PERANAN SPRITUALITAS PERSAUDARAAN
SANTO FRANSISKUS ASISI
DALAM SEMANGAT PELAYANAN
PARA SUSTER OSF SIBOLGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Masarisa Zalukhu NIM: 061124027
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2010
i
PERANAN SPRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI
DALAM SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Masarisa Zalukhu NIM: 061124027
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh anggota para Suster-Suster Fransiskanes dari Reute (OSF Sibolga)
Di mana pun berada yang telah memberi kesempatan kepada saya
Untuk menerima ilmu dan telah mendukung saya dengan caranya masing-masing
Selama kuliah di IPPAK Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Dan semuanya demi pelayanan Kongregasi.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 Agustus 2010
Penulis
Masarisa Zalukhu
vi
MOTTO
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
(Filipi 2: 5-7)
vii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PERANAN SPRITUALITAS
PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI DALAM SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA, dipilih berdasarkan fakta bahwa yang terjadi saat ini adalah sebagian masyarakat kurang meminati beberapa karya pelayanan para suster OSF Sibolga. Kenyataan yang terjadi dapat diamati dari berbagi bidang pelayanan para suster OSF Sibolga misalnya mulai berkurangnya jumlah anak-anak asrama, pendampingan terhadap anak-anak gadis tidak berjalan lagi dengan baik, anak-anak panti asuhan masih kurang merasa memiliki, bahkan sebagian kurang merasa bahagia tinggal di panti asuhan, poliklinik dan sekolah taman kanak-kanak tempat para suster OSF Sibolga berkarya kurang diminati masyarakat. Bertitik tolak pada kenyataan ini, Skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para suster OSF Sibolga untuk tetap setia menghidupi spritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan para suster hingga dewasa ini.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar peranan spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan para suster OSF Sibolga dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk membantu para suster OSF Sibolga untuk tetap setia menghidupi spiritualitas persaudaraan Santo dalam pelayanan sehingga setiap orang yang dilayani mengalami kasih, sukacita dan damai. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu pemberian angket kepada para suster OSF Sibolga telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran untuk direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan membantu para suster OSF Sibolga untuk semakin mewujudkan semangat yang dihayati Santo Fransiskus Asisi yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan dan mengasihi sesamanya dengan segenap hatinya. Hal ini ditunjukkan oleh Santo Fransiskus Asisi melalui pengabdian dirinya secara total yang bekerja dengan tulus hati demi sesama manusia.
Hasil akhir menunjukkan bahwa spritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi memiliki peranan penting dalam semangat pelayanan para suster OSF Sibolga. Semangat spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi yang bersedia mengorbankan diri demi kepentingan orang–orang yang paling hina dina dan tersingkir masih sangat dibutuhkan. Semangat Santo Fransiskus Asisi ini sangat dibutuhkan dalam situasi zaman yang semakin sulit mewujudkan sikap peduli dan mangasihi di antara sesama manusia. Oleh karena itu, para suster perlu berusaha setia menghayati semangat Fransiskus yang melayani dengan kasih. Untuk keperluan itu penulis menawarkan suatu program rekoleksi, sekaligus dengan proses pelaksanaannya.
viii
ABSTRACT
Sr. Laura. 2010. The Role of St. Francis Assisi’s Brotherhood Spirituality in the Ministerial Spirit of OSF Nuns in Sibolga. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. This undergraduate thesis is entitled “The Role of St. Francis Assisi’s Brotherhood Spirituality in the Ministerial Spirit of OSF Nuns of Sibolga”. This title has been chosen based on the fact that some part of the community are not interested in some programs run by the OSF nuns of Sibolga. This reality is observed in the nuns’ various ministerial services, such as in the decrease of children in the nuns’ boarding house, the unsmooth companion service for young girls, the inadequate sense of belonging observed among children in the nuns’ orphanage, and the limited number of visitors for the nun’s health polyclinic and nursery school. Based on the mentioned reality, this thesis has been meant to help the OSF nuns of Sibolga to devotedly continue living up St. Francis Assisi’s brotherhood spirit in their ministerial service. The main problems of this undergraduate thesis are how important the role of St. Francis Assisi’s ministerial spirit in the ministerial service of OSF nuns of Sibolga is and what attempts are made to help the nuns to devotedly continue living up the brotherhood spirit so that everyone receives services with love, joy and peace. To study these two problems, accurate data were needed. Therefore, a questionnaire was distributed to the OSF nuns of Sibolga. In addition, a literature study was needed to obtain ideas for reflection in order that those ideas could be offered as positive contribution for the OSF nuns of Sibolga in realizing St. Francis Assisi’s spirit, namely to love God with all strengths and to love others wholeheartedly. The spirit was shown by St. Francis Assisi in his total dedication to sincerely work for others. The final results of this study shows that St. Francis Assisi’s brotherhood spirituality has an important role in the ministerial spirit of the OSF nuns of Sibolga. The spirit to sacrifice oneself for the humblest and alienated people is very much needed in this era where it is difficult to realize concerns and love for fellow human beings. Therefore, the nuns should try to devotedly live up St. Francis’s spirit to serve with love. For this purpose, the write presents a recollection program as well as its implementation process.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Masarisa Zalukhu
Nomor Mahasiswa : 06 1124027
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERANAN SPRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS
ASISI DALAM SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 9 Agustus 2010
Yang menyatakan
Masarisa Zalukhu
ix
KATA PENGATAR
Puji syukur kepada Allah karena kasihNya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN SPRITUALITAS
PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI DALAM
SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA.
Skripsi ini memuat pembahasan mengenai spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan para suster OSF
Sibolga. Kemudian membuat suatu usulan rekoleksi bagaimana agar
spiritualitas persaudaraan Santo Fransisikus Asisi tetap menjiwai
semangat pelayanan para suster OSF sibolga sehingga pelayanan yang
dilakukan dijiwai oleh semangat fransiskan dalam persaudaraan yakni semangat
kesederhanaan, semangat kegembiraan, semangat untuk menjadi misionaris
perdamaian dan keadilan.
Penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan
menempuh ujian sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2009/2010.
Dalam penyusunan skripsi ini, ada berbagai pihak yang terlibat
membantu penulis baik berupa sumbangan pemikiran dan dukungan
lainnya. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati
mengucapkan terima kasih kepada:
x
1. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang telah berkenan dan sabar membimbing penulis
selama kuliah di kampus IPPAK.
2. Bapak Dapiyanta SFK, M.Pd., selaku Sekretaris Prodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma yang telah berjasa mendidik dan
membimbing penulis dalam perkuliahan di kampus IPPAK
sekaligus selaku dosen penguji skripsi dan yang membantu dalam
melakukan penelitian selama menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. C. Putranto, S.J., selaku pembimbing utama skripsi dan dosen
pembimbing akademik yang telah rela meluangkan waktu dan dengan
penuh kesabaran mendidik dan membimbing penulis dari awal penyusunan
hingga sampai selesainya skripsi ini.
4. Dr. A. Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji skripsi yang telah dengan
sabar mendidik, mengajar dan membimbing penulis selama kuliah
di kampus IPPAK.
5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama belajar hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan
seluruh karyawan bagian lainnya yang telah memberi dukungan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
xi
7. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2006/2007 yang
turut berperan dalam menempah pribadi dan memurnikan motivasi
penulis menjadi pewarta kabar gembira di zaman yang penuh
tantangan ini.
8. Suster Sesilia Lie OSF Sibolga, sebagai Propinsial Kongregasi OSF
Sibolga di Indonesia yang telah mendukung dan memotivasi penulis
selama belajar hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
9. Segenap suster Kongregasi OSF Sibolga, di komunitas-komunitas
Nias, Tapanuli Tengah, Medan, khusunya komunitas Yogyakarta
dan di manapun berada, baik yang masih belajar maupun yang
sudah berkarya, yang telah berpartisipasi memberi dukungan moral
dan material kepada penulis selama belajar sampai selesai skripsi
ini.
10. Bapa, ibu dan saudara-saudariku yang memberi semangat,
dukungan dan memotivasi penulis dengan cara mereka masing-
masing, mulai dari awal belajar di kampus USD Prodi IPPAK
Yogyakarta sampai selesai.
11. Segenap pihak, yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang
selama ini dengan tulus telah memberi bantuan hingga selesainya
skripsi ini.
Semoga bantuan dan dukungan saudara-saudari yang telah
terwujud hingga selesainya penulisan skripsi ini, dapat membantu dan
mendorong para pembaca untuk semakin mengenal Santo Fransiskus
xii
Asisi yang telah memberi teladan pelayanan yang penuh pengorbanan
demi sesamanya sekaligus menjadi pemberi semangat bagi saudara-
saudari dalam menangggapi panggilan Allah untuk melayani dengan
kasih.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca khususnya pihak
yang berkepentingan.
Yogyakarta, 9 Agustus 2010
Penulis
Masarisa Zalukhu
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................vii
ABSTRACT ....................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN............................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ...................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan ............................................................. 7
E. Metode Penulisan .............................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 8
BAB II SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS
ASISI DALAM SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER OSF
SIBOLGA .......................................................................................................... 10
xiv
A. Latar belakang Hidup Santo Fransiskus Asisi .................................. 10
1. Tempat Lahir ................................................................................ 10
2. Suasana Keluarga ......................................................................... 13
B. Pengertian Spiritualitas ..................................................................... 12
1. Pengertian Spiritualitas Secara Umum ......................................... 12
2. Spiritualitas Persaudaraan dalam Terang Kitab Suci ................... 13
3. Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi ............................................. 15
4. Kekhasan Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi ............................. 17
a) Perjalanan Panggilan Hidup Santo Fransiskus Asisi ............... 19
b) Karya-karya Pelayanan Santo Fransiskus Asisi ....................... 22
1) Perjumpaan Fransiskus dengan Orang Kusta ...................... 22
2) Santo Fransiskus Sang Pembawa Damai ............................. 23
3) Santo Fransiskus Mencintai Kesederhanaan ....................... 24
4) Santo Fransiskus Mengandalkan Sang Pencipta ................. 26
5) Wafat dan Kanonisasi Santo Fransiskus Asisi .................... 29
C. Pelayanan Para Suster OSF Sibolga ................................................ 30
1. Sejarah Kongregasi OSF Sibolga ................................................. 30
2. Spiritualitas Kongregasi OSF Sibolga .......................................... 33
3. Semangat Dasar Pelayanan Para Suster OSF Sibolga .................. 36
4. Karya-karya Pelayanan Para Suster OSF Sibolga ........................ 39
D. Semangat Persaudaraan Sebagai warisan Santo Fransiskus
Asisi ............................................................................................. … 40
xv
E. Pentingnya Spiritualitas Persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam
Semangat Pelayanan Para Suster OSF Sibolga ................................. 43
F. Kerangka pikir dan hipotesis............................................................ . 45
1. Hubungan antara variabel .......................................................... . 45
2. Hipotesis ..................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 48
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 49
B. Desain Penelitian............................................................................... 49
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 49
D. Populasi Penelitian dan Sampel ........................................................ 50
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data ......................................... 51
1. Jenis Data .................................................................................... 51
2. Teknik Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 51
3. Pengembangan Instrumen ........................................................... 53
a) Validitas ................................................................................ 53
b) Reliabilitas ............................................................................ 54
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 55
1. Uji Prasyarat Analisi Data........................................................... 54
2. Uji Hipotesis ............................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 59
A. Data Hasil Penelitian ......................................................................... 59
B. Analisis Validitas dan Reliabilitas .................................................... 61
1. Validitas ........................................................................................ 61
xvi
2. Reliabilitas .................................................................................... 63
C. Analisis Hasil Penelitian ................................................................... 64
1. Uji Prasyarat ................................................................................. 64
a) Uji Normalitas ........................................................................ 64
b) Uji Linieritas ........................................................................... 65
2. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi ................................................... 66
3. Analisis Deskriptif ........................................................................ 67
a) Deskripti Spiritualitas ............................................................. 67
b) Deskriptif Pelayanan .............................................................. 70
4. Hasil Analisis Regresi Sederhana ................................................. 72
D. Pembahasan ....................................................................................... 75
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 76
BAB V USULAN PROGRAM REKOLEKSI DALAM USAHA
MEMPERTAHANKANSPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO
FRANSISKUS ASISI DALAM PELAYANAN PARA SUSTER OSF
SIBOLGA ...................................................................................... 77
A. Pengertian Rekoleksi ........................................................ 78
B. Tujuan Rekoleksi ............................................................. 79
C. Usulan Tema Rekoleksi .................................................... 79
D. Usulan Persiapan Rekoleksi .............................................. 81
BAB VI PENUTUP ....................................................................... 105
A. Kesimpulan ...................................................................... 105
B. Saran ............................................................................... 107
xvii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 108
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Permohonan Pengisian Kuisioner ......................... 110
Lampiran 2: Daftar Kuisioner .......................................................... 111
Lampiran 3: Daftar Hasil Angket ..................................................... 116
Lampiran 4: Frekuensi Statistik Spiritualitas ................................... 122
Lampiran 5: Frekuensi Statistik Pelayanan ...................................... 123
Lampiran 6: Doa Gita Sang Surya ................................................... 124
Lampiran 7: Lagu-lagu ................................................................... 125
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Daftar Singkatan Kitab Suci
Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan
Kitab Suci sesuai dengan daftar singkatan Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dalam Alkitab Katolik Deutrokanonik cetakan tahun
2000 oleh Bimas Katolik Departemen Agama, Republik Indonesia dalam
rangka PELITA IV. Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
Kej : Kejadian
Mat : Matius
Mrk : Markus
Luk : Lukas
Yoh : Yohanes
Kis : Kisah Para Rasul
Flp : Filipi
IKor : Korintus
Kol : Kolose
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.
GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
C. Singkatan Lain
AngOrReg : Anggaran Dasar Ordo Ketiga Reguler Santo Fransiskus
AD : Anggaran Dasar
AngBul : Anggaran Dasar dengan Bulla
AngTBul : Anggaran Dasar Tanpa Bulla
xix
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Kons : Konstitusi
OSF Sibolga : Suster-Suster Fransiskanes dari Reute
Was : Wasiat
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap religius dipanggil untuk senantiasa memiliki semangat
pelayanan. Perlu disadari bahwa para religius adalah anggota gereja
yang ikut serta dalam mengembangkan tugas pelayanan Gereja. Maka,
pelayanan adalah merupakan kenyataan panggilan hidup religius. Oleh
sebab itu setiap religius kembali kepada spiritualitasnya dalam
mengembangkan karya pelayanan bagi masyarakat dan Gereja.
Para suster OSF Sibolga adalah salah satu tarekat religius yang
ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan Gereja dengan menghayati
semangat persaudaraan Santo Fransiskus Asisi. Kelima gadis sederhana
dan tidak terpelajar (Para pendiri pendahulu suster-suster OSF Sibolga)
yaitu Sr.Anna Maria Bloching, Sr.Maria Anna Braing, Sr.Helena
Schwer, Sr.Veronika Moll dan Sr.Magdalena Moll mengambil keputusan
untuk mengabdi Allah dengan melayani manusia yang menderita (Kronik
para Suster-suster OSF Sibolga, 1997). Para gadis yang sederhana dan
bersahaja ini merasa terpanggil dan menjawab panggilan Tuhan melalui
karya pelayanan sosial. Semangat para pendiri pendahulu menghidupi
semangat dan cita-cita hidup persaudaraan Santo Fransiskus Asisi. Cara
dan semangat Santo Fransiskus Asisi menjadi akar persaudaraan para
suster OSF Sibolga dalam setiap tugas pelayanan yang dilakukan,
2
artinya bahwa para suster OSF Sibolga dalam menjawab dan
menanggapi panggilan Allah dalam hidup mereka menghidupi semangat
para pendiri pendahulu dengan cara hidup Santo Fransiskus Asisi.
Menghadapi tantangan-tantangan zaman saat ini, tidaklah mudah
bagi setiap religius khususnya para suster OSF Sibolga mempertahankan
kesetiaan menghidupi semangat melayani terlebih yang dijiwai oleh
spiritualitas Santo Fransiskus Asisi yang penuh dengan semangat doa,
persaudaraan dan kesederhanaan. Pelayanan yang mencerminkan
pancaran persatuan mesra kasih persaudaraan hanya akan mungkin dapat
dialami oleh sesama apabila cinta kasih persaudaraan tersebut dihayati.
Semangat pelayanan yang disemangati persaudaraan akan mampu menerobos
batas negara, agama, sosial-ekonomi dan suku di tengah dunia di antara sesama
manusia. Artinya bahwa, memperlakukan semua makhluk ciptaan sebagai
saudara dan saudari dan sebagai anugerah Allah yang mengagumkan. Kekhasan
semangat persaudaraan Fransiskus dalam pelayanan yakni adanya semangat
kesederhanaan, semangat kegembiraan, semangat untuk menjadi misionaris
perdamaian dan keadilan. Maka, sangatlah penting dipikirkan bagaimana
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi tetap menjiwai
semangat pelayanan para suster OSF Sibolga, spiritualitas persaudaraan
yang dilakukan dengan semangat pelayanan akan dijiwai dengan sikap
ketulusan, keramahan, kemurahan, kelemah-lembutan dan penuh dengan
kasih yang mampu dialami oleh saudara yang lemah, miskin dan
menderita. Konstitusi OSF Sibolga dalam tugas dan perutusan tentang
3
hidup dalam persaudaraan dikatakan bahwa asal, gambaran serta
kepenuhan setiap persaudaraan adalah Allah Tritunggal.
Berdasarkan kalimat di atas, sangat jelas apa yang menjadi sumber dan
tujuan persaudaraan para suster OSF Sibolga. Dalam konstitusi OSF Sibolga
dikatakan bahwa asal atau sumber persaudaraan adalah Allah Tritunggal,
demikian pun gambaran persaudaraan yang ingin diwujudkan adalah gambaran
Allah Tritunggal. Maksudnya bahwa dalam persaudaraan Pribadi Bapa sebagai
Pencipta nyata dalam hidup, Persaudaraan juga merupakan suatu nilai yang amat
penting bagi umat Kristiani, terlebih bagi seorang Fransiskan. Secara khusus
sebagai Fransiskan: persaudaraan mencakup hubungan dengan seluruh alam
ciptaan. Setiap makhluk yang dekat dengan Fransiskus akan mengalami
kehidupan, dan Fransiskus sangat erat relasinya dengan alam tersebut, bahkan
Fransiskus menyapa segala sesuatu dengan ‘saudara/saudari’ yang
menggambarkan makhluk lain itu tidak lebih rendah dari dirinya sendiri.
Allah telah memanggil setiap pribadi para suster OSF Sibolga
dalam satu persaudaraan. Setiap suster dipanggil untuk membagikan
anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan untuk menjadikan
persekutuan tersebut sebagai tempat belaskasih, sukacita dan damai bagi
setiap orang (Konstitusi Suster-suster OSF Sibolga).
Kekayaan kerohanian dan kharisma para pendiri dalam melakukan
pelayanan yang dijiwai oleh spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus
Asisi yaitu penuh dengan kasih, sukacita dan damai bagi setiap orang
yang dilayani. Adapun karya-karya pelayanan para suster OSF Sibolga
4
adalah yaitu mengasuh anak-anak yang tidak memiliki orang tua,
memdampingi dan membekali gadis-gadis desa yang tidak bersekolah,
melayani kesehatan masyarakat, asrama, mengajar di sekolah-sekolah,
melayani di rumah retret, dan berpastoral. Dalam setiap karya pelayan,
para suster OSF Sibolga sebenarnya diharapkan mampu membawa kasih,
sukacita dan damai bagi setiap orang yang dilayani; misalnya pelayanan
terhadap anak-anak yang tidak memiliki orang tua, para suster OSF
sibolga diharapkan dapat menjadi orang tua bagi anak-anak di mana
anak-anak mengalami kasih, sukacita dan damai), tentu demikian juga
para suster yang lain yang berkarya di tempat karya yang lain mampu
membawa kesembuhan bagi mereka yang sakit baik secara jasmani
maupun secara rohani, mampu meneguhkan sesama dalam imannya akan
Kristus, mampu mengajari dan mendampingi mereka yang tidak
bersekolah sehingga memiliki pengharapan masa depan hidupnya
singkatnya setiap orang yang dilayani mampu mengalami kasih, sukacita
dan damai. Namun kenyataan yang terjadi saat ini adalah sebagian
masyarakat kurang meminati beberapa karya pelayanan para suster OSF
Sibolga (Berita Regio, Persiapan Kapitel XII tentang karya : 2010,4)
misalnya berkurangnya jumlah anak-anak asrama, pendampingan
terhadap anak-anak gadis yang mulai berkurang bahkan tidak berjalan
dengan baik, anak-anak panti asuhan masih kurang merasa bahagia
tinggal di panti asuha, Poliklinik dan TK kurang diminati masyarakat.
5
Menghadapi situasi aktual yang dialami oleh para suster OSF
Sibolga, bangkitlah kerinduan hati penulis untuk membaktikan diri
kepada terekat dengan ikut membantu menyumbangkan buah pemikiran.
Sumbangan pikiran tersebut memiliki tujuan yaitu membantu tarekat
menumbuhkan, mengembangkan dan memperdalam semangat
penghayatan para anggota di dalam menjalani tugas dan perutusan.
Dalam karya pelayanan yang dilakukan para suster OSF Sibolga
seharusnya dijiwai oleh semangat spiritualitas Santo Fransiskus Asisi
yang dijiwai dengan hidup doa, persaudaraan dan kesederhanaan bagi
setiap orang yang dilayani sehingga orang yang dilayanipun mampu
merasakan cinta kasih, sukacita dan damai. Namun seringkali hal
tersebut tidak terwujudkan. Terkadang pelayanan yang dilakukan masih
sebatas rutinitas belaka karena ditugaskan. Akibatnya, pelayanan yang
dilakukan bagaikan melakukan pekerjaan tanpa jiwa, tidak menyadari
dan memahami arah pelayanan tarekat yang jelas, sehingga spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi yang menjadi teladan hidup para
suster OSF Sibolga masih kurang berbicara dalam pelayanan para
suster.
Penulis mengatakan ”memberi sumbangan” karena sebelumnya
para suster OSF Sibolga telah menghidupi semangat persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi dalam setiap tugas pelayanan yang dilakukan, namun
bagaimana tetap setia mempertahankan semangat persaudaraan tersebut
sehingga berpengaruh dalam tugas pelayanan yang mereka lakukan.
6
Maka penulis memilih judul ”PERANAN SPIRITUALITAS
PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI DALAM
SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA”.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi?
