227
Abstrak: Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas dalam Pengelolaan Dana Desa. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis peran komitmen, kompetensi, dan spiritualitas dalam keberhasilan pengelolaan dana desa. Metode yang digunakan yaitu regresi berganda pada 168 perangkat desa dari 56 desa di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi spiritual mampu meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dana desa karena mereka berpegang teguh pada hukum karma phala melalui prinsip Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Selain itu, kompetensi pendamping desa dan komitmen aparatur desa yang tinggi mampu meminimalisasi penyimpangan keuangan. Implikasinya, desa menjadi mandiri dengan pendampingan yang maksimal dari pemerintah desa.
Abstract: Commitment, Competence, and Spirituality’ Role in Vil-lage Fund Management. This study seeks to analyze the role of commit-ment, competence, and spirituality in the successful management of village funds. The method used is multiple regression on 168 villages from 56 villages in Buleleng Regency. The results showed that the spiritual dimen-sion was able to increase accountability and transparency because they held fast to the law of karma phala through the principles of Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Also, the competency of village counterparts and the high commitment of the village apparatus can minimize financial irregularities. The implication is that the village becomes independent with maximum assistance from the village government.
Seiring dengan besarnya dana yang diberikan ke desa oleh pemerintah saat ini tentu saja menuntut ketelitian aparatur desa dalam pengelolaan keuangannya, agar yang menjadi harapan pemerintah, masyarakat, dan desa dapat tercapai. Sejak tahun 2015 hingga 2019 Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp257 triliun untuk dana desa. Adapun menurut Yabbar & Hamzah (2017) dana desa yang berjumlah besar membutuhkan pengawasan sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai
dengan tujuan akhir yang telah ditetapkan serta yang telah diamanatkan. Tentu saja good government dapat diwujudkan jika penyelenggaraan negara mampu menerapkan unsur profesionalisme, transparansi, akuntabilitas, keterbukaan, dan penegakan hukum. Berdasarkan tujuan tersebut maka sangat diperlukan adanya implementasi unsurunsur akuntabilitas serta transparansi untuk mengelola dana atau keuangan desa, yang kemudian bermuara pada penyelenggaraan pemerintah desa yang mampu
Volume 10Nomor 2Halaman 227-240Malang, Agustus 2019ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879
Mengutip ini sebagai: Purnamawati, I. G. A., & Adnyani, N. K. S. (2019). Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 227240. https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10013
PERAN KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN SPIRITUALITAS DALAM PENGELOLAAN DANA DESAI Gusti Ayu Purnamawati, Ni Ketut Sari Adnyani
Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Raya Sesetan No.196, Denpasar 80223
Tanggal Masuk: 01 Juni 2019Tanggal Revisi: 17 Agustus 2019Tanggal Diterima: 31 Agustus 2019
Surel: [email protected], [email protected]
Kata kunci:
akuntabilitas,karma phala, keuangan desa
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2019, 10(2), 227-240
228 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa itu sendiri, yang bertujuan pula untuk mewujudkan good government (Nahuddin, 2018; Triani & Handayani, 2018). Namun, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang religius, demokratis, manusiawi, berkeadilan, sejahtera, dan mandiri, sesuai dengan visi Indonesia tersebut tidaklah mudah. Beberapa kendala tampaknya menjadi permasalahan serius berkaitan dengan kebijakan pengelolaan keuangan desa. Bahkan, Badan Pengawas Keuangan (BPK) mengungkapkan adanya permasalahan pe ngelolaan yang disebabkan oleh pengetahuan perangkat desa yang sangat minim, terutama jika tidak diikuti oleh pengawasan dan pendampingan yang maksimal dalam pengelolaan dan pelaporan keuangannya. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan atau korupsi (Andoh, Quaye, & AkomeaFrimpong, 2018; Omar, Nawawi, & Salin, 2016; Yenkey, 2018). Seperti halnya contoh kasus yang terjadi di Kabupaten Buleleng yaitu Kepala Desa Kalianget didakwa menyelewengkan dana desa yang berasal dari APBDes selama kurun waktu 2009 hingga tahun 2011. Terdakwa dituding tidak melaksanakan sejumlah pos anggaran se hingga ada banyak program yang belum tuntas terealisasikan bahkan tidak terlaksana sama sekali. Untuk tahun 2009 dana desa yang hilang mencapai Rp28 juta lebih, tahun 2010 mencapai Rp 33 juta lebih, dan tahun 2011 yaitu Rp23 juta.
Berdasarkan kasus tersebut, aspek psi kologis berupa kompetensi pendamping desa sangat diperlukan dalam pengelolaan ke uangan. Kompetensi pendamping desa sangat diperlukan oleh pemerintah desa dalam pendampingan setiap perencanaan dan pembangunan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan keuangan atau dana desa. Peran pendam ping desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sangatlah penting, terutama dalam hal penggalian, penampungan, dan penyaluran aspirasi masyarakat sebagai bentuk partisipasi pembangunan lingkungan pedesaan serta meningkatkan kinerja dalam mewujudkan keberdayaan masyarakat. Pada akhirnya hal ini dapat menjadi tumpuan harapan masyarakat terhadap pemerintah, terutama programprogram yang diagendakan oleh pemerintah untuk mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat desa serta pembangunan di desa yang berkelanjutan (Balázs & Hoffman, 2017; Palmer &
Chuamuangphan, 2018; Wang & Li, 2018). Namun, permasalahan pada faktanya, kompetensi pendamping desa masih minim terutama dalam hal membantu desa dalam pengelolaan dananya (Klick, 2016; Sun, Lin, & Chan, 2017; Suresh, 2017). Maka, dampaknya adalah masyarakat maupun pemerintah desa belum secara optimal merasakan peran dari pendampingan yang ada di desa. Komitmen aparatur desa sangat penting perannya dalam keberhasilan mengelola dana desa. Salah satu komitmen tersebut adalah mengikuti pelatihan dan sosialisasi tentang administrasi dan tata kelola pemerintahan ataupun penggunaan dana desa yang baik. Tujuannya agar bisa membuat regulasi yang dapat menjadi pedoman bagi aparatur desa. Arsjad (2018) dan Fitriyani, Marita, Windyastuti, & Nurahman (2018) menemukan bahwa komitmen organisasi sangat berpengaruh pada akuntabilitas pengelolaan dana desa.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat komitmen dari perspektif keagamaan atau spiritual dalam agama Hindu. Dimana penyelewengan atau kecurangan yang dilakukan terhadap pengelolaan dana desa tersebut disebabkan oleh lemahnya faktor mental atau psikologis yang bersumber dari nilainilai instrumental yang dianut sehingga mengakibatkan kecenderungan untuk berpikir singkat melalui jalan pintas (Munidewi, 2017; Nirban, 2018). Nilainilai yang digali dalam penelitian ini dilihat dari dimensi psikologis yaitu dalam hal memperkuat pembangunan moral bangsa sehingga seorang individu akan berpikir untuk melakukan perbuatan yang sepatutnya. Bila nilainilai agama tersebut dapat ditanamkan dalam setiap individu diharapkan pengambil keputusan, dalam hal ini kuasa pengelola anggaran, tidak akan melakukan penyimpangan. Hal ini diasumsikan menurut ajaran agama yaitu setiap tindakan yang dapat merugikan orang lain ataupun negara tentunya akan terkena hukuman baik di dunia maupun di alam baka (Basri, SitiNabiha, Majid, 2016; Cordery, 2015; Sulistyo & Ghozali, 2017). Ajaran inilah yang diyakini dalam agama Hindu sebagai hukum karma phala. Keyakinan akan adanya hukum Karma Phala dipilih dalam penelitian ini karena ajaran karma phala telah diyakini dalam kehidupan umat Hindu di Bali. Nilainilai yang terkandung dalam ajaran karma phala diberikan ketika seseorang ada dalam lingkungan keluarga sampai dengan ketika menjalankan masa
Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 229
Brahmacari (masa menuntut ilmu), serta dalam kehidupan bermasyarakat. Kebaruan penelitian ini yaitu menggali permasalahan ataupun fenomena dalam masyarakat terkait dengan pengelolaan dana desa, dengan mengembangkan indikator dan instrumen peneliti sendiri melalui landasan spiritual dalam Agama Hindu. Disinilah letak originalitas penelitian ini.
