ii
PENYELESAIAN KASUS ILLEGAL LOGGING SECARA ADAT
DI HUTAN GUGUK DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Hutan Adat Guguk di Kecamatan
Renah Pembarap Kabupaten Merangin)
SKRIPSI
AKHDIAT NANDA MIHARJA
SHP.
PEMBIMBING:
Dr. ROBIATUL ADAWIYAH, M.H.I
NURAIDA FITRIHABI, S.Ag., M.Ag
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Akhdiat Nanda Miharja
NIM : SHP.
Jurusan : Hukum Pidana Islam
Fakultas : Syariah
Alamat : Desa Langling I, Kec. Bangko, Kab. Merangin
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsiyang berjudul: “Penyelesaian
Kasus Illegal Logging Secara Adat Di Hutan Guguk Ditinjau Dari Hukum
Islam(Studi Kasus Hutan Adat Guguk di Kec. Renah Pembarap, Kab.
Merangin)” adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung plagiarisme dan
tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan
yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara
ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap
mempertanggungjawabkanya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari
skripsi ini.
Jambi, September
Yang Menyatakan,
Akhdiat Nanda Miharja
NIM. SHP.
iii
Pembimbing I : Dr. Robiatul Adawiyah, M.H.I
Pembimbing II : Nuraida Fitrihabi, S.Ag., M.Ag
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. Simp. Sei Duren
Jaluko Kab. Muaro Jambi Telp. ( )
Jambi, September
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum wr wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara
Akhdiat Nanda Miharja, SHP. yang berjudul:
“Penyelesaian Kasus Illegal Logging Secara Adat Di Hutan Guguk Ditinjau
Dari Hukum Islam (Studi Kasus Hutan Adat Guguk di Kec. Renah
Pembarap, Kab. Merangin)”
Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi
syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S ) dalam jurusan Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum wr wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Robiatul Adawiyah, M.H.I Nuraida Fitrihabi, S.Ag., M.Ag
NIP. NIP.
iv
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Skripsi yang berjudul “PENYELESAIAN KASUS ILLEGAL LOGGING
SECARA ADAT DI HUTAN GUGUK DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
STUDI KASUS HUTAN ADAT GUGUK, KEC. RENAH PEMBARAP,
KAB. MERANGIN” telah diujikan pada Sidang Munaqasah Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada . Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Satu (S. ) dalam Jurusan Hukum
Pidana Islam.
Jambi,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah
Dr. A. A. Miftah, M. Ag.
NIP:
Panitia Ujian:
. Ketua Sidang : ……………………………… (.....................)
NIP.
. Sekretaris Sidang :…...………………………….. (.....................)
NIP.
. Pembimbing I : Dr. Robiatul Adawiyah, M.HI (.....................)
NIP.
. Pembimbing II : Nuraida Fitrihabi, S.Ag, M.Ag (.....................)
NIP.
. Penguji I :………………………………. (.....................)
NIP.
. Penguji II :………………………………. (.....................)
NIP.
v
MOTTO
قريب من المحسنين ولتفسدوافي الرض بعداصلحهاوادعوه خوفاوطمعا, ان رحمت الل
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada -Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik ”.
vi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penyelesaian Kasus Illegal Logging Secara Adat Di Hutan
Guguk Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Hutan Adat Guguk di Kec.
Renah Pembarap, Kab. Merangin”. Permasalahan mengenai penyelesaian kasus
Illegal Logging secara adat dan pandangan Hukum Islam terhadap Hukum Adat
tersebut. Terdapat suatu kebiasaan adat di desa Guguk dalam hal penyelesain
kasus Illegal Logging, dimana dalam prakteknya melibatkan tokoh adat, tokoh
Agama, dan masyarakat setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penyelesaian kasus Illegal Logging secara adat di Desa Guguk dan
untuk mengetahui pandangan Hukum Islam mengenai hukum adat tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif tipe pendekatan yuridis empiris. Jenis dan sumber data yang
digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Instrumen pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
Adapun hasil dari penelitian ini. Pertama, praktik Hukum Adat dilakukan di
Balai Adat Desa Guguk dan diikuti oleh masyarakat setempat dan diakhiri
dengan acara makan bersama dari denda yang dibayar oleh pelaku Illegal
Logging berupa satu ekor sapi, beras gantang dan selemak semanisnya.
Kedua, hukum adat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Guguk tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Namun, hukum adat tersebut
dijelaskan dalam ‘Urf dan diklasifikasikan sebagai ‘Urf Shahih.
Kata Kunci: Hukum Adat, Hukum Islam, Illegal Logging.
vii
KATA PENGANTAR
الحمد الل الذ ي أنز ل الهدى في قلو ب العلم. والصل ة والسل م على اشرف ال نبيا ء والمر
سلين سيد نا محمد وعلى اله و صحبه والتا بعين لهم با حسا ن الى يوم الد ين. أشهد ان ل اله
.ال الل وأشهد ان سيد نا محمدا عبده ورسو له
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan shalawat serta salam
penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Penyelesaian kasus Illegal Logging secara Adat di
Hutan Guguk ditinjau dari hukum Islam (studi kasus hutan adat Guguk di
Kec.Renah Pembarap, Kab.Merangin)” merupakan penyelesaian kasus Illegal
Logging secara adat dan pandangan Hukum Islam terhadap Hukum Adat tersebut.
Penyelesaian kasus Illegal Logging tersebut berbeda dengan penyelesaian secara hukum
positif. Masyarakat Desa Guguk lebih memilih menyelesaikan kasus tersebut secara Adat
ketimbang melalui jalur Pengadilan. Karena masyarakat Desa Guguk memiliki landasan
hukum sendiri berupa Piagam Kesepakatan. Penyelesain kasus tersebut membuat penulis
merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pandangan hukum Islam terhadap sanksi adat
penyelesaian kasus Illegal Logging di Desa Guguk.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam
penyusunannya, dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
viii
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang
Terhormat:
. Bapak Prof. Dr. H.Su’aidi As’ari, MA., Ph. D. sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M. HI., Ph. D, sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik.
. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., MHI, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama.
. Ibu Dr. Robiatul Adawiyah, M. HI. sebagai Ketua sekaligus Pembimbing I
skripsi dan Bapak Juharmen, S.HI., M.SI sebagai Sekretaris Prodi Hukum
Pidana Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
. Ibu Nuraida Fitrihabi, S.Ag., M.Ag sebagai Pembimbing II skripsi ini.
. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi
pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya,
ix
dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai
seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, September
Penulis
Akhdiat Nanda Miharja
SHP.
x
PERSEMBAHAN
Senantiasa sembah sujud serta puji syukurku kehadirat Allah SWT yang menciptakanku dengan bekal yang begitu teramat sempurna. Kasih sayang serta cinta yang begitu besar yang telah memberikanku kesehatan, kekuatan, serta semangat pantang menyerah yang memberkatiku dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Atas karunia serta kemudahan yang telah Engkau berikan dan akhirnya tugas akhir ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu saya limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Saya mengucapkan ribuan terimakasih kepada kedua ciptaan Allah yang berwujud malaikat yakni bapak dan mamak, yang selama ini telah berjuang demi kelancaran perkuliahanku. Anakmu mohon maaf yang sebesar-besarnya kepadamu wahai kedua malaikatku, karena tidak bisa menyelesaikan perkuliahan tepat pada waktunya. Wahai mamak Endawati yang senantiasa berdoa tak henti-hentinya demi tercapainya semua yang anakmu ini cita-citakan, wahai bapak amiruddin setiap keringat yang menetes disetiap kerja kerasmu menjadi penyemangatku dalam mencari ilmu. Semoga kedua orangtuaku selalu diberikan keberkahan dalam segala hal di dunia maupun akhirat nanti.
Sekuntum doa juga tercurahkan kepada seluruh guru yang telah memberikan ilmunya kepadaku, mulai dari awal kuliah hingga selesainya perkuliahan. Ilmu yang telah diberikan kepada muridmu ini takkan pernah disia-siakan dan hanya doa lah yang mampu anakmu ini panjatkan semoga semua di berikan balasan oleh Allah SWT. Untuk keluargaku tercinta nenek, mamang, bibi serta sepupu-sepupuku yang tak pernh berhenti untuk menyemangatiku dan senantiasa menuntunku kejalan yang benar.
Sebait harapan untuk adikku tersayang Resti Lathifah. Aa’ ucapkan terimakasih selama ini kepadamu telah senantiasa memberikan suport serta doa agar aa’ selesai perkuliahannya. Dan aa’ berharap kelak suatu saat nanti engkau akan menjadi adik yang sholeha serta membanggakan keluarga kita semua.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ......................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Batasan Masalah ...........................................................................................
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................
E. Kerangka Konseptual .................................................................................
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................
G. Jadwal Penelitian ........................................................................................
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................
B. Pendekatan Penelitian ................................................................................
C. Jenis dan Sumber Data ...............................................................................
xii
D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................
E. Teknis Analisis Data ..................................................................................
F. Sistematika Penulisan .................................................................................
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis................................................................................
B. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan Guguk ...................................................
C. Maksud dan Tujuan Pengelolaan Hutan Guguk.........................................
D. Dasar Pengelolaan Hutan Guguk ...............................................................
E. Struktur Organisasi Pengelola Hutan Adat ................................................
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Penyelesaian Kasus Illegal Logging Secara Adat
di Hutan Guguk ..........................................................................................
B. Pandangan Hukum Islam Mengenai Proses Penyelesaian Kasus
Illegal Logging yang Dikenakan Sanksi Secara Adat di Hutan
Adat Desa Guguk .......................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
C. Kata Penutup ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutan merupakan sumber daya alam yang menempati posisi yang
sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai penting
yang dimiliki hutan semakin bertambah, dikarenakan hutan merupakan hajat
hidup orang banyak dan dijadikan modal dasar dalam melaksanakan
pembangunan Nasional, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, budaya
maupun ekologi, guna meningkatkan kemakmuran rakyat.1 Hal ini sesuai
dengan bunyi Pasal ayat ( ) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun yaitu, “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Sejalan dengan pernyataan di atas, lebih lanjut dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor Tahun tentang kehutanan disebutkan
bahwa, “Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan alam yang
dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia,
karenanya wajib disyukuri, diurus, dipelihara, dan dimanfaatkan secara
optimal, serta dijaga kelestariannya untuk kemakmuran rakyat, bagi generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang.
1 Aji Prasetyo Pujiyono da Amiek Soemarni, Penegakan Hukum Tindak Pidana
Pembalakan Hutan di Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Volume , Nomor , Tahun ,
hal
Pengertian illegal logging diterangkan dalam Pasal angka Undang-
Undang nomor tahun tentang pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan yang berbunyi, “ pembalakan liar adalah semua kegiatan
pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi”.
Departemen kehutanan mengungkapkan, pembalakan ilegal dilakukan oleh
suatu bisnis kegiatan kriminal yang dikelola dengan baik dan memiliki
pendukung yang kuat secara fisik mengancam otoritas hukum kehutanan.2
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa illegal logging adalah rangkain kegiatan penebangan dan
pengangkutan kayu ketempat pengolahan hingga adanya kegiatan ekspor
kayu yang dalam hal ini tidak mempunyai izin yang kuat dari pihak yang
berwenang.
Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melakukan kegiatan
pemberantasan pembalakan liar (illegal Logging) di Indonesia. Kewenangan
yang dimiliki pemerintah tersebut diatur dalam Pasal dan Pasal
Undang-Undang Nomor tahun tentang kehutanan. Undang-undang
nomor tahun tentang pemerintah daerah yang diatur secara spesifik
dalam peraturan pemerintah Nomor Tahun tentang pembagian
urusan pemerintah antara pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
daerah Kabupaten/Kota. Keberadaan Indonesia yang menggunakan sistem
desentralisasi dengan konsep Negara kesatuan membuat pemerintah dalam
hal penyerahan kewenangan yang dimilki tidak melaksanakan prinsip
2 Ibid., hal
desentralisasi murni, melainkan masih memberi pembatas terhadap
kewenangan yang dimiliki, namun demikian Undang-Undang yang ada di
Indonesia memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
melakukan kegiatan pemberantasan pembalakan liar (illegal logging).3
Perda nomor tahun tentang pengelolaan lingkungan hidup di
Provinsi Jambi menyebutkan bahwa perusakan lingkungan hidup adalah
tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Larangan eksploitasi hutan secara berlebihan, walau telah
mendapatkan surat izin pemanfaatan kayu, pengusaha tetap dilarang
melakukan usaha sampai merusak ekosistem alam. Misalnya dengan
membakar, atau melakukan penebangan sehingga hutan gundul. Larangan
menggunakan obat-obat kimia yang bisa menyebabkan pencemarah udara
dan air. Karena semua perbuatan ini termasuk Ifsad Fi Al-Arḍl (berbuat
kerusakan di muka bumi). Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’raf
ayat :
قريب من ولتفسدوافي الرض بعداصلحهاوادعوه خوفاوطمعا, ان رحمت الل
المحسنين
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada -Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
3 Ryfina Natalia Woy, “Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pemberantasan
Pembalakan Liar (Illegal Logging)”, (PPs Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun ,
Jurnal, juli-september ), hal
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik ”.
Ayat ini melarang pengrusakan di bumi. Alam raya yang telah
diciptakan Allah SWT dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan
memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan
memerintahkan hamba-hamba Nya untuk memperbaikinya. Bentuk
perbaikan yang dilakukan Allah adalah dengan mengutus para Nabi untuk
meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat.4
Sebagaimana pendapat Al-Qurthubi yang dikutip oleh Ahsin Sakho
Muhammad bahwa larangan dalam ayat ini berlaku mutlak. Maksudnya,
Allah melarang manusia merusak kelestarian alam, baik sedikit ataupun
banyak. Al- Qurthubi juga menyebutkan dalam tafsirnya bahwa,
penebangan pohon juga merupakan tindakan pengrusakan yang
mengakibatkan adanya mudharat.5 Tindakan merusak lingkungan hidup
dapat dikatagorikan sebagai tindak pidana (jinayah) apabila memenuhi
unsur-unsur tindak pidana. Para ulama di MUI berpendapat bahwa amar
makruf nahi munkar meliputi semua bidang kehidupan, termasuk bidang-
bidang yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesejahteraan
hidup manusia pribadi, masyarakat dan kelangsungan pembangunan. MUI
juga melihat bahwa lingkungan persekitaran dan kependudukan yang serasi
dan aman adalah dasar untuk keberhasilan pembangunan dalam segala
4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume , (Jakarta: Lentera Hati, ) hal
5 Ahsin Sakho Muhammad dkk (ed), Fiqh Lingkungan (Fiqh Al-Bi’ah).., hal
bidang, termasuk upaya memberantas praktik illegal logging adalah
merupakan amal makruf nahi munkar.6
Di Provinsi Jambi khususnya di Kabupaten Merangin. Masyarakat
Desa Guguk Kecamatan Renah Pembarap yang saat ini dulunya Kecamatan
Sungai Manau, konon berasal dari keturunan Mataram dan Minangkabau
Sumatera Barat dinilai gigih dalam upaya melawan sebuah perusahaan
pemegang hak pengusahaan hutan (HPH). Demi menjaga kelestarian hutan
dan lingkungan mereka, desa Guguk di Kecamatan Renah Pembarap
Kabupaten Merangin ini merupakan sebuah Desa yang berada di kawasan
penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).7
Tatanan Adat istiadat Desa masih melekat dan dipertahankan dalam
kehidupan masyarakat adat di Desa Guguk, dengan Undang-undang Nomor
Tahun tentang Pemerintahan daserah dimanfaatkan oleh
masyarakat Adat Desa Guguk untuk mempertahankan eksistensinya hukum
adat dengan merumuskan Peraturan Desa (Perdes). Perumusan peraturan
desa dilakukan dengan melibatkan seluruh masyarakat termasuk para tokoh
adat melalui rembuk desa, salah satu Perdes yang dihasilkan adalah tentang
pengelolaan dan pengawasan Hutan Adat, Desa Guguk berbatasan wilayah
dengan :
. Sebelah Utara berbatasan dengan Muara Bantan
6 Ruknizar, Bentuk-Bentuk Perlindungan Hutan Dalam Hukum Islam Dan Hukum Positif, (
Skripsi Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam - Banda
Aceh ) Hal -
7 gugukforest.blogspot.com Diakses pada tanggal desember pada jam . wib
. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Beringin dan HPH
PT. Injabsin
. Seelah Timur berbatasan dengan Desa Marus Jaya (Pemekaran dari
Desa Guguk)
. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Simpang Parit dan Desa
Parit Ujung Tanjung.
Desa Guguk dengan jumlah penduduk . jiwa dan jumlah kepala
keluarga KK, dengan luas wilayah . Ha (Enam puluh tiga ribu)
Hektar. Desa Guguk dilalui oleh jalan Provinsi yang menghubungkan
Kabupaten Merangin – Kabupatn Kerinci. Desa Guguk mempunyai hutan
yang luas yang berada di sebelah Selatan Desa dipinggir sungai Merangin,
untuk mempertahankan kawasan Hutan Adat Desa Guguk menempuh
perjalanan yang panjang dan berliku dari tahun masyarakat adat Desa
Guguk telah mempertahankan kawasan Bukit Tapanggang dari sebahagian
arial dikuasai oleh HPH PT.Injapsin lebih kurang Ha dimasukkan
kedalam kawasan Hutan adat sesuai dengan persetujuan HPH PT.Injabsin
dengan surat Nomor. /Js/IX/ . Pada tahun itu juga masyarakat
Desa Guguk mengajukan Surat Permohonan kepada Bapak Bupati
Merangin tentang Hutan Adat Desa Guguk dikukuhkan, akan tetapi lain
pihak tapal batas Hutan Adat Desa Guguk masih terkendala antara Desa
Parit Ujung Tanjung dengan Desa Guguk, maka Bupati Merangin
membentuk tim terpadu dengan Surat Keputusan Nomor. Tahun
tanggal februari , tentang penyelesaian Tapal Batas antara Desa Parit
Ujung Tanjung dengan Desa Guguk, dengan demikian kedua belah pihak
membuat kesepakatan tapal batas yang dituangkan dalam berita acara dan
Peta tapal batas yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak.8
Dari hasil kesepakatan tersebut dengan Surat Keputusan Bupati
Merangin Nomor: Tahun tanggal November , tentang
kawasan Bukit Tapanggang seluas Ha ditetapkan menjadi Hutan Adat
Desa Guguk, dan tanggal November dilaksanakan pengukuhan oleh
Bupati Merangin H. Rotani Yutaka, S.H secara Adat.
Pada tanggal Agustus , Hutan Adat Desa Guguk memperoleh
Penghargaan CBFM Award dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia,
dan setelah mendapat payung hukum pengelolaan Hutan Adat, Akhirnya
masyarakat Desa Guguk menerbitkan Surat Keputusan Bersama Nomor.
/kb/VII/ , tentang pembentukan kelompok pengelolaan Hutan Adat.
Pada tahun tepatnya awal tahun terjadi pembalakan liar atau Illegal
logging yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang lokasinya berbatasan
dengan Hutan Adat Guguk yakni warga Kecamatan Muara Siau. Mereka
menebang pohon serta mengambil kayu hasil penebangan tersebut,
mendengar laporan warga yang melihat kegiatan penebangan hutan adat
mereka, pengurus Hutan Adat segera mendatangi lokasi penebangan
tersebut. Pengurus Hutan Adat langsung menyita barang-barang yang
dijadikan sebagai alat untuk melakukan kegiatan penebangan liar tersebut.
Melalui proses yang kurang lebih minggu, barulah sampai pada titik akhir
8 Dokumen Piagam kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupatn Merangin.
penyelesain kasus. Oknum masyarakat yang melakukan penebangan liar
tersebut di kenakan sanksi berupa ekor kerbau, gantang beras,
buah kelapa serta selemak semanis yang lainnya sesuai dengan yang
tercantum pada Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan
Adat Desa Guguk Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin yang kini
menjadi Kecamatan Renah Pembarap.
Dengan adanya musyawarah antara Ninek mamak kedua belah pihak
maka denda tersebut diganti dengan uang sejumlah harga Kerbau dan yang
lainnya. Proses penyelesain kasus ini dihadiri oleh seluruh warga Desa
Guguk yang dalam penyelesaian nya yaitu dengan makan bersama seluruh
warga dari denda tersebut. Sisa uang denda itu dimasukkan ke dalam kas
pengurus hutan adat dan untuk keperluan pengelolaan Hutan Adat tersebut.9
Sehubungan dengan latar belakang diatas, menarik perhatian penulis
untuk menyusun skripsi yang berjudul: “Penyelesain Kasus Illegal Logging
Secara Adat Di Hutan Guguk Ditinjau Dari Hukum Islam.”
B. Rumusan Masalah
. Bagaimana proses penyelesaian kasus illegal logging secara adat di
hutan Guguk ?
. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai proses penyelesaian
kasus illegal logging yang dikenakan sanksi secara adat di Hutan adat
Desa Guguk?
9 Wawancara dengan Sopian Hadi, Ketua Pengelola Hutan Adat Desa Guguk, Maret
.
C. Batasan Masalah
Mengingat persoalan mengenai kasus illegal logging ini sangat
banyak dan sangat luas, maka agar dalam pembahasan dan penyelesainnya
lebih terarah dan tersusun , maka diberi pembatasan masalah yang mana
pembatasan ini akan dibatasi pada penyelesaian kasus illegal logging secara
adat di hutan Guguk ditinjau dari hukum Islam.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dan kegunaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses penyelesaian kasus illegal logging secara
adat di hutan adat Guguk.
b. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam mengenai kasus illegal
logging yang di selesaikan melalui hukum adat di Desa Guguk.