2. Seberapa besar peranan spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus
Asisi dalam membantu para suster OSF Sibolga untuk meningkatkan
semangat pelayanan untuk zaman sekarang?
3. Usaha apa yang dapat dilakukan agar spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi dapat lebih meningkatkan semangat pelayanan para
suster OSF Sibolga?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menggali lebih mendalam semangat persaudaraan yang dihayati
Santo Fransiskus Asisi yang menjadi semangat para suster OSF
sibolga dalam melakukan karya pelayanan.
2. Mengetahui bagaimana para suster OSF Sibolga menghayati
persaudaraan Santo Fransiskus dalam karya pelayanan.
7
3. Memberi sumbangan bagaimana agar para suster OSF Sibolga tetap
setia mempertahankan semangat persaudaraan Santo Fransiskus Asisi
sehingga senantiasa menjiwai setiap pelayanan para suster OSF
Sibolga.
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini dapat memberi manfaat:
1. Bagi penulis semakin memahami spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi dan mampu menjadi semangat dalam meningkatkan
karya pelayanan.
2. Supaya para suster OSF Sibolga semakin memahami dan menghayati
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus dalam meningkatkan
karya-karya pelayanan.
3. Memberi sumbangan bagi para pelayan sosial yang memiliki hati
dan siapa saja yang terlibat dalam pelayanan sosial agar senantiasa
memiliki semangat persaudaraan dalam melakukan tugas pelayanan
yang dilakukan.
E. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai penulis adalah Deskriptif Analitis yaitu
menggambarkan secara faktual keadaan yang terjadi dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan suster-suster OSF Sibolga melalui
penghayatan spiritualitas persaudaraan St. Fransiskus Asisi.
8
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Judul yang dipilih adalah Peranan spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi dalam semangat pelayanan para suster OSF Sibolga.
Judul ini akan diuraikan dalam enam bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan: Latar belakang
penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Spiritualitas Persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dan Pelayanan
para Suster-suster OSF Sibolga.
Bab kedua ini memaparkan tentang spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi yang meliputi: pengertian spiritualitas, kekhasan
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi, bagaimana
spiritualitas persaudaraan yang dihayati Santo Fransiskus Asisi.
Kemudian membahas tentang gambaran umum pelayanan para suster
OSF Sibolga: latar belakang karya pelayanan para suster OSF Sibolga,
lapisan masyarakat seperti apa yang melatarbelakangi sesama yang
dilayani, bentuk-bentuk karya pelayanan para suster OSF Sibolga dan
pentingnya spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam
semangat pelayanan para suster OSF Sibolga.
9
BAB III Meodologi Penelitian
Bab ini berisi penelitian tentang penghayatan spiritualitas persaudaraan
Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan para suster OSF Sibolga,
dengan pemahaman ini diharapkan para suster OSF Sibolga semakin
mampu setia mempertahankan nilai-nilai persaudaraan yang diwariskan
oleh Santo Fransiskus Asisi.
BAB IV Hasil dan pembahasan penelitian
Bab ini berisi hasil dan pembahasan penelitian penghayatan spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan para suster OSF
Sibolga.
BAB V Usulan Program
Bab ini merupakan usulan program rekoleksi bagi para suster OSF
Sibolga yang meliputi: pengertian rekoleksi, tujuan rekoleksi, usulan
tema-tema rekoleksi, dan usulan persiapan rekoleksi.
BAB VI Penutup
Bab ini menyampaikan kesimpulan penulisan yang juga disertai dengan
saran-saran.
BAB II
SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI
DALAM SEMANGAT PELAYANAN
PARA SUSTER OSF SIBOLGA
Mengenal dan memahami siapa itu Santo Fransiskus Asisi merupakan hal
penting untuk lebih memahami lebih mendalam semangat, bentuk dan nilai-nilai
pelayanan yang dilakukan oleh Santo Fransiskus Asisi yang hingga dewasa ini
juga menjadi teladan semangat pelayanan para suster OSF Sibolga. Oleh karena
itu bab II ini, akan terlebih dahulu menguraikan latar belakang Santo Fransiskus
Asisi, pengertian spiritualitas dan pelayanan Santo Fransiskus Asisi, kemudian
membahas tentang gambaran umum pelayanan para suster OSF Sibolga
dan bagian akhir akan menguraikan bagaimana pentingnya spiritualitas
persaudaraan santo Fransiskus Asisi dalam semangat pelayanan para suster OSF
Sibolga.
A. Latar belakang Hidup Santo Fransiskus Asisi
1. Tempat Lahir
Francesco, anak Pietro Bernardone, seorang pedagang tekstil yang sukses,
lahir di kota kecil Asisi, Italia, pada tahun 1181. Setelah menjadi orang ternama
sebagai pengikut Kristus, ia dikenal dengan nama Santo Fransiskus dari Asisi. Ia
meninggal pada sore hari tanggal 3 Oktober 1226. Dalam rentang waktu
11
hidupnya yang hanya sekitar 45 tahun itu, ia ternyata membawa pengaruh besar
bagi dunia Kristiani zaman itu, bahkan juga sampai zaman kita. Kini, sewaktu
Gereja giat mencanangkan lagi perjuangan untuk keadilan dan damai, orang
teringat pada sosok Fransiskus sebagai pembawa damai dan kawan setia orang-
orang kecil. Fransiskus dengan semangat persaudaraannya yang mampu
menerobos batas-batas Negara, agama dan sosial ekonomi, terasa hadir kembali
di tengah dunia yang mendambakan persaudaraan antara semua manusia. Ia
bahkan dikenang sebagai orang yang memperlakukan semua makhluk ciptaan
sebagai “saudara dan saudarinya” dan sebagai anugerah Allah yang
mengagumkan, sehingga Paus Yohanes Paulus II merasa pada tempatnya
mengangkat dia sebagai pelindung pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup 29
November 1979 (Ladjar, 1988: 17).
2. Suasana Keluarga
Fransiskus pada awalnya diberi nama Yohanes oleh Ibunya, Dona Pika.
Ayahnya, Pietro Bernardone adalah seorang saudagar kain. Ia sering pergi keluar
Asisi untuk berdagang. Sewaktu Fransiskus lahir, Bernardone sedang berada di
Perancis. Setelah kembali ke Asisi, Bernardone memberinya nama Fransiskus
untuk mengingatkan kota Perancis yang sangat dikaguminya (Groenen, 2000:
27).
Fransiskus ingin menjadi seorang ksatria. Tentu saja hal ini mendapat
dukungan penuh dari ayahnya. Ksatria merupakan simbol dan status terpandang
dalam masyarakat yang diperoleh berkat kemenangan di medan pertempuran.
12
Maka ketika pecah perang antara Asisi dengan Perugia, Fransiskus bergabung
ikut bertempur untuk membela kotanya. Tetapi ia ditangkap dan dipenjara di
Perugia selama satu tahun. Dia ditebus oleh ayanya dan kembali ke Asisi dalam
keadaan sakit dan patah semangat. Keinginannya untuk menjadi seorang ksatria
tidak pernah tercapai sebab ternyata Tuhan mempunyai rencana lain terhadapnya.
Tuhan memang menginginkannya menjadi ksatria, namun bukan ksatria duniawi,
melainkan ksatria surgawi bagi kaum papa.
B. Pengertian Spiritualitas
1. Pengertian Spiritualitas secara umum
Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan
’kerohanian’ atau ’hidup rohani’. Kata ini menekankan segi
kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu
’kesalehan’, yang menandakan hubungan orang perorangan dengan
Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka bentuk
kehidupan rohani, misalnya ’spiritualitas modern’ atau spiritualitas
kaum awam’. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha
melatih–diri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan
Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan
pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup
keagamaan manusia. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas
sejati adalah Roh (= Spiritus; Lat.), yaitu Roh Kristus seperti tampaknya
13
dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh
dalam hatinya (Heuken, 2002:11).
Makna ’rohani’ melebihi kesanggupan untuk berhubungan dengan
Tuhan atau menyadari dari Yang-Illahi dalam lingkup hidup kita.
Manusia terpanggil untuk benar-benar mengenal Dia Yang hadir dalam
batinnya. Memang, Tuhan di mana-mana dan tiada sesuatu di luar
jangkauan-Nya. Tetapi, kehadiran Tuhan ’dalam’ batin manusia
bermakna khusus: kehadiran yang bersifat pribadi itu bukan masalah
jarak yang dapat diukur. Kehadiran dan hubungan antar pribadi
berlandaskan kodrat manusia sebagai makhluk yang berakal-budi dan
berkehendak bebas, sehingga dapat mengerti dan mencinta. Berkat
kodrat rohani inilah hubungan ’erat’ satu sama lain dapat dijalin antar
manusia dan Tuhan Yang adalah Roh semata. Hubungan pribadi dijalin
oleh kasih, dan dengan mengasihi kita baru mengerti. Maka, spiritualitas
menyangkut keberadaan orang beriman sejauh dialami sebagai anugerah
Roh Kudus yang meresapi seluruh dirinya (Heuken, 2002:11).
2. Spiritualitas Persaudaraan dalam terang Kitab Suci
Berfirmanlah Allah, “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa kita” (Kej 1:26). Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-
Nya; diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kej
1:27).
14
Bertitik tolak dari dari teks di atas, kita dapat melihat bahwa setiap
manusia diciptakan Allah menurut gambar-Nya sendiri. Dalam keserupaan
dengan Allah ini setiap manusia dalam pengertian dan cinta mengambil bagian
dalam hidup Allah. Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang
sama; karena Allah menjadikan semua bangsa dan umat manusia dari satu orang
saja ( Kej 17:26). Kesatuan ini lebih dikuatkan lagi dengan kedatangan Kristus ke
dalam dunia. Dalam Dia, semua manusia diangkat menjadi anak-anak Allah.
Karenanya, manusia menjadi saudara satu sama lain. Tuhan Yesus sendiri
berkata, “Kamu semua adalah saudara, Bapamu hanya satu yaitu yang ada di
surga” (bdk. Mat 23:8-9).
Kata “saudara” menunjuk kepada kesatuan yang paling dasariah dan tak
terpisahkan karena berasal dari bapa yang satu dan sama. Untuk lebih
memperjelas betapa eratnya kesatuan ini, Tuhan Yesus bersabda, “Akulah pokok
anggur dan kamulah ranting-rantingnya” ( Yoh 15:5). Seperti ranting mengambil
bagian kehidupan dari pokok anggur yang satu dan sama serta satu kesatuan
mengalami hidup bersama dan mati kalau terpisahkan dari pohonnya, demikian
juga hidup manusia ( bdk. Yoh 15:5-6).
Rasul Paulus mengungkapkan relasi kesatuan seperti yang disabdakan
oleh Yesus di atas dengan mengambil kesatuan tubuh manusia sebagai simbol. Ia
berkata, “karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan
segala anggota itu sekalipun banyak merupakan satu tubuh, demikian pula
Kristus. Sebab dalam satu roh kita semua baik orang Yahudi maupun orang
Yunani, baik budak maupun orang merdeka telah dibabtis dan menjadi satu tubuh
15
dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (I Kor 12:12-13). Karena itu kita
satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah
tubuh Kristus, dan kamu masing-masing adalah anggotanya (I Kor 12:26-27).
Teks inilah yang merupakan dasar solidaritas seluruh umat manusia
kepada sesamanya khusunya bagi mereka yang hina, miskin, lemah dan tertindas.
3. Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi
Santo Fransiskus dari Asisi mengalami yang tidak dialami oleh pendiri
mana pun juga, serbuan Roh Tuhan yang begitu hebat baik dalam hidup pribadi
maupun dalam misinya sebagai pelopor bentuk hidup baru. Dari pengalaman
itulah timbul keyakinannya atas jalan yang dia tempuh dan atas interpretasinya
untuk mengikuti Kristus. Ia mengatakan hal ini begitu jelas waktu mendiktekan
Wasiatnya, “Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus,
untuk mulai melakukan pertobatan”, ia mengulangi perkataan serupa itu
sebanyak tujuh kali: Tuhan sendiri mengilhami aku, Tuhan mewahyukan
kepadaku (Iriarte, 1995: 10).
Fransiskus sadar sepenuhnya bahwa panggilannya datang dari Allah,
Fransiskus menyebut dalam wasiat dengan istilah melakukan pertobatan.
Rumusan melakukan pertobatan menunjuk pada perjalanan panggilan yang harus
ditempuh Fransiskus, dalam terang sabda Allah. Secara bertahap dia sadar akan
rencana Allah terhadap dirinya. Karena itu, dia terikat pada Allah dengan iman
yang teguh. Hidup dalam pertobatan menurut Fransiskus adalah suatu perjalanan
hidup menurut Injil; hidup dalam pertobatan terus-menerus mesti dipandang
16
sebagai suatu anugerah dari Tuhan. Rahmat itu diterima dengan menghayati
perubahan total secara batiniah dan lahiriah dalam hidup.
Spiritualitas setiap santo-santa merupakan cara khususnya untuk
menggambarkan Allah baginya, berbicara tentang-Nya, cara mendekati-Nya.
Setiap santo melihat gelar Allah dalam terang apa yang paling menyentuh
pikirannya, menyerap hatinya secara mendalam, yang menarik, menaklukkan
dirinya. Bagi setiap santo-santa, satu keutamaan khusus dari Kristus merupakan
cita-cita yang hendak diperjuangkan dalam hidupnya (Syukur, 2007:25).
Menyangkut kekhususan spiritualitas Santo Fransiskus Asisi, seseorang
Fransiskan mengatakan demikian: Jika sesuatu yang khusus dapat diamati pada
diri Fransiskus, hal itu adalah keinginan yang kuat untuk tidak memiliki
kekhususan. Spiritualitas Fransiskan adalah semata-mata menghayati Injil.
Namun karena dia adalah seorang pribadi yang unik dan menarik, Gereja
menemukan kharismanya yang khusus itu, yang disebut dengan spiritualitas
Fransiskus. Pius XII lebih jauh menyatakan, ajaran Fransiskan memandang Allah
adalah kudus, besar dan melampaui semua, baik sungguh baik. Allah juga dialami
sebagai kasih. Dia hidup karena kasih, menciptakan karena kasih, menjadi
daging, menebus, menyelamatkan dan menjadikan suci karena kasih. Fransiskus
memandang Yesus dalam kasih manusiawinya (Syukur, 2007:26).
Maka yang menjadi tekanan kuat spiritualitas Fransiskan terletak pada
kenyataan bahwa Allah adalah kasih. Dari tekanan pokok spiritualitas Fransiskan,
ada unsur-unsur pokok agar dapat menghidupi Injil seturut semangat Fransiskus
Asisi adalah: ”dalam persekutuan dengan Kristus yang miskin dan tersalib, dalam
17
kasih Allah, dalam persaudaraan dengan semua orang dan segenap ciptaan,
berpartisipasi dalam hidup dan misi gereja, dalam pertobatan terus-menerus,
dalam hidup doa-liturgis, pribadi, bersama dan sebagai pembawa damai” (Syukur
2007:24). Dalam kenyataannya, salah satu unsur hakiki dari spiritualitas adalah
lebih hina dina dan pengikutnya menjadi saudara-saudara hina dina.
Hidup rohani Fransiskus dapat dirangkum demikian: konkret, khas, manusiawi serta etis. Ia memelihara devosi mendalam kepada kemanusiaan Jesus, khususnya kepada Kristus Yang tersalib, sehingga ia memperoleh stigmata. Devosi ini mempersiapkan kesenian realistis, yang agak seram pada abad keempat dan kelima belas. Akan tetapi, Fransiskus sendiri lebih cocok dengan cahaya yang lembut seperti tampak pada karya seni giotto. Santo ini memulai devosi pada kanak-kanak Jesus yang menumbuhkan kebiasaan membuat palungan Kanak-kanak Jesus pada Hari Natal. Fransiskus mengikuti Injil sekonkret mungkin. Injil menjiwai seluruh hidupnya, sehingga menjadi suatu tafsiran yang hidup. Ia patuh kepada Allah dan Gereja yang ia cintai, walaupun Gereja ini sedang mengalami krisis berat (Heuken, 2002:92).
4. Kekhasan Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi
Dalam Anggaran Ordo Ketiga Reguler Santo Fransiskus, ditegaskan cara
khas untuk menghayati Injil menurut teladan dan gaya yang telah ditunjukkan
oleh Fransiskus. Kehidupan religius fransiskan bagi saudara-saudari dalam Ordo
Ketiga Regular berdiri di atas 4 pilar nilai. Nilai pokok itu ialah: berdoa,
pertobatan, kedinaan dan kemiskinan. Penghayatan akan nilai-nilai ini akan
memunculkan khas Fransiskan dalam persaudaraan yakni semangat
kesederhanaan, semangat kegembiraan, semangat untuk menjadi misionaris
perdamaian dan keadilan.
Persaudaraan tidak dimasukkan dalam daftar ini karena persaudaraan
bermakna lebih luas dari pada sekedar suatu nilai. Persaudaraan adalah elemen
18
utama dari struktur kehidupan; dasar utama yang di atasnya bertumbuhlah
keempat nilai dasariah. Itu berarti nilai-nilai yang ada dalam hidup Fransiskan
harus dihayati dalam persaudaraan. Semua nilai mesti mengandung dimensi
persaudaraan. Para pengikut Fransiskus melaksanakan pertobatan dalam
persaudaraan; kehinadinaan berasal dari kesadaran akan keberadaan sebagai
saudara dan saudari bagi semua, sebab kita semua adalah anak dari Bapa yang
satu; kemiskinan adalah suatu kebebasan batiniah untuk hidup dalam
persaudaraan dengan pemberian kasih satu sama lain; kontemplasi adalah pujian,
ucapan syukur atas rahmat dalam nyanyian kegembiraan akan hidup bersaudara
(Conti Martino, 2006: XXI)
Kemiskinan bagi Fransiskus tidak diartikan dalam arti sempit yang hanya
terbatas pada kaul kemiskinan. Kemiskinan bagi Fransiskus, lahir dari
penghayatan akan kemiskinan Kristus, yang “ walaupun Illahi, tetapi melepaskan
keillahian-Nya dan mengosongkan diri” (Flp 2:7). Kemiskinan itu dilaksanakan
dalam cara hidup mengikuti Kristus menurut gaya Fransiskus, sebagai “musafir
dan perantau” (AngBul VI: 3). Kemiskinan itu mengubah cara kita membawa diri
berhadapan dengan segala sesuatu, semua orang, Allah sendiri, sambil menuntut
sikap mengosongkan diri atau menolak barang-barang material, melayani sesama
secara timbal balik, serta sikap percaya dan bersyukur kepada Allah.
Kehinadinaan merupakan ciri khas dalam perjalanan hidup di dunia,
dalam bersikap terhadap orang lain, baik dalam komunitas, dalam lingkungan
kerja dan kerasulan. Fransiskus menghendaki para pengikutnya berada sebagai
saudara dina, paling kecil dari semua, hamba semua orang. Aspek kehinadinaan
19
ini mengandung pembebasan dari segala bentuk penguasaan atau manipulasi
terhadap orang lain. Itulah gaya hidup hina dina. Karena dengan gaya hidup
seperti itulah, warta perdamaian dapat dibawa dan persekutuan dengan semua
orang dapat ditumbuhkan.
Berdoa dan semangat doa adalah nilai dasariah yang mengandung
kekayaan dan vitalitas dari dimensi kontemplatif hidup para fransiskanes. Dalam
doa yang ditandai oleh pujian dan syukur kepada Allah, Bapa Maha pencipta,
merupakan membina suatu gaya hidup berdoa dan belajar untuk memenuhi setiap
saat dalam hidup akan kesatuan dengan Tuhan sehingga mampu menciptakan dan
mempersembahkan kepada Tuhan tempat tinggal yang stabil dan pasti dalam diri.
Hidup dalam pertobatan menurut Fransiskus adalah suatu perjalanan
hidup menurut Injil; hidup dalam pertobatan terus-menerus mesti dipandang
sebagai suatu anugerah dari Tuhan. Rahmat itu diterima dengan menghayati
perubahan total secara batiniah dan lahiriah dalam hidup(Conti Martino, 2006:
XXI).
a) Perjalanan Panggilan Hidup Santo Fransiskus Asisi
Pada pendahuluan Wasiatnya Fransiskus mengisahkan jalan panggilan
pribadinya dengan kata-kata ini:
Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus, untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Dan setelah aku meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu aku meninggalkan dunia (Iriarte, 1995: 17).
20
Itulah pengalaman pribadi berkat rahmat Allah yang diterimanya waktu
ia bertobat. Pengalaman seperti itu biasanya menerangi dan menuntun seluruh
hidup si pentobat. Kata-kata Kristus kepada Santo Paulus, “ Akulah Yesus yang
kau aniaya itu” (Kis 9: 5) bagaikan sentakan lewat cahaya yang memancar, yang
menjiwai seluruh pandangan teoligisnya atas misteri Kristus Tuhan, yang hadir
dalam diri umat beriman. Inilah yang menggalakkan semangatnya untuk Injil
tanpa menunggu sejenak pun. Bagi Fransiskus, pertemuannya dengan Kristus
dalam diri kaum miskin, dan terutama dalam diri orang kusta, di mana perpaduan
kemiskinan dan kemelaratan, memperdalam pengertiannya perihal misteri
inkarnasi dan perihal “mengikuti Kristus“ saudaranya. Karena tabiat dan
kepekaan Kristianinya, Fransiskus yang masih usia muda gampang menaruh
belaskasihan terhadap orang-orang yang melarat.
Allah hadir dalam mimpi-mimpi Fransiskus dan mengusik nuraninya.
Maka dimulailah pergulatan seorang anak muda untuk menemukan jati diri dan
panggilannya. Ketika benak Fransiskus dipenuhi berbagai macam ketidak-pastian
hidup, dalam suatu keheningan ia bertanya, “Tuhan, apa yang Kauinginkan
supaya aku lakukan?”. Setelah bergulat sekian lama, ia memperoleh jawaban
yang ditunggunya dari Yesus yang tersalib di Gereja San Damiano, “Pergilah, hai
Fransiskus, dan perbaikilah rumah-Ku yang nyaris roboh ini” (Sejarah Singkat
Hidup Fransiskus dari Asisi: 21) Dengan gemetar dan heran ia berkata: “ Dengan
suka aku mau melaksanakannya, Tuhanku”. Hatinya dipenuhi dengan
kegembiraan besar dan cahaya terang. Ia tahu, siapa yang berbicara dengannya. Ia
21
dipenuhi oleh Tuhannya. Baru ia mengetahui jalannya. Fransiskus merasa
bahagia, di mana dia benar-benar menemukan Tuhan di dalam dirinya.
