1
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN
ANAK USIA DINI DI DESA TANJUNG BERUGO
KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN
MERANGIN
SKRIPSI
Oleh
MILI ASMANITA
NIM. TRA.151763
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAMBI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
3
4
5
vii
MOTTO
والحجارة أعدت للكافرينفإن لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التي وقودها الناس
Artinya : Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
eferensi: https://tafsirweb.com/263-surat-al-baqarah-ayat-24.html
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Yang Utama Dari Segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku
dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta
kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan.
Ibu dan Ayah Tercinta. Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang
tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibuku tersayang (Rosmila
Wati),Ayahku tercinta (M. Karim), yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas
hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu, Ayah, bahagia karena
kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu, Ayah yang selalu
membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku,
selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima Kasih Ibuku dan Ayahku ....
Terima Kasih Ayah dan Ibu...
Ku ucapkan terimakasih kepada kepada Adikku Mutia azizah yang selalu yang
selalu yang selalu menemaniku dan terimaksih juga kepada adikku M. Atrio fitra.
Terimakasih juga kepada temanku Sari dan Wal Asri yang Selalu membantu,
menyemangati, dan mendengar keluah kesah ku dalam membuat sekripsi ini.
Terimakasih juga kepada Abangku yang selalu menyemangati ku dan Terimakasih
juga kepada orang-orang yang selalu mendo’akan ku
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan
kehadiran Allah Swt. Sebagai pencipta, pengatur, dan pemelihara alam semesta ini, dan
Yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di kehendakinya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah
karya ilmiah yang berjudul :“PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK
KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI DESA TANJUNG BERUGO
KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN”.
Shalawat dan salam penulis do’akan semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Sebagai pembawa rahmat bagi semua alam.
Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai satu syarat untuk meraih sarjana program S.I
Jurusan Pendidikan Islam Anak Uaia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS
jambi, dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan. Namun berkah dari Allah Swt. Serta usaha-usaha penulis, skripsi ini juga
dapat diselesaikan. Selama pembuatan skripsi ini banyak halangan dan rintangan yang
penulis hadapi. Tetapi berkat kerja keras, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
sehingga semuanya masih bisa di atasi. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr.H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph. D selaku Rektor UIN
SulthanThahaSaifuddin Jambi
2. Dr. Hj. Armida, M.Pd. Selaku DekanFakultasTarbiyah dan Keguruan
3. Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I. Selaku pembantu Dekan I
4. Dr. Zawaqi Afdal Jamil, S.Ag. Selaku pembantu Dekan II
5. Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd. Selaku pembantu Dekan III
6. Ibu Umil Muhsinin, M.Pd.I Selaku Ketua Jurusan PIAUD
7. Bapak Drs. H. Nazori, M.Pd.I sebagai pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan penuh keikhlasan,
kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
x
xi
ABSTRAK
Nama : Mili Asmanita
Nim : TRA. 151763
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Peran Orang tua dalam Membentuk Kemandirian Anak di
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin
Skripsi ini dilatar belakangi oleh pertama masih banyak terdapat anak-anak yang
masih mandi dibantu oleh orang tua. Kedua, makan masih disuapi oleh orang tuanya.
Ketiga, memakai pakaian dan sepatu masih dibantu oleh orang tua. Keempat, ketika
sekolah masih ditunggu oleh orang tuanya sampai jam pulang sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,
dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field recearch). Sumber
data dari penelitian ini terdiri dari data primer yaitu: orang tua, data skunder yaitu: anak.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara,
data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian guru yang sangat peduli dengan
masalah kedisiplinan santri karena Bentuk peran orang tua dalam keluarga di RT 06 Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin, yaitu dengan diajari
dan dibimbing sendiri, ketauladanan orang tua dalam mendidik anak, pembinaan deng
metode nasehat serta mendidik melalui pembiasaan dan latihan, dan melalui praktek
langsung. Kendala yang dihadapi orang tua dalam membentuk kemandirian anak di RT 06
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin yaitu, 1)
Lingkungan dan pengaruh media massa, 2) Asal pendidikan orang tua, 3) Anak yang Malas.
upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak di RT 06 Desa Tanjung Berugo
Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin, yaitu: 1) Mengajak dan menyemangati anak untuk melakukan keperluannya sendiri, 2) Metode bermain, 3) Memberikan pujian
atau motivasi.
Kata Kunci: Peran, Orang tua, Kemandirian
xii
ABSTRACT
Name : Mili Asmanita
Nim : TRA. 151763
Department : Early Childhood Islamic Education
Tittle : The Role of Parents in shaping Child Survival in Tanjung Berugo
Village Masurai Valley District Merangin
This script was later adopted by the first time there were many children still bathing
with the help of the parents. Second, the food is still fed by his parents. Third, wearing
clothes and shoes are still aided by parents. Fourth, while the school is still waiting for her
parents until school hours.
The method used in this study is a qualitative descriptive method, and the type of
research used is field research. Sources of data from this study consist of primary data,
namely: Parents, secondary data, namely: Child. While the data collection techniques used
are observation and interviews, the data that has been collected is then processed by means
of data reduction, data presentation and conclusion drawing.
The results show that some teachers are very concerned about the problem of student
discipline due to Parental role in families in RT 06 Tanjung Berugo Village District of
Masurai Valley Merangin district, which is by educating and mentoring, parental
involvement in educating children, training with methods advice and education through
practice and training, and through direct practice. The obstacles faced by parents in shaping
children's independence in RT 06 Tanjung Berugo Village of Masurai Valley District of
Merangin are: 1) The environment and influence of mass media, 2) The origin of the
education of parents, 3) The lazy child. Parent's efforts in shaping the independence of
children in RT 06 Tanjung Berugo Village of Masurai Valley District of Merangin, namely:
1) Inviting and encouraging children to do their own thing, 2) Playing methods, 3) Giving
praise or motivation.
Keywords: Role, Parenthood, Independence
xiii
DAFTAR ISI
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
ABSTRACK ................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiiiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiiiiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Fokus penelitian ............................................................................. 6
C. Rumusan masalah........................................................................... 6
D. Tujuan dan kegunaan peneliti ........................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka teori ................................................................................ 8
1. peran orag tua ........................................................................... 8
a. Pengertian peran orang tua ................................................. 8
b. Aspek-aspek peran orang tua ............................................. 11
2. Kemandirian anak .................................................................... 12
a. Pengertian anak usia dini ................................................... 14
b. Krakterisitik anak usia taman kanak-kanak ....................... 15
c. Aspek yang mempengaruhi pertumbuhan .......................... 17
d. Aspek pokok dalam kemandirian ....................................... 19
e. Bentuk-bentuk kemandirian ............................................... 19
f. Ciri-ciri anak mandiri ......................................................... 21
g. Ciri-ciri pribadi anak mandiri............................................. 21
h. Perbedaan psikologis anak laki-laki dan anak perempuan dalam
kemandirian ........................................................................ 22
i. Cara orang tua melatih kemandirian anak .......................... 24
j. Faktor yang mendorong terbentuknya kemandirian anak .. 26
k. Faktor penghambat kemandirian anak ............................... 29
B. Studi relevan................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian................................................. 32
B. Setting Penelitian Dan Subjek Penelitian ...................................... 32
xiv
C. Jenis dan sumber data .................................................................... 33
D. Teknik pengumpulan data ............................................................. 35
E. Teknik analisis data ....................................................................... 37
F. Uji keterpercayaan data ................................................................. 37
G. Jadwal penelitian ........................................................................... 39
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
1. Temuan umum......................................................................... 40
2. Temuan khusus ........................................................................ 54
B. Pembahasan ................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 74
B. Saran .............................................................................................. 74
C. Kata penutup .................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitia................................................................................... 36
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tanjung Berugo Tahun 2017 –2019 ............. 34
Tabel 4.2 Jumlah Rumah Tangga Di Desa Tanjung Berugo .............................. 34
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga Di RT 06 ....................................................... 44
Tabel 4.4 Tenaga Kesehatan ............................................................................... 44
Tabel 4.5 Jumlah Kelahiran ................................................................................ 44
Tabel 4.6 Data Pendidikan .................................................................................. 45
Tabel 4.7 Data Jenis Sarana Pendidikan ............................................................. 45
Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan ............................................................................. 45
Tabel 4.9 Kesejahteraan Sosial Masyarakat........................................................ 46
Tabel 4.10 Ketenagakerjaan ................................................................................ 47
Tabel 4.11 Pemuda Dan Olahraga ...................................................................... 47
Tabel 4.12 Kesenian Dan Kebudayaan ............................................................... 47
Tabel 4.13 Tempat Peribadatan........................................................................... 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran : 1 Foto
Lampiran : 2 Daftar Imporman
Lampiran : 3 Kartu Konsultasi Skripsi
Lampiran : 4 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian
diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya,masyarakat bangsa dan Negara. Syafaruddin( 2003, hal. 2)
Setiap orang tua menginginkan bahwa anaknya kelak tumbuh menjadi
seorang anak yang baik, dan salah satunya menjadi anak yang mandiri, terlebih
ketika anak sudah mulai menginjak sekolah. Kemandirian anak usia dini adalah
kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu berdiri sendiri
dalam berbagai hal dari hal-hal yang sederhana hingga mengurus dirinya sendiri
dan juga anak sudah mulai belajar untuk memahami kebutuhan dirinya sendiri.
Kemandirian anak bukanlah sifat pembawaan lahir melainkan melalui proses
belajar, dengan demikian peran orang tua sangatlah dibutuhkan. Namun terkadang
dari posisi kelahiran dapat menentukan tingkat kemandirian anak, misalnya anak
sulung atau pun anak bungsu merupakan posisi yang istimewa dalam keluarga.
Menurut Wiyani (2013, hal. 28), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
kemandirian yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu
berdiri sendiri dalam berbagai hal. Sebenarnya sejak dini, secara alamiah anak
sudah mempunyai dorongan untuk mandiri atas dirinya sendiri. Mereka terkadang
lebih senang untuk bisa mengurus dirinya sendiri daripada dilayani. Seorang anak
yang mempunyai rasa mandiri yang memadai akan mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan yang terjadi. Disamping
itu anak yang mempunyai kemandirian yang tinggi akan memiliki stabilitas
emosional dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan dan tekanan.
Ciri-ciri kemandirian anak usia dini meliputi anak dapat melakukan segala
aktifitasnya secara sendiri meskipun tetap dengan pengawasan orang dewasa, dapat
membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan yang dia peroleh dari
2
perilaku atau perbuatan orang-orang disekitarnya, dapat bersosialisasi dengan orang
lain tanpa perlu ditemani orang tua dan dapat mengontrol emosinya bahkan dapat
berempati terhadap orang lain (Sanan dan Yamin, 2010: 84).
Menurut pendapat Idris (2012, hal. 13). dalam mengasuh anak orang tua
bukan hanya dapat mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja,
melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak. Menurut Zahroh
(2011, hal. 10), peran orang tua merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak.
Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi
dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku
yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya.
Selain itu, peran orang tua yang tinggi akan menghasilkan anak-anak
mempunyai karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai
hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang lain. Peran orang tua dalam
pendidikan anak akan membentuk karakteristik kepribadian anak dalam
membentuk kepribadian mandiri pada anak.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada
pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dan bukan merupakan prasyarat
untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 14
ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut Cahyanto (2010, hal. 5-6).
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak
usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun . Pada masa ini proses pertumbuhan
dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat
3
dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk
perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang
dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Pada masa the golden age periode dini
dalam perjalanan usia manusia merupakan periode penting bagi pembentukan otak,
inteligensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lain Musfiroh
(2008, hal. 2).
Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak bagi orang tua adalah
sangat penting artinya demi menjaga dan mempertahankan perkembangan dan
pertumbuhan anak agar bisa tumbuh cerdas, sehat, dan kuat serta mendapatkan
banyak pengalaman dan keterampilan dalam hidupnya. Hal ini sangat penting agar
sang anak bisa berhasil dalam kehidupannya kelak baik dalam karier, studi, maupun
dalam hidup bermasyarakat. Memahami tumbuh kembang anak akan menjadi
sebuah keharusan bagi orang tua agar bisa mempersiapkan anak dalam meniti jalan
kehidupannya nanti, sehingga anak bisa menghadapi kehidupannya dengan baik
dan terarah kepada hal-hal yang positif Zaviera (2008, hal. 1).
Banyak pengamat menunjukkan bahwa anak-anak khususnya di Indonesia
sering mengalami keterlambatan dalam kemandirian. Hal ini disebabkan sejak kecil
anak tidak diajarkan kemandirian oleh orang tuanya. Karena orang tua tidak
membiasakan anak untuk melakukan sesuatu dengan mandiri. Orang tua terlalu
memanjakan anak.
Anak usia taman kanak-kanak (4-6 tahun) sedang mengalami masa tumbuh
kembang yang sangat pesat. Pada masa ini, proses perubahan fisik, emosi, dan
sosial anak berlangsung dengan cepat, yang di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik
dari diri anak sendiri maupun lingkungannya. Tumbuh kembang anak usia TK ini
dapat dipantau melalui ukuran fisiknya dan melalui pengamatan sikap dan perilaku
anak Ranti (2004, hal. 24).
Sebuah survei besar yang dilakukan US Departement of Labor sejak tahun
90-an melalui National Longitudinal Survey of Youth menunjukkan, orang tua
(terutama ibu) yang bekerja memiliki pengaruh negatif terhadap perkembangan
kognitif anak seperti terhambatnya kemampuan bicara anak sewaktu 3 hingga 4
tahun. Hal yang lebih menakutkan lagi, pada saat berusia 5-6 tahun, anak akan
4
mengalami kesulitan dalam banyak hal. Meski survei tersebut dilakukan di AS
tetapi hasil survei ini patut ditelaah sebab fenomena ibu bekerja pun banyak dialami
ibu muda di Indonesia. Terlebih bila mengingat dampaknya karena jika memang
benar maka akan menyangkut masa depan anak.
Menurut Desmita (2011, hal. 185), menyatakan kemandirian adalah usaha
untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya
melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai
dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif, dan inisiatif, mengatur
tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-
keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang
lain.
Pentingnya kemandirian harus mulai ditumbuhkembangkan ke dalam diri
anak sejak usia dini. Hal ini penting karena ada kecenderungan di kalangan orang
tua sekarang ini untuk memberikan proteksi secara agak berlebihan terhadap anak-
anaknya. Akibatnya, anak memiliki ketergantungan yang tinggi juga terhadap orang
tuanya. Bukan berarti perlindungan orang tua tidak penting, tetapi yang seyogyanya
dipahami bahwa perlindungan yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak baik.
Sikap penting yang seharusnya dikembangkan oleh orang tua adalah memberi
kesempatan yang luas kepada anak untuk berkembang dan berproses. Intervensi
orang tua hanya dilakukan kalau memang kondisi anak-anak diharapkan dapat
terwujud. Pribadi sukses biasanya telah memiliki kemandirian sejak kecil. Mereka
terbiasa berhadapan dengan banyak hambatan dan tantangan. Sifat mandiri yang
memungkinkan mereka teguh menghadapi berbagai tantangan sehingga akhirnya
menuai kesuksesan Naim (2012, hal. 162-164).
Ketidakmandirian anak identik dengan sifat bergantung yang berlebihan
pada orang disekitarnya yang tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk
melakukannya sendiri. Anak-anak yang memiliki sifat ketidakmandirian ini
biasanya menunjukkan reaksi seperti merengek, menangis, atau melakukan
tindakan agresif, bila keinginannya untuk bergantung tidak dipenuhi. Hal ini tentu
saja dapat menjadi hambatan yang sangat berarti pada proses perkembangan anak,
5
bila kondisi ini tidak ditanggulangi sejak dini. Oleh karena itu, diperlukan adanya
kerjasama dari berbagai pihak, seperti orang tua, guru, dan pemegang kebijakan
untuk menciptakan lingkungan yang dibutuhkan dalam pembentukan kemandirian
anak Izzaty (2007, hal. 16-17).
