1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA MANIK-
MANIK PADA SISWA KELAS IV SD N BALANGAN
TERAS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010
SKRIPSI
Oleh :
BETTY BILIYA ANGGRAHENI
X 7108639
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA MANIK-
MANIK PADA SISWA KELAS IV SD N BALANGAN
TERAS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010
SKRIPSI
Oleh :
BETTY BILIYA ANGGRAHENI
X 7108639
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAKARTA
2010
i
3
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA MANIK-
MANIK PADA SISWA KELAS IV SD N BALANGAN
TERAS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010
Oleh:
BETTY BILIYA ANGGRAHENI
X 7108639
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
4
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat melalui Media Manik-manik pada Siswa Kelas
IV SD N Balangan Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2009/ 2010
Oleh :
Nama : Betty Biliya Anggraheni
NIM : X 7108639
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dr. Riyadi, M.Si.
NIP. 1967011619940 2 1001
Pembimbing II
Dr. H. Suwarto WA, M.Pd.
NIP. 1952090719780 3 1006
iii
5
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN
BULAT MELALUI MEDIA MANIK-MANIK PADA SISWA KELAS IV SD N
BALANGAN TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010
Oleh :
Nama : BETTY BILIYA ANGGRAHENI
NIM : X7108639
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd. .................................................
Sekretaris : Drs. H. Usada, M.Pd. .................................................
Anggota I : Dr. Riyadi, M.Si. .................................................
Anggota II : Dr. H. Suwarto WA, M.Pd. ................................................. Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP.19600727 198702 1 001
iv
6
ABSTRAK
Betty Biliya Anggraheni. PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN
BULAT MELALUI MEDIA MANIK-MANIK PADA SISWA KELAS IV SD
N BALANGAN TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juli 2010
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa
kelas IV SD N Balangan Teras Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD N
Balangan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi , dan
tes. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yang meliputi
reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini adalah (1) adanya peningkatan rata-rata nilai kelas
yang diperoleh siswa dari sebelumnya pada sebelum tindakan 52,82; kemudian
pada siklus I menjadi 62,39; naik menjadi 76,73 pada siklus II, (2) adanya
peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan hanya 35%;
pada tes siklus I menjadi 60,86%; kemudian pada siklus II menjadi 86,96%.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa melalui
penggunaan media manik-manik mampu meningkatkan kemampuan menghitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan pada bilangan bulat pada siswa kelas IV
SD N Balangan Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.
v
7
ABSTARCT
Betty Biliya Anggraheni. IMPROVING ABILITY TO ADD AND TO
SUBSTRACT IN INTEGER BY BEADS MEDIA OF THE FOURTH
GRADE STUDENTS IN STATE ELEMENTARY SCHOOL BALANGAN
TERAS BOYOLALI IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis.
Surakarta : Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University of
Surakarta. July 2010.
The objective of this classroom action research was to improve adding
and substracting ability in integer for the fourth grade students of state elementary
school Balangan Teras Town Boyolali regency in the academic year 2009/2010.
This research was Classroom Action Research with two cycles, every
cycle consisted of four steps namely planning, action, observation, and reflection.
The subject of this research was the fourth grade students of state elementary
school Balangan. The technique of data collecting was using observation,
documentation and test. The technique of analysis data by using interative
analysis model used consisted of data reduction, data presentations, and
conclusion or verification.
The Result of this observation were (1) there was improvement of
average class score gotten by students from the previous condition before act
52,82; then became 62,39 on the first cycles, became 76,73 on second cycles, (2)
there was improvement precentation of student in compliting study before act
only 35%; on first cycle test became 60,86%; then on second cycles became
86,96%.
Based on the result research it could be concluded that : using beads
media was able to improve adding and substracting ability in integer of the fourth
grade students in state elementary school Balangan Kecamatan Teras Kabupaten
Boyolali in the academic year 2009/2010.
vi
8
MOTTO
“Hadapi masa lalu tanpa penyesalan. Hadapi hari ini dengan tegar dan percaya
diri. Siapkan masa depan dengan rencana yang matang dan tanpa rasa
khawatir”.
( Hary Tanoesoedibjo)
“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat
baik terhadap diri sendiri”.
( Benyamin Franklin )
vii
9
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
© Ibu dan Ayah tercinta yang selalu
membimbing dan mengiringi setiap
langkahku dengan doa
© Sahabat-sahabatku yang aku sayangi, terima
kasih atas dukungan dan motivasi yang
selalu kalian berikan.
© Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD dan
Almamaterku
viii
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Prof. DR. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Riyadi, M.Si. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing
dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Dr. H. Suwarto WA, M.Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga
selesainya skripsi ini.
6. Ibu Miskatun B.A. selaku Kepala SD N Balangan yang telah mengijinkan
penulis mengadakan penelitian di SD tersebut.
7. Bapak/Ibu Guru SD N Balangan yang banyak memberikan bantuan dan
dorongan.
8. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Peneliti
ix
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Tinjauan Tentang Matematika ..... ......................................... 7
a. Hakikat Matematika ........................................................... 7
b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ........................... 7
c. Prinsip Pengajaran Matematika ......................................... 8
d. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di SD........... 8
e. Pengertian Kemampuan Menghitung ................................ 8
f. Konsep Bilangan Bulat ...................................................... 9
g. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat ................................. 11
x
12
2. Tinjauan Tentang Media ....................................................... 12
a. Pengertian Media............................................................. 12
b. Fungsi Media .................................................................. 13
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran ..................................... 13
d. Kriteria Pemilihan Media ............................................... 16
e. Prinsip-prinsip Umum Penggunaan Media ..................... 18
f. Media Manik-manik ....................................................... 18
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 27
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 28
D. Hipotesis Tindakan ................................................................ 30
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 31
B. Subjek Penelitian ................................................................... 31
C. Sumber Data .......................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 32
E. Validasi Instrumen ................................................................ 33
F. Analisis Data ........................................................................... 37
G. Validitas Data ....................................................................... 39
H. Indikator Kinerja ................................................................... 39
I. Prosedur Penelitian 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 44
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian .......................................... 45
C. Deskripsi Hasil Setiap Siklus ............................................... 56
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 59
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................. 61
B. Implikasi ................................................................................. 61
C. Saran....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN
xi
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Frekuensi Nilai Sebelum Tindakan …………………………………… 44
Tabel 2 Frekuensi Nilai Siklus I ………….. ....................................................... 50
Tabel 3 Frekuensi Nilai Siklus II ........................................................................ 55
Tabel 4 Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ............. 58
xii
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 30
Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data.................................................... 38
Gambar 3 Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas ..................................... 40
Gambar 4 Grafik Nilai Sebelum Tindakan ................................................... 45
Gambar 5 Grafik Nilai Siklus I ..................................................................... 50
Gambar 6 Grafik Nilai Siklus II .................................................................... 55
Gambar 7 Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II ............................................................................................ 59
xiii
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Matematika
Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 5 Daftar Nilai Sebelum Tindakan
Lampiran 6 Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 1
Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 2
Lampiran 8 Daftar Nilai Siklus I
Lampiran 9 Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 1
Lampiran 10 Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 2
Lampiran 11 Daftar Nilai Siklus II
Lampiran 12 Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 13 Tabel Frekuensi dan Grafik Nilai Sebelum Tindakan
Lampiran 14 Tabel Frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I
Lampiran 15 Tabel Frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II
Lampiran 16 Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 17 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1
Lampiran 18 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2
Lampiran 19 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1
Lampiran 20 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2
Lampiran 21 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1
Lampiran 22 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2
Lampiran 23 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1
Lampiran 24 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2
Lampiran 25 Dokumen Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 26 Validasi Instrumen I
Lampiran 27 Validasi Instrumen II
xiv
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem
pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca,
tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Hasil kegiatan
pembelajaran siswa terkadang dapat mencapai prestasi yang diharapkan, tetapi
terkadang juga tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa berbeda
dalam menerima pelajaran.
Pada anak usia SD yang sedang mengalami perkembangan dalam tingkat
berpikir memerlukan stimulus untuk lebih memahami materi dalam mata
pelajaran matematika agar lebih berpikir logis dan kreatif. Dengan mengajarkan
matematika secara lebih kreatif diharapkan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurahman (2003:
252), “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisme adalah untuk memudahkan berfikir”. Ada juga yang
mengatakan, matematika dalam arti sempit hanya berupa perhitungan yang
mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, sedangkan
dalam arti luas matematika melibatkan topik-topik seperti aritmatika, aljabar, dan
geometri. Oleh karena itu, pembelajaran matematika sangat membutuhkan
kejelian dan ketelitian guru agar siswa mampu menguasai pelajaran matematika.
Materi pelajaran matematika yang harus dipelajari di kelas IV salah
satunya adalah bilangan bulat. Bilangan bulat merupakan salah satu pokok
bahasan yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi selama
pembelajaran di kelas, ternyata masih ada siswa yang belum mampu
menyelesaikan operasi yang terkait pada pokok bahasan bilangan bulat, siswa
kurang memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
1
17
Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri bilangan bulat
negatif, nol, dan bulat positif (Anonim. 2010a: 1). Bilangan bulat dinyatakan
dengan B = { ..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}. Operasi hitung pada bilangan bulat yang
diterapkan di SD khususnya kelas IV adalah penjumlahan dan pengurangan,
sedangkan perkalian dan pembagian diajarkan di kelas lebih lanjut. Materi ini
diberikan secara berkelanjutan dimulai dari kelas IV semester II, kelas V semester
I, dan kelas VI semester I dan II. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami
dan menguasai secara penuh bilangan bulat beserta operasi hitung di dalamnya.
Oleh karena itu, penelitian yang mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai
rendahnya kemampuan menghitung siswa di kelas IV SD N Balangan Teras
Boyolali pada operasi bilangan bulat khususnya penjumlahan dan pengurangan
perlu dilakukan. Oleh karena, operasi bilangan bulat di kelas IV sebagai dasar
dalam kemampuan menghitung dan apabila kemampuan menghitung pada operasi
bilangan bulat di kelas IV tidak segera diatasi, maka besar kemungkinan akan
menganggu pembelajaran di tingkat selanjutnya.
Berdasarkan hasil ulangan mata pelajaran matematika, data yang
diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung bilangan bulat pada
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan siswa kelas IV SD N Balangan
Teras Boyolali masih dibawah KKM yaitu 60. Hal ini dilihat dengan hanya ada
35% siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih, dan 65% siswa mendapat nilai di
bawah 60.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan menghitung bilangan bulat
bulat yaitu karena pembelajaran yang dilaksanakan guru masih bersifat
konvensional. Pembelajaran yang hanya bersifat satu arah, dimana guru bersikap
lebih aktif dengan mencari dan menjelaskan materi/informasi sedangkan siswa
hanya bersikap pasif mendengarkan materi/informasi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran secara konvensional membuat siswa kurang memahami konsep
dalam pelajaran matematika. Jadi siswa tidak bisa memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru sehingga kemampuan berhitungnya tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
2
18
Menurut Jean Piaget dalam Nyimas, dkk (2007: 2-3), menyatakan bahwa
“proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir
intelektual konkret ke abstrak”. Menurut Bruner dalam Nyimas, dkk (2007: 1-6)
mengungkapkan bahwa dalam “proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan
memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan
dapat diotak-atik siswa dalam memahami suatu konsep matematika”. Oleh karena
itu, perlu dirancang suatu model pembelajaran operasi bilangan bulat dengan
menggunakan alat bantu mengajar (media) yang mudah didapat atau dibuat oleh
guru, dan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran matematika.
“Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa terjadinya proses belajar”. (Arif S.
Sadiman, 2009: 7). Media tersebut dapat berupa benda-benda konkret (misal,
bangun-bangun geometri, kancing baju, lidi, dadu, gambar, atau ilustrasi dari
suatu konsep, dan sebagainya) atau dapat juga berupa suatu paket alat yang di
dalam penggunaannya harus mengikuti prinsip kerja yang berlaku, seperti: balok
garis bilangan, manik-manik, batang Cuisenaire, neraca bilangan, blok Dienes,
dan sebagainya. Semua paket alat tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan
operasi hitung pada sistem bilangan tertentu.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk menjelaskan pokok
bahasan bilangan bulat adalah media manik-manik. Media manik-manik
khususnya dapat digunakan untuk menjelaskan materi operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat. Media manik-manik berbentuk setengah
lingkaran yang apabila diameternya dihimpitkan atau digabungkan akan
membentuk lingkaran penuh. Selain itu, manik-manik dapat pula berbentuk
segitiga siku-siku sama kaki yang apabila sisi miringnya dihimpitkan akan
membentuk bangun persegi. Bentuk media ini dapat juga dimodifikasi ke dalam
bentuk-bentuk lainnya, yang penting bentuk modifikasi alat tersebut harus sesuai
dengan prinsip kerja media tersebut. Media manik-manik terdiri atas dua warna,
satu warna untuk menandakan atau mewakili bilangan bulat positif, sedangkan
warna yang satunya lagi untuk menandakan atau mewakili bilangan bulat negatif.
3
19
Alasan penggunaan media manik-manik adalah media manik-manik
sangat sederhana, menggambarkan secara konkret proses perhitungan pada
bilangan bulat, melalui media manik-manik siswa mudah mempelajari konsep
operasi hitung bilangan bulat, siswa dapat menerapkan secara langsung
pengoperasiannya, tidak berbahaya, siswa lebih mudah memahami bilangan bulat
positif dan bilangan bulat negatif dengan menetralkan bilangan tersebut, menarik
dan tahan lama, serta mudah dalam pembuatannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang relevan
tentang kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Peningkatan Kemampuan Menghitung
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Media Manik-manik pada
Siswa Kelas IV SD N Balangan Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat.
2. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit.
3. Guru melaksanakan pembelajaran secara konvensional.
4. Guru yang belum menggunakan media dalam pembelajaran matematika.
5. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan ramai sendiri.
6. Siswa belum memahami konsep operasi hitung bilangan bulat.
7. Rendahnya hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini dibatasi pada:
1. Peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada
bilangan bulat.
2. Penggunaan media manik-manik dalam pembelajaran operasi hitung bilangan
bulat.
4
20
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan media manik-manik dapat
meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat pada siswa kelas IV SD N Balangan Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2009/
2010?.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD N Balangan Teras
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan untuk menemukan
pengetahuan baru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa mampu menerapkan konsep operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dengan tepat dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Media manik-manik memberikan pengaruh kepada siswa dalam
proses pembelajaran sehingga siswa tertarik mengikuti pembelajaran
dengan baik.
5
21
b. Bagi Guru
1) Memberikan masukan kepada guru untuk menerapkan multimedia
dan media dalam proses pembelajaran.
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan media manik-
manik sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika
bilangan bulat.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan masukan kepada guru dan kepala sekolah tentang
pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran matematika.
2) Menumbuhkan iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
6
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Matematika
a. Hakikat Matematika
Menurut Kline dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252)
“matematika adalah bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan
cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) “matematika adalah
bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai
dari unsur yang tidak didefisinikan, ke unsur yang didefisinikan, ke aksioma
atau postulat, dan akhirnya ke dalil”.
Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252) mengemukakan
bahwa ”matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen kuantitas”.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abduurahman
(2003: 252), “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisme adalah untuk memudahkan berfikir”.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu
tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, bahasa simbolis
yang memiliki fungsi praktis dan teoritisme.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan mata pelajaran matematika di SD bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
7
23
pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajarai matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
c. Prinsip Pengajaran Matematika
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 272), prinsip-prinsip
pengajaran matematika mencakup: 1) Menyiapkan anak untuk belajar
matematika, 2) maju dari konkret ke abstrak, 3) menyediakan kesempatan
untuk berlatih dan mengulang, 4) generalisasi ke situasi baru, 5) menyadari
kekuatan dan kelemahan siswa, 6) membangun fondasi yang kokoh tentang
konsep dan keterampilan matematika, 7) menyajikan program matematika
seimbang, 8) penggunaan kalkulator.
d. Langkah- langkah Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Heruman (2007: 02), konsep-konsep pada kurikulum
matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu 1)
pemahaman konsep dasar, 2) pemahaman konsep, dan 3) pembinaan
keterampilan.
e. Pengertian Kemampuan Menghitung
Menurut Chaplin (1997: 34) “ability (kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan suatu perbuatan”. Menurut Robbins (2004: 46) “kemampuan
merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau
praktek”.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability), kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
8
24
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan
untuk melakukan suatu perbuatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 707) “ menghitung:
1) mencari jumlahnya (sisanya, pendapatannya) dengan menjumlahkan,
mengurangi dan sebagainya, 2) membilang untuk mengetahui berapa
jumlahnya, banyaknya). Nyimas Aisyah, dkk (2007: 6-5) berpendapat bahwa
“kemampuan menghitung merupakan salah satu kemampuan yang penting
dalam kehidupan sehari-hari”. Semua aktivitas kehidupan manusia
memerlukan kemampuan ini. Kemampuan menghitung merupakan bagian
yang penting dalam menggunakan strategi untuk menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah. Hampir semua strategi pemecahan masalah matematika
menuntut kemampuan menghitung, karena soal-soal pemecahan matematika
pada umumnya didominasi oleh soal-soal hitungan matematika”. Contoh:
siswa menghitung garis tengah yang diperlukan untuk keliling suatu
lingkaran, siswa menghitung penjumlahan bilangan bulat. Untuk itu
kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
merupakan materi penting yang harus dipelajari siswa khususnya untuk siswa
kelas IV sekolah dasar.
Menurut Francis A. Adejosi (2008: 7) “The results of the study has,
however, indicated that students could be better problem-solvers if they are of
high ability level, but, those with low ability could also perfect their problem-
solving skills if they are exposed to problem-solving instructional strategy”.
Berdasarkan jurnal international tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa bisa
lebih baik dalam pemecahan masalah jika mereka dari tingkat kemampuan
yang tinggi, tetapi siswa yang memiliki kemampuan rendah juga bisa
sempurna keterampilan memecahkan masalah bila mereka dihadapkan
dengan strategi pembelajaran pemecahan masalah. Ini berarti semua siswa
memilki keterampilan memecahkan masalah sempurna apabila dihadapkan
dengan strategi pembelajaran yang tepat.
9
25
f. Konsep Bilangan Bulat
Menurut David Glover (2004: 29) “ integer merupakan nama lain
dari bilangan bulat. Bilangan bulat dapat berupa bilangan bulat positif seperti
1, 2, 3 dan seterusnya; atau bilangan bulat negatif seperti -1, -2, -3, dan
seterusnya. Nol juga merupakan bilangan bulat. (Anonim. 2010c) “himpunan
bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan bulat
negatif, nol dan bilangan bulat positif. Himpunan bilangan Bulat (B) adalah B
= { ..., - 6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ... }”.
Pengetahuan tentang bilangan cacah belum mampu menjawab
masalah yang terdapat dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-
hari, untuk itu para ahli matematika menciptakan bilangan baru yang dikenal
dengan bilangan bulat.
Muchtar A. Karim, dkk. (1996: 179) bahwa hanya dengan memiliki
pengetahuan tentang bilangan cacah saja kita belum mampu menjawab
masalah baik dalam matematika maupun masalah komputasi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, himpunan bilangan cacah memiliki
kekurangan. Sebagai contoh, tak ada bilangan cacah yang membuat kalimat “
7 + y = 5 “ atau “ 6 + x = 0” menjadi pernyataan yang bernilai benar. Contoh
lain, “ 3 – 7 = x “ tidak mempunyai jawaban bilangan cacah, maka para ahli
menciptakan bilangan bulat.
Muchtar A. Karim, dkk. (1996: 179) bilangan bulat diciptakan
dengan cara : tiap bilangan cacah , misalnya 3, kita ciptakan dua simbol baru
+ 3 dan -3. Simbol bilangan yang diawali tanda plus kecil agak ke atas
mewakili bilangan positif. Biasanya tanda plus ini dihilangkan untuk
menyatakan positif, sehingga + 3 juga berarti 3. Selanjutnya simbol yang
diawali dengan tanda minus kecil agak ke atas mewakili bilangan negatif.
Misalnya – 3 mewakili bilangan “ negatif 3 “.Untuk bilangan 0 bukan
bilangan positif dan bukan negatif maka tidak perlu membubuhi tanda
apapun. Setiap bilangan cacah n ada bilangan negatif n.
Muchtar A. Karim, dkk (1996: 179): untuk bilangan cacah 1 ada -1,
2 ada -2, 3 ada -3 dan seterusnya. Dengan demikian, untuk masing-masing
10
26
bilangan cacah positif yaitu 1,2,3,4,5,6,7,…. ada pasangannya -1,-2,-3,-4,-5,-
6,-7,…. Bilangan terakhir ini disebut bilangan bulat negatif. Gabungan
himpunan semua bilangan cacah dan himpunan semua bilangan bulat negatif
disebut bilangan bulat . Himpunan semua bilangan bulat terdiri atas:
bilangan bulat positif atau bilangan asli, yaitu : 1,2,3,4,5,…., bilangan bulat
nol, yaitu 0 dan bilangan bulat negatif , yaitu: { -1, -2, -3, -4, -5, -6, …}.
Bertolak dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bilangan
bulat adalah gabungan himpunan semua bilangan cacah dan semua bilangan
bulat negatif yang tidak mempunyai bagian pecahan yang terdiri dari bilangan
bulat positif atau bilangan asli, yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, …., bilangan bulat nol,
yaitu 0 dan bilangan bulat negatif , yaitu: { -1, -2, -3, -4, -5, -6, …}.
g. Operasi Hitung pada Bilangan bulat
1) Operasi Penjumlahan
Operasi penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan
yang mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah
yang lain. Jika a dan b adalah bilangan cacah, maka jumlah dari kedua
bilangan tersebut dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah
b” atau “jumlah dari a dan b”.
Jumlah dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan
cacah gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak a anggota dan
himpunan yang mempunyai b anggota, asalkan kedua himpunan tersebut
tidak mempunyai unsur persekutuan.
Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan
bilangan tersebut a + b. Tetapi bila sedikitnya satu dari a dan b
merupakan bilangan bulat negatif, maka definisi penjumlahannya sebagai
berikut:
1. - a + (- b) = - (a + b) jika a dan b bilangan bulat tak negatif.
2. a + (-b) = a – b jika a dan b bilangan bulat tak negatif serta a > b.
3. a + (-b) = 0 jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a = b.
4. a + (-b) = - (b – a) jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif
dan a < b.
11
27
Berdasarkan konsep penjumlahan diatas untuk memperjelas
berikut contoh-contoh penjumlahan:
1. -3 + (-5) = - (3 + 5) = 8
2. 7 + (-3) = 7 – 3 = 4
3. 4 + (-4) = 0 dan 2 + (-2) = 0
4. 3 + (-7) = -4
2) Operasi Pengurangan
Operasi pengurangan bilangan cacah merupakan kebalikan dari
operasi penjumlahan. Bilangan cacah mendefinisikan pengurangan
dengan menggunakan penjumlahan. Jika bilangan cacah a dikurangi
dengan bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan
dengan a – b = c), maka operasi penjumlahan yang terkait adalah b + c =
a.
Bilangan bulat mendefinisikan pengurangan dengan cara yang
sama dengan bilangan cacah yaitu dengan penjumlahan. Definisi
pengurangan bilangan bulat sebagai berikut: jika a dan b bilangan bulat,
yang disebut a - b adalah sebuah bilangan bilangan bulat x yang bersifat
b + x = a. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa a – b = x jika dan
hanya jika a = b + x. Sifat pengurangan bilangan bulat “jika a dan b
bilangan bulat, maka a – b = a + (-b)”.
Contoh:
1. (-2) – 3 = -5 sebab 3 + (-5) = -2
2. (-6) – (-2) = -4 sebab (-2) + (-4) = -6
3. 5 – (-2) = 7 sebab 7 + (-2) = 5
2. Tinjauan Tentang Media
a. Pengertian Media
Hidayati, dkk (2008: 7-3) secara harfiah kata “ media” berasal dari
bahasa latin, yang merupakan bentuk kata jamak dari “medium” yang berarti
perantara atau alat untuk mencapai sesuatu.
12
28
Menurut Sri Anitah (2009: 1) “media dapat diartikan sebagai
perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan
dengan penerima pesan atau informasi”. Menurut Hidayati (2008: 7-3)
Education Assiciation mendefisinikan “media sebagai benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument
yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional”.
Menurut Arif S. Sadiman (2009: 7) “ media adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi”. Smaldino dkk dalam
Sri Anitah (2009: 2) “media adalah suatu alat komunikasi dan sumber
informasi”. Pendapat Briggs mengatakan bahwa “media pembelajaran pada
hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan
isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya buku, video tape, slide suara, suara
guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem
penyampaian”.
Dari pendapat- pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau penghubung
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima melalui alat indra,
sehingga dapat meransang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa
yang termasuk di dalamnya buku, video tape, slide suara, suara guru, tape
recorder dan modul.
b. Fungsi Media
Menurut Hidayati dkk (2008: 7-5) fungsi media dalam pembelajaran
yaitu: 1) sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, 2) meningkatkan
keserasian dalam penerimaan informasi, 3) mengatur langkah-langkah
kemajuan serta memberikan umpan balik.
Media digunakan untuk untuk menggantikan sebagian dari fungsi
guru, yaitu fungsi dalam memberikan informasi atau isi pelajaran. Menurut
Basuki dan Farida ( 2001: 14) media dapat memberikan informasi yang lebih
13
29
baik: 1) Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati
dengan cermat oleh mata biasa, 2) Media dapat memperbesar benda-benda
kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata, 3) Memberikan penjelasan di kelas
atas objek yang sangat besar, 4) Memperjelas objek yang terlalu kompleks
dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan, 5) Media
dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.
Berdasarkan fungsi media di atas menunjukkan bahwa media sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar dari yang bersifat sederhana sampai
canggih. Penggunaan media dan multimedia akan sangat memperlancar
proses belajar mengajar dan merangsang semangat belajar siswa yang
akhirnya akan mengoptimalkan pola pikir siswa.
Menurut Pei-Chen Sun & Hsing Kenny Cheng (2005: 13) “This
study shows that the use of rich media in e-Learning should fit the
characteristics of the course unit under consideration to a potentially very
interesting direction in improving the rationale for multimedia instructional
material”s”. Berdasarkan ensiklopedi pendidikan tersebut dapat dijelaskan
bahwa penggunaan media yang kaya akan e-Learning harus sesuai dengan
karakteristik unit yang dipertimbangkan untuk arah potensial yang sangat
menarik sebagai alasan dalam penggunaan multimedia sebagai bahan ajar.
c. Jenis- jenis Media Pembelajaran
1) Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari
sumber ke penerima. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam
lambang-lambang auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya.
Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran. ( Basuki dan
Farida, 2001: 35).
Siti Anitah ( 2009: 37) membedakan media audio atas dua jenis,
yaitu media audio tradisional dan media audio digital. Media audio
tradisional, meliputi: audio kaset, audio siaran, dan telepon. Media audio
digital, meliputi: media optik, audio internet, dan radio internet.
14
30
Kelebihan media audio, antara lain: 1) tidak begitu mahal untuk
kegiatan pembelajaran, 2) audio tape cukup hemat, sebab suatu rekaman
dapat dihapus dan diganti dengan materi yang baru, 3) dapat digunakan
untuk pembelajaran kelompok maupun individual, 4) pebelajar yang tuna
netra maupun tuna aksara dapat belajar melalui media audio, 5) untuk
anak masih kecil atau untuk pebelajar yang belum bisa membaca, media
audio dapat membentuk pengalaman belajar bahasa permulaan, 6) media
audio dapat membawakan pesan verbal yang lebih dramatis daripada
media cetak, 7) lebih bervariasi dengan sedikit imajinasi guru, 8) audio
cassette tape-recorder dapat dibawa kemana-mana dan dapat digunakan
di lapangan dengan batery, 9) cassette tape-recorder sangat ideal untuk
belajar mandiri di rumah, karena bahan pembelajaran pada pita kaset
mudah diperbanyak bila diperlukan, 10) media audio yang berformat
digital sangat menarik perhatian anak.
Kelemahan media audio, antara lain: 1) media audio kaset dapat
menimbulkan kebosanan bila diputar terus menerus, 2) tanpa ada penyaji
yang bertatap muka langsung dengan pebelajar, beberapa diantara
pebelajar kurang memperhatikan penyajian itu, 3) pengembangan media
audio yang baik, akan banyak menyita waktu, 4) penentuan cara
penyampaian informasi dapat menimbulkan kesulitan bila pendengar
memiliki latar belakang serta kemampuan mendengar yang berbeda, 5)
tidak dapat diperoleh balikan secara langsung karena hanya ada satu jalur
penyampaian informasi.
2) Media Visual
Sri Anitah (2009: 7) media visual juga disebut media pandang,
karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui
penglihatannya. Media ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Media visual yang tidak diproyeksikan
Media visual yang tidak diproyeksi merupakan media yang
sederhana, tidak membutuhkan projektor dan layar untuk
memproyesikan perangkat lunak. Media ini tidak tembus cahaya
15
31
(non transparan), maka tidak dipantulkan pada layar. Termasuk
dalam jenis ini diantara lain: gambar mati, ilustrasi, karikatur, poster,
diagram, grafik, peta datar, realita dan model, dan berbagai jenis
papan.
b) Media visual yang diproyeksikan
Media ini dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu
pesawat projektor. Media ini terdiri dari unsur yang tak dapat
dipisahkan satu sama lain, yaitu perangkat keras dan perangkat
lunak. Materi/ perangkat lunaknya ditulis atau digambarkan pada
transparansi (tembus cahaya). Pesawat projektor yang digunakan
untuk menampilkan gambar itu, disebut perangkat keras. Jenis media
visual ini antara lain: OHP, slide (film bingkai), filmstrip, dan
opaque projector.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti mengemukakan kelebihan dan
keterbatasan media visual sebagai berikut:
(1). Kelebihan media visual sebagai berikut:
a). Umumnya murah harganya
b). Mudah didapat
c). Mudah digunakan
d). Dapat memperjelas suatu masalah
e). Lebih realistis
f). Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan
g). Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
(2). Keterbatasan media visual antara lain:
a). Semata-mata hanya medium visual
b). Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran
kelompok besar
c). Memerlukan ketersediaan sumber, keterampilan, dan kejelian
guru untuk dapat memanfaatkannya
16
32
3). Media Audio Visual
Media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi
kekurangan dari media audio atau media visual media. Media audio
visual tidak saja dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit, tapi
juga lebih realistis. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a). Media audio visual diam
b). Media audio visual gerak
Jenis-jenis media pengajaran yang tergolong dalam media audio
visual diam antara lain: slow scan TV, time shared TV, TV diam, film
rangkai bersuara, dan buku bersuara. Sedang yang tergolong dalam media
audio visual gerak antara lain: film bersuara, pita video, film TV, TV,
holografi, video tapes dan gambar bersuara.
d. Kriteria Pemilihan Media
Media digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses
belajar mengajar. Pemilihan media dalam pembelajaran harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dick dan Carey
mengemukakan kriteria pemilihan media sebagai berikut: (Basuki dan Farida,
2001: 100).
1) Tujuan
Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu proses, media gerak
seperti video, film atau TV merupakan pilihan yang sesuai. Kalau yang
ingin diajarkan adalah suatu keterampilan dalam menggunakan alat
tertentu, maka benda sesungguhnya atau mock up-nya merupakan pilihan
yang sesuai. Kalau tujuannya hanya ingin memperkenalkan faktor atau
konsep tertentu, maka media foto, slide, atau realita mungkin merupakan
pilihan yang tepat.
2) Karakteristik Siswa
Pemilihan media perlu mempertimbangkan jumlah siswa,
tempat digunakannya media, gaya pembelajaran yang akan dilaksanakan,
17
33
dan berbagai karakteristik lainnya yang mempengaruhi pemilihan media
itu.
3) Karakteristik Media
Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan
dan keterbatasan masing-masing media itu. Media foto, misalnya tentu
kurang sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan
terlalu mahal untuk mengajarkan fakta yang tidak bergerak yang dapat
dijelaskan menggunakan slide.
4) Alokasi Waktu
Waktu yang diperlukan untuk kegiatan perencanaan,
pengembangan, pengadaan ataupun penyajian. Semua hal tersebut perlu
menjadi bahan pertimbangan dalam memilih media.
5) Ketersediaan
Ketersediaan media yang di sekolah atau memungkinkan guru
untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, merupakan hal
perlu dipertimbangkan.
6) Efektifitas
Media akan sangat efektif penggunaannya apabila diorganisir
secara sistematis sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
tidak asal dalam penggunaannya.
7) Kompatibilitas
Penggunaan media sesuai dengan norma-norma yang berlaku,
tersedia sarana penunjang pengoperasiannya, praktis dan luwes dalam
penggunaaannya, merupakan hal perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media.
8) Biaya
Biaya yang akan dikeluarkan dalam pengadaan, pengelolaan,
dan pemeliharaan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.
18
34
Sri Anitah (2009: 89) menyarankan pertimbangan yang lebih singkat
dalam pemilihan media adalah:
1. Tujuan pembelajaran
2. Pebelajar
3. Ketersediaan
4. Ketepatgunaan
5. Biaya
6. Mutu teknis
7. Kemampuan SDM
e. Prinsip-prinsip Umum Penggunaaan Media
Dalam memilih media untuk pembelajaran, guru tidak hanya cukup
mengetahui tentang kegunaan, nilai, serta landasannya tetapi juga harus
mengetahui bagaimana cara menggunakan media tersebut. Menurut Sri
Anitah (2009: 93) adapun prinsip-prinsip umum penggunaan media adalah
sebagai berikut: 1) penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang
sebagai bagian integral dalm sistem pembelajaran, 2) media pembelajaran
hendaknya dipandang sebagai sumber daya, 3) guru hendaknya memahami
tingkat hirarki (sequence) dari jenis alat dan kegunaannya, 4) pengujian
media pembelajaran hendaknya berlangsung terus, sebelum, selama, dan
sesudah pemakainnya, 5) penggunaan multi media akan sangat
menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran.
f. Media Manik-manik
Berdasarkan uraian di atas media manik-manik tergolong dalam
media visual yang tidak diproyeksikan. Media manik-manik termasuk jenis “
Realita” atau disebut juga objek adalah benda yang sebenarnya dalam bentuk
utuh.
Manik-manik berbentuk setengah lingkaran yang apabila
diameternya dihimpitkan atau digabungkan akan membentuk lingkaran
penuh. Bentuk media ini dapat juga dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk
lainnya, yang penting bentuk modifikasi media ini harus sesuai dengan
prinsip kerja media tersebut. Media manik-manik terdiri atas dua warna, satu
19
35
warna untuk menandakan atau mewakili bilangan bulat positif, sedangkan
warna yang satunya lagi untuk menandakan atau mewakili bilangan bulat
negatif. Bilangan nol diperlihatkan oleh dua manik-manik dengan warna
berbeda yang dihimpitkan pada sisinya, sehingga berbentuk lingkaran.
Bentuk netral ini digunakan pada saat melakukan operasi pengurangan a – b,
dengan b lebih besar dari a, atau b merupakan bilangan negatif. (Yumiati &
Elang Krisnadi, 2004).
Manik-manik berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari
sterofoam. Bilangan bulat positif diwakili dengan manik-manik (sterofoam)
berwarna merah, sedang bilangan bulat negatif diwakili dengan manik-manik
(sterofoam) warna putih. Himpitan manik-manik yang berwarna merah
dengan manik-manik berwarna putih menunjukkan bilangan nol.
Contoh penggunaan media manik-manik dalam operasi bilangan bulat
1) Operasi Hitung Penjumlahan
a. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
Contoh: Hitunglah 5 + 4 = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa mengambil 5 manik-manik merah, kemudian
mengambil lagi 4 manik-manik merah yang menyatakan bilangan
positif, ditempatkan pada wadah/ meja.
20
36
3. Siswa diminta untuk mencacah banyaknya seluruh manik-manik
merah yang ada dalam wadah/ meja.
4. Ada 9 manik-manik, maka hasil perhitungan 5 + 4 = 9
b. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
Contoh: Hitunglah 5 + (-4) = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa mengambil 5 manik-manik merah yang
menyatakan bilangan positif. Mengambil 4 manik-manik putih
yang menyatakan bilangan negatif, ditempatkan pada wadah/ meja.
3. Meminta siswa untuk mengamati dan mencacah manik-manik yang
tidak mempunyai pasangan.
21
37
4. Ada 1 manik putih yang tidak mempunyai pasangan.
5. Hasil perhitungan 5 + (-4) = 1
c. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif.
Contoh: Hitunglah (-5) + 4 = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa mengambil 5 manik-manik putih yang menyatakan
bilangan positif. Mengambil 4 manik-manik merah yang
menyatakan bilangan negatif, ditempatkan pada wadah/ meja.
22
38
3. Meminta siswa untuk mengamati dan mencacah manik-manik yang
tidak mempunyai pasangan.
4. Ada 1 manik putih yang tidak mempunyai pasangan.
5. Hasil perhitungan (-5) + 4 = -1
d. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
Contoh: Hitunglah -5 + (-4) = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa mengambil 5 manik-manik putih, kemudian
mengambil lagi 4 manik-manik putih yang menyatakan bilangan
positif, ditempatkan pada wadah/ meja.
23
39
3. Siswa diminta untuk mencacah banyaknya seluruh manik-manik
merah yang ada dalam wadah/ meja.
4. Ada 9 manik-manik, maka hasil perhitungan -5 +(- 4) = - 9
2) Operasi Hitung Pengurangan
a. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
Contoh: Hitunglah 5 - 4 = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa mengambil 5 manik-manik merah, karena 5
dikurangi 4 maka ambil 4 manik-manik merah dari 5 manik-manik
merah tersebut.
3. Sisanya tinggal 1 manik-manik merah.
\
4. Jadi hasil penghitungan 5 – 4 = 1
b. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
Contoh: Hitunglah 5 - (-4) = .....
24
40
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa untuk mengambil 5 manik-manik warna merah dan
mengambil 4 manik-manik warna putih.
Tidak bisa dikurangi, maka guru menjelaskan kepada siswa bahwa
5 dapat dinyatakan dengan
atau
3. Meminta siswa untuk mencari hasil pengurangan, yaitu dengan
mengambil 4 manik-manik putih dari pasangan.
4. Tersisa 9 manik-manik merah yang mewakili bilangan 9
25
41
5. Jadi hasil penghitungan 5 – (-4) = 9
c. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif
Contoh: Hitunglah (-5) - 4 = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa untuk mengambil 5 manik-manik warna putih dan
megambil 4 manik-manik warna merah. Tidak bisa dikurangi,
maka guru menjelaskan kepada siswa bahwa 5 dapat dinyatakan
dengan
atau
3. Meminta siswa untuk mrncari hasil pengurangan, yaitu dengan
mengambil 4 manik-manik merah dari pasangan.
26
42
4. Tersisa 9 manik-manik putih yang mewakili bilangan 9.
5. Jadi hasil penghitungan (-5) - 4 = -9
d. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
Contoh: Hitunglah (-5) - (-4) = .....
Penghitungan dilakukan dengan manik-manik. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan.
2. Meminta siswa mengambil 5 manik-manik putih, karena (-5)
dikurangi (-4) maka ambil 4 manik-manik merah dari 5 manik-
manik merah tersebut.
3. Sisanya tinggal 1 manik-manik putih.
4. Jadi hasil penghitungan -5 – (-4) = -1
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dengan menggunakan
media manik-manik untuk materi operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan berpengaruh terhadap aktivitas siswa. Siswa menjadi
tertarik dan aktif dalam pembelajaran, siswa dapat menerapkan secara
langsung pengoperasian media manik-manik, dengan cara mengotak-atik
27
43
manik-manik untuk menemukan jawaban yang benar, siswa dapat belajar
sambil bermain. Keadaaan ini akhirnya membuat siswa mudah mempelajari
konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori Bruner
bahwa dalam proses belajar anak diberi kesempatan untuk memanipulasi
benda-benda atau alat peraga yang dirancang khusus dan mengotak-atik alat
peraga, sehingga siswa akan memahami suatu konsep matematika dari
berbuat atau melakukan sesuatu.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini, yaitu: Sarjono
(2002) penelitiannya yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Berhitung
Bilangan bulat melalui Media Garis Bilangan pada Siswa Kelas IV SDN Sukorejo
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/ 2010”,
menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media
garis bilangan dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat.
Terbukti terjadi peningkatan rata-rata kelas, yaitu siklus I nilai rata-rata kelas
6,88. Siklus II nilai rata-rata kelas 5,97 dan siklus III nilai rat-rata kelas 7,12. Hal
ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media
garis bilangan dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat siswa
kelas IV SDN Sukorejo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat persamaan
dan perbedaan. Persamaannya, yaitu penelitian yang dilakukan sama mengenai
kemampuan menghitung bilangan bulat pada kelas IV. Perbedaannya, pada
penggunaan media yang digunakan. Peneliti menggunakan media manik-manik
untuk meningkatkan kemampuan menghitung bilangan bulat.
Iswati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul: “Peningkatan
Keterampilan Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Menggunakan
Peraga Manik-Manik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penngunaaan peraga
manik-manik dapat meningkatkan keterampilan operasi penjumlahan bilangan
bulat yang semula tuntas 5,88 % (2 siswa) menjadi 70,58 % (24 siswa), yang telah
28
44
memenuhi indikator kinerja pada siklus 2 dan nilai rata-rata siswa meningkat dari
53,40 menjadi 70,88.
Berdasarkan penelitian Iswati memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya, terdapat pada penggunaan media
yang digunakan sama- sama menggunakan manik-manik. Perbedaannya, penulis
menekankan pada kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan,
sedangkan penelitian Iswati menekankan pada peningkatan operasi penjumlahan
bilangan bulat.
Penelitian tersebut dijadikan tolok ukur dan pembanding dengan
penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti dengan penggunaan media
pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Penelitian ini
menekankan peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat melalui media manik-manik pada siswa kelas IV SD N Balangan
Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau guru. Kemampuan menghitung bilangan bulat khususnya
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas IV SDN Balangan masih rendah
dibawah KKM disebabkan pembelajaran yang dilaksanakan masih bersifat
konvensional, yaitu satu arah dan tidak menggunakan media pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut,
yaitu dengan menggunakan media manik-manik dalam proses pembelajaran
bilangan bulat. Pengunaaan media manik-manik yang sesuai dengan materi dan
tingkat perkembangan siswa dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa dalam melakukan penghitungan bilangan bulat, karena siswa dapat
memegang, melihat dan memindahkan manik-manik. Kegiatan siswa secara
langsung dalam mengotak-atik manik-manik dapat mengembangkan keterampilan
intelektual dan psikis siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dari hal tersebut, dengan menggunakan media manik-manik dapat
29
45
meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat pada siswa kelas IV SDN Balangan Teras Boyolali. Skema kerangka
pemikiran tersebut dapat digambarkan seperti gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai brikut :
“Penggunaan media manik-manik dapat meningkatkan kemampuan menghitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD N Balangan
Teras Boyolali tahun pelajaran 2009/ 2010”.
Kondisi Awal
Guru belum meng gunakan media manik-manik dalam pembelajaran
Kemampuan menghitung bilangan bulat rendah
Tindakan
Penggunaan media dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Kemampuan meng hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat meningkat
Kondisi Akhir
Siklus II
Perbaikan pembelajar- an berdasarkan hasil refleksi siklus I
Siklus I
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media manik-manik
Siklus berikutnya
30
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Balangan Teras Boyolali. Penelitian
ini dilaksanakan di SD N Balangan dengan pertimbangan: SD N Balangan
merupakan tempat penulis bekerja sebagai guru wiyata bakti, sekolah tersebut
mengijinkan penulis untuk melakukan kegiatan penelitian, adanya permasalahan
dalam pembelajaran matematika.
2. Waktu
Waktu penelitian ini pada tahun pelajaran 2009/2010 dilaksanakan 6
bulan, yaitu mulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Juli 2010.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Balangan Teras
Boyolali. Siswa tersebut berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki
dan 8 siswa perempuan.
C. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan
menghitung siswa pada operasi bilangan bulat khususnya penjumlahan dan
pengurangan. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:
1. Informan atau nara sumber, yaitu siswa kelas IV SD N Balangan.
2. Aktivitas pembelajaran siswa kelas IV dalam pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan pada bilangan bulat dengan menggunakan media manik-manik.
3. Dokumen, yang berupa RPP, hasil belajar dan foto kegiatan pembelajaran.
4. Tes
31
47
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi
melalui media pengamatan (Sukardi, 2006: 49). Pengamatan dilakukan
terhadap tindakan dan perilaku responden, kemudian mencatat atau
merekamnya.
Observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif, dimana
peneliti ikut berperan langsung atau aktif dalam semua kegiatan
pembelajaran. Peneliti mengalami dan merasakan suka duka dari semua
kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan kepada siswa kelas IV SD N Balangan yang
berupa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, observasi juga
dilakukan kepada aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Data diperoleh melalui lembar observasi siswa dan guru yang telah dibuat
oleh peneliti.
2. Dokumen
Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan
sebagai sumber data. Sumber data dapat di manfaat untuk menguji,
menafsirkan, bahkan meramalkan. (St. Y Slamet & Suwarto, 2007: 52).
Kajian dokumen yang digunakan sebagai sumber data adalah Rencana
Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), silabus, foto-foto pembelajaran dan hasil
tes.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu (Suharsimi Arikunto,
2002; 127).
32
48
Ditinjau dari sasaran dan objek yang akan dievaluasi, tes dibedakan
menjadi beberapa macam yaitu:
a. Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian
seseorang. Yang diukur bisa kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan
sebagainya.
b. Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui
bakat seseorang.
c. Tes intelegensi, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan perkiraan
terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan tugas
kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
d. Tes sikap atau sering disebut skala sikap, yaitu alat yang digunakan untuk
mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
e. Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari sesuatu.
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes prestasi dengan
menggunakan instrumen berupa soal-soal tes isian. Tes digunakan untuk
mengukur peningkatan hasil belajar siswa setelah melaksanakan
pembelajaran dengan media manik-manik.
E. Validasi Instrumen
Data penelitian yang telah diperoleh agar mempunyai kualitas yang
cukup tinggi, maka alat pengambil datanya harus memenuhi syarat-syarat sebagai
alat pengukur yang baik. Syarat-syarat tes memiliki validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda yang masing-masing secara singkat diuraikan
sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Ada dua jenis
validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila
instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek
yang diungkapkan. (Suharsimi Arikunto, 2003: 219).
33
49
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas menggunakan
korelasi Product Moment. Adapun rumus Pearson sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2003: 225).
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
= jumlah skor dari tes pertama.
= jumlah skor dari tes kedua.
= jumlah hasil kali skor X dan Y untuk setiap responde.
= jumlah kuadrat skor tes pertama.
= jumlah kuadrat skor tes kedua (Suharsimi Arikunto, 2003: 225).
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00.
Perhitungan validitas sering dilakukan pembulatan angka-angka sehingga
sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif
menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan
adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya
koefisien korelasi sebagai berikut:
- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 :
tinggi
- Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
- Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
34
50
- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto,
2009: 75)
Validitas instrumen diukur dengan melalui kegiatan uji coba (try
out). Uji coba dilakukan untuk mengetahui suatu instrumen valid atau tidak.
Instrumen ini diuji cobakan kepada siswa kelas IV SD N 1 Sidomulyo Ampel
yang siswanya berjumlah 22 siswa.
Hasil perhitungan validitas instrumen untuk 2 siklus, tes yang
digunakan semua valid. Hasil perhitungan untuk soal siklus 1 diperoleh item
nomor 15 koefisien validitasnya sangat tinggi, item nomor 5, 7, 8, 11, 12, 16,
18, 20 koefisien validitasnya tinggi. Item nomor 2, 3, 4, 6, 10, 15 koefisien
validitasnya cukup, item nomor 1, 9, 17, 19 koefisien validitasnya rendah dan
item nomor 14 koefisiennya sangat rendah. Hasil perhitungan untuk soal
siklus II diperoleh item nomor 5, 16, 19 koefisien validitasnya sangat rendah,
item nomor 9, 11, 12 koefisien validitasnya rendah. Item nomor 1, 2, 3, 4, 6,
7, 8, 13, 14, 17, 18, 20 koefisien validitasnya cukup, item nomor 15 koefisien
validitasnya tinggi dan item nomor 10 koefisien validitasnya sangat tinggi.
2. Reliabilitas
Relibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan, suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan (reliabilitas) yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Suharsimi Arikunto, 2009:
86). Metode yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas adalah metode
pembelahan ganjil genap, dengan rumus Spearman-Brown yaitu:
Rumus:
Keterangan:
= reliabilitas instrumen.
rgg = korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2009: 95).
Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat dengan
kesejajaran hasil. Kesejajaran hasil dalam reliabilitas tes dapat diketahui
35
51
dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang kemudian
dimasukkan dalam rumus Spearman-Brown. Hasil perhitungan diperoleh
reliabilitas untuk soal siklus 1 r11 = 0,831. Reliabilitas untuk soal siklus II r11
= 0,861.
3. Taraf Kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 230) “taraf kesukaran tes adalah
kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang
dapat mengerjakan dengan betul”. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat
menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi. Sebaliknya
jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan benar maka taraf
kesukarannya rendah. Taraf kesukaran tes dinyatakan dalam indeks kesukaran
(difficulty index). Taraf kesukaran dinyatakan dengan P.
Rumus
Keterangan:
p = taraf kesukaran.
B = subjek yang menjawab betul.
J = banyaknya subjek yang ikut mengerjakan tes (Suharsimi Arikunto,
2003: 230).
Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.
- Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.
- Soal dengan P0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
Hasil perhitungan diketahui untuk siklus 1 soal nomor 14 dan 19
tergolong soal sukar, soal nomor 5, 8, 12, 13, 15, 17, 18, 20 tergolong soal
sedang, dan soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 16 tergolong soal yang
mudah. Untuk siklus II soal nomor 1, 2, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20
p =
37
52
tergolong soal sedang dan soal nomor 3, 4, 5, 8, 11, 12, 18 tergolong soal
yang mudah.
4. Daya Pembeda
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 231) “ Daya pembeda tes adalah
kemampuan tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai
dengan subjek yang kurang pandai”. Rumus yang digunakan untuk
mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah:
Keterangan:
D = daya pembeda butir soal.
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab betul.
JA = banyaknya subjek kelompok atas.
BB = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab betul,
JB = banyaknya subjek kelompok bawah (Suharsimi Arikunto, 2003: 231).
Klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 sampai dengan 0,20 adalah jelek (poor).
D = 0,20 sampai dengan 0,40 adalah cukup (satisfactory).
D = 0,40 sampai dengan 0,70 adalah baik (good).
D = 0,70 sampai dengan 1,00 adalah baik sekali (excellent).
D = negatif, semuanya tidak baik jadi semua butir soal yang mempunyai D
negatif sebaiknya dibuang saja.
Hasil perhitungan menunjukkan untuk siklus I soal nomor 8, 13, 16,
20 tergolong soal yang baik sekali, soal nomor 4, 5, 7, 12, 18 tergolong soal
yang baik, soal nomor 2, 6, 9, 10, 11, 15, 17, 19 tergolong soal yang cukup
baik, soal nomor 1, 3, 14 termasuk soal yang jelek. Untuk siklus II soal
nomor 15 tergolong soal yang baik sekali, soal nomor 7, 10, 13, 17 tergolong
soal yang baik, soal nomor 1, 2, 6, 11, 14, 18, 20 tergolong soal yang cukup
dan soal nomor 3, 4, 5, 8, 9, 12, 16, 19 tergolong soal yang jelek.
F. Validitas Data
D = -
38
53
Data yang telah dikaji, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu,
perlu mengetahui dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan
validitas data yang diperoleh. Cara yang digunakan berupa trianggulasi.
Trianggulasi dikembangkan dalam empat macam, yaitu (1) trianggulasi data, (2)
trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metode, dan (4) trianggulasi teoretis.
Untuk menguji validitas data peneliti menggunakan trianggulasi data dan
trianggulasi metode. Trianggulasi data adalah pengambilan data sejenis dari
sumber yang berbeda. Data yang divalidasi menggunakan teknik trianggulasi data
adalah hasil belajar siswa. Trianggulasi metode adalah pengambilan data sejenis
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan tes.
G. Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008: 246) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Analisis data menggunakan model analisis interaktif, yaitu: data reduction, data
display, dan conclusion drawing/ verification.
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 2 sebagai berikut:
Gambar 2. Komponen dalam Analisis Data
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data
collection
Data
reduction Conclusions:
drawing/ verifying
Data display
39
54
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah
untuk melakukan pengumpulan data.
2. Data Display (penyajian data)
Penyajian data disusun dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.
Penyajian data selain dalam bentuk teks yang naratif dapat berupa grafik,
matrik, jejaring kerja, dan chart.
3. Conclusion Drawing/ verification
Penarikan kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas. Data display yang telah didukung oleh data-data yang mantap,
maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.
Tahap pertama, peneliti mengumpulkan data yang berkaitan dengan
siswa, yaitu dari hasil observasi dan hasil belajar siswa, kemudian dianalisis
kedua data tersebut. Tahap kedua, peneliti menampilkan data tersebut dalam
bentuk tabel dan grafik yang menggambarkan hasil observasi dan hasil
belajar siswa yang dilengkapi dengan narasi. Tahap ketiga, penarikan
kesimpulan terhadap hasil belajar siswa.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan/ keefektifan penelitian. Indikator keberhasilan
dalam penelitian ini adalah apabila 80% dari jumlah siswa menunjukkan
peningkatan hasil belajar, yaitu memperoleh nilai lebih dari 60. Indikator kinerja
tidak mencapai 100% karena melihat latar belakang siswa yang memiliki
kemampuan berbeda.
I. Prosedur Penelitian
40
55
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus, yang
setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan/tahap, yaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan
(3) observasi dan (4) refleksi. Pelaksanaan pembelajaran dalam satu siklus ada 2
kali pertemuan masing-masing dengan alokasi waktu 3 x 35 menit, sesuai
skenario pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya uraian di atas dapat dilukiskan pada gambar 3.
Siklus II
Siklus I
Gambar 3. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Berikut langkah-langkah dari tiap-tiap siklus:
Siklus I
1. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b. Merancang pembuatan media pembelajaran berupa media manik-manik
yang menunjang pembelajaran.
c. Menyiapkan soal evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran.
d. Menyusun lembar kegiatan diskusi kelompok.
e. Menyusun lembar observasi untuk pelaksanaan pembelajaran.
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan 4. Refleksi
3. Observasi
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi
Siklus berikutnya
41
41
56
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanakan proses pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada bagian ini guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti
pembelajaran secara kondusif dan memberikan apersepsi dengan
memberikan soal-soal sesuai dengan materi.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti siswa dalam masing-masing kelompok melakukan
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media manik-manik.
c. Penutup
Pada akhir pembelajaran siswa bersama guru menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan siswa mengerjakan soal evaluasi secara
individu.
3. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.
Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa pada saat melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar observasi siswa.
4 . Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan, untuk mengevaluasi hasil belajar
dan hasil observasi serta menganalisa hasil belajar dan hasil observasi.
Kemudian kekurangan yang telah ditemukan maka dibuat rencana perbaikan
pada siklus II.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b. Menyiapkan soal evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran.
42
57
d. Menyusun lembar kegiatan diskusi kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanakan proses pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada bagian ini guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti
pembelajaran secara kondusif dan memberikan apersepsi dengan
mengingatkan kembali materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti guru menanamkan dengan jelas konsep operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Kemudian siswa
lebih memahami konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan mengejakan lebih banyak soal-soal latihan dan
bekerja sama dalam kelompok mengerjakan soal evaluasi kelompok.
c. Penutup
Pada akhir pembelajaran siswa bersama guru menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan memberikan siswa soal evaluasi siklus II
yang dikerjakan siswa secara individu.
3. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.
Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa pada saat melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar observasi siswa.
4 . Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan, untuk mengevaluasi hasil
belajar dan hasil observasi serta menganalisa hasil belajar dan hasil observasi.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
proses pembelajaran siklus II.
Jika pada siklus ini hasil belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja
yang diinginkan, yaitu 80% siswa telah mendapat nilai lebih dari 60, berarti
43
58
penelitian telah berhasil oleh karena itu penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya. Tetapi jika belum mencapai indikator yang diinginkan, yaitu siswa
dengan nilai di atas 60 belum mencapai 80% penelitian dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar siswa diperoleh
informasi sebagai data awal. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru
pada saat menjelaskan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat di kelas IV SD N Balangan masih terdapat kekurangan, antara lain
pembelajaran dilaksanakan satu arah, aktivitas siswa kurang, dan hasil belajar
siswa masih rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 60.
Hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan materi operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menunjukkan dari 23 siswa kelas IV
SD N Balangan terdapat 8 siswa atau 35% yang mendapat nilai diatas 60.
Sedangkan 15 siswa atau 65% mendapat nilai dibawah KKM. Data lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 di halaman 93. Dari data nilai hasil
belajar siswa sebelum tindakan (lampiran 5) dapat dibuat tabel 1.
Tabel 1. Frekuensi Nilai Sebelum Tindakan
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 25 – 34 3 13,04%
2 35 – 44 6 26,08%
3 45 – 54 2 8,7%
4 55 – 64 4 17,4%
5 65 – 74 5 21,74%
6 75 - 84 3 13,04%
Jumlah 23 100 %
45
Berdasarkan tabel 1 dapat digambarkan dalam grafik 4
Gambar 4. Grafik Nilai Sebelum Tindakan
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa dengan rentang nilai 25 - 34 sebanyak 3 siswa atau
13,04%, siswa dengan rentang nilai 35 - 44 sebanyak 6 siswa atau
26,08%, rentang nilai 45 - 54 sebanyak 2 siswa atau 8,7%, rentang nilai
55 - 64 sebanyak 4 siswa atau 17,40%, rentang nilai 65 - 74 sebanyak 5
siswa atau 21,74%, rentang nilai 75 - 84 sebanyak 3 siswa atau 13,04%.
Bertolak dari data tersebut, kemampuan menghitung siswa dalam materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih rendah, maka
dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan kemampuan menghitung materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media manik-manik.
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 12 April
2010 sampai 17 April 2010. Dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, tiap
pertemuan 3 x 35 menit. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
44
45
46
Berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
operasi hitung bilangan bulat, dilakukan langkah-langkah untuk
merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media manik-manik
antara lain:
1) Memilih kompetensi dasar mengenai operasi hitung bilangan bulat dan
membuat indikator serta tujuan pembelajaran yang lebih dicapai oleh
guru dalam pembelajaran. Alasan memilih kompetensi dasar atau
indikator tersebut adalah:
a) Kompetensi dasar tentang operasi hitung bilangan bulat harus benar-
benar dikuasai oleh siswa, karena hal tersebut mempermudah
penguasaan siswa terhadap materi secara penuh atau tuntas belajar
serta kemungkinan besar tidak akan mengganggu pembelajaran di
tingkat selanjutnya, khususnya di kelas selanjutnya.
b) Kompetensi dasar tentang operasi hitung bilangan bulat nantinya
dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan indikator
serta tujuan pembelajaran. RPP disusun 2 kali pertemuan setiap siklus
dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 35 menit.
3) Menyiapkan media manik-manik yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar kerja.
5) Menyiapkan blangko observasi.
6) Menyiapkan blangko evaluasi.
b. Pelaksanaan
Tahapan ini guru menerapkan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah disusun dengan menggunakan media manik-manik. Pembelajaran pada
siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
1) Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke 1 materi yang diajarkan berupa penjumlahan
bilangan bulat dengan indikator mampu menjumlahkan bilangan bulat
positif dengan positif, mampu menjumlahkan bilangan bulat negatif
46
47
dengan negatif , mampu menjumlahkan bilangan bulat positif dengan
negatif, mampu menjumlahkan bilangan negatif dengan positif.
Pembelajaran diawali dengan memberi salam, mengkondisikan siswa,
kemudian guru memberikan soal sebagai apersepsi dan tanya jawab
dengan siswa mengenai penjumlahan bilangan bulat.
Kegiatan inti guru menjelaskan tentang konsep penjumlahan
bilangan bulat dengan menggunakan media manik-manik. Kemudian siswa
mendemonstrasikan pengerjaan operasi hitung penjumlahan dengan
menggunakan media manik-manik. Kegiatan ini diulang beberapa kali
serta tanya jawab dengan siswa seputar materi. Kegiatan selanjutnya untuk
meningkatkan pemahaman siswa, guru mambagi siswa dalam 6 kelompok.
Kemudian guru mulai memberikan media manik-manik dan lembar soal
untuk dikerjakan secara kelompok. Guru membimbing siswa secara
bergiliran dan mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran. Setelah
selesai lembar soal dikumpulkan dan dilanjutkan dengan membahas
bersama lembar kerja tersebut.
Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang
dipelajari, dan bersama siswa menarik kesimpulan terhadap materi. Guru
memberikan lembar soal untuk dikerjakan setiap individu. Siswa
mengerjakan soal tanpa bimbingan guru. Pembelajaran diakhiri dengan
memberi penghargaan pada kelompok yang hasil kerjanya paling baik dan
memberikan pesan kepada siswa agar materi ini dipelajari lagi sepulang
sekolah.
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke 2 materi Matematika adalah pengurangan
bilangan bulat dengan indikator mampu mengurangkan bilangan bulat
positif dengan positif, mampu mengurangkan bilangan bulat negatif
dengan negatif, mampu mengurangkan bilangan bulat positif dengan
negatif.
Pembelajaran diawali dengan memberi salam, berdoa bersama,
mengkondisikan siswa, kemudian guru melakukan tanya jawab tentang
47
48
materi bilangan bulat terutama pada operasi hitung pengurangan bilangan
bulat. Kegiatan inti dimulai dengan guru memberikan contoh pengerjaan
soal pengurangan bilangan dengan menggunakan media manik-manik.
Kemudian siswa secara bergantian mendemostrasikan pengerjaan
soal-soal dengan menggunakan media manik-manik dengan bimbingan
dan pengarahan guru, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan konsep
pengurangan kepada siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan menanyakan
tentang kesulitan siswa dalam operasi pengurangan bilangan bulat.
Apabila ada kesulitan, guru melakukan pengulangan materi operasi
pengurangan bilangan bulat.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru membagi siswa
dalam 6 kelompok kemudian guru memberikan paket media manik-manik
dan lembar soal untuk dikerjakan masing-masing kelompok. Guru
mengamati dan membimbing aktivitas kerja siswa setiap kelompok.
Setelah selesai dilanjutkan dengan membahas bersama lembar soal
tersebut serta penarikan kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Setelah dirasa siswa telah memahami materi, guru memberikan
lembar soal untuk dikerjakan secara individu. Guru berkeliling untuk
mengamati langkah siswa dalam mengerjakan soal. Pembelajaran diakhiri
dengan memberi penghargaan pada kelompok yang hasil kerjanya paling
baik dan memberikan pesan kepada siswa rajin belajar.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan observasi terhadap siswa
selama kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-1 keaktifan siswa dalam
menerima pelajaran cukup aktif. Adanya minat yang cukup baik tersebut,
menjadikan siswa memiliki kepercayaan diri yang cukup baik sehingga siswa
memiliki dorongan untuk mengerjakan soal dengan baik. Pada pertemuan ke-
2 observasi terhadap aktivitas siswa, siswa cukup aktif dalam pembelajaran.
Minat cukup baik mendorong siswa untuk mengerjakan soal dengan baik.
Untuk pemahaman siswa terhadap materi operasi pengurangan bilangan bulat
48
49
dengan media manik-manik masih rendah, siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep pengurangan. Data hasil observasi pertemuan ke-1 dan
pertemuan ke-2 pada siklus I selengkapnya pada lampiran 17 (halaman 105)
dan lampiran 18 (halaman 106).
Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik
sangat mendukung aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada lampiran 21
(halaman 109) dan lampiran 22 (halaman 11) dapat dilihat bahwa guru dalam
pembelajaran masih terdapat kekurangan, yaitu guru masih kurang menguasai
materi dengan baik, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan masih
kurang mampu memotivasi dan memberi penguatan kepada siswa saat
pembelajaran.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui hasil observasi dan hasil belajar siswa
dikumpulkan dan dianalisis. Berikut evaluasi dan hasil analisis dari hasil
observasi dan hasil belajar:
1) Hasil Obersvasi
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dalam pembelajaran
yang terlampir pada lampiran 17 (halaman 105) dan lampiran 18 (halaman
106) pada pertemuan ke-1 dengan materi operasi penjumlahan bilangan
bulat telah menunjukkan keaktifan yang baik dalam pembelajaran. Siswa
aktif dalam memperhatikan penjelasan guru dan sangat terampil dalam
menggunakan media manik-manik. Pada pertemuan ke-2 aktivitas cukup
aktif, namun pemahaman siswa terhadap materi operasi pengurangan
bilangan bulat belum cukup baik.
Observasi terhadap aktivitas guru mengalami peningkatan, pada
pertemuan ke-2 aktivitas guru lebih meningkat dibanding pertemuan ke-1.
Peningkatan ini menunjukkan guru sudah memfasilitasi pembelajaran
dengan baik. Data observasi terhadap guru terlampir pada lampiran 21
(halaman 109) dan lampiran 22 (lampiran 111).
2) Hasil Belajar Siswa
49
50
Analisis untuk hasil belajar siswa siklus I diperoleh siswa yang
memperoleh nilai diatas 60 sebanyak 14 siswa atau (60,86%) dan yang
mendapat nilai dibawah 60 sebanyak 9 siswa atau 39,13% dengan nilai
rata-rata siswa adalah 61,08. Data hasil belajar siklus I selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 8 di halaman 96. Dari data nilai hasil belajar siklus I
dapat dibuat tabel 2.
Tabel 2. Frekuensi Nilai Siklus I
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 35 – 43 3 13,04%
2 44 – 52 3 13,04%
3 53 – 61 6 26,08%
4 62 – 70 5 21,74%
5 71 – 79 2 8,7%
6 80 – 88 4 17,40%
Jumlah 23 100 %
Data frekuensi hasil belajar siklus I pada tabel 2 dapat
digambarkan pada grafik 5 di bawah ini.
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus I
50
51
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus
I, siswa dengan rentang nilai 35 - 43 sebanyak 3 siswa atau 13,04%, siswa
dengan rentang nilai 44 - 52 sebanyak 3 siswa atau 13,04%, rentang nilai 53 -
61 sebanyak 6 siswa atau 26,08%, rentang nilai 62 - 70 sebanyak 5 siswa atau
21,74%, rentang nilai 71 - 79 sebanyak 2 siswa atau 8,7%, dan siswa dengan
rentang nilai 80 - 88 sebanyak 4 siswa atau 17,40%. Secara keseluruhan pada
siklus siswa yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 14 siswa atau 60,86%.
Kelemahan yang terdapat pada siklus I yaitu adanya siswa yang
belum memahami konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada
bilangan bulat dengan menggunakan media manik-manik, beberapa
kelompok yang kurang bekerja sama, sehingga hal ini dapat menimbulkan
ketidaktercapaian indikator yang diharapkan. Guru perlu menindaklanjuti
permasalahan di siklus I tersebut pada siklus II dengan cara: (1) lebih
menanamkan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dengan memberikan banyak soal latihan dan memberi kesempatan lebih
banyak kepada siswa untuk mengoperasikan media manik-manik, (2) guru
memberi motivasi dan bimbingan kepada kelompok.
Berdasarkan analisis dari hasil tes evaluasi, observasi, dan angket
dapat digunakan untuk bahan acuan dalam melakukan perbaikan-perbaikan
atau revisi terhadap rencana selanjutnya pada siklus II.
2. Pelaksanaan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 1 minggu dari tanggal 19 April
2010 sampai 24 April 2010. Dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, tiap
pertemuan 3 x 35 menit. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refklesi dan hasil evaluasi dari pelaksanaan
tindakan pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran dengan materi operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media
manik-manik belum mencapai target yang diinginkan yaitu siswa yang
mendapat nilai di atas 60 hanya mencapai 60,86%. Oleh karena itu, kembali
51
52
disusun rencana pembelajaran perbaikan yaitu guru menyusun kembali
rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun sesuai dengan perbaikan dari siklus I pada rencana
pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menambah soal latihan pada saat
pembelajaran, menggunakan waktu secara efektif dan memberikan bimbingan
pada kegiatan kelompok.
1) Pertemuan ke-1
Materi pembelajaran pada pertemuan 1 yaitu penjumlahan
bilangan bulat dengan indikator mampu menjumlahkan bilangan bulat
positif dengan positif, mampu menjumlahkan bilangan bulat negatif
dengan negatif, mampu menjumlahkan bilangan bulat positif dengan
negatif, mampu menjumlahkan bilangan negatif dengan positif.
Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, mengkondisikan siswa
untuk mulai masuk ke dalam pembelajaran.
Kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan memberikan
soal-soal materi penjumlahan sambil mengingat pembelajaran
penjumlahan yang lalu. Pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan tanya
jawab dan pembahasan soal. Memasuki pemahaman materi, guru
menjelaskan konsep pejumlahan bilangan bulat dengan menggunakan
media manik-manik. Kemudian guru memberikan soal-soal latihan
penjumlahan bilangan bulat dan meminta siswa secara bergantian
mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Kegiatan pembelajaran kemudian
dilanjutkan dengan membagi siswa ke dalam 6 kelompok dimana setiap
kelompok mendapat 1 paket media manik-manik dan 1 lembar soal untuk
dikerjakan bersama anggota kelompok. Guru berkeliling dan mengamati
aktivitas siswa serta memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
dalam mendiskusikan lembar soal. Setelah selesai, hasil setiap kelompok
dibahas di depan kelas. Dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan tentang
materi yang telah dijelaskan.
52
53
Kegiatan akhir, guru memberikan lembar soal untuk dikerjakan
oleh siswa secara individu. guru berkeliling untuk mengamati langkah
kerja siswa dalam menyelesaikan lembar soal. Setelah selesai lembar kerja
dikumpulkan, dan pembelajaran diakhiri dengan memberikan pesan
kepada siswa agar tekun belajar dan berlatih soal-soal matematika.
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke 2 materi Matematika adalah pengurangan
bilangan bulat dengan indikator mampu mengurangkan bilangan bulat
positif dengan positif, mampu mengurangkan bilangan bulat negatif
dengan negatif, mampu mengurangkan bilangan bulat positif dengan
negatif dan mampu mengurangkan bilangan bulat negatif dengan positif.
Pembelajaran diawali dengan berdoa bersama, menanyakan kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran dan mengkondisikan siswa untuk siap
menerima pembelajaran.
Kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang materi
pengurangan yang lalu sebagai apersepsi. Kegiatan inti guru menjelaskan
konsep pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media manik-
manik. Untuk memperjelas kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
latihan soal-soal pengurangan bilangan bulat dan meminta siswa untuk
mengerjakan maju ke depan secara bergantian.
Untuk menambah pemahaman siswa, guru membagi siswa dalam
6 kelompok dimana setiap kelompok mendapat 1 paket media manik-
manik dan lembar soal untuk dikerjakan bersama anggota kelompok
masing-masing. Guru berkeliling melihat dan mengamati aktivitas siswa
serta memberikan bimbingan kepada setiap kelompok dalam mengerjakan
lembar soal. Setelah selesai, lembar soal dikumpulkan dan dilakukan
pembahasan lembar soal. Dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan
tentang materi yang disampaikan.
Kegiatan akhir guru memberikan lembar soal kepada setiap siswa
untuk dikerjakan secara individu. Guru berkeliling mengamati langkah
kerja siswa dalam mengerjakan lembar soal. Setelah selesai dikerjakan
53
54
lembar soal dikumpulkan. Pembelajaran diakhiri dengan memberikan
pesan kepada siswa untuk tidak malas belajar dan rajin belajar.
c. Observasi
Berdasarkan observasi terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran
pada siklus II di setiap pertemuan siswa telah melaksanakan pembelajaran
secara aktif dalam setiap aspek yang diamati. Adanya keaktifan dan minat
yang baik mendorong siswa mengerjakan soal dengan baik. Data hasil
observasi siswa di setiap pertemuan dapat dilihat pada lampiran 19 (halaman
107) dan lampiran 20 (halaman 108).
Observasi terhadap guru, guru telah melaksnakan pembelajaran
dengan baik. Adanya peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II,
menunjukkan guru telah meningkatkan aktivitas pembelajaran dibanding
siklus I. Peningkatan aktivitas guru diikuti dengan meningkatnya aktivitas
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh telah
mencapai target yang diinginkan.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui hasil observasi dan hasil belajar siswa
dikumpulkan dan dianalisis. Berikut evaluasi dan hasil analisis dari hasil
observasi dan hasil belajar:
1) Hasil Obersvasi
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dalam pembelajaran
yang terlampir pada lampiran 19 (lampiran 107) dan lampiran 20 (halaman
108) siswa secara keseluruhan telah melaksanakan pembelajaran secara
aktif. Dengan adanya keaktifan yang baik siswa memiliki minat dan
dorongan untuk mengerjakan soal dengan baik.
Observasi terhadap aktivitas guru mengalami peningkatan,
dengan ini guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Data
observasi terhadapa guru terlampir pada lampiran 23 (halaman 113) dan
lampiran 24 (halaman 115).
54
55
2) Hasil Belajar Siswa
Analisis untuk hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata siswa
adalah 76,73. Siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 3 siswa, siswa
yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 17 siswa dan siswa yang
mendapat nilai dibawah 60 sebanyak 3 siswa. Data hasil belajar siklus II
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran11 di halaman 99.
Tabel 3. Frekuensi Nilai Siklus II
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 50 – 58 3 13,04%
2 59 – 67 2 8,7%
3 68 – 76 7 30,43%
4 77 – 85 6 26,08%
5 86 – 94 1 4,35%
6 95 – 103 4 17,40%
Jumlah 23 100 %
Data frekuensi hasil belajar siklus II pada tabel 3 dapat digambarkan pada
grafik 6 di bawah ini.
Gambar 6. Grafik Nilai Siklus II
55
56
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan
siklus II, siswa dengan rentang nilai 50 - 58 sebanyak 3 siswa atau
13,04%, siswa dengan rentang nilai 59 - 67 sebanyak 2 siswa atau 8,7%,
rentang nilai 68 - 76 sebanyak 7 siswa atau 30,43%, rentang nilai 77 - 85
sebanyak 6 siswa atau 26,08%, rentang nilai 86 - 94 sebanyak 1 siswa atau
4,35%, dan siswa dengan rentang nilai 95 – 103 sebanyak 4 siswa atau
17,40%. Secara keseluruhan siswa yang mendapat nilai di atas 60
sebanyak 20 siswa atau 86,96 %.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa
menunjukkan peningkatan hasil belajar, yaitu memperoleh nilai lebih dari
60. Maka pembelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan pada bilangan bulat dengan menggunakan media manik-
manik yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus sudah dikatakan berhasil
pada siklus II. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa siklus II pada
lampiran 11. Sehingga, penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya. Namun guru terus melaksanakan bimbingan belajar untuk
mempertahankan hasil belajar siswa sebagai tindak lanjut.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Setiap Siklus
Dalam pengolahan data yang dilaksanakan pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
Dari daftar nilai yang ada dilampiran dapat diketahui bahwa hasil
belajar siswa sebelum tindakan yaitu siswa yang memdapat nilai 25 ada 1
siswa, siswa yang mendapat nilai 30 ada 2 siswa, siswa yang mendapat nilai
40 ada 6 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 ada 2 siswa, siswa yang
mendapat nilai 55 ada 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 65 adalah 2 siswa,
siswa yang mendapat nilai 70 ada 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 ada
2 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 80 ada 1 siswa. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 80 dan nilai terendah adalah 25, dengan rata – rata
nilai yang diperoleh siswa sebesar 52,82. Siswa yang mendapat nilai di
bawah 60 sebanyak 15 siswa atau 65 % dan siswa yang mendapat nilai di atas
56
57
60 sebanyak 8 siswa atau 35%. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 5 di halaman 93.
2. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
Dari nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai hasil
belajar siswa pada siklus I selama 2 pertemuan yaitu: pertemuan ke-1 siswa
yang memperoleh nilai di bawah 60 sebanyak 6 siswa atau 26,08% dan siswa
yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 17 siswa atau 73,91%. Pertemuan
ke-2 siswa memperoleh nilai di bawah 60 sebanyak 9 siswa atau 39,13% dan
siswa yang memperoleh nilai di atas 60 sebanyak 14 siswa atau 60,87%. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 (halaman 94) dan lampiran 7
(halaman 95).
Nilai hasil belajar siswa pada siklus I diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 35 ada 1 siswa, siswa yang memperoleh nilai 40 ada 2
siswa, siswa yang memperoleh nilai 50 ada 3 siswa, siswa yang memperoleh
nilai 55 ada 3 siswa, siswa yang memperoleh nilai 60 ada 3 siswa, siswa yang
memperoleh nilai 65 ada 2 siswa, siswa yang memperoleh nilai 70 ada 2
siswa, siswa yang memperoleh nilai 75 ada 2 siswa, siswa yang memperoleh
nilai 80 ada 1 siswa dan siswa yang memperoleh nilai 85 ada 2 siswa. Dari
data diperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah nilai 35 dengan rata-rata
nilai yang diperoleh sebesar 62,39. Siswa yang telah memiliki ketuntasan
belajar (nilai diatas 60) sebanyak 14 siswa atau 60,86% sedangkan siswa
yang belum tuntas belajar (nilai dibawah 60) sebanyak 9 siswa atau 39,13%
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 di halaman 96
3. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
Dari nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai hasil
belajar siswa pada siklus II selama 2 pertemuan yaitu: pertemuan ke-1 siswa
yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 1 siswa atau 4,35% dan siswa
yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 22 siswa atau 95,65%. Pertemuan
ke-2 siswa mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 3 siswa atau 13,04% dan
siswa yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 20 siswa atau 86,96%. Data
57
58
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 (halaman 97) dan lampiran 10
(halaman 98).
Nilai hasil belajar siswa pada siklus II diketahui bahwa siswa yang
mendapat nilai 50 ada 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 55 ada 2 siswa,
siswa yang mendapat nilai 60 ada 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 65 ada
1 siswa, siswa yang mendapat nilai 70 ada 3 siswa, siswa yang mendapat nilai
75 ada 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 80 ada 5 siswa, siswa yang
mendapat nilai 85 ada 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 90 ada 1 siswa,
siswa yang mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100
ada 3 siswa. Dari data diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah nilai 50
dengan rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 76,73. Siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar (nilai di atas 60) sebanyak 20 siswa atau 86,96%
sedangkan siswa yang belum tuntas belajar (nilai di bawah 60) sebanyak 3
siswa atau 13,04%. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 di
halaman 99.
Peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat melalui media manik-manik pada siswa kelas IV SD N Balangan
Teras Boyolali dari sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada
tabel 4 .
Tabel 4. Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Keterangan Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 25 35 50
Nilai tertinggi 80 85 100
Rata-rata nilai 52,82 62,39 76,73
58
59
Dari tabel 4 di atas dapat disajikan dalam gambar grafik 7
Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan hasil setiap siklus di
atas diketahui bahwa dalam penelitian ini peningkatan kemampuan menghitung
penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat ditunjukkan dengan
meningkatnya rata-rata nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus. Hal ini juga
diikuti dengan meningkatnya aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa
maupun guru.
Peningkatan hasil belajar siswa telah terlihat pada siklus I walaupun
belum signifikan. Tindakan yang dilaksanakan yaitu dengan menggunakan media
manik-manik dalam pembelajaran matematika. Dengan penggunaan media manik-
manik siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, siswa dapat
memanipulasi media sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran untuk
memahami konsep matematika dan mengembangkan keterampilan intelektualnya.
Hal ini sesuai dengan teori Bruner bahwa dalam proses belajar anak diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda atau alat peraga dan mengotak-atik alat
59
60
peraga sehingga siswa akan memahami suatu konsep matematika. Oleh karena itu,
guru hendaknya memanfaatkan media dalam proses belajar mengajar sehingga
merangsang siswa untuk belajar dan mengoptimalkan intelektual siswa.
Kemampuan menghitung siswa pada siklus II meningkat secara
signifikan terbukti dari meningkatnya nilai rata-rata siswa yang telah sesuai
dengan indikator yang diinginkan. Hal ini menunjukkan siswa dengan
kemampuan rendah bisa meningkatkan keterampilan intelektualnya apabila
dihadapkan pada strategi pembelajaran yang tepat yaitu dengan penggunaan
media manik-manik. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Francis bahwa siswa
lebih baik dalam pemecahan masalah jika siswa dari tingkat kemampuan tinggi,
tetapi siswa dengan kemampuan rendah bisa sempurna keterampilan memecahkan
masalah bila dihadapkan dengan strategi pembelajaran pemecahan masalah.
Menurut Nyimas kemampuan menghitung merupakan salah satu
kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua aktivitas
kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini. Dalam pembelajaran
matematika kemampuan menghitung merupakan bagian penting dalam strategi
pemecahan masalah, karena soal-soal pemecahan matematika pada umumnya
didominasi oleh soal-soal hitungan matematika. Hal ini berarti kemampuan
menghitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat merupakan bagian
penting yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penggunaan
media manik-manik dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat melalui pada siswa kelas IV SD N Balangan
Teras Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. .
60
61
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media manik-manik
dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menghitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD N Balangan
Teras Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Terbukti dengan adanya peningkatan
nilai rata-rata kelas, yaitu sebelum tindakan sebesar 52,82 pada siklus I naik
menjadi 62,39 pada siklus II naik menjadi 76,73. Persentase ketuntasan sebelum
tindakan 35% pada siklus I meningkat menjadi 60,86% pada siklus II meningkat
menjadi 86,96%.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan hasil peneltian dapat diajukan
implikasi baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan media manik-manik dapat meningkatkan kemampuan
menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas
IV SD N Balangan.
Penggunaan media manik-manik dapat menarik perhatian siswa,
memperjelas pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dan membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran di kelas
menjadi aktif dan menyenangkan karena siswa dapat memegang, menghitung
sendiri dengan media manik-manik, tidak cepat bosan dalam pembelajaran
dan siswa menjadi terbiasa perpikir dan mengemukakan pendapat.
61
62
Adanya aktifitas pembelajaran yang meningkat, suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga akhirnya kemampuan
menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siwa kelas IV
SD N Balangan meningkat.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media manik-manik
dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan bulat.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada guru untuk
meningkatkan keterampilan penggunaan media dalam pembelajaran dan
meningkatkan aktivitas pembelajaran sehubungan dengan hasil belajar siswa.
Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan penggunaan media dan strategi
pembelajaran yang tepat.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam pembelajaran,
mengerjakan tugas-tugas dari guru, selalu bekerjasama saat kerja kelompok
dan meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat dan
pendukung yang diperlukan dalam proses pembelajaran karena sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang akhirnya
berpengaruh pada peningkatan kemampuan siswa. Serta mengoptimalkan
penggunaan media, penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi
sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
62
63
3. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan media pembelajaran
pada mata pelajaran matematika khususnya dan media pembelajaran pada
mata pelajaran umumnya. Agar dapat menunjang keberhasilan dalam
pembelajaran, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika serta
pemberdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran.
63
64
DAFTAR PUSTAKA Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press. Anonim. 2010a. Bilangan Bulat. Diakses dalam http://www.belajar-
matematika.com/matematika-smp/BAB-I-BILANGAN BULAT.pdf. pada tanggal 4 Februari 2010.
Anonim. 2010b. Kemampuan (ability). Diakses dalam
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-31403361-9052-hanurda-chapter2.pdf pada tanggal 16 Februari 2010.
Anonim. 2010c. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat. Diakses dalam
http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=304 pada tanggal 4 Februari 2010.
Arif. S. Sadiman. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa & Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV.
Maulana. David Glover. 2004. Seri Ensiklopedia Anak A-Z Matematika. Bandung: PT
Grafindo Media Pratama. E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Francis A. Adesoji. 2008. Students’ Ability Levels and Effectiveness of Problem-
Solving Instructional Strategy. Diakses dalam http://www.krepublishers.com/02-Journals/JSS/JSS-17-0-000-000-2008-Web/JSS-17-1-001-08-Abst-Text/JSS-17-1-005-08-619-Adesoji-F-A/JSS-17-1-005-08-619-Adesoji-F-A-Tt.pdf pada tanggal 26 Mei 2010.
Heruman. 2009. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. Hidayati dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: BaLai Pustaka.
64
65
Muchtar A. Karim. 1996. Pendidikan Matematika 1. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan. Jakarta:
Rineka Cipta. Nyimas Aisyah dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Pei-Chen Sun & Hsing Kenny Cheng. 2005. The design of instructional
multimedia in e-Learning: A Media Richness Theory-based approach. Diakses dalam http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=The+design+of+instructional+multimedia+in+e-Learning%3A+A+Media+Richness+Theory based+approach&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=a24806be2328a1d1 pada tanggal 15 Juni 2010.
Sri Anitah. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. St. Y. Slamet & Suwarto, WA. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif- Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Usaha Keluarga. Yumiati & Elang Krisnadi. 2004. Kajian Proses Pembelajaran Bilangan Bulat di
SD. Diakses dalam http://karyailmiah-batang.blogspot.com/2009/05/panduan-lomba-pembuatan-media.html pada tanggal 4 Maret 2010.
65