i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI
PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
DINA MUTIARA
A24063156
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ii
PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI
PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dina Mutiara
A24063156
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
iii
RINGKASAN
DINA MUTIARA. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kunt.) di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR)
Kegiatan magang dilakukan dengan tujuan umum meningkatkan
kemampuan profesional penulis dan menghayati kerja secara nyata terutama
dalam proses produksi di perkebunan teh. Selain itu, mempelajari aspek
pengelolaan pemanenan yang baik untuk meningkatkan produksi dan mutu olahan
di perkebunan teh serta mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi di
lapangan. Tujuan khusus kegiatan magang yaitu untuk mempelajari teknis
pemetikan yang tepat yang meliputi gilir petik, hanca petik, hubungan
keterampilan pemetik dan tahun pangkas tanaman teh terhadap produktivitas
tanaman, serta aspek lain yang berkaitan dengan pemetikan produksi. Kegiatan
magang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2010 di PT Tambi Unit
Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Metode yang digunakan berupa praktik langsung sebagai karyawan harian
lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan
pendamping asisten kepala kebun selama satu bulan. Data yang diperoleh berupa
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengamati seluruh
peubah yang telah ditentukan dan wawancara dengan karyawan di lapangan. Data
sekunder diperoleh berupa laporan berkala, arsip kebun, dan data penunjang lain.
Jenis petikan standar di Unit Perkebunan Tambi yang memenuhi syarat
pengolahan adalah jenis petikan medium, yaitu pucuk peko (p) dengan dua daun,
tiga daun muda (m), serta pucuk burung (b) dengan satu, dua, atau tiga daun muda
(m). Ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m. Kapasitas pemetik
yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Tambi tahun 2010 sebesar 50 kg per hari
kerja. Selama lima bulan (dari bulan Januari hingga Mei 2010) rata-rata pemetik
hanya mampu memperoleh pucuk basah sebanyak 48.51 kg per hari kerja. Jumlah
tenaga pemetik yang tersedia di Unit Perkebunan Tambi adalah 205 orang,
sedangkan untuk mencapai target produksi diperlukan tenaga pemetik sebanyak
iv
226 orang, sehingga mengalami kekurangan tenaga pemetik 21 orang.
Ketidaktersediaan tenaga pemetik menyebabkan tidak tercapainya rencana
produksi yang telah ditetapkan perusahaan.
Kapasitas pemetik bergantung pada beberapa faktor, di antaranya cuaca,
populasi tanaman, keterampilan pemetik, topografi areal yang dipetik, dan kondisi
pertumbuhan pucuk di lapangan. Dari faktor pemetik, kapasitas pemetik di Unit
Perkebunan Tambi dipengaruhi oleh usia pemetik dan pengalaman kerja atau
masa kerja pemetik, sedangkan latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi
kapasitas pemetik.
Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan secara manual dengan
tangan dan secara mekanis dengan menggunakan gunting petik. Sebelum
pengolahan di pabrik, pucuk teh dianalisis petik dan analisis pucuk. Analisis petik
menggambarkan kondisi tanaman di lapangan, tingkat keterampilan pemetik, dan
ketepatan pelaksanaan teknis pemetikan. Analisis pucuk bertujuan untuk
mengetahui mutu pucuk yang memenuhi syarat pengolahan dan premi yang
diterima pemetik berdasarkan pucuk yang dihasilkan. Analisis petik yang
dilakukan oleh penulis di Unit Perkebunan Tambi menghasilkan rata-rata
persentase pucuk halus 3.52 %, pucuk medium 26.18 %, dan pucuk kasar
41.24 persen. Hasil analisis tersebut masih termasuk jenis petikan kasar karena
persentase pucuk kasar lebih tinggi dari persentase pucuk medium. Analisis pucuk
selama lima bulan (dari bulan Januari hingga Mei tahun 2010) rata-rata 52.70 %
memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) 47.30 persen.
Pengelolaan tanaman dan tenaga kerja perlu dilakukan secara tepat sehingga
produksi yang dicapai dapat optimal. Keterbatasan tenaga kerja menjadi salah satu
kendala dalam pencapaian produksi. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan
keterampilan tenaga kerja terutama pemetik. Selain itu, pengawasan dari petugas
kebun sangat diperlukan di setiap kegiatan di lapangan. Hal tersebut dilakukan
agar kegiatan di kebun dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dan mengurangi
penyimpangan yang akan berakibat pada penurunan kualitas pucuk.
i
Judul : PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI
PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama : DINA MUTIARA
NRP : A24063156
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS
NIP. 19550109 198003 1 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Serang pada tanggal 6 Januari 1988 dari pasangan Asmara
Hadi dan Murjilah SH. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tingkat pendidikan yang pernah dijalani yaitu Taman Kanak-kanak Ikhsaniyah
Serang dan meneruskan pada tingkat Sekolah Dasar Negeri VI Serang. Kemudian
penulis menempuh pendidikan di SLTP Negeri 1 Serang. Setelah lulus SLTP,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Serang.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006. Selama satu tahun penulis
menjalani masa pendalaman materi di Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Pada
tingkat dua, penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih Suporting Course (SC)
sebagai penunjang studi pada mayor kurikulum Agronomi dan Hortikultura.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan yang diadakan
oleh institusi. Penulis ikut berperan dalam kepanitiaan Keluarga Mahasiswa
Banten 2006, Gebyar Nusantara tahun 2007, Program Kreativitas Nasional (PKM)
2009. Penulis juga aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Profesi Agronomi dan
Hortikultura (HIMAGRON) 2009, asisten praktikum Dasar-dasar Agronomi
(2010), asisten praktikum Pengendalian Gulma (2010), dan asisten praktikum
Tanaman Penyegar, Obat dan Aromatik (2010).
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
magang yang berjudul Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis
(L.) O. Kunt.) di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan masukan dan saran untuk pelaksanaan magang.
2. Bapak Dr Ir Herdhata Agusta selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalani studi.
3. Bapak Ir Supijatno, MSi. dan Ibu Dr Ir Yudiwanti WEK, MS. selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran selama ujian sidang.
4. Ibu Ir Eviati K Dewi (Kepala Bagian Kebun) dan Bapak Muhamad
Subandi (Asisten Kepala Bagian Kebun) sebagai pembimbing lapangan
yang telah memberikan pengarahan selama kegiatan magang dilaksanakan.
5. Ayah dan ibu beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung
dalam segala aktivitas penulis.
6. Seluruh karyawan Unit Perkebunan Tambi yang telah banyak membantu
penulis dalam kegiatan di kebun dan di pabrik.
7. Yessica Tenia A yang telah menemani hari-hari penulis baik suka dan
duka. Ita M, Umul K, Novita RS, Tutut, Yeyen, Iin, Tami, dan teman-
teman Malea lainnya atas kebersamaan yang telah tercipta di kosan.
8. Mawas Iswahyudi yang telah banyak membantu dan memberi dukungan.
9. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura Angkatan 43 yang telah
memberikan motivasi dan saran.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan dalam
mempelajari teknik pengelolaan budidaya teh khususnya pemetikan produksi.
Bogor, Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
Klasifikasi Tanaman Teh ....................................................................... 3
Syarat Tumbuh ...................................................................................... 3
Budidaya Tanaman Teh ......................................................................... 4
METODE MAGANG ............................................................................... 10
Tempat dan Waktu ................................................................................ 10
Metode Pelaksanaan .............................................................................. 10
Pengamatan dan Pengumpulan Data ...................................................... 11
Analisis Data dan Informasi .................................................................. 14
KEADAAN UMUM ................................................................................. 15
Sejarah PT Perkebunan Tambi ............................................................... 15
Letak Wilayah Administratif ................................................................. 15
Keadaan Iklim dan Tanah ...................................................................... 16
Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan ........................................... 16
Keadaan Tanaman dan Produksi ............................................................ 17
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .............................................. 18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. 20
Aspek Teknis ........................................................................................ 20
Proses Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Tambi ..................... 42
Aspek Manajerial .................................................................................. 45
PEMBAHASAN ....................................................................................... 47
Potensi Pucuk ........................................................................................ 47
Produktivitas Berdasarkan Umur Pangkas ............................................. 49
Jumlah Tenaga Pemetik ......................................................................... 50
Kapasitas Pemetik ................................................................................. 51
Hanca Petik ........................................................................................... 55
Analisis Petik dan Analisis Pucuk.......................................................... 55
v
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57
Kesimpulan ........................................................................................... 57
Saran ..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 59
LAMPIRAN ............................................................................................. 61
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rincian Tata Guna dan Luas Lahan di UP Tambi Tahun 2010 .................. 17
2. Produksi dan Produktivitas Teh Unit Perkebunan Tambi
Tahun 2005 – 2009 ................................................................................... 18
3. Kondisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 ................. 19
4. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan TambiJanuari - Mei 2010 .... 32
5. Kapasitas Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Januari – Mei 2010 ............ 33
6. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Keadaan di Lapangan dan
Perhitungan Rasio Pemetik di Unit Perkebunan Tambi ............................. 34
7. Hasil Analisis Petik di Unit Perkebunan Tambi pada
April - Juni 2010 ...................................................................................... 38
8. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk di Unit Perkebunan Tambi
Januari – Mei 2010 ................................................................................... 40
9. Selisih Hasil Penimbangan Pucuk di Kebun dan di Pabrik
Januari - Mei 2010 ................................................................................... 41
10. Analisis Pucuk di Unit Perkebunan pada Januari – Mei 2010 ................... 43
11. Kondisi Pucuk pada Berbagai Klon dan Tahun Pangkas di Empat
Blok Unit Perkebunan Tambi April – Juni 2010 ....................................... 47
12. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah Unit Perkebunan Tambi
Tahun 2009 .............................................................................................. 50
13. Kapasitas Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Bulan Januari - Mei 2010 . 52
14. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Usia Pemetik .......................................... 53
15. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Pengalaman Kerja Pemetik ..................... 54
16. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pemetik ........ 54
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pencampuran Media Tanam (a) dan Penanaman Stek (b) ......................... 21
2. Sketsa Lubang Pupuk pada Tanaman Teh ................................................ 23
3. Pemupukan Daun Tanaman Teh Menggunakan Mistblower..................... 24
4. Pemangkasan Setengah Bersih Tanaman Teh .......................................... 24
5. Kondisi Tanaman setelah Dipangkas ....................................................... 25
6. Ulat Api (Setora nitens) pada Daun Teh .................................................. 26
7. Pemetikan Secara Manual (a) dan Secara Mekanis dengan
Gunting Petik (b). .................................................................................... 31
8. Penimbangan Pucuk di Kebun ................................................................. 38
9. Persentase Pucuk pada Tahun Pangkas yang Berbeda .............................. 48
10. Produktivitas Pucuk Basah di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009 ......... 49
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)
di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 ................................................... 62
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Unit
Perkebunan Tambi .................................................................................. 64
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Blok dan
Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Tambi ...................... 65
4. Deskripsi Teh Klon Gambung 3 .............................................................. 66
5. Deskripsi Teh Klon Gambung 4 .............................................................. 67
6. Deskripsi Teh Klon Gambung 7 .............................................................. 68
7. Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi Tahun 2000 - 2009 ........................ 69
8. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 ........................ 70
9. Peta Kebun Unit Perkebunan Tambi ........................................................ 71
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) merupakan salah satu jenis tanaman
yang termasuk ke dalam tanaman penyegar (Ashari, 2006). Teh sebagai
komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar sebagai penghasil
devisa non migas. Pada tahun 2007 volume ekspor teh Indonesia menduduki
peringkat kelima setelah Srilanka, Kenya, Cina, dan India (Suprihatini, 2005).
Pada tahun 2007, volume ekspor teh Indonesia mencapai 83 658 ton (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2008).
Berdasarkan data tahun 2003 hingga tahun 2007, luas lahan perkebunan teh
cenderung menurun tiap tahun. Tahun 2003 luas lahan perkebunan teh 143 604 ha
dan pada tahun 2007 menjadi 133 734 ha. Walaupun luas lahan berkurang, jumlah
produksi teh meningkat seperti pada tahun 2006 – 2007. Jumlah produksi teh pada
tahun 2006 sebesar 146 858 ton dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 150 623
ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008).
Peningkatan kualitas areal dan produktivitas perkebunan teh merupakan
peluang dalam peningkatan produksi teh nasional. Produksi yang tinggi harus
diimbangi dengan mutu yang baik. Teh bermutu tinggi sangat diminati konsumen
dan hanya dapat dibuat dari pucuk teh yang bermutu tinggi dengan pengolahan
yang benar serta penggunaan mesin-mesin yang memadai. Kualitas pucuk teh
sangat dipengaruhi oleh jenis dan cara pemanenan. Jenis petikan terbagi menjadi
petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar (Asosiasi Penelitian Perkebunan
Indonesia, 1997). Cara pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
petik maupun pemetikan dengan tangan (Dalimoenthe dan Kartawijaya, 1997).
Pemanenan atau yang lebih dikenal dengan pemetikan merupakan pekerjaan
paling penting dalam budidaya teh dan membutuhkan biaya serta tenaga kerja
paling banyak. Pemetikan merupakan cara pengambilan produksi di kebun teh,
berupa pucuk yang memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi pula
sebagai usaha membentuk kondisi tanaman yang mampu berproduksi tinggi
secara kontinyu (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1995). Jumlah produksi yang
dihasilkan perkebunan teh ditentukan oleh beberapa aspek pemetikan, yaitu jenis
2
pemetikan, jenis petikan, gilir petik, pengaturan areal petik dan tenaga pemetik
serta pelaksanaan pemetikan (Setyamidjaja, 2000). Pengelolaan pemetikan
mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan kualitas pucuk teh,
produktivitas tanaman teh dan kebutuhan tenaga kerja pemetik. Oleh karena itu,
pengelolaan pemetikan yang tepat dapat meningkatkan mutu teh, produksi teh
nasional dan menekan biaya produksi yang dikeluarkan perkebunan.
Secara umum pengolahan teh dibagi menjadi tiga macam, yaitu pengolahan
teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Biasanya perusahaan besar mengelola teh
hitam, sedangkan perusahaan rakyat banyak yang mengusahakan teh hijau dan teh
oolong (Iskandar, 1988). Teknik penanganan pasca panen dan pengolahan teh
perlu diperhatikan mulai dari mutu bahan baku, mesin yang dipakai, tenaga
pengolahan sampai mutu yang dikehendaki (Suryatmo, 2000).
Tujuan
Kegiatan magang dilakukan dengan tujuan umum yaitu meningkatkan
kemampuan profesional penulis dan menghayati kerja secara nyata terutama
dalam proses produksi di perkebunan teh. Selain itu, mempelajari aspek
pengelolaan pemanenan yang baik untuk meningkatkan produksi dan mutu olahan
di perkebunan teh serta mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi di
lapangan.
Tujuan khusus kegiatan magang yaitu untuk mempelajari teknis pemetikan
yang tepat yang meliputi gilir petik, hanca petik, hubungan keterampilan pemetik
dan tahun pangkas tanaman teh terhadap produktivitas tanaman, serta aspek lain
yang berkaitan dengan pemetikan produksi.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman Teh
Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari
Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis
var. Sinensis (Adisewojo, 1982). Sistematika tanaman teh yang dikutip dari
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (2006) adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.
Varietas : Sinensis dan Assamica
Morfologi Tanaman Teh
Varietas Sinensis mempunyai batang yang lebih pendek dan berdaun lebih
kecil daripada varietas Assamica. Tanaman teh merupakan tanaman perdu yang
mempunyai perakaran dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulit
untuk dapat menembus lapisan tanah (Ashari, 2006). Bunga teh sebagian besar
self steril dan memiliki biji berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis,
berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain (Setyamidjaja, 2000).
Syarat Tumbuh
Pada umumnya, tanaman teh dapat tumbuh dengan suhu rata-rata 12.7 oC
hingga 29 oC (Eden, 1959). Tanaman teh tumbuh dengan baik pada dataran tinggi
(2 000 m di atas permukaan laut) hingga dataran yang lebih rendah (200 m di atas
permukaan laut). Produksi teh di daerah tropis terjadi sepanjang tahun, tetapi
4
kualitasnya bergantung pada iklim setempat dan cuaca pada saat itu. Kondisi
iklim sangat menentukan kualitas teh, terutama aromanya (Gandi, 2002).
Apabila pertumbuhan vegetatifnya baik atau kecepatan tumbuh tunas tinggi,
kualitas pucuk teh kurang baik (Ashari, 2006). Umumnya perkebunan teh
dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk. Meskipun dapat
tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan
mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh semakin baik mutunya
(Gandi, 2002).
Budidaya Tanaman Teh
Pembibitan
Tahap pertama yang dilakukan dalam budidaya teh adalah pembibitan.
Dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan merupakan titik kritis yang
menentukan proses selanjutnya (Gandi, 2002). Pembibitan tanaman teh dapat
menggunakan biji atau stek (Ashari, 2006). Bahan tanam yang berasal dari stek
menghasilkan bibit yang lebih cepat dan teknik perbanyakannya lebih mudah
daripada menggunakan bahan tanam dari biji. Meskipun demikian, pembibitan
yang berasal dari biji mempunyai beberapa keuntungan, yaitu kemampuan
adaptasi baik, potensi produksinya tinggi, dan keanekaragaman perdu mempunyai
pengaruh yang baik terhadap mutu teh jadi (Setyamidjaja, 2000).
Penanaman
Gandi (2002) menyatakan sebelum setek ditanam, terlebih dahulu harus
disiapkan lahan sebagai tempat penanaman. Persiapan lahan yang baik akan
memperlancar kegiatan penanaman maupun pemeliharaan. Beberapa hal penting
yang harus diperhatikan mulai dari persiapan sampai penanaman tanaman baru
adalah sebagai berikut :
(a) Tanah harus sudah bebas dari cendawan akar.