METODESecara khusus peneliti menggunakan
variabel kempetensi pendamping desa karena banyak isu yang didapatkan di lapangan terkait pedamping desa yang masih kurang berperan aktif di desa, serta masih banyaknya aparatur yang mengeluhkan kinerja pendamping desa yang belum maksimal untuk meminimalisasi permasalahan yang dialami oleh aparatur desa. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui pendamping desa sudah bekerja sesuai aturan ataukah belum. Disamping itu, perlu juga dianalisis kompetensinya. Selanjutnya pemilihan variabel keyakinan hukum karma phala menjadi yang sangat penting untuk dirinci karena berperan sebagai landasan spiritual dalam hal pengawasan untuk me minimalisasi terjadinya penyimpangan. Pemilihan variabel komitmen aparatur desa perlu karena berperan untuk memberi kemudahan dan membantu desa dalam pengelolaan dananya dalam rangka membangun desa, termasuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional dari semua sektor, serta memajukan desa itu sendiri.
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Alasan peneliti mengambil objek tersebut karena Kabupaten Buleleng menjadi salah satu penerima dana desa yang sangat besar di Provinsi Bali, yang terdiri atas 129 desa. Peneliti ingin mengungkap apakah dana desa telah memenuhi perannya sebagai stimulan atau motivasi agar desa menjadi lebih mandiri dan juga apakah setiap desa, kompetensi pendamping desanya, dan komitmen aparatur desa sudah optimal dalam menyejahterakan masyarakat desanya itu sendiri, terutama dengan menegak kan pilar keyakinan akan hukum karma phala dalam agama Hindu. Kabupaten Buleleng memiliki 9 kecamatan yang selanjutnya menjadi lokasi penelitian ini, di antaranya: Gerokgak (6 desa), Seririt (9 desa), Bususngbiu (6 desa), Banjar (7 desa), Sukasada (6 desa), Buleleng (5 desa), Sawan (6 desa), Kubutambahan (6 desa), dan
Tejakula (5 desa). Jumlah populasi penelitian terdiri atas 129 desa di Kabupaten Buleleng, Bali, yang mendapatkan alokasi dana desa. Sampel diambil berdasarkan teknik probability sampling yakni menentukan jumlah sampel yang digunakan dengan random sampling. Perhitungan menggunakan rumus slovin dengan persentase kelonggaran 10 persen, sehingga dapat diketahui sampel yang representatif. Jumlah desa yang dijadikan unit sampel penelitian adalah 56 desa. Responden penelitian masingmasing ditentukan 3 orang di setiap desa yang yaitu 1 orang Kepala Desa, 1 orang Sekretaris Desa, dan 1 orang Bendahara Desa yang menjadi sampel dan menangani secara langsung pengelolaan dana desa. Dengan demikian, jumlah responden penelitian adalah 168.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif mengenai dimensi spiritualitas melalui keyakinan akan hukum karma pha-la, kompetensi pendamping desa, komitmen pemerintah daerah, dan keberhasilan pengelolaan dana desa. Metode survei yang digunakan yaitu melalui penyebaran kuesioner menurut kriteria jawaban responden sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju (skala likert 1 sampai dengan 5). Kuesioner tersebut diajukan, diisi, dan dijawab oleh responden, kemudian dikumpulkan ke peneliti. Variabel independen yang digunakan yaitu Kompetensi Pendamping Desa (X1) terdiri atas indikatorindikator pengetahuan dan kemampuan, pengalaman, pendampingan, kemampuan sebagai fasilitator, dan pemahaman terhadap adat istiadat dan kebudayaan lokal (Yabbar & Hamzah, 2017). Komitmen Aparatur Desa (X2) terdiri atas indikatorindikator kesiapan dan kesediaan karyawan dalam membantu atasannya, bangga terhadap organisasinya, kesiapan menerima amanat atau tugas, keselarasan antara nilai organisasi dengan karyawan, serta kepedulian terhadap nasib organisasi (Chen, Woods, & Singh, 2013; Hendriani, 2018; Ma, 2016). Keyakinan Hukum Karma Phala (X3), terdiri atas indikatorindikator: tindakan dalam berpikir, berkata, tingkah laku, motivasi, kewajiban sosial, dan pengabdian pada profesi (Munidewi, 2017; Pardasani, Sharma, & Bindlish, 2014; Singh & Singh, 2012). Sementara itu, variabel dependen yang digunakan yaitu: Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y), terdiri atas indikatorindikator: peningkatan masyarakat dalam hal pengetahuan, swadaya, pelayanan, taraf perekonomian, partisipasi,
230 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
taraf kesehatan, pembangunan desa, dan kesejahteraan (Antlöv, Wetterberg, & Dharmawan, 2016; Haughton, Khandker, & Rukumnuaykit, 2014; Wang, Cheng, Reisner, & Liu, 2014). Sebelumnya telah dilakukan pilot test terhadap 50 responden. Model analisis yang digunakan yaitu multiple regression. Pengukuran untuk validitas instrumen kuesioner melalui nilai pearson correlation, dengan melihat hubungan pada masingmasing butir pertanyaan dengan keseluruhan nilai signifikansinya (p < 0,05) atau dikatakan “valid”. Nilai cronbach alpha dengan menggunakan kriteria nilai reliabilitas suatu konstruk > 0,600 (Ward, 2013; Xiao, Xu, & Xu, 2015). Multiple regression digunakan sebagai model analisis untuk mengetahui besarnya pengaruh parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Variabelvariabel tersebut yaitu, kompetensi pendamping desa, komitmen aparatur desa, dan keyakinan hukum karma phala terhadap keberhasilan pengelolaan dana desa. Maka persamaan linearnya secara matematis adalah:
P = α + β1KPD+ β2KAD+ β3HKP + ε
HASIL DAN PEMBAHASANObjek penelitian ini adalah semua desa
yang ada di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Kuesioner disebarkan kepada responden yaitu sejumlah 168 kuesioner dari 56 sampel. Dari 168 kuesioner yang dibagikan kembali sesuai dengan yang dibagikan yaitu 168 kuesioner. Maka, kuesioner yang kembali tersebut dan yang dapat diolah yaitu sejumlah 168 kuesioner. Data X1 memiliki skor minimum 42 dan skor maksimum 70. Skor ratarata 59,45 dengan standar deviasi 6,849. Data X2 memiliki skor minimum 85, skor maksimum 110. Skor ratarata menunjukkan 95,79 dengan standar deviasi 6,653. Data X3 memiliki skor minimum 15 dan skor maksimum 25. Skor ratarata menunjukkan 22,02 dengan standar deviasi 2,600. Data keberhasilan pengelolaan dana desa memiliki skor minimum 47 dan skor maksimum 60. Skor ratarata 53,30 dengan standar deviasi 4,393. Standar deviasi lebih kecil dari skor ratarata, yang menunjukkan bahwa X1, X2, X3, dan Y sebaran skornya semakin dekat dari skor rataratanya, yang mengindikasikan respon terhadap X1, X2, X3, dan Y tidak bervariasi. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menjawab rumusan hipotesis yang untuk variabel terikatnya (dependen) yaitu keberhasilan pengelolaan dana desa diregresikan ke dalam variabel kompetensi pendamping desa, variabel komitmen aparatur desa, dan variabel keyakinan hukum karma phala. Tabel 1 merupakan hasil uji multiple regression.
