PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ
MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh:
BURHANI ASH-SHIDDIQI
NIM. 107046101892
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M / 1435 H
PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ
MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh:
BURHANI ASH-SHIDDIQI
NIM. 107046101892
Di bawah bimbingan:
Pembimbing
Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA
NIP. 195406181981031005
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M / 1435 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012”, telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 16 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Tangerang Selatan, 16 April 2014
Dekan,
Dr. Phil. JM Muslimin, MA
NIP. 196808121999031014
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 197107011998032002
(…………………………)
Sekretaris : Mu’min Rauf, MA
NIP. 197004161997031004
(…………………………)
Pembimbing : Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA
NIP. 195406181981031005
(…………………………)
Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 197107011998032002
(…………………………)
Penguji II : Muh. Fudhail Rahman, Lc, MA
NIP. 1975081020091210011
(…………………………)
ABSTRAK
Nama lengkap penulis ialah Burhani Ash-shiddiqi dengan nomor induk
mahasiswa 107046101892. Skripsi ini diberi judul “Pengelolaan dan Pembagian Sisa
Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012”. Sebagai
salah satu syarat untuk dapat lulus dari Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Program
Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan di tahun 2014. Skripsi ini memiliki tebal x +
83 halaman + 2 lampiran.
Telah sekitar dua tahun Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 diberlakukan.
Seharusnya seluruh Koperasi termasuk KJKS sudah memahami sehingga bisa
melaksanakan peraturan di dalamnya. Berjalannya kegiatan usaha di KJKS ini sesuai
dengan peraturan tentunya sangat diharapkan agar aktifitas menjadi tertib. Maka dari
itu, perlu untuk ditelaah lebih jauh apakah KJKS dalam hal ini BMT telah taat pada
Kepmeneg tersebut. Karena hal ini dapat menimbulkan banyaknya ruang abu-abu dan
multi interpretatif yang akan menggiring pada pelemahan KJKS. Penelitian yang
penulis lakukan adalah bertujuan untuk mencari kemudian dapat membuktikan
apakah pengelolaan dan pembagian SHU di BMT ESQ telah sesuai dengan Undang-
Undang-Undang No. 17 Tahun 2012.
Menggunakan pendekatan kualitatif dan naturalistik. Penelitian ini merupakan
studi kasus. Baik Data Primer maupun Data Sekunder penulis kumpulkan untuk
penelitian ini. Data primer tersebut berupa berjenis data lapangan (hasil observasi dan
wawancara) dan data tertulis/rekaman (dokumen tertulis dari pihak BMT ESQ).
Sedangkan Data Sekunder berupa buku literatur dan artikel yang diunduh dari
internet. Untuk memperoleh catatan lapangan, peneliti akan melaksanakan
wawancara mendalam (in-depth) dan terbuka secara face to face terhadap informan
kunci (key informant) yakni Manajer BMT ESQ. Selain itu penulis juga akan
melakukan observasi. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan model analisis
data yang diajukan Huberman dan Miles yang disebut sebagai model interaktif.
Dan dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa, kecuali pada stempel serta kop
surat yang menggunakan nama “BMT ESQ” yang belum sesuai dengan regulasi, dan
penggunaan SHU yang keseluruhannya dimasukkan ke Dana Modal Cadangan. Hal-
hal mengenai pengelolaan dan penggunaan pendapatan/pembagian SHU di BMT
ESQ lainnya telah sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Kata Kunci : Pengelolaan, SHU, BMT
Pembimbing : Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA
Tahun Daftar Pustaka : 1945 - 2014
v
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Puji syukur ke hadhirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman,
Islam dan ihsan. Sholawat salam kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa
umat manusia dari kegelapan menuju terang benderang.
Melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu sehingga skripsi yang berjudul “Pengelolaan dan
Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun
2012” ini dapat terselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah. Berikut para pihak yang telah berjasa
tersebut:
1. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, Dr. Phil. JM Muslimin, MA.
2. Ketua Program Studi Muamalat, Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Sekretaris Program
Studi Muamalat, Mu’min Rauf, MA.
3. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA.
4. Penanggungjawab Pengelola Harian BMT ESQ, Rudi Sugiarto, S.E.Sy.
5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Pimpinan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Mamah, Siti Hikayah Setiawati dan Ayah, Nur Ibad yang mendukung dana
penyelesaian skripsi ini.
vi
7. Ceuceu, Atiq Hadiqoh, A.M.Keb yang membeli laptop agar saya bisa lebih cepat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Teater Syahid yang komputernya
pernah cukup sering saya gunakan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah kata pengantar ini saya sampaikan. Semoga yang telah
membantu mendapat pahala kebaikan. Dan mudah-mudahan karya ini membawa
manfaat yang seluas-luasnya, diridhoi, dan diberkahi Allah SWT. Aamiin.
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Tangerang Selatan, 12 Maret 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Abstrak ...................................................................................................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................................ v
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9
F. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 15
BAB II: LANDASAN TEORI ............................................................................... 16
A. Tinjauan tentang Koperasi ..................................................................... 17
1. Pengertian Koperasi ......................................................................... 17
2. Identitas Koperasi ............................................................................. 18
viii
a. Definisi ....................................................................................... 18
b. Nilai-Nilai .................................................................................. 18
c. Prinsip-Prinsip ............................................................................ 19
3. Perangkat Organisasi Koperasi ........................................................ 19
a. Rapat Anggota ............................................................................ 20
b. Pengurus ..................................................................................... 21
c. Pengawas .................................................................................... 25
4. Manajemen Koperasi ....................................................................... 26
a. Pengelola (Manajer) ................................................................... 28
b. Fungsi Utama Manajer ............................................................... 29
c. Perlunya Manajer dalam Koperasi ............................................. 30
d. Hubungan Kerja Antara Pengelola dan Pengurus ...................... 31
B. Koperasi Syariah .................................................................................... 31
1. Nilai-Nilai Koperasi Syariah ............................................................ 32
2. Prinsip-Prinsip Koperasi Syariah ..................................................... 33
3. Dewan Pengawas Syariah ................................................................ 33
ix
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah ..................................................... 34
C. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ............................................................ 35
1. Pengertian BMT ............................................................................... 35
2. TujuandanPrinsip BMT .................................................................... 36
3. Ciri-CiridanPeran BMT ................................................................... 37
4. Sejarah BMT di Indonesia ............................................................... 38
5. Jenis Aktifitas BMT ......................................................................... 39
6. Perbedaan BMT dan KSP ................................................................ 40
D. Sisa Hasil Usaha ..................................................................................... 41
1. Pendapatan Koperasi ........................................................................ 41
2. SHU Koperasi .................................................................................. 42
E. Tinjauan Syariah .................................................................................... 43
1. Teori Manajemen dalam Islam ......................................................... 43
a. Karakteristik Teori ..................................................................... 43
b. Konsep Syuro, Musyarakah, dan Kemuliaan Manusia .............. 44
x
c. Konsen terhadap Kekuasaan Resmi dan Pengorganisasian,
dan Taat kepada Kebaikan ......................................................... 45
2. Koperasi dalam Fiqh Muamalah ...................................................... 48
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 51
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 51
B. Jenis dan Data Penelitian ....................................................................... 52
C. Teknik Pengumpulan Data dan Subjek-Objek Penelitian ...................... 52
D. Teknik Pengolahan Data dan Metode Analisis ...................................... 54
E. Profil BMT ESQ .................................................................................... 55
1. Visi dan Misi .................................................................................... 56
2. Sasaran ............................................................................................. 56
3. Produk BMT ESQ ............................................................................ 57
4. Pengelolaan BMT ESQ .................................................................... 59
BAB IV: PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI
BMT ESQ MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012 ............................ 60
A. Pengelolaan dan Pembagian SHU KJKS Menurut UU No. 17 Tahun
2014 ........................................................................................................ 60
xi
B. Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ ................ 68
C. Penerapan UU No. 17 Tahun 2012 pada Pengelolaan dan
Pembagian SHU di BMT ESQ .............................................................. 71
BAB V: PENUTUP ................................................................................................ 77
A. Kesimpulan .............................................................................................. 77
B. Saran ........................................................................................................ 78
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan amanat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai
manifesto kemerdekaan bangsa Indonesia, dan juga UUD 1945 sebagai konsitusi
yang didasarkan pada kedaulatan rakyat. Maka tentu selayaknya kebangsaan dan
kerakyatanlah yang menjadi sokoguru bagi segala kegiatan penyelenggaraan
Negara Indonesia, termasuk pula halnya dengan penyelenggaraan perekonomian
nasional.
Perlu dibangunnya perekonomian rakyat bukanlah sekedar suatu
pemihakan kepada rakyat, tetapi juga merupakan strategi pembangunan yang
tepat.1 Sebagai wujud pemihakan kepada rakyat, maka rakyat wajib dilibat
aktifkan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dan ini juga sesuai amanat UUD
1945 Pasal 27 Ayat 2, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Kemudian arah kebijakan
perekonomian pun harus berorientasi pada kepentingan rakyat yang resourced-
1 Sri-Edi Swasono, Tuduhan Absurd; Perekonomian Rakyat Dikatakan Tidak Konsepsional?,
(t.t, t.p., t.th.), h. 13.
2
based, people-centered dan putting people first. Dengan demikian diharapkan
akan tercapai kemandirian bangsa, tanpa ketergantungan pada luar negeri.
Pembangunan ekonomi rakyat yang bersemangatkan UUD 1945 Pasal 33
Ayat 1, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan”, menghendaki terwujudnya “Triple-Co”2 atau “tiga kebersamaan”
peran rakyat dalam ekonomi, yaitu co-ownership, co-determination dan co-
responsibility.
Koperasi merupakan wadah bagi perekonomian rakyat, wadah untuk lebih
terbentuknya sinergi kekuatan rakyat dalam keekonomian.3 Dan melalui gerakan
koperasi inilah, asas Triple-Co akan lebih berhasil untuk dilaksanakan.
Dalam hal koperasi ini legislatif telah mengeluarkan Undang-Undang
tentang Perkoperasian pertama kalinya UU No. 14 Tahun 1965, kemudian
berturutan UU No. 12 Tahun 1967, UU No. 25 Tahun 1992, dan yang terbaru UU
No. 17 Tahun 2012.
Kemudian, dalam upaya memberdayakan ekonomi rakyat, dipandang
perlu untuk mengembangkan skema-skema pembiayaan alternatif seperti
pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah. Dan ini menjadi strategis
karena terhadap perekonomian nasional, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) memberikan kontribusi antara lain sebagai penampung tenaga kerja
2Ibid, h. 17.
3Ibid, h. 16.
3
dalam jumlah besar (sekitar 99,5%), sebagai penyumbang Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) sebesar 56,7% dan dalam ekspor nonmigas kontribusinya sebesar
19,1%. UMKM merupakan pihak mayoritas pelaku usaha nasional. Hal ini sesuai
dengan data bersumber dari Bappenas bahwa pada tahun 2007 terdapat 41,3
jutaunit (99,85%) usaha kecil mikro, 61,05 juta unit (0,14%) usaha menengah,
dan 2,2 juta unit (0,005%) usaha besar.4
Tentunya UMKM yang mayoritas ini adalah potensi yang sangat besar
bagi Lembaga Keuangan Mikro untuk ambil bagian dalam memberdayakan
ekonomi rakyat sehingga mengkokohkan perekonomian rakyat. Dan pada
akhirnya akan mewujudkan perekonomian nasional yang kuat dan mandiri.
Untuk itu pulalah pemerintah harus mengembangkan iklim yang kondusif
guna mendorong perkembangan kegiatan usaha Lembaga Keuangan Mikro
termasuk di dalamnya Koperasi Jasa Keuangan Syariah, sehingga mampu
memberikan manfaat dan kepastian hukum.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), termasuk pula di dalamnya
Baitul Mal wat Tamwil (BMT), telah tumbuh dan berkembang di masyarakat,
serta mengambil bagian penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat
khususnya kalangan usaha kecil dan mikro. Adapun jumlah KJKS/UJKS koperasi
per April 2012 adalah sekitar 4.117 unit dengan jumlah anggota sekitar 762 ribu
4 Dr. Euis Amalia, M. Ag, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pres, 2009, h. 8 – 10.
4
anggota dan total asetnya mencapai Rp 5 triliun - Rp 8 triliun. Jumlah ini akan
semakin bertambah pada masa mendatang seiring dengan perkembangan industri
keuangan yang berbasis syariah akhir-akhir ini.5
Namun, perkembangan ini tidak diikuti dengan pengelolaan BMT secara
profesional. Faktanya saat ini tidak sedikit BMT yang melakukan praktik jauh
dari nilai-nilai Syari’ah. Pelaporan keuangan BMT juga masih banyak yang
merujuk pada standar akuntansi konvensional. Pembinaan BMT tidak dilakukan
oleh BI, sebagaimana yang terjadi pada Perbankan, dikarenakan termasuk dalam
katagori Koperasi yang dinaungi oleh Departemen Koperasi yang kurang
mendapat perhatian terutama dari aspek akuntabilitasnya. Legalitas BMT yang
beroperasi masih banyak yang belum bahkan tanpa badan hukum yang jelas.
Kini, telah sekitar dua tahun UU No. 17 Tahun 2012 diberlakukan.
Seharusnya seluruh KJKS sudah cukup memahami sehingga bisa melaksanakan
peraturan di dalamnya. Berjalannya kegiatan usaha di KJKS ini sesuai dengan
peraturan tentunya sangat diharapkan agar aktifitas menjadi tertib. Maka dari itu,
perlu untuk ditelaah lebih jauh apakah KJKS dalam hal ini BMT telah taat pada
5 Sugianto, “Denyut Koperasi Syariah”, artikel diakses pada 4 Januari 2013 dari
www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=948:denyut-koperasi-syariah&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98.
5
UU tersebut. Karena hal ini dapat menimbulkan banyaknya ruang abu-abu dan
multi interpretatif yang akan menggiring pada pelemahan KJKS.6
Mustamar mengatakan, masih adanya persoalan terkait penerapan UU
No.17 Tahun 2012 ini, terutama mengenai turunannya seperti PP dan KepMen
yang belum terbit.
Sementara itu Irvan Mahmud, Pengurus Koperasi Ceria Permata
mengungkapkan meskipun maksud pemerintah cukup baik, namun dirinya masih
cukup bingung dalam menerapkan undang-undang baru itu, karena memerlukan
pemahaman lebih mendalam.7
B. Identifikasi Masalah
UU No. 17 Tahun 2012 ini perlu mendapatkan penjabaran lagi secara
lebih teknis melalui Peraturan Menteri. Namun, karena Permen tersebut belum
terbit, maka operasional KJKS sementara ini masih dapat mengacu pada
Kepmeneg KUKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Sejak tahun 2004 tersebut, KJKS/UJKS telah diberikan pedoman untuk
dapat melaksanakan kegiatan usahanya dengan baik melalui Kepmeneg KUKM
6 Rinda Astuti, Penilaian Kesehatan Keuangan pada Kospin Jasa Syariah Pekalongan sebagai
Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jurnal Penelitian Vol.8, No. 1, Mei 2011. Hal. 131 – 156). 7 Syahrul Sani, “Deadline 3 Tahun Koperasi Simpan Pinjam Wajib Aplikasikan UU 17 Tahun
2012”, artikel diakses pada 21 April 2014 dari rri.co.id/index.php/berita/54738/Deadline-3-Tahun-Koperasi-Simpan-Pinjam-Wajib-Aplikasikan-UU-17-Tahun-2012#.U1SWwfKjZLs
6
RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. Namun sejauh mana ketaatan KJKS/UJKS
tersebut terhadap petunjuk pemerintah belum dapat diketahui dengan pasti.
Berbicara penerapan peraturan kebijakan dalam tataran hukum
pemerintahan sebenarnya tidak terlepas berbicara tentang proses penegakan
hukum, dan ketika berbicara tentang proses penegakan banyak pandangan secara
akademis maupun pragmatis, sebagaimana pandangan berikut ini proses
penegakan hukum, dalam pandangan Soerjono Soekanto8 dipengaruhi oleh lima
faktor.
1. Faktor hukum atau peraturan perundangundangan.
2. Faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalam
peroses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang berkaitan dengan masalah
mentalitas.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan social di mana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan; berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang
merefleksi dalam perilaku masyarakat.
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada
karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
8Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
Rajawali, 1983), h. 4 - 5.
7
Sementara itu Satjipto Rahardjo9 membedakan berbagai unsur yang
berpengaruh dalam proses penegakan hukum berdasarkan derajat kedekatannya
pada proses, yakni yang agak jauh dan yang agak dekat. Berdasarkan kriteria
kedekatan tersebut, maka Satjipto Rahardjo membedakan tiga unsur utama yang
terlibat dalam proses penegakan hukum.
1. Unsur pembuatan undang-undang cq. lembaga legislatif.
2. Unsur penegakan hukum cq. polisi, jaksa dan hakim.
3. Unsur lingkungan yang meliputi pribadi warga negara dan sosial.
Kemudian, terdapat beberapa bidang permasalahan yang ada pada ranah
pelaksanaan kegiatan usaha KJKS/UJKS yang tentu perlu untuk ditertibkan
pelaksanaannya, di antaranya:
1. Persyaratan dan Tata Cara Pendirian
2. Persyaratan Pembukaan Jaringan Kantor
3. Pengelolaan
4. Pembagian SHU
5. Permodalan
6. Produk dan Layanan
7. Pengendalian Risiko
8. Kelebihan Dana
9Satjipto Rahardjo,1983, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, h. 23 – 24.
8
9. Pembinaan
10. Laporan Keuangan
11. Sanksi
12. Pembubaran
Namun, cakupan bidang ini akan terlalu luas jika peneliti membahas
kesemua pembahasan di atas. Untuk itulah maka diperlukan pembatasan agar
penelitian ini akan lebih fokus dan terarah.
C. Pembatasan Masalah
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi dan 3 unsur yang terlibat dalam
penegakan/penerapan hukum, namun penulis membatasi pembahasan hanya pada
satu faktor dan satu unsur saja yakni masyarakat dan lingkungan, yang secara
khusus diarahkan kepada praktisi BMT.
Berbagai macam bidang mengenai pelaksanaan usaha KJKS. Dari banyak
bahasan itu, maka penulis akan membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam
skripsi ini. Penulis akan membahas pengelolaan, dan pembagian SHU. Wilayah
pembahasan pun akan dibatasi hanya dengan meneliti pada BMT ESQ dan pada
waktu penelitian saja yakni tahun 2014.
9
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi, serta pembatasan
permasalahan di atas, maka peneliti akan mengambil judul “Pengelolaan dan
Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut UU No. 17 Tahun 2012”.
Sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan terjawab dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pengelolaan dan Pembagian SHU Menurut UU No. 17 Tahun
2014?
2. Bagaimanakah Pengelolaan dan Pembagian SHU di BMT ESQ?
3. Apakah UU No. 17 Tahun 2012 dalam hal Pengelolaan dan Pembagian SHU
sudah diterapkan di BMT ESQ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah bertujuan untuk mencari kemudian
dapat membuktikan apakah pengelolaan dan pembagian SHU di BMT ESQ telah
sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2012.
10
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan ke dalam beberapa
jenis berdasarkan sifatnya yaitu teoritis-akademis (terhadap keilmuan) dan
praktis-pragmatis (terhadap koperasi syariah, masyarakat& penulis).
Manfaat penelitian ini untuk keilmuan adalah dapat menambah khazanah
keilmuan yang semoga bisa bermanfaat dalam mengembangkan ilmu ekonomi
syariah pada khususnya. Manfaat penelitian ini untuk BMT adalah sebagai bahan
pelajaran untuk dapat digunakan agar dapat menerapkan pengelolaan dan
pembagian SHU dengan sebaik-baiknya. Manfaat untuk masyarakat adalah
sebagai salah satu referensi dalam mempelajari praktik pengelolaan dan
pembagian SHU.Untuk penulis, penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Syariah. Penelitian ini pun diharapkan dapat
menyumbang andil bagi pengembangan Ekonomi Syariah umumnya dan
Koperasi Syariah khususnya.
F. Review Studi Terdahulu
1. Skripsi karya Helmi Adam, dengan judul “Strategi Manajemen Risiko
pada Pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah
Madani”. Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Fokus penelitian ini adalah:
11
Untuk menganalisis penerapan strategi manajemen risiko di BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani.
Untuk mengetahui permasalahan dan risiko yang dihadapi BMT dalam
memberikan pembiayaan kepada UKM.
Untuk mengetahui strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani agar risiko tidak terjadi lagi.
Hasil kajian-penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
Penerapan strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani sudah cukup efektif dengan
melakukan pemenuhan PPAP sesuai ketentuan.
Permasalahan dan risiko pada pembiayaan UKM di BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani relatif sama.
Strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah dan BMT Berkah
Madani agar risiko tidak terjadi lagi dilakukan dengan cara melihat
character nasabah peminjam, dll.
Peran serta BMT Al Munawwarah dalam pembinaan SDM UKM sangat
membantu para nasabah yang dibiayai agar dapat lebih berkembang dan
mengerti lebih banyak tentang manajemen bisnis yang lebih terorganisir.
12
Sedangkan BMT Berkah Madani baru sebatas memberikan pembiayaan
saja.
2. Skripsi karya Fitri Meilani, dengan judul “Strategi Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga pada BMT Al-Fath IKMI Pamulang”. Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
yang dilakukan BMT Al-Fath dalam menghimpun dana pihak ketiga, faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi strategi penghimpunan dana pihak ketiga
dan bagaimana perkembangan dana pihak ketiga pada tahun 2006-2010 di
BMT AL-Fath.
Hasil kajian-penelitian didapat bahwa strategi yang BMT Al-Fath
lakukan adalah strategi pemasaran dan strategi promosi, faktor-faktor yang
mempengaruhi strategi penghimpunan dana pihak ketiga adalah strategi
produk, strategi harga dan strategi distribusi. Dan perkembangan dana pihak
ketiga pada BMT Al-Fath dari tahun 2006-2010 terus mengalami kenaikan
yang cukup signifikan.
3. Skripsi karya Rido Imam Suhada, dengan judul “Perencanaan
Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Baitul Maal Wattamwil
KAS Kereo Larangan Utara Tangerang”. Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
13
Fokus penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui secara lebih baik mengenai karakteristik sumber daya
manusia atau budaya yang ada pada BMT KAS.
Untuk mengetahui upaya apa saja yang ditempuh manusia BMT KAS
dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang
berkarakter Islam.
Untuk mengetahui metode penelitian yang dilakukan oleh manusia BMT
KAS membentuk kualitas pegawai yang sesuai dengan budaya Islam.
Hasil kajian-penelitian skripsi ini adalah:
Lembaga keuangan Baitul Maal Wattamwil memiliki banyak sekali
karakteristik yang membedakannya dari institusi sejenis, dimulai dari
budaya perusahaannya sampai dengan karyawannya yang sangat
berorientasi pada nilai-nilai ajaran Islam.
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang berkarakter
lembaga keuangan Islam, BMT memiliki beberapa tahapan, diantaranya
adalah: perencanaan budget untuk dana pendidikan dan pelatihan; tingkat
pendidikan para calon pegawai; keterampilan para tenaga pelaksana
operasional (karyawan); proses rekrutmen melalui beberapa tahapan
14
proses, metode pelatihan terbaik yang diberikan; sarana dan prasarana;
memberikan kompensasi yang sesuai.
BMT memiliki beberapa metode khusus untuk membentuk para
karyawannya agar lebih berkualitas, di antaranya adalah: pelatihan tentang
MSDM, Management Supervisory, Trainer’s Training, Assesment,
Service Excellent, Domestic Operation, Perbankan Syariah, Financial
Litercy, Basic Financing, dan celestial Management.
Ketiga studi terdahulu di atas memang semuanya menjadikan BMT
sebagai subjek penelitiannya, ini sama halnya dengan penelitian saya yang
menjadikan BMT sebagai subjek penelitian. Meskipun begitu BMT yang saya
teliti ialah BMT ESQ, tidak sama dengan penelitian sebelumnya di atas yakni
BMT Al Munawwarah, BMT Berkah Madani, BMT Al-Fath IKMI, dan BMT
KAS. Selain itu fokus pembahasan kami juga berbeda. Jika yang terdahulu
tersebut mengambil perihal Manajemen Risiko, Penghimpunan DPK, dan
Pengembangan SDM. Saya akan menjadikan Pengelolaan dan Pembagian
Sisa Hasil Usaha sebagai objek penelitian, kemudian dilengkapi dengan studi
kesesuaian penerapannya dengan UU No. 17 Tahun 2012.
15
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yakni masing-masing ialah pendahuluan,
kajian kepustakaan, data penelitian, analisis terhadap data penelitian, dan
kesimpulan. Berikut uraian sistematika penulisan skripsi ini.
Bab I: Pada bab ini akan dibahas mengenai penjelasan yang berhubungan dengan
masalah BMT, dan UU No. 17 Tahun 2012. Dalam bab ini terdapat latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: Bab ini akan menyajikan kajian kepustakaan mengenai pengelolaan,
pembagian SHU dan penilaian kesehatan. Dalam bab ini terdapat landasan
(kerangka) teori.
Bab III: Bab ini menyajikan metode penelitian dan profil BMT ESQ.
Bab IV: Bab ini akan menganalisis kesesuaian antara pengelolaan dan pembagian
SHU UU No. 17 Tahun 2012 dan penerapannya di BMT ESQ.
Bab V: Bab ini merupakan kesimpulan dari pada penelitian oleh skripsi ini. Dan
juga dari kesimpulan tersebut akan disampaikan saran-saran yang dapat berguna
bagi perbaikan di BMT ESQ.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Fay menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan
tujuan berusaha bersama yang terdiri atras mereka yang lemah dan diusahakan
selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri dengan sedemikian
rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai
anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka
terhadap organisasi.1
Margono Djojohadikusumo dalam bukunya yang berjudul “10 Tahun
Koperasi”, mengatakan bahwa koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-
seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan
ekonominya.2
R.S. Soeriaatmadja dalam kuliahnya memberikan definisi koperasi
ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat
sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara
1Muhammad FirdausdanAgusEdhiSusanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori,&Praktek,
(Bogor:PenerbitGhalia Indonesia, 2004), h. 38 - 39. 2Ibid, h. 39.
17
sukarela masuk untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat
kebendaan atas tanggungan bersama.3
Definisi berikutnya adalah dari Marvin, A. Schaars yang mengatakan
koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan
dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan
oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar biaya.4
Paul Hubert Casselman dalam bukunya yang berjudul “The
Cooperative Movement and some of its Problems” mengatakan koperasi
adalah suatu sistem ekonomi yang mengandung unsur sosial.5
UU terbaru Tentang Perkoperasian yakni UU No. 17 Tahun 2012
mendefinisikan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum Koperasi dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan perusahaan yang memenuhi
aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai
dengan nilai dan prinsip koperasi.6
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diurai bahwa koperasi
adalah perserikatan atas dasar sukarela yang bertujuan memajukan
kesejahteraan ekonomi bersama secara mandiri.
3Ibid.
4Ibid.
5Ibid.
6UU No. 17 Tahun 2012
18
Dengan demikian koperasi bisa merupakan Badan Hukum Usaha yang
dikelola sendiri oleh para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Keputusan dalam organisasi ini diambil berdasarkan mufakat hasil dari
musyawarah anggota melalui mekanisme Rapat Anggota sebagai pengambil
keputusan tertinggi di koperasi.
2. Identitas Koperasi
Rapat Anggota International Cooperative Alliance (ICA) pada
September 1995, dalam rangka seratus tahun ICA, mengesahkan Pernyataan
ICA mengenai identitas koperasi yang menunjukkan dan mempertegas jatidiri
koperasi. Berikut isi dari identitas koperasi tersebut:
a. Definisi
Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang
bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
ekonomi, sosial, dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang
dimiliki dan diawasi secara demokratis.
b. Nilai-Nilai
Koperasi melandaskan nilai-nilai menolong diri sendiri,
betanggungjawab kepada diri sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan,
dan solidaritas. Berdasarkan tradisi para pendirinya, para anggota koperasi
percaya pada nilai-nilai etis: kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab social
dan peduli pada orang lain.
19
c. Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi
dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik.
1) Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka
2) Pengawasan Demokratis oleh Anggota
3) Partisipasi dalam Kegiatan Ekonomi
4) Otonomi dan Kemandirian
5) Pendidikan, Pelatihan, dan Penerangan
6) Kerjasama Antar Koperasi
7) Kepedulian Terhadap Masyarakat
ICA merupakan organisasi persatuan koperasi dunia. Untuk ICA ini
Indonesia diwakili oleh Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin). Dengan
demikian Indonesia pun juga ikut menggunakan apa-apa yang menjadi
keputusan dari ICA termasuk Identitas Koperasi yang tertuang dalam ICA
Cooperative Identity Statement (ICIS).
3. Perangkat Organisasi Koperasi
Louis A. Allen dalam “Managament and Organization” merumuskan:
organisasi adalah struktur keterkaitan , kekuatan, tujuan, peranan, aktifitas,
komunikasi dan faktor-faktor lain yang ada dalam kerjasama orang-orang.
Mac Grew-Hill merumuskan: organisasi adalah suatu mekanisme dari struktur
yang mampu menggerakkan kerjasama secara efektif.
20
Organisasi sebagai perangkat dalam mengelola usaha koperasi terdiri
atas penjabaran fungsi-fungsi untuk mengelola usaha dalam organisasi
berupa:Perangkat organisasi; Kewenangan-kewenangan (authorities) dan
sinkronisasinya; Uraian tugas (job description) dan hubungannya antara
petugas-petugas; dan Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan (implementation)
yang juga meliputi ketentuan-ketentuan tata cara kerja.
a. Rapat Anggota
Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang
tercermin dalam forum Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut
RAT (Rapat Anggota Tahunan).
Fungsi Rapat Anggota adalah:
1) Menetapkan Anggaran Dasar/ART.
2) Menetapkan Kebijaksanaan Umum di bidang organisasi, manajemen
dan usaha koperasi.
3) Menyelenggarakan pemilihan, pengangkatan, pemberhentian,
pengurus dan atau pengawas.
4) Menetapkan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Koperasi serta pengesahan Laporan Keuangan.
5) Mengesahkan Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus dan Pengawas
dalam melaksanakan tugasnya.
21
6) Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha.
7) Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dana pembubaran
Koperasi.7
b. Pengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan
mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha
koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajaer dan karyawan sebagai
pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan
ketentuan yang ada, sebagaimana jelas tercantum dalam pasal 32 UU
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari hasil
keputusan RAT Pengurus berkewajiban melaksanakan seluruh keputusan
RAT guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Pengurus
merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan pengelola (Tim
Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut :
1) Mengelola organisasi koperasi dan usahanya.
2) Membuat dan mengajukan Rancangan Program Kerja Serta
Rancangan RAPBK (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Koperasi).
7DeputiBidang SDM Kemenkop KUKM RI, StrukturOrganisasiKoperasi, (t.t: t.p., 2010), h. 2.
22
3) Menyelenggarakan Rapat Anggota.
4) Mengajukan Laporan Keuangan dan Pertanggung jawaban
Pelaksanaan Tugas.
5) Menyelenggarakan pembukaan keuangan dan invetaris secara tertib.
6) Memelihara daftar buku Anggota, buku Pengurus dan Pengawas.
7) Memberikan Pelayanan kepada Anggota Koperasi dan Masyarakat.
8) Mendelegasikan tugas kepada manajer.
9) Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota.
10) Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada anggota.
11) Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan
pengawas dan pengurus.
12) Mencatat masuk dan keluarnya anggota.
Pengurus koperasi mempunyai fungsi di antaranya adalah :
1) Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan yang tertinggi
Fungsi pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan
tertinggi diwujudkan dalam menentukan tujuan organisasi,
merumuskan kebijakan organisasi, menentukan rencana sasaran serta
program kerja organisasi koperasi, memilih dan mengawasi tindakan-
tindakan manajer-manajer dan karyawan dalam mengelola usaha
koperasi.
23
Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi yang
diharapkan dapat membawa perubahan dan pertumbuhan organisasi
dan sekaligus menjadi sumber inisiatif dan inspirasi bagi
pengembangan usaha koperasi. Pada menilai semua hasil kerja
kegiatan-kegiatan pengelolaan koperasi secara operasional yang
menjadi tanggung jawab manajer.
2) Fungsi sebagai penasihat
Fungsi sebagai penasihat ini berlaku baik bagi para manajer
maupun bagi para anggota. Bagi para manajer maminta nasihat kepada
pengurus adalah penting sekali artinya, terutama dalam rangka
penjabaran dan penerapan kebijaksanaan operasional dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah dirumuskan oleh pengurus.
3) Pengurus sebagai pengawas
Bahwa pengurus merupakan orang yang mendapat
kepercayaan dari anggota untuk melindungi semua kekayaan
organisasi
4) Pengurus sebagai penjaga kelangsungan hidup organisasi
Demi keberlangsngan usaha dan keberlanjutan organisasi
koperasi, maka pengurus harus:
24
a) Mampu menyediakan adanya manajer yang cakap dalam
organisasi;
b) Menyeleksi dan memilih eksekutif atau manajer secara efektif;
c) Memberikan pengarahan kepada para manajer agar koperasi
berjalan secara efektif, professional, dan
d) Menetapkan orang-orang yang mampu mengarahkan kegiatan dari
organisasi;
e) Mengikuti perkembangan pasar, dengan tepat mengarahkan
berbagai jenis layanan barang-barang atau jasa-jasa yang
dihasilkan oleh koperasi sesuai dengan dinamika pasar dan tingkat
kelayakan maupun profitabilitas usaha.
5) Pengurus sebagai simbol
Langkah-langkah yang diambil pengurus terhadap anggota
maupun karyawan bersifat persuasif yang menempatkan pengurus
menjadi pemimpin yang memiliki kekuatan dan motivator bagi
pencapaian tujuan; strategis perusahaan dan kebijaksanaan umum dari
organisasi koperasi dirumuskan secara sistematis oleh pengurus;
pengurus memperoleh dan menyajikan informasi koperasi secara
cermat dalam menunjang kinerja usaha.8
8Ibid, h. 2 – 3.
25
c. Pengawas
Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi
diangkat dari dan oleh Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan, sesuai
pasal 38 UU No. 25 Tahun 1992. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 UU
No.25 Tahun 1992, fungsi tugas dan wewenang pengawas antara lain :
1) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
Pengurus dan Pengelola Koperasi.
2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
3) Meneliti catatan yang ada pada koperasi.
4) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
5) Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
6) Memeriksa sewaktu-waktu tentang keuangan dengan membuat berita
acara pemeriksaannya.
7) Memberikan saran dan pendapat serta usul kepada pengurus atau
Rapat Anggota mengenai hal yang menyangkut kehidupan koperasi.
8) Memperolah biaya-biaya dalam rangka menjalankan tugas sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
9) Mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaannya pada RAT.
Keterkaitan antara peran pengawas dan pengurus adalah dalam hal
pelaporan adalah dalam hal pelaporan hasil audit. Pengawas melaporkan
26
hasil audit dan rekomendasi pelaksanaan kebijakan dan Keputusan Rapat
Anggota yang telah di laksanakan oleh pengurus koperasi baik audit
berkala maupun audit akhir tahun buku. Hasil audit yang dilaporkan dari
pengawas adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi
yang dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian dan
kebenaran data dan informasi yang dilaporkan Pengurus koperasi dengan
bukti – bukti pendukungnya. Adapun beberapa hasil audit yang dilaporkan
pengawas adalah :
1) Pelaksanaan Anggaran Dasar di Koperasi;
2) Pelaksanaan Kepeutusan RAT;
3) Audit manajemen (pelaksanaan Standar Operasional Produser,
deskripsi jabatan, dan disiplin kerja);
4) Audit keuangan (ada tidaknya penyimpangan keuangan oleh Pengurus);
5) Audit fisik (inventaris, dan kas).9
4. Manajemen Koperasi
Pada hakikatnya manajemen dapat disimpulkan sebagai suatu
rangkaian tindakan sistematik untuk mengendalikan dan memanfaatkan segala
faktor sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Fungsi-fungsi
manajemen menurut George R. Terry adalah sebagai berikut.
9Ibid, h. 5.
27
Perencanaan
Khusus bagi badan usaha koperasi, perlu perencanaan dikatkan
dengan kedudukan para anggotanya, misalnya bagi jenis-jenis koperasi
pemasok dan koperasi penyalur. Para anggota jenis koperasi tersebut
mempunyai wewenang untuk ikut menentukan patokan harga yang akan
ditetapkan badan koperasi tersebut, sehingga perlu dipertimbangkan
alternative-alternatif harga patokan koperasi.
Pengorganisasian
Khusus bagi koperasi perlu pemikiran status dan batas-batas
kewenangan dan hak para anggota koperasi , yaitu adanya “lembaga-
lembaga” rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Ketiga “lembaga”
tersebut merupakan “tripartite” dalam organisasi koperasi, di mana satu
dengan yang lain pelaksanaannya terpisah, namun ketiga-tiganya perlu
dibina satu keutuhan.
Pelaksanaan
Rapat anggota sebagai lapisan teratas akan mengeluarkan
kebijakan-kebijakan koperasi yang harus dilaksanakan pengurus dan pada
gilirannya pengurus selaku pelaksana tertinggi akan mengeluarkan
pedoman-pedoman, instruksi-instruksi kepada lapisan-lapisan ke
bawahnya, dan seterusnya. Demikian pula rapat anggota menerbitkan
28
kewenangan bagi pengawas untuk mengadakan pantauan (monitoring)
seberapa jauh kebijakan-kebijakan dilaksanakan pengurus.
Bagaimanapun baiknya penugasan kepada lapisan bawahan, jika
tanpa koordinasi antarkelompok.jenis tugas, maka hasilnya tidak akan
memenuhi harapan. Lengkapnya pelaksanaan tugas-tugas harus ada
koordinasi yang rapi, sehingga tidak akan terjadi kesimpangsiuran tugas
atau tumpang tindih pekerjaan-pekerjaan. Ini semua harus dijabarkan
dalam pelaksanaan organisasi. Karena itu pada tingkat pelaksanaan atau
kelompok pelaksana harus ada seseorang atau perangkat tertentu yang
mengadakan koordinasi. Hal tersebut akan terlihat dalam bagan
organisasi, di mana ditentukan lapisan-lapisan koordinasi dari pelaksana.
Secara bertingkat koordinasi diperlukan dari level/lapisan pelaksana
paling bawah sampai yag tertinggi.
Pengawasan
Untuk meyakinkan para pemilik perusahaan, dalam hal ini para
anggota koperasi, maka rapat anggota perlu membentuk suatu badan di
luar pengurus yang bertugas memantau atau meneliti tentang pelaksanaan
kebijakan yang ditugaskan kepada pengurus.
a. Pengelola (Manajer)
Manajer dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melakukan
fungsi pengelolaan operasional usaha koperasi.
29
Kewajiban manajer antara lain:
1) Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan Pengurus.
2) Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit-unit
usaha.
3) Membimbing dan mengarahkan tugas-tugas karyawan yang
dibawahnya seefisien mungkin menuju karyawan yang berkualitas.
4) Mengusulkan kepada pengurus tentang pengangkatan dan atau
pemberhentian karyawan dalam lingkungan tugasnya.
5) Menyusun Program Kerja dan RAPBK tahunan untuk disampaikan
kepada pengurus sebelum dimulainya rencana dan anggaran yang
baru, dan selanjutnya evaluasi sekaligus perencanaan bagi pengurus
untuk disampaikan dalam Rapat Anggota.
6) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja secara tertulis setiap
akhir bulan and tahun.
7) Melaksanakan dokumen-dokumen usaha atau organisasi koperasi.10
b. Fungsi Utama Manajer
1) Melaksanakan tugas sehari-hari di bidang usaha.
2) Bertanggungjawab atas administrasi kegiatan usaha dan organisasi
koperasi.
10
Ibid, h. 5 – 6.
30
3) Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.11
c. Perlunya Manajer dalam Koperasi
Keberadaan manajer dalam koperasi diharapkan usaha koperasi
akan dapat berkembang lebih maju. Manajer diperlukan bagi koperasi :
1) Untuk mengelola usaha koperasi memerlukan keahlian sesuai dengan
bidang usaha koperasi, selain untuk menunjang fungsi pengurus yang
umumnya dipilih oleh anggota berdasarkan atas kepercayaan.
2) Pengelolaan usaha koperasi memerlukan tindakan yang
berkeseimbangan sepanjang tindakan yangberkesinambungan
sepanjang waktun sejalan dengan keberadaan koperasi itu, sementara
pengurus dipilih untuk jangka waktu tertentu (ada batasan waktu
kepengurusan).
3) Pengurus umumnya tidak dapat mencurahkan tenaga atau pikirannya
secara penuh dalam koperasi, karena biasanya pengurus memiliki
tugas pokoknya, sehingga manajer diperlukan untuk
mengoperasionalisasikan usaha koperasi lebih efektif dan mencapai
tujuannya.12
11
Ibid, h. 6. 12
Ibid.
31
d. Hubungan Kerja Antara Pengelola dan Pengurus
Antara pengurus dengan manajer harus memiliki kesatuan
pendangan dan kesatuan gerak untuk mengenai usaha koperasi dan
tercapainya tujuan koperasi.
Untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan usaha koperasi
dilakukan tugas dan tanggung jawab sejelas-jelasnya, antara lain :
1) Pertanggung jawaban teknis operasional oleh pengurus diserahkan
kepada manajer, sekalipun pertanggungjawaban terakhir kepada
anggota dilakukan pengurus.
2) Pengurus hanya memutuskan hal-hal yang sifatnya kebijaksanaan,
sedangkan manajer dalam bidang operasionalnya.13
B. Koperasi Syariah
Koperasi Syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip
kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah Islam yaitu Al-
quran dan Assunnah. Pengertian umum Koperasi syariah adalah badan usaha
koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah. Apabila
koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan
13
Ibid, h. 6 – 7.
32
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.14
Koperasi Syariah seperti halnya koperasi konvensional, diperkenankan
memiliki berbagai usaha dengan catatan tidak bertentangan dengan syariah Islam
yang dalam hal keuangan terhindar dari unsur riba, maysir, ghoror, dan
derifatifnya.
1. Nilai-Nilai Koperasi Syariah15
Diadopsi dari 7 nilai bisnis syariah:
a. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
b. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
c. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan
komunikatif
d. Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan
kredibelitas.
e. Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif,
inovatif.
f. Ri‟ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian,
awareness.
14
___, “KoperasiSyariah”, artikeldiaksespada 23 Januari 14.51 darirumaishaa.wordpress.com/2012/12/27/koperasi-syariah
15Ibid
33
g. Mas‟uliyah yang mencerminkan responsibilitas.
2. Prinsip-Prinsip Koperasi Syariah16
Prinsip koperasi syariah adalah sama dengan prinsip dari ekonomi
syariah yaitu:
a. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun secara mutlak;
b. Manusia diberi kebebasan dalam mu‟amalah selama tidak melanggar
ketentuan syari‟ah;
c. Manusia merupakan wakil Allah dan pemakmur di bumi;
d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan
pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja.
3. Dewan Pengawas Syariah
Sebagai bagian dari konsekuensi dari komitmen koperasi syariah
untuk melakukan segala kegiatan pada jalur yang islami, maka secara
struktural diatur bahwa Koperasi Syariah harus pula diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah.
16
Ibid
34
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah
Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi,
dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
Saat ini KJKS memiliki landasan regulasi di antaranya PP 60/1959
yang mengatakan terdapat 7 jenis koperasi termasuk di dalamnya terdapat
Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Kemudian UU No.17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian yang menyebutkan bahwa koperasi dapat menjalankan usaha
atas dasar prinsip ekonomi syariah (Bab IX Pasal 87 Ayat 3).
Selain KJKS yang termasuk ke dalam jenis KSP, koperasi jenis
lainnya seperti Koperasi Serba Usaha (baik yang syariah maupun
konvensional) pun dapat membuka unit usaha jasa keuangan syariah. Dalam
ketentuan Kepmeneg KUKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 disebut
dengan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS).
UJKS adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha
pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai
bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
35
C. Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT
BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bait
al-mal dan bait at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan Antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT
juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya
sesuai dengan peraturan dan amanatnya.17
Istilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah penggabungan dari
baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal adalah lembaga keuangan yang
kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial). Adapun baitu
tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit motive.18
BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) atau Koperasi.19
BMT berfungsi sebagai lembaga keuangan dan juga lembaga
ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari
17
PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai-Usaha Mandiri Terpadu. (Jakarta: PINBUK, t.t.), h. 1.
18Hertanti Widodo, dkk., PAS (Panduan Praktis Akuntansi Syariat): Panduan Praktis
Operasional Baitul Mal wat Tamwil (BMT), Jakarta: Penerbit Mizan, 2000, h. 81. 19
Karnaen A. Perwataatmadja. Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha Kami, 1996), h. 216.
36
masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan kepada masyarakat (anggota
BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan
ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan pertanian.
Sedangkan berdasarkan pada namanya, BMT memiliki dua fungsi
utama yaitu Bait al-Maal dan Bait at-Tamwil:
a. Bait al-Maal, lembaga yang mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non-profit, seperti halnya zakat, infak, shodaqoh.
b. Bait at-Tamwil, lembaga yang mengarah pada usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial.20
2. Tujuan dan Prinsip BMT
Tujuan BMT ialah:
a. Menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dan menengah dengan mudah
dan bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas bunga/riba.
b. Memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah.
c. Lembaga keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat dan
menengah.21
Prinsip-prinsip utama BMT, yaitu sebagai berikut:22
a. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
20
Tuty Sariwulan, “Baitul Maal wat Tamwil Dipandang dari Sudut Agama serta Sejarah Berdirinya di Indonesia”, Econo Sains Vol. X, No. 1 (Maret 2012): h. 64.
21Ibid, h. 65.
22Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maalwa Tamwil, Yogyakarta: UII Press, 2004, h.
130.
37
b. Keterpaduan (kaffah).
c. Kekeluargaan (kooperatif).
d. Kebersamaan.
e. Kemandirian.
f. Profesionalisme.
g. Istiqamah.
3. Ciri-Ciri dan Peran BMT
BMT memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:
a. Berorientasi bisnis, mencara laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak, dan sesekah bagi kesejahteraan orang banyak.
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di
sekitarnya.
d. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT itu
sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.23
Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran berikut:24
23
H. A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 184.
24Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta:
Ekonisia, 2003, h. 104.
38
a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi nonsyariah, aktif
melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti pentingnya sistem
ekonomi Islam.
b. Melakukan Pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
4. Sejarah BMT di Indonesia
Berdirinya BMT disebabkan karena tidak menjangkaunya Perbankan
kepada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) seperti pedagang di pasar tradisional,
pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Padahal justru ekonomi rakyat
kecil inilah yang menjadi mayoritas kalangan usahawan yang ada di
Indonesia. Namun bagaimana pun sebagaimana halnya pengusaha, kalangan
UMK juga butuh suntikan modal untuk mengembangkan atau ada juga untuk
sekedar membuat usahanya tidak mati di keesokan hari.
Segmen inilah yang kemudian digarap oleh individu-individu yang
terkenal dengan sebutan rentenir. Praktik rentenir ternyata tidak menolong
melainkan membuat permasalahan ekonomi rakyat kecil menjadi lebih pelik
dan kompleks. Dari itu urgen diperlukan suatu instansi yang kompeten dan
professional agar dapat benar-benar membantu masyarakat kecil memenuhi
39
kebutuhannya sekaligus juga yang mendesak yakni membebaskan mereka dari
jerat hutang yang berkepanjangan.
Pada akhir 1980-an BMT perintis sudah mulai beroperasi hingga
pertengahan 1990-an. Mereka memang belum diketahui secara luas oleh
masyarakat, serta masih melayani kelompok masyarakat yang relatif homogen
dengan cakupan geografis yang amat terbatas. Perkembangan pesat dimulai
sejak tahun 1995, dan memperoleh momentum tambahan akibat krisis
ekonomi 1997/1998.
5. Jenis Aktifitas BMT
a. Sosial
Pengelolaan dana sosial seperti zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS)
b. Jasa Keuangan
Terkait dengan kegiatan penghimpunan dana (funding) dan
penyaluran dana (financing).
c. Sektor Riil
Merupakan penyaluran dana yang bersifat permanen atau jangka
panjang dengan cara investasi dan penyertaan modal.
40
6. Perbedaan dengan BMT dan KSP25
Aspek Perbedaan Koperasi Simpan
Pinjam
Koperasi Jasa
Keuangan Syariah
Baitul Maal wa Tamwil
Struktur Organ Pengawas Dewan Pengawas Syariah
Modal Penyetoran modal awal
disetorkan kepada Bank
Pemerintah.
Penyetoran modal awal
disetorkan kepada Bank
Syariah.
Penandatanganan Akta
Koperasi
Selesai rapat
pembentukan langsung
menghadap Notaris untuk
otentitas akta pendirian
Koperasi.
Sebelum menghadap
Notaris, ada koordinasi
dengan PINBUK sebagai
pengembang BMT.
Pendaftaran Status Badan
Hukum
Diajukan kepada Menteri
Koperasi c.q Kepala
Kantor Wilayah
Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan
Menengah setempat.
Diajukan Kepada Menteri
Koperasi c.q Deputi
Bidang Kelembagaan
Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah,
Instansi yang
membidangi Koperasi
setempat setelah
mendapat rekomendasi
pejabat setingkat tempat
domisili koperasi yang
bersangkutan.
Konsep Dasar
Operasional
Bunga Bagi Hasil
Penghimpunan Dana a) Tabungan
b) Simpanan Berjangka
a) Wadi‟ah (titipan)
b) Mudharabah
(Simpanan Berjangka)
Penyaluran Dana Utang piutang a) Qardh (Pinjaman)
b) Musyarakah
(Kerjasama)
c) Mudharabah
25
Kaffi Wanatul Ma’wa, “Analisis Perbandingan Antara Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil”, (Jurnal Hukum S1 Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, 2013), h. 14.
41
(Kerjasama)
d) Murabahah
(Kerjasama)
e) Salam (Jual Beli)
f) Istisna (Jual Beli)
g) Ijarah (Sewa)
Fungsi Sosial - Berperan sebagai
penyalur dana Infaq,
Zakat dan Shodaqah
(ZIS) serta maal.
Perjanjian Jaminan Diperbolehkan, sebab
jaminan merupakan
perjanjian tambahan dari
perjanjian pokok yaitu
utang piutang.
Diperbolehkan, pada
prakteknya dengan cara
memisahkan akad dalam
perjanjian. Jadi akad
yang digunakan jaminan
agunan menggunakan
akad Rahn (gadai).
D. Sisa Hasil Usaha
1. Pendapatan Koperasi
Dalam kedudukannya sebagai pemilik, anggota koperasi memberikan
kontribusi modal kepada koperasi. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai
pengguna jasa koperasi, maka anggota koperasi memanfaatkan pelayanan-
pelayanan keoperasi yang diselenggarakan untuk mereka.
Karena makna pendapatan dalam koperasi dan pendapatan dalam
nonkoperasi berbeda, maka konsekuensinya tentu akan melahirkan perbedaan
pula dalam pengertian Antara laba dan SHU.
Kewajiban anggota sebagai pemilik koperasi bukan saja harus
memodali koperasi, tetapi juga harus memberikan kontribusi dalam
keseluruhan biaya tersebut adalah biaya overhead
42
2. SHU Koperasi
Dalam UU No. 17 Tahun 2012, SHU disebut sebagai Selisih Hasil
Usaha yang terdiri atas Surplus Hasil Usaha dan Defisit Hasil Usaha.
a. Surplus Hasil Usaha
1) Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat
Anggota, Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana
Cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
a) Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh
masing-masing Anggota dengan Koperasi;
b) Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang
dimiliki;
c) pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan
Koperasi;
d) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan
kewajiban lainnya; dan/atau
e) penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
2) Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus Hasil Usaha
yang berasal dari transaksi dengan non-Anggota.
3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana
dimaksud pada nomor 2) dapat digunakan untuk mengembangkan
usaha Koperasi dan meningkatkan pelayanan kepada Anggota.
43
b. Defisit Hasil Usaha
1) Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha, Koperasi dapat menggunakan
Dana Cadangan.
2) Penggunaan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada nomor 1)
ditetapkan berdasarkan Rapat Anggota.
3) Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup untuk menutup
Defisit Hasil Usaha, defisit tersebut diakumulasikan dan dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja Koperasi pada tahun
berikutnya.
Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha, anggota wajib menyetor
tambahan Sertifikat Modal Koperasi.
E. Tinjauan Syariah
1. Teori Manajemen dalam Islam
a. Karakteristik Teori
Tidak ada manajemen dalam Islam kecuali ada nilai atau etika
yang melingkupinya, sebagaimana tidak mungkin membangun masyarakat
Muslim tanpa didasari dengan akhlak. Manajemen syariah memiliki
karekteristik sebagai berikut:
44
Konsen dan terkait dengan falsafah sosial masyarakat Muslim, dan
berhubungan dengan akhlak atau nilai-nilai etika sosial yang dipegang
teguh oleh masyarakat Muslim (variabel etika sosial).
Konsen terhadap variabel ekonomi dan motif materi, dan bekerja
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis individu (variabel ekonomi
materi).
Memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual serta
memuliakan manusia untuk berpartisipasi dalam aktifitas manajemen
memuliakan segala potensi intelektual, kompetensi dan dimensi
spiritual (variabel kemanusiaan).
Konsen terhadap sistem dan menentukan tanggung jawab dan
wewenang, menghormati kekuasaan dan organisasi resmi,
menghormati struktur organisasi, dan menuntut ketaatan terhadap
kebaikan (variabel perilaku dan sistem).26
b. Konsep Syuro, Musyarakah, dan Menghormati Kemuliaan Manusia
Ini merupakan prinsip yang harus melekat dalam teori manajemen
Islam, saling bermusyawarah dan bekerjasama dalam menyelesaikan
persoalan.27
Allah berfirman:
26
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 235 – 236.
27Ibid, h. 241.
45
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246].
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(Ali Imran /3: 159)
c. Konsen terhadap Kekuasaan Resmi, Pengorganisasian, dan Taat
Kepada Kebaikan
Islam telah mengenalkan konsep pengorganisasian dan pentingnya
seorang pemimpin dalam sebuah masyarakat. Kepemimpinan yang
memiliki otoritas untuk mengatur dan memebrikan petunjuk, adalah
sebuah keniscayaan dan perkara yang lazim untuk menjalankan kehidupan
masyarakat dalam berbagai bentuknya.
Dalam konteks Islam, kepemimpinan yang terbentuk dalam
berbagai level manajemen, seharusnya tidak terjadi pertentangan. Karena
mereka didudukkan dalam satu wadah manajemen yang dibangun dengan
konsep syura.
46
Dalam Islam, perbedaan level pekerjaan dan kepemimpinan
bersandar pada perbedaan ilmu pengetahuan, intelektual, ataupun
pengalaman teknis. Allah berfirman:
Artinya: “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-
karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya
sendiri, kemudian Dia mengeluarkan piala raja itu dari
karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk
(mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf
menghukum saudaranya menurut undang-undang Raja,
kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat
orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang
yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha
mengetahui.” (Yusuf/11: 76)
Masyarakat Muslim terbentuk berdasarkan kesamaan akidah dan
keyakinan, para pegawai adalah bagian dari anggota masyarakat untuk
menjalankan tugas bagi kemaslahatan bersama. Setidaknya, mereka
memiliki 3 buah kewajiban.
1) Berkontribusi dalam menerapkan hokum dan syariah Islam, sesuai
firman Allah:
47
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Ali Imran/3: 110)
2) Menjalankan tugas dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan standar
dan prosedur yang ada, dengan sikap penuh amanah dan
bertanggungjawab terhadap Allah, bukan hanya kepada atasan. Jabatan
adalah amanah, perjanjian, dan tanggungjawab. Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak
yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;
Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.” (Al-Isra/17: 34)
3) Taat kepada atasan dengan kebaikan. Ketaatan kepada pemimpin
merupakan persoalan penting untuk mengatur dan menjalankan
kehidupan.28
Alquran mengukuhkan hal ini dalam firman-Nya:
28
Ibid, h. 246 – 248.
48
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa/4: 59)
2. Koperasi dalam Fiqh Muamalah
Koperasi termasuk BMT adalah salah satu dari bentuk perkongsian
yang dalam istilah fiqh muamalah disebut Syirkah atau Musyarakah, yang
memiliki arti terminologis kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal
permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.29
Koperasi dari segi proses pendiriannya termasuk syirkah amwal;
sedangkan dari segi pengelolaan, koperasi dapat dikelompokkan sebagai
syirkah taushiyah bashithah. Dilihat dari segi kewenangan untuk mengangkat
pengelola/manajemen, koperasi lebih dekat dengan konsep syirkah „abdan.30
Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun syirkah ada empat, yaitu:
29
Ramat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 183. 30
Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 151.
49
1) Shighat, ijab kabul.
2) Pihak yang berakad (Pihak Pertama).
3) Pihak yang berakad (Pihak Kedua).
4) Objek yang diakadkan, modal pokok.
Dasar hukum musyarakah adalah Firman Allah:
Artinya: “Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat
zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk
(ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara
orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yag lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan
Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon
ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertobat.”(Sad/38: 24)
Syirkah merupakan salah satu institusi bisnis yang telah ada sebelum
Islam. Al-Sayyid Sabiq mempertegas dua hal: pertama, syirkah „inan telah ada
pada saat Nubuwah, para sahabat Nabi SAW ketika itu telah berkongsi untuk
membeli sesuatu, masing-masing sahabat menyerahkan hartanya untuk
membeli barang. Setelah barang yang dimaksud dibeli, kemudian dibagikan
kepada para sahabat secara proporsional.
50
Kedua, syirkah mudharabah telah ada sebelum Islam yang kemudian
dikokohkan eksistensinya oleh Nabi Muhammad SAW para sahabat telah ber-
mudharabah dengan pihak Yahudi dengan sepengetahuan Nabi SAW; Nabi
SAW tidak menghapuskannya juga tidak melarangnya. Al-Khulafa‟ al-
Rasyidun serta sahabat sesudahnya tidak ada yang melarang praktik syirkah
mudharabah; oleh karena itu, para sahabat melakukan syirkah mudharabah
atas dasar kebiasaan yang sudah dilakukan sebelumnya.31
31
Ibid, h. 49 – 50.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian fenomenologis, yang
menggunakan pendekatan kualitatif dan naturalistik, yang secara induktif dan
holistik memahami pengalaman manusia pada konteks yang khusus.1
Penelitian kualitatif sebagai model yang dikembangkan oleh Mazhab
Baden yang bersinergi dengan aliran filsafat fenomenologi menghendaki
pelaksanaan penelitian berdasarkan situasi wajar (natural setting) sehingga kerap
orang juga menyebutnya sebagai metode naturalistik. 2
Penelitian ini akan meneliti BMT ESQ sebagai subjek penelitian dalam
lingkungan hidup kesehariannya. Untuk itu, peneliti akan sedapat mungkin
berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat pengelolaan
dan pembagian SHU di BMT ESQ, mengamati dan mengikuti alurnya secara apa
adanya (wajar).
1Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, h. 19. 2Ibid, h. 23 - 24
52
B. Jenis dan Data Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang didefinisikan sebagai kajian
yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu (Bogdan: 1990). Studi kasus
dalam penelitian ini bertipe Studi Kasus Kolektif. Studi kasus tipe ini
mempelajari dua kasus secara bersamaan, agar dapat meneliti fenomena, populasi,
atau kondisi umum.3
Baik Data Primer maupun Data Sekunder akan penulis kumpulkan untuk
penelitian ini. Data primer tersebut berupa berjenis data lapangan (hasil observasi
dan wawancara) dan data tertulis/rekaman (dokumen tertulis dari pihak BMT
ESQ). Sedangkan Data Sekunder berupa buku literatur dan artikel yang diunduh
dari internet
.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Subjek-Objek Penelitian
Untuk memperoleh catatan lapangan, peneliti akan melaksanakan
wawancara mendalam (in-depth) dan terbuka secara face to face terhadap
informan kunci (key informant) yakni Manajer BMT ESQ, dengan instrument
interview guide sebagai panduan yang telah disiapkan sebelum proses wawancara.
Selain itu penulis juga akan melakukan observasi.
3Ibid, h. 58.
53
Dalam mengumpulkan data penulis juga akan melakukan penelaahan
terhadap dokumen tertulis yang berasal dari dokumen instansi dan statistik kantor.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematis semua hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Jenis
observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, di mana peneliti
tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti
hanya mengamati dengan mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat
kesimpulan dari kegiatan/aktifitas objek penelitian yang diamati. Observasi
dilakukan kepada pihak BMT ESQ.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan melalui cara wawancara tidak terstruktur yang
diberikan kepada praktisi atau pihak lembaga, berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawabannya tidak disediakan. Tahap pengumpulan data
dengan wawancara dilakukan kepada pihak BMT ESQ.
3. Studi Kepustakaan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami
data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur seperti majalah, surat
kabar, buku, artikel, internet yang berkaitan dengan pembahasan penelitian
ini.
54
4. Dokumentasi
Teknik mengumpulkan data yang ditunjukkan pada subjek penelitian.
Studi ini dengan mengamati dokumentasi berupa arsip yang dijadikan objek
penelitian yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
Data-data tersebut merupakan bahan dalam menelusuri pengelolaandan
pembagian SHUsebagai objek penelitian, dari BMT ESQ sebagai subjek
penelitian.
D. Teknik Pengolahan Data dan Metode Analisis
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan model analisis data yang
diajukan Huberman dan Miles yang disebut sebagai model interaktif. Model
interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan
yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut
analisis (Miles dan Huberman, 1992).4
Analisis data yang bersifat kulaitatif ini adalah suatu proses yang meliputi:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan
4Ibid, h. 147 – 148.
55
b. Mengumpulkan, memilah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar
c. Berpikir dengan jalan membuat agar data itu mempunyai makna, mencari dan
menemukan pola, hubungan-hubungan, dan temuan-temuan umum.
E. Profil BMT ESQ
BMT ESQ merupakan salah satu unit usaha dari sebuah Koperasi Syariah,
yakni Koperasi 165. Koperasi yang berjenis koperasi serba usaha ini memiliki
tiga unit usaha yaitu Silakop, UJKS BMT, dan Perdagangan.Sebagai Badan
Usaha yang sah diakui Undang-Undang yang ada di RI maka Koperasi ini telah
disahkan oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia dengan
Akta Pendirian Nomor : 471/BH/MENEG.I/I/2006. Kemudian Koperasi 165 juga
sempat mengubah Anggaran Dasar dengan Akta Perubahan AD Nomor:
166/PAD/M.KUKM.2/IV/2012.
Dengan demikian, maka BMT ESQ termasuk ke dalam kategori Unit Jasa
Keuangan Syariah.Yaitu unit koperasi yang bergerak di bidang usaha
pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syariah). Anggota yang
memiliki usaha dapat mengajukan pembiayaan. Di samping itu dapat pula
menyimpan dananya pada unit ini dengan prinsip wadiah ataupun mudharabah.
56
1. Visi dan Misi
Visi:
Terbangunnya Lembaga Keuangan Mikro yang mendukung tercapainya
Indonesia Emas 2020.
Misi:
Terbentuknya BMT ESQ yang professional
Berkembangnya BMT ESQ di daerah-daerah bekerjasama dengan
Korda FKA ESQ
Meningkatnya kesejahteraan anggota binaan BMT ESQ
2. Sasaran
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan BMT ESQ yang
dapat menghasilkan infak untuk digunakan menolong masyarakat yang
kurang beruntung lainnya dan sebagai salah satu upaya membebaskan Menara
165 dari akad ribawi.
57
3. Produk BMT ESQ
a. Produk Simpanan
Simpanan Wadiah, yaitu anggota menitipkan dananya dengan
akad wadiah yad ad-dhamanah dan mengijinkan Koperasi untuk
mengelola dana tersebut dengan tetap menjamin akan
mengembalikan titipan tersebut bila sewaku-waktu dibutuhkan
anggota yang menitipkan.
Simpanan Mudharabah, yaitu anggota dapat menyimpan
dananya dengan akad mudharabah mutlaqah dimana Koperasi
diberi kekuasaaan penuh mengelola dana dimaksud. Keuntungan
dari pengelolaan dana ini dibagi hasilkan dengan Anggota.
Simpanan Ta’awun 165, yaitu Simpanan sukarela yang
diselenggarakan secara bersama-sama oleh BMT-BMT seluruh
Indonesia dengan prinsip dasar Mudharabah (Bagi Hasil)
Simpanan Wadiah Menara, yaitu Simpanan berjangka selama 5
tahun yang digunakan untuk membebaskan Menara 165 dari akad
riba menjadi akad syariah.Akad simpanan menggunakan prinsip
wadhiah yadh dhamanah (Titipan yang boleh digunakan).
58
Simpanan Berjangka Investasi Dermawan, yaitu Investasi
berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah, dengan akad
Mudharabah (bagi hasil).
Simpanan Pendidikan Si Pintar
Simpanan Iedul Fitri & Mudik
Simpanan Iedul Qurban, yaitu Simpanan dalam mata uang
rupiah untuk membantu nasabah dalam merencanakan ibadah
qurban dan aqiqah. Pelaksanaannya antara lain bekerja sama
dengan Lembaga Kemanusiaan ESQ. Akad yang digunakan
Mudharabah (bagi hasil).
Simpanan Haji
b. Produk Pembiayaan
Murabahah, yaitu fasilitas pembiayaan dengan system jual beli
untuk membeli barang consumer dimana Koperasi mendapatkan
jasa, dimana anggota dapat mengangsur dengan nilai tetap selama
jangka waktu yang disepakati.
Mudharabah, yaitu dimana modal kerja yang dibutuhkan
anggota seluruhnya berasal dari Koperasi dengan kesepakatan bagi
hasil.
59
Musyarakah, yaitu kerjasama penyertaan dana antara Koperasi
dengan anggota untuk keperluan modal kerja dengan kesepakatan
bagi hasil.
Ijarah
Qordhul Hasan
4. Pengelolaan BMT ESQ
Pengelolaan BMT ESQ terpisah dari dua unit usaha lainnya yang ada
di Koperasi Syariah 165. Setiap unit usaha pada Koperasi 165 memiliki tim
pengelolanya sendiri, begitu halnya pula pada BMT ESQ.
Pengelola tersebut bukanlah berasal dari kalangan pengurus,
melainkan hasil dari penunjukkan langsung dari Direktur BMT ESQ tanpa
meminta persetujuan dari Rapat Anggota.
Pengelola BMT ESQ saat ini berjumlah 3 (tiga) orang yang masing-
masing memegang posisi:
a. Pengelola Harian dan Akunting.
b. Teller dan Customer Service.
c. Marketing.
60
BAB IV
PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ
MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2014
A. Pengelolaan dan Pembagian SHU KJKS Menurut UU No. 17 Tahun 2012
Pengelolaan kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dilakukan oleh Pengurus
atau pengelola professional berdasarkan standar kompetensi. Pengawas dan
Pengurus Koperasi Simpan Pinjam harus memenuhi persyaratan standar
kompetensi yang diatur dalam Peraturan Menteri. Pengawas dan Pengurus
Koperasi Simpan Pinjam dilarang merangkap sebagai Pengawas, Pengurus, atau
pengelola Koperasi Simpan Pinjam lainnya.
Koperasi Simpan Pinjam wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Dalam
memberikan Pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam wajib mempunyai keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan peminjam untuk melunasi Pinjaman sesuai
dengan perjanjian. Dalam memberikan Pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam wajib
menempuh cara yang tidak merugikan Koperasi Simpan Pinjam dan kepentingan
penyimpan. Koperasi Simpan Pinjam wajib menyediakan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian terhadap penyimpan. Koperasi Simpan
Pinjam dilarang melakukan investasi usaha pada sector riil.Koperasi Simpan
61
Pinjam yang menghimpun dana dari Anggota harus menyalurkan kembali dalam
bentuk Pinjaman kepada Anggota.
Koperasi Simpan Pinjam wajib menjamin Simpanan Anggota. Pemerintah
dapat membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam untuk
menjamin Simpanan Anggota. Lembaga Penjamin Koperasi Simpan Pinjam
menyelenggarakan program penjaminan Simpanan bagi Anggota Koperasi
Simpan Pinjam. Koperasi Simpan Pinjam yang memenuhi persyaratan dapat
mengikuti program penjaminan Simpanan. Ketentuan mengenai Lembaga
Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Koperasi Simpan Pinjam diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Namun karena saat ini PP tesebut belum terbit, maka untuk
KSP berbasis syariah yang dikenal dengan KJKS, masih menggunakan regulasi
lama yakni Kepmeneg KUKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004.
1. Pengelolaan
a. Pengelolaan KJKS
Berikut adalah pon-poin peraturan Pengelolaan KJKS:
1) Pengelolaan KJKS dilakukan oleh pengurus yang bertanggung jawab
kepada Rapat Anggota.
62
2) Pengurus KJKS mengangkat tenaga pengelola, maka tugas
pengelolaan teknis Koperasi Jasa Keuangan Syariah diserahkan
kepada pengelola yang ditunjuk pengurus menjalankan tugas
perencanaan kebijakan strategis, pengawasan dan pengendalian.
3) Pengawas bisa diangkat atau tidak perlu diangkat sesuai dengan
kebutuhan dan keputusan Rapat Anggota KJKS yang bersangkutan.
4) Apabila KJKS tidak mengangkat pengawas, maka tugas pengawasan
dilakukan oleh pengurus.
5) Pengelola KJKS harus bekerja purna waktu.
6) Apabila pengurus mengangkat tenaga pengelola maka pengurus atau
anggota pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.
Apabila pengelola adalah perorangan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang keuangan dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana;
2) memiliki akhlak dan moral yang baik;
3) mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan
syariah.
63
Dalam hal pengelola lebih dari satu orang, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola
wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga
keuangan syariah;
2) di antara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai
derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun kesamping.
Apabila pengelola adalah badan usaha, harus memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut:
1) memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
2) memiliki tenaga manajerial yang berkualitas baik.
b. Pengelolaan UJKS
Berikut adalah pon-poin peraturan Pengelolaan KJKS:
1) Pengelolaan Unit Jasa Keuangan Syariah dilakukan secara terpisah
dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan.
2) Pengurus koperasi wajib mengangkat pengelola atau menugaskan
salah satu dari pengurusnya sebagai pengelola.
64
3) Apabila pengurus koperasi merangkap sebagai pengelola Unit Jasa
Keuangan Syariah, maka pengurus yang bersangkutan tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan pada unit usaha lainnya.
4) Apabila pengurus telah mampu mengangkat seluruh tenaga pengelola,
maka pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.
Apabila pengelola adalah perorangan, harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang keuangan dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana dibidang keuangan;
2) Memiliki ahlak dan moral yang baik;
3) Mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan
syariah.
Apabila pengelola lebih dari satu orang, harus memenuhi
persyaratan.
1) paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola
wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga
keuangan syariah;
65
2) diantara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai
derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun kesamping.
Apabila pengelola tersebut adalah Badan Usaha, harus memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut :
1) memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
2) Memiliki tenaga manajerial yang berkualitas baik;
3) Memiliki pengalaman mengelola lembaga keuangan syariah.
c. Penyelenggaraan UJKS pada KSP/USP Koperasi
1) Koperasi simpan pinjam dapat menjalankan usaha jasa keuangan
syariah dengan cara membuka unit atau divisi layanan syariah.
2) Unit atau divisi layanan syariah merupakan unit pada koperasi yang
dilakukan sesuai dengan keputusan ini.
3) Apabila suatu USP Koperasi bermaksud menyelenggarakan jasa
keuangan syariah, maka USP yang bersangkutan wajib menutup
kegiatannya dan membentuk Unit Jasa Keuangan Syariah setelah
terlebih dahulu memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
keputusan ini.
66
4) Apabila USP ingin menyelenggarakan kegiatan dua sistem, maka USP
yang bersangkutan harus memisahkan diri dari kegiatan koperasi yang
menjadi induknya dan membentuk koperasi baru dan memiliki badan
hukum yang terpisah dari koperasi sebelumnya, setelah terlebih dahulu
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4, dan
Pasal 5.
d. Penggunaan Nama
Koperasi yang melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah
mendapatkan pengesahan akta pendirian atau pengesahan perubahan
anggaran dasar, wajib menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan
Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah pada papan nama, stempel serta
kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya.
2. Pembagian SHU
Berikut adalah pon-poin peraturan Pembagian SHU KJKS:
a. Pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Jasa
Keuangan Syariah harus diputuskan oleh Rapat Anggota.
b. Pembagian SHU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah dikurangi
dana cadangan dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sebagai berikut:
67
1) dibagikan kepada anggota secara adil berimbang berdasarkan jumlah
dana yang tertanamkan sebagai modal sendiri pada koperasi dan nilai
transaksi;
2) membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan
bagi pengurus, pengawas, pengelola dan karyawan koperasi;
3) insentif bagi pengelola dan karyawan;
4) keperluan lain dalam menunjang kegiatan koperasi;
5) pembagian dan penggunaan SHU dilakukan dengan memasukkan
komponen kewajiban (potongan) zakat atas Badan Usaha Koperasi
dan zakat atas perorangan sebelum dibagikan kepada anggota yang
bersangkutan.
c. Pendapatan Unit Jasa Keuangan Syariah setelah dikurangi biaya
penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dipergunakan untuk
keperluan sebagai berikut:
1) dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai
transaksi;
2) pemupukan modal Unit Jasa Keuangan Syariah;
3) membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Jasa Keuangan
Syariah, sebagai berikut:
68
a) bagian untuk koperasinya;
b) anggota yang bertransaksi;
c) zakat.
B. Pengelolaan danPembagian SHU di BMT ESQ
Pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya yang
ada dalam Koperasi Syariah 165. Tim pengelola tersebut berasal dari luar
kepengurusan yang dtiunjuk kemudian diangkat oleh pihak pengurus koperasi.
Para pengelola BMT ESQ ini bertanggungjawab kepada Direktur Eksekutif
Koperasi Syariah 165. Di antara masing-masing pejabat pengelola tersebut tidak
satu pun yang merangkap peran sebagai pengurus Koperasi Syariah 165.
Pengelola BMT ESQ terdiri 4 orang yang masing-masing memegang
tugas:
1. Rudi Sugiarto, S.E.Sy.: Penanggungjawab Pengelola Harian;
2. Khaerani: Akunting;
3. Dwi Meilani: Teller;
4. Yusuf Ali Siregar, S.Kom.: Marketing.
69
Rudi Sugiarto memiliki latar belakang pendidikan S1 program studi
Perbankan Syariah, sedangkan Khaerani masih berkuliah S1 Akuntansi, Dwi
Meilanimasih SMK Jurusan Akuntansi, dan Yusuf Ali Siregar memiliki
pendidikan S1 Teknik Informatika. Selain itu dua di Antara mereka yakni Rudi
Sugiarto dan Khaerani pernah mengikuti Pelatihan Lembaga Keuangan Syariah
yang digelar oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ. Dan di antara keempat orang
pengelola BMT ESQ ini tidak memiliki hubungan keluarga.
Pada stempel dan kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya,
digunakan nama “BMT ESQ”.
Pendapatan BMT ESQ setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan
unit yang bersangkutan dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut:
4) dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi;
5) pemupukan modal BMT ESQ;
6) membiayai kegiatan lain yang menunjang BMT, sebagai berikut:
d) bagian untuk Koperasi Syariah 165;
e) anggota yang bertransaksi;
f) zakat.
70
Setelah laporan keuangan BMT ESQ dan laporan keuangan seluruh unit
usaha di Koperasi Syariah 165 dikonsolidasikan, selanjutnya pembagian dan
penggunaan Sisa Hasil Usaha di Koperasi Syariah 165 diputuskan oleh para
anggotanya melalui Rapat Anggota. Menurut Anggaran Dasar Koperasi Syariah
165, SHU tersebutdibagikan dengan ketentuan:
1) 25% untuk Dana Cadangan Koperasi
2) 50% untuk Anggota Berjasa dan Penyimpanan
3) 10% untuk Dana Kesejahteraan Karyawan
4) 15% untuk Dana Pendidikan
5) 2,5% untuk Dana Pembangunan Daerah Kerja
6) 2,5% untuk Dana Sosial
Jadi, laporan keuangan BMT ESQ sebagai UJKS akan terlebih dahulu
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan unit usaha lainnya yang ada di Koperasi
Syariah 165. Dari itulah keuntungan seluruh unit usaha dapat disatukan menjadi SHU
untuk diputuskan dibagikan atau tidaknya oleh para anggota Koperasi Syariah 165
melalui Rapat Anggota.
71
C. Penerapan UU No. 17 Tahun 2012 pada Pengelolaan dan Pembagian
SHU/Penggunaan Pendapatan di BMT ESQ
Pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya yang
ada dalam Koperasi Syariah 165, seperti yang dikatakan oleh Penanggungjawab
Pengelola Harian BMT ESQ, “Secara manajemen masih satu payung badan
hukum koperasi. Secara pencatatan akuntansi terpisah antara Koperasi dan
BMT, nantinya dikonsolidasi jadi satu laporan di Rapat Anggota. Koperasi itu di
bawahnya ada unit jasa keuangan syariah dan unit non-jasa keuangan seperti
perdagangan. Jadi BMT ini sebagai unit bisnis dari koperasi yang khusus
kegiatannya simpan pinjam”.1 Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang
berbunyi, “Pengelolaan Unit Jasa Keuangan Syariah dilakukan secara terpisah
dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan.”2
Tim pengelola BMT ESQ berasal dari luar kepengurusan yang ditunjuk
kemudian diangkat oleh pihak pengurus koperasi. Hal ini telah sesuai dengan
ketentuan yang berbunyi, “Pengurus koperasi wajib mengangkat pengelola atau
menugaskan salah satu dari pengurusnya sebagai pengelola.”3
Di antara masing-masing pejabat pengelola tersebut tidak satu pun yang
merangkap peran sebagai pengurus Koperasi Syariah 165, seperti yang dikatakan
oleh Penanggungjawab Pengelola Harian BMT ESQ, “Semua ditunjuk dari luar
1 Wawancara Pribadi dengan Rudi Sugiarto. Jakarta, 3 Maret 2014.
2Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
3 Ibid
72
pengurus, mulai dari Direktur.”4 Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang
berbunyi, “Apabila pengurus telah mampu mengangkat seluruh tenaga
pengelola, maka pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.”5
Rudi Sugiarto memiliki latar belakang pendidikan S1 program studi
Perbankan Syariah, sedangkan Khaerani masih berkuliah S1 Akuntansi, Dwi
Meilani masih bersekolah di SMK Jurusan Akuntansi danYusuf Ali Siregar
memiliki gelar S1 Jurusan Teknik Informatika. Selain itu dua di Antara mereka
yakni Rudi Sugiarto dan Khaerani pernah mengikuti Pelatihan Lembaga
Keuangan Syariah yang digelar oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ. Hal ini telah
sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Paling sedikit 50% (lima puluh
perseratus) dari jumlah pengelola wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan
atau pernah mengikuti pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di
lembaga keuangan syariah.”6
Di antara 4 orang pengelola BMT ESQ ini tidak memiliki hubungan
keluarga. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Diantara
pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu
menurut garis lurus kebawah maupun kesamping.”7
4 Wawancara Pribadi dengan Rudi Sugiarto. Jakarta, 3 Maret 2014.
5Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
6 Ibid
7 Ibid
73
Pada stempel dan kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya,
digunakan nama “BMT ESQ”, seperti yang dikatakan oleh Penanggungjawab
Pengelola Harian BMT ESQ, “Kita di stempel „BMT ESQ‟ saja, di kop surat
juga.”8 Hal ini belum sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Koperasi yang
melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah mendapatkan pengesahan
akta pendirian atau pengesahan perubahan anggaran dasar, wajib menggunakan
nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa keuangan Syariah pada
papan nama, stempel serta kop surat yang digunakan dalam melakukan
usahanya.”9
Pendapatan BMT ESQ setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan,
dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi;
digunakan untuk pemupukan modal BMT ESQ; dan membiayai kegiatan lain
yang menunjang BMT seperti bagian untuk Koperasi Syariah 165, anggota yang
bertransaksi, dan zakat. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi:
Pendapatan Unit Jasa Keuangan Syariah setelah dikurangi biaya
penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dipergunakan
untuk keperluan sebagai berikut :
a. dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan
nilai transaksi;
8 Wawancara Pribadi dengan Rudi Sugiarto. Jakarta, 3 Maret 2014.
9Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
74
b. pemupukan modal Unit Jasa Keuangan Syariah;
c. membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Jasa Keuangan
Syariah , sebagai berikut :
1) bagian untuk koperasinya;
2) anggota yang bertransaksi;
3) zakat.10
Setelah laporan keuangan BMT ESQ dan laporan keuangan seluruh unit
usaha di Koperasi Syariah 165 dikonsolidasikan, selanjutnya pembagian dan
penggunaan Sisa Hasil Usaha di Koperasi Syariah 165 diputuskan oleh para
anggotanya melalui Rapat Anggota. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang
berbunyi, “Pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Jasa
Keuangan Syariah harus diputuskan oleh Rapat Anggota.”11
Menurut Anggaran Dasar Koperasi Syariah 165, SHU tersebut dibagikan
dengan ketentuan 25% untuk Dana Cadangan Koperasi; 50% untuk Anggota
Berjasa dan Penyimpanan; 10% untuk Dana Kesejahteraan Karyawan; 15% untuk
Dana Pendidikan; 2,5% untuk Dana Pembangunan Daerah Kerja; dan 2,5% untuk
Dana Sosial.Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi:
10
Ibid 11
Ibid
75
Pembagian SHU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah
dikurangi dana cadangan dipergunakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sebagai berikut :
a. dibagikan kepada anggota secara adil berimbang berdasarkan
jumlah dana yang tertanamkan sebagai modal sendiri pada
koperasi dan nilai transaksi;
b. membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan
keterampilan bagi pengurus, pengawas, pengelola dan
karyawan koperasi;
c. insentif bagi pengelola dan karyawan;
d. keperluan lain dalam menunjang kegiatan koperasi;
e. pembagian dan penggunaan SHU dilakukan dengan
memasukkan komponen kewajiban (potongan) zakat atas
Badan Usaha Koperasi dan zakat atas perorangan sebelum
dibagikan kepada anggota yang bersangkutan.12
Namun, meskipun secara normatif telah sesuai, secara praktiknya
Koperasi 165 tidak melaksanakannya. Yang terjadi adalah seluruh SHU
dimasukkan ke Dana Modal Cadangan.
12
Ibid
76
BMT ESQ selama ini belum sepenuhnya mentaati peraturan yang dibuat
pemerintah agar aktifitas menjadi tertib. Masih ada beberapa poin yang harus
dipenuhi oleh BMT ESQ agar operasional menjadi lebih baik di mata hukum.
Sesuai TidakSesuai
1. Pengelolaan UJKS
terpisah dari unit lainnya
dalam koperasi.
2. Pengurus
koperasimengangkat
pengelola.
3. Pengurus tidak merangkap
sebagai pengelola.
4. 50% dari pengelola
mempunyai keahlian
dibidang keuangan atau
pernah mengikuti
pelatihan dibidang
keuangan Syariah.
5. Diantara pengelola tidak
mempunyai hubungan
keluarga.
1. Tidak menggunakan nama
UJKS pada papan nama,
stempel serta kop surat
2. Laba tidak dipergunakan
untuk dibagikan kepada
anggota secara berimbang
berdasarkan nilai
transaksi; pemupukan
modal; bagian untuk
koperasinya; zakat.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut regulasi yang berlaku, pengelolaan UJKS dilakukan secara terpisah
dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan. Pengurus koperasi wajib
mengangkat pengelola atau menugaskan salah satu dari pengurusnya sebagai
pengelola.
Paling sedikit 50% dari jumlah pengelola wajib mempunyai keahlian
di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang keuangan
syariah atau magang di lembaga keuangan syariah. Di antara pengelola tidak
boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu menurut garis
lurus ke bawah maupun ke samping.
Koperasi yang melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah
mendapatkan pengesahan akta pendirian atau pengesahan perubahan anggaran
dasar, wajib menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit
Jasa keuangan Syariah pada papan nama, stempel serta kop surat yang
digunakan dalam melakukan usahanya.
78
Pendapatan UJKS setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan
unit yang bersangkutan dibagikan kepada anggota secara berimbang
berdasarkan nilai transaksi;pemupukan modal UJKS; membiayai kegiatan lain
yang menunjang UJKS, seperti bagian untuk koperasinya;anggota yang
bertransaksi; dan zakat.
2. Pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya yang ada
dalam Koperasi Syariah 165. Tim pengelola tersebut berasal dari luar
kepengurusan yang ditunjuk kemudian diangkat oleh pihak pengurus
koperasi.
Pengelola BMT ESQ terdiri 4 orang. Satu orangmemiliki latar
belakang pendidikan S1 program studi Perbankan Syariah. Selain itu dua di
antara mereka pernah mengikuti Pelatihan Lembaga Keuangan Syariah. Dan
di antara keempat orang pengelola BMT ESQ ini tidak memiliki hubungan
keluarga.
Pada stempel dan kop surat yang digunakan dalam melakukan
usahanya, digunakan nama “BMT ESQ”.
Pendapatan BMT ESQ dipergunakan untuk dibagikan kepada anggota
secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; pemupukan modal BMT ESQ;
membiayai kegiatan lain yang menunjang BMT, seperti bagian untuk
Koperasi Syariah 165; anggota yang bertransaksi; dan zakat.
79
3. Kecuali pada stempel serta kop surat yang menggunakan nama “BMT ESQ”
yang belum sesuai dengan regulasi, dan penggunaan SHU yang
keseluruhannya dimasukkan ke Dana Modal Cadangan. Hal-hal mengenai
pengelolaan dan penggunaan pendapatan/pembagian SHU di BMT ESQ
lainnya telah sesuai dengan regulasi yang berlaku.
B. Saran
Untuk perbaikan pengelolaan di BMT ESQ, penulis memiliki beberapa
saran yang dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan di antaranya:
1. Mempertahankan hal-hal mengenai Pengelolaan dan Pembagian
SHU/Penggunaan Pendapatan BMT ESQ di atas yang telah sesuai dengan
peraturan.
2. Menggunakan nama “Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)” pada papan nama,
stempel serta kop surat yang digunakan dalam melakukan usaha.
3. Memberikan pelatihan jasa keuangan syariah kepada personel pengelola,
khususnya kepada yang belum pernah mengikuti pelatihan dan tidak memiliki
latar pendidikan ekonomi syariah.
4. Memasang papan nama dan petunjuk lainnya sebagai alat promosi serta
petunjuk untuk memudahkan bagi yang ingin mengunjungi BMT ESQ.
5. Mentaati seluruh ketentuan AD/ART yang telah disepakati anggota.
80
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pres, 2009.
Amin, A. Riawan. The Celestial Management. Jakarta: Senayan Abadi Publishing,
2008.
Arif, M. Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoretis dan
Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Djazuli, H. A. dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto. Perkoperasian: Sejarah, Yeori, &
Praktek. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004.
Hasanudin, Maulana dan Jaih Mubarok. Perkembangan Akad Musyarakah. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012.
Hendrajogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Jumantoro, Ibrahim. “Kesesuaian Syariah Produk Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan Mekanisme Akad, Accounting serta Penghitungan Margin yang
Diterapkan (Studi Kasus pada LKM Maju Makmur Purwokerto)”. Skripsi S1
81
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk
PelaksanaanKegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Madjid, Baihaqi Abd. dan Rasyid, Saifuddin A., Ed. Paradigma Baru Ekonomi
Kerakyatan Sistim Syari’ah: Perjalanan Gagasan & Gerakan BMT di
Indonesia (Baitul Maal wat Tamwil).Jakarta: PINBUK, 2000.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013.
Nur, Turiman Fachturahman. ”Penerapan Peraturan Kebijakan dalam Hukum Tata
Pemerintahan“.Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari
rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/05/penerapan-peraturan-
kebijakan-dalam.html.
Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman, Soedjodono. Ekonomi Skala
Kecil/Menengah & Koperasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004.
Pusat Bahasa Depdiknas RI.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
82
Rinda Astuti. Penilaian Kesehatan Keuaa: Penerngan pada Kospin Jasa Syariah
Pekalongan sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah. (Jurnal Penelitian
Vol.8, No. 1, Mei 2011. h. 131 – 156).
Sani, Syahrul. “Deadline 3 Tahun Koperasi Simpan Pinjam Wajib Aplikasikan UU
17 Tahun 2012”. Artikel diakses pada 21 April 2014 dari
rri.co.id/index.php/berita/54738/Deadline-3-Tahun-Koperasi-Simpan-Pinjam-
Wajib-Aplikasikan-UU-17-Tahun-2012#.U1SWwfKjZLs.
Sariwulan, Tuty. “Baitul Maal wat Tamwil Dipandang dari Sudut Agama serta
Sejarah Berdirinya di Indonesia”. EconoSainsVol. X. No. 1 (Maret 2012): h.
64 – 70.
Sariwulan, Tuty. “Baitul Maal wat Tamwil Dipandang dari Sudut Agama serta
Sejarah Berdirinya di Indonesia”. EconoSainsVol. X, No. 1 (Maret 2012).
Sinaga, Pariaman, dkk., ed. Koperasi dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
Sinn, Ahmad Ibrahim Abu. Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi.
Sleman: Ekonisia, 2007.
83
Sugianto. “Denyut Koperasi Syariah”. Artikel diakses pada 4 Januari 2013
dariwww.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=94
8:denyut-koperasi-syariah&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98.
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
Widodo, Hertanto, dkk. PAS (Panduan Akuntansi Syariat): Panduan Praktis
Operasional Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Jakarta: Penerbit Mizan, 2000.
HASIL WAWANCARA
Narasumber
Nama : Rudi Sugiarto, S.E.Sy.
Jabatan : Penanggungjawab Pengelola Harian
Tempat : Kantor BMT ESQ
Waktu : 14.00 – 15.00
Hari, Tanggal : Senin, 3 Maret 2014
1. Apakah pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya dalam
Koperasi Syariah 165?
Secara manajemen masih satu payung badan hukum koperasi. Secara pencatatan
akuntansi terpisah antara Koperasi dan BMT, nantinya dikonsolidasi jadi satu laporan di
Rapat Anggota. Koperasi itu di bawahnya ada unit jasa keuangan syariah dan unit non-
jasa keuangan seperti perdagangan. Jadi BMT ini sebagai unit bisnis dari koperasi yang
khusus kegiatannya simpan pinjam.
2. Apakah pengelola BMT ESQ diangkat oleh pengurus Koperasi Syariah 165?
Betul. Karena BMT sebagai unit usaha Koperasi.
3. Apakah pengelola BMT ESQ ada yang merangkap sebagai Pengurus Koperasi
Syariah 165?
Tidak ada. Semua ditunjuk dari luar pengurus, mulai dari Direktur.
4. Berapakah jumlah pengelola BMT ESQ?
Ada empat.
5. Berapa persen dari jumlah pengelola mempunyai keahlian di bidang
keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang keuangan syariah atau
magang di lembaga keuangan syariah?
Dari segi pengelola, memang masih minim untuk masalah ilmu terkait kelembagaan
keuangan, memang masih perlu ditingkatkan. Sekitar 50%.
6. Apakah di antara pengelola mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu
menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping?
Tidak ada hubungan keluarga. Ada satu keluarga, keluarga muslim.
7. Apakah BMT ESQ menggunakan nama ‘Unit Jasa Keuangan Syariah’ pada papan
nama, stempel , dan kop suratyang digunakan dalam melakukan usahanya?
Ini tidak muncul, kita di stempel ‘BMT ESQ’ saja, di kop surat juga.
8. Apakah pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha Koperasi Syariah 165
diputuskan oleh Rapat Anggota?
Iya, pasti.
Ttd,
Rudi Sugiarto, S.E.Sy.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama :Burhani Ash-shiddiqi
NIM :107046101892
Tempat, TanggalLahir : Cirebon, 30 Oktober 1989
Alamat : Jl. Kesehatan VI No.27b RT.008/RW.011 Bintaro,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. 12330.
No. Hp. : 085693514375
Nama Ayah :NurIbad
NamaIbu :SitiHikayahSetiawati
Alamat Orang Tua :idem
No. Hp. Orang Tua : 08128820694
Ttd,
Burhani Ash-shiddiqi