PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS
MATERI PERMASALAHAN SOSIAL MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IV
MI. “FATHURRACHMAN” JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
AGHNIA PUSPARINI
NIM. 18090183000057
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M /1436 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPSMATERI PERMASALAHAN SOSIAL MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IV
MI. 6(FATHURRACHMAN'' JAKARTA SELATAN
SkripsiDiajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat MemperolehGelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OlehAGHNIA PUSPARININrM. 18090183000057
Di bawah bimbingan :
t0-Qj.l.L.-DR. FAUZAIY, MA
NrP. r97 61107200701 1013
PROGRAM STUDIPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMT)
FAI(ULTAS TLMU TARBIYAII DAI{ KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2015 M /1436 H
PENGESAIIAN PAIYITIA UJIAIY
Skripsi berjudul Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi Permasalahan SosialMelalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index card Match Pada SiswaKelas IV Mi. "Fathurrachman'o Jakarta Selatan, disusun oleh Aghnia Pusparini,NIM. 18090183000057, Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15Januari 2015 dinyatakan lulus dalam sidang munaqasah dihadapan dewan penguji.Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Shata I (S.Pd) padajurusanKependidikan Islam Program Studi Pendidkan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Jakart+ 04 Maret 2015
Panitia Ujian Munaqasahn
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda tangan
:T*t..*r..
Tanggal
r0s!.!.1--[ _DR. FAUZAN. MANrP. 19761 107200701 1013
Sekretaris (Ketua Prodi PGM)
ASEP EDIANA -LATIP. M.PdNrP. 198106n2009nrc03
Penguji I
DR. rWAN PURWANTO. M.PdNIP. 197304242008mrcn
Penguji II
NAI'rA WAFTONT. M.PdNrP. 1 98 1 t0032009n2004
l? bl^n:
Tanggal Tanda tangan-.-
?f ^ 1'rrrs 4It/
Tanggal T
oa lu f ',ts
Dekan Fakultas Ilnu Ta%*!)svm
anda tangan.}
W
MP, 19591 0201 986032001
/-
PER}IYATAAII KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
NamaTempat/Tanggal lahirNIMJurusan / ProdiJudul Skripsi
Dosen PembimbingNIP.
AGHNIA PUSPARIMJakarta, 13 September 1 990180901830000s7PGMI i DMSPeningkatan Keaktifan Belajar IPS MateriPermasalahan Sosial Melalui StrategiPembelajaran Koperatif Tipe Index CardMatch Pada Siswa Kelas W Mi."Fathurrachm an" J akarta Se latan.
DR. FAUZAN, MA1976n 072007011013
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benarhasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yangsaya tulis didalamnya.
November 2014
NIM. 809018300934
ABSTRAK
Aghnia Pusparini, NIM : 18090183000057. “Peningkatan Keaktifan Belajar
IPS Materi Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif
Tipe Index Card Match Pada Siswa Kelas IV MI. Fathurrachman Jakarta
Selatan”. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci: Keaktifan belajar, Materi permasalahan sosial, Pembelajaran
Koperatif Tipe Index Card Match.
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran IPS pra siklus pada siswa kelas
IV MI Fathurrahman, Jakarta Selatan, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu:
[1] rendahnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, [2] kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sangat monoton, [3] kegiatan pembelajaran masih
di dominasi oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran, [4] kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran sangat rendah. Untuk itu, perlu diadakan tindakan
perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini melalui penerapan
strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam
pelaksanaannya dilakukan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan subjek
yang diteliti yaitu siswa kelas IV MI Fathurrachman yang berjumlah 25 orang.
Sedangkan, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunkan teknik non tes berupa lembar observasi yang kemudian dianalisis
secara deskriptif kuantitatif berupa angka yang diperoleh dari hasil observasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebesar 17,30% siswa yang
menunjukan keaktifan belajar pada kegiatan pembelajaan pra siklus. Kemudian
pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, keaktifan belajar siswa meningkat
sebesar 30,97%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Selanjutnya pada kegiatan
penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat
sebesar 33,60%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan
pembelajaran siklus II sebesar 81,87%.
Dengan demikian, berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan
bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match pada siswa
kelas IV MI Fathurrachman, Jakarta Selatan.
ABSTRACT
Aghnia Pusparini, NIM: 18090183000057. "Increased activeness Learning
Material IPS Social Issues Through Cooperative Learning Strategies Type of
Index Card Match In Grade IV MI. Fathurrachman South Jakarta ". Thesis
Teacher Education Program Government Elementary School (primary
education) Department of Islamic Education Faculty Tarbiyah and teacher,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: learning activeness, material social issues, Cooperative Learning
Index Card Match mode.
Based on the results of learning activities IPS pre cycles in grade IV MI
Fathurrahman, South Jakarta, found several problems, namely: [1] the low activity
of students in the learning activities, [2] the learning activities that take place very
monotonous, [3] are still in the learning activities domination by the teacher's role
as a center of learning, [4] the ability of teachers to manage the learning is very
low. To that end, there should be learning corrective action to improve the
conditions existing learning. Improvement of learning undertaken in this study
through the implementation of cooperative learning strategies match the type of
index cards.
This research is a classroom action research which in practice is done for 2
cycles, each cycle consisting of planning, implementation, analysis and reflection.
This study aims to increase students' activity in learning activities with the
subjects studied were grade IV MI Fathurrachman totaling 25 people. Meanwhile,
data collection techniques in this research using the non-test techniques such as
observation sheet which is then analyzed by descriptive quantitative numerical
results obtained from observation.
The results showed that only amounted to 17.30% of students who show
learning activeness in pembelajaan pre-cycle activity. Then on the first cycle of
learning improvement activities, students' learning activeness increased by
30.97%, so that the average percentage of the activity of students in the first cycle
of learning activities reached 48.27%. Later in the second cycle of learning
improvement activities, student activity again increased by 33.60%, so that the
average percentage of active students in learning activities by 81.87% second
cycle.
Thus, based on the data analysis showed that the increased activity of
students in learning activities with the implementation of cooperative learning
strategies match the type of index card in grade IV MI Fathurrachman, South
Jakarta.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi
Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index Card
Match Pada Siswa Kelas IV MI. Fathurrachman, Jakarta Selatan” dengan baik.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1)
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud selain dari usaha serta
kemampuan yang ada pada diri penulis sendiri, namun tak lepas dari dukungan
dan bimbingan pihak-pihak terkait. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini
penulis ingin berterima kasih kepada kepada :
1. Dra. Nurlena, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. Fauzan, MA. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing penulisan
skripsi dari awal hingga akhir dengan penuh ketelitian dan kesabaran..
3. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Staff dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. H. Achmad Sidik, S.PdI., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam dan
Yatim Piatu “Fathurrachman”, Jakarta Selatan.
6. Suyatna, S.PdI., selaku Kepala MI. Fathurrachman yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
7. Dewan Guru MI. Fathurrachman - Jakarta Selatan yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi.
8. Teman-teman mahasiswa Dual Mode System Program studi Pendidikan
Guru Madrasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga yang telah membantu secara moril maupun materil dari awal
sampai akhir sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi hingga akhir.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi lembaga pendidkan dan para
pembaca serta dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 8 November 2014
Penulis,
AGHNIA PUSPARINI
NIM. 18090183000057
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR DIAGRAM xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah 1
B. Identifikasi area dan fokus penelitian 5
C. Pembatasan fokus peneliltian 6
D. Perumusan masalah penelitian 6
E. Tujuan dan kegunaan hasil penelitian 7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan teori area dan fokus yang diteliti 8
1. Pembelajaran kooperatif 8
a. Pengertian pembelajaran kooperatif 8
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif 9
c. Karakteristik pembelajaran kooperatif 10
d. Tujuan pembelajaran kooperatif 12
e. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif 13
f. Prosedur pembelajaran kooperatif 13
g. Keunggulan strategi pembelajaran kooperatif 16
h. Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif 16
2. Model pembelajaran Index Card Match 17
3. Keaktifan siswa 18
a. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan 20
b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran 20
c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi
pembelajaran 20
4. Ilmu pengetahuan sosial 21
a. Pengertian ilmu pengetahuan sosial 21
b. Karakteristik ilmu pengetahuan sosial 23
c. Fokus kajian ilmu pengetahuan sosial 23
d. Tujuan ilmu pengetahuan sosial 24
e. Kompetensi pendidikan IPS sekolah dasar 24
f. Standar kompetensi & kompetensi dasar IPS kelas IV 25
g. Permasalahan sosial 26
B. Hasil penelitian yang relevan 28
C. Kerangka berpikir 29
D. Hipotesis tindakan 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian 30
B. Metode penelitian dan rancangan siklus penelitian 30
C. Subjek dan objek penelitian 32
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian 33
E. Tahapan intervensi tindakan 33
1. Kegiatan pendahuluan 33
2. Kegiatan penelitian pra siklus 34
3. Kegiatan penelitian siklus I 34
4. Kegiatan penelitian siklus II 40
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan 46
G. Data dan sumber data 46
H. Teknik pengumpulan data 46
I. Instrumen pengumpul data 47
J. Indikator kinerja 48
K. Analisis data dan interpretasi data 48
BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi 50
1. Deskripsi kegiatan pra siklus 50
2. Deskripsi kegiatan siklus I 51
3. Deskripsi kegiatan siklus II 56
B. Analisa data 62
1. Analisa data pra siklus 62
2. Analisa data siklus I 64
3. Analisa data siklus II 65
C. Pembahasan 67
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan 73
B. Implikasi 73
C. Saran-saran 74
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembelajaran kooperatif vs pembelajaran konvensional 10
Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif 15
Tabel 2.3 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV 25
Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi siswa 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi lembar obsrvasi guru 48
Tabel 4.1 Keaktifan siswa pra siklus 63
Tabel 4.2 Keaktifan siswa siklus I 64
Tabel 4.3 Keaktifan siswa siklus II 66
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus 67
Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I 68
Diagram 4.3 Persentase perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan 69
pembelajaran pra siklus dengan siklus I
Diagram 4.4 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II 70
Diagram 4.5 Persentase perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan 71
pembelajaran siklus I dengan siklus II
Diagram 4.6 Persentase perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan 72
pembelajaran pra siklus, siklus I dengan siklus II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kunci kesuksesan dalam meraih masa depan yang
gemilang. Berbicara tentang proses pendidikan, sudah tentu tak terpisahkan
dengan upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang
memiliki kemampuan melaksanakan perannya di masa yang akan datang.
Untuk menjadi manusia yang berkualitas harus melalui proses pendidikan
yang berkualitas pula, karena kualitas pendidikan yang dimiliki seseorang
akan menentukan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Dengan
demikian, untuk memiliki kemampuan melaksanakan peran di masa yang
akan datang harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan
dengan proses pembelajaran. Namun, kegiatan pembelajaran tidak akan
terjadi apabila hanya ada pendidik dan pendidikan juga tidak akan terjadi
apabila hanya ada peserta didik. Pendidik dan peserta didik merupakan satu
kesatuan yang menjadi faktor utama terjadinya proses pembelajaran, karena
pada hakekatnya kegiatan pembelajaran merupakan proses timbal balik antara
pendidik dan peserta didik dalam satuan pembelajaran. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik, unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem
pembelajaran adalah peserta didik, suatu tujuan dan prosedur untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam hal ini, pendidik tidak termasuk sebagai unsur sistem
pembelajaran, fungsinya dapat dialihkan kepada media sebagai pengganti.1
Dengan demikian, berhasil tidaknya tujuan pendidikan bergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa, dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran peran guru
sangatlah menentukan dalam dunia pendidikan. Untuk menjadi seorang guru
yang profesional bukanlah hal yang mudah dan tidak pula diperoleh dari
proses yang singkat. Untuk itu, kegiatan pembelajaran akan berjalan baik
1Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta:Bumi Aksara, 1999) Cet. 2 h. 66
2
apabila guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan
persiapan yang matang maka guru akan mantap mengajar di depan kelas.
Perencanaan yang matang dapat menimbulkan inisiatif dan daya kreatif guru
ketika mengajar. Selain itu, guru harus tepat dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran agar bahan pelajaran lebih menarik
perhatian siswa sehingga kelas menjadi hidup, karena metode penyajian yang
selalu sama akan membosankan siswa. Selanjutnya, guru hendaknya memilih
dan menggunakan metode pembelajaran yang banyak melibatkan siswa untuk
aktif dalam belajar karena siswa akan belajar secara aktif jika model
pembelajaran yang di rencanakan guru mengharuskan siswa baik secara
sukarela maupun terpaksa untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti yang
diungkapkan Slameto bahwa, penerimaan pelajaran jika dengan aktifitas
siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu bergitu saja tetapi dipikirkan,
diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.2
Siswa aktif bukan hanya sekedar hadir dikelas, menghapal materi
kemudian mengerjakan latihan diakhir pelajaran, tetapi siswa terlibat dalam
bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran
guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat
dari kegiatan tersebut. Siswa akan terlihat aktif dengan berpartisipasi
konstributif dalam proses pembelajaran seperti menyampaikan dan menjawab
pertanyaan seputar materi pelajaran, mengajukan gagasan yang dimiliki, serta
berinteraksi multi arah antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan
siswa. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, maka guru dituntut untuk melakukan usaha yang kreatif agar
dapat menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien. Belajar yang
efektif dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan yang diharapkan
sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai.3 Sedangkan belajar
yang efisien tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat.4
2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2003)
h.36 3Ibid., h.74
4Ibid., h.76
3
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah dasar. Materi pembahasan dalam pelajaran IPS
yang bersifat teoritis serta cenderung hapalan tersebut semakin membuat
pelajaran IPS terlihat membosankan. Seperti hasil observasi yang peneliti
lakukan di MI Fathurrachman yang menggambarkan bahwa peristiwa yang
menonjol dari pihak guru adalah dalam proses pembelajaran tidak
menggunakan metode yang membuat siswa aktif, tetapi pembelajaran
berlangsung pasif dengan masih mengandalkan metode ceramah yang
dianggap nyaman dalam pelaksanaannya serta aman dari pertanyaan siswa
karena tidak ada yang membantah keterangan guru. Padahal, apabila
pembelajaran berlangsung pasif maka potensi siswa tidak dapat tergali
dengan baik sehingga menghambat keberhasilan pendidikan. Seharusnya,
guru harus membuat siswa berani mencoba, berani bertanya, serta berani
mengemukakan gagasan. Selanjutnya, masih rendahnya kemampuan guru
dalam mengelola kelas merupakan persoalan lain yang menambah kemacetan
dalam pembelajaran yang dinamis dan dialogis. Persoalan tersebut juga
diperparah oleh perencanaan pembelajaran yang disiapkan guru belum
digarap secara serius sehingga semakin memperparah proses pembelajaran.
