PENINGKATAN KECERDASAN SPIRITUAL (SPIRITUAL
INTELLIGENCE) ANAK USIA DINI (AUD) MELALUI
DONGENG
(Studi Kasus di RA Labschool IIQ Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada FakultasTarbiyah InstitutIlmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S. Pd)
Oleh:
NurulAzmi
NIM. 14311396
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
PENINGKATAN KECERDASAN SPIRITUAL (SPIRITUAL
INTELLIGENCE) ANAK USIA DINI (AUD) MELALUI
DONGENG
(Studi Kasus di RA Labschool IIQ Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
NurulAzmi
NIM. 14311396
Dosen Pembimbing
Dr. YayahNurmaliah, MA.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Peningkatan Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui Dongeng (Studi Kasus di
RA. Labschool IIQ Jakarta)” Oleh Nurul Azmi dengan NIM 14311396
telah melalui proses pembimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing
telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasyah.
Jakarta, 08 Agustus 2018
Pembimbing
Dr. Yayah Nurmaliah, MA.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Peningkatan Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui Dongeng (Studi Kasus di RA.
Labschool IIQ Jakarta)” Oleh Nurul Azmi dengan NIM 14311396 telah
diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an
Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd).
Jakarta, 08 Agustus 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah
Dr. Hj.Umi Kusnul Khotimah, M. Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj.Umi Kusnul Khotimah, M. Ag Wasmini
Penguji 1 Penguji II
Sri Tuti Rahmawati, MA Dr. Hj.Umi Kusnul Khotimah, M. Ag
Pembimbing
Dr. Yayah Nurmaliah, MA.
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Azmi
NIM : 14311396
Tempat/Tanggal Lahir : Jayapura, 10 Februari 1996
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Kecerdasan
Spiritual (Spiritual Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui Dongeng
(Studi Kasus di RA. Labschool IIQ Jakarta)” adalah benar-benar asli
karya penulis, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Jakarta, 08 Agustus 2018
Nurul Azmi
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kecerdasan Spiritual
(Spiritual Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui Dongeng (Studi
Kasus di RA. Labschool IIQ Jakarta)”.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW karena atas perjuangan beliaulah kita
dapat merasakan kehidupan yang lebih bermartabat dengan kemajuan ilmu
yang didasarkan pada Iman dan Islam. Semoga kita mendapatkan syafaatnya
di hari kiamat nanti.
Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari semua
pihak, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT karena berkat semua rahmat dan karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
3. Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
4. Ibu Dr. Yayah Nurmaliah, MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
v
petunjuk dengan sabar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, baik
secara teoritis maupun praktis selama berada diperkuliahan
6. Guru-guru Al-Qur`an, keluarga RTTQ yang telah memberikan ilmu dan
senantiasa memotivasi serta memperbaiki bacaan Al-Qur`an penulis.
7. Bapak kepala sekolah, guru, siswa dan staff administrasi RA. Labschool
IIQ Jakarta yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
8. Kedua orang tua penulis Bapak Muhlasin dan Mama Yatiah yang sangat
dicintai tiada henti memberikan dukungan doa, motivasi, moral maupun
materi sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di IIQ Jakarta
9. Saudara kandung penulis yaitu Taufik Hidayat, Siti Nurkhotimah dan
Toliul Anwar, serta semua keponakan, sanak keluarga yang selalu
memberikan dukungan dan kasih sayang. Semoga menjadi suri tauladan
yang baik selama ini.
10. Seluruh teman-temanku fakultas Tarbiyah, Ushuluddin, Syariah khususnya
Tarbiyah yang telah bekerja sama berjuang bersama dalam menuntut ilmu
di IIQ Jakarta baik suka maupun duka.
11. Rekan-rekan penulis di RA. Labschool IIQ Jakarta yang selalu
memberikan dukungan dan doanya.
12. Sahabat-sahabatku tersayang dan semua teman-teman penulis yang tidak
mampu disebutkan satu persatu
13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis dicatat
sebagai amal kebaikan yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan
vi
pahala yang berlipat ganda serta memberikan manfaat bagi penulis dan
bagi siapapun yang membacanya. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca semua. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik selalu dinanti demi kesempurnaan karya selanjutnya.
Jakarta, 08 Agustus 2018
Nurul Azmi
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis dan
disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-
Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
Th ط .a 16 ا .1
Zh ظ .b 17 ب .2
‘ ع .t 18 ت .3
Gh غ .ts 19 ث .4
F ف .j 20 ج .5
Q ق .h 21 ح .6
K ك .kh 22 خ .7
L ل .d 23 د .8
M م .dz 24 ذ .9
N ن .r 25 ر .10
W و .z 26 ز .11
H ه .s 27 س .12
’ ء .sy 28 ش .13
Y ي .sh 29 ص .14
dh ض .15
2. Vokal
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fathah : a آ : â ... ي : ai
Kasrah : i ي : î .... و : au
Dhammah : u و : û
viii
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل
مسالش : asy-syams الدارمي : ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( ــ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata,
diakhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
Âmannâ billâhi : آمنا باالل
آمن السفهاء : Âmana as-Sufahâ’u
ين إن الذ : Inna al-ladzîna
كع والر : wa ar-rukka’i
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih akasarakan menjadi huruf
“h”. Contoh:
ف ئدة al-Af’idah : ال
س لامية ا ل جامعة ال : al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah
ix
Sedangkan ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
.Âmilatun Nâshibah : عاملةناصبة
يةا ل ك ب رىال : al-Âyat al-Kubrâ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: ‘Alî Hasan al-Âridh, al-Asqallânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS...................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB.................................................. vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii
ABSTRAK................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................... ............... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................. ............... 6
D. Perumusan Masalah ................................................ ............... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................. ............... 6
F. Tinjauan Pustaka .................................................... ............... 7
G. Sistematika Penulisan ............................................. ............... 20
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Anak Usia Dini ............................ ............... 23
1. Pengertian Anak Usia Dini ………………….................. 23
2. Perkembangan Anak Usia Dini ………………............... 25
B. Kecerdasan Spiritual ............................................. .............. 29
1.Macam-macam Kecerdasan …………………................. 29
2.Pengertian Kecerdasan Spiritual …………….................. 32
3.Peningkatan Kecerdasan Spiritual Untuk Anak
Usia Dini ………………………………………................. 36
C. Dongeng ................................................................ .............. 44
1. Pengertian Dongeng ........................................ .............. 44
2. Jenis Cerita yang Baik untuk Anak Usia Dini .............. 48
xi
3. Unsur-unsur dalam Dongeng .......................... .............. 49
4. Langkah dalam Mendongeng ......................... .............. 52
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mendongeng
......................................................................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Pendekatan dan Penelitian .......................... .............. 59
B. Populasi dan Sampel ........................................... .............. 59
C. Rancangan Penelitian .......................................... .............. 60
D. Tempat dan Waktu Penelitian ............................. .............. 61
E. Fokus Penelitian .................................................. .............. 62
F. Teknik Pengumpulan Data .................................. .............. 62
G. Instrumen Penelitian ............................................ .............. 63
H. Teknik Analisis Data………………………….................. 63
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................... .............. 67
2. Sejarah Singkat Berdirinya RA. Labschool
IIQ Jakarta ................................................... .............. 67
3. Visi dan Misi RA. Labschool IIQ Jakarta ... .............. 68
4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ............ .............. 69
5. Data Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar............... 71
6. Sarana dan Prasarana ................................... .............. 72
7. Kegiatan Ekstrakulikuler ............................. .............. 74
8. Tata Tertib Siswa-siswi RA. Labschool IIQ
Jakarta……………………………………................. 74
B. Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Anak Usia Dini Melalui Dongeng di RA.
Labschool IIQ Jakarta .................................. .............. 76
2. Deskripsi Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Anak Usia Dini di RA. Labschool IIQ Jakarta
Sebelum dan SEsudah Melalui Dongeng .... .............. 76
3. Hasil Pengukuran Pada Kelompok Eksperimen
xii
dan Kelompok Kontrol ……….................................. 86
4. Pembahasan Penelitian ……………………............... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................... .............. 93
B. Saran .................................................................... .............. 94
C. Daftar Pustaka .................................................... .............. 96
D. Lampiran-lampiran ............................................. .............. 99
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Kategori Peningkatan Kecerdasan Spiritual Melalui Dongeng ............. 64
4.2 Profil Sekolah ........................................................................................ 69
4.3 Tenaga Pendidik dan Kependidikan ...................................................... 70
4.4 Data Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar ........................................ 71
4.5 Sarana dan Prasarana…………………………………………………. 72
4.6 Kegiatan Ekstrakulikuler ....................................................................... 74
4.7 Tata Tertib Siswa-siswi RA. Labschool IIQ Jakarta ............................ 74
4.8 Hasil Test Sebelum Melalui Dongeng (Pretest) .................................... 76
4.9 Perhitungan Deviasi Standar dari Data yang Tertera pada Tabel 1 ...... 78
4.10Frekuensi Hasil Test Siswa RA. Labschool IIQ Jakarta ...................... 78
4.11 Hasil Test Sesudah Melalui Dongeng (Posttest) ................................. 79
4.12 Perhitungan Deviasi Standar dari Data yang Tertera pada Tabel 1 .... 81
4.13 Frekuensi Hasil Test Siswa RA. Labschool IIQ Jakarta .................... 81
4.14 Presentase peningkatan yang diperoleh siswa ..................................... 82
4.15 Analisis Skor Sebelum Dan Sesudah Treatment ................................. 83
4.16 Skor Pretest dan Posttest Berdasarkan Nilai Tertinggi, Terendah, Rata-
rata dan Standar Deviasi………………………………………………….. 85
4.17 Hasil Perubahan Skor Pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol…………………………………………………………………...
87
xiv
ABSTRAK
Nurul Azmi (14311396) “Peningkatan Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui Dongeng (Studi Kasus di
RA. Labschool IIQ Jakarta)”. Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta 2018.
