Perbedaan Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
Laki-laki dan Perempuan ........................................................... 31
E. Skema Perbedaan Tingkat Prokrastinasi Akademik
Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan ......................................... 38
F. Hipotesis …………………………………………………….….39
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 40
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 40
B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 40
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 40
D. Subjek Penelitian ........................................................................ 42
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
F. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Item ..................................... 45
1. Validitas ..................................................................................... 45
2. Seleksi Item ................................................................................ 46
3. Reliabilitas ..…………………………………………………….49
G. Uji Asumsi ................................................................................. 49
1. Uji Normalitas ............................................................................ 49
2. Uji Homogenitas ......................................................................... 50
H. Uji Hipotesis .............................................................................. 50
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 51
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 51
B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................... 52
C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 54
D. Uji Asumsi ................................................................................. 56
1. Uji Normalitas ............................................................................ 56
2. Uji Homogenitas ........................................................................ 57
3. Uji Hipotesis ……………………………………………………58
E. Pembahasan ................................................................................ 60
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78
A. Kesimpulan ...................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Berkaitan Dengan Manfaat Penelitian ................................. 78
2. Berkaitan Dengan Penelitian Selanjutnya ............................ 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81
LAMPIRAN ....................................................................................................... 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Respon Subjek .................................. 44
Tabel 2. Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik
Sebelum Uji Coba ......................................................................... 45
Tabel 3. Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik
Setelah Dilakukan Uji Coba .......................................................... 47
Tabel 4. Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik
Yang Digunakan Dalam Penelitian ................................................ 48
Tabel 5. Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik ................................... 49
Tabel 6. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Umur Subjek………………………………….52
Tabel 7. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi ......... 53
Tabel 8. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Asal Suku…………………...54
Tabel 9. Mean Empiris dan Mean Teoritis ................................................. 55
Tabel 10. Uji Normalitas ............................................................................... 57
Tabel 11. Uji Homogenitas ........................................................................... 57
Tabel 12. Uji Hipotesis ................................................................................. 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Tryout ................................................................................ 85
Lampiran 2. Reliabilitas Sebelum Seleksi Item ............................................... 101
Lampiran 3. Reliabilitas Setelah Seleksi Item ................................................. 105
Lampiran 4. Skala Penelitian .......................................................................... 108
Lampiran 5. Mean Empirik .............................................................................. 120
Lampiran 6. Uji Normalitas ............................................................................ 122
Lampiran 7. Uji Homogenitas ......................................................................... 124
Lampiran 8. Uji Hipotesis ............................................................................... 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk
memperoleh berbagai disiplin ilmu yang dapat diperoleh secara formal dan
informal. Memperoleh disiplin ilmu dalam pendidikan formal salah satunya
dengan menjadi mahasiswa pada perguruan tinggi agar terbentuk individu
yang tangguh, kreatif, dan bermartabat. Namun, untuk membentuk mahasiswa
yang demikian tidaklah mudah, karena dalam prosesnya banyak pembelajaran
yang harus diterima oleh mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, tentu saja
dalam kesehariannya tidak terlepas dari kegiatan belajar, mengerjakan tugas
dari dosen, dan kegiatan akademik lainnya, sehingga diperlukan kesiapan dari
mahasiswa agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik dan lancar (Akmal,
2013).
Bentuk-bentuk kesiapan yang dapat disiapkan mahasiswa dalam
melaksanakan proses pembelajarannya yaitu kesiapan dalam segi mental,
psikis, fisik, dan pengelolaan diri. Kesiapan fisik merupakan hal penting
karena jika fisik mahasiswa lemas, mengantuk atau tidak bersemangat, maka
mahasiswa tersebut tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kesiapan mental atau psikis penting karena sistem belajar di perguruan tinggi
berbeda dengan sistem belajar di tingkat SMA (Saputri, 2013). Di lain pihak
Hernawati (2006) mengatakan bahwa dewasa ini banyak mahasiswa yang
belum mampu mengelola pikirannya secara maksimal sehingga banyak
menunjukkan perilaku yang tidak seharusnya. Misalnya, menunda
mengerjakan tugas dari dosen, menjalankan “Sistem Kebut Semalam (SKS)”
meskipun tahu cara belajar tersebut tidak efektif, tidak mampu membuat
sintesa antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lain, tidak datang kuliah
tetapi menitip absensi pada teman, menyontek saat ujian berlangsung, dan
tidak mampu mengaplikasikan materi kuliah pada kehidupan nyata.
Sebagai seorang mahasiswa, perlu disadari bahwa kegiatan belajar di
Perguruan Tinggi yang akan dilakukan berbeda dengan kegiatan belajar ketika
masih di tingkat sekolah menengah. Dalam prosesnya, mahasiswa cenderung
dituntut untuk mandiri dalam kegiatan belajarnya. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Guglielmino dan Guglielmino (dalam Islam, 2010), mahasiswa
yang mampu melakukan kegiatan belajar mandiri tercermin dalam diri
mahasiswa yang senang belajar dan berkecenderungan untuk memenuhi target
yang telah direncanakan, mampu mengatur waktu, kecepatan belajar, dan
rencana penyelesaian tugas. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki
kesiapan untuk belajar mandiri akan cenderung mampu melakukan hal seperti
yang telah disebutkan di atas dengan tidak melakukan prokrastinasi akademik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Prokrastinasi akademik biasanya ditunjukkan dengan ciri yang
bertolak belakang dengan hal yang disebutkan di atas. Individu yang
melakukan prokrastinasi akademik, biasanya menunjukkan perilaku yang
cenderung menunda memulai dan menyelesaikan pekerjaan, lamban dalam
menyelesaikan tugas, tidak melaksanakan rencana yang telah dibuat, dan lebih
memilih aktivitas yang menyenangkan (Schouwenberg, dalam Ferrari, 1995).
Secara umum, prokrastinasi adalah kecenderungan individu untuk
menunda dalam memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas
(Handayani, 2012). Sedangkan secara khusus, prokrastinasi akademik
merupakan prokrastinasi yang terjadi dalam area akademik yang banyak
dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa (Fibrianti dalam Ursia, dkk, 2013).
Ferrari, dkk (dalam Melisa, 2012) juga menyebutkan bahwa prokrastinasi
akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal
yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah atau skripsi.
Pengertian yang hampir serupa mengenai prokrastinasi akademik
dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, dimana prokrastinasi akademik
diartikan sebagai prokrastinasi dalam area akademik yang biasanya terjadi
dalam tugas mengarang, belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku
penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri
pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan (dalam Rumiani, 2006).
Dewasa ini prokrastinasi akademik menjadi salah satu persoalan klasik
dalam dunia pendidikan, termasuk dalam perguruan tinggi. Hal ini sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dengan pernyataan sejumlah ahli bahwa prokrastinasi akademik adalah
fenomena umum yang terjadi pada mahasiswa di perguruan tinggi selama
beberapa dekade (Zeenath, Orcullo, dan Jiao, dalam Kurniawan, 2013). Dalam
penelitiannya, Ismai menjelaskan bahwa mahasiswa adalah kaum terpelajar
dinamis yang penuh dengan kreativitas yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat dan juga tidak luput dari kebiasaan “jam karet”, lebih suka
menghindari atau menunda tugas, dan lebih mengutamakan hedonisme atau
kesenangan jangka pendek (dalam Handayani, 2012). Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa 90 persen mahasiswa dalam
perguruan tinggi telah menjadi prokrastinator dan terdapat sebanyak 25 persen
mahasiswa yang suka menunda-nunda kronis dan pada umumnya berakhir
dengan mundur dari perguruan tinggi (Tondok dalam Tatan, 2012). Pada
penelitian lain yang pernah dilakukan di salah satu perguruan tinggi di
Yogyakarta, terlihat bahwa sekitar 20,38 persen mahasiswa telah melakukan
prokrastinasi akademik (Rizvi dalam Tatan, 2012).
Menurut Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010), terdapat dua faktor
yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam
diri individu pelaku prokrastinasi, seperti kondisi fisik dan psikologis
individu. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri
individu yang memunculkan perilaku prokrastinasi akademik, misalnya gaya
pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
rendah pengawasan dan memiliki stimulus reinforcement tertentu cenderung
akan mendorong individu melakukan prokrastinasi akademik (Ghufron dalam
Mayasari, dkk, 2010). Masalah sosial dan budaya dimana individu tinggal
juga akan mempengaruhi berkembangnya perilaku prokrastinasi. Hal ini
tampak sejalan dengan pendekatan perspektif sosiokultural dalam area
psikologi yang mempercayai bahwa konteks sosial dan peraturan budaya
mempengaruhi berbagai keyakinan dan perilaku individu (Wade dan Tavris,
dalam Adi, 2012). Burka dan Yuen (dalam Adi, 2012) juga menjelaskan
bahwa budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
munculnya perilaku prokrastinasi.
Retnowulandari (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
budaya patriarki merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan
masih mengakar di masyarakat hingga saat ini. Pada saat ini patriarki dapat
dikatakan telah membudaya dalam segala sistem kehidupan masyarakat, baik
dalam bidang sosial, budaya, keagamaan, dan muncul sebagai sebagai bentuk
kepercayaan atau ideologi bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan perempuan. Di Indonesia, konsep budaya patriarki masih terasa
cukup kental di beberapa daerah, seperti Jawa, Bali, Batak, dll.
Secara singkat, budaya patriarki merupakan budaya yang memiliki
konsep pemikiran bahwa kaum laki-laki ditempatkan pada posisi utama.
Aristoteles mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki dianggap sebagai sosok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
superior yang mengatur sosok inferior, dalam hal ini adalah perempuan
(dalam Retnowulandari, 2010). Dari konsep inilah, maka muncul tugas yang
berbeda di tengah masyarakat antara laki-laki dan perempuan.
Dalam budaya patriarki, laki-laki dan perempuan memiliki tugas yang
berbeda di masyarakat sehingga tuntutan yang dirasakan pun juga berbeda.
Adanya pandangan dalam budaya patriarki yang menomorduakan perempuan
dan tidak menuntut perempuan untuk mencari nafkah utama dalam keluarga,
membuat tuntutan akademik pada kaum perempuan dirasa lebih rendah
dibandingkan kaum laki-laki yang nantinya akan menjadi pencari nafkah
utama atau sumber ekonomi utama dalam keluarga.
Sebagai individu yang memasuki tahap dewasa awal, mahasiswa juga
dituntut untuk belajar tanggung jawab terhadap tugasnya diluar bidang
akademik, seperti mulai belajar melakukan tugas sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat dimana mereka tinggal. Misalnya, sebagai sosok yang
nantinya memiliki tugas utama untuk memimpin keluarga, mengatur dan
menghidupi keluarga, maka banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh kaum
laki-laki. Dalam hal ini adalah mahasiswa laki-laki. Sebagai seorang yang
kelak akan menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, tidak dapat
dipungkiri bahwa mahasiswa laki-laki memiliki tuntutan pendidikan atau
tuntutan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
perempuan. Hal ini karena dalam urusan pekerjaan atau karier, latar belakang
akademik atau pendidikan akan menjadi syarat penting dalam dunia kerja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
terutama dalam bidang pekerjaan yang dianggap memiliki status sosial yang
tinggi, misalnya menjadi seorang pegawai atau karyawan perusahaan.
Anoraga (1992) menambahkan bahwa dalam dunia kerja, semakin
tinggi gaji pekerjaan, maka banyak pula orang yang semakin tertarik dengan
pekerjaan itu. Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dikatakan bahwa
apabila seorang laki-laki memiliki pandangan bahwa dirinya ingin
mendapatkan gaji yang tinggi untuk menafkahi keluarganya, maka dirinya
harus mampu bersaing dengan yang lain mengingat banyaknya orang yang
tertarik dengan pekerjaan itu juga.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh laki-laki agar mampu
bersaing dalam dunia kerjanya adalah dengan menyiapkan pendidikan atau
berprestasi dalam bidang akademik. Hal ini diperkuat dengan pendapat
Kurniawan (2013) yang menjelaskan bahwa kesuksesan dalam pendidikan
tinggi menjadi salah satu faktor dalam mendapatkan pekerjaan yang baik.
Persaingan yang cukup ketat dalam dunia kerja menuntut mahasiswa untuk
lebih meningkatkan kompetensi dan kualitas diri agar mampu bersaing dengan
sesamanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya adanya kemandirian dan
keaktifan dari dalam diri mahasiswa dalam proses belajarnya, dalam hal ini
adalah mahasiswa laki-laki. Mahasiswa harus dapat belajar secara lebih
mandiri dan tidak boleh hanya bergantung pada orang lain. Mahasiswa juga
harus dapat mengerjakan tugas-tugas akademiknya dengan sebaik mungkin
(Kurniawan, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Menyadari bahwa kesuksesan pendidikan adalah bekal untuk bersaing
dalam dunia kerja untuk mencari nafkah nantinya, seharusnya mahasiswa laki-
laki cenderung lebih berprestasi daripada mahasiswa perempuan. Akan tetapi,
pada kenyataannya justru mahasiswa perempuan dapat dikatakan lebih
beprestasi daripada mahasiswa laki-laki. Hal ini terlihat pada hasil survey
wisuda kelulusan Universitas Sanata Dharma periode April 2015 yang
menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan cenderung lebih berprestasi
daripada mahasiswa laki-laki. Hal ini tampak dari banyaknya jumlah
mahasiswi yang lulus dengan predikat cumlaude atau Lulus Dengan Pujian
ketika wisuda karena masa studi yang tepat waktu dan hasil IPK yang tinggi.
Dari 962 mahasiswa yang lulus dalam periode tersebut, diketahui bahwa
sebanyak 161 mahasiswa perempuan lulus dengan predikat cumlaude,
sedangkan pada mahasiswa laki-laki tercatat hanya 48 orang.
Godfrey mengemukakan bahwa pemanfaatan waktu yang tidak efektif
menyebabkan lama studi yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 4
tahun, terpaksa diperpanjang 7-10 tahun, sedangkan Solomon dan Rothblum
mengungkapkan bahwa indikasi prokrastinasi akademik adalah masa studi 5
tahun atau lebih (dalam Rumiani, 2006). Berdasarkan uraian singkat tersebut,
dapat dilihat bahwa indikasi pelaku prokrastinasi akademik adalah mahasiswa
laki-laki apabila mengingat status cumlaude yang biasanya diberikan pada
mahasiswa yang mampu menyelesaikan studi dalam waktu 4 tahun. Hal ini
mungkin sependapat dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengatakan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung lebih sering menunda masa
studinya adalah mahasiswa laki-laki (Huda; 2012 dan Akmal; 2013). Namun,
disisi lain Rumiani (2006) menyebutkan bahwa sebenarnya fenomena
prokrastinasi akademik dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tanpa
ada perbedaan derajat kecenderungan. Hasil penelitian Solomon dan
Rothblum (1984) juga menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan
berdasarkan perbedaan jenis kelamin pada beberapa area prokrastinasi
akademik.
