1
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PROMOSI JABATAN
DI BKD PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
Disusun dan Diajukan Oleh
SAHIRAH
Nnomor Stambuk : 105610432811
PROGRAN STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
2
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PROMOSI JABATAN
DI BKD PEMERINTAHAN KOTA MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
SAHIRAH
Nomor Stambuk : 10561 04328 11
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
3
4
5
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Sahirah
Nomor stambuk : 10561 04328 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
tuntunan dari pihak lain atau telah ditulis/ di publikasikan orang lain atau
melakukan plagiat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 24 Agustus 2015
Yang menyatakan
Sahirah
v
6
ABSTARAK
SAHIRAH. Pengarusutamaan Gender dalam Promosi Jabatan Di BKD Kota
Makassar (dibimbing oleh Budi Setiawati dan Burhanuddin)
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam mewujudkan
upaya kesetaraan gender melalui pelaksanana pengarusutamaan gender, yang
dimana isu gender diutamakan dalam pembangunan dan pemberdayaan
perempuan. Namun yang tidak kalah penting dalam upaya mewujudkan
kesetaraan gender di pemerintahan adalah adanya political will dari pemerintahan
itu sendiri, termasuk kebijakan-kebijakan yang sensitif gender, termasuk
kebijakan yang memberikan peluang kepada PNS perempuan dalam menduduki
jabatan strategis dipemerintahan melalui promosi jabatan. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti terdorong untuk melihat proses pengarustamaan gender dalam
promosi jabatan di BKD Kota Makassar
Jenis Penelitian adalah Deskriptif Kualitatif yang berusaha mengambarkan
kegiatan yang terjadi di lingkungan kantor BKD. Melalui obesrvasi, wawancara
dan dokumen. Informan yang berasal dari pegawai yang ada dikantor BKD
terkhusus bagi terkait yang akan diteliti dan pegawai yang mengalami promosi
jabatan. Hasil dari itu yang kemudian dikembangkan berdasarkan denga data-data
yang diperoleh setelah observasi dan proses wawancara, yang selanjutkan ditarik
kesimpulan berdasarkan dengan triagulasi data yang dilakukan yaitu dengan
melihat sumber data, teknik pelaksanaan dan waktu yang dibutukan selama
pelaksanaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pengarustaaan gender
dalam promosi jabatan itu terkait dalam tiga hal yaitu akses pegawai terhadap
promosi jabtan itu adanya perbedaan informasi bagi setiap pegawai. Partisipasi
juga menunjukkan tidak adanya keterlibatan setiap pegawai dalam promosi
jabatan kecuali yang memiliki tugas. Serta kewenangan seorang pegawai dalam
promosi jabatan itu tidk ada kecuali adanya utusan dari atas atasan.
Keyword: Pengarustamaan Gender, Promosi Jabatan
vi
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Pengarusustamaan Gender dalam Promosi jabatan di BKD
Kota Makassar”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah menemani penulis selama ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada yang tercinta terkhusus dan teristimewa untuk Kedua
Orang tua Penulis yaitu Ayahanda Tune dan Ibunda Hj. Andi Rosma, orangtua
yang tiada henti-hentinya mendoakan dan memberikan dorongan baik moril
maupun materil, kepercayaan, kesabaaran, serta senantiasa menggalungkan doa
dan kasih sayang yang tak henti-hentiya kepada Penulis. Doa dan didikan yang
selalu diberikan penulis sampai sekarang ini menjadi motivasi terbesar penulis
dalam menyelesaikan studynya. Teruntuk Kakak-kakak tercintaku Muh Ridwan
Tune, SE, Rustan Tune, Rosdiana Tune, Amd. Kep, Tasmiyah Tune, S.Hut, St.
Khadijah Tune, SH yang selalu mencintai, menyayangi penulis dan memberikan
perhatian, kasih sayang dan motvasi atas curahan penulis. Dan untuk
keponakanku tersayang Muh Salman alFarizy, Muh Faizul, Muh Raja, Aufar,
vii
8
Muh A‟raf, Aniqah Sakiah, Muh Al-Waleed. Serta keluarga Besar Andi
Makkarodda dan Hj. Andi Gallong atas doa, dukungan dan Perhatiannya selama
ini. Terima kasih Untuk semuanya, semoga Amal kebaikannya di terima di sisi
Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
Selain itu pula terselesainya ini juga berkat dukungan yang berbaga dari
pihak. Oleh karena itulah dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimah kasih
dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Irwan Akib M.Pd, selaku rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Bapak Drs. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah makassar
3. Ibunda Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr.
Burhanuddin, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Bapak Dr. Burhanuddin, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar
5. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Si Selaku Panasehat Akademik selama
kuliah. Terima kasih atas motivas dan bimbingannya selama ini.
6. Para Bapak dan ibu Dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik yang
selama ini memberikan ilmu-ilmunya kepada penulis serta dorongan dan
semangat yang selalu diberikan.
viii
9
7. Seluruh Staf pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang senantiasa
membantu penulis dalam dalam segala pengurusan administrasi penulis.
8. Seluruh pegawai Kantor Badan Kepegawaan Kota Makassar yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis serta senantiasa
membantu penulis dalam melengkapi data-data penulis.
9. Para Sahabat-sahabat penulis Choky-Choky with Rangers ( ningsi, Nurul,
Anda Lusi, Eka, Fitto) dan sahabat kecilku ( Fitri, Ulfa, Monic, dan Ani) serta
Sahabat Teletubies ( Ukki aan anto dan andri) yang selama ini selalu ada
untuk penulis dalam suka maupun duka.
10. Terkusus untuk Sahabat terbaik ku Sulaeha yang selama ini selalu ada untuk
penulis memberikan motivasi dan semangat untuk selama ini yang selalu ada
dan menemani penulis sampai tahap penyelesaian.
11. Teman-teman SMAN 1 Belawa yang selalu menemani setiap saat penulis
yaitu aji, andis, yaya, Indah, bidah, sakinah, unnu.
12. Terkhusus untuk sahabat LKIM-PENA dan teristimewa Diklat 7 (The
Rainbow Castle) sebagai saudara yang selalu memberikan perhatian dan
dorongan kepada penulis. Kalian adalah saudara terhebat.
13. Para Teman-teman Pengurus Himpunan Mahaisswa Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik ( HUMANIERA)
14. Para teman-teman Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Ilmu sosial dan
Ilmu Politik (BEM FISIP) Universitas Muhammadiyah Makassar.
15. Para teman-teman Pengurus Himpunan Mahasisswa Pelajar Wajo Komisariat
Belawa ( HIPERMAWA)
ix
10
16. Para Kakanda-kanda senior yang selalu memberikan bimbingan, Kajian
berbagi pengalaman kepada penulis Kakanda Andi Sul Haris Hasan, S.Sos,
Wahyudi Aswad S.Sos, Kakanda Akshrullah S.Sos, Kakanda Wahyuddin,
S.Pd, Kakanda Irwanto S.Pd, Kakanda Ilham SulHidayat S.Pd, Kakanda
Sandi Pratama S.Pdi. Kakanda Susiyanti, Kakanda Arman, Kakanda Awa
17. Teman-teman sejurusan angk. 2011 terkhusus Kelas G yang selalu
meramaikan kelas kalian adalah teman terbaik.
18. Teman-teman KKP Kecamatan terkhusus kelurahan Buloa ( Miranti, leli.
Fikal dan Arman)
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang baerarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 01 September 2015
Sahirah
x
11
DAFTAR ISI
Halaman pengajuan Judul ................................................................................ i
Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii
Halaman PernayataanKeaslian Karya Tulis ..................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................. iv
Kata Pengantar ................................................................................................. v
Daftar isi ........................................................................................................... vi
Daftar Tabel ..................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep, dan Teori ....................................................... 10
1. Pengarusutamaan Gender ......................................................... 10
2. Kesetaraan Gender ................................................................... 15
3. Keadilan gender ....................................................................... 16
4. Kesenjangan Gender ................................................................ 16
5. Promosi jabatan ........................................................................ 16
a) Konsep promosi jabatan ..................................................... 16
b) Asas-asas Promosi Jabatan ................................................. 18
c) Tujuan Promosi Jabatan ..................................................... 19
d) Dasar-Dasar Promosi Jabatan ........................................... 21
e) Syarat-Syarat Promosi Jabatan ........................................... 22
f) Jenis-Jenis promosi Jabatan ............................................... 26
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 28
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 29
D. Deskriptif Fokus Penelitian ............................................................ 30
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 33
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................ 33
C. Sumber Data ................................................................................... 34
D. Informan Penelitian ........................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 35
xi
12
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 36
G. Pengabsahan Data .......................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Objek Penelitian ........................................................... 38
1. Deskriptif Lokasi Penelitian .................................................... 38
2. Aspek Sejarah BKD Kota Makassar ....................................... 38
3. Visi dan Misi BKD Kota Makassaar ....................................... 39
4. Tujuan dan Sasaran BKD Kota Makassar ............................... 39
5. Struktur Organisasi BKD Kota Makassar ............................... 40
6. Tugas Pokok dan Fungsi ......................................................... 41
7. Sumber Daya Manusia ............................................................ 45
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 48
1. Akses dalam Promosi Jabatan ................................................. 49
2. Partisipasi dalam Promosi Jabatan .......................................... 61
3. Kewenangan dalam Promosi Jabatan ...................................... 74
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 86
B. Saran ....................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Informan Penelitian...................................................................... 34
Tabel 2. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai .......................................................... 42
Tabel 3. Daftar Pegawai Berdasarkan Golongan ................................................. 45
Tabel 4. Daftar Pegawai Berdasarkan Eselon ...................................................... 46
Tabel 5. Daftar Profil Informan Penelitian ........................................................... 47
Tabel 6. Daftar Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin 2014...................... 57
Tabel 7. Daftar Nama-nama Anggota Baperjakat ................................................. 63
Tabel 8. Daftar Jumlah Pegawai yang mengalami Promosi Jabatan .................... 69
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu kesetaraan gender dan keadilan gender yang telah menjadi isu dunia
yang semakin mendapat perhatian dan menjadi bagian dari kesepakatan dunia
yang menyangkut hak-hak asasi manusia, karena pada kenyataanya, selama ini
perempuan mendapat diskriminasi yang melanggar hak asasi manusia serta
penghormatan atas diri perempuan sebagai manusia. Ketidakadilan dan
ketidaksetraan gender dapat dilihat dari hasil penelitian Burnama (2010) bahwa
konflik peran ganda yang dialami oleh pegawai perempuan dapat mempengaruhi
kinerja mereka dikantor, namun tidak memiliki spesifikasi bahwa para pegawai
perempuan tersebut bekerja diorganisasi birokrasi/pemerintahan.
Mengapa sampai saat sekarang ini tuntunan keterwakilan perempuan
dalam berbagai lembaga pengambilan keputusan masih terus berkembang dan
dianggap penting? Karena kenyataanya berbagai persoalan yang muncul
diberbagai bidang dan diberbagai belahan dunia tidak lepas dari persoalan masih
dominannya perlakuan yang diskriminatif terhadap perempuan sehingga
kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pengangguran bahkan juga berbagai tindakan
kekerasan sangat rentan menjadikan perempuan sebagai korban. Dalam konteks
demokratisasi pelibatan perempuan dalam pembangunan dan pengambilan
keputusan publik merupakan sebuah keharusan karena isu strategis pembagunan
saat ini memang menyangkut tiga hal yaitu peningkatan kualitas hidup, pelibatan
peran serta masyarakat, dan juga pelestarian lingkungan hidup. Tanpa adanya
1
2
pelibatan masyarakat dan juga kaum perempuan khususnya maka akan sangat
sulit dalam pencapaian secara optimal aspek kualitas hidup dan juga pelestarian
alam.
Partisipasi dan keterwakilan mereka dalam perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan merupakan salah satu langkah nyata untuk mencapai
kondisi yang adil bagi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
Keterlibatan perempuan dalam berbagai aktivitas pembangunan dan
pengambilan keputusan merupakan tindakan yang sangat realistis karena jumlah
perempuan di Indonesia memang mencapai 50% lebih jumlah penduduk. Karena
nya sangatlah wajar apabila kaum perempuan diberdayakan agar dapat berperan
aktif dalam proses pengambilan keputusan. Namun sayang meskipun secara
konstitusional perempuan diakui sama kedudukannya dengan laki-laki sebagai
warga negara untuk bisa mengambil bagian dalam berbagai segi kehidupan baik
politik, ekonomi, hukum, sosial, maupun budaya, namun dalam praktek
pengakuan secara konstitusional tersebut masih sebatas bersifat normatif. Hal ini
sangat jelas terlihat dalam praktek kehidupan politik dan pemerintahan.
Keterwakilan perempuan dalam perlemen maupun dilembaga pemerintahan masih
sangat kecil jumlahnya terlebih jika pusatkan perhatian pada keterlibatan
perempuan dalam jabatan-jabatan strategis.
Di Indonesia, masih belum ada kebijakan lainnya mengenai kuota
minimal perempuan selain di lembaga legislatif, oleh karena itu untuk organisasi
birokrasi pemerintah pun juga menggunakan kebijakan tersebut. Pada dasarnya,
3
penentuan kuota minimal 30% pada lembaga legislatif tersebut dicetuskan karena
jumlah laki-laki lebih banyak diperlemen sehingga dapat disebut sebagai politik
maskulinitas.
Catatan ketenagakerjaan di Indonesia juga menunjukkaan bahwa
keterlibatan perempuan dalam sektor publik belumlah memuaskan. Sebagai
contoh misalnya bahwa meskipun dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2003
mengamanatkan aksi afirmasi mengenai kuota 30% perempuan dalam lembaga
legislatif , akan tetapi sampai pemilu 2009 jumlah perempuan dalam perlemen
masih sangat jauh karena hanya kisaran 9 % sementara anggota perlemen laki-laki
mencapai 91 %. Karena dalam struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan di
perlemen, di pemerintahan maupun di lembaga yudikatif, perempuan sangat
menjadi kecil pengaruhnya sehingga sangat signifikan terjadinya silent majority.
Padahal semestinya potensi perempuan yang besar ini diberdayakan sehingga
mampu memperkuat lahirnya kebijakan-kebijakan dan program-program
pembangunan yang berkeadilan, khususnya bagi kaum perempuan.
Pelibatan perempuan dibidang pemerintahan juga menjadi semakin
penting, bukan hanya dalam kerangka efektivitas pemanfaaatn sumberdaya
pembangunan, tetapi juga dalam kerangka pemerataan kesempatan bagi
perempuan dalam proses pengambilan keputusan dipemerintahan. Tentu saja
kepentingan tersebut bukan hanya diperlukan upaya peningkatan jumlah
perempuan yang masuk dalam bidang pemerintahan sebagai pegawai negeri sipil,
akan tetapi juga bagaimana peningkatan kualitas kesetaraan mereka dengan kaum
laki-laki untuk dapat bersaing meraih jabtan-jabatan strategis dipemerintahan.
4
Upaya mewujudkan kesetaraan gender didalam praktek di pemerintahan
bukanlah persoalan yang mudah, karena dituntut juga adanya itikad baik (good
will) dari kaum laki-laki. Budaya patriakhi yang masih dominan dalam
masyarakat kita tentu saja akan menjadi salah satu hal yang tidak mudah ntuk
memunculkan itikad baik dari kaum lakilaki. Mengapa ? karena budaya adalah
nilai-nilai yang sudah tertanam kuat di masyarakat yang tidak jarang diyakini
sebgai sebuah kebenaran dan mempengaruhi cara orang dalam melihat realitas.
Meskipun demikian tidak berarti budaya patriakhi dalam masyarakat kita tidak
bisa berubah dalam memandang kehadiran perempua area publik. Hal ini
disebabkan budaya bersifat dinamis yang dapat berubah oleh karena respon
terhadap perubahan realitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Susie Jolly yang
menyatakan bahwa: people are influenced and formed bt their cultural
enviromments. At the same time, they influence and build the cultures around
them, changing them as they resist, and reinforcing and recreating them as they
conform”(2002). Sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi CEDAW (
Convention The Elimination of All Fromsof Descrimination Against Women).
Tentu pemerintah memiliki kewajiban untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam
konvensi yang disetujui oleh sidang majelis umum PBB tanggal 18 Desember
1979 tersebut negara-negara peserta sepakat mengutuk diskriminasi terhadap
wanita dalam segala bentuknya dan akan menjalankan kesepakatan tersebut secara
tepat tanpa ditunda-tunda.
Namun disisi lain, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen
dalam mewujudkan upaya kesetaraan gender melalui pelaksanana
5
pengarusutamaan gender, yang dimana isu gender diutamakan dalam
pembangunan dan pemberdayaan perempuan. Terdapat kebijakan-kebijakan yang
memberikan peluang untuk PNS perempuan dalam memperoleh jabatan-jabatan
strategis di pemerintahan dan organisasi publik. Salah satunya dengan inpres
Nomor 9 tahun 2009 Tentang Pengarusutamaan Gender yang diamanatkan untuk
dilaksanakan oleh semua Lembaga Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah.
Menurut Data Badan Kepegawaian Negara (2014) bahwa jumlah
prosentasi pegawai negeri sipil menurut jenis jabatan dan jenis kelamin secara
struktural seluruh Indonesia ( yang menduduki jabatan struktural eselon I-V pada
pemerintahan pusat), yaitu: pada eselon I jumlah keseluruhan dari pegawai yaitu
662 jiwa yang terdiri dari 529 laki laki dan 133 perempuan dengan prosentase
21.38%, eselon II berjumlah 13.194 jiwa yang terdiri dari 11.209 laki-laki dan
1.985 perempuan dengan prosentase 15.04%, Eselon III berjumlah 61.810 jiwa
terdiri dari 49.080 laki-laki dan 12.730 perempuan dengan prosentase 20.59%,
Eselon IV berjumlah 194.782 terdiri dari 129.752 laki-laki dan 65.030 perempuan
dengan prosentase 33.38%, dan pada eselon V berjumlah 2.297 terdiri dari 5.022
laki-laki dan 2.275 perempuan dengan prosentase 29.57%. Dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat ketimpangan gender dilingkungan organisasi birokrasi
khusunya pada jabatan struktural , bahkan secara struktural pun masih kurang dari
30% walaupun hampir memenuhi kuota. Terlebih lagi mengacu pada pada jabatan
eselon II , jumlah pejabat struktural secara keseluruhan wanita hanya berkisar
14.04% dari jumlah keseluruhan.
6
Perlu adanya tingkatan dari setiap pegawai khususnya kaum perempuan
agar dalam menunjang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam
mendapati posisi jabatan yang lebih memungkinkan. Salah bentuk yang dapat
dilakukan agar tidak terjadi kesengajaan dalam posisi jabatan antara laki-laki dan
perempuan adalah promosi jabatan. Kesenjangan yang terjadi ini disebabkan
kurangnya pemahaman mengenai pentingnya sebuah situasi dan kondisi yang
sama, seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh peluang,
partisipasi, kesempatan, manfaat dan kontrol dalam melaksanakan dan menikmati
hasil pembangunan, baik didalam maupun diluar rumah tangga. Melalui
pemahaman bahwa tanggung jawab, fungsi, peran, kesempatan, peluang dalam
kehidupan sosial merupakan tanggung jawab bersama baik laki-laki maupun
perempuan serta mempunyai andil yang seimbang terhadap pembangunan
diberbagai sektor, diharapkan mampu meminalisasikan permasalahan diberbagai
sektor dalam kehidupan.
Pemahaman yang berasal dari ilmu dan pengetahuan ini diperlukan suatu
sosialisasi yang konsistensi dan berkasinambungan dari lemabaga terkait. Proses
sosialsiasi atau penyampaian, penyebaran informasi, mengenai pengarusutamaan
gender akan maksimal apabila terjadi dilapangan, sehingga dalam proses
pengambilan kebijakan dapat mengkoordinir kepentingan dari masyarakat.
Namun yang tidak kalah penting dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender di
pemerintahan adalah adanya political will dari pemerintahan itu sendiri, melalui
kebijakan-kebijakan yang sensitif gender, termasuk kebijakan yang memberikan
peluang kepada PNS perempuan dalam menduduki jabatan strategis
7
dipemerintahan. Olehnya itu, wujud dari proses implementasi dari
pengarusutamaan gender di mulai dengan adanya lembaga yang dapat
menerapkan sedimkian mungkin proses pengarusutamaan gender ini.
Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar merupakan lembaga yang
bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian
daerah khusunya Kota makassar. Berdasarkan hal tersebut maka aspek aspek yang
mendukung segala bentuk dan fungsi BKD Kota Makassar haruslah berkualitas
dan profesional salah satunya adalah sumber daya manusianya. Salah satu fungsi
dari BKD yaitu melaksanakan pengangkatan atau promosi jabatan kepada
Pegawai Negeri sipil. Segala bentuk dan proses terhadap pelibatan perempuan itu
berdasarkan dengan kegiatan yang dilaksanakan dalam kantor BKD ini. Oleh
karena itu menarik untuk melihat sejauh mana kebijakan kebijakan tersebut
memberikan dampak terhadap peluang PNS perempuan dalam memperoleh
jabatan jabatan startegi dipemerintahan. Terbukanya akses dan peluang yang
setara dengan laki-laki untuk memperoleh dan menduduki jabatan-jabatan
starategsi di pemerintahan pada hakekatnya akan menjadi parameter dari kualitas
kesetaraan gender.
Berdasarkan masalah yang telah dibahas diatas mengenai yang terjadi saat
sekarang ini pada ketimpangan gender terhadap hak-hak seorang Pegawai Negeri
Sipil dalam menduduki njabatan startgeis di rana pemrintahan, maka dapat di tarik
sebuah konsep untuk peningkatan kebijakan pemerintahan dalam proses
kesetaraan gender melalui “Pengarusutamaan Gender Dalam Promosi Jabatan Di
BKD Pemerintahan Kota Makassar.
