kecerdasan spiritual dan hubungannya...

93
KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA MTS DAARUL HIKMAH PAMULANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Salafudin NIM: 106011000170 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Upload: buinhu

Post on 05-Jul-2018

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

MTS DAARUL HIKMAH PAMULANG

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Salafudin

NIM: 106011000170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

MTS DAARUL HIKMAH PAMULANG

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosen Pembimbing

Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag

NIP. 19710709 199803 1001

Oleh:

Salafudin

NIM: 106011000170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 3: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan Nilai-

nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang”. Diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah

dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 02 September 2010

dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, ………….2010

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag ………….. ……………..

NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris Jurusan PAI

Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag ………….. …………….

NIP. 19670328 200003 1 001

Penguji I

Drs. H. Masan AF, M.Pd ………….. ……………..

NIP. 19510521 198103 1 004

Penguji II

Bahrissalim, M.Ag …………... ……………..

NIP. 19680307 199803 1 002

Mengetahui:

Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.

NIP. 19571005 198703 1 003

Page 4: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bernama:

Nama : Salafudin

NIM : 106011000170

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi : “Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan Nilai-

nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang”.

Dosen Pembimbing:

Nama : Dr. Akhmad Sodiq, M.A.

NIP : 19710709 199803 1001

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Agustus 2010

Salafudin

Page 5: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

ABSTRAK

Nama : Salafudin Judul Skripsi : Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan

Nilai-nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam

Proses pencerdasan bangsa dapat terlaksana jika dilakukan secara terintegrasi oleh sektor-sektor pembangunan. Salah satu sektor pembangunan tersebut adalah pendidikan. Namun betapapun tinggi ilmu pengetahuan seseorang, apabila tidak beragama, maka pengetahuannya akan digunakan untuk mencari kesenangan dan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan kepentingan lain. Sedangkan kendali jiwa yang menahan dan mengontrol tindakan serta perbuatannya tidak ada, yaitu kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunannya dalam mengindahkan ajaran-ajaran agamanya.

Di sinilah letak tragisnya pengetahuan yang tidak disertai oleh jiwa taqwa kepada Tuhan, mereka tidak akan sedikitpun memperdulikan nilai-nilai kejujuran dalam proses pembelajaran. Maka dari itu guru sangat berpengaruh besar dalam mengembalikan serta meningkatkan kecerdasan spiritual atau jiwa seseorang. Karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri secara utuh. Banyak sekali dari kita yang saat ini menjalani hidup yang penuh luka dan berantakan. Dengan kecerdasan spiritual diharapkan masalah-masalah yang datang akan mudah dihadapi dan diharapkan dengan adanya penerapan kecerdasan spiritual pada peserta didik dapat meningkatkan nilai-nilai kejujuran siswa khusunya dalam proses pembelajaran dan di dalam pergaulan sehari-hari.

Penulis melakukan penelitian di MTs Daarul Hikmah Pamulang dengan menggunakan sistem random sampling khususnya kelas VIII dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Setelah penelitian dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang adalah 47,533 sedangkan tingkat nilai-nilai kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang adalah 48,488 dan angka koefisien korelasi antara kecerdasan spiritual terhadap nilai-nilai kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang terutama kelas VIII yaitu sebesar 0,507 dengan demikian koefisien korelasinya sedang atau cukup. Berada pada rentangan 0,40 - 0,70 sehingga dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan nilai-nilai kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang.

i

Page 6: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan nikmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan Nilai-nilai kejujuran Siswa MTs

Daarul Hikmah Pamulang”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada

baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman

kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana

yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan piikiran telah diperjuangkan

dengan segala keterbatasan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini

agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi beberapa pihak yang

telah membantu, sehingga patut kiranya penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membagi ilmunya dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing

penulis dalam membuat skripsi.

4. Abdul Ghofur, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.

5. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah

memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang

berkaitan dengan skripsi ini.

ii

Page 7: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

iii

7. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat,

membesarkan, mendidik, membimbing dan mencurahkan seluruh kasih dan

sayangnya dengan penuh keikhlasan serta tidak bosan-bosannya mendo’akan

putra puterinya.

8. Untuk kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan warna-warni kehidupan

dan semangat serta inspirasi yang sangat berharga bagi penulis.

9. Seluruh sahabat senasib sepenanggungan yang selalu memberi kesan dan

pesan dalam perjalanan hidupku. Seperti sahabat-sahabat kost, IMPP-J,

HIMA-MAN Pemalang, PMII, HIKMAH Salafiyah, UKM PRAMUKA

Racana Fatahillah – Nyi Mas Gandasari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Seluruh teman Mahasiswa angkatan 2006 khususnya kelas E dan anggota

IRAQ dan tentunya teman-teman HISTORY CLASS yang tidak akan

terlupakan sampai kapanpun kebersamaan kita baik senang, sedih, canda tawa,

haru, marah dan bahagia. Terima kasih untuk semua dukungan dan perhatian

yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Dan juga

kepada teman-temanku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar seluruh pengorbanan

yang telah diberikan akan mendapatkan balasan yang setimpal di sisi-Nya.

Semoga ukiran tinta hitam yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri saya

sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

jazakumullah khairan katsiran.

Jakarta, 06 Agustus 2010

Penulis

Salafudin

Page 8: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK . ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL . ........................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A................................................................................................Lat

ar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. ...............................................................................................Ide

ntifikasi Maslaah ........................................................................... 8

C. ...............................................................................................Pe

mbatasan Masalah ......................................................................... 9

D................................................................................................Per

umusan Masalah ............................................................................ 9

E. ...............................................................................................Tuj

uan dan Manfaat ............................................................................ 9

1. ..........................................................................................Tuj

uan Penelitian .......................................................................... 9

2. ..........................................................................................Ma

nfaat Penelitian ........................................................................ 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS ........................................................................................ 10

A................................................................................................KE

CERDASAN SPIRITUAL ............................................................ 10

1. ..........................................................................................Pen

gertian Kecerdasan Spiritual ................................................... 10

iv

Page 9: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

2. ..........................................................................................Cir

i-ciri Kecerdasan Spiritual ...................................................... 15

3. ..........................................................................................Car

a Mengaktualkan Kecerdasan Spiritual ................................... 18

4. ..........................................................................................Fu

ngsi Kecerdasan Spiritual. ....................................................... 23

B. ...............................................................................................KE

JUJURAN ..................................................................................... 24

1. ..........................................................................................

Arti Jujur ................................................................................. 24

2. ..........................................................................................Nil

ai-nilai Kejujuran .................................................................... 25

C. KERANGKA BERPIKIR. ............................................................. 28

D. PENGAJUAN HIPOTESIS. .......................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30

A................................................................................................Te

mpat dan Waktu Penelitian ........................................................... 30

B. ...............................................................................................Var

iabel Penelitian .............................................................................. 30

C. ...............................................................................................Me

tode Penelitian ............................................................................... 30

D................................................................................................Po

pulasi dan Sampel ......................................................................... 31

E. ...............................................................................................Te

knik Pengumpulan Data ................................................................ 32

F. ...............................................................................................Inst

rumen Penelitian . .......................................................................... 33

G................................................................................................Te

knik Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 34

v

Page 10: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 39

A................................................................................................Ga

mbaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 39

1. ..........................................................................................Sej

arah Berdirinya MTs Daarul Hikmah Pamulang . ................... 39

2. ..........................................................................................Vis

i, Misi dan Motto MTs Daarul Hikmah Pamulang . ................ 40

3. ..........................................................................................Kip

rah MTs Daarul Hikmah Pamulang . ....................................... 41

4. ..........................................................................................Pro

fil MTs daarul Hikmah Pamulang ........................................... 42

5. ..........................................................................................Dat

a Siswa, Guru, Tata Usaha dan Karyawan .............................. 43

B. ...............................................................................................De

skripsi Data . .................................................................................. 46

1. ..........................................................................................Var

iabel Bebas (Kecerdasan Spiritual) . ........................................ 46

2. ..........................................................................................Var

iabel Terikat (Nilai-nilai kejujuran Siswa) . ............................ 54

C. ...............................................................................................An

alisis . ............................................................................................. 62

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 67

A................................................................................................Ke

simpulan . ....................................................................................... 67

B. ...............................................................................................Sar

an ................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71

LAMPIRAN

vi

Page 11: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

vii

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ………………………………… 33

Tabel. 2 Penafsiran Prosentase ………………………………………… 35

Tabel. 3 Interpretasi terhadap “r” Product Moment …………………... 37

Tabel. 4 Profil MTs Daarul Hikmah Pamulang ……………………….. 42

Tabel. 5 Jumlah Guru, TU dan Karyawan …………………………….. 43

Tabel. 6 Keadaan Siswa Semester Genap ……………………………. . 45

Tabel. 7 Berkaitan dengan Keimanan …………………………………. 46

Tabel. 8 Berkaitan dengan Keilmuan …………………………………. 47

Tabel. 9 Berkaitan dengan Pengendalian Diri ………………………… 49

Tabel. 10 Berkaitan dengan Pergaulan Sosial ………………………….. 50

Tabel. 11 Skor Skala Likert kecerdasan Spiritual (Variabel X) ……....... 52

Tabel. 12 Kejujuran dalam Evaluasi Pembelajaran …………………….. 54

Tabel. 13 Kejujuran di Luar Proses pembelajaran ……………………… 55

Tabel. 14 Kejujuran yang Berkaitan dengan Kepercayaan Diri ……….. 57

Tabel. 15 Kejujuran dalam Proses Pembelajaran ………………………. 58

Tabel. 16 Skor Skala Likert Nilai-nilai Kejujuran Siswa (Variabel Y)… 59

Tabel. 17 Angka Hasil Perhitungan Variabel X dengan Variabel Y …... 62

Tabel. 18 Nilai Hasil Perhitungan ……………………………................ 64

Page 12: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Segala sesuatu yang terjadi pada manusia bukan begitu saja ada dan

berada, tetapi senantiasa berencana dan membuat skenario sejarah

kehidupannya baik yang telah lalu dan yang berbentuk perencaan pada masa

depan. “Temuan-temuan pengkajian tentang manusia saat ini telah

menunjukkan manfaat yang multi-disiplin. Dalam bidang psikologi misalnya,

teori-teori tentang pendidikan, tidak saja untuk kepentingan psikologi semata,

tetapi juga untuk bidang-bidang lain seperti sejarah, ekonomi, politik, sosial,

bahkan agama”.1 Permasalah yang muncul kemudian adalah apakah sesuatu

yang memiliki nilai pragmatis yang didasarkan atas pengkajian empiris-

eksperimental selalu sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang idealis seperti

penerapan nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesabaran, ketawadhuan,

sebagaimana Islam dan ajaran-ajaran lain yang tentunya mengajarkan kepada

kebenaran dan kebaikan.

Saat ini manusia hidup di tengah-tengah kegalauan peradaban modern

dalam menemukan bentuk jati dirinya. Terbukti dengan munculnya berbagai

macam permasalahan di bidang pendidikan, seperti masalah orientasi, tujuan

dan proses pendidikan, menyebabkan terjadinya ketimpangan dan penurunan

nilai-nilai moral diantaranya nilai kejujuran. Bahkan telah menjalar dan

1 Fadilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Jakarta: Press, 2005), cet. ke-1, hlm. 1

1

Page 13: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

2

merasuk kepada nilai-nilai agama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan

dan penurunan nilai-nilai kebenaran yang seharusnya tetap dijaga dan

dilestarikan. Setidaknya apa yang terjadi di Indonesia belakangan ini bisa

dijadikan ukuran. Ketika terjadi krisis ekonomi dan politik, bersamaan dengan

itu konflik sosial pun bermunculan di berbagai daerah. Bangsa Indonesia yang

sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang ramah dan memiliki tata krama yang

tinggi pun kini berubah menjadi bangsa yang brutal dan bengis, seolah-olah

seperti bangsa yang tidak beragama.

Mencari orang jujur saat ini semakin sulit, yang banyak ditemui adalah

orang yang memiliki kepribadian ganda yaitu kejujuran dan kemunafikan

bercampur menjadi satu. Nilai-nilai kejujuran tidak lagi menjadi esensi dan

pegangan hidup seseorang, tetapi telah menjadi alat untuk memperjuangkan

berbagai kepentingan sempit. Dengan kata lain, kejujuran yang seharusnya

menjadi nilai etis yang mewarnai hidup kita telah tereduksi sekedar menjadi

pemanis bibir di dalam kehidupan masyarakat. Sementara perilaku dan

tindakannya jauh dari nilai-nilai kejujuran.

Orang jujur banyak di dalam masyarakat, tetapi tidak dapat dipungkiri

bahwa kemunafikan telah menjadi fenomena umum di masyarakat. Sindrom

verbalisme kejujuran yang menjadikan kejujuran hanya sebagai pemanis bibir

adalah fenomena “masyarakat yang sakit”. Karena, kondisi ini secara langsung

maupun tidak langsung telah mendapat legitimasi dari masyarakat. Dalam

masyarakat tersebut, nilai-nilai sosial dan agama semakin termarjinalkan

posisinya dalam melakukan kontrol terhadap prilaku anggota masyarakat.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah praktek ketidakjujuran yang

dilakukan oleh seorang peserta didik dalam proses pembelajaran, nilai-nilai

kejujuran yang seharusnya diterapkan mulai dari kita mendapatkan pendidikan

formal tercoreng dengan kurang diperhatikannya nilai-nilai kejujuran.

Misalnya seorang peserta didik yang mencontek ketika ulangan berlangsung,

dianggapnya sebagai kejadian yang wajar dilakukan peserta didik yang

notabennya masih muda, padahal kejujuran harus diterapkan sedini mungkin

agar mengakar di dalam hati dan senantiasa diterapkan dalam kehidupan

Page 14: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

3

sehari-hari apapun keadaannya. Dalam kasus yang bisa dikatakan sudah tidak

menjadi rahasia umum lagi, “bahwa dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN)

yang terjadi adalah para peserta didik memberikan kunci jawaban kepada

temannya dan mereka sebarkan ke teman yang lain agar dapat menjawab

seluruh pertanyaan yang diujikan”.2 Hal tersebut merupakan suatu kesalahan

yang tertanam semenjak dini, mereka merasa itu perbuatan yang biasa-biasa

saja, padahal hal tersebut akan menjadi kebiasaan buruk yang akan dibawa ke

jenjang yang lebih tinggi dan bahkan bisa juga akan menjalar ke tingkah laku

sehari-hari. Kasus lain pun banyak terjadi disaat maraknya penerimaan siswa

baru dan ujian masuk perguruan tinggi negeri. Salah satu kasus terjadi di

tempat pendaftaran siswa atau mahasiswa baru, “beberapa anggota dewan

meloby panitia dengan memberikan sejumlah uang agar putra putrinya dapat

diterima di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi negeri dengan mudah”.3 Hal

tersebut merupakan perbuatan yang tidak mencerminkan kejujuran.

Seharusnya semua calon peserta baru diperlakukan sama dengan yang lain

sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku, tanpa ada pembedaan anak pejabat

atau orang biasa semua ketentuan harus dilalui dan dijalani dengan jujur.

Sesuatu yang sangat berpengaruh dari dalam diri manusia ternyata

benar-benar ada. “kecerdasan” itulah terminologi yang mula-mula dinisbatkan

oleh para ilmuan. Kecerdasan adalah sesuatu yang berdiam dalam diri

manusia. Kecerdasan bisa saja diartikan semacam kemampuan, ketangkasan,

kelihaian dan kecerdikan. Orang-orang berpacu untuk menjadi manusia yang

cerdas, karena hanya dengan kecerdasanlah seseorang bisa menjadi yang

terpandai dan sukses. Setidaknya ketika manusia menyebut cerdas maka yang

terbesit dan terbayang adalah kelihaian dan kecanggihan kerja otak.

Otak yang cerdas tentunya menjadi idaman setiap orang, ketika yang

terjadi demikian, maka para pakarpun menjadi tertarik untuk meneliti otak,

lalu mulailah otak diteliti dengan berbagai metode, sehingga “ditemukanlah

dalam otak itu, syaraf-syaraf yang bisa dikembangkan, kejeniusan otak, otak

2 Nusantara, Koran Kompas, sabtu, 29 Mei 2010, (NIK/ABK), hlm. 23 3 Didaktika, Koran Republika, kamis 01 Juli 2010, hlm. 9

Page 15: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

4

kanan dan otak kiri, kalau otak kanan kecenderungannya ke mana, kalau otak

kiri ke mana, dan hal-hal lain yang terkait dengan otak”. 4 Di samping itu pula

dapat ditemukan kelemahan-kelemahan dari otak tersebut.

Contohnya Albert Enstein sebagai manusia yang memiliki otak jenius

dari jutaan otak yang ada di dunia yang dimiliki manusia. Ketika ada berita

Enstein sebagai orang yang amat pandai otaknya, dia dielu-elukan sebagai

orang yang jenius, hal itu menggugah masyarakat untuk mengukur kecerdasan

otaknya. Maka berbondong-bondonglah manusia berdatangan kepada para

pakar untuk mengukur kecanggihan dan melihat otaknya. Karena sudah

tertanam dalam benak mereka, bahwa orang yang hebat kerja otaknya dia

adalah orang yang hebat dan akan sukses sebagaimana Enstein, mereka sudah

mengasumsikan otak adalah segalanya di dunia dan menjadi standar bagi

kesuksesan manusia. Persepsi seperti ini masih berkembang dan berakar di

masyarakat Indonesia sampai saat ini.

Lahirlah term baru yang cukup fenomenal yang kemudian menjadi icon

pertama bagi lahirnya terminologi kecerdasan, yaitu apa yang disebut IQ

(Intellectual Quotient) atau “Kecerdasan Intelektual”. IQ ini sangat populer

khususnya di dunia pendidikan, bagaimana tidak, dalam dunia pendidikan atau

kalangan akademisi kepiawaian kognisi merupakan hal paling dijargonkan,

diutamakan dan menjadi simbol menentukan dari keberhasilan pendidikan.

Dengan kecerdasan intelektual orang dapat menguasai dunia, dengan

kecerdasan intelektual siswa dapat menjadi bintang kelas, dan dengan

kecerdasan intelektual orang akan menjadi yang paling hebat.

Benar bahwa dalam diri manusia memang masih banyak tersimpan

potensi lain selain hanya kecerdasan otak semata, bahkan potensi-potensi itu

dapat menjadi faktor utama bagi kesuksesan manusia sendiri. Pada akhirnya

kelemahan-kelemahan dari kecerdasan otak (IQ) mulai terkuak setelah kurang

lebih selama satu abad lamanya banyak orang yang mengagung-agungkan

kemampuan otak dibandingkan yang lain. Karena, tiba-tiba orang yang cerdas

4 Dedhi Suharto, AK, Qur’anic Quotient (QQ), (Jakarta: Yayasan Ukhuwah, 2003), cet.

ke-1, hlm. 10

Page 16: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

5

otaknya menjadi seorang yang pemurung, orang yang lihai menjadi kaku,

orang yang jago berbicara menjadi seorang yang pendiam, situasi ini justru

menggambarkan bahwa orang-orang yang cerdas lebih bodoh dari orang-

orang yang biasa-biasa saja. Kalaupun tidak sebodoh orang biasa yang semula

cerdas dalam sekolahnya berubah menjadi orang yang berandal, brutal, egois

dan bahkan dapat melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh masyarakat

dan agama.

Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ ternyata ditemukan sebuah paradoks yang membahayakan. Ketika skor IQ anak-anak makin tinggi, maka emosi mereka justru menurun. Yang paling mengkhawatirkan lagi adalah dari hasil survey besar-besaran terhadap orang tua dan guru bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi ketimbang dengan generasi pendahulunya. Jika disamakan secara rata, anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian dan depresi, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, impulsif dan agresif.5

Para ilmuan mengkaji dan meneliti situasi paradoks ini. Ada apa dengan

orang-orang cedas otaknya, kenapa mereka menjadi tidak cerdas kembali, apa

yang mempengaruhi dan membuat mereka begini? Kemudian ditemukan

peran emosi terhadap diri seorang anak, orang yang cerdas secara kognisi

ternyata mengalami tekanan perasaan yang begitu dalam, sehingga ia berubah

seratus persen dan kecerdasan intelektualnya menjadi kurang domianan,

dengan sendirinya kenyataan menjawab. Kalau sebenarnya persepsi manusia

sebelumnya telah salah, masih ada faktor lain yang sangat berpengaruh

terhadap belajarnya seorang pelajar, yaitu emosi.

Emosi kemudian menjadi piranti yang perlu mendapat perhatian serius

dan ternyata juga perlu dicerdaskan karena berpengaruh besar terhadap

perkembangan dan keberhasilan belajar. Lahirlah terminologi kecerdasan

emosi (Emotional Quotient) yang disingkat menjadi EQ. “Penemuan ini

sangat fenomenal dan membuat dunia cukup terkesima, dengan penemuan ini

diharapkan problema yang selama ini menggandrungi dunia pendidikan

5 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta: Arga, 2001), cet.

ke- 2, hlm. 1

Page 17: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

6

khususnya dalam proses pembelajaran dapat terpecahkan”.6 Keinginan untuk

memecahkan persoalan besar yang dihadapi membuat manusia selalu

berlebihan terhadap teori yang dimiliki, manusia terlalu mengandalkan dan

seakan-akan menuhankan temuannya, oleh karena problemnya berada pada

emosi, kemudian konsentrasi manusia terpatri sepenuhnya terhadap gejala-

gejala perasaan dan mengabaikan hal lain, manusia terjebak pada ruang yang

tidak kalah bermasalahnya dari problem sebelumnya, bahkan problem yang

dihadapi lebih kompleks dan semakin rumit.

Kecerdasan emosi ternyata hanya dapat menyelesaikan satu persoalan

dari jutaan persoalan yang dihadapi manusia. Karena ketika kecerdasan emosi

terus digalakkan, kecerdasan ini menjadi dominan dan mengungguli

kecerdasan intelektual, sehingga hasilnya, seorang anak menjadi sangat

perasa, lemah dan pesimis dalam menghadapi pelajaran, kenyataan ini sama

sekali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Harapan kita kecerdasan emosi

dapat bekerja sama dengan kecerdasan intelektual dan saling memback up dan

juga saling melengkapi dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran.

Kedua kecerdasan ini seakan-akan tidak pernah akur dan bahkan

berkompetisi untuk saling mendominasi dan menguasai antara satu dengan

lainnya. Andaikan keduanya dapat berjalan beriringan dan bahkan saling

melengkapi, tentunya hasil belajar akan sangat mengesankan. Di sinilah

diharapkan kembali peran pendidikan untuk mengatasi persoalan ini, karena

persoalan ini bagian dari signifikansi dan pentingnya dunia pendidikan.

Lahirlah kemudian Quantum Learning dengan konsep belajar aktifnya, yang

semakin populer setelah Emotional Quotient, kemudian lahir pula fisika

kuantum dan paradigma sosial politik yang lebih komunikatif (demokrasi dan

HAM) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi problema tersebut. “Tidak

ketinggalan negeri ini pun ikut-ikutan merespon perkembangan dalam

pendidikan, muncullah paradigma pendidikan nasional sebagai wahana belajar

6 Daniel Goleman, Working with Emotional Inteligence, (New York: Bantam Book,

1999), hlm. 13

Page 18: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

7

hidup atau life learning”.7 Guna menyatukan kedua kecerdasan yang sangat

dominan dalam diri manusia.

Kendatipun kedua kecerdasan ini menyatu dan bekerja sama, belum ada

jaminan suasana belajar akan lebih efektif, produktif dan akan lebih

berkembang. Tetapi minimal dengan lahirnya kedua kecerdasan ini, dapat

diketahui bahwa dalam diri manusia terdapat sesuatu yang berharga, artinya

kedua kecerdasan ini merupakan awal informasi untuk pengkajian lebih dalam

terhadap diri manusia yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Hal itu

menjadi awal yang baik untuk mengantarkan diri para pelajar pada puncak

idealitas belajar. Meminjam bahasa Igo Ilham “Dengan kecerdasan intelektual

dan emosional manusia telah mampu sampai pada bukit-bukit ilmu, tapi

belum sampai pada gunungnya ilmu”.8 Ungkapan ini jelas mengilustrasikan

bahwa masih ada tingkatan yang lebih tinggi dari hanya sekedar kedua

kecerdasan tersebut, yang mana hal itu harus dicapai dalam proses

pembelajaran agama Islam khususnya.

Proses pencerdasan bangsa baru bisa terlaksana jika dilakukan secara

terintegrasi oleh sektor-sektor pembangunan. Salah satu sektor pembangunan

adalah pendidikan. Namun betapapun tinggi ilmu pengetahuan seseorang,

apabila tidak beragama, maka pengetahuannya itu akan digunakan untuk

mencari kesenangan dan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan

kepentingan lain. Sedangkan kendali jiwa yang menahan dan mengontrol

tindakan dan perbuatannya tidak ada, yaitu kepercayaan kepada Tuhan dan

ketekunannya dalam mengindahkan ajaran-ajaran agamanya. Di sinilah letak

tragisnya pengetahuan yang tidak disertai oleh jiwa taqwa kepada Tuhan,

mereka tidak akan sedikitpun memperdulikan nilai-nilai kejujuran dalam

proses pembelajaran. Maka dari itu guru sangat berpengaruh besar dalam

mengembalikan serta meningkatkan kecerdasan spiritual atau jiwa seseorang.

Karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu

7 Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, (Jogyakarta: Tiara Wacana, 2002), cet. ke- 1, hlm. 166 8 Dedhi Suharto, AK, Qur’anic Quotient (QQ), (Jakarta: Yayasan Ukhuwah, 2003), cet.

ke-1, hlm. 2

Page 19: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

8

menyembuhkan dan membangun diri secara utuh. “Banyak sekali dari kita

yang saat ini menjalani hidup penuh luka dan berantakan. Kecerdasan spiritual

adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam, berhubungan

dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar”.9

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Kecerdasan Spiritual dan hubungannya dengan

penerapan nilai-nilai kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang”.

Karena dengan menggunakan kecerdasan spiritual dapat menjadi kreatif, lebih

cerdas secara spiritual dalam pembelajaran dan dalam beragama. Untuk itu,

menghadapi persoalan manusia modern sekarang ini kecerdasan spiritual

dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan jati diri manusia kepada

fitrah dan penciptaannya untuk berbakti kepada Allah.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, timbullah beberapa permasalahan

yang dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Terdapatnya persepsi yang salah baik dalam keluarga maupun lembaga

pendidikan bahwa proses pembelajaran hanya menekankan kepada salah

satu pengembangan kecerdasan.

2. proses pembelajaran yang hanya menekankan pada pengembangan nilai-

nilai kognitif.

3. Masih minimnya perhatian terhadap pengetahuan pendidik tentang

pentingnya kecerdasan spiritual.

4. Merosotnya nilai-nilai kejujuran di kalangan lulusan lembaga pendidikan

5. Kurang efektifnya pembelajaran agama dalam membentuk nilai-nilai

kejujuran.

9 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intellegence the Ultimate Intellegence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, (Bandung: Mizan, 2001), cet. ke-2, hlm. xxvii

Page 20: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

9

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan dan karena terlalu luas

pembahasan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi pada:

1. Persepsi yang kurang tepat dalam keluarga maupun lembaga pendidikan

bahwa proses pembelajaran hanya mengedepankan Kecerdasan

Intelektual, tanpa mementingkan Kecerdasan Spiritual.

2. Minimnya penerapan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari

ketika masih di sekolah maupun setelah lulus dari lembaga pendidikan.

3. Kurang efektifnya pembelajaran agama Islam dalam membentuk nilai-nilai

kejujuran khususnya dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan:

“Sejauhmana hubungan kecerdasan spiritual dengan penerapan nilai-nilai

kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang”.

E. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan hubungan Kecerdasan Spiritual (SQ) dengan

penerapan nilai-nilai kejujuran MTs Daarul Hikmah Pamulang.

2. Manfaat Penelitian

a. Memasyarakatkan konsep spiritual pada dunia pembelajaran/

pendidikan

b. Sebagai tawaran alternatif dan bahan acauan perbaikan hasil yang

maksimal dalam proses pembelajaran.

c. Dapat dijadikan salah satu sumbangan dalam memperkaya khazanah

ilmu pengetahuan.

d. Memotivasi para pendidik dan peserta didik untuk selalu mengisi

jiwanya dengan nilai-nilai spiritual dalam masa pembelajaran.

e. Setidaknya merubah pola pikir seseorang yang terlalu mengidam-

idamkan kecerdasan intelektual (IQ) tanpa diimbangi kecerdasan

emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) agar dalam hidupnya

ada pengendali diri yang dapat mengarahkan ke dalam kebaikan.

Page 21: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KECERDASAN SPIRITUAL

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Banyak definisi yang diajukan oleh para sarjana, namun satu nama

lain berbeda, sehingga tidak memperjelas definisi kecerdasan secara tepat.

Claparede dan Stern misalnya, mendefinisikan arti intelligence/

“kecerdasan adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau

kondisi baru. Sedangkan K. Buhler memberi definisi yang sangat luas,

yaitu: intelligence/kecerdasan adalah perbuatan yang disertai dengan

pemahaman atau pengertian”.1

Kecerdasan (dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan dalam bahasa Arab disebut al-dzakra’) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya sehingga Ibnu Sina, seorang psikolog falsafi, menyebutkan kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-hads).2

Pengertian kecerdasan yang dipahami selama ini seakan-akan hanya

berkaitan dengan kepandaian, sehingga digambarkan dengan ukuran-

ukuran intelektualitas dan ilmu pengetahuan semata. Kalaupun kemudian

1 Jejen, Kecerdasan Akal Menurut Hadits, Kordinat (Jakarta), 02 Oktober 2005, h. 17 2 Abdul Mujib dan Jususf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), cet. ke-2, h. 317

10

Page 22: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

11

aspek kecerdasan dihubungkan dengan masalah yang bernuansa spiritual,

itu pun masih bersifat substansial.

Lewat bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, Howard Gardner mengemukakan bahwa selama ini kita cenderung mempersepsikan kecerdasan terlalu sempit, yaitu mengarah pada IQ. Padahal manusia mempunyai bermacam kecerdasan yang seringkali terabaikan oleh diri kita sendiri. Kecerdasan menurut Howard Gardner adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.3

Dalam Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences Theory)

ada 9 jenis kecerdasan manusia, yaitu: Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan

Matematis-Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinestetis-Jasmani,

Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal,

Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensial. Teori ini berdasarkan

pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa

pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan

dari penalaran logis, di mana kemampuan abstraksi sangat bernilai.

Pada mulanya kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktural akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal al-ma’rifi). Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata-mata memenuhi struktural akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif (al-majal al-infi’ali) seperti kecerdasan spritual.4

Pengertian kecerdasan menurut tokoh psikologi David C. Edward

seperti dikutip oleh Alisuf Sabri dalam buku “psikologi pendidikan”

sebagai berikut: “Intelligent Is a General Capacity of Behave in an

Adaptable and Acceptable Manner. Dari pengertian ini dapat disimpulkan

3 Fandi Tarakan, (http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/03/teori-multiple-intelligence/) diakses pada hari senin 06 September 2010. 4 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), cet. ke-2, h. 317.

Page 23: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

12

bahwa kecerdasan adalah kemampuan umum mental individu yang tampak

dalam cara bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah

(problem solving)”.5

Faldam mendefinisikan “kecerdasan sebagai kemampuan memahami

dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara

efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan”.6 Dalam pengertian ini,

kecerdasan terkait dengan kemampuan memahami lingkungan atau alam

sekitar, kemampuan penalaran atau berpikir logis, dan sikap bertahan

hidup dengan menggunakan sarana dan sumber-sumber yang ada.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memahami lingkungan atau

alam sekitar serta berpikir rasional guna menghadapi tantangan hidup serta

dapat memecahkan berbagai problem yang dihadapi.

Suparman menjelaskan yang dimaksud kecerdasan (intelligence)

adalah “kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan dan pandai

melaksanakannya dalam praktik. Potensi kecerdasan meliputi: kemampuan

memahami, kemampuan menganalisa, kemampuan membuat keputusan,

sampai pada kemampuan menjalankan (mengeksekusi)”.7 Dalam hal ini

yang terlibat bukan hanya kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual juga”.

Sedangkan pengertian spiritual adalah kejiwaan, rohani, batin,

mental atau moral.8

Secara bahasa, kata spiritual menurut Loran Bagus dalam kamus filsafatnya memiliki beberapa makna: a. Immateri, tidak jasmani, terdiri dari roh. b. Mengacu pada kemampuan-kemampuan lebih tinggi (mental,

intelektual, esthetic, religious) dan nilai-nilai pikir.

5 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2002), h. 116 6 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2006), cet. Ke-1, h. 59 7 Ririen Kusumawati, Artificial Intelligence Menyamai Kecerdasan Buatan Ilahi?

(Malang: UIN Malang Press, 2007), cet. 1, h. 46 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Perum Balai Pustaka, 1998), h. 856

Page 24: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

13

c. Mengacu pada nilai-nilai keislaman yang non materi seperti keindahan, kebaikan, cinta kebenaran, belas kasihan, kejujuran dan kesucian.

d. Mengacu pada perasaan dan emosi religious dan esthetic.9

Menurut Khalil Khavari, “kecerdasan spiritual adalah fakultas dari

dimensi nonmaterial kita, ruh manusia inilah intan yang kita semua

memilikinya. Kita harus mengenalinya secara apa adanya, menggosoknya

sehingga mengkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk

memperoleh kebahagiaan abadi”.10

Dalam Emotional Spiritual Quotient (ESQ), “kecerdasan spiritual

adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,

perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan kecerdasan rasional,

kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual secara komprehensif”.11

Kecerdasan Spiritual mampu menilai suatu tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lainnya. Kecerdasan

ini dapat membedakan sesuatu hal, baik atau buruk. Kecerdasan ini pula

memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaiakan aturan yang kaku,

dan kemampuan memahami cinta sampai pada batasannya.

Kecerdasan Spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa seseorang yang taat beragama belum tentu memiliki kecerdasan spiritual. Seringkali mereka memiliki sikap fanatisme, eksklusivisme, dan intoleransi terhadap pemeluk agama lain, sehingga mengakibatkan permusuhan dan peperangan. Namun sebaliknya, bisa jadi seseorang yang humansi-non-agamis memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga sikap hidupnya inclusive, setuju dalam perbedaan (agree un disagree-ment), dan penuh toleran. Hal ini menunjukkan bahwa makna “Spirituality” (keruhanian) di sini tidak selalu berarti agama atau bertuhan.12

9 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Vanhoeve, 1998), jilid

VI, cet. ke-1, h. 3279 10 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Keerdasan Spiritual dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, (Bandung: Mizan, 2001), cet. ke-2, h. xxvii

11 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), h. 46-47

12 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-2, h. 324

Page 25: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

14

“Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan spiritual

merupakan kecerdasan tertinggi”.13 Intelektual akan lebih terarah ke

tempat yang benar dengan adanya kecerdasan spiritual. Begitu pula

dengan kecerdasan emosi, apabila diiringi dengan kecerdasan spiritual

maka dunia dan akhirat dapat diraih, karena kecerdasan spiritual dapat

dijadikan tolak ukur dan pegangan dalam bersikap.

Cara kerja pemikiran kecerdasan spiritual berpusat pada otak.

Kecerdasan spiritual tidak harus berhubungan dengan suatu agama.

Kecerdasan ini dapat menghubungkan seseorang dengan makna dan ruh

esensial di belakang semua agama yang ada.

Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang dapat menyatukan hal yang bersifat intra-personal dan inter-personal serta dapat menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dengan orang lain. Pada hakikatnya seseorang dapat menggunakan kecerdasan spiritual untuk mencapai diri yang lebih utuh, karena berhak memiliki potensi tersebut.14 Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan/sincerity (ikhlas), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah.15

Dengan adanya nilai-nilai kebaikan (akhlakul karimah) tersebut yang

tercermin dalam perilaku sehari-hari, tentunya akan semakin memberikan

kesadaran kepada setiap individu untuk selalu menerapkan nilai-nilai

kejujuran dalam proses pembelajaran yang akan selalu memberikan

pancaran kebaikan di masa yang akan datang. Sehingga apa yang dicita-

citakan akan tercapai yaitu mencetak generasi-generasi bangsa yang

berilmu pengetahuan dan beragama dengan baik serta berakhlakul

karimah.

13 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual …, h. 4 14 Amir Teuku Ramly, Pumping Talent, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2004), cet-2, h. 15-16 15 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), h. 280

Page 26: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

15

Menurut Jalaluddin Rakhmat “kecerdasan spiritual sebagai

kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan atau

kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung

kepada situasi”.16 Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk menghadapi dan memecahkan berbagai makna serta

kemampuan memberi makna nilai ibadah dalam kehidupannya agar

menjadi manusia yang sempurna agar tercapainya kebahagiaan di dunia

maupun di akhirat.

2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual

Orang-orang yang bisa berpikir dan memiliki kecerdasan spiritual

dan mengetahui sesuatu secara inspiratif, tidak hanya memahami dan

memanfaatkan sebagaimana adanya, tetapi mengembalikannya pada asal

ontologisnya, yakni Allah SWT.

Kecerdasan spiritual ditandai dengan sejumlah ciri, yaitu: a. Mengenal motif kita yang paling dalam. b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. c. Bersikap responsif pada diri yang dalam. d. Mampu memanfaatkan dan mentransendenkan kesulitan. e. Sanggup berdiri, menentang, dan berbeda dengan orang banyak. f. Enggan mengganggu atau menyakiti orang dan makhluk yang lain. g. Memperlakukan agama cerdas secara spiritual. h. Memperlakukan kematian cerdas secara spiritual.17

Motif yang paling dalam berkaitan erat dengan motif kreatif. Motif

kreatif adalah motif yang menghubungkan kita dengan kecerdasan

spiritual. Ia tidak terletak pada kreatifitas, tidak bisa dikembangkan lewat

IQ. IQ hanya akan membantu untuk menganalisis atau mencari pemecahan

soal secara logis. Sedangkan EQ adalah kecerdasan yang membantu kita

untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitar kita.

Berempati dengan orang-orang di sekeliling kita, bisa bersabar menerima

16 Beniglarashati, “Kecerdasan Emosional VS Kecerdasan Spiritual,” artikel diakses pada 03 September 2010 dari http://beninglarashati.wordpress.com

17 Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. ke-2, h. 25

Page 27: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

16

orang lain apa adanya serta bisa mengendalikan diri. Tetapi, untuk bisa

kreatif kita memerlukan suatu kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual. Jadi,

motif kreatif adalah motif yang lebih dalam, dan salah satu ciri orang yang

cerdas secara spiritual adalah orang yang mengetahui motifnya yang

paling dalam.

Berikutnya ialah ia mempunyai kesadaran yang tinggi. Maksudnya

adalah dia memiliki tingkat kesadaran bahwa dia tidak mengenal dirinya

lebih, karena ada upaya untuk mengenal dirinya lebih dalam. Misalnya,

dia selalu bertanya siapa diriku ini? Sebab hanya mengenal diri, maka dia

mengenal tujuan dan misi hidupnya. Jadi, orang yang tingkat kecerdasan

spiritualnya tinggi adalah orang yang mengenal dirinya dengan baik.

Ciri selanjutnya ialah, bersikap responsif pada diri yang dalam.

Artinya melakukan introspeksi diri, refleksi dan mau mendengarkan

dirinya. Kemudian kita kadang-kadang baru mau mendengarkan suara hati

nurani ketika ditimpa musibah. Misalnya, tiba-tiba usaha kita bangkrut,

dikecewakan oleh orang yang kita percayai. Keadaan seperti ini

mendorong kita untuk melakukan introspeksi diri dengan melihat ke dalam

hati yang paling dalam.

Melihat ke hati yang paling dalam ketika menghadapi musibah

disebut mentransenden kesulitan. Orang yang cerdas secrara spiritual tidak

mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain sewaktu menghadapi

kesulitan atau musibah, tetapi menerima kesulitan itu dan meletakkannya

dalam rencana hidup yang lebih besar, dan memberikan makna kepada apa

yang terjadi pada dirinya, dan ini berarti bahwa orang yang cerdas secara

spiritual bertangung jawab itu kepada orang lain.

Ciri kecerdasan spiritual berikutnya adalah berani berbeda dengan

orang banyak. Manusia mempunyai kecenderungan untuk ikut arus atau

trend, seperti trend rambut, pakaian, kebiasan hidup dan bahkan sampai

kepada bentuk pemikiran. Orang yang cerdas secara spiritual mempunyai

pendirian dan pandangan sendiri walaupun harus berbeda dengan

pendirian dan pandangan orang banyak.

Page 28: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

17

Kemudian ciri kecerdasan spiritual selanjutnya ialah merasa bahwa

alam semesta ini adalah sebuah kesatuan, sehingga kalau mengganggu

apapun dan siapapun pada akhirnya akan kembali kepada diri sendiri.

Misalnya, kalau menyakiti orang lain nanti akan disakiti pula. Kalau

merusak alam nantinya akan menimbulkan kesulitan atau musibah, seperti

banjir dan tanah longsor. Karena itu orang yang cerdas secara spiritual

tidak akan menyakiti orang lain dan alam sekitarnya.

Sejalan dengan hal itu, kalau orang itu beragama, maka tidak akan

mengganggu atau memusuhi orang yang beragama lain atau menganut

kepercayaan lain. Karena agama hanyalah jalan masing-masing orang

menuju Tuhan. Tetapi kecerdasan spiritual tidak sama dengan beragama,

Ian Marshall dan Danar Zohar mengemukakan bahwa “kecerdasan

spiritual tidak sama dengan bertuhan. Bagi sebagian orang kecerdasan

spiritual mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama formal,

tetapi beragama tidak menjamin kecerdasan spiritual menjadi tinggi”.18

Kecerdasan spiritual tentang memperlakukan agama secara cerdas

hal ini sesuai dengan tasawuf, karena tasawuf mengajarkan dimensi

bathiniah agama, yaitu perbuatan hati, seperti sabar, ikhlas, jujur,

sederhana, adil dan sebagainya. Perbuatan hati bersifat universal melintasi

batas-batas agama. “Ciri terakhir mengenai memperlakukan kematian

secara cerdas ini juga sesuai dengan ajaran tasawuf. Berdasarkan al-

Qur’an dan hadits tasawuf mengajarkan bahwa kematian harus diingat,

karena kematian itu pasti akan dialami oleh setiap orang”.19 Karena itu,

harus menyikapi diri menghadapi kematian dengan selalu beribadah,

beramal shalih dan meninggalkan maksiat dan kejahatan. Harus ingat

bahwa kehidupan dunia hanya sementara, sedang kematian akan

membawa kepada kehidupan kekal. Hanya ibadah dan amal shalih yang

akan menyelamatkan kita di akhirat kelak. Dengan demikian kecerdasan

spiritual/ruhani membuat kehidupan agama menjadi lebih baik.

18 Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. ke-2, h. 27

19 Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik …, h. 29

Page 29: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

18

3. Cara Mengaktualkan Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual bersumber dari fitrah manusia. Kecerdasan ini

tidak dibentuk melalui pengalaman-pengalaman atau memori-memori

fenomenal, tetapi merupakan aktualisasi sendiri.

Ia “memancar” dari kedalaman diri manusia, karena dorongan-dorongan keingintahuan dilandasi kesucian, ketulusan dan tanpa pretense egoisme. Dalam bahasa yang tepat, kecerdasan spiritual ini akan aktual, jika manusia hidup berdasarkan visi dasar dan misi utamanya, yakni sebagai ‘abid (hamba) dan sekaligus khalifah Allah di Bumi. Kecerdasan spiritual tidak hanya berkenaan dengan alam dan fenomenanya, tetapi juga berkenaan dengan fenomena sosial dan “kedirian” manusia itu sendiri. 20

“Membebaskan diri dari hawa nafsu, adalah jenis kecerdasan

spiritual yang tidak kalah pentingnya. Karena dengan bebasnya diri kita

dari nafsu dan potensi ego, kita akan menjadi perpanjangan “kehendak”

Ilahi dalam menyebarkan rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam)”.21

Kecerdasan spiritual dapat diibaratkan sebagai permata yang tersimpan

dalam batu. Allah senantiasa memberikan cahaya permata itu, seperti

diungkapkan dalam al-Qur’an surat an-Nur: 35

☺⌧ ☺

⌧ ⌧ ⌧

⌧ ☺ ☺

⌧ 20 Suharsono, Mencerdaskan Anak: Melejitkan Dimensi Moral, Intelektual & Spiritual, (Jakarta: Insiani Press, 2003), cet. ke-3, h. 51 21 Suharsono, Mencerdaskan Anak: Melejitkan Dimensi Moral, Intelektual & Spiritual, (Jakarta: Insiani Press, 2003), cet. ke-3, h. 53

Page 30: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

19

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. an-Nur: 35)

Melalui wahyu-wahyu yang diturunkan-Nya, baik bersifat tekstual

(al-Kitab) maupun alam semesta itu sendiri. “Tetapi bagaimanakah

memperdayakan “permata” itu, sangat tergantung pada apakah kita

menggosok batunya sehingga bercahaya, atau menutupnya dengan

sampah, dapat diibaratkan dengan tindak jahat, potensial, egoisme dan

amarah”.22 Psikolog Decon menunjukkan bahwa kita telah menggunakan

kecerdasan spiritual secara harfiah untuk menumbuhkan otak manusiawi.

Kecerdasan spiritual telah “menyalakan” kita untuk menjadi manusia

seperti adanya sekarang dan memberi kita potensi untuk “menyala lagi”,

untuk tumbuh dan berubah, serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi

manusiawi. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk menjadi kreatif.

Kita menghadirkannya untuk menjadi luwes, berwawasan luas, atau

spontan secara kreatif.

Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk berhadapan dengan masalah eksistensial yaitu saat kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu kita akibat penyakit dan kesedihan. Kecerdasan spiritual yang menjadikan kita sadar bahwa kita mempunyai masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya atau setidak-tidaknya bisa berdamai dengan masalah tersebut. Kecerdasan spiritual memberikan kita suatu rasa yang “dalam” menyangkut perjuangan hidup. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.23

22 Suharsono, Melejitkan IQ, IE & IS, (Jakarta: Inisiani Press, 2001), cet. ke-1, hlm. 134 23 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir…, h. 11-12

Page 31: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

20

Hidayat Nataatmaja memberikan elaborasi yang sangat menarik

berkenaan dengan intelegensi spiritual ini. Menurutnya, evolusi atau lebih

tepat disebut pentahapan, intelegensi manusia berlangsung melalui jalur

Iqra’, yakni 5 ayat pertama dari surat al-‘Alaq:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Membaca pena Allah mengaktualkan intelegensi spiritual. Sedangkan membaca buku hanya menumbuhkan kemampuan rasional, atau apa yang dikenal sebagai intelegensi rasional. Kecerdasan manusia sangat tergantung pada kemampuannya mengaktualkan intelegensi spiritual. Itulah maka ketika seseorang yang selesai membaca ribuan buku, akan tetapi tidak peduli terhadap pena Allah, seperti alam itu sendiri, fenomena sosial, suasana batin dan eksistensi dirinya sendiri, dianggap al-Qur’an sebagai kaum ahli kitab, atau lebih buruk lagi seperti keledai yang terbebani dengan kitab. Sebaliknya, orang cerdas adalah mereka yang mampu mengapresiasi kehidupan itu sendiri, serta mencari tahu dari jawaban atas berbagai persoalan kehidupan. Mereka inilah orang-orang yang berhasil mengaktualkan intelegensi spiritualnya secara optimal. 24

Personifikasi paling sempurna tipe manusia yang berhasil

mengaktualkan intelegensi spiritual adalah Rasulullah Saw. Karena beliau

memelihara fitrahnya sendiri secara baik, tanpa mengotorinya dengan

perilaku buruk, egoisme dan sebagainya, sehingga fitrah itu menjadi

aktual. Dengan fitrah itulah beliau mempresepsi, berinteraksi dan

mengatisipasi persoalan-persoalan kehidupan.

24 Suharsono, Melejitkan IQ, EQ & IS (Jakarta: Inisiani Press, 2001), cet. ke-1, h. 137

Page 32: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

21

Seperti dinyatakan oleh Jalaluddin Rumi, bahwa ada semacam pengetahuan yang didasarkan pada inspirasi Ilahi. Dan karena itu pula ada jenis kecerdasan yang bersumber dari pada-Nya. Pengetahuan inspiratif (Ilahi) lebih berharga daripada pengetahuan mental. Pengetahuan Ilahi tidak bergerak melalui perubahan dan tidak bertentangan dengan dirinya sendiri. Ibaratnya, pengetahuan yang dibentuk oleh kemampuan mental mencukupi buat kulitnya, sementara pengetahuan Ilahi juga mencukupi bagi isi atau substansinya. Itulah maka, orang-orang yang bisa berpikir dan memiliki kecerdasan spiritual dan mengetahui sesuatu secara inspiratif, tidak hanya memahami dan memanfaatkan sebagaimana adanya, tetapi mengembalikannya pada asal ontologisnya, yakni Allah SWT.25

Karena itu orang-orang yang masuk dalam kategori ini, yakni

memiliki kecerdasan spiritual, biasanya memiliki dedikasi kerja yang lebih

tulus dan jauh dari kepentingan pribadi (egoisme), apalagi bertindak

dzalim kepada orang lain. Motivasi-motivasi yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu juga sangat khas, yakni pengetahuan dan kebenaran.

Itulah, maka sebagaimana dapat disimak dari sejarah hidup para Nabi dan

biografi orang-orang cerdas dan kreatif, biasanya memiliki kepedulian

terhadap sesama, memiliki integritas moral yang tinggi, shaleh dan tentu

juga integritas spiritual yang tinggi.

Secara umum, kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dengan meningkatkan penggunaan tersier psikologis, yaitu kecenderungan untuk bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna di balik atau di dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri kita, bertangung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.26

Karena kecerdasan spiritual berkaitan dengan psikologi seseorang,

maka dalam menanggapi segala macam kejadian yang terjadi harus

dikembalikan kepada tanggapan dari dalam hati apakah kejadian yang

menimpa tersebut terdapat sesuatu yang baik ataukah sebaliknya malah

akan berdampak tidak baik.

25 Suharsono, Melejitkan IQ, EQ & IS (Jakarta: Inisiani Press, 2001), cet. ke-1, h. 139 26 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam

Berpikir…, h. 11-12

Page 33: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

22

Berkaitan dengan hal tersebut seseorang harus dapat menjaga agar

kecerdasan spiritual tetap terjaga bahkan dapat meningkatkan kecerdasan

spiritual. Terdapat tujuh langkah praktis mendapatkan kecerdasan

spiritual lebih baik, diantaranya:

a. Menyadari di mana saya sekarang. b. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah. c. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apa motivasi saya yang

paling dalam. d. Menemukan dan mengatasi rintangan. e. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju. f. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan. g. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.27

Di samping itu Zohar dan Marshall, mengemukakan beberapa

indikator dari kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu:

a. Kemampuan untuk menjadi fleksibel b. Derajat kesadaran diri yang tinggi c. Kecakapan menghadapi dan menggunakan serangan d. Kecakapan menghadapi dan menyalurkan/memindahkan rasa sakit e. Kualitas untuk terilhami oleh visi dan nilai f. Enggan melakukan hal yang merugikan g. Kecenderungan melihat hubungan antar hal yang berbeda

(keterpaduan) h. Ditandai oleh kecenderungan untuk bertanya mengapa, mencari

jawaban mendasar.28

Spiritual berhubungan dengan batin atau rohani manusia. “Spiritual

adalah proses oleh akal-budi manusia dalam upaya mencapai dan

memahami Tuhan yang menciptakannya. Dengan perkataan lain, spiritual

adalah proses pencarian jati diri dalam hubungannya dengan sang Pencipta

dan berperilaku berdasarkan jati diri tersebut”.29 Karena jika dalam

menjalani kehidupan ini tidak pernah memiliki rasa untuk mencari jati diri,

27 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam

Berpikir…, h. 231 28 Nana Syaodih Sukmadinata, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2003), cet. ke-1, h. 98 29 Syahmuharnis dan Hary Sidharta, TQ: Transcendental Quotient Kecerdasan Diri Terbaik, (Jakarta: Republika, 2006), cet. ke-1, h. 42

Page 34: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

23

maka yang ada hanyalah meniti hidup seperti berjalan tanpa arah dan

tanpa tujuan, segala tindak tanduknya tidak dapat terkendali.

4. Fungsi Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah “kecerdasan yang bersumber dari jiwa,

atau hati nurani yang beroperasi dalam pusat otak manusia. Dalam bahasa

ibrani, “hati nurani”, memiliki kata yang sama dengan kata pedoman, yang

tersembunyi, kebenaran batin yang tersembunyi dari jiwa”.30

Oleh karena itu fungsi kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar

dan Ian Marshall, antara lain:

a. Kecerdasan yang digunakan dalam masalah eksistensial, yaitu ketika kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan.

b. Kecerdasan menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, karena kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup.

c. Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunia kepada orang lain dan makna-makna mereka.

d. Kecerdasan spiritual sebagai landasan bagi seseorang untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena, kecerdasan merupakan puncak kecerdasan manusia.

e. Kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel. Karena ia terkait langsung dengan problem-problem eksistensi yang selalu ada dalam kehidupan.

f. Kecerdasan yang dapat memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi degan pemahaman sampai

30 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan …, h. 4

Page 35: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

24

batasnya. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang bertanya apakah saya ingin berada pada situasi atau tidak. Intinya kecerdasan spiritual berfungsi untuk mengarahkan situasi.

g. Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. Sehingga seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi tidak berpikiran eksklusif, fanatik, dan berprasangka. 31

Pada hakekatnya, manusia merupakan makhluk yang mencari makna

Spiritual Quotient inilah sebagai pusat pemberi makna yang aktif dan

menyatukan diri.

Adanya “rasa ber-Tuhan” pada diri manusia itu tidak disikapi sebatas mitos belaka atau gagasan-gagasan spekulatif saja. Fungsi ini mencakup hal-hal yang bersifat supernatural dan religius, yang menurut beberapa penelitian “bersumber” dari dalam otak manusia. Fungsi ini hendak menegaskan bahwa “keberadaan Tuhan” adalah sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu dipermasalahkan. “Keberadaan Tuhan” sedikitnya, ditampakkan dalam kesempurnaan jalinan “Tuhan” direduksi sampai bentuk seluler persarafan manusia atau tingkat terendah dalam wujud materi sebagaimana diyakini oleh para materialis.32

Dari fungsi kecerdasan spiritual di atas dapat disimpulkan, bahwa

kecerdasan spiritual sebenarnya menepis pribadi yang telah terbelah,

sebaliknya mengantarkan orang pada pribadi yang utuh, holistic, dan

integral (Insan Kamil).

B. KEJUJURAN

1. Arti Jujur

Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau

memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam

praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang

biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan

31 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ. Memanfaatkan …, h. 13 32 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al-Qur’an, (Bandung:

Mizan Pustaka, 2003), cet. ke-III, h. 273

Page 36: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

25

seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi”.33 Bila

berpatokan pada arti kata yang baku dan harfiah maka jika seseorang

berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui

suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap

atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau

lainnya. Sedangkan menurut Thaddeus B. Clark yang diterjemahkan oleh

Sunarsi Sunario mendefinisikan kejujuran dengan arti “menaati peraturan-

peraturan yakni persetujuan-persetujuan, baik tertulis maupun tidak tertulis

yang mengatur semua perhubungan kita dengan orang-orang lain”.34

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentunya sering melihat (bahkan

juga ikut terlibat) dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial

di masyarakat, yang justru kebanyakannya adalah wujud realisasi dari

sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: Sering terjadi,

orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan berkata "Oh,

tidak apa-apa! Anak pintar, tidak sakit kok! Jangan nangis, yah!". Menurut

saya, dalam hal ini secara tidak langsung anak diajarkan dan dilatih

kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya

(sakit) hanya karena suatu kepentingan (supaya tidak menangis).

Selain itu banyak kejadian yang sering dilihat dan dialami seperti:

Ketika seseorang bertamu dan ditanya: "Sudah makan, belum?", walaupun

tawaran tuan rumah serius biasanya dengan cepat akan menjawab "Oh,

sudah, baru saja makan", padahal sebenarnya belum makan. Dalam

lingkungan usaha/dagang, kejujuran sering disebut-sebut sebagai modal

yang penting untuk mendapatkan kepercayaan. Akan tetapi sangat

kontroversial dan lucunya dalam setiap transaksi dagang itulah justru

banyak sekali kebohongan yang terjadi. Sebuah contoh, penjual yang

mengatakan bahwa dia menjual barang "tanpa untung" atau "bahkan rugi"

hampir bisa diyakini bohong untuk menarik simpati pembeli. Banyak

33 Albert Hendra Wijaya, http://indonesia.siutao.com/tetesan/kejujuran.php, diakses pada tanggal 19 Januari 2010.

34 Thaddeus B. Clark, Apakah Kejujuran Itu?, diterjemahkan oleh: Sunarsi Sunario, (Jakarta: Jaya Sakti, 1961), h. 8

Page 37: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

26

kejadian berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran yang semakin hari semakin

ditinggalkan, itu adalah bentuk dari ketimpangan yang terjadi pada diri

karena tidak mampu mendayagunakan dan bahkan belum mampu

menerapkan nilai-nilai spiritualitas yang baik.

2. Nilai-nilai Kejujuran

Mencari orang jujur saat ini semakin sulit. Yang banyak ditemui

adalah orang yang memiliki kepribadian ganda yaitu kejujuran dan

kemunafikan bercampur menjadi satu. Nilai-nilai kejujuran tidak lagi

menjadi esensi dan pegangan hidup seseorang, tetapi telah menjadi alat

untuk memperjuangkan berbagai kepentingan sempit. Dengan kata lain,

kejujuran yang seharusnya menjadi nilai etis yang mewarnai hidup telah

tereduksi sekedar menjadi pemanis bibir di dalam kehidupan masyarakat.

Sementara prilaku dan tindakan yang dilakukan sebetulnya jauh dari nilai-

nilai kejujuran. Kepribadian ganda (split personality) seperti ini telah

melahirkan berbagai prilaku menyimpang dalam masyarakat seperti

korupsi, asusila, kriminalitas, kecurangan dan berbagai prilaku lainnya

yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

Jika ditelusuri lebih jauh, ada beberapa faktor yang menyebabkan kepribadian ganda atau sindrom verbalisme kejujuran ini menguat dalam masyarakat kita, yakni: Pertama, terjadinya pergeseran nilai akibat akulturasi yang berlebihan. Masuknya nilai-nilai modernitas dari luar melalui berbagai media telah merubah gaya hidup masyarakat kita menjadi masyarakat konsumtif, hedonis dan pragmatis. 35

Masyarakat yang konsumtif adalah masyarakat yang cenderung

membelanjakan hartanya untuk kebutuhan konsumsi dan hidup mewah.

Masyarakat yang hedonis cenderung kepada gaya hidup yang senang-

senang dan hura-hura. Sementara kondisi pragmatis dalam masyarakat

memperlihatkan gaya hidup yang serba menganggap mudah segala sesuatu

(menggampangkan) dan ingin hidup enak dengan cara mudah. Semua gaya

35 Yusnidur Usman Musa, Sabtu 19 Januari 2008, http://pulapingkui.blogspot.com/

2008/01/sindrom-verbalisme-kejujuran.html

Page 38: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

27

hidup tersebut bisa disingkat dengan bahasa populer “gaya hidup matre”.

Ketika sikap seseorang menjadi matre, maka segala cara akan dilakukan

untuk memperoleh dan mempertahankan gaya hidup yang demikian,

walaupun kondisi tidak mendukung di antarnya dengan melakukan

korupsi, dan sebagainya. Gaya hidup matre sering menjadi pemicu

lahirnya konflik sosial karena memunculkan kesenjangan dan

kecemburuan sosial (social jealousy) di dalam masyarakat. Dalam

masyarakat yang demikian, penghargaan sosial lebih ditentukan oleh

kedudukan, jabatan dan kekayaan yang dimiliki seseorang, bukan pada

nilai-nilai kejujuran.

Kedua, memudarnya peran agama dalam kehidupan masyarakat. Kini, agama cenderung menjadi identitas simbolik semata. Sementara pemahaman, kesadaran, dan pelaksanaan dari ajaran dan nilai-nilai agama itu sendiri menjadi tidak penting. Banyak orang melakukan shalat, mengeluarkan zakat, bahkan melakukan ibadah haji. Tetapi, semua ibadah tersebut hanya menjadi ritual dan simbol sosial yang tidak banyak berdampak pada prilaku sehari-hari yang menyebabkan rendahnya keshalehan seseorang.36

Banyak orang nampak alim dan bagus ibadahnya, tetapi mereka juga

melakukan korupsi, manipulasi dan berbagai penyakit masyarakat lainnya.

Pola dakwah para ulama, ustadz atau pemuka agama yang kurang inovatif

memberi kontribusi pada terjadinya pendangkalan pemahanam agama

umat Islam. Pelaksanaan syariat Islam di Aceh malah melahirkan

ketidakjujuran dan kemunafikan karena diterapkan secara simbolis dan

diskriminatif.

“Ketiga, kegagalan institusi pendidikan dalam melakukan

transformasi sosial. Harus diakui, lembaga pendidikan baik formal

maupun informal telah gagal mentransformasikan nilai-nilai kejujuran

kepada anak didiknya”.37 Budaya jujur jarang diajarkan secara sungguh-

sungguh di sekolah, yang terjadi justru sejak dini para pelajar sudah

36 Yusnidur Usman Musa, Sabtu 19 Januari 2008, http://pulapingkui.blogspot.com/

2008/01/sindrom-verbalisme-kejujuran.html 37 Yusnidur Usman Musa, Sabtu 19 Januari 2008, http://pulapingkui.blogspot.com/

2008/01/sindrom-verbalisme-kejujuran.html

Page 39: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

28

terbiasa dengan prilaku mencuri dan mencontek dalam ujian. Para guru

juga sering melakukan hal yang sama, yakni memberi toleransi terhadap

kondisi tersebut. Demikian halnya di perguruan tinggi, di mana kejujuran

tidak lagi menjadi pegangan. Pendidikan telah menjadi sarana bersaing

memperebutkan masa depan secara tidak sehat. Ketidakjujuran yang sudah

diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan secara langsung maupun tidak

langsung telah berkontribusi pada lahirnya sindrom verbalisme kejujuran

di masyarakat kita.

“Keempat, hilangnya keteladhanan di dalam masyarakat. Semakin

langkanya orang jujur di dalam masyarakat menyebabkan terjadinya krisis

keteladanan”.38 Masyarakat menjadi tidak punya panutan untuk diikuti,

yang menyebabkan kesadaran kolektif masyarakat untuk menggunakan

nilai-nilai luhur dalam kehidupan bersama menjadi lemah. Tidak adanya

panutan membuat masyarakat mencari panutan dari luar, yang berdampak

pada terjadinya krisis identitas dalam masyarakat. Para muda-mudi lebih

suka menjadikan artis-artis Hollywood atau artis sinetron sebagai panutan

gaya hidup. Sementara memperkenalkan Rasulullah dan para Sahabat

sebagai panutan justru kurang diminati karena tokoh-tokoh masyarakat

sendiri prilaku dan gaya hidupnya jauh dari teladhan Rasulullah dan para

sahabat. Itulah salah satu dampak krisisnya keteladhanan yang diberikan

oleh anggota keluarga sehingga berdampak luas terhadap tokoh yang

dijadikan panutan dalam berperilaku sehari-hari.

C. KERANGKA BERFIKIR

Masalah-masalah spiritual kurang mendapat perhatian serius dari para

konseptor pendidikan dan pemerhati pendidikan lainnya selama ini, bahkan

sepertinya para tokoh dan akademisi pendidikan cenderung meremehkan

pengaruh spiritualitas dalam kehidupan belajarnya, kaum akademisi saat ini

seakan-akan meyakini otaknya sebagai satu-satunya kekuatan yang paling

38 Yusnidur Usman Musa, Sabtu 19 Januari 2008, http://pulapingkui.blogspot.com/

2008/01/sindrom-verbalisme-kejujuran.html

Page 40: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

29

dominan dalam pembelajaran. Padahal itu juga belum tentu yang terbaik. “Jika

spiritualitas dibedah secara benar dan terimplementasi dalam kehidupan

pseserta didik, maka akan dengan sendirinya peserta didik tersebut akan

menjadi baik. Harusnya semua orang yang ada di institusi kependidikan

mengkaji hal ini secara serius. Sehingga pengaruhnya terhadap diri peserta

didik dan belajarnya dapat diketahui”.39

Menurut penulis, gagalnya pendidikan lebih disebabkan gagalnya

institusi pendidikan mendidik moral dan menciptakan kepribadian yang baik.

Maka penulis menganggap penting sekali melihat dimensi spiritual untuk

dikaitkan dengan pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Kekuatan

spiritual sebagai moral effect yang sangat penting guna memotivasi belajar,

menerapkan nilai-nilai kejujuran, dan lebih-lebih dalam keberhasilan

pembelajaran. Untuk itulah, penulis mengangkat spiritualitas sebagai narasi

besar. Karena hal tersebut sangat krusial dan berpengaruh pada dimensi

pendidikan, khususnya penerapan nilai-nilai kejujuran dalam proses

pembelajaran.

Oleh karena itu, kajian skripsi ini akan mencoba membedah sesuatu

yang disebut sebagai gunungnya ilmu oleh Igo Ilham. Sebagai unsur terdalam

yang terbenam dan paling kuat pengaruhnya terhadap gerak control action

manusia. Kekuatan ini dibuktikan ada, dan masuk dalam salah satu kategori

kecerdasan, yang tentunya dapat dipelajari, diasah, dan dipertajam

sebagaimana kecerdasan-kecerdasan yang lain. Orang-orang menyebutnya

dengan sebutan kecerdasan spirtitual atau Spiritual Quotient (SQ).

D. PENGAJUAN HIPOTESIS

Penulis memandang perlu untuk dapat memberikan gambaran tentang

dugaan serta jawaban sementara dari cara-cara pemecahan permasalahan yang

ada pada peneltian ini. Dugaan sementara penelitian ini berdasarkan teori-teori

yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut: Hipotesis Alternatif (Ha):

39 Dave Meier, The Accelerated Learning, (Bandung: Kaifa, 2002), cet. 1, hlm. 84

Page 41: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

30

adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap

penerapan nilai-nilai kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang.

Page 42: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah MTs Daarul Hikmah

yang berlokasi di Jl. Surya Kencana No. 14 Pamulang – Tangerang. Penulis

mengadakan penelitian dari mulai tanggal 19 Juli sampai 01 Agustus 2010.

B. Variabel Penelitian

Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto bahwa

“variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian”.1 Variabel penelitian ini adalah kecerdasan spiritual dan

pengaruhnya terhadap nilai-nilai kejujuran siswa dalam proses pembelajaran

agama Islam di MTs Daarul Hikmah Pamulang. Variabel ini mengkaji dua

variabel, yaitu pengaruh kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas (variabel

X) dan nilai-nilai kejujuran siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).

C. Metode Penelitian

Metodologi Penelitian adalah “strategi umum yang dianut dalam

mengumpulkan dan menganlisa data yang diperlukan guna menjawab

persoalan yang dihadapi”.2

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), cet. Ke-13, hlm. 118 2 Arif Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

1982), hlm. 50

30

Page 43: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

31

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif

kuantitatif. “Penelitian deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi

tentang arti data tersebut”.3 Tujuan menggunakan statistik guna menjawab

permasalahan yang ada atau tidaknya hubungan kedua variabel yang diteliti

dan diprediksi tentang berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua

variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini agar

penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai

keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran tingkat

kecerdasan spiritual dan nilai-nilai kejujuran siswa. Dalam teknik penulisan,

penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2007.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan unsur terpenting dalam suatu

penelitian. Yang dimaksud dengan populasi adalah ”keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.4

Populasi adalah ”unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut

bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas,

organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari

sejumlah elemen”.5 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah

seluruh siswa dan siswi MTs Daarul Hikmah Pamulang angkatan 2009/2010

3 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah dasar Metode Teknik, (Bandung:

Tarsito, 1998), Ed. 8, hlm. 139 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), cet. ke-11,

hlm. 115 5 Nana Sudjana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989),

cet. ke-1, hlm. 84

Page 44: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

32

sebanyak 814 siswa. Adapun populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII yang

berjumlah 305 siswa.

Jika akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut

disebut penelitian sampel. Sedangkan ”sampel adalah sebagian dari populasi

terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”.6 Guna untuk

menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis

menggunakan teknik sampling random. Dalam penelitian ini yang menjadi

sampel adalah sebanyak 15 % dari populasi yang ada. Suharsimi Arikunto

mengemukakan pendapat bahwa “jika objek penelitian lebih dari 100 orang,

maka sampel yang diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. Namun

dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 15 % yakni

berjumlah 45 siswa/orang dengan sistem random atau acak, dengan masing-

masing kelas diambil 5 sampai 6 siswa (putra/putri) dari jumlah kelas VIII.A

sampai VIII.H MTs Daarul Hikmah Pamulang.

Dengan cara seperti ini, diharapkan setiap anggota dari populasi

memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Obeservasi adalah pengamatan atau pencatatan yang sistematis terhadap

gejala atau keadaan yang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk

mengamati keadaan dan kondisi sekolah dan guru Pendidikan Agama

Islam. Observasi yang dilakukan adalah obeservasi non sistematis tanpa

menggunakan instrumen.

2. Wawancara (interview), yakni pengumpulan data melalui wawancara

dengan Kepala Sekolah dan guru agama di Sekolah MTs Daarul Hikmah

Pamulang, untuk mengetahui hubungan kecerdasan spiritual dengan nilai-

niali kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang.

6 Op. cit, Suharsimi Arikunto, Prosedur..., hlm. 117

Page 45: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

33

3. Angket, yakni dengan menyebarkan lembaran-lembarab pertanyaan yang

harus dijawab oleh responden, dalam hal ini yaitu siswa. Untuk

mengetahui pendapat atau tanggapan siswa kelas VIII mengenai

kecerdasan spiritual dan hubungannya dengan nilai-nilai kejujuran siswa

MTs Daarul Hikmah Pamulang.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data

yang valid mengenai kecerdasan spiritual dan hubungannya dengan nilai-

nilai kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang adalah berupa angket.

Angket yang digunakan terdiri dari 15 soal (variabel X) dan 15 butir

(variabel Y) yang disebarkan kepada 45 siswa.

2. Kisi-kisi penelitian

Adapun kisi-kisi instrumen pada penelitian yang penulis gunakan

dalam pembuatan angket adalah sebagai berikut:

Tabel. 1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No. Variabel Indikator Butir Soal

1. Kecerdasan

Spiritual

− Berkaitan dengan keimanan

seseorang.

− Berkaitan dengan keilmuan.

− Berkaitan dengan pengendalian diri

dalam segala hal.

− Berkaitan dengan pergaulan sosial

dalam kehidupan sehari-hari.

1, 2, 3, 4.

5, 6, 7.

8, 9, 10, 11,

12.

13, 14, 15.

2. Nilai-nilai

kejujuran

siswa

− Kejujuran dalam proses evaluasi

pembelajaran.

− Kejujuran di luar proses pembelajaran

1, 2, 3.

7, 9, 12, 13.

Page 46: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

34

− Kejujuran yang berkaitan dengan

kepercayaan diri.

− Kejujuran dalam proses

pembelajaran.

5, 6, 14, 15.

4, 8, 10, 11.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya data yang

telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah

dan hipotesis penelitian. Penulis melakukan pengolahan data dengan cara

menimbun tabulasi (mengolah data dengan membuat blangko tabel) untuk

memindahkan jawaban siswa ke data tabel distribusi frekuensi.

Untuk mengolah data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-

langkah analisa sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini penulis akan melakukan pengecekan terhadap data

yang diperoleh, khususnya pada angket yang telah diisi oleh siswa.

Angket tersebut harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan

pengisian, kejelasan penulisannya dan kebenaran pengisian angket,

sehingga terhindar dari kekeliruan atau kesalahan. Jika ada pernyataan

yang menyimpang dari yang diteliti, maka pernyataan tersebut dapat

dibuang atau tidak digunakan.

2. Skoring

Tahap selanjutnya setelah dilakukan pengecekan terhadap angket

kemudian pemberian skor pada setiap butir-butir pertanyaan yang terdapat

dalam angket. Pemberian skor ini dilakukan dengan memperhatikan jenis

data yang ada.

Ada empat butir jawaban yang disediakan dan penulis memberikan

skor nilai 4 untuk jawaban (SL) selalu, 3 untuk jawaban (SR) sering, 2

untuk jawaban (KD) kadang-kadang, dan 1 untuk jawaban (TP) tidak

pernah.

Page 47: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

35

3. Tabulating

Yaitu mentabulating data jawaban yang telah diberikan ke dalam

bentuk tabel, untuk kemudian diketahui hasil penghitungannya.

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mengurai keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data

tersebut dapat dipahami oleh peneliti dan juga orang lain yang ingin

mengetahui hasil penelitian tersebut.

Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah

diberi skor dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:

P = f x 100 %

N

Keterangan:

P = Angka Prosentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of ceses (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Tabel. 2

Penafsiran Prosentase

NO. Prosentase Penafsiran

1. 100% Seluruhnya

2. 91%-99% Hampir Seluruhnya

3. 61%-90% Sebagian Besar

4. 51%-60% Lebih dari Setengah

5. 50% Setengahnya

6. 40%-49% Hampir Setengahnya

7. 11%-39% Sebagian Kecil

8. 1%-10% Sedikit Sekali

9. 0% Tidak Ada Sama Sekali

Kemudian menjumlah skor dari tiap-tiap responden dan menentukan

nilai rata-rata dengan menggunakan rumus:

Mx = ∑ X

N

Page 48: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

36

Keterangan:

Mx : mean yang dicari

X : jumlah skor

N : number of cases.7

My = ∑ Y

N

Keterangan:

My : mean yang dicari

X : jumlah skor

N : number of cases.

Selanjutnya dikonsultasikan dengan norma skala kecerdasan spiritual

dan skala nilai-nilai kejujuran siswa.

Skala Kecerdasan Spiritual

No. Skor Keterangan

1 25 – 50 Rendah

2 51 – 75 Sedang

3 76 – 100 Tinggi

Skala Nilai-nilai Kejujuran Siswa

No. Skor Keterangan

1 25 – 50 Rendah

2 51 – 75 Sedang

3 76 – 100 Tinggi

Sedangkan data yang dibahas adalah dua variabel yang saling

berhubungan, maka data tersebut juga dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengkaji hipotesis

tentang ada atau tidak adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y

7 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005), hlm. 43

Page 49: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

37

dan apakah hubungan tersebut positif atau negatif. Adapun langkah-

langkahnya sebagai berikut:

a. Mencari angka indeks dengan korelasi “r” dengan menggunakan korelasi

product moment dari Carl Pearson dengan rumus.

rxy = ∑ XY – N. Mx. My

√ (∑X2 – N. Mx)2 (∑Y2 – N. My)2

Dengan ketentuan sebagai berikut:

rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment

∑XY = mean dari hasil perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y

N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Mx = mean dari skor variabel X

My = mean dari skor variabel Y

∑X2 = jumlah seluruh skor X

∑Y2 = jumlah seluruh skor Y

Mx2 = kuadrat dari mean skor variabel X

My2 = kuadrat dari mean skor variabel Y.8

b. Memberi Inteprestasi terhadap (rxy) yaitu:

1) Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokan hasil

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, seperti

tabel dibawah ini:

Tabel. 3

Interprestasi terhadap besarnya “r” product moment

Besar “r” Interprestasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi

korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan

(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

8 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan …, hlm. 211-212

Page 50: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

38

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau yang

rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau

sangat tinggi

2) Interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yaitu

dengan jalan berkonsultasi pada nilai “r” tabel (rt). Apabila cara ini

ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nihil (Ho).

b) Menguji kebenaran hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan

membandingkan besarnya “r” Product Moment dengan “r” yang

tercantum dalam tabel nilai (rt), terlebih dahulu mencari derajat

bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) atau taraf signifikansi 1%

dan 5% dengan rumus:

df = N – nr

df = Dergees of freedom

N = Number of cases

nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Apabila “r” sama dengan atau lebih besar dari rt, maka Hipotesa

Alternatif (Ha) diterima, berarti terdapat korelasi positif antara kedua variabel

tersebut. Dan jika Hipotesis Nihil (Ho) maka tidak dapat disetujui/diterima,

berarti tidak terdapat korelasi yang positif antara kedua variabel tersebut.

3) Mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, dengan rumus:

KD = r2 x 100 %

KD = Kontribusi variabel terhadap Y.

r2 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.9

9 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan …, hlm. 180-193

Page 51: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MTs Daarul Hikmah Pamulang

Pada tahun 1978 H. Saidih selaku pendiri Yayasan MTs Daarul

Hikmah sempat mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Pamulang Barat,

namun sayang perjuangannya ternyata gagal. Namun ia mencoba

mengambil hikmah dari kegagalan tersebut dengan mendirikan Yayasan

Daarul Hikmah pada tahun 1980.

Pilihan nama Daarul Hikmah memiliki makna tersendiri, menurut

H. Saidih, S.Ag nama tersebut diambil karena termotivasi oleh kegagalan

menjadi Kepala Desa. Pada tahun 1983 Yayasan Daarul Hikmah sudah

mengelola Madrasah Tsanawiyah dengan murid drop-out dari Sekolah

lain, walaupun muridnya kebanyakan dari drop-out, ternyata sekarang

banyak di antara mereka yang sudah berhasil di berbagai bidang.

Pembangunan Sekolah tersebut benar-benar atas swadaya

masyarakat. Gedung Sekolah yang ketika itu masih dari bambu banyak

berasal dari infaq para wali murid. Namun secara perlahan pembangunan

Madrasah Tsanawiyah tersebut berkembang dari yang dulunya hanya satu

kelas sekarang menjadi lebih dari 20 kelas.

Perintisan Sekolah ini benar-benar dari nol, karena sejak awal

memang tidak memiliki modal “ungkap putra dari ketiga bersaudara ini”.

Pengorbanan H. Saidih memang tidak tanggung-tanggung, bahkan ketika

39

Page 52: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

40

menjadi anggota DPRD, gajinya diperuntukkan untuk membangun

Sekolah. Perjuangannya untuk pendidikan memang tidak sia-sia, bahkan

sekarang sudah bisa mendirikan Madrasah Aliyah. Awalnya hanya

mempunyai murid 9 orang, tapi kini untuk satu kelas saja minimal diisi

oleh 30 orang murid.

Perkembangannnya semakin pesat dan sekarang juga sudah

mengelola Madrasah Ibtidaiyah. Namun H. Saidih tidak menutup mata

bahwa murid-muridnya kebanyakan dari masyarakat berekonomi kelas

bawah, sehingga harus bijaksana dalam menetapkan biaya Sekolah, walau

demikian, usaha untuk melahirkan lulusan yang baik tetap dilakukan

secara maksimal, hasilnya bisa dilihat. Lulusan dari Sekolah yang

dibinanya dapat diterima di berbagai tempat, baik di Sekolah Negeri

maupun Swasta.

Yayasan Daarul Hikmah tidak hanya bergerak di bidang

pendidikan, tetapi juga di beberapa bidang lain, di antaranya mendirikan

Biro Perjalanan Haji. Setiap tahunnya KBIH Daarul Hikmah minimal

memberangkatkan 30 orang Jama’ah Haji. Kemudian juga terlibat dalam

pembangunan Masjid, dari awal hanya sebuah Mushalla hingga sekarang

telah dibangun sebuah Masjid dengan dua lantai yang cukup representatif.

2. Visi, Misi dan Motto MTs Daarul Hikmah Pamulang

a. Visi

Menciptakan Madrasah yang mampu melahirkan generasi beriman,

bertaqwa, cerdas, terampil, berkepribadian dan berakhlak mulia.

b. Misi

1) Membangun citra Madrasah yang Islami.

2) Menanamkan kecintaan kepada Agama, Bangsa dan Negara.

3) Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar yang baik.

4) Mengembangkan kreatifitas dalam bidang Agama dan Ilmu

Pengetahuan.

5) Memacu Kemampuan siswa dalam bidang IMTAQ dan IPTEK.

Page 53: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

41

6) Mempersiapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan ke

jenjang lebih tinggi.

c. Motto

1) Carilah ilmu, tidak ada manusia yang lahir dengan membawa ilmu.

2) Dengan ilmu pengetahuan dapat membuka cakrawala dunia.

3) Ilmu merupakan obor, sebagai penerang di kegelapan.

4) Kalau moral dan etika sudah hilang, apa lagi yang tersisa pada diri

manusia.

3. Kiprah MTs Daarul Hikmah Pamulang

Yayasan Daarul Hikmah juga terus mengembangkan kiprahnya

dengan program-program pengajian, di antaranya mengadakan Majelis

Ta’lim Kaum Ibu yang dilaksanakan setiap hari minggu pagi, mengadakan

kegiatan sosial untuk masyarakat setiap 6 bulan sekali dan setiap malam

rabu dan sabtu diadakan pengajian kitab yang diikuti oleh kaum Bapak dan

Guru. Kegiatan tersebut memang menyita waktu, namun bagi H. Saidih

berdakwah sudah menjadi hobi.

Di samping itu Yayasan Daarul Hikmah terus mengembangkan

sayapnya untuk kepentingan umat, melihat kondisi anak yatim dan para

dhuafa yang ada di lingkungan masyarakat sekitar. H. Saidih selaku

pimpinan Yayasan Daarul Hikmah tergerak hatinya untuk menampung

para yatim sekaligus memberikan pendidikan dan keterampilan, dengan

harapan agar mereka dapat sejajar dengan anak-anak lainnya.

Pada bulan Oktober 2006 didirikan Daarul Aitam yang saat ini

sedang dan tengah dilaksanakan pembangunan. Daarul Aitam ini dibangun

di atas tanah seluas 350 M2 wakaf dari seorang hamba Allah. Rencananya

Daarul Aitam dibangun dengan tiga lantai. Lantai dasar adalah aula serba

guna yang diperuntukkan bagi umum. Lantai dua ruang belajar/ruang

keterampilan dan lantai tiga atau lantai paling atas adalah kamar tidur.

Page 54: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

42

Sengaja bangunan ini dibuat sedemikian rupa dengan maksud berdaya

guna dan berhasil guna.

4. Profil MTs Daarul Hikmah Pamulang

Tabel. 4

Profil MTs Daarul Hikmah Pamulang

No Identitas Sekolah

1 Nama Madrasah/Sekolah MTs Daarul Hikmah

2 N. S. S 21. 22. 80. 4. 17. 136

3 Alamat Sekolah Jl. Surya Kencana No. 24 Pamulang

Tangerang Telp. 7430842

4 Kecamatan Pamulang

5 Kabupaten/Kota Tangerang

6 Propinsi Banten

7 Kode Pos 15417

8 Telephon/Faksimili (021) 7430842

9 Email -

10 Status Sekolah Swasta

11 Kegiatan KBM Pagi dan Siang hari

12 Nama Yayasan Daarul Hikmah

13 Nomor Akta Pendirian 634

14 Tahun berdiri Sekolah/Madasah 1977

15 Luas tanah/Bangunan 950 M2/750 M2

16 Status Tanah Wakaf

17 Status Bangunan Yayasan/Sendiri

18 No. Sertifikat Tanah 1833

19 Status Akreditas/Tahun B

Page 55: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

43

5. Data Siswa, Guru, Tata Usaha dan Karyawan

Jumlah siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir

Jumlah Siswa Kelas

2007/2008 2008/2009 2009/2010 Keterangan

I 244 290 305

II 251 238 281

III 179 231 228

Jumlah 674 759 814

Data Ruang Kelas

Kelas I : 8

Kelas II : 7

Kelas III : 6

Jumlah Rombongan Belajar

Kelas I : 8

Kelas II : 7

Kelas III : 6

Sumber Dana Operasional : SPP/BP3/Yayasan/Subsidi

Tabel. 5

Jumlah Guru, Tata Usaha dan Karyawan

MTs Daarul Hikamah Pamulang Tahun 2009/2010

NAMA GURU No.

PNS Non PNS L/P Jumlah

1. Dra. Hj. Sri Uswati P

2. Mukhlisoh, S.Ag P

3. Sri Ismah Hilal P

3

4. M. Thoni RZ, BA. L

5. H. Jaelani, S.Ag L 2

6. Syarifuddin AR L 17

Page 56: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

44

7. M. Zaini K. A, Ma L

8. Drs. M. Yamien L

9. Asip Suyadi, SH. MH L

10. Drs. Fauzi Ayatullah L

11. H. Haryadi, S.Ag L

12. Wawan Suhaeri, S.Pd L

13. Olih Holidin, S.Pd L

14. H. Syamsuddin Noor L

15. M. Sholahudin, SHI L

16. Isroil Marzuki, S.Ag L

17. Sehabuddin Nur, S.Th.I L

18. Nislam, S.Kom L

19. Budi Fujiana, SE L

20. Rusli A, Ma L

21. Azis Muslim, S.Ag L

22. Saepudin L

23. Yuniawati Fajriah, S.Pd P

24. Siti Zubaedah, S.Sos.I P

25. Diana Kurniawati, S.Pd P

26. Romilah, SE P

27. Eti Junaeti, S.Pd P

5

Jumlah Total 27

NAMA TU No.

PNS Non PNS L/P Jumlah

1. Nur Ali Hasan L

2. Badruddin, S.Ag L

3. Zainal Abidin L

3

4. Liati, S.Pd P

5. Yusnah P

3

Page 57: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

45

6. Ibah Haryati P

NAMA KARYAWAN No.

PNS Non PNS L/P Jumlah

1. Eka Oktora L

2. Bambang L

3. Sahid Kosasih L

3

PUSTAKAWAN No.

PNS Non PNS L/P Jumlah

1. Fachmi Ali L 1

Jumlah Total 10

Tabel. 6

Keadaan Siswa Semester Genap MTs Daarul Hikmah Pamulang

Tahun 2009/2010

Kelas

Jenis Kelamin III

A

III B III C III

D

III E III F Jumlah

Laki-laki 13 22 23 24 25 08 115

Perempuan 25 17 16 16 16 22 112

Jumlah 38 39 39 40 41 30 227

Kelas

Jenis Kelamin II A II B II

C

II D II E II F II G Jumlah

Laki-laki 20 20 19 23 20 24 13 139

Perempuan 21 22 20 17 21 19 22 142

Jumlah 41 42 39 40 41 43 35 281

Kelas Jenis Kelamin

I A I B I C I D I E I F I G I H Jumlah

Page 58: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

46

Laki-laki 17 18 17 21 23 14 12 09 131

Perempuan 22 21 23 19 16 25 28 20 174

Jumlah 39 39 40 40 39 39 40 29 305

JUMLAH TOTAL

Laki-laki : 385

Perempuan : 428

Jumlah 813

B. Deskripsi Data

1. Variabel Bebas (Kecerdasan Spiritual)

Data mengenai Kecerdasan Spiritual yang menjadi variabel X

merupakan data yang diperoleh langsung dari pengisian instrumen

penelitian yang berbentuk skala likert yang disebarkan kepada siswa

sebagai responden yang mengamati Kecerdasan Spiritual dengan 15

pertanyaan.

Tabel. 7

Berkaitan dengan Keimanan

No. Saya menyayangi sesama manusia

1. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

36

6

3

-

80%

13.3%

6.66 %

-

Jumlah 45 100%

Setiap selesai shalat, saya berdzikir dan berdo’a

2. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

10

7

28

22.22%

15.55%

62.22%

Page 59: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

47

Tidak pernah - -

Jumlah 45 100%

Saya makan dan minum yang halal, baik dan tidak berlebihan

3. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

34

6

4

1

75.55%

13.33%

8.88%

2.22%

Jumlah 45 100%

Saya menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan hidup

4. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

19

7

18

1

42.22%

15.55%

40%

2.22%

Jumlah 45 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa

menjawab siswa menyanyangi sesama manusia, siswa juga makan dan

minum yang halal, baik dan tidak berlebihan, dan siswa juga menjaga

kebersihan dan memlihara lingkungan. Akan tetapi pada pertanyaan

nomor 2 yang menanyakan setiap selesai shalat saya berdzikir dan berdoa

sebagian besar siswa menjawab kadang-kadang.

Tabel. 8

Berkaitan dengan Keilmuan

No. Saya membaca tulisan keagamaan di media elektronik/cetak

5. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

3

7

6.66%

15.55%

Page 60: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

48

Kadang-kadang

Tidak pernah

24

11

53.33%

24.44%

Jumlah 45 100%

Saya mengidolakan Nabi Muhammad sebagai panutan hidup

6. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

33

7

5

-

73.33%

15.55%

11.11%

-

Jumlah 45 100%

Saya berpegang pada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi

7. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

34

5

6

-

75.55%

11.11%

15.55 %

-

Jumlah 45 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa selalu

mengidolakan nabi Muhammad Saw sebagai panutan hidup, dalam

kehidupannya selalu berpegang pada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

Hal ini dapat dilihat pada tingginya jawaban siswa pada alternatif

jawaban selalu 73.33%, sering 15.55%, kadang-kadang 11.11%, dan

tidak pernah 0%.

Pada tabel no. 5 bahwa Saya membaca tulisan keagamaan di

media elektronik/cetak. Sebagian besar siswa menjawab kadang-kadang.

Terbukti dengan adanya jumlah prosesntase selalu 6.66%, sering 15.55%,

kadang-kadang 53.33% dan tidak pernah 24.44%.

Page 61: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

49

Tabel. 9

Berkaitan dengan Pengendalian Diri

No. Saya menjaga penglihatan dari segala hal yang tidak baik

8. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

17

12

9

7

37.77%

26.66%

20%

15.55%

Jumlah 45 100%

Saya menjaga pendengaran dari hal-hal yang tidak baik

9. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

15

14

12

4

33.33%

31.11%

26.66%

8.88%

Jumlah 45 100%

Saya menjaga kata-kata dengan baik dan sopan

10. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

16

8

21

-

35.55%

17.77%

46.66%

-

Jumlah 45 100%

Bila berjanji saya menepatinya

11. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

16

10

19

-

35.55%

22.22%

42.22%

-

Jumlah 45 100%

Page 62: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

50

Bila diberi amanah saya menjaga dengan sebaik-baiknya

12. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

22

11

12

-

48.88%

24.44%

26.66%

-

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa telah dapat

mengendalikan diri di dalam kehidupannya sehari-hari seperti menjaga

penglihatan, pendengaran, dan jika diberi amanah selalu menjaga dengan

sebaik-baiknya. Akan tetapi jika berkata dan berjanji mereka kadang-

kadang melakukan kadang-kadang tidak melakukan. Hal ini dapat dilihat

pada tingginya jawaban siswa pada alternatif jawaban di atas.

Tabel. 10

Berkaitan dedengan Pergaulan Sosial

No. Saya berbusana rapih, sopan dan menutup aurat

13. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

22

9

12

2

48.88%

20%

26.66%

4.44%

Jumlah 45 100%

Saya melakukan perbuatan keji dan munkar

14. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

-

-

5

40

-

-

11.11%

88.88%

Jumlah 45 100%

Page 63: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

51

Saya menjaga hubungan baik di lingkungan sosial

15. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

30

9

6

-

66.66%

20%

13.33%

-

Jumlah 45 100%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban siswa terhadap

pergaulan sosial yang baik sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

tingginya jawaban siswa pada alternatif jawaban selalu pada pertanyaan

saya berbusana rapih, sopan dan menutup aurat dan saya menjaga

hubungan baik di lingkungan sosial serta sebagian besar siswa menjawab

tidak pernah pada pertanyaa saya melakukan perbuatan keji dan mungkar

dengan prosentase 88.88%.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat Kecerdasan Spiritual siswa

MTs Daarul Hikmah Pamulang, penulis menggunakan skala norma

Kecerdasan Spiritual Siswa yang terdapat pada bab III.

Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menentukan tingkat

Kecerdasan Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang adalah

sebagai berikut:

a. Menjumlahkan semua skor skala likert mengenai Kecerdasan Spiritual

Siswa di mana jawaban angket masing-masing diberikan bobot nilai

dari setiap responden.

b. Mencari nilai rata-rata (mean) dari standar deviasi.

c. Menentukan tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa dari skala norma

Kecerdasan Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang yang

terdapat dalam Bab III.

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah yang dilakukan oleh

penulis dapat dilihat seperti di bawah ini:

Page 64: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

52

Tabel. 11

Skor Skala Likert Kecerdasan Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah

Pamulang (Variabel X)

Responden Jumlah

Skor

Kuadrat

1 51 2601

2 48 2304

3 51 2601

4 44 1936

5 49 2401

6 55 3025

7 48 2304

8 41 1681

9 56 3136

10 52 2704

11 58 3364

12 55 3025

13 46 2116

14 44 1936

15 46 2116

16 42 1764

17 56 3136

18 41 1681

19 45 2025

20 53 2809

21 54 2916

22 50 2500

23 39 1521

24 45 2025

25 41 1681

Page 65: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

53

26 41 1681

27 44 1936

28 45 2025

29 45 2025

30 40 1600

31 50 2500

32 58 3364

33 52 2704

34 42 1764

35 39 1521

36 55 3025

37 46 2116

38 50 2500

39 45 2025

40 48 2304

41 41 1681

42 51 2601

43 46 2116

44 44 1936

45 47 2209

N = 45 ∑ X = 2139 ∑ X2 = 102941

Dari data tersebut dapat diketahui tingkat Kecerdasan Spiritual

Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang sebagai berikut:

Mx = ∑X = 2139 = 47,533

N 45

Jadi nilai rata-rata (mean) tabel yang didapat dari aspek skala

Kecerdasan Spiritual Siswa adalah 47,533 dan jika dikonsultasikan pada

skala norma Kecerdasan Spiritual Siswa yang terdapat dalam Bab III,

Page 66: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

54

maka tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang

dapat dikategorikan rendah.

2. Variabel Terikat (Nilai-nilai Kejujuran Siswa)

Data mengenai Nilai-nilai Kejujuran Siswa yang menjadi variabel

Y merupakan data yang diperoleh langsung dari pengisian instrumen

penelitian yang berbentuk skala likert yang disebarkan kepada siswa

sebagai responden dengan 15 pertanyaan.

Tabel. 12

Kejujuran dalam Proses Evaluasi Pembelajaran

No. Ketika ujian saya mengerjakana sendiri

1. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

9

11

24

1

20%

24.44%

53.33%

2.22%

Jumlah 45 100%

Saya mencontek dalam mengerjakan ujian

2. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

1

6

29

9

2.22%

13.33%

64.44%

20%

Jumlah 45 100%

Saya membawa catatan kecil ketika ujian

3. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

1

4

11

2.22%

8.88%

24.44%

Page 67: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

55

Tidak Pernah 29 64.44%

Jumlah 45 100%

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa siswa ketika ujian

mengerjakan sendiri dan mencontek dalam negerjakan soal ujian.

Kebanyakan siswa menjawab kadang-kadang sesuai dengan jawaban

siswa yang menjawab selalu 20%, sering 24.44%, kadang-kadang

53.33% dan tidak pernah 2.22%. Jika membawa catatan kecil ketika ujian

sebagian besar siswa menjawab tidak pernah dengan 64.44%. Akan tetapi

dari hal tersebut ada yang perlu dibanggakan yaitu kejujuran siswa dalam

mengakui perbuatan yang dilakukan meski itu hal yang tidak baik.

Tabel. 13

Kejujuran di Luar Proses Pembelajaran

No. Uang yang diberikan orang tua saya pakai bersenang-senang

7. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

-

1

17

27

-

2.22%

37.77%

60%

Jumlah 45 100%

Perintah guru saya kerjakan dengan baik meski tidak ada yang

mengawasi

9. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

12

17

16

-

26.66%

37.77%

35.55%

-

Jumlah 45 100%

Saya membayar makanan di kantin sesuai yang dimakan

Page 68: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

56

12. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

38

7

-

-

84.44%

15.55%

-

-

Jumlah 45 100%

Dalam bergaul saya mengutamakan kejujuran

13. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

26

11

8

-

57.77%

24.44%

17.77%

-

Jumlah 45 100%

Pada tabel no. 7 di atas menunjukkan bahwa yang menjawab

selalu 0%, sering 2.22%, kadang-kadang 37.77%, dan tidak pernah 60%.

Siswa tidak pernah menggukana uang yang diberikan orang tua untuk

bersenang-senang, karena mereka mulai memahami pentingnya amanah

orang tua yang selalu membiayai kehidupannya seperti biaya sekolah.

Ketika bergaul dan bersoaialisai dengan lingkungan sekitar siswa

selalu mengutamakan kejujuran. Ini merupakan bentuk dari implementasi

kecerdasan spiritual yang dituangkan dalam kehidupan sehari-hari yang

secara tidak langsung tertanam di dalam diri siswa dan menjadi akhlak.

Dari tabel no. 9 siswa sering melaksanakan perintah guru dengan

baik meski tidak ada yang mengawasi, akan tetapi selisih di antara selalu

dan kadang-kadang sangat tipis. Hal ini dapat dilihat dari jawaban selalu

26.66%, sering 37.77%, kadang-kadang 35.55%, dan tidak pernah 0%.

Page 69: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

57

Tabel. 14

Kejujuran yang Berkaitan dengan Kepercayaan Diri

No. Saya membiarkan pertanyaan jika tidak dapat menegerjakannya

5. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

26

11

8

-

57.77%

24.44%

17.77%

-

Jumlah 45 100%

Saya bangga dengan hasil yang dikerjakan sendiri

6. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

38

6

1

-

84.44%

13.33%

2.22%

-

Jumlah 45 100%

Saya mengungkapkan kebenaran meskipun menyakitkan

14. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

14

10

17

4

31.11%

22.22%

37.77%

8.88%

Jumlah 45 100%

Saat teman mengajak mencontek saya menolak

15. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

15

4

23

3

33.33%

8.88%

51.11%

6.66%

Page 70: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

58

Jumlah 45 100%

Tabel No. 5 dan 6 menunjukkan jawaban siswa yang membiarkan

pertanyaan jika tidak dapat menegerjakannya dan saya bangga dengan

hasil yang dikerjakan sendiri. Hal ini dapat dilihat dari jawaban selalu

84.44%, sering 13.33%, kadang-kadang 2.22% dan tidak pernah 0%.

Tebel No. 14 dan 15, bahwa siswa kadang-kadang

mengungkapkan kebenaran meskipun menyakitkan dan kadang-kadang

juga saat teman mengajak mencontek saya menolak.

Tabel. 15

Kejujuran dalam Proses Pembelajaran

No. Jika diberi tugas/PR saya kerjakan di rumah

4. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

22

8

14

1

48.88%

17.77%

31.11%

2.22%

Jumlah 45 100%

Jika guru menyuruh mancatat saya laksanakan sesuai perintah

8. Alternatif Jawaban Frekunsi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

30

8

7

-

66.66%

17.77%

15.55%

-

Jumlah 45 100%

Saya berangkat dan pulang sesuai ketentuan di Sekolah

10. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

29

7

64.44%

15.55%

Page 71: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

59

Kadang-kadang

Tidak Pernah

9

-

20%

-

Jumlah 45 100%

Jika di kelas tidak ada guru saya lebih suka membolos

11. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

-

1

4

40

-

2.22%

8.88%

88.88%

Jumlah 45 100%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kejujuran siswa

dalam proses pembelajaran sangatlah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

semua pertanyaan yang diberikan mayoritas siswa menjawab selalu baik

pada pertanyaan jika diberi tugas/PR saya kerjakan di rumah, jika guru

menyuruh mancatat saya laksanakan sesuai perintah, saya berangkat dan

pulang sesuai ketentuan di Sekolah.

Dan mayoritas atau sebagian besar siswa menjawab tidak pernah

pada pertanyaan jika di kelas tidak ada guru saya lebih suka membolos

sebesar 88.88%.

Adapun langkah-langkah dalam perhitungannya sama seperti

dalam langkah yang ditempuh tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa.

Di bawah ini dikemukakan tabel skor skala likert Nilai-nilai

Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang.

Tabel. 16

Skor Skala Likert Nilai-nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah

Pamulang (Variabel Y)

Responden Jumlah

Skor

Kuadrat

Page 72: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

60

1 46 2116

2 48 2304

3 52 2704

4 41 1681

5 44 1936

6 51 2601

7 49 2401

8 47 2209

9 50 2500

10 47 2209

11 51 2601

12 53 2809

13 54 2916

14 45 2025

15 48 2304

16 41 1681

17 45 2025

18 45 2025

19 49 2401

20 53 2809

21 54 2916

22 57 3249

23 41 1681

24 48 2304

25 40 1600

26 44 1936

27 53 2809

28 52 2704

29 50 2500

30 48 2304

Page 73: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

61

31 51 2601

32 57 3249

33 51 2601

34 42 1764

35 45 2025

36 46 2116

37 52 2704

38 54 2916

39 49 2401

40 47 2209

41 49 2401

42 48 2304

43 45 2025

44 53 2809

45 47 2209

N = 45 ∑ Y = 2182 ∑ Y2 = 106594

Dari data tersebut dapat diketahui tingkat Nilai-nilai Kejujuran

Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang sebagai berikut:

My = ∑Y = 2182 = 48,488

N 45

Jadi nilai rata-rata (mean) tabel yang didapat dari aspek skala

Nilai-nilai Kejujuran Siswa adalah 48,488 dan jika dikonsultasikan pada

skala norma Nilai-nilai Kejujuran Siswa yang terdapat dalam Bab III,

maka tingkat Nilai-nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang

dapat dikategorikan rendah.

Page 74: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

62

C. Analisis

Setelah diperoleh data tentang Kecerdasan Spiritual Siswa (Variabel X)

dan Nilai-nilai Kejujuran Siswa (Variabel Y) langkah selanjutnya adalah

membuat tabel perhitungan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan

korelasi product moment. Dan hasil perhitungan kedua variabel tersebut

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel. 17

Angka Hasil Perhitungan Antara Variabel X dengan Variabel Y

Respo

nden X Y X2 Y2 XY

1 51 46 2601 2116 2346

2 48 48 2304 2304 2304

3 51 52 2601 2704 2652

4 44 41 1936 1681 1804

5 49 44 2401 1936 2156

6 55 51 3025 2601 2805

7 48 49 2304 2401 2352

8 41 47 1681 2209 1927

9 56 50 3136 2500 2800

10 52 47 2704 2209 2444

11 58 51 3364 2601 2958

12 55 53 3025 2809 2915

13 46 54 2116 2916 2484

14 44 45 1936 2025 1980

15 46 48 2116 2304 2208

16 42 41 1764 1681 1722

17 56 45 3136 2025 2520

18 41 45 1681 2025 1845

19 45 49 2025 2401 2205

Page 75: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

63

20 53 53 2809 2809 2809

21 54 54 2916 2916 2916

22 50 57 2500 3249 2850

23 39 41 1521 1681 1599

24 45 48 2025 2304 2160

25 41 40 1681 1600 1640

26 41 44 1681 1936 1804

27 44 53 1936 2809 2332

28 45 52 2025 2704 2340

29 45 50 2025 2500 2250

30 40 48 1600 2304 1920

31 50 51 2500 2601 2550

32 58 57 3364 3249 3306

33 52 51 2704 2601 2652

34 42 42 1764 1764 1764

35 39 45 1521 2025 1755

36 55 46 3025 2116 2530

37 46 52 2116 2704 2392

38 50 54 2500 2916 2700

39 45 49 2025 2401 2205

40 48 47 2304 2209 2256

41 41 49 1681 2401 2009

42 51 48 2601 2304 2448

43 46 45 2116 2025 2070

44 44 53 1936 2809 2332

45 47 47 2209 2209 2209

N = 45 ∑X =2139 ∑Y =2182 ∑X2 = 102941 ∑Y2 = 106594 ∑XY= 104225

Karena rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment di mana

N = 45 dengan mendasarkan diri pada perhitungan meannya, maka penulis

Page 76: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

64

terlibih dahulu mencari mean dari skor variabel X (Mx) dan mean dari skor

variabel Y (My) yaitu sebagai berikut:

Mx = ∑X = 2139 = 47,533

N 45

My = ∑Y = 2182 = 48,488

N 45

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka telah diperoleh angka-

angka yang diperlukan untuk dimasukkan ke dalam rumus Product Moment

yang akan digunakan nanti, yaitu sebagai berikut:

Tabel. 18

Nilai Hasil Perhitungan

N 45

Mx 47,533

My 48,488

∑X2 102941

∑Y2 106594

∑XY 104225

Untuk mengetahui korelasi dua variabel yang akan diuji maka nilai

hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam rumus Korelasi Product

Moment, sebagai berikut:

rxy = ∑ XY – N. Mx. My

√ [∑X2 – N. Mx)2] [∑Y2 – N. My)2]

rxy = 104225 – 45 x 47,533 x 48,488

√ [102941 – 45 x (47,533)2 ] [106594 – 45 x (48,488)2 ]

Page 77: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

65

rxy = 104225 – 103715,1047

√ (102941 – 45 x 2259,386089) [106594 – 45 x 2351,086144) ]

rxy = 509,8953

√ (102941 – 101672,374) (106594 – 105798,8765)

rxy = 509,8953

√ (1268,626 x 795,1235)

rxy = 509,8953

√ 1008714,345

rxy = 509,8953

1004,347721

rxy = 0,507688014

rxy = 0,507

Dari perhitungan di atas diperoleh angka korelasi antara variabel X

dengan variabel Y atau rxy adalah 0,507 berdasarkan interpretasi nilai rxy

berada pada rentangan antara 0,40 – 0,70 yang berarti antara variabel X

dengan variabel Y yaitu antara Kecerdasan Spiritual dengan Nilai-nilai

Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang memang terdapat

korelasi/pengaruh yang sedang atau cukup.

Untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak maka

nilai rxy atau r hasil perhitungan dibandingkan dengan r tabel, sebelum

Page 78: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

66

membandingkannya terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df

(degrees of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

df = N – nr

df = 45 – 2

= 43

Dengan df sebesar 43 maka diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 5%

sebesar 0,304 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0,393, karena rxy pada taraf

signifikansi 5% adalah lebih besar dari r tabel (0,507 > 0,304) maka pada

taraf signifikansi 5% Ho ditolak sedangkan Ha diterima, ini berarti pada taraf

5% terdapat korelasi atau terdapat pengaruh positif yang signifikansi antara

variabel X dengan variabel Y.

Selanjutnya pada taraf signifikansi 1%, rxy adalah juga lebih besar

daripada r tabel (0,507 > 0,393), maka pada taraf signifikansi 1% Ho ditolak

sedangkan Ha diterima, ini berarti pada taraf 1% terdapat korelasi atau

pengaruh positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Dari hasil konsultasi antara rxy dan r tabel maka penulis berkesimpulan

bahwa ada korelasi atau pengaruh antara Kecerdasan Spiritual dengan Nilai-

nilai Kejujuran Siswa di MTs Daarul Hikmah Pamulang, sekalipun hubungan

atau pengaruh tersebut hanya sedang atau cukup.

Perhitungan koefisien determinasi (KD) yang penulis manfaatkan untuk

mengetahui kontribusi variabel X dan variabel Y sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

= (0,507)2 x 100%

= 0,257049 x 100%

= 25,7049%

Jadi, angka koefisien penentu sebesar 25,7049% menunjukkan bahwa

kontribusi Kecerdasan Spiritual terhadap peningkatan Nilai-nilai Kejujuran

Siswa adalah 25,7049% sedangkan sisanya 74,2951% adalah sumbangan dari

variabel lain yang juga menunjang tingkat Nilai-nilai Kejujuran Siswa.

Page 79: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan hasil penelitian

ini mengenai Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan Nilai-nilai

Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang, di antaranya sebagai

berikut:

1. Tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang adalah

47,533 dan jika dikonsultasikan pada bab skala norma Kecerdasan

Spiritual Siswa yang terdapat dalam Bab III, maka tingkat Kecerdasan

Spiritual Siswa MTs Daarul Hikmah dapat dikategorikan rendah.

2. Tingkat Nilai-nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang adalah

48,488 dan jika dikonsultasikan pada bab skala norma Kecerdasan

Spiritual Siswa yang terdapat dalam Bab III, maka tingkat Nilai-nilai

Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang dapat dikategorikan

rendah.

3. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara

Kecerdasan Spiritual terhadap peningkatan Nilai-nilai Kejujuran Siswa

MTs Daarul Hikmah Pamulang terutama kelas VIII yaitu sebesar 0,507

dengan demikian koefisien korelasinya sedang atau cukup karena berada

pada rentangan 0,40 - 0,70. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat

korelasi positif yang signifikan atau adanya hubungan antara Kecerdasan

67

Page 80: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

68

Spiritual Siswa denga Nilai-nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikamah

Pamulang. Hal ini dikarenakan korelasinya positif. Dengan demikian

adanya hubungan timbal balik antara tingkat tingkat Nilai-nilai Kejujuran

Siswa dengan Kecerdasan Spiritual.

4. Angka determinasi/penentu sebesar 25,7049%, menunjukkan bahwa

kontribusi kecerdasan spiritual terhadap nilai-nilai kejujuran siswa adalah

25,7049%, sedangkan sisanya 74,2951% adalah sumbangan dari variabel

lain yang juga menunjang nilai-nilai kejujuran siswa.

Sedangkan dari hasil wawancara dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

dapat memahami kecerdasan spiritual siswa harus mampu untuk memahami

dirinya sendiri dan orang lain yang berpengaruh nantinya terhadap pola pikir,

sikap dan tindakan seseorang baik di kelas, sekolah maupun di lingkungan

sekitar dan juga dapat menjaga dirinya dari sifat-sifat yang baik agar di dalam

dirinya terdapat pengendali yang mampu mengontrol setiap perbuatan yang

akan merusak dirinya. Akan tetapi kecerdasan ini bukan hanya berdampak

pada diri sendiri tetapi orang lain juga akan merasakan pancaran dari

penerapan kecerdasan spiritual.. Seperti sikap dan tindakannya terhadap guru,

teman sebaya dan orang yang lebih rendah statusnya. Dan diantara cara untuk

meningkatkan kecerdasan siswa adalah adalah shalat, infaq, menyayangi

sesama dengan cara menyantuni anak yatim piatu.

Jika dikaitkan antara kecerdasan spiritual dengan niliai-nilai kejujuran

tentu sangat berkaitan erat, karena jika seseorang telah memiliki kecerdasan

spiritual maka dia akan selalu diawasi oleh Sang Maha Mengetahui yaitu

Allah SWT. Sehingga jika akan melakukan perbuatan tidak jujur akan merasa

malu karena selalu terawasi oleh Allah. Di samping itu kecerdasan spiritual

dapat menjadi pengendali diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan

tercela bukan hanya ketidakjujuran.

Page 81: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

69

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini beberapa saran yang dapat

diberikan untuk dapat mengembangkan nilai-nilai kejujuran siswa, di

antaranya sebagai berikut:

1. Diharapkan Kepala Sekolah harus selalu berupaya meningkatkan

kecerdasan spiritual siswa karena akan member pengaruh positif yang

sangat luas bukan hanya kepada nilai-nilai kejujuran. Dengan cara

memperbanyak siswa dilatih memahami kecerdasan spiritual dengan

pembinaan yang rutin seperti mengundang ahli spiritual sebulan sekali

untuk diajarkan kepada para siswa agar nantinya mampu dipraktekkan

siswa ke dalam kesehariannya.

2. Meningkatkan kedisiplinan siswa dalam segala hal bukan hanya saat

upacara, keterlambatan siswa, shalat berjamaah siswa. Tetapi lebih

ditingkatkan kedisiplinan siswa di luar dan di dalam kelas ketika proses

pembelajaran berlangsung. Karena jika kejujuran diterapkan hanya diluar

kelas siswa akan berfikir bahwa kejujuran itu hanya berlaku jika ada yang

tahu dan mengawasi jika tidak ada yang tahu berari diperbolehkan.

3. Masing-masing guru mata pelajaran bukan hanya guru mata pelajaran

agama saja yang mewajibkan siswa untuk berlaku jujur akan tetapi seluruh

jajaran guru harus saling mendukung agar kejujuran siswa dapat

meningkat dan jika hal tersebut terbiasa dilakukan akan terbawa sampai

kepada lingkungan masyarakat yang lebih luas.

4. Kecerdasan spiritual tentunya harus dapat dipahami terlebih dahulu oleh

para pendidik karena akan diajarkan kepada para siswa. Di antaranya

dengan mengajak seluruh guru untuk sama-sama belajar meningkatkan

kecerdasan spiritual baik dari faktor luar dengan bantuan ahli di bidang

spiritual dan faktor dalam dengan bersungguh-sungguh untuk memahami

kecerdasan spiritual dan meningkatkannya. Jadi kecerdasan spiritual bukan

hanya mutlak harus dimiliki para siswa tetapi seluruh guru pun harus dapat

memahami dan mempraktekkan kecerdasan spiritual agar dapat dijadikan

contoh yang baik bagi para peserta didik.

Page 82: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

70

5. Bagi guru dan siswa yang telah mempraktekkan kecerdasan spiritual dan

kejujuran dengan baik agar tetap mempertahnkannya bahkan senantiasa

meningkatkannya sehingga akan berpengaruh luas terhadap guru-guru dan

siswa-siswa yang lain.

Page 83: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

ANGKET UNTUK SISWA KECERDASAN SPIRITUAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP

NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA MTS DAARUL HIKMAH PAMULANG Nama : ________________________

Kelas : ________________________ Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Petunjuk 1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan sungguh-sungguh. 2. Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu jawaban yang dianggap benar menurut anda. 3. Pertanyaan di bawah ini tidak mempengaruhi nilai anda dalam pembelajaran sehari-hari.

Alternatif Jawaban: SL : Selalu, SR : Sering, KD : Kadang-kadang, TP : Tidak Pernah

Kecerdasan Spiritual Alternatif Jawaban No. Pertanyaan SL SR KD TP

1. Saya menyayangi sesama manusia. 2. Setiap selelsai shalat, saya berdzikir dan berdoa. 3. Saya makan dan minum yang halal, baik dan tidak berlebihan. 4. Saya menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan hidup. 5. Saya membaca tuisan keagamaan di media elektronik atau cetak. 6. Saya mengidolakan Nabi Muhammad Saw sebagai panutan hidup. 7. Saya berpegang pada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi. 8. Saya menjaga penglihatan dari hal-hal yang tidak baik 9. Saya menjaga pendengaran dari hal-hal yang tidak baik.

10. Saya menjaga kata-kata dengan baik dan santum. 11. Bila berjanji, saya menepati janji. 12. Bila diberi amanah, saya menjaganya dengan sebaik-baiknya. 13. Saya berbusana rapih, sopan dan menutup aurat. 14. Saya melakukan perbuatan keji dan munkar. 15. Saya menjaga hubungan baik di lingkungan sosial.

Nilai-nilai Kejujuran Siswa Alternatif Jawaban No. Pertanyaan SL SR KD TP

1. Ketika ujian berlangsung, saya mengerjakan sendiri. 2. Saya mencontek teman dalam mengerjakan ujian. 3. Saya membuat atau membawa catatan kecil ketika ujian. 4. Ketika diberi tugas atau PR saya mengerjakan di rumah. 5. Saya membiarkan pertanyaan jika tidak dapat mengerjakannya. 6. Saya bangga dengan hasil yang dikerjakan diri sendiri. 7. Uang yang diberikan orang tua saya pakai bersenang-senang. 8. Jika guru menyuruh mencatat, saya laksanakan sesuai perintah. 9. Perintah guru saya kerjakan dengan baiak meski tidak ada yang

mengawasi.

10. Saya berangkat dan pulang sesuai ketentuan di Sekolah. 11. Jika di kelas tidak ada guru, saya lebih suka membolos. 12. Saya membayar makanan di kantin sesuai yang dimakan. 13. Dalam bergaul, saya mengutamakan kejujuran. 14. Saya mengungkapkan kebenaran meskipun menyakitkan. 15. Saat teman mengajak mencontek, saya menolak.

Page 84: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar ESQ Emotional Spiritual Queostient, (Jakarta: Arga,

2001), cet. ke- 2.

………………, ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001).

………………, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner

Journey Melalui al-Ihsan, (Jakarta: Arga, 2003).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta 1998), cet. ke-

11.

B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2006)

Clark, Thaddeus B., Apakah Kejujuran itu?, diterjemahkan oleh: Sunarsi Sunario,

(Jakarta: Djaja Sakti, 1961).

Furchan, Arif, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1982).

Goleman, Daniel, Working with Emotional Inteligence, (New York: Bantam

Book, 1999).

Harefa, Andrias, Menjadi Manusia Pembelajar (on Becoming a learner):

Pemberdayaan Diri, Transformasi Organisasi dan Masyarakat Lewat

Proses Pembelajaran, (Jakarta: Kompas, 2006), cet. IX.

Jejen, Kecerdasan Akal Menurut Hadits, Kordinat (Jakarta), 02 Oktober 2005.

Makmun, Abin Syamsuddin, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosda Karya

Remaja, 2003).

Meier, Dave, The Accelerated Learning, (Bandung: Kaifa, 2002), cet. 1.

Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-2.

Mulkhan, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, (Jogyakarta: Tiara Wacana, 2002), cet. 1.

Pasiak, Taufiq, Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al-Qur’an,

(Bandung: Mizan Pustaka, 2003), Cet. III.

71

Page 85: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

72

Ramly, Amir Teuku. Pumping Talent, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2004), cet. Ke-2.

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2002)

Shadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Vanhoeve,

1998), jilid VI, cet. Ke-1.

Sudjana, Nana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru,

1989), cet. ke-1.

Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008).

Suharsono, Akselerasi Intelegensi Optimalkan IQ, EQ dan SQ Secara Islami,

(Jakarta: Insani Press, 2004), cet. ke- 1.

…………, Melejitkan IQ, IE & IS, (Jakarta: Inisiani Press, 2001), cet. ke- 1.

…………, Mencerdaskan Anak: Melejitkan Dimensi Moral, Intelektual &

Spiritual, (Jakarta: Insiani Press, 2003), cet. ke- 3.

Suharto, Dedhi, AK, Qur’anic Quotient (QQ), (Jakarta: Yayasan Ukhuwah, 2003),

cet. ke- 1.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2003), cet. ke- 1.

Suralaga, Fadilah dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Press, 2005), cet. ke- 1.

Syahmuharnis dan Sidharta, Hary, TQ: Transcendental Quotient Kecerdasan Diri

Terbaik, (Jakarta: Republika, 2006), cet. ke- 1.

Tebba, Sudirman, Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta:

Kencana, 2004), cet. ke-2.

Umar, Husein, Metode Penelitian Ilmiah untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta: PT.

Gramedia, 1997).

Zohar, Danah dan Marshall, Ian, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari

SQ: Spiritual Intellegence the Ultimate Intellegence oleh Rahmani Astuti,

Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, (Bandung: Mizan, 2001), cet.

ke- 2.

Page 86: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

73

Beniglarashati, “Kecerdasan Emosional VS Kecerdasan Spiritual,” artikel diakses

pada 3 september 2010 dari http://beninglarashati.wordpress.com

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1998)

Didaktika, Koran Republika, kamis 01 Juli 2010.

Musa, Yusnidur Usman, http://pulapingkui.blogspot.com/2008/01/sindrom-

verbalisme-kejujuran.html, artikel diakses pada Sabtu 19 Januari 2008.

Nusantara, Koran Kompas, sabtu, 29 Mei 2010, (NIK/ABK).

Wijaya, Albert Hendra, http://indonesia.siutao.com/tetesan/kejujuran.php

Page 87: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

Berita Wawancara

Hari : Kamis, 29 Juli 2010

Nama Interview : Dra. Hj. Sri Uswati

Jabatan : Kepala MTs Daarul Hikmah

Tempat : Ruang Kepala Sekolah/Madrasah

I. Isi Wawancara

1. Sejak kapan ibu menjabat kepala Sekolah/Madrasah MTs Daarul Hikmah Pamulang?

2. Dapatkah ibu ceritakan tentang sejarah berdirinya MTs Daarul Hikmah Pamulang?

3. Menurut ibu apa makna dari Kecerdasan Spiritual?

4. Bagaimana penerapan Kecerdasan Spiritual yang diberikan kepada para siswa MTs

Daarul Hikmah Pamulang?

5. Seperti apa tingkat kejujuran siswa MTs Daarul Hikmah secara umum?

6. Menurut ibu apakah ada kaitannya antara tingkat kecerdasan spiritual siswa dengan

nilai-nilai kejujuran yang mereka terapkan dalam pembelajaran setiap hari di Sekolah?

7. Bentuk penerapan apa saja yang sudah diterapkan oleh ibu sebagai Kepala Sekolah/

Madrasah untuk dapat meningkatkan nilai-nilai kejujuran siswa?

II. Hasil Wawancara

1. Saya menjabat sebagai Kepala Sekolah dari mulai tahun 1999 sampai sekarang.

2. MTs Daarul Hikmah didirikan oleh H. Saidih dan nama tersebut diambil karena

termotivasi oleh kegagalannya menjadi Kepala Desa, sehingga memutuskan untuk

mendirikan Sekolah. Pembangunan Sekolah diawali oleh swadaya masyarakat. Gedung

pada saat itu masih dari bambu yang berasal dari infaq wali murid. Namun secara

perlahan MTs Daarul Hikmah Pamulang berkembang dari satu kelas, kini sudah lebih

dari 20 kelas dan juga selang beberapa tahun berdiri pula Madrasah Aliyah Daarul

Hikmah. Dan sekarang sedang berjalan membangun Madrasah Ibtidaiyah.

3. Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan

orang lain yang berpengaruh nantinya terhadap pola pikir, sikap dan tindakan baik di

kelas, sekolah maupun di lingkungan sekitar. Contohnya sikap dan tindakannya

terhadap guru, teman sebaya dan orang yang lebih rendah statusnya.

4. Karena visi dan misi sekolah salah satunya berkaitan dengan kecerdasan spiritual yaitu

cerdas dan terampil. Cerdas dalam artian bukan hanya cerdas secara intelektual dan

emosional tetapi juga harus cerdas secara spiritual. Serta terampil dalam

mendayagunakan kemampuan yang dimiliki agar mampu bertindak dengan benar. Jadi

Page 88: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

penerapan yang dilakukan salah satunya adalah siswa diajak mengenal dirinya, dari

mana ia berasal, kemana nantinya akan menentukan tujan dan apa yang harus dilakukan

selama berada di dunia. Contoh yang diterapkan secara langsung adalah shalat, infaq,

menyayangi sesama dengan cara menyantuni anak yatim piatu.

5. Jika dilihat secara umum tingkat kejujuran siswa yang saya perhatikan masih cukup

baik, ditandai dengan jika ada salah seorang yang menemukan sesuatu cepat-cepat

diberikan kepada guru agar dapat diumumkan siapa yang merasa kehilangan, jujur

ketika telat berangkat sekolah.

6. Pasti ada kaitannya bahkan sangat berkaitan erat. Karena jika siswa telah memiliki

kecerdasan spiritual maka dia akan merasa selalu diawasi oleh sang maha mengetahui

yaitu Allah dengan berlandaskan kepada keimanan. Sehingga jika sekalipun melakukan

ketidakjujuran dia akan sangat merasa bersalah dan tidak akan tenang dalam menjalani

hidup. Contoh lain jika anak yang tidak biasa mencontek jika sekali mencontek dia akan

merasa sangat menyesal karena tentunya memiliki dasar kecerdasan spiritual.

7. Tentunya yang selama ini masih manjur digunakan adalah berupa sanksi bagi siswa-

siswa yang tidak menerapkan kejujuran. Hal tersebut dilihat dari hal-hal yang terkecil

seperti mengapa terlambat, mengapa tidak mengerjakan PR. Dan bentuk penerapan

kejujuran yang lain adalah dengan mengajak siswa untuk bermuhasabah agar dia jujur

dengan dirinya sendiri, kemampuan untuk mengakui kesalahan yang pernah dilakukan.

Dan cara lain berupa pemberian hadiah bagi siswa yang mau menjalankan kejujuran

dan meninggalkan ketidakjujuran.

Pamulang, … 2010

Yang diwawancarai,

Kepala MTs Daarul Hikmah Pamulang Pewawancara,

Dra. Hj. Sri Uswati Salafudin

NIP. 150 353 429 NIM. 106011000170

Page 89: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

Berita Wawancara

Hari : 30 Juli 2010

Nama Interview : Bpk. Nur Ali Hasan

Jabatan : Guru Bidang Studi Akidah Akhlak

Tempat : Ruang Guru

I. Isi Wawancara

1. Apa yang bapak ketahui tentang Pendidikan Agama Islam (PAI)?

2. Bagaimana penerapan kurikulum di Sekolah ini? Dan dalam pembelajaran agama

Islam apakah bapak menggunakan kurikulum?

3. Menurut bapak apa makna dari kecerdasan spiritual?

4. Bagaimanakah cara meningkatkan kecerdasan spiritual?

5. Apakah siswa diberikan pembekalan mengenai kecerdasan spiritual? Bagaimana

caranya!

6. Seberapa besar tingkat kecerdasan spiritual siswa di sekolah menurut pandangan

bapak?

7. Menurut bapak apa makna dari kejujuran?

8. Apakah bapak dalam melaksanakan pembelajaran Agama Islam mengalami kesulitan,

khususnya berkaitan dengan kejujuran siswa?

9. Usaha apa yang dilakukan guru agama dalam meningkatkan nilai-nilai kejujuran

siswa dalam proses pembelajaran?

10. Apakah kecerdasan spiritual dapat mempengaruhi nilai-nilai kejujuran siswa,

khususnya dalam proses pembelajaran?

II. Hasil Wawancara

1. Pendidikan Agama Islam yaitu proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik yang diarahkan kepada keyakinan, pemahaman, dan penerapan

nilai-nilai ajaran agama Islam sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits.

2. Kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kurikulum yang dijadikan standar bagi

pemerintah yaitu KTSP. Tentu saya menggunakan kurikulum yang sudah dijadikan

standar agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan kurikulum yang ada.

3. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan siswa untuk dapat menjaga dirinya dari sifat-

sifat yang baik agar di dalam dirinya terdapat pengendali yang mampu mengontrol

setiap perbuatan yang akan merusak dirinya. Akan tetapi kecerdasan ini bukan hanya

Page 90: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

berdampak pada diri sendiri tetapi orang lain juga akan merasakan pancaran dari

penerapan kecerdasan spiritual.

4. Dengan membiasakan diri untuk selalu dekat dengan sang pencipta, selalu introspeksi

diri dan mampu bersikap bijak serta dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian

yang telah menimpanya. Tentunya semua itu akan dapat tercapai kalau semua ajaran-

ajaran agama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Caranya dengan dibiasakan untuk shalat berjamaah, berperilaku yang baik,

berakhlakul karimah, dan diberikan pembinaan secara rutin setiap minggunya di

masjid berupa muhadoroh tentang keagamaan.

6. Tingkat kecerdasan spiritual siswa jika diambil secara umum cukup baik dengan

ditandai akhlak siswa yang baik jika bergaul dengan sesama, menghormati guru dan

saling tolong menolong antar satu dengan yang lain.

7. Kejujuran adalah suatu sikap yang diterapkan sesuai dengan kenyataan atau

kebenaran yang terjadi tanpa menambah-nambah atau menguranginya serta mau

mengakui yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.

8. Jika dikaitkan dengan karakter siswa yang beragama tentu dalam proses pembelajaran

agama Islam gampang-gampang susah tergantung kita dalam menerapkan metode

mana yang sesuai dengan keadaan siswa agar mereka mau menerimanya dengan baik.

9. Mengajarkan siswa untuk selalu menerapkan kejujuran dengan mengakui kesalahan

yang diperbuat, meningkatkan kedisiplinan dalam pembelajaran, khususnya dalam

evaluasi pembelajaran agar siswa tidak terbiasa untuk mencontek di saat ujian.

10. Tentunya dapat mempengaruhi. Seperti tadi yang sudah dikatakan seseorang jika

memiliki kecerdasan spiritual maka di dalam dirinya akan terdapat pengontrol yang

akan selalu menjaganya dari perbuatan tidak baik seperti ketidakjujuran.

Pamulang,….. 2010

Yang diwawancarai,

Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Pewawancara,

Ust. Nur Ali Hasan Salafudin

NIM. 106011000170

Page 91: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

SURAT KETERANGAN

No. …/…/ MTs Daarul Hikmah/ XII/ 2010

Kapala MTs Daarul Hikmah Pamulang, menerangkan bahwa:

Nama : Salafudin

NIM : 106011000170

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Semester : IX

Program Studi : S-1 (Strata 1)

Telah melaksanakan penelitian di MTs Daarul Hikmah Pamulang dari tanggal 19

Juli sampai 01 Agustus 2010.

Surat keterangan ini dibuat dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul

“Kecerdasan Spiritual dan Pengaruhnya Terhadap Nilai-nilai Kejujuran Siswa

MTs Daarul Hiikmah Pamulang”.

Demikian surat keterangan ini kami buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Pamulang, 02 Agustus 2010

Kepala Sekolah/Madrasah

Dra. Hj. Sri Uswati

NIP. 150 535 429

Page 92: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA

Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment Dari Pearson untuk Berbagai df.

Banyak Variabel yang dikorelasikan

2 Harga “r” pada taraf signifikansi

df. (degrees of freedom)

atau db.

(derajat bebas) 5 % 1 %

1 0,997 1,000 2 0,950 0,990 3 0,878 0,959 4 0,811 0,917 5 0,754 0,874 6 0,707 0,834 7 0,666 0,798 8 0,632 0,765 9 0,602 0,735

10 0,576 0,708 11 0,553 0,684 12 0,532 0,661 13 0,514 0,641 14 0,497 0,623 15 0,482 0,606 16 0,468 0,590 17 0,456 0,575 18 0,444 0,561 19 0,433 0,549 20 0,423 0,537 21 0,413 0,526 22 0,404 0,515 23 0,396 0,505 24 0,388 0,496 25 0,381 0,487 26 0,374 0,478 27 0,367 0,470 28 0,361 0,463 29 0,355 0,456 30 0,349 0,449 35 0,325 0,418 40 0,204 0,393 45 0,288 0,372 50 0,273 0,354 60 0,250 0,325 70 0,232 0,302 80 0,217 0,283 90 0,205 0,267

100 0,195 0,254 125 0,174 0,228 150 0,159 0,208 200 0,138 0,181 300 0,113 0,148 400 0,098 0,128 500 0,088 0,115

1000 0,062 0,081

Page 93: KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1186/...KECERDASAN SPIRITUAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENERAPAN NILAI-NILAI KEJUJURAN SISWA