PENGARUH PEMBERIAN BIOURINE DAN PUPUK KOMPOS
PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI SERTA
KEPARAHAN PENYAKIT TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays L.)
(Skripsi)
Oleh
HANDOKO YUDHA PRATAMA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN BIOURINE DAN PUPUK KOMPOS
PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI SERTA
KEPARAHAN PENYAKIT TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays L.)
Oleh
HANDOKO YUDHA PRATAMA
Jagung manis merupakan komoditas tanaman terpenting, tanaman ini memiliki
banyak manfaat selain digunakan bahan pangan dan industri, tanaman jagung
manis dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pupuk hijau, dan kayu bakar.
Rendahnya produktivitas jagung manis di Indonesia disebakan karena
menurunnya kondisi kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh aplikasi biourine dan pupuk kompos pada pertumbuhan, produksi dan
keparahan penyakit tanaman jagung manis serta untuk mengetahui interaksi antara
biourine dan pupuk kompos pada pertumbuhan, produksi dan keparahan penyakit
tanaman jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan dari April sampai Juli 2018 di
Kebun Percobaan Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Kota Bandar
Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial
yang diulang sebanyak 3 kali.
Faktor pertama adalah pemberian biourine kambing, yang terdiri dari dua taraf
yaitu tanpa biourine kambing 10 ml L-1
dan dengan biourine kambing 10 ml L-1
.
Faktor kedua adalah perlakuan pupuk kompos yang tediri dari empat taraf yaitu
tanpa kompos 20 ton ha-1
, kompos daun 20 ton ha-1
, kompos Trichoderma 20 ton
ha-1
, dan kompos kotoran ayam 20 ton ha-1
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemberian biourine kambing dengan
konsentrasi 10 ml L-1
mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis. (2) Pemberian pupuk kompos kotoran ayam dengan dosis 20 ton
ha-1
mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Dan
pemberiaan pupuk kompos Trichoderma dengan dosis 20 ton ha-1
menunjukkan
intensitas serangan penyakit terendah hanya sebesar 4 %. (3) Pemberian pupuk
kompos ayam dengan dosis 20 ton ha-1
dan pemberian biourine kambing dengan
konsentrasi 10 ml L-1
serta interaksinya menunjukkan hasil pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis mencapai 11,49 kg / 9 m2 atau setara dengan 15,3
ton ha-1
.
Kata Kunci : Biourine, Pupuk Kompos dan Jagung Manis,.
Handoko Yudha Pratama
PENGARUH PEMBERIAN BIOURINE DAN PUPUK KOMPOS
PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI SERTA
KEPARAHAN PENYAKIT TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays L.)
Oleh
HANDOKO YUDHA PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 1 Desember 1996. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Bambang Erlis dan Ibu Titin Arsita.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal B. Lampung pada tahun 2001. Tahun 2008, Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 5 Sukajawa, sekolah menengah pertama di
SMPN 25 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011, dan sekolah menengah
atas di SMAN 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2014. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada 2014 melalui jalur SNMPTN.
Pada tahun 2017, melakukan Praktik Umum (PU) di Unit Produksi Benih (UPB)
Sekincau Kabupaten Lampung Barat. Di tahun 2018 penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN). di Pekon Panggung Rejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Pringsewu
Penulis memilih Konsentrasi Hortikultura sebagai minat penelitian. Penulis
pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Teknik Pembiakan Tanaman D3 pada
tahun 2017, dan di tahun 2018 penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Teknik
Perbanyakan tanaman kelas Agroteknologi A dan Agroteknologi B.
Dengan penuh rasa syukurku kepada Allah SWT, Aku persembahkan karya ini kepada
Keluarga tercinta kedua orang tuaku Papa, Mama, dan Adik Perempuanku yang telah memberikan seluruh kasih sayang,
doa, semangat, kesabaran, nasihat, perhatian, dan dukungan sampai saat ini.
Sahabat dan teman-teman yang selalu menemani dalam suka maupun duka, berbagi pengalaman berharga, dukungan dan perhatian yang
telah kalian berikan selama ini.
Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc., Ir. Joko Prasetyo, M.P. dan Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si.
yang telah membimbingku dan menyelesaikan penelitian ini.
Serta Almamater Tercinta Universitas Lampung
” Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya
itu adalah untuk dirinya sendiri” (QS. Al-Ankabut (29): 6)
” Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” ” Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah 5 – 6)
” Bukanlah ilmu yang seharusnya mendatangimu, tetapi kamulah
yang harus mendatangi ilmu itu” (Imam Malik)
” Man Jadda Wajada” (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil)
” Man Shobaru Zhafira” (Siapa yang bersabar akan beruntung)
” Man Yazro Yahsud ” (Siapa yang menanam, akan menuai yang dia tanam)
(Al-Hadist)
Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning.
(Albert Einstein)
Proses Tidak Akan Pernah Menghianati Hasil...
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur Penulis ucapkan atas Kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan berkah, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini Penulis berterima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi;
3. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc., selaku dosen Pembimbing I
yang telah memberikan arahan, saran, nasihat dan bimbingannya kepada
penulis selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.
4. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku dosen Pembimbing II atas saran,
nasihat bimbingan dan perhatian yang diberikan selama penelitian dan
penulisan skripsi.
5. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Penguji atas saran, kritik, nasehat,
bantuan, motivasi, dan bimbingannya;
6. Bapak Ir. Agus M. Hariri, M.P., selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan, dukungan, dan nasehat selama di bangku
perkuliahan;
7. Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Bambang Erlis dan Ibu Titin Arsita serta
adikku Alamanda Lily Astari yang selalu mendukung dan memberikan
motivasi, kasih sayang setiap hari.
8. Sahabat masa kuliahku: Dion Auguta Wicaksono, Dwiki Yayan Pebrio,
Eki Valen, I Gede Suwarta Jiwa, dan Izzaturijal, S.P.
9. Teman-teman seperjuangan penelitian Erlinda Agustin, Lamria Stevani,
Wahyu Widiyatmoko, Annisa Tuah Putri, Clara Alverina, dan Chatya Novtri
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian.
10. Dan seluruh teman-teman Agroteknologi 2014 yang selalu menghibur, canda
tawa, persahabatan dan cerita indah yang berkesan selama proses perkuliahan.