Sedangkan peristiwa yang menonjol dari pihak siswa adalah kurangnya
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena metode pembelajaran
yang digunakan guru meminimalkan keterlibatan siswa. Guru terlihat lebih
aktif dibandingkan siswa dengan memberikan materi pelajaran tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan argumennya. Sehingga,
kegiatan siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat materi yang
disampaikan meskipun mereka tidak mengerti apa yang disampaikan. Semua
bahan pelajaran yang diberikan guru diterima begitu saja tanpa diolah dan
tanpa diragukan kebenarannya. Padahal, apabila siswa dapat berpartisipasi
dalam proses pembelajaran, tidak hanya aspek kognitifnya saja yang diperoleh
tetapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik. Lagipula, sikap pasif siswa
dalam proses pembelajaran mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan
malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami.
4
Dengan demikian, secara keseluruhan proses pembelajaran yang
seharusnya terdapat partisipasi berupa keaktifan siswa hanya berupa kegiatan
mendengar dan mencatat materi yang guru sampaikan, sehingga siswa tidak
memiliki kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan pembelajaran, karena siswa
yang mampu beradaptasi dengan baik akan semakin cerdas sedangkan siswa
yang kemampuan berpikirnya kurang akan semakin terperosok disebabkan
ketidakpahaman materi yang di sampaikan guru. Keadaan tersebut
merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan, seolah guru hanya
mengerjakan tugas pendidikan sebagai kegiatan formalitas semata. Sehingga,
upaya untuk mengerjakan tugas pendidikan sebagai alat untuk mencerdasksan
kehidupan bangsa masih sebatas retorika.
Apabila masalah tersebut terus dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka
kualitas mutu pembelajaran akan semakin menurun bahkan tidak akan
meningkat ketaraf yang lebih baik. Padahal, perbaikan mutu pendidikan harus
terus diupayakan demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Karena melalui
peningkatan kualitas pembelajaran, potensi siswa dapat tergali dengan baik
sehingga dapat menuju keberhasilan pendidikan. Untuk itu, salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran agar siswa terlibat
secara aktif adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif.
Wina Sanjaya mengatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen)”.5 Sedangkan Rusman mengemukakan bahwa, “cooperative
learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja
terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya
terdiri dari 4-5 orang”.6
Lebih lanjut, Johnson (dalam Hasan, 1996)
5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1, (Jakarta:
Kencana, 2010), Cet. 7, h.242 6 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed. 2, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), Cet. 5, h. 204
5
menjelaskan bahwa “belajar cooperative adalan pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut”.7 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan belajar yang mengarahkan siswa harus mampu
mencapai tujuan bersama secara kelompok. Dalam situasi ini, akan tumbuh
rasa kebersamaan dan memiliki sikap kooperatif dengan sesama anggota
kelompok, sehingga pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada
siswa yang berbeda latar belakang untuk menghargai satu sama lain.
Sedangkan salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif yang
peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah tipe Index Card Match. Menurut
Mel Silberman, “pembelajaran Index Card Match adalah cara menyenangkan
lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta
didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas.8 Salah
satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu topik dalam suasana menyenangkan, sehingga siswa tidak
akan merasa jenuh dengan pembelajaran yang biasanya mengharuskan siswa
duduk ditempat duduknya melainkan dapat berinteraksi secara aktif selama
proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran kooperatif tipe index card match dapat dijadikan strategi yang
efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran.
Sehingga peneliti perlu mengambil tindakan melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan menerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index
card match dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV MI.
Fathurrachman pada pelajaran IPS.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari situasi pembelajaran yang telah diuraikan, maka kondisi pembelajaran
yang menjadi fokus penelitian ini dapat dijabarkan dalam 2 aspek, yaitu:
7 Ibid.
8 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:Pustaka Insan
Madani:2009) Cet. 6 h. 240
6
1. Fokus siswa
a. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran karena metode
pembelajaran yang digunakan guru meminimalkan keterlibatan siswa.
b. Tidak adanya kesempatan siswa untuk mengembangkan argumen yang
dimilikinya karena guru terlihat lebih aktif dibandingkan siswa.
c. Kegiatan siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat materi yang
disampaikan meskipun mereka tidak mengerti apa yang disampaikan.
d. Sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai
materi yang kurang dipahami.
2. Fokus guru
a. Guru ketika melakukan proses belajar mengajar masih mengandalkan
metode ceramah sehingga kondisi belajar belum kondusif.
b. Rendahnya kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan
persoalan lain yang menambah kemacetan dalam pembelajaran.
c. Perencanaan pembelajaran yang disiapkan guru belum mampu digarap
secara serius sehingga semakin memperparah proses pembelajaran..
d. Pembelajaran didomisasi oleh guru yang secara aktif mengajarkan
materi sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat materi.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
masalah yang diteliti dibatasi pada keaktifan siswa berinteraksi dengan guru,
keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain serta keaktifan siswa terhadap
materi pembelajaran.
D. Perumusan Masalah Peelitian
1. “Bagaimana penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card
Match dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS?”
2. “Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPS?”
7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan Hasil Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang selama ini bersifat
konvensional dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif
tipe Index Card Match.
b. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPS dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match
sehingga siswa dapat berpartisipasi dengan guru maupun dengan siswa
lainnya dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
a. Bagi guru
1.1 Menjadikan pertimbangan untuk meningkatkan keaktifan siswa
melalui pemilihan dan penggunaan model pembelajaran untuk
digunakan pada saat proses belajar mengajar.
1.2 Memberikan masukan dalam menentukan strategi belajar yang
tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran IPS.
1.3 Memberikan pengalaman bagi guru dalam penerapan metode
Index Card Match pada mata pelajaran IPS.
b. Bagi siswa
1.1 Meningkatkan keaktifan siswa melalui penerapan strategi
pembelajaran kooperatif tipe index card match.
1.2 Meningkatkan pemahaman materi pelajaran dengan
diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe index card match.
c. Bagi sekolah
1.1 Sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif
yang bermuara pada peningkataan hasil belajar siswa.
1.2 Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan di MI Fathurrachman.
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen)”.1 Sedangkan menurut Rusman, “cooperative learning adalah
teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan
belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5
orang”.2
Lebih lanjut, Johnson (dalam Hasan, 1996) menjelaskan bahwa
“belajar cooperative adalan pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut”.3 Senada dengan pendapat tersebut, Artzt & Newman
(1990:448) menyatakan bahwa “dalam belajar kooperatif siswa belajar
bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap angggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”.4 Dalam hal
ini, Trianto menegaskan bahwa, “tujaan dibentuknya kelompok tersebut
adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”.5
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:
Kencana, 2010), Cet.7, h.242 2 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.204 3 Ibid.
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.56 5 Ibid.
9
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah kegiatan belajar siswa dalam kelompok yang akan mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan bersama secara kelompok. Jadi, strategi
pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang untuk saling menghargai satu sama lain.
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya, terdapat empat unsur penting dalam strategi
pembelajaran kooperatif, yaitu , yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
1.1 Adanya peserta dalam kelompok
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam
setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa diterapkan
berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang
berdasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang
didasarkan latar belakang kemampuan, pengelompokan yang
didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun
campuran ditinjau dari kemampuan.
1.2 Adanya aturan kelompok
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan
semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun
siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian
tugas setiap anggota kelompok, waku dan tempat pelaksanaan dan lain
sebagainya.
1.3 Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok
Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan
baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun
keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam
kegiatan kelompok, sehingga antar peserta saling membelajarkan
melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan.
1.4 Adanya tujuan yang harus dicapai Aspek tujuan yang dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota
kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.6
6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:
Kencana, 2010), Cet.7, h.241-242
10
Dengan demikian, hal yang menarik dalam strategi pembelajaran
kooperatif adalah setiap anggota kelompok akan bersikap kooperatif
dengan sesama anggota kelompoknya, sehingga tumbuh rasa kebersamaan
dengan sesama anggota kelompok. Selain itu, dalam pembelajaran
kooperatif juga terdapat dampak pengiring seperti kemampuan hubungan
sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta
dapat meningkatkan harga diri. Dari alasan tersebut, maka pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki
sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran lain, karena pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada
proses kerja sama kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur
kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah
yang menjadi ciri khas pembelajaran kooperatif. Berikut adalah perbedaan
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional yang
dikemukakan oleh Killen (1996) dalam Trianto:
Tabel 2.1
Pembelajaran kooperatif vs pembelajaran konvensional
Pembelajaran kooperatif Pembelajaran konvensional
Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu dan
saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan
materi pelajaran tiap anggota
kelompok, dan kelompok diberi
umpan balik tentang hasil
belajar anggotanya sehingga
dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok sedangkan
anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”
11
siapa yang dapat memberikan
bantuan.
Kelompok belajar heterogen,
baik dalam kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras,
etnik dan sebagainya sehingga
saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa
yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya
homogen.
Pimpinan kelompok dipilih
secara demokratis atau bergilir
untuk memberikan pengalaman
memimpin bagi para anggota
kelompok.
Pimpinan kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok
dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dsengan cara masing-
masing.
Keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi,
memercayai orang lain dan
mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif
sedang berlangsung guru terus
melakukan pemantauan melalui
observasi dan melakukan
intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota
kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara
proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok
belajar.
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal
(hubungan antara pribadi yang
salking menghargai)
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
(Killen, 1996)7
Selanjutnya, dalam strategi pembelajaran kooperatif terdapat dua
komponen utama seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya yaitu
komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.
7 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.58-59
12
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan
struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan
motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran
kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok
bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain
menguasai materi pelajaran, sehingga mecapai tujuan kelompok.8
Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dari berbagai
perspektif seperti yang dikutip oleh Rusman sebagai berikut:
[1] Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada
kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk
memperjuangkan keberhasilan kelompok; [2] Perspektif sosial,
artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan; [3] Perspektif perkembangan kognitif,
artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai
informasi. (Sanjaya, 2006:242)9
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif disusun dalam suatu
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Para ahli menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
membantu siswa meningkatkan kinerja dalam tugas akademik serta
memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang untuk
bekerja satu sama lain dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
Selanjutnya, berikut adalah ungkapan para ahli mengenai tujuan
pembelajaran kooperatif yang dikutip dalam Trianto.
8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:
Kencana, 2010), Cet.7, h.243 9 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.206
13
Slavin (1995) mengemukakan bahwa belajar kooperatif menekankan
pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika
semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasan materi.
Sedangkan Johnson dan Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan
pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
maupun secara kelompok. Lebih lanjut, Zamroni (2000)
mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah
dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud
input pada level individual.10
e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1.1 Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif keberhasilan dalam penyelesaian tugas
tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok
akan merasakan saling ketergantungan.
1.2 Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut.
1.3 Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok
untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
1.4 Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
1.5 Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif.11
f. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya merumuskan bahwa prosedur strategi pembelajaran
kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
10
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.57 11
Op.cit., h.212
14
1.1 Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok
materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum
tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa
akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok.
1.2 Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-
masing yang telah dibentuk sebelumnya. Menurut Yudhi Munadi
terdapat beberapa teknik dalam pembentukan kelompok, antara lain.
1.2.1 Random (acak)
Cara ini dapat dilakukan dengan cara meminta siswa berhitung
1 sampai 4. Kemudian siswa yang menyebuut angka 1
berkumpul dengan siswa yang menyebut angka 1, begitu
selanjutnya.
1.2.2 Purposive (ada tujuan tertetu)
Cara ini dilakukan jika seorang guru mempunyai tujuan tertentu
dan langkah ini dapat dilakukan apabila karakter siswa telah
dikenali satu persatu.12
1.3 Penilaian
Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual
maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan
infomasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan
memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir
setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai
setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini
disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya
yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok.
1.4 Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling berprestasi,
kemudian diberikan penghargaan. Pengakuan dan pemberian
penghargaan diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu
meningkatkan prestasi mereka.13
Sedangkan, Rusman membagi prosedur pembelajaran kooperatif
kedalam 6 tahapan yang jelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
12
Yudhi Munadi, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Jakarta:FITK
UIN Syarif Hidayatullah2011), Cet.2, h.41 13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:
Kencana, 2010), Cet.7, h.248-249
15
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang akan dicapai pada
kegiatan pelajaran dan menekankan
pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa
belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau
materi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau melalui bahan
bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membimbing
setiap kelompok agar melalukan
transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4`
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
(Rusman, 2012) 14
Dengan demikian, secara garis besar prosedur pembelajaran kooperatif
diawali dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran selanjutnya
memotivasi siswa untuk belajar. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian
informasi yang selanjutnya pembentukan kelompok siswa. Tahap ini
diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjsama dalam kelompok. Fase
terakhir meliputi presentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi tentang apa
yang telah dipelajari dan pemberian penghargaan terhadap hasil kerja
kelompok maupun individu.
14
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.211
16
g. Keunggulan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya merumuskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif,
setidaknya memiliki keunggulan sebagai berikut
1.1. Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
1.2 Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
1.3 Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak respek pada
orang lain serta menerima segala perbedaan.
1.4 Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan
setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
1.5 Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
1.6 Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik, Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah
tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
1.7 Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak
menjadi nyata (rill).
1.8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.15
h. Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Selain keunggulan, dalam pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan, seperti yang dirumuskan oleh Wina Sanjaya sebagai berikut:
1.1. Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran
kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalu kita
mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami
filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaaan
semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
15
Op.cit., h.249-250
17
1.2. Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif,
maka bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak dapat dicapai oleh siswa.
1.3. Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif
didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan
adalah prestasi setiap individu siswa.
1.4. Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu
yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya
dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
1.5. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan
yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena
itu, melalui strategi pembelajarn kooperatif selain siswa belajar
bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun
kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam strategi
pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.16
2. Model Pembelajaran Index Card Match
Perubahan cara pandang siswa sebagai objek belajar menjadi subjek
belajar menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan
pembelajaran. Sehingga, guru dituntut dapat memilih model pembelajaran
yang dapat memacu semangat siswa untuk aktif dalam pengalaman
belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan dapat
membantu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah
pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Menurut Mel Silberman,
“pembelajaran Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk
berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas”.17
Berdasarkan hal
tersebut, perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa
dan bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match ini
diterapkan dalam proses pembelajaran. Mel Silberman menjelaskan prosedur
pelaksanaan model pembelajaran Index Card Match, sebagai berikut:
16
Ibid., h.250-251 17
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:Pustaka Insan
Madani:2009) Cet.6 h.240-241
18
a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang
diajarkan didalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk
menyamai satu setengah jumlah siswa.
b. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
c. Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar
tercampur.
d. Berikan satu kartu kepada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah
latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan review dan sebagian
lain memagang jawaban.
e. Perintahkan kepada peserta didik untuk menemukan kartu permainannya.
Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk
mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan menyatakan
kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya.
f. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya,
perintahkan setiap pasangan menguji peserta didik yang lain dengan
membaca keras pertanyaannya dan menantang teman sekelas untuk
menginformasikan jawaban kepadanya. 18
3. Keaktifan siswa
Dalam proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk membelajarkan
siswa. Artinya, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dengan kata lain, pendidikan mengarahkan guru untuk menerapkan
pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, Dasim Busimansyah
menjelaskan bahwa, “aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan
informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah”19
Dengan demikian, keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa dalam
bentuk sikap, pikiran dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna
menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan
prinsip utama dalam proses pembelajaran karena dengan keaktifan siswa
tersebut, maka lambat laun akan mengantar mereka menuju belajar mandiri.
18
Ibid. 19
Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (PT.
Ganesindo, 2009), Cet.3, h.70
19
Namun, seperti yang dikatakan oleh Rusman bahwa “keaktifan siswa dalam
pembelajaran bukan berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru
sehingga guru tidak perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi,
aktifitas belajar siswa diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator
dan fasilitator belajar siswa”.20
Dengan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, mereka akan mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Walaupun demikian, jika dalam proses
pembelajaran hanya mengandalkan keaktifan siswa saja tidaklah cukup, sebab
pembelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai. Apabila pembelajaran
hanya membuat siswa aktif tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut
tak ubahnya seperti pemahaman biasa. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan berupa
kegiatan fisik yang mudah diamati seperti membaca, menulis, berdiskusi,
melakukan pengamatan dan kegiatan psikis yang sulit diamati seperti
mendengarkan dan menyimak. Sehingga, kadar keaktifan siswa tidak hanya
ditentukan oleh aktifitas fisik akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas
nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional.21
Oleh sebab itu, aktif tidaknya siswa dalam pembelajaran hanya siswa
sendiri yang mengetahuinya. Sehingga, apabila siswa yang tampaknya hanya
mendengarkan saja tidak berarti memiliki kadar keaktifan yang rendah
dibandingkan dengan siswa yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja siswa
yang hanya mendengarkan itu tidak sekedar mendengarkan tetapi menyimak,
menganalisa dalam pikirannya dari setiap informasi yang disampaikan.
Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan memiliki kadar
keaktifan yang tinggi jika hanya sekedar aktif mencatat tanpa diikuti aktifitas
mental dan emosi. Dengan demikian, siswa dapat dikatakan belajar secara
aktif apabila siswa tersebut memadukan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik dalam kegiatan belajarnya.
20
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.394 21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:
Kencana, 2010), Cet.7, h.141
20
Untuk mengetahui proses pembelajaran memiliki kadar keaktifan yang
tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam
pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajatan
maupun dalam mengevaluasi pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam
ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi.
.
a. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan
1.1 Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan
motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kegiatan pembelajaran.
1.2 Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun rancangan pembelajaran.
1.3 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber
belajar yang diperlukan.
1.4 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media
pembelajaran yang akan digunakan.
b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran
1.1 Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
1.2 Siswa belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses
pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui
pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan,
melakukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu
bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
1.3 Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif.
1.4 Keterlibatan siswa dalam memanfaatkan setiap sumber belajar yang
tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
1.5 Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab
dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang
diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.
1.6 Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa
atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan
keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembelajaran atau
proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.
c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran
1.1 Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukannya.
1.2 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan
semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
21
1.3 Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara
lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya. 22
Selanjutnya, Yuhdi Munadi (2011) mengemukakan ciri-ciri pokok
pembelajaran aktif, antara lain adalah:
a. Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa
dan dialog antara siswa dengan guru dan bisanya memanfaatkan sumber-
sumber belajar yang bervariasi (media pembelajaran).
b. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan sikap berikut:
1.1 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat
1.2 Mendorong setiap siswa untuk ikut berbuat
1.3 Mendorong setiap siswa utuk ikut aktif mencari sumber
c. Menantang, yakni ditandai dengan sikap sebagai berikut:
1.1 Mendorong kompetensi antar siswa
1.2 Mengundang siswa untuk terlibat penuh
1.3 Membangkitkan gairah belajar siswa.23
Selanjutnya, secara khusus Wina Sanjaya mengemukakan bahwa
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bertujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, artinya siswa
tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga
bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui
keaktifan siswa diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang
berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental. 24
4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mengutip pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang
dikemukakan oleh Ali Imran Udin dalam Abu Ahmadi menyatakan bahwa
“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah
dasar dan menengah”.25
Sedangkan, Abu Ahmadi sendiri menyatakan
bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang
22
Ibid. 23
Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, (Jakarta: FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet.2, h.33 24
Op.cit., h.138
22
merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.26
Selanjutnya, menurut A. Kosasih Djahiri, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan
dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah
berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program
pengajaran pada tingkat persekolahan.27
Dalam hal ini, Sapriya
menegaskan bahwa:
“Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai
perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD)
dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk
sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS dipersekolahan
tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata
pelajaran yang berdiri sendiri, dan ada yang berarti gabungan
(paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu”.28
Lebih lanjut, Kurikulum 2006 yang dikutip oleh Sapriya dalam buku
yang berbeda dari sebelumnya menjelaskan bahwa:
“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji sperangkat
isu sosial.Pada jenjang SD/MI/SDLB, mata pelajaran IPS memuat
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai.29
Namun, pada jenjang SD/MI/SDLB, materi pembelajaran IPS
disajikan secara terpadu sehingga tidak menunjukan label dari disiplin
ilmu sosial, serta disusun secara tematik dengan mengambil tema-tema
sosial yang terjadi di lingkungan siswa. Demikian juga tema-tema sosial
yang dikaji berangkat dari fenomena serta aktifitas sosial yang terjadi
disekitar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu
sosial merupakan dasar dari IPS tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial dapat
25
H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) Cet.4, h.2 26
Ibid. h.3 27
Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.1 (Bandung:UPI PRESS, 2006),
Cet.1, h.7 28
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Ed.1, (Bandung:UPI PRESS,2006), Cet.1 h.3 29
Loc.cit.
23
menjadi pokok bahasan dalam IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan dan
perkembangan pengetahuan anak didik sangat menentukan materi-materi
ilmu-ilmu sosial mana yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS.
Melalui substansi materi dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan tidak
hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tetapi
mampu menjalani kehidupan nyata secara bijaksana.
b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam kurikulum 2006
yang dikutip oleh Sapriya, menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran
menuju kedewasaan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.30
Dengan
demikian, kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana
membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis,
kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam
cara memandang, menganalisa serta menelaah kehidupan nyata yang
dihadapinya.31
Oleh karena itu, guru IPS dituntut untuk mampu
merencanakan pembelajaran IPS sedemikian rupa dengan memperhatikan
prinsip dan karakteristik IPS itu sendiri sehingga tujuan dalam
pembelajaran IPS dapat tercapai.
c. Fokus kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan
sejumlah aktifitas sosialnya. Seperti yang dikemukakan Nana Supriatna
bahwa berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya . merupakan
fokus kajian IPS. Aktifitas manusia dilihat dari dimensi waktu meliputi
masa lalu, masa kini dan masa depan. Aktifitas manusia yang berkaitan
30
Ibid., h.9 31
Ibid.
24
dalam hubungan dan interaksin dengan aspek keruangan atau geografis.
Aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam dimensi
arus produksi, distribusi dan konsumsi. Pada intinya, fokus kajian IPS
adalah berbagai aktifitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial
sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.32
d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Hasan (1996), tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa,
pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.
Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual
yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada
pengembanagn diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan
ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk
kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.33
e. Kompetensi Pendidikan IPS Sekolah Dasar
Dalam kurikulum KTSP terdapat dua aspek perkembangan
kompetensi dalam pembelajaran IPS, yaitu aspek pengembangan
intelektual dan aspek pengembangan keterampilan sosial. Aspek
pengembangan intelektual meliputi pengembangan kemampuan untuk
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya serta memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keretampilan
dalam kehidupan sosial. Sementara, aspek pengembangan keterampilan
sosial meliputi kemampuan untuk memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta memiliki kemampuan
32
Nana Supriatna, Pendidikan IPS di SD, Ed.I, (Bandung:UPI PRESS,2007) Cet.I. h.4 33
Ibid., h.5
25
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk ditingkat lokal, nasional maupun global.34
f. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu.35
Sedangkan,
kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus
dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai standar kompetensi mata
pelajaran tersebut.36
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi. Berikut adalah standar kompetensi dan
kompetensi dasar pelajaran IPS kelas IV.
Tabel 2.3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas IV
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah,
kenampakan alam dan
keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota
dan provinsi.
1.1. Membaca peta lingkungan
setempat (kabupaten/kota,
provinsi) dengan
menggunakan skala
sederhana.
1.2. Mendeskripsikan kenampakan
alam di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
serta hubungannya dengan
keragaman sosial budaya.
1.3. Menunjukkan jenis dan
persebaran sumber daya alam
serta pemanfaatannya untuk
kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat.
34
Ibid., h. 21-22 35
KTSP, Perangkat Pembelajaran MI/SD dan SDLB; Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, h.1 36
Ibid., h.2
26
1.4. Menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya setempat
(kabupaten/kota, provinsi).
1.5. Menghargai berbagai
peninggalan sejarah di
lingkungan setempat dan
menjaga kelestariannya.
(kabupaten/kota, provinsi).
1.6. Meneladani kepahlawanan dan
patriotisme tokoh-tokoh di
lingkungannya.
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota
dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi
yang berkaitan dengan sumber
daya alam dan potensi lain di
daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya
koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan
teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman
menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya
Sapriya, (2008)37
g. Permasalahan Sosial
Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak
normal atau tidak semestinya. Masalah-masalah sosial dapat berupa
masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama dan
masalah lainnya. Abu Ahmadi menjelaskan bahwa “masalah-masalah
sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat tidaklah sama antara satu
dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan
tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya serta keadaan
lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup”.38
Selanjutnya, menurut
Nisbet (1961) yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya
adalah bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya dengan nilai-nilai moral
37
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:UPI Press,2008), h.163
27
dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannya dengan hubungan-
hubungan manusia dan dengan konteks-konteks normatif dimana
hubungan-manusia manusia itu terwujud.39
Masalah sosial memiliki dua pendefinisian; [1] pendefinisian
menurut umum, dan; [2] pendefinisian merurut para ahli. Menurut
pendefinisian umum, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum
adalah masalah sosial. Sedangkan pendefinisian menurut para ahli, masalah
sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam
masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat
menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara
keseluruhan.40
Sebagai contoh, masalah pedagang kaki lima. Menurut
definisi umum, pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena
merupakan upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya.
Sedangkan menurut definisi ahli perencanaan kota, pedagang kaki lima
adalah masalah sosial karena menjadi sumber kekacauan lalu lintas.
Namun kenyataannya, permasalahan sosial tidak dirasakan secara
sama oleh setiap warga masyarakat. Suatu kondisi yang dianggap
merugikan sejumlah warga masyarakat belum tentu dirasakan oleh
sejumlah masyarakat lainnya sebagai sesuatu yang menguntungkan.
Misalnya masalah sampah, sampah yang bertebaran disebagian kota
dirasakan merugikan kebersihan, kesehatan, keindahan tetapi para
pengumpul barang bekas dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan.
Dengan demikian, suatu masalah yang digolongkan sebagai masalah
sosial oleh para ahli belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh
umum. Sebaliknya, masalah-masalah sosial yang dianggap sebagai masalah
sosial oleh umum belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh para
ahli. Dengan demikian, batasan masalah sosial agak sedikit rumit karena
mengingat masalah sosial berkaitan dengan sistem nilai yang berlaku di
38
H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) Cet.4, h.12 39
Ibid. 40
Ibid., h.12-13
28
masyarakat yang bersangkutan. Tetapi yang jelas, tidak ada satu pun
tingkah laku manusia yang dapat dianggap sebagai suatu masalah sosial
apabila tidak dianggap sebagai penyimpangan secara moral dari norma-
norma masyarakat yang telah diterima secara umum.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Roro Fattahu
Sarah, Mahasiswi
Jurusan Sejarah,
Fakultas Ilmu
Sosial Universitas
Negeri Semarang,
2013
Peningkatan keaktifan
belajar IPS Sejarah
siswa melalui model
pembelajaran index
card match (icm) kelas
viii di smp negeri 4
semarang tahun ajaran
2012/2013.
Dari hasil penerapan
strategi pembelajaran
kooperatif tipe index card
match dalam proses
pembelajaran, mampu
meningkatkan keaktifan
siswa dalam berpikir
kreatif dan berpikir kritis.
2. Tatmimatun
Ni’mah,
Mahasiswi
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan,
Universitas
Negeri Semarang
Penerapan metode
index card match untuk
meningkatkan
keaktifan dalam
pembelajaran ips siswa
kelas IV SDN 1
Petanahan, semester II
tahun ajaran
2012/2013.
Dari hasil penerapan
strategi pembelajaran
kooperatif tipe index card
match dalam proses
pembelajaran, mampu
meningkatkan keaktifan
siswa dalam komunikasi
yang bersifat multi arah,
baik komunikasi siswa
dengan guru maupun
siswa dengan siswa.
3. Ratih Ariyanti,
Mahasiswi
Program Studi
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan,
Universitas
Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Peningkatan keaktifan
dan hasil belajar
melalui model
pembelajaran
kooperatif tipe index
card match siswa kelas
IV SD Negeri Tugurejo
01 Semarang Semester
II Tahun Pelajaran
2012/2013.
Dari hasil penerapan
strategi pembelajaran
kooperatif tipe index card
match dalam proses
pembelajaran, mampu
meningkatkan keaktifan
siswa dalam membuat
rangkuman materi yang
telah telah dipelajari, serta
aktif menyelesaikan tugas
yang dberikan guru.
4. Anis Fitrotunnisa,
Mahasiswi
Jurusan
Pendidikan
Bahasa Arab,
Fakultas Tarbiyah
Penerapan Metode
Index Card Match
Dalam Meningkatkan
Keaktifan Belajar
Bahasa Arab Kelas
VIII C Mtsn Lab. UIN
Dari hasil penerapan
strategi pembelajaran
kooperatif tipe index card
match dalam proses
pembelajaran, mampu
meningkatkan keaktifan
29
dan Keguruan,
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga,
Yogyakarta.
Yogyakarta, Bantul. siswa dalam mencari
sumber belajar lain dalam
mengerjakan tugas yang
diberikan guru serta
meningkatkan antusiasme
siswa dalam mengerjakan
tugas dengan tepat waktu.
5. Winda Pramita
Sari, Mahasiswi
Program Studi
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan,
Universitas
Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Upaya Meningkatkan
Keaktifan dan Prestasi
Belajar Siswa Melalui
Metode Index Card
Match Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas
Ivsd Negeri Kopeng 01
Tahun Pelajaran
2011/2012.
Dari hasil penerapan
strategi pembelajaran
kooperatif tipe index card
match dalam proses
pembelajaran, mampu
meningkatkan keaktifan
siswa dalam bertanya
kepada siswa lain atau
guru apabila tidak
memahami persoalan yang
dihadapinya.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian
sebelumnya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian
ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1) Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match akan
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif.