8
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari proposal ini dilihat dari latar belakang
pembahasan maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana akses dalam promosi jabatan di BKD Pemerintahan Kota
Makassar?
2. Bagimana partisipasi dalam promosi jabatan di BKD Pemerintahan Kota
Makassar?
3. Bagimana kewenangan dalam promosi jabatan di BKD Pemerintahan Kota
Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui akses dalam promosi jabatan di BKD Pemerintahan Kota
Makassar
2. Untuk mengetahui partisipasi dalam Promosi Jabatan Di BKD Pemerintahan
Kota Makassar
3. Untuk mengetahui Kewenangan dalam Promosi jabatan di BKD Pemerintahan
Kota Makassar
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan penulis dalam mengkaji tentang pengarusutamaan
gender dalam promosi jabatan bagi para pegawai terkhusus pelibatan
perempuan dalam jabatan struktural.
9
2. Manfaat praktis
Bagi Pemerintah
Sebagai acuan bagi pemerintah dalam meningkatkan kodrat seorang
perempuan serta memeberikan kesempatan kepada perempuan untuk
menjabat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep dan Teori
1. Pengarusutamaan Gender
Di Indonesia sendiri pada bulan Desember 2000 diterbitkan Instruksi
Presiden No.9 tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender. Presiden
memberikan instruksi kepada Menteri, Kepala Lembaga Pemerintahan Non-
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi/Tinggi Negara, Panglima
Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung
Republik Indonesia, Gubernur, Bupati/Walikota, untuk melakukan penyusunan
program dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan
memertimbangkan permasalahan kebutuhan aspirasi perempuan pada
pembangunan dalam kebijakan, program dan kegiatan. Strategi tersebut dapat
dilaksanakann melalui sebuah proses yang memasukkan analisia gender ke dalam
program kerja, pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan
perempuan dan laki-laki ke dalam proses pembangunan.
Sejak diberlakukannya instruksi presiden sebagaimmana yang dimaksud di
atas, Implementasi Pengarusutamaan Gender (UG) belum berjalan optimal sesuai
dengan yang diamanatkan di dalam inpres tersebut. Dalam upaya pengoptimalan
pelaksanaan stretegi tersebut, pemerintah mencantumkannya dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu menjadi salah
satu arah pembangunan di dalam misi 2 untuk mewujudkan bangsa yang berdaya
saing, adalah pemberdayaan perempuan dan anak. Hal ini diwujudkan melalui
10
11
peningkatan kualitas hidup perempuan, kesejahteraan perlindungan anak,
penurunan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi serta penguatan kelembagaan
dan jaringan PUG.
Kata gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin.
Menurut Oakley (1972) dalam Fakih (2013:71), gender diartikan sebagai
perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara
sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan
diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang.
Sedangkan menurut Caplan dalam Fakih (2013:72) menguraikan bahwa
perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan tidaklah sekadar biologi,
namun melalui proses sosial dan kultural. oleh sebab itu gender berubah dari
waktu ke waktu, dari tempat ke tempat bahkan dari kelas ke kelas
Menurut Fakih dalam Analisis Gender dan Transformasi Sosial (2013:8)
gender berarti suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
dikosntruksi secara sosial dan kultural.
Perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan
perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal
diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara
sosial atau kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara.
Jadi gender dapat diartikan sebagai suatu sifat atau perilaku yang melekat
pada diri seseorang yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan tempat
dimana keadaan seseorang melakukan sebuah tindakan.
12
Konsep PUG pertama kali muncul pada saat Konfrensi PBB untuk
perempuan IV di Beijing Tahun 1995. PUG terjemahan dari bahasa inggris gender
mainstreaming adalah strategi agar kebutuhan dan pengalaman perempuan dan
laki-laki menjadi bagaian tak terpisahkan dari desain, implementasi, monitoring
dan evaluasi kebijakan dan program dalam seluruh lingkup politik, ekonomi,
sosial sehingga perempuan dan laki-laki sama-sama mendapatkan keuntungan dan
ketidakadilan tak ada lagi.
Menurut Soejipto (2010:48) Pengarusutamaan gender adalah suatu strategi
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program
yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan
perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
Pengarusutaman gender adalah proses untuk menjamin perempuan dan
laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, memperoleh
manfaat pembangunan dan pengambilan keputusan yang sama disemua tahapan
proses pembangunan dan seluruh proyek, program dan kebijakan pemerintah
(Inpres 9/2000 Tentang PUG dalam Pembangunan Nasional).
Adapun tujuan dari pengarusutumaan gender yaitu:
a. Terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berspektif
gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
13
b. Menarik perempuan kedalam arus utama pembangunan bangsa dan
masyarakat sebagai warganegara yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dengan laki-laki.
c. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di dalam keluarga, masyarakat,
bangsa, dan Negara melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan Nasional
yang telah ada.
Titik tolak utama dalam PUG adalah analisa yang menyeluruh terhadap
situasi pembangunan. Menurut Hartian Silawati (2006:21) ada tiga prinsip utama
dibelakang PUG yaitu:
a. Menumbuhkan individu sebagai seutuhnya, prinsip ini berasal dari paradigma
political of diffrence (politik perbedaan) yang melihat laki-laki dan
perempuan sebagai orang yang mampu memikul tanggung jawab masing-
masing. Kemanusian laki-laki dan perempuan harus mendapatkan
penghargaan dan penghormatan yang sama karena mereka sama-sama lahir
sebagai manusia, yang berhak untuk hidup dengan mulia. Hal ini sesuai
dengan prinsip Hak Asasi Manusia yang mengganggap laki-laki dan
perempuan sebagai manusia yang sama-sama memiliki hak-hak dasar yang
harus dilindungi.
b. Demokrasi. Perlu diselenggarakan forum-forum dimana perempuan daan
laki-laki dapat menyuarakan kebutuhan dan aspirasinya. Merekalah yang bisa
memastikan agar sumber daya dialokasikanberdasarkan kebutuhan pemangku
kebutuhan.
14
c. Fairness, Justice, dan Equity
Inti dari prinsip Fairness, Justice, dan Equity (pemerataan, penegakan
hukum, dan kesetaraan). Ini adalah yang disebut keadilan sosial. Inilah salah
satu alasan utama mengapa PUG harus dilakukan. Prinsip ini mengakui
adanay ketidakadilan sosial dalam pengalokasian sumber daya, yang akan
memudahkan kita melakukan langkah-langkah untuk menghilangkannya.
Dari ketiga prinsip diatas, jelas bahwa keadilan gender adalah nilai
fundamental dalam pemenuhan dan promosi hak-hak asasi manusia.
Mengarusutamakan keadilan gender berarti membawa laki-laki dan perempuan ke
dalam proses pengambilan keputusan tentang alokasi sumber daya, dan manfaat
pembangunan.
Menurut Hasyim Maulana T (2006:52) manfaat PUG yaitu:
a. Pemerintah dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam menerbitkan
kebijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif gender, perempuan dan
laki-laki.
b. Kebijakan dan pelayanan publik serta program perundang-undangan yang
adil dan responsif gender akan membuahkan manfaat yang adil bagi semua
rakyat perempuan dan laki-laki.
c. PUG merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki
atas kesempata yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang
sama dimasyarakat.
d. PUG mengantar kepada pencapaian kesetaraan gender dan karenanya PUG
meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah.
15
e. Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan sosial politik dan
ekonomi suatu bangsa.
2. Kesetaraan Gender
Menurut Soejipto dalam Pengarusutamaan Gender dalam perlemen, studi
terhadap DPR dan DPD (2010:86) Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi
bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional
(hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya
kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan
dengan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara
dan adil dalam pembangunan. Adapun indikator dari kesetaraan gender adalah
sebagai berikut:
a. Akses
Yang dimaksud dengan aspek akses adalah peluang atau kesempatan
dalam memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu.
Mempertimbangkan bagaimana memperoleh akses yang adil dan setara
antara perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya yang akan dibuat.
Sebagai contoh dalam hal promosi jabatan bagi pegawai pemerintah
adalah akses memperoleh informasi ataupun kedudukan untuk pegawai
perempuan dan laki-laki diberikan secara adil dan setara atau tidak.
16
b. Partisipasi
Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan atau partisipasi seseorang atau
kelompok dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan. Dalam
hal ini pegawai perempuan dan laki-laki apakah memiliki peran yang sama
dalam pengambilan keputusan atau tidak.
c. Kontrol
Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan dalam
mengambil keputusan. Dalam hal ini apakah pemegang jabatan sebagai
pengambil keputusan didominasi gender tertentu atau tidak. Termasuk
pada aspek ini adalah mengenai atribusi dan delegasi.
3. Keadilan Gender
Keadilan gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap
perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan
peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap
perempuan maupun laki-laki.
4. Kesenjangan Gender
Dikatakan terjadi kesenjangan gender apabila salah sau jenis kelamin
berada dalam tertinggal dibandingkan jenis kelamin lainnya. Hal ini dimaksdukan
perbedaan sistem perempuan dan laki-laki jadi korban dari sistem tersebut.
5. Konsep Promosi Jabatan
a. Pengertian Promosi Jabatan
Pengertian promosi jabatan menurut Hasibuan (2006:108) adalah promosi
jabatan merupakan perpindahan yang memperbesar authority dan responsibility
17
karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam suatu organisasi sehingga hak,
status, dan penghasilan mereka akan semakin besar. Hal ini berarti seseorang
memperoleh promosi jabatan akan memiliki kewenangan dan tanggung jawab
yang lebih besar karena memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Selain itu efek
yang ditimbulkan adalah hak, status, dan penghasilan yang berupah gaji/upah dan
tunjangan lainnya, akan bertambah dibandingkan dengan jabatan yang diperoleh
sebelumnya.
Menurut Edwin B Flipo dalam Hasibuan (2006:108) mengungkapkan A
promotion involves a change from one job to another job that is better in terms
status and responsibility. Ordinary the change to the higher job is accompanied
by increased pay and privileges, but not always. (promosi berarti perpindahan dari
suatu jabatan kejabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang
lebih tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan
peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun tidak selalu demikian).
Pendapat lain dari Siagian (2009:169) mengungkapkan pengertian dari
promosi jabatan yaitu perpondahan pegawai dari suatu jabatan kepada jabatan
yang lebih tinggi serta diikuti oleh tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang
lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya. Dan pada umumnya promosi
yang diikuti dengan peningkatan income serta fasilitas yang lainnya. Penghargaan
atas hasil kerja biasanya dinyatakan dalam bentuk promosi jabatan. Istilah
promosi jabatan berarti kemajuan. Dimana sebuah promosi dapat terjadi ketika
seseorang pegawai diberikan jabatan dari posisis yang rendah ke posisi yang lebih
18
tinggi. Kenaikan gaji dan tanggung jawab biasanya turut menyertai promosi
jabatan.
Sedangkan menurut Fathoni (2006:121) promosi jabatan yaitu
perkemebangan yang positif dari seorang pekerja atau pegawai karena tugasnya
dinilai baik oleh pejabat yang berwewenang. Oleh karena itu, pemberian tanggung
jawab dan kewenangan yang lebih tinggi patut diberikan kepada mereka yang
berprestasi. Promosi bisa merupakan kenaikan pangkat, kenaikan jabatan,
perpindahan lingkungan kerja dan pemberian penghargaan lainnya. Promosi atau
biasa orang menyebutnya kenaikan jabatan/ kedudukan dan pangkat atau status
jenjang seseorang pegawai adalah merupkan peningkatan dari seseorang teaga
kerja atau pegawai pada suatu bidang tugas yang lebih baik, dibanding dengan
sebelumnya dari sisi tanggung jawab lebih besar, prestasi, fasilitas, status yang
lebih tinggi, dan adanya penambahan upah atau gaji serta tunjangan lainnya.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari promosi
jabatan yaitu perpindahan dari suatu jabatan yang terendah ke jabatan yang lebih
tinggi dengan berasakan atas tugas, tanggung jawab, dan wewenang terhadap
seorang diri pegawai sehingga seorang pegawai memiliki kemajuan dan prestasi
atas jabatan yang diperolehnya, selain itu adanya penambahan gaji dan upah dari
seorang pegawai.
b. Asas-asas Promosi Jabatan
Asas-asas promosi jabatan dapat dituangkan dalam program promosi
secara jelas, sehingga pegawai mengetahui langkah dalam promosi jabatan yang
akana dilakukan, sedang sebagai perusahaan mempunyai pegangan untuk
19
mempromosikan pegawai-pegawai itu berdasarkan asas-asas yang telah
ditentukan.
Asas-asas promosi jabatan menurut Hasibuan (2006:108) sebagai berikut:
1) Kepercayaan
Promosi hendaknya berasaskan kepercayaan atau keyakinan mengenai
kejujuran, kemampuan, dan kecakapan pegawai yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik pada jabatan tersebut. Pegawai
baru akan dipromosikan jika pegawai itu menunjukkan kejujuran,
kemampuan, dan kecakapannya dalam memangku jabatan itu.
2) Keadilan
Promosi hendaknya berasaskan keadilan, mengenai penilaian kejujuran,
kemampuan dan kecakapan terhadap semua pegawai. Penilaian harus jujur
dan objektif, jangan pilih kasih, karyawan yang mempunyai peringkat terbaik
hendaknya mendapatkan kesempatan pertama untuk dipromosikan tanpa
melihat suku, golongan, dan keturunannya. Promosi yang berasaskan keadilan
akan menjadi alat motivasi bag pegawai untuk meningkatkan prestasinya.
3) Formasi
Promosi harus berasaskan kepada informasi yang ada karena promosi
karyawan hanya mungkin dilakukan jika ada formasi jabatan yang lowong,
supaya ada uraian pekerjaan atau jabatan yang akan dilakukan pegawai itu.
c. Tujuan Promosi Jabatan
Tujuan jabatan yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawai yang
berkompoten dan berkapabilitas yang telah memenuhi syarat-syarat promosi
20
tentunya memiliki tujuan dan manfaat baik demi kepentingan perusahaan maupun
kepentingan pegawai itu sendiri. Hasibun (2006:113) menjelaskan bahwa promosi
jabatan dilakukan oleh instansi dengan tujuan sebagai berikut Untuk memberikan
pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa semakin besar kepada pegawai yang
berprestasi kerja tinggi.
1) Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial, yang
semakin tinggi dan penghasilan yang semakin besar.
2) Untuk merangsang agar para pegawai lebih bergairah dalam bekerja,
berdisiplin tinggi dan memperbesar prouktivitas kerjanya.
3) Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasikannya promosi
kepada pegawai dengan dasar dan waktu yang tepat serta penilaian yang jujur.
4) Memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan
kreativitasnya dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal
perusahaan.
5) Untuk menambah dan memperluas penegtahuan serta pengalaman kerja para
pegawai dan itu merupakan daya dorong pegawai lainnya.
6) Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti agar pejabat
tersebut tidak lowong maka di promosikan pegawai lainnya.
7) Pegawai yang dipromosikan pada jabatan yang tepat, semangat. Kesenangan
dan ketenangannaya dalam bekerja akan semakin meningkat prosduktivitas
kerjanya juga akan meningkat.
21
8) Mempermudah penarikan pelamar, sebab dengan adanya kesempatan promosi
merupakan daya dorong serta perangsang bagi para pemalamar-pelamar untuk
memasukkan lamaran kerjanya.
9) Promosi akan memperbaiki status pegawai dari pegawai sementara menjadi
karyawan tetap setelah lulus dalam masa percobaan.
d. Dasar-Dasar Promosi Jabatan
Menurut Hasibuan (2006:109), dasar-dasar promosi jabatan dibagi
menjadi tiga yaitu:
1) Pengalaman (senioritas)
Promosi ini didasarkan kepada masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh
karyawan. Biasanya karyawan yang memiliki masa kerja yang cukup lama
akan memiliki pengalaman yang lebih banyak. Pertimbangan promosi adalah
pengalaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja dalam perusahaan
mendapat prioritas pertama dalam tindakan promosi.
2) Kecakapan
Dalam hal ini karyawan yang memiliki kecakapan mendapat prioritas untuk
dipromosikan kepada jabatan yang lebih tinggi. Kecakapan yang dimaksud,
adalah kecakapan dalam hal pelaksanaan prosedur kerja yang praktis, teknik-
teknik khusus dan disiplin ilmu pengetahuan; kecakapan dalam menyatukan
dan menyelaraskan bermacam-macam elemen-elemen dari perencanaan,
pengrganisasian, pengaturan (directing), penilaian (evaluating) dan
pembaruan (Innovating) dan kecakapan dalam memberikan motivasi secara
langsung.
22
3) Kombinasi pengalaman dan kecakapan.
Promosi ini didasarkan kepada lamanya dinas, ijazah pendidikan formal yang
dimiliki dan hasil ujian kenaikan golongan. Jika seseorang lulus dalam ujian
maka hasil ujian kenaikan dipromosikan. Hal inilah yang dimaksudkan dari
kombinasi pengalaman dan kecakapan.
e. Syarat-Syarat Promosi Jabatan
Dalam memepromosikan pegawai, organisasi harus mempunyai syarat-
syarat tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Syarat-syarat promosi harus
di promosikan kepada semua pegawai agar mengetahui secara jelas. Hal in
penting untuk memotivasi karyawan berusaha mencapai syarat-syarat promosi
tersebut. Syarat-syarat promosi jabatan menurut Hasibuan (2006:111) meliputi hal
berikut:
1) Mempunyai kejujuran yang tinggi
Pegawai harus jujur terutama pada dirinya sendiri, bawahannya, perjanjian-
perjanjian dalam menjalankan atau mengelolah jabatan tersebut, harus sesuai
dengan perbuatannya. Dia tidak menyelewengkan jabatannya untuk
kepentingan pribadinya.
2) Mempunyai disiplin kerja yang baik
Disiplin kerja yang baik sangat penting karena hanya dengan ke disiplinan
memungkinkan organisasi dapat mencapai hasil yang optimal.
3) Memiliki disiplin waktu
Pegawai itu dapat mencapai hasil kerja baik yang dapat di pertanggung
jawabkan kualitasnya maupun kuantitasnya dan bekerja secara efektif dan
23
efisien. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai dapat memanfaatkan waktu dan
mempergunakan alat-alat yang baik.
4) Mampu bekerja sama
Pegawai dapat bekerja sama secara harmonis dengan sesama pegawai baik
horizontal maupun vertikal yang dapat mencapai sasaran perusahaan.
5) Kecakapan
Pegawai harus cakap, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan tugasnya
pada jabatan tersebut dengan baik. Dia bisa menyelesaikan pekerjaannya
secara mandiri dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik tanpa
mendapatkan bimbingan yaang terus menerus dari atasannya.
6) Loyal terhadap organisasi
Pegawai harus loyal dalam membela organisasi dari tindakan yang dapat
merugikan organisasi. Ini menunjukkan bahwa adanya partisipasi aktif
pegawai terhadap organisasi
7) Mempunyai jiwa kepemipinan
Dia harus mampu membina dan memotivasi bawahnnya untuk bekerjasama
dan bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan organisasi. Dia harus
menjadi panutan dan memperoleh personality authority yang tinggi dari pada
bawahannya.
8) Komunikatif
Pegawai harus berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima dan
mempresepsikan informasi sari atasan dengan baik, sehingga tidak terjadi
kesalapahaman.
24
9) Pendidikan yang sesuai dengan jabatan
Pegawai harus memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai dengan
spesefikasi jabatan.
Syarat-syarat diatas harus tersebut hendaknya menjamin kestabian
organisasi dan menjamin bahwa orang yang akan dipromosikan berdasarkan
syarat-syarat tersebut akan mempunyai kemampuan yang baik untuk menduduki
jabatan yang lebih tinggi.
Dalam konteks normatif sebenarnya sudah ada jaminan perundang
undangan bahwa baik PNS perempuan maupun laki-laki memiliki peluang yang
sama baik untuk menjadi PNS atau menduduki jabatan struktural asal memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Menurut Peraturan Pemerintah No 13 Tahun
2002 sebagai perubahan Peraturan Pemerintah No 100 Tahun 2000 pasal 5
dinayatakan ada beberapa persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan
struktural antara lain adalah:
1) Berstatus Pegawai Negeri Sipil, dimana karena jabatan struktural merupakan
satu jabatan negeri maka hanya boleh dijabat oleh mereka yang berstatus
PNS. Seorang CPNS, Tenaga Honorer, Anggota TNI dan Polri tidak
diperkenanakan untuk menduduki sebuah jabatan sruktural.
2) Kompotensi jabatan, yaitu kemampuan dan karakteristik sebagai calon
pejabat, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatan sehingga PNS tersebut dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.
25
3) Kepangkatan, dimana pejabat yang akan direkrut untuk menduduki jabatan
tertentuharus disesuaikan dengan eselonering jabatan. Syarat pangkat yang
harus dimiliki oleh calon pejabat serendahrendahnya memiliki pangkat
setingkat lebih rendah dari jejang pangkat yang ditentukan.
4) Pendidikan, dinilai akan mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatan secara
profesional, khususnya penerapan kerangka teori, analisis, maupun
metodologi, pelaksanaan tugas dan jabatannya.
5) Penilaian prestasi kerja, berupa penilaian dari atasan langsungnya terhadap
pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan atau lebih
dikenal dengan istilah DP-3 ( Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang
tercakup didalamnya unsur-unsur kesetian, prestasi kerja, tanggung jawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan.
6) Kesehatan, dimana pemeriksaan, kesehatan ini dinilai sangat penting karena
seorang yang menjalankan jabatan diharapkan dapat bekerja secara
profesional, efisien dan efektif, tidak terganggu oleh sakit-sakitan dan juga
mampu berfikir baik dan rasional karena tugas yang diembanya memang
tidak ringan.
Disamping persyaratan tersebut diatas ada pula faktor-faktor lain yang
dijadikan dasar pertimbangan dalam proses rekruitmen jabatan struktural antara
lain:
1) Senioritas dalam kepangkatan, terutama digunakan apabila untuk lowongan
suatu jabatan ada beberapa calon yang kepangkatannya sama, maka PNS
yang memiliki masa kerja paling lama lebih diprioritaskan.
26
2) Usia, dimana akan diberikan prioritas untuk menduduki jabatan adalah yang
memiliki usia cukup waktu untuk menyusun dan melaksanakan rencana kerja
serta mengevaluasi hasil kerjanya
3) Pendidikan dan pelatihan jabatan yang harus diikuti oleh PNS yang telah atau
akan diangkat dalam jabatan struktural
4) Pengalaman dimana untuk pengisian jabatan apabila ada beberapa calon yang
memenuhi persyaratan maka mereka yang dinilai memiliki pengalaman yang
lebih banyak dan memiliki korelasi dengan jabatan yang akan diembannya
akan lebih diprioritaskan.
Dari penejelasn diatas dapat diketahui bahwa tidak semua promosi disertai
dengan peningkatan penghasilan dan tidak semua orang tidak ingin dipromosikan,
ada juga yang tidak bersedia untuk dipromosikan dengan alasan-alasan tertentu.
f. Jenis-Jenis Promosi Jabatan
Pada prakteknya, ternyata ada beberapa jenis bentuk promosi jabatan,
Hasibuan (2006:113) meyebutkan bahwa setidaknya ada 4 jenis-jenis promosi
jabatan yaitu:
1) Promosi sementara (tgemporary promotion)seseorang mengalami kenaikan
jabatan untuk sementara karena adanya jabatan yang lowong yang harus
sesegera mungkin diisi.
2) Promosi tetap (permanent promotion) seseorang yang dipromosikan dari suatu
jabatan ke jabatan yang lebih tinggi karena pegawai terse but telah memenuhi
syarat untuk dipromosikan. Sifat promosi ini adalah tetap, diaman wewenang
tanggung jawab, dan gaji akan mengalami kenakan.
27
3) Promosi kecil (small promotion) menaikkan jabatan seseorang dari jabatan
yang dinilai tidak terlalu sulit untuk dipindahkan kejabatan yang lebih sulit
yang membutuhkan keterampilan dan kualifikasi tertentu, tetapi tidak disertai
dengan peningkatan wewenang, tanggung jawab, serta kenaikan gaji.
4) Promosi kering (dry promotion) seseorang yang dinaikkan jabatannya ke
jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan pangkat, wewenang dan
tanggung jawab tetapi tidak disertai dengan kenaikan gaji atau upah.
Pada umumnya setiap karyawan sangat menginginkan dirinya untuk
memperoleh promosi jabatan. Hal ini didasarkan atas beberapa kondisi dan
alasan-alasan tertentu yang dimiliki oleh seorang pegawai terhadap promosi
jabatan yang akan diperoleh.
Alasan-alasan tersebut menurut Hasibuan (2006:114) antara lain sebagai
berikut:
1) Perbedaan kenaikn gaji dan yang diterima mungkin di angkat tidak seimbang
dengan tanggug jawab yang akan dilaksanakan.
2) Karyawan segan untuk meninggalkan kelompok lamanya hanya untuk
kedalam kelompok baru yang belum pasti sikap penerimanya.
3) Keamanan pada pekerjaan yang baru selalu ada faktor-faktor ketidakpastian
sedangkan pada pekerjaan yang lama mereka telah mempunyai keahlian dan
telah menguasainya.
4) Keluarga tidak bersedia pindah ketempat yang baru karena melihat banyak hal
yang tidak sesuai dari tempat yang baru karena melihat banyak hal yang tidak
sesuai dari tempay yang baru, seperti pendidikan maupun fasilitas lainnya.
28
5) Kesehatan sehingga tidak dapat memikul tanggung jawab yang semakin besar
iklim yang tidak cocok, ketidaknyamaan dalm kondisi tempat, dan seringnya
wabah penyakit melanda
6) Lokasi baru yang merupakan wilayah terpencil sehingga untuk mendapatkan
sarana dan fasilitas tertentu sangtlah sulit. Misalnya sarana pendidikan,
transpormasi, hiburan, rumah sakit, seeta adat istiadat dan bahasa ditempat
baru yang tidak cocok.
B. Kerangka Berfikir
Badan kepegawaian daerah merupakan badan yang melakukan
perencanaan atas seluruh kebutuhan pegawai. Dalam hal ini badan kepegawaian
daerah memberikan promosi jabatan kepada seluruh pegawai tanpa ada sebuah
ketimpangan gender ataupun kesenjangan gender. Pengarusutamaan gender
merupakan kondisi seimbang yang sama dalam setiap orang dalam menerima
akses, partisipasi, dan kewenangan, dalam hal ini pengarustamaan gender dalam
promosi jabatan di BKD Pemerintah Kota Makassar melihat dari tingkatan
tersebut. Bahwasanya sejauh mana akses, partisipasi dan kewenangan gender
dalam proses pelaksanaan promosi itu berjalan dengan baik dengan melihat kerja-
kerja seseorang dalam sebuah birokrasi pemerintahan. Hal ini dimaksudkan agar
seluruh pegawai menikmati dan merasakan sebuah jabatan dari apa yang telah
merak peroleh selama bekerja entah itu tidak melihat dari segi fisik maupun
kemampuan seseorang dalam menduduki sebuah jabatan.
Terwujudnya sebuah pengarustamaan gender dalam promosi jabatan akan
memberikan efek yang baik bagi seluruh pegawai dikarenakan kebijakan
pemerintah untuk pengarusutamaan gender telah terlaksana sebagaimana yang
telah direncanakan dan para kaum perempuan akan merasa sama dan seimbang
29
dengan laki-laki dalam hal pembangunan. Dengan terlaksananya kebijakan
pemerintah ini maka tidak ada lagi kata diskriminasi yang terjadi pada kaum
perempuan. Perempuan akan bebas dalam memberikan aspirasi dan bekerja sesuai
dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
C. Fokus Penelitian
Penulis memfokuskan penelitian pada kesamaan partisipasi, kesamaan
akses, dan kesamaan kewenangan perempuan dalam memperoleh promosi jabatan
di BKD Pemerintah Kota Makassar.
Pengarusutamaan
Gender
Promosi Jabatan Berbasis Gender
di Kantor BKD Kota Makassar
Partisipasi
1. Partisipasi dalam
pengambilan keputusan
2. Partisipasi dalam
pelaksanaan promosi
jabatan
3. Partisipasi dalam
evaluasi kegiatan
Akses
1 Mendapatkan
informasi
2 Memperoleh
kedudukan
Kewenangan
1. Wewenang
pengambilan
keputusan
2. Kewenangan
dalam atribusi
3. Kewenangan
dalam delegasi
30
D. Deskriptif Fokus Penelitian
1. Pengarusustamaan Gender adalah suatu proses pencapaian kondisi yang
sama, seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh
kesaamaan akses (peluang atau kesempatan), kesamaan partisipasi, dan
kesamaan kewenangan dalam pelaksanaan promosi jabatan di BKD Kota
Makassar
2. Promosi jabatan adalah perpindahan jabatan dari jabatan yang sebelumnya
ke jabatan yang lebih tinggi dengan melihat beberapa indikator atau
pertimbangan diantaranya rekam jejak, kepangkatan, kinerja, prestasi di
BKD Kota Makassar
3. Kesamaan akses yaitu peluang atau kesempatan yang sama diperoleh
Pegawai Negeri Sipil untuk dipromosi pada jabatan struktural di Badan
Kepegawaian Daerah Kota Makassar. Untuk mengetahui fokus penelitian
ini maka terdapat beberapa aspek yang menjadi penekaanan peneliti:
a. Mendapatkan informasi
Hak seorang pegawai negeri sipil dalam mendapatkan informasi
mengenai rencana proses promosi jabatan yang akan dilaksanakan di
BKD, agar setiap pegawai mempersiapkan diri dalam memperoleh
promosi jabatan. Ini berkaitan dengan adanya kesamaan gender dalam
mendapatkan informasi mengenai promosi jabatan.
31
b. Memperoleh kedudukan
Setiap pegawai berhak untuk mendapatkan kedudukan atau jabatan
tanpa ada ketimpangan setelah mempertimbangkan syarat-syarat
promosi jabatan di BKD Kota Makassar.
4. Kesamaan partisipasi yaitu keikutsertakan Pegawai Negeri Sipil dengan
mengedepankan kesamaan partisipasi dalam pengambilan keputusan
promosi, pengambilan kemanfaatan promosi, dan keterlibatan evaluasi
dalam promosi jabatan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar.
Dalam proses partisipasi terdapat beberapa hal dalam proses
pelaksanaanya yaitu:
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Partisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan adanya
keikutsertaan pegawai negeri sipil baik laki-laki maupun perempuan
dalam pengambilan keputusan pada promosi jabatan di BKD Kota
Makassar.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan promosi
Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi keterlibatan pegawai negeri
sipil yaitu laki-laki dan perempuan mulai dari pengusulan promosi
sampai penentuan promosi jabatan di BKD Kota Makassar
c. Partisipasi dalam evaluasi promosi
Keterlibatan pegawai negeri sipil baik laki-laki maupun perempuan
harus selalu seimbang tanpa ketimpangan dalam proses evaluasi
promosi jabatan.
32
5. Kesamaan kewenangan merupakan hak dan kekuasaan seseorang dalam
memperoleh promosi jabatan di Badan Kepegawaian Daerah Kota
Makassar. Adapun hal yang menjadi bagian dari kesamaan kewenangan
yaitu:
a. Wewenang pengambilan keputusan
Wewenang pengambilan keputusan disini berarti kesamaan wewenang
bagi pejabat lelaki dan perempuan dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan promosi jabatan di lingkungan Kantor BKD Kota
Makassar.
b. Atribusi
Atribusi disini berarti kesamaan pemberian kewenangan untuk para
pejabat perempuan dan laki-laki yang dipromosikan berdasarkan
dengan posisi jabatan yang telah diberikan dalam BKD Pemerintahan
Kota Makassar.
c. Delegasi
Delegasi disini berarti kesamaan proses dari penyerahan kewenangan
dalam promosi jabatan yang hendaknya memiliki rasa tanggung jawab
dari apa yang telah diperolehnya.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini terlaksana pada bulan Juli – Agustus. Adapun lokasi
penelitian ini yaitu di Badan Kepegawaian Daerah Pemerintahan Kota Makassar.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa penulis melihat keadaan
di BKD yang sering melakukan promosi jabatan pada pegawai serta melihat dari
tingkat jabatan kepegawaian di BKD yang tidak merata. Sehingga peneliti yakin
bahwa di BKD pemerintahan kota Makassar yang tepat untuk dilakukan penelitian
ini.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif
Kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk memahami tentang
pengarusutamaan gender dalam promosi jabatan di BKD Pemerintahan Kota
Makassar dengan maksud melihat sejauh mana gender di berlakukan
kesamaannya dalam promosi jabatan. Hal ini berangkat dari pemaknaan
pendekatan penelitian kualitatif itu sendiri dimana metode kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian Fenomenologi yaitu berusaha
memaknai sebuah pengalaman. Jadi tipe penelitian ini peneliti berusaha untuk
melihat sejauh mana proses dan kegiatan yang terjadi selama promosi jabatan
dilakukan di BKD Pemerintahan Kota Makassar .
33
34
C. Sumber Data
Adapun sumber data dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Data primer yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang akan
diteliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan berdasarkan dengan
pedoman wawancara yang telah dibuat. Studi lapangan yang dilakukan dengan
datang langsung ke lokasi penelitian dengan cara wawancara dan tanya jawab
langsung kepada informan yang bersangkutan.
2. Data sekunder yaitu dengan mencari sumber data dan informasi melalui buku-
buku pedoman, jurnal, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian
yang akan di lakukan.
D. Informan Penelitian
Untuk memperoleh data guna kepentingan penelitian serta hasil yang valid
dan representatif, maka diperlukan informan yang paham dan mempunyai kaitan
dengan masalah yang akan diteliti.
Adapun informan yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar informan penelitian
No Jabatan/status Jumlah Keterangan
1 Baperjakat 1
2 Sekertaris baperjakat 1
3 Kabid pengembangan
Kompotensi 1
4 Kasubid Pendayagunaan
dan Pengembangan Karier 1
6 Pegawai yang mengalami
promosi jabatan 6
35
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk menghimpun data penelitian
yang dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun
melalui pengamatan melalui penggunaan panca indra (Bungin: 2001:142).
Bentuk observasi yang akan dilakukan yaitu peneliti langsung pengamatan
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pegawai yang ada di kantor BKD
dalam hal kegiatan promosi jabatan.
2. Wawancara mendalam
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan
tanpa menggunakan pedoman wawncara (Bungin, 2001:133). Bungin juga
mengemukakan beberapa bentuk wawancara, namun lebih tepat rasanya kalau
peneliti menggunakan teknik wawancara terarah dimana wawancara
dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak lepas dari pokok
permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah
dipersiapakan sebelumnya oleh pewawancara (Bungin 2001:135).
3. Dokumentasi
Cara pengumpulan data dan telaah pustaka dimana dokumen-dokumen yang
dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik
36
berupa literatur, laporan, jurnal, dan karya tulis ilmiah, Daftar Urut
Kepangkatan, Surat Keputusan Mutasi.
F. Teknik Analisis Data
Teknik penelitian menggunakan Data Kualitatif yaitu semua bahan,
keterangan dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis
karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat/data) dengan teknik ini
peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-informasi, fakta-fakta,
keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari perusahaan yang
peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengarusutamaan gender
dalam promosi jabatan di BKD Pemerintahan Kota Makassar.
Model ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman
dalam Sugiyono ( 2012:92) tersebut yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan komponen pertaa analisis data yang mempertegas
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.
2. Sajian data
Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya
makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami
3. Penarikan kesimpulan
Awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-
hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-peraturan sebab akibat dan
37
berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat di
pertanggungjawabkan.
G. Pengabsahan Data
Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil
penelitian adalah dengan melakukan triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:127),
teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggaungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu:
1. Trigulasi sumber
Membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan informasi
diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil
pengamatan dengan wawancara.
2. Trigulasi teknik
Menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data pada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda misalnya data diperoleh dari wawancara, lalu
dicek dengan obervasi dan dokumentasi.
3. Trigulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Obyek Penelitan
1. Deskriptif Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota
Makassar sebagai Instansi publik yang merumuskan, membina dan
mengendalikan dibidang perencanaan dan informasi kepegawaian, pengembangan
dan kompotensi, mutasi serta kinerja dan kesejahteraan pegawai di Kota
Makassar. Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar terletak di Jalan Jenderal
Achmad Yani No. 02 Makassar yaitu Kantor Balaikota Makassar Lantai 2.
2. Aspek Sejarah BKD Kota Makassar
Dari aspek sejarah dapat diketahui bahwa sebelum lahirnya Badan
Kepegawaian Daerah telah ada Bagian Kepegawaian di Lingkungan Sekretariat
Daerah Kota Makassar yang melaksanakan urusan manajemen kepegawaian yang
dipimpin oleh Kepala Bagian dengan Eselon III.a, namun setelah terbentuknya
Badan Kepegawaian Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor
4 Tahun 2007 tanggal 11 Juni 2007 terus melanjutkan urusan bagian tersebut
sampai dengan saat sekarang ini BKD yang dipimpin oleh Kepala Badan dengan
eselon II.b menyelenggarakan urusan manajemen kepegawaian selama kurang
lebih 5 tahun , guna menghadirkan produk/jasanya di bidang Kepegawaian kepada
stake holdernya.Oleh karena itu telah tertanam “brand image” di lingkup PNS dan
masyarakat pada umumnya „bahwa urusan Pegawai Negeri Sipil adalah urusan
Badan Kepegawaian Daerah.
38
39
3. Visi dan Misi BKD Kota Makassar
Adapun Visi dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar yaitu :
“Terwujudnya Pegawai Negeri Sipil Yang Profesional dan Sejahtera.
Sedangkan Misi dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar yaitu
sebagai berikut:
a) Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan Sumber Daya Manusia.
b) Memberikan pelayanan informasi, refosisi dan raktualisasi kepegawaian.
c) Menyelenggarakan sistem administrasi kepegawaian yang terencana dan
terukur.
d) Melakukan tindakan administratif dan pembinaan pegawai atas pelanggaran
disiplin pegawai dengan memberikan rekomendasi kepada Bawasda.
e) Melakukan koordinasi aktif dibidang kepegawaian dengan SKPD sebagai
mitra strategis
f) Mewujudkan pelayanan kepegawaian secara aktif dan efesiensi yang berbasis
teknologi
4. Tujuan dan Sasaran BKD Kota Makassar
Adapun Tujuan dan Sasaran Badan kepegawaian Daerah Kota Makassar
yaitu:
1. Tercapainya pelayanan administrasi kepegawaian yang transparan dan
akuntabel
2. Terwujudnya Sumber Daya Aparatur yang berkualitas
3. Terwujudnya pengelolaan administrasi kepegawaian berbasis teknologi
4. Terpenuhinya pejabat struktural dan fungsional berdasarkan kompotensi
40
5. Struktur Organisasi BKD Kota Makassar
Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar, Badan
Kepegawaian Daerah mempunyai struktur/perangkat organisasi yang terdiri,
sebagai berikut:
a. Kepala Badan
b. Sekertaris, membawahi:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Perlengkapan.
c. Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian, membawahi:
1) Sub Bidang Perencanaan Pegawai;
2) Sub Bidang Data dan Informasi.
d. Bidang Pengembangan dan Kompotensi, membawahi:
1) Sub Bidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karier;
2) Sub Bidang Pengembangan Kom;potensi.
e. Bidang Mutasi, membawahi:
1) Sub Bidang Mutasi dan Kepangkata lainnya;
2) Sub Bidang Perpindahan dan Pensiun Pegawai.
f. Bidang Kinerja dan Kesejahteraan, membawahi:
1) Sub Bidang Evaluasi Kinerja;
2) Sub Bidang Kinerja.
41
6. Tugas Pokok Dan Fungsi
Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar merupakan bagian dari
Pemerintah Kota Makassar dan merupakan unsur penunjang yang dipimpin oleh
Kepala Badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan , Susunan
Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar mempunyai tugas pokok
merumuskan, membina dan mengendalikan kebijakan dibidang perencanaan dan
informasi kepegawaian, pengembangan dan kompotensi, mutasi serta kinerja dan
kesejahteraan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, BKD Kota Makassar
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Penyusunan rumusan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah;
b) Penyusunan rencana dan program pengembangan kepegawaian daerah;
c) Penyusunan rencana, dan program pelaksanaan pengangkatan, pemindahan
dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan norma, standar, dan
prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;
d) Pelayanan administrasi kepegaawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan
pemeberhentian dalam dan dari jabatan strukturalatau fungsional sesuai
dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
42
e) Penyiapan dan penetapan pensiunan Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai
dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
f) Penyiapan dan penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan Pegawai Negeri
Sipil sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
g) Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian Daerah;
h) Penyiapan informasi kepegawaian daerah kepada Badan Kepegawaian
Daerah;
i) Pelaksanaan dan perencanaan dan pengendalian teknis operasional
pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan pengurusan barang milik daerah
yang berada dalam penguasaanya;
j) Pelaksaanaan kesekretariatan
k) Pembinaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan tenaga fungsional.
Selanjutnya tugas pokok pada BKD Kota Makassar diuraikan ke dalam
masing-masing sub unit kerja, yaitu:
Tabel. 2 Tugas Pokok dan Fungsi
NO. JABATAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
1 Sekretariat Memberikan pelayanan administrasif bagi
seluruh satuan kerja di Lingkungan Badan
Kepegawaian Daerah Kota Makassar
2 Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
1. Menyusun rencana kerja
2. Melaksanakan tugas teknis
ketatausahaan
3. Mengelola administrasi kepegawaian
4. Melaksanakan urusan rumah tangga
badan.
43
3 Sub Bagian Keuangan 1. Menyusun rencan kerja
2. Melaksanakan tugas teknis keuangan
seperti menyusun realisasi perhitungan
anggaran dan administrasi
perdendaharaan badan
3. Menyusun neraca keuangan unit kerja
4. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
4 Sub Bagian
Perlengkapan
1. Menyusun rencana kerja
2. Menyusun tugas teknis perlengkapan
3. Membuat laporan
4. Mengevaluasi seluruh barang pengadaan
5 Bidang Perencanaan dan
Informasi kepegawaian
1. Melaksanakan perencanaan formasi
2. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
3. Penyiapan data base dan informasi
kepegawaian
6 Sub Bidang Perencanaan
pegawai
1. Menyusun rencana kerja
2. Melakukan pengumpulan
bahanpenyusunan perencanaan formasi
pegawai dan menyusun laporan dibidang
kepegawaian dan menyusun laporan
dibidang kepegawaian seperti melakukan
pengelohan data/bahan penyusunan
formasi Pegawai Negeri Sipil,
menginventaris, mengelola dan
menyelenggarakan serta menyelesaikan
administrasi latihan prajabatan bagi
Calon Pegawai Negeri Sipil
3. Mempersiapkan data/bahan dalam
rangka penerimaan pegawai dan ikatan
dinas
7 Sub Bidang Data dan
Informasi
1. Melaksanakan dan menyelenggarakan
sistem data dan informasi kepegawaian.
Dalam melaksanakan seperti
melaksanakan pengolahan data
kepegawaian, menyiapkan Daftar Urut
Kepangkatan (DUK), dan bezzeting serta
data lainnya dalam rangka
pengembangan Pegawai Negeri Sipil
2. Melaksanakan pengelolaan jaringan dan
44
informasi kepegawaian, melaksanakan
pengolahan dokumen dan arsip
kepegawaian.
8 Bidang Pengembangan
dan Kompotensi
1. Menyusun rencana kerja, menyiapkan
data dalam rangka pendayagunaan dan
pengembangan karier Pegawai Negeri
Sipil
2. Menyiapkan data pengusulan pegawai
untuk mengikuti pendidikan dan
penyiapan data lainnya
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
9 Sub Bidang
Pendayagunaan dan
Pengembangan Karir
1. Menyusun rencana kerja
2. Menyiapkan data dalam rangka
pendayagunaan dan pengembangan
karier Pegawai Negeri Sipil seperti
mempersiapkan dan mengelola
data/bahan administrasi dalam rangka
mutasi PNS antar unit kerja dan
penempatannya.
3. Menyusun dan mempersiapkan bahan
dalam rangka rekruitmen pegawai dalam
jabatan.
10 Sub Bidang Peningkatan
Kompotensi
1. Menyusun rencana kerja
2. Menyiapkan data pengusulan pegawai
untuk mengikuti pendidikan dan
menyiapkan data lainnya
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
11 Bidang Mutasi 1. Menyusun rencana kerja
2. Menghimpun, mengolah data mutasi
kepegawaian, perpindahan pensiun
Pegawai Negeri Sipil
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
12 Subbidang Kepangkatan
dan Mutasi Lainnya
1. Menyusun rencana kerja
2. Menghimpun, mengolah data/bahan
kenaikan pangkat PNS, penyusunan
mutasi lainnya
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
13 Subbidang Perpindahan
dan Pensiun Pegawai
1. Menyusun rencana kerja dan
menghimpun, mengolah data/bahan
perpindahan dan pensiun bagi Pegawai
Negeri Sipil
45
2. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
14 Bidang Kinerja dan
Kesejahteraan
Melaksanakan penyusunan rencana program
kinerja dan kesejahteraan pegawai,
kedudukan hukum PNS dan kesejahteraan
pegawai
15 Subbidang Evaluasi
Kinerja
1. Menyusun rencana kinerja dan
melakukan pengumpulan bahan
pembinaan kedudukan hukum pegawai
2. Mengevaluasi kinerja pegawai
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
16 Subbidang Kesejahteraan 1. Menyusun rencana kerja
2. Me;lakukan penyelesaian administrasi
kesejahteraan pegawai
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan
tugas
7. Sumber daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) sangatlah penting dalam menunjang kinerja
organisasi. Dalam pelaksanaan suatu program tentu saja diperlukan pelaksana
guna mendukung terlaksananya program dengan baik. Oleh karena itu ketersedian
pelaksana yang cukup serta berkompotensi dalam mendorong keberhasilan suatu
program sangat diperlukan. Terkait dengan promosi jabatan tentu sangatlah bagus
jika setiap pegawai mengalami sebuah promosi jabatan demi untuk meningkatkan
prestasi kerja. Di Kantor Badan Kpegawaian Daerah Kota Makassar jumlah
sumber daya manusi yaitu 89 orang. Jumlah trsebut dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 3. Daftar Pegawai Berdasarkan Golongan
No
Golongan
Jumlah (orang)
Laki-laki Perempuan
1 TKK 8 14
2 I - -
46
3 II 7 7
4 III 27 19
5 IV 4 3
JUMLAH 46 43
Sumber data: BKD Kota Makassar 2015
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa urutan kepangkatan
atau golongan pada Pegawai Negeri Sipil di kantor BKD Kota Makassar yaitu
golongan IV terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan, golongan III terdiri dari 27
laki-laki dan 19 perempuan, golongan II terdiri dari 7 laki-laki dan 7 perempuan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada golongan III lebih banyak laki-laki dari
pada perempuan. Ini berarti terdapat perbedaan tingkat golongn bagi para
pegawai.
Tabel 4. Daftar Pegawai berdasarkan Eselon
No
Eselon
Jumlah (orang)
Laki-laki Perempuan
1 I - -
2 II 1 -
3 III 4 1
4 IV 7 4
JUMLAH 12 5
Berdasarkan tabel diats dapat dilihat bahwa dalam urutan Eselon Pegawai
Negiri Sipil di Kantor BKD Kota Makassar yang mana Eselon IV terdiri dari 7
laki-laki dan 4 perempuan, Eselon III terdiri dari 4 laki-laki dan 1 perempuan,
Eselon II terdiri dari 1 laki-laki dan tidak ada perempuan. Hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat banyak perbandingan laki-laki dan perempuan dalam jabatan
47
struktural. Disini juga dapat dilihat terjadi perbedaan tingkat eselon bagi para
pegawai kecenderungan pegawai laki-laki memiliki eseleon lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan.
Tabel 5. Profil Informan
No Nama Jabatan Eselon Jenis
Kelamin
1 BR Sekertaris Baperjakat III a Laki-laki
2 FB SubBidang Pendayagunaan
dan pengembangan karier IV a Laki-laki
3 VA Pegawai yang Mengalamai
Promosi Jabatan IV a Perempuan
4 MR Pegawai yang Mengalamai
Promosi Jabatan IV a Perempuan
5 RN Pegawai yang Mengalamai
Promosi Jabatan IV a Perempuan
6 RY Pegawai yang Mengalamai
Promosi Jabatan IV a Perempuan
7 AS Pegawai yang Mengalamai
Promosi Jabatan III b Perempuan
Berdasarkan tabel tersebut merupakan karakteristik dari informan yang
akan diwawancarai yang mana pegawai tersebut terdiri dari sekertaris baperjakat,
kasubid pendayagunaan dan pengembangan karier, kasubid data dan informasi,
serta 5 pegawai perempuan yang mengalamai promosi jabatn. Informan yang
dipilih dimaksudkan untuk membantu peneliti dalam memebrikan informasi
mengenai hal-hal yng berkaitan dengan promosi jabatn yang berbasisi gender.
48
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan peraturan pemerintah No 13 tahun 2002 tentang
pengangkatan jabatan struktural dan UU No 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-
pokok kepegawaian pasal 17 ayat 2 tentang pengangkatan pegawai dalam suatu
jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan
kompotensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu
serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras
dan golongan.
Promosi adalah proses kegiatan pemindahan pegawai dari suatu jabatan
kepada jabatan lain yang lebih tinggi. Dengan demikian promosi akan selalu
diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan
yang diduduki sebelumnya. Promosi juga merupakan sarana yang dapat
mendorong pegawai untuk lebih baik atau lebih bersemangat dalam melakukan
suatu pekerjaan, dengan melihat fakta tersebut maka penilaian kerja yang
mengarah pada promosi jabatan harus dilakukan dengan efektif agar dapat
diterima semua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan.
Promosi memiliki arti yang sangat penting bagi sebuah instansi karena
dengan adanya promosi akan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai. Jika
promosi direalisasikan kepada pegawai yang terealisasi kepada yang berprestasi
maka akan menimbulkan rangsangan bagi para pegawai untuk meningkatkan
semangat kerja. Promosi pada dasarnya mempunyai nilai karena dengan promosi
merupakan bukti pengakuan antara lain terhadap prestasi kerja yang dicapai
pegawai. Pengakuan dalam hal ini bersifat relatif dan bukan mutlak artinya dapat
49
seorang dapat dipromosikan karena dianggap mempunyai prestasi rata-rata tinggi
dari pegawai lain, meskipun dari pegawainya belum memuaskan.
Terkait dengan pelaksanaan promosi jabatan dirangkaian dengan
kesetaraaan gender ini maka dalam proses pengangkatan pegawai negeri sipil
dalam sebuah jabatan yang lebih tinggi yakni dengan melihat beberapa aspek
yaitu:
1. Akses dalam promosi jabatan di BKD Kota Makasar
Akses merupakan peluang seseorang dalam menikmati sumber daya yang
ada. Dalam hal ini kelayakan seorang pegawai dalam memperoleh informasi dan
mendapatkan kedudukan dalam jabatan struktural. Peluang seorang Pegawai
Negeri Sipil itu mesti disetarakan secara menyeluruh agar tidak terjadi adanya
ketimpangan gender dalam jabatan.
a. Mendapatkan informasi
Dalam proses pelaksanaan promosi jabatan salah satu hal yang paling
berkaitan dengan proses pelaksanaannya yaitu informasi. Informasi merupakan
wadah seseorang untuk dapat mencalonkan diri dalam mendapatkan promosi
jabatan.
Adapun hubungan dengan informasi yang diterima oleh pegawai baik laki-
laki maupun perempuan agar tidak terjadi diskriminasi dalam hal
pengarusutamaan gender maka terkait dengan itu informasi tentang pelaksanaan
promosi jabatan dapat diketahui melalui hasil wawancara dengan salah satu
informan terkait dengan informasi pelaksanaan promosi jabatan yaitu BR yang
mengatakan:
50
”Sekarang itu dek, informasi tentang diadakannya sebuah promosi
jabatan itu disebarkan secara terbuka, menurut UU No 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang diistilahkan dengan lelang jabatan
(promosi terbuka). Adapun pelaksanaan diatur dalam Peraturan
MEMPAN No 13 tahun 2014 tentang tata cara pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi secara Terbuka. Setelah terjadi perbedaaan pelaksanaan
promosi jabatan sebelumnya, dimana dulu tahun 1999 tidak diumumkan
adanya promosi jabatan, baperjakat ji yang mengatur. Akan tetap
sekarang itu sudah diumukan secara terbuka. Ketika ada jabatan yang
kosong, katakan lah misalnya kepala BKD yang kosong itu dipasang
pengumuman bahwa akan dilaksanakan seleksi calon pejabat kepala
BKD dengan persyaratan sebagai berikut: dilihat dari pangkat,
pendidikan, riwayat jabatan, moralitas (rekam jejak),selanjutnya ada
tahapan seleksi administrasi, tes kompotensi bidang, tes kmpotensi
manajerial. Ini dilaksankan oleh tim tertentu dlu hanya baperjkat
sekarang tidak ini ada tim, sekalian ada campur tangan dengan pihak luar
yaitu 45% orang luar dan 55% orang dalam”.(Hasil wawancara pada
tanggal 27 Juli 2015)
Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan
promosi jabatan sebelum adanya perubahan ASN pada tahun 2014 memang
informasi mengenai adanya sebuah lowongan untuk promosi jabatan itu tidak
ada, akan tetapi setelah adanya perubahan ASN dalam UU No 5 Tahun 2014
maka informasi mengenai adanya promosi jabatan itu diumumkan secara terbuka
dengan pengadaan papan informasi mengenai pengosongan jabatan, itu berlaku
sejak adanya perubahan ASN 2014 secara langsung akan tetapi proses ini melalui
tahap penyeleksi, yang mana proses yang dilaksanakan tidak dengan menunjuk
langsung pegawai oleh Baperjakat seperti yang dilakukan sebelumnya oleh
Baperjakat sebelum adanya perubahan ASN.
Proses pelaksanaan promosi jabatan ini dilaksanaakn berbeda dengan
sebelum dan sesudah adanya perubahan ASN pada tahun 2014. Sekarang
51
informasi mengenai akan adanya sebuah promosi jabatan itu ada. Namun
informasi itu disebarkan melalui papan pengumuman yang berada di lingkup
BKD. Proses dalam rekruitmen promosi jabatan itu dilakukan secara seleksi bagi
para pegawai mulai dari pengumpulan berkas administrasi sampai dengan tes
yang dilakukan bagi para pegawai.
Adapun yang ikut dalam tes kompotensi ini yaitu berasal dari dalam dan
berasal dari luar. Yang berasal dari dalam yaitu orang-orang yang berada dalam
Baperjakat dan jajarannya sedangkan yang berasal dari luar yaitu para akademisi
dalam hal ini dosen-dosen dari kampus.
Dalam hal ini, selain dilakukan tes kompotensi hal yang paling penting
yang dapat dilihat dari pegawai setiap pegawai yaitu ada beberapa aspek yaitu
prestasi kerja, pengalaman, kepangkatan, dan pendidikan. Jika seorang pegawai
memiliki dari kriteria yang dimaksud maka tidak menutup kemungkinan pegawai
yang memenuhi kriteria tersebut layak untuk dipromosikan. Lain pula yang
dikatakan oleh FB tentang informasi mengenai adanya sebuah promosi jabatan
yang akan ddiselengarakan. Menurut FB yang mengatakan:
“Tidak ada sosialisasi cukup dilihat kinerjanya, jika memang kinerjanya
baik dan memenuhi kriteria maka pegawai itu layak untuk
dipromosikan.”(Hasil wawancara pada tanggal 02 juli 2015)
Berdasarkana hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa dalam konteks
informasi mengenai adanya sebuah promosi jabatan itu tidak ada sosialisasi dalam
penyampaian. Hanya saja pegawai yang mempunyai kinerja yang bisa dikatakan
patut untuk dipromosikan maka itulah yang akan mendapatkan promosi jabatan.
Intinya tidak melihat baik laki-laki maupun perempuan yang layak dipromosikan.
52
Jika memang pegawai baik-laki-laki maupun perempuan memiliki kinerja yang
baik dan mampu untuk bekerja, maka kesempatan itu ada untuk semua pegawai.
Ditambahkan pula oleh RN yang mengatakan:
“Informasi tentang akan diadakannya promosi jabatan itu, beda dengan
sekarang dek, dulu sebelum UU ASN tidak ada namanaya lelang jabatan,
informasi mengenai akan diadaknnya promosi jabatan itu tidak ada, baru
pi setelah adanya perubahan ASN baru diinformasikan bahwa disini lah
ada jabatan kosong. Disitumi baru dipasang papan pengumuman bahwa
dibuka lowongan bagi pegawai untuk jabatan strucktural. jadi dapat mi
dilihat oleh semua pegawai.”(Hasil wawancara pada Tanggal 27 Juli
2015)
Akses atau informasi dalam pelaksanaan promosi jabatan ini sebelum
adanya perubahan peraturan perundang-undangan tentang pengangkatan jabatan
tidak ada informasi kepada seluruh pegawai, akan tetapi langsung memberikan
surat pemberitahuan kepada pegawai yang dianggap layak dan memenuhi syarat
berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan. Namun kemudian setelah
adanya perubahan UU ASN no 5 pada tahun 2014 maka promosi jabatan
dilakukan secara terbuka dan diinformasikan kepada seluruh pegawai serta
diberikan kesempatan bagi pegawai yang merasa layak dan memenuhi syarat dan
standar yang ada. Dikatakan pula oleh VA mengenai informasi tentang adanya
promosi jabatan, VA mengatakan:
“Saya waktu mendapatkan promosi jabatan langsung saja dapat surat
pengangkatan. Informasi Mengenai pelaksanaanya sama sekali saya tidak
mendapatkan karena ini dilaksnakan secara rahasia hanya kami selalu
mempersiapkan diri.” (Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara dengan VA dapat dilihat bahwa beliau langsung
mendapatkan surat pengangkatan tanpa adanya informasi terlebih dahulu atau
53
pemberitahuan dari atasan. Karena menurut VA pada waktu mendapatkan
promosi jabatan itu dilakukan secara rahasia. Hanya atasan yang mengetahui
orang-orang yang akan dipromosikan. Hanya saja setiap pegawai selalu
mempersiapkan diri. Ditambahkan lagi oleh MR yang mengatakan:
“Saya tidak pernah diiformasikan tentang adanya promosi jabatan”.
(Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa informan pada saat adanya
promosi jabatan, informan tersebut sama sekali tidak diinformasikan adanya
promosi jabatan. Hasil tersebut dijelasakn bahwa proses pelaksanaan promosi
jabatan yang dilakukan oleh BKD Kota Makassar itu dilakukan secara langsung.
Jadi pegawai hanya mempersiapkan diri untuk mendapatkan pengangakatan tanpa
harus mendaftar dulu.
Adapun perbedaan hasil wawancara yang dilakukan atas dasar informasi
yang didapat oleh salah seorang juga pegawai yang mengalami promosi jabatan.
Informan memberikan penjelasan terkait pengalam informan mengenai pelaksaan
promosi jabatan. AS mengatakan:
“Iya saya mendapat informasi dek. Kemarin, saya mengikuti beberapa
jalur dalam promosi jabatan namanya tahap seleksi mulai dari
pengurusan admiistrasi, tes kompotensi dan dilihat dari kinerja selama
jadi pegawai. Alhhamdulillah saya lulus dan .memproleh jabatan
itu.”(Hasil wawancara pada tanggal 03 Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan AS seperti yang dikatakan diatas
bahwa sewaktu adanya promosi jabatan dirinya mendapatkan sebuah informasi.
Bahkan informan tersebut mengikuti beberapa jalur seleksi agar dapat mendapat
promosi jabatan. Adapun seleksinya berupa pengurusan administrasi yang dilihat
54
dari tingkat pendidikan, pengalaman, serta hasil kerja selam bekerja sedangkan tes
kompotensi yang berupa ujian tes tertulis. Hasil seleksi inilah yang kemudian
pegawai dipromosikan berdasarkan dengan hasil tes dan pertimbangan
Baperjakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai diadakannya promosi
jabatan. Terkait informasi tentang pelaksanaanya itu ada dua opsi dari masing
masing informan. Yang pertama informan mengatakan informasi disebarkan
secara terbuka melalui papan pengumumuan sedangkan informan yang kedua
melihat langsung kinerja dari setiap pegawai. Dilihat pula bagi informan yang
yang mengalami promosi jabatan juga terdapat 2 opsi, yang pertama pegawai
mengatakan dia tidak mendapat informasi langsung saja ada surat pengangkatan
sedangkan informan kedua mengatakan dia mendapat informasi bahkan informan
mengikuti beberapa pengurusan administrasi sampai dengan tes seleksi.
Melihat kondisi tersebut dianalisis kembali hasil wawancara dari informan
ternyata telah terjadi perubahan ASN kepegawain. Sebelum perubahan ASN
ternayata memang tidak ada informasi atau sosialisasi mengenai akan
diadakannya sebuah promosi jabatan, akan tetapi atasannya hanya melihat kinerja
dari setiap pegawainya jika memang layak dan memenuhi kriteria yang ada maka
pegawai tersebut layak untuk mendapatkan promosi jabatan. Sedangkan setelah
adanya perubahan ASN 2014 maka informasi mengenai adanya sebuah promosi
jabatan itu disebarkan secara terbuka melalui papan pengumuman.
Hal ini bermaksud bahwa pada dasarnya memang pernah terjadi tidak ada
informasi mengenai promosi jabatan, atasan memiliki hak penuh dalam
55
pengangakatn pegawai. Disadari memang bahwa aturan ASN memang harus
diubah mengenai pengangkatan pegawai dalam sebuah jabatan. Mengingat UU
No 9 tahun 2000 tentang pengarustamaan gender harus diberlakukan dalam semua
instasni pemerintahan.
Kesadaran akan akses bagi perempuan untuk diangkat jabatannya dalam
instansi pemerintahan itu sudah ada. Para pegawai khususnya perempuan juga
sudah dapat menikmati akses yang ada terkait dengan pelaksanaan promosi
jabatan. Meskipun demikian kelayakan seorang pegawai perempuan dalam
mendapatkan promosi jabatan itu masih terdapat kecanggugan mengenai ketidak
mampuan pegawai dalam bekerja. Akan tetap setidaknya kaum perempuan juga
ingin merasakan sebuah kebebasan untuk berkarir dan mampu untuk
menunjukkan bakat atau kemampuan dalam bekerja.
Berdasarkan hasil observasi selama dilapangan peneliti berusaha untuk
mencari informasi-informasi tentang pelaksanaan promosi jabatan. Akan tetapi,
peneliti tidak menemukan pengumuman tersebut. Dalam hal ini pengadaan papan
pengumuman informasi tentang akan diadaknnya sebuah promosi jabatan belum
jelas dan masih sulit untuk dijangkau informasinya.
b) Memperoleh kedudukan
Peluang seseorang dalam menduduki sebuah jabatan pada dasarnya sama
hanya saja peluang itu dalam hal pelaksanaan promosi jabatan memiliki syarat
tertentu dalam proses pelaksanaan promosi jabatan. Kedudukan ini sangat
menjamin keberadaan seseorang dalam sebuah instansi, karna berkat sebuah
kedudukan seseorang dapat dipandang memiliki sebuah martabak. Apalagi kalau
56
dilihat dari segi gender. Hal ini sangat berdampak pada kondisi laki-laki dan
perempuan dalam sebuah jabatan untuk terjadinya kesetaraan gender. Berdasarkan
hasil wawancara dengan FB yang mengatakan:
“Peluang seseorang dalam mendapatkan promosi jabatan itu semua sama
dek, tergantung dari pegawainya itu sendiri apa layak untuk mendapatkan
jabatan tersebut. Pelaksanaan promosi jabatan bagi para pegawai itu
dilakukan apabila pegawai atau pejabat sudah pensiun, dipecat, atau
diberhentikan. Jadi disitu akan dilaksanakan sebuah promosi jabatan
akan tetapi terdapat beberapa syarat dalam penggangkatan apabila
mereka memenuhi syarat tersebut maka pegawai tersebut layak untuk
dipromosikan. Indikator dalam proses pelaksanaan promosi jabatan
dilihat dari tingkat golongan, tingkat pendidikan, dan kinerja selama
mereka bekerja.” (Hasil wawancara pada tanggal 02 Juli 2015)
Dalam pelaksanaan promosi jabatan terdapat akses yang digunakan dan
dapat dimanfaatkan oleh semua pegawai yang ada di kantor BKD tersebut,
termasuk informasi kekosongan tempat atau jabatan yang diakibatkan karena
adanya pegawai atau pejabat yang pensiun, dipecat, atau diberhentikan oleh pihak
tertentu dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan
yang ada.
Kelayakan setiap pegawai untuk menduduki sebuah jabataan itu ada hanya
saja setiap pegawai tidak mudah untuk diangkat dan dipromosikan karena
pegawai yang akan diangkat itu mesti dilihat dulu dari tingkat pendidikannya,
tingkat golongannya dan hasil kerja selama ini. Jika pegawai memenuhi
persyaratan tersebut maka pegawai tersebut layak untuk dipromosikan. Tidak
melihat bahwa apakah dia perempuan atau laki-laki, apakah dia mampu atau tidak,
karena pada dasarnya sudah ada indikatot yang dapat dilihat selama ini. Jadi tidak
57
menutup kemungkinaan peluang yang menjamin seorang pegawai untuk
dipromosikan itu selalu ada. Ditambahkan pula oleh BR yang mengatakan:
”Iya pada prinsipnya sama tapi tentu harus menurut prestasi kerja. Serta
merujuk pada penghargaan kepada seseorang. semakin tinggi jabatan
semakin kurang orang dibutuhkan dan semakin tinggi persaingan.
tentunya yang dilihat itu kinerja, dan perilaku.” (Hasil wawancara pada
tanggal 27 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dijelaskan bahwa memang pada
prinsipnya peluang itu ada untuk semua pegawai hanya saja merujuk pada prestasi
kerja pegawai. Akan tetapi dalam sebuah instansi ada dibilang batas perolehan
jabatan dengan maksud semakin tinggi suatu jabatan maka peluang itu semakin
berkurang dikarenakan terjadi tingkat jabatan pada setiap pegawai itu dilihat
berdasarkan dengan jabatan yang ditempati. Intinya pegawai akan selalu dapat
promosi jabatan itupun berdasarkan dengan kelayakknya untuk dipromosikan.
Adapun kedudukan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan hasil yang didapat di BKD
Kota Makassar sebagai berikut:
Tabel 6. Daftar Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin 2014
No Jabatan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Eselon II 32 6 38
2 Eselon III 148 35 183
3 Eselon IV 746 559 1305
4 Eselon V 37 27 64
Jumlah 963 627 1590
Sumber: Kantor BKD Kota Makassar
58
Hasil tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa perbandingan antara Laki-laki
dan Perempuan berdasarkan Eselon yaitu pada Eselon V laki-laki berjumlah 37
orang dan perempuan berjumlah 27 orang, Eselon IV laki laki berjumlah 746
orang dan perempuan berjumlah 559 orang, Eselon III laki-laki berjumlah 148
orang dan perempuan berjumlah 35 orang, Eselon II laki-laki berjumlah 32 orang
dan perempuan berjumlah 6 orang. Dari jumlah perbandingan tersebut bahwa
sekitar 61% laki-laki dominan kedudukannya lebih tinggi dari pada perempuan
yang hanya sekitar 39% kedudukannya dijabatan struktural.
Berdasarkan hasil tabel tersebut dan dibandingkan dengan hasil
wawancara dijelaskan bahwa tidak adanya kesesuaiannya antara data yang
diperoleh dengan hasil wawancara tersebut. Data menjelaskan bahwa sekitar 22%
perbandingan antara laki-laki dan perempuan dalam posisi jabtan struktural.
Sedangkan hasil wawancara menjelaskan bahawa peluang itu sama untuk semua
pegawai. Hasil wawancara juga dijelaskan oleh MR yang mengatakan:
“Saya tidak bisa jawab berapa persen peluang disini karena kita juga ini
ditunjuk oleh pimpinan untuk menduduki sebuah jabatan, itulah saya
tidak bisa persenkan berapa besar peluang perempuan, akan tetapi
sekarang ada undang undang gender untuk perempuan menduduki
sebuah jabatan jadi diistilahkan dengan 60% 40% bisa atau 50% 50%
bisa tergantung dari perempuan yang akan menduduki jabatan.” (Hasil
wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara diatas menjelaskana bahwa peluang seseorang dalam
menduduki jabatan itu tidak dapat dipersenkan, dalam hal ini bahwa tidak ada
ketentuan kuota seorang pegawai baik laki-laki maupun perempuan dalam
menduduki sebuah jabatan. Siapa saja yang ditunjuk oleh pimpinan maka itulah
yang menduduki jabatan itu.
59
Hasil wawancara juga menjelaskan bahwa sekarang telah adanya
penentuan kuota untuk laki laki dan perempuan yang telah diatur dalam undang-
undang gender dimana kuota itu dapat dipersenkan dengan 60% laki laki dan 40%
perempuan dan bisa juga dengan kuota 50% laki-laki dan 50% perempuan.
Hasil wawancara tersebut peneliti menyimpulakan bahwa sekarang ini
pelaksaan pengarusustamaan gender bagi laki-laki dan perempuan dalam
menduduki jabatan srtuktural di pemerintahan itu sudah mulai diterapkan hanya
saja belum maksimal, akan tetapi peluang itu sama saja disetarakan antara laki-
laki dan perempuan. Dikatakan pula oleh RN mengemukakan :
“Semua pegawai berpeluang hanya saja dilihat apa pegawai itu mampu
untuk menduduki jabatan itu.” (Hasil wawancara pada 27 Juli 2015)
Hasil wawancara dijelaskan bahwa pada dasarnya pegawai itu berpeluang
untuk menduduki sebuah jabatan tersebut, hanya saja peluang itu dilihat dari
kemampuan pegawai itu. Orang yang memduduki sebuah jabatan harus memang
memiliki kemampuan atau skiil dikarenakan seseorang bisa saja menduduki
tersebut tapi tidak mampu untuk melaksanakna tugasnya jadi mesti disini
diperjelas bahwa peluang itu selalu ada untuk pegawai asalkan pegawai tersebut
mampu menduduki jabatan tersebut. Ditambahkan pula oleh RY yang mengatakan
“Iya dek semua berpeluang yang jelas memenuhi syarat intinya dia
mampu menjalankan amanah yang diberikan.”(Hasil wawancara pada
tanggal 03 agustus 2015)
Berdasarkan hasil dari seluruh wawancara dengan informan dapat
disimpulkan bahwa peluang seseorang dalam menduduki sebuah jabatan itu ada,
terkait dengan gender ya ada perbandingan persen dalam keduanya hanya saja
untuk menduduki jabatan tersebut dilihat juga dari kriteria pegawai mengenai
60
kelayakan atau standar kriteria dalam hal itu. Jika pegawai memenuhi syarat yang
telah ada maka pegawai tersebut memiliki peluang. Hasil wawancara dengan AS
yang mengatakan pula:
“Intinya peluang seseorang untuk mendapatkan sebuah promosi itu
semuanya sama hanya saja peluang itu harus didasari dengan melihat dari
prestasi, perilaku, dan kinerja dari setiap pegawai itu.”(Hasil wawancara
pada tanggal 06 Agustus 2015)
Setiap pegawai memiliki peluang yang sama dalam meduduki sebuah
jabatan hanya saja peluang yang ada itu harus memenuhi kriteria yang telah ada,
setiap pegawai yang akan mendapatkan promosi jabatan itu harus memiliki
kriteria atau persyaratan dalam hal pelaksanaan promosi jabatan, seperti prestasi,
perilaku, dan kinerja. Perilaku pada dasarnya pegawai harus memiliki sikap dan
moral yang dapat mencerminkan keteladanan dari setiap pegawai. Prestasi itu
dilihat dari hasil-hasil kerja yang yang telah memenuhi standar keberhasilan dari
apa yang telah menaikkan sebuah nama isntansi, Kinerja itu sendiri berasal dari
keuletan dari pegawai dalam bekerja
Selain itu peluang yang ada itu tergantung dari pegawai itu sendiri dan
pegawai yang berhak untuk mendapatkan peluang tersebut betul-betul memiliki
kemampuan dalam bekerja, dapat dipercaya, dan mampu untuk melaksanakan
tugas dari atasannya. Jadi persolana gender disini bisa dikatakan peluangnya sama
hanya saja dilihat lagi kepada pegawainya tentang kelayakannya untuk
dipromosikan.
Intinya peluang itu ada untuk setiap pegawai, semuanya tergantung dari
pegawai itu sendiri. Tidak ada istilah diksriminasi yang terjadi pada pegawai baik
61
laki-laki maupun perempun, jika mereka mampu kenapa tidak mereka untuk
dipromosikan.
Berdasarkan hasil observasi selama dilapangan peneliti menemukan hal-
hal dari peluang terkait dengan kedudukan jabatan, dilihat dari struktur organisasi
yang ada dilingkup BKD Kota Makassar hasil dari promosi jabatan itu
menghasilkan jumlah pegawai sekitar 71% laki laki menduduki jabatan tertinggi
dibandingkan dengan Perempuan yang hanya sekitar 29 % kedudukannya dalam
jabatan struktural. Hasil tersebut mencerminkan bahwa memang ada
perbandingan posisi kedudukan jabatan antara laki-laki dan perempuan dilingkup
BKD Kota Makassar. Meskipun hasil wawancara dari beberapa informan yang
mengatakan bahwa semua pegawai memiliki peluang untuk di promosikan
asalkan memenuhi persyaratan yang telah ada. Akan tetapi, hasil tersebut tidak
sesuai dengan hasil promosi jabatan yang terjadi Kota Makassar berdasarkan
dengan data yang telah di peroleh selama penelitian. Terkhusus untuk ruang
lingkp di BKD Kota Makassar itu sendiri.
2. Partisipasi dalam Promosi Jabatan di BKD
Partisipasi adalah keikutsertaan para pegawai dalam kegiatan yang
dilakukan oleh instansi baik dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan
maupun evaluasi. Partisipasi sangat diperuntukkan jikalau laki-laki dan
perempuan sama-sama ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan. Tidak
menutup kemungkinn pendapat yng dikeluarkan oleh seorang pegawai dapat
membawah sebuah perubahan. Terkait dengan pelibatan perempun dalam promosi
jabatan perempuan bisa saja sangat bertanggung jawab dan tangkap dengan
62
keadaan serta situasi yang terjadi. Jadi keikutsertaan pegawai secara sama akan
dapat berdampak adil dikarenakan sama-sama merasakan dapat dilibatkan dalam
promosi jabatan.
a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Partisipasi dalam pengambilan keputusan dimana keikutsertaan pegawai
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan di kantor BKD Kota Makassar.
Proses pengambilan keputusan dalam hal ini dilihat bagaimana suatu keterlibatan
perempuan mampu untuk memilih sebuah keputusan yang baik dan keputusan itu
memang layak dan patut untuk dipertimbangkan. Berdasarkan Hasil wawancara
BR yang mengatakan:
”Partisipasi dalam pengambilan keputusan dek, ketelibatan pegawai
perempuan tidak ada karena yang berhak mengambil keputusan dalam
promosi jabatan itu dibawah kewenangan dari Baperjakat dan jajarannya.
Jadi pengambilan keputusan itu sudah ditetapkan oleh Baperjakat.”(Hasil
wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan BR dapat dijelaskan bahwa proses
pengambilan keputusan itu tidak ada keterlibatan perempuan, hanya Baperjakat
yang terlibat dalam pengambilan keputusan, ini berarti bahwa tidak ada
keterlibatan para pegawai dalam proses pengambilan keputusan dalam promosi
jabatan.
Terkait dengan gender bahwasanya perempuan itu memang tidak
dilibatkan dalam pengambilan keputusan karena proses pengambilan keputusan
itu berada pada naungan Baperjakat dan jajarannya. Segala keputusan berada
ditangan baperjakat, Jadi sama sekali pelibatan perempuan disini tidak
diikutsertakan. Melihat keadaan tersebut sungguh memperhatinkan keadaan
63
seorang pegawai yang tidak memiliki peran dalam hal ini. Adapun Anggota dari
Baperjakat yaitu:
Tabel 7. Nama-nama Anggota Baperjakat
NO NAMA JABATAN JENIS
KELAMIN
1 IBRAHIM SALEH SEKDA (BAPERJAKAT) LAKI-LAKI
2 BASO AMIRUDDIN SEKERTARIS BAPERJAKAT LAKI-LAKI
3 ZAINAL IBRAHIM ANGGOTA LAKI-LAKI
4 MUSTARI SOBA ANGGOTA LAKI-LAKI
5 BURHANUDDIN ANGGOTA LAKI-LAKI
Sumber: Kantor BKD Kota Makassar
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa anggota dari Baperjakat
berjumlah 5 orang yang terdiri dari kaum laki-laki semua. Hal ini dimaksudkan
bahwa memang pelibatan atau keikutsertaan perempuan dalam pengambilan
keputusan tidak ada dikarenakan yang ikutserta hanya saja orang-orang dari
Baperjakat itu sendiri dan anggota dari Baperjakt itu semuanya laki-laki. Jadi
intinya tidak ada keikutsertaan kaum perempuan dalam hal ini.
Melihat dari anggota Baperjakat laki-laki semua jadi kemungkinan besar
hanya orang-orang itu yang terlibat dalam pengambilan keputusan karena
sebelumnya sudah ada hasil wawancara yang didapat bahwanya seorang pegawai
bekerja berdasarkan tupoksinya.
Proses pengambilan keputusan dalam promosi jabatan yang dilakukan di
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Makassar. Bahwasanya telah ada
pembagian kerja untuk setiap pegawai. Para pegawai telah memiliki tupoksi
64
masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti ke pada informan FB yang mengatakan:
“Pembagian kerja para pegawai dalam kantor BKD ini sudah diatur dek,
jadi setiap pegawai memiliki tupoksi masing-masing. Mengenai
pelibatannya dalam pengambilan keputusan itu tergantung dari bidang
apa yang melaksanakan. Kalaupun memang ada perempuan yang terlibat
itu bisa saja perempuan berada dalam bidang tersebut.” (Hasil
wawancara pada tanggal 02 Juli 2015)
Hasil wawancara di atas tersebut menjelaskan pula bahwa sudah ada
tupoksi masing-masing pegawai dalam jabatan, jadi masing-masing pegawai
terlibat dalam pengambilan keputusan yang melaksankan kegiatan.
Pada dasarnya para pegawai sudah memiliki tugas masing masing. Para
pegawai terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan dengan
pekerjaannya. Memang keterlibatan perempuan daam pengambilan keputusan
terkait dengan promosi jabatan itu tidak ada. Tapi keterlibatan dalam kegiatan lain
yang memang tugasnya pegawai perempuan itu dilibatkan. Ditambahkan pula
oleh VA yang mengatakan:
“Saya tidak pernah diikutsertakan dalam pengambilan keputusan untuk
promosi jabatan dek,hanya yang berada pada bidang pendayagunaan dan
pengembangan karir yang terlibat.” (Hasil wawancara pada tanggal 27
Juli 2015)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan partisipasi dalam pengambilan
keputusan itu tidak ada, hanya saja setap pegawai memiliki tupoksi masing-
masing. Hanya orang-orang tertentu yang terlibat dalam pengambilan keputusan
terhadap promosi jabatan yang dilaksanakan. Karena pada dasarnya yang
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ini adalah baperjakat dan jajarannya.
65
Kalaupun memang ada keterlibatan perempuan itu bisa saja perempuan tersebut
berada dalam itu. Seperti yang dikatakan oleh RN yaitu:
“Kalau itu dek tugasnya atasan, dia yang memutuskan segala apa yang
terjadi di kantor ini, kami tidak pernah ikut dalam pengambilan
keputusan dek, apalagi mengenai promosi jabatan, itu sudah mutlak
keputusan dari Baperjakat.” (Hasil wawancara apas 27 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dijelaskan bahwa sudah ada yang
yang bertugas dalam wilayah pengambilan keputusan, pegawai biasa tidak ada
yang terlibat karena sudah mutlak proses pengambilan keputusan itu sudah berada
di tangan Baperjakat. Begitupun yang ditambahkan oleh AS yang mengatakan:
“Kalau saya pribadi saya tidak pernah terlibat dek, itu bukan tugas saya,
kami disini hanya bekerja sesuai proporsi kita. Setahu saya itu berada
dibawah tangan atasan. Kami hanya menjalankan tugas berdasarkan
tugas kita.” (Hasil wawancara pada tanggal 06 agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa informan sendiri juga tidak
pernah terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan sebab para pegawai
bekerja sesuai dengan proporsi mereka. Terkait dengan pengambilan keputusan
sudah ada yang menangani hal tersebut. Pegawai hanya bekerja sesuai dengan
tugas mereka dan sama sekali pegawai tidak pernah terlibat dalam kegiaan kecuali
kegiatan tersebut tugas mereka. Terkait terjadi diskriminasi, sudah jelas bahwa
setiap pegawai itu bekerja sesuai tupoksinya dan dari awal sudah ada ketatapan
kerja dari setiap pegawai dalam menduduki sebuah jabatan.
Jadi dapat disimpulkan dari seluruh hasil wawancara bahwa partisipasi
perempuan dalam pengambilan keputusan untuk promosi jabatan itu tidak ada.
Karena yang berhak ikut berpartisipasi dalam hal ini yaitu baperjakat dan
jajarannya serta subbidang pendayagunaan dan pengembangan karir. Dari data
66
yang dikumplkan terkait anggota dari Baperjakat itu adalah laki-laki semua jadi
pelibatan perrempuan itu tidak. Terkecuali jika pegawai perempuan tersebut
berada pada jajaran Baperjakat dan Subbidang Pendayagunaan dan
Pemgembangan Karier, itulah yang berhak ikut berpartisipasi.
Berdasarkan hasil observasi selama dilapangan peneliti melihat dari data
yang ditemukan bahwa ternyata orang-orang dalam Baperjakat itu laki-laki semua
jadi menutup kemungkinan tidak ada dari pegawai perempuan yang terlibat dalam
pengambilan keputusan, ini sama halnya dari hasil wawancara beberapa informan
bahwa hanya anggota dari baperjakat yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan dan mereka sendiri juga langsung mengatakan bahwa mereka tidak
pernah terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan.
b) Partisipasi dalam Pelaksanaan
Partisipasi dalam pelaksanaan promosi jabatan itu berdasarkan tupoksi
setiap pegawai. Dalam lingkup BKD setiap pegawai memiliki tupoksi masing-
asing jadi partisipasi dalam kegiatan BKD masing-masing memiliki partisipasi.
Seperti yang dijelaskan oleh BR yang mengatakan:
”Disni dek sudah ada 4 bidang yang memiliki tugas, kalau masalah itu,
sudah ada yang melaksankannya yaitu Subbidang pendayagunaan dan
pengembangan karier. Segala bentuk proses pelaksanannya itu ditangani
bidang itu.” ( Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara menjelaskan bahwa terkait dengan proses pelaksanaan
promosi jabatan sudah ada bidang yang menangani hal tersebut jadi memang
pembagian tugas setiap bidang sudah jelas tugas dan fungsinya tinggal bidang
tersebut menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsinya. Jadi tidak ada ikut cmpur
tangan pegawai kecuali yang berada pada bidang itu ( Subbidang pendayagunaan
67
dan pengembangan karier). Dapat pula dilihat dari hasil wawancara oleh FB yang
mengatakan:
“Ya sama halnya dalam pelaksanaan promosi jabatan yang berhak
berpartisipasi dalam hal ini yaitu sub bidang pendayagunaan dan
pengembangan karier, disni dek para pegawai memiliki tupoksi masing-
masing jadi hanya orang-orang yang berada pada wilayah itu yang
melaksanakn promosi jabatan. Tidak ada partisipasi dari pegawai lain
baik laki-laki maupun perempuan.” (Hasil wawancara pada tanggal 02
Juli 2015)
Hasil wawancara menjelaskan bahwa yang terlibat dalam pelaksanaan
promosi jabatan yaitu Subbidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karier.
Bidang tersebut yang akan terlibat dalam proses pelaksanaan promosi jabatan,
tidak menutup kemungkinan setiap pegawai terlibat karena setiap pegawai
memiliki tupoksi masing masing, mengenai keterlibatan perempuan itu tidak ada.
Jadi partisipasi perempuan dalam pelaksanaan promosi jabatan itu sama sekali
tidak ada keterlibatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan VA yang
mengatakan:
“Kalau itu, masing masing sudah memiliki tugas, saya tidak pernah
terlibat, saya juga tidak atau bahwa apakah ada perempuan yang terlibat
atau tidak, itu sudah keputusan yang disebelah ( subbidang
pendayagunaan dan pengembangan karier).”( Hasil wawancara pada
tanggal 27 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dijelaskan bahwa informan tersebut
juga tidak pernah terlibat dalam pelaksanaan promosi jabatan. Sama halnya
dikatakan informan lainnya bahwa sudah ada bidang yang khusus menjalankan
tugas tersebut. Para pegawai hanya bekerja berdasarkan tupoksinya, campur
tangan para pegawai tidak ada kecuali pegawai yang berada pada bidang tersebut
(Subbidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karier)
68
Partisipasi itu hanya orang-orang terkhusus yang terlibat karena proses
pelaksanan promosi jabatan sudah ada bidang yang melaksanakannya jadi orang-
orang yang hanya berada pada bidang itu yang memiliki keterlibatan dalam
pelaksaannya. Ditambahkan oleh RN yang mengatakan:
“Partisipasi disini masing-masing memiliki tugas, jadi yang berhak
melaksanakan tugas itu ya bidangnya sendiri. Misalnya promosi jabatan
jadi yang ikut serta ya subbidang pendayagunaan dan pengembangan
karier, saya tidak pernah terlibat karena bidang itu terdiri tim sendiri.
saya baru terlibat dalam hal pelaksanaan dan pelantikan serta
pengaturannya akan tetapi kalau dalam pelaksanaannya sama sekali tidak
ada.”( Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara pun demikian mengatakan sudah jelas setiap pegawai
memiliki tupoksi masing-masing, tidak ada keterlibatan pegawai perempuan
dalam pelaksanaan promosi jabatan. Karena pada dasarnya sudah ada yang
membidangi proses pelaksanaan promosi jabatan, terdapat tim yang melaksanakan
promosi jabatan. Biasa saja pegawai dilibatkan itu dalam hal proses pengaturan
dan proses pelantikan oleh pegawai yang mengalami promosi jabatan. Seperti
juga yang dikemukakan oleh RY terkait dengan partisipasi seorang dalam
pelaksanaan yang mengatakan:
“Disini dek, pegawai memiliki tugas dan fungsi masing-masing jadi
untuk proses pelaksanaan promosi jabatan itu sendiri memiliki tim
pelaksana jadi tidak ada diibilang seluruh pegawai berpartisipasi dalam
pelaksanaanya.”(Hasil wawancara pada tanggal 03 Agustus 2015)
Hasil wawancaraa tersebut menjelaskan bahwa proses pelaksanaan
promosi jabatan itu pada dasarnya sudah memiliki tim tersendiri, tidak ada istilah
keikutsertaan pegawai lain dikarenakan sudah ada tim pelaksana yang telah
dibentuk. Karena sudah ada tupoksi masing-masing pegawai jadi tidak ada
69
keterlibatnnya dalam promosi jabatan. Pembagian kerja setiap pegawai sudah ada
tinggal pegawai bekerja berdasarkan tupoksinya. Hasil wawancara tersebut sesuai
dengan yang dikatakan pula oleh informan sebelumnya. Begitupun yang
ditambahkan oleh AS yang mengatakan:
“Keikutsertaan perempuan itu sendiri selain dari tugas dan fungsi
jabatannya, perempuan biasa dilibatkan dalam kegiatannya lainnya.
Misalnya. Ada kegiatan yang diadakan dikantor anggaplah workshop,
disinilah dek perempuan terlibat mulai dari persiapan dekorasi ruangan,
makannya dan lain sebagainya. Karena perempuan ji yang tahu begituan,
yang begini baiknya.” ( Hasil wawancara pada tanggal 06 Agustus 2015)
Dari hasil wawancara dari beberapa pegawai jadi dapat disimpulkan
bahwa partisipasi pegawai perempuan dalam promosi jabatan itu tidak ada.
Karena dalam ruang lingkup BKD itu setiap pegawai sudah memiliki tugas pokok,
dan fungsi masing-masing, siapa yang memiliki job itulah yang terlibat dalam
kegiatan tersebut. Terkecuali keterlibatan perempuan ada itu apabila kegiatan
yang dilaksanakan itu perempuan yang membidangi kegiatan tersebut. Pada
dasarnya dijelaskan mengenai partisipasi perempuan itu sudah jelas memiliki
tupoksi masing-masing.
Adapun Jumlah pegawai yang mengalami promosi jabatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 8. Jumlah Pegawai yang Mengalami Promosi Jabatan:
No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2013 202 123 325
2 2014 387 181 568
Sumber: Kantor BKD Kota Makassar
70
Berdasarkan dari hasil tabel tersebut menjelaskan bahwa telah terjadi
tingkat perbedaan hasil promosi jabatan antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari tahun ketahun. Dimana pada tahun 2013 jumlah pegawai 325 orang yang
terdiri dari 202 laki-laki dan 123 perempuan sedangkan pada tahun 2014
berjumlah 568 orang yang terdiri dari 387 laki-laki dan 181 perempuan. Ini berarti
telah terjadi tingkat perbedaan jabatan pada Pegawai Negeri Sipil dalam hal
promosi jabatan di BKD Kota Makassar. Hasil pelaksanaan promosi jabatan
diatas tersebut memberikan penjelasan. Memang pada kenyataannya ada
kesenjangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dalam promosi jabatan.
Sebab data yang diperoleh dari tahun ketahun terlihat jelas perbandingan antara
laki-laki dan perempuan yang mengalami promosi jabatan berdasarkan hasil
tersebut di atas.
Berdasarkan hasil observasi peneliti selama dilapangan para pegawai tidak
ada yang terlibat. Setiap pegawai hanya bekerja pada bidangnya dan keikutsertaan
dalam promosi jabatan itu tidak ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari partisipasi perempuan dalam
pelaksanaan promosi jabatan itu memang tidak, dikarenakan pegawai yang
bekerja di kantor BKD sesuai dengan tupoksi mereka. Dan juga yang terlibat
dalam pelaksanaan ini yaitu Subbidang pendayagunaan dan pengembangan karier
dan Baperjakat. Jika dilihat dari anggotanya memang Laki-laki semua yang duduk
diwilayah itu. Jadi sudah jelas perempuan sama sekali tidak ada yang terlibat. Ini
juga terlihat dari beberapa informan perempuan yang diwawancarai terkait
keterlibatnnya dan hasilnya mengatakan mereka sama sekali tidak pernah terlibat.
71
c) Partisipasi Dalam Evaluasi
Partisipasi dalam evaluasi yang dimaksudkan yaitu keikutsertaan pegawai
dalam hal evaluasi kegiatan yang telah berjalan. Evaluasi yang dimaksud yaitu
hasil dari kegiatan yang berjalan untuk melihat apakah kegiatan tersebut berjalan
baik atau sebaliknya, sesuai dengan yang ingin dicapai begitupun sebaliknya.
Disini dapat dilihat peran pegawai dalam hal evaluasi kegiatan. Berdasarkan dari
hasil wawancara dengan FB yang mengatakan:
“Begitu pun dengan evaluasi. Disni evaluasi itu dilaksnakan oleh
Baperjakat dan jajarannya. Merekalah yang menentukan pegawai yang
dipilih untuk dipromosikan. Baperjakat menerima nama-nama orang
yang akan dipromosikan dari Subbidang Pendaygunaan dan
Pengembangan Karier, kemudian terpilih 3 nama yang akan menduduki
jabatan tersebut. Tiga nama inilah yang akan diuji kemampuannya dan
siapa yang memiliki peringkat teratas maka dia yang berhak menduduki
jabatan itu.” ( Hasil wawancara pada tanggal 02 Juli 2015)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi masih
tetap berada pada wilayah baperjakat, tidak ada campur tangan para pegawai.
Hasil rekapan nama-nama pegawai yang akan dipromosikan berasal dari
Subbidang Pendayagunaan dan Pengembangan Karir. Sebelum nama-mana itu
dievaluasi oleh baperjakat, sebelumnya sudah diseleksi oleh Subbidang
Pendayagunaan dan Pengembangan Karir. Baperjakat hanya menerima 3 nama
yang lolos berkas. Selanjutnya 3 nama tersebut di tes dan selanjutnya tahap
evaluasi itu ditangani oleh Baperjakat dan jajarannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan mengenai partisispasi semua bidang dikatakan bahwa tidak semua
bidang harus ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk
72
pengangkatan pegawai melalui promosi jabatan, adapun yang ikut berpartisipasi
dalam hal pengangkatan jabatan pegawai adalah bidang Subbidang
Pendayagunaan dan Pengembangan Karier dan Baperjakat. Mengenai partisipasi
perempuan secara khusus tidak ada perbedaan atau marjinaalisasi antar pegawai
laki-laki dan perempan, yang jelas mereka berada dalam tim bidang Subbidang
Pendayagunaan dan Pengembangan Karier. Maka layaklah pegawai tersebut ikut
terlibat. Hasil wawancara dengan BR yang mengatakan:
“Mengenai keterlibatan pegawai perempuan, itu tidak dilibatkan,hanya
orang-orang tertentu yang terlibat dalam evaluasi.” (Hasil wawancara
pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara tersebut diatas menjelaskaan bahwa dalam proses
evaluasi mengenai promosi jabatan tidak ada keterlibatan pegawai perempuan,
adapun pegawai yang terlibat itu merupakan pegawai yang tertentu saja. Dalam
hal ini tertentu dimaksudkan yang terlibat bukan pegawai biasa orang tersebut ada
orang memang memiliki tugas dalam kegiatan ini yaitu Baperjakat, Sekertaris,
Inspektorat dan Kepala BKD. Dijelaskan pula oleh salah seorang informan yaitu
RN mengenai keterlibatnnya yanag mengatakaan:
“Partisipasi perempuan dalam evaluasi tidak ada bahwa ada diskriminasi,
jadi saya apa tugas pokokku itulah yang saya laksanakan meskipun
mungkin ada yang kaya sulit untuk laksanakan kan tidak ada tugas pokok
yang kita miliki semua sama halnya dengan partisipasinya karena
masing-masing staf ada semuami tugasnya.” (Hasil wawancara pada
tanggal 27 Juli 2015)
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas bahwa setiap pegawai memiliki
tugas pokok, keterlibatan perempuan dalam evaluasi itu berdasarkan dengan
tugasnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa seluruh pegawai dalam setiap
73
kegiatan yang akan dievaluasi mereka dilibatkan, hanya saja orang-orang yang
berada pada tugas itu yang terlibat.
Dilihat dari tugas pokok masing-masing pegawai pada kantor BKD setiap
pegawai sudah ada jabatan masing-masing, jadi kegiatan apa yang telah
dilaksanakan. Maka bidang itu pula yang mengevaluasi hasil kegiatan tersebut.
Hasil wawancara dengan RY yang mengemukakan mengenai keterlibatnnya
dalam evaluasi kegiatan:
“Evaluasi kegiatan itu ada, terkait yang terlibat pastinya yang memiliki
tugas.” ( Hasil wawancara pada tanggal 03 Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa keterlibatan
pegawai dalam evaluasi kegiatan itu ada, hanya saja keterlibatan dalam kegiatan
yang memang tugasnya. Kegiatan-kegiatan yang telah berjalan akan selalu
dievaluasi hasilnya dan orang yang terlibat yaitu memang pegawai yang memiliki
tugas di wilayah itu.ditambhkan pula oleh AS yang mengatakan:
“Saya tidak terlibat, karena itu bukan tugas saya. Memang setiap
kegiatan ada evaluasi, tapi kalau promosi jabatan itu tugas Baperjakat.”
(Hasil Wawancara tanggal 06 Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dijelaskan bahwa evaluasi
kegiatan yang dilakukan oleh BKD memang selalu ada, hanya saja evaluasi terkait
dengan promosi jabatan itu keterlibatan pegawai tidak ada dikarenakan itu sudah
ditangani oleh Baperjakat.
Jadi dapat disimpulkan dari seluruh informan yang dimaksudkan bahwa
keterlibatan perempuan dalam evaluasi itu ada hanya saja keterlibatannya
berdasarkan dengan tugas pokok masing-masing pegawai. Contoh hasil evaluasi
kinerja pegawai dalam bekerja jadi yang memiliki tupoksi disini yaitu Kabid
74
Evaluasi Kinerja. Karena memang pada dasarnya Kabid Evaluasi Kinerja memang
tugasnya unuk mengevaluasi kinerja dari setiap pegawai. Intinya tidak serta merta
seluruh pegawai terlibat dalam kegaiatan yang dilaksanakan oleh BKD. Hanya
pegawai yang memiliki tugas yang bekerja pada wilayah itu yang berhak terlibat.
Selain itu menurut hasil seluruh informan dijelaskan bahwa memang
evaluasi kebijakan itu ada akan tetapi terkait dengan evaluasi dalam promosi
jabatan itu sudah dibawah tangan Baperjakat. Keterlibatan seorang pegawai diluar
anggota Baperjakat itu sama sekali tidak dilibatkan. Jadi sudah jelas bahwa
keterlibatan antara laki-laki dan perempuan itu sudah mutlak berdasarkan dengan
jabatan dan tupoksi mereka masing-masing.
3. Kewenangan
Dalam sebuah instansi pasti ada yang namanya kewenangan yang dimiliki
oleh seluruh elemen yang ada didalam instansi itu, termasuk di kantor BKD Kota
Makassar. Mulai dari pimpinan dan bawahan mempunyai wewenang tertentu
berdasarkan jabatan yang didudukinya, namun kewenangan antara pegawai laki-
laki ataupun perempuan tidak ada perbedaan itu berarti tergantung dari jabatan
yang dimilikinya.
a. Wewenang dalam pengambilan keputusan
Pada dasarnya wewenang seseorang dalam pengambilan keputusan itu
sangat dibutuhkan. Wewenang merupakan hak untuk melakukan sesuatu, sesuatu
dalam hal ini yaitu hak seorang pegawai dalam ikutserta dalam pengambilan
keputusan. Karena mengingat pengambilan keputusan itu merupakan langkah
awal dalam jalannya suatu kegiatan. Jadi keputusan yang diambil di ketahui dan
75
disetujui oleh semua pihak, akan tetapi lain halnya kewenangan dalam
pengambilan keputusan terkait dengan promosi jabatan. Berikut hasil wawancara
dengan BR mengenai wewenang pegawai dalam pengambilan keputusan yang
mengatakan:
“Mengenai kewenangan ya Baperjakat yang memiliki hak penuh beserta
jajarannya, Baperjakatlah yang langsung menyeleksi mana pegawai yang
layak untuk dipromosi, pegawai tidak memiliki kewenangan dalam hal
promosi jabatan.” (Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Maksud dari hasil wawancara di atas bahwasanya yang memiliki
kewenangan dalam proses pelaksanaan promosi jabatan yaitu Baperjakat dan
jajarannya, dimana Baperjakat itu terdiri dari Baperjakat, Sekertaris Baperjakat
dan Inspektorat. Jadi orang-orang yang berada dibawah naungan Baperjakat yang
memiliki hak penuh dalam proses pelaksanaan promosi jabatan. Tingkatan
perbedaan kewenangan antara pegawai laki-laki dan pegawai perempuan tidak
ada. Karena pada dasarnya pegawai tidak memiliki kewenangan dalam hal ini.
Seperti halnya yang dikatakan oleh FB yang mengatakan:
“Seperti yang saya katakan sebelumnya terkait pengambilan keputusan
dek, itu sudah ada dibawah tangan oleh Baperjakat, kewenangan sama
saja keterlibatannya, Baperjakat yang memiliki hak dalam pengambilan
keputusan disini karena memang itu sudah menjadi tugasnya sekaligus
menjadi kewenangannya. ( Hasil wawancara pada tanggal 02 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dijelasakan bahwa pada dasarnya
sudah jelas ada ketentuan tugas dari seorang pegawai berdasarkan dengan
jabatannya. Terkait dengan pengambilan keputusan itu berada dibawah tangan
Baperjakat. Segala bentuk proses pengambilan keputusan itu sudah ditangani oleh
Baperjakat karena memang sudah ada kejelasan tentang tugas pegawai masing-
76
masing. Tinggal bagaimana pegawai tersebut menjalankan haknya sesuai yang
telah ditetapkan. Begitupun hasil wawancara yang dikatakan oleh informan RN:
“Kalau masalah wewenang, kami disini tidak ada campur tangan dek, itu
tugasnya sekda(Baperjakat), kami hanya menjalankan tugas sesuai
tupoksi kami.” (Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Sesuai uraian informan diatas dapat dikemukakan bahwa wewenang
seorang pegawai sebatas tupoksi masing-masing, tidak ada campur tangan
pegawai dalam promosi jabatan, karena yang memiliki peran yaitu Sekda alias
Baperjakat, Baperjakat yang mengambil keputusan bagi pegawai yang layak
untuk dipromosikan. Ditambahan pula oleh MR yang mengatakan:
“Kewenangan kita sangat kecil karena kita masih ada diatasnya. kita
punya kewenangan sesuai dengan tupoksi, karena kita memiliki tupoksi
jadi kewenangan kita sebatas itu saja, jadi kewenangan kita berada pada
tupoksi kita masing-masing. Kewenangan saya sesuai dengan tupoksi
saya adapun pertimbangannya itu berada padaa atasan saya.” ( Hasil
wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Kewenangan itu berdasarkan dengan tupoksi masing masing, apa yang
menjadi kewenangan seorang pegawai itulah yang mesti dikerja, tidak ada istilah
kewenangannya seseorang di ambil alih oleh orang lain karena dari awal sudah
jelas kewenangan masing-masing jadi tinggal bagaimana kita menjalankan
kewenangan tersebut. Terkait dengan persolan gender, kewenangan seorang
perempuan dalam pengambilan keputusan itu sangat kecil keterkaitannya. Karena
kewenangan itu sudah ada hak masing-masing tiap pegawai, perempuan dan laki-
laki memiliki kewenangan jika kewenangan itu memang haknya. Ditambahkan
lagi oleh AS yang mengatakan:
77
“Kalau itu dek, sama sekali tidak ada kewenangan saya. Itu ada pihak
sendiri yang menengani. Apalagi ini pengambilan keputusan, ada
memang pihak khusus yang berada diwilayah ini. ( Hasil Wawancara
pada tanggal 06 Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dijelaskan bahwa informan sama
sekali tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dikarenakan
informan tersebut menyatakan bahwa sudah ada pihak yang khusus yang
menengani proses pengambilan keputusan suatu kegiatan tersebut. Tekhusus
dalam hal ini yaitu dimaksudkan bahwa memang sudah dari awal ada ketentuan
pihak yang menengani proses pengambilan keputusan suatu kegiatan, orang-orang
terkhusus itu bisa disebut Baperjakat dan jajarannya. Karena memang sudah jelas
tugas dari Baperjakat yaitu pengambilan keputusan suatu kebijakan dan orang-
orang yang berada dalam wilayah Baperjakat itu adalah kaum laki-laki.
Jadi kesimpulan dari wewenang dalam pengambilan keputusan bagi
pegawai dapat dilihat berdasarkan dengan tugasnya. Seorang pegawai memiliki
wewenang jika tugas itu memang tupoksinya. Wewenang dalam Pengambilan
keputusan berada pada Baperjakat dan jajarannya. Baperjakatlah yang memiliki
hak penuh dalam pengambilan keputusan mengenai promosi jabatan tanpa ada
keterlibatan dari pegawai lain. Adapun wewenang dalam pengambilan keputusan
selain dari promosi jabatan itu berada pada pegawai yang memiliki tupoksi.
Pegawai yang memiliki tupoksi itulah yang mengambil keputusan dibidangnya
masing-masing. Aturan yang berlaku di kantor BKD yaitu siapa yang memiliki
tugas itu pula yang memiliki wewenang. Bekerja sesuai dengan tugas yang telah
diberikan
78
Berdasarkan obervasi selama dilapangan peneliti melihat bahwa memang
pada kenyataan proses pengambilan keputusan itu berada pada kewenangan
Baperjakat. Para pegawai tidak pernah ikut dalam kegiatan rapat yang dilakukan
oleh atasan. Itu juga dilketahui berdasarkan dengan hasil wawancara yang
diperoleh oleh peneliti selama peneliti berada dalam wilayah kantor BKD.
b. Atribusi
Atribusi merupakan pemberian hak kewenangan kepada para pegawai
dalam mendapatkan posisi jabatan yang telah diberikan. Pelaksanaan tugas dan
fungsi seorang pegawai berdasarkan dengan hak dan kewenangan. Tugas dan
fungsi yang telah diberikan kepada seorang pegawai setelah adanya promosi
jabatan itu setidaknya pegawai mampu untuk melaksanakan tugas tersebut,
dikarenakan pegawai tersebut memiliki atribut kerja yang mana sepantasnya tugas
tersebut layak untuk mereka tempati. Terkait dengan posisi yang ditempati itu
berdasarkan dengan hasil kerjanya dan kemampuan dalam menduduki jabatan
yang telah dipercayakan untuk mendudukinya. Berdasarkan hasil wawancara
dengan FB yang mengatakan:
“Iya dek, posisi jabatan yang telah diberikan kepada pegawai itulah
kewenangan dia, jadi dia memiliki kewenangan tersendiri terhadap
tugasnya, jadi posisi jabtannya sudah jelas.” (Hasil wawancara pada
tanggal 02 Juli 2015)
Hasil wawancara menjelaskan bahwa tugas seseorang itu berdasarkan
dengan kewenangannya. Tugas yang telah diberikan seorang pegawai itulah yang
menjadi kewenangannya. Jadi sudah jelas pegawai memiliki tugas masing-
masing. Tidak ada istilah bahwa pegawai dalam setiap kegiatan ikut terlibat.
79
Terdapat kewenangan tersendiri bagi pegawai untuk terlibat. Tergantung dari
kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta berdasarkan dengan kewenangannya.
Berikut hasil wawancara dari BR yang mengatakan:
“Kewenangan perempuan dalam promosi jabatan tetap dilibatkan jika itu
berdasarkan wewenannya, tidak dikatakan laki-laki dan perempuan juga
semua harus dilibatkan karena semua pegawai dalam bidangnya
mempunyai tugas dan wewenang masing-masing dan pada perinsipnya
disini diterapkan kesetaraan gender.” (Hasil Wawancara pada 27 Juli
2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwasanya laki-laki dan perempuan
itu memiliki kewenangan tersendiri. Pegawai akan terlibat dalam sebuah kegiatan
jika itu memang kewenangannya. Setiap pegawai memiliki kewenangan pada
tugas yang dimiliki. Karena pada awalnya sudah ada ketentuan penempatan posisi
jabatan sutu pegawai yang diatur berdasarkan tugas masng-masing. Jadi sudah
jelas hak dan kewenangan setiap pegawai. Pegawai tinggal menjalankan tugas
yang telah diberikan. Begitupun hasil wawancara yang dikatakan oleh MR:
“Kewenangan kita hanya sebatas sesuai dengan tupoksi kita.apa yang
menjadi tupoksi kita itulah yang menjadi kewenangan kita.” (Hasil
wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dijelaskan bahwa kewenangan
seorang pegawai sebatas tupoksi saja. Apa yang menjadi tugas seorang pegawai
itulah yang menjadi kewenangannya. Dalam hal ini seorang pegawai telah ada
kewenangan sebelumnya tinggal bagaimana pegawai tersebut menjalankan tugas
yang diberikan dengan baik. Hasil wawancara oleh salah seorang informan yaitu
RN yang mengatakan seperti ini:
80
“iya dek, kita disini dikasi jabatan untuk melaksanakan tugas masing-
masing, contonya saya, jabatan saya disini kasubid evaluasi, jadi segala
kegiatan yang dilakukan oleh pegawai itu, tugas saya yang evaluasi
kerjanya, karena itu hak dan kewenangan saya selaku kasubid evaluasi.”
(Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara menjelaskan bahwa setiap pegawai melaksanakan
tugasnya masing-masing. Tugas tersebut menjadi kewenangan setiap pegawai.
Jadi tidak ada istilah bahwa kewenangan pegawai itu sama akan tetapi dilihat dulu
tugasnya. Karena dari tugas itu yang menjadi kewenangan seorang pegawai.
Seperti contoh yang telah diberikan oleh informan di atas menjelaskan bahwa rana
wilayah seseorang bertugas itu berdasarkan kewenangannya misalnya seorang
pegawai menjabat sebagai Kabid Evaluasi maka secara otomatis pegawai tersebut
bertugas untuk mengevaluasi seluruh kinerja pegawai. Segala informasi dan data
mengenai hasil kinerja dari pegawai itu yang berhak mengetahui adalah Kabid
Evaluasi dikarenakan itu merupakan tugasnya sekaligus menjadi kewenangannya.
Ditambahkan pula oleh AS yang mengatakan:
“Kalau berbicara mengenai kewenangan, iya setiap pegawai punya
kewenangan tersendiri, tapi kewenangan itu dilihat dulu apa kegiatan
yang akan dilakukan, misalnya saya, kan saya kabid Mutasi jadi otomatis
dek saya yang memiliki kewenangan untuk mengurus segala hal
mengenai adanya pegawai yang akan dimutasi karena itu hak saya, saya
yang membidangi tapi bukan saya yang memutuskan itu dialihkan ke
pak walikota. Nanti pak walikota yang menyeleksi.” (Hasil wawancara
pada tanggal 06 Agustus 2015)
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas bahwa pegawai itu sudah
memiliki kewenangan berdasarkan tugasnya. Pegawai bekerja sesuai dengan
tupoksinya. Adapun untuk proses selanjutnya itu di tangani oleh orang yang lebih
berwewenang. Contoh yang diberikan informan diatas menjelaskan bahwa selaku
81
Kabid Mutasi, pegawai tersebut mengurus sekali berkas yang masuk, memeriksa
kelengkapan berkas, memutuskan yang lulus dan tidak, akan tetapi untuk
penetapannya tetap berada pada wewenang yang berhak yaitu pak Walikota.
Walikota sebenarnya yang memiliki wewenang penuh dalam segala pengambilan
keputusan. Karena memang itulah tugas dari walikota selaku pejabtan tinggi. Hal
ini sesuai dengan PP No 9 tahun 2003 tentang wewenang Pengangkatan,
Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil selaku Pejabat Pembina.
Hasil wawancara kedua informan tersebut dijelaskan bahwa penempatan
posisi seorang pegawai itu jelas. Setiap pegawai menempati posisi jabatan
berdasarkan dengan kewenangannya. Terkait dengan kewenangannya dalam
promosi jabatan. Pada awalnya sudah dijelaskan bahwa masing masing pegawai
sudah ada tupoksinya jadi apa yang menjadi tupoksinya itulah yang menjadi
kewenangannya. Jadi hanya pegawai yang memiliki kewenangan dalam promosi
jabatan yang terlibat. Adapun pegawai itu di bawah naungannya bidang
pendayagunaan dan kompotensi. Di bidang pendayagunaan dan kompotensi yang
menjabat diposisi dan jajarannya adalahh laki-laki semua otomatis pegawai
perempuan tidak memiliki kewenangan disini karena pegawai perempuan tersebut
tidak ada yang berada dalam bidang tersebut.
Tingkat perbedaan kewenangan laki-laki dan perempuan sudah jelas
dikarenakan posisi jabatan yang ada dikantor BKD kebanyakan dari kalangan
laki-laki. Setiap bidang berbanding 2:1 antara laki-laki dan perempuan yang
menjabati posisi inti di tiap bidang. Kemungkinannya sangat tipis kewenangan
perempuan apalagi dalam pengambilan keputusan dari setiap kegiatan. Karena
82
dilihat saja dari tingkat perbandingan yang duduk diposisi atas sangat jauh dari
tingkat kedudukan laki-laki.
Berdasarkan hasil observasi selama dilapangan peneliti melihat bahwa
kewenangan seorang pegawai memang sebatas tugasnya, para pegawai sudah
memiliki tempat yang sudah ada dan jelas pada tugasnya. Ini terlihat pada saat
peneliti berada di lingkup kantor BKD selama penelitian.
c. Delegasi
Delegasi disini merupakan penyerahan kewenangan dalam promosi
jabatan yang hendaknya memiliki rasa tanggung jawab dari apa yang
diperolehnya. Dalam hal in instansi mengusulkan pegawainya untuk mendapatkan
promosi jabatan dikarenakan pimpinan melihat kinerja pegawainya dalam bekerja
baik serta pegawai tersebut memiliki rasa tanggung jawab pada tugas yang
diberikan. Berikut hasil wawancar dengan BR yang mengatakan:
“Iya itu sudah pasti, selalu ada utusan dari instansi lain, karena memang
disini wadah proses pelaksanaan promosi jabatan. Seluruh instansi yang
ada di Makassar mulai dari Dinas-dinas, Sekolah, Rumah Sakit dan lain
sebagainya itu seluruh pegawainya dipromosikan melalui proses yang
dilaksankan oleh BKD. ( Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa memang
proses pelaksanaan promosi jabatan itu berasal dari kantor BKD, adapun
mengenai siapa saja yang akan dipromosikan itu berasal dari seluruh pegawai
yang bekerja di instansi Kota Makassar mulai dari di dinas-dinas, sekolah, rumah
sakit dan lain sebagainya. Instansi tersebut yang mengutus pegawainya akan
dipromosikan maka disebutlah sebuah delegasi pegawai untuk dapat
83
dipromosikan berdasarkan dengan persayaratan yang ada. Seperti pula hasil
wawancara dengan FB yang mengatakan:
“Tidak selamanya yang dipromosikan disini dek orang yang bekerja di
BKD, bisa saja ada utusan dari Dinas lain, itu kewenangan dari SKPD
yang mengutuskan Pegawai Negeri Sipil yang akan dipromosikan.
Terkait yang diusul laki-laki atau perempuan itu hak dan kewenangan
dari SKPD. Jadi kami hanya menerima nama yang diusulkan.” (Hasil
wawancara pada tanggal 02 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada dasarnya
pengdelegasian atau utusan dari instansi untuk promosi jabatan itu masih tetap ada
dan setiap instansi berhak untuk mengutus pegawainya untuk mendapatkan
promosi jabatan dikarenakan bahwa yang berhak untuk melaksanakan promosi
jabatan itu di kantor BKD. jadi tidak menutup kemungkinan bahwa pegawai yang
bekerja di BKD saja yang mendapatkan promosi jabatan bisa saja ada utusan dari
SKPD. Ini berarti sudah selayaknya memang tanggung jawab kantor BKD untuk
melaksanakan promosi jabatan.
Mengenai pengutusan laki-laki atau perempuan itu tergantung dari utusan
SKPD, SKPD yang berhak untuk mengutus pegawainya. Kantor BKD hanya
menerima usulan nama tersebut dari SKPD itupun tidak langsung dipromosikan
tetap melalui seleksi yang dilakukan oleh Subbidnag Pendayagunaan dan
Pengembangan karir di kantor BKD dan Baperjakat. Berdasarkan hasil
wawancara dengan RN yang mengatakan:
“Alhamdulillah, jabatan yang saya peroleh ini berkat kerja keras saya
selama ini. Intinya dek untuk menempati sebuah posisi dalam jabatan itu,
kita juga harus bisa memposisikan diri kita, terutama loyalitas kita
sebagai seorang pegawai. Bagaimana keaktifan kita dalam bekerja.
84
Dengan begitu atasan melihat kinerja kita. Ya diutuslah kita untuk
dipromosikan.” (Hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2015)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa untuk mendapatkan promosi
jabatan itu memang kita harus bekerja keras, selayaknya kita bekerja dengan baik
karena mendapat promosi jabatan itu tidak mudah, seorang pegawai itu untuk
layak dipromosikan itu harus dilihat pengalaman kerjanya, tentang bagaimana
hasil-hasil kerjanya selama ini, bagaimana loyalitasnya dalam bekerja, bagaimana
dalam mengerjakan tugas, itu semua menjadi predikat seorang pegawai untuk
layak dipromosikan. Terkait laki-laki dan perempuan yang akan dipromosikan itu
dilihat saja yang memiliki priotitas kerja yang baik. Mana yang baik tingkat
kerjanya maka pantaslah untuk mendapatkan promosi jabatan. Sama yang
dikatakan oleh salah seorang informan yaitu AS yang mengatakan:
“Saya sangat bersyukur dengan jabatan yang telah diberikan ini, itu
berarti saya dipercayai untuk menempati posisi ini.” (Hasil wawancara
pada tanggal 06 Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa jabatan yang
diberikan kepada seseorang itu betul-betul orang yang dapat menempati posisi
tersebut. Seperti halnya dengan orang yang menempati jabatan tersebut dapat
dipercaya untuk tepat pada posisi tersebut. Tanggung jawab dan amanah yang
telah diberikan dapat di laksanakan dengan baik. Dan proses promosi jabatan yang
dilakukan tidak dengan adanya tingkat perbedaan laki-laki dan perempuan. Jika
memang pegawai tersebut baik laki-laki dan perempuan dapat dipercaya dan dapat
menduduki jabatan tersebut, memang seharusnya pantas untuk mendapati posisi
tersebut.
85
Berdasarkan hasil obervasi dilapangan peneliti melihat bahwa memang
adanya pemberian kewenangan kepada para pegawai yang layak untuk
dipromosikan. Dalam hal ini bahwa SKPD mengutus pegawai yang layak untuk
dipromosikan serta adanya tanggung jawab dari pegawai yang dipromosikan.
Hasil tersebut memberikan kejelasan bahwa utusan itu atas dasar dari selaku
atasan terhadap pegawainya. Atasan ini lah yang memilih pegawainya untuk
dipromosikan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan atasan langsung memilih
pegawainya, itu juga disesuaikan dengan hasil dari kinerja pegawai tersebut serta
sesuai dengan syarat dan kriteria yang telah ditentukan.
Jadi hasil wawancara dari seluruh informan dapat disimpulkan bahwa
mengenai kewenangan pegawai baik laki-laki maupun perempuan dalam sebuah
kegiatan. Itu tidak ada diskriminasi hak dan kewenangan dikarenakan bahwa
setiap pegawai dalam posisinya sudah ada tugas yang telah diberikan. Jadi
pegawai tersebut bekerja sesuai dengan kewenangannya yang telah ada. Tidak ada
istilah bahwa pegawai berkewenangan disetiap ada kegiatan. Karena pada
awalnya sudah ada kewenangan tersendiri yang dimiliki oleh pegawai. Pegawai
tinggal menjalan kan tugas berdasarkan dengan kewenangannya.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kota makassar mengenai pengarustamaan gender dalam promosi
Jabatan di BKD Kota Makassar. Maka dari itu, penulis dapat menyimpulkan dari
hasil penelitian yaitu:
1. Akses pegawai dalam mendapatkan informasi dalam promosi jabatan itu
sebelumnya tidak ada kan tetapi setelah adanya perubahan ASN informasi
disebarkan melalui papan pengumuman jadi informasi disebarakan secara
menyeluruh oleh pegawai agar pegawai tersebut mendapat keseMpatan untuk
dipromOsikan. Peluang seorang pegawai dalam menduduki sebuah jabatan
pada dasarnya semua pegawai berpelunag hanya pegawai tersebut dilihat dari
segi kemampuan dan kelayakan dalam menduduki jabatan tersebut. Intinya
semua pegawai berpeluang asalkan memenuhi syarat dan kriteria yang telah
ditentukan.
2. Partisipasi merupakan keikutsertaan pegawai dalam pengambilan keputusan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam hal ini bahwasanya setiap pegawai
kaitannya dengan pengambilan keputusan, pelaksaanaan dan evaluasi terkait
dengan promosi jabatan itu tidak ada dikarenakan promosi jabatan berada
pada pelibatan pejabat tertentu yaitu subbidang pendayagunaan dan
pengembangan karier, Baperjakat, Kepala BKD dan Inspektorat, selain dari
itu tidak ada kelibatan pegawai lain. Adapun keterlibatan pegawai pada
86
87
pengambilan keputusan, pelaksaanan, dan evaluasi dalam kegiatan lain, pada
dasarnya ada, akan tetapi kegiatan tersebut sesuai dengan tupoksi pegawai.
Dalam hal ini pegawai pada awalnya sudah memiliki tugas adan fungsi
masing-masing, jadi keterlibtannya sebatas tupoksinya.
3. Kewenangan pada dasarnya hak seorang pegawai terlibat dalam pengambilan
keputusan serta hak dalam pengutusan pegawai dalam posisi jabatan. Dalam
hal ini tanggung jawab seorang pegawai yang telah mendapat promosi jabatan
berdasarkan dengan tugasnya. Hasil menjelaskan bahwa batas kewenangan
seorang pegawai itu bergantung pada tugas yang telah diberikaa pada saat
terjadi promosi jabatan. Pegawai yang telah mendapat promosi jabatan
memiliki rasa tanggung jawab dan amanah terhadap tugasnya. Jadi
kewenangan seorang pegawai sebatas dengan tupoksi yang telah diberikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kota Makassar mengenai Pengarustamaan Gender dalam Promosi
Jabatan di BKD Kota Makassar, maka dari itu peneliti menyarankan
1. Informasi secara terbuka memang harus dilakukan oleh kantor BKD karena
itu merupakan salah satu pengungkit keberhasilan reformasi birokrasi, yang
bisa mencegah terjadinya politisasi birokrasi, praktik kolusi, korupsi dan
nepotisme, atau sikap pemimpin yang memilih pejabat atas dasar suka atau
tidak suka. Melalui promosi terbuka, katanya tercipta sistem yang baik dalam
karier PNS.
88
2. Baperjakat benar-benar melakukan pertimabangan bagi seluruh pegawai yang
layak untuk promosikan tanpa adanya pembeda.
3. Pengutusan calon pejabat untuk promosi, SKPD benar-benar harus
berpatokan pada syarat dan kriteria tertentu tanpa melihat siapa yang dekat
dengan atasan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam. 2002. Partisipasi Dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia
Pustaka Media
Burhan, Bungin. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. Raja Grafindo
Persada
Dwi, Ambarsi, C, Et.all. 200. Kebijakan Publik dan Partisipasi perempuan.
Surakarta, PATTIRO
.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.
Fakih, Mansur. 2013. Analissi Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta,
Pusaka Pelajar.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006 Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung Rineka
Cipta.
Hasibuan, Malayu.2006. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Himpunan peraturan perundang-undangan pegawai negeri sipil tahun 2014
Maleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda
Maulana, Hasyim. 2006. Kata dan makna Pengarusutamaan Gender. Jurnal
Perempuan. No. 50. YJP
Mufidah. 2010. Bingkai Sosial Gender. Malang. UIN Maliki Press.
Noerdin, Edriana. 2005. Representatif Perempuan dalam Kebjakan Publik Di Era
Otonomi sDaerah. Jakarta: Women Research Institute
Nugroho,Riant. 2008. Gender dan Adminsitrasi Publik. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar
Nugroho, Riant. 2011. Gender dan Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Utami, Siwi, tari. 2001. Perempuan dalam Perlemen. Yogyakarta. Gama Media
Partini. Bias Gender dalam Birokrasi. Tiara wacana
90
Peraturan Walikota Makassar Nomor : 43 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas
Jabatan Struktural Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar
Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2002 tentang pengankatan pegawai dalam
jabatanStruktural
Peraturan MEMPAN No 13 Tahun 2014 tenang tata cara pengisian Jabatan
Rikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketujuh
belas. Jakarta: Bumi Aksara
Silawati,H. 2006. Pengarustamaan Gender: Mulai Dari Mana ?, Jurnal
Perempuan. 50. Jakarta. YJP.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Adminsitrasi. Jakarta: Bumi aksara
Soejipto,Ani. 2010. Gender dan Hubungan Internasional. Yogyakarta. Jalasutra
Tim Penyusun Fisip Unismuh Makassar. 2015. Pedoman Penulisan Proposal
Penelitian dan Skripsi. Makassar
UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Wilujeng, Henny DKK. 2005. Dampak Pembakuan Peran Gender Terhadap
Perempuan Kelas Bawah. Jakarta. LBH-APIK
Yayasan Jurnal Perempuan, Model Perempuan untuk Politik: Sebuah Panduan
Tentang Partisipasi Perempuan dalam Politik, 2006:11-12
______.http://www.scribd.com, diakses pada 03 Maret 2015 pukul 21.15 WITA
______.http://eprints.undip.ac.id, diakses pada 03 Maret 2015 pukul 21.30 WITA
______. http://genderpedia.com, diakses pada 03 Maret 2015 pukul 21.40 WITA
91
Lampiran I
Struktur Jabatan BKD Kota Makassar
Lampiran III
KEPALA BADAN
H. Baso Amiruddin, S.E.,
M.M 19590809.198903.1.006
IV/c, 01-10-2010. SPAMA
TMT JAB 12-2-2015
SEKERTARIS
Basri rakman, S.Sos. M.Si
19630404.198503.1.026
IV/a, 01-04-2014.
Diklatpim Tk. III
KASUBAG
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
Abdul Kadir, SE., MM
19670220.198703.1.005
IV/a, 01-10-2011
Diklatpim TK.III
KASUBAG
KEUANGAN
Rosyayu, S.Sos., M.Si
19641206.199101.2.002
IV/a, 01-10-2013
Diklatpim TK. IV
KASUBAG
PERLENGKAPAN
Yuyun Fachruddin, SE
19760726.200312.1.008
III/c, 01-10-2011
KABID PERENCANAAN
DAN INFORMASI
KEPEGAWAIAN
Ikhsan, S.Sos., M.M
19740629.199403.1.005
III/d, 1_10_2013
KABID PENGEMBANGAN
DAN KOMPOTENSI
Arham Alwi, S.Sos
19631225..198902.1.002
III/d, 1-10-2012
KABID MUTASI
Andi Zubaidah, S.H
1978021.200312.2.010
III/d, 1-4-2012
KABID KINERJA DAN
KESEJAHTERAAN
Munandar. S.H., M.Si. 19650212.199303.018
IV/a, 1-4-2009.
Diklatpim Tk. III
KASUDIB EVALUASI DAN
KINERJA
Rosnaidah, S.H., M .M
196703231999503.2.001
IV/a, 01-04-2014
KASUBID KEPANGKATAN
DAN MUTASI LAINNYA
Andi Mappajaji, S.E
19680611.199201.1.002
III/c, 01-10-2013
KASUBID PENDAYAGUNAAN
DAN PENGEMBANGAN
KARIER
Faisal Burhan, S.S.T.P.,
M.Adm.K.P 19850704.200312.1.001
III/d,1-4-2014.
Diklatpim Tk.IV
KASUBID PERENCANAAN
PEGAWAI
Vivi Andriani, S.S.T.P., M.Si
19781218.199711.2.001 III/d, 1-10-2012
Diklatpim Tk.IV
KASUBID
KESEJAHTERAAN
Rachmad Saleh, S. Sos
19670907.200212.1.005
III/c, 01-04-2011. Diklatpim
TK.IV
KASUBID PERPINDAHAN
DAN PENSIUN PEGAWAI
Munawarah Rivai, S.E., M.M
19700420.199012.2.001
III/c, 01-04-2011
KASUBID PENINGKATAN
KOMPOTENSI
Usman, S.E.
19641231.199301.1.006
III/c, 01-10-2014
KASUBID DATA DAN
INFORMASI
Rachmat fauzan, S.Ag., M.Si
19721230.199803.1.009
III/d, 1-10-2012
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
92
Lampiran II
Daftar Nama-Nama Pegawai kantor BKD Kota Makassar
NO NAMA GOL. JABATAN
1 H. Baso Amiruddin, S.E., M.M IV/c Kepala Badan
2 Basri Rakhman, S.Sos. M. Si IV/a Sekretaris Badan
3 Abdul Kadir, S.E., M.M IV/a Kasubag Umum dan
Kepegawaian
4 Rosyayu, S.Sos., M. Si. IV/a Kasubag Keuangan
5 Yuyun Fachruddin, S.E. III/c Kasubag Perlengkapan
6 Ikhsan, S.Sos., M.M III/d Kabid Perencanaan dan Informasi
Kepegawaian
7 Vivi Andriani, S.S.T.P., M.Si III/d Kasubid Perencanaan Pegawai
8 Rachmat Fauzan, S.Ag., M.Si III/d Kasubid Data dan Informasi
9 Arham Alwi, S.Sos III/d Kabid Pengembangan
Kompotensi
10 Fiasal Burhan, S.S.T.P., M.Adm.K.P III/c Kasubid Pendayagunaan dan
Pengembangan Karier
11 Usman, S.E III/c Kasubid Peningkatan Kompotensi
12 Andi Zubaidah, S.H III/d Kabid Mutasi
13 Andi Mappajaji, S.E III/c Kasubid kepangkatan dan Mutasi
lainnya
14 Munawarah Rivai, S.E., M.M III/c Kasubid perpindahan dan pensiun
Pegawai
15 Munandar, S.H., M. Si IV/a Kabid Kinerja dan Kesejahteraan
16 Rosnaidah, S.H., M.M IV/a Kasubid Evaluasi Kinerja
17 Rachman Saleh, S. Sos III/c Kasubid Kesejahteraan
18 Nuryanti, S.Pd III/a Staf Umum dan Kepegawaian
19 Djamaluddin Tahir, SE II/b Staf Umum dan Kepegawaian
20 Dra. St. Zuchriany II/b Staf Umum dan Kepegawaian
93
21 Hj. Sulastri., SE III/d Staf Umum dan Kepegawaian
22 Muh. Ilham R. S.IP III/b Staf Umum dan Kepegawaian
23 Syahrul Syafei II/b Staf Umum dan Kepegawaian
24 Sidah Aup. Abdullah, S. Hut TKK Staf Umum dan Kepegawaian
25 Mansyur TKK Staf Umum dan Kepegawaian
26 Ridwan TKK Staf Umum dan Kepegawaian
27 Wahyuni Fajaruddin TKK Staf Umum dan Kepegawaian
28 Murni, SE TKK Staf Umum dan Kepegawaian
29 Fadli TKK Staf Umum dan Kepegawaian
30 Aminullah TKK Staf Umum dan Kepegawaian
31 Sarkina SE II/b Staf Bagian Keuangan
32 Rakhmawaty Mattayang II/a Staf Bagian Keuangan
33 Andi Nurkia Agparb, ST. MT III/a Staf Bagian Keuangan
34 Suryanti Djabar, SE III/c Staf Bagian Perlengkapan
35 Sri Asrawaty H. Polontolo, SH III/b Staf Bagian Perlengkapan
36 Hasrianti II/a Staf Bagian Perlengkapan
37 Darmawati Kahar, S. Kom II/a Staf Bagian Perlengkapan
38 Hj. Andi Pujiati III/b Staf Subid Perencanaan Pegawai
39 Restu, S.Sos. MM III/b Staf Subid Perencanaan Pegawai
40 Oliviani, P.S, S.Psi III/a Staf Subid Perencanaan Pegawai
41 Reski Amelia Uswat, S.Kom III/a Staf Subid Perencanaan Pegawai
42 Syahril Said II/b Staf Subid Perencanaan Pegawai
94
43 Ninik Pratiwi TKK Staf Subid Perencanaan Pegawai
44 Andi Yusri Dwiwin, S.Sos III/a Staf Subid data dan Informasi
45 Bryan Ramadhan Brahman III/a Staf Subid data dan Informasi
46 Azhar Hidayat Yusuf III/a Staf Subid data dan Informasi
47 Ridwan Rahim, SE III/a Staf Subid data dan Informasi
48 Nandito Monliev Passa, S. Kom III/a Staf Subid data dan Informasi
49 Muh. Syamsuar II/a Staf Subid data dan Informasi
50 Rezha Suryawan Z.I II/a Staf Subid data dan Informasi
51 Musmualim II/a Staf Subid data dan Informasi
52 Chaerani. ZA TKK Staf Subid data dan Informasi
53 Muh. Gifari Hamid TKK Staf Subid data dan Informasi
54 Muh. Rijal, S. Pd TKK Staf Subid data dan Informasi
55 Tiara Dewi Sartika Imran TKK Staf Subid data dan Informasi
56 Andi Fachry TKK Staf Subid data dan Informasi
57 Nurhidayat TKK Staf Subid data dan Informasi
58 Sri Asmawati Yustiana, S.Sos III/c Staf Subid Pendayagunaan dan
Pengembangan Karier
59 Andi Ato Rackmawan, S.IP III/a Staf Subid Pendayagunaan dan
Pengembangan Karier
60 Mahmud Fahmy, A.Md. Kom III/a Staf Subid Pendayagunaan dan
Pengembangan Karier
61 Andi Farida, M.SS III/c Staf Subid Peningkatan
Kompotensi
62 Chretsmeina II/c Staf Subid Peningkatan
Kompotensi
63 Ira Amelia Baso, A. Ma II/b Staf Subid Peningkatan
Kompotensi
64 Darilsar, S.Sos III/d Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
95
65 Hj. Nurhayati, SE. MM III/c Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
66 Maya Kasmita, S.STP, M.AP III/b Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
67 Ibrahim, SH. MH III/b Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
68 Munawir Nasir, SE, MM III/b Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
69 Khairil Amri, S.S III/b Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
70 Irmawaty TKK Staf Subid Kepangkatan dan
Mutasi lainnya
71 Tuty Yulianti, A.Md III/b Staf Subid Perpindahan dan
Pensiun
72 Muh. Restu Ramadhani, S. Kom III/b Staf Subid Perpindahan dan
Pensiun
73 Wahyudin Ali Achmad, S. STP III/b Staf Subid Perpindahan dan
Pensiun
74 Ismail, S.Sos III/b Staf Subid Perpindahan dan
Pensiun
75 Yudytia Tri A. Riady, SH TKK Staf Subid Perpindahan dan
Pensiun
76 Muhammad Natsir, SE III/c Staf Subid Evaluasi Kinerja
77 Rokhardi, S.Kom III/b Staf Subid Evaluasi Kinerja
78 Nur Endang, SE III/a Staf Subid Evaluasi Kinerja
79 Elvita Bellani, S.Psi III/a Staf Subid Evaluasi Kinerja
80 Darmawaty M, SE.MM IV/a Staf Subid Evaluasi Kinerja
81 Abdul Haris H, SE TKK Staf Subid Evaluasi Kinerja
82 Rita Kurnia Puspasari TKK Staf Subid Evaluasi Kinerja
83 Ainun Awalia Akhir, S.Psi TKK Staf Subid Evaluasi Kinerja
84 I Dewa Gde Widya Darma,
S.STP., M.Si
III/d Staf Subid Kesejahteraan
85 Syahruddin, S.AP III/a Staf Subid Kesejahteraan
86 Muammar Khadafi SDL II/c Staf Subid Kesejahteraan
87 Herawati, S.Sos TKK Staf Subid Kesejahteraan
96
88 Hesti Asriani H TKK Staf Subid Kesejahteraan
89 Hasriany M., SE TKK Staf Subid Kesejahteraan
Lampiran II
97
DOKUMENTASI
Lampiran IV
PEDOMAN WAWANCARA
98
1. Akses
No Informan Akses
Informasi Kedudukan
1 BR Sekarang itu dek, informasi
tentang diadakannya sebuah
promosi jabatan itu
disebarkan secara terbuka,
menurut UU No 5 tahun
2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yang diistilahkan
dengan lelang jabatan
(promosi terbuka). Adapun
pelaksanaan diatur dalam
Peraturan MEMPAN No 13
tahun 2014 tentang tata cara
pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi secara Terbuka.
Setelah terjadi perbedaaan
pelaksanaan promosi jabatan
sebelumnya, dimana dulu
tahun 1999 tidak
diumumkan adanya promosi
jabatan, baperjakat ji yang
mengatur. Akan tetap
sekarang itu sudah
diumukan secara terbuka.
Ketika ada jabatan yang
kosong, katakan lah
misalnya kepala BKD yang
kosong itu dipasang
pengumuman bahwa akan
dilaksanakan seleksi calon
pejabat kepala BKD dengan
persyaratan sebagai berikut:
dilihat dari pangkat,
pendidikan, riwayat jabatan,
moralitas (rekam
jejak),selanjutnya ada
tahapan seleksi administrasi,
tes kompotensi bidang, tes
kmpotensi manajerial. Ini
dilaksankan oleh tim
tertentu dlu hanya baperjkat
sekarang tidak ini ada tim,
sekalian ada campur tangan
Iya pada prinsipnya sama
tapi tentu harus menurut
prestasi kerja. Serta merujuk
pada penghargaan kepada
seseorang. semakin tinggi
jabatan semakin kurang
orang dibutuhkan dan
semakin tinggi persaingan.
tentunya yang dilihat itu
kinerja, dan perilaku.
99
dengan pihak luar yaitu 45%
orang luar dan 55% orang
dalam
2 FB Tidak ada sosialisasi cukup
dilihat kinerjanya, jika
memang kinerjanya baik dan
memenuhi kriteria maka
pegawai itu layak untuk
dipromosikan.
Peluang seseorang dalam
mendapatkan promosi
jabatan itu semua sama dek,
tergantung dari pegawainya
itu sendiri apa layak untuk
mendapatkan jabatan
tersebut. Pelaksanaan
promosi jabatan bagi para
pegawai itu dilakukan
apabila pegawai atau
pejabat sudah pensiun,
dipecat, atau diberhentikan.
Jadi disitu akan
dilaksanakan sebuah
promosi jabatan akan tetapi
terdapat beberapa syarat
dalam penggangkatan
apabila mereka memenuhi
syarat tersebut maka
pegawai tersebut layak
untuk dipromosikan.
Indikator dalam proses
pelaksanaan promosi
jabatan dilihat dari tingkat
golongan, tingkat
pendidikan, dan kinerja
selama mereka bekerja
3 VA Saya waktu mendapatkan
promosi jabatan langsung
saja dapat surat
pengangkatan. Informasi
Mengenai pelaksanaanya
sama sekali saya tidak
mendapatkan karena ini
dilaksnakan secara rahasia
hanya kami selalu
mempersiapkan diri
4 MR Saya tidak pernah
diiformasikan tentang
adanya promosi jabatan
Saya tidak bisa jawab
berapa persen peluang disini
karena kita juga ini ditunjuk
oleh pimpinan untuk
menduduki sebuah jabatan,
itulah saya tidak bisa
100
persenkan berapa besar
peluang perempuan, akan
tetapi sekarang ada undang
undang gender untuk
perempuan menduduki
sebuah jabatan jadi
diistilahkan dengan 60%
40% bisa atau 50% 50%
bisa tergantung dari
perempuan yang akan
menduduki jabatan
5 RN Informasi tentang akan
diadakannya promosi
jabatan itu, beda dengan
sekarang dek, dulu sebelum
UU ASN tidak ada
namanaya lelang jabatan,
informasi mengenai akan
diadaknnya promosi jabatan
itu tidak ada, baru pi setelah
adanya perubahan ASN baru
diinformasikan bahwa disini
lah ada jabatan kosong.
Disitumi baru dipasang
papan pengumuman bahwa
dibuka lowongan bagi
pegawai untuk jabatan
strucktural. jadi dapat mi
dilihat oleh semua pegawai
Semua pegawai berpeluang
hanya saja dilihat apa
pegawai itu mampu untuk
menduduki jabatan itu
6 RY Iya dek semua berpeluang
yang jelas memenuhi syarat
intinya dia mampu
menjalankan amanah yang
diberikan.
7 AS Iya saya mendapat informasi
dek. Kemarin, saya
mengikuti beberapa jalur
dalam promosi jabatan
namanya tahap seleksi mulai
dari pengurusan admiistrasi,
tes kompotensi dan dilihat
dari kinerja selama jadi
pegawai. Alhhamdulillah
saya lulus dan .memproleh
Intinya peluang seseorang
untuk mendapatkan sebuah
promosi itu semuanya sama
hanya saja peluang itu harus
didasari dengan melihat dari
prestasi, perilaku, dan
kinerja dari setiap pegawai
itu.
101
jabatan itu
2. Partisipasi
No Informan Partisipasi
Pengambilan Pelaksanaan Evaluasi
102
keputusan
1 BR Partisipasi dalam
pengambilan
keputusan dek,
ketelibatan pegawai
perempuan tidak
ada karena yang
berhak mengambil
keputusan dalam
promosi jabatan itu
dibawah
kewenangan dari
Baperjakat dan
jajarannya. Jadi
pengambilan
keputusan itu sudah
ditetapkan oleh
Baperjakat
Disni dek sudah ada
4 bidang yang
memiliki tugas,
kalau masalah itu,
sudah ada yang
melaksankannya
yaitu Subbidang
pendayagunaan dan
pengembangan
karier. Segala
bentuk proses
pelaksanannya itu
ditangani bidang itu.
Mengenai
keterlibatan
pegawai
perempuan, itu
tidak
dilibatkan,hanya
orang-orang
tertentu yang
terlibat dalam
evaluasi
2 FB Pembagian kerja
para pegawai dalam
kantor BKD ini
sudah diatur dek,
jadi setiap pegawai
memiliki tupoksi
masing-masing.
Mengenai
pelibatannya dalam
pengambilan
keputusan itu
tergantung dari
bidang apa yang
melaksanakan.
Kalaupun memang
ada perempuan
yang terlibat itu
bisa saja
perempuan berada
dalam bidang
tersebut
Ya sama halnya
dalam pelaksanaan
promosi jabatan
yang berhak
berpartisipasi dalam
hal ini yaitu sub
bidang
pendayagunaan dan
pengembangan
karier, disni dek
para pegawai
memiliki tupoksi
masing-masing jadi
hanya orang-orang
yang berada pada
wilayah itu yang
melaksanakn
promosi jabatan.
Tidak ada
partisipasi dari
pegawai lain baik
laki-laki maupun
perempuan
Begitu pun dengan
evaluasi. Disni
evaluasi itu
dilaksnakan oleh
Baperjakat dan
jajarannya. Mereka
lah yang
menentukan
pegawai yang
dipilih untuk
dipromosikan.
Baperjakat
menerima nama-
nama orang yang
akan dipromosikan
dari subbidang
pendaygunaan dan
pengembangan
karier, kemudian
terpilih 3 nama
yang akan
menduduki jabatan
tersebut. Tiga
nama ini lah yang
akan diuji
kemampuannya
dan siapa yang
memiliki peringkat
103
teratas maka dia
yang berhak
menduduki jabatan
itu
3 VA Saya tidak pernah
diikutsertakan
dalam pengambilan
keputusan untuk
promosi jabatan
dek,hanya yang
berada pada bidang
pendayagunaan dan
pengembangan
karir yang terlibat.
Kalau itu, masing
masing sudah
memiliki tugas, saya
tidak pernah
terlibat, saya juga
tidak atau bahwa
apakah ada
perempuan yang
terlibat atau tidak,
itu sudah keputusan
yang disebelah (
subbidang
pendayagunaan dan
pengembangan
karier).
4 RN Kalau itu dek
tugasnya atasan, dia
yang memutuskan
segala apa yang
terjadi di kantor ini,
kami tidak pernah
ikut dalam
pengambilan
keputusan dek,
apalagi mengenai
promosi jabatan, itu
sudah mutlak
keputusan dari
Baperjakat.
Partisipasi disini
masing-masing
memiliki tugas, jadi
yang berhak
melaksanakan tugas
itu ya bidangnya
sendiri. Misalnya
promosi jabatan jadi
yang ikut serta ya
subbidang
pendayagunaan dan
pengembangan
karier, saya tidak
pernah terlibat
karena bidang itu
terdiri tim sendiri.
saya baru terlibat
dalam hal
pelaksanaan dan
pelantikan serta
pengaturannya akan
tetapi kalau dalam
pelaksanaannya
sama sekali tidak
ada
Partisipasi
perempuan dalam
evaluasi tidak ada
bahwa ada
diskriminasi, jadi
saya apa tugas
pokokku itulah
yang saya
laksanakan
meskipun mungkin
ada yang kaya sulit
untuk laksanakan
kan tidak ada tugas
pokok yang kita
miliki semua sama
halnya dengan
partisipasinya
karena masing-
masing staf ada
semuami tugasnya
5 RY Disini dek, pegawai
memiliki tugas dan
Evaluasi kegiatan
itu ada, terkait
104
fungsi masing-
masing jadi untuk
proses pelaksanaan
promosi jabatan itu
sendiri memiliki tim
pelaksana jadi tidak
ada diiblang seluruh
pegawai
berpartisipasi dalam
pelaksanaanya
yang terlibat
pastinya yang
memiliki tugas
6 AS Kalau saya pribadi
saya tidak pernah
terlibat dek, itu
bukan tugas saya,
kami disini hanya
bekerja sesuai
proporsi kita.
Setahu saya itu
berada dibawah
tangan atasan.
Kami hanya
menjalankan tugas
berdasarkan tugas
kita.
Keikutsertaan
perempuan itu
sendiri selain dari
tugas dan fungsi
jabatannya,
perempuan biasa
dilibatkan dalam
kegiatannya
lainnya. Misalnya.
Ada kegiatan yang
diadakan dikantor
anggaplah
workshop, disnilah
dek perempuan
terlibat mualai dari
persiapan dekorasi
ruangan, makannya
dan lain sebgainya.
Karena perempuan
ji yang tahu
begituan, yang
begini baiknya.
Saya tidak terlibat,
karena itu bukan
tugas saya.
Memang setiap
kegiatan ada
evaluasi, tapi kalau
promosi jabatan itu
tugas Baperjakat.
3. Kewenangan
No Informan Kewenangan
105
Pengambilan
keputusan
Atribusi Delegasi
1 BR Mengenai
kewenangan ya
baperjakat yang
memiliki hak penuh
beserta jajarannya,
baperjakatlah yang
langsung menyeleksi
mana pegawai yang
layak untuk
dipromosi, pegawai
tidak memiliki
kewenangan dalam
hal promosi jabatan
Kewenangan
perempuan dalam
promosi jabatan
tetap dilibatkan
jika itu
berdasarkan
wewenannya, tidak
dikatakan laki-laki
dan perempuan
juga semua harus
dilibatkan karena
semua pegawai
dalam bidangnya
mempunyai tugas
dan wewenang
masing-masing dan
pada perinsipnya
disini diterapkan
kesetaraan gender
Iya itu sudah
pasti, selalu ada
utusan dari
instansi lain,
karena memang
disini wadah
proses
pelaksanaan
promosi jabatan.
Seluruh instansi
yang ada di
Makassar mulai
dari dinas-dinas,
sekolah, Rumah
sakit dan lain
sebagainya itu
seluruh
pegawainya
diproosikan
melalui proses
yang dilaksankan
oleh BKD.
2 FB Seperti yang saya
katakan sebelumnya
terkait pengambilan
keputusan dek, itu
sudah ada dibawah
tangan oleh
Baperjakat,
kewenangan sama
saja keterlibatannya,
Baperjakat yang
memiliki hak dalam
pengambilan
keputusan disini
karena memang itu
sudah menjadi
tugasnya sekaligus
menjadi
kewenangannya.
Iya dek, posisi
jabatan yang telah
diberikan kepada
pegawai itulah
kewenangan dia,
jadi dia memiliki
kewenangan
tersendiri terhadap
tugasnya, jadi
posisi jabtannya
sudah jelas.
Tidak selamanya
yang
dipromosikan
disini dek orang
yang bekerja di
BKD, bisa saja
ada utusan dari
Dinas lain, itu
kewenangan dari
SKPD yang
mengutuskan
Pegawai Negeri
Sipil yang akan
dipromosikan.
Terkait yang
diusul laki-laki
atau perempuan
itu hak dan
kewenangan dari
SKPD. Jadi kami
hanya menerima
nama yang
106
diusulkan.
3 MR Kewenangan kita
sangat kecil karena
kita masih ada
diatasnya. kita punya
kewenangan sesuai
dengan tupoksi,
karena kita memiliki
tupoksi jadi
kewenangan kita
sebatas itu saja, jadi
kewenangan kita
berada pada tupoksi
kita masing-masing.
Kewenangan saya
sesuai dengan
tupoksi saya adapun
pertimbangannya itu
berada padaa atasan
saya
Kewenangan kita
hanya sebatas
sesuai dengan
tupoksi kita.apa
yang menjadi
tupoksi kita itulah
yang menjadi
kewenangan kita
4 RN Kalau masalah
wewenang, kami
disini tidak ada
campur tangan dek,
itu tugasnya
sekda(Baperjakat),
kami hanya
menjalankan tugas
sesuai tupoksi kami
iya dek, kita disini
dikasi jabatan
untuk
melaksanakan
tugas masing-
masing, contonya
saya, jabatan saya
disini kasubid
evaluasi, jadi
segala kegiatan
yang dilakukan
oleh pegawai itu,
tugas saya yang
evaluasi kerjanya,
karena itu hak dan
kewenangan saya
selaku kasubid
evaluasi
Alhamdulillah,
jabatan yang saya
peroleh ini berkat
kerja keras saya
selama ini. Intinya
dek untuk
menempati sebuah
posisi dalam
jabatan itu, kita
juga harus bisa
memposisikan diri
kita, terutama
loyalitas kita
sebagai seorang
pegawai.
Bagaimana
keaktifan kita
dalam bekerja.
Dengan begitu
atasan melihat
kinerja kita. Ya
diutuslah kita
untuk
dipromosikan
5 AS Kalau itu dek, sama
sekali tidak ada
iya setiap
pegawai punya
Saya sangat
bersyukur dengan
107
kewenangan saya. Itu
ada pihak sendiri
yang menengani.
Apalagi ini
pengambilan
keputusan, ada
memang pihak
khusus yang berada
diwilayah ini.
kewenangan
tersendiri, tapi
kewenangan itu
dilihat dulu apa
kegiatan yang akan
dilakukan,
misalnya saya, kan
saya kabid Mutasi
jadi otomatis dek
saya yang memiliki
kewenangan untuk
mengurus segala
hal mengenai
adanya pegawai
yang akan dimutasi
karena itu hak
saya, saya yang
membidangi tapi
bukan saya yang
memutuskan itu
dialihkan ke pak
walikota. Nanti
pak walikota yang
menyeleksi
jabatan yang telah
diberikan ini, itu
berarti saya
dipercayai untuk
menempati posisis
ini
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
108
Sahirah merupakan buah hati dari pasangan Tune dan Hj. Andi Rosma. Beliau
merupakan anak terakhir (Bungsu) dari enam bersaudara ia dilahirkan di Desa
Ongkoe Kecamatan Belawa Kab. Wajo pada 14 Juni 1992. Menyelesaikan
Taman- kanak-kanak di aisyayah Bustanul athfal pada tahun 1999, melanjutkan
ketingakat Sekolah dasar di MIA 140 Ongkoe selesai pada 2005, melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di MTS No. 5 Ongkoe. Selesai pada 2008,
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Belawa selesai pada tahun
2011. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang di terima
di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Selama menjadi mahasiswa penulis
aktif diberbagai organisasi. Penulis pertama kali masuk pada organisasi intra
kampus yaitu HIPERMAWA Kom. Belawa disinilah penulis mengenal pertama
kali organisasi. Yang kemudian di lanjutkan dalam kampus dengan ikut di Unit
Kegiatan Mahasiswa yaitu Lemabaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian
dan Penalaran (LKIM-PENA), Himpunan Mahasiswa ilmu administrasi Negara (
HUMANIERA), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik
(BEM FISIP). Selain itu penulis juga pernah menjadi Finalis LKTN Tingkat
Mahasiswa di Bali pada tahun 2014. Serta pernah meloloskan Karya Penelitian
yang dibiayai dikti dengan Judul Interaksi sosial masyarakat Towani Tolotang
sebagai aplikasi Beragama.
109
110
111
112