Download - Petrografi Batuan Beku Fragmental
PETROGRAFI BATUAN BEKU FRAGMENTAL (PIROKLASTIK)Januari 26, 2014 by rachmadirwansyah Meninggalkan komentar
2.1. Pengertian
Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi bahan-
bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat eksplosif.
Bahan-bahan jatuhan kemudian mengalami litifikasi baik sebelum ditransport
maupun rewarking oleh air atau es.
Batuan Piroklastik merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil
letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik merupakan fragmen yang
dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara khusus menunjuk pada klastika yang
dihasilkan dari magmatisme letusan. Dalam mempelajari batuan piroklastik kita tidak
dapat lepas dari mempelajari bagaimana mekanisme pembentukan dan karakteristik
endapan piroklastik.
Batuan piroklastik berdasarkan mekanisme pembentukannya dapat dibedakan menjadi
tiga macam yaitu jatuhan piroklastik, aliran piroklastik dan seruakan (surge) piroklastik.
Jatuhan piroklastik merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui media
udara, dan terbentuk setelah material hasil letusan dikeluarkan dari kawah,
menghasilkan suatu kolom erupsi. Aliran piroklastik merupakan aliran panas
berkonsentrasi tinggi, menyusuri permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel
terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik. Seruakan piroklastik adalah piroklastik
yang mekanisme transportasinya secara dihembuskan, disemburkan atau menyeruak
secara lateral yang mengangkut piroklas sepanjang permukaan sebagai kelanjutan dari
sistem turbulen, mengandung partikel rendah dan merupakan dispersi gas dengan bahan
padat. Jatuhan, aliran dan seruakan piroklastik ini jika terjadi pada lingkungan yang
berbeda contohnya lingkungan subaerial dan subaqueus akan mempunyai mekanisme
berbeda dan memberikan karakteristik endapan tersendiri.
Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila batuan beku
adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase cair ke fase padat
dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-
duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan
mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunung
api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar,
bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas
ukuran butir maupun jenis butirannya.pengamatan petrografi dari batuan piroklastik ini
sangat terbatas, oleh karena itu sangat di anjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari
kelompok batuan piroklastik ini harus dilakukan pengamatan di lapangan, karena
keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan mikroskopi saja.
( Yuwono, 2002)
Tipe 1
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang kemudian kering akibat pengaruh medium udara, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental.Jadi jatuhan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
Tipe 2
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke dalam tempat pengendapannya yaitu di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.
Tipe 3
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil, onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.
Tipe 4
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada suatu tubuh perairan yang arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami litifikasi mengalami rewarking dan dapat bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.
Tipe 5
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian diangkut dan diendapkan ditempat lain dengan media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan piroklastik,dengan struktur sediment biasa.
Tipe 6
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi, kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah batuan sediment dengan propenan piroklastik.
2.2. Tekstur Batuan Piroklastik
Klasifikasi tekstur pada batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan tekstur batuan
beku plutonik. Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk pada batuan yang
runcing yang tajam, yang biasa dikenal sebagai glass hard atau gelas runcing tajam
serta adanya batu apung (pumica).
2.3. Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya struktur batuan beku plutonik , pada batuan piroklastik juga dijumpai
struktur seperti skoriaan,vesikuler, serta amygdaloidal.
2.4. Jenis Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi
1. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api
yang berukuruan 2mm – 64mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-kadang terdiri dari
mineral – mineral augti, olivine, plagioklas.
1. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2mm- 1/256mm yang
dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu
gunung berapi yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu
gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi,
1. Bom Gunung Api
Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari
64mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar. Sebagai contoh bomb yang
berdiameter 5 meter dengan berat 200kg dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi.
Misalnya, di gunung api Asama, Jepang pada tahun 1935.
1. Block Gunung Api
Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari
fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau equidimensional.
2.5. Tipe Endapan Piroklastik
Endapan Aliran ( Pyroclastic Flow)
Endapan piroklastik aliran yaitu merupakan jenis material hasil langsung dari pusat erupsi,
kemudian teronggokan di suatu tempat. Hal ini meliputi hot avalanche, glowing avalanche, lava
collapse ,hot ashes avalanche.
Aliran umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500°-650°C dan
temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk
endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi, sebab sifat-sifat endapan tersebut
adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi
asal dan bagian atasnya datar.
Endapan Surge (Pyroclastic Surge)
Endapan piroklsatik surge merupakan suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap
air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara
trubulensi di atas permukaan. Pada umumnya endapan piroklastik surge ini mempunyai
pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai strutur
pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang
paling khas dari endapan ini adalah mempunyai struktur silang siur, melensa dan bersudaut
kecil . Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan kristal.
Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall)
Endapan piroklastik jatuhan yaitu merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui
udara . Endapan ini umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan
struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
2.6. Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik
Beragam klasifikasi piroklastik telah diusulkan oleh para ahli, yang masing-masing
mempunyai dasar klasifikasi sendiri-sendiri. Namun secara umum dapat disimpulkan
bahwa mereka sepakat memberi nama piroklastik , dari mulai yang paling halus hingga
yang sangat kasar, berkisar dari abu hingga bom. Meskipun dasar penamaan adalah
ukuran butir , tetapi tetap saja tidak ada keseragaman dalam ukuran besar butirnya.
Salah satu contoh klasifikasi penamaan batuan piroklastik adalah menurut Tunner &
Gilbert, 1954.
Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)
William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir, membagi piroklastik
menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih besar dari 32mm;lapili (4-32mm)
dan abu (<4mm) . Bom merupakan bahan lepas yang padat saat dikeluarkan sudah
berupa bahan padat akan membentuk endapan breksi gunung api.
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M
Gilbert (1954)
Size UNCONSOLIDATED CONSILDATED
> 23
Bomb
Block
Block and ashes
Angglomerat
Volcanic Breciass
Tuff Breceiass
4- 32
Lapili
Cinder (vecikuler)
Lapili
Cindey lapili tuft
¼-4 Coarse Ash Coarse Tuft
< ¼ Asg or volcanic dust Tuft
Tabel 2.2 Klasifikasi batuan piroklastik berdasrkan ukurannya
(Schmid, 1981)
Ukuran Piroklas
Endapan piroklastik
Tefra (tak terkonsolidasi)
Batuanpiroklastik (terkonsolidasi)
> 64 mm Bom, blok
Lapisan bom / blok
Tefra bom atau blok Aglomerat, breksi piroklastik
2 – 64 mm Lapili
Lapisan lapili atau
Tefra lapili Batulapili (lapillistone)
1/16 – 2 mm
Abu/debu kasar Abu kasar Tuf kasar
< 1/16 mm Abu/debu Abu/debu halus tuf halus
halus
Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:
· Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen
gelas, kristal pirojenik)
· Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang
sama)
· Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
Fragmen:
1. Gelas/ Amorf
2. Litik
3. Kristalin
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, mineral dan teksturnya.
Namun, yang paling umum digunakan adalah klasifikasi berdasarkan komposisi mineral dan
tekstur.
Material penyusun batuan piroklastik disebut piroklast, dimana material ini dibedakan
berdasarkan ukurannya menjadi :
Bomb – diameter >64mm, bentuk retak-retak seperti kerak roti menunjukkan pendinginan cepat.
Block – diameter >64mm, bentuk angular hingga subangular, menunjukkan terbentuknya setelah dalam bentuk solid.
Lapilli – diameter 64mm hingga 2mm, terdapat dalam segala macam bentuk.
Ash – diameter < 2 mm, dapat dibedakan lagi menjadi coarse ash(2mm -1/16mm) dan fine ash (< 1/16mm).
Batuan piroklasitk tersusun atas akumulasi piroklas yang telah mengalami konsolidasi,
batuan ini diklasifikasikan berdasarkan ukuran piroklas penyusunnya. Klasifikasi batuan
piroklastik non genetik berdasarkan ukuran dan bentuk piroklas penyusunnya adalah:
Aglomerat – tersusun atas piroklast ukuran > 64mm dengan bentuk membundar.
Breksi Piroklastik – tersusun atas rata-rata ukuran piroklast > 64 mm, namun bentuknya angular.
Lapili Tuff – tersusun atas rata-rata ukuran piroklast 2 – 64 mm.
Tuff atau ash tuff – tersusun atas ukuran piroklast < 2mm.
2.7 Mekanisme Endapaan Piroklastik
Tekstur dan struktur batuan piroklastik sangat bervariasi dan kompleks, dibandingkan
komposisi tephra yang relatif lebih sederhana. Struktur dan tekstur ini dihasilkan oleh
mekanisme pengendapan yang langsung akibat aktifitas letusan gunungapi. Secara umum,
dikenal tiga kelompok mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang menghasilkan
tiga jenis endapan yang berbeda. Ketiganya dapat dibedakan oleh kenampakan dan
asosiasi struktur atau teksturnya. Ketiga jenis endapan tersebut yaitu pyroclatic fall
deposit, pyroclatic flow deposit dan pyroclastic surge deposit. (Yuwono, 2002).
2.8 ALTERASI DAN WELDING (PENGELASAN)
Batuan piroklastik rawan terhadap alterasi hidrotermal, terutama apabila pada saat
diendapkan masih bersuhu tinggi, terlebih bila bersentuhan dengan air (laut). Alterasi
intensif juga terjadi pada zona di dekat pusat erupsi. Alterasi pada tufa dan lapili
berkomposisi basa akan diawali dengan proses devitrifikasi yaitu alterasi yang dialami
gelas menjadi agregat sangat halus dari material kriptokristalin berwarna keruh, yang lalu
digantikan agregat klorit berwarna kehijauan, tetapi akibat oksidasi akan berubah warna
menjadi kecoklatan. Feldspar akan berubah menjadi kalsit, mineral lempung dan serisit,
sedangkan mineral mafik berubah menjadi serpentin dan klorit. Apabila tufa dan lapili
diendapkan dalam suhu tinggi (misalnya endapan awan panas), kemungkinan akan
mengalami proses pengelasan sehingga membentuk welded tuff atauwelded lapilistone yang
sangat padat dan sangat mirip dengan batuan beku aliran lava, baik kenampakan lapangan
maupun dibawah mikroskop. (Yuwono, 2002).
2.9 KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK
Penamaan batuan piroklastik menurut Schmid (1981) berdasar ukuran butir piroklas
secara deskriptif dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.3. Klasifikasi granulometri dengan piroklas berbutir seragam
Ukuran butir (mm) Piroklas
Endapan piroklastik
Material lepas (tephra)
Material memadat (batuan piroklastik)
64
2
1/16
Blok, bom
Tefra blok, tefra bom Breksi piroklastik, aglomerat
Lapili Tefra lapili Batulapili
Abu kasar Tefra lapili Tufa kasar
Abu halus Tefra halus Tufa halus
Apabila batuan piroklastik terdiri dari campuran berbagai ukuran piroklas, klasifikasi
dengan diagram segitiga (Fischer, 1966) dengan anggota akhir blok atau bom, lapili dan
abu yang disajikan pada gambar 1.1.
Gambar 2.1. Penamaan batuan piroklastik berbutir tidak seragam
Batuan piroklastik berbutir halus, baik tufa kasar maupun tufa halus dapat dibedakan
berdasarkan jenis piroklasnya yang dominan. Dengan menggunakan diagram segitiga
yang anggota akhirnya gelas (vitrik), kristal dan batuan (lithik), dikenal nama-nama tufa
gelas, tufa lithik/ tufa sela, tufa kristal, tufa gelas-kristal dan sebagainya.
Gambar 2.2. Klasifikasi ash dan tufa menurut jenis piroklas
(Schmid, 1981)
3.10 FASIES GUNUNG API
Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah
puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian
dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi sebuah kerucut
gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone, Proximal Zone, dan Distal
Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, Proximal
Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama dengan daerah
kaki serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis
tersebut sering menyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal
Facies, dan Distal Facies.
beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie,
Gambar 2.3. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies
proksimal, fasies medial, dan fasies distal
Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta
Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, Fasies gunung api dan
aplikasinya (S. Bronto) 61 yaitu Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan
Distal Facies. Fasies sentral terletak di bagian puncak atau pusat erupsi, fasies proksimal
pada lereng atas dan fasies medial di lereng bawah. Fasies distal terletak di kaki dan
dataran di sekeliling gunung api, di antaranya dataran di latar depan gunung api.
Gambar 2.4 Pembagian fasies gunung api pada gunung api aktif masa kini
Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia)
batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api
tersebut dapat diidentifi kasi berdasarkan data:
1. inderaja dan geomorfologi,
2. stratigrafi batuan gunung api,
3. vulkanologi fisik,
4. struktur geologi, serta
5. petrologi-geokimia.
Tentang iklan-iklan iniCategories: Petrografi | Tags: Geologi, Petrografi | Permalink.
https://elangnaga.wordpress.com/2014/01/26/petrografi-batuan-beku-fragmental-piroklastik/
Bizzare Unique SpécialKamis, 30 Oktober 2014
PETROGRAFI ~ BATUAN BEKU PIROKLASTIK
Batuan beku Piroklastik
A.PENGERTIAN
Macam macam pengertian batuan beku piroklastik menurut berbagai ahli :
1. Batuan yang tersusun oleh fragmen hasil erupsi volkanik secara eksplosif (Williams, Turner, Gilbert, 1954)
2. Batuan yang terdiri dari bahan rombakan yang diletuskan dari lubang volkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar, kemudian diendapkan di atas tanah dalam kondisi kering atau dalam tubuh air (Henrich, 1959).
3. Bagian dari batuan volkaniklastik (Fisher, 1961 & Vide Carozi, 1975)
4. Batuan yang terdiri dari material detrital/rombakan dari hasil kegiatan volkanik, ditransport dan diendapkan di danau, darat ataupun laut. (Johannsen, 1977)
Batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro = api, clastics = butiran / pecahan) yang merupakan bagian dari batun volkanik. Batuan fragamental ini secara khusus terbentuk oleh proses vulkanisme yang eksplosif (letusan). Bahan=-bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum dan sesudah mengalami perombakan oleh air atau es.
Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis butirannya.
B. KLASIFIKASI BATUAN BEKU PIROKLASTIK
Dasar Klasifikasi Batuan Fragmental
Ukuran Butir
Komposisi Fragmen Piroklastik. Komponen-kompone dalam endapan piroklastik lebih mudah dikenali dalam endapan muda, tidak terlitifikasi atau sedikit terlitifikasi. Pada material piroklastik berukuran halus dan telah terlitifikasi, identifikasi sulit dilakukan.
Tingkat dan Tipe Welding.
Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukurannya (Schmid 1981)
ukuran piroklas endapan piroklastik
Tefra (tak terkonsolidasi)
Batuan piroklastik (terkonsolidasi)
> 64 mm Bom, blok Lapisan bom / blok
Tefra bom atau blok
Aglomerat, breksi piroklastik
2 – 64 mm lapili Lapisan lapili atau
Tefra lapili
Batulapili (lapillistone)
1/16 – 2 mm Abu/debu kasar
Abu kasar Tuf kasar
< 1/16 mm Abu/debu halus
Abu/debu halus tuf halus
Klasifikasi berdasarkan litologi dari batuan piroklastik
Merupakan suatu metode yang menggunakan karakteristik umum yang terdapat pada seuatu undapan untuk menjelaskan mekanismen erupsi dan menetapkan klasifikasi genetik. Jenis klasifikasi ini dapat dilakukan pada endapan piroklastik yang sudah tua dan sudah dipenngaruhi oleh proses metamofisme dan proses tektonik.
Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap :
1. Ukuran butir
2. Komponen fragmen
3. Derjat dan tipe penyatuan yang terjadi.
Batuan piroklastik yang di erupsikan di air
Ciri – ciri batuan piroklastik yang di erupsikan di air adalah :
1. Accretionary lapilli
Bundaran kecil yang memiliki beragam ukuran dari 1mm hingga beberapa centimeter, namun umumnya memiliki diameter 2 – 10 mm. Terdiri dari lapisan tipis debu halus di sekitar inti berupa debu kasar, atau terdiri dari seluruhnya konsentrasi debu halus. Jenis lapili ini di percaya terbentuk akibat akresi disekitar inti padatan dalam sebuah pemadatan yang terjadi pada kolom erupsi.
2. Struktur tumbukan (impact strucktur)
Merupakan hasil dari jatuhan bomb (atau blocks) hingga perlapisan halus, saturasi-air sedimen.
C. MACAM MACAM ENDAPAN BATUAN PIROKLASTIK
1. Pyroclastic fall deposit
2. Pyroclastic flow deposit
3. Pyroclastic surge deposit
4.
Ketiga tipe tersebut dapat dibentuk oleh letusan eksplosif : magmatik, freatomagmatik dan freatik.
Endapan Jatuhan Piroklastik
a. Endapan jatuhan piroklastik terbentuk setelah material yang diletuskan ke atmosfir dari kawah yang membentuk kolom asap terdiri atas tefra dan gas, kemudian jatuh lagi ke bumi akibat gravitasi
b. Geometri dan besar butir mencerminkan tinggi kolom asap dan kecepatannya serta arah angin di dalam atmosfir.
c. Kolom asap ini akan menyebar karena tiupan angin dan jangkauan jarak material yang diendapkan berbeda tergantung dari besar butir dan berat jenisnya.
d. Fragmen yang besar langsung dilontarkan sebagai balistik dari kawah tanpa pengaruh angin, disebut ballistic clast/bom vulkanik
e. Endapan jatuhan piroklastik halus lainnya dapat dihasilkan dari bagian atas aliran piroklastik. Volumenya bisa jauh lebih besar dari hujan kolom asap.
Ciri – ciri endapan jatuah piroklastik
1. Merupakan lapisan penutup yang mempunyai ketebalan seragam mengikuti kondisi topografi, kecuali topografi sangat curam.
2. Terpilah baik, walaupun pada umumnya endapan piroklastik pemilahannya buruk.
3. Adakalanya memperlihatkan struktur perlapisan datar atau laminasi, disebabkan berbagai bentuk kolom asap.
4. Tidak pernah ditemukan perlapisan silang-siur, bidang erosi atau membaji.
5. Pada umumnya endapan dekat sumber erupsi terlaskan atau terekat satu sama lain pada saat masih panas atau cair.
6. Arang (charcoal) jarang sekali ditemukan, walaupun ada biasanya ditemukan pada endapan dekat sumber erupsi.
Endapan Aliran Piroklastik
Endapan ini dihasilkan oleh aliran material dipermukaan yang bergerak cepat dan panas serta konsentrasi gas tinggi, bahkan beberapa bagian merupakan cairan. Pergerakannya sangat dikontrol oleh topografi dan gravitasi sehingga endapannnya mengisi lembah-lembah atau bagian yang rendah.
Aliran piroklastik yang berkomposisi batuapung sangat merusak, bergerak sangat cepat dan sebarannya membentuk suatu facies aliran piroklastik menyelimuti topografi.
1. Endapan aliran debu dan balok/blok
a. Terdiri dari lapili vesikuler dan debu
b. Sorting buruk; butiran menyudut
c. Sebaran tidak merata; menebal di bagian lembah
d. Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, andesitik
2. Endapan aliran scoria
a. Didominasi oleh lapili scoria
b. Komposisi andesitik, basaltik
3. Endapan aliran pumice
a. Komposisi dasitik, riolitik
b. Lapili, blok, pecahan gelas bertekstur pumice
Ciri endapan aliran piroklastik :
1. Umumnya masif dan terpilah buruk
2. Adakalanya memperlihatkan lapisan bersusun dari butiran besar, yang disebut lapisan ekor pengendapan (coarse-tail grading).
3. Pemilahan buruk pada endapan ini bukan karena turbulensi, tetapi kosentrasi partikel tinggi dan dominasi mekanisme aliran yang menghasilkan aliran laminasi atau membaji atau kedua-duanya.
4. Superposisi dari sejumlah unit aliran dapat memperlihatkan struktur perlapisan. Perlapisan tersebut biasanya teramati pada unit aliran individu.
5. Biasanya mengandung saluran fosil fumarola (fossil fumarole pipes) atau saluran pelepasan gas (gas segregation pipes), akibat pelepasan abu oleh aliran gas pada saat aliran piroklastik bergerak atau setelah berhenti. Saluran gas tersebut sangat penting untuk membedakan apakah aliran piroklastik primer atau aliran epiklastik batuan vulkanik.
Endapan SurgePiroklastik surge merupakan tipe aliran piroklastik tetapi sangat dipengaruhi oleh dominasi
kandungan air. Mekanismenya adalah penyebaran material vulkanik pada permukaan yang disebabkan oleh turbulensi dan konsentrasi gas rendah.
1. Endapan base surge
Berasosiasi dengan endapan jatuhan
2. Endapan ground surge
Berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik
3. Endapan ash-clouds surge
Biasanya di bagian atas endapan aliran piroklastik
Ciri- ciri endapan surge :
Menyelimuti topografi, tetapi juga dikontrol topografi sehingga endapannya menumpuk di bagian topografi rendah.
Lapisannya tidak menerus, terbentuk struktur-struktur sedimentasi lapisan silang-siur, bentuk ‘dune’, membaji, bergelombang, pembebanan atau pengerukan,
Endapannya kaya akan litik padat dan kristal,
Perlapisan individunya baik, umumnya terpilah baik, tetapi bagian dasar terpilah buruk.
Dapat terbentuk pelepasan saluran gas,
Pengarangan.
Hal – hal yang perlu dideskripsi dalam batuan piroklastik :
Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif
Besar butir, deskripsikan menggunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik
Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik :
- Kristal, fragmen kristal
- Fragmen litik : volkanik atau non volkanik, polomik atau monomik
- Pumice : atau scoria
- Shards, lapili akresionari, vitriklas
- Semen : siliseous, karbonat atau zeolit.
Litofasies :
- Masif (tidak berlapis) atau berlapis
- Berlapis : Laminasi : < 1cm
Berlapis sangat tipis : 1 – 3cm
Berlapis tipis : 3 – 10cm
Berlapis sedang : 10 – 30cm
Berlapis tebal : 30 -100cm
Berlapis sangat tebal : > 100cm
- Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi :
normal ; reverse ; normal-reverse ; reverse-normal
- Kemas : clast-supported atau matrix-supported, terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk
- Kekar : blocky, prismatik, columnar, platy
- Ketebalan lateral rata atau tidak rata
- Secara lateral menerus atau tidak menerus
- Cross-bedded, cross-laminated
Alterasi :
- Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, feldspar, hematit
- Distribusi : disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy
http://arizkasistia.blogspot.co.id/2014/10/batuan-beku-piroklastik.html S