. Kegunaan Penelitian
a. Dari sisi akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum di
Indonesia khususnya di Provinsi Jambi dan dapat menjadi
kontribusi dalam memperkaya pengetahuan mengenai sanksi-
sanksi hukum dalam kasus illegal logging secara adat.
b. Dari sisi penulis, bukan hanya menambah wawasan tetapi juga
hasil penelitian ini sebagai syarat untuk menyelesaikan program
studi strata satu (S ) pada prodi Hukum Pidana Islam Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual sebagai pedoman bagi penulis dalam melakukan
penelitian guna untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam judul
proposal dan menghindari penafsiran yang berbeda sehingga penulisan ini
terarah dan lebih baik maka skripsi ini sangat perlu untuk diperhatikan
kerangka konsep dibawah ini:
. Illegal logging
Aktifitas penebangan kayu, pencurian kayu dan pembalakan kayu
yang diambil dari kawasan hutan dengan tidak sah atau tanpa izin yang
sah dari pemerintah kemudian berdasarkan hasil beberapa kali seminar
dikenal dengan istilah illegal logging.10
Illegal logging terjadi karena
adanya kerjasama antara masyarakat lokal berperan sebagai pelaksana
dilapangan dengan para cukong bertindak sebagai pemodal yang akan
membeli kayu-kayu hasil tebangan tersebut, adakalanya cukong tidak
hanya menampung dan membeli kayu-kayu hasil tebangan namun juga
mensuplai alat-alat berat kepada masyarakat untuk kebutuhan
pengangkutan.
Untuk mengatasi maraknya tindak pidana illegal logging jajaran
aparat penegak hukum (penyidik Polri maupun penyidik PPNS yang
10 Diakses melalui alamat https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembalakanliar
lingkup tugasnya bertanggung jawab terhadap pengurus hutan,
Kejaksaan maupun Hakim) telah mempergunakan Undang-Undang
No. Tahun tentang kehutanan diubah dengan Undang-Undang
No. Tahun tentang peraturan Pemerintah. Kedua Undang-
Undang tersebut tentang kehutanan sebagai instrumen hukum untuk
menanggulangi tindak pidana illegal logging, meskipun secara limitatif
(bersifat membatasi) Undang-Undang tersebut tidak menyebutkan
adanya istilah illegal logging.
. Hukum Adat
Hukum adat menurut istilah merupakan terjemahan dari adatrecht
yang pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje
pada tahun . Kemudian digunakan oleh Prof. Cornelis van
Vollenhen yang dikenal sebagai penemu hukum adat dengan sebutan
bapak hukum adat dan penulis buku Het adatrecht nam Nederlands
Indie.11
Jadi dapat disimpulkan pengertian hukum adat adalah tampak
dalam penetapan (putusan-putusan) petugas hukum, misalnya putusan
kepala adat, putusan hakim perdamain desa dan sebagainya sesuai
dengan lapangan kompetensinya masing-masing.
Didalam pengambilan keputusan, para pemberi keputusan
berpedoman pada nilai-nilai universal yang dipakai oleh tetua adat,
antara lain:
11 Dr. St. Laksanto Utomo, Hukum Adat, (PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: ) hal
a. Asas gotong royong,
b. Fungsi sosial manusia dan milik dalam masyarakat,
c. Asas persetujuan sebagai dasar dari kekuasaan umum
(musyawarah),
d. Asas perwakilan dan permusyawaratan.
Terdapat perbedaan pendapat dalam hal pengertian hukum adat,
antara lain sebaagai berikut:
a. Menurut kamus besar bahasa indonesia, adat adalah aturan
(perbuatan dan sebagainya) yang lazim dituruti dan dilakukan sejak
dulu kala, cara (kelakuan dan sebagainya) yang sudah menjadi
kebiasaan, wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
budaya, norma, hkum, dan aturan yang satu dengan lainnya
berkaitan menjadi suatu sistem. Karena istilah adat yang telah
diserap kedalam bahasa indonesia menjadi kebiasaan maka istilah
hukum adat dapat disamakan dengan hukum kebiasaan.
b. Menurut Van Djik, kurang tepat bila hukum adat diartikan sebagai
hukum kebiasaan. Menurutnya hukum kebiasaan adalah kompleks
peraturan hukum yang timbul karena kebisaan berarti demikian
lamanya orang bisa bertingkah laku menurut suatu caa tertentu
sehingga lahir suatu peraturan yang diterima dan juga diinginkan
oleh masyarakat. Jadi menurut Van Djik, hukum adat dan hukum
kebiasaan itu memiliki perbedaan.
c. Menurut Soejono Soekanto, hukum adat hakikatnya merupakan
hukum kebiasaan, namun kebiasaan yang mempunyai akibat
hukum (das sein das sollen). Berbeda dengan kebiasaan (dalam arti
biasa), kebiasaan yang merupakan penerapan dari hukum adat
adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam
bentuk yang sama menuju kepada Rechtsvaardige Ordening Der
Semenleving.
d. Menurut Syekh Jalaluddin menjelaskan bahwa hukum adat
pertama-tam merupakan persambungan rali antara dulu dengan
kemudian, pada pihak adanya atau tiadanya yang dilihat dari hal
yang dilakukan berulang-ulang. Hukum adat tidak terletak pada
peristiwa tersebut melainkan pada apa yang tidak tertulis
dibelakang peristiwa tersebut, sedang yang tiddak tertulis itu adalah
ketentuan keharusan yang dibelakang fakta-fakta yang menentukan
bertautnya suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain.12
Adat atau dalam bahasa arab disebut dengan ‘uruf dari segi
bahasa berarti kelaziman-kelaziman. Adapun menurut istilah, adat
berarti perbuatan yang secara terus menerus dan berulang-ulang
dikerjakan oleh manusia dalam masalah-masalah yang dapat diterima
oleh akal. Pendapat lain mengatakan bahwa ‘uruf ialah sesuatu yang
telah dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan dikalangan
mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan.
12 Ibid hal -
Hasbi ash Shiddiqy membedakan istilah ‘uruf dan adat kebiasaan.
‘uruf ialah urusan yang disepakatinya oleh segolongan manusia dalam
perkembangan hidupnya. Sedangkan adat ialah “pekerjaan yang
berulang-ulang dilakukan oleh perorangan dan oleh golongan-
golongan”.
Didalam al-Quran perkataan ‘uruf terdapat dalam surah Al-a’raf
ayat :
الجا هلين وامربا لعرف واعرض عن
Artinya:“Dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (terkenal baik)
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”.13
Dalam qaidah-qaidah Fiqh para ulama ada yang menggunakan
‘uruf dan ada yang menggunakan adat (‘adah) seperti
عرف كالت عيين بالن ص عيين بال الت
“Yang telah tetap berdasarkan kebiasaan sama dengan yang telah
tetap berdasarkan nash”
المعروف عرفاكالمشروط شرطا
“Sesuatu perbuatan yang dipandang baik sebagai kebiasaan
sebagaimana sesuatu yang disyaratkan itu menjadi syarat”.
مة ال عادةمحك
13
H. Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, ) hal
“Adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum”.
Dari beberapa pengertian ‘uruf atau adat kebiasaan yang
diberikan oleh beberapa ulama dan yang ada dalam nash dapat
dikemukakan bahwa: adat kebiasaan adalah perbuatan yang
dilaksanakan secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan yang
disepakati pelaksanaannya sehingga cenderung merupakan hukum yang
tidak tertulis dengan adanya sanksi bagi yang melanggarnya.14
Mengenai persoalan penegakan hukum adat Indonesia, ini
memang sangat prinsipal karena adat merupakan salah satu cermin
bangsa, adat merupakan identitas bagi bangsa, dan identitas bagi tiap
daerah.
. Hukum Islam
Kata hukum Islam sebenarnya tidak ditemukan sama sekali dalam
alquran, sunnah dan literatur hukum dalam islam. Akan tetapi, yang ada
dalam al-Quran adalah kata syariah, fiqh, hukum Allah, dan yang
seakar dengannya. Kata hukum islam merupakan terjemahan dari term
islamic Law dari literatur barat. Dewasa ini, hukum Islam
diidentifikasikan dengan peraturan perundang-undangan islam.
Hukum Islam menemui urgensinya ketika melihat betapa
beragamanya mazhab dan interpretasi fiqih dalam masyarakat.
Masyarakat akan terhindar dari kebingungan akan beraturan berbagai
14
Amir Mu’allim, Adat Kebiasaan Dan Kedudukannya Dalam Perkembangan Huku Islam
Di Indonesia, . Hal -
fatwa dan fanatisme mashab. Oleh karena pilihan mazhab dan unifikasi
hukum ditentukan oleh negara.15
F. Tinjaun Pustaka
Studi relevan adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (peneliti-
peneliti lain) yang terkait dengan penelitian ini padaa aspek fokus/tema yang
diteliti. Di bawah ini adalah tiga penelitian yang memiliki keterkaitan
dengan penelitian ini, yaitu:
Moch. Ridwan Almurtaqi ( ) dengan skripsi berjudul Penegakan
Hukum Bagi pelaku Pembalakan Liar Perspektif Hukum Positif dan Filsafat
Hukum Islam. Dari penelitian ini menunjukkan hasil, yaitu: Pertama,
pembalakan liar merupakan praktek kejahatan yang terorganisir. Data
menunjukkan bahwa pelaku pembalakan liar melibatkan oknum penegak
hukum. Hal tersebutlah yang menjadikan kendala dan hambatan dalam
proses pebegakan hukumnya. Kedua, Undang-undang Kehutanan yang ada
sekarang ini belum secara tegas menanggulangi penegakan hukum
pembalakan liar. Hal tersebut dapat dilihat pada pasal Undang-undang
No. Tahun tentang Kehutanan, menunjukkan bahwa sanksi
terhadap pelaku pembalakan liar masih kurang tegas, karena belum adanya
sanksi minimal. Ketiga, dampak ekologis dari adanya pembalakan liar
adalah banjir bandang, tanah longsor dan semakin menipisnya persediaan air
disekitar kawasan hutan. Tak sedikit nyawa yang melayang yang disebabkan
15
Warkum Sumitro, Hukum Islam di Tengah Dinamika Politik di Indonesia, Jatim. hal
akibat gundulnya hutan yang menimbulkan banjir dan longsor. Keempat,
dalam hukum islam praktik pembalakan liar dikategorikan sebagai tindak
pidana hirabah, karena pembalakan liar tindakan kejahatan yang
menyebabkan kekacauan dan kerusakan di muka bumi ini, yang menjadi
korbannya adlah seluruh makhluk hidup di bumi ini, seebagaimana yang
dijelaskan dalam Al-Quran surh Al-Ma’idah ayat dan ayat , yang
secara tegas mengatur tentang hukuman mati terhadap pelaku kerusakan di
bum ini.
Eka Putra Doni ( ) dengan skripsi berjudul Pelaksanaan
Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Penebangan Liar (Studi Kasus di
Polres Aro Suka Solok). Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa
pelaksanaan penyidikan terhadap pidana penebangan liar ini sangat
didominasi oleh pidahk penyidik polri, koordinasi terpenting dalam
penydikan tindak pidana penebangan liar adalah koordinasi dalam
mendatangkan saksi ahli oleh penyidik pegawai nnegeri sipil kehutanan,
serta terdapatnya kendala-kendala yang dihadapi penyidik dalam penyidikan
tindak pidana penebangan liar ini serta supaya yang dilakukan oleh penyidik
dalam menanggulangi kendala-kendala tersebut. Kendala utama yang
dihadapi penyidik adalah sulitnya pengungkapan beberapa kasus tindak
pidana penebangan liar karena penyidik hanya menemukan barang bukti dan
tidak menemukan tersangka pemilik barang bukti tersebut.