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk Bagaimanakah cara
meningkatkan kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence) anak usia dini
melalui dongeng di Kelompok B RA Labschool IIQ Jakarta pada usia 5-6
tahun. Metode yang telah digunakan dalam tujuan untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual adalah dongeng. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap subjek yang diteliti. Dengan
kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan
sebab akibat. Analisis data menunjukkan bahwa metode dongeng dapat
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia 5-6 tahun.
Dongeng yang telah digunakan dalam penelitian ini merupakan treatment
yang tercakup di dalamnya beberapa aspek kecerdasan spiritual anak,
diantaranya cinta dan kasih sayang, percaya diri, cerdas, adil, mandiri,
perhatian, jujur, dermawan, sabar, bersyukur, kebersihan. Namun dalam hal
ini peneliti hanya mengambil salah satu aspek kecerdasan tersebut yang
dijadikan materi untuk mendongeng sebagai treatment pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Aspek tersebut ialah terkait dengan
kemandirian anak. Berdasarkan hasil pengujian statistik infrensial,
perhitungan dengan menggunakan uji-t taraf signifikan 5% pada siswa RA.
Labschool IIQ Jakarta diperoleh thitung = 6,7562 dan ttabel = 2,07 karena thitung >
ttabel maka Ha diterima. Jadi mendongeng dapat berpengaruh dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia dini.
Kata Kunci: Anak usia dini, kecerdasan spiritual, dongeng.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Raudhotul Athfal merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang
dikenal oleh anak-anak. Sesuai dengan karakteristiknya anak-anak sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu aspek perkembangan
tersebut yakni terkait dengan kecerdasan anak. Hal ini perlu adanya perhatian
dari berbagai pihak seperti pendidik maupun orangtua untuk ikut andil
mengupayakan peningkatan kecerdasan atau potensi anak. Di dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi
ada kalanya tidak hanya memberikan dampak positif namun juga dapat
menyebabkan dampak negatif. Hal ini terlihat pada proses penggunaannya.
Apabila digunakan secara baik maka akan memberikan manfaat yang besar.
Namun jika disalahgunakan, tidak sedikit yang mengalami kerugian. Individu
semakin rentan mengalami gangguan fisik maupun psikologis seperti
kecemasan, frustasi, perilaku anarkis dan lain sebagainya. Hal ini terjadi
karena ketidaksiapan individu dalam menyikapi keadaan lingkungannya
terutama anak-anak.
2
Dewasa ini, anak-anak lebih suka berkutat dengan gadget dan
bermain game di dalam rumah. Berbeda halnya dengan anak-anak zaman
dahulu yang gemar bermain di halaman rumah. Bahkan kini mereka sudah
jarang membaca buku-buku yang terdapat diperpustakaan sekolah. Sangat
disayangkan apabila generasi penerus ini semakin sedikit yang gemar
membaca buku. Dalam hal ini peran orang tua sejatinya juga penting, semisal
rutin membacakan buku untuk anaknya akan memperkaya kosa kata yang
dimiliki anak. „‟Semakin sering seorang anak dibacakan buku, semakin
banyak kata-kata yang dia dengar (lebih mendorong pemahaman anak), dan
semakin mungkin si anak mengasosiasikan membaca dengan pengalaman
harian yang menyenangkan.‟‟1
Tidak dapat dipungkiri kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari
kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena merupakan alat untuk memahami
perasaan kepada orang lain juga sebagai alat untuk memahami pikiran orang
lain. „‟Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.‟‟2
„‟Kecerdasan linguistik menekankan pada keterampilan menggunakan
bahasa. Dalam bentuk kata atau kalimat yang diucapkan (lisan) dengan pola
yang terstruktur, kemampuan mengolah kata.‟‟3
Mendongeng sambil bermain merupakan salah satu stimulus yang
berperan dalam perkembangan diri seorang anak. Penelitian ini merupakan
1 Jim, Trelease, The Read-Aloud Handbook, (Jakarta: Noura (PT Mizan Publika),
2017), hal. 45
2 Ari Siswanti, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan
Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompok B Tk Pembina Cawas Kabupaten Klaten,
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
2012) 3 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hal. 32. Cet. 3
3
penelitian pre-eksperimen dengan desain static group comparison. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mendongeng sambil bermain
terhadap kecerdasan spiritual anak. Selain itu dongeng juga dapat digunakan
oleh orang tua atau guru sebagai sarana mendidik dan membentuk
kepribadian anak melelui pendekatan transmisi budaya atau cultural
transmission approach yang terkait juga dengan kecerdasan spiritual anak.
„‟Teknik penyampaian dongeng disampaikan melalui metode bercerita yang
disampaikan secara komunikatif disertai penggunaan media atau peraga,
untuk memvisualisasikan tokoh dalam cerita tersebut. Pengajaran yang paling
disenangi siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah
mendongeng.‟‟4
Nabi Muhammad SAW dalam memberikan pelajaran kepada para
sahabat seringkali menggunakan metode cerita tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan dan kejadian-kajadian masa lalu. Penggunaan metode itu
dianggap akan lebih membekas dalam jiwa orang-orang yang
mendengarkannya serta menarik perhatian mereka. Allah Swt. sesungguhnya
telah mengenalkan metode pembelajaran seperti ini kepada Rasulullah Saw.
seperti firman-Nya yang termaktub dalam Al-Qur`an
4 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hal. 57. Cet. 3
4
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orangorang yang beriman”.(QS. Hud [11]: 120)
Proses perkembangan manusia secara utuh dimulai sejak janin dalam
kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) sampai usia
enam tahun. Usia 0 sampai 6 tahun, merupakan masa peka bagi anak
sehingga para ahli menyebutnya The Golden Age, karena perkembangan
kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Usia dini atau
prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar. Oleh
karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
pembelajaran anak karena rasa ingin tahu anak usia ini berada pada posisi
puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang meyimpan rasa ingin tahu anak
melebihi usia dini.
Kemampuan dan minat anak pada tahapan perkembangan usia 4
sampai 6 tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti, sehingga
banyak hal yang layak untuk diberikan pada usia tersebut. pada kondisi yang
normal, umumnya anak pada usia ini sudah memiliki kemangatan pada
seluruh kemampuan. Banyak hal yang menakjubkan seolah terjadi, membuat
orang dewasa merasa bangga dan senang tetapi juga terkadang melakukan
aktivitas di luar kontrol diri yang berakibat membahayakan dirinya dan orang
lain. Anak usia ini senang melakukan berbagai eksplorasi terhadap segala
sesuatu yang dilihat, didengar, maupun yang dapat dirasakannya sebagai
wujud dari keingintahuannya yang begitu besar.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk pendidikan
pra sekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan karakteristik anak dan dalam rangka
mengembangkan seluruh potensi anak. Kemampuan anak usia 4 sampai
5
dengan 5 tahun untuk lingkup perkembangan menerima bahasa, salah satunya
diharapkan siswa mampu memahami cerita yang dibacakan. Urgensi
pembelajaran dengan melalui dongeng ini ialah di mana anak dapat
mengimplementasikan perilakunya dari segi spiritual setelah mendengarkan
dongeng yang diceritakan oleh guru ataupun orangtua. Dari segi spiritual ini
juga anak diharapkan dapat lebih memahami bagaimana bersikap baik
dengan sesama, binatang, tumbuhan dan lingkungannya. Dengan dasar inilah
peneliti mengadakan penelitian kuasi eksperimen dengan judul “Peningkatan
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui
Dongeng”.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan bahasa verbal anak dalam mengucapkan kalimat saat
menjawab dan menceritakan pengalaman atau kejadian belum
berkembang dengan optimal.
2. Mengembangkan kecerdasan spiritual tidak bisa hanya mengandalkan
keaktifan guru, tetapi harus melibatkan keaktifan anak.
3. Penerapan kecerdasan spiritual anak dalam kehidupan sehari-hari
setelah belajar melalui dongeng.
4. Keterampilan berbicara anak kurang lancar dan jelas dalam hal
menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam
komunikasi lisan.
5. Ada beberapa anak yang perlu dimotivasi dalam keterampilan
berbicara dan berperilaku yang baik.
B. Pembatasan Masalah
6
Perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini, agar
masalah tersebut dapat dikaji secara mendalam. Dalam penelitian ini
penulis hanya membatasi:
1. Peningkatan kecerdasan Spiritual atau Spiritual intelligence Anak
Usia Dini (AUD) melalui dongeng di Kelompok B TK/RA.
Labschool IIQ Jakarta dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan kecerdasan spiritual tidak bisa hanya
mengandalkan keaktifan guru, tetapi harus melibatkan keaktifan
anak.
3. Meningkatkan kemampuan anak dalam keterampilan berbicara dan
berperilaku yang baik.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan yakni Bagaimanakah cara
meningkatkan kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence) anak usia dini
melalui dongeng di Kelompok B RA Labschool IIQ Jakarta?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara meningkatkan
kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence) anak usia dini di
Kelompok B TK/RA Labschool IIQ Jakarta.
2. Manfaat
a. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan memberi masukan
pengalaman dan wawasan serta mengembangkan aspek emosi
melalui metode bercerita dongeng.
b. Manfaat praktis
1) Bagi Guru
7
Dapat memperkaya wawasan pengalaman guru untuk lebih
mengoptimalkan penggunaan metode bercerita dongeng
dalam pembelajaran di RA yang dapat digunakan untuk
mengembangkan potensi anak.
2) Bagi siswa
Dapat mengembangkan potensi kecerdasan anak.
3) Bagi Pendidikan
Dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai
alternatif untuk dapat mengembangkan kecerdasan
spiritual melalui bercerita dongeng serta dapat menjadi
sumber inspirasi penelitian berikutnya yang sejenis dan
berkaitan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi yang ditulis oleh Fatimah (1310410020), 2017. Berjudul
“Pengaruh Kreativitas Mendongeng Guru Terhadap Kecerdasan
Emosional Anak Usia Dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul
Kaliwungu Kudus Tahun Ajaran 2017/2018. Kudus: Jurusan
Tarbiyah, Progam Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
STAIN Kudus.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui adanya
kreativitas guru dalam mendongeng (2) mengetahui kecerdasan
emosional anak usia dini (3) mengetahui seberapa besar pengaruh
kreativitas mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak
usia. Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian field
research dengan melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh
data atau informasi secara langsung dengan mendatangi responden
yang berada di tempat. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif untuk memperoleh data terkait kreativitas
8
mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak usia dini.
Penulis melakukan studi lapangan di RA Nurul Haq Prambatan Kidul
Kaliwungu Kudus. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh peserta
didik di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus sejumlah
252 kemudian diambil sampel sebesar 71, dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilapangan
yang terkait dengan objek penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam
analisis ini penulis menggunakan analisis statistik untuk hipotesis
deskriptif menggunakan uji t dan hipotesis asosiatif menggunakan
regresi linear sederhana, dan uji F mengenai pengaruh kreativitas
mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di
RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kreativitas mendongeng guru dalam kategori
baik yaitu sebesar 45 pada rentang interval 44-47 (2) Kecerdasan
emosional anak usia dini dalam kategori baik, yaitu sebesar 44 pada
rentang interval 43-46. (3) terdapat pengaruh yang signifikan dengan
model persamaan regresi 16,110+0,641X. Kemudian mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,600 dan diperoleh
koefisien determinasi sebesar 36%, artinya kreativitas mendongeng
guru memberikan konstribusi sebesar 36% terhadap kecerdasan
emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul
Kaliwungu Kudus. Hal ini terbukti dari nilai yang diperoleh sebesar
38,8125 lebih besar dari nilai taraf signifikan 5% sebesar 3,98 dan
taraf signifikansi 1% sebesar 7,02 berarti > artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara kreativitas mendongeng guru terhadap
kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan
Kidul Kaliwungu Kudus.
9
2. Nur Rahmatul Azkiya, 2016. Pengaruh Mendengarkan Dongeng
Terhadap Kemampuan Bahasa Pada Anak Prasekolah. Iswinarti
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang..
Faktor terpenting bagi anak untuk mengapresiasikan emosi
mereka salah satunya adalah bahasa. Bahasa bagi anak dapat
diperoleh melalui banyak faktor salah satunya dari pengalaman
sehari-hari. Usia prasekolah memasuki fase pemahaman terhadap
simbol termasuk bahasa, sehingga dibutuhkan metode untuk
meningkatkan kemampuan bahasa anak. Mendongeng merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan bahasa anak, karena dalam mendongeng terjadi proses
mendapatkan kosa kata baru, mengevaluasi serta memahami
informasi baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
mendengarkan dongeng terhadap kemampuan bahasa pada anak
prasekolah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
menggunakan desain Pretest Posttest Control Group Design dengan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Subjek penelitian berjumlah 30 orang siswa/i PAUD/KB Bunda Aini
dengan rentang usia 5 sampai 6 tahun. Analisa data menggunakan
paired sample t-test dengan hasil yang menunjukkan bahwa
mendengarkan dongeng berpengaruh sangat signifikan terhadap
kemampuan bahasa pada anak prasekolah, yang ditunjukkan dengan
nilai p= 0,000.
3. Windriantari Saputri, 2015. Peningkatan Kemampuan Berbicara
Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok A Di Tk Bener
Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
10
Dini Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berbicara melalui kegiatan berbicara menggunakan
media gambar pada anak Kelompok A TK Bener Tegalrejo
Yogyakarta. Kegiatan berbicara menggunakan media gambar yang
bervariasi dan menarik sehingga mampu memotivasi minat anak.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) secara kolaboratif dengan model Kemmis & Mc Taggart.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A
TK Bener Tegalrejo Yogyakarta yang berjumlah 21 anak. Objek
penelitian adalah kemampuan berbicara melalui media gambar.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa
lembar penilaian, untuk dokumentasi menggunakan kamera foto
untuk mendokumentasikan segala aktivitas anak selama kegiatan, dan
wawancara menggunakan pedoman wawancara dengan guru
Kelompok A untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang
dihadapi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah bila rata-rata kemampuan berbicara anak melalui
media gambar telah mencapai 80%. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan berbicara anak melalui media
gambar di TK Bener Tegalrejo Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan rata-rata kemampuan berbicara anak pada
Pratindakan sebesar 65,60%, meningkat menjadi 76,52% pada
tindakan Siklus I, dan mencapai 94,16% pada tindakan Siklus II.
11
Kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan setelah peneliti
memberikan tindakan yang dilakukan melalui beberapa tahapan dan
proses, yaitu: 1) Guru memperlihatkan beberapa gambar kepada anak
dan membaginya dalam kelompok, kemudian menjelaskan apa yang
harus dilakukan dengan gambar tersebut; 2) Anak diberi tugas untuk
berbicara mengenai gambar yang dipegangnya kepada teman
sekelompoknya. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian antar anak;
3) Anak diberikan kesempatan untuk berbicara di depan teman
sekelasnya; dan 4) Guru selalu memberikan motivasi agar anak-anak
menjadi semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan berbicara.
4. Ika Yunita, 2014. Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Menggunakan Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Pada
Anak Kelompok A1 Di Tk Kartika Iii-38 Kentungan, Depok. Sleman
Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode bercerita dengan boneka
tangan pada anak Kelompok A1 TK Kartika III-38 Kentungan,
Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014. Metode bercerita dipilih
karena pada dasarnya anak senang mendengarkan cerita. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif
menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Subjek
penelitian adalah 17 anak Kelompok A1 TK Kartika III-38
Kentungan, Depok, Sleman. Objek penelitian yaitu keterampilan
berbicara. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen lembar
observasi yang berbentuk checklist. Teknik analisis data dilakukan
melalui deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan
dalam penelitian ini adalah apabila sekurang-kurangnya 80% dari
12
jumlah anak mendapat mendapat nilai baik. Hasil penelitian
menunjukkan keterampilan berbicara anak meningkat menjadi 83,8%.
Hasil penelitian dari Pratindakan ke Siklus II terjadi peningkatan
sebesar 35,8%. Berdasarkan hasil penelitian, cara peningkatan
keterampilan berbicara menggunakan metode bercerita dengan media
boneka tangan, sebagai berikut: 1) Guru bercerita; 2) Guru melakukan
tanya jawab tentang cerita yang baru saja dibawakan; 3) Anak diminta
untuk menceritakan kembali cerita yang baru saja dibawakan; dan 4)
Guru memberikan penghargaan berupa benda konkret “kalung
senyum” kepada anak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan metode
bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan berbicara pada anak Kelompok A1 TK Kartika III-38
Kentungan, Depok, Sleman.
5. Skripsi Yang Ditulis Oleh Marlen Tehupeiory1, Ign I Wayan
Suwatra2, Luh Ayu Tirtayani3 Brjudul Penerapan Metode Bercerita
Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbahasa Anak Kelompok B Semester Ii, E-Journal Pg-Paud
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
(Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berbahasa anak melalui penerapan metode bercerita
dengan menggunakan media gambar pada anak kelompok B semester
II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah anak
kelompok B TK kemala Bhayangkari 2 SingarajaTahun pelajaran
2013/2014, dengan jumlah anak 24 orang. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi. Data analisis
13
menggunakan statistik deskriptif dan metode analisis statistik
kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan persentase kemampuan berbahasa anak pada siklus I
sebesar 65,31% yang berada pada kategori sedang dan mengalami
peningkatan sebesar 21,37% pada siklus II menjadi 86,68% berada
pada kategori tinggi
6. Skripsi yang ditulis oleh Ice Eriani Siagian, 2014. Berjudul “Upaya
Mengembangkan Karakter Disiplin Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Kegiatan Mendongeng dengan Boneka Tangan di PAUD Asuhan
Desa Nagori Dolok.
Hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
masih ada anak yang belum memenuhi peraturan yang ada di sekolah,
sementara pada saat anak berada di kelas A anak sudah dikenalkan
dengan aturan-aturan yang ada di sekolah. Akan tetapi pada saat anak
berada di kelas B masih ada anak yang belum mematuhi peraturan
yang ada di sekolah. Adapun permasalah yaitu kurangnya
kemampuan guru dalam menarik minat anak untuk menyimak
pelajaran yang disampaikan, kegiatan mendongeng masih jarang
dilakukan guru dalam mengembangkan karakter disiplin anak, belum
terlaksananya pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan
belajar, pendidikan karakter belum diletakkan pada proses
pembelajaran. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kegiatan mendongeng dengan boneka tangan dapat
mengembangkan karakter disiplin anak usia 5-6 tahun. Jenis
penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus diadakan 2 kali
pertemuan. Objek penelitian ini adalah mengembangkan karakter
14
disiplin anak usia 5-6 tahun di PAUD Asuhan Desa Nagori Dolok
T.A 2013/2014. Subjek penelitian adalah anak kelas B yang
berjumlah 20 orang. Alat pengumpul data yang digunakan peneliti
adalah lembar observasi. Hasil analisis siklus I diperoleh data bahwa
perkembangan karakter disiplin anak melalui kegiatan mendongeng
dengan boneka tangan yaitu, tidak ada anak (0%) yang tergolong
sangat baik, 5 orang (25%) tergolong Baik, 15 orang (75%) tergolong
cukup. Dari data hasil observasi tersebut sehingga pada siklus II perlu
dilakukan kegiatan mendongeng dengan boneka tangan yang lebih
baik dan yang dapat menarik minat anak untuk mendengarkan
dongeng yang disampaikan, mulai dari memperbaik cerita yang akan
disampaikan, media yang digunakan, dan yang paling penting waktu
karena jika dongeng disampaikan terlalu lama maka dapat membuat
anak menjadi bosan. Maka dari hasil analisis siklus II diperoleh hasil
bahwa perkembangan karakter disiplin anak berkembang yaitu,
bahwa jumlah anak yang perkembangan karakter disiplin anak
tergolong sangat baik 15 orang (75%), anak yang tergolong baik
bertambah menjadi 5 orang (25%), dan anak yang tergolong cukup
menjadi 0 orang (0%). Dari hasil temuan penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan mendongeng dapat mengembangkan
karakter disiplin usia 5-6 tahun di PAUD Asuhan Desa Nagori Dolok
T.A 2013/2014.
7. Daroah, 2013. Meningkatan Kemampuan Bahasa Melalui Metode
Bercerita Dengan Media Audio Visual Di Kelompok B1 Ra
Perwanida 02 Slawi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun 2013.
15
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang Metode bercerita yang
merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan bahasa anak, karena bahasa mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia, agar metode bercerita tidak
membosankan maka seiring dengan perkembangan teknologi metode
bercerita dituangkan dengan bantuan media audio visual, sehingga
pembelajaran dengan metode bercerita pada anak usia dini tidak
membosankan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan
kemampuan bahasa pada anak; 2) memberikan pembelajaran yang
menyenangkan melalui metode bercerita dengan media audio visual
di kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi. Metode penelitian
dilakukan dengan tindakan kelas. Subjek penelitiannya anak didik
kelompok B1 di RA Perwanida 02 Slawi, yang terdiri dari 32 anak, di
Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Teknik analisis data yang
digunakan adalah deskriptif persentatif dan deskriptif aktivitas anak
anak didik. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan bahasa yang
dicapai anak didik kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi lebih
meningkat di bandingkan dengan sebelumnya di mana perkembangan
bahasa anak hanya mencapai 50%, namun setelah dilakukan praktek
penelitian tindakan kelas melalui metode bercerita dengan
menggunakan media audio visual, pada siklus pertama mengalami
peningkatan mencapai 75%, maka dari itu dilakukan penelitian ulang
sehingga pada siklus kedua mengalami peningkatan mencapai 85%,
dimana tingkat pencapaian tersebut sudah memenuhi target penelitian
yaitu 85%, Begitu pula dengan guru lebih mudah dalam
menyampaikan metode bercerita, dan memberikan pembelajaran yang
menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
16
bahwa: pembelajaran melalui metode bercerita dengan media audio
visual dapat dikatakan berhasil dalam rangka meningkatkan
kemampuan bahasa anak, untuk itu disarankan pada semua guru dapat
memberikan kegiatan bercerita dengan bantuan media audio visual
sehingga dapat menarik dan menyenangkan anak.
8. Teguh Waluya, 2013. Peningkatan Pembiasaan Nilai Agama, Moral,
Sosial, Emosional, Dan Kemandirian Anak Melalui Dongeng Di
Taman Kanak-Kanak Dharmasiwi Purworejo Hargobinangun Pakem
Sleman Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan pembiasaan nilai
moral, agama, sosial, emosional, dan kemandirian anak-anak TK
Dharmasiwi Purworejo Hargobinangun Pakem Sleman, Yogyakarta
melalui Dongeng. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus dilakukan 3 kali kegiatan pertemuan. Kegiatan pertemuan
tersebut dilakukan di TK Dharmasiwi, Purworejo, Hargobinangun,
Pakem, Sleman Yogyakarta dengan jumlah anak sebanyak 13 orang
dan terdiri dari 7 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Subyek dari
penelitian adalah anak-anak TK Dharmasiwi Kelompok A yang
berjumlah 13 anak. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis secara
deskriptif kuantitatif berdasarkan hasil dari observasi tersebut, dengan
melihat peningkatan prosentase jumlah anak yang berkembang sesuai
harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan
17
pembiasaan nilai-nilai agama, moral, sosial, emosional, dan
kemandirian anak-anak di TK Dharmasiwi, Kelompok A, Purworejo
Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Anak-anak TK
Dharmasiwi Purworejo pada pra siklus menunjukkan bahwa masih
rendahnya pembiasaan nilai moral, agama, sosial, emosional, dan
kemandirian yaitu masih berada pada kategori mulai berkembang.
Pada siklus I anak TK Dharmasiwi Purworejo yang sudah
berkembang sesuai harapan hanya 3 orang atau sebesar 30,7%.
Peningkatan pembiasaan nilai agama, moral, sosial, emosional, dan
kemandirian baru menunjukkan peningkatan pada siklus II yaitu
peningkatan sebesar 75% dari 13 anak.
9. Nurhamidah, 2013. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap
Keterampilan Sosial Anak Usia Prasekolah Di Tk Siaga Tunas
Kelapa, Ngalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Program Studi
Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
bercerita terhadap keterampilan sosial anak prasekolah. Subjek
penelitian ini adalah 12 anak-anak yang tergabung dalam kelompok
eksperimen. Karakteristik subjek di antaranya: a) anak usia
prasekolah (antara tiga sampai lima tahun), b) mengindikasikan
keterampilan sosial yang rendah. Kelompok eksperimen mendapat
perlakuan berupa pembelajaran dengan metode bercerita sebanyak
sepuluh kali pertemuan. Desain penelitian yang digunakan adalah one
group pre-test – post-test design. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Skala Keterampilan Sosial adaptasi dari PKBS
Skala A (Skala Keterampilan Sosial) dari Merrell (1994). Metode
18
analisis data yang digunakan adalah teknik Intraclass Correlation
Coefficient Model Two Way Mixed, untuk mengetahui reliabilitas
antar rater dan Wilcoxon Signed-Rank Test, untuk menguji beda skor
pre-test dan post-test. Hasil Intraclass Correlation Coefficient Model
Two Way Mixed menunjukkan reliabilitas antar rater yang cukup
tinggi (pre-test 0.729 dan post-test 0.856). Hasil Wilcoxon Signed-
Rank Test menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode
bercerita dapat meningkatkan keterampilan sosial anak usia
prasekolah (p= 0.001), yang menunjukkan hipotesis penelitian
diterima.
10. Eva Nur Izza, Pengaruh Penggunaan Metode Bercerita Terhadap
Perkembangan Kecerdasan Emosional Pada Anak Kelompok B Tk
Dharma Wanita Kedunggempol. Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Surabaya.
Pelaksanaan pendidikan emosi di TK, guru memegang
peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan anak-anak yang
banyak belajar dari guru dalam membentuk tingkah lakunya dan
mengajarkan dasar-dasar kecerdasan emosi anak. Kegiatan bercerita
memberikan nilai pembelajaran yang banyak bagi proses belajar dan
perkembangan anak serta dapat menumbuhkan minat dan kegemaran
membaca. Salah satu metode yang yang dapat di emplementasikan
untuk membawa anak usia dini kepada perkembangan kecerdasan
emosional yang baik adalah metode bercerita dalam gambar.
Penelitian ini dilatar belakangi dari fakta yang kecerdasan emosi anak
di kelompok B TK Dharma Wanita Kedunggempol dapat dibangun
dengan menerapkan metode bercerita, seperti mengajak anak-anak
19
bercerita setiap pagi, Hal ini dikarenakan karakteristik anak yang
masih senang mendengarkan cerita dongeng maupun senang bercerita
sendiri.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin
mengetahui pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap
perkembangan kecerdasan emosional anak. Penelitian ini
menggunakan pre-exsperimental design dengan bentuk one group
pretest-posttest design. adalah penelitian kuantitatif karena mencari
ada tidaknya pengaruh metode cerita terhadap kecerdasan emosional
(variabel Y) anak kelompok B TK Dharma Wanita Kedunggempol.
Subyek penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK Darma
Wanita Kedunggempol tahun pelajaran 2012/ 2013, sebanyak 20
anak. Teknik pengumpulan data pada penelian menggunakan
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis statistic parametric dengan test independent
(Uji t), dimana jika t hitung>t tabel, maka penelitian ini disignifikasi
ada pengaruh antara dua variabel. Berdasarkan hasil penelitian, secara
umum kecerdasan emosional anak cukup baik.Karena t hitung 6.866)
lebih besar dari harga t tabel (2.093) atau 6.866 > 2.093.Nilai
probabilitas yang diperoleh adalah 0.000 lebih kecil dari 0.05, maka
dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional anak sebelum dan
sesudah implementasi metode cerita ikasi ada pengaruh terdapat
perbedaan secara signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kecedasan emosional anak kelompok B TK Dharma Wanita
Kedunggempol setelah implementasi metode cerita adalah cukup
baik.
11. Syahraini Tambak. Metode Bercerita dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas
Islam Riau (UIR) Pekanbaru.
20
Dalam proses pembelajaran diperlukan metode-metode yang
tepat. Pemilihan metode yang tepat akan menjadikan proses
pendidikan termasuk pendidikan agama islam berjalan dengan efektif.
Dalam pendidikan agama islam, banyak terkandung nilai-nilai sejarah
yang berupa cerita kejadiankejadian masa lalu baik dimasa ketika
zaman Rasulullah SAW maupun setelah beliau wafat. Panjangnya
kisah-kisah kehidupan masa lampau akan sangat sulit dipahami oleh
peserta didik apabila hanya dengan membaca. Oleh karena itu
diperlukan sebuah metode yang paling tepat untuk menceritakan kisah
perjalanan perkembangan agama islam sehingga peserta didik dapat
memahami secara mendalam dan efisien. Metode ini adalah metode
bercerita. Walaupun metode bercerita ini merupakan metode yang
hanya berpusat kepada guru, tetapi apabila dilakukan dengan intonasi
yang menarik dan isi ceritanya tepat, maka akan lebih efektif bagi
siswa dalam pemahaman cerita sejarah dibandingkan dengan metode
lainnya.
1. Sistematika Penulisan
Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017, adapun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Pada Bab Pertama, pendahuluan yang mencakup pembahasan
mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesis
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Pada Bab Kedua, landasan teori yang mencakup landasan teoritis
atau konsep yang mendukung penulisan yaitu meliputi pengertian, tujuan,
21
sistem kegiatan pembelajaran anak usia dini, pengertian dongeng,
sejarang dongeng, manfaat dan tujuan dongeng, serta implementasi
mendongeng dan pengaruhnya terhadap peningkatan kecerdasan verbal
anak.
Pada Bab Ketiga, metodologi penelitian yang meliputi
pembahasan mengenai jenis penelitian, subjek, tempat dan waktu
penelitian, serta desain prosedur penelitian (metode penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data).
Pada Bab Keempat, hasil yang meliputi gambaran umum objek
penelitian, deskrisi data dan analisa data serta interpretasi data.
Pada Bab kelima, penutup yang membahas tentang penutup yang
berisi kesimpulan dan saran.
2
Dewasa ini, anak-anak lebih suka berkutat dengan gadget dan
bermain game di dalam rumah. Berbeda halnya dengan anak-anak zaman
dahulu yang gemar bermain di halaman rumah. Bahkan kini mereka sudah
jarang membaca buku-buku yang terdapat diperpustakaan sekolah. Sangat
disayangkan apabila generasi penerus ini semakin sedikit yang gemar
membaca buku. Dalam hal ini peran orang tua sejatinya juga penting, semisal
rutin membacakan buku untuk anaknya akan memperkaya kosa kata yang
dimiliki anak. „‟Semakin sering seorang anak dibacakan buku, semakin
banyak kata-kata yang dia dengar (lebih mendorong pemahaman anak), dan
semakin mungkin si anak mengasosiasikan membaca dengan pengalaman
harian yang menyenangkan.‟‟1
Tidak dapat dipungkiri kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari
kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena merupakan alat untuk memahami
perasaan kepada orang lain juga sebagai alat untuk memahami pikiran orang
lain. „‟Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.‟‟2
„‟Kecerdasan linguistik menekankan pada keterampilan menggunakan
bahasa. Dalam bentuk kata atau kalimat yang diucapkan (lisan) dengan pola
yang terstruktur, kemampuan mengolah kata.‟‟3
Mendongeng sambil bermain merupakan salah satu stimulus yang
berperan dalam perkembangan diri seorang anak. Penelitian ini merupakan
1 Jim, Trelease, The Read-Aloud Handbook, (Jakarta: Noura (PT Mizan Publika),
2017), hal. 45
2 Ari Siswanti, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan
Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompok B Tk Pembina Cawas Kabupaten Klaten,
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
2012) 3 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hal. 32. Cet. 3
3
penelitian pre-eksperimen dengan desain static group comparison. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mendongeng sambil bermain
terhadap kecerdasan spiritual anak. Selain itu dongeng juga dapat digunakan
oleh orang tua atau guru sebagai sarana mendidik dan membentuk
kepribadian anak melelui pendekatan transmisi budaya atau cultural
transmission approach yang terkait juga dengan kecerdasan spiritual anak.
„‟Teknik penyampaian dongeng disampaikan melalui metode bercerita yang
disampaikan secara komunikatif disertai penggunaan media atau peraga,
untuk memvisualisasikan tokoh dalam cerita tersebut. Pengajaran yang paling
disenangi siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah
mendongeng.‟‟4
Nabi Muhammad SAW dalam memberikan pelajaran kepada para
sahabat seringkali menggunakan metode cerita tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan dan kejadian-kajadian masa lalu. Penggunaan metode itu
dianggap akan lebih membekas dalam jiwa orang-orang yang
mendengarkannya serta menarik perhatian mereka. Allah Swt. sesungguhnya
telah mengenalkan metode pembelajaran seperti ini kepada Rasulullah Saw.
seperti firman-Nya yang termaktub dalam Al-Qur`an
4 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hal. 57. Cet. 3
4
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orangorang yang beriman”.(QS. Hud [11]: 120)
Proses perkembangan manusia secara utuh dimulai sejak janin dalam
kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) sampai usia
enam tahun. Usia 0 sampai 6 tahun, merupakan masa peka bagi anak
sehingga para ahli menyebutnya The Golden Age, karena perkembangan
kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Usia dini atau
prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar. Oleh
karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
pembelajaran anak karena rasa ingin tahu anak usia ini berada pada posisi
puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang meyimpan rasa ingin tahu anak
melebihi usia dini.
Kemampuan dan minat anak pada tahapan perkembangan usia 4
sampai 6 tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti, sehingga
banyak hal yang layak untuk diberikan pada usia tersebut. pada kondisi yang
normal, umumnya anak pada usia ini sudah memiliki kemangatan pada
seluruh kemampuan. Banyak hal yang menakjubkan seolah terjadi, membuat
orang dewasa merasa bangga dan senang tetapi juga terkadang melakukan
aktivitas di luar kontrol diri yang berakibat membahayakan dirinya dan orang
lain. Anak usia ini senang melakukan berbagai eksplorasi terhadap segala
sesuatu yang dilihat, didengar, maupun yang dapat dirasakannya sebagai
wujud dari keingintahuannya yang begitu besar.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk pendidikan
pra sekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan karakteristik anak dan dalam rangka
mengembangkan seluruh potensi anak. Kemampuan anak usia 4 sampai
5
dengan 5 tahun untuk lingkup perkembangan menerima bahasa, salah satunya
diharapkan siswa mampu memahami cerita yang dibacakan. Urgensi
pembelajaran dengan melalui dongeng ini ialah di mana anak dapat
mengimplementasikan perilakunya dari segi spiritual setelah mendengarkan
dongeng yang diceritakan oleh guru ataupun orangtua. Dari segi spiritual ini
juga anak diharapkan dapat lebih memahami bagaimana bersikap baik
dengan sesama, binatang, tumbuhan dan lingkungannya. Dengan dasar inilah
peneliti mengadakan penelitian kuasi eksperimen dengan judul “Peningkatan
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence) Anak Usia Dini (AUD) Melalui
Dongeng”.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan bahasa verbal anak dalam mengucapkan kalimat saat
menjawab dan menceritakan pengalaman atau kejadian belum
berkembang dengan optimal.
2. Mengembangkan kecerdasan spiritual tidak bisa hanya mengandalkan
keaktifan guru, tetapi harus melibatkan keaktifan anak.
3. Penerapan kecerdasan spiritual anak dalam kehidupan sehari-hari
setelah belajar melalui dongeng.
4. Keterampilan berbicara anak kurang lancar dan jelas dalam hal
menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam
komunikasi lisan.
5. Ada beberapa anak yang perlu dimotivasi dalam keterampilan
berbicara dan berperilaku yang baik.
B. Pembatasan Masalah
6
Perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini, agar
masalah tersebut dapat dikaji secara mendalam. Dalam penelitian ini
penulis hanya membatasi:
1. Peningkatan kecerdasan Spiritual atau Spiritual intelligence Anak
Usia Dini (AUD) melalui dongeng di Kelompok B TK/RA.
Labschool IIQ Jakarta dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan kecerdasan spiritual tidak bisa hanya
mengandalkan keaktifan guru, tetapi harus melibatkan keaktifan
anak.
3. Meningkatkan kemampuan anak dalam keterampilan berbicara dan
berperilaku yang baik.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan yakni Bagaimanakah cara
meningkatkan kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence) anak usia dini
melalui dongeng di Kelompok B RA Labschool IIQ Jakarta?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara meningkatkan
kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence) anak usia dini di
Kelompok B TK/RA Labschool IIQ Jakarta.
2. Manfaat
a. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan memberi masukan
pengalaman dan wawasan serta mengembangkan aspek emosi
melalui metode bercerita dongeng.
b. Manfaat praktis
1) Bagi Guru
7
Dapat memperkaya wawasan pengalaman guru untuk lebih
mengoptimalkan penggunaan metode bercerita dongeng
dalam pembelajaran di RA yang dapat digunakan untuk
mengembangkan potensi anak.
2) Bagi siswa
Dapat mengembangkan potensi kecerdasan anak.
3) Bagi Pendidikan
Dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai
alternatif untuk dapat mengembangkan kecerdasan
spiritual melalui bercerita dongeng serta dapat menjadi
sumber inspirasi penelitian berikutnya yang sejenis dan
berkaitan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi yang ditulis oleh Fatimah (1310410020), 2017. Berjudul
“Pengaruh Kreativitas Mendongeng Guru Terhadap Kecerdasan
Emosional Anak Usia Dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul
Kaliwungu Kudus Tahun Ajaran 2017/2018. Kudus: Jurusan
Tarbiyah, Progam Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
STAIN Kudus.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui adanya
kreativitas guru dalam mendongeng (2) mengetahui kecerdasan
emosional anak usia dini (3) mengetahui seberapa besar pengaruh
kreativitas mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak
usia. Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian field
research dengan melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh
data atau informasi secara langsung dengan mendatangi responden
yang berada di tempat. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif untuk memperoleh data terkait kreativitas
8
mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak usia dini.
Penulis melakukan studi lapangan di RA Nurul Haq Prambatan Kidul
Kaliwungu Kudus. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh peserta
didik di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus sejumlah
252 kemudian diambil sampel sebesar 71, dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilapangan
yang terkait dengan objek penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam
analisis ini penulis menggunakan analisis statistik untuk hipotesis
deskriptif menggunakan uji t dan hipotesis asosiatif menggunakan
regresi linear sederhana, dan uji F mengenai pengaruh kreativitas
mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di
RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kreativitas mendongeng guru dalam kategori
baik yaitu sebesar 45 pada rentang interval 44-47 (2) Kecerdasan
emosional anak usia dini dalam kategori baik, yaitu sebesar 44 pada
rentang interval 43-46. (3) terdapat pengaruh yang signifikan dengan
model persamaan regresi 16,110+0,641X. Kemudian mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,600 dan diperoleh
koefisien determinasi sebesar 36%, artinya kreativitas mendongeng
guru memberikan konstribusi sebesar 36% terhadap kecerdasan
emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul
Kaliwungu Kudus. Hal ini terbukti dari nilai yang diperoleh sebesar
38,8125 lebih besar dari nilai taraf signifikan 5% sebesar 3,98 dan
taraf signifikansi 1% sebesar 7,02 berarti > artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara kreativitas mendongeng guru terhadap
kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan
Kidul Kaliwungu Kudus.
9
2. Nur Rahmatul Azkiya, 2016. Pengaruh Mendengarkan Dongeng
Terhadap Kemampuan Bahasa Pada Anak Prasekolah. Iswinarti
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang..
Faktor terpenting bagi anak untuk mengapresiasikan emosi
mereka salah satunya adalah bahasa. Bahasa bagi anak dapat
diperoleh melalui banyak faktor salah satunya dari pengalaman
sehari-hari. Usia prasekolah memasuki fase pemahaman terhadap
simbol termasuk bahasa, sehingga dibutuhkan metode untuk
meningkatkan kemampuan bahasa anak. Mendongeng merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan bahasa anak, karena dalam mendongeng terjadi proses
mendapatkan kosa kata baru, mengevaluasi serta memahami
informasi baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
mendengarkan dongeng terhadap kemampuan bahasa pada anak
prasekolah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
menggunakan desain Pretest Posttest Control Group Design dengan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Subjek penelitian berjumlah 30 orang siswa/i PAUD/KB Bunda Aini
dengan rentang usia 5 sampai 6 tahun. Analisa data menggunakan
paired sample t-test dengan hasil yang menunjukkan bahwa
mendengarkan dongeng berpengaruh sangat signifikan terhadap
kemampuan bahasa pada anak prasekolah, yang ditunjukkan dengan
nilai p= 0,000.
3. Windriantari Saputri, 2015. Peningkatan Kemampuan Berbicara
Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok A Di Tk Bener
Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
10
Dini Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berbicara melalui kegiatan berbicara menggunakan
media gambar pada anak Kelompok A TK Bener Tegalrejo
Yogyakarta. Kegiatan berbicara menggunakan media gambar yang
bervariasi dan menarik sehingga mampu memotivasi minat anak.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) secara kolaboratif dengan model Kemmis & Mc Taggart.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A
TK Bener Tegalrejo Yogyakarta yang berjumlah 21 anak. Objek
penelitian adalah kemampuan berbicara melalui media gambar.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa
lembar penilaian, untuk dokumentasi menggunakan kamera foto
untuk mendokumentasikan segala aktivitas anak selama kegiatan, dan
wawancara menggunakan pedoman wawancara dengan guru
Kelompok A untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang
dihadapi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah bila rata-rata kemampuan berbicara anak melalui
media gambar telah mencapai 80%. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan berbicara anak melalui media
gambar di TK Bener Tegalrejo Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan rata-rata kemampuan berbicara anak pada
Pratindakan sebesar 65,60%, meningkat menjadi 76,52% pada
tindakan Siklus I, dan mencapai 94,16% pada tindakan Siklus II.
11
Kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan setelah peneliti
memberikan tindakan yang dilakukan melalui beberapa tahapan dan
proses, yaitu: 1) Guru memperlihatkan beberapa gambar kepada anak
dan membaginya dalam kelompok, kemudian menjelaskan apa yang
harus dilakukan dengan gambar tersebut; 2) Anak diberi tugas untuk
berbicara mengenai gambar yang dipegangnya kepada teman
sekelompoknya. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian antar anak;
3) Anak diberikan kesempatan untuk berbicara di depan teman
sekelasnya; dan 4) Guru selalu memberikan motivasi agar anak-anak
menjadi semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan berbicara.
4. Ika Yunita, 2014. Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Menggunakan Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Pada
Anak Kelompok A1 Di Tk Kartika Iii-38 Kentungan, Depok. Sleman
Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode bercerita dengan boneka
tangan pada anak Kelompok A1 TK Kartika III-38 Kentungan,
Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014. Metode bercerita dipilih
karena pada dasarnya anak senang mendengarkan cerita. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif
menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Subjek
penelitian adalah 17 anak Kelompok A1 TK Kartika III-38
Kentungan, Depok, Sleman. Objek penelitian yaitu keterampilan
berbicara. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen lembar
observasi yang berbentuk checklist. Teknik analisis data dilakukan
melalui deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan
dalam penelitian ini adalah apabila sekurang-kurangnya 80% dari
12
jumlah anak mendapat mendapat nilai baik. Hasil penelitian
menunjukkan keterampilan berbicara anak meningkat menjadi 83,8%.
Hasil penelitian dari Pratindakan ke Siklus II terjadi peningkatan
sebesar 35,8%. Berdasarkan hasil penelitian, cara peningkatan
keterampilan berbicara menggunakan metode bercerita dengan media
boneka tangan, sebagai berikut: 1) Guru bercerita; 2) Guru melakukan
tanya jawab tentang cerita yang baru saja dibawakan; 3) Anak diminta
untuk menceritakan kembali cerita yang baru saja dibawakan; dan 4)
Guru memberikan penghargaan berupa benda konkret “kalung
senyum” kepada anak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan metode
bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan berbicara pada anak Kelompok A1 TK Kartika III-38
Kentungan, Depok, Sleman.
5. Skripsi Yang Ditulis Oleh Marlen Tehupeiory1, Ign I Wayan
Suwatra2, Luh Ayu Tirtayani3 Brjudul Penerapan Metode Bercerita
Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbahasa Anak Kelompok B Semester Ii, E-Journal Pg-Paud
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
(Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berbahasa anak melalui penerapan metode bercerita
dengan menggunakan media gambar pada anak kelompok B semester
II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah anak
kelompok B TK kemala Bhayangkari 2 SingarajaTahun pelajaran
2013/2014, dengan jumlah anak 24 orang. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi. Data analisis
13
menggunakan statistik deskriptif dan metode analisis statistik
kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan persentase kemampuan berbahasa anak pada siklus I
sebesar 65,31% yang berada pada kategori sedang dan mengalami
peningkatan sebesar 21,37% pada siklus II menjadi 86,68% berada
pada kategori tinggi
6. Skripsi yang ditulis oleh Ice Eriani Siagian, 2014. Berjudul “Upaya
Mengembangkan Karakter Disiplin Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Kegiatan Mendongeng dengan Boneka Tangan di PAUD Asuhan
Desa Nagori Dolok.
Hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
masih ada anak yang belum memenuhi peraturan yang ada di sekolah,
sementara pada saat anak berada di kelas A anak sudah dikenalkan
dengan aturan-aturan yang ada di sekolah. Akan tetapi pada saat anak
berada di kelas B masih ada anak yang belum mematuhi peraturan
yang ada di sekolah. Adapun permasalah yaitu kurangnya
kemampuan guru dalam menarik minat anak untuk menyimak
pelajaran yang disampaikan, kegiatan mendongeng masih jarang
dilakukan guru dalam mengembangkan karakter disiplin anak, belum
terlaksananya pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan
belajar, pendidikan karakter belum diletakkan pada proses
pembelajaran. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kegiatan mendongeng dengan boneka tangan dapat
mengembangkan karakter disiplin anak usia 5-6 tahun. Jenis
penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus diadakan 2 kali
pertemuan. Objek penelitian ini adalah mengembangkan karakter
14
disiplin anak usia 5-6 tahun di PAUD Asuhan Desa Nagori Dolok
T.A 2013/2014. Subjek penelitian adalah anak kelas B yang
berjumlah 20 orang. Alat pengumpul data yang digunakan peneliti
adalah lembar observasi. Hasil analisis siklus I diperoleh data bahwa
perkembangan karakter disiplin anak melalui kegiatan mendongeng
dengan boneka tangan yaitu, tidak ada anak (0%) yang tergolong
sangat baik, 5 orang (25%) tergolong Baik, 15 orang (75%) tergolong
cukup. Dari data hasil observasi tersebut sehingga pada siklus II perlu
dilakukan kegiatan mendongeng dengan boneka tangan yang lebih
baik dan yang dapat menarik minat anak untuk mendengarkan
dongeng yang disampaikan, mulai dari memperbaik cerita yang akan
disampaikan, media yang digunakan, dan yang paling penting waktu
karena jika dongeng disampaikan terlalu lama maka dapat membuat
anak menjadi bosan. Maka dari hasil analisis siklus II diperoleh hasil
bahwa perkembangan karakter disiplin anak berkembang yaitu,
bahwa jumlah anak yang perkembangan karakter disiplin anak
tergolong sangat baik 15 orang (75%), anak yang tergolong baik
bertambah menjadi 5 orang (25%), dan anak yang tergolong cukup
menjadi 0 orang (0%). Dari hasil temuan penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan mendongeng dapat mengembangkan
karakter disiplin usia 5-6 tahun di PAUD Asuhan Desa Nagori Dolok
T.A 2013/2014.
7. Daroah, 2013. Meningkatan Kemampuan Bahasa Melalui Metode
Bercerita Dengan Media Audio Visual Di Kelompok B1 Ra
Perwanida 02 Slawi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun 2013.
15
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang Metode bercerita yang
merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan bahasa anak, karena bahasa mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia, agar metode bercerita tidak
membosankan maka seiring dengan perkembangan teknologi metode
bercerita dituangkan dengan bantuan media audio visual, sehingga
pembelajaran dengan metode bercerita pada anak usia dini tidak
membosankan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan
kemampuan bahasa pada anak; 2) memberikan pembelajaran yang
menyenangkan melalui metode bercerita dengan media audio visual
di kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi. Metode penelitian
dilakukan dengan tindakan kelas. Subjek penelitiannya anak didik
kelompok B1 di RA Perwanida 02 Slawi, yang terdiri dari 32 anak, di
Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Teknik analisis data yang
digunakan adalah deskriptif persentatif dan deskriptif aktivitas anak
anak didik. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan bahasa yang
dicapai anak didik kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi lebih
meningkat di bandingkan dengan sebelumnya di mana perkembangan
bahasa anak hanya mencapai 50%, namun setelah dilakukan praktek
penelitian tindakan kelas melalui metode bercerita dengan
menggunakan media audio visual, pada siklus pertama mengalami
peningkatan mencapai 75%, maka dari itu dilakukan penelitian ulang
sehingga pada siklus kedua mengalami peningkatan mencapai 85%,
dimana tingkat pencapaian tersebut sudah memenuhi target penelitian
yaitu 85%, Begitu pula dengan guru lebih mudah dalam
menyampaikan metode bercerita, dan memberikan pembelajaran yang
menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
16
bahwa: pembelajaran melalui metode bercerita dengan media audio
visual dapat dikatakan berhasil dalam rangka meningkatkan
kemampuan bahasa anak, untuk itu disarankan pada semua guru dapat
memberikan kegiatan bercerita dengan bantuan media audio visual
sehingga dapat menarik dan menyenangkan anak.
8. Teguh Waluya, 2013. Peningkatan Pembiasaan Nilai Agama, Moral,
Sosial, Emosional, Dan Kemandirian Anak Melalui Dongeng Di
Taman Kanak-Kanak Dharmasiwi Purworejo Hargobinangun Pakem
Sleman Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan pembiasaan nilai
moral, agama, sosial, emosional, dan kemandirian anak-anak TK
Dharmasiwi Purworejo Hargobinangun Pakem Sleman, Yogyakarta
melalui Dongeng. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus dilakukan 3 kali kegiatan pertemuan. Kegiatan pertemuan
tersebut dilakukan di TK Dharmasiwi, Purworejo, Hargobinangun,
Pakem, Sleman Yogyakarta dengan jumlah anak sebanyak 13 orang
dan terdiri dari 7 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Subyek dari
penelitian adalah anak-anak TK Dharmasiwi Kelompok A yang
berjumlah 13 anak. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis secara
deskriptif kuantitatif berdasarkan hasil dari observasi tersebut, dengan
melihat peningkatan prosentase jumlah anak yang berkembang sesuai
harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan
17
pembiasaan nilai-nilai agama, moral, sosial, emosional, dan
kemandirian anak-anak di TK Dharmasiwi, Kelompok A, Purworejo
Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Anak-anak TK
Dharmasiwi Purworejo pada pra siklus menunjukkan bahwa masih
rendahnya pembiasaan nilai moral, agama, sosial, emosional, dan
kemandirian yaitu masih berada pada kategori mulai berkembang.
Pada siklus I anak TK Dharmasiwi Purworejo yang sudah
berkembang sesuai harapan hanya 3 orang atau sebesar 30,7%.
Peningkatan pembiasaan nilai agama, moral, sosial, emosional, dan
kemandirian baru menunjukkan peningkatan pada siklus II yaitu
peningkatan sebesar 75% dari 13 anak.
9. Nurhamidah, 2013. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap
Keterampilan Sosial Anak Usia Prasekolah Di Tk Siaga Tunas
Kelapa, Ngalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Program Studi
Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
bercerita terhadap keterampilan sosial anak prasekolah. Subjek
penelitian ini adalah 12 anak-anak yang tergabung dalam kelompok
eksperimen. Karakteristik subjek di antaranya: a) anak usia
prasekolah (antara tiga sampai lima tahun), b) mengindikasikan
keterampilan sosial yang rendah. Kelompok eksperimen mendapat
perlakuan berupa pembelajaran dengan metode bercerita sebanyak
sepuluh kali pertemuan. Desain penelitian yang digunakan adalah one
group pre-test – post-test design. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Skala Keterampilan Sosial adaptasi dari PKBS
Skala A (Skala Keterampilan Sosial) dari Merrell (1994). Metode
18
analisis data yang digunakan adalah teknik Intraclass Correlation
Coefficient Model Two Way Mixed, untuk mengetahui reliabilitas
antar rater dan Wilcoxon Signed-Rank Test, untuk menguji beda skor
pre-test dan post-test. Hasil Intraclass Correlation Coefficient Model
Two Way Mixed menunjukkan reliabilitas antar rater yang cukup
tinggi (pre-test 0.729 dan post-test 0.856). Hasil Wilcoxon Signed-
Rank Test menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode
bercerita dapat meningkatkan keterampilan sosial anak usia
prasekolah (p= 0.001), yang menunjukkan hipotesis penelitian
diterima.
10. Eva Nur Izza, Pengaruh Penggunaan Metode Bercerita Terhadap
Perkembangan Kecerdasan Emosional Pada Anak Kelompok B Tk
Dharma Wanita Kedunggempol. Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Surabaya.
Pelaksanaan pendidikan emosi di TK, guru memegang
peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan anak-anak yang
banyak belajar dari guru dalam membentuk tingkah lakunya dan
mengajarkan dasar-dasar kecerdasan emosi anak. Kegiatan bercerita
memberikan nilai pembelajaran yang banyak bagi proses belajar dan
perkembangan anak serta dapat menumbuhkan minat dan kegemaran
membaca. Salah satu metode yang yang dapat di emplementasikan
untuk membawa anak usia dini kepada perkembangan kecerdasan
emosional yang baik adalah metode bercerita dalam gambar.
Penelitian ini dilatar belakangi dari fakta yang kecerdasan emosi anak
di kelompok B TK Dharma Wanita Kedunggempol dapat dibangun
dengan menerapkan metode bercerita, seperti mengajak anak-anak
19
bercerita setiap pagi, Hal ini dikarenakan karakteristik anak yang
masih senang mendengarkan cerita dongeng maupun senang bercerita
sendiri.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin
mengetahui pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap
perkembangan kecerdasan emosional anak. Penelitian ini
menggunakan pre-exsperimental design dengan bentuk one group
pretest-posttest design. adalah penelitian kuantitatif karena mencari
ada tidaknya pengaruh metode cerita terhadap kecerdasan emosional
(variabel Y) anak kelompok B TK Dharma Wanita Kedunggempol.
Subyek penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK Darma
Wanita Kedunggempol tahun pelajaran 2012/ 2013, sebanyak 20
anak. Teknik pengumpulan data pada penelian menggunakan
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis statistic parametric dengan test independent
(Uji t), dimana jika t hitung>t tabel, maka penelitian ini disignifikasi
ada pengaruh antara dua variabel. Berdasarkan hasil penelitian, secara
umum kecerdasan emosional anak cukup baik.Karena t hitung 6.866)
lebih besar dari harga t tabel (2.093) atau 6.866 > 2.093.Nilai
probabilitas yang diperoleh adalah 0.000 lebih kecil dari 0.05, maka
dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional anak sebelum dan
sesudah implementasi metode cerita ikasi ada pengaruh terdapat
perbedaan secara signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kecedasan emosional anak kelompok B TK Dharma Wanita
Kedunggempol setelah implementasi metode cerita adalah cukup
baik.
11. Syahraini Tambak. Metode Bercerita dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas
Islam Riau (UIR) Pekanbaru.
20
Dalam proses pembelajaran diperlukan metode-metode yang
tepat. Pemilihan metode yang tepat akan menjadikan proses
pendidikan termasuk pendidikan agama islam berjalan dengan efektif.
Dalam pendidikan agama islam, banyak terkandung nilai-nilai sejarah
yang berupa cerita kejadiankejadian masa lalu baik dimasa ketika
zaman Rasulullah SAW maupun setelah beliau wafat. Panjangnya
kisah-kisah kehidupan masa lampau akan sangat sulit dipahami oleh
peserta didik apabila hanya dengan membaca. Oleh karena itu
diperlukan sebuah metode yang paling tepat untuk menceritakan kisah
perjalanan perkembangan agama islam sehingga peserta didik dapat
memahami secara mendalam dan efisien. Metode ini adalah metode
bercerita. Walaupun metode bercerita ini merupakan metode yang
hanya berpusat kepada guru, tetapi apabila dilakukan dengan intonasi
yang menarik dan isi ceritanya tepat, maka akan lebih efektif bagi
siswa dalam pemahaman cerita sejarah dibandingkan dengan metode
lainnya.
1. Sistematika Penulisan
Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017, adapun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Pada Bab Pertama, pendahuluan yang mencakup pembahasan
mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesis
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Pada Bab Kedua, landasan teori yang mencakup landasan teoritis
atau konsep yang mendukung penulisan yaitu meliputi pengertian, tujuan,
21
sistem kegiatan pembelajaran anak usia dini, pengertian dongeng,
sejarang dongeng, manfaat dan tujuan dongeng, serta implementasi
mendongeng dan pengaruhnya terhadap peningkatan kecerdasan verbal
anak.
Pada Bab Ketiga, metodologi penelitian yang meliputi
pembahasan mengenai jenis penelitian, subjek, tempat dan waktu
penelitian, serta desain prosedur penelitian (metode penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data).
Pada Bab Keempat, hasil yang meliputi gambaran umum objek
penelitian, deskrisi data dan analisa data serta interpretasi data.
Pada Bab kelima, penutup yang membahas tentang penutup yang
berisi kesimpulan dan saran.
88
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada
maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
mendongeng berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak
usia 5-6 tahun. Hal tersebut terlihat dari hasil nilai rata-rata dalam setiap
pengukuran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu dari 4
menjadi 7. Dengan demikian, dapat disimpulkan pemberian informasi
dengan menggunakan metode dongeng sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kecerdasan spiritual pada anak usia 5-6 tahun.
Berdasarkan hasil pengujian statistik infrensial, perhitungan dengan
menggunakan uji-t taraf signifikan 5% pada siswa RA. Labschool IIQ
Jakarta diperoleh thitung = 6,7562 dan ttabel = 2,07 karena thitung > ttabel maka Ha
diterima. Jadi mendongeng dapat berpengaruh dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual anak usia dini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dongeng dengan
tema kemandirian. Hal ini dikarenakan kemandirian merupakan salah satu
aspek yang terkait dengan kecerdasan spiritual anak. Peneliti mengambil
tema ini didasarkan atas pengamatan langsung di lapangan. Pada saat
observasi, ada beberapa anak-anak di RA. Labschool Jakarta tersebut yang
masih belum terbiasa ditinggal oleh orangtuanya ketika sekolah. Oleh
karenanya, setelah diberitahukan informasi mengenai kemandirian melalui
treatment yang dilakukan oleh peneliti, anak-anak menjadi faham tentang
hal-hal yang terkait kemandirian.
89
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti mengemukakan saran-saran
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca hasil penelitian ini
maupun bagi peneliti lainnya yang berminat pada penelitian ini. Adapun
saran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua dan Guru
a. Menggunakan dongeng sebagai metode alternatif untuk
melatih anak pada kelompok usia 5-6 tahun dalam
meningkatkan kecerdasan anak
b. Memberikan materi pembelajaran kepada anak khususnya
pada usia 5-6 tahun, dengan menggunakan dongeng, karena
anak lebih tertarik untuk mendengarkan dan memperhatikan,
yang ditunjukkan dengan semangat dan fokus terhadap
pemberi materi dan isi cerita, serta mengikuti arahan yang
diberikan oleh pemberi materi dari awal hingga akhir.
Sehingga, anak bisa lebih mudah untuk mengingat materi
yang disampaikan. Dengan dongeng, dapat mengarahkan
imajinasi anak agar sesuai dengan materi pembelajaran yang
diberikan.
c. Memberikan informasi melalui dongeng pada anak usia 5-6
tahun akan membuat anak antusias dan aktif dalam
mendengarkan dari awal hingga akhir pemberian informasi.
Dengan demikian, informasi dapat tersampaikan tanpa
memberikan kesan menggurui anak. Dengan metode ini, anak
dapat mengambil nilai pelajaran dari informasi yang
disampaikan secara mandiri berdasarkan pemikirannya sendiri
90
melalui pengalaman-pengalaman menyenangkan yang
didapatkannya saat mendengarkan cerita. Sehingga proses
pembelajaran dengan hasil yang diharapkan bisa berjalan
lebih optimal.
2. Bagi Lembaga
Anak-anak cenderung menyenangi cerita, apalagi apabila
cerita tersebut disajikan dalam bentuk dongeng. Bagi lembaga
sebaiknya menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan bercerita melalui dongeng ini. Hal ini dikarenakan agar
penyampaiannya menjadi lebih efektif. Kendati media bukan hal
yang mutlak ada ketika proses mendongeng. Bisa saja guru yang
memberikan dongeng tersebut total secara ekspresi, intonasi,
gerak tubuh, dan lain-lain. Dalam hal ini kreatifitas guru sangat
diperlukan agar kelas menjadi hidup namun tetap terkondisikan
dengan baik. Selain itu, pemilihan cerita juga penting agar apa
yang didongengkan tidak sekedar cerita biasa tapi juga sebagai
media penyampai nilai-nilai yang baik seperti hal-hal yang
berkaitan dengan agama dan moral.