PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 3-4 TAHUN STUDI KASUS DI KELOMPOK BERMAIN-TAMAN KANAK
KANAK GEMINTANG BOJONGSARI DEPOK
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Nama : Sri Maryani NIM : 2013810003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH JAKARTA 2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Skripsi Agustus 2018 Sri Maryani (2013810003) PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 3-4 TAHUN STUDI KASUS DI KELOMPOK BERMAIN-TAMAN KANAK KANAK GEMINTANG BOJONGSARI DEPOK xvi + 92, 1 tabel, 2 gambar, 9 lampiran
ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh adanya beberapa anak yang memiliki perbedaan perkembangan kemandirian di KBTK Gemintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriftif. Subjek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki (SA) dan anak perempuan (GE) yang berusia 3 tahun. Dengan informan penelitian adalah ibu, nenek dan guru disekolah. Tehnik pengumpulan data penelitian dengan pengamatan, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Dengan menggunakan tehnik analisis data yang dimulai dengan merumuskan masalah sebelum dan selama di lapangn melalui tahapan reduksi, penyajian data, memverifikasi, sehingga menghasilkan kesimpulan berupa interpretasi data yang dituangkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat intervensi orangtua yang mendominasi perkembangan kemandirian SA dan GE. SA yang masih bersikap ketergantungan kepada orangtua, dan GE yang mulai mandiri dan percaya diri. Dapat dipahami bahwa setiap anak itu cenderung untuk mandiri dan memilki potensi mandiri. Hal tersebut karena setiap anak dikaruniai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat, serta struktur yang berlainan pada tiap fase-fase perkembangannya. Anak yang diawasi secara ketat, banyak dicegah atau selalu dilarang dalam setiap aktivitasnya dapat berakibat patahnya kemandirian anak. Sikap yang bijak dan perlakuan yang wajar pada anak dapat memicu tumbuhnya kemandirian anak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya guru dan orangtua. Kata kunci : Kemandirian Anak, Orangtua
Daftar Pustaka: 30 (2002- 2017)
ii
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA FACULTY OF SCIENCE EDUCATION STUDY PROGRAM EARLY CHILDHOOD TEACHER EDUCATION Thesis August 2018 Sri Maryani (2013810003) THE DEVELOPMENT OF THE CHILDREN AGE 3 - 4 YEARS OF CASE STUDY IN PLAYGROUP AND KINDERGARTEN GEMINTANG BOJONGSARI DEPOK xvi + 92, tables, 2 drawings, 9 attachments
ABSTRACT The writing of this thesis is motivated by the presence of several children who have differences in the development of independence in the Gemintang KBTK. The purpose of this study was to determine the development of the independence of children aged 3-4 years. The method used is descriptive qualitative method. The subject of this study was a boy (SA) and a daughter (GE) who was 3 years old. With research informants are mothers, grandmothers and teachers at school. Research data collection techniques with observation, interviews, documentation and triangulation. By using data analysis techniques that begin by formulating the problem before and during the field through the stages of reduction, data presentation, verification, so as to produce conclusions in the form of data interpretation that is expressed descriptively. The results showed that there were parental interventions that dominated the development of the independence of SA and GE. SA is still dependent on parents, and GE is starting to be independent and confident. It is understandable that every child tends to be independent and has independent potential. This is because each child is blessed with feelings, thoughts, own will, all of which are psychic totality and traits, and different structures in each phase of its development. Children who are closely monitored, prevented a lot or are always banned in every activity can result in the breakdown of children's independence. Wise attitudes and fair treatment for children can trigger the growth of children's independence. The results of this study are expected to be useful for many parties, especially teachers and parents. Keywords: Independence, Children, Parents.
References 30 (2002-2017)
iii
i
2
3
4
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah harta yang dititipkan oleh Allah SWT yang harus
kita lindungi, sayangi, cintai serta diberikan ilmu, dan diberikan hak dan
kewajibannya sebagai seorang anak. Sudah kewajiban bagi orangtua
untuk memberikan pelajaran bagi anak mereka, dari mulai
mengajarkan bicara, berjalan, makan, mandi, serta beribadah dan
pendidikan akhlak. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT :
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan ”.(Q.S Al Kahfi
:46)
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode
ini adalah masa-masa yang paling berharga bagi seorang anak
untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai
stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif
maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50%
2
kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak
berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun. Anak
mencapai titik kulminasi ketika berumur sekitar 18 tahun (Suyanto,
2005:6).
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam
kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya.
Sehingga periode emas (golden age) ini, merupakan periode kritis
bagi anak, di mana perkembangan yang diperoleh pada periode ini
sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya
hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang
sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya.
Untuk itu, pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian
rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat
diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Usia dini juga merupakan peluang terbaik untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak, dan
mengembangkan kemandirianya. Hal ini dirasa sangat penting
karena dengan aktivitas pengembangan potensi yang dimiliki, anak
dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak larut dalam arus
kemajuan yang belum tentu memiliki efek baik. Dengan pendidikan
di masa emasnya, anak akan memiliki kualitas di masa depanya,
Tapi bila kita berbicara tentang pendidikian anak usia dini maka tidak
3
bisa lepas dari metode atau cara memberikan pendidikan tersebut
agar anak tetap enjoy, menyenangkan, tidak merasa tertekan, atau
terhambat kreativitasnya. Pendidikan Anak usia Dini tidak bisa
disamakan dengan pendidikan orang dewasa. Pendidikan anak usia
dini ini bertujuan untuk mendewasakan mereka, selain untuk
mencetak generasi yang mandiri tentunya ditempuh melalui
pendidikan yang bermutu.
Menurut kerangka dasar kurikulum pendidikan anak usia dini
yang diterbitkan tahun 2007, seorang anak dapat dikatakan
memiliki sikap kemandirian apabila anak mampu berinteraksi, mulai
mematuhi aturan, dapat mengendalikan emosinya, menunjukkan
rasa percaya diri, dan dapat menjaga diri sendiri. Bila ditinjau dari
hal tersebut dapat ditemukan bahwa saat ini masih banyak anak
yang kemandiriannya tidak mengikuti tingkat kedewasaan usianya.
Anak yang tidak dilatih mandiri sejak usia dini akan menjadi individu
yang bergantung pada orang lain sampai remaja bahkan dewasa
nanti. Bila kemampuan-kemampuan yang seharusnya sudah
dimiliki dan dikuasai anak di usia tertentu dan anak belum dapat
melakukannya dapat dikatakan anak yang manja dan tidak mandiri.
Banyak fenomena yang menggambarkan hal di atas, di
Indonesia adalah seperti berita yang dituliskan oleh Arowana
(2016) dalam malangvoice.com yang bertajuk “Calon Mahasiswa
Diantar Orangtua, bukti turunnya kemandirian” yang terbit pada
4
tanggal 31 Mei 2016 disebutkan masih banyaknya calon
mahasiswa baru yang diantar dan didampingi orangtuanya dalam
mengurus serba-serbi penerimaan mahasiswa, hal ini dipandang
sebagai turunya kemandirian oleh Haryono (Arowana, 2016).
Selain itu ditambah pula di era globalisasi seharusnya kemandirian
adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap orang. Fenomena
tentang rendahnya kemandirian ini sudah terjadi sejak anak-anak
TK, dikhawatirkan jika hal ini terus membudaya, kecerdasan sosial
dan kemerdekaan berpikir mahasiswa menjadi lemah. Tak hanya
itu, ketangkasaan, kemandirian, dan kemampuan menyelesaikan
masalah juga lemah. (Arowana, 2016).
Kemandirian menjadi salah satu aspek penting ranah
perkembangan anak usia dini. Kemandirian berkaitan dengan
kemampuan dan keterampilan anak dalam mengurus diri sendiri.
Ketika anak mulai mengeksplorasi berbagai keterampilan dengan
kemampuan yang dimiliki, maka termasuk dalam kemandirian.
Seperti dikemukakan Wiyani (2012:54) bahwa kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki anak merupakan bentuk kemandirian
anak usia dini, yang disesuaikan dengan tugas perkembangannya,
seperti belajar berjalan, belajar makan, dan belajar berinteraksi
dengan orang lain. Erickson dalam Wiyani (2012:55) menyatakan
bahwa anak harus mulai dilatih kemandiriannya sejak usia 1,5 – 3
tahun. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada masa
5
ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil
perasaan malu dan ragu-ragu.
Hasil observasi di Kelompok Bermain (KB) Taman Kanak-
kanak (TK) Gemintang, Bojongsari Depok masih ditemukan anak yang
belum mandiri, penakut, pencemas, manja, cengeng, pemalu, dan
tidak mau ditinggal orang tuanya. Oleh karena itu, penelitian ini
akan fokus pada persoalan perkembangan kemandirian pada anak
usia dini yang akan memberikan solusi alternatif pada problem
pendidikan anak usia dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
sering kali dianggap sebagai pelengkap pendidikan, padahal anak
usia tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan anak yang memiliki
usia di atasnya. Anak belum kehilangan sifat asli, belum
terkontaminasi dengan hal-hal yang negatif, jadi pendidikan akan
lebih mudah diberikan kepada anak.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini
akan telaah lebih jauh berkaitan dengan pentingnya meningkatkan
kemandirian anak dan dituangkan ke dalam karya ilmiah (Skripsi)
dengan judul “Perkembangan Kemandirian Anak Usia 3-4 Tahun
(Penelitian Kualitatif Deskriptif Di KB/TK Gemintang, Bojongsari
Depok)”.
B. Fokus Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada
perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun di KB/TK Gemintang,
Bojongsari Depok.
6
C. Rumusan Masalah
Mengacu pada permasalahan dan batasan masalah, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun di
KB/TK Gemintang, Bojongsari Depok?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun di KB/TK
Gemintang, Bojongsari Depok.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang terkait.
1. Secara Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi disiplin ilmu
yang dimiliki terutama berkaitan dengan kemandirian pada anak
usia dini.
2. Secara Praktis
a. Lembaga PAUD
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan masukan dan evaluasi terutama berkaitan dengan
meningkatkan kemandirian anak.
7
b. Tenaga Pendidik atau Guru PAUD
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan masukkan untuk bahan evaluasi diri terutama dalam
menerapkan strategi pembelajaran berkaitan dengan
peningkatan kemandirian anak.
c. Penelitian Lanjutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
referensi dalam pengembangan variabel dan indikator yang
diteliti berkaitan dengan kemandirian anak.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Bredekamp dalam (Susanto, 2017:1) menyebutkan
bahwa Definisi anak usia dini menurut Nation Association
Education Young Children (NAEYC) menyatakan bahwa anak
usia dini “early childhood” merupakan anak yang berada pada
usia nol sampai delapan tahun. Pada masa tersebut merupakan
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek
dalam rentang kehidupan manusia. Proses pembelajaran
terhadap anak tersebut harus memerhatikan karakteristik yang
dimiliki dalam tahap perkembangan anak.
Menurut Bacharuddin Musthafa (2002:35), anak usia dini
merupakan anak yang berada pada rentang usia antara satu
hingga lima tahun. Pengertian ini didasarkan pada batasan
pada psikologi perkembangan yang meliputi bayi (infancy atau
babyhood)berusia 0-1 tahun, usia dini (early childhood) berusia
1-5 tahun, masa kanak-kanak akhir (late childhood), berusia 6-
12 tahun.
9
Menurut Wijaya (2010:16) anak yang berusia 0-6 tahun
digolongkan dengan anak usia dini, yang terbagi menjadi empat
tahapan, yaitu : (a) masa bayi dari usia lahir sampai dengan 12
bulan; (b) masa kanak-kanak atau batita dari usia 1 tahun
hingga 3 tahun; (c) masa prasekolah dari usia 3 tahun sampai 6
tahun.
Menurut Mulyasa dalam (Wiyani, 2016:98) mengartikan
anak usia dini sebagai individu yang sedang mengalami proses
tumbuh kembang yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan. Anak usia dini memilki rentang yang
sangat berharga disbanding usia-usia selanjutnya karena
perkembangan kecerdasannya tengah berlangsung luar biasa.
Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dan berada
pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan,
perkembangan, pematangan, dan penyempurnaan baik pada
aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur
hidup, bertahap, dan berkesinambungan.
Menurut Berk dalam Yuliani (2012:6) anak usia dini
adalah sosok individu yang sedang menjalani sustu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam
10
berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia.
Menurut Wiyani (2014: 32) menyatakan bahwa anak usia
dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. usia
ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini
merupakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini merupakan periode awal
yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa
ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam
kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir
perkembangannya.
Sebagaimana tertera dalam Lampiran Permendiknas No
58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini,
pemerintah juga mengelompokkan usia anak dengan tahapan
dan rentang waktu sebagai berikut: (1). Tahap usia 0-2 tahun:
a). 0-3 bulan, b). 4-6 bulan, c). 7-9 bulan, d). 10-12 bulan, e).
13-18 bulan, f). 19-24 bulan, (2). Tahap usia 2-4 tahun: a). 2-3
tahun, b). 3-4 tahun, (3). Tahap usia 4-6 tahun: a). 4-5 tahun, b).
5-6 tahun.
Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden
age” atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi
11
anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang
secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama
karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda.
Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang
intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi
secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu
menjalani tugas perkembangannya dengan baik.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum
mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan,
ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk
kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik maupun
perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk
dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif,
bahasa, sosio emosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun psikis.
12
b. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik
secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,
dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain; a)
memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang
unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling
potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f)
memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai
bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai
berikut.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada
usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari
sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita
lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka lihat.
Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan
terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya.
Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-
sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor
lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan
anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar
anak. Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini
penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak
13
usia dini suka membayangkan dan mengembangkan suatu hal
melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya
kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan.
Menurut Berg (dalam Rahman, 2002:43), rentang
perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang
memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal
yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan
dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali
mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang
dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya
lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan
tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya,
misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika
keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan
teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak
belajar bersosialisasi. Apabila anak belum dapat beradaptasi
dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi
oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar
menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia
membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Pendidik perlu memahami karakteristik anak untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat
memberikan materi pembelajaran sesuai dengan
14
perkembangan anak. Karakteristik anak usia dini adalah
sebagai berikut.
1) Usia 0–1 tahun
Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami
pertumbuhan yang paling cepat dibanding dengan usia
selanjutnya karena kemampuan dan keterampilan dasar
dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan keterampilan dasar
tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses
perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi
adalah sebagai berikut:
a) Keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling,
merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
b) Keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak
melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium,
dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke
mulut.
c) Komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang
dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal
dan non verbal bayi.
2) Anak Usia 2–3 tahun
Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang
pesat pada perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui
anak usia 2-3 tahun antara lain:
15
a) Anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda
yang ada di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak
terhadap benda yang ditemui merupakan proses belajar
yang sangat efektif.
b) Anak mulai belajar mengembangkan kemampuan
berbahasa yaitu dengan berceloteh. Anak belajar
berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan
belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
c) Anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan
pada faktor lingkungan karena emosi lebih banyak
ditemui pada lingkungan.
3) Anak usia 4–6 tahun
Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki
Taman Kanak-kanak. Karakteristik anak 4-6 tahun adalah:
a) Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai
kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan
otot-otot anak.
b) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu
mengungkapkan pikirannya.
c) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat
ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap
16
lingkungan sekitarnya. Anak sering bertanya tentang apa
yang dilihatnya.
d) Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun
dilakukan anak secara bersama-sama.
4) Anak usia 7–8 tahun
Karakteristik anak usia 7-8 tahun adalah:
a) Dalam perkembangan kognitif, anak mampu berpikir
secara analisis dan sintesis, deduktif dan induktif (mampu
berpikir bagian per bagian).
b) Perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri
dari orangtuanya. Anak sering bermain di luar rumah
bergaul dengan teman sebayanya.
c) Anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak
orang dengan saling berinteraksi.
d) Perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak
sebagai bagian dari kepribadian anak. Karakteristik anak
usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat
perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap)
segala sesuatu dari berbagai aspek perkembangan yang
ada.
Menurut Solehuddin (2002:27) menyatakan bahwa
karakteristik anak usia prasekolah adalah sebagi berikut:
Pertama, Anak bersifat unik. Anak sebagai seorang individu
17
berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan ini dapat
dilihat dari aspek bawaan, minat, motivasi dan pengalaman
yang di peroleh dari kehidupan nya masing-masing. Ini berarti
bahwa walaupun ada acuan pola perkembangan anak secara
umum, dan kenyataan anak sebagai individu berkembang
dengan potensi yang berbeda-beda.
Kedua, Anak mengekspresikan prilakunya secara relatif
spontan. Ekspresi perilaku secara spontan oleh anak akan
menampakan bahwa perilaku yang dimunculkan anak bersifat
asli atau tidak ditutup-tutupi. Dengan kata lain tidak ada
penghalang yang dapat membatasi ekspresi yang di rasakan
oleh anak. Anak membantah atau menentang kalau ia merasa
tidak suka. Begitu pula halnya dengan sikap marah, senang,
sedih, dan menangis kalau ia dirangsang oleh situasi yang
sesuai dengan ekspresi tersebut.
Ketiga, Anak bersifat aktif dan energik. Bergerak secara
aktif bagi anak usia prasekolah merupakan suatu kesenangan
yang kadang kala terlihat seakan-akan tidak ada hentinya.
Sikap aktif dan energik ini akan tampak lebih intens jika ia
menghadapi suatu kegiatan yang menyanangkan.
Keempat, Anak itu egosentris. Sifat egosentris yang
dimiliki anak menyebabkan ia cenderung melihat dan memiliki
sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan sendiri.
18
Kelima, Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan
antusias terhadap banyak hal. Anak pada usia ini juga
mempunyai sifat banyak memperhatikan, membicarakan dan
mempertanyakan berbagai hal yang dilihat dan didengarnya
terutama berkenaan dengan hal-hal yang baru.
Keenam, Anak bersifat eksploratif dan petualang. Ada
dorongan rasa ingin tahu yang sangat kuat terhadap segala
sesuatu, sehingga anak lebih senang untuk mencoba,
menjelajah, dan ingin mempelajari hal-hal yang baru. Sifat
seperti ini misalnya, terlihat pada saat anak ingin membongkar
pasang alat-alat mainan yang ada.
Ketujuh, Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak
menyenangi hal yang bersifat imajinatif. Oleh karena itu, mereka
mampu untuk bercerita melebihi pengalamannya. Sifat ini
memberikan implikasi terhadap pembelajaran bahwa bercerita
dapat dipakai sebagai salah satu metode belajar.
Kedelapan, Anak masih mudah frustrasi. Sifat frustrasi
ditunjukkan dengan marah atau menangis apabila suatu
kejadian tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Sifat ini
juga terkait dengan sifat lainnya seperti spontanitas dan
egosentris.
Kesembilan, Anak masih kurang pertimbangan dalam
melakukan sesuatu. Apakah suatu aktivitas dapat berbahaya
19
atau tidak terhadap dirinya, seorang anak bahaya belum
memiliki pertimbangan yang matang untuk itu. Oleh karena itu
lingkungan anak terutama untuk kepentingan pembelajaran
perlu terhindar dari hal atau keadaan yang membahayakan.
Kesepuluh, Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
Anak umumnya memiliki daya perhatian yang pendek kecuali
untuk hal-hal yang sangat disenanginya.
Kesebelas, Anak merupakan usia belajar yang paling
potensial. Dengan mempelajari sejumlah ciri dan potensi yang
ada pada anak, misalnya rasa ingin tahu, aktif, bersifat
eksploratif dan mempunyai daya ingat lebih kuat, maka dapat
dikatakan bahwa pada usia anak-anak terdapat kesempatan
belajar yang sangat potensial. Dikatakan potensial karena pada
usia ini anak secara cepat dapat mengalami perubahan yang
merupakan hakikat dari proses belajar. Oleh karena itu,
lingkungan pembelajaran untuk anak perlu dikembangkan
sesuai potensi yang dimilikinya.
Keduabelas, Anak semakin menunjukkan minat terhadap
teman.Anak mempunyai keinginan yang tinggi untuk berteman.
Anak memiliki kemampuan untuk bergaul dan bekerjasama
dengan teman lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik anak usia dini yaitu anak yang mengalami
20
pertumbuhan yang pesat pada perkembangan fisiknya, aktif,
menyukai permainan, unik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, makhluk sosial, kaya kreativitas dan imajinasi
dengan masa belajar yang paling potensial.
c. Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Montessori (dalam Asmani, 2009:17),
mengatakan bahwa “masa anak usia dini ini merupakan periode
sensitif di mana anak secara mudah menerima stimulus-
stimulus dari lingkungannya. Pada masa peka inilah terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap
merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan
yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari”.
Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa
setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Untuk itulah anak
perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan
bermainnya. Orang dewasa perlu memberi peluang pada anak
untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi, dan menggali
sumber-sumber terunggul pada anak. Untuk itu, paradigma baru
bagi ana usia dini atau anak prasekolah adalah harus
berorientasi pada anak (student centered) dan perlahan-lahan
menyeimbangkan dominasi pendekatan lama yang berpusat
pada guru (teacher centered).
21
Menurut Piaget dalam Suyanto (2003: 56-72), anak
memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori
motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit (2-7 tahun),
operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11
tahun ke atas). Dalam tahap sensori motorik (0-2 tahun), anak
mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan
dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik.
Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan inderanya
untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Pada perkembangan pra operasional, proses berpikir
anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau
kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan,
pendengaran, atau jangkauan tangannya. Pada tahap
operasional konkrit, anak sudah dapat memecahkan persoalan-
persoalan sederhana yang bersifat konkrit dan dapat
memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan serta
mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran anak tidak
lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan
matanya. Pikiran anak terbebas dari kejadian langsung. Dilihat
dari perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada tahap
pra operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas dan
menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua
berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan
22
tangannya. Anak mampu mempertimbangkan tentang besar,
jumlah, bentuk dan benda-benda melalui pengalaman konkrit.
Kemampuan berfikir ini berada saat anak sedang bermain.
Menurut Montessori (dalam Asmani, 2009:18), paling
tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut:
1) Sejak lahir sampai usia 3 bulan, anak memiliki kepekaan
sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap”
pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
2) Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai
memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk
mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
3) Masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat
dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk
banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat
pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya
urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
4) Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan
untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan
indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki
kepekaan menulis dan pada usia 4-6 tahun memiliki
kepekaan yang bagus untuk membaca.
Menurut Catron Allen Catron dan Allen (dalam Nurin
Hasan, 2007:34) menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek
23
perkembangan anak usia dini yaitu kesadaran personal,
kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi, dan
keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan
sebagai fungsi interaksi. Kreatifitas tidak dipandang sebagai
perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang
integral dari lingkungan bermain yang kreatif.
Pertumbuhan anak pada enam aspek perkembangan di
bawah ini membentuk fokus sentral dari pengembangan
kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini.
1) Kesadaran Personal
Permainan kreatif memungkinkan perkembangan
kesadaran personal. Bermain membantu anak untuk tumbuh
secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya.
Melalui bermain anak dapat menemukan hal baru,
bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan sehari-
hari sebagai sebuah langkah dalam membangun
keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan ini
membuat anak menjadi berkompeten.
2) Pengembangan Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima,
berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang
positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak
untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk
24
mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam
hidup.
Perkembangan emosi anak usia 48-60 bulan adalah
anak akan dengan cepat belajar marah karena marah
merupakan cara yang sederhana dan mudah untuk
memuaskan kebutuhannya, anak dapat menyadari bahaya
yang dahulu belum diketahuinya, ketika perhatian orang tua
dialihkan kepada orang lain anak mulai merasakan
kedudukannya sebagai anak yang dikasihi mulai terancam,
masa yang paling menyenangkan bagi anak ialah senang
akan keberhasilan, rasa ingin tahu anak akan segala hal
besar, adanya keinginan anak untuk selalu menang dari
seorang anak sangat besar, yang dinyatakan melalui
perilaku selalu ingin mendapat pujian.
3) Membangun Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial
anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah
sarana paling utama bagi pengembangan kemampuan
bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain
serta mengurangi sikap egosentrisme. Bermain dapat
menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak.
Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial
seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan
25
berbagi. Saat bermain, ketika bertengkar, anak biasanya
mengambil barang yang sedang dipegang temannya, atau
merusak barang/pekerjaan temannya. Berteriak dengan
keras, menangis, menendang, marah, tetapi hanya dalam
waktu singkat, pertengkaran itu segera terlupakan dan tidak
menaruh dendam, bahkan sudah berdamai lagi.
4) Pengembangan Komunikasi
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk
membelajarkan kemampuan berbahasa anak. Melalui
komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan
menembangkan daya penerimaan serta pengekspresian
kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan
anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan.
Secara spesifik, bermain dapat memajukan
perkembangan dari segi komunikasi berikut ini : bahasa
reseptif (penerimaan), yaitu mengikuti petunjukpetunjuk dan
memahami konsep dasar; bahasa ekspresif, yaitu kebutuhan
mengekspresikan keinginan, perasaan: penggunaan kata-
kata, frase-frase, kalimat: berbicara secara jelas dan terang;
komunikasi nonverbal, yaitu penggunaan komunikasi
kongruen, ekspresi muka, isyarat tubuh,isyarat tangan dan
26
memori pendengaran/perbedaan, yaitu memahami bahasa
berbicara dan membedakan bunyi.
5) Pengembangan Kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk
secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan
bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk
memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.
Selama bermain, anak menerima pengalaman baru,
memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang
lain dan mulai memasukkan dunia mereka.
Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif
selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan
dalam kehidupan anak-anak. Konsep yang dimiliki oleh anak
usia 48-60 bulan adalah konsep tentang mati dan hidup yaitu
bahwa barang dan manusia itu sama, memiliki nyawa atau
hidup. Anak-anak suka memanusiakan barang-barang,
menganggap mereka “hidup”, jadi sulit bagi anak-anak untuk
mengerti tentang kematian.
Selain itu, adalah konsep tentang ruang, melalui
bermain anak belajar mengenal jarak, kanan dan kiri, serta
mampu membedakan bentuk besar atau kecil. Sedangkan
mengenai konsep tentang angka yaitu bagi anak-anak,
angka tidak memunyai arti yang besar. Anak memang
27
mengenal arti angka satu hingga sepuluh tetapi masih kabur
tentag konsep angka. Selain itu, konsep tentang diri yaitu
anak akan merasa tertarik akan dirinya sendiri dan dapat
membedakan dirinya laki-laki atau perempuan, bahkan
mengenal nama-nama organ tubuhnya.
6) Pengembangan Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman
belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang
meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil
memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan
perseptual motorik.
Bermain dapat memacu perkembangan perseptual
motorik pada beberapa area yaitu: koordinasi mata-tangan
atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis,
manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar,
menangkap, menendang; kemampuan motorik kasar, seperti
gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, berlari,
berguling-guling, dan merayap; kemampuan bukan motorik
kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar,
meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang;
manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan
kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan,
28
kemampuan untuk memulai, berhenti dan mengubah
petunjuk.
Menurut Susanto (2017:13) perkembangan setiap anak
memiliki pola yang sama, walaupun kecepatannya berbeda.
Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara
dan kecepatannya sendiri. Beberapa pola perkembangan
tersebut antara lain sebagai berikut : (1) perekembangan fisik,
mengikuti hokum perkembangan yang disebut “cephalocaudal”
dan “proximodistal”. Hokum cephalocausal menyatakan bahwa
perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar
keseluruh tubuh sampai kaki. Sementara itu, hokum
proximodistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari
pusat sumbu ke ujungnya, atau dari sebagian yang dekat
sumbu pusat tubuh kebagian yang lebih jauh; (2)
perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke
tanggapan khusus, bayi pada awal perkembangan memberikan
reaksi dengan menggerakkan seluruh tubuh. Semakin lama ia
kan mampu memberikan reaksi dalam bentuk gerakan khusus.
Demikian seterusnya dalam hal lain-lain; (3) perkembangan
berlangsung secara berkesinambungan. Proses
perekembangan diawali dari bertemunya sel sperma dan ovum
yang disebut ovulasi; (4) terdapat periode keseimbangan dan
ketidakseimbangan. Setiap anak mengalami periode masa
29
bahagia, mudah menyesuaikan diri dan lingkungan bersikap
positif terhadapnya, terdapat juga masa ketidakseimbangan
yang ditandai dengan kesulitan anak untuk menyesuaikan diri,
sulit diatur, dan emosi negatif; (5) terdapat tugas perkembangan
yang harus dilalui anak dari waktu kewaktu. Tugas
perkembangan adalah sesuatu yang harus dilalui atau dicapai
oleh anak berdasarkan tahap usianya. Bersifat khas sesuai
dengan tuntutan dan ukuran yang berlaku di masyarakat.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan anak usia dini adalah suatu tahapan
perkembangan yang terdiri atas perkembangan fisik dan psikis
yang harus dilalui dengan pola yang berbeda pada setiap anak
dan saling berkaitan dan berkesinambungan.
2. Hakikat Kemandirian Anak
a. Pengertian Kemandirian Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mandiri diartikan
sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri
merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain (Alwi, 2012:710).
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang
diperoleh kumulatif selama masa perkembangan, dimana
individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
30
menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu
tersebut pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak
sendiri. Kemadirian adalah satu pribadi yang harus dibentuk
sejak dini, karena kemandirian adalah sikap dan perilaku yang
tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas (Syafri, 2012:1).
Kemandirian juga dapat diartikan sebagai keterampilan
untuk membantu diri sendiri, baik kemandirian secara fisik
maupun secara psikologis. Kemadirian secara fisik adalah
kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri, sedangkan
kemampuan kemandirian secara psikologis adalah kemampuan
untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah yang
dihadapi.
Parker (dalam Yamin, 2012:88) mengatakan bahwa
kemandirian adalah kemampuan untuk mengelola waktu,
berjalan dan berfikir secara mandiri, disertai dengan kemampuan
untuk memecahkan masalah.
Sedangkan Koentjaraningrat (dalam Yamin, 2012:88)
berpendapat bahwa kemandirian adalah bagian dari kepribadian
yang merupakan susunan akal yang dapat menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari setiap individu.
Pribadi yang mandiri adalah kemampuan hidup yang
utama dan salah satu kebutuhan setiap manusia diawal usianya.
31
Anak meskipun usianya sangat muda namun diharuskan
memiliki pribadi yang mandiri. Hal ini diperlukan karena ketika
anak terjun kelingkungan di luar rumah sudah tidak tergantung
kepada orang tua (Yamin, 2012:77).
Menurut Bachruddin Musthafa (Wiyani, 2017:35)
kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan
menerima konsekuensi yang menyertainya. Kemandirian pada
Anak-anak terwujud jika mereka menggunakan pikirannya
sendiri dalam mengambil berbagai keputusan. Tumbuhnya
kemandirian pada anak-anak bersamaan dengan munculnya
rasa takut atau kekhawatiran dalam berbagai bentuk dan
intensitas yang berbeda-beda.
Sementara menurut Syamsu Yusuf (Wiyani, 2017:35)
menyatakan kemandirian dapat disebut juga dengan istilah
autonomi merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat
(healty personality). Kemandirian individu tercermin dalam cara
berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
secara konstruktif dengan norma yang berlaku dilingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kemandirian adalah bagian dari kepribadian yang
merupakan kemampuan untuk mengelola waktu, berjalan dan
berfikir secara mandiri, disertai dengan kemampuan untuk
memecahkan masalah.
32
b. Aspek-aspek Kemandirian
Menurut Wiyani (2017:39) kemandirian pada anak usia
dini ditandai dengan beberapa aspek yaitu:
1) Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri.
Anak yang memiliki kepercayaan diri sendiri memiliki
keyakinan untuk melakukan sesuatu sesuai yang dipilihnya
sendiri.
2) Memiliki motivasi intrinsik yang tinggi.
Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari
dalam diri untuk melakukan suatu perilaku maupun
perbuatan. Motivasi yang datang dari dalam akan mampu
menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu yang
diinginkannya.
3) Mampu dan berani menentukan pilihan sendiri.
Anak yang mandiri memiliki kemampuan dan berani dalam
menentukan pilihannya sendiri. Contohnya seperti memilih
makanan yang akan dimakan, memilih baju yang akan
dipakai, dan dapat memilih mainan yang akan digunakan
untuk bermain.
4) Kreatif dan inovatif.
Anak melakukan atau menciptakan sesuatu atas ide yang
dimiliki oleh dirinya sendiri dan suka mencoba hal-hal yang
baru.
33
5) Bertanggung jawab.
Anak yang mandiri akan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya apapun yang terjadi. Misalnya tidak
menangis ketika ia salah mengambil alat mainan, dengan
senang hati mengganti dengan alat mainan yang lain yang
diinginkannya.
6) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak yang mandiri akan cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Contohnya anak tidak menangis dan tetap
belajaar di sekolah meski tidak didampingi atau ditunggu
oleh orang tua di sekolah.
7) Tidak bergantung pada orang lain.
Anak yang memiliki karakter mandiri selalu ingin mencoba
sendiri dalam melakukan segala sesuatu dan dia akan tahu
kapan waktunya meminta bantuan orang lain. Karakter
mandiri ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk
mengambil inisiatif dan mengatasi masalah, penuh
ketekunan, memperoleh kepuasan dari usahanya, serta
ingin melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Menurut Martin (dalam Yamin, 2013:79) terdapat
beberapa aspek dalam kemandirian pada anak, yaitu:
1) Self-regulation, anak mampu menyesuaikan tingkah laku
agar sesuai dengan apa yang mereka ketahui dapat diterima
34
oleh lingkungan sosialnya. Anak berusaha menghindari
tingkah laku-tingkah laku yang menurut pengalamannya tidak
harus dan tidak patut dilakukan. Tingkah laku-tingkah laku
yang menjadi indicator adanya self-regulation diantaranya
dapat memasukkan makanan ke dalam mulut dengan benar,
dapat menggunakan alat makan/minum dengan benar,
membuang sampah pada tempatnya, mau merapikan mainan
ke tempat semula, makan dengan rapi, mau bersalaman
dengan orang baru, makan dan minum pada waktu yang
ditetapkan, mau menghabiskan makanan atau
memberitahukan kalau sudah kenyang, mau mengikuti
permainan dengan teman-teman dan mematuhi peraturan
yang ada, tidak meminta bantuan terus menerus, mau tidur
sendiri, tidak menangis saat ditinggal, dan mau meminjamkan
mainan pada temannya.
2) Self-control, anak mengendalikan tingkah lakunya susai
dengan tuntutan sosial yaitu jenis perilaku yang disenangi
oleh orangtua dirumah atau guru disekolah. Tingkah laku –
tingkah laku yang menjadi indicator adanya self-control
diantaranya bisa duduk atau jongkok di WC dengan posisi
yang benar, tidak mengompol, dan tidak merengek saat
menyampaikan sesuatu.
35
3) Self-efficacy, anak memiliki perasaan mampu mengerjakan
sendiri sesuatu secara efektif. Tingkah laku – tingkah laku
yang menjadi indicator adanya self-efficacy diantaranya mau
membereskan mainan tanpa disuruh, mengambil gelasnya
sendiri dengan satu tangan, mencoba menyisir rambut
sendiri, mencoba menggososk gigi sendiri tanpa dibantu,
menolak bantuan yang ditawarkan apabila merasa mampu.
4) Self-determination, anak mampu menentukan sendiri apa
yang ingin atau dilakukannya. Tingkah laku-tingkah laku yang
menjadi intikator adanya self determination diantaranya bisa
memilih baju yang akan dipakai, memilih mainan sendiri, dan
mampu menentukan makanan atau hal lain kesukaannya.
Secara hakiki, perkembangan kemandirian seseorang
adalah merupakan perkembangan hakikat eksitensi manusia,
dimana perilaku mandiri itu adalah perilaku yang sesuai dengan
hakikat eksistensi diri. Oleh karena itu kemandirian adalah hasil
dari suatu prosedur perkembangan diri yang normatif, terarah
sejalan dengan tujuan hidup manusia. Kemandirian merupakan
suatu kekuatan internal individu seseorang yang diperoleh
melalui proses mencari jati diri menuju kesempurnaan (Yamin,
2013:80).
Kemandirian seseorang juga berkembang secara
bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan hidupnya. Hal ini
36
juga diperlukan dengan tujuan pendidikan nasioanl yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dalam menjadi warga negara yang demokratif
serta bertanggung jawab (Yamin, 2013:80).
Kemandirian pada anak sangat diperlukan karena dengan
kemandirian, anak bisa menjadi lebih bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemandirian
secara normal akan cenderung lebih positif di masa depannya.
Anak yang mandiri cenderung berprestasi karena dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya anak tidak lagi tergantung pada
orang lain. Sehingga anak bisa lebih percaya diri. Anak yang
mandiri yakin, jika ada resiko ia mampu untuk menyelesaikannya
tanpa bantuan dari orang lain.
Dengan begitu anak akan tumbuh menjadi orang yang
mampu untuk berfikir serius dan berusaha untuk menyelesaikan
sesuatu yang menjadi targetnya. Demikian juga di lingkungan
keluarga dan sosial, anak yang mandiri akan mudah
menyesuaikan diri. Ia akan mudah untuk diterima oleh anak-
anak dan teman-teman di sekitarnya. Anak yang sudah mandiri
juga dapat memanfaatkan lingkungan untuk belajar, dapat
membantu temannya untuk belajar mandiri.
37
Dari uraian di atas, maka maka dapat disimpulkan
beberapa aspek kemandirian anak usia dini, antara lain: (1)
Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri; (2) Memiliki motivasi
intrinsik yang tinggi; (3) Mampu dan berani menentukan pilihan
sendiri; (4) Kreatif dan inovatif.; (5) Bertanggung jawab; (6)
Penyesuaian diri; (7) tidak ketergantungan; (8) pengendalian
diri.(9) Komunikasi; dan (10) dapat berinteraksi.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
Muhammad Asrori (dalam Yamin, 2013:82) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah keturunan
orang tua, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah,
sistem kehidupan di masyarakat.
1) Keturunan Orang Tua
Faktor keturunan lebih menekankan pada aspek
biologis yang dibawa melalui aliran darah dalam kromosom.
Karena itu, faktor genetis cenderung bersifat statis untuk
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Kalau sejak awal, orang tua memiliki karakteristik fisiologis
dan psikologis yang sehat, maka dapat dipastikan akan
menurunkan generasi yang sehat, dan sebaliknya apabila
orang tua tidak sehat maka keturunanannya pun mengalami
gangguan atau penyimpangan secara fisik maupun psikis.
Aspek psikis yang dapat diturunkan kepada generasi
38
berikutnya adalah seperti: intelligensi, bakat, kemampuan,
minat, dan kepribadian (Dariyo, 2007:44).
Menurut paparan di atas jelas, bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kemandirian seorang anak adalah
keturunan orang tua sebab di dalam tubuh anak mengalir
darah dari orang tuanya, dari aspek psikis orang tua yang
menurun kepada anak salah satunya adalah kepribadian,
dimana kepribadian menurut McDougal (dalam Yusuf,
2013:126) adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat
yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang
menentukan. Kepribadian yang dapat menentukan
keberhasilan seorang anak salah satunya adalah
kemandirian.
2) Pola Asuh Orang Tua
Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan
kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta
lingkungan di sekitarnya. Dalam keluarga, kemandirian
adalah sifat yang harus dibentuk oleh orang tua dalam
membangun kepribadian anak-anak mereka. Pada saat ini
orang tua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi
anak untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya. Maka
dari itu orang tua harus memperhatikan pola asuh yang baik
untuk anaknya, untuk melatih kemandirian anak (Mustari,
2014:77).
39
3) Sistem Pendidikan di Sekolah
Pendidikan di sekolah adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian anak. Karena, di sekolah anak
mendapatkan pendidikan di luar lingkungan keluarga atau
orang tuanya. Dari kegiatan kegiatan yang dilakukan di
sekolah, dengan tidak sengaja akan menumbuhkan
kemandirian pada diri anak. Misalnya: anak dapat
menyelesaikan permainan terlebih dahulu dibandingkan
dengan temannya, bertanggung jawab akan tugas yang
diberikan guru, membereskan peralatan makan sendiri dan
lain-lain, mudah bersosialisasi dan berempati kepada orang
lain.
4) Sistem Kehidupan di Masyarakat
Kehidupan di masyarakat atau lingkungan dimana
tempat anak tinggal tentu memiliki peran besar bagi
perubahan kemandirian anak, akankah peran itu akan
menjadi positif ataupun negatif. Hal ini, tergantung
bagaimana karakteristik kehidupan di masyarakat dimana
anak tinggal. Lingkungan yang baik tentu akan membawa
pengaruh yang positif untuk anak, sebaliknya lingkungan
yang kurang baik cenderung memperburuk perkembangan
anak termasuk kemandiriannya.
40
Menurut Soetjiningsih (1995:64) menyatakan bahwa
setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda antara
anak satu dengan anak yang lainnya. Banyak faktor yang
menyebabkan perbedaan individual anak. Berikut faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak, yaitu:
1) Faktor internal
a) Faktor emosi ditunjukkan dengan kemampuan
mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan
emosi anak.
b) Faktor intelektual yang ditunjukkan dengan
kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi anak.
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan merupakan faktor yang menentukan
tercapai atau tidaknya kemandirian anak prasekolah.
Pada usia ini anak membutuhkan kebebasan untuk
bergerak ke sana ke mari dan mempelajari
lingkungan.
b) Karakteristik sosial mempengaruhi kemandirian anak,
misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga
miskin berbeda dengan tingkat kemandirian anak-
anak dari keluarga kaya.
c) Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur
akan lebih cepat mandiri disbanding dengan anak
yang kurang mendapat stimulasi.
41
d) Poal asuh, anak dapat mandiri dengan diberi
kesempatan, dukungan dan peran orangtua sebagai
pengasuh.
e) Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya
diberikan sewajarnya karena jika diberikan
berlebihan, anak menjadi kurang mandiri. Hal ini
dapat diatasi bila interaksi dua arah anatar orangtua
dan anak berjalan lancer dan baik.
f) Kualitas informasi anak dan orangtua yang
dipengaruhi pendidikan orangtua, dengan pendidikan
yang baik, informasi dapat diberikan pada anak
karena orangtua dapat menerima informasi dari luar
terutama cara meningkatkan kemandirian anak.
g) Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja di luar
rumah untuk mencari nafkah maka ibu tidak bisa
memantau kemandirian anak sesuai perkembangan
usianya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja dapat
memantau langsung kemandirian anak dan bisa
memandirikan anaknya.
Berdasarkan faktor-faktor kemandirian di atas, dapat kita
ketahui bahwasannya keturunan orang tua, pola asuh orang tua,
sistem pendidikan di sekolah dan sisten kehidupan di
masyarakat sangat berpengaruh pada kemandirian anak. Namun
42
dari beberapa faktor tersebut, yang harus kita perhatikan dengan
baik adalah faktor dimana anak akan terjun ke sekolah, dari
sistem pendidikan di sekolah kegiatan permainan yang diberikan
oleh guru akan melatih kemandirian anak. Oleh sebab itu,
seorang guru TK harus melatih kemandirian anak dengan baik,
memberikan rangsangan-rangsangan sehingga akan tumbuh
sikap kemandirian pada anak.
d. Perkembangan Kemandirian Anak usia 3-4 tahun
Kemandirian pada anak mulai berkembang di usia 3-4
tahun atau ketika anak memasuki tahapan autonomy vs shame
and doubt menurut teori perkembangan psikososial Erikson.
Ketika memasuki tahapan ini, anak mulai merasa kalau dirinya
sudah besar dan berusaha untuk melepaskan diri dari Caregiver
atau orang-orang yang dekat dengan mereka dengan cara
menjadi mandiri. Bentuk kemandirian anak ditahapan ini
biasanya ditunjukkan dengan adanya penolakan terhadap
bantuan yang ditawarkan. Misalnya menolak dibantu saat
berpakaian, ingin makan sendiri meskipun ada yang tercecer,
ingin membereskan mainan sendiri meskipun belum rapi benar,
ingin jalan sendiri dan lain semacamnya (Papalia, Ods, &
Feldman, 2009).
Pada usia-usia ini, tingkah laku-tingkah laku mandiri yang
ditampilkan anak cenderung berupa tingkah laku yang sesuai
43
dengan tingkah laku yang diinginkan lingkungannya. Caregiver
pada tahapan ini memiliki tugas untuk mendorong perilaku-
perilaku itu agar muncul tidak lagi karena perilaku itu diinginkan
lingkungannya, tetapi karena adanya keinginan dari dalam diri
anak untuk berlaku mandiri (Martin, 2000).
Erikson (1950) dalam (papalia, Old, & Feldman, 2009)
mengidentifikasi usia 1,5-3 tahun sebagai tahap kedua dalam
perkembangan kepribadian (autonomy vs shame and doubt)
yang ditandai dengan adanya perubahan dari control eksternal
ke control internal (self-control). Pada tahapan ini, nilai yang
berkembang adalah will.
Setiap anak memiliki kemampuan yang unik untuk
memahami sesuatu, tidak hanya menerima saja, tetapi punya
inisiatif untuk mandiri, dalam memahami dan mengambil
keputusan sendiri dalam tindakannya. Anak yang mandiri adalah
anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi.
Sehingga setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan
diri pada orang lain. Anak yang kurang mandiri selalu ingin
ditemani oleh orang tua atau orang terdekatnya, baik pada saat
sekolah maupun pada saat bermain.
Watkins (dalam Yamin, 2013:85) berpendapat bahwa
seorang anak yang memiliki kemandirian yang tinggi cenderung
memiliki gaya belajar yang kreatif. Anak yang mandiri adalah
44
anak yang kreatif yang mempunyai nilai penting dalam
kehidupan individunya yang dipengaruhi oleh faktor keluarga (di
rumah) maupun dilingkungan sekitarnya (sekolah). Anak yang
mandiri untuk ukuran anak usia dini terlihat dengan ciri sebagai
berikut:
1) Dapat melakukan segala aktivitasnya secara sendiri
Anak mulai mengembangkan kemandirian ditandai
dengan kebebasan melakukan sesuatu dengan sendiri.
Kebebasan disini yaitu anak melakukan segala aktivitas yang
mereka inginkan dengan sendiri namun tetap pada
pengawasan orang dewasa. Misalnya: anak dapat pergi
ketoilet sendiri, memakai baju dan sepatu sendiri, mengambil
makan dan minum sendiri.
2) Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan
pandangan
Pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat
perilaku atau perbuatan orang-orang disekitarnya. Dalam hal
ini, anak mampu mengambil contoh dari apa yang mereka
lihat/pandang. Oleh karena itu, perlulah anak dilatih
kemandiriannya sejak dini, agar anak mampu mengambil
keputusan yang positif untuk diri anak.
45
3) Dapat bersosialisasi dengan orang lain
Bersosialisasi ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak
tergantung atau menunggu orang lain untuk melakukan
tindakan. Bersosialisasi sangat berpengaruh pada
perkembangan kemandirian anak, anak yang mudah
bersosialisasi akan mudah mencari teman dan berinteraksi
kepada orang lain dengan baik.
4) Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati
terhadap orang lain
Emosi yang baik akan membuat teman-teman dan
orang lain di lingkungan sekitar anak akan merasa nyaman
sehingga anak pun akan merasakan hal yang sama. Dengan
anak merasa nyaman dengan orang lain, anak akan mudah
untuk berempati dengan orang lain. Namun jika hal tersebut
tidak terjadi maka anak mungkin akan mengalami masa sulit
dan terbelakang karena minder. Oleh karena itu, peran orang
dewasa (guru dan orang tua) dalam membantu anak untuk
melatih kemandiriannya (Yamin, 2013:83).
Sementara itu, menurut Wiyani (2017:33) ciri-ciri
kemandirian anak usia dini adalah sebagai berikut:
46
1) Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri
Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki
keberanian untuk melkaukan sesuatu dan menentukan pilihan
sesuai dengan kehendaknya sendiri dan bertanggung jawab
terhadap konsekwensi yang dapat ditimbulkan karena
pilihannya.
2) Memiliki motivasi instrinsik yang tinggi.
Motivasi instrinsik merupakan dorongan yang berasal
dari dalam diri untuk melakukan suatu perilaku maupun
perbuatan. Motivasi instrinsik ini pada umumnya lebih kuat
dan abadi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik walaupun
kedua motivasi tersebut bisa berkurang dan bertambah.
Motivasi yang datang dari dalam mampu menggerakkan anak
untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya.
3) Mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri
Anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan
dan keberanian dalam menentukan pilihannya sendiri.
Contohnya seperti memilih makanan yang akan dimakan,
memilih baju yang akan dipakai, dan dapat memilih mainan
yang akan digunakan untuk bermain, serta dapat memilih
mana sandal untuk kaki kanan dan mana sandal untuk kaki
kiri.
47
4) Kreatif dan inovatif
Kreatif dan inovatif pada anak usia dini merupakan
salah satu ciri anak yang memiliki karakter mandiri, seperti
dalam melakukan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa
disuruh oleh orang lain, tidak bergantung terhadap orang lain
dalam melakukan sesuatu, menyukai dan selalu ingin
mencoba hal-hal baru.
5) Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai
pilihannya
Pada saat anak usia dini mengambil keputusan atau
pilihan tentu ada konsekuensi yang melekat pada pilihannya.
Anak yang mandiri akan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya apapun yang terjadi.
6) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang baru
bagi anak usia dini, bagi mereka yang memiliki karakter
mandiri, anak akan cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru dan dapat belajar walaupun tidak
ditunggui oleh orangtuanya.
7) Tidak bergantung pada orang lain
Anak yang memiliki karakter mandiri selalu ingin
mencoba sendiri dalam melakukan segala sesuatu, tidak
bergantung kepada orang lainbdan dia tau kapan waktunya
meminta bantua orang lain.
48
Dari beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa
kemandirian anak adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain, mampu bersosialisasi, dapat
melakukan aktivitasnya sendiri, dapat membuat keputusan
sendiri dalam tindakannya, dan dapat berempati dengan orang
lain. Oleh karena itu, mendidik anak untuk mandiri dibutuhkan
kesabaran dan pengetahuan yang cukup. Orang tua maupun
guru tidak boleh melupakan bahwa anak bukanlah miniatur
orang dewasa, maka anak tidak boleh dituntut menjadi seperti
orang dewasa.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian orangtua dan
para guru dalam menanamkan kemandirian pada anak usia dini
adalah sebagai berikut:
1) Memberikan Kepercayaan
Suasana sekolah yang terasa asing dan berat bagi
anak-anak, menumbuhkan harapan bagi orang tua dan guru
agar anak bisa menjadi anak yang lebih baik. Dalam hal ini,
guru perlu menanamkan rasa percaya diri dalam diri anak-
anak dengan memberikan kepercayaan untuk melakukan
sesuatu yang mampu dilakukan sendiri.
2) Memberikan Kebiasaan
Seorang guru harus memberikan kebiasaan yang baik
kepada anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya,
49
sikap kemadirian akan muncul dengan sendirinya melalui
pembiasaan yang dilakukan oleh guru. Misalnya: membuang
sampah pada tempatnya, mencuci tangan, merapikan alat
permainan lalu meletakkan pada tempatnya Melakukan
Komunikasi
Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin
komunikasi sosial. Komunikasi merupakan hal penting dalam
melatih kemandirian anak. Oleh karena itu, seorang guru
harus melakukan komunikasi yang baik dengan peserta
didik, yaitu melalui bahasa yang dimengerti oleh anak dan
gaya komunikasi yang baik.
3) Menanamkan Sikap Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Maka dari itu, kemandirian erat kaitannya dengan disiplin,
yang merupakan proses yang dilakukan oleh pengawasan
dan bimbingan dari orang tua dan guru yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh dengan peraturan yang sesuai
dengan usia anak (Yamin, 2013:94-95).
B. Kerangka Berpikir
Hasil observasi di Kelompok Bermain (KB) - Taman Kanak-
kanak (TK) Gemintang, Bojongsari Depok masih ditemukan anak yang
yang tidak mandiri, penakut, pencemas, manja, cengeng, pemalu,
50
atau tidak mau ditinggal orang tuanya. Oleh karena itu, penelitian
ini akan fokus pada persoalan pendidikan kemandirian pada anak
usia dini yang akan memberikan solusi alternatif pada problem
pendidikan anak usia dini.
Kemandirian anak adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain, mampu bersosialisasi, dapat melakukan
aktivitasnya sendiri, dapat membuat keputusan sendiri dalam
tindakannya, dan dapat berempati dengan orang lain. Oleh karena itu,
mendidik anak untuk mandiri dibutuhkan kesabaran dan pengetahuan
yang cukup. Oleh sebab itu, baik guru maupun orang tua sangat
bertanggungjawab terhadap perkembangan kemandirian anak. Bagi
orang tua, untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan,
dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya.
Dalam keluarga, kemandirian adalah sifat yang harus dibentuk oleh
orang tua dalam membangun kepribadian anak-anaknya.
Selain itu, pendidikan di sekolah adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian anak. Karena, di sekolah anak
mendapatkan pendidikan di luar lingkungan keluarga atau orang
tuanya. Dari kegiatan kegiatan yang dilakukan di sekolah, dengan
tidak sengaja akan menumbuhkan kemandirian pada diri anak.
Misalnya: anak dapat menyelesaikan permainan terlebih dahulu
dibandingkan dengan temannya, bertanggung jawab akan tugas yang
51
diberikan guru, membereskan peralatan makan sendiri dan lain-lain,
mudah bersosialisasi dan berempati kepada orang lain.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di KB/TK Gemintang, yang terletak di
Jalan Serua Kencana VI Blok B1/G12A, Wates Bojongsari, Depok.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Nopember
tahun 2017 sampai dengan Mei tahun 2018, terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5
1 Konsultasi Pembimbing
2 Penyusunan Pedoman
Observasi dan Wawancara
3 Memberikan Surat izin
Penelitian
4 Observasi
5 Wawancara
6 Pengumpulan Data
7 Analisis Data
53
8 Perlengkapan skripsi
9 Pendaftaran Sidang Skripsi
B. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:59) metode penelitian adalah cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dikembangkan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Penelitian kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono
(2013:61), merupakan metode baru karena popularitasnya belum
lama, metode ini juga dinamakan postpositivistik karena berlandaskan
pada filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistik karena
proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut
metode interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan
dengan interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting), disebut juga metode etnographi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh Moleong
(2009:181) mengemukakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
54
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran secara nyata dan faktual dimana dalam
penelitian ini akan digambarkan mengenai keadaan atau situasi terkait
dengan perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun di KB-TK
Gemintang, Bojongsari Depok.
Menurut Moleong (2009:184), dalam penelitian kualitatif data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka,
hal ini dijabarkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap
apa yang sudah diteliti. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Dalam
penelitian ini metode interpretatif kualitatif digunakan untuk mencari
makna fenomena-fenomena yang berkaitan dengan perkembangan
kemandirian anak usia 3-4 tahun di KB-TK Gemintang, Bojongsari
Depok.
C. Desain Penelitian
Dengan digunakan metode kualitatif ini, maka data yang
didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan
bermakna. Desain yang disiapkan oleh peneliti ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
55
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai
berikut: (a) penyusunan rancangan awal penelitian yakni;
mengadakan observasi awal dengan metode pengamatan dan
wawancara untuk memperoleh informasi tentang perkembangan
kemandirian anak usia 3-4 tahun di KB-TK Gemintang Bojongsari
Sawangan Depok, (b) pengurusan izin penelitian dari kampus, (c)
Penjajakan lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian,
(d) Pemilihan dan interaksi dengam subjek dan informasi, (e)
Penyiapan peralatan penelitian untuk diajadikan alat bantu dalam
kegiatan lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian,
sekaligus sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu
membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat
untuk melakukan observasi lapangan, dokumentasi, serta
wawancara mendalam kepada responden yaitu; bunda, nenek,
guru, dan Kepala Sekolah berdasarkan pedoman yang dibuat.
Setelah wawncara dilakukan, peneliti memindahkan hasil rekaman
berdasarkan wawancara dalam bentuk data deskriptif.
56
3. Tahap Penyelesaian
Dalam tahap ini, peneliti berusaha mengumpulkan hasil
observasi lapangan, wawancara dan kemudian menafsirkan serta
menyusun data dalam bentuk hasil penelitian atau laporan.
D. Subjek Data
Subjek penelitian ini adalah SA usia 3 tahun, yang kurang
mandiri di kelas namun memiliki perkembangan bahasa yang baik.
Subyek lainnya yaitu GE usia 3 tahun yang sudah cukup memiliki
kemandirian. Untuk menguatkan menguatkan hasil penelitian ini, maka
sumber data didukung oleh informan yaitu orangtua anak, nenek,
kakek dan guru.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013: 308-309) teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Maka pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer dan sumber skunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpulan data, yang merupakan sumber data utama
dalam penelitian ini, yaitu SA dan GE. Sumber ini diambil dari data
tertulis, rekaman, atau pengambilan foto. Pencatatan sumber data ini
57
melalui wawancara dan pengamatan serta merupakan hasil gabungan
dari melihat, mendengarkan dan bertanya. Jawaban dan pertanyaan
yang dilontarkan pada subjek penelitian dicatat sebagai data utama
ditambah dengan hasil pengamatan dari tindakan subjek penelitian.
Sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data atau tidak
berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti, seperti bunda,
nenek, guru di sekolah atau lewat dokumen.
Menurut Sugiyono (2013:309) mengemukakan bahwa bila
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), dokumentasi, dan tringulasi atau gabungan
ketiganya. Lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Nasution dalam Sugiyono (2013: 310) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi yang
digunakan adalah observasi langsung, yaitu untuk memperoleh
data dari subjek maka peneliti menggunakan pedoman observasi
sebagai penguat hasil observasi dan mencatat beberapa hal yang
berkaitan dengan perkembangan kemandirian.
58
Jenis pengamatan ini adalah pengamatan partisipan yaitu
peneliti dengan melakukan pengamatan secara mendalam dan
menyeluruh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek
penelitian dengan melibatkan interaksi sosial antara peneliti dan
responden dalam suatu penelitian selama pengumpulan data.
Adapun ketika pengamatan dilakukan, penelitian ini
mencatat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian
seperti sikap dan tingkah lakunya. Hasil observsi kemudian diolah
dan hasilnya kemudian dibuat dalam bentuk kata-kata atau tulisan.
Hasil observasi dijadikan sebagai penduan dengan tujuan
memudahkan peneliti dalam menarik kesimpuan.
2. Wawancara (Interview)
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara, digunakan untuk
mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus
dibahas, juga menjadi informasi tertulis apakah aspek-aspek
relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan sesuai dengan
pedoman wawancara yang telah dibuat. Interviewer harus
memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan
secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan
pertanyaan tersebut dengan konteks actual saat wawancara
berlangsung.
59
Alat-alat wawancara sangat dibutuhkan, supaya hasil
wawancara terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah
melakukan wawancara kepada sumber data, maka diperlukan
bantuan alat-alat sebagai berikut: (1) Buku catatan: untuk mencatat
semua percakapan dengan sumber data, untuk mencatat hasil data
wawancara, (2) recorder: untuk merekam semua percakapan/
pembicaraan, (3) Camera: untuk memotret kalau peneliti
melakukan pembicaraan dengan sumber data. Adanya foto dapat
mengingatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena
peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013: 240) dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang datanya diperoleh dari buku, internet, atau
dokumen lain yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen
merupakan catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti
mengumpulkan dokumen yang dapat berupa tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang.
4. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2013: 330) menyatakan bahwa dalam
teknik pengumpulan data, trigulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
60
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada,. Bila
peneliti melakukan pengumpulan data dengan trigulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yang mengecek data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Penelitian menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Tringulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Oleh karena
itu, dengan menggunakan teknik tringulasi dalam pengumpula data,
maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
Dengan tringulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila
dibandingkan dengan satu pendekatan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Analisa data kualitatif adalah induktif, yaitu suatu analisa
berasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola
61
hubungan atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang
dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang
terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik tringulasi, ternyata hipotesis diterima,
maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
1. Proses Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah di
lapangan. Dalam hak ini Nasution dalam Sugiyono (2013:336)
menyatakan bahwa analisis setelah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian.
Analisa data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya
sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun, dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
a. Analisis Sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif lebih melakukan analisis data
sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan setelah
data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan
digunakan menentukan fokus penelitian. Namun, demikian
62
fokus penenlitian ini masih bersifat sementara, dan akan
berkembanag setelah penenliti masuk di lapangan. Namun, bagi
penenliti kualitatif, jika fokus penenlitian yang dirumuskan pada
proposal tidak ada di lapangan, maka peneliti akan mengubah
fokusnya.
b. Analisis Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam priode tertentu. Pada saat
wawancara, penilitian sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh
yang dianggap kredibel.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013:337)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan belangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas atau
komponen dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conlusion drawing atau verification.
1) Reduksi data atau reduction, terdiri dari kegiatan
menajamkan, mengolahkan, mengarahkan, menyimpan data
yang tidak sesuai penenlitian, dan mengorganisasikan data
63
hasil wawancara sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan
diverifikasikan.
2) Penyajian data atau display data, pada kualitatif biasanya
bersifat naratif dilengkapi dengan matriks agar informasi
tersusun dalam bentuk uraian singkat atau deskripsi agar
mudah dimengerti oleh para pembaca. Dalam prakteknya
tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena fenomena
sosial bersifat kompleks, dan dinamis. Peneliti harus selalu
menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki
lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau
tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata
hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada
saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut
trebukti, dan akan berkembang menjadi teori grounded yaitu,
teori yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji
melalui pengumpulan data yang terus-menerus.
3) Menarik kesimpulan atau conclusion drawing atau verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, namun apabila kesimpulan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisiten saat
peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan kredibel. Verifikasi juga dilakukan dengan cara
meninjau ulang pada catatan lapangan, bertukar pikiran
64
dengan teman sejawat untuk mengembangakn kesepakatan
yang subjektif.
4) Data-data yang berkaitan dengan perkembangan
kemandirian anak 3-4 tahun akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yang
menghasilkan yaitu: ucapan atau tulisan dan perilaku yang
dapat diamati dari subjek itu sendiri.
c. Analisis Setelah di lapangan
Setelah melakukan pengambilan data di lapangan, maka
langkah selanjutnya adalah pengolahan data dari lapangan.
Pengolahan data beupa reduksi data dan analisis data dengan
menafsirkan dan memberikan interpretasi data dari hasil yang
diperoleh di lapangan.
G. Validitas dan Reliabilitas Penelitian
1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Menurut Sugiyono (2015:368) menyatakan bahwa uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility,
(validitas internal). ransfererability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penenlitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
65
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif
dan member check.
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui atau yang baru. Dengan
perpanjang pengamatan ini penenlitian mengecek kembali
apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data
yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperolah
selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau
sumber data lain ternyata tidak benar, maka penenliti
melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam
sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.
Dalam perpanjang pengamatan untuk menguji
kredibilitas data penenlitian ini, sebaiknya difukuskan pada
pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang
diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau
tidak, berubah atau tidak. Bila sudah dicek kembali ke
lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu
perpanjang pengamatan diakhiri.
2) Meningkatkan Ketekunan
66
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3) Tringulasi
Tringulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
tringulasi sumber, tringulasi sumber, tringulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
a) Tringulasi Sumber
Tringulasi sumber untuk menguji kredibiltas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji
kredibilitas data tentang perkembangan kemandirian
anak 3-4 tahun, maka pengumpulan dan pengujian data
yang telah diperoleh dapat dilakukan ke mama, guru di
sekolah dan tetangga didekat rumahnya. Data yang telah
dianalisis oleh peneiti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selajutnya dimintakan kesepakatan (member
check) dengan beberapa sumber tersebut.
67
Gambar 3.1
Tringulasi Sumber
b) Tringulasi Teknik
Tringulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Data diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila tiga teknik pengujian
kredibilitas tersebut, menghasilkan data yang berbeda-
beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan mana yang dianggap benar, atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda-beda.
Mama Nenek
Guru di
sekolah
68
Gambar 3.2
Tringulasi Teknik
Teknik
c) Triangulasi Waktu
Waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang nara sumber masih segar, belum banyak masalah
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih
kredibel, untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan
secara berulang-ulang sehingga dapat ditemukan
kepastian datanya.
Informan
Wawancara
Dokumen
Observasi
69
4) Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau
berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.
Melakukan kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan
sudah dapat dipercaya. Tetapi jika peneliti masih
mendapatkan data-data yeng bertentangan dengan data
yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah
temuannya.
5) Menggunakan Bahan Referensi
Maksudnya dengn menggunakan bahan referensi di
sini adalah adanya bahan pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Yaitu, data hasil
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara. Data tentang interaksi peneliti dengan sumber
data perlu didukung dengan foto-foto, kamera, alat perekam
suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data
yang telah ditemukan oleh peneliti.
6) Adanya Member Check
Member Check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member
70
check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga
semakin kredibel/dipercaya. Setelah data disepakati
bersama, maka para pemberi data diminta untuk
menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga
sebagai bukti bahwa penenliti telah melakukan member
check.
b. Pengujian Transferability
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga
hasil penenlitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi
lain. Bagi penenliti natulistik, nilai transfer bergantung pada
pemakai, hingga manakala hasil penenlitian tersebut dapat
digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Peneliti tidak
menjamin validitas eksternal ini.
c. Pengujian Dependability
Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2015: 377)
menyatakan bahwa uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Caranya dilakukan pembimbing untuk mengaudit keseluruhan
aktivitas peneliti dalam melaukan kegiatan. Jika peneliti tidak
71
mempunyai dan tidak dapat menunjukan jejak aktivitas
lapangannya., maka dependalibitas penelitiannya patut
diragukan.
d. Pengujian Konfirmability
Uji konfirmability mirip dengan uji dependability,
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dilakukan
dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam
penelitian, jangan sampai prosesnya tidak ada, tetapi hasilnya
ada.
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Serua yang berada di Kecamatan
Bojongsari Kelurahan Serua Kota Depok Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan data Sensus Tahun 2006, jumlah penduduk yang ada
di wilayah Kecamatan Ciputat berjumlah 116.650 jiwa. Kecamatan
Bojongsari terdiri dari 7 kelurahan yaitu: Duren Seribu, Duren
Mekar, Bojongsari Lama, Bojongsari Baru, Curug, Pondok Petir,
Serua. Lokasi Kecamatan Bojongsari terletak di ujung barat Kota
Depok, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor dan Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten. Kantor Kecamatan Bojongsari
beralamat di Jl. Raya Ciputat - Parung Km. 24, Bojongsari – Depok.
Kecamatan Bojongsari terletak di sebelah barat Kota Depok,
dengan batas-batas wilayah: Sebelah utara, berbatasan dengan
Kota Tangerang Selatan, Sebelah Selatan, berbatasan dengan
Kabupaten Bogor, Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten
Bogor, Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Sawangan.
Luas wilayah kecamatan Bojongsari sekitar 1.827 Ha. Dengan
ketinggian wilayah dari permukaan laut berkisar 50 s.d 60 m,
dengan permukaan tanah yang relatif datar dan tidak berbukit-bukit.
73
Jarak tempuh dari Universitas Muhammadiyah Jakarta yang
berada di daerah Cirendeu Provinsi Tangerang Selatan, menuju
Bojongsari memerlukan waktu 30 menit atau sekitar 9,45 km.
Namun, jarak tempuh dari Serua ke Bojongsari tidak memerlukan
waktu yang lama, hanya 5 menit atau 0,95 km. Angkutan umum
yang dapat mengantar seseorang menuju parung bisa
menggunakan angkutan umum 106 via Cireudeu-Lebak Bulus-
Bojongsari, angkutan umum D29 ke Parung via Ciputat-Parung dan
bisa juga menggunakan jasa layanan ojek untuk sampai ketempat
tujuan.
Dalam sejarahnya penduduk kawasan Bojongsari terdiri dari
berbagai etnis yaitu Sunda, Betawi, Arab dan Tiong Hoa. Sejak
dahulu yang terbanyak yang dimanfaatkan dari Bojongsari adalah
hasil pertanian, rempah-rempah, panen pangan, dan buah-buahan.
Kini Bojongsari mengalami perubahan seiriing dengan arus
modernisasi, Bojongsari menjadi sebuah kota padat penduduk dan
menjadi sebuah kota mata pencaharian penduduk. Banyak lahan-
lahan perdagangan, perkantoran, dan perindustrian.
Kini Bojongsari mengalami perubahan seiriing dengan arus
modernisasi, Bojongsari menjadi sebuah kota padat penduduk dan
menjadi sebuah kota mata pencaharian penduduk. Banyak lahan-
lahan perdagangan, perkantoran, dan perindustrian dan beberapa
cluster atau perumahan elit. Mayoritas penduduk Bojongsari
74
kebanyakan memiliki usaha yang di bangun sendiri seperti toko
bangungan, dealer motor, tempat steam motor, salon, toko kue,
toko baju anak dan orang dewasa.
Sarana pendidikan yang ada di Bojongsari mulai pendidikan
yang paling terendah hingga pendidikan menengah ke atas.
Lembaga pendidikan yang terendah ialah lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) yaitu; AL BIRUNI, AL ISTIQOMAH, AN
NAJAH, AZHIMAR, CERIA 2, CITRA LESTARI, AAELAYAH, AKAR
CERIA, AL HIDAYAH, AL IKHLAS, AL QOHHAR, AULIA, AZMIA,
BAHAGIA, BAKTI UTAMA, BAMBIM NURAZKIA, BUNDA SARI,
CERDAS, HANIFA, KUNTUM MEKAR, NURI, NURUL IKHLAS,
SALSABILA, GEMINTANG, PERMATA, MERPATI, ELOK.
Sarana pendidikan untuk Sekolah Dasar (SD) yaitu; SDN
BOJONGSARI 1, SDN BOJONGSARI 2, SDN BOJONGSARI 3,
SDN BOJONGSARI 4, SDN CURUG 1, SDN CURUG 2, SDN
CURUG 3, SDN DURENSERIBU 1, SDN DURENSERIBU 2, SDN
DURENSERIBU 3, SDN DURENSERIBU 4, SDN PONDOK PETIR
1, SDN PONDOK PETIR 2, SDN PONDOK PETIR 3, SDN SERUA
1, SDN SERUA 2, SDN SERUA 3, SD IT AZKIA, SD IT AZMIA, SD
DALIAN, SD IT DARUSSALAM, SD EKA PRASETIA, SD ISLAM
NURUL HIDAYAH, SD PERMATA BUNDA, SD PUTRA BANGSA,
SD TADIKA PURI, SD IT AL-AMANAH, SD ISLAM DARUL
75
ULUM, SD IT AMEC (AL-MA‟MUN EDUCATION CENTER), SD IT
AZ-ZAHRA.
Sarana pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yaitu; M.TS. AL HIDAYAH, AL-NADHLAH, ASSADATAIN,
DAARU SYAFA, DARUT TAFSIR ALHUSAINI, NURUL AMANAH,
NURUL HUDA, ASYURIYAH, ULUMUL QUR‟AN, YAPIMA,
YAPINA, SMP AL HASRA, AZ-ZAHRA, BINA AZKIA,
DAARUNIMAH, DARUL ULUM, ARRIHLAH, NURUL HIDAYAH,
ISLAMIYAH, MUARA ILMU, PERMATA BUNDA, PONDOK PGRI
363 PONDOK PETIR, RAUDLATUL FALAH, TERPADU BAITUL
HIKMAH, TERPADU DARUSSALAM.
Sarana pendidikan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu; SMA NEGERI 10
DEPOK, SMK AL-HASRA, SMK AMEC (AL-MA‟MUN EDUCATION
CENTER), SMK DARUL ULUM, SMK INDONESIA GLOBAL, SMK
ISLAMIYAH SERUA, SMK KHARISMAWITA 3 DEPOK, SMK
KHARISMAWITA 4 DEPOK, SMK MUARA ILMU DEPOK.
Bojongsari memiliki begitu banyak sarana pendidikan untuk
anak usia dini, dan peneliti memilih KB TK Gemintang sebagai
informan penelitian. KB TK Gemintang berdiri pada 04 mei 2017,
yang terletak diarea perumahan yang nyaman dan aman dan
kondusif. Di wilayah Kelurahan Serua, Bojongsari Depok. Nama
Gemintang berasal dari kata jamak bintang yang banyak di luar
76
angkasa, diharapkan akan ada banyak anak yang berpotensi di
sekolah dan menjadi bintang yang masa mendatang. KB TK
Gemintang memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang menanamkan
dasar pembentukan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan
anak dalam inovasi kemajuan zaman, pada lingkungan dan
suasana yang menyenangkan.
b. Misi
1) Memberikan program pendidikan yang berkualitas dan
memenuhi standar nasional.
2) Memberikan kesempatan pada anak menikmati masa
bermainnya secara aman, nyaman dan menyenangkan.
3) Mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai moral dalam
pembentukan karakter dan jiwa pemimpin anak.
4) Mengembangkan rasa percaya diri, rasa ingin tahu, dan
kreatifitas anak melalui kegiatan yang berpusat pada anak
(Children Center).
2. Deskripsi Data Penelitian
Hasil data-data yang didapat dari lapangan mengenai
“perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun (studi kasus di
KB TK Gemintang, Bojongsari Depok)”, menunjukkan seperti di
bawah ini:
77
a. Pengaruh Perkembangan Kemandirian anak usia 3 – 4
tahun
1) SA
Orangtua memiliki pengaruh yang dominan terhadap
perilaku keseharian SA saat berada disekolah dan dirumah.
Ia selalu ingin ditemani dan didampingi saat berkegiatan
disekolah. SA minta digendong saat masuk kekelas, Sikap
ketergantungan nya terlihat Saat Ibu diam-diam
meninggalkan SA langsung menangis dan merengek
sehingga membuat Ibu tidak tega dan datang kembali pada
SA. (CP.SA.SK.01).
SA belum dapat berinteraksi dengan teman-temannya, SA
terlihat hanya bermain sendiri dan tidak mau meminjamkan
mainannya pada temannya. Dan saat Ibu mengancam untuk
meninggalkannya, SA kembali merengek dan tidak mau ditinggal
ibunya. (CP.SA.SK.01).
SA belum dapat mengendalikan diri yang terlihat saat
SA langsung memukul temannya dan merasa tidak nyaman
dengan temannya yang berisik dikelas, Ketika diarahkan
guru untuk meminta maaf SA tidak mau dan Ibu kembali
mengancam untuk meninggalkannya saat SA tidak mau
meminta maaf. (CP.SA.SK.01).
78
Ibu melayani SA saat kegiatan makan, SA diambilkan
tas, disiapkan bekal makannya dan langsung menyuapi SA.
Hal yag sama juga terjadi saat diantar oleh nenek kesekolah.
(CP.SA.SK.03).
Nenek membuat SA ketergantungan saat dirumah
dengan menuruti SA yang minta diambilkan susu dan minta
dibukakan pakaiannya saat akan mandi. ketika SA bersikap
manja, ia terlihat mulai merengek dan merasa cemburu pada
adiknya,saat ibu akan menyusui adiknya Ibu langsung
memberikan ponsel untuk SA agar tenang dan tidak
mengganggu. (CP.SA.RM.02).
Sambil menyuapi SA, Nenek juga hanya mengajak
main SA di sekitar pekarangan rumah, dan menakuti-nakuti
SA saat ingin main keluar rumah. Hal ini membuat SA
kurang berinteraksi dengan lingkungan diluar rumah.
(CP.SA.RM.02).
Saat peneliti datang juga terlihat SA masih
memerlukan motivasi untuk bertanggung jawab, terlihat saat
SA tidak mau membereskan mainannya saat ibunya menyuruh
untuk merapihkan mainannya, dan malah mencari perhatian
dengan melempar-lempar mainannya. (CP.SA.RM.02).
79
SA adalah cucu pertama dari nenek, dan selalu
dituruti setiap keinginan SA, seperti membelikan es krim dan
membawakan mainan baru. (CW.02.NE.SA).
Nenek selalu memberikan bantuan pada SA untuk
merapihkan mainan, saat SA beralasan capek dan tidak mau
merapihkan mainan yang telah dimainkannya.
(CW.02.NE.SA).
Dan saat SA merengek minta sesuatu pada nenek,
SA selalu mendapatkan apa yang ia mau, karena nenek
tidak tega padanya. (CW.02.NE.SA).
Walaupun SA mulai nyaman saat bermain di sekolah,
namun sang nenek selalu mendampinginya disekolah.dan
terkadang nenek sering membantu SA menyelesaikan
kegiatan yang diberikan guru. (CW.G.KS.01).
Namun saat guru mengarahkan SA untuk membereskan
mainan setelah selesai, SA mulai mau bertanggung jawab
meskipun dengan bantuan guru saat berkegiatan disekolah.
2) GE
Motivasi yang diberikan Ibu membuat GE mulai mau
masuk kelas, membuka sepatu sendiri dan menyimpannya
tanpa dibantu oleh ibunya. Ibu langsung memberinya pujian
kepada GE. (CP.GE.SK.01). Saat masuk kelas GE langsung
80
mengarahkan diri nya untuk bergabung dengan teman-temannya
dan bermain bersama. (CP.GE.SK.01).
GE mencoba menjalin komunikasi dengan temannya saat
akan meminjam mainan yang dipegang temannya. Sambi mengajak
guru untuk main bersama GE. Sikap GE menunjukkan mau
berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. (CP.GE.SK.01).
Sikap tanggung jawab GE muncul saat guru memberi
arahan untuk selesai saat main, dan GE langsung membereskan
mainannya.GE meletakkan kembali mainannya kedalam rak
mainan. (CP.GE.SK.01).
GE bersemangat melakukan kegiatan fingerpainting. Dan
dapat mememunculkan sikap kreatif yang terlihat dengan
mengutarakan kemauannya dalam memilih warna dan langsung
mengarahkan tangannya ke wadah cat. (CP.GE.SK.01).
Rasa tanggung jawab GE juga ditunjukkan saat selesai
kegiatan fingerpaint, GE langsung mencuci tangannya tanpa
disuruh, GE langsung begegas kearah tempat cuci tangan.
(CP.GE.SK.01).
Sikap tanggung jawab GE juga mulai muncul saat kegiatan
makan, GE dapat mengambil, menyiapkan dan makan sendiri tanpa
dibantu oleh guru. GE pun dapat merapihkan kembali bekal makan
dan tasnya kembali kedalam lokernya. (CP.GE.SK.01).
81
Pengarahan diri GE ditunjukkan saat dirumah GE mau
main sendiri sementara ibunya berada didapur, namun sesekali
memanggil sang ibu, memastikan apa ibu ada atau tidak.
(CP.GE.RM.02)
Ketika ibu memintanya untuk merapihkan mainan dan
memintanya untuk mandi karena sudah sore, GE langsung mau
membereskan mainannya., namun GE meminta untuk
membawakan mainan kesukaannya saat mandi. (CP.GE.RM.02).
GE mulai menunjukan sikap mengarahkan diri, hal ini
terlihat setelah selesai mandi, ibu sudah menyiapkan pakaian untk
GE, namun GE ingin memakai baju pilihannya sendiri, dan sang
ibu menurutinya. (CP.GE.RM.02).
GE diberikan pilihan oleh ibunya saat ingin menoton TV
dengan memberikan remote control pada GE untuk dapat
menyalakan TV sendiri dan menonton acara kesukaannya. Dan
sang ibu dapat menyuapi makan GE dengan tenang. Namun GE
mulai insitaif untuk meminta pegang sendok dan mencoba makan
sendiri. Sikap ibu hanya menuruti keinginan anaknya.
(CP.GE.RM.02).
GE mulai diarahkan untuk mengarahkan diri, terlihat saat
selesai makan GE ditawari ibunya untuk main sepeda keluar
rumah, dengan semangat GE langsung mau dan bergegas
mengambil sepedanya. (CP.GE.RM.02).
82
Peneliti mendapatkan hasil wawancara dengan ibu jika GE
adalah anak pertama dan cucu pertama dari Ibu, dan keseharian
selalu ditemani ibu tanpa bantuan asisten rumah tangga. GE selalu
didampingi saat main, mandi, dan menonton televisi serta saat
bermain keluar rumah. Namun terkadang GE bersikap kesal saat
ada rutinitas pagi bersama ayahnya yang terlewat yaitu berkeliling
komplek sebelum ayah berangkat kekantor.
B. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Perkembangan Kemandirian anak usia 3-4 tahun
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap “Perkembangan
Kemandirian anak usia 3-4 tahun (Studi Kasus di KB TK
Gemintang),” bahwa orangtua dan lingkungan mempengaruhi
kemandirian masing-masing anak. Walaupun SA dan GE memiliki
kesamaan sebagai anak pertama dan cucu pertama, namun
memilki perbedaan dalam hal perkembangan kemandirian.
Kemandirian pada anak mulai berkembang diusia 3 – 4
tahun atau ketika anak memasuki tahapan autonomy vs shame and
doubt menurut teori perkembangan psikososial Erikson. Ketika
memasuki tahapan ini, anak mulai merasa kalau dirinya sudah
besar dan berusaha untuk melepaskan diri dari Caregiver atau
orang – orang yang dekat dengan mereka dengan cara menjadi
mandiri. Bentuk kemandirian anak ditahapan ini biasanya
ditunjukkan dengan adanya penolakan terhadap bantuan yang
83
ditawarkan. Misalnya menolak dibantu saat berpakaian, ingin
makan sendiri meskipun ada yang tercecer, ingin membereskan
mainan sendiri meskipun belum rapi benar, ingin jalan sendiri dan
lain semacamnya (Papalia, Ods, & Feldman, 2009).
Keseharian sikap dan perilaku SA dipengaruhi oleh orangtua
dan lingkungannya,SA selalu dibantu dan di dampingi dalam setiap
kegiatan yang dilakukan disekolah maupun dirumah, seperti pada
saat makan, mandi dan membereskan mainannya. Ibu dan Nenek
selalu ada di dekat SA setiap saat.
SA bersikap ketergantungan saat berada disekolah, ia selalu
minta didampingi oleh ibu atau neneknya, saat pendamping
berusaha untuk meninggalkannya, SA merengek dan menangis
tanpa bisa dibujuk, dan membuat pendamping tidak tega untuk
meninggalkannya dan kembali menemani SA di sekolah.
Sikap orangtua yang selalu membantu menyelesaikan
kegiatan yang diberikan oleh sekolah membuat SA menjadi kurang
kreatif, dan belum dapat mengarahkan diri.
Menurut Sutari Imam Barnadib dalam Yamin (2010:90)
kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu
mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan
dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali dan Yamin
84
(2013:91) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat
untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.
Pribadi yang mandiri menurut Dowling dalam Yamin
(2013:92) adalah kemampuan hidup yang utama dan salah satu
kebutuhan setiap manusia diawal usianya. Anak meskipun usianya
masih sangat muda namun diharuskan memiliki pribadi yang
mandiri, alasan mengapa hal ini diperlukan karena ketika anak
terjun di luar rumah sudah tidak tergantung kepada orangtua,
Misalnya ketika anak sudah mulai sekolah, orangtua tidak perlu
selalu menemani anak setiap saat.
SA selalu disuapi oleh orangtuanya, Nenek juga hanya
mengajak main SA di sekitar pekarangan rumah, dan menakuti-
nakuti SA saat ingin main keluar rumah. Hal ini membuat SA
kurang berinteraksi dengan lingkungan diluar rumah dan tidak
dapat menentukan pilihannya sendiri.
Menurut Bachruddin Musthafa dalam Susanto (2017:35)
kemandirian merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan dan
menerima konsekuensi yang menyertainya. Kemandirian pada
anak-anak terlihat ketika anak menggunakan pikirannya sendiri
dalam mengambil berbagai keputusan.
Dalam upaya mendorong tumbuhnya kemandirian anak usia
dini, Bachrudin Musthafa dalam Susanto (2017:36) menyarankan
agar orangtua dan guru perlu memberikan berbagai pilihan dan
85
memberikan gambaran kemungkinan konsekuensi yang menyertai
pilihan yang diambilnya.
Berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh GE. Hal ini
terlihat saat motivasi yang diberikan Ibu membuat GE mulai mau
masuk kelas, membuka sepatu sendiri dan menyimpannya tanpa
dibantu oleh ibunya. Ibu langsung memberinya pujian kepada GE.
Saat masuk kelas GE langsung mengarahkan diri nya untuk bergabung
dengan teman-temannya dan bermain bersama.
GE bersemangat melakukan kegiatan fingerpainting. Dan dapat
mememunculkan sikap kreatif dan percaya diri yang terlihat dengan
mengutarakan kemauannya dalam memilih warna dan langsung
mengarahkan tangannya ke wadah cat.
Menurut Zimmerman yang dikutip oleh Tiilman dan Weiss, dalam
Susanto (2017:37) bahwa anak yang mandiri itu adalah anak yang
mempunyai kepercayaan diri dan motivasi intrinsik yang tinggi.
Zimmerman yakin bahwa kepercayaan diri dan motivasi intrinsik tersebut
merupakan kunci utama bagi kemandirian anak. Dengan kepercayaan
dirinya, anak berani tampil dan menentukan pilihan sendiri, sementara itu
motivasi intrinsic atau motivasi bawaan dapat membawa anak untuk
berkembang lebih cepat, terutama perkembangan otak atau kognitifnya.
Anak yang memilki motivasi yang tinggi dapat terlihat dari perilaku yang
aktif, kreatif, dan memiliki sifat ingin tahu (curiosity) yang tinggi. Anak
86
tersebut biasanya selalu banyak bertanya dan serba ingin tahu, selalu
mencobanya, mempraktikkannya, dan memcoba sesuatu yang baru.
GE diberikan pilihan oleh ibunya saat ingin menoton TV dengan
memberikan remote control pada GE untuk dapat menyalakan TV sendiri
dan menonton acara kesukaannya. Dan sang ibu dapat menyuapi makan
GE dengan tenang. Namun GE mulai insitaif untuk meminta pegang
sendok dan mencoba makan sendiri. Sikap ibu hanya menuruti keinginan
anaknya.
Untuk mendorong pertumbuhan dan kemadirian anak, Tracy Hogg
dan Melinda Blau dalam bukunya” Secrets of the Baby Whisperer for
Toddlersa” memperkenalkan konsep baru yang disebut dengan HELP
(Hold your self back, Encourage exploration, Limit, and Praise),
menjelaskan lebih lanjut bahwa dengan menahan diri kita sebagai orangtua
akan banyak mengumpulkan informasi, dengan memperhatikan,
mendengarkan, dan menyerap seluruh gambar untuk menentukan karakter
anak sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan dan memahami proses
respons anak tersebut pada lingkungan sekitar. Dengan menahan diri, kita
juga dapat mengirimkan sinyal bahwa ia kompeten dan kita mempercayai
anak melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya (Susanto, 2017:42).
GE adalah anak pertama dan cucu pertama dari Ibu, dan keseharian
selalu ditemani ibu tanpa bantuan asisten rumah tangga. GE selalu
didampingi saat main, mandi, dan menonton televisi serta saat bermain
keluar rumah.
87
Susanto (2017:43) menyebutkan kegiatan membatasi (limit),
orangtua melakukan perannya sebagai orang dewasa, menjaga anak dalam
batas aman, membantunya membuat pilihan yang tepat, dan melindungi
anak tersebut dari situasi berbahaya baik secara fisik maupun secara
emosional. Kegiatan ini merupakan cara orangtua untuk memberikan
contoh kepada anak agar dapat menjalani kehidupan.
Pujian (praise) dapat memberikan pembelajaran yang telah
diberikan, pertumbuhan, dan perilaku yang bermanfaat bagi anak ketika
memasuki dunia dan berinteraksi dengan anak-anak, serta orang dewasa
lainnya. Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi pujian
dengan benar, ia semakin terdorong untuk belajar lebih, dan dapat
menikmati kerjasama yang terjalin antara dirinya dengan orangtuanya.
Anak yang biasa diberikan pujian dengan benar dapat lebih menerima
masukan dari orangtuanya. Pujian hanya diberikan jika anak telah
melakukan pekerjaan dengan baik. Tujuan pujian, bukanlah untuk
membuat anak senang, melainkan untuk menekankan bahwa pekerjaan
yang telah dilakukan dengan baik. Dengan pujian, anak akan tahu ia telah
melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Kasih sayang dan cinta yang
proporsional merupakan unsur penting menjadi orangtua. Rasa dicintai dan
disayangi membuat anak merasa aman dan ingin menyenangkan
orangtuanya.
Itulah temuan peneliti terhadap perkembangan kemandirian
anak usia 3-4 tahun, menurut peneliti SA belum dapat
88
memaksimalkan perkembangan kemandiriannya meskipun ia
sudah masuk kesekolah. Kurangnya kemandirian SA dipengaruhi
oleh pola asuh yang diberikan oleh orang tua SA dirumah yang
membuat SA begitu ketergantungan dan kurang percaya diri,
terlihat dari tindakannya pada saat peneliti melakukan pengamatan
dan jawaban yang diberikan ibu, nenek dan guru di sekolah pada
saat peneliti melakukan wawancara, yang juga menjadi salah satu
informan dalam penelitian ini.
Sementara GE mulai tumbuh perkembangan
kemandiriannya, karena GE diberi motivasi dan dukungan dari
orangtua dan gurunya, GE dibiarkan untuk mencoba mengerjakan
segala sesuatu saat berkegiatan di rumah dan disekolah. Orangtua
dan guru melatih GE untuk dapat mengungkapkan perasaan dan
keinginannya. Dengan cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan
teman sebayanya. Kemandirian GE pun mulai tumbuh terlihat dari
tindakannya pada saat peneliti melakukan pengamatan dan
jawaban yang diberikan ibu dan guru di sekolah pada saat peneliti
melakukan wawancara, yang juga menjadi salah satu informan
dalam penelitian ini. terlihat dari tindakannya pada saat peneliti
melakukan pengamatan dan jawaban yang diberikan ibu, nenek
dan guru di sekolah pada saat peneliti melakukan wawancara, yang
juga menjadi salah satu informan dalam penelitian ini.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perkembangan
Kemandirian anak usia 3-4 tahun (Studi Kasus di KB TK Gemintang,
Bojongsari Depok).” Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut: Perkembangan kemandirian SA belum berkembang dengan
baik, meskipun usia SA sudah dapat di stimulasi kemandiriannya.
Namun orangtua membuat SA belum mampu memutuskan dan
menentukan pilihan sendiri, belum dapat percaya diri dan bersikap
ketergantungan pada orangtuanya, terbukti dari keseharian SA saat
dengan teman-teman dan guru-guru di sekolah, Pola asuh orangtua
dan lingkungan terdekat mempengaruhi perkembangan kemandirian
anak .
Sementara sikap dan perilaku GE mulai menunjukkan
perkembangan kemandirian, terlihat pada keseharian GE yang mulai
mau menentukan pilihan, bertanggung jawab, percaya diri dan
mengarahkan dirinya dalam berkegiatan di rumah dan di sekolah.
Peran orangtua membantu memaksimalkan perkembangan
kemandirian GE.
Dapat dipahami bahwa setiap anak itu cenderung untuk mandiri
dan memilki potensi mandiri. Hal tersebut karena setiap anak
90
dikaruniai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuanya itu
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat, serta struktur yang berlainan
pada tiap fase-fase perkembangannya. Selain itu, kemandirian anak
juga sangat dipengaruhi oleh perlakuan orangtua atau saudara-
saudaranya dalam keluarga. Anak yang diawasi secara ketat, banyak
dicegah atau selalu dilarang dalam setiap aktivitasnya dapat berakibat
patahnya kemandirian anak. Sikap yang bijak dan perlakuan yang
wajar pada anak dapat memicu tumbuhnya kemandirian anak.
Orangtua yang terlalu protektif pada anaknya, terlalu mengawasi anak,
anak banyak dicegah, dengan alasan takut kotor, takut merusak, atau
kekhawatiran terjadi kecelakaan, pada akhirnya bisa berdampak pada
anak. Bermaksud untuk melindungi atau menjaga anak, tetapi malah
membuat anak menjadi penakut, kurang percaya diri, serta serba
ketergantungan pada orang lain.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai sumbangsih pemikiran penulis untuk dijadikan
bahan masukan dan arahan oleh orang tua ataupun guru dalam
menstimulasi perkembangan sosial bagi anak usia dini.
1. Bagi Guru
Guru merupakan orangtua kedua yang ikut serta berperan dalam
memberikan pendidikan kepada anak, guru juga memiliki tanggung
jawab atas perkembangan kemandirian anak selama anak di
91
sekolah. maka dari itu, peran guru juga sangat berpengaruh dalam
perkembangan anak supaya berkembang secara optimal.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua merupakan orang yang paling pertama dalam
memberikan pengasuhan dan pendidikan kepada anak sampai
dewasa, orang tua juga orang yang memiliki tanggung jawab
paling besar dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan
kepada anaknya sampai dewasa, oleh karena itu peran dari orang
tua sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak supaya anak dapat berkembang secara optimal.
3. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini juga memiliki peran yang
sangat penting sebagai wadah atau tempat untuk membantu anak
didik berkembang dengan baik, guru di sekolah dapat mencatat apa
saja yang telah dilakukan oleh anak dalam keseharian nya dan juga
memberikan perhatian kepada peserta didiknya. Agar terlihat
peningkatan perkembangan yang sudah di capai oleh anak, guru
juga harus menjalin hubungan baik dengan orang tua dan bekerja
sama dengan baik oleh orang tua dirumah supaya pendidikan yang
sudah diberikan di sekolah dapat seimbang dengan pendidikan di
rumah.
92
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain juga memiliki peran penting dalam perkembangan anak
supaya berkembang secara optimal, karena saat peneliti lain yang
akan melakukan penelitian, peneliti lain juga ikut serta dalam
mendidik dan memberikan stimulasi kepada anak usia dini.
93
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti dkk. 2014. Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Alwi, Hasan. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Arikunto, S. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arowana, A. 2016. Calon Mahasiswa Diantar Orangtua, Bukti Turunnya
Kemandirian. (http://malangvoice.com/calon-mahasiswa-diantar-orangtua-bukti-turunnya-kemandirian/, diakses pada 15 Juni 2016).
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2009. Manajemen Strategi Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), Yogyakarta: Diva press. Diane E. Papalia, Sally Wendkos Olds, Ruth Duskin Feldman, 2009.
Human Development (Psikologi Perkembangan), Terj. A.K. Anwar, Jakarta: Kencana.
Dimyati, Johni, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya
Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana. Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Nurinhasan, Juntika. 2007. Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
RI, 2013. Pedoman Umun Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Rahman, Hilbana S. 2002. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Grafindi Litera Media. Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup
(edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Sevilla, Consuelo G. dkk. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI
Press.
94
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Solehuddin, M. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Depdikbud-FIP IKIP.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Yuliani, Nurani, 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks.
Sunaryo, Kartadinata. 1988. Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Prilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung:UPI.
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini:Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana. ______________. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori).
Jakarta: Bumi Aksara. Suyadi, Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar Paud. Bandung: Remaja
Rosda Karya. Suyanto, Slamet.2003. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Depdiknas. Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Jakarta:
PT Raja Grafindo. Vitahafyan. 2011. Pengembangan Kemandirian Peserta Didik.
http://www.vitahafyan.blogspot.com Widarmi D, Wijaya, dkk. 2010. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Unversitas Terbuka. Wiyani, N. A. 2012. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orangtua dan
Guru Dalam Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
___________. 4102. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Gava Media. __________. 2016. Konsep Dasar Paud. Yogyakarta: Gava Media.
95
Yamin, Martinis dan Jamilah Sabri Sanan. 2013. Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Referensi.
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
96
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
GURU SEKOLAH (G)
1. Dengan siapa biasanya anak diantar kesekekolah?
2. Bagaiman ekspresi anak saat awal datang kesekolah ?
3. Diarea mana anak tersebut merasa nyaman disekolah ?
4. Kegaiatan apa yang paling digemari anak disekolah ? Mengapa?
5. Kepada siapa saja anak berinteraksi disekolah ?
6. Apakah anak mau berinteraksi dengan temannya?
7. Bagaimana sikap anak saat mengerjakan aktifitas kegiatan
disekolah?
8. Apakah anak bertanggungjawab akan tugas yang diberi ?
9. Pada saat kapan anak mulai menunjukkan rasa kemandiriannya ?
10. Bentuk penguatan apa yang diberikan guru terhadap
perkembangan kemandirian anak disekolah ?
97
PEDOMAN WAWANCARA
ORANGTUA (OT)
1. Dengan siapa keseharian anak dirumah?
2. Kegiatan rutin yang biasa dilakukan anak dirumah?
3. Bagaimana kemandirian anak dirumah ?
4. Bagaimana sikap orangtua terhadap anak saat melakukan
kegiatan dirumah ?
5. Kegiatan yang paling disukai anak saat dirumah ?
6. Saat kapan orangtua mulai memberikan tanggung jawab
kepada anak ?
7. Bagaimana sikap anak tersebut terhadap tanggung jawab
yang diberikan ?
8. Pada saat kapan biasanya anak membutuhkan bantuan
dirumah ?
9. Adakah kendala orangtua dalam menghadapi perilaku anak
dirumah?
10. Bagaimana sikap orangtua terhadap tanggung jawab yang
diberikan pada anak ?
98
PEDOMAN WAWANCARA
ORANG TERDEKAT (NE/KE)
1. Sesering apa bertemu dengan anak ? bagaimana reaksi
anak saat bertemu?
2. Bagaimana sikap anda terhadap perilaku anak tersebut ?
3. Adakah kesepakatan yang dibuat antara orangtua dengan
orang terdekat terkait tentang aturan yang berkaitan dengan
anak ?
4. Bagaimana sikap anak jika orang terdekat memberikan
tanggung jawab ? misal : merapihkan mainan, dst.
5. Bagaimana sikap orang terdekat terhadap tanggung jawab
yang diberikan pada anak ?
6. Adakah kendala orang terdekat dalam menghadapi perilaku
anak dirumah?
99
KISI – KISI PEDOMAN OBSERVASI
PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
NO ASPEK YANG DIAMATI
1. Percaya diri
2. Menentukan pilihan (inisiatif)
3. Mengarahkan diri
4. Ketergantungan
5. Komunikasi
6. Interaksi
7. Penyesuaian diri
8. Kerjasama
9. Pengendalian diri
10. Tanggung jawab
11. Kreatif
100
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI
LOKASI dan LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
KODE : CP.SA.SK.01
HARI/TANGGAL : SENIN / 15 JANUARI 2018
TEMPAT : SEKOLAH
WAKTU : 10.00 – 12,00
N
O
ASPEK YANG
DIAMATI
CODE KATEGORI TEMA
KEMANDIRIAN
1. SA : meminta
untuk
digendong oleh
ibunya saat
turun dari mobil
untuk
memasuki area
sekolah.
IB : menuruti
kemauan SA
Anak bersikap
manja dengan
ibunya dan
ibunya selalu
menuruti
keinginan SA
Anak
mendominasi
keinginannya
ketergantungan
2. SA : saat
disapa
Anak tidak mau
dan ragu
Kurangnya
kepercayaan
Kurang percaya
diri
101
guru,Tidak
mau masuk
kelas tanpa di
dampingi ibu,
akhirnya
ibunya ikut
masuk
kedalam kelas
sambil
membawakan
tas SA dan
menuruti
keinginan SA
masuk kelas
tanpa
didampingi ibu,
dan akhirnya
ibunya ikut
masuk kelas
dan menuruti
keinginan SA
diri saat
disekolah
3. SA : sambil
digendong oleh
ibunya,
langsung
menuju dan
duduk di area
playground
namun masih
terlihat belum
nyaman
Anak langsung
ditentukan
pilihan
mainannya
oleh ibunya
tanpa ditanya
terlebih dahulu
keinginan si
anak yang
masih terlihat
Anak tidak
diberi
kesempatan
menentukan
pilihan
Kurang
penentuan
pilihan
102
dikelas.
GU: meminta
anak
mengambil
mainan yang
SA inginkan
IB : langsung
mengambilkan
box berisi
mainan mobil-
mobilan.
belum nyaman
dikelas
4. SA :
memainkan
mainan sendiri
dekat IB dan
saat ada
temannya
datang
mendekat, SA
terlihat tidak
mau
meminjamkan
mainan dengan
Anak belum
mau
berinteraksi
dengan
temannya yang
ingin
meminjam
mainan dari SA
SA belum
berinteraksi
dengan teman
Kurang
interaksi
103
temannya.
IB : “ main
sama-sama ya,
atau bunda
pulang?”,
akhirnya SA
hanya
merengek
untuk tidak
ditinggal.
5. SA : terlihat
asyik
berkeliling-
keliling kelas
sendiri saat
teman yang
lain
melakukan
kegiatan
senam
bersama.
IB : duduk
Anak tidak mau
melakukan
kegiatan
senam
bersama
sesuai arahan
guru dan asyik
dengan
kegiatannya
sendiri
Belum mau
mengarahkan
diri untuk
bergabung
Kurang
Mengarahkan
diri
104
disudut kelas
sambil
memegang
smartphone.
Sambil
sesekali
mengacungkan
telunjuknya
untuk
menyuruh SA
duduk.
6. Saat ibu
mencoba
meninggalkan
SA secara
diam-diam, SA
melihat dan
langsung
merengek
untuk tidak
pergi. Ibunya
bilang “
makanya
SA sedih saat
akan ditinggal
oleh Ibunya
diam-diam dan
masih
ketergantungan
oleh
keberadaan ibu
SA
ketergantungan
dengan ibunya
ketergantungan
105
duduk manis,
kalau tidak
bunda pergi”.
7. SA terlihat
memukul
temannya saat
ada temannya
yang berisik
dan berkata “
jangan berisik
“. Guru
langsung
mengarahkan
SA untuk minta
maaf, namun
SA tidak mau
minta maaf.
Saat itu Ibunya
kembali
mengancam “
kalo ngga good
bunda pulang
ya….”. dan SA
SA bermaksud
baik namun
tidak dapat
mengendalian
diri sehingga
memukul
temannya
secara
spontan.
SA kurang
pengendalian
diri dalam
emosi
Kurang
pengendalian
diri
106
akhirnya mau
minta maaf
8. Sambil
merengek, SA
meminta
bantuan ibunya
untuk
menyelesaikan
tugas yang
diberikan guru,
dan ibunya
menuruti
kemauan SA
Ibu menuruti
kemauan SA
saat SA
kesulitan
mengerjakan
tugas kegiatan
dikelas
SA
menunjukkan
sikap
ketergantungan
Ketergantungan
9. Saat kegiatan
makan SA
terlihat disuapi
oleh ibunya
tanpa memberi
kesempatan
SA untuk
makan sendiri
Ibu selalu
melayani
kebutuhan
makan SA
dengan
menyuapinya
Perlakuan ibu
membuat SA
ketergantungan
Ketergantungan
10. Saat pulang
ibunya
Ibu selalu
melayani setiap
SA selalu
dilayani
Ketergantungan
107
langsung
membawakan
tas dan
memakaikan
sepatu SA
sambil
digendong.
SA bersikap
mengikuti
perlakuan
ibunya
kebutuhan SA
dengan
memakaikan
sepatu dan
membawakan
tas.
kebutuhannya
108
HASIL OBSERVASI
LOKASI dan LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
KODE : CP.GE.SK.01
HARI/TANGGAL : SELASA / 16 JANUARI 2018
TEMPAT : SEKOLAH
WAKTU : 10.00 – 12.30
N
O
ASPEK YANG
DIAMATI
CODE KATEGORI TEMA
KEMANDIRIAN
1. GE : sembunyi
dibalik IB saat
awal datang
kesekolah, saat
dibujuk IB
dengan
kesepakatan
GE mau masuk
kelas
IB : membujuk
untuk masuk
kelas dengan
menawarkan
GE ragu saat awal
datang kesekolah
dan Ibunya
membujuk dengan
kesepakatan yang
dibuatnya
Anak mulai
percaya diri
Percaya diri
109
kesepakatan
pada GE
2. GE : melepas
dan
menyimpan
sepatu sendiri
sesuai
tempatnya
IB : memberi
pujian kepada
GE, sambil
bilang “ anak
pintar nanti
mamy jemput
lagi ya?”
GE mulai mau
menyesuailkan diri
dengan lingkungan
sekolah dengan
mau menyimpan
tas sendiri
GE mulai
dapat
menyesuaikan
diri
Penyesuaian
diri
3. GE : langsung
bergabung
dengan teman
dan memilih
sendiri mainan
yang akan ia
mainkan.
GE dapat
mengarahkan diri
menuju teman-
taman dan area
mainan
GE
mengarahkan
diri untuk
main bersama
Mengarahka
n diri
4. GE : meminta GE GE mau Komunikasi
110
ijin pada
temannya saat
ingin
meminjam
mainan dekat
temannya .
“boleh aku
pinjam ini?”
mengkomunikasika
n keinginan untuk
meminjam mainan
berkomunikasi
untuk sesuatu
hal
5. GE : mengajak
guru untuk
main
bersamanya
saat di
playground
GE mulai
melakukan
interaksi dengan
lingkungan sekolah
yaitu dengan
gurunya
Interaksi
terjalin antara
GE dan Guru
Interaksi
6. GE : langsung
merapihkan
mainan saat
guru bilang
“mainnya
selesai”
GE bertanggung
jawab atas mainan
yang ia mainkan
Sikap
tanggung
jawab mulai
muncul
Tanggung
jawab
7. GE :
bersemangat
melakukan
Anak mulai tumbuh
sikap kreatif
melalui kegiatan
Sikap kreatif
mulai tumbuh
Kreatif
111
kegiatan
fingerpainting.
Dan bilang
“aku mau
warna pink”
dan langsung
mengarahkan
tangannya ke
wadah cat
fingerpainting
dikelas
8. GE : langsung
cuci tangan
saat selesai
kegiatan dan
melihat tangan
nya terkena
cat, padahal
guru belum
mengintruksika
n untuk cuci
tangan
GE memiliki sikap
bertanggung jawab
atas dirinya sendiri
dengan mencuci
tangan saat kotor
sebelum mendapat
instruksi guru
Tanggung
jawab diri
muncul
melalui
mencucitanga
n sendiri
Tanggung
jawab
9. GE :
menyiapkan
dan
GE mampu
menyiapkan
peralatan makan
Sikap
tanggung
jawab GE
Tanggung
jawab
112
merapihkan tas
dan
perlengkapan
makannya
sendiri dan
langsung
mencari kursi
yang kosong
dan tas nya sendiri
tanpa
diperintahkan guru
muncul
10. GE : mengikuti
kegiatan
recalling
sebelum
berakhir
kegiatan kelas,
dan saat guru
bertanya
tentang apa
yang dilakukan
dikelas, ia
langsung
menyebutkan
kegiatan hari
ini walaupun
GE mau menjawab
pertanyaan tentang
kegiatan hari ini
yang ditanyakan
guru
GE
komunikatif
dalam
menjawab
Komunikasi
113
tidak secara
urut
114
Lampiran 3
HASIL OBSERVASI
LOKASI dan LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
KODE : CP.SA.RM.02
HARI/TANGGAL : RABU / 17 JANUARI 2018
TEMPAT : RUMAH
WAKTU : 14.00 – 16.30
NO ASPEK YANG
DIAMATI
CODE KATEGORI TEMA
KEMANDIRIAN
1. Saat bangun
tidur SA
langsung
meminta
diambilkan susu
oleh nenek nya,
dan langsung
dibawakan
sebotol susu.
Anak
mendominasi
keinginannya
dan langsung
dituruti oleh
nenek
Anak
mendominasi
keinginannya
ketergantungan
2. Melihat ibu
bersama adik,
SA terlihat
SA bersikap
cemburu
melihat Ibu
SA kurang
pengendalian
diri
Kurang
pengendalian
diri
115
gemas dan
menarik tangan
adik bayinya
saat Ibu sedang
memberi ASI,
dan ibu
langsung
berteriak “
jangan kakak”.
yang sedang
bersama
adiknya dan
bersikap
gemas.
3. Ibunya
langsung
memberikan
Smartphone
agar SA tidak
mengganggu
adik yang
sedang
menyusu. Dan
SA terlihat
senang diberi
smartphone
Ibu
memberikan
pengalihan
smartphone
pada SA
untuk tidak
mengganggu
sang adik bayi
yang sedang
menyusu
Anak
ketergantungan
pada
smartphone
Ketergantungan
4. SA meminta
dibukakan
SA dibukakan
bajunya oleh
SA
ketergantungan
Ketergantungan
116
bajunya saat
ingin mandi dan
nenek
membukakan
baju dan
langsung
menggendong
kekamar mandi
nenek dan di
gendong
menuju kamar
mandi
pada nenek
5. SA disuapi saat
makan sore
oleh nenek
sambil asyik
bermain dan
berkeliling
didalam rumah.
SA selalu
dibantu
kebutuhannya
oleh nenek
dengan
menyuapi
makanan
SA menjadi
kurang mandiri
Ketergantungan
6. SA tidak mau
membereskan
mainannya saat
ibunya
menyuruh untuk
merapihkan
mainannya, dan
SA tidak mau
mengikuti
perintah ibu
untuk
merapihkan
mainan
SA belum
bertanggung
jawab
Belum Tanggng
jawab
117
malah mencari
perhatian
dengan
meilempar-
lempar
mainannya.
7. SA merengek
minta ditemani
ibu saat ingin
main sepeda,
namun ibunya
mengarahkan
agar SA
bermain dengan
nenek dan SA
menuju kearah
nenek
SA ingin
ditemani ibu
saat bermain,
namun ibu
menolak dan
mengarahkan
bermain
dengan nenek
SA
ketergantungan
dengan ibu
Ketergantungan
8. Nenek hanya
menemani SA
bermain sepeda
di area dalam
rumah, padahal
SA ingin
Nenek
melarang SA
saat ingin
berinteraksi
keluar rumah
dengan
SA kurang
berinteraksi
Kurang
interaksi
118
bermain diluar
rumah, sambil
menakut-nakuti
jika bermain
diluar nanti ada
ondel-ondel
bermain
sepeda.
119
HASIL OBSERVASI
LOKASI dan LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
KODE : CP.GE.RM.02
HARI/TANGGAL : KAMIS / 18 JANUARI 2018
TEMPAT : RUMAH
WAKTU : 15.00 – 17.30
NO ASPEK YANG
DIAMATI
CODE KATEGORI TEMA
KEMANDIRIAN
1. GE terlihat
sedang asyik
bermain sendiri
dengan mainan
masak-
masakannya,
sementara Ibu
berada di dapur
GE mau
bermain
sendiri saat
ibunya tidak
dapat
menemaninya
bermain
Anak percaya diri
main sendiri
Percaya diri
2. Ibu meminta
GE
membereskan
mainannya
karena sudah
GE mau
menuruti
perintah
ibunya untuk
membereskan
GE mulai
bertanggungjawab
membereskan
mainan
Tanggung
jawab
120
waktunya
mandi sore,
dan GE
langsung
menuruti
perintah ibu
dan bilang “ aku
bawa boneka
little ponny
mandi juga ya.”
Dan ibunya
mengangguk,
mengiyakan
keinginnya GE.
mainan saat
akan mandi
dengan
membawa
mainan
kesukaannya.
3. GE mencoba
membuka baju
sendiri, dan
menolak saat
ibu ingin
membantu
melepas
bajunya
GE berusaha
mandiri dalam
membuka
baju saat
mandi dan
menolak
bantuan ibu
GE dapat
mengarahkan diri
Mengarahkan
diri
4. Saat selesai GE ingin GE dapat Inisiatif diri
121
ibunya sudah
menyiapkan
pakaian, namun
GE ingin
memakai
pakaian yang
lain dan ibu
menuruti
keinginan GE
memakai
pakaian
sesuai
pilihannya
sendiri
menentukan
pilihan
5. Saat selesai
mandi GE
meminta
kepada Ibu
untuk
menyalakan
televisi, sambil
berkata “ aku
mau nonton
little pony”.
Ibunya
memberikan
remote tv
kepada GE
GE
menentukan
pilihan sendiri
ingin
menonton
acara
favoritnya di
televisi saat
selesai mandi
GE dapat
menentukan
pilihan sendiri
Menentukan
pilihan
122
untuk
menyalakan
sendiri
6. Sambil
menonton
acara televisi
ibu mencoba
menyuapi
makan pada
GE, namun ia
tidak mau
disuapi dan
meminta untuk
pegang sendok
dan makan
sendiri
kemudian
diberikan oleh
ibunya sambil
menasehatinya
untuk berhati-
hati nanti
tumpah.
Keinginan GE
dipenuhi
ibunya saat ia
menolak
disuapi dan
ingin
mencoba
makan sendiri
dengan
arahan untuk
hati-hati agar
tidak tumpah.
GE mulai
mencoba makan
sendiri
Inisiatif
123
7. Ibu GE
menawarkan
padanya apa
GE mau main
sepeda keluar,
dengan
semangat GE
langsung
mengiyakan
tawaran ibunya
Ibu
memberikan
pilihan pada
GE untuk
bermain
sepeda diluar
rumah, dan
GE antusias
Kesempatan
menentukan
pilihan
Menentukan
pilihan
124
Lampiran 4.
HASIL OBSERVASI
LOKASI dan LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
KODE : CP.SA.SK.03
HARI/TANGGAL : RABU / 30 JANUARI 2018
TEMPAT : SEKOLAH
WAKTU : 10.00 – 12,00
N
O
ASPEK YANG
DIAMATI
CODE KATEGORI TEMA
KEMANDIRIA
N
1. SA : Awal
datang
digandeng
tangannya oleh
sang nenek,
sampai masuk
kedalam kelas.
Sambil bilang “
nenek temenin
aku ya. “
NE :
Anak ingin
ditemani sang
nenek saat
sekolah dan
masuk ke dalam
kelas. Dan
nenek menuruti
keinginan anak.
Anak
mendominasi
keinginannya
ketergantunga
n
125
membiarkan
tangannya
terus dipegang
oleh SA dan
menuruti
keinginan
untuk
menemani nya
masuk kelas
2. SA : tidak mau
main bersama
dan terus
berada didekat
nenek.
NE: menyuruh
SA untuk
bergabung
dengan nada
ancaman “ ayo
main sama
teman, kalau
ngga nenek
pulang ya?”
Anak tidak mau
bermain
bersama, lalu
sang nenek
memberi
ancaman untuk
meninggalkanny
a jika SA tidak
mau main
bersam teman
SA menuruti
keinginan
nenek untuk
main bersama
Kurang inisiatif
126
dan akhirnya
SA menuruti
kemauan
nenek
3. SA :
mengabaikan
guru yang
sedang
berbicara dan
asik berlarian
dikelas saat
kegiatan
dilingkaran.
NE : kembali
mengancam
SA “ duduk
ngga, nenek
pulang nih”
SA : “jangan
nek” dan
langsung
duduk
Awalnya SA
mengabaikan
guru dan
berlarian
dikelas, dan
nenek kembali
mengancam SA,
akhirnya SA
duduk .
Anak
mengabaikan
guru
Kurang
pengarahan
diri
4. NE : diam-diam Anak menangis Anak sedih Ketergantunga
127
pergi
meninggalkan
SA tanpa
pamit.
SA : saat sadar
neneknya tidak
ada, ia
langsung
menangis
keras dan
bilang “ Mau
sama nenek”
GU : berusaha
membujuk SA
sambil
menggendong,
namun SA
tetap menangis
saat sadar
neneknya pergi
dan tidak ada
didalam kelas,
dan tetap
menangis saat
dibujuk guru
ditinggal
pendamping
(nenek)
n
5. NE : masuk
kembali dan
langsung
memeluk SA,
Nenek kembali
masuk untuk
menemani SA
sambil
Nenek kembali
menemani SA.
Ketergantunga
n
128
sambil berkata
: “ nenek ada
ko, tadi pipis
sebentar” dan
kembali
menemani.
SA : Langsung
terus minta
digendong oleh
nenek dan
tidak mau
duduk sendiri.
menggendong
dan memangku
SA
6. SA : Rebutan
kursi dengan
temannya dan
tidak mau
mengalah saat
memilih kursi
untuk duduk,
akhirnya
memukul
temannya.
GU : mencoba
SA memukul
teman dan tidak
mau mengalah
saat memilih
kursi untuk
duduk dikelas
dan tidak mau
meminta maaf
SA tidak mau
mengalah dan
meminta maaf
Kurang
pengendalian
diri
129
menenangkan
muridnya,
sambil
memberikan
pilihan kursi
lain. dan
menesehati SA
untuk tidak
memukul.
NE : bersikap
marah pada
SA, sambil
menyuruh SA
untuk meminta
maaf pada
temannya,
namun SA
tidak mau
7. Saat kegiatan
makan SA
langsung
diambilkan dan
disiapkan bekal
NE melayani SA
saat kegiatan
makan,
menyapkan dan
menyuapinya
Perlakuan
nenek
membuat SA
ketergantunga
n.
Ketergantunga
n
130
makan oleh
neneknya.
NE : langsung
menyiapkan
dan menyuapi
SA.
8. Saat pulang
nenek
langsung
mengambilkan
tas dan
memakaikanny
a ke punggung
SA. Sambil
membawa
sepatu
SA : meminta
gendong saat
keluar kelas
dan menuju ke
mobil
Nenek
mengambilkan
dan
memakaikan tas
dan
menggendog SA
saat pulang
sekolah
SA selalu
dilayani nenek
Ketergantunga
n
131
HASIL OBSERVASI
LOKASI dan LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
KODE : CP.GE.SK.03
HARI/TANGGAL : SELASA / 16 JANUARI 2018
TEMPAT : SEKOLAH
WAKTU : 10.00 – 12.30
N
O
ASPEK YANG
DIAMATI
CODE KATEGORI TEMA
KEMANDIRIAN
1. GE : sambil
digandeng oleh
Ibunya, langsung
bilang “ mau
ditemani mamy
sebentar”
MY : “ boleh, tapi
10 menit aja ya?”.
GE mengangguk
dan langsung
masuk kelas
GE meminta
untuk di
temani mamy,
dan mamynya
mau
menemani
dengan
kesepakatan
waktu.
Anak masih
kurang percaya
diri diawal
masuk
Kurang
Percaya diri
2. GE : duduk
disebelah Ibu dan
GE masih
ragu untuk
GE masih ragu -
ragu
Ragu-ragu
132
sambil menunjuk
mainan, dan
bicara ke ibunya “
boleh ambil
mainan yang itu”
GU : menjawab “
tentu boleh, yuk
kita main sama-
sama”
MY : hanya
senyum dan
mengangguk
tanpa bersuara.
memainkan
mainan
dikelas dan
meminta
persetujuan
mamynya,
3. GU : berkata “ GE
sudah 10 menit,
mamy boleh
keluar ya?”, dan
GE langsung
bilang “ tapi nanti
mamy jemput aku
lagi? “
MY : “ ya nanti
pasti dijemput
GE mau
ditinggal oleh
mamy nya
saat
diyakinkan
nanti pulang
dijemput
kembali.
GE mulai
percaya diri
Percaya diri
133
mamy lagi,
sekarang mamy
pulang dulu ya?”.
GE : tidak sedih
saat melihat
mamy nya pergi
meninggalkannya
.
4. GE : meminta ijin
pada temannya
saat ingin
meminjam
mainan dekat
temannya . “boleh
aku pinjam ini?”
GE
berkomunikas
i saat ingin
pinjam
mainan
dengan
temannya
GE mau
berkomunikasi
Komunikasi
5. GE : tidak mau
memakai baju
lukis saat
kegiatan melukis,
dan berkata : “aku
ngga suka pake
baju itu”
GE bicara
tidak suka
memakai baju
lukis saat
kegiatan
melukis.
GE
mengungkapka
n keinginannya
Komunikasi
134
GU : “ ya sudah,
tapi hati2 nanti
catnya kena
bajunya GE ya”.
6. GE : segera
mencuci tangan
saat terkena cat
dan tidak mau
menyelesaikan
kegiatan
mengecatnya.
GU : membujuk
GE untuk
menyelesaikan,
atau jika sudah
selesai meminta
untuk merapihkan
sesuai
tempatnya.
GE : menuruti
guru untuk
merapihkan
kertas dan alat
gambarmya
GE tidak suka
tangannya
kotor, namun
mau muruti
guru untuk
merapihkan
alat
gambarnya.
GE bertanggung
jawab
merapihkan alat
gambar
Tanggung
jawab
135
7. GE : menyiapkan
dan merapihkan
tas dan
perlengkapan
makannya sendiri
dan langsung
mencari kursi
yang kosong
GE mampu
menyiapkan
peralatan
makan dan
tas nya
sendiri tanpa
diperintahkan
guru
Sikap tanggung
jawab GE
muncul
Tanggung
jawab
8. GE : saat
kegiatan makan
selesai, ia
bertanya “ mamy
udah jemput?”
GU :” belum, kan
kelasnya belum
selesai, nanti
pasti dijemput.”
GE : sambil
digandeng Guru,
GE kembali
bergabung
dengan teman-
temannya.
GE
menanyakan
Ibunya, saat
diberi arahan
Gurunya, GE
mau
bergabung
kembali
dengan
teman-teman.
GE dapat
mengendalikan
diri
Pengendalia
n diri
136
Lampiran 5.
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
KODE : CW.G.KS.01
Identitas Informan
Nama : Shella Puspitasari, M.M.
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hari/Tanggal : Senin / 8 januari 2018
Perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun (kelompok bermain)
NO REALITA DATA CODE KATEGORI TEMA
1 P : Dengan siapa
biasanya SA
diantar
kesekolah?
G : biasanya SA
paling sering
diantar
kesekolah
dengan
neneknya tapi
terkadang diantar
bundanya
Saat
kesekolah
biasanya SA
paling serin
diantar oleh
Nenek, namun
sesekali
dengan
bundanya
SA sering
ditemani
nenek
Pendampingan
2 P: bagaimana
ekspresi dan
SA kelihatan
mengantuk
Sikap belum
dapat
Kurang
mengarahkan
137
reaksi SA saat
awal datang?
G : saat awal
datang SA
keliatan masih
mengantuk dan
kurang semangat
saat datang, tapi
mau senyum dan
salam saat
disapa kakak
guru.
dan belum
bersemangat,
namun mau
senyum dan
salam dengan
guru
mengarahkan
diri
diri
3 P : apakah SA
langsung mau
ditinggal oleh
pendamping saat
masuk kelas?
G : SA nggak
mau jauh dari
pendamping,
apalagi ditinggal.
Jadi sepanjang
kelas selalu
SA tidak mau
berpisah jauh
dengan
pendamping
dari rumah,
dan selalu
didampingi
sepanjang
kelas
berlangsung
SA kurang
percaya diri
Kurang percaya
diri
138
ditemani
4 P : pernah
dicoba untuk
ditinggal didalam
kelas tanpa
pendamping dari
rumah?
Bagaimana
reaksi SA?
G : pernah waktu
masa adaptasi
sekolah selesai
dan anak murid
harus
dimandirikan,tapi
si SA nangis
kejer-kejer
sepanjang
kelas,akhirnya
ibu atau
neneknya ga
tega, dan masuk
kelas.
SA bersikap
menolak untuk
ditinggal
dikelas tanpa
pendamping
dan menangis
keras
SA selalu
minta
didampingi
Ketergantungan
139
5 P : diarea mana
biasanya SA
merasa nyaman
saat disekolah ?
G : SA itu
senengnya
diarea indoor
playground,
karena disana
ada mainan
dinosaurus dan
dia seneng
banget.
SA merasa
nyaman saat
berada diarea
indoor
playground
dan bermain
mainan
dinosaurus
SA merasa
nyaman di
indoor
playground
Pengarahan diri
6 P : Saat kegiatan
apa dikelas
biasanya
perhatian SA
mau dialihkan?
G : sebenernya
SA seneng
banget saat
opening time,
tapi karena
SA senang
dengan
kegiatan
opening time,
karena nenek
selalu
mengikuti SA
tidak dapat
mengalihkan
perhatiaannya
SA selalu
diikuti oleh
nenek
Ketergantungan
140
neneknya selalu
mengikutinya
semua kegiatan
dikelas, jadi SA
tidak bisa jauh
dari nenek
dari sang
nenek
7 P : Apakah SA
mau berinteraksi
bermain dengan
teman-temannya
saat dikelas ?
G : SA jarang
mau main
dengan
temannya, paling
suka merhatiin
perilaku
temannya.
SA kurang
berinteraksi
dengan teman-
teman dikelas
dan hanya
memerhatikan
perilaku
temannya.
SA kurang
berinteraksi
dikelas
Kurang
interaksi
8 P : bagaimana
sikap SA saat
mengerjakan
aktifitas kegiatan
? masih dibantu
SA mau
mengerjakan
aktifitas dikelas
tapi nenek
selalu
SA selalu
dibantu saat
mengerjakan
tugas
Kurang kreatif
141
atau dapat
mengerjakan
sendiri?
G : SA mau
mengerjakan
aktifitas dikelas
dengan dibantu
sang nenek,
meskipun guru
suka
mengingatkan
nenek untuk
tidak membantu
SA
membantu
menyelesaikan
tugas SA
9 P : Apakah SA
mau
bertanggung
jawab saat
merapihkan
mainan dan
tasnya sendiri ?
G : SA mau
merapihkan
SA mau diajak
merapihkan
mainan, hanya
menyiapkan
tas saat
makan selalu
dibantu nenek
SA mau
diajak
merapihkan
mainan
kerjasama
142
mainan jika
selesai main, tapi
kalau
menyiapkan tas
saat makan
selalu nenek
yang
menyiapkan dan
merapihkan
kembali.
10. P : Apa bentuk
motivasi yang
dilakukan guru
terhadap
kemandirian
anak disekolah?
Bagaimana sikap
SA ?
G : biasanya
kakak selalu
memberikan
stamp atau stiker
pada anak yang
SA antusias
saat dimotivasi
untuk mandiri
dikelas dengan
pemberian
stamp atau
stiker.
SA
termotivasi
dengan
reward
Motivasi
143
bersikap mandiri
dikelas. Dan
sikap SA
antusias mau
dapat stamp atau
stiker juga.
144
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
KODE : CW.G.KS.02
Identitas Informan
Nama : Shella Puspitasari, M.M.
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hari/Tanggal : Senin / 8 januari 2018
Perkembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun (kelompok bermain)
NO REALITA DATA CODE KATEGORI TEMA
1 P : Dengan siapa
biasanya GE
diantar
kesekolah?
G : GE selalu
diantar kesekolah
oleh mamynya
Saat
kesekolah GE
selalu diantar
Mamy nya
GE sering
ditemani
mamy
Pendampingan
2 P: bagaimana
ekspresi dan
reaksi GE saat
awal datang?
G : GE selalu
datang dengan
semangat, tapi
terkadang minta
SA semangat
awal datang
kesekolah,
terkadang
ditemani
mamy
Sikap
semangat
Semangat
145
ditemani mamy
nya untuk mulai
masuk kedalam
kelas
3 P : apakah GE
langsung mau
ditinggal oleh
pendamping saat
masuk kelas?
G :
keseringannya
sih selalu mau
ditinggal saat
sekolah, hanya
kadang kalau GE
merasa ngga
mood pasti ia
minta ditemanin
sebentar dikelas,
abis itu mamynya
ijin sama dia
untuk keluar
GE sering
tidak ditemani
saat masuk
kelas, hanya
terkadang
minta ditemani
mamynya
sebentar
GE percaya
diri masuk
kelas
Percaya diri
4 P : diarea mana GE merasa GE merasa Rasa nyaman
146
biasanya GE
merasa nyaman
saat disekolah ?
G : GE senang
sekali main di
indoor karena
ada AC nya, dan
ia paling tidak
tahan panas, jadi
kurang suka main
di outdoor
playground
nyaman saat
berada diarea
indoor
playground
karena ada
pendingin
udara
nyaman di
indoor
playground
5 P : Kegiatan apa
yang paling
digemari anak
disekolah ?
Mengapa?
G : GE paling
suka kegiatan
bermain pasir
disekolah, karena
ia bilang dirumah
GE ngga ada.
GE suka
kegiatan
bermain pasir
karena
menurutnya
dirumah tidak
ada.
GE suka
bermain pasir
Penentuan
pilihan
147
6 P : Apakah GE
mau berinteraksi
bermain dengan
teman-temannya
saat dikelas ?
G : GE awalnya
pemalu, dan tidak
suka dengan
teman yang laki-
laki. Tapi setelah
kurang lebih tiga
bulan sekolah
berjalan, ia mau
bergabung main
dengan semua
temannya.
Awal masuk
GE pemalu,
namun
sekarang mau
bermain
dengan semua
temannya
GE mau
berinteraksi
dikelas
interaksi
7 P : bagaimana
sikap GE saat
mengerjakan
aktifitas kegiatan
? masih dibantu
atau dapat
mengerjakan
GE mau
mengerjakan
kegiatan yang
diberikan dan
mau
mengerjakan
sendiri tanpa
GE tidak
dibantu saat
mengerjakan
tugas
Percaya diri
148
sendiri?
G : GE mau
mengerjakan
kegiatan yang
diberikan, dan
sudah tidak
dibantu, tapi
kalau main cat
dia ngga mau
lama-lama, takut
kotor tangannya
dibantu
8. P : Apakah GE
mau bertanggung
jawab saat
merapihkan
mainan dan
tasnya sendiri ?
G : GE mau
merapihkan
mainan jika
selesai main dan
juga mau
menyiapkan dan
GE mau
bertanggung
jawab saat
merapihkan
mainan dan
tasnya
GE mau
bertanggung
jawab
Tanggung
jawab
149
beresin tas nya
lagi kalau pas
kegiatan makan
9. P : Apa bentuk
motivasi yang
dilakukan guru
terhadap
kemandirian anak
disekolah?
Bagaimana sikap
GE ?
G : biasanya
kakak selalu
memberikan
stamp atau stiker
pada anak yang
bersikap mandiri
dikelas. Dan
sikap GE
antusias sekali
ingin dapat juga
dan selalu bilang
“aku good kan
GE antusias
saat dimotivasi
untuk mandiri
dikelas
dengan
pemberian
stamp atau
stiker.
GE
termotivasi
dengan
reward
motivasi
150
hari ini?”
151
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANGTUA
KODE : CW.01.BU.SA
Identitas Informan
Nama : Bunda Mildha
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
NO REALITA
DATA
CODE KATEGORI TEMA
1. P : Apakah ibu
menemani dan
bersama anak
seharian penuh
dirumah?
BU : karena
saya ibu rumah
tangga jadi SA
setiap hari
dengan saya,
dan saya
dibantu oleh
ibu saya
Ibu sebagai
ibu rumah
tangga dan
selalu
bersama anak
seharian
penuh
dirumah.
Anak selalu
ditemani Ibu
dan nenek
Pendampingan
152
2. P: kegiatan
apa yang
paling sering
dilakukan anak
dirumah
bersama ibu?
BU: kalo saya
sedang tidak
repot dengan
adik bayi,
biasanya SA
paling suka
main „thomas‟
sama saya,
tapi kadang-
kadang saya
kasih gadget
kalo saya
sedang dengan
adik bayi, biar
anteng. Dan
saya batasi
waktunya
Memberikan
gadget kepada
anak saat ibu
tidak dapat
menemani
main
Pengalihan
fokus dan
mengatasi
kerepotan ibu
Ketergantungan
153
3. P : bagaimana
biasanya sikap
SA saat ibu
bersama adik
bayi?
Bu : sebetulnya
sayang dengan
adiknya, hanya
terkadang suka
cemburu kalo
saya lagi
gendong adik,
tiba-tiba Tarik
tangan adik
lah, kerauk
mukanya lah.
Makanya saya
minta bantuan
ibu saya untuk
menjaga SA
Perasaan tidak
suka terhadap
adik bayi
muncul saat
konsentrasi
Ibu terbagi
Cemburu
dengan adik
Kurang
mengendalian
diri
4. P : jika
dirumah,
apakah SA
Anak bersikap
untuk selalu
ingin ditemani
Sikap manja
dan
ketergantungan
Ketergantungan
154
selalu minta
ditemani Ibu?
BU : emang
iya, kalo
dirumah dia
manja banget,
sampe saya
mau ketoilet
aja dia
ikut.pokonya
saya ngga bisa
berkutik.
ibu
5. P : bagaimana
kebiasaan saat
kegiatan
makan?
BU : dia itu
orangnya
susah makan,
jadi kalau ngga
disuapi ngga
bakalan minta
makan. Jadi
Anak selalu
disuapi saat
jadwal makan,
agar
makannya
rutin
Anak
ketergantungan
disuapi
ketergantungani
155
sambil diajak
jalan-jalan si
nenek pasti
rutin menyuapi
SA untuk
makan. Biar
cepet habis
dan ngga
berantakan
6. P : pada saat
kapan
biasanya SA
ngambek /
marah ? Apa
yang Bunda
Lakukan ?
BU : kalau
keinginannya
ngga dituruti
biasa nya dia
ngambek,
misalnya kalo
disuruh udahan
Rasa marah
SA muncul
saat dilarang
main HP oleh
bundanya,
namun
mendapat
pembelaan
dari nenek
Ketergantungan
156
main HP pasti
dia ngambek.
Dan saya
biasanya
diemin , tapi
neneknya
kadang
ngebelain.
7. P : perilaku
apa yang
ditunujkkan
saat SA
marah?
BU : kalo lagi
marah
biasanya dia
langsung
mukul-mukul
saya, langsung
saya larang
biar ngga
pukul-pukul
Perilaku
memukul
ibunya saat
sedang marah
kurang
pengendalian
diri dalam
emosi
Kurang
pengendalian
diri
8. P : apa pernah Perilaku ibu Anak menjadi Ketergantungan
157
bunda
memberi tugas
ringan untuk
SA ? seperti
membereskan
mainan saat
selesai main,
dan
sebagainya?
BU : saya sih
suka kasih tau
SA, kalo habis
main
dibereskan lagi
ya. Tapi
kebanyakan
kita yang
beresin, karena
dia mood-
mood an. Dan
kitanya yang
pusing kalo
berantakan
yang selalu
membantu
membereskan
mainan anak
saat selesai
main
ketergantungan
158
9. P : pada saat
kapan
biasanya
bunda merasa
kewalahan
oleh perilaku
SA?
BU : saat dia
ngga mau
nurut dan suka
sengaja
lompat-lompat
ditempat tidur
terus sayanya
repot boboin
adik.
Kegiatan
sengaja
melompat
dikasur yang
membuat ibu
repot
bersamaan
dengan adik
bobo.
Sengaja
mencari
perhatian
Mencari
perhatian
10. P : Apa SA
mau
mengutarakan
jika
menginginkan
sesuatu dari
Bunda?
Anak mau
mengutarakan
keinginan dan
lancar
berkomunikasi
Dapat
berkomunikasi
komunikasi
159
BU : emang
dasarnya di
cerewet, apa
aja pasti
diomongin,
jangankan
minta sesuatu,
lagi asyik main
aja suka
ngomong
sendiri ama
mainannya.
160
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANGTUA
KODE : CW.02.MY.GE.
Identitas Informan
Nama : Mamy Zwitsy
Usia : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
NO REALITA
DATA
CODE KATEGORI TEMA
1. P : Apakah ibu
menemani dan
bersama anak
seharian penuh
dirumah?
MY : karena
kita dirumah
Cuma bertiga,
jadi GE pasti
selalu sama
mamy dan
papinya
Ibu sebagai
ibu rumah
tangga dan
selalu
bersama anak
seharian
penuh
dirumah.
Anak selalu
ditemani Ibu
Pendampingan
2. P: kegiatan Ibu seslalu Mendampingi Pendampingan
161
apa yang
paling sering
dilakukan anak
dirumah
bersama ibu?
MY : dia suka
sekali nonton
TV kabel dan
saya harus ada
didekatnya
saat dia nonton
mendampingi
anak
menonton TV.
anak
3. P : berapa
lama Ibu
menemani GE
menonton TV ?
MY : Saya buat
kesepakatan
dengannya
saya pasang
mode sleep on
setelah 1 jam
TV menyala,
jadi pasti GE
Kesepakatan
dibuat oleh
orangtua dan
anak
memahaminya
Sikap tanggung
jawab anak
muncul
Tanggung
jawab
162
langsung
paham kalau
TV nya mati
berarti sudah
selesai
4. P : jika
dirumah,
apakah GE
selalu minta
ditemani Ibu?
MY : tidak
selalu minta di
temani, ia
paham kalau
saya sedang
didapur ngga
minta ditemani
main. Dan
saya arahin
main dengan
mainannya
Anak
memahami
kondisi ibu
yang tidak
selalu dapat
menemani,
sehingga
dapat
mengarahkan
diri untuk
bermain
sendiri
Anak dapat
mengarahkan
diri
Mengarahkan
diri
5. P : bagaimana
kebiasaan GE
saat kegiatan
Anak terbiasa
makan
bersama
Pemberian
kesempatan
pada anak
Pengarahan diri
163
makan?
MY : saya sih
bukan tipe
orang yang
maksain anak
harus makan
nasi dan
nyuapin sampe
habis, jadi
biasanya kalau
saya makan
pasti GE juga
minta ikutan
makan. Dan
saya ambilin
paling 3-4 suap
dipiring
kesukaannya.
Jadi
keseringan kita
makan bareng
ga pake
disuapin. Yang
penting ada
dengan ibu
dengan
memberi
kesempatan
untuk anak
makan sendiri
164
yang masuk
6. P : pada saat
kapan
biasanya GE
ngambek /
marah ? Apa
yang Mamy
Lakukan ?
MY : karena
rutinitas pagi ia
minta keliling
komplek sama
papi nya. Dia
suka marah
kalo bangun
papinya udah
berangkat
duluan.
Bakalan bete
seharian ampe
papi nya
pulang.
Anak akan
marah jika
tidak
melakukan
rutinitas pagi
bersama ayah
Penyesuaian
diri dengan
rutinitas
Penyesuaian
diri
7. P : perilaku Menangis Menangis dan Luapan emosi
165
apa yang
ditunjukkan
saat GE
marah?
MY: paling kalo
marah nangis
dan teriak
bilang “mami
ngga sayang
aku” dan bilang
saya jelek.
dengan
meluapkan
ocehan pada
orangtuanya
meracau
8. P : apa pernah
Mami memberi
tugas ringan
untuk GE ?
seperti
membereskan
mainan saat
selesai main,
dan
sebagainya?
MY : kalo itu
anak paham
tanggung
jawab dengan
merapihkan
mainan
Tanggung
jawab terbentuk
Tanggung
jawab
166
mah ngga usah
pake disuruh,
dia paling ga
mau
mainannya
rusak apalagi
hilang. Jadi
pasti abis main
langsung
beberes.
9. P : pada saat
kapan
biasanya
bunda merasa
kewalahan
oleh perilaku
GE?
MY : pada saat
mati lampu dan
AC nya juga
mati, langsung
rewel dan
serba salah.
GE bersikap
rewel saat
kepanasan
tanpa
pendingin
ruangan
Ketergantungan
pada AC
Ketergantungan
167
Saya jadi
bingung
mengahapinya
10. P : Apa GE
mau
mengutarakan
jika
menginginkan
sesuatu dari
Mamy?
MY : ya, dia
selalu nanya
boleh ngga
ngelakuin apa
yang dia
pengenin.kalo
pun ngga
dibolehin
selama reason
masuk akal dia
ngerti ko.
Anak mau
mengutarakan
keinginan dan
lancar
berkomunikasi
Dapat
berkomunikasi
Komunikasi
168
Lampiran 7.
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TERDEKAT (NENEK)
KODE : CW.02.NE.SA
Identitas Informan
Nama : Nenek Fatimah
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
NO REALITA DATA CODE KATEGORI TEMA
1 P :Sesering apa
nenek bertemu
dengan anak ?
bagaimana
reaksi anak saat
bertemu dengan
nenek?
NE : sering
sekali, karena
bundanya
kerepotan
ngurus adik, jadi
saya sering
Nenek sering
datang
kerumah SA,
dan SA
bersikap
manja
terhadap
neneknya
SA sering
bertemu dan
bersikap
manja pada
nenek
ketergantungan
169
datang kerumah
SA. Dan SA
pasti manjanya
ke saya kalau
saya datang.
2 P: Bagaimana
sikap anda
terhadap
perilaku SA saat
bersama nenek?
NE: Mohon
maklum ya, SA
itu cucu pertama
dari anak saya
satu-satunya,
jadi saya pasti
kasih kalau dia
minta sesuatu,
asal ngga yang
macem-macem.
SA adalah
cucu pertama
sang nenek,
jadi sang
nenek selalu
memberikan
keinginan SA
SA selalu
diikuti
keinginannya
oleh nenek
Ketergantungan
3 P : Adakah
kesepakatan
yang dibuat
SA mau
makan dan
minum susu
SA mau
melakukan
sesuatu
Ketergantungan
170
antara orangtua
dengan orang
terdekat terkait
tentang aturan
yang berkaitan
dengan
keinginan anak
? apakah SA
selalu menagih
? bagaimana
jika tidak
diberikan ?
NE : paling saya
cuma bilang
kalau SA pinter
pasti nenek
belikan SA
mainan sama es
krim, tapi kalau
makan sama
minum susunya
pinter.
P : Apakah SA
karena
dijanjikan
eskrim oleh
nenek, dan SA
menagih janji
neneknya.
karena iming-
iming
171
menagih ?
NE : Dan
biasanya SA
langsung inget
tuh, kalau nggak
dikasih ya
ngambek
4 P : Bagaimana
sikap SA jika
nenek
memberikan
tanggung jawab
? misal :
merapihkan
mainan, dst.
NE : paling dia
mau kalau saya
suruh rapihin
mainan lagi
sehabis main,
tapi ngga sampe
selesai, trus dia
bilang “aku
Awalnya SA
mau diberi
tanggung
jawab
merapihkan
mainan, tapi
tidak sampai
selesai karena
alasan lelah
SA belum
mau
bertanggung
jawab
Belum
tanggung jawab
172
capek nek.”
5 P : Lalu
bagaimana
sikap nenek?
NE : Karena
saya paling
ngga betah
kalau rumah
berantakan,
tetep aja saya
yang beresin
semuanya. SA
nya mah
palingan cuek
aja.
Nenek selalu
merapihkan
kembali rumah
yang
berantakan
dengan
mainan SA,
sementara SA
bersikap acuh.
Anak bersikap
acuh terhadap
mainan yang
dibereskan
nenek
Belum
mengarahkan
diri
6 P : Adakah
kendala nenek
dalam
menghadapi
perilaku SA
dirumah?
NE : SA tau
kalau saya
SA menangis
dan dijadikan
senjata agar
nenek
menuruti
kemauannya
Nenek
didominasi
oleh SA
Ketergantungan
173
paling ngga tega
kalau dia
nangis, dan itu
jadi senjatanya
dia biar diturutin
ama saya.
Kadang-kadang
sih saya diemin
tapi sayanya
yang kalah.
174
Lampiran 8
DOKUMENTASI FOTO
SA datang digendong nenek SA disuapi oleh nenek
175
SA dipaksa makan oleh nenek SA tidak mau masuk kelas
GE bermain dengan teman
176
GE makan sendiri GE diberi motivasi Ibu
GE antusias mendengarkan cerita
177
Wawancara dengan guru
Wawancara dengan Orangtua
178
179
Kelompok Bermain & Taman Kanak-
Kanak
GEMINTANG
Serua Residence Blok B I/G 12 A - Kelurahan Serua, Kecamatan
Bojongsari – Depok 16517
Telp : (021) - 275 988 09 email : [email protected]
SURAT KETERANGAN No. 002/S.Ket/GEM/IV/2018
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah kepala KB TK
Gemintang, menerangkan bahwa :
Nama : Sri Maryani
NIM : 2013810003
Alamat : Jl. Talas III Rt 01/Rw 02 Gang
Labu 1. No.6
Pondok Cabe Ilir – Pamulang –
TangSel – Banten 15418
Bahwa nama tersebut diatas telah mengadakan penelitian di KB TK
Gemintang dari bulan Januari 2018 sampai dengan April 2018 .
dalam rangka menyusun skripsi dengan judul :
“ PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 3 – 4 TAHUN
(Studi Kasus di KB TK Gemintang).”
Demikian surat keterangan ini kami buat agar digunakan
sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
180
Mengetahui,
Bojongsari, 7 Mei 2018
Kepala Yayasan
Kepala KB TK Gemintang
Tri Agustini, M.Psi,.
Sri Maryani
181
182
Lampiran 11 Kartu Bimbingan Skripsi
183
184
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Sri Maryani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Maret 1982
Agama : Islam
Alamat : Jl. Talas III RT 01/02
Gg. Labu 1 No. 6 Pondok Cabe Ilir –
Pamulang Tangerang Selatan – Banten 15418
Riwayat Keluarga
Orang tua : a. Ayah : Maryono
b. Ibu : Ponny
Suami : Muhammad Yunus, S.Ag
Anak : 1. Sunan Kanjeng Mustopo
2. El Maraghi Saturo Muhammad
3. Akina Dzakirah Sarasvati
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Pondok Cabe Ilir 3 : Tamat tahun 1994
2. SMP Negeri 01 Cireundeu : Tamat tahun 1997
3. SMA Negeri 74 Jakarta : Tamat tahun 2000
4. LPGTK Tadika Puri Jakarta : Tamat tahun 2001
5. Fakultas Ilmu sosial dan Politik,Universitas Terbuka tahun
2001– 2003 (tidak tamat).
6. Diterima di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta, tahun 2013
Riwayat Pekerjaan
1. Mengajar di TK Bunga Bangsa 2000-2003
2. Mengajar di Kidsports Indonesia 2001-2010
185
3. Mengajar Di Kidspace Indonesia 2010-2015
4. Mengajar di KBTK Labschool FIP UMJ tahun 2016-2017
5. Kepala Sekolah di KB TK Gemintang tahun 2017 – sekarang.