Fransiskus telah menemukan panggilannya. Ia tinggalkan segalanya:
kekayaan, kekuasaan, cita-cita tentang kejayaan bahkan orang tuanya. Tanpa
menunda-nunda lagi, perintah Tuhan segera dilaksanakannya. Gereja San
Damiano yang nyaris runtuh dibangunnya kembali. Tetapi bukan itu maksud
Tuhan sebenarnya. Kemudian, Fransiskus sadar bahwa Gereja bukan pertama-
tama bangunan fisik. Ia sadar bahwa sebenarnya ia dipanggil untuk membarui
hidup menggereja dan menopangnya dengan hidup Injili yang sejati. Cita-cita
Injil tentang kerendahan hati, hidup yang bersahaja, persaudaraaan dan
perdamaian diwujudkannya dalam hidup sehari-hari. Yesus yang miskin telah
mengubah pandangannya tentang nilai hidup. Orang kusta yang dulu dipandang
menjijikkan kini begitu dikasihi dan dihormati.
Itulah Fransiskus Asisi, pencinta kemiskinan dan kesederhanaan yang
tidak membenci orang kaya. Ia adalah pencari keadilan tetapi menolak
pemberontakan; pendoa sejati yang riang-gembira dalam ketiadaan; pelaku tapa
keras tetapi lemah lembut terhadap semua ciptaanNya; bentara Tuhan tanpa
kemegahan dan keagungan. Hanyalah pakaian kasar satu-satunya pembalut tubuh
dalam segala cuaca. Kaki telanjang tanpa tongkat di tangan menelusuri seluruh
kota. Itulah Fransiskus, si miskin dari Asisi.
22
b) Karya-karya Pelayanan Santo Fransiskus Asisi
Hal yang mendorong saudara-saudari untuk mengabdikan diri secara
penuh pada karya rasuli atau karitatif adalah perintah kasih, yang menjadi “jalan”
atau cara hidup bagi setiap orang dan seluruh persaudaraan. “perintah kasih “ itu
sekaligus menjadi misi yang harus diwujudkan (Conti Martino, 2006: 195)
Mereka yang melakukan pertobatan dan melayani Tuhan dalam
pertobatan, dibarui dalam pikiran, hati, kesadaran, sehingga mereka membuka
hatinya untuk mengasihi sesama, dan mencintai sesama seperti diri sendiri (Mat
22:29; Mrk 12:31), memperlihatkan belaskasih dan kemurahan hati Allah kepada
sesama seperti Tuhan melakukannya terhadap setiap orang (Anggaran Ordo
ketiga Reguler, VII).
1) Fransiskus berjumpa dengan Orang Kusta
Perjumpaan Santo Fransiskus dengan orang kusta merupakan titik awal
bagaimana Fransiskus melayani dan menaruh belaskasihan kepada sesama yang
menderita. Suatu hari ketika sedang menunggang kuda, Fransiskus berpapasan
dengan seorang kusta. Biasanya ia sangat jijik dengan orang kusta bahkan jika
mungkin dia akan berbalik menghindar. Tetapi hari itu, ia melakukan hal yang
luar biasa. Daya kekuatan Illahi telah menuntunnya. Ia mendekati orang kusta itu,
kemudian ia turun dari kuda dan memeluk serta mencium si kusta.
Beberapa tahun kemudian, ketika dalam keadaan sekarat, Fransiskus
mengingat kembali peristiwa yang sangat menentukan hidupnya ini. “Ketika aku
dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Akan tetapi Tuhan
23
sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh
kasihan (Was, 1981: 1-3).
Cara hidup Fransiskus ini memukau banyak orang. Dua tahun setelah
pertobatannya, beberapa orang segera bergabung dengannya. Mereka adalah
saudara Bernardus Quintavalle, Sdr. Petrus Catani, Sdr. Egidius dan kemudian
disusul beberapa saudara yang lain. Sepuluh tahun kemudian, Ordo ini
berkembang di seluruh Eropa dengan jumlah saudara lebih dari 3.000 saudara.
Pada tahun 1212, untuk pertama kalinya seorang perempuan datang dan
bergabung dengan Fransiskus. Ia adalah Klara, seorang putri dari bangsawan
Offraduccio. Klara menjadi pendiri gerakan baru yang sekarang dikenal sebagai
Putri Miskin Klara.
Selanjutnya, ada ratusan bahkan ribuan orang, laki-laki dan perempuan,
menikah dan bujang/perawan, yang ingin mengikuti Fransiskus. Untuk mereka
ini, Fransiskus menuliskan sebuah cara hidup sederhana yang kemudian dikenal
sebagai Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
2) Santo Fransiskus Sang Pembawa Damai
Ketika pecah perang salib V, Fransiskus pergi Mesir khususnya ke Kota
Damietta. Ditemani oleh saudara Illuminatio, mereka menyeberangi arena
pertempuran menuju ke perkemahan tentara muslim. Tentara muslim pun
menangkap mereka dan membawa ke hadapan Sultan Melek el-Kamhil. Tak
disangka-sangka, Fransiskus dan Illuminatio diterima dengan ramah oleh Sultan.
Bahkan Sultan berkenan mendengarkan uraian Fransiskus tentang Allah
24
Tritunggal Mahakudus dan tentang Yesus Kristus penyelamat semua orang.
Walaupun sultan tidak mau menerima pendamaian dan iman Kristiani,
keberanian dan kelembutan Fransiskus telah menimbulkan simpati dalam hati
Sultan Melek. Sewaktu, Fransiskus dan Illuminatio berpamitan, sultan
memberikan pengawal keamanan sampai batas daerah perkemahan tentara
Kristiani (Bodo, 2002: 145-149).
Saudara-saudara yang pergi di antara kaum muslim dapat membawa diri
secara rohani dengan dua cara. Cara yang satu ialah: tidak menimbulkan
perselisihan dan pertengkaran, tetapi hendaklah mereka tunduk kepada setiap
mahkluk insani karena Allah dan mengaku bahwa mereka adalah orang Kristiani.
Cara yang lain ialah: mewartakan firman Allah bila hal itu mereka anggap
berkenan kepada Allah, supaya orang percaya akan Allah Yang Mahakuasa, Bapa
dan Putra dan Roh Kudus, Pencipta segala sesuatu, dan akan Putra, Penebus dan
Penyelamat, dan supaya dibabtis dan menjadi Kristen.
3) Santo Fransiskus mencintai kesederhanaan
Pada tahun 1224, Fransiskus merayakan Natal di Grecio. Ia ingin
mendramakan kelahiran Yesus dan ingin melihat dengan mata kepala sendiri,
bagaimana kanak-kanak Yesus berbaring dalam palungan beralaskan jerami di
tengah-tengah keledai dan lembu. Fransiskus dan saudara-saudaranya
mengumpulkan orang-orang sederhana dari desa-desa sekitar Grecio. Mereka
sibuk membuat palungan, keledai dan lembu dibawa masuk ke tempat itu (Bodo,
2002:157).
25
Malam itu, orang datang berkerumun dengan riang gembira, membawa
lilin dan obor. Mereka berdesak-desakan menyaksikan perayaan itu. Di atas
palungan itu, dipersembahkan Misa. Fransiskus sebagai diakon menyanyikan
kisah Lukas mengenai kelahiran Yesus dengan suara penuh haru. Kanak-kanak
dalam palungan mula-mula dilihat orang sebagai patung yang mati. Namun,
ketika dihampiri dan digendong Fransiskus, kanak-kanak itu tampaknya hidup
dan bangun dari tidurnya. Semua orang yang hadir tergerak hatinya dan
mencucurkan air mata sewaktu menyaksikan semua itu (Groenen, 1997: 53).
Sejak malam natal yang menakjubkan itu, semua orang Kristen senantiasa
merayakan natal, merayakan kelahiran Kristus dengan membuat kandang tempat
kelahiran Yesus di rumah mereka masing-masing. Bagi Santo Fransiskus hari
raya Natal merupakan kesempatan merayakan lahirnya kanak-kanak Kristus
kembali dalam hati umat manusia. Dia-lah Allah yang datang ke dunia sebagai
seorang anak kecil. Peristiwa ini amat menyentuh hati Fransiskus, Allah
menyatakan diri dalam rupa seorang anak kecil yang tidak berdaya. Juga Dia
menyatakan diri dan hadir dalam rupa roti. Betapa besar Allah menaruh
kepercayaan terhadap kita makhluk ciptaan-Nya. Kerinduan hati Santo
Fransiskus untuk mengasihi mereka yang menderita, tidak berdaya semakin
berkobar. Santo Fransiskus merasakan kehadiran mereka bagaikan anak-anak
kecil di hadapan Allah. Dia mewahyukan dirinya dalam diri orang-orang yang
kecil (Bodo, 2002: 159-160).
26
4) Santo Fransiskus mengandalkan Sang Pencipta
Di kebun Biara San Damiano, dalam keadaan sakit dan menghadapi
berbagai cobaan, Fransiskus menggubah sebuah syair persaudaraan semesta yang
dikenal dengan nama Gita Sang Surya. Ia mengucapkan bait-bait berikut:
Terpujilah Engkau, Tuhanku, dengan sekalian makhluk-Mu
terutama tuanku saudara Surya,
dia itu siang dan menerangi dengan pancarannya.
Dia itu elok dan bersinar dengan teramat cerahnya,
pembawa lambang-Mu, sang Mahaluhur.
Terpujilah Engkau Tuhanku
karena saudari Air,
besar gunanya, merendah, mulia, dan murni.
Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena saudari kami, Ibu Pertiwi,
penyuap dan pengasuh kami,
penghasil buah-buahan,
bunga beraneka-warna dan hijau-hijauan
Puji dan muliakanlah Tuhanku,
beri syukur kepada-Nya,
abdilah Dia dengan kerendahan hati besar (Ladjar, 1988: 260).
Santo Fransiskus memuji Allah sebagai Allah Mahaluhur, Mahakuasa,
Tuhan yang baik, ia mengatakan milikMulah pujian, kemuliaan dan hormat dan
segala pujian. Santo Fransiskus menggambarkan karya penciptaan Allah sendiri
27
yang menciptakan dunia yang kelihatan ini dengan segala kekayaannya, keaneka-
ragamannya. Melalui ciptaan-Nya Allah mengajarkan kebenaran-kebenaran yang
Allah wahyukan demi keselamatan kita (bdk DV 11).
Setiap makhluk (ciptaan Allah) memiliki kebaikan dan kesempurnaannya
sendiri. Dari tiap karya selama "enam hari itu", dikatakan: "Dan Allah melihat
bahwa semuanya itu baik", dikehendaki Allah. Matahari, bulan, air, udara dan ibu
pertiwi semua keanekaan dan ketidak-samaan yang tidak terhitung banyaknya itu
mengatakan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang mencukupi dirinya sendiri,
bahwa makhluk-makhluk hanya ada dalam ketergantungan satu sama lain untuk
saling melengkapi dalam pelayanan timbal balik. Inilah kemahakuasaan Allah
bagi Santo Fransiskus.
Allah menciptakan matahari yang mampu membawa terang yang bersinar
cemerlang bagi makhluk lainnya, sehingga setiap ciptaan lain mampu mengalami
keindahan terangnya. Matahari menjadi sebuah lambang yang mampu memberi
terang yang membawa kebahagiaan bagi orang lain. Santo Fransiskus memuji
kemuliaan Allah melalui matahari yang begitu indah dan dapat berguna untuk
makhluk ciptaan lainnya.
Allah menciptakan bulan, bintang dan cakrawala-cakrawala yang
gemerlapan, megah dan indah. Santo Fransiskus memuji Allah karena saudara
udara yang mampu menopang hidup setiap hidup makhluk ciptaan. Saudara Air
yang memiliki kegunaan yang luar biasa dalam hidup manusia. Air mampu
memberi kehidupan bagi orang lain. Air memiliki keunggulan yaitu selalu
28
merendah dan murni. Saudara api menerangi malam, indah dan cerah ceriah, kuat
dan perkasa.
Saudara ibu pertiwi, Santo Fransiskus menggambarkan bumi sebagai
ciptaan yang menyuap dan mengasuh, menumbuhkan aneka ragam buah-buahan,
bunga warna-warni dan rumput-rumputan.
Keindahan ciptaan mencerminkan keindahan Pencipta yang tidak terbatas.
Ia harus membangkitkan rasa hormat dan menggerakkan manusia supaya
menundukkan akal budi dan kehendaknya kepada Pencipta. Allah menciptakan
segala sesuatu baik adanya, ”Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (bdk Kej
1:25).
Santo Fransiskus mengagumi setiap ciptaan yang dikaruniai keunikan,
kebenaran dan kebaikannya sendiri. Makhluk-makhluk yang berbeda-beda itu
mencerminkan dalam kekhususan mereka yang dikehendaki Allah, tiap-tiapnya
dengan caranya sendiri, satu sinar kebijaksanaan dan kebaikan Allah yang tidak
terbatas. Karena itu manusia harus menghormati kodrat yang baik dari setiap
makhluk. Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia yang mampu
mengenal dan mengasihi Penciptanya (GS 12): ialah "yang di dunia merupakan
satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri" (GS 24):
hanya dialah yang dipanggil, supaya dalam pengertian dan cinta mengambil
bagian dalam kehidupan Allah. Ia diciptakan untuk tujuan ini, dan itulah dasar
utama bagi martabatnya.
Manusia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat
sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal
29
diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan
hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah
dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya
jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai
penggantinya.
Umat manusia diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki
segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi “(Kis
17:26). Semua makhluk harus memiliki sikap solidaritas, karena semua mereka
mempunyai Pencipta yang sama, dan semua mereka diarahkan kepada
kemuliaan-Nya. "Hukum solidaritas dan cinta ini" menegaskan bahwa kendati
keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-
benar saudara dan saudari.
5) Wafat dan Kanonisasi Santo Fransiskus
Ketika Fransiskus merasa ajalnya mendekat, ia memanggil semua saudara
yang hadir di Portiuncula. Ia menyuruh mengadakan perjamuan perpisahan,
seperti yang dibuat Yesus pada malam menjelang wafatNya. Injil yang dibacakan
selama perjamuan itu adalah bagian Injil Yohanes yang bercerita tentang Yesus
membasuh kaki para murid-Nya. Memang itulah yang selalu dikehendaki
Fransiskus: menjadi hamba dan pelayan semua orang. Kemudian, Fransiskus
menyuruh para saudara menanggalkan pakaian yang dipakai Fransiskus dan
dalam keadaaan telanjang ia diletakkan di tanah, sama seperti Yesus telanjang,
miskin secara total bergantung di salib yang keras. Sekali lagi, Fransiskus
30
memberkati para saudaranya, lalu sambil menyanyi ia menyerahkan nyawanya
kepada Tuhan. Bersama Yesus, Fransiskus juga dapat berkata, “Selesailah
Sudah” (Groenen, 1997: 57).
Akhirnya pada 3 Oktober 1226 sore hari, ia bertemu muka dengan
Tuhannya yang di dunia ini dilihatnya dalam rupa roti di altar. Pada 4 Oktober
1226, Fransiskus dikuburkan di Gereja San Giorgio di Asisi. Dua tahun kemudian
tepatnya 6 Juli 1228, Fransiskus dikukuhkan sebagai orang kudus oleh Paus
Gregorius IX.
C. Pelayanan Para Suster OSF Sibolga
1. Sejarah Kongregasi OSF Sibolga
Kongregasi OSF Sibolga dimulai oleh lima wanita muda sederhana dan
tidak terpelajar dari Ehingen Jerman Barat, tahun 1848. Mereka melayani umat,
mengunjungi dan merawat sesama yang sakit dan menderita”. Rintangan yang
datang dari berbagai pihak tidak menyurutkan semangat mereka. Meskipun pada
mulanya tidak bermaksud menjadi biarawati, kehendak Allah menuntun mereka
sampai ke sana. Akhirnya komunitas kecil terbentuk, yang kemudian, didasari
oleh semangat dan spiritualitas Santo Fransiskus berkembang menjadi biara. Pada
tahun 1964, lima orang suster misionaris menampakkan kaki di Indonesia dan
menerima misi pertama di keuskupan Sibolga. Sekarang, selain di keuskupan
Sibolga sudah ada komunitas di keuskupan Medan, Semarang dan Flores.
Semangat perutusan para pendiri yakni “ melayani Allah dalam diri manusia yang
menderita”, yang mendasari semua karya tarekat OSF Sibolga. Pada zaman
31
sekarang ini juga, di mana penderitaan manusia semakin banyak, dan kehidupan
kurang dihargai, banyak orang digerakkan oleh panggilan untuk melayani Allah
dalam diri manusia yang menderita.
Tarekat OSF Sibolga dimulai pada saat, di mana dalam keuskupan
Ronttenburg belum ada Suster-suster Belaskasih, juga tidak ada lagi lembaga
hidup bakti lain, malahan tidak ada kemungkinan, menurut pikiran manusia
bahwa dalam waktu dekat akan terbentuknya sebuah tarekat.
Empat puluh tahun telah berlalu sejak dibubarkan dan ditutupnya biara-
biara yang dulu pada dasawarsa pertama abad XIX begitu banyak di daerah
Oberschwaben. Para pemuda dan pemudi yang merasa terpanggil untuk hidup
menurut nasehat-nasehat Injili masih tetap harus meninggalkan tanah airnya dan
mengungsi ke biara-biara di Swis, Bayern dan Perancis, di mana mereka
memperoleh tempat perlindungan. Di daerah Wurttemberg, pemerintah melarang
biarawan-biarawati memakai jubah di depan umum. Pada masa itu, umat katolik
dibanjiri beraneka ragam pengaruh anti katolik, yang membuat umat katolik
bersikap acuh tak acuh terhadap agama dan sebagian lain terpengaruh oleh aliran
keterangan (Aufklarung) yang menyesatkan, sehingga menentang cita-cita
religius yang mendalam. Di antara para imam dan kaum awam, masih tetap ada
sebagian yang berpegang teguh dengan kesetiaan yang tak tergoyangkan terhadap
ajaran dan tradisi katolik yang kudus, dan mereka menyesalkan dengan rasa sedih
bahwa kehilangan berkat yang terpancar dari biara-biara dan harus menyaksikan
putera dan puteri yang baik dari daerah itu masuk biara di luar negeri (Kronik
OSF Sibolga, 1997: 8).
32
Berulangkali mereka telah mengajukan permintaan dan usul-usul kepada
pemerintah dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, hendaknya paling sedikit
mengizinkan Suster-suster Belaskasih membuka biara yang dengan berkat Tuhan
berkarya di tempat lain di rumah sakit dan merawat orang sakit di rumah-rumah,
tetapi usaha itu gagal, karena mayoritas yang beragama Protestan sepakat
menolaknya.Setibanya 1848 terjadi badai revolusi yang berasal dari Perancis
yang dengan sangat cepat melanda hampir seluruh Eropa. Dalam keadaan sulit ini
pemerintah-pemerintah disibukkan dengan hal-hal lain dari pada
mempertahankan rintangan-rintangan yang menghimpit hidup gereja Katolik, dan
sikap yang baik dari rakyat yang beragama katolik memberi harapan, bahwa
menghayati agama di depan umum secara bebas. Pada tahun itu, saat tak
seorangpun mengetahui bagaimana kekacauan politik itu berakhir, Allah
berkenan menabur suatu benih, dari padanya tumbuh Tarekat OSF Sibolga
(Kronik OSF Sibolga, 1997: 9).
Boleh muncul juga suatu pertanyaan siapa sebenarnya yang mendirikan
Tarekat OSF Sibolga? Berkat jasa siapa Tarekat ini bisa berdiri? Jawaban atas
pertanyaan itu adalah seluruh sejarahnya: tarekat ini bukanlah semata-mata karya
manusia semata-mata, tetapi karya Allah. Kelima gadis sederhana dan bersahaja
memang memiliki niat untuk memulai karya dengan melihat tanda-tanda zaman
yang ada di sekitar mereka saat itu. Dengan melihat segala percobaan, tantangan
yang berulangkali datang dan nampaknya tidak dapat dijembatani namun mereka
tetap memiliki semangat untuk berkorban dan kekuatan jiwa untuk terus
melangkah, hal ini dapat dikatakan bahwa mereka dianugerahi rahmat panggilan
33
dari Allah untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan serta kesadaran yang
jelas, bahwa mereka tidak menuruti keinginan diri sendiri melainkan ilham dan
dorongan Roh Kudus.
Tarekat ini adalah karya Allah, Allah menghendakinya; Allah
memanggilnya dan karena itu Ia menyertainya dengan perlindungan dan berkat-
Nya yang melindungi dan memberkati Tarekat kita, selama Tarekat kita
meneruskan tugas perutusannya dengan setia seturut tujuan yang dikehendaki
Allah (Kronik OSF Sibolga, 1997).
2. Spiritualitas Kongregasi OSF Sibolga
Pada 1848, kelima gadis sederhana dan tidak terpelajar (Para
pendiri pendahulu suster-suster OSF Sibolga) yaitu Sr.Anna Maria
Bloching, Sr.Maria Anna Braing, Sr.Helena Schwer, Sr.Veronika Moll
dan Sr.Magdalena Moll mengambil keputusan untuk mengabdi Allah
dengan melayani manusia yang menderita (Kronik para Suster-suster
OSF Sibolga, 1997: 20). Para gadis yang sederhana dan bersahaja ini
merasa terpanggil dan menjawab panggilan Tuhan melalui karya
pelayanan sosial. Semangat dan cita-cita hidup persaudaraan
St.Fransiskus Asisi menjadi semangat Suster-suster OSF Sibolga dalam
setiap tugas pelayanan yang dilakukan, artinya bahwa para suster-suster
OSF Sibolga dalam menjawab dan menanggapi panggilan Allah dalam
hidup mereka mengikuti semangat dan cara hidup St. Fransiskus Asisi.
34
Dalam pedoman hidup, para suster OSF Sibolga hampir tidak
mencantumkan spiritualitas demi mendengarkan Injil dan membiarkan
diri dipimpin oleh semangat Santo Fransiskus. Para suster OSF Sibolga
yang ingin ”melayani Allah dalam diri umat manusia yang menderita”,
dapat dikatakan bahwa apabila setia melaksanakan sabda Allah dalam
hidup sehari-hari maka dalam hal ini para suter OSF Sibolga
meneruskan karya penyelamatan-Nya (Kristus diperlihatkan melalui
kehadiran setiap suster).
“Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari
penyakit mereka” (Luk 6:18). Yesus menyembuhkan banyak orang dari berbagai
penyakit, Ia terdorong oleh cinta kasih Allah dan bersedia menolong setiap orang
yang datang kepadaNya. Sifat Yesus dalam Sabda inilah yang menjadi motivasi
daya penggerak para suster OSF Sibolga, artinya bahwa setiap suster diharapkan
juga memiliki sifat Yesus ini dalam melaksanakan pelayanan, membawa
kesembuhan, kebahagiaan, kedamaian dan tidak peduli akan penderitaan mereka
sendiri asal keselamatan Allah sampai pada manusia yang menderita.
Sebagai pengikut Yesus Kristus berdasarkan keteladanan Santo
Fransisikus Asisi, para Suster OSF Sibolga menghayati semangatnya
sebagaimana dikatakan di dalam konstitusi Kongregasi:
Seperti Fransiskus, yang kepadanya Tuhan sendiri mewahyukan bahwa dia harus “hidup menurut Injil Suci” (Wasiat 14), demikian juga kita dipanggil untuk mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya. Yesus Kristus adalah pusat hidup kita. Dia adalah jalan, kebenaran, dan kehidupan (Yoh 14:6). Kita mengikuti Kristus yang tersalib dan bangkit. Kita menyatakan Dia kepada manusia melalui hidup kita. (Konstitusi OSF Sibolga, 1992: no. 1).
35
Kutipan di atas menyiratkan ciri khas spiritualitas para suster OSF
Sibolga, yaitu mencintai Yesus Kristus yang miskin dan menderita; hidup sesuai
dengan semangat Injil artinya memperlihatkan Kristus melalui hidup sehari-hari;
Yesus menjadi pusat hidup dan jalan yang mesti dilalui dengan segala
konsekuensinya.
Hidup Injili, sesuai dengan teladan Fransiskus. Artinya, seperti yang
diwujudkan oleh Fransiskus, Tuhan Yesus Kristus dan Injil-Nya harus
merupakan pusat kehidupan. Hidup menurut Injil artinya hidup sesuai dengan
Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus, hidup sebagai anak-anak Allah, saudara dan
saudari Kristus, Kenisah Roh Kudus. Secara praktis setiap rinci kehidupan selalu
dicontohkan oleh Kristus yang membawa kedamaiaan dan kebahagiaan bagi
setiap orang. Kristus adalah “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6), maka para
pengikut Fransiskus harus memiliki keyakinan mendalam bahwa dengan
baptisan dan profesinya, mereka harus menjadi seperti Kristus yang tersalib dan
mengikuti Injil-Nya yang mampu membawa sukacita dan kedamaian bagi sesama
yang dilayani.
Anggaran Ordo Ketiga Reguler Santo Fransiskus Asisi meminta saudara-
saudari untuk memandang Kristus sebagai dasar satu-satunya eksistensi manusia
(vocazione di vita = panggilan hidup), eksistensi kristianitas (panggilan kristen)
dan hidup bakti (panggilan religius). Kristus dilihat dan ditampilkan tidak saja
sebagai pengantara (per Cristo) dan teladan (in Cristo) dalam tata penciptaan
(Kol 1:16), tetapi juga sebagai dasar dan ideal satu-satunya dalam hidup bakti
36
yakni mereka yang pola hidupnya didasarkan pada kata-kata dan teladan penebus
kita ( Ladjar, 1988: 17).
Tugas para suster OSF Sibolga adalah mengerjakan kesucian dengan
penuh semangat, sehingga senantiasa rela berkarya dan berkorban dalam
pengabdian kepada orang yang menderita demi cinta kasih kita kepada Allah dan
dengan cara demikian para suster OSF Sibolga membaktikan dan menyerahkan
diri, sehingga sungguh mengabdi Tuhan Allah dalam diri orang sakit dan miskin,
ingin berkenan kepada Allah dan mencari ganjaran-Nya melulu (Kronik Suster-
suster OSF Sibolga, 1997:15-16).
3. Semangat Dasar pelayanan Para Suster OSF Sibolga
Dasar semangat pelayanan para suster OSF Sibolga bersumber dari
semangat pelayanan Yesus sendiri yang bersedia datang ke dunia untuk melayani
dan bukan untuk dilayani.
Pola hidup Saudara-Saudari Ordo Ketiga Reguler Santo Fransiskus ialah menepati Injil Suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan dan kemurnian. Sebagai pengikut Yesus Kristus menurut teladan Fransiskus, mereka wajib mengerjakan hal-hal yang lebih besar dan luhur dengan menepati perintah dan nasihat Tuhan kita Yesus Kristus; dan mereka harus mengingkari diri sebagaimana mereka masing-masing telah janjikan kepada Allah (Anggaran Dasar art. 1). Para suster OSF memiliki semangat dasar yakni mengabdi Allah dalam
diri orang-orang yang menderita. Mengasihi kasih berarti mencintai Kristus,
menjadi solider dengan semua orang yang menderita seperti Kristus, dan
mengangkat mereka dari penderitaan dengan kekuatan kasih. Sesuai teladan santo
Fransiskus sendiri menjadi seorang miskin, seorang penderita, seorang yang
37
rapuh, seorang pengasih yang luar biasa, seorang yang penuh sukacita. Fransiskus
sungguh mencintai Kasih maka ia juga melipatgandakan kasih itu di dunia ini.
Fransiskus mengajak para pengikutnya dengan berkata:
Kita meneruskan warisan para pendiri kita, selagi kita seperti Fransiskus hidup di tengah Saudara dan Saudari kita, terbuka untuk penderitaan zaman ini, sesuai teladan Kristus: “ Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” bdk Luk 22:27, (Anggaran Dasar, Tugas dan Perutusan art 4).
Berdasarkan semangat tugas dan perutusan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar para suster OSF Sibolga, maka setiap suster OSF Sibolga hendaknya
membaktikan seluruh hidup dan segala daya kekuatan dalam pelayanan kepada
sesama manusia khususnya bagi mereka yang menderita. Dari kutipan di atas
para suster OSF Sibolga diarahkan pada suatu pemahaman bagaimana
sampai pada suatu proses penyadaran, bagaimana mewujudkan ”hidup
dan merasul di tengah-tengah masyarakat” dengan hidup sederhana, dan
tinggal bersama mereka.
Dalam konstitiusi para suster OSF Sibolga dikatakan bahwa asal
atau sumber persaudaraan adalah Allah Tritunggal.
Asal, gambar serta kepenuhan setiap persaudaraan adalah Allah Tritunggal. Dia telah memanggil kita bersama menjadi satu persaudaraan Rohani. Setiap suster dipanggil untuk membagikan anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan untuk menjadikan persekutuan kita tempat belas kasih, sukacita dan damai bagi setiap orang (Konstitusi, Tugas dan Perutusan art 3).
Hal ini menunjukkan bahwa ”Persaudaraan” adalah merupakan
suatu nilai yang amat penting bagi umat Kristiani terlebih sebagai
seorang Fransiskan. Dalam konstitusi tugas dan perutusan di atas
38
dikatakan bahwa sumber dan tujuan dibentuknya persaudaraan sangat
jelas. Sumber persaudaraan adalah Allah Tritunggal dan gambaran
persaudaraan yang ingin diwujudkan adalah gambaran Allah Tritunggal.
Para suster OSF Sibolga mengambil gambaran Allah Tritunggal sebagai
dasar, model dan dan cita-cita persaudaraan yang ingin diwujudkan.
Maksudnya bahwa dalam persaudaraan (membentuk komunitas) Pribadi Bapa
sebagai Pencipta nyata dalam hidup, Putera sebagai Penebus mampu mengangkat
manusia menjadi anak-anak Allah (yang bermartabat), dan Roh Kudus dirasakan
pembaharu yang menghiburkan (Persiapan Kapitel XII).
Setiap komunitas menjadi ruang mewujudkan cita-cita
persaudaraan. Pribadi-pribadi yang tinggal di dalamnya saling
membangun, tidak menghalangi kemajuan pribadi yang lain sebagaimana
gambar Allah Tritunggal. Secara khusus sebagai Fransiskan,
persaudaraan mencakup hubungan dengan seluruh alam ciptaan. Sebagai
ciptaan Allah yang sama, maka manusia tidak berhak
menghancurkannya. Fransiskus telah menunjukkkan teladan itu dengan
sangat konkrit, setiap makhluk yang dekat dengan Fransiskus mengalami
kehidupan dan Fransiskus sangat erat relasinya dengan alam. Fransiskus
menyapa segala sesuatu dengan ”saudara-saudari” yang menggambarkan
makhluk lain itu tidak lebih rendah dari dirinya sendiri.
39
4. Karya-karya Pelayanan Para Suster OSF Sibolga
Kemampuan untuk mengabdi atau bekerja merupakan karunia
Allah. Karena itu saudara-saudara diminta untuk mengabdi dan bekerja,
tidak saja dengan ”setia” tetapi ”dengan penuh bakti”. (Syukur, 2006:
108)
Tugas para pendiri, yaitu ”melayani Allah dalam diri manusia
yang menderita”, mendasari semua karya tarekat OSF Sibolga. Bidang
karya OSF Sibolga tergantung pada zaman dan keadaan setempat. Karya
pelayanan merawat dan mengobati orang-orang sakit, cacat, anak-anak
dan jompo. Suster-suster lain bekerja di rumah tangga, bagian pertanian,
dan kerajinan tangan. Para suster OSF Sibolga melayani dalam bidang
pendidikan, pembinaan, seni hidup dan administrasi. Banyak suster
melaksanakan tugas pastoralnya bersamaan dengan tugasnya atau di
samping pekerjaan tetap mereka (Konstitusi OSF Sibolga ”Hidup
Kerasulan” ayat 9.1).
Sebagai orang miskin, saudara saudari yang mendapat dari Tuhan anugerah untuk mengabdi dan bekerja, hendaklah menjalankan pengabdian pekerjaannya dengan setia dan bakti. Dengan demikian mereka mengenyahkan pengangguran, musuh jiwa itu. Tetapi hendaknya mereka menjalankannya sedemikian, sehingga semangat doa dan kebaktian yang suci tidak mereka padamkan; kepadanya harus dibaktikan hal-hal lainnya yang bersifat sementara (Anggaran Dasar 18).
Para suster dari Reute mempersembahkan diri kepada Allah dan
mengabdikan diri kepada manusia yang tidak berdaya. Bagi para suster OSF,
orang cacat mental dan lanjut usia tidak merupakan masalah sosial, melainkan
mereka adalah manusia yang bermartabat. Di dalam diri orang-orang yang
40
demikian para suster menemukan wajah Kristus yang menderita. Melalui
pengabdian pada orang yang menderita, para suster mewujudkan pilihan Santo
Fransiskus terhadap orang yang termiskin, mereka menampakkan Kristus yang
tersalib dan bangkit sebagaimana telah dinyatakan oleh Beata Elisabeth dan
kelima pendiri.
Berpedoman pada Injil dan semangat santo Fransiskus para suster OSF
Sibolga mengangkat martabat sesama manusia melalui pelayanan di Poliklinik,
klinik bersalin, asrama-asrama putri, Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Panti
Asuhan, rumah retret dan kursus-kursus kepandaian putri. Pelayanan para suster
OSF Sibolga tertuju kepada saudara-saudari yang kurang dijangkau oleh
pelayanan umum seperti Di Pulau Tello - Nias, Manduamas - Tapanuli Tengah,
Nangaroro Ende Flores, Gido – Nias. Para suster OSF Sibolga juga melibatkan
diri dalam karya misi di Brasil Timur Laut.
D. Semangat Persaudaraan sebagai warisan Santo Fransiskus Asisi
Bagi Santo Fransiskus Asisi, istilah saudara mengandung makna yang
sangat mendalam. Dalam tulisan-tulisannya, seperti Anggaran Dasar, Wasiat,
Petuah, dan surat-surat, ia selalu menyapa para pengikutnya atau orang yang
dialamatkannya dengan sapaan “Saudara.” Dalam mukadimah Anggaran Dasar
yang disahkan dengan Bulla, Fransiskus dengan terang menulis bahwa cara hidup
yang ia bangun ini ditujukan untuk orang-orang yang menamakan dirinya
Saudara-saudara Dina: “Demi nama Tuhan! Mulailah cara hidup Saudara-saudara
Dina” (Anggaran dasar dengan Bulla. I).
41
Terhadap para pengikutnya, Fransiskus dengan jelas menasehatkan
bahwa: “Kamu semua adalah saudara” (Ang garan Dasar Tanpa Bulla XXII:
33). Sapaan tersebut bukan sekedar sebuah istilah formal melainkan ungkapan
keyakinannya bahwa para pengikutnya merupakan pribadi-pribadi yang
dianugerahkan Tuhan sendiri. Dalam Wasiatnya ia menulis demikian: “Sesudah
Tuhan memberi aku sejumlah saudara, tidak seorang pun menununjukkan
kepadaku apa yang harus kuperbuat; tetapi Yang Mahatinggi sendiri
mewahyukan kepadaku, bahwa aku harus hidup menurut pola Injil Suci.” (Wasiat
14).
Fransiskus menasehatkan para pengikutnya agar saling melayani sebagai
saudara dan saudari (sapaan untuk Santa Klara dan para pengikutnya), oleh
karena kesamaan martabat mereka di hadapan Allah. Sebab bagi Fransiskus
harkat manusia sesungguhnya terletak pada martabatnya sebagai citra Allah, dan
bukan karena kedudukan, jabatan, kuasa, atau kelebihan manusiawi lainnya.
Dengan menimbah Sabda Tuhan sendiri, Ia menghendaki agar para saudara agar
tidak menyebut seseorangpun sebagai bapa di bumi ini, atau sebagai rabi. “Sebab
Bapamu hanya satu di Surga, dan Rabimu hanya satu di Surga” (Anggaran Dasar
Tanpa Bulla XXII: 34-35).
Demikian halnya para saudara yang diberi kepercayaan untuk memimpin
saudara lain, hendaknya tidak menyebut diri sebagai pemimpin atau atasan
melainkan pelayan (minister). Fransiskus bahkan lebih tegas menghendaki agar
para pemimpin disebut hamba persaudaraan: “Saudara sekalian wajib selalu
mempunyai seorang saudara anggota tarekat ini sebagai minister jenderal dan
42
hamba seluruh persaudaraan, dan mereka diwajibkan dengan keras untuk taat
kepadanya” (Anggaran Dasar Dengan Bulla VIII: 1). Para minister itu
hendaknya melayani para saudara dengan model pelayanan Yesus sendiri. “Aku
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani”, firman Tuhan (Mat
20: 28). Bertolak dari nasehat Injil tersebut, Fransiskus, dalam Petuahnya,
mewariskan nasehat ini kepada para saudaranya: “Mereka yang ditetapkan
sebagai atasan bagi yang lain tidak boleh lebih berbangga atas tugas pimpinan itu
daripada kalau mereka diberi tugas membasuh kaki saudara-saudara” (Petuah IV:
2).
Dengan kata lain, persaudaraan merupakan warisan kunci kharisma
Fransiskus dari Asisi, ungkapan semangat kedinaan dari kedalam hatinya.
Persaudaraan merupakan spiritualitas Fransiskan. Fransiskus sendiri
menasehatkan para saudaranya agar menghayati semangat persaudaraan dalam
tugas pelayanan mereka, saling melayani lebih dari pelayanan seorang ibu kepada
anaknya. Misalnya pelayanan kepada saudara yang sakit, yang tua, yang datang
sebagai musafir dan perantau. Bahkan seluruh makhluk hidup, bagi Fransiskus
adalah saudara. Hal ini terangkum dalam madah pujian kepada Tuhan yang
digubahnya menjelang akhir hidupnya, yang dikenal dengan “Kidung saudara
Matahari”. Semangat persaudaraan semesta inilah yang menjadi dasar
spiritualitas yang coba dihayati olah para suster OSF sampai zaman ini.
43
E. Pentingnya Spiritualitas Persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam
Semangat Pelayanan Para Suster OSF Sibolga
Spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi sangat penting dalam
semangat pelayanan para suster OSF Sibolga. Hal ini disebabkan karena
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi merupakan jiwa setiap karya
pelayanan para suster OSF Sibolga. Spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus
Asisi merupakan sikap dasar yang mampu menyemangati dan menggerakkan
setiap suster dalam melaksanakan karya pelayanan. Setiap suster dipanggil untuk
membagikan anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan untuk menjadikan
persekutuan kita tempat belas kasih, sukacita dan damai bagi setiap orang
(Konstitusi OSF Sibolga1992: 3).
Saudara-saudari hendaknya mengasihi dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaknya mereka meluhurkan Tuhan dalam pekerjaan mereka, sebab untuk itulah mereka ke seluruh dunia, yakni untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia (Anggaran Dasar Hidup Rasuli 9: 29)
Para suster OSF Sibolga diharapkan dapat bertumbuh dan menjadi lebih
baik apabila saling mengasihi dan dikasihi. Kasih itu disempurnakan dalam
penyerahan diri kepada orang-orang lain. Kasih yang sempurna seperti inilah
yang dimohon oleh Fransiskus. Santo Fransiskus telah melakukan kasih yang
diharapkan itu, dalam perjumpaannnya dengan orang-orang kusta membawa
perubahan yang radikal dalam hidupnya. Dedikasi Fransiskus untuk menolong
orang-orang kusta membuat caranya memandang dan merasakan menjadi berbeda
total dengan apa yang telah dialaminya sebelum itu. Santo Fransiskus heran
44
terhadap dirinya sendiri dari mana dia menemukan kekuatan untuk mengatasi
rasa benci dan jijiknya terhadap orang kusta yang buruk-rupa di pinggir jalan,
menciumnya dan membersihkan luka-luka pada tubuh orang kusta. Bagi
Fransiskus, jawabnya terletak pada salib, penyerahan diri Kristus yang penuh
pengorbanan. Maka dia mohon kekuatan untuk memampukan dirinya dalam
melanjutkan apa yang telah dimulainya, yakni menolong orang-orang kusta.
Fransiskus meluaskan kasihnya pertama-tama kepada para penderita
kusta, kemudian meluaskannya kepada siapa saja, dengan hidup di tengah orang-
orang jelata dan yang dipandang hina, orang miskin dan lemah, orang sakit dan
orang kusta serta pengemis di pinggir jalan (Anggaran Dasar Tanpa Bulla IX:2).
Fransiskus menyadari bahwa dia tidak akan pernah dapat melakukan
semua itu sendiri: dia tahu dirinya memerlukan kasih, yang akan membuatnya
mampu untuk melihat sesama dalam terang yang baru dan memberikan dirinya
kepada mereka. Untuk itu dia membutuhkan suatu kasih yang akan menolongnya
untuk dilahirkan kembali dan mulai hidup baru. Itulah sebabnya mengapa dia
mohon diberikan suatu kasih yang sempurna melalui Roh Allah yang senantiasa
hadir mendampingi dan berkarya malalui umat-Nya.
Tanpa spiritualitas, karya dan pelayanan seseorang hanya menjadi suatu
rutinitas, pelayanan yang berjalan tanpa memiliki jiwa. Pelayanan yang
dilakukan tanpa jiwa tentu juga membawa dampak yang kurang baik bagi orang
yang dilayani. Spiritualitas yang dikatakan sebagai daya kekuatan atau Roh yang
mampu menggerakkan, maka dapat dikatakan bahwa setiap suster OSF Sibolga
45
dalam melakukan karya pelayanan diharapkan berkarya atas dorongan Roh yang
mampu memberikan kekuatan yaitu Roh Allah sendiri seperti halnya Santo
Fransiskus yang mengandalkan Allah dalam setiap karya pelayanan yang
dilakukakannya. Santo Fransiskus mampu merawat orang kusta yang pada
awalnya menjijikkan dan memuakkan, namun karena kekuatan kasih Allah yang
hadir dalan dirinya, maka Santo Fransiskus pun mampu melaksanakannya.
F. Kerangka pikir dan hipotesis
1. Hubungan antara variabel
Spiritulitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi tampak dalam
seluruh perjalanan hidup dan karya pelayanannya. Unsur hakiki spiritualitas
Santo Fransiskus Asisi adalah hidup doa, Persaudaraan, dan kesederhanaan
(kemiskinan). Hidup doa bagi santo Fransiskus merupakan nafas kehidupan dan
sumber daya. Dalam Doa sesorang dapat menemukan dirinya sendiri yang
sungguh tergantung pada Tuhan, semakin bersatu dalam persaudaraan dan siap
sedia melayani demi kemuliaan Tuhan. Persaudaraan yang dihayati Santo
Fransiskus adalah segala sesuatunya dipandangnya sebagai saudara. Semua
makhluk ciptaan Allah adalah saudara, yang berpusatkan pada Kristus. Semua
menjadi saudara, terutama manusia, dipandangnya sebagai saudara yang paling
luhur, diciptakan seturut gambaran Allah sendiri. Persaudaraan harus dibangun
atas dasar anugerah Tuhan. Setiap saudara adalah Anugerah Tuhan, dan dalam
setiap saudara Allah meraja. Bagi Fransiskus, kemiskinan merupakan cara
hidupnya, sikap hati dan nyata dalam hidup yang dijalaninya. Apa yang perlu,
46
yakni makanan dan pakaian, dianggapnya sudah cukup. Segala barang di dunia
ini hanyalah sebagai sarana saja untuk sampai pada penyerahan diri kepada Allah
saja, tidak boleh menghalangi penghayatan kemiskinan. Dengan hidup miskin,
orang diajak untuk menghampakan diri di hadapan Allah.
Pelayanan para suster OSF Sibolga adalah tindakan melayani
anak-anak panti asuhan, gadis-gadis yang tidak terpelajar, mendampingi
anak-anak asrama, merawat orang-orang sakit, melayani di rumah
retret, berpastoral serta mengajar anak-anak tingkat taman kanak-kanak
dan sekolah dasar yang diserta sikap keras, mau belajar dan melayani
dengan tulus.
Cara hidup dan karya pelayanan Santo Fransiskus yang dipenuhi
semangat hidup doa, persaudaraan dan kesederhanaan (kemiskinan) ini yang
diikuti oleh para suster OSF Sibolga. Para suster OSF Sibolga dalam tindakan
melayani harus memiliki semangat hidup doa, semangat persaudaraan dan rela
menghayati semangat kesederhanaan (kemiskinan). Semangat hidup doa,
persaudaraan dan semangat kesederhanaan (kemiskinan) dapat mambantu para
suster OSF Sibolga dalam pelayanan untuk memiliki sikap mau belajar, bekerja
keras dan melayani dengan tulus ikhlas.
Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi berperan dalam pelayanan para suster
OSF Sibolga melalui hidup doa, persaudaraan dan kemiskinan. Dengan demikian
spiritualitas persaudaran santo Fransiskus Asisi memiliki peranan dalam
semangat pelayanan para suster OSF Sibolga.
47
Keterangan:
Gambar ini terbentuk dari dua variabel
X : Spiritualitas Persaudaran Santo Fransiskus Asisi
Y : Pelayanan para Suster OSF Sibolga
2. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka hipotesis yang dapat diajukan
dalam penelitian ini adalah
Ho : Tidak ada pengaruh spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus
Asisi dalam pelayanan para suster OSF Sibolga
H₁ : Ada peranan spiritualitas persaudaraan santo Fransiskus Asisi dalam
pelayanan para suster OSF Sibolga.
Hipotesis diuji pada taraf signifikansi 5%.
X Y
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab III ini akan menguraikan: jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data dan uji coba instrumen
yang dipakai penulis dalam penelitian tentang penghayatan spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi yang dibatasi pada perilaku doa,
persaudaraan dan kesederhanaan dan tindakan pelayanan para suster OSF Sibolga
yang disertai dengan sikap kerja keras, mau belajar dan melayani dengan tulus
ikhlas.
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif bersifat Ex post facto, yaitu penelitian yang menunjuk
kepada perlakuan variable bebas X telah terjadi sebelumnya sehingga peneliti
tidak perlu memberikan perlakuan lagi, peneliti hanya melihat efeknya pada
variable terikat. Penelitian Ex post facto dapat mengkaji pengaruh dua variabel
bebas atau lebih dalam waktu bersamaan untuk menentukan efek variabel bebas
tersebut pada variabel terikat. Dengan penelitian ini peneliti akan melihat peranan
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam semangat pelayanan yang
dilaksanakan oleh para suster OSF Sibolga.
49
B. Desain penelitian
1) Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat
(Sugiyono, 2010: 4).
2) Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 4).
Peranan Spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam
semangat pelayanan para suster OSF Sibolga. Spiritualitas Persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi adalah variabel independen (X) dan semangat pelayanan para
suster OSF Sibolga adalah variabel dependen (Y).
C. Tempat dan waktu penelitian
1) Tempat
Penelitian ini akan dilaksakanan di setiap komunitas para suster OSF
Sibolga yang ada di Jogyakarta, Sumatera (Medan, Sibolga, Nias) dan Flores.
Komunitas para suster OSF Sibolga dipilih sebagai tempat atau lokasi penelitian,
karena berdasarkan pertimbangan. Pertama, yang mau diteliti adalah semangat
spiritualitas Santo Fransiskus Asisi dalam semangat pelayanan para suster OSF
Sibolga, maka yang perlu diteliti adalah para suster OSF Sibolga yang
50
menghayati semangat spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi. Kedua,
peneliti lebih mudah memperoleh ijin melakukan penelitian karena peneliti
adalah salah seorang anggota dari Kongregasi suster OSF Sibolga.
2) Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010.
D. Populasi dan Sampel penelitian
1) Populasi
Menurut Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo, Populasi adalah jumlah
dari keseluruhan objek satuan-satuan/individu-individu yang karakteristiknya
hendak digunakan (Sunyoto, 2009:125). Dalam penelitian ini, yang menjadi
populasi adalah para suster OSF Sibolga yang berkarya dengan meneladani
semangat spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi.
2) Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendaknya
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih
sedikit dari pada jumlah populasi). Sampel penelitian ini adalah para suster OSF
Sibolga yang masih aktif berkarya sebanyak 60 responden (Sunyoto, 2009:125).
Teknik yang digunakan untuk menentukan ialah sampel terpakai yaitu sampel
diambil dari keseluruhan populasi.
51
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Jenis data
Skala interval adalah skala yang memberi jarak interval yang sama dari
suatu titik asal yang tidak tetap. Skala interval bukan saja menyusun urutan objek
atau kejadian berdasarkan jumlah atribut yang diwakili, melainkan juga
menetapkan interval yang sama di antara unit-unit ukuran. Perbedaan yang sama
dalam angka menunjukkan perbedaan yang sama pula dalam sifat atribut yang
sedang diukur. Termometer Fahrenheit dan Celcius merupakan contoh skala
interval. (Furchan, 2007:146) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data interval yaitu data mengenai peranan spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi terhadap semangat pelayanan para suster OSF Sibolga.
2. Teknik Instrument Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner, yaitu dengan membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus, semangat pelayanan para suster OSF
Sibolga. Dengan rincian spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus sebanyak 25
pertanyaan dan semangat pelayanan para suster OSF Sibolga sebanyak 25
pertanyaan. Data kuisioner ini menggunakan skala perbedaan semantik,
Perbedaan semantik merupakan skala yang terdiri dari lima tingkatan, tetapi akan
dimodifikasi menjadi empat tingkatan yakni: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak
Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS), di mana alternatif jawaban sangat
tidak setuju sampai dengan sangat setuju, nilai skor 1-4, yakni:
52
Sangat Tidak Setuju mendapat nilai skor 1;
Tidak Setuju mendapat nilai skor 2;
Setuju mendapat nilai skor 3;
Sangat Setuju mendapat nilai skor 4.
Tabel- 1 Kisi-kisi Instrumen
No Dimensi Nilai Indikator Nomor Butir
1 a. Berdoa
• Hadir tepat waktu untuk berdoa
• Senang mendengarkan Firman Tuhan
1-2 3-4
b. Persaudaraan
• Menerima orang tanpa membedakan
• Menyapa orang lain dengan ramah dan sopan santun
• Mengganggap orang lain penting
• Mampu bekerja sama • Bersaudara dengan semua
orang
5-6 7-9 10-11 12-14 15-16
c. Kesederhanaan • Memakai barang sesuai kebutuhan
• Rendah hati meminta kebutuhan pribadi
• Berbagi dengan sesama
17-19 20 -22 23-25
2 a. Kerja keras
• Datang lebih awal di tempat kerja
• Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
• Disiplin
26-27 28-30 31-32
b. Mau belajar
• Senang menemukan pengetahuan baru
• Mempelajari berbagai ketrampilan yang mendukung pelayanan
• Mau bertanya dan bersedia
33-34 35-37 38-40
53
menerima teguran
c. Melayani dengan tulus ikhlas
• Rela berkorban • Tidak mengharapkan
imbalan • Kesediaan berkarya di
mana saja. • Melayani dengan sepenuh
hati
41-44 45-46 47-48 49-50
PENILAIAN
Spiritualitas Persaudaraan Santo Fransiskus Asisi
Skor tiap butir soal 4x25 = 100 (total skor)
Semangat Pelayanan Sosial Para Suster OSF Sibolga
Skor tiap butir soal 4x 25 = 100 untuk skala sikapnya.
Total skor keseluruhan adalah 200
3. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrument terhadap peranan spiritualitaas persaudaraan
Santo Fransiskus Asisi dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai.
Artinya intrumen langsung untuk pengambilan data. Data yang telah diperoleh
digunakan untuk menganalisis instrumen. Instrumen yang tidak valid dibuang.
Data dari intrumen yang valid dipakai untuk uji hipotesis.
a) Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu
kuisioner. Kuisioner valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Sunyoto,
54
2009:72). Mengukur tingkat validitas dilakukan dengan menghitung antara skor
masing-masing butir pertanyaan dan total skor.
Ho = skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk.
Ha = skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor kontruk.
Pengujian untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom = n-k,
dalam hal ini 56-2 atau df 54 dan satu daerah sisi pengujian dengan alpha 0,05
didapat r tabel 0,266. Jika r hitung untuk tiap butir pertanyaan bernilai positif
dan lebih besar dari r table (lihat corrected item-total correlation) maka butir
pertanyaan tersebut dikatakan valid. Data yang diperoleh diolah, dan setelah
dianalisis dengan program excel dapat ditemukan 2 butir soal yang tidak
signifikan dalam taraf 5% yakni soal nomor 5 dan 44. Kedua soal yang tidak
valid tersebut akan dibuang.
b) Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan reliabel atau andal apabila
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten (Sunyoto: 2009, 67).
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara One shot atau pengukuran sekali
saja. Pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan sekali menyebarkan
kuisioner pada responden, kemudian hasil skornya diukur korelasinya antarskor
jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan computer Statistical
program for Society Science (SPSS), dengan fasilitas Cronbach Alpha (a). Suatu
55
konstruk atau variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha >
0,60 (Sunyoto: 2009, 68).
F. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini berjenis interval. Analisis dilakukan dalam tiga
langkah, yakni: Uji persyarat, analisis deskriptif dan analisis regresi dengan dua
prediktor. Uji persyaratan yang dilakukan berupa uji normalitas dan linieritas,
autokorelasi, multikolinieritas melalui SPSS 12.0 for windows 2007. Analisis
data penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan analisis regresi.
1. Uji Persyaratan Analisis Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang berjaring
berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka analisis
untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Analisis dilakukan dengan bantuan
computer program SPSS 12.0 for windows 2007. Data dianggap normal jika
keluar analisis regresi pada Normal Probability Plots titik-titik data membentuk
pola linier sehingga konsisten dengan distribusi normal. Data tidak terjadi
autokorelasi jika nilai pada tabel Model Summary pada kolom Durbin-Watson di
temukan 2,113 dalam arti tidak kurang dari satu atau lebih dari tiga.
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang
linier antara variabel bebas dan terikat. Hubungan variabel bebas dan terikat
dapat dilakukan melalui uji F dengan taraf signifikansi 5%, bila F dihitung < F
tabel berarti hubungan linear.
56
Uji multikolinieritas persyaratan untuk dapat dilaksanakan teknik analisis
regresi adalah tidak terjadi multikolinieritas atau hubungan yang erat antara
variabel independent. Tingginya korelasi antara variabel bebas (X) merupakan
indikasi adanya masalah kolinieritas, hal ini dapat didentitifikasi dari besarnya
nilai determinasi (r²) jika nilai determinasi (0,05) berarti tidak terjadi masalah
kolinieritas.
Analisi deskriptif dilakukan untuk memperoleh nilai rata-rata setiap
variabel dan mengklasifikasikan data setiap variabel dalam empat tingkatan,
dengan kriteria sebagai tampak dalam tabel berikut:
Tabel- 2 Kriteria Klasifikasi Spiritualitas
Klasifikasi
Skor
Sangat Baik 78 - 96
Baik 60 – 77,9
Cukup 41,9 – 59,9
Kurang 24 – 41,9
Kriteria di atas diambil dari skor maksimal-skor minimal/jumlah
tingkatan dari setiap variabel adalah:
Skor minimal : 1 x 24 = 24
Skor Maksimal: 4 x 24 = 96
N : 4
Interval: (Smax-Smin)/n = (96-24)/4 = 18
57
Tabel 3. Kriteria Klasifikasi Semangat Pelayanan
Klasifikasi
Skor
Sangat Baik 78 - 96
Baik 60 – 77,9
Cukup 42 – 59,9
Kurang 24 – 41,9
2. Uji Hipotesis
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi
dan analisis deskripsi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Variabel yang akan diuji
yaitu spiritualitas Santo Fransiskus Asisi dalam semangat pelayanan para suster
OSF Sibolga. Uji hipotesis ini untuk membuktikan hipotesis awal yang telah
dirumuskan oleh peneliti berdasarkan kajian pustaka yang menyatakan bahwa
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi berperan dalam pelayanan para
suster OSF Sibolga. Analisis penelitian menggunakan analisis regresi sederhana
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Analisis regresi
dengan bantuan computer program SPSS dimana nilai x dan nilai y harus dicari
Χ→Υ untuk mencari signifikannya dengan taraf 5%.
58
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam semangat pelayanan para suster OSF
Sibolga. Berdasarkan tujuan tersebut maka teknik statistik yang digunakan dalam
uji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik regresi product moment, dengan
menggunakan jasa computer program SPSS 12.0 for windows 2007.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini akan menguraikan laporan dan pembahasan penelitian yang
telah dijabarkan dalam Bab III mengenai penghayatan nilai-nilai spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dan tindakan pelayanan para suster OSF
Sibolga.
A. Data Hasil Penelitian
Peneliti menyebarkan kuisioner kepada para suster OSF Sibolga sebanyak
60 responden. Kuisioner yang terkumpul kembali kepada peneliti 56 responden
dan semuanya memenuhi standar untuk dijadikan subjek penelitian.
Tabel Skor Total Varibel X dan Y.
Tabel- 4 Skor total Variabel X dan Y
No. Urut NAMA Spiritualitas Pelayanan
X Y 1 PS 1 88 85 2 PS 2 79 85 3 PS 3 79 85 4 PS 4 78 85 5 PS 5 82 85 6 PS 6 83 76 7 PS 7 77 69 8 PS 8 64 76 9 PS 9 91 83 10 PS 10 82 75 11 PS 11 81 75 12 PS 12 81 83
60
27 PS 27 97 88 28 PS 28 82 78 29 PS 29 90 80 30 Ps 30 87 90 31 PS 31 80 82 32 PS 32 87 86 33 PS 33 74 69 34 PS 34 76 73 35 PS 35 80 74 36 PS 36 81 76 37 PS 37 69 70 38 PS 38 90 86 39 PS 39 81 87 40 PS 40 83 77 41 PS 41 87 84 42 Ps 42 84 78 43 PS 43 81 94 44 PS 44 75 62 45 PS 45 83 84 46 PS 46 78 77 47 PS 47 66 64 48 PS 48 69 65 49 PS 49 75 87 50 PS 50 93 95 51 PS 51 81 74
No. Urut NAMA Spiritualitas Pelayanan
X Y 13 PS 13 76 74 14 PS 14 90 77 15 PS 15 85 78 16 PS 16 88 76 17 PS 17 90 80 18 PS 18 89 73 19 PS 19 89 80 20 PS 20 98 96 21 PS 21 92 75 22 Ps 22 88 90 23 PS 23 89 77 24 PS 24 86 77 25 PS 25 86 82 26 PS 26 88 65
61
No. Urut NAMA Spiritualitas Pelayanan
X Y 52 PS 52 86 79 53 PS 53 95 90 54 PS 54 93 85 55 PS 55 83 79 56 PS 56 67 62
Keterangan:
• X merupakan variabel Spiritualitas Persaudaraan Santo Fransiskus Asisi
• Y merupakan semangat pelayanan para suster OSF Sibolga
B. Analisis validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Valid berarti tepat, sahih dan mengukur apa yang diukur. Evaluasi yang
baik ialah yang memberikan informasi seturut yang diharapkan. Pada penelitian
ini jumlah responden atau N adalah 56, sehingga diketahui dari R table product
moment signifikansi 5% adalah 0,264.
Tabel- 5. Kriteria klasifikasi tingkat validitas
Val = 0,08 hingga 1,00 Sangat tinggi
Val = 0,60 hingga 0,79 Tinggi
Val = 0,40 hingga 0,59 Cukup
Val = 0,20 hingga 0,39 Rendah
Val = 0,00 hingga 0,19 sangat rendah
62
Tabel- 6 Analisis Soal atau Instrumen
Soal Val Soal Val Keterangan
1 0,34 26 0,48 1. Ada dua instrumen yang
tergolong rendah dan
dalam hal ini dikatakan
tidak valid sehingga kedua
intrumen ini dibuang yaitu
intrumen nomor 5 dan 44.
2. Selebihnya semua instrumen
yang berjumlah 48 instrumen
tergolong kriteria cukup
tinggi dan tinggi sehingga
bisa dikatakan semua
intrumen ini adalah valid.
3. Semua instrumen yang valid
diolah dalam program SPSS
untuk analisis regresi linier,
untuk variabel X
(Spiritualitas Persaudaraan)
terdiri dari nomor 1 sampai
25 dan variabel Y (Semangat
Pelayanan) dari nomor 26
sampai 50.
2 0,37 27 0,6
3 0,5 28 0,48
4 0,44 29 0,57
5 0,23 30 0,53
6 0,64 31 0,58
7 0,44 32 0,62
8 0,38 33 0,37
9 0,43 34 0,38
10 0,4 35 0,47
11 0,32 36 0,36
12 0,54 37 0,46
13 0,52 38 0,56
14 0,54 39 0,61
15 0,55 40 0,63
16 0,54 41 0,62
17 0,61 42 0,55
18 0,53 43 0,4
19 0,52 44 0,21
20 0,61 45 0,39
21 0,47 46 0,53
22 0,47 47 0,61
23 0,69 48 0,54
24 0,62 49 0,63
25 0,54 50 0,61
63
2. Reliabilitas
Reliabilitas berarti kehandalan dan keajengan. Keadaan yang mempunyai
rentangan dari rendah sampai tinggi. Serangkaian evaluasi tidak pernah berada
pada rentang rendah sekaligus tinggi.
Tabel- 7 Kriteria klasifikasi tingkat validitas
Val = 0,08 hingga 1,00 Sangat tinggi
Val = 0,60 hingga 0,79 Tinggi
Val = 0,40 hingga 0,59 Cukup
Val = 0,20 hingga 0,39 Rendah
Val = 0,00 hingga 0,19 sangat rendah
Tabel- 8 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.739 .740 2
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach, reliabilitas adalah 0,739, maka berdasarkan kriteria klasifikasi tingkat
reliabilitas di atas memiliki reliabilitas yang tinggi.
64
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Persyaratan
a. Uji normalitas
-3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual
0
3
6
9
12
15
Freq
uenc
y
Mean = -5.59E-16Std. Dev. = 0.991N = 56
Dependent Variable: Pelayanan
Histogram
65
Dari hasil grafik histogram, didapatkan garis kurva normal, berarti data
yang diteliti di atas berdistribusi normal. Demikian juga dari Normal Probability
Plots, menunjukkan berdistribusi normal karena garis (titik-titik) mengikuti garis
diagonal.
b. Uji Linieritas
Tabel- 9 ANOVA(b)
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 1154.759 1 1154.759 28.686 .000(a)
Residual 2173.741 54 40.254 Total 3328.500 55
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Pelayanan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
66
a Predictors: (Constant), Spiritualitas
b Dependent Variable: Pelayanan
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada
Linearitas sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel Spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus
Asisi dan semangat pelayanan para suster OSF terdapat hubungan yang linear.
2. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi
Tabel- 10 Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,589
(a) ,347 ,335 6,345 2,113
a. Predictors: (Constant), Spiritualitas
b. Dependent Variable: Pelayanan
Dari tabel Model Summary pada kolom Durbin-Watson ditemukan
2,113 dalam arti tidak kurang dari satu atau lebih dari tiga. Maka, dapat
disimpulkan bahwa di atas tidak terjadi autokorelasi.
67
3. Analisi Deskriptif
1. Deskriptif Spiritualitas Persaudaraan
Tabel- 11 Frequencies Statistics Spiritualitas
N Valid 56
Missing 0
Mean 79.34
Median 79.00
Mode 77
Std. Deviation 7.499
Variance 56.228
Skewness -.417
Std. Error of Skewness .319
Kurtosis .087
Std. Error of Kurtosis .628
Range 34
Minimum 60
Maximum 94
Sum 4443
Pada tabel statistik tentang spiritualitas dapat dilihat bahwa N Valid 56,
Mean sebesar 79.34, Median sebesar 79.00 (a), mode 77, Std. Deviation 7,499,
Variance 56.228, Range 34, nilai terendah (Minimum) 60, nilai tertinggi
(Maxsimun) 94, dan Sum 4443 (b).
Untuk variabel spiritualitas pada bagian sub variabel spiritualitas dengan
jumlah 24 instrumen, diketahui skor maksimal adalah 96 dan skor minimum
68
adalah 24. Maka untuk mengetahui klasifikasi intervalnya adalah skor maksimal
dikurangi skor minimal dibagi interval.
= (96 – 24) : 4
= 18
Jadi diketahui batas skala sub variabel spiritualitas adalah 18 Untuk
mengetahui seberapa persen jumlah masing-masing kategori dari spiritualitas
adalah jumlah para suster dari masing-masing kategori dibagi jumlah responden
dikali 100%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kategori dari:
• Sangat Baik = ( 33 : 56) X 100% = 58,92%
• Baik = (23 : 56) X 100% = 41,07 %
Tabel-12 Spiritualitas
Kategori Interval Jumlah Para
Suster
%
Sangat Baik 78 – 96 33 58,92%
Baik 60 - 77,9 23 41,08%
Cukup Baik 42 – 59,9 0 0%
Kurang Baik 24- 41,9 0 0%
Jumlah 100%
69
Tabel di atas menunjukkan bahwa para suster memiliki spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah para suster yang menyatakan sangat baik sebanyak 33 orang (58.92%),
yang menyatakan baik sebanyak 23 orang (41.08%) cukup baik (0%) dan kurang
baik 0%.
Dari hasil setiap sub variabel di atas dapat disimpulkan bahwa para suster
OSF Sibolga memiliki spiritualitas persaudaraan dalam pelayanan tergolong
sangat baik. Ini dapat dilihat dari hasil masing-masing sub variabel yang
menyatakan bahwa para suster OSF Sibolga memiliki semangat berdoa,
persaudaraan dan kesederhanaan dalam pelayanan sehingga mampu melakukan
pelayanan dengan semangat persaudaraan Santo Fransiskus.
0
5
10
15
20
25
30
35
Sangat Baik 58.92%
Baik 41.08%
Cukup Baik 0%
Kurang Baik 0%
70
2. Deskriptif Pelayanan
Tabel-13 Frequencies Statistics Pelayanan
N Valid 56
Missing 0
Mean 76.75
Median 76.00
Mode 83
Std. Deviation 7.779
Variance 60.518
Skewness -.158
Std. Error of Skewness .319
Kurtosis -.138
Std. Error of Kurtosis .628
Range 34
Minimum 59
Maximum 93
Sum 4299
Deskripsi data pelayanan meliputi rata-rata (Mean) sebesar = 76.75 nilai
tengah (Median) = 76.00, standar deviasi = 7,779, rentang skor (range) = 34, skor
terendah (Minimum) = 59 dan skor tertinggi (Maksimum) = 93, serta nilai yang
sering muncul dalam data pelayanan (Mode) = 83, skor total (Sum) = 4298
Untuk variabel Pelayanan pada bagian sub variabel pelayanan dengan
jumlah 24 instrumen, diketahui skor maksimal adalah 96 dan skor minimum
adalah 24. Maka untuk mengetahui klasifikasi intervalnya adalah skor maksimal
dikurangi skor minimal dibagi interval.
