Download - Perkembangan Koperasi Di Indonesia
Ekonomi Koperasi
Rabu, 27 Maret 2013
Pendidikan Kewarganegaraan
A.Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan dan Kompetensi yang Diharapkan
1.Latar Belakang pendidikan Kewarganegaraan
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama
penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan
sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda
sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa
Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan
berkembang.
2.Kompetensi yang Diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan
a.Hakikat Pendidikan
b.Kemampuan Warga Negara
c.Menumbuhkan Wawasan Warga Negara
d.Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
e.Kompetensi yang Diharapkan
B.Pemahaman tentang Bangsa, Negara, Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hubungan Warga
Negara dengan Negara atas Dasar Demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), dan Bela Negara
Pengertian dan Pemahaman tentang Bangsa dan Negara
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bangsa dan
sejarah serta berpemerintahan sendiri.
Negara dan Warga Negara dalam Sistem Kenegaraan di Indonesia
Negara pada dasarnya mensyaratkan adanya wilayah, pemerintah, penduduk sebagai
warga Negara, dan pengakuan dari Negara-negara lain sudah dipenuhi pleh Negara kesatuan
republic Indonesia (NKRI).
Proses Bangsa yang Menegara
P roses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya
bangsa, dimana sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai bagian dari
bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa.
Pemahaman Hak dan Kewajiban Warga Negara
Dalam UUD 1945 Bab X, pasal tentang Warga Negara telah di amanatkan pada pasal 26,
27, 28 dan 30.
Pemahaman tentang Demokrasi
Definisi demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein)dari /oleh/untuk rakyat
(demos). Demos bukanlah rakyat keseluruhan, tetapi hanya populous tertentu, yaitu mereka
yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber-sumber
kekuasaan dan bisa mengklaim kepemilikan atas hak-hak prerogratif dalam proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan urusan public atau pemerintah.
Pemahaman tentang Hak Asasi Manusia
Didalam Mukadimah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang telah
disetujui dan diumumkan oleh resolusi majelis umum perserikatan bangsa-bangsa nomor 217A
(III) 10 desember 1948.
Diposkan oleh Nina Suryani di Rabu, Maret 27, 2013 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Jumat, 18 Januari 2013
Meningkatkan Peran dan Kinerja Koperasi Belajar dari Pengalaman Negara Eropa
Meningkatkan Peran dan Kinerja Koperasi
Belajar dari Pengalaman Negara Eropa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama bahwa koperasi mulai tumbuh dan berkembang di Inggris pada
pertengahan abad XIX yaitu sekitar tahun 1844 yang dipelopori oleh Charles Howard di
Kampung Rochdale. Namun sebelum koperasi mulai tumbuh dan berkembang sebenarnya
inspirasi gerakan koperasi sudah mulai ada sejak abad XVIII setelah terjadinya revolusi industri
dan penerapan sistem ekonomi kapitalis.
Setelah berkembang di Inggris koperasi menyebar ke berbagai Negara baik di Eropa daratan,
Amerika, dan Asia termasuk ke Indonesia. Pada dasarnya koperasi digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk memecahkan persoalan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya.
Koperasi sebenarnya sudak masuk ke Indonesia sejak akhir abad XIX yaitu sekitar tahun 1896
yang dipelopori oleh R.A.Wiriadmaja. Namun secara resmi gerakan koperasi Indonesia baru
lahir pada tanggal 12 Juli 1947 pada kongres I di Tasikmalaya yang diperingati sebagai Hari
Koperasi Indonesia.
Pada umumnya orang menganggap koperasi adalah sebagai organisasi sosial, yaitu melakukan
kegiatan ekonomi dengan tidak mencari keuntungan. Ada juga yang mengatakan bahwa koperasi
itu hanya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya saja. Dan yang lebih ekstrim mengatakan
bahwa koperasi itu hanya kemakmuran pengurusnya saja. Kami kira ini anggapan atau pemikiran
yang keliru. Karena sebenarnya koperasi adalah bentuk kegiatan usaha yang paling ideal di mana
anggotanya, juga bertindak sebagai produsen, sebagai konsumen, dan sekaligus sebagai pemilik.
Dalam kontenks Indonesia, koperasi merupakan bentuk usaha yang syah, yang keberadaannya
diakui dalam UUD-1945.
Awalnya keberadaan koperasi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok para anggotanya,
sehingga hanya ada koperasi konsumsi atau single purpose. Namun dalam perkembangannya
fungsi koperasi menjadi bermacam-macam antara lain sebagai tolak ukur kegiatan usaha, sebagai
bentuk usaha baru, dan sebagai alternatif kegiatan usaha.
1.2 Pokok Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini, saya merumuskan beberapa masalah yang berhubungan dengan
pembahasan
“Peran dan Kinerja Koperasi di Negara-negara Eropa”
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi
Koperasi pertama kali muncul pada awal abad XIX. Pada masa itu terutama di negara-negara
Eropa yang menerapkan sistem perekonomian kapitalis, kaum buruh berada pada puncak
penderitaannya. Dengan latar belakang seperti itu maka tidak mengherankan apabila keberadaan
koperasi sangat erat kaitannya dengan perjuangan untuk mewujudkan keadilan sosial. Pada
mulanya pertumbuhan koperasi memang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ide-ide
tentang pembaharuan masyarakat yang dipelopori oleh gerakan sosialis. Hal ini yang
menyebabkan kuatnya pengaruh pemikiran sosialis dalam perkembangan koperasi.
Dua alasan yang mendasari pengaruh sosialisme itu adalah:
Terdapatnya kesamaan motif antara gerakan koperasi dengan gerakan sosialis. Sebagai reaksi
penderitaan kaum buruh dari hisapan kaum kapitalis.
Sebagai suatu bentuk organisasi ekonomi yang berbeda dengan bentuk organisasi ekonomi
kapitalis, koperasi menawarkan suatu bentuk dasar dari tatanan sosial yang berbeda dengan
tatanan sosial masyarakat kapitalis.
2.1.1 Perkembangan Koperasi di Inggris
Koperasi yang pertama didirikan adalah di Inggris, sebagai akibat penderitaan yang dialami
kaum buruh di Eropa akibat revolusi industri pada abad awal XIX. Pada tahun 1844 di Rochdale,
Inggris didirikan koperasi konsumsi yang dipelopori oleh Charles Howard.
Pada mulanya koperasi Rochdale hanya bergerak dalam usaha untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi. Namun kemudian Rochdale mulai mengembangkan sayapnya dengan melakukan
usaha-usaha produktif. Menyusul keberhasilan koperasi Rochdale ini, hingga tahun 1852 telah
berdiri sekitar 100 koperasi konsumsi di Inggris, yang pada umumnya didirikan oleh para
konsumen. Dalam rangka memperkuat gerakan koperasi, maka pada tahun 1862, koperasi-
koperasi konsumsi di Inggris bergabung menjadi satu menjadi pusat koperasi pembelian
{Coperative Wholesale Society (CWS)}
2.1.2 Perkembangan Koperasi di Perancis
Pelopor-perlopor koperasi di Perancis antara lain Charles Fouriee, Louis Blanc, serta Ferdinand
Lasalle. Para pelopor ini menyadari bahwa setelah terjadinya revolusi Perancis dan
perkembangan industri yang menimbulkan kemiskinan, maka nasib rakyat perlu diperbaiki
dengan membangun koperasi-koperasi yang bergerak di bidang produksi bersama-sama dengan
para pengusaha kecil.
Di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis (Federation Nationale
Dess Cooperative de Consummtion), dengan jumlah koperasi yang bergabung sebanyak 476
koperasi, anggota 3.460.000 orang, toko 9.900 buah dan perputaran modal sebesar 3.600 miliar
Franc/tahun.
2.1.3 Perkembangan Koperasi di Jerman
Pada tahun 1848 di Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan Industri, sedangkan di Jerman
perekonomiannya masih bercorak agraris. Barang-barang impor di Inggris dan Perancis
memberikan tekanan berat bagi perkembangan Industri di Jerman.
Pada saat itu muncul Pelopor Koperasi di Jerman, yaitu F.W Raiffeisen, Walikota
Flammersfield. Ia menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri dalam kumpulan simpan
pinjam.
2.1.4 Perkembangan Koperasi di Denmark
Denmark adalah salah satu negara di Eropa yang dapat dijadikan contoh pengembangan
Koperasi Pertanian. Kegiatan yang dilakukan para petani yang tergabung dalam koperasi
pertanian perlu dipelajari sebagai pola yang cocok untuk membangun daerah agrarian.
Pada tahun 1952 anggota Koperasi mencapai satu juta orang atau sekitar 30% dari jumlah
penduduk Denmark. Selain itu hampir sepertiga penduduk pedesaan di Denmark berusia 18
tahun sampai dengan 30 tahun pernah belajar di Perguruan tinggi, sehingga tidak sulit bagi
mereka untuk bergabung ke dalam koperasi.
2.1.5 Perkembangan Koperasi di Swedia
Usaha Koperasi di Swedia umumnya ditujukan untuk memerangi kekuatan monopoli. Salah
seorang pelopor koperasi di Swedia adalah Albin Johansen. Pada tahun 1911 gerakan koperasi
ini berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar milik kelompok orang yang mulanya sangat
berkuasa dalam penentuan harga penjualan margarin. Tahun 1962 Swedia berhasil
menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu yang dimiliki perusahaan swasta.
Rahasia keberhasilan koperasi Swedia adalah berkat program pendidikan yang disusun secara
teratur dan pendidikan orang dewasa di Sekolah Tinggi araskyst (Folk High School), serta
lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Dan perhatian diberikan terhadap pendidikan bagi
masyarakat di lingkungan daerah kerja koperasi.
2.1.6 Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat
Koperasi yang tumbuh di Amerika Serikat dikelola berdasarkan prinsip-prinsip Rochdale,
namun karena kurang berpengalaman maka banyak koperasi yang gulung tikar. Koperasi yang
tumbuh antara tahun 1863 sampai dengan 1869, berjumlah 2.600 koperasi. Sekitar 57% koperasi
ini mengalami kegagalan, karena prinsip-prinsip koperasi Rochdale dikenal di Amerika Serikat
sekitar tahun 1860, sehingga pertumbuhan koperasi secara pesat baru sekitar 1880.
2.1.7 Perkembangan Koperasi di Jepang
Koperasi pertama kali berdiri di Jepang pada tahun 1990 (33 tahun setelah pembaharuan oleh
Kaisar Meiji), atau bersamaan dengan pelaksanaan Undang-Undang Koperasi Industri Kerajinan
Cikal bakal kelahiran koperasi di Jepang mulai muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal
oleh masyarakat pedalaman, khususnya kegiatan pembelian dan pemasaran bersama hasil
pertanian pada tahun 1906, koperasi terus tumbuh dan berkembang. Pada tahun 1920 ketika
Jepang sedang membangun dan mengembangkan industrinya, koperasinya yang ada benar-benar
berfungsi sebagai tulang punggung bagi pembangunan pertanian yang menunjang industrialisasi.
2.1.8 Perkembangan Koperasi di Korea
Koperasi di Korea di mulai pada awal abad 20 khususnya koperasi pedesaan. Koperasi kredit
pedesaan misalnya sudah mulai dikenal pada tahun 1907. Koperasi ini didirikan oleh rakyat
untuk membantu petani yang membutuhkan uang untuk membiayai usaha pertaniannya.
Sedangkan koperasi kerajinan dan koperasi pertanian baru mulai diorganisir pada tahun 1936.
Kedua koperasi ini mendapat perlindungan dari pemerintah.
Pada tahun 1956 koperasi kredit pedesaan di organisir oleh pemerintah Korea menjadi Bank
Pertanian Korea. Namun pada tahun 1957 koperasi pertanian melebarkan sayapnya dalam
kegiatan simpan pinjam. Jadi Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan
kredit petani, yakni Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian.
2.1.9 Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia
Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran pedagang-
pedagang bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Namun dengan keserakahan pedagang-
pedagang Eropa untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, maka hubungan dagang
menjadi ingin menguasai mata rantai perdagangan.
Akibatnya terjadi penindasan (menjajah) oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa terhadap
bangsa Indonesia. Dari penderitaan inilah yang mengunggah pemuka-pemuka bangsa Indonesia
berjuang untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, salah satunya dengan mendirikan koperasi.
2.1.9.1 Zaman Belanda
R. aria wiraatmaja seorang patih di Purwekerto, mempelopori berdirinya sebuah bank yang
bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Usaha ini mendapat
dukungan residen Purwekerto E.Sieburg.badan usaha yang dipilih untuk bank yang diberi nama
Bank penolong dan tabunggan (Help en Spaar Bank), ialah koperasi.
Pada tahun 1898, atas bantuan E.Sieburg dan De Woolfvan Westerrode, jangkauan perlayanan
bank diperluas ke sektor pertanian (HulpSpaar en Lanbouwweredit Bank), yaitu meniru pola
koperasi pertanian yang dikembangkan di Jerman (Raiffeisen). Upaya yang ditempuh pemerintah
kolonial belanda ialah merintangi perkembangan yang dirintis oleh R. Aria Wiraatmaja.
Pada tahun 1908 Raden Soetomo melalui Budi Utomo berusaha mengembangkan koperasi
rumah tangga tetapi kurang berhasil karena dukungan dari masyarakat sangat rendah. Hal ini
disebabkan kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi sangat rendah. Tahun 1913, serikat
Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, memelopori berdirinya beberapa jenis
Industri Koperasi Kecil dan kerajinan. Hambatan formal dari pemerintahan belanda adalah
diterapkannya peraturan koperasi No.44431 tahun 1915, dimana persyaratan Administrasi, yang
menyangkut masalah perizinan, pembiayaan dan masalah-masalah teknis pendirian yang
kegiatan usaha koperasi dibuat sangat berat. Pada tahun1939, koperasi di Indosesia tumbuh
pesat, mencapai 1712 buah, dan terdaftar sebanyak 172 buah dengan anggota sekitar 144.134
orang.
2.1.9.2 Zaman Jepang
Pada masa ini usaha-usaha perkembangan koperasi di Indonesia disesuaikan dengan asas-asas
kemiliteran. Pada zaman Jepang ini dikembangkan model koperasi yang terkenal dengan
sebuatan kumiai. Dengan propaganda untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga
mendapat simpatiyang luas dari masyarakat. Siasat pemerintah jepang melalui pembentukan
Kumiai sebenarnya untuk memenuhi kepentingan perang.
Fungsi koperasi dalam periode ini benar-benar hanya sebagai alat untuk mendistribusikan bahan
—bahan kebutuhan pokok untuk kepentingan perang Jepang, dan bukan untuk kepentingan
rakyat.
2.1.9.3 Sejarah Singkat Perkembangan Koperasi di Indonesia
Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran pedagang-
pedagang bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Namun dengan keserakahan pedagang-
pedagang Eropa untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, maka hubungan dagang
menjadi ingin menguasai mata rantai perdagangan. Akibatnya terjadi penindasan (menjajah) oleh
pedagang-pedagang bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia. Dari penderitaan inilah yang
mengunggah pemuka-pemuka bangsa Indonesia berjuang untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat, salah satunya dengan mendirikan koperasi.
2.1.9.4 Fungsi dan Peran Koperasi di Indonesia
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi dan peran koperasi di
Indonesia seperti berikut ini:
Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial Potensi
dan kemampuan ekonomi para anggota koperasi pada umumnya relatif kecil. Melalui koperasi,
potensi dan kemampuan ekonomi yang kecil itu dihimpun sebagai satu kesatuan, sehingga dapat
membentuk kekuatan yang lebih besar. Dengan demikian koperasi akan memiliki peluang yang
lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat pada umumnya
dan anggota koperasi pada khususnya.
Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat
Selain diharapkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya, koperasi
juga diharapkan dapat memenuhi fungsinya sebagai wadah kerja sama ekonomi yang mampu
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya. Peningkatan kualitas
kehidupan hanya bisa dicapai koperasi jika ia dapat mengembangkan kemampuannya dalam
membangun dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota-anggotanya serta masyarakat
disekitarnya.
Kesimpulan
Koperasi yaitu suatu perkumpulan yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi yang
berjuang untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Masing-masing anggota koperasi berkewajiban untuk
mengembangkan serta mengawasi jalannya koperasi.
Koperasi sebagai bentuk usaha merupakan organisasi ekonomi rakyatyang bersifat sosial.
Koperasi berfungsi sebagai alat ekonomi yang dapatmensejahterakan rakyat. Koperasi pun
memiliki peranan yang besar dalampembangunan nasional. Sebagai usaha bersama yang
berasaskan kekeluargaan, koperasi haruslah dikelola dengan prinsip-prinsip manajemensecara
tepat.
Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia di samping badan
usaha lainnya. Setengah abad setelah pendirian Koperasi Rochdale, seiring dengan
berkembangnya koperasi di berbagai negara, para pelopor koperasi sepakat untuk membentuk
International Cooperative Alliance (ICA-Persekutuan Koperasi Internasional) dalam Kongres
Koperasi Internasional yang pertama pada tahun 1896, di London. Dengan terbentuknya ICA,
maka koperasi telah menjadi suatu gerakan internasional.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional Koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan yang dikelola secara demokratis.
Berdasarkan sifat seperti itu maka koperasi diharapkan dapat memainkan peranannya dalam
menggalang dan memperkokoh perekonomian rakyat. Oleh karena itu koperasi harus berusaha
sekuat tenaga agar memiliki kinerja usaha yang tangguh dan efisien. Sebab hanya dengan cara
itulah koperasi dapat menjadikan perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dan berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi Sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia, koperasi
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan perekonomian nasional bersama-sama
dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Namun koperasi mempunyai sifat-sifat khusus yang
berbeda dari sifat bentuk perusahaan lainnya, maka koperasi menempati kedudukan yang sangat
penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian koperasi harus mempunyai
kesungguhan untuk memiliki usaha yang sehat dan tangguh, sehingga dengan cara tersebut
koperasi dapat mengemban amanat dengan baik.
Daftar Pustaka
http://clarajanuary.wordpress.com/2012/10/22/makalah-ekonomi-koperasi/
http://www.kopindo.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=404&Itemid=406
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/10/04/koperasi-di-berbagai-negara-499076.html
http://ginthapx.blogspot.com/2011/11/manfaat-koperasi.html
Diposkan oleh Nina Suryani di Jumat, Januari 18, 2013 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Senin, 07 Januari 2013
Bab 12 PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA BERKEMBANG
PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA BERKEMBANG
Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan sejak
pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri
mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui
Kongres Koperasi di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang
pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan
diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang
dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus
mengembangkan koperasi. Paling tidak dengan dasar yang kuat tersebut sejarah perkembangan
koperasi di Indonesia telah mencatat tiga pola pengembangan koperasi. Secara khusus
pemerintah memerankan fungsi “regulatory” dan “development” secara sekaligus (Shankar
2002). Ciri utama perkembangan koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada
program yaitu : (i) Program pembangunan secara sektoral seperti koperasi pertanian, koperasi
desa, KUD; (ii) Lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan koperasi
fungsional lainnya; dan (iii) Perusahaan baik milik negara maupun swasta dalam koperasi
karyawan. Sebagai akibatnya prakarsa masyarakat luas kurang berkembang dan kalau ada tidak
diberikan tempat semestinya.
Selama ini “koperasi” di¬kem¬bangkan dengan dukungan pemerintah dengan basis sektor-sektor
primer dan distribusi yang memberikan lapangan kerja terbesar ba¬gi penduduk Indonesia.
Sebagai contoh sebagian besar KUD sebagai koperasi program di sektor pertanian didukung
dengan program pem¬bangunan untuk membangun KUD. Disisi lain pemerintah memanfaatkan
KUD untuk mendukung program pembangunan pertanian untuk swasembada beras seperti yang
se¬lama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik pem-bangunan koperasi. Bahkan
koperasi secara eksplisit ditugasi melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung
oleh pemerintah bahkan bank pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola
pengadaan beras pemerintah, TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru
(cengkeh). Sehingga nasib koperasi harus memikul beban kegagalan program, sementara
koperasi yang berswadaya praktis tersisihkan dari perhatian berbagai kalangan termasuk para
peneliti dan media masa. Dalam pandangan pengamatan internasional Indonesia mengikuti
lazimnya pemerintah di Asia yang melibatkan koperasi secara terbatas seperti disektor pertanian
(Sharma, 1992).
Pengalaman Umum Kemajuan Koperasi (Mencari Determinan)
Sejarah kelahiran koperasi di dunia yang melahirkan model-model keberhasilan umumnya
berangkat dari tiga kutub besar, yaitu konsumen seperti di Inggris, kredit seperti yang terjadi di
Perancis dan Belanda kemudian produsen yang berkembang pesat di daratan Amerika maupun di
Eropa juga cukup maju. Namun ketika koperasi-koperasi tersebut akhirnya mencapai kemajuan
dapat dijelaskan bahwa pendapatan anggota yang digambarkan oleh masyarakat pada umumnya
telah melewati garis kemiskinan. Contoh pada saat Revolusi Industri pendapatan/anggota di
Inggris sudah berada pada sekitar US$ 500,- atau di Denmark pada saat revolusi pendidikan
dimulai pendapatan per kapita di Denmark berada pada kisaran US$ 350,-. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya dukungan belanja rumah tangga baik sebagai produsen maupun sebagai
konsumen mampu menunjang kelayakan bisnis perusahaan koperasi. Pada akhirnya penjumlahan
keseluruhan transaksi para anggota harus menghasilkan suatu volume penjualan yang mampu
mendapatkan penerimaan koperasi yang layak dimana hal ini ditentukan oleh rata-rata tingkat
pendapatan atau skala kegiatan ekonomi anggota.
Potret Koperasi Indonesia
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika
dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua
kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Corak koperasi
Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Satu catatan yang perlu di ingat reformasi
yang ditandai dengan pencabutan Inpres 4/1984 tentang KUD telah melahirkan gairah
masyarakat untuk mengorganisasi kegiatan ekonomi yang melalui koperasi.
Koperasi Dalam Era Otonomi Daerah
Implementasi undang-undang otonomi daerah, akan mem¬berikan dampak positif bagi koperasi
dalam hal alokasi sum¬ber daya alam dan pelayanan pembinaan lainnya. Namun kope¬rasi akan
semakin menghadapi masalah yang lebih intensif de¬ngan pemerintah daerah dalam bentuk
penempatan lokasi inves¬tasi dan skala kegiatan koperasi. Karena azas efisiensi akan mendesak
koperasi untuk membangun jaringan yang luas dan mungkin melampaui batas daerah otonom.
Peranan advo¬kasi oleh gerakan koperasi untuk memberikan orientasi kepa¬da pemerintah di
daerah semakin penting. Dengan demikian peranan pemerintah di tingkat propinsi yang diserahi
tugas untuk pengembangan koperasi harus mampu menjalankan fung¬si intermediasi semacam
ini. Mungkin juga dalam hal lain yang berkaitan dengan pemanfaatan infrastruktur daerah yang
semula menjadi kewenangan pusat.
sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/perkembangan-koperasi-di-negara-
berkembang/
Diposkan oleh Nina Suryani di Senin, Januari 07, 2013 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Bab 11 Peranan koperasi diberbagai keadaan persaingan
Peranan koperasi diberbagai keadaan persaingan
Di pasar persaingan sempurna
Pada dasarnya pasar persaingan sempurna memiliki beberapa cirri-ciri umum yaitu :
· Adanya penjual dan pembeli yang banyak
· Produk yang dijual sejenis
· Perusahaan bebas untuk masuk atau keluar
· Para pembeli dan penjyal memilki informasi yang sempurna
Di pasar Monopolistik
Cirri-cirinya yaitu :
· Banyak penjual atau pengusaha dari suatu produk yang seragam
· Produk yang dihasilkan tidak sama (homogen)
· Ada produk substitusinya
· Keluar atau masuk ke industry relatof mudah
· Harga produk tidak sama di semua pasar, tetapi berbeda – beda sesuai keinginan
penjualnya.
Pasar Monopsoni
Bentuk pasar ini merupakan bentuk apasar yang dilihat dari segi permintaan dan
pembelinya. Dalam pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bebtuk interaksi antara
permintaan dan penawaran dimana permintannya atau pembeli hanya satu perusahaan.
Contohnya : PT KAI (Kerata Api Indonesia)
Pasar Oligopoli
Adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran dimana terdapat beberapa
penjual/ produsen yang menguasai permintaan pasar.
Cirri-ciri pasar ini :
· Terdapat beberapa penjualprodusen yang menguasai pasar
· Barang yang di perjual-belikan dapat bersifat homogen ataupun berbeda
· Terdapat hambatan masuk bagi perusahaan diluar pasar untuk masuk kedalam pasar
· Merupakan salah satu pasar price leader yaitu penjual yang memilki pasar terbesar.
http://ninasuryaninina.blogspot.com/