Zahrotun Nazia ( ) dengan skripsi berjudul Kajian Yuridis
Mengenai Illegal Logging di Kawasan Hutan (Studi Kasus Illegal Loging di
Balai Taman Nasional Meru Betiri Kabupaten Jember). Kesimpulan yang
diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah yang pertama, faktor utama yang
sangat mempengaruhi terjadinya illegal logging adalah konflik teritorial
hutan, karena tingginya angka kemiskinan dan rendahnya sumber daya
manusian yang ada di daerah sekitar kawasan hutan. Kedua, diperlukan
upaya yang sungguh-sungguh untuk mengatasi masalah penebangan liar
yaitu melalui upaya preventif, dengan pendekatna kesadaran dan
kesejahteraan masyarakat, upaya perbaikan sislem pengelolaan kehutanan
dan perangkat perundang-undangan. Dalam hal ini upaya untuk mengatasi
kerusakan hutan atau illegal logging yang sudah dilakukan pemerintah
khususnya Balai Taman Nasional Meru Betiri sudah sesuai dengan pasal
ayat Undang-Undang Nomor Tahun tentang kehutanan yaitu
pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat melalui berbagai
kegiatan di bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna. Antara
lain yaitu peran serta dalam mengatasi permasalahan perusakan hutan, dan
Polhut dari Balai Taman Nasional Meru Betiri sudah mengikutsertakan
masyarakat sekitar kawasan penyangga di Taman Nasional Meru Betiri
dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Bambang Tri Bawono, SH,. MH. dan Anis Mashdurohatun, SH.,
M.Hum dalam jurnal nya yang berjudul Penegakan Hukum Pidana di
Bidang Illegal Logging Bagi Kelestarian Lingkungan Hidup dan Upaya
Penanggulangannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari Jurnal ini adalah
Pertama, ketentuan dalam KUHP tindak pidana terhadap kehutanan adalah
tindak pidana khusus yang diatur dengan ketentuan khusus. Ada dua kriteria
yang menunjukkan hukum pidana khusus itu. Yaitu pertama, orang-
orangnya atau subjeknya yang khusus, dan kedua perbuatannya yang
khusus. Kedua, terdapat unsur-unsur tindak pidana umum dalam KUHP
yakni pengrusakan, pencurian, penyelundupan, pemalsuan dan penadahan.
Ketiga, dampak Illegal Logging yang dirasakan masyarakat Indonesia pada
musim hujan seperti banjir dan tanah longsor, belum lagi berkurangnya
sumber mata air di daerah perhutanan dan hilangnya lapisan tanah yang
subur akibat banjir dan tanah longsor.
Dari beberapa penelitian di atas penulis memang menemukan
kesamaan dibagian tema yakni membahas tentang pembalakan liar atau
illegal logging, namun berbeda dengan penelitian yang akan penulis
lakukan yakni bertujuan untuk mengetahui peran adat atau lembaga adat
masyarakat dalam menyelesaikan kasus pembalakan liar atau bisa disebut
juga dengan illegal logging (studi kasus hutan adat desa guguk kecamatan
renah pembarap kabupaten merangin).
Kemudian tidak hanya itu dalam penyelesain kasus illegal logging
secara adat tersebut penulis juga mencamtumkan pandangan hukum islam
tentang penyelesain kasus illegal logging yang secara adat tersebut.
G. Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini, maka
penulis menyusun jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel I
Jadwal Penelitian
N
o Kegiatan
Tahun -
September-
desember januari Februari Maret-juni
Juli-
agustus Agustus
Pengajuan
Judul
X
Pembuatan
Proposal
X
Pra Riset
X
Perbaikan
dan seminar
X
Surat izin
riset
X
Pengumpula
n data
X
Pengolahan
dan analisis
data
lanjutan
X
Bimbingan
dan
perbaikan
X
Agenda dan
Ujian
Perbaikan
dan
penjilidan
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Desa Guguk, Kecamatan Renah
Pembarap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dengan pertimbangan
bahwa tempat atau lokasi tersebut dapat memperoleh data yang
diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan skripi.
. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari – Mei .
B. Pendekatan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, maka pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris yang akan fokus
pada perilaku (behavior) yang berkembang dalam masyarakat, atau
bekerjanya hukum dalam masyarakat. Jadi hukum dikonsepkan sebagai
perilaku nyata (actual behavior) yang meliputi perbuatan dan akibatnya
dalam hubungan hidup bermasyarakat.16
Penilitian ini menggunakan bahan-bahan hukum, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis maupun dari bahan hukum primer dan sekunder.
Didalam penelitian ini hukum akan di lihat sebagai das sollen das sein yang
16
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Tesis serta Disertasi
(Kerinci: STAIN KERINCI PRESS ) hal
berkesinambungan antar norma dan sosial dalam Penyelesain Kasus Illegal
Logging Secara Adat di Hutan Adat desa Guguk ditinjau Dari Hukum Islam
(Studi Kasus desa Guguk, kec. Renah Pembarap, kab. Merangin).
C. Jenis dan Sumber Data
. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari data
lapangan dan diperoleh dari para responden,17
ataupun data yang didapat
langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama.18
Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh sumber perantara dan diperoleh
dengan cara mengutip dari sumber lain.19
. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari:
a. Al-Qur’an dan Hadits
b. Wawancara dengan Ketua Pengelola Hutan Adat Guguk
c. Wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Desa Guguk
d. Wawancara dengan Tokoh Agama Desa Guguk
e. Wawancara dengan Masyarakat Umum Desa Guguk
17
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,
(Bandung: Alfabeta, ), hal . 18
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, ),
hal . 19
Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi(Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press dan
Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, ), hal - .
f. Dokumen Piagam kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan
Adat Guguk Kecamatan Renah Pembarap Kabupatn Merangin.
g. Arsip dari Kelompok Pengelola Hutan Adat Guguk dan Dokumen
Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat
Guguk.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yang diperoleh dengan
melakukan studi kepustakaan yaitu melakukan kegiatan membaca,
mengutip, mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian dan data sekunder ini hanya
diperlukan sebagai penunjang atau pendukung data primer.20
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan dan fakta penelitian. Beberapa alat atau instrument tentang
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah tiga istrumen sebagai
berikut.21
. Penelitian Pustaka
Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan teknik
penelitian pustaka dengan menelaah dan mengkaji buku-buku yang
berkaitan dengan karya ilmiah ini. Buku-buku tersebut bisa diperoleh
peneliti dari perpustakaan UIN STS Jambi, perpustakaan wilayah Jambi
20 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Tesis serta Disertasi (Kerinci:
STAIN KERINCI PRESS ) hal . 21
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, . hal .
dan buku-buku khusus milik pribadi penulis sendiri sebagai bahan
rujukan dan acuan dalam penyelesaian penelitian ini.
. Penelitian Lapangan
a. Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah instrument untuk
mendapatkan data utama dalam menilai. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipasi.
Kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat dan selama proses
observasi akan dibuat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan
pengecekan data kembali mengenai Penyelesain Kasus Illegal
Logging Secara Adat di Hutan Adat desa Guguk ditinjau Dari
Hukum Islam (Studi Kasus desa Guguk, kec. Renah Pembarap,
kab. Merangin).
b. Wawancara
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mentah
dari informan, sehingga dapat ditemukan data baru yang tidak
terdapat dalam dokumen. Informan dalam penelitian ini adalah
orang yang mengetahui dengan pasti persoalan yang terjadi. Oleh
karena itu, secara khusus wawancara ini ditujukan kepada
masyarakat dan ketua pengurus Hutan Adat desa Guguk. Terkait
dengan permasalahan dalam penelitian tentang Penyelesain Kasus
Illegal Logging Secara Adat di Hutan Adat desa Guguk ditinjau
Dari Hukum Islam (Studi Kasus desa Guguk, kec. Renah
Pembarap, kab. Merangin), baik prosesnya dan kendala-kendala
apa saja yang terjadi dalam proses pemenuhan hak tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data
peninggalan tertulis seperti arsip, dan termasuk buku-buku tentang
pendapat, teori, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini dokumentasi penelitian didapat dari arsip-
arsip kasus illegal logging dan bentuk penyelesaiannya.
E. Teknis Analisis Data
Analisis data sebagai bagian dari isi penelitian, mendasarkan
analisisnya dari data yang disajikan.22
Menganalisis data merupakan suatu
langkah yang sangat kritis dalam penelitian.23
Dalam menganalisis data,
penulis menggunakan teknik analisis data versi Miles dan Huberman
sebagai berikut:24
. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data yang berarti
merangkum dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan
22
Suratman dan Philips Dillah, Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum,
(Bandung: Alfabeta, ), hal . 23
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, ), hal . 24
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, ), hal - .
membuang yang tidak perlu.25
Reduksi data atau data reduction dapat
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan menggolongkan,
mengkategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data
yang terkumpul dapat diverifikasi.
. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian
sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat
juga berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk yang
padu dan mudah dipahami.
. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif.Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan
melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran
25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, ), hal .
kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu
dilaksanakan.
F. Sistematika Penulisan
Guna mengetahui dan memahami isi dalam skripsi ini, maka perlu
diperhatikan sistematika penulisan dibawah ini:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
konsep dan tinjauan pustaka.
Bab II Metode Penelitian, dalam bab ini diuraikan tentang: tempat dan
waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis data dan sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data, sistematika penulisan dan jadwal
penelitian.
Bab III merupakan tinjauan umum tentang gambaran umum penelitian
dan lokasi penelitian mengenai penyelasain kasus illegal logging secara adat
di hutan adat guguk ditinjau dari hukum islam
Bab IV pembahasan dan hasil penelitian, mengenai penyelasaian
kasus illegal logging secara adat di hutan adat guguk ditinjau dari hukum
islam.
Bab V Penutup, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya dan dari kesimpulan yang diperoleh tersebut penulis akan
memberikan saran sebagai refleksi bagi semua pihak baik yang terlibat
langsung maupun tidak langsung.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis Dan Geografis
. Historis Hutan Adat desa Guguk
Desa Guguk Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi merupakan salah satu desa tua yang dulunya dikenal
dengan pusat pemerintahan Marga Pembarap. Sampai tahun masih
kita jumpai bangunan kantor tempat Ninik Mamak sidang untuk
memutuskan perkara. Menurut tetua adat nenek moyang masyarakat
desa Guguk berasal dari Mataram dan Minangkabau. Pada waktu itu
pusat pemerintahan Marga Pembarap berada disisi selatan sungai
Merangin yaitu di Paligai Panjang. Disinilah berdiri gubuk-gubuk
tempat mereka menetap, Kemudian pemukiman berangsur pindah
kesebelah utara sungai Merangin yaitu dusun Guguk sekarang dan
Pemukiman yang lama Paligai Panjang tidak dihuni oleh warga lagi
sampai kini masih ada satu bangunan Tua yang masih kokoh yang
berdiri di dusun Paligai Panjang dan makam para leluhur nenek moyang
masyarakat Desa Guguk.26
Desa Guguk merupakan pusat pemerintahan Marga Pembarap,
Marga adalah bentuk pemerintahan kecil di Jambi saat itu, Undang-
26
gugukforest.blogspot.com Diakses pada tanggal Desember pada jam . wib
Undang Nomor Tahun Tentang Pemerintahan Desa maka Marga
Pembarap dilebur menjadi Desa yaitu Desa Guguk, Desa Parit Ujung
Tanjung, Desa Baru Air Batu, dan Desa Merkeh. Pada Tahun -
dengan pemekaran kecamatan yang dulunya tergabung di dalam
kecamatan Sungai Manau Lama tahun - menjadi kecamatan
Renah Pembarap dengan desa yaitu desa Guguk, desa Simpang Parit,
desa Parit Ujung Tanjung, desa Air Batu, desa Marus Jaya, desa
Merkeh dan Desa Reamnah Medan.27
Secara Administrasi Desa Guguk berbatas dengan :
a. Sebelah Utara Berbatas dengan Desa Muara Bantan
b. Sebelah Selatan Berbatas dengan Desa Lubuk beringin dan exs.
HPH INJAPSIN
c. Sebelah Timur berbatas dengan Desa Marus Jaya dan Desa Baru
Air Batu
d. Sebelah Barat Berbatas dengan Desa Simpang Parit dan Desa Parit
Ujung Tanjung.
Hutan Adat desa Guguk berada di Bukit Tapanggang yang
dulunya Sebagian kawasan Hutan adat berada di areal Konsespi HPH.
INJAPSIN.CO. dengan menempuh perjalanan panjang dan berliku
berawal dari ide seorang tokoh masyarakat yaitu Datuk H. Abu Bakar
(almarhum) untuk memperjuangkan bahwa ini tanah adat kami katanya
nanti kita ambil kita punya bukti yaitu Piagam Lantak Sepadan dan Peta
27
Dokumen Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupatn Merangin.
wilayah pada zaman penjajahan Belanda, maka HPH INJAPSIN. CO
mangakui bahwa mereka salah masuk kedalam wilayah adat desa
Guguk tanpa permisi sesuai dengan kata adat “Masuk Kandang
Kambing Mengembek dan masuk Kandang Kerbau menguek”. Dengan
persetujuan HPH INJAPSIN.Co dengan nomor Surat /Js/IX/
kawasan Hutan Adat ± Ha masuk kedalam Kawasan Hutan Adat
desa Guguk “Hutan Adat Bukit Tapanggang” dengan Luas Ha.
Setelah HPH. INJAPSIN. Co menyerahkan areal konsesinya
maka dengan gerak cepat pemerintahan desa, BPD dan Ketua Lembaga
adat serta kelompok pengelola mengajukan kepada Bupati Merangin
untuk mengukuhkan kawasan Hutan Adat Bukit Tapanggang. Karena
masih ada persoalan tapal batas dengan desa tetangga maka Bupati
Merangin Membentuk Tim Terpadu dengan surat Keputusan Nomor
Tahun tanggal Februari tentang penyelesaian tapal batas
antara desa Parit Ujung Tanjung dan desa Guguk dengan berita acara
yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Dari hasil kesepakatan tersebut pada tanggal November
ditetapkanlah Kawasan Hutan Adat Bukit Tapanggang dengan luas
Ha sesuai dengan SK Bupati Merangin H. ROTANI YUTAKA, SH
Nomor Tahun dengan Upacara Adat.28
28
Dokumen Piagam kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupatn Merangin.
B. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan Guguk
. Visi
“Terselenggaranya Pengelolaan Kawasan Hutan Adat Desa
Guguk yang Maju, Mandiri dan Bermartabat Menuju Desa Guguk
menjadi Desa Wiasata”
. Misi
Misi Kelompok Pengelola Hutan Adat Desa Guguk
a. Melaksanakan pengamanan kawasan secara terus menerus
b. Mewujudkan Lembaga Pengelolaan secara transparan
c. Mendorong peran serta masyarakat dalam mendukung kegiatan
Pengelolaan Hutan Adat Desa Guguk
d. Mewujudkan Fungsi kawasan Sebagai Tempat perlindungan Flora
Fauna
e. Melakukan kerjasama pihak terkait untuk mendukung
keberlangsungan pengelolaan kawasan Hutan Adat Desa Guguk.29
C. Maksud dan Tujuan Pengelolaan Hutan Guguk
. Maksud dibentuk Rencana kerja Kelompok Pengelola Hutan adat desa
Guguk adalah sebagai pedoman pengelolaan kawasan untuk periode
tahun yaitu periode s/d
. Tujuan disusun Rencana Kerja Kelompok Pengelola Hutan Adat adalah
untuk mewujudkan keberlangsungan fungsi kawasan Hutan agar Hutan
29
Program Kerja Kelompok Pengelola Hutan Adat Desa Guguk.
Adat Desa Guguk untuk dikembangkan menjadi tempat penelitian,
wisata, dan cadangan kayu masa depan bagi masyarakat desa Guguk.
. Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait untuk
membantu masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan kawasan Hutan
Adat Guguk agar lebih maju, mandiri serta bermartabat.
D. Dasar Pengelolaan Hutan Guguk
. Undang-Undang Nomor Tahun tentang Penataan Ruang
Pengelolaan dan kawasan budidaya ( Kawasan Hutan Lindung antara
lain Taman Nasional, swaka alam, taman hutan raya dan wisata alam ).
. Undang-Undang Nomor Tahun tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan ekosistemnya.
. Undang-Undang Nomor Tahun tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
. Undang-Undang Nomor Tahun tentang diakuinya masyarakat
adat, beserta kedaulatan ( politik, ekonomi, dan hokum ) atas
wilayahnya.
. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. /Menhut-II/ tantang Tata
cara perizinan usaha pemamfaaatan penyerapan dan/atau penyimpanaan
karbon pada hutan produksi dan hutan lindung.
. Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor tahun , tentang
Pengurusan hutan dan retribusi Hasil Hutan.
. Keputusan Bupati Merangin Nomor Tahun , tentang
Pengukuhan Kawasan Bukit Tapanggang sebagai hutan adat Desa
Guguk Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.
. Keputusan Bersama Kepala Desa Guguk, BPD Desa Guguk, dan
Lembaga Adat Desa Guguk Nomor /KB/III/ , tentang Penetapan
Kelompok Pengelola Hutan Adat (KPHA) Desa Guguk periode -
.30
30
Program Kerja Kelompok Pengelola Hutan Adat Desa Guguk Masa Bakti – .
E. Struktur Organisasi Pengelola Hutan Adat
Struktur Organisasi
Kelompok Pengelola Hutan Adat (Kpha)
Desa Guguk Kec.Renah Pembarap Kabupaten Merangin Periode -
PEMBAHASAN
M.RISAL BIKRI, S.Pd
SEKRETARIS
KEPALA DESA GUGUK
PELINDUNG
BPD DESA GUGUK
LEMBAGA ADAT DESA
GUGUK
KETUA KALDU MALINDAN
PENASEHAT
KETUA KALBU SANGARAHAN
KETUA KALBU MANGKA’I
SEKSI-SEKSI
SOFIAN HADI, S.Pd
KETUA
WAKIL KETUA
RAZALI, S.Pd
NUR ASIAH. AK, A,Ma
BENDAHARA
SAMSURI, S.Pd
WAKIL SEKRETARIS
BIDANG
PERLENGKAPA
N
KOORDINATOR
M.DONG
ANGGOTA
SAIDINA USMAN
RUNADI
HAMZAH
AL-FIRMAN
HIBRULLAH,S.Pd
MAHALLI SIDIKI
ISMAIL FAHMI
M.RIDO AGUSTI
KEPALA DUSUN GUGUK
PEMBINA
K. DUSUN PALIGAI PANJANG
K. DUSUN TALANG SEMBILAN
K. DUSUN SIMPANG GUGUK
W. KONSERVASI INDONESIA
PENDAMPING
PENYULUH KEHUTANAN
PENYULUH PERKEBUNAN
PENYULUH PERTANIAN
MAHMUDI
ZAHABUDDIN
IRAWAN
IWAN HERMAWAN
FAISOL
KOORDINATOR
BIDANG
PEMBIBITAN
Ismed Khuswen,S.Pd
ANGGOTA
ARIFIN
AJRULLAH
EDI KADAFI,S.Pd
FAJAR SIDDIK
ROMI JULIZA
MERI DIANA,S.Pd
KOORDINATOR
PENELITIAN
PENGEMBANGA
N
M. HAFIZ,A.Md
ANGGOTA
SOPYA RAHMAN,S.Pd
KHOLIK,S.Pd
SOBIRIN,S.Pd
ISNAINI
RIAN SUSETIA
LIGAC
FEBRUISMI,S.Pd
KOORDINATOR
BIDANG
PARIWISATA
Rizki Agus Setiadi,S.Pd
ANGGOTA
SURAIYAH,S.Pd
ROSMANI,S.Pd
ROMA JULIZA
MIFTAHUL HUSNA
ERMAYANTI
KOORDINATOR
BIDANG
PEMONDOKAN
Drs.M.AMIN
ANGGOTA
SUMARNO,S.Pd
RIDUAN.Z.
ZULPAINI,S.Pd
NAJAMUDIN
AMAR KADAFI
AGUS RUDI,S.Pd
KOORDINATOR
BIDANG
HUMAS
Drs.MUSLIM
ANGGOTA
ANSORI
ABDUL HADI
SYAFUAN HADI
YOHANER SURI
M.ZAKI
ARI AKBAR
RONI HENG
KOORDINATOR
KEAMANAN
DAN
PENGAWASAN
ZULKIFLI ABBAS
ANGGOTA
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Proses Penyelesaian Kasus Illegal Logging Secara Adat Di Hutan
Guguk
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi dalam kelompok alam
lingkungannya, yang mana antara satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem
penyangga kehidupan, hutan telah memberikan manfaat yang besar bagi
umat manusia. Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu:
. Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai pelindung kehidupan dan untuk tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah.
. Hutan Koservasi, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
. Hutan Produksi merupakan kawasan/areal hutan yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan
bagi konsumsi masyarakat, industri dan ekspor atau dengan kata lain
hutan produksi mempunyai fungsi pokok dalam memproduksi hasil
hutan.31
Secara umum fungsi hutan untuk kehidupan adalah sebagai bagian
dari cagar lapisan biosfer, hutan memiliki banyak fungsi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Bukan hanya manusia,
hewan dan tumbuhan pun sangat memerlukan hutan untuk kelangsungan
hidupnya. Ketiga hutan di atas dilindungi oleh pemerintah. Dalam buku
perlindungan dan pengamanan hutan yang ditulis oleh Mappotoba Sila
menjelaskan bahwa Perlindungan hutan merupakan usaha, kegiatan, dan
tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan
dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta untuk
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan.
Dalam halaman yang lain Beliau juga memaparkan bahwa yang
dimaksud dengan hasil hutan yaitu hasil-hasil yang diperoleh dari hutan
seperti yang diuraikan di bawah ini:
. Hasil nabati seperti perkakas, kayu industri, kayu bakar, bamboo,
rotan, rumput-rumputan, dan lain-lain bagian dari tumbuh-tumbuhan
atau yang dihasilkan oleh tumbuhan yang berada di dalam hutan,
termasuk hasil berupa minyak.
. Hasil hewan seperti satwa buruan dan lain-lain serta bagian-
bagiannya atau yang dihasilkannya.
31
Peraturan Pemerintah RI No. tahun tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal ayat
( )
Pentingnya perlindungan atau konservasi sebagaimana dijelaskan
dalam dalam buku Fachruddin Majeri Mangunjaya memang sudah lama
disadari karena perubahan musim di Indonesia yang kerap kali ekstrem.
Terkadang diikuti oleh kebakaran hutan yang menyebabkan masalah
lingkungan hingga ke negara tetangga. Pembukaan lahan hutan yang
dilakukan dengan cara membakar mengakibatkan masalah lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan. Asap dan sisa pembakaran yang
ditimbulkan juga merugikan kesehatan, sehingga banyak masyarakat
yang menderita gangguan saluran pernafasan (ISPA). Kerugian dalam
bidang pariwisata dan transportasi juga ikut terganggu akibat asap
kebakaran hutan.
Memburuknya kondisi lingkungan ini menurut pendapat beliau
merupakan akibat dari perbuatan manusia sendiri yang tidak lagi
bersahabat dengan alam, padahal kita mengetahui, bahwa keberadaan
hutan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini di antaranya
sebagai paru-paru dunia, mengendalikan bencana alam, rumah bagi flora
fauna, dan masih banyak lagi. Hutan alam yang tadinya berfungsi sebagai
pelindung telah berubah menjadi perkampungan dan tempat tinggal.
Sementara itu di hutan-hutan Indonesia masih berlangsungnya
pembalakan liar (Illegal Logging) dan pembakaran hutan yang
kemudian lebih memperburuk kondisi alam Indonesia karena kawasan-
kawasan alami telah turut dicuri kayunya dan diperdagangkan.32
Hal ini juga terjadi di kawasan hutan Adat yang berada di Desa Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Pada bulan Januari
sampai Maret di tahun , kawasan hutan adat Guguk dirambah oleh
sekelompok masyarakat luar daerah Desa Guguk yaitu masyarakat Desa
Muara Siau.33
Kasus serupa juga terjadi diawal tahun tepatnya pada
bulan Februari sampai Maret, hutan adat Guguk menjadi sasaran pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka menebang kayu, mengambil
kayu, serta membuka lahan perkebunan yang mana lahan tersebut masuk
dalam kawasan hutan Guguk.34
Dalam proses penyelesaian kasus ini pihak pengelola hutan Adat
Guguk masih menggunakan proses yang tradisional, yaitu menggunakan
proses adat yang telah turun temurun dipakai masyarakat setempat apabila
terjadi Illegal Logging. Dalam Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan
Pengelolaan Hutan Adat Guguk Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten
Merangin dijelaskan bahwa apabila terdapat sekelompok masyarakat atau
oknum masyarakat baik dari Desa setempat maupun Masyarakat luar Desa
32
Fachrudin Majeri Mangunjaya, Ekopesantre: Bagaimana Merancang Pesantren Ramah
Lingkungan, (DKI Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, ) hal . 33
Wawancara dengan Sopian Hadi, Ketua Pengelola Hutan Adat Desa Guguk, Maret
. 34
Wawancara dengan Sopian Hadi, Ketua Pengelola Hutan Adat Desa Guguk, Maret
.
yang melakukan pelanggaran atas ketentuan hutan adat akan dikenakan
sanksi berupa:35
. Barangsiapa yang melakukan penebangan liar dengan maksud untuk
menjual kayu hasil tebangan tersebut di dalam kawasan hutan Adat,
dikenakan sanksi menurut hukum adat dengan satu ekor kerbau, beras
gantang36
, kelapa buah, serta selemak semaninya37
, atau denda
Rp. . . ,- dan kayu serta alat penebangan disita untuk Desa.
. Barangsiapa yang menebang hutan Adat untuk membuat humo atau
kebun dikenakan sanksi menurut hukum adat satu ekor kerbau, beras
gantang, kelapa buah, serta selemak semanisnya atau denda
Rp. . . ,-.
. Barangsiapa mengambil hasil hutan Adat tanpa izin dikenakan sanksi
denda setinggi tingginya satu ekor kambing, gantang beras, buah
kelapa, dan selemak semanisnya.
. Barangsiapa yang mengambil buah-buahan dengan menebang dan
merusak pohonnya dikenakan sanksi satu ekor kambing, gantang
beras dan selemak semanisnya.
. Apabila ketentuan sanksi tidak dilaksanakan maka pelaku pelanggaran
akan diajukan ke hukum Negara oleh Kepala Desa, BPD dan Lembaga
Adat setelah mendapat laporan masukan dari Kelompok Pengelola
Hutan Adat.
35
Dokumen Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. 36
Gantang adalah satuan isi atau ukuran dalam beras. gantang sama dengan Kg. 37
Terdapat juga mengenai Ketentuan Tambahan bagi yang melakukan
pelanggaran atas ketentuan hutan adat akan dikenakan sanksi berupa:38
. Dalam membuat keputusan terhadap pelanggaran dan perubahan
terhadap Piagam kesepakatan ini dilakukan melalui musyawarah tingkat
Desa.
. Pembagian hasil denda dan hasil dari izin pemanfaatan hutan Adat
dengan ketentuan untuk kas Desa, untuk kas Kelompok
Pengelola Hutan Adat, untuk Kas Kalbu, dan untuk Kas
Karang Taruna.
Pada kasus ini sanksi yang dikenakan terhadap pelaku penebangan liar
terdapat pada poin yaitu “Barangsiapa yang melakukan penebangan liar
dengan maksud untuk menjual kayu hasil tebangan tersebut di dalam
kawasan hutan Adat, dikenakan sanksi menurut hukum adat dengan satu
ekor kerbau, beras gantang, kelapa buah, serta selemak semanisnya,
atau denda Rp. . . ,- dan kayu serta alat penebangan disita untuk
Desa.
Pada penyelesaian kasusnya di lapangan pihak pengelola hutan adat
menyita barang atau alat yang digunakan pelaku dalam proses penebangan
liar serta memerintahkan utusan atau Ninik Mamak dari pihak pelaku untuk
datang dengan tujuan bermusyawarah dalam menyelesaikan kasus ini. Pihak
pengelola memberikan jangka waktu kepada pelaku untuk mendatangkan
utusan atau Ninik Mamak selama minggu. Apabila pelaku tidak
38
Dokumen Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.
mengindahkan perintah tersebut maka pihak pengelola Hutan Adat Desa
Guguk akan menyerahkan kasus ini pada pihak yang berwajib.
Pada musyawarah antara Ninik Mamak pihak pelaku dan Ninik
Mamak pihak Desa Guguk terjadi negosiasi jumlah denda adat dari
Rp. . . ,- menjadi Rp. . . ,-, hal ini disebabkan karena luas
kawasan Hutan Adat Guguk yang dirambah oleh pelaku tidak begitu luas
yaitu seluas hektar dan kayu yang diambil juga tidak terlalu banyak.
Setelah ditentukannya sanksi atau denda yang harus dibayar oleh
pelaku maka denda uang Rp. . . ,- tersebut diserahkan kepada Ketua
pengelola Hutan Adat Guguk untuk membagikan sesuai dengan bagian
masing-masing yang tercantum dalam Piagam Kesepakatan. Untuk denda
ekor kerbau, gantang beras, buah kelapa, dan selemak semanisnya
dikelola oleh masyarakat Desa Guguk dengan cara diolah menjadi masakan
dan disantap bersama oleh masyarakat Desa Guguk dan pihak pelaku
penebangan liar atau Illegal Logging.
Tujuan diadakannya makan bersama tersebut agar semua kalangan
masyarakat dapat merasakan hasil perjuangan mereka dalam melindungi
hutan dari sekelompok orang yang ingin merusak dan memanfaatkan hasil
hutan demi kepentingan mereka.39
39
Dokumen Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.
B. Pandangan Hukum Islam Mengenai Proses Penyelesaian Kasus Illegal
Logging yang Dikenakan Sanksi Secara Adat di Hutan Adat Desa
Guguk
Tujuan hukum Islam pada umumnya adalah menegakkan keadilan
berdasarkan kemauan Pencipta manusia sehingga terwujudnya ketertiban
dan ketentraman masyarakat40
. Oleh karena itu, putusan hakim harus
mengandung rasa keadilan agar dipatuhi oleh masyarakat. Masyarakat yang
patuh terhadap hukum berarti mencintai keadilan. Hal ini, berdasarkan
hukum yang bersumber dari Al-Qur’an surah An-Nisa ayat
موك فيماشجربينهم ثم لايجدوافى أنف فلاوربك لايؤ سهم منون حتى يحك
اقضيت ويسلمواتسليما م حرجام
Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.41
Dalil hukum dari ayat Al-Qur’an di atas, dapat diketahui dan dipahami
bahwa Allah menjelaskan walaupun ada orang-orang yang mengaku
beriman, tetapi pada hakikatnya tidaklah beriman selama mereka tidak mau
mematuhi putusan hakim yang adil, seperti putusan Nabi Muhammad SAW.
40
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, Tahun ), hal
41
Ibid., hal
sebagai Rasul yang pernah menetapkan penyelesaian perselisihan di antara
umatnya42
.
Dalam hukum Islam terdapat pembagian jarimah, yaitu jarimah
Hudud, jarimah Qisas dan jarimah Ta’zir. Penulis menganalisa bahwa
hukum adat termasuk dalam jarimah ta’zir yang mana dalam penyelesain
hukumnya diselesaikan oleh penguasa atau hakim.
Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Menurut hukum adat untuk menentukan
salah atau benar sesuatu perbuatan diteliti (disimak) dari ungkapan-
ungkapan dalam pepatah dan petitih serta seloko adat yang ada kaitannya
dengan kejadian tersebut.43
. Terpijak benang arang, hitam kapak. Tesuruk digunung kapur, putih
tengkuk.
. Sia-sia negeri alah. Tateko hutang tumbuh.
Ungkapan-ungkapan demikian menjadi pedoman dalam hukum adat
yang bersendi syarak dan syarak bersendi kitabullah. Hukum syarak adalah
hukum yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits dan hukum adat
berdasarkan pada pepatah petitih serta selokonya.
Berdasarkan hukum Islam, praktik adat masyarakat Desa Guguk
termasuk ke dalam dalil ‘Urf. Praktik adat ini tidak ditemukan dalam empat
dalil syara’ yaitu Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Amir Syarifuddin
lebih memasukkan ‘urf ke dalam jenis metode ijtihad. Hal ini ia kutip
42 Ibid., hal 43
Lembaga Adat Provinsi Jambi dan Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi, Buku Pedoman
Adat Jambi, (Jambi: tnp., ), hal .
berdasarkan pernyataan dari Imam Al-Ghazali mengenai metode ijtiihad itu
adalah “apa yang dikira dalil, namun tidak teramasuk dalam dalil”.44
‘Urf (kebiasaan masyarakat) adalah sesuatu yang berulang-berulang
dilakukan oleh masyarakat daerah tertentu, dan terus menerus dijalani oleh
mereka, baik hal demikian terjadi sepanjang masa atau pada masa tertentu
saja. Kata “sesuatu” mencakup sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk,
mencakup pula hal yang bersifat perkataan (qauliy) dan hal yang bersifat
perbuatan (fi’liy). Ungkapan “masyarakat” mengekslusi (menyingkirkan)
kebiasaan individual dan kebiasaan individual dan kebiasaan sekelompok
kecil orang. Ungkapan “daerah tertentu” menunjuk kepada ‘urf ‘amm.
Contohnya ialah:
. Mudarabah, yang menjadi ‘urf masyarakat Baghdad
. Qirad, yang menjadi ‘urf masyarakat Hijaz
. Bai’u al-salam, yang menjadi ‘urf masyarakat Hijaz
. Bai’u al-Istina’, yang menjadi ‘urf masyarakat Hijaz.45
‘Urf “ditinjau dari keabsahannya terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
. ‘Urf Shahih (‘Urf yang Absah)
Yaitu adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan aturan-aturan hukum Islam. Dengan kata lain, ‘urf
yang tidak mengubah ketentuan yang haram menjadi halal, atau
sebaliknya, mengubah ketentuan yang halal menjadi yang haram.
Misalnya, kebiasaan yang terdapat dalam suatu masyarakat, hadiah
44 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh , (Jakarta: Kencana, ), hal . 45
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta, Amzah, Tahun , hal .
(hantaran) yang diberikan kepada pihak wanita ketika peminangan,
tidak dikembalikan kepada pihak laki-laki, jika peminangan dibatalkan
oleh pihak oleh laki-laki. Sebaliknya, jika yang membatalkan
peminangan adalah pihak wanita, maka “hantaran” yang diberikan
kepada wanita yang dipinang dikembalikan dua kali lipat jumlahnya
kepada pihak laki-laki yang meminang. Demikian juga, dalam jual beli
dengan cara pemesanan (inden), pihak pemesan memberi uang muka
atau panjar atas barang yang dipesannya.
. ‘Urf Fasidh (‘Urf yang Salah)
Yaitu adat kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan
ketentuan dan dalil Syara’. Sebalik dari ‘Urf Shahih, maka adat
kebiasaan yang salah adalah yang mengahalalkan hal-hal yang haram,
atau menharamkan yang halal. Misalnya, kebiasaan berciuman antara
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dalam acara pertemuan-
pertemuan pesta. Demikian juga, adat masyarakat yang mengharamkan
perkawinan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram, hanya
karena keduanya berasal dari satu komunitas adat yang sama (pada
masyarakat adat Riau tertentu), atau hanya karena keduanya semarga
(pada masyarakat adat Tapanuli, Sumatera Utara). Sejalan dengan
perkembangan zaman dan semakin membaiknya pemahaman terhadap
hukum Islam pada kedua komunitas masyarakat tersebut, secara
berangsur-angsur adat kebiasaan tersebut telah mereka tinggalkan.
Para Ulama sepakat, bahwa ‘Urf Fasidh tidak dapat menjadi landasan
hukum, karena kebiasaan tersebut batal demi hukum. Oleh karena itu, dalam
rangka meningkatkan pemasyarakatan dan pengamalan hukum Islam pada
masyarakat, sebaiknya dilakukan dengan cara yang ma’ruf, diupayakan
mengubah adat kebiasaan yang bertentangan dengan ketentuan ajaran Islam
tersebut, dan menggantikannya dengan adat kebiasaan yang sesuai dengan
syariat Islam.46
Kedudukan ‘Urf sebagai Dalil Syara’ pada dasarnya, semua Ulama
menyepakati kedudukan ‘Urf sebagai salah satu dalil Syara’. Akan tetapi, di
antara mereka terdapat perbedaan pendapat dari segi intensitas
penggunaannya sebagai dalil. Dalam hal ini, ulama Hanafiyah dan
Malikiyah adalah yang paling banyak menggunakan ‘Urf sebafai dalil,
dibandingkan dengan Ulama Syafi’i fan Hanabilah.
Adapun kehujjahan ‘Urf sebagai dali syara’, didasarkan atas argumen-
argumen berikut ini.
. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ( ):
خذالعفووامربالعرف واعرض عن الجهلين
Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
bodoh.47
46
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah ), hal - .
47
Ibid., hal
Melalui ayat ini Allah memerintakan kaum muslimin untuk
mengerjakan yang ma’ruf. Sedangkan yang disebut sebagai ma’ruf itu
sendiri ialah, yang dinilai oleh kaum muslimin sebagai kebaikan,
dikerjakan berulang-berulang, dan ridak bertentangan dengan watak
manusia yang benar, dan yang dibimbing oleh prinsip-prinsip umum
ajaran Islam.
. Ucapan sahabat Rasulullah SAW, Abdullah bin Mas’ud :
حسن ومارآه الم سيء فماراهالمسلمون حسنافهوعندالله سلمون سيءفهوعندالله
Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di
sisi Allah, dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk
di sisi Allah”.48
Ungkapan Abdullah bin Mas’ud r.a di atas baik dari segi redaksi
maupun maksudnya menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan baik
yang berlaku dalam masyarakat muslim yang sejalan dengan tuntunan
umum syariat Islam, adalah juga sesuatu yang baik di sisi Allah.
Sebaliknya hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan yang dinilai
baik oleh masyarakat, akan melahirkan kesulitan dan kesempitan dalam
kehidupan sehari-hari padahal dalam pada itu, Allah SWT berfirman
pada surah Al-Maidah ( ):
ن حرج ولكن يريدليطهركم وليتم نعمته,عليكم لعل ك م ليجعل عليكم م م ايريدالله
كرون تش
48
Ibid., hal .
Artinya:"Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.
Berdasarkan dalil-dalil kehujjahan ‘urf di atas sebagai dalil
hukum, maka ulama, terutama ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah
merumuskan kaidah hukum yang berkaitan dengan al-‘urf, antara lain,
berbunyi:49
مة العدةمحك
Adat kebiasaan dapat menjadi hukum
الث ابت بالعرف ثابت بدليل شرعي
Yang berlaku berdasarkan ‘urf, (seperti)berlaku berdasarkan dalil
syara’.
اولاضابط له فيه ولافي اللغة يرجع فيه الى العرف كل ماوردبه الش رع مطلق
Semua keentuan syara’ yang bersifat mutlak, dan tidak ada pembatasan
di dalamnya, bahkan juga tidak ada pembatasan dari segi kebahasaan,
maka pemberlakuannya dirujukkan kepada ‘urf.
‘Adah adalah perkara yang berulang-ulang dan terus menerus terjadi,
yang bukan merupakan hubungan yang rasional. Ungkapan “perkara yang
berulang-ulang dan terus menerus terjadi” menunjuk kepada segenap kadar
cakupannya, yakni baik yang bersifat kolektif maupun individual, baik yang
bersifat perkataan maupun perbuatan, baik yang besifat positif-konstruktif
maupun yang bersifat negatif-destruktif. Ungkapan “yang bukan merupakan
49 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah ), hlm. - .
hubungan yang rasional” mengeklusi/menyingkirkan perihal yang
merupakan hubungan rasional, seperti hukum kausalitas, hukum gravitasi
dan hukum perubahan energi.
Para Ulama mazhab fiqh, pada dasarnya bersepakat untuk menjadikan
‘urf secara global sebagai dalil hukum Islam (hujjah syar’iyyah). Perbedaan
pendapat diantaranya mereka terjadi mengenai limitasi dan lingkup aplikasi
dari ‘urf itu sendiri. Dalam kasus ini, perlu dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
. Perihal kebiasaan (custom) masyarakat Arab terdahulu yang kemudian
dikonfirmasi secara positif oleh syariat sehingga ia menjadi hukum
syara’. Mengenai hal ini, para ulama bersepakat bahwa kebiasaan
tersebut mengikat secara syar’iy segenap muslim. Kebiasaan semacam
ini tetap kukuh dan valid, tidak berubah sebagaimana berubahnya
waktu dan tempat.
. Perihal kebiasaan (custom) masyarakat Arab terdahulu yang kemudian
dinegasikan secara eksplisit oleh syari’at sehingga ia menjadi haram
hukumnya. Mengenai hal ini, para ulama bersepakat bahwa kebiasaan
semacam ini harus dijauhkan oleh segenap kaum muslim, inilah yang
disebut ‘urf fasid.50
Aplikasi dari kaidah ‘urf yang terakhir di atas, misalnya: syara’ tidak
memberi batasan pengertian yang disebut al-hirz (barang yang terpelihara),
berkaitan dengan situasi barang yang dicuri, sehingga hukuman potong
50
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta, Amzah, Tahun , hal - .
tangan dapat dijatuhkan terhadap pencuri. Oleh karena itu, untuk
menentukan batasan pengertiannya diserahkan kepada ketentuan ‘urf.
Demikian juga tentang lamanya masa tenggang waktu maksimum tanah
yang ditelantarkan oleh pemilik tanah pertama, untuk bolehnya orang lain
menggarap tanah tersebut (ihya’ al-mawat), ditentukan oleh ‘urf yang
berlaku dalam masyarakat.
Contoh penggunaan ‘urf lainnya sebagai pedoman ialah, tentang usia
wanita yang haid, usia mimpi dewasa (ihtilam), masa haid, nifas dan suci,
ditinjau dari masa minimal dan maksimalnya, ukuran yang dipandang
membatalkan shalat, tentang ukuran sedikitnya najis yang dimaafkan,
tentang batasan-batasan waktu, tentang tenggang waktu dalam hal berurutan
(al-muwalah) ketika berwudhu dan ijab-kabul, tentang tenggang waktu
pengembalian barang yang telah dibeli karena cacat, tentang bolehnya
memungut buah-buahan milik orang lain yang jatuh (gugur), dan tentang
ukuran berat dan sukatan, yang semuanya itu belum dikenal pada masa
Rasulullah SAW. Semuanya itu, menurut pendapat yang terkuat,
berpedoman kepada adat yang yang berlaku pada suatu tempat.
Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa al-‘urf ada yang berlaku secara
umum (al-‘urf al-‘amm) dan ada pula yang berlaku khusus (‘urf al-khashsh)
dalam komunitas tertentu saja. Demikian pula, ada al-‘urf al-‘urf shahih
(‘urf yang benar) dan ada pula ‘urf al-fasid (‘urf yang salah). Dalam kaitan
ini perlu ditegaskan, bahwa ‘urf yang disepakati seluruh ulama
keberlakuannya adalah ‘urf al-shahih al-‘amm al-mutharid (‘urf yang benar,
berlaku umum (sejak masa sahabat dan seterusnya) dan bersifat konstan),
tidak bertentangan dengan nash syara’ yang bersifat qath’i, dan tidak pula
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’ yang bersifat prinsip. Apabila
suatu ‘urf memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka, menurut ulama
Hanafiyyah, ‘urf tersebut bukan saja dapat menjadi dalil syara’, tetapi juga
dapat mengenyampingkan hukum yang didasarkan atas qiyas dan dapat pula
men-takhshish dalil syara’ lainnya.
Adapun ‘urf yang bersifat khusus, maka ia hanya dapat
mengenyampingkan pendapat-pendapat mazhab yang didasarkan atas hasil
ijtihad terhadap nashsh yang zhanni saja. Dengan demikian, berbeda dengan
al-‘urf al-‘amm yang berlaku bagi semua masyarakat secara umum dan
dapat mengenyampingkan qiyas dan dalil syara’, maka al-‘urf al-khashsh,
selain hanya berlaku pada suatu komunitas tertentu, ia juga tidak dapat
mengenyempingkan nashsh syara’ dan ketentuan qiyas, serta tidak pula
dapat menjadi pen-takhshish terhadap atsar (yang berlaku di kalangan
sahabat). Sementara itu, sebagaimana telah disebutkan, al-‘urf al-fasid (‘urf
yang salah) sama sekali tidak diakui keberadaannya dalam hukum dan mesti
ditolak.51
Jadi berdasarkan penjelasan di atas, praktik hukum adat yang
diterapkan pada masyarakat desa Guguk termasuk ke dalam ‘urf shahih .
‘urf shahih menurut hukum islam adalah adat kebiasaan masyarakat yang
sesuai dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan hukum Islam. Dengan
51
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah ), hlm. - .
kata lain, ‘urf yang tidak mengubah ketentuan yang haram menjadi halal,
atau sebaliknya, mengubah ketentuan yang halal menjadi yang haram.
Dalam hal ini, penulis memberikan kesimpulan bahwa dalil yang
menegaskan praktik hukum adat masyarakat desa Guguk adalah ungkapan
sahabat Rasulullah SAW yaitu Abdullah bn Mas’ud
سيء حسن ومارآه المسلمون سيءفهوعندالله فماراهالمسلمون حسنافهوعندالله
“Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisi Allah,
dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk di sisi Allah”.
Alasan penulis memberikan pernyataan demikian karena bisa dilihat
dari pengertian ‘Urf Shahih adalah hukum adat yang berlaku di suatu tempat
dan tidak bertentangan dengan agama atau syara’. Para ulama sepakat yakni
ulama Malikiyyah, ulama hanafiyyah dan Imam Syafi’i bahwa ‘Urf yang
bisa dijadikan dasar hujjah adalah ‘Urf Shahih selama tidak bertentangan
dengan syara’. Namun dalam hal ‘Urf Fasid, maka tidak menjadikan
sebagai dasar hujjah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dipaparkan pada bab-bab
sebelumnya tentang “Penyelesain Kasus Illegal Logging Secara Adat Di
Hutan Guguk Ditinjau Dari Hukum Islam”, maka penulis mengambil
kesimpulan dari pembahasan atau hasil dari penelitian sebagai berikut:
. Proses penyelesaian kasus ini pihak pengelola hutan Adat Guguk masih
menggunakan proses yang tradisional, yaitu menggunakan proses adat
yang telah turun temurun dipakai masyarakat setempat apabila terjadi
Illegal Logging. Pada kasus ini sanksi yang dikenakan terhadap pelaku
penebangan liar berupa satu ekor kerbau, beras gantang, kelapa
buah, serta selemak semanisnya, atau denda Rp. . . ,- dikelola
oleh masyarakat Desa Guguk dengan cara diolah menjadi masakan dan
disantap bersama oleh masyarakat Desa Guguk dan pihak pelaku
penebangan liar atau Illegal Logging dan kayu serta alat penebangan
disita untuk Desa.
. Praktik hukum adat yang diterapkan pada masyarakat desa Guguk
termasuk ke dalam ‘urf shahih . ‘urf shahih menurut hukum islam adalah
adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak bertentangan dengan
aturan-aturan hukum Islam. Dengan kata lain, ‘urf yang tidak mengubah
ketentuan yang haram menjadi halal, atau sebaliknya, mengubah
ketentuan yang halal menjadi yang haram. Dalam hal ini, penulis
memberikan kesimpulan bahwa dalil yang menegaskan praktik hukum
adat masyarakat desa Guguk adalah ungkapan sahabat Rasulullah SAW
yaitu Abdullah bn Mas’ud
حسن ومارآه المسلمون سيءفهو سيء فماراهالمسلمون حسنافهوعندالله عندالله
“sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisi
Allah, dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk di sisi
Allah”.52
Alasan penulis memberikan pernyataan demikian karena bisa
dilihat dari pengertian ‘Urf Shahih adalah hukum adat yang berlaku di
suatu tempat dan tidak bertentangan dengan agama atau syara’. Para
ulama sepakat yakni ulama Malikiyyah, ulama hanafiyyah dan Imam
Syafi’i bahwa ‘Urf yang bisa dijadikan dasar hujjah adalah ‘Urf Shahih
selama tidak bertentangan dengan syara’. Namun dalam hal ‘Urf Fasid,
maka tidak menjadikan sebagai dasar hujjah.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, maka perkenankanlah
untuk memberikan saran-saran yang penting untuk diperhatikan sebagai
berikut:
52
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah ), hal - .
. Mengigat ‘urf sangat penting untuk dikembangkan, maka kepada
masyarakat Islam umumnya disarankan untuk dapat mempelajari dan
sekaligus mengamalkan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
. Kepada para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat hendaknya
mampu memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang hukum adat
yang tidak menyalahi aturan hukum Islam atau syara’.
C. Kata Penutup
Ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah, Tuhan
seru sekalian alam, yang telah senantiasa melimpahkan nikmat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis dan kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir karya ilmiah ini yang berbentuk skripsi sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) pada
prodi hukum pidana islam. Sholawat serta Salam semoga dilimpahkan
kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita para
pengikut sunnah nya sampai akhir zaman.
Setelah sekian lama penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini
dengan semaksimal mungkin, mengeluarkan tenaga dan pikiran yang
dikemukakan dalam tugas akhir ini. Meskipun demikian penulis menyadari
dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, karena penulis menyadari masih kurang
pengetahuan mengenai masalah ini serta keterbatasan kadar dan
kemampuan dan kelemahan penulis.
Maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada
penulisan, penjelasan, pemahaman, serta dalam analisi data yang diperoleh
penulis dan sebagainya terdapat kekeliruan dan kekhilafan yang tidak sesuai
dengan pembaca. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca guna menyempurnakan
pembahasan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, menjadi amal ibadah bagi penulis, serta menjadi bahan tambahan
rujukan hazanah keilmuan untuk penelitian di masa yang akan datang.
Kepada Allah saya mohon ampun. Ihdinash-shirothol-mustaqim. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur/Buku dan Kitab
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, .
Abu Abdullah Muhammad, Shahih Bukhari, terj, Nur Cholis, Jakarta:
Shahih, .
Ahsin Sakho Muhammad dkk, Fiqh Lingkungan, Fiqh al-bi’ah.
Aji Prasetyo pujiyono dkk, Penegakan Hukum Tindak Pidana
Pembalakan Hutan di Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur,
Volume , Nomor , .
Amir Mu’allim, Adat Kebiasaan dan Kedudukannya Dalam
Perkembangan Hukum Islam di Indonesia, .
Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh , Jakarta: Kencana .
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, .
Aziz Syamsudin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, .
Fachrudin Majeri Mangunjaya, Ekopesantre: Bagaimana Merancang
Pesantren Ramah Lingkungan, DKI Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, .
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara,
.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta
Disertasi, Bandung: Alfabeta, .
Laksanto Utomo, Hukum Adat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, .
Lembaga Adat Provinsi Jambi dan Pemerintah Daerah TinLembaga Adat
Provinsi Jambi dan Pemerintah Daerah Tinggkat I Jambi, Buku
Pedoman Adat Jambi, Jambi: tnp, .
M. Quraish Shiihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume , Jakarta: Lentera Hati,
.
Muhammad Imarah, Islam dan Keamanan Sosial, terj, Abdul Hayyie Al-
Kattani, Jakarta: Gema Insani Press, .
Nasution, Metode Redearch (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara,
.
Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat Guguk
Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.
Program Kerja Kelompok Pengelola Hutan Adat Desa Guguk.
Salim, Dasar-dasar Hukum Kehutanan, Edisi Revisi, Jakarta: Sinar
Grafika, .
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi: Edisi Revisi, Jambi: Syariah
Pres, .
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, .
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, .
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, .
Suratman dkk, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, .
Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu: Jilid , terj, Abdul
Hayyie Al-Kattani, dkk, Depok: Gema Insani, .
Warkum Sumitro, Hukum Islam di Tengah Dinamika Politik di
Indonesia, Jatim.
B. Skripsi, Jurnal dan Peraturan Perundang-undangan
Randy H. Salim, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Illegal
Logging Di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah”, Skripsi
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar,
.
Ruknizar, “Bentuk-Bentuk Perlindungan Hutan Dalam Hukum Islam
Dan Hukum Positif”, Skripsi Mahasiswa Fakultas Syari’ah Dan
Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam - Banda
Aceh .
Ryfina Natalia Woy, “Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Upaya
Pemberantasan Pembalakan Liar”, PPs Universitas Sam Ratulangi
Manado Tahun , Jurnal, )
Pasal Ayat , Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun
.
Peraturan Pemerintah RI No. tahun , tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan, Pasal ayat ( )
C. Wawancara
Wawancara dengan Sopian Hadi, Ketua Pengelola Hutan Adat Desa
Guguk, Maret .
Wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Desa Guguk, Maret
Wawancara dengan Tokoh Agama Desa Guguk, Maret
Wawancara dengan Masyarakat Umum Desa Guguk, Maret
D. Website
Gugukforest.blogspot.com Diakses pada tanggal desember pada
jam . WIB.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pembalakanliar.
DAFTAR INFORMAN
No Nama Informan Jabatan
. Sopian Hadi, S.Pd Ketua Pengelola Hutan Adat
. Datuk Samsudin Ketua Lembaga Adat
. Mahmudi Tokoh Agama
. Ahmad Masyarakat
LAMPIRAN
Wawancara Dengan Ketua Pengelola Hutan Adat Guguk
Balai Adat Desa Guguk
CURRIKULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Akhdiat Nanda Miharja
TempatTagalLahir : Ma. Bulian, Januari
JenisKelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Tingg iBadan : Cm
Berat Badan : Kg
Alamat : DesaLangling I, Kec. Bangko ,Kab. Merangin, Jambi.
Nand Phone : - -
Status : Belum Menikah
E_Mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SLTA : MAN I Merangin -
SLTP : MTSN Bangko -
Sekolahdasar (SD) : SDN /VI Langling I -