Penulis berharap semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan semoga
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Bandar Lampung, 22 Oktober 2018
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 4
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1 Jagung Manis .................................................................................. 9
2.2 Biourine Kambing ......................................................................... 11
2.3 Pupuk Kompos .............................................................................. 12
2.3.1 Kompos Daun...................................................................... 12
2.3.2 Kompos Trichoderma sp ..................................................... 13
2.3.3 Kompos Kotoran Ayam ....................................................... 16
2.4 Penyakit Bulai Jagung (Peronosclerospora sp.) ........................... 17
2.5 Penyakit Hawar Daun Jagung (Helminthosporium turcicum) ...... 18
III. BAHAN DAN METODE .................................................................. 20
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 20
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 20
3.3 Metodologi Penelitian ................................................................... 21
3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 21
3.4.1 Penyiapan Lahan dan Penanaman Benih Jagung Manis .... 22
3.4.2. Aplikasi Pupuk .................................................................... 23
3.4.3. Pemeliharaan ...................................................................... 24
3.4.4. Panen .................................................................................. 25
3.5 Variabel Pengamatan .................................................................... 25
3.5.1. Diameter Batang ................................................................. 26
3.5.2. Jumlah Daun ....................................................................... 26
3.5.3. Tingkat Kehijaun Daun ....................................................... 27
3.5.4. Bobot Berangkasan Basah .................................................. 27
3.5.5. Bobot Tongkol 5 Berkelobot ............................................... 28
3.5.6. Panjang Tongkol ................................................................. 28
3.5.7. Bobot 5 Tongkol Tanpa Kelobot ......................................... 29
3.5.8. Diameter Tongkol ................................................................ 29
3.5.9. Indeks Kemanisan Jagung ................................................... 30
3.5.10. Produksi Jagung Manis Per Petak Lahan ......................... 30
3.5.11. Keparahan Penyakit ........................................................... 31
3.5.12. Pengamatan Stomata Daun ................................................ 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 34
4.1 Hasil Pengamatan Lingkungan ..................................................... 34
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................. 36
4.2.1. Jumlah Daun 4 MST ........................................................... 37
4.2.2. Diameter Batang ................................................................. 38
4.2.3. Jumlah Stomata Daun ......................................................... 39
4.2.4. Tingkat Kehijaun Daun ....................................................... 40
4.2.5. Bobot Tongkol 5 Berkelobot ............................................... 41
4.2.6. Bobot 5 Tongkol Tanpa Kelobot ......................................... 42
4.2.7. Bobot Berangkasan Basah .................................................. 43
4.2.8. oBrix Tanaman Jagung Manis ............................................. 44
4.2.9. Panjang Tongkol Tanaman Jagung Manis ......................... 45
4.2.10. Diameter Tongkol Tanaman Jagung Manis ...................... 46
4.2.11. Produksi Jagung Manis Per Petak Lahan ........................ 47
4.2.12. Keparahan Penyakit Tanaman Jagung Manis .................. 48
4.3 Pembahasan ................................................................................... 50
4.3.1. Pengaruh Pemberian Biourine Dan Pupuk Kompos Pada
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis ............... 50
4.3.2. Pengaruh Pemberian Biourine Dan Pupuk Kompos Pada
Pertumbuhan Generatif Tanaman Jagung Manis .............. 53
4.3.3. Pengaruh Pemberian Biourine Dan Pupuk Kompos Pada
Keparahan Penyakit Tanaman Jagung Manis ................... 56
4.3.4. Hubungan Hasil Analisis Kimia Tanah dengan Hasil
Analisis Pupuk Kompos dan Biourine ................................ 58
4.3.5. Hubungan Antara Kesuburan Tanaman, Penyakit Tanaman
dan Jumlah Stomata Daun Tanaman Jagung Manis ......... 60
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 62
5.1 Simpulan ....................................................................................... 62
5.2 Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................ 67
Tabel 18 - 51 .............................................................................. 68 - 88
Lampiran 1. Benih Jagung Manis ....................................................... 89
Lampiran 2. Pupuk Kompos ............................................................... 90
Lampiran 3. Pupuk Organik Cair Biourine Kambing ......................... 90
Lampiran 4. Perhitungan Kebutuhan Benih ........................................ 91
Lampiran 5. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kompos ........................ 91
Lampiran 6. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar (N, P, dan K) ...... 92
Lampiran 7. Perhitungan Kebutuhan Biourine Saat Aplikasi ............. 93
Lampiran 8. Tongkol Jagung Manis Berkelobot akibat Pemberian
Biourine dan Pupuk Kompos ........................................... 94
Lampiran 9. Tongkol Jagung Manis Tanpa Kelobot Akibat Pemberian
Biourine dan Pupuk Kompos ........................................... 95
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan kandungan hara pada beberapa hewan ternak ............. 15
2. Perlakuan dalam penelitian ........................................................... 21
3. Keparahan penyakit ....................................................................... 31
4. Hasil analisis kimia tanah awal di laboratorium ilmu tanah
fakultas pertanian universitas lampung ........................................ 34
5. Hasil Analisis Biourine Kambing dan Pupuk Kompos di Lab.
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung ................. 35
6. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine
kambing dan pupuk kompos pada pertumbuhan dan produksi
Serta keparahan penyakit ............................................................. 36
7. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
jumlah daun tanaman jagung manis 4 MST .................................. 37
8. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
diameter batang tanaman jagung manis ........................................ 38
9. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
jumlah stomata daun tanaman jagung manis................................. 39
10. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
tingkat kehijauan daun tanaman jagung manis ............................. 40
11. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
bobot 5 tongkol berkelobot tanaman jagung manis ...................... 41
12. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
bobot 5 tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis .................. 42
13. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
bobot berangkasan basah tanaman jagung manis .......................... 43
14. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada obrix tanaman jagung manis .......................................................... 44
15. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
panjang tongkol tanaman jagung manis ........................................ 45
16. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
diameter tongkol tanaman jagung manis ....................................... 46
17. Pengaruh pemberian biourine kambing dan pupuk kompos pada
produksi per petak tanaman jagung manis .................................... 47
18. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
jumlah daun jagung manis 4 MST ................................................ 68
19. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada jumlah daun jagung manis 4 MST ........................................ 68
20. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada jumlah daun jagung manis 4 MST ........................................ 69
21. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada diameter
batang tanaman jagung manis ....................................................... 69
22. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada diameter batang tanaman jagung manis ................................. 70
23. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada diameter batang tanaman jagung manis ................................ 70
24. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
tingkat kehijauan daun tanaman jagung manis ............................. 71
25. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada tingkat kehijauan daun tanaman jagung manis ..................... 71
26. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada tingkat kehijauan daun tanaman jagung manis ..................... 72
27. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
jumlah stomata daun tanaman jagung manis................................. 73
28. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada jumlah stomata daun tanaman jagung manis ........................ 74
29. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada jumlah stomata daun daun tanaman jagung manis ............... 75
30. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
bobot 5 tongkol berkelobot tanaman jagung manis ...................... 75
31. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
bobot 5 tongkol berkelobot tanaman jagung manis ...................... 76
32. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
bobot 5 tongkol berkelobot daun daun tanaman jagung manis ..... 76
33. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
bobot 5 tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis .................. 77
34. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
bobot 5 tongkol tanpa kelobot tanaman jagung manis .................. 77
35. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
bobot 5 tongkol tanpa kelobot daun daun tanaman jagung manis ... 78
36. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
bobot berangkasan basah 5 tanaman jagung manis ....................... 78
37. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
bobot berangkasan basah 5 tanaman jagung manis ....................... 79
38. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada bobot berangkasan basah 5 tanaman jagung manis .............. 79
39. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada oBrix tanaman jagung manis ......................................................... 80
40. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada oBrix tanaman jagung manis ................................................. 80
41. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada oBrix tanaman jagung manis ................................................. 81
42. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
panjang tongkol tanaman jagung manis ........................................ 82
43. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada panjang tongkol tanaman jagung manis ............................... 82
44. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada panjang tongkol tanaman jagung manis ............................... 83
45. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
diameter tongkol tanaman jagung manis ....................................... 84
46. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada diameter tongkol tanaman jagung manis .............................. 84
47. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada diameter tongkol tanaman jagung manis .............................. 85
48. Data pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos pada
produksi per petak tanaman jagung manis .................................... 86
49. Uji Homogenisitas pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada produksi per petak tanaman jagung manis............................ 86
50. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian biourine kambing dan kompos
pada produksi per petak tanaman jagung manis............................ 87
51. Hasil Uji Korelasi Peubah Vegetatif, Generatif dan Kesehatan Tanah
melalui Uji Korelasi Pearson......................................................... 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur kerangka pemikiran ................................................................. 7
2. Denah petak percobaan ................................................................. 22
3. a. Pupuk Kompos yang diapalikasikan di petak pertanaman ........ 23
b. Pengaplikasian Pupuk Urea TSP dan KCl pada umur 2 MST .. 23
c. Pengaplikasian biourine pada umur 2 MST .............................. 23
4. a. Penyiraman tanaman jagung manis ........................................... 24
b. Penjarangan tanaman jaguang manis pada umur 2 MST .......... 24
c. Pembumbunan tanaman jagung manis pada umur 3 MST ........ 24
5. a. Proses pemanenan jagung manis ............................................... 25
b. Jagung manis yang siap panen .................................................. 25
6. a. Pengukuran diameter batang di bagian ujung batang ................ 26
b. Pengukuran diameter batang di bagian tengah batang .............. 26
c. Pengukuran diameter batang di bagian pangkal batang ............ 26
7. Pengamatan jumlah daun .............................................................. 26
8. a. Pengukuran tingkat kehijauan daun di bagian ujung daun ........ 27
b. Pengukuran tingkat kehijauan daun di bagian tengah daun ...... 27
c. Pengukuran tingkat kehijauan daun di bagian pangkal daun .... 27
9. Penimbangan bobot berangkasan basah ........................................ 27
10. Penimbangan bobot 5 tongkol berkelobot ..................................... 28
11. Pengukuran panjang tongkol jagung manis .................................. 28
12. Penimbangan bobot 5 tongkol tanpa kelobot ................................ 29
13. a. Pengukuran diameter tongkol di bagian ujung tongkol ............. 29
b. Pengukuran diameter tongkol di bagian tengah tongkol ........... 29
c. Pengukuran diameter tongkol di bagian pangkal tongkol ......... 29
14. a. Pengambilan sari jagung manis dengan handpresser ................ 30
b. Pengukuran obrix dengan Refraktometer .................................. 30
15. Penimbangan total produksi per petak lahan................................. 30
16. a. Pengolesan bagian bawah daun jagung dengan cat kuku .......... 32
b. Preparat daun jagung ................................................................. 32
c. Stomata tanaman jagung manis ................................................. 32
17. a. Tanaman jagung manis terkena bulai saat umur 25 HST .......... 48
b. Tanaman jagung manis terkena bulai saat umur 29 HST.......... 48
c. Tanaman jagung manis terkena bulai saat umur 45 HST .......... 48
18. a. Tanaman jagung manis terkena terkena serangan hawar daun
dan diberi Skor 1 ........................................................................ 49
b. Tanaman jagung manis terkena terkena serangan hawar daun
dan diberi Skor 2 ........................................................................ 49
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia jagung manis merupakan komoditas tanaman pangan terpenting
setelah tanaman padi. Tanaman jagung manis memiliki banyak manfaat selain
digunakan bahan pangan dan industri, tanaman jagung manis dapat dijadikan
sebagai pakan ternak, pupuk hijau, dan kayu bakar. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, produksi jagung manis di Lampung pada tahun 2014 sebesar 1,7 juta ton
dan di tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 1,5 juta ton (BPS, 2017).