Kemandirian anak akan tercapai apabila orang tua melakukan upaya melalui
berbagai kegiatan yang menunjang mengembangkan kemandirian anak. Dengan
pola asuh orang tua yang baik maka anak akan berkembang dalam aspek
kemandiriannya. Orang tua harus melatih kemandirian anak sejak dini agar anak
tidak tergantung pada orang lain. Anak juga akan terbiasa mandiri dalam
melakukan kegiatan-kegiatan apapun. Orang-orang yang berperan penting dalam
menumbuh kembangkan kemandirian anak adalah pola asuh orang tua/keluarga,
lingkungan sosial, dan teman sebaya (sesama anak). Karena semua orang tua ingin
mendidik anaknya dengan baik supaya anak bisa mandiri dan bertanggung jawab
atas segala perbuatannya.
Adapun untuk mengembangkan kemandirian anak dengan cara memberikan
kepercayaan pada anak, kebiasaan dengan memberikan kebiasaan yang baik kepada
anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya, misalnya membuang
sampah pada tempatnya, melayani dirinya sendiri, mencuci tangan, komunikasi
karena komunikasi merupakan hal penting dalam menjelaskan tentang kemandirian
kepada anak dengan bahasa yang mudah dipahami, disiplin karena dengan disiplin
yang merupakan proses yang dilakukan oleh pengawasan dan bimbingan orang tua
dan guru yang konsisten.Ini juga terjadi di Desa Tanjung Berugo Kecamatan
Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah MasuraiKabupaten
Merangin,masih terdapat anak yang belummandiri anak pada saat mandi
masihdibantu sama orang tua, anak pada saat makan masih disuap oleh orang
tuanya, anak pada saat memakai pakaian masih dibantu orang tuanya, anak
memakai sepatu masih dibantu orang tuanya, anak masih ditunggu pada saat
sekolah. Keberadaan jasa pengasuh anak yang menjadikan orang tua lebih leluasa
bekerja tanpa perlu meluangkan waktu untukmelatih kemandirian pada
6
anak.(Observasi, 20 Juli 2019) Kondisi kesibukan orang tua untuk mencari nafkah,
berakibat berkurangnya perhatian terhadap kemandirian anak.
Berdasarkan pengamatan awal (Grandtour) yang dilakukan peneliti di Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin tersebut
mempunyai 8 orang anak dan ada 3 orang anak yang masih belum mandiri pertama
masih terdapat anak-anak yang masih mandi dibantu oleh orang tua. Kedua, makan
masih disuapi oleh orang tuanya. Ketiga, memakai pakaian dan sepatu masih
dibantu oleh orang tua. Ke empat, ketika sekolah masih ditunggu oleh orang tuanya
sampai jam pulang sekolah.
Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam karya ilmiah dengan
judul:Peran Orang Tua dalam Membentuk Kemandirian Anak di Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula maka perlu adanya
pembatasan masalah yaitu: penelitian ini difokuskan pada bentuk peran dan usaha
orang tua di RT 06 dalam membentuk kemandirian anak di Desa Tanjung Berugo
Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas,yang menjadi permasalahan pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana peran orang tua dalam membentuk kemandirian anak di RT 06
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin?
2. Apa kendalayang dihadapi orang tua dalam membentuk kemandirian anak di
RT 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin?
3. Bagaimana upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak di RT 06
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin?
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
7
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran orang tua dalam membentuk kemandirian anak
di RT 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin.
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi orang tua dalam membentuk
kemandirian anak di RT 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah
Masurai Kabupaten Merangin.
c. Untukmengetahui upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak
di RT 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin.
2. Kegunaan penelitian
a. Untuk menambah ilmu pengetahuan sang penulis betapa pentingnya
mengetahui cara mendidik anak dengan baik dan benar.
b. Untuk memberikan bantuan orang tua dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik dan motivator dalam keluarga.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. peran orang tua
a. pengertian peran orang tua
Menurut Kamus umum Bahasa Indonesia, peran adalah sesuatu yang
jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya
sesuatu hal atau peristiwa). Peran menurut Soerjono adalah aspek dinamis dari
kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya.
Jadi peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang peranan
yaitu seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia orang tua dapat diartikan
sebagai ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai ahli dan
sebagainya), orang yang dihormati (disegani) di kampung, tetua. Orang tua
disini adalah ayah ibu yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
membesarkan anak dan bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas
rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa peran orang
tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh ayah dan ibu untuk
melaksanakan hak-hak dan kewajiban dalam mengemban tanggung jawab
dalam keluarga sesuai dengan kewajibannya masing-masing. Ibu menjalankan
tanggung jawab dalam mengurus rumah, mendidik anak, mendampingi suami
dan segala macam aktivitas dalam keluarga. Ayah yang bertanggung jawab
dalam memberikan nafkah bagi seluruh anggota keluarga.
Peran orang tua menurut Sidharto (2007, hal. 18) antara lain:
1. Peran sebagai fasilitator
Orang tua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam
membantu belajar anak di rumah, mengembangkan keterampilan belajar
yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan menyediakan sarana
9
alat belajar seperti tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku
pelajaran dan alat-alat tulis.
2. Peran sebagai motivator
Orang tua akan memberikan motivsi kepada anak dengan cara
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan
anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres yang berkaitan
dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
sekolah dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan
memberi hadiah maupun kata-kata pujian.
3. Peran sebagai pembimbing atau pengajar
Orang tua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap
membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit
dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan
mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik.
Peran (role) merupakan dinamisasi dari status ataupun penggunaan dari
hak dan kewajiban ataupun bisa juga disebut status subjektif, kedua unsur ini
saling terkait karena antara peran dan status tidak akan ada artinya kalau tidak
dipergunakan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukan, maka orang tersebut telah menjalankan suatu peranan.
Menurut Soerjono menjelaskan bahwa peran atau peranan adalah setiap
manusia yang menjadi warga suatu masyarakat senantiasa mempunyai status
atau kedudukan dalam masyarakat. Status merupakan sebuah posisi dari suatu
sistem sosial, sedangkan peran atau peranan adalah pola perikelakuan yang
terkait pada status tersebut. David Berry menjelaskan bahwa peran adalah
sebagai seperangkat harapan yang dikarenakan pada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu.
Peran atau peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang tersebut telah
menjalankan suatu peranan. Antara peran dengan kedudukan tidak dapat
dipisah-pisahkan oleh karena satu tergantung dengan yang lain dan sebaliknya
10
juga demikian. Tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan
tanpa peran. Maka peran merupakan unsur dinamis dari suatu kedudukan atau
posisi sebagaimana dijelaskan di atas. Pentingnya peranan adalah bahwa hal
tersebut mengatur perilaku seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan
orang lain sehingga orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan
perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya.
Berdasarkan pengertian keduanya di atas, dapat diambil pengertian
bahwa peran orang tua adalah hak dan kewajiban ayah dan ibu yang harus
dilakukan sesuai dengan fungsi dan kedudukannya sebagai keluarga di dalam
masyarakat dalam mendidik anak-anaknya untk mencapai kedewasaan.
Peran orang tua dalam mendampingi dan mendidik anak tidak terbatas
sebagai orang tua saja. Akan tetapi, orang tua bisa berperan sebagai berikt:
a) Orang tua sebagai guru
Orang tua berperan sebagai guru yang dapat mendidik dengan baik.
Sebagai seorang guru, orang tua dituntut memiliki wawasan dan pengetahuan
yang luas. Anak-anak akan banyak bertanya kepada guru tentang apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan. Seorang guru harus melayani pertanyaan-
pertanyaan anak dengan sabar dan telaten. Disamping itu suri teladan yang baik
perlu dikembangkan, sebab anak-anak mudah mentransfer ucapan dan ucapan
dan tindakan orangtua. Bahkan perilaku orang tua sangat berpengaruh terhadap
anak-anak.
b) Orang tua sebagai polisi
Orang tua berperan sebagai polisi yang selalu siap menegakkan
keadilan dan kebenaran. Sebagai polisi dalam keluarga orang tua harus berani
menegakkan kebenaran dan keadilan. Siapapun yang bersalah harus dihukum,
tanpa pandang bulu. Namun, perlu diperhatikan, bahwa hukuman disini adalah
hukuman yang mendidik dan positif. Jangan menghukum sewaktu orang tua
dalam keadaan emosional.
c) Orang tua sebagai teman
11
sebagai seorang teman, orang tua perlu menciptakan dialog yang sehat,
tempat untuk mencurahkan isi hati. Alam psikologis orang tua harus beralih ke
alam anak-anak, sehingga orang tua dapat merasakan, menghayati dan
mengerti kondisi anak. Apabila dialog yang sehat ini deikembangkan, anak-
anak akan terbuka terhadap orang tua dan tidak segan-segan mengutarakan isi
pikirannya. Tidak peduli apakah pikiran itu baik atau buruk. Melalui dialog
yang sehat ini orang tua dapat memasukkan nilai-nilai yang positif terhadap
anak. Orang tua dapat meluruskan jalan pikiran anak yang keliru dengan
leluasa.
b. Aspek-aspek peran orang tua
Memahami betapa pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak
pada masa perkembangan merupakan tanggung jawab besar bagi orang tua
baik di rumah maupun di lingkungan sosial. Orang tua yang terus belajar akan
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Peran orang tua bagi
perkembangan anak secara lebih rinci memiliki tugas sebagai berikut:
c. Memelihara kesehatan fisik dan mental
Fisik dan mental akan memberi peluang lebih besar bagi kesehatan
mental. Walaupun kesehatan fisik bukan jaminan bagi kesehatan mental.
d. Meletakkan dasar kepribadian yang baik
Struktur kepribadian anak dibangun dan dibentuk sejak usia dini.
Orang tualah yang paling berperan dalam peletakan dasar kepribadian
anak.
e. Membimbing dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri
Anak akan berkembang melalui proses dalam lingkungannya.
Lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga. Proses belajar yang paling
baik bagi anak adalah pelatihan, yakni adanya figur yang layak untuk ditiru
disertai dengan bimbingan dan motivasi.
12
f. Memberikan fasilitas yang memadai bagi perkembangan diri anak
Fasilitas adalah sarana pendukung bagi proses belajar anak.
Semakin lengkap fasilitas yang diterima anak maka kemungkinan
keberhasilan anak semakin tinggi.
g. Menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif bagi perkembangan
diri anak
Suasana ini memungkinkan anak untuk menunjukkan kemampuan
yang sesungguhnya. Hambatan psikis yang dirasakan anak akan
menjadikan anak tidak mampu aktualisasi diri.
2. Kemandirian Anak
Kemandirian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal
dari kata mandiri dan mendapat akhiran “an” yang berarti berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain atau keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.
Menurut Barnadib dalam Mulyaningtyas dan Hadiyanto (2007, hal.
159) kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri, dan dapat melakukan sesuatu
sendiri tanpa bantuan orang lain. Sedangkan menurut Desmita (2011, hal. 185),
menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua
dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas
ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan
berdiri sendiri.
Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib
sendiri, kreatif, dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,
mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu
mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Dari berbagai
pendapatdapat disimpulkan bahwa kemandirian anak adalah suatu pembiasaan
perilaku yang tercakup dalam kemampuan fisik, percaya diri,
bertanggungjawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, mampu
mengendalikan emosi. Anak yang mandiri yakin, bila ada resiko, ia mampu
untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dari orang lain. Secara umum
13
kemandirian bisa dilihat dari tingkah laku. Tetapi kemandirian tidak selalu
berbentuk fisik yang ditampilkan dalam tingkah laku, tetapi juga ada dalam
bentuk emosional dan sosialnya.
Menurut Mudjiman (2008, hal.7) belajar mandiri adalah kegiatan
belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu
kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah dan dibangun dengan bekal
pengetahuan dan kompetensi yang telah dimiliki. Sikap mandiri merupakan
pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang
diri sendiri. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain tidak menggantung
pada orang lain, percaya kepada kemampuan diri sendiri, tidak merepotkan dan
merugikan orang lain.
Menumbuhkan kemandirian dalam diri anak bisa dilakukan dengan
melatih mereka bekerja dan menghargai waktu Asmani (2011, hal. 92-93).
Anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat
untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif,
kompeten, tidak tergantung pada orang lain, dan tampak spontan.Dengan
bimbingan yang diberikan oleh orang tua menjadikan anak dapat mandiri, tidak
tergantung pada orang lain. Anak yang dibimbing setelah dibantu diharapkan
dapat mandiri, dengan cirri-ciri: (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan
sebagaimana adanya, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif
dan dinamis, (3) mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri, (4)
mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang dibuatnya, (5) mewujudkan
diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya Soeharto (2009, hal. 31-32).
Pendidikan dalam islam mengajarkan untuk mendidik anak secara
mandiri dengan mengatur anak secara jarak jauh. Islam tidak bermaksud
memporak-porandakan jiwa anak dalam jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga hidup dan urusannya hanya dipikirkan, diatur, dan dikelola
oleh kedua orang tuanya. Memang kedua orang tualah yang bekerja banting
tulang demi hidup dan masa depan anak-anak yang pada akhirnya anak menjadi
beban tanggungan orang tua. Akan tetapi tujuan islam adalah mengontrol
14
perilaku anak supaya tidak terbawa oleh arus menyimpang dan keragu-raguan
serta upaya membentuk kepribadian yang tidak terombang-ambing dalam
kehidupan ini. Karena pada akhirnya nanti masing-masing individulah yang
akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya di dunia.Dalam
Surat Al Mu’minun ayat 62 disebutkan:
ولانكلفنفساإلاوسعھاولديناكتابینطقبالحقوهملايظلمون
Artinya: “Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang
membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya” (QS. Al
Mu’minun: 62)
Firman Allah dalam Surat Al Isra’ ayat 84
قلكلیعملعلىشاكلتھفربكمأعلمبمنھوأهدىسبیلا
Artinya: “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masingmasing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya” (QS. Al Isra’: 84)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa individu itu berbuat atas kehendak
dan inisiatifnya sendiri dan bukan karena kehendak orang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa individu pada dasarnya ingin mandiri karena kemandirian
itu merupakan sifat dasar manusia. Dari beberapa ayat tersebut menunjukkan
bahwa orang tua mempunyai andil yang besar dalam mendidik kemandirian
anak. Ada upaya-upaya yang harus dilakukan orang tua ketika menginginkan
anak tumbuh mandiri. Danupaya tersebut harus dilakukan setahap demi
setahap agar apa yang diharapkan dapat terwujud. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan adalah mengenalkan anak pada dunia prasekolah atau pendidikan
anak usia dini.
a. Pengertian Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
15
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
Ayat 14).
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia
ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak Sujiono (2009, hal. 7). Usia dini merupakan usia di mana anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut
sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta
stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK
diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough Masitoh (2005,
hal 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
b. Karakteristik Anak Usia Taman Kanak-kanak
Taman kanak-kanak adalah sekolah untuk anak prasekolah yang
berusia 4-6 tahun. TK adalah taman, tempat anak-anak bermain sambil
belajar tempat dimana anak-anak ini belajar menyesuaikan diri dengan
16
beberapa hal sebelum ia masuk sekolah kelak. Tim Redaksi Ayah Bunda
(2000, hal. 54)
Anak taman kanak-kanak mempunyai ciri khas yaitu sedang dalam
proses tumbuh kembang. Ia banyak melakukan kegiatan jasmani, dan mulai
aktif berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun alam sekitarnya.
Mereka ini merupakan kelompok anak pra sekolah berumur 3-6 tahun yang
peka terhadap pendidikan dan penanaman kebiasaan hidup yang sehat
Santoso (2004, hal. 21)
Awal masa kanak-kanak adalah ketika anak berumur sekitar umur 2
tahun sampai tahun sampai 6 tahun. Jadi anak sekolah di taman kanak-kanak
adalah anak yang masih dalam tahap awal masa kanak-kanak. Rumini
(2004, hal. 31)
Pada masa awal kanak-kanak, anak cenderung menolak ungkapan
kasih sayang orang tua dan tidak mau ditolong. Sedangkan pada masa akhir
kanak-kanak, mereka tidak lagi mau menuruti perintah orang tua, dan lebih
senang mengikuti aturan kelompoknya. Ada pula yang memberi nama masa
kanak-kanak adalahn usia bermain. Hal ini dikarenakan pada masa kanak-
kanak sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain.
Anak yang berumur antara 3-5 tahun memilliki sifat pembangkang,
senang menentang, sulit diatur, maka orang Jawa menyebut kondisi itu
sebagai kemratu-ratu, yang artinya sifatnta seperti ratu (jaman dulu) yang
senang memerintah. Untuk sifat ini Oswold Kroh menyebutnya Trotzalter
atau masa Trotz. Langeveldt menyebutnya protest phase dan Gap
menyebutnya Individualizering I. Rumini (2004. Hal. 31)
Pada masa Trotz ini anak membuat kenakalan. Keras kepala, karena
sudah menemukan aku-nya, berarti sudah menyadari bahwa dirinya subyek
dan bukan obyek. Sebagai subyek yang bebas dia ingin mempunyai
pengalaman, bagaimana akibatnya kalau ia menentang, menolak perintah,
maupun menentukan sendiri kemauannya. Pada saat ini anak juga
mempunyai sifat memaksa untuk memperoleh suatu benda, tetapi kalau
benda tersebut sudah diperolehnya, dia tidak peduli lagi pada benda itu.
17
Dengan sifat ini, maka Sis Heister menyebut mereka dengan demam
menghendaki.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada
tiap makhluk. Pada manusia terutama kanak-kanak, proses tumbuh
kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu
Dinkes (2006, hal. 12).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
ukuran fisik seseorang dan perkembangan (development) berkaitan dengan
pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu.
Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu. Suriviana
(2008, hal. 34)
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada
umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak
seusianya. Selain itu anak yang sehat tampak senang, mau bermain, berlari,
berteriak, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat
kelihatan berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di
sekililingnya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya,
sehingga pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah.
c. Aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak berbeda, namun
demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai
seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan itu dimaksudkan agar
anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu itu perlu dilatih
berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Menurut Depkes (2004, hal. 50), ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu
dibina dalam menghadapi masa depan anak yaitu perkembangan
kemampuan gerak kasar, gerak halus, berbicara, bahasa dan kecerdasan, dan
kemampuan bergaul dan mandiri. Setiap perkembangan kemampuan
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
18
1) Perkembangan kemampuan gerak kasar
Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan
sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena
dilakukan oleh otot yang lebih besar. Contohnya adalah gerakan
membalik dari telungkup menjadi telentang atau sebaliknya, gerakan
berjalan dan gerakan berlari.
2) Perkembangan Kemampuan gerak halus
Gerakan halus hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga.
Gerakan halus memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya adalah
gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk tangan, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang,
membuat prakarya (menempel, menggunting), menari, menggambar, dan
lain-lain.
3) Perkembangan kemampuan berbicara, bahasa dan kecerdasan
Anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi aktif
(berbicara, mengucapkan kalimat, menyanyi, dan bentuk ungkapan lisan
lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang lain). Pada
anak usia TK kemampuan berfikir mulanya berkembang melalui kelima
indra, misalnya dengan melihatnya warna, mendengar suara, mengenal
rasa, dan lain-lain.
Melalui kata-kata yang didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa
segala sesuatu itu ada namanya. Daya fikir dan pengertian mulanya
terbatas pada apa yang nyata (konkrit), yang dilihat dan dipegang atau
dimainkan.
Melalui bermain atau latihan yang diberikan yang diberikan orang
tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan mengenal, mengerti
lingkungannya, dan mempunyai kemampuan merencanakan persoalan.
4) Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri
Kebutuhan anak berubah dalam jumlah maupun derajar kualitasnya
sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dengan makin mampunya
19
anak melakukan gerakan motorik (seperti: berdiri, berjalan,
berbicara), anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal dan
terdorong untuk melakukan berbagai hal dan terdorong untuk
berbgaul dengan orang lain anggota keluarganya sendiri. Anak perlu
berkawan, luas pergaulan perlu dikembangkan pula, dan anak perlu
diajar tentang aturann disiplin, sopan santun, dan sebagainya agar
tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru.
d. Aspek Pokok Dalam Kemandirian
Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri, dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.Dalam kemandirian ada beberapa
aspek pokok kemandirian menurut Steinberg dalam Nurhayati (2011, hal.
133) kemandirian secara psikososial tersusun dari tiga aspek pokok yaitu:
a. Mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan
perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu,
terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainnya yang banyak
melakukan interaksi dengannya.
b. Mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara
bebas dan menindaklanjutinya.
c. Mandiri berpikir adalah kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip
benar-salah, baik-buruk, apa yang berguna dan sia-sia bagi dirinya.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian itu
tidak hanya mandiri dalam emosi tetapi juga mandiri dalam bertindak dan
mandiri dalam berpikir. Setiap anak pasti selalu berinteraksi dengan orang
tua maupun dengan orang lain, anak juga mampu memutuskan setiap
permasalahan sendiri, dan anak juga tahu bahwa setiap apa yang dilakukan
itu baik atau buruk.
e. Bentuk-bentuk Kemandirian
Robert Havighurst dalam Desmita (2011, hal. 186) membedakan
kemandirian atas tiga bentuk kemandirian, yaitu:
20
a. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan
tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.
b. Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan
tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi orang lain.
c. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
d. Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi
dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.
Sementara itu, Steinberg dalam Desmita (2011, hal. 186)
membedakan kemandirian atas tiga bentuk, yaitu:
1) Kemandirian emosional, yaitu aspek kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti
hubungan emosional peserta didik dengan guru atau dengan orang
tuanya.
2) Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan
melakukannya secara bertanggung jawab.
3) Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memaknai seperangkat prinsip
tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan apa yang tidak
penting.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk-
bentuk kemandirian diantaranya yaitu kemandirian emosional, kemandirian
ekonomi, kemandirian intelektual, kemandirian sosial, kemandirian tingkah
laku, kemandirian nilai.
f. Ciri-ciri Anak Mandiri
Anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan
berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif,
kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain, dan tampak spontan.
Dengan bimbingan yang diberikan oleh orang tua menjadikan anak dapat
mandiri, tidak tergantung pada orang lain menurut Kanisius (2006, hal. 45)
ada beberapa ciri-ciri anak mandiri antara lain:
21
a. Mempunyai kecenderungan memecahkan masalah dari pada berkutat
dalam kekhawatiran bila terlibat masalah.
b. Tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik
buruknya.
c. Percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit
bertanya atau minta bantuan.
d. Mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang
mandiri itu mampu memecahkan masalah sendiri, tidak takut mengambil
resiko, mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu untuk
melakukan suatu pekerjaan tanpa bantuan dari orang lain.
g. Ciri-ciri Pribadi Anak Mandiri
Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan
nasib sendiri, kreatif, dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung
jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta
mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain menurut
Hadiyanto (2007, hal. 161) cirri-ciri pribadi mandiri yaitu sebagai berikut:
a. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani, mau belajar, dan mau berlatih
berdasarkan pengalaman hidupnya. Ia melihat, mencoba, dan merasakan
sendiri hal-hal tertentu yang memang sudah seharusnya dilakukan.
b. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani menetapkan gambaran hidup
yang ia inginkan.
c. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani mengarahkan kegiatan
hidupnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ia
memiliki langkah-langkah, kegiatan atau tingkah laku yang efektif untuk
mencapai gambaran kehidupan yang diidealkan.
d. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani menyusun langkah
kegiatannya melalui tahapan yang realistis, berproses, dan membutuhkan
waktu program dan menetapkan rentang waktu yang dibutuhkan serta
mau untuk mengevaluasinya.
22
e. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani mengatur dan mengelola
waktu dan kesempatan dalam banyak hal.
f. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani menata dan menjaga diri. Ia
terus berlatih untuk menjadi orang yang berkepribadian terpuji. Ia juga
menjaga dan merawat kesehatan tubuhnya.
g. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani mengambil keputusan secara
cepat dan tepat. Ia melakukannya dengan berdasarkan data/informasi
yang memadai, mempelajari secara mendalam sebab dan akibatnya,
memperhitungkan segala kemungkinan, menemukan solusi, dan
akhirnya ia mengambil keputusan dan menjalankannya dengan sadar dan
bertanggung jawab.
h. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani mengembangkan rasa percaya
diri, mantap, tegas, dan bijak.
i. Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani mengurangi ketergantungan-
ketergantungan hidupnya dari orang lain untuk lebih banyak bersandar
pada kekuatan sendiri.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang
mandiri pasti mampu memecahkan permasalahan sendiri, mempunyai
percaya diri bahwa dia mampu melakukan semua kegiatannya, tidak
tergantung pada orang lain.
h. Perbedaan Psikologis Anak Laki-laki Dan Perempuan Dalam
Kemandirian
Menurut Murniati (2004, hal.61) terdapat dua gender yaitu
1. Beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara laki- laki dan perempuan
disebabkan oleh perbedaan biologis dua insan tersebut.
2. perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan sebagian besar hasil
dari sosialisasi, yang berarti ciptaan manusia dan lingkunganya.
Kenyataanya, biologis dan psikologis saling mempengaruhi dalam
membentuk manusia sebagai pribadi dan dalam relasinya dengan pribadi
lain (hubungan antar manusia). Jadi dari teori tersebut di atas dapat di ambil
23
kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kemandirian yang
berbeda. Setiap orang mempunyai banyak perbedaan dalam kesiapan dan
kemampuannya, baik dari segi fisik, psikis, maupun intelektual manusiapun
mempunyai perbedaan dalam hal ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan,
termasuk perbedaan dalam kemampuan intelektual kecerdasan serta
kemandirian, akhir-akhir ini masalah gender seakan menghangat di berbagai
seminar dan kajian ilmiah, masalah gender sering diangkat sebagai topik
utama, topik yang menyangkut hubungan kesetaraan peran antara laki-laki
dan perempuan.Ada beberapa area dimana kita bisa menemukan perbedaan
gender yang reliable berkaitan dengan kemampuan psikologis, khususnya
dalam area-area yang menyangkut kemampuan berpikir, persepsi, dan
memori.
Pada umumnya kaum pria (sejak kecil hingga dewasa) memperhatikan
kemampuan spasial yang lebih baik, seperti mahir dalam mengerjakan tugas-
tugas dan tes-tes yang mengukur kemampuan spasial, mengetahui lebih banyak
mengenai geografi dan politik, memiliki kemampuan matematik yang lebih
baik. sedangkan wanita (sejak kecil hingga dewasa) menunjukkan kemampuan
verbal yang lebih maju. Anak perempuan biasanya cenderung memiliki
pembendaharaan kata yang lebih baik, umumnya memperoleh nilai yang lebih
tinggi di sekolah, mengerjakan tugas-tugas membaca dan menulis secara baik.
i. Cara Orang Tua Melatih Kemandirian Anak
Orang tua perlu melatih kemandirian pada anak karena kemandirian sangat
penting untuk anak menurut Kanisius (2006, hal. 21-22) berikut ini beberapa cara
yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih kemandirian anak dengan tetap
menjalin kedekatan emosional dengan anak:
a. Mengajak dan menyemangati anak untuk melakukan keperluannya sendiri,
seperti belajar memakai atau melepas baju sendiri. Anak perlu disemangati
bahwa mereka dapat melakukannya. Adakalanya mereka tidak langsung
24
berhasil. Orang tua perlu menyemangati anak bahwa lain kali pasti akan berhasil
jika mau terus berlatih.
b. Melatih anak untuk dapat melakukan keperluannya sendiri dapat dilakukan
dengan bermain. Orang tua perlu membuat aktivitas latihan menjadi aktivitas
yang menyenangkan anak. Dalam hal ini orang tua mesti kreatif dan tidak malu
untuk bermain bersama anak.
c. Memberikan pujian pada anak bila ia dapat melakukan sesuatu adalah penting.
Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri anak untuk melakukan
keperluannya sendiri.
Sedangkan Menurut Kanisius (2006, hal. 49) cara mengembangkan
kemandirian pada anak pada prinsipnya adalah dengan memberikan
kesempatan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas. Semakin banyak
kesempatan maka anak akan semakin terampil mengembangkan skillnya
sehingga lebih percaya diri. Beberapa hal yang seharusnya dilakukan yaitu
sebagai berikut:
1) Anak-anak didorong agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-hari
yang ia jalani seperti gosok gigi, makan sendiri, bersisir, berpakaian, dan
lain sebagainya segera setelah mereka mampu melakukannya sendiri.
2) Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri, misalnya
memilih baju yang akan dipakainya.
3) Anak diberi kesempatan untuk bermain sendiri tanpa ditemani sehingga
terlatih untuk mengembangkan ide dan berpikir untuk dirinya. Agar tidak
terjadi kecelakaan maka atur ruangan tempat bermain anak sehingga
tidak ada barang yang berbahaya.
4) Biarkan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri, walaupun sering
membuat kesalahan.
5) Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak, jika anak
tergantung pada kita maka beri dorongan untuk berinisiatif dan dukung
keputusannya.
6) Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya.
25
7) Latihlah anak untuk bersosialisasi sehingga anak belajar menghadapi
problem sosial yang lebih kompleks. Jika anak ragu-ragu atau takut
cobalah menemaninya terlebih dahulu sehingga anak tidak terpaksa.
8) Untuk anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus rumah
misalnya dengan menyiram taman, membersihkan meja, menyapu dan
lain-lain.
Hal ini sebenarnya bisa dimulai ketika anak kecil mulai tertarik
untuk melakukan kegiatan yang sedang dilakukan orang tuanya. Biarkan
saja anak melakukan sebatas kemampuannya walaupun pada saat itu
biasanya akan merepotkan kita. Jika kita melarang mereka biasanya setelah
ketertarikan itu hilang maka mereka cenderung menolak tugas yang kita
berikan.
9) Ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong mereka untuk
mengatur jadwal pribadinya, misalnya kapan akan belajar, bermain, les
dan sebagainya. Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan
alasan-alasan pengaturan waktu.
10) Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan konsekuensinya
bila tidak memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini akan membantu anak
mengembangkan rasa keberartian sekaligus disiplin.
11) Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga dengan
kemandirian, sehingga berikan menu yang sehat pada anak dan ajak anak
untuk berolah raga atau melakukan aktivitas fisik.
Jadi orang tua tidak perlu khawatir bahwa kelekatan anak akan
menyebabkan ketergantungan. Justru, kelekatan diperlukan agar anak dapat
berkembang secara lebih optimal. Dengan melatih anak mandiri sejak usia
dini maka anak akan terbiasa melakukan semua pekerjaan dengan sendiri
tanpa bantuan dari orang lain.
j. Faktor-Faktor yang Mendorong Terbentuknya Kemandirian Anak
Usia Dini
Kemandirian merupakan salah satu karakter atau kepribadian
seorang manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, kemandirian terkait
26
dengan karakter percaya diri dan berani. Ada dua faktor yang berpengaruh
dalam mendorong timbulnya kemandirian anak usia dini, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut adalah deskripsi dari faktor-faktor
yang mendorong timbulnya kemandirian anak.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri anak itu
sendiri, meliputi emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi dan
intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi. Faktor internal ini terdiri dari dua kondisi, yaitu kondisi
fisiologi dan kondisi psikologi. Berikut adalah penjelasan dari dua
kondisi tersebut.
i. Kondisi Fisiologi
Kondisi fisiologi yang berpengaruh antara lain keadaan tubuh,
kesehatan jasmani, dan jenis kelamin. Pada umumnya, anak yang sakit
lebih bersikap tergantung daripada orang yang tidak sakit, anak yang
menderita sakit mengundang rasa kasihan yang berlebihan sehingga
sangat berpengaruh terhadap kemandirian mereka. Jenis kelamin anak
juga berpengaruh terhadap kemandiriannya, anak perempuan dituntut
untuk bersikap pasif, berbeda dengan anak laki-laki yang agresif dan
ekspansif, akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam
ketergantungan daripada anak laki-laki.
ii. Kondisi Psikologi
Kecerdasan atau kemampuan berpikir seorang anak dapat
diubah atau dikembangkan melalui lingkungan, sebagian ahli
berpendapat bahwa faktor bawaan juga berpengaruh terhadap
keberhasilan lingkungan dalam mengembangkan kecerdasan seorang
anak. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan yang
dilakukan oleh seorang anak hanya mungkin dimiliki oleh anak yang
mampu berpikir dengan seksama tentang tindakannya. Dengan
demikian, kecerdasan atau kemampuan kognitif yang dimiliki seorang
anak memiliki pengaruh terhadap pencapaian kemandirian anak.
