Perdarahan uterus abnormal adalah gangguan siklus haid. Beberapa jenis masalah dengan
menstruasi terjadi dalam bentuk perdarahan uterus abnormal. Dalam menegakkan diagnosis
jenis perdarahan uterus abnormal tergantung pada saat mengalami pendarahan, berapa lama
berlangsung, dan faktor lainnya.
Dysfunctional uterine bleeding (DUB) atau perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi,
karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (otak-indung telur-rahim), tanpa
kelainan organ.
A. Klasifikasi dan etiologi perdarahan uterus abnormal
Tabel 1. Klasifikasi perdarahan uterus abnormal
POLA ABNORMALITAS PERDARAHAN
Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35
hari dan disebabkan oleh fase folikuler yang
memanjang. Pada kasus ini kesehatan wanita tidak
terganggu dan fertilitas cukup baik
Polimenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21
hari dan disebabkan oleh defek fase luteal yang
menyebabkan pendeknya masa luteal. Sebab
lainnnya adalah kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis dan sebagainya.
Menoragia Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval
normal ( 21 – 35 hari) namun jumlah darah haid >
80 ml atau > 8 hari (normalnya perdarahan
berlangsung rata-rata 5 hari aliran darah total antara
25-80 ml). Penyebab kelainan ini terletak pada
kondisi dalam uterus, misalnya mioma uteri dengan
permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan
dengan kontraktilitas yang terganggu, polip
endometrium, gangguan pelepasan
endometriumpada waktu haid (irregular
endometrial shedding), gangguan pembekuan
darah, gangguan regulasi periode hormone normal,
dan sebagainya.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-
siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml)
dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).
Hal ini dapat terjadi karena salah satu dari beberapa
penyebab termasuk ketidakseimbangan hormone,
endometriosis, fibroid rahim atau kanker.
Amenorea Tidak terjadi haid selama 6 bulan berturut-turut
pada wanita yang belum masuk usia menopause.
Ada 2 jenis amenore yaitu amenore primer dan
amenore sekunder. Amenore primer terjadi pada
wanita usia 18 tahun tidak pernah mendapat haid.
Amenore sekunder terjadi ketika penderita pernah
mendapatka haid, tetapi kemudian tida didapatkan
lagi. Amenore primer umumnya disebabkan oleh
penyebab-penyebab yang lebih berat dan lebih sulit
diketahui seperti kelainan-kelainan congenital dan
genetic. Sedangkan amenore sekunder lebih
menunujuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian pada seorang wanita, seperti gangguan
gizi, gangguan metabolism, tumor-tumor, penyakit
infeksi dan lain-lain. Amenore fisiologik terjadi
dalam masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi
dan sesudah menopause.
Metroragia atau
perdarahan antara
haid
Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus
ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit servik,
AKDR, endometritis, polip, mioma submukosa,
hiperplasia endometrium, dan keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum
intermenstrual ovulasi yang umumnya disebabkan oleh penurunan
kadar estrogen.
Perdarahan pasca
menopause
Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita
menopause yang sekurang-kurangnya sudah tidak
mendapatkan haid selama 12 bulan.
Perdarahan uterus
abnormal akut
Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya
darah yang sangat banyak dan menyebabkan
gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia atau
renjatan).
Perdarahan uterus
disfungsi
Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau
anovulatoir yang tidak berkaitan dengan kehamilan,
pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi traktus
genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi
sistemik dengan kata lain diagnosis diberikan bila
tidak ada penyebab yang jelas untuk perdarahan
uterus abnormal. Diagnosis DUB seharusnya hanya
terjadi setelah mengesampingkan semua
kemungkinan penyebab fisik lainya perdarahan
uterus abnormal.
B. Penatalaksanaan Medis
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
Perdarahan menstruasi banyak
Riwayat menstruasiKecenderungan perdarahanRiwayat Pengobatan Obat-obatan
Hct, Hb, BT, CT serial
Eksklusi penyebab perdarahan karena factor koagulasi
Pemeriksaan ginekologis
Abnormal Normal
LeiomyomaHiperplasi endometriiAdenokarsinomaAdenomiosisPolip endometrii
Rujuk
Terapi non hormonal
Terapi hormonal
Asam traneksamat atau asam mefenamat selama 3 bulan
Pil kontrasepsi kombinasi
Progesterone selama 3 siklus
Jika gejala tidak hilang rujuk untuk penanganan selanjutnya
Abnormal Uterine Bleeding in Women of Childbearing Age
USG:kehamilan ektopik, leiomioma, tumor ovarii/endometrial
Konsultasi Bedah
Terapi antibiotik
Pembesaran uterus / massa
adneksa
Servisitis / endometritis
Terapi tepat : intervensi psikososial
Polipektomi
Kolposkopi
Dysplasia Serviks
Polip Endoserviks
Suspek Perdarahan
uterus disfungisonal
Luka trauma
Ya Tidak
Patologi tractus genital
Pengelolaan Medis
Ya Tidak
Modifikasi medikasi dan suplemen herbal
Kondisi sistemik
Ya Tidak
Pengelolaan Kehamilan
Penyebab Iatrogenik
Ya Tidak
Kehamilan
Riwayat & pemeriksaan fisik
Abnormal Uterine Bleeding in Postmenopausal Women
Perdarahan uterus abnormal post-menopause
Observasi perdarahan
selama 1 tahun sebelum
menegakkan diagnosis
perdarahan uterus abnormal
Patologi
Tidak terapi hormone / terapi hormone selama > 12 bulan dengan perdarahan
Terapi hormone selama < 12 bulan
Terapi hormone tambahan jika ada indikasi
Sering dilatasi & kuretase
Lesi fokal / patologik
Terapi hormone tembahan jika indikasi
Rujuk ke ahli ginekologi
Normal
Perdarahan lanjut
Rujuk ke ahli ginekologi
Perdarahan lanjutan
Rujuk ke ahli ginekologi
Normal
Sonografi dengan salin / histerokopi dengan biopsy
endometrial langsung