= (96 – 24) : 4
71
= 18
Jadi diketahui batas skala sub variabel pelayanan adalah 18. Untuk
mengetahui seberapa persen jumlah masing-masing kategori dari pelayanan
adalah jumlah para suster dari masing-masing kategori dibagi jumlah responden
dikali 100%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kategori dari:
• Sangat Baik = (24 : 56) X 100% = 42.85 %
• Baik = (32 : 56) X 100% = 57.15 %
Tabel-14 Pelayanan
Kategori Interval Jumlah Para
Suster
%
Sangat Baik 78 – 96 24 42.85%
Baik 60 – 77,9 32 57.15%
Cukup Baik 42 - 59,9 0 0%
Kurang Baik 24 – 41,9 0 0%
Jumlah 100%
72
4. Hasil Analisis Regresi Sederhana
Tabel-15 Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate 1 .589(a) .347 .335 6.345
a Predictors: (Constant), Spiritualitas b Dependent Variable: Pelayanan
R square sebesar 0,347 yang digunakan untuk mengetahui persentase
pengaruh variabel X (Predictor) terhadap perubahan variabel Y (dependent) dan
diketahui bahwa nilai koefisiensi determinasi = 0,347. Artinya bahwa pengaruh
variabel X (Predictor) terhadap perubahan variabel Y (dependent) adalah 34,7%.
Besarnya kesalahan standar setimasi sebesar 6,345.
Tabel-17 Descriptive Statistics
Mean Std.
Deviation N Pelayanan 76.75 7.779 56Spiritualitas 79.34 7.499 56
0
5
10
15
20
25
30
35
Sangat Baik 42.85%
Baik 57.15%
Cukup Baik 0%
Kurang Baik 0%
73
Dari tabel descriptive di atas, rata-rata variabel Y (Semangat Pelayanan)
adalah 76.75 dan simpangan baku sebesar 7,779. Sedangkan rata-rata variabel X
(Spiritualitas Persaudaraan) adalah 79,34 dengan simpangan baku 7,499. Jumlah
N adalah 56 responden.
Tabel-18 Correlations
Pelayanan Spiritualitas Pearson Correlation
Pelayanan 1.000 .589
Spiritualitas .589 1.000 Sig. (1-tailed) Pelayanan . .000 Spiritualitas .000 . N Pelayanan 56 56 Spiritualitas 56 56
Pada tabel di atas terdapat besarnya korelasi antara spiritualitas
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dan semangat pelayanan para suster OSF
Sibolga adalah 0,589 dengan signifikansi 0,000. Maka disimpulkan bahwa ada
peranan yang nyata dan signifikan antara spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi dan semangat pelayanan para suster OSF Sibolga.
Tabel-19 Variables Entered/Removed(b)
Mode
l
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Spiritualit
as(a). Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Pelayanan
74
Model regresi yang digunakan dalam pengolahan data SPSS dengan
menggunakan model atau metode enter.
Tabel-20 Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
95% Confidence
Interval for B
B
Std. Erro
r Beta Lower Bound
Upper Bound
1 (Constant) 28.269 9.09
1 3.109 .003 10.041 46.496
Spiritualitas .611 .114 .589 5.356 .000 .382 .840
a Dependent Variable: Pelayanan
Keterangan:
• Konstanta 28.269 (a) dan spiritualitas (x) adalah 0.611 maka persamaan garis
regresi antara spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dan semangat
pelayanan para suster OSF Sibolga dapat disusun sebagai berikut:
Y = 28.269 + 0.611x
• Nilai T test = 5.356 untuk mengetahui apakah variabel X berpengaruh secara
signifikan terhadap perubahan nilai variabel Y. Adapun ketentuan penerimaan
atau penolakan apaabila signifikan di bawah atau sama dengan 0,005.
• Nilai signifikansi sebesar 0,000 maka Ha diterima dan Ho ditolak.
75
TAbel-21 Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N Predicted Value 64.93 85.71 76.75 4.582 56 Residual -15.598 15.679 .000 6.287 56 Std. Predicted Value -2.579 1.955 .000 1.000 56
Std. Residual -2.458 2.471 .000 .991 56 a Dependent Variable: Pelayanan
D. Pembahasan
Pada analisis deskriptif tampak bahwa para suster OSF Sibolga rata-rata
mendapat kategori yang sangat baik dan baik mengenai pemahaman akan
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi. Dari tiga aspek variabel
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi yaitu hidup doa, persaudaraan
dan kesederhanaan, para suster OSF Sibolga mempunyai kategori yang sangat
baik dan baik.
Spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi melalui hidup doa,
persaudaraan dan kesederhanaan membantu semangat pelayanan para suster OSF
Sibolga melalui sikap kerja keras, mau belajar dan melayani dengan tulus.
Menghadapi era globalisasi zaman ini, yang dipenuhi dengan sikap
konsumtif, egoisme yang berlebih, tidaklah mudah bagi para suster OSF Sibolga
mempertahankan kesetiaan pada semangat melayani terlebih yang dijiwai oleh
spiritualitas Santo Fransiskus Asisi yang dipenuhi dengan semangat doa,
persaudaraan dan kesederhanaan.
76
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa spiritualitas persaudaraan
Santo Fransiskus Asisi secara signifikan menyumbangkan terhadap pelayanan
para suster OSF Sibolga.
Dalam penelitian ini peneliti melihat adanya hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat melalui hasil analisis data
antara variabel X dan variabel Y.
Pada masing-masing aspek di atas dapat diketahui bahwa peran
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi memiliki pengaruh dalam
rangka meningkatkan pelayanan para suster OSF Sibolga. Perlu disadari juga
bahwa semangat pelayanan para suster OSF Sibolga tidak hanya di pengaruhi
oleh spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi tetapi didukung juga oleh
faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang lain yang mampu mempegaruhi kualitas
pelayanan misalnya latar belakang pendidikan, perkembangan hidup rohani
melalui refleksi.
E. Keterbatasan Penelitian
• Penulis menyadari adanya keterbatasan pada penelitian ini yakni adanya
sebagian item yang tidak mewakili setiap aspek yang terungkap pada alat.
• Ada pula keterbatasan pada instrumen yang dikembangkan dengan
menggunakan skala Likert dengan empat skala: Sangat Tidak Setuju (STS),
Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS) maka pertanyaan-
pertanyaan sebagai bahan penelitian cenderung tidak dijawab dengan jujur.
BAB V
USULAN PROGRAM REKOLEKSI
DALAM USAHA MEMPERTAHANKAN
SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI
DALAM PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA
Bab IV skripsi ini, telah menguraikan hasil penelitian antara
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi dalam pelayanan para
suster OSF Sibolga menunjukkan bahwa spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi secara signifikan menyumbangkan terhadap pelayanan
para suster OSF Sibolga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka,
bab V ini penulis berusaha membuat langkah kongkrit bagaimana para
suster OSF Sibolga tetap menghayati nilai-nilai spiritualitas
persaudaraan santo Fransiskus Asisi dalam setiap pelayanan yaitu
melalui usulan program rekoleksi. Dengan pelaksanaan rekoleksi ini
diharapkan: pertama, para suster memiliki kesempatan untuk memahami
dan merenungkan kembali bagaimana semangat persaudaraan yang
dihidupi oleh santo fransiskus Asisi dalam perjalanan panggilan dan
karya pelayanannya terhadap sesama. Kedua melalui kegiatan rekoleksi
ini membantu setiap suster OSF Sibolga mampu menumbuhkan sikap
dan kesadaran baru untuk tetap setia menghayati nilai-nilai semangat
persaudaraan Santo Fransiskus. Oleh karena itu, Bab V ini terdiri dari 4
78
bagian, meliputi: Pengertian rekoleksi, Tujuan rekoleksi, Usulan tema-
tema rekoleksi, dan Usulan persiapan rekoleksi.
A. Pengertian Rekoleksi
Kata ”rekoleksi” berasal dari dua kata yaitu ”re” yang berarti
kembali dan ”koleksi” berarti mengumpulkan. Dengan demikian,
rekoleksi berarti sebuah usaha untuk mengumpulkan kembali. Apa yang
dikumpulkan? Banyak hal yang bisa dikumpulkan. Secara khusus,
rekoleksi mau mengajak peserta untuk mengumpulkan kembali
pengalaman-pengalaman akan kasih Allah yang berserahkan.
Pengalaman-pengalaman itu dihadirkan kembali, direnungkan, dimaknai
dan diolah agar sungguh berguna bagi hidup selanjutnya (Hartana,
2008:12).
Rekoleksi, recollection, sebagai usaha untuk memperkembangkan
kehidupan iman atau rohani (Mangunhardjana, 1985: 7).
Untuk mengerti letak rekoleksi dalam rangka keseluruhan usaha
mengembangkan kehidupan iman atau rohani, kita perlu melihatnya
dalam kaitan dengan retret dan pemeriksaan batin. Kata retret berasal
dari kata Prancis Ia retraite yang berarti pengunduran diri, menyendiri,
menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, meninggalkan
dunia ramai (Mangunhardjana, 1985: 7).
79
B. Tujuan Rekoleksi
Tujuan umum rekoleksi dapat diletakkan pada segi operasional
atau pada segi formatif. Tujuan umum rekoleksi yang sifatnya
operasional bermaksud untuk meningkatkan cara, metode, teknik,
kecakapan, ketrampilan para peserta rekoleksi dalam bidang
pengembangan hidup pribadi, hidup bersama orang lain dan dalam
bidang pelaksanaan tugas pekerjaan baik pribadi maupun kerjasama
dengan orang lain (Mangunhardjana, 1985: 29). Tujuan rekoleksi yang
bersifat formatif atau sering juga disebut edukasional, bermaksud
meningkatkan kualitas para peserta, baik secara pribadi maupun secara
bersama sebagai kelompok. Hal-hal yang termasuk dalam kualitas yang
ditingkatkan itu meliputi: spiritualitas, sikap, pandangan, perasaan,
pengetahuan, motivasi cita-cita, panggilan hidup, gaya hidup
(Mangunhardjana, 1985: 29-30).
C. Usulan Tema-Tema Rekoleksi
Program ini dapat dilaksanakan pada saat para suster OSF Sibolga
mempersiapkan diri dan hati menyambut Hari Raya St. Fransiskus dari Asisi
yang biasanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober. Dalam menyambut Hari Raya
St. Fransiskus Asisi para suster mempersiapkan diri dan hati dengan
melaksanakan rekoleksi lima tema dan dilaksanakan dalam enam kali dalam
bentuk rekoleksi yaitu:
1. Spiritualitas St. Fransiskus Asisi
80
a. Kesederhanaan
b. Persaudaraan “Gita Sang Surya” sebagai inti persaudaraan Fransiskus Asisi
2. Spiritualitas Seorang Pelayan
a. Sikap siap bebagi (bdk Yoh 6: 1-5)
b. Spiritualitas janda miskin (bdk Mrk 12:41-44)
c. Rela Berkorban (bdk Mrk 14:32;15: 37)
d. Dia semakin besar dan aku semakin kecil (bdk Yoh 3:22-36)
3. Pola pelayanan Santo Fransiskus Asisi
4. Belajar dari kepemimpinan kegembalaan Yesus dalam pelayanan
a. Yesus Sang pemimpin utama yang melayani dengan memiliki sikap seorang
gembala (bdk.Yoh 10:11-13)
b. Yesus yang terlibat melayani (bdk. Mrk 2: 1- 12)
c. Yesus pelayan sejati /tulus (tanpa pamrih) bdk Mat 6: 1-4
5. Pelayanan Yesus yang dibangun atas dasar kesatuan dengan Bapa
a. Menjadi pelayan yang membiarkan diri dipimpin oleh rahmat Tuhan
b. Menjadi pelayan yang peduli terhadap sesama
Harapan dari rekoleksi ini semoga para suster semakin mampu setia
menjaga dan mempertahankan spiritualitas Fransiskus dalam setiap tugas
pelayanan yang dilakukan sehingga semakin mencintai Kristus melalui semangat
Santo Fransisikus dari Asisi yang menjadi semangat setiap para suster OSF
Sibolga dalam melaksanakan pelayanan.
81
MATRIKS PROGRAM REKOLEKSI BAGI
PARA SUSTER OSF SIBOLGA
NO SUB TEMA TUJUAN SUB
TEMA
JUDUL PERTEMUAN
TUJUAN PERTEMUAN
MATERI METODE SARANA SUMBER BAHAN
01. Kesederhanaan Agar peserta mengenal dan memahami lebih mendalam kesederhanaan yang dihayati Fransiskus
1. Kesederhanaan Fransiskus menjadi teladan kesederhanaan suster OSF Sibolga
2. Kesederhanaan sebagai penjiwaan hidup dalam pelayan
3. Makna penghayatan kaul kemiskinan (kesederhanaan) dalam pelayanan zaman sekarang
Agar peserta berusaha menghayati kesederhanaan Fransiskus yang menjadi teladan hidup suster OSF Sibolga
Hidup pertobatan Fransiskus Kesederhanaan yang membahagiakan Semangat kesederhanaan Fransiskus Flp 2:1-11Ia kaya, namun bersedia menjadi miskin (hidup sederhana tanpa mempertahankan kekayaan yang dimiliki)
Informasi Refleksi Penugasan Sharing kelompok
Laptop LCD Kertas Flap
Spidol Madah Bakti
Ladjar Leo (1988). “Fransiskus Asisi karya-karya-Nya”
Konstitusi 6, OSF Sibolga
Conti Martino (2006). “Identitas Fransiskan”
Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta, 2000, Lembaga Alkitab Indonesia
02. Persaudaraan Agar peserta
1. Spiritualitas Persaudaraan
Bersama peserta
Spiritualitas persaudaraan
Informasi Nonton
Teks Lagu “Cintailah
Madah Bakti Conti
82
semakin menghayati semangat persaudaraan Fransiskus dalam karya pelayanan.
merupakan warisan kharisma Fransiskus
2. Semangat Persaudaraan yang mampu memberi kehidupan bagi sesama yang dilayani
3. “Gita Sang Surya” mencerminkan persaudaraan Fransiskus Asisi
berusaha menemukan Allah dalam seluruh ciptaan-Nya sehingga semakin mampu menghayati persaudaraan Fransiskus dalam melakukan pelayanan setiap har.
Fransiskus dalamAnggaran Dasar,Wasiat, Petuahdan surat-suratnya. Perjumpaan Fransiskus dengan orangkusta sebagaititik awalmemulai persaudaraan Persaudaraan Fransiskus dengan seluruhciptaan.
film Refleksi pribadi
Sharing kelompok
Diskusi
Sesamamu” dan “ Sungguh Besar Kau Allahku” Anggaran Dasar Film “Perjumpaan Fransiskus dengan orang kusta”
LCD Laptop Air sungai Gambar Santo Fransiskus
Doa “Gita Sang Surya”
Martino (2006). “Identitas Fransiskan”
Ladjar Leo (1988). “Fransiskus Asisi karya-karya-Nya
Bodo Murray (2002) “Fransiskus Perjalanan dan Impian”.
03. Spiritualitas seorang pewarta
Peserta semakin menyadari bahwa dalam pelayana
1. Pelayan yang memiliki sikap siap berbagai
2. Pelayanan yang siap diutus
3. Belajar dari
Bersama peserta menghayati sikap siap rela berbagi seorang anak
Yoh 6:1-5 “Sikap anak kecil yang siap berbagi” Dan Mrk 12:41-44
Informasi Refleksi pribadi Tanya jawab Diskusi
Teks lagu “Jangan Lelah” dan
“ Betapa Baiknya”
Gitar
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002, “Tafsiran
83
n perlu memiliki semangat sikap siap berbagi, siap diutus, rela berkorban dan yang diwartakan adalah Yesus Kristus
Yesus Sang pelayan yang rela berkorban
4. Yohanes adalah seorang pelayan yang memiliki sikap kerendahan hati
kecil dan seorang janda miskin siap diutus, rela berkorban dan memiliki sikap kerendahan hati demi kebahagiaan dan keselamatan sesamanya.
“Persembahan seorang janda miskin”
Mrk 15:20b-32 “Yesus disalibkan” Yesus menjadi seorang sahabat yang memberikan nyawa-Nya untuk semua orang yang dikasiNya.
Yoh 3:22-36 “ Dia semakin besar dan aku semakin kecil”
Kelompok Sharing pengalaman
Laptop LCD Kertas flap dan spidol
Alkitab perjanjian baru”.
Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta, 2000, Lembaga Alkitab Indonesia.
Hadiwiyata, 2008, Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius
Madah Bakti Pengalaman peserta
04. Pola pelayanan Fransiskus Asisi
Agar peserta semakin memperdalam pemahaman akan pola pelayanan Fransiskus
Pelayanan Fransiskus adalah pelayanan yang memberi kehidupan
Bersama peserta berusaha menghayati pelayanan Fransiskus yang mampu memberi kehidupan bagi
Bekerja atas dasar kasih persaudaraan (menerima dan menghormati orang kusta)
Memberikan diri, melayani siapa saja yang
Informasi Refleksi pribadi Tanya jawab Diskusi Kelompok Sharing pengalama
Teks lagu “Kasih saudara”
Gitar Laptop LCD Kertas flap
dan spido
Conti Martino (2006). “Identitas Fransiskan”
Ladjar Leo (1988). “Fransiskus Asisi karya-karya-Nya
84
orang-orang yang dilayani setiap hari
membutuhkan terutama kelompok jemaat yang tersingkir.
Mau belajar dan bekerja keras
Mengabdi dan bekerja dengan tidak memadamkan semangat doa dan kebaktian suci. Identitas Fransikan “Cara mengabdi dan bekerja Bab V”
n
Iriarte Lazaro (2005) ”Panggilan Fransiskan”
Kumpulan Lagu-lagu fransiskan “Terpujilah Engkau Tuhanku” No. 99
05. Belajar dari pola kepemimpinan kegembalaan Yesus
Agar para peserta mengenal dan memahami pola kepemimpinan kegembalaan Yesus
1. Yesus Sang pemimpin utama yang melayani dengan memiliki sikap seorang gembala
Bersama peserta berusaha menghayati semangat kepemimpinan Yesus yang besikap sebagai seorang
1. Yoh 10:11-13 “Gembala yang baik”
Permainan “ Gembala
dan Domba” Tanya jawab Diskusi keolompok Rangkuman/informasi
LCD Laptop Teks lagu
“Tuhanlah Gembala” gitar
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002, Tafsiran Alkitab perjanjian baru.
85
sebagai teladan dan sumber inspirasi dalam pelayanan
2. Yesus yang
terlibat melayani
3. Yesus pelayan
sejati /tulus (tanpa pamrih)
gembala, terlibat melayani dan melakukan pelayanan dengan tulus.
2. (Yoh 5:1-9,
Mrk 2: 1- 12, Mat 8: 14- 17) “Yesus menyembuhkan orang sakit, membebaskan dari kesulitan).
3. Mat 6: 1-4 “Hal memberi
sedekah”
Hadiwiyata, 2008, Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius
Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta, 2000, Lembaga Alkitab Indonesia.
Soenarto, dkk, 2006 “Yesus Pokok Anggur” Yogyakarta: Kanisius
Pengalaman peserta
06. Pelayanan Yesus yang dibangun atas dasar kesatuan dengan Bapa
Bersama peserta menghayati pelayanan Yesus yang mengandalkan kekuatan
1. Menjadi pelayan yang membiarkan diri dipimpin oleh rahmat Tuhan
1. Bersama peserta berusaha menghayati semangat pelayanan yang membiarkan
Yoh 5:30; 6:39 “Yesus melaksanakan pekerjaan Dia yang mengutus-Nya”.
Mrk 6:1-6a
Informasi Refleksi Penugasan Sharing kelompok
Laptop LCD Madah Bakti
Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta, 2000, Lembaga Alkitab Indonesia.
Hadiwiyata,
86
Allah dalam setiap karya pelayanan-Nya
2. Yesus yang
taat dan setia
diri dipimpin oleh rahmat Tuhan sehingga memiliki keberanian dalam menghadapi segala konsekuensi yang dihadapi dalam pelayanan
2. Besama peserta berusaha memiliki sikap peduli terhadap sesama yang membutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
“Yesus ditolak di Nazaret”
Mrk 14:32-42 “Yesus di Taman Getsemani”
2008, Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius
87
D. Usulan Persiapan Rekoleksi
Dalam usulan persiapan rekoleksi ini, penulis hanya menguraikan
dua tema yang akan digunakan sebagai bahan rekoleksi dalam upaya
membantu para suster OSF Sibolga untuk menjaga dan tetap
mempertahankan penghayatan spiritualitas persaudaraan Santo
Fransiskus Asisi dalam pelayanan setiap hari. Dua tema yang akan
diuraikan yaitu: pertama, persaudaraan Fransiskus merupakan teladan
hidup Suster OSF Sibogla dan kedua, Spiritualitas seorang Pewarta
yang siap berbagi, siap diutus, rela berkorban dan memiliki sikap
kerendahan hati.
1. Persiapan Rekoleksi I
Tabel-18 Langkah-langkah kegiatan rekoleksi I
No. Hari Waktu Kegiatan I
Sabtu
16.00-16.30 Snack
16.30-16.45 16.45-17.45
17.45-18.00
Pembuka Lagu pembuka Doa pembuka Pengantar
Kegiatan inti I Penjelasan persaudaraan Santo Fransiskus dari Anggaran Dasar, Identitas Fransiskan
Nilai persaudaraan berdasarkan Kitab Suci Mat 22:37-39
Penutup Doa Penutup Lagu penutup
18.00-18.30 Ibadat sore
18.30-19.00 Makan malam
88
19.00-20.00 Kegiatan Inti II
“Semangat Persaudaraan yang mampu memberi kehidupan bagi sesama yang dilayani” (Peserta menonton film bagaimana St. Fransiskus memulai persaudaraan terhadap orang kusta)
20.00-21.00 Refleksi pribadi
21.00-21.30 Ibadat penutup
II
Minggu
06.00-06.30 Ibadat bersama
06.30-07.00
Makan pagi
08.00-08.30
08.30-09.30
09.30-10.00
Kegiatan Inti III “Gita Sang Surya mencerminkan Persaudaraan Fransiskus Asisi” Peserta diajak mengamati gambar
St. Fransiskus yang sedang berdiri di tengah alam yang membuka tangan terhadap seluruh makhluk ciptaan, di samping gambar dituliskan doa “gita sang surya” yang dibuat oleh St. Fransikus.