27
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada di luar anak itu
sendiri, faktor eksternal ini meliputi lingkungan, rasa cinta dan kasih
sayang orangtua kepada anaknya, pola asuh orangtua dalam keluarga,
dan faktor pengalaman dalam kehidupan.
i. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
dalampembentukan kemandirian anak usia dini, lingkungan yang baik
dapat menjadikan cepat tercapainya kemandirian anak. Keluarga
sebagai lingkungan terkecil bagi anak merupakan kawah
candradimuka dalam pembentukan karakter anak, Kondisi lingkungan
keluarga ini sangat berpengaruh dalam kemandirian anak. Dengan
pemberian stimulasi yang terarah dan teratur di lingkungan keluarga,
anak akan lebih cepat mandiri disbanding dengan anak yang kurang
dalam mendapat stimulasi.
ii. Rasa Cinta dan Kasih Sayang
Rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada anak hendaknya
diberikan sewajarnya karena hal itu dapat mempengaruhi mutu
kemandirian anak, bila rasa cinta dan kasih sayang diberikan
berlebihan, anak akan menjadi kurang mandiri. Masalah tersebut
dapat diatasi jika interaksi antara anak dan orangtua berjalan dengan
lancar dan baik. Pemberian rasa cinta dan kasih sayang orangtua
kepada anaknya juga dipengaruhi oleh status pekerjaan orangtua.
Apabila orangtua, khususnya ibu bekerja di luar rumah untuk mencari
nafkah, akibatnya itu tidak bisa melihat perkembangan anaknya
apakah anaknya sudah bisa mandiri atau belum. Sementara itu, ibu
yang tidak bekerja bisa melihat langsung perkembangan kemandirian
anaknya dan bisa mendidiknya secara langsung.
k. Faktor Penghambat Kemandirian Anak
28
Dalam mengajarkan kemandirian pada anak juga terdapat beberapa
hal yang menyebabkan anak tidakmandiri. Adapun faktor-faktor tersebut
sebagai berikut (http://lib.unnes.ac.id/22608/1/1601411015-s.pdf diakses
pada tanggal 10 Agustus 2019 pukul 09.30 WIB):
a. Bantuan yang berlebihan; banyak orang tua yang merasa “kasihan”
melihat anaknya bersusah payah melakukan sesuatu sehingga langsung
memberikan pertolongan perlakuan yang menganggap anak tidak bisa
apa-apa seperti itu sebenarnya justru memberi kesempatan pada anak
untuk memanipulasi bantuan orang tua. Anak cenderung tidak mau
berusaha di kala mengalami kesulitan.
b. Rasa bersalah orang tua; hal ini sering dialami oleh orang tua yang
keduanya bekerja atau mereka yang memiliki anak sakit-sakitan/cacat.
Orang tua ingin menutupi rasa bersalah mereka dengan memenuhi segala
keinginan anak.
c. Terlalu melindungi; anak yang diperlakukan seperti porselen, cenderung
akan tumbuh menjadi anak yang rapuh. Mereka akan goncang di kala
mengalami kesulitan karena selama ini orang tua selalu memenuhi segala
permintaaannya.
d. Perhatian atau ketidakacuhan berlebih; banyak anak yang memakai
senjata merengek atau menangis karena tahu orang tuanya surplus
perhatian. Itu bisa juga terjadi pada anak yang orang tuanya bersikap
acuh tak acuh. Mereka sengaja malas melakukan segala sesuatunya
sendiri agar mendapat perhatian dari orang tua.
e. Berpusat pada diri sendiri; anak yang masih sangat egosentris,
memfokuskan segalanya untuk kebutuhan dirinya sendiri. Mereka begitu
mementingkan dirinya sehingga orang harus menuruti segala
kehendaknya.
Jadi orang tua yang terlalu berlebihan dalam memberikan bantuan
kepada anak maka akan mengakibatkan dampak yang tidak baik anak
menjadi tergantung kepada orang tua dan anak tidak mandiri.
29
E. Studi Relevan
Berdasarkan pengamatan keputusan yang penulis lakukan, hingga saat ini
ada beberapa hasil penelitian yang berkaitan tentang pola asuh orang tua dalam
mengembangkan kemandirian anak usia dini, diantara hasil yang relevan adalah
penelitian yang di tulis oleh:
1. Skripsi saudari Rini Marini Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Guru
PAUD tahun (2012), berjudul Penerapan Pola Asuh Orang Tua Dalam
Menumbuhkan Kemandirian Pada Anak Usia Balita Di Lingkungan UPTD
SKB Kota Cimahi Tahun 2012. Hasil penelitiannya menunjukkan
mengenaipenerapan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian
pada anak usia balita. Menekankan pada pola asuh orang tua untuk
mengembangkan kemandirian anak dapat melalui bimbingan dan arahan
orang tua, memberikan contoh sikap mandiri yang baik serta memberikan
nasehat dalam berbagai kegiatan dan kesempatan dengan menggunakan
pola interaksi yang menggunakan pola kemitraan dan pola teman.Dalam
penelitian ini, sama-sama meneliti tentang pola asuh orang tua dan
kemandirian. Perbedaannya untuk skiripsi saudari Rini Marini Fakultas
Tarbiyah Jurusan Pendidikan Guru PAUD meneliti tentang penerapan pola
asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian pada anak usia balita.
Sedangkan yang ingin peneliti lakukan untuk meneliti tentang pola asuh
orang tua dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini.
2. Skripsi saudari Komala Jurusan Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi
Bandung tahun (2015), berjudul Mengenal Dan Mengembangkan
Kemandirian Anak Usia Dini Melalui Pola Asuh Orang Tua Tahun 2015.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jalan untuk mengembangkan
kemandirian anak dapat melalui pola asuh demokratis, adanya kerjasama
dan dukungan yang baik mengenai pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua di rumah dengan guru di sekolah melalui pembiasaan.Dalam penelitian
ini, sama-sama meneliti tentang pola asuh orang tua dan kemandirian.
Perbedaannya untuk skiripsi saudari Komala Jurusan Pendidikan Guru
PAUD meneliti tentang mengenal dan mengembangkan kemandirian anak
30
usia dini melalui pola asuh orang tua. Sedangkan yang ingin peneliti
lakukan untuk meneliti tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan
kemandirian anak usia dini.
3. Skripsi saudari KustiahSunarty, Jurusan FIP Universitas Negeri Makasar
tahun 2015. Berjudul Implementasi Model Pola Asuh Orang Tua Untuk
Meningkatkan Kemandirian Anak Tahun 2015. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa jalan untuk mengembangkan kemandirian anak dapat
melalui model PAOMKA (Pola asuh orang tua untuk meningkatkan
kemandirian anak). Dengan penerapan model PAO-MKA (Pola asuh orang
tua untuk meningkatkan kemandirian anak) dapat mengubah cara pandang,
sikap, dan perilaku kepengasuhan orangtua terhadap anaknya.Dalam
penelitian ini, sama-sama meneliti tentang pola asuh orang tua dan
kemandirian. Perbedaannya untuk skiripsi saudari saudari Kustiah Sunarty
Jurusan FIP meneliti tentang implementasi model pola asuh orang tua untuk
meningkatkan kemandirian anak. Sedangkan yang ingin peneliti lakukan
untuk meneliti tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan
kemandirian anak usiadini.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Berdasarkan dengan judul yang diambil, Kirk dan Miller dalam Moleong
mendefinisikan bahwa ”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. Moleong (2011, hal.3) Metode
deskriptif juga dapat didefinisikan sebagai suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya
menggunakan penekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini
berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung
berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian
dianalisis beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk
memberikan solusi tentang strategi yang dilakukan oleh orang tuadalam
membentuk kemandirian anak di Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah
Masurai Kabupaten Merangin.
Pemilihan metode ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih bisa
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi. Moleong (2011, hal. 5)
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tanjung Berugo Kecamatan
Lembah Masurai Kabupaten Merangin, atas berbagai pertimbangan;
32
banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi pada anak yaitu masih banyak
anak yang mandi masih dimandikan oleh orang tua, belum pandai memakai
pakaian sendiri, bahkan sampai sekolah masih ditunggu oleh orang tuanya
sampai pulang.
2. Subjek Penelitian
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka
yang akan dijadikan sebagai informan (Subjek penelitian) ini adalah:
a) Orang tua 8 orang
b) Anak usia 4-6 tahun
Penentuan subjek didasarkan dengan tekhnik purposive sampling.
Purposive sampling adalahpengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
persyaratan sampel yang di perlukan. Dalam bahasa sederhana purposive
sampling itu dapat dikatakan secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika
orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat,
karakteristik, ciri, kriteria) sampel. Moleong (2011, hal. 5) Sebagai subjek
utama (Key Informan) yaituorang tua. Adapun sebagai sumber informasi untuk
memperoleh data tentang realita permasalahan anak, strategiyang diterapkan
oleh orang tua dalam membentuk kemandirian siswa.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari sumber utama melalui observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bacaan literatur-literatur serta
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan kata lain
data sekunder dapat diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta
peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan. Data sekunder ini digunakan sebagai
data pelengkap atau data pendukung dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. Mukhtar (2010, hal.86) Yakni data
33
yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan
(observasi) terhadap perkembangan permasalahan di Desa Tanjung
Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (profil sekolah
dan struktur organisasi) atau publikasi lainnya. Mukhtar, (2010, hal. 90)
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi yang
meliputi profil dan struktur organisasi Desa Tanjung Berugo Kecamatan
Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
darimana data diperoleh. Arikunto (2002, hal. 207) Sedangkan menurut
Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek darimana data-
data diperoleh. Arikunto (2002, hal.106) Sumber data yaitu berbentuk
perkataan maupun tindakan, yang didapat melalui wawancara. Sumber data
peristiwa (situasi) yang didapat melalui observasi. Dan sumber data dari
dokumen didapat dari instansi terkait. “menurut Lofland sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jam’an (2009, hal.105)
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh
yaitu :
a. Sumber data berupa manusia, yakni orang tua, dan anak Desa Tanjung
Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi di Desa Tanjung Berugo
Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip dokumentasi
resmi yang berhubungan dengan keberadaan anak, baik jumlah siswa, dan
bentuk kehidupan para anak di Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah
Masurai Kabupaten Merangin.
34
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan
data/fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode observasi,
wawancara, dokumentasi.
1. Metode Observasi
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung,
Moleong, (2011,hal.125) Metode ini dilakukan dengan jalan terjun langsung
kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan
pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang
dibutuhkan. Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara
langsung data yang ada dilapangan, terutama tentang data yang ada di Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara
langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan menanamkan
nilai-nilai keagamaan di lingkungan sekitar.
Langkah-langkah yang dilakukan:
a) Mengamati bentuk peran orang tua dalam membentuk kemandirian anak
di Rt 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin.
b) Mengamati kendala yang dihadapi orang tua dalam membentuk
kemandirian anak di Rt 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah
Masurai Kabupaten Merangin.
c) Memperhatikan upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak di
Rt 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin.
2. Metode Wawancara / interview
“interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi” Nasution, (2006,
hal. 113) Metode wawancara ini penulis lakukan untuk mengambil data,
35
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden dan
mendengarkan langsung serta mencatat dengan teliti apa yang diterangkan oleh
responden, Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari
beberapa sumber data yang bersangkutan yaitu,Orang tua,anak dan masyarakat
sekitar. Sebelum penulis melalukan wawancara, penulis sudah mempersiapkan
seperangkat pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.
Adapun datanya meliputi:
a) bentuk peran orang tua dalam membentuk kemandirian anak di Rt 06 Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
b) kendala yang dihadapi orang tua dalam membentuk kemandirian anak di
Rt 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin.
c) upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak di Rt 06 Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin.
Interview ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka peneliti
menggunakan Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview
bebas dan interview terpimpinyang dilakukan oleh pewawancara dengan
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti, yang dimaksud
dalam interview terstruktur dan bebas menanyakan apa saja. Arikunto
(2002.hal. 132)
3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu cara mencari data terhadap hal-hal
seluk beluk penelitian baik berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
prasasti, majalah, agenda dan lain sebagainya. Sugiono (2012,hal. 138) Data
tersebut antara lain :
1) Historis dan geografis
2) Struktur Organisasi
3) Keadaan desa
4) Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
36
Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan
kualitatif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses berfikir
dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian dibahas
kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi:
1. Reduksi Data
“Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari dri berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi”.Jam’an (2009, hal. 219) Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah
selanjutnya adalah reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang muncul
dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama
penelitian berlangsung.
2. Penyajian data
Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa data
adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melalukan penarikan kesimpulan.
3. Verifikasi / penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan. Maka
langkah terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi dan analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa
ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut.
F. Uji Keterpercayaan Data (Trushwortnines)
Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik
pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu,
ada beberapa tehnik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan,
diantaranya :
37
1. Perpanjang keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu di
lapangan sehingga kejenuhan pengumpilan data tercapai. Jika hal ini dilakukan
maka membatasi membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
membatasikekeliruan peneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian
atau peristiwa yang memiliki pengaruh sesaat. Perpanjangan waktu di lapangan
akan memungkinkan penungkatan derajat kepercayaan data yang dikumpul.
Sugiono (2012, hal. 219)
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara rinci
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.Sugiono (2012, hal.
99) Halini diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul akibat
peneliti terburu-buru dalam menilai suatu persoalaan, ataupun kesalahan
responden yang vtidak benar dalam memberikan informasi.
3. Triangulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok. Untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu, terdapat empat macam teknik
pemerikasaan menggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori. Moleong,
(2011, hal. 178)
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
38
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, dan orang
berpendidikan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, mulai dari Juli 2019
sampai November 2019, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan Ke, Tahun 2019
Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan penelitian x
2 Menyusun atau
menulis konsep
proposal
x
3 Mengajukan judul ke
Fakultas untuk
persetujuan judul
x
4 Konsultasi dengan
dosen pembimbing
x x
5 Seminar proposal x
6 Izin atau perintah
riset
x
7 Pelaksanaan riset x x x
8 Penulisan konsep
skripsi
x
9 Konsultasi kepada
dosen pembimbing
X x
10 Penggandaan skripsi x
11 Munaqasah dan
perbaikan
x
12 Penggandaan skripsi
dan penyampaian
skripsi kepada tim
Penguji dan Fakultas
x
Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah
39
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
1. Temuan Umum
a. Sejarah Desa Dan Asal Usul Desa Tanjung Berugo Kecamatan
Lembah Masurai Kabupaten Merangin Propinsi Jambi
Pada abad ke-16 Masehi atau zaman kerajaan Hindu, datanglah 5
(lima) orang bersaudara ke Tanjung Berugo (sekarang dikenal) Pangkal
Belando Desa Tanjung Berugo yaitu :1. Datuk Bedarah Putih, 2. Datuk Makam
Rendah, 3. Datuk Makam Tinggi, 4. Datuk Calegah, dan 5. Datuk Belando.
Tujuan mereka ingin menyebarkan agama yang mereka anut atau agama
Hindu. Saat itu masyarakat masih berpencar belum merupakan kesatuan dan
masih memakai sistem kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Mereka
masih mempergunakan ilmu-ilmu bathin atau ilmu hitam yang dapat
mengalahkan lawan atau musuh, sebagai contoh menjemur padi pada malam
hari dibulan terang, memasang lukah diatas bumbun, daging dimasak dalam
kancah (kawah) bisa melompat keluar, dan nasi ditanak tidak masak-masak,
artinya menantang/ mencari lawan atau musuh. Diantara datuk-datuk tersebut,
salah seorang dari mereka atau Datuk Makam Rendah meninggal agama
lamanya dan memeluk agama Islam dengan nama H. Abdul Hamid.