Berdasarkan uraian perbedaan pendapat di atas dan perbedaan realita
di lapangan dengan keadaan yang seharusnya terjadi, maka peneliti ingin
membuktikan kembali dengan melihat apakah ada perbedaan tingkat
prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam
pengaruh budaya patriarki. Peneliti beranggapan bahwa dalam masyarakat
patriarki akan terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa
perempuan akan memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi karena memiliki
tuntutan akademik yang rendah karena nantinya tidak memiliki tuntutan yang
tinggi sebagai pencari nafkah utama. Sedangkan mahasiswa laki-laki akan
memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
mahasiswa perempuan. Hal ini disebabkan karena kaum laki-laki memiliki
pemikiran bahwa untuk mengejar tujuannya dalam hal berkarier dan
menafkahi keluarga nanti, diperlukan latar belakang pendidikan atau prestasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
akademik yang baik agar mampu bersaing dalam mencari pekerjaan untuk
kedepannya nanti.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa
laki-laki dan perempuan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan
tingkat prokrastinasi akademik antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai penambah
bahan kajian ilmu dalam psikologi pendidikan berkaitan dengan tugas
perkembangan mahasiswa sebagai individu dewasa awal di tengah
masyarakat dan prokrastinasi akademik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Para Mahasiswa
Dengan penelitian ini diharapkan nantinya apabila ditemukan
ada perbedaan bisa menjadi bahan masukan untuk para mahasiswa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
baik mahasiswa laki-laki dan perempuan untuk saling belajar dari
kelompoknya masing-masing dengan tujuan untuk pengembangan diri
yang lebih baik kedepannya.
b. Bagi Para Pendidik
Penelitian diharapkan mampu menjadi masukan bagi para
pendidik untuk segera memberikan penanganan yang tepat sesuai
dengan karakter mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik,
meskipun tingkat resiko dari prokrastinasi tidak secara langsung
dirasakan oleh pelaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PROKRASTINASI AKADEMIK
1. Pengertian Prokrastinasi
Secara etiologis, istilah prokrastinasi berasal dari kata dalam bahasa
Latin yaitu pro atau forward yang berarti maju atau bergerak maju dan
crastinus atau tomorrow yang berarti keputusan hari esok. Jika kedua kata
tersebut digabungkan, maka prokrastinasi memiliki arti yang sama dengan
menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Ghufron dalam
Mayasari, dkk, 2010).
Pada dasarnya prokrastinasi dapat dilakukan dalam berbagai hal,
tetapi secara garis besar Ferrari (1995) membedakan prokrastinasi menjadi
dua, yaitu prokrastinasi sehari-hari (everyday procrastonation) dan
prokrastinasi akademik (academic procratination).
Steel mengatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda dengan
sengaja kegiatan yang diinginkan, walaupun individu tersebut mengetahui
bahwa perilaku penundaannya tersebut dapat menghasilkan dampak
buruk. Steel juga menjelaskan bahwa prokrastinasi adalah suatu
penundaaan sukarela yang dilakukan oleh individu terhadap tugas atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pekerjaannya, meskipun ia tahu bahwa hal ini akan berdampak buruk pada
masa depan (dalam Ursia, dkk, 2013).
Pada kalangan ilmuwan, istilah prokrastinasi digunakan untuk
menujukkan suatu kecenderungan menunda-nunda dalam menyelesaikan
tugas atau pekerjaan, tidak segera memulai dalam menghadapi suatu
pekerjaan, baik dengan alasan yang jelas maupun tidak (Ahmaini, 2010).
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa prokrastinasi adalah bentuk penundaan yang dilakukan individu
terhadap tugas atau pekerjaan yang dimilikinya, meskipun individu
tersebut mengetahui perilakunya akan menimbulkan dampak buruk.
2. Pengertian Prokrastinasi Akademik
Secara umum prokrastinasi dapat terjadi dalam hal keseharian
kegiatan individu, namun secara khusus prokrastinasi akademik
merupakan aktivitas penundaan yang terjadi pada area akademik yang
biasanya banyak dilakukan oleh pelajar ataupun mahasiswa (Fibrianti,
dalam Ursia, dkk, 2013)
Solomon dan Rothblum menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik
diartikan sebagai prokrastinasi dalam area akademik yang biasanya terjadi
dalam tugas mengarang, belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku
penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan (dalam Rumiani,
2006).
Ferrari, dkk (dalam Melisa, 2012) menyebutkan bahwa
prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada
jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti
tugas kuliah atau skripsi. Ferrari dalam Ramdhani (2013), juga
menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik dapat diartikan sebagai
perilaku penundaan yang termanifestasi dalam indikator tertentu yang
dapat diukur dan diamati.
Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010) menjelaskan bahwa
prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada
tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas
sekolah atau tugas kursus.
Dari pendapat beberapa tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan
prokrastinasi akademik merupakan perilaku penundaan yang dilakukan
secara sengaja dan sukarela oleh individu yang bersangkutan dalam
memulai maupun menyelesaikan tugas akademik dengan melakukan
aktivitas lainnya, meskipun individu tersebut mengetahui bahwa
perilakunya tersebut akan menimbulkan dampak buruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Jenis Prokrastinasi Akademik
Ferrari (1995) membedakan prokrastinasi akademik menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Functional Procrastination
Functional Procrastination adalah bentuk penundaan dalam
mengerjakan tugas dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang
lebih lengkap dan akurat yang berkaitan dengan tugas tersebut.
b. Dysfunctional Procrastination
Dysfunctional Procrastination adalah bentuk penundaan terhadap
tugas tanpa memiliki alasan yang masuk akal, tidak bertujuan dan
dapat menimbulkan masalah. Dysfunctional Procrastination
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu (a) Decisional Procrastination
adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk
penundaan ini adalah menunda untuk mulai melakukan suatu tugas
dalam situasi yang dipersepsikan penuh stres. Bentuk ini terjadi akibat
kegagalan dalam mengidentifikasi tugas yang kemudian menimbulkan
konflik dalam diri individu sehingga akhirnya individu menunda untuk
memutuskan masalah. Decisional Procrastination berhubungan
dengan kelupaan dan kegagalan proses kognitif, tetapi tidak berkaitan
dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang. (b) Avoidance
Procrastination adalah suatu bentuk penundaan yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak
menyenangkan atau sulit dilakukan.
4. Area Prokrastinasi Akademik
Menurut Solomon dan Rothblum (1984), ada enam area
prokrastinasi akademik, yaitu :
a. Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau
tugas-tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas
mengarang lainnya.
b. Tugas belajar menghadapi ujian, meliputi penundaan belajar untuk
ujian, ujian tengah semester atau ulangan mingguan.
c. Tugas membaca, meliputi penundaan untuk membaca yang
diwajibkan.
d. Tugas administratif, meliputi menyalin catatan, mendaftarkan diri
dalam presensi kehadiran, daftar peserta praktikum, dan sebagainya.
e. Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam
meghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan akademik
lainnya.
f. Penundaan kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda
mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara
keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5. Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik
Bernard (dalam Catrunada, 2012) mengungkapkan bahwa terdapat
sepuluh wilayah magnetis faktor yang menyebabkan individu melakukan
prokrastinasi akademik, yaitu :
a) Anxiety
Anxiety diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan pada akhirnya
diartikan sebagai kekuatan magnetik yang berlawanan, dimana tugas
yang diharapkan dapat terselesaikan justru berinteraksi dengan
kecemasan yang tinggi sehingga seseorang cenderung menunda tugas
tersebut.
b) Self-Depreciation
Self-Depreciation dapat diartikan sebagai pencelaan terhadap diri
sendiri. Seseorang memiliki bentuk penghargaan yang rendah atas
dirinya sendiri dan selalu siap menyalahkan diri sendiri apabila
melakukan kesalahan dan juga merasa tidak percaya diri untuk
mendapatkan masa depan yang lebih cerah.
c) Low-Discomfort Tolerance
Low-Discomfort Tolerance dapat diartikan sebagai rendahnya
toleransi terhadap ketidaknyamanan. Adanya kesulitan dalam tugas
yang dikerjakan oleh seseorang, membuat seseorang mengalami
kesulitan dalam menoleransi rasa frustasi dan kecemasan, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mereka mengalihkan diri sendiri pada tugas yang dapat mengurangi
rasa ketidaknyamanan dalam diri mereka.
d) Pleasure-seeking
Pleasure-seeking dapat diartikan sebagai pencari kesenangan.
Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau
melepaskan situasi yang membuat dirinya merasa nyaman. Apabila
seseorang memiliki kecenderungan yang tinggi dalam mencari situasi
yang nyaman, maka seseorang tersebut akan memiliki hasrat yang kuat
untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah.
e) Time Disorganization
Time Disorganization dapat diartikan sebagai tidak teraturnya
waktu. Mengatur waktu berarti mampu memperkirakan dengan baik
berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan
tugas tersebut. Aspek lain dari lemahnya pengaturan waktu adalah
sulitnya seseorang memutuskan pekerjaan yang penting dan yang
kurana penting untuk dikerjakan hari ini. Semua pekerjaan menjadi
terlihat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa yang
seharusnya dikerjakan terlebih dahulu.
f) Environmental Disorganization
Environmental Disorganization dapat diartikan sebagai
berantakan atau tidak teraturnya lingkungan. Salah satu faktor
prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan disekitarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berantakan atau tidak teratur dengan baik. Tidak teraturnya lingkungan
bisa dalam bentuk interupsi dari orang lain, kurangnya privasi, kertas
yang bertebaran dimana-mana, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam
mengerjakan tidak tersedia. Adanya banyak gangguan dari lingkungan
menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi sehingga pekerjaan
tidak dapat selesai tepat waktu.
g) Poor Task Approach
Poor Task Approach dapat diartikan sebagai pendekatan yang
lemah terhadap tugas. Seseorang yang pada akhirnya siap
mengerjakan, kemungkinan akan meletakkan kembali pekerjaannya
karena tidak tahu darimana harus memulai pekerjaannya. Oleh karena
itu, pekerjaan menjadi tertahan karena ketidaktahuan seseorang tentang
darimana memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
h) Lack of Assertion
Lack of Assertion dapat diartikan sebagai kurangnya memberi
pernyataan yang tegas. Contohnya adalah seseorang mengalami
kesulitan berkata tidak terhadap orang lain padahal banyak pekerjaan
yang sudah terjadwal terlebih dahulu dan harus segera diselesaikan.
Hal ini bisa disebabkan karena mereka kurang memberikan rasa
kehormatan pada komitmen dan tanggungjawab yang dia miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
i) Hostility with Others
Hostility with Others diartikan sebagai permusuhan terhadap
orang lain. Kemarahan yang terus menerus dapat menimbulkan
dendam dan sikap bermusuhan terhadap orang lain sehingga bisa
menuju sikap menolak atau menentang apapun yag dikatakan oleh
orang tersebut.
j) Stress and Fatigue
Stress and Fatigue dapat dirtikan sebagai perasaan tertekan dan
kelelahan. Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas dari tuntutan
negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan
kemampuan mengatasi masalah pada diri seseorang. Semakin banyak
tuntutan, semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah,
dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stres seseorang.
Sedangkan Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010) membagi faktor-
faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri
individu pelaku prokrastinasi. Faktor ini meliputi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Kondisi fisik individu
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi individu melakukan
prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan
individu, misalnya kelelahan atau fatigue.
b. Kondisi psikologis individu
Millgram menyebutkan bahwa trait turut mempengaruhi individu
melakukan prokrastinasi akademik. Misalnya, trait kemampuan
sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan
dalam berhubungan sosial (dalam Mayasari, dkk, 2010). Ellis dan
Knaus (dalam Mayasari, dkk, 2010) menambahkan bahwa
keyakinan irasional juga mempengaruhi munculnya perilaku
prokrastinasi akademik. Keyakinan irasional tersebut dapat muncul
karena adanya kesalahan dalam mempersepsikan tugas sekolah.
Misalnya, tugas sekolah dipandang sebagai suatu beban dan
sesuatu yang tidak menyenangkan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar diri
individu yang memunculkan perilaku prokrastinasi. Faktor ini
meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Gaya pengasuhan orang tua
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ferrari dan
Ollivete, gaya pengasuhan otoriter ayah akan menyebabkan
munculnya kecenderungan prokrastinasi yang kronis pada subjek
penelitian anak wanita. Sedangkan gaya pengasuhan otoritatif ayah
akan menghasilkan anak wanita yang bukan prokrastinator (dalam
Mayasari, dkk, 2010).
b. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi
akademik adalah lingkungan yang rendah pengawasan daripada
lingkungan yang tinggi pengawasan. Prokrastinasi akademik juga
dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang
menimbulkan stimulus reinforcement tertentu bisa memunculkan
perilaku prokrastinasi akademik. Kondisi lingkungan yang rendah
pengawasan akan mendorong individu untuk melakukan
prokrastinasi akademik karena rendahnya pengawasan akan
menjadi faktor pendorong individu untuk berperilaku tidak tepat
waktu.
Selain faktor yang telah disebutkan diatas, Burka dan Yuen
menambahkan bahwa budaya juga merupakan salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Masalah sosial dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
budaya dimana individu tinggal akan mempengaruhi berkembangnya
perilaku prokrastinasi (dalam Adi, 2012). Menurut Wade dan Tavris
(dalam Adi, 2012), dalam area psikologi, pendekatan perspektif
sosiokultural mempercayai bahwa konteks sosial dan peraturan budaya
mempengaruhi berbagai keyakinan dan perilaku individu. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa budaya yang dihayati individu akan berpotensi
memunculkan perilaku prokrastinasi akademik apabila budaya tersebut
mendukung munculnya perilaku prokrastinasi.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa faktor yang penyebab muculnya perilaku prokrastinasi akademik
secara garis besar adalah faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor
internal adalah yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar individu, seperti gaya pengasuhan,
kondisi lingkungan, dan latar belakang budaya dimana mereka tinggal.
6. Aspek Prokrastinasi Akademik
Schouwenberg (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan ada beberapa
indikator yang menunjukkan ciri-ciri prokrastinasi akademik, diantaranya
adalah :
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas
yang dihadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang
dihadapinya merupakan hal penting dan berguna yang harus segera
diselesaikan. Akan tetapi, mereka cenderung menunda dalam memulai
mengerjakannya. Apabila sebelumnya mereka sudah mengerjakan,
mereka cenderung untuk menunda menuntaskan penyelesaian tugas
tersebut terlebih dahulu.
b. Keterlambatan atau kelambanan dalam mengerjakan tugas
Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi, cenderung akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan tugas. Mereka
cenderung akan menghabiskan waktu untuk mempersiapkan segala
sesuatunya secara berlebihan dan juga menghabiskan waktunya dengan
melakukan hal yang tidak dibutuhkan penyelesaian tugas, tanpa
memperhatikan keterbatasan waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan
tugasnya. Tindakan ini terkadang membuat mahasiswa tidak berhasil
dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
Mahasiswa prokrastinator akan memiliki kesulitan untuk mengerjakan
sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Mereka cenderung sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi
deadline yang telah ditentukan sebelumnya, baik yang ditentukan orang
lain maupun rencana yang telah dia tentukan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan
tugas yang harus dikerjakan
Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi cenderung dengan sengaja
tidak segera menyelesaikan tugasnya, tetapi menggunakan waktu yang
dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih
menyenangkan dan memberikan hiburan bagi dirinya sehingga menyita
waktu yang seharusnya dia gunakan untuk mengerjakan tugas.
B. MAHASISWA
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 1989).
Di Indonesia, rata-rata umur seorang mahasiswa adalah 18-24 tahun.
Berdasarkan teori tahapan umur perkembangan menurut Santrock, usia
mahasiswa termasuk dalam kategori dewasa awal, dimana Dariyo (dalam
Iriani dan Ninawati, 2005) juga menyatakan bahwa secara fisik individu pada
dewasa awal telah menampakkan profil yang sempurna dalam arti bahwa
pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi
puncak. Pada usia ini, mereka tampak memiliki daya tahan dan taraf
kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak
inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Penampilan fisik yang dimiliki
dinilai benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas seperti orang
dewasa lainnya. Misalnya, bekerja, menikah dan mempunyai anak, bertindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain. Dapat
disimpulkan bahwa pada usia dewasa awal biasanya individu telah mencapai
penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang.