Pada Tabel 1 dapat dinyatakan besarnya nilai konstanta yaitu: 15,319, dengan nilai 0,111 untuk Beta 1, nilai dari koefisien Beta 2 = 0,488, dan nilai koefisien regresi Beta 3 = 0,216. Melalui tabel hasil uji menggunakan multiple regression tersebut, variabel independen serta dependen yang terdiri dari: Kompetensi Pendamping Desa (X1), Komitmen Aparatur Desa, serta Keyakinan
Tabel 1. Hasil Uji Multiple Regression
*) Signifikan pada alpha < 0,05
Koefisien Distandarisasi
Beta Standar Error BetaKonstanta 15,319 3,879 3,949 0,000*KPD 0,111 0,046 0,172 2,419 0,017*KAD 0,488 0,126 0,289 3,861 0,000*HKP 0,216 0,047 0,327 4,613 0,000*
Koefisien Tidak Distandarisasi T Signifikansi
P = Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa
KPD = Kompetensi Pendamping Desa
KAD = Komitmen Aparatur DesaHKP = Keyakinan Hukum Karma
Phalaα = Konstanta β1, β2, β3 = Koefisien regresi X1, X2,
X3ε = Standar Eror (pengaruh
variabel lainnya diluar model terhadap variabel Y)
Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 231
Hukum Karma Phala (X3), terhadap variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) digambarkan melalui persamaan:
Y = α + β1KPD + β2KAD + β3HKP + ε Y = 15,319 + 0,111KPD + 0,488KAD + 0,216HKP + ε
Menurut hasil uji regresi tersebut pola pengaruh antarvariabel Kompetensi Pendamping Desa (X1), Komitmen Aparatur Desa (X2), Keyakinan Hukum Karma Pha-la (X3) terhadap Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) adalah nilai konstan sebesar 15,319 yang menyatakan bahwa apabila terjadi variabel independen Kompetensi Pendamping Desa (X1), Komitmen Aparatur Desa (X2), Keyakinan Hukum Karma Phala (X3) sama dengan nol, variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) senilai 15,319. Hasil pengujian pada tabel 2 menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui koefisien determinasi.
Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan nilai determinasi R2 yaitu sebesar 0,401. Maka, dapat diartikan bahwa 40,1 persen dari besarnya variasi dari variabel Keberhasilan Pengelolaaan Dana Desa bisa dijelaskan oleh variabel bebas Kompetensi Pendamping Desa, Komitmen Aparatur Desa, dan Kepercayaan Hukum Karma Phala, sedangkan nilai sebesar 59,9 persen dapat dijelaskan oleh variabel lainnya di luar
model regresi tersebut. Maka variabel bebas tersebut dapat mewakili dalam memprediksi Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa.
Tabel 3 merupakan hasil dari pengujian yang dilakukan oleh peneliti terhadap pengaruh masingmasig variabel independen. Pengujian parsial yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabelvariabel independen yaitu Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa, Komitmen Aparatur Desa, dan Kepercayaan Hukum Karma Phala terhadap variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa. Dengan menggunakan sampel sebesar 168 responden, diperoleh df = nk = 1684, sehingga diproleh ttabel dengan df = 164 yaitu sebesar 1,974.
Pengaruh kompetensi pendamping desa pada keberhasilan pengelolaan dana desa. Melalui hasil pengujian secara parsial maka Kompetensi Pendamping Desa memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa. Nilai koefisien β1 sebesar 0,111 menyatakan adanya pengaruh yang positif dari variabel Kompetensi Pendamping Desa (X1) terhadap Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) dengan nilai sebesar 0,111. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan peningkatan variabel independen yaitu Kompetensi Pendamping Desa (X1) dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan, maka variabel Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,111. Jika dipahami melalui aspek teoritis, pendampingan desa merupakan kegiatan yang
Tabel 2. Hasil Koefisien Determinasi
Tabel 3. Hasil Analisis Parsial
t (hitung) t (tabel) Probabilitas AlphaKompetensi Pendamping Desa
2,419 1,974 0,017 0,05
Komitmen Aparatur Desa
3,861 1,974 0 0,05
Keyakinan HukumKarma Phala
4,613 1,974 0 0,05
Variabel Independen
Probabilitas Signifikansi
R R-Square Adjusted R-Square Standard error of the Estimate
0,64 0,412 0,401 3,401
232 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat seperti pembimbingan, pengorganisasian, pengarahan, serta fasilitasi. Pendapat tersebut dinyatakan dalam UndangUndang No. 4 Tahun 2014. Untuk itu, kompetensi pendamping desa berperan penting sehubungan dengan pendampingan pada tahap perencanaan sampai dengan tahap pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Pendamping desa dibentuk melalui hasil reformasi yang merupakan upaya perwujudan demokrasi di tingkat desa. Dengan adanya pengaruh yang sangat kuat dari pendamping desa tersebut, penyelenggaraan pemerintahan desa dalam hal penggalian, penampungan, dan penyaluran segenap aspirasi masyarakat dalam lingkup pembangunan kawasan pedesaan melibatkan seluruh lapisan dan unsur masyarakat, serta meningkatkan kapasitas pemerintah, dan lembaga desa dalam rangka pembangunan dan pemberdayaan.
Dengan demikian, masyarakat sangat mengharapkan agar programprogram yang dijalankan pemerintah dapat ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat serta pembangunan desa yang mandiri melalui adanya dana desa (Casini, Vandewalle, & Wahhaj, 2017; Wang & Li, 2018). Untuk menyukseskan perencanaan desa dengan pengelolaan dan penggunaan dana desa semestinya harus melalui pengawalan dan pendam pingan yang kontinyu dan ketat. Tujuannya agar pengalokasiannya tepat sasaran baik dalam upaya percepatan pembangunan maupun pertumbuhan desa. Permasalahan dan penyimpang an yang terjadi dalam pengelolaannya pada akhirnya dapat teratasi dan mencapai keberhasilan. Berdasarkan jawaban koesio ner dan pengamatan yang peneliti lakukan di desadesa di Kabupaten Buleleng bahwa pendamping desa telah melaksanakan kewajibannya berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan. Kompetensi pendamping desa telah dinilai memadai dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu salah satunya pengetahuan yang dimiliki sudah mampu membantu dan mendampingi setiap perencanan, pelaksanaan, serta pengawasan, kemudian mengupayakan penyelesaian permasalahan seminimal mungkin yang menjadi kendala dalam pemerintahan desa. Dengan demikian, pengelolaan dana desa dapat dilaksanakan selaras dengan tujuannya yang merupakan fokus utama di dalam peng alokasian dana desa. Keberhasilan pembangunan pada suatu
desa pada umumnya juga dipengaruhi oleh adanya pendam ping desa yang memiliki kompetensi yang baik serta mampu menjembatani atau menjadi penghubung bagi desa dalam pengelolaan keuangan. Konsistensi penelitian dengan asumsi Palmer & Chuamuangphan (2018) menunjukkan kinerja pendamping desa dengan melakukan pendekatanpendekatan sosial seperti lebih sering berkomunikasi dengan desa dan masyarakatnya serta bertatap muka langsung sehingga akan terjalin ikatan yang baik, dan berpengaruh terhadap upaya membangun kemandirian desa. Penelitian ini juga konsisten dengan temuan Muhlin (2019) dan Tiyanto (2018) yang hasilnya mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan peran pendamping desa terhadap pemberdayaan masyarakat terutama bagi peningkatan kesadaran masyarakat akan adanya bencana. Oleh karena itu, program mitigasi bencana menjadi prioritas dalam penggunaan dana desa bagi pembangunan di wilayah pedesaan.
Indikator yang digunakan dalam mengukur kompetensi pendamping desa menurut Yabbar & Hamzah (2017) yaitu dimilikinya pengetahuan serta kompetensi dalam pemberdayaan masyarakat, kemampuan dalam hal pendampingan usaha ekonomi masyarakat desa, pengalaman dalam pengorganisasian masyarakat, mampu menjadi fasilitator baik bagi komponenkomponen maupun kelompok yang ada dalam masyarakat saat musyawarah desa, serta peka terhadap adat istiadat, kebiasaan, dan nilainilai kebudayaan masyarakat setempat dalam kaitannya dengan pengelolaan dana desa. Pada penelitian ini indikator tersebut telah mampu dilaksanakan oleh pendamping desa meskipun belum optimal sesuai dengan jawaban responden dari pemerintah desa di Kabupaten Buleleng.
Implikasi penelitian ini terhadap keberhasilan pengelolaan dana desa yaitu peran pendamping dalam pemberdayaan masyarakat dan melaksanakan pendam pingan terhadap pemerintah desa khususnya di Kabupaten Buleleng sangat penting. Hal ini karena pendamping mampu memberikan pengaruh yang positif yaitu mampu membantu dan mendampingi setiap kegiatan dan pengelolaan dana desa sehingga efektivitas dan efisiensi tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa dapat tercapai. Tersedianya sumber daya manusia yang potensial juga sangat dibutuhkan dalam program pen
Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 233
dampingan tersebut, terutama potensi individu yang memiliki kualitas serta integritas yang tinggi dalam perannya menjadi seorang penghubung (fasilitator), komunikator, dan dinamisator, serta konsultan bagi kelompoknya. Fokus dari kerja pendampingan desa adalah pemberdayaan masyarakat desa de n gan mengikuti proses belajar, di mana para pendamping desa tersebut tidak lagi dibebani kewajiban administrasi dalam mengelola keuangan. Nantinya dengan adanya UndangUndang Desa pembangunan desa menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah desa. Pendamping desa bertugas dan berfungsi mengawal dengan ketat dan mendampingi pengelolaan dana desanya untuk mewujudkan keberhasilan pengelolaan dana desa, sehingga tidak ada penyimpangan dalam pencairan dan penggunaannya.
Pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih hanya bisa diwujudkan jika prinsip transparansi, akuntabilitas, kejujuran, dan partsipatif dapat dipenuhi, seperti yang telah diamanatkan oleh UndangUndang Desa. Tujuan dikucurkannya dana desa oleh pemerintah yaitu agar desa yang menerima dapat menggunakannya untuk membangun desanya agar terwujud kemandirian dan kemajuan desa. Tentu saja keberhasilan pengelolaan dana desa tersebut merupakan prioritas utama pemerintah seperti yang dijelaskan oleh pemerintah melalui Peraturan tahun 2014 No. 60 pasal 19, ayat 1 dan 2. Jika dikaitkan dengan teori agensi, pendamping desa dan pemerintah desa secara simultan (bersamasama) dalam peningkatan partisipasi masyarakat untuk mencapai optimalisasi kinerja, sebagai salah satu indikator keberhasilan pengelolaan keuangan desa dalam wujud pertanggungjawaban program prioritas dalam pemerintahan desa, dan bersinergi untuk mencapai keberhasilan dalam pengelolaan dana desa dan pembangunan desa.
Pengaruh komitmen aparatur desa pada keberhasilan pengelolaan dana desa. Melalui analisis secara parsial terkait variabel Komitmen Aparatur Desa pada Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa yaitu menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dari variabel Komitmen Aparatur Desa pada Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa dengan nilai koefisien β2 = 0,488, yang diartikan sebagai pengaruh yang positif antara Komitmen Aparatur Desa (X2) pada Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) yaitu sebesar 0,488. Ini dapat diartikan bahwa dengan peningkatan vari
abel independen Komitmen Aparatur Desa (X2) maka diasumsikan bahwa variabel bebas lainnya adalah konstan. Dengan demikian, Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,488. Secara teori, komitmen aparatur desa penting bagi pembangunan desa yaitu dalam hal pelayanan, perencanaan, pengelolaan, dan pertanggung jawaban dana desa. Aparatur desa berperan sebagai penyelenggara negara yang diperlukan dalam rangka mendukung pertumbuhan perekonomian desa sehingga menjadikannya lebih baik serta memberikan manfaat bagi seluruh komponen masyarakat yang ada dan terlibat di dalamnya (Boonperm, Haughton, & Khandker, 2013; Rivenbark, Roenigk, & Allison, 2010; Tin & Lee, 2017). Jika dikaitkan dengan pengelolaan dana desa, risiko yang mungkin timbul secara administratif ataupun substantif akan berdampak pada timbulnya permasalahan hokum. Hal ini disebabkan komitmen dan kompetensi aparatur desa yang masih kurang atau minim.
Komitmen merupakan keinginan dan kemampuan seseorang dalam menyelaraskan tindakannya dengan kebutuhan serta tujuan organisasi yang menjadi prioritas. Jika komitmen organisasi individu tersebut rendah, maka individu tersebut akan lebih mengutamakan kepentingan pribadi nya (Puspita, 2018; Sululing, 2017; Syahril, Mandani, & Firmansyah, 2018). Seperti juga yang dinyatakan oleh Arsjad (2018) bahwa komitmen merupakan karakteristik yang mengindikasikan korelasi antara individu dengan organisasinya, yang kemudian berdampak pada keputusannya untuk terus berpartisipasi dalam organisasi tersebut. Komitmen tersebut terdiri atas layanan publik yang optimal, kejujuran atau integritas, karakter dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan, serta semangat dan kerja keras dalam menjalankan kewajibannya melalui pemerintahan desa dengan selalu optimis, inovatif, dan produktif (Umeokafor, 2018; Kidron & Peretz, 2018; Zhu & Wu, 2016). Dengan kekuatan komitmen aparatur desa terutama dalam bidang pengelolaan keuangan serta bidang lainnya akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerjanya. Tingginya komitmen aparatur desa tersebut akan membuatnya bekerja keras dengan menggunakan kompetensi dan kemampuannya secara maksimal, demi mencapai tujuan dan kepentingan pemerintahan desa. Berdasarkan jawaban kuesioner dan pen
234 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
gamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa sebagian besar aparatur desa yang ada di desadesa Kabupaten Buleleng telah memiliki komitmen yang kuat dalam mewujudkan tujuantujuan desa. Dalam hal pengalokasian, pengelolaan, sampai dengan pertanggungjawaban dana desa yang te lah dilaksanakan sesuai dengan tujuanya, seperti aparatur desa telah mampu melaksanakan kewajiban dan membatu pemim pinnya yaitu kepala desa dalam membuat pelaporan ataupun perencanaan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini guna mewujudkan pembangunan dan kejehteraan desa melalui dana desa. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dijelaskan yaitu Komitmen Aparatur Desa berpengaruh secara signifikan postif pada variabel terikat Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa. Penelitian ini memiliki konsistensi dengan asumsi yang dikemukakan oleh Friyani (2017) dan Subadriyah (2017) yang mengungkap mengenai pengaruh komitmen organisasi pada akun tabilitas pengelolaan keuangan. Pada suatu sistem pemerintahan komitmen organisasi sendiri menjadi aspek psikologis yang pen ting dalam pelaksanaan kegiatan dalam suatu organisasi terutama dalam pencapai an tujuannya. Dengan semakin tingginya komitmen organisasi, secara otomatis ikut pula meningkatkan kesuksesan dalam mencapai akuntabilitas publik. Hasil yang dibuktikan oleh penelitian ini memiliki konsistensi atau sejalan dengan temuan Arsjad (2018) dan Fitriyani, Marita, Windyastuti, & Nurahman (2018) yang mengungkap mengenai ada nya pengaruh signifikan dari komitmen yang dimiliki oleh organisasi pemerintahan desa pada pengelolaan dana desa yang akuntabel.
Indikator dalam mengukur Komitmen dari Aparatur Desa yaitu kesediaan dalam membantu pimpinan, rasa bangga terhadap organisasi, kesiapan dalam menjalankan kewajiban atau amanat, keselarasan nilainilai ang dimiliki organisasi dengan karyawan nya, dan kepedulian terhadap nasib orga nisasi telah dijawab oleh responden sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan meskipun belum maksimal. Hal ini membuktikan bahwa komitmen aparatur desa dalam pemerintahan desa khususnya di Kabupa ten Buleleng mampu memberikan pengaruh yang positif yaitu mampu membantu peme rintah desa dalam mencapai keberhasilan pengelolaan dana desa yang akuntabel, sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan terlaksananya kegiatan pemerin
tahan yang baik. Hal ini sejalan deng an argumentasi dari beberapa peneliti bahwa sebuah komitmen membutuhkan adanya manajemen yang menitikberatkan pada sebuah proses dan sistem yang ada (Li, 2013: Nath & Sharma, 2014; Yusuf & Jordan, 2017). Unsurunsur yang harus dipenuhi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penganggaran, pengarahan, serta pengawasan atau pengendalian haruslah berjalan dengan baik. Jika tidak, secara keseluruhan proses pengelolaan organisasi tidak akan mencapai keberhasilan atau dikatakan gagal.
Implikasi hasil penelitian ini adalah komitmen aparatur desa penting bagi pembangunan desa yaitu dalam hal pelayanan, perencanaan, pengelolaan, dan pertanggung jawaban dana desa. Peran aparatur desa sangat penting dalam menunjang pertumbuh an perekonomian desa untuk mencapai kesejahteraan dan memberikan manfaat bagi masyarakatnya secara keseluruhan. Semakin kompleksnya pembangunan desa mengakibatkan adanya kemungkinan penyimpangan yang terjadi baik dari segi administratif maupun substantif yang ke depan tentu saja sangat riskan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan hukum, akibat kurangnya komitmen dan kompetensi perangkat desa.
Menurut teori keagenan, jika dikaitkan dengan self interest, maka keinginan untuk mementingkan diri sendiri dapat dihindari. Rendahnya komitmen organisasi mengakibatkan individu lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada organisasi. Padahal, komitmen organisasi tersebut menjadi alat atau faktor psikologis baik yang digunakan individu maupun organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan semakin meningkatnya komitmen organisasi, akan meningkatkan pula akuntabilitas publik dan keberhasilan pengelolaan keuangan desa, yang diwujudkan melalui keinginan yang kuat dengan segenap kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Pengaruh keyakinan hukum karma phala pada keberhasilan pengelolaan dana desa. Melalui pengujian secara parsial mengenai pengaruh keyakinan hukum karma phala pada keberhasilan pengelolaan dana desa menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien β3 = 0,216, di mana keyakinan hukum Karma Phala (X2) menunjukkan pengaruh yang positif pada
Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 235
Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa (Y) yaitu 0,216. Hal ini dapat diartikan bahwa jika variabel Keyakinan Hukum Karma Phala (X2) mengalami peningkatan dengan asumsi bahwa variabel lainnya konstan, maka variabel terikat Keberhasilan Pengelolaan Dana Desa akan meningkat senilai 0,216. Konsistensi penelitian ini sejalan dengan argumentasi Atmadja & Saputra (2017) dan Wijayanti & Hanafi (2018) mengenai pencegahan fraud melalui peningkatan moralitas perangkat desa yang menjalankan pemerintahan. Peningkatan moralitas tersebut dengan cara melakukan pembinaan untuk para perangkat desa, seperti meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta rasa syukur dan kesabaran. Melalui pemahaman hukum karma phala, maka akan mengarahkan manusia untuk tidak melakukan perbuatanperbuatan yang tercela atau tidak dibenarkan (Im, 2017; Munidewi, 2017; Nirban, 2018). Hal ini seperti yang dinyatakan dalam Sarasamuccaya Sloka 3, yang diartikan bahwa kelahiran kembali atau menje lma menjadi manusia itu adalah yang paling utama. Saat manusia mencari kekayaan, haruslah dilandaskan pada kebenaran atau kebajikan, yang kemudian mengantarkan nya menuju surga. Dengan melakukan kebajikan ataupun kebenaran niscaya akhirnya kesengsaraan dapat dibenahi. Begitu pula dalam Bhagawad Gita (II, 47) disebutkan bahwa manusia berhak melakukan tugas dan kewajiban yang telah ditetapkan, tetapi tidak berhak atas hasil perbuatannya.
Hukum karma phala dalam ajaran aga ma Hindu dikenal dengan nama panca sradha. Karma phala diartikan sebagai hasil perbuatan yang dilakukan ataupun yang belum dilakukan. Hukum karma phala tersebut kemudian dijadikan sebagai fondasi dari spriritual dan psikologis umat Hindu, yaitu melalui kepercayaan akan setiap kegiatan dalam kehidupan ini ketika masih dipikirkan atau direncanakan sampai kemudian diucapkan dalam bentuk katakata dan perbuatan. Maka, jika diiringi oleh sikap bathin adharma (tidak baik) meskipun masih berupa niat atau keinginan, diminta atau tidak, maka cepat atau lambat akan datang dengan sendirinya. Pentingnya penelitian mengenai akuntabilitas berbasis karma disebabkan oleh akuntabilitas. Jika dipandang dari aspek konvensional, hanya fokus pada segi manajerial, yang tujuan akhirnya adalah performance. Hal ini sejalan dengan pendapat Patty & Irianto (2013) dan Sangster
(2018) bahwa akuntabilitas yang ada pada organisasi gereja memiliki kaitan dengan pengumpulan dana dari umatnya yang disebut sebagai “perpuluhan”, yang artinya milik Tuhan, tanda pengakuan, kasih, kemurahan, iman, kepercayaan, tanggung jawab diri, serta tanggung jawab sosial. Pendapat lainnya juga diungkapkan oleh Siskawati, Ferdawati, & Surya (2016) dan Zabri & Mohammed (2018) yang menyatakan bahwa akuntabilitas dalam pengelolaan dana masjid merupakan kejujuran, di mana nilai tersebut harus dijunjung tinggi oleh pengurus masjid dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan berdasarkan hubungan atau ikatan antara masyarakat dan Tuhan. Hasil penelitian lainnya oleh Paranoan & Totanan (2018) dan Weiss (2016) menyatakan bahwa akuntabilitas tidaklah semata berdasarkan kelengkapan dokumen sebagai sumber data, tetapi yang paling utama adalah keikhlasan serta kepercayaan yang ditujukan kepada Sang Pencipta.
Hukum karma phala itu sendiri dalam agama Hindu memberikan optimisme pada setiap makhluk hidup atau manusia untuk meyakini bahwa segala perbuatan akan membuahkan hasil. Oleh karena itu, hasil yang akan diterima merupakan buah dari perbuatan manusia itu sendiri.
Menurut kitab Manawa Dharmasastra dalam agama Hindu yang dijadikan dasar hukum bagi umatnya adalah mencapai mok-sartham jagadhita ya ca iti dharma (kesejahteraan serta kebahagiaan) baik jasmani maupun rohani. Akuntabilitas yang dibentengi oleh karma tentunya dapat membatasi perilaku aktor melalui prinsip moksartam jagad dita (kebahagiaan di dunia dan akhirat). Secara teori, jika karma dihubungkan dengan akuntabilitas menurut ajaran agama Hindu sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Dabas & Singh (2018) dan Krishna (2017) mengatakan bahwa karma berasal dari bahasa Sansekerta, karman berarti bertindak, sebuah tindakan kinerja. Maka, karma selalu berkaitan dengan konsep kebaikan dan keburukan yang akan diperoleh pada setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh individu atau seseorang. Oleh karena itu, karma diartikan sebagai reaksi dari tindakan yang dianut pada kepercayaan Hindu serta diyakini merupakan penyebab seluruh siklus kausalitas. Siklus tersebut dikenal sebagai “samsara”. Pada istilah “karma”, segala siklus kehidupan manusia merupakan buah dari tindakan yang terja
236 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
di pada kehidupan di masa lalu serta saat ini. Dampak segala perbuatan dalam bentuk karma tersebut diyakini sebagai unsur aktif dari masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan, serta kemudian buah tersebut dikenal dengan karma phala. Karma yang merupakan kumpulan dampak dari perbuatan masa lampau yang kemudian menentukan kehidupan masa sekarang, yang kemudian dikaitkan dengan “lahir kembali” atau reinkarnasi. Karma seseorang pada masa lalu dan saat ini diyakini dapat menentukan reinkarnasi seseorang. Maka, sederhananya dapat dipahami bahwa reinkarnasi tersebut merupakan bukti akuntabilitas dari karma seseorang. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa akuntabilitas merupakan sebuah pertanggungjawaban yang transparan dalam pengukuran kinerja. Melalui pemahaman reinkarnasi, maka seluruh perbuatan (buruk ataupun tidak) akan berdampak pada karma seseorang di kehidupan berikutnya. Maka, kedua unsur akuntabilitas dan Karma ini tidak dapat dipisahkan ketika berhubungan dengan tanggung jawab, perbuatan, dan imbalannya (pahala dan hukuman). Seperti yang diungkapkan dalam sarasamusccaya (I, 7) yaitu:
“Apan iking janma mangke, paga-wayang subhasubhakarma juga ya, ikang ri pena pabhuktyan kar-maphala ika, kalinganya, ikang subhasubhakarma mangke ri pena ika an kabukti phalanya, ri pegatni kabhuktyanya, mangjanma ta ya muwah, tumuta wasananing kar-maphala, wasana ngaraning san-gakara, turahning ambematra, ya tinutning paribhasa, swargacyuta, narakasyuta, kunang ikang sub-hasubhakarma ri pena, tan papha-la ika, matangnyan mangke juga pengponga subha asubhakarma”.
Artinya:
“Terlahir sebagai manusia adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan bajik dan jahat, yang hasilnya akan dinikmati di akherat. Apa pun yang diperbuat dalam kehidupan ini hasilnya akan dinikmati di akhirat; setelah menikmati pahala akherat, lahirlah lagi ke bumi. Di akherat tidak ada perbuatan apa pun yang berpaha
la. Sesungguhnya hanya perbuatan di bumi inilah yang paling menentukan.”
Berdasarkan hasil penelitian akuntabilitas berbasis Karma oleh umat Hindu adalah akuntabilitas yang didasarkan pada keikhlasan dan kepercayaan terhadap Sang Pencipta dalam keberhasilan pengelolaan keuangan desa. Akuntabilitas melalui perbuatan atau Karma dengan dasar prinsip moksartham jagadhita ya caiti dharma (kebahagiaan dunia dan akhirat) yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Prinsip akuntabilitas serta transparansi dapat terwujud jika satu dengan lainnya saling melengkapi. Kedua prinsip tersebut pada intinya memiliki hubungan yang sangat kuat (Just, 2018; Lourenço, 2015; Randa & Tangke, 2015). Pandangan ini selaras dengan UndangUndang yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu Nomor 14 Tahun 2008 mengenai adanya transparansi dalam hal penyediaan dan peng ungkapan informasi dalam kaitannya dengan kegiatan organisasi publik dan lapor an keuangannya.
Implikasi hasil penelitian ini adalah melalui keyakinan akan hukum karma pha-la dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam mewujudkan keberhasilan pengelolaan dana desa. Jika dikaitkan dengan teori GONE, moralitas yang tinggi akan menghindarkan sesorang dari rasa serakah dan godaan untuk melakukan kecurangan karena takut akan adanya hukum karma. Oleh karena itu, dengan mempertebal keimanan melalui keyakinan bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Sang Pencipta) adalah pemilik dana umat, maka manajemen memiliki tanggung jawab moral yang tinggi untuk tidak melakukan kecurangan. Kesadaran untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangannya adalah agar suatu perencanaan dan kegiatan yang dicapai berjalan dengan baik guna menyejahterakan masyarakat.
SIMPULANMelalui analisis yang peneliti lakukan
dapat disimpulkan bahwa adanya kompetensi pendamping desa mampu terus meningkatkan kesuksesan dalam perencanaan ataupun kegiatan yang dilaksanakan terutama dalam hal mengelola keuangan atau dana desa. Dengan adanya pengalokasian dana desa ini pendamping desa juga mampu mendampingi, mengarahkan secara optimal
Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 237
dan maksimal agar ke depan pengelolaan keuangan dapat dijalankan secara transparan, akuntabel, dan menjadikan desa yang mandiri dan sejahtera. Secara keseluruhan penelitian ini berimplikasi terhadap keharusan pemerintah desa untuk menerapkan pengawasan yang baik melalui penegak kan keyakinan hukum karma phala yang sifatnya abadi dan universal, melalui landasan spiritualnya yaitu moksartham jagadhita ya caiti dharma (kebahagiaan dunia dan akhirat), sehingga ke depan mampu mencegah penyimpanganpenyimpangan yang tidak diinginkan. Implementasi pada ketiga komponen yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan keuangan desa ini sangat penting. Jika dipandang dari sisi akuntansi dan akuntabilitas, maka akuntabilitas yang didasarkan pada karma phala dapat mewujudkan transparansi serta tanggung jawab karena kedua aspek akan menyebabkan seseorang memiliki tanggung jawab kepada Sang Pencipta yang merupakan pemilik dana umat.
Melalui penelitian ini diharapkan aspek psikologis dalam hal komitmen aparatur desa mampu terus meningkat. Mampu secara berkelanjutan meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan desa. Hal tersebut guna membentuk sumber daya manusia yang baik dalam membantu pimpinan dalam perencanaan atau pelaksanaan pengelolaan dana desa secara maksimal dan rasa tanggung jawab serta rasa memiliki yang tinggi. Adanya dana desa yang diberikan ada diharapkan desa menjadi lebih mandiri dalam pembangunan desa dan pengembangan tata kelola pemerintahan serta perekonomian di desa tersebut. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan variabel yang diteliti seperti tri kaya parisuda sebagai variabel pendukung dan juga menambah indikator ataupun daftar pertanyaan yang akan dipakai dalam penelitian untuk meningkatkan validitas hasil penelitian. Penelitian berikutnya diharapkan pula dapat memperluas responden dan ruang lingkup penelitian agar dapat digeneralisasi.
DAFTAR RUJUKANAndoh, C., Quaye, D., & AkomeaFrimpong,
I. (2018). Impact of Fraud on Ghanaian SMEs and Coping Mechanisms. Journal of Financial Crime, 25(2), 400
418. https://doi.org/10.1108/JFC0520170050
Antlöv, H., Wetterberg, A., & Dharmawan, L. (2016). Village Governance, Community Life, and the 2014 Village Law in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 52(2), 161183. https://doi.org/10.1080/00074918.2015.1129047
Arsjad, M. F. (2018). Peranan Aparat Desa dalam Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Desa di Desa Karyamukti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Journal of Pu-blic Administration Studies, 1(1), 1632. https://doi.org/10.32662/gjpads.v1i1.176
Atmadja, A., & Saputra, A. (2017). Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Ilmiah Akuntan-si dan Bisnis, 12(1), 716. https://doi.org/10.24843/JIAB.2017.v12.i01.p02
Balázs, I., & Hoffman, I. (2017). Can (Re)Centralization be a modern Governance in Rural Areas? Transylvanian Re-view of Administrative Sciences, 50(E), 520. https://doi.org/10.24193/tras.2017.0001
Basri, H., SitiNabiha, A., & Majid, M. A. M. (2016). Accounting and Accountability in Religious Organizations: An Islamic Contemporary Scholars’ Perspective. Gadjah Mada International Journal of Business, 18(2), 207230. https://doi.org/10.22146/gamaijb.12574
Boonperm, J., Haughton, J., & Khandker, S. R. (2013). Does the Village Fund Matter in Thailand? Evaluating the Impact on Incomes and Spending. Journal of Asian Economics, 25, 316. https://doi.org/10.1016/j.asieco.2013.01.001
Casini, P., Vandewalle, L., & Wahhaj, Z. (2017). Public Good Provision in Indian Rural Areas: The Returns to Collective Action by Microfinance Groups. World Bank Economic Review, 31(1), 97128. https://doi.org/10.1093/wber/lhv041
Chen, W., Woods, A., & Singh, S. (2013). Organisational Change and Development of Reformed Chinese Township and Village Enterprises. Journal of Organizational Change Ma-nagement, 26(2), 353369. https://doi.org/10.1108/09534811311328399
Cordery, C. (2015). Accounting History and Religion: A Review of Studies
238 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
and a Research Agenda. Accounting History, 20(4), 430463. https://doi.org/10.1177/1032373215610590
Dabas, P., & Singh, A. (2018). Bhagavad Gita Teachings and Positive Psychology: Efficacy for SemiUrban indian Students of NCR. Cogent Psychology, 5(1), 113. https://doi.org/10.1080/23311908.2018.1467255
Fitriyani, L., Marita, M., Windyastuti, W., & Nurahman, R. (2018). Determinants of Village Fund Allocation. Jur-nal Akuntansi Multiparadigma, 9(3), 526539. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9031
Friyani, R. (2017). Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 1(2), 142148. https://doi.org/10.22437/jssh.v1i2.4296
Haughton, J. , Khandker, S. R., & Rukumnuaykit, P. (2014). Microcredit on a Large Scale: Appraising the Thailand Village Fund. Asian Economic Journal, 28(4), 363388. https://doi.org/10.1111/asej.12041
Hendriani, S. (2018). The Role of Cooperative Development Strategy to Improving the Success of Village Cooperative (KUD) in Riau Indonesia. International Journal of Law and Management, 60(1), 87101. https://doi.org/10.1108/IJLMA1120160132
Im, Y. (2017). The Old Man in Purgatory: The Indian Part in Yeats’s Vision of Salvation. Comparative Critical Stud-ies, 14(23), 251268. https://doi.org/10.3366/ccs.2017.0238
Just, A. (2018). Religious Engagement and Citizen Support for Democratic Accountability in Contemporary Democracies. Social Science Research, 75, 130141. https://doi.org/10.1016/j.ssresearch.2018.06.002
Kidron, A., & Vinarski Peretz, H. (2018). Organizational Political Climate and Employee Engagement in Political Behavior in Public Sector Organizations. In-ternational Journal of Organizational Analysis, 26(4), 773795. https://doi.org/10.1108/IJOA0920171243
Klick, M. T. (2016). The Effect of State–Local Complementarity and Local Governance on Development: A comparative Analy
sis from PostWar Guatemala. World Development, 82, 113. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2016.01.005
Krishna, A. (2017). Menyelami Misteri Kehidupan Bhagavad Gita bagi Orang Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Li, S. (2013), China’s (Painful) Transition from Relation Based to Rule Based Governance: When and How, Not If and Why. Corporate Governance: An Interna-tional Review, 21(6), 567576. https://doi.org/10.1111/corg.12023
Lourenço, R. P. (2015). An Analysis of Open Government Portals: A Perspective of Transparency for Accountability. Gov-ernment Information Quarterly, 32(3), 323332. https://doi.org/10.1016/j.giq.2015.05.006
Ma, K. (2016). Sustainable Development and Social Policy: A Case of Indigenous Villages in Hong Kong. Asian Education and Development Studies, 5(3), 305317. https://doi.org/10.1108/AEDS0920150051
Muhlin, M. (2019). Model Pendamping Desa dalam Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Balantak Utara Kabupaten Banggai. Ideas: Jurnal Pen-didikan, Sosial dan Budaya, 5(1), 3954. https://doi.org/10.32884/ideas.v5i1.172
Munidewi, I. A. B. (2017). Akuntabilitas dalam Perspektif Ajaran Karma Phala sebagai Pedoman untuk Membangun Karakter Auditor. Jurnal Ilmiah Akun-tansi Dan Bisnis, 12(1), 54–64. https://doi.org/10.24843/jiab.2017.v12.i01.p07
Nahuddin, Y. (2018). Akuntabilitas Keuangan Desa dan Kesejahteraan Aparatur Desa dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Cakrawala Hukum, 9(1), 107116. https://doi.org/10.26905/idjch.v9i1.2111
Nath, N., & Sharma, U. (2014). Performance Management Systems in the Public Housing Sector: Dissemination to Diffusion. Australian Accounting Review, 24(1), 220. https://doi.org/10.1111/auar.12004
Nirban, G. (2018). Mindfulness as an Ethical Ideal in the Bhagavadgītā. Mindful-ness, 9(1), 151160. https://doi.org/10.1007/s1267101707555
Purnamawati, Adnyani, Peran Komitmen, Kompetensi, dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa 239
Omar, M., Nawawi, A., & Salin, A. P. (2016). The Causes, Impact and Prevention of Employee Fraud. Journal of Financial Crime, 23(4), 10121027. https://doi.org/10.1108/JFC0420150020
Palmer, N. J., & Chuamuangphan, N. (2018). Governance and Local Participation in Ecotourism: Communitylevel Ecotourism Stakeholders in Chiang Rai Province, Thailand. Journal of Ecotourism, 17(3), 320337. https://doi.org/10.1080/14724049.2018.1502248
Paranoan, N., & Totanan, C. (2018). Akuntabilitas Berbasis Karma. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 13(2), 161–172. https://doi.org/10.24843/JIAB.2018.v13.i02.p09
Pardasani, R., R. Sharma, R., & Bindlish, P. (2014). Facilitating Workplace Spirituality: Lessons from Indian Spiritual Traditions. Journal of Management De-velopment, 33(8/9), 847859. https://doi.org/10.1108/JMD0720130096
Patty, A. C., & Irianto, G. (2013). Akuntabilitas Perpuluhan Gereja. Jurnal Akun-tansi Multiparadigma, 4(2), 177–187. https://doi.org/10.18202/jamal.2013.08.7191
Puspita, D. (2018). Perbaikan Pelaporan Keuangan Desa melalui Inovasi Sistem EVillage Budgeting di Kabupaten Banyuwangi. BISMA, 12(2), 223232. https://doi.org/10.19184/bisma.v12i2.7892
Randa, F., & Tangke, P. (2015). Developing Accountability Model of Local Government Organization: From Managerial Accountability to Public Accountability (Naturalistic Study on Local Government Tana Toraja). Procedia - Social and Behavioral Sciences, 211, 665672. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.099
Rivenbark, W., Roenigk, D., & Allison, G. (2010). Conceptualizing Financial Condition In Local Government. Journal of Public Budgeting, Accounting & Fi-nancial Management, 22(2), 149177. https://doi.org/10.1108/JPBAFM22022010B001
Sangster, A. (2018). Pacioli’s Lens: God, Humanism, Euclid, and the Rhetoric of Double Entry. Accounting Review, 93(2), 299314. https://doi.org/10.2308/accr51850
Singh, R., & Singh, A. (2012). Karma Orientation in Boundary Spanning Sales Employees. Journal of Indian Business Research, 4(2), 140157. https://doi.org/10.1108/17554191211252662
Siskawati, E., Ferdawati, & Surya, F. (2016). Bagaimana Masjid dan Masyarakat Saling Memakmurkan? Pemaknaan Akuntabilitas Masjid. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(1), 70–80. https://doi.org/10.18202/jamal.2016.04.7006
Subadriyah, S. (2017). Flypaper Effect: Sebelum dan Sesudah Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Akrual. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(3), 559570. https://doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7073
Sulistiyo, H., & Ghozali, I. (2017). The Role of Religious Control in Dysfunctional Audit Behavior: An Empirical Study of Auditors Of Public Accounting Firm in Indonesia. Journal of Applied Business Research, 33(5), 10471058. https://doi.org/10.19030/jabr.v33i5.10026
Sululing, S. (2017). Pelaporan Keuangan Alokasi Dana Desa sebagai Salah Satu Akuntabilitas Keuangan Desa. Jurnal Ekonomi, 22(2), 314332. https://doi.org/10.24912/je.v22i2.228
Sun, Y., Lin, J., & Chan, R. C. K. (2017). Pseudo Use Value and Output Legitimacy of Local Growth Coalitions in China: A Case Study of the Liede Redevelopment Project in Guangzhou. Cities, 61, 916. https://doi.org/10.1016/j.cities.2016.10.018
Suresh, L. (2017). Decentralised and Effective Forest Resource Governance in India. South Asia Re-search, 37(1), 7892. https://doi.org/10.1177/0262728016675531
Syahril, S., Mandani, A., & Firmansyah, I. (2018). Determinan Transparansi Pelaporan Keuangan Desa di Kecamatan Kalianget Timur Kabupaten Sumenep. Jurnal Akuntansi Publik, 1(1), 6580. https://doi.org/10.32554/jap.v1.i1.p6580
Tin, W. J., & Lee, S. W. (2017). Development of Neighbourhood Renewal in Malaysia through Case Study for Middle Income Households in New Village Jinjang, Kuala Lumpur. Sustainable Cities and Society, 32, 191201. https://doi.org/10.1016/j.scs.2017.03.007
240 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 227-240
Triani, N., & Handayani, S. (2018). Praktik Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(1), 136155. http://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9009
Triyanto, D. (2018). Analisis Kinerja Pendamping Desa dalam Upaya Membangun Kemandirian Desa. MIMBAR: Jur-nal Penelitian Sosial dan Politik, 7(2), 5662. https://doi.org/10.32663/jpsp.v7i2.669
Umeokafor, N. (2018). An Investigation into Public and Private Clients’ Attitudes, Commitment and Impact on Construction Health and Safety in Nigeria. Engi-neering, Construction and Architectural Management, 25(6), 798815. https://doi.org/10.1108/ECAM0620160152
Wang, F., Cheng, Z., Reisner, A., & Liu, Y. (2018). Compliance with Household Solid Waste Management in Rural Villages in Developing Countries. Journal of Cleaner Production, 202, 293298. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.08.135
Wang, J., & Li, B. (2018). Governance and Finance: Availability of Community and Social Development Infrastructures in Rural China. Asia and the Pacific Pol-icy Studies, 5(1), 417. https://doi.org/10.1002/app5.216
Ward, B. W. (2013). What’s Better—R, SAS®, SPSS®, or Stata®? Thoughts for Instructors of Statistics and Research Methods Courses. Journal of Applied Social Science, 7(1), 115–120. https://doi.org/10.1177/1936724412450570
Weiss, R. S. (2016). Accounting for Religious Change: Ramalinga Adigal’s Transformation of Hindu Giving in NineteenthCentury India. History of Re-ligions, 56(1), 108138. https://doi.org/10.1086/686740
Wijayanti, P., & Hanafi, R. (2018). Pencegahan Fraud pada Pemerintahan Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(2), 331–345. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9020
Xiao, X., Xu, H., & Xu, S. (2015). Using IBM SPSS Modeler to Improve Undergraduate Mathematical Modelling Competence. Computer Application in Engineer-ing Education, 23(4) 603609. https://doi.org/10.1002/cae.21632
Yabbar, R., & Hamzah, A. (2017). Tata Kelo-la Pemerintahan desa: Dari Peraturan Di Desa Hingga Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa; Dari Perencanaan Pemban-gunan Desa Hingga Pengelolaan Keuan-gan Desa. Surabaya: Pustaka.
Yenkey, C. B. (2018). Fraud and Market Participation: Social Relations as a Moderator of Organizational Misconduct. Administrative Science Quar-terly, 63(1), 43–84. https://doi.org/10.1177/0001839217694359
Yusuf, J. E. W., & Jordan, M. M. (2017), Accessibility of the Management’s Discussion and Analysis to Citizen Users of Government Financial Reports. Pub-lic Budgeting & Finance, 37(4), 7491. https://doi.org/10.1111/pbaf.12170
Zabri, M. M., & Mohammed, M. (2018). Qualitative Validation of a Financially Affordable Islamic Home Financing Model. ISRA International Journal of Islamic Finance, 10(2), 143161. https://doi.org/10.1108/IJIF0820170023
Zhu, C., & Wu, C. (2016). Public Service Motivation and Organizational Performance in Chinese Provincial Governments. Chinese Management Studies, 10(4), 770786. https://doi.org/10.1108/CMS0820160168