(b) Lubang tanam untuk tanah yang tidak diolah dibuat dengan ukuran minimal
30 cm x 30 cm dan kedalaman 40 cm. Sebelumnya, gulma disemprot
5
herbisida. Untuk tanah yang dicangkul, lubang tanam dapat berukuran lebih
kecil.
(c) Waktu tanam biasanya pada awal musim hujan.
(d) Jarak tanam 120 cm x 70 cm dan setiap 20 m barisan tanaman dijarangkan
0.5 m untuk jalan pekerja.
(e) Bibit siap tanam yaitu berbatang cokelat, minimal memiliki 7 helai daun dan
tinggi 25 cm.
(f) Pada saat penanaman, tanah di polybag tidak boleh pecah dan tanah di sekitar
bibit dipadatkan.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman terbagi menjadi pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Tanaman
belum menghasilkan mengacu pada masa antara bibit ditanam sampai tanaman
siap petik. Untuk itu, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman. Kegiatan
pemeliharaan meliputi pemupukan, serta pembentukan pokok (centering) atau
pemangkasan bentuk, pengendalian gulma serta pengendalian hama dan penyakit
(Gandi, 2002).
Menurut Marsono dan Sigit (2002), pemupukan berfungsi menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, memperbaiki kemasaman tanah, dan
dapat menambah jumlah mikroorganisme tanah. Gandi (2002) menyatakan pupuk
sebaiknya diberikan di dekat akar yang masih aktif. Pada tanaman tua, pupuk
dapat ditebarkan ke semua permukaan tanah. Pada tanah miring, pemupukan
diberikan di bagian atas tanaman.
Pemangkasan pada tanaman muda dimaksudkan untuk membentuk frame
atau percabangan. Pada tanaman menghasilkan (TM), pemangkasan dimaksudkan
untuk : (1) menurunkan perdu tanaman agar masih dapat dipetik; (2) membentuk
atau memperluas frame, mempermudah percabangan, dan membuang cabang
yang tidak dikehendaki; (3) agar pertumbuhan tanaman tetap dalam fase vegetatif;
dan (4) mengatur fluktuasi produksi agar stabil dan seimbang sepanjang tahun
(Gandi, 2002).
6
Pengendalian gulma perlu dilakukan karena gulma dapat menurunkan
produksi teh sampai 40 persen. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gulma yaitu secara manual,
kultur teknis, dan secara kimiawi. Pengendalian gulma secara manual dilakukan
dengan mencabut atau membabad gulma. Pengendalian gulma secara kultur teknis
dengan cara melaksanakan petik yang benar dengan tidak mengambil tunas yang
tumbuh ke samping. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia, yaitu herbisida. Metode tersebut dinilai sangat
ekonomis dan efisien dibandingkan dengan metode lainnya (Gandi, 2002).
Menurut Setyamidjaja (2000) selain pengendalian gulma, pengendalian
hama dan penyakit yang menyerang tanaman pun harus dilakukan. Beberapa
hama dan penyakit tanaman dapat menurunkan produksi dan kualitas teh. Di
antara penyakit yang sulit diberantas adalah busuk akar yang disebabkan oleh
cendawan Poria hypolateritia. Pemberantasan terhadap serangan penyakit
tersebut hanya dilakukan dengan membongkar tanaman yang sakit dan kemudian
membakarnya. Selanjutnya Gandi (2002) menambahkan penyakit lain adalah
penyakit bercak daun yang banyak menyerang tanaman teh di Indonesia, yang
disebabkan oleh Exobasidium vexans. Hama yang sering menyerang adalah lalat
buah (Helopeltis theifora dan H. antonii). Di beberapa areal juga ditemukan
serangan nematoda akar (Meloidogyne dan Pratylenchus).
Pemetikan
Kualitas teh dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. Faktor-faktor
eksogen yaitu faktor di luar kontrol produsen, yaitu iklim, kesuburan tanah,
kemiringan dan ketinggian lahan. Faktor-faktor endogen mempunyai pengaruh
yang lebih besar daripada faktor eksogen. Faktor endogen meliputi jenis klon,
jenis pupuk yang dipakai, pengendalian penyakit, prosedur pemetikan, cara
pengangkutan hasil panen, dan cara-cara produksi (Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia, 1997).
Keberhasilan pemetikan teh merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh
secara keseluruhan. Daun teh merupakan produk yang dihasilkan oleh
7
pertumbuhan vegetatif sehingga peranan pemetikan sangat menentukan
produktivitas tanaman. Pemetikan yang hanya mementingkan produksi dengan
babad habis tanpa meninggalkan pucuk untuk siklus petik berikutnya, akan
menyebabkan tanaman cepat rusak dan mengalami stres. Akibatnya, kerugian
yang dialami bukan hanya untuk satu siklus petik berikutnya, tetapi akan lebih
lama lagi (Gandi, 2002).
Gandi (2002) menyatakan bahwa strategi dasar pemetikan teh adalah
menghasilkan pucuk dengan mutu standar sebanyak-banyaknya secara
berkesinambungan. Beberapa kunci sukses keberhasilan dalam mengelola
pemetikan teh adalah (1) mempertahankan daun pemeliharaan, (2) mengatur
rumus pucuk pada bidang petik, dan (3) mempertahankan dan meningkatkan lebar
bidang petik.
Mempertahankan daun pemeliharaan. Daun pemeliharaan (maintenance
leaves) merupakan sekumpulan daun yang ada di bawah bidang petik. Daun
tersebut berfungsi sebagai penyangga atau dapur produsen pucuk. Manajemen
petik harus mempertahankan jumlah daun pemeliharaan agar berada pada
perimbangan yang ideal sehingga bisa menghasilkan pertumbuhan pucuk yang
optimal. Ketebalan daun pemeliharaan antara 15 - 20 cm. Daun pemeliharaan
yang terlalu tipis akan menyebabkan pucuk cenderung cepat membentuk pucuk
burung, sebaliknya jika terlalu tebal dan banyak menyebabkan jumlah pucuk baru
yang tumbuh berkurang.
Mengatur rumus pucuk pada bidang petik. Dalam pemetikan, perlu
dilakukan pengaturan rumus pucuk yang ditinggalkan setelah kegiatan panen agar
tetap berada di atas bidang petik untuk diambil pada siklus petik berikutnya.
Ukuran dan rumus daun yang ditinggalkan bergantung pada periode pertumbuhan
dan jenis petikan yang dikehendaki, misalnya petik halus, medium atau kasar.
Mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang petik. Produktivitas
pucuk di suatu bidang petik ditentukan oleh pucuk per pokok dan jumlah pokok
per luas lahan. Kebijakan pemetikan bertujuan selain untuk memperoleh produksi
pucuk, juga untuk memperluas bidang petik dengan cara tidak melakukan
pemetikan dan membiarkan pucuk samping, yaitu pucuk yang tumbuh lateral atau
8
ke samping. Manfaat lain yaitu menekan pertumbuhan gulma dengan
memperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah.
Menurut Setyamidjaja (2000), aspek pemetikan berkaitan erat dengan
pertumbuhan tunas yang akan berpengaruh pada mutu pucuk teh dan produktivitas
tanaman. Beberapa aspek pemetikan tersebut antara lain jenis pemetikan, jenis
petikan, gilir petik, pengaturan areal petik dan tenaga pemetik serta pelaksanaan
pemetikan. Jenis pemetikan terdiri atas pemetikan jendangan, pemetikan produksi,
dan pemetikan gendesan.
Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal
setelah tanaman teh dipangkas. Tujuan pemetikan jendangan yaitu membentuk
bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan
yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi.
Pemetikan jendangan dilakukan pada 3 – 4 bulan setelah pangkas dengan rumus
petik p+1.
Pemetikan produksi merupakan pemetikan pucuk teh setelah pemetikan
jendangan selesai dan terus dilakukan hingga tiba giliran pemangkasan produksi
berikutnya. Pemetikan produksi dilakukan selama 3 – 4 tahun dengan rumus petik
maksimum p+3.
Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan pada kebun yang
akan dipangkas produksi. Semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah akan
dipetik tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Berdasarkan jenis
pemetikan tersebut, dilihat dari rumus petiknya, mutu pucuk hasil petikan
jendangan lebih baik daripada jenis pemetikan produksi dan pemetikan gendesan.
Produktivitas tanaman teh hasil pemetikan gendesan akan lebih besar
dibandingkan dengan pemetikan jendangan dan petikan produksi karena petikan
gendesan memetik semua pucuk tanpa memperhatikan rumus pucuk.
Jenis petikan menentukan macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan
pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(1) Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko (p)
dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), ditulis
dengan rumus p+1 atau p+2m.
9
(2) Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko
dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau
tiga daun muda, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, b+3m.
(3) Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan
empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis
dengan rumus p+4.
Jenis petikan dapat dijadikan parameter untuk melakukan analisis pucuk dan
analisis petik. Analisis pucuk bertujuan untuk mengetahui mutu pucuk yang
dihasilkan dapat memenuhi syarat-syarat pengolahan teh, sedangkan analisis petik
bertujuan untuk mengetahui jenis pemetikan yang dilakukan pemetik. Menurut
Setyamidjaja (2000) manfaat dilakukan analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk
yang akan diolah, dapat menentukan harga pucuk, dan dapat memperkirakan
persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan.
Menurut Sukasman (1985), produksi pucuk yang maksimum tidak hanya
ditentukan oleh kerataan bidang petik, tetapi yang lebih penting sangat
dipengaruhi oleh jenis petikannya. Dalam sistem pemetikan, gilir petik dan
kehalusan pucuk yang dipetik merupakan dua faktor yang menentukan. Sumantri
(1990) menambahkan bahwa gilir petik sangat menentukan mutu pucuk yang
didapat dan potensi kualitas olahan teh. Untuk mempertahankan mutu pucuk,
diperlukan ketepatan pengelolaan kebun dalam hal pemetikan.
Hanca petik atau areal petik adalah luas areal petik yang harus selesai
dipetik dalam satu hari. Hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata
pemetik, blok kebun dan gilir petik serta dipengaruhi oleh topografi dan musim.
Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara
optimal. Dalam hubungannya dengan pemetikan menggunakan tenaga pemetik,
perlu diperhitungkan jumlah tenaga yang tersedia dan keterampilannya dalam
melaksanakan pemetikan (Setyamidjaja, 2000).
10
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang
dimulai dari bulan Maret hingga Juli 2010.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang terbagi menjadi dua,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung adalah melakukan
praktik kerja langsung di lapangan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan di
kebun dan melakukan pengamatan terhadap peubah yang telah ditentukan selama
kegiatan magang. Metode tidak langsung meliputi pengumpulan data sekunder
dan dokumentasi kebun.
Pada pelaksanaannya penulis bekerja sebagai :
(a) Karyawan harian lepas selama dua bulan pertama. Selama menjadi karyawan
harian lepas, penulis melaksanakan kegiatan lapangan yang meliputi semua
aspek budidaya; mencatat bahan yang dipakai, luas areal kerja yang dicapai
selama bekerja di lapangan, mencatat prestasi kerja penulis dan prestasi kerja
karyawan kebun. Hasil pencatatan prestasi kerja di lapangan kemudian
dibandingkan dengan prestasi kerja standar. Jurnal harian kegiatan selama
menjadi karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.
(b) Pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping kepala blok serta
pendamping asisten kepala bagian kebun selama satu bulan. Kegiatan sebagai
mandor, pendamping kepala blok dan pendamping asisten kepala blok yaitu
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang berhubungan dengan kegiatan
kebun. Sebagai pendamping mandor, penulis bertugas membuat perencanaan,
baik fisik maupun biaya, membantu menentukan jumlah karyawan dan biaya
operasional pada setiap kegiatan, membantu mengawasi kegiatan kerja harian
pada kegiatan budidaya tanaman, mengorganisir karyawan pada setiap
kegiatan, serta mengamati kehidupan sosial tenaga kerja (usia, latar belakang
11
pendidikan, pendapatan, letak tempat tinggal). Jurnal harian kegiatan selama
menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pendamping
kepala blok dan asisten kepala bagian kebun bertugas mempelajari
pengelolaan tenaga kerja dan biaya, membantu pembuatan laporan asisten,
membuat jurnal kegiatan harian di tingkat blok serta mempelajari kegiatan
manajerial di tingkat blok. Jurnal harian kegiatan selama menjadi
pendamping kepala blok dan asisten kepala bagian kebun dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Data primer
diperoleh dengan melakukan praktik kerja langsung, pengamatan di lapangan,
wawancara dan diskusi dengan staf dan karyawan perkebunan. Selain data primer,
penulis juga mengumpulkan data sekunder yang didapat dari laporan manajemen
(bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan), arsip kebun dan dokumentasi
lainnya.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain letak geografis, keadaan iklim,
keadaan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman (jenis
tanaman, umur tanaman, populasi tanaman, pertumbuhan tanaman), keadaan
produksi tanaman, struktur organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah, status),
rencana dan realisasi produksi tahun sebelumnya, jenis pemetikan dan rumus
petik, luas areal petik, gilir petik, analisis petik dan analisis pucuk serta premi
hasil panen.
Data sekunder tersebut digunakan untuk melengkapi, menduga dan menguji
kebenaran data yang diperoleh di lapangan. Selain itu dilakukan studi pustaka
baik melalui laporan penelitian, jurnal dan sumber lain sehingga bisa menilai
keberhasilan yang dicapai perusahaan.
Peubah yang diamati pada kegiatan magang dengan aspek pemetikan adalah
sebagai berikut :
12
(1) Ketebalan daun pemeliharaan.
Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan rata-rata daun
terbawah sampai permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan terhadap 10
tanaman contoh pada beberapa blok contoh berdasarkan umur tanaman
setelah pangkas.
(2) Gilir petik atau siklus petik.
Data diperoleh dari data primer dan data sekunder serta hasil wawancara
secara langsung dengan kepala blok serta mandor petik. Gilir petik ditentukan
oleh kecepatan tumbuh pucuk. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
selang waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok
contoh yang sama dan dinyatakan dalam satuan hari.
(3) Kapasitas petik.
Kapasitas petik adalah bobot pucuk yang dipetik oleh seorang pemetik dalam
satu hari kerja. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder kemudian
dibandingkan dengan kapasitas standar kebun (basic yield).
(4) Analisis petikan
Data diperoleh dari data primer dan data sekunder kemudian hasil dari
analisis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Data primer diperoleh
dengan mengambil masing-masing sampel pucuk satu genggam (dari 10
pemetik, pada satu mandor) yang dicampur menjadi satu kemudian diambil
satu kilogram. Dari sampel tersebut, diambil 200 gram untuk dipisah-
pisahkan sesuai jenis pucuk (rumus petik) dan ditimbang. Satuannya dalam
persen dengan membandingkan masing-masing kelompok pucuk.
(5) Analisis pucuk.
Data diperoleh dari data primer dan data sekunder kemudian hasil dari
analisis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pengamatan diperoleh
dengan mengambil satu genggam dari masing-masing 10 titik di kotak
pelayuan (withering through). Sampel pucuk dikumpulkan dan diambil
sebanyak satu kilogram. Dari satu kilogram tersebut diambil sebanyak 200
gram untuk dianalisis. Satu per satu dipisahkan antara bagian yang muda dan
yang tua berdasarkan rumus petik. Setelah pemisahan bagian yang muda dan
yang tua, masing-masing ditimbang dan dihitung dalam persen.
13
(6) Kebutuhan tenaga kerja pemetik.
Jumlah tenaga pemetik (TP) yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
TP (orang) = rencana produksi pucuk basah /ha/tahun x (100 + A) %
kapasitas pemetik/HK/hari x HKE satu tahun
TP adalah tenaga pemetik dan A adalah persentase ketidakhadiran pemetik.
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah
pemetik riil yang ada di kebun.
(7) Kondisi pemetik.
Untuk melihat kondisi pemetik, dilakukan dengan wawancara langsung dan
pencatatan data terhadap beberapa pemetik di tiap blok tentang usia, jenis
kelamin, tingkat pengalaman dan keterampilan serta latar belakang
pendidikan tenaga pemetik. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
pengaruhnya terhadap produksi yang dicapai pemetik tiap hari.
(8) Hanca petik.
Hanca petik berkaitan dengan gilir petik. Hanca petik diperoleh dari data
kemandoran di setiap blok, diperoleh dengan rumus :
Hanca petik = luas areal yang dipetik
daur petik
Hasilnya kemudian dibandingkan dengan hanca petik yang dilakukan di
lapangan. Pengamatan dilakukan pada luas areal yang dapat dipetik per hari
oleh pemetik dalam satu kemandoran.
14
Analisis Data dan Informasi
Sebagian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t-student
dengan rumus sebagai berikut :
Thitung =
21
21
11.
)(
nnS
XX
p +
−
dengan Sp = 2
)1()1(
21
2
2
2
1
−+
−+−
nn
SnSn
Keterangan : 21, XX : nilai tengah contoh 1 dan 2
S12, S2
2 : ragam contoh 1 dan 2
n1, n2 : jumlah contoh 1 dan 2
Sp : simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thit > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thit < ttabel. ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1 + n2 -2).
15
KEADAAN UMUM
Sejarah PT Perkebunan Tambi
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan
Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama
Bagelen Thee en Kina Maatschappij yang berada di Netherland. Di Indonesia
perusahaan tersebut dikelola oleh NV John Peet yang berkantor di Jakarta.
Ketika revolusi kemerdekaan meletus, perusahaan diambil alih oleh Pemerintah
Republik Indonesia dan para pekerjanya diangkat menjadi Pegawai Perkebunan
Negara (PPN).
Tahun 1945 dilaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
yang menyatakan bahwa Pemerintah Belanda harus menyerahkan kedaulatan
kepada Pemerintah Indonesia. Setelah KMB, pada tahun 1950 perusahaan
diserahkan kembali kepada pemilik semula yaitu Bagelen Thee en Kina
Maatschappij. Pada tahun 1954 perusahaan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro
Sumbing, perusahaan yang didirikan oleh Eks Pegawai Perusahaan Perkebunan
Negara. Hak kepemilikan tersebut dilegalkan dengan adanya Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni 1952.
NV Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
Wonosobo mendirikan sebuah perusahaan baru pada tanggal 13 Juli 1957.
Perusahaan ini berganti nama menjadi PT Perkebunan Tambi dengan modal 50 %
dari NV Eks PPN Sindoro sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah. nama NV
Tambi pada tanggal 13 Juli 1957.
Letak Wilayah Administratif
Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak di Desa Tambi Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 200 – 2 100 m di atas
permukaan laut (dpl). Jarak perkebunan sekitar 16 km ke arah utara dari Kota
Wonosobo dan berada di lereng Gunung Sindoro sebelah barat. Unit Perkebunan
Tambi terbagi dalam 4 blok yaitu Blok Taman, Blok Pemandangan, Blok Panama
dan Blok Tanah Hijau.
16
Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo dan merupakan blok tertinggi di UP Tambi yaitu sekitar
1 500 - 2 100 m dpl. Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai 1 300 – 1 500 m dpl.
Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo
dengan ketinggian tempat antara 1 250 – 1 500 m dpl. Blok Tanah Hijau terletak
di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian
tempat 1 000 – 1 250 m dpl. Peta kebun Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat
pada Lampiran 9.
Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2000 - 2009) berkisar 2 385 –
6 929 mm per tahun dengan rata-rata 3 465.40 mm per tahun dan hari hujan
berkisar antara 113 - 186 hari dengan rata-rata 161.20 hari per tahun (Lampiran
4). Rata-rata bulan kering 1.8 dan rata-rata bulan basah 7.8, sedangkan tipe iklim
berdasarkan curah hujan menurut Schmidth – Ferguson adalah tipe C. Suhu harian
di Unit Perkebunan Tambi berkisar 16 - 23°C dengan kelembaban udara berkisar
80 – 95 persen.
Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5 - 5.0.
Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang sampai dengan
cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah berombak sampai berbukit dengan
tingkat kemiringan 0-> 45 persen.
Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan
Luas keseluruhan areal Unit Perkebunan Tambi berdasarkan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2010 adalah 273.17 ha. Luas areal
tanaman seluruhnya 245.85 ha yang merupakan tanaman menghasilkan dan areal
pembibitan. Areal non tanaman antara lain untuk jalan, emplasemen, pabrik,
lapangan, agrowisata, dan alur jurang. Data penggunaan lahan di UP Tambi dapat
dilihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1. Rincian Tata Guna dan Luas Lahan di UP Tambi Tahun 2010
Keterangan
Blok
Jumlah Taman Pemandangan Panama
Tanah
Hijau
--------------------------- (ha) ---------------------------
A. Tanaman Teh 1. TTM 11.77 15.60 20.57 22.84 70.78
2. TMM 46.12 61.16 49.28 18.51 175.07
3. TBM - - - - - 4. Replanting - - - - -
Jumlah 57.89 76.76 69.85 41.35 245.85
B. Lain-lain
1. Agrowisata 2.05 2.05
2. Emplas/Kantor 11.29 11.29 3. Pabrik 1.66 1.66
4. Jalan Besar 7.88 7.88
5. Alur/Jurang 2.25 2.25
6. Tanah Kosong - -
7. Pembibitan 1.50 1.50
Jumlah 25.82 1.50 27.32
Jumlah Keseluruhan 83.71 76.76 71.35 41.35 273.17
Sumber: RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman teh yang dibudidayakan di UP Tambi terdiri atas klon Gambung 3,
Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah (klon lokal),
Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, Cin 143, dan Seedling (Hibrid dan
Assam). Jarak tanam untuk bahan tanam dari klon yaitu 120 cm x 75 cm,
sedangkan untuk bahan tanam dari seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak
beraturan. Populasi per hektar untuk bahan tanam dari klon sekitar 11 000 pohon
dan untuk bahan tanam dari seedling 7 000 – 10 000 pohon per hektar.
Klon yang menjadi klon unggulan di Unit Perkebunan Tambi adalah
Gambung 3, Gambung 4 dan Gambung 7. Deskripsi klon Gambung 3 dapat dilihat
pada Lampiran 4, klon Gambung 4 pada Lampiran 5 dan klon Gambung 7 pada
Lampiran 6. Klon Gambung tersebut lebih tahan terhadap penyakit cacar daun,
tahan kondisi kekeringan, dan mempunyai potensi hasil yang tinggi. Klon TRI
2024 dan Tri 2025 mempunyai cita rasa yang lebih disukai konsumen, tetapi
sangat rentan terhadap penyakit cacar.
18
Produksi teh yang dihasilkan di Unit Perkebunan Tambi 80 % untuk
diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Polandia,
Inggris, Australia, Selandia Baru, Rusia, Irak, Uni Emirat Arab dan sebagian
produksi untuk pemasaran dalam negeri. Rincian produksi dan produktivitas
selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Teh Unit Perkebunan Tambi Tahun
2005 – 2009
Tahun Luas TM
(ha)
Produksi Pucuk
Basah
(kg)
Produksi Teh
Kering
(kg)
Produktivitas Teh
Kering
(kg/ha/thn)
2005 230.58 3 256 525 693 165 3 006.00
2006 235.65 2 985 587 649 890 2 757.86
2007 222.72 3 058 485 673 587 3 024.00
2008 247.55 3 388 798 730 316 2 950.17
2009 247.55 2 624 055 565 715 2 285.25
Jumlah 1 089.46 15 169 480 3 284 096 15 121.92
Rata-rata 217.89 3 033 896 656 819 3 024.38
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari
salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang
berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal tersebut terkait kepemilikan saham
yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah
daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang manajer yang
diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Seorang pemimpin Unit Perkebunan
Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur
dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik
serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif.
Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi kepala bagian
kantor, kepala bagian kebun, asisten kepala urusan pengelolaan pabrik, asisten
kepala bagian kebun beserta seluruh jajarannya. Struktur organisasi dapat dilihat
pada Lampiran 8.
19
Kepala bagian kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan
mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan,
sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit
Perkebunan Tambi. Asisten kepala urusan pengelolaan pabrik bertugas
memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi,
teknik dan pengolahan teh di pabrik. Kepala bagian kebun bertugas dalam
memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan
yang berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di
kebun serta administrasi kebun.
Tenaga kerja terdiri atas karyawan I, karyawan II, dan borongan. Karyawan
I mempunyai syarat minimal D3 dan S1. Karyawan I biasanya setingkat dengan
pimpinan, wakil pimpinan, kepala bagian kantor, kepala urusan (kaur) pabrik, dan
asisten pendamping kepala bagian kebun (askabag). Karyawan II tidak
menggunakan syarat minimal jenjang pendidikan dan terdiri atas golongan A, B,
C, D, dan E. Golongan II E diperoleh apabila pengajuan peningkatan jabatan lebih
dari umur 40 tahun dan tidak dapat lagi meningkat ke Golongan I. Tenaga
pemetik dan tenaga pemeliharaan termasuk tenaga borongan. Tenaga borongan
terbagi menjadi tenaga borongan tetap dan borongan lepas. Jumlah dan tingkat
pendidikan tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kondisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Status Tenaga
Jml Tingkat Pendidikan
Jml L P S2 S1 D3 SLTA SLTP SD TTSD
--------------------------------------- (orang) -------------------------------------------
Karyawan I 8 8 1 1 1 5 8
Karyawan II D 12 1 13 8 1 3 13
Karyawan II C 14 2 16 1 6 5 4 16
Karyawan II B 28 1 29 17 2 9 1 29
Karyawan II A 40 7 47 5 6 25 11 47
Pekerja Lepas 60 183 243 8 192 43 243
Gabungan
Jumlah: 162 194 356 1 1 2 42 22 233 55 356
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Kegiatan pembibitan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan di Blok
Panama dengan luas bangunan pembibitan 0.90 ha dan kebun perbanyakan seluas
0.6 ha. Klon perbanyakan yang digunakan adalah Gambung 7 sebanyak 150 000
stek tanaman. Bangunan pembibitan menggunakan bambu dan atapnya terdiri atas
rigen atau bekas tempat untuk menjemur tembakau. Di dalam bangunan
pembibitan, terdapat sungkup dari bambu sebagai tempat menyimpan polybag
atau media untuk menanam stek.
Media yang digunakan terdiri atas top soil dan sub soil yang sebelumnya
telah diayak dengan perbandingan 2 : 1. Setiap meter kubik top soil dicampur
dengan 1.25 kg SP 36, 500 g KCl, 250 g Kieserit, 1 kg tawas, dan 300 g Dithane
M-45, sedangkan sub soil dicampur dengan I kg tawas dan 300 g Dithane M-45.
Media tanam tersebut kemudian difumigasi menggunakan Basamid selama kurang
lebih 15 hari dengan dosis 100 - 200 g/m3. Media tanam yang telah disiapkan
dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran 22 cm x 12 cm.
Topsoil dimasukkan ke dalam bekong (polybag) hingga mencapai 2/3
bagian bawah bekong, sedangkan subsoil menempati 1/3 bagian pada bagian atas
bekong. Polybag disusun dalam bedengan dan disiram air dengan campuran
Dithane M-45 2 g/l kemudian dibiarkan selama 10 - 15 hari. Sebelum ditanam,
bahan stek direndam menggunakan Dithane M-45 2 ml/l ditambah larutan atonik
2 ml/l selama 3 menit. Bahan stek yang ditanam harus bebas penyakit agar bibit
yang diperoleh dapat tumbuh optimal. Kegiatan di pembibitan meliputi
pencampuran media tanam dan penanaman stek dapat dilihat pada Gambar 1.
Stek ditanam dengan daun menghadap ke arah datangnya sinar matahari
dengan kemiringan sekitar 45o. Arah daun miring ke atas dan tidak boleh saling
menutupi satu sama lain. Sungkup dapat dibuka setelah 3 - 4 bulan dari
penanaman stek. Kegiatan pembibitan yang dilakukan penulis adalah pengisian
21
polybag dan penanaman stek. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan pengisian
polybag adalah 250 polybag per HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah
350 polybag per HK. Dalam kegiatan penanaman stek, prestasi kerja penulis
adalah 2097 tanaman per HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 2600
tanaman per HK.
Gambar 1. Pencampuran Media Tanam (a) dan Penanaman Stek (b)
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Pengendalian gulma. Jenis gulma yang banyak ditemukan di Unit
Perkebunan Tambi antara lain pacar air (Impatiens platypetala), babandotan
(Ageratum conyzoides), lempuyangan (Panicum repens), Richardia brasiliensis,
Cyperus rotundus, Commelina benghalensis, Erechites valerianifolia dan
remujung. Pengendalian gulma terbagi menjadi pengendalian gulma secara kultur
teknis, pengendalian secara kimawi (chemical weeding) dan pengendalian secara
manual.
Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan menerapkan cara
pemetikan teh secara benar dan tepat. Cara pemetikan teh yang tepat adalah
dengan melaksanakan petikan rata dan teratur agar pembentukan tajuk tanaman
teh dapat melebar dan rapat sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma di
antara barisan tanaman. Selain itu, pengendalian gulma secara kultur teknis dapat
diterapkan berupa penanaman tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan
Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh.
Aplikasi pengendalian gulma secara kimia dilakukan dua kali dalam
setahun, yaitu sebelum pemupukan melalui tanah pada bulan Februari - April dan
22
bulan September - November. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida
sistemik dan kontak. Herbisida sistemik yang digunakan yaitu Rambo berbahan
aktif glyphosat, sedangkan herbisida kontak yang digunakan yaitu Noxone
berbahan aktif paraquat diklorida. Pada tanaman teh tahun pangkas I, II dan III
dilaksanakan dua kali aplikasi herbisida Rambo dan Noxone secara bergantian.
Dosis Rambo 3 l/ha/aplikasi dengan konsentrasi 0.08 % dan Noxone 1.5
l/ha/aplikasi dengan konsentrasi 0.4 persen. Pada tahun pangkas IV, pengendalian
gulma menggunakan herbisida Rambo dan Noxone secara bergantian dengan
dosis Rambo 2 l/ha/aplikasi konsentrasi 0.53 % dan Noxone 1.5 l/ha/aplikasi
konsentrasi 0.4 persen. Prestasi kerja penulis 1 ha per HK, sedangkan prestasi
kerja karyawan 1.4 ha per HK.
Pengendalian gulma secara manual atau babad dilaksanakan pada bulan
Januari - Maret dan Agustus - Oktober. Aplikasi pengendalian gulma secara
manual dilakukan dua kali dalam setahun untuk semua nomor kebun dengan
perkiraan luas areal semester I (50 %) dan semester II (50 %) secara bergantian
dengan pengendalian kimiawi.
Pemupukan. Kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi terdiri atas
pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah
menggunakan pupuk tunggal dengan komposisi N : P : K : Mg yaitu 5 : 1 : 2 : 0.5.
Dosis pupuk ditetapkan berdasarkan persentase N, yaitu sebesar 9.44 persen.
Pelaksanaan pemupukan dilakukan dalam dua semester, yaitu semester I
pada bulan Februari sampai April dan semester II pada bulan Oktober sampai
November. Aplikasi pupuk pada tahun pangkas I dan IV sebesar 90 persen,
sedangkan tahun pangkas II dan III sebesar 110 persen. Perbedaan aplikasi
tersebut berdasarkan potensi pertumbuhan tanaman. Pada tahun pangkas I,
tanaman belum berproduksi secara optimal, sedangkan tahun pangkas IV tanaman
telah mengalami penurunan produksi dan memasuki pangkas produksi. Tanaman
teh berproduksi optimal pada tahun pangkas II dan III sehingga pemupukan
diperlukan dalam jumlah lebih banyak pada tahun tersebut.
Pemupukan dilaksanakan dengan cara dibenam pada jarak 20 cm dari tajuk
dengan kedalaman lubang 10 - 15 cm. Satu lubang pupuk dibuat untuk
2 - 4 perdu yang letaknya bergantian di barisan tanaman antara pemupukan
23
pertama dengan pemupukan kedua. Waktu pemupukan yang terbaik adalah pada
kondisi curah hujan 60 mm – 200 mm per minggu, sehingga pupuk yang
diberikan terlarut dengan baik tetapi tidak sampai hilang tercuci. Gambar 2
menunjukkan letak lubang pupuk di antara barisan tanaman teh.
Gambar 2. Sketsa Lubang Pupuk pada Tanaman Teh
Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) penulis melakukan kegiatan
pemupukan tanah dengan prestasi kerja 0.18 ha per HK, sedangkan prestasi
karyawan 0.2 ha per HK.
Pemupukan lewat daun menggunakan pupuk ZnSO4, ZA, dan Pupuk
pelengkap cair (PPC). Pemupukan dengan ZnSO4 dilaksanakan selama 10 bulan,
dimulai bulan Februari sampai November dengan dosis 1 kg/ha/aplikasi. Alat
semprot yang digunakan yaitu mistblower dengan kapasitas 12.5 liter dan
pakabak dengan kapasitas 15 liter. Pupuk pelengkap cair (PPC) diberikan pada
musim kemarau yaitu pada bulan Juli – September, enam kali aplikasi (1 bulan
dua kali aplikasi). Air yang digunakan untuk membuat larutan pupuk minimal 250
liter/ha/aplikasi. Pelaksanaan pemupukan daun pada pagi hari (sebelum pukul
10.00 harus sudah berhenti). Dosis PPC 1 – 1.5 liter/ha/aplikasi dan perbandingan
bensin dan oli 25 : 1.
Prestasi kerja penulis dalam pelaksanaan pemupukan daun 0.8 ha per HK,
sedangkan prestasi kerja karyawan 1 ha per HK. Kegiatan pemupukan daun
menggunakan mistblower dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan:
Lubang Pupuk
Tanaman Teh
24
Gambar 3. Pemupukan Daun Tanaman Teh Menggunakan Mistblower
Pemangkasan. Jenis pangkasan di Unit Perkebunan Tambi adalah
pangkasan setengah bersih. Pangkasan setengah bersih yaitu pangkasan dengan
membuang ranting-ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) yang
berada di bagian tengah perdu, sedangkan yang berada di sisi perdu dibiarkan.
Tinggi pangkasan antara 45 – 65 cm. Tinggi luka pangkasan tidak diperbolehkan
sama dengan tinggi luka pangkas sebelumnya. Toleransi naik atau turun 5 cm
dengan catatan tinggi pangkas tidak kurang dari 50 cm dari permukaan tanah.
Pemangkasan setengah bersih dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pemangkasan Setengah Bersih Tanaman Teh
Pangkasan di Blok Pemandangan 100 % pada semester I, sedangkan di
Blok Taman, Blok Tanah Hijau, dan Blok Panama 60 - 70 % di semester I dan
30 - 40 % pada semester II. Hal tersebut disebabkan ketinggian tempat Blok
Pemandangan paling tinggi di antara ketiga blok yang lain. Apabila pemangkasan
dilakukan dua kali maka pemangkasan pada semester II akan menghadapi musim
kemarau dan pertumbuhan tunas kurang optimal. Selain itu, pemangkasan 100 %
25
di Blok Pemandangan bertujuan mengurangi serangan penyakit cacar daun karena
penyakit cacar daun paling banyak menyerang tanaman teh di Blok Pemandangan.
Pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan cara memotong
cabang atau ranting memutari perdu tanaman agar luka pangkas menghadap ke
arah dalam. Kemiringan luka pangkasan yang baik adalah 45o dan permukaan
luka pangkas licin. Ketajaman alat yang digunakan untuk memangkas
menentukan kualitas hasil pangkasan. Apabila alat yang digunakan tidak tajam,
cabang akan pecah dan menyebabkan busuk. Bidang pangkasan harus sejajar
dengan permukaan tanah. Hal tersebut bertujuan agar angin dapat bergerak secara
leluasa sehingga kelembaban di sekitar perdu berkurang. Kondisi demikian dapat
menekan serangan hama dan penyakit tanaman serta agar spora cacar daun tidak
menempel pada daun sehingga penyebaran penyakit dapat dicegah. Gambar 5
menunjukkan kondisi tanaman setelah dipangkas setengah bersih di Blok Taman.
Gambar 5. Kondisi Tanaman setelah Dipangkas
Pemangkasan harus memperhatikan kerataan dengan permukaan tanah,
ketinggian pangkasan, luka dan arah luka pangkas. Prestasi kerja penulis dalam
memangkas tanaman teh adalah 100 m2 per HK, sedangkan prestasi kerja
karyawan 300 m2 per HK.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hama yang menyerang
tanaman teh seperti Helopeltis antonii, ulat jengkal, ulat penggulung pucuk, ulat
penggulung daun, ulat api dan tungau jingga, akan menurunkan produksi pucuk.
Pada umumnya, hama yang menyerang tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi
adalah ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma), ulat penggulung daun
26
(Homona coffearia) dan ulat api (Setora nitens). Ledakan serangan ulat api pernah
terjadi di Blok Panama. Bagian tanaman yang diserang oleh ulat tersebut adalah
daun muda dan daun tua. Serangan terjadi sepanjang tahun dan akan meningkat
pada musim kemarau. Ulat api dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Ulat Api (Setora nitens) pada Daun Teh
Pengendalian ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun dilakukan
dengan cara kultur teknis dan mekanis. Pengendalian secara kultur teknis dengan
cara memperpendek siklus petik dan mengendalikan gulma yang menjadi inang
hama tersebut. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara pemetikan
pucuk teh yang terserang hingga bersih. Untuk ulat api, pengendalian dilakukan
dengan cara kimiawi yaitu menggunakan insektisida Sumicidin 5 EC dengan
konsentrasi 2 ml per liter air. Penyemprotan insektisida tersebut merupakan
pilihan terakhir karena residu insektisida dapat mencemari lingkungan dan
mempengaruhi HACCP (Hazzard Analysis Critical Control Point) perusahaan.
Penyakit cacar daun teh atau yang dikenal dengan blister blight disebabkan
oleh jamur Exobasidium vexans M. Penyebaran penyakit cacar terjadi melalui
spora yang diterbangkan oleh angin, serangga atau manusia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit cacar daun yaitu kelembaban udara, sinar
matahari, angin, ketinggian kebun dari permukaan laut, serta sifat tanaman.
Tanaman yang terserang cacar daun akan mengalami penurunan
produktivitas karena daun yang telah terserang akan berlubang dan pada stadium
akhir serangan cacar daun, batang dan daun akan rontok sehingga daun tidak
dapat dipetik. Tanaman teh yang telah terserang cacar daun secara terus-menerus
tanpa adanya penanggulangan secara intensif, akan mengakibatkan daun
27
pemeliharaan terserang dan semakin menipis. Hal tersebut akan menyebabkan
pertumbuhan pucuk terhambat dan tanaman akan rusak.
Pengendalian penyakit cacar daun dilakukan dengan penyemprotan tanaman
teh dengan fungisida setelah dipetik dengan batas maksimal 8 hari sebelum petik
berikutnya. Fungisida yang digunakan yaitu tembaga oksiklorida 50 % dengan
dosis 0.10 – 0.15 kg/ha/aplikasi dan tembaga hidroksida 77 % dengan dosis
0.2 kg/ha/aplikasi. Selain itu, pengendalian secara kultur teknik dapat mengurangi
serangan cacar daun dengan cara memperpendek siklus petik kurang dari 14 hari
karena masa inkubasi cacar daun selama 14 hari. Prestasi kerja penulis dalam
mengendalikan cacar daun 0.83 ha per hari, sedangkan prestasi karyawan 1 ha per
hari.
Konservasi lahan terpadu. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah
tanaman dipangkas bertujuan agar kondisi tanaman dan lahan sehat sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kegiatan pemeliharaan
setelah pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi yaitu porokan,
pembuatan lubang tadah hujan (contur drain), pembuatan guludan, penanaman
tanaman pelindung, penanaman pupuk hijau, dan pelumutan.
(a) Porokan
Porokan yaitu kegiatan setelah pemangkasan dengan mengangkat tanah
dengan garpu. Tujuan porokan adalah membentuk rongga-rongga tanah sehingga
tanah menjadi gembur, meningkatkan respirasi tanah, memberi daya dukung tanah
dan memperlambat laju aliran permukaan (run off).
Jenis porokan ada dua, yaitu porok ungkat dan porok balik. Jenis porokan
yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi adalah porok ungkat dengan
menggunakan garpu. Porokan dilakukan di semua blok di Unit Perkebunan Tambi
setelah tanaman dipangkas (tahun pangkas I). Pelaksanaan porokan paling lambat
satu bulan setelah tanaman dipangkas atau sebelum tumbuh tunas baru. Prestasi
kerja penulis dalam kegiatan porokan 0.14 ha per HK, sedangkan prestasi kerja
karyawan 0.25 ha per HK.
(b) Pembuatan lubang tadah/contur drain
Tujuan pembuatan lubang tadah agar air tidak keluar dari lahan dan
menahan laju aliran air agar tidak terjadi erosi. Lubang tadah dibuat pada lahan
28
yang telah dilakukan pemangkasan dan alur pembuatannya secara zig-zag pada
setiap barisan tanaman. Semakin miring lahan, pembuatan lubang tadah akan
semakin rapat. Pada lahan miring, lubang tadah dibuat tiap 2 – 4 barisan tanaman,
sedangkan pada lahan datar lubang tadah dibuat tiap 8 baris tanaman.
(c) Pembuatan guludan
Tujuan pembuatan guludan agar air yang mengalir tidak keluar dari lahan.
Guludan dibuat pada lahan yang lebih rendah dari lahan di sekitarnya. Guludan
dibuat dengan cara menarik tanah yang berada di kebun, kemudian tanah tersebut
digulud sepanjang pinggir kebun. Ukuran tinggi guludan sekitar 60 cm dan lebar
30 cm.
(d) Penanaman tanaman pelindung
Penanaman dan pemeliharaan tanaman pelindung dilakukan di setiap blok di
Unit Perkebunan Tambi. Penanaman tanaman pelindung diutamakan pada blok
yang masih kurang tanaman pelindungnya. Pemeliharaan berupa rempelan
dilaksanakan menjelang musim penghujan, kecuali lamtoro merah dirempel pada
musim kemarau untuk menghindari pertumbuhan biji. Jenis pohon pelindung
yang ditanam adalah akasia.
Pohon pelindung untuk tanaman teh sebaiknya yang memberikan dampak
ganda dan positif, serta mempunyai dampak negatif sekecil mungkin, dan juga
mudah dalam pemeliharaannya. Pemilihan pohon pelindung tidak boleh
sembarangan karena ada beberapa jenis pohon pelindung yang dapat menjadi
inang hama dan penyakit. Tanaman pelindung yang peka terhadap penyakit,
khususnya penyakit akar dapat menyebarkan penyakit tersebut pada tanaman teh.
Selain penyakit akar, tanaman pelindung seperti pohon dadap dapat menjadi inang
Helopeltis dan ulat.
(e) Penanaman pupuk hijau
Pohon pelindung sementara digunakan sebagai sumber pupuk hijau yang
ditanam berselang dua baris pada tanaman teh tersebut setelah penanaman
tanaman teh selesai dilakukan. Jenis tanaman pelindung yang ditanam sebagai
pupuk hijau adalah Tephrosia spp. dan Crotalaria spp. Kebutuhan benih tanaman
pelindung sementara tersebut sekitar 10 kg – 12 kg/ha.
29
(f) Gosok lumut
Lumut dan jenis tanaman paku-pakuan yang tumbuh di permukaan batang
dan cabang tanaman teh dapat mengganggu pertumbuhan tunas baru. Pembersihan
lumut dilakukan dengan cara menggosok lumut yang menempel pada batang dan
cabang tersebut menggunakan sabut kelapa, sapu lidi, atau sebilah bambu. Waktu
pembersihan lumut sebaiknya satu minggu setelah pemangkasan. Apabila
pembersihan lumut dilakukan lebih dari dua minggu setelah pemangkasan, risiko
kerusakan tunas akan semakin besar. Pembersihan lumut yang tepat akan
membantu primordial atau mata tunas tumbuh lebih baik dan kondisi lingkungan
perdu menjadi bersih.
Pemetikan
Jenis petikan. Pemetikan merupakan cara pengambilan produksi di kebun
teh, berupa pucuk yang memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi pula
sebagai usaha membentuk kondisi tanaman yang mampu berproduksi tinggi
secara kontinyu. Jenis petikan di Unit Perkebunan Tambi adalah petikan medium
yaitu pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan dua daun, tiga daun
muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda. Jenis petikan
tersebut ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m.
Kriteria pemetikan. Pucuk hasil petikan yang memenuhi syarat
pengolahan di Unit Perkebunan Tambi adalah pucuk standar petikan medium,
pucuk dalam keadaan segar, dan bebas kontaminasi. Komposisi jenis petikan
medium minimal 70 % pucuk medium (p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m),
maksimal 10 % pucuk halus (p+1, p+2m), dan 20 % pucuk kasar (p+3, p+4, b+1,
b+2).
Jenis pemetikan. Jenis pemetikan terdiri atas pemetikan jendangan,
pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan.
(a) Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan merupakan jenis pemetikan yang dilakukan setelah
tanaman dipangkas. Tujuan pemetikan jendangan yaitu membentuk bidang petik
yang rata dan lebar dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup sehingga
30
tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan rata-rata
dilakukan setelah tanaman berumur 2 - 3 bulan setelah pangkas dan 60 % areal
telah memenuhi syarat untuk dijendang.
Pada pemetikan jendangan, pucuk yang tumbuh lateral atau ke samping
tidak dipetik agar perdu dapat tumbuh melebar sehingga bidang petik semakin
luas. Selain itu, perdu yang memiliki cabang yang lebar dapat menekan
pertumbuhan gulma dengan memperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah.
Pelaksanaan pemetikan jendangan biasanya 6 - 10 kali dengan selang waktu setiap
pemetikan 8 – 10 hari. Pemetikan dilakukan oleh pemetik yang berpengalaman
dan terampil. Jenis petikan pada pemetikan jendangan adalah petikan medium
dengan rumus p+2 atau pucuk burung dengan satu atau dua daun muda (b+1m
atau b+2m).
Alat bantu yang digunakan untuk mengukur ketinggian petikan jendangan
disebut caplak yang berbentuk salib. Alat tersebut berukuran sesuai dengan tinggi
bidang pangkas ditambah ketinggian bidang petik, biasanya berukuran 60 cm
sampai 70 cm. Caplak digunakan sebagai acuan agar pemetik mengetahui daun
yang harus dipetik dan daun yang harus ditinggalkan. Daun yang berada di bawah
batas caplak tidak boleh dipetik agar kerataan bidang petik tercapai.
(b) Pemetikan Produksi
Pemetikan produksi adalah pemetikan pucuk teh yang dilakukan setelah
pemetikan jendangan selesai dan terus dilakukan hingga tiba giliran pemangkasan
produksi berikutnya. Jenis petikan produksi bergantung pada macam pucuk yang
diinginkan, dapat berupa petikan halus, petikan medium, maupun petikan kasar.
Penentuan jenis petikan oleh perkebunan teh menjadi standar yang harus dicapai
oleh pekerja sehingga mutu pucuk teh yang dihasilkan baik. Di Unit Perkebunan
Tambi, jenis petikan yang menjadi standar adalah jenis petikan medium.
Pertumbuhan pucuk-pucuk tersier (malik peko) dan bidang petik yang sudah
melebar menjadi ciri pemetikan produksi telah dapat dilakukan.
Tujuan pemetikan produksi adalah mendapatkan pucuk dengan kondisi
pucuk memenuhi syarat olah secara kontinyu dengan produktivitas yang optimal.
Pemetikan produksi dilakukan berdasarkan siklus petik yang telah ditentukan dan
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Siklus petik bergantung pada jenis
31
petikan dan ketinggian tempat. Siklus petik di Unit Perkebunan Tambi adalah 12
hari. Di Blok Pemandangan, siklus petik lebih lama yaitu 14 hari karena letaknya
yang lebih tinggi daripada blok lain.
Pemetikan produksi dilakukan oleh seluruh pemetik dengan syarat tanaman
harus siap petik. Syarat tanaman siap petik adalah tanaman yang memiliki pucuk
sesuai jenis petikan yang telah ditentukan atau pucuk telah masak (manjing) dan
telah memenuhi kriteria pengolahan. Jenis petikan yang telah memenuhi syarat
petik adalah jenis petikan medium.
Kegiatan pemetikan ditentukan oleh ketersediaan pucuk di atas bidang
petik. Pucuk yang diperoleh bergantung pada kesehatan tanaman, siklus petik,
hanca petik, daun tanggung yang ditinggal pada siklus sebelumnya, dan
ketersediaan tenaga petik. Pemetikan dapat dilakukan baik secara manual maupun
menggunakan gunting petik. Pada Gambar 7 dapat dilihat pemetikan secara
manual dan pemetikan menggunakan gunting petik.
Gambar 7. Pemetikan Secara Manual (a) dan Secara Mekanis dengan
Gunting Petik (b).
(c) Pemetikan Gendesan
Jenis pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan sebelum
tanaman dipangkas dengan memetik semua pucuk daun yang memenuhi syarat
olah tanpa memperhatikan daun yang ditinggal di atas perdu. Jenis petikan pada
pemetikan gendesan adalah petikan berat.
Gilir petik/siklus petik. Gilir petik atau siklus petik adalah jangka waktu
antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya dan dinyatakan dalam hari.
Lama siklus petik bergantung pada pertumbuhan pucuk. Kecepatan tumbuh pucuk
32
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur pangkas, iklim, elevasi atau
ketinggian tempat dan kesehatan tanaman. Siklus petik di Unit Perkebunan Tambi
berbeda-beda sesuai dengan ketinggian tempat. Siklus petik di Blok Taman,
Panama, dan Tanah Hijau 10 - 13 hari, sedangkan di Blok Pemandangan
12 - 14 hari. Petikan untuk areal jendangan dengan siklus 8 - 10 hari.
Hanca petik. Hanca petik adalah luas areal petik yang harus diselesaikan
dalam satu hari. Hanca petik ditentukan berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik,
siklus petik, kondisi tanaman, topografi dan musim. Semakin pendek siklus petik
maka luas lahan yang dapat dipetik per hari semakin luas. Pengaturan hanca petik
harus pula mempertimbangkan keseragaman pucuk yang dihasilkan setiap hari
dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang.
Luas areal yang akan dipetik dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai
berikut :
Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik
gilir petik
Hanca satu pemetik = luas areal yang dipetik/hari x jumlah patok/ha
jumlah tenaga petik
Pengaturan hanca petik ditentukan oleh masing-masing mandor petik.
Hanca petik per pemetik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Januari -
Mei 2010
Blok Hanca Petik per Pemetik
Standar Realisasi
……………… (ha/HK) …………………
Taman 0.068 0.074
Tanah Hijau 0.076 0.083
Pemandangan 0.069 0.069
Panama 0.075 0.078
Sumber : Perhitungan Rumus Hanca Petik per Pemetik
Dalam satu hari, pemetik harus menyelesaikan luas areal petik tersebut.
Apabila hanca petik dapat diselesaikan, maka siklus petik pun tercapai sehingga
mutu pucuk yang dihasilkan baik. Pada realisasi pelaksanaan di lapangan, hanca
33
petik yang telah direncanakan seringkali tidak tercapai karena ketidakhadiran
tenaga pemetik yang tinggi dan siklus petik yang lebih panjang dari yang telah
ditetapkan. Hanca yang tidak tercapai tersebut akan diselesaikan pada hari
berikutnya.
Kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang dihasilkan
oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, kondisi tanaman, topografi kebun, keterampilan pemetik, populasi
tanaman di blok yang akan dipetik, dan umur pangkas tanaman. Data kapasitas
pemetik pada Tabel 5 merupakan kombinasi antara pemetikan manual dan
menggunakan gunting petik.
Tabel 5. Kapasitas Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Januari – Mei 2010
Blok Kapasitas Pemetik
Januari Februari Maret April Mei Rata-rata
………………………. ….(kg/pemetik)…………………………………
Taman 55.07 36.10 60.58 31.83 60.40 48.80
Pemandangan 80.13 60.74 29.27 60.40 27.19 51.55
Tanah Hijau 51.42 33.94 57.23 38.63 44.43 45.13
Panama 51.15 34.34 66.40 38.17 52.77 48.57
Sumber : Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi 2010
Tenaga pemetik. Tenaga pemetik mempunyai peranan sangat penting
dalam mencapai hasil petikan yang optimum. Keterbatasan tenaga kerja pemetik
sering terjadi di perkebunan teh karena upah tenaga yang relatif rendah. Dalam
hubungannya dengan pemetikan menggunakan tenaga pemetik, perlu
dipertimbangkan mengenai kebutuhan jumlah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja
yang tersedia dan keterampilannya dalam melaksanakan pemetikan. Perhitungan
rasio pemetik harus diketahui rata-rata kapasitas petik/HK dalam satu tahun,
jumlah hari kerja (HK) dalam satu tahun, persen (%) absensi dalam satu tahun
(A), dan rata-rata produksi pucuk/ha/tahun.
Rasio tenaga pemetik = rencana produksi pucuk basah/ha/tahun x (100 + A) %
kapasitas petik/HK x HKE satu tahun
34
Contoh Perhitungan :
Rasio tenaga pemetik = 12 316.45 kg/ha/tahun x (100 + 8) %
50 kg/HK/tahun x 290 hari
= 0.92 HK/ha
Kebutuhan tenaga pemetik UP Tambi = 0.92 HK/ha x 245.85 ha = 226.18 orang
Pengaturan tenaga pemetik bukan hanya berdasarkan jumlahnya, tetapi juga
berdasarkan keterampilan dan umur pangkas tanaman. Pada tanaman yang sedang
dipetik jendangan, tenaga pemetik dipilih yang mempunyai keterampilan di atas
rata-rata. Jumlah tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Keadaan di Lapangan dan
Perhitungan Rasio Pemetik di Unit Perkebunan Tambi
Blok
Jumlah Tenaga Pemetik
di Lapangan
(orang)
Jumlah Tenaga Pemetik
Berdasarkan Rasio
(orang)
Taman 50 54
Tanah Hijau 35 38
Pemandangan 62 70
Panama 58 64
Jumlah Total 205 226
Sumber : Perhitungan Rumus Rasio Tenaga Pemetik
Berdasarkan Tabel 6, untuk pencapaian target produksi yang telah
ditentukan, Unit Perkebunan Tambi masih kekurangan tenaga pemetik. Jumlah
tenaga mandor petik di Unit Perkebunan Tambi adalah 9 orang. Blok Taman,
Tanah Hijau dan Panama masing-masing memiliki dua orang mandor petik,
sedangkan Blok Pemandangan memilki 3 orang mandor petik.
Sistem pengupahan. Pengupahan pemetik di Unit Perkebunan Tambi
berdasarkan hasil pucuk basah yang didapat oleh pemetik dalam satu hari dan
dipengaruhi oleh hasil analisis pucuk. Harga per kilogram pucuk basah hasil
petikan di Blok Taman, Tanah Hijau, dan Panama adalah Rp 210.00/kg dan
apabila analisis pucuk minimal 50 % dari standar tercapai, pemetik mendapatkan
premi sehingga harga pucuk basah per kilogram menjadi Rp 240.00/kg. Khusus
35
pada Blok Pemandangan harga pucuk basah Rp 230,00/kg dan apabila minimal
50 % analisis pucuk tercapai, maka harganya menjadi Rp 260,00/kg.
Sistem pemetikan. Sistem pemetikan di Unit Perkebunan Tambi berupa
sistem giringan, yaitu pemetik berbaris pada masing-masing barisan tanaman dan
satu pemetik harus memetik semua tanaman dalam barisan tersebut. Pelaksanaan
pemetikan dimulai dari pinggir kebun yang jauh dari jalan menuju tempat
penimbangan. Pembimbing petik berada di belakang pemetik dan mengawasi dari
ujung barisan sampai ke ujung barisan lainnya. Daerah yang dipetik dibagi
berdasarkan kelompoknya masing-masing. Kelompok pemetik dibagi menjadi dua
kelompok besar yang tiap kelompoknya diawasi oleh satu orang pembimbing
petik.
Sebelum diberlakukan sistem pemetikan giringan, Unit Perkebunan Tambi
melaksanakan sistem pemetikan hanca atau biasa disebut sistem pemetikan
sawahan. Sistem pemetikan sawahan yaitu sistem pemetikan berdasarkan wilayah
petik masing-masing pemetik. Pemetik yang terbagi dalam kelompok besar
memiliki wilayah petik masing-masing dan terpencar-pencar. Wilayah kebun
yang akan dipetik oleh setiap kelompok telah ditentukan oleh pembimbing petik
sesuai dengan luas areal yang akan dipetik pada hari itu.
Baik pemetikan sawahan maupun sistem giringan, keduanya mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem sawahan, mandor petik dapat
dengan mudah mengetahui kualitas kerja pemetik karena setiap pemetik
bertanggung jawab pada areal petik masing-masing. Apabila terjadi kerusakan
pada tanaman teh yang dipetik, mandor petik dapat dengan mudah menegur
pemetik. Kekurangan dari sistem sawahan adalah terbatasnya pengawasan
mandor petik terhadap pemetik karena letak areal petik yang terpisah-pisah.
Kelebihan sistem giringan yaitu mempermudah mandor petik mengawasi
kerja pemetik sehingga dapat mengurangi kerusakan akibat kesalahan dalam
pemetikan. Kelemahan sistem tersebut adalah kuranganya rasa tanggung jawab
pemetik terhadap areal petik. Apabila terjadi kerusakan pada tanaman teh akibat
kesalahan pemetikan, mandor petik akan kesulitan mengetahui dan menegur
pemetik yang melakukan kesalahan tersebut.
36
Sarana pemetikan. Keberhasilan pemetikan ditentukan juga oleh sarana-
sarana yang digunakan selama pelaksanaan pemetikan. Sarana pemetikan meliputi
perlengkapan yang dimiliki pemetik, yaitu keranjang petik, sarung tangan,
celemek plastik, waring, sarung tangan, caping/penutup kepala, sepatu boot,
waring kantong dan waring lembaran, serta gunting petik. Pucuk yang telah
dipetik disimpan di keranjang petik sebelum dimasukkan ke dalam waring
lembaran dengan kapasitas keranjang sekitar 5 kilogram. Pucuk dari keranjang
kemudian dipindahkan ke dalam waring dengan kapasitas waring
25 - 30 kilogram pucuk basah.
Setelah pucuk dipetik segera dimasukkan ke dalam keranjang. Pucuk yang
sudah dipetik sebaiknya tidak digenggam terlalu banyak dan lama. Pucuk yang
sudah berada di keranjang pun tidak boleh ditekan atau dipadatkan dan melebihi
kapasitas keranjang. Waring yang berisi pucuk basah jangan disimpan di bawah
sinar matahari karena akan membuat daun layu dan terbakar. Tujuan perlakuan
tersebut adalah untuk mengurangi kerusakan pucuk di kebun sehingga kualitas teh
yang dihasilkan tetap terjaga.
Pelaksanaan pemetikan. Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi
dilaksanakan pada pukul 06.00 - 09.30 WIB untuk penimbangan pertama dan
10.00 – 13.00 WIB untuk penimbangan kedua. Waktu pemetikan tersebut dapat
lebih cepat atau lebih lama bergantung pada kondisi pucuk dan cuaca. Jika pucuk
manjing yang harus dipetik dalam jumlah banyak, maka waktu penimbangan
dilakukan dalam dua tahap. Pelaksanaan dua kali penimbangan bertujuan agar
pucuk tidak terlalu lama berada di lapangan karena akan merusak kondisi pucuk.
Pucuk basah yang terkena sinar matahari langsung akan layu dan terbakar.
Penyimpanan daun di dalam waring sebaiknya di bawah naungan dan tidak
terkena sinar matahari langsung.
Pemetikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan
gunting petik. Daun manjing yang dipetik secara manual menggunakan ibu jari
dan telunjuk, dalam istilah sunda biasa disebut ditaruk. Pucuk yang telah masak
(manjing) dan pucuk burung di atas bidang petik harus dipetik bersih. Pucuk
nanggung/cadangan ditinggal dan cakar yang berada di atas bidang petik harus
37
dibuang. Cakar adalah bentuk pertumbuhan dua tunas atau lebih dari satu ketiak
daun sehingga bentuk tunas yang tumbuh tidak normal atau berukuran kecil.
Daun-daun lain termasuk daun tanaman naungan dan tanaman pengganggu
(gulma) yang berada di bidang petik harus dibersihkan agar kemurnian pucuk
tetap terjaga. Hal tersebut terkait dengan ketetapan Hazard Analisys Critical
Control Point (HACCP) yang menuntut kualitas produk tinggi. Selain itu, bidang
petik harus rata atau sejajar dengan kemiringan tanah. Keuntungan bidang petik
yang rata di antaranya adalah cahaya matahari yang diterima perdu teh lebih
banyak dan merata, pertumbuhan pucuk cepat dan rata di atas bidang petik,
memudahkan pemetikan, memudahkan pengendalian hama dan penyakit, serta
memudahkan pengawasan selama kegiatan pemetikan. Pemetik membentuk
barisan dan berjalan mengikuti garis kontur pada barisan tanaman.
Pucuk burung yang terlalu banyak dan tua di atas bidang petik dapat
dipetik menggunakan gunting petik. Selain mempermudah pemetik, pemetikan
pucuk burung tua dengan bantuan gunting petik dapat mengurangi kerusakan pada
luka petik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penggunaan gunting
petik dapat juga digunakan agar hanca dan siklus petik yang telah ditentukan
tercapai. Apabila pemetikan manual dinilai tidak dapat memenuhi target produksi,
maka pemetikan menggunakan gunting petik menjadi salah satu alternatif
penyelesaiannya.
Penimbangan Pucuk di Kebun
Penimbangan pucuk di Unit Perkebunan Tambi dilakukan 1 - 2 kali sehari
bergantung pada kondisi pucuk yang dipetik pada saat itu. Penimbangan pertama
dilakukan pada pukul 09.30 - 10.00 dan penimbangan kedua dilakukan pada pukul
13.00 – 13.30. Kegiatan penimbangan harus mengacu pada prinsip dasar
penimbangan yaitu semakin cepat dikirim ke pabrik maka kondisi pucuk semakin
baik. Penimbangan dilakukan oleh juru timbang dan letak penimbangan harus
dekat dengan lokasi pemetikan seperti pada Gambar 8.
38
Gambar 8. Penimbangan Pucuk Teh di Kebun
Analisis Petik
Kondisi pucuk hasil pemetikan tidak selalu sama antara pemetikan satu
dengan pemetikan lainnya. Untuk mengetahui cara dan hasil petikan, perlu
dilakukan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik
dan analisis pucuk.
Di Unit Perkebunan Tambi tidak dilakukan analisis petik, padahal
seharusnya dilakukan analisis petik minimal satu kali sebulan sebagai laporan
HACCP apakah Good Agriculture Product (GAP) dilaksanakan atau tidak.
Penulis melakukan analisis petik dengan mengambil sampel pucuk secara acak
sebanyak 200 gram dari tiap blok. Sampel tersebut dipisahkan berdasarkan rumus
petik dan dihitung komposisi masing-masing jenis pucuk dalam satuan persentase.
Hasil analisis petik yang telah dilakukan penulis di Unit Perkebunan Tambi
menunjukkan bahwa jenis petikan tersebut termasuk jenis petikan kasar (Tabel 7).
Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya keterampilan pemetik, pengawasan
pembimbing petik yang rendah, serta siklus petik yang terlalu panjang sehingga
banyak daun kaboler.
Tabel 7. Hasil Analisis Petik di Unit Perkebunan Tambi pada April -
Juni 2010
Blok Komposisi Pucuk (%)
Pucuk Halus Pucuk Medium Pucuk Kasar Pucuk Rusak
Taman 1.59 32.54 46.83 19.04
Panama 5.82 16.86 29.65 47.67
Tanah Hijau 3.15 29.13 47.25 20.47
Pemandangan 2.83 27.57 51.11 14.30
Rata-rata 3.35 26.53 43.71 25.37 Sumber : Hasil Pengamatan yang Dilakukan Penulis
39
Ketidaktepatan pelaksanaan pemetikan dapat dilihat dari jumlah pucuk
kasar yang dipetik. Persentase pucuk kasar yang tinggi menunjukkan siklus petik
terlalu panjang sehingga banyak daun kaboler atau lewat petik. Persentase pucuk
halus dan pucuk rusak yang tinggi menunjukkan bahwa keterampilan yang
dimiliki pemetik rendah. Pucuk halus atau pucuk tanggung harus ditinggal agar
pada siklus petik berikutnya, daun yang akan dipetik tersedia. Kerusakan pucuk
dapat diakibatkan kurang terampilnya pemetik dalam memetik pucuk, baik secara
manual maupun dengan gunting petik.
Perlakuan Pucuk Setelah Penimbangan di Kebun
Pucuk yang akan ditimbang dimasukkan ke dalam waring kantong masing-
masing pemetik. Setelah ditimbang, waring dimasukkan ke dalam truk dan
disusun bertumpuk. Tinggi tumpukan maksimal 5 waring dengan bobot pucuk
dalam waring 25 - 30 kg. Penyusunan waring di dalam truk tidak boleh
dipadatkan atau ditekan agar aerasi selama pengangkutan tetap terjaga. Jika
waring ditumpuk terlalu padat, pucuk akan mengalami pelayuan yang terlalu
cepat karena suhu di dalam waring meningkat. Selain itu, penumpukan waring
yang terlalu padat dapat membuat pucuk banyak yang terlipat dan rusak.
Kerusakan pucuk seperti di atas akan menyebabkan terjadinya proses fermentasi
lebih awal dan menurunkan kualitas teh yang dihasilkan.
Transportasi Pucuk
Pucuk teh merupakan bahan baku bagi pengolahan teh. Sebagai bahan baku,
pucuk yang bermutu tinggi dapat menghasilkan produk teh yang bermutu tinggi
pula. Oleh karena itu, mutu pucuk harus diusahakan dan dipertahankan agar tetap
tinggi, baik sejak pemetikan, penyimpanan, maupun pengangkutan ke pabrik.
Dalam pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik, Unit Perkebunan Tambi
menggunakan truk yang memiliki berat kosong 3 756 kg dengan kapasitas angkut
barang 4 600 kg dan kapasitas angkut orang sebanyak tiga orang. Kapasitas
angkut pucuk optimal yaitu 2 300 kg atau setengah dari daya angkut barang
kendaraan.
40
Unit Perkebunan Tambi memiliki lima unit truk yang digunakan untuk
empat blok. Frekuensi pengangkutan bergantung pada frekuensi penimbangan dan
produksi pucuk di lapangan. Rencana dan realisasi produksi Unit Perkebunan
Tambi tahun 2010 tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk di Unit Perkebunan Tambi
Januari – Mei 2010
Bulan Jumlah Produksi UP Tambi (kg) Produksi Pucuk
(kg/hari) Rencana Realisasi
……………….(kg)…………………
Januari 270 000 324 692 3 122.04
Februari 260 000 211 094 2 198.90
Maret 274 000 288 829 2 674.34
April 275 000 235 201 2 261.55
Mei 278 000 242 352 2 330.31
Sumber : Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Truk pengangkut pucuk saat mengambil pucuk diupayakan dalam keadaan
bersih dan diberi alas di bagian bawah truk. Pada saat mengangkut pucuk, tidak
boleh ada penumpang di belakang truk dan menaiki pucuk dalam waring karena
dikhawatirkan akan merusak pucuk. Selama pengangkutan pucuk sebaiknya truk
dilengkapi dengan terpal penutup truk agar pucuk tidak terkena sinar matahari
langsung dan saat musim hujan air tidak masuk bercampur dengan pucuk yang
dibawa truk. Pembongkaran pucuk saat sampai di pabrik, waring yang berisi
pucuk tidak boleh dibanting dan pucuk tidak boleh berceceran. Pengangkutan
pucuk dilakukan oleh satu orang sopir dan seorang juru timbang dengan
menggunakan satu unit truk.
Penimbangan di Pabrik
Hasil penimbangan pucuk di kebun dan di pabrik selalu terjadi selisih bobot,
hasil penimbangan pucuk di kebun lebih tinggi daripada hasil penimbangan pucuk
di pabrik atau sebaliknya. Selisih hasil penimbangan tersebut terjadi di antaranya
karena penimbangan pucuk di kebun belum dikurangi bobot waring, timbangan
yang digunakan di kebun berbeda dengan di pabrik, cara membaca angka pada
41
timbangan berbeda antara juru timbang pucuk di pabrik dengan juru timbang
pucuk di kebun, kondisi pucuk saat musim hujan, jarak tempuh, dan waktu
pemetikan.
Perbedaan selisih antara timbangan di pabrik dan kebun mendapat toleransi
sebesar 2 % terutama pada musim hujan. Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Apabila selisih hasil penimbangan lebih dari 2 %, harus ada pengecekan, baik di
pabrik maupun di kebun agar kerugian akibat selisih penimbangan dapat
dikurangi. Pengurangan hasil penimbangan pucuk di kebun dapat merugikan
pemetik karena hasil yang didapat menjadi berkurang. Saat penimbangan di
pabrik, perlu diperhatikan tumpukan waring tidak tercecer di lantai penimbangan
yang dapat mengurangi bobot timbangan pucuk.
Tabel 9. Selisih Hasil Penimbangan Pucuk di Kebun dan di Pabrik Januari -
Mei 2010
Bulan Blok Hasil Penimbangan Selisih
(kg)
Bobot
(%) Kebun Pabrik
……….(kg)………
Januari Taman 71 923 71 597 -326 0.45 %
Tanah Hijau 47 949 46 706 -1 243 1.65 %
Pemandangan 130 934 129 176 -1 758 1.34 %
Panama 77 968 77 132 - 836 1.07 %
Februari Taman 44 614 44 396 -218 0.48 %
Tanah Hijau 29 053 28 507 -546 1.87 %
Pemandangan 92 051 90 386 -1 665 1.80 %
Panama 48 394 47 805 -589 1.21 %
Maret Taman 82 354 81 776 -578 0.70 %
Tanah Hijau 55 414 54 081 -1 333 2.40 %
Pemandangan 50 607 48 991 -1 616 3.19 %
Panama 105 564 103 981 -1 583 1.49 %
April Taman 41 803 41 379 -424 1.01 %
Tanah Hijau 35 901 35 153 -748 2.08 %
Pemandangan 104 502 101 115 -3 387 3.24 %
Panama 58 905 57 554 -1 351 2.29 %
Mei Taman 80 300 78 520 -1 780 2.22 %
Tanah Hijau 41 887 40 428 -1 459 3.48 %
Pemandangan 46 429 43 824 -2 605 4.45 %
Panama 80 462 79 580 -882 1.09 %
Sumber : Laporan Produksi Pabrik Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
42
Proses Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Tambi
Penerimaan pucuk segar dari kebun. Mutu teh hitam yang baik
dihasilkan dari pengolahan pucuk yang benar dan tepat. Mutu teh hitam yang baik
hanya dapat dicapai dari pucuk yang bermutu tinggi yaitu pucuk hasil petikan
dalam kondisi segar, masih utuh dan tidak terlipat atau rusak, seragam, dan
berwarna kehijauan. Penanganan pucuk yang baik selama di kebun menentukan
proses pengolahan di pabrik. Daun hasil petikan tidak boleh terlalu lama berada di
kebun karena akan menurunkan kadar air pucuk yang berlebihan, tidak terkena
sinar matahari langsung, disimpan dalam waring yang tidak melebihi kapasitas
optimum dan diangkut dengan hati-hati.
Pucuk yang diangkut truk diturunkan dari bak truk oleh dua orang pekerja
angkut, kemudian ditimbang di atas timbangan duduk sebanyak 4 - 5 tumpukan
waring dan dicatat hasil timbangannya oleh juru timbang pabrik. Pada saat
penimbangan, pucuk-pucuk tidak boleh banyak yang tercecer karena akan
meningkatkan selisih bobot hasil penimbangan di kebun dan pabrik. Hasil
penimbangan pucuk di pabrik dicatat di klat penimbangan dan dihitung selisih
bobot timbangan di pabrik dan kebun.
Analisis pucuk. Analisis pucuk merupakan analisis kondisi pucuk
berdasarkan bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Pemisahan
pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Pucuk hasil
petikan dianggap rusak apabila pada pucuk tersebut terdapat daun-daun yang
rusak seperti sobek, terlipat, atau terperam.
Tujuan analisis pucuk di antaranya dapat menilai pucuk yang akan diolah,
menentukan harga pucuk, dan dapat memperkirakan persentase mutu produk the
yang akan dihasilkan. Analisis pucuk menentukan upah yang diterima pemetik.
Apabila analisis pucuk lebih dari 50 %, pemetik akan mendapatkan premi. Hasil
analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 10.
43
Tabel 10. Analisis Pucuk di Unit Perkebunan pada Januari – Mei 2010
Bulan
Bobot Pucuk
Basah
(kg)
Komposisi Pucuk
Memenuhi Syarat
(MS)
Tidak Memenuhi Syarat
(TMS)
……..…….. (%) ..…...………
Januari 71 597.0 50.01 49.99
Februari 44 396.0 52.60 47.40
Maret 81 776.0 53.14 46.86
April 41 379.0 53.79 46.21
Mei 78 520.0 53.94 46.06
Rata-rata 63 533.6 52.70 47.30
Sumber : Laporan Analisis Bulanan Pabrik Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Pelayuan. Tahap awal dari proses pengolahan teh adalah pelayuan. Tujuan
utama proses tersebut adalah menguapkan air yang terkandung pada pucuk secara
perlahan sehingga daun menjadi lentur dan lemas. Kandungan air yang rendah
membantu dalam proses penggilingan dan dapat menciptakan aroma segar pucuk.
Alat yang digunakan terdiri atas withering through (WT) dengan ukuran 24 m x
1.8 m x 1 m yang berkapasitas 1 200 – 1 400 kg berjumlah 17 unit. Alat-alat
lainnya adalah thermometer dry dengan suhu maksimal 27 oC dan thermometer
wet dry dengan suhu optimal 22 oC, mesin pemanas, hot air ducting, fan, dan alat
kebersihan.
Pucuk yang diperoleh dari kebun, dibeber di withering through (WT) dan
dialirkan udara segar untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk. Udara yang
digunakan dalam proses pelayuan adalah udara bersih, tidak berdebu dan berbau
dengan suhu tidak melebihi 27 oC. Selama dilayukan dalam withering through
dilakukan pembalikan tumpukan pucuk sebanyak tiga kali. Proses pelayuan
dilakukan selama 1 080 menit. Pucuk yang dinilai telah layu mempunyai kriteria
di antaranya lentur dan terasa lemas merata, keluar aroma segar pucuk layu,
apabila dikepal saling lengket dan tidak terurai, lentur dan apabila dipatahkan
pucuk tidak patah.
Penggilingan. Penggilingan merupakan proses pengolahan teh setelah
pelayuan yang bertujuan untuk mememarkan pucuk dan pemerasan cairan sel
serta untuk mengecilkan gulungan pucuk menjadi partikel yang sesuai dengan
ukuran grade (mutu) yang dikehendaki konsumen. Mesin yang digunakan dalam
44
proses tersebut yaitu Open Top Roller (OTR), Rotor Vane (RV), Rotary Roll
Breaker (RRB), Press Cap Roller (PCR) dan Googi.
Proses penggilingan dimulai pada saat pucuk yang telah dilayukan
dimasukkan ke dalam OTR sekitar 45 menit dengan kapasitas mesin 350 –
375 kg. Hasil penggilingan OTR diayak dengan menggunakan RV yang memilki
kapasitas 1 200 kg/jam selama 10 menit dan hasil ayakan berupa bubuk I. Bubuk
1 kemudian diayak kembali dan dimasukkan ke RRB sehingga menghasilkan
bubuk II. Bubuk yang tidak tersaring diolah kembali di RV II dan diayak dengan
RRB II menghasilkan bubuk III. Bubuk hasil RV III yang masih kasar masuk dan
diayak dalam Googi. Bubuk yang dihasilkan Googi berupa bubuk IV dan badag.
Fermentasi. Fermentasi atau oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi
senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oksidase. Proses tersebut
bertujuan untuk menghasilkan warna, aroma, dan rasa teh yang khas. Proses
tersebut berlangsung selama 90 – 130 menit yang dihitung dari OTR (proses
penggilingan) dan akan menghasilkan substansi theafalvin dan thearubigin yang
akan menentukan sifat air seduhan teh kering yang dihasilkan setelah proses
pengeringan.
Pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi
serta menurunkan kadar air dalam bubuk basah hasil fermentasi sehingga mutu
teh yang dihasilkan tetap terjaga. Prinsip dari proses pengeringan adalah
menguapkan air yang terkandung pada bubuk basah sehingga kadar air mencapai
sekitar 3 – 4 persen. Proses pengeringan dimulai dengan menyalakan burner
untuk memanaskan heater selama 30 – 60 menit sebelum bubuk masuk ke dalam
proses pengeringan. Bubuk dimasukkan ke dalam mesin pengering dengan suhu
inlet 94 – 98 oC dan suhu outlet 45 – 50
oC. Bubuk yang baru keluar dari mesin
pengering didinginkan dan tidak boleh ditumpuk tebal. Pendinginan dilakukan di
tempat yang bersih dan tidak lembab. Suhu bubuk yang masih tinggi dapat
memacu reaksi kimia lanjutan sehingga dapat menurunkan mutu teh.
Sortasi kering. Pada proses pengolahan teh hitam diharapkan produk yang
dihasilkan adalah produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Sortasi bertujuan
untuk memisahkan jenis mutu, menyeragamkan bentuk, ukuran, dan warna
masing-masing grade dan membersihkan teh dari serat, tangkai, dan batang-
45
batang lain. Pengolahan teh di Unit Perkebunan Tambi menghasilkan tiga jenis
mutu teh kering, yaitu mutu I, mutu II dan mutu III. Mutu I terdiri atas BOP, PS,
BPS, BOPF, PF, Dust, BP, BT dan BM. Mutu II terdiri atas PF II, Dust II, BP II,
BM II, BT II, Fanning II. Mutu III terdiri atas Dust III, BM III, Dust IV dan
Bohea.
Pengepakan. Pengepakan atau pengemasan merupakan proses yang
bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan, memudahkan pengangkutan,
efisien dalam penyimpanan di gudang dan dapat dijadikan sebagai alat promosi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses tersebut di antaranya
untuk partai besar (pemasaran ke dalam dan ke luar negeri/ekspor) barang harus
sama dengan yang disepakati dan sesuai dengan jenis teh, teh yang akan
dipasarkan bebas dari racun dan kedap air, kadar air dalam teh tidak lebih dari
6 %, marking atau label yang dipasang harus sesuai dengan ketentuan,
memperhatikan intruksi dari pembeli mengenai pengepakan, memperhatikan
transportasi dan ketersediaan bahan di pasaran.
Aspek Manajerial
Asisten Kepala Bagian Kebun
Asisten kepala bagian kebun adalah pimpinan di kebun yang bertanggung
jawab kepada kepala kebun dan membawahi secara langsung beberapa kepala
blok dalam satu unit perkebunan. Pelaksanaan tugas asisten kepala bagian kebun
dilakukan di kebun dan di kantor. Asisten kepala kebun bertugas memimpin,
mengarahkan, mengoordinasikan dan mengawasi tugas/kerja kepala urusan dan
para pelaksana di bawahnya. Selain itu, asisten kepala kebun bertugas membantu
pemimpin perkebunan dalam hal membuat perencanaan anggaran pembiayaan
dalam bidang perkebunan, pemetikan tanaman, dan pemeliharaan tanaman serta
memberi petunjuk kepada semua kepala blok tentang berbagai hal yang bersifat
teknis dan pemecahan masalah di bidang tanaman.
46
Kepala Blok
Kepala blok adalah pimpinan yang bertanggung jawab kepada asisten
kepala bagian kebun dalam merencanakan, mengatur, mengoordinasikan, dan
mengawasi kegiatan pemeliharaan, pemetikan, dan pengelolaan satu blok kebun.
Pengelolaan yang perlu diperhatikan antara lain pengelolaan tenaga kerja,
tanaman, lahan, dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Mandor Petik
Mandor petik merupakan pembimbing di lapangan yang bertugas mengatur,
mengoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman,
termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja petik. Mandor petik adalah pembimbing
yang langsung mengawasi kegiatan pemetikan di kebun dan berhubungan
langsung dengan para pemetik. Mandor petik berwenang dalam mengambil
keputusan mengenai semua hal yang berhubungan dengan kegiatan pemetikan dan
harus mendapatkan persetujuan terlebih dulu oleh kepala blok.
Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berfungsi untuk mengatur,
mengoordinasikan, dan mengawasi kegiatan pemeliharaan kebun, termasuk dalam
pengelolaan tenaga kerja, lahan, dan kegiatan pemeliharaan lainnya dalam rangka
mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif
dan efisien.
47
PEMBAHASAN
Potensi Pucuk
Pucuk merupakan bahan dasar utama yang digunakan untuk proses
pengolahan teh. Teh bermutu tinggi diperoleh dari mutu pucuk yang tinggi.
Ketersediaan pucuk sebagai bahan baku pengolahan harus selalu tersedia di atas
bidang petik agar kontinuitas produksi tetap stabil. Pucuk yang dipetik harus
sesuai dengan jenis petikan dan rumus petik yang telah ditetapkan.
Potensi pucuk di atas bidang petik di antaranya dipengaruhi oleh
ketersediaan pucuk burung dan pucuk peko. Pucuk burung yang banyak terdapat
di atas bidang petik akan menyebabkan jumlah pucuk yang dipetik pada siklus
petik berikutnya terbatas. Semakin banyak pucuk peko di atas bidang petik, maka
semakin tinggi potensi pucuk yang dapat dipetik. Pada Tabel 11, dapat dilihat
persentase pucuk peko dan pucuk burung dari empat blok dengan klon yang
berbeda.
Tabel 11. Kondisi Pucuk pada Berbagai Klon dan Tahun Pangkas di Empat
Blok Unit Perkebunan Tambi April – Juni 2010
Blok Klon Tahun
Pangkas
Tebal Daun
Pemeliharaan
(cm)
Pucuk
Peko
Per
Perdu
(%)
Pucuk
Burung
Per
Perdu
(%)
Jumlah
Pucuk
Per
Perdu
Pemandangan Kiara 8 II 25.3 46.96 53.04 12
Taman TRI 2024 I 25.8 44.46 55.54 54
Gambung 7 II 32.3 63.24 36.76 68
Gambung 3 III 32.5 74.85 25.15 85
Gambung 4 III 32.7 77.88 22.12 63
Gambung 7 III 31.7 48.38 51.62 40
Tanah Hijau Gambung 4 I 51.8 42.82 57.18 44
Gambung 7 IV 40.7 26.10 73.90 34
Panama Kiara 8 I 29.8 31.31 68.69 54
Gambung 3 I 35.6 47.07 52.93 39
TRI 2025 IV 36.5 30.05 69.95 44
Rata-rata 34.1 48.47 51.53 48.82
Sumber : Hasil Pengamatan yang Dilakukan Penulis
Gambung 4 di Blok Taman menghasilkan persentase pucuk peko per perdu
paling tinggi dibandingkan dengan klon di blok lain yaitu 77.88 %, sedangkan
48
persentase pucuk burung per perdu sebesar 22.12 % dengan jumlah 63 pucuk per
perdu. Daun pemeliharaan yang tipis akan menyebabkan pucuk cepat menjadi
pucuk burung atau mengalami masa dormansi. Pada daun pemeliharaan yang
tipis, fotosintat yang dihasilkan rendah dan tidak sebanding dengan kebutuhan
bagian tanaman untuk tumbuh. Daun pemeliharaan yang terlalu tebal akan
menyebabkan pertumbuhan pucuk sedikit terhambat. Hal tersebut disebabkan
hasil fotosintesis yang dihasilkan tanaman lebih banyak diserap oleh daun
pemeliharaan sehingga daun lebih cepat tua. Pertumbuhan pucuk akan terhambat
karena sink yang diperoleh pada pucuk relatif rendah. Menurut Gandi (2002),
daun pemeliharaan yang optimal adalah 15 – 20 cm.
Berdasarkan tahun pangkas, semakin tua umur tahun pangkas, pucuk burung
akan semakin banyak dibandingkan dengan pucuk peko. Hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 9. Pada tahun pangkas kedua, persentase pucuk peko lebih banyak
daripada pucuk burung. Pucuk peko akan semakin berkurang pada tahun pangkas
ketiga dan keempat, sedangkan pucuk burung semakin bertambah jumlahnya
hingga pada tahun pangkas keempat.
Gambar 9. Persentase Pucuk pada Tahun Pangkas yang Berbeda
Pada tahun pangkas kedua dan ketiga, jumlah pucuk peko masih relatif
banyak karena pada umur pangkas tersebut perdu masih dalam masa produksi
yang optimal. Hal itu dapat terjadi apabila pemetikan dilakukan dengan benar dan
49
tepat. Pemetikan yang tidak bersih atau banyak meninggalkan pucuk burung di
atas bidang petik akan meningkatkan persentase pucuk burung.
Produktivitas Berdasarkan Umur Pangkas
Tobroni (1988) menyatakan produktivitas tanaman teh akan menurun
sebanding dengan bertambahnya umur pangkas. Semakin tua umur pangkasan,
maka akan semakin banyak bagian tanaman yang membutuhkan hasil fotosintesis
sehingga pucuk yang dihasilkan berukuran lebih kecil dan lebih ringan meskipun
jumlah pucuk semakin banyak. Menurut Setyamidjaja (2000), pemangkasan
dapat meningkatkan produktivitas tanaman teh. Hubungan antara produktivitas
dengan umur pangkas dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Produktivitas Pucuk Basah di Unit Perkebunan Tambi
Tahun 2009
Sumber : Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi, 2009
Produktivitas tanaman teh paling optimal terdapat pada tanaman dengan
umur pangkas ke-II dan ke-III. Pada tanaman umur pangkas ke-II, kondisi pucuk
berada dalam jumlah yang banyak (flush) dan memiliki fase peko yang lama.
Kerapatan perdu pada tanaman umur pangkas ke-II masih dapat dilewati oleh
pemetik sehingga mempermudah pelaksanaan pemetikan dan hasil yang dicapai
tinggi.
Penurunan produktivitas terjadi pada tahun pangkas ke-IV. Hal tersebut
disebabkan oleh periode aktif tumbuh tanaman berkurang dan secara fisiologis
cabang atau ranting yang semakin tua mengalami peralihan fase pertumbuhan dari
50
fase vegetatif menjadi fase generatif. Pertumbuhan pucuk berkurang karena energi
yang dihasilkan dari proses fotosintesis sebagian digunakan untuk pembentukan
bunga dan buah. Selain itu, kondisi perdu yang semakin rapat mempersulit
pemetik dalam pelaksanaan pemetikan dan hasil yang dicapai lebih rendah.
Jumlah Tenaga Pemetik
Tenaga petik merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai
produksi yang maksimal. Ketersediaan pemetik yang sesuai dengan rasio tenaga
pemetik akan membantu dalam proses pencapaian rencana produksi yang telah
ditetapkan. Unit Perkebunan Tambi mempunyai empat blok yang masing-masing
blok membutuhkan jumlah pemetik yang berbeda sesuai dengan luas lahan
produktif.
Jumlah tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi 205 orang. Berdasarkan
perhitungan rasio tenaga pemetik, jumlah tenaga pemetik yang dibutuhkan Unit
Perkebunan Tambi sebesar 226 orang. Hal tersebut menunjukkan Unit
Perkebunan Tambi kekurangan tenaga pemetik. Kekurangan tenaga pemetik dapat
mengakibatkan tidak tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. Pada
tahun 2009 (Tabel 12), produksi pucuk basah yang mampu dicapai hanya
77.29 % dari rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Tabel 12. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah di Unit Perkebunan
Tambi Tahun 2009
Blok
Produksi
Rencana
(kg)
Realisasi
(kg)
Persentase
(%)
Taman 855 000 696 797 81.50
Pemandangan 1 060 000 754 889 71.22
Panama 975 000 731 767 75.05
Tanah hijau 547 000 473 114 86.50
Jumlah 3 437 000 2 656 567 77.29
Sumber : Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi 2009
51
Untuk menghitung rasio pemetik harus diketahui rata-rata kapasitas
petik/HK dalam satu tahun, jumlah hari kerja (HK) dalam satu tahun, persen (%)
absensi dalam satu tahun (A), dan rata-rata produksi pucuk/ha/tahun.
Contoh Perhitungan :
Rencana produksi pucuk basah tahun 2010 = 12 316.45 kg/ha/tahun
Absensi/ketidakhadiran pemetik dalam satu tahun = 8 %
Kapasitas pemetik tahun 2010 = 50 kg
Hari kerja efektif dalam satu tahun = 290 hari
Luas tanaman menghasilkan UP Tambi = 245.85 ha
Rasio tenaga pemetik = rencana produksi pucuk basah/ha/tahun x (100 + A) %
kapasitas petik/HK x HKE satu tahun
= 12 316.45 kg/ha/tahun x (100 + 8) %
50 kg/HK/tahun x 290 hari
Kebutuhan tenaga pemetik UP Tambi = 0.92 HK/ha x 245.85 ha = 226.18 orang
Kekurangan tenaga kerja juga dapat mengakibatkan hanca petik tidak
selesai dikerjakan dalam satu hari sehingga siklus petik akan mundur beberapa
hari. Pucuk yang tidak dipetik sesuai siklus akan membuat pucuk lewat petik
(kaboler) dan menurunkan mutu pucuk yang akan diolah.
Kapasitas Pemetik
Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang harus dipetik oleh seorang
pemetik dalam satu hari kerja. Standar kapasitas petik yang ditetapkan Unit
Perkebunan Tambi tahun 2010 adalah 50 kg. Berdasarkan data pemetikan
bulanan, rata-rata pemetik hanya mampu memperoleh pucuk basah dengan bobot
48.51 kg. Nilai tersebut masih berada di bawah standar Unit Perkebunan Tambi.
Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi pada bulan Januari hingga Mei
tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 13.
= 0.92 HK/ha
52
Tabel 13. Kapasitas Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Bulan Januari -
Mei 2010
Blok Kapasitas Pemetik
Januari Februari Maret April Mei Rata-rata
………………………. ….(kg/pemetik)…………………………………
Taman 55.07 36.10 60.58 31.83 60.40 48.80
Pemandangan 80.13 60.74 29.27 60.40 27.19 51.55
Tanah Hijau 51.42 33.94 57.23 38.63 44.43 45.13
Panama 51.15 34.34 66.40 38.17 52.77 48.57
Rata-rata 59.44 41.28 53.37 42.26 46.20 48.51
Sumber : Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Kapasitas petik antara satu pemetik dengan pemetik lainnya bergantung
pada beberapa faktor, di antaranya cuaca, populasi tanaman, keterampilan
pemetik, topografi areal yang dipetik dan kondisi pertumbuhan pucuk di lapangan.
Kapasitas petik rata-rata pemetik masih di bawah standar Unit Perkebunan Tambi.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh kondisi pucuk yang dipetik, keterampilan
pemetik, dan jam kerja efektif dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik akan
tinggi apabila pucuk tersedia di atas bidang petik dan memenuhi rumus petik
medium, kecepatan pemetik dalam memetik pucuk tinggi, dan jam kerja dalam
satu hari 5 – 7 jam.
Keterampilan pemetik yang rendah dalam melaksanakan pemetikan
ditunjukkan dengan banyaknya pucuk yang belum siap petik atau pucuk tanggung
dipetik, pemetikan pucuk di bawah bidang petik (merogoh), dan penjambretan
pucuk, sehingga tanaman menjadi rusak dan pada siklus berikutnya produksi
pucuk menjadi rendah. Jam kerja pemetikan yang dilaksanakan antara 4 - 5 jam
sehari dan nilai tersebut masih di bawah standar jam kerja perusahaan yaitu
5 - 7 jam per hari. Semakin rendah jam kerja, pucuk yang didapat pemetik pun
akan rendah dan hanca petik yang telah ditetapkan tidak selesai dalam satu hari.
Untuk mengetahui pengaruh usia, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan
terhadap kapasitas pemetik, dilakukan analisis pada 20 orang pemetik. Data
diperoleh dari hasil wawancara pemetik, mandor petik, dan laporan produksi
bulanan.
53
Kapasitas pemetik berdasarkan usia. Kelompok yang dibandingkan
terbagi menjadi dua, yaitu kelompok berusia 15 – 45 tahun dan kelompok berusia
di atas 45 tahun. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Usia Pemetik
Usia
(tahun)
Jumlah Sampel
(orang)
Kapasitas Pemetik
(kg)
15 – 45 10 70.30 a ± 10.96
> 45 10 52.10 b ± 14.23
Keterangan : Angka pada kolom tiga yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5 %.
Sumber : Berdasarkan Pengamatan Langsung (2010)
Pada Tabel 14 dapat dilihat kapasitas pemetik berusia 15 – 45 tahun lebih
besar daripada kapasitas pemetik berusia di atas 45 tahun. Hasil uji t-student
menunjukkan nilai tengah kedua kelompok berbeda nyata dan dapat diartikan
bahwa usia pemetik berpengaruh nyata terhadap kapasitas pemetik. Usia 15 – 45
tahun merupakan usia produktif sehingga kondisi pemetik masih baik dan hasil
pemetikan yang dicapai pun akan tinggi. Pada usia di atas 45 tahun, kondisi
pemetik sudah menurun dan mengalami kesulitan apabila menghadapi medan
yang sulit.
Budidaya tanaman teh merupakan budidaya padat karya dan salah satu
faktor utama yang sangat berkaitan dengan padat karya adalah tenaga kerja.
Tenaga kerja yang tertarik di bidang pertanian semakin berkurang (Dalimoenthe
dan Kartawijaya, 1997). Akibat ketersediaan tenaga kerja yang terbatas, pemetik
berusia lanjut akan semakin banyak dan akan mempengaruhi produksi yang
dicapai.
Kapasitas pemetik berdasarkan pengalaman kerja. Pengalaman kerja
atau masa kerja pemetik terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok pemetik
dengan pengalaman kerja ≤ 10 tahun dan pengalaman kerja pemetik > 10 tahun.
Hasil pengamatan kapasitas pemetik berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat
pada Tabel 15.
54
Tabel 15. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Pengalaman Kerja Pemetik
Pengalaman Kerja
(tahun)
Jumlah Sampel
(orang)
Kapasitas Pemetik
(kg)
≤ 10 10 54.70 a ± 9.29
> 10 10 77.80 b ± 29.03
Keterangan : Angka pada kolom tiga yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5 %.
Sumber : Berdasarkan Pengamatan Langsung (2010)
Tabel 15 menunjukkan kapasitas pemetik kelompok pengalaman kerja
≤ 10 tahun lebih rendah daripada kapasitas pemetik kelompok pengalaman kerja
> 10 tahun. Hasil uji t-student menunjukkan nilai tengah kedua kelompok
berbeda nyata dan dapat diartikan bahwa pengalaman kerja pemetik berpengaruh
nyata terhadap kapasitas pemetik.
Lamanya masa kerja pemetik menentukan keterampilan pemetik dalam
melaksanakan pemetikan, baik secara manual maupun menggunakan gunting
petik. Pengalaman kerja yang tinggi mampu menghasilkan produksi yang tinggi
pula, walaupun kualitas pucuk yang dihasilkan belum tentu baik. Pada umumnya
pemetik lebih berorientasi pada jumlah produksi yang dicapai per satuan waktu.
Kapasitas pemetik berdasarkan latar belakang pendidikan. Latar
belakang pendidikan pemetik terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
pemetik dengan latar belakang pendidikan tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan
pemetik dengan latar belakang pendidikan lulusan sekolah dasar (SD). Hasil
pengamatan kapasitas pemetik berdasarkan latar belakang pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Pemetik
Pendidikan Jumlah Sampel
(orang)
Kapasitas Pemetik
(kg)
TTSD 10 56.70 a ± 12.54
SD 10 56.37 a ± 11.87
Keterangan : Angka pada kolom tiga yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5 %.
Sumber : Berdasarkan Pengamatan Langsung (2010)
Kapasitas pemetik dengan latar belakang pendidikan tidak tamat sekolah
dasar (TTSD) lebih besar daripada pemetik dengan latar belakang pendidikan
55
lulusan sekolah dasar (SD). Latar belakang pendidikan yang berbeda tidak
berpengaruh nyata pada kapasitas pemetik. Berdasarkan hasil uji t-student yang
tercantum pada Tabel 16 diketahui bahwa nilai tengah kedua kelompok tersebut
tidak berbeda nyata. Pelaksanaan pemetikan tidak memerlukan latar belakang
pendidikan yang tinggi, tetapi membutuhkan keterampilan dan pengalaman kerja
yang tinggi serta didukung tenaga pemetik yang produktif.
Hanca Petik
Pelaksanaan hanca petik antara perhitungan dengan pelaksanaan di lapangan
seringkali tidak sama karena beberapa hal seperti jam kerja efektif dalam satu
hari, kehadiran tenaga kerja, siklus petik, kondisi lahan, dan ketersediaan pucuk di
atas bidang petik. Setiap pemetik dalam blok mempunyai hanca petik yang
berbeda-beda. Hanca petik di Blok Taman dan Pemandangan lebih rendah
daripada Blok Tanah Hijau dan Blok Panama. Hanca petik di Blok Taman dan
Pemandangan yaitu 1.7 patok /HK sedangkan Blok Tanah hijau dan Panama
1.9 patok/HK.
Analisis Petik dan Analisis Pucuk
Analisis petik dan analisis pucuk merupakan pengujian mutu pucuk teh
sebelum teh diolah. Analisis petik dilakukan di kebun oleh pembimbing petik,
sedangkan analisis pucuk dilakukan di pabrik oleh seorang analis pucuk. Analisis
petik dapat menggambarkan tingkat keterampilan pemetik, kondisi tanaman dan
ketepatan pelaksanaan teknis pemetikan. Analisis pucuk dilakukan dengan tujuan
mengetahui mutu pucuk yang memenuhi syarat pengolahan dan premi yang
diterima pemetik berdasarkan pucuk yang dihasilkan.
Analisis petik yang dilakukan oleh penulis di Unit Perkebunan Tambi
menghasilkan rata-rata persentase pucuk halus 3.52 %, pucuk medium 26.18 %,
pucuk kasar 41.24 %, dan pucuk rusak 29.06 persen. Dilihat dari hasil analisis
petik, pucuk halus masih relatif rendah. Jika komposisi pucuk halus lebih dari
5 %, pemetik dinilai kurang terampil karena pucuk tanggung banyak yang
terpetik. Jika pucuk kasar lebih tinggi dibandingkan dengan pucuk medium dan
56
peko, maka akan mempersulit dalam pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam
karena daun yang akan diolah terlalu tua.
Analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi selama lima bulan (dari bulan
Januari hingga Mei 2010) rata-rata sekitar 52.70 % memenuhi syarat (MS) dan
tidak memenuhi syarat (TMS) 47.30 persen. Nilai tersebut sudah memenuhi
standar Unit Perkebunan Tambi, yaitu minimal analisis pucuk 50 % MS. Nilai MS
akan semakin rendah apabila kondisi pucuk banyak yang rusak seperti terlipat
atau sobek, serta banyak pucuk tua. Teknik pemetikan yang tidak tepat dapat
menambah kerusakan pucuk seperti penjambretan dan perogohan pucuk yang
dipetik. Daun yang terlalu lama digenggam dan kondisi pucuk yang terlalu dijejal
dalam waring dan keranjang juga akan menyebabkan daun terlipat sehingga pucuk
rusak.
57
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jenis pucuk yang memenuhi standar syarat olah di Unit Perkebunan Tambi
adalah pucuk dengan petikan medium. Gilir petik yang tepat dapat menentukan
jenis petikan yang dihasilkan. Gilir petik di Blok Taman, Blok Panama, dan Blok
Tanah Hijau 10 – 13 hari, sedangkan di Blok Pemandangan 12 – 14 hari. Gilir
petik yang terlalu lama akan menyebabkan pucuk lewat petik (kaboler) dan jenis
petikan yang dihasilkan berupa jenis petikan kasar. Petikan yang terlalu kasar
akan mempengaruhi kegiatan pengolahan sehingga mutu atau grade yang
dihasilkan rendah.
Klon Gambung 4 di Blok Taman menghasilkan pucuk peko per perdu
tertinggi dibandingkan dengan klon lain yaitu 77.88 %, sedangkan persentase
pucuk burung per perdu sebesar 22.12 % dengan jumlah 63 pucuk per perdu.
Produktivitas tanaman teh akan menurun sebanding dengan umur pangkas.
Produktivitas tanaman teh paling optimal terdapat pada tanaman dengan umur
pangkas ke-II dan ke-III. Jumlah tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi 205
orang, sedangkan berdasarkan perhitungan rasio tenaga pemetik dibutuhkan 226
orang. Hal tersebut menunjukkan Unit Perkebunan Tambi kekurangan tenaga
pemetik 21 orang.
Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh usia dan pengalaman kerja pemetik,
tetapi tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan pemetik. Hanca petik di
Unit Perkebunan Tambi antara 1.7 patok/HK hingga 1.9 patok/HK. Analisis petik
menunjukkan rata-rata persentase pucuk halus 3.52 %, pucuk medium 26.18 %,
pucuk kasar 41.24 %, dan pucuk rusak 29.06 persen. Analisis pucuk di Unit
Perkebunan Tambi selama lima bulan (dari bulan Januari hingga Mei 2010) rata-
rata sekitar 52.70 % memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS)
47.30 persen. Nilai tersebut sudah memenuhi standar Unit Perkebunan Tambi,
yaitu minimal analisis pucuk 50 % MS.
58
Saran
Pengawasan dan pengelolaan terhadap tenaga pemetik masih perlu
mendapat perhatian yang lebih baik. Siklus petik dan jenis petikan yang dilakukan
harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dari semua pihak di kebun.
Keterbatasan jumlah pemetik dapat diatasi dengan peningkatan keterampilan
pemetik dan pemberian penghargaan bagi pemetik yang berprestasi baik secara
kualitas maupun kuantitas produksi pucuk yang dihasilkan. Sanksi juga perlu
diberikan bagi pemetik maupun mandor yang merugikan perkebunan sehingga
menimbulkan efek jera.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adisewojo, R. S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224
hal.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya Edisi Revisi. Universitas Indonesia
Press. Jakarta. 485 hal.
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. 1997. Petunjuk Kultur Teknis
Tanaman Teh. Edisi Kedua. Pusat Penelitian Perkebunan Teh dan Kina
Gambung. Bandung. 151 hal.
Dalimoenthe, S. L. dan W. S. Kartawijaya. 1997. Mekanisasi pemetikan. Warta
Pusat Penelitian Teh dan Kina, 8 (3) : 159 - 164.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1995. Petunjuk Teknis Budidaya Teh. Direktorat
Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 65 hal.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia
2007 – 2009 : Teh. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen
Pertanian. Jakarta.
Eden, T. 1959. Tea. Longmas, Gree and Co. London. 193p.
Gandi, M. A. 2002. Dasar-dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134
hal.
Iskandar, S. H. 1988. Budidaya tanaman teh. Dalam Kumpulan Diktat Pelatihan
Guru SMT Pertanian Bidang Perkebunan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Hal 120 - 150.
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman
Teh. Edisi Ketiga. Pusat Penelitian Perkebunan Teh dan Kina Gambung.
Bandung. 191 hal.
Marsono dan P. Sigit. 2002. Pupuk Akar : Jenis dan Aplikasinya. Penebar
Swadaya. Jakarta. 93 hal.
Setyamidjaja, D. 2000. Teh : Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius.
Yogyakarta. 154 hal.
Sukasman. 1985. Hubungan antara Kehalusan Petik dengan Hasil dan Mutu
Pucuk. BPTK Gambung. 15p.
60
Sumantri, S. F. A. 1990. Pengaruh daur petik terhadap mutu pucuk dan persentase
grade teh hijau di Pasir Sarongge. Buletin Penelitian Teh dan Kina, 4 (2) :
69 - 74
Suprihatini, R. 2005. Daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia. Jurnal
Agroekonomi, 23 (1) : 1-29.
Suryatmo, F.A. 2000. Diversifikasi hasil, pengolahan hasil utama dan hasil
sampingan teh. Prosiding Pengolahan Hasil Tanaman Perkebunan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Hal 195 - 202.
Tobroni, 1988. Pangkasan pada Tanaman Teh Muda. Prosiding Seminar
Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal
39 – 48.
Wenten, A., D. Muchtar, S. Danimiharja, B. Sriyadi, dan Sutrisno. 2008.
Pelepasan Klon Teh Seri PPS 1, PPS 2, MPS 5, MPS 6, MPS 7, dan GPPS
1. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999. Pusat Penelitian Teh dan
Kina Gambung. Bandung. Hal 40 – 42.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian
Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja
Lokasi Penulis Karyawan Standar
………. (satuan/HK)..……..
01 Mar 10 Observasi - - - Blok Taman
2 Mar 10 Pemetikan 17.6 kg 54 kg 50 kg Blok Pemandangan
3 Mar 10 Orientasi Blok - - - Blok Panama
4 Mar 10 Orientasi Blok - - - Blok Panama
5 Mar 10 Orientasi Blok - - - Blok Taman
6 Mar 10 Pemupukan daun 0.8 ha 1 ha 0.12 ha Blok Tanah Hijau
7 Mar 10 Libur - - -
8 Mar 10 Pengambilan data primer - - - Blok Pemandangan
9 Mar 10 Pemupukan 168 kg 300 kg 750 kg Blok Pemadangan
10 Mar 10 Pemberantasan gulma
kimiawi
0.465 ha 0,76 ha 0.9 ha Blok Pemadangan
11 Mar 10 Pemangkasan 0.038 ha 0.05 ha 0.03 ha Blok Pemandangan
12 Mar 10 Pemetikan 30 kg 64 kg 50 kg Blok Taman
13 Mar 10 Pemangkasan 0.023 ha 0,135 ha 0.03 ha Blok Panama
14 Mar 10 Libur - - -
15 Mar 10 Pemupukan 0.1 ha 0.12 ha 0.12 ha Blok Taman
16 Mar 10 Libur Hari Raya Nyepi - - -
17 Mar 10 Pemetikan 41,04 kg 76kg 50 kg Blok Taman
18 Mar 10 Pemupukan 0.09 kg 0.2 kg 0.12 kg Blok Taman
19 Mar 10 Penyemprotan Gulma 0.839 ha 2.3ha 0.9 ha Blok Taman
20 Mar 10 Pengambilan data primer - - - Blok Taman
21 Mar 10 Libur - - -
22 Mar 10 Pemupukan 0.1 ha 0.12 ha 0.12 ha Blok Tanah Hijau
23 Mar 10 Pemetikan 37.1 kg 72 kg 50 kg Blok Tanah Hijau
24 Mar 10 Pemangkasan 0.002 ha 0.04ha 0.03ha Blok Tanah Hijau
25 Mar 10 Pemupukan Daun 1.1 ha 1.2 ha 1.1 ha Blok Tanah Hijau
26 Mar 10 Pengendalian Gulma
Pacar Air
0.107 ha 1.2 ha 0.04 ha Blok Taman
27 Mar 10 Pembibitan 250 pol 350 pol 400 pol Blok Panama
28 Mar 10 Libur - - -
29 Mar 10 Pembibitan (Pengisian
polybag)
250 pol 350 pol 400 pol Blok Panama
30 Mar 10 Pembibitan (Penanaman
Stek)
2097 pol 2600 pol 2600 pol Blok Panama
31 Mar 10 Pemetikan 14 kg 60 kg 50 kg Blok Panama
1 Apr 10 Pembibitan (Penanaman
Stek)
2112 pol 3900 pol 2600 pol Blok Panama
2 Apr 10 Libur - - - -
3 Apr 10 Pemetikan 28 kg 65 kg 50 kg Blok Panama
4 Apr 10 Libur - - - -
63
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian
Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja
Lokasi Penulis Karyawan Standar
………. (satuan/HK)..……..
5 Apr 10 Pemupukan 270 kg 300 kg 750 kg Blok Pemandangan
6 Apr 10 Pemupukan 180 kg 520 kg 750 kg Blok Pemandangan
7 Apr 10 Pengendalian Gulma
Pacar Air
0.008 ha 0.05 ha 0.04 ha Blok Pemandangan
8 Apr 10 Pemetikan Produksi 22 kg 90 kg 50 kg Blok Pemandangan
9 Apr 10 Pemetikan Produksi 8 kg 70 kg 50 kg Blok Pemandangan
10 Apr 10 Pemorokan 0.03 ha 0.04 ha 0.04 ha Blok Pemandangan
11 Apr 10 Libur - - - -
12 Apr 10 Pemetikan Produksi 45.45 kg 65 kg 50 kg Blok Pemandangan
13 Apr 10 Pemorokan 0.03 ha 0.04 ha 0.04 ha Blok Pemandangan
14 Apr 10 Rempelan 0.306 ha 1.555 ha 1.5 ha Blok Taman
15 Apr 10 Pemetikan Jendangan 23 kg 80 kg 50 kg Blok Taman
16 Apr 10 Pemetikan Produksi 27.78 kg 56 kg 50 kg Blok Taman
17 Apr 10 Pendamping di
Agrowisata
- - - -
18 Apr 10 Libur - - - -
19 Apr 10 Penyemprotan Gulma 0.29 ha 1 ha 0.9 ha Blok Taman
20 Apr 10 Pengendalian Hama dan
Penyakit
5.21 ha 7.2 ha 1.1 ha Blok Tanah Hijau
21 Apr 10 Pemetikan Produksi 49 kg 112 kg 50 kg Blok Tanah Hijau
22 Apr 10 Pemetikan Produksi 50 kg 95 kg 50 kg Blok Tanah Hijau
23Apr 10 Pemetikan Produksi 46.73 kg 76 kg 50 kg Blok Taman
24Apr 10 Pembuatan Drainase 0.005ha 0.04 ha 0.04 ha Blok Tanah Hijau
25 Apr 10 Libur - - - -
26 Apr 10 Pengendalian Hama dan
Penyakit
5.83 ha 6.25 ha 1.1 ha Blok Tanah Hijau
27 Apr 10 Pembersihan Lumut 0.035 ha 0.04 ha 0.04 ha Blok Panama
28 Apr 10 Pemetikan Produksi 55.52 kg 70 kg 50 kg Blok Panama
29 Apr 10 Pembersihan Lumut 0.028 ha 0.04 ha 0.04 ha Blok Panama
30 Apr 10 Pemetikan Produksi 46.73 kg 87 kg 50 kg Blok Taman
Lampiran 1. (Lanjutan)
64
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor
di Unit Perkebunan Tambi
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi Jumlah
KHL yang
Dikontrol
(orang)
Luas Areal
yang
Dikontrol
(ha/HK)
Lama
Kegiatan
(jam)
1 Mei 10 Pembersihan Lumut 1 1 4.5 Blok Panama
2 Mei 10 Libur - - - -
3 Mei 10 Pemetikan Produksi 52 4.5 6 Blok Panama
4 Mei 10 Pengambilan Bahan Stek
(Stekers)
- - - UP Bedakah
5 Mei 10 Pemorokan 5 4.2 5 Blok Pemandangan
6 Mei 10 Pemetikan Produksi 49 3.6 5 Blok Pemandangan
7 Mei 10 Pemetikan Produksi 25 2 2 Blok Taman
8 Mei 10 Pengendalian Hama dan
Penyakit
3 1 3 Blok Pemandangan
9 Mei 10 Libur - - - -
10 Mei 10 Pemetikan Produksi 45 3.22 6 Blok Taman
11 Mei 10 Pemetikan Produksi 46 3.5 7 Blok Taman
12 Mei 10 Babat gulma 2 0.04 4 Blok Taman
13 Mei 10 Libur Isa Al-Masih - - - -
14 Mei 10 Pemetikan Produksi 46 3.89 4 Blok Taman
15 Mei 10 Pengendalian Hama dan
Penyakit
3 1 4 Blok Taman
16 Mei 10 Libur - - - -
17 Mei 10 Pemetikan Produksi 34 2.3 3.5 Blok Tanah Hijau
18 Mei 10 Pemetikan Produksi 50 3 4 Blok Pemandangan
19 Mei 10 Pemetikan Produksi 27 2.81 4 Blok Tanah Hijau
20 Mei 10 Pemetikan Produksi 21 1.2 3.5 Blok Tanah Hijau
21 Mei 10 Pemetikan Produksi 24 2.1 4 Blok Tanah Hijau
22 Mei 10 Pemetikan Produksi 27 3.12 6.5 Blok Tanah Hijau
23 Mei 10 Libur - - - -
24 Mei 10 Pemetikan Produksi 24 2.1 4 Blok Tanah Hijau
25 Mei 10 Babat Gulma 5 0.23 5 Blok Panama
26 Mei 10 Pemupukan Daun 5 1.45 4.5 Blok Panama
27 Mei 10 Pemetikan Produksi 54 3.82 6 Blok Panama
28 Mei 10 Pemetikan Produksi 54 4.19 7 Blok Panama
29 Mei 10 Libur - - - -
30 Mei 10 Libur - - - -
31 Mei 10 Pemetikan Produksi 61 4.6 8.5 Blok Panama
65
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala
Blok dan Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan
Tambi
Tanggal Uraian Kegiatan
Jumlah
Mandor yang
Diawasi
(orang)
Luas Areal
yang
Dikontrol
(ha/HK)
Lama
Kegiatan
(jam)
Lokasi
1 Jun 10 Pemetikan Jendangan 1 2 4 Blok Panama
2 Jun 10 Pemupukan 2 4.12 2 Blok Tanah Hijau
3 Jun 10 Pengendalian Gulma
secara Manual
2 0.52 4.5 Blok Pemandangan
4 Jun 10 Pemetikan 3 3.75 2 Blok Pemandangan
5 Jun 10 Pemetikan 3 3.75 6 Blok Taman
6 Jun 10 Libur - - - -
7 Jun 10 Seleksi Bibit Pohon
Pelindung
3 - 5 UP Tanjung Sari
8 Jun 10 Pemetikan Produksi 2 3 5.5 Blok Panama
9 Jun 10 Pemetikan Produksi 2 4 4.5 Blok Panama
10 Jun 10 Pupuk Daun 2 2 4 Blok Panama
11 Jun10 Pemetikan Produksi 3 3 5 Blok Taman
12 Jun 10 Pengendalian Hama
dan Penyakit
2 2.5 3.5 Blok Taman
13 Jun 10 Libur - - - -
14 Jun 10 Pelayuan - - - Pabrik
15 Jun 10 Penggilingan - - - Pabrik
16 Jun 10 Pengeringan - - - Pabrik
17 Jun 10 Sortasi - - - Pabrik
18 Jun 10 Gudang - - - Pabrik
19 Jun 10 Pengepakan - - - Pabrik
20 Jun 10 Libur - - - -
21 Jun 10 Pembuatan Laporan
Harian
- - - Kantor
22 Jun 10 Pencatatan Data
Produksi
- - - Kantor
23 jun 10 Pencatatan Data
Pemeliharaan
- - - Kantor
24 Jun 10 Pembuatan Laporan
Harian
- - - Kantor
25 Jun 10 Pembuatan laporan
Harian
- - - Kantor
26 Jun 10 Persiapan Presentasi - - - Kantor
27 Jun 10 Libur - - - -
28 Jun 10 Persiapan Presentasi - - - Kantor
29 Jun 10 Presentasi - - - Kantor
30 jun 10 Perbaikan Laporan - - - Kantor
66
Lampiran 4. Deskripsi Teh Klon Gambung 3
Asal : persilangan Cin 143 x Pasir Sarongge 1
Golongan : varietas assamica
Bentuk batang : silinder
Permukaan batang : beralur pendek
Sistem percabangan : baik, 47 - 65o
Ruas tunas : 1.2 – 4.3 cm
Warna batang : coklat
Bangun daun (circumscription) : memanjang
Ukuran daun : 34.71 cm2
Tangkai daun (petiolus) : 3 – 7 cm
Kedudukan daun (phyllotaxis) : erek
Pangkal daun (basis follii) : sedang
Tulang daun (venatio) : 16 – 24 buah (8 - 12 pasang)
Tepi daun (margo follii) : bergerigi tajam beraturan
Ujung daun (apek follii) : meruncing
Muka daun : agak cekung
Warna daun : hijau muda
Daging daun (intervenium) : 0.23 mm
Bulu pada peko : 43.14/mm2
Pertumbuhan tunas-tunas setelah
pangkas : cepat
Potensi hasil : 4 247 kg/ha
Perakaran : kuat
Ketahanan terhadap hama : kurang tahan terhadap tungau hijau
Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap penyakit cacar teh
Keterangan : baik ditanam pada daerah rendah, sedang
sampai tinggi
Pemulia : Wenten Astika, D. Muchtar,
S. Danimiharja, B. Sriyadi, dan Sutrisno
(Sumber : Wenten, et al., (2008))
67
Lampiran 5. Deskripsi Teh Klon Gambung 4
Asal : persilangan Malabar 2 x Pasir Sarongge 1
Golongan : varietas assamica
Bentuk batang : silinder
Permukaan batang : beralur panjang halus
Sistem percabangan : baik, 47 – 62o
Ruas tunas : 1.7 – 4.4 cm
Warna batang : coklat agak keabu-abuan
Bangun daun (circumscription) : oblongus (2.29 : 1)
Ukuran daun : 40.24 cm2
Tangkai daun (petiolus) : 3 - 6
Kedudukan daun (phyllotaxis) : semi erek
Pangkal daun (basis follii) : 20 -26 buah (10 – 13 pasang)
Tulang daun (venatio) : bergerigi besar dan beraturan
Tepi daun (margo follii) : meruncing
Ujung daun (apek follii) : bergelombang
Muka daun : agak datar
Warna daun : kusam
Daging daun (intervenium) : 0.18 mm
Bulu pada peko : 71.59/mm2
Pertumbuhan tunas-tunas setelah
pangkas : sedang
Potensi hasil : 3 464 kg/ha
Perakaran : baik
Ketahanan terhadap hama : kurang tahan terhadap tungau jingga
Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap cacar teh
Keterangan : baik ditanam pada daerah rendah, sedang
sampai tinggi
Pemulia : Wenten Astika, D. Muchtar,
S. Danimiharja, B. Sriyadi, dan Sutrisno
(Sumber : Wenten, et al., (2008))
68
Lampiran 6. Deskripsi Teh Klon Gambung 7
Asal : persilangan Malabar 2 x Pasir Sarongge 1
Golongan : varietas assamica
Bentuk batang : silinder
Permukaan batang : beralur pendek sedikit berkerak putih
Sistem percabangan : baik, 47 - 60o
Ruas tunas : 1.3 – 5.2 cm
Warna batang : coklat
Bangun daun (circumscription) : eleptico oblongus (2 : 1)
Ukuran daun : 40.17 cm2
Tangkai daun (petiolus) : 02 – 06 cm
Kedudukan daun (phyllotaxis) : 29 – 49o
Pangkal daun (basis follii) : runcing
Tulang daun (venatio) : 18 – 24 buah (9 - 12 pasang)
Tepi daun (margo follii) : bergerigi kecil beraturan
Ujung daun (apek follii) : meruncing
Muka daun : bergelombang agak mengkilat
Warna daun : hijau terang
Daging daun (intervenium) : 0.22 mm
Bulu pada peko : 64.25/mm2
Pertumbuhan tunas-tunas setelah
pangkas : cepat
Potensi hasil : 5 800 kg/ha
Perakaran : baik sekali
Ketahanan terhadap hama : tahan terhadap tungau
Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap cacar daun
Keterangan : baik ditanam pada daerah rendah, sedang
sampai tinggi
Pemulia : Wenten Astika, D. Muchtar,
S. Danimiharja, B. Sriyadi, dan Sutrisno
(Sumber : Wenten, et al., (2008))
69
Lampiran 7. Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi Tahun 2000 - 2009
Bulan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Jan 455 23 635 21 448 28 585 27 375 20 407 18 713 19 197 13 523 17 1139 25 547.50 20.10 Feb 314 18 416 22 385 21 620 24 580 22 474 23 553 20 549 24 352 13 698 23 494.10 21.00
Mar 418 19 324 19 426 17 438 23 594 26 557 25 303 15 368 22 389 22 986 23 480.30 21.10
Apr 324 18 337 16 418 21 199 16 251 13 403 20 233 12 288 20 281 19 513 23 324.70 17.80
Mei 178 18 214 14 58 10 122 12 468 16 25 5 324 14 60 8 158 15 603 20 237.90 13.20
Jun 83 6 102 9 19 5 0 0 0 0 163 13 14 2 159 6 20 5 313 13 125.50 7.38
Jul 57 5 86 7 28 9 0 0 78 5 81 7 17 1 13 2 2 1 3 2 45.56 4.33
Agst 16 3 0 0 0 0 80 6 6 1 38 4 10 1 12 1 76 10 3 2 39.00 3.50
Sep 17 3 35 3 15 3 72 10 49 5 114 7 13 1 7 2 19 5 13 4 37.44 4.30
Okt 413 19 425 19 0 0 114 15 45 6 138 9 81 4 69 7 253 6 271 13 159.00 10.89
Nov 447 25 210 25 536 19 283 8 151 9 151 9 170 8 170 10 524 26 1045 19 366.50 16.60
Des 390 13 229 13 768 25 516 19 580 25 580 25 513 16 494 20 487 24 1342 19 571.90 21.00
Total 3112 170 3013 177 3101 158 3029 160 3187 148 3131 165 2944 113 2385 135 3084 163 6929 186 3465.40 161.20
BB 8 9 6 8 7 9 7 7 8 9 7.8
BK 3 1 4 0 3 2 4 3 3 3 1.8
Sumber : Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi 2010
Keterangan:
CH : Curah Hujan (mm)
HH : Hari Hujan
BB : Bulan Basah (>100 mm)
BK : Bulan Kering (<60 mm)
Tipe Iklim C menurut Schmidh dan Ferguson
Rata-rata Bulan Kering
Rata-rata Bulan Basah x 100% Q =
1.8
7.8 x 100%
= 23.08%
69
=
70
Lampiran 8. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
PENGEMUDI
PIMPINAN UNIT
PERKEBUNAN
KABAG PABRIK
JURU
TULIS
EKSPEDISI
PEMBIMBING
PEMELIHARAAN
PEMBIMBING
PEMETIKAN
PEMBIMBING
PEMBIBITAN
KEPALA BLOK
ASISTEN
KEBUN
KABAG KEBUN
KEAMANAN PEMBUKUAN BENDAHARA
KABAG KANTOR
PEKERJA
MANDOR
GUDANG
MANDOR
SORTASI
MANDOR
PENGERINGAN
MANDOR
GILING
MANDOR
PELAYUAN
KEPALA TEKNIS
KAUR PENGOLAHAN
PEKERJA
KEPALA
GUDANG
SATPAM
70
71
Lampiran 9. Peta Kebun Unit Perkebunan Tambi
71