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal merupakan
tuntutan yang harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial-
budaya yang berlaku di masyarakat (Dariyo, dalam Iriani dan Ninawati,
2005). Jadi, mahasiswa sebagai individu yang termasuk dalam kategori
dewasa awal adalah suatu tahap dimana mahasiswa tersebut sudah dapat
membuat keputusan sendiri, misalnya dalam hal karir dan membentuk
hubungan intim tanpa campur tangan orang tua. Pada tahap ini merupakan
tahap dimana tahap perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya,
dengan kondisi fisik dan intelektual yang baik (Iriani dan Ninawati, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan mahasiswa
adalah individu yang berumur 18-24 tahun atau telah memasuki tahap dewasa
awal dimana dirinya telah siap melakukan hal seperti yang dilakukan orang
dewasa lainnya, seperti mengambil keputusan, bekerja (berkarier), menikah,
mempunyai anak, dan bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya
ataupun orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM HAL
PROKRASTINASI AKADEMIK
Rueda menjelaskan bahwa masyarakat yang menganut sistem patriarki
meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan
perempuan. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan
perempuan. Di semua lini kehidupan, masyarakat memandang perempuan
sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya (dalam Wardani, 2009).
Menurut Masudi seperti yang dikutip dalam Wardani (2009), sejarah
masyarakat patriarki sejak awal membentuk peradaban manusia yang
menganggap bahwa laki-laki lebih kuat (superior) dibandingkan perempuan
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bernegara.
Kultur patriarki ini secara turun-temurun membentuk perbedaan perilaku,
status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang
kemudian menjadi hirarki gender.
Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari
bahasa Inggris, yaitu gender. Jika dilihat dalam kamus bahasa Inggris, tidak
secara jelas dibedakan pengertian antara sex dan gender. Sering kali gender
dipersamakan dengan seks (dalam Nugroho, 2011).
Nugroho (2011) dalam bukunya menjelaskan bahwa untuk memahami
konsep gender, maka harus dibedakan antara kata gender dengan seks (jenis
kelamin). Seks (jenis kelamin) merupakan pembagian dua jenis kelamin
(penyifatan) manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kelamin tertentu. Misalnya bahwa laki-laki memiliki penis, jakala (kala
menjing), dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat
reproduksi, seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel
telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui. Hal tersebut
secara biologis melekat pada manusia yang berjenis kelamin perempuan
maupun laki-laki. Artinya bahwa secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat
dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan.
Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering
dikatakan sebagai kodrat (ketentuan Tuhan).
Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968)
untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian
yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri
fisik biologis. Sedangkan Ann Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi
sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh
kebudayaan manusia. Oakley juga menuturkan bahwa gender berarti
perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis
merupakan perbedaan jenis kelamin (sex) adalah kodrat Tuhan maka secara
permanen berbeda dengan pengertian gender. Sedangkan gender merupakan
behavioral differences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan
melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses sosial dan
kultural yang panjang (dalam Nugroho, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sementara itu, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Republik Indonesia, mengartikan gender sebagai peran-peran sosial yang
dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki-
laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran sosial
tersebut dapat dilakukan oleh keduanya. Sedangkan dalam Women’s Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang
berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat (dalam Nugroho, 2011).
Selain itu, konsep lain mengenai gender yaitu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial
maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut,
cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional,
jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat
dipertukarkan. Artinya, ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan,
sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa (Mansour
Fakih dalam Nugroho, 2011).
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa gender adalah suatu konstruksi atau bentuk sosial yang
sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah
tergantung dari tempat, waktu / zaman, suku / ras / bangsa, budaya, status
sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, dan ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Oleh karenanya, gender bukanlah kodrat Tuhan melainkan buatan manusia
yang dapat dipertukarkan dan memiliki sifat relatif. Hal tersebut bisa terdapat
pada laki-laki maupun perempuan (Nugroho, 2011).
Menurut Millet (dalam Wardani, 2009), ideologi patriarki
disosialisasikan ke dalam tiga kategori. Pertama, temperament, merupakan
komponen psikologi yang meliputi pengelompokan kepribadian seseorang
berdasar pada kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang dominan. Hal itu
memberikan kategori stereotype kepada laki-laki dan perempuan; seperti kuat,
cerdas, agresif, efektif merupakan sifat yang melekat pada laki-laki,
sedangkan tunduk (submissive), bodoh (ignorant), baik (virtuous), dan tidak
efektif merupakan sifat yang melekat pada perempuan. Kedua, sex role,
merupakan komponen sosiologis yang mengelaborasi tingkah laku kedua jenis
kelamin. Hal ini membedakan gesture dan sikap pada setiap jenis kelamin.
Sehingga terjadi pelekatan stereotype pada perempuan sebagai pekerja
domestik (domestic service) dan laki-laki sebagai pencari nafkah. Ketiga,
status yang merupakan komponen politis dimana laki-laki memiliki status
superior dan perempuan inferior.
Secara psikologis, stereotype perbedaan laki-laki dan perempuan juga
terlihat adanya anggapan dimana laki-laki dikenal lebih rasional, lebih
memegang prinsipnya, cepat mengambil keputusan dan lebih menguasai,
sementara perempuan cenderung kurang rasional, manja dan lebih mudah
memahami perasaan orang lain, penakut, dan inferior (Akmal, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Berdasarkan stereotype sifat-sifat yang melekat pada laki-laki dan
perempuan seperti yang telah dijelaskan di atas, ada penelitian yang
mengatakan bahwa bahwa perempuan memiliki kecenderungan prokrastinasi
akademik yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini cenderung
disebabkan karena adanya perbedaan pendekatan saat permasalahan datang.
Perempuan berpikir bahwa pendekatan pasif terhadap suatu masalah adalah
hal yang efektif, sebaliknya pada laki-laki berpikir bahwa menggunakan
pendekatan aktif pada saat mengalami dan menghadapi masalah adalah jalan
yang lebih efektif. Hal ini juga didukung dengan adanya karakteristik yang
berhubungan dengan laki-laki seperti percaya diri, mandiri, agresif, ambisius,
dominan, aktif, bersemangat, dan menyukai pengalaman baru. Sedangkan
karakteristik perempuan adalah emosional, lemah, sensitif, pendiriannya
berubah-ubah, patuh, dan sentimental (Matlin dalam Catrunada, 2012)
D. PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK
MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Menurut Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010), salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi akademik
adalah kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Burka dan Yuen (dalam Adi,
2012), budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
munculnya perilaku prokrastinasi. Hal ini sejalan dengan pendekatan
perspektif sosiokultural dalam area psikologi yang mempercayai bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
konteks sosial dan peraturan budaya mempengaruhi berbagai keyakinan dan
perilaku individu (Wade dan Tavris, dalam Adi, 2012).
Mahasiswa sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah
budaya yang melatarbelakanginya tentu akan berperilaku berdasarkan latar
belakang budaya yang diyakininya. Dalam hal ini perilaku mahasiswa banyak
dipengaruhi oleh budaya patriarki yang telah mengakar dan
melatarbelakanginya, termasuk perilaku sesuai peran gendernya sebagai laki-
laki dan perempuan. Budaya patriarki dikatakan cukup berpengaruh karena
budaya patriarki merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan
masih mengakar di masyarakat hingga saat ini (Retnowulandari, 2010).
Dalam budaya patriarki tampak ada perbedaan peran gender pada laki-
laki dan perempuan. Budaya ini dapat dikatakan sebagai budaya yang
menganggap bahwa kaum laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada perempuan sehingga tuntutan sosial dalam masyarakat pada akhirnya
berpengaruh juga pada perbedaan peran yang seharusnya dilakukan oleh laki-
laki dan perempuan.
Nugroho (2011) dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam setiap
budaya muncul stereotype tertentu mengenai sesuatu yang pantas bagi
perempuan maupun laki-laki dan stereotype tertentu yang membedakan peran
antara laki-laki dan perempuan. Sebagai sosok yang dianggap nomor satu dan
nantinya akan berperan dalam memimpin keluarga dan pencari nafkah, maka
seorang mahasiswa laki-laki dituntut untuk mampu menjadi sosok pemimpin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang bisa memimpin, mengatur dan mengambil keputusan dalam keluarga.
Seorang mahasiswa laki-laki diharapkan kelak mampu menjalankan fungsinya
sebagai kepala keluarga yang baik dengan cara menjadi sumber ekonomi
utama keluarga, yaitu sebagai pencari nafkah utama, sedangkan perempuan
tidak dituntut untuk menjadi pencari nafkah utama. Apabila nantinya
perempuan juga bekerja mencari nafkah, statusnya hanya sebagai pencari
nafkah tambahan untuk membantu suami (Budiati, 2010). Hal ini disebabkan
karena dalam budaya patriarki, perempuan lebih memiliki peran dalam sektor
domestik atau mengurus urusan rumah tangga.
Berdasarkan uraian diatas, tampak terjadi ada perbedaan peran dalam
keluarga antara kaum laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki dituntut untuk
bekerja demi menafkahi keluarga, sedangkan perempuan tidak terlalu dituntut
untuk menjadi pencari nafkah. Oleh karena itu, hal ini mengakibatkan adanya
perbedaan tuntutan akademik antara kaum laki-laki dan perempuan. Dalam
hal ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa laki-laki tentu
saja memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa perempuan. Misalnya dalam bentuk IPK tinggi atau lulus dengan
tepat waktu. Hal ini disebabkan karena untuk menjadi pencari nafkah utama,
seorang laki-laki harus memiliki pekerjaan yang tetap, dan untuk memiliki
sebuah pekerjaan, latar belakang pendidikan seseorang akan menjadi salah
satu syarat penting dalam dunia kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sebagai seseorang yang nantinya akan menjadi sumber ekonomi utama
dalam keluarga, tentu saja sebagai seorang mahasiswa laki-laki dituntut untuk
lulus tepat waktu agar dapat segera mencari kerja setelah lulus kuliah. Hal ini
disebabkan karena apabila mahasiswa, dalam hal ini adalah mahasiswa laki-
laki dapat lulus tepat waktu, mereka tidak perlu merasa khawatir karena
kesempatan untuk memilih pekerjaan yang terbaik terbuka lebar dan
persaingan dalam mendapatkan pekerjaan tidak terlalu ketat. Hal ini tentu
akan berbeda dengan mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik
karena mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akan menyebabkan masa
studinya terlalu lama yang mempengaruhi peluangnya untuk memilih
pekerjaan yang terbaik semakin terbatas, tidak bisa mengambil peluang untuk
ketika ada tawaran pekerjaan yang menurutnya baik dan harus menghadapi
persaingan yang lebih berat daripada mahasiswa yang bisa lulus tepat waktu
(Kurniawan, 2013). Hal ini selajan dengan pernyataan Ferrari, dkk (dalam
Kurniawan, 2013) yang menyebutkan bahwa prokrastinasi bisa
mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang.
Oleh karena itu, agar mampu bersaing dan mendapatkan pekerjaan yang
terbaik, seorang mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa laki-laki perlu
memenuhi tuntutan akademiknya untuk lulus tepat waktu dengan cara tidak
menjadi seorang prokrastinator.
Menyadari bahwa latar belakang pendidikan sangat penting dalam
mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarganya nanti, maka hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menjadikan para mahasiswa laki-laki termotivasi untuk berusaha memenuhi
tuntutan akademiknya, misalnya dengan memperoleh IPK yang memuaskan
atau lulus dengan tepat waktu. Usaha ini dilakukan demi memiliki prestasi
dan hasil akademik yang memuaskan sebagai bekalnya untuk bersaing dalam
mencari pekerjaan yang terbaik. Cara yang dapat dilakukannnya adalah
dengan berusaha serius dan maksimal di bidang akademik, misalnya dengan
mengerjakan tugas akademiknya secara maksimal dan tidak menunda-nunda
ketika mendapatkan tugas akademik. Selain itu, mahasiswa laki-laki juga
dapat mengasah ketrampilan dalam bidang kepemimpinan dan pengambilan
keputusan dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dengan mengikuti
kegiatan di luar bidang akademik, seperti mengikuti kegiatan dalam
organisasi.
Adanya pandangan dalam budaya patriarki seperti yang diungkapkan
Budiati (2010) bahwa perempuan tidak dituntut untuk menjadi pencari nafkah
utama, lebih banyak berperan pada sektor domestik dan sebagai pencari
nafkah tambahan apabila nanti dirinya bekerja, maka tuntutan akademik pada
mahasiswa perempuan dapat dikatakan tidak setinggi mahasiswa laki-laki. Hal
ini bisa jadi dipengaruhi oleh budaya yang melatarbelakanginya. Misalnya
pada budaya patriarki yang berkembang pada budaya Jawa jaman dahulu.
Pada budaya ini, terdapat anggapan bahwa perempuan tidak perlu
berpendidikan tinggi, perempuan sebagai ibu rumah tangga, pendidik anak
dan pendamping suami tidak memerlukan pendidikan tinggi. Perempuan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan ke dapur juga (dalam
Budiati, 2010). Oleh karena itu, hal ini menyebabkan para perempuan kurang
termotivasi dan usaha untuk memenuhi tuntutan akademiknya dapat dikatakan
hanya mengalir begitu saja.
Berdasarkan uraian tersebut, terlihat maksud secara implisit bahwa
setinggi apapun latar belakang pendidikan yang dimiliki perempuan, pada
akhirnya pekerjaannya akan kembali pada sektor domestik juga. Hasil lain
dari budaya patriarki yang mengatakan bahwa perempuan tidak terlalu
dituntut dalam hal mencari nafkah juga membuat para perempuan kurang
termotivasi untuk memenuhi tuntutan akademiknya. Mahasiswa perempuan
menjadi kurang bersemangat dan berpikir bahwa latar belakang pendidikan
atau nilai akademiknya tidak akan terlalu berguna nantinya karena tidak
memiliki tanggung jawab utama dalam mencari nafkah. Para mahasiswa
perempuan setidaknya merasa sedikit aman karena memiliki pola pikir bahwa
akan ada yang menjaminnya ketika hidup berkeluarga nantinya.
Pandangan tersebut pada akhirnya akan membuat kaum perempuan
pasrah dan terkadang berpikiran untuk menyelesaikan kewajiban
akademiknya dengan sekedar lulus tanpa prestasi yang menonjol. Dalam
menyelesaikan tugas akademiknya pun mereka menjadi kurang termotivasi
karena rendahnya tuntutan akademik. Mereka cenderung akan bersantai atau
cenderung menunda-nunda ketika mengerjakan tugas akademiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Dari penjelasan diatas, tampak bahwa sebagai sosok nomor satu dalam
budaya patriarki yang nantinya ketika berkeluarga memiliki tugas utama
untuk memimpin, mengatur, dan sebagai sumber ekonomi keluarga. maka,
mahasiswa laki-laki cenderung mempersiapkan diri agar nantinya benar-benar
mampu menjadi sosok seperti yang diharapkan masyarakat terhadap dirinya.
Mereka mulai mempersiapkan diri sejak dini dengan bertanggung jawab pada
tuntutan akademiknya agar memiliki bekal yang maksimal untuk bekerja dan
menafkahi keluarga. Salah satu cara yang dilakukannya adalah berusaha tidak
menunda-nunda ketika mengerjakan tugas agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Sedangkan pada mahasiswa perempuan, mereka cenderung
menunda-nunda karena memiliki tuntutan akademik yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena nantinya mahasiswa
perempuan tidak dituntut untuk menjadi pencari nafkah yang utama dan lebih
berperan pada sektor domestik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berasumsi bahwa mahasiswa
laki-laki akan memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan mahasiswa perempuan. Hal ini disebabkan karena mahasiswa laki-laki
memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Skema:
Budaya Patriarki
Perbedaan Peran Laki-laki dan Perempuan
Perbedaan Tuntutan Sosial Antara Laki-laki dan Perempuan
Cenderung Tidak
Menunda
Usaha Untuk Memenuhi
Tuntutan Lebih Rendah
Usaha Untuk Memenuhi
Tuntutan Lebih Tinggi
Tuntutan Akademik Lebih
Rendah
Tuntutan Akademik Lebih
Tinggi
Pencari Nafkah Utama
Dipimpin dalam Keluarga Pemimpin dalam Keluarga
Peran Perempuan
Pencari Nafkah Tambahan
Peran Laki-laki
Cenderung Menunda
Prokrastinasi Rendah Prokrastinasi Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
D. HIPOTESIS
Bertolak dari penjelasan sebelumnya, maka peneliti memiliki hipotesis
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat prokrastinasi akademik
mahasiswa laki-laki dan perempuan, dimana mahasiswa laki-laki memiliki
tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan
mahasiswa perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif atau penelitian
perbandingan. Tujuan penelitian perbandingan yaitu untuk membandingkan
antara dua atau lebih kelompok dalam satu variabel (Purwanto, 2012).
Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat
prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dua jenis variabel yang digunakan oleh
peneliti, yaitu:
1. Variabel bebas : Jenis Kelamin
2. Variabel tergantung : Prokrastinasi Akademik
C. Definisi Operasional
1. Variabel Tergantung
Prokrastinasi akademik adalah perilaku yang dilakukan secara
sengaja dan sukarela oleh individu yang bersangkutan dalam memulai
maupun menyelesaikan tugas akademik dengan melakukan aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
lainnya, meskipun individu tersebut mengetahui bahwa perilakunya
tersebut akan menimbulkan dampak buruk. Kecenderungan perilaku
prokrastinasi akademik ditunjukkan dengan skala prokrastinasi akademik.
Skala ini disusun berdasarkan empat aspek prokrastinasi akademik
menurut Schouwenberg, yaitu :
a. Melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja
pada tugas yang dihadapi.
b. Mengalami keterlambatan atau kelambanan dalam mengerjakan tugas.
c. Adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan
Tingkat prokrastinasi akademik individu nantinya akan terlihat dari
hasil pengerjaan skala prokrastinasi akademik. Semakin tinggi skor
prokrastinasi akademik yang dimilikinya berarti semakin tinggi pula
prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan,
begitu pula sebaliknya.
2. Variabel Bebas
Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki individu yang akan
mengelompokkan individu termasuk dalam kelompok kategori laki-laki
atau perempuan. Pada penelitian ini, pengelompokkan jenis kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
diperoleh dari pengisian identitas yang memuat pilihan jenis kelamin
subjek pada skala penelitian.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan
yang berusia 18-24 tahun dengan alasan bahwa rata-rata usia mahasiswa di
Indonesia adalah 18-24 tahun (Dariyo, dalam Iriani dan Ninawati, 2005)
Teknik pemilihan subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode convenience sampling, dimana peneliti mengambil
subjek berdasarkan pertimbangan kesediaan subjek menjadi responden dan
sesuai dengan kriteria dari peneliti (Siregar, 2013). Kriteria yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah batasan atau rentang umur subjek.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Skala Prokrastinasi Akademik
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada subjek. Pada penelitian
ini terdapat satu buah skala yang digunakan sebagai alat pengumpulan
data, yaitu skala prokrastinasi akademik. Sedangkan jenis skala yang
digunakan dalam penyusunan skala ini adalah jenis skala Likert. Skala
Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2011).
Pada skala ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan yang
dibuat oleh peneliti. Subjek diminta untuk untuk menyatakan respon
kesesuaian terhadap dirinya dalam sebuah kontinum yang terdiri atas
empat respon: “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”,
dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Peneliti memilih empat respon dalam
penyusunan skala ini dengan alasan untuk menghilangkan jawaban ragu-
ragu subjek dalam memilih respon. Alasan lainnya adalah dengan
penggunaan jumlah genap opsi jawaban akan mendorong subjek untuk
memilih antara jawaban favorable atau unfavorable. Artinya, peneliti
tidak memberi kesempatan kepada subjek untuk memberikan jawaban
netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014).
2. Penyusunan Item Pernyataan
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun sendiri item pada skala
yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik. Penyusunan
item pada skala disusun berdasarkan aspek yang telah diuraikan oleh
Schouwenberg (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995). Sebelum
melakukan uji coba, peneliti menyusun sejumlah 64 item yang terdiri atas
32 item favorable dan 32 item unfavorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Pemberian Skor Skala
Pemberian skor pada skala prokrastinasi akademik dilakukan
berdasarkan sifat pernyataan. Apabila isi pernyataan bersifat favorable
atau mendukung atribut yang diukur, maka masing-masing respon mulai
dari “Sangat Setuju” sampai dengan “Sangat Tidak Setuju” akan diberi
skor mulai 4 hingga 1. Apabila isi pernyataan bersifat unfavorable atau
tidak mendukung atribut yang diukur, maka pemberian skor akan berlaku
sebaliknya.
Tabel 1
Skor Berdasarkan Kategori Respon Subjek
Respon Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
4. Distribusi Item Sebelum Uji Coba
Sebelum melakukan uji coba, peneliti menyusun sejumlah 64 item
yang terdiri atas 32 item favorable dan 32 item unfavorable berdasarkan
empat aspek prokrastinasi akademik yang dikemukakan oleh
Schouwenberg. Berikut ini adalah pembagian distribusi item yang
dilakukan oleh peneliti sebelum mengadakan uji coba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 2
Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba
No Aspek Pernyataan
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Melakukan penundaan
untuk memulai maupun
menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi.
4,5,8,17,52,
53,55,57
1,21,24,29,3
2,37,44,48 16
2. Mengalami keterlambatan
atau kelambanan dalam
mengerjakan tugas.
6,25,34,35,
38,43,49,64
14,20,22,28,
40,45,50,61 16
3 Adanya kesenjangan
waktu antara rencana dan
kinerja aktual.
11,12,19,27,
36,46,54,56
3,9,16,18,
30,33,39,41 16
4. Melakukan aktivitas lain
yang lebih menyenangkan
daripada melakukan tugas
yang harus dikerjakan.
7,10,13,42,
47,58,59,60
2,15,23,26,
31,51,62,63 16
Total 32 32 64
F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Item
1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana
suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak
diukur (Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini, pengujian validitas yang
digunakan oleh peneliti adalah validitas isi. Validitas isi merupakan
validitas yang diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes dengan
menggunakan penilaian yang sifatnya subjektif (Supratiknya, dalam Adi
2012). Dengan kata lain, validitas isi merupakan penilaian pakar atau ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur
(Supratiknya, 2014). Dalam penelitian, penilaian oleh ahli dilakukan
dosen pembimbing skripsi yang menilai mengenai sesuai atau tidaknya
item terhadap atribut yang diukur.
2. Seleksi Item
Seleksi item pada skala prokrastinasi akademik dilakukan
berdasarkan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan, sedangkan
item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dianggap memiliki daya
diskriminasi yang rendah (Azwar, 2009). Setelah dilakukan tryout
terhadap 40 mahasiswa laki-laki dan 40 mahasiswa perempuan, terlihat
ada beberapa item yang gugur karena memiliki nilai rix kurang dari 0,3
dan juga karena ada item yang sengaja digugurkan untuk
menyeimbangkan proporsi. Berikut ini adalah tabel distribusi item setelah
dilakukan uji coba skala :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3
Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Dilakukan Uji
Coba
No Aspek Pernyataan
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Melakukan penundaan
untuk memulai maupun
menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi.
4**, 5, 8**,
17, 52**,
53, 55, 57**
1**, 21, 24,
29, 32,
37**, 44, 48
16
2. Mengalami keterlambatan
atau kelambanan dalam
mengerjakan tugas.
6*, 25*,
34*, 35*,
38, 43, 49*,
64
14, 20, 22,
28, 40*, 45,
50, 61
16
3 Adanya kesenjangan
waktu antara rencana dan
kinerja aktual.
11, 12*, 19,
27, 36*, 46,
54*, 56
3, 9*, 16,
18, 30*, 33,
39*,41
16
4. Melakukan aktivitas lain
yang lebih menyenangkan
daripada melakukan tugas
yang harus dikerjakan.
7**, 10, 13,
42, 47**,
58, 59*,
60**
2, 15*, 23,
26**, 31,
51, 62, 63
16
Total 32 32 64
Keterangan:
*) item yang gugur karena memiliki koefisien korelasi rix ≤ 0,30
**) item yang sengaja digugurkan untuk menyeimbangkan proporsi item
Berdasarkan tabel diatas, koefisien korelasi total yang didapat
peneliti memiliki nilai yang berkisar dari 0,306 – 0,645. Oleh karena itu,
terdapat 14 item yang gugur karena kurang memenuhi syarat. Item-item
tersebut adalah item 6, 9, 12, 15, 25, 30, 34, 35, 36, 39, 40, 49, 54, dan 59.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Setelah melihat item yang gugur pada setiap aspeknya, peneliti kemudian
dengan sengaja menggugurkan beberapa item untuk menyeimbangkan
proporsinya. Item-item yang sengaja digugurkan tersebut adalah item 1, 4,
7, 8, 26, 37, 52, 57, dan 60. Berikut ini adalah tabel distribusi item setelah
uji coba yang digunakan peneliti untuk pengambilan data dalam
penelitian:
Tabel 4
Distribusi Item Skala Prokrastinas Akademik Yang Digunakan
Dalam Penelitian
No Aspek Pernyataan
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Melakukan penundaan
untuk memulai maupun
menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi.
5, 17, 53, 55 21, 24, 29,
32, 44, 48 10
2. Mengalami keterlambatan
atau kelambanan dalam
mengerjakan tugas.
38, 43, 64
14, 20, 22,
28, 45, 50,
61
10
3 Adanya kesenjangan
waktu antara rencana dan
kinerja aktual.
11, 19, 27,
46, 56
3, 16, 18,
33, 41 10
4. Melakukan aktivitas lain
yang lebih menyenangkan
daripada melakukan tugas
yang harus dikerjakan.
10, 13, 42,
58
2, 23, 31,
51, 62, 63 10
Total 16 24 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, dimana menunjukkan sejauh
mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Skala dinyatakan reliabel
apabila memiliki nilai alpha > 0,60 (Noor, 2012).
Untuk mengetahui apakah skala yang digunakan peneliti reliabel
atau tidak, peneliti menguji skala menggunakan teknik Alpha Cronbach
dalam SPSS 19 for Windows. Berdasarkan hasil uji tersebut didapatkan
nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,925. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa skala yang disusun oleh peneliti bersifat reliabel.
Tabel 5
Tabel Reliabilitas
Cronbach’s
Alpha
N of Items
.925 40
G. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk
mengetahui sebaran data bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010).
Persebaran data dikatakan normal apabila memiliki nilai p > 0,05 dan
dikatakan tidak normal apabila memiliki nilai p < 0,05 (Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan oleh peneliti untuk melihat apakah
varians yang digunakan sama pada sampel penelitian. Data dapat dikatan
mempunyai varians yang sama apabila memiliki nilai p > 0,05 dan
dikatakan tidak sama apabila memiliki nilai p < 0,05.
H. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dianalisa menggunakan metode
analisa data dengan teknik uji t dengan menggunakan Independent Sampel T-
test. Peneliti menggunakan analisa data tersebut karena peneliti ingin
menjawab tujuan penelitian mengenai perbedaan tingkat prokrastinasi
akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian dilakukan kurang lebih selama satu
minggu, yaitu tanggal 9-16 Desember 2014. Subjek dalam penelitian adalah
mahasiswa dari berbagai angkatan, baik laki-laki maupun perempuan yang
berumur 18-24 tahun. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa dari berbagai macam perguruan tinggi di Yogyakarta, seperti
Universitas Sanata Dharma, Universitas Gadjah Mada, Politeknik Kesehatan,
STIPRAM dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Subjek dalam penelitian
ini adalah 80 mahasiswa laki-laki dan 80 mahasiswa perempuan.
Penelitian dilakukan dengan cara membagikan skala prokrastinasi
akademik kepada subjek yang memenuhi kriteria. Peneliti membagikan skala
secara langsung dengan cara mendatangi subjek dan juga dibantu oleh
beberapa teman peneliti yang telah diberi tahu sebelumnya mengenai kriteria
subjek yang dibutuhkan. Peneliti membagikan sebanyak 165 skala kepada
subjek, tetapi yang memenuhi kriteria sebanyak 160 skala. Hal ini disebabkan
karena umur subjek yang tidak memenuhi kriteria penelitian dan adanya
subjek yang tidak memilih atau tidak mencoret pilihan jenis kelamin yang
sesuai pada data demografis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 160 mahasiswa yang berumur
18-24 tahun. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis
kelamin dan umur subjek:
Tabel 6
Deskripsi Data Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Subjek
Umur Laki-laki Perempuan Total Persentase
18 tahun 6 11 17 10,63
19 tahun 16 19 35 21,88
20 tahun 17 18 35 21,88
21 tahun 17 16 33 20,63
22 tahun 15 12 27 16,88
23 tahun 7 4 11 6,88
24 tahun 2 0 2 1,25
TOTAL 80 80 160 100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah subjek
terbanyak yang didapat peneliti adalah subjek yang berumur 19 dan 20 tahun,
dengan jumlah masing-masing sebanyak 35 orang (21,88%). Sedangkan
jumlah subjek paling sedikit diperoleh peneliti pada umur 24 tahun, dengan
jumlah sebanyak 2 orang (1,25%).
Selain umur dan jenis kelamin, subjek yang digunakan merupakan
mahasiswa yang berasal dari beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Berikut tabel deskripsi subjek penelitian berdasarkan asal perguruan tinggi
subjek:
Tabel 7
Deskripsi Data Subjek Penelitian Berdasarkan Perguruan Tinggi Subjek
Asal Perguruan Tinggi Jumlah Persentase
Universitas Sanata Dharma 139 86,88
Universitas Gadjah Mada 18 11,25
Poltekes 1 0,63
STIPRAM 1 0,63
Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
1 0,63
TOTAL 160 100 %
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar subjek
dalam penelitian ini berasal dari Universitas Sanata Dharma, yaitu sebanyak
139 orang (86,88%). Sedangkan jumlah subjek paling sedikit berasal dari tiga
Perguruan Tinggi, yaitu Poltekes, STIPRAM, dan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, dengan jumlah masing-masing subjek sebanyak 1 orang (0,63%).
Selain yang telah disebutkan diatas, subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari beberapa suku di Indonesia
yang mempunyai sistem budaya patriarki. Berikut tabel deskripsi subjek
penelitian berdasarkan asal suku subjek :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 8
Deskripsi Data Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Suku Subjek
Suku Jumlah Persentase
Jawa 102 63,75
Bali 7 4,38
Batak 10 6,25
Flores 30 18,75
Adonara 2 1,25
Larantuka 3 1,88
Ende 1 0,63
Tionghoa 5 3,13
TOTAL 160 100 %
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa lebih dari setengah jumlah
subjek yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari suku Jawa, yaitu
sebanyak 102 orang (63,75%). Sedangkan jumlah subjek paling sedikit
berasal dari suku Ende, yaitu berjumlah 1 orang (0,63%).
C. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian digunakan untuk melihat gambaran
kecenderungan subjek dalam menjawab dan untuk mengetahui tingkat tinggi
atau rendahnya subjek dalam hal prokrastinasi akademik. Hal tersebut
dilakukan dengan membandingkan Mean Empiris (ME) dan Mean Teoritis
(MT). Mean Empiris (ME) dihitung menggunakan One sample t-test dalam
program SPSS 19 for Windows, sedangkan Mean Teoritis (MT) dihitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menggunakan perhitungan manual. Berikut adalah penghitungan manual yang
digunakan peneliti dalam mencari Mean Teoritik (MT):
MT = ( ) ( )
= ( ) ( )
= ( ) ( )
=
= 100
Berdasarkan hasil perhitungan manual diatas, maka dapat diketahui
bahwa nilai Mean Teoritis (MT) yang didapatkan adalah 100. Peneliti
selanjutnya melakukan uji one sample t-test untuk melihat perbedaan nilai
Mean Teoritis (MT) dan Mean Empiris (ME). Tabel 9 merupakan tabel
deskripsi hasil Mean Empiris dan Mean Teoritis yang diperoleh peneliti dalam
penelitian berdasarkan hasil analisis one sample t-test :
Tabel 9
Hasil Mean Empiris dan Mean Teoritis
Jenis Kelamin N Mean
Empiris
Mean
Teoritis SD p
Laki-laki 80 94.6375 100 11.78606 .000
Perempuan 80 93.1125 100 12.77977 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Berdasarkan data pada mahasiswa laki-laki dan perempuan
diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p< 0,05), sehingga menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan. Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Mean Empiris (ME) dan Mean
Teoritis (MT). Artinya, baik mahasiswa laki-laki (M= 94,6375), maupun
mahasiswa perempuan (M= 93,1125), memiliki nilai Mean Empiris (ME)
yang lebih rendah daripada Mean Teoritis (MT=100). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa keduanya memiliki tingkat prokrastinasi yang termasuk
rendah.
D. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk
mengetahui sebaran data bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010).
Persebaran data dikatakan normal apabila memiliki nilai p > 0,05 dan
dikatakan tidak normal apabila memiliki nilai p < 0,05 (Santoso, 2010).
Peneliti melakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dalam SPSS mengingat jumlah subjek yang lebih dari 50. Berikut adalah
tabel uji normalitas yang dilakukan oleh peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 10
Hasil Uji Normalitas
Jenis Kelamin N P Keterangan
Laki-laki 80 0,2 Normal
Perempuan 80 0,2 Normal
Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan taraf signifikansi uji
normalitas untuk data pada subjek laki-laki sebesar 0,2 dan perempuan
sebesar 0,2 sehingga dapat dikatakan bahwa persebaran datanya normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas, peneliti melakukan uji homogenitas untuk
melihat apakah varians yang digunakan sama pada sampel penelitian.
Pengujian homogenitas dilakukan dengan Lavene Test dalam SPSS. Data
dapat dikatan mempunyai varians yang sama apabila memiliki nilai p >
0,05 dan dikatakan tidak sama apabila memiliki nilai p < 0,05. Berikut
adalah tabel homogenitas yang dilakukan oleh peneliti:
Tabel 11
Hasil Uji Homogenitas
Lavene’s Test for
Equality of Variances
F Sig
Equal variances
assumed
1,295 0,257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan taraf signifikansi sebesar
0,257 (p > 0,05) sehingga dapat dikatan bahwa data tersebut memiliki
varians yang sama karena memiliki nilai p > 0,05.
E. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan menggunakan uji t
melalui uji Independent Sample t-Test dalam SPSS 19 for Windows. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki memiliki tingkat prokrastinasi
akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.
Oleh karena berdasarkan uji homogenitas didapatkan hasil yang homogen,
maka dalam uji t peneliti menggunakan yang uji dengan asumsi varians yang
sama (Equal variances assumed). Berikut adalah tabel uji t yang dilakukan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 12
Hasil Uji Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat prokrastinasi
akademik mahasiswa laki-laki dan perempuan
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat prokrastinasi akademik
mahasiswa laki-laki dan perempuan, dimana mahasiswa laki-laki
memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah
dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.
Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai signifikansi:
Signifikansi > 0,05 : Ho diterima
Signifikansi < 0,05 : Ho ditolak
t-test for Equality of Means
t Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Total Equal
variances
assumed
-.785 158 .434 -1.52500 1.94369 -5.36396 2.31396
Equal
variances
not
assumed
-.785 156.
976 .434 -1.52500 1.94369 -5.36416 2.31416
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh taraf
signifikansi atau nilai p sebesar 0,434. Karena hipotesis peneliti bersifat
one-tailed, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan p/2 atau membagi
dua nilai signifikansi atau p-value two-tailed (Uyanto, 2009). Oleh karena
itu, peneliti melakukan penghitungan taraf signifikansi atau nilai p one-
tailed dengan cara 0,434/2 sehingga diperoleh nilai p sebesar 0,217
(p>0,05).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
dalam penelitian ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan ( p:0,217 > 0,05)
tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki (n=80 ; M=
94,6375; SD= 11,78606) dan mahasiswa perempuan (n=80 ; M=
93,1125; SD= 12,77977).
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis Independent Sampe T-test dalam program
SPSS 19 for Windows diperoleh nilai p sebesar 0,217 (p > 0,05) yang berarti
hipotesis dalam penelitian ini ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian,
berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa ternyata tidak ada
perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan. Berdasarkan perbandingan Mean Empiris (ME laki-laki= 94,6375
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
; ME perempuan= 93,1125 ) dan Mean Teoritis (MT=100), terlihat bahwa
keduanya memiliki tingkat prokrastinasi yang sama-sama rendah.
Burka dan Yuen (dalam Adi, 2012) menyebutkan bahwa budaya
merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya
perilaku prokrastinasi. Oleh karena itu, pada bagian latar belakang, peneliti
beranggapan bahwa akan ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan
tuntutan sosial masyarakat sesuai budaya yang melatarbelakanginya, dalam
hal ini adalah budaya patriarki. Pada umumnya, sistem patriarki yang
berkembang dalam masyarakat memunculkan atau membentuk sikap peran
gender tradisional pada masyarakat (Lianawati, 2008). Peneliti memilih
budaya patriarki karena budaya ini masih cukup berpengaruh di tengah
masyarakat, termasuk mempengaruhi perbedaan tuntutan sosial antara laki-
laki dan perempuan dalam masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Retnowulandari
(2010) dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa budaya patriarki
merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan masih mengakar di
masyarakat hingga saat ini.
Berbicara mengenai budaya patriarki, tentu saja akan berkaitan dengan
peran gender. Hal ini karena dalam budaya patriarki masih terasa perbedaan
peran yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang
dianggap sebagai sosok superior memiliki tuntutan sosial yang lebih tinggi
dan berbeda dibandingkan dengan perempuan sebagai sosok inferior.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berangkat dari konsep tersebut, maka peneliti melihat masih adanya
stereotype mengenai pekerjaan yang dirasa pantas dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan. Sebagai contoh, sejauh ini masih ada anggapan bahwa laki-laki
memiliki peran sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan memiliki peran
gender sebagai perawat, pengasuh, dan pendidik anak (Nugroho, 2011).
Nugroho (2011) juga menjelaskan bahwa dalam setiap budaya muncul
stereotype tertentu mengenai sesuatu yang pantas bagi perempuan maupun
laki-laki. Isi stereotype juga dapat berubah-ubah tergantung dalam kurun
waktu tertentu, meskipun selalu ada stereotype tertentu yang muncul dalam
membedakan peran antara laki-laki maupun perempuan. Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik
antara mahasiswa laki-laki dan perempuan memperlihatkan bahwa hasil
penelitian cukup sejalan dengan pendapat diatas yang menyebutkan bahwa isi
stereotype dapat berubah-ubah tergantung kurun waktu tertentu. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa seiring kemajuan jaman, tuntutan sosial
yang menyebabkan perbedaan stereotype peran laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat sudah tidak memberikan pengaruh yang begitu kuat
terhadap prokrastinasi akademik.
Seiring dengan semakin majunya perkembangan jaman, terlihat bahwa
pandangan masyarakat yang menyebutkan apa yang seharusnya perlu dan
pantas dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam masyarakat terlihat
mulai melunak. Dewasa ini semakin terasa bahwa laki-laki dan perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
mulai mengarah pada persamaan tuntutan dan peran gender, bahkan juga
pertukaran peran gender antara laki-laki dan perempuan. Pada masa ini
tampak tidak seperti dulu lagi dimana stereotype benar-benar kuat
memberikan doktrin kepada masyarakat melalui anggapan bahwa laki-laki
memiliki peran utama dalam mencari nafkah dan perempuan mengurus rumah
tangga atau urusan domestik. Hal ini bisa dilihat dari semakin sulitnya
menemui keluarga Jawa yang benar-benar masih menerapkan nilai ideologi
perempuan sebagai kanca wingking semata. Akan tetapi, meskipun secara
penerapan ideologi tersebut sudah jarang dijumpai, namun tidak dapat
dipungkiri apabila tingkah pola laku mereka masih banyak dipengaruhi oleh
ideologi tersebut (Handayani dan Novianto, 2008).
Tuntutan sosial dalam masyarakat dan peran gender tradisional dapat
dikatakan sudah mengalami pergeseran, bahkan juga pertukaran peran.
Contohnya adalah sekarang ini banyak wanita yang bekerja atau mencari
nafkah, sedangkan suami yang mengurus rumah tangga di rumah. Hal ini
dapat dilihat pada Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang biasanya meninggalkan
keluarganya untuk mencari nafkah di luar negeri, sedangkan suami mengurus
dan mengasuh anaknya di rumah (Sadli, 2010). Keadaan ini bukanlah hal
yang luar biasa, akan tetapi hal ini merupakan keadaan yang wajar terjadi.
Sadli (2010) menambahkan bahwa sebenarnya laki-laki atau ayah sebenarnya
mampu untuk mengasuh anaknya, hanya saja kebanyakan keluarga dan laki-
laki masih beranggapan bahwa mengasuh adalah tugas perempuan. Keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pertukaran peran dapat saja terjadi karena pada dasarnya konsep gender
adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan
hasil konstruksi sosial, dimana konsep tersebut adalah buatan manusia, tidak
bersifat kodrat, dapat berubah, dapat ditukar, tergantung waktu dan budaya
setempat (Widaningsih, 2010). Oleh karena itu, keadaan tersebut memang
wajar terjadi karena masyarakat sudah mengalami perkembangan jaman
sehingga perannya bisa mengalami perubahan maupun pertukaran.
Dewasa ini telah terjadi sebuah perkembangan nilai baru yang terjadi
di tengah masyarakat, dimana saat ini telah terlihat persamaan kesempatan
untuk perempuan dan laki-laki dalam hal berkarier di ranah publik. Dalam
budaya patriarki, sudah bukan yang asing lagi apabila kita mendengar bahwa
wilayah publik yang terdiri atas pranata publik, negara, pemerintahan,
pendidikan, perusahaan, perbankan, perdagangan, dan lain-lain hampir
seluruhnya dikuasai oleh kaum laki-laki. Sedangkan perempuan lebih
berkiprah di sektor domestik, membersihkan rumah, memasak, mencuci, dan
mengasuh anak (dalam Budiati, 2010). Akan tetapi, keadaan seperti itu
tampaknya telah berubah dan mulai melunak.
Pada masa sekarang ini dapat dikatakan bahwa kesempatan menjadi
penguasa sektor publik bukan hanya kaum laki-laki saja, tetapi kaum
perempuan pun juga telah memiliki kesempatan yang sama. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah perempuan di Indonesia yang
mampu mengisi kedudukan di wilayah publik, seperti menjadi jendral,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menteri tenaga kerja, duta besar, direktur eksekutif majalah, pendiri dan
pimpinan surat kabar, direktur bank, direktur eksekutif di bursa efek, dan
manajer di berbagai perusahaan, bahkan sejarah juga pernah mencatat bahwa
perempuan juga dapat mampu menjadi ratu dan memimpin negara (Sadli,
2010).
Adanya persamaan kesempatan dalam hal berkarier dalam sektor
publik bagi laki-laki dan perempuan, sedikit banyak juga berpengaruh dalam
cara pandang masyarakat terhadap pendidikan mereka. Tidak dapat dipungkiri
untuk dapat bekerja dalam sektor publik dan mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik di luar sektor pertanian, yaitu pekerjaan “kantoran” dan mendapat
gaji tetap, pendidikan formal setinggi-tingginya merupakan salah satu faktor
penting yang perlu diperhatikan (dalam Sadli, 2010). Oleh karena itu,
masyarakat yang telah menyadari akan hal ini, akan terbuka kesadarannya
mengenai pentingnya pendidikan bagi siapa saja, baik kaum laki-laki, maupun
perempuan.
Sudah bukan hal yang asing lagi kita dengar bahwa dalam budaya
patriarki terkenal sebuah pepatah yang mengatakan bahwa perempuan tidak
perlu berpendidikan tinggi karena ujung-ujungnya akan kembali ke dapur juga
(Budiati, 2010). Seiring kemajuan jaman, bisa jadi pepatah ini sedikit demi
sedikit mulai menghilang karena telah muncul kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendidikan yang terbilang terbuka bagi siapa saja. Hal ini
dibuktikan dengan kondisi sekarang ini dimana terlihat semakin banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
jumlah perempuan yang sebagai istri dan ibu atau nenek berhasil meraih gelar
akademik tertinggi, sebagai doktor dan profesor. Selain itu, dewasa ini juga
terlihat semakin banyak fenomena masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan, sebagai istri maupun sebagai suami, yang meninggalkan
keluarganya untuk belajar karena memperoleh program beasiswa di luar
negeri. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu perkembangan nilai dalam
kehidupan keluarga di Indonesia yang relatif baru, tetapi sudah mulai semakin
meluas di masyarakat (Sadli, 2010).
Melihat peluang dan semakin terbukanya dunia pendidikan dan karier
bagi kaum laki-laki dan perempuan, dapat menjadi pemicu bagi para
mahasiswa laki-laki dan perempuan untuk selalu bersaing memberikan yang
terbaik dalam bidang akademiknya demi memiliki karier atau pekerjaan yang
bagus di sektor publik. Anoraga (1992) menjelaskan bahwa dalam dunia
kerja, semakin tinggi gaji pekerjaan, maka banyak pula orang yang semakin
tertarik dengan pekerjaan itu. Oleh karena itu, berdasarkan pandangan
tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan
yang ingin mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi, mereka harus
mampu bersaing untuk mendapatkannya.
Salah satu cara bersaing untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji
yang tinggi adalah dengan menyiapkan pendidikan atau berprestasi di bidang
akademik. Kurniawan (2013) menjelaskan bahwa kesuksesan dalam
pendidikan tinggi menjadi salah satu faktor dalam mendapatkan pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang baik. Persaingan yang cukup ketat dalam dunia kerja menuntut
mahasiswa untuk lebih meningkatkan kompetensi dan kualitas diri agar
mampu bersaing dengan sesamanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya
adanya kemandirian dan keaktifan dari dalam diri mahasiswa dalam proses
belajarnya. Mahasiswa harus dapat belajar secara lebih mandiri, tidak boleh
hanya bergantung pada orang lain, dan harus dapat mengerjakan tugas-tugas
akademiknya dengan sebaik mungkin (Kurniawan, 2013).
Menyadari bahwa pendidikan adalah bekal penting untuk bersaing
mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi nantinya, maka mahasiswa, baik
laki-laki maupun perempuan, cenderung akan lebih mandiri dan aktif dalam
proses belajarnya sehingga cenderung tidak melakukan prokrastinasi
akademik. Hal ini disebabkan karena mahasiswa yang mampu belajar secara
mandiri biasanya terlihat senang belajar dan berkecenderungan untuk
memenuhi target yang telah direncanakan, mampu mengatur waktu, kecepatan
belajar, dan rencana penyelesaian tugas (Guglielmino dan Guglielmino, dalam
Islam, 2010). Mahasiswa yang memiliki kesiapan untuk belajar mandiri akan
cenderung mampu tidak melakukan prokrastinasi akademik, dimana
prokrastinasi akademik biasanya ditunjukkan dengan ciri yang bertolak
belakang dengan hal yang disebutkan di atas. Individu yang melakukan
prokrastinasi akademik, biasanya menunjukkan perilaku yang cenderung
menunda memulai dan menyelesaikan pekerjaan, lamban dalam
menyelesaikan tugas, tidak melaksanakan rencana yang telah dibuat, dan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
memilih aktivitas yang menyenangkan (Schouwenberg, dalam Ferrari, 1995).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sama rendahnya tingkat
prokrastinasi akademik yang dimiliki mahasiswa laki-laki dan perempuan
disebabkan karena para mahasiswa menyadari pentingnya pendidikan dalam
dunia kerja sehingga mereka berusaha mempersiapkan diri dengan cara
belajar mandiri dan aktif dalam proses belajarnya. Sama rendahnya tingkatnya
prokrastinasi akademik yang dimiliki mahasiswa laki-laki dan perempuan juga
disebabkan karena mereka benar-benar telah memiliki kesiapan mental atau
psikis dalam mengikuti sistem belajar di Perguruan Tinggi yang berbeda
dengan sistem belajar ketika di tingkat SMA (Saputri, 2013).
Untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik di Perguruan
Tinggi, seorang mahasiswa juga perlu memiliki kesiapan dalam hal
pengelolaan diri. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuaikan, mengatur
dan mengendalikan dirinya termasuk saat menghadapi padatnya aktivitas
perkuliahan dan tugas-tugas kuliah yang sulit. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu usaha aktif dan mandiri oleh mahasiswa untuk membantunya
mengarahkan proses belajar pada tujuan belajar yang ingin dicapai, yang
disebut dengan self-regulated learning (Kurniawan, 2013). Hal ini sejalan
dengan pendapat Hernawati (2006) yang menjelaskan untuk dapat bersaing
atau berprestasi dalam bidang akademik, maka seorang mahasiswa harus
memiliki self-regulation. Mahasiswa harus memiliki kemampuan membuat
perencaan jangka panjang dan pendek. Karena prestasi akademik berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dalam ranah akademik, maka dalam perencanaan jangka pendek, seorang
mahasiswa harus mampu menentukan prioritas utama dalam hal studi. Secara
lebih spesifik lagi, harus direncanakan mengenai pembagian jumlah jam
dalam sehari untuk membaca literatur dan jumlah jam untuk mengerjakan
tugas yang diberikan dosen. Selain itu, dalam perencanaan juga perlu
diperhatikan target materi yang akan dipahami dan target nilai yang ingin
diraih tanpa melupakan aspek rekreasi. Misalnya, perlu direncakan juga
jumlah jam untuk beribadah, rekreasi bersama teman, nonton TV, pacaran,
dan aktivitas lain agar semua tugas perkembangan psikologisnya terpenuhi.
Setelah segala sesuatunya direncanakan dengan matang, mahasiswa
diharapkan mampu melaksanakan apa yang sudah direncanakan sambil
mengamati apa yang bisa dijalankan dan tidak bisa dijalankan. Sedangkan
untuk perencanaan jangka panjang mahasiswa diharapkan mampu membuat
perencanaan yang mencakup semua aktivitas sampai selesai masa studinya.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa untuk mampu bersaing dan
mendapatkan prestasi dalam bidang akademik, baik mahasiswa laki-laki
maupun perempuan, secara singkat diharapkan agar mahasiswa memiliki self-
regulation agar tidak memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi
akademik. Pendapat ini juga terlihat sejalan dengan pendapat Ghufron (dalam
Lestari, dkk, 2014) yang menyatakan bahwa dengan adanya self-regulation
mahasiswa diharapkan mampu menampilkan serangkaian tindakan yang
ditujukan untuk mencapai target malalui perencaan terarah, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
prokrastinasi dapat lebih diminimalisir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin tinggi self-regulation yang dimiliki seseorang, maka semakin rendah
kecenderungannya untuk melakukan prokrastinasi akademik. Sebaliknya,
semakin rendah self-regulation yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi
kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik (Firlianne, 2012).
Hasil dalam penelitian ini yang menyebutkan sama rendahnya tingkat
prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan bisa
disebabkan karena mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan, telah
memiliki self-regulation yang baik agar mampu berprestasi secara akademik.
Secara singkat, menurut Schouwenberg (dalam Ferrari, 1995) ciri-ciri
prokrastinasi akademik, ditunjukkan dengan perilaku menunda pekerjaan,
cenderung tidak dapat memenuhi jadwal yang telah dibuat dan direncanakan,
dan cenderung memilih aktivitas yang lebih menyenangkan dibandingkan
fokus menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya diselesaikan. Sedangkan
mahasiswa yang memiliki self-regulation yang baik tentu tidak akan
menunjukkan ciri perilaku prokrastinasi akademik. Mahasiswa yang memiliki
self-regulation yang baik tentu akan memiliki jadwal dan dengan disiplin akan
melakukan apa yang telah mereka rencanakan dengan matang.
Berdasarkan data yang diperoleh ketika pengambilan data, subjek
terbanyak diperoleh peneliti adalah mahasiswa yang sedang menempuh
semester lima sehingga bisa dikatakan hal ini yang menyebabkan tingkat
prokrastinasi mahasiswa laki-laki menjadi sama rendah. Pada mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
semester empat hingga enam diketahui bahwa mahasiswa memiliki tanggung
jawab mengerjakan tugas yang sangat banyak dan memiliki deadline yang
cukup padat. Selain itu, tugas mahasiswa juga bersifat simultan yang berarti
apabila satu tugas selesai, maka tugas mahasiswa tidak akan selesai saat itu,
tetapi masih akan ada tugas lain yang akan berlanjut. Oleh karena itu, apabila
mahasiswa tidak mampu memenuhi deadline pengerjaan tugas yang satu,
maka akan mempengaruhi kelanjutan tugas berikutnya ( Tetan, 2013). Dengan
demikian, karena adanya karakteristik tugas pada semester lima seperti yang
telah disebutkan diatas, maka hal ini menyebabkan kecenderungan
prokrastinasi akademik, baik mahasiswa laki-laki maupun mahasiswa
perempuan menjadi rendah karena mereka dituntut untuk segera
menyelesaikan tugasnya demi kelanjutan tugas berikutnya.
Schouwenberg (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan bahwa
mahasiswa yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya
merupakan hal penting dan berguna yang harus segera diselesaikan. Akan
tetapi, mereka cenderung menunda dalam memulai mengerjakannya. Apabila
sebelumnya mereka sudah mengerjakan, mereka cenderung untuk menunda
menuntaskan penyelesaian tugas tersebut terlebih dahulu. Melihat hasil yang
menunjukkan bahwa tingkat prokrastinasi yang dimiliki sama-sama rendah,
terlihat bahwa dewasa ini, baik mahasiswa laki-laki dan perempuan mulai
menyadari bahwa pendidikan adalah hal penting dalam urusan karier,
sehingga terbentuk konsep dalam pikiran mereka bahwa tugas adalah hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
penting untuk dikerjakan sebagai bentuk tanggung jawab akademiknya dan
bentuk tanggung jawab mereka terhadap orang tua yang membiayainya.
Sebagai individu yang memasuki tahap dewasa awal, Hurlock (dalam
Hernawati, 2006) menjelaskan bahwa usia mahasiswa tengah berada dalam
fase memiliki ketergantungan finansial pada orang tua berkaitan dengan biaya
kuliah atau institusi pendidikan yang memberi beasiswa. Oleh karena itu, rasa
ketergantungan ini membuat para mahasiswa merasa tidak bebas atau sering
merasa adanya tekanan dari lingkungan eksternal yang mengharuskannya
membuat prioritas utama pada aktivitas kuliah. Dengan demikian, sebagai
bentuk tanggungjawabnya dalam bidang akademik dan orang tua, serta
merasa adanya tekanan dari lingkungan eksternal, maka mahasiswa akan
cenderung meminimalkan penundaan agar tugas atau prestasi akademiknya
dapat maksimal.
Berdasarkan rasa kesadaran bahwa tugas adalah hal yang penting
untuk segera dikerjakan, maka dapat dikatakan mahasiswa akan cenderung
untuk tidak melakukan prokrastinasi akademik dan cenderung tidak
menunjukkan perilaku yang menggambarkan prokrastinasi akademik. Mereka
cenderung akan berusaha untuk segera menyelesaikan tugasnya dan
memperhitungkan waktu yang dimilikinya untuk segera menyelesaikan tugas.
Mahasiswa yang ingin berprestasi secara akademik tentu saja akan
menunjukkan perilaku yang positif. Mahasiswa akan cenderung memiliki
jadwal yang teratur dan terperinci sehingga mereka mampu melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
rencana yang telah dibuat dan harus dilakukan. Menyadari bahwa tugas adalah
hal penting, mahasiswa bisa jadi akan berusaha fokus pada tugasnya dengan
dengan cara mengesampingkan kegiatan lain, meskipun kegitan lain itu dirasa
lebih menyenangkan. Mereka akan cenderung menggunakan waktunya untuk
mengerjakan tugas yang dimiliki agar cepat selesai dan segera mendapatkan
hasil yang maksimal dalam bidang akademiknya.
Selain karena adanya kesamaan kesempatan dalam bidang pendidikan
dan karier, juga karena melemahnya tuntutan masyarakat berdasarkan peran
gendernya, pemicu sama rendahnya tingkat prokrastinasi akademik pada
mahasiswa adalah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan adalah salah satu
faktor yang menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi akademik.
Kondisi lingkungan yang tinggi pengawasan akan memunculkan prokrastinasi
akademik yang rendah, sedangkan kondisi lingkungan yang rendah
pengawasan akan berlaku sebaliknya (Ghufron, dalam Mayasari, dkk, 2010).
Hasil analisis yang menyebutkan bahwa baik mahasiswa laki-laki maupun
mahasiswa perempuan memiliki tingkat prokrastinasi yang sama-sama rendah
dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana mereka tinggal yang masih
dibawah pengawasan orang tua sehingga perilaku mereka cenderung masih
teratur dalam mengatur waktu dan menyebabkan kecenderungan prokrastinasi
akademiknya menjadi rendah.
Gaya pengasuhan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
munculnya perilaku prokrastinasi akademik. Teori psikodinamika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menjelaskan bahwa prokrastinasi muncul karena tidak terlepas dari trauma
masa kanak-kanak dan kesalahan dalam pengasuhan anak. Anak yang
cenderung dituntut orang tua dalam bidang apapun akan memunculkan rasa
kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberartian anak jika tidak bisa memenuhi
harapan mereka. Kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberartian ini yang
pada akhirnya memunculkan perilaku menunda melakukan pekerjaan pada
anak (Gufron dan Rini, dalam Ramdhani, 2013). Hal ini sejalan dengan
pendapat Catrunada (2012) yang mengatakan bahwa kecemasan (anxiety) dan
rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri (self depreciation) merupakan
faktor yang dapat memicu timbulnya perilaku prokrastinasi.
Menurut Ollivete dan Ferrari, gaya pengasuhan orang tua yang otoriter
akan memunculkan kecenderungan perilaku prokrastinasi, sedangkan orang
tua yang mendidik anaknya secara demokratis cenderung akan memunculkan
sikap asertif karena anak merasa diberi kebebasan dalam mengekspresikan
diri sehingga memunculkan rasa percaya diri (dalam Ramdhani, 2013).
Rendahnya tingkat prokrastinasi akademik yang didapatkan dari hasil
penelitian bisa dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua yang bersifat
otoritatif atau demokratis. Orang tua tidak lagi menanamkan cara pengasuhan
seperti jaman dahulu dimana orang tua dipandang sebagai penyandang
tertinggi dalam hierarki keluarga dan anak harus menurut sepenuhnya apa
yang dikatakan orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Dewasa ini anak cenderung diberi kebebasan dan tidak sepenuhnya
harus mengikuti semua kemauan orang tua sehingga mereka merasa tidak
memiliki trauma pada masa kecilnya dan cenderung tidak menunda tugas. Hal
ini juga sesuai dengan pendapat Ramdhani (2013) yang mengatakan bahwa
pendidikan, bimbingan, dan sikap dari orang tua yang dapat mendisiplinkan
serta melindungi anaknya dengan kontrol yang baik dan kehangatan yang
cukup dapat memberi pengaruh terhadap perilaku prokrastinasi akademik.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa peranan dan dukungan orang
tua sangatlah penting bagi anaknya, meskipun mereka telah memasuki usia
mahasiswa atau dewasa awal. Menurut Warner Schaie (dalam Dariyo, 2008),
usia mahasiswa adalah usia dimana individu memasuki tahap menguasai
pengetahuan dan ketrampilan (acquisitive) serta tahap pencapaian prestasi
(achieving stage). Pada tahap acquisitive, orang tua memiliki peranan penting
dalam hal memberikan dukungan dan kesempatan kepada anaknya agar
memperoleh pendidikan terbaik guna memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan melalui jalur pendidikan (formal dan non formal) demi masa
depannya. Sedangkan pada tahap pencapaian prestasi dianggap tahap
kemampuan individu untuk mempraktikan seluruh potensi itelektual, bakat,
minat, pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh selama masa acquisitive
dalam dunia kerja.
Selain berada dalam tahap pencapaian prestasi, Dariyo (2003)
menambahkan bahwa usia mahasiswa merupakan usia dimana mereka telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mencapai puncak kekuatan (strength), energi (energy), dan ketekunan
(endurance) yang prima. Secara fisik, mereka memiliki kekuatan tubuh yang
prima sehingga mereka giat melakukan berbagai aktivitas seolah tanpa rasa
lelah. Meskipun aktivitas mereka dirasa cukup padat, mereka akan tetap tekun
dalam melakukan aktivitas tersebut sehingga terkadang mampu bekerja
hingga larut malam bahkan kurang istirahat. Hal ini terjadi karena mereka
memiliki fisik yang sehat juga didukung oleh kemauan dan ketekunan yang
luar biasa (motivation, commitment, and endurance).
Motivasi yang dimaksud adalah motivasi internal, yaitu dorongan yang
berasal dari kesadaran diri sendiri untuk meraih keberhasilan dalam suatu
pekerjaan. Seseorang yang memiliki motivasi internal, biasanya ditandai
dengan usaha kerja keras tanpa dipengaruhi lingkungan eksternal. Artinya,
seseorang tersebut akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai
suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupun memperoleh
hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal (Dariyo, 2003).