Dengan melihat data tersebut maka produktivitas jagung manis tergolong rendah,
hal ini terjadi karena disebabkan berbagai macam faktor, salah satu faktor yaitu
menurunnya kondisi kesuburan tanah. Selain itu faktor genetik sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan
pemberian bahan organik seperti biourine dan pupuk kompos (Setiawan, 2003).
Menurut Badan Pengakajian Teknologi Pertanian Provinsi Lampung tahun 2012
penurunan produktivitas jagung manis salah satunya disebabkan oleh serangan
penyakit, seperti bulai dan hawar daun yang telah mewabah di beberapa daerah
sentra
2
pertanaman jagung seperti Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur,
Tanggamus dan Pesawaran. Pada tahun 2010, luas serangan penyakit pada
tanaman jagung manis tercatat seluas 599 ha dan pada tahun 2011 terjadi
peningkatan sebesar 1.138 ha.
Saat ini penggunaan bahan organik seperti pupuk kompos dan biourine sangat
penting dalam meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap penyakit, penggunaan pupuk kimia yang berlebih seperti Urea, ZA, SP36,
dan KCl dapat membuat tanah semakin terdegradasi, tanpa adanya penambahan
pupuk organik. Selain membuat tanah terdegradasi, pupuk kimia dapat membuat
mikroorganisme tanah menjadi mati, mengganggu keseimbangan unsur hara
dalam tanah dan dapat mengubah pH tanah. Pemberian biourine dan pupuk
kompos sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung manis, selain itu biourine dan pupuk kompos dapat dijadikan
pupuk alternatif pengganti pupuk kimia (Makkasau, 2006).
Pada umumnya limbah peternakan terdiri dari dua jenis yaitu berupa limbah padat
(feses) dan limbah cair (urine). Pupuk dari limbah peternakan, memiliki banyak
manfaat diantaranya adalah dapat menyediakan unsur hara di dalam tanah, sebagai
sumber bahan organik, dan dapat membantu memperbaiki struktur tanah.
Walaupun aplikasi pupuk kandang untuk mengembalikan hara ke tanah hanya
sebagian kecil, namun dalam jangka panjang aplikasi pupuk kandang akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap ekosistem lingkungan. Limbah cair
yang berasal dari peternakan umunya disebut biourine. Biourine merupakan
pupuk organik cair yang bersumber dari kotoran hewan seperti sapi, kambing,
kerbau atau kuda (Hidayatullah, 2005).
3
Menurut hasil penelitian Ferichani (2013) bahwa feses kambing mengandung N,
P, dan K masing-masing sebesar 0.65%, 0.22% dan 0.12%. Kandungan tersebut
bergantung pada bahan penyusun ransum, tingkat kelarutan nitrogen pakan, nilai
biologis ransum, dan kemampuan ternak untuk mencerna ransum. Produksi urine
kambing mencapai 0,6-2,5 L hari-1
dengan kandungan nitrogen 0,51-0,71%.
Variasi kandungan nitrogen tersebut bergantung pada pakan yang dikonsumsi,
tingkat kelarutan protein kasar pakan, serta kemampuan ternak untuk
memanfaatkan nitrogen asal pakan. Pada penelitian Pangaribuan et al (2017)
bahwa pupuk cair urine sapi yang diaplikasikan saat tanaman berumur 2, 4, 6 dan
8 MST dapat memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis, sehingga pupuk ini dapat dijadikan alternatif pengganti pupuk
kimia.
Selain menggunakan limbah cair, penggunaan pupuk kompos sangatlah penting
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Pupuk kompos
merupakan hasil penguraian yang belum sempurna bahan-bahan organik dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, aerobik maupun anaerobik. Sedangkan
pengomposan merupakan penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme
yang terjadi secara biologis. Pupuk kompos memiliki kandungan unsur hara yang
berbeda-beda bergantung pada jenis pupuk kompos yang akan digunakan. Pada
penelitian ini pupuk kompos yang akan digunakan adalah jenis pupuk kompos
Trichoderma sp., pupuk kompos kotoran ayam dan kompos daun, dengan
demikian jika pada suatu pertanaman kita menggunakan bahan-bahan organik dan
mengurangi bahan-bahan kimia maka, kita sudah menerapkan sistem pertanian
organik (Dermiyati, 2015).
4
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi biourine terhadap pertumbuhan,
produksi dan keparahan penyakit pada tanaman jagung manis.
2. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk kompos terhadap pertumbuhan,
produksi dan keparahan penyakit pada tanaman jagung manis.
3. Untuk mengetahui interaksi antara biourine dan pupuk kompos terhadap
pertumbuhan, produksi dan keparahan penyakit pada tanaman jagung manis.
1.3 Kerangka Pemikiran
Rendahnya produktivitas jagung manis di Indonesia membuat petani melakukan
berbagai macam cara untuk meningkatkan produksi jagung manis. Salah cara
yang digunakan petani untuk meningkatkan produksi jagung manis adalah dengan
cara pemupukan yang tepat, karena dengan adanya pemupukan, kesuburan tanah
akan terjaga dan terus meningkat. Pemberian pupuk pada tanaman jagung manis
dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik. Pupuk
anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan kimia yang memiliki
keunggulan dapat meningkatkan produksi dalam waktu yang relatif singkat. Akan
tetapi dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk tersebut sangat merusak
keseimbangan ekosistem lingkungan, dengan demikian, diperlukan pemberian
pupuk organik dengan penggunaan agensia hayati sehingga dapat menjaga
kesehatan tanah, meningkatkan kesuburan tanah, serta mampu meningkatkan
produktivitas tanaman jagung manis dan membuat tanaman jagung manis menjadi
tahan terhadap serangan penyakit.
5
Penggunaan biourine sebagai pupuk organik pada tanaman jagung manis dapat
meningkatakan pertumbuhan, produksi dan ketahanan jagung manis terhadap
penyakit. Hal ini terjadi karena biourine mengandung beberapa unsur hara seperti
N, P, K, Ca, Na, Fe, Mn, Zn, dan Cu. Selain itu biourine yang telah dilakukan
fermentasi memiliki kandungan 2,4 % unsur hara P, salah satu fungsi dari unsur
hara P bagi tanaman adalah untuk membuat tanaman menjadi tahan terhadap
serangan penyakit, seperti penyakit bulai jagung. Biourine juga mengandung
hormon Indole Acetic Acid, yang memiliki banyak manfaat seperti merangsang
perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang
pembentukan akar lateral dan merangsang terjadinya proses diferensiasi. Oleh
karenanya pemberian biourine sangat diperlukan untuk meningkatkan
pertumbuhan, produksi dan ketahanan jagung manis terhadap penyakit (Mirna,
2013).
Selain menggunakan biourine peningkatan hasil produksi tanaman jagung manis
dapat dilakukan dengan penambahan pupuk kompos sebagai pupuk organik yang
berbentuk padat. Pupuk kompos merupakan pupuk yang mengalami proses
dekomposisi, yang disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme. Azotobacter sp
merupakan salah satu contoh bakteri penambat N non-simbiotik yang berada di
dalam pupuk kompos. Bakteri ini berperan memperkaya unsur N, menghasilkan
enzim Nitrogenase dan menghasilkan hormon tumbuh yang dapat digunakan
untuk semua jenis tanaman. Selain itu pupuk kompos yang dicampurkan dengan
jamur Trichoderma sp. dapat menguraikan bahan organik secara sempurna,
sehingga unsur hara yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman.
Kemampuan lain yang dimilliki oleh jamur Trichoderma sp. adalah dapat
mengendalikan patogen tular tanah (Dermiayati, 2015).
6
Interaksi antara biourine dan pupuk kompos diharapkan mampu meningkatkan
pertumbuhan, produksi tanaman jagung manis dan ketahanan terhadap penyakit.
Sehingga produksi maksimal secara berkesinambungan akan terus terjaga. Selain
itu penggunaan dosis yang tepat diharapkan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman. Setelah proses pemananen selesai, efektivitas pemupukan
dengan biourine dan pupuk kompos dapat diketahui, dengan demikian bagan
kerangka pemikiran (Gambar 1) dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
7
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran
Pupuk Organik Padat
(Pupuk Kompos)
Jagung Manis
Rendahnya produktivitas jagung
manis secara nasional maupun lokal
Disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah,
ketergantungan petani terhadap penggunaan
pupuk anorganik dan serangan penyakit.
Pemupukan Secara
Organik
Pupuk Organik Cair
(Biourine)
Kombinasi
Aplikasi
Dapat memperbaiki produktivitas lahan, meningkatkan pertumbuhan dan
produksi, dapat menjadi alternatif pengganti pupuk anorgaik serta mampu
membuat tanaman menjadi tahan terhadap serangan penyakit.
8
1.4 Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat dirumuskan dari uraian kerangka pemikiran adalah
sebagai berikut :
1. Pemberian biourine dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan
membuat tanaman jagung manis menjadi tahan terhadap serangan penyakit.
2. Pemberian pupuk kompos dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan
membuat tanaman jagung manis menjadi tahan terhadap serangan penyakit.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara biourine dan pupuk kompos terhadap
pertumbuhan, produksi dan ketahanan tanaman jagung manis terhadap
serangan penyakit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung Manis (Zea mays)
Jagung manis merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati
masyarakat karena rasanya yang lebih manis dibandingkan jagung biasa serta
mengandung karbohidrat tertinggi kedua, setelah beras. Jagung manis atau sweet
corn sebenarnya baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia. Umur produksinya
lebih genjah, yaitu 70-80 hari. Secara morfologi, tanaman jagung manis
merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan bunga jantan dan bunga
betina terpisah pada satu tanaman. Bunga jantan pada jagung manis memiliki
beberapa malai dengan spikelet-spikelet yang akan membuka saat bunga telah
masak. Penyerbukan pada tanaman jagung manis termasuk penyerbukan terbuka
(open pollinated). Tanaman jagung manis juga memiliki 2 bagian, yaitu bagian
vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif diantaranya yaitu batang, daun, dan akar.
Sedangkan bagian generatif yaitu bunga dan buah (Syukur, 2013).
Morfologi tanaman jagung manis tidak hanya dilihat dari bunga, tetapi juga dari
bagian tanaman lainnya. Akar tanaman jagung manis merupakan akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman rata-rata 8 m. Pada tanaman yang sudah dewasa,
akan muncul akar adventif pada buku-buku batang bawah yang berfungsi untuk
membantu menyangga tubuh tanaman. Batang jagung tumbuh tegak dan tidak
banyak mengandung lignin serta beruas-ruas dan terbungkus pelepah daun.
10
Pada tanaman jagung manis akar adventif akan muncul pada buku-buku batang
bawah yang berfungsi untuk membantu menyangga tubuh tanaman. Batang
jagung tumbuh tegak dan tidak banyak mengandung lignin serta beruas-ruas dan
terbungkus pelepah daun. Kemudian pada daunnya bertulang daun sejajar,
permukaan daunnya ada yang licin dan ada pula yang berbulu. Setiap stomata
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Selanjutnya biji tanaman jagung
manis. Biji tanaman jagung manis terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel,
endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting saat
pemanenan (Marvelia, 2006).
Jagung manis merupakan tanaman C4 yang dapat tumbuh baik pada berbagai
macam tanah. Namun seperti tanaman pada umumnya, tanaman jagung manis
juga memerlukan drainase dan aerasi tanah yang baik. Tanah dengan kemasaman
5,5 – 7,0 merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan jagung manis. Tanah
lempung berdebu merupakan tekstur tanah yang paling baik untuk pertumbuhan
jagung manis. Tanaman jagung harus mendapatkan cahaya yang cukup dan tidak
ternaungi. Bila tidak mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, produktivitas
tanaman jagung manis akan berkurang. Selain itu curah hujan dan kelembaban
juga berpengaruh pada pertumbuhan jagung manis. Suhu optimum untuk tanaman
jagung yaitu 23 – 27oC (Permanasari, 2012).
11
2.2 Biourine Kambing.
Biourine merupakan pupuk organik cair yang berasal dari ternak ruminansia
seperti sapi, kebau, kambing dan kuda yang dalam pengapalikasiannya harus
mengalami proses fermentasi. Umunya urine kambing sebelum difermentasikan
bewarna coklat ke kuning-kuningan, memiliki aroma yang masih berbau urine,
tetapi setelah difermentasikan warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman
dan sudah tidak berbau urine. Pupuk cair urine kambing memiliki kandungan
unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran padatnya dan
merupakan sumber hara yang sangat potensial (Tabel 1). Selain mengandung
unsur hara N, P dan K pupuk cair urine kambing juga mengandung hormon
terdapat Indole Acetic Acid sebanyak 704,26 mg L-1
(Mirna, 2013).
Dalam pengaplikasiannya ke tanaman budidaya seperti jagung manis, biourine
harus mengalami proses fermentasi selama kurang lebih, satu atau dua minggu.
Hal ini dilakukan agar menghilangkan aroma tak sedap dari biourine, yang dapat
menimbulkan polusi udara. Selain itu proses fermentasi pada biourine juga dapat
meningkatkan pH, dan dapat meningkatkan unsur hara yang terkandung di
biourine tersebut seperti N, P, K, Ca, Na, Fe, Mn, Zn, dan Cu (Mirna, 2013).
Menurut hasil penelitian bahwa pemberian biourine dengan 10 kali pengenceran
dapat meningkatkan produksi jagung manis yaitu 5 ton ha-1
. Hal ini terjadi karena
biourine mengandung unsur hara N yang lebih tinggi dari pupuk padat, sehingga
lebih mudah diabsorpsi oleh tanaman. Selain itu, kandungan unsur K, Mg, dan S
yang banyak terdapat pada biourine sangat baik terhadap pembentukan jaringan
tanaman. Pada pengenceran yang lebih rendah yaitu 4 atau 6 kali memiliki
12
kemungkinan kadar unsur yang dikandung biourine menjadi lebih pekat sehingga
konsentrasi pada pengenceran ini lebih tinggi. Sedangkan pada pengenceran 10
kali, sesuai dengan kebiasaan petani, kemungkinan besar ini merupakan
konsentrasi yang optimal untuk memberikan hasil pertumbuhan dan produksi
yang baik bagi tanaman jagung manis (Karida, 2000).
2.3 Pupuk Kompos.
Pada penelitian ini terdapat tiga jenis pupuk kompos yang akan digunakan
diantaranya adalah kompos daun, kompos Trichoderma sp., dan kompos kotoran
ayam. Berikut adalah penjelasaanya :
2.3.1 Kompos Daun.
Daun merupakan bagian terpenting pada tanaman yang berfungsi sebagai tempat
fotosintesis. Pada tanaman, daun akan mengalami proses penuaan sehingga
membuat daun menjadi gugur dan menjadi sampah yang bermanfaat. Sampah
dedauanan kering yang telah gugur sangat membantu untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman jika telah melalui proses dekomposisi. Di alam proses
pengomposan akan berlangsung dengan sendirinya dan membutuhkan waktu
yanag lama, namun dengan adanya bantuan mikroorganisme proses pengomposan
akan menjadi lebih cepat (Nur, 2016).
Daun tanaman yang telah mengalami proses dekomposisi akan sangat bermanfaat
sebagai mulsa bagi tanaman. Apabila sisa-sisa daun digunakan sebagai mulsa,
maka sisa-sisa daun tersebut akan mengontrol kehilangan air melalui evaporasi
13
dari permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat mencegah erosi tanah. Pada
dasarnya prinsip pengomposan daun, adalah menurunkan C/N rasio bahan organik
sehingga sama dengan tanah. Semakin tingginya C/N rasio bahan organik maka
proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Sehingga
diperlukan mikroorganisme yang mampu mempercepat proses pengomposan
(Trivana, 2017).
Pada umumnya bakteri yang digunakan untuk mempercepat proses pengomposan
pada daun adalah EM4 (Effective Microorganism). EM4 merupakan bahan yang
mengandung beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses
fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari bakteri
fotosintesis (Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat, ragi (Sacharomices
sp.), Actinomycetes, dan Aspergillus sp. EM4 (Effective Microorganism) dapat
meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan
unsur hara untuk tanaman, dapat meningkatkan produksi dan mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Condor, 2007).
2.3.2 Kompos Trichoderma sp.
Kompos Trichoderma sp. merupakan salah satu contoh bentuk pupuk organik
yang berasal dari jamur antagonis yaitu Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp.
memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama
penyakit tanaman, karena jamur ini bersifat sebagai agensia hayati dan bersifat
antagonis terhadap patogen tanaman. Dalam proses pembuatan kompos
Trichoderma sp., semua bahan organik seperti pupuk kandang, jerami dan zeolit
14
yang telah mengalami pengomposan disebut dengan Trichokompos. Selain
sebagai agensia hayati, pupuk kompos Trichoderma sp. dapat berfungsi sebagai
organisme pengurai dan stimulator pertumbuhan tanaman. Dalam dunia pertanian
ada beberapa spesies Trichoderma sp. telah dilaporkan sebagai agensia hayati
seperti Trichoderma harzianum, Trichoderma viridae, dan Trichoderma konigii.
Jika pupuk Trichoderma sp. diaplikasikan ke dalam areal pertanaman maka dapat
disebut biodekomposer, yaitu merupakan suatu proses mendekomposisi bahan
organik seperti sampah dedaunan dan ranting pohon menjadi kompos yang
berkualitas (Setyadi, 2017).
Trichoderma sp. merupakan salah satu contoh fungi bersifat saprofit yang
memiliki kemampuan menyerang patogen dan menguntungkan bagi tanaman
budidaya. Habitat Trichoderma sp. dapat di temui pada semua jenis tanah,
sehingga dengan kemampuan yang dimilki Trichoderma sp. dapat dimanfaatkan
sebagai agensia hayati pengendali patogen tanah. Pada umunya cendawan
Trichoderma sp. hidup di pH 4-5. Selain itu Trichoderma sp. memiliki
kemampuan dapat menekan jamur patogen pada tanah masam. Jamur
Trichoderma sp. dapat diperbanyak dengan media PDA (Potato Dextrose Agar)
dan jika dilihat secara mikroskopis hifa dan konidiospronya berbentuk seperti
buah anggur (Gusnawaty, 2014).
Dalam mengendalikan patogen, jamur Trichoderma sp. memiliki mekanisme
sebagai mikoparasit dan antibiosis. Hal inilah yang membuat jamur Trichoderma
sp. dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari cendawan lain, selain itu jamur
Trichoderma sp. dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan cendawan lain.
15
Jamur Trichoderma sp. selain mudah diisolasi, juga memiliki beberapa kelebihan
seperti memiliki daya adaptasi yang luas, dapat tumbuh pada berbagai substrat
dan memiliki kisaran mikroparasitisme yang tinggi. Dengan demikian aktivitas
jamur Trichoderma sp. di dalam tanah dapat bekerja sebagai kompetitor yang
baik, sehingga mampu menekan aktivitas patogen tular tanah (Arwiyanto, 2003).
Dalam proses pengomposan jamur Trichoderma sp. memiliki enzim
celobiohidrolase, endoglikonase dan glokosidase yang bekerja secara sinergis
sehingga proses penguraian dapat berlangsung lebih cepat dan intensif. Hal inilah
yang dapat membuat kompos menjadi lebih cepat matang dan dapat memperbaiki
kualitas kompos. Disamping sebagai pengendali hayati, kompos Trichoderma sp.
dapat memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman, pertumbuhan
tanaman dan hasil tanaman. Keunggulan lain yang dimiliki kompos Trichoderma
sp. yaitu tidak menghasilkan racun atau toksin, ramah lingkungan, tidak
mengganggu organisme lain terutama yang berada di dalam tanah dan tidak
meninggalkan residu di dalam tanaman maupun tanah. Kompos Trichoderma sp.
memiliki kandungan unsur hara yang berbeda-beda, hal ini didasarkan atas asal
bahan organiknya, berikut adalah kandungan unsur haranya (Kusuma, 2016) :
Tabel 1. Perbedaan kandungan hara pada beberapa hewan ternak.
NO Nama Ternak Nitrogen (%) Fosfor (%) Kalium (%) Air (%)
1 Kuda 1,70 3,90 4,00 90
2 Kerbau 0,70 2,5 0,40 92
3 Sapi 0,50 2,50 0,50 92
4 Kambing 1,50 0,13 1,80 85
5 Babi 0,40 0,10 0,45 87
6 Ayam 1,00 9,5 0,3 83
Sumber : Kusuma, 2016.
16
2.3.3 Kompos Kotoran Ayam.
Kotoran ayam merupakam limbah padat yang berasal dari ayam petelur maupun
ayam pedaging, sehingga komposisi kotoran sangat bervariasi bergantung pada
sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu
dan kelembaban. Kotoran ayam yang telah terdekomposisi akan menjadi pupuk
kompos yang memiliki banyak manfaat seperti dapat memberikan dampak positif
terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang kotoran
ayam dapat terdekomposisi dengan cepat apabila dibantu aktivator seperti
Effective Mikroorganisme (EM4). Hal ini terjadi karena EM4 mengandung
mikroba seperti Bakteri Asam Laktat Lactobacillus, dan Bakteri Fotosintetik,
Streptomyces sp. Menurut hasil penelitian pengomposan dan inkubasi selama 20
hari dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Siburian,
2007).
Menurut Biswas (2014) bahwa pemberian pupuk kompos kotoran ayam dapat
memperbaiki struktur tanah, dapat menyediakan unsur hara organik dan dapat
memperkuat akar tanaman jagung manis. Hal ini terjadi karena pupuk kompos
kotoran ayam mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfor (P),
Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Belerang (S). Selain itu pupuk
kompos kotoran ayam yang mudah tersedia, membuat petani menjadikan pupuk
kompos kotoran ayam sebagai pupuk organik. Kandungan lain yang berasal dari
sisa pakan dan selulosa yang tidak dicerna berupa protein, karbohidrat, lemak
senyawa organik dan sebagai sumber Nitrogen, sehingga membuat kebutuhan
unsur hara pada tanaman tercukupi (Ammanullah, 2007).
17
Secara rinci pupuk kompos kotoran ayam mengandung, 1,0 – 2,1 % N;
8,9 – 10,01 % P; dan 0,4 % K. Pupuk kompos kotoran ayam merupakan pupuk
kandang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pupuk kompos yang berasal
dari ternak ruminansia. Hal ini terjadi karena feses yang dihasilkan dari ayam
petelur maupun ayam pedaging sama sekali tidak mengadung biji gulma, berbeda
dengan feses yang berasal dari kotoran ternak ruminansia sangat banyak
mengandung biji gulma. Jika dilihat dari kandungan unsur haranya pupuk kompos
kotoran ayam dinilai sangat berpotensi sebagai bahan baku pupuk organik yang
dapat membuat pertumbuhan dan produksi tanaman terus meningkat, sehingga
dapat mensejahterakan kehidupan petani (Ammanullah, 2007).
2.4 Penyakit Bulai Jagung (Peronosclerospora sp.)
Penyakit bulai pada tanaman jagung manis merupakan penyakit utama yang
membuat produksi menurun drastis, sehingga menyebabkan gagal panen pada
area pertanaman jagung manis. Di Indonesia penyakit bulai telah menyebar di
semua provinsi, seperti Sulawesi, Kalimantan, Jawa, dan Medan. Penyakit bulai
pada tanaman jagung disebabkan oleh jamur Peronosclerospora sp. Jamur ini
memiliki beberapa spesies diantaranya adalah Peronosclerospora maydis,
Peronosclerospora philippinensis, dan Peronosclerospora sorghi. Jamur ini
merupakan parasit obligat yang ditularkan melalui angin dan dalam
perkembangannya jamur ini menyukai suhu hangat, serta kelembapan yang tinggi
yaitu lebih dari 95% (Syukur, 2013).
18
Tanaman jagung manis yang terkena serangan penyakit bulai dicirikan dengan
daun bagian bawah terdapat lapisan putih berupa konidiofor dan konidium yang
akan terlihat saat pagi hari. Pada tanaman yang terserang penyakit bulai terdapat
klorotik yang sejajar dengan tulang daun dan dibatasi oleh daun yang sehat serta
daun yang sakit. Selain itu tanaman yang terkena serangan penyakit bulai
pertumbuhannya akan terhambat, tongkol tidak akan terbentuk, daun akan
menggulung dan bunga jantan akan mengalami malformasi. Umumnya penyakit
ini akan menyerang tanaman jagung yang berumur 1 – 30 HST (Rustiani, 2015).
2.5 Penyakit Hawar Daun Jagung (Helminthosporium turcicum).
Dalam pertumbuhannya tanaman jagung manis akan terserang penyakit jika
dipengaruhi suhu dan kelembapan udara. Penyakit hawar daun tanaman jagung
merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung manis. Tanaman
jagung yang terserang berat oleh Helminthosporium turcicum. dapat terjadi pada
musim hujan dan pada tanah yang banyak nitrogen dan kekurangan. Penyakit ini
dapat menyebar dengan cepat oleh bantuan angin. Penyakit Helminthosporium
turcicum menyukai kelembapan udara antara 97 - 98% dan suhu berkisar antara
20 - 30oC (Syukur, 2013).
Tanaman jagung yang terkena serangan penyakit ini dicirikan yaitu pada daun
jagung terdapat bercak basah, berbentuk kecil, oval atau memanjang teratur.
Bercak menjadi luas (hawar) dan nekrotik (kering), warna bercak hijau keabua-
buan atau kuning dikelilingi coklat atau coklat tua. Panjang hawar berkisar
2,5 - 15 cm, bercak pertama muncul pada daun bagian bawah dekat permukaan
19
tanah (daun tua) kemudian berkembang menuju daun atas (daun muda). Pada
serangan berat, tanaman jagung cepat mati atau mengering. Cendawan ini tidak
menginfeksi bagian tongkol atau kelobot. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam pengendalian maupun mengurangi serangan patogen Helminthosporium
turcicum adalah dengan menggunakan benih yang tahan (Irawani, 2017).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada April 2018 sampai dengan Juli 2018 di Lahan
percobaan yang berlokasi di Kelurahan Kota Sepang, Kecamatan Labuhan Ratu,
Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Secara geografis, lokasi ini berada
pada koordinat 105° 15’ 23” s.d. 105° 15’ 82” BT dan 5° 21’ 86” s.d. 5° 22’ 28”
LS. Lahan penelitian ini memiliki tanah dengan ordo Ultisol.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, koret, roll meter, mistar, jangka sorong,
timbangan, oven, pisau, golok, patok, spidol, tali plastik, kantong plastik, karung,
alat tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih
jagung manis varietas IPB SD3 Dramaga (Lampiran 1), biourine dan pupuk
kompos yang terdiri dari kompos daun, kompos Trichoderma sp dan kompos
kotoran ayam (Lampiran 2 dan 3).
21
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua
faktor. Faktor pertama yaitu tanpa dan dengan biourine sapi 10 ml L-1
. Fakor
kedua yaitu tanpa kompos, kompos daun, kompos Trichoderma sp dan kompos
kotoran ayam (Tabel 2). Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga didapat
24 satuan percobaan. Data yang diperoleh diuji homogenitas ragam, dengan
menggunakan uji-Bartlett dan aditivitas data diuji dengan menggunakan uji
Tukey. Jika asumsi terpenuhi, dilakukan analisis sidik ragam dan pemisahan nilai
tengah dengan uji Beda Nyata Jujur (BNT) 5%.
Tabel 2. Perlakuan dalam penelitian.
Perlakuan Konsentrasi
Biourine
Dosis
Pupuk Kompos
B1 K0 0 ml L-1
0 ton ha-1
B1 K1 0 ml L-1
20 ton ha-1
B1 K2 0 ml L -1
20 ton ha-1
B1 K3 0 ml L -1
20 ton ha-1
B2 K0 10 ml L -1
0 ton ha-1
B2 K1 10 ml L -1
20 ton ha-1
B2 K2 10 ml L -1
20 ton ha-1
B2 K3 10 ml L -1
20 ton ha-1
Keterangan :
B1: Tanpa Biourine (0 ml L -1
); B2: Menggunakan Biourine (10 ml L -1
);
K0: Tanpa Kompos (0 ton ha-1
); K1: Kompos Daun (20 ton ha-1
)
K2: Kompos Trichoderma sp (20 ton ha-1
); K3: Kompos Kotoran Ayam (20 ton ha-1
).
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
22
3.4.1. Penyiapan Lahan, Pembuatan Petak Percobaaan dan Penanaman
Benih Jagung Manis Pengolahan lahan diawali dengan melakukan pembersihan lahan dari gulma yang
tumbuh. Setelah bersih lahan digemburkan dengan menggunakan cangkul
sedalam 15 - 20 cm. Setelah tanah diolah secara merata, dibuat petak percobaan
dengan ukuran 3 x 3 m², dengan jarak antar petakan 50 cm. Jumlah petak
percobaan ada delapan perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat
24 petak percobaan. Pembuatan petak percobaan dilahan dapat dilihat pada
(Gambar 2). Dalam satu petakan dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 70 x 20
cm, sehingga didapat 60 lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal
kemudian dimasukkan 2 benih jagung manis per lubang tanam
Gambar 2. Denah petak percobaan
B1 K3
B2 K0
B1 K0
B1 K1
B1 K2
B1 K2
B2 K2
B2 K1
B2 K
B1 K0
B2 K3
B2 K2
B2 K1
B1 K3
B2 K0
B1 K1
B1 K2
B2 K1
B2 K3
B1 K0
B2 K2
B2 K0
B1 K1
B1 K3
Blok 3 Blok 2 Blok 1
U
23
3.4.2. Aplikasi Pupuk
Pupuk kompos akan diaplikasikan dengan cara disebar secara merata pada
perlakuan yang telah ditentukan (Gambar 3a) dan diaplikasikan seminggu
sebelum tanam dengan dosis 20 ton ha-1
sehingga masing-masing perlakuan
pupuk kompos membutuhkan 18 kg petak-1
(Lampiran 5). Biourine diaplikasikan
pada 2, 4, 6, dan 8 MST, dengan cara disemprotkan ke seluruh bagian tanaman
dengan tank sprayer (Gambar 3c). Konsentrasi yang digunakan saat aplikasi
biourine adalah 10 ml L-1
, sehingga kebutuhan tiap petak biourine adalah sama,
namun tiap MST kebutuhan biourine berbeda, hal ini disesuaikan dengan kondisi
pertumbuhan tanaman (Lampiran 7). Untuk pupuk dasar diberikan pupuk Urea,
TSP dan KCl dengan cara ditugal (Gambar 3b). Dosis pupuk Urea TSP dan KCl
masing-masing adalah 135 g petak-1
, 105 g petak-1
dan 90 g petak-1
(Lampiran 6).
Gambar 3. (a). Pupuk Kompos yang diapalikasikan di petak pertanaman .
(b). Pengaplikasian Pupuk Urea TSP dan KCl pada umur 2 MST.
(c). Pengaplikasian Biourine pada umur 2 MST
a b
c
24
3.4.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan ke tanaman jagung manis pada saat penelitian yaitu
pengairan, penyiangan, penjarangan, pembumbunan. Pengairan dilakukan setiap
hari pada tanaman jagung yang berusia satu hingga empat minggu (Gambar 4a).
Pada fase pembungaan dan pembentukan biji, pengairan perlu dilakukan secara
intensif. Penyiangan gulma rutin dilakukan saat tanaman berusia satu hingga
empat minggu. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST,
sehingga tersisa satu tanaman sehat. Penjarangan dilakukan dengan cara
memotong bagian batang bawah tanaman tepat berada di permukaan tanah dengan
menggunakan gunting (Gambar 4b). Pembumbunan dilakukan saat tanaman
berumur 4 MST dengan cara menimbun akar tanaman jagung yang naik ke atas
permukaan dengan menggunakan tanah (Gambar 4c).
Gambar 4. (a). Penyiraman tanaman jagung manis .
(b). Penjarangan tanaman jaguang manis pada umur 2 MST.
(c). Pembumbunan tanaman jagung manis pada umur 3 MST.
b
c
a
25
3.4.4. Panen
Pemanenan dilakukan tanggal 8 Juli 2018 saat tanaman jagung manis berumur 75
HST (Gambar 5a). Jagung manis yang siap panen ditandai oleh rambutnya yang
telah berwarna coklat kehitaman, kering dan tidak dapat diurai, ujung tongkol
sudah terisi penuh, warna biji kuning mengkilat (Gambar 5b).
Gambar 5. (a). Proses pemanenan jagung manis.
(b). Jagung manis yang siap panen.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi, diameter batang
(mm), jumlah daun (helai tanaman-1
), tingkat kehijauan daun, bobot brangkasan
basah (kg tanaman-1
), bobot 5 tongkol berkelobot (kg), bobot 5 tongkol tanpa
kelobot (kg), produksi jagung manis (kg petak-1
), panjang tongkol (cm), diameter
tongkol (mm), indeks kemanisan jagung (obrix), keparahan penyakit (%), dan
pengamatan jumlah stomata daun.
a b
26
3.5.1. Diameter Batang
Diameter batang diukur pada batang, 10 cm di atas permukaan tanah setelah tassel
muncul. Pengukuran diameter batang dilakukan tanggal 19 Juni 2018 saat
tanaman berumur 56 HST dan tiga bagian yang diukur adalah bagian ujung
batang, tengah batang, dan pangkal batang (Gambar 6a, 6b, dan 6c). Satuan
pengukuran adalah milimeter (mm).
Gambar 6. (a). Pengukuran diameter batang di bagian ujung batang .
(b). Pengukuran diameter batang di bagian tengah batang.
(c). Pengukuran diameter batang di bagian pangkal batang.
3.5.2. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah daun yang sudah terbuka
sempurna pada umur 21, 28, 35, 42 dan 49 HST (Gambar 7).
Gambar 7. Pengamatan jumlah daun tanaman
a b c
=
27
3.5.3. Tingkat Kehijauan Daun
Pengukuran tingkat kehijauan daun dilakukan dengan menggunakan alat Minolta
SPAD. Bagian daun yang diukur adalah ujung, tengah, dan pangkal daun,
kemudian nilai yang diperoleh ditentukan rata-ratanya (Gambar 8a, 8b,dan 8c).
Pengukuran dilakukan sekali saat tanaman mencapai umur vegetatif maksimal,
pada tanggal 5 Juni 2018 saat tanaman berumur 46 HST .
Gambar 8. (a). Pengukuran tingkat kehijauan daun di bagian ujung daun.
(b). Pengukuran tingkat kehijauan daun di bagian tengah daun.
(c). Pengukuran tingkat kehijauan daun di bagian pangkal daun.
3.5.4 Bobot Brangkasan Basah
Penimbangan bobot segar brangkasan tanaman dilakukan pada hari panen tanggal
8 Juli 2018 saat tanaman berumur 75 HST, penimbangan dilakuakan dengan cara
menimbang seluruh bagian tanaman, kecuali biji dan akar tanaman (Gambar 9).
Gambar 9. Penimbangan bobot berangkasan basah.
a b c
=
28
3.5.5. Bobot 5 Tongkol Berkelobot
Penimbangan bobot tongkol berkelobot dilakukan pada hari panen tanggal 8 Juli
2018 saat tanaman berumur 75 HST dan diperoleh dengan cara menimbang 5
tongkol jagung manis berkelobot dengan timbangan manual (Gambar 10). Satuan
pengukuran adalah kilogram (kg).
Gambar 10. Penimbangan bobot 5 tongkol berkelobot.
3.5.6. Panjang Tongkol
Pengukuran panjang tongkol dilakukan pada hari panen. Tongkol jagung diukur
dengan menggunakan meteran jahit saat panen yaitu tanggal 8 Juli 2018 saat
tanaman berumur 75 HST dan pengukuran dimulai dari pangkal muncul biji
sampai ujung tongkol (Gambar 11). Satuan pengukuran adalah centimeter (cm).
Gambar 11. Pengukuran panjang tongkol jagung manis.
29
3.5.7. Bobot 5 Tongkol Tanpa Kelobot
Penimbangan bobot tongkol tanpa kelobot dilakukan tanggal 8 Juli 2018 saat
tanaman berumur 75 HST dan diperoleh dengan cara menimbang 5 tongkol
jagung manis tanpa kelobot dengan menggunakan timbangan manual (Gambar
12). Satuan pengukuran adalah kilogram (kg).
Gambar 12. Pengukuran panjang tongkol jagung manis.
3.5.8. Diameter Tongkol
Diameter tongkol diukur dengan menggunakan jangka sorong pada tiga bagian
yaitu pada pangkal, tengah dan ujung tongkol (Gambar 13a, 13b, dan 13c). Satuan
pengukuran adalah milimeter (mm).
Gambar 13.(a). Pengukuran diameter tongkol di bagian ujung tongkol.
(b). Pengukuran diameter tongkol di bagian tengah tongkol.
(c). Pengukuran diameter tongkol di bagian pangkal tongkol.
a b c
=
30
3.5.9. Indeks Kemanisan Jagung
Kadar padatan total terlarut (PTT) pada jagung manis (obrix) diukur dengan
menggunakan alat Refraktometer. Penggunaannya dengan cara meneteskan sari
biji jagung manis yang diperoleh ke alat Refraktometer dan dicatat hasil
pengukurannya (Gambar 14a dan 14b) .
Gambar 14.(a). Pengambilan sari jagung manis dengan handpresser.
(b). Pengukuran obrix dengan Refraktometer.
3.5.10. Produksi Jagung Manis Per Petak Lahan
Total produksi dihitung pada saat jagung manis dipanen dengan cara menghitung
total bobot tongkol per petak lahan (Gambar 15). Satuan pengukuran adalah
kilogram (kg).
Gambar 15. Penimbangan total produksi.
a b
31
3.5.11. Keparahan Penyakit
Latifahani (2014) menyatakan bahwa keparahan penyakit pada tanaman dapat
dihitung dengan bantuan berupa skor/skala penyakit. Penyakit diberi skor sesuai
dengan tingkat keparahan penyakit yang terjadi. Semakin berat penyakit maka
semakin tinggi skor yang diberikan dan sebaliknya. Angka yang diberikan untuk
menggambarkan intensitas penyakit dapat disebut skala penyakit. Skala penyakit
(Tabel 3) yang dipakai adalah skala penyakit yang terdiri dari 5 kategori sebagai
berikut :
Tabel 3. Keparahan Penyakit
Tingkat
Serangan Pada Daun
Keterangan
Skor/
Nilai
Daun Tanaman Sehat Tidak terdapat gejala di daun tanaman 0
Ringan Gejala timbul sampai 10% luas/volume
daun tanaman 1
Agak Parah Gejala terjadi pada lebih 10% sampai
25% daun tanaman 2
Parah Gejala terjadi pada lebih 25% sampai
50% daun tanaman 3
Sangat Parah Gejala terjadi pada lebih 50% atau daun
tanaman mati 4
Setelah skor semua tanaman sampel sudah diketahui, keparahan penyakit dihitung
dengan menggunakan rumus berikut :
PP = ∑
Keterangan : PP = Keparahan penyakit (%)
n = Jumlah daun tanaman dengan skor tertentu
N = Jumlah seluruh daun tanaman yang diamati (sampel)
V = Skor atau skala tertinggi
3.5.12. Pengamatan Stomata Daun.
Pengamatan stomata dilakukan pada saat tanaman jagung manis berumur 8 MST
tepatnya tanggal 28 Juni 2018 dengan mengamati epidermis bawah . Pembuatan
preparat untuk pengamatan stomata dilakukan dengan metode replika (Haryanti,
32
2010) yaitu permukaan bawah daun diolesi cat kuku dan dibiarkan mengering.
Kemudian cat kuku dikelupas menggunakan selotip dan diletakan di atas kaca
preparat. Untuk pengamatan jumlah stomata, preparat diamati dibawah mikroskop
binokuler yang telah terhubung di komputer, lalu dilakukan perbesaran 40 kali
(Gambar 16c). Anatomi yang diamati adalah jumlah stomata yang dihitung secara
manual, dengan tiga bagian yang diamati jumlah stomatanya yaitu di bagian ujung
daun tengah daun dan pangkal daun. Setelah didapat jumlah stomata daunnya
maka dikalikan dengan luas daun tanaman jagung, dimana luas daun tanaman
jagung didapatkan dengan cara menjumlahkan luas sisi bagian daun yang
berbentuk persegi panjang dengan luas sisi segitiga.
Tanaman jagung merupakan golongan tanaman monokotil, sehingga memiliki
susunan bentuk stomata daun yang beraturan dan mudah untuk diamati. Bagian
daun jagung yang diamati stomatanya adalah bagian bawah permukaan daun
jagung, karena dibagian tersebut letak stomata daun jagung (Gambar 16a dan
16b). Pada saat pengamatan daun yang diambil untuk diamati stomatanya adalah
daun ke 4 atau ke 5, karena pada bagian ini pertumbuhan daun jika dilihat dari
umur tanaman 8 MST sudah cukup optimal.
a b
33
Gambar 16.(a). Pengolesan bagian bawah daun jagung dengan cat kuku.
(b). Preparat daun jagung.
(c). Stomata tanaman jagung manis.
c
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pemberian biourine kambing dengan konsentrasi 10 ml L-1
mampu
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
2. Pemberian pupuk kompos kotoran ayam dengan dosis 20 ton ha-1
mampu
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Dan
pemberiaan pupuk kompos Trichoderma dengan dosis 20 ton ha-1
menunjukkan intensitas serangan penyakit terendah hanya sebesar 4 %.
3. Pemberian pupuk kompos ayam dengan dosis 20 ton ha-1
dan pemberian
biourine kambing dengan konsentrasi 10 ml L-1
serta interaksinya
menunjukkan hasil pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis
mencapai 11,49 kg / 9 m2 atau setara dengan 15,3 ton ha
-1.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap biourine kambing dan pupuk kompos dengan dosis
yang beragam sehingga dosis yang optimal dapat diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Amanullah, A., Somasundaram, K., Vaiyapuri and Sathyamoorthi, K., 2007.
Poultry Manure To Crops A Review. Journal Agric Rev. 8 (3): 216-222.
Aprillia, T. 2018. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Mulsa Jerami
terhadap Pertumbuhan, Produksi, serta Kandungan Hara N Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata). Skripsi. Universitas Lampung.
Lampung.
Arwiyanto, T. 2003. Pengendalian Hayati Penyakit Layu Bakteri Tembakau.
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 3(1): 54-60.
Biswas, S., Ali, N., Goswami, R., and Chakraborty, S. 2014. Soil Health
Sustainability and Organic Farming: A review. Journal of Food
Agriculture and Environment. 12 (3): 237-243
Budiyanto, A., Supriyadi, T., dan Harieni, S. 2017. Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays Saccharata Strut). Jurnal Agrineca. 17 (1): 1-14
BPS. 2017. Produksi Jagung Indonesia. Badan Pusat Statistik dan Ditjen
Tanaman Pangan. Jakarta.
BPTP. 2012. Luas Keparahan Penyakit Bulai. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Lampung
Condor, A.F., Perez, P.B., and Lokare, C. 2007. Effective Microorganisms: Myth
or Reality. Journal Revista Peruana de Biología. 14(2): 315-319
Dermiayati, 2015. Sistem Pertanian Organik Berkelanjutan. Pantaxia.
Yogyakarta.
Ferichani, M. 2013. The Potential of Ettawa Goat Manure and Urine Management
to support the Productive and Sustainable Farming. Journal of Crop and
Weed 9(2): 76-80.
64
Gusnawaty, H.S, Taufik, M., Triana, L., dan Asniah. 2014. Karakterisasi
Morfologis Trichoderma spp. Indigenus Sulawesi Tenggara. Jurnal
Agroteknos 4 (2): 87-93
Haryanti, S. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. Buletin Anatomi.
28 (1): 41-48
Hidayah, U., Puspitorini, P., dan Setya A. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea
dan Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.L) Varietas Gendis. Jurnal
Viabel Pertanian 10 (1) : 1-19
Hidayatullah, G. K., Mudikdjo, dan Erliza. 2005. Pengelolaan Limbah Cair Usaha
Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8 (1): 124 – 136).
Inayati, A. 2016. Ketahanan Terimbas Tanaman Kacang-kacangan terhadap
Penyakit Induced Disease Resistance in Legumes. Jurnal Iptek Tanaman
Pangan 11 (2) : 175-186
Irawani, E. 2017. Pengaruh Aplikasi Fungisida (Seed Treatment) terhadap
Kemunculan Penyakit dan Fenotipik Tanaman Jagung (Zea mays).
Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Ishak, Y., Bahua, I. dan Limonu, M. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Ayam
terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dulomo Utara Kota
Gorontalo. Jurnal Agroteknotropika 2 (1) : 210-218
Kariada, I., Aribawa, I.B. dan Hosang E. 2000. Pengaruh Pupuk Organik Cair
(Biourine Sapi) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Qpm.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bali.
Kasri, A., Hapsoh, M.S., dan Khoiri A. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam
Ddan N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea
mays saccharata sturt) di tanah Ultisol. Jurnal JOM Faperta 2 (1)
Kusuma, E. M. 2016. Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma sp terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Rumput Setaria (Setaria spachelata). Jurnal Ilmu
Hewani Tropika 5(2) : 76-81
Latifahani, N., Cholil, A., dan Djauhari, S. 2014. Ketahanan Beberapa Varietas
Jagung (Zea mays L.) terhadap Serangan Penyakit Hawar Daun
(Exserohilum turcicum Pass. Leonard et Sugss.). Jurnal HPT. 2 (1): 52-60
Makkasau, A., dan S. Mansjur. 2006. Kajian tentang Risalah Penelitian Jagung
dan Serealia. Jurnal Perpustakaan Pertanian 15 (1): 19-20.
65
Marvelia, Darmanti S, dan Parman S. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis
(Zea mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing
dengan Dosis yang Berbeda. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi
16 (2): 7-18.
Mirna, N., Salim, H dan Gani, F. Z., 2013. Pengaruh Biourine Sapi terhadap
Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) Asal Stum Mata
Tidur. Jurnal Unja 2 (1): 27-32.
Nadiah, A., dan Nugroho, A. 2015. Mekanisme Perlindungan Oleh Jamur
Biokontrol. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
Surabaya. Jawa Timur.
Nguyen, V.T., and Wang, C.H. 2016. Effects of Organic Materials on Growth,
Yield, and Fruit Quality of Honeydew Melon. Journal Communications in
Soil Science and Plant Analysis 47 (4): 495-504.
Nurahmi, E., Susanna, dan Sriwati, R., 2012. Pengaruh Trichoderma terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Kakao, Tomat, dan Kedelai.
Jurnal Floratek. 7: 57-65.
Nur, T., Noor, A.R., dan Elma, M. 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari
Sampah Organik Rumah Tangga dengan Bioaktivator EM4 (Effective
Microorganisms). Jurnal Konversi 5 (2): 5 – 12.
Nurcahaya, O., Herlina,. N., dan Guritno, B. 2017. Pengaruh Macam Pupuk
Organik dan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Manis (Zea Mays Saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman.
5 (9 : 1476-1482
Pangaribuan, D.H., Sarno dan Kurniawan, C. 2017. Pengaruh Pupuk Cair Urine
Sapi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea
mays L.). Jurnal Metamorfosa. 4 (2): 202-209.
Permanasari, Indah dan Kastono, D. 2012. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung dan
Kedelai pada Perbedaan Waktu Tanam dan Pemangkasan Jagung. Jurnal
Agroteknologi. 3(1): 13-20.
Rizal, S., Susanti T.D., 2018. Peranan Jamur Trichoderma sp yang Diberikan
terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Jurnal Ilmiah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 15 (1) : 23-29
Rizqullah, H., Sitawati dan Guritno, B. 2017 Pengaruh Macam Dan Cara Aplikasi
Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
Manis (Zea mays saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman.
5 (3) : 383 – 389.
66
Rustiani, U., Sinaga, M., Hidayat, S., dan Wiyono, S. 2015. Tiga Spesies
Peronosclerospora Penyebab Penyakit Bulai Jagung Di Indonesia. Jurnal
Berita Biologi. 14(1): 29–37.
Sanjaya, K., Sjofjan., dan Nurbaiti. 2016. Pengaruh Pemberian Urine Sapi dan
Pupuk NPK terhadap Komponen Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt). Jurnal JOM Faperta 3 (2): 1 -13.
Setyadi, M. I,. Artha, N. I., Ngurah, Gusti. 2017. Efektifitas Pemberian Kompos
Trichoderma sp. terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum
L.) Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 6 (1): 21-30.
Setiatma, F., Koesriharti, dan Herlina, N., 2017. Pengaruh Pemberian Biourine
Kambing dan Kascing terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan
(Brassica oleraceae L. var. Acephala). Jurnal Produksi Tanaman.
5 (4) : 608 – 615.
Setiawan, K., 2003. Pertumbuhan, Produksi dan Kadar Sukrosa Tiga Varietas
Tiga Varietas Jagung Manis Akibat Pemberian Berbagai Taraf Dosis Urea.
Jurnal Hortikultura 3 (12).
Siburian, R. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Inkubasi EM4 terhadap
Kualitas Kimia Kompos. Fakultas Sains dan Teknik. Universitas Nusa
Cendana Kupang NTT.
Shofiyani, A., Budi P. G., 2013 Spesies Unggul Trichoderma spp Indigenus
Rizozfir Pisang Sebagai Pengendali Penyakit Layu Fussarium Pada Bibit
Tanaman Pisang Mas Hasil Kultur In Vitro. Jurnal Agritech.
15 (2): 25 -40.
Subandi., 2013. Peran dan Pengelolaan Hara Kalium untuk Produksi Pangan di
Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. 6 (1): 1-10.
Supriyanti, A. 2018. BMKG : Musim Kemarau Dimulai April 2018. Tersedia:
http://www.beritasatu.com/sains/483349-bmkg-musim-kemarau-dimulai-
april-2018.html. Diakses tanggal 25 Juli 2018, pukul 17.00 WIB
Syukur, M dan Rifianto, Azis. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Trivana, L., dan Pradhana, A.Y., 2017. Optimalisasi Waktu Pengomposan dan
Kualitas Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut Kelapa
dengan Bioaktivator PROMI dan Orgadec. Jurnal Sain Veteriner.
35 (1): 136-144.
Wibowo, S., Barunawati N., dan Magfoer, D., 2017. Respons Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays L. saccharata) terhadap Pemberian KCl dan
Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Produksi Tanaman. 5 (8) : 1381-1388.