2) Adanya keterkaitan antara penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match dengan peningkatkan keaktifan belajar siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka berfikir
diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Penggunaan
metode kooperatif tipe Index Card Match dapat meningkatkan keaktifan siswa
kelas IV MI Fathurrachnman pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Fathurrachman yang
terletak di Jl. Pekayon I No. 4 Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. MI Fathurrachman dipilih karena peneliti bertugas ditempat
tersebut sehingga peneliti memiliki peluang waktu yang cukup luas dalam
mencari dan mengolah data. Alasan tersebut diperkuat oleh hasil observasi yang
menggambarlan bahwa perencanaan pembelajaran yang disiapkan guru belum
mampu digarap secara serius sehingga kemampuan guru dalam mengelola kelas
sangat rendah, serta proses pembelajaran yang dilakukan masih mengandalkan
metode ceramah, sehingga proses pembelajaran belum menunjukkan keaktifan
siswa. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan
waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 6 bulan, yaitu sejak bulan
Januari sampai bulan Juli 2014. Dengan kata lain penelitian ini dilaksanakan
pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode agar hasil yang diharapkan
sesuai dengan rencana yang ditentukan. Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai
oleh penelitian yaitu ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas
maka penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lebih
dikenal dengan istilah classroom action research. Basrowi (2008) mengatakan
bahwa “penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan
dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas”.1 Senada dengan pernyataan tersebut,
1 H. M. Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. 2, h. 25
31
Hopkins (1992) menyatakan bahwa “classroom action research merupakan salah
satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab penelitian ini
menyangkut kegiatan yang dipraktikan guru sehari-hari. Permasalahan yang
diangkat adalah permasalahan yang ada di dalam pekerjaan guru. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan dalam kancah kelas tempat guru mengajar”.2
Untuk metode penelitian yang digunakan dalam penbelitian ini adalah
dengan menggunakan metode Descriptive Research. Hadeli menjelaskan bahwa
“penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mendeskripsikan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, situasi atau kejadian dan
karakteristik populasi”.3 Lebih lanjut, Sumadi Suryabrata dalam Hadeli
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk:
(1) Mencari informasi faktual yang detail, menggambarkan gejala yang ada;
(2) Mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapatkan justifikasi keadaan
dan praktek-praktek yang telah dan sedang berlangsung; (3) Membuat
komparasi dan evaluasi; (4) Mengetahui apa yang dikerjakan orang lain
dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari
mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan
di masa datang.4
Dalam penelitian tindakan kelas, diperlukan adanya rancangan penelitian
karena penelitian tindakan kelas tidak sekedar mengungkapkan penyebab
permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas tetapi mencari cara mengatasi
permasalahan tersebut. Rancangan penelitian merupakan prosedur yang akan
dilalui dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab permasalahan
penelitian. Seperti yang dikatakan oleh Hadeli bahwa “rancangan penelitian
berisi gambaran tentang kapan penelitian dilakukan, darimana data diperoleh,
dalam kondisi bagaimana subjek yang diteliti dan bagaimana mengolah data
dan melaporkannya”.5 Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan
penelitian dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing
siklus terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan
refleksi. Setiap siklus terdiri dari 2x pertemuan yang masing-masing
2 Ibid., h. 26
3 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat:Quantum Teaching,2006), Cet. 1, h. 63
4 Ibid., h. 64
32
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Apabila pembelajaran siklus I sudah
menunjukan indikator keaktifan siswa, maka tindakan tidak dilanjutkan, tetapi
apabila pada siklus I belum menunjukkan indikator keaktifan siswa dari
tindakan yang dilakukan, maka akan dilaksanakan pembelajaran pada siklus II.
Apabila pembelajaran siklus II belum menunjukkan indikator keaktifan siswa
dari tindakan yang dilakukan, maka akan dilaksanakan pembelajaran pada
siklus selanjutnya. Tetapi apabila sudah menunjukkan keberhasilan indikator
keaktifan siswa, maka tidak dilakukan pengulangan tindakan.
Namun demikian, peneliti akan berusaha melakukan penelitian dalam dua
siklus dikarenakan peneliti dan guru yang bersangkutan akan berusaha secara
optimal dengan menerapkan cara dan prosedur yang tepat sehingga dalam dua
siklus tersebut dapat menunjukkan indikator keberhasilan penelitian yaitu
meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Namun perlu
diperhatikan bahwa penelitian tindakan kelas bersifat situasional, kondisional
dan kontekstual. Dengan demikian, peneliti akan mengadaptasi pedoman yang
disampaikan secara fleksibel, artinya peneliti akan mempertimbangkan
kelayakan waktu, sarana dan prasarana yang dapat digunakan serta
permasalahan yang mana pada waktu penelitian bisa dirasakan hasilnya.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dalam penelitian ini, maka subjek
penelitiannya adalah siswa kelas IV MI Fathurrahman tahun pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 25 orang dengan rincian 15 orang siswa dan 10
orang siswi. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah penerapan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match sebagai upaya untuk
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Karena pada umumnya, siswa
tingkat dasar cenderung menyukai proses pembelajaran yang aktif dan
bervariasi sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran dalam
kelas. Dengan demikian, siswa akan lebih antusias mengikuti pembelajaran
sehingga dapat menunjukkan seluruh potensi yang dimilikinya.
5 Ibid., h. 59
33
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian
Peneliti dalam penelitian ini berkolaborasi dengan guru kelas yang bertugas
sebagai pelaksana tindakan, sedangkan peneliti sebagai observer bertugas
mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran, serta aktivitas guru dalan melaksanakan proses pembelajaran
dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match.
Kemudian, peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati
sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian, agar hasil
penelitian tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
1. Kegiatan pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, peneliti melakukan observasi untuk
menjajaki proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru
kelas. Kemudian, peneliti menganalisis permasalahan yang terjadi serta
permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan pembelajaran tersebut.
Setelah peneliti melakukan observasi, terlihat bahwa pemasalahan
pembelajaran yang timbul berupa rendahnya keaktifan siswa dalam
pembelajaran yang disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan
guru bersifat konvensional. Selanjutnya, peneliti mengajukan penawaran
kepada guru kelas tehadap solusi permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran. Solusi yang peneliti tawarkan adalah penerapan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dalam upaya meningkatkan
keaktifan siswa dan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya,
peneliti memberikan penguatan kepada guru kelas terhadap pengertian,
prosedur serta kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran tersebut.
Setelah pengajuan penawaran terhadap perbaikan pembelajaran
disetujui oleh guru kelas, selanjutnya kegiatan yang peneliti lakukan adalah
membuat instumen penelitian berupa lembar observasi kinerja guru serta
lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran pra siklus.
34
2. Kegiatan pembelajaran pra siklus
Pihak yang menjadi pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran
pra siklus adalah guru kelas. Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana
data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi
pada waktu penelitian yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran pra siklus masih dengan metode
konvensional yang biasa dilakukakan guru kelas guna mengetahui ada atau
tidak adanya perubahan kondisi pembelajaran setelah dilakukannya
perbaikan pembelajaran melalui penggunaaan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Index Card Match pada kegiatan pembelajaran siklus I.
3. Kegiatan pembelajaran siklus I
a. Tahap perencanaan
Pada tahapan ini, guru membuat instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian yaitu lembar observasi kinerja guru serta lembar
observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 2 kali
pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam
pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match
dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya, materi pelajaran yang akan digunakan
dalam penelitian siklus I yaitu pada pertemuan pertama mengenai
pengertian permasalahan sosial dan pertemuan kedua mengenai
penyebab terjadinya permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum KTSP.
Selanjutnya, peneliti mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran index card match
yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
35
b. Tahap pelaksanaan pertemuan pertama
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan
rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun,
pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai
kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi
pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas.
Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan
dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian
yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card
Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar
strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan keaktifan
siswa yang dimaksud dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi
dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan
terhadap materi pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut:
1.1 Kegiatan awal
1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi
daftar hadir siswa.
1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang
dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari.
1.2 Kegiatan inti
1.2.1 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran
yang akan dipelajari yaitu mengenai permasalahan sosial dan
permasalahan pribadi.
36
1.2.2 Guru memberi stimulus pertanyaan yang mengarah pada
materi agar siswa terdorong untuk mengemukakan dugaan
sementara berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
1.2.3 Guru memperkenalkan siswa pada strategi pembelajaran
kooperatif tipe Index Card Match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaan pembelajaran tersebut.
1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu
jawaban kepada masing-masing siswa.
1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi
siswa dalam melaksanakan permainan kartu.
1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap
kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan
kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu
jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya.
1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk
berkelompok sambil menunggu siswa yang lainnya
mendapatkan kelompoknya.
1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil bermain kartunya dengan membacakan kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain.
Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi
memberikan tanggapannya
1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru
meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya.
1.3 Kegiatan akhir
1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
mengajukan argumen yang dimiliknya.
1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami.
1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai materi yang telah dipelajari.
37
1.3.4 Guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni
mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial.
c. Tahap pelaksanaan pertemuan kedua
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan
rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun,
pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai
kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi
pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas.
Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan
dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian
yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card
Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar
strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan keaktifan
siswa yang dimaksud dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi
dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan
terhadap materi pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut:
1.1 Kegiatan awal
1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi
daftar hadir siswa.
1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang
dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari.
38
1.2 Kegiatan inti
1.2.1 Guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada
pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi
selanjutnya yang masih berkaitan, kemudian memberikan
stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa
terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari.
1.2.2 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran
yang akan dipelajari yaitu mengenai penyebab terjadinya
permasalahan sosial.
1.2.3 Guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai prosedur
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match.
1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu
jawaban kepada masing-masing siswa.
1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi
siswa dalam melaksanakan permainan kartu.
1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap
kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan
kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu
jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya.
1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk
berkelompok sambil menunggu siswa yang lainnya
mendapatkan kelompoknya.
1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil bermain kartunya dengan membacakan kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain.
Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi
memberikan tanggapannya
1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru
meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya.
39
1.3 Kegiatan akhir
1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
mengajukan argumen yang dimiliknya.
1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami.
1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai materi yang telah dipelajari.
1.3.4 Guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni
mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial.
d. Tahap analisis
Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas melakukan analisis hasil
pengamatan terhadap seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran berupa:
1.1 Seberapa aktif siswa melakukan proses pembelajaran setelah
dilakukan tindakan siklus I
1.2 Seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif pada proses
pembelajaran setelah tindakan siklus I
1.3 Seberapa besar penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match mampu merangsang siswa untuk berperan aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Tahap refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang
belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I
yang telah terekam dalam lembar observasi kemudian
membandingkannya dengan kegiatan pra siklus. Refleksi tersebut
dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam
mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran. Apabila hasil analisis siklus I sudah menunjukan
40
indikator keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Adapun indikator
keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa
keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan berinteraksi dengan
siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Tetapi apabila
indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian
dilanjutkan pada siklus II. Selanjutnya, peneliti dengan guru kelas
melakukan diskusi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran Index
Card Match terhadap keaktifan siswa. Hasil diskusi tersebut digunakan
untuk melaksanakan tindakan pada siklus II.
4. Kegiatan penelitian siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada siklus II, peneliti dan guru kelas akan berusaha lebih optimal
dalam menerapkan prosedur pembelajaran sehingga pada siklus II dapat
menunjukkan indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya
keaktifan siswa melalui pengggunaan strategi pembelajaran kooperatif
tipe index card match. Kegiatan perencanaan dimulai dengan kegiatan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 2 kali
pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam
pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match
dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
siklus II yaitu pada pertemuan pertama mengenai dampak terjadinya
permasalahan sosial dan pertemuan kedua mengenai cara mencegah
terjadinya permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum KTSP.
Selanjutnya peneliti mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran index card match
yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
41
b. Tahap pelaksanaan pertemuan pertama
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan
rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun,
pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai
kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi
pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas.
Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan
dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian
yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card
Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar
strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut:
1.1 Kegiatan awal
1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi
daftar hadir siswa.
1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang
dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari.
1.2 Kegiatan inti
1.2.1 Guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada
pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi
selanjutnya yang masih berkaitan, kemudian memberikan
stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa
terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari.
42
1.2.2 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran
yang akan dipelajari yaitu mengenai dampak terjadinya
permasalahan sosial.
1.2.3 Guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai prosedur
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match.
1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu
jawaban kepada masing-masing siswa.
1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi
siswa dalam melaksanakan permainan kartu.
1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap
kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan
kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu
jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya.
1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk
berkelompok sambil menunggu siswa yang lainnya
mendapatkan kelompoknya.
1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil bermain kartunya dengan membacakan kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain.
Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi
memberikan tanggapannya
1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru
meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya.
1.3 Kegiatan akhir
1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
mengajukan argumen yang dimiliknya.
1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami.
1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai materi yang telah dipelajari.
43
1.3.4 Guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni cara
mencegah terjadinya permasalahan sosial.
c. Tahap pelaksanaan pertemuan kedua
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan
rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun,
pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai
kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi
pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas.
Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan
dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian
yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card
Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar
strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut:
1.1 Kegiatan awal
1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi
daftar hadir siswa.
1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang
dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari.
1.2 Kegiatan inti
1.2.1 Guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada
petemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi
44
selanjutnya yang masih berkaitan, kemudian memberikan
stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa
terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari.
1.2.2 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran
yang akan dipelajari yaitu mengenai cara mencegah
terjadinya permasalahan sosial.
1.2.3 Guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai prosedur
dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match.
1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu
jawaban kepada masing-masing siswa.
1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi
siswa dalam melaksanakan permainan kartu.
1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap
kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan
kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu
jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya.
1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk
berkelompok sambil menunggu siswa yang lainnya
mendapatkan kelompoknya.
1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil bermain kartunya dengan membacakan kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain.
Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi
memberikan tanggapannya
1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru
meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya.
1.3 Kegiatan akhir
1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
mengajukan argumen yang dimiliknya.
45
1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami.
1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai materi yang telah dipelajari.
d. Tahap analisis
Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas melakukan analisis hasil
pengamatan terhadap seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran berupa:
1.4 Seberapa aktif siswa melakukan proses pembelajaran setelah
dilakukan tindakan siklus II.
1.5 Seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif pada proses
pembelajaran setelah tindakan siklus II.
1.6 Seberapa besar penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match mampu merangsang siswa untuk berperan aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Tahap refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa
yang belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran
siklus II yang telah terekam dalam lembar observasi kemudian
membandingkannya dengan kegiatan pra siklus dan dengan kegiatan
siklus I. Refleksi tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan
keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu
meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila
hasil analisis siklus II sudah menunjukan indikator keaktifan siswa,
maka penelitian dihentikan. Adapun indikator keaktifan siswa yang
dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi dengan
guru, keaktifan berinteraksi dengan siswa lain serta keaktifan terhadap
materi pembelajaran. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut
belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
46
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) berupa penerapan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI fathurrachman pada pelajaran IPS.
Peningkatan keaktifan tersebut ditunjukan dengan adanya kenaikan taraf
keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan siswa yang dimaksudkan
dalam penelitian ini berupa keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan
siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran.
G. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa
kegiatan siswa dan kegiatan guru dalam melakukan penerapan strategi
pembelajaran kooperatif tipe index card match. Muhammad Idrus mengatakan
bahwa “data kualitatif merujuk pada data kualitas objek penelitian, yaitu ukuran
data berupa nonangka tetapi berupa satuan kualitas (misalnya istimewa, baik,
buruk, tinggi, rendah, sedang), atau juga serangkaian informasi verbal dan
nonverbal yang disampaikan informan kepada peneliti untuk menjelaskan
perilaku ataupun peristiwa yang sedang menjadi fokus penelitian”.6 Sedangkan,
sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru kelas IV MI
Fathurrachman, semester II tahun pelajaran 2013/2014.
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal teknik pengumpulan data, Sugiyono menjelaskan bahwa “teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari peneitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan”.7 Untuk itu, teknik pengumpulan data
yang gunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes berupa observasi,
karena kegiatan observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan bagian
6 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 84
47
yang tidak terpisahkan dari tindakan di setiap siklusnya. Observasi dilakukan
untuk mengamati kinerja guru serta mengamati keaktifan siswa melalui
penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan observasi, peneliti dapat secara langsung
melihat objek yang diteliti tanpa melalui perantara yang mungkin bisa
melebihkan atau mengurangi data sebenarnya.
Menurut Wina Sanjaya, “observasi merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan
mencatatnya dengan alat observasi tetang hal-hal yang akan diamati atau
diteliti”.8 Sedangkan Muhammad Idrus mengemukakan bahwa, “observasi
merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis”.9
Selanjutnya, Sugiono menegaskan bahwa “observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan
kuesioner selalui berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas
pada orang tetapi juga objek-objek alam yang lain”.10
I. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena
yang akan diteliti sehingga dalam penelitian harus ada alat ukur yang baik. Alat
ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kinerja guru dan
lembar observasi keaktifan siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Index Card Match. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh
peneliti sebagai pengamat pembelajaran. Untuk memudahkan penyusunan
instrumen, maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen. Berikut ini merupakan
kisi-kisi instrumen penggumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2010), Cet. 11,
h. 224 8 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, h.86
9 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 101
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2010), Cet. 11,
h. 145
48
Tabel 3.1
Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa
No. Aspek Jumlah butir
1. Keaktifan siswa berinteraksi dengan guru 6
2. Keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain 7
3. Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran 2
Tabel 3.2
Kisi-kisi Lembar Observasi Guru
No. Aspek Jumlah butir
1. Kinerja guru pada kegiatan pembuka 7
2. Kinerja guru pada kegiatan inti 10
3. Kinerja guru pada kegiatan penutup 4
J. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan
keaktifan siswa dalam pengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS.
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan tolak ukur
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dengan demikian,
penelitian ini mengacu pada indikator ketercapaian proses pembelajaran
terhadap penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match
dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan siswa
berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta
keaktifan terhadap materi pembelajaran. Strategi pembelajaran kooperatif tipe
index card match dapat dinyatakan efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa
apabila porsentase keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar ≥80%.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis data merupakan proses menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil pengamatan. Dalam hal ini, Nasution dalam Sugiono
49
menjelaskan bahwa “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan
hasil penelitian”.11
Selanjutnya dalam membahas analisis data dalam penelitian
kuantitatif, Miles and Huberman dalam Sugiono mengemukakan bahwa,
“aktifitas dalam analisis data kuantitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.”12
Selanjutnya, Miles dan Huberman dalam Muhammad
Idrus menambahkan bahwa, “ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang
jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis”.13
11
Sugiono, Metode Penelitianp Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet.
11, h. 245 12
Ibid., h.59 13
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 148
50
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan tindakan
1. Deskripsi kegiatan pra siklus
Kegiatan pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada hari Senin, 2 Juni
2014 dengan masih menerapkan metode yang biasa dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode pembelajaran konvensional.
Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan pengamatan bersamaan dengan
proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut
benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti
berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan
yang sebenarnya terjadi pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas.
Selanjutnya, pengamatan difokuskan pada aspek keaktifan siswa dengan
menerapkan metode pembelajaran konvensional.
Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal sebelum memulai
pembelajaran guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir
siswa. Kemudian, guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari
materi pembelajaran yang dilanjutkan dengan memberikan apersepsi yang
berhubungan dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan inti, guru meminta
siswa membuka buku paket IPS materi permasalahan sosial lalu menunjuk
beberapa orang siswa untuk membaca materi tersebut. Langkah berikutnya,
guru menyampaikan materi permasalahan sosial secara kontekstual.
Sedangkan siswa diminta untuk mencatat hal-hal penting mengenai materi
yang disampaikan. Kegiatan selanjutnya memberikan siswa soal evaluasi
sebagai penguatan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Pada
kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
bertanya mengenai materi yang belum dipahami dilanjutkan menyampaikan
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari secara lisan yang
dilanjutkan dengan menutup pembelajaran.
51
2. Deskripsi kegiatan siklus 1
Pada tahapan ini, guru membuat perencanaan sebelum dilaksanakannya
tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
yaitu lembar observasi kinerja guru serta lembar observasi keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card
match dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya, penyusunan materi pelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian yaitu pengertian dan penyebab terjadinya
permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kegiatan perencanaan terakhir yaitu mempersiapkan perlengkapan
pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran
index card match yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
2.1 Deskripsi pembelajaran pertemuan pertama
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Kamis, 5 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan
pengamatan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data
dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana
data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi
pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan
difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui
penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match.
Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing
kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
52
2.1.1 Kegiatan awal
Sebelum memulai pembelajaran, guru melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana
pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum
belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada
siswa seperti, “siapakah diantara kalian yang pernah dimarahi guru
karena tidak mengerjakan PR?” dan “siapakah diantara kalian yang
pernah mengalami pencurian?” Kegiatan apersepsi dimaksudkan
agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong
siswa untuk memberikan dugaan sementara yang berkaitan dengan
materi pembelajaran melalui pendapat yang dikemukakannya.
2.1.2 Kegiatan inti
Pada kegiatan ini, guru menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan pada kedua permasalahan tersebut, yaitu permasalahan
pribadi dan permasalahan sosial. Selanjutnya, guru menyampaikan
materi mengenai permasalahan sosial dan permasalahan pribadi
secara kontekstual yang dilanjutkan dengan pemberian pertanyaan
yang mengarah pada pertanyaan sebelumnya yaitu, “Setelah kalian
mengetahui perbedaan antara masalah pribadi dan masalah sosial,
sekarang manakah yang termasuk masalah sosial dan manakah
yang termasuk masalah pribadi pada kasus dimarahi guru karena
tidak mengerjakan PR dengan kasus pencurian?”.
Setelah jawaban para siswa dianggap cukup, selanjutnya
guru melakukan penguatan terhadap pemahaman siswa dengan
memperkenalkan siswa pada pembelajaran index card match
melalui penjelasan terhadap prosedur pelaksanaan pembelajaran
53
tersebut. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam
melaksanakan pembelajaran tersebut yang dimulai dengan
pembagian kartu kepada masing-masing siswa. Setelah masing-
masing siswa menerima kartu yang dibagikan guru, selanjutnya
guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa
dalam melakukan permainan index card match. Selanjutnya, guru
mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu pertanyaan
untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan kartu
pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang
memegang kartu jawaban dari pertanyaan tersebut untuk
menjawabnya. Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk
berkelompok dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan.
Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru
mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan
kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain
memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa
untuk kembali ke tempat duduknya.
2.1.3 Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai
materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin memberikan contoh permasalahan sosial yang
terdapat di daerahnya. Selanjutnya, guru melakukan penguatan
kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang belum
dipahami kemudian membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Selanjutnya,
guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya yakni mengidentifikasi penyebab
terjadinya permasalahan sosial yang di lanjutkan dengan kegiatan
guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
54
2.2 Deskripsi pembelajaran pertemuan kedua
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Senin, 9 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan
pengamatan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data
dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana
data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi
pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan
difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui
penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match.
Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing
kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1 Kegiatan awal
Sebelum memulai pembelajaran, guru melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana
pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum
belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada
siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya seperti, “Anak-anak, pada pertemuan sebelumya
kalian telah belajar mengenai pengertian permasalahan pribadi dan
permasalahan sosial. Sekarang, dapatkan diantara kalian
menyebutkan contoh dari masing-masing permasalahan tersebut?”
Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru
dengan siswa serta mendorong siswa untuk mengingat kembali
materi sebelumnya sehingga siswa siap menerima materi lanjutan.
55
2.2.2 Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini, guru mengulas sedikit materi yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap
menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan. Kemudian,
kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan penjelasan
bahwa pada setiap permasalahan pasti terdapat penyebab mengapa
masalah tersebut dapat terjadi, ibarat pepatah yang mengatakan
bahwa tidak mungkin ada asap apabila tidak ada api. Selanjutnya
guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang mengarah pada
materi yang akan dipelajari, seperti “anak-anak, setiap hari kalian
pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu guna menggapai masa depan
yang gemilang, namun masih banyak anak-anak kurang seusia
kalian yang kurang beruntung, mereka tidak dapat bersekolah
dikarenakan oleh sesuatu hal. Tahukah kalian apa yang
menyebabkan mereka putus sekolah?”. Setelah jawaban para siswa
dianggap cukup, selanjutnya guru menyampaikan materi mengenai
penyebab terjadinya permasalahan sosial secara kontekstual.
Selanjutnya sebagai penguatan terhadap pemahaman siswa,
guru menjelaskan kembali pembelajaran index card match melalui
penjelasan terhadap prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya guru
membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut
yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing
siswa. Setelah masing-masing siswa menerima kartu yang
dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang
akan memfasilitasi siswa dalam melakukan permainan kartu
dengan mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu
pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan
kartu pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang
memegang kartu jawaban untuk menginformasikan jawabannya.
Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok
dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan.
56
Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru
mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan
kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain
memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa
untuk kembali ke tempat duduknya.
2.2.3 Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai
materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengidentifikasi penyebab terjadinya
permasalahan sosial yang terdapat didaerahnya. Selanjutnya, guru
melakukan penguatan kepada siswa berupa tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami kemudian membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
Selanjutnya, guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni mengidentifikasi
dampak terjadinya permasalahan sosial yang di lanjutkan dengan
kegiatan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
3. Deskripsi kegiatan siklus II
Pada tahapan ini, guru membuat perencanaan sebelum dilaksanakannya
tindakan berupa penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama
2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam
upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, penyusunan materi pelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian yaitu dampak permasalahan sosial serta cara mencegah terjadinya
permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)
57
dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kegiatan perencanaan terakhir yaitu mempersiapkan perlengkapan
pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran
index card match yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
3.1 Deskripsi pembelajaran pertemuan pertama
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Kamis, 12 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan
pengamatan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data
dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana
data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi
pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan
difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui
penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match.
Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing
kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
2.1.1 Kegiatan awal
Sebelum memulai pembelajaran, guru melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana
pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum
belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada
siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya seperti, “Anak-anak, pada pertemuan sebelumnya
kalian telah belajar mengenai penyebab terjadinya berbagai jenis
58
permasalahan sosial yang terjadi disekitar kita. Sekarang, dapatkah
diantara kalian mengidentifikasi penyebab munculnya masalah
anak putus sekolah?”. Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi
interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong siswa untuk
mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa siap
menerima materi lanjutan.
2.1.2 Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini, guru mengulas sedikit materi yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap
menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan. Kemudian,
kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan penjelasan
bahwa selain penyebab terdapat pula dampak dari masalah yang
ditimbulkan. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian pertanyaan
yang mengarah pada materi yang akan dipelajari, seperti “Anak-
anak, kalian telah mengetahui bahwa kemiskinan merupakan salah
satu penyebab seseorang putus sekolah. Sekarang, dapatkah kalian
mengidentifikasi dampak yang timbul apabila seseorang putus
sekolah?”. Setelah jawaban para siswa dianggap cukup,
selanjutnya guru menyampaikan materi dampak terjadinya
permasalahan sosial secara kontekstual.
Selanjutnya sebagai penguatan terhadap pemahaman siswa,
guru menjelaskan kembali pembelajaran index card match melalui
penjelasan terhadap prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya guru
membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut
yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing
siswa. Setelah masing-masing siswa menerima kartu yang
dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang
akan memfasilitasi siswa dalam melakukan permainan kartu
dengan mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu
pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan
kartu pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang
59
memegang kartu jawaban untuk menginformasikan jawabannya.
Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok
dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan.
Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru
mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan
kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain
memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa
untuk kembali ke tempat duduknya.
2.1.3 Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai
materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengidentifikasi dampak permasalahan sosial
yang terdapat di daerahnya. Selanjutnya, guru melakukan
penguatan kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang
belum dipahami kemudian membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Selanjutnya,
guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya yaitu cara mengatasi permasalahan
sosial yang dilanjutkan dengan kegiatan guru dalam menutup
kegiatan pembelajaran.
4.1 Deskripsi pembelajaran pertemuan kedua
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Senin, 16 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan
pengamatan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data
dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana
data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi
pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan
60
difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui
penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match.
Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing
kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
2.1.1 Kegiatan awal
Sebelum memulai pembelajaran, guru melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana
pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum
belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada
siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya seperti, “Anak-anak, pada pertemuan sebelumnya
kalian telah belajar mengenai dampak berbagai jenis permasalahan
sosial yang terjadi disekitar kita. Sekarang, dapatkah diantara
kalian mengidentifikasi dampak yang timbul apabila seseorang
putus sekolah?”. Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi
interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong siswa untuk
mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa siap
menerima materi lanjutan.
2.1.2 Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini, guru mengulas sedikit materi yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap
menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan. Kemudian,
kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan penjelasan
bahwa terdapat cara mencegah agar permasalahan sosial tidak
yang terjadi disekitar kita. Kemudian, dilanjutkan dengan
61
pemberian pertanyaan kepada siswa yang mengarah pada materi
selanjutnya, seperti “Anak-anak, sebagaimana yang telah kalian
ketahui bahwa pencurian merupakan salah satu jenis permasalahan
sosial. Sekarang, apa yang akan kalian lakukan apabila kalian
ditinggal pergi ayah atau ibu ke suatu tempat sehingga kalian
ditugasi untuk menjaga rumah, sedangkan kalian ingin pergi
bermain dengan teman tetapi rumah yang kalian tinggalkan aman
dari pencurian?”. Setelah jawaban para siswa dianggap cukup,
selanjutnya guru menyampaikan materi cara mencegah terjadinya
permasalahan sosial secara kontekstual.
Selanjutnya sebagai penguatan terhadap pemahaman siswa,
guru menjelaskan kembali pembelajaran index card match melalui
penjelasan terhadap prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya, guru
membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut
yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing
siswa. Setelah masing-masing siswa menerima kartu yang
dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang
akan memfasilitasi siswa dalam melakukan permainan kartu
dengan mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu
pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan
kartu pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang
memegang kartu jawaban untuk menginformasikan jawabannya.
Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok
dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan.
Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru
mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan
kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain
memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa
untuk kembali ke tempat duduknya.
62
2.1.3 Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai
materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin menjelaskan cara mencegah terjadinya
permasalahan sosial. Selanjutnya, guru melakukan penguatan
kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang belum
dipahami kemudian membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari yang dilanjutkan
dengan kegiatan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
B. Analisis data
1. Analisis data pra siklus
Berdasarkan hasil obervasi yang telah peneliti lakukan pada pra siklus
menggambarkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat
rendah dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih di dominasi
oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran sehingga guru terlihat lebih aktif
dibandingkan siswa. Hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran sangat rendah, karena kegiatan siswa pada
kegiatan pembelajaran hanya sekedar mendengarkan dan mencatat materi
yang disampaikan guru kemudian mengerjakan soal evaluasi. Maka tidak
heran apabila pada saat guru menyampaikan materi pelajaran, hanya
beberapa siswa saja yang memperhatikan sedangkan beberapa siswa lain ada
yang melamun bahkan tertidur terutama siswa yang duduk paling belakang.
Materi pelajaran yang disampaikan guru pun tidak runtut dikarenakan guru
tidak mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang matang. Masalah-
masalah tersebut berakibat pada minimnya interaksi siswa dengan guru
bahkan tidak ada interaksi dengan siswa lain. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran pada pra siklus belum menunjukkan indikator keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh hasil persentase
rata-rata keaktifan siswa yang hanya sebesar 17,30%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
63
Table 4.1
Keaktifan siswa pra siklus
Indikator Siswa Aktif Siswa Tidak aktif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Aspek 1
1 16 64% 9 48%
2 - 0% 25 40%
3 9 36% 16 84%
4 11 44% 14 100%
5 - 0% 25 76%
6 11 44% 14
Aspek 2
1 - 0% 25 100%
2 - 0% 25 100%
3 - 0% 25 100%
4 - 0% 25 100%
5 - 0% 25 100%
6 - 0% 25 100%
7 - 0% 25 100%
Aspek 3
1 18 72% 7 28%
2 - 0% 25 100%
Rata-rata 17,30% 82,70%
Dari tabel rekapitulasi terhadap pengamatan keaktifan siswa pada
kegiatan pra siklus menggambarkan bahwa, siswa yang menunjukan keaktifan
belajar sesuai dengan lembar observasi dalam penelitian hanya sebesar
17,30%, sedangkan siswa yang belum menunjukkan keaktifan mencapai
83,70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada
pembelajaran pra siklus termasuk ke dalam kategori rendah sehingga
diperlukan perbaikan pembelajaran siklus I.
64
2. Analisis data siklus I
Berdasarkan hasil obervasi yang telah peneliti lakukan pada siklus I
menggambarkan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah
mulai terlihat walaupun belum menyeluruh. Hal tersebut berupa gambaran
siswa yang cenderung pendiam sudah mulai membaur dengan teman saat
pelaksanaan permainan kartu walaupun sedikit kebingungan dan suasana
kelas menjadi sedikit ramai, keaktifan siswa berinteraksi dengan guru pun
sudah mulai terlihat yang dibuktikan dengan siswa dapat merespon berbagai
intruksi yang diberikan guru. Selanjutnya, pada kegiatan akhir pun siswa
dapat mengajukan argumen yang dimilikinya dengan penuh semangat dan
antusias serta dapat menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari
dengan bahasa sendiri. Dengan demikian, persentase rata-rata keaktifan
belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 4.2
Keaktifan siswa siklus I
Indikator Siswa Aktif Siswa Tidak aktif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Aspek 1
1 13 52% 12 48%
2 12 48% 13 52%
3 18 72% 7 28%
4 11 44% 14 56%
5 15 60% 10 40%
6 9 36% 16 64%
Aspek 2
1 11 44% 14 56%
2 10 40% 15 60%
3 9 36% 16 64%
65
4 14 56% 11 44%
5 17 68% 8 32%
6 13 52% 12 48%
7 7 28% 18 72%
Aspek 3
1 9 36% 16 64%
2 13 52% 12 48%
Rata-rata 48,27% 51,73%
Dari tabel rekapitulasi terhadap pengamatan keaktifan siswa pada
kegiatan siklus I menggambarkan bahwa, siswa yang menunjukan keaktifan
belajar sesuai dengan lembar observasi dalam penelitian mencapai 48,27%,
sedangkan siswa yang belum menunjukkan keaktifan sebesar 51,73%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran
siklus I termasuk ke dalam kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan
pembelajaran siklus II agar keaktifan siswa lebih meningkat.
3. Analisis data siklus II
Berdasarkan hasil obervasi yang telah peneliti lakukan pada siklus II
menggambarkan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah
mulai menyeluruh. Peningkatan nampak pada saat siswa sangat antusiasme
dalam merespon berbagai intruksi yang diberikan guru. Serta, pada saat
memulai pembelajaran index card match terlihat bahwa siswa ingin segera
mendapatkan kartu dan tak sabar untuk segera membuat kelompok. Setelah
mendapatkan kelompok, siswa terlihat saling bekerja sama antar anggota
kelompok sehingga terjalin komunikasi aktif antara siswa dengan siswa lain.
Pada kegiatan akhir pun, siswa saling merebut kesempatan untuk mengajukan
argumen yang dimilikinya, serta terlihat siswa semakin aktif dalam membuat
catatan-catatan kecil terhadap materi yang guru sampaikan. Sehingga,
persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus
I I mencapai 81,87%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
66
Table 4.3
Keaktifan siswa siklus II
Indikator Siswa Aktif Siswa Tidak aktif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Aspek 1
1 21 84% 4 16%
2 23 92% 2 8%
3 20 80% 5 20%
4 23 92% 2 8%
5 22 88% 3 12%
6 8 32% 17 68%
Aspek 2
1 23 92% 2 8%
2 19 76% 6 24%
3 18 72% 7 28%
4 20 80% 5 20%
5 23 92% 2 8%
6 23 92% 2 8%
7 20 80% 5 20%
Aspek 3
1 21 84% 4 16%
2 23 92% 2 8%
Rata-rata 81,87% 18,13%
Dari tabel rekapitulasi terhadap pengamatan keaktifan siswa pada
kegiatan siklus II menggambarkan bahwa, siswa yang menunjukan keaktifan
belajar sesuai dengan lembar observasi dalam penelitian telah mencapai
81,87%, sedangkan siswa yang belum aktif hanya sebesar 18,13%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran
siklus II termasuk ke dalam kategori sangat baik sehingga tidak diperlukan
perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.
67
C. Pembahasan
Kondisi kegiatan pembelajaran pra siklus merupakan keadaan siswa
sebelum tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan. Kegiatan pembelajaran pra
siklus sangat diperlukan untuk dijadikan landasan guna mengetahui ada atau
tidak adanya peningkatan keaktifan siswa setelah dilakukan tindakan. Setelah
kegiatan pembelajaran pra siklus dilakukan terdapat data yang dihasilkan yaitu
seperti yang disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.1
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus
Diagram tersebut menggambarkan bahwa pada kegiatan pembelajaran pra
siklus, hanya sebesar 17,30% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai
dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 82,70% siswa yang
belum aktif. Rendahnya keaktifan siswa tersebut dipengaruhi oleh rasa bosan
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung sangat monoton
sehingga pembelajaran kurang menarik perhatian siswa. Sehingga tingkat
keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus termasuk ke dalam
kategori rendah, maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilakukan, peneliti melakukan
kegiatan refleksi untuk melihat apa yang telah dihasilkan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung melalui pelaksanaan tindakan yang terekam dalam
lembar observasi. Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilakukan, terdapat data
yang dihasilkan yaitu seperti yang disajikan dalam diagram berikut.
68
Diagram 4.2
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
Diagram tersebut menggambarkan bahwa pada kegiatan pembelajaran siklus
I, terdapat 48,27% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan
lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 51,73% siswa yang belum
aktif. Masih rendahnya keaktifan siswa tersebut dapat dipengaruhi karena
metode pembelajaran index card match belum pernah diterapkan sehingga masih
terdapat siswa yang bingung saat mengikuti pembelajaran dengan metode index
card match, untuk itu guru banyak memberikan pengarahan kepada siswa
sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih lama. Guru pun terlihat sedikit
bingung karena kondisi kelas pada saat itu terlihat ramai. Namun, pada akhirnya
guru dapat mengelola dan mengendalikan keberlangsungan proses pembelajaran
dengan cara meminta siswa yang sudah mendapatkan pasangan kartu untuk
segera membuat kelompok sehingga tidak mengganggu iklim belajar.
Walaupun demikian, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan
kegiatan pembelajaran pra siklus. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut
dikarenakan siswa merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran karena tidak
mengharuskan siswa untuk selalu duduk di tempat duduknya melainkan dapat
berpindah untuk berinteraksi dengan guru dan siswa lain. Sehingga kegiatan
pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam
menjalani kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, peningkatan keaktifan siswa
tersebut dapat dilihat secara rinci pada diagram berikut.
69
Diagram 4.3
Persentase perbandingan keaktifan siswa
Pada kegiatan pembelajaran pra siklus dengan siklus I
Diagram tersebut merupakan gambaran perbandingn keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran pra siklus dengan kegiatan pembelajaran siklus I. Pada
diagram tersebut, menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada kegiatan
pembelajaran siklus I mengalami peningkatan setelah dilakukannya tindakan
perbaikan pembelajaran dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif
tipe index card match dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan
kegiatan pembelajaran pra siklus dengan metode pembelajaran konvensional.
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaan pra siklus hanya
sebesar 17,30%, kemudian setelah dilakukan kegiatan pembelajaran siklus I
dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match
dalam kegiatan pembelajaran meningkat sebesar 30, 97%, sehingga persentase
rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai
48,27%. Walaupun demikian, meskipun terjadinya peningkatan keaktifan siswa
pada kegiatan pembelajaran siklus I tetapi persentase yang dihasilkan masih
termasuk ke dalam kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran
pada siklus II dengan melaksanakan prosedur pembelajaran yang lebih optimal
agar keaktifan siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya.
70
Selanjutnya, setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilakukan, peneliti
melakukan kegiatan refleksi untuk melihat apa yang telah dihasilkan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung melalui pelaksanaan tindakan yang terekam
dalam lembar observasi. Setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilakukan,
terdapat data yang dihasilkan yaitu seperti yang disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.4
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa pada kegiatan pembelajaran siklus
II, terdapat 80,53% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan
lembar observasi penelitian, sehingga hanya tersisa 18,13% siswa yang belum
aktif. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut dikarenakan kegiatan pembelajaran
Index Card Match yang dilakukan sudah berjalan dengan baik karena guru
membimbing siswa pada kegiatan pembelajaran tersebut dengan baik pula.
Siswa tidak lagi canggung dalam melaksanakan permainan kartu melainkan
sangat antusias dalam kegiatan pembelajaan.
Keadaan tersebut membuat kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih
menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan
pembelajaran sehingga siswa penuh semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa
pada kegiatan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dibandingkan
dengan kegiatan pembelajaran siklus I. Selanjutnya, peningkatan keaktifan siswa
tersebut dapat dilihat secara rinci pada diagram berikut.
71
Diagram 4.5
Persentase perbandingan keaktifan siswa
Pada kegiatan pembelajaran siklus I dengan siklus II
Diagram tersebut merupakan gambaran perbandingan keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus I dengan kegiatan pembelajaran siklus II. Pada
diagram tersebut, menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada kegiatan
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan kegiatan
pembelajaran siklus I. Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaan
siklus I hanya sebesar 48,27%, kemudian setelah dilakukan penyempurnaan
kegiatan pembelajaran pada siklus II meningkat sebesar 33,60%, sehingga
persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar
81,87%. Dengan demikian, persentase keaktifan siswa pada kegiatan
pembelajaan siklus II termasuk ke dalam kategori sangat baik sehingga tidak
diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya karena kegiatan
pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan indikator keberhasilan
penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan diterapkannya strategi pembelajaran koopeatif tipe index card match.
Selanjutnya, berikut adalah diagram keberhasilan penelitian berupa
meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari pelaksanaan
pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II.
72
Diagram 4.6
Persentase perbandingan keaktifan siswa
Pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dengan siklus II
Diagram tersebut merupakan gambaran perbandingan keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pra siklus,
hanya sebesar 17,30% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan
lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 82,70% siswa yang belum
aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I keaktifan siswa
meningkat sebesar 30,97%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa
pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Selanjutnya pada
kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali
meningkat sebesar 33,60%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 81,87%.
Dengan demikian, berdasarkan diagram tersebut ditunjukkan bahwa adanya
peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dimulai dari
kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Hal tersebut menandakan
keberhasilan penelitian berupa meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan diterapkannya strategi pembelajaran koopeatif tipe index
card match. yang peneliti lakukan pada mata pelajaran IPS terhadap siswa kelas
IV MI Fathurrahman tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 25 orang
dengan rincian 10 siswa dan 15 siswi.
73
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data terhadap penelitian yang dilakukan peneliti
dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV MI Fathurrachman Tahun Pelajaran
2013/2014, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaraan
kooperatif tipe index card match dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa
pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan
pembelajaan pra siklus, persentase keaktifan siswa hanya sebesar 17,30%,
setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I meningkat sebesar
30,97% sehingga persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
sebesar 48,27%, bahkan pada penyempurnaan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus II meningkat lagi sebesar 33,60% dari siklus I sehingga persentase
keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 81,87%. Dengan
demikian, perbaikan pembelajaran yang dilakukakan sudah mencapai indikator
penelitian yaitu meningkatkan keaktian siswa dalam pembelajaran.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa, meningkatnya keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran melalui strategi pembelajaraan kooperatif tipe
index card match. Dengan demikian, implikasi yang diharapkan dari penelitian
ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru
untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran index card match dalam
kegiatan pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman dalam mengajar.
Selain itu implikasi praktis bagi siswa yaitu diharapkan siswa tidak malu-malu
lagi dalam mengeluarkan argumen yang dimiliki dan turut serta dalam kegiatan
pembelajaran dengan aktif berinteraksi dengan teman dan guru dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat menambah pengalaman siswa dan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan implikasi praktis bagi
74
sekolah yaitu diharapkan kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan
dukungan dalam pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe
index card match untuk perbaikan pembelajaran. Selain itu juga, melalui
berbagai metode pembelajaran terutama index card match dapat menimbulkan
variasi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kegiatan penelitian, peneliti
memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran tipe index card match dapat menarik perhatian siswa sehingga
siswa memiliki semangat dan antusias dalam kegiatan belajarnya.
1. Guru harus lebih memahami prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Index Card Match sehingga pelaksanaan pembelajaran di
kelas dapat berjalan dengan lancar dan siswa tidak lagi merasa kebingungan.
2. Guru memberi penjelasan dengan jelas kepada siswa mengenai langkah-
langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match agar siswa
paham apa yang harus mereka lakukan nantinya.
3. Guru harus membimbing siswa dengan baik dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match agar siswa tidak lagi merasa
kebingungan.
4. Kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan dukungan dalam
pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card
match untuk perbaikan pembelajaran guna meningkatkan keaktifan siswa
dalam kegiatan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Basrowi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Budimansyah, Dasim. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. PT. Ganesindo, 2009.
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 199
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: 2009.
Munadi, Yudhi. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2010.
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2010.
Sapriya. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS,
2006.
Sapriya. Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006.
Sapriya. Pendidikan IPS. Bandung: UPI PRESS, 2008.
Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2010
Supriatna, Nana. Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,
2010.
KISI KISI LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH
No. Aspek Indikator Nomor
pernyataan
Jumlah
butir
1. Keaktifan siswa
berinteraksi dengan guru
1. Merespon apersepsi yang diberikan guru
2. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru
3. Menyimak penjelasan yang sampaikan guru
4. Melaksanakan intruksi yang diberikan guru dengan antusias
5. Mengajukan argumen yang dimiliki dengan penuh semangat
6. Mengajukan pertanyaan yang belum dipahami
1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
2. Keaktifan siswa
berinteraksi dengan siswa lain
1. Membuat kelompok dengan penuh semangat
2. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok
3. Mengemukakan pendapat dalam kelompok
4. Mendiskusikan kesimpulan kerja kelompok
5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat
6. Mendengarkan dengan baik ketika kelompok lain presentasi
7. Memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain
7
8
9
10
11
12
13
1
1
1
1
1
1
1
3. Keaktifan siswa
terhadap materi pelajaran
1. Membuat catatan-catatan kecil terhadap penjelasan guru
2. Menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasanya sendiri
14
15
1
1
KISI KISI LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH
No. Aspek Indikator Nomor
pernyataan
Jumlah
butir
1. Kinerja guru pada
kegiatan pembuka
1. Memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran.
2. Membuka kegiatan pembelajaan dengan mengucapkan salam.
3. Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
4. Mengisi daftar hadir siswa.
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
6. Menjelaskan manfaat mempelajari materi pelajaran.
7. Menyampaikan apersepsi pembelajaran.
1
2
3
4
5
6
7
1
1
1
1
1
1
1
2. Kinerja guru pada
kegiatan inti
1. Menjelaskan materi pelajaran secara kontekstual.
2. Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
3. Menjelaskan pembelajaran index card match.
4. Membagikan kartu index kepada siswa.
5. Memfasilitasi siswa dalam melaksanakan permainan kartu.
8
9
10
11
12-17
1
1
1
1
6
3. Kinerja guru pada
kegiatan penutup
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan argumen.
2. Melakukan tanya jawab kepada siswa seputar materi yang belum dipahami.
3. Menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran selanjutnya.
18
19
20
1
1
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1, Pertemuan 1
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator
1. Mendeskripsikan pengertian masalah sosial
2. Mendeskripsikan pengertian masalah individu
3. Menyebutkan contoh masalahan sosial
4. Menyebutkan contoh masalah individu
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian masalah sosial
2. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian masalah individu
3. Siswa dapat menyebutkan contoh masalah sosial
4. Siswa dapat menyebutkan contoh masalah individu
E. Materi Pembelajaran
Permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
Siswa mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan
dengan mengucapkan salam.
Siswa menjawab salam yang diberikan
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa
sebelum memulai pembelajaran.
Siswa berdoa sebelum memulai
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa Siswa mempersiapkan diri sebelum
belajar.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan manfaat
mempelajari materi pelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menyampaikan apersepsi
pembelajaran.
Siswa merespon apersepsi yang
diberikan guru.
Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi pelajaran
secara kontekstual
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa terkait dengan materi yang telah
dipelajari.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index
card match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru membagikan kartu index yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu
jawaban kepada seluruh siswa.
Siswa menerima kartu index yang
dibagikan guru.
Guru memfasilitasi siswa dalam Siswa melaksanakan intruksi yang
melaksanakan permainan kartu. diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang
menerima kartu soal untuk mencari
kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu miliknya.
Siswa yang memegang kartu soal
membacakan pertanyaannya kemudian
menantang teman yang memegang
kartu jawaban terhadap pertanyaan
tersebut untuk membacakan
jawabannya.
Guru mengintruksikan kepada siswa
yang telah mendapatkan pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok
sambil menunggu siswa yang lain
mendapatkan kartu pasangannya.
Siswa yang telah mendapatkan
pasangan kartu membuat kelompok
sedangkan siswa yang belum
mendapatkan pasangan kartu tetap
mencari pasangannya.
Guru mengintruksikan setiap
kelompok untuk melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya.
Setiap kelompok melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya kepada
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok.
Siswa memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
Siswa kembali ke tempat duduknya
masing-masing dengan tertib.
Kegiatan akhir
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengajukan argumen
yang dimilikinya melalui pemberian
contoh mengenai permasalahan sosial
yang terjadi di daerahnya.
Siswa mengajukan diri untuk mencoba
mengajukan argumen yang dimilikinya.
Guru melakukan kegiatan tanya jawab
kepada siswa seputar materi yang
belum dipahami.
Siswa mengajukan pertanyaan seputar
materi yang belum dipahami
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran yang telah dipelajari.
Siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran yang telh dipelajari
dengan kata-katanya sendiri.
Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Kartu index
2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran
1. Instrumen penilaian : Lembar observasi guru
: Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian : Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 5 Juni 2014
Peneliti Guru kelas
Aghnia Pusparini Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui
Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI
NIP. 195505101980031008
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1, Pertemuan 2
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator
Mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial
E. Materi Pembelajaran
Penyebab terjadinya permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran. prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan
dengan mengucapkan salam.
Siswa menjawab salam yang diberikan
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa
sebelum memulai pembelajaran.
Siswa berdoa sebelum memulai
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa Siswa mempersiapkan diri sebelum
belajar.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan manfaat
mempelajari materi pelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menyampaikan apersepsi
pembelajaran.
Siswa merespon apersepsi yang
diberikan guru.
Kegiatan inti
Guru mengulas sedikit materi yang
disampaikan pada pembelajaran di
pertemuan sebelumnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa terkait dengan materi yang akan
dipelajari.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Guru menjelaskan materi pelajaran
secara kontekstual
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index
card match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru membagikan kartu index yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu
jawaban kepada seluruh siswa.
Siswa menerima kartu index yang
dibagikan guru.
Guru memfasilitasi siswa dalam
melaksanakan permainan kartu.
Siswa melaksanakan intruksi yang
diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang
menerima kartu soal untuk mencari
kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu miliknya.
Siswa yang memegang kartu soal
membacakan pertanyaannya kemudian
menantang teman yang memegang
kartu jawaban terhadap pertanyaan
tersebut untuk membacakan
jawabannya.
Guru mengintruksikan kepada siswa
yang telah mendapatkan pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok
sambil menunggu siswa yang lain
mendapatkan kartu pasangannya.
Siswa yang telah mendapatkan
pasangan kartu membuat kelompok
sedangkan siswa yang belum
mendapatkan pasangan kartu tetap
mencari pasangannya.
Guru mengintruksikan setiap
kelompok untuk melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya.
Setiap kelompok melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya kepada
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok.
Siswa memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
Siswa kembali ke tempat duduknya
masing-masing dengan tertib.
Kegiatan akhir
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengajukan argumen
yang dimilikinya melalui
pengidentifikasian penyebab
terjadinya permasalahan sosial yang
terjadi di daerahnya.
Siswa mengajukan diri untuk mencoba
mengajukan argumen yang dimilikinya.
Guru melakukan kegiatan tanya jawab
kepada siswa seputar materi yang
belum dipahami.
Siswa mengajukan pertanyaan seputar
materi yang belum dipahami
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran yang telah dipelajari.
Siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran yang telh dipelajari
dengan kata-katanya sendiri.
Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Kartu index
2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran
1. Instrumen penilaian : Lembar observasi guru
: Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian : Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 9 Juni 2014
Peneliti Guru kelas
Aghnia Pusparini Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui
Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI
NIP. 195505101980031008
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
SIKLUS I
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : IV/II
Tahun ajaran : 2013/2014
Waktu : 2x35 menit
Petunjuk:
1. Perhatikan kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung
2. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut
dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No. Langkah
kegiatan
Indikator Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Kegiatan
Awal
1. Memeriksa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
√ -
2. Membuka kegiatan pembelajaan
dengan mengucapkan salam.
√ -
3. Mengajak siswa untuk berdoa
sebelum memulai pembelajaran.
√ -
4. Mengisi daftar hadir siswa √ -
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √ -
6. Menjelaskan manfaat mempelajari
materi pelajaran.
√ -
7. Menyampaikan apersepsi
pembelajaran.
√ -
2. Kegiatan inti
8. Menjelaskan materi pelajaran secara
kontekstual
√ -
9. Mengajukan pertanyaan kepada siswa
terkait dengan materi yang telah
dipelajari.
√ -
10. Menjelaskan pembelajaran index
card match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya.
√ -
11. Membagikan kartu index yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan
kartu jawaban kepada seluruh
siswa.
√ -
12. Memfasilitasi siswa dalam
melaksanakan permainan kartu.
√ -
13. Mengintruksikan siswa yang
menerima kartu soal untuk mencari
kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu miliknya.
√ -
14. Mengintruksikan kepada siswa yang
telah mendapatkan pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok.
√ -
15. Mengintruksikan setiap kelompok
untuk melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya.
√ -
16. Mengintruksikan kepada siswa
untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok.
√ -
17. Mengintruksikan kepada siswa
untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
√ -
3. Kegiatan
akhir
18. Memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengajukan
√
-
argumen yang dimilikinya.
19. Melakukan kegiatan tanya jawab
kepada siswa seputar materi yang
belum dipahami.
√ -
20. Membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan terhadap materi
pelajaran yang telah dipelajari.
√ -
21. Menjelaskan kepada siswa
mengenai rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
√ -
HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA
SIKLUS I
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : IV/II
Tahun ajaran : 2013/2014
Waktu : 2x35 menit
Petunjuk:
1. Perhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
2. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut
dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No. Nama Siswa Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 1 2
1 Ludyanawati √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ - √
2 Fikri Zaeylani √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √
3 M. Fadila - - √ √ √ - - √ - √ - √ - √ -
4 Silvilia - √ - - √ - √ - - √ √ - - √ √
5 Eko Megantoro - - - √ √ - √ - - √ - - - √ -
6 Irnawati √ √ √ - √ √ - √ √ - √ √ √ - √
7 M. Rizqi √ - √ √ - √ - - - - - - - √ -
8 Lusiana √ - - - - - - √ - √ √ - - - √
9 Maulana Diva - - √ √ √ - √ - √ - - √ √ - √
10 Ahmad fauzi - √ √ - √ √ - - √ - - - - - √
11 Kamalia Larasati √ - - - √ - √ - - √ √ √ √ - -
12 Jhohan Akbar √ √ - - √ - √ - - √ √ √ - - √
13 Muhammad Afif √ - √ - - - - √ - √ √ - - √ -
14 Feri Hartanto √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ √ √ - √
15 Susi Setiowati - √ √ √ √ √ √ - √ - √ √ √ - √
16 Virgiana Putri - - - - - - - √ - √ √ - - √ -
17 Afandi - √ √ √ - √ - - - √ √ √ - - √
18 Arya Pratama √ - √ - - - - √ - √ - - - √ -
19 Rivandi Fakhar √ - - - √ - √ - - - - - - - -
20 Suci Fitriyani - √ √ √ - √ - - √ - √ √ - - √
21 Fathir Zikri - - √ - - - - √ - √ - - - √ -
22 David Hindika √ √ √ - - - √ - - - √ √ - - -
23 Irfan Zaki - - √ √ √ √ - - - √ √ √ - - √
24 Amaliya Zahra √ - √ - √ - √ - √ - √ - - - -
25 Reisyah Cantika - √ √ - - - - √ - √ √ - - √ -
Keterangan:
Aspek 1 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan guru
1. Merespon apersepsi yang diberikan guru
2. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru
3. Menyimak penjelasan yang sampaikan guru
4. Melaksanakan intruksi yang diberikan guru dengan antusias
5. Mengajukan argumen yang dimiliki dengan penuh semangat
6. Mengajukan pertanyaan yang belum dipahami
Aspek 2 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain
1. Membuat kelompok dengan penuh semangat
2. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok
3. Mengemukakan pendapat dalam kelompok
4. Mendiskusikan kesimpulan kerja kelompok
5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat
6. Mendengarkan dengan baik ketika kelompok lain presentasi
7. Memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain
Aspek 3 : Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran
1. Membuat catatan-catatan kecil terhadap penjelasan guru
2. Menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasanya sendiri
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2, Pertemuan 1
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator
Merumuskan dampak terjadinya permasalahan sosial
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat merumuskan dampak terjadinya permasalahan sosial
E. Materi Pembelajaran
Dampak permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran
Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran. prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan
dengan mengucapkan salam.
Siswa menjawab salam yang diberikan
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa
sebelum memulai pembelajaran.
Siswa berdoa sebelum memulai
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa Siswa mempersiapkan diri sebelum
belajar.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan manfaat
mempelajari materi pelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menyampaikan apersepsi
pembelajaran.
Siswa merespon apersepsi yang
diberikan guru.
Kegiatan inti
Guru mengulas sedikit materi yang
disampaikan pada pembelajaran di
pertemuan sebelumnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa terkait dengan materi yang akan
dipelajari.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Guru menjelaskan materi pelajaran
secara kontekstual
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index
card match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru membagikan kartu index yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu
jawaban kepada seluruh siswa.
Siswa menerima kartu index yang
dibagikan guru.
Guru memfasilitasi siswa dalam
melaksanakan permainan kartu.
Siswa melaksanakan intruksi yang
diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang
menerima kartu soal untuk mencari
kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu miliknya.
Siswa yang memegang kartu soal
membacakan pertanyaannya kemudian
menantang teman yang memegang
kartu jawaban terhadap pertanyaan
tersebut untuk membacakan
jawabannya.
Guru mengintruksikan kepada siswa
yang telah mendapatkan pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok
sambil menunggu siswa yang lain
mendapatkan kartu pasangannya.
Siswa yang telah mendapatkan
pasangan kartu membuat kelompok
sedangkan siswa yang belum
mendapatkan pasangan kartu tetap
mencari pasangannya.
Guru mengintruksikan setiap
kelompok untuk melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya.
Setiap kelompok melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya kepada
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok.
Siswa memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
Siswa kembali ke tempat duduknya
masing-masing dengan tertib.
Kegiatan akhir
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengajukan argumen
yang dimilikinya melalui perumusan
dampak terjadinya permasalahan
sosial yang terjadi di daerahnya.
Siswa mengajukan diri untuk mencoba
mengajukan argumen yang dimilikinya.
Guru melakukan kegiatan tanya jawab
kepada siswa seputar materi yang
belum dipahami.
Siswa mengajukan pertanyaan seputar
materi yang belum dipahami
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran yang telah dipelajari.
Siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran yang telh dipelajari
dengan kata-katanya sendiri.
Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Kartu index
2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran
1. Instrumen penilaian : Lembar observasi guru
: Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian : Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 12 Juni 2014
Peneliti Guru kelas
Aghnia Pusparini Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui
Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI
NIP. 195505101980031008
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2, Pertemuan 2
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator
Merumuskan cara mencegah terjadinya permasalahan sosial
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat merumuskan cara mencegah terjadinya permasalahan sosial
E. Materi Pembelajaran
Mencegah permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran
Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran. prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan
dengan mengucapkan salam.
Siswa menjawab salam yang diberikan
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa
sebelum memulai pembelajaran.
Siswa berdoa sebelum memulai
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa Siswa mempersiapkan diri sebelum
belajar.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan manfaat
mempelajari materi pelajaran.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menyampaikan apersepsi
pembelajaran.
Siswa merespon apersepsi yang
diberikan guru.
Kegiatan inti
Guru mengulas sedikit materi yang
disampaikan pada pembelajaran di
pertemuan sebelumnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa terkait dengan materi yang akan
dipelajari.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Guru menjelaskan materi pelajaran
secara kontekstual
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index
card match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
Guru membagikan kartu index yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu
jawaban kepada seluruh siswa.
Siswa menerima kartu index yang
dibagikan guru.
Guru memfasilitasi siswa dalam
melaksanakan permainan kartu.
Siswa melaksanakan intruksi yang
diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang
menerima kartu soal untuk mencari
kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu miliknya.
Siswa yang memegang kartu soal
membacakan pertanyaannya kemudian
menantang teman yang memegang
kartu jawaban terhadap pertanyaan
tersebut untuk membacakan
jawabannya.
Guru mengintruksikan kepada siswa
yang telah mendapatkan pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok
sambil menunggu siswa yang lain
mendapatkan kartu pasangannya.
Siswa yang telah mendapatkan
pasangan kartu membuat kelompok
sedangkan siswa yang belum
mendapatkan pasangan kartu tetap
mencari pasangannya.
Guru mengintruksikan setiap
kelompok untuk melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya.
Setiap kelompok melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya kepada
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok.
Siswa memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
Guru mengintruksikan kepada siswa
untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
Siswa kembali ke tempat duduknya
masing-masing dengan tertib.
Kegiatan akhir
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengajukan argumen
yang dimilikinya melalui perumusan
caa mencegah terjadinya permasalahan
sosial yang terjadi di daerahnya.
Siswa mengajukan diri untuk mencoba
mengajukan argumen yang dimilikinya.
Guru melakukan kegiatan tanya jawab
kepada siswa seputar materi yang
belum dipahami.
Siswa mengajukan pertanyaan seputar
materi yang belum dipahami
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran yang telah dipelajari.
Siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran yang telh dipelajari
dengan kata-katanya sendiri.
Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Siswa menyimak penjelasan yang
disampaikan guru.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Kartu index
2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran
1. Instrumen penilaian : Lembar observasi guru
: Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian : Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 16 Juni 2014
Peneliti Guru kelas
Aghnia Pusparini Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui
Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI
NIP. 195505101980031008
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
SIKLUS II
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : IV/II
Tahun ajaran : 2013/2014
Waktu : 2x35 menit
Petunjuk:
3. Perhatikan kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung
4. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut
dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No. Langkah
kegiatan
Indikator Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Kegiatan
Awal
1. Memeriksa kesiapan sarana dan
prasarana pembelajaran.
√ -
2. Membuka kegiatan pembelajaan
dengan mengucapkan salam.
√ -
3. Mengajak siswa untuk berdoa
sebelum memulai pembelajaran.
√ -
4. Mengisi daftar hadir siswa √ -
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √ -
6. Menjelaskan manfaat mempelajari
materi pelajaran.
√ -
7. Menyampaikan apersepsi
pembelajaran.
√ -
2. Kegiatan inti
8. Menjelaskan materi pelajaran secara
kontekstual
√ -
9. Mengajukan pertanyaan kepada siswa
terkait dengan materi yang telah
dipelajari.
√ -
10. Menjelaskan pembelajaran index
card match melalui penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya.
√ -
11. Membagikan kartu index yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan
kartu jawaban kepada seluruh
siswa.
√ -
12. Memfasilitasi siswa dalam
melaksanakan permainan kartu.
√ -
13. Mengintruksikan siswa yang
menerima kartu soal untuk mencari
kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu miliknya.
√ -
14. Mengintruksikan kepada siswa yang
telah mendapatkan pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok.
√ -
15. Mengintruksikan setiap kelompok
untuk melakukan presentasi
terhadap hasil bermain kartunya.
√ -
16. Mengintruksikan kepada siswa
untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok.
√ -
17. Mengintruksikan kepada siswa
untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
√ -
3. Kegiatan
akhir
18. Memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin mengajukan
√
-
argumen yang dimilikinya.
19. Melakukan kegiatan tanya jawab
kepada siswa seputar materi yang
belum dipahami.
√ -
20. Membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan terhadap materi
pelajaran yang telah dipelajari.
√ -
21. Menjelaskan kepada siswa
mengenai rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
√ -
Peneliti Guru kelas
Aghnia Pusparini Abdul Mughni, S.Pd
HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA
SIKLUS II
Sekolah : MI Fathurrachman
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : IV/II
Tahun ajaran : 2013/2014
Waktu : 2x35 menit
Petunjuk:
3. Perhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
4. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut
dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No. Nama Siswa Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 1 2
1 Ludyanawati √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Fikri Zaeylani - - - - - - - - - - - - - - -
3 M. Fadila √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Silvilia √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Eko Megantoro √ √ - √ √ - √ √ √ √ √ √ √ - √
6 Irnawati √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 M. Rizqi √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Lusiana √ √ - √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 Maulana Diva √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Ahmad fauzi - √ √ - - - - - √ √ - √ - √ √
11 Kamalia Larasati √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √
12 Jhohan Akbar - - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 Muhammad Afif √ √ - √ √ - √ - - √ √ √ √ √ √
14 Feri Hartanto √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √
15 Susi Setiowati √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 Virgiana Putri √ √ √ √ √ - √ - - - √ - - - -
17 Afandi - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 Arya Pratama √ √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √
19 Rivandi Fakhar √ - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √
20 Suci Fitriyani - √ √ - √ √ √ √ - - √ - √ √ √
21 Fathir Zikri √ - √ √ - √ √ - - - √ √ √ √ -
22 David Hindika √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ - -
23 Irfan Zaki - √ - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √
24 Amaliya Zahra √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 Reisyah Cantika √ √ √ - √ √ - - - √ - √ - √ √
Keterangan:
Aspek 1 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan guru
1. Merespon apersepsi yang diberikan guru
2. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru
3. Menyimak penjelasan yang sampaikan guru
4. Melaksanakan intruksi yang diberikan guru dengan antusias
5. Mengajukan argumen yang dimiliki dengan penuh semangat
6. Mengajukan pertanyaan yang belum dipahami
Aspek 2 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain
1. Membuat kelompok dengan penuh semangat
2. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok
3. Mengemukakan pendapat dalam kelompok
4. Mendiskusikan kesimpulan kerja kelompok
5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat
6. Mendengarkan dengan baik ketika kelompok lain presentasi
7. Memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain
Aspek 3 : Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran
1. Membuat catatan-catatan kecil terhadap penjelasan guru
2. Menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasanya sendiri.
KEMENTERIAN APAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr H. Juanda No 95 Ciputat t!i412 tndanesja
No. Dokumen
Tgl. TerbilFORM
SURAT PERMOI{ONAN IZ.IN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F. 1/KM 01 .3t3049t2014Lamp.'. Outline/ProposalHal : Perrnohonan lzin Penelitian
l.lama
N thn
J urusan
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
Jakarta, 30 M 2014
Kepada YthKepala Ml Fathurrachr,ranRagunan, Jakarta SelatanDi tempat
Assal a nr u' al a iku m wr.wb.
Dengan hormat kami sarrrpaikan bahwa,
: Aghnia Pusparini
:18090183000057
" : Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah (PGMI)
Semester : 1C
Judul skripsi : Peningkatan l(eaktifan Belajar IPS Materi permasalat
Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe lndex C
Pada Siswa Kelas lV Ml Fathurrachman, Jakarta Selatar
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jasedang menyusun skripsi dan akan mengadakan penelitianrnsiansi/sekolah/madrasah yang Saudara ptrrptn
Untuk itu kami mohon Sauoara dapat. rnengizinkan rnahasiswe.;melaksanakan penelitian dirnaksud.
Atas perhatian dan kerja sa'na Saudara, kanri ucapkan terima kasih.
Wassal am u' al aiku rn wr.wb.
a.n. Dekanl(ajuriKaprodi PGMI
rFLQqt!_,[)r. Fauzan, MAt'ilP. 19761107 200701 101
r Sosial
C Matclt
rta yangset) di
tersebut
/III
I
I
YAYASAN
NSM. : 111231740046
PENDIDIKAN ISLAM DAN YATIM PIATUMADRASAII IBTIDAIYAIIFATITUKKACIIMAN
Jalan Pekayon 1 No. 04 Kel. Ragunan Kec. Pasar MingguJakarta Selatan 12550, Telp. (021) 7802519, 98188700, 40967510
N,P.S.N. .20102856
ST'RAT KETERANGAI\
Nomor : 26lSIVVIItuII-f1IW2gl4
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Ibtidaiyah MI
Fathurrachman, Pasar Minggu JakartaSelatan menerangkan bahwa:
Nama
Tempat tanggal lahir
NIM
Jurusan
Judul skripsi
AGHI\TIA PUSPARIM
Jakarta, 13 S'eptember 1990
18090183000057
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi
Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran
Koperatif Tip Index Card Match Pada Siswa Kelas
lll gFathurrachman" Jakarta Selatan,
Nama tersebut di atas adalah benar telah melalsanakan penelitian di MI
Fathurrachman, Pasar Minggu Jakarta Selatan dari tanggal 2 Juni s.d 16 Jvni2014
Demikian sumt keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakartu17 Juni20l4
Kepala MI. Fathurrachman
S.PdI
101980031008
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : AGHNIA PUSPARIMNIM : 18090183000057jiidiil Skiipsi : Penir'gkatan Keaktifan Belajar IPS Materi
Permasalahan Sosial Melalui Strategi PembelajaranKoperatif Tipe Index Card Match Pada Siswa Kelas IVt t: 6.I]^+L.,#^^L*^-:t l^l,a*a Q-la+anrYIl. I d,Llttllt€lVlllll3lll JqAgr 4 Jwl$Brr.
No. Judul BukuHalamanSkrinsi Paraf
Oemar Hamalih Kurikulum dan Pembelqjaran{Jakar.ta:Bumi Aksara. 1999) Cet. 2
I0,f
2. Slameto, Belajar dan FsWor-I-aktor yangMe mpengaruhirrya (I akarta:PT. Rineka Cipta2003)
r,2,3 q3. Wina Saqiay a" S*ate gi Peubelajaran
Berorientas i Standar Pra se s P endidikan, FA. I(Jakarta: Kencana 2010), Cet.7
4,8,9012,L4,16,17,19,21 q{
4. RusmarL Model-model PembelajaranMengembangkan Profesionalitas Guru, Ed. 2,(Jakarta: Rqiawali Pers, 2012), Cet. 5
4.5,&12,13,15, l9 u4
5 Mel Silbermwr, Active Learning, lAI SnarcgiP emb e laj aran Akt if (Y ogyaka*a: Fustaka InsanMadani:2009) Cet.6
5,17iltt
6. Triantg Mendesain Model Pembelaj aranIrnvatif-Progresfi Ed, 1, (Jakarta:Kencana2010). Cet.4
8,1 l,l3{
7. Yudhi Munadi, P e mbe lajaran Akt if, Irnvatif,Kreatif,, EfeHif dan Menyenongkan,(Jaka*a:FITK UIN Syarif Hidayatullah20l l),Cet.2
14,21
nj
8. Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelai aranAkt if,, Kreatif, Etektif dan Me nycnangkan, (W .
Ganesindo 2009). Cet.3
l8u
9. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT.Rineka Cipta2003) Cet.4
22,27 0{
10. Sapriya, dlr,k, Pembelqiaran dan Evaluasi HasilBelajar IPS, Ed.t (Bandung:UPl PRESS, 2006),Cet.1
22,23
u4
1l Sapriy4 dkk" Konsep Dasar IPS, Ed.l,{Bandune:UPl PRESS.2000" Cet. I
22bl\
12. Nana Supriatna, Pendidikan IPS di SD, Ed.I,(Bandune:UPl PRESS.2007) Cet. I
2404
13. KTSR Perangkat Pembelajaran MUSD dan,}{
SDLB; Panduan Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelaiaran. ${
14. Sapriya, Pendidikan fP,S, (Bandung:UPlPress.2008).
26{
15. H. M. Basrowi, Prosetlur Penelitian TindakanKelas. {Boeor:Ghalia Indonesiq 2008}, Cel2
30,3104
t6, Hadeli, Me tode Pene litian Kependiditan,(Ciputat:Ouantum Teaching,2006), Cet. 1
31,32f4
t7. Muhammad ldrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial,
{Yosvakana:2009)46,47"49
0{
18. Sugiyono, Me to& Perelitian Kuanlitatif,Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta" 20 10),
Cet. 11
47,49
q{
19. Wina Sa4iaya, Penelitian Tindakan Kelas, Ed. l,(Jakar&a: Kencana, 2010), Cet. 7
86 -,ltJakerts, 8 November 2014
n^^^- D^*L:-L:-^llusgll r9lrlurrrruutE,
DR. FAUZAI\I,MANIP. 197 61107200701 1013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : AGHNIA PUSPARINI
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 13 September 1990
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alamat Rumah : Jl. Kalibata Selatan II G No. 38
RT. 002/RW. 04 Kel. Kalibata
Kec. Pancoran, Jakarta Selatan 12740
Telp. 085813776045
Status : Menikah
PENDIDIKAN
1. SD : SD Negeri Kalibata 01 Pagi
Lulus tahun 2002
2. SMP : SMP Negeri 163 Pejaten Timur
Lulus tahun 2005
3. SMA : SMK Tanjung Barat
Lulus tahun 2008
4. Perguruan Tinggi : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta