BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 19
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan akibat dari mulai menipisnya stok dan
penurunan produksi komoditas bahan makanan akibat faktor cuaca. Di sisi lain, secara
tahunan inflasi Gorontalo melambat dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan oleh relatif
terjaganya gejolak inflasi volatile food sepanjang tahun laporan. Beberapa harga komoditas
bumbu-bumbuan seperti bawang merah dalam kondisi rendah-stabil sepanjang tahun 2011
karena adanya panen raya di beberapa sentra produksi dan kebijakan impor.
2.1 INFLASI GORONTALO
Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan akibat dari melonjaknya harga komoditas
volatile food terutama beras dan sayur. Faktor cuaca dan menipisnya stok menjadi
penyebab utama kenaikan harga komoditas yang gampang busuk (parishable) pada akhir
tahun. Di sisi lain, secara tahunan inflasi Gorontalo melambat dibandingkan tahun
sebelumnya karena terjaganya gejolak inflasi volatile food sepanjang tahun 2011. Kelompok
komoditas volatile food pada akhir tahun 2011 mengalami deflasi sebesar 0,74% (y.o.y) jauh
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,30%
(y.o.y). Rendah dan stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan
cabe menjadi salah satu faktor utama rendahnya tekanan inflasi volatile food pada tahun
2011.
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES
Total Inflasi 7.43% 7.13% 5.28% 5.77% 6.17% 6.69% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27% 5.04% 4.00% 4.08%
Core Inflation 2.68% 2.79% 3.43% 3.53% 4.23% 4.27% 4.64% 4.50% 5.47% 6.44% 6.82% 7.13% 7.23%
Volatile Food 16.30% 15.41% 8.40% 8.57% 8.69% 11.35% 12.07% 12.46% 1.55% -0.90% 2.29% -1.04% -0.74%
Administered Price 5.25% 4.90% 4.69% 6.52% 6.75% 5.30% 5.47% 4.26% 4.25% 2.96% 5.42% 5.15% 4.93%
Total Inflasi 0.59% 0.10% -0.07% -0.01% -0.50% 0.92% 0.60% 1.26% 0.84% -0.27% 0.55% -0.06% 0.66%
Core Inflation 0.19% 0.56% 0.55% 0.20% 0.56% 0.12% 0.59% 1.18% 1.60% 0.95% 0.10% 0.33% 0.28%
Volatile Food 1.22% -0.32% -0.83% -1.56% -2.49% 2.68% 0.94% 2.00% -0.15% -2.20% 0.50% -0.70% 1.52%
Administered Price 0.46% -0.21% -0.20% 1.92% 0.21% 0.08% 0.14% 0.33% 0.71% -0.01% 1.62% 0.01% 0.25%
2010Disagregasi
2011
Inflasi Bulanan (mtm)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Sementara itu, inflasi inti sebesar 7,23% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y) dan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
2,68% (y.o.y). Inflasi inti terus meningkat sepanjang tahun seiring dengan naiknya harga-
harga kebutuhan sandang, kesehatan dan pendidikan. Tren kenaikan komoditas
internasional seperti emas juga turut mempengaruhi kenaikan inflasi inti pada tahun 2011.
Inflasi harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) sebesar 4,93%
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,96% (y.o.y), namun lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,25% (y.o.y). Secara
keseluruhan tahun, pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah tidak
melakukan kebijakan untuk merubah harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi administered
price pada tahun 2011 muncul dari kenaikan cukai rokok dan tarif listrik.
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Core inflation atau inflasi inti pada triwulan IV-2011 sebesar 7,23% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,44% (y.o.y) dan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 2,68% (y.o.y) seiring dengan meningkatnya berbagai tekanan faktor
fundamental terutama output gap, ekspektasi inflasi, dan imported inflation. Output gap
negatif diperkirakan memberi tekanan inflasi terkait dengan meningkatnya permintaan
masyarakat seiring dengan perkembangan ekonomi Gorontalo, namun belum dapat
diimbangi dengan kemampuan produksi yang mencukupi.
Sementara itu, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan
meningkatnya ekspektasi konsumsi masyarakat. Moment dan event perayaan akhir tahun
menjadi faktor pendorong utama peningkatan ekspektasi konsumsi masyarakat. Hasil
survey konsumen menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada Indeks Keyakinan
Konsumen Triwulan IV-2011 sebesar 151,25 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 21
sebesar 112,92 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 134,58.
Peningkatan indeks ini terutama dipicu oleh persepsi masyarkat bahwa pada akhir tahun
merupakaan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang-barang tahan lama
disamping adanya tambahan penghasilan (bonus) akhir tahun.
Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.2 Kapasitas Produksi
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen
Faktor kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar
daerah atau luar negeri turut mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti di Gorontalo. Tren
kenaikan harga komodtias internasional seperti emas ikut memberi sumbangan kepada
kenaikan core inflation, karena harga emas lokal mengikuti pergerakan harga emas
internasional. Sepanjang tahun 2011, harga emas internasional mengalami pertumbuhan
yang sangat signifikan hingga puncaknya mencapai sebesar 60%. Hal ini menyumbang
terhadap kenaikan harga emas lokal yang termasuk dalam komoditas inflasi inti.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL
Faktor non-fundamental merupakan penyebab utama terjaganya inflasi Gorontalo
yang rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Komponen volatile food pada tahun 2011
menunjukkan deflasi sebesar 0,74% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,30% (y.o.y). Pergerakan harga kelompok
bahan makanan terutama komoditas bumbu-bumbuan berperan besar dalam penurunan
inflasi volatile food.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan
Beberapa harga komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dalam kondisi rendah-
stabil sepanjang tahun 2011.
