PENGARUH ULAMA TERHADAP PARTISIPASI
POLITIK MASYARAKAT KRAKSAAN (STUDI
KASUS PADA PILKADA KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2008)
Disusun Oleh:
Muhammad Dafan Inanda
NIM: 103033227821
PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGARUH ULAMA TERHADAP PARTISIPASI
POLITIK MASYARAKAT KRAKSAAN (STUDI
KASUS PADA PILKADA KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2008)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Muhammad Dafan Inanda
NIM: 103033227821
Di Bawah Pembimbing,
M. Zaki Mubarok, SP. M.Si.
NIP. 150371093
PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGARUH ULAMA TERHADAP PARTISIPASI
POLITIK MASYARAKAT KRAKSAAN (STUDI KASUS PADA PILKADA
KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2008) telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 27 Januari 2009. skripsi ini telah diterimah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Pemikiran Politik
Islam.
Jakarta, 27 Januari 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Dr. Masri Mansoer, MA NIP. 150244493
Sekertaris Merangkap Anggota,
Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA NIP. 150270808
Anggota,
Penguji I
Dr. Masri Mansoer, MA
NIP. 150244493
Penguji II
A. Bakir Ihsan, M.S.i
NIP. 150326915
M. Zaki Mubarak, S.IP. M.Si.
NIP. 150371093
ABSTRAKSI
Muhammad Dafan Inanda “Pengaruh Ulama Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan Studi Kasus Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008”.
Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2009
Ulama adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang ayat-
ayat Allah yang bersifat kauniyah dan berpandangan hidup luas dengan landasan
rasa takut kepada Allah SWT. Keberadaan seorang ulama dalam tatanan
masyarakat khususnya di Jawa adalah hal yang cukup signifikan untuk
menciptakan masyarakat yang agamis. Oleh sebab itu, ulama mempunyai
pengaruh yang sangat penting terhadap masyarakatnya.
Indonesia saat ini memberlakukan praktek otonomi daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini merupakan hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pilkada sebagai sarana untuk memilih pemimpin
pada daerah otonom, secara tidak langsung akan menyerap partisipasi masyarakat
pada setiap tingkatan daerah otonom, baik kabupaten/kota maupun propinsi. Tingkat partisipasi tersebut bisa saja sangat tinggi atau bahkan sangat rendah.
Partisipasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor atau cara yang digunakan oleh para kontestan Pilkada.
Kabupaten Probolinggo khususnya Kecamatan Kraksaan sebagai daerah yang memiliki corak ke-Islam-an yang sangat kental, mempunyai karakter
partisipasi politik yang berbeda dengan daerah lain. Di daerah ini peran ulama menjadi salah satu variabel partisipasi politik yang cukup unik. Selain itu ulama
dipercaya oleh masyarakat Kraksaan sebagai sosok yang suci dari perbuatan
tercela dan menyesatkan, sehingga mampu mengkomposisi masyarakat dalam
menjalankan partisipasi politik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi politik
masyarakat dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat
Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif yang didukung dengan data-data yang
bersifat kuantitatif.
Dari hasil analisis data yang terkumpul, disimpulkan bahwa tingkat
partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo
tahun 2008 adalah cukup tinggi. Dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi
politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008
adalah sangat tinggi.
KATA PENGANTAR
Subhanallah Walhamdulillah Wa La Illallah, Allahu Akbar. Segala puji
hanya milik Allah yang melimpahkan berkat serta rahmat dan kuasa-Nya serta
kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah dan melimpah kepada penghulu agung, Rasul
junjungan Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga,
dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan dan kelemahan penulis,
skripsi ini tidak bisa terselesaikan tanpa adanya bantuan, sokongan serta dukungan
dari berbgai pihak. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda yang tercinta Drs. H. Moh. Idris dan Mama ku yang terkasih Dra.
Hj. Hudawati yang tiada henti memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, dan
dukungan baik materiil maupun inmateriil. Hanya Allah yang mampu
menggantikan kebaikan itu.
2. Bapak M. Zaki Mubarok, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penulis untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan
Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Agus Darmadji M. Fil dan Ibu Drs Wiwi Siti Sajaroh, M. Ag,
Selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pemikiran Politik Islam. Terima kasih
atas kemudahan yang diberikan selama proses skripsi ini.
5. Segenap Dosen di Jurusan. Bapak Agus Nugraha, M.Si., selaku dosen
Pebimbing akademik, Ibu Haniah Hanafie M.Si., Bapak Bakir Ihsan M.Si.,
Bapak Idris Thaha M.Si., dosen-dosen senior Bapak Prof. Dr. Din
Syamsuddin, Bapak Dr. Bahtiar Effendy, Bapak Dr. Saiful Mujani (walaupun
masuk kelas hanya dua kali per semester) serta dosen-dosen lainnya tanpa
mengurangi rasa hormat penulis. Semoga ilmunya dapat bermanfaat.
6. Segenap tata usaha FUF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga
administrasinya semakin rapih.
7. Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini dan telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu penelitian ini.
8. Seluruh saudara-saudaraku tercinta; Om Yadi dan Lek wik sekeluarga, Om
Riza dan keluarga, Om Yani dan sekeluarga, Mak Etek Tasnim dan keluarga,
Mak Etek Adrian dan keluarga, dan Mak Etek yang lainnya semuanya yang
selalu men-suport terus. Adik-adikku tersayang; Fada, Ila, Danan, Syfa,
semua adikku Bani Munir Latief, semoga kesuksesan selalu menyertai kalian.
Juga sepupu dan keponakan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
tanpa mengurangi rasa sayang Mas dan Om kepada kalian
9. Teman-teman Forum Kajian Link; Uzank, Cimenk, Quro, Babeh, Sigit, Lius,
Zite, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini. Semoga ukhuwah
kita diridhoi Allah SWT.
10. Sahabat-sahabat di PPI 2003; Fajri (syukron atas saran-sarannya selama
penelitian), Anang (thanks buat bantuan buku-bukuny), Irma, Imam, Rizal,
Nabil, Ust Amarul, Suhadin, Hendry, Nasa’I, Ghofur, Edi, Rudin dan
semuanya yang tidak bisa disebutkan,(ngabsen namanya kalo disebutin
semuanya).
11. Teman-teman surveyor penelitian ini; Farid, Bagus, Latief, Abu (maaf kalo
yang diberikan tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan).
12. Teman-teman warnet Cyber semanggi; Budi, Amenk, Bayan, Kabul, Yamin
(thanks atas saran n bantuannya terutama gratisan ngenet).
13. Segenap masyarakat Kecamatan kraksaan dan tata usaha pemerintahan
Kecamatan Kraksaan, dalam penelitian ini terima kasih atas bantuannya.
14. KPUD Kabupaten Probolinggo, terima kasih akan data-data yang membantu
dalam penelitian ini.
15. Untuk yang telah merasuki relung hati ini dan bersemayam di dalamnya
….terima kasih telah tercipta, u are my secret motivator.
Penulis menyadari bahwa ada banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan dan terima
kasih atas segala saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan peulisan
skripsi ini.
Ciputat, Januari 2009
Muhammad Dafan Inanda
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ------------------------------------------------------------------------ i
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------ iv
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------ vi
BAB I PENDAHULUAN --------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah ---------------------------------------------------- 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ------------------------------------- 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian--------------------------------------------- 4
D. Metode Penelitian ----------------------------------------------------------- 5
E. Teknik Penulisan ------------------------------------------------------------ 7
BAB II KONSEP ULAMA DAN PARTISIPASI------------------------------ 10
A. Ulama--------------------------------------------------------------------- 10
1. Definisi Ulama ------------------------------------------------------ 10
2. Tipologi Ulama------------------------------------------------------ 11
3. Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Ulama ---------------------- 13
4. Pengaruh Ulama----------------------------------------------------- 19
B. Partisipasi ---------------------------------------------------------------- 20
1. Partisipasi Politik---------------------------------------------------- 20
2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik -------------------------------- 24
3. Konteks Partisipasi Politik di Indonesia-------------------------- 26
C. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi
Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat------------------------ 27
BAB III PILKADA KAB. PROBOLINGGO TAHUN 2008 (STUDI KASUS
KECAMATAN KRAKSAAN)----------------------------------------- 31
A. Profil Lokasi Penelitian ----------------------------------------------------- 31
B. Pelaksanaan dan Tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun
2008 ------------------------------------------------------------------------ 36
C. Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008--------- 49
D. Karakteristik Informan------------------------------------------------------ 50
BAB IV ULAMA DAN PARTISIPASI POLITIK ---------------------------- 54
A. Kepemimpinan Informal Ulama ------------------------------------------- 54
B. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan ------------------------ 66
C. Pengaruh Ulama Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat
Kraksaan Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 ---------- 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ----------------------------------------- 78
A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------ 78
B. Saran ------------------------------------------------------------------------ 79
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------- 81
LAMPIRAN LAMPIRAN -------------------------------------------------------- 85
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 PEROLEHAN SUARA PILKADA KABUPATEN PROBOLINGGO 2008...........................52
TABEL 3.2 Responden Bedasarkan Jenis Kelamin ................................................................52
TABEL 3.3 Responden Berdasarkan Usia ..............................................................................53
TABEL 3.4 Responden Berdasarkan Pendidikan...................................................................53
TABEL 3.5 Responden Berdasarkan Pekerjaan.....................................................................54
TABEL 3.6 Responden Berdasarkan AGAMA.......................................................................55
TABEL 3.7 Responden Berdasarkan Suku.............................................................................55
TABEL 3.8 Responden Berdasarkan Status Kependudukan .................................................56
TABEL 4.1 Intensitas Responden: Siapakah Tokoh Yang Paling Didengar Pendapatnya
Dalam Masalah (Sosial, Agama, Politik) Yang Dihadapi Masyarakat Di Daerah Kraksaan 57
TABEL 4.2 Intensitas Responden: Tentang Pernyataan Bahwa Ulama Seorang Yang Patut
Di Tauladani ............................................................................................................................58
TABEL 4.3 Intensitas Responden: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan
Agama ......................................................................................................................................59
TABEL 4.4 Intensitas Responden: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan
Politik.......................................................................................................................................60
TABEL 4.5 Intensitas Responden: Pernyataan Bahwa Ulama Perlu Diikuti Tidak Hanya
Untuk Masalah Agama Tapi Juga Untuk Masalah Politik.....................................................61
TABEL 4.6 Intensitas Responden: Apakah Alasan Bapak/Ibu Memilih Calon Tersebut .....62
TABEL 4.7 Pemilih Terdaftar Di Kecamatan Kraksaan........................................................63
TABEL 4.8 Jumlah Pemilih Pasca Pilkada.............................................................................65
TABEL 4.9 Intensitas Responden: Siapakah Calon Bupati Yang Bapak/Ibu Pilih Pada
Pilkada .....................................................................................................................................67
TABEL 4.10 Intensitas Responden: Apakah Alasan Bapak/Ibu Memilih Calon Tersebut....67
TABEL 4.11 PENGARUH ULAMA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
KRAKSAAN PADA PILKADA KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2008......................................70
TABEL 4.12 PENGARUH ULAMA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN .................................76
TABEL 4.13 PENGARUH ULAMA BERDASARKAN JENIS KELAMIN............................................77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan memberlakukan
praktek otonomi daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, dengan
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
Otonomi Daerah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Daerah Indonesia dibagi ke dalam daerah Propinsi dan daerah Propinsi
akan dibagi dalam daerah Kabupaten dan Kota. Kabupaten dan Kota dibagi ke
dalam beberapa Kecamatan. Kecamatan dibagi ke dalam beberapa Desa atau
Kelurahan.
Dalam upaya meningkatkan partisipasi pada masyarakat yang tinggal di
daerah, salah satunya ada pada kemampuan seorang pemimpin dalam
melaksanakan kepemimpinannya. Pada dasarnya kepemimpinan yang ada di
masyarakat desa terbagi ke dalam dua bagian yakni kepemimpinan formal dan
non formal.
Kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang ada
dan diakui sebagai sistem pengaturan hidup bagi mereka. Seperti yang
dikemukakan oleh Melvillie J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski dalam buku
Sosiologi Suatu Pengantar karangan Soerjono Soekanto, bahwa Cultural
Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan
adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Dengan adanya
kebudayaan telah memengaruhi cara pandang, keyakinan dan kepatuhan bagi
masyarakat desa.1
Kebudayaan memengaruhi kepatuhan masyarakat desa terhadap tokoh-
tokoh yang cenderung lebih dipatuhi dibandingkan pemimpin formal. Sebagai
contoh masyarakat yang kehidupannya dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, tokoh
ulama akan sangat dipatuhi ketimbang kepala desa sebagai pemimpin formal yang
memiliki legalitas jelas.
Kecamatan Kraksaan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
Kawasan Pantai Utara Kabupaten Probolinggo, memiliki penduduk yang
mayoritas beragama Islam. Dengan mayoritas beragama Islam maka budaya Islam
mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, sebagai bukti ketika akan melakukan
suatu kegiatan pembangunan atau kegiatan-kegiatan penting lainya baik sebelum
maupun sesudahnya, masyarakat Kraksaan selalu mengadakan ritual-ritual
keagamaan berupa pengajian atau tahlilan. Dengan mengadakan ritual keagamaan
ini diharapkan ketika memulai kegiatan akan diberkahi oleh Tuhan Yang Maha
Esa dan dengan harapan akhir dari kegiatan bisa bermanfaat bagi anak, cucu, dan
keturunan khususnya, dan bagi seluruh masyarakat pada umumnya.
Dengan pengaruh budaya Islam yang besar ini, telah memengaruhi
kepatuhan dan kepercayaan masyarakat kepada salah satu kepemimpinan yaitu
tokoh ulama. Tokoh ulama lebih dipercaya dan dipatuhi oleh masyarakat daripada
Kepala Desa. Bukan hanya dalam masalah pembangunan, tetapi juga dalam
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), h. 35.
keikutsertaan masyarakat dalam menentukan hak suara pada Pemilihan Umum.
Sebagai contoh ketika diadakan Pemilihan Kepala Desa, suara tokoh ulama dalam
menentukan siapa yang pantas dipilih menjadi Kepala Desa akan menjadi panutan
oleh sebagian besar masyarakat yang menjadikan ulama sebagai pemimpin
spiritual mereka.
Menurut beberapa tokoh di antaranya Fatoni selaku anggota MUI di
kecamatan Kraksaan (Feb, 2008) mengapa terjadi hal demikian, ia memberikan
informasi bahwa tokoh ulama lebih dipatuhi dan dipercaya oleh masyarakat
disebabkan tokoh ulama selalu mengajarkan ilmu agama Islam dan mengajak
masyarakat pada kebenaran dengan menjauhkan diri dari kemungkaran. Selain itu
tokoh ulama dipercaya oleh masyarakat Kraksaan sebagai sosok manusia yang
selalu mendekatkan diri pada sang pencipta, dengan ini masyarakat lebih percaya
bahwa tokoh ulama akan jauh dari perbuatan tercela dan menyesatkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan judul penelitian
sebagai berikut “Pengaruh Ulama Terhadap Tingkat Partisipasi Politik
Masyarakat Kraksaan Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian, maka penulis perlu
membatasi permasalahan dalam penelitian ini pada pengaruh Ulama terhadap
tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada PILKADA Kabupaten
Probolinggo tahun 2008.
2. Perumusan masalah
Fokus penelitian ini dibatasi pada fenomena opini masyarakat pasca
Pilkada 2008 di Kecamatan Kraksaan. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Kraksaan
pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008?
2. Bagaimana pengaruh ulama terhadap partisipasi politik masyarakat
Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada
Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008.
b. Untuk mengetahui pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik
masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008.
2. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi penulis sendiri manfaat penelitian ini adalah untuk menambah
wawasan pengetahuan seputar masalah partisipasi politik dan pengaruh
kelompok sosial agama pada perkembangan politik di daerah.
b. Untuk menambah gagasan serta bahan materi mengenai persoalan
partisipasi politik yang melibatkan peran ulama di dalamnya.
c. Dapat memberikan kontribusi akademis ilmiah mengenai partisipasi
politik di lingkungan jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat khususnya dan Civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada umumnya.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didukung oleh data-
data yang bersifat kuantitatif dengan format deskriptif dengan tujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan
apa yang terjadi.2
Jadi metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan
tingkat partisipasi politik masyarakat dan pengaruh kepemimpinan ulama terhadap
partisipasi politik masyarakat Kraksaan dalam Pilkada Kabupaten Probolinggo
tahun 2008.
2. Objek Penelitian
Objek dari penilitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kraksaan yang ikut
berpartisipasi pada Pilkada yang diselenggarakan pemerintah tahun 2008.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Kraksaan tepatnya di 9 Kelurahan
yaitu Semampir, Kalibuntu, Bulu, Sidomukti, Patokan, Alassumur Kulon,
Sidopekso, Asembagus, Kebonagung. Karena berdasarkan pengamatan penulis
antuisme warga Kraksaan pada Pilkada 2008 kemarin sangat tinggi, terutama
mereka yang memilih atau yang pro pada partai-partai Islam.
3. Teknik Pengumpulan Data
2 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004) h. 36.
Dalam pengumpulan data digunakan teknik sebagai berikut :
a. Observasi yaitu penulis mengamati secara langsung di lokasi penelitian
serta mengamati hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian.
Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan terhadap variabel-
variabel (Partisipasi dan peran Ulama) penelitian dan selanjutnya
melakukan pencatatan terhadap hasil pengamatan. Kegunaannya adalah
untuk menjelaskan secara baik dalam analisis nanti.3
b. Wawancara ini penulis lakukan dengan cara tanya jawab yang ditujukan
kepada bapak Fatoni selaku anggota MUI dan pada Masyarakat
Kecamatan Kraksaan. Wawancara ini dilakukan dengan terstruktur, yakni
dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diteliti. Hal ini untuk
menghindari kekakuan antara pihak peneliti dengan pihak responden.
Namun data wawancara tersebut hanya dijadikan sebagai data pendukung
dalam penelitian.
c. Kuesioner yaitu peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk
dijawab secara tertutup. Dalam penyebaran dan pengisian kuesioner selalu
dipandu atau diarahkan karena dikhawatirkan ada di antara responden
yang terpilih tidak mengerti baca tulis, sekaligus mungkin terdapat
pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden.4 Responden penelitian
berjumlah 100 dipilih secara acak (random) dari 9 kelurahan mewakili satu
Kecamatan Kraksaan.
d. Studi Kepustakaan yaitu penulis berusaha mengumpulkan bahan-bahan
dan informasi mengenai teori dan konsep-konsep guna menjelaskan
3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 13.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2002), h. 16.
fenomena yang berhubungan dengan penelitian mengenai pengaruh ulama
dengan partisipasi politik masyarakat Kraksaan dalam Pilkada Kabupaten
Probolinggo tahun 2008.
4. Teknik Analisis Data.
Untuk menganalisis data penelitian dipergunakan metode kajian secara
kualitatif dari berbagai data yang telah terkumpul. Dalam menganalisis data
penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif analisis, yaitu dengan
menggambarkan beberapa data yang dikumpulkan, yaitu data yang diperoleh dari
hasil kuesioner dan wawancara, serta dari pihak pemerintahan Kabupaten
Probolinggo yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya dilakukan analisa
terhadap data yang telah terkumpul dengan tujuan memperoleh suatu kesimpulan
dalam penelitian.
E. Sistematika Penulisan
Oleh karena penelitian ini merupakan karya ilmiah, maka penelitian
disusun menjadi bab-perbab dengan tujuan untuk memudahkan dalam menarik
sebuah kesimpulan dengan tetap mengacu pada inti permasalahan. Dan
masing-masing bab tersebut masih mempunyai korelasi dengan tema yang
dibahas menjadi satu kesatuan.
Adapun uraian sistem penyusunan penelitian adalah sebagai berikut :
Bab pertama terdiri dari pendahuluan yang membahas latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua kerangka teori, berisi kajian tentang konsep ulama dan
partisipasi. Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka seputar konsep ulama’,
meliputi definisi ulama, tipologi ulama, peran, fungsi dan tanggungjawab
ulama, dan pengaruh ulama. Partisipasi, meliputi partisipasi politik, bentuk-
bentuk partisipasi politik, dan konteks partisipasi politik di Indonesia. Serta
teknik kepemimpinan informal ulama dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat.
Bab ketiga berisi gambaran umum obyek penelitian yaitu Pilkada
Kabupaten Probolinggo tahun 2008, yang memuat profil lokasi penelitian,
pelaksanaan dan tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008,
perolehan suara Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008, dan karakteristik
responden yang menunjang hasil penelitian.
Bab keempat membahas tentang ulama dan partisipasi politik
masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008.
Dengan pembahasan meliputi, kepemimpinan informal ulama, tingkat
partisipasi politik masyarakat Kraksaan, dan pengaruh ulama terhadap tingkat
partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo
tahun 2008.
Bab kelima yaitu penutup terdiri dari kesimpulan akhir dan saran-
saran berkenaan dengan pembahasan penelitian ini.
BAB II
KONSEP ULAMA DAN PARTISIPASI
A. Ulama
1. Definisi Ulama
Ketika mendengar dan melihat pertama kali kata ulama akan terbayang
pada sosok seseorang yang mengenakan jubah putih, dan peci putih atau bahkan
berkalung surban. Namun ternyata tidak demikan, seseorang bisa disebut ulama
bukan karena ia memakai jubah putih, bukan pula karena ia menggunakan peci
putih. Berikut adalah definisi Kata ulama.
Secara etimologi Kata ulama berasal dari akar kata ‘alima ya’ lamu
‘ilman, artinya mengetahui atau pengetahuan, lawan dari kebodohan (dhiddu al-
jahl). Isim fâ’il-nya ‘âlim dan bentuk jamaknya ‘âlimun ‘ullam atau ulamâ’ ,
maknanya adalah orang yang berilmu, lawan dari orang yang bodoh atau yang
tidak berpengetahuan (dhiddu al-jâhil). Jika pengetahuannya luas sekali dikatakan
’allamah, artinya sangat ahli atau sangat berpengetahuan. Bentuk superlatifnya
’âlimun. Salah satu sifat Allah Swt. adalah ’Alim (Maha Mengetahui) yang
ditegaskan pada lebih dari 100 ayat. Salah satu nama Allah di antara al-Asma al-
Husna adalah al-’Alim (Yang Maha Tahu).5
Adapun kata al-ulama’ dinyatakan dalam firman Allah :
ا�����ء ���د� م� ا ��� إ����
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama. (QS al-Fathir [35]: 28).
5 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam 5 (jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 120.
Menurut Ayat di atas menggambarkan bahwa yang dinamakan ulama
adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang
bersifat kauniyah berpandangan hidup luas, dan berpandangan hidup luas dengan
landasan rasa takut kepada Allah SWT.6 Hal serupa dapat ditemukan juga dalam
hadis yang salah satunya dijelaskan oleh Ibnu Katsir, Sesungguhnya yang takut
kepada Allah dengan sebenar-benarnya adalah ulama yang mengenal-Nya, yang
karena makrifatnya kepada Allah telah sempurna, ketakutan mereka kepada-Nya
sangat besar.7 Ulama yang dimaksud di atas adalah seseorang yang benar-benar
sudah mencapai tingkatan makrifat kepada Allah sehingga menimbulkan rasa
takut kepada-Nya. Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan semakin tinggi
tingkat kemakrifatan seseorang maka semakin sempurna nilai ketaqwaannya.
Ada beberapa istilah yang digunakan masyarakat sebagai padanan kata
ulama diantaranya adalah Kiai, ulil albab, cendikiawan muslim. Istilah-istilah ini
yang menurut masyarakat syarat akan mengandung makna penghormatan kepada
seseorang yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang ilmu yang sangat
berkaitan dengan agama Islam.8
2. Tipologi Ulama
Sejak kelahiran Islam sampai dewasa ini, eksistensi ulama tetap diakui.
Bahkan di tengah masyarakat Islam, menurut Imam Mawardi dan Abdullah Faqih
yang dikutip dari al-Sayyid Mahmud Abul Faidh al-Manufi al-Husaini dalam
6 K.H. Drs. Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman (Jakarta:
GEMA INSANI PRESS, 1995), h. 44. 7 Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia & Akhirat
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 27. 8 K.H. Drs. Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h.58.
kitab Jamharatul Auliya, bahwa ulama terbagi menjadi dua, yaitu ulama zhahir
dan ulama batin.9
Sementara menurut Badruddin Hsubky dewasa ini ulama di tengah
masyarakat dikenal lima macam ulama yaitu, ulama plus, ulama fulus, ulama
dunia, ulama akhirat, dan ulama dunia akhirat. Menurutnya ulama terakhirlah
yang dibutuhkan masyarakat untuk menuntun kepada kebahagian dunia dan
akhirat.10
Menurut Imam Ghazali seperti yang dikutip Badruddin Hsubky
mengemukakan dua macam ulama di dunia yaitu ulama akhirat dan ulama dunia
(ulama su’). Imam Ghazali menjelaskan yang dimaksud ulama dunia adalah
mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk mendapatkan
kesenangan dan kepuasan duniawi. Ulama seperti ini selalu khawatir tertimpa
kefakiran dan tidak puas anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan hanya
berorientasi pada kebahagiaan duniawi sebagaimana yang telah dilarang Islam.
Sedangkan ulama akhirat adalah ulama yang tidak mencari kemegahan duniawi,
perilakunya baik, mengajarkan ilmu untuk kepentingan akhirat, menjauhi godaan
penguasa dzalim, senantiasa tawadhu’, dan tidak cepat mengeluarkan fatwa
sebelum menemukan dalilnya.11
Meskipun peran ulama sangat penting, masyarakat berupaya
mendeskreditkan dengan berbagai macam cara dan mereka berusaha memperkecil
peranannya, bahkan ada yang memhilangkannya sama sekali. Ada pula yang ingin
menggeser kedudukan ulama dengan berbagai tindakan yang sangat bertentangan
9 K.H. DR. Imam Mawardi dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama
Kembalilah Kepada Ummat, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002), h. 41. 10
Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 56. 11 Ibid., h. 57-58.
dengan ajaran Islam. Ironisnya, mereka yang ingin menggeser ulama itu adalah
ulama juga, mereka berlaku zhalim terhadap dirinya sendiri.
3. Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Ulama
Berdasarkan ajaran Islam, ulama memiliki kedudukan yang sangat tinggi
dan peran yang penting dalam kehidupan umat, karena mereka merupakan
pewaris para Nabi. Secara garis besar, peran ini merupakan tugas pencerahan bagi
umat. Dalam bahasa lain juga disebut sebagai amar ma’ruf nahi munkar.
Arti fungsi ulama adalah rangkaian sistem atau peranan dalam melakukan
suatu tugas yang sesuai dengan kedudukannya. Adapun tanggung jawab ulama
adalah sejauh mana ulama dapat menjalankan tugas dan kewajibannya untuk
melaksanakan risalah Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Mengenai fungsi, peranan atau tugas serta tanggung jawab ulama dalam
hubungannya sebagai pewaris Nabi, penulis mengutip pendapat Umar Hasyim
dalam bukunya Mencari Ulama Pewaris Nabi antara lain adalah :12
1) Sebagai Da’i atau Penyiar Agama Islam
Kata Da’i mempunyai arti pengundang atau pengajak. Secara
istilah, Da’i berarti penyiar atau penyebar agama Islam atau ajakan
terhadap manusia kepada agama Islam. Untuk melakukan hal ini
membutuhkan ilmu, harta benda, tenaga, dan pikiran.
Sebagai orang yang berilmu, ulama berfungsi sebagai penyeru
kepada agama Allah dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Dalam arti lebih luas, ulama juga mempunyai peran untuk mengamalkan
12
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Para Nabi; Selayang Pandang Sejarah Para
Ulama, (T.tt: Dakta dan BI press, 1998), h. 134-152.
ilmu yang dimiliki demi kebaikan seluruh umat, dan akan dimintai
pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di hari akhir.
2) Sebagai Pemimpin Rohani
Ulama sebagai pemimpin rohani adalah memimpin dan
membimbing umat agar mereka benar di dalam menghayati agamanya. Di
situlah tugas ulama yang memimpin umat agar tingkah laku umat sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam. Di sini juga sebagai bentuk
pertangungjawaban ulama sebagai orang yang berilmu agar umat dapat
menjiwai segala aktifitasnya karena Allah semata.
3) Sebagai Pengemban Amanat Allah
Amanat adalah semua hak yang dipertanggungjawabkan terhadap
seseorang, baik secara tindakan, perbuatan dan perkataan maupun
kebijaksananaan serta kepercayaan dalam hati. Baik hak-hak yang berupa
milik Allah maupun jadi hal-hal, perkara, ataupun urusan yang
dipercayakan kepada manusia tersebut diwajibkan memeliharanya atau
melayaninya, berupa harta, hak, kehormatan, dan lain sebagainya.
Adapun sangkut pautnya dengan ulama pengemban amanat Allah
adalah sebagaimana manusia telah menyanggupi untuk menjalankan tugas-
tugas keagamaan sejak zaman ‘azali, termasuk tugas yang dibebankan
kepada ulama. Ulama berkewajiban memelihara amanat dari Allah berupa
memelihara agama Allah dari kerusakan dan agar tidak dikotori oleh
manusia, Serta menjalankan segala perintah-Nya. Kewajiban disini yang
dimaksud adalah apabila dari Allah itu ada yang bersifat pribadi dan ada
yang bersifat umum terhadap masyarakat.
4) Sebagai Pembina Umat
Ulama yang dimaksud dengan pembina umat adalah ulama yang
membina umatnya untuk ambil bagian dalam menetukan pola pikir
manusia yang telah mengakui sang ulama tersebut sebagai pemimpin dan
penuntun mereka. Jadi apa kata ulama akan mereka anut dan apa yang
dilakukan perbuatan ulama akan mereka tiru. Dan disinilah peran ulama di
dalam membina umatnya , sangat penting.
5) Sebagai Penuntun Umat
Ulama penuntun umat adalah ulama yang menunjukkan jalan dan
membimbing umatnya ke jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan Allah
dan Rasulullah Saw. Dan disinilah ulama bertugas menuntun umatnya
yang mengalami kegelapan dalam berpikir dan kebingungan, sebaliknya
jika ulama memberikan petunjuk bukan dari petunjuk Allah maka dosalah
sang ulama tersebut apabila umatnya dalam mengalami kegelapan berpikir
dan kebingungan.
6) Sebagai Penegak Kebenaran
Sebagai umat Islam kewajiban untuk menegakkan agama Islam
dengan segala cara daya upaya dan kemampuan yang dimiliki. namun
yang istimewa bagi ulama lebih mengetahui ajaran-ajaran Allah yang
menjadi pelopor untuk menegakkan kebenaran. Apabila ulama tidak
menjunjung tinggi ajaran Islam, dan tidak menegakkan dan
mempertahankan ajaran Allah. Maka terjadi kerusakan umat yang menjadi
pendukung ajaran Allah. Apabila ulama tidak bertanggung jawab lagi
dalam menegakkan agama Allah, ulama itu sendiri yang akan terlebih
dahulu binasa, baru kemudian umatnya akan hancur.
Dari ciri-ciri ulama diatas yang berdasarkan fungsi, peranan atau tugas
serta tanggung jawab ulama dalam hubungannya sebagai pewaris Nabi. Semua itu
adalah karena ulama menjadi contoh bagi umatnya ke jalan Allah. Ada banyak
ayat-ayat menjelaskan salah satu ciri-ciri diatas sebagai berikut.
Abu Darda menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda :
«��� إن� ا/��.�ء ور,+ ا�����ء إن� ا�()اآ' &�%# ��� ا�$�# آ!�� ا���ب� ��� ا����� و
�#وا ب;:9 أخ5 ب8 أخ5 ��� ا���� ور�,)ا إ���� دره�� و3 د��2را �)ر0,)ا �� ا/��.�ء»
Keutamaan ulama atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan terhadap
seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.
Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan
mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah
mengambil bagian (tanggung jawab) yang besar. (HR at-Turmidzi dan Abu Dawud).
Arti tanggung jawab yang dimaksud dalam hadis di atas adalah tanggung
jawab mengemban misi risalah para nabi untuk menuntun umat manusia pada
hidayah. Warisan para nabi berupa ilmu itu tidak serta-merta bisa dimiliki
sebagaimana warisan dalam bentuk harta. Tanggung jawab ulama yang
dilaksanakan dengan baik akan berdampak positif bagi kehidupan umatnya.
Sehingga akan tumbuh semangat pembelaan terhadap islam disamping kesadaran
pengamalan ajarannya.13
Hadis tersebut menjelaskan beberapa keilmuan yang harus dimiliki ulama
sebagai pewaris nabi sehingga keilmuannya dapat dijadikan sebagai pegangan dan
ulama layak dijadikan sebagai panutan bagi umatnya. ilmu yang diambil dari nabi
13
K.H. DR. Imam Mawardi dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama
Kembalilah Kepada Ummat, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002), h. 54.
dan para ulama mewarisinya dengan jalan mempelajari. Di dalamnya adalah ilmu
fikih, yaitu pemahaman tetang hukum-hukum syariah, ulama yang menguasainya
layak disebut fakih (fukaha).14 Dari sinilah dapat disimpulkan, seorang ulama
hanya ditentukan dari kadar keilmuanya dan pemahamannya tentang agama dan
hukum-hukum syariah, ia tidak dikenali karena ia keturunannya atau karena
mengenakan jubah dan sorban.
Kebinasaan bagi umat jika ulama malah menjadi yang sebaliknya, yaitu
terkooptasi oleh kekuasaan dan penguasa, mereka malah menjadi ulama’ as-
salathin yang menjadi stempel penguasa untuk menjustifikasi keburukan,
penyimpangan dan kezaliman penguasa.15
Untuk menghindari hal itu para ulama salafus salih cenderung menjaga
jarak dengan penguasa, tidak mau mendatangi dan mengetuk-ngetuk pintu
penguasa. Bukan mereka yang datang kepada penguasa. Sebaliknya, penguasalah
yang datang kepada mereka untuk mendapatkan nasihat, dan kritikan dalam
pencerahan.16
Kewaraan mereka begitu tinggi. Imam ats-Tsauri pernah berkata, ‘Aku
tidak khawatir dengan penghinaan mereka kepadaku. Aku justru khawatir dengan
penghormatan dan pemuliaan mereka sehingga hatiku cenderung kepada mereka.
Kalaupun mereka mendatangi penguasa bukanlah untuk mendekati penguasa,
tetapi untuk melakukan amar makruf dan nahi munkar.17 Apalagi ketika penguasa
banyak melakukan keburukan, penyimpangan dan kezaliman.
14
Ibid., h. 30. 15 Abdul Aziz Al-Badari, Hitam Putih Wajah Ulama & Penguasa (Jakarta: Darul Falah,
2003), h. 7 16
Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 51 17 Ibid., h. 48.
Sebagai pewaris nabi, ulama memiliki tugas yang berat namun amat mulia,
yaitu tugas mengemban tugas Rasullah SAW. mengumpamakan ulama bagaikan
bintang yang menerangi kegelapan di laut dan di daratan (HR Ahmad). Dengan
keilmuan mereka, pemikiran sesat bisa tersingkirkan, keragu-raguan di dalam jiwa
bisa tertepiskan, kebengkokan bisa diluruskan, kerusakan bisa diperbaiki dan
kezaliman bisa terhalangi. Ulama harus mengajarkan al-Quran dan as-Sunah,
mengajarkan kebenaran, menjelaskan kezaliman orang yang zalim, menunjukkan
kerusakan orang yang berbuat kerusakan, dan menerangkan kemaksiatan orang
yang berbuat maksiat.
Seorang ulama sekaligus juga seorang politisi, senantiasa memperhatikan
dan mengurusi urusan-urusan akan umatnya. Ulama mengurusi urusan umat
bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Ulama haruslah menjadi
orang yang mengamalkan ilmunya, senantiasa menyuarakan kebenaran, cinta akan
kebaikan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.18 Ulama
harus mengajarkan dan menjelaskan kebenaran dan keadilan kepada penguasa,
sekaligus menyeru penguasa untuk menerapkan Islam secara benar, konsisten dan
adil serta menghiasi diri dengan akhlak Rasul Saw. Ulama harus tabah menerima
segala cobaan dan kesulitan dalam menjalankan semua itu. Mereka ingat akan
peringatan Rasul saw.:
ب��ا ا م� ازداد إF �3#ب� ا�A@�?�ن م� ��� ازداد وم� ا�CC�، ا�A@�?�ن أب)اب أ=� م�
Siapa saja yang mendatangi pintu-pintu penguasa ia akan terjerumus ke
dalam fitnah. Tidaklah seorang hamba bertambah dekat dengan penguasa,
kecuali ia bertambah jauh dari Allah. (HR Ahmad).
18
K.H. DR. Imam Mawardi dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama
Kembalilah Kepada Ummat, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002), h. 62.
4. Pengaruh Ulama
Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata politik biasa diartikan
dengan kata siyasah. Kata ini terambil dari akar kata sasa, yasusu yang biasa
diartikan mengemudi, mengendalikan, dan mengatur. Uraian al-Quran tentang
politik dapat ditemukan pada ayat-ayat yang berakar kata hukm. Dari akar kata
yang sama terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berari kendali, dan kata
hukumah berarti pemerintah. Maka pengertian ini sejalan dengan asal makna
sasa, yasusu, sais, siyasah, yang berarti mengemudi, megendalikan,
pengendali, dan cara pengendalian.19
Kata hukm dalam bahasa Arab tidak sama pengertiannya dengan Kata
hukum dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata ini berbentuk kata
jadian yang bisa mengandung berbagai makna. Kata tersebut jika dipahami
sebagai membuat atau menjalankan keputusan, maka tentu dalam menjalankan
upaya tersebut terdapat subyek dan obyek. Dan proses ini akan menghasilkan
upaya politik.20
Di Indonesia, ulama dalam konteks pemahaman seperti ini seringkali
menjadi kelompok elit agama yang terdorong untuk mentransformasikan diri
menjadi kelompok-kelompok kepentingan agama yang bercorak modern.
Dalam proses modernitas kepemimpinan politik seperti ini, ulama tidak hanya
memantapkan kerja sama di internalnya, namun mereka akan berusaha
mempengaruhi sebagian besar umatnya.
Indonesia sebagai Negara yang berpenduduk mayoritas muslim, yang
memiliki etos keagamaan yang cukup tinggi, sehingga mereka menempatkan
19
Ali Maschan Moesa, Kiai dan Politik; Dalam Wacana Civil Society, (Surabaya:
LEPKISS bekerjasama dengan Adikarya IKAPI dan Ford Foundation, 1999), h. 94. 20 Ibid., h. 94-95.
ulama sebagai figur yang patut diteladani. Tanpa kehadiran ulama, kehidupan
masyarakat tidak akan berkembang menjadi lebih baik.21
Ulama banyak terlibat dalam membangun masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern, dengan demikian secara otomatis peran dan
fungsi ulama mengalami perubahan. Secara sosio-antropologis, perubahan
peran ulama ini biasanya dilihat dari multifungsional ke monofungsional. Ini
disebabkan perubahan struktur sosial yang didorong oleh tuntutan spesialisasi
dan diferensiasi dalam masyarakat. Pada masa dulu, ulama diberi mandat oleh
masyarakat bukan saja pada masalah keagamaan saja, tapi juga pada bidang
pertanian, perdagangan, kesehatan dan ketertiban masyarakat.
Pengaruh ulama juga dapat menurun apabila politik ulama berkaitan
dengan perubahan-perubahan umum dalam situasi politik dikalangan
masyarakat. Dalam variasi politik ulama, seperti ditunjukkannya oleh
dukungan mereka terhadap berbagai organisasi politik dan pemisahan Islam
dari politik adalah salah satu faktor yang ikut menentukan dalam menurunnya
pengaruh politik ulama.22
B. Partisipasi
1. Partisipasi Politik
Suatu keniscayaan bahwa dalam mewujudkan berbagai kepentingan dan
kebutuhan, masyarakat seringkali berbenturan dengan kepentingan dan kebijakan
negara. Benturan tersebut sabgata erat kaitannya dengan tingkat sosialisasi politik
yang dikembangkan oleh Negara bersangkutan karena proses sosialisasi politik
21
Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 79. 22
Dr Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan kekuasaan, (Yogyakarta : LKIS, 2004),
h. 258.
dapat memunculkan sebuah rangsangan politik yang pada gilirannya akan terlihat
dalam sebuah partisipasi politik masyarakat.
Banyak sejumlah ilmuwan politik telah mendefinisikan partisipasi politik
melalui berbagai kalimat yang berbeda-beda, seperti misalnya Samuel P
Huntington mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan kewarganegaraan
yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suatu
pemerintahan.23
Senada dengan Huntington, Ramlan Surbakti mendefinisikan partisipasi
politik sebagai kegiatan warganegara biasa dalam mempemgaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijaksaan umum dan ikut dalam menentukan
pemimpin sebuah pemerintahan.24
Keikutsertaan warga negara atau masyarakat dalam suatu kegiatan politik,
tidak terlepas dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat. Dimana
masyarakat merupakan faktor terpenting dalam menentukan pemimpin
pemerintahan baik di tingkat pusat sampai pada tingkat terendah yakni desa. Maka
dari itu penulis akan menguraikan definisi partisipasi yang menurut Inu Kencana
Syafiie, dalam bukunya yang berjudul Sistem Pemerintahan Indonesia, Partisipasi
adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan
kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorang individu tersebut untuk
berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam
setiap pertanggungjawaban bersama.25
23
Samuel P Huntington dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 6. 24
Ramlan Surbakti, “Memahami Ilmu Politik”, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992), h. 114.
25
Inu Kencana Syafii, “Sistem Pemerintahan Indonesia”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
h. 132.
Sejak konsep partisipasi telah berkembang dan memiliki pengertian yang
beragam meskipun dalam beberapa hal konvergen. Sedangkan Gaventa dan
Valderama mengkategorisasikan tiga tradisi partisipasi terutama bila dikaitkan
dengan praksis pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu : partisipasi
politik, partisipasi sosial, dan partisipasi warga.26
Pada umumnya peran serta masyarakat merupakan kata lain dari istilah
standar dalam ilmu politik, yaitu partisipasi politik. Dalam ilmu politik partisipasi
diartikan sebagai upaya warga masyarakat baik secara individual maupun
kelompok, untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembentukan kebijakan publik
dalam sebuah negara hal ini boleh terjadi atas dasar rasa tanggung jawabnya
dalam kehidupan politik. Namun tidak jarang juga partisipasi yang dilakukan
bukan karena kehendak individu yang bersangkutan.27
Kecenderungan ke arah partisipasi politik lebih luas sesungguhnya
bermula pada zaman pencerahan dan memperoleh dukungan yang sangat kuat
pada zaman revolusi industri. Cara-cara yang ditempuh dalam berbagai lapisan
masyarakat dalam menuntut hak mereka untuk mendapatkan partisipasi politik
yang lebih luas sangatlah berbeda dengan Negara satu dan yang lainnya.
Menurut Myron Weiner berpandangan terhadap lima hal yang
menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses
politik. Kelima hal tersebut adalah :28
26 Pembahasan John Gaventa dan Camilo Valderama : Partisipasi, Kewargaan, dan
Pemerintah Daerah, sebagai pengantar buku Mewujudkan Partisipasi: Teknik Partisipasi Masyarakat untuk Abad 21, yang diterbitkan oleh The British Council dan New Economics
Foundation, 2001.
27 Affan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (editor),
Demitologi Politik Indonesia: Mengusung Elitisme Dalam Orde Baru, (Jakarta: Pustaka
Cidesindo, 1998), h. 240. 28 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia (suarbaya: Penerbit SIC, 2002), h.130-131.
a) Modernisasi; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang
meningkat, menyebarnya kepandaian baca tulis pengembangan
komunikasi massa.
b) Perubahan-perubahan struktur kelas social; terbentuknya suatu kelas
pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses
industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi.
c) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern; kaum
intelektual seperti sarjana, filosof, cendikiawan, sering mengemukakan
ide-ide seperti egalitarianisme dan nasionalisme kepada masyarakat
umumn pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang
terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan
politik.
d) Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik; jika ada timbul
kompetisi perebutan kekuasaan, salah satu strategi yang digunakan adalah
mencari dukungan rakyat atau masyarakat luas. Dalam hal ini untuk
melegitimasi mereka melalui gerakan-gerakan partisipasi rakyat.
e) Keterlibatan pemerintah yang luas dalam urusan masalah sosial, ekonomi
dan budaya; apabila pemerintah terlalu menkooptasi masalah-masalah
sosial masyaraka, lambat laun akan merangsang timbulnya tuntutan-
tuntutanyang terorganisir untuk berpartisipasi.
Melalui definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli politik tersebut,
dapatlah diketahui bahwa pada dasarnya partisipasi politik bertujuan untuk
mempengaruhi pembentukan kebijakan publik, dalam menentukan dan memilih
pemimpin serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keinginan
masyarakat dan kelompok masyarakat.
2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Partisipasi politik sebagai peran serta masyarakat dan demokrasi secara
kolektif di dalam proses penentuan pemimpin, pembuat kebijakan publik, dan
pengawasan proses pemerintahan di Indonesia sejak merdeka yang mengalami
penurunan secara terus menerus. Namun sebagai konsep dan praktek operasional
baru dibicarakan sejak tahun 1970-an ketika beberapa lembaga internasional
mempromosikan praktek partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembangunan untuk merealisasikan hak partisipasi politik.
Ada tiga hal fungsi partisipasi politik yaitu menentukan kedudukan pada
posisi kekuasaan, mempengaruhi pembuatan kebijakan, dan mengawasi proses
politik. Mungkin harus disadari bersama, bahwa pada moment itulah partisipasi
politik mulai dimanfaatkan sebagai mekanisme beroperasinya nilai moral di dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung, partisipasi politik dilakukan melalui kontak-
kontak langsung dengan para pejabat Negara yang ikut dalam dalam menentukan
pembatan kebijakan publik. Sedangkan secara tidak langsung kegiatan partisipasi
dapat dilakukan melalui media massa yang ada, misalnya dengan menuliskan
pikiran dan pandangan pada sebuah Koran dan majalah terhadap hal-hal yang
menjadi sorotan publik.
Menurut Samuel P Huntington, peran serta atau partisipasi masyarakat
dapat dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :29
a) Electoral activity, adalah segala kegiatan yang secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini
adalah ikut serta memberikan dana untuk kampanye sebuah partai politik,
memberikan suara, mengawasi perhitungan dan pemilihan suara, dan
mengajak serta mempengaruhi seseorang untuk mendukung salah satu
partai.
b) Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk
menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan
untuk mempengaruhinya menyangkut, masalah tertentu.
c) Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam
organisasi sosial dan politik, baik sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai
anggota biasa.
d) Contracting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh warga Negara dengan
langsung mendatangi maupun menghubungi lewat telepon pejabat
pemerintahan maupun tokoh politik.
e) Violence, adalah cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah,
yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengerusakan. (by doing
phsycal demage) terhadap barang atau individu.
Bentuk partisipasi yang lain adalah dengan mengikuti rapat-rapat umum
dan diskusi terbuka yang diselenggarakan oleh suatu organisasi politik maupun
kelompok kepentingan tertentu. Partisipasi semacam ini dapat bersifat spontan
29
Samuel P Huntington dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 17.
namun sering juga difasilitasi oleh partai-partai untuk memenuhi agenda
politiknya melalui keadaan seperti ini, partisipasi politik seseorang bukan
didasarkan atas kesadarannya sendiri melainkan karena dimobilisasi.30
3. Konteks Partisipasi Politik di Indonesia
Konsep partisipasi politik oleh masyarakat Indonesia secara umum dalam
ruang lingkup pemilu telah mengarah pada titik kemajuan yang sangat penting,
terutama bila dikaitkan dengan pelaksanaan program pembangunan. Hal ini
dibuktikan Pada tahun 1998 sampai tahun 2004, oleh agenda nasional banyak diisi
isu-isu seputar perubahan konstitusi, kebebasan untuk mendirikan dan bergabung
dengan partai politik, kebebasan untuk mendirikan organisasi yang bebas dari
campur tangan pemerintah, reformasi sistem pemilihan umum yang lebih
demokratis, kebebasan informasi, kebebasan untuk menganut ideologi diluar
ideologi resmi pemerintah, dan reformasi administrasi pemerintahan.31 Isu-isu ini
menjadi agenda utama oleh elit politik (parlemen) dan masyarakat Indonesia,
karena selama pemerintahan Soeharto memang tidak ada kebebasan berorganisasi
termasuk organisasi politik, tidak ada kebebasan untuk memperoleh informasi,
tidak ada kebebasan untuk menganut ideologi, pemilihan umum yang penuh
tekanan, dan administrasi pemerintahan yang sangat korup.32
Partisipasi politik dalam periode 1998 – 2004 telah didominasi oleh
agenda-agenda politik untuk memberikan akses yang luas bagi masyarakat
Indonesia untuk terlibat dalam proses-proses politik yang berjalan. Reformasi juga
30
Rafael Raga Margan, Pengantar Sosiologi Politik (jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.149.
31
Muhammad AS. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 39. 32 Contoh paling aktual atas pelarangan partai politik terjadi pada tahun 1998, ketika
Departemen Dalam Negeri menyatakan Partai Rakyat Demokratik (PRD) sebagai partai terlarang,
menyatakan membubarkan partai tersebut, dan memenjarakan pemimpin partai.
diartikan sebagai perubahan institusi-institusi negara yang memungkinkan
partisipasi politik rakyat memiliki arti.
Besamaan dengan reformasi politik, pada tahun 1999 paska pemilihan
presiden di Era Orde Reformasi konsep partisipasi warga juga mulai diwacanakan
dengan aktif oleh beberapa akademisi, berbagai lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan organisasi rakyat di Indonesia. Wacana ini juga didorong oleh
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan berbagai lembaga internasional yang
beroperasi di Indonesia. Inti dari wacana ini terutama adalah mulai terasa
beberapa kegagalan dalam penerapan demokrasi perwakilan. Wakil rakyat yang
dipilih baik untuk DPR/DPRD, eksekutif, dan berbagai komisi ternyata tidak
sepenuhnya dapat dipercaya untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.33 Karena itu,
mulai terpikirkan oleh seluruh masyarakat dan elit politik untuk memberikan
’vitamin’ bagi sistem demokrasi perwakilan saat ini, yaitu berupa pendalaman
partisipasi yang memungkinkan warga untuk dapat terlibat langsung dalam proses
pengambilan keputusan dan memantau kebijakan yang dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat Indonesia.
C. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Kajian teoritis tentang kepemimpinan ulama dalam studi ini,
menggunakan teori kepemimpinan oleh Inu Kencana Syafi’ie yang sangat relevan
sesuai dengan kontek kajian salam penelitian ini. Dalam buku Kepemimpinan
Pemerintahan Indonesia, Inu Kencana Syafi’ie menjelaskan kepemimpinan
33 Studi yang mendalam mengenai kegagalan demokrasi perwakilan di Indonesia
dilakukan oleh DEMOS, sebuah NGO yang berbasis di Jakarta. Hasil studi DEMOS dimuat secara
berkala di majalah nasional TEMPO
adalah “suatu kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama,
sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat
proses kelompok”.34
Teknik kepemimpinan menurut Inu Kencana Syafi’ie merupakan “cara
atau strategi yang dilakukan oleh pemimpin untuk mencapai tujuannnya”.
Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa teknik kepemimpinan merupakan cara
yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mencapat tujuannya, yakni dapat
menggerakkan masyarakat kearah kemajuan dan perkembangan.35 Teknik
kepemimpinan terdiri dari teknik persuasif, teknik komunikatif, teknik fasilitas,
teknik motivasi dan teknik pemberian teladan. Penulis akan menjabarkannya
secara singkat, pertama Teknik Persuasif dilakukan oleh pemimpin sebagai upaya
atau cara yang dilakukan melalui bujukan-bujukan kepada bawahan atau
masyarakatnya agar mau berpartisipasi misalnya dengan menanamkan kesadaran
betapa pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilu untuk mencapai tujuan
bersama.36
Kaitan dengan kepemimpinan informal ulama dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat adalah teknik persuasif ini merupakan strategi atau cara
yang dilakukan oleh ulama melalui bujukan-bujukan kepada masyarakat, agar
masyarakat mau terlibat dalam setiap pengambilan keputusan entah melalui
musyawarah maupun pengambilan suara terbanyak atau voting.
Kedua Teknik Komunikatif Komunikasi memiliki arti sebagai pemindahan
informasi untuk memperoleh tanggapan. Di dalam komunikasi terdapat lima unsur
34
Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h.40. 35
Ibid., h. 41. 36 Ibid., h. 41.
yakni komunikator, pesan, media, komunikan, dan feed back atau timbal balik.
Cara atau strategi yang dilakukan oleh pemimpin sebagai pemberi pesan harus
sama dengan apa yang diterima masyarakat.37
Gambarannya adalah pemimpin sebagai komunikator memberikan pesan
berupa perintah, anjuran dan ajakan untuk mengikuti pemilihan umum kepada
masyarakat (sebagai komunikan) melalui media musyawarah perencanaan suksesi
kepemimpinan.
Dengan adanya empat unsur komunikasi yang telah disebutkan diatas,
maka sebagai kelengkapan unsur yang kelima adalah feedback atau timbal balik
dari masyarakat untuk memberikan gagasan-gagasan, ide-ide dan harapan-harapan
yang disampaikan dalam musyawarah. Adaya pemberiaan gagasan, ide dan
harapan-harapan dari masyarakat tersebut merupakan wujud dari partisipasi
politik masyarakat.
Oleh karenanya untuk dapat merangsang masyarakat agar mau
memberikan gagasan, ide dan harapan-harapan sebagai wujud partisipasi, maka
pemimpin harus memperhatikan hal-hal yaitu, Berbahasa dengan baik dan
Menyampaikan pesan dengan jelas, dan Memakai media yang memadai untuk
didengar oleh masyarakat seperti pengeras suara
Ketiga Teknik fasilitas dilakukan oleh pemimpin sebagai strategi dan cara
yang dilakukannya adalah dengan memberikan penyediaan fasilitas-fasilitas atau
alat-alat yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memberikan hak suara, dengan
demikian akan menumbuhkan perasaan pada masyarakat bahwa segalanya telah
37 Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42.
disediakan oleh pemimpin, dan kemauan merupakan satu-satunya yang dapat
dilaksanakan masyarakat.38
Adanya pemberian fasilitas bagi masyarakat ini, merupakan bentuk
tanggung jawab elit politik untuk mempermudah masyarakat dalam menyalurkan
aspirasi politik mereka sehingga langkah awal dalam proses politik pun kemudian
berjalan secara bersamaan antara masyarakat dan elit politik.
Keempat teknik motivasi kepemimpinan diberikan oleh pemimpin sebagai
cara atau strategi diterapkan melalu pemberian dorongan kepada masyarakat
melalui misalnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan, memberikan rasa aman,
kenyamanan, penghargaan dan sebagainya.
Pemberian motivasi atau dorongan yang dilakukan oleh pemimpin kepada
bawahan untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dengan cara menyadarkan
masyarakat bahwa pemilu adalah dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka.39
Motivasi yang diberikan pemimpin pada umumnya bermaksud untuk
Meningkatkan partisipasi aktif dan tanggung jawab sosial semua anggota.
Terakhir adalah teknik keteladanan merupakan upaya atau cara yang
dilaksanakan oleh pemimpin dengan tujuan agar masyarakat mau meniru segala
perbuatan yang dilakukannya. Tujuan dari Keteladanaan yang diberikan oleh
pemimpin selain peniruan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan yang
dilakukan oleh pemimpin juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat.40 Dengan adanya kepercayaan tersebut masyarakat
tidak ragu-ragu lagi ketika ada ajakan untuk melakukan sesuatu. Misalnya dalam
38
Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42. 39
Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42. 40 Ibid., h. 43.
pemungutan suara, pemimpin menggunakan hak pilihnya dalam pemilu paling
pertama agar menjadi contoh dan diikuti oleh masyarakat lainnya.
BAB III
PILKADA KAB. PROBOLINGGO TAHUN 2008
(STUDI KASUS KECAMATAN KRAKSAAN)
A. Profil Lokasi Penelitian
PETA LOKASI
1. Geografis
Kabupaten Probolinggo mempunyai luas wilayah 3.779.750 km2. Sebelah
utara berbatasan dengan selat Madura sedangkan di sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Jember.41
Dilihat dari letak ketinggian Kabupaten Probolinggo berada pada
ketinggian 0 - 2.500 m di atas permukaan laut, dan apabila dilihat dari letak
41 Diakses pada 27 Mei 2008 dari http://www.kabprobolinggo.co.id
geografis Kabupaten Probolinggo terletak di lereng Gunung Semeru, Gunung
Argopuro dan Pegunungan Tengger. Batas-batas astronomi Kabupaten
Probolinggo adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara = 70 40' LS
- Sebelah Timur = 1130 30' BT
- Sebelah Selatan = 800 10' LS
- Sebelah Barat = 1120 50' B
Karakteristik wilayah merupakan salah satu unsur penting yang perlu
diketahui, karena merupakan modal utama untuk mengetahui potensi daerah yang
dapat dikelola dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah, guna
membiayai pelaksanaan pembangunan dimasa-masa mendatang, yang selanjutnya
dapat diketahui dan dicapai hasil-hasil pelaksanaan pembangunan pada setiap
wilayah.
Batas Wilayah Administratif
- Utara : Selat Madura
- Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember
- Barat : Kabupaten Pasuruan
- Selatan : Kabupaten Lumajang & Kabupaten Malang
Di tengah-tengah Kabupaten Probolinggo terdapat Kota Daerah Otonom
yaitu Kota Probolinggo.
Kecamatan Kraksaan terletak di wilayah Kabupaten Probolinngo yang
berada di bagian tengah selatan dari Ibu Kota Kabupaten Probolinggo kearah
timur dengan batas-batas:
- Utara : Selat Madura
- Timur : Kecamatan Paiton
- Barat : Kecamatan Pajarakan
- Selatan : Kecamatan Krejengan
Ditinjau dari ketinggian diatas permukaan air laut, Kecamatan Kraksaan
berada pada ketinggian 0 sampai 25 meter. Ibukota kecamatan kraksaan kira-kira
berada pada ketinggian ±5 meter diatas permukaan air laut.42
Iklim di kawasan kecamatan kraksaan sebagaimana kecamatan lain di
kabupaten probolinggo. Kecamatan kraksaan beriklim tropis yang terbagi menjadi
dua musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan
terjadi pada bulan oktober sampai bulan maret dan musim kemarau pada bulan
april sampai bulan September.
Sedangkan keadaan iklim pada umumnya ditinjau dengan indicator curah
hujan adalah sebagai berikut :
- Curah hujan terbesar : 415 mm.
- Curah hujan terkecil : 2 mm.
- Jumlah hari hujan : 69 hari.
- Curah hujan setahun : 1190 mm.
Temperatur udara di kecamatan Kraksaan seperti kecamatan lainnya yang
berketinggian 0 - 25 meter di atas permukaan air laut suhu udaranya relatif panas
sebagaimana daerah dataran rendah umumnya.
2. Demografis
Penduduk Kabupaten Probolinggo sebagian besar berasal dari suku
Madura, karena wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang
42 Seri buku Kecamatan Kraksaan dalam angka 2006, kerja sama Badan Pusat Statistik
Kab. Probolinggo dengan BAPPEKAB Probolinggo.
sebagian besar hidup sebagai nelayan seperti Kecamatan Tongas, Sumberasih,
Dringu, Pajarakan, Kraksaan, dan Paiton. Sedangkan daerah pegunungan
berpotensi untuk pengembangan sektor perkebunan dengan berbagai komoditinya.
3. Komposisi Masyarakat Ditinjau dari Segi Profesional
Dari hasil Sensus Penduduk Tahun 2006, Jumlah Penduduk di Kecamatan
Kraksaan mencapai 56.943 jiwa yang terdiri dari laki-laki 27.803 jiwa dan
perempuan 29.140 jiwa. Secara profesional penduduk di Kecamatan Kraksaan
terdiri dari petani karena sebagian lahan di Kecamatan Kraksaan adalah
persawahan dan sebagian lainnya memanfaatkan potensi hutan, perkebunan, serta
kelautan yang dapat diambil sumber daya alamnya.