Selama tinggal ditempat ini, masyarakatnya tidak dapat berkembang
dengan baik, pertengkaran selalu terjadi, dan masih menunujukkan ilmunya
masing-masing, sebagai contioh : ayam belago dengan lesung dan batang
pisang dapat belago dengan antan, dan sebagainya. Karena kehidupan disini
tidak aman dan damai, maka pada Abad ke-18 M. tuo-tuo dan pemimpin
kelompok secara mufakat ingin mencari tempat baru yang lebih aman dengan
kata mufakat mulai mencari tempat baru dengan cara menyusuri Gunung
Masutai bersama-sama dengan membawa seekor ayam sebagai pedoman atau
petunjuk. Dimana ayam yang dilepas tadi terbang dan turun kedaratan, berarti
disitulah tempat membuat kampung yang baru, dan temapat ini disebut Ujung
Tanjung atau Desa Tanjung Berugo sekarang. Setelah kampung ini dibenahi
40
sedemikian rupa dan masyarakatnya mulai berkembang, datanglah 5 (lima)
orang penyebar agama Islam dari Aceh dibawah pimpinan Syaikh Husin
Albaiti. Mula-mula mereka memperkenalkan diri dan menyampaikan kepada
masyarakat setempat bahwa tujuan mereka ketempat ini adalah untuk
menyebar dan memperluas ajaran agama ini. Kedatangan mereka langsung
mendapat tempat dihati masyarakat dan ajaran ini mulai diajarkan dari rumah
kerumah secara sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh tentara
penjajah Belanda.
Di dalam dusun mulai dibenahi dengan membuat peraturan berdasarkan
agama maupun Adat-Istiadat. Untuk mendalami dan memperluas ajaran
agama, maka didirikanlah rumah tempat megaji dan belajar agama . Untuk
mengatur hubungan orang dengan orang, hubungan orang dengan kerajaan,
hubungan orang dengan pemerintah yang dikenal Adat Bersendikan Syarak
Bersendikan Kitabullah.
Dibidang syarak dapat dikenal dengan sebutan TITIAN TERAS
TANGGO BATU artinya berdasarkan Kitab Suci Al-Qur’an dan Hadis Nabi
Muhammad SAW, sedangkan dibidang adat dikenal :
a) Adat nan sebenar adat.
b) Adat nan teradat.
c) Adat nan diadatkan.
d) Adat Istiadat.
Undang-undang adat ini dibagi 3 (tiga) bagian yaitu 1. Induk Undang-
Undang, 2. Pucuk Undang-Undang, dan 3. Anak Undang-Undang Nan Dua
Belas. Aturan ini tetap berlaku dan tidak bisa dirubah dengan selokanya
LAPUK_LAPUK DIPAKAJANG USANG-USANG DIBAHARUI, artinya
jangan dirubah sampai akhir zaman. Induk undang-undang nan 5 (lima) adalah
:
a) Titian teras batanggo batu.
b) Cermin nan gedang idak kabur.
c) Lantak nan idak goyang.
d) kato nan seiyo.
41
e) Tak lekang dipanas dan tak lapuk dihujan.
Pucuk undang-undang disebut juga undang-undang nan delapan adalah
:
a) dago-dagi.
b) Samun-sakal.
c) Tikam-bunuh.
d) sunbang-salah.
e) Upas-racun.
f) Curi-racun.
g) Tepak-tepok.
h) Siur-bakar.
Undang-undang nan dua belas adalah :
a) Undang-undang dengan faktuk hakkul Allahh (Al-Qur’an).
b) Undang-undang dengan takluk hakkul Nabi Muhammad (Hadis).
c) Undang-undang rumah betangganai.
d) Undang-undang dusun batuo.
e) Undang-undang luhak serta penghulu.
f) Undang-undang negeri babatin.
g) Undang-undang ranatu serta jenang.
h) Undang-undang hukum adat.
i) Undang-undang kepandaian anak negeri.
j) Undang-undang payo, sawah, lebak lebung.
k) Undang-undang hutan rimbo, sesap jerami semak belukar.
Pucuk undang-undang dan anak undang-undang termasuk dari bagian
unndang-undang nan 19 (Sembilan belas) bagian. Aturan-aturan diatas tetap
dipertahankan dan dipakai selama-lamanya.
Nama Desa Tanjung Berugo berasal dari keadaan tempat daerah
tersebut, dimana didaerah Tanjung Berugo terdapat banyak ayam berugo.
Sehingga daerah ini disebut daerah Berugo yang sebelumnya disebut
Kampung Tanjung. Untuk nama desa Tanjung Berugo berasal dari posisi
daerahnya yang masih banyak ayam berugo.
42
2. Peristiwa Penting Yang Pernah Terjadi
a. Dibidang Pendidikan
I)Pendidikan umum, pada tanggal 12 Juni 1936 berdirilah satu unit
gedung Sekolah Rakyat (SR) terdiri dari 4 (Empat) lokal yang
diperuntukkan untuk 4 kelas belajar yaitu kelas I, II, III, IV, jenjang
pendidikan umum baru sebatas itu, ini pun sudah memadai, karena tamatan
kelas IV sudah bisa mengajar atau menjadi guru di dusun-dusun dalam
Tanjung Berugo. Sekolah ini dibuka, maka ramailah masyarakat yang
berada di Desa Tanjung Berugo secara berkelompok maupun perorangan,
mereka ingin belajar dan mencari ilmu pengetahuan baik dibidang agama
maupun dibidang umum. Semua para pendatang langsung mendirikan
pondok-pondok untuk belajar sampai tamat bahkan ada yang tetap tinggal
di Desa Tanjung Berugo.
Diantara Kepala Sekolah tersebut adalah Bapak M. Yahya yang
berasal dari Desa Tanjung Berugo itu sendiri. Pengganti beliau adalah
Bapak M. Samiun asal dari Desa Tuo, dimasa Kepala Sekolah ini
pendidikan lebih meningkat lagi, beliau mulai memperkenalkan permainan
sepak bola (bola kaki) dan membangun lapangan untuk bermain bola
dengan lapangan khusus, dan tidak sedikit opsir-opsir Belanda datang
bermain bola ke Desa Tanjung Berugo.
II). Pendidikan Sekolah Rakyat (SR) ini terus ditingkatkan, kalau
dahulu hanya sebatas kelas 4 (Empat), maka tamatan Sekolah Rakyat ini
dapat melanjutkan ke Sekolah Guru selama tahun atau dikenal Sekolah
HONGKA dengan bahasa pengantar Bahasa Jepang mulai dari Katakana
sampai HONJI,
III). Setelah Indonesia merdeka, pada tahun ajaran 1953 Sekolah
Rakyat (SR) yang tadinya hanya sebatas kelas 4 (Empat) ditingkatkan
kekelas V Dan VI, setelah tamat sekolah ini banyaklah putra-putra Tanjung
Berugo melanjutkan sekolah keluar dusun atau ke kota Bangko, ada yang
masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama).
43
b. Bidang Pergerakan Pemuda dan Masyarakat
Pada masa perang kemerdekaan (AGRESI BELANDA KE II di
Indonesia) yang ingin menjajah kembali di Indonesia, para pejuang dan
pemuda-pemuda ikut mengangkat senjata bersama pejuang kemerdekaan
dibawah komando BKR, TKR, dan TP tidak ketinggalan warga Desa
Tanjungg Berugo. Para pejuang membuat markas di sini di bawah pimpinan
: 1. Subhan A. Kamel Alamsyah. 2.Basir Azim Lasman. Pulungan dan
Inspektur Polisi A. Hutahuruk dan lainnya, selama bermarkas dari tahun
1948 s/d 1949, ribuan pasukan pejuang kemerdekaan yang menjadi
tanggungjawab, seluruh lapisan masyarakat tidak ada di berkhianat
seorangpun. Berkat kepemimpinan lurah kepala dusun, para pejuang merasa
aman dan tidak ada keluhan dalam segala hal, semua keperluan dan
kepentingan bekal berperang selalu di persiapkan semuanya. Keberhasilan
ini tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik
pandai, pemuda dan lainya seperti : M. Abdubakar, H.M.Salim.Azhari,
H.M.Askolani, H.Mahiddun dan tokoh tua yang banyak berjasa dalam
membangun Desa Tanjung Berugo. Untuk mengenang jasa dan
pengorbanan warga ini, hari Jumat tanggal 13 Agustus 1953 datang utusan
Panglima TTR II Sriwiajaya Palembang pimpinan Operste. M. Nawawi,
dari Jambi Rasiden Inukartapati dan opertste Abunjani dan tidak
ketinggalan rombongan Bupati Merangin serta pembesar-pembesar yang di
undang. Kedatangan mereka untuk menyampaikan tanda penghargaan
PIAGAM TANDA JASA kepada Usman Al.Bujang beserta warganya atas
bantuan dan pengorbanan selama pasukan TJINDOR MATO berada di
tempat ini. Piagam ini di tanda tangan oleh Panglimanya Let.Kol Bambang
Utoyo dan gubernur Sumatra Selatan Drs. M. Isa, di hadapan ribuan warga
yang hadir,utusan dari palembang berjanji membuatkan Tugu kenang-
kenangan Di Desa Tanjung Berugo akan tetapi sampai saat ini belum juga
terwujud. Seterusnya pada tanggal 17 Agustus 1958 Usman Al.Bujang
mendapat tanda jasa dari Pemerintah Pusat berupa TANDA JASA SETYA
LANCANA PERANG KEMERDEKAAN PERTAMA DAN TANDA
44
JASA SETYA LANCANA PERANG KEMERDEKAAN KEDUA,
kemudian pada tanggal 25 Desember 1963 diangkat menjadi anggota
veteran Republik Indonesia dengan Nomor pokok/ Induk N.V.8555/J.Untuk
mewujudkan janji yang belum ada kenyataannya, maka pada tanggal 19
Agustus 1965 Usman Al.Bujang diutus oleh Guberbur Jambi Kol.M.Yusuf
Singodikane bersama operste Azis Larose untuk menghadap Presiden Ir.
Soekarno dan Jenderal Abd. Haris Nasution ke Jakarta dan di pimpinan-
pimpinan Angkatan Darat yang pernah bertugas zaman Revolusi di Tenjung
Berugo antara lain.
Semenjak tahun 1955 lalu, sudah ada persatuan pemuda ditiap-tiap
tempat di Tenjung Berugo. Desa Tenjung Berugo mempunyai persatuan
pemuda, Desa Tenjung Berugo dengan nama NAHDATUL UMMAH
kemudian pada Tahun 1982 di tambah didepannya kata-kata KARANG
TARUNA hingga sekarang. Semua karang taruna ini berlomba-lomba
meningkatkan kelompoknya masing-masing terutama di bidang sosial
masyarakat, keberadaan Organisasi Pemuda sangat membantu sekali bagi
kepentingan kelompoknya seperti : kematian, pengantenan, cukuran dan
kepentingan sosial lainnya. Organisasi Pemuda ini tidak pernah (ada) istilah
Diskriminasi dengan warga pendatang atau memandang kesukuan (Etnis),
semua sama dengan logo duduk sama rendah berdiri sama tinggi atau tegak
sepematang duduk sehamparan artinya tidak ada perbedaan satu sama lain,
logo yang sudah dipatri dari nenek moyang maupun dari datuk-datuk
pendahulu dipegang erat yakni BERSATU TEGUH BERCERAI
RUNTUH.
3. Demografi Dan Geografis Desa
a. Letak dan Batas Desa
Desa Tanjung Berugo termasuk wilayah Kecamatan Lembah
Masurai Kabupaten Merangin. Secara administratif wilayah Desa Tanjung
Berugo dibatasi oleh:
45
Sebelah Utara : Lembah Masurai/Desa Tuo
Sebelah Selatan : Desa tuo
Sebelah Barat : Siau Dua
Sebelah Timur : Lembah Masutai
4. Keadaan Sosial Penduduk Desa Tanjung Berugo
a. Kependudukan :
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tanjung Berugo Tahun 2017 –2019
adalah sbb :
No Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laju Pertumbuhan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 2015 327 360 687 -
2 2016 390 447 837 -
3 2017 470 511 981 -
Tabel 4.2 Jumlah Rumah Tangga di Desa Tanjung Berugo adalah sbb
:
No RW
Jumlah
Rumah
Tangga
Kepadatan per km2 Keterangan
1 RT 01 34
2 RT 02 36
3 RT 03 35
4 RT 04 36
5 RT 05 34
46
6 RT 06
33
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga Di RT 06
No Rumah Tangga Jumlah anak
1 33 8
b. Kesehatan :
Tabel 4.4 Tenaga Kesehatan
No TENAGA KESEHATAN JUMLAH KETERANGAN
2 Keperawatan Bidan 1
3 Partisipasi
Masyarakat
Dukun Bayi 8 Orang
Posyandu 1
Kader Kesehatan 10 Orang
Tabel 4.5 Jumlah kelahiran
No URAIAN 2015 2016 2017
1 Bayi Lahir Hidup 18 21 24
2 Jumlah Kematian Bayi 2 1 -
Jumlah 16 20 24
47
c. Pendidikan :
Tabel 4.6 Data Pendidikan
No URAIAN JUMLAH
GURU
JUMLAH
MURID KET.
1 TK 5 43
2 SD 10 150
Jumlah 15 193
Tabel 4.7 Data Jenis Sarana Pendidikan
No JENJANG
PENDIDIKAN JUMLAH LOKASI
1 TK / PAUD / RA 2 RT 03 Desa Tanjung
Berugo
2 SD 1 RT 03 Desa Tanjung
Berugo
Jumlah 3
Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan
Tidak
Tamat SD Tamat SD
Tamat
SMP
Tamat
SMA Sarjana
117 260 225 101 20
d. Kesejahteraan sosial masyarakat:
Tabel 4.9 Kesejahteraan sosial masyarakat
48
No
MASALAH
KESEJAHTERAAN SOSIAL JUMLAH KETERANGAN
1 Anak Terlantar -
2 Anak Nakal -
3 Anak balita Terlantar -
4 Anak Jalanan -
5 Lansia Terlantar -
6 Pengemis -
7 Gelandangan -
8 Korban NAPZA -
9 Eks Narapidana -
10 Penyandang cacat 1
11 Keluarga Miskin Sosial 70
12 Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologis -
13 Keluarga Rumah Tidak layak Huni -
14 Korban Bencana Alam -
15 Pemulung -
16 Masyarakat yang tinggal di daerah
bencana -
49
Tabel 4.10 Ketenagakerjaan :
No YANG TERDAFTAR JUMLAH KETERANGAN
1 Pencari Kerja 200
2 Yang ditempatkan -
3 Lowongan Kerja -
4 Sisa Pencari Kerja -
Tabel 4.11 Pemuda dan olahraga :
No
KLUB OLAHRAGA
YANG TERDAFTAR JUMLAH KETERANGAN
1 Klub Sepakbola 2 Kelmp
2 Klub Bola Voli -
3 Klub Bulutangkis -
4 Klub Senam Sehat -
5 Klub Pencaksilat -
6 Klub Futsal -
e. Kesenian dan kebudayaan :
Tabel 4.12 Kesenian dan kebudayaan
No
JENIS KELOMPOK
KESENIAN
YANG ADA
JUMLAH STATUS
1 Kompangan -
50
2 Rebana 2 Kelm Aktif
3 Seni Tari -
4 Reog -
5 Pencaksilat -
JUMLAH 2 Keml
Keterangan :
Status Pasif = melakukan pelatihan jika mau ada pentas saja
f. Tempat peribadatan :
Tabel 4.13 Tempat peribadatan
No
JENIS
PERIBADATAN JUMLAH KETERANGAN
1 Masjid 1 Unit
2 Mushola -
3 Madrasah 1 Unit
JUMLAH 2 Unit
51
g. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Tabel 4.14 Tiga Masalah DI Bidang Keagamaan
MASALAH YANG
DIMILIKI
LOKASI DUSUN
Desa Tanjung Berugo
Masih banyak sarana ibadah yang belum memiliki kelengkapan untuk melakukan pelayanan beribadah
Masih banyak bangunan masjid/madrasah yang rusak
Masih banyak warga masyarakat belum Fashih membaca tulis Al-Qur’an
BPD
KADES PAHRUL K
KAUR KEUANGAN
SUKARNI
Ka RT 01
M. KARIM
SEKDES
M. RAJA’I
KASI PEMP
NAJAMUDIN
KAUR UMUM
AMRADI
S
KADUS PB I
ARWANSYAH
KASI PEMB
SULAIMAN
KADUS PB I
MARPA’I
Ka RT 02
TARMIZI
Ka RT 03
ABDURAHMAN
Ka RT 04
ARWAN
Ka RT 05
SAKRANI
Ka RT 06
MUSTAKIM
KADUS PB II
…………….. KADUS PB II
……………….
52
3 VISI DAN MISI DESA
a. Visi Desa
Visi adalah suatu gambaran atau cita-cita tentang keadaan masa
depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan Desa.
Penyusunan Visi di Desa Tanjung Berugo dilakukan dengan pendekatan
partisipatif dan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di Desa,
seperti pemerintah Desa. BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga
masyarakat Desa dan masyarakat Desa pada umumnya.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka Visi Desa Tanjung Berugo adalah:
b. MISI DESA
Sebagaimana penyusunan visi, pendekatan yang dilakukan dalam
menyusun misi adalah dengan menggunakan pendekatan partisipatif dan
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan Desa. Misi memuat pernyataan-
pernyataan yang harus dilakukan Desa agar Visi Desa tersebut dapat
tercapai. Adapun Misi Desa Tanjung Berugo adalah sbb:
1. Pembinaan umat dibidang religius untuk mencapai peningkatan
keimanan dan ketahanan masyarakat.
2. Pengembangan ekonomi berbasis kelompok.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4. Meningkatkan pelayanan masyarakat.
5. Meningkatkan sarana dan prasarana desa.
6. Pembinaan masyarakat dibidang trantib sadarkum dan nilai-nilai
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Mewujudkan Desa Tanjung Berugo yang Bersih, Disiplin, ,
Makmur sejahtra dan Agamis Melalui Tata kelola Pemerintahan
Yang Jujur dan adil ”
53
7. Menyelenggarakan urusan pemerintahan Desa secara benar ,terbuka,
dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan
8. Melaksanakan pembangunan Desa Berdasarkan Demokrasi,
Kebersamaan ,Keadilan berwawasan lingkungan serta kemandirian
9. Meningkatkan peran organisasi keagamaan dalam pemberdayaan
ummat
10. Berupaya membina dan mengembangkan seluruh aspek potensial yang
dimiliki Desa Tanjung Berugo, sehingga bisa terwujud masyarakat
yang adil makmur dan sejahtera.
2. Temuan Khusus
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa untuk
menganilisis data yang terkumpul, baik itu wawancara, maupun observasi yang
penulis lakukan, maka penulis akan menganalisiskan dengan sistem deskriptif
kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan secara rinci data-data
tersebut, alasan digunakan sistem kualitatif karena peneliti tidak melakukan
pengetesan atau pengujian, melainkan berusaha menelusuri, memahami,
menjelaskan gejala, kaitan hubungan antara segala sesuatu yang diteliti.
Untuk menganalisis permasalahan ini, maka penulis akan menghubungkan
dengan hasil observasi, wawancara, yang di dapat dilapangan, yaitu “ Peran Orang
Tua Dalam Membentuk Kemandian Anak Usia Di Desa Tanjung Berugo
Kabupaten Merangin.”
1. Peran Orang Tua Dalam Membentuk Kemandirian Anak Di RT 06
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin
Orang tua yang cerdas, bertaqwa, rajin beribadah, memiliki perhatian
yang sungguh-sungguh terhadap aspek-aspek kepribadian anak, serta berperan
aktif dalam membangun ketakwaan dan kewajiban masyarakat, manusia
niscaya akan mewariskan segenap kebaikan dirinya kepada anak dalam upaya
mendidik anak yang mandiri. Karena orang tua mampu mengontrol berbagai
keinginan anak mereka.
54
Dari pengamatan penulis, dapat dipahami bahwa yang dimaksud
dengan orang tua disini, adalah ibu dan bapak, dimana orang tua sangat
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terutama perhatiannya
kepada anak-anak. Karena orang tua adalah orang pertama dan utama yang
paling dekat dengan anak. (Observasi, 17 September 2019)
Oleh karena itu perhatian orang tua terhadap anak-anaknya sangat
penting sekali, terutama dalam hal pembinaan kemadnirian anak. Kasih ibu
sangat berpengaruh dalam kemandirian pada anak-anak usia 4-6 tahun sesuai
dengan hasil wawancara penulis dengan Orang tua ALPI, sebagai berikut:
“Bagi saya dalam melatih anak supaya mandiri dimulai dari kecil (umur
2 tahun), hal kecil misalnyasaya biarkan anak untuk mengenakan
pakaian sendiri, jarang sekali saya membantu anak dalam memakaikan.
Biasanya kalau dengan saya lebih sering memakai sendiri, kalau sama
uminya lebih manja jadi apa-apa dibantu.”(Wawancara, 17 September
2019)
Dari hasil wawancara penulis, bahwa nampak dan terlihat pendidikan
anak dimulai dari kecil sehingga dia besar, anak bisa terlatih dalam melakukan
hal kecil dan memberikan contoh kepada anaknya sendiri. Perhatian orang tua
dakam mendidik anak adalah sumber terpenting yang melahirkan ketenangan,
kebahagiaan, dan kecintaan dalam keluarga sosok orang tua sangat berperan
menanamkan jiwa anak-anak, aspek keilmuan seorang anak terbentuk dari
ayah maupun ibunya.
Perhatian orang tua jauh lebih penting ketimbang perhatian para orang
tua dan pendidik, ini mengingatkan betapa menentukannya usaha dan pengaruh
orang tua dalam membentuk sifat, watak, dan akhlak anak-anaknya, kedua
orang tua yang paling dominan adalah seorang ibu. Surga itu akan berada di
bawah telapak kakinya. Ibu berusaha keras dan mencurahkan segenap
perhatiannya dalam membina kepribadian dan membuat anak jadi lebih
mandiri.
Pembentukan kemandirian yang dilakukan oleh orang tua pada anak di
desa Tanjung Berugo dilakukan dengan berbagai macam cara, walaupun
banyak terdapat kendala, tetapi mereka tetap berusaha bagaimana anaknya bisa
55
mandiri dengan baik, terutama dalam hal kecil seperti berpakaian sendiri dan
sebagainya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
penulis terlihat beberapa hal yang dilakukan oleh orang tua dalam membentuk
kemandirian pada anak sebagai berikut:
a) Diajari dan dibimbing sendiri
Yang dilakukan oleh orang tua di desa Tanjung Berugo
memulainya dengan mendidik mereka dari kecil, dengan memberikan
contoh, menyuruh shalat, mengajarkan sesuatu dengan sendiri. Seperti
yang dikatakan oleh seorang orang tua ALPI:
“Di rumah saya mengajarkan sendiri anak saya, mulai dari kecil
ketika dia sudah mulai mengenal, saya mengajarkan bagaimana
cara memasang baju sendiri, bahkan sampai cara cebok sendiri
tanpa harus meminta bantuan orang tua lagi.”(Wawancara, 17
September 2019)
Senada dengan orang tua ALPI, orang tua BAYA mengatakan:
“Saya memulai dengan memberikan dan mengenalkan peralatan
pribadinya. Seperti pada memakaikan baju, celana, mandi, gosok
gigi dan lain sebagainya. Hal ini supaya mereka bisa melakukan itu
semua dengan sendiri tanpa perlu dibantu lagi oleh orang
tua.”(Wawancara, 17 September 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat bahwa pendidikan
dirumah merupakan pendidikan awal dirumah merupakan yang paling
utama, karena orang tualah sang pendidik awal bagi anak dirumah.
Kemudian berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis terlihat bahwa
orang tua Alfi dan Baya membentuk kemandirian anaknya dengan cara
mengajarkan anaknya secara langsung. Kemudian mengajarkan tata cara
berpakaian sampai cara membersihkan diri selepas buang hajat.
Sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh orang tua
CITRAtentang mengajarkan anak shalat, sebagai berikut:
“Mengajarkan bacaan-bacaan shalat memang merupakan
pekerjaan pertama yang harus dilakukan orang tua, karena bila
anak belum diajarkan bacaan-bacaan shalat, maka dia akan merasa
enggan melaksanakan shalat. Dia beranggapan untuk apa shalat
kalau bacaannya saja belum hafal, lagipula mengajarkan bacaan-
56
bacaan shalat tidak membutuhkan waktu-waktu khusus, kapan saja
ada kesempatan bisa dilakukan, tetapi kami biasa mengajarkan
anak kami sehabis shalat maghrib setelah mengaji, setelah hafal
bacaannya baru kami mengajarkan gerakannya.”(Wawancara, 17
September 2019)
Selanjutnya orang tua ALPI mengatakan sebagai berikut:
“Kami selaku orang tua senantiasa mengajarkan bacaan-bacaan
shalat kepada anak kami bahkan mulai dari awal sekali yakni cara
mengambil air wudhu, kemudian do’anya baru kemudian diajarkan
bacaan-bacaan shalat, mulai dari niat, kemudian bacaan-bacaan
yang lain, setelah itu baru kami mengajarkan
gerakannya.”(Wawancara, 17 September 2019)
Kemudian ditambahkan lagi oleh orang tua BAYA mengatakan:
“Saya mengajari anak-anak shalat sejak mereka berusia 4-6 tahun,
selepas mengaji saya ajarkan bacaan-bacaan dalam shalat, mulai
dari takbiratul ihram sampai salam. Cara mengajarinya melalui
hafalan sedikit demi sedikit sampai mereka hafal benar dan tidak
keliru bacaannya dan saya juga mengajari gerakan shalat yaitu
langsung menyuruh mempraktekkannya.”(Wawancara, 17
September 2019)
Penulis memahami bahwa pembinaan terhadap anak berawal dari
keluarga, baru anak bisa melakukan hal-hal secara mandiri yang lebih baik
itu karena perhatian orang tuanya. Orang tua bertanggung jawab dalam hal
pembinaan serta perhatiannya dalam pembinaan pembentukan
kemandirian bagi anak-anaknya. Usia empat tahun sampai enam tahun.
Sejalan dengan itu, kebijakan yang diberlakukan seorang ibu dan bapak.
Dari pengamatan dan wawancara di atas dapat dilihat bahwa orang
tua dalam mendidik anaknya melakukan hal-hal kecil dengan mandiri
diupayakan sejak kecil, sehingga setelah dewasa anaknya akan terbiasa
melakukannya tanpa perlu bantuan lagi.
Pada umumnya anak-anak di Desa Tanjung Berugo ini masih kecil-
kecil sudah mandiri. Namun kadang-kadang kalau masih banyak juga
terdapat anak-anak yang manja, mereka masih sering meminta bantuan
orang tuanya. Anak-anak di Desa Tanjung Berugo ini banyak yang pergi
57
kesekolah masih diantar dan ditunggu oleh orang tuanya. Di samping itu
juga usia anak sekitar 4-6 tahun memang kebanyakan waktunya
dihabiskan untuk bermain.
Seperti yang dikatakan oleh orang tua Darmi mengenai perhatian
terhadap anaknya sebagai berikut:
“Sejak kecil kami sudah melatih anak-anak kami, mengajar dan
mendidik anak kami tentang mandiri, karena takut ketika ia besar
nanti akan jadi manja, dan selalu bergantung kepada orang tua.
Baik dari makan, minum sendiri bahkan sampai kesekolah pun
diajarkan supaya bisa ditinggal sendiri.”(Wawancara, 17
September 2019)
Dalam proses pembentukan kemandirian, ada pendidikan sekolah
dan pendidikan luar sekolah. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah
adalah pendidikan dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah
lingkungan pertama yang dilalui anak, secara langsung pendidikan anak
terpikul pada orang tua, ayah adalah pimpinan keluarga, orang tua
mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan dan keberhasilan
anaknya, orang tua bisa membina, mengarahkan, memperhatikan dan
mendidik anak-anaknya untuk mandiri, karena orang tua adalah pendidik
yang pertama bagi anak dan baik buruknya anak terlebih dahulu
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.
b) Ketauladanan orang tua dalam mendidik anak
Salah satu perhatian orang yang berada di Desa Tanjung Berugo
ini setelah dengan diajari dan dibimbing, mereka melanjutkannya dengan
ketauladanan, karena dengan demikian tentunya anak akan mendapat
kesan positif dari orang tua dan secara tidak langsung akan memberikan
pengaruh yang baik terhadap anak, besar kemungkinan anak akan tertarik
untuk belajar, karena melihat orang tuanya memberikan tauladan yang
baik, hal ini sebagaimana hasil wawancara penulis dengan orang tua
ENDANG sebagai berikut:
“Memang pada pertama-tama saya lakukan adalah memberikan
ketauladanan kepada anak. Dalam hal ini mengenai baik dari
bertutur kata, melakukan sesuatu dengan mandiri, tujuan saya agar
58
tumbuh keinginan dalam diri anak saya melakukan sendiridan anak
saya menjadi lebih termotivasi lagi untuk belajar
mandiri.”(Wawancara, 17 September 2019)
Kemudian ditambahkan lagi oleh orang tua FITRI mengatakan:
“Saya memberikan ketauladanan kepada anak saya, untuk
memberikan contoh perbuatan dalam melakukan semua hal dan
lebih mudah anak untuk belajar, setiap saya melakukan hal kecil
misal mencuci piring setelah makan, anak saya melihat saya dan ia
tertarik untuk melakukan hal yang sama, sehingga anak saya
terbiasa tanpa saya suruh dan dia melakukan sendiri.”(Wawancara,
17 September 2019)
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap orang tua
ini, ternyata dengan memberikan ketauladanan kepada anak-anak mereka
menjadi lebih mudah untuk mendidik anak agar mandiri, ini dibuktikan
pada saat pelaksanaan shalat, para orang tua pada sore harinya telah
bersiap dengan peralatan shalat lengkap, baru orang tua tersebut
memerintahkan atau mengajak anak-anak mereka shalat. Hal ini ternyata
memberikan pengaruh positif terhadap anak-anak untuk melakukan shalat,
artinya anak-anak mereka langsung melaksanakan perintah orang tuanya
karena melihat orang tuanya telah besiap.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, mengenai
mendidik anak melalui ketaudalanan ternyata memberikan pengaruh
positif kepada anak-anak mereka di dalam membentuk kemandirian dan
cara ini sangat efektif bagi orang tua.
Pembinaan dalam bentuk ketauladanan ini merupakan hal yang
sulit dilakukan oleh seseorang, karena mencontoh atau meniru yang baik
itu susah sekali tetapi kalau meniru perbuatan buruk ini sangat mudah
sekali dan digemari orang. Keteladanan atau uswatun hasanah ini akan
dapat membina dan membentuk watak dan kepribadian seseorang sesuai
dengan ajaran-ajaran agama Islam dan bertindak serta memutuskan sesuai
dengan norma-norma yang berlaku, maka yang pertama kali yang berbuat
dalam bidang tingkah laku ataupun akhlak adalah kepala sekolah dan
orang tua akidah akhlak.
59
Berdasarkan wawancara dengan orang tua GELITA di Desa
Tanjung Berugo. Menyatakan bahwa:
“Dalam rangka membina kemandirian anak, orang tua harus
mengaplikasikan terlebih dahulu tatacara yang baik, karena mereka
akan menjadi contoh teladan yang baik bagi anak, semua tata cara
melakukan semua hal kecil sampai melaksanakan shalat yang
dilakukan orang tua akan menjadi teladan bagi anak dalam berbuat
mandiri.”(Wawancara, 17 September 2019)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa
sebelum menyuruh anak untuk mandiri, terlebih dahulu orang tua
mengerjakannya, kemudian memberikan contoh bagi anaknya dalam
melakukan hal-hal tersebut dengan benar.
c) Pembinaan dengan metode nasehat
Nasehat pada dasarnya menyampaikan pesan dari sumbernya
kepada pihak yang memerlukannya, banyak dalam Al-qur’an berupa
nasehat dan cerita mengenai para Rasul atau Nabi terdahulu sebelum Nabi
Muhammad SAW yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran bagi
yang mendengarkan atau yang membacanya, agar meningktkan iman dan
takwa kepada Allah SWT.
Nasehat ini merupakan bentuk pembinaan yang sangat sakral
dalam membentuk kepribadian seseorang terutama dalam pembentukan
kemandirian, nasehat dan pengajaran ini sering diberikan ketika anak suka
berbuat manja bahkan sampai menangis jika kehendaknya tidak dipenuhi
oleh orang tuanya.
Seiring dengan persoalan di atas orang tua CITRA menambahkan
bahwa:
‘’Nasehat ini langsung diberikan kepada anak yang berbuat salah
dan melalaikan kewajiban, apabila ditunggu waktu lain untuk
menasehatinya atau tidak ada pada saat itu juga, maka mengalami
kelupaan baik pada anak maupun orang tua, dan anak tentu akan
berbuat kesalahan yang serupa lagi’’(Wawancara, 17 September
2019)
60
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa metode nasehat
ini langsung diberikan ketika anak berbuat salah atau menantang apa yang
diajarkan oleh orang tua, dengan tujuan supaya anak tidak membuat
kesalahan yang serupa lagi.
d) Mendidik melalui pembiasaan dan latihan
Melaui pembiasaan dan latihan anak-anak akan aktif melakukan
hal-hal secara mandiri dan mereka menjadi terbiasa untuk melakukan
rutinitasnya secara sendiri, hal ini dilakukan oleh orang tua, karena
sebelum anak terdidik untuk mampu melaksanakan rutinitas dengan baik
dan benar terlebih dahulu ada pembiasaan dan latihan yang ditanamkan
oleh setiap orang tua artinya pada saat mereka diajarkan dan dicontohkan
melakukan rutinitas secara mandiri, mereka telah terbiasa, hal ini
sebagaimana hasil wawancara penulis dengan orang tua GELITA, sebagai
berikut:
“Saya mengajarkan anak melalui pembiasaan dan merupakan
pekerjaan saya sebagai orang tua. Saya melakukan pembiasaan
dengan cara membiasakan anak melakukan rutinitas yang mudah
dulu, misalnya membiasakan dengan mengajaknya melaksanakan
shalat, saya beranggapan apabila dia sudah terbiasa melaksanakan
shalat maka akan mudah apabila diajak untuk shalat yang lainnya,
seperti shalat isya’, zuhur, ashar, dan subuh waktu
pagi.”(Wawancara, 17 September 2019)
Lain halnya dengan pendapat orang tua ALPI berikut ini:
“Kami selaku orang tua memang senantiasa mengajarkan anak
melalui latihan, dengan memperbanyak latihan anak akan terbiasa
melakukan apa-apa secara mandiri. Baik makan sendiri, bahkan
ketika pergi sekolah pun tidak perlu ditunggu sampai pulang seperti
ketika awal-awal masuk sekolah”(Wawancara, 17 September
2019)
Hasil pengamatan penulis yang dilakukan pada orang tua yang
berada menunjukkan bahwa orang tua di Desa Tanjung Berugo memang
melakukan pembiasaan dan latihan kepada anak mereka, terutama terlihat
ketika shalat misalnya. Para orang tua sangat antusias melakukan
pembiasaan dan latihan kepada anak mereka walaupun terlihat sesekali
61
adanya paksaan dari orang tua, hal ini diakui oleh salah seorang dari orang
tua bahwa sesekali anak dipaksa atau diberi hukuman dan memukul anak
ketika berumur sepuluh tahun, agar mereka mau melaksanakan shalat, dan
hasilnya ternyata anak mau melakukan shalat.
Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, maka dapat dipahami
bahwa mengajarkan melalui pembiasaan dan latihan terhadap anak dalam
melakukan rutinitas dipandang sangat berhasil membimbing anak untuk
melaksanakan secara mandiri walaupun diakui ada unsur paksaan dari
orang tua.
Selanjutnya dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap
orang tua mengenai pembiasaan dan mengajarkan anak secara mandiri,
dapat dilihat sebagai berikut:
“Saya membiasakan mengajarkan anak saya mulai dari umur 6
tahun ini disebabkan anak pada umur tersebut masih mudah diatur
dan diajarkan, dengan cara memberikan contoh di rumah,
walaupun belum semua kegiatan itu dilakukan secara sepenuhnya,
paling tidak ia sudah mengenal tentang cara-cara tersebut dengan
baik.”(Wawancara, 17 September 2019)
Pembinaan dengan bentuk pembiasaan ini merupakan tindak
lanjut dari pembinaan dalam bentuk nasehat karena nasehat yang diberikan
tanpa pembiasaan sesuatu hal atau perbuatan maka nasehat tersebut tidak
akan berarti apa-apa hal ini dinyatakan oleh orang tua CITRA, menyatakan
bahwa:
“Nasehat yang diberikan kepada anak tanpa diiringi dengan
pembiasaan, maka pembinaan tidak akan membuahkan hasil
seperti ketika anakyang masih sering manja, lalu diberi nasehat
pada waktu itu, maka dengan adanya nasehat tersebut mereka
terbiasa untuk tidak manja lagi.”(Wawancara, 17 September 2019)
Dengan adanya usaha yang maksimal dan keseriusan orang tua
dalam upaya pembinaan kemandiriananak saat ini telah terlihat kemajuan
yang cukup berarti dalam perbuatan keseharian anak. Rata-rata anak di
desa Tanjung Berugo sudah dapat melaksanakan semua dengan baik dan
mandiri, mulai dari mandi, makan, membersihkan diri selepas buang hajat,
62
pergi sekolah sendiri, ketertiban dan juga kedisiplinan waktu. Dilihat dari
tata cara perilaku anak secara umum, kemampuan yang dimiliki anak
hampir merata. Kemajuan pelaksanaan pengamalan kemandirian anak di
Desa Tanjung Berugo ini masih perlu dibina agar lebih baik lagi di masa
mendatang.
Kemandirian yang terbentuk secara baik dan sempurna jelas
memberikan dampak yang baik bagi perkembangan mental dan intelektual
anak, kedisplinan dalam melakukan apapun akan memberi pengaruh
dalam kedisiplinan belajar, sesungguhnya dalam mandiri juga berdampak
kepada keseriusan dalam belajar demikian seterusnya.
Dari observasi di atas dapat dipahami, dalam meningkatkan
kualitas akhlak anak, orang tua telah berusaha sedemikian rupa demi
menjadikan anak untuk selalu dekat dengan Allah, ikhlas beramal dan
berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
e) Melalui Praktek Langsung
Berbeda orang tua tentu berbeda pula perhatian yang diberikannya
kepada anaknya, ada orang tua yang langsung memberikan perhatian
kepada anak-anaknya melalui praktek langsung, untuk mengetahui alasan
para orang tua yang lebih memilih langsung mempraktekkan langsung,
dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan orang tua GELITA
sebagai berikut:
Biasanya kalau mau brangkat sekolah saya langsung membetulkan,
soalnya akan jadi tambah lama jika anak melakukan sendiri. Jika
diwaktu yang luang biasanya saya dengan lisan menyuruh anak
untuk membetulkan, tapi seringnya anak tidak membetulkan dan
langsung diambil alih uminya.(Wawancara, 17 September 2019)
Dengan demikian mengajarkan anak dengan mempraktekkan
langsung tidak kalah pentingnya dari hanya sekedar mengajarkan secara
teori, keduanya yaitu mengajarkan kepada anak cara membetulkan
pakaian, karena seperti yang sudah dijelaskan di atas, agar anak dapat lebih
mudah dan cepat mengingat bagaimana cara berpaiakan yang baik.
63
Semuanya dapat dilaksanakan anak dengan baik, para orang tua
untuk meluangkan waktunya mengajarkan kepada anak-anaknya, untuk
mengetahui intensitas perhatian orang tua dalam meluangkan waktu
mengajarkan kepada anaknya, dapat dilihat pada hasil wawancara berikut:
Saya arahkan untuk mengenakan sendiri, jika anak belum benar-
benar kesulitan saya tidak membantu, untuk membiasakan anak
mandiri jadi saya kurang suka jika anak selalu dibantu dalam
aktivitasnya. saya jarang sekali berjumpa dengan anak. Jadi kalau
saya sedang di rumah, biasanya anak manja dan saya pasti
membantu aktivitas yang sedang dilakukan termasuk ketika
berpakaian.(Wawancara, 17 September 2019)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua,
mendukung sepenuhnya kegiatan bagi anak dengan baik dan besar, yakni
dengan berupaya meluangkan waktunya dengan mengajarkan anak
melalui praktek langsung.
2. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Membentuk Kemandirian
Anak Di RT 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai
Kabupaten Merangin
Pada umumnya di usia 4-6 tahun itu anak-anak senang bermain, dia
tidak mau diajar mandiri, bermacam alasan yang disampaikan mereka kepada
orang tuanya agar tidak mengerjakan secara mandiri. Orang tua dalam
membimbing dan mendidik anak, sehari semalam. Sebab diaktakan demikian
karena di tangan ibu-bapaklah akan lahir orang-orang yang berguna dan
bermanfaat bagi negara, dan di tangan ibu-bapak pulalah akan lahir orang-
orang yang bertutur lemah lembut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis di
Desa Tanjung Berugo, berikut ini dipaparkan beberapa kendala yang dihadapi
orang tua dalam membentuk kemandirian anak di RT 06 Desa Tanjung Berugo
Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin, yaitu:
a) Lingkungan dan Pengaruh Media Massa
Faktor lingkungan sangatlah mempengaruhi kepribadian anak,
karena anak disamping dia di lingkungan keluarga, orang tua juga tidak
bisa sepenuhnya dan tidak bisa mengelak bahwa anak juga lebih banyak
64
menghabiskan waktunya dengan teman-temannya, dan pengaruh media
televisi, handphone, internet, juga merupakan salah satu kendala yang
dihadapi oleh orang tua dalam meningkatkan kemandirian pada anak di
desa Tanjung Berugo.
Sebagaimana hasil wawancara dengan orang tua HARTINI:
“Kendala yang saya hadapi dalam mendidik anak saya, yakni
kesibukan saya, karena saya maupun istri bekerja sampai sore, jadi
sedikit waktu kami untuk memperhatikan anak, sehingga terkadang
anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain
handphone.”(Wawancara, 27Oktober 2019)
Kemudian ditambahkan lagi oleh orang tua ENDANG:
“Kesusahan untuk meningkatkan kemandirian terhadap anak kami,
terkadang terpengaruhnya dengan handphone, sehingga lupa
semua kewajiban. Tidak jarang omongan kami selaku orang tua
tidak didengarnya. Terlebih lagi mereka sering meniru adegan-
adegan di televisi yang tidak mendidik.”(Wawancara, 11Oktober
2019)
Senada dengan orang tua ENDANG, orang tua CITRA
mengatakan:
“Anak kami sangat susah kalau dikasih tahu, terkadang tidak jarang
mereka melawan dan membantah perkataan kami. Kadang mereka
lebih memilih bermain. Sering juga mereka meniru adegan-adegan
film-film di televisi yang sangat tidak mendidik.”(Wawancara, 17
Oktober 2019)
b) Asal pendidikan orang tua
Asal pendidikan orang tua merupakan hal yang penting di dalam
mendidik anak, merupakan suatu faktor yang dominan dalam
mempengaruhi pendidikan anak karena orang tua adalah lingkungan
pertama anak menerima pendidikan, apalagi pendidikan agama. Asal
pendidikan orang tua banyak mempengaruhi cara orang tua dalam
mendidik anak-anaknya, karena orang tua yang hanya tamat Sekolah
Dasar (SD) dengan orang tua yang tamat Perguruan Tinggi atau dengan
orang tua yang hanya mengenyam pendidikan, tentu berbeda-beda dalam
mendidik anaknya.
65
Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
“Walaupun saya tidak terlalu tahu tentang pendidikan, tapi saya
selalu menyuruh dan membimbing anak saya untuk terus
memperdalam dan meningkatkan kemandiriannya. Baik di rumah,
dan sekolah.”(Wawancara, 17 Oktober 2019)
Orang tua yang tinggal di Desa Tanjung Berugo yang tidak
mengerti tentang pendidikan, sangat sulit sekali dalam mendidik anak
mereka. Hal ini terlihat ketika anak bertanya tentang bagaiman mengatasi
anak yang manja, para orang tua hanya mampu dan dapat menyerahkan
kepada guru mereka, bahkan ada orang tua yang dalam mendiamkan anak
yang menangis dengan memberikan HP tanpa mau berusaha mencari jalan
keluar lain.
c) Anak yang Malas
Satu lagi kendala yang dihadapi orang tua, yakni faktor dari anak
itu sendiri yaitu karena malas untuk melaksanakan secara mandiri. Hal ini
bisa jadi karena anak tersebut bisa jadi karena terlalu dimanjakan oleh
salah satu orang tuanya, atau dia juga melihat orang-orang sekitarnya atau
teman-teman sepermainannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
orang tua H sebagi berikut:
“Saya selaku orang tua rasanya sudah sering mengajar anak saya
untuk mandiri, dari kecil dia sudah saya didik untuk mandiri, tetapi
sampai saat ini sepertinya dia sangat malas untuk mandiri, karena
semakin sering menonton televisi, dan Bapaknya pun terlalu
memanjakannya. Jadi, walaupun saya marah, dia tidak merasa
takut, karena ada yang akan membelanya.”(Wawancara, 15
Oktober 2019)
Memang ada saja hambatan atau masalah yang dihadapi oleh orang
tua dalam membimbing anak-anak mereka, terhadap masalah yang
dihadapi oleh orang tua ini, para orang tua mencoba dan terus mencoba
mengatasinya sehingga apabila telah sampai pada saatnya nanti. Supaya
mereka tidak disalahkan oleh anak-anak mereka.
Dari observasi yang dilakukan penulis terlihat bahwa para orang
tua di Desa Tanjung Berugo tetap mendorong dan memotivasi anak-anak
66
mereka untuk mandiri walaupun itu dilakukan dengan memberikan
motivasi kepada anak karena mereka menganggap bahwa anak sekarang
ini jika dibiarkan tanpa motivasi dan dukungan mereka tidak akan bisa
mandiri. Di lain pihak ada juga orang tua yang hanya memberikan nasehat
saja.
Ini semua menunjukkan bahwa orang tua yang memperhatikan
anak-anak mereka dan akan tetap terus berusaha memberikan dorongan
yang sangat tinggi, karena orang tua memang harus bersikap sabar dalam
menghadapi anak-anaknya.
3. Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Kemandirian Anak Di RT 06
Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin
Sebagai masyarakat yang mayoritas lingkungannya adalah muslim,
sudah barang tentu corak kemuslimannya terlihat jelas yang tercermin dari cara
hidup masyarakat, keluarga dan pergaulan sehari-hari, lingkungan keluarga
bagi anak yang menjadi bekal utama, sangat menentukan dari menjadikan
jaminan dalam bermasyarakat secara lebih baik.
Di Tanjung Berugo keluarganya lebih berupaya lagi untuk mendidik
anak-anak mereka agar menjadi pribadi yang mandiri, setelah diberikan
perhatian-perhatian yang dirasakan cukup oleh orang tua, ternyata masih saja
ada anak yang belum mandiri dan karena itulah orang tua di Desa Tanjung
Berugo lebih berupaya lagi agar anak-anak mereka mau mandiri. Berikut
penulis paparkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis
di Desa Tanjung Berugo sebagai berikut:
a) Mengajak dan menyemangati anak untuk melakukan keperluannya
sendiri
Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan
dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari
anak-anak yang dilahirkannya. Dilain hal orang tua adalah seorang atau
dua orang ayah dan ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya
semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh
67
maupun sifat- sifat moral dan spiritual. Orang tua adalah ayah dan ibu
adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya.
Jadi dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang
bertanggung jawab atas pendidikan anak dan segala aspek
kehidupannya sejak anak masih kecil hingga mereka dewasa. Dalam
upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan berkualitas,
diperlukannya adanya usaha yang konsisten dan kontinu dari orang tua
dalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan mendidik anak-
anak mereka baik lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan
atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban
orang tua. Begitu pula halnya terhadap pasangan suami isteri yang
berakhir perceraian, ayah dan ibu tetap berkewajiban untuk
memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa upaya orang tua
dalam membentuk kemandirian anak sudah maksimal, seperti belajar
memakai atau melepas baju sendiri. Anak perlu disemangati bahwa
mereka dapat melakukannya. Adakalanya mereka tidak langsung
berhasil. Orang tua perlu menyemangati anak bahwa lain kali pasti akan
berhasil jika mau terus berlatih.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu orang tua ALPI mengatakan:
kalau cara memakai baju masih salah, biasanya saya memberitahu
dengan ucapanseperti “nak bajunya terbalik, betulin dulu” sambil
memegang bajunya, tetapi jikadia tidak merespon biasanya
langsung saya yang membetulkan.(Wawancara, 29 September
2019)
Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya yang dilakukan
orangtuadalam melatih berpakaian yaitu dengan menjelaskan secara
lisan mengenaibaju yang dikenakan anak sebelum benar. Jika anak
tidak merespon,orangtua akan langsung bertindak dengan
membetulkan pakaiannya. Dalamprose membetulkan, orangtua
memberikan penjelasan kepada anakmengenai cara yang benar dalam
memakai pakaian tersebut. Kegiatantersebut dilakukan setiap kali anak
68
melakukan kesalahan, sehingga anak akanmenajadi terbiasa dengan
penjelasan. Ketika anak akan berpakaian makahanya dengan perintah,
anak sudah mampu membetulkan.
b) Metode bermain
Para ahli mengatakan bahwa tidak mudah untuk mendefinisikan
pengertian bermain secara tepat. Hurlock dalam salah satu tulisannya
mengatakan bahwa “bermain” (Play) merupakan istilah yang digunakan
secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling
tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan , tanoa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela, tidak
ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Bermain merupakan bagian yang sedemikian diterimanya dalam
kehidupan anak sekarang sehingga hanya sedikit orang yang ragu-ragu
mempertimbangkan arti pentingnya dalam perkembangan anak.
Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian memang telah diakui
secara universal, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,
baik bagi anak maupun orang dewasa. Kesempatan bermain dan rekreasi
memberikan anak kegembiraan disertai kepuasan emosional. Bermain
merupakan kegiatan spontan dan kreatif yang dengannya seseorang dapat
menemukan ekspresi diri sepuasnya.
Seperti yang diungkapkan salah seorang orang tua mengatakan:
Kadang anak itu saya ajak bercerita dahulu, baik cerita-cerita
yang menarik. Terus menjelaskan tentang orang-orang sukses
yang bisa hidup mandiri. Menceritakan bagaiamana kehidupan
orang tua terdahulu. Dan syukurnya anak saya termotivasi untuk
ikut mencontoh dan menjadi pribadi yang mandiri.(Wawancara,
20 September 2019)
Pada intinya melatih anak untuk dapat melakukan keperluannya
sendiri dapat dilakukan dengan bermain. Orang tua perlu membuat
aktivitas latihan menjadi aktivitas yang menyenangkan anak. Dalam hal
ini orang tua mesti kreatif dan tidak malu untuk bermain bersama anak.
c) Memberikan pujian atau motivasi
69
Upaya yang harus dilakukan oleh orang tua untuk memajukan dan
meningkatkan kemandirian anak adalah denga cara memberi pujian
kepada anak. Memberikan pujian adalah merupakan salah satu cara untuk
menimbulkan semangat belajar anak, tanpa adanya motivasi dari orang
tuanya (keluarga), maka semangat belajar anak tidak akan tumbuh, oleh
sebab itu motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan oleh anak dalam
menunjang keberhasilan belajarnya, karena makin bersemangat anak
belajar maka akan semakin cepat ia bisa mengerjakan segala sesuatu
dengan baik, sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari wawancara
dengan orang tua HARTINI:
“Kami sebagai orang tua selalu berusaha memberikan dorongan
untuk belajar, membina, membimbing dan memberikan saran serta
nasehat dan pujian yang berguna bagi anak. Dengan harapan dapat
menimbulkan semangat belajar anak.”(Wawancara, 27 September
2019)
Kemampuan yang dimiliki anak berubah-ubah, tekadang rajin,
terkadang malas, oleh karena itu sebagai orang tua harus senantiasa
memberikan motivasi agar anak memiliki semangat yang tinggi untuk
mandiri. Adakalanya motivasi timbul dari kesadaran anak itu sendiri, dan
ada juga atas dorongan atau pengaruh dari luar yang bersifat nasehat-
nasehat, bimbingan, hadiah. Seperti yang diungkapkan oleh orang tua
ENDANG berikut:
“Saya dalam mendidik anak selain memberikan dorongan, nasehat
dan bimbingan kalau ia berhasil melakukan sesuatu dengan baik
tidak jarang saya selalu memujinya. Sehingga ia pun menjadi lebih
semangat dalam berbuat mandiri.”(Wawancara, 27 September
2019)
Pada intinya memberikan pujian pada anak bila ia dapat
melakukan sesuatu adalah penting. Hal ini akan meningkatkan rasa
percaya diri anak untuk melakukan keperluannya sendiri
70
B. Pembahasan
Menurut Wiyani (2013, hal. 28), berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan kemandirian yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas
sendiri atau mampu berdiri sendiri dalam berbagai hal. Sebenarnya sejak
dini, secara alamiah anak sudah mempunyai dorongan untuk mandiri
atas dirinya sendiri. Mereka terkadang lebih senang untuk bisa
mengurus dirinya sendiri daripada dilayani. Seorang anak yang
mempunyai rasa mandiri yang memadai akan mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan yang terjadi.
Disamping itu anak yang mempunyai kemandirian yang tinggi akan
memiliki stabilitas emosional dan ketahanan yang mantap dalam
menghadapi tantangan dan tekanan. Ciri-ciri kemandirian anak usia dini
meliputi anak dapat melakukan segala aktifitasnya secara sendiri
meskipun tetap dengan pengawasan orang dewasa, dapat membuat
keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan yang dia peroleh dari
perilaku atau perbuatan orang-orang disekitarnya, dapat bersosialisasi
dengan orang lain tanpa perlu ditemani orang tua dan dapat mengontrol
emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain (Sanan dan
Yamin, 2010: 84).
Menurut pendapat Idris (2012, hal. 13). dalam mengasuh anak orang
tua bukan hanya dapat mengkomunikasikan fakta, gagasan dan
pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan
kepribadian anak. Menurut Zahroh (2011, hal. 10), peran orang tua
merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya,
yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan
anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau
norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan
sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan
bagi anaknya. Selain itu, peran orang tua yang tinggi akan menghasilkan
anak-anak mempunyai karakteristik anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu
71
menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan
kooperatif terhadap orang lain. Peran orang tua dalam pendidikan anak
akan membentuk karakteristik kepribadian anak dalam membentuk
kepribadian mandiri pada anak Peran orang tua dalam membentuk
kemandirian anak Peran orang tua menurut Sidharto (2007, hal. 18)
antara lain:
1. Peran sebagai fasilitator
Orang tua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat
dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan keterampilan
belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan
menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan yang
cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis.
2. Peran sebagai motivator
Orang tua akan memberikan motivsi kepada anak dengan cara
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,
mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres
yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam
kegiatan-kegiatan sekolah dan memberi penghargaan terhadap prestasi
belajar anak dengan memberi hadiah maupun kata-kata pujian.
3. Peran sebagai pembimbing atau pengajar
Orang tua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap
membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit
dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan
mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik.
Peran (role) merupakan dinamisasi dari status ataupun penggunaan dari
hak dan kewajiban ataupun bisa juga disebut status subjektif, kedua
unsur ini saling terkait karena antara peran dan status tidak akan ada
artinya kalau tidak dipergunakan. Apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka orang tersebut telah
menjalankan suatu peranan.
72
1) Peran orang tua dalam membentuk kemandirian anak di Rt 06 desa tanjung
berugo kecamatan lembah masurai kabupaten merangin. Dalam proses
pembentukan kemandirian, ada pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah adalah pendidikan
dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang
dilalui anak, secara langsung pendidikan anak terpikul pada orang tua,
ayah adalah pimpinan keluarga, orang tua mempunyai peranan yang
penting bagi kehidupan dan keberhasilan anaknya, orang tua bisa
membina, mengarahkan, memperhatikan dan mendidik anak-anaknya
untuk mandiri, karena orang tua adalah pendidik yang pertama bagi anak
dan baik buruknya anak terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga. Ketauladanan orang tua dalam mendidik anak Salah satu
perhatian orang yang berada di Desa Tanjung Berugo ini setelah dengan
diajari dan dibimbing, mereka melanjutkannya dengan ketauladanan,
karena dengan demikian tentunya anak akan mendapat kesan positif dari
orang tua dan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap anak, besar kemungkinan anak akan tertarik untuk belajar, karena
melihat orang tuanya memberikan tauladan yang baik.
2) Kendala yang di hadapi orang tua dalam membentuk kemandirian anak di
Rt 06 desa tanjung berugo kecamatan lembah masurai kabupaten merangin
Pada umumnya di usia 4-6 tahun itu anak-anak senang bermain, dia tidak
mau diajar mandiri, bermacam alasan yang disampaikan mereka kepada
orang tuanya agar tidak mengerjakan secara mandiri. Orang tua dalam
membimbing dan mendidik anak, sehari semalam. Sebab di katakan
demikian karena di tangan ibu-bapaklah akan lahir orang-orang yang
berguna dan bermanfaat bagi negara, dan di tangan ibu-bapak pulalah akan
lahir orang-orang yang bertutur lemah lembut.
Faktor lingkungan sangatlah mempengaruhi kepribadian anak, karena anak
disamping dia di lingkungan keluarga, orang tua juga tidak bisa
sepenuhnya dan tidak bisa mengelak bahwa anak juga lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan teman-temannya, dan pengaruh media
televisi, handphone, internet, juga merupakan salah satu kendala yang
dihadapi oleh orang tua dalam meningkatkan kemandirian pada anak di
desa Tanjung Berugo.
73
3) Upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak di Rt 06 desa
tanjung berugo kecamatan lembah masurai kabupaten merangin.
Sebagai masyarakat yang mayoritas lingkungannya adalah muslim,
sudah barang tentu corak kemuslimannya terlihat jelas yang
tercermin dari cara hidup masyarakat, keluarga dan pergaulan
sehari-hari, lingkungan keluarga bagi anak yang menjadi bekal
utama, sangat menentukan dari menjadikan jaminan dalam
bermasyarakat secara lebih baik.
Di Tanjung Berugo keluarganya lebih berupaya lagi untuk mendidik
anak anak mereka agar menjadi pribadi yang mandiri, setelah
diberikan perhatian-perhatian yang dirasakan cukup oleh orang tua,
ternyata masih saja ada anak yang belum mandiri dan karena itulah
orang tua di Desa Tanjung Berugo lebih berupaya lagi agar anak-
anak mereka mau mandiri.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang penulis paparkan di atas, maka sebagai bab
akhir dapat diambil beberapa pemahaman dan kesimpulanya itu sebagai berikut:
1. Peran orang dalam membentuk kemandirian anak di RT 06 Desa Tanjung
Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin, yaitu dengan
diajari dan dibimbing sendiri, ketauladanan orang tua dalam mendidik anak,
pembinaan dengan metode nasehat serta mendidik melalui pembiasaan dan latihan,
dan melalui praktek langsung.
2. Kendala yang dihadapi orang tua dalam membentuk kemandirian anak di
RT 06 Desa Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin yaitu, 1) Lingkungan dan pengaruh media massa, 2) Asal
pendidikan orang tua, 3) Anak yang Malas.
3. Upaya orang tua dalam membentuk kemandirian anak di RT 06 Desa
Tanjung Berugo Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin, yaitu:
1) Mengajak dan menyemangati anak untuk melakukan keperluannya
sendiri, 2) Metode bermain, 3) Memberikan pujian atau motivasi.
B. Saran
Ada beberapa saran dan masukan penulis kepada semua pihak dalam menulis
skripsi ini di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Semua orang tua harus terus memberikan kesadaran kepada anak pada setiap saat.
Anak ada lah tali jiwa. Belaian kasih dan saying adalah naluri jiwa orang tua yang
sangat diharapkan oleh anak. Sama hal nya belaian kasih dan saying seorang guru
kepada anak didiknya. Dan pendidikan rohani untuk anak didik lebih dipentingkan.
2. Kepada semua orang tua yang ada dalam lingkungan masyarkat sekitar jangan
putus asa dan panta menyerah terus bersabar dengan kasih sayang dalam
membimbing, menasehati anak dan lebih meluangkan waktunya untuk mendidik
anak. Dengan seperti itu mudah-mudahan akan tercipta lah anak-anak yang
mandiri.
75
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan kata Alhamdulillah dan memanjatkan rasa puja dan
puji syukur kepada Allah SWT., maka akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dengan harapan agar
semua pihak dapat memberikan sumbangan dan saran-saran demi kesempurnaan
karya tulis ini sehingga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi kita
semua.
Jambi, 1 November 2019
MiliAsmanita
TRA. 151763
76
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI. 2008.
--------. Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (Tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
2003.
--------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
1999.
Cahyanto A. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Baharuddin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media
Group.
Buku Panduan Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 2012.
Anwar D. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia. 2003.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Ngainun Naim. 2012. Character Building. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Zaviera F. 2008. Mengenali Dan Memahami Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta:
Katahati.
Mulpratangga G. 2011. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Kemandirian Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Rejosari Tahun
Ajaran 2010/2011. Tesis. Tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta..
Harsono H. Implementasi Kebijakan Dan Politik Bandung: Roda Karya. 2003.
Mudjiman H.2008. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.
Waluyo HJ. 1999. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Rineka Cipta.
Santori J. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Ul-Press.
77
Kanisius. 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Pustaka
Familia.
Moleong L.J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nazir M. 2002. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Syah M. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wiyani N.A. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan. (Yogyakarta: Ar Ruzz
Media)
Nurhayati: 2011. Psikologi pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka belajar.
Hamalik O. 2003. Proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyaningtyas R. dkk., 2007. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Sanan S.J.dkk., 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Gaung Persada
Press Group
Rahmawati. 2004. Persepsi Remaja tentang Konsep Maskulin dan Feminim Dilihat dari
Beberapa Latar Belakangnya.Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Suyanto S. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soeharto S. 2009. Bimbingan Dan Konseling. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata S. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Sumahamijaya. 2001. Membina sikap mental wirausaha. Jakarta: Gunung Jati.
Dinosudirjo S. Kata-Kata Bahasa. Yogyakarta. 1990.
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2003.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Indonesia: Alfabeta.
Musfiroh T. 2008. Memilih, Menyusun, Dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Tiara Waca
78
DAFTAR INFORMAN
No NAMA ORANG T KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
ALPI
BAYA
CITRA
DARMI
ENDANG
FITRI
GELITA
HARTINI
PETANI
PETANI
GURU SD
GURU SD
GURU TK
BURUH
BURUH
BURUH
No NAMA ANAK
1
2
3
4
5
6
7
8
NADIA
RIZKI
ALEK
ULAN
MAULANA
AZELIA
RADIT
AQIL
79
80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Mili Asmanita
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tgl Lahir : Tanjung berugo, 15 Juli 1997
Alamat : Puri Arza 1
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 082376077727
Pendidikan Formal
1. SDN 58 Tanjung berugo Kec.lembah masurai 2009
2. MTS Azzakariayah.Renah pembarap 2012
3. MAS Azzakariyah. Renah pembarab 2015
4. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2015