Sumber : SITC, 5 Digit
Grafik 2.5 Perkembangan Impor Bumbu-bumbuan
Panen raya bawang merah di beberapa sentra seperti di Brebes dan di Bima menyebabkan
turunnya harga bawang merah di Gorontalo yang merupakan net importir (antar pulau)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 23
bawang merah. Seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan menurunnya harga
beberapa komoditas pangan dunia, Pemerintah Pusat juga telah melakukan impor bawang
merah sehingga harga bawang merah di seluruh wilayah Indonesia termasuk Gorontalo
relatif rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, administered price relatif terjaga karena belum terdapat kebijakan
strategis pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Hal ini didukung oleh
peningkatan pada anggaran subsidi energi oleh Pemerintah Pusat dari Rp139,9 triliun
(2010) menjadi Rp195,3 triliun (2011) antara lain untuk peningkatan kuota BBM bersubsidi
dari 38,5 juta kilo liter pada APBN 2011 menjadi 40,5 juta kilo liter pada APBNP 2011 senilai
sekitar Rp33,8 triliun. Dampak dari kenaikan anggaran subsidi energi tersebut mendorong
pemerintah menunda implementasi kenaikan harga BBM bersubsidi maupun pembatasan
BBM bersubsidi di tahun 2011 sehingga inflasi kelompok administered price tercatat cukup
rendah. Kebijakan pemerintah yang tercatat memberikan dampak kenaikan inflasi relatif
minimal meliputi kenaikan cukai rokok sebesar 5% pada Januari 2011 yang jauh lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15%.
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y) namun lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Melemahnya tekanan inflasi
IHK dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh deflasi kelompok bahan
makanan.
Tabel 2.2
Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Ditengah meningkatnya tren kenaikan inflasi pada kelompok barang non-pangan,
pergerakan harga-harga komoditas kelompok bahan makanan cenderung mengalami
penurunan yang tercermin dari deflasi bahan makanan sebesar 0,62% (y.o.y) pada 2011
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,20%
12 3 6 7 8 9 10 11 12
Inflasi Umum 7.43% 5.77% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27% 5.04% 4.00% 4.08%
1 Bahan makanan 16.20% 8.50% 12.04% 12.49% 1.74% -0.70% 2.40% -0.92% -0.62%
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 13.43% 8.32% 7.44% 4.65% 4.37% 4.82% 7.52% 7.89% 7.69%
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 12.53% 4.21% 5.05% 5.64% 5.92% 6.58% 7.06% 7.62% 7.85%
4 Sandang 6.39% 4.14% 5.12% 6.61% 12.51% 12.33% 11.38% 10.72% 9.78%
5 Kesehatan 2.32% 2.22% 3.43% 3.75% 3.39% 3.50% 3.63% 3.93% 4.64%
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.51% 1.18% 0.60% 0.42% 0.48% 3.88% 3.77% 3.96% 3.96%
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2.53% 2.44% 3.36% 2.34% 2.94% 1.38% 3.07% 2.46% 2.44%
NoInflasi Tahunan 20112010
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
(y.o.y). Sub kelompok bumbu-bumbuan merupakan komponen yang mengalami deflasi
paling dalam sebesar 43,19% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
yang mengalami inflasi hingga 77,12% (y.o.y). Pada tahun 2010, inflasi sub kelompok
bumbu-bumbuan sangat tinggi akibat dari kenaikan harga cabe dan bawang merah secara
nasional (terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia) karena cuaca yang kurang
mendukung. Sebaliknya, pada tahun 2011 harga komoditas cabe dan bawang merah
terbilang murah sepanjang tahun 2011 karena produksi yang melimpah. Khusus untuk
komoditas bawang merah, kondisi harga rendah terjadi sepanjang tahun mengingat terdapat
panen raya di sentra produksi seperti Brebes dan Bima. Pemerintah Pusat juga melakukan
impor bawang merah sehingga harga komoditas tersebut relatif murah di sebagian besar
wilayah Indonesia, termasuk Gorontalo sebagai net importir (antar pulau) bawang merah.
Tabel 2.3
Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)
Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan IV-2011
mengalami inflasi sebesar 1,16% (q.t.q) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 1,84% (q.t.q). Penurunan inflasi secara triwulanan terutama
disebabkan oleh deflasi pada kelompok sandang.