4. Penduduk Ditinjau dari Segi Sosial Ekonomi
Berdasarkan hasil pendataan Desa Tertinggal yang ada di wilayah
Kabupaten Probolinggo sebanyak 107 desa atau 31,82 % dari jumlah
Desa/Kelurahan yang ada, persentase (%) jumlah penduduk Pra Keluarga
Sejahtera (KS) dan KS I pada tahun 2006 sebanyak 189.281 keluarga. Jika
dibandingkan dengan tahun 2005 yang jumlahnya sebanyak 188.993 keluarga,
atau mengalami kenaikan sebanyak 288 keluarga.
Untuk KS II pada tahun 2006 sebanyak 45.966 keluarga, jika
dibandingkan dengan tahun 2005 yang jumlahnya sebanyak 43.549 keluarga atau
mengalami peningkatan sebanyak 2.417 keluarga. KS III pada tahun 2001
sebanyak 44.263 keluarga, jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebanyak 33.364
keluarga atau mengalami peningkatan sebanyak 10.899 keluarga. Sedangkan KS
Plus pada tahun 2006 sebanyak 6.339 keluarga, jika dibandingkan dengan tahun
2006 sebanyak 8.727 keluarga atau mengalami penurunan sebanyak 2.388
keluarga.43
5. Pendidikan dan Keagamaan
Di Kecamatan Kraksaan terdapat banyak sekali sekolah-sekolah Islam dan
TPA yang tersebar. Namun sekolah-sekolah Islam tersebut hanya dihuni orang
luar dari daerah tersebut, dan banyaknya surau-surau yang hanya diisi oleh orang-
orang tua saja, sehingga perlu bagi kita menumbuhkan jiwa dan sikap “kembali
kesurau”. Waktu yang hanya dibutuhkan dua jam seminggu untuk mendalami
ilmu agama saja belum cukup, bahkan sangat kurang sekali dibandingkan dengan
tebalnya kabut polusi yang tebal menyusup pada masyarakat.
Dengan kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan pengetahuan
agama yang cukup, maka akan mungkin generasi penerus kita akan meninggalkan
aspek agama dan budaya, yang mencerminkan bahwa kita orang timur yang
berbudaya.
Dapat dilihat dari banyaknya sekolah umum dan Islam, maka pemerintah
berusaha untuk menghidupkan kembali paham keagamaan yang diiringi dengan
kemampuan yang baik pula di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di Kecamatan Kraksaan terdapat banyak sekolah dari tingkat Sekolah
Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama. Di antaranya Sekolah Dasar Negeri
(SDN) sebanyak 24 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 3
unit dan terdapat Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) hanya 1 unit dan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 unit. Sedangkan dari segi
43 Seri buku Kecamatan Kraksaan dalam angka 2006, kerja sama Badan Pusat statistic
Kab. Probolinggo dengan BAPPEKAB Probolinggo.
keagamaan desa ini terdapat beberapa tempat Ibadah antara lain Masjid sebanyak
302 Unit dan Gereja sebanyak 3 Unit.44
B. Pelaksanaan dan Tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008
1. Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung menjadi isu sentral
dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian integral dari
proses perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang
sangat penting bagi proses demokratisasi di tingkat lokal.
Harus diingat bahwa Pilkada hanyalah sebuah proses yang tidak berdiri
sendiri. Baik atau buruknya proses berkaitan dengan subyek yang terlibat
langsung dalam proses tersebut. Keberhasilan pelaksanaan Pilkada, baik dalam
pengertian ‘prosedural’ maupun ‘substansial’, terkait tiga faktor (a) pemilih yang
memilih hak pilih, (b) penyelenggara, yaitu KPUD, Panwas, Pemantau dan
Pemerintah, (c) lembaga steakholders lainnya. Dari ketiga faktor di atas dapat
diajukan tesis tentang sejauh mana masyarakat menggunakan hak pilihnya, dan
bagaimana persiapan yang dilakukan oleh penyelenggara Pilkada.
Pelaksanaan Pilkada langsung secara optimistik dapat dikatakan sebagai
bentuk pengukuhan terhadap otonomi rakyat di daerah dalam menentukan kepala
pemerintahan. Idealnya pemerintahan yang dipilih langsung dan memiliki
legitimasi politik yang kuat akan melaksanakan fungsi sesuai dengan aspirasi
masyarakat, karena spirit dari Pilkada adalah mendekatkan pemerintah kepada
rakyat.
44 Seri buku Kecamatan Kraksaan dalam angka 2006, kerja sama Badan Pusat statistic
Kab. Probolinggo dengan BAPPEKAB Probolinggo.
2. Tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008
Ada tiga tahapan yang disusun oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) Kabupaten Probolinggo dalam pelaksanaan Pilkada Kab. Probolinggo
200845 yaitu: Pertama, tahap persiapan yang berlangsung sejak 25 September
2007 hingga 17 Oktober 2007. Pada tahap ini DPRD Kab. Probolinggo
memberitahukan kepada KPUD Kab. Probolinggo mengenai berakhirnya masa
jabatan Bupati dan Wakil Bupati Kab. Probolinggo. Setelah itu penetapan
tahapan, program dan jadwal penyelenggaraan Pilkada Kab. Probolinggo 2008.
Pada tahap ini pula KPUD Kab. Probolinggo menetapkan petunjuk
pelaksanaan dan teknis penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kab.
Probolinggo yang meliputi; tata cara pengangkatan dan tata kerja Anggota PPK,
PPS, dan KPPS; tata cara pemantauan; tata cara pencalonan; serta jadwal
pelaksanaan kampanye; tata cara pemungutan dan penghitungan suara di TPS; tata
cara pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara di PPS, PPK, KPUD
Kabupaten, pembentukan kelompok kerja penyelenggaraan dan kepanitiaan
lainnya. Pendaftaran pemantauan pemilihan, penerangan, penyuluhan, serta
sosialisasi juga dilaksanakan pada tahapan pertama ini.
Kedua, tahap pelaksanaan yang berlangsung pada 1 November 2007
hingga 20 Februari 2008. Tahapan ini meliputi; pendaftaran pemilih; penyusunan
dan penetapan daftar pemilih sementara; pengumuman daftar pemilih tambahan;
serta penetapan daftar pemilih tetap oleh PPS. Setelah penetapan daftar pemilih
oleh PPS, proses selanjutnya diteruskan ke PPK untuk penyusunan rekapitulasi
jumlah pemilih terdaftar oleh KPUD Kabupaten.
45
Seri Buku Saku Pilkada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo, Apa
Itu Pilkada?, KPUD Kab. Probolinggo, Januari 2008.
Pencalonan serta sosialisasi tata cara pencalonan kepada partai politik juga
dilakukan pada tahapan kedua ini, yang selanjutnya diinformasikan kepada media
massa. Setelah pasangan calon mendaftar, proses selanjutnya adalah pemeriksaan
kesehatan pasangan calon serta penelitian terhadap kelengkapan dan keabsahan
berkas pencalonan dan penyampaian hasil penelitian. Setelah lolos seleksi
administratif langkah selanjutnya adalah; penetapan serta penentuan nomor urut
pasangan calon; pengumuman pasangan calon.
Proses pengadaan dan pendistribusian logistik menjadi bagian penting
lainnya dalam tahap pelaksanaan ini. Hal ini menjadi penting karena menyangkut
teknis pelaksanaan pemilihan. Pengadaan dan pendistribusian logistik pemilihan
ini dilakukan mulai dari 9 Desember 2007 hingga sehari menjelang pemilihan
yaitu 9 Januari 2008.
Proses sosialisasi dan kampanye dimulai pada 15 Desember 2007 hingga 5
Januari 2008. Adapun masa tenang, di mana semua pasangan calon dilarang
melakukan kegiatan kampanye dilaksanakan mulai dari 6 Januari 2008 hingga 8
Januari 2008, dan proses pemungutan suara dilaksanakan pada 9 Januari 2008.
Setelah pemungutan dan penghitungan suara di TPS, langkah selanjutnya
adalah penyusunan berita acara penerimaan dan rekapitulasi jumlah suara di PPS
yang diteruskan kepada PPK, dan KPUD Kabupaten.
Jika proses penghitungan dan rekapitulasi suara hasil pemungutan telah
selesai, maka dilakukan penetapan dan pengumuman hasil pemilihan pasangan
calon, yaitu pada 13 Januari 2008 hingga 16 Januari 2008. Dan jika ada pihak
yang merasa keberatan dengan hasil pemilihan dan penghitungan tersebut
dipersilahkan mengajukan keberatan sampai 12 Januari 2008 yang kemudian akan
diproses penyelesaiannya oleh MA/Pengadilan Tinggi. Dan yang terakhir adalah
penyampaian berita acara penetapan pasangan calon terpilih ke DPRD Kabupaten
Probolinggo.
Ketiga, tahap penyelesaian. Tahap ini memiliki tenggat waktu tiga bulan
terhitung mulai dari tanggal 13 Januari 2008 sampai 11 Maret 2008. Dan proses
terakhir dalam tahap ini adalah laporan KPUD Kab. Probolinggo dan
pertanggungjawaban penggunaan anggaran pelaksanaan kepada Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah.
3. Pasangan Calon Bupati Kab. Probolinggo
a. Profil Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati46
1) Pasangan H. Cholili Mugi, SH. M.Hum dan H. Sulaiman Dada, SH
a) H. Cholili Mugi, SH. M.Hum (Calon Bupati)
H. Cholili Mugi dilahirkan di Probolinggo pada tangal 3 Juli
1948 dan beliau tinggal di Jl. Raya Dringu No. 91 Dusun Randulimo
Rt. 01 Rw. 01 Desa Randu Putih Kecamatan Dringu Kabupaten
Probolinggo. Beliau menikah dengan Siti Mariana (almh), namun
sejak meninggalnya sang istri beliau menikah lagi dengan Ir. Hj. Srie
Sholi Harimurti dan mempunyai anak lima orang dari kedua istrinya
tersebut.
Selain aktif dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap
berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah Ketua Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama atau yang disingkat IPNU (1966-1968),
Penasehat GP Anshor Probolinggo (1966-sekarang), wakil Sekretaris
46
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. H.39-45.
Partai NU Probolinggo (1967-1969), pernah berkecimpung di Partai
Golongan Karya (Golkar) sebagai Ketua DPD tingkat II Probolinggo
dan Wakil Ketua DPD tingkat I Jawa Timur (1982-2003) dan yang
terakhir menjabat Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Kab. Probolinggo
(2003-2007).
Selain sebagai aktifis partai dan ormas ke-islaman beliau juga
seorang birokrat. Pengalaman beliau sebagai birokrat dimulai dari
Wakil Kepala DISPENDA PEMKOT Probolinggo (1969-1986),
Anggota DPRD Kab. Probolinggo (1982-1997), Ketua DPRD kab.
Probolinggo (1997-1999), dan yang terakhir adalah DPRD Propinsi
Jawa Timur (1999-sekarang).
b) H. Sulaiman Dada, SH (Calon Wakil Bupati)
Sulaiman Dada dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 2 Juli
1969. Beliau menetap di Dusun Krajan Rt. 01 Rw. VII Desa Wangkal
Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan
Hj. Sri Rukmi Eko Wardani dan mempunyai dua orang anak dari hasil
pernikahannya dengan Hj. Sri Rukmi Eko Wardani.
Sebagai seorang pengusaha dan juga politisi beliau pernah
menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kab. Probolinggo dari
tahun 1999 sampai saat ini. Sedangkan sebagai seorang pengusaha
beliau menjadi Direktur CV. Putra Nusantara dan Manager KUD
Gading Jaya dari tahun 1997 sampai sekarang.
2) Pasangan Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si dan Salim Qurays, S.Ag
a) Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si (Calon Bupati)
Hasan Aminuddin dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 07
Januari 1965. Beliau menetap di Jl. Brigjen. Katamso No. 66 Rt. 01.
Rw II. Desa Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten
Probolinggo. Beliau menikah dengan Hj. Dian Prayuni dan
mempunyai empat orang anak dari hasil pernikahannya dengan Hj.
Dian Prayuni.
Selain aktif dalam dunia pendidikan beliau juga mengecap
berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah KNPI Jawa
Timur, beliau juga aktif dalam partai PPP pada tahun 1992-1997 dan
kemudian hijrah kepartai PKB 1999-sampai sekarang. Selain itu juga
beliau juga pernah pengusaha dari CV. Duha pada tahun 1990-1996,
beliau pernah masuk dalam anggota DPRD Kab. Probolinggo pada
tahun 1992-1997, dan kemudian beliau menjabat sebagai Ketua
DPRD Kab. Probolinggo pada tahun 1999-2003, dan yang terakhir
beliau menjadi sebagai Bupati Pemkab. Probolinggo pada tahun 2003-
sampai sekarang.
b) Salim Qurays, S.Ag (Calon Wakil Bupati)
Salim Qurays dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 12 Juli
1975. Beliau menetap di Dusun Krajan Rt. 07 Rw. II Desa Brani
Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah
dengan Fatimah Azzahrah dan mempunyai tiga orang anak dari hasil
pernikahanya dengan Fatimah Azzahrah.
Selain aktif dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap
berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah Orsospol Partai
Persatuan Pembangunan pada tahun 1999-sampai sekarang dan
kemudiaun beliau masuk dalam keanggotaan DPRD Kab. Probolinggo
sejak tahun 1999 sampai sekarang.
3) Pasangan H. Hapur Abdul Ghofur, S.Sos dan H. Sudirman Ra’is, SH, MM
a) H. Hapur Abdul Ghofur, S.Sos (Calon Bupati)
Hapur Abdul Ghofur dilahirkan di Probolinggo pada tanggal
06 Mei 1956. Beliau menetap di Desa Ambulu Rt 02 Rw IV,
Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah
dengan Hj Nur Farida dan mempunyai dua orang anak dari hasil
pernikahannya dengan Hj Nur Farida.
Selain concern dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap
berbagai aktifitas organisasi yang di antaranya adalah ketua DPC PPP
Kab. Probolinggo Periode 2000-2005, Wakil Ketua DPRD Kab.
Probolinggo periode 1999-2003, dan yang terakhir beliau menjabat
sebagai Wakil Bupati Kabupaten Probolinggo tahun 2003-2008.
b) H. Sudirman Ra’is, SH, MM (Calon Wakil Bupati)
Sudirman Rais dilahirkan di Probolinggo 6 Agustus 1949.
Beliau menetap di JL. Dr Saleh 03 Sumberlele Kraksaan Kabupaten
Probolinggo. Beliau menikah dengan Hj. Mintarsih dan mempunyai
tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan Hj. Mintarsih.
Selain concern dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap
berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah ketua PGRIPD II
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2001-2005, beliau juga merupakan
seorang birokrat yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Diknas
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2003-2005, dan yang terakhir
beliau menjabat sebagai Kepala Subdin SMP-SMU Dinas Diknas
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2001-2003.
b. Visi, Misi dan Janji Politik Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
1) Pasangan H. Cholili Mugi dan Sulaiman Dada
Pasangan calon ini mengusung visi terwujudnya masyarakat
Kabupaten Probolinggo yang religious, mandiri, maju, adil dan sejahtera
dalam naungan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa.
Adapun misi dari pasangan ini adalah 47
:
1) Terwujudnya masyarakat yang beriman dan bertaqwa sehingga nilai
dan norma agama serta toleransi antar dan umat beragama dapat
dilaksanakan dalam perilaku keseharian.
2) Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang
adil, merata, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
3) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia sehingga menghasilkan
tenaga yang kompeten dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
pengembangan teknologi sehingga mampu bekerjasama dan bersaing
dalam era global.
4) Terwujudnya penegakan hukum yang berkeadilan tanpa diskriminasi
dan perhargaan terhadap hak asasi manusia.
5) Terwujudnya keamanan dan rasa aman di masyarakat serta tersedianya
peluang yang lebih besar bagi kelompok ekonomi kecil, penduduk
47
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 46
miskin dan tertinggal sehingga dapat meningkatkan pendapatannya
agar menjadi sejahtera.
6) Terpenuhinya sistem pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat melalui asuransi kesehatan.
7) Terwujudnya keseimbangan kekuasaan antara lembaga penyelenggara
pemerintahan daerah serta berkembangnya organisasi sosial politik
yang bersifat terbuka.
8) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan
bersih, profesional, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
9) Terwujudnya aparatur pemerintahan daerah yang berbudaya jujur,
sportif, dan menghargai perbedaan melalui pengembangan system
kepemimpinanyang agaliter dan rasional.
Janji politik dari pasangan calon ini pada program 100 hari pertama
adalah48:
1) Konsolidasi organisasi pemerintahan di SKPD-SKPD, UPTD,
Kecamatan, dan kelurahan/Desa.
2) Pemberian KTP dan KSK gratis.
3) Mempertajam program kerja sehingga terfokus pada proyek-proyek
prioritas.
4) Peningkatan etos kerja, penegakan disiplin dan profesionalisme
aparatur pemerintahan daerah.
5) Peningkatan pelayanan publik memalalui program pelayanan satu atap.
48
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 46
6) Monitoring kebutuhan-kebutuhan masyarakat miskin, petani dan
nelayan serta keperluan-keperluan atas permasalahan yang mendesak
untuk segera dicarikan solusinya.
7) Menciptakan suasana kondusif dengan penekanan pada aparatur
pemerintahan yang berwibawa, jujur, dan bermoral sehingga
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
8) Perhatian terhadap penyelenggaraan pendidikan umum atau agama,
negeri maupun swasta.
9) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Program kerja satu tahun pertama yaitu49
:
1) Peningkatan performa Kabupaten Probolinggo dengan membangun
pintu gerbang di setiap perbatasan dengan Kabupaten lain sehingga
memberikan kesan serta dampak positif.
2) Dari batas Kota Probolinggo dengan Kabupaten sampai dengan wisata
Bentar perlu dibangun jalan jalur trotoar dan pemasangan lampu-
lampu hias dan taman-taman sehingga terkesan ASRI.
3) Hak-hak pemerintahan desa disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan tanpa dikurangi dan dipotong oleh pemerintah daerah
sehingga pembangun dapat terealisasi dengan baik.
4) Perbaikan infrastruktur jalan Kabupaten, Kecamatan sampai dengan
jalan pedesaan.
5) Tambahan honor untuk guru TK/RA dan juga guru ngaji yang
penghasilannya minim.
49
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 47
6) Peningkatan volume maupun kemudahan dalam memperoleh kredit
bagi UKM
7) Mencipatakan dan meningkatkan produk-produk unggulan di masing-
masing Kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
8) Meningkatkan pembinaan di kalangan generasi muda baik dibidang
olahraga, kesenian maupun keterampilan.
9) Pemerataan pekerjaan terhadap proyek-proyek APBD, APBD Provinsi
maupun APBN sesuai dengan Kepres 80 tahun 2003.
10) Menggalakkan investasi baik PMDN maupun PMA guna menyerap
tenaga kerja.
2) Pasangan H. Hasan Aminuddin dan Salim Qurays
Pasangan calon ini mengusung visi terwujudnya Kabupaten
Probolinggo yang sejahtera, berkeadilan, mandiri berwawasan lingkungan
dan berakhlak mulia. Ada pun misi dari pasangan calon ini menjelaskan
misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu
gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara
pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikan.
Adapun misi dari pasangan ini yaitu50
:
1) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya
saing daerah, pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan dan
optimasimalisasi pengelolaan sumber daya berkelanjutan.
50
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 46
2) Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan
kualitas pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik dan bersih.
Strategi pencapaian visi dan misi pada pasangan calon ini adalah51:
1) Menyadarkan seluruh upaya dalam mensejahterakan rakyat
Probolinggo berdasarkan norma-norma agamis.
2) Bersama menjalin kesungguhan dalam membangun diantara
komponen penyelenggara pemerintah dan stakeholders.
3) Menjalankan roda pemerintahan sesuai pada peraturan dan undang-
undang.
4) Menempatkan prioritas-prioritas utama sektor pembangunan sebagai
komitmen perwujudan kesejahteraan rakyat.
5) Menciptakan ketentraman sebagai landasan keleluasaan rakyat dalam
mengembangkan potensi yang dimulai dari lingkup diri sendiri dan
keluarga.
3) Pasangan H. Hapur Abdul Ghofur dan Sudirman Ra’is
Pasangan calon ini mengusung visi yaitu terwujudnya tatanan
kehidupan masyarakat yang aman, damai, dalam keadilan menuju
kemakmuran bersama di persada bumi Kabupaten Probolinggo tahun 2013
(ADAM-2013).
Adapun misi dari pasangan ini adalah52
:
51
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 47 52
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai),
2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 48
1) Membangun sistem pelayanan masyarakat agar berkembang secara
professional dan proporsional untuk segala aspek kehidupan dengan
dilandasi jiwa dan semangat keadilan.
2) Membangun dan mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat di
segala lapisan dan elemen yang adat secara proporsional dan
seimbang.
3) Membangun iklim sosial politik yang kondusif demi terciptanya
stabilitas sosial politik yang dinamis dalam komunikasi sosial politik
yang sesuai dengan akhlakul karimah.
4) Membangun dan mengembangkan pranata yang sudah ada baik di
bidang keamanan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya demi
terwujudnya rasa aman dan damai dalam masyarakat.
5) Membangun kesadaran hukum yang tinggi di masyarakat dengan
menjaga dan mendorong setiap upaya penegakan hukum, pemberian
perlakuan dan kedudukan yang sama bagi semua orang di depan
hukum dan pemerintahan, sehingga segala bentuk pelayanan dan
pengaturan dirasakan lebih mendekati rasa keadilan masyarakat.
6) Membangun sistem pemerintahan yang transparan sehingga mampu
menumbuhkembangkan peran serta masyarakat serta dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya kepada masyarakat.
7) Membangun sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan keamanan
yang kondusif bagi iklim usaha dan investasi di Kabupaten
Probolinggo membuka peluang usaha dan kesempatan kerja bagi
masyarakat.
8) Prinsip penggunaan dana Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah
(APBD) adalah untuk masyarakat.
9) Membangun sistem kontrol yang sehat guna terciptanya pemerintahan
yang bersih dari praktek korupsi, kolusi, nepotisme (KKN).
C. Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008
Pada tanggal 17 Januari 2008, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
Kabupaten Probolinggo telah menetapkan dan mengumumkan perolehan suara
Pilkada Bupati Probolinggo 2008 dengan menetapkan pasangan Drs. H. Hasan
Aminuddin, MSi dan Salim Qurays, S.Ag. Sebagai pemenang dan pasangan
Bupati Probolinggo 2008-2013.
Berdasarkan penghitungan manual Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) Kabupaten Probolinggo, Pasangan H. Hasan Aminuddin meraih 420,579
perolehan tersebut mencapai 66,74 persen dari total 630,128 suara. Sedangkan
pasangan H. Cholili Mugi dan H. Sulaiman Dada meraih 135,282 suara atau
sekitar 21,46 persen dan urutan ketiga ditempati oleh pasangan H. Hapur Ghofur
dengan 74,267 suara 11,79 persen
Tabel 3.1
Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008
No Nama pasangan calon Frekuensi Persentase (%)
1 Cholili Mugi, SH. M.Hum dan
H. Sulaiman Dada, SH 135.282 21,46%
2 Drs. H. Hasan Aminuddin,
M.Si dan Salim Qurays, S.Ag 420.579 66,74%
3 H. Hapur Abdul Ghofur, S.Sos
dan H. Sudirman Ra’is, SH H. 74.297 11,79%
Sumber : KPUD Kab Probolinggo 2008
D. Karakteristik Pemilih
Di bawah ini akan disajikan tabel yang menggambarkan karakteristik
pemilih baik dari segi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama dan
Suku.
Tabel 3.2
Pemilih Bedasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
70
30
70 %
30 %
Jumlah 100 100 %
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Sampel yang dijadikan pemilih dalam penelitian ini terdiri dari 70 % Laki-
laki dan 30 % pemilihnya adalah Perempuan.
Tabel 3.3
Pemilih Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase (%)%
1.
2.
3.
4.
5.
17 – 20 Tahun
21 – 25 Tahun
26 – 30 Tahun
31 – 40 Tahun
> 40 Tahun
8
9
10
24
49
8%
9%
10%
24%
49%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Sebagian besar pemilih berada pada usia produktif. Karena jika kita
melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa 49% Usia pemilih dalam penelitian ini
di atas 40 tahun. Bahkan ada 8% yang merupakan early voters (pemilih pemula).
Tabel 3.4 Pemilih Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
DIPLOMA
S1
6
18
21
22
8
25
6%
18%
21%
22%
8%
25%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Dalam penelitian ini mayoritas pemilih yang dijadikan sampel memiliki
latar belakang pendidikan SMA, yaitu 22%. Selain itu ada 21% SMP, 25%
Sarjana dan 8% pemilih yang berlatar belakang pendidikan diploma. ada juga
pemilih yang berlatar belakang pendidikannya Sekolah Dasar (SD), yaitu
sebanyak 18%. Namun ada juga yang tidak sekolah yaitu sebanyak 6%.
Tabel 3.5
Pemilih Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PNS
Peg. Swasta
Pedangang
Buruh
Nelayan
Tidak memiliki pekerjaan
18
32
9
15
4
23
18%
32%
9%
15%
4%
23%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Jenis pekerjaan pemilih dalam penelitian ini bisa dikatakan tidak
berimbang. Hal ini bisa dilihat dari sebaran angka yang timpang. Ada 32%
pemilih bekerja sebagai karyawan swasta dan 23% pemilih yang tidak memiliki
pekerjaan, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor umur yang sudah tidak
produktif lagi. Terbukti dengan data usia penduduk Kraksaan yang berumur di
atas 40 tahun mencapai 49%.
Tabel 3.6
Pemilih Berdasarkan Agama
No Agama Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Islam
Katolik
Protestan
Budha
Hindu
Lainnya
99
0
1
0
0
0
99%
0%
1%
0%
0%
0%
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Mayoritas pemilih menganut agama Islam, hal ini bisa dilihat dari tabel
yang disajikan, 99% pemilih beragama Islam dan hanya 1% pemilih beragama
Kristen Protestan. Data ini tidak berbanding lurus dengan data yang dikeluarkan
oleh BPS Kabupaten Probolinggo, Kecamatan Kraksaan tahun 2006 yang
menyatakan bahwa ada 55.583 jiwa yang menganut agama Islam, 664 jiwa yang
menganut agama Protestan, 480 jiwa yang menganut agama Katolik, 52 jiwa yang
menganut agama Hindu dan 164 jiwa yang menganut agama Budha.
Tabel 3.7
Pemilih Berdasarkan Suku
No Suku Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Jawa
Madura
Sumatra
Sunda
Lainnya
38
57
2
1
2
38
57
2
1
2
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Mayoritas pemilih berasal dari suku Madura, yang notabene adalah tapal
kuda yang masih dalam lingkup kawasan pantura. Pemilih yang berasal dari suku
Madura itu sebanyak 57% berasal dari Suku Jawa 38%, berasal dari suku
Sumatera 2% berasal dari suku Sunda 1% dan dan lainnya 2%.
Tabel 3.8
Pemilih Berdasarkan Status Kependudukan
No Kependudukan Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
Warga Asli
Pendatang
66
34
66
34
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Status kependudukan pemilih secara mayoritas adalah warga atau
penduduk asli masyarakat Kraksaan, yaitu mereka yang lahir dan besar di
Kraksaan, 66%. Hal ini sesuai dan berdekatan dengan tabel latar belakang suku
yang menyebutnya ada 57% adalah Suku Madura. Adapun selebihnya, 34%,
adalah warga pendatang yang telah lama menetap di wilayah Kraksaan dan telah
menjadi warga namun memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten
Probolinggo.
BAB IV
ULAMA DAN PARTISIPASI POLITIK
Di bawah ini akan disajikan tabel tingkat kepemimpinan informal ulama,
tingkat partisipasi politik dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik.
A. Kepemimpinan Informal Ulama
Pada bagian ini penulis akan menyajikan data dalam bentuk tabel
mengenai tingkat intensitas kepemimpinan informal ulama yang berkenaan
dengan informasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Probolinggo
2008. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Berikut data-data mengenai tingkat
kepemimpinan informal ulama.
Table 4.1
Intensitas Pemilih: siapakah tokoh yang paling didengar pendapatnya dalam
masalah (sosial, agama, politik) yang dihadapi masyarakat di daerah Kraksaan
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tokoh Agama ( Ulama ) 79 79%
2 Lurah 9 9%
3 Tokoh Partai 7 7%
4 Ketua RT 4 4%
5 Tokoh Adat 1 1%
6 Tentara 0 0%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih atas tokoh yang
paling didengar pendapatnya dalam masalah (sosial, agama, politik) yang dihadapi
masyarakat di daerah Kraksaan, adalah Tokoh Agama (Ulama). Ada sekitar 79%
sebagian besar pemilih yang menjawab tokoh agama (ulama) yang paling
didengar pendapatnya dalam masalah-masalah tersebut.
Hal ini menurut bapak Fathur RM53 selaku kepala desa Asembagus
dikarenakan tokoh agama (ulama) adalah orang yang diyakini oleh masyarakat
Kraksaan sebagai orang yang paling berilmu dan orang yang dekat dengan Tuhan
(ahli zikir) sehingga dapat mengetahui berbagai hal dan bisa menjawab semua
masalah yang terjadi di sekitarnya. Oleh sebab itulah, tokoh agama (ulama)
mempunyai peranan yang cukup penting dan didengar pendapatnya oleh
masyarakat Kraksaan. Hal ini juga didukung dengan banyaknya pondok pesantren
yang terdapat di daerah Kraksaan.
Diurutan kedua setelah ulama tokoh yang paling didengar pendapatnya
dalam masalah sosial, agama, dan politik adalah lurah. Dari hasil jawaban yang
penulis kumpulkan terdapat sekitar 9% pemilih yang menyatakan bahwa lurah
termasuk orang penting di daerahnya. Karena lurah juga sering berhadapan
langsung dengan masyarakat dan melayani kebutuhan masyarakat. Bahkan
terkadang juga ikut andil dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Meskipun
itu memang tugasnya sebagai lurah. Jadi pendapatnya dalam masalah sosial,
agama, dan politik juga didengar oleh masyarkat Kraksaan.
53 Wawancara pribadi dengan Drs. Fathur RM, Kraksaan, 8 Februari 2009.
Dan diurutan ketiga pendapat yang juga sering didengar oleh masyarakat
dalam masalah sosial, agama, dan politik adalah Tokoh Partai. Ada sekitar 7%
pemilih yang menyatakan hal tersebut. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh
partai yang ada di Kraksaan juga temasuk orang-orang yang terpandang dan
berpendidikan, ada yang dari kalangan mantan kepala sekolah dan juga ada yang
pernah duduk di jabatan-jabatan kepemerintahan.
Di urutan keempat dengan jumlah sekitar 4% dari sebagian pemilih yang
menyatakan bahwa tokoh ketua RT juga sering didengar pendapatnya dalam
masalah sosial, politik, dan agama. Pernyataan ini dinyatakan oleh sebagian
pemilih karena ketua RT sering membantu kebutuhan masyarakat dan
berkomunikasi langsung dengan masyarakat dilingkungan RTnya terhadap
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Disinilah terkadang ketua RT
memberikan solusi kepada masyarakatnya terhadap masalah-masalah tersebut.
Dan yang kelima adalah tokoh adat. Hanya ada sekitar 1% dari sebagian
pemilih yang menyatakan bahwa tokoh adat sering didengar pendapatnya dalam
masalah sosial, agama dan politik. Dari pengakuan pemilih yang menyatakan hal
tersebut karena tokoh adat masih juga disegani keberadaannya oleh masyarakat
Kraksaan. Dan juga oleh sebagian masyarakat tokoh adat ini dianggap orang yang
mengetahui budaya dan adat Kecamatan Kraksaan yang diwarisi dari nenek
moyangnya.
Sedangkan diurutan terakhir adalah Tentara. Dari hasil penelitian penulis
bisa dianggap hampir 0% dari semua pemilih yang menyatakan bahwa
pendapatnya sering didengar dalam masalah sosial, agama dan politik. Hal ini
disebabkan karena menurut sebagian pemilih tugas Tentara adalah membentengi
dan menjaga kedaulatan bangsa saja. Di samping itu juga karena Tentara jarang
berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Yang mereka ketahui Tentara itu
hanya sering latihan kemiliteran saja di hutan-hutan atau ditempat yang sudah
disediakan kemudian ditugaskan ke wilayah-wilayah yang yang rawan masalah
yang dapat mengancam kedaulatan bangsa.
Table 4.2
Intensitas Pemilih: Tentang Pernyataan bahwa Ulama Seorang yang Patut
ditauladani
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tidak Setuju 10 10%
2 Setuju 4 4%
3 Sangat Setuju 85 85%
4 Tidak jawab/Tidak punya pendapat 1 1%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Setelah penulis menanyakan kepada masyarakat Kraksaan tentang tokoh
mana yang paling didengar oleh mereka, dan dari hasil tersebut menyatakan
bahwa tokoh agama (ulama) yang mendapatkan prosentase terbanyak, maka
penulis melanjutkan pertanyaan tentang apakah ulama orang yang patut di
tauladani? Dalam pertanyaan tersebut penulis memberikan empat jawaban kepada
pemilih yang di antaranya tidak setuju, setuju, sangat setuju dan tidak punya
pendapat.
Dari hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih yang menjawab tidak
setuju ada sekitar 10%. Prosentase ini bisa dibilang cukup banyak. Alasan mereka
menjawab tidak setuju di antaranya karena keikutsertaan sebagian ulama dalam
dunia politik. Menurut mereka seorang ulama masih belum pantas atau belum
waktunya berpartisipasi dalam perpolitikan di Indonesia, karena pergulatan politik
di Indonesia masih bisa dikatakan belum dewasa. Masih banyak manipulasi,
korupsi dan janji-janji yang tidak pernah ditepati. Jadi bagi mereka jika seorang
ulama ikut terjun dalam dunia politik – di Indonesia sekarang ini – maka dengan
sendirinya dia keluar dari eksistensinya sebagai ulama yang seharusnya jadi
tauladan masyarakat.
Sedangkan sebagian pemilih yang menjawab setuju ada sekitar 4%.
Adapun alasan mereka menjawab setuju karena dilihat dari tingkah lakunya yang
baik dan kegiatan-kegiatannya setiap hari yang di antaranya mengajarkan murid-
murid tentang agama dan mengisi ceramah-ceramah serta pengajian kepada
masyarakat dan juga bersosialisasi dengan baik kepada masyarakat yang akhirnya
dijadikan sebagai pelarian masyarakat untuk mencari solusi dari masalah-masalah
yang sedang dialami oleh mereka.
Dan pemilih yang menjawab sangat setuju atas pernyataan yang
menyatakan bahwa Ulama adalah seorang yang patut untuk di Tauladani ada
hampir 85%. Prosentase ini lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Hal
ini menurut bapak Sujono54 selaku Sekertaris Kepala Desa dikarenakan Tokoh
Agama (Ulama) sudah menjadi salah satu Publik Figur di masyarakat Kecamatan
Probolinggo khususnya di Kecamatan Kraksaan yang keberadaannya cukup
disegani, disamping itu dapat kita lihat dari pengaruh para ulama dalam
masyarakat yang mana dapat mengubah pemikiran masyarakat yang tradisional ke
masyarakat yang modern, atas dasar itu dengan sendirinya peran dan fungsi ulama
mengalami perubahan dari expansion ke contraction.
54 Wawancara pribadi dengan Sujono, Kraksaan, 9 Februari 2009.
Table 4.3
Intensitas Pemilih: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan Agama
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tidak Penting 9 9%
2 Penting 28 28%
3 Sangat Penting 60 60%
4 Cukup Penting 3 3%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih yang menjawab tidak
penting ada sekitar 9%. Faktor yang menyebabkan mereka menjawab demikian
karena posisi ulama yang berkarismatik sudah mulai berkurang dengan
keikutsertaannya dalam pergolakan politik. Mereka menganggap adanya
perubahan dalam norma sosial yang melandasi hubungan-hubungan sosial di
antara para penduduk.
Namun ada juga sebagian pemilih yang menganggap penting peran ulama
sebagai panutan agama. dari hasil penelitian penulis terdapat 28% pemilih yang
menyatakan demikian. Hal ini tentunya dikarenakan seorang ulama adalah orang
yang suci dan dianugerahi berbagai karomah. Kehidupan setiap harinya selalu
terhindar dari hal-hal yang bersifat profan (kotor). Dan di mata masyarakat dia
dikenal sebagai orang yang mengerjakan perbuatan yang baik dan meniggalkan
perbuatan yang buruk.
Bahkan sebagian masyarakat ada yang menganggap keberadaan seorang
ulama itu sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian penulis yang
dikumpulkan terdapat 60% pemilih yang menjawab sangat pentingnya peran
ulama sebagai panutan dalam agama. Menurut Farid Zainal55 mahasiswa
UNISMA (Universitas Islam Malang) hal ini dapat kita lihat dengan tanggung
jawab yang mereka emban yaitu misi risalah para nabi untuk menuntun umat
manusia agar mendapatkan hidayah dari Tuhan. Adapun di dalam hadis juga
dikatakan bahwa ulama itu adalah pewaris para nabi. salah satu jenis keilmuan
yang harus dimiliki ulama sebagai pewaris nabi adalah ilmu-ilmu agama sehingga
keilmuannya bisa dijadikan pegangan dan dia layak dijadikan panutan.
Dan terdapat sebagian pemilih, atau sekitar 3% pemilih yang menjawab
peran ulama sebagai panutan dalam agama cukup penting. Alasan mereka hampir
sama dengan di atas, bagi mereka akhlak dan budi pekertinya yang baik sudah
cukup bagi masyarakat untuk menjadikannya sebagai panutan dalam agama.
Disamping itu juga ulama adalah orang yang berpengetahuan dalam ilmu-ilmu
agama yang disertai dengan pengamalannya atas ilmu yang telah ia peroleh.
Table 4.4
Intensitas Pemilih: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan Politik
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tidak Penting 43 43%
2 Penting 15 15%
3 Sangat Penting 40 40%
4 Cukup Penting 2 2%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
55 Wawancara pribadi dengan Farid Zainal, Kraksaan, 8 Februari 2009.
Dari hasil penelitian penulis yang berupa kuesioner yang dilakukan di
Kabupaten Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih yang
menjawab tidak penting seorang ulama sebagai panutan politik ada sekitar 43%.
Menurut H. Akbar Khores M56 selaku kepala desa Kalibuntu hal ini disebabkan
karena seorang ulama adalah guru dalam agama bukan dalam politik. Artinya
dalam masalah agama ulama betul-betul mempunyai kapasitas ilmu yang cukup
luas dan memahaminya, akan tetapi dalam masalah politik seorang ulama masih
dianggap baru mempelajarinya. Bahkan tidak sedikit ulama yang hanya dijadikan
alat oleh para elite politik sebagai penarik masa saja. Disamping juga
kebingungan masyarakat tentang seorang ulama yang berperan dalam politik
praktis. Namun demikian hal ini tidak mengurangi ketergantungan masyarakat
terhadap pendapat ulama sebagai panutan dalam masalah agama dan sosial.
Prosentase ini lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya.
Sedangkan pemilih yang menjawab penting seorang ulama sebagai
panutan politik sekitar 15%. Alasan mereka menjawab demikian karena menurut
mereka seorang ulama akan bisa membawa perubahan dalam dunia politik dengan
dasar keilmuan agamanya. Jadi mereka beranggapan dengan keilmuan agamanya
dan tingkah lakunya yang baik akan dapat mengusung perubahan politik ke arah
yang baik pula.
Adapun pemilih yang menjawab Ulama mempunyai peran yang sangat
penting dalam panutan politik ada sekitar 40%. Alasan sebagian pemilih
menjawab persoalan tersebut karena seorang ulama selain dia disebut sebagai
agamawan nantinya dia akan disebut juga sebagai politisi yang senantiasa
56 Wawancara pribadi dengan Akbar Khores M, Kraksaan, 7 Februari 2009.
memperhatikan dan mengurusi urusan-urusan umat. Ulama mengurusi urusan
umat bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Ulama haruslah
menjadi orang yang mengamalkan ilmunya, yang senantiasa menyuarakan
kebenaran, cinta akan kebaikan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah
kemungkaran. Ulama harus mengajarkan dan menjelaskan kebenaran dan keadilan
kepada penguasa, sekaligus menyeru penguasa untuk menerapkan Islam secara
benar, konsisten dan adil serta menghiasi diri dengan akhlak Rasul SAW.
Alasan yang hampir sama juga dinyatakan oleh pemilih yang menjawab
cukup penting seorang ulama dijadikan panutan dalam politik di antaranya adalah
seorang ulama bisa mengemban tugasnya dengan baik demi kemaslahatan
umatnya, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan umat. Ada
sekitar 2% dari hasil penelitian yang penulis kumpulkan dari hasil kuesioner
terhadap sebagian responsen yang memandang cukup penting seorang ulama
dijadikan panutan dalam politik.
Table 4.5
Intensitas Pemilih: Pernyataan bahwa Ulama Perlu Diikuti Tidak Hanya Untuk
Masalah Agama Tapi Juga Untuk Masalah Politik
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tidak Setuju 60 60%
2 Setuju 16 16%
3 Sangat Setuju 22 22%
4 Kurang Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih atas pernyataan
bahwa Ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah Agama tapi juga untuk
masalah Politik adalah Sekitar 60% pemilih menjawab kurang setuju atas
pernyataan yang menyatakan Ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah
agama tapi juga untuk masalah Politik. Menurut hasil wawancara dengan Abu
Syamsudin57 selaku Rt di Sidopekso hal ini dikarenakan adanya ketakutan
dimasyarakat para Ulama akan terpengaruh dan melupakan tugas-tugasnya
sebagai panutan masyarakat yang mana para Ulama mempunyai kawajiban
mengajarkan al-Quran dan as-Sunah, mengajarkan kebenaran, menjelaskan
kezaliman orang yang zalim, menunjukkan kerusakan orang yang berbuat
kerusakan, dan menerangkan kemaksiatan orang yang berbuat maksiat. Akan
tetapi disini seorang ulama sekaligus juga seorang politisi, ia senantiasa
memperhatikan dan mengurusi urusan-urusan umat. Ulama mengurusi urusan
umat bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya.
Namun ada juga sekitar 16% pemilih yang setuju bahwa ulama juga perlu
diikuti dalam masalah politik bukan hanya dalam masalah agama saja. Karena
menurut jawaban pemilih ulama adalah sosok pemimpin yang berkarismatik yang
kata-kata dan nasehat-nasehatnya mengandung nilai kebenaran. Oleh karena itu
kata-katanya banyak diikuti oleh masyarakat.
Keikutsertaan ulama dalam politik tentunya membawa nuansa dan
suasana baru dalam perpolitikan di Indonesia. Meskipun ada juga yang hanya
memanfaatkan kedudukannya tersebut untuk memperoleh peningkatan suara
mereka.
Oleh sebab itu ada sekitar 22% dari sebagian pemilih yang menyatakan
sangat setuju kalau ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah agama tapi juga
57 Wawancara pribadi dengan Abu Syamsudin, Kraksaan, 9 Februari 2009.
untuk masalah poitik juga. Kebanyakan pemilih yang menjawab sangat setuju ini
adalah dari kalangan masyarakat yang menengah kebawah yang kehidupannya
sangat bertumpu pada ulama. Jadi apapun kata ulama itulah jalan yang terbaik
bagi mereka dan perlu diikuti.
Sedangkan bagi sebagian pemilih yang menyatakan kurang setuju kalau
ulama perlu diikuti dalam masalah politik dan bukan dalam masalah agama saja
ada sekitar 2%. Hal ini dikarenakan kehawatiran mereka jika seandainya pilihan
atau solusi ulama dalam masalah politik untuk mendukung partai politik tertentu
dan setelah terpilih kurang begitu memuaskan pelayanannya kepada masyarakat,
dalam artian kepemimpinannya mengecewakan masyarakat setempat, maka citra
seoarang ulama dimata masyarakat sebagai orang yang terpandang, berwibawa
dan menjadi panutan masyarakat akan akan semakin berkurang dengan
sendirinya.
Table 4.6
Intensitas Pemilih: apakah alasan bapak/ibu memilih calon tersebut
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tidak TahuTidak Jawab 6 6%
2 Memilih karena diberi hadiah 1 1%
3 Di dukung oleh para ulama 30 30%
4 Jujur/bisa dipercaya 18 18%
5 Karena memiliki visi dan program yang jelas 40 40%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih atas pertanyaan
siapakah calon bupati yang bapak/ibu pilih pada Pilkada adalah 6% pemilih yang
tidak tahu/tidak menjawab. Karena sebagian pemilih ini merasa bingung atas
pilihannya. Dan berkaca pada tahun-tahun sebelumnya pilihan-pilihan mereka
sama sekali tidak membawa perubahan ke arah yang lebih mapan, baik dari segi
pembangunan, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Dalam artian mereka sudah
muak dengan janji-janji para elite politik.
Namun ada sekitar 1% dari pengakuan pemilih yang menggunakan hak
pilih terhadap calonnya karena diiming-imingi dengan hadiah, baik itu berupa
uang, berupa jabatan dan lainnya. Dengan syarat mereka harus memilih calon
yang dipilih oleh partai politik tersebut. Hal ini adalah salah satu cara dari partai
politik untuk memperoleh hasil suara terbanyak dalam suatu pemilihan. Bagi
sebagian masyarakat yang membutuhkan hadiah tersebut tanpa harus pikir
panjang mereka akan menerima tawaran atau pemberian hadiah itu.
Meskipun demikian calon yang didukung oleh para ulama juga sangat
mempengaruhi perolehan suara dalam pemilihan kepemerintahan. Dari hasil
penelitian yang penulis kumpulkan ada sekitar 30% dari sebagian pemilih yang
memilih calon kepemerintahan atas dukungan para ulama. Alasan ini tidak jauh
seperti alasan-alasan sebelumnya bahwa ulama dengan kewibawaan dan
karismatiknya dapat mempengaruhi umatnya untuk memilih calon yang
didukungnya.
Kemudian ada sekitar 18% dari sebagian pemilih yang memilih calonnya
karena jujur dan bisa dipercaya. Atas dasar kejujuran dan kepercayaan yang
terdapat pada diri calon tersebut, pastinya akan dapat mempengaruhi perolehan
suara pada pemilihan kepemerintahan. Karena masyarakat benar-benar butuh pada
sosok pemimpin yang jujur dan bisa dipercaya. Tugas yang diberikan kepadanya
bisa disalurkan kepada masyarakat dengan baik, tidak seperti para koruptor.
Adapun dari sebagian pemilih yang menjawab dengan alasan memilih
calon tersebut karena memiliki visi dan program yang jelas, hampir sekitar 40%
pemilih yang menjawab seperti itu. Menurut H. Ridwan58 selaku tokoh masyarakat
di Asembagus hal tersebut dikarenakan dengan visi dan program yang jelas
masyarakat dapat mengetahui langsung prospek kepemerintahannya dalam lima
tahun kedepan.
Dari keterangan di atas dan dari hasil prosentase yang diperoleh,
kebanyakan pemilih atau masyarakat menjawab calon bupati harus memiliki visi
dan program yang jelas. Sedangkan pilihan masyarakat terhadap calon bupati
yang didukung oleh para ulama tidak terlalu signifikan. Hal ini ditunjukkan
dangan prosentase yang lebih kecil bila dibandingkan dengan prosentase dari visi
dan program yang jelas.
B. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan
Setelah mengetahui data-data yang berkenaan dengan intensitas pemilih
dan mendapatkan informasi dari proses Pilkada Kabupaten Probolinggo, berikut
penulis sajikan data-data yang berkaitan dengan Partisipasi Politik dalam bentuk
tabel-tabel. Berikut data-data tersebut:
a. Jumlah Pemilih Terdaftar Di KPUD Kecamatan Kraksaan.
Table 4.6
JUMLAH PEMILIH NO DESA
L P TOTAL
1 Kregenan 1470 1458 2928
2 Rondokuning 691 761 1452
3 Semampir 1255 1380 2635
58 Wawancara pribadi dengan H. Ridwan, Kraksaan, 8 Februari 2009.
4 Bulu 1780 1923 3703
5 Sidomukti 1469 1565 3034
6 Kraksaan Wetan 2009 2112 4121
7 Rangkang 707 986 1693
8 Kandangjati Kulon 731 813 1544
9 Kandangjati Wetan 584 588 1172
10 Sidopekso 1338 1404 2742
11 Alassumur Kulon 1943 2064 4007
12 Sumber Lele 437 518 955
13 Tamansari 425 491 916
14 Asembakor 815 944 1759
15 Kebonagung 1071 1103 2174
16 Patokan 2390 2550 4940
17 Asembagus 1048 1151 2199
18 Kalibuntu 2712 2976 5688
Berdasarkan data dari KPU di atas setelah diurutkan mulai dari daerah
yang tingkat partisipasinya tinggi sampai pada daerah yang tingkat partisipasanya
rendah yaitu dapat disimpulkan jumlah pemilih yang terdaftar di desa Kalibuntu
sekitar 5.688 jiwa, desa Patokan sekitar 4.940 jiwa, desa Kraksaan Wetan sekitar
4.121 jiwa, desa Alassumur Kulon sekitar 4.007 jiwa, desa Bulu sekitar 3.703
jiwa, desa Sidomukti sekitar 3.034 jiwa, desa Kregenan sekitar 2.928jiwa, desa
Sidopekso sekitar 2.742 jiwa, desa Semampir sekitar 2.635 jiwa, desa Asembagus
sekitar 2.199 jiwa, desa Kebonagung sekitar 2.174 jiwa, desa asembakor sekitar
1.759 jiwa, desa Rangkang sekitar 1.693 jiwa, desa Kandangjati Kulon sekitar
1.544 jiwa, desa Rondokuning sekitar 1.452 jiwa, desa Kandangjati Wetan sekitar
1.172 jiwa, desa Sumber Lele sekitar 955 jiwa, desa Tamansari sekitar 916 jiwa.
b. Jumlah Pemilih Pada Saat Pilkada.
Table 4.7
NO DESA NO. 1 NO. 2 NO. 3 Jumlah
Pemilih
1 Kregenan 292 1673 180 2145
2 Rondokuning 121 979 57 1157
3 Semampir 264 1607 184 2055
4 Bulu 501 2030 156 2687
5 Sidomukti 203 1998 72 2273
6 Kraksaan Wetan 344 2675 131 3150
7 Rangkang 112 1331 34 1477
8 Kandangjati Kulon 208 976 74 1258
9 Kandangjati Wetan 215 733 86 1034
10 Sidopekso 259 1608 147 2014
11 Alassumur Kulon 1183 2060 190 3433
12 Sumber Lele 215 434 150 799
13 Tamansari 92 464 82 638
14 Asembakor 383 1042 63 1488
15 Kebonagung 374 1148 133 1655
16 Patokan 546 2711 200 3457
17 Asembagus 203 1535 106 1844
18 Kalibuntu 332 3259 525 4116
19 TPS Khusus 124 336 12 472
JUMLAH 5971 28599 2582 37152
Tabel di atas menjelaskan data dari KPUD Kecamatan Kraksaan setelah
Pilkada berlangsung yaitu desa Kalibuntu yang jumlah masyarakatnya lebih
banyak jika dibandingkan dengan desa yang lain yaitu hampir 11.93% dari
jumlah peduduk kecamatan Kraksaan yaitu 47.662 jiwa, hal ini disebabkan karena
jumlah penduduk di desa Kalibuntu yang mencapai sekitar 5.688 jiwa lebih
banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk desa lainnya. Desa Patokan
sekitar 10.36% atau dengan jumlah penduduk sekitar 4.940 jiwa. Desa Alassumur
sekitar 8.40% atau dengan jumlah penduduk sekitar 4.007 jiwa. Desa Bulu sekitar
7.76% atau dengan jumlah penduduk sekitar 3.703 jiwa. Desa Sidomukti sekitar
6.36% atau dengan jumlah penduduk sekitar 3.034 jiwa. Desa Semampir sekitar
5.52% atau dengan jumlah penduduk sekitar 2.635 jiwa. Desa Sidopekso sekitar
5.75% atau dengan jumlah penduduk sekitar 2742 jiwa. Desa Asembagus sekitar
4.61% atau dengan jumlah penduduk sekitar 2.199 jiwa. Desa Kebonagung sekitar
4.56% atau dengan jumlah penduduk sekitar 2.174 jiwa. Sehingga jumlah
penduduk yang ada tersebut sangat berpengaruh terhadap jumlah atau tingkat
partisipasi yang ada di dalam masyarakat khususnya di masyarakat Kecamatan
Kraksaan.
Jumlah pemilih yang terdaftar di KPUD Kecamatan Kraksaan berbeda
dengan jumlah pemilih yang ada pada saat Pilkada dilaksanakan. Hal ini
disebabkan karena ada beberapa Golongan Putih (Golput) di masyarakat Dari
kesembilan tabel diatas yang merupakan desa-desa yang dipilih oleh penulis
sebagai tempat penelitian yang telah dipilih seraca acak (Random) untuk melihat
tingkat partisipasi khususnya di kecamatan Kraksaan.
Table 4.34
Intensitas Pemilih: Siapakah Calon Bupati yang Bapak/Ibu Pilih pada Pilkada
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tidak Tahu/Tidak Jawab 4 4%
2 H. Hapur Abdul Ghofur, S.Sos dan
H. Sudirman Ra’is, SH H. 1 1%
3 Cholili Mugi, SH. M.Hum dan
H. Sulaiman Dada, SH 9 9%
4 Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si dan
Salim Qurays, S.Ag 86 86%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih atas pertanyaan
siapakah calon bupati yang bapak/ibu pilih pada Pilkada adalah 4% pemilih yang
tidak tahu atau tidak menjawab pertanyaan itu. Bisa saja mereka itu golput atau
masih bingung untuk menentukan calon bupati Probolinggo. Namun dari hasil
penelitian ini kebanyakan mereka sudah tidak mau tahu menau tentang politik.
Kekesalan dan kekecewaan sebelumnya sudah cukup dijadikan pengalaman bagi
mereka untuk tidak mengulanginya lagi. Menurut pengakuan sebagian pemilih
memilih atau tidak memilih keadaannya tetap begitu-begitu saja, tidak pernah
merasa ada perubahan yang signifikan.
Sedangkan pemilih yang memilih pasangan H. Hapur Abdul Ghofur,
S.Sos dan H. Sudirman Ra’is, SH sebagai calon bupati pada Pilkada hanya ada
1%. Hasil ini bisa dikatakan hasil terkecil jika dibandingkan dengan yang lainnya.
Akan tetapi alasan pemilih yang memilihnya karena dia memiliki visi untuk
menciptakan masyarakat yang aman, damai dan mensejahterakan masyarakat.
Selain itu juga dia sudah pernah menjabat sebagai wakil bupati Probolinggo
periode 2003-2008. jadi menurut mereka dia sudah cukup berpengalaman dalam
kepemerintahan daerah Probolinggo.
Adapun pasangan calon bupati Cholili Mugi SH. M.Hum memperoleh
angka lebih tinggi dari H. Hapur Abdul Ghofur SH. Ada sekitar 9% pemilih yang
memilih pasangan tersebut. hal ini dikarenakan pasangan tersebut diusung oleh
Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) yang notabene banyak dari kalangan
pimpinan pesantren.
Begitu juga dengan pasangan calon bupati Drs. H. Hasan Aminuddin,
M.Si dan Salim Qurays, S.Ag. pasangan ini memperoleh prosentase terbanyak
dari pada pasangan calon bupati yang lain. Ada sekitar 86% pemilih yang memilih
pasangan tersebut. Hal ini dikarenakan Hasan Aminuddin pernah menjabat
sebagai bupati sebelumnya dan mendapat respon baik dari masyarakat, dan juga
mendapat dukungan dari para ulama karena pasangannya Salim Quraisy termasuk
dari golongan habaib. begitu juga dengan Hasan Aminuddin yang hubungannya
sangat dekat dengan tokoh agama (ulama) yang kebijakannya sangat berpengaruh
terhadap masyarakat Kraksaan.
c. Daerah Mana Saja Yang Tingkat Partisipasinya Rendah & Tingkat
Partisipasinya Tinggi Apa Penyebabnya.
Kelurahan Kalibuntu merupakan daerah yang tingkat partisipasi paling
tinggi dalam Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 hal ini disebabkan
Kelurahan Kalibuntu mempunyai jumlah penduduk yang lebih banyak
dibandingkan dengan kelurahan yang lain. Sedangkan Kelurahan Taman Sari
merupakan daerah yang tingkat partisipasi paling rendah, hal ini disebabkan
karena jumlah penduduk di Kelurahan Taman Sari paling rendah dibandingkan
dengan daerah yang lainnya. Adapun TPU Khusus diatas merupakan TPU yang
sengaja disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk masyarakat
antara lain di Rumah Sakit, dan di Lembaga Pemasyarakatan atau di penjara-
penjara.
C. Pengaruh Ulama Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat
Kraksaan Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008
Melihat kehidupan masyarakat di Kabupaten Probolinggo, akan terasa
suasana yang religius. Dengan banyaknya ulama-ulama serta menjamurnya
pondok pesantren akan menambah citra kental kehidupan yang agamis. Tak hanya
itu, ulama pun juga berperan serta dalam membangun karakteristik kehidupan
masyarakat, dengan memberikan siraman rohani, pendidikan, dan melakukan
kegiatan sosial agar terjalin kehidupan yang dinamis dan harmonis. Sehingga
ulama-ulama dianggap sebagai tokoh yang kharismatik.
Kiranya penulis akan memaparkan dengan data-data yang telah didapat,
dalam bentuk tabel, untuk mengukur sejauh mana tingkat keberpengaruhan
tersebut ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan
Kraksaan.
Dari hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo khususnya di Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan pemilih yang
berjenis kelamin perempuan pada Pilkada di kabupaten Probolinggo dilihat dari
tingkat pendidikan.
Tabel 4.12
Pengaruh Ulama Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan No Tingkat Pengaruh
SD SMP SMA DIPLOMA S1
1 Pengaruh (+) 21 13 5 1 5
2 Tidak Pengaruh (-) 3 9 2 1 10
3 Tidak Menjawab (±) 6 10 3 1 10
30 32 10 3 25 Jumlah
100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Ulama-ulama yang berpengaruh dalam pandangan masyarakat menurut
tingkat pendidikannya menurut pemilih yang tidak sekolah dan Sekolah Dasar
(SD) sebanyak 21 orang, yang terpengaruh dan tidak terpengaruh sebanyak 3
orang serta yang tidak menjawab sebanyak 6 orang, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sebanyak 13 orang, yang terpengaruh dan yang tidak terpengaruh sebanyak
9 orang serta sebanyak tidak menjawab 10 orang, Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebanyak 5 orang yang terpengaruh dan yang tidak tepengaruh sebanyak 2 orang
serta yang tidak menjawab sebanyak 3 orang, Diploma sebanyak 1 orang
terpengaruh dan yang tidak terpengaruh sebanyak 1 orang, serta yang tidak
menjawab 1 orang, Sarjana (S1) sebanyak 5 orang yang terpengaruh dan yang
tidak terpengaruh sebanyak 10 orang serta yang tidak menjawab sebanyak 10
orang.
Jika dipersentasekan pada tingkat pendidikan SD 70% terpengaruh ulama,
SMP 40,63%, SMA 50%, dan pada tingkat pendidikan Diploma serta S1 33% dan
20%. Disini penulis melihat pada tingkat pendidikan hanya SD dan SMA yang
terpengaruh ulama dengan demikian bahwa berdasarkan tingkat pendidikan
semakin tinggi tingkat masyarakat kraksaan pengaruh ulama semakin kecil begitu
juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikannya semakin tinggi tingkat
masyarakat yang terpengaruh.
Berikut ini penulis memaparkan hasil penelitian yang berupa kuesioner
tentang pengaruh ulama berdasarkan jenis kelamin pemilih yang dilakukan di
Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo pada Pilkada tahun 2008
Tabel 4.13
Pengaruh Ulama Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin No Tingkat Pengaruh
Laki-Laki Perempuan
1 Pengaruh (+) 30 22
2 Tidak Pengaruh (-) 15 3
3 Tidak Menjawab (±) 25 5
70 30 Jumlah
100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Ulama-ulama yang berpengaruh dalam pandangan masyarakat menurut
pemilih yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 yang terpengaruh dan yang
tidak terpengaruh sebanyak 15 dan tidak menjawab sebanyak 25, Menurut pemilih
yang berjenis kelamin perempuan yang terpengaruh sebanyak 22 dan yang tidak
terpengaruh sebanyak 3 pemilih yang tidak menjawab sebanyak 5.
Jika dilihat dari data tingkat pengaruh, hanya pada tingkat jenis kelamin
perempuan besar pengaruhnya, apabila dipersentase jumlah total yang menjawab
22 dari 30 jumlah keseluruhan pemilih perempuan. Sedangkan pada tingkat jenis
kelamin Laki-laki kecil pengaruhnya 30 dari 70 jumlah keseluruhan pemilih laiki-
laki. Jika dipersentase pada tingkat jenis kelamin perempuan 73% terpengaruh
ulama, sedangkan pada tingkat jenis kelamin laki-laki 42,84% yang terpengaruh.
Disini penulis melihat pada tingkatan jenis kelamin yang terpengaruh besar adalah
jenis kelamin perempuan dikarenakan akan kegiatan sosial dari kaum perempuan
misalnya pengajian dll, dan yang kecil pengaruhnya adalah tingkat jenis kelamin
laki-laki dikarenakan laki-laki lebih mudah mengakses informasi atau lebih
otonom dalam berpikir dan mempunyai referinsi sendiri.
Penulis juga akan menjelaskan sekilas ulama-ulama yang mendukung
dalam Pilkada serta krakteristik ulama-ulama yang didengar oleh masyarakat
Kecamatan Kraksaan. Ulama yang sangat berpengaruh atau kuat didengar
masyarakat atau yang kuat akan karismatiknya – karena pondok pesantrennya
terbesar di Probolinggo – yaitu ada dua tokoh ulama yang pertama adalah KH.
Zuhri Zaini beliau adalah putra dari pendiri ponpes Nurul Jadid yaitu KH. Zaini
Mun’in. Menurut masyarakat beliau ulama yang berpengaruh dalam dan luar
daerah kabupaten Probolinggo. Walaupun letak geografis dari Kecamatan
Kraksaan cukup jauh yaitu sekitar ±30 km menuju Kecamatan Paiton. Pengaruh
dari beliau tersebut sangat karismatik menurut masyarakat Kraksaan terutama bagi
kaum menengah ke bawah.
Selain itu juga ada ulama yang berpengaruh menurut masyarakat yaitu
KH. Hasan Mutawakkil Alallah. Beliau adalah cucu dari pendiri pondok pesantren
Zainul Hasan yaitu KH. Zainul Abidin. Menurut masyarakat beliau ulama yang
berpengaruh dalam dan luar daerah Kabupaten Probolinnggo. Walaupun letak
geografis dari Kecamatan Kraksaan cukup jauh sekitar ±25 km menuju
Kecamatan Pajarakan. Beliau juga menurut masyarakat sangat berpengaruh
terutama bagi kaum menengah bawah.
Adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat partisipasi
dikarenakan sebagian besar penduduk masih percaya akan kearifan menangani
dan memimpin perjuangan umat Islam baik di dalam kegiatan sosial maupun
kegiatan politik. Berikut merupakan Ulama-ulama yang mempunyai pengaruh
yang cukup besar di masyarakat, khususnya di Kabupaten Probolinggo :
• KH. Zuhri Zaini Pondok Pesantren Nurul Jadid (Karanganyar-Paiton)
• KH. Hasan Mutawakkil Pondok Pesantren Zainul Hasan (Genggong-
Pajarakan)
• KH. Hafid Aminuddin Pondok Pesantren Syekh Abdul Qodir Jaelani
(Rangkang-Kraksaan)
• Habib Hamid Hasan Al-Habsyi Muhdar Pondok Pesantren Raudatul
Qur’an (Krejengan)
• KH. Badhawi Pondok Pesantren Darul Lugoh (Sidomukti-Kraksaan)
• Habib Husain Al-Habsyi Pondok Pesantren Raudatul Qur’an (Patokan-
Kraksaan)
• KH. Munir Kholili Pondok Pesantren Ihyaussunnah (Sentong-Kraksaan)
• K. Munir Pondok Pesantren Sirojul Islam (Kebonagung-Kraksaan)
• KH. Abdul Basith As’ad Pondok Pesantren Darul Istiqomah
(Rondokuning-Kraksaan)
• KH. Asnawi Pondok Pesantren Ihyaussunnah (Sentong-Kraksaan)
Salah satu Pondok Pesantren yang mempunyai pengaruh yang cukup
besar adalah Pondok Pesantren Zainul Hasan yang berada di desa Genggong
kecamatan Pajarakan. Pondok Pesantren Zainul Hasan merupakan satu kelompok
masyarakat atau sub kultur tersendiri yang berada di tengah-tengah masyarakat
luas yang mempunyai hubungan satu sama lain. Berdasarkan situasi dan kondisi,
kemampuan dan potensi serta kebutuhan yang dihadapi. Oleh karena itu kegiatan
Pondok Pesantren Zainul Hasan dalam menciptakan hubungan yang serasi dengan
masyarakat setempat terus dikembangkan. Sehingga masyarakat akan bersedia
mendukung segala program dan kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren
Zainul Hasan secara sukarela dan penuh kesadaran.
Dilihat dari kondisi masyarakat Pondok Pesantren Zainul Hasan dapat
dikatakan berada di tengah-tengah masyarakat Islam 100%, dan aktif menjalankan
syar’iat Islam. Bertolak dari keadaan masyarakat diatas maka Pondok Pesantren
Zainul Hasan mendapat perhatian yang besar dari masyarakat maupun dari pejabat
mulai tingkat daerah sampai tingkat pusat, sehingga dengan demikian terciptalah
hubungan kerja sama yang baik antara Kiai dengan masyarakat, santri dengan
masyarakat, santri dengan para pemuda setempat, yang sebagian besar alumni
Pondok Pesantren Zainul Hasan. Hal ini dapat dilihat adanya kepercayaan
masyarakat kepada Kiai yang manifestasinya bahwa pada setiap ada upacara
keagamaan atau pengajian umum tidak pernah meninggalkan Kiai sebagai
konsultan disamping sebagai penceramah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa tentang pengaruh ulama terhadap
tingkat Partisipasi Politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten
Probolinggo Tahun 2008, maka penulis menyimpulkan:
1. Tingkat Partisipasi Politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten
Probolinggo Tahun 2008 adalah 37152 atau jika dipresentasikan 77.94% yang
berarti tingkat partisipasi masyarakat Kraksaan tinggi dari total jumlah pemilih
yang terdaftar di KPUD yang mencapai angka 47662.
2. Pengaruh ulama terhadap masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten
Probolinggo tahun 2008 sangat tinggi. Data yang mendukung kesimpulan ini
adalah mayoritas pilihan responden tentang siapakah tokoh yang paling
didengar pendapatnya dalam masalah sosial, agama dan politik adalah ulama.
Hal ini disebabkan karena ulama adalah seseorang yang berilmu dan orang
yang dekat dengan Tuhan (ahli zikir) sehingga dapat memberikan solusi
terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pengaruh ulama terhadap
masyarakat Kraksaan sangat penting sebagai panutan agama dan ulama
sebagai orang yang patut ditauladani juga sangat tinggi, akan tetapi pengaruh
ulama semakin menurun atau tidak penting dalam panutan politik. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat Kraksaan yang tidak setuju
mengenai pernyataan bahwa ulama perlu diikuti bukan hanya untuk masalah
agama tetapi juga untuk masalah politik.
3. Pengaruh ulama terhadap partisipasi politik masyarakat Kraksaan berdasarkan
tingkat pendidikan adalah semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat
Kraksaan maka pengaruh ulama semakin kecil begitu juga sebaliknya
semakin rendah tingkat pendidikannya maka pengaruh ulama terhadap
masyarakat Kraksaan semakin tinggi. Dan jika dilihat berdasarkan jenis
kelamin, pengaruh ulama terhadap partisipasi politik masyarakat Kraksaan
yang berjenis kelamin perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan
pengaruh ulama terhadap partisipasi politik masyarakat Kraksaan yang
berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena seringnya kegiatan sosial
dari kaum perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki misalnya pengajian
dll, dan rendahnya pengaruh ulama terhadap masyarakat Kraksaan yang
berjenis kelamin laki-laki disebabkan karena laki-laki lebih mudah mengakses
informasi atau lebih otonom dalam berpikir dan mempunyai referensi sendiri.
B. Saran
1. Hendaknya KPUD khususnya di kecamatan Kraksaan memberikan
penyuluhan mengenai pentingnya hak suara dalam menentukan pemimpin
mereka. Sedangkan kepada para ulama hendaknya benar-benar menyadari
posisinya sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan politik
masyarakat.
2. Hendaknya masyarakat harus bisa membedakan di mana posisi ulama sebagai
panutan dalam masalah politik dan ulama sebagai panutan dalam masalah
agama dan sosial.
3. Hendaknya masing-masing calon Bupati yang mencalonkan dirinya harus
berkompetesi secara sportif, tidak saling menjelek-jelekkan antara calon yang
satu dengan yang lainnya. Supaya tercipta suasana PILKADA yang tertib,
aman dan terkendali.
4. Hendaknya kajian-kajian yang berhubungan dengan riset terhadap masalah
sosial dan politik lebih dikembangkan, sebab selama penulis kuliah di Jurusan
Pemikiran Politik Islam tidak mendapatkan riset-rieset yang memadai. Penulis
merasakan hal tersebut penting, walaupun riset yang diajarkan pada tingkatan
S1 belum begitu serius.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir
Al-Qur’an, Madinah: 1418 H.
A’la, Abd. Pembaharuan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren 2006.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta, 2002.
Badari, Abdul Aziz. Hitam Putih Wajah Ulama &Penguas. Jakarta: Darul Falah,
2003.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo, Kecamatan Kraksaan Dalam
Angka, Probolinggo: BPS Kab. Probolinggo, 2006.
Budiardjo Miriam. Partisipasi & Partai Politik (Sebuah Bunga Rampai), Jakarta:
PT. Gramedia, 1981.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005.
Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik Jilid 1, Jakarta: LP3ES, 1973.
Fealy, Greg. Ijtihad Politik Ulama (Sejarah NU 1952 – 1967), Yogyakarta: Lkis,
1998.
Gaffar, Affan, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba
(editor), Demitologi Politik Indonesia: Mengusung Elitisme Dalam Orde
Baru, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998.
Gaventa, John dan Camilo Valderama : Partisipasi, Kewargaan, dan Pemerintah
Daerah, sebagai pengantar buku Mewujudkan Partisipasi: Teknik
Partisipasi Masyarakat untuk Abad 21, yang diterbitkan oleh The British
Council dan New Economics Foundation, 2001.
Hsubky, Badruddin, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman Jakarta: GEMA
INSANI PRESS, 1995.
Hikam, Muhammad AS, Demokrasi dan Civil Society, Jakarta: LP3ES, 1996.
Humas Koordinator & Pokja Riset Penelitian Biro Pengembangan Pesantren &
Masyarakat. Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton – Probolinggo, 2006.
Huntington, Samuel P dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara
Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Hasyim, Umar, Mencari Ulama Pewaris Para Nabi; Selayang Pandang Sejarah
Para Ulama, T.tt: Dakta dan BI press, 1998.
Jazair, Abu Bakar Jabir, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia & Akhirat,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2001.
Kauma, Fuad. Noda-noda Ulama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002.
KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan
Damai), 2008 Kraksaan – Probolinggo.
Masyhuri, KH. A. Azis. 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Kutub, 2008,
Yogyakarta.
Mawardi, Imam dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama Kembalilah
Kepada Ummat, Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002
Moesa, Ali Maschan, Kiai dan Politik; Dalam Wacana Civil Society, Surabaya:
LEPKISS bekerjasama dengan Adikarya IKAPI dan Ford Foundation,
1999.
Nasuhi, Hamid, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skirpsi, Tesis, dan
Desertasi), Tangerang: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
Nurcholis, Hanif. Teori & Praktik (Pemerintahan & Otonomi Daerah), Jakarta,
Grasindo, 2005.
Rafael Raga Margan, Pengantar Sosiologi Politik Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Rahman, Arifin, Sistem Politik Indonesia suarbaya: Penerbit SIC, 2002.
Surbakti, Ramlan “Memahami Ilmu Politik”, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992.
Sangarimbun, Masri dan Efendi, Sofian (editor), Metode Penelitian Survai,
Jakarta: LP3ES, 1989.
Seri Buku Saku Pilkada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo,
Apa Itu Pilkada?, KPUD Kab. Probolinggo januari 2008.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001.
Soemarsono, “Komunikasi Politik”, Bandung: Universitas Terbuka, 2002.
Syafii, Inu Kencana, “Sistem Pemerintahan Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Tim penyusun, Ensiklopedi Islam 5 Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Titik Triwulan, Tutik – Efendi, Jonaedi. Membaca Peta Politik Nahdatul Ulama
(Sketsa Politik Kiai Dan Perlawanan Kaum Muda NU), Jakarta: Lintas
Pustaka, 2008.
Turmudi, Dr. Endang, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan,Yogyakarta: LKIS,
2003.
Yayasan Kantata Bangsa. Pemberdayaan Pesantren (Menuju Kemandirian Dan
Profesionalisme Santri Dengan Metode Daurah Kebudayaan),
Yogyakarta.: Pustaka Pesantren, 2005.
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Zainul Hasan. Pesantren Zainul Hasan
Sejarah Perjalanan & Perkembangannya Dalam 150 Tahun Menebar
Ilmu Dijalan Allah, Genggong – Probolinggo: PT Rakmad Abadi, 1989.
Sumber Data dari Internet
Ihwan,Choirul. Keterlibatan ulama dalam politik praktis. artikel diakses pada
tanggal 20 Desember 2007 dari http://ihwanchoy.wordpress.com
/2005/07/9/ulama-dan-politik.
“Kecamatan Kraksaan” Diakses pada 27 mei 2008 dari http://www. Kab.
Probolinggo.co.id
Partisipasi Politik, Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia, ("http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_politik"), Diakses
pada hari Selasa, 15 Januari 2008.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
IDENTITAS RESPONDEN
NO NAMA RESONDEN ALAMAT
1. KALIBUNTU
1 Astuti Jl. Veteran Rt: 02 Rw: 02 No: 42
2 H. Haris Jl. Veteran Rt: 02 Rw: 02 No: 36
3 H. M. Fathony Sy Jl. Veteran No: 17
4 H. Musa Mansyur Jl. Veteran Rt: 19 Rw: 04
5 H. Noval Jl. Veteran No: 36
6 Nur Halimah Jl. Veteran Rt: 02 Rw: 02
7 Rani Jl. Veteran Rt: 02 Rw: 02 No: 68
8 Salimin Faris Jl. Veteran Rt: 13 Rw: 05
9 Sarkawi Jl. Veteran Rt: 02 Rw: 02 No: 30
10 Sugito Jl. Veteran Rt: 13 Rw: 05
11 Supandi Jl. Veteran Rt: 02 Rw: 02 No: 28
2. PATOKAN
12 Adi Susmito Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 05 Rw:02 No: 04
13 Bakom Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 02 Rw:10 No: 15
14 Dika Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 02 Rw: 02 No: 30
15 Feny Yunita Sari Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 05 Rw:02 No: 07
16 H. Hasyim Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 19 Rw: 04
17 Hariyadi Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 05 Rw:02 No: 09
18 Ilasluroh Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 05 Rw:12 No: 17
19 Mabrul Movi Irawan Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 05 Rw:02 No: 11
20 Mussari Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 01 Rw:12 No: 12
21 Musyurofah Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 11 Rw:02 No: 43
22 Novia Triutami Jl. Mayjen Soetoyo Rt: 01 Rw:11 No: 24
3. ALASSUMUR KULON
23 Albarullah Jl. Soekarno Hatta Rt: 02 Rw: 02 No: 13
24 Anhar Bagus Jl. Soekarno Hatta Rt: 02 Rw: 03 No: 29
25 Farid Zainal Jl. Soekarno Hatta Rt: 05 Rw: 02 No: 41
26 Khoirul Jl. Soekarno Hatta Rt: 04 Rw: 08 No: 15
27 Ratna Jl. Soekarno Hatta Rt: 11 Rw: 01 No: 32
28 Samsul Arifin Jl. Soekarno Hatta Rt: 01 Rw: 02 No: 42
29 Ami Jl. Soekarno Hatta Rt: 01 Rw: 05
30 Bambang Mujianto Jl. Soekarno Hatta Rt: 09 Rw: 01 No: 20
31 H. Ahmad Taufik Jl. Soekarno Hatta Rt: 06 Rw: 01 No: 12
32 H. Anas Jl. Soekarno Hatta Rt: 05 Rw: 12 No: 31
33 H. Mansur Jl. Soekarno Hatta Rt: 03 Rw: 02 No: 23
4. BULU
34 Abd Rofi Perum Bulu Bumi Indah Blok: J No: 09
35 Abdul Hannan Jl. Letjend Soeprapto No: 483
36 Erni Mustikowati Perum Bulu Bumi Indah Blok: J No: 10
37 Husnul H Jl. Letjend Soeprapto No: 484
38 Jufri Hadi Perum Bulu Bumi Indah Blok: J No: 11
39 Misranto Jl. Letjend Soeprapto No: 485
40 Rini Yuliastuti Perum Bulu Bumi Indah Blok: J No: 12
41 Sumarsono Eko Jl. Letjend Soeprapto No: 486
42 H. Ridwan M Perum Bulu Bumi Indah Blok: J No: 13
43 H. Usman Jl. Letjend Soeprapto No: 487
44 Ilyaningsih Perum Bulu Bumi Indah Blok: J No: 14
5. SIDOMUKTI
45 Heriyanto SE Jl. Raya Diponegoro No: 01
46 Johan Jl. Raya Diponegoro Rt: 09 Rw: 01 No: 20
47 Khoiruman Affandi Jl. Raya Diponegoro No: 22
48 Krinanto Agus Jl. Raya Diponegoro Rt: 09 Rw: 01 No: 52
49 Lutri Handoyo Jl. Raya Diponegoro No: 03
50 M. Tuki Amarullah Jl. Raya Diponegoro Rt: 09 Rw: 01 No: 11
51 Moh. Hasim Jl. Raya Diponegoro No: 04
52 Mustain Jl. Raya Diponegoro Rt: 09 Rw: 01 No: 23
53 Nasia Jl. Raya Diponegoro No: 05
54 Nur Hasan Jl. Raya Diponegoro Rt: 09 Rw: 01 No: 31
55 Poniman Jl. Raya Diponegoro No: 06
6. SIDOPEKSO
56 Abd Aziz Jl. Raya Sidopekso No: 16
57 Abu Syamsudin Jl. Raya Sidopekso Rt: 09 Rw: 01 No: 31
58 Adelia Jl. Raya Sidopekso Rt/Rw: 02/02 No: 58
59 Ali Muddin Awi Jl. Raya Sidopekso No: 17
60 Anwar Jl. Raya Sidopekso Rt: 09 Rw: 01 No: 32
61 Choirun Nissa Jl. Raya Sidopekso Rt/Rw: 02/02 No: 59
62 Darsila Jl. Raya Sidopekso No: 18
63 Didik Hermanto Jl. Raya Sidopekso Rt: 09 Rw: 01 No: 33
64 Halil Jl. Raya Sidopekso Rt/Rw: 02/02 No: 60
65 Hermanto Jl. Raya Sidopekso No: 19
66 Hj. Susilowati Jl. Raya Sidopekso Rt: 09 Rw: 01 No: 34
7. SEMAMPIR
67 Mahfut Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 57
68 Sumiyanto Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 58
69 Yanti Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 59
70 Ribud Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 60
71 Ryan Efendi Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 61
72 Soni Harsono SH Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 62
73 Subaidah Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 63
74 Subakir Spd Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 64
75 Suharyanto Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 65
76 Suhriya Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 66
77 Sulaiman Jl. Panglima Sudirman Rt/Rw: 02/02 No: 67
8. ASEMBAGUS
78 Adi S Jl. Patimura Rt/Rw: 01/05
79 H. M. Zahri Junhuri Jl. Patimura Rt/Rw: 01/06 No: 152
80 H. Matradji Jl. Patimura Rt/Rw: 01/01
81 H. Muchlis Humaidi Spd Jl. Patimura Rt/Rw: 01/06 No: 61
82 Hj. Azizah Jl. Patimura Rt/Rw: 01/02
83 Ibang Ransasi SE Jl. Patimura Rt/Rw: 01/06 No: 22
84 Mahfud Jl. Patimura Rt/Rw: 01/03
85 Mitroli Jl. Patimura Rt/Rw: 01/06 No: 61
86 Munir Jl. Patimura Rt/Rw: 01/04
87 Sayadi Jl. Patimura Rt/Rw: 01/06 No: 116
88 Sugeng Sugianto Jl. Patimura Rt/Rw: 01/14
9. KEBONAGUNG
89 Abdul Rosit Perum Kebonagung No: 17
90 H. Priharnyoto Perum Kebonagung No: 22
91 Lilik Army Perum Kebonagung No: 41
92 Miendri Perum Kebonagung No: 11
93 Sugeng Winoto Perum Kebonagung No: 21
94 Sukarwati Perum Kebonagung No: 36
95 Supriyono Perum Kebonagung No: 23
96 Suna Perum Kebonagung No: 31
97 Tri Utomo Lestari Perum Kebonagung No: 12
98 Untung Herkanto Perum Kebonagung No: 32
99 Uswatun Hasanah Perum Kebonagung No: 33
100 Zubaidah Perum Kebonagung No: 51
DATA VARIABEL X
NILAI (Skor) RESPONDEN UNTUK SETIAP PERTANYAAN
SKOR / PERTANYAAN NO
1 2 3 4 5 6 ∑X
1 1 3 2 2 2 3 13
2 1 1 2 1 1 5 11
3 1 1 2 2 1 4 11
4 1 2 2 2 3 5 15
5 1 2 2 2 1 5 13
6 1 3 1 1 2 5 13
7 1 3 1 3 2 4 14
8 3 3 1 1 3 5 16
9 1 3 1 1 1 3 10
10 1 3 1 1 3 5 14
11 1 3 1 2 1 3 11
12 1 3 1 1 1 3 10
13 1 3 1 2 2 5 14
14 1 3 1 2 3 5 15
15 1 3 1 2 3 5 15
16 1 3 2 3 3 5 17
17 1 3 2 1 1 5 13
18 1 3 1 1 1 3 10
19 3 3 1 1 2 5 15
20 1 1 2 2 3 5 14
21 3 3 1 3 3 5 18
22 1 3 1 1 1 3 10
23 1 3 2 2 3 5 16
24 1 3 1 2 1 5 13
25 1 3 1 2 1 3 11
26 3 3 1 1 1 5 14
27 1 3 1 2 3 5 15
28 1 3 1 1 3 5 14
29 1 3 1 1 1 4 11
30 1 3 1 1 3 3 12
31 1 3 1 1 3 4 13
32 1 3 1 2 1 5 13
33 1 3 1 1 3 4 13
34 1 3 1 3 3 5 16
35 1 1 2 2 1 5 12
36 1 3 1 1 4 5 15
37 1 3 1 3 2 2 12
38 1 3 1 3 3 5 16
39 1 3 2 2 3 5 16
40 1 3 2 2 3 5 16
41 5 3 1 2 2 5 18
42 1 3 1 1 3 4 13
43 1 3 1 1 3 5 14
44 1 3 1 3 3 5 16
45 2 3 2 2 3 3 15
46 3 3 2 1 1 5 15
47 1 2 2 3 3 1 12
48 1 3 1 1 1 4 11
49 1 3 1 1 3 5 14
50 1 3 1 1 1 3 10
51 3 3 1 2 4 5 18
52 1 3 1 3 3 3 14
53 1 3 2 3 3 5 17
54 1 3 2 2 2 5 15
55 1 3 1 1 3 5 14
56 1 3 1 1 3 5 14
57 1 3 1 1 3 4 13
58 1 1 2 2 3 3 12
59 1 1 2 2 1 5 12
60 1 3 1 1 3 3 12
61 1 3 1 1 3 5 14
62 1 3 1 1 2 3 11
63 1 3 1 1 3 3 12
64 1 3 2 2 3 1 12
65 1 3 2 1 2 5 14
66 1 3 1 2 1 5 13
67 1 3 1 2 3 5 15
68 1 3 2 1 2 5 14
69 3 3 1 2 1 5 15
70 1 3 1 1 3 3 12
71 1 3 2 2 4 3 15
72 1 3 1 1 1 4 11
73 1 3 1 1 1 3 10
74 1 1 1 2 2 3 10
75 1 3 2 2 2 5 15
76 4 3 2 2 2 3 16
77 2 3 1 3 1 5 15
78 2 3 1 1 1 3 11
79 2 3 1 3 1 5 15
80 2 3 1 1 3 4 14
81 2 3 1 1 3 1 11
82 4 3 1 3 1 1 13
83 1 1 1 1 3 5 12
84 1 1 1 1 3 4 11
85 1 3 2 3 3 3 15
86 1 3 1 2 2 4 13
87 1 3 1 2 2 3 12
88 1 3 1 1 3 3 12
89 1 3 2 2 1 5 14
90 1 3 1 1 1 1 8
91 4 1 1 2 1 3 12
92 2 3 1 2 1 3 12
93 2 3 1 1 1 3 11
94 4 1 1 1 1 3 11
95 2 3 1 2 3 5 16
96 1 2 1 2 2 5 13
97 1 3 1 2 1 1 9
98 1 1 2 1 1 4 10
99 1 3 1 2 3 3 13
100 1 3 1 1 1 3 10
JUMLAH 1321
DATA VARIABEL X
NILAI (Skor) TIAP RESPONDEN MENURUT KUESIONER SETELAH
DIJUMLAHKAN
NO NAMA RESONDEN NILAI
1 Abd Aziz 4
2 Abd Rofi 5
3 Abdul Hannan 3
4 Abdul Rosit 3
5 Abu Syamsudin 3
6 Adelia 4
7 Adi S 4
8 Adi Susmito 3
9 Albarullah 4
10 Ali Muddin Awi 5
11 Ami 5
12 Anhar Bagus 3
13 Anwar 3
14 Astuti 3
15 Bakom 5
16 Bambang Mujianto 3
17 Choirun Nissa 3
18 Darsila 5
19 Didik Hermanto 3
20 Dika 3
21 Erni Mustikowati 3
22 Farid Zainal 5
23 Feny Yunita Sari 4
24 H. Ahmad Taufik 5
25 H. Anas 5
26 H. Haris 3
27 H. Hasyim 3
28 H. M. Fathony Sy 3
29 H. M. Zahri Junhuri 4
30 H. Mansur 5
31 H. Matradji 4
32 H. Muchlis Humaidi Spd 4
33 H. Musa Mansyur 4
34 H. Noval 3
35 H. Priharnyoto 3
36 H. Ridwan M 7
37 H. Usman 7
38 Halil 5
39 Hariyadi 3
40 Heriyanto SE 3
41 Hermanto 3
42 Hj. Azizah 4
43 Hj. Susilowati 6
44 Husnul H 3
45 Ibang Ransasi SE 7
46 Ilasluroh 4
47 Ilyaningsih 6
48 Johan 4
49 Jufri Hadi 3
50 Khoirul 5
51 Khoiruman Affandi 3
52 Krinanto Agus 4
53 Lilik Army 3
54 Lutfi Handoyo 7
55 M. Tuki Amarullah 4
56 Mabrul Movi Irawan 3
57 Mahfud 9
58 Mahfut 4
59 Miendri 4
60 Misranto 3
61 Mitroli 4
62 Moh. Hasim 4
63 Munir 4
64 Mussari 7
65 Mustain 5
66 Musyurofah 3
67 Nasia 7
68 Novia Triutami 7
69 Nur Halimah 3
70 Nur Hasan 5
71 Poniman 7
72 Rani 4
73 Ratna 5
74 Ribud 7
75 Rini Yuliastuti 3
76 Ryan Efendi 7
77 Salimin Faris 3
78 Samsul Arifin 7
79 Sarkawi 3
80 Sayadi 4
81 Soni Harsono SH 7
82 Subaidah 3
83 Subakir Spd 3
84 Sugeng Sugianto 4
85 Sugeng Winoto 9
86 Sugito 4
87 Suharyanto 5
88 Suhriya 6
89 Sukarwati 3
90 Sulaiman 4
91 Sumarsono Eko 3
92 Sumiyanto 3
93 Suna 5
94 Supandi 3
95 Supriyono 3
96 Tri Utomo Lestari 7
97 Untung Herkanto 4
98 Uswatun Hasanah 4
99 Yanti 5
100 Zubaidah 5
DATA VARIABEL Y
NILAI (Skor) RESPONDEN
SKOR / PERTANYAAN NO
1 2 ∑Y
1 3 3 6
2 3 5 8
3 4 4 8
4 4 5 9
5 4 5 9
6 4 5 9
7 4 4 8
8 4 5 9
9 4 3 7
10 2 5 7
11 4 3 7
12 4 3 7
13 4 5 9
14 4 5 9
15 1 5 6
16 4 5 9
17 4 5 9
18 4 3 7
19 4 5 9
20 4 5 9
21 4 5 9
22 4 3 7
23 4 5 9
24 4 5 9
25 4 3 7
26 4 5 9
27 4 5 9
28 4 5 9
29 4 4 8
30 4 3 7
31 4 4 8
32 4 5 9
33 4 4 8
34 4 5 9
35 4 5 9
36 4 5 9
37 1 2 3
38 4 5 9
39 4 5 9
40 4 5 9
41 4 5 9
42 4 4 8
43 3 5 8
44 4 5 9
45 4 3 7
46 4 5 9
47 3 1 4
48 4 4 8
49 4 5 9
50 4 3 7
51 4 5 9
52 3 3 6
53 4 5 9
54 1 5 6
55 3 5 8
56 4 5 9
57 1 4 5
58 4 3 7
59 4 5 9
60 4 3 7
61 4 5 9
62 3 3 6
63 4 3 7
64 4 1 5
65 4 5 9
66 4 5 9
67 4 5 9
68 4 5 9
69 4 5 9
70 4 3 7
71 4 3 7
72 4 4 8
73 4 3 7
74 4 3 7
75 4 5 9
76 4 3 7
77 4 5 9
78 4 3 7
79 4 5 9
80 4 4 8
81 1 1 2
82 4 1 5
83 4 5 9
84 4 4 8
85 4 3 7
86 4 4 8
87 4 3 7
88 3 3 6
89 4 5 9
90 4 1 5
91 4 3 7
92 4 3 7
93 4 3 7
94 4 3 7
95 4 5 9
96 4 5 9
97 4 1 5
98 3 4 7
99 4 3 7
100 4 3 7
JUMLAH 774
DATA VARIABEL Y
NILAI (SKOR) TIAP RESPONDEN MENURUT KUESIONER
SETELAH DIJUMLAHKAN
NO NAMA RESONDEN NILAI
1 Abd Aziz 6
2 Abd Rofi 8
3 Abdul Hannan 8
4 Abdul Rosit 9
5 Abu Syamsudin 9
6 Adelia 9
7 Adi S 8
8 Adi Susmito 9
9 Albarullah 7
10 Ali Muddin Awi 7
11 Ami 7
12 Anhar Bagus 7
13 Anwar 9
14 Astuti 9
15 Bakom 6
16 Bambang Mujianto 9
17 Choirun Nissa 9
18 Darsila 7
19 Didik Hermanto 9
20 Dika 9
21 Erni Mustikowati 9
22 Farid Zainal 7
23 Feny Yunita Sari 9
24 H. Ahmad Taufik 9
25 H. Anas 7
26 H. Haris 9
27 H. Hasyim 9
28 H. M. Fathony Sy 9
29 H. M. Zahri Junhuri 8
30 H. Mansur 7
31 H. Matradji 8
32 H. Muchlis Humaidi Spd 9
33 H. Musa Mansyur 8
34 H. Noval 9
35 H. Priharnyoto 9
36 H. Ridwan M 9
37 H. Usman 3
38 Halil 9
39 Hariyadi 9
40 Heriyanto SE 9
41 Hermanto 9
42 Hj. Azizah 8
43 Hj. Susilowati 8
44 Husnul H 9
45 Ibang Ransasi SE 7
46 Ilasluroh 9
47 Ilyaningsih 4
48 Johan 8
49 Jufri Hadi 9
50 Khoirul 7
51 Khoiruman Affandi 9
52 Krinanto Agus 6
53 Lilik Army 9
54 Lutfi Handoyo 6
55 M. Tuki Amarullah 8
56 Mabrul Movi Irawan 9
57 Mahfud 5
58 Mahfut 7
59 Miendri 9
60 Misranto 7
61 Mitroli 9
62 Moh. Hasim 6
63 Munir 7
64 Mussari 5
65 Mustain 9
66 Musyurofah 9
67 Nasia 9
68 Novia Triutami 9
69 Nur Halimah 9
70 Nur Hasan 7
71 Poniman 7
72 Rani 8
73 Ratna 7
74 Ribud 7
75 Rini Yuliastuti 9
76 Ryan Efendi 7
77 Salimin Faris 9
78 Samsul Arifin 7
79 Sarkawi 9
80 Sayadi 8
81 Soni Harsono SH 2
82 Subaidah 5
83 Subakir Spd 9
84 Sugeng Sugianto 8
85 Sugeng Winoto 7
86 Sugito 8
87 Suharyanto 7
88 Suhriya 6
89 Sukarwati 9
90 Sulaiman 5
91 Sumarsono Eko 7
92 Sumiyanto 7
93 Suna 7
94 Supandi 7
95 Supriyono 9
96 Tri Utomo Lestari 9
97 Untung Herkanto 5
98 Uswatun Hasanah 7
99 Yanti 7
100 Zubaidah 7
A. Identitas Responden
Nama Responden :
Alamat Sekarang :
No. Telpon/HP :
1. Jenis kelamin:
1. Laki-laki 2. Perempuan
2. Tolong sebutkan berapa umur bapak/ibu sekarang? Tuliskan:
…………tahun
3. Di samping warga Negara Indonesia, orang biasanya punya latar belakang suku-bangsa tertentu seperti jawa, sunda, Madura dan lain-lain. Mohon sebutkan
suku bangsa bapak/ibu? 1. Sunda 3. Jawa
2. Madura 4. Lain-lain: (tuliskan)…………... 4. Sudah berapa tahun bapak/ibu tinggal di rumah ini?
1. Kurang dari setahun 2. 1-2 tahun
3. 3-4 tahun
4. 5-6 tahun
5. 7-8 tahun
6. Lebih dari 8 tahun
Pandangan Sosial Kemasyarakatan:
5. Menurut Bapak/ibu siapakah tokoh yang paling didengar pendapatnya dalam
berbagai masalah (sosial, agama, politik) yang hadapi oleh masyarakat (di daerah
itu)?
1. Tentara
2. Tokoh adat
3. Ketua RT 4. Tokoh partai
5. Lurah 6. Tokoh agama (ulama)
6. Ada orang-orang yang untuk masalah kesehariannya sering meminta nasehat
dari ulama. Seberapa sering bapak/ibu melakukan hal tersebut? 1. Tidak pernah 3. Cukup sering
2 Jarang 4. Sangat sering
7. Apakah bapak/ibu setuju, tidak punya pendapat atau tidak setuju dengan
pernyataan bahwa ulama adalah seseorang yang patut kita tauladani? 1. Tidak jawab, tidak tahu 3. Tidak punya pendapat
2. Tidak setuju 4. Setuju
8. Menurut bapak/ibu, seberapa pentingkah peran ulama sebagai panutan
agama dalam masyarakat?
1. Tidak penting 3. cukup penting
2. Kurang penting 4. sangat penting
9. Menurut bapak/ibu, seberapa penting kah peran ulama sebagai panutan
politik dalam masyarakat?
1. Tidak penting 3. Cukup penting
2. kurang penting 4. sangat penting
10. Seberapa setujukah bapak/ibu terhadap pernyataan bahwa ulama perlu diikuti
tidak hanya untuk masalah agama tapi juga untuk masalah politik? 1. Tidak setuju sama sekali 3. cukup setuju
2. Kurang setuju 4. sangat setuju
11. Apakah ibu mengenal salah satu ulama yang bapak/ibu ikuti ucapannya?
(tuliskan)…………………………………..
12. Kalau boleh tahu, siapakah calon bupati yang bapak/ibu pilih pada Pilkada kemaren?
1. Tidak tahu/rahasia (Langsung ke no. 14) 2. pasangan Hapur Abdul Ghofur & Sudirman Rais
3. Pasangan Kholili Mughi & Sulaiman Dada
4. Pasangan H. Hasan Aminuddin & Salim Quraisy
13. Kalau boleh tahu, apakah alasan bapak/ibu memilih calon tersebut?
1. Memilih karena diberi hadiah
2. tidak tahu/tidak jawab
3. Jujur/bisa dipercaya
4. Karena memiliki visi dan program yang jelas
5. Di dukung oleh para ulama
14. Kalau diadakan lagi pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten
Probolinggo sekarang ini, siapakah calon yang akan ibu pilih? Tuliskan…………
15. Kalau bleh tahu, apa alasan bapak/ibu memilih calon tersebut?
(tuliskan)…………………………..
Latar Belakang Sosial-Ekonomi
16. Apakah bapak/ibu merasa sebagai bagian dari Jama’ah Islamiyah, Nahdatul
Ulama, Muhammadiyah, persatuan islam atau organisasi social masyarakat lainnya?
1. Jamaah Islamiyah 6. Tidak jawab/tidak tahu. 2. Nahdatul Ulama
3. Muhammadiyah 4. Persatuan Islam
5. lain-lain (tuliskan)……. 17. Perkenankan saya mengetahui keikut sertaan bapak/ibu dalam berbagai
organisasi atau perhimpunan di bawah ini. Apakah bapak/ibu adalah anggota atau
bukan anggota dari organisasi/kelompok berikut?
Organisasi Anggota
Aktif
Anggota
Tidak Aktif Simpatisan
Tidak ada
hubungan
18. Nahdatul Ulama 1 2 3 4
19. Muhammadiyah 1 2 3 4
20. Majelis Taklim 1 2 3 4
21. Hizbu Tahrir
Indonesia 1 2 3 4
22. Majelis Mujahidin
Indonesia 1 2 3 4
23. Fron Pembela Islam 1 2 3 4
24. Apa pendidikan terakhir bapak/ibu? 1. tidak pernah sekolah
2. tidak tamat SD/sederakat 3. tamat SD/sederajat
4. Tidak tamat SLTP/sederajat
5. Tamat SLTP/sederajat
6. Tidak tamat SLTA/sederajat
7. Tamat SLTA/sederajat 8. Tidak tamat perguruan tinggi/masih mahasiswa
9. Tamat diploma. 10. Tamat S1
25. Apakah bapak/ibu bekerja
1. Ya 2. Tidak (langsung ke no. 27)
3. Pensiun
26. Jika “ya” apa pekerjaan utama bapak/ibu?
1. Nelayan 2. Buruh Bangunan
3. Buruh Pabrik 4. Pedagang Kaki Lima
5. Pemulung 6. Supir angkutan umum/taksi/perusahaan
7. Buruh di pasar 8. Satpam 9. Pegawai Negeri 10. Professional (dokter/pengacara, dll)
11. Pegawai swasta 12. bukan salah satu di atas (tuliskan)…………….. (Langsung ke no. 30)
27. Jika “tidak bekerja”, mengapa tidak bekerja?
1. Masih sekolah
2. Ibu rumah tangga
3. Belum dapat pekerjaan
4. Lainnya. TULISKAN………………………………………………
28. Jika tidak bekerja, bagaimana ibu/bapak dapat membiayai kebutuhan sehari-
hari?
1. Bergantung pada orang tua
2. Bergantung pada suami/isteri
3. Bergantung pada saudara
4. Bergantung pada tunjangan social
5. Berhutang
6. Lainnya, TULISKAN…………………………..
29. Jika bergantung pada orang tua, suami/isteri atau orang lain, apa pekerjaan utama orang tempat bergantung tersebut?
1. Nelayan 2. Buruh Bangunan 3. Buruh Pabrik 4. Pedagang Kaki Lima
5. Pemulung 6. Supir angkutan umum/taksi/perusahaan 7. Buruh di pasar 8. Satpam
9. Pegawai Negeri 10. Professional (dokter/pengacara, dll)
11. Pegawai swasta
12. bukan salah satu di atas (tuliskan)……………..
30. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapat keluarga bapak/ibu?
1. Di bawah 500 ribu
2. 500-1 juta
3. 1-2 juta
4. 2-3 juta
5. 3-4 juta
6. di atas 4 juta