PERLAWANAN TOKOH GIE TERHADAP PEMERINTAHAN ORDE LAMA
DAN AWAL PEMERINTAHAN ORDE BARU DALAM NASKAH
SKENARIO GIE KARYA RIRI RIZA SEBUAH TINJAUAN
SOSIOLOGI SASTRA
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Disusun Oleh
LIA YULIYANTI
NIM : 034114038
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
Seseorang tidak akan berputus asa jika menyadari bahwa ia memiliki penolong yang
mahakuasa
(Jeremy Taylor)
Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang
pertolonganku?pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan
bumi.
(Mzm 121:1,2)
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya
(Pengkotbah 3:11)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:Tuhanku Yesus Kristus
Kedua orangtuaku dan kedua kakakku
Kakekku tercinta
Kampusku yang keren
Semua orang yang kukasihi dan mengasihiku
v
vi
vii
ABSTRAK
Yuliyanti, Lia. 2008. Perlawanan Tokoh Gie terhadap Pemerintahan Orde Lama danAwal Pemerintahan Orde Baru dalam Naskah Skenario Gie Karya Riri Riza:Tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi S1. Yogyakarta: Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan ordelama dan awal pemerintahan orde baru dalam naskah skenario Gie karya Riri Rizadengan pendekatan sosiologi sastra. Peneliti menganalisis unsur intrinsik cerita yangkemudian mengkaji perlawanan tokoh Gie dalam menyikapi pemerintahan Indonesia.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif.Langkah-langkah yang ditempuh adalah (1) menganalisis unsur intrinsik yang terdiriatas alur, tokoh, dan latar, dan (2) secara sosiologi sastra menganalisis perlawanantokoh Gie terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru.
Kesimpulan hasil penelitian unsur intrinsik berupa alur yang terdiri atas tigatahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Pembagian tokoh menurutperanan tokoh dalam perkembangan alur menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan.Pembagian latar meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial; serta analisisperlawanan tokoh Gie dalam naskah skenario Gie.
Tokoh utama adalah Gie dan tokoh tambahan adalah Herman, Ira, Soe HokDjin, dan Tan Tjin Han. Latar tempat yang sebagian besar digunakan meliputi daerahKebun Jeruk, rumah keluarga Soe, SMP Strada, SMA Kanisius, LembahMandalawangi, Kampus Sastra Rawamangun, Jalan sempit di Salemba, IstanaNegara, depan kantor Kementerian Minyak dan Gas Bumi, ruang kantor menteriurusan bank sentral, rumah Han, pantai berpasir, daerah Kramat, rumah Ira, danmarkas angkatan darat. Latar waktu sebagian besar adalah pagi, siang, senja, malam,tahun 1956, 1959, 1963, 1965, dan Desember 1969. Latar sosial berupa perbedaanantara penguasa dengan rakyat dan keadaan kehidupan rakyat Indonesia pada saat itu.
Perlawanan terhadap pemerintahan yang dilakukan oleh Gie pada dasarnyadisebabkan ketidakadilan yang dialami masyarakat Indonesia, pemimpin pemerintahorde lama yang diktator. Perlawanan Gie tidak berhenti pada pemerintah orde lama,tetapi juga pemerintah orde baru dan intelektual muda yang menjadi anggotaparlemen. Ini disebabkan adanya keraguan terhadap pemerintahan yang baru.
Bentuk perlawanan yang dilakukan tokoh Gie terhadap pemerintahan ordelama dan orde baru adalah kritikan-kritikan tajam yang dituangkannya dalam sebuahtulisan yang diterbitkan dalam media-media, dan orasi-orasi atau demonstrasi denganmendatangi kantor pemerintahan yang menuntut berbagai keadilan bagi masyarakatIndonesia. Akibat dari adanya perlawanan tersebut adalah dibekukannya PKI,runtuhnya pemerintahan orde lama, terbentuknya pemerintahan baru dan masuknya
viii
para intektual muda yang pernah ikut melawan pemerintah orde lama ke dalamparlemen pemerintahan.
ix
ABSTRACT
Yuliyanti, Lia. 2008. The Resistance of the Character of Gie to the Old OrderGovernment and the Early New Order Government in the Scenario Script ofGie created by Riri Riza: Literature Sociology Review. Mini thesis used forBachelor degree. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Sanata Dharma University.
This research reviews the resistance of the character of Gie to the old ordergovernment and early new order government in the scenario script Gie created by RiriRiza using literature sociology approach. Researcher analyzes the intrinsic factor ofthe story and examines the resistance of the character of Gie in response to theIndonesia Government.
This research uses descriptive method. The steps are (1) analyzing theintrinsic factors that consist of plot, character and background; and (2) literaturesociologically analyzing the resistance of the character of Gie to the old ordergovernment and early new order government.
The research results in the finding of three-step plots consisting of thebeginning, middle and final plot. The classification of character along with thedevelopment of the plot produces main and additional character. The research on thebackground results in the classification of place, time and social background; and theanalysis on the resistance of the character of Gie in the scenario script Gie.
The main character is Gie and the additional characters are Herman, Ira, SoeHok Djin, and Tan Tjin Han. The background of place mostly are in Kebun Jerukarea, Soe’s residence, Strada Junior High School, Kanisius Senior High School,Mandalawangi Valley, Sastra Rawamangun University, narrow street in Salemba,State Palace, in front of Gas and Petroleum Ministry office, central bank minister’soffice, Han’s residence, sandy beach, Kramat area, Ira’s residence, and army basecamp. The background of time mostly occurs in the morning, afternoon, dusk, atnight, in 1956, 1959, 1963, 1965, and December 1969. The social background is thesocial class difference between the authority and citizen and the condition ofIndonesian citizen at that moment.
The resistance of the character of Gie to the government basically is caused bythe injustice situation felt by the Indonesian citizen due to the dictatorship of the oldorder government. The resistance of the character of Gie does not end up only to theold order government but also to the new order government and young intellectualswho become the parliament members. This is caused by the distrust ness to the neworder government.
The resistances conducted by the character of Gie to the old and new ordergovernment are in the form of written critics published in mass media and thedemonstration and oration demanding the justice for the Indonesian citizens. Theresults of the resistance are the freezing of PKI, the collapse of old order government,
x
the arising of new government and the inclusion of young intellectual who joined inthe fight again the old order government to the government parliament.
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra di
Fakultas Sastra, jurusan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma. Skripsi yang disusun penulis berjudul ” Perlawanan
Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan terhadap Pemerintah Indonesia dalam naskah
skenario Gie karya Riri Riza , Tinjauan Sosiologi Sastra.”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,
pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Peni Adji, S.S., M.Hum dan Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum selaku
dosen pembimbing. Terimakasih atas perhatian dan kesabarannya
sehingga skripsi ini akhirnya terselesaikan.
2. Pak Jo dan Bu Mar, kedua orangtuaku. Terimakasih atas doa, semangat,
cinta, dan dukungan serta kesabarannya. Akhirnya satu hutangku terlunasi.
xii
3. Mbak Yus+Mas Dwi, dan Mbak Sari. Terimakasih atas kesabarannya dan
dukungannya selama pengerjaan skripsiku.
4. Keluarga besar mbah Somo dan mbah Sapon yang selalu memberikan
semangat dan yang selalu mengingatkan “gek dirampungke skripsine”.
5. Mas Luis ‘bayonk’ yang selalu mengganggu dalam pengerjaan skripsiku
namun tetap memberi semangat.
6. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum dan Ibu Dra. Tjandrasih Adji, M.Hum
selaku dosen pembimbing akademik angkatan 2003 yang selalu rajin
mengingatkan anak-anaknya untuk segera menyelesaikan skripsi.
7. Dosen-dosen Sastra Indonesia atas bimbingan dan pengajaran yang
diberikan. Pak Prap, Pak Yapi, Pak San, dan Pak Ari terimakasih untuk
senyumnya setiap bertemu.
8. Segenap karyawan perpustakaan USD dan staf sekretariat Fakultas Sastra
untuk pelayanannya yang ramah.
9. Yuni, Rini, Tuti, Djati, Sr. Martha, dan Tere. Terimakasih untuk
persahabatannya, cerita-cerita bahagia dan mengharukan, serta waktu
luang untuk nongkrong bareng di realino.
10. Teman-teman seperjuanganku di angkatan ’03, terimakasih atas
pertemanannya selama ini.
xiii
11. Jo-One, C-tro, Debonx, Depit, dan Danang, teman-teman seperjuanganku
di SMA Bobayo. Terimakasih atas semangat yang kalian berikan selama
pengerjaan skripsi.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran penulisan
skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah
diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penulis,
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR........................................................................................ xi
DAFTAR ISI...................................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN.............. ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 6
1.5 Landasan Teori................................................................................. 6
1.5.1 Teori Unsur Intrinsik......................................................... 6
1.5.1.1 Alur........................................................................... 7
1.5.1.2 Tokoh........................................................................ 8
1.5.1.3 Latar.......................................................................... 9
1.5.2 Teori Sosiologi Sastra........................................................ 10
1.5.3 Teori Perlawanan............................................................... 11
1.5.4 Kondisi Politik di Indonesia Tahun 1956-1969................. 12
1.6 Metode Penelitian............................................................................. 14
xv
1.6.1 Pendekatan......................................................................... 14
1.6.2 Metode Penelitian……………………………………….. 15
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………… 15
1.7 Sistematika Penyajian……………………………………………... 15
1.8 Sumber Data………………………………………………………. 16
BAB II
ANALISIS ALUR, TOKOH, DAN LATAR NASKAH SKENARIO GIE
KARYA RIRI RIZA........................................................................................... 17
2.1 Alur................................................................................................... 17
2.1.1 Tahap Awal........................................................................ 17
2.1.2 Tahap Tengah……….…………………………………... 20
2.1.3 Tahap Akhir………………………………………........... 24
2.2 Tokoh……………………………………………………………… 32
2.2.1 Tokoh Utama..................................................................... 32
2.2.2 Tokoh Tambahan.……………………………………….. 51
2.3 Latar.................................................................................................. 72
2.3.1 Latar Tempat...................................................................... 73
2.3.2 Latar Waktu………….………………………………….. 95
2.3.3 Latar Sosial……………………………………………… 105
BAB III
PERLAWANAN GIE TERHADAP PEMERINTAHAN ORDE LAMA DAN
AWAL PEMERINTAHAN ORDE BARU DALAM NASKAH SKENARIO
GIE KARYA RIRI RIZA.............................................................. 111
3.1 Bentuk Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Pemerintahan Orde
Lama................................................................................................. 112
3.2 Bentuk Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Awal Pemerintahan Orde
Baru......................................................................................... 121
xvi
3.2 Akibat Perlawanan Tokoh Gie......................................................... 128
BAB IV
PENUTUP ......................................................................................................... 130
4.1 Kesimpulan Hasil Analisis Naskah Skenario Gie ........................... 130
4.1.1 Kesimpulan Hasil Analisis Alur, Tokoh, dan Latar..........
4.1.2 Kesimpulan Hasil Analisis Perlawanan Tokoh Gie
terhadap Pemerintahan Orde Lama dan Awal
Pemerintahan Orde baru………………………………… 131
4.2 Saran................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 134
BIOGRAFI PENULIS........................................................................................ 136
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bagi penyair Toeti Heraty, fiksi adalah “sebuah moment” yang unik dan
khas, bukan hanya karena peristiwanya tapi juga pemaknaan yang terjadi padanya.
Artinya seorang pengarang yang memiliki rasa seni tinggi atau kreatif tidak akan
melihat kenyataan begitu saja. Kenyataan yang ia lihat tidak ia beri makna umum
sebagaimana masyarakat kebanyakan mengartikannya. Namun, ia dapat
melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda, menciptakan dunia makna yang
tersendiri sehingga kenyataan atau pengalaman tersebut menjadi suatu hal yang
mengesankan bahkan memberi banyak pelajaran (Dahana, 2001: 59-60). Dalam
hal ini karya sastra dapat dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan
filsafat (Wellek via Budianta, 1990: 135).
Karya sastra yang dapat dianggap sebagai suatu dokumen sejarah salah
satunya ialah naskah skenario Gie karya Riri Riza. Naskah skenario Gie
menggambarkan perjuangan seorang intelektual muda yang hidup pada masa
pemerintahan orde lama yang menginginkan perubahan dalam negerinya.
Menurut Lutters (2004: xiv) skenario adalah intisari atau secara ekstrem bisa
disebut sebagai roh atau jiwa dari terbentuknya cerita dalam sinetron atau film.
Skenario bisa juga diartikan sebagai naskah cerita yang yang sudah lengkap
dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap digarap dalam bentuk visual
2
(Lutters, 2004: 90). Sebuah skenario film merupakan alat bantu bagi para pembuat
film untuk mewujudkan karyanya di layar lebar (Sasono, 2005: viii). Agar naskah
skenario dapat dipahami oleh pembaca maka digunakanlah scene. Biasanya pada
scene terdapat keterangan mengenai tempat terjadinya adegan yang sedang
berlangsung, apakah di dalam ruangan atau di luar ruangan. Scene sedang
berlangsung di dalam ruangan cukup ditulis EXT (exterior) dan scene yang
berlangsung di luar ruangan ditulis INT (interior).
Sekalipun karya skenario merupakan sebuah karya yang literer, ia berbeda
secara asli dengan karya literer utuh seperti novel atau cerita pendek. Pada
dasarnya karya berupa naskah skenario bukan merupakan sebuah karya akhir yang
hadir ke hadapan pembaca sebagai bentuk final, sebab ia hanya dinilai ketika
sudah berwujud film (Sasono, 2005: ix).
Namun demikian, Ajidarma via Jujur Prananto
(http://www.kutukutubuku.com), skenario yang baik sama pentingnya dengan
film dan sama berharga dengan karya sastra manapun, sehingga layak untuk
dibukukan. Pembacanya bisa mengembangkan imajinasi secara lebih kreatif dari
sang sutradara. Skenario adalah karya tekstual yang mandiri.
Skenario film bukan hanya sebuah fungsi, melainkan juga substansi,
artinya ketika sebuah skenario dibaca sebagai teks, skenario itu mampu
menggerakkan emosi dan merangsang pikiran sebagai karya tekstual yang
mandiri, maksudnya ialah bisa memindahkan pengalaman kepada pembacanya.
Dari sebuah skenario, seperti karya–karya sastra yang mandiri kita bisa menggali
sebuah dunia yang utuh ( Ajidarma, 2000: 9-13 ).
3
Bagus tidaknya hasil sebuah tontonan sinetron atau film tergantung dari
kualitas skenario yang ditulis oleh penulis skenario (Lutters,2004: xiv). Dhakidae
(2005: 1), beranggapan bahwa untuk menulis tentang seseorang tidak perlu
mengenal orangnya secara pribadi tetapi karyanyalah yang menjadi lahan yang
harus digarap dan dinilai karena orangnya menjelma seutuhnya dalam karyanya.
Hal itulah yang dilakukan oleh Riri Riza dalam melakukan penulisan naskah
skenarionya. Naskah skenario Gie yang ditulis Riri Riza merupakan
pengembangan dari tulisan-tulisan atau catatan harian Soe Hok Gie.
Proses penulisan naskah skenario Gie yang dilakukan oleh Riri Riza telah
mengalami banyak perubahan treatment dan penulisan ulang sebanyak delapan
draft. Treatment adalah hasil pengembangan yang lebih detail dan lebih rinci dari
sebuah sinopsis (Asura, 2005: 97). Oleh karena itulah jumlah halaman skenario
Gie hanya setengah dari panjang filmnya. Ini dikarenakan naskah skenario film
yang diterbitkan, telah mengalami proses penambahan nilai literer sehingga
skenario yang diterbitkan terlepas dari filmnya.
Dapatlah disimpulkan bahwa skenario merupakan kerangka awal dari
sebuah film sebelum film itu sendiri terbentuk yang lengkap dengan deskripsi dan
dialog.
Gie karya Riri Riza, merupakan cerita yang berjenis cerita drama sejarah.
Drama sejarah ialah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah
masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya (Lutters, 2004: 38). Dalam penulisan
naskah skenario Gie, Riri Riza memaparkan bagaimana Gie dan tokoh tambahan
melawan dan terkadang mengkritik pemerintahan pada masanya (pemerintahan
4
Soekarno). Mira Lesmana dalam Dhakidae (2005: xxviii) mengatakan bahwa Soe
Hok Gie merupakan potret anak muda Indonesia pada sebuah masa yang berani
mengambil sebuah sikap. Dia menjadi saksi sejarah di sebuah masa yang begitu
buram bagi kita hinga kini. John Maxwell
(http://www.Nordha.multiply.com/journal/item/4-25k) melukiskan bahwa sosok
Soe Hok Gie merupakan intelektual muda yang berani menegakkan kebenaran,
keadilan, dan kemanusiaan yang tidak mempedulikan siapa pun yang mesti
dihadapinya dan resiko yang akan menimpanya.
Meski ia selalu melawan pemerintahan Soekarno, Gie dan teman-teman
yang mendukungnya tidak mau bergabung dalam salah satu organisasi politik
yang ada pada saat itu. Dia dan teman-temannya mempunyai cara tersendiri untuk
melawan pemerintahan Soekarno.
Perlawanan Gie terhadap pemerintahan yang berkuasa, berawal ketika
umurnya empat belas tahun dan masih sekolah di SMP Strada. Peristiwa itu
terjadi saat seorang guru SMPnya yang bernama Arifin dengan seenaknya
menurunkan nilai ulangannya. Gie di usianya yang masih belia mengalami
ketidakadilan sehingga ia berani untuk melakukan perlawanan.
Berawal dari ketidakadilan tersebut, perlawanan Gie terus berlanjut hingga
ia masuk kuliah di Universitas Indonesia, jurusan Sejarah. Dalam melakukan
perlawanan terhadap pemerintah Indonesia ia tidak seorang diri. Bersama teman-
temannya, Gie melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa saat
itu. Perlawanan yang dilakukan oleh Gie dan teman-temannya merupakan cermin
kondisi masyarakat pada masa pemerintahan orde lama. Oleh karena itu,
5
penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang bertolak dari asumsi
bahwa sastra merupakan cermin dari masyarakat dan juga berdasarkan dari fungsi
sastra itu sendiri yang mencoba untuk menunjukkan kenyataan historis kepada
masyarakat.
Ada dua alasan mengapa peneliti memilih naskah sknario Gie untuk
diteliti. Pertama karena kegigihan seorang bernama Gie dalam melakukan
perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa saat itu, tepatnya pemerintahan
masa Soekarno. Kegigihan itu tampak ketika banyaknya orang-orang yang
ditangkap karena melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa
namun Gie dan kelompoknya tetap maju terus untuk melawan pemerintahan yang
berkuasa. Alasan kedua ialah setahu peneliti naskah sknario Gie belum ada yang
meneliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah:
1.2.1 Bagaimanakah unsur intrinsik naskah skenario Gie yang meliputi alur, tokoh
dan latar ?
1.2.2 Bagaimanakah perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan Orde Lama
dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam naskah skenario Gie karya Riri Riza?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah :
6
1.3.1 Mendeskripsikan unsur intrinsik naskah skenario Gie yang meliputi tokoh
dan penokohan, latar, dan alur.
1.3.2 Menganalisis perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan Orde Lama dan
Awal Pemerintahan Orde Baru dalam naskah skenario Gie karya Riri Riza.
1.4 Manfaat Penelitian
Kajian penelitian ini bermanfaat untuk :
1.4.1 Perkembangan wawasan studi sastra khususnya studi yang berkaitan dengan
bidang sosiologi sastra.
1.4.2 Pengembangan bahan kajian sastra khususnya naskah skenario yang berlatar
belakang sejarah.
1.4.3 Pengkayaan pustaka kajian sastra Indonesia, terutama karya sastra naskah
skenario yang bertemakan politik dengan tinjauan sosiologi sastra.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Unsur Intrinsik
Dalam memahami karya sastra, terlebih dahulu harus memperhatikan
unsur yang paling mendasar, yaitu unsur intrinsik. Unsur intrinsik meliputi alur,
tokoh dan penokohan, dan latar. Masing-masing unsur tersebut menjadi acuan
dalam menganalisis penelitian ini.
7
1.5.1.1 Alur Cerita/Plot
Tidak ada cerita tanpa jalan cerita atau plot. Plot adalah hal yang wajib
dalam membuat sebuah cerita, termasuk cerita untuk skenario film atau sinetron.
Plot yang berkaitan dengan naskah skenario dibagi menjadi plot lurus dan plot
bercabang. Plot lurus disebut juga plot linier. Plot ini banyak digunakan dalam
membuat skenario untuk cerita-cerita lepas semacam telesinema, FTV, film, atau
juga serial lepas. Plot linier adalah plot yang alur ceritanya terfokus hanya pada
konflik seputar tokoh sentral. Plot bercabang atau multiplot adalah plot yang jalan
ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain. Meski begitu melebarnya tidak boleh
terlalu jauh harus masih berhubungan dengan tokoh sentral. Dengan demikian
cerita tetap terfokus, meskipun bercabang, sebab akhirnya cerita akan kembali lagi
pada inti permasalahan utamanya (Lutters, 2004: 50-51).
Plot atau alur sebuah cerita harus saling berkaitan antar peristiwa yang satu
dengan peristiwa yang lain. Aristoteles (Nurgiyantoro, 1995:142) mengemukakan
tahapan-tahapan dalam alur, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.
Tahap awal disebut juga dengan tahap perkenalan tokoh-tokoh dan latar, tapi
konflik sudah sedikit muncul. Tahap tengah disebut juga dengan tahap pertikaian.
Tahap ini menampilkan konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap
sebelumnya. Konflik yang ditampilkan bisa konflik internal maupun konflik
eksternal. Tahap akhir disebut juga dengan tahap peleraian. Tahap ini berisi
tentang penyelesaian dari konflik yang ada. Di dalam melakukan penelitian ini,
peneliti menggunakan tahapan-tahapan alur untuk menganalisis setiap konflik
yang terjadi pada tokoh Gie.
8
1.5.1.2 Tokoh
Tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Membahas
tokoh dengan segala perwatakannya dengan berbagai citra jati dirinya, dalam
banyak hal lebih menarik perhatian orang daripada berurusan dengan
pemplotannya. Hal ini tak berarti unsur plot dapat diabaikan begitu saja Karena
kejelasan mengenai tokoh dan penokohan tergantung pada plot (Nurgiyantoro,
1995: 164). Tokoh adalah orang atau pelaku cerita. Untuk sebuah skenario film
atau jenis telesinema/FTV, kerangka tokoh tidak terlalu dibutuhkan, mengingat
tokohnya tidak terlalu banyak (Lutters, 2004: 67)
Dalam karya sastra tertentu, sering kita menemukan adanya tokoh-tokoh
sejarah tertentu- artinya tokoh manusia nyata bukan rekaan pengarang- muncul
dalam cerita. Pengangkatan tokoh-tokoh nyata atau hanya berupa bentuk
personifikasi dapat mengesani pembaca seolah-olah peristiwa yang diceritakan
bukan peristiwa imajinatif melainkan peristiwa faktual. Pengangkatan tokoh-
tokoh yang demikian, memang dapat memberikan dan meningkatkan efek realistis
walau hal itu juga menuntut konsekuensi lain. Salah satu konsekuensi yang harus
dihadapi ialah pengarang harus tahu betul keadaan kehidupan tokoh nyata yang
bersangkutan sehingga hal-hal yang dikemukakan tentangnya bukan hanya rekaan
(Nurgiyantoro, 1995: 169). Hal inilah yang juga dilakukan oleh Riri Riza, yaitu
mengangkat tokoh-tokoh nyata dalam penulisan naskahnya. Meskipun begitu ada
pula tokoh-tokoh fiktif yang dituangkan oleh Riri Riza dalam penulisan skenario
Gie.
9
Peranan masing-masing tokoh tidaklah sama. Dilihat dari segi peranannya
atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong
penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian
besar cerita. Ada pula tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali
dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995: 177). Tokoh yang pertama disebut tokoh utama
dan tokoh yang kedua disebut tokoh tambahan. Tokoh utama ialah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam karya yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh
yang paling banyak dimunculkan, baik sebagai pelaku kejadian ataupun yang
dikenai kejadian.
Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang lebih sedikit muncul, tidak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama baik secara langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 177).
1.5.1.3 Latar
Latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang bekaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra
(Sudjiman, 1991: 44). Latar dalam sebuah cerita berfungsi untuk memberikan
informasi tentang situasi ( ruang dan waktu ) sebagaimana adanya. Latar dapat
juga menciptakan suasana.
Untuk menandakan ruang dan waktu dalam naskah skenario dapat
ditemukan dalam sebuah scene. Keterangan mengenai ruang dan waktu dalam
sebuah adegan disebut scene heading. Menurut Set dan Sidharta (2003: 72), scene
heading adalah penandaan dari sebuah scene yang menjelaskan di mana dan
10
kapan scene itu dibuat. Dengan demikian akan terlihat jelas penggambaran
mengenai latar yang terdapat dalam sebuah naskah skenario. Dalam penelitian ini,
latar berfungsi untuk menganalisis segala tempat atau lokasi peristiwa itu terjadi,
menganalisis waktu peristiwa itu terjadi, dan untuk menganalisis keadaan sosial
masyarakat.
1.5.2 Teori Sosiologi Sastra
Segi-segi kemasyarakatan dalam sebuah karya sastra dapat ditelaah
dengan sosiologi sastra. Damono (1978: 1), mengemukakan bahwa sastra
menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan
sosial. Ratna (2003: 2), mengemukakan beberapa pengertian sosiologi sastra,
antara lain pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek
kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya atau pemahaman terhadap karya
sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Jadi,
sosiologi sastra dengan sendirinya mempelajari hubungan yang terjadi antara
masyarakat dengan sastra.
Sebuah karya sastra diharapkan dapat menjadi cermin kehidupan
masyarakatnya atau renungan bagi pembacanya. Dalam hal ini karya sastra tidak
hanya menampilkan masyarakat seperti apa yang biasa dilihat oleh pembaca, tapi
juga ikut ke dalam atau menelusuri hubungan yang terjadi kehidupan sosial dalam
masayarakat.
Ratna (2003: 274), mengemukakan bahwa fungsi dari karya sastra adalah
menunjukkan kenyataan baik kenyataan sosial maupun historis. Secara langsung
11
maupun tidak langsung, peristiwa sejarah telah melatarbelakangi suatu konstruksi
kesadaran intelektual, suatu ideasi kerangka literer, yang pada dasarnya
merupakan indikator penting terhadap kreativitas. Dalam hal ini fakta
sosiohistoris telah dimanfaatkan sebagai mediasi proses kreatif (Ratna, 2003:
274).
Menurut Kuntowijoyo (2006: 175), peristiwa sejarah dapat menjadi
pangkal tolak bagi sebuah karya sastra, menjadi bahan baku, tetapi tidak perlu
dipertanggungjawabkan terlebih dahulu. Bagi karya sastra yang menggunakan
peristiwa sejarah sebagai bahan baku, ada ketentuan-ketentuan di samping
kebebasannya. Karya sastra yang sengaja menggunakan peristiwa sejarah sebagai
bahan, mempunyai ikatan kepada historical truth, sekalipun kebenaran sejarah itu
juga bersifat relatif (Kuntowijoyo, 2006: 178).
1.5.3 Perlawanan
Setiap represi (dalam bidang apa pun) akan selalu memunculkan resistensi
(perlawanan). Sebuah (dominasi) kekuatan yang represif dalam realitas sejarah
selalu saja akan berimplikasi bagi munculnya perlawanan atas tipologi kekuasaan.
Artinya sejarah selalu menjadi bukti betapa kekuasaan yang melakukan prosesi
dominasi atas yang dikuasai, terutama melalui tindakan yang represif akan
menghadirkan pula berbagai bentuk resistensi yang dilakukan seseorang atas
komunitas yang mendapat perlawanan represif dan hegemonik oleh kekuasaan
(Santoso dan Sunarto, 2003: 29).
12
Dalam setiap represi selalu menghadirkan resistensi. Setiap dominasi
selalu saja memunculkan kekuatan lain yang melawan dominasi. Sehingga
munculnya pemikiran yang ‘melawan’ dari pemikiran yang dominan harus
dianggap sebagai keniscayaan sejarah yang boleh saja ada. Resistensi pemikiran
adalah simbol dari mereka yang ‘tersisih’, atau mereka yang selalu ‘gelisah’ atas
keadaan yang mapan (Santoso dan Sunarto, 2003: 31). Hal ini pula yang coba
dilakukan oleh Riri Riza dalam menuliskan naskah skenarionya. Dalam
skenarionya ia mencoba untuk mengungkapkan perlawanan yang dilakukan oleh
Gie dan teman-temannya terhadap ketidakadilan, pemerintah orde lama,
pemerintah orde baru, dan intelektual muda yang sudah dinilai tidak lagi bisa
memperjuangkan keadilan bagi masyarakat indonesia yang dinilai telah
berkhianat pada nilai perjuangan.
Menurut Poerwadarminta (1976: 572), perlawanan adalah 1. perbuatan
melawan; 2. pertentangan, kebalikan, sesuatu yang berlawanan. Jadi, perlawanan
adalah perbuatan untuk melawan atau menentang sesuatu yang sudah berlawanan.
1.5.4 Kondisi Politik di Indonesia Sekitar Tahun 1956-1969
Latar waktu naskah skenario Gie terjadi berkisar tahun 1956-1969 yang
diwarnai oleh perlawanan para mahasiswa terhadap pemerintah. Oleh karena itu,
berikut ini akan dipaparkan kondisi politik di Indonesia sekitar tahun tersebut.
Dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra, diasumsikan bahwa perlawanan
tokoh Gie merupakan cerminan masyarakat pada saat itu.
13
Indonesia, di masa pemerintahan orde lama diwarnai dengan
ketidakstabilan politik yang disebabkan sistem demokrasi parlementer yang
bersifat liberal. Sistem ini, didominasi oleh partai-partai politik yang menguasai
parlementer. Hanya ada empat partai politik yang saat itu mendapatkan lebih dari
delapan kursi, yaitu Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama
(NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan dikuasainya parlemen oleh
emapat partai tersebut, kabinet Indonesia sering mengalami jatuh bangun. Selain
ketidakstabilan politik yang disebabkan penguasaan empat partai besar terhadap
parlemen dan jatuh bangunnya kabinet Indonesia, tahun 1956-1965 juga terjadi
konflik antara militer dengan PKI. Konflik militer-PKI sendiri sudah berawal dari
peristiwa Madiun yang pada akhirnya memuncak dengan adanya peristiwa 1965.
Pada tahun 1965, di Jakarta terjadi percobaan kudeta, selain percobaan kudeta,
juga terjadi penculikan para jenderal-jenderal di mana Soekarno dan PKI
dianggap telah mengetahui dan bekerjasama dalam peristiwa tersebut. Peristiwa-
peristiwa 1965 membuat militer, khususnya angkatan darat menginginkan untuk
segera memusnahkan PKI (Rickfles, 2005: 141-156).
Peristiwa 1965 telah membuat para mahasiswa melakukan perlawanan
terhadap pemerintah orde lama yang pada akhirnya mereka ikut membangun
pemerintahan yang baru yang disebut dengan pemerintah orde baru. Perlawanan
yang mereka lakukan lantaran Soekarno dinilai terlalu dikatator, korupsi yang
tersebar luas, keadilan sosial yang belum tercapai, masalah ekonomi yang belum
sepenuhnya terpecahkan, dan banyaknya harapan yang belum terwujud membuat
pemerintah orde lama dinilai telah gagal menjalankan tugasnya. Di sisi lain,
14
Soekarno dinilai telah melakukan kerja sama dengan PKI sehingga tidak mampu
memeberantas PKI. Perlawanan para mahasiswa berlangsung hingga tahun 1966,
sehingga gerakan para mahasiwa ini dikenal dengan istilah angkatan’66
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Mahasiswa_di _Indonesia).
Seiring dengan runtuhnya pemerintahan orde lama dan PKI berhasil
dibasmi, muncul pemerintahan baru yang disebut orde baru. Tahun 1969
merupakan tahun transisi dari orde lama ke orde baru. Namun pemerintahan yang
baru juga tak lepas dari koreksi para mahasiswa sebab banyak dari para
mahasiswa yang pernah ikut berjuang masuk dalam parlemen dengan mudahnya.
Bahkan perlawanan terhadap pemerintah yang dilakukan para mahasiswa hingga
sekarang masih terjadi.
Dengan demikian perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan adalah
perlawanan yang dilandasi adanya tindak ketidakadilan bagi rakyat kecil dan
kediktatoran pemimpin sehingga mereka menginginkan perubahan bagi bangsa
Indonesia terutama masalah keadilan bagi rakyat Indonesia, dan keinginan
dibubarkannya PKI. Dalam melakukan perlawan tersebut Gie dan rekan-rekannya
berani melakukan gebrakan demi meruntuhkan rezim yang dipimpin oleh
Soekarno.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan
sosiologis. Pendekatan sosiologis ialah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra
15
dari sudut sosiologisnya. Damono (1978: 2) menjelaskan bahwa pendekatan
sosiologi sastra merupakan pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai
bahan penelitian. Pendekatan ini berdasarkan anggapan bahwa sastra sebagai
cermin kehidupan masyarakat.
1.6.2 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif
analisis. Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada
yang kemudian disusul dangan analisis (Ratna, 2004: 53).
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah teknik pustaka, teknik
kartu, dan teknik catat. Teknik pustaka dilakukan dengan cara mencari sumber-
sumber data yang mendukung penelitian. Teknik kartu digunakan untuk
mengklasifikasikan data-data. Sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat
data-data yang sudah diklasifikasikan.
1.7 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan disajikan dalam empat bagian, yaitu :
BAB I Pendahuluan, berupa latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, sisitematika penyajian, dan
sumber data.
16
BAB II Pembahasan mengenai unsur intrinsik penceritaan naskah skenario Gie
yang meliputi alur, tokoh, dan latar.
BAB III Pembahasan mengenai perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan
Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam naskah skenario Gie.
BAB IV Penutup, yang berisi kesimpulan dari pembahasan dan saran.
1.8 Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah naskah skenario Gie, dengan
identitas sebagai berikut.
Judul Buku : Gie : Naskah Skenario
Pengarang : Riri Riza
Penerbit : Nalar ; Jakarta
Tahun Terbit : 2005
Tebal Buku :144 halaman
Sumber data yang lain berupa buku-buku dan sumber dari internet yang
berkaitan dengan objek penelitian.
BAB II
ANALISIS ALUR, TOKOH, DAN LATAR
NASKAH SKENARIO GIE KARYA RIRI RIZA
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis unsur intrinsik yang terdapat
dalam naskah skenario Gie. Unsur intrinsik yang diteliti adalah alur, tokoh, dan latar.
Ketiga unsur tersebut diambil karena berhubungan dengan perlawanan yang
dilakukan tokoh Gie.
2.1 Alur
Dalam sebuah cerita, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain haruslah
saling berkaitan. Keterkaitan peristiwa tersebut harus jelas dan dapat digambarkan
melalui tahapan-tahapan (awal-tengah-akhir). Cerita ini diawali dengan
penggambaran latar suasana keramaian di Kebun Jeruk yang menceritakan
sekelompok pemuda yang sedang menulis pesan propaganda Revolusi dan iring-
iringan pengantin Arab. Latar ini digunakan untuk pemunculan tokoh Gie dan Han
pada masa remaja.
2.1.1 Tahap Awal
Tahap awal disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap awal cerita ini
dimulai dari pemunculan tokoh Gie dan Han.
18
(1). EXT. SEKITAR KEBUN JERUK – SIANGSekelompok pemuda sedang menulis slogan di sebuah dinding tua- bidangyang menjadi kanvas cukup besar, hingga mereka harus membagi-bagi kerja-menulis setiap huruf satu demi satu.
GIE, 14 tahun, mengintip dari sebuah pojokan, kemudian muncul seoranganak seusianya bernama HAN, lalu muncul pula tiga orang anak-anak seusiamereka.
Salah seorang diantara mereka kemudian berjalan. Gie dan Han salingmemandang. Anak itu menarik sebuah kayu pengaduk dari kaleng cat. Iapamer keberanian pada Gie dan kawan-kawan hingga kaleng cat itu terpelesetjatuh....Tampak pesan propaganda itu:...REVOLUSI. Jelas tak akan selesai karena cattumpah
(hlm. 3)
(2). EXT. SEKITAR KEBUN JERUK – SIANG
GIE ( V.O )Saya dilahirkan di Jakarta, 17 Desember 1942, ketika perang tengah
berkecamuk di Pasifik. Kira – kira pada umur lima saya masuk sekolah XinHwa... Di SMP Strada dari kelas satu saya naik ke kelas dua. Angka saya
untuk kwartal pertama rata – rata 5 ½...(hlm. 4)
Kutipan (1) menunjukkan pengenalan jati diri tokoh Gie dan Han. Gie dan
Han diceritakan sedang memperhatikan sekelompok pemuda yang sedang menulis
slogan di tembok daerah sekitar Kebun Jeruk. Namun tulisan yang berpesan Revolusi
tersebut tidak terselesaikan. Pemunculan pengenalan tokoh di atas digambarkan
dalam suasana Indonesia yang menginginkan revolusi. Dalam memunculkan
pengenalan tokoh pengarang menggunakan V.O (suara karakter yang tak bersumber
dari adegan yang sedang berlangsung) (2).
(3). INT. SMP STRADA – SIANG
19
Di dalam kelas Gie dengan antusias mengikuti gerakan seorang guru yangberjalan berkeliling membagikan kertas, ia menunggu gilirannya.Mengantisipasi penuh harap.….BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. Gie berdebat intens dengan guru Arifin,yang berusaha tenang dan berjalan pelan mondar – mandir di depan kelas.
GIEBukankan ada perbedaan antara pengarang dengan penerjemah…?
ARIFINTapi dia bisa dikatakan pengarang karena sang pengarang asli tidak dikenal disini. Jadi dapatlah dikatakan Chairil sebagai pengarang Pulanglah Dia si Anak
Hilang.
GIE(mulai ngotot, memotong Arifin)
Tidak bisa. Tetap saja kita katakan kalau dia penerjemah bukan pengarang.Dan Andre Gide pengarang aslinya, dikenal di sini…semua anak SMA tentu
mengenal.
ARIFINKamu tau, tapi yang lain…
Arifin memandang berkeliling, melihat ke anak – anak lain, pandangannyaberhenti pada seorang anak lain. GIAM.
ARIFIN(pada Giam)
Giam, kamu kenal Andre Gide?
Giam hanya diam menatap ArifinGIE
(nyeletuk sinis)Tukang becak juga tidak mengenal Chairil
ARIFIN(ke arah Gie, mulai marah)
Kamu tukang becak…!!
GIE(tajam)
20
Ya. saya sama dengan tukang becak sebagai manusia…(hlm. 7-8)
Kutipan (3) menggambarkan pengenalan karakter tokoh Gie. Digambarkan
karakter tokoh Gie yang masih duduk di bangku SMP sudah mulai berani melawan
gurunya dalam mengeluarkan sebuah pendapat.
2.1.2 Tahap Tengah
Tahap tengah sebuah cerita disebut juga dengan tahap pertikaian. Tahap ini
menampilkan pertentangan atau peningkatan konflik yang sudah muncul pada tahap
sebelumnya. Konflik yang muncul bisa berupa konflik yang terjadi dalam diri tokoh
itu sendiri maupun konflik yang terjadi antartokoh utama dengan tokoh tambahan.
(4). EXT. DI DALAM BUS KOTA – SIANGGIE ( V.O )
Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu. Nilai ulanganku 8 tapioleh guruku dikurangi 3. Aku tidak senang dengan itu.
( hlm. 9)GIE (V.0)
Aku iri karena di kelas hanya menjadi orang ketiga yang terpandai dariulangan tersebut. Aku yakin aku yang terpandai dibanding seluruh kelas.
(hlm. 11).
(5). EXT. SMP PEMBANGUNAN – PAGIGIE (V.O)
Kalau angkaku ditahan oleh model guru yang tak tahan kritik, aku akanmengadakan koreksi habis-habisan, aku tak mau minta maaf. Memang
demikian, kalau dia bukan guru pandai. Tentang karangan saja dia lupa. Guruyang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan
selalu benar, dan murid bukan kerbau…(hlm. 15)
21
Kutipan (4), (5), menjelaskan konflik yang terjadi antara Gie dengan orang
yang berkuasa di dalam kelasnya, yaitu gurunya. Sikap Gie yang membangkang pada
gurunya, membuat nilainya dikurangi. Dia merasa tidak senang dengan sikap gurunya
tersebut sebab Gie merasa dialah yang terpandai di kelasnya. Setelah Gie memasuki
bangku kuliah, konflik dialaminya dengan orang-orang yang berkuasa berlanjut.
Memasuki kuliah, Gie mengalami konflik dengan pemerintahan yang dipimpin
Soekarno.
(6). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS –MALAM...
GIE...sekarang keadaan makin parah. Pergulatan militer dan PKI harus menuju
kepada titik-titik penentuan. Apakah titik itu berupa clash atau hanya didalam, entahlah. Tapi kita berharap bahwa hanya di dalam saja. Sekarangharga-harga makin membumbung, kaum kapitalis makin lahap memakan
rakyat. Dalam keadaan inilah seharusnya kaum intelegensia bertindak, berbuatsesuatu. Tentu saja kita tidak berarti berbuat sesuatu yang konyol. Bidang
seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru....
GIEKelompok intelektual terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telahmelunturkan semua kemanusiaannya. Ketika Hitler telah membuas, makakelompok ’Inge School’ berkata tidak. Mereka punya keberanian untukberkata tidak. Mereka, walaupun masih muda, telah berani menentang
pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi. Bahwa mereka mati,itu bukan soal... Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak
ada indahnya penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicaratentang kebenaran...
GIE(suara mengeras)
Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidakpada Soekarno.
(hlm.28).
22
(7). EXT. HALAMAN ISTANA – SIANGGIE (V.0)
Sukarno mempunyai 3 aspek. Gelar raja-raja Jawa juga sama dengan gelarpolitik:”kawula ing tanah jawi”, tentara:”Senapati ing ngalaga”, dan
agama:”Syekh SabidinNgabdulrachmad”. Presiden Sukarno adalah lanjutandaripada raja-raja tanah Jawa.
(hlm. 48).
(8). INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAMGIE (V.O)
Karena itu dalam tindakan-tindakannya ia bersikap seperti raja-raja dahulu. Iaberisteri banyak, mendirikan keraton-keraton dan lain-lain.
(hlm. 48).
Kutipan (6),(7),(8) menjelaskan awal puncak konflik yang dialami Gie dengan
pemerintahan Soekarno. Gie merasa bahwa bangsa Indonesia seharusnya mulai
berani untuk melawan Soekarno dan orang-orang yang ada dalam pemerintahan. Gie
membenci sikap Soekarno yang beristerikan banyak seperti raja-raja Jawa. Tak hanya
masalah yang berkaitan dengan pemerintahan Soekarno saja yang bisa menyebabkan
konflik pada diri Gie. Masalah kecil pun bisa menyebabkan pertikaian.
(9). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGSebuah forum, mirip persidangan. Herman duduk di tengah bak terdakwapengadilan. Gie dan beberapa teman berada di antara ketegangan itu dengandua orang pimpinan GMNI dan HMI. Dua orang itu berhadapan satu denganyang lain. Sementara sekelompok mahasiswa lain duduk di depannya.DEKAN FSUI dan beberapa dosen tampak ada.
ORANG GMNI(pada Dekan)
Kami menuntut agar panitia Mapram ini dibubarkan!Bahkan susunan senat iniharus dibubarkan!!
(pada Herman)jelas sekali ada intrik yang dilakukan senat untuk menyingkirkan GMNI.Sejak awal senat ini terbentuk, kami sudah mengutarakan keberatan kami.
(melirik Ketua HMI dengan sinis) Perobekan poster – poster GMNImembuktikan adanya unsur – unsur kontra revolusioner dalam senat!!
23
Herman dan ketua HMI berdiri bersamaan seolah siap menyerang. Giemencegahnya dan mencoba menetralisir suasana.
GIE(kepada Dekan)
Pak Dekan, kalau boleh saya bicara...Dekan mengangguk
GIESaya ingin tekankan bahwa tidak ada HMI dan GMNI dalam senat ini. Tidakada Golongan apapun. Individu – individu yang terpilih dalam susunan senatbukanlah wakil ormas-ormas, melainkan individu-individu yang cakap,yang...
PENDUKUNG GMNIAaah...Cina banyak omong lu!!
Tiba-tiba pendukung GMNI lain menyerang Gie dari belakang. Hermanmenariknya. Seseorang kemudian memukul Herman. Gie mendorong lalumemukul orang itu. Terjadi perkelahian...suasana jadi kacau...Jaka ada dibelakang keramaian itu, ia menarik nafas.
(hlm. 64-65)
Kutipan (9), menunjukkan bahwa konflik yang sering terjadi tak jarang
menyebabkan adanya pertikaian. Pertikaian tersebut terjadi karena Gie dan kawan-
kawannya menginginkan adanya sebuah senat di kampusnya, tetapi kelompok GMNI
merasa tidak perlunya ada senat karena mereka merasa senat hanya ingin
menyingkirkan GMNI di kampus UI. Perbedaan pendapat itu menyebabkan
kericuhan di dalam sebuah ruangan.
(10). INT. RUMAH PENDUDUK DI LERENG MERAPI – MALAM...
HERMANGie gue lama pengen nanya sama lu... untuk apa sih sebenarnya perlawanan
kita ini semua...?
HERMANGie?...
24
GIEYa... gue jadi ingat teman kecil gue Man, di Kebun Jeruk dulu… dia juga
tanya kenapa gue selalu jadi tukang protes, padahal hidup gue lebih baik daridia…
GIESekarang gini Man, kita punya pemimpin.. kita punya bapak yang kita akuisebagai founding father negeri ini... tapi Man, buat gue itu tidak berarti diapunya kekuasaan absolut untuk menetukan hidup, nasib kita. Apalagi kalau
kita sadar bahwa ada ketidakadilan. Kalau kita hanya menunggu danmenerima nasib, kita tidak akan pernah tau kesempatan apa yang sebenarnya
kita miliki dalam hidup ini.
GIEMan... sederhananya, gue cuma ingin perubahan, supaya kita bisa hidup lebih
baik... Satu-satunya cara adalah Soekarno harus jatuh...(hlm. 66-67)
Kutipan (10) menjelaskan konflik yang dialami Gie dengan pemerintahan
yang dipimpin oleh Soekarno. Gie merasa perlunya sebuah perubahan dalam
negaranya karena Soekarno tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai pemimpin
negara sehingga ia menginginkan Soekarno turun dari jabatannya. Konflik Gie
dengan pemerintahan Soekarno memuncak takkala ia dengan didukung teman-
temannya melakukan perlawanan dengan gaya demo yang berbeda.
2.1.3 Tahap Akhir
Tahap ini disebut juga dengan tahap peleraian. Pada bagian ini menampilkan
puncak dari konflik yang disebut juga klimaks dan penyelesaian dari klimaks itu
sendiri. Klimaks dan penyelesaiannya dapat dilihat dalam kutipan–kutipan berikut
ini.
25
(11). EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTA – SIANGGie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yangagak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.
Kita mulai mendengar suara Ira yang menyanyikan lagu-lagu rakyat dengankeras.
IRAkami menilai Dorna itu, Dorna itu haji peking, kami menilai Dorna itu, Dorna
itu plintat-plintut.(hlm.83)
(12). EXT. DEKAT SALEMBA – SIANGGie dan kawan – kawan melewati kelompok besar mahasiswa yangberdemonstrasi dan duduk – duduk di depan kampus Salemba. Merekakembali menjadi perhatian. Seoarang pria muncul di antara keramaianmengamati kelompok Gie, berbagi senyum dengan teman di sebelahnya. Iaadalah DJIN dewasa.
Suara Ira yang disambut oleh teman-temannya terus berlanjut.
IRAKami menilai Dorna itu, Dorna itu bagai lalat. Kami menilai Dorna itu, Dorna
itu antek gestapu. Hai, dor jing tet tet...
GIE (V.O)Dengan dukungan dari beberapa mahasiswa yang juga tidak mau punyahaluan, kami membuat gebrakan kecil, dengan humor, nyanyian spontan
penuh tawa...(hlm. 83)
(13). EXT. DI DEPAN KANTOR KEMENTERIAN MINYAK DAN GASBUMI – SIANGDi depan kantor menteri minyak dan gas bumi, Roeli sedang berorasi. Gietampak mnegamati kelompok teman-teman. Jumlah mahasiswa tampaksedikit lebih besar. Teriakkan Roeli disambut dengan sahutan balik teman-teman mahasiswa.
ROELI(teriak keras)
Siap yang gemuk dan pengecut?... Siapa yang kerjanya makan dan lupa padayang kurus dan lapar?... Siapa yang suka dansa dan main perempuna?...
(hlm. 84)
26
(14). INT. RUANGAN MENTERI URUSAN BANK SENTRAL – SIANGGie, Roeli, Yossy, dan Herman, berjalan memasuki kantor kementerian.Bersama beberapa mahasiswa lain ia duduk berhadapan dengan Menteri danwakilnya. Gie bicara intens. Menteri dan beberapa staf tenggelam dalamserangan kata-kata Gie yang tajam.
GIEKami hanya meminta Bapak menandatangani ini...
Menteri itu mengamati surat yang diberikan Gie,
MENTERIOh tidak mungkin ini.
GIE(memotong)
Mungkin saja. Ini sederhana. Kami menuntut harga-harga segera diturunkan.Bapak tandatangani lalu bapak serahkan ke Bapak Presiden bahwa ini
keinginan kami.
Salah satu ajudan menyela,AJUDAN
Anda KAMI?(hlm. 84-85).
Kutipan (11),(12),(13),(14), menjelaskan konflik yang semakin memuncak
antara Gie dan kelompoknya dengan pemerintahan Soekarno. Gie dan kawan-
kawannya mulai turun ke jalan untuk melakukan perlawanan terhadap pejabat
pemerintah, termasuk Soekarno. Dengan gaya yang berbeda dalam melakukan orasi,
Gie dan para mahasiswa lainnya menyanyi dengan teriakan keras yang mengkritik
pemerintahan. Tak hanya dengan berorasi saja Gie melakukan perlawanannya, tapi
juga melalui tulisan yang mengkritik pemerintahan.
(15). INT. RUMAH SINTA – SIANG
27
Di dalam rumah. Seorang pria 50-an tahun keturunan Cina, SURYAWINATA, duduk di sebuah meja makan membaca koran. Tampak judultulisan itu “Politikus dan Kedjantanan oleh Soe Hok Gie”.
(hlm. 95-96)
Kutipan (15) menjelaskan bahwa tak hanya berorasi saja Gie melakukan
perlawananya. Lewat tulisannya Gie mengkritik pejabat pemerintahan yang sudah
tidak berjuang lagi demi nama rakyatnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, perlawanan yang ia lakukan membawa
ketakutan dalam dirinya sendiri. Gie mengalami konflik dengan dirinya sendiri. Ia
merasa ada beberapa orang yang selalu megikutinya. Gie merasa beberapa orang
yang mengikutinya itu mengancam nyawanya. Dalam ketakutanya itulah Gie
menemui Soenarto untuk menanyakan tentang apa yang terjadi pada dirinya.
(16). EXT. DI DALAM BUS KOTA – FAJAR....Dua orang berbadan tegap naik dengan pakaian gelap naik. Orang itu berjalanpelan sekali, dua-duanya melihat ke Gie, Gie menegakkan duduknya. Orangitu duduk di belakangnya.
Gie yang gelisah berusaha tenang.(hlm. 122)
(17). EXT. DEKAT LAPANGAN BANTENNG – MALAMGie berjalan di tepian jalan, baru akan menyeberang ketika sebuah mobilberwarna gelap, dengan lampu yang sangat terang mendekatinya dengancepat. Dalam hitungan detik Gie melompat mundur, saat mobil itu menjauh iamelihat segumpal kertas tak jauh darinya. Ia membuka kertas itu.
(hlm. 122)
(18). INT. SEBUAH RUMAH DI SEKITAR SENAYAN – MALAMGie dan Soenarto duduk berhadapan, mereka saling diam, saling tatap.
Gie menunjuk kertas yang kini terletak di meja, tak lain adalah tulisan Gie diMahasiswa Indonesia. Di atasnya tertoreh tulisan dengan tinta merah...kitahanya samar melihat tulisan .....CINA, PKI= MATI.
28
GIENarto aku diikuti orang, aku diteror. Dari dulu kau selalutau apa pun tentang
aku. Narto kau tau apa tentang ini?(hlm. 122-123)
Dari kutipan (16), (17), (18) terlihat konflik batin yang dialami oleh Gie
makin meningkat dengan adanya beberapa orang yang mengikutinya. Konflik yang
dialami Gie semakin memuncak saat orang-orang yang dulu mencintainya dan
mendukungnya mulai pergi. Ini terlihat ketika gadis yang ia cintai memutuskan untuk
pergi dari kehidupannya.
(19). INT. RESTORAN DI MEGARIA – MALAMGie dan Sinta makan bakmi, dua botol Coca Cola. Gie melihat ke arah Sintayan terus melihat keluar. Sesaat kemudian Sinta menatap ke arah Gie, menariknafas.
GIE‘Ta, kamu kenapa...?
Sinta hanya menggelengkan kepala. Pelan sekali Sinta menunduk. Matanyaberkaca-kaca. Air mata itu jatuh juga. Sinta menyenderkan kepalanya dipundak Gie. Gie menahan emosinya.
SINTA(berbisik)
Maafkan aku Gie...maaf Gie...(hlm. 126-127)
Kutipan (19) menunjukkan sikap Sinta yang tidak sanggup lagi untuk
menjalin hubungan dengan Gie. Sinta yang sudah tidak tahan dengan hubungannya
bersama Gie memutuskan untuk meninggalkan Gie. Gie benar-benar mengalami
konflik yang sangat berat. Ditambah lagi, ia tidak boleh menemui Ira, satu-satunya
sahabat perempuan dalam hidupnya yang selalu mendukungnya.
(20). INT. RUMAH IRA – SENJA
29
Gie mengetuk pintu, setelah beberapa kali akhirnya pintu dibuka. TanteFatima membuka pintu lalu sedikit menahannya.
GIEIra ada tante??
Tante Fatima diam sebentar, mengatur nafasnya sebentar...
TANTE FATIMAIra sedang istirahat dan tidak bisa diganggu.
Gie hanya diam. Tante Fatima menggerakkan daun pintu sedikit lebih rapatsupaya Gie tidak dapat melihat ke dalam rumah. Wajah Tante Fatima seolahbertanya ”mau apa lagi?“
(hlm. 138)
(21). EXT. RUMAH IRA – SENJABerjalan keluar pagar, lalu berhenti di depan rumah Ira, tiba-tiba ia tersenyumlalu mulai tertawa sendiri. Tertawa hingga tergelak...matanya mulai basah...Gie kembali berjalan.
(hlm. 138)
Dari kutipan (20), (21) terlihat Gie yang tidak boleh lagi mendekati Ira mulai
merasakan kesepian. Ia hanya bisa menahan tangis dalam tertawanya. Konflik yang
dialami Gie mulai mereda tatkala ia bertemu kembali dengan sahabatnya Herman
yang datang dari Irian.
(22). INT.KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGGie duduk sendiri di ruang dosen Fakultas Sastra. Ia sedang merapihkanbeberapa dokumen. Seorang dosen lain baru saja keluar ruangan, membantingpintu dengan keras. Gie melongos nafas. Beberapa saat kemudian, terdengarpintu terbuka pelan, Herman Lantang diam-diam masuk ke ruangan itu.
HERMANDoktorandus Soe Hok Gie.
Gie terkejut luar biasa. Ia seolah ingin melompat mendekati temannya itu
GIE
30
Hah? Herman...!!!Kapan datang..??
HERMANHaha.. sebenarnya minggu lalu tapi gue harus urus banyak sekali barang yang
gue bawa.
Gie dan Herman berpelukan, Gie tampak bahagia sekali.(hlm. 134)
Kutipan (22) menjelaskan konflik yang dialami Gie sendiri mulai mereda
setelah Herman kembali ke Jakarta. Gie begitu bahagia saat temannya ini kembali
lagi setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu. Konflik yang dialami Gie mulai
menurun ketika Gie bersama teman-temannya pergi naik gunung dan dalam
kebahagiannya naik gunung Gie mengalami halusinasi bertemu kembali dengan
teman kecilnya Han.
(23). EXT. GIE MENUJU PANGRANGO/MONTAGE– SENJA – MALAMGie berdiri di tepi jalan menuju Bandung. Beberapa mobil terus melintas....Sebuah pick up akhirnya berhenti, Gie melompat naik.
Di atas bak pick up itu Gie melamun lurus ke depan.
Turun di tepi sebuah jalan di Cipanas, menyeberangi jalan itu. Gelap malam.Gie kembali menghentikan mobil, sebuah truk mini berhenti, sekelompokpekerja tani membantunya naik.…Gie berjalan mendaki cepat sekali, ia menyusul serombongan anak-anak mudapendaki gunung. Terus mendaki, melewati beberapa kelompok lain yangberjalan pelan.
(hlm. 139)
(24). EXT. LEMBAH MANDALAWANGI – SENJAGie memakan sendiri coklat yang dibawanya, kertas pembungkusdilemparkannya ke api yang kemudian kembali menyala.
31
Gie berjalan sendiri di lembah Mandalawangi, ia mengeluarkan buku catatandari dalam tasnya. Gie menulis dalam gelap, Gie menggigil, dingin menembusbaju tipisnya.
Gie diam sendiri, ketika tiba – tiba ia menoleh ke belakang. Ia merasa adaseseorang mendekat namun tidak tampak di belakangnya. Kembali ia melihatlurus ke depan.
Tiba – tiba seorang melompatinya dari belakang. Gie terguling jatuh ke depan,ia terkejut bukan main. Namun kemudian tertawa ketika sadar adalah TJINHAN yang tiba – tiba muncul di hadapannya.
Kedua teman itu tertawa, berpelukan, saling tunjuk. Gie tampak bahagia luarbiasa melihat Han. Mereka lalu bergulingan di bukit itu... saat kembali berdiri,mereka menjadi Gie dan Han kecil.
Sesuatu menarik perhatian mereka, mereka melangkah mendekat...(hlm. 139 – 140)
(25). EXT. PANTAI BERPASIR KELABU – SENJAGie dan Han kecil berada di sebuah pantai berpasir gelap yang luas. Hantampak gembira berlari menuju pantai. Gie menyusul sahabatnya itu. Merekamenabrak ombak. Di satu sapuan ombak mereka berdua terjatuh. Giemenertawakan Han yang terbatuk – batuk menelan air laut.
Mereka berlarian basah kuyup di pantai kelabu itu… Matahari menyusul naik.
Gie dewasa muncul kembali, ia tertawa bahagia melihat mereka.(hlm. 149)
Kisah ini berakhir dengan kabar kematian Gie yang diterima oleh orang–
orang dari surat kabar.
(26). INT. JAKARTA DAN SEKITARNYA / MONTAGE – SIANGJakarta yang murug, hujan telah selesai turun namun hari masih mendung.
DI SEKITAR GAJAH MADA. Seorang anak berusia 16-an tahunmenghampiri sebuah warung, membeli koran. Hujan mulai turun rintik –rintik ketika ia berjalan di tengah keramaian, ia kemudian berhenti melihatheadline kecil, ” Soe Hok Gie wafat di puncak Semeru“.
32
DI SEBUAH WARUNG BAKMI. Dua orang tua keturunan Cina dengatsangat intens berbagi baca sebuah koran. Lalu meletakkannnya di atas mejatampak headline ” Musibah Pecinta Alam UI di Semeru“. Keduanyamemandang kosong ke depan.
DI SEBUAH PEREMPATAN. Pejabat pensiunan melamun melihat keluarjendela mobilnya, tangan kanannya masih memegang sebuah surat kabar.
DI FAKULTAS SASTRA RAWAMANGUN. Beberapa kelompokmahasiswa membaca koran, mereka lalu tampak menunduk. Mereka kembalimelihat koran itu seolah tak percaya apa yang dibacanya.
(hlm. 143 – 144)
Berdasarkan analisis tahapan alur di atas dapat disimpulkan bahwa alur dalam
naskah skenario Gie adalah alur lurus atau linier. Sebab pada plot ini fokus
permasalahannya terletak pada diri Gie yang mengalami konflik dengan orang lain
maupun dengan dirinya sendiri.
2.2 Tokoh
Skenario film mengenal istilah tokoh dengan karakter. Tokoh utama naskah
skenario Gie diwakili dengan karakter protagonis dan tokoh tambahan meliputi
karakter sidekick, dan antagonis. Dalam skenario karakter dituangkan dalam dialog-
dialog antartokoh. Skripsi ini, akan mendeskripsikan tokoh dengan
pengkarakterisasian tokoh utama dan tokoh tambahan.
2.2.1 Tokoh Utama
Tokoh utama dalam naskah skenario Gie adalah Soe Hok Gie. Soe Hok Gie
merupakan seorang pemuda keturunan Cina dengan latar agama Katolik. Di masa
33
remajanya Gie begitu yakin bahwa ia termasuk anak yang paling pandai
dibandingkan dengan teman-temannya. Dalam cerita ini Gie adalah tokoh dengan
karakter protagonis karena ia menjadi inti cerita.
(27). EXT. DI DALAM BUS KOTA - SIANGGIE (V.O)
Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu. Nilai ulanganku 8 tapioleh guruku dikurangi 3. Aku tidak senang dengan hal itu.
(hlm.9).
(28). INT. RUMAH KELUARGA SOE - PETANGGIE (V.O)
Aku iri karena di kelas hanya menjadi orang ketiga yang terpandai dariulangan tersebut. Aku yakin aku aku yang terpandai dibanding seluruh kelas.
(hlm.10).
(29). INT. RUMAH KELUARGA SOE – SIANGGie marah, ia hampir menangis,
GIENggak bisa Ma, aku gak terima, aku yakin nilaiku baik, aku lebih pintar dari
banyak anak-anak lain. Ini pasti karena guru-guru dendam sama aku.
NIOSudahlah Gie, kamu mengulang saja. Menurut pak Tjan kamu masih bisa
mengulang, belum rugi umur. Terus jadi anak yang lebih nurut.
GIEGak bisa... Sekarang gini, Mama percaya gak aku bisa, aku pintar, aku banyak
membaca... Mama percaya gak?(hlm. 14).
Gie adalah anak yang berani. Di masa-masa sekolah, dia sudah berani untuk
mengemukakan pemikiran-pemikirannya. Bahkan Gie berani melawan pemikiran
gurunya yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Karena menurutnya pendapat
gurunya mengenai penerjemah dan pengarang adalah salah.
34
(30). INT. SMP STRADA – SIANG...BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. Gie berdebat intens dengan guruArifin, yang berusaha tenang dan berjalan pelan mondar-mandir di depankelas.
GIEBukankah ada perbedaan antara pengarang dengan penerjemah?
ARIFINTapi dia bisa dikatakan pengarang karena sang pengarang asli tidak dikenal disini. Jadi dapatlah dikatakan Chairil sebagai pengarang Pulanglah Dia si Anak
Hilang
GIE(mulai ngotot, memotong Arifin)
Tidak bisa. Tetap saja kita katakan kalau dia penerjemah bukan pengarang.Dan Andre Gide, pengarang aslinya, dikenal di sini…, semua anak SMA tentu
mengenal.(hlm. 8).
(31). INT. KELAS DI KANISIUS – SIANGSebuah diskusi di kelas sejarah, tampak tertib. Seorang GURU SEJARAH(berpakaian seorang frater) berdiri di depan kelas.
GURUJadi menurutmu Demokrasi Terpimpin sebenarnya sama sekali tidak
demokratis, Soe?
GIEJelas...lihat apa yang terjadi dengan pers hari hari ini, Indonesia Raya, atau
Harian Rakyat. Saya bukan simpatisan komunis tapi apa yang terjadi terhadapHarian Rakyat adalah contoh pelanggaran terhadap demokrasi Pak...
Gie diam sebentar, Guru seperti menanti, dan Gie melanjutkan,
GIEKita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah seseorang
kalau berani menyatakan pendapat yang merugikan pemerintah. Mereka yangberani menyerang koruptor lalu ditahan... Menurut saya, itu adalah tanda-
tanda kediktatoran...(hlm.20).
35
Gie bukanlah orang yang bisa terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Di
saat orang-orang keturunan Cina, termasuk saudaranya mengurus penggantian nama
Cinanya dengan nama yang berbau Indonesia, Gie tidak lantas ikut mengganti
namanya. Dia tetap memakai nama Cinanya.
(32). INT. RUMAH SOE HOK DJIN - SIANGRumah Djin adalah sebuah paviliun sederhana. Djin dan Gie melangkah pelankeluar dari rumah lalu duduk di pagar teras. Djin menghadap ke dalam rumah,Gie menghadap keluar. Seorang wanita manis keluar dari rumah, ia adalahLEILA, Istri Djin....
GIEHmm Djin, aku dengar kamu mengurus penggantian nama,
Djin diam sebentarGIE
Apa nama barumu?
LEILA (O.S)(dari dalam rumah)
Arief Budiman
GIE(mengangguk seakan setuju)
Wow...
LEILA (O.S)Gie..., kamu?,
GIEkenapa?
LEILAKamu nggak mengganti nama?
GIEAku?
36
Gie mengambil sepotong mangga, mengunyahnya lalu menggeleng tersenyumpada Arief dan Leila.
(hlm 124-125).
Gie merupakan sosok tokoh yang cepat merasa kasihan atau iba terhadap
orang lain, sekalipun orang itu ia benci. Ia tidak tega melihat kondisi orang-orang
yang ada di sekitarnya begitu memprihatinkan. Hatinya cepat tersentuh bila melihat
orang lain menderita.
(33). EXT. PEMUKIMAN KUMUH RUMAH ARIFIN- SIANGMereka sampai di sebuah perumahan kumuh di tepi sungai. Arifin tiba dirumah, disambut oleh seorang istri yang tersenyum riang, dan tiga anak kecilyang kurus tak berbaju.
Gie mengamati kejadian itu dari jauh, Han mengambil lagi sebongkah batu.Namun wajah Gie berubah, ia mengajak Han menjauh.
(hlm.16).
(34). INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAMHujan terdengar turun di luar. Pintu rumah itu tertutup rapat, diketuk keras.Setelah beberapa saat, seseorang mendekati pintu itu. Soe Hok Gie membukapintu.
GIE(tampak heran)
Tjin Han?
Anak itu sebaya Gie, bernama TJIN HAN. Tubuhnya basah kuyup. Ia hanyabengong melihat ke Gie.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN. Gie melap rambut Tjin Han, dengandiperhatikan oleh seluruh anggota keluarganya. Mereka semua mengamatimemar membiru di kepala Tjin Han. SOE LIE PIET, ayah Gie, melongosnafas lalu berjalan meninggalkan mereka. Salah satu kakak perempuan Gie,DIEN, berkata,
DIENHan, lu pulang aja ya. Mungkin tante lu gak bakal marah lagi.
Gie memotong ucapan Dien,
37
GIE(tegas)
Lu tinggal di sini. Lu tidur di situ, tempat gue!
Lalu maju seorang anak lelaki yang sedikit lebih besar dari Gie, kakaknyayang bernama SOE HOK DJIN
DJINGie, lu dengerin omongan Dien! Lu anterin si Han balik ke rumahnya... Ini
bukan urusan lu, Gie... bukan urusan kita...
GIEKalo dia pulang, dia bisa dihajar habis-habisan... Lu tega??
(hlm. 4-5).
(35). EXT. HALTE DI DEKAT ISTANA – SIANGGie tertarik dengan sesuatu di luar jendela bus. Tampak seorang priabertelanjang dada, kurus dan kotor, mengaduk-aduk sebuah wadah sampah.Gie mengamatinya. Pria itu menemukan sesuatu, kulit mangga dengan sedikitsisa-sisa daging mangga, Gie tampak meringis. Lalu pria itu memakan kulitmangganya sekaligus, ia tampak betul-betul lapar.
....Gie kembali melihat ke pria pemakan kulit mangga. Buru-buru ia turun daribus dan mendekati pria itu sambil merogoh kantung celananya.
Saat itu pula arus mulai bergerak, Gie kembali berlari mengejar bus, saat busberjalan menjauh. Gie kembali melihat pria itu dari kejauhan, ia melihatrecehan uang di tangannya, lalu melihat ke arah bus yang ditumpangi Gie.
(hlm. 22-23 ).
Sosok pemuda yang satu ini gemar pergi ke perpustakaan untuk membaca
sebuah buku. Mulai dari buku Mochtar Lubis, On Religion by Marx, hingga biografi
Gandhi dan Tagore. Gie tidak sekedar untuk membaca buku, tapi juga menulis
sesuatu dari buku yang dibacanya. Gie tidak hanya menulis dari buku-buku yang
dibaca, namun ia juga menuliskan kejadian yang ada di sekitarnya ataupun perjalanan
yang berhubungan dengan hidupnya ke dalam buku hariannya. Hobi menulisnya itu
38
ia dapat dari sang ayah, yang juga seorang penulis terkenal pada zamannya.
Kegemaran Gie yang satu ini, membuat tulisannya dipasang di papan pengumuman
bahkan diterbitkan di media.
(36). INT. PERPUSTAKAAN MUSEUM – SIANGGie mengembalikan buku di perpustakaan, sebuah biografi Gandhi. Ia lalumenerima buku sebuah biografi TAGORE
Gie mencatat banyak hal dari buku-buku yang dibacanya.
Gie duduk membaca di perpustakaan....(hlm. 17).
(37). EXT. KORIDOR SEKOLAH KANISIUS – BEBERAPA WAKTUKEMUDIANGie berjalan membawa selembar kertas mencari-cari sebuah ruangan.
POV: Tulisan Gie ditempel bersebelahan dengan tulisan Djin. KENAPAMOCHTAR LUBIS DI PENJARA? Djin berdiri di situ membaca tulisan Gie,sempat ia menengok ke arah Gie yang mengamatinya di ujung koridor.
(hlm. 21).
(38). INT. RUMAH KELUARGA SOE – SIANGGie di rumah, menulis catatan hariannya. Seekor anjing bersandar di kakinya.Gie mengambilsebuah buku, ia lallu membaca. Buku itu berjudul OnReligion, by Marx/Engels....
(hlm. 45).(39). INT. PUSAT SEJARAH ABRI – SIANG.... Tampak dua orang berusia 50an tahun, berseragam militer. Salah satu darimereka mendorong selebaran Mahasiswa Indonesia yang terletak di atasmeja, pada seseorang yang hadapannya. Soenarto mengambil koran itumengambil koran itu membacanya cepat.
(hlm. 120-121).
Selain gemar membaca dan menulis, Gie tergolong pemuda yang suka
menghabiskan waktu dengan pergi naik gunung. Kegemarannya ini ada sejak ia
masih duduk di bangku SMP dan berlanjut hingga duduk di bangku kuliah. Gie
39
termasuk pemuda yang menyukai tantangan karena dibanding pergi ke pantai, Gie
lebih memilih pergi ke gunung. Hampir semua gunung yang ada di Jawa sudah
pernah ia daki.
(40). EXT. MONTAGE PERJALANAN NAIK GUNUNG – SIANGMereka di pinggir jalan menghentikan truk. Mereka di atas sebuah truk mini.Gie tersenyum pada Han yang tampak khawatir.
HANGie, kita ke gunung atau ke pantai?
GIEHan, ke Gununglah..., ke pantai gampang...
(hlm. 18).
(41). INT. KANTOR SINAR HARAPAN – SIANGDuduk di belakang meja kerja yang sederhan. Aris membaca manuskriptulisan Gie...
ARISTrus kapan kita pergi lagi..., lebih bener kita naik gunung lah...
GIESemeru... kau mau...??
ARISSemeru?
GIEYa. 3600 meter. Tertinggi di Jawa. Merapi kita sudah, Salak sudah, ya tinggal
Semeru kan?
Aris terlihat senang,
ARISBoleh, boleh, kau kumpulkan lah anak-anak, kita bikin rencana….
(hlm. 117).
(42). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANG....
GIEEh, gue dan Aris mau rencana naik Semeru, udah dengar?
40
HERMAN(kaget)
Hah, Semeru??Gila lu...
GIEHampir semua gunung di Jawa udah kita naikin, Man... tinggal Semeru..
(hlm. 135).
Awal mulanya, Gie adalah pengagum Soekarno. Ia menganggap Soekarno
sebagai founding father Indonesia. Namun, seiring perkembangan waktu Gie
membenci sikap yang dilakukan oleh Soekarno. Bahkan Gie cenderung tidak
menyukai politik yang dijalankan Soekarno pada pemerintahan ini.
(43).INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS –MALAM...
GIE(suara mengeras)
Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidakpada Soekarno.
(hlm28).
(44). EXT. HALAMAN ISTANA – SIANGGIE (V.0)
Sukarno mempunyai 3 aspek. Gelar raja-raja Jawa juga sama dengan gelarpolitik:”kawula ing tanah jawi”, tentara:”Senapati ing ngalaga”, dan
agama:”Syekh SabidinNgabdulrachmad”. Presiden Sukarno adlah lanjutandaripada raja-raja tanah Jawa.
(hlm. 48).
(45). INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAMGIE (V.O)
Karena itu dalam tindakan-tindakannya ia bersikap seperti raja-raja dahulu. Iaberisteri banyak, medirikan keraton-keraton dan lain-lain.
(hlm. 48).
(46). EXT. SEBUAH DAERAH PEMUKIMAN – MALAMGIE (V.O)
41
Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yangkotor...
(hlm. 53).
Gie merupakan mahasiswa yang aktif dalam mengikuti demo melawan
pemerintahannya. Tetapi ia kurang setuju dengan gaya demo demo para mahasiswa
yang main gebrak rame-rame. Bersama kelompoknya Gie membuat gebrakan dalam
melakukan orasinya terhadap pemerintahan.
(47). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – MALAMGie memasuki ruangan auditorium, diikuti oleh Herman, Ira, Roeli, danYossy. Gie menarik kursi auditorium yang kosong itu.
GIEBukannya gue ragu sama apa pun... gue gak suka sama gaya gebrak rame-
rame orang-orang itu. Jangan salah sangka dulu, gue Cuma merasa kalau kitatidak boleh atau lebih tepatnya boleh tidak mewakili organisasi siapa-siapa...
iya kan? Gue sepakat dengan misi gerakan ini. Ini gerakan bersama kita, tapi...gue gak merasa jadi bagian dari kelompok mereka...
...IRA
Gie, gue setuju..., kita bisa bikin gaya sendiri... cara kita sendiri...
HERMANGue juga setuju!
(hlm. 82).
(48). EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTA – SIANGGie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yangagak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.
(hlm. 83).
(49). EXT. DEKAT SALEMBAGie dan kawan-kawan melewati kelompok besar mahasiswa yangberdemonstrasi dan duduk-duduk di depan kampus Salemba. Mereka kembalimenjadi perhatian. Seorang pria muncul di antara keramaian mengamatikelompok Gie, berbagi senyum dengan teman di sebelahnya....
GIE (V.O)
42
Dengan dukungan dari beberapa mahasiswa yang juga tidak mau punyahaluan, kami membuat gebrakan kecil, dengan humor, nyanyian spontan
penuh tawa...(hlm. 83).
Sebagai pemuda yang mempunyai darah keturunan Cina tidaklah membuat
Gie tidak meyukai seni tradisional Indonesia justru ia begitu menyukai dan
menikamati budaya Indonesia. Bersama sahabat-sahabatnya, dia sering meluangkan
waktu untuk menonton pertunjukan kesenian tradisional.
(50). EXT. DI SEKITAR TIM – MALAMGie, Ira, Herman, dan teman-teman menonton sebuah pertunjukkan Lenong,mereka tertawa-tawa.
(hlm.34).
(51). INT. SEBUAH PERTUNJUKAN WAYANG BALI – MALAMPertunjukan wayang kulit Bali, di sebuah ruangan terbuka di TIM. Gie datangterlambat dan melihat berkeliling mencari teman-temannya. Ira melambaikantangan padanya.
(hlm.111).
Di kalangan para mahasiswa UI sosok Gie tidaklah asing bagi mereka. Gie
sering diundang dalam sebuah diskusi untuk menjadi pembicara baik dalam sebuah
forum maupun dalam sebuah siaran di radio. Dalam diskusi-diskusi yang
dilakukannya bersama para mahasiswa, para dosen maupun para aktivis, dia selalu
mengkritik pemerintahan yang dipimpin Soekarno.
(52).INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS –MALAMKampus itu mulai sepi, hanya beberapa ruangan yang tampak nyala lampu.Sebuah ruang kuliah yang tidak terlalu besar, namun cukup padat dihadirimahasiswa yang tengah berdiskusi.
43
Sekitar 25 orang, terdiri dari mahasiswa dan dosen, berkumpul. Tampak pulaHerman, Ira dan Denny. Gie sedang menjadi pembicara. Walau tidak keras,suaranya terdengar jelas dan antusias.
GIE... sekarang keadaan makin parah. Pergulatan Militer dan PKI harus menuju
kepada titik-titik pergulatan. Apakah titik itu berupa clash atau hanya didalam, entahlah. Tapi kita berharap bahwa hanya di dalam saja. Sekarang
harga-harga makin membubung, kaum kapitalis makin lahap memakan rakyat.Dalam keadaan inilah seharusnya kaum inteligensia bertindak, berbuat
sesuatu. Tentu saja tidak berbuat sesuatu yang konyol. Bidang seorang sarjanaadalah berpikir dan mencipta yang baru.
Mereka harus bisa bebas di segala arus-arus masyarakat yang kacau. Tetapimereka tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya, ialah bertindak demi
tanggung jawab sosialnya bila keadaan telahh mendesak...
Herman, Denny, Ira, Jaka dan seluruh mata di ruang diskusi memandang Giedengan kekaguman...
GIEKelompok intelektual yang terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telah
melunturkan semua kemanusiannya. Ketika Hitler telah membuas, makakelompok ’Inge School’ berkata tidak. Mereka punya keberaniaan untuk
berkata tidak. Meraka walaupun masih muda, telah berani menentangpemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi. Bahwa mereka mati,itu bukan soal... Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak
ada indahnya penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicaratentang kebenaran.
...GIE
(suara mengeras)Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidak
pada Soekarno.
Gie mencoba mengontrol suaranya.GIE
Memang Soekarno bukanlah Hitler, bahkan dia adalah orang yang begitutragis dan harus dikasihani. Tetapi orang-orang di sekitarnya, baik militer
maupun sipil, adalah bajingan-bajingan...(hlm.28).
(53). INT. PUSAT SEJARAH ABRI – SIANGSebuah radio berukuran besar, menyiarkan diskusi radio UI.
44
PENYIAR (O.S)Hok Gie, kalau menurut anda ke mana lagi kita akan dibawa, ka mana lagi
pemerintahan ini akan berjalan.
GIE (O.S)Terus terang saya khawatir sekali. Ini pernah diramalkan oleh seorang teman.
Dominasi militer akan semakin kuat, karena militer adalah pahlawan baru.Kini mereka berkuasa dan kekuasaan kembali menjadi setir... Saya juga
melihat bahwa ormas Islam akan kembali muncul dan memegang kendali,sementara parlemen hari ini diisi oleh orang-orang yang membawa
kepentingan politik penguasa. Tidak mungkin mengawasi jalannya kekuasaan.(hlm.119-120).
Gie merupakan sosok pemuda yang peduli akan keselamatan orang lain,
terutama sahabat kecilnya. Ketika ia bertemu kembali dengan teman lamanya, Gie
seolah tidak percaya bahwa teman kecilnya bergabung dalam sebuah organisasi. Dia
begitu mencemaskan keadaan temannya tersebut karena organisasi tersebut
merupakan organisasi yang terlarang di Indonesia. Kepedulian Gie terhadap teman
kecilnya itu membuat ia terus mencari informasi tentang keberadaan temannya
kepada seorang kolonel.
(54). EXT. SEBUAH WARUNG DI DEKAT PABRIK – SIANGGie duduk di warung tepi jalan itu, sementara pandangannya melihat ke arahHan yang sedang sangat serius bicara dengan beberapa pemuda lain. Gie lalumenatap ke arah tumpukan bendera partai komunsi yang kini terduduk disalah satu kursi di dekatnya. Han datang mendekat dan dengan bersemangatmeminum teh manis yang tampak di atas meja.
HANGie, dengar gue sebentar…lu mestinya inget dan ngerti kenapa gue pengenhidup gue berubah, kenapa gue pengen hidup gue layak. Dan seperti lu, guejuga merasa punya tugas untuk memastikan rakyat kita yang miskin hidup
layak. Ini akan tercapai, Gie…
Han menatap Gie dengan sangat serius kini.
HAN
45
Dan lu Gie...lu mustinya tau itu...
GIE( memelan )
Tolong dengar omongan gue, tolong…Keluar dari organisasi. Percaya samague Han…
(hlm. 49-51).
(55). INT. RUMAH TJIN HAN DI ROXI – MALAMPoster Soekarno tergantung di dinding dalam kegelapan. Hanya ada celahcahaya sedikit dari luar. Pintu diketuk perlahan. Seseorang berjalan cepatberkelabat. Ia mengintip dari celah jendela. Pintu itu dibuka pelan. Giemasuk…
GIELu ikut gue Han, elu ikut gue sekarang, lu sembunyi di rumah teman gue…
(hlm. 74).
(56). INT. MARKAS ANGKATAN DARAT – SIANGSebuah koridor panjang dengan banyak pintu. Gie mengetuk salah satunya.Kolonel Wjono membuka pintu, sebentar melihat kanan kiri, lalumempersilahkan Gie masuk.
Wijono memberi sebuah dokumen bersi foto-foto. Gie mengamati beberapafoto, foto-foto eksekusi orang-orang PKI di berbagai daerah. Beberapa kali iamenggelengkan kepalanya.
(hlm.112).
(57). INT. MARKAS ANGKATAN DARAT – SIANGWijono mengeluarkan sebuah buku besar yang berisi daftar nama-namaorang. Tangannya mengikuti deretan nama yang terketik itu hingga sampaipada abjad T, Tan Tjin Han. Mata Gie berhenti pada nama itu, wajah Giememucat.
(hlm.113).
Gie adalah pemuda yang dikagumi banyak orang karena keberaniannya dalam
menuliskan sesuatu, tapi karena tulisannya juga ia dibenci oleh orang-orang. Mereka
yang dulu mengagumi tulisannya, berbalik menjadi benci kepadanya termasuk para
militer, mahasiswa dan dosen-dosen UI yang dikarenakan tulisannya yang tajam
46
dalam mengkritik pemerintahan Soekarno. Mereka takut dengan apa yang ditulis oleh
Gie. Mereka yang dulu mendukung hubungan anak mereka dengan Gie menjadi tidak
menyetujui hubungan tersebut. Bahkan seorang gadis yang pernah dekat dengan Gie
memilih untuk meninggalkannya.
(58). INT. RUMAH SINTA – SIANGDi dalam rumah. Seorang pria 50an tahun keturunan Cina, SURYAWINATA, duduk di sebuah meja makan membaca koran. Tampak judultulisan itu “Politikus dan Kedjantanan oleh Soe Hok Gie”.
…. Surya melipat koran, mengangguk sebentar lalu mengangkat cangkir kopi.SURYA
Berani... tajam...(pelan)
Anak hebat.(hlm. 95-96).
(59). EXT. SEKITAR GAJAH MADA – SIANGGie berhenti di tempat dimana ia biasa membeli surat kabar. Saat iamembayar, seorang ANAK REMAJA berseragam sekolah mendekatinya.
ANAK ITUHok Gie ya?
Gie tersenyum melihat anak itu,
GIEYa...,
ANAK ITUSaya suka baca tulisan anda....
(hlm. 107).
(60). INT. PUSAT SEJARAH ABRI – SIANG.... Tampak dua orang berusia 50an tahun, berseragam militer. Salah satu darimereka mendorong selebaran Mahasiswa Indonesia yang terletak di atasmeja, pada seseorang yang hadapannya. Soenarto mengambil koran itumengambil koran itu membacanya cepat.
MILITER I
47
To, kamu bisa tidak mengontrol orang ini?
Soenarto meletakkan koran itu.SOENARTO
Begini, dia orang bebas. Aku bisa bicara dengan dia, tapimengontrol dia...,
MILITER IITapi dia bekerja untukmu Narto,
SOENARTOPernah bekerja bersama saya, tapi seperti saya bilang dia orang
bebas...
MILTER IIOke, kalau begitu kita bisa berbuat bebas padanya?
Soenarto menatap tajam kedua orang itu, wajahnya berubah tegang.
MILITER IBagaimana Narto? Kami atau kau...
(hlm. 120-121).
(61). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGGie berjalan di selasar kampus. Ia melihat wajah-wajah yang berjalanberlawanan arah dengannya. Banyak yang acuh, ada yang sinis. Sekelompokmahasiswa duduk di selasar membaca koran yang memuat tulisan Gie, meliriksinis ketika Gie melintas.
(hlm. 134).
(62). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGGie duduk sendiri di ruang dosen Fakultas Sastra. Ia sedang merapihkanbeberapa dokumen. Seorang dosen lain baru saja keluar ruangan, membantingpintu dengan keras.
(hlm. 143).
(63). INT. RESTORAN DI MEGARIA – MALAMGie dan Sinta makan bakmi, dua botol Coca Cola. Gie melihat ke arah Sintayang terus melihat keluar. Sesaat kemudian Sinta menatap ke arah Gie,menarik nafas.
48
Sinta hanya menggelengkan kepala. Pelan sekali Sinta menunduk. Matanyaberkaca-kaca. Air matanya itu jatuh juga. Sinta menyenderkan kepalanya dipundak Gie. Gie menahan emosinya.
SINTA(berbisik)
Maafkan aku Gie... maaf Gie...(hlm. 126-127).
(64). INT. RUMAH IRA – SENJAGie mengetuk pintu, setelah beberapa kali akhirnya pintu dibuka. TanteFatima membuka pintu lalu sedikit menahannya.
GIEIra ada tante??
Tante Fatima diam sebentar, mengatur nafasnya sebentar...
TANTE FATIMAIra sedang istirahat dan tidak bisa diganggu.
Gie hanya diam. Tante Fatima menggerakkan daun pintu sedikit lebih raptsupaya Gie tidak dapat melihat ke dalam rumah. Wajah Tante Fatima seolahbertanya ”mau apa lagi?“
(hlm.138).
Dalam menulis, Gie sering melakukan kritikan tajam terhadap jalannya
pemerintahan yang dipimpin oleh Soekarno. Selain mengkritik pemerintahan
Soekarno Gie juga membuat tulisan yang isinya mengkritik kampus tempat ia
menimba ilmu dan juga kampus-kampus yang ada di Indonesia.
(65). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, WARUNG SENGGOL –SIANGTergeletak di atas meja, terbitan itu diambil oleh mahasiswa. Anak-anaksastra membaca Pembaharuan. Mereka berada dalam beberapa kelompok,beberapa tampak manggut-manggut.
Denny, Herman, dan beberapa kawan melihat ke arah Gie yang sedangberjalan melintasi mereka. Mereka saling memberi isyarat. Denny berjalanmenyusul Gie,
49
DENNY(memanggi)
Gie,
Denny berjalan mendekat, melambai-lambaikan kertas di tangannya. Satuedisi Pembaharuan
DENNYIni pasti ada hubungannya dengan lu, banyak kibul di negara ini rupanya…
Gie hanya tersenyum kecil….(hlm.55-56).
(66). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGGIE (V.O)
Tetapi kalau kita melihat secara lebih mendalam terhadap ”republik-republikkecil ini“ kita akan bergidik sendiri. Di ”Republik Gadjah Mada di Yogya“
warga negaranya, mahasiswa-mahasiswanya, tidak mampu menyusun sebuahpemerintahan yang demokratis. Di sana tidak ada Dewan Mahasiswa intra,
yang ada hanyalah KAMI yang merupakan ormas-ormas ekstra yangmemerintah ”Republik Gadjah Mada“.
(hlm. 132).
(67). INT. RUMAH KELURGA SOE – MALAMGie menarik selembar kertas dari mesin ketik, tulisan yang barudiselesaikannya, tampak judul ”WAJAH MAHASISWA UI YANG BOPENGSEBELAH“.
(hlm. 133).
Gie merupakan pemuda yang mencemaskan kondisi negaranya dan orang-
orang yang ada di negaranya. Meskipun pemerintahan Soekarno sudah berganti
dengan pemerintahan Soeharto. Kecemasan itu muncul karena pemerintahan
Indonesia isinya adalah orang-orang intelektual dari Universitas Indonesia.
(68). INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAM
GIE (V.O)UI adalah sebuah ”raksasa“ di dalam masyarakat Indonesia. BAPPENAS
dipimpin oleh orang-orang UI... Menteri-menteri Pertambangan,Perdagangan, Kehakiman adalah guru besar di UI. Banyak pos-pos penting di
50
pemerintahan dipegang oleh orang-orang UI... Ada orang iseng yang bilangbahwa kabinet Soeharto adalah kabinet koalisi ABRI-UI. Hal ini adalah
rahmat dan bencana bagi UI. Karena setiap kelompok yang ambisius berpikirbahwa ia dapat menambah kuasanya jika ia bersuara di UI. Hal yang sama
terjadi di dunia mahasiswa. Saya tidak tahu berapa Ormas yang telahmenempatkan UI sebagai proyek utamanya.
(hlm. 133-134).
Kesimpulan dari analisis karakter Soe Hok Gie di atas adalah Gie merupakan
anak yang terpandai di kelasnya dibanding teman-temannya. Sebagai murid SMP,
Gie sudah berani untuk melawan pendapat gurunya yang dinilainya salah. Gie adalah
pemuda yang mempunyai sifat teguh dalam memegang prinsipnya dan tidak mudah
terbujuk. Sifat Gie mudah tersentuh sehingga ia tidak tega melihat kehidupan orang-
orang yang ada di sekitarnya begitu memprihatinkan.
Gie adalah pemuda yang suka pergi ke perpustakaan untuk membaca dan
menulis. Kegemaran menulisnya ia dapat dari ayahnya, tulisan-tulisan Gie pernah
dipajang di papan pengumuman dan diterbitkan di media. Selain itu, dia lebih sering
menghabiskan waktunya dengan pergi naik gunung. Gie termasuk salah satu pemuda
Indonesia yang menentang sosok Soekarno. Sebagai mahasiswa yang aktif dalam
mengikuti kegiatan kampus Gie kurang setuju dengan adanya gaya demo mahasiswa
yang main gebrak rame-rame sehingga ia membuat gebrakan tersendiri. Menonton
pertunjukkan tradisional adalah salah satu hobi.
Gie sering diundang untuk menjadi pembicara dalam sebuah diskusi, (53). Gie
memiliki kepedulian terhadap keselamatan temannya. Karena tulisan-tulisannya ia
dikagumi oleh orang-orang, tetapi ia juga dibenci. Dalam membuat tulisan, Gie tidak
51
hanya mengkritik pemerintah tapi juga kampus UI. Gie termasuk pemuda yang
mencemaskan keadaan negaranya.
2.2.2 Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan dalam naskah skenario Gie yang dianalisis ialah Herman,
Ira, Soe Hok Djin, Tan Tjin Han, dan Jaka. Pembahasan dari masing-masing tokoh
naskah skenario ini sebagai berikut.
2.2.2.1 Herman Lantang
Herman adalah sosok tokoh yang diceritakan sebagai sahabat Gie. Usianya
lebih tua dibanding Gie, 23 tahun. Dia tergolong orang yang tidak menyukai dengan
kegiatan yang berbau politik.
(69). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SALAH SATURUANGAN–MALAMGie dan Herman berdiskusi dengan serius di ruangan yang kosong.
GIEMan, gue cuma ngerasa kita harus melakukan sesuatu. Keadaannya nggak
tambah sehat. Mereka yang akan maju adalah orang-orang yang terlalu kuatdidomplengi. Sastra bisa rusak ’Man...
HERMANBukannya gue gak mau jadi calon Gie, tapi gue merasa gak punya ketertarikan
jadi ketua. Gue nggak suka dengan politik tai kucing ini.(hlm. 61).
Meskipun Herman tidak menyukai kegiatan yang berbau politik, dia adalah
ketua senat di kampusnya. Herman dicalonkan oleh Gie untuk menjadi ketua senat
agar dapat memimpin perjuangan Gie dan kawan-kawannya dalam melakukan
perlawanan terhadap pemerintahan Soekarno.
52
(70). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SALAH SATURUANGAN–MALAMGie dan Herman berdiskusi dengan serius di ruangan yang kosong.
GIEJustru itu... menurut gue lu paling ideal ’Man. Pertama… lo paling senior di
antara kita, lu punya tongkrongan jadi ketua dan elu nggakk punyakeberpihakan politik. Justru itu kelebihan kita dan teman-teman kita. Gue
yakin semua bakal setuju… Man, kita jadikan Mapala lebih kuat…
Herman kelihatan mulai mempertimbangkan,HERMAN
Gitu ya...? Tapi lu bantuin gue ya....(hlm. 61).
(71). EXT. DI JALAN DEPAN KAMPUS SALEMBA – SIANGHerman dan teman-teman dari Sastra tampak di tengah kelompok ini. Di satuketika mereka meneriakkan yel-yel. Mereka mengangkat spanduk KAMI, danberbagai slogan Tritura.
Gie datang menyeberang jalan, bergabung dengan mereka, tampak Roeli danYossy ikut di belakangnya. Herman menepuk pundak Gie.
GIEHerman,
(menunjuk kedua temannya)Ini Roeli dan Yossy,
...GIE
(ke Herman)Mereka akan bantu-bantu otot Rawamangun.
(ke Roeli dan Yossy)Herman ketua senat, dia bisa urus identitas kalian.
(hlm. 81).
Herman dan Gie memang bersahabat. Tetapi sebagai seorang sahabat, Herman
tidak mengerti dengan jalan pemikiran sahabatnya, terutama dengan pemikiran Gie
yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan negerinya sendiri.
(72). INT. RUMAH PENDUDUK DI LERENG MERAPI – MALAM
53
Sebuah teras rumah penduduk. Tampak anak-anak Mapala sedang tertidurlelah setelah pendakian. Gie masih terbangun, duduk sendiri di pagarpembatas teras dengan halaman. Malam itu senyap sekali.
Herman terbangun, lalu berjalan mendekat dan duduk tak jauh dari Gie....
HERMANGie, gue lama pengen nanya sama lu...untuk apa sih sebenarnya perlawanan
kita ini semua...?(hlm. 66).
Sebagai sahabat, Herman begitu kagum terhadap Gie. Kekaguman itu tampak
ketika Gie menjadi pembicara dalam sebuah diskusi. Dengan tenang, Herman
menndengarkan Gie berbicara.
(73)..INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS –MALAMKampus itu mulai sepi, hanya beberapa ruangan yang tampak nyala lampu.Sebuah ruang kuliah yang tidak terlalu besar, namun cukup padat dihadirimahasiswa yang tengah berdiskusi.
Sekitar 25 orang, terdiri dari mahasiswa dan dosen, berkumpul. Tampak pulaHerman, Ira dan Denny. Gie sedang menjadi pembicara. Walau tidak keras,suaranya terdengar jelas dan antusias....Herman, Denny, Ira, Jaka dan seluruh mata di ruang diskusi memandang Giedengan kekaguman...
(hlm. 27-28).
Herman selalu mendukung apa yang dilakukan Gie. Termasuk ketika Gie
ingin melakukan gebrakan dalam melakukan demonstrasi melawan pemerintahan.
Herman selalu setuju dengan ide-ide yang dipunyai sahabatnya itu.
(74). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – MALAMGie memasuki ruangan auditorium, diikuti oleh Herman, Ira, Roeli, danYossy. Gie menarik kursi auditorium yang kosong itu.
GIE
54
Bukannya gue ragu sama apa pun... gue gak suka sama gaya gebrak rame-rame orang-orang itu. Jangan salah sangka dulu, gue Cuma merasa kalau kitatidak boleh atau lebih tepatnya boleh tidak mewakili organisasi siapa-siapa...
iya kan? Gue sepakat dengan misi gerakan ini. Ini gerakan bersama kita, tapi...gue gak merasa jadi bagian dari kelompok mereka...
...IRA
Gie, gue setuju..., kita bisa bikin gaya sendiri... cara kita sendiri...
HERMANGue juga setuju!
(hlm. 82).
Melalui analisis di atas dapat disimpulkan karakter tokoh Herman, yaitu
Herman merupakan sahabat Gie yang membenci kegiatan berbau politik. Herman
adalah ketua senat di kampusnya. Herman digambarkan sebagai sahabat yang belum
dapat mengerti jalannya pemikiran Gie. Sebagai seorang sahabat Herman memiliki
kekaguman terhadap Gie yang berani berbicara tentang pemerintahan Soekarno.
Selain itu, ia selalu mendukung segala ide Gie yang melakukan gebrakan dalam
berdemo untuk meruntuhkan pemerintahan Soekarno.
2.2.2.2 Ira
Ira adalah gadis cantik yang menjadi sahabat Gie. Dia berbeda dengan gadis
lainnya karena sebagai sosok perempuan Ira begitu menyukai naik gunung. Di setiap
Gie dan yang lainnya pergi mendaki, Ira pastilah ikut dengan mereka.
(75). EXT. SEKITAR GAJAH MADA – SIANGPulang naik gunung. Gie, Herman, Ira, dan beberapa teman berjalan di tengahkeramaian kota yang panas. Seorang peminta-minta tua mengikuti mereka.
(hlm. 60).
Ira adalah perempuan yang perhatian. Dia bisa merasakan ketika sahabatnya
sedang ada masalah. Meskipun hubungan persahabatan Ira dan Gie sempat
55
mengalami gangguan karena kehadiran seorang gadis, Ira tetap ada ketika Gie ada
masalah.
(76). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH TAMANRUMPUTAN – SIANGGie sedang duduk berada di antara kawan-kawannya ketika Ira datangmendekat. Melihat ke arah Gie dan mengangguk padanya. Gie datangmendekat.
Mereka duduk berdua di selasar yang panjang, sesekali terdengar tawa teman-teman di kejauhan.
IRA(pelan)
Kamu mikirin apa sih Gie...?(hlm. 52).
Sebagai sahabat, Ira selalu mendukung dengan apa yang dilakukan oleh Gie.
Termasuk ketika sahabatnya itu ingin melakukan gebrakan dalam berdemo. Selain
itu, Ira tidak berhenti untuk selalu memberikan dukungan agar Gie tidak pernah
berhenti menuliskan sesuatu yang berguna bagi masyarakat Indonesia.
(77). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – MALAMGie memasuki ruangan auditorium, diikuti oleh Herman, Ira, Roeli, danYossy. Gie menarik kursi auditorium yang kosong itu.
GIEBukannya gue ragu sama apa pun... gue gak suka sama gaya gebrak rame-
rame orang-orang itu. Jangan salah sangka dulu, gue Cuma merasa kalau kitatidak boleh atau lebih tepatnya boleh tidak mewakili organisasi siapa-siapa...
iya kan? Gue sepakat dengan misi gerakan ini. Ini gerakan bersama kita, tapi...gue gak merasa jadi bagian dari kelompok mereka...
...IRA
Gie, gue setuju..., kita bisa bikin gaya sendiri... cara kita sendiri...(hlm. 82).
(78). INT. SEBUAH RESTORAN KECIL DI RAWAMANGUN – MALAMIra menatap Gie dengan serius.
IRA
56
Tapi Gie...aku cuma mau bilang...kamu jangan pernah berhenti menulis.Tulisan – tulisanmu bagus sekali, dan sangat kita butuhkan...
(hlm. 131).
Ira merupakan sosok perempuan yang mempunyai suara merdu. Kawan-
kawan yang ada di sekitarnya begitu mengagumi suara yang dimiliki Ira. Kemerduan
suara yang dimiliki Ira pun digunakannya untuk melakukan gebrakan dalam berdemo
bersama teman-temannya.
(79). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – MALAMSebuah malam musik di alam terbuka. Ira sedang menyanyikan lagu DonnaDonna, sebuah balada yang merdu di tengah susunan penonton yang dudukdalam gugusan sebuah arena. Gie berada di lapis belakang bersama Herman,Denny, dan beberapa teman yang lain. Mereka larut dalam nyanyian Ira.
( hlm. 52 ).
(80). EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTA – SIANGGie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yangagak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.
Kita mulai mendengar suara Ira yang menyanyikan lagu-lagu rakyat dengankeras.
IRAKami menilai Dorna itu, Dorna itu haji peking, kami menilai Dorna itu, Dorna
itu plintat-plintut.(hlm.83).
Ira adalah sahabat yang tak pernah mengingkari janji. Ira pernah berjanji
untuk menyanyikan sebuah lagu untuk Gie. Janji itu pun ditepati ketika Ira dan Gie
menghabiskan waktu berdua sebelum Gie meninggal.
(81). INT. SEBUAH RESTORAN KECIL DI RAWAMANGUN – SIANGDi sebuah warung, seorang pengamen tunanetra menyanyi lembut sekali. Giedan Ira berbicara pelan, seolah membiarkan musik itu terdengar ke hatimereka.…
GIE
57
Ra…
IRAYa…?
GIEDulu kamu pernah bilang ada lagu yang mau kamu nyanyikan untukku…?
Ira memandang Gie, tersenyum manis. Ia lalu melihat berkeliling sebentar,melihat tak terlalu banyak orang malam itu.
Ira mulai menyanyi...(hlm. 130).
Dari analisis di atas dapat disimpulkan karakter tokoh Ira adalah gadis cantik
yang suka naik gunung. Ira begitu perhatian dan bisa mengerti keadaan sahabatnya
ketika sahabatnya ada masalah. Sebagai sahabat, ia selalu mendukung ide-ide yang
dimiliki sahabatnya. Di samping itu, Ira selalu memberi dukungan kepada Gie untuk
terus menulis. Ira digambarkan sebagai tokoh yang memiliki suara merdu dan sahabat
yang bisa menepati janji.
2.2.2.3 Soe Hok Djin
Sosok tokoh yang menjadi kakak Gie. Djin merupakan kakak yang cuek.
Namun di balik kecuekannya, Djin sangat mengagumi tulisan-tulisan adiknya. Dia
kagum dengan Gie yang berani menuangkan kritikan terhadap pemerintah melalui
sebuah tulisan.
(82). EXT. KORIDOR SEKOLAH KANISIUS – BEBERAPA HARIKEMUDIAN...POV: Tulisan Gie ditempel bersebelahann dengan tulisan Djin. KENAPAMOCHTAR LUBIS DI PENJARA? Djin berdiri di situ membaca tulisan Gie,sempat ia menengok ke arah Gie yang mengamatinya di ujung koridor.
58
(hlm. 21).
(83). INT. KAMPUS SALEMBA – SIANGDi tangga kampus salemba, Gie, Herman, Ira, dan beberpa teman berjalanmenuruni tangga. Tiba – tiba seorang yang sedang berjalan menaiki tanggamenyapanya. Ia adalah Soe Hok Djin.
DJINGie...
GIEDjin...?
DJINHmm... aku baca tulisan – tulisanmu,
Djin mengeluarkan lipatan kertas dari saku kemejanya. Dibukanya newsletterPembaharuan.
DJINLuar biasa...
(hlm. 87 – 88).
Djin adalah kakak yang sayang adiknya. Djin begitu mencemaskan
keselamatan Gie karena keterlibatan adiknya dalam menuliskan kritikan terhadap
pemerintahan Soekarno begitu tajam. Sebagai seorang kakak, ia tidak ingin terjadi
sesuatu pada diri Gie sehingga ia melarang Gie, ketika Gie akan pergi menyusul
teman-temannya yang dibawa pergi oleh segerombol orang yang tidak menyukai
perbuata Gie.
(84). INT. STASIUN RADIO UI – SIANGRuang siar radio UI berantakan, meja – meja terbalik, beberapa pita rekamanberantakan. Tampak pula kaca pemisah studiodengan ruang tunggu yangpecah.
Terdengar suara motor mendekat, Gie dibonceng seorang teman. Gie berjalancepat menghampiri Djin. Ia terkejut melihat ruang siar yang acak–acakan.
GIEDjin...siapa saja yang diambil?,
59
DJINRemi, Jon, Purnama, Joko..., tapi udah disusul sama teman – teman,
GIEAku ke sana…
Djin menahan Gie, mengajaknya jalan ke satu pojokan.
DJINGie...sebaiknya kamu gak usah ke sana dulu. Tadi Rusli cerita melihat ke
seorang yang sedang memberesi ruangan.
DJIN( berbisik )
Nama kamu disebut – sebut...biar gak repot sebaiknya kamu diam dulu...(hlm. 121 – 122).
Sama halnya dengan Gie, Djin juga suka menulis. Di masa SMA tulisannya
yang berupa resensi pernah ditempel di dinding dan banyak orang yang membaca
tulisannya itu, termasuk Gie.
(85). EXT. KORIDOR SEKOLAH KANISIUS – SIANGDjin dan kelompoknya sedang menempelkan beberapa lembar kertas dimajalah dinding, diamati oleh Gie dari kejauhan.
Tampak tertetmpel di dinding, ORANG ASING, sebuah resensi karya AlbertCamus oleh Soe Hok Djin.
Gie dan beberapa anak tampak sedang membaca sebuah tulisan di majalahdinding.
(hlm. 21).
Seiring berjalannya waktu dan untuk menghindari hal-hal yang bisa
mencelakai dirinya dan keluarganya, Djin pun melakukan penggantian nama. Soe
Hok Djin, nama yang diberikan orangtuanya tak lagi disandangnya. Djin mengganti
namanya menjadi Arief Budiman.
60
(86). INT. RUMAH SOE HOK DJIN – SIANGRumah Djin adalah sebuah paviliun sederhana. Djin dan Gie melangkah pelankeluar dari rumah lalu duduk di pagar pembatas teras. Djin menghadap kedalam rumah, Gie menghadap keluar. Seorang wanita manis keluar dari dalamrumah, ia adalah LEILA, Istri Djin.....
GIEHmm Djin, aku dengar kamu merngurus penggantian nama,
Djin diam sebentar lalu mengangguk,GIE
Apa nama barumu?
Gie menunggu jawaban, Djin terus makan mangga. ia hanya tersenyum, tidakingin berkata apa –apa.
LEILA (O. S )( dari dalam rumah )
Arief Budiman.(hlm. 125).
Dari analisis di atas dapat disimpulkan karakter tokoh Soe Hok Djin, kakak
Gie. Soe Hok Djin adalah kakak yang cuek terhadap Gie namun mengagumi
keberanian adiknya dalam menuangkan sebuah tulisan yang menyinggung soal
pemerintahn. Djin, kakak yang sayang dan peduli terhadap keselamatan adiknya. Djin
mempunyai hobi menulis. Setelah pergantian pemerintah, Djin melakukan pergantian
nama guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2.2.2.4 Tan tjin Han
Han adalah teman kecil Gie . Sejak kecil dia sudah tinggal bersama tantenya.
.Han merupakan remaja yang takut kepada tantenya, pasrah menerima perlakuan
61
tantenya. Dia sering menjadi tempat pelampiasan kemarahan tantennya jika tidak
melakukan pekerjaan rumah dengan benar.
(87). EXT. GUDANG TUA DI KEBUN JERUK – SIANGHari menjelang gelap, Gie dan Han duduk berjajar. Keduanya melihat ke arahatap-atap rumah di depannya....
HAN(ketakutan)
Wah mati gue,
GIEKenapa lu Han?
HANGue disuruh ambil air...
Gie melihat Han yang berlari pulang ke rumahnya.(hlm. 12).
(88). EXT. RUMAH TJIN HAN – SIANGRumah Han dilihat dari halaman belakang. Kita mendengar suara perempuanyang marah-marah dan sesekali kita mendengar suara Han mengaduh.
(hlm. 13).
Dibandingkan Gie, Han lebih suka untuk pergi melihat pantai. Namun sampai
ia dewasa Han belum pernah melihat pantai. Di masa kecilnya, Han lebih sering pergi
naik gunung karena diajak oleh Gie.
(89). EXT. GUDANG TUA DI KEBUN JERUK – SIANGHari menjelang gelap, Gie dan Han duduk berjajar. Keduanya melihat ke arahatap-atap rumah di depannya....
HANEh, Gie, pantai itu ada di mana ya Gie?
GIEHah?... Pantai...?
62
HANIya, gue pengen banget liat pantai...
(hlm.11-12).
(90). EXT. MONTAGE PERJALANAN NAIK GUNUNG – SIANGMereka di pinggir jalan menghentikan truk. Mereka di atas sebuah truk mini.Gie tersenyum pada Han yang tampak khawatir.
HANGie, kita ke gunung atau ke pantai?
GIEHah, ke Gununglah..., ke pantai gampang..
HANYa Gie, gue kan mau liat pantai...
GIENanti.. lo pasti liat pantailah...
(hlm. 18).
Han termasuk teman yang tidak bisa mengerti dengan jalan pemikiran Gie.
Dia heran dengan perlawanan yang dilakukan oleh temannya terhadap gurunya yang
memberi nilai jelek. Bagi Han, nilai yang didapat Gie sudah bagus bila dibandingkan
dengan nilai yang didapatnya.
(91). EXT. GUDANG TUA DI KEBUN JERUK – SIANGHari menjelang gelap, Gie dan Han duduk berjajar. Keduanya melihat ke arahatap-atap rumah di depannya.
HANGie kenapa sih lu harus melawan terus.
Han menoleh ke temannya itu.(hlm. 11).
63
Han merupakan seorang lelaki yang menginginkan perubahan pada hidupnya.
Ia tidak peduli bila harus menggunakan jalan yang tidak disukai orang-orang di
sekitarnya. Setelah Han dewasa, ia bergabung dalam sebuah organisasi massa yang
terlarang di Indonesia. Dia berpikir dengan terlibat ke organisasi tersebut akan
membawa perubahan dalam hidup yang ia inginkan sejak kecil dan ia bisa
memperjuangkan kehidupan yang layak bagi rakyat kecil.
(92). INT. KANTOR PKI DI KRAMAT – SIANGSebuah koridor kantor yang sibuk dengan orang lalu lalang. SEORANG PRIAkeluar dari sebuah pintu. Lalu melihat kiri-kanan, ke seseorang.
Tjin Han berdiri di dekat sebuah papan pengumuman besar. Tampak urutannaman-nama di situ. Anggota beberapa organisasi yang tertulis jelas sekali diatasnya: Gerwani, Sobsi, Pemuda Rakyat.
PRIA ITUWoi kamu, ini ambil kaosnya...
Mendengar panggilan, Tjin Han bergerak.(hlm. 46-47).
(93). EXT. SEBUAH WARUNG DI DEKAT PABRIK – SIANGGie duduk di warung tepi jalan itu, sementara pandangannya melihat ke arahHan yang sedang sangat serius bicara dengan beberapa pemuda lain. Gie lalumenatap ke arah tumpukan bendera partai komunsi yang kini terduduk disalah satu kursi di dekatnya. Han datang mendekat dan dengan bersemangatmeminum teh manis yang tampak di atas meja.
HANMenurut gue ini revolusi, Gie...
GIERevolusi? Revolusi apa, Han?
Gie bicara lebih pelan, tapi lebih menekanGIE
Han... tidak banyak yang berani bicara, tapi situasi sebenarnya sangat tegangantara militer dan PKI...Soekarno mulai terlalu dengan Aidit...dan Han..,ini
akan meledak...
64
HAN(memotong)
Gie...lu ikut dulu di salah satu rapat organisasi. Biar lu ngerti ke mana arahperjuangan ini… Partai ini makin besar dan pendukungnya makin banyak
Gie… Nanti gue kenalin lu dengan kawan-kawan mereka pasti senang denganlu…
Gie terkejut dengan nada serius temannya. Sesuatu yang tidak pernah adapada Han. Gie berdiri…
GIE(memotong)
Han lu denger nggak sih apa yang gue omongin. Coba lu pikirin, kenapaSoekarno dan PKI saling mendukung? Ini permainan politik,
Han…permainan kekuasaan…
Han ikut berdiri.
HANGie, dengar gue sebentar… Lu mestinya inget dan ngerti kenapa gue pengenhidup gue berubah, kenapa gue pengen hidup layak. Dan seperti lu, gue juga
merasa punya tugas untuk memastikan rakyat kita yang miskin bisa hiduplayak. Ini akan tercapai Gie...
(hlm. 49).
Meski masa-masa remaja Han sering dimarahi tantenya, tidaklah membuatnya
dendam. Justru Han begitu peduli dan perhatian terhadap tantenya yang sudah mulai
tua. Ia tidak mau meninggalkan tantenya seorang diri ketika ia disuruh bersembunyi
oleh Gie dari massa yang membenci orang-orang yang terlibat dalam PKI. Han tetap
memilih untuk tinggal bersama tantenya.
(94). INT. RUMAH TJIN HAN DI ROXI – MALAMPoster Soekarno tergantung di dinding dalam kegelapan. Hanya ada celahcahaya sedikit dari luar. Pintu diketuk perlahan. Seseorang berjalan cepatberkelabat. Ia mengintip dari celah jendela. Pintu itu dibuka pelan. Giemasuk......
65
GIELu ikut gue Han, elu ikut gue sekarang. Lu sembunyi sebentar di rumah teman
gue...
Gie menarik sebuah lemari tua, ia lalu meletakkan kantong itudi celahbelakang lemari, lalu merapatkannya kembali ke dinding.
HAN( sedikit tersenyum menggelengkan kepala )
Nggak Gie, gue harus tetep disini.
GIEHan...??
HANGie, tante gue udah tua...
(hlm. 74).
Karena keterlibatannya dengan PKI, Han harus menanggung akibat yang
harus diterimanya. Han menjadi korban kemarahan massa yang tinggal di sekitar
rumahnya karena ia terlibat dalam PKI. Ia pun dinaikkan ke sebuah truk yang di
dalamnya telah banyak anggota PKI lainnya yang akan dibawa pergi.
(95). INT. RUMAH TJIN HAN DI ROXI – MALAMPintu kayu tertutup rapat, suasana sangat hening. Seketika pintu itu digedorkeras sekali dan kita mendengar suara orang memanggil-manggil danberteriak-teriak keras. Tiba-tiba pintu itu terbuka lebar, tampak beberapalelaki dewas berebut masuk, marah.
(hlm.77)
(96). EXT. RUMAH TJIN HAN DI ROXI – MALAMHan ditarik paksa keluar. Ia berusaha berontak namun tak mampu.
Tjin Han ditarik keluar dari rumah itu. Orang-orang semakin banyak kini.Sambil diseret, Tjin Han mulai dipukuli. Ia mencoba berlari, namun berbagaipukulan terus mengenainya dari berbagai arah.
66
Tjin Han dilemparkan naik ke atas truk, dimana telah tampak pula beberapaorang lain. Mereka diikat tali, yang melingkar dari tangan yang terlipat dibelakang ke leher mereka. Wajah Han tampak lebam.
(hlm.77).
Han termasuk lelaki yang tegar. Di saat yang lain ketakutan dan panik
menghadapi hukuman eksekusi, Han terlihat tenang sendiri. Ia bisa menerima
hukuman yang diberikan para militer kepadanya. Dengan menerima hukuman
tersebut, dia sudah mempertanggungjawabkan perbuatannya.
(97). EXT. PANTAI BERPASIR KELABU – MALAMPundak sembilan orang pria, berjalan di kegelapan.
Barisan Han yang diiringi lampu truk tentara, keluar dari kegelapan.
Han dijajarkan dalam barisan. Ia tampak sangat tenang, walau orang yangberdiri di dekatnya terdengar takut dan panik.
Sebuah eksekusi tembak jarak dekat, dimulai dari barisan ujung hinggamendekati Han.
Kepala Han pecah berdarah dilatari sinar terang lampu truk tentara.(hlm. 113)
Dari analisis di atas dapat disimpulkan karakter tokoh Tan Tjin Han, adalah
teman kecil Gie yang takut kepada tantenya dan pasrah dalam menerima perlakuan
tantenya. Selain itu, ia sering menjadi tempat pelampiasan kemarahan tantenya.
Semasa kecil Han ingin melihat pantai, namun tidak pernah kesampaian karena dia
lebih sering diajak naik gunung. Sebagai teman baik Gie, dia tidak dapat mengerti
dengan pemikiran temannya yang selalu suka melawan.
Setelah dewasa, Han bergabung dalam organisasi PKI. Menurutnya dengan
masuknya ia di PKI, dapatlah membawa perubahan bagi hidupnya dan juga rakyat
67
jelata. Han adalah keponakan yang peduli terhadap tantenya, ia tidak mau
meninggalkan tantenya dan bersembunyi demi dirinya sendiri. Sebagai anggota
organisasi yang terlarang di Indonesia, Han mau menerima resiko dalam hidupnya.
Selain itu, di saat hukuman mati ada di depan mata Han dengan tenang menjalani
eksekuksi tersebut.
2.2.2.5 JakaJaka, dulu ia termasuk teman Gie. Akan tetapi pertemanan di antara mereka
tidak bisa berlangsung lama karena ada perbedaan pemikiran dengan Gie, Jaka
memutuskan untuk berpisah dengan Gie dan memutuskan bergabung dalam sebuah
organisasi berlatar agama Katholik.
(98). INT. SEBUAH WARUNG NASI UDUK – MALAMGie dan teman – teman baru selesai makan di sebuah warung sederhana.Denny sedang bercerita porno. Semua tertawa – tawa. Jaka berdiri lalu datangmendekati Gie, Herman lalu menggeser duduknya....Jaka lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Gie agak heran dengan apa yangdilakukan Jaka. Sebuah selebaran, yang lalu diserahkan ke Gie.
JAKA( masih dengan suara pelan )
Gue dan teman – teman Katolik gabung dalam PMKRI. Organisasinya nggakbesar tapi rapih…
(hlm. 35).
Jaka merupakan orang yang mempunyai pikiran negatif terhadap Gie. Dia
selalu curiga terhadap sikap Gie yang belum melakukan suatu tindakan demi
perubahan negeri ini yang berkaitan dengan perlawanannya terhadap pemerintah.
(99). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, TEATER – SIANG...Jaka menyalakan rokok, tampak sedikit sembab di matanya.
JAKA
68
Gie, gue liat lu ketawa kemarin waktu kejadian gue sama Asaf
Gie mulai mengerti maksud Jaka...JAKA
Gue gak peduli kalo lu gak setuju ama cara gue, tapi lu emang merasa bisamelakukan sesuatu, sebaiknya lu jangan terlalu sibuk naik gunung dan nonton
film!
Gie berfikir sebentar tentang apa yang dimaksud oleh Jaka.GIE
Apa maksud lu Jak?
JAKA(sinis)
Lu sendiri yang bilang, kita perlu konsepsi... Segala usaha harus kita lakukanuntuk bisa belajar dan mencoba memahami persoalan-persoalan negeri ini...
bukan begitu, Gie?
Gie terdiam sesaat, Jaka memandangnya tajam,
JAKALu sebenernya kiri apa kanan sih?
(hlm. 44).
(100). EXT. MONTAGE, SEPUTAR JAKARTA – MALAM…Sinta masuk ke sebuah toko kosmetik. Gie menunggu di luar, di seberangjalan ia melihat SEKELOMPOK PEMUDA berjalan keluar dari sebuahrestoran, mereka tampak rapih memasuki jejeran mobil sedan yang terparkir.Mereka tertawa-tawa lepas, dan Jaka berada di antara mereka.
Gie mengamati mereka dengan tajam. Ia lalu berbalik melihat Sinta sedangmencoba-coba beberapa jenis peralatan make up. Ia sepertinya punya idetertentu saat melihat peralatan rias itu.
Jaka tak sengaja melihat ke arah Gie. Ia menyeberang jalan menghampiri Gie.
JAKAGie..
Gie terkejut, tidak menyangka Jaka telah berada di hadapannya,
69
GIEHey Jak...?
Jaka sempat menengok sebentar ke belakang, ke arah teman-temannya,
JAKAGue tau persis apa yang terlintas di kepala lu...lu pasti mikir...’ni dia nih salah
satu pelacur intelektual’...Persis yang lu tulis dalam salah satu artikel luitu...iya kan?
Gie menggeleng pelan.JAKA
Gue nggak peduli sama pendapat lu Gie... Gie gue berhak memilih di manague harus berjuang...
GIE(memotong)
Jak... gue ngerti cita-cita lu, mungkin cita-cita kita sama, tapi semoga apayang lu perjuangkan gak luntur sama diplomasi dan lobi-lobi untuk
mempertahankan posisi lu di sana...(hlm. 108-109)
Dari analisis tokoh tambahan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tokoh-
tokoh tambahan yang selalu mendukung Gie di dalam melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru adalah Herman
Lantang, Ira, Soe Hok Djin, Tan Tjin Han. Sedangkan Jaka merupakan tokoh
tambahan yang dalam melakukan perlawanannya itu, dia tidak bergabung dengan Gie
karena adanya perbedaan pandangan.
Dari analisis tokoh utama dan tokoh tambahan dapat disimpulkan, bahwa
tokoh utama adalah Gie, sebab dia menjadi inti dari cerita ini. Dalam naskah skenario
Gie, diceritakan sosok Soe Hok Gie adalah pemuda yang suka tantangan. Ini terlihat
70
di saat Gie lebih memilih pergi naik gunung daripada pergi ke pantai. Di masa SMP,
dia tergolong murid yang pandai. Sebagai murid SMP, Gie sudah berani melawan
pemikiran gurunya. Gie termasuk pemuda yang tidak mudah terpengaruh dengan
keadaan di sekitarnya. Soe Hok Gie mempunyai sifat yang mudah tersentuh. Hobi
dari pemuda satu ini adalah membaca, menulis, dan menonton. Meskipun waktu
remaja ia mengagumi Soekarno namun pada masa kuliah ia cenderung menentang
pemerintahan Soekarno. Gie adalah salah satu dari sekelompok mahasiswa yang
melawan pemerintahan Soekarno dan dalam melakukan perlawanan itu, ia melakukan
sebuah gebrakan.
Gie merupakan mahasiswa yang sering diundang dalam sebuah diskusi untuk
menjadi pembicara. Sosok pemuda keturunan Cina ini sangat peduli terhadap
keselamatan temannya yang terlibat dalam PKI. Soe Hok Gie adalah pemuda yang
dikagumi karena keberaniannya dalam menuangkan kritikan terhadap pemerintah
lewat tulisan namun karena tulisan-tulisannya pula orang-orang yang dulu dekat dan
kagum kepadanya berubah membencinya. Kritikan yang ia tulis tidak hanya
mengenai pemerintahan Soekarno tapi juga mengenai oran-orang yang ada di kampus
UI. Tidak seperti pemuda yang lain, Gie adalah pemuda yang begitu mencemaskan
keadaan negerinya.
Tokoh tambahan dalam naskah skenario Gie meliputi Herman O.Lantang, Ira,
Tan Tjin Han, Soe Hok Djin, dan Jaka. Herman merupakan pemuda yang membenci
politik Indonesia. Dia adalah ketua senat di kampusnya. Herman digambarkan
71
sebagai sahabat Gie yang tidak mengerti dengan pemikiran Gie namun ia begitu
mengagumi keberanian Gie. Sebagai sahabat, Herman mendukung Gie dalam
melawan pemerintah dengan menggunakan gebrakan yang baru.
Ira, satu-satunya perempuan yang menjadi sahabat Gie yang juga suka naik
gunung. Sebagai seorang sahabat, Ira begitu perhatian terhadap Gie terlebih ketika
Gie merasa kesepian dan selalu mendukung Gie. Ira adalah perempuan yang memiliki
suara merdu dan menepati janji.
Soe Hok Djin, kakak Gie, yang mengganti namanya menjadi Arif Budiman.
Dia tergolong kakak yang cuek terhadap adiknya namun dibalik kecuekannya ia
begitu mengagumi keberanian Gie dan peduli terhadap keselamatan adiknya. Djin
juga mempunyai hobi menulis seperti Gie.
Tan Tjin Han, sahabat kecil Gie, adalah pemuda yang takut terhadap tantenya
ketika ia masih remaja. Dia selalu pasrah menerima perlakuan tantenya dan tak jarang
ia menjadi tempat pelampiasan kemarahan tantenya. Han remaja adalah sosok yang
ingin melihat pantai namun tidak pernah kesampaian karena ia lebih sering diajak
naik gunung. Sebagai sahabat, Han tidak mengerti dengan pemikiran Gie yang suka
melawan gurunya. Setelah dewasa Han bergabung dengan organisasi yang terlarang
di Indonesia. Han merupakan keponakan yang peduli terhadap keadaan tantenya yang
sudah tua. Ia tidak mau meninggalkan tantenya dengan bersembunyi seorang diri.
Keterlibatannya dengan PKI membuatnya harus mau menerima resiko hukuman
eksekusi mati.
72
Jaka merupakan rekan kampus Gie yang bergabung dengan organisasi
katholik PMKRI. Jaka selalu menaruh kecurigaan pada diri Gie yang belum berbuat
suatu tindakan yang berkaitan dengan perlawanannya terhadap pemerintah.
2.3 Latar
Dalam sebuah naskah skenario, latar atau setting dapat dilihat dengan jelas.
Ini disebabkan adannya keterangan EXT dan INT yang tercantum dalam setiap adegan
atau scene yang sedang berlangsung. Keterangan tersebut memberikan informasi
mengenai latar tempat dan latar waktu kejadian dalam cerita. Latar cerita Gie dalam
naskah skenario Gie mencakup tiga latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial.
Analisis mengenai latar tempat mencakup lokasi terjadinya peristiwa dalam
cerita itu. Analisis mengenai latar waktu menceritakan tentang kapan peristiwa-
peristiwa dalam cerita itu terjadi. Analisis latar sosial meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan perilaku kehidupan sosial dalam masyarakat. Pejelasan ketiga latar ini akan
dibahas di bawah ini beserta dengan kutipan-kutipannya.
2.3.1 Latar Tempat
Latar awal dalam naskah skenario Gie secara khusus menampilkan suasana
ramai yang terdapat di daerah Kebun Jeruk karena adanya iring-iringan pengantin.
Dearah ini merupakan tempat kejar-kejaran antara kelompok Gie dengan sekelompok
73
pemuda yang sedang menuliskan slogan revolusi namun tak terselesaikan karena ulah
teman Gie. Latar ini digunakan untuk menceritakan Gie remaja yang suka membaca
buku biografi.
(101). EXT. SEKITAR KEBUN JERUK...sekelompok pemusik Marawis mendendangkan lagu Arab pengiringpengantin, yang penuh canda. Terdengar bunyi-bunyian itu sangat dinamisnaik turun dengan lincahnya.
Sekelompok pemuda sedang menulis slogan di sebuah dinding tua- bidangyang menjadi kanvas cukup besar, hingga mereka harus membagi-bagi kerja-menulis setiap huruf satu demi satu.
GIE, 14 tahun, mengintip dari sebuah pojokan, kemudian muncul seoranganak seusianya bernama HAN, lalu muncul pula tiga orang anak-anak seusiamereka.
Salah seorang diantara mereka kemudian berjalan. Gie dan Han salingmemandang. Anak itu menarik sebuah kayu pengaduk dari kaleng cat. Iapamer keberanian pada Gie dan kawan-kawan hingga kaleng cat itu terpelesetjatuh....Tampak pesan propaganda itu:...REVOLUSI. Jelas tak akan selesai karena cattumpah.
Kelompok pemuda mengejar Gie dan kawan-kawan. Mereka berlari cepat,Han yang kurus tertinggal agak di belakang.
Gie lalu menarik Han masuk ke sebuah gang. Tampak kelompok pemudasemakin mendekati mereka. Sebuah buku saku terjatuh dari kantong celanapendek Gie tanpa disadarinya. Sebuah buku biografi SOEKARNO. Han yangmelihatnya menyempatkan diri meraih buku tersebut, sebelum keduanyakemudian berlari ke dalam gang.
(hlm. 3)
Latar tempat yang sering dimunculkan dalam cerita ini adalah SMP Strada.
Sekolah ini menjadi tanda pemunculan watak keras Gie yang sudah berani menentang
pemikiran penguasa di kelasnya, yaitu gurunya sendiri. Di SMP ini Gie selalu
74
mendapat hukuman dari gurunya karena sifatnya yang suka melawan kepada guru-
gurunya. SMP Strada juga menjadi tempat Gie melampiaskan kekesalannya kepada
Asep yang mendapat nilai lebih baik dari dirinya. Sebab Gie berpikir Asep mendapat
nilai baik karena dia keponakan gurunya.
(102). INT. SMP STRADA – SIANGDi dalam kelas Gie dengan antusias mengikuti gerakan seorang guru yangberjalan berkeliling membagikan kertas, ia menunggu gilirannya.Mengantisipasi penuh harap.….BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. Gie berdebat intens dengan guru Arifin,yang berusaha tenang dan berjalan pelan mondar – mandir di depan kelas.
GIEBukankan ada perbedaan antara pengarang dengan penerjemah…?
ARIFINTapi dia bisa dikatakan pengarang karena sang pengarng asli tidak dikenal di
sini. Jadi dapatlah dikatakan Chairil sebagai pengarang Pulanglah Dia si AnakHilang.
GIE(mulai ngotot, memotong Arifin)
Tidak bisa. Tetap saja kita katakan kalau dia penerjemah bukan pengarang.Dan Andre Gide pengarang aslinya, dikenal di sini…semua anak SMA tentu
mengenal.
ARIFINKamu tau, tapi yang lain…
Arifin memandang berkeliling, melihat ke anak – anak lain, pandangannyaberhenti pada seorang anak lain. GIAM.
ARIFIN(pada Giam)
Giam, kamu kenal Andre Gide?
Giam hanya diam menatap ArifinGIE
75
(nyeletuk sinis)Tukang becak juga tidak mengenal Chairil
ARIFIN(ke arah Gie, mulai marah)
Kamu tukang becak…!!
GIE(tajam)
Ya. saya sama dengan tukang becak sebagai manusia…(hlm. 7-8)
(103). EXT. SMP STRADAMatahari masih tajam sinarnya. Gie dihukum berdiri di tengah lapangan,Arifin melihat dari kejauhan. Han juga duduk di satu sudut, kembalimenggeleng-gelengkan kepalanya.
(hlm. 9)
(104). EXT. SMP STRADAMatahari masih tajam sinarnya, Gie dihukum berdiri di tengah lapangan, Tjanbaru saja meninggalkannya, sementara Arifin melihat dari kejauhan. Han jugaduduk di satu sudut, menggeleng-gelengkan kepalanya.
(hlm. 11)
(105). EXT.SMP STRADASeorang anak berjalan pelan di koridaor sekolah: ASEP. Seseorang tiba-tibamenariknya.
Gie dibantu oleh beberapa temannya, termasuk Han yang tampak tegang. Giemengambil buku catatan dari tas Asep secara paksa. Dilihatnya beberapahalaman dengan seksama, lalu dibantingnya tas Asep. Asep hanya menundukpasrah.
(hlm. 10)
(106). INT. SMP STRADAGie duduk menunduk di depan meja guru tua, bernama TJAN. Di belakangTjan berdiri Arifin. Dengan wajah yang masih geram.
TJANSoe, kamu minta maaf sama pak Arifin....
Gie terdiam, ia mengangkat kepalanya
76
GIETidak mungkin saya terima. Nilai saya lebih baik, tapi nilai umum saya
dibawah teman-teman lain.
Gie mengeluarkan dua buah buku lalu menggesernya ke arah Tjan.
GIE(melihat ke pak Arifin)
Asep dapat nilai bagus, karena dia keponakan bapak.
Arifin tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Gie menatapnya dengan menantang.
GIEBegitu, Pak??
(hlm. 10)
Latar tempat yang juga dijadikan sebagai pembentukan watak Gie adalah
rumah keluarga Soe sendiri. Gie pernah bersitegang dengan keluarganya tentang
penyelesaian masalah Han yang datang ke rumah keluarga Soe untuk meminta
perlindungan kepada Gie. Gie yang kasihan kepada temannya karena mendapat
perlakuan kasar dari tantenya, meminta Han untuk tinggal di rumahnya, namun
kakak-kakak Gie meminta Han untuk pulang. Di rumahnya, Gie juga pernah berdebat
dengan ibunya yang meminta agar Gie mengulang di kelas bawah. Selain itu, rumah
keluarga Soe sering digunakan Gie sebagai tempat ia melakukan aktivitas menulisnya
terhadap pemerintahan.
(107). INT. RUMAH KELUARGA SOEHujan terdengar turun di luar. Pintu rumah itu tertutup rapat, diketuk keras.Setelah beberapa saat, seseorang mendekati pintu itu. Soe Hok Gie membukapintu.
GIE(tampak heran)
Tjin Han?
77
Anak itu sebaya Gie, bernama TJIN HAN. Tubuhnya basah kuyup. Ia hanyabengong melihat ke Gie.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN. Gie melap rambut Tjin Han, dengandiperhatikan oleh seluruh anggota keluarganya. Mereka semua mengamatimemar membiru di kepala Tjin Han. SOE LIE PIET, ayah Gie, melongosnafas lalu berjalan meninggalkan mereka. Salah satu kakak perempua Gie,DIEN, berkata,
DIENHan, lu pulang aja ya. Mungkin tante lu gak bakal marah lagi.
Gie memotong ucapan Dien,GIE
(tegas)Lu tinggal di sini. Lu tidur di situ, tempat gue!
Lalu maju seorang anak lelaki yang sedikit lebih besar dari Gie, kakaknyayang bernama SOE HOK DJIN
DJINGie, lu dengerin omongan Dien! Lu anterin si Han balik ke rumahnya... Ini
bukan urusan lu, Gie... bukan urusan kita...
GIEKalo dia pulang, dia bisa dihajar habis-habisan... Lu tega??
(hlm. 4-5).
(108). INT. RUMAH KELURGA SOEGie marah, ia hampir menangis,
GIENggak bisa Ma, aku gak terima, aku yakin nilaiku baik, aku lebih pintar dari
banyak anak-anak lain. Ini pasti karena guru-guru dendam sama aku.
NIOSudahlah Gie, kamu mengulang saja. Menurut pak Tjan kamu masih bisa
mengulang, belum rugi umur. Terus jadi anak yang lebih nurut.
GIEGak bisa... Sekarang gini, Mama percaya gak aku bisa, aku pintar, aku banyak
membaca... Mama percaya gak?...
78
NIOSudah, Gie...
GIE(memotong keras)
Pokoknya aku nggak mau mengulang, carikan aku sekolah lain – aku buktikannanti...
(hlm. 14)
(109). INT. RUMAH KELUARGA SOEGie dengan intens mengetik di meja ruang tengah rumahny. Ia lalu berhentisebentar, melihat isi ketikannya.
(hlm. 30)
(110). INT. RUMAH KELURGA SOEMesin ketik tua itu duduk di atas meja rumah Gie, Gie seolah terpaku di kursidan terus mengetik.
Gie membaca beberapa buku dengan intens, tampak catatan harian berada dibawah buku-buku lain.
Gie mengetik di satu, Mona menjahit di sudut lain. Suasana rumah itukelihatan lebih lengang dengan tidak adanya sosok Nio, Dien, dan Djin. SoeLie Piet jalan melintas.
(hlm. 55)
Lokasi lain sebagai tempat terjadinya berbagai peristiwa adalah kelas di SMA
Kanisius. Kelas ini digunakan sebagai tempat Gie mengungkapkan pemikirannya
mengenai arti sebuah demokrasi terpimpin. Selain itu, SMA Kanisius dijadikan
sebagai tempat untuk pertama kalinya bagi Gie memamerkan tulisannya di dinding
koridor sekolah yang berisi tentang kritikan terhadap pemerintah yang memenjarakan
seorang pengarang.
(111). INT. KELAS DI KANISIUS – SIANGSebuah diskusi di kelas sejarah, tampak tertib. Seorang GURU SEJARAH(berpakaian seorang frater) berdiri di depan kelas.
GURU
79
Jadi menurutmu Demokrasi Terpimpin sebenarnyasama sekali tidakdemokratis, Soe?
GIEJelas...lihat apa yang terjadi dengan pers hari hari ini, Indonesia Raya, atau
Harian Rakyat. Saya bukan simpatisan komunis tapi apa yang terjadi terhadapHarian Rakyat adalah contoh pelanggaran terhadap demokrasi Pak...
Gie diam sebentar, Guru seperti menanti, dan Gie melanjutkan,
GIEKita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah seseorang
kalau berani menyatakan pendapat yang merugikan pemerintah. Mereka yangberani menyerang koruptor lalu ditahan... Menurut saya, itu adalah tanda-
tanda kediktatoran...(hlm.20)
(112). EXT. KORIDOR SEKOLAH KANISIUS – BEBERAPA WAKTUKEMUDIANGie berjalan membawa selembar kertas mencari-cari sebuah ruangan.
POV: Tulisan Gie ditempel bersebelahan dengan tulisan Djin. KENAPAMOCHTAR LUBIS DI PENJARA? Djin berdiri di situ membaca tulisan Gie,sempat ia menengok ke arah Gie yang mengamatinya di ujung koridor.
(hlm. 21).
Latar lain yang digunakan sebagai tempat terjadinya suatu peristiwa adalah
Lembah Mandalawangi. Latar ini digunakan sebagai pemunculan tokoh Gie yang
sudah dewasa. Selain memunculkan Gie dewasa, pada latar ini juga memunculkan
tokoh-tokoh lain yang menjadi teman baik Gie dan yang mendukung perjuangan Gie
dalam melawan pemerintahan Soekarno. Latar ini juga digunakan untuk
menceritakan pertemuan Gie dan teman kecilnya, Han. Pada cerita bagian ini Gie dan
Han diceritakan kembali dalam wujud kecil.
(113). EXT. LEMBAH MANDALAWANGI
80
Lembah Mandalawangi. sebuah padang luas berumput yang ditumbuhirumpun-rumpun Eidelwis. Lembah itu dikelilingi perbukitan, hingga mataharihanya menyinari sebagian daratan. Tampak sebuah celah yang membuka kearah hamparan luas di hadapannya yang juga menunjukkan ketinggian tempatitu.
Gie muncul di antara kembang-kembang Eidelwis itu. Ia berlari tertawa.Seorang wanita mengikutinya dari belakang. Ia adalah IRA, 19 tahun. Lalumuncul lagi seorang yang juga tertawa-tawa, ia HERMAN LANTANG 23tahun. Mereka jalan bersama dan saling tunjuk.
Mereka duduk di sebuah tempat tak jauh dari mata air, melihat lurus kehadapan luas lembah Mandalawangi. Takjub dengan keindahan di depan matamereka.
Lamat-lamt kita mendengar suara seorang pria berteriak,
SEORANG LELAKIGieeeee… Hermaaaan… Iraaaa...
Gie, Herman dan Ira saling tengok lalu tersenyum kecil.
Anak muda itu bernama DENNY. Ia tampak terengah-engah saat mendekatitiga temannya.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN. Sekelompok anak muda menuruni gunungitu. Tampak pula JAKA, 23 tahun, seorang rekan Gie....
(hlm. 25-26)
(114). EXT. LEMBAH MANDALAWANGIGie memakan sendiri coklat yang dibawanya, kertas pembungkusdilemparkannya ke api yang kemudian kembali menyala.
Gie berjalan sendiri di lembah Mandalawangi, ia mengeluarkan buku catatandari dalam tasnya. Gie menulis dalam gelap, Gie menggigil, dingin menembusbaju tipisnya.
Gie diam sendiri, ketika tiba-tiba ia menoleh ke belakang. Ia merasa adaseseorang mendekat namun tidak tampak di belakangnya. Kembali ia melihatlurus ke depan.
81
Tiba-tiba seseorang melompatinya dari belakang. Gie terguling jatuh kedepan, ia terkejut bukan main. Namun kemudian tertawa ketika sadar adalahTJIN HAN yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Kedua teman itu tertawa, berpelukan, saling tunjuk. Gie tampak bahagia luarbiasa melihat Han. Mereka lalu bergulingan di bukit itu.. Saat kembali berdirimereka Gie dan Han kecil.
Sesuatu menarik perhatian mereka, mereka melangkah mendekat...(hlm. 140)
Lokasi yang juga digunakan untuk menceritakan peristiwa yang dialami tokoh
adalah Istana Negara. Peristiwa yang terjadi di Istana Negara adalah pertemuan Gie
dengan Presiden Soekarno. Selama di Istana Negara, Gie merasa tidak nyaman
dengan pakaian yang ia kenakan. Di Istana tersebut Gie sempat pula memperhatikan
sikap dua orang keturunan Cina yang sedang memperhatikan Soekarno yang melirik
seorang wanita yang tidak lain adalah pelayannya.
(115). INT. ISTANA NEGARAGie berbaris di antara orang-orang yang akan bersalaman dengan PresidenSoekarno. Beberapa kali ia mencoba merapih-rapihkan blazer hitamnya. Iatampak canggung di antara kebanyakan orang tua....Soekarno memandang berkeliling. Ia sempat menghentikan pandangannyapada Gie, yang tidak sadar karena sedang membenarkan posisi duduk danblazer-nya kurang nyaman.
(hlm. 46)
(116). INT. ISTANA NEGARASaatnya ramah-tamah. Bergelas-gelas wine diedarkan. Gie berdiri di antarakerumunanan orang. Ia menolak tawaran wine, dan mengambil air putih.Soekarno datang mendekat ke kerumunan dimana Gie berada, beberapa orangbersalaman dengannya. Soekarno sempat mengangguk ke arah Gie, merekaterlibat satu pembicaraan ringan, Gie kikuk dan tidak bisa bicara banyak....Soekarno menunjuk jas yang dipakai Gie. Ia tertawa dan membuat orang yangada di sekitarnya tersenyum.
82
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN, seorang wanita cantik berkebaya berjalanmendekat merapihkan lap kain di atas meja kecil di depan Soekarno, yangtampak melirik sebentar ke arah perempuan itu. Dua orang keturunan Cinasaling berpandangan dengan senyum kecil. Tanpa mereka sadari kalauinteraksi ini diperhatikan dengan tajam oleh Gie.
(hlm. 47)
Selain lokasi-lokasi di atas, lokasi lain yang dipakai adalah kampus UI,
terutama kampus Sastra Rawamangun: sebuah ruang kuliah, ruang teater. Kampus ini
menjadi saksi Gie dan kawan-kawannya serta para mahasiswa lainnya dalam
melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang dipimpin Soekarno. Di kampus
Sastra inilah banyak aktivitas, seperti diskusi, menonton dan menganalisis film, yang
dilakukan para mahasiswa, termasuk Gie.
(117).INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELASKampus itu mulai sepi, hanya beberapa ruangan yang tampak nyala lampu.Sebuah ruang kuliah yang tidak terlalu besar, namun cukup padat dihadirimahasiswa yang tengah berdiskusi.
Sekitar 25 orang, terdiri dari mahasiswa dan dosen, berkumpul. Tampak pulaHerman, Ira dan Denny. Gie sedang menjadi pembicara. Walau tidak keras,suaranya terdengar jelas dan antusias.
GIE... sekarang keadaan makin parah. Pergulatan Militer dan PKI harus menuju
kepada titik-titik pergulatan. Apakah titik itu berupa clash atau hanya didalam, entahlah. Tapi kita berharap bahwa hanya di dalam saja. Sekarang
harga-harga makin membubung, kaum kapitalis makin lahap memakan rakyat.Dalam keadaan inilah seharusnya kaum inteligensia bertindak, berbuat
sesuatu. Tentu saja tidak berbuat sesuatu yang konyol. Bidang seorang sarjanaadalah berpikir dan mencipta yang baru.
Mereka harus bisa bebas di segala arus-arus masyarakat yang kacau. Tetapimereka tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya, ialah bertindak demi
tanggung jawab sosialnya bila keadaan telahh mendesak...
Herman, Denny, Ira, Jaka dan seluruh mata di ruang diskusi memandang Giedengan kekaguman...
83
GIEKelompok intelektual yang terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telah
melunturkan semua kemanusiannya. Ketika Hitler telah membuas, makakelompok ’Inge School’ berkata tidak. Mereka punya keberaniaan untuk
berkata tidak. Meraka walaupun masih muda, telah berani menentangpemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi. Bahwa mereka mati,itu bukan soal... Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak
ada indahnya penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicaratentang kebenaran.
...GIE
(suara mengeras)Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidak
pada Soekarno.
Gie mencoba mengontrol suaranya.GIE
Memang Soekarno bukanlah Hitler, bahkan dia adalah orang yang begitutragis dan harus dikasihani. Tetapi orang-orang di sekitarnya, baik militer
maupun sipil, adalah bajingan-bajingan...(hlm.28).
(118). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUNRuangan teater dipenuhi oleh mahasiswa sastra. Mereka bertepuk tangansebuah film Jepang baru saja selesai diputar. Lampu ruangan dinyalakan danGie menaiki tangga di ruang pemutaran, mematikan mesin proyektor....
HERMAN(ke Denny)
Jangan ke mana-man lu! Sini duduk paling depan, ikut diskusi...
GIEOke Den, lo duluan deh yang ngomentarin filmnya...
DENNYLhaaaa... kan gue uda bilang gue kagak ngerti! Lu bilang film perang, mane
dar der dor-nya??Gie tertawa kecil,
GIEIde utama film ini adalah menangkap segi-segi kemanusiaan dan latar
belakang orang-orang yang hidupnya tinggal beberapa hari saja. Ini adalah
84
buah heroisme tragis dari para ’Kaiten’ Jepang. Jepang memandang bunuhdiri sebagai sifat ksatria. Salah satu tokohnya, secar pribadi menolak
kekejaman perang dan dengan sendirinya berpihak pada kemanusiaan. Tetapiia bersedia mati. Mengapa?
GIESupaya perang lekas berakhir dan ia berharap akan terketuk pintu hati
pemimpin-pemimpin akan ketragisan perang... Lalu tokoh yang lainnyasangat ketakutan menghadapi kematian, karena berat meninggalkan
kekasihnya. Tapi di malam terakhir ia tenang dengan membayangkankekasihnya yang penari balet membawakab sebuah tarian yang mistis dan
kemudian juga bunuh diri......
IRAGue suka banget sama musiknya. Gue kagum. Musik Jepang, walaupunbernada barat tapi nggak pernah hilang akar Jepangnya… Maksud gue,
walaupun penggarapan musiknya bisa kita bilang modern, siapapun yangmendengarnya bisa menangkap bahwa ini musik Jepang.
(hlm. 43)
Kampus sastra merupakan lokasi yang digunakan para mahasiswa dalam
menjalankan kegiatannya. Di kampus ini banyak peristiwa yang terjadi guna melawan
pemerintahan Soekarno. Mulai dari kampanye pemilihan ketua senat, hingga
penolakan akan adanya senat dan perkelahian antarkelompok.
(119). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUNGie dan teman-teman berada di sebuah kelas. Di luar sedanng berlangsungkampanye calon ketua senat.Calon itu mengucapkan ayat dari Al Quran.Denny sedang membaca sehelai kertas, lalu menyerahkannya ke teman yanglain, dan terakhir ke tangan Herman. Herman membaca, lalu memperlihatkanpada Gie yang kemudian diberinya catatan dengan pulpen. Gie mengangguk
(hlm. 62)
(120). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUNBeberapa orang membaca tulisan kampanye Herman di papan pengumuman,serius dan mengangguk-angguk. Ira bersama dengan teman perempuan lainmulai berkampanye, membagikan kertas pada sekelompok mahasiswa.
(hlm. 62).
(121). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN
85
Herman naik ke podium. Suasana masih cukup riuh. Ia menarik nafas lalumembacakan pidatonya. Tampak orang-orang mendengar dengan seksam. Takjauh di belakang Herman, Ira dan teman-teman saling berpandangan. Iramenengok kiri kanan, menunggu seseorang.
Orang-orang bertepuk tangan saat Herman selesai membacakansambutannya….
(hlm. 63).
(122). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUNSebuah forum mirip persidangan. Herman duduk di tengah bak terdakwapengadilan. Gie dan beberapa teman berada diantara ketegangan itu dengandua orang pimpinan GMNI dan HMI. Dua orang itu berhadapan satu denganyang lain. Sementara mahasiswa lain duduk di depannya. DEKAN FSUI dannbeberapa dosen tampak ada.
ORANG GMNI(pada dekan)
Kami menuntut agar panitia Mapram ini dibubarkan! Bahkan susunan senatini harus dibubarkan!!
(pada Herman)Jelas sekali ada intrik yang dilakukan senat untuk menyingkirkan GMNI.Sejak awal senat ini terbentuk, kami sudah mengutarakan keberatan kami.
(melirik pada Ketua HMI dengan sinis)Perobekan poster-poster GMNImembuktikan adanya unsur-unsur kontra-
revolusioner dalam senat!!
GIE(kepada Dekan)
Pak Dekan, kalau boleh saya bicara...
GIESaya ingin tekankan bahwa tidak ada HMI dan GMNI dalam senat ini. Tidak
ada Golongan apapun. Individu-individu yang terpilih dalam susunan senat inibukanlah wakil ormas-ormas, melainkan individu-individu yang cakap,
yang…
PENDUKUNG GMNIAaah… Cina banyak omong lu!!
Tiba-tiba pendukung GMNI lain menyerang Gie dari belakang. Hermanmenariknya. Seseorang kemudian memukul Herman, Gie mendorong lalu
86
memukul orang itu. Terjadi perkelahian… suasana jadi kacau… Jaka ada dibelakang keramaian itu, ia menarik nafas.
(hlm. 64).
Latar tempat lainya berupa sebuah jalan sempit dekat Salemba dan daerah
dekat Salemba. Dua tempat ini digambarkan sebagai tempat Gie dan kawan-
kawannya melakukan suatu gebrakan demo yang berbeda dari kelompok lainnya
guna melawan atau meruntuhkan pemerintahan Soekarno melalui nyanyian-nyanyian
yang mengkritik pemerintahan Soekarno termasuk para menteri.
(123). EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTAGie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yangagak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.
Kita mulai mendengar suara Ira yang menyanyikan lagu-lagu rakyat dengankeras.
IRAKami menilai Dorna itu, Dorna itu haji peking, kami menilai Dorna itu, Dorna
itu plintat-plintut.(hlm.83).
(124). EXT. DEKAT SALEMBAGie dan kawan-kawan melewati kelompok besar mahasiswa yangberdemonstrasi dan duduk-duduk di depan kampus Salemba. Mereka kembalimenjadi pusat perhatian. Seorang pria muncul di antara keramaian mengamatikelompok Gie, berbagi senyum dengan teman di sebelahnya. Ia adalah Djindewasa.
Suara Ira yang disambut oleh teman-temannya terus berlanjut.
IRAKami meniali Dorna itu, Dorna itu bagai lalat. Kami menilai Dorna itu, Dorna
itu antek gestapu. Hai, dor jing tet tet(hlm. 83).
Lokasi lain yang dipakai sebagai tempat terjadinya peristiwa dalam cerita
naskah skenario Gie adalah kantor kementerian minyak dan gas, ruangan menteri
87
urusan bank sentral, dan depan kantor kementerian bank sentral. Di ketiga tempat itu,
para mahasiswa melakukan protesnya terhadap kerja pejabat pemerintah. Mereka
mengkritik pejabat-pejabat yang korupsi, menuntut agar harga-harga diturunkan, dan
menginginkan menteri keluar menemui para mahasiswa.
(125). EXT. DI DEPAN KANTOR KEMENTERIAN MINYAK DAN GASBUMIDi depan kantor menteri minyak dan gas bumi, Roeli sedang berorasi. Gietampak mnegamati kelompok teman-teman. Jumlah mahasiswa tampaksedikit lebih besar. Teriakkan Roeli disambut dengan sahutan balik teman-teman mahasiswa.
ROELI(teriak keras)
Siap yang gemuk dan pengecut?... Siapa yang kerjanya makan dan lupa padayang kurus dan lapar?... Siapa yang suka dansa dan main perempuna?...
(hlm. 84)
(126). INT. RUANGAN MENTERI URUSAN BANK SENTRALGie, Roeli, Yossy, dan Herman, berjalan memasuki kantor kementerian.Bersama beberapa mahasiswa lain ia duduk berhadapan dengan Menteri danbeberapa wakilnya. Gie bicara intens. Menteri dan beberapa staf tenggelamdalam kata-kata Gie yang tajam.
GIEKami hany minta Bapak menandatangani ini...
Meneteri itu mengamati surat yang diberikan Gie,
MENTERIOh tidak mungkin ini.
GIE(memotong)
Mungkin saja. Ini sederhana. Kami menuntut harga-harga. Bapaktandatangani, lalu bapak serahkan ke Bapak Presiden bahwa ini keinginan
kami.(hlm. 85)
(127). EXT. DI DEPAN KEMENTERIAN BANK SENTRAL
88
Denny memimpin teman-teman yang semakin bersemangat meneriakkan yel-yel.
MASSAKami ingin ketemu menteri, kami ingin ketemu menteri. Sekarang juga...
(hlm. 85)(128). EXT. DI DEPAN KANTOR KEMENTERIAN BANK SENTRALHerman menerima kodenya dan memberi megaphone pada menteri yang akanmenaiki podium. Gie telah berada di tengah-tengah massa, Ira dengan sangatbersemangat kembali memimpin nyanyian-nyanyian mahasiswa.
IRADi sini lah di sini kita bertemu lagi, di sini lah di sini kita bertemu lagi,
ganyang, ganyang, ganyang menteri goblok. HAI...
Menteri yang akan mau bicara, suaranya tertutup oleh yel-yel mahasiswa,
MASSAGanyang menteri gestapu, ganyang menteri gestapu, ganyang menteri
goblok...,ganyang menteri goblok...(hlm. 86)
Latar tempat di pantai berpasir kelabu digunakan untuk menceritakan
peristiwa hukuman yang harus ditanggung Han. Karena keikutsertaannya di partai
komunis Indonesia, Han harus menerima hukuman eksekusi matinya yang dilakukan
di pantai. Selain itu, latar ini digunakan sebagai lokasi kebahagiaan Han kecil yang
akhirnya dapat melihat pantai bersama dengan teman kecilnya, Gie.
(129). EXT. PANTAI BERPASIR KELABUPundak sembilan orang pria, berjalan di kegelapan.
Barisan Han yang diiringi lampu truk tentara, keluar dari kegelapan.
Han dijajarkan dalam barisan. Ia tampak sangat tenang, walau orang yangberdiri di dekatnya terdengar takut dan panik.
Sebuah eksekusi tembak jarak dekat, dimulai dari barisan ujung hinggamendekati Han.
Kepala Han pecah berdarah dilatari sinar terang lampu truk tentara.
89
(hlm. 113)
(130). EXT. PANTAI BERPASIR KELABUGie dan Han kecil berada di sebuah pantai gelap yang luas. Han tampakgembira berlari menuju pantai. Gie menyusul sahabatnya itu. Merekamenabrak ombak. Di satu sapuan mereka berdua terjatuh. Gie menertawakanHan yang terbatuk-batuk menelan air laut.
Mereka berlarian basah kuyup di pantai kelabu itu... Matahari menyusul naik.
Gie dewasa muncul kembali, ia tertawa bahagia melihat mereka...(hlm. 140).
Lokasi lain yang dipakai dalam cerita ini adalah rumah Tjin Han yang dekat
dengan rumah keluarga Soe, yang pada kemudian hari Han dan tantenya pindah
rumah di daerah Roxi. Rumah Han yang lama digunakan untuk menceritakan
perlakuan kasar yang sring diterima dari tantenya. Sedangkan rumah Han yang ada di
daerah Roxi dipakai untuk menggambarkan kemarahan warga sekitar rumah Han
yang membenci keberadaan Han karena tergabung dalam PKI.
(131). EXT. RUMAH TJIN HANRumah Han dilihat dari halaman belakang. Kita mendengar suara perempuanyang marah-marah dan sesekali kita mendengar suara Han mengaduh.
(hlm. 13).
(132). INT. RUMAH TJIN HAN DI ROXIPintu kayu tertutup rapat, suasana sangat hening. Seketika pintu itu digedorkeras sekali dan kita mendengar suara orang memanggil-manggil danberteriak-teriak keras. Tiba-tiba pintu itu terbuka lebar, tampak beberapalelaki dewas berebut masuk, marah.
(hlm.77)
(133). EXT. RUMAH TJIN HAN DI ROXIHan ditarik paksa keluar. Ia berusaha berontak namun tak mampu.
90
Tjin Han ditarik keluar dari rumah itu. Orang-orang semakin banyak kini.Sambil diseret, Tjin Han mulai dipukuli. Ia mencoba berlari, namun berbagaipukulan terus mengenainya dari berbagai arah.
Tjin Han dilemparkan naik ke atas truk, dimana telah tampak pula beberapaorang lain. Mereka diikat tali, yang melingkar dari tangan yang terlipat dibelakang ke leher mereka. Wajah Han tampak lebam.
(hlm.77).
Lokasi lain sebagai tempat terjadinya suatu peristiwa adalah daerah yang
terletak di sekitar Kramat. Latar ini digunakan untuk menceritakan pertemuan Gie
dan Han setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu, sejak pindahnya Han ke
rumah daerah Roxi.
(134). EXT. SEKITAR KRAMATGie berjalan berkelibat di tengah keramaian tepi jalan itu. Seseorang tiba-tibamenahan pundaknya dari belakang. Gie membalikkan badannya. Dihadapannya berdiri seseorang yang sedang membawa setumpuk kertas danbeberapa lipat kain berwarna merah. Gie seperti tidak mengenali orang ini.
HANGie...?
Gie memperhatikan pemuda itu dengan seksama
HANAku Tjin Han, Gie...
GIE(tersentak)
Han...??
HAN(tersenyum lebar)
Apa kabar lu?
Gie menepuk pundak teman kecilnya. Ia tersenyum senang.(hlm. 49)
91
Lokasi lain yang digunakan sebagai latar tempat dalam peristiwa cerita ini
adalah markas angkatan darat. Markas ini merupakan tempat Gie mencari informasi
mengenai keberadaan Han yang telah dibawa pergi oleh militer. Dibantu dengan
seorang kolonel bernama Wijono, Gie mencoba mencari data-data nama yang
menjadi pidana hukuman eksekusi, dan Gie pun menemukan nama Han tercantum
dalam data-data yang dibaca Wijono.
(135). INT. MARKAS ANGKATAN DARATSebuah koridor panjang dengan banyak pintu. Gie mengetuk salah satunya.Kolonel Wjono membuka pintu, sebentar melihat kanan kiri, lalumempersilahkan Gie masuk.
Wijono memberi sebuah dokumen bersi foto-foto. Gie mengamati beberapafoto, foto-foto eksekusi orang-orang PKI di berbagai daerah. Beberapa kali iamenggelengkan kepalanya.
(hlm.112).
(136). INT. MARKAS ANGKATAN DARATWijono mengeluarkan sebuah buku besar yang berisi daftar nama-namaorang. Tangannya mengikuti deretan nama yang terketik itu hingga sampaipada abjad T, Tan Tjin Han. Mata Gie berhenti pada nama itu, wajah Giememucat.
(hlm.113).
Latar tempat lain dalam naskah skenario Gie adalah rumah Ira. Di rumah Ira,
Gie pernah diterima oleh tante Fatima untuk bertemu Ira. Dan di rumah Ira pula Gie
ditolak oleh tante Fatima untuk menemui Ira.
(137).EXT. RUMAH IRA – MALAMGie mengetuk pintu rumah Ira. Pintu dibuka FATIMA, 40an tahun.
TANTE FATIMASoe…
GIETante… Ira ada?
92
TANTE FATIMAMasuk
(berteriak ke dalam)Raaaaa, ada Soe. Aku pergi dulu…
(Riza, 2005: 33).(138). INT. RUMAH IRA – SIANGGie mengetuk pintu, setelah beberapa kali akhirnya pintu dibuka. TanteFatima membuka pintu lalu sedikit menahannya.
GIEIra ada tante??
Tante Fatima diam sebentar, mengatur nafasnya sebentar…
TANTE FATIMAIra sedang istirahat dan tidak bisa diganggu.
Gie hanya diam. Tante Fatima menggerakkan daun pintu sedikit lebih rapatsupaya Gie tidak dapat melihat ke dalam rumah. Wajah Tante Fatima seolah
bertanya ”mau apa lagi?“(hlm.138).
Lokasi lain yang dipakai para tokoh untuk mewakili setiap peristiwa dalam
cerita naskah skenario Gie adalah di dalam bus kota, Jakarta sekitar Senen, daerah
sekitar Gajah Mada, Perpustakaan Museum, pemukiman kumuh rumah Arifin, sebuah
tempat perkemahan, pertokoan hias rias, halte di dekat Istana, dalam truk, jalan
pendakian, daerah pemukiman, sekitar TIM, warung nasi uduk, toko alat tulis, daerah
Djatinegara, kawasan perkantoran, jalan sempit di pusat kota, asrama mahasiswa
pegangsaan, sebuah restoran, merapi, rumah penduduk di lereng merapi, stasiun
kereta api Gambir, sebuah rumah di Menteng, perkantoran, pasar di daerah Kwitang,
daerah Roxi, rumah di sekitar Senayan, sekitar Gunung Sahari, kantor komando
Militer, sekitar Jakarta, jalan raya dekat kampus Sastra rawamangun, stasiun radio
93
UI, Gunung Salak, seputar kota Jakarta, rumah Sinta, sebuah rumah di sekitar
Senayan, daerah Kebon Kacang, sebuah mata air, sebuah rumah seperti panti jompo,
pusat sajarah ABRI, dekat lapangan Banteng, sekitar Senayan, rumah Soe Hok Djin,
Alliance Francaese, sekitar Menteng, restoran di Megaria, sebuah restoran kecil di
Rawamangun.
Dari penjelasan di atas dapat diperoleh kesimpulan latar tempat yang
mendominasi cerita dalam naskah skenario Gie. Latar tersebut antara lain daerah
sekitar Kebun Jeruk yang digunakan untuk menceritakan kejar-kejaran antara
kelompok Gie dengan sekelompok pemuda dan untuk menggambarkan hobi Gie yang
suka membaca biografi; SMP Strada, yang digunakan untuk menceritakan awal mula
pemunculan watak Gie yang sudah berani melawan penguasa kelasnya. Di SMP
Strada Gie sering mendapat hukuman dari gurunya, dan di SMP ini Gie
melampiaskan kekesalannya terhadap Asep keponakan gurunya yang mendapat nilai
lebih baik darinya. Rumah keluarga Soe dijadikan sebagai latar Gie mengalami
bersitegang dengan kakak-kakaknya karena masalah Han, Gie juga pernah berdebat
dengan ibunya yang memintanya untuk mengulang kelas saja. Rumah keluarga Soe
menjadi saksi kegiatan Gie yang suka menulis. SMA Kanisius, tepatnya di sebuah
kalas dan di koridor. Kelas Kanisius digunakan untuk menceritakan pengunkapan
pemikiran Gie mengenai demokrasi terpimpin di negeri ini, sedangkan koridor
sekolah digunakan untuk menceritakan penempelan tulisan Gie.
94
Latar lembah Mandalawangi digunakan untuk menggambarkan adegan
pemunculan tokoh Gie dewasa beserta kawan-kawannya yang mendukungnya dalam
melakukan perlawanan. Latar tempat ini juga dipakai untuk menggambarkan
pertemuan Gie dengan Han dalam wujud kecil. Istana Negara digunakan sebagai latar
tempat untuk menceritakan peristiwa bertemunya Gie dengan Presiden Soekarno, dan
menggambarkan perhatian Gie kepada dua orang keturunan Cina yang
memperhatikan sikap Soekarno terhadap pelayannya.
Kampus Sastra Rawamangun, digunakan untuk menceritakan berbagai
aktivitas yang dilakukan Gie bersama rekan-rekannya. Lokasi ini juga digunakan
untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi di kampus. Latar lain yang mendukung
cerita ini adalah jalan sempit yang terletak di Salemba dan daerah dekat Salemba.
Dua tempat ini digunakan untuk melakukan gebrakan dalam berdemo melawan
pemerintahan Soekarno. Kantor Kementerian Minyak dan Gas, ruangan menteri
urusan bank sentral, depan kantor bank sentral, dipakai untuk menggambarkan
peristiwa protes yang dilakukan para mahasiswa yang menuntut berbagai hal.
Pantai berpasir kelabu digunakan sebagai latar tempat Han menerima
hukuman matinya, dan dipakai untuk menceritakan kebahagiaan Han yang
terwujudnya keinginannya untuk dapat melihat pantai. Latar tempat di rumah Han
digunakan untuk menceritakan peristiwa Han mendapat perlakuan kasar dari
tantenya. Lokasi rumah Han di daerah Roxi digunakann untuk menceritakan Han
yang dipukuli orang-orang karena keikutsertaannya dalam PKI. Daerah yang terletak
95
di sekitar Kramat digunakan sebagai latar tempat pertemuan Gie dan Han setelah
sekian lama mereka tidak pernah bertemu lagi. Markas Angkatan Darat digunakan
untuk menggambarkan cerita Gie yang mencari informasi keberadaan Han dari
seorang kolonel. Latar tempat lainnya adalah rumah Ira. Rumah Ira menjadi saksi
bahwa Gie pernah diterima di rumah itu, dan juga ditolak di rumah itu.
2.3.2 Latar Waktu
Latar waktu terjadinya peristiwa dalam naskah skenario Gie sebagian besar
hanya disebutkan pagi, siang, senja, sore, dan malam. Latar waktu cerita ini bisa
dirunut berdasarkan tahun dan tanggal terjadinya peristiwa, yaitu tahun 1956, tahun
1959, tahun 1963,1965, beberapa tahun kemudian, dan Desember 1969,
Latar waktu tahun 1956, dipakai untuk menceritakan masa-masa SMP Gie. Di
masa SMP, Gie sudah berani melawan gurunya bahkan mengkritik gurunya sehingga
menyebabkan nilainya dikurangi.
(139). INT. SMP STRADA – SIANGDi dalam kelas Gie dengan antusias mengikuti gerakan seorang guru yangberjalan berkeliling membagikan kertas, ia menunggu gilirannya.Mengantisipasi penuh harap.….BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. Gie berdebat intens dengan guru Arifin,yang berusaha tenang dan berjalan pelan mondar – mandir di depan kelas.
GIEBukankan ada perbedaan antara pengarang dengan penerjemah…?
ARIFINTapi dia bisa dikatakan pengarang karena sang pengarng asli tidak dikenal di
sini. Jadi dapatlah dikatakan Chairil sebagai pengarang Pulanglah Dia si AnakHilang.
96
GIE(mulai ngotot, memotong Arifin)
Tidak bisa. Tetap saja kita katakan kalau dia penerjemah bukan pengarang.Dan Andre Gide pengarang aslinya, dikenal di sini…semua anak SMA tentu
mengenal.
ARIFINKamu tau, tapi yang lain…
Arifin memandang berkeliling, melihat ke anak – anak lain, pandangannyaberhenti pada seorang anak lain. GIAM.
ARIFIN(pada Giam)
Giam, kamu kenal Andre Gide?
Giam hanya diam menatap ArifinGIE
(nyeletuk sinis)Tukang becak juga tidak mengenal Chairil
ARIFIN(ke arah Gie, mulai marah)
Kamu tukang becak…!!
GIE(tajam)
Ya. saya sama dengan tukang becak sebagai manusia…(hlm. 7-8)
(140). EXT. SMP PEMBANGUNAN – PAGIGIE (V.O)
Kalau angkaku ditahan oleh model guru yang tak tahan kritik, aku akanmengadakan koreksi habis-habisan, aku tak mau minta maaf. Memang
demikian, kalau dia bukan guru pandai. Tentang karangan saja dia lupa. Guruyang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan
selalu benar, dan murid bukan kerbau…(hlm. 15)
97
Latar waktu di tahun 1959, merupakan latar waktu di masa-masa SMA Gie.
Di masa SMA Gie sudah berani untuk memamerkan tulisannya di dinding koridoe
sekolah SMA Kanisius. Selain itu, tahun 1959 digunakan untuk menceritakan tokoh
Gie yang sudah mulai memikirkan nasib rakyat kecil yang menderita.
(141). INT. RUMAH KELUARGA SOE, KAMAR MANDI – MALAMGIE (V.O)
Kita generasi baru ditugaskan untuk memberantas generasi tua yangmengacau. Kita akan menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-
koruptor tua.(hlm. 22).
(142). EXT. HALTE DEKAT ISTANA- SIANGGIE (V.O)
Kitalah yang menjadi generasi yang akan memakmurkan Indonesia... Yangberkuasa sekarang adalah orang-orang yang dibesarkan di zaman Hindia
Belanda. Mereka adalah pejuang kemerdekaan yang gigih...
GIE (V.O)...tapi kini mereka telah mengkhianati apa yang diperjuangkan, dan rakyat
makin lama makin menderita. Aku bersamamu, orang-orang malang.(hlm. 22-23)
Tahun 1963, merupakan latar waktu yang digunakan untuk menceritakan
kegiatan Gie di masa kuliahnya.Berbagai kegiatan ia lakukan. Mulai dari menonton
film dan menganalisis film, menyaksikan kesenian tradisional, hingga naik gunung.
Tahun 1963 menjadi tolak ukur bagi Gie, karena di tahun ini Gie mulai menerbitkan
tulisannya lewat media surat kabar Pembaharuan.
(143). INT. KANTOR GERAKAN PEMBAHARUAN – MALAMGie duduk di hadapan Ben. Ia memegang lembaran kertas yang tercetak rapih,sebuah manifesto. Gie membaca artikel itu, cepat sekali, lalu kembalimeletakkan kertas itu di meja.
GIE
98
Aku rasa cukup jelas Ben, dan aku rasa ini bisa aku serahkan sekarang.
Gie mengeluarkan sesuatu dari tasnyaGIE
(menyerahkan tulisannya)...pemikiran dalam tulisan ini tidak jauh dengan pemikiran dalam manifesto
Pak Soecipto.
BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN, Gie mengetik sebuah artikel denganmesin ketik di ruang percetakan yang panas. Ia menarik kertas dari mesinketik dan langsung menyerahkannya ke Yossy yang telah berdiri menunggu dibelakangnya.
(hlm. 54-55)
Selain peristiwa di atas, peristiwa yang juga terjadi pada tahun 1963 adalah
peristiwa pemilihan ketua senat. Berbagai kampanye pemilihan ketua senat terjadi di
kampus Sastra Rawamangun.
(144). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGGie dan teman-teman berada di sebuah kelas. Di luar sedang berlangsungkampanye calon ketua senat. Calon itu mengucapkan ayat dari Al Quran.Denny sedang membaca sehelai kertas, lalu menyerahkannya ke Ira, yang lalumenyahkannya ke teman yang lain, dan terakhir ke tangan Herman. Hermanmembaca, lalu memperlihatkannya pada Gie sesuatu kemudian yang diberinyacatatan dengan pulpen. Gie mengangguk.
(hlm. 62)
(145). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGHerman naik ke podium. Suasana masih cukup riuh. Ia menarik nafas lalumembacakan pidatonya. Tampak orang-orang mendengar dengan seksama.Tak jauh di belakang Herman, Ira dan teman-teman saling berpandangan. Iramenengok kiri kanan, menunggu seseorang.
(hlm. 63)
Latar waktu yang paling mendominasi terjadinya berbagai peristiwa dalam
cerita naskah skenario Gie adalah tahun 1965. Latar waktu ini dipakai untuk
menggambarkan kericuhan yang terjadi di kampus Sastra. Kericuhan disebabkan
99
adanya perbedaan pendapat mengenai senat sehingga terjadi pertengkaran yang
melibatkan Gie dan Herman dengan kelompok GMNI.
(146). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGSebuah forum mirip persidangan. Herman duduk di tengah bak terdakwapengadilan. Gie dan beberapa teman berada diantara ketegangan itu dengandua orang pimpinan GMNI dan HMI. Dua orang itu berhadapan satu denganyang lain. Sementara mahasiswa lain duduk di depannya. DEKAN FSUI dannbeberapa dosen tampak ada.
ORANG GMNI(pada dekan)
Kami menuntut agar panitia Mapram ini dibubarkan! Bahkan susunan senatini harus dibubarkan!!
(pada Herman)Jelas sekali ada intrik yang dilakukan senat untuk menyingkirkan GMNI.Sejak awal senat ini terbentuk, kami sudah mengutarakan keberatan kami.
(melirik pada Ketua HMI dengan sinis)Perobekan poster-poster GMNImembuktikan adanya unsur-unsur kontra-
revolusioner dalam senat!!
Herman dan ketua HMI berdiri bersamaan seolah siap menyerang, Giemencegahnya dan mencoba menetralisir suasana.
GIE(kepada Dekan)
Pak Dekan, kalau boleh saya bicara
Dekan mengangguk
GIESaya ingin tekankan bahwa tidak ada HMI dan GMNI dalam senat ini. Tidakada golongan apapun. Individu-individu yang terpilih dalam susunan senat
bukanlah wakil-wakil ormas-ormas, melainkan individu-individu yang cakapyang...
PENDUKUNG GMNIAaah.. Cina banyak omongn lu!!
100
Tiba-tiba pendukung GMNI lain menyerang Gie dari belakang. Hermanmenariknya. Seseorang kemudian memukul Herman, Gie mendorong lalumemukul orang itu. Terjadi perkelahian... suasana jadi kacau...
(hlm. 64).
Latar waktu dalam cerita ini bisa dirunut berdasarkan tanggal. Hal ini tampak
ketika sebuah siaran radio menyiarkan berita penculikan 6 jenderal angkatan darat.
Peristiwa dalam cerita ini terjadi pada 1 Oktober.
(147). Tulisan : 1 Oktober 1965Siaran radio mengumumkan percobaan gerakan kudeta, yang mengakibatkandiculiknya 6 jenderal angkatan darat.
(hlm. 69)
Pada tahun 1965, Gie bertemu kembali dengan Han teman kecilnya. Setelah
sembilan tahun tidak pernah bertemu karena kepindahan Han, mereka bertemu lagi di
sebuah warung.
(148). EXT. SEKITAR KRAMATGie berjalan berkelibat di tengah keramaian tepi jalan itu. Seseorang tiba-tibamenahan pundaknya dari belakang. Gie membalikkan badannya. Dihadapannya berdiri seseorang yang sedang membawa setumpuk kertas danbeberapa lipat kain berwarna merah. Gie seperti tidak mengenali orang ini.
HANGie...?
Gie memperhatikan pemuda itu dengan seksama
HANAku Tjin Han, Gie...
GIE(tersentak)
Han...??
HAN
101
(tersenyum lebar)Apa kabar lu?
Gie menepuk pundak teman kecilnya. Ia tersenyum senang.(hlm. 49)
Peristiwa penting yang terjadi di tahun 1965 adalah peristiwa perlawanan
yang dilakukan Gie bersama kawan-kawannya terhadap pemerintahan Soekarno.
Tahun ini menjadi tolak ukur bagi Gie dan kawan-kawannya di dalam melawan
pemerintahan Soekarno. Dalam melakukan perlawanan tersebut, Gie membuat suatu
gebrakan yang berbeda dari perlawan yang dilakukan para mahasiswa yang suka
main gebrak rame-rame.
(149)EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTAGie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yangagak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.
Kita mulai mendengar suara Ira yang menyanyikan lagu-lagu rakyat dengankeras.
IRAKami menilai Dorna itu, Dorna itu haji peking, kami menilai Dorna itu, Dorna
itu plintat-plintut.(hlm.83).
(150). EXT. DEKAT SALEMBAGie dan kawan-kawan melewati kelompok besar mahasiswa yangberdemonstrasi dan duduk-duduk di depan kampus Salemba. Mereka kembalimenjadi pusat perhatian. Seorang pria muncul di antara keramaian mengamatikelompok Gie, berbagi senyum dengan teman di sebelahnya. Ia adalah Djindewasa.
Suara Ira yang disambut oleh teman-temannya terus berlanjut.
IRAKami meniali Dorna itu, Dorna itu bagai lalat. Kami menilai Dorna itu, Dorna
itu antek gestapu. Hai, dor jing tet tet(hlm. 83).
102
Beberapa tahun kemudian digunakan untuk menggambarkan latar waktu
setelah tahun 1965. Namun bila dilihat terjadinya peristiwa dalam cerita ini maka
waktu terjadinya adalah antara akhir tahun 1965 dan awal tahun 1966 .Hal ini tampak
lewat suara Gie yang tak berkarakter. Suara Gie itu memberitahukan tentang
malapetaka yang terjadi pulau Bali.
(151). EXT. DEKAT LAPANGAN BANTENG-SIANGGIE (V.O)
Di akhir tahun 1965 dan sekitar awal tahun 1966, di pulau Bali yang indah initerjadi suatu malapetaka yang mengerikan, suatu penyembelihan besar-besaran yang
mungkin tiada taranya dalam zaman modern...(hlm. 112)
Pada latar waktu ini, Han meninggal. Ia meninggal karena hukuman eksekusi
yang harus ia terima sebagai anggota PKI.
(152). EXT. PANTAI BERPASIR KELABU – MALAMPundak sembilan orang pria, berjalan di kegelapan.
Barisan Han yang diiringi lampu truk tentara, keluar dari kegelapan.
Han dijajarkan dalam barisan. Ia tampak sangat tenang, walau seorang yangberdiri di dekatnya terdengar takut dan panik.
Sebuah eksekusi tembak jarak dekat, dimulai dari barisan ujung hinggamendekati Han.
Kepala Han pecah berdarah dilatari sinar terangn lampu truk tentara.(hlm. 113)
Di tahun ini pula Gie menulis sebuah tulisan yang isinya mengkritik
mahasiswa UI. Kritikan Gie terhadap UI, justru membuat dia dibenci oleh
mahasiswa-mahasiwa UI.
103
(153). INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAMGie menarik selembar kertas dari mesin ketik, tulisan yang barudiselesaikannya, tampak judul ”WAJAH MAHASISWA UI YANG BOPENGSEBELAH“.
(hlm. 133)
(154). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANGGie berjalan di selasar kampus. Ia melihat wajah-wajah yang berjalanberlawanan arah dengannya. Banyak yang acuh, ada yang sinis. Sekelompokmahasiswa duduk di selasar membaca koran yang memuat tulisan Gie, meliriksinis ketika Gie melintas.
(hlm. 134)
Latar waktu lainnya dalam naskah skenario Gie adalah Desember 1969. Latar
waktu ini digunakan untuk menceritakan peristiwa meninggalnya Soe hok Gie. Cerita
ini berakhir pada tahun 1969 di bulan Desember.
(155). INT. JAKARTA DAN SEKITARNYA/MONTAGE – SIANGDI SEKITAR GAJAH MADA. Seorang anak berusia 16an tahunmenghampiri sebuah warung membeli koran. Hujan mulai turun rintik-rintikketika ia berjalan di tengah keramaian, ia kemudian berhenti, melihat headlinekecil, ” Soe Hok Gie wafat di puncak Semeru“.
DI SEBUAH WARUNG BAKMI. Dua orang keturunan Cina dengan sangatintens baca sebuah koran. Lalu meletakkannya di atas meja tampak headline”Musibah Pecinta Alam UI di Semeru“. Keduanya memandang kosong kedepan.
DI SEBUAH PERREMPATAN. Pejabat pensiunan melamun melihat keluarjendela mobilnya, tangan kanannya masih memegang sebuah surat kabar.
DI FAKULTAS SASTRA RAWAMANGUN. Beberapa kelompokmahasiswa membaca koran, mereka lalu tampak menunduk. Mereka kembalimelihat koran itu seolah tak percaya apa yang dibacanya.
(hlm.143-144).
Dari analisis di atas dapat disimpulkan latar waktu naskah skenario Gie, yaitu
sebagian besar latar waktu hanya disebutkan pagi, siang, senja, sore, dan malam hari.
104
Peristiwa dalam Gie terjadi pada tahun 1956, masa SMP Gie, masa SMA Gie, yitu
tahun. Tahun 1963 merupakan masa kuliah Gie yang menulis untuk Pembaharuan
dan masa-masa kampanye pemilihan ketua senat. Tahun yang mendominasi dalam
cerita naskah skenario Gie adalah tahun 1965. Berbagai peristiwa terjadi di tahun ini.
Selain itu, latar waktu setelah tahun 1965 hanya dituliskan beberapa tahun kemudian
saja untuk menceritakan setiap peristiwa, dan. Pada Desember 1969 Gie meninggal.
2.3.3 Latar Sosial
Latar sosial dalam naskah skenario Gie dapat diketahui melalui perbedaan
kelas antara yang kaya dengan yang miskin. Perbedaan kelas ini dapat diketahui lewat
keadaan masyarakat, tempat sekolah, dan tempat tinggal. Kutipan di bawah
menceritakan seorang yang bukan pengemis memungut kulit mangga untuk di makan
tepat di depan Istana negara. Istana negara sendiri diketahui merupakan sebuah
tempat yang memiliki banyak kelimpahan materi dan di Istana negara, pemimpin
negeri ini sering mengadakan pesta dan menjamu para tamu dengan berbagai
makanan yang lezat.
(156). EXT. HALTE DI DEKAT ISTANA – SIANGGie tertarik dengan sesuatu di luar jendela bus. Tampak seorang priabertelanjang dada, kurus dan kotor, mengaduk-aduk sebuah wadah sampah.Gie mengamatinya. Pria itu menemukan sesuatu, kulit mangga dengan sedikitsisa-sisa daging mangga, Gie tampak meringis. Lalu pria itu memakan kulitmangganya sekaligus, ia tampak betul-betul lapar.
....Gie kembali melihat ke pria pemakan kulit mangga. Buru-buru ia turun daribus dan mendekati pria itu sambil merogoh kantung celananya.
105
Saat itu pula arus mulai bergerak, Gie kembali berlari mengejar bus, saat busberjalan menjauh. Gie kembali melihat pria itu dari kejauhan, ia melihatrecehan uang di tangannya, lalu melihat ke arah bus yang ditumpangi Gie.
(hlm. 22-23 ).
Latar sosial dalam naskah skenario Gie tampak dalam tempat sekolah Gie
yang baru, yaitu SMP Pembangunan. Jika dibandingkan dengan SMP Strada yang
besar, SMP Pembangunan tampak lebih kecil. Di SMP Pembangunan, kebanyakan
anak-anak yang bersekolah adalah anak-anak miskin.
(157). EXT. SMP PEMBANGUNAN – PAGIGie meamsuki sekolah yang tampak lebih kusam dan kecil dari sekolahStrada. Ia sempat melihat sekeliling sekolah, ke teman-teman sekelas yangkebanyakan anak-anak miskin.
(hlm. 15)
Perbedaan kelas sosial juga tampak dari perbedaan kondisi kamar mandi
rumah Gie yang menandakan bahwa Gie bukanlah dari golongan atas dengan kondisi
kamar mandi di Istana Negara. Kamar mandi di Istana tampak lebih putih dan bersih
sementara kamar mandi rumah Gie tampak gelap.
(158). INT/EXT. INTERCUT RUMAH SOE DAN ISTANA NEGARA-PAGI…2. Soekarno di depan cermin kamar mandi yang putih bersih3. Gie menimba air dingin sekujur tubuhnya, di kamar mandi yang gelap
(hlm. 93)
Perbedaan kelas sosial dalam naskah skenario Gie juga diperlihatkan melalui
keadaan guru SMP Gie, Arifin, yang tinggal di pemukiman kumuh. Arifin tinggal di
pemukiman tersebut bersama istri dan ketiga anaknya yang kurus.
(159). EXT. PEMUKIMAN KUMUH – SIANG
106
Mereka sampai di sebuah perumahan kumuh di tepi sungai. Arifin tiba dirumah, disambut oleh seorang istri yang tersenyum riang, dan tiga anak kecilyang kurus tak berbaju.
(hlm. 16)
Dalam cerita naskah skenario Gie terdapat peristiwa yang menceritakan para
kaum wanita harus mengantri minyak dan berebutan dengan para pria. Hal ini
menandakan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno
sekalipun sudah merdeka, namun tetap hidup dalam kesulitan.
(160). EXT. DI DAERAH DJATINEGARA – SIANGGie berjalan melewati deretan orang-orang yang sedang mengantri minyaktanah. kebanyakan ibu-ibu yang membawa anak-anak mereka, yang kurus danberperut buncit.
Beberapa pria berebutan membantu ibu-ibu membawa minyak dalam jerigen.Beberapa saling berebutan hingga minyak dalam jerigen itu jatuh tumpah. Disebuah dinding belakang mereka tampak simbol Partai Komunis Indonesia.Gie menatap situasi ini dari kejauhan.
(hlm. 40)
Melalui penjelasan di atas dapat disimpulkan latar sosial dalam naskah
skenario Gie. Perbedaan sosial antara penguasa dengan rakyat tampak begitu ketara.
Kutipan (156) menggambarkan si pemungut kulit mangga di depan istana negara.
Kutipan (157), menggambarkan perbedaan sekolah lama Gie dengan sekolah barunya
yang kebanyakan adalah anak-anak miskin. Perbedaan kamar mandi Gie dan
Soekarno terdapat pada kutipan (158). Kutipan (159) memperlihatkan perbedaan
kelas sosial melalui pemukiman kumuh Arifin. Kutipan (160) menceritakan tentang
kesulitan yang dialami oleh kaum wanita dan pria untuk mendapatkan minyak tanah
107
Dari analisis ketiga latar dapat ditarik kesimpulan. Latar tempat dalam Gie
terdiri atas daerah sekitar Kebun Jeruk sebagai tempat pemunculan tokoh Gie dan
Han yang dikejar sekelompok pemuda dan menceritakan hobi Gie yang sudah suka
membaca biografi, SMP Strada dipakai untuk menceritakan penentangan pemikiran
Gie terhadap gurunya. Selain itu, di SMP Strada digunakan sebagai latar Gie sering
mendapat hukuman dari gurunya, dan di sekolahnya ini Gie melampiaskan
kekesalannya terhadap temannya sendiri yang mendapatkan nilai lebih baik dari dia.
Latar tempat dengan menggunakan rumah keluarga Soe, digunakan untuk
menggambarkan sikap Gie yang bersitegang dengan keluarganya karena ingin
melindungi Han, temannya. Di rumahnya Gie juga pernah berdebat dengan ibunya.
Rumah keluarga Soe menjadi saksi akan kegemaran Gie yang suka menulis. SMA
Kanisius dijadikan sebagai latar tempat Gie mengunkapkan pemikirannya mengenai
demokrasi terpimpin, dan digunakan sebagai latar Gie menempelkan tulisannya.
Latar tempat dengan mengambil Lembah Mandalawangi digunakan sebagai
penggambaran pemunculan tokoh Gie dewasa dan kawan-kawannya. Di lembah ini
pula Gie kembali bertemu dengan Han dalam wujud kecil. Istana Negara digunakan
untuk penceritaan bertemunya Gie dengan Soekarno dan penceritaan sikap Gie yang
memperhatikan dua orang keturunan Cina yang memperhatikan Soekarno.
Kampus Sastra Rawamangun merupakan latar tempat yang mendominasi
jalannya cerita karena di kampus ini berbagai aktivitas terjadi. Jalan sempit yang
terletak di dekat Salemba dan daerah sekitar Salemba dijadikan sebagai latar tempat
108
Gie dan kawan-kawannya dalam melakukan perlawanan terhadap Soekarno. Latar
tempat yang juga penting dalam cerita ini adalah kantor Kementerian Minyak dan
Gas, Ruangan Menteri Urusan Bank Sentral, dan depan Bank Sentral digunakan
untuk menggambarkan protes yang dilakukan Gie dan kawan-kawannya.
Latar tempat dengan mengambil seting pantai berpasir kelabu digunakan
untuk menceritakan eksekusi yang dialami olah Han, dan sebagai latar tempat
kebahagiaan Han yang dapat melihat pantai bersama Gie dalam wujud kecil. Rumah
Han yang berada dekat dengan rumah Gie dijadikan sebagai latar tempat Han sering
mendapat perlakuan kasar dari tantenya. Lokasi rumah Han di Roxi, menjadi saksi
Han dipukuli oleh orang-orang di sekelilingnya karena keterlibatannya dengan PKI.
Daerah sekitar Kramat digunakan sebagai latar tempat penceritaan bertemunya Gie
dan Han setelah sekian lama tidak pernah bertemu. Markas Angkatan Darat
digunakan sebagai latar tempat penceritaan Gie yang mencari informasi keberadaan
Han dari seorang kolonel. Latar tempat lainnya adalah rumah Ira. Rumah Ira menjadi
saksi bahwa Gie pernah diterima di rumah itu dan juga ditolak di rumah itu.
Latar waktu pada naskah skenario Gie, dapat diketahui bahwa sebagian besar
waktu disebutkan adalah pagi, siang, senja, sore, dan malam hari. Latar waktu lainnya
ditandai dengan tulisan tahun terjadinya peristiwa itu, dan tanggal terjadinya
peristiwa yang masih dalam tahun yang sama, yaitu tahun 1956, 1959, 1963, 1965, 1
Oktober 1965, Desember 1969. Latar waktu yang mendominasi dalam naskah
skenario Gie adalah tahun 1965, karena berbagai peristiwa terjadi di tahun ini.
109
Latar sosial dalam naskah skenario Gie dapat dilihat melalui keadaan
masyarakat yang hidup dalam kesulitan dan perbedaan sosial dapat diketahui dari
perbedaan antara penguasa dan rakyat.
Berdasarkan hasil analisis dalam Bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa
naskah skenario Gie dibangun melalui tahapan alur yang saling berkaitan. Alur yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap tengah,
dan tahap akhir. Tahapan-tahapan alur ini berfungsi untuk menganalisis konflik-
konflik yang dialami tokoh serta penyelesaian dari konflik yang dialami tokoh.
Lewat analisis tahapan-tahapan alur penulis menemukan bahwa alur dalam
naskah skenario Gie berjenis linier atau lurus. Karena fokus konflik dari
permasalahan cerita ini terdapat pada diri Gie. Dia mengalami konflik baik dengan
rekan, pacar, pemerintah, maupun dengan dirinya sendiri.
Dalam cerita naskah skenario Gie setiap tokoh (tokoh utama dan tokoh
tambahan) dibangun dengan karakter tokoh yang lengkap. Dari hasil analisis tokoh
dapat diketahui bahwa tokoh utama dalam cerita ini adalah Soe Hok Gie. Dia menjadi
inti cerita dari setiap peristiwa yang terjadi dalam cerita naskah skenario Gie.
Tokoh tambahan Herman O.Lantang, Ira, Tan Tjin Han, Soe Hok Djin, dan
Jaka. Selain menyajikan alur dan tokoh, Riri Riza juga menyajikan latar cerita yang
lengkap, mulai dari latar tempat dan latar waktu hingga latar sosial tokoh-tokohnya.
Ketiga latar ini merupakan penggambaran dari jalannya cerita Gie. Latar tempat
dalam kaitannya dengan penelitian ini berfungsi untuk menggambarkan tempat
110
terjadinya peristiwa itu dan juga pembentukan watak Gie. Latar waktu berfungsi
untuk menggambarkan waktu-waktu peristiwa yang dialami tokoh atau waktu
kejadian dalam naskah ini. Selain itu latar waktu berfungsi untuk menjelaskan kondisi
yang bergejolak pada masa pemerintahan Soekarno. Sedangkan latar sosial berfungsi
untuk menjelaskan perbedaan kelas sosial dan keadaan kehidupan tokoh.
111
BAB III
PERLAWANAN TOKOH GIE TERHADAP PEMERINTAHAN ORDE LAMA
DAN AWAL PEMERINTAHAN ORDE BARU DALAM NASKAH
SKENARIO GIE KARYA RIRI RIZA
Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil analisis perlawanan tokoh Gie
terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru dalam naskah
skenario film Gie. Berdasarkan analisis alur, tokoh dan latar pada bab II, diketahui
bahwa tokoh utama dalam cerita ini adalah Gie.
Gie merupakan pemuda yang pada masa remaja dan masa kuliahnya hidup di
bawah rezim Bung Karno, pelopor kemerdekaan Indonesia, yang ditandai dengan
pergulatan antara militer dan PKI. Gie menghormati Soekarno sebagai founding
father-nya Indonesia, namun ia membenci pemerintahan Soekarno yang diktator.
Oleh sebab itu, ia melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Perlawanan terhadap
pemerintahan tak hanya terjadi pada masa Gie. Tetapi di zaman sekarang pun
perlawanan yang dilakukan mahasiswa atas nama rakyat masih berlanjut.
Berbagai cara dan bentuk dia lakukan guna meruntuhkan para pemimpin
negeri yang sudah dinilai tidak bisa lagi memimpin negeri ini. Gie ingin keadilan bagi
rakyat dan karena pemerintah tidak bisa memberikan keadilan itu Gie pun
melawanberani pemerintahan orde lama dan mencoba meruntuhkan pemimpin
negara.
112
Perlawanan Gie terhadap pemerintahan orde lama muncul karena ia melihat
ketidakadilan bagi rakyat kecil. Perlawanan Gie terhadap ketidakadilan sebenarnya
sudah tumbuh ketika ia duduk di bangku SMP. Pada masa SMP, Gie sudah berani
melawan gurunya yang telah menurunkan nilainya dengan tidak adil dan membuat
gurunya marah. Gie berani mengkritik gurunya. Perlawanan yang dilakukan Gie
berlanjut di masa-masa kuliahnya. Berbagai bentuk perlawanan ia lontarkan demi
mendapatkan keadilan bagi rakyat kecil. Perlawanan yang ia itu berlanjut hingga
pergantian pemerintahan. Di dalam bab inilah analisis perlawanan yang dilakukan
Gie diuraikan.
3.1 Bentuk Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Pemerintahan Orde Lama
Bentuk perlawanan yang akan dideskripsikan dan dianalisis yang dilakukan
oleh tokoh Gie terhadap pemerintahan orde lama yaitu berupa kritikan yang
dituangkan dalam demonstrasi atau orasi.
Gie merupakan intelektual muda yang hidup di tengah keluarga berbudaya
Tionghoa dengan latar agama Katholik. Masa remaja dan kuliahnya dihabiskan dalam
pemerintahan orde lama dan orde baru. Gie adalah sosok pemuda yang mengagumi
tokoh-tokoh dunia semacam Gandhi, Kennedy, dan Soekarno. Awal mula Gie
melakukan perlawanan terhadap pemerintahan orde lama dikarenakan adanya
ketidakadilan dan dari Soekarnolah ia belajar melawan ketidakadilan. Gelagat Gie
untuk melawan ketidakadilan muncul ketika ia masih SMP. Di masa SMP Gie
menjadi pembangkang terhadap gurunya yang dengan seenaknya telah menurunkan
113
nilai ulangannya. Ketidakadilan telah dialami Gie dan dengan keberaniannya, ia
melakukan perlawanan terhadap gurunya. Ia tidak takut untuk melakukan perlawanan
itu. Bahkan ia dengan berani mengkritik guru SMPnya.
(161). INT. SMP STRADA-SIANGGie duduk menunduk di depan meja guru tua, bernama TJAN. Di belakangTjan berdiri Arifin. Dengan wajah yang masih geram.
TJANSoe, kamu minta maaf sama pak Arifin...
GIETidak mungkin saya terima. Nilai saya lebih baik, tapi nilai umum saya di
bawah teman-teman lain.
Gie mengeluarkan dua buah buku lalu menggesernya ke arah Tjan.
GIE(melihat ke pak Arifin)
Asep dapat nilai bagus, karena dia keponakan Bapak?
Arifin tiba-tiba tersadar sesuatu, Gie menatapnya dengan menantang.
GIEBegitu, Pak??
Arifin terlihat panik, Tjan terkejut, bingung akan bereaksi.(hlm.11).
(162).GIE (V.O)
Kalau angkaku ditahan oleh model guru yang tak tahan kritik, aku akanmengadakan koreksi habis-habisan, aku tak mau minta maaf. Memang
demikian kalau dia bukan guru pandai. Tentang karangan saja dia lupa. Akurasa dalam hal sastra aku lebih pandai. Guru yang tak tahan kritik boleh
masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan muridbukan kerbau...
(hlm. 15)Kebencian Gie terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintahan orde
lama terlihat ketika terjadi diskusi di kelas Kanisius mengenai sebuah demokrasi.
114
Dalam diskusi tersebut Gie mengkritik orang-orang pemerintahan orde lama yang
dengan seenaknya melakukan pelanggaran terhadap demokrasi yang ada di Indonesia
dan menghukum rakyat yang berani mengeluarkan pendapatnya.
(163). INT. KELAS DI KANISIUS – SIANGSebuah diskusi di kelas sejarah, tampak tertib. Seorang GURU SEJARAH(berpakaian seorang frater) berdiri di depan kelas.
GURUJadi menurutmu Demokrasi Terpimpin sebenarnya sama sekali tidak
demokratis, Soe?
GIEJelas... Lihat apa yang terjadi dengan pers hari ini, Indonesia Raya, atau
Harian Rakyat. Saya bukan simpatisan komunis tapi apa yang terjadi terhadapHarian Rakyat adalah contoh pelanggaran terhadap demokrasi Pak…
Gie diam sebentar, Guru seperti menanti, dan Gie melanjutkan
GIEKita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah seseorang
kalau berani menyatakan pendapat yang merugikan pemerintah. Mereka yangberani menyerang koruptor-koruptor lalu ditahan… Menurut saya, itu adalah
tanda-tanda kediktatoran…(hlm.20).
Gie paling tidak bisa melihat ketidakadilan terjadi di sekitarnya. Karena
ketidakadilan itu sendiri telah membuat orang-orang menderita. Gie membenci orang-
orang yang dengan seenaknya membuat ketidakadilan terhadap orang-orang yang
tidak bersalah. Terlebih ketika Gie melihat sendiri orang yang menderita karena
ketidakadilan. Ketika di masa SMA-nya Gie pernah menulis sebuah artikel tentang
Mochtar Lubis yang dipenjarakan pemerintah. Ia menganggap bahwa pemerintahan
orde lama telah bersikap tidak adil terhadap pengarang tersebut.
115
Meskipun tulisan Gie yang berupa artikel hanya dibaca oleh kalangan SMA
Kanisius, tetapi kekaguman akan keberanian Gie mengkritik pemerintah terlihat dari
orang-orang yang membaca artikelnya. Gie juga pernah menyaksikan seorang pria
tengah memungut mangga dari sampah tak jauh dari depan istana kepresidenan yang
identik dengan kekuasaan dan pesta-pesta. Gie yang tidak tahan melihat orang itu pun
kemudian berlari ke tempat orang itu untuk memberikan uang.
(164). EXT. KORIDOR SEKOLAH KANISIUS-BEBERAPA HARIKEMUDIANGie berjalan membawa selembar kertas mencari-cari sebuah ruangan.
POV: Tulisan Gie ditempel bersebelahan dengan tulisan Djin. KENAPAMOCHTAR LUBIS DI PENJARA?...
(hlm.21)
(165). EXT. HALTE DEKAT ISTANA-SIANGGie tertarik dengan sesuatu di luar jendela bus. Tampak seorang priabertelanjang dada, kurus dan kotor, mengaduk-aduk sebuah wadah sampah.Gie mengamatinya. Pria itu menemukan sesuatu, kulit mangga dengan sedikitsisa-sisa dagingnya. Pria itu menggigiti sisa-sisa daging mangga, Gie tampakmeringis. Lalu pria itu memakan kulit mangganya sekaligus, ia tampak betul-betul lapar....Gie kembali melihat ke pria pemakan kulit mangga. Buru-buru ia turun daribus dan mendekati pria itu sambil merogoh kantung celananya.
(hlm. 22-23).
Kebencian Gie terhadap pemerintahan orde lama semakin bertambah ketika
terjadi ketidakadilan hidup terhadap rakyat kecil yang dikarenakan ulah para pejabat
pemerintahan Soekarno sudah tidak lagi memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.
Mereka yang tidak lagi memperjuangkan keadilan bagi rakyat kecil dianggap sebagai
generasi tua. Generasi tua tersebut oleh Gie dianggap telah mengkhianati nilai-nilai
perjuangan yang mereka lakukan. Gie merasakan bahwa mereka telah dengan
116
seenaknya melakukan korupsi tanpa memikirkan nasib rakyat kecil. Melihat
kenyataan seperti itu, Gie semakin gencar melakukan perlawanan terhadap
pemerintah orde lama. Perlawanan yang ia lakukan itu pun demi rakyat Indonesia
yang menderita karena sikap sebagian besar orang-orang yang berada di dalam
parlemen pemerintah Indonesia telah berkihanat.
(166).GIE (V.O)
Kita generasi baru ditugaskan untuk memberantas generasi tua yangmengacau. Kita akan menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-
koruptor tua(hlm. 22)
(167).GIE (V.O)
...tapi kini mereka telah mengkhianati apa yang diperjuangkan, dan rakyatmakin lama makin menderita. Aku bersamamu, orang-orang malang.
(hlm. 23)
Berawal dari kebenciannya itulah, Gie melakukan perlawanan terhadap
ketidakadilan yang dilakukan pemerintahan orde lama. Perlawanan yang dilakukan
Gie semakin mengental ketika ia mulai masuk bangku kuliah. Gie termasuk salah
satu dari mahasiswa yang aktif berperan serta dalam menggulingkan pemerintahan
orde lama. Gie merasa bahwa pemerintahan orde lama telah gagal mengatasi
perekonomian Indonesia yang semakin merosot tajam yang telah mengakibatkan
adanya ketidakadilan bagi rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, perlawanan Gie terhadap
ketidakadilan yang dilakukan pemerintahan orde lama terlihat jelas pada masa kuliah.
Mula-mula rasa bencinya terhadap ketidakadilan yang pada akhirnya
membuatnya melakukan perlawanan terhadap pemerintahan orde lama dituangkannya
117
lewat diskusi-diskusi yang sering ia adakan bersama rekan-rekan kuliahnya. Dalam
diskusi tersebut Gie selalu menyinggung soal pemerintahan yang dipimpin Soekarno.
Gie mengajak para intelektual muda untuk mulai melawan pemerintahan Soekarno,
dan untuk berani bicara atau mengeluarkan pendapatnya terhadap pemerintah.
(168). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS-MALAM...
GIE(suara Gie mengeras)
Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidakpada Soekarno.
...GIE
Kaum intelektual yang tidak puas dengan situasi sekarang harus bicara.Bahwa mereka takut, mungkin... Tapi ketakutan harus diatasi.
GIEKita harus mempublikasikan suatu seruan terhadap keberanian bicara. Kita
perlu konsepsi dewasa ini. Segala usaha yang bisa kita lakukan harusdikerahkan untuk bisa belajar dan mencoba memahami persoalan-persoalan
dewasa ini...(hlm.28-29).
Perlawanan yang dilakukan Gie kepada pemerintahan orde lama secara
terang-terangan ditulis dalam sebuah surat kabar. Setelah ia bergabung dengan
Pembaharuan yang pemimpinnya juga menginginkan perubahan dalam negeri ini, Gie
semakin gencar melawan pemerintah. Di Pembaharuan Gie mendapat dukungan
untuk menumbangkan orde lama. Ia pun menulis artikel yang berisi kritikan terhadap
pemerintah orde lama.
(169). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, WARUNG SENGGOL-SIANG
118
Tergeletak di atas meja, terbitan itu diambil oleh mahasiswa. Anak-anakSastra membaca. Mereka berada dalam beberapa kelompok, beberapa tampakmanggut-manggut.
Denny, Herman, dan beberapa kawan melihat ke arah Gie yang sedangberjalan melintasi mereka. Mereka saling memberi isyrat, Denny berjalanmenyusul Gie.
DENNY(memanggil)
Gie,
Denny berjalan mendekat, melambai-lambaikan kertas di tangannya. Satuedisi Pembaharuan.
DENNYIni pasti ada hubungannya dengan lu, banyak kibul di negeri ini rupanya...
(hlm.55-56).
Perlawanan Gie dalam menumbangkan pemerintahan orde lama semakin
terlihat jelas dengan membuat sebuah gebrakan. Bersama rekan-rekannya Gie
memulai untuk melakukan perlawanannya. Di dalam perlawanannya terhadap
pemerintah orde lama, Gie menginginkan sebuah perlawanan yang berbeda dengan
organisasi lain atau gerakan para mahasiswa yang juga melakukan perlawanan.
Karena Gie membenci gaya perlawanan yang dilakukan oleh para mahasiswa dan
organisasi-organisasi lain yang main gebrak rame-rame. Gie menginginkan perbedaan
tersebut, sebab ia ingin menjadi bagian dari kelompoknya itu. Kelompok yang
menginginkan lengsernya rezim orde lama demi keadilan dan perubahan nasib bagi
rakyat Indonesia. Dan bersama kawan-kawannya, Gie mulai melakukan gebrakan
perlawanannya itu dengan nyanyian-nyanyian yang dibumbui sedikit humor namun
mengkritik pemerintahan. Perbedaan perlawanan yang dilakukan Gie dan rekan-
119
rekannya tampak ketika Gie dan kelompoknya itu melakukan demo di jalan dengan
bersepeda beriring-iringan.
(170). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN-MALAMGie memasuki ruangan auditorium, diikuti oleh Herman, Ira, Roeli, danYossy. Gie menarik kursi auditorium yang kosong itu.
GIEBukannya gue ragu sama apa pun... gue gak suka sama gaya gebrak rame-
rame orang-orang itu. Jangan salah sangka dulu, gue Cuma merasa kalau kitatidak boleh atau lebih tepatnya boleh tidak mewakili organisasi siapa-siapa...
iya kan? Gue sepakat dengan misi gerakan ini. Ini gerakan bersama kita, tapi...tapi gue gak merasa jadi bagian dari kelompok mereka...
(hlm. 82)
(171). EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTA-SIANGGie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yangagak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.
(hlm.83).
(172). EXT. DEKAT SALEMBA–SIANGGie dan kawan-kawan melewati kelompok besar mahasiswa yangberdemonstrasi dan duduk-duduk di depan kampus Salemba. Mereka kembalimenjadi perhatian...
GIE (V.O)Dengan dukungan dari beberapa mahasiswa yang juga tidak mau punyahaluan, kami membuat gebrakan kecil, dengan humor, nyanyian spontan
penuh tawa...(hlm. 83).
Keberanian Gie, dalam melawan pemerintah Indonesia pada masa orde lama
ditunjukkannya dengan mendatangi kantor kementerian urusan bank sentral. Gie
bermaksud menuntut agar menteri tersebut bersedia menandatangani surat tuntutan
yang telah dibuat Gie dan rekan-rekannya. Mereka menuntut agar harga-harga segera
diturunkan dan tuntutan yang mereka inginkan tersebut disampaikan kepada Presiden.
120
Selain itu, Gie megharapkan agar menteri bersedia menemui kelompok mahasiswa
yang sudah berada di depan kantor kementrian.
Kegigihan Gie dan kelompoknya mendatangi kantor menteri urusan bank
sentral itu pun tidak sia-sia. Karena menteri tersebut bersedia untuk menandatangani
surat tuntutan para mahasiswa dan menemui para mahasiswa yang sudah
menunggunya di luar, walaupun pada awalnya menteri masih ragu untuk memenuhi
tuntutan Gie dan rekan-rekannya.
(173). INT. RUANGAN MENTERI URUSAN BANK SENTRAL-SIANGGie, Roeli, Yossy, dan Herman, berjalan memasuki kantor kementerian.Bersama beberapa mahasiswa lain ia duduk berhadapan dengan Menteri danbeberapa wakilnya. Gie bicara intens. Menteri dan beberapa staf tenggelamdalam serangan kata-kata Gie yang tajam.
GIEKami hanya minta Bapak menandatangani ini...
Menteri itu mengamati surat yang diberikan Gie,
MENTERIOh tidak mungkin ini.
GIE(memotong)
Mungkin saja. Ini sederhana. Kami menuntut harga-harga segera diturunkan.Bapak tandatangani, lalu bapak serahkan ke Bapak Presiden bahwa ini
keinginan kami.(hlm. 85).
(174). EXT. RUANGAN MENTERI URUSAN BANK SENTRAL-SIANGGie berdiri
GIEBegini Pak, saya rasa Bapak sebaiknya keluar sekarang menyambut
mahasiswa...
Menteri berjalan keluar ruangan akan menemui mahasiswa, ketika Gie tiba-tiba berlari kencang bergabung dengan massa.
(hlm86).
121
Herman menerima kodenya dan memberikan megaphone pada menteri yangakan menaiki podium. Gie telah berada di tengah-tengah mass, Ira dengansemangat kembali memimpin nyanyian-nyanyian mahasiswa.
IRADi sini lah di sini kita bertemu lagi, di sini lah di sini kita bertemu lagi,
ganyang, ganyang, ganyang menteri goblok. HAI...
Menteri yang akan mau bicara, suaranya tertutup oleh yal-yel mahasiswa.
MASSAGanyang menteri gestapu, ganyang menteri gestapu, ganyang menteri
goblok..., ganyang menteri goblok...(hlm.86).
Dari analisis di atas dapatlah disimpulkan bahwa awal mula Gie melakukan
perlawanan dikarenakan ketidakadilan baik yang ia alami sendiri maupun yang
dialami oleh rakyat Indonesia. Dari ketidakadilan itulah Gie melakukan
perlawanannya terhadap pemerintahan orde lama. Bentuk perlawanan yang dilakukan
Gie diwujudkannya dengan cara menulis kritikan terhadap pemerintahan, diskusi
bersama rekan-rekan mahasiswa, demonstrasi dengan membuat sebuah gebrakan, dan
dengan mendatangi kantor-kantor pemerintahan.
3.2 Bentuk Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Awal Pemerintahan Orde Baru
Perlawanan yang dilakukan Gie tidak hanya di masa orde lama saja, tapi juga
pada masa orde baru. Ketika pemerintahan orde lama sudah berhasil dilengserkan
dan berganti dengan pemerintahan orde baru, Gie masih saja melakukan
perlawanannya terhadap pemerintah. Secara tidak langsung, Gie juga terlibat dalam
122
lahirnya orde baru. Karena Gie berperan serta dalam menggulingkan rezim orde lama.
Lahirnya orde baru tak lantas membuat Gie berhenti melakukan perlwanannya.
Maksud dari perlawanan yang dilakukan Gie terhadap pemerintahan orde baru
adalah untuk mengingatkan agar pemerintahan orde baru tidak melakukan kesalahan
seperti yang dilakukan pemerintah orde lama. Gie masih ragu terhadap jalannya
pemerintahan yang baru. Keraguan yang ada pada diri Gie, membuatnya gencar untuk
menyerang pejabat pemerintahan orba.
(220). EXT. MANDALAWANGI-MALAMTampak 3 buah tenda berdiri. Beberapa orang tampak tertidur di sleeping bag,Gie dan Aris duduk bersandar pada carrier mereka di depan api unggun.Sesekali Aris mendorong-dorong singkong yang sedang dibakar dengansebuah ranting kayu. Mereka bicara agak serius.
GIEAku bukannya ragu dengan pemerintahan baru. Banyak harapan memang, tapitetap aku tidak akan ikut terlalu dalam dulu. Tidak mungkin itu.Aku pikir kitaharus selalu jaga jarak... Itu fungsi utama intelektual. Ke situ panggilan kita,
setidaknya sekarang.....
GIEDan semoga seterusnya aku tidak akan kompromi. Waktu kita di kampus, kita
di kampus. Itu justru sebuah luxury untuk menjadi pengawas jalannyapemerintahan. Kau dengar soal wakil KAMI di DPR ’Ris? ...
(hlm.103-104).
Perlawanan yang ia lakukan terhadap pemerintahan orde baru, dituangkan
lewat tulisan-tulisan bernada kritikan. Gie mengkritik pemerintah yang telah
melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap mereka yang pernah terlibat PKI.
Kekejaman pemerintah yang telah melakukan pembunuhan besar-besaran itulah yang
membuat Gie berani mengkritik pemerintah orde baru lewat surat kabar harian. Lewat
123
siaran radio, Gie juga secara terang-terangan mengakui keraguannya terhadap
pemerintahan yang baru. Apalagi saat itu militer sangat berkuasa. Keterlibatan Gie
dalam melawan pemerintahan orde baru tak lagi seperti perlawanannya terhadap orde
lama yang selalu turun jalan. Di masa orde baru, Gie lebih menggunakan
pemikirannya guna melawan orde baru.
(221).
GIE (V.O)Di akhir tahun 1965 dan sekitar permulaan tahun 1966, di pulau Bali yang
indah ini telah terjadi suatu malapetaka yang mengerikan, suatupenyembelihan besar-besaran yang yang mungkin tiada taranya dalam zaman
modern...(hlm.112).
(222). INT. RUMAH SINTA-SIANGAyah Sinta, di meja makan tampak tumpukan beberapa koran antara lainKompas dan Sinar Harapan. Namun tangannya memegang katalogMahasiswa Indonesia. Sebuah headline ”Sekitar peristiwa pembunuhan besar-besaran di pulau Bali oleh Soe Hok Gie“....
(hlm.119).(223). INT. PUSAT SEJARAH ABRI-SIANGSebuah radio berukuran besar, menyiarkan diskusi radio UI.
PENYIAR (O.S)Hok Gie, kalau menurut anda ke mana lagi kita akan dibawa, ke mana lagi
pemerintahan ini akan berjalan?
GIE (O.S)Terus terang saya khawatir sekali. Ini pernah diramalkan oleh seorang teman.
Dominasi militer akan semakin kuat, karena militer adalah pahlawan baru.Kini mereka berkuasa dan kekuasaann kembali menjadi setir... Saya jugamelihat bahwa ormas Islam akan kembali muncul dan memegang kendali,
sementara parlemen hari ini diisi oleh orang-orang yang membawakepentingan politik penguasa. Tidak mungkin mengawasi jalannya kekuasaan.
(hlm. 120).
124
Tak hanya penguasa orba saja yang menjadi sasaran Gie dalam melontarkan
kritikannya. Hok Gie juga mengecam para intelektual muda yang telah berkhianat
pada perjuangan mahasiswa masa orde lama. Gie begitu khawatir melihat sebagian
besar dari mereka larut dalam kekuasaan. Sejumlah mahasiswa, termasuk Jaka, yang
pada masa orde lama mengutuk pemerintahan kemudian selepas lulus berpihak pada
pemerintahan, tak luput dari kritikan Gie. Gie kecewa dengan sikap mereka yang
telah melupakan perjuangan mahasiswa. Kekecawaan Gie tersebut dilampiaskannya
dengan cara mengirimkan sebuah kotak kepada mahasiswa seangkatannya yang
masuk dalam parlemen.
(224). EXT. MONTAGE, SEPUTAR JAKARTA-MALAM...Sinta masuk dalam sebuah toko kosmetik. Gie menunggu di luar, di seberangjalan ia melihat SEKELOMPOK PEMUDA berjalan keluar dari sebuahrestoran, mereka tampak rapih memasuki jejeran mobil sedan yang terparkir.Mereka tertawa-tawa lepas, dan Jaka berada di antara mereka.
JAKAGue tau persis apa yang terlintas di kepala lu...lu pasti mikir...’ni dia salah
satu pelacur inteletual...’Persis seperti yang lu tulis dalam salah satu artikel luitu...iya kan?
(hlm. 108).
(225). INT. KANTOR PARLEMEN-SIANGJaka baru saja tiba di ruangan ketika ia melihat sebuah kotak di atas mejanya.Ia melirik ke seorang pemuda lain yang juga mendapat kotak yang sama.Pemuda itu membuka kotak mengangkat gincu, bedak dan cermin yang ada didalamnya. Seorang anggota parlemen tua di dekatnya tersenyum geli.
Jaka melihat isi kotak itu, membaca pesan kecil di dalamnya. Menggelengkankepala.
(hlm. 139).
125
Perlawanan Gie berakhir di saat ia berada di puncak gunung Semeru. Gie
meninggal karena gas beracun yang ia hirup. Gie meninggal ketika perlawan yang ia
lakukan belum selesai. Perlawanan untuk mendapatkan keadilan bagi rakyat
Indonesia ditinggalkan Gie.
Dari analisis perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan orde baru dapatlah
disimpulkan bahwa perlawanan yang dilakukan Gie dikarenakan keraguan Gie
terhadap pemerintahan yang baru dan dikarenakan banyaknya intelektual muda yang
pada masa orde lama ikut melawan pemerintahan menjadi anggota parlemen pada
masa pemerintahan yang baru. Jika pada masa pemerintahan yang lama Gie ikut
terjun langsung ke jalan dan mendatangi kantor-kantor pemerintahan di masa
pemerintahan orde baru, Gie lebih memilih melakukan perlawanannya lewat tulisan
bernada kritik yang dituangkannya lewat media.
Dengan melihat beberapa sikap yang dilakukan Gie dalam melakukan
perlawanannya, dapat disimpulkan bahwa awal mula Gie melakukan perlawanan
dilatari oleh ketidakadilan. Perlawanan yang dilakukan Gie awalnya merupakan
puncak kemarahan Gie terhadap gurunya yang telah dengan seenaknya menurunkan
nilai ulangannya.
Kebencian terhadap ketidakadilan telah membuat Gie melakukan
perlawanannya di masa SMA. Meskipun Gie tidak secara langsung melakukannya.
Lewat diskusi kelas dan tulisan artikelnya, Gie menyinggung pemerintah Indonesia
yang sengaja melakukan tindak ketidakadilan terhadap orang-orang yang berani
mengeluarkan pendapatnya.
126
Berawal dari semua itu, Gie mulai melakukan perlawanannya terhadap
pemerintahan orde lama. Gie perlu melakukan perlawanannya tersebut, karena ia
menilai bahwa orang-orang yang berada di dalam pemerintahan telah berkhianat pada
sejarah perjuangan mereka dengan melakukan korupsi. Sehingga berakibat pada
rakyat kecil.
Perlawanan yang dilakukan Gie begitu gencar sewaktu ia duduk di bangku
kuliah. Gie memulai untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan orde lama.
Lewat diskusi-diskusi yang diadakan kampusnya, secara terang-terangan ia selalu
mengkritiki jalannya pemerintahan orde lama. Gie mengajak para intelektual untuk
berani melakukan perlawanan kepada pemerintahan Soekarno. Gie menilai bahwa
orde lama telah gagal menjalankan pemerintahan.
Wujud dari perlawanan yang dilakukan Gie terlihat ketika ia bergabung
dengan Pembaharuan. Di Pembaharuan Gie bebas untuk menulis tentang
pemerintahan Soekarno. Perlawanan yang Gie lakukan lewat Pembaharuan
merupakan perlawanannya yang berupa kritikan yang dituangkannya dalam surat
kabar tersebut. Untuk dapat melakukan perlawanannya, Gie membuat sebuah
gebrakan dalam melawan pemerintahan orde lama, karena ia ingin menjadi bagian
dalam kelompok yang menginginkan lengsernya orde lama. Gie dan rekan-rekannya
adalah sekelompok pemuda yang tidak memihak satu pun organisasi di Indonesia.
Dengan dibantu rekan-rekannya, Gie memulai gebrakannya itu.
Perlawanannya itu pun ia lakukan dengan turun ke jalan. Gie melakukan
sebuah gaya demo yang berbeda dengan kelompok lain yang juga melakukan
127
perlawanan terhadap pemerintah. Agar yang diinginkan Gie dan rekan-rekannya
terpenuhi, mereka mendatangi kantor menteri urusan bank sentral. Mereka menuntut
sebuah keadilan untuk rakyat kecil, yaitu diturunkannya harga-harga. Perlawanan
yang ia lakukan itu pun tidak sia-sia, sebab menteri bersedia memenuhi tuntutan
mereka.
Meskipun pemerintahan orde lama telah lengser, perlawanan yang dilakukan
Gie belumlah berhenti. Adanya pergantian pemerintahan yang baru, justru membuat
Gie ragu akan jalannya pemerintahan orde baru. Perlawanan yang dilakukan Gie dan
kelompoknya pada masa orde lama bertujuan untuk mendapatkan keadilan dalam
segala hal, namun Gie ragu keadilan akan didapat pada masa orde baru. Sebab banyak
dari intelektual muda yang dulu ikut berjuang namun pada masa orde baru mereka
lupa akan nilai-nilai perjuangan itu.
Lewat media cetak dan media elektronik, Gie mengecam pemerintahan orde
baru. Perlawanan yang ia lakukan pada masa orde baru tidak jauh berbeda dengan
perlawanan yang ia lakukan pada masa orde lama. Kritikan-kritikan tajam ia
lontarkan kepada penguasa orde baru. Dalam perlawanannya itu, Gie menyinggung
pemerintah yang telah melakukan pembunuhan besar-besaran di pulau Bali terhadap
para anggota PKI.
Sasaran Gie dalam melakukan perlawanan adalah pemerintahan orde lama dan
pemerintahan orde baru, termasuk orang-orang yang berada di dalam parlemen
pemrintahan. Gie marah terhadap mereka yang telah mabuk kekayaan. Mereka yang
dulu menentang pemerintahan berubah mendukung pemerintahan. Mereka yang dulu
128
berjuang untuk keadilan berbalik melakukan ketidakadilan terhadap rakyat kecil. Gie
mengkritik mereka dengan mengirimi sekotak perlengakapan rias. Dari perlawanan
yang dilakukan Gie terhadap pemerintahan orde lama dan orde baru ada beberapa hal
mengapa Gie melakukan perlawanan, yaitu ketidakadilan, pemimpin orde lama yang
dinilai diktator, keraguan terhadap pemerintahan yang baru, dan pengkhianatan yang
dilakukan oleh intelektual muda yang pernah ikut berjuang karena menjadi anggota
parlemen .
3.3 Akibat Perlawanan Tokoh Gie
Perlawanan yang dilakukan Gie telah membawa akibat bagi pemerintahan
Indonesia, yaitu dibekukannya partai komunis Indonesia, runtuhnya pemerintahan
Soekarno, dan lahirnya pemerintahan orde baru. Akibat dari perlawanan yang
dilakukan Gie dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut.
(226). EXT. SEKITAR KEBUN JERUK-SIANGBERITA RADIO (O.S)
Jenderal Soeharto dengan mantap mengumumkanlangkah pertama pemulihansituasi keamanan dengan membekukan semua kegiatan Partai Komunis
Indonesia di seluruh bumi Indonesia...(hlm.94).
(227). INT. SEBUAH RUMAH DI SEKITAR SENAYAN-MALAMGie dan Soenarto duduk berhadapan, mereka saling diam, saling tatap....
SOENARTOSoekarno sudah jatuh... perlawanan sudah selesai Gie...
(hlm.123).
(228). EXT. SEKITAR GAJAH MADA-SIANG... Gie mengangkat koran itu, membacanya sebentar. Tampak beberapaanggota parlemen muda bersalaman dengan Soeharto, Presiden RI...
129
(hlm. 106).
Kutipan-kutipan di atas merupakan dampak dari perlawanan yang dilakukan
Gie telah membuat pemerintahan orde lama berhasil dijatuhkan dan berganti dengan
pemerintahan baru yang dipimpin oleh Soeharto. Adanya pemerintahan yang baru
juga telah membuat para intelektual muda masuk ke dalam parlemen pemerintahan.
(229). EXT. MONTAGE, SEPUTAR JAKARTA-MALAM...
JAKAGue tau persis apa yang terlintas di kepala lu... lu pasti mikir...’ni dia nih salah
satu pelacur intelektual’....(hlm.109).
130
BAB IV
PENUTUP
Dalam bab IV penulis akan mengemukakan dua hal, yaitu kesimpulan
hasil analisis dan saran bagi penelitian selanjutnya. Berikut akan dipaparkan
kesimpulan hasil analisis alur, tokoh, dan latar, yang kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan hasil analisis perlawanan tokoh Gie dalam naskah skenario
Gie.
4.1 Kesimpulan Hasil Analisis Naskah Skenario Gie
4.1.1 Hasil Analisis Alur, Tokoh, dan Latar dalam Naskah Skenario Gie
Penceritaan naskah skenario Gie terbagi dalam tiga tahapan alur, yaitu tahap
awal, tahap tengah, dan tahap akhir yang masing-masing alur memiliki peranan
sendiri. Melalui analisis tahapan alur tersebut, dapat disimpulkan bahwa alur yang
digunakan dalam naskah skenario Gie adalah alur lurus atau plot linier sebab dalam
cerita ini permasalahan yang ada muncul karena tokoh utama.
Berdasarkan analisis alur dapat diketahui, tokoh utama dalam naskah skenario
Gie, adalah Soe Hok Gie.
Dalam naskah skenario Gie kesimpulan latar meliputi pembagian latar tempat,
latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat naskah skenario Gie terdiri atas rumah
keluarga Soe, daerah sekitar Kebun Jeruk, Lembah mandalawangi, SMP Strada, SMP
Pembangunan, SMA Kanisius, Istana Negara, kampus sastra Rawamangun, jalan
131
sempit yang terletak di daerah sekitar Salemba, kantor kementerian minyak dan gas,
ruangan menteri bank sentral, depan Bank Sentral, rumah Han di daerah Roxi, pantai,
daerah sekitar Kramat, markas Angkatan Darat, dan rumah Ira.
Latar waktu naskah skenario Gie sebagian besar disebutkan pagi, siang, sore,
dan malam serta senja hari. Latar waktu lainnya ditandai dengan tahun dan tanggal
peristiwa terjadi. Tahun 1956, 1959, 1963, 1965, 1 Oktober 1965, Desember 1969.
Tahun-tahun tersebut adalah tahun-tahun berbagai peristiwa terjaidi di Indonesia.
Tahun 1965 merupakan tahun yang mendominasi latar waktu naskah skenario Gie.
Latar sosial dalam naskah skenario Gie dapat dilihat melalui keadaan
masyarakat yang mengalami kesulitan hidup pada masa pemerintahan orde lama.
Keadaan masyarakat yang mengalami kesulitan hidup diwakili oleh beberapa orang
yang sedang mengantri minyak. Selain keadaan masyarakat, latar sosial juga dapat
dilihat lewat perbedaan kelas sosial. Perbedaan kelas sosial dalam naskah skenario ini
diperlihatkan melalui kondisi SMP Strada dan SMP Pembangunan, tempat tinggal
Soekarno dan Gie.
4.1.4 Kesimpulan Perlawanan Tokoh Gie terhadap Pemerintahan Orde Lama
dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam Naskah Skenario Gie
Perlawanan terhadap pemerintah Indonesia pada masa orde lama dilakukan
oleh beberapa sekelompok mahasiswa. Sekelompok mahasiswa tersebut diwakili oleh
tokoh utama, yaitu Gie
132
Dalam naskah skenario Gie perlawanan yang dilakukan tokoh Gie merupakan
bentuk kekecewaan mereka terhadap pemerintah Indonesia yang dinilai telah
melakukan ketidakadilan terhadap rakyat kecil dan telah gagal menjalankan tugasnya.
Demonstrasi dan kritikan-kritikan yang tajam lewat media massa adalah
bentuk Gie melakukan perlawanan terhadap pemerintahan orde lama dan orde baru.
Dengan dibantu rekan-rekannya, Gie tak segan mendatangi kantor para menteri
pemerintahan orde lama untuk menyampaikan tuntutan agar harga-harga sembako
diturunkan. Perlawanan yang mereka lakukan juga menuntut agar PKI segera
dibubarkan.
Setelah pemerintahan orde lama berhasil dilengserkan, perlawanan tetap
berlanjut. Jika saat melakukan perlawanan terhadap pemerintahan orde lama Gie ikut
terjun langsung ke jalanan maka pada perlawanan terhadap pemerintahan orde baru,
Gie lebih menggunakan pemikirannya yang dituangkan lewat tulisan di media.
Perlawanan terhadap pemerintahan orde baru juga mengkritiki para intelektual muda
yang dulu ikut berjuang melawan pemerintah orde lama dan pada masa orde baru
menjadi anggota parlemen. Ini dikarenakan para intelektual muda telah mabuk
kekuasaan dan melupakan tujuan perlawanan mereka pada masa orde lama.
Perlawanan yang dilakukan Gie disebabkan oleh ketidakadilan, pemerintahan orde
lama yang diktator, keraguan pemerintahan orde baru, dan masuknya intelektual
muda ke dalam parlemen.
Akibat dari perlawanan yang dilakukan tokoh utama Gie terhadap pemerintah
Indonesia adalah runtuhnya pemerintahan orde lama dan berganti dengan
133
pemerintahan yang baru. Namun runtuhnya pemerintahan yang lama juga
menimbulkan banyaknya intelektual muda yang pada masa pemerintahan orde lama
ikut terlibat dalam perlawanan masuk menjadi anggota parlemen dan melupakan
nilai-nilai perjuangan mereka pada masa pemerintahan orde lama. Adanya
pemerintahan yang baru membuat PKI dibubarkan.
4.2 Saran
Naskah skenario Gie telah menambah wawasan dan melengkapi penelitian
kesusastraan Indonesia yang telah ada. Naskah ini juga menarik dijadikan sebagai
bahan bacaan dan pembelajaran karena isi ceritanya sarat dengan sejarah perjuangan
para mahasiswa yang berhasil menumbangkan pemerintahan Soekarno.
Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang bisa dipelajari dalam naskah
skenario Gie. Dalam penelitian selanjutnya objek kajian mengenai perlawanan tokoh
Gie terhadap pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dapat
dikaji secara psikologi dengan melihat sifat-sifat pembangkang Soe Hok Gie. Hal
tersebut dapat dilakukan karena akan menghasilkan suatu pengetahuan baru yang
menarik.
134
DAFTAR PUSTAKA
Ajidarma, Seno Gumira. 2000. Layar Kata: Menengok 20 Skenario Pemenang Citra
Festifal Film Indonesia 1973-1992. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya
Asura, Enang Rokajat.2004. Panduan Praktis Menulis Skenario Dari Iklan Sampai
Sinetron. Yogyakarta : Andi
Dahana, Radha Panca. 2001. Kebenaran Dan Dusta Dalam Sastra. Magelang :
Indonesia Tera
Dhakidae, Daniel. 2005. Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran. Jakarta :
Pustaka LP3ES Indonesia
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta :
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa
……….. Gie: Dari Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia.
http://www.id.wikipedia.org/wiki/Gie_24k_Tembolok_Laman Sejenis.
Download Agustus 2007
…......... Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Mahasiswa_di _Indonesia- Tembolok
Download Mei 2009
Kuntowijoyo. 2006. Budaya Dan Masyarakat. Yogyakarta : Tiara Wacana
Lutters, Elisabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta : Grasindo
Maxwell, John. Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.
http://www.Nordha.multiply.com/journal/item/4-25k. Download September
2008
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
135
Prananto, Jujur. Ada Apa Dengan Cinta?.
http://www.kutukutubuku.com/category87/product3381/product_info.html_
41k_cached. Download Agustus 2007
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
__________________. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rickfles, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. PT. Serambi Ilmu
Semesta
Riza, Riri. 2005. Gie : Naskah Skenario. Jakarta : Nalar
Santoso, Listiyono dan Sunarto. 2003. Epistemologi Kiri. Jogjakarta : AR-Ruzz
Press
Sasono, Eric. 2005. Membaca Skenario, Membaca Proses, dalam Gie : Naskah
Skenario. Jakarta : Nalar
Set, Sony dan Sita Sidharta. 2003. Menjadi Penulis Skenario Profesional. Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia
________. 2007. “Penulisan Skenario”. Modul Utama Workshop Menjadi Penulis
Skenario, 21 April 2007. Di Universitas Sanata Dharma
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terj. Melani Budianta.
Jakarta : PT Gramedia
136
BIOGRAFI
Lia Yuliyanti lahir di Sleman pada tanggal 25 Juli 1985. Menempuh
pendidikan di TK hingga SMP di Kalasan dan pendidikan sekolah
menengah umum di SMU BOPKRI 3 Banguntapan. Penulis pernah
menjadi SPG Andi Offset, Dioma, dan Sari Buah Kusuma Agrowisata.
Pada Juni 2009 mendapat gelar Sarjana Sastra Indonesia dengan skripsi yang
berjudul “Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Pemerintahan Orde Lama dan Awal
Pemerintahan Orde Baru dalam Naskah Skenario Gie Karya Riri Riza: Tinjauan
Sosiologi Sastra”.