Peserta diajak untuk berdialog dengan alam (air, matahari, udara dll)
Peserta masuk dalam kelompok kecil
10.00-10.30
Snack
10.30-11.45 11.45-12.00
Kegiatan Inti IV Sharing Kelompok (Peserta memplenokan hasil
pengalaman berdialog dengan alam dalam kelompok besar)
Peneguhan
12.00-13.00
Perayaan Ekaristi
13.00 Makan siang dan Sayonara
89
Langkah-langkah:
1. Tema : Persaudaraan Fransiskus Merupakan Teladan Hidup
Pelayanan Suster OSF Sibolga
2. Tujuan : Peserta menemukan Allah dalam seluruh ciptaan-Nya
sehingga semakin mampu menghayati semangat
persaudaraan Fransiskus dalam melakukan pelayanan
setiap hari.
3. Waktu : Sabtu Pkl 16.30 – Minggu Pkl 13.00 Wib
4. Peserta : Para Suster OSF Sibolga
5. Proses Pelaksanaan
a. Pembuka
1) Doa Pembuka
Ya Tuhan kami bersyukur kepada-Mu atas segala kasih-Mu dalam hidup
kami sehingga kami semua dapat berkumpul di tempat ini dan dapat memulai
rekoleksi kami ini. Dalam rekoleksi ini kami ingin merenungkan bagaimana
persaudaraan Fransiskus yang mampu membahagiakan sesama, sehingga kami
pun boleh belajar untuk mewujudkannya dalam setiap karya pelayanan kami
setiap hari. Tuhan Bapa yang Mahakasih, kami menyadari bahwa segala yang
indah dan menakjubkan berasal dari-Mu. Syukur kami haturkan kepada-Mu,
karena kami boleh menikmati segala yang indah dan menakjubkan itu. Tuhan
Bapa Yang Mahamurah, semoga lewat alam dan sesama kami semakin
90
menemukan dan mengenal Engkau serta mampu mensyukuri karuniaMu. Demi
Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
2) Lagu Pembuka: “Cintailah Sesamamu” MB 775 ( Lampiran 9)
3) Pengantar
Para suster yang terkasih dalam pertemuan ini, kita akan bersama-sama
memahami dan merenungkan bagaimana semangat persaudaraan yang telah
dilakukan oleh Santo Fransiskus yang menjadi teladan kita dalam segala bentuk
karya pelayanan kita zaman sekarang ini. Semoga melalui kesempatan
mempelajari, memahami hingga merenungkan, kita pun sebagai pengikut-
pengikut Santo Fransiskus semakin mampu belajar dan melakukan semangatnya
itu dan sehingga setiap pelayanan yang kita lakukan di jiwai oleh semangat
persaudaraan St. Fransiskus yang mampu memberi kehidupan.
b. Kegiatan Inti I
1) Menjelaskan persaudaraan St. Fransiskus dalam tulisan-tulisannya seperti
Anggaran Dasar, Wasiat, Petuah dan surat-surat.
a) Semangat persaudaraan merupakan kharisma Fransiskus Asisi.Bagi Santo
Fransiskus Asisi, istilah saudara mengandung makna yang sangat mendalam.
Dalam tulisan-tulisannya, seperti Anggaran Dasar, Wasiat, Petuah, dan surat-
surat, ia selalu menyapa para pengikutnya atau orang yang dialamatkannya
dengan sapaan “Saudara.” Dalam mukadimah Anggaran Dasar yang disahkan
dengan Bulla, Fransiskus dengan terang menulis bahwa cara hidup yang ia
bangun ini ditujukan untuk orang-orang yang menamakan dirinya Saudara-
91
saudara Dina: “Demi nama Tuhan! Mulailah cara hidup Saudara-saudara
Dina” (Anggaran Dasar dengan Bulla. I).
b) Kepada para pengikutnya ia dengan jelas menasehatkan bahwa: “Kamu
semua adalah saudara” (Anggaran dasar Tanpa Bulla XXII: 33).
c) Fransiskus menasehatkan para pengikutnya agar saling melayani sebagai
saudara dan saudari (sapaan untuk Santa Klara dan para pengikutnya), oleh
karena kesamaan martabat mereka di hadapan Allah. Sebab bagi Fransiskus
harkat manusia sesungguhnya terletak pada martabatnya sebagai citra Allah,
dan bukan karena kedudukan, jabatan, kuasa, atau kelebihan manusiawi
lainnya.
d) Dengan menimbah Sabda Tuhan sendiri, Ia menghendaki agar para saudara
agar tidak menyebut seorangpun sebagai Bapa di bumi ini, atau sebagai rabi.
“Sebab Bapamu hanya satu di Surga, dan Rabimu hanya satu di Surga” (Bdk.
Anggaran Dasar Tanpa Bulla XXII: 34-35).
e) Kekhasan spiritualitas persaudaraan St. Fransiskus adalah berpusat pada sikap
hidup yang mengabdi pada sesama.
2) Yesus sendiri memberikan hukum utama, “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan
segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budi.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Hukum yang kedua, yang
sama dengna itu, ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
(Mat 22: 37-39).
92
c. Kegiatan Inti II
1) Peserta menonton film bagaimana St. Fransiskus memulai persaudaraan
terhadap orang kusta
a) Perjumpaan Santo Fransiskus dengan orang kusta merupakan titik awal
bagaimana Fransiskus melayani dan menaruh belaskasihan kepada sesama
yang menderita.
b) Perjumpaan dengan orang kusta Santo Fransikus melakukan hal yang luar
biasa, Santo Fransiskus mengalami daya kekuatan Ilahi yang memberi
kekeuatan kepadanya untuk melayani sesama
c) Perjumpaan dengan orang kusta Santo Fransiskus memilki keberanian
meninggalkan segala kekayaan yang dimilikinya (Fransiskus mendekati orang
kusta itu, kemudian ia turun dari kuda dan memeluk serta mencium si kusta).
2) Refleksi Pribadi
a) Nilai-nilai yang dapat dipelajari dari pengalaman Santo Fransiskus melalui
perjumpaannya dengan orang kusta?
b) Sejauh mana pengalaman Santo Fransiskus ini telah berbicara juga dalam
setiap pelayanan yang kita lakukan selama ini?
c) Apakah kita juga memiliki pengalaman seperti yang dialami Santo Fransiskus?
Ceritakanlah!
d. Kegiatan Inti III
a) Peserta diajak mengamati gambar St. Fransiskus yang sedang berdiri di tengah
alam yang membuka tangan terhadap seluruh makhluk ciptaan, di samping
93
gambar dituliskan doa “Gita sang surya” yang dibuat oleh St. Fransikus.
(Lampiran 8)
b) Peserta diajak untuk berdialog dengan alam (air, matahari, udara dll). Dalam
hal ini peserta boleh memilih untuk berdialog dengan air, matahari, atau udara.
Salah satu contoh panduan untuk mengajak peserta misalnya dengan “ Air”
(Peserta diajak untuk menikmati air sungai).
Pada kesempatan ini kita akan menyapa alam sekitar kita, merasakan
kesegaran dan kesejukan serta kelembutan dari air. Sekarang Anda kami
persilahkan untuk pergi ke sungai. Usahakan bagian tubuh Anda menyentuh
air dan jangan takut basah! Sapalah air itu, ajaklah untuk bercanda dan
nikmatilah keseju kannya. Biarkan air itu menyapa diri Anda.
c) Peserta masuk dalam kelompok kecil
(Sesudah kembali dari sungai peserta dibagi dalam kelompok untuk sharing
pengalaman atas kegiatan yang baru dilaksanakan).
e. Kegiatan Inti IV
1) Diskusi
Pertanyaan untuk membantu mengungkapkan pengalaman:
a) Bagaimana perasaan Anda sewaktu bermain dan bercanda dengan air di
sungai tadi?
b) Apakah Anda menemukan sesuatu yang baru?
c) Pleno
94
(Masing-masing dari wakil kelompok membagikan hasil sharing kelompok
kepada seluruh peserta).
2) Peneguhan
Untuk bisa menghargai dan menyadari bahwa melalui alam ciptaan dapat
menemukan Allah sendiri kiranya kita patut belajar dari seorang tokoh yakni
Santo Fransiskus dari Asisi. Pada tahun 1979 Yohanes Paulus II mengangkat
Fransiskus menjadi pelindung semua orang yang mengusahakan perlindungan
dan pelestarian alam/lingkungan hidup. Mengapa demikian? Fransiskus adalah
tokoh yang sangat dekat dengan alam dan dengan rendah hati menyadari bahwa
manusia merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang jauh lebih besar dari
pada manusia sendiri yaitu keseluruhan surga. dan bumi, Pencipta dan alam
ciptaan.
Fransiskus memandang alam ciptaan Tuhan sebagai sesamanya. Ia tidak
menempatkan diri di atas melainkan disamping mereka. Segala makhluk hidup
diakuinya sebagai partner dan teman. Melalui alam ciptaan ia dapat melihat
keagungan dan kemuliaan Sang Pencipta. Tuhan mahamurah telah menciptakan
semuanya demi kebahagiaan kita. Rekan-rekan marilah kita bersama-sama
mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-Nya bagi kita semua.
95
f. Penutup
1) Doa penutup “ Gita Sang surya”
Peserta diajak secara bersama-sama melambungkan pujian dengan doa
yang digubah oleh Santo Fransiskus sendiri (Lampiran 8)
2) Lagu penutup “Sungguh Besar Kau Allaku “ (Lampiran 9)
2. Persiapan Rekoleksi II
Tabel-19 Langkah-langkah kegiatan rekoleksi II
No. Hari Waktu Kegiatan I
Sabtu
16.00-16.30 Snack
16.30-16.45 16.45-17.45
17.45-18.00
Pembuka Lagu pembuka “ Jangan Lelah”
Doa pembuka Pengantar
Kegiatan inti I Pengertian spiritualitas Spiritualitas seorang pewarta yang siap berbagi (Belajar dari seorang anak kecil dan janda miskin)
Penutup Doa Penutup Lagu penutup
18.00-18.30 Ibadat sore
18.30-19.00 Makan malam
19.00-20.30 Kegiatan Inti II Peserta diberi waktu masuk dalam kelompok untuk merenungkan sikap anak kecil dan janda miskin yang memiliki sikap siap berbagi dengan mempersembahkan apa yang dimiliki kemudian peserta
96
menvisualisasikannya. Spiritualitas seorang pewarta yang siap diutus
20.30-21.00 Refleksi pribadi
21.00-21.30 Ibadat penutup
II
Minggu
06.00-06.30 Ibadat bersama
06.30-07.00
Makan pagi
08.00-10.00
Kegiatan Inti III Spiritualitas seorang pewarta
yang rela berkorban Belajar dari sikap Yohanes yang
memiliki sikap kerendahan hati dalam melakukan tugas pelayanan
10.00-10.30
Snack
10.30-11.45 11.45-12.00
Kegiatan Inti IV Refleksi pribadi tentang
pelayanan yang dilakukan berdasarkan spiritualitas seorang pewarta dari sesi I, II dan III.
Sharing kelompok
12.00-13.00
Perayaan Ekaristi
13.00 Makan siang dan Sayonara
Langkah-langkah:
1. Tema : Spiritualitas Seorang Pewarta
2. Tujuan : Peserta semakin menyadari bahwa dalam pelayanan perlu memiliki
semangat sikap berbagi, spiritualitas janda miskin, siap diutus, rela
berkorban dan yang diwartakan adalah Yesus Kristus.
97
3. Peserta : Para Suster OSF Sibolga
4. Waktu : Sabtu 16.30 – Minggu 13.00 WIB
5. Proses Pertemuan
1. Pembuka
a. Pendamping mengajak peserta untuk membuka pertemuan dengan lagu
pembuka “ Jangan Lelah” (Lampiran 9)
b. Doa pembuka (Pendamping meminta salah seorang peserta)
c. Pengantar
(Peserta mendengarkan informasi singkat dari pendamping tentang materi
dan proses kegiatan tentang “ Spiritualitas Seorang Pewarta”).
1) Sebagai orang-orang yang terpanggil secara khusus , identitas kita didasari
oleh cinta kasih anugerah-Nya yang tidak lain adalah karya Roh Kudus yang
terus membimbing, memberdayakan, dan membantu pelaksanaan tugas
pengutusan kita. “… bukan kamu yang memilih Aku tapi akulah yang memilih
kamu” (Yoh 15:16). Kalau Allah yang memilih maka Allah juga yang akan
melaksanakan karyaNya. Karya Allah di dalam Puteranya menjadi jaminan
dan kekuatan hidup kita. Dengan itu pelaksanaan tugas pewartaan dan
pelayanan di dalam iman merupakan tanggapan terhadap rahmat-Nya dan
didorong oleh rasa tanggung jawab (tugas pengutusan) kita di dalam
kehidupan, kebutuhan serta dinamika perkembangan Gereja.
2) Para suster yang terkasih diharapkan supaya sungguh menghidupi sikap dan
semangat Yesus. Sikap dan semangat pelayanan-Nya itulah yang dijadikan
pedoman, cara hidup dan semangat kita di dalam melayani dan membantu
98
kehidupan jemaat dalam memperkembangkan imannya. Hidup-Nya menjadi
arah, dasar dan pusat pelayanan kita. Maka dari itu perlu ditegaskan kembali
para suster tidak mewartakan dirinya tetapi mewartakan hidup dan cinta kasih
Yesus Kristus. Yesus Kristus sendirilah yang menjadi pusat segala bentuk
pelayanan kita. Yesus Kristus adalah pelayan yang utama dan pertama. Ia
adalah pewarta sabda, yang dengan penuh kesetiaan menghayati sabdaNya,
sehingga seluruh hidupNya merupakan pewartaan dan perwujudan
kehendakNya. Yesus adalah teladan, sumber inspirasi dan pola hidup para
suster dalam setiap tugas pelayanan.
2. Kegiatan Inti I
a. Pengertian Spiritualitas
Pengertian spiritualitas seperti yang telah dibahas dalam bab II
Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih–diri
secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain
adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan
Allah (Heuken, 2002:11). Maka spiritualitas adalah Roh Allah yang
memotivasi dan menyemangati, menjiwai, memberi kekuatan, membimbing serta
meneguhkan agar tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugasnya. Para
suster OSF Sibolga mampu setia dalam melaksanakan tugasnya dalam karya
serta pelayanan demi mewujudkan Kerajaan Allah.
Seorang pewarta perlu mengetahui dan menghidupi apa yang
seharusnya menjadi spiritualitas pelayanan. Spiritualitas pewarta merupakan
99
semangat yang menjiwa untuk selalu memotivasi dan menyemangati, menjiwai
memberi kekuatan, memberi serta meneguhkan agar tidak mudah putus asa dalam
melaksanakan tugasnya dengan setia. Dengan semangat Roh yang dihidupi dan
senantiasa membimbingnya maka seorang pewarta dapat mampu bekerja sama
baik antar sesama pewarta maupun dengan pihak-pihak lain yang terlibat dalam
tugas pelayanan Gereja dengan bersikap terbuka dan rendah hati. Sikap ini akan
membantunya untuk maju dan berkembang dalam pelayanannya.
Akhirnya dapat dikatakan bahwa Spiritualitas pewarta merupakan
spiritualitas injil yang dihayati yakni:”Bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
b. Sikap berbagi (bdk Yoh 6: 1-15)
Ay. 5-7 menarik sekali bahwa dalam kisah Yohanes, Yesus mengambil
inisiatif dalam mengemukakan masalah kepada para murid “di manakah kita
akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan? hal itu dikatakan-Nya untuk
mencobai dia, sebab Ia tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya” (ay 5-6). Dalam
hal ini Yesus memberi kesempatan kepada para murid untuk menunjukkan
seberapa dalamnya iman mereka akan Dia. Tetapi para murid menunjukkan
bahwa masih tebatas pada roti duniawi.
Dalam perikop di atas tampak sikap anak kecil yang mau membagi roti
yang dimilikinya. Seorang anak kecil memiliki sikap kerelaan yang tulus untuk
memberi apa yang dimilikinya. Sikap anak kecil yang mau memberi dan berbagi
ini digunakan Yesus untuk menjadi berkat bagi orang banyak. Kata seorang
100
murid Yesus “di sini ada seorang anak kecil, yang mempunyai lima roti jelai dan
dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang banyak” (ay 9). Yesus mengambil
roti dan ikan anak kecil itu dan mengucap syukur lalu membagi-bagikannya
kepada orang banyak. Filipus dan Andreas mengemukakan pernyataan tentang
besarnya kebutuhan. Si anak kecil dan bekal yang sedikit merupakan kontras
yang dramatis dengan kelimpahan makanan yang diberikan oleh Yesus.
c. Spiritualitas janda miskin (bdk Mrk 12:41-44)
12:41: Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan
memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam
peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
12:42: Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua
peser, yaitu satu duit.
12:43: Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi
lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam
peti persembahan.
12:44: Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini
memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh
nafkahnya."
Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa sesungguhnya janda
miskin ini memberi lebih banyak…”. Artinya Tuhan sungguh menghargai
pelayanan yang kita lakukan walau sekecil apapun. Tuhan lebih menghargai dan
101
lebih berarti bagi-Nya persembahan/pemberian yang diberikan dengan ketulusan
dan kerelaan.
Setiap pribadi memberikan apa yang mampu diberi dan
mempersembahkan apa yang bisa dipersembahkan. Satu hal yang penting yang
menjadi tujuan pelayanan pewartaan kita adalah bagaimana berusaha membantu
umat untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani YESUS dalam hidup
mereka. Marilah kita belajar dari janda miskin yang bersedia memberi dari
kekurangan dan mempersembahkan seluruh kemampuan yang kita dimiliki demi
kemuliaan Tuhan (hadirnya Kerajaan Allah).
3. Kegaitan Inti II
a. Sebelum masuk kegiatan inti II peserta diberi waktu masuk dalam kelompok
untuk merenungkan sikap anak kecil dan janda miskin yang memiliki sikap
siap berbagi dengan mempersembahkan apa yang dimiliki (Pendamping
meminta 2 kelompok untuk menvisualisasikan spiritualitas anak kecil dan
janda miskin berdasarkan Yoh 6: 1-15 atau Mrk 12:41-44).
b. Siap diutus (Mrk 8:31-9:1)
Allah Bapa mengutus anak-Nya Yesus Kristus sebagai penyelamat
dunia.Yesus sebagai utusan Bapa telah taat dan melakukan kesetiaan total. Dia
telah rela menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan banyak orang. Tujuan
Yesus mengemban tugas perutusan itu adalah menyelamatkan manusia dari dosa
dan membawanya kepada Bapa yang mengutus Dia (Yesus sungguh mencintai
manusia). Yesus sebagai anak Allah telah datang ke dunia dan bahkan tinggal di
102
tengah-tengah kita umat-Nya untuk mewartakan Kabar Gembira (Keselamatan).
Dalam melalukan tugas perutusan-Nya Yesus mengalami yang namanya diitolak,
di hina, disingkirkan dan bahkan dibunuh. Hal ini menunjukkan sikap ketaatan
dan kesetiaan Yesus dalam melakukan tugas perutusan-Nya dari Bapa.
Yesus sebagai utusan Bapa menjadi teladan ketaatan dan kesetiaan kita
dalam pelayanan, maka kita juga yang ingin menjadi seorang pewarta hendakya
juga kita belajar dari pelayanan Yesus yang memiliki semangat utusan.
Bersemangat utusan berarti: Mengandal Dia yang mengutus kita dalam tugas
pelayanan yang dilakukan, perlu menjiwai yang mengutus (ketulusan, kerelaan
dan kerendahan hati serta memiliki hati yang mampu mencintai) dan tidak mudah
menyerah atau putus asa bila mengalami kesulitan/ tantangan (kesetiaan dalam
tugas pelayanan).
4. Kegiatan Inti III
a. Rela berkorban (Mrk 14:32-15: 37)
Yesus Kristus dalam mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah
dipenuhi dengan perjuangan, dijalankan di dalam kesetiaan dan ketaatan sejak
lahir di kandang sampai wafat di salib. Suatu perjuangan yang berat, tetapi karena
yang menjadi dasar adalah cintaNya pada Bapa dan pada manusia secara total,
yang berat dihayati dengan penuh kebebasan dan pengorbanan sebagai Yahwe
yang berkenan menderita bersama manusia yang menderita agar dapat
menghapus penderitaan manusia. Itulah kehendak Bapa untuk menebus dan
menyelamatkan manusia. Allah menghendaki supaya setiap manusia dapat
103
mengalami kesempurnaan dan kelimpahan hidup (bdk Yoh 10:10). Yesus
menjadi seorang sahabat yang memberikan nyawaNya untuk semua orang yang
dikasiNya. Ia adalah Anak manusia yang datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang
(bdk. Mrk 10:45). Hidup Yesus seluruhnya dilimpahkan bagi kepenuhan dan
keselamatan manusia.
b. Dia harus semakin besar dan aku semakin kecil (bdk Yoh 3:22-36)
Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa, perikob di atas merupakan
kesaksian terakhir Yohanes Pembaptis tetang dirinya sendiri yang hanya sebagai
utusan artinya bahwa dalam tugas perutusannya Yohanes memberi tempat kepada
Yesus. Hal ini tampak dalam perkataan Yohanes “Ia harus makin besar, tetapi
aku harus makin kecil” (ay. 30). Dengan kata-kata di atas Yohanes menyadari
bahwa inti pewartaannya adalah Kristus, maka dalam pewartannya juga ia
mengharapkan agar setiap jemaat yang mendengarkan pewartaaannya semakin
memuliakan Yesus. Yohanes mengatakan”… aku harus semakin kecil” ini sikap
kerendahan hati Yohanes dalam melakukan pelayanan, dalam pelayanan Yohanes
tidak mewartakan dirinya sendiri. Yohanes adalah seorang saksi yang tahu akan
perannya, Pembaptis menunjuk orang lain tanpa menarik perhatian untuk dirinya
sendiri (lih. Mat 11:11; Luk 7:28).
104
5. Kegiatan Inti IV
Pendamping mengajak peserta untuk refleksi pribadi tentang pelayanan
yang dilakukan berdasarkan spiritualitas seorang pewarta di atas melalui panduan
pertanyaan:
1) Spiritualitas manakah yang telah saya miliki dalam pelayanan?
2) Spiritulitas mana yang masih belum saya miliki? Jelaskan!
3) Pilih salah satu perikob spiritulitas seorang pewarta di atas kemudian
temukanlah nilai-nilai yang mendukung pelayanan?
6. Penutup
a. Lagu Penutup “ Betapa Hatiku” (Lampiran 18)
b. Doa penutup (Pendamping meminta salah seorang peserta)
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perjumpaan Santo Fransiskus Asisi dengan orang kusta membawa
perubahan dalam dirinya dalam penziarahan jiwanya menuju Kristus. Kekhasan
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi adalah berpusat pada sikap
hidup yang mengabdi pada sesama. Semangat inilah yang dihayati dan dihidupi
oleh para suster OSF Sibolga juga dalam karya pelayanan. Semangat para
pendiri pendahulu para suster OSF Sibolga menghidupi semangat dan
cita-cita hidup persaudaraan Santo Fransiskus Asisi ”Mengabdi Allah
dengan melayani manusia yang menderita” (Kronik para Suster-suster
OSF Sibolga, 1997:14). Oleh karena itu sebagai pengikut-pengikut Santo
Fransiskus, para suster juga diharapkan semakin mampu belajar dan melakukan
semangatnya itu sehingga setiap pelayanan yang dilakukan dijiwai oleh semangat
persaudaraan Santo Fransiskus Asisi yang mampu memberi kehidupan bagi
setiap sesama yang dilayani.
Santo Fransiskus memandang alam ciptaan Tuhan sebagai sesamanya. Ia
tidak menempatkan diri di atas melainkan di samping mereka. Segala makhluk
hidup diakuinya sebagai partner dan teman. Melalui alam ciptaan ia dapat melihat
keagungan dan kemuliaan Sang Pencipta. Tuhan mahamurah telah menciptakan
semuanya demi kebahagiaan manusia. Santo Fransiskus mengajak para
pengikutnya, marilah bersama-sama mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-
106
Nya bagi kita semua. Semangat persaudaraan yang telah dilakukan oleh Santo
Fransiskus Asisi yang menjadi teladan para suster OSF Sibolga dalam segala
bentuk karya pelayanan zaman sekarang ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat mengatakan
bahwa Spiritualitas Persaudaran Santo Fransiskus dalam semangat pelayanan
para suster OSF Sibolga memiliki peranan yang sangat bermanfaat dan berarti,
semakin memahami spiritulitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi, pelayanan
para suster juga semakin di jiwai oleh semangat Santo Fransiskus. Artinya bahwa
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi memberi pengaruh bagi
semangat pelayanan para suster OSF Sibolga.
Oleh karena itu penulis menawarkan salah satu cara dan usaha membantu
para suster untuk tetap setia menghayati spiritualitas persaudaraan Santo
Fransisikus Asisi dalam setiap tugas pelayanan yaitu melalui kegiatan rekoleksi.
Melalui rekoleksi ini, peserta akan diajak untuk membaharui, merenungkan
spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus, spiritualitas seorang pewarta/pelayan
(siap berbagi, siap diutus, rela berkorban dan memiliki sikap rendah hati) dalam
setiap tugas pelayanan dan juga berupa peningkatan pola pelayanan, yang
berusaha belajar dari pola pelayanan Santo Fransiskus dan pola pelayanan Yesus
sendiri. Melalui kegiatan rekoleksi ini diharapkan menumbuhkan sikap dan
kesadaran baru untuk tetap setia menghayati nilai-nilai semangat persaudaraan
Santo Fransiskus.
107
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengusulkan beberapa
saran sebagai berikut:
a. Para anggota OSF Sibolga meningkatkan semangat pelayanannya dengan
semakin terbuka menerima sesama terlebih mereka yang membutuhkan
kasih.
b. Sebagai orang terpanggil, para suster OSF Sibolga diharapkan dapat melayani
dengan hati yang penuh dengan ketulusan, sehingga sampai pada suatu
pemahaman bahwa pelayanan yang dilakukan senantiasa diarahkan kepada
Tuhan melalui pelayanan kepada sesama.
c. Para anggota OSF Sibolga sebaiknya selalu memelihara semangat para
pendahulu untuk semangat baru bagi pelayanan dewasa ini.
d. Sebaiknya, para suster OSF Sibolga berusaha senantiasa menggali lebih
mendalam secara menarik, kreatif dan menyentuh tentang
semangat/spiritualitas Santo Fransiskus, sehingga setiap pribadi suster tetap
setia menghayati nilai-nilai spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus Asisi
dalam setiap tugas pelayanan.
e. Selalu memberi dan menyediakan waktu kepada anggota OSF Sibolga untuk
dapat mensharingkan spiritualitas persaudaraan Santo Fransiskus yang masih
relevan melalui tindakan hidup pelayanan yang dilakukan. Dengan ada
kesempatan yang seperti ini, diharapkan para suster OSF juga semakin
mampu memberi pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh orang-orang
yang dilayani.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, OSF. 1997. Berdirinya Tarekat OSF-Teute. (Penerjemah: Beikircher, Leonhard, OFM Cap.) Jerman: Reute. (Buku asli diterbitkan tahun 1874).
Bodo Murray, 2006. Fransiskus Perjalanan dan Impian. Jakarta: SEKAFI
Conti, Martino, OFM. 2006. Identitas Fransiskan. (Penerjemah: Syukur, Paskalis, OFM). Jakarta: SEKAFI. (Buku asli terbit tahun 1986)
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Furchan, Arief, 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Groenen, 2000. Riwayat hidup Santo Fransiskus dari Asisi. Sekafi. Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Hadiwiyata, 2008. Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius Dokumen Konsili Vatikan II.(1993) Terjemahan R. Hardawiryana, SJ
Jakarta: Obor. Hartana, 2008. 11 Langkah Menuju Pribadi Unik, Cerdas, Solider, dan
Beriman. Yogyakarta: Kanisius Heuken. A. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Cipta Loka
caraka. Iriarte, Lazaro. (1995). Panggilan Fransiskan. (Penerjemah: telambanua,
Marianus). Sibolga: Propinsi Kapusin. (Buku asli diterbitkan tahun 1975).
Ladjar, Leo, OFM. 1988. Fransiskus Asisi Karya-karyanya. Yogyakarta: Kanisius.
Lagu-lagu fransiskan, Terpujilah Engkau Tuhanku. (2004). Sekafi. Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Lembaga Alkitab Indonesia. 1976. Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta: LAI.
Lembaga Biblika Indonesia.2002. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. (Editor: Bergant, CSA dan Karris, OFM.
Mangunhardjana, 1985. Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius Soenarto, dkk, 2006. Katekese Komuni Pertama Anak. Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung Alfabeta. Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta:
Media Pressindo. Suster-suster Ordo Santo Fransiskus Konstitusi Suster-suster
Fransiskanes dari Reute.
109
Suster-suster Fransiskanes Reute Sibolga. (2010). Berita Regio, Persiapan Kapitel XII tentang karya.
Syukur, Paskalis. 2006. Identitas Fransiskan. Sekafi. Jakarta _____________. 2007). Spiritualitas Fransiskan Untuk Kaum Awam.
Sekafi. Jakarta. Uyanto. Stanislaus. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Candi
Gebang Permai. Yogyakarta.
LAMPIRAN
110
Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengisian Kuisioner Kepada Setiap Komunitas
Yogyakarta, 06 Mei 2010
Kepada Ytk:
Sr. Irene OSF
Di Biara San Damiano
Pandan - Sibolga
Salam kasih,
Suster Sr. Irene OSF yang terkasih, setelah saya mendapat persetujuan dari suster
profinsial yaitu Sesilia Lie OSF untuk dapat saya melakukan penelitian skripsi
dengan judul “PERANAN SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO
FRANSISKUS ASISI DALAM SEMANGAT PELAYANAN PARA SUSTER
OSF SIBOLGA”, maka pada kesempatan ini saya ingin meminta bantuan kepada
suster untuk menyampaikan kuisioner penelitian saya ini kepada para suster yang
ada di komunitas ini. Di sini telah saya kirimkan sebanyak jumlah para suster di
komunitas ini, mohon masing-masing para suster mengisi dan satu minggu
setelah menerima kuisioner ini mohon dikirim kembali kepada saya. Di sini juga
telah saya kirimkan amplop dan prangko pengiriman. Untuk segala kebaikan,
perhatian dan bantuannya saya sungguh mengucapkan banyak terimakasih.
Semoga Tuhan memberkati.
Salam dan hormat saya,
Sr. Laura, OSF
111
Lampiran 2: Daftar Kuisioner
Petunjuk Pengisian Kuisioner
Suster yang terkasih, berikut ini terdapat skala yang berisi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang suster jawab. Mohon dibaca dan dipahami setiap
pertanyaan. Pilihlah dan lingkarilah salah satu jawaban yang suster anggap paling
sesuai pengalaman yang suster alami.
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Setiap pribadi dapat memiliki jawaban yang berbeda dan tidak ada
jawaban yang dianggap salah, dan pastikan tidak ada pertanyaan yang
terlewatkan untuk dijawab. Informasi yang suster berikan akan sangat berguna
bagi saya dalam melakukan penelitian dengan judul “SPIRITUALITAS
PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS ASISI DALAM SEMANGAT
PELAYANAN PARA SUSTER OSF SIBOLGA”. Besar harapan saya para
suster mengerjakan skala ini dengan penuh keseriusan dan kesungguhan karena
sangat membantu penelitian ini. Terimakasih atas kesediaan dan partisipasi suster
dalam membantu saya.
112
Soal Ujicoba
A. Spiritualitas Persaudaran St. Fransiskus Asisi
NO
PERNYATAAN
Alternatif
Jawaban
1. Saya berdoa tepat waktu setiap hari STS TS S SS
2. Saya berusaha hadir dalam doa
komunitas
STS TS S SS
3. Bagi saya membaca dan merenungkan
Kitab Suci setiap hari bermanfaat
STS TS S SS
4. Saya selalu mengambil waktu secara
pribadi untuk mendalami Firman Tuhan
STS TS S SS
5. Tuhan hadir dalam setiap pribadi
manusia
STS TS S SS
6. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang memiliki derajat yang sama
STS TS S SS
7. Saya berusaha menyapa orang lain
dengan ramah dan sopan santun
STS TS S SS
8. Saya selalu terbuka menerima setiap
orang
STS TS S SS
9. Saya mau mengungkapkan kata-kata
yang menghargai orang lain
STS TS S SS
10. Saya mau mengesampingkan kebutuhan
pribadi demi kepentingan orang lain
STS TS S SS
11. Saya dapat merelakan waktu pribadi
untuk orang lain yang dilayani
STS TS S SS
12. Saya mau menghargai karya orang lain STS TS S SS
113
13. Saya mengakui bahwa setiap manusia
merupakan pribadi yang unik
STS TS S SS
14. Saya mau menerima pendapat orang lain STS TS S SS
15. Saya mampu mengakui kelebihan orang
lain
STS TS S SS
16. Saya bersikap ramah terhadap setiap
orang merupakan salah satu sikap dasar
menghargai orang lain sebagai saudara
STS TS S SS
17. Saya pernah berkata cukup dengan
barang-barang pribadi
STS TS S SS
18. Saya menggunakan segala sesuatu sesuai
kebutuhan saja
STS TS S SS
19. Saya mampu menikmati makanan yang
telah disediakan apa adanya
STS TS S SS
20. Saya terbuka menyatakan kebutuhan
pribadi
STS TS S SS
21. Saya bersedia meminta kebutuhan
pribadi kepada Ibu komunitas
STS TS S SS
22. Saya terbuka mengungkapkan penyakit
yang diderita
STS TS S SS
23. Saya mau menyumbangkan kelebihan-
kelebihanku dalam tugas pelayanan
STS TS S SS
24. Saya merelakan kesenangan pribadi demi
pelayanan.
STS TS S SS
25. Saya bersedia memberikan milik pribadi
untuk orang lain yang membutuhkan
STS TS S SS
114
B. Semangat Pelayanan Para Suster OSF Sibolga
NO
PERNYATAAN
Alternatif Jawaban
26. Saya mau merelakan waktu bila
pekerjaan yang dikerjakan masih
membutuhkan waktu
STS TS S SS
27. Saya selalu datang ke tempat karya tepat
waktu
STS TS S SS
28. Saya selalu pulang dari tempat karya
dengan tepat waktu sesuai yang telah
ditentukan
STS TS S SS
29. Saya berusaha menyelesaikan pekerjaan
dengan tepat waktu
STS TS S SS
30. Saya mau melayani dengan tidak mudah
mengeluh
STS TS S SS
31. Saya mampu memberi teladan
kedispilinan pada karyawan dalam
pelayanan
STS TS S SS
32. Saya mengupayakan melaksanakan
ketentuan yang telah disepakati bersama
STS TS S SS
33. Saya berani mencoba mempelajari
sesuatu yang belum diketahui
STS TS S SS
34. Saya bersedia mempelajari berbagai
ketrampilan yang mendukung
perkembangan karya pelayanan
STS TS S SS
35. Saya senang menemukan pengetahuan
baru misalnya melalui membaca
STS TS S SS
36. Saya rela mengalami kesulitan dalam
proses belajar
STS TS S SS
115
37. Saya tidak mudah putus asa dalam
kegagalan yang dialami dalam pelayanan
STS TS S SS
38. Saya bersedia bertanya kepada orang lain STS TS S SS
39. Saya selalu terbuka mendengarkan orang
lain
STS TS S SS
40. Saya dapat menerima teguran dari orang
lain dengan rendah hati
STS TS S SS
41. Saya rela memberikan diri dalam
pelayanan
STS TS S SS
42. Saya menerima kritik dari orang lain
sebagai masukan yang memotivasi
STS TS S SS
43. Saya selalu merelakan waktu demi orang
lain
STS TS S SS
44. Saya bersedia ditolak STS TS S SS
45. Saya melakukan pelayanan dengan ikhlas
tanpa pamrih
STS TS S SS
46. Saya memberikan upah kerasulan ke
komunitas dengan penuh kerelaan
STS TS S SS
47. Saya selalu menerima setiap perutusan
dengan gembira
STS TS S SS
48 Saya mampu memandang perutusan
sebagai pelayanan
STS TS S SS
49. Saya melaksanakan perutusan dengan
penuh tanggung jawab
STS TS S SS
50. Saya menerima dan bersedia
berkarya di tempat mana saja (RT,
sekolah, panti asuhan, asrama dll)
STS TS S SS
120
NO 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 E2 TOT
NAMAPS 1 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 83 167
PS 2 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 83 158
PS 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 83 159
PS 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 83 158
PS 5 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 83 161
PS 6 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73 152
PS 7 4 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 2 4 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 67 140
PS 8 3 3 2 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 73 133
PS 9 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 81 168
PS 10 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 150
PS 11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 72 149
PS 12 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 80 157
PS 13 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 72 144
PS 14 4 3 3 2 2 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 75 162
PS 15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 75 156
PS 16 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73 157
PS 17 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 77 164
PS 18 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 71 157
PS 19 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 77 162
PS 20 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 93 187
PS 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 73 161
Ps 22 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 88 173
PS 23 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 74 159
PS 24 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 75 157
PS 25 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 79 161
PS 26 4 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 1 64 148
PS 27 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 86 179
PS 28 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 76 154
PS 29 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 79 165
Ps 30 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 88 171
DAFTAR HASIL ANGKETPelayanan
121PS 31 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 79 155
PS 32 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 84 167
PS 33 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 67 138
PS 34 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71 144
PS 35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 148
PS 36 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 73 150
PS 37 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 68 134
PS 38 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 83 169
PS 39 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 83 160
PS 40 3 4 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 75 154
PS 41 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 81 164
Ps 42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 75 155
PS 43 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 91 168
PS 44 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 60 131
PS 45 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 81 161
PS 46 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 2 2 4 2 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 75 149
PS 47 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 62 125
PS 48 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 63 129
PS 49 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 84 155
PS 50 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 92 181
PS 51 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71 148
PS 52 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 76 158
PS 53 4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 86 178
PS 54 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 83 173
PS 55 3 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 2 2 4 3 3 4 2 77 156
PS 56 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 59 123
E 196 183 160 177 169 176 189 171 183 184 163 172 193 172 166 196 167 164 184 190 167 194 195 188 4299 8742
N
Var but 0.45 0.42 0.392 0.418 0.343 0.275 0.27 0.309 0.32 0.3 0.32 0.25 0.25 0.29 0.25 0.2 0.29 0.28 0.28 0.27 0.29 0.291 0.488
Var tot 14.89
reliab 185.6
Val 0.6 0.49 0.574 0.522 0.575 0.628 0.36 0.373 0.47 0.34 0.44 0.57 0.61 0.62 0.62 0.5 0.4 0.38 0.54 0.59 0.54 0.639 0.609
122
Lampiran 4: Frequencies Statistics Spiritualitas
Spiritualitas
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent Valid 60 1 1.8 1.8 1.8 63 1 1.8 1.8 3.6 64 1 1.8 1.8 5.4 66 2 3.6 3.6 8.9 71 3 5.4 5.4 14.3 72 1 1.8 1.8 16.1 73 2 3.6 3.6 19.6 74 1 1.8 1.8 21.4 75 2 3.6 3.6 25.0 76 3 5.4 5.4 30.4 77 6 10.7 10.7 41.1 78 3 5.4 5.4 46.4 79 3 5.4 5.4 51.8 80 2 3.6 3.6 55.4 81 1 1.8 1.8 57.1 82 3 5.4 5.4 62.5 83 3 5.4 5.4 67.9 84 3 5.4 5.4 73.2 85 3 5.4 5.4 78.6 86 3 5.4 5.4 83.9 87 3 5.4 5.4 89.3 88 1 1.8 1.8 91.1 89 1 1.8 1.8 92.9 90 1 1.8 1.8 94.6 92 1 1.8 1.8 96.4 93 1 1.8 1.8 98.2 94 1 1.8 1.8 100.0 Total 56 100.0 100.0
123
Lampiran 5: Frequencies Statistics Pelayanan
Pelayanan
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative Percent
Valid 59 1 1.8 1.8 1.8 60 1 1.8 1.8 3.6 62 1 1.8 1.8 5.4 63 1 1.8 1.8 7.1 64 1 1.8 1.8 8.9 67 2 3.6 3.6 12.5 68 1 1.8 1.8 14.3 71 3 5.4 5.4 19.6 72 4 7.1 7.1 26.8 73 5 8.9 8.9 35.7 74 1 1.8 1.8 37.5 75 6 10.7 10.7 48.2 76 2 3.6 3.6 51.8 77 3 5.4 5.4 57.1 79 3 5.4 5.4 62.5 80 1 1.8 1.8 64.3 81 3 5.4 5.4 69.6 82 1 1.8 1.8 71.4 83 7 12.5 12.5 83.9 84 2 3.6 3.6 87.5 86 2 3.6 3.6 91.1 88 2 3.6 3.6 94.6 91 1 1.8 1.8 96.4 92 1 1.8 1.8 98.2 93 1 1.8 1.8 100.0 Total 56 100.0 100.0
124
Lampiran 6: Gambar dan Doa Fransiskus Asisi
Doa Gita Sang Surya
Yang Mahaluhur, Mahakuasa, Tuhan yang baik, milik-Mulah pujaan, kemuliaan dan hormat dan segala pujian. KepadaMu saja, Yang Mahaluhur, semuanya itu patut disampaikan, namun tiada insan satupun layak menyebut namaMu. Terpujilah Engkau, Tuhanku, bersama semua makhlukMu, terutama Tuan Saudara Matahari; dia terang siang hari, melalui dia kami Kauberi terang. Dia indah dan bercahaya dengan sinar cahaya yang cemerlang; tentang Engkau, Yang Mahaluhur, dia menjadi tanda lambang. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Bulan dan Bintang-bintang, di cakrawala Kaupasang mereka, gemerlapan, megah dan indah. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Angin, dan karena udara dan kabut, karena langit yang cerah dan segala cuaca, dengannya Engkau menopang hidup makhluk ciptaanMu. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Air,
dia besar faedahnya,selalu merendah, berharga dan murni. Terpujilah Engkau, Tuhanku,karena Saudara Api, dengannya Engkau menerangi malamdia indah dan cerah ceria, kuat dan perkasa.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Ibu Pertiwi, dia menyuap dan mengasuh kami, dia menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rumput-rumputan. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena mereka yang mengampuni demi kasihMu, dan yang menanggung sakit dan duka derita. Berbahagialah mereka, yang menanggungnya dengan tenteram, karena olehMu, Yang Mahaluhur, mereka akan dimahkotai.
(St. Fransiskus dari Asisi)
125
Lampiran 7: Lagu-lagu Untuk Program Rekoleksi
1. Jangan Lelah
Jangan lelah
bekerja diladang-Nya Tuhan
Roh Kudus mbri kekuatan
Yang mengajar dan menopang
Tiada lelah
Bekerja bersama-Mu Tuhan
Yang selalu mencukupkan
Akan segalanya
Reff: Ratakan tanah bergelombang
Timbunlah tanah yang berlobang
Menjadi siap dibangun
Di atas dasar iman (2x)
2. Betapa Hatiku
Betapa hatiku, berterima kasih Yesus.
Kau mengasihiku, Kau memilikiku.
Hanya ini Tuhan persembahanku,
segenap hidupku, jiwa dan ragaku.
S’bab tak kumiliki harta kekayaan,
yang cukup berarti‘tuk
kupersembahkan.
Hanya ini Tuhan permohonanku,
terimalah Tuhan persembahanku.
Pakailah hidupku sebagai alat-Mu,
seumur hidupku.
126
3. Cintailah Sesamamu
Hidup kita dalam dunia
Satu dengan sesama
Marilah kita saling cinta
dalam persaudaraan
Amalkan cinta Tuhan buanglah kebencian,
Hidup dalam damai-Nya
Agar hidup didunia berkenan kepada Tuhan
Satu di dalam perjuangan
Memperoleh anug’rah
Jadi saksi pembawa damai
Melayani sesama
Jauhkan cinta diri, kembangkan dengan giat
Sikap rela berkurban
Yang setia sampai akhir, akan hidup selamanya.
4. Tuhan Adalah Gembalaku
Tuhan adalah gembalaku,
takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku,
di padang yang berumput hijau.
Ia membimbingku,
ke air yang tenang.
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntunku,
ke jalan yang benar,
oleh karna nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan, dalam lembah kekelaman.
127
5. Sungguh Besar Kau Allahku
O Tuhanku sungguh kuterpesona
menyaksikan ciptaanMu semua.
Sgala bintang halilintar di angkasa
tanda bukti agungMu di dunia
KepadaMu jiwaku berlagu
sungguh besar Kau Allahku
kepadaMu jiwaku berlagu
sungguh besar Kau Allahku.
6. Kasih Saudara
Marilah saudara satukan hati
Ciptakanlah bersaudara
Melangkah bersama satukan harapan
Menuju kehidupan bahagia
Betapa indahnya hidup sebagai saudara
Bila kita saling mengsihi
Betapa nikmatnya hidup sebagai saudara
Bila kita kita saling melayani
Marilah saudara kita hunjukkan
Melayani saudara yang lemah
Beri perhatian dan tunjukkan kasih sayang
Itu tanda kita bersaudara.