PERMASALAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH)
Dadang A. SuriamihardjaPusat Penelitian Lingkungan HidupUniversitas Hasanuddin
Masalah Pada Lintas Batas
Konflik tentang sumberdaya: karena letaknya di perbatasan, pengelolaan sumberdaya menjadi rumit.
Efek limpahan keberkahan: pertumbuhan/ pengembangan di suatu daerah belum tentu berberkah bagi daerah sekelilingnya.
Kontinuitas kebijakan pada perbatasan: kebijakan tata ruang di tapal batas suatu daerah tidak sesuai dengan kebijakan serupa pada daerah sekelilingnya.
Masalah Pada Masa Transisi
Pemerintah kabupaten dan kota dapat berpartisipasi langsung terlibat dalam “free market economy”.
Penjiwaan desentralisasi dari sisi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi diterjemahkan sebagai upaya daerah untuk meningkatkan kemandiriannya (self-reliance)
Kepemilikan oleh daerah atas nama negara mengenai sumberdaya alam agak melewati aturan dari pasal 33 UUD 45, walaupun daerah berhak atas kompensasi yang sesuai.
Masalah Advokasi Perundang-undangan
Undang undang yang terkait dengan masalah lintas batas lingkungan hidup
• UU No. 23 / 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
• UU No. 22 / 1999 tentang pemerintahan daerah
• UU No. 25 / 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
• PP No. 25 / 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom
Masalah Kompleksitas & Ketidakpastian
Apa yang diperlukan oleh sistem pengelolaan lingkungan hidup ?
Keterpaduan pemikiran/ gagasan antara pusat dan daerah, dan antar negara secara global
Kemitra-sejajaran antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
Pembelajaran yang menerus menuju realisasi prinsip-prinsip sosio-ekologis
Ciri-ciri pengelolaan modern
menerapkan azas keterpaduan, partisipasi, kepedulian, dan keadilan;
menerapkan poros komunikasi dua arah secara vertikal, horisontal, diagonal, dan sektoral;
berorientasi pada tujuan pelayanan kepada masyarakat dan merupakan proses berkelanjutan;
menerapkan piranti pengelolaan yang tepat guna, relevan dengan situasi & kondisi lingkungan, dan mampu meningkatkan kinerja.
Aspek-aspek Penting Dalam Kerjasama Antar Daerah
Kemitraan (partnership)
Kesejajaran Gender (gender equity)
Peningkatan Kapasitas (capasity building)
Keberlanjutan (sustainability)
Niat Bekerjasama (willingness to cooperate)
Transparansi (transparency)
Kesetaraan Solusi (win-win solution)
Sikap Bertanggungjawab (accountability)
Keuntungan Kerjasama Antar Pemerintah Kabupaten/ Kota
Efisiensi pemanfaatan SDM/A: sumberdaya dipandang sebagai suatu entitas yang utuh akan berimplikasi pada efisiensi pemanfaatan SDM/A,
Pengembangan ekonomi: sinergisitas berimplikasi pada pengembangan ekonomi regional,
Peningkatan kapasitas: pembelajaran bersama/ tukar pengalaman, saling mengisi pemikiran,
Perlombaan Dalam Kebaikan: bersanding dan berbagi bukan bersanding dan bersaing.
Instrumen Sosekbud Dalam Penyelesaian Masalah Pada PLH
pertentangan (konflik)
kerukunan (harmoni)
Contoh Penyelesaian Masalah Sosial
Ketidakjelasan aturan,
Dominasi kekuasaan,
Pelanggaran perjanjian,
Kompetisi yang tidak seimbang,
Perambatan gangguan
PEMETAAN MASALAH (SUMBER SENGKETA)
self-organizing
power sharing
self-renewable, compromising
sharing, compromising
altogether coping with
PROSES SENGKETA MENUJU KERJA SAMA
Kompromi Dalam Suatu Sengketa Perlu Melibatkan Banyak Pihak Pemangku-kepentingan
Pemikiran industriawan/ pertambangan dengan pemikiran pengelola lingkungan hidup mungkin merupakan dua kutub yang sangat bertentangan, tetapi dengan pihak lainnya mungkin saja sejalan
Kesejalanan tidak berarti pihak yang satu terpaksa menerima kehendak pihak lainnya, tetapi mencari jalan keluar bersama dalam kerangka PLH dan pembangunan yang berkelanjutan