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu
alasan yang menyebabkan sama rendahnya tingkat prokrastinasi akademik
pada mahasiswa laki-laki dan perempuan dapat disebabkan karena faktor
tersebut. Usia mahasiswa yang berada dalam usia dewasa awal menjadikan
mereka berada dalam puncak kekuatan (strength), energi (energy), dan
ketekunan (endurance) yang prima dan didukung oleh motivasi internal yang
tinggi dalam mencapai tujuan, maka memunculkan tingkat prokrastinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
akademik yang rendah. Hal ini disebabkan karena seseorang yang memiliki
motivasi internal yang tinggi akan berusaha kerja keras dan bertekun tanpa
putus asa untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya jenis kelamin tidak mempengaruhi perbedaan tingkat
prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum
(1984) yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
berdasarkan jenis kelamin pada beberapa area prokrastinasi akademik.
Rumiani (2006) juga menyebutkan bahwa sebenarnya fenomena prokrastinasi
akademik dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tanpa ada derajat
kecenderungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai nilai
probabilitas sebesar 0,217 (p>0.05) sehingga hipotesis dalam penelitian
ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa laki-laki dan
perempuan.
B. Saran
1. Berkaitan Dengan Manfaat Penelitian
Dengan ditemukannya hasil penelitian yang mengatakan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-
laki dan perempuan, maka peneliti beranggapan bahwa peran gender
terhadap laki-laki dan perempuan pada dasarnya tidak mempengaruhi
tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Oleh karena itu, akan
menjadi hal yang sah apabila orang tua tetap mendidik anak berdasarkan
peran gendernya, tetapi sebaiknya tetap memperhatikan kemajuan jaman
karena pada dasarnya peran gender bukanlah hal yang bersifat kodrat dari
Tuhan dan dapat berubah sesuai perkembangan jaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2. Berkaitan Dengan Penelitian Selanjutnya
a. Dalam pengambilan data, peneliti menyadari bahwa subjek penelitian
yang diambil menunjukkan proporsi yang cukup timpang dan kurang
setara karena peneliti hanya berfokus pada jenis kelamin, sehingga
setelah didapatkan hasilnya terlihat perbedaan proporsi karakteristik
lain yang dapat berpengaruh pada hasil penelitian, misalnya dalam hal
semester yang sedang ditempuh subjek. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar dalam pengambilan
data memilih subjek yang lebih bervariasi sehingga diharapkan
diperoleh hasil data yang lebih bervariasi pula.
b. Dalam penelitian masih kurang terlihat secara jelas mengenai maksud
dari jenis kelamin dalam artian sebatas fisik atau jenis kelamin
berkaitan dengan peran gendernya, sehingga masih perlu banyak
diperbaiki.
c. Berdasarkan penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat
dijadikan acuan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian
yang sejenis. Dengan demikian, peneliti menyarankan agar peneliti
selanjutnya apabila ingin meneliti tentang prokrastinasi akademik dan
berkaitan dengan budaya agar memperlihatkan budaya suatu daerah
bukan dari sudut pandang secara umum, melainkan lebih ditonjolkan
lagi perbandingan mengenai perbedaan dua daerah terhadap
kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik. Selain itu, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
juga berharap untuk kedepannya ada peneliti lain yang membuat
penelitian sejenis tentang prokrastinasi akademik mahasiswa
berdasarkan jenis kelamin, misalnya variabel self-regulation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Angela Merici.D. (2012). Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara
Mahasiswa Etnis Jawa Dan Cina (Skripsi Tidak Diterbitkan). Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Ahmaini, D. (2010). Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang
Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam Organisasi Kemahasiswaan PEMA USU.
Universitas Sumatera Utara, Indonesia.
Aini, A. N., & Mahardayani, I. H. (2012). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan
Prokrastinasi Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Universitas Muria
Kudus. Jurnal Psikologi: PITUTUR, 1(2).
Akmal, V. E. (2013). Perbedaan Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin
Dengan Mengontrol Manajemen Waktu Pada Mahasiswa Yang Kuliah Sambil
Bekerja Di Yogyakarta. Empathy Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1).
Anoraga, Drs. Pandji (1992). Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiati, A. C. (2010). Aktualisasi Diri Perempuan Dalam Sistem Budaya
Jawa. Jurnal Premator, 3(1).
Catrunada, L., & Puspitawati, I. (2012). Prokrastinasi Task Differences On Thesis
Introvert And Extrovert Personality.
Dariyo, A. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Ferrari, J, Johnson, J & Mccown, W, “Procrastination And Task Avoidance: Theory,
Research And Treatment”, New York: Plenum Press, New York, 1995.
Firlianne, R. (2012). Hubungan Antara Self Regulated Learning Dan Prokrastinasi
Akademik Pada Mahasiswa UEU Jakarta-Barat. Universitas Esa Unggul,
Indonesia.
Handayani, S. W. R. I. (2012). Konsep Diri, Stres, Dan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa. Persona, 1(2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Handayani, C. S., & Novianto, A. (2004). Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: PT Lkis
Pelangi Aksara.
Hernawati, L. (2006). Meningkatkan kemampuan mengelola pikiran pada
mahasiswa. Psikodimensia: Kajian Ilmiah Psikologi, 5(1).
Huda, Muhammad. J. N. (2012). Perbedaan Prokrastinasi Akademik Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Palastren, 4 (2).
Iriani, Fransisca., Ninawati. (2005). Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada
Dewasa Muda Ditinjau Dari Pola Attachment. Jurnal Psikologi, 3(01).
Islam, S. (2010). Kesiapan Belajar Mandiri Mahasiswa UT dan Siswa SMA untuk
Belajar Dengan Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia.
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 11(1).
Kurniawan, R. (2013). Hubungan Antara Self-Regulated Learning Dengan
Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri
Semarang. Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Lestari, H.N., Lilik, S., & Priyatama, A.N. (2014). Hubungan Antara Self-Regulated
Learning dengan Prokrastinasi Penyusunan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas
Sastra dan Seni Rupa UNS. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 2(5).
Lianawati, Ester.(2008). Kesejahteraan Psikologis Ditinjau Dari Sikap Peran Gender
Pada Pasutri Muslim. Jurnal Psikologi, 2(1).
Mayasari, M. D., Mustami'ah, D., & Warni, W. E. (2012). Hubungan Antara Persepsi
Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran Dosen Dengan Kecenderungan
Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang
Tuah Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi, 12(2).
Melisa, M., (2012). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Prokrastinasi
Akademik Pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Yang Sedang
Mengerjakan Skripsi Pada Semester Genap 2011/2012 (Doctoral Dissertation,
Binus).
Noor, Juliansyah (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Nugroho, Riant (2011). Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Purwadarminta, W.J.S. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai
Pustaka
Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ramdhani, P. (2013). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi
Akademik Pada Siswa Smp Negeri 2 Anggana. E-Journal Psikologi 1(2).
Retnowulandari, W. (2010). Budaya Hukum Patriarki Versus Feminis: Dalam
Penegakan Hukum Dipersidangan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan.
Jurnal Hukum 8(3).
Rumiani. (2006). Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan
Stress Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2).
Sadli, Saparinah. (2010). Berbeda Tetapi Setara. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara
Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma
Saputri, D. (2013). Pengaruh Kesiapan, Kemandirian dan Lingkungan Belajar
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas
Negeri Padang. Universitas Negeri Padang, Indonesia.
Siregar, Ir. Syofian.(2013). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif:
Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic Procrastination: Frequency
And Cognitive-Behavioral Correlates. Journal Of Counseling Psychology, 31(4).
Sugiyono (2012), Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Tatan, Z. (2012). Analisis Prokrastinasi Tugas Akhir/Skripsi. Kontribusi Pendidikan
Matematika Dan Matematika Dalam Membangun Karakter Guru Dan Siswa.
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tetan, M.J. (2013). Hubungan Antara Self Esteem Dan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1).
Ursia, N. R., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi Akademik Dan Self-
Control Pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Makara Of Social Sciences And Humanities Series, 17(1).
Uyanto, Stanislaus S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Wardani, E. H. (2009). Belenggu-Belenggu Patriarki: Sebuah Pemikiran Feminisme
Psikoanalisis Toni Morrison Dalam The Bluest Eye (Doctoral Dissertation,
University Of Diponegoro).
Widaningsih, L. (2010). Relasi Gender Dalam Keluarga: Internalisasi Nilai-Nilai
Kesetaraan Dalam Memperkuat Fungsi Keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
LAMPIRAN
SKALA TRYOUT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Lucia Anindita. A.
109114066
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Yogyakarta, November 2014
Yth. Mahasiswa yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini
Sehubungan dengan penelitian tugas akhir yang sedang saya kerjakan,
perkenankan saya untuk memohon bantuan dan kesediaan dari teman mahasiswa
meluangkan waktu untuk mengisi angket ini.
Angket ini berisi beberapa pernyataan. Dalam angket ini tidak ada penilaian jawaban
benar atau salah, sehingga saya berharap anda menjawab dengan sejujur-jujurnya dan
sesuai dengan kondisi anda. Usahakan jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan.
Saya dapat menjamin kerahasiaan dari identitas dan jawaban anda dalam
angket ini. Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kesediaan dalam mengisi
angket ini.
Hormat saya,
Lucia Anindita. A.
109114066/PSI/Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Identitas dan Pernyataan Kesediaan
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis kelamin : Perempuan/ Laki-laki (Coret yang tidak sesuai)
Suku :
Universitas/ Fakultas/ Prodi :
Semester :
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala penelitian ini
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri saya.
Tanda tangan
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan kondisi anda
yang anda alami dalam kehidupan sehari-hari. Anda diminta kesediaannya untuk
memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. Berikan tanda Checklist
(√) pada kotak pilihan yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya pada diri Anda.
Pilihan jawabannya adalah: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju (STS).
Contoh:
No. Pernyataan
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak Setuju
(TS)
Sangat Tidak
Setuju (STS)
1. Saya memiliki
banyak teman
√
Tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar,
sesuai dengan kondisi yang anda alami. Masing-masing orang memiliki jawaban yang
berbeda, maka dari itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda.
Kerahasiaan identitas dan jawaban anda dijamin oleh peneliti.
Jika sudah selesai, harap teliti kembali dan pastikan tidak ada pernyataan yang
terlewati untuk dijawab.
-Selamat Mengerjakan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
No. Pernyataan Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
1. Saya tetap menyelesaikan
tugas hingga selesai
meskipun memiliki
hambatan dalam
mengerjakan tugas.
2. Saya mampu menghindari
aktivitas lain ketika
menyelesaikan tugas.
3. Saya membaca referensi
tugas sesuai target yang
telah saya buat.
4. Saya terbiasa tidur larut
malam karena harus
menyelesaikan tugas yang
harus dikumpulkan esok
hari.
5. Saya lebih suka
mengerjakan tugas ketika
mendekati jadwal
pengumpulan.
6. Banyak hal yang saya
rencanakan dan persiapkan
sebelum mengerjakan tugas
sehingga banyak menyita
waktu saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
7. Acara TV lebih menarik
perhatian saya saat saya
sedang mengerjakan tugas
dan ada TV disekitar saya.
8. Karena merasa kesulitan
dengan tugas yang harus
saya kerjakan, saya biasanya
menunda untuk
mengerjakannya.
9. Saya adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap
pembagian tugas individu
dalam kelompok, sehingga
saya selalu menyelesaikan
tugas yang menjadi bagian
saya dengan tepat waktu.
10. Saya selalu membalas chat
dari teman saya saat
mengerjakan tugas.
11. Saya mengulur-ulur
melaksanakan daftar
rencana yang sebelumnya
telah saya buat sendiri.
12. Saya pernah membolos
kuliah karena harus
menyelesaikan tugas lain
yang harus dikumpulkan
pada hari itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
13. Bagi saya, tidak masalah
apabila saya tetap jalan-
jalan dengan teman saya
meskipun tugas saya belum
selesai.
14. Keterbatasan yang saya
miliki tidak menghalangi
saya untuk mengerjakan
tugas secara cepat.
15. Saya tetap mengerjakan
tugas, meskipun sedang ada
acara TV favorit saya.
16. Saya adalah orang yang
sangat terencana dalam
mengerjakan tugas sehingga
apa yang telah saya
rencanakan pasti akan saya
kerjakan.
17. Saya tidak segera
mengerjakan tugas yang
diberikan dosen meskipun
saya tahu itu tugas yang
penting.
18. Saya mengerjakan tugas
sesuai dengan jadwal atau
target yang telah saya
tentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
19. Meskipun saya telah
menyusun rencana
mengerjakan sebelumnya,
saya tetap terbiasa
mengerjakan tugas ketika
mendekati jadwal
pengumpulan.
20. Saya mampu membagi
waktu antara mencari
referensi dan mengerjakan
tugas agar tidak kehabisan
waktu saat mengerjakan.
21. Saya tidak terbiasa menunda
tugas karena menurut saya
tugas adalah hal yang
penting.
22. Saya mampu mengerjakan
lebih cepat daripada waktu
yang diberikan dosen untuk
mengerjakan tugas.
23. Saya bersedia menolak
ajakan teman saya ketika
sedang mengerjakan tugas.
24. Menurut saya, lebih baik
mengerjakan tugas dengan
mencicil jauh-jauh hari
daripada mengerjakan
ketika mendekati waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pengumpulan.
25. Saya menghabiskan banyak
waktu untuk membaca
bahan tugas sehingga
kekurangan waktu untuk
mengerjakan tugas.
26. Saya enggan pergi dengan
teman saat tugas yang saya
kerjakan belum selesai.
27. Saya membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada
waktu yang diberikan dosen
untuk mengerjakan tugas.
28. Saya tetap mampu memulai
mengerjakan tugas secara
tepat waktu, meskipun
banyak bahan referensi yang
harus saya baca.
29 Sulitnya tugas yang saya
kerjakan membuat saya
semakin tertantang untuk
segera menyelesaikannya.
30. Mengumpulkan tugas tepat
waktu adalah hal yang
mudah bagi saya.
31. Saya dapat mengendalikan
diri untuk tidak pergi
bersama teman saya ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
tugas yang saya kerjakan
belum selesai.
32. Saya selalu memaksimalkan
waktu yang saya miliki
dengan segera mengerjakan
tugas yang diberikan dosen
hingga tuntas.
33. Saya biasa mencicil tugas
sesuai dengan rencana yang
telah buat sebelumnya.
34. Saya terlalu banyak
menghabiskan waktu untuk
mencari referensi sehingga
waktu untuk mengerjakan
menjadi sedikit.
35. Banyaknya bahan yang
harus saya baca membuat
saya terlambat dalam
memulai mengerjakan
tugas.
36. Bagi saya, mengumpulkan
tugas terlambat bukanlah
suatu masalah asalkan saya
tetap mengumpulkan.
37. Meskipun banyak hambatan
dalam mengerjakan, saya
tetap tidak berhenti
mengerjakan agar tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
cepat selesai.
38. Keterbatasan kemampuan
yang saya miliki membuat
saya cenderung lebih lama
saat mengerjakan tugas.
39. Ketika diberi tugas
kelompok, saya selalu
menaati rencana
mengerjakan yang telah
saya susun bersama teman
saya.
40. Menurut saya, tidak masalah
mengerjakan tugas secara
cepat atau terburu-buru
asalkan tugas dapat
terselesaikan.
41. Saya menaati target yang
saya buat sendiri ketika
mengerjakan tugas dari
dosen.
42. Mengobrol bersama teman
ketika mengerjakan tugas
kelompok adalah hal yang
menyenangkan bagi saya.
43. Saya merasa memiliki
banyak waktu untuk
menyelesaikan tugas
sehingga saya bersantai-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
santai ketika mengerjakan
tugas.
44. Saya mengerjakan tugas
jauh-jauh hari sebelum
jadwal pengumpulan tiba.
45. Hal yang mudah bagi saya
untuk segera mengerjakan
dan menyelesaikan tugas
dalam waktu yang relatif
cepat.
46. Banyaknya aktivitas yang
saya lakukan membuat
rencana yang telah saya
susun tidak terlaksana.
47. Saya akan tetap melakukan
hobi saya meskipun saya
tahu hal itu bisa membuat
tugas saya terbengkalai.
48. Saya selalu mengerjakan
tugas dengan segera setelah
diberi tugas oleh dosen
saya.
49. Bagi saya, lebih baik
mengerjakan secara santai
dan pelan daripada
mengerjakan secara cepat
atau terburu-buru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
50. Saya segera ke perpustakaan
untuk mencari referensi
yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen.
51. Saya tetap berusaha fokus
mengerjakan meskipun ada
keinginan untuk melakukan
aktivitas lainnya.
52. Hambatan yang saya temui
dalam mengerjakan tugas
membuat saya menunda
menyelesaikan tugas.
53. Saya sering menyerah dan
meninggalkan tugas ketika
menemukan kesulitan dalam
mengerjakannya.
54. Saya biasa menemui dosen
agar bisa mengundur jadwal
pengumpulan tugas.
55. Melihat banyaknya tugas
yang harus saya kerjakan
membuat saya tidak berniat
untuk segera mengerjakan-
nya.
56. Target waktu penyelesaian
tugas yang saya buat sering
kali meleset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
57. Saya terbiasa menunda
memulai mengerjakan tugas
karena saya merasa
memiliki banyak waktu
untuk menyelesaikan tugas.
58. Bagi saya, sesuatu yang
lebih menyenangkan harus
didahulukan daripada yang
lainnya.
59. Saya sering membuka situs
web lain disamping mencari
referensi tugas di internet.
60. Ketika mengerjakan tugas di
perpustakaan dan tiba-tiba
bertemu teman saya, saya
terbiasa untuk mengobrol
terlebih dahulu.
61. Saya tidak memerlukan
banyak waktu untuk
membaca bahan tugas
sehingga saya memiliki
waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugas.
62. Saya tidak tergoda untuk
jalan-jalan bersama teman
saya apabila tugas saya
belum selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
63. Saya lebih memilih berhenti
dan mematikan TV saat
sedang mengerjakan tugas.
64. Saya merasa kesulitan
ketika harus menaati
rencana yang telah saya buat
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN
UJI RELIABILITAS (Sebelum Seleksi Item)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.917 64
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 150.10 351.078 .418 .916
Item2 149.32 348.577 .385 .916
Item3 149.78 351.772 .331 .916
Item4 148.57 348.906 .334 .916
Item5 148.86 343.968 .503 .915
Item6 149.09 361.448 -.068 .919
Item7 149.49 349.215 .354 .916
Item8 149.09 349.321 .366 .916
Item9 150.01 354.367 .231 .917
Item10 148.81 348.483 .465 .915
Item11 149.21 348.625 .465 .915
Item12 149.10 350.623 .213 .918
Item13 149.13 345.123 .502 .915
Item14 149.88 347.377 .511 .915
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Item15 149.66 351.568 .275 .917
Item16 149.34 346.150 .497 .915
Item17 149.31 347.433 .447 .915
Item18 149.74 347.512 .437 .915
Item19 149.00 346.861 .394 .916
Item20 149.73 347.949 .463 .915
Item21 149.21 341.207 .634 .914
Item22 149.28 348.480 .442 .915
Item23 149.48 346.784 .447 .915
Item24 149.80 348.162 .364 .916
Item25 149.53 360.151 -.021 .918
Item26 149.31 350.648 .318 .916
Item27 149.41 349.612 .385 .916
Item28 149.75 350.266 .460 .915
Item29 149.65 347.901 .421 .915
Item30 149.49 352.430 .269 .917
Item31 149.48 345.670 .525 .915
Item32 149.71 345.904 .539 .915
Item33 149.60 345.559 .458 .915
Item34 149.53 356.632 .137 .917
Item35 149.44 353.996 .193 .917
Item36 149.80 350.542 .269 .917
Item37 149.81 351.521 .362 .916
Item38 149.29 347.144 .457 .915
Item39 149.96 358.011 .103 .917
Item40 149.64 362.183 -.094 .919
Item41 149.69 351.762 .399 .916
Item42 148.76 342.994 .510 .915
Item43 149.16 349.530 .335 .916
Item44 149.30 347.554 .393 .916
Item45 149.51 350.076 .364 .916
Item46 149.18 347.918 .408 .915
Item47 149.00 347.975 .409 .915
Item48 149.30 343.959 .550 .914
Item49 148.80 360.289 -.027 .919
Item50 149.34 346.910 .445 .915
Item51 149.63 347.402 .547 .915
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Item52 149.05 345.744 .480 .915
Item53 149.48 344.455 .487 .915
Item54 150.06 363.325 -.131 .920
Item55 149.31 344.066 .511 .915
Item56 149.06 342.262 .602 .914
Item57 149.10 349.686 .313 .916
Item58 149.24 346.285 .444 .915
Item59 148.71 355.245 .145 .918
Item60 148.98 349.721 .319 .916
Item61 149.36 350.538 .353 .916
Item62 149.25 344.873 .493 .915
Item63 149.35 341.471 .603 .914
Item64 149.28 345.772 .508 .915
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN
UJI RELIABILITAS
(Setelah Seleksi Item)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.925 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item2 92.6375 212.183 .458 .924
item3 93.0875 216.334 .329 .925
item5 92.1750 209.108 .548 .923
item10 92.1250 214.972 .398 .924
item11 92.5250 213.721 .472 .923
item13 92.4375 211.515 .482 .923
item14 93.1875 212.635 .524 .923
item16 92.6500 211.420 .520 .923
item17 92.6250 212.085 .486 .923
item18 93.0500 211.491 .506 .923
item19 92.3125 212.395 .395 .924
item20 93.0375 211.910 .536 .923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
item21 92.5250 207.645 .653 .921
item22 92.5875 213.283 .465 .923
item23 92.7875 211.942 .467 .923
item24 93.1125 210.810 .476 .923
item27 92.7250 216.303 .300 .925
item28 93.0625 214.692 .489 .923
item29 92.9625 212.011 .480 .923
item31 92.7875 211.182 .542 .923
item32 93.0250 210.860 .583 .922
item33 92.9125 209.600 .537 .923
item38 92.6000 214.395 .374 .924
item41 93.0000 215.544 .449 .924
item42 92.0750 209.944 .487 .923
item43 92.4750 215.569 .289 .925
item44 92.6125 211.076 .474 .923
item45 92.8250 214.754 .374 .924
item46 92.4875 214.835 .336 .925
item48 92.6125 209.000 .605 .922
item50 92.6500 211.471 .492 .923
item51 92.9375 212.869 .549 .923
item53 92.7875 212.043 .423 .924
item55 92.6250 211.377 .462 .924
item56 92.3750 210.440 .529 .923
item58 92.5500 212.453 .423 .924
item61 92.6750 216.273 .306 .925
item62 92.5625 210.452 .512 .923
item63 92.6625 208.859 .575 .922
item64 92.5875 212.372 .470 .923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN
SKALA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Lucia Anindita. A.
109114066
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Yogyakarta, Desember 2014
Yth. Mahasiswa yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini
Sehubungan dengan penelitian tugas akhir yang sedang saya kerjakan,
perkenankan saya untuk memohon bantuan dan kesediaan dari teman mahasiswa
meluangkan waktu untuk mengisi angket ini.
Angket ini berisi beberapa pernyataan. Dalam angket ini tidak ada penilaian jawaban
benar atau salah, sehingga saya berharap anda menjawab dengan sejujur-jujurnya dan
sesuai dengan kondisi anda. Usahakan jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan.
Saya dapat menjamin kerahasiaan dari identitas dan jawaban anda dalam
angket ini. Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kesediaan dalam mengisi
angket ini.
Hormat saya,
Lucia Anindita. A.
109114066/PSI/Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Identitas dan Pernyataan Kesediaan
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis kelamin : Perempuan / Laki-laki (Coret yang tidak sesuai)
Suku :
Universitas/Fakultas/Prodi :
Semester :
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala penelitian ini
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri saya.
Tanda tangan
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan kondisi anda
yang anda alami dalam kehidupan sehari-hari. Anda diminta kesediaannya untuk
memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. Berikan tanda Checklist
(√) pada kotak pilihan yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya pada diri Anda.
Pilihan jawabannya adalah: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju (STS).
Contoh:
No. Pernyataan
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak Setuju
(TS)
Sangat Tidak
Setuju (STS)
1. Saya memiliki
banyak teman
√
Tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar,
sesuai dengan kondisi yang anda alami. Masing-masing orang memiliki jawaban
yang berbeda, maka dari itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda.
Kerahasiaan identitas dan jawaban anda dijamin oleh peneliti.
Jika sudah selesai, harap teliti kembali dan pastikan tidak ada pernyataan yang
terlewati untuk dijawab.
-Selamat Mengerjakan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
No. Pernyataan Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
1. Saya segera ke perpustakaan
untuk mencari referensi
yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen.
2. Saya adalah orang yang
sangat terencana dalam
mengerjakan tugas sehingga
apa yang telah saya
rencanakan pasti akan saya
kerjakan.
3. Sulitnya tugas yang saya
kerjakan membuat saya
semakin tertantang untuk
segera menyelesaikannya.
4. Saya merasa memiliki
banyak waktu untuk
menyelesaikan tugas
sehingga saya bersantai-
santai ketika mengerjakan
tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
No. Pernyataan SS S TS STS
5. Target waktu penyelesaian
tugas yang saya buat sering
kali meleset.
6. Bagi saya, sesuatu yang
lebih menyenangkan harus
didahulukan daripada yang
lainnya.
7. Saya mampu membagi
waktu antara mencari
referensi dan mengerjakan
tugas agar tidak kehabisan
waktu saat mengerjakan.
8. Saya selalu memaksimalkan
waktu yang saya miliki
dengan segera mengerjakan
tugas yang diberikan dosen
hingga tuntas.
9. Saya biasa mencicil tugas
sesuai dengan rencana yang
telah buat sebelumnya.
10. Saya membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada
waktu yang diberikan dosen
untuk mengerjakan tugas.
11. Saya tetap mampu memulai
mengerjakan tugas secara
tepat waktu, meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
No. Pernyataan SS S TS STS
banyak bahan referensi yang
harus saya baca.
12. Saya mampu mengerjakan
lebih cepat daripada waktu
yang diberikan dosen untuk
mengerjakan tugas.
13. Banyaknya aktivitas yang
saya lakukan membuat
rencana yang telah saya
susun tidak terlaksana.
14. Saya selalu membalas chat
dari teman saya saat
mengerjakan tugas.
15. Keterbatasan yang saya
miliki tidak menghalangi
saya untuk mengerjakan
tugas secara cepat.
16. Saya dapat mengendalikan
diri untuk tidak pergi
bersama teman saya ketika
tugas yang saya kerjakan
belum selesai.
17. Saya tidak memerlukan
banyak waktu untuk
membaca bahan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
No. Pernyataan SS S TS STS
sehingga saya memiliki
waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugas.
18. Mengobrol bersama teman
ketika mengerjakan tugas
kelompok adalah hal yang
menyenangkan bagi saya.
19. Saya sering menyerah dan
meninggalkan tugas ketika
menemukan kesulitan dalam
mengerjakannya.
20. Saya tidak segera
mengerjakan tugas yang
diberikan dosen meskipun
saya tahu itu tugas yang
penting.
21. Saya mampu menghindari
aktivitas lain ketika
menyelesaikan tugas.
22. Saya menaati target yang
saya buat sendiri ketika
mengerjakan tugas dari
dosen.
23. Melihat banyaknya tugas
yang harus saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
No. Pernyataan SS S TS STS
kerjakan membuat saya
tidak berniat untuk segera
mengerjakannya.
24. Saya membaca referensi
tugas sesuai target yang
telah saya buat.
25. Saya tetap berusaha fokus
mengerjakan meskipun ada
keinginan untuk melakukan
aktivitas lainnya.
26. Saya bersedia menolak
ajakan teman saya ketika
sedang mengerjakan tugas.
27. Saya selalu mengerjakan
tugas dengan segera setelah
diberi tugas oleh dosen
saya.
28. Saya mengerjakan tugas
sesuai dengan jadwal atau
target yang telah saya
tentukan.
29. Saya lebih memilih berhenti
dan mematikan TV saat
sedang mengerjakan tugas.
30. Meskipun saya telah
menyusun rencana
mengerjakan sebelumnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
No. Pernyataan SS S TS STS
saya tetap terbiasa
mengerjakan tugas ketika
mendekati jadwal
pengumpulan.
31. Saya mengulur-ulur
melaksanakan daftar
rencana yang sebelumnya
telah saya buat sendiri.
33. Bagi saya, tidak masalah
apabila saya tetap jalan-
jalan dengan teman saya
meskipun tugas saya belum
selesai.
34. Menurut saya, lebih baik
mengerjakan tugas dengan
mencicil jauh-jauh hari
daripada mengerjakan
ketika mendekati waktu
pengumpulan.
35. Hal yang mudah bagi saya
untuk segera mengerjakan
dan menyelesaikan tugas
dalam waktu yang relatif
cepat.
35. Saya tidak tergoda untuk
jalan-jalan bersama teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
No. Pernyataan SS S TS STS
saya apabila tugas saya
belum selesai.
36. Saya merasa kesulitan
ketika harus menaati
rencana yang telah saya buat
sendiri.
37. Saya mengerjakan tugas
jauh-jauh hari sebelum
jadwal pengumpulan tiba.
38. Keterbatasan kemampuan
yang saya miliki membuat
saya cenderung lebih lama
saat mengerjakan tugas.
39. Saya lebih suka
mengerjakan tugas ketika
mendekati jadwal
pengumpulan.
40. Saya tidak terbiasa menunda
tugas karena menurut saya
tugas adalah hal yang
penting.
-Terimakasih-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
LAMPIRAN
MEAN EMPIRIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
laki2 80 94.6375 12.77977 1.42882
perempuan 80 93.1125 11.78606 1.31772
One-Sample Test
Test Value = 100
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
laki2 -3.753 79 .000 -5.36250 -8.2065 -2.5185
perempuan -5.227 79 .000 -6.88750 -9.5104 -4.2646
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
LAMPIRAN
UJI NORMALITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
laki2 perempuan
N 80 80
Normal Parametersa,b
Mean 94.6375 93.1125
Std. Deviation 12.77977 11.78606
Most Extreme Differences Absolute .083 .057
Positive .083 .054
Negative -.059 -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .742 .512
Asymp. Sig. (2-tailed) .641 .956
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN
UJI HOMOGENITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Group Statistics
grouping N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
total Perempuan 80 93.1125 11.78606 1.31772
Laki-Laki 80 94.6375 12.77977 1.42882
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
total Equal
variances
assumed
1.29
5
.257 -.785 158 .434 -1.52500 1.94369 -5.36396 2.31396
Equal
variances
not
assumed
-.785 156.976 .434 -1.52500 1.94369 -5.36416 2.31416
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN
UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
total Equal
variances
assumed
1.295 .257 -.785 158 .434 -1.52500 1.94369 -5.36396 2.31396
Equal
variances
not
assumed
-.785 156.976 .434 -1.52500 1.94369 -5.36416 2.31416
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI