PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI
KOTA SEMARANG(Studi Tentang Makam Mbah Shaleh Darat Di Bergota Semarang)
S K R I P S I
Diajukan Guna Memenuhi
Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Manajemen Dakwah
Disusun Oleh:
RIZA CHRISTIANTI
NIM: 1104004
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 5 ( lima ) eksemplar
Hal : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang
di tempat
Assalamu alaikum.Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana
mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara/i:
Nama : RIZA CHRISTIANTI
NIM : 1104004
Fak/Jur : DAKWAH / MANAJEMEN DAKWAH
Judul Skripsi : PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI
KOTA SEMARANG (Studi Tentang Makam Mbah
Shaleh Darat Di Bergota Semarang)
Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian,
atas perhatianya diucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum. Wr. Wb.
Semarang, 16 Desemb
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi &Tata Tulis
Saerozi, S.Ag, M.Pd_______ Adib Fathoni, S.Ag, M.Si___NIP: 1970 060 5 199803 1004 NIP: 1973 0320 200212 1002
iii
PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI KOTA SEMARANG
(Studi Tentang Makam Mbah Shaleh Darat Di Bergota Semarang)
Disusun Oleh:
RIZA CHRISTIANTI
1104004
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 31 Desember 2010
Dan Dinyatakan Telah Lulus Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji,
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. H. Anasom, M.Hum Saerozi, S.Ag, M.Pd_______NIP: 19661225 199403 1 004 NIP. 19700605 199803 1 004
Anggota Penguji,
Penguji I Penguji II
Dr. Awaludin Pimay, M.Ag Suprihatiningsih, M.Si____NIP. 196107272 00003 1 001 NIP. 19760510 200501 2 001
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tata Tul
Saerozi, S.Ag, M.Pd_______ Adib Fathoni, S.Ag, M.Si___NIP: 1970 0605 199803 1004 NIP: 1973 0320 200212 1002
iv
MOTTO
Tadinya engkau Ku larang berziarah ke kubur, sekarang ziarahilah.Disitu terdapat pengajaran
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
a Bapak Slamet dan Ibu Riyanti yang selalu mendukung baik moral maupun
material dan selalu mencurahkan kasih sayang serta doanya.
a Bapak Basyir dan Ibu Nur Kholifah yang selalu memberikan motivasi dan
doanya.
a Suamiku tercinta Muhammad Yusuf Efendi yang selalu memberikan
dorongan, motivasi dan senantiasa menemaniku dalam susah maupun
senang.
a Anakku tercinta dan tersayang Anggun Ufitasya Salsabila.
vi
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Semarang, 16 Desember 2010
Tanda tangan
Riza Christianti
vii
ABSTRAKSI
Nama: Riza Christianti. NIM: 1104004. Judul: PENGELOLAANWISATA KEAGAMAAN DI KOTA SEMARANG (Studi Tentang Makam MbahShaleh Darat Di Bergota Semarang).
Penelitian ini berawal dari rasa ingin tahu penulis terhadap sejarah KH.Shaleh Darat dalam perjuangannya menyebarkan agama Islam di kampung Daratdan wilayah kota Semarang, terutama dari segi pengembangan dan pengelolaanwisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang dan partisipasimasyarakat. Penulis melakukan penelitian ke lokasi makam dan tempatpeninggalan KH. Shaleh Darat, yaitu rumah yang sekarang ditempati cucunya,dan masjid Kiai Shaleh Darat, untuk mengamati dan wawancara langsung dengankeluarga ahli waris, pihak pengelola perigatan labuhan KH. Shaleh Darat dan jurukunci makam KH. Shaleh Darat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode penelitian inimenggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untukmelukiskan sistematis fakta dan karakteristik obyek yang diteliti. Pendekatan yangpenulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunkan pendekatasosiologis dan pendekatan manajemen. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan,penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dandokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan dan pengelolaanwisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang, partisipasimasyarakat terhadap pengembangan makam KH. Shaleh Darat sebagai saranawisata keagamaan di kota Semarang, dan juga pengembangan dakwah yang adapada makam KH. Shaleh Darat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan pengelolaanmakam KH. Shaleh Darat belum maksimal, akan tetapi sudah diterapkan bagiandari manajemen yang berupa fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan. Hal itu terlihat dari segikepengurusan yang dijalankan. Dilihat dari kegiatan-kegiatan keagmaan sebagaisarana dakwah yang dilaksanakan, seperti ziarah ke makam KH. Shaleh Darat,haul akbar pada tanggal 10 Syawal, peringatan labuhan KH. Shaleh Darat danpengajian umum. Partisipasi masyarakat terhadap makam KH. Shaleh Daratsebagai wisata keagamaan di kota Semarang, merespon baik dengan ikut berperanserta membantu, menjaga, merawat dan melestarikannya, maka diharapkan bisamemunculkan spirit religius, meningkatkan potensi wisata keagamaan di kotaSemarang, menjadi aset budaya kota Semarang, serta meningkatkan potensiekonomi warga kampung Melayu.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasidan masukan bagi mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,masyarakat, lembaga dakwah dan instansi terkait.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT, seraya mengucapkan puji syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT Robbul ‘izzati yang telah melimpahkan
Rahmat-Nya, serta kekuatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini dalam rangka memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S.1) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo
Semarang.
Sholawat serta salam senantiasa penulis sampaikan Keharibaan Nabiyullah
Muhammad SAW., para keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga
sampai akhir zaman. Semoga kita selalu mendapat syafa’atnya kelak dihari
kiamat. Amin.
Selanjutnya, menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
lepas dari bantuan dari beberapa pihak yang selama ini telah membantu dengan
tulus dan ikhlas, maka kiranya tiada kata yang dapat diucapkan selain
memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih
kepada:
1. Rektor beserta Pembantu Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Dekan beserta Pembantu Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
3. Ketua Jurusan beserta Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
4. Bapak Saerozi, S.Ag, M.Pd dan Bapak Adib Fathoni, S.Ag, M.Si selaku dosen
pembimbing yang dengan segala kesabaran dan kelapangan hati yang
senantiasa meluangkan waktu dan tenaga, memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis di tengah aktivitas dan kesibukannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam
proses penulisan skripsi ini.
5. Para dosen pengajar di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah
membekali ilmu dan juga pengetahuan kepada pebulis sehingga pebulis dapat
meyelesaikan skripsi ini.
ix
6. Segenap pegawai perpustakaan Fakultas Dakwah dan Perpustakaan IAIN
Walisongo Semarang.
7. Juru Kunci dan pengelola makam serta panitia peringatan labuhan KH. Shaleh
Darat yang telah berkenan memberikan izin, informasi dan data yang penulis
perlukan untuk penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Slamet dan Ibu Riyanti sebagai pembimbing uatama yang telah
mendoakan, membesarkan dan mendidik penulis. Beliau memiliki peran yang
sangat penting dan tak terhingga. Ucapan terima kasih ini tidaklah cukup untuk
menggambarkan wujud penghargaan penulis kepada beliau.
9. Adik-Adikku tersayang (Ardy, Styawan, Lida, Zia, Zaka dan Zidan) yang
selalu berdoa untuk keberhasilan penulis.
10. Sahabat-sahabatku Imoet, Muna, Tika, Bahrul, Sokhi, dan Zulfa, terima kasih
atas motivasi dan bantuannya.
Akhirnya, semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya kepada mereka, amin. Dengan kerendahan hati penulis mohon
maaf, dan semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Semarang, 16 Desember 2010
Penulis,
Riza Christianti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
NOTA PEMBIMBING .............................................................................. ii
PENGESAHAN .......................................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vi
ABSTRAKSI .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 5
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
1.4. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
1.5. Metode Penelitian ................................................................. 10
1.5.1. Jenis Penelitian ............................................................ 10
1.5.2. Sumber Data ............................................................... 11
1.5.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 12
1.5.4. Teknik Analisis Data ................................................... 13
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 14
BAB II: KONSEP DAKWAH, PENGELOLAAN WISATA KEAGAMA-
AN DI MAKAM K.H. SHALEH DARAT .................................. 16
2.1. Wisata Keagamaan ............................................................... 16
2.1.1. Pengertian Wisata Keagamaan ................................... 16
2.2. Pengelolaan Obyek Dan Daya Tarik Wisata ......................... 18
2.2.1. Pengertian Obyek Dan Daya Tarik Wisata ................. 22
xi
2.3. Partisipasi Masyarakat .......................................................... 26
2.3.1. Pengertian Partisipasi Masyarakat .............................. 26
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masya-
rakat ........................................................................... 27
BAB III: DESKRIPSI UMUM WISATA KEAGAMAAN DI MAKAM
MBAH SHALEH DARAT BERGOTA SEMARANG .............. 29
3.1. Gambaran Umum Kota Semarang ......................................... 29
3.1.1. Letak Geografis ......................................................... 30
3.1.2. Kondisi Sosial, Budaya Dan Agama ........................... 32
3.1.3. Kondisi Budaya Kota Semarang ................................. 33
3.2. Gambaran Umum Makam Mbah Shaleh Darat Bergota
Semarang .............................................................................. 35
3.2.1. Riwayat Singkat KH. Shaleh Darat .............................. 35
3.2.2. Kondisi Keberagamaan Masyarakat Kampung Darat ... 46
3.2.3. Sasaran Dan Obyek Wisata Keagamaan ...................... 49
3.2.4. Pengelolaan Wisata Keagamaan Makam Mbah Shaleh
Darat di Kota Semarang .............................................. 52
3.2.5. Partisipasi Masyarakat Tentang Pengelolaan Makam
KH. Shaleh Darat Sebagai Wisata Keagamaan di Kota
Semarang .................................................................... 58
BAB IV: ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGE-
LOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI KOTA SEMARANG . 61
4.1. Analisis Pengelolaan Wisata Keagamaan Makam KH. Shaleh
Darat di Kota Semarang ........................................................ 61
4.2. Partisipasi Masyarakat Tentang Pengelolaan Makam KH.
Shaleh Darat Sebagai Wisata Keagamaan di Kota Semarang.. 67
BAB V: PENUTUP .................................................................................... 71
Kesimpulan .................................................................................... 71
xii
Saran-saran .................................................................................... 72
Penutup .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Luas Wilayah Per Kecamatan Kota Semarang .......................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Besarnya jasa dalam menyebarkan Islam di Jawa bahkan Nusantara,
masyarakat Islam menandaskan keberhasilan dakwah para wali dalam
penyebaran agama Islam. Sebagai bentuk penghargaan masyarakat, para wali
kemudian dianggap sebagai orang suci yang mempunyai garis spiritual
dengan Nabi. Mereka merupakan mata rantai yang menyambungkan ajaran
Islam sampai kepada ajaran Nabi (warasatul ambiya).
Hubungan antara umat dengan tokoh-tokoh agama adalah hubungan
yang dilandasi oleh dua dimensi, yaitu keagamaan dan sosial. Pada dimensi
keagamaan, dikuatkan melalui ajaran-ajaran keagamaan. Maka dalam dimen-
si sosial, orang-orang suci yang direpresentasikan kepada Nabi, wali sampai
kyai dianggap sebagai orang yang lebih dekat dengan Tuhannya.
Pada pemahaman masyarakat saat ini, kegiatan ziarah adalah
diutamakan pada tokoh-tokoh yang mempunyai peranan penting atau jasa
besar. Di Indonesia ziarah dalam artian umum merupakan kunjungan ke
makam, masjid, relik-relik tokoh agama, raja beserta keluarganya dan ke
makam para wali penyebar agama Islam sebagai wujud kecintaan (Suryo,
2004: 8).
Di Indonesia pada akhir-akhir ini wisata ziarah umat Islam menjadi
suatu kegiatan yang terprogram, sehingga sudah saatnya kegiatan tersebut
2
dikemas dalam bentuk wisata minat khusus (special interest tourism)
(Suryono, 2004: 2). Dalam terminologi Arab, perjalanan atau wisata
diistilahkan sebagai Ash-Shafar atau Az-Ziarah. Jadi wisata ziarah merupa-
kan sebuah bentuk kunjungan ritual dan biasanya dilakukan ke makam atau
masjid bersejarah. Dari prosesnya wisata ziarah juga dipahami sebagai
perjalanan batin seseorang sehingga memiliki muatan emosi dan kontemplasi
tinggi (http://abril. susiloadhy.net, /2007/02/21)
Adapun yang menjadi dasar kegiatan ziarah adalah sebagaimana
diriwayatkan dalam beberapa hadist, diantaranya Ibnu Majjah yang ber-
sumber dari Ibnu Mas’ud r.a.:
)(
Tadinya engkau Ku larang berziarah ke kubur, sekarang ziarahilah.Disitu terdapat pengajaran . (Abdul Wahab, 1990: 424).
Penjelasan hadist tersebut di atas bahwa ziarah kubur hukumnya
mustahab (mendekati sunnah) dengan tujuan untuk mengingat akhirat dan
untuk menimbulkan pemikiran yang baik. Adapun menziarahi kuburan
orang-orang shaleh hukumnya mustahab setelah adanya sabda Nabi SAW.,
yang telah melarang mengunjungi makam, tetapi kemudian diizinkan (Imam
Ghazali, 1986: 14).
Perkembangan zaman yang semakin pesat, seperti kemajuan tekno-
logi informasi sebagai sarana peningkatan kinerja untuk memudahkan
3
penyesuaian terhadap pekerjaan dan ketrampilan seseorang yang didasarkan
atas usaha untuk mengembangkan sebuah kesadaran, kemauan serta keahlian.
Kenyataan ini menyadarkan kita untuk segera memperbaiki, mengelola,
mengembangkan dan meningkatkan kegiatan dakwah yang salah satunya
dapat dilakukan wisata budaya keagamaan, baik dari segi sosial, ekonomi
maupun budaya.
Pilihan pengembangan wisata budaya yang dikemas dalam bentuk
wisata keagamaan di Jawa Tengah relatif berkembang sebagai potensi wisata
religi di kota Semarang yang meliputi:
Klenteng Gedung Batu atau Sam Poo Kong, adalah tempat peribadatan umat
Tri Dharma yang didatangi para peziarah dari berbagai agama. Setiap
tahun di kleteng ini diadakan perayaan dengan menggelar ritual mengarak
patung Sam Poo Kong (Laksamana Cheng Ho) dari Klenteng Tay Kek
Sie di Gang Lombok menuju Gedung Batu di Klenteng Gedung Batu.
Gereja Blenduk, yang dibangun pada tahun 1750 M, terletak di Jl. Letjen
Suprapto. Nama aslinya adalah Gereja Emmanuel tetapi karena bentuk
kubahnya cembung sehingga gereja ini dikenal dengan nama Gereja
Blenduk.
Makam Ki Ageng Pandanaran merupakan obyek wisata ziarah yang terletak
di Jl. Mugas Dalam II. Pada setiap bulan Muharram (Sura) selalu
diselenggarakan khoul, yaitu upacara peringatan hari wafatnya Ki Ageng
Pandanaran. Beliau adalah pendiri kota Semarang.
4
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), yang berlokasi di Jl. Gajah Raya dan
telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ditinjau dari
arsitekturnya dengan bangunan yang meneladani dari Masjid Nabawi di
Madinah.
Dugderan merupakan upacara tradisional masyarakat kota Semarang yang
bernuansa religius yang diadakan satu hari menjelang datangnya bulan
Ramadhan. Kata “dugder” diambil dari perpaduan bunyi beduk yang di-
tabuh Kanjeng Bupati Semarang Purbaningrat, sebagai bunyi “dug”
dengan disertai bunyi meriam yang diasumsikan dengan bunyi “der”,
sehingga terpadu menjadi “dugder”. Acara ini berlangsung sejak tahun
1881 M. Untuk lebih menyemarakkan dugderan juga dilaksanakan
Festival Warak Ngendok sebagai ciri khas upacara ini dan juga diadakan
lomba berbagai kesenian yang religius seperti rebana dan jipinan (Kantor
INFOKOM, 2008: 58).
KH. Shaleh Darat adalah kiai yang memiliki jasa besar terhadap
kebesaran Islam di Semarang dan hal ini bisa menjadi literatur, dan makam
KH. Shaleh Darat perlu adanya pengembangan, dan tanggung jawab sosial
supaya makam tersebut berkembang dan menjadi tempat salah satu obyek
daya tarik wisata keagamaan di kota Semarang. Makam tersebut terletak di
pemakaman umum Bergota Semarang yang banyak dikunjungi wisatawan atau
para peziarah. Selain mengunjungi makamnya juga perlu mengunjungi pusat
dakwah, yaitu masjid peninggalan KH. Shaleh Darat yang kurang dapat
perhatian dari Pemerintah Kota Semarang dan penduduk sekitar. Orang-orang
5
lebih mengenal KH. Shaleh Darat karena karyanya yang bisa dibaca hingga
kini. Salah satu kitab peninggalan beliau yang terkenal adalah kitab Majmu’ah
asy-Syar’iah al-Kafiyah li al-Awwam (kitab kumpulan syari’at bagi orang
awam). KH. Shaleh Darat meninggal pada tanggal 28 Ramadhan 1321 H, atau
betepatan dengan 12 Desember 1903 M. Setiap tanggal 10 Syawal masyarakat
dari berbagai segala penjuru kota melakukan khoul KH. Shaleh Darat, dengan
kegiatan utamanya adalah ziarah, pengajian dan tahlilan (http://sachrony.
wordpress.com/2008/02/25).
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa perlu untuk lebih memahami
dalam meniliti tentang fenomena pengembangan wisata religi di makam KH.
Shaleh Darat di Bergota Semarang dalam skripsi deng judul Pengelolaan
Wisata Keagamaan di Kota Semarang (Studi Tentang Makam Mbah Shaleh
Darat di Bergota Semarang) .
1.2. Permusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diambil pokok
permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut. Adapun pokok permasalahan
dalam penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut:
Bagaimana pengelolaan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota
Semarang ?
Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan makam KH. Shaleh
Darat sebagai sarana wisata keagamaan ?
6
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan dan pengelolaan wisata keagamaan makam KH.
Shaleh Darat di kota Semarang.
b. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap pengembangan
makam KH. Shaleh Darat sebagai sarana pengembangan wisata
keagamaan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu dakwah,
manajemen dakwah khususnya dalam bidang pengembangan dan
wisata religi.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan wisata keagamaan di kota Semarang
pada masa yang akan datang.
1.4. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari persamaan penulisan dan plagiat, maka dalam
penulisan skripsi ini penulis cantumkan beberapa hasil penelitian yang ada
7
kaitannya dengan skripsi ini diantaranya penelitian-penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
Skripsi karya Syarif Hidayah, 1998 dengan judul Pandangan Al-
Qur an Tentang Wisata dan Implementasinya Dalam Dakwah Islam . Skripsi
ini menyimpulkan dalam Al-Qur’an bahwasanya wisata dilakukan dalam
rangka mengambil “ibrah” dari ciptaan Allah SWT atau sejarah dari peradab-
an manusia untuk membuka mata hati sehingga menumbuhkan dan
meningkatkan keyakinan akan ke-Esaan Allah SWT.
Karya Suyitno, 2006 dengan judul Perencanaan Wisata . Dalam
buku ini menjelaskan tentang aspek-aspek perencana dan pengelolaan wisata
serta upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang pariwisata,
yaitu dengan jalan pengolahan wisata, faktor-faktor yang mempengaruhi
proses produksi wisata, tahap-tahap perencanaan wisata dan hubungannya
dengan aspek-aspek wisata.
Penelitian tentang Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata
(ODTW) Keagamaan (Studi Kasus Pengelolaan Dakwah Melalui Kegiatan
Wisata Ziarah Masjid Agung Demak) , yang diteliti oleh Hariyanto pada
tahun 2007. Penelitian ini membahas beberapa hal yang harus dilakukan
dalam pengelolaan ODTW keagamaan. Dalam penelitian ini sebagai
obyeknya dalah Masjid Agung Demak, dan melalui wisata ziarah Masjid
Agung Demak, maka dakwah dapat dikembangkan disini. Untuk mengem-
bangkan dakwah maka diperlukan beberapa hal dari manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan serta pengendalian. Dan hasil dari
8
penelitian ini adalah bahwa dalam pelaksanaan pengembangan dakwah di
Masjid Agung Demak pihak pengelola selalu melaksanakan pengendalian
yaitu selalu melaksanakan standar atau alat ukur, mengadakan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan tugas dakwah yang dilaksanankan, membandingkan
antara pelaksanaan dengan standar serta selalu mengadakan tindakan
perbaikan, sehingga melalui kegiatan tersebut dakwah berkembang baik
disini. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi,
interview serta metode dokumentasi. Metode ini menggunakan teknik analisis
data dengan proses berfikir induktif yaitu proses logika yang bernagkat dari
data empiris lewat observasi menuju kepada suatu teori.
Penelitian tentang Perhatian Kiai Soleh Darat Ulama Jawa Akhir
Abad XIX Terhadap Imam Orang Awam , yang diteliti oleh Drs. H. Ghozali
Munir, MA, pada tahun 1999. Penelitian ini membahas tentang perhatian Kiai
Soleh Darat terhadap imam orang awam sampai saat ini memiliki relevansi
kekinian. Perhatian Kiai Soleh Darat memiliki kepekaan sosial dan perhatian
terhadap masa depan bangsanya dengan memberikan instrument dan stimulasi
bahasa Jawa agar masyarakat dapat menuntut ilmu yang bermanfaat dan dapat
beramal atau bekerja dengan sebenarnya dengan keikhlasan, niat yang baik
dan benar, dilakukan karena Allah dan mencari ridho-Nya. Relevansi itu
dikarenakan sampai saat ini, persolan pendidikan dan pekerjaan merupakan
problem yang mesih menuntut perhatian dari semua pihak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
pustaka (Library Resesrch), yaitu sumber data penelitian berasal dari bahan
9
pustaka tertulis dan kaitannya dengan permasalahan yang dikaji. Karena
permasalahan yang dikaji berkaitan dengan figure Kiai Soleh Darat dengan
permasalahan imam, maka sumber primernya adalah karya-karya Kiai Soleh
Darat yang berkaitan dengan teologi Islam, khususnya tentang imam orang
awam.
Skripsi karya Rahmat Musafa, 2008 dengan judul Strategi Pengem-
bangan Masyarakat Oleh Nahdatul Ulama Di Desa Gondosuli Muntilan
Periode 1995-2005 . Dalam skripsi ini mendiskripsikan dan menganalisis
tentang strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Organisasi
Nahdatul Ulama pada masyarakat Gondosuli, yang mengacu pada kegiatan-
kegiatan keagamaan baik ditingkat formal maupun non formal yang meliputi:
(1) bidang dakwah, yaitu dengan diadakan pengajian slapanan, membaca al-
Qur’an, pengajian akbar, pengajian nyadran, pengajian isro’ mi’roj, pengajian
maulid Nabi, mujahadah, yasinan dan ziarah; (2) bidang pengajaran dan
pendidikan, yaitu pembelajaran kitab, tadarus al-Qur’an, pengajran TPA,
sekolah madin, pondok pesantren; (3) bidang sosial dan ekonomi masyarakat,
yaitu pengadaan santunan kepada anak yatim piatu, pengadaan qurban,
pengadaan zakat fitrah, infaq dan shodaqoh, membantu mereka yang terkena
bencana alam, kematian, musibah dan pemberian beasiswa kepada yang tidak
mampu.
Penelitian yang penulis teliti ini memiliki corak yang hampir sama,
namun berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah mengkaji masalah
wisata dan ziarah. Akan tetapi pada penelitian penulis ini akan mengkaji
10
mengenai pengembangan makam KH. Shaleh Darat sebagai wisata keagama-
an di kota Semarang. Fokus penelitian ini terletak pada pengelolaan serta
partisipasi dan perhatian Pemerintah Daerah juga masyarakat kota Semarang
tentang pengembangan wisata keagamaan pada makam KH. Shaleh Darat di
Bergota Semarang. Sepanjang yang penulis amati permasalahan yang penulis
teliti belum ada yang mengkaji sebelumnya.
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku
yang diamati. Artinya penelitian yang berdasarkan pengamatan dan
menganalisis secara langsung fakta yang ada di lapangan (Sudarto,
2002: 62).
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian dakwah
merujuk pada ilmu bantu dakwah. Adapun ilmu bantu dakwah terdiri
dari psikologi, sosiologi, manajemen dan komunikasi (Muhtadi, 2003:
107). Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
manajemen.
11
1.5.2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Dalam penelitian
ini sumber data dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek yang
diteliti (Rianto, 2005: 61). Sumber data diperoleh dari semua
informasi melalui teknik wawancara dan observasi terhadap obyek
penelitian tentang pengembangan obyek wisata keagamaan di
makam KH. Shaleh Darat. Dalam melakukan observasi peneliti
menggunakan data primer. Data primer di sini diperoleh dari: (1)
pengurus makam KH. Shaleh Darat; (2) masyarakat sekitar
komplek pemakaman umum Bergota Semarang.
b. Data sekunder, yaitu sejumlah kepustakaan yang releven dengan
skripsi ini yang bersifat mendukung. Kepustakaan yang dimaksud
adalah buku-buku, artikel-artikel, dan dokumentasi yang berkaitan
dengan penelitian yang penulis kaji (Moeloeng, 2004: 29). Sumber
data-data itu berupa buku-buku yang berkaitan dengan wisata
ziarah, artikel-artikel dan dokumentasi yang berkaitan dengan
pembahasan tentang pengembangan wisata keagamaan di makam
KH. Shaleh Darat.
12
1.5.3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang
sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, penyajian fakta untuk
tujuan tertentu (Sumarsono, 2004: 66). Adapun metode yang penulis
pergunakan dalam penelitian ini adalah:
Observasi
Dalam menggunakan metode ini dilakukan dengan meng-
adakan serta pencatatan secara langsung terhadap data yang ada
pada obyek penelitian. Metode observasi bisa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1983: 51). Dalam metode ini
penulis melakukan pengamatan di makam KH. Shaleh Darat
sebagai obyek wisata keagamaan di kota Semarang. Mulai dari
kondisi sampai pada pengelolaan dan pengembangan makam KH.
Shaleh Darat oleh pihak Pemerintah Daerah kota Semarang dan
masyara-kat sekitar. Kemudian hasil dari pengamatan tersebut
dideskripsikan dalam sebuah karya penelitian skripsi.
Wawancara
Adalah salah satu pengumpulan data dengan jalan wawan-
cara yaitu mendapatkan keterangan dengan cara bertanya langsung
kepada responden (Singarinbun, 1985: 199).
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi dari pihak-pihak terkait yaitu dari pihak pengurus makam
13
KH. Shaleh Darat (Agus Triyanto), juru makam KH. Shaleh Darat
(Romanah), dan informasi dari para peziarah, baik mengenai
pengembangan makam KH. Shaleh Darat, mapaun mengenai fakta-
fakta yang menunjang keberhasilan dan kendala yang dihadapi
dalam proses pengelolaans wisata keagamaan tersebut.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel-variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, novel, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002:
206).
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-
data tentang latar belakang, sejarah serta pengembangan wisata
keagamaan di makam KH. Shaleh Darat serta dokumen-dokumen
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5.4. Teknik Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan
beberapa metode di atas, maka peneliti mengolah data dan meng-
analisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-
kualitatif.
Analisis deskriptif merupakan suatu teknik yang menggambar-
kan, dan menginterprestasikan arti data yang telah terkumpul dengan
memberi perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang
14
diteliti, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh
tentang keadaan yang sebenarnya. Menurut Nazir (1998: 63) bahwa
tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang masing-masing bab
memuat sub-sub bab sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang,
kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat pene-
litian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab kedua adalah konsep dakwah pengelolaan wisata keagamaan
makam KH. Shaleh Darat yang meliputi: pengelolaan wisata keagamaan
makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang dan partisipasi masyarakat.
Bab ketiga berisi tentang deskripsi umum wisata keagamaan di
makam KH. Shaleh Darat Bergota Semarang. Isi bab tiga ini adalah
gambaran umum kota Semarang, gambaran umum makam KH. Shaleh Darat
yang meliputi: riwayat singkat KH. Shaleh Darat, kondisi keber-agamaan
masyarakat Kelurahan Dadapsari, sasaran dan obyek wisata keagamaan di
makam KH. Shaleh Darat, pengelolaan wisata keagamaan makam KH.
Shaleh Darat Shaleh Darat di kota Semarang dan partisipasi masyarakat
15
terhadap pengelolaan makam KH. Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan di
kota Semarang.
Bab keempat berisi tentang analisis pengelolaan wisata keagamaan di
kota Semarang. Pada bab ini merupakan analisis pengelolaan wisata
keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang, analisis partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan makam KH. Shaleh Darat sebagai wisata
keagamaan di kota Semarang.
Bab kelima merupakan penutup, dimana pada bab ini berisi tentang
kesimpulan dan hasil penelitian, serta saran-saran yang ditujukan untuk
kemajuan dan perbaikan pengelolaan wisata keagamaan pada makam KH.
Shaleh Darat Bergota Semarang.
16
BAB II
KONSEP PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI MAKAM K.H.
SHALEH DARAT DAN PASRTISIPASI MASYARAKAT
2.1. Wisata Keagamaan
2.1.1. Pengertian Wisata Keagamaan
Islam telah meninggalkan berbagai peninggalan sejarah
penting, baik berupa makam, masjid, bekas kerajaan, perhiasan, adat
istiadat dan sebagai-nya yang dapat dijadikan sebagai potensi wisata
salah satu kegiatan. Wisata tersebut adalah dalam bentuk wisata
keagamaan (ziarah) umat Islam.
Wisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan
(Petroningsih, 2005: 640). Wisata sering disebut juga perjalanan.
Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih dengan tujuan mendapatkan kenik-matan dan tujuan untuk
mengetahui sesuatu, dapat juga yang berhubungan dengan kegiatan
olah raga, kesehatan, keagamaan, dan keperluan wisata lainnya.
Dari uraian di atas wisata dapat dirumuskan sebagai perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersifat
sementara, untuk menikmati obyek dan atraksi di tempat tujuan.
Wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat
dikatakan sebagai wisata dengan kata lain melakukan wisata berarti
17
melakukan perjalanan tapi melakukan perjalanan belum tentu wisata
(Suyitno, 2006: 8).
Religi atau agama berasal dari akata “religere”, dalam bahasa
Latin artinya berpegang pada norma-norma. Sedangkan istilah
“religion” sekarang di Indonesia menjadi “religi” yaitu menunjukkan
hubungannya dengan tetap antara manusia dengan Tuhan saja (Ali,
2004: 3).
Wisata keagamaan merupakan sebuah perjalanan untuk
memperoleh pengalaman, pelajaran, dan pengajaran (Ibroh) (Shihab,
2007: 549). Wisata ini bertujuan untuk bersenang-senang dan
membuat hati tenang dengan berziarah dan berdoa dengan membaca
tahlil, surat yasin, dan lain-lain.
Pada dasarnya semua kegiatan perlu adanya manajemem
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan kegiatan
tersebut. Untuk mengatasi problema tersebut diperlukan ilmu
manajemen. Sebagaimana diungkapkan oleh sebagian yang ditengarai
oleh Munir dan Illahi (2006: 64-65), abad ini merupakan abad
manajemen karena segala sesuatunya memerlukan penge-lolaan dan
pengetahuan. Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik,
pengetahuan, waktu, dan perhatian), sedang kebutuhan manusia tidak
terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, terbatasnya kemampuan
dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan
tugas dan tanggung jawab. Pentingnya suatu manajemen disebabkan
18
manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan dalam wisata.
Manajemen mengakibatkan penerapan secara teratur, karena
pengembangan termasuk dalam fungsi manajemem (Hasibuan, 2001:
21).
Penerapan manajemen merupakan suatu komponen penting
yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan wisata keagamaan.
Upaya untuk mengoptimalkan pengembangan wisata keagamaan akan
tercapai beberapa manfaat, yaitu manfaat dakwah, ekonomi serta
manfaat keamanan bagi peziarah. Dengan tercapaiya beberapa
manfaat tersebut diharapkan akan meningkatkan ekonomi masyarakat,
dan secara ideal akan mencapai integritas budaya yang berupa
perlindungan pelestarian dan pengamanan. Sehingga aset budaya
terhindar dari kerusakan, pencemaran dan pencurian. Agar tercapai
beberapa manfaat dalam pengembangan wisata keagamaan di tengah
masya-rakat akan berfungsi secara optimal apabila ada dukungan dari
masyarakat juga peran pemerintah, maka akan melahirkan kualitas
keagamaan.
2.2. Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata
Pengelolaan merupakan makna lain dari manajemen, karena secara
etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management yang
berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Sedangkan arti
manajemen sendiri ialah suatu proses yang diterapkan oleh individu atau
19
kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.
Manajemen juga dapat diartikan sebagai aktivitas menertibkan, mengatur,
dan berfikir yang dilakukan oleh seseorang, sehingga ia mampu megemuka-
kan, menata dan merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, menge-
tahui prinsip-prinsipnya serta menjadikan hidup selaras dan serasi dengan
yang lainnya (Munir dan Ilahi, 2006: 9).
Dalam pengelolaan tidak terlepas dari beberapa fungsi umum
manajemen yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
serta pengawasan.
1. Perencanaan
Aktivitas perencanaan dilakukan untuk menetapkan sejumlah pe-
kerjaan yang harus dikerjakan kemudian. Perencanaan merupakan
aktivitas untuk memilih dan menghubungkan fakta serta aktivitas mem-
buat dan menggunakan dugaan mengenai masa yang akan datang.
Perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan
dan menentukan cakupan pencapaiannya.
Perencanaan dalam pengelolaan wisata keagamaan ini dilakukan
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
yang akan dilakukan dalam pengelolaan wisata keagamaan seperti halnya
perjalanan yang bertujuan untuk memperoleh pengalaman, pelajaran, dan
pengajaran (ibroh).
2. Pengorganisasian
20
Setelah proses perenacanaan, maka hal yang selanjutnya adalah
pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) adalah seluruh penge-
lompokan orang-orang/alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewe-
nang dengan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan (Munir dkk, 2006: 117). Setelah direncana-
kan langkah berikutnya dalam pencapaian tujuan organisasi adalah
mengorganisir segala sumber daya untuk diarahkan guna meng-gerakkan
organisasi pada tujuan yang telah ditentukan.
3. Penggerakkan
Setelah organisasi dibuat dan disusun, langkah selanjutnya adalah
penggerakkan. Penggerakkan merupakan suatu usaha untuk menggerak-
kan anggota-anggota dalam pengelolaan wisata keagamaan, supaya para
anggota dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan apa
yang diinginkan.
4. Pengawasan
Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan
tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan yang
telah direncanakan.
Menurut Fakhrudin al-Razy, perjalanan wisata mempunyai dampak
yang sangat besar dalam rangka menyempurkan jiwa manusia. Karena
dengan perjalanan itu, ia mungkin memperoleh kesulitan dan ketika itu ia
21
mendidik jiwanya untuk bersabar. Mungkin ia juga menemui orang-orang
terkemuka sehingga ia dapat memperoleh dari mereka hal-hal yang tidak
dimilikinya. Selain itu, ia dapat menyaksikan aneka ragam per-bedaan
ciptaan Allah SWT dan walhasil perjalanan wisata mempunyai dampak yang
kuat dalam kehidupan beragama seseorang (Shihab, 1994: 351).
Perjalanan yang tidak mengakibatkan dosa dibenarkan oleh agama.
Dalam Firman Allah SWT, surat al-Ankabut ayat 20 dijelaskan:
Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlahbagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya,kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya AllahMaha Kuasa atas segala sesuatu (DEPAG RI, 1989: 631).
Tidak kurang pentingnya perjalanan itu adalah adanya peluang yang
terbuka untuk memperoleh rizki Tuhan. Sebagaimana diisyaratkan oleh
banyak ayat al-Qur’an, yang salah satu diantaranya dalam surat al-Muzammil
ayat 20:
22
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malamatau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orangyang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dansiang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapatmenentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberikeringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu)dari al-Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamuorang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumimencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagiberperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu)dari al-Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat danberikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dankebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamumemperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang palingbaik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunankepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang .
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa perjalanan
(pariwisata) yang memiliki tujuan yang benar maka sangat dianjurkan oleh
agama, dan hal itu perlu dikelola dengan sebaik mungkin.
23
2.3. Pengeertian Obyek dan Daya Tarik Wisata
Pengertian obyek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang
Nomor 9 tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi:
1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud flora dan fauna, seperti
pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan
hutan tropis serta binatang-binatang langka.
2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, pening-
galan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air),
wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua,
tampat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain
http://arison001. blogspot.com, 2008).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obyek
daya tarik wisata adalah aktivitas menertibkan serta mengatur suatu sasaran
dari perjalanan wisata yang meliputi, wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
wisata karya manusia, serta wisata minat khusus. Dalam pengelolaan wisata
ada beberapa fasilitas yang dilibatkan, yaitu yang lazim disebut dengan
komponen wisata yang antara lain:
1. Sarana transportasi
Sarana transportasi berkaitan erat dengan mobilitas wisatawan.
Sebagai komponen wisata, maka ada beberapa hal yang perlu diperhati-
kan sehubungan dengan transportasi, antara lain: jenis, fasilitas, biaya,
lokasi dan lain sebagainya.
24
2. Sarana akomodasi
Sarana akomodasi dibutuhkan apabila wisata diselenggarakan
dalam waktu lebih dari 24 jam dan direncanakan untuk menggunakan
sarana akomodasi tertentu sebagai tempat menginap. Ada beberapa jenis
akomodasi mulai dari home stay, losmen, motel, hotel melati, hingga
hotel berbintang.
3. Sarana makan dan minum
Saran makan dan minum disuatu tempat wisata perlu mem-
perhatikan beberapa hal yaitu: jenis atau kelas, menu, fasilitas, harga,
lokasi, dan lain-lain.
4. Obyek dan atraksi wisata
Ada beberapa obyek dan atraksi wisata, salah satunya obyek dan
atraksi wisata yang yang dibedakan berdasarkan bentuknya yaitu: obyek
wisata alam, budaya, agama dan lain-lain. Untuk itu perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu: daya tarik, lokasi, fasilitas, biaya, dan kemudahan
lainnya.
5. Sarana hiburan
Sarana hiburan tersebut dapat berupa massal, digelar untuk
masyarakat umum dan tanpa pungutan biaya, ada juga sarana hiburan
yang bersifat khusus dan dipungut biaya bagi yang ingin menikmatinya.
6. Toko cinderamata (souvenir shop)
Komponen wisata ini erat kaitannya dengan oleh-oleh atau
kenang-kenangan adalam bentuk barang tertentu. Beberapa hal yang
25
perlu diperhatikan untuk komponen ini antara lain: jenis barang, kappa-
sitas, lokasi, harga dan kualitas.
7. Pramuwisata dan pengatur wisata (guide and tour manager)
Pramuwisata dan pengatur wisata keduanya bertugas memeberi-
kan informasi dan layanan kepada wisatawan. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu: keahlian, jenis dan biaya.
8. Parkir
Tempat parkir adalah bagian yang tak terpisahkan dari obyek dan
atraksi wisata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
tempat parkir adalah lokasi, kapasitas, fasilitas, waktu beroperasi dan
tarif.
Beberapa komponen wisata tersebut tidak selamanya selalu ada dan
dilibatkan dalam penyelenggaraan sebuah wisata tergantung pada kondisi
wisata yang diselenggarakan baik menyangkut jenis maupun harganya
(Suyitno, 2001: 18-21).
Pengelolaan obyek daya tarik wisata yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pengelolaan dalam mengembangkan wisata keagamaan pada
makam KH. Shaleh Darat di Bergota Semarang, yang merupakan salah satu
akulturasi budaya Jawa dan budaya Islami yang termasuk dalam sarana
pengembangan dakwah.
26
2.4. Pengertian Partisapasi Masyarakat
Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation yang
berarti pengambilan bagian atau pengikuti sertaan (John dan Hasan, 1995:
419). Menurut Keith Devis partisipasi didefinisikan sebagai berikut:
Participation is defined as a mental and emotional involved at a person in a
group situation which encourager then contribute to group goal and share
responsibility in them . Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental
dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya (Suryobroto, 2002: 279).
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 7 dalam http://www.
cacafirmansyah.wordpress.com) adalah keikutsertaan masyara-kat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat dalam
proses pengevaluasian perubahan yang terjadi.
Dari pengungkapan definisi partisipasi di atas, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif seseorang,
atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar unutk berkontribusi secara
sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan sampai pada tahap pengawasan.
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155
dalam http://www.sacafirmansyah.wordpress.com) adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
27
b. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya. Karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek
tersebut.
c. Bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
2.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masya-
rakat dalam suatu program. Sifat-sifat faktor tersebut dapat mendu-
kung suatu keberhasilan. Namun ada juga yang sifatnya dapat
menghambat keberhasilan suatu program.
Menurut Holil (1980: 9-10) unsur-unsur dasar partisipasi sosial
yang juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah:
a. Kepercayaan diri masyarakat.
b. Tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat.
c. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki
keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri.
d. Organisasi keputusan rasional dan efisiensi usaha.
e. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan.
f. Kepekaan dan tanggapan masyarakat terhadap masalah kebutuhan-
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.
28
BAB III
DESKRIPSI UMUM WISATA KEAGAMAAN DI MAKAM MBAH
SHALEH DARAT BERGOTA SEMARANG
3.1. Gambaran Umum Kota Semarang
Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang telah tumbuh
sebagai Kota Metropolitan dengan jumlah penduduk sebanyak 1,4 juta jiwa.
Sebagai fasilitas pendukung pengembangan ekonomi tersedia di kota ini,
antara lain Pelabuhan Tanjung Emas, Bandara Internasional Ahmad Yani,
pusat-pusat industri, serta pusat-pusat perdagangan. Sedangkan dibidang
sosial budaya tampak adanya hiterogenitas sumber daya manusia dengan
berbagai ragam kegiatan dan kebudayaannya.
Sejarah Kota Semarang diawali dengan kedatangan seorang kesul-
tanan Demak, Pangeran Made Pandan bersama Puteranya Raden Pandan
Arang, meninggalkan Demak menuju ke daerah sebelah barat di suatu tempat
yang bernama Pulau Tirang. Mereka membuka hutan dan mendirikan daerah
pemukiman pedesaan, serta mendirikan pesantren sebagai sarana menyiarkan
agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah-daerah itu semakin subur, disela-
sela kesuburan itu muncul pohon asam yang jarang, yang dalam bahasa Jawa
disebut asam arang, sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu
menjadi Semarang(kantor INFOKOM, 2008).
Sultan Pandanaran II, putra dari pendiri desa yang bergelar Kiai
Ageng Pandan Arang I adalah Bupati Semarang pertama yang meletakkan
29
dasar-dasar pemerintahan kota dan dinobatkan menjadi Bupati Semarang
pada tanggal 12 Rabiul Awal 954 H bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1547
M. Tanggal penobatan tersebut dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Semarang.
Dari tahun ke tahun, Semarang mengalami perkembangan yang cukup
menarik. Setelah Sultan Pandanaran II diangkat menjadi Bupati Semarang
yang pertama, maka daerah ini mulai berbenah diri. Beliau berusaha
menjadikan Semarang sebagai tempat yang menarik bagi para pedagang luar
negeri. Tidak heran jika pelabuhan Semarang diupayakan menjadi Bandar
internasional, di mana banyak saudagar melakukan transit dan transaksi
perdagangan di tempat ini. Bahkan banyak dari mereka yang akhirnya
memilih bertempat tinggal di Semarang. Selain berbaur dengan penduduk
pribumi, mereka juga membuka kawasan-kawasan tertentu, seperti Kampung
Kauman, Arab, Pekojan dan Pecinan. Masing-masing komunitas menyadari
bahwa mereka merupakan bagian dari penduduk kota yang harus mencintai
dan membangun Kota Semarang secara bersama-sama. Kesadaran hidup
dalam kemajemukan menjadi kebanggaan tersendiri dalam membangun
mewujudkan kota yang ramah, damai dan sejahtera.
3.1.1. Letak Geografis
Kota Semarang terletak diantara 6050’ – 7010’ Lintang
Selatan dan 10935’ – 110050’ Bujur Timur. Sedangkan ketinggiannya
terletak antara 0,75 – 348,00 Meter di atas garis pantai dengan
kemiringan tanah berkisar antara 0 sampai 40 persen (curam).
30
Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang
memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Laut Jawa (dengan panjang garis pantai 13,5 km).
b. Sebelah Timur : Kabupaten Demak.
c. Sebelah Selatan: Kabupaten Semarang
d. Sebelah Barat : Kabupaten Kendal.
Luas wilayah mencapai 373,70 km2 yang secara administratif
terbagi atas 16 Kecamatan dan 117 Kelurahan. Adapun luas wilayah
masing-masing Kecamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Luas Wilayah Per Kecamatan Kota Semarang
No. Kematan Luas (km2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Mijen
Gunung Pati
Banyumanik
Gajah Mungkur
Semarang Selatan
Candisari
Tembalang
Pedurungan
Genuk
Gayamsari
Semarang Timur
Semarang Utara
Semarang Tengah
Semarang Barat
Tugu
57,55
54,11
25,69
9,07
5,93
6,54
44,20
20,72
27,39
6,18
7,70
10,97
6,14
21,74
31,72
31
16. Ngaliyan 37,99
Jumlah 373,70Sumber: Profil Kependudukan Kota Semarang
3.1.2. Kondisi Sosial, Budaya dan Agama
Perkembangan kehidupan bersama di Kota Semarang sangat
kondusif. Pemeluk agama satu sama lain saling menghormati dan
mengasihi. Karena iklim yang kondusif ini Kota Semarang dipercaya
sebagai tempat dibangun-nya sarana ibadah yang dapat dikatakan
spektakuler, yaitu Masjid Agung Jawa Tengah dan Vihara Watugong.
Penduduk Kota Semarang merupakan penduduk yang
hiterogen keaneka-ragaman masyarakat, tidak hanya terbatas pada
suku ataupun ras saja, tetapi juga keragaman dalam memeluk agama.
Dalam hubungan ke-masyarakatan, perbedaan agama tidak menjadi
penghalang untuk melakukan aktivitas. Mereka hidup rukun saling
menghargai dan menghormati antar pemeluk agama yang berbeda.
Dalam perkembangannya pada tahun 2004 tercatat 1056 buah
Masjid, 1252 buah Mushola, 199 buah Gereja Kristen, 31 buah Gereja
Katolik/Kapel, dan 18 buah Vihara/Cetya/Klenteng, serta 10 buah
Pura/Kuil/Sanggah. Sedangkan jumlah pondok pesantren pada tahun
2004 terdapat 150 buah. Diantara tempat-tempat peribadatan tersebut,
ada beberapa tempat ibadah yang cukup dikenal masyarakat, antara
lain Masjid Agung Jawa Tengah (terbesar di Jawa Tengah), Gereja
Blenduk (Gereja Imanuel) di kawasan Kota Lama, Klenteng Sam Poo
32
Kong di Gedung Batu (Simongan), Vihara Mahavira (terbesar di Jawa
Tengah), Vihara Budhagaya di Watugong Banyumanik.
3.1.3. Kondisi Budaya Kota Semarang
Kota Semarang mempunyai kebudayaan dan kesenian yang
beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat dan tradisi. Kebudayaan
dan kesenian Kota Semarang antara lain sebagai berikut:
a. Dugderan
Dugderan merupakan upacara tradisional masyarakat
Semarang bernuansa religius yang diadakan satu hari menjelang
datangnya bulan suci Ramadhan. Kata “dugder” diambil dari
perpaduan bunyi bedug yang ditabuh oleh Kanjeng Bupati
Semarang RMTA. Purbaningrat, sebagai bunyi “dug” dengan
disertai bunyi meriam yang diasumsikan sebagai bunyi “der”
sehingga terpadu menjadi “dugder”.
b. Ba’do Gablok
Upacara ini dilaksanakan di daerah Godong Kecamatan
Mijen pada bulan Syawal tepatnya pada tanggal 6 Syawal. Upacara
ini dilakukan untuk memohon berkah dan keselamatan kepada
Yang Maha Kuasa dengan membawa berbagai sesaji, seperti
ketupat dan gablok, yaitu ketupat nasi besar. Setelah terkumpul dan
diadakan doa bersama, maka sesaji tersebut dapat dimakan.
33
c. Sesaji Rewanda
Sesaji Rewanda merupakan upacara yang berhubungan
dengan obyek wisata Gua Kreo. Tradisi yang mulai dikembangkan
sejak tahun 1996 berdasarkan petunjuk dari para sesepuh, yang
dilakukan pada tiap tanggal 3 bulan Syawal. Upacara dilaksanakan
dengan memberikan sesaji beberapa kacang tanah, jagung,
ketimun, kacang hijau, dan jenang merah putih. Sesaji ini dipikul 4
orang berpakaian kejawen diiringi cucuk lampah, Satriyo
Sakembaran, Pengapit Domas dan musik rebana.
d. Gambang Semarang
Kesenian ini merupakan perpaduan antara tari dengan
diiringi alat musik dari bilah-bilah kayu dan gamelan Jawa yang
biasa disebut “gambang”. Kesenian ini sering ditampilkan pada
event-event tertentu, sperti festival dugderan. Gambang Semarang
telah ada sejak tahun 1930 dengan bentuk Paguyuban yang
anggotanya terdiri dari pribumi dan keturunan Cina, dengan
mengambil tempat pertunjukkan di gedung pertemuan Bian Hien
Tiong di Gang Pinggir.
e. Tari Semarangan
Tari Semarangan ini merupakan tari khas Semarang yang
dilaku-kan oleh dua orang atau lebih dengan berpasangan. Tari
yang sering ditampilkan pada event-event dugderan dan festival
34
Jajan Tradisional ini sekarang dikembangkan oleh Fakultas Sastra
UNDIP Semarang.
Kota Semarang tidak hanya kaya akan budaya dan
keseniannya, akan tetapi Kota Semarang juga mempunyai banyak
obyek wisata. Obyek wisata Kota Semarang meliputi: Tugu Muda,
Lawang Sewu, Klenteng Gedung Batu, Gereja Blenduk, Museum
Mandala Bhakti, Museum Ranggawarsito, Museum Jamu Jago dan
Muri, Museum Jamu Nyonya Meneer, Taman Budaya Raden Saleh,
Taman Tabanas Gombel, Gua Kreo, Pantai Marina, Puri Maerokoco,
Simpang Lima, Makam Ki Ageng Pandanaran, Kota Lama dan Pusat
Oleh-Oleh di Jalan Pandanaran (Kantor INFOKOM, 2008: 3-64).
Potensi yang cukup baik dimiliki Kota Semarang adalah obyek
wisata umum dan religinya. Salah satu obyek wisata religi adalah
Makam Mbah Shaleh Darat dan tradisi labuhan Kiai Shaleh, yang
baru dua tahun ini diselenggarakan oleh keturunan KH. Shaleh Darat.
Oleh karena itu, Makam Mbah Shaleh Darat dan tradisi labuhan KH.
Shaleh Darat perlu dikelola dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya.
3.2. Gambaran Umum Makam Mbah Shaleh Darat Bergota Semarang
3.2.1 Riwayat Singkat K.H. Shaleh Darat
Nama Kiai Shaleh Darat Semarang sangat masyhur dikenal
luas masyarakat Semarang, bahkan di Tanah Jawa. Masyarakat
Semarang lebih sering menyebut “Mbah Shaleh Darat” atau “Kiai
35
Sheleh Darat”. Sebenarnya nama yang diberikan orang tuanya, yaitu
KH. Umar adalah Muhammad Shaleh. Beliau lahir di Desa Kedung
Jumbling, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada sekitar tahun
1820 M/1238 H.
Sejak kecil KH. Shaleh Darat mendapat tempaan ilmu dari
ayahnya yang memang seorang ulama. Setelah dirasa cukup lama
belajar dengan ayahnya, KH. Shaleh Darat melakukan pengembaraan
ke berbagai tempat dalam menimba ilmu, hingga akhirnya beliau
berkesempatan belajar di Mekkah. Disana beliau berguru dengan
ulama-ulama besar diantaranya: Syaikh Muhammad al-Marqi, Syaikh
Muhammad Sulaiman Hasballah, Syaikh Muhammad Zein Dahlan,
Syaikh Zahid, Syaikh Umar Assyani, Syaikh Umar Yusuf al-Misri,
serta Syaikh Jamal Mufti Hanafi. KH. Shaleh Darat di Mekkah
bertemu dengan santri-santrinya yang berasal dari Indonesia antara
lain: KH. Nawawi al-Bantani dan KH. Muhammad Kholil al-Maduri.
Nama “Darat” yang disandangnya merupakan sebutan masyarakat
untuk menunjukkan tempat di mana KH. Shaleh Darat tinggal, yaitu di
Kampung Darat, yang masuk dalam Wilayah Kelurahan Dadap Sari
Kecamatan Semarang Utara. Sebagaimana kebiasaan para ulama
dahulu selalu menyebutkan daerah asal di belakang namanya, seperti
al-Bantani (Banten), al-Maduri (Madura), al-Banjari (Banjar) dan lain-
lain. Begitu juga dengan KH. Shaleh Darat, beliau biasa menggunakan
36
nama Muhammad Shaleh bin Umar al-Samarani yang berarti dari
Semarang (http://sachrony.wprdpress.com/2008/02/25).
Saat di Mekkah KH. Shaleh Darat mendapat cobaan dari Allah
SWT, istri dan ayahnya meninggal dunia. Keadaan ini mendorong Kiai
Murtadlo Semarang mengirim pesan kepada KH. Shaleh Darat melalui
Jama’ah Haji yang ke Mekkah agar pulang ke Semarang untuk
berjuang meneruskan perjuangan ayahnya dengan mendidik dan
mengajar para santri. Menurut suatu kisah, kepulangan KH. Shaleh
Darat ini diketahui pihak Belanda, dikhawatirkan akan membangkitkan
perlawanan terhadap Belanda. Maka untuk menjaga keselamatan dari
pengawasan Belanda saat KH. Shaleh Darat dalam perjalanan pulang
ke tanah air dengan menumpang kapal api tidak menempati ruang
penumpang seperti umumnya, tetapi disembunyikan dipeti, kemudian
di masukkan gudang tempat menyimpan barang-barang perbekalan
penumpang.
Pernikahan kedua kali KH. Shaleh Darat dengan putri KH.
Murtadlo yang bernama Shofiah, yang kemudian menurunkan
keturunan Kiai Cholil dan Kiai Yahya. Dari kedua putra tersebut hanya
Syaikh Cholil yang kemudian banyak mempunyai keturunan sampai
sekarang yang masih hidup, diantaranya: H. Ustman Cholil, H. Sukri
Cholil, Zahroh, dan HM. Ali Cholil. Menikah ketiga kalinya dengan
seorang putri Bupati Bulus Purworejo Sayid Ali yang masih sarifah
(keturunan Nabi Muhammad) bernama RA. Siti Aminah. Dari
37
perkawinan istri ketiga menurunkan seorang putri bernama RA. Siti
Zahroh. Putri KH. Shaleh Darat kemudian dijodohkan dengan
muridnya KH. R. Dahlan Termas, adik KH. Mahfudz Termas.
Perkawinannya dengan KH. R. Dahlan ketika menunaikan ibdah haji
di Mekkah, telah berputra bernama R. Rahmad. RA. Siti Zahroh yang
telah janda oleh KH. Mahfudz, Kiai Cholil dan Kiai Yahya kemudian
dijodohkan dengan salah satu murid KH. Shaleh Darat bernama Kiai
Amir Idris.
Sekembalinya menimba ilmu di Mekkah, KH. Shaleh Darat
mengajar di Pondok Pesantren Darat milik mertuanya KH. Murtadlo.
Sejak itu pondok pesantren berkembang dengan pesatnya. Banyak
santri yang berdatangan dari berbagai daerah di Pulau Jawa untuk
menimba ilmu darinya. Diantara murid-murid beliau yang termasyhur
adalah KH. Hasyim Asyri (tebu Ireng), KH. Ahmad Dahlan, KH.
Munawir (Krapyak, Jogjakarta), KH. Termas Mahfudz (Termas,
Pacitan), maka pantas rasanya bila KH. Shaleh Darat disebut-sebut
sebagai gurunya para ulama di Jawa.
Aktifitas lain KH. Shaleh Darat selain mengasuh para santri di
Pondok Pesantren di Darat Semarang dan menulis kitab-kitab
berbahasa Pegon juga melakukan dakwah dibeberapa daerah seperti
yang terkenal di Demak, Solo, dan Purworejo. Saat mengisi pengajian
di Pendopo Kabupaten Demak sekitar tahun 1901 M, secara kebetulan
dihadiri oleh RA. Kartini. Materi pengajian yang disampaikan adalah
38
tafsir al-Fatihah dari kitab Faidhur Rahman. Saat itu RA. Kartini
begitu terharu dengan uraian-uraian yang sampaikan dalam bahasa
Jawa. Sebelum ada penafsiran bahasa Jawa seperti yang dirintis KH.
Shaleh Darat masyarakat Jawa yang kebanyakan awam kesulitan
mempelajari dan mencerna kandungan makna al-Qur’an, sehingga
mengajarkan RA. Kartini perlunya pencerahan cara berfikirnya.
Setelah pengajian RA. Kartini memberanikan diri menemui KH.
Shaleh Darat untuk mengucapkan terima kasih dan mengemukakan
pendaptnya bahwa selama ini masyarakat Jawa diliputi kebodohan,
kegelapan ibarat gelapnya malam dan melalui pengajian ini mendapat
pencerahan sebagai titik permulaan terangnya siang hari (peningkatan
pengetahuan dan pendidikan orang Jawa). RA. Kartini yang kemudian
sebagai tokoh gerakan pendidikkan dan emansipasi wanita menulis
sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang . Hal demikian
sangat dimungkinkan diilhami dari pengajiannya dengan KH. Shaleh
Darat. Kemudian karena seringnya aktifitas dakwah di Purworejo dan
hubungan baik dengan keluarga Kraton, KH. Shaleh Darat mendapat
hadiah dijodohkan dengan putri Bupati Bulus Purworejo Sayid Ali
bernama RA. Siti Aminah.
Kebesaran nama KH. Shaleh Darat disamping menjadi guru
dari para ulama sebagian besar di Jawa, beliau sangat ‘alim dalam
bidang Fiqih, Teologi, Tasawuf dan ilmu Falak. Walaupun yang lebih
masyhur adalah dalam bidang Fiqih, karena Fiqih merupakan ilmu
39
paling utama dikalangan ulama pondok pesantren. Keahliannya dalam
ilmu Falak terbukti diwariskannya pada murid-muridnya seperti KH.
R. Dahlan Termas, KH. Amir Idris, Kiai Syaiban Semarang dan R.
Rahmad (cucu KH. Shaleh Darat). Dari penelitian beberapa referensi
pustaka dapat disimpulkan bahwa KH. Shaleh Darat adalah penulis
awal kitab-kitab dalam bahasa Arab-Jawa (pegon) dan dikenal luas di
kawasan Asia Tenggara karena kitab-kitabnya dicetak di Bombay
Singapura, baru kemudian penulisan kitab-kitab pegon diteruskan oleh
murid-muridnya, diantaranya: KH. Hasyim Asyari, KH. Mahfudz
Termas, KH. Dalhal Muntilan, KH. Cholil Rembang, KH. Syahli dan
KH. Hamid Kendal.
Adapun nama-nama kitab karya KH. Shaleh Darat yang telah
ditemukan ahli waris yang kemudian dikembangkan penelitiannya oleh
Dr. Abdullah Salim (staf pengajar UNISSULA Semarang). Jumlahnya
tidak kurang dari 12 kitab, diantaranya sebagai berikut: Majmu atus
Syari at li Kafiyatul Awam, Sabilil Abid Ala Jauharatut Tauhid,
Mujiyat, Lathaifut al-Thaharah wa Asrarus Shalat, al-Hikam,
Pasolatan, Minhajul a-Qiya , Mursyidul Wajiz fi Ilmul Qur an,
Mansikul Haji, Hadis Mi roj, Syarah Burdah, dan Tafsir Faidhur
Rahman (kitab tersebut dihadiahkan kepada RA. Kartini sebagai kado
pernikahannya dengan RM. Joyodiningrat yang menjabat sebagai
Bupati Rembang). Sementara temuan lain dari H. Ustman Cholil yang
menjelaskan nama kitab yang pernah ditemukan yaitu kitab Manakib
40
Syaikh Abdul Qodir Jaelani dan kitab Mujarabat (himpunan doa). Dari
sekian nama kitab-kitab karya KH. Shaleh Darat sebagian telah
diterbitkan diempat tempat yaitu, di Malaysia, Surabaya, Cirebon dan
Semarang (Toha Putra).
Pokok-pokok kandungan isi dari kitab-kitab karya KH. Shaleh
Darat diantaranya:
a. Majmu atus Syari at li Kafiyatul Awam
Dari judulnya dapat difahami kitab tersebut merupakan
kumpulan beberapa masalah syari’at yang diperuntukkan bagi
orang awam atau pemula tentang ibadah, muamalah dan
munakahat. Rincian isi kitab ini berisi sebagai berikut: pembukaan
diuraikan tentang akidah dan akhlak mulai dari bacaan pujian
tauhid, kemudian tentang keutamaan mencari ilmu bagi laku-laki
dan perempuan. Dijelaskan bahwa sebagus-bagus ilmu adalah ilmu
makrifat kepada Allah kemudian baru sayri’at (halal, haram, wajib
dan sunah). Berikutnya penjelasan tentang rukun Islam, rukun
iman, ihsan, sifat wajib, jaiz, dan mustahil bagi Allah, sifat wajib,
jaiz dan nustahil bagi Rasul, risalah kenabian Muhammad, hal-hal
yang menguatkan dan merusakkan agama maupun Islam.
b. Sabilil Abid Ala Jauharatut Tauhid
Kitab ini lebih dikenal sebagai kitab Teologi atau Tauhid
atau Ushuludin, merupakan rumusan Teologi dari Ahlussunah wal
Jama ah. Dikenal pula Teologi Asy’ariyah karena pemikiran-
41
pemikiran Teologi banyak bersumber pada Hasan Asy’ari
disamping terdapat pula pemikiran al-Maturidi. Dalam kitab ini
terdapat pula kritikan-kritikan yang dialamatkan kepada aliran
Muktazilah, Qodariyah, Jabariyah, aliran filsafat Materialisme dan
Sekularisme. Pembahasan kitab ini meliputi: dzat dan sifat-sifat
Allah, sifat dan risalah kenabian Muhammad, keutamaan ahli salaf
(para sahabat dan tabi’in), kemulyaan auliya’, kematian, alam
kubur, perhitungan amal, balasan amal, syafa’at orang-orang yang
mati syahid, macam-macam rizki, ikhtiyar dan tawakal, taubat,
memelihara agama, adab shuhbah, adab ilmu, adab pencari ilmu,
hak dan adab terhadap orang tua, pergaulan dengan sesama
muslim, hak tetangga, hak kerabat, dan kewajiban penguasa.
c. Munjiyat
Kitab ini berisi tentang etika yang membedakan dua sifat
yang saling bertentangan yaitu, Mazmumah dan Mahmudah.
Uraian tentang sifat-sifat Mazmumah atau Muhlikat (merusak)
diantaranya: syaithon, nafsu, syahwat bathin dan farji, bahasa lisan,
ghodholbhuqod, hasud dunia, bakhil, cinta dunia, al-jah, al-riya’,
takabur, ujub. Sedangkan yang termasuk sifat-sifat Mahmudah atau
Munjiyat diantaranya: taubat, sabar, khouf roja’, fakir dan zuhud,
tauhid dan tawakal, muhabbah syauq dan ridlo, niat, ikhlas dan
shidiq, musahabah dan muroqobah, tafakur dan ingat mati.
d. Lathaifut al-Thaharah wa Asrarus Shalat
42
Suatu ibadah telah dianggap sah manakala terpenuhi dari
syarat-syarat dan rukunnya, demikian ini menurut ilmu fiqih.
Ibadah jika ditinjau dari tasawuf tidak hanya pada pemenuhan yang
bersifat dhohir semata tetapi juga pemenuhan pada kepuasan atau
aspek bathiniah. Kitab ini berusaha mengupas tentang rahasia dan
hikmah Thaharah mulai wudhu, mandi, menghilangkan najis,
kemudian shalat dan tentang eksistensi (keberadaan) manusia.
e. al-Hikam
Kitab KH. Shaleh Darat ini merupakan syarah dari kitab
Matnul Hikam karya syaikh Ahmad ibnu Athaillah as-Sukandari.
Kitab ini bisa menjadi pegangan bagi santri atau salik dalam
menempuh tingkatan-tingkatan Thariqoh atau tasawuf. Sedangkan
dari masyarakat awam yang kesulitan memahami kitab ini lebih
baik mempelajari kitab Majmu . KH. Shaleh Darat sering
menganjurkan bagi orang yang ingin memperdalam Thariqoh atau
Tasawuf terlebih dahulu harus memperdalam ilmu syari’at.
Diantara perbahasan kitab ini adalah pengertian makrifat,
pintu-pintu makrifat, perjalanan bagi salik, keutamaan ahli
makrifat, ibadah menurut ahli haqiqah, ketundukan kepada Allah,
bentuk-bentuk nafsu, keutamaan dzikir, dan tanda-tanda mati dan
hidup.
43
f. Minhajul atqiya
Nama kitab Minhajut Atqiya mengandung maksud
bahwa kitab ini merupakan pegangan bagi orang-orang taqwa
terlebih yang telah berumur lebih dari 40 tahun untuk mengetahui
jalan-jalan yang harus ditempuh orang-orang taqwa dan auliya’.
Adapun kandungan dalam kitab ini diawali dengan
mengupas tentang pengertian tasawuf. Selanjutnya tentang
muqamat-muqamat atau ahwal bagi orang yang memperdalam
Thariqoh atau Tasawuf diantaranya: taubah, qana’ah, zuhud,
ta’allum ilmi, muhafadlah ‘ala sunani, ikhlas, uzlah, hifdzul auqat.
Pengertian tasawuf secara sederhana yaitu merupakan amaliat
syari’at dengan bersungguh-sungguh, hati-hati, dalam dhohir dan
bathin dengan menjalankan wara , mendekat kepada Allah dengan
memperbanyak ibadah dan dengan latihan-latihan jiwa untuk
mempertinggi sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan menahan sifat-
sifat tercela (mazmumah). Suatu Thariqoh harus berdasarkan pada
al-Qur’an dan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Syarat
harus dipenuhi bagi seorang mursyid atau guru dalam Thariqoh
atau Tasawuf harus faham tentang al-Qur’an dan Hadist.
KH. Shaleh Darat semasa hidupnya lebih banyak untuk
mengajar dan mendidik para santri di Pondok Pesantren di Darat
kawasan Pantai Utara Semarang. Kegemaran beliau adalah menulis
kitab-kitab Arab-Jawa (pegon) yang sampai sekarang sebagian masih
44
diwarisi para ulama di tanah Jawa. Sementara aktifitas lain melakukan
dakwah diberbagai daerah seperti Demak, Solo dan Purworejo.
Wafatnya KH. Shaleh Darat menurut catatan yang dihimpun pihak ahli
waris yaitu pada hari Jum’at sore (Jum’at Legi) pukul 17.00 WIB
tanggal 28 Ramadhan 1321 H atau bertepatan tanggal 18 Desember
1903 pada usia 83 tahun. Pemakaman jenazah KH. Shaleh Darat
dilaksanakan di kompleks pemakaman Bergota Semarang yang
sekarang dimakamkan pula bersama istri dan putra-putranya.
Peringatan wafatnya KH. Shaleh Darat (haul) dilaksanakan
pada tanggal 10 Syawal di Pemakaman Bergota Semarang, sebagai
penyelenggara pengajian Ahad pagi Kota Semarang rintisan KH.
Abdul Hamid Kendal (murid KH. Shaleh Darat). Sehari sebelum
pelaksanaan haul (sore harinya) biasanya masyarakat Semarang dari
berbagai daerah seperti Jepara, Demak, Purwodadi, Salatiga, Kendal,
Pekalongan dan Surabaya mulai berkumpul yang jumlahnya lebih dari
lima ratus orang. Kebanyakan para peziarah membacakan al-Qur’an
dan Tahlil.
Pondok Pesantren Darat dalam asuhan KH. Shaleh Darat
pernah mengalami kejayaan, banyak mendidik dan melahirkan ulma-
ulama besar pada periode abad 19/20 M. Saat sekarang tinggal
kenangan sejarah yang sangat berarti bagi masyarakat Semarang,
sehingga KH. Shaleh Darat pantas dianggap sebagai kiai orang
Semarang dan sebagai tanda jasa atas perjuangannya nama KH. Shaleh
45
Darat diabadikan menjadi nama jalan di dekat Pemakaman Bergota
Semarang. Bekas peninggalan rumah tempat tinggal yang berada satu
kompleks bekas peninggalan Pondok Pesantren Darat sekarang
ditempati salah seorang cucunya bernama H. Ali Cholil (Abu, 2000:
18-22).
3.2.2 Kondisi Keberagamaan Masyarakat Kampung Darat
Di kawasan Pantai Utara Semarang terdapat tiga perkampung-
an tua yang mempunyai nilai sejarah permulaan masuknya Islam di
Semarang yaitu Darat, Pecikan dan Banjar. Perkampungan “Darat”
merupakan penduduk yang ada di daerah pantai berdekatan dengan
laut Utara Semarang. “Darat” berarti kawasan tanah yang berdekatan
dengan pantai atau dapat dikaitkan dengan pendapat Djawahir
Muhammad dalam buku “Semarang Sepanjuang Jalan Kenangan
bahwa pemukiman daerah Kota Semarang berasal dari endapan lumpur
laut yang secara berlahan-lahan membentuk daratan alluvial sekitar
lima ratus tahun yang lalu. Perkampungan “Pencikan” konon pada
waktu dulu masyarakat yang menetap di kampung tersebut kebanyakan
berasal dari orang-orang Melayu (Sumatera, Singapura, Malaysia).
Mereka sering memanggil dengan sebutan cik-cik kemudian
menjadi Pencikan . Sementara perkampungan “Banjar” dikarenakan
masyarakat yang menetap di kampong tersebut saat itu kebanyakan
masyarakat pendatang dari “Banjar” atau Banjarmasin Kalimantan
Selatan.
46
Disamping ketiga kampung tua tersebut terdapat pula
peninggalan Pondok Pesantren Darat berupa Langgar (sekarang telah
menjadi Masjid) berada di kampong Darat dan Masjid Menara
berdekatan Jl. Layur atau Ngilir Semarang, yang diyakini masyarakat
sekitar bahwa Masjid tersebut para pedagang Arab atau Persia yang
saat itu telah ramai singgah di Pelabuhan Semarang (Abu, 2000: 20).
Masyarakat kampung Darat dalam beraktifitas bermasyarakat
bisa dikatakan sangat menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal ini
terbukti dengan adanya kegiatan sosial agama yang dilakukan
masyarakat kampung Darat, seperti halnya dalam mengelola Masjid
peninggalan KH. Shaleh darat yang menjadi pusat kegiatan agama, dan
gotong royong dalam membersihkan dan memperbaiki Masjid
bersejarah yang kurang mendapat perhatian dari Pemerintah setempat
(Wawancara dengan Bapak Agus Triyanto).
Untuk menjadi agar masyarakat terpenuhi segala macam sarana
umum serta untuk pengembangan masyarakat dalam bidang
keagamaan, maka diadakan kegiatan kegamaan yang dilakukan di
Masjid dan makam KH. Shaleh Darat, antara lain:
a. Berjanzi
Dilaksanakan pada tanggal 1-12 Rabiul Awal, yang
memiliki maksud untuk mengenang kembali jasa-jasa Nabi
Muhammad dalam menyiarkan agama Islam. Biasanya masyarakat
menggunakan kitab Dziba .
47
b. Mauludan
Sebutan Mauludan sebenarnya penamaan secara umum dari
semua rangkaian ritual di bulan Rabiul Awal atau lebih sering
menyebutnya dengan bulan Maulud.
c. Tahlilan
Bacaan-bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an al-Karin, kalimat-
kalimat Thayyibah serta doa-doa yang ditujukan untuk orang yang
telah meninggal dunia supaya dilapangkan kuburnya dan arwahnya
dapat diterima di sisi Allah SWT serta mendapat ampunan-Nya.
Kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat kampung
Darat maupun mayarakat luar daerah makam KH. Shaleh Darat setiap
Jum’at, yaitu Tahlil dan Yasin, Mauludan, pertemuan satu tahun sekali
dan haul akbar pada tanggal 10 Syawal di pemakaman Bergota
Semarang. Sehari sebelum pelaksanaan haul (sore harinya) kebanyak-
an para peziarah membacakan bacaan al-Qur’an dan Tahlil
(Wawancara dengan Bapak Agus Triyanto, 2010).
Setiap masyarakat pada umumnya mempunyai kebiasaan yang
dilakukan apabila ada acara Tasyakuran atau hajatan, mereka selalu
Tahlil dan Surat Yasin dalam penutupan acara Tasyakuran. Menurut
HM. Ali Cholil yang masih cucu KH. Shaleh Darat, bahwasanya
beliau tidak mencapurkan agama dan tradisi, karena Tahlil itu masih
ada hubunganya dengan tradisi Hindu dan budha, dan untuk men-
48
gamalkannya (al-Qur’an dan Hadits) tanpa dipengaruhi tradisi
(Wawancara dengan Bapak Agus Triyanto, 2010).
Kehidupan masyarakat yang pemahaman keagamaannya ter-
golong lumayan baik, maka dari itu ada kegiatan yang bernuansa
agama, seperti ziarah dan kegiatan keagamaan lainnya. Menurut Agus
Triyanto masyarakat kampung Darat memiliki faktor historis yaitu
kampung Darat terdapat banyak ulama dan pejuang, contohnya: KH.
Shaleh Darat dan Ahmad Muthohar. Faktor kultur budaya dibagi
menjadi dua, yaitu pesisir (kakap) kegiatan keagamaan yang di-
lakukan mengarah pada kesenian seperti shalawatan, Mauludan (ratib),
Rebana dan orkes Melayu. Sedangakan pedalaman masyarakat
tersebut masih melakukan tradisi Nyadran dan sesajen. Faktor
ekonomi masyarakat kampung Darat adalah sebagai nelayan, buruh
dan guru (Wawancara dengan Bapak Agus Triyanto, 20100.
Pengetahuan agama yang didapatkan oleh masyarakat kampung
Darat melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di
Masjid dan makam KH. Shaleh Darat untuk menambah keimanan dan
ketaqwaan, sehingga tradisi keberagamaan masyarakat kampung Darat
diharapkan lebih meningkat.
3.2.3 Sasaran dan Obyek Wisata Keagamaan
Sasaran dan obyek wisata keagamaan di makam KH. Shaleh
Darat terletak pada makam KH. Shaleh Darat sendiri, Masjid
peninggalan KH, Shaleh Darat dan labuhan KH. Shaleh Darat yang
49
baru dicetuskan oleh Agus Triyanto, menantu HM. Ali Cholil, yaitu
arak-arakan yang diadakan sebelum tanggal 10 Syawal untuk
memperingati haul KH. Shaleh Darat.
Obyek wisata makam KH. Shaleh Darat lokasinya di tengah-
tengah kompleks pemakam umum Bergota. Sedangkan Masjid
peninggalan KH. Shaleh Darat berada di kampung Darat Tirto Jl.
Kakap. Darat Nipah merupakan salah satu Masjid tua di Semarang.
Makam KH. Shaleh Darat lebih terkenal daripada masjidnya. Pada
abad ke-18 Masjid yang dibangun Kiai Shaleh Muhammad (nama asli
KH. Shaleh Darat) nyaris tidak terdengar sebesar gaung nama
pemiliknya, KH. Shaleh Darat. Wajar kalau guru dari KH. Ahmad
Dahlan (pendiri Organisasi Muhammadiyah) dan KH. Hasyim Asyari
(pendiri Organisasi Nahdlotul Ulama) tersebut lebih terkenal daripada
Masjid yang telah dibangunnya. Sebab orang mengenal KH. Shaleh
Darat karena buah karyanya yang dapat dibaca hingga kini.
Apalagi Masjid yang dibangun KH. Shaleh Darat, yang mailiki
luas sekitar 11x12 m, bangunan atasnya berbentuk undak-undakan
tersebut kurang terawat hingga kini. Hanya waktu-waktu tertentu
Masjid digunakan sebagai tempat ibadah yang bersifat rutinitas. Di
samping itu, Masjid ini juga digunakan untuk melepas lelah, baik
siang maupun malam harinya. Tempat tersebut masih ada sejumlah
bangunan rumah yang konon milik KH. Shaleh Darat. Bentuk rumah
masih seperti dulu, yaitu berbentuk limasan. Rumah itu tepat berada di
50
samping Utara Masjid. Kini di diami oleh cucu, cicit dan buyut KH.
Shaleh Darat.
Selain haul pada tiap tanggal 10 Syawal, penghormatan
kepada KH. Shaleh Darat juga dilakukan dalam bentuk labuhan.
Namun beda dari haul yang telah berlangsung lama. Labuhan KH.
Shaleh Darat baru dilakukan untuk kali pertama yakni pada Desember
2009. perhelatan itu merupakan instruksi kreatif atas peristiwa
pendaratan KH. Shaleh Darat di Semarang, sepulang menuntut ilmu
dari Mekkah pada abad ke-19.
Acara labuhan KH. Shaleh Darat dimulai dengan pertemuan
(halaqah) ulama dan tokoh masyarakat di Masjid KH. Shaleh Darat di
Jl. Kakap Raya, kawasan kampung Melayu Semarang Utara. Dalam
pertemuan itu KH. Murtadlo memohon kapada Kanjeng Bupati
Semarang untuk melakukan penyambutan KH. Shaleh Darat yang
kelak menjadi ulama besar. Bupati menyetujui dengan mengerahkan
pasukannya. Dari Masjid arak-arakan penyambutan yang terdiri atas
prajurit bersenjata tombak, pasukan pembawa kembang manggar,
pasukan berpakaian adat Semarangan, pendekar silat, para santri dan
musik terbangan, berjalan kaki menuju Boom Lama. Sementara itu
KH. Shaleh Darat menumpang kapal merapat di pelabuhan. Ia lalu
diantar ke Masjid Darat. Di tampat itu KH. Shaleh Darat memukul
kentongan. Ini simbol dimulainya kampung Darat pusat studi Islam di
tanah Jawa (Suara Merdeka, 2009).
51
Sasaran dan obyek wisata terletak pada makam KH. Shaleh
Darat, Masjid KH. Shaleh Darat dan labuhan KLH. Shaleh Darat,
perlu adanya pengelolaan agar dapat berkembang sebagai spirit
religius dan aset budaya Kota Semarang, serta untuk meningkatkan
potensi ekonomi warga kaawasan kampung Malayu.
3.2.4 Pengelolaan Wisata Keagamaan Makam Mbah Shaleh Darat di
Kota Semarang
Proses pengelolaan makam KH. Shaleh Darat sebagai sarana
wisata keagamaan yang kini berkembang dengan adanya peringatan
labuhan KH. Shaleh Darat. Secara tidak langsung sudah mengguna-
kan sistem manajemen. Karena bagaimanapun juga untuk mengatur
dan menjalankan aktivitasnya menggunakan apa yang disebut dengan
manajemen. Seorang manajer dituntut untuk mengatur jalannya suatu
organisasi sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen guna mencapai
target dan tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan perolehan data di lapangan yang penulis dapatkan
melalui salah satu dari anggota pengelola makam dan peringatan
labuhan KH. Shaleh Darat di Semarang, maka makam dan labuhan
KH. Shaleh Darat yang merupakan obyek wisata, juga sebagai sarana
dakwah. Secara tidak langsung bagian dari manajemen yaitu fungsi
manajemen telah diterapkan disana. Fungsi-fungsi manajemen yang
umum digunakan untuk suatu pengelolaan itu antara lain:
52
a. Perencanaan
Penentuan perencanaan untuk melaksanakan haul di makam
KH. Shaleh Darat dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat
dilakukan setiap tahun sekali. Biasanya dilaksanakan pada bulan
Syawal melalui rapat bersama, dan biasanya rapat terdiri dari para
tokoh masyarakat setempat, keluarga besar ahli waris KH. Shaleh
Darat, pengurus pengajian Ahad Pagi, serta PRISMAKISADA
(Perhimpunan Remaja Islam Masjid Kiai Shaleh Darat Semarang).
Perencanaan itu meliputi perencanaan konsep umum acara maupun
perencanaan tugas kerja. Berikut contoh perencanaan pelaksanaan
peringatan labuhan KH. Shaleh Darat di kampung Darat Jl. Kakap
Semarang Utara tahun 2009:
1. Pawai Santri dan Laskar Diponegoro
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Desember 2009
Waktu : 15.30 – 17.00 WIB
Tempat : Halaman Masjid Menara Layur
Jl. Layur – Jl. Kakap, Halaman Masjid KH.
Shaleh Darat Semarang
2. Pasar Labuhan Semarang
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Desember 2009
Waktu : 16.00 – 22.00 WIB
Tempat : Sepanjang Jl. Kakap Semarang Utara
3. Prosesi Penyambutan Kepulangan KH. Shaleh Darat
53
Hari/Tanggal : Minggu, 20 Desember 2009
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB
Tempat/Rute : Depan Pasar Boom Lama. Jl. Boom Lama,
Jl. Kakap, Masjid KH. Shaleh Darat.
b. Pengorganisasian
Setelah rencana tersusun rapi, maka langkah selanjutnya
yaitu pendelegasian kegiatan-kegiatan atau penegasan tanggung
jawab. Pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam suatu
organisasi atau lembaga tercermin dalam pembentukan unit-unit
kerja yang terdapat dalam suatu organisasi atau lembaga.
Dalam pengorganisasian atau pendelegasian kerja, penge-
lola haul di makam KH. Shaleh Darat menentukan dengan
membentuk panitia yang terdiri dari pengurus pengajian Ahad Pagi
dan keluarga ahli waris KH. Shaleh Darat dalam pelaksanaan
kegiatan haul akbar di makam KH. Shaleh Darat. Sedangkan untuk
peringatan labuhan KH. Shaleh Darat membentuk panitia yang di
dalamnya tediri dari beberapa seksi-seksi. Berikut penulis uraikan
pendelegasian yang dintentukan oleh pihak pengelola labuhan KH.
Shaleh Darat pada tahun 2009 yang meliputi:
1. Penanggung Jawab
a) Agus Tiyanto
b) PRISMAKISADA (Perhimpunan Remaja Islam Masjid Kiai
Shaleh Darat Semarang)
54
2. Pengarah
a) Djawahir Muhammad
b) Agus Tiyanto
3. Penasihat
a) HM. Ali Cholil (keluarga ahliwaris)
4. Pelaksana yang meliputi:
a) Ketua : Restu Slamet
b) Sekretaris : Aminudin
c) Bendahara : Atoeng Jamaludin
5. Seksi Bidang yang meliputi:
a) Protocol : - Warsito
- Suraji
b) Pengajian Umum : - Qodri
- Jayus
- H. Muhammad
6. Pos Informasi, Bazar, dan Dekorasi:
- Mahmud
- Warno
7. Perlengkapan
- Suharto
- Sugiyanto
8. Keamanan: Hansip Kelurahan Dadap Sari dan Kulurahan
Kuningan Semarang Utara.
55
9. Konsumsi
a) Siti Murni
b) Evi Isnadiyah
c. Penggerakkan
Penggerakkan pada pengelolaan haul di makam KH. Shaleh
Darat dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat, dilakukan oleh
seorang ketua dengan mengarahkan para anggotanya. Tujuan dari
penggerakkan ini adalah menumbuhkan pengertian, kesamaan
pandangan serta semangat kerja, sehingga para pengelola dapat
saling berkoordinasi antara satu dengan yang lainnya, dengan
maksud untuk saling mengevaluasi dan sebagai jalinan komunikasi
antar anggota pengelola, saling bekerja sama, serta saling men-
dukung satu dengan yang lainnya untuk tercapainya suatu tujuan.
d. Pengawasan
Pengawasan pada pengelolaan obyek dan daya tarik wisata
haul di makam KH. Shaleh Darat dan peringatan labuhan KH.
Shaleh Darat, dilakukan oleh masing-masing ketua seksi yang
nantinya akan diawasi lagi oleh ketua pelaksana haul dan
peringatan labuhan KH. Shaleh Darat.
Demikian beberapa fungsi manajemen yang telah diaplikasi
pada onyek dan daya tarik wisata haul di makam KH. Shaleh Darat
dan peringatan labuhan di Semarang. Untuk segi pendanaan men-
dapatkan dana dari berbagai pihak yang antara lain, subsidi
56
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Semarang, serta
donatur dari masyarakat.
Obyek dan daya tarik wisata makam KH. Shaleh Darat dan
peringatan labuhan dapat dilihat dua sisi, yaitu sisi wisata dan sisi
keagamaan.
Obyek dan daya tarik wisata makam KH. Shaleh Darat dan
peringatan labuhan pada sisi wisata telah penulis amati terdapat pada
sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung lainnya. Sarana dan
prasarana itu meliputi sarana transportasi, akomodasi, penjual
cinderamata, taman parkir, obyek dan atraksi wisata serta juru kunci
makam yang sekaligus pemandu, karena beliau dapat memberikan
keterangan kepada wisatawan (peziarah) atas obyek-obyek wisata
yang dikunjungi, yaitu makam KH. Shaleh Darat Bergota Semarang.
Meskipun pada kenyataannya sarana dan prasarana pengelolaannya
masih dikelola oleh masing-masing pihak yang memanfaatkan
peluang, akan tetapi setidaknya sarana dan prasarana tersebut sudah
ada di obyek dan daya tarik wisata haul di makam KH. Shaleh Darat
dna labuhan di Bergota dan Jl. Kakap Darat Tirto Semarang, karena
fasilitas-fasilitas tersebut merupakan komponen yang biasa ada pada
suatu obyek wisata.
Sedangkan pada sisi keagamaan, haul dan peringatan labuhan
KH. Shaleh Darat, yang di dalamnya mengandung bagian dari dakwah
dapat penulis amati melalui kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan
57
dilakasanakan oleh pengelola haul dan peringatan labuhan KH.
Shaleh Darat yang meliputi: pengajian umum, haul akbar KH. Shaleh
Darat pada tanggal 10 Syawal, serta pembacaan tahlil bersama di
makam KH. Shaleh Darat Bergota Semarang, pawai santri dan laskar
Diponegoro, pasar labuhan Semarang, dan prosesi penyambutan
kepulangan KH. Shaleh Darat.
3.2.5. Partisipasi Masyarakat Tentang Pengelolaan Makam KH. Shaleh
Darat Sebagai Wisata Keagamaan di Kota Semarang
Partisipasi masyarakat tentang pengelolaan makam KH.
Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan di kota Semarang dapat
penulis paparkan dari hasil wawancara, yang penulis lakukan pada
informan.
Dari pertanyaan dalam wawancara itu penulis mendapatkan
jawaban yang akan penulis jelaskan bahwa masyarakat kampung
Darat dalam beraktifitas bermasyarakat bisa dikatakan sangat menjaga
kerukunan antar umat beragama. Hal ini terbukti dengan adanya
kegiatan sosial agama yang dilakukan masyarakat kampung Darat,
seperti halnya dalam berpartisipasi mengelola makam dan masjid
peninggalan KH. Shaleh Darat yang menjadi pusat kegiatan agama,
dan gotong royong dalam membersihkan dan memperbaiki masjid
bersejarah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat
(Wawancara dengan Bapak Agus Tiyanto, 2010).
58
Dalam pengelolaan peringatan wafatnya KH. Shaleh Darat
pada tanggal 10 Syawal di TPU Bergota Semarang, yang dikelola oleh
penyelenggara pengajian Ahad Pagi kota Semarang rintisan KH.
Abdul Hamid Kendal (murid KH. Shaleh Darat), yang sekarang
dipimpin oleh KH. Mu’in. Sedangkan pengelolaan makam KH.
Shaleh Darat bersifat individu, tidak berlembaga, karena hanya pihak
keluarga ahli waris yang mengelolanya (Wawancara dengan Bapak
Agus Tiyanto, 2010).
Dari hasil wawancara dengan bapak Agus Tiyanto, menantu
Kiai Cholil, beliau pernah mengatakan disalah satu surat kabar dalam
wawancaranya “Sejak zaman Gubernur Munadi ada tawaran untuk
membangun makam KH. Shaleh Darat, tetapi Kami melakukan secara
swadaya, justru Kami ingin masjid peninggalan KH. Shaleh Darat bisa
mendapat perhatian” katanya lebih lanjut Kiai Cholil mengatakan
“Lingkungan masjid akan semakin dinamis bila telah berdiri
pesantren, sebab para santrilah yang akan memakmurkan masjid
bersejarah itu (Wawancara dengan Bapak Agus Tiyanto, 2010).
Sedang dalam peringatan labuhan KH. Shaleh Darat ,
Djawahir (pemerhati budaya kota Semarang) danBpak Agus Tiyanto
berikhtiar menjadikan acara labuhan KH. Shaleh Darat sebagai
festival tahunan. Mereka berharap hal itu mentradisi dan memperkaya
khasanah budaya masyarakat Semarang. “Sebenarnya Kami ingin haul
KH. Shaleh Darat yakni pada tanggal 10 Syawal. Namun karena
59
masih perlu mendapat persetujuan ali waris KH. Shaleh Darat, hal itu
belum dapat dilaksanakan (Wawancara dengan Bapak Agus Tiyanto,
2010).
60
BAB IV
ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG
4.1. Analisis Pengelolaan Wisata Keagamaan Makam KH. Shaleh Darat di
Kota Semarang
Pengelolaan sering dimaknai dengan manajemen. Oleh karena itu,
pengelolaan merupakan suatu proses yang terdiri dari tindakan-tindakan
yang berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan,
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber
yang lain (Terry, 1986: 4).
Dalam penelitian ini pengelolaan terfokus pada suatu pengelolaan
wisata keagamaan pada makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan KH.
Shaleh Darat. Mengupayakan terjadinya kerja sama, baik dalam bidang
materi maupun pikiran untuk mengembangkan wisata keagamaan makam
KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhannya. Karena dengan pemikiran dan
pengetahuan yang dimiliki mereka dapat berfikir dan mampu untuk
melaksanakan pengelolaan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat dan
tradisi labuhan (Shihab, 2007: 552).
Salah satu cara mewujudkan suatu wilayah menjadi daerah wisata
adalah perlunya dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi
yang ada untuk ditampilkan sebagai daya tarik wisata. Untuk itu perlu
61
dilakukan eksplorasi kreatif guna mengenali potensi lain yang terpendam.
Upaya ini dimaksudkan dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata.
Tingkat keaneka-ragaman daya tarik akan sangat penting artinya bagi
kelangsungan industri pariwisata suatu daerah. Semakin banyka jenis daya
tarik yang ditawarkan maka akan semakin banyak bangsa yang akan
dirambah dan akan lebih punya peluang “memaksa” wisatawan untuk tinggal
lebih lama disuatu tempat.
Untuk pengelolaan pada makam KH. Shaleh Darat dan tradisi
labuhan, maka sedikit banyak fungsi-fungsi umum manajemen mulai
diterapkan. Fungsi itu antara lain: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan. Pengelolaan makam KH. Shaleh Darat dan
tradisi labuhan, menyadari akan perlunya suatu manajemen yaitu fungsi dari
manajemen dalam pengelolaan makam KH. Shaleh Darat dan tradisi
labuhan. Hal itu terlihat dari kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola
dalam mempersiapkan berbagai hal untuk melaksanakan haul akbar 10
Syawal di makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan yang dilaksanakan
dua tahun terakhir ini. Berikut penulis uraikan beberapa analisis fungsi
manajemen dalam pengelolaan makan KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan.
a. Prencanaan
Semua kegiatan, apapun bentuka dan tujuannya hanya dapat
berjalan secara efektif dan efisien apabila semua sudah dipersiapkan dan
direncana-kan terlebih dahulu dengan matang (Shaleh, 2005: 28).
62
Pengurus-pengurus atau pihak pengelola makam KH. Shaleh
Darat dan tradisi labuhan maupun dalam melaksanakan program-
programnya dan berbagai kegiatannya itu sesuai dengan apa yang
direncanakan dan di-musyawarahkan dengan pengurus-pengurus atau
ahli waris KH. Shaleh Darat.
Perencanaana dilaksanakan melalui rapat bersama untuk
merencana-kan konsep umum acara maupun rencana pembagian tugas
kerja. Untuk konsep umum acara pihak pengelola juga merencanakan hal
apa saja yang akan diadakan untuk mengisi haul dan peringatan labuhan
KH. Shaleh Darat. Pihak pengelola juga merencanakan kapan dan
dimana acara-acara tersebut akan berlangsung.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi untuk mempergunakan
segala sumber, tenaga, dana dan bahan material yang ada dengan cara
menyelesai-kan tugas yang sudah direncanakan (Keating, 1986: 77).
Pengorganisasian dilakukan dengan cara pembagian tugas yang
berbeda-beda, akan tetapi akan menuju pada satu titik. Tindakan ini
dilaku-kan agar anggota pihak pengelola dapat bekerja dengan baik dan
memiliki rasa kerjasama dan tanggung jawab. Pembagian tugas kerja
secara optimal dilakukan untuk menjaga agar beban yang dipikul dalam
menjalankan suatu tugas kerja dalam mengelola wisata keagamaan pada
63
makam KH. Shaleh Darat dan peringatan tradisi labuhan dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
Dalam konteks pengorganisasian makam KH. Shaleh Darat dan
peringatan tradisi labuhan pihak pengelola telah menggunakan beberapa
konsep di atas. Hal itu tercermin dari struktur kepengurusan yang ada
serta pembagian tugas dari setiap devisi-devisi. Penyusunan kepengurus-
an untuk pelaksanaan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat tersebut
meliputi bebe-rapa devisi yang dirasa sangat diperlukan untuk
berlangsungnya acara peringatan labuhan KH. Shaleh Darat. Tugas-tugas
yang telah dibagi tersebut meliputi:
a. Penanggung jawab
b. Pengarah
c. Penasihat
d. Pelaksana, yang meliputi:
1) Ketua
2) Sekretaris
3) Bendahara
e. Seksi bidang, yang meliputi:
1) Protokol
2) Pengajian umum
3) Pos informasi, Bazar dan Dekorasi
4) Perlengkapan
5) Keamanan
6) Konsumsi
64
c. Penggerakan
Setelah perencanaan sudah dilaksanakan, yang kemudian dilanjut-
kan dengan pembagian tugas kerja, maka selanjutnya dalah pelaksanaan
dari kesemuanya itu.
Penggerakan pada pengelolaan makam dan peringatan labuhan
KH. Shaleh Darat dilakukan oleh seorang ketua dengan mengerahkan
anggotanya. Tujuan dari penggerakan ini dalah untuk menumbuhkan
pengertian, kesamaan pandangan serta semangat kerja, sehingga para
anggota pengelola dapat saling berkoordinasi antara satu dengan yang
lainnya, saling bekerja sana, serta saling mendukung untuk tercapainya
suatu tujuan.
d. Pengawasan
Pengawasan memiliki fungsi sebagai penyeimbang atau untuk ke-
stabilitasan demi keseimbangan lembaga. Dalam suatu pengawasan,
seorang pemimpin harus mampu mengubah serta memperbaiki bila
terjadi kesalahan atau penyimpangan di tengah perjalanan suatu kegiatan
yang kurang atau tidak sesuai dengan rencana awal.
Berdasarkan analisis diatas tentang pengelolaan makam dan
peringatan labuhan KH. Shaleh Darat sebagai salah satu obyek wisata
keagamaan di kota Semarang, maka dalam suatu pengelolaan tersebut
memiliki beberapa hal yangs angat penting untuk diperhatikan lebih lanjut
hal tersebut meliputi aspek pendukung dan aspek penghambat.
65
Dalam pengelolaan makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh
Darat yang sudah berjalan sampai saat ini, maka berdasarkan pengamatan
penulis ada beberapa aspek pendukung dioantaranya:
a. Pihak pengelola yang berpengalaman dalam melaksanakan tugas.
b. Peran Pemerintah Daerah yang selalu siap membantu.
c. Partisipasi masyarakat yang selalu bekerjasama.
d. Sumber dana yang cukup dari beberapa subsidi berbagai pihak.
e. Pendukung lainnya dari segi sarana dan prasarana.
Ditinjau dari aspek wisata, pada makam dan peringatan labuhan KH.
Shaleh Darat, ada beberapa komponen wisata yang tersdia meskipun belum
sepenuhnya tersedia, diantaranya:
a. Fasilitas transportasi
b. Fasilitas sarana atraksi wisata
c. Fasilitas penjual oleh-oleh
d. Fasilitas tempat makan dan minum
e. Fasilitas kamar mandi umum
f. Tempat parkir
Beberapa fasilitas tersebut dapat menjadi factor pendukung bagi
penge-lolaan pada makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat, dan
sebagai factor pendukung penambah daya tarik wisatawan untuk selalu
mengunjungi atau menziarahi makam KH. Shaleh Darat disetiap bulan
Syawal pada tanggal 10 Syawal, dan megunjungi peringatan labuhan KH.
Shaleh Darat.
66
Selain aspek pendukung dalam pengelolaan makam dan peringatan
labuhan KH. Shaleh Darat, maka terdapat beberapa hal yang menjadi peng-
hambat pengelolaan makam KH. Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan,
diantaranya:
a. Kurangnya sarana dan prasarana jalan menuju makam KH. Shaleh Darat,
yang terletak di tengah-tengah pemakaman umum masyarakat setempat,
dan kurangnya lampu penerangan jalan.
b. Peran keluarga ahli waris belum menyetujui dalam pengembangan
makam KH. Shaleh Darat untuk menjadikan wisata keagamaan.
c. Pengunjung atau peziarah sering terganggu oleh masyarakat TPU
Bergota yang meminta-minta sedekah.
4.2. Partisipasi Masyarakat Tentang Pengelolaan Makam KH. Shaleh
Darat Sebagai Wisata Keagamaan di Kota Semarang
Pengertian partisipasi menurut Ach. Wazir Ws. (1999: 29), bahwa
partisipasi masyarakat bisa diartikan sebagai keterlibatan sese-orang secara
sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu,
seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam
kelompok, melalui berbagai proses dengan berbagai orang lain dalam hal
nalai, tradisi, perasaan. Kesetiaan, ke-patuhan, dan tanggung jawab bersama.
Partisipasi masyarakat yang diberikan untuk pengembangan dan
pengelolaan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang,
67
berdasarkan beberapa praktek yang terdapat pada diri individu masyarakat,
maka menimbulkan perbedaan bentuk partispasi yang akan diberikan, yaitu:
a. Partisipasi tenaga, adalah partisipasi yang dibeikan dalam bentuk tenaga
untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan
kegiatan-kegiatan dalam pengembangan makam KH. Shaleh Darat.
b. Partisipasi ketrerampilan, yaitu memberikan dorongan melalui
keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya.
c. Partisipasi sosial, diberikan unutk memotivasi orang lain untuk ikut
berpartisipasi.
d. Partisipasi dalam proses pengambilan proses pengambilan keputusan.
Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi dalam rangka untuk mengambil
keputusan yang terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan dan untuk
tujuan kepentingan bersama.
e. Patisipasi pendanaan, diberikan untuk memperlancar kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan.
f. Partisipasi buah pikiran, berupa sumbangan ide, pendapat untuk
menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan
dan juga mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan pengelolaan wisata keagamaan
makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang.
Berdasarkan hasil wawancara yang lakukan pada informan, maka
dapat dianalisis bahwa masyarakat lebih banyak mengenal KH. Shaleh
68
Darat sebagai penyebar agama Islam di kota Semarang, dan KH. Shaleh
Darat dikenal melalui karya kitab-kitabnya yang berbahsa Jawa (pegon).
Disamping itu, para peziarah hanya mengetahui makam beliau terletak di
TPU Bergota Semarang dan karya kitab-kitabnya. Sedangkan untuk
peninggalannya yang lain seperti Masjid Shaleh Darat hanya sedikit yang
mengetahui. Karena makamnya lebih terkenal daripada masjidnya, dan
kurangnya perhatian partisipasi dari Pemerintah Daerah kota Semarang.
Masyarakat sebagian besar banyak merespon positif untuk
dijadikannya makam KH. Shaleh Darat sebagai salah satu wisata keagamaan
di kota Semarang, agar berkembang sebagai wisata keagamaan di Kota
semarang. Selain haul pada tiap tanggal 10 Syawal masyarakat terutama
keluarga ahli waris berpartisipasi untuk mengadakan perhelatan sebagai
penghormatan kepada KH. Shaleh Darat dalam bentuk labuhan. Masyarakat
banyak memak-nai labuhan KH. Shaleh Darat dengan adanya pawai santri
dan arak-arakan warga berbaju adat Jawa, dengan berjalan kaki dari Masjid
menara di jalan Layur menuju Masjid KH. Shaleh Darat. Masyarakat
menyambutnya dengan antusias. Mereka bergerombol di tepi jalan
menyaksikan acara tersebut. Setelah menyaksikan arak-arakan labuhan KH.
Shaleh Darat, masyarakat mengunjungi pasar labuhan KH. Shaleh Darat
atau bazaar yang meyediakan aneka barang kebutuhan sehari-hari yang
letaknya di depan Masjid KH. Shaleh Darat.
Dengan demikian, berdasarkan analisis tersebut maka partisipasi
masya-rakat tentang makam KH. Shaleh Darat dan peringatan labuhan KH.
69
Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan di kota Semarang adalah menjaga,
merawat, melestarikannya agar tidak punah sejarah serta peninggalan beliau,
seperti makam, masjid, dan karya-karya kitabnya yang berbahasa Jawa
(pegon). Tidak hanya masyarakat yang ikut berpartisipasi, akan tetapi
keluarga ahli waris dan pemerhati budaya Semarangan “Djawahir
Muhammad” sebagai penggagas labuhan KH. Shaleh Darat. Dengan adanya
partisipasi tersebut diharapkan makam dan labuhan KH. Shaleh Darat
sebagai wisata keagamaan di kota Semarang, dapat menjadikan spirit
religious dan asset budaya kota Semarang, serta meningkatkan potensi
wisata keagamaan di kota Semarang.
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian dari bab-bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di
kota Semarang harus dijaga dan dilestarikan sejarah dan peninggalannya.
Karena selain sebagai obyek wisata juga sebagai sarana pengembangan
dakwah.
Pengembangan dan pengelolaan wisata keagamaan makam KH.
Shaleh Darat di kota Semarang, secara tidak langsung telah menerapkan
fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerak-
kan dan pengawasan. Melalui perencanaan maka hal-hal yang akan dilaksana-
kan pada makam KH. Shaleh Darat seperti acara haul dan labuhan KH.
Shaleh Darat direncanakan terlebih dahulu dengan rapat bersama untuk
menentukan kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan. Melalui peng-
organisasian maka penentuan pembagian kerja dilaksanakan berdasar-kan
kemampuan masing-masing pihak. Setelah dilaksanakan pembagian kerja,
maka langkah selanjutnya adalah penggerakan, yang terakhir adalah penga-
wasan atas hasil kerja yang dilakukan masing-masing pihak.
Partisipasi masyarakat terhadap makam KH. Shaleh Darat sebagai
wisata keagamaan di kota Semarang diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu
partisipasi tenaga, keterampilan, sosial, partisipasi dalam proses pengambilan
71
keputusan, pendanaan dan partisipasi buah pikiran. Dari bentuk partisipasi
masyarakat yang diberikan untuk pengembangan sebagai wisata keagamaan
maka akan menambah potensi wisata keagamaan di kota Semarang, memun-
culkan spirit religius dan aset budaya kota Semarang, serta meningkatkan
potensi ekonomi warga di kawasan kampung Melayu.
Pengembangan dakwah melalui makam KH. Shaleh Darat sebagai
wisata keagamaan di kota Semarang, maka terdapat berbagai kegiatan
keagamaan yang diselenggarakan. Kegiatan yang paling inti dari pengem-
bangan dakwah melalui makam KH. Shaleh Darat adalah ziarah ke makam
KH. Shaleh Darat, pengajian umum pada haul KH. Shaleh Darat tanggal 10
Syawal, peringatan labuhan KH. Shaleh Darat,maupun kegiatan keagamaan
lainnya sebagai sarana pengembangan dakwah.
5.2 Saran-saran
1. Untuk pihak pengelola makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat
hendaknya lebih meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana yang
menunjang para peziarah dan pengunjung untuk ikut memeriahkan acara
labuhan KH. Shaleh Darat agar merasa nyaman sehingga tertarik untuk
berziarah dan mengunjungi acara labuhan KH. Shaleh Darat setiap
tahunnya.
2. Bagi masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wisata
keagamaan makam KH. Shaleh Darat, diharapkan pada kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan, masyarakat ikut berperan serta untuk menjaga,
72
merawat dan melestarikan, akan sangat mendukung untuk mengembang-
kan wisata keagamaan di kota Semarang.
3. Hendaknya Pemerintah Daerah kota Semarang lebih memperhatikan salah
satu peninggalan bersejarah KH. Shaleh Darat, yaitu masjid KH. Shaleh
Darat yang pembangunan masjidnya kurang diperhatikan.
5.3 Penutup
Puji syukur alhamdulillahirabbil alamin, dengan limpahan rahmat
dan hidayah dari Allah SWT., maka penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini banyak
kekurangan, baik dalam segi bahasa, penulisan, penyajian, sistematika,
pembahasan maupun analisisnya.
Akhirnya dengan memanjatkan doa, semoga skripsi ini membawa
bagi pembaca dan penulis. Selain itu, juga mampu memberikan khasanah
ilmu pengetahuan yang positif bagi keilmuan Manajemen Dakwah (MD).
73
DAFTAR PUSTAKA
- Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja GrafindoPersada. 2002.
- Anshari, M. Hafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah. Surabaya: al-Ikhlas.1993.
- Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT Rineka Cipta. 2002.
- Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2004.
- Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1993.
- DEPAG RI. Al-Qur an dan Terjemahannya. Semarang: Toha Putra. 1989.
- Echols, John M. dan Hasan Shadliy. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia. 1995.
- Ghazali, Imam, Husein Khalid Bahreisi. Konsep Hidup Sesudah Mati.Surabaya: Mekar. 1986.
- Hidayah, Syarif. Pandangan al-Qur an Tentang Wisata dan ImplementasinyaDalam Dakwah Islam. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN WalisongoSemarang. 1998.
- Hadi, Sutrisno. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Andi Offset. 2004.
- Hariyanto. Pengembangan Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata(ODTW) Keagamaan (Studi Kasus Pengelolaan Dakwah MelaluiKegiatan Wisata Ziarah Masjid Agung Demak). Semarang: FakultasDakwah IAIN Walisongo. 2007.
- Hasibuan, Melayu. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: BumiAksara. 2001.
- http://sachrony.wordpress.com/2008/02/25/khshaleh-darat-gurunya-ulama-jawa
- http://abril.susiloadhy.net/2007/02/21/menanti-kebangkitan-wisata-ziarah
74
- http://www.sacafirmansyah.wordpress.com.
- Kayo, Khatib Pahlawan. Manajemen Dakwah. Jakarta: Amzah. 2007.
- Khallaf, Syekh Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fiqih. Alih Bahasa Halimuddin.Jakarta: Rineka Cipta. 1990.
- Malikus, Abu. Sejarah Dan Perjuangan KH. Shaleh Darat Semarang.Semarang PRISMAKISADA. 2000.
- Masri, Singarimbun dan Sofyan Effendi. Metodologi Penelitian Survai.Jakarta: LP3ES. 1995.
- Moelong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.2002.
- Munir, M dan Ilahi Wahyu. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media.2006.
- Munir, Ghazali Munir. Perhatian Saleh Darat Ulama Jawa Akhir Abad XIXTerhadap Orang Awam. Semarang: Pusat Penelitian IAIN Walisongo.1999.
- Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998.
- Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2000.
- Pimay, Awaludin. Mtedologi Dakwah Kajian Teoritis Dari Khasanah al-Qur an. Semarang: Rasah. 2006.
- Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.2006.
- Rianto, Adi. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. 2004.
- Sanwar, Aminuddin. Pengantar Ilmu Dakwah. Semarang: Fakultas DakwahIAIN Walisongo Semarang. 1986.
- ---------. Pengantar Studi Ilmu Dakwah. Semarang: Fakultas Dakwah IAINWalisongo. 1984.
- Shaleh, Abdur Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.1993.
- Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur an, Fungsi dan Peran Wahyu DalamKehidupan Mayarakat. Bamdumg: Mizan. 2007.
75
- ---------. Membumikan al-Qur an. Bandung: Mizan. 1994.
- Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Bandung: Teraju. 2003
- Soetomo. Potensi Wisata Budaya Jawa Tengah. Semarang: CV. IKIPSemarang Press. 2001.
- Soelaiman, Holil. Partisipasi Sosial Dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.Bandung: 1980.
- Sudarto. Metodologi Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2002.
- Supena, Ilyas. Filsafat Ilmu Dakwah Perspektif Ilmu Sosial. Semarang:Abshor. 2007.
- Suryonegara, Arifin. Ziarah Wali Wisata Spiritual Sepanjang Masa.Yogyakarta: Pustaka Timur. 2007.
- Suryobroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.2000.
- Suyitno. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
- Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: al-Ikhlas.1983.
- Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung. 1990.
76