Transcript
Page 1: Perkuat Kinerja Demokrasi (Rubrik: Sidang Pleno I - RMPP ICMI 2010

April 2010 | MEDIA ICMI | 07

Pada 1993 dibentuk kabinet pembangunan VI. Pak Habibie t e r m a s u k y a n g p a l i n g berperan. Sehingga beliau bisa memasukkan banyak tokoh ICMI. Meski dalam bidang politik kekuatan dikendalikan s e c a r a t e r p i s a h o l e h mekanisme yang dsebut 3 jalur; jalur A, B dan G. Tapi d a l a m b i d a n g e ko n o m i menteri-menteri ICMI relatif lebih independen. Karena itu mulailah terjadi perubahan orientasi, pemahaman serta penyikapan atas konsep-konsep pembangunan. Waktu itu mulai diper tanyakan k o n s e p e k o n o m i y a n g meni t ikberatkan kepada pendekatan makro. Pada kabinet pembangunan VI mulailah mengetengahkan pendekatan mikro yang populernya sekarang disebut sektor riil. Kabinet ini adalah kab ine t ICMI seh ingga outlook-nya Outlook ICMI; kemanusiaan, demokrasi dan ekonomi.

pada periode kedua ini tokoh-tokoh kita pada pemerintahan tidak mewakili ICMI tapi mewakili partai sehingga tentu loyalitasnya kepada partai.

Agenda ICMI ke DepanPada Dekade Kedua inilah terjadi

konsolidasi demokrasi dan ICMI lebih berkonsentrasi kepada kegiatan internal. “Kita jalan terus, Ibu Marwah berkeliling dalam rangka pendidikan karakter, kegiatan ekonomi di lapangan dan BMT kita kembangkan terus hingga sekarang sudah menjadi kekuatan besar. Jadi ICMI terus melakukan kegiatannya di tataran masyarakat,” tukas mantan Ketua DPD RI ini. Selanjutnya ICMI harus memikirkan Dekade Ketiga; bagaimana peran ICMI mengatur ke dalam. Untuk mengatas i kekhawat i ran S is tem kepemimpinan Presidium, lembaga sekjennya harus ditinjau kembali. Sekjen yang kuat didukung sistem kerja yang kuat pula dengan pengembangan di bawah guna membawa organisasi ke depan sehingga ICMI menjadi kokoh karena ter jadi regenerasi ICMI mendorong generasi pimpinan yang akan datang terdiri dari generasi yang baru dari

rmpp icmiSidang Pleno I

Ekonomi di Era Kabinet ICMIDituturkan Ketua Dewan Pakar

ICMI Pusat, Ginanjar Kartasasmita, saat itu Bappenas pun memelopori orientasi atau pendekatan yang berbeda terhadap konsep pembangunan dari yang sangat liberal menjadi lebih berorientasi kepada kerakyatan. Bukan hanya teori bahwa pertumbuhan akan menghasilkan kesejahteraan secara otomatis dan merembes ke bawah. “Jadi konsep trickle down effect pada waktu itu belum berani dkritik. Kita mulai mengembangkan k o n s e p - k o n s e p a l t e n a t i f . Diikutsertakanlah tokoh-tokoh ICMI yang pada waktu itu persona non grata di lingkungan pusat-pusat kebijakan menyangkut rakyat. Prof Mubyarto, Prof Edi Swasono dan Pak Muslimin Nasution kita tarik dari koperasi, kami undang di Bappenas.” paparnya. Pada

waktu itu disampaikan kepada Presiden perlunya pendekatan baru dalam pengentasan kemiskinan; pendekatan pemberdayaan dan keberpihakan. Lahirlah konsep Inpres Desa Tertinggal (IDT).

Di bidang ekonomi selama satu tahun praktis ekonomi sudah pulih. Pada akhir pemerintahan Pak Habibie, laju inflasi yang tadinya 80% sempat 0 dan rata-rata di bawah 1%. Rupiah pernah sampai di bawah Rp 7ribu sehingga diupayakan naik lagi karena dikhawatirkan kalau sampai Rp 5ribu, ekspor kita tidak bisa bersaing. “Berakhirlah dekade pertama. Karena saya melihat 20 tahun ini dibagi dalam dua dekade yang berbeda sekali situasinya. Dekade pertama sejak awal pembentukan ICMI dan keaktifan ICMI dalam pemerintahan, ikut mewarnai dan mempengaruhi jalannya sejarah,” tutur Anggota Watimpres RI ini Pada Dekade Kedua antara tahun 2000-2010, lanjut Ginandjar, ICMI surut ke belakang lagi. Kembali ke kandang, ke kampus, kembali kepada fungsi observer, pemerhati dan pengamat. Meski dalam pemerintahan banyak tokoh-tokoh ICMI , sebagai menteri, pimpinan lembaga. Umumnya

Refleksi dan Revitalisasi ICMI dalam Dinamika kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Perkuat Kinerja Demokrasi

Page 2: Perkuat Kinerja Demokrasi (Rubrik: Sidang Pleno I - RMPP ICMI 2010

tantangan dakwah bagi kita dan kaum cendekiawan harus memberi arah kepada perjalanan dakwah Islam sekaligus memberi bimbingan moral pada bangsa ini,” ujarnya.

ICMI Harus Diisi Orang MudaJimly juga menyoal identitas dan

kemandirian bangsa yang kerap menjadikan tema diskusi ICMI . “Tugas negara harus melindungi hak-hak ekonomi rakyat. Jadi ekonomi kerakyatan harus jadi orientasi Pemerintah ke depan. Sedangkan yang besar-besar tidak usah diurus. Saya kuatir pertumbuhan ekonomi sekarang ini disebabkan perusahaan-perusahaan besar itu yang jumlahanya tidak lebih dari 100 yang k a l a u p u n t i d a k a d a m e n k o perekonomian dan menteri keuangan, mereka juga ja lan sendir i dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.

Mengenai masa depan organisasi, menurut Jimly, periode mendatang ICMI harus diisi pemeran-pemeran baru yang masih mempunyai vitalitas dan harapan-harapan. Itulah yang akan membuat ICMI langgeng dan berkembang terus. “Kalau organisasi negara kita sudah punya parpol sebagai penunjangnya, di masa depan peranan ormas akan makin penting sebagai pilar civil society. Saya yakin ICMI akan terus dibutuhkan apalagi di era multipartai,” sebut penulis 'Green Constitution: Nuansa Hijau Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945'. Di masa depan sepertiga nasib bangsa di tangan ormas termasuk ICMI meski harus terlibat dalam kekuasaan langsung atau tidak. Tapi juga harus menjaga jarak karena kalau tidak nanti bisa menjadi bagian dari sistem kekuasaan atau terperangkap dalam persaingan antar partai politik. Jadi harus dibagi tugas antara state, civil society dan market.

sepenuhnya belum tertata di 10 tahun ini. Jadi adanya kekacauan di sana-sini karena sistem norma yang sedang berubah, belum selesai dan belum fit duduk di tempatnya. Dalam situasi seperti inilah ICMI pun harus berperan menata kembali sistem aturan ini dengan Rule of Law dan Rule of Ethics. “Lembaga-lembaga hukum adalah yang paling terlambat direformasinya. Reformasi hukum itu tambal sulam. Tidak bisa membenahi Peradilan kalau sistemnya tidak dibenahi. Misalnya, jumlah perkara di MA ada 20 ribu pertahun. Akibat terlalu banyak perkara resikonya pada mutu keputusan dan keadilan. Untuk itu perlu banyak hakim. lalu haknya ini dibagi-bagi. Resikonya adalah hakim pengadilan agama menangani pidana,” sebut Jimly.

Pada saat yang sama, kita menghadapi problem moral. Semua bangsa sudah belajar dari pengalaman sejarah bahwa hukum tidak bisa segala-galanya. Hukum punya batas kemampuan seperti terbatasnya kapasitas penjara. Tidak bisa semua masalah diselesaikan diselesaikan pengadilan. Jadi sebelum suatu prilaku menyimpang menjadi pelanggaran hukum, menjadi kriminal, harus ada sistem norma etika yang berfungsi melakukan koreksi. Sehingga dia tidak berkembang menjadi pelanggaran hukum. Karena itu menurut Anggota Watimpres RI ini, di samping Rule of Law dibutuhkan Rule of Ethics. Sebagai organisas i Is lam patut k i ranya Keberislaman kita fungsional. Namun baik tauhid, akidah maupun syariah orientasinya kekuasaan. Akibatnya tasawuf kurang berkembang dan ahlak t i d a k b e rkem b a n g s a m a s ek a l i . “Bagaimana menjelaskan kok Islam terbesar di seluruh dunia tapi korupsinya nomor satu? Yang lebih gawat lagi coba perhatikan daerah-daerah yang Islamnya kuat. Rata-rata di sana t ingkat kejahatannya tinggi sekali. Jadi ini jadi

pihak eksekutifnya. “Kalau tujuan kita memajukan umat, kita juga harus ikut memengaruhi ekosistem umat itu. Tidak mungkin kita mencapai cita-cita ICMI tanpa ikut memengaruhi terbentuknya suasana yang memungkinkan cita-cita itu tercapai. Jadi sikap hands off dan back to basic tidak cocok. Kita jangan menari oleh tarikan jaman tapi justru harus menarikan jaman” pesan Ginandjar.

Menurut penulis 'Reinventing Indonesia' ini, ICMI juga harus terus mendukung pengua t an k ine r j a demokrasi. Antara lain mengenai ketidakjelasan sistem pemerintahan apakah s is tem pres idensi l a tau parlementer dan tentang mekanisme pemilihan umum yang melahirkan high cost democracy. “Mekanisme pemilihan umum sekarang ini tidak menjamin pemimpin yang tepat dan kompeten tapi pemimpin yang punya uang dan ahli pencitraan. Salahsatu yang disalahkan adalah desentralisasinya yang keliru. Apakah otonomi dan desentralisasinya menampilkan kesejahteraan yang meningkat bagi rakyat atau bagi elit setempat karena punya pekerjaan-pekerjaan politik baru. Departemen dalam negeri membuat studi yang mengatakan sebagian daerah-daerah b a r u i t u t i d a k m e n g h a s i l k a n kesejahteraan. Apakah sudah terjadi reformasi birokrasi. Kalau betul, bagaimana kita mengetahui sudah ada kemajuan?” imbuhnya. Karena itu ada atau tidaknya permintaan dari Presiden, ICMI harus terus berkontribusi memberikan solusi terkait hal-hal tersebut.

Rule of EthicsKetua Dewan Penasehat ICMI Pusat,

Jimly Asshiddiqie mengungkapkan perlunya ICMI kembali memikirkan soal ahlak. Di bidang hukum, kita berada di tengah arus perubahan norma yang


Top Related