Tabel 2.4 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
DEC MAR JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC
UMUM 7.43 5.77 7.11 6.91 3.92 3.27 5.04 4.00 4.08
BAHAN MAKANAN 16.20 8.5 12.04 12.49 1.74 -0.70 2.40 -0.93 -0.62
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 20.20 8.41 13.18 11.18 -0.70 1.67 1.64 0.25 2.44
Daging dan Hasil-hasilnya 6.19 3.88 6.68 9.84 5.16 7.30 2.85 4.91 4.51
Ikan Segar 8.83 -1.17 9 17.55 3.10 0.56 5.80 8.84 4.77
Ikan Diawetkan 6.86 2.46 8.67 15.70 21.37 19.90 13.16 10.48 11.43
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 3.27 5.21 5.74 8.17 6.03 2.96 0.60 3.30 2.56
Sayur-sayuran -0.96 0.86 -17.05 7.91 9.38 -11.79 9.31 8.77 51.81
Kacang - kacangan 14.95 16.27 13.74 15.50 14.96 14.66 12.53 6.22 -1.80
Buah - buahan 9.93 -20.58 34.39 22.80 8.77 -7.71 9.20 6.52 5.06
Bumbu - bumbuan 77.12 97.34 45.46 5.01 -15.27 -14.33 -16.55 -39.68 -43.19
Lemak dan Minyak -3.42 -4.95 8.38 8.93 7.40 7.84 5.82 4.10 1.85
Bahan Makanan Lainnya 4.37 4.78 5.25 4.29 7.05 7.05 9.11 6.91 5.14
2011
Kelompok / Sub kelompok
2010
12 3 6 7 8 9 10 11 12
Umum 0.36 0.02 1.01 2.81 2.73 1.84 1.12 0.22 1.16
1 Bahan makanan 1.12 -2.66 1.12 5.78 2.93 -0.23 -1.83 -2.46 1.20
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau -0.29 2.61 0.74 1.03 2.13 1.69 3.42 3.23 2.44
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -0.11 1.73 1.23 2.43 3.26 3.60 2.02 1.17 1.08
4 Sandang 1.58 0.18 2.28 2.07 8.09 7.93 5.91 -0.45 -0.73
5 Kesehatan 0.03 1.57 1.11 1.36 0.75 0.76 0.42 0.53 1.13
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.11 0.62 -0.38 -0.45 0.03 3.52 3.56 3.69 0.19
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.21 -0.04 0.69 0.40 1.16 0.94 1.32 0.45 0.83
NoInflasi Triwulanan
2010 2011
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 25
Secara triwulanan, subkelompok sandang pada triwulan IV-2011 mengalami deflasi
sebesar 0,73% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
inflasi sebesar 7,93% (q.t.q). Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga emas
lokal yang pergerakannya sejalan dengan harga emas internasional yang mengalami tren
penurunan pada triwulan laporan.
Sumber : Data Diolah
Grafik 2.6
Perkembangan Harga Emas Internasional
Tabel 2.5
Survei Pemantauan Harga
Sumber : Bank indonesia
No Komoditas Satuan 11 okt 25 okt 7-Nov 28-Nov 23-Des 28-Des
1 Beras Super Win kg 7500 8000 8000 8500 8500 8500Beras Ciheran kg 7000 7500 7500 8000 8000 8000Beras IR 64 kg 7000 7000 7000 7500 7500 7500
2 Minyak grg Bimoli liter 15000 15000 15000 15000 15000 15000
Minyak grg Curah kg 12000 11000 11000 11000 11000 11000
3 Daging Sapi kg 65000 70000 70000 70000 70000 70000
4 Daging Ayam ekor/kg 45000 45000 40000 42500 37500 40000
5 Telur Ayam Ras butir 1250 1250 1250 1250 1250 1200
6 Cabe Rawit kg 30000 30000 25000 15000 20000 15000
Cabe Keriting kg 18000 20000 17500 12000 20000 25000
7 Bawang Merah kg 30000 15000 15000 16500 16000 16000
Bawang Putih kg 25000 13000 12000 12000 12000 12000
8 Tomat kg 3000 8000 8000 8000 10000 8000
9 Ekor Kuning kg 20000 21000 18000 20000 15000 20000
Tude/Oci kg 25000 20000 17000 18000 10000 25000
Malalugis kg 18000 15000 11000 15000 7500 20000
Cakalang Kg 25000 13000 10000 13000 8500 12500
Mujair Kg 35000 35000 35000 32500 32500 32500
10 Gula Pasir kg 12000 12000 12000 12000 11000 11000
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Di sisi lain, sub kelompok bahan makanan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Inflasi bahan makanan pada triwulan laporan sebesar 1,20% (q.t.q)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,83%
(q.t.q). Naiknya inflasi komoditas bahan makanan tak lepas dari adanya kenaikan harga
komoditas utama bahan makanan diantaranya sayur, cabe keriting, tomat, dan beras.
Musim hujan yang sangat dominan pada triwulan laporan menyebabkan produktivitas dari
sayur menurun. Para pedagang menuturkan bahwa musim hujan di penghujung tahun
menyebabkan gagal panen pada pertanaman sayur disamping mempercepat terjadinya
kebusukan pada stok sayur yang ada. Hal serupa terjadi pada komoditas cabe keriting dan
tomat yang merupakan komoditas berkategori parishable (cepat membusuk). Di sisi lain,
stok beras juga sudah mulai berkurang sehingga memberikan dorongan kenaikan harga di
tingkat pedagang.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 27
BOX 2 : PROYEKSI INFLASI GORONTALO TAHUN 2012
Evaluasi Perkembangan Inflasi Gorontalo 2011
Gambar 2.1 Proyeksi Inflasi Gorontalo
Realisasi inflasi Gorontalo tahun 2011 sebesar 4,08% (y.o.y) sejalan dengan proyeksi
Bank Indonesia Gorontalo pada kisaran 4,25% ± 1% (y.o.y). Inflasi Gorontalo 2011 lebih
rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 7,43% (y.o.y). Adapun beberapa faktor utama
yang menyebabkan inflasi Gorontalo 2011 dalam kondisi yang relatif rendah dan stabil
adalah sebagai berikut:
• Terjaganya pasokan bahan makanan sehingga harga komoditas bahan makanan
relatif rendah sepanjang tahun.
• Faktor cuaca yang mendukung sehingga produksi bahan makanan mencukupi
kebutuhan masyarakat.
• Masuknya impor (antar pulau) komoditas bahan makanan sehingga harga lokal
menjadi relatif murah, Contoh: Bawang Merah dan Beras.
• Tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi
(Bensin).
Perkembangan Inflasi Gorontalo 2012
Faktor Cuaca
Kondisi cuaca diperkirakan akan mempengaruhi perkembangan inflasi Gorontalo
tahun 2012 terutama untuk komoditas bahan makanan. Berdasarkan pergerakan data
sebelumnya, inflasi Gorontalo sangat dipengaruhi oleh perkembangan inflasi kelompok
bahan makanan yang sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Sebagai gambaran, pada tahun
2011 inflasi Gorontalo dalam posisi relatif rendah terutama disebabkan oleh deflasi
kelompok bahan makanan walaupun inflasi kelompok lainnya mengalami kenaikan.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Grafik 2.7 Inflasi IHK dan Inflasi Bahan Makanan
Faktor cuaca dapat mempengaruhi perkembangan harga komoditas bahan makanan dari
dua sisi yaitu sisi produksi dan sisi distribusi. Cuaca yang kurang mendukung seperti
kekeringan atau hujan yang ekstrim dapat mempengaruhi produktivitas dari pertanaman
komoditas bahan makanan. Hasil survey Bank Indonesia Gorontalo (2010) bahwa faktor
cuaca merupakan permasalahan utama yang dapat menghambat produksi hortikultura
setelah faktor hama. Sementara itu, cuaca hujan yang ekstrim juga dapat menghambat
faktor distribusi barang terutama yang melalui moda angkutan laut.
Grafik 2.8 Permasalahan Produksi Bahan Makanan
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 29
Faktor Harga Internasional
Perkembangan kondisi perekonomian global diperkirakan dapat memberikan
dampak kepada perkembangan inflasi nasional dan daerah. Ketidakpastian
perekonomian global diperkirakan akan terus terjadi pada tahun 2012 sejalan dengan
eskalasi krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa. Perekonomian negara maju
cenderung terkoreksi dan perekonomian dunia cenderung mengandalkan ketahanan
ekonomi dari negara-negara berkembang. Namun, permasalahan krisis global yang belum
kunjung usai diperkirakan akan semakin memburuk dan menjalar ke negara berkembang
termasuk Indonesia.
Grafik 2.9 PDB Dunia 2012
Harga komoditas internasional diperkirakan mulai menurun sejalan dengan melemahnya
permintaan global. Menurunnya harga komoditas internasional dapat berdampak langsung
kepada penurunan harga barang lokal di Gorontalo seperti emas.
Grafik 2.10 Harga Emas, Minyak dan Euro
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11
Gold
WTI
Euro
Dow Jones
Rebased 1 Jan 2010 = 100Sumber: Bloomberg
Index
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Harga komoditas lokal juga dapat mengalami penurunan jika pemerintah pusat melakukan
impor luar negeri komoditas bahan makanan (Bawang Merah, Beras) seperti yang telah
dilakukan pada tahun 2011.
Grafik 2.11 Impor Bahan Makanan 2011
Proyeksi Inflasi Gorontalo 2012
Gambar 2.2 Proyeksi Inflasi Gorontalo 2012
Bank Indonesia Gorontalo memperkirakan bahwa inflasi Gorontalo pada tahun 2012
berada pada kisaran 5 ± 1% (y.o.y). Perkiraan inflasi ini dapat berubah bila pemerintah
melakukan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Adapun beberapa pertimbangan
proyeksi inflasi dimaksud adalah sebagai berikut:
Downward Risk
• Produksi dan pasokan bahan makanan masih melimpah yang diikuti oleh cuaca yang
mendukung produksi.
• Perbaikan infrastruktur yang dapat mengurangi biaya produksi dan transportasi.
• Kebijakan impor pemerintah pusat (karena harga dunia cenderung menurun)
sehingga mendorong penurunan harga lokal.
Upward Risk
• Faktor cuaca yang dapat menurunkan produksi dan pasokan bahan makanan.
• Kebijakan Pemerintah terkait komoditas dan energi (BBM, aturan impor, TTL).
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 31
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Beberapa indikator perbankan hingga triwulan IV-2011 masih menunjukkan
peningkatan yang cukup baik.Dana Pihak Ketiga (DPK)yang berhasil dihimpun oleh bank
umum adalah sebesar Rp2,72 trilliun atau secara tahunan (y.o.y) tumbuh sebesar 24,38%,
sementara DPK yang berhasil dihimpun BPR sebesar Rp15,66 milliar atau secara y.o.y
tumbuh 12,27%. Penyaluran kredit bank umum tercatat sebesar Rp4,44 trilliun atau tumbuh
y.o.y sebesar 22,08%, sementara pada BPR tercatat Rp19,93 milliar atau tumbuh -
10,47%(y.o.y). Dilihat dari angka tersebut di atas, terlihat bahwa permintaan kredit di
Gorontalo masih cukup tinggi seperti ditunjukkan oleh angka LDR yang mencapai 162,98%
pada bank umum dan 127,25% pada BPR. Untuk kredit bermasalah, hal yang perlu
mendapat perhatian adalah pada kredit bermasalah Bank Perkreditan Rakyat karena
walaupun telah mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya namun jumlahnya
masih cukup tinggi yaitu 14,30%, sedangkan kredit bermasalah bank umum masih terjaga
pada level wajar yaitu sebesar 2,75%.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Gorontalo pada dasarnya cukup baik
sebagaimana tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR). Hingga triwulan IV-
2011indikator Loan to Deposit Ratio (LDR)pada bank umum tercatat sebesar
162,98%,sementara pada BPR tercatat sebesar 127,25%, artinya bahwa dana yang berhasil
dihimpun oleh perbankan di Gorontalo seluruhnya telah disalurkan kepada masyarakat
Gorontalo.Namun demikian, satu hal yang mungkin menjadi catatan adalah
bahwapenyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh kredit konsumsi, yakni sebesar
51,27% dari total kredit yang disalurkan, sedangkan untuk BPR terlihat bahwa pangsa
terbesar penyaluran kredit adalah untuk kredit modal kerjayakni 51,65% dari total kredit
yang disalurkan.Sementara itu jika dilihat secara sektoral,kredit terbesar disalurkan untuk
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 30,03%pada bank
umum dan37,78%pada BPR.
3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Jumlah bank di Gorontalo hingga triwulan IV-2011tercatat sebanyak 17 Bank Umum
Konvensional, 3 Bank Umum Syariah dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jumlah bank
tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya karena adanya pembukaan kantor
baru, yakni Bank Panin Kantor Cabang Gorontalo.
Dari jumlah bank tersebut, jaringan kantor Bank umum di Provinsi Gorontalo terdiri
dari 17 kantor cabang, 31 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 13 kantor kas serta
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
22kantor unit.Sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang
dan 1 kantor kas.
3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT
Hingga triwulan III-2011 dana yang dihimpun bank umum di Gorontalo tercatat
sebesar Rp2,72 triliun atautumbuh sebesar 24,38% (y.o.y). Pertumbuhan DPK tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar
19,10% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah DPK tersebut terutama bersumber dari deposito dan
tabungan yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 25,97% dan 25,84%
(y.o.y). Dari series data terlihat bahwa share tabungan terhadap pembentukan DPK pada
triwulan laporanmasih sangat tinggi (61,75%), danmengalami peningkatan dibandingkan
triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 53,48%.Sementara itu simpanan giro masih memiliki
share terhadap DPK terkecil yaitusebesar 11,49%, dengan pertumbuhansebesar
13,93%(y.o.y).
Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan
menunjukkan pelambatan pertumbuhan, yaitu tumbuh sebesar 25,97% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 28,46% (y.o.y). Share
deposito terhadap pembentukan DPK juga menunjukkan penurunan yaitu menjadi sebesar
26,77% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,84%.
Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Komposisi Dana Pihak Ketiga
Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan DPK hingga triwulan IV-2011
tercatat sebesar Rp.15,66 milliar atau tumbuh sebesar 12,27% (y.o.y), namun
pertumbuhannya relatif lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 14,61% (y.o.y). Peningkatan jumlah penghimpunan dana BPR
terutama terjadi karena adanya peningkatan jumlah deposito sebesar 13,81% (y.o.y) yakni
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
JAN MAR MEI JUL SEP NOV JAN MAR MEI JUL SEP NOV
2010 2011
DPK Giro Deposito Tabungan
11%
27%62%
Giro Deposito Tabungan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 33
dari Rp8,74 milliar menjadi Rp9,23 milliar. Hal yang sama juga terjadi pada tabungan
yangmeningkat dari Rp6,08 milliar menjadi Rp6,43 miliiar atau tumbuh 10,13% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Angka statistik dana pihak ketiga tersebut di atas, menunjukkan bahwa
penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan di Gorontalo sudah cukup baik dan perlu
terus diupayakan mendorong kesadaran masyarakat untuk menabung atau menyimpan
uang di perbankan. Khusus untuk dana dalam bentuk deposito dan giro perlu terus
ditingkatkan untuk membantu perbankan dalam menjaga keseimbangan likuiditas keuangan
dalam rangka menunjang pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi di Gorontalo. Untuk
itu, perlu terus digalakkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, hingga ke daerah-daerah
kabupaten dan kecamatan.
Khusus untuk penghimpunan dana pihak ketiga dari produk tabungan Tabungan-ku,
hasil eveluasi hingga akhir tahun 2011 menunjukkan bahwa respons masyarakat Gorontalo
terhadap produk tabungan tersebut masih cukup baik yang tercermin dari jumlah rekening
dan nominal dana yang berhasil dihimpun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Data statistiksementara hingga September 2011 tercatat sebanyak 20.561 rekening dengan
nominal dana terhimpun sebesar Rp61,82 milliar. Jumlah ini diharapkan akan terus
meningkat pada setiap tahunnya dengan terus mengintensifkan sosialisasi kepada
masyarakat khususnya pelajar antara lain melalui penyediaan layanan bank mini pada
sekolah tertentu di Gorontalo dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk
menabung.
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Aktivitas penyaluran dana dalam bentuk kredit/pembiayaan pada bank umum di
Gorontalo hingga triwulan IV-2011 masih cukup baik yang tercermin dari jumlah
kredit/pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp4,44 triliun atau mengalami pertumbuhan
sebesar 22,08% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun
demikian angka pertumbuhan kredit tersebut lebih rendah dibanding triwulan III-2011 yang
tercatat sebesar 28,39% (y.o.y).
Pertumbuhan kredit pada triwulan ini terutama bersumber dari produktif, salah
satunya kredit investasi yang tercatat tumbuh Rp752,89 milliar atau sebesar 110,18%(y.o.y).
Hal tersebut berarti pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan pada triwulan sebelumnya
yang tercatat Rp752,34 milliar atau 227,55% (y.o.y). Kredit produktif lainnya yaitu kredit
modal kerja juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu tercatat sebesar Rp1,41
trilliun atau tumbuh 17,35% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun
demikian, seperti halnya kredit investasi, angka pertumbuhan kredit tersebut relatif
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
21,78%(y.o.y).Sementara itu, kredit konsumsi walaupun pertumbuhannya relatif rendah
dibandingkan kredit modal kerja dan investasi, namun pertumbuhan kredit ini pada triwulan
laporan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi hingga
triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp2,28 trilliun dengan pertumbuhan sebesar 9,62% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 9,26(y.o.y).
Ditinjau dari pangsa penggunaan kredit, pangsa terbesar kredit/pembiayaan di
Gorontalo hingga triwulan IV-2011 masih didominasi oleh kredit konsumsi yang tercatat
sebesar Rp2,28 trilliun,dengan pangsa sebesar 51,28%. Selanjutnya adalah share kredit
modal kerja, yang tercatat sebesar 31,77% dari total kredit di Gorontalo,sedangkan share
kredit investasi terhadap total kredit/pembiayaanmasih yang terendah yaitu sebesar 16,95%
dari total kredit perbankan di Gorontalo.
Walaupun sharenya masih relatif kecil, namun dengan kondisi pertumbuhan positif
kredit investasi sepanjang tahun 2011 diharapkan menjadi sinyal adanya peningkatan
aktivitas sektor riil di Gorontalo serta menjadi sinyal meningkatnya peran perbankan dalam
menstimulus percepatan pembangunan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Pertumbuhan kredit
penggunaan dan share masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat
dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Pertumbuhan Kredit Penggunaan
Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan IV-2011 tercatat sebesar
Rp19,93 milliar atau tumbuh negatif sebesar 2,04% (y.o.y), mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya -0,26%(y.o.y). Walaupun
pangsa terbesar kredit BPR adalah untuk modal kerja (51,65% dari total kredit), namun
penyumbang pertumbuhan kredit BPR tertinggi adalah kredit konsumsi di mana pada
triwulan laporan tercatat Rp9,31 milliar,tumbuh sebesar 20,05% yang diperkirakan
dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kredit yang sifatnya musiman antara lain untuk
kebutuhan akhir tahun antara lain biaya sekolah. Sedangkan pertumbuhan kredit modal
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JUL
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JUL
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
2010 2011
Pe
rtu
mb
uh
an (
yoy)
(%
)
Investasi Modal Kerja Konsumsi
17%
32%
51%
Investasi Modal Kerja Konsumsi
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 35
kerja dan kredit investasi, secara y.o.y pertumbuhannya negatif yaitu masing-masing
tercatat sebesar -15,69% untuk kredit modal kerja dan sebesar -14,63% untuk kredit
investasi.
Secara sektoral, sektor usaha yang banyak menerima penyaluran kredit Bank umum
di Gorontalo adalah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hingga triwulan IV-2011,
kredit sektor ini tercatat sebesar Rp1,33 trilliun atau 30,03% dari total kredit perbankan.
Kredit tersebut tumbuh sebesar 32,18% (y.o.y), relatif lebih rendahdibandingkan
pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 46,79%(y.o.y). Permintaan
kredit sektor perdagangan ini searah dengan peran sektor PHR sebagai salah satu sektor
penyumbang pembentukan PDRB yang cukup besar. Peningkatan kredit sektor ini juga
diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan terkait dengan faktor musiman yaitu
akhir tahun (natal dan pergantian tahun ajaran) seperti yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya.Sektor lainnya juga tumbuh positif kecuali sektor industri. Sektor industri pada
triwulan laporan merupakan satu-satunya sector yang mengalami pertumbuhan kredit
negatif yaitu sebesar -1,16%. Penurunan jumlah kredit pada sektor tersebut diperkirakan
karena adanya penurunan jumlah produksi sehubungan dengan kekurangan bahan
baku.Adapun rincian pertumbuhan dan komposisi kredit sektoral pada triwulan III-2011,
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral
Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.19,93 milliar, kredit terbesar disalurkan ke
sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp7,53 milliar atau 37,78% dari total
kredit. Sektor perdagangan, hotel dan restoran nampaknya masih menjadi sektor yang
mendominasi kredit/pembiayaan dari perbankan di Gorontalo. Sedangkan sektor pertanian,
meskipun menjadi penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Gorontalo, namun
jumlah kredit sektor ini masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 2,06%dari total kredit BPR.
-200.00%
0.00%
200.00%
400.00%
600.00%
800.00%
1000.00%
JAN
FEB
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
JUL
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DE
S
JAN
FEB
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
JUL
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DE
S
2010 2011
Pe
rtu
mb
uh
an
(y
oy
) (%
)
Pertanian Industri
Konstruksi Perdagangan
Angkutan
- 500,000 1,000,000 1,500,000
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
Kredit Sektoral - Outstanding (Jutaan Rp)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Untuk kredit UMKM pada bank umum, hingga triwulan IV-2011, kredit yang disalurkan
tercatatsebesar Rp1,92 triliun atau mengambil pangsa sebesar 43,26% dari total kredit di
Gorontalo. Jumlah kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat Rp1,85 trilliun dengan pangsa sebesar 42,95% dari total kredit.
Angka tersebut tentunya cukup menggembirakan karena dengan peningkatan penyaluran
kredit UMKM kepaada pengusaha UMKM merefleksikan adanya upaya mendorong
keberpihakan perbankan terhadap perkembangan UMKM di Provinsi Gorontalo. Dari ketiga
jenis kredit UMKM (mikro, kecil, menengah), share terbesar diberikan oleh kredit skala kecil
di mana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,04trilliun atau 54,26% dari total kredit
UMKM yang disalurkan, lebih tinggi dibanding triwulan III-2011 yang tercatat sebesar
Rp1,02trilliun. Sedangkan untuk kredit skala mikro, jumlahnya tercatat sebesar Rp403,63
milliar atau 21,01% dari total kredit UMKM. Kualitas kredit UMKM yang tercermin dari rasio
kredit UMKM bermasalah (NPLs) juga masih cukup terjaga yaitu total sebesar 3,87%.
Kualitas kredit skala mikro dan skala kecil cukup baik sebagaimana tercermin dari angka
NPLs dari kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing 3,32% dan 2,98%.Sedangkan
kredit skala menengah memiliki kredit bermasalah (NPLs) sebesar 6,29%. Kualitas kredit
UMKM yang cukup baik tersebut tentunya menjadi pertimbangan tersendiri bagi perbankan
untuk terus menyalurkan kredit/pembiayaan kepada UMKM khususnya skala mikro dan kecil
sehingga unit usaha ini dapat berkembang seiring dengan usaha menengah dan besar yang
ada di Gorontalo. Adapun gambaran perkembangan penyaluran kredit UMKM pada bank
umum, secara ringkas dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM
Untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), data menunjukkan bahwa outstanding skim kredit
tersebut hingga triwulan IV-2011 mencapai Rp138,22 milliar, meningkat sebesar 26,32%
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp109,43 milliar.
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JUL
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JUL
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
2010 2011
Per
tum
bu
han
Kre
dit
UM
KM
(%
)
Kredit UMKM -Plafon s.d.5 M (Jutaan Rp)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 37
Adapun jumlah penerima skim kredit tersebut adalah sebanyak 41.480 debitur. Sejak
digulirkan sebagai salah satu skim kredit program oleh pemerintah, jumlah penyaluran KUR
menunjukkan peningkatan yang cukup baikdengan kualitas kredit yang juga terjaga baik.
Grafik 3.8 Oustanding KUR
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Hingga triwulan laporan, risiko kredit Bank Umum masih terkendali sebagaimana
tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loanss/NPLs)hingga triwulan IV-
2011 yang tercatat sebesar 2,75%. Sedangkan risiko likuiditas yang tercermin dariLoan to
Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 162,98%.
3.2.1 RISIKO KREDIT
Secara umum hingga triwulan IV-2011, kredit bermasalah atau Non Performing Loans
(NPLs) pada bank umum masih berada pada level wajar yaitu 2,75% (bruto) yang tercatat
mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
3,33%.Rasio NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit di Gorontalo masih
tetap memperhatikan faktor risiko dan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian seperti
tercermin dari kredit bermasalah masih terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kredit pada sektor konstruksi dan industry
masih perlu mendapat perhatian mengingat hingga posisi Desember 2011 rasio NPLskedua
sektor tersebut tercatat masih cukup tinggi dimana yaitu masing-masing sebesar 19,57%
dan 10,04%. Sementara itu, untuk BPR, rasio kredit bermasalah (NPLs) hingga triwulan IV-
2011 adalah sebesar 14,30%, mengalami perbaikan (lebih rendah) dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 17,91%. Penurunan NPLs pada BPR tersebut
merupakan tindak lanjut dari upaya BPR untuk menjaga kondisi keuangan bank dan
138,221.64
-
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00
300,000.00
350,000.00
400,000.00
450,000.00
Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11
OUSTANDING KUR
OUSTANDING KUR
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
diharapkan angka NPLs tersebut akan terus diperbaiki hingga berada pada level dibawah
5%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL NPL per Sektor
Untuk konsentrasi penyaluran kredit pada bank umum, terlihat bahwa kredit ke sektor
lainnya (konsumsi) masih cukup dominan yaitu diatas 50% dari total kredit,seperti tampak
pada grafik di bawah ini. Namun demikian, dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor
riil perbankan dihimbau untuk memperhatikan keseimbangan penyaluran kredit pada sektor
produktif.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS
Indikator risiko likuiditas perbankan antara lain tercermin dari komposisi jangka waktu
dana dan Loan Deposit Ratio(LDR) walaupun menunjukkan penurunan namun masih perlu
mendapat perhatian. Untuk dana terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah panjang
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JUL
SEP
NO
V
2009 2010 2011
NPLs Gross (%)
NPLs Gross (%)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Pe
rta
nia
n
Pe
rta
mb
an
ga
n
Ind
ust
ri
Lis
trik
, G
as
& A
ir
Ko
nst
ruksi
Pe
rda
ga
ng
an
An
gku
tan
Jasa
Du
nia
Usa
ha
Jasa
So
sia
l
La
inn
ya
(K
on
sum
si)
NP
L (%
)
Rasio NPLs Gross sektoral (%)
2%0%1%
0% 3%
30%
1%
0%
4%
59%
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas & Air
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial
Lainnya (Konsumsi)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 39
relatif lebih kecil dibanding dana jangka pendek/tabungan pada triwulan IV-2011. Komposisi
dana jangka panjang yaitu deposito pada triwulan laporan tercatat mencapai 26,77% dari
total DPK,relative menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
30,84% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek khususnya tabungan mencapai
61,75% dalam struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana pihak
ketiga di Gorontalo masih likuid sehingga masih berpotensi mengganggu likuiditas bank.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.12 Perkembangan Portofolio DPK
Dari aspek kemandirian pembiayaan, terlihat bahwa sebagian kredit/pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan di Gorontalo berasal dari kantor bank dari luar wilayah
Gorontalo. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit terhadap dana simpanan pihak ketiga
(LDR) pada triwulan laporan sebesar 162,98%relatif menurun dibanding triwulan III-2011
yang tercatat sebesar 165,65%. Data series yang ada menunjukkan bahwa selama dua
tahun terakhir, angka LDR perbankan (khususnya bank umum) di Gorontalo rata-rata
berada diatas 130% yang menunjukkanbahwa likuiditas Perbankan Gorontalo masih sangat
ketat, juga merefleksikan masih perlunya upaya peningkatan kemandirian penyaluran
kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo. Angka tersebut merefleksikan bahwa terdapat
sekitar 62% kebutuhan kredit masyarakat yang dananya bersumber dari perbankan di luar
Gorontalo (antar kantor bank umum). Untuk itu perlu mendapat perhatian serta upaya
optimal untuk mendorong penghimpunan dana sehingga perbankan di Gorontalo lebih
mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada dunia usaha maupun masyarakat secara
umum, dan pada akhirnya tercapai tingkat LDR yang dinilai wajar/optimal yaitu berada pada
kisaran tidak jauh dari 90%.Secara ringkas, gambaran kondisi LDR perbankan di Gorontalo
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JUL
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JUL
SEP
2009 2010 2011
Giro Deposito Tabungan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13
Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
3.2.3 RISIKO PASAR
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas
suku bunga dan kurs. Suku bunga acuan (BI Rate) menunjukkan penurunan di mana pada
posisi Desember 2011 BI Rate ditetapkan sebesar 6,00% mengalami penurunan sebesar 75
basis point dibandingkan posisi September 2011 yang ditetapkan sebesar 6,75%.
Penurunan suku bunga acuan tersebut menjadi sinyal ekpektasi ekonomi yang optimis di
masa mendatang. Hal serupa juga terjadi pada suku bunga perbankan yang relative stabil
dan bahkan cenderung menurun sehingga memberikan akses kredit yang lebih besar
kepada masyarakat. Sementara itu, sepanjang tahun 2011 kurs rupiah terhadap dollar
mengalami fluktuasi. Pada posisi Desember 2011 kurs tengah rupiah terhadap mencapai
Rp9.068per dollar Amerika atau melemah dibanding September 2011 yang tercatat sebesar
Rp8.823 per dollar sebagaimana ditunjukkam grafik di bawah ini.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate
166.06% 165.65%162.98%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
DES FEB APR JUN AGT OKT DES FEB APR JUN AGT OKT DES
2010 2011
L D R (%)
L D R (%)
5.40%
5.60%
5.80%
6.00%
6.20%
6.40%
6.60%
6.80%
7.00%
8000
8200
8400
8600
8800
9000
9200
9400
9600
Jan-
10
Feb-
10
Mar
-10
Apr
-10
May
-10
Jun-
10
Jul-1
0
Aug
-10
Sep-
10
Oct
-10
Nov
-10
Dec
-10
Jan-
11
Feb-
11
Mar
-11
Apr
-11
May
-11
Jun-
11
Jul-1
1
Aug
-11
Sep-
11
Oct
-11
Nov
-11
Dec
-11
KURS TENGAH BI RATE (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 41
BOX 3: FESTIVAL KARAWO 2011 DAN BAZAR INTERMEDIASI
PERBANKAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA SEKTOR RIIL
Kerawang atau karawo dalam bahasa Gorontalo adalah sebuah produk kerajinan
tradisional yang sejak turun-temurun telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum
perempuan Gorontalo. Seiring dengan perkembangan zaman, karawo mulai „terlupakan‟
bahkan oleh masyarakat Gorontalo sendiri. Berbagai hal yang dipekirakan menjadi
penyebabnya antara lain semakin berkurangnya pengrajin, motif/desain yang kurang variatif.
Berbagai kondisi tersebut jika dibiarkan akan menyebabkan hilangnya salah satu warisan
budaya serta sumber penghasilan rumah tangga/pengrajin.
Beranjak dari hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan upaya aktif untuk
kembali „menghidupkan‟ karawo baik dari aspek produksi maupun pemasaran. Untuk itu,
sejak awal 2011 Bank Indonesia bekerjasama dengan pemerhati karawo dan pemerintah
daerah melakukan berbagai kegiatan pengembangan sulaman karawo antara lain pelatihan
pengrajin dan penyelenggaraan festival karawo 2011 yang dilaksanakan pada bulan
Desember 2011.
Rangkaian pengembangan karawo Gorontalo diawali dengan pelatihan bagi
pengrajin pada beberapa kabupaten/kota di Gorontalo. Pelatihan dimaksud meliputi
pelatihan desain motif, mengiris, dan menyulam. Kegiatan yang dilaksanakan bukan hanya
kepada pengrajin yang telah ada, namun juga kepada pelajar dengan harapan terjadi
regenerasi dan penambahan jumlah masyarakat Gorontalo yang mampu mengelola
kerajinan karawo ini. Selanjutnya, untuk membuka akses pemasaran bagi kerajinan karawo,
penyelenggaraan festival karawo pada akhir tahun 2011 lalu diharapkan menjadi pintu
masuk untuk lebih mengenalkan karawo kepada masyarakat luas, bukan hanya Gorontalo
namun juga luar Gorontalo bahkan dunia internasional.
Upaya yang dilakukan tersebut di atas memberikan dampak yang cukup besar bagi
perekonomian Gorontalo. Seperti disampaikan PBI Gorontalo dalam sambutan pembukaan
Festival Karawo bahwa “rangkaian kegiatan festival karawo membawa dampak cukup
signifikan terhadap pergerakan perekonomian Gorontalo. Tercatat lebih dari Rp.1 Miliar
telah dibukukan dalam transaksi keuangan terkait penyelenggaraan Bazar Intermediasi dan
Festival Karawo 2011”.
Kondisi tersebut merefleksikan bahwa pengembangan karawo ternyata tidak hanya
berdampak pada aspek sosial budaya namun juga aspek ekonomi masyarakat karena
dengan permintaan yang cukup besar maka akan memberikan penghasilan dan
peningkatan taraf hidup khususnya bagi para pengrajin. Di masa mendatang, karawo
diharapkan mampu menyulam perekonomian Gorontalo menjadi lebih lengkap dan lebih
baik dengan keterlibatan seluruh pihak.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan