PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
BERPENDEKATAN SETS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
R. MELISA NELVITA SARI
NIM. 1113016200021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berpendekatan SETS Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Kesetimbangan Kimia disusun oleh R. Melisa Nelvita Sari Nomor
Induk Mahasiswa 1113016200021, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, 02 Oktober 2018
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I
Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si
NIP. 19681220 200701 2 032
Dosen Pembimbing II
Luki Yunita, M.Pd
NIDN. 2028068501
Mengetahui :
Kaprodi Pendidikan Kimia
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 011
iii
LEMBAR PENGESAHAN
.
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
v
ABSTRAK
R. Melisa Nelvita Sari, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berpendekatan SETS Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Kesetimbangan Kimia”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Hasil studi literatur pada pembelajaran kimia menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kritis siswa masih rendah. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran
yang kurang melatih keterampilan berpikir kritis. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan
Science, Environment, Technology, Society (SETS) terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia. Penelitian dilaksanakan di
SMAN 47 Jakarta dengan sampel berjumlah masing-masing 36 orang siswa pada
kelas kontrol maupun eksperimen. Metode yang digunakan adalah Quasi
Experiment dengan Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan
sampel secara purposive sampling. Instrumen utama yaitu tes esai sebanyak 12
butir soal yang mewakili 11 indikator keterampilan berpikir kritis. Jawaban siswa
dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 22 melalui uji Independent Sample T-
test. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai p-value Sig (2-tailed) kelas eksperimen
adalah 0,000 < 0,05, sehingga H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa. Indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi
di kelas eksperimen adalah membuat induksi dan mempertimbangkan hasil
induksi, sedangkan indikator terendah adalah mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi.
Kata Kunci: Model Inkuiri Terbimbing pendekatan SETS, Berpikir Kritis,
Kesetimbangan Kimia.
vi
ABSTRACT
R. Melisa Nelvita Sari, "The Effect of Guided Inquiry Learning Model with
SETS Approach to Students' Critical Thinking Skills in Chemical Equilibrium
Materials", Chemistry Education Study Program, Natural Sciences Education
Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta, 2018 .
The results of literature studies on chemistry learning show that students' critical
thinking skills are still low. This is caused by the learning process that lacks
critical thinking skills. The purpose of this study was to determine the effect of
guided inquiry learning model with the Science, Environment, Technology,
Society (SETS) approach on students’ critical thinking skills at chemical
equilibrium material. The study was conducted in SMAN 47 Jakarta with a
sample of 36 students in the control and experimental classes. The research
method used is Quasi Experiment with the Nonequivalent Control Group Design.
The technique used in this study is purposive sampling. The main instrument used
was a description test of 12 items representing 11 indicators critical thinking skill.
Student answers were analyzed using SPSS version 22 through the Independent
Sample T-test. The results of hypothesis testing showed an effect of the guided
inquiry learning model with SETS approach on students’ critical thinking skills
with sig (2-tailed) p-value of the experimental class is 0.000 < 0.05, so H1 is
accepted. The highest critical thinking skill indicator in the experimental class is
inducing and judging inductions, while the lowest indicator is observing and
judging observation report.
Keywords: Guided inquiry learning model with SETS-approach, critical thinking,
chemical equilibrium.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillahi robbil „alamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa
Ta‟ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berpendekatan SETS terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shollahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus
ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama M.Pd., selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah da Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen validator
instrumen yang telah memberikan kritik dan saran selama proses validasi.
3. Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
4. Luki Yunita M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
5. Tonih Feronika, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, waktu, perhatian, dan motivasi kepada penulis
selama perkuliahan berlangsung.
6. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen validasi instrumen yang telah memberikan
kritik dan saran selama proses validasi.
viii
7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Nursalim, S.Pd., selaku wakil kepala SMAN 10 Kota Tangerang Selatan dan
Rudi Hidayat, M.Kom., selaku Wakil Kepala SMAN 47 Jakarta bidang
kurikulum yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
9. Sri Lestari, M.Pd., selaku guru kimia kelas XII SMAN 10 Kota Tangerang
Selatan yang telah mendukung keberlangsungan validasi instrumen penelitian
ini.
10. Heni Purwaningsih, M.Pd., selaku guru pengajaran kimia kelas XI MIA 4 dan
Sukatri, S.Pd., selaku guru pengajaran kimia kelas XI MIA 2 SMAN 47
Jakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis
selama penulis melaksanakan penelitian di sekolah.
11. Sahabat tercinta siswa-siswi kelas XI MIA 2 dan XI MIA 4 SMAN 47 Jakarta
atas kerjasama selama penulis melakukan penelitian.
12. Teruntuk orangtua tercinta, Ibunda Nelmawati (almh) yang menjadi motivator
terbaik penulis agar menjadi calon pendidik yang sukses, dan Ayahanda
R.Nasri serta keluarga penulis yang senantiasa selalu mendoakan,
melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan baik moril dan materil
kepada penulis.
13. Kakak-kakak penulis (Bang Ronal dan Kak Rina), yang tiada hentinya
memberikan do’a, dukungan, serta bantuan moriil maupun materiil kepada
penulis.
14. Teman kosan terbaik, Vivin Nur Zaenab sebagai observer dalam penelitian
penulis yang selalu menemani selama menulis skripsi, mendengarkan keluh
kesah penulis, memberikan motivasi, bantuan, menjadi tempat berbagi suka
dan duka selama proses menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan Wiji Dwi Utami, Wulan Sari, Ajeng Dwi
Pangestuti, Khansa Nur Haida, Siti Amaliyah, dan Fitri Hanifa yang
memberikan semangat kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
ix
16. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2013 yang saling memberikan
semangat dan motivasi selama masa studi hingga dapat menyelesaikan skripsi
penulis.
17. Teman-teman PPKT terbaik Murni Arifah, Agus Sulistiono sekaligus
oberver dalam penelitian penulis, Lutfhi Adzkia, Dita Wulandari yang
menjadi tempat curhat penulis, dan selalu setia membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
18. Teman-teman bimbingan Ibu Asih dan Ibu Luki yang telah berbagi
kesabaran, pengalaman, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
19. Sahabat-sahabat SMA kesayangan Sri Hardianti, Dimas Maulana Fasha, Lisa
Febrianti, Derry Prasti Reza, dan Wahyu Ernu Setiawan, yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
20. Terspesial dan tersayang Habil Sabilla Do’a, S.T., yang selalu menjadi tempat
berkeluh kesah, memberikan motivasi, dukungan, dan selalu menemani
selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
21. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran mengeni penelitian ini yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak serta secara
umum bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk generasi
masa depan. Aamiin.
Wassalamu‟alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Jakarta, Oktober 2018
Penulis
R. Melisa Nelvita Sari
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR .................. 8
A. Deskripsi Teoritis ................................................................................ 8
1. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri ............................................ 8
2. Hakikat Pendekatan SETS ........................................................... 13
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berpendekatan SETS . 17
4. Hakikat Berpikir Kritis ................................................................. 18
5. Materi Kesetimbangan Kimia ...................................................... 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 30
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 35
xi
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 35
B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 35
C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 36
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 40
F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 41
G. Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 43
H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 47
1. Uji Prasyarat ................................................................................. 48
2. Uji Hipotesis ................................................................................ 49
I. Hipotesis Statistik ............................................................................. 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 51
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 51
1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen ................................................................................... 51
2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen ................................................................................... 52
3. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data ................................................. 55
B. Pembahasan ...................................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 83
A. Kesimpulan .................................................................................. 83
B. Saran ............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri ............................................................. 11
Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan SETS .............................................................. 14
Tabel 2.3 Tahapan Inkuiri Terbimbing Berpendekatan SETS ......................... 18
Tabel 2.4 Indikator-Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ............................ 21
Tabel 2.5 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ............................................ 24
Tabel 3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 36
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Esai Keterampilan Berpikir Kritis ............ 42
Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran ........................................................................... 45
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................... 45
Tabel 3.6 Hasil Validasi Kisi-kisi Instrumen Tes Esai Keterampilan Berpikir
Kritis yang digunakan dalam Penelitian .......................................... 46
Tabel 3.7 Interpretasi Skor ............................................................................... 47
Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Pretest-Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen . 51
Tabel 4.2 Persentase Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Hasil
Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ............................................ 52
Tabel 4.3 Persentase Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Hasil
Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen .......................................... 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ......... 56
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........ 56
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...... 57
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 58
Tabel 4.8 Hasil Uji-T Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........................ 59
Tabel 4.9 Hasil Uji-T Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ....................... 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .............................................................. 33
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ............................................................. 39
Gambar 4.1 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 63
Gambar 4.2 Jawaban Siswa Kelas Eksperimsen ............................................... 64
Gambar 4.3 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 65
Gambar 4.4 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 66
Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 67
Gambar 4.6 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 68
Gambar 4.7 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 69
Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 69
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 71
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 71
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 72
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 72
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 74
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 74
Gambar 4.15 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 75
Gambar 4.16 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 75
Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 76
Gambar 4.18 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 77
Gambar 4.19 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 78
Gambar 4.20 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 78
Gambar 4.21 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 79
Gambar 4.22 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 79
Gambar 4.23 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 80
Gambar 4.24 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen................................................. 80
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar .......................... 94
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen ................................................................ 108
Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol ...................................................................... 130
Lampiran 4. Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis .......... 148
Lampiran 5. Tes Keterampilan Berpiki Kritis (Uji Coba) ............................... 167
Lampiran 6. Analisis Butir Soal Validasi ........................................................ 175
Lampiran 7. Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa...................................... 185
Lampiran 8. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran .................................... 189
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa .................................................................... 211
Lampiran 10. Rubrik Penilaian LKS.................................................................. 247
Lampiran 11. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis ....................................... 253
Lampiran 12. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK .... 255
Lampiran 13. Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK ........... 258
Lampiran 14. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK ... 261
Lampiran 15. Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK ......... 264
Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ..... 267
Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen . 269
Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........ 270
Lampiran 19. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 271
Lampiran 20. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen 273
Lampiran 21. Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...... 274
Lampiran 22. Surat Bimbingan Skripsi.............................................................. 275
Lampiran 23. Surat Izin Validasi ....................................................................... 276
Lampiran 24. Surat Izin Penelitian .................................................................... 277
Lampiran 25. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................... 278
Lampiran 26. Lembar Observasi ........................................................................ 279
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 281
Lampiran 28. Lembar Uji Referensi .................................................................. 282
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perubahan
yang sangat pesat. Indonesia sebagai negara yang mengikuti laju
perkembangan zaman, diharapkan mampu mengoptimalkan kekayaan sumber
daya alam dengan tetap menjaga kelestariannya melalui fenomena alam,
sehingga menciptakan ilmu pengetahuan yang dikenal dengan sains (Hasanah
& Mahdian, 2013) . Meskipun sains dan teknologi memiliki perbedaan,
namun antara sains dan teknologi memiliki kaitan yang erat. Sejak abad ke-17
hingga sekarang menunjukkan bahwa dengan perkembangan teknologi
memicu perkembangan sains, dan begitu pula dengan perkembangan sains
dapat memicu terciptanya kemajuan teknologi (Poedjiadi, 2010, hlm. 63).
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan sains, proses pembelajaran
tentunya harus beradaptasi dengan perubahan. Kehadiran ICT (Information,
Communication, and Technology) menuntut siswa agar kreatif, inovatif,
berfikir kritis serta metakognitif untuk berkomunikasi dan bekerja secara
kelompok yang akan berguna sebagai pengetahuan dan keterampilan dalam
kehidupan bermasyarakat yang dapat dipertanggung jawabkan (Khasanah,
2015).
Berangkat dari pernyataan pentingnya perkembangan teknologi dan sains
dalam pengajaran, (Fakhriyah, 2012) menyebutkan fakta pembelajaran sains
yang terjadi masih bersifat teacher centered, sehingga siswa tidak terbiasa
mengembangkan potensi yang dimilikina. Pembelajaran yang berpusat pada
guru ini menyebabkan siswa tidak terbiasa dalam berpikir. Hal senada juga
diungkapkan John Dewey dalam (Qing, Jing, & Yan, 2010) menyatakan
bahwa tujuan utama pendidikan adalah belajar untuk berpikir. Namun yang
terjadi dalam proses pembelajaran di kelas adalah kegiatan siswa yang masih
menghafal informasi (Anggraeni, Prayitno, & Ariyanto, 2016). Kenyataan ini
menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar karena pembelajaran
2
yang kurang menarik dan menyenangkan, kreativitas akan menurun dan tidak
terasahnya keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat pada peringkat
Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA)
yang menilai keterampilan dan kemampuan siswa. Hasil penilaian yang telah
dilakukan oleh tim PISA pada tahun 2015, Indonesia masih berada pada
peringkat 62 dari 70 negara yang ikut berpartisipasi (OECD, 2016). Salah
satu faktor yang ditemukan adalah soal-soal yang diberikan bersifat
kontekstual dan diambil dari dunia nyata dengan tingkat soal dari level 1
(terendah) hingga level 6 (tertinggi), sedangkan siswa di Indonesia masih
terbiasa dengan soal-soal rutin pada level 1 dan 2 (Kertayasa, 2015). Hal ini
menunjukkan masih rendahnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal level tinggi yang melatih keterampilan berpikir kritis. Padahal,
pemikiran kritis merupakan salah satu produk penting yang dapat dihasilkan
melalui pendidikan yang kontekstual.
Keterampilan berpikir kritis menjadi suatu kebutuhan yang mutlak bagi
siswa pada era teknologi ini sebagaimana yang dinyatakan dalam
(Kemendikbud Nomor 21 Tahun 2016) tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah Kurikulum 2013 menyebutkan enam keterampilan berpikir
dan bertindak yang harus dimiliki siswa, yaitu keterampilan berpikir kreatif,
produktif, kritis, mandiri, dan komunikatif.
Senada dengan pernyataan di atas, Bologna dalam (Gojkov, Stojanovic,
& Rajic, 2015) menempatkan studi dalam situasi yang menekankan perlunya
pemikiran kritis sebagai tujuan pengajaran yang paling signifikan, namun di
sisi lain justru tidak terwujud dalam beberapa aspek di situasi tertentu. Hal ini
didukung oleh penelitian (Rasmawan, 2017) yang menyimpulkan bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran kimia masih tergolong
rendah dengan persentase sebesar 81,25% untuk siswa tidak terampil dalam
keterampilan berpikir kritis. Hal ini disebabkan proses pembelajaran masih
terlalu klasikal dan massal, sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang
dangkal dan menyebabkan siswa menjadi pasif di dalam kelas. Dengan
demikian, siswa hanya memperoleh pengetahuan yang sedikit, belajar
3
menjadi tidak bermakna, tidak kontekstual, kurangnya gairah dan keterlibatan
siswa dalam kehidupan sosio-kultural (Zakaria, Musa, & Laliyo, 2015).
Oleh karena itu, untuk membentuk siswa yang memiliki keterampilan
berpikir kritis sebagaimana yang diharapkan pada abad 21 ini, maka
dibutuhkan proses pembelajaran sains dengan memperhatikan penggunaan
teknologi dan manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan. Salah satu
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan adalah dengan menerapkan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) atau
dimaknakan sebagai Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyakarat.
Pendekatan SETS/Salingtemas diambil dari konsep pendidikan STM
(Sains, Teknologi, dan Masyarakat), pendidikan lingkungan
(Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology,
Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science,
Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau
STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
(Khasanah, 2015).
Pengajaran SETS membangun keterampilan berpikir siswa mengenai laju
perkembangan sains yang dipengaruhi oleh teknologi, serta dampaknya
terhadap lingkungan dan masyarakat (Astuti & Yulianto, 2015). Dengan
begitu, melalui pembelajaran SETS diharapkan dapat membantu siswa dalam
memahami kimia dengan menghubungkan antara sains, pemikiran,
lingkungan, dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Zakaria, Musa, &
Laliyo, 2015). Implementasi pengajaran sains dalam kurikulum 2013 dengan
pendekatan SETS juga dijelaskan oleh (Budiarti, Jumadi, Wilujeng, &
Senam, 2016) yang memberikan dampak positif terhadap pengetahuan yang
mengintegrasikan informasi dari berbagai bidang kajian ilmu yang sangat
diperlukan untuk terwujudnya kompetensi abad 21.
Guna mendukung pendekatan pembelajaran SETS, maka diperlukan
suatu model pembelajaran berbasis masalah yang dapat memfasilitasi siswa
untuk melakukan penyelidikan dan menemukan solusi dalam pemecahan
masalah tersebut. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) dianjurkan untuk melatih kemampuan siswa
berpikir kritis dalam menemukan solusi atas permasalahan yang disajikan
4
oleh guru. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini memegang peranan
yang penting dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan inkuiri
terbimbing adalah suatu model yang menekankan siswa dalam proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar (Sanjaya, 2016, hlm.
195).
Selain itu, pernyataan lain dari Wang & Posey dalam (Vlassi &
Karaliota, 2013) mengatakan bahwa, gaya belajar berbasis inkuiri menyajikan
pembelajaran berbasis aktif melibatkan siswa dalam proses belajar dan
memungkinkan siswa untuk belajar menjawab sendiri, yang memberikan
lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pemahaman konsep
yang lebih dalam dan menjadi pemikir kritis yang lebih baik. Hal ini berarti
bahwa, model pembelajaran inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk
berperan aktif dalam mencari dan menemukan jawabannya sendiri dalam
memecahkan suatu masalah, meningkatkan pemahaman, dan
mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. Namun, meskipun siswa
berperan aktif dalam menemukan jawabannya, bukan berarti guru
menghilangkan perannya melainkan guru akan berperan sebagai fasilitator
dan mediator.
Peran guru dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dan SETS tidak
dominan, sehingga pendekatan SETS dapat dikolaborasikan dengan model
inkuiri terbimbing. Hal ini sejalan dengan penelitian (Rahma, 2012) yang
menggunakan model inkuiri terbimbing dan dikolaborasikan dengan
pendekatan SETS.
Berdasarkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan SETS, maka
materi yang diambil untuk penelitian ini adalah kesetimbangan kimia.
Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa kelas XI
IPA ini adalah KD 3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dan penerapannya dalam industri dan KD 4.9
Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan. Kedua KD
5
ini sangat cocok dengan model inkuiri terbimbing untuk menemukan solusi
dari suatu masalah dan visi pembelajaran SETS yang menekankan
pembelajaran berbasis lingkungan, serta penggunaan ilmu sains teknologi dan
manfaatnya bagi masyarakat. Berdasarkan masalah di atas, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model
Inkuiri Terbimbing berpendekatan SETS terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa.
Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berpendekatan SETS terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Kesetimbangan Kimia”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran kimia saat ini lebih didominasi oleh guru (Teacher
Centered) dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Keterampilan berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran kimia
masih tergolong rendah.
3. Siswa di Indonesia masih terbiasa dengan soal-soal pada level 1 dan 2,
sehingga siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal-soal bersifat
kontekstual di dunia nyata dengan tingkat soal pada level tinggi.
4. Pembelajaran saat ini masih belum dihubungkan dengan masalah
kontekstual yang ada di kehidupan masyarakat, sehingga pengetahuan
yang dimiliki siswa masih minim.
C. Pembatasan Masalah
Suatu penelitian harus memiliki arah yang jelas dan pasti, maka penulis
membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
6
1. Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS).
2. Keterampilan yang diukur adalah sebelas indikator keterampilan berpikir
kritis siswa menurut Robert H. Ennis, meliputi: (1) memfokuskan
pertanyaan, (2) menganalisis argumen, (3) bertanya dan menjawab
pertanyaan, (4) menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu sumber, (5)
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, (6) membuat
deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (7) membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, (8) membuat dan menilai hasil
pertimbangan, (9) mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan
definisi, (10) mengidentifikasi asumsi-asumsi, (11) memutuskan suatu
tindakan.
3. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi kesetimbangan
kimia dengan KD 3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dan penerapannya dalam industri dan KD
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan,
maka masalah yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimanakah pengaruh
model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia.
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberik manfaat bagi:
1. Siswa
Membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis pada mata pelajaran kimia dengan pembelajaran yang
berorientasi pada Science, Environment, Technology, Society (SETS).
2. Guru
Sebagai bahan pertimbangan mengenai model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengasah keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran kimia.
3. Peneliti
Dapat dijadikan sebagai referensi model pembelajaran yang inovatif
dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
serta sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata inquiry dalam bahasa Inggris yang
dapat diartikan sebagai penyelidikan/meminta keterangan (Anam,
2016, hlm. 7). Menurut (Suyanti, 2010, hlm. 43) menjelaskan bahwa
“inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan
atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu”.
Ngalimun (2016, hlm. 61) menyatakan pembelajaran inkuiri
merupakan suatu strategi yang memerlukan siswa untuk menemukan
dan memecahkan masalah dalam suatu penelitian dengan tujuan
utamanya mengembangkan sikap dan keterampilan siswa guna
menjadi pemecah masalah yang mandiri. Strategi pembelajaran
inkuiri menurut Sanjaya (2016, hlm. 196) merupakan “rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan”.
Menurut (Keselman) dalam jurnal (Pedaste & dkk, 2015)
mengatakan strategi pembelajaran berbasis inkuiri di mana siswa
mengikuti metode dan praktik yang mirip dengan ilmuwan
profesional untuk membangun pengetahuan. Hal ini dapat diartikan
sebagai proses siswa dalam memahami masalah dan
menyelesaikannya melalui perumusan hipotesis yang dibuktikan
dengan melakukan eksperimen atau observasi (Pedaste, Maeots,
Leijen, & Sarapuu, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran yang
menitikberatkan kegiatan belajar pada siswa, dimana siswa akan
mencari dan memecahkan masalahnya sendiri sehingga mereka
mampu membangun dan merumuskan pengetahuan mereka melalui
suatu kegiatan ilmiah.
Proses belajar berbasis inkuiri menekankan kemampuan siswa
untuk memahami, mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, serta
memberikan jawaban atau solusi dari masalah yang disajikan (Anam,
2016, hlm. 8). Tujuan utama pembelajaran inkuiri menurut
Fathurrohman (2015, hlm. 104) adalah membantu siswa untuk
membangun kecakapan intelektual melalui proses berpikir reflektif.
Selain itu, pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual yang merupakan bagian
dari proses mental. Dengan demikian, siswa dapat menggunakan
potensi yang dimiliki dan tidak hanya dituntut untuk menguasai
materi pelajaran saja (Al-Tabany, 2014, hlm. 80).
b. Tingkatan Model Pembelajaran Inkuiri
Standard for Science Teacher Preparation dalam Zulfiani,
Feronika, & Suartini, (2009, hlm.121-122) menjelaskan 3 tingkatan
inkuiri, yaitu:
1) Discovery/Structured Inquiry
Dalam tingkatan ini, siswa bertindak mengidentifikasi alternatif
hasil dan guru mengidentifikasi permasalahan dan proses.
2) Guided Inquiry
Tindakan utama guru dalam tahap guided inquiry yaitu
mengajukan permasalahan, sedangkan siswa menetapkan proses
dan menyelesaikan masalah.
3) Open Inquiry
Tindakan utam guru pada tingkatan open inquiry adalah
menguraikan konteks penyelesaian masalah, sedangkan siswa
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
c. Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Menurut Gulo dalam Al-Tabany (2014, hlm. 83-84)
menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan pembelajaran inkuiri dimulai saat pertanyaan atau
permasalahan diajukan. Pada kegiatan ini, kemampuan yang
diminta adalah kesadaran terhadap masalah, melihat pentingnya
masalah, dan merumuskan hipotesis.
2) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau
solusi dari permasalahan yang diuji dengan data. Kemampuan
yang dituntut, yaitu menguji dan menggolongkan data yang
dapat diperoleh, melihat dan merumuskan hubungan yang ada
secara logis, serta merumuskan hipotesis.
3) Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data,
dengan data berupa tabel, matrik, atau grafik. Kemampuan yang
dituntut dari kegiatan ini adalah merakit peristiwa, menyusun
data, dan analisis data.
4) Analisis Data
Kegiatan ini siswa bertanggung jawab untuk menguji hipotesis
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor yang
penting dalam proses ini adalah benar atau salah hipotesis yang
telah dirumuskan. Jika hipotesis salah, maka siswa dapat
menjelaskan sesuai proses inkuiri yang sudah dilakukan.
5) Membuat Kesimpulan
Siswa membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang
diperoleh.
Menurut Jufri (2013, hlm. 109) tahapan pembelajaran inkuiri
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sintaks Umum Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Tahap/
kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap 1:
Identifikasi dan
perumusan
masalah
Guru membantu siswa
dalam menemukan dan
merumuskan masalah
Siswa mengidentifikasi
dan merumuskan
masalah yang mengarah
pada investigasi
Tahap 2:
Perumusan
hipotesis
Guru membimbing
siswa untuk
merumuskan hipotesis
Siswa merumuskan
hipotesis yang akan diuji
melalui investigasi
Tahap 3:
Pengumpulan
data
Guru memfasilitasi
siswa dalam merancang
percobaan untuk
mengumpulkan data
Siswa melakukan
percobaan dan
mengumpulkan data
Tahap 4:
Interpretasi
data
Guru membimbing
siswa untuk
menganalisis data dan
menguji hipotesis
Siswa menyusun
argumen yang
mendukung data
dilanjutkan dengan
menguji hipotesis
Tahap 5:
Pengembangan
kesimpulan
Guru membimbing
siswa membuat induksi
atau generalisasi
Siswa menjelaskan
hubungan, membuat
generalisasi melalui
induksi
Tahap 6:
Pengulangan
Guru membimbing dan
meminta siswa untuk
membuktikan kebenaran
generalisasi yang telah
dibuat
Siswa mengulangi
percobaan, mendapatkan
data baru, dan merevisi
kesimpulan
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
1) Keunggulan
Sanjaya (2016, hlm. 208) menjabarkan beberapa
keunggulan dari pembelajaran inkuiri, diantaranya:
1. Pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
2. Pembelajaran inkuiri menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran dianggap lebih bermakna.
3. Pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata, sehingga siswa
dengan kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
4. Pembelajaran inkuiri sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
2) Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan Sanjaya (2016, hlm. 208-
209) juga menjelaskan kelemahan pembelajaran inkuiri,
diantaranya:
1. Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan
pembelajaran karean terbentur oleh kebiasaan siswa dalam
belajar.
2. Jika inkuiri ini digunakan dalam pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran,
maka pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.
4. Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang
panjang, sehingga guru sulit menyesuaikan waktu yang
telah ditentukan.
2. Hakikat Pendekatan SETS
a. Pengertian Pendekatan Science, Environment, Technology,
Society (SETS)
Poedjiadi (2010, hlm. 115) mengungkapkan beberapa istilah
seperti: Salingtemas, Science Technology Society atau Sains
Teknologi Masyarakat (STM; SATEMAS; ITM), Science
Environment Technology (SET) dan Science Environment
Technology Society (SETS) adalah istilah dengan makna yang sama.
Indonesia sendiri mengenal istilah STS adalah Sains Teknologi
Masyarakat (STM), kemudian berkembang menjadi Sains
Lingkungan Teknologi dan Masyarakat atau Salingtemas yang
maknanya sama dengan SETS (Budiarti, Jumadi, Wilujeng, &
Senam, 2016).
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) adalah gabungan pendekatan
konsep, keterampilan proses, CBSA, inkuiri, diskoveri, dan
pendekatan lingkungan yang memiliki istilah yang serupa seperti
salingtemas; Science, Environment, Technology, and Society
(SETS); dan Science, Environment, Technology (SET) yang
memiliki kesamaan berupa kegiatan pada lingkungan atau
Environment (Khasanah, 2015).
Melalui pengajaran SETS, siswa dapat membangun
keterampilan berpikir tentang bagaimana teknologi dapat
mempengaruhi laju perkembangan sains, serta dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan dan masyarakat. Siswa diberi
kesadaran bahwa kebutuhan masyarakat serta kejadian disekitarnya
memiliki peran dalam perkembangan sains dan teknologi (Astuti &
Yulianto, 2015).
Science Environment Technology and Society (SETS) adalah
satu kesatuan dalam konsep pendidikan yang menuntut siswa agar
mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan SETS
diawali dengan konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari siswa
atau berupa konsep sains maupun non sains (Khasanah, 2015).
Pembelajaran SETS atau SaiLingTemas dapat membantu siswa
dalam memahami peranan lingkungan terhadap sains, teknologi dan
masyarakat, sehingga siswa dapat memanfaatkan pengetahuan yang
telah dipelajari dengan mengetahui laju perkembangan sains dari
teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat
(Listyono, 2012).
Melalui pembelajaran Science Technology Society (STS), siswa
memiliki kesempatan untuk memilih masalah atau masalah yang
berasal dari kehidupan untuk diselidiki (Akcay & Akcay, 2015).
Pengajaran SETS membawa siswa pada suasana kehidupan nyata,
sehingga diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan yang telah
dimiliki untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah yang akan
muncul di sekitar kehidupannya (Khasanah, 2015).
Menurut Binadja yang dikutip oleh (Susilogati, Binadja, &
Hidayah, 2014) menyatakan bahwa dengan pendekatan SETS ini
diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam memahami suatu subjek
materi, sehingga siswa dapat mencapai kompetensi pemahaman
berdasarkan unsur dalam SETS.
b. Tahapan Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Science,
Environment, Technology, Society (SETS)
Adapun tahap-tahap pembelajaran SETS (Poedjiadi, 2010, hlm.
126; Khasanah, 2015) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan SETS
Tahap Perilaku
1. Tahap invitasi (penyajian isu atau
masalah aktual yang
ada di sekitar
masyakarakat)
Guru memberikan isu/ masalah aktual
yang sedang berkembang di
masyarakat sekitar, yang dapat
dipahami dan merangsang siswa
untuk mengatasinya. Guru juga bisa
menggali pendapat siswa yang ada
kaitannya dengan materi yang akan
dibahas.
2. Tahap eksplorasi (mengeksplorasi dan
memahami isu atau
masalah yang
disajikan)
Siswa melalui aksi dan reaksinya
sendiri berusaha untuk memahami
atau mem-pelajari masalah yang
diberikan.
3. Tahap solusi (pembentukan konsep)
Siswa menganalisis dan
mendiskusikan cara pemecahan
masalah.
4. Tahap aplikasi (penerapan konsep
yang telah dipelajari
dalam bentuk kinerja)
Siswa diberi kesempatan untuk
menggunakan konsep yang telah
diperoleh. Siswa dapat mengadakan
aksi nyata dalam mengatasi masalah
yang muncul pada tahap invitasi.
5. Tahap pemantapan
konsep/ penilaian (evaluasi terhadap
pemahaman siswa
terkait materi yang
disampaikan)
Guru memberikan umpan balik/
penguatan terhadap konsep yang
diperoleh siswa. Dengan demikian
pendekatan SETS dapat membantu
siswa dalam mengetahui sains,
teknologi yang digunakannya serta
perkembangan sains danteknologi
dapat berpengaruh terhadap
lingkungan dan masyarakat.
c. Keunggulan dari Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
Science, Environment, Technology, Society (SETS)
Pendekatan SETS menurut Khasanah (2015) memiliki
keunggulan sebagai berikut:
1) Mempunyai bekal yang cukup bagi siswa untuk menyongsong
era globalisasi.
2) Membekali siswa dengan kemampuan memecahkan masalah
melalui penalaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
secara integral baik di dalam maupun di luar kelas.
3) Menghindari materi oriented dalam pendidikan tanpat tahu
masalah di masyarakat secara lokal, nasional, ataupun
internasional.
4) Pengajaran sains menjadi lebih bermakna karena langsung
berkaitan dengan permasalahan di kehidupan sehari-hari siswa.
5) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan
konsep, keterampilan, proses, kreativitas, sikap menghargai
produk teknologi dan bertanggung jawab atas masalah yang
muncul di lingkungan sekitar.
6) Kegiatan kelompok dapat memupuk kerjasama antarsiswa, sikap
toleransi, dan saling menghargai pendapat siswa lain.
7) Mengaplikasikan suatu gagasan atau penciptaan suatu karya
yang bermanfaat bagi masyarakat maupun terhadap
perkembangan sains dan teknologi.
d. Implementasi Pendekatan Science, Environment, Technology,
Society (SETS) dalam Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang diterapkan di
Indonesia dengan harapan dapat melahirkan siswa yang produktif,
inovatif, dan memiliki pengetahuan yang terintegrasi. Dengan
demikian, siswa terampil dalam menerapkan pengetahuannya ketika
menghadapi masalah kehidupan dan teknologi yang tidak hanya
mengetahui fakta, konsep atau prinsip saja (Dewi A. K., 2016).
Adapun karakteristik pembelajaran IPA dengan pendekatan
SETS dalam kurikulum 2013 menurut Khasanah (2015) adalah
sebagai berikut:
a. Pembelajaran konsep sains tetap diberikan.
b. Siswa diajak untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian
menggunakan konsep sains IPA dalam bentuk teknologi.
c. Siswa dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang terkait
d. Siswa diajak mencari alternatif terhadap kerugian (bila ada) yang
ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap
lingkungan dan masyarakat.
e. Siswa diminta untuk menjelaskan hubungan antara unsur sains
yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang
mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.
f. Dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang
SETS terkait konsep sains yang dipelajari dari berbagai macam
arah dan berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar
yang dimiliki siswa.
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berpendekatan SETS
Terdapat kesamaan konsep antara model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan pendekatan Science, Environment, Technology,
Society (SETS). Model inkuiri terbimbing sendiri diawali dengan
kegiatan pembelajaran penyajian pertanyaan atau masalah. Proses ini
dapat dimulai saat siswa menerima dan mengidentifikasi masalah yang
membutuhkan penjelasan (Ngalimun, 2016, hlm. 64). Pendetakan SETS
juga diawali dengan pemberian isu atau dari fenomena alam yang terkait
dalam kehidupan (Zulfiani, Feronika, & Suartini, 2009, hlm. 129).
Masalah yang disajikan dalam pendekatan SETS berdasarkan situasi
nyata dalam kehidupan (Nursamsudin, 2016). Dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing maupun pendekatan SETS lebih mengutamakan peran
aktif siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa (Wulanningsih, Prayitno, & Probosar, 2012), sedangkan guru
hanya bertindak sebagai fasilitator. Begitu pula dengan pendekatan SETS
yang tidak hanya mengajarkan sains atau pengetahuan saja, tetapi juga
harus membimbing siswa agar mengatahui cara menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul akibat berkembangnya sains dan teknologi, yang
sebetulnya adalah untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
masyarakat (Astuti & Yulianto, 2015). Dari masalah yang disajikan,
diharapkan siswa dapat berperan secara aktif dalam merumuskan,
menganalisis, memberikan solusi, dan menyimpulkan secara mandiri
dalam kegiatan pembelajaran melalui diskusi dengan kelompoknya. Hal
ini didukung oleh penelitian (Astyana, Leny, & Saadi, 2017) yang
menggunakan model inkuiri terbimbing dikolaborasikan dengan SETS
agar materi kimia lebih kontekstual dan siswa dapat menghubungkan
konsep kimia dengan fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan
SETS yang dilakukan pada penelitian ini terdapat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tahapan Inkuiri Terbimbing Berpendekatan SETS
Fase Aktivitas Pembelajaran
1. Tahap Invitasi/ pengajuan
masalah
(penyajian masalah
isu/masalah aktual yang
berkembang di masyarakat)
Disajikan isu/masalah yang
konstekstual dalam kehidupan
sehari-hari terkait materi
kesetimbangan kimia.
2. Tahap Eksplorasi/
pembentukan hipotesis
(pemahaman awal)
Siswa dibagi berkelompok untuk
berdiskusi dan memahami
isu/masalah yang disajikan.
3. Tahap Solusi/melakukan
penyelidikan dalam kelompok
(pembentukan konsep
berdasarkan hasil temuan
melalui analisis dan diskusi)
Siswa berusaha membangun
sendiri pengetahuannya melalui
diskusi bersama teman kelompok
untuk memecahkan masalah dan
membuat solusi berdasarkan
pencarian informasi.
4. Tahap Aplikasi/analisis data
untuk pembuktian hipotesis
(penggunaan konsep yang
telah diperoleh)
Siswa diberi kesempatan untuk
menggunakan konsep yang telah
diperoleh untuk menyelesaikan
masalalah pada materi
kesetimbangan kimia.
5. Tahap Pemantapan Konsep/
membuat kesimpulan (evaluasi
dan penguatan terhadap
pemahaman siswa terkait
materi yang telah dipelajari)
Guru mengevaluasi hasil
penyelidikan berdasarkan konsep
yang telah dibangun siswa terkait
materi yang telah dipelajari
melalui presentasi.
4. Hakikat Berpikir Kritis
Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
dikutip Kuswana (2011, hlm. 1) adalah budi, ingatan, angan-angan.
Berpikir dapat diartikan penggunaan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
Ennis (1996, hlm. xvii) mendefinisikan berfikir kritis sebagai suatu
pemikiran reflektif dan beralasan untuk memutuskan apa yang dipercayai
atau apa yang akan dilakukan. Selain itu, berpikir kritis merupakan suatu
kemampuan untuk membuat dan melakukan penilaian tehadap
kesimpulan berdasarkan bukti (Eggen & Kauchak, 2012, hlm. 115).
Berpikir kritis adalah suatu proses mental yang terarah dan jelas
dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi, serta melakukan penelitian ilmiah (Johnson, 2011,
hlm. 183). Berpikir dalam tingkat yang lebih tinggi juga dikenal sebagai
berpikir kritis atau berpikir tingkat tinggi. Hal ini melibatkan penggunaan
keterampilan penalaran, baik secara deduktif ataupun induktif. Kata sifat
lainnya yang ditemukan ketika mencari definisi untuk berpikir kritis
termasuk membandingkan, mengklasifikasikan, mengurutkan, pola,
peramalan jaringan, berhipotesis, dan mengkritisi. Berdasarkan
Taksonomi Bloom ada tiga yang membutuhkan pemikiran tingkat tinggi,
yaitu, analisis, sintesis, dan evaluasi (Moore & Stanley, 2013, hlm. 10).
Sudarma (2013, hlm. 34) menjelaskan bahwa dengan memiliki
keterampilan berpikir yang baik, maka seseorang dapat memecahkan
masalah yang terjadi dalam kehidupannya baik di tempat bermain
maupun di rumah. Adapun tujuan dari berpikir kritis adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam. Melalui pemahaman ini,
maka seseorang dapat mengungkapkan makna dari suatu kejadian
(Johnson, 2011, hlm. 185).
Menurut Gagne dalam jurnal (Rodzalan & Saat, 2015) menyebutkan
pemikiran kritis mengacu pada kemampuan untuk menganalisis
informasi, untuk menentukan relevansi informasi yang dikumpulkan dan
kemudian untuk menafsirkannya untuk memecahkan masalah. Berpikir
kritis menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi,
dan sumber-sumber infomarmasi lainnya. Selain itu, juga menuntut
keterampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, mengajukan pertanyaan
yang relevan, menarik implikasi, memikirkan dan memperdebatkan isu-
isu secara terus menerus (Fisher, 2016, hlm. 13-14).
Menurut Ennis dalam jurnal (Kitot, Ahmad, & Seman, 2010)
berpikir kritis adalah penilaian yang benar dari pernyataan apapun.
Pendapatnya menekankan hal yang sama, yaitu penilaian yang benar.
Ennis (1996, hlm. 4-8) merumuskan enam elemen dari berpikir
kritis: Focus, Reasons, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. yang
disingkat menjadi FRISCO.
1) Focus (fokus)
Hal pertama yang dilakukan dari suatu situasi adalah inti dari suatu
masalah, isu yang beredar, pertanyaan, atau permasalahan yang
dihadapi.
2) Reasons (alasan)
Argumen pro dan kontra yang dibuat harus dapat diterima dan
mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
3) Inference (penarikan kesimpulan)
Penarikan kesimpulan adalah suatu tindakan sementara yang
dilakukan setelah mengetahui apa yang terjadi, masalah yang
dihadapi dan alasan yang tepat untuk menyimpulkan apa yang
sedang dipikirkan.
4) Situation (situasi)
Situasi disini adalah suatu momen kejadian yang dihadapi seseorang
ketika dalam suatu masalah atau dalam berargumen. Situasi ini
mencakup lingkungan sosial dan individu yang sejalan tidak hanya
dengan kepentingan aktivitas berpikir dan aturan di dalamnya, juga
makna dari apa yang si pemikir akan lakukan atau putuskan
berdasarkan pada situasi yang sedang dihadapi.
5) Clarity (kejelasan)
Clarity adalah penjelasan yang sangat dibutuhkan untuk memahami
sesuatu. Sangat penting untuk memberikan kejelasan terhadap apa
yang dibicarakan. Membuat semua menjadi jelas dan mudah
dipahami oleh orang lain akan membantu oran lain untuk menerima
keputusan yang telah dibuat.
6) Overview (gambaran secara keseluruhan)
Elemen ini berguna untuk memeriksa kembali apa yang telah
ditemukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
Elemen ini dilakukan tidak hanya di akhir, tetapi berkelanjutan.
Walaupun sudah membuat suatu keputusan tentang menarik
kesimpulan pada tahap kesimpulan, kemudian disini anda melakukan
kembali sebagai bagian dari pemeriksaan secara keseluruhan.
Menurut (Ennis, 1985) terdapat beberapa indikator berpikir kritis
yang dibagi menjadi lima kelompok keterampilan berpikir kritis. Adapun
indikator keterampilan berpikir kritis tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Indikator-indikator Keterampilan Berpikir Kritis
No Aspek
Kelompok Indikator Sub Indikator
1
Elementary
clarification
(memberikan
penjelasan
sederhana)
Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi/merumuskan
pertanyaan
b. Mengidentifikasi/merumuskan
kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban
yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikiran
2 Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi kalimat-
kalimat pernyataan
c. Mengidentifikasi kalimat-
kalimat bukan pernyataan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi dan
menyampaikan
ketidakrelevanan
f. Mencari struktur dari suatu
argumen
g. Merangkum
3
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
a. Mengapa?
b. Apa intinya?
c. Apa yang anda maksud?
d. Apa contohnya?
e. Apa yang bukan contohnya?
No Aspek
Kelompok Indikator Sub Indikator
f. Bagaimana menerapkan
dalam kasus tersebut?
g. Apa perbedaannya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah yang anda
katakan:______________?
j. Dapatkah anda mengatakan
beberapa hal tersebut?
4
Basic
Support
(membangun
keterampilan
dasar)
Menjelaskan
kredibilitas (kriteria
suatu sumber)
a. Mempertimbangkan keahlian
b. Mempertimbangkan
kemenarikan konflik
c. Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
d. Mempertimbangkan reputasi
e. Mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang
tepat
f. Mempertimbangkan resiko
untuk reputasi
g. Kemampuan memberikan
alasan
h. Kebiasaan untuk berhati-hati
5
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan
b. Interval waktu yang singkat
antara observasi dan laporan
c. Dilaporkan oleh pengamat
sendiri
d. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
e. Penguatan
f. Kemungkinan dari bukti-bukti
penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Penggunaan teknologi yang
kompeten
i. Kepuasan observer atas
kredibilitas kriteria
6 Inference
(menyimpul-
kan)
Membuat deduksi
dan
mempertimbang-
kan hasil deduksi
a. Kelompok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pertanyaan
7 Membuat induksi
dan
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan dan
No Aspek
Kelompok Indikator Sub Indikator
mempertimbangkan
hasil induksi hipotesis
8
Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Memikirkan alternatif
e. Menyeimbangkan dan
memutuskan
9 Advanced
Clarification
(membuat
penjelasan
lebih lanjut)
Mengidentifikasi
istilah dan
mempertimbang-
kan definisi
a. Membuat bentuk definisi
b. Strategi membuat definisi
Bertindak dengan
memberi tindakan lanjut
Mengidentifikasi dan
menangani
ketidakbenaran yang ada
c. Membuat isi definisi
10 Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penjelasan bukan pernyataan
b. Mengonstruksi argumen
11
Strategy and
tactics
(strategi dan
taktik)
Memutuskan suatu
tindakan
a. Mendefinisikan masalah
b. Membuat prosedur
penyelesaian masalah
c. Merumuskan alternatif yang
memungkinkan
d. Memutuskan hal-hal yang
dilakukan secara tentatif
e. Mereview
f. Memonitori implementasi
12 Berinteraksi
dengan orang lain
a. Menggunakan argumen
b. Menggunakan strategi logika
c. Menggunakan strategi retorika
d. Menunjukkan posisi, orasi
atau tulisan
Berdasarkan tabel aspek kelompok berpikir kritis di atas, maka
indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang akan digunakan
disesuaikan dengan tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan SETS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang
digunakan
No Aspek Kelompok
Berpikir Kritis
Indikator Berpikir
Kritis
Sub Indikator Berpikir
Kritis
1
Elementary
clarification
(memberikan
penjelasan
sederhana)
Memfokuskan
pertanyaan
Mengidentifikasi/
merumuskan pertanyaan
2 Menganalisis argumen Mengidentifikasi kalimat-
kalimat pernyataan.
3
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
klarifikasi yang
menantang
Dapatkah anda mengatakan
beberapa hal tentang itu?
4 Basic support
(membangun
keterampilan
dasar)
Menjelaskan
kredibilitas (kriteria)
suatu sumber
Kemampuan memberikan
alasan
5
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Kemungkinan dari bukti-
bukti penguatan
6
Inference
(menyimpulkan)
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Interpretasi pernyataan
7
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Membuat kesimpulan dan
hipotesis
8 Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
berdasarkan fakta
9 Advanced
clarification
(membuat
penjelasan lebih
lanjut)
Mengidentifikasi
istilah dan
mempertimbangkan
definisi
Strategi membuat definisi:
bertindak dengan memberi
tindakan lanjut
10 Mengidentifikasi
asumsi-asumsi Mengonstruksi argumen
11
Strategy and
tactics (Strategi
dan taktik)
Memutuskan suatu
tindakan
Merumuskan alternatif yang
memungkinkan
5. Materi Kesetimbangan Kimia
1) Konsep Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan adalah suatu kondisi ketika proses reaksi maju
dan balik berlangsung dengan laju yang sama (Petrucci, Harwood, &
Herring 2011, hlm. 246).
Kesetimbangan kimia merupakan proses kesetimbangan dinamis
yang terjadi karena adanya perubahan zat pereaksi menjadi hasil
reaksi, dan begitu pula sebaliknya (Syukri, 1999, hlm. 317).
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan yang dicapai oleh reaksi
kimia, dimana tidak ada perubahan dalam konsentrasi reaksi dan
produk. Hal ini terjadi ketika reaksi tunggal terjadi, dimana reaktan
dikonversi menjadi produk, dan produk ini diubah kembali menjadi
reaktan dengan proses sebaliknya pada tingkat yang sama (Marks,
2007, hlm. 461).
Chang (2005, hlm. 66) menyatakan bahwa: “Bila laju reaksi
maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan
produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka
tercapailah kesetimbangan kimia (chemical equilibrium)”.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia
a) Asas Le Châtelier
Asas Le Châtelier (Le Châtelier‟s principle) diajukan oleh
seorang kimiawan Prancis bernama Henri Le Châtelier,
merupakan aturan yang digunakan dalam memprediksi
pergeseran arah kesetimbangan kimia jika terjadi perubahan
konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu (Chang, 2005, hlm. 79).
Chang (2005, hlm. 79-80) menyebutkan prinsip dari Asas
Le Châtelier bahwa: “jika suatu tekanan eksternal diberikan
kepada suatu sistem yang setimbangan, sistem ini akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi
sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali”.
b) Perubahan Konsentrasi
Perubahan konsentrasi yang terjadi pada komponen
kesetimbangan akan mengakibatkan pergeseran beberapa saat
hingga tercapai kesetimbangan yang baru. Adapun arah
pergeseran ini bergantung pada jenis perubahannya, yaitu: jika
konsenstrasi salah satu zat bertambah, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah zat yang ditambah. Namun, jika
konsentrasi salah satu zat berkurang, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat yang berkurang (Syukri, 1999, hlm. 336).
Chang (2005, hlm. 80) memberikan contoh perubahan
konsentrasi dari besi (III) tiosianat [Fe(SCN)3], mudah larut
dalam air dan menghasilkan larutan berwarna merah yang
disebabkan oleh ion FeSCN2+
yang terhidrasi. Adapun
kesetimbangan yang terjadi antara ion-ion FeSCN2+
yang terurai
dan Fe3+
dan SCN-
dapat ditulis sebagai berikut.
FeSCN2+
(aq) Fe3+
(aq) + SCN- (aq)
Merah kuning pucat tak berwarna
Jika larutan ditambahkan sedikit natrium tiosianat (NaSCN)
menyebabkan reaksi antara ion Fe3+
dengan ion SCN- yang
ditambahkan, maka kesetimbangan akan bergeser dari produk
(kanan) ke arah reaktan (kiri):
FeSCN2+
(aq) Fe3+
(aq) + SCN- (aq)
Pergeseran ini menyebabkan warna merah larutan
bertambah tua. Hal ini juga terjadi jika larutan ditambahkan besi
(III) nitrat [Fe(NO3)3], maka kesetimbangan akan bergeser dari
produk (kanan) ke reaktan (kiri). Na+ maupun NO3
- merupakan
ion-ion pendamping yang tak berwarna.
Jika asam oksalat (H2C2O4) ditambahkan dalam jumlah
yang sedikit ke dalam larutan asal, maka asam oksalat akan
terionisasi dalam air dan membentuk ion oksalat C2O42-
yang
terikat kuat pada ion-ion Fe3+
. Hal ini menyebabkan
terbentuknya ion stabil berwarna kuning Fe(C2O4)33-
dari ion
Fe3+
pada larutan, sehingga mengakibatkan FeSCN2+
terurai dan
kesetimbangan bergeser dari reaktan ke produk:
FeSCN2+
(aq) Fe3+
(aq) + SCN- (aq)
Warna merah akan berubah menjadi kuning karena adanya
pembentukan ion Fe(C2O4)33-
.
c) Perubahan Tekanan atau Volume
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang
kecil. Jika tekanan diperkecil atau volume diperbesar, maka
kesetimbangna akan bergeser ke arah jumlah molekul yang
besar (Syukri, 1999, hlm. 344). Jika reaksi tidak menghasilkan
perubahan jumlah mol gas, maka perubahan tekanan ataupun
volume tidak akan mempengaruhi posisi kesetimbangan yang
ada (Chang, 2005, hlm. 82).
Gas lembam (inert) yang ditambahkan pada campuran
reaksi bervolume-konstan tidak memberikan efek pada kondisi
kesetimbangan, tetapi berefek pada tekanan total dan tekanan
parsial dari semua spesies yang bereaksi tidak berubah (Petrucci,
Harwood, & Herring, 2011, hlm. 263).
d) Pengaruh Suhu
Perubahan suhu dapat mengubah konstanta kesetimbangan
dan jumlah zat, berbeda dengan perubahan konsentrasi, tekanan
atau volume yang dapat mengubah jumlah pereaksi dan hasil
reaksi, tetapi tidak mengubah nilai konstanta kesetimbangan
(Syukri, 1999, hlm. 339).
Perubahan suhu dapat dipahami melalui penambahan kalor
atau peningkatan suhu menghasilkan reaksi yang menyerap
kalor dari lingkungan, dikenal sebagai reaksi endotermik.
Perubahan suhu dari pengambilan kalor atau penurunan suhu
menghasilkan reaksi yang menimbulkan kalor atau melepaskan
kalor, disebut sebagai reaksi eksotermik (Petrucci, Harwood, &
Herring, 2011, hlm. 265).
Pergeseran ini dapat digambarkan pada reaksi nitrogen
dioksida (NO2) berikut.
2 NO2 (g) N2O4 (g)
NO2 merupakan gas berwarna coklat dan N2O4 tidak
berwarna. Kesetimbangan dapat dilihat dari perubahan warna
yang terjadi ketika suhu tinggi maka NO2 lebih banyak,
sehingga menghasilkan warna menjadi coklat. Ketika suhu
diturunkan maka N2O4 naik dan warna menjadi pucat (Oxtoby,
2001, hlm. 281).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Menurut (Qing, Jing, & Yan, 2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Promoting preservice teachers‟ critical thinking skills by inquiry-based
chemical experiment” menyimpulkan bahwa dengan inquiry chemical
experiment dapat meningkatkan keterampilan berpikir secara signifikan.
Selanjutnya penelitian dari (Kitot, Ahmad, & Seman, 2010) yang
berjudul “The Effectiveness of Inquiry Teaching in Enhancing Students‟
Critical Thinking”. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelompok kontrol. Dimana kelompok yang
diterapkan model inkuiri menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dalam
berpikir kritis daripada kelompok kontrol. Temuan menunjukkan bahwa
pengajaran inkuiri lebih efektif dan harus ditekankan.
Kemudian jurnal penelitian (Vlassi & Karaliota, 2013) yang berjudul
“The comparison between guided inquiry and traditional teaching method. A
case study for the teaching of the structure of matter to 8th grade Greek
students” menunjukkan hasil Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) memiliki
grafik yang lebih signifikan untuk metode pembelajaran yang efektif
dibandingkan dengan metode tradisional yang dibuktikan dengan hasil skor
tertinggi oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh (Zoller, 2013) yang
berjudul “Science, Technology, Environment, Society (STES) Literacy for
Sustainability: What Should it Take in Chem/Science Education?”. Hasil
penelitian menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan SETS dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir
kognitif tingkat tinggi (higher-order cognitive skills) melalui pembelajaran,
penilaian, dan strategi belajar di kelas. Pembelajaran yang menggunakan
kemampuan berpikir kognitif tingkat tinggi akan meningkatkan kemampuan
berfikir kritis siswa.
Penelitian relevan juga dilakukan oleh (Yoruk, Morgil, & Secken, 2010)
yang berjudul “The effects of science, technology, society, environment
(STSE) interactions on teaching chemistry”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak dari pembuatan hubungan Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
Masyarakat dan Lingkungan pada pemahaman siswa terhadap topik kimia
melalui pengajaran kimia dengan menggunakan pendekatan STSE pada
tingkat menengah. Sebagai hasil penelitian, peningkatan statistik signifikan
terlihat pada tingkat pencapaian kelompok eksperimen yang mendapat
instruksi menggunakan hubungan STSE. Perubahan yang diamati pada
tingkat pencapaian kelompok kontrol tidak signifikan secara statistik.
Perbedaan antara tingkat pencapaian kelompok kontrol dan eksperimen dalam
posttest lebih terlihat pada kelompok eksperimen.
Penelitian selanjutnya oleh (Akcay & Akcay, 2015) yang berjudul
“Effectiveness of Science-Technology-Society (STS) Instruction on Student
Understanding of the Nature of Science and Attitudes toward Science”.
Penelitian ini melaporkan investigasi tentang dampak pengajaran teknologi
sains-teknologi-masyarakat (STS) terhadap pemahaman siswa sekolah
menengah mengenai sifat sains (sains) dan sikap terhadap sains dibandingkan
dengan siswa yang diajarkan oleh guru yang sama dengan menggunakan cara
konvensional. Temuan utama penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang
yang menerima perlakuan STS dapat memperbaiki pemahaman mereka
tentang sifat sains dan sikap terhadap sains lebih baik daripada siswa yang
diinstruksikan dengan pengajaran konvensional. Analisis data menunjukkan
bahwa siswa di kelas STS mendapatkan lebih banyak perubahan positif.
Secara khusus, siswa STS menunjukkan perubahan kuat dalam pemahaman
mereka tentang cara-cara dalam teori ilmiah dan ilmuwan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Astyana, Leny, & Saadi, 2017) yang
berjudul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Bervisi SETS terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Larutan Penyangga Siswa
Kelas XI PMIA SMAN 3 Banjarmasin”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa keterampilan proses sains siswa berbeda dengan secara signifikan
antara siswa dengan model inkuiri terbimbing bervisi SETS dan siswa dengan
model inkuiri terbimbing, hasil belajar siswa berbeda secara signifikan antara
siswa dengan model inkuiri terbimbing bervisi SETS dan siswa dengan model
inkuiri terbimbing, serta model inkuiri terbimbing bervisi SETS mendapat
respon positif dari siswa.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya
proses pembelajaran. Kondisi saat ini dimana anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa selalu diarahkan untuk
mengingat dan menghafal informasi yang mereka dapatkan, sehingga tak
sedikit dari mereka hanya pintar teori saja namun sulit memahami makna
pembelajaran sesungguhnya melalui praktik. Proses pembelajaran kimia
khususnya, seperti pada materi Kesetimbangan Kimia merupakan materi yang
memuat konsep ilmiah dengan tingkat kesulitan cukup tinggi. Materi
kesetimbangan kimia adalah materi yang menuntut siswa mampu berpikir
kritis dan memecahkan masalah melalui kegiatan pembelajaran. Siswa akan
diminta mampu menganalisa suatu masalah, memecahkannya dan
mengkonstruk pengetahuannya.
Oleh karena itu, peran seorang guru menjadi penting dalam mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan. Mengingat posisi guru sebagai fasilitator
dan pembimbing sehingga tugas guru menjadi lebih berat, tidak hanya
memegang transfer ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu guru harus
mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi diri disertai
dengan bimbingan yang intensif. Selain itu, perkembangan pada era
globalisasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini juga akan
berdampak pada dunia pendidikan tentunya. Proses pembelajaran akan
beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin canggih. Hal ini berarti
bahwa aktivitas belajar mengajar tidak lagi perpusat pada guru (Teacher
centered) melainkan harus beralih pada siswa (Student centered).
Situasi pembelajaran yang berpusat pada guru tidak memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menuangkan kreatifitasnya, mengembangkan
keterampilan berampilan berpikir kritis dan analitis untuk memecahkan
masalah. Untuk itu, diperlukan suatu perubahan agar menghasilkan generasi
muda yang dapat mengaplikasikan sains dan teknologi dalam pembelajaran
melalui pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS) untuk
mengatasi rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa. Pendekatan SETS
dapat membangun keterampilan berpikir kritis siswa tentang bagaimana
teknologi mempengaruhi laju perkembangan sains, serta berdampak pada
lingkungan dan masyarakat. Untuk mendukung pendekatan pembelajaran
SETS maka diperlukan suatu model pembelajaran berbasis masalah yang
dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan penyelidikan dan menemukan
solusi dalam pemecahan masalah tersebut. Model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah Inkuiri Terbimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing menekankan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan siswa yang
mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah, membuat hipotesis,
melakukan percobaan, dan menerapkan konsep, serta memiliki sikap ilmiah.
Dengan adanya isu-isu global di masyarakat siswa diberikan tantangan untuk
menyelesaikan masalah, menemukan solusi alternatif yang bisa digunakan
dalam menyelesaikan masalah, menerapkan konsep dan proses pada situasi
yang nyata. Terdapat kesamaan antara Inkuiri Terbimbing dengan
pendekatan SETS yaitu sama-sama dapat mendorong siswa untuk berpikir
kritis dan memecahkan suatu masalah dari beberapa isu global melalui
penalaran sains, lingkungan, teknologi, dan sosial. Pembelajaran yang
melibatkan aktivitas siswa secara aktif dalam menyelesaikan masalah yang
dapat ditemui dalam kehidupan sekitar akan meningkatkan keterampilan
berfikir kritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas akan digunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berpendekatan SETS untuk melihat pengaruhnya terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan indikator Ennis (1996) yang
dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
Faktor Penyebab
Contoh materi
Solusi dalam praktik
Solusi Masalah
Hasil
Yang harus dicapai
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa
Tahap Invitasi
(Penyajian isu/masalah)
Tahap Eksplorasi
(Pemahaman awal)
Tahap Solusi
(Pembentukan konsep
berdasarkan hasil temuan)
Tahap Aplikasi
(Penggunaan konsep yang telah
diperoleh)
Tahap Pemantapan Konsep
(Evaluasi dan pemantapan)
1. Aktivitas pembelajaran beralih kepada siswa (Student Centered)
2. Dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa dalam aktivitas pembalajaran.
Kesetimbangan kimia
Model Inkuiri Terbimbing
Pendekatan Science, Environment,
Technology, Society (SETS)
Model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa
Indikator Berpikir Kritis
1. Aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru (Teacher Centered)
2. Proses pembelajaran di kelas belum mengacu pada keterampilan siswa
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
1. Memfokuskan pertanyaan
2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan
klarifikasi yang menantang
4. Menjelaskan kredibilitas (kriteria)
suatu sumber
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi
6. Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
7. Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
8. Membuat dan menilai hasil
pertimbangan
9. Mengidentifikasi istilah dan
mempertimbangkan definisi
10. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
11. Memutuskan suatu tindakan
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang mendasari objek kajian penelitian serta
mengacu pada hasil penelitian yang relevan maka hipotesis dalam penelitian
ini yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan SETS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi
kesetimbangan kimia.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 47 Jakarta yang berlokasi di Jalan
Delman Utama I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan
pada semester I tahun ajaran 2016/2017, tepatnya pada tanggal 17 sampai
dengan 30 November 2017.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah Quasi Experiment. Metode ini
menggunakan kelompok kontrol dan eksperimen dengan sampel yang tidak
diambil secara acak, melainkan berasal dari sampel yang utuh tanpa
mengubah kelompok yang ada (Creswell, 2014, hlm. 238). Kelas eksperimen
pada penelitian ini akan diberikan perlakuan dengan menggunakan model
Inkuiri Terbimbing berpendekatan SETS dan kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional melalui metode ceramah, tanya
jawab, dan praktikum.
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Pretest and
Posttest Control Group Design yang terdiri dari kelompok eksperimen dan
kontrol, dimana kedua kelompok diberikan pretest sebelum diterapkan
perlakuan yang berbeda. Perlakuan khusus hanya diberikan kepada kelompok
eksperimen. Kemudian kedua kelas diberikan posttest untuk melihat
perbedaan dari kedua kelompok tersebut (Creswell, 2014, hlm. 242). Desain
ini hampir sama dengan pretest-posttest group design, perbedaannya adalah
pada desain ini kedua kelompok tidak dipilih secara random (Sugiyono
(2016, hlm.79). Adapun desain penelitian Nonequivalent Pretest and Posttest
Control Group Design menurut (Creswell, 2014, hlm. 242) terlihat pada tabel
3.1.
36
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
Kelompok A O X O
Kelompok B O Y O
Keterangan:
Kelompok A : Kelompok eksperimen
Kelompok B : Kelompok kontrol
O : Pemberian tes keterampilan berpikir kritis (pretest/posttest)
X : Perlakukan kelas eksperimen dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berpendekatan SETS
Y : Perlakukan kelas kontrol dengan model pembelajaran
konvensional
C. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam melaksanakan penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian penelitian.
1. Persiapan Penelitian
1) Melakukan studi literatur terkait jurnal-jurnal penelitian model
pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS dengan
keterampilan berpikir kritis.
2) Melakukan analisis Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD)
dan indikator dalam silabus Kurikulum 2013 sesuai edisi revisi pada
materi yang dipilih yaitu kesetimbangan kimia.
3) Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan indikator yang disesuaikan dengan
ketampilan berpikir kritis dan langkah model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing berpendekatan SETS.
4) Menyusun instrumen penelitian yaitu instumen tes berupa soal
uraian keterampilan berpikir kritis dan lembar kerja siswa (LKS)
sesuai dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
berpendekatan SETS.
37
5) Menguji validitas instumen tes kepada para ahli dan kemudian
memperbaiki instumen tes sesuai saran ahli. Setelah itu menguji
cobakan instumen tes yang telah dibuat kepada siswa untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas. Hasil uji coba dikonsultasikan
kembali dengan dosen, apabila sudah layak maka insturmen tes
dapat digunakan.
2. Pelaksanaan Penelitian
1) Melaksanakan tahap pretest berupa soal tes keterampilan berpikir
kritis sebelum pembelajaran kimia dimulai terhadap dua kelas yang
telah dipilih.
2) Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan rata-
rata skor pretest yang didapatkan. Kelas yang memiliki rata-rata skor
pretest tinggi akan menjadi kelas kontrol dan kelas yang memiliki
rata-rata skor pretest rendah akan menjadi kelas eksperimen.
3) Pada kelas eksperimen akan diberikan pembelajaran dengan model
inkuiri terbimbing berpendekatan SETS, sedangkan kelas kontrol
akan diberikan pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab,
dan praktikum).
4) Pada kelas eksperimen sebelum pembelajaran dimulai, siswa dibagi
menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5-6
siswa, kemudian membagikan lembar kerja siswa (LKS) sesuai
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS.
5) Setelah pembelajaran dilakukan selama 3 kali pertemuan, diberikan
posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk melihat
pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan
SETS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Penyelesaian Penelitian
1) Mengolah data hasil penelitian dengan berbagai teknik analisis data.
2) Menganalisis temuan data.
38
3) Menuliskan hasil dan pembahasan.
4) Membuat kesimpulan.
Adapun prosedur penelitian disajikan dalam gambar 3.1 berikut.
39
Analisis KI, KD, dan
indikator
Pembuatan RPP
Pembuatan instrumen tes
1. Soal tes uraian keterampilan berpikir kritis
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
3. Lembar Observasi
Validasi instrumen tes
Revisi
Melakukan pretest
Rata-rata skor rendah Rata-rata skor tinggi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berpendekatan SETS
Penerapan Model
Konvensional
Melakukan posttest
Analisa Data
Hasil dan
Pembahasan
Temuan Data
Kesimpulan :
Model pembalajaran Inkuiri Terbimbing
berpendekatan SETS dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa
Tahap Perencanaan
Valid
Tahap Pelaksanaan
Tahap Penyelesaian
Studi literatur model
pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan SETS dengan
keterampilan berpikir kritis
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
40
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek/subjek pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-
syarat tertentu terkait dengan masalah penelitian (Riduwan, 2013, hlm. 11).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMAN 47
Jakarta. Sampel adalah perwakilan dari populasi yang akan diteliti (Riduwan,
2013, hlm. 11).
Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu
teknik dalam pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2010, hlm.
33). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI MIA
2 sebagai kelas ekperimen dan kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan
jumlah masing-masing sebanyak 36 orang siswa. Adapun pertimbangan yang
dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada kemampuan awal (pretest)
yang sama pada kedua kelas penelitian, dan berdasarkan informasi yang
diberikan guru mata pelajaran kimia di sekolah mengenai penyesuaian jadwal
mata pelajaran pada masing-masing kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Instrumen Subjek Keterangan
1 Keterampilan
berpikiri kritis
siswa
Tes esai Siswa Tes esai diberikan
kepada siswa di awal
penelitian (pretest) dan
di akhir penelitian
(posttest) pada kelas
eksperimen dan kontrol
Lembar
Kerja Siswa
(LKS)
Siswa LKS yang memuat
tahap-tahap
pembelajaran inkuiri
berpendekatan SETS
diberikan kepada siswa
di kelas eksperimen saat
proses pembelajaran
berlangsung, sedangkan
41
kelas kontrol diberikan
LKS praktikum yang
memuat langkah-
langkah percobaan.
2 Keterlaksanaan
pembelajaran
dengan model
inkuiri
terbimbing
berpendekatan
SETS
Lembar
Observasi
Siswa Lembar observasi
keterlaksanaan model
pembelajaran inkuiri
terbimbing
berpendekatan SETS
diisi oleh observer saat
pembelajaran
berlangsung di kelas
eksperimen.
F. Instrumen Penelitian
Istrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2016, hlm.134). Adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tes
Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada responden untuk
mendapatkan jawaban baik secara tertulis maupun lisan guna mengetahui
kemampuan yang dimiliki responden (Suharsaputra, 2014, hlm. 95). Tes
yang digunakan berupa tes esai, yaitu tes tertulis yang tersusun atas
beberapa item pertanyaan dan mengandung permasalahan yang menuntut
jawaban dari pengetahuan siswa melalui uraian-uraian kata sebagai
gambaran kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2009, hlm. 94). Tes ini
disusun berdasarkan rumusan indikator pembelajaran pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Tes esai diujikan sebanyak 12 butir soal yang
digunakan untuk mengukur 11 indikator keterampilan berpikir kritis
Robert H. Ennis.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian yang
diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Adapun kisi-kisi instrumen
tes esai keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Esai Keterampilan Berpikir Kritis
No Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
Nomor
Soal
Nomor
Soal yang
digunakan
1 Memberikan
penjelasan
sederhana
1. Memfokuskan pertanyaan 1*, 2 2
2. Menganalisis argumen 3, 4* 3
3. Bertanya dan menjawab
pertanyaan
5, 6, 27 27
2 Membangun
keterampilan
dasar
4. Menjelaskan kridibilitas
(kriteria) suatu sumber
7, 8 8
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi
25, 26 26
3 Menyimpulkan 6. Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
9, 10*, 11 11
7. Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil
induksi
12, 13* 12
8. Membuat dan menilai hasil
pertimbangan
14, 15 15
4 Membuat
penjelasan lebih
lanjut
9. Mengidentifikasi istilah dan
mempertimbangkan definisi
16, 17 16
10. Mengidentifikasi asumsi-
asumsi
18, 19, 20,
21
19, 20
5 Strategi dan
taktik
11. Memutuskan suatu
tindakan
22, 23, 24 22
Jumlah soal 27 12
Keterangan *: soal yang tidak valid
2. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan sebagai panduan dalam proses
pembelajaran di kelas eksperimen yang didalamnya terdapat
permasalahan dan diselesaikan melalui langkah-langkah pendekatan
SETS. Lembar Kerja Siswa (LKS) dikerjakan saat proses pembelajaran
dilakukan telah dilaksanakan. LKS ini juga digunakan untuk melihat
kemunculan indikator keterampilan berpikir kritis pada saat pembelajaran
berlangsung.
43
3. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik mengumpulkan data
melalui pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata, 2013, hlm. 220). Lembar observasi ini digunakan untuk
mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan SETS yang meliputi lembar observasi aktivitas mengajar
guru dan aktivitas belajar siswa yang diisi oleh observer.
G. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen, sehingga mampu mengukur apa yang
diinginkan (Arikunto, 2010, hlm. 211). Jadi, suatu instrumen dapat
dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis
dan validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang menguji
perwakilan item-item dari keseluruhan cakupan materi yang hendak
diukur, serta dapat memberikan nilai kelayakan isi item dari kisi-kisi
untuk menunjukkan bukti validitas isi (Rustam, Sari, & Yunita, 2018,
hlm. 74). Instrumen dikatakan memiliki validitas logis jika sudah sesuai
dengan isi atau format yang harus diukur,sehingga instrumen dikatakan
sudah memiliki validitas isi sedangkan instrumen yang sudah sesuai
dengan kerangka atau aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki
validitas kontruksi (Arikunto, 2016, hlm. 167). Validitas logis ini
dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen
validator ahli.
Selain validitas logis, dilakukan juga validitas empiris. Validitas
empiris dapat diketahui melalui pengujian validitas instrumen yang telah
disusun berdasarkan pengalaman (Arikunto, 2010, hlm 212). Validitas
empiris dilakukan dengan uji coba instrumen tes kepada siswa yang
bukan subjek dari penelitian. Data yang diperoleh dari hasil uji coba ini
44
kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS versi
22. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrumen yang apabila dipergunakan secara berulang selalu memberikan
hasil yang sama (Arifin, 2013, hlm. 258). Teknik yang digunakan untuk
menentukan reliabilitas tes esai adalah dengan menggunakan rumus
Alpha yaitu:
(
)(
∑
)
Keterangan :
r11 : Reliabilitas yang dicari
∑ : Jumlah varians skor tiap-tiap item
: Varians total (Arikunto, 2010, hlm. 239)
Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan software
SPSS versi 22. Setelah memasukkan seluruh data, maka peneliti bisa
mendapatkan nilai reliabilitas tes. Nilai reliabilitas yang didapatkan pada
penelitian ini sebesar 0,778 pada pertemuan pertama dan 0,788 pada
pertemuan kedua. Perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 6.
3. Taraf Kesukaran
Kemampuan tes dalam menjaring banyaknya peserta tes yang dapat
mengerjakan tes dengan benar disebut taraf kesukaran. Semakin banyak
peserta tes yang mampu mengerjakan tes, maka taraf kesukaran akan
semakin tinggi. Sebaliknya, jika hanya sedikit peserta tes yang mampu
mengerjakan tes, maka taraf kesukaran akan semakin rendah (Arikunto,
2016, hlm. 176). Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat
kesukaran adalah sebagai berikut (Arikunto, 2005, hlm. 208):
45
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh peserta tes
Tolak ukur suatu indeks kesukaran yang digunakan menurut Sudjana
(2011, hlm. 137) sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran
Tingkatan Kesukaran Keterangan
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Soal mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan butir soal dalam
membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa
yang kurang menguasai menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu (Arifin, 2013, hlm. 273). Adapun rumus daya pembeda menurut
Arikunto (2016, hlm. 177) yaitu:
Keterangan:
D : Daya pembeda butir
BA : Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar
JA : Jumlah siswa kelompok atas
BB : Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab salah
JB : Jumlah siswa kelompok bawah
Sebagai acuan tolak ukur koefisien daya pembeda menurut Arikunto
(2005, hlm. 218) dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda
Tingkatan Daya Pembeda Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
46
Setelah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda,
maka didapat hasil uji insturumen yang valid dan tidak valid. Berikut ini
hasil validasi kisi-kisi instrumen tes keterampilan berpikir kritis yang
digunakan dalam penelitian:
Tabel 3.6 Hasil Validasi Kisi-kisi Instrumen Tes Esai Keterampilan
Berpikir Kritis yang digunakan dalam Penelitian
No
Keterampilan
Berpikir
Kritis
Indikator
Keterampilan Berpikir
Kritis
Nomor Soal
Sebelum
Validasi
Soal
Terpilih
Sesudah
Validasi
1 Memberikan
penjelasan
sederhana
1. Memfokuskan
pertanyaan 1*, 2 2 1
2. Menganalisis
argumen 3, 4* 3 2
3. Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
5, 6, 27 27 4
2 Membangun
keterampilan
dasar
4. Menjelaskan
kridibilitas
(kriteria) suatu
sumber
7, 8 8 5
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
25, 26 26 12
3 Menyimpulkan 6. Membuat deduksi
dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
9, 10*,
11 11 6
7. Membuat induksi
dan
mempertimbangkan
hasil induksi
12, 13* 12 7
8. Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
14, 15 15 8
4 Membuat
penjelasan
lebih lanjut
9. Mengidentifikasi
istilah dan
mempertimbangkan
definisi
16, 17,
18 16 9
10. Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
19, 20,
21 19, 20 10, 11
5 Strategi dan
taktik
11. Memutuskan suatu
tindakan
22, 23,
24 22 3
Jumlah soal 27 12 12
47
Keterangan : * soal yang tidak valid
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan untuk melakukan pengolahan data yang
diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Setiap butir soal uraian
keterampilan berpikir kritis diberikan skor 0-4. Data yang sudah diperoleh
diolah lebih lanjut dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada setiap jawaban yang siswa berdasarkan kunci
jawaban yang telah dibuat.
2. Menghitung skor total siswa.
3. Menentukan nilai persentase setiap indikator soal tes keterampilan
berpikir kritis siswa.
Menurut (Purwanto, 2012, hlm. 102) disebutkan bahwa nilai persentase
dapat dicari dengan menggunakna rumus:
x 100%
Keteragan :
NP : Nilai persen yang dicari
R : Skor mentah yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimal ideal
4. Mengkonversikan skor yang didapat kedalam bentuk persentase dan
mengkategorikan keterampilan berpikir kritis siswa seperti pada tabel 3.7
adalah sebagai berikut (Arikunto, 2016, hlm. 44):
Tabel 3.7 Interpretasi Skor
Skor (%) Kategori
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang
Data yang sudah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan bantuan
software SPSS 22. Namun sebelum itu, perlu dilakukan uji Normalitas dan Uji
Homogenitas sebagai syarat agar dapat melakukan uji-t dan menganalisis data
48
apakah populasi berasal dari distribusi normal atau tidak normal (Kadir, 2015,
hlm. 143).
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi sampel yang diteliti. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 22.
Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut (Kadir, 2015,
hlm. 156-157):
1) Input data pada kolom data view.
2) Pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu Descriptive
Statistics, klik Explore.
3) Masukkan data yang akan diuji normalitasnya pada kotak
Dependent List, kemudian klik Plots.
4) Pada Bloxplots, klik None, selanjutnya klik Normality plots with
test, lalu klik Continue dan OK.
Menarik kesimpulan dari output uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov, dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai
berikut (Kadir, 2015, hlm. 156):
H0 : Distribusi populasi normal
Jika probalitas (p-value) > 0,05, H0 diterima.
H1 : Distribusi populasi tidak normal.
Jika probalitas (p-value) ≤ 0,05 H0 ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan pada skor pretest dan posttest.
Pengujian dilakukan dengan uji homogenitas Levene‟s statistic
dengan bantuan software SPSS versi 22. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 167-168):
1) Masukkan data pada Data View.
49
2) Buka menu utama Analyze dan klik General Linear Model.
3) Kemudian klik univariate, masukkan data yang akan diuji
homogenitasnya ke dalam Dependent Variabel dan variabel
“Kelompok (atau Kelas)” ke Fixed Factor(s), lalu klik Options.
4) Selanjutnya masukkan data “Kelompok (atau Kelas)” ke Display
Means for, pilih Homogenity test kemudian klik Continue lalu
OK.
Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene‟s
statistic adalah dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0
sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 167-169):
H0 : Distribusi data mempunyai varians homogen.
Jika probalitas (p-value) > 0,05, H0 diterima.
H1 : Distribusi data tidak homogen.
Jika probalitas (p-value) ≤ 0,05 H0 ditolak.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan terhadap data pretest dan posttest. Uji
hipotesis pada data pretest untuk melihat keadaan awal apakah sampel
layak digunakan untuk penelitian atau tidak. Sedangkan uji hipotesis
pada data posttest dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh
model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa. Dalam penelitian ini uji hipotesis
dengan menggunakan softwre SPSS versi 22 dengan uji Independent-
Sample T Test yang bertujuan untuk menguji perbedaan rata-rata dua
kelompok dan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen (Trihendradi, 2010, hlm. 110). Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 300-301):
1) Masukkan data pada Data View.
2) Klik Analyze, pilih submenu Compare Menas, kemudian klik
Independent-Sample T test.
50
3) Masukkan data yang sesuai ke dalam Test Variable(s) dan Grouping
Variable, kemudian klik Define Group.
4) Isikan angka 1 pada Group 1 dan angka 2 pada Group 2, kemudian
Continue dan OK.
Dengan menarik kesimpulan output uji hipotesis berdasarkan kriteria
pengujian sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 302):
Jika p-value (Sig.2.tailed) ≤ 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika p-value (Sig.2.tailed) > 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak.
I. Hipotesis Statistik
Adapun rumus hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri
terbimbing berpendekatan SETS terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia.
H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan SETS terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi kesetimbangan kimia.
µ1 : Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa sebelum diberi
perlakuan.
µ2 : Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa setelah diberi
perlakuan.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut disajikan data hasil penelitian keterampilan berpikir kritis siswa
kelas XI MIA di SMAN 47 Jakarta. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh data hasil pretest dan posttest kelas XI MIA 4 sebagai
kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional dan XI MIA 2
sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendekatan SETS. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan
instrumen tes esai sebanyak 12 soal. Tes diberikan kepada 36 siswa kelas
kontrol dan 36 siswa kelas eksperimen. Adapun data hasil penelitian yang
diperoleh dari kelas kontrol dan eksperimen adalah sebagai berikut:
1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4. 1 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Eksperimen
Data Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Jumlah Siswa 36 36 36 36
Nilai Tertinggi 33 31 94 96
Nilai Terendah 13 10 69 77
Jumlah Nilai 764 737 2887 3153
Rata-rata 21,22 20,47 80,19 87,58
Median 21 20 81 88
Modus 25 17 83 85
SD 4,823 4,825 6,675 5,028
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
pretest kelas kontrol sebesar 21,22 dan nilai rata-rata pretest kelas
eksperimen sebesar 20,47. Adapun nilai rata-rata posttest kelas kontrol
sebesar 80,19 dan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 87,58.
Secara keseluruhan setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat perbedaan nilai rata-rata
52
posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol. Data perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 16 dan
lampiran 19.
2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
a. Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data hasil pretest mengenai analisis indikator keterampilan
berpikir kritis pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Persentase Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
No
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
(%) Kategori (%) Kategori
1 Memfokuskan
pertanyaan 56,94 Cukup 61,81 Baik
2 Menganalisis
argumen 75,00
Sangat
Baik 25,69 Kurang
3
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
39,58 Kurang 50,69 Cukup
4
Menjelaskan
kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
21,53 Kurang 31,94 Kurang
5
Mengobservasi
dan mempertim-
bangkan hasil
observasi
0,00 Sangat
Kurang 0,00
Sangat
Kurang
6
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasil
deduksi
5,56 Sangat
Kurang 20,83 Kurang
7
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
1,39 Sangat
Kurang 9,03
Sangat
Kurang
53
No
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
(%) Kategori (%) Kategori
8
Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
0,00 Sangat
Kurang 0,00
Sangat
Kurang
9
Mengidentifi-
kasi istilah dan
mempertim-
bangkan definisi
0,00 Sangat
Kurang 0,00
Sangat
Kurang
10
Mengidentifi-
kasi asumsi-
asumsi
0,00 Sangat
Kurang 0,35
Sangat
Kurang
11 Memutuskan
suatu tindakan 52,78 Cukup 43,06 Cukup
Rata-rata 22,98 Kurang 22,13 Kurang
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan rata-rata persentase
indikator keterampilan berpikir kritis kritis siswa berdasarkan nilai
prestest. Rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 22,98 dengan
kategori kurang, sedangkan rata-rata pretest kelas eksperimen
sebesar 22,13 dengan kategori kurang. Indikator tertinggi yang
diperoleh pada kelas kontrol adalah indikator menganalisis argumen
sebesar 75 dengan kategori sangat baik, sedangkan indikator
tertinggi di kelas eksperimen adalah indikator memfokuskan
pertanyaan sebesar 61,81 dengan kategori baik. Secara rinci
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13.
b. Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data hasil posttest mengenai analisis indikator keterampilan
berpikir kritis pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut:
54
Tabel 4.3 Persentase Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
No
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
(%) Kategori (%) Kategori
1 Memfokuskan
pertanyaan 72,92 Baik 92,36
Sangat
Baik
2 Menganalisis
argumen 85,42
Sangat
Baik 91,67
Sangat
Baik
3
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
81,25 Sangat
Baik 81,94
Sangat
Baik
4
Menjelaskan
kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
84,03 Sangat
Baik 90,97
Sangat
Baik
5
Mengobservasi
dan mempertim-
bangkan hasil
observasi
72,22 Baik 77,08 Baik
6
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasil
deduksi
83,33 Sangat
Baik 87,50
Sangat
Baik
7
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
84,72 Sangat
Baik 95,83
Sangat
Baik
8
Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
87,50 Sangat
Baik 90,28
Sangat
Baik
9
Mengidentifi-
kasi istilah dan
mempertim-
bangkan definisi
87,50 Sangat
Baik 91,67
Sangat
Baik
10
Mengidentifi-
kasi asumsi-
asumsi
79,17 Baik 84,38 Sangat
Baik
11
Memutuskan
suatu tindakan 65,28 Baik 81,94
Sangat
Baik
Rata-rata 80,30 Baik 87,78 Sangat
Baik
55
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan rata-rata persentase
indikator keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan nilai
posttest. Rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 80,30 dengan
kategori baik, sedangkan rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar
87,78 dengan kategori sangat baik. Jika dilihat dari setiap indikator
berpikir kritis, indikator tertinggi pada kelas kontrol adalah indikator
membuat dan menilai hasil pertimbangan serta indikator
mengidentifikasi dan mempertimbangkan definisi sebesar 87,50
dalam kategori sangat baik, sedangkan indikator terendah pada kelas
kontrol adalah indikator memutuskan suatu tindakan sebesar 65,28
dalam kategori baik. Indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi
di kelas eksperimen adalah indikator membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi sebesar 95,83 dalam kategori
sangat baik, sedangkan indikator terendah adalah indikator
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi sebesar
77,08 dalam kategori baik. Secara rinci perhitungan dapat dilihat
pada lampiran 14 dan lampiran 15.
3. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Prasyarat Sampel
Uji prasyarat sampel dilakukan setelah mendapatkan data
pretest dan posttest untuk mengetahui kelayakan sampel. Adapun uji
prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas
dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 22.
1) Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal apabila Sig > α.
Berikut hasil uji normalitas data pretest dan posttest untuk kedua
kelas:
56
a) Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan hasil uji normalitas data pretest kelas
kontrol dan eksperimen (Lampiran 16) disajikan pada tabel
4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Pretest
Kesimpulan Kontrol Eksperimen
N 36 36 Sig > α
(Data berdistribusi
normal) α 0,05 0,05
Sig. 0,133 0,167
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa hasil uji
normalitas data pretest keterampilan berpikir kritis
menunjukkan nilai signifikan 0,133 pada kelas kontrol dan
0,167 pada kelas eksperimen. Ini menunjukkan bahwa nilai
pretest kelas kontrol dan eksperimen lebih besar dari taraf
signifikansi α = 0,05, sehingga H0 diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa data kelas kontrol dan
eksperimen berdistribusi normal.
b) Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan hasil uji normalitas data posttest kelas
kontrol dan eksperimen (Lampiran 19) disajikan pada tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Posttest
Kesimpulan Kontrol Eksperimen
N 36 36 Sig > α
(Data berdistribusi
normal) α 0,05 0,05
Sig. 0,200 0,137
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil uji
normalitas data posttest keterampilan berpikir kritis
57
menunjukkan nilai signifikan 0,200 pada kelas kontrol dan
0,137 pada kelas eksperimen. Ini menunjukkan bahwa nilai
posttest kelas kontrol dan eksperimen lebih besar dari taraf
signifikansi α = 0,05, sehingga H0 diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa data kelas kontrol dan
eksperimen berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah uji normalitas data
pretest dan posttest dinyatakan berdistribusi normal. Uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan dua kelas
penelitian. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan
uji Levene. Dua kelas penelitian dikatakan homogen apabila Sig
> α. Adapun hasil uji homogenitas data pretest dan posttest
kedua kelas adalah sebagai berikut:
a) Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan hasil uji homogenitas data pretest kelas
kontrol dan eksperimen (Lampiran 17) disajikan pada tabel
4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Pretest Kesimpulan
Α 0,05 Sig > α
(Data homogen) Sig. 0,824
Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa uji
homogenitas data pretest pada kelas kontrol dan eksperimen
sebesar 0,824 yang lebih besar dari taraf signifikan (α) =
0,05, sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa data pretest kelas kontrol dan
eksperimen memiliki varians yang sama atau homogen.
58
b) Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan hasil uji homogenitas data posttest kelas
kontrol dan eksperimen (Lampiran 20) disajikan pada tabel
4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Posttest Kesimpulan
Α 0,05 Sig > α
(Data homogen) Sig. 0,062
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa uji
homogenitas data posttest pada kelas kontrol dan
eksperimen sebesar 0,062 yang lebih besar dari taraf
signifikan (α) = 0,05, sehingga H0 diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas
kontrol dan eksperimen memiliki varians yang sama atau
homogen.
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dan uji
homogenitas diketahui berdistribusi normal dan memiliki varian
yang sama atau bersifat homogen. Uji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji Independent Sample Test dengan bantuan software
SPSS versi 22. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest pada kedua kelas
penelitian. Adapun hasil uji hipotesis data pretest dan posttest kedua
kelas adalah sebagai berikut:
1) Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Hasil uji hipotesis data pretest kelas kontrol dan eksperimen
(Lampiran 18) dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
59
Tabel 4.8 Hasil Uji-t Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Statistik Uji-t Kesimpulan
Kontrol Eksperimen Sig > α
(Maka H0 diterima,
artinya tidak terdapat
perbedaan rata-rata
nilai pretest antara
kelas kontrol dan
eksperimen)
N 36 36
Α 0,05
Sig
(2-tailed) 0,512
Berdasarkan data pada tabel 4.8 pada hasil uji hipotesis data
pretest pada kelas kontrol dan eksperimen diperoleh sig (2-
tailed) sebesar 0,512. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig (2-
tailed) > α, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan
eksperimen sebelum diberikan perlakuan. Oleh sebab itu, kedua
kelas layak dijadikan sebagai sampel penelitian.
2) Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Hasil uji hipotesis data posttest kelas kontrol dan
eksperimen (Lampiran 21) dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji-t Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Statistik Uji-t Kesimpulan
Kontrol Eksperimen Sig < α
(Maka H1 diterima,
artinya terdapat
perbedaan rata-rata
nilai posttest antara
kelas kontrol dan
eksperimen)
N 36 36
Α 0,05
Sig
(2-tailed) 0,000
Berdasarkan data pada tabel 4.9 pada hasil uji hipotesis data
posttest pada kelas kontrol dan eksperimen dengan taraf
signifikan (α) = 0,05 diperoleh sig (2-tailed) sebesar 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed) < α, sehingga H0
60
ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas kontrol dan
eksperimen yang menandakan adanya pengaruh model
pembalajaran yang diterapkan terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
inkuiri terbimbing berpendekatan Science, Environment, Technology, Society
(SETS) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi
kesetimbangan kimia. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 47 Jakarta
dengan mengambil 2 kelas sebagai sampel, yaitu kelas XI MIA 2 sebagai
kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model inkuiri terbimbing
berpendakatan SETS dan XI MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional. Uji prasyarat sampel dilakukan terlebih dahulu
dalam penelitian ini terhadap data pretest dan posttest kelas kontrol dan
eksperimen. Hasil yang didapatkan berdasarkan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5
pada kelas eksperimen dan kontrol data berdistribusi normal. Uji homogenitas
berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 kedua kelas bersifat homogen. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua sampel penelitian, yaitu kelompok kontrol dan
eksperimen memiliki keadaan awal yang sama.
Tahap selanjutnya, dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah
model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS berpengaruh
atau tidak terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi
kesetimbangan kimia. Uji hipotesis dilakukan terhadap data pretest dan
posttest. Berdasarkan hasil uji hipotesis pretest pada Tabel 4.8 menunjukkan
H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan eksperimen,
sehingga kedua kelas tersebut dapat dijadikan sebagai sampel penelitian.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & Mahdian (2013)
dan Sunaryo (2014) bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara
61
kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran,
sehingga dapat disimpulkan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
kemampuan awal yang sama. Nilai rata-rata pretest pada tabel 4.1
menunjukkan kelas kontrol sebesar 21,22 dan rata-rata pretest kelas
eksperimen sebesar 20,47. Nilai rata-rata pretest kelas kontrol lebih tinggi
dibandingkan kelas eksperimen. Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zhou, Huang, & Tian (2013) bahwa skor keterampilan
berpikir kritis kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen dan tidak
terdapat perbedaan signifikan dari kedua kelas tersebut.
Hasil uji hipotesis posttest pada Tabel 4.9 menunjukkan H0 ditolak dan
H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest keterampilan
berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan eksperimen yang menunjukkan
terdapat pengaruh model inkuiri terbimbing berpendekatan SETS terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa. Pengaruh model pembelajaran inkuiri
berpendekatan SETS dapat dilihat dari perbedaan persentase rata-rata
indikator keterampilan berpikir kritis pada posttest kelas eksperimen yaitu
sebesar 87,78% dengan kategori sangat baik dan kelas kontrol sebesar
80,30% dengan kategori baik. Kelas eksperimen memperoleh persentase yang
lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang menunjukkan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan
SETS lebih baik dibandingkan menggunakan model konvensional (metode
ceramah). Terkait hal tersebut, hasil penelitian yang sejalan dengan Astyana,
Leny, & Saadi (2017) bahwa dengan penerapan model inkuiri terbimbing
dengan visi SETS menunjukkan perbedaan signifikan antara kelas yang
menerapkan visi SETS dan kelas yang tanpa visi SETS terhadap keterampilan
proses sains dan hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas eksperimen yang
berada dalam kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol berada dalam kategori
sedang.
Perbedaan persentase rata-rata antara kelas kontrol dan eksperimen
disebabkan oleh kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen yang
memberikan kesempatan secara aktif pada siswa untuk melatih keterampilan
62
berpikir kritis sebagai suatu keterampilan yang harus dimiliki siswa. Hal ini
senada dengan pernyataan Dewi & Riandi (2015); Duran & Şendağ (2012);
Nugraha & Kirana (2015); Asmawati (2015) bahwa berpikir kritis ini penting
untuk dimiliki. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Dewi & Riandi (2015);
Kartimi, Liliasari, & Permanasari (2012) yang menyatakan bahwa dengan
memiliki keterampilan berpikir kritis, siswa dapat menyikapi dan
menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Masalah sebagai fokus utama pembelajaran disajikan dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS). LKS ini dirancang sesuai dengan tahap pembelajaran
inkuiri terbimbing berpendekatan SETS yang akan memicu rasa ingin tahu
dan memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara
kelompok. Sa'adah & Kusasi (2017) mengungkapkan bahwa dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa memiliki kesempatan mempelajari
cara menemukan fakta, konsep, atau prinsip dari pengalamannya secara
langsung. Selain itu Sundari, Pursitasari, & Heliawati (2017) menambahkan
bahwa model inkuiri terbimbing siswa dapat mengajukan pertanyaan, mencari
informasi, melakukan pengamatan, penyelidikan, membuat hipotesis,
mencatat dan mengolah data, dan menyajikan laporan.
Penerapan SETS membantu siswa dalam memahami pembelajaran lebih
mudah karena penggunaan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contohnya adalah dalam memahami materi kesetimbangan kimia
dengan kasus atau fenomena yang ada dalam kehidupan, seperti fenomena
petir, pengeroposan pada gigi, dan fakta minuman berkarbonasi. Hal ini
didukung dengan pernyataan (Astyana, Leny, & Saadi, 2017) yang
mengungkapkan penerapan SETS membantu siswa dalam memahami
pelajaran karena dikaitkan dalam kehidupan. Menurut Yoruk, Morgil, &
Secken (2010) Science, Technology, Society, Environment (STSE) berasal
dari keyakinan bahwa hubungan antara siswa dan dunia nyata harus
ditetapkan. Hal ini dikarenakan banyaknya situasi yang dapat dijumpai dalam
kehidupan yang terkait erat dengan kimia dan melibatkan pengetahuan
ilmiah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Birgili (2015) yang
63
mengungkapkan bahwa dengan masalah sehari-hari siswa memiliki
kesempatan untuk menemukan pengetahuan yang baru, memecahkan suatu
masalah dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan solusi untuk
menyelesaikan masalah melalui pengalaman. Senada dengan Nugraheni,
Mulyani, & Ariani (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran SETS
dengan masalah yang kontekstual pada situasi nyata dalam kehidupan sehari-
hari akan memudahkan siswa memahami kimia dengan materi yang abstrak.
Pembelajaran SETS memberikan contoh nyata dalam kehidupan, sehingga
akan membantu siswa mendapatkan informasi mengenai suatu konsep
melalui kegiatan diskusi atau kerja kelompok (Handayani, Zulaikha, &
Kristiantari, 2014).
Berdasarkan hasil posttest menunjukkan rata-rata indikator keterampilan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas
kontrol. Penelitian ini mengukur 11 indikator berpikir kritis Robert Ennis
menggunakan tes esai. Adapun penjelasan indikator keterampilan berpikir
kritis adalah sebagai berikut.
1. Indikator Memfokuskan Pertanyaan
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang pertama yaitu
memfokuskan pertanyaan. Indikator memfokuskan pertanyaan ini
merupakan fokus terhadap suatu masalah atau peristiwa dengan membuat
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan masalah atau peristiwa yang
disajikan. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk indikator
memfokuskan pertanyaan dari kelas kontrol:
Gambar 4.1 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Hasil dari pencapaian indikator memfokuskan pertanyaan sebesar
72,92% dalam kategori baik pada kelas kontrol dan sebesar 92,36%
dalam kategori sangat baik pada kelas eksperimen. Berikut ini
64
ditampilkan contoh jawaban siswa untuk indikator memfokuskan
pertanyaan dari kelas eksperimen:
Gambar 4.2 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Persentase kelas eksperimen pada indikator ini lebih tinggi dari kelas
kontrol. Hal ini disebabkan oleh adanya tahap pembelajaran yang
mendukung terlaksananya indikator memfokuskan pertanyaan, yaitu
tahap invitasi. Tahap invitasi ini guru mulai memberikan isu atau
masalah dan menggali pendapat dari siswa. Hal ini diungkapkan oleh
Nursamsudin (2016) bahwa guru mulai menggali isu atau masalah
melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu siswa untuk
memunculkan permasalahan. Ennis (1996, hlm. 4) mengatakan fokus
merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan terkait dengan suatu
situasi yang terjadi sehingga dapat menemukan poin penting dari suatu
peristiwa, isu, dan masalah.
Hasil yang senada diperoleh Ardiyanti & Winarti (2013); Qurniati,
Andayani, & Muntari (2015) yang menyatakan bahwa pada indikator
memfokuskan pertanyaan, siswa kelas eksperimen memperoleh nilai -
yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari
jawaban siswa pada kelas eksperimen yang sudah berhasil memfokuskan
pertanyaan dengan membuat poin penting dari masalah yang disajikan
dalam kategori sangat baik dibandingkan kelas kontrol. Penerapan model
inkuiri terbimbing berpendekatan SETS memberikan dampak positif
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator memfokuskan
pertanyaan. Vlassi & Karaliota (2013) mengungkapkan bahwa inkuiri
terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional.
Sementara itu, Zoller (2013) menambahkan bahwa pendekatan SETS
65
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi
yang akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil yang
senada juga didapatkan (Yoruk, Morgil, & Secken, 2010) yang
mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran berpendekatan SETS,
siswa lebih kompeten dalam menghubungkan situasi dan konsep baru.
Keterlibatan siswa secara aktif di kelas eksperimen akan membantu
siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini
didukung dengan pernyataan Wijayanti & Susatyo (2014) yang
mengatakan bahwa pembelajaran saat ini masih kurang memberikan
akses kepada siswa secara mandiri untuk mengembangkan proses
berpikir karena pembelajaran konvensional yang masih didominasi oleh
guru atau teacher centered, sehingga siswa menjadi kurang aktif.
Berbeda dengan kelas eksperimen siswa terbiasa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran yang dapat melatih keterampilan berpikir kritisnya,
sehingga siswa kelas eksperimen dapat memfokuskan pertanyaan dengan
sangat baik. Sholihah, Zubaidah, & Mahanal (2016) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir perlu dilatih agar siswa tidak hanya mampu
menghafal saja, melainkan juga dapat memiliki keterampilan berpikir
kritis.
2. Indikator Menganalisis Argumen
Indikator berpikir kritis kedua adalah menganalisis argumen. Berikut
ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk indikator menganalisis
argumen dari kelas kontrol:
Gambar 4.3 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perolehan rata-rata kelas kontrol pada indikator ini sebesar 85,42%
dalam kategori sangat baik dan rata-rata kelas eksperimen sebesar
66
91,67% dalam kategori sangat baik. Berikut ini ditampilkan contoh
jawaban siswa untuk indikator menganalisis argumen dari kelas
eksperimen:
Gambar 4.4 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Tujuan dari indikator menganalisis argumen ini adalah untuk
mengidentifikasi informasi-informasi yang ditemukan dan memberikan
alasan dari sebab yang dinyatakan. Argumentasi memiliki arti penting
sebagai indikator keterampilan yang harus dimiliki pada abad 21 ini,
karena merupakan bagian dari keterampilan intelektual tingkat tinggi
yang disebut sebut sebagai berpikir kritis (Crowell & Kuhn, 2014).
Kartimi, Liliasari, & Permanasari (2012) menambahkan bahwa
keterampilan berpikir kritis merupakan cara siswa untuk menganalisis
argumen dan memunculkan wawasan terhadap makna, interpretasi dan
mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis.
Berdasarkan jawaban siswa pada gambar 4.3 dan 4.4 dapat diketahui
siswa berhasil mengidentifikasi informasi-informasi dari argumentasi
yang disajikan dan memberikan alasan yang tepat mengapa gigi dapat
keropos. Hal ini menujukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
pada indikator menganalisis argumen sudah sangat baik. Walaupun
persentase kedua kelas berada dalam kategori sangat baik, namun
persentase rata-rata kelas eksperimen jauh lebih unggul. Hal ini didukung
oleh Yoruk, Morgil, & Secken, (2010) dan (Kitot, Ahmad, & Seman,
2010) yang mengungkapkan perbedaan tingkat pencapaian antara
kelompok kontrol dan eksperimen lebih terlihat dalam posttest pada
kelompok eksperimen dengan hasil yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
pada kelas eksperimen siswa dilatih berdiskusi secara aktif mengenai
67
masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan informasi dan
pengetahuan serta melatih diri memberikan alasan logis guna
meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya dalam menemukan
jawaban dari masalah yang diberikan. Hal ini senada dengan karakteristik
pembelajaran SETS oleh Khasanah (2015) yang menjelaskan salah satu
karakteristik pembelajaran SETS yaitu keikutsertaan siswa secara aktif
dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, Khasanah (2015) juga menjelaskan melalui tahap
invitasi pada pendekatan SETS guru dapat menggali pendapat dari siswa
yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas. Apriana & Anwar
(2014) menambahkan bahwa mahasiswa dapat mengembangkan daya
nalarnya secara kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan
pembelajaran inkuiri, sehingga terlatih untuk menganalisa, bertanya dan
menjawab serta menentukan tindakan (indikator berpikir kritis) serta
melakukan diskusi dengan aktif bersama kelompok. Selain itu, dengan
pengalaman inkuiri siswa diberi kesempatan untuk meningkatkan
pemahaman mereka dengan baik (Alameddine & Ahwal, 2016).
3. Indikator Bertanya dan Menjawab Pertanyaan
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang ketiga adalah
bertanya dan menjawab pertanyaan klasifikasi yang menantang. Berikut
ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk indikator bertanya dan
menjawab pertanyaan pada kelas kontrol:
Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perolehan persentase rata-rata kelas kontrol pada indikator ini
sebesar 81,25% dalam kategori sangat baik dan kelas eksperimen sebesar
81,94% dalam kategori sangat baik. Berikut ini ditampilkan contoh
68
jawaban siswa untuk indikator bertanya dan menjawab pertanyaan pada
kelas eksperimen:
Gambar 4.6 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Perolehan persentase antara kelas kontrol dan eksperimen pada
indikator ini berada pada kategori sangat baik dengan selisih rata-rata
0,69%. Hal ini dikarenakan perlakuan pada kelas kontrol menggunakan
model konvensional, guru lebih banyak berperan aktif menjelaskan
seluruh materi pelajaran sehingga siswa dapat menjelaskan secara
sederhana apa yang ditemukan dalam soal. Hal ini menandakan bahwa
siswa hanya mengandalkan ingatan dan hafalan yang siswa dapatkan dari
penjelasan guru, sehingga pemahaman dan keterampilan berpikir kritis
siswa masih belum terlatih dengan baik selama pembelajaran. Siswa
dikelas kontrol cenderung hanya mendengarkan dan mengikuti segala
yang dijelaskan oleh guru dan menyebabkan siswa tidak terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran yang berakibat pada kurang
terasahnya keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung oleh
pernyataan Sutama, Arnyana, & Swasta (2014) yang mengungkapkan
bahwa dengan metode ceramah, informasi hanya dihafal tanpa melalui
proses berpikir. Berbeda dengan kelas eksperimen, keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran memicu siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Hal tersebut
disebabkan adanya tahap pembelajaran yang mendukung secata aktif
terlaksananya indikator bertanya dan menjawab pertanyaan sebagaimana
Nursamsudin (2016) mengatakan pada tahap awal pembelajaran dengan
pendekatan SETS, siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan
dan mengilustrasi pemahamannya tentang suatu konsep. (Yulistiana,
69
2015) menambahkan bahwa melalui pengajaran SETS, siswa akan lebih
mudah memahami materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata yang
ada di masyarakat dan kehidupan sehari-hari. Utami, Ramalis, &
Saepuzaman (2016) menambahkan bahwa siswa yang terlibat secara aktif
dalam proses pembalajaran dapat mengasah keterampilan berpikir kritis
dan penguasaan konsepnya. Pernyaatan tersebut dipertegas oleh
Isindanah & Azizah (2016) yang mengatakan bahwa berpikir kritis
merupakan proses yang aktif, tidak dapat diajarkan melalui metode
ceramah.
4. Indikator Menjelaskan Kredibilitas (kriteria) Suatu Sumber
Indikator keempat adalah menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu
sumber. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas
kontrol:
Gambar 4.7 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perolehan persentase kelas kontrol pada indikator ini sebesar 84,03%
dengan kategori sangat baik dan kelas eksperimen sebesar 90,97%
dengan kategori sangat baik. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban
siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Salah satu tujuan dari indikator mempertimbangkan kredibilitas
(kriteria) suatu sumber adalah kemampuan memberikan alasan. Nugraha
70
& Kirana (2015) menyatakan kredibilitas merupakan kemampuan untuk
mengetahui keahlian dan reputasi sumber, menggunakan sumber yang
baku, mampu memberikan alasan. Sumber relevan dapat siswa temukan
melalui internet, buku, dan sebagainya untuk menemukan pemecahan
dari masalah yang diberikan, sehingga siswa dapat memberikan alasan
dari pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan sumber relevan.
Berdasarkan jawaban yang diberikan kelas kontrol dan eksperimen,
siswa sudah mampu memberikan jawaban yang baik berdasarkan temuan
dari sumber relevan. Persentase yang diperoleh kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh
adanya tahap pembelajaran yang mendukung indikator ini berlangsung
dengan baik. Tahap eksplorasi merupakan tahap kedua dari pendekatan
SETS. Tahap ini siswa diminta untuk memahami dan mempelajari
masalah yang disajikan (Khasanah, 2015). Selain itu, Nursamsudin
(2016) juga menambahkan bahwa pada tahap ini siswa akan melakukan
kegiatan percobaan untuk mengumpulkan data. Melalui tahap ini, siswa
akan terlatih dalam memahami dan menemukan sendiri jawaban melalui
percobaan yang dilakukan dan mengembangkan keterampilan berpikir
kritisnya. Oleh karena itu pembelajaran inkuiri terbimbing berpendakatan
SETS lebih efektif daripada hanya menggunakan model pembelajaran
konvensional di kelas kontrol. Hal ini senada seperti diungkapkan oleh
Pedretti & Nazir dalam Chowdhury (2016) bahwa dengan pendekatan
Science Technology Society Environment (STSE) menghadirkan
kesempatan untuk belajar, melihat, dan menganalisis sains dalam konteks
yang lebih luas dan mengakui keberagaman siswa di dalam kelas. Hasan
(2017) mengatakan bahwa siswa dapat mengaitkan konsep/proses
menghubungkan informasi secara relevan, sehingga diperoleh
kesimpulan yang relevan.
71
5. Indikator Mengobservasi dan Mempertimbangkan Hasil Observasi
Indikator berpikir kritis yang kelima adalah mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi. Berikut ini ditampilkan contoh
jawaban siswa untuk kelas kontrol:
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perolehan persentase yang didapatkan kelas kontrol pada indikator
ini sebesar 72,22% dengan kategori baik dan kelas eksperimen sebesar
77,08% dengan kategori baik. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban
siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kritis dari
kelompok membangun keterampilan dasar menurut Ennis. Salah satu
tujuan dari indikator ini adalah untuk memberikan bukti-bukti penguatan.
Penguasaan siswa terhadap indikator ini terlihat dari kemampuan siswa
dalam menjelaskan jawaban. Tahap pembelajaran yang dilewati adalah
tahap eksplorasi. Pada tahap ini, Nursamsudin (2016) menjelaskan bahwa
setelah siswa mengumpulkan data dari hasil percobaan, kegiatan akan
berlanjut pada kegiatan diskusi kelompok. Secara keseluruhan, tahap ini
akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
disekelilingnya. Melalui tahap ini siswa akan menyesuaikan hasil yang
didapat dengan teori yang ditemukan sebelumnya. Indikator
72
mengobeservasi dan mempertimbangkan hasil observasi adalah indikator
dengan persentase terendah pada kelas eksperimen dengan kategori baik.
Kelas kontrol maupun kelas eksperimen memperoleh persentase dengan
kategori baik dalam indikator ini, namun hasil rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian Ardiyanti &
Winarti (2013) yang melaporkan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol pada indikator ini. Jawaban yang diberikan siswa pada
kelas kontrol maupun eksperimen tidak hanya sebatas pendapat dan
asumsi semata, melainkan didukung oleh teori dari faktor-faktor
kesetimbangan. Hal senada juga diungkapkan Herlanti (2014) bahwa
alasan yang kuat tidak hanya dilandasi asumsi semata, tetapi juga alasan
yang didukung oleh data, fakta empiris, dan referensi pakar.
6. Indikator Membuat Deduksi dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi
Indikator keterampilan berpikir kritis yang keenam adalah membuat
deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. Berikut ini ditampilkan
contoh jawaban siswa untuk kelas kontrol:
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Persentase yang didapatkan kelas kontrol pada indikator ini sebesar
83,33% dalam kategori sangat baik dan kelas eksperimen sebesar 87,50%
dalam kategori sangat baik. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban
siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
73
Indikator membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
merupakan salah satu indikator berpikir kritis dari kelompok
menyimpulkan menurut Ennis. Tujuan dari indikator ini adalah
menafsirkan data. Kowiyah, (2012) menjelaskan deduksi yaitu kecakapan
dalam menentukan kesimpulan tertentu dengan mengikuti informasi di
dalam pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Ennis (1996, hlm. 89)
mengatakan bahwa dalam menyimpulkan peristiwa dengan cara deduksi
harus dengan cara yang mudah dan lebih instuisi, sehingga dapat
digunakan dengan mudah dalam menafsirkan suatu peristwa.
Berdasarkan jawaban yang diberikan kelas kontrol dan kelas ekserimen,
dapat dilihat persentase kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol dengan kateogori baik untuk kedua kelas. Hasil yang baik
diperoleh pada kelas eksperimen karena adanya tahap ketiga, yaitu tahap
solusi. Pada tahap ini, Nursamsudin (2016) menjelaskan bahwa siswa
memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi
dan penambahan informasi dari guru, sehingga siswa dapat membuat
solusi yang dijelaskan berdasarkan teori yang ada dan membentuk sebuah
kesimpulan. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa membuat kesimpulan
berdasarkan penjelasan dari guru setiap akhir pembalajaran. Hal ini
diungkapkan Wulandari, Kurnia, & Sunarya (2013) bahwa
menyimpulkan adalah keterampilan yang mudah oleh siswa karena
merupakan kegiatan yang biasa dilakukan.
7. Indikator Membuat Induksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi
Indikator ketujuh adalah membuat induksi dan mempertimbangkan
hasil induksi. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas
kontrol:
74
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perolehan persentase indikator ini sebesar 84,72% dengan kategori
sangat baik pada kelas kontrol dan 95,83% dengan kategori sangat baik
pada kelas eksperimen. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa
untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Indikator menginduksi merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kritis yang termasuk dalam kelompok menyimpulkan. Dewi
(2016) mengungkapkan bahwa penalaran induksi adalah penalaran yang
bersifat khusus dengan menarik kesimpulan dari fakta peristiwa atau
kenyataan yang bersifat umum. Qurniati, Andayani, & Muntari (2015)
menambahkan bahwa dengan berpikir kritis memungkinkan anak untuk
menganalisis pemikirannya sendiri dan memastikan telah menemukan
pilihan dan menarik kesimpulan yang cerdas. Indikator membuat induksi
dan mempertimbangkan hasil induksi merupakan indikator tertinggi di
kelas eksperimen. Hasil ini didukung oleh Ardiyanti & Winarti (2013)
yang mengungkapkan bahwa membuat kesimpulan merupakan sub
indikator dengan peningkatan terbesar dibandingkan sub indikator yang
lain. Hal ini dikarenakan di kelas eksperimen siswa terlatih untuk
membuat kesimpulan dan hipotesis dalam pembelajaran melalui tahap
pembalajaran pendekatan SETS, yaitu tahap solusi. Nursamsudin (2016)
75
menjelaskan bahwa pada tahap solusi siswa akan berdiskusi dan mencoba
menjelaskan apa yang terjadi, kemudian dilanjutkan dengan menemukan
solusi atau pemecahan masalah sesuai dari informasi yang ditemukan
pada tahap eksplorasi.
8. Indikator Membuat dan Menilai Hasil Pertimbangan
Indikator kedelapan adalah membuat dan menilai hasil
pertimbangan. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas
kontrol:
Gambar 4.15 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Kelas kontrol memperoleh persentase sebesar 87,50% dengan
kategori sangat baik dan kelas eksperimen memperoleh persentase
sebesar 90,28% dengan kategori sangat baik. Berikut ini ditampilkan
contoh jawaban siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.16 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Tujuan dari indikator membuat dan menilai hasil pertimbangan
adalah mempertimbangkan dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan fakta. Ennis (1996, hlm. 294) mengatakan bahwa dalam
membuat pertimbangan suatu nilai keputusan berdasarkan fakta harus
dilakukan dengan teliti karena harus bisa membedakan mana suatu fakta
atau bukan fakta. Berdasarkan hasil jawaban dari kelas kontrol maupun
76
eksperimen, menunjukkan kategori sangat baik pada indikator ini.
Indikator membuat dan menilai hasil pertimbangan merupakan indikator
tertinggi di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan melalui model
konvensional, pengetahuan fakta dan bukan fakta didapatkan dari
penyampaian langsung oleh guru, sehingga siswa di kelas kontrol dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Sutama, Arnyana, & Swasta (2014)
mengungkapkan bahwa fokus utama model pembelajaran langsung
adalah kemampuan akademik siswa. Berbeda dengan kelas eksperimen,
siswa diberikan kesempatan untuk mencari pemecahan dari berbagai
sumber dan mempertimbangkan kebenarannya guna meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa melalui tahap solusi. Hal ini
diungkapkan Hasanah & Mahdian (2013) bahwa siswa kelas eksperimen
yang diberikan pendekatan SETS dapat memberikan solusi dan saran-
saran terkait masalah yang dibahas. Redhana (2013) juga menambahkan
bahwa siswa bersama kelompoknya dapat berdiskusi memecahkan
masalah bersama untuk menghasilkan kemungkinan solusi. Sutama,
Arnyana, & Swasta (2014) menambahkan bahwa siswa belajar
memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir
kritis karena harus selalu menganalisis dan menangani informasi.
9. Indikator Mengidentifikasi Istilah dan Mempertimbangkan Definisi
Indikator kesembilan adalah mengidentifikasi istilah dan
mempertimbangkan definisi. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban
siswa untuk kelas kontrol:
Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
77
Perolehan persentase yang didapatkan kelas kontrol pada indikator
ini sebesar 87,50% dengan kategori sangat baik dan kelas eksperimen
sebesar 91,67% dengan kategori sangat baik. Berikut ini ditampilkan
contoh jawaban siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.18 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu
definisi termasuk dalam kelompok strategi dan taktik. Tujuan dari
indikator ini adalah memberikan penjelasan lanjut. Indikator
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi pada kelas
kontrol merupakan indikator tertinggi dengan rata-rata yang diperoleh
sama dengan indikator membuat dan menilai hasil pertimbangan.
Sunaryo (2014) mengungkapkan siswa cenderung hanya menerima
pengetahuan dari guru saat kegiatan pembelajaran, begitu pula guru
hanya sekedar menyampaikan informasi pengetahuan tanpa melibatkan
siswa secara aktif untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis. Hal
ini menjadikan siswa kelas kontrol lebih cenderung menyalin
pengetahuan yang dimiliki guru daripada mengembangkan keterampilan
berpikir kritisnya. Mencermati hal tersebut, pemahaman dan tingkat
berpikir kritis siswa kelas ekperimen lebih baik dibanding kelas kontrol
karena jawaban berasal dari hasil pencarian dan temuan dari informasi
yang siswa temukan bukan hanya sekedar pengetahuan dan ingatan saja,
sehingga pembelajaran yang didapatkan jadi lebih bermakna. Hal ini
dikarenakan adanya tahap aplikasi dalam pembelajaran SETS di kelas
eksperimen. Khasanah (2015) menjelaskan bahwa pada tahap ini siswa
berkesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan ditahap
awal pembelajaran dari konsep yang diperoleh. Sutama, Arnyana, &
Swasta (2014) menambahkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang
78
diperoleh siswa bukan dari mengingat atau menghafal informasi berupa
fakta, konsep, atau teori, tetapi melalui pengalaman nyata yang di bangun
dan dikonstuk sendiri.
10. Indikator Mengindentifikasi Asumsi-asumsi
Indikator kesepuluh adalah mengindentifikasi asumsi-asumsi.
Indikator ini terbagi menjadi 2 soal dengan KD yang berbeda. Berikut ini
ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas kontrol:
Gambar 4.19 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Soal tipe 1 menggunakan KD 4.9 Merancang, melakukan, dan
menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan. Hasil yang diperoleh
pada kelas kontrol sebesar 82,64% dengan kategori sangat baik dan
kelas eksperimen sebesar 87,5% dengan kategori sangat baik. Berikut ini
ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.20 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Soal tipe 2 menggunakan KD 3.9 Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dan penerapannya dalam
industri. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas
kontrol:
79
Gambar 4.21 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Hasil yang diperoleh pada kelas kontrol sebesar 75,69% dengan
kategori baik dan kelas eksperimen sebesar 81,25% dengan kategori
sangat baik. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas
eksperimen:
Gambar 4.22 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Hasil perolehan rata-rata persentase yang didapatkan kelas kontrol
pada indikator ini sebesar 79,17% dengan kategori baik dan kelas
eksperimen sebesar 84,38% dengan kategori sangat baik. Indikator
mengidentifikasi asumsi-asumsi merupakan salah satu indikator
keterampilan berpikir kritis yang termasuk dalam kelompok memberikan
penjelasan lanjut. Kowiyah (2012) menjelaskan asumsi adalah sesuatu
yang dianggap benar. Persentase yang didapatkan kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol. Jawaban yang diberikan oleh kelas
eksperimen menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada
indikator ini sudah sangat baik yang ditunjukkan dengan nilai kelas
eksperimen lebih meningkat daripada kelas kontrol. Dewi (2016)
mengungkapkan bahwa dengan mengidentifikasi asumsi, siswa bisa
mengatasi kesulitan yang dihadapi yaitu dengan membedakan antara
80
penjelasan yang pernyataan dan bukan pernyataan dan mengonstruksi
argumen siswa.
11. Indikator Memutuskan Suatu Tindakan
Indikator kesebelas adalah memutuskan suatu tindakan. Berikut ini
ditampilkan contoh jawaban siswa untuk kelas kontrol:
Gambar 4.23 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Indikator ini memperoleh persentase sebesar 65,28% dengan
kategori baik pada kelas kontrol dan sebesar 81,94% dengan kategori
sangat baik pada kelas eksperimen. Berikut ini ditampilkan contoh
jawaban siswa untuk kelas eksperimen:
Gambar 4.24 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Dewi & Riandi (2015) mengungkapkan bahwa mengambil
keputusan adalah bagian proses berpikir dalam mengindentifikasi dan
memutuskan pilihan dari berbagai pilihan yang ada. Indikator
memutuskan suatu tindakan merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kritis yang termasuk dalam kelompok strategi dan taktik.
Norman, Chang, & Prieto (2017) menjelaskan bahwa berpikir kritis pada
dasarnya melibatkan seperangkat keterampilan, seperti menganalisis,
berdebat, mensintesis, mengevaluasi dan menerapkan. Ennis (2011)
mendefinisikan berpikir kritis sebagai pemikiran reflektif dan beralasan
untuk memutuskan apa yang dipercaya atau apa yang akan dilakukan.
Hasil posttest kelas eksperimen menunjukkan bahwa pada indikator
81
memutuskan tindakan sudah berada pada kategori sangat baik. Hal ini
disebabkan oleh tahapan model pembelajaran yang mendukung
terlaksananya indikator ini dengan baik, yaitu tahap pemantapan konsep.
Khasanah (2015) menjelasan bahwa pada tahap ini guru dapat
memberikan umpan balik/penguatan terhadap konsep yang telah diterima
oleh siswa. Tahap pemantapan konsep ini disebut oleh Nursamsudin
(2016) sebagai tahap tindak lanjut untuk membantu siswa dalam
memberikan makna pada informasi dari penjelasan berbagai aplikasi
yang baru saja didapatkan dan melakukan refleksi terhadap pemahaman
konsep. Indikator memutuskan suatu tindakan merupakan indikator
terendah pada kelas kontrol. Hal tersebut karena siswa pada kelas kontrol
kurang melatihkan keterampilan berpikir kritisnya dalam proses
pembelajaran, sedangkan siswa pada kelas eksperimen lebih menekankan
pada aktifitas siswa untuk menumbuhkan keterampilan berpikir
kritisnya.
Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan
SETS dapat dilihat melalui lembar observasi keterlaksaan model
pembelajaran terhadap siswa dan guru. Hal ini untuk meyakinkan bahwa
pengaruh yang didapat benar berasal dari model pembelajaran yang
digunakan. Penilaian lembar observasi melalui penilaian “ya” dan “tidak”
yang dilakukan oleh teman sejawat penulis sebagai observer. Skor 1 untuk
penilaian jawaban “ya” yang menandakan bahwa kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, dan skor 0 untuk penilaian
jawaban “tidak” jika kegiatan tidak sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 kali pertemuan,
didapatkan perolehan persentase sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan pembelajaran yang terlaksana dalam kelas eksperimen dengan
peneliti sebagai guru sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Proses
kegiatan pembelajaran didukung oleh Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
82
berguna untuk mempermudah siswa dalam memahami langkah-langkah
model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendakatan SETS yang digunakan.
Keterampilan berpikir kritis menurut Iman, Khaldun, & Nasrullah
(2017) dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari, karena siswa
mencari dan menemukan sendiri informasi tentang materi tersebut. Walaupun
inkuiri terbimbing memiliki beberapa keuntungan positif, tetapi masih
terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu,
diperlukan pembelajaran inkuiri yang dikombinasikan agar dapat
mengoptimalkan penguasaan dan kemampuan berpikir kritis siswa
(Kurniawati, Wartono, & Diantoro, 2014). Penelitian Rahma (2012)
memodifikasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan
SETS. Model pembelajaran inkuiri berpendekatan SETS menekankan
aktifitas siswa dalam proses belajar dengan mengoptimalkan keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Fatchan, Soekamto, & Yuniarti (2014)
menambahkan bahwa dengan model pembelajaran SETS dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian serupa dilakukan oleh Astyana, Leny, & Saadi (2017) juga
membuktikan bahwa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi
SETS menunjukkan respon yang positif dalam pembelajaran. Jadi, hasil
penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS memiliki pengaruh
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia.
Indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi di kelas eksperimen adalah
membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan indikator
terendah adalah mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
B. Saran
Peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan,
diantaranya:
1. Guru hendaknya mengembangkan wawasan dan memahami masalah
yang dihadirkan dengan baik agar dapat memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya selama proses
pembelajaran.
2. Guru yang ingin menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpendakatan SETS, sebaiknya dapat mengatur waktu agar seluruh
tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpendekatan SETS
dapat terlaksana dengan maksimal.
3. Guru diharapkan dapat menyesuaikan variasi model pembelajaran
dengan materi yang ada, sehingga dapat memfasilitasi siswa dalam
mengembang-kan keterampilan berpikir kritisnya.
4. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran
lain yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.
84
DAFTAR PUSTAKA
Akcay, B., & Akcay, H. (2015). Effectiveness of Science-Technology-Society
(STS) Instruction on Student Understanding of the Nature of Science and
Attitudes toward Science. International Journal of Education in
Mathematics, Science and Technology, Volume 3, Number 1, ISSN: 2147-
611X, 37-45.
Alameddine, M. M., & Ahwal, H. W. (2016). Inquiry Based Teaching in
Literature Classrooms. Procedia-Social and Behavioral Sciences , 332-
337.
Al-Tabany, T. I. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Prenadamedia Group.
Anam, K. (2016). Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi Cet. 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anggraeni, Y. N., Prayitno, B. A., & Ariyanto, J. (2016). Penerapan Model
Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem Koordinasi untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIA 1 SMA
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. BIO-PEDAGOGI, Volume
5, Nomor 2, 48-55.
Apriana, E., & Anwar. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning dan Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa pada Konsep Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap
Kesehatan. Jurnal Biotik Vol.2, No.2, 132-137.
Ardiyanti, F., & Winarti. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Fenomena untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar. Kaunia, Vol.IX No.2, 27-33.
Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.
Asmawati, E. Y. (2015). Lembar Kerja (LKS) Menggunakan Model Guided
Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan
85
Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah
Metro Vol.3 No.1, 1-16.
Astuti, A. P., & Yulianto, E. (2015). Pendidikan Kebencanaan Bervisi SETS,
Upaya Membangun Critical Thinking Skill Siswa dalam Antisipasi
Bencana. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015, 271-
275 (1-5).
Astyana, K., Leny, & Saadi, P. (2017). Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing
Bervisi SETS terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar
Larutan Penyangga Siswa Kelas XI PMIA SMAN 3 Banjarmasin. JCAE,
Journal of Chemistry And Education, Vol.1, No.1, 65-72.
Birgili, B. (2015). Creative an Critical Thinking Skills in Problem-based Learning
Environments. Journal of Gifted Education and Creativity, 2(2), 71-80.
Budiarti, R., Jumadi, Wilujeng, I., & Senam. (2016). Pengaruh Pembelajaran IPA
Berbasis SETS terhadap Cross Disciplinary Knowledge Peserta Didik.
Cakrawala Pendidikan No.3, 322-329.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Chowdhury, M. A. (2016). The Integration of Science-Technology-
Society/Science-Technology-Society-Environment and Socio-Scientific-
Issues for Effective Science Education and Science Teaching. Electronic
Journal of Science Education, 19-38.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Crowell, A., & Kuhn, D. (2014). Developing Dialogic Argumentation Skills: A 3-
year Interventon Study. Journal of Cognition and Development, 15(2),
363-381.
Dewi, A. K. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran GIPS (Guided Inquiry
Problem Solving) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Siswa Materi Hidrolisis Garam. Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains, Vol. 7, No. 2, 95-102.
Dewi, N., & Riandi. (2015). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Sains Siswa
SMP Kelas VII di Kota Sukabumi Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah pada Tema Pemanasan Global. Prosiding Seminar Nasional
Fisika (E-Journal) SNF2015 Vol.4, 151-156.
Duran, M., & Şendağ, S. (2012). A Preliminary Investigation into Critical
Thinking Skills of Urban High School Students: Role of an IT/STEM
Program. Scientific Research Creative Education Vol.3 No.2, 241-250.
86
Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT Indeks.
Ennis, R. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills. 3.
Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.
Ennis, R. H. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities. Emeritus Professor, University of
Illinois, 1-8.
Fakhriyah, F. (2012). Pembelajaran Sains Bervisi SETS untuk Mendukung
Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar. Seminar Nasional Sains &
Pendidikan Bervisi SETS ke-2, 12-16 (1-5).
Fatchan, A., Soekamto, H., & Yuniarti. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Science, Environment, Technology, Society (SETS) Terhadap
Kemampuan Berkomunikasi Secara Tertulis Berupa Penulisan Karya
Ilmiah Bidang Geografi Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol. 21, No.1, 33-40.
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain
Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Fisher, A. (2016). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Gojkov, G., Stojanovic, A., & Rajic, A. G. (2015). Critical Thinking Of Students
– Indicator Of Quality In Higher Education. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 591-596.
Handayani, N. L., Zulaikha, S., & Kristiantari, M. R. (2014). Pengaruh
Pendekatan Science, Environment, Technology and Society (SETS)
Melalui Kerja Kelompok Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V SD N 9 Sesetan, Denpasar. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun
2014), 1-10.
Hasan, B. (2017). Karakteristik Respon Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Geometri Berdasarkan Taksonomi Solo. JINoP (Jurnal Inovasi
Pembelajaran), Vol. 3 No.1, 449-458.
Hasanah, A., & Mahdian. (2013). Penerapan Pendekatan SETS (Science
Environment Technology Society) pada Pembelajaran Reaksi Reduksi
Oksidasi. QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.4, No.1, April
2013, hlm. 1-10, 1-10.
87
Herlanti, Y. (2014). Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi pada
Isu Sosiosaintifik Konsumsi Generatically Modified Organism (GMO).
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII) 3(1), 51-59.
Iman, R., Khaldun, I., & Nasrullah. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dengan Model Inkuiri Terbimbing pada Materi Pesawat
Sederhana. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol.5, No. 01, 52-58.
Isindanah, N. S., & Azizah, U. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi
Pokok Larutan Penyangga di Kelas XI SMA Antartika Sidoarjo. Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Surabaya, 232-241 (1-10).
Johnson, E. B. (2011). CTL (Contextual Teahing & Learning): Menjadikan
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:
Kaifa.
Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Kadir. (2015). Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Kartimi, Liliasari, & Permanasari, A. (2012). Pengembangan Alat Ukur Berpikir
Kritis pada Konsep Senyawa Hidrokarbon untuk Siswa SMA di
Kabupaten Kuningan. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol.3, No. 1, 18-25.
Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No.21.
Kertayasa, I. K. (2015, Maret). Pengembangan Soal Model PISA berbasis Online.
Diambil kembali dari Indonesia PISA Center Mathematics website for
CBAM: http://www.indonesiapisacenter.com/2014/03/tentang-
website.html, diakses pada tanggal 2 September 2018.
Khasanah, N. (2015). SETS (Science, Environmental, Technology and Society)
sebagai Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015,
270-277.
Kitot, A. K., Ahmad, A. R., & Seman, A. A. (2010). The Effectiveness of Inquiry
Teaching in Enhancing Students’ Critical Thinking. International
Conference on Learner Diversity, 264-273 (1 of 10).
Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar, 175-
179.
88
Kurniawati, I. D., Wartono, & Diantoro, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan
Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 36-46.
Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Listyono. (2012). Pendidikan Karakter dan Pendekatan SETS (Science
Environment Technology and Society) dalam Perencanaan Pembelajaran
Sains. Phenomenon, 95-107.
Marks, B. B. (2007). A Conceptual Introduction to Chemistry. New York : Mc
Graw-Hill.
Moore, B., & Stanley, T. (2013). Critical Thinking and Formative Assessments:
Increasing The Rigor in Your Classroom. New York: Routledge.
Ngalimun. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran Edisi Revisi. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Norman, M., Chang, P., & Prieto, L. (2017). Stimulating Critical Thinking in U.S
Business Students through the Inclusion of International Students. Journal
of Business Diversity Vol.17 (1), 122-130.
Nugraha, M. G., & Kirana, K. H. (2015). Profil Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa Fisika dalam Melakukan Eksperimen Fisika Berbasis Problem
Solving. Prosiding Seminar Fisika (E-Journal) SNF2015 Vol. IV , 201-
204.
Nugraheni, D., Mulyani, S., & Ariani, S. R. (2013). Pengaruh Pembelajaran
Bervisi dan Berpendekatan SETS terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMAN 2 Sukaharjo pada
Materi Minyak Bumi Tahun 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK)
Vol.2 No.3 Program Studi Pendidikan Kimia Universita Sebelas Maret,
34-41.
Nursamsudin, I. (2016). Konsep dan Karakteristik Pendekatan Pembelajaran
SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada Pelajaran Kimia
SMA. Seminar Nasional Pendidikan 2016 "Peran Pendidikan, Sains, dan
Teknologi dalam Membangun Intelektual Bangsa dan Menjaga Budaya
Nasional di Era MEA", 450-461.
OECD. (2016). Programme for International Student Assessment (PISA) Results
From PISA 2015. OECD Publishing, 1-8. Diambil kembali dari
https://www.oecd.org/pisa/PISA-2015-Indonesia.pdf
Oxtoby, D. W. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat-Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
89
Pedaste, M., & dkk. (2015). Phases of inquiry-based learning: Definitions and the
inquiry cycle. 47 (1 of 15).
Pedaste, M., Maeots, M., Leijen, A., & Sarapuu, T. (2012). Improving Students'
Inquiry Skills through Reflection and Self-Regulation Scafflods.
Technology, Instruction Cognition and Learning, Vol.9, 81-95.
Petrucci, Harwood, & Herring. (2011). Kimia Dasar: Prinsip-Prinsip dan
Aplikasi Modern Edisi Kesembilan-Jilid 2 . Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat : Model Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Qing, Z., Jing, G., & Yan, W. (2010). Promoting preservice teachers’ critical
thinking skills by inquiry-based chemical experiment. Procedia Social and
Behavioral Sciences 2 (2010) 4597–4603, 597 (1 of 7).
Qurniati, D., Andayani, Y., & Muntari. (2015). Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning. Journal
Penelitian Pendidikan IPA Vol.1 No.2 , 58-69.
Rahma, A. N. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri
Berpendekatan SETS Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan untuk
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Empati Siswa Terhadap
Lingkungan . Journal of Education Research and Evaluation , 133-138.
Rasmawan, R. (2017). Profil Keterampilan Kerja Ilmiah dan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Edusains, 9 (1), 60-70.
Redhana, I. W. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan
Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran, Jilid 46, No. 1 , 76-86.
Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian: Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rodzalan, S. A., & Saat, M. M. (2015). The Perception of Critical Thinking and
Problem Solving Skill among Malaysian Undergraduate Students. Global
Conference on Business & Social Science-2014, GCBSS-2014, 15th &
16th December, Kuala Lumpur. 172 ( 2015 ) 725 – 732, (1 of 8).
Rustam, A., Sari, E. D., & Yunita, L. (2018). Statistika & Pengukuran
Pendidikan: Analisis Menggunakan SPSS, Iteman, dan Lisrel. Bogor: PT.
ILHAM SEJAHTERA PERSADA.
90
Sa'adah, & Kusasi, M. (2017). Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Pemahaman
Konsep Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada
Materi Kesetimbangan Kimia. Quantum. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains,
Vol. 8 No. 1, 78-88.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sholihah, M., Zubaidah, S., & Mahanal, S. (2016). REMAP RT (Reading Concept
Map Reciprocal Teaching) to Enhance Student's Critical Thinking Skills.
Proceeding Biology Education Conference. Vol. 13(1), 280-284.
Sriarunrasmee, J., Suwannattachote, P., & Dachakupt, P. (2015). Virtual Field
Trips with Inquiry Learning and Critical Thinking Proses: A Learning
Model to Enhance Students' Science Learning Outcomes. Procedia -
Social and Behavioral Sciences 197, 1721-1726.
Sudarma, M. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukmadinata. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sunaryo, Y. (2014). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa SMA di Kota
Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol.1 No.2, 41-51.
Sundari, T., Pursitasari, I. D., & Heliawati, L. (2017). Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbasis Praktikum pada Topik Laju Reaksi. Pendidikan
Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, Vol. 6, No. 2, 1340-
1347.
Susilogati, S., Binadja, A., & Hidayah, F. F. (2014). Developing Module of
Practical Chemistry Physics SETS Vision Activity to Increase Science
Process Skills of Student Teacher. Greener Journal of Educational
Research, Vol. 4(2), 30-35.
91
Sutama, I. N., Arnyana, I. B., & Swasta, I. B. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis dan Kinerja
Ilmiah pada Pelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-
Journal Program Pascasarjana Universitas Ganesha. Program Studi IPA,
Vol.4, 1-14.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syukri. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Trihendradi, C. (2010). Step By Step SPSS 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET.
Utami, D. A., Ramalis, T. R., & Saepuzaman, D. (2016). Penerapan Model
Pembalajaran Pembelajaran Inkuiri Abduktiff untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi
Dinamika. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI), Vol.2, No.2,
176-185.
Vlassi, M., & Karaliota, A. (2013). The Comparison Between Guided Inquiry and
Traditional Teaching. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 494-
497.
Wijayanti, A. D., & Susatyo, E. B. (2014). Penerapan Pembelajaran Group
Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Koloid. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol.8,No.1, 1300-1308.
Wulandari, A. D., Kurnia, & Sunarya, Y. (2013). Pembelajaran Praktikum
Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset dan Praktik
Pendidikan Kimia, Vol. 1 No.1, 18-26.
Wulanningsih, S., Prayitno, B. A., & Probosar, R. M. (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains
Ditinjau dari Kemampuan Akademik Siswa SMA Negeri 5 Surakarta.
Pendidikan Biologi, Vol.4, No.2, 33-43.
Yoruk, N., Morgil, I., & Secken, N. (2010). The effects of science, technology,
society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry. Natural
Science, 1417-1424 (1-8).
Yulistiana. (2015). Penelitian Pembelajaran Berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) dalam Pendidikan Sains. Jurnal
Formatif 5(1), 76-82.
Zakaria, Y., Musa, W. J., & Laliyo, L. A. (2015). Pengaruh Pendekatan
Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
92
terhadap Hasil Belajar Kimia Koloid di Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Kwandang Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Penelitian, 1-13.
Zhou, Q., Huang, Q., & Tian, H. (2013). Developing Students' Critical Thinking
Skills by Task-Based Learning in Chemistry Experiment Teaching.
Scientific Research. Creative Education. Vol 4. No. 12A, 40-45.
Zoller, U. (2013). Science, Technology, Environment, Society (SETS) Literacy
for Sustainability: What Should it Take in Chem/Science Education?
Emergent Topics on Chemistry Education, ISSN 0187-893-X, 207-214 (1-
8).
Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran Sains .
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
LAMPIRAN
94
Lampiran 1. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
ANALISIS KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA/1
Alokasi Waktu : 3 x 2 JP
Materi : Kesetimbangan Kimia
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dan penerapannya dalam industri.
3.9.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia.
3.9.2 Mengaitkan prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
95
Indikator
Pembelajaran Materi
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Berpendekatan
SETS
Indikator
Berpikir Kritis
Siswa
Sub- Indikator
Berpikir Kritis
Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
3.9.1 Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
kimia
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
arah
kesetimbangan
a. Perubahan
Konsentrasi
b. Perubahan
Volume
c. Perubahan
Tekanan
d. Perubahan
Suhu
1. Guru membimbing
siswa untuk membentuk
6 kelompok.
2. Guru memberikan
masalah berupa wacana
(penyebab gigi keropos,
fakta minuman
berkarbonasi, dan apa
yang terjadi di atmosfer
saat ada petir pada
Lembar Kerja Siswa
(LKS) mengenai faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan kimia
(faktor konsentrasi,
volume, tekanan, dan
suhu).
3. Guru mengarahkan
siswa untuk
mempelajari wacana
dalam LKS bersama
teman kelompoknya.
1. Siswa bergabung dalam
kelompoknya masing-
masing.
2. Siswa membaca
wacana (penyebab gigi
keropos, fakta
minuman berkarbonasi,
dan apa yang terjadi di
atmosfer saat ada petir
terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia.
3. Siswa bersama teman
kelompoknya
memahami wacana
(penyebab gigi
keropos, fakta
minuman berkarbonasi,
dan apa yang terjadi di
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Pendekatan SETS
Tahap Invitasi
(penyajian isu atau
masalah aktual)
Indikator 1 :
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
Menganalisis
argumen
Indikator 3:
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
Sub-indikator
1:
Mengidentifi-
kasi/
merumuskan
pertanyaan
Sub-indikator
2:
Mengidentifi-
kasi kalimat-
kalimat
pernyataan
Sub-indikator
3:
Dapatkah anda
mengatakan
beberapa hal
tentang itu?
15 menit
96
4. Guru mengarahkan
siswa untuk
menemukan pokok
permasalahan yang
ada dalam wacana dan
mengaitkannya dengan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
5. Guru mengarah siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS
atmosfer saat ada petir
pada LKS.
4. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
mendiskusikan dan
menemukan pokok
permasalahan dalam
wacana dan
mengaitkannya dengan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan.
5. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
6. Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
membentuk
gagasan/hipotesis dari
wacana (penyebab gigi
keropos, fakta minuman
berkarbonasi, dan apa
yang terjadi di atmosfer
saat ada petir) terkait
pengaruh konsentrasi,
volume, tekanan, dan
suhu terhadap
kesetimbangan dalam
6. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
membuat
gagasan/hipotesis dari
wacana (penyebab gigi
keropos) yang
berkaitan dengan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Membuat hipotesis
Pendekatan SETS
Tahap Eksplorasi
(memahami dan
mengeksplorasi
masalah yang
disajikan)
Indikator 4 : Menjelaskan
kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
Indikator 5:
Mengobservasi
dan mempertim-
bangkan hasil
observasi.
Sub-indikator
4:
Kemampuan
memberikan
alasan
Sub-indikator
5:
Kemungkinan
dari bukti-bukti
penguatan
55 menit
97
LKS.
7. Guru membimbing dan
mengarahkan siswa
untuk mengaitkan
gagasan/hipotesis
dengan informasi
relavan dari sumber
lain mengenai faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi
kesetimbangan untuk
mendukung jawaban
dari pokok
permasalahan yang
ditemukan dalam
wacana.
7. Siswa mencari dan
menemukan
informasi yang
relevan dari sumber
lain mengenai faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, suhu dan
mengaitkannya dengan
gagasan/hipotesis yang
telah dibentuk.
8. Guru mengarahkan
siswa untuk manarik
kesimpulan
berdasarkan hasil
temuan masalah dalam
wacana dan kaitannya
dengan faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi
konsentrasi sesuai
dengan sumber literatur
yang ada.
8. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
melakukan diskusi
dalam menarik
kesimpulan
berdasarkan temuan-
temuan informasi yang
relevan dari internet
dan buku pelajaran
mengenai pokok
permasalah yang
ditemukan dalam
wacana dan kaitannya
dengan faktor
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Merancang
percobaan
Pendekatan SETS
Tahap Solusi
(menganalisis dan
mendiskusikan
pemecahan
masalah)
Indikator 6:
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasil
deduksi
Indikator 7:
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
Sub-indikator
6:
Interpretasi
pernyataan
Sub-indikator
7:
Membuat
kesimpulan dan
hipotesis
98
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi
kesetimbangan.
Indikator 8 :
Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
Sub-indikator
8:
Membuat dan
menentukan
hasil
pertimbangan
berdasarkan
fakta
9. Guru mengarahkan
siswa untuk
menerapkan konsep yang didapatkan
mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi
kesetimbangan dengan
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
9. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
menerapkan konsep faktor konsentrasi,
volume, tekanan, dan
suhu yang
mempengaruhi
kesetimbangan kimia
yang telah didapatkan
sumber informasi dan
literatur dengan
menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam
LKS.
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Melakukan
pecobaan untuk
memperoleh
informasi
Pendekatan SETS
Tahap Aplikasi
(menerapkan
konsep yang telah
dipelajari atau
ditemukan dalam
bentuk kinerja)
Indikator 9:
Mengidentifi-
kasi istilah dan
mempertim-
bangkan definisi
Indikator 10:
Mengidentifi-
kasi asumsi-
asumsi
Sub-indikator
9:
Strategi
membuat
definisi:
bertindak
dengan memberi
tindakan lanjut
Sub-indikator
10:
Mengonstruksi
argumen
10. Guru memberikan
kesempatan kepada tiap
kelompok untuk
mengkomunikasikan
hasil temuan bersama
kelompoknya dari
permasalahan yang
disajikan.
10. Siswa dan teman
kelompoknya
menyampaikan hasil
diskusi dengan
menggunakan gagasan
yang sesuai dengan
konsep berdasarkan
masalah yang
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
a. Mengumpulkan
dan menganalisa
data
b. Membuat
kesimpulan
Pendekatan SETS
Indikator 11 :
Memutuskan
suatu tindakan
Indikator 12 :
Sub-indikator
11:
Merumuskan
alternatif yang
memungkin-kan
Sub-indikator
12:
20 menit
99
11. Guru memberikan
umpan balik dan
penguatan kepada
siswa terhadap konsep
yang telah didapatkan
oleh siswa.
12. Guru membimbing
siswa dalam membuat
kesimpulan.
ditemukan.
11. Siswa memberikan
tanggapan terhadap
umpan balik yang
diberikan oleh guru.
12. Siswa bersama-sama
membuat kesimpulan
akhir mengenai
wacana dan
hubungannya dengan
faktor-faktor
kesetimbangan.
Tahap Pemantapan
Konsep
(menguatkan
konsep
pembelajaran yang
telah diperoleh
siswa)
Penilaian
(mengevaluasi
pemahaman siswa
terkait tema
pembelajaran yang
disampaikan)
Berinteraksi
dengan orang
lain
Menggunakan
argumen
4.9.1 Merancang
percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
arah
kesetimbangan
a. Perubahan
Konsentra-
si
b. Perubahan
Volume
c. Perubahan
Tekanan
d. Perubahan
Suhu
1. Guru mengarahkan
siswa membentuk 6
kelompok.
2. Guru memberikan
masalah kepada siswa
berupa wacana
(penyebab gigi keropos,
fakta minuman
berkarbonasi, dan apa
yang terjadi di atmosfer
saat ada petir) dalam
LKS terkait faktor-
faktor yang
mempengaruhi arah
pergeseran
kesetimbangan
(konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu)
1. Siswa bergabung sesuai
dengan teman
kelompoknya.
2. Siswa bersama teman
kelompoknya membaca
wacana (penyebab gigi
keropos, fakta
minuman berkarbonasi,
dan apa yang terjadi di
atmosfer saat ada petir)
dalam LKS.
3. Siswa bersama teman
kelompoknya
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Pendekatan SETS
Tahap Invitasi
(penyajian isu atau
masalah aktual)
Indikator 1 :
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
Menganalisis
agumen
Indikator 3:
Sub-indikator
1:
Mengidentifi-
kasi/
merumuskan
pertanyaan
Sub-indikator
2: Mengidentifi-
kasi kalimat-
kalimat
pernyataan
Sub-indikator
3:
15 menit
100
3. Guru mengarahkan
siswa untuk
mempelajari wacana
dalam LKS.
4. Guru mengarahkan
siswa untuk
menemukan pokok
permasalahan yang
terdapat dalam wacana
melalui kegiatan
praktikum (faktor
kesetimbangan:
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
5. Guru mengarah siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS
memahami wacana
dalam LKS.
4. Siswa bersama teman
kelompok
mengidentifikasi/
menemukan pokok
permasalahan pada
wacana (penyebab gigi
keropos, fakta
minuman berkarbonasi,
dan apa yang terjadi di
atmosfer saat ada petir)
dalam LKS.
5. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
Dapatkah anda
mengatakan
beberapa hal
tentang itu?
6. Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
membentuk gagasan/
hipotesis dari wacana
(penyebab gigi keropos,
fakta minuman
berkarbonasi, dan apa
yang terjadi di atmosfer
saat ada petir) terkait
pengaruh konsentrasi,
volume, tekanan, dan
suhu terhadap
6. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
membuat
gagasan/hipotesis dari
wacana (penyebab gigi
keropos, fakta
minuman berkarbonasi,
dan apa yang terjadi di
atmosfer saat ada petir)
terkait pengaruh
konsentrasi, volume
tekanan, dan suhu
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Membuat hipotesis
Pendekatan SETS
Tahap Eksplorasi
(memahami dan
mengeksplorasi
masalah yang
disajikan)
Indikator 4: Menjelaskan
kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
Indikator 5:
Mengobservasi
dan mempertim-
bangkan hasil
observasi.
Sub-indikator
4:
Kemampuan
memberikan
alasan
Sub-indikator
5:
Kemungkinan
dari bukti-bukti
penguatan
101
kesetimbangan dalam
LKS.
7. Guru membimbing dan
mengarahkan siswa
untuk mengaitkan
gagasan/hipotesis
dengan informasi
relavan dari sumber
lain mengenai faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu untuk
mendukung jawaban
dari pokok
permasalahan yang
ditemukan dalam
wacana.
terhadap
kesetimbangan dalam
LKS.
7. Siswa mencari dan
menemukan
informasi yang
relevan dari sumber
lain mengenai faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, suhu dan
mengaitkannya dengan
gagasan/hipotesis yang
telah dibentuk.
8. Guru mengarahkan
siswa untuk manarik
kesimpulan
berdasarkan hasil
temuan masalah dalam
wacana dan kaitannya
dengan faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi
konsentrasi sesuai
dengan sumber literatur
yang ada.
8. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
melakukan diskusi
dalam menarik
kesimpulan dari
berdasarkan temuan-
temuan informasi yang
relevan dari internet
dan buku pelajaran
mengenai pokok
permasalah yang
ditemukan dalam
wacana dan kaitannya
dengan faktor
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Merancang
percobaan
Pendekatan SETS
Tahap Solusi
(menganalisis dan
mendiskusikan
pemecahan
masalah)
Indikator 6:
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasil
deduksi
Indikator 7:
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
Sub-indikator
6:
Interpretasi
pernyataan
Sub-Indikator
7:
Membuat
kesimpulan dan
hipotesis
55 menit
102
9. Guru mengarahkan
siswa untuk
mempelajari rancangan
percobaan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi
kesetimbangan.
9. Siswa mempelajari
rancangan percobaan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
Indikator 8:
Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
Sub-indikator
8:
Membuat dan
menentukan
hasil
pertimbangan
berdasarkan
fakta
4.9.2 Melakukan
percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
10. Guru mengarahkan
siswa untuk
menyiapkan alat dan
bahan percobaan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
11. Guru mengarahkan
siswa melakukan
percobaan faktor-
faktor yang
mempengarahi
kesetimbangan, yaitu:
faktor konsentrasi,
volume, tekanan, dan
suhu
10. Siswa dan teman
kelompoknya
menyiapkan alat dan
bahan untuk melakukan
percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu).
11. Siswa dan teman
kelompoknya
melakukan percobaan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan (faktor
konsentrasi, volume,
tekanan, dan suhu)
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Melakukan
pecobaan untuk
memperoleh
informasi
Pendekatan SETS
Tahap Aplikasi
(menerapkan
konsep yang telah
dipelajari atau
ditemukan dalam
bentuk kinerja)
Indikator 9:
Mengidentifi-
kasi istilah dan
mempertim-
bangkan definisi
Indikator 10:
Mengidentifi-
kasi asumsi-
asumsi
Sub-indikator
9:
Strategi
membuat
definisi:
bertindak
dengan memberi
tindakan lanjut
Sub-indikator
10:
Membuat
argumen
4.9.3 Menyimpul-kan 12. Guru mengarahkan 12. Siswa mengamati dan Pembelajaran Indikator 11: Sub-indikator 20 menit
103
dan menyajikan
hasil percobaan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan.
siswa untuk mengamati
dan mengumpulkan data hasil percobaan.
13. Guru mengarahkan
siswa untuk mengolah
data hasil percobaan.
14. Guru memberikan
kesempatan kepada tiap
kelompok untuk
mengkomunikasikan
hasil temuan bersama
kelompok dari hasil
percobaan dan hasil
diskusi mengenai
wacana yang diberikan
di awal pembelajaran.
15. Guru memberikan
umpan balik dan
penguatan kepada
siswa terhadap konsep
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesetimbangan.
16. Guru membimbing
siswa dalam membuat
kesimpulan dari
wacana yang disajikan
di awal pembelajaran
dan percobaan yang
mengumpulkan data
hasil percobaan
bersama teman
kelompoknya.
13. Siswa dan teman
kelompoknya
mengolah data hasil
percobaan. 14. Siswa dan teman
kelompoknya
menyampaikan hasil
diskusi dengan
menggunakan konsep
yang sesuai dengan
sumber dan literatur
yang ada dalam
memecahkan masalah
yang ditemukan dalam
LKS.
15. Siswa memberi
respon terhadap umpan
balik yang diberikan.
16. Siswa dan teman
kelompoknya
menyampaikan
kesimpulan yang
didapatkan berdasarkan
hasil temuan dalam
Inkuiri Terbimbing
a. Mengumpulkan
dan menganalisa
data
b. Membuat
kesimpulan
Pendekatan SETS Tahap Pemantapan
Konsep
(menguatkan
konsep
pembelajaran yang
telah diperoleh
siswa)
Penilaian
(mengevaluasi
pemahaman siswa
terkait tema
pembelajaran yang
disampaikan)
Memutuskan
suatu tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi
dengan orang
lain
11:
Merumuskan
alternatif yang
memungkin-kan
Sub-indikator
12:
Menggunakan
argumen
104
telah dilakukan. percobaan yang telah
dilakukan.
3.9.2 Mengaitkan
prinsip
kesetimbangan
kimia dalam
kehidupan dan
industri
Penerapan
prinsip
kesetimbangan
kimia dalam
kehidupan dan
industri.
1. Guru membimbing
siswa untuk membentuk
6 kelompok.
2. Guru memberikan
masalah berupa wacana
yang membahas prinsip
kesetimbangan kimia
dalam industri
(contohnya: industri
amonia dan pengikatan
oksigen oleh
hemoglobin) dalam
LKS.
3. Guru mengarahkan
siswa untuk
mempelajari wacana
dalam LKS bersama
teman kelompoknya.
4. Guru mengarahkan
siswa untuk
menemukan pokok
permasalahan yang
ada dalam wacana dan
mengaitkannya dengan
prinsip kesetimbangan.
5. Guru mengarah siswa
untuk menjawab
1. Siswa bergabung dalam
kelompoknya masing-
masing.
2. Siswa membaca
wacana yang
membahas prinsip
kesetimbangan kimia
dalam kehidupan dan
industri (contohnya:
industri amonia dan
pengikatan oksigen
oleh hemoglobin)
dalam LKS.
3. Siswa bersama teman
kelompoknya
memahami wacana
dalam LKS.
4. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
mendiskusikan dan
menemukan pokok
permasalahan dalam
wacana dan
mengaitkannya dengan
prinsip kesetimbangan.
5. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
menjawab pertanyaan-
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Pendekatan SETS
Tahap Invitasi
(penyajian isu atau
masalah aktual)
Indikator 1 :
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
Menganalisis
argumen
Indikator 3:
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
Sub-indikator
1:
Mengidentifi-
kasi/merumus-
kan pertanyaan
Sub-indikator
2: Mengidentifi-
kasi kalimat-
kalimat
pernyataan
Sub-indikator
3:
Dapatkah anda
mengatakan
beberapa hal
tentang itu?
15 menit
105
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
6. Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
membentuk
gagasan/hipotesis dari
wacana terkait prinsip
kesetimbangan kimia
dalam kehidupan dan
industri.
7. Guru membimbing dan
mengarahkan siswa
untuk mengaitkan
gagasan/hipotesis
dengan informasi
relavan dari sumber
lain mengenai prinsip
kesetimbangan dalam
industri untuk
mendukung jawaban
dari pokok
permasalahan yang
ditemukan dalam
wacana.
6. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
membuat
gagasan/hipotesis dari
wacana industri amonia
dan pengikatan oksigen
oleh hemoglobin yang
berkaitan prinsip
kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.
7. Siswa mencari dan
menemukan
informasi yang
relevan dari sumber
lain mengenai prinsip
kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Membuat hipotesis
Pendekatan SETS
Tahap Eksplorasi
(memahami dan
mengeksplorasi
masalah yang
disajikan)
Indikator 4 : Menjelaskan
kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
Indikator 5:
Mengobservasi
dan mempertim-
bangkan hasil
observasi.
Sub-indikator
4:
Kemampuan
memberikan
alasan
Sub-indikator
5:
Kemungkinan
dari bukti-bukti
penguatan
55 menit
8. Guru membimbing
siswa dalam
memberikan solusi
yang tepat untuk
menyelesaikan masalah
8. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
membuat solusi yang
tepat untuk
menyelesaikan masalah
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Merancang
percobaan
Indikator 6:
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasil
Sub-indikator
6:
Interpretasi
pernyataan
106
yang terdapat dalam
wacana.
9. Guru mengarahkan
siswa untuk manarik
kesimpulan
berdasarkan hasil
temuan masalah dalam
wacana dan kaitannya
dengan prinsip
kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.
yang terdapat dalam
wacana.
9. Siswa bersama dengan
teman kelompoknya
melakukan diskusi
dalam menarik
kesimpulan
berdasarkan temuan-
temuan informasi yang
relevan dari internet
dan buku pelajaran
mengenai pokok
permasalah yang
ditemukan dalam
wacana dan kaitannya
prinsip kesetimbangan
dalam kehidupan dan
industri.
Pendekatan SETS
Tahap Solusi
(menganalisis dan
mendiskusikan
pemecahan
masalah)
deduksi
Indikator 7:
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
Indikator 8:
Membuat dan
menilai hasil
pertimbangan
Sub-indikator
7:
Membuat
kesimpulan dan
hipotesis
Sub-indikator
8:
Membuat dan
menentukan
hasil
pertimbangan
berdasarkan
fakta
10. Guru mengarahkan
siswa untuk
mengaitkan konsep
yang ditemukan dalam
prinsip kesetimbangan
dalam kehidupan dan
industri dengan
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
10. Siswa menerapkan
konsep yang
ditemukan dalam
wacana mengenai
prinsip kesetimbangan
dalam kehidupan dan
industri dengan
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Melakukan
pecobaan untuk
memperoleh
informasi
Pendekatan SETS
Tahap Aplikasi
(menerapkan
konsep yang telah
dipelajari atau
ditemukan dalam
Indikator 9:
Mengidentifi-
kasi istilah dan
mempertim-
bangkan definisi
Indikator 10:
Mengidentifikas
i asumsi-asumsi
Sub-indikator
9: Strategi
membuat
definisi:
bertindak
dengan memberi
tindakan lanjut
Sub-indikator
10:
Mengonstruksi
argumen
107
bentuk kinerja)
11. Guru memberikan
kesempatan kepada tiap
kelompok untuk
mengkomunikasikan
hasil temuan bersama
kelompok lain dari
permasalahan yang
disajikan.
12. Guru memberikan
umpan balik dan
penguatan kepada
siswa terhadap konsep
yang telah didapatkan
oleh siswa.
13. Guru membimbing
siswa dalam membuat
kesimpulan.
11. Siswa dan teman
kelompoknya
menyampaikan hasil
diskusi dengan
menggunakan gagasan
yang sesuai dengan
konsep berdasarkan
masalah yang
ditemukan.
12. Siswa memberikan
tanggapan terhadap
umpan balik yang
diberikan oleh guru.
13. Siswa bersama-sama
membuat kesimpulan
akhir mengenai prinsip
kesetimbangan kimia
dalam kehidupan dan
industri.
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
a. Mengumpulkan
dan menganalisa
data
b. Membuat
kesimpulan
Pendekatan SETS Tahap Pemantapan
Konsep
(menguatkan
konsep
pembelajaran yang
telah diperoleh
siswa)
Penilaian
(mengevaluasi
pemahaman siswa
terkait tema
pembelajaran yang
disampaikan)
Indikator 11:
Memutuskan
suatu tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi
dengan orang
lain
Sub-indikator
11:
Merumuskan
alternatif yang
memungkin-kan
Sub-indikator
12:
Menggunakan
argumen
20 menit
108
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 47 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan kimia
(faktor konsentrasi)
Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit
Pertemuan ke- : 1 (satu)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
dan penerapannya dalam industri.
Indikator:
3.9.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan kimia.
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
Indikator
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
109
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengamati, mendiskusikan, menganalisis dan mempraktikkan siswa dapat
meramalkan arah pergeseran kesetimbangan kimia, menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, dan mengaitkan
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
D. Materi Ajar
1) Fakta
a) Kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk.
2) Konsep
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu: konsentrasi,
tekanan, volume, suhu dan katalis.
3) Prinsip
a) Prinsip Le Chatelier
b) Prinsip kesetimbangan
4) Prosedur yang relevan
a) Merancang percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
b) Melakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
c) Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Model Pembelajaran : Inkuiri Terbimbing
Pendekatan : Science Environment Technology Society (SETS)
Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum, latihan soal
F. Media Pembelajaran
Media : Power point, proyektor, Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. Sumber Belajar
a. Buku ajar kimia kelas XI
b. Internet
c. Alat dan bahan praktikum
d. Referensi lain:
Chang, Raymond 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
110
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Orientasi 10 menit
Guru memberikan salam pembuka.
Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas
agar siap mengikuti pelajaran.
Siswa menjawab salam pembukaan dari guru dan berdoa bersama
dipimpin oleh ketua kelas.
Apersepsi
Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya mengenai reaksi setimbang dan kapan suatu
reaksi dikatakan setimbang.
Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai reaksi setimbang dan kapan suatu reaksi dikatakan
setimbang.
Motivasi
Guru memberikan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mendengarkan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia yang disajikan oleh guru dalam kehidupan
sehari-hari.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
111
2. Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Indikator Berpikir
Kritis
Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap Pembelajaran dengan Pendekatan Science Environment Technology Society (SETS)
Tahap Invitasi Indikator 1:
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
Menganalisis argumen
Indikator 3:
Bertanya dan menjawab
pertanyaan
Indikator 4 :
Menjelaskan kredibilitas
(kriteria) suatu sumber
Indikator 5:
Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi
Indikator 6:
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
Indikator 7:
Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil
induksi
10 menit
Guru membimbing siswa untuk membentuk 6
kelompok.
Guru memberikan masalah berupa wacana penyebab
gigi keropos pada Lembar Kerja Siswa (LKS)
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia (faktor konsentrasi).
Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari wacana
dalam LKS bersama teman kelompoknya.
Guru mengarahkan siswa untuk menemukan pokok
permasalahan yang ada dalam wacana dan
mengaitkannya dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan (faktor konsentrasi).
Guru mengarah siswa untuk menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam LKS
Siswa bergabung dalam kelompoknya
masing-masing.
Siswa membaca wacana penyebab gigi
keropos terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
Siswa bersama teman kelompoknya
memahami wacana penyebab gigi keropos
pada LKS.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
mendiskusikan dan menemukan pokok
permasalahan dalam wacana dan
mengaitkannya dengan faktor-faktor yang
mem-pengaruhi kesetimbangan.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
112
Tahap Eksplorasi Indikator 8:
Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Indikator 9:
Mengidentifikasi istilah
dan mempertimbangkan
definisi
Indikator 10:
Mengidentifikasi asumsi-
asumsi
Indikator 11 :
Memutuskan suatu
tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi dengan
orang lain
10 menit
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
membentuk gagasan/hipotesis dari wacana penyebab
gigi keropos terkait pengaruh konsentrasi terhadap
kesetimbangan dalam LKS.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengaitkan gagasan/ hipotesis dengan informasi
relavan dari sumber lain mengenai faktor konsentrasi
yang mempengaruhi kesetimbangan untuk mendukung
jawaban dari pokok permasalahan yang ditemukan
dalam wacana.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
membuat gagasan/ hipotesis dari wacana
penyebab gigi keropos yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor konsentrasi).
Siswa mencari dan menemukan informasi
yang relevan dari sumber lain mengenai
faktor konsentrasi, suhu, volume, dan
tekanan dan mengaitkannya dengan gagasan/
hipotesis yang telah dibentuk.
Tahap Solusi 10 menit
Guru mengarahkan siswa untuk manarik kesimpulan
berdasarkan hasil temuan masalah dalam wacana dan
kaitannya dengan faktor konsentrasi yang
mempengaruhi konsentrasi sesuai dengan sumber
literatur yang ada.
Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari
rancangan percobaan faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
melakukan diskusi dalam menarik
kesimpulan berdasarkan temuan-temuan
informasi yang relevan dari internet dan
buku pelajaran mengenai pokok permasalah
yang ditemukan dalam wacana dan kaitannya
dengan faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Siswa mempelajari rancangan percobaan
faktor konsentrasi yang mempengaruhi
kesetimbangan.
113
Tahap Aplikasi 25 menit
Guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan alat dan
bahan percobaan faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Guru mengarahkan siswa melakukan percobaan faktor
konsentrasi.
Guru mengarahkan siswa untuk menerapkan konsep
yang didapatkan mengenai faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS.
Siswa dan teman kelompoknya menyiapkan
alat dan bahan untuk melakukan percobaan
faktor konsentrasi yang mempengaruhi
kesetimbangan.
Siswa dan teman kelompoknya melakukan
percobaan faktor konsentrasi.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
menerapkan konsep faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia yang
telah didapatkan sumber informasi dan
literatur dengan menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
Tahap Pemantapan Konsep 20 menit
Guru mengarahkan siswa untuk mengamati dan
mengumpulkan data hasil percobaan.
Guru mengarahkan siswa untuk mengolah data hasil
percobaan.
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok
untuk mengkomunikasikan temuan bersama
kelompoknya berdasarkan hasil percobaan dan diskusi
mengenai wacana yang diberikan di awal
pembelajaran.
Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada
siswa terhadap konsep faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
dari wacana yang disajikan di awal pembelajaran dan
Siswa dan teman kelompoknya
menyampaikan hasil diskusi dengan
menggunakan konsep yang sesuai dengan
sumber dan literatur yang ada dalam
memecahkan masalah yang ditemukan dalam
LKS.
Siswa memberi respon terhadap umpan balik
yang diberikan.
Siswa dan teman kelompoknya
menyampaikan kesimpulan yang didapatkan
berdasarkan hasil temuan dalam percobaan
yang telah dilakukan.
Siswa mengamati dan mengumpulkan data
hasil percobaan bersama teman
114
percobaan yang telah dilakukan. kelompoknya.
Siswa dan teman kelompoknya mengolah
data hasil percobaan.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 5 menit
Guru menugaskan setiap siswa untuk menuliskan laporan hasil
percobaan yang telah dilakukan bersama kelompoknya.
Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan dipelajari
selanjutnya mengenai pengaruh suhu, volume, dan tekanan
terhadap kesetimbangan.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
Guru mengucapkan salam.
Setiap siswa secara individu mendengarkan tugas yang
diberikan guru untuk menuliskan laporan hasil percobaan yang
telah dilakukan bersama kelompoknya.
Siswa mendengarkan arahan guru tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai volume, dan tekanan, dan
pengaruh suhu, terhadap kesetimbangan.
Salah satu siswa memimpin doa.
Siswa menjawab salam guru.
I. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. Instrumen : Pre-test dan post-test (Terlampir)
115
116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 47 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan kimia
(faktor volume, tekanan, dan suhu)
Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit
Pertemuan ke- : 2 (dua)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
Indikator
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengamati, mendiskusikan, menganalisis dan mempraktikkan siswa dapat
meramalkan arah pergeseran kesetimbangan kimia, menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, dan mengaitkan
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
D. Materi Ajar
1) Fakta
117
a) Kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk.
2) Konsep
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu : konsentrasi,
tekanan, volume, suhu dan katalis.
3) Prinsip
a) Prinsip Le Chatelier
b) Prinsip kesetimbangan
4) Prosedur yang relevan
a) Merancang percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
b) Melakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
c) Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Model Pembelajaran : Inkuiri Terbimbing
Pendekatan : Science Environment Technology Society (SETS)
Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum, latihan soal
F. Media Pembelajaran
Media : Power point, proyektor, Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. Sumber Belajar
a. Buku ajar kimia kelas XI
b. Internet
c. Alat dan bahan praktikum
d. Referensi lain:
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
118
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Orientasi 10 menit
Guru memberikan salam pembuka.
Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas
agar siap mengikuti pelajaran.
Siswa menjawab salam pembukaan dari guru dan berdoa bersama
dipimpin oleh ketua kelas.
Apersepsi
Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya mengenai apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan.
Motivasi
Guru memberikan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mendengarkan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia yang disajikan oleh guru dalam kehidupan
sehari-hari.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
119
2. Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Indikator Berpikir
Kritis
Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap Pembelajaran dengan Pendekatan Science Environment Technology Society (SETS)
Tahap Invitasi Indikator 1:
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
Menganalisis argumen
Indikator 3:
Bertanya dan menjawab
pertanyaan
Indikator 4 :
Menjelaskan kredibilitas
(kriteria) suatu sumber
Indikator 5:
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator 6:
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Indikator 7:
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
10 menit
Guru mengarahkan siswa membentuk 6 kelompok.
Guru memberikan masalah kepada siswa berupa
wacana (fakta minuman berkarbonasi dan apa yang
terjadi di atmosfer saat ada petir) dalam LKS terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran
kesetimbangan (faktor volume-tekanan, dan suhu).
Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari wacana
dalam LKS.
Guru mengarahkan siswa untuk menemukan pokok
permasalahan yang terdapat dalam wacana melalui
kegiatan praktikum (faktor kesetimbangan: volume-
tekanan, dan suhu).
Guru mengarah siswa untuk menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam LKS
Siswa bergabung sesuai dengan teman
kelompoknya.
Siswa bersama teman kelompoknya membaca
wacana (fakta minuman berkarbonasi dan apa
yang terjadi di atmosfer saat ada petir) dalam
LKS.
Siswa bersama teman kelompoknya
memahami wacana dalam LKS.
Siswa bersama teman kelompok
mengidentifikasi/ menemukan pokok
permasalahan pada wacana (fakta minuman
berkarbonasi, dan apa yang terjadi di atmosfer
saat ada petir) dalam LKS.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
120
Tahap Eksplorasi Indikator 8:
Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Indikator 9:
Mengidentifikasi istilah
dan mempertimbangkan
definisi
Indikator 10:
Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
Indikator 11:
Memutuskan suatu
tindakan
Indikator 12:
Berinteraksi dengan
orang lain
10 menit
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
membentuk gagasan/ hipotesis dari wacana (fakta
minuman berkarbonasi dan apa yang terjadi di
atmosfer saat ada petir) terkait pengaruh suhu, volume
dan tekanan terhadap kesetimbangan dalam LKS.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengaitkan gagasan/hipotesis dengan informasi
relavan dari sumber lain mengenai faktor volume-
tekanan, dan suhu untuk mendukung jawaban dari
pokok permasalahan yang ditemukan dalam wacana.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
membuat gagasan/hipotesis dari wacana (fakta
minuman berkarbonasi dan apa yang terjadi di
atmosfer saat ada petir) terkait pengaruh faktor
volume-tekanan, dan suhu terhadap
kesetimbangan dalam LKS.
Siswa mencari dan menemukan informasi
yang relevan dari sumber lain mengenai faktor
volume-tekanan, dan suhu dan mengaitkannya
dengan gagasan/ hipotesis yang telah dibentuk.
Tahap Solusi 10 menit
Guru mengarahkan siswa untuk manarik kesimpulan
berdasarkan hasil temuan masalah dalam wacana dan
kaitannya dengan faktor volume-tekanan, dan suhu
yang mempengaruhi konsentrasi sesuai dengan sumber
literatur yang ada.
Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari
rancangan percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan (faktor volume-
tekanan, dan suhu).
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
melakukan diskusi dalam menarik kesimpulan
dari berdasarkan temuan-temuan informasi
yang relevan dari internet dan buku pelajaran
mengenai pokok permasalah yang ditemukan
dalam wacana dan kaitannya dengan faktor
volume-tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Siswa mempelajari rancangan percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor volume-tekanan, dan
suhu).
121
Tahap Aplikasi 25 menit
Guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan alat dan
bahan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor volume-tekanan, dan suhu).
Guru mengarahkan siswa melakukan percobaan
faktor-faktor yang mempengarahi kesetimbangan,
yaitu: faktor volume-tekanan, dan suhu.
Siswa dan teman kelompoknya menyiapkan
alat dan bahan untuk melakukan percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor volume-tekanan, dan
suhu).
Siswa dan teman kelompoknya melakukan
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor volume-tekanan, dan
suhu).
Tahap Pemantapan Konsep 20 menit
Guru mengarahkan siswa untuk mengamati dan
mengumpulkan data hasil percobaan.
Guru mengarahkan siswa untuk mengolah data hasil
percobaan.
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok
untuk mengkomunikasikan hasil temuan bersama
kelompok dari hasil percobaan dan hasil diskusi
mengenai wacana yang diberikan di awal
pembelajaran.
Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada
siswa terhadap konsep faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
dari wacana yang disajikan di awal pembelajaran dan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa mengamati dan mengumpulkan data
hasil percobaan bersama teman kelompoknya.
Siswa dan teman kelompoknya mengolah data
hasil percobaan.
Siswa dan teman kelompoknya menyampaikan
hasil diskusi dengan menggunakan konsep
yang sesuai dengan sumber dan literatur yang
ada dalam memecahkan masalah yang
ditemukan dalam LKS.
Siswa memberi respon terhadap umpan balik
yang diberikan.
Siswa dan teman kelompoknya menyampaikan
kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil
temuan dalam percobaan yang telah dilakukan.
122
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 5 menit
Guru menugaskan setiap siswa untuk menuliskan laporan
hasil percobaan yang telah dilakukan bersama
kelompoknya.
Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai prinsip kesetimbangan
dalam industri.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
Guru mengucapkan salam.
Setiap siswa secara individu mendengarkan tugas yang
diberikan guru untuk menuliskan laporan hasil percobaan
yang telah dilakukan bersama kelompoknya.
Siswa mendengarkan arahan guru tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai prinsip kesetimbangan
dalam industri.
Salah satu siswa memimpin doa.
Siswa menjawab salam guru.
123
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 47 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Prinsip kesetimbangan kimia dalam industri
Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit
Pertemuan ke- : 3 (tiga)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
dan penerapannya dalam industri.
Indikator:
3.9.2 Mengaitkan prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengamati, mendiskusikan, menganalisis dan mempraktikkan siswa dapat
meramalkan arah pergeseran kesetimbangan kimia, menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, dan mengaitkan
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
D. Materi Ajar
1) Fakta
a) Kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk.
2) Konsep
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu : konsentrasi,
tekanan, volume, suhu dan katalis.
3) Prinsip
a) Prinsip Le Chatelier
124
b) Prinsip kesetimbangan
4) Prosedur yang relevan
a) Merancang percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
b) Melakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
c) Menyimpulkan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Model Pembelajaran : Inkuiri Terbimbing
Pendekatan : Science Environment Technology Society (SETS)
Metode : Diskusi, tanya jawab, latihan soal
F. Media Pembelajaran
Media : Power point, proyektor, Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. Sumber Belajar
a. Buku ajar kimia kelas XI
b. Internet
c. Referensi lain:
Chang, Raymond 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
125
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Orientasi 10 menit
Guru memberikan salam pembuka.
Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas
agar siap mengikuti pelajaran.
Siswa menjawab salam pembukaan dari guru dan berdoa
bersama dipimpin oleh ketua kelas.
Apersepsi
Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi arah
pergeseran kesetimbangan
Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran
kesetimbangan.
Motivasi
Guru memberikan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mendengarkan fakta tentang manfaat mempelajari
materi kesetimbangan kimia yang disajikan oleh guru dalam
kehidupan sehari-hari.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
126
2. Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Indikator Berpikir
Kritis
Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap Pembelajaran dengan Pendekatan Science Environment Technology Society (SETS)
Tahap Invitasi Indikator 1:
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
Menganalisis argumen
Indikator 3:
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
Indikator 4 :
Menjelaskan
kredibilitas (kriteria)
suatu sumber
Indikator 5:
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator 6:
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Indikator 7:
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
10 menit
Guru membimbing siswa untuk membentuk 6
kelompok.
Guru memberikan masalah berupa wacana yang
membahas prinsip kesetimbangan kimia dalam
kehidupan dan industri (contohnya: industri amonia
dan pengikatan oksigen oleh hemoglobin) dalam LKS.
Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari wacana
dalam LKS bersama teman kelompoknya.
Guru mengarahkan siswa untuk menemukan pokok
permasalahan yang ada dalam wacana dan
mengaitkannya dengan prinsip kesetimbangan.
Guru mengarah siswa untuk menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam LKS.
Siswa bergabung dalam kelompoknya masing-
masing.
Siswa membaca wacana yang membahas prinsip
kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan
industri (contohnya: industri amonia dan
pengikatan oksigen oleh hemoglobin) dalam
LKS.
Siswa bersama teman kelompoknya memahami
wacana dalam LKS.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
mendiskusikan dan menemukan pokok
permasalahan dalam wacana dan mengaitkannya
dengan prinsip kesetimbangan.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
dalam LKS.
Tahap Eksplorasi 10 menit
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
membentuk gagasan/hipotesis dari wacana terkait
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan
industri.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
membuat gagasan/hipotesis dari wacana industri
amonia dan pengikatan oksigen oleh
hemoglobin
127
hasil induksi
Indikator 8:
Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Indikator 9:
Mengidentifikasi
istilah dan
mempertimbangkan
definisi
Indikator 10:
Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
Indikator 11 :
Memutuskan suatu
tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi dengan
orang lain
Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengaitkan gagasan/hipotesis dengan informasi
relavan dari sumber lain mengenai prinsip
kesetimbangan dalam kehidupan dan industri untuk
mendukung jawaban dari pokok permasalahan yang
ditemukan dalam wacana.
Siswa mencari dan menemukan informasi yang
relevan dari sumber lain mengenai prinsip
kesetimbangan dalam kehidupan dan industri.
Tahap Solusi 10 menit
Guru membimbing siswa dalam memberikan solusi
yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang
terdapat dalam wacana.
Guru mengarahkan siswa untuk manarik kesimpulan
berdasarkan hasil temuan masalah dalam wacana dan
kaitannya dengan prinsip kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
membuat solusi yang tepat untuk menyelesaikan
masalah yang terdapat dalam wacana.
Siswa bersama dengan teman kelompoknya
melakukan diskusi dalam menarik kesimpulan
berdasarkan temuan-temuan informasi yang
relevan dari internet dan buku pelajaran
mengenai pokok permasalah yang ditemukan
dalam wacana dan kaitannya prinsip
kesetimbangan dalam kehidupan dan industri.
Tahap Aplikasi 25 menit
Guru mengarahkan siswa untuk mengaitkan konsep
yang ditemukan dalam prinsip kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat dalam LKS.
Siswa menerapkan konsep yang ditemukan
dalam wacana mengenai prinsip kesetimbangan
dalam kehidupan dan industri dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
LKS.
128
Tahap Pemantapan Konsep 20 menit
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok
untuk mengkomunikasikan hasil temuan bersama
kelompok lain dari permasalahan yang disajikan.
Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada
siswa terhadap konsep yang telah didapatkan oleh
siswa.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
Siswa dan teman kelompoknya menyampaikan
hasil diskusi dengan menggunakan gagasan
yang sesuai dengan konsep berdasarkan masalah
yang ditemukan.
Siswa memberikan tanggapan terhadap umpan
balik yang diberikan oleh guru.
Siswa bersama-sama membuat kesimpulan akhir
mengenai prinsip kesetimbangan kimia dalam
kehidupan dan industri.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 5 menit
Guru mengarahkan siswa untuk mengumpulkan LKS
hasil diskusi .
Guru mengarahkan siswa untuk mempersiapkan diri
dipertemuan selanjutnya karena akan diadakan ulangan
harian (post test).
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
Guru mengucapkan salam
Siswa mengumpulkan LKS hasil diskusi dari setiap
kelompok kepada guru.
Siswa mendengarkan arahan dari guru untuk mempersiapkan
diri dipertemuan selanjutnya karena akan diadakan ulangan
harian (post test).
Salah satu siswa memimpin doa.
Siswa menjawab salam guru.
I. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. Instrumen : Pre-test dan post-test (terlampir)
129
130
Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 47 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan kimia
(faktor konsentrasi)
Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit
Pertemuan ke- : 1 (satu)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
dan penerapannya dalam industri.
Indikator:
3.9.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan kimia.
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
Indikator
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
131
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengamati, mendiskusikan, menganalisis dan mempraktikkan, siswa dapat
meramalkan arah pergeseran kesetimbangan kimia, menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, dan mengaitkan
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
D. Materi Ajar
1) Fakta
a) Kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk.
2) Konsep
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu : konsentrasi,
tekanan, volume, suhu dan katalis.
3) Prinsip
a) Prinsip Le Chatelier
b) Prinsip kesetimbangan
4) Prosedur yang relevan
a) Merancang percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
b) Melakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
c) Menyimpulkan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum, latihan soal
F. Media Pembelajaran
Media : Power point, proyektor, Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. Sumber Belajar
a. Buku ajar kimia kelas XI
b. Internet
c. Alat dan bahan praktikum
d. Referensi lain:
Chang, Raymond 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
132
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Orientasi 10 menit
Guru memberikan salam pembuka.
Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas agar
siap mengikuti pelajaran.
Siswa menjawab salam pembukaan dari guru dan berdoa
bersama dipimpin oleh ketua kelas.
Apersepsi
Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai reaksi setimbang dan kapan suatu reaksi dikatakan
setimbang.
Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai reaksi setimbang dan kapan suatu reaksi dikatakan
setimbang.
Motivasi
Guru memberikan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mendengarkan fakta tentang manfaat mempelajari
materi kesetimbangan kimia yang
disajikan oleh guru dalam kehidupan sehari-hari.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Indikator Berpikir
Kritis
Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Mengamati
Guru menyajikan gambar/video mengenai
pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan.
Guru memberikan pengarahan untuk melakukan
Mengamati
Siswa mengamati gambar/video yang disajikan
mengenai pengaruh konsentrasi terhadap
kesetimbangan.
Indikator 1:
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
10 menit
133
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor konsentrasi)
Siswa mengamati pengarahan yang dilakukan
guru untuk melakukan percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesetimbangan (faktor
konsentrasi)
Menganalisis argumen
Indikator 3:
Bertanya dan menjawab
pertanyaan
Indikator 4 :
Menjelaskan kredibilitas
(kriteria) suatu sumber
Indikator 5:
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator 6:
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Indikator 7:
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Indikator 8:
Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Indikator 9:
Mengidentifikasi istilah
dan mempertimbangkan
definisi
Indikator 10:
Mengidentifikasi
Menanya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan memberikan umpan balik tentang apa
yang sudah mereka amati mengenai pengaruh
konsentrasi terhadap kesetimbangan.
Menanya
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru
mengenai apa yang sudah diamati mengenai
pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan
Siswa menyampaikan pendapatnya mengenai
gambar/video yang telah ditampilkan.
10 menit
Mengumpulkan Data
Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok.
Guru memberikan LKS praktikum mengenai faktor
konsentrasi yang mempengaruhi arah
kesetimbangan untuk setiap kelompok.
Guru memberikan instruksi untuk memahami LKS
praktikum.
Guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan alat
dan bahan percobaan faktor konsentrasi.
Guru mengarahkan siswa untuk melakukan
percobaan faktor konsentrasi.
Guru mengarahkan siswa untuk mengamati dan
mencatat data hasil percobaan dalam LKS.
Mengumpulkan Data
Siswa bergabung dalam kelompoknya masing-
masing.
Siswa menerima LKS praktikum mengenai
faktor konsentrasi yang mempengaruhi arah
kesetimbangan yang diberikan oleh guru.
Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah
diberikan oleh guru.
Siswa menyiapkan alat dan bahan percobaan
faktor konsentrasi.
Siswa melakukan percobaan faktor konsentrasi
sesuai dengan langkah kerja pada LKS.
Siswa mengamati dan mencatat data hasil
percobaan dalam LKS.
20 menit
Mengasosiasi
Guru membimbing siswa dalam menganalisis
peristiwa yang terjadi pada pemberian perlakuan
yang berbeda-beda terhadap reaksi kimia yang
Mengasosiasi
Siswa menganalisis peristiwa yang terjadi pada
pemberian perlakuan yang berbeda-beda
terhadap reaksi kimia yang berlangsung selama
15 menit
134
berlangsung selama percobaan faktor konsentrasi.
Guru membimbing siswa mengolah dan
menganalisis data hasil percobaan untuk
menyimpulkan pengaruh faktor konsentrasi
terhadap kesetimbangan.
Guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan
soal-soal yang terdapat pada LKS sesuai dengan
hasil observasi yang telah dilakukan.
percobaan faktor konsentrasi.
Siswa mengolah dan menganalisis data hasil
percobaan untuk menyimpulkan pengaruh
faktor konsentrasi terhadap kesetimbangan.
Siswa mendiskusikan soal-soal yang terdapat
pada LKS sesuai dengan hasil observasi yang
telah dilakukan.
asumsi-asumsi
Indikator 11 :
Memutuskan suatu
tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi dengan
orang lain
Mengkomunikasikan
Guru mengarahkan siswa untuk menyampaikan
hasil diskusi kelompoknya secara lisan di depan
kelas.
Guru mengarahkan siswa dalam kelompok lain
menulis rangkuman hasil percobaan yang
dipresentasikan kelompok lain.
Guru mengoreksi kesalahan yang terjadi selama
praktikum.
Mengkomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya secara lisan di depan kelas.
Siswa dalam kelompok lain menulis rangkuman
hasil percobaan yang dipresentasikan kelompok
lain.
Siswa mendengarkan koreksi kesalahan yang
terjadi selama praktikum yang dijelaskan oleh
guru.
20 menit
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 5 menit
Guru menugaskan setiap siswa untuk menuliskan laporan
hasil percobaan yang telah dilakukan bersama
kelompoknya.
Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai pengaruh volume,
tekanan, dan suhu terhadap kesetimbangan.
Setiap siswa secara individu mendengarkan tugas yang
diberikan guru untuk menuliskan laporan hasil percobaan
yang telah dilakukan bersama kelompoknya.
Siswa mendengarkan arahan guru tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai pengaruh volume, tekanan,
dan suhu terhadap kesetimbangan.
135
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
Guru mengucapkan salam.
Salah satu siswa memimpin doa.
Siswa menjawab salam guru.
136
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 47 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan kimia
(faktor volume, tekanan, dan suhu)
Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit
Pertemuan ke- : 2 (dua)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
Indikator
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengamati, mendiskusikan, menganalisis dan mempraktikkan siswa dapat
meramalkan arah pergeseran kesetimbangan kimia, menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, dan mengaitkan
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
137
D. Materi Ajar
1) Fakta
a) Kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk.
2) Konsep
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu : konsentrasi,
tekanan, volume, suhu dan katalis.
3) Prinsip
a) Prinsip Le Chatelier
b) Prinsip kesetimbangan
4) Prosedur yang relevan
a) Merancang percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
b) Melakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
c) Menyimpulkan dan menyajikan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum, latihan soal.
F. Media Pembelajaran
Media : Power point, proyektor, Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. Sumber Belajar
a. Buku ajar kimia kelas XI.
b. Internet.
c. Alat dan bahan praktikum.
d. Referensi lain:
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
138
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Orientasi 10 menit
Guru memberikan salam pembuka.
Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas
agar siap mengikuti pelajaran.
Siswa menjawab salam pembukaan dari guru dan berdoa bersama
dipimpin oleh ketua kelas.
Apersepsi
Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya mengenai apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan.
Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan.
Motivasi
Guru memberikan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mendengarkan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia yang disajikan oleh guru dalam kehidupan
sehari-hari.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Indikator Berpikir
Kritis
Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Mengamati
Guru memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
(faktor volume, tekanan, dan suhu)
Mengamati
Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan
Indikator 1:
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
10 menit
139
Guru memberikan pengarahan untuk melakukan
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan (faktor volume, tekanan, dan suhu)
Siswa mengamati pengarahan yang dilakukan
guru untuk melakukan percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesetimbangan (faktor
volume, tekanan, dan suhu).
Menganalisis argumen
Indikator 3:
Bertanya dan menjawab
pertanyaan
Indikator 4 :
Menjelaskan kredibilitas
(kriteria) suatu sumber
Indikator 5:
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator 6:
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Indikator 7:
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Indikator 8:
Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Indikator 9:
Mengidentifikasi istilah
dan mempertimbangkan
definisi
Indikator 10:
Mengidentifikasi
Menanya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
(faktor volume, tekanan, dan suhu).
Menanya
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan (faktor
volume, tekanan, dan suhu).
10 menit
Mengumpulkan Data
Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok.
Guru memberikan LKS praktikum mengenai faktor
volume, tekanan, dan suhu yang mempengaruhi arah
kesetimbangan untuk setiap kelompok.
Guru memberikan instruksi untuk memahami LKS
praktikum.
Guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan alat dan
bahan percobaan faktor volume dan suhu.
Guru mengarahkan siswa untuk melakukan
percobaan.
Guru mengarahkan siswa untuk mengamati dan
mencatat data hasil percobaan dalam LKS.
Mengumpulkan Data
Siswa bergabung dalam kelompoknya masing-
masing.
Siswa menerima LKS praktikum mengenai
faktor volume, tekanan, dan suhu yang
mempengaruhi arah kesetimbangan yang
diberikan oleh guru.
Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah
diberikan oleh guru.
Siswa menyiapkan alat dan bahan percobaan
faktor volume dan suhu
Siswa melakukan percobaan faktor volume
dan suhu sesuai dengan langkah kerja pada
LKS.
Siswa mengamati dan mencatat data hasil
percobaan dalam LKS.
20 menit
Mengasosiasi
Guru membimbing siswa dalam menganalisis
peristiwa yang terjadi pada pemberian perlakuan
Mengasosiasi
Siswa menganalisis peristiwa yang terjadi
pada pemberian perlakuan yang berbeda-beda
15 menit
140
yang berbeda-beda terhadap reaksi kimia yang
berlangsung selama percobaan.
Guru membimbing siswa mengolah dan
menganalisis data hasil percobaan untuk
menyimpulkan pengaruh faktor volume dan suhu
terhadap kesetimbangan.
Guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan soal-
soal yang terdapat pada LKS sesuai dengan hasil
observasi yang telah dilakukan.
terhadap reaksi kimia yang berlangsung
selama percobaan.
Siswa mengolah dan menganalisis data hasil
percobaan untuk menyimpulkan pengaruh
faktor volume dan suhu terhadap
kesetimbangan.
Siswa mendiskusikan soal-soal yang terdapat
pada LKS sesuai dengan hasil observasi yang
telah dilakukan.
asumsi-asumsi
Indikator 11 :
Memutuskan suatu
tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi dengan
orang lain
Mengkomunikasikan
Guru mengarahkan siswa untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya secara lisan di depan kelas.
Guru mengarahkan siswa dalam kelompok lain
menulis rangkuman hasil percobaan yang
dipresentasikan kelompok lain.
Guru mengoreksi kesalahan yang terjadi selama
praktikum.
Mengkomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya secara lisan di depan kelas.
Siswa dalam kelompok lain menulis
rangkuman hasil percobaan yang
dipresentasikan kelompok lain.
Siswa mendengarkan koreksi kesalahan yang
terjadi selama praktikum yang dijelaskan oleh
guru.
20 menit
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 5 menit
Guru menugaskan setiap siswa untuk menuliskan laporan
hasil percobaan yang telah dilakukan bersama
kelompoknya.
Setiap siswa secara individu mendengarkan tugas yang
diberikan guru untuk menuliskan laporan hasil percobaan
yang telah dilakukan bersama kelompoknya.
141
Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai prinsip kesetimbangan
dalam industri.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
Guru mengucapkan salam.
Siswa mendengarkan arahan guru tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya mengenai prinsip kesetimbangan
dalam industri.
Salah satu siswa memimpin doa.
Siswa menjawab salam guru.
142
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 47 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Prinsip kesetimbangan kimia dalam industri
Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit
Pertemuan ke- : 3 (tiga)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
dan penerapannya dalam industri.
Indikator:
3.9.2 Mengaitkan prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengamati, mendiskusikan, menganalisis dan mempraktikkan siswa dapat
meramalkan arah pergeseran kesetimbangan kimia, menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, dan mengaitkan
prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
D. Materi Ajar
1) Fakta
a) Kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk.
2) Konsep
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu : konsentrasi,
tekanan, volume, suhu dan katalis.
3) Prinsip
a) Prinsip Le Chatelier
143
b) Prinsip kesetimbangan
4) Prosedur yang relevan
a) Merancang percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
b) Melakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
c) Menyimpulkan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan.
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, latihan soal
F. Media Pembelajaran
Media : Power point, proyektor, Lembar Kerja Siswa (LKS)
G. Sumber Belajar
a. Buku ajar kimia kelas XI.
b. Internet.
c. Referensi lain:
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
144
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Orientasi 10 menit
Guru memberikan salam pembuka.
Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas
agar siap mengikuti pelajaran.
Siswa menjawab salam pembukaan dari guru dan berdoa
bersama dipimpin oleh ketua kelas.
Apersepsi
Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi arah
pergeseran kesetimbangan
Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran
kesetimbangan.
Motivasi
Guru memberikan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
Siswa mendengarkan fakta tentang manfaat mempelajari materi
kesetimbangan kimia yang disajikan oleh guru dalam kehidupan
dan industri.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Indikator Berpikir
Kritis
Alokasi
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Mengamati
Guru memberikan penjelasan prinsip kesetimbangan
dalam kehidupan dan industri
Mengamati
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
prinsip kesetimbangan dalam kehidupan dan
industri
Indikator 1:
Memfokuskan
pertanyaan
Indikator 2:
5 menit
145
Menanya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab mengenai prinsip
kesetimbangan dalam kehidupan dan industri.
Menanya
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru
mengenai prinsip kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.
Menganalisis argumen
Indikator 3:
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
Indikator 4 :
Menjelaskan
kredibilitas (kriteria)
suatu sumber
Indikator 5:
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Indikator 6:
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Indikator 7:
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Indikator 8:
Membuat dan menilai
hasil pertimbangan
Indikator 9:
Mengidentifikasi
istilah dan
mempertimbangkan
definisi
5 menit
Mengumpulkan Data
Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok.
Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk
mencari aplikasi prinsip kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.
Mengumpulkan Data
Siswa bergabung dalam kelompoknya masing-
masing.
Siswa bersama teman kelompoknya mencari satu
aplikasi prinsip kesetimbangan dalam kehidupan
dan industri.
15 menit
Mengasosiasi
Guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan dan
menganalisis peran kesetimbangan kimia dalam
aplikasi yang telah dipilih oleh setiap kelompok.
Mengasosiasi
Setiap kelompok siswa mendiskusikan dan
menganalisis peran kestimbangan kimia dalam
aplikasi yang dipilihnya.
25 menit
Mengkomunikasikan
Guru mengarahkan siswa untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya secara lisan di depan kelas dan
meminta kelompok lain untuk mendengarkan dan
bertanya diakhir diskusi.
Guru mengarahkan siswa dalam kelompok lain
menulis rangkuman hasil diskusi yang dipresentasikan
Mengkomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya
secara lisan di depan kelas.
Kelompok siswa yang melakukan presentasi di
depan kelas membuka sesi tanya jawab dengan
kelompok lain. Apabila tidak dapat
menjawabnya, siswa dipersilakan mencari lagi
dari sumber lain.
Siswa dalam kelompok lain menulis rangkuman
hasil diskusi yang dipresentasikan kelompok lain.
Siswa mendengarkan tambahan informasi
25 menit
146
kelompok lain.
Guru memberikan tambahan informasi mengenai
prinsip kesetimbangan dalam kehidupan dan industri.
mengenai prinsip kesetimbangan dalam
kehidupan dan industri.yang dijelaskan oleh guru.
Indikator 10:
Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
Indikator 11 :
Memutuskan suatu
tindakan
Indikator 12 :
Berinteraksi dengan
orang lain
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 5 menit
Guru mengarahkan siswa untuk mempersiapkan diri
dipertemuan selanjutnya karena akan diadakan ulangan harian
(posttest).
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
Guru mengucapkan salam
Siswa mendengarkan arahan dari guru untuk mempersiapkan diri
dipertemuan selanjutnya karena akan diadakan ulangan harian
(posttest).
Salah satu siswa memimpin doa.
Siswa menjawab salam guru.
147
148
Lampiran 4. Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis
LEMBAR VALIDASI UJI INSTRUMEN TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Jumlah Soal : 27
Bentuk Soal : Esai
Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dan penerapannya dalam industri.
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil pecobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan.
Penulis Soal : R. Melisa Nelvita Sari
No. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang diukur Nomor Soal
1 Memfokuskan pertanyaan 1, 2
2 Menganalisis argumen 3, 4
3 Bertanya dan menjawab pertanyaan 5, 6, 27
4 Menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu sumber 7, 8
5 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 25, 26
6 Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 9, 10, 11
7 Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi 12, 13
8 Membuat dan menilai hasil pertimbangan 14, 15
9 Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi 16, 17
10 Mengidentifikasi asumsi-asumsi 18, 19, 20, 21
11 Memutuskan suatu tindakan 22, 23, 24
149
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub Indikator
Berpikir Kritis
No.
Soal Butir Soal
Kesesuaian Catatan
Ya Tidak
Menyimpulkan
serta
menyajikan data
hasil percobaan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Diberikan sebuah
fenomena mengenai
pengaruh konsentrasi,
siswa mengidentifikasi
masalah dan
merumuskan masalah
dalam bentuk
pertanyaan.
Memfokus-
kan
pertanyaan
Mengidentifi-
kasi/ merumus-
kan masalah
1 Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh
konsentrasi terhadap kesetimbangan melalui
percobaan. Percobaan dilakukan dengan
mereaksikan larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1
M yang berwarna kuning pucat dan larutan
kalium tiosianat (KSCN) 1 M (tidak berwarna).
Persamaan reaksi berdasarkan percobaan:
FeCl3 (aq) + 3KSCN (aq) Fe(SCN)3 (aq)
+ 3 KCl (aq)
Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
No Perlakuan Perubahan
1 FeCl3 + KSCN Warna merah
2 Ditambah
FeCl3 1 M
Warna merah
pekat
3 Ditambah
Fe(SCN)3
Warna kuning
kepucatan
Identifikasilah masalah yang kamu temukan
berdasarkan tabel di atas! Lalu buatlah rumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan! (minimal 3)
(C4)
Diberikan sebuah
fenomena mengenai
pengaruh suhu, siswa
mengidentifikasi dan
merumus-kan masalah
dalam bentuk
Memfokus-
kan
pertanyaan
Mengidentifi-
kasi/ merumus-
kan masalah
2 Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh
suhu terhadap kesetimbangan melalui
percobaan. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan kristal tembaga (II) sulfat
(CuSO4.5H2O) yang berwarna biru.
Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
150
pertanyaan. No Aktivitas Pengamatan
1 Sebelum
dipanaskan
Padatan
CuSO4.5H2O
berwarna biru
2 Sesudah
dipanaskan
Padatan
CuSO4.5H2O
berwarna putih
3 Ditambah air Padatan
CuSO4.5H2O
berwarna biru
Persamaan reaksi berdasarkan percobaan:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g)
∆H = +x kJ
Identifikasilah masalah yang kamu temukan
berdasarkan tabel di atas! Lalu buatlah rumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan! (minimal 3)
(C4)
Mengaitkan
prinsip
kesetimbangan
dalam
kehidupan dan
industri.
Diberikan sebuah
fenomena
pengeroposan gigi,
siswa mengaitkan
dengan pengaruh
konsentrasi terhadap
arah pergeseran
kesetimbangan
Menganali-
sis argumen
Mengidentifi-
kasi kalimat-
kalimat
pernyataan
3 Gigi manusia kuat karena email, yaitu lapisan
tipis keras yang mengandung kalsium untuk
menutupi dan melindungi mahkota gigi. Email
gigi terdiri atas senyawa hidroksiapatit atau
kalsium fosfat (Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi
dapat dilihat dari persamaan reaksi Ca5(PO4)3OH
sebagai berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) +
OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut
berasal dari makanan bersifat asam (jeruk,
permen, minuman sari buah, dan lain-lain)
menyebabkan ion H+
bereaksi dengan ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi
151
berkurang dan gigi menjadi keropos.
Apa yang kamu temukan dari penjelasan
mengenai gigi keropos di atas? Kaitkan
jawabanmu dengan pengaruh konsentrasi pada
kesetimbangan! (C4)
Diberikan sebuah
fenomena tentang
petir, siswa
mengaitkan dengan
pengaruh suhu
terhadap pergeseran
arah kesetimbangan
Menganali-
sis argumen
Mengidentifi-
kasi kalimat-
kalimat
pernyataan
4 Apakah kamu pernah melihat petir? Biasanya
petir muncul pada musim hujan. Selain ditandai
dengan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan
dari langit, kemudian disusul dengan suara
menggelegar. Energi yang dilepaskan berupa
cahaya, panas, dan bunyi. Energi panas ini
memungkinkan gas oksigen dan nitrogen di
atmosfer bereaksi membentuk gas nitrogen
monoksida menurut kesetimbangan:
N2 (g) + O2 (g) 2NO (g)
Reaksi di atas merupakan reaksi endoterm. Gas
NO yang terbentuk larut dalam air hujan dan
diserap oleh tanah. Tanaman menyerap NO yang
larut dalam air hujan sebagai senyawa yang
penting dalam pertumbuhan.
Dapatkah kamu memberikan penjelasan
mengenai kejadian saat ada petir? Kaitkan
jawabanmu dengan pengaruh suhu pada
kesetimbangan! (C4)
Diberikan sebuah
fenomena tentang
minuman
berkarbonasi, siswa
mengaitkan dengan
pengaruh tekanan
terhadap arah
pergeseran
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klarifikasi
yang
menantang
Dapatkah anda
mengatakan
beberapa hal
tentang itu?
(memberikan
penjelasan
sederhana)
5 Minuman berkarbonasi/ minuman bersoda
adalah minuman yang mengandung
karbondioksida (CO2) dan tidak memiliki
kandungan alkohol.
Karbonasi pada minuman bersoda mengikuti
reaksi kesetimbangan berikut:
2NaHCO3 (aq) Na2CO3 (aq) + CO2 (g) + H2O
(l)
152
kesetimbangan Ketika kamu mengguncang botol minuman
bersoda dan membuka tutup botolnya, maka
timbul suara mendesis disertai dengan
gelembung-gelembung gas. Berdasarkan wacana
di atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan
sederhana mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Berikan penjelasanmu! (C4)
Diberikan sebuah tabel
mengenai pembuatan
amonia, siswa
mengaitkan dengan
prinsip kesetimbangan
dalam industri.
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klarifikasi
yang
menantang
Dapatkah anda
mengatakan
beberapa hal
tentang itu?
(memberikan
penjelasan
sederhana)
6 Amonia (NH3) merupakan bahan utama dalam
pembuatan barbagai produk. Untuk
mendapatkan hasil amonia dalam jumlah yang
maksimum, digunakan tekanan yang bervariasi
guna mengetahui kondisi yang optimum untuk
mendapatkan amonia dalam jumlah banyak dan
efisien. Persamaan reaksi kesetimbangan pada
senyawa NH3 sebagai berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Persentase NH3 yang dihasilkan dari reaksi
tersebut yang berlangsung pada suhu 200°C
diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Rendemen NH3 pada beberapa tekanan
yang berbeda
Berd
asar
kan
tabel
di
atas,
dapa
tkah
kam
No Tekanan Hasil NH3 (%)
1 10 atm 50,7
2 30 atm 67,7
3 50 atm 74,4
4 100 atm 81,5
5 300 atm 90,0
6 600 atm 95,4
7 1000 atm 98,3
153
u memberikan penjelasan sederhana mengapa
hal tersebut bisa terjadi? Berikan penjelasanmu!
(C4)
Melakukan
percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Diberikan fenomena
mengenai tekanan dan
volume, siswa
mengaitkan dengan
asas Le Chatelier
Menjelas-kan
kredibilitas
(kriteria)
suatu sumber
Kemampuan
memberikan
alasan
7 Fitri ingin mendapatkan gas N2O4 melalui
percobaan dengan menggunakan suntikan yang
berisi gas NO2 . Persamaan reaksinya adalah:
2NO2 (g) N2O4 (g)
Gas NO2 berwarna cokelat dan gas N2O4 tak
berwarna. Ketika Fitri menekan suntikan yang
berarti memperbesar tekanan, warna zat
memudar. Namun saat Fitri memperkecil
tekanan warna berubah menjadi lebih pekat.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikan
penjelasanmu agar siswa mendapatkan gas N2O4
yang optimum dengan menggunakan asas Le
Chatelier! (C4)
Melakukan
percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Diberikan fenomena
mengenai suatu
percobaan pengaruh
konsentrasi dan
volume, siswa
mengaitkan dengan
asas Le Chatelier
Menjelas-kan
kredibilitas
(kriteria)
suatu sumber
Kemampuan
memberikan
alasan
8 Andi ingin mendapatkan ion FeSCN2+
yang
lebih banyak dengan melakukan suatu
percobaan, ia memasukkan Besi (III) tiosianat
[Fe(SCN)3] ke dalam gelas kimia 100 mL yang
berisi aquades 20 mL dan terbentuklah larutan
berwarna merah. Kesetimbangan antara ion-ion
FeSCN2+ \
yang tidak terurai, Fe3+
(kuning) dan
SCN- (tak berwarna) ditulis sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Ketika dalam percobaan, Andi menambahkan
ion Fe3+
, warna merah semakin pekat. Begitu
pula ketika Andi menambahkan ion SCN-.
Namun, ketika Andi menambahkan air ke dalam
larutan tersebut, warna merah menjadi lebih
muda.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikan
154
penjelasanmu dengan menggunakan asas Le
Chatelier! (C4)
Menyimpulkan
serta
menyajikan data
hasil percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetim-bangan
Disajikan data
mengenai pengaruh
konsentrasi terhadap
kesetimbangan, siswa
dapat menganalisis
pergeseran arah
kesetimbangan
berdasarkan data tabel.
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasi
deduksi
Interpretasi
pernyataan
(menafsirkan
data)
9 Sekelompok siswa telah melakukan percobaan
mengenai faktor konsentrasi. Siswa membuat
jawaban dalam bentuk tabel sebagai berikut:
No Reaksi
Arah pergeseran
kesetimbangan
Konsen-
trasi
pereaksi
dinaik-
kan
Konsen-
trasi
pereaksi
diturun-
kan
1 Fe3+
(aq) +
SCN-
(aq)
FeSCN2+
(aq)
Kanan Kiri
2 N2O4 (g)
NO2 (g)
Kanan Kiri
3 2HI (g) H2
(g) + I2 (g)
Kanan Kiri
Berdasarkan tabel data hasil jawaban siswa di
atas, jelaskan pendapatmu dengan analisis yang
tepat! (C4)
155
Menyimpulkan
serta
menyajikan data
hasil percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetim-bangan
Disajikan data
mengenai pengaruh
suhu terhadap
kesetimbangan. Siswa
dapat menganalisis
pergeseran arah
kesetimbangan
berdasarkan data tabel.
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasi
deduksi
Interpretasi
pernyataan
(menafsirkan
data)
10 Dimas telah melakukan percobaan mengenai
pengaruh suhu terhadap kesetimbangan. Hasil
yang didapatkan oleh Dimas, dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut:
Reaksi
Arah pergeseran
Suhu
dinaikkan
Suhu
diturunkan
N2O4 (g) 2NO2 (g)
∆H°=
+ 58,0 kJ
Endoterm Eksoterm
CO(g) + 2H2 (g)
CH3OH(g)
∆H°= -x kJ
Endoterm Eksoterm
Berdasarkan tabel data jawaban Dimas di atas,
apakah jawaban tersebut sudah tepat? Jelaskan
pendapatmu dengan analisis yang tepat! (C4)
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Disajikan sebuah
gambar, siswa dapat
menganalisis
pergeseran
kesetimbangan
berdasarkan gambar
yang disajikan dan
mengaitkannya dengan
asas Le Chatelier.
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasi
deduksi
Interpretasi
pernyataan
(menafsirkan
data)
11 Perhatikan gambar berikut!
Berd
asark
an
gamb
ar
tersebut, jika volume diperbesar dan tekanan
diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah molekul yang lebih besar atau ke
arah kiri pada gambar, dan sebaliknya akan
bergeser ke kanan pada gambar jika volume
diperkecil dan tekanan diperbesar.
156
Apakah pernyataan tersebut sudah tepat
berdasarkan asas Le Chatelier? Jelaskan
pendapatmu dengan analisis yang tepat! (C4)
Menyimpulkan
serta
menyajikan data
hasil percobaan
faktor-faktor
kesetimbangan
Disajikan data hasil
percobaan mengenai
faktor konsentrasi dan
volume, siswa dapat
menyimpulkan dan
membuat hipotesis
berdasarkan tabel data
hasil bercobaan.
Membuat
induksi dan
mempertimb
angkan hasil
induksi
Membuat
kesimpulan dan
hipotesis
12 Abdul ingin mengetahui pengaruh konsentrasi
terhadap pergeseran kesetimbangan melalui
percobaan. Percobaan yang dilakukan adalah
dengan mencampur 5 mL FeCl3 1 M dan 5 mL
KSCN 1 M. Ketika kedua larutan dicampurkan,
warna menjadi merah darah.
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Jika dalam percobaan diberikan 3 perlakuan
secara berturut-turut maka diperoleh data
sebagai berikut:
No Perlakuan Perubahan
1 Ditambah
sedikit Fe3+
Warna merah
bertambah
2 Ditambah
sedikit SCN-
Warna merah
bertambah
3 Diberi
sedikit air
Warna merah
menjadi lebih
muda
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
Abdul, buatlah kesimpulan dan hipotesis
berdasarkan apa yang anda temukan! (C6)
Disajikan tabel suatu
percobaan mengenai
pengaruh tekanan pada
industri amonia
terhadap reaksi
Membuat
induksi dan
mempertimb
angkan hasil
induksi
Membuat
kesimpulan dan
hipotesis
13
Seorang teknisi kimia ingin mendapatkan
amonia dalam jumlah yang banyak. Maka
teknisi menggunakan tekanan yang bervariasi
pada suhu 200oC guna mengetahui persentasi
hasil amonia yang dapat dilihat pada tabel
157
kesetimbangan, siswa
dapat menyimpulkan
dan membuat hipotesis
berdasarkan tabel.
dibawah ini:
Persamaan reaksi kesetimbangan pada senyawa
NH3 sebagai berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Berdasarkan tabel di atas, buatlah kesimpulan
dan hipotesis berdasarkan apa yang telah kamu
temukan! (C6)
No Tekanan Hasil NH3
(%)
1 10 atm 50,7
2 30 atm 67,7
3 50 atm 74,4
4 100 atm 81,5
5 300 atm 90,0
6 600 atm 95,4
7 1000 atm 98,3
Mengaitkan
prinsip
kesetimbangan
dalam
kehidupan dan
industri.
Diberikan suatu reaksi
kesetimbangan, siswa
dapat menentukan arah
kesetimbangan
berdasarkan faktor
suhu dan tekanan.
Membuat
dan menilai
hasil pertim-
bangan
Mempertim-
bangkan dan
menentukan
hasil pertim-
bangan
berdasarkan
fakta
14 Rani diberi tugas untuk membaca sebuah artikel
mengenai pembuatan amonia dalam industri.
Pembuatan amonia menggunakan proses Haber
dengan menggunakan suhu sekitar 460-550°C
dan tekanan 150-350 atm. Reaksi pembuatan
amonia adalah sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = - 92 kJ
Bila pada produksi amonia menggunakan suhu
dan tekanan yang rendah dengan penambahan
katalis, maka pertimbangkan apa yang akan
terjadi jika tekanan dan suhu dinaikkan
berdasarkan prinsip Le Chatelier! (C4)
158
Diberikan suatu reaksi
kesetimbangan, siswa
dapat menentukan arah
kesetimbangan
berdasarkan faktor
suhu dan tekanan.
Membuat
dan menilai
hasil pertim-
bangan
Mempertim-
bangkan dan
menentukan
hasil
pertimbangan
berdasarkan
fakta
15 Imam diberi tugas untuk membaca sebuah
artikel mengenai pembuatan asam sulfat dalam
industri. Pembuatan asam sulfat menggunakan
proses Kontak dengan menggunakan tekanan
yang rendah antara 1-3 atm. Reaksi pembuatan
asam sulfat terdiri dari 3 tahap utama, sebagai
berikut:
1. S(s) + O2(g) → SO2 (g)
2. 2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
∆H= -190 kJ
3. SO3 (g) + H2SO4 (aq) → H2S2O7 (aq)
H2S2O7 (aq) + H2O(l) → H2SO4 (aq)
Perhatikan pada tahap kedua pembuatan asam
sulfat, bila dalam pembuatan asam sulfat
menggunakan tekanan dan suhu yang rendah,
maka pertimbangkan apa yang terjadi jika
tekanan dan suhu dinaikkan berdasarkan prinsip
Le Chatelier!(C4)
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Diberikan pernyataan
mengenai konsep
kesetimbangan yaitu
pengaruh tekanan,
siswa dapat
menganalisis contoh
yang diberikan dengan
suatu istilah dalam
kesetimbangan kimia
Mengidenti-
fikasi istilah
dan
mempertim-
bangkan
definisi
Bertindak
dengan
memberikan
penjelasan lebih
lanjut
16 Dani diberikan tugas oleh guru untuk
menuliskan contoh reaksi kesetimbangan yang
bergeser ke arah produk jika tekanan diperbesar.
Dani menuliskan dua reaksi yang menurutnya
tepat:
Reaksi 1:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Reaksi 2:
H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)
Dari dua reaksi yang dituliskan Dani, apakah
keduanya merupakan reaksi kesetimbangan yang
bergeser ke arah produk jika tekanan diperbesar?
159
Kemukakan pendapatmu! (C4)
Diberikan pernyataan
mengenai konsep
kesetimbangan, siswa
dapat menganalisis
contoh yang diberikan
dengan suatu istilah
dalam kesetimbangan
kimia
Mengidenti-
fikasi istilah
dan
mempertim-
bangkan
definisi
Bertindak
dengan
memberikan
penjelasan
lanjut
17 Agus diberikan tugas untuk memberikan contoh
reaksi yang tidak dapat mengalami pergeseran
jika volume diperbesar. Agus menuliskan dua
reaksi yang menurutnya tidak dapat mengalami
pergeseran jika volume diperbesar.
Reaksi 1:
PCl5 (g) PCl3(g) + Cl2 (g)
Reaksi 2:
CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2 (g)
Dari kedua reaksi yang dituliskan Agus, apakah
keduanya termasuk reaksi yang tidak dapat
mengalami pergeseran kesetimbangan jika
volume diperbesar? Jelaskan pendapatmu! (C4)
Merancang
percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
Disajikan alat dan
bahan serta langkah
kerja dalam melakukan
percobaan pengaruh
konsentrasi dan
volume. Siswa dapat
memberikan
pendapatnya mengenai
hasil percobaan
pengaruh konsentrasi.
Mengidenti-
fikasi
asumsi-
asumsi
Mengkonstruk
argumen
18 Anggi bersama dengan teman kelompoknya
akan melakukan percobaan mengenai pengaruh
konsentrasi dan volume terhadap pergeseran
arah kesetimbangan. Adapun alat dan bahan
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Sumbat karet
6. Larutan FeCl3 1 M
7. Larutan KSCN 1 M
8. Aquades
Langkah Kerja:
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi.
2. Tandai tabung A dan B pada masing-masing
160
tabung.
3. Tuangkan 3 mL FeCl3 1 M ke dalam masing-
masing tabung dan tambahkan KSCN 1 M.
Kemudian kocoklah.
4. Tabung A ditambahkan 1 mL KSCN.
Tabung B ditambahkan 1 mL aquades.
5. Tutup tabung reaksi dengan sumbat karet,
kocoklah dan bandingkan kedua tabung.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah
sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Dari rancangan percobaan di atas, berikan
pendapatmu bagaimanakah hasil kesetimbangan
yang diperoleh? Jawablah dengan analisa yang
tepat! (C4)
Disajikan alat dan
bahan serta langkah
kerja dalam melakukan
percobaan pengaruh
suhu terhadap arah
kesetimbangan. Siswa
dapat memprediksi
arah pergeseran
kesetimbangan
berdasarkan perlakuan
yang diberikan.
Mengidenti-
fikasi
asumsi-
asumsi
Mengkonstruk
argumen
19 Anggun bersama dengan teman kelompoknya
akan melakukan percobaan mengenai pengaruh
suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:
1. Cawan penguap
2. Kaki tiga
3. Kawat kasa
4. Pembakar spirtus
5. Pipet tetes
6. Neraca
7. Padatan CuSO4.5H2O
8. Air
Langkah kerja :
1. Timbang padatan CuSO4.5H2O sebanyak 10
gram.
161
2. Panaskan padatan CuSO4. 5H2O. Amati
perubahan yang terjadi.
3. Setelah dipanaskan, padatan CuSO4. 5H2O
didinginkan kemudian tetesi dengan air.
Amati perubahan yang terjadi.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah
sebagai berikut:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g)
Biru putih
∆H = +x kJ
Dari rancangan percobaan di atas, berikan
pendapatmu bagaimanakah hasil kesetimbangan
yang diperoleh? Jawablah dengan analisa yang
tepat! (C4)
Mengaitkan
prinsip
kesetimbangan
dalam
kehidupan dan
industri
Diberikan pernyataan
mengenai konsep
kesetimbangan, siswa
dapat menghubungkan
contoh yang diberikan
dengan pergeseran
arah kesetimbangan
kimia
Mengidenti-
fikasi
asumsi-
asumsi
Mengkonstruk
argumen
20 Amonia merupakan senyawa penting dalam
industri kimia, karena sangat luas
penggunaannya. Pembuatan amonia
dikemukakan oleh Fritz Haber dari Jerman pada
tahun 1913, prosesnya disebut Proses Haber.
Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan antara
gas N2, H2, dan NH3 ditulis sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = -92 kJ
Jika pembentukan amonia terdiri dari 2 proses
sebagai berikut:
1. Menggunakan suhu 500oC dan tekanan 150 –
350 atm.
2. Menggunakan suhu 650oC dan tekanan 350 –
540 atm.
Dari dua proses pembuatan amonia di atas,
162
berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh agar
mendapatkan amonia dalam jumlah yang
banyak? Jawablah dengan analisa yang tepat!
(C4)
Diberikan pernyataan
mengenai konsep
kesetimbangan, siswa
dapat menghu-
bungkan contoh yang
diberikan dengan
pergeseran arah
kesetimbangan kimia
Mengidenti-
fikasi
asumsi-
asumsi
Mengkonstruk
argumen
21 Metanol merupakan bentuk alkohol yang paling
sederhana. Metanol banyak digunakan dalam
kehidupan seperti: penggunaan sebagai pelarut,
spiritus, sebagai bahan makanan untuk bakteri
yang memproduksi protein, dan masih banyak
lagi. Metanol dapat dihasilkan dari reaksi
sebagai berikut:
CO(g) + 2H2 (g) CH3OH (g) ∆H = - x kJ
Jika pembentukan metanol dapat dilakukan
dengan 2 proses sebagai berikut:
1. Menggunakan suhu 200oC dan tekanan
antara 60-70 atm.
2. Menggunakan suhu 400oC dan tekanan antar
80-90 atm.
Dari dua proses pembuatan metanol di atas,
berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh agar mendapatkan
metanol dalam jumlah yang banyak? Jawablah
dengan analisa yang tepat! (C4)
Diberikan sebuah
reaksi kesetimbangan.
Siswa menggunakan
prinsip kesetimbangan
apa saja yang dapat
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan pada
Memutus-
kan suatu
tindakan
Merumuskan
solusi yang
memungkin-kan
22 Seorang teknisi kimia ingin membuat kapur
tohor atau kalsium oksida (CaO) dalam jumlah
banyak. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CaCO3 (s) CaO(s) + O2 (g) ∆H= +178 kJ
Menurutmu, bagaimanakaha cara untuk
memperoleh hasil CaO dalam jumlah yang
banyak? Gunakan konsep kesetimbangan yang
telah dipelajari! (C5)
163
suatu reaksi agar
mendapat produk
dalam jumlah yang
banyak.
Diberikan sebuah
reaksi kesetimbangan.
Siswa menggunakan
prinsip kesetimbangan
apa saja yang dapat
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan pada
suatu reaksi agar
mendapat produk
dalam jumlah yang
banyak.
Memutus-
kan suatu
tindakan
Merumuskan
solusi yang
memungkin-kan
23 Seorang teknisi kimia ingin membuat gas
hidrogen dalam jumlah besar. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
2H2 (g) + O2 (s) 2H2O(g) ∆H= - 484 kJ
menurutmu, bagaimanakah cara untuk
memperoleh hasil gas hidrogen dalam jumlah
yang banyak? Gunakan konsep kesetimbangan
yang telah dipelajari! (C5)
Diberikan sebuah
reaksi kesetimbangan.
Siswa menggunakan
prinsip kesetimbangan
apa saja yang dapat
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan pada
suatu reaksi agar
mendapat produk
dalam jumlah yang
banyak.
Memutus-
kan suatu
tindakan
Merumuskan
solusi yang
memungkin-kan
24 Karbon monoksida banyak digunakan untuk
bahan bakar kendaraan. Oleh karena itu, seorang
teknisi kimia ingin membuat karbon monoksida
dalam jumlah besar. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
2CO(g) + O2 (s) 2CO2(g) ∆H= -564 kJ
Menurutmu, bagaimanakah cara untuk
memperoleh hasil karbon monoksida dalam
jumlah yang banyak? Gunakan konsep
kesetimbangan yang telah dipelajari! (C5):
Mengaitkan
prinsip
kesetimbangan
dalam
Diberikan sebuah
fenomena mengenai
pengeroposan gigi,
siswa dapat
Mengobser-
vasi dan
mempertimb
angkan hasil
Kemungkinan
dari bukti-bukti
penguatan
25 Gigi manusia mengandung kalsium untuk
menutupi dan melindungi mahkota gigi yang
disebut email gigi. Email gigi terdiri atas
senyawa hidroksiapatit atau kalsium fosfat
164
kehidupan dan
industri
mengaitkan dengan
prinsip kesetimbangan
dalam kehidupan.
observasi (Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi dapat dilihat
dari persamaan reaksi Ca5(PO4)3OH sebagai
berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) +
OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut
berasal dari makanan bersifat asam (jeruk,
permen, minuman sari buah, dan lain-lain)
menyebabkan ion H+
bereaksi dengan ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi
berkurang dan gigi menjadi keropos.
Berdasarkan wacana di atas, jelaskan
pendapatmu dan buktikan dengan prinsip-prinsip
kesetimbangan! (C4)
Diberikan sebuah
fenomena, siswa dapat
mengaitkan dengan
prinsip kesetimbangan
yaitu pengaruh suhu
dalam industri.
Mengobser-
vasi dan
mempertimb
angkan hasil
observasi
Kemungkinan
dari bukti-bukti
penguatan
26 Seorang peneliti ingin mendapatkan hidrogen
iodida dalam jumlah banyak dengan cara
mereaksikan I2 dan H2. Persamaan reaksi sebagai
berikut:
I2 (g) + H2 (g) 2HI (g) ∆H = -9, 45 kJ
Adapun rencana perlakuan peneliti guna
mendapatkan hasil HI yang optimum adalah
sebagai berikut:
No. Perlakuan Arah
kesetim-
bangan
1 Penambahan
konsentrasi
pereaksi
Kanan
2 Penambahan
konsentrasi produk
Kiri
3 Penurunan suhu Eksoterm
4 Kenaikan suhu Endoterm
165
Berdasarkan tabel di atas, jelaskan pendapatmu
mengenai rencana peneliti guna mendapatkan
hasil HI yang optimum yang dibuktikan dengan
prinsip-prinsip kesetimbangan! (C4)
Diberikan sebuah
fenomena mengenai
Hypoxia sympton,
siswa dapat
mengaitkan prinsip
kesetimbangan dengan
faktor konsentrasi.
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klarifikasi
yang
menantang
Dapatkah anda
mengatakan
beberapa hal
tentang itu?
(memberikan
penjelasan
sederhana)
27 Pernahkah kamu mendengar istilah Hypoxia
sympton? Hypoxia sympton adalah suatu kondisi
sindrom kekurangan oksigen pada jaringan
tubuh akibat pengaruh perbedaan ketinggian.
Kasus hypoxia sympton sering terjadi pada
penduduk yang baru tinggal di dataran tinggi
ataupun para pendaki gunung. Keadaan ini dapat
dijelaskan dengan reaksi kesetimbangan
pengikatan oksigen oleh hemoglobin :
Hb(aq) + O2 (aq) HbO2 (aq)
Dengan berkurangnya oksigen mengakibatkan
HbO2 di dalam darah menjadi menurun. Akibat
yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai
oksigen ke seluruh jaringan tubuh akan
berkurang. Hal ini menyebabkan rasa pusing,
mual, serta rasa tidak nyaman bagi tubuh.
Berdasarkan wacana di atas, dapatkah kamu
memberikan penjelasan sederhana mengapa hal
tersebut bisa terjadi? Berikan penjelasanmu!
(C4)
166
167
Lampiran 5. Tes Keterampilan Berpiki Kritis (Uji Coba)
TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
(UJI COBA)
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Kesetimbangan Kimia
Waktu : 2 x 45 menit
Paket Soal : A
Petunjuk :
a. Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban.
b. Berdoalah sebelum mengerjakan.
c. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab pertanyaan.
d. Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri.
1. Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan
melalui percobaan. Percobaan dilakukan dengan mereaksikan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) 1 M yang berwarna kuning pucat dan larutan kalium tiosianat (KSCN) 1 M (tidak
berwarna). Persamaan reaksi berdasarkan percobaan:
FeCl3 (aq) + 3KSCN (aq) Fe(SCN)3 (aq) + 3 KCl (aq)
Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
No Perlakuan Perubahan
1 FeCl3 + KSCN Warna merah
2 Ditambah FeCl3 1 M Warna merah
pekat
3 Ditambah Fe(SCN)3 Warna kuning
kepucatan
Identifikasilah masalah yang kamu temukan berdasarkan tabel di atas! Lalu buatlah
rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan! (minimal 3)
2. Gigi manusia kuat karena email, yaitu lapisan tipis keras yang mengandung kalsium untuk
menutupi dan melindungi mahkota gigi. Email gigi terdiri atas senyawa hidroksiapatit
atau kalsium fosfat (Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi dapat dilihat dari persamaan reaksi
Ca5(PO4)3OH sebagai berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) + OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut berasal dari makanan bersifat asam
(jeruk, permen, minuman sari buah, dan lain-lain) menyebabkan ion H+
bereaksi dengan
ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi berkurang dan gigi menjadi
keropos.
Apa yang kamu temukan dari penjelasan mengenai gigi keropos di atas? Kaitkan
jawabanmu dengan pengaruh konsentrasi pada kesetimbangan!
3. Minuman berkarbonasi/ minuman bersoda adalah minuman yang mengandung
karbondioksida (CO2) dan tidak memiliki kandungan alkohol.
Karbonasi pada minuman bersoda mengikuti reaksi kesetimbangan berikut:
2NaHCO3 (aq) Na2CO3 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Ketika kamu mengguncang botol minuman bersoda dan membuka tutup botolnya, maka
timbul suara mendesis disertai dengan gelembung-gelembung gas. Berdasarkan wacana di
atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan sederhana mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Berikan penjelasanmu!
4. Fitri ingin mendapatkan gas N2O4 melalui percobaan dengan menggunakan suntikan yang
berisi gas NO2 . Persamaan reaksinya adalah:
2NO2 (g) N2O4 (g)
168
Gas NO2 berwarna cokelat dan gas N2O4 tak berwarna. Ketika Fitri menekan suntikan
yang berarti memperbesar tekanan, warna zat memudar. Namun saat Fitri memperkecil
tekanan warna berubah menjadi lebih pekat.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikan penjelasanmu dengan menggunakan asas Le
Chatelier!
5. Sekelompok siswa telah melakukan percobaan mengenai faktor konsentrasi. Siswa
membuat jawaban dalam bentuk tabel sebagai berikut:
No Reaksi
Arah pergeseran kesetimbangan
Konsentrasi pereaksi
dinaikkan
Konsentrasi pereaksi
diturunkan
1 Fe3+
(aq) + SCN-
(aq)
FeSCN2+
(aq) Kanan Kiri
2 N2O4 (g) NO2 (g) Kanan Kiri
3 2HI (g) H2 (g) + I2 (g) Kanan Kiri
Berdasarkan tabel data hasil jawaban siswa di atas, jelaskan pendapatmu dengan analisis
yang tepat!
6. Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan gambar tersebut, jika volume diperbesar dan tekanan diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih besar atau kearah kiri
pada gambar, dan sebaliknya akan bergeser ke kanan pada gambar jika volume diperkecil
dan tekanan diperbesar.
Apakah pernyataan tersebut sudah tepat berdasarkan asas Le Chatelier? Jelaskan
pendapatmu dengan analisis yang tepat!
7. Seorang teknisi kimia ingin mendapatkan amonia dalam jumlah yang banyak. Maka
teknisi menggunakan tekanan yang bervariasi pada suhu 200oC guna mengetahui
persentasi hasil amonia yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Persamaan reaksi kesetimbangan pada senyawa NH3 sebagai berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Berdasarkan tabel diatas, buatlah kesimpulan dan hipotesis berdasarkan apa yang telah
kamu temukan!
8. Imam diberi tugas untuk membaca sebuah artikel mengenai pembuatan asam sulfat dalam
industri. Pembuatan asam sulfat menggunakan proses Kontak dengan menggunakan
No Tekanan Hasil NH3 (%)
1 10 atm 50,7
2 30 atm 67,7
3 50 atm 74,4
4 100 atm 81,5
5 300 atm 90,0
6 600 atm 95,4
7 1000 atm 98,3
169
tekanan yang rendah antara 1-3 atm. Reaksi pembuatan asam sulfat terdiri dari 3 tahap
utama, sebagai berikut:
1. S(s) + O2(g) → SO2 (g)
2. 2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g) ∆H= -190 kJ
3. SO3 (g) + H2SO4 (aq) → H2S2O7 (aq)
H2S2O7 (aq) + H2O(l) → H2SO4 (aq)
Perhatikan pada tahan kedua pembuatan asam sulfat, bila dalam pembuatan asam sulfat
menggunakan tekanan dan suhu yang rendah, maka pertimbangkan apa yang terjadi jika
tekanan dan suhu dinaikkan berdasarkan prinsip Le Chatelier!
9. Agus diberikan tugas untuk memberikan contoh reaksi yang tidak dapat mengalami
pergeseran jika volume diperbesar. Agus menuliskan dua reaksi yang menurutnya tidak
dapat mengalami pergeseran jika volume diperbesar.
Reaksi 1: PCl5 (g) PCl3(g) + Cl2 (g)
Reaksi 2: CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2 (g)
Dari kedua reaksi yang dituliskan Agus, apakah keduanya termasuk reaksi yang tidak
dapat mengalami pergeseran kesetimbangan jika volume diperbesar? Jelaskan
pendapatmu!
10. Anggun bersama dengan teman kelompoknya akan melakukan percobaan mengenai
pengaruh suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Adapun alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1) Cawan penguap
2) Kaki tiga
3) Kawat kasa
4) Pembakar spirtus
5) Pipet tetes
6) Neraca
7) Padatan CuSO4.5H2O
8) Air
Langkah kerja :
1) Timbang padatan CuSO4.5H2O sebanyak 10 gram.
2) Panaskan padatan CuSO4. 5H2O. Amati perubahan yang terjadi.
3) Setelah dipanaskan, padatan CuSO4. 5H2O didinginkan kemudian tetesi dengan air.
Amati perubahan yang terjadi.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah sebagai berikut:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +x kJ
Biru putih
Dari rancangan percobaan di atas, berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh? Jawablah dengan analisa yang tepat!
11. Metanol merupakan bentuk alkohol yang paling sederhana. Metanol banyak digunakan
dalam kehidupan seperti: penggunaan sebagai pelarut, spiritus, sebagai bahan makanan
untuk bakteri yang memproduksi protein, dan masih banyak lagi. Metanol dapat
dihasilkan dari reaksi sebagai berikut:
CO(g) + 2H2 (g) CH3OH (g) ∆H = - x kJ
Jika pembentukan metanol dapat dilakukan dengan 2 proses sebagai berikut:
1) Menggunakan suhu 200oC dan tekanan antara 60-70 atm.
2) Menggunakan suhu 400oC dan tekanan antar 80-90 atm.
Dari dua proses pembuatan metanol di atas, berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh agar mendapatkan metanol dalam jumlah yang banyak?
Jawablah dengan analisa yang tepat!
12. Seorang teknisi kimia ingin membuat gas hidrogen dalam jumlah besar. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
2H2 (g) + O2 (s) 2H2O(g) ∆H= - 484 kJ
Menurutmu, bagaimanakah cara untuk memperoleh hasil gas hidrogen dalam jumlah yang
banyak? Gunakan konsep kesetimbangan yang telah dipelajari!
170
13. Gigi manusia mengandung kalsium untuk menutupi dan melindungi mahkota gigi yang
disebut email gigi. Email gigi terdiri atas senyawa hidroksiapatit atau kalsium fosfat
(Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi dapat dilihat dari persamaan reaksi Ca5(PO4)3OH sebagai
berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) + OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut berasal dari makanan bersifat asam
(jeruk, permen, minuman sari buah, dan lain-lain) menyebabkan ion H+
bereaksi dengan
ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi berkurang dan gigi menjadi
keropos.
Berdasarkan wacana di atas, jelaskan pendapatmu dan buktikan dengan prinsip-prinsip
kesetimbangan!
14. Pernahkah kamu mendengar istilah Hypoxia sympton? Hypoxia sympton adalah suatu
kondisi sindrom kekurangan oksigen pada jaringan tubuh akibat pengaruh perbedaan
ketinggian. Kasus hypoxia sympton sering terjadi pada penduduk yang baru tinggal di
dataran tinggi ataupun para pendaki gunung. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan reaksi
kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin :
Hb(aq) + O2 (aq) HbO2 (aq)
Dengan berkurangnya oksigen mengakibatkan HbO2 di dalam darah menjadi menurun.
Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh
akan berkurang. Hal ini menyebabkan rasa pusing, mual, serta rasa tidak nyaman bagi
tubuh.
Berdasarkan wacana di atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan sederhana mengapa
hal tersebut bisa terjadi? Berikan penjelasanmu!
171
TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
(UJI COBA)
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Kesetimbangan Kimia
Waktu : 2 x 45 menit
Paket Soal : B
Petunjuk :
a. Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban.
b. Berdoalah sebelum mengerjakan.
c. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab pertanyaan.
d. Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri.
1. Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh suhu terhadap kesetimbangan melalui
percobaan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan kristal tembaga (II) sulfat
(CuSO4.5H2O) yang berwarna biru. Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
No Aktivitas Pengamatan
1 Sebelum dipanaskan Padatan CuSO4.5H2O
berwarna biru
2 Sesudah dipanaskan Padatan CuSO4.5H2O
berwarna putih
3 Ditambah air Padatan CuSO4.5H2O
berwarna biru
Persamaan reaksi berdasarkan percobaan:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +x kJ
Identifikasilah masalah yang kamu temukan berdasarkan tabel di atas! Lalu buatlah
rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan! (minimal 3)
2. Apakah kamu pernah melihat petir? Biasanya petir muncul pada musim hujan. Selain
ditandai dengan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan dari langit, kemudian disusul
dengan suara menggelegar. Energi yang dilepaskan berupa cahaya, panas, dan bunyi.
Energi panas ini memungkinkan gas oksigen dan nitrogen di atmosfer bereaksi
membentuk gas nitrogen monoksida menurut kesetimbangan:
N2 (g) + O2 (g) 2NO (g)
Reaksi di atas merupakan reaksi endoterm. Gas NO yang terbentuk larut dalam air hujan
dan diserap oleh tanah. Tanaman menyerap NO yang larut dalam air hujan sebagai
senyawa yang penting dalam pertumbuhan.
Dapatkah kamu memberikan penjelasan mengenai kejadian saat ada petir? Kaitkan
jawabanmu dengan pengaruh suhu pada kesetimbangan!
3. Amonia (NH3) merupakan bahan utama dalam pembuatan barbagai produk. Untuk
mendapatkan hasil amonia dalam jumlah yang maksimum, digunakan tekanan yang
bervariasi guna mengetahui kondisi yang optimum untuk mendapatkan amonia dalam
jumlah banyak dan efisien. Persamaan reaksi kesetimbangan pada senyawa NH3 sebagai
berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Persentase NH3 yang dihasilkan dari reaksi tersebut yang berlangsung pada suhu 200°C
diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Rendemen NH3 pada beberapa tekanan yang berbeda
No Tekanan Hasil NH3 (%)
1 10 atm 50,7
2 30 atm 67,7
172
Berdasarkan tabel di atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan sederhana mengapa hal
tersebut bisa terjadi? Berikan penjelasanmu!
4. Andi ingin mendapatkan ion FeSCN2+
yang lebih banyak dengan melakukan suatu
percobaan, ia memasukkan Besi (III) tiosianat [Fe(SCN)3] ke dalam gelas kimia 100 mL
yang berisi aquades 20 mL dan terbentuklah larutan berwarna merah. Kesetimbangan
antara ion-ion FeSCN2+
yang tidak terurai, Fe3+
(kuning) dan SCN- (tak berwarna) ditulis
sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Ketika dalam percobaan, Andi menambahkan ion Fe3+
, warna merah semakin pekat.
Begitu pula ketika Andi menambahkan ion SCN-. Namun, ketika Andi menambahkan air
ke dalam larutan tersebut, warna merah menjadi lebih muda. Mengapa hal tersebut dapat
terjadi? Berikan penjelasanmu dengan menggunakan asas Le Chatelier!
5. Dimas telah melakukan percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap kesetimbangan.
Hasil yang didapatkan oleh Dimas, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Reaksi
Arah pergeseran
Suhu
dinaikkan
Suhu
diturunkan
N2O4 (g) 2NO2 (g) ∆H°= + 58,0 kJ Eksoterm Endoterm
CO(g) + 2H2 (g) CH3OH(g)
∆H°= -x kJ Endoterm Eksoterm
Berdasarkan tabel data jawaban Dimas di atas, apakah jawaban tersebut sudah tepat?
Jelaskan pendapatmu dengan analisis yang tepat!
6. Abdul ingin mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan
melalui percobaan. Percobaan yang dilakukan adalah dengan mencampur 5 mL FeCl3 1 M
dan 5 mL KSCN 1 M. Ketika kedua larutan dicampurkan, warna menjadi merah darah.
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Jika dalam percobaan diberikan 3 perlakuan secara berturut-turut maka diperoleh data
sebagai
berikut:
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan Abdul, buatlah kesimpulan dan hipotesis
berdasarkan apa yang anda temukan!
7. Rani diberi tugas untuk membaca sebuah artikel mengenai pembuatan amonia dalam
industri. Pembuatan amonia menggunakan proses Haber dengan menggunakan suhu dan
tekanan yang rendah. Reaksi pembuatan amonia adalah sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = - 92 kJ
Bila pada produksi amonia menggunakan suhu dan tekanan yang rendah, maka
pertimbangkan apa yang akan terjadi jika tekanan dan suhu dinaikkan berdasarkan prinsip
Le Chatelier!
3 50 atm 74,4
4 100 atm 81,5
5 300 atm 90,0
6 600 atm 95,4
7 1000 atm 98,3
No Perlakuan Perubahan
1 Ditambah sedikit Fe3+
Warna merah bertambah
2 Ditambah sedikit SCN-
Warna merah bertambah
3 Diberi sedikit air Warna merah menjadi lebih
muda
173
8. Dani diberikan tugas oleh guru untuk menuliskan contoh reaksi kesetimbangan yang
bergeser ke arah produk jika tekanan diperbesar. Dani menuliskan dua reaksi yang
menurutnya tepat:
Reaksi 1: N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Reaksi 2: H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)
Dari dua reaksi yang dituliskan Dani, apakah keduanya merupakan reaksi kesetimbangan
yang bergeser ke arah produk jika tekanan diperbesar? Kemukakan pendapatmu!
9. Anggi bersama dengan teman kelompoknya akan melakukan percobaan mengenai
pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Adapun alat dan bahan
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1) Gelas ukur
2) Pipet tetes
3) Tabung reaksi
4) Rak tabung reaksi
5) Sumbat karet
6) Larutan FeCl3 1 M
7) Larutan KSCN 1 M
8) Aquades
Langkah Kerja:
1) Siapkan 2 buah tabung reaksi.
2) Tandai tabung A dan B pada masing-masing tabung.
3) Tuangkan 3 mL FeCl3 1 M ke dalam masing-masing tabung.
4) Siapkan 2 buah tabung reaksi.
5) Tandai tabung A dan B pada masing-masing tabung.
6) Tuangkan 3 mL FeCl3 1 M ke dalam masing-masing tabung.
7) Tabung A ditambahkan 1 mL KSCN. Tabung B ditambahkan 1 mL aquades.
8) Tutup tabung reaksi dengan sumbat karet, kocoklah dan bandingkan kedua tabung.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Dari rancangan percobaan di atas, berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh? Jawablah dengan analisa yang tepat!
10. Amonia merupakan senyawa penting dalam industri kimia, karena sangat luas
penggunaannya. Pembuatan amonia dikemukakan oleh Fritz Haber dari Jerman pada
tahun 1913, prosesnya disebut Proses Haber. Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan
antara gas N2, H2, dan NH3 ditulis sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = -92 kJ
Jika pembentukan amonia terdiri dari 2 proses sebagai berikut:
1) Menggunakan suhu 500oC dan tekanan 150 – 350 atm.
2) Menggunakan suhu 650oC dan tekanan 350 – 540 atm.
Dari dua proses pembuatan amonia di atas, berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh agar mendapatkan amonia dalam jumlah yang banyak?
Jawablah dengan analisa yang tepat!
11. Seorang teknisi kimia ingin membuat kapur tohor atau kalsium oksida (CaO) dalam
jumlah banyak. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CaCO3 (s) CaO(s) + O2 (g) ∆H= +178 kJ
Menurutmu, bagaimanakah cara untuk memperoleh hasil CaO dalam jumlah yang
banyak? Gunakan konsep kesetimbangan yang telah dipelajari!
12. Karbon monoksida banyak digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Oleh karena itu,
seorang teknisi kimia ingin membuat karbon monoksida dalam jumlah besar. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
174
2CO(g) + O2 (s) 2CO2(g) ∆H= -564 kJ
Menurutmu, bagaimanakah cara untuk memperoleh hasil karbon monoksida dalam
jumlah yang banyak? Gunakan konsep kesetimbangan yang telah dipelajari!
13. Seorang peneliti ingin mendapatkan hidrogen iodida dalam jumlah banyak dengan cara
mereaksikan I2 dan H2. Persamaan reaksi sebagai berikut:
I2 (g) + H2 (g) 2HI (g) ∆H = -9, 45 kJ
Adapun perlakuan yang dilakukan peneliti guna mendapatkan hasil HI yang optimum
adalah sebagi berikut:
No. Perlakuan Arah kesetimbangan
1 Penambahan konsentrasi
pereaksi
Kanan
2 Penambahan konsentrasi
produk
Kiri
3 Penurunan suhu Eksoterm
4 Kenaikan suhu Endoterm
Berdasarkan tabel di atas, jelaskan pendapatmu mengenai rencana peneliti guna
mendapatkan hasil HI yang optimum yang dibuktikan dengan prinsip-prinsip
kesetimbangan!
14. Pernahkah kamu mendengar istilah Hypoxia sympton? Hypoxia sympton adalah suatu
kondisi sindrom kekurangan oksigen pada jaringan tubuh akibat pengaruh perbedaan
ketinggian. Kasus hypoxia sympton sering terjadi pada penduduk yang baru tinggal di
dataran tinggi ataupun para pendaki gunung. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan reaksi
kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin :
Hb(aq) + O2 (aq) HbO2 (aq)
Dengan berkurangnya oksigen mengakibatkan HbO2 di dalam darah menjadi menurun.
Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh
akan berkurang. Hal ini menyebabkan rasa pusing, mual, serta rasa tidak nyaman bagi
tubuh.
Berdasarkan wacana di atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan sederhana mengapa
hal tersebut bisa terjadi? Berikan penjelasanmu!
175
Lampiran 6. Analisis Butir Soal Validasi
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could
not be mapped to a valid backend locale.
GET
FILE='C:\Users\USER\Documents\VALIDASI XII IPA 2 PAKET A.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
COMPUTE JUMLAH=BUTIR1 + BUTIR2 + BUTIR3 + BUTIR4 + BUTIR5 + BUTIR6 + BUTIR7 + BUTIR8 + BUTIR9 + BUTIR10 + BUTIR11 +
BUTIR12 + BUTIR13 + BUTIR14.
EXECUTE.
CORRELATIONS
/VARIABLES=BUTIR1 BUTIR2 BUTIR3 BUTIR4 BUTIR5 BUTIR6 BUTIR7 BUTIR8 BUTIR9 BUTIR10 BUTIR11 BUTIR12 BUTIR13 BUTIR14
JUMLAH
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
[DataSet1] C:\Users\USER\Documents\VALIDASI XII IPA 2 PAKET A.sav
Correlations
BUTIR
1
BUTIR
2
BUTIR
3
BUTIR
4
BUTIR
5
BUTIR
6
BUTIR
7
BUTIR
8
BUTIR
9
BUTIR
10
BUTIR
11
BUTIR
12
BUTIR
13
BUTIR
14 JUMLAH
BUTIR1 Pearson Correlation 1 -,151 -,011 ,179 -,018 -,109 -,046 -,252 ,033 -,029 ,115 -,137 -,047 ,017 ,010
Sig. (2-tailed) ,400 ,954 ,319 ,920 ,544 ,799 ,157 ,855 ,874 ,525 ,446 ,796 ,923 ,955
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR2 Pearson Correlation -,151 1 ,357* ,257 ,320 ,399
* -,216 ,282 ,366
* ,013 ,398
* ,277 ,013 ,118 ,506
**
Sig. (2-tailed) ,400 ,041 ,149 ,069 ,021 ,228 ,112 ,036 ,941 ,022 ,119 ,943 ,514 ,003
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR3 Pearson Correlation -,011 ,357* 1 ,504
** ,533
** ,229 -,031 ,220 ,378
* ,386
* ,497
** ,332 -,032 -,224 ,637
**
176
Sig. (2-tailed) ,954 ,041 ,003 ,001 ,199 ,862 ,220 ,030 ,027 ,003 ,059 ,860 ,210 ,000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR4 Pearson Correlation ,179 ,257 ,504** 1 ,274 ,220 -,101 -,024 ,198 ,086 ,042 ,030 -,061 -,046 ,392
*
Sig. (2-tailed) ,319 ,149 ,003 ,123 ,218 ,575 ,896 ,269 ,635 ,815 ,867 ,736 ,799 ,024
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR5 Pearson Correlation -,018 ,320 ,533** ,274 1 ,396
* ,095 ,454
** ,100 ,129 ,332 ,195 ,012 -,002 ,589
**
Sig. (2-tailed) ,920 ,069 ,001 ,123 ,022 ,598 ,008 ,578 ,473 ,059 ,278 ,946 ,991 ,000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR6 Pearson Correlation -,109 ,399* ,229 ,220 ,396
* 1 ,043 ,322 ,291 ,073 ,339 ,348
* ,174 ,158 ,579
**
Sig. (2-tailed) ,544 ,021 ,199 ,218 ,022 ,814 ,068 ,100 ,687 ,054 ,047 ,332 ,380 ,000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR7 Pearson Correlation -,046 -,216 -,031 -,101 ,095 ,043 1 ,104 ,099 ,269 ,343 ,267 ,203 ,052 ,239
Sig. (2-tailed) ,799 ,228 ,862 ,575 ,598 ,814 ,565 ,583 ,130 ,050 ,132 ,258 ,773 ,180
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR8 Pearson Correlation -,252 ,282 ,220 -,024 ,454** ,322 ,104 1 ,180 ,288 ,307 ,097 ,278 ,242 ,554
**
Sig. (2-tailed) ,157 ,112 ,220 ,896 ,008 ,068 ,565 ,317 ,104 ,083 ,591 ,117 ,174 ,001
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR9 Pearson Correlation ,033 ,366* ,378
* ,198 ,100 ,291 ,099 ,180 1 ,354
* ,620
** ,435
* ,060 ,021 ,587
**
Sig. (2-tailed) ,855 ,036 ,030 ,269 ,578 ,100 ,583 ,317 ,043 ,000 ,011 ,741 ,906 ,000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR10 Pearson Correlation -,029 ,013 ,386* ,086 ,129 ,073 ,269 ,288 ,354
* 1 ,683
** ,273 ,555
** ,356
* ,636
**
Sig. (2-tailed) ,874 ,941 ,027 ,635 ,473 ,687 ,130 ,104 ,043 ,000 ,124 ,001 ,042 ,000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR11 Pearson Correlation ,115 ,398* ,497
** ,042 ,332 ,339 ,343 ,307 ,620
** ,683
** 1 ,577
** ,425
* ,224 ,815
**
177
Sig. (2-tailed) ,525 ,022 ,003 ,815 ,059 ,054 ,050 ,083 ,000 ,000 ,000 ,014 ,211 ,000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR12 Pearson Correlation -,137 ,277 ,332 ,030 ,195 ,348* ,267 ,097 ,435
* ,273 ,577
** 1 ,195 ,002 ,508
**
Sig. (2-tailed) ,446 ,119 ,059 ,867 ,278 ,047 ,132 ,591 ,011 ,124 ,000 ,276 ,993 ,003
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR13 Pearson Correlation -,047 ,013 -,032 -,061 ,012 ,174 ,203 ,278 ,060 ,555** ,425
* ,195 1 ,690
** ,483
**
Sig. (2-tailed) ,796 ,943 ,860 ,736 ,946 ,332 ,258 ,117 ,741 ,001 ,014 ,276 ,000 ,004
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
BUTIR14 Pearson Correlation ,017 ,118 -,224 -,046 -,002 ,158 ,052 ,242 ,021 ,356* ,224 ,002 ,690
** 1 ,362
*
Sig. (2-tailed) ,923 ,514 ,210 ,799 ,991 ,380 ,773 ,174 ,906 ,042 ,211 ,993 ,000 ,038
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
JUMLAH Pearson Correlation ,010 ,506** ,637
** ,392
* ,589
** ,579
** ,239 ,554
** ,587
** ,636
** ,815
** ,508
** ,483
** ,362
* 1
Sig. (2-tailed) ,955 ,003 ,000 ,024 ,000 ,000 ,180 ,001 ,000 ,000 ,000 ,003 ,004 ,038
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
RELIABILITY
/VARIABLES=BUTIR1 BUTIR2 BUTIR3 BUTIR4 BUTIR5 BUTIR6 BUTIR7 BUTIR8 BUTIR9 BUTIR10 BUTIR11 BUTIR12 BUTIR13 BUTIR14
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
178
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 33 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 33 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,778 14
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
BUTIR1 1,94 ,496 33
BUTIR2 2,55 ,794 33
BUTIR3 2,88 1,453 33
BUTIR4 2,18 1,185 33
BUTIR5 2,82 1,261 33
BUTIR6 2,39 1,273 33
BUTIR7 1,76 ,663 33
BUTIR8 2,36 1,319 33
BUTIR9 ,82 1,211 33
BUTIR10 ,76 1,062 33
BUTIR11 1,03 1,132 33
BUTIR12 ,39 ,556 33
BUTIR13 1,09 1,100 33
BUTIR14 1,15 1,093 33
179
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
BUTIR1 22,18 59,216 -,054 ,788
BUTIR2 21,58 53,502 ,423 ,765
BUTIR3 21,24 46,939 ,502 ,754
BUTIR4 21,94 53,309 ,251 ,779
BUTIR5 21,30 49,218 ,466 ,758
BUTIR6 21,73 49,330 ,453 ,759
BUTIR7 22,36 57,051 ,155 ,781
BUTIR8 21,76 49,564 ,417 ,764
BUTIR9 23,30 49,593 ,468 ,758
BUTIR10 23,36 49,801 ,542 ,752
BUTIR11 23,09 46,148 ,756 ,729
BUTIR12 23,73 55,017 ,452 ,767
BUTIR13 23,03 52,093 ,362 ,768
BUTIR14 22,97 54,155 ,230 ,780
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24,12 59,047 7,684 14
180
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could
not be mapped to a valid backend locale.
GET
FILE='C:\Users\USER\Documents\VALIDASI XII IPA 3 PAKET B.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
COMPUTE JUMLAH=BUTIR1 + BUTIR2 + BUTIR3 + BUTIR4 + BUTIR5 + BUTIR6 + BUTIR7 + BUTIR8 + BUTIR9 + BUTIR10 + BUTIR11 +
BUTIR12 + BUTIR13 + BUTIR14.
EXECUTE.
CORRELATIONS
/VARIABLES=BUTIR1 BUTIR2 BUTIR3 BUTIR4 BUTIR5 BUTIR6 BUTIR7 BUTIR8 BUTIR9 BUTIR10 BUTIR11 BUTIR12 BUTIR13 BUTIR14
JUMLAH
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
[DataSet1] C:\Users\USER\Documents\VALIDASI XII IPA 3 PAKET B.sav
Correlations
BUTIR
1
BUTIR
2
BUTIR
3
BUTIR
4
BUTIR
5
BUTIR
6
BUTIR
7
BUTIR
8
BUTIR
9
BUTIR
10
BUTIR
11
BUTIR
12
BUTIR
13
BUTIR
14 JUMLAH
BUTIR1 Pearson Correlation 1 ,263 ,278 ,361* -,304 ,076 ,330
* ,360
* ,400
* ,173 ,161 ,286 ,431
** ,274 ,527
**
Sig. (2-tailed) ,105 ,087 ,024 ,060 ,644 ,040 ,025 ,012 ,291 ,327 ,078 ,006 ,092 ,001
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR2 Pearson Correlation ,263 1 -,074 -,037 ,241 -,001 ,099 ,153 -,147 ,074 -,198 -,237 ,143 -,182 ,158
Sig. (2-tailed) ,105 ,653 ,825 ,139 ,997 ,549 ,351 ,372 ,653 ,228 ,146 ,384 ,267 ,338
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
181
BUTIR3 Pearson Correlation ,278 -,074 1 ,364* ,099 ,219 ,094 ,093 ,436
** ,399
* ,300 ,439
** ,142 ,448
** ,556
**
Sig. (2-tailed) ,087 ,653 ,023 ,549 ,180 ,569 ,572 ,006 ,012 ,064 ,005 ,388 ,004 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR4 Pearson Correlation ,361* -,037 ,364
* 1 -,156 ,226 ,308 -,039 ,561
** ,176 ,331
* ,565
** ,023 ,549
** ,573
**
Sig. (2-tailed) ,024 ,825 ,023 ,342 ,167 ,057 ,812 ,000 ,284 ,040 ,000 ,889 ,000 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR5 Pearson Correlation -,304 ,241 ,099 -,156 1 ,333* ,019 ,023 -,094 -,051 ,032 -,233 -,094 -,156 ,126
Sig. (2-tailed) ,060 ,139 ,549 ,342 ,038 ,908 ,888 ,568 ,757 ,847 ,153 ,570 ,344 ,445
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR6 Pearson Correlation ,076 -,001 ,219 ,226 ,333* 1 ,376
* ,226 ,396
* ,210 ,192 ,236 ,375
* ,439
** ,573
**
Sig. (2-tailed) ,644 ,997 ,180 ,167 ,038 ,018 ,167 ,013 ,200 ,243 ,147 ,019 ,005 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR7 Pearson Correlation ,330* ,099 ,094 ,308 ,019 ,376
* 1 ,348
* ,413
** ,306 ,091 ,281 ,185 ,391
* ,542
**
Sig. (2-tailed) ,040 ,549 ,569 ,057 ,908 ,018 ,030 ,009 ,058 ,582 ,083 ,259 ,014 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR8 Pearson Correlation ,360* ,153 ,093 -,039 ,023 ,226 ,348
* 1 ,536
** ,323
* -,003 ,359
* ,546
** ,345
* ,569
**
Sig. (2-tailed) ,025 ,351 ,572 ,812 ,888 ,167 ,030 ,000 ,045 ,987 ,025 ,000 ,031 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR9 Pearson Correlation ,400* -,147 ,436
** ,561
** -,094 ,396
* ,413
** ,536
** 1 ,403
* ,448
** ,716
** ,369
* ,756
** ,832
**
Sig. (2-tailed) ,012 ,372 ,006 ,000 ,568 ,013 ,009 ,000 ,011 ,004 ,000 ,021 ,000 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR10 Pearson Correlation ,173 ,074 ,399* ,176 -,051 ,210 ,306 ,323
* ,403
* 1 ,075 ,172 ,323
* ,474
** ,506
**
Sig. (2-tailed) ,291 ,653 ,012 ,284 ,757 ,200 ,058 ,045 ,011 ,652 ,296 ,045 ,002 ,001
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
182
BUTIR11 Pearson Correlation ,161 -,198 ,300 ,331* ,032 ,192 ,091 -,003 ,448
** ,075 1 ,501
** ,073 ,505
** ,501
**
Sig. (2-tailed) ,327 ,228 ,064 ,040 ,847 ,243 ,582 ,987 ,004 ,652 ,001 ,657 ,001 ,001
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR12 Pearson Correlation ,286 -,237 ,439** ,565
** -,233 ,236 ,281 ,359
* ,716
** ,172 ,501
** 1 ,120 ,624
** ,656
**
Sig. (2-tailed) ,078 ,146 ,005 ,000 ,153 ,147 ,083 ,025 ,000 ,296 ,001 ,467 ,000 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR13 Pearson Correlation ,431** ,143 ,142 ,023 -,094 ,375
* ,185 ,546
** ,369
* ,323
* ,073 ,120 1 ,435
** ,529
**
Sig. (2-tailed) ,006 ,384 ,388 ,889 ,570 ,019 ,259 ,000 ,021 ,045 ,657 ,467 ,006 ,001
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
BUTIR14 Pearson Correlation ,274 -,182 ,448** ,549
** -,156 ,439
** ,391
* ,345
* ,756
** ,474
** ,505
** ,624
** ,435
** 1 ,793
**
Sig. (2-tailed) ,092 ,267 ,004 ,000 ,344 ,005 ,014 ,031 ,000 ,002 ,001 ,000 ,006 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
JUMLAH Pearson Correlation ,527** ,158 ,556
** ,573
** ,126 ,573
** ,542
** ,569
** ,832
** ,506
** ,501
** ,656
** ,529
** ,793
** 1
Sig. (2-tailed) ,001 ,338 ,000 ,000 ,445 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,001 ,000 ,001 ,000
N 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39 39
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
RELIABILITY
/VARIABLES=BUTIR1 BUTIR2 BUTIR3 BUTIR4 BUTIR5 BUTIR6 BUTIR7 BUTIR8 BUTIR9 BUTIR10 BUTIR11 BUTIR12 BUTIR13 BUTIR14
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
183
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 39 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 39 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,788 14
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
BUTIR1 2,62 1,016 39
BUTIR2 2,72 1,255 39
BUTIR3 1,90 ,882 39
BUTIR4 3,00 1,147 39
BUTIR5 1,72 1,468 39
BUTIR6 3,18 ,914 39
BUTIR7 2,90 ,821 39
BUTIR8 2,41 1,163 39
BUTIR9 1,18 1,144 39
BUTIR10 1,62 ,782 39
BUTIR11 1,38 1,248 39
BUTIR12 1,33 1,177 39
BUTIR13 2,44 ,995 39
BUTIR14 1,33 1,420 39
184
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
BUTIR1 27,10 57,884 ,427 ,773
BUTIR2 27,00 63,895 ,003 ,812
BUTIR3 27,82 58,362 ,473 ,771
BUTIR4 26,72 56,208 ,465 ,770
BUTIR5 28,00 64,684 -,056 ,825
BUTIR6 26,54 57,887 ,489 ,770
BUTIR7 26,82 58,993 ,465 ,773
BUTIR8 27,31 56,166 ,459 ,770
BUTIR9 28,54 51,413 ,780 ,740
BUTIR10 28,10 59,726 ,429 ,775
BUTIR11 28,33 56,965 ,371 ,778
BUTIR12 28,38 54,401 ,561 ,761
BUTIR13 27,28 57,997 ,432 ,773
BUTIR14 28,38 49,296 ,712 ,741
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
29,72 65,524 8,095 14
185
Lampiran 7. Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Kesetimbangan Kimia
Waktu : 2 x 45 menit
Petunjuk :
a. Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban.
b. Berdoalah sebelum mengerjakan.
c. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab pertanyaan.
d. Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri.
1. Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh suhu terhadap kesetimbangan melalui
percobaan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan kristal tembaga (II) sulfat
(CuSO4.5H2O) yang berwarna biru.
Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
No Aktivitas Pengamatan
1 Sebelum dipanaskan Padatan CuSO4.5H2O
berwarna biru
2 Sesudah dipanaskan Padatan CuSO4.5H2O
berwarna putih
3 Ditambah air Padatan CuSO4.5H2O
berwarna biru
Persamaan reaksi berdasarkan percobaan:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +x kJ
Identifikasilah masalah yang kamu temukan berdasarkan tabel di atas! Lalu buatlah
rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan! (minimal 3)
2. Gigi manusia kuat karena email, yaitu lapisan tipis keras yang mengandung kalsium
untuk menutupi dan melindungi mahkota gigi. Email gigi terdiri atas senyawa
hidroksiapatit atau kalsium fosfat (Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi dapat dilihat dari
persamaan reaksi Ca5(PO4)3OH sebagai berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) + OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut berasal dari makanan bersifat asam
(jeruk, permen, minuman sari buah, dan lain-lain) menyebabkan ion H+
bereaksi dengan
ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi berkurang dan gigi menjadi
keropos. Apa yang kamu temukan dari penjelasan mengenai gigi keropos di atas?
Kaitkan jawabanmu dengan pengaruh konsentrasi pada kesetimbangan!
3. Seorang teknisi kimia ingin membuat kapur tohor atau kalsium oksida (CaO) dalam
jumlah banyak. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CaCO3 (s) CaO(s) + O2 (g) ∆H= +178 kJ.
Menurutmu, bagaimanakah cara untuk memperoleh hasil CaO dalam jumlah yang
banyak? Gunakan konsep kesetimbangan yang telah dipelajari!
4. Pernahkah kamu mendengar istilah Hypoxia sympton? Hypoxia sympton adalah suatu
kondisi sindrom kekurangan oksigen pada jaringan tubuh akibat pengaruh perbedaan
ketinggian. Kasus hypoxia sympton sering terjadi pada penduduk yang baru tinggal di
dataran tinggi ataupun para pendaki gunung. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan reaksi
kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin :
Hb(aq) + O2 (aq) HbO2 (aq)
Dengan berkurangnya oksigen mengakibatkan HbO2 di dalam darah menjadi menurun.
Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan
186
tubuh akan berkurang. Hal ini menyebabkan rasa pusing, mual, serta rasa tidak nyaman
bagi tubuh. Berdasarkan wacana di atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan sederhana
mengapa hal tersebut bisa terjadi? Berikan penjelasanmu!
5. Andi ingin mendapatkan ion FeSCN2+
yang lebih banyak dengan melakukan suatu
percobaan, ia memasukkan Besi (III) tiosianat [Fe(SCN)3] ke dalam gelas kimia 100 mL
yang berisi aquades 20 mL dan terbentuklah larutan berwarna merah. Kesetimbangan
antara ion-ion FeSCN2+
yang tidak terurai, Fe3+
(kuning) dan SCN-
(tak berwarna)
ditulis sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Ketika dalam percobaan, Andi menambahkan ion Fe3+
, warna merah semakin pekat.
Begitu pula ketika Andi menambahkan ion SCN-. Namun, ketika Andi menambahkan
air ke dalam larutan tersebut, warna merah menjadi lebih muda.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikan penjelasanmu dengan menggunakan asas
Le Chatelier!
6. Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan gambar tersebut, jika volume diperbesar dan tekanan diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih besar atau ke arah kiri
pada gambar, dan sebaliknya akan bergeser ke kanan pada gambar jika volume
diperkecil dan tekanan diperbesar.
Apakah pernyataan tersebut sudah tepat berdasarkan asas Le Chatelier? Jelaskan
pendapatmu dengan analisis yang tepat!
7. Abdul ingin mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan
melalui percobaan. Percobaan yang dilakukan adalah dengan mencampur 5 mL FeCl3 1
M dan 5 mL KSCN 1 M. Ketika kedua larutan dicampurkan, warna menjadi merah
darah.
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Jika dalam percobaan diberikan 3 perlakuan secara berturut-turut maka diperoleh data
sebagai berikut:
No Perlakuan Perubahan
1 Ditambah sedikit Fe3+
Warna merah bertambah
2 Ditambah sedikit SCN-
Warna merah bertambah
3 Diberi sedikit air Warna merah menjadi lebih
muda
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan Abdul, buatlah kesimpulan dan hipotesis
berdasarkan apa yang anda temukan!
8. Imam diberi tugas untuk membaca sebuah artikel mengenai pembuatan asam sulfat
dalam industri. Pembuatan asam sulfat menggunakan proses Kontak dengan
menggunakan tekanan yang rendah antara 1-3 atm. Reaksi pembuatan asam sulfat
terdiri dari 3 tahap utama, sebagai berikut:
1) S(s) + O2(g) → SO2 (g)
2) 2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g) ∆H= -190 kJ
187
3) SO3 (g) + H2SO4 (aq) → H2S2O7 (aq)
4) H2S2O7 (aq) + H2O(l) → H2SO4 (aq)
Perhatikan pada tahap kedua pembuatan asam sulfat, bila dalam pembuatan asam sulfat
menggunakan tekanan dan suhu yang rendah, maka pertimbangkan apa yang terjadi jika
tekanan dan suhu dinaikkan berdasarkan prinsip Le Chatelier!
9. Dani diberikan tugas oleh guru untuk menuliskan contoh reaksi kesetimbangan yang
bergeser ke arah produk jika tekanan diperbesar. Dani menuliskan dua reaksi yang
menurutnya tepat:
Reaksi 1 : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Reaksi 2 : H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)
Dari dua reaksi yang dituliskan Dani, apakah keduanya merupakan reaksi
kesetimbangan yang bergeser ke arah produk jika tekanan diperbesar? Kemukakan
pendapatmu!
10. Anggun bersama dengan teman kelompoknya akan melakukan percobaan mengenai
pengaruh suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Adapun alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Cawan penguap
2. Kaki tiga
3. Kawat kasa
4. Pembakar spirtus
5. Pipet tetes
6. Neraca
7. Padatan CuSO4.5H2O
8. Air
Langkah kerja :
1. Timbang padatan CuSO4.5H2O sebanyak 10 gram.
2. Panaskan padatan CuSO4. 5H2O. Amati perubahan yang terjadi.
3. Setelah dipanaskan, padatan CuSO4. 5H2O didinginkan kemudian tetesi dengan air.
Amati perubahan yang terjadi.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah sebagai berikut:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +x kJ
Biru putih
Dari rancangan percobaan di atas, berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh? Jawablah dengan analisa yang tepat!
11. Amonia merupakan senyawa penting dalam industri kimia, karena sangat luas
penggunaannya. Pembuatan amonia dikemukakan oleh Fritz Haber dari Jerman pada
tahun 1913, prosesnya disebut Proses Haber. Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan
antara gas N2, H2, dan NH3 ditulis sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = -92 kJ
Jika pembentukan amonia terdiri dari 2 proses sebagai berikut:
1. Menggunakan suhu 500oC dan tekanan 150 – 350 atm.
2. Menggunakan suhu 650oC dan tekanan 350 – 540 atm.
Dari dua proses pembuatan amonia di atas, berikan pendapatmu bagaimanakah hasil
kesetimbangan yang diperoleh agar mendapatkan amonia dalam jumlah yang banyak?
Jawablah dengan analisa yang tepat!
12. Seorang peneliti ingin mendapatkan hidrogen iodida dalam jumlah banyak dengan cara
mereaksikan I2 dan H2. Persamaan reaksi sebagai berikut:
I2 (g) + H2 (g) 2HI (g) ∆H = -9, 45 kJ
Adapun rencana perlakuan peneliti guna mendapatkan hasil HI yang optimum adalah
sebagai berikut:
188
No. Perlakuan Arah kesetimbangan
1 Penambahan konsentrasi
pereaksi
Kanan
2 Penambahan konsentrasi
produk
Kiri
3 Penurunan suhu Eksoterm
4 Kenaikan suhu Endoterm
Berdasarkan tabel di atas, jelaskan pendapatmu mengenai rencana peneliti guna
mendapatkan hasil HI yang optimum yang dibuktikan dengan prinsip-prinsip
kesetimbangan!
189
Lampiran 8. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
No. Butir Soal Kunci Jawaban Jenjang Skor Penskoran
1 Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh konsentrasi
terhadap kesetimbangan melalui percobaan. Percobaan
dilakukan dengan mereaksikan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) 1 M yang berwarna kuning pucat dan larutan kalium
tiosianat (KSCN) 1 M (tidak berwarna). Persamaan reaksi
berdasarkan percobaan:
FeCl3 (aq) + 3KSCN (aq) Fe(SCN)3 (aq)
+ 3 KCl (aq)
Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
No Perlakuan Perubahan
1 FeCl3 + KSCN Warna merah
2 Ditambah
FeCl3 1 M
Warna merah
pekat
3 Ditambah
Fe(SCN)3
Warna kuning
kepucatan
Identifikasilah masalah yang kamu temukan berdasarkan
tabel di atas! Lalu buatlah rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan! (minimal 3)
Temuan:
Berdasarkan hasil percobaan masalah
yang ditemukan adalah:
1) Larutan FeCl3 yang berwarna
kuning pucat ketika dicampurkan
dengan larutan KSCN yang tidak
berwara mengalami perubahan
warna menjadi merah.
2) Campuran larutan FeCl3 dan KSCN
ketika ditambahkan FeCl3 menjadi
merah pekat.
3) Campuran larutan FeCl3 dan KSCN
ditambahkan Fe(SCN)3 warna
menjadi kuning kepucatan.
Rumusan masalah:
1) Apa?
Contoh:
Apakah penambahan konsentrasi
larutan mempengaruhi arah
pergeseran kesetimbangan?
2) Mengapa?
Contoh:
Mengapa ketika penambahan
larutan FeCl3 warna larutan menjadi
merah pekat?
3) Bagaimana?
C4 4 Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Menuliskan tiga temuan
masalah berdasarkan tabel
percobaaan.
- Menuliskan tiga rumusan
masalah.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Hanya menuliskan temuan
yang diketahui, minimal dua.
- Hanya menuliskan dua
rumusan masalah.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah.
- Hanya menuliskan satu
rumusan masalah
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
190
Contoh:
Bagaimanakah arah pergeseran
kesetimbangan ketika konsentrasi
pereaksi (FeCl3) ditambahkan?
Berdasarkan hasil temuan dari data
percobaan, siswa diberikan kebebasan
dalam membuat rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan selama tidak
keluar dari topik pembahasan data tabel
hasil percobaan di atas.
2 Sekelompok siswa ingin mengetahui pengaruh suhu terhadap
kesetimbangan melalui percobaan. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan kristal tembaga (II) sulfat
(CuSO4.5H2O) yang berwarna biru.
Berdasarkan hasil percobaan, ditemukan:
No Aktivitas Pengamatan
1 Sebelum
dipanaskan
Padatan CuSO4.5H2O
berwarna biru
2 Sesudah
dipanaskan
Padatan CuSO4.5H2O
berwarna putih
3 Ditambah air Padatan CuSO4.5H2O
berwarna biru
Persamaan reaksi berdasarkan percobaan:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +x kJ
Identifikasilah masalah yang kamu temukan berdasarkan
tabel di atas! Lalu buatlah rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan! (minimal 3)
Temuan:
Berdasarkan hasil percobaan, masalah
yang ditemukan adalah:
1) Kristal tembaga (II) sulfat
(CuSO4.5H2O) berwarna biru
sebelum dipanaskan.
2) Ketika dipanaskan atau suhu
dinaikkan, kristal CuSO4 menjadi
putih.
3) Ketika kritsal CuSO4 ditambah air,
warna menjadi biru.
Rumusan masalah:
1) Apa?
Contoh:
Apakah kenaikan suhu
mempengaruhi arah pergeseran
kesetimbangan?
2) Mengapa?
Contoh:
Mengapa ketika penambahan suhu
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Menuliskan tiga temuan
masalah berdasarkan tabel
percobaaan.
- Menuliskan tiga rumusan
masalah.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Hanya menuliskan temuan
yang diketahui, minimal dua.
- Hanya menuliskan dua
rumusan masalah.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah.
- Hanya menuliskan satu
rumusan masalah
191
warna CuSO4 menjadi putih?
3) Bagaimana?
Contoh:
Bagaimanakah arah pergeseran
kesetimbangan ketika suhu
dinaikkan?
Berdasarkan hasil temuan dari data
percobaan, siswa diberikan kebebasan
dalam membuat rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan selama tidak
keluar dari topik pembahasan data tabel
hasil percobaan di atas.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
3 Gigi manusia kuat karena email, yaitu lapisan tipis keras
yang mengandung kalsium untuk menutupi dan melindungi
mahkota gigi. Email gigi terdiri atas senyawa hidroksiapatit
atau kalsium fosfat (Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi dapat
dilihat dari persamaan reaksi Ca5(PO4)3OH sebagai berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) + OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut berasal dari
makanan bersifat asam (jeruk, permen, minuman sari buah,
dan lain-lain) menyebabkan ion H+
bereaksi dengan ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi berkurang
dan gigi menjadi keropos.
Apa yang kamu temukan dari penjelasan mengenai gigi
keropos di atas? Kaitkan jawabanmu dengan pengaruh
konsentrasi pada kesetimbangan! (C4)
Temuan:
1) Gigi manusia dilindungi oleh
lapisan gigi yang disebut email gigi,
terdiri atas senyawa hidroksiapatit
atau kalsium fosfat (Ca5(PO4)3OH).
2) Penyebab gigi keropos karena
banyaknya ion H+
yang berasal
dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi bersifat asam. Ion H+
bereaksi dengan ion PO43-
dan ion
OH- menyebabkan konsentrasi ion
PO43-
dan ion OH- pada email gigi
menjadi berkurang.
3) Reaksi antara ion H+
dengan ion
PO43-
dan ion OH- menyebabkan
reaksi kesetimbangan bergeser ke
kanan, sehingga zat hidroksiapatit
(pelindung gigi) berkurang dan gigi
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Menuliskan tiga temuan sesuai
kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban:
- Hanya menuliskan dua
temuan.
- Menuliskan tiga jawaban
benar, namun tidak berurutan.
- Menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
192
menjadi keropos. 0 Bila tidak membuat jawaban.
4 Apakah kamu pernah melihat petir? Biasanya petir muncul
pada musim hujan. Selain ditandai dengan kilatan cahaya
sesaat yang menyilaukan dari langit, kemudian disusul
dengan suara menggelegar. Energi yang dilepaskan berupa
cahaya, panas, dan bunyi. Energi panas ini memungkinkan
gas oksigen dan nitrogen di atmosfer bereaksi membentuk
gas nitrogen monoksida menurut kesetimbangan:
N2 (g) + O2 (g) 2NO (g)
Reaksi di atas merupakan reaksi endoterm. Gas NO yang
terbentuk larut dalam air hujan dan diserap oleh tanah.
Tanaman menyerap NO yang larut dalam air hujan sebagai
senyawa yang penting dalam pertumbuhan.
Dapatkah kamu memberikan penjelasan mengenai kejadian
saat ada petir? Kaitkan jawabanmu dengan pengaruh suhu
pada kesetimbangan!
Berdasarkan penjelasan mengenai
kejadian saat ada petir, diketahui :
1) Petir memiliki energi panas yang
memungkinkan gas oksigen dan
nitrogen di atmosfer bereaksi
membentuk gas nitrogen monoksida
(NO).
2) Reaksi yang terjadi merupakan
reaksi endoterm.
3) Kenaikan suhu mengakibatkan
kesetimbangan bergeser ke arah
reaksi endoterm (ke arah kanan)
sehingga konsentrasi gas NO di
atmosfer menjadi meningkat.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Menuliskan tiga temuan sesuai
kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
dan menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
5 Minuman berkarbonasi/ minuman bersoda adalah minuman
yang mengandung karbondioksida (CO2) dan tidak memiliki
kandungan alkohol.
Karbonasi pada minuman bersoda mengikuti reaksi
kesetimbangan berikut:
2NaHCO3 (aq) Na2CO3 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Ketika kamu mengguncang botol minuman bersoda dan
membuka tutup botolnya, maka timbul suara mendesis
disertai dengan gelembung-gelembung gas. Berdasarkan
Hal ini bisa terjadi karena:
1) Minuman bersoda mengandung gas
karbondioksida (CO2) yang ikut
larut dalam minuman dengan
menggunakan tekanan. Saat botol
minuman bersoda dibuka, tekanan
gas di dalam botol berkurang.
2) Tekanan gas di dalam botol
menyebabkan kesetimbangan
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban
3 Bila membuat jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
dan menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
193
wacana di atas, dapatkah kamu memberikan penjelasan
sederhana mengapa hal tersebut bisa terjadi? Berikan
penjelasanmu!
bergeser ke arah jumlah molekul
gas yang lebih banyak, yaitu ke
arah produk (kanan), akibatnya gas
CO2 yang dihasilkan keluar.
3) Tekanan yang berkurang dalam
botol saat tutup botol di buka
menyebabkan munculnya
gelembung dan suara mendesis.
Namun ketika tutup botol di tutup
kembali, maka suara mendesis dan
gelembung akan menghilang.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban
6 Amonia (NH3) merupakan bahan utama dalam pembuatan
barbagai produk. Untuk mendapatkan hasil amonia dalam
jumlah yang maksimum, digunakan tekanan yang bervariasi
guna mengetahui kondisi yang optimum untuk mendapatkan
amonia dalam jumlah banyak dan efisien. Persamaan reaksi
kesetimbangan pada senyawa NH3 sebagai berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Persentase NH3 yang dihasilkan dari reaksi tersebut yang
berlangsung pada suhu 200°C diperlihatkan pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Rendemen NH3 pada beberapa tekanan yang
berbeda
No Tekanan Hasil NH3 (%)
1 10 atm 50,7
2 30 atm 67,7
Hal ini dikarenakan:
- Semakin besar tekanan yang
diberikan, maka hasil NH3 akan
semakin banyak.
- Tekanan yang semakin besar akan
menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke arah yang memiliki
jumlah koefisien yang kecil, yaitu
kearah produk (NH3).
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Menuliskan dua temuan
berdasarkan kunci jawaban.
3 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
masalah dan menuliskan
temuan diluar kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Menuliskan satu temuan
- Menuliskan temuan lain diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
194
Berdasarkan tabel di atas, dapatkah kamu memberikan
penjelasan sederhana mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Berikan penjelasanmu!
3 50 atm 74,4
4 100 atm 81,5
5 300 atm 90,0
6 600 atm 95,4
7 1000 atm 98,3
0 Bila tidak membuat jawaban.
7 Fitri ingin mendapatkan gas N2O4 melalui percobaan dengan
menggunakan suntikan yang berisi gas NO2 . Persamaan
reaksinya adalah:
2NO2 (g) N2O4 (g)
Gas NO2 berwarna cokelat dan gas N2O4 tak berwarna. Ketika
Fitri menekan suntikan yang berarti memperbesar tekanan,
warna zat memudar. Namun saat Fitri memperkecil tekanan
warna berubah menjadi lebih pekat.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikan penjelasanmu
agar siswa mendapatkan gas N2O4 yang optimum dengan
menggunakan asas Le Chatelier!
Hal ini dapat terjadi karena:
1) Saat suntikan ditekan yang berarti
memperbesar tekanan dan
memperkecil volume menyebabkan
warna zat menjadi pudar. Hal ini
berarti reaksi kesetimbangan
bergeser ke arah zat yang memiliki
jumlah koefisien lebih kecil, yaitu
bertambahnya N2O4.
2) Saat siswa memperkecil tekanan
yang berarti memperbesar volume,
warna berubah menjadi lebih pekat.
Hal ini berarti reaksi kesetimbangan
bergeser ke arah zat yang memiliki
jumlah koefisien yang lebih besar,
yaitu bergeser ke arah 2NO2. 3) Berdasarkan asas Le Chatelier, agar
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban
3 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
masalah dan menuliskan
temuan diluar kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Menuliskan satu temuan
- Menuliskan temuan lain diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
195
siswa mendapatkan gas N2O4 yang
optimum adalah dengan
memperbesar tekanan dan
memperkecil volume.
0 Bila tidak membuat jawaban.
8 Andi ingin mendapatkan ion FeSCN2+
yang lebih banyak
dengan melakukan suatu percobaan, ia memasukkan Besi
(III) tiosianat [Fe(SCN)3] ke dalam gelas kimia 100 mL yang
berisi aquades 20 mL dan terbentuklah larutan berwarna
merah. Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+
yang tidak
terurai, Fe3+
(kuning) dan SCN- (tak berwarna) ditulis
sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Ketika dalam percobaan, Andi menambahkan ion Fe3+
,
warna merah semakin pekat. Begitu pula ketika Andi
menambahkan ion SCN-. Namun, ketika Andi menambahkan
air ke dalam larutan tersebut, warna merah menjadi lebih
muda.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikan penjelasanmu
dengan menggunakan asas Le Chatelier!
Hal ini dapat terjadi karena:
1) Penambahan ion Fe3+
dan ion SCN-
menunjukkan peningkatan
konsentrasi ion Fe3+
dan ion SCN-
sehingga konsentrasi FeSCN2+
semakin besar.
2) Saat penambahan air, warna merah
menjadi lebih muda (pudar). Hal ini
menunjukkan bahwa FeSCN2+
berkurang, sedangkan ion Fe3+
dan
ion SCN- bertambah.
3) Berdasarkan asas Le Chatelier,
penambahan konsentrasi akan
menggeser kesetimbangan ke arah
yang menjauhi zat tersebut. Jadi,
ketika konsentrasi ion Fe3+
dan ion
SCN- ditambahkan maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah produk, sedangkan saat
penambahan air maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah pereaksi.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban
3 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
masalah dan menuliskan
temuan diluar kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
9 Sekelompok siswa telah melakukan percobaan mengenai
faktor konsentrasi. Siswa membuat jawaban dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Berdasarkan tabel data hasil jawaban
siswa:
1) Semua jawaban siswa benar.
2) Jika konsentrasi pereaksi
ditingkatkan, maka kesetimbangan
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
196
No Reaksi
Arah pergeseran
kesetimbangan
Konsentrasi
pereaksi
dinaikkan
Konsentrasi
pereaksi
diturunkan
1 Fe3+
(aq) + SCN-
(aq)
FeSCN2+
(aq)
Kanan Kiri
2 N2O4 (g) NO2 (g) Kanan Kiri
3 2HI (g) H2 (g) + I2
(g)
Kanan Kiri
Berdasarkan tabel data hasil jawaban siswa di atas, jelaskan
pendapatmu dengan analisis yang tepat!
akan bergeser menjauhi zat tersebut.
Dalam hal ini akan bergeser ke arah
kanan untuk mengurangi
konsentrasi pereaksi agar mencapai
kesetimbangan.
3) Ketika konsentrasi pereaksi
diturunkan, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah kiri untuk
menaikkan konsentrasi pereaksi
agar kesetimbangan tercapai.
3 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
masalah dan menuliskan
temuan diluar kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
10 Dimas telah melakukan percobaan mengenai pengaruh suhu
terhadap kesetimbangan. Hasil yang didapatkan oleh Dimas,
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Reaksi
Arah pergeseran
Suhu
dinaikkan
Suhu
diturunkan
N2O4 (g) 2NO2 (g)
∆H°=
+ 58,0 kJ
Endoterm Eksoterm
CO(g) + 2H2 (g)
CH3OH(g)
∆H°= -x kJ
Endoterm Eksoterm
Berdasarkan tabel data jawaban Dimas di atas, apakah
Berdasarkan tabel data hasil jawaban
Dimas:
1) Semua jawaban Dimas benar.
2) Hal ini dikarenakan peningkatan
suhu berarti penambahan energi ke
sistem sehingga mendorong reaksi
bergeser ke arah yang
membutuhkan energi kalor (reaksi
endoterm).
3) Sebaliknya, penurunan suhu berarti
mendorong reaksi bergeser ke arah
yang membebaskan energi atau
kalor (reaksi eksoterm).
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
masalah dan menuliskan
temuan diluar kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
197
jawaban tersebut sudah tepat? Jelaskan pendapatmu dengan
analisis yang tepat!
0 Bila tidak membuat jawaban.
11 Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan
gambar tersebut, jika volume diperbesar dan tekanan
diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
molekul yang lebih besar atau kearah kiri pada gambar, dan
sebaliknya akan bergeser ke kanan pada gambar jika volume
diperkecil dan tekanan diperbesar.
Apakah pernyataan tersebut sudah tepat berdasarkan asas Le
Chatelier? Jelaskan pendapatmu dengan analisis yang tepat!
1) Pernyataan tepat dan sesuai dengan
asas Le Chatelier.
2) Jika volume diperbesar yang berarti
memperkecil tekanan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah molekul yang lebih
besar atau ke arah kiri pada gambar.
3) Jika volume diperkecil yang berarti
memperbesar tekanan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah molekul yang lebih
kecil atau ke arah kanan pada
gambar.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan dua temuan
masalah dan menuliskan
temuan diluar kunci jawaban.
2 Bila menuliskan jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan masalah dan
menuliskan temuan diluar
kunci jawaban.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban
12 Abdul ingin mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan melalui percobaan. Percobaan
yang dilakukan adalah dengan mencampur 5 mL FeCl3 1 M
dan 5 mL KSCN 1 M. Ketika kedua larutan dicampurkan,
warna menjadi merah darah.
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan oleh Abdul, dapat
disimpulkan bahwa:
1) Ketika larutan FeCl3 dan larutan
KSCN dicampurkan, warna menjadi
merah.
2) Penambahan ion Fe3+
dan ion SCN-
menyebabkan warna merah semakin
pekat.
C6 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan dua hipotesis
dengan tepat sesuai kunci
jawaban.
198
Jika dalam percobaan diberikan 3 perlakuan secara berturut-
turut maka diperoleh data sebagai berikut:
No Perlakuan Perubahan
1 Ditambah
sedikit Fe3+
Warna merah
bertambah
2 Ditambah
sedikit SCN-
Warna merah
bertambah
3 Diberi
sedikit air
Warna merah
menjadi lebih
muda
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan Abdul, buatlah
kesimpulan dan hipotesis berdasarkan apa yang anda
temukan!
3) Penambahan air menyebabkan
warna merah semakin pudar.
Maka hipotesis yang dapat ditulis
berdasarkan percobaan Abdul adalah:
1) Peningkatan konsentrasi ion Fe3+
dan ion SCN- akan meningkatkan
konsentrasi FeSCN2+
, maka
kesetimbangan bergeser ke arah
kanan.
2) Penambahan volume air akan
menurunkan konsentrasi FeSCN2+
,
maka kesetimbangan bergeser
kearah kiri.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan minimal dua
kesimpulan benar
- Menuliskan satu hipotesis
dengan tepat.
2 Bila membuat jawaban :
- Menuliskan minimal satu
kesimpulan benar
- Menuliskan satu hipotesis
dengan tepat.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
13 Seorang teknisi kimia ingin mendapatkan amonia dalam
jumlah yang banyak. Maka teknisi menggunakan tekanan
yang bervariasi pada suhu 200oC guna mengetahui persentasi
hasil amonia yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel yang disajikan, dapat
disimpulkan:
1) Semakin tinggi tekanan maka hasil
persentasi amonia (NH3) yang
terbentuk akan semakin meningkat.
2) Sebaliknya, penurunan tekanan
akan menurunkan hasil persentase
NH3 yang terbentuk.
C6 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan dua hipotesis
dengan tepat sesuai kunci
jawaban
199
Persamaan reaksi kesetimbangan pada senyawa NH3 sebagai
berikut :
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Berdasarkan tabel diatas, buatlah kesimpulan dan hipotesis
berdasarkan apa yang telah kamu temukan!
No Tekanan Hasil NH3
(%)
1 10 atm 50,7
2 30 atm 67,7
3 50 atm 74,4
4 100 atm 81,5
5 300 atm 90,0
6 600 atm 95,4
7 1000 atm 98,3
Hipotesis berdasarkan tabel:
1) Jika tekanan ditingkatkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke
produk (NH3).
2) Jika tekanan diturunkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah pereaksi ( N2 dan H2).
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan minimal satu
kesimpulan benar
- Menuliskan satu hipotesis
dengan tepat.
2 Bila membuat jawaban :
- Hanya menuliskan satu
kesimpulan atau satu hipotesis
benar.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
14 Rani diberi tugas untuk membaca sebuah artikel mengenai
pembuatan amonia dalam industri. Pembuatan amonia
menggunakan proses Haber dengan menggunakan suhu
sekitar 460-550°C dan tekanan 150-350 atm.. Reaksi
pembuatan amonia adalah sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = - 92 kJ
Bila pada produksi amonia menggunakan suhu dan tekanan
yang rendah dengan penambahan katalis, maka
pertimbangkan apa yang akan terjadi jika tekanan dan suhu
dinaikkan berdasarkan prinsip Le Chatelier!
1) Jika tekanan dinaikkan, maka akan
terjadi pergeseran kesetimbangan
kearah zat yang memiliki jumlah
koefisien yang lebih kecil, sehingga
kesetimbangan akan bergeser ke
arah kanan (hasil reaksi).
2) Jika suhu dinaikkan, maka akan
terjadi pergeseran kesetimbangan ke
arah reaksi endoterm.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan satu temuan benar
2 Bila membuat jawaban :
- Hanya menuliskan arah
pergeseran kesetimbangan
ketika tekanan dan suhu
200
dinaikkan.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
15 Imam diberi tugas untuk membaca sebuah artikel mengenai
pembuatan asam sulfat dalam industri. Pembuatan asam
sulfat menggunakan proses Kontak dengan menggunakan
tekanan yang rendah antara 1-3 atm. Reaksi pembuatan asam
sulfat terdiri dari 3 tahap utama, sebagai berikut:
1. S(s) + O2(g) → SO2 (g)
2. 2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
∆H= -190 kJ
3. SO3 (g) + H2SO4 (aq) → H2S2O7 (aq)
H2S2O7 (aq) + H2O(l) → H2SO4 (aq)
Perhatikan pada tahap kedua pembuatan asam sulfat, bila
dalam pembuatan asam sulfat menggunakan tekanan dan
suhu yang rendah, maka pertimbangkan apa yang terjadi jika
tekanan dan suhu dinaikkan berdasarkan prinsip Le
Chatelier!
1) Jika tekanan dinaikkan, maka akan
terjadi pergeseran kesetimbangan
kearah zat yang memiliki jumlah
koefisien yang lebih kecil, sehingga
kesetimbangan akan bergeser ke
arah kanan (produk).
2) Jika suhu dinaikkan, maka akan
terjadi pergeseran kesetimbangan ke
arah reaksi endoterm.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan satu temuan benar
2 Bila membuat jawaban :
- Hanya menuliskan arah
pergeseran kesetimbangan
ketika tekanan dan suhu
dinaikkan.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
16 Dani diberikan tugas oleh guru untuk menuliskan contoh
reaksi kesetimbangan yang bergeser ke arah produk jika
tekanan diperbesar. Dani menuliskan dua reaksi yang
menurutnya tepat:
Reaksi 1:
Dari kedua reaksi yang dituliskan Dani:
1) Hanya reaksi 1 yang benar.
2) Ketika tekanan ditingkatkan, maka
reaksi akan bergeser ke arah zat
yang memiliki koefisien yang lebih
kecil yaitu ke arah kanan (produk
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
201
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Reaksi 2:
H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)
Dari dua reaksi yang dituliskan Dani, apakah keduanya
merupakan reaksi kesetimbangan yang bergeser ke arah
produk jika tekanan diperbesar? Kemukakan pendapatmu!
NH3).
3) Pada reaksi dua memiliki koefisen
yang sama antar pereaksi dan
produk. Sehingga tekanan tidak
akan berpengaruh ketika
ditingkatkan ataupun diturunkan.
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan dua temuan benar
2 Bila membuat jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan benar.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
17 Agus diberikan tugas untuk memberikan contoh reaksi yang
tidak dapat mengalami pergeseran jika volume diperbesar.
Agus menuliskan dua reaksi yang menurutnya tidak dapat
mengalami pergeseran jika volume diperbesar.
Reaksi 1:
PCl5 (g) PCl3(g) + Cl2 (g)
Reaksi 2:
CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2 (g)
Dari kedua reaksi yang dituliskan Agus, apakah keduanya
termasuk reaksi yang tidak dapat mengalami pergeseran
kesetimbangan jika volume diperbesar? Jelaskan
pendapatmu!
Dari kedua reaksi yang dituliskan Agus:
1) Hanya reaksi 2 yang benar.
2) Reaksi 1 memiliki jumlah koefisien
yang berbeda antara pereaksi dan
produk. Sehingga ketika volume
diperbesar, maka kesetimbangan
akan bergeser kejumlah koefisien
yang lebih besar yaitu bergeser ke
kiri.
3) Reaksi 2 memiliki jumlah koefisien
yang sama antara produk dan hasil
reaksi. Sehingga tidak akan
mengalami pergeseran ketika
volume ditingkatkan ataupun
diturunkan.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan dua temuan
benar.
2 Bila membuat jawaban:
- Hanya menuliskan satu
temuan benar
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
18 Anggi bersama dengan teman kelompoknya akan melakukan
percobaan mengenai pengaruh konsentrasi dan volume
terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Adapun alat dan
bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur
Berdasarkan rancangan percobaan
Anggi didapatkan hasil analisa:
Tabung A
Tabung A yang berisi larutan FeCl3
yang ditambahkan dengan KSCN
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
202
2. Pipet tetes
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Sumbat karet
6. Larutan FeCl3 1 M
7. Larutan KSCN 1 M
8. Aquades
Langkah Kerja:
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi.
2. Tandai tabung A dan B pada masing-masing tabung.
3. Tuangkan 3 mL FeCl3 1 M ke dalam masing-masing
tabung dan tambahkan KSCN 1 M. Kemudian kocoklah.
4. Tabung A ditambahkan 1 mL KSCN.
Tabung B ditambahkan 1 mL aquades.
5. Tutup tabung reaksi dengan sumbat karet, kocoklah dan
bandingkan kedua tabung.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah sebagai
berikut:
Fe3+
(aq) + SCN-(aq) FeSCN
2+(aq)
Dari rancangan percobaan di atas, berikan pendapatmu
bagaimanakah hasil kesetimbangan yang diperoleh?
Jawablah dengan analisa yang tepat!
menyebabkan kesetimbangan bergeser
ke arah kanan (produk), sehingga
konsentrsi FeSCN2+
semakin besar dan
warna menjadi merah pekat.
Tabung B
Jika ada pengenceran dengan
penambahan volume air, maka akan
menyebabkan berkurangnya FeSCN2+
dan kesetimbangan akan bergeser ke
arah kiri (pereaksi).
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan temuan Tabung A
dan Tabung B
- Menuliskan satu hasil analisa
faktor kesetimbangan
(konsentrasi atau volume)
2 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan temuan Tabung A
dan Tabung B hanya pada
perubahan warna atau hanya
arah pergeseran
kesetimbangan.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
19 Anggun bersama dengan teman kelompoknya akan
melakukan percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap
pergeseran arah kesetimbangan. Adapun alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Cawan penguap
2. Kaki tiga
1) Ketika dipanaskan atau suhu
dinaikkan maka CuSO4 akan
semakin putih.
2) Ketika padatan didinginkan dan
ditetesi air maka warnanya akan
berubah menjadi biru kembali.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
203
3. Kawat kasa
4. Pembakar spirtus
5. Pipet tetes
6. Neraca
7. Padatan CuSO4.5H2O
8. Air
Langkah kerja :
1. Timbang padatan CuSO4.5H2O sebanyak 10 gram.
2. Panaskan padatan CuSO4. 5H2O. Amati perubahan yang
terjadi.
3. Setelah dipanaskan, padatan CuSO4. 5H2O didinginkan
kemudian tetesi dengan air. Amati perubahan yang
terjadi.
Reaksi kesetimbangan yang berlangsung adalah sebagai
berikut:
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +x kJ
Biru putih
Dari rancangan percobaan di atas, berikan pendapatmu
bagaimanakah hasil kesetimbangan yang diperoleh?
Jawablah dengan analisa yang tepat!
3) Berdasarkan faktor suhu, jika suhu
ditingkatkan maka pergeseran ke
arah membutuhkan kalor (reaksi
endoterm), yaitu kanan (produk).
4) Ketika didinginkan menunjukkan
suhu diturunkan, karena warna yang
terbentuk adalah biru maka
kesetimbangan bergeser ke arah
reaktan atau kiri, sehingga jika suhu
diturunkan reaksi akan bergeser ke
arah yang membebaskan kalor (ke
arah eksotermis).
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan temuan hanya
ketika padatan CuSO4
dipanaskan atau didinginkan
2 Bila membuat jawaban
- Menuliskan kenaikan suhu dan
penurunan suhu serta
pergeserannya tanpa dikaitkan
dengan percobaan CuSO4
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban
20 Amonia merupakan senyawa penting dalam industri kimia,
karena sangat luas penggunaannya. Pembuatan amonia
dikemukakan oleh Fritz Haber dari Jerman pada tahun 1913,
prosesnya disebut Proses Haber. Reaksi yang terjadi adalah
kesetimbangan antara gas N2, H2, dan NH3 ditulis sebagai
berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = -92 kJ
Jika pembentukan amonia terdiri dari 2 proses sebagai
berikut:
Proses 1:
Tekanan yang rendah menyebabkan
kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang memiliki jumlah koefisien lebih
besar, sehingga bergeser ke arah kiri.
Suhu rendah menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah yang
melepaskan kalor (eksoterm), sehingga
bergeser ke arah kanan.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban
- Menuliskan perbedaan proses
1 dan 2 hanya dari arah
pergeseran saja.
- Menuliskan pembuatan
204
1. Menggunakan suhu 500oC dan tekanan 150 – 350 atm.
2. Menggunakan suhu 650oC dan tekanan 350 – 540 atm.
Dari dua proses pembuatan amonia di atas, berikan
pendapatmu bagaimanakah hasil kesetimbangan yang
diperoleh agar mendapatkan amonia dalam jumlah yang
banyak? Jawablah dengan analisa yang tepat!
Proses 2:
Tekanan yang tinggi menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah yang
memiliki jumlah koefisien yang lebih
kecil, sehingga bergeser ke arah kanan.
Suhu yang yang tinggi menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah yang
menyerap kalor (endoterm).
Berdasarkan 2 proses di atas, lebih baik
menggunakan proses 1 dengan tekanan
dan suhu rendah. Tekanan tinggi akan
membutuhkan biaya produksi lebih
besar dan penambahan katalis dapat
membantu proses produksi.
amonia yang optimum dengan
menggunakan proses nomor 1.
2 Bila membuat jawaban
- Hanya menuliskan pembuatan
amonia yang optimum dengan
menggunakan proses nomor
1.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban
21 Metanol merupakan bentuk alkohol yang paling sederhana.
Metanol banyak digunakan dalam kehidupan seperti:
penggunaan sebagai pelarut, spiritus, sebagai bahan makanan
untuk bakteri yang memproduksi protein, dan masih banyak
lagi. Metanol dapat dihasilkan dari reaksi sebagai berikut:
CO(g) + 2H2 (g) CH3OH (g) ∆H = - x kJ
Jika pembentukan metanol dapat dilakukan dengan 2 proses
sebagai berikut:
1. Menggunakan suhu 200oC dan tekanan antara 60-70 atm.
2. Menggunakan suhu 400oC dan tekanan antar 80-90 atm.
Dari dua proses pembuatan metanol di atas, berikan
pendapatmu bagaimanakah hasil kesetimbangan yang
diperoleh agar mendapatkan metanol dalam jumlah yang
banyak? Jawablah dengan analisa yang tepat!
Proses 1:
Tekanan yang rendah menyebabkan
kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang memiliki jumlah koefisien lebih
besar, sehingga bergeser ke arah kiri.
Suhu rendah menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah yang
melepaskan kalor (eksoterm), sehingga
bergeser ke arah kanan.
Proses 2:
Tekanan yang tinggi menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah yang
memiliki jumlah koefisien yang lebih
kecil, sehingga bergeser ke arah kanan.
Suhu yang yang tinggi menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah yang
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban
- Menuliskan perbedaan proses
1 dan 2 hanya dari arah
pergeseran saja.
- Menuliskan pembuatan
amonia yang optimum dengan
menggunakan proses nomor 1.
2 Bila membuat jawaban
- Hanya menuliskan pembuatan
amonia yang optimum dengan
menggunakan proses nomor
1.
205
menyerap kalor (endoterm).
Berdasarkan 2 proses di atas, lebih baik
menggunakan proses 1 dengan tekanan
dan suhu rendah dan penambahan
katalis dapat membantu proses
produksi. Hal ini disebabkan tekanan
tinggi dan suhu tinggi akan
membutuhkan biaya produksi lebih
besar dan penambahan katalis dapat
membantu proses produksi.
1 Bila membuat salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
22 Seorang teknisi kimia ingin membuat kapur tohor atau
kalsium oksida (CaO) dalam jumlah banyak. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
CaCO3 (s) CaO(s) + O2 (g) ∆H= +178 kJ
Menurutmu, bagaimanakaha cara untuk memperoleh hasil
CaO dalam jumlah yang banyak? Gunakan konsep
kesetimbangan yang telah dipelajari!
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan CaO
dalam jumlah yang banyak,
diantaranya, yaitu:
1. Memperbesar konsentrasi pereaksi
CaCO3, sehingga kesetimbangan
bergeser ke kanan yaitu ke arah
produk CaO dan O2
2. Menaikkan suhu dapat menggeser
kesetimbangan kearah reaksi
endoterm.
3. Menurunkan tekanan, sehingga
pembentukan CaO dapat maksimal.
Hal ini karena jumlah koefisien
produk lebih besar daripada
pereaksi. Oleh karena itu
kesetimbangan bergeser ke arah
produk.
C5 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan empat faktor
kesetimbangan yang dapat
meningkatkan produk dengan
tepat sesuai kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Hanya menuliskan temuan
yang diketahui.
- Menuliskan minimal dua
faktor kesetimbangan yang
dapat meningkakan produk
dengan tepat berdasarkan apa
yang diketahui siswa
206
4. Volume diperbesar akan menggeser
kesetimbangan ke arah produk yang
memiliki koefisien yang lebih besar
dari pereaksi.
2 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan minimal satu
faktor kesetimbangan yang
dapat meningkatkan produk
dengan tepat
- Menuliskan faktor
kesetimbangan tanpa memberi
penjelasan.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
23 Seorang teknisi kimia ingin membuat gas hidrogen dalam
jumlah besar. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H2 (g) + O2 (s) 2H2O(g) ∆H= - 484 kJ
menurutmu, bagaimanakah cara untuk memperoleh hasil gas
hidrogen dalam jumlah yang banyak? Gunakan konsep
kesetimbangan yang telah dipelajari!
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan gas
hidrogen dalam jumlah yang banyak,
diantaranya, yaitu:
1. Menaikkan suhu dapat menggeser
kesetimbangan kearah reaksi
endoterm.
2. Menurunkan tekanan, sehingga
pembentukan gas hidrogen dapat
maksimal. Hal ini karena jumlah
koefisien pereaksi lebih besar
daripada produk. Oleh karena itu
kesetimbangan bergeser ke arah
pereaksi.
3. Volume diperbesar akan menggeser
kesetimbangan ke arah pereaksi
yang memiliki koefisien yang lebih
besar dari produk.
C5 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan tiga faktor
kesetimbangan yang dapat
meningkatkan gas hidrogen
dengan tepat sesuai kunci
jawaban.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Hanya menuliskan temuan
yang diketahui.
- Menuliskan minimal dua
faktor kesetimbangan yang
dapat meningkakan produk
dengan tepat berdasarkan apa
yang diketahui siswa
207
2 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan minimal satu
faktor kesetimbangan yang
dapat meningkatkan produk
dengan tepat
- Menuliskan faktor
kesetimbangan tanpa memberi
penjelasan.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
24 Karbon monoksida banyak digunakan untuk bahan bakar
kendaraan. Oleh karena itu, seorang teknisi kimia ingin
membuat karbon monoksida dalam jumlah besar. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
2CO(g) + O2 (s) 2CO2(g) ∆H= -564 kJ
Menurutmu, Bagaimanakah cara untuk memperoleh hasil
karbon monoksida dalam jumlah yang banyak? Gunakan
konsep kesetimbangan yang telah dipelajari!
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan gas
karbon monoksida dalam jumlah yang
banyak, diantaranya, yaitu:
1. Menaikkan suhu dapat menggeser
kesetimbangan kearah reaksi
endoterm.
2. Menurunkan tekanan, sehingga
pembentukan gas CO dapat
maksimal. Hal ini karena jumlah
koefisien pereaksi lebih besar
daripada produk. Oleh karena itu
kesetimbangan bergeser ke arah
pereaksi.
3. Memperbesar volume akan
menggeser kesetimbangan ke arah
pereaksi yang memiliki koefisien
yang lebih besar dari produk.
C5 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan tiga faktor
kesetimbangan yang dapat
meningkatkan gas hidrogen
dengan tepat sesuai kunci
jawaban.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Hanya menuliskan temuan
yang diketahui.
- Menuliskan minimal dua
faktor kesetimbangan yang
dapat meningkakan produk
dengan tepat berdasarkan apa
208
yang diketahui siswa
2 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan minimal satu
faktor kesetimbangan yang
dapat meningkatkan produk
dengan tepat
- Menuliskan faktor
kesetimbangan tanpa memberi
penjelasan.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
25 Gigi manusia mengandung kalsium untuk menutupi dan
melindungi mahkota gigi yang disebut email gigi. Email gigi
terdiri atas senyawa hidroksiapatit atau kalsium fosfat
(Ca5(PO4)3OH). Kerusakan gigi dapat dilihat dari persamaan
reaksi Ca5(PO4)3OH sebagai berikut:
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) + OH- (aq)
Banyaknya ion H+
yang terkandung dalam mulut berasal dari
makanan bersifat asam (jeruk, permen, minuman sari buah,
dan lain-lain) menyebabkan ion H+
bereaksi dengan ion PO43-
dan ion OH-, sehingga mengakibatkan email gigi berkurang
dan gigi menjadi keropos.
Berdasarkan penjelasan mengenai
pengeroposan gigi, maka dapat
dijelaskan dengan menggunakan asas
Le Chatelier mengenai faktor
konsentrasi.
1) Dimana penyebab gigi keropos
ialah banyaknya konsentrasi ion H+
yang terkandung dalam mulut
berasal dari makanan dan minuman
yang dikonsumsi bersifat asam.
2) Ion H+
bereaksi dengan ion PO43-
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban :
- Menuliskan minimal dua
temuan
209
Berdasarkan wacana di atas, jelaskan pendapatmu dan
buktikan dengan prinsip-prinsip kesetimbangan! (C4)
dan ion OH- sehingga
menyebabkan konsentrasi ion PO43-
dan ion OH- menjadi berkurang.
3) Hal ini mengakibatkan reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah
kanan, sehingga zat hidroksiapatit
(pelindung gigi) menjadi berkurang
dan gigi menjadi keropos.
2 Bila membuat jawaban.
- Menuliskan minimal satu
temuan
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
26 Seorang peneliti ingin mendapatkan hidrogen iodida dalam
jumlah banyak dengan cara mereaksikan I2 dan H2.
Persamaan reaksi sebagai berikut:
I2 (g) + H2 (g) 2HI (g) ∆H = -9, 45 kJ
Adapun rencana perlakuan yang dilakukan peneliti guna
mendapatkan hasil HI yang optimum adalah sebagai berikut:
No. Perlakuan Arah kesetimbangan
1 Penambahan
konsentrasi
pereaksi
Kanan
2 Penambahan
konsentrasi produk
Kiri
3 Penurunan suhu Eksoterm
4 Kenaikan suhu Endoterm
Berdasarkan tabel di atas, jelaskan pendapatmu mengenai
rencana peneliti guna mendapatkan hasil HI yang optimum
yang dibuktikan dengan prinsip-prinsip kesetimbangan!
Berdasar hal yang telah dilakukan oleh
peneliti untuk mendapatkan hidrogen
iodida dalam jumlah yang banyak
adalah :
1) Menambah konsentrasi pereaksi,
maka kesetimbangan dapat
bergeser kearah kanan, sehingga
produk HI akan bertambah.
2) Sebaliknya, dengan penambahan
konsentrasi produk, maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah pereaksi.
3) Selain itu dengan menurunkan
suhu, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah reaksi eksoterm
yaitu kearah kanan dan menambah
produk HI.
4) Sedangkan kenaikan suhu akan
menggeser kesetimbangan ke arah
endotermis.
5) Perlakuan yang dapat meningkatkan
produksi HI adalah nomor 1 dan 3.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban cukup sesuai
dengan kunci jawaban.
- Menuliskan dua faktor yang
dapat meningkatkan produk HI
(Penambahan konsentrasi dan
penurunan suhu) beserta
penjelasan.
- Menuliskan nomor 1 dan 3
sebagai perlakuan yang tepat
untuk mendapatkan hasil HI
yang optimum
2 Bila membuat jawaban.
- Hanya menuliskan nomor 1
dan 3 sebagai perlakuan yang
tepat untuk mendapatkan hasil
HI yang optimum
210
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
27 Pernahkah kamu mendengar istilah Hypoxia sympton?
Hypoxia sympton adalah suatu kondisi sindrom kekurangan
oksigen pada jaringan tubuh akibat pengaruh perbedaan
ketinggian. Kasus hypoxia sympton sering terjadi pada
penduduk yang baru tinggal di dataran tinggi ataupun para
pendaki gunung. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan reaksi
kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin :
Hb(aq) + O2 (aq) HbO2 (aq)
Dengan berkurangnya oksigen mengakibatkan HbO2 di
dalam darah menjadi menurun. Akibat yang ditimbulkan dari
keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh
akan berkurang. Hal ini menyebabkan rasa pusing, mual,
serta rasa tidak nyaman bagi tubuh.
Berdasarkan wacana di atas, dapatkah kamu memberikan
penjelasan sederhana mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Berikan penjelasanmu!
Berdasarkan wacana, dapat dikaitkan
dengan asas Le Chatelier.
1) Dimana menurunnya konsentrasi
oksigen mengakibatkan
kesetimbangan bergeser kearah kiri,
sehingga konsentrasi HbO2 menjadi
menurun.
2) Oleh karena itu, tubuh harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan
guna memproduksi Hemoglobin
(Hb) agar kesetimbangan dapat
kembali bergeser ke arah kanan dan
HbO2 akan kembali seperti semula.
C4 4
Bila membuat jawaban yang sesuai
dan lengkap seperti kunci jawaban.
- Membuat temuan yang
terdapat pada wacana sesuai
dengan kunci jawaban.
3 Bila membuat jawaban:
- Menuliskan satu temuan
dengan tepat
2 Bila membuat jawaban:
- Hanya menuliskan kekurangan
oksigen.
1 Bila membuat jawaban salah.
0 Bila tidak membuat jawaban.
211
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
R. MELISA NELVITA SARI
NAMA KELOMPOK :
1. ................................................................
2. ................................................................
3. ................................................................
4. ................................................................
5. ................................................................
6. ................................................................
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia
Kajian Teori : .................................................................
Kelas/ Semester : .................................................................
MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
212
TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Siswa mampu merancang percobaan faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
2. Siswa mampu melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia .
3. Siswa mampu menyimpulkan percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
4. Siswa mampu menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengarui kesetimbangan kimia.
KOMPETENSI DASAR:
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dan penerapannya dalam industri.
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan.
INDIKATOR:
3.9.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan kimia.
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
213
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat dan temukan kalimat yang
merupakan pokok masalah dalam wacana tersebut!
Apa Penyebab Gigi Keropos?
Gigi manusia kuat karena dilapisi oleh email, yaitu lapisan tipis keras yang
mengandung kalsium yang menutupi dan melindungi mahkota gigi. Email tersusun
atas senyawa hidroksiapatit atau kalsium fosfat, Ca5(PO4)3OH. Jika email pada gigi
terkikis, gigi akan rapuh dan berlubang. Kerusakan gigi pada dasarnya disebabkan
oleh adanya reaksi kesetimbangan dalam mulut, yaitu reaksi ionisasi Ca5(PO4)3OH
berikut.
Ca5(PO4)3OH (s) 5Ca2+
(aq) + 3PO43-
(aq) + OH- (aq)
Banyaknya ion H+
di dalam mulut, yang berasal dari makanan yang bersifat asam
(jeruk, permen, minuman sari buah, dan lain-lain), menyebabkan ion-ion H+
bereaksi
dengan ion PO43-
dan ion OH- , sehingga konsentrasi PO4
3- dan ion OH
- pada email
gigi berkurang. Hal ini mengakibatkan reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga zat hidroksiapatit (pelindung gigi) menjadi berkurang dan gigi menjadi
keropos (Watoni, 2014 : 188).
Berdasarkan wacana di atas, bagaimana pengaruh konsentrasi dalam mulut?
Bagaimana cara mengatasi gigi keropos?
Diskusikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman
sekelompokmu berdasarkan wacana di atas!
Wacana 1
INSTRUKSI:
1. Bentuklah 6 kelompok bersama teman-temanmu.
2. Setiap siswa harus membaca LKS ini dengan seksama dan
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan
instruksi guru.
3. Apabila terdapat hal yang tidak dimengerti atau sulit dipahami
mintalah bantuan kepada guru untuk menjelaskannya.
Tahap Invitasi
214
1. Masalah apa saja yang dapat kamu temukan berdasarkan wacana tersebut?
(Skor: 4)
2. Tuliskan masalah apa saja yang kamu temukan berdasarkan pengamatan yang
telah kamu lakukan dalam bentuk pertanyaan!
(Skor: 4)
3. Berdasarkan masalah yang telah kamu temukan dalam wacana di atas, dapatkah
kamu mengemukakan pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan?
(Skor: 4)
4. Tuliskan hipotesis yang kamu dapatkan dari wacana mengenai pengaruh
konsentrasi terhadap kesetimbangan!
(Skor: 4)
5. Berdasarkan hipotesis yang telah kamu tulis, jelaskan dan pertimbangkan
jawabanmu dengan menambahkan informasi dari sumber lain untuk mendukung
jawabanmu!
Tahap Eksplorasi
215
(Skor: 4)
6. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, buatlah kesimpulan
yang menunjukkan pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan!
(Skor: 4)
Untuk lebih memahami bagaimana konsentrasi dapat berpengaruh terhadap
kesetimbangan kimia, maka lakukan percobaan dibawah ini:
Tahap Solusi
Tahap Aplikasi
216
Kegiatan Percobaan 1
(Pengaruh Perubahan Konsentrasi pada Reaksi Kesetimbangan)
Tujuan: Menyelidiki pengaruh perubahan konsentrasi ion Fe3+
dan ion SCN-
pada reaksi kesetimbangan.
Alat dan Bahan:
Gelas kimia
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Sumbat karet
Langkah Kerja:
1. Campurkan larutan seperti pada gambar, aduk sampai rata hingga warna
menjadi merah jingga kemudian bagi menjadi 4 tabung reaksi.
Amati warna pada tiap tabung
Pengaduk kaca
Larutan FeCl3 0,2 M
Larutan KSCN 0,2 M
Kristal Na2HPO4
Akuades
Pembanding
warna
3-5 tetes
KSCN 0,2 M 3-5 tetes
FeCl3 0,2 M
20 mL air Gelas kimia
217
2. Tambahkan FeCl3, KSCN, dan Na2HPO4 pada tabung 2,3, dan 4.
3. Tutup tabung reaksi dengan sumbat karet, kocoklah dan bandingkan
warna larutan yang terjadi dengan warna asal (tabung 1).
(Sumber: Ebook Kimia SMA Kelas XI Ari Harnanto, 2009.pdf)
Pertanyaan :
Berdasarkan percobaan tersebut, jawab pertanyaan berikut!
1. Apa yang terjadi pada sistem kesetimbangan jika konsentrasi salah satu
komponen di ubah oleh pihak luar? Kemanakah arah pergeseran
kesetimbangannya? Berikan penjelasanmu! (Skor: 4)
2. Bagaimana pergeseran kesetimbangan pada keempat tabung reaksi?
Berikan alasanmu! (Skor: 4)
3-5 tetes
FeCl3 0,2 M
3-5 tetes
KSCN
0,2 M
Sedikit
Na2HPO4
218
Catat hasil pengamatan yang kamu dapatkan pada tabel berikut!
Tabel Pengamatan
Warna larutan setelah ditambah Penyebab
perubahan warna
Pergeseran
kesetimbangan
FeCl3
KSCN
Na2HPO4
Reaksi kesetimbangan pada percobaan ini:
(Skor : 4)
Pembahasan
(Skor : 4)
Tahap Pemantapan Konsep
219
Kesimpulan
(Skor: 4)
Presentasikan hasil diskusi kelompokmu di depan
kelas!
“Saya mendengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya ingat. Saya lakukan
dan saya paham”
= Confucius =
220
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
R. MELISA NELVITA SARI
NAMA KELOMPOK :
1. ................................................................
2. ................................................................
3. ................................................................
4. ................................................................
5. ................................................................
6. ................................................................
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia
Kajian Teori : .................................................................
Kelas/ Semester : .................................................................
MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
221
KOMPETENSI DASAR:
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan.
INDIKATOR:
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Siswa mampu merancang percobaan faktor volume dan tekanan yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
2. Siswa mampu melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia .
3. Siswa mampu menyimpulkan percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
4. Siswa mampu menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengarui kesetimbangan kimia.
222
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat dan temukan kalimat yang
merupakan pokok masalah dalam wacana tersebut!
Fakta Minuman Berkarbonasi
Minuman berkarbonasi/minuman bersoda adalah minuman yang mengandung
karbondioksida (CO2) karbondioksida dan tidak memiliki kandungan alkohol. Di
seluruh belahan bumi, minuman berkarbonasi memiliki beberapa nama populer yang
berbeda-beda, sebagai contoh, di Amerika Serikat, dikenal dengan nama soda, soda
pop, pop atau tonik, di Inggris dikenal dengan fizzy drinks, di Kanada dikenal dengan
Soda atau Pop saja. Sedangkan di daerah Ireland, mereka menyebutnya Minerals.
Pada tahun 1770an, seorang ilmuwan berhasil menciptakan suatu proses untuk
menghasilkan air mineral berkarbonasi, ia adalah seorang berkebangsaan Inggris
bernama Joseph Priestley yang berhasil memproses air hasil destilasi dan
mencampurnya dengan CO2. Ilmuwan Inggris yang lain adalah John Mervin Nooth,
yang berhasil memperbaiki hasil penemuan Priestley dan menjualnya secara
komersial alat untuk memproduksi air soda yang pertama untuk digunakan di bidang
farmasi.
(Dikutip dari berbagai sumber)
Karbonasi pada minuman bersoda mengikuti reaksi kesetimbangan berikut :
2NaHCO3 (aq) Na2CO3 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
INSTRUKSI:
1. Bentuklah 6 kelompok bersama teman-temanmu.
2. Setiap siswa harus membaca LKS ini dengan seksama dan
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan
instruksi guru.
3. Apabila terdapat hal yang tidak dimengerti atau sulit dipahami
mintalah bantuan kepada guru untuk menjelaskannya.
Tahap Invitasi
Wacana 2
223
Saat botol minuman bersoda dibuka, tekanan gas di dalam botol berkurang, sehingga
kesetimbangan bergeser ke jumlah molekul gas yang lebih banyak (ke arah kanan),
akibatnya gas CO2 yang dihasilkan keluar. Itulah sebabnya timbul suara mendesis
disertai gelembung gas saat botol minuman bersoda dibuka (Watoni, 2014 : 189).
Berdasarkan wacana di atas, bagaimana pengaruh tekanan terhadap kesetimbangan
saat botol soda dibuka? Bagaimanakah arah pergeseran kesetimbangan pada reaksi
di atas, jika dilihat dari pengaruh tekanan dan volume?
Diskusikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman
sekelompokmu berdasarkan wacana di atas!
1. Masalah apa saja yang dapat kamu temukan berdasarkan wacana tersebut?
(Skor: 4)
2. Tuliskan masalah apa saja yang kamu temukan berdasarkan pengamatan yang
telah kamu lakukan (dalam bentuk pertanyaan)!
(Skor: 4)
3. Berdasarkan masalah yang telah kamu temukan dalam wacana di atas, dapatkah
kamu mengemukakan pengaruh tekanan dan volume terhadap kesetimbangan?
(Skor: 4)
224
4. Tuliskan hipotesis yang kamu dapatkan dari wacana mengenai pengaruh tekanan
dan volume terhadap kesetimbangan!
(Skor: 4)
5. Berdasarkan hipotesis yang telah kamu tulis, jelaskan dan pertimbangkan
jawabanmu dengan menambahkan informasi dari sumber lain untuk mendukung
jawabanmu!
(Skor: 4)
6. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, buatlah kesimpulan
yang menunjukkan pengaruh tekanan dan volume terhadap kesetimbangan!
(Skor: 4)
Tahap Eksplorasi
Tahap Solusi
225
Untuk lebih memahami bagaimana volume dapat berpengaruh terhadap
kesetimbangan kimia, maka lakukan percobaan dibawah ini:
Kegiatan Percobaan 2
(Pengaruh Perubahan Volume atau Pengenceran pada Reaksi
Kesetimbangan)
Tujuan: Menyelidiki pengaruh perubahan volume pada reaksi
kesetimbangan.
Alat dan Bahan:
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Langkah Kerja:
1. Campurkan 10 ml air dengan 3-5 tetes larutan FeCl3 0,2 M, dan
tambahkan 3-5 tetes larutan KSCN 0,2M. Kemudian kocok hingga warna
menjadi merah jingga, lalu bagi menjadi 2 tabung reaksi.
2. Tambahkan 3 mL air ke dalam tabung A. Bandingkan warna dengan
Tabung B.
Larutan FeCl3 0,2 M
Larutan KSCN 0,2 M
Air
Tahap Aplikasi
Tahap Pemantapan Konsep
3. Pada tabung reaksi A dan tabung reaksi B terdapat sistem kesetimbangan
Fe3+
(aq) + SCN- (aq) FeSCN
2+ (aq)
Komponen mana yang menyebabkan larutan berwarna jingga cokelat?
....................................................................................................................
...................................................................................................................
(Sumber: Ebook Kimia SMA Kelas XI Ari Harnanto, 2009.pdf)
226
Tulislah hasil pengamatan dari percobaan yang telah kamu lakukan.
Hasil Pengamatan
Perlakuan Tabung
Reaksi
Warna Awal Warna setelah
Penambahan
Tanpa
perlakuan
A
Penambahan
air
B
Reaksi kesetimbangan pada percobaan ini:
(Skor: 4)
Pembahasan
(Skor: 4)
Kesimpulan
(Skor : 4)
227
Presentasikan hasil diskusi kelompokmu di
depan kelas!
“Memiliki otak yang cerdas tidaklah cukup; yang paling
penting adalah bagaimana menggunakannya dengan baik”
= Rene Descartes =
228
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
R. MELISA NELVITA SARI
NAMA KELOMPOK :
1. ................................................................
2. ................................................................
3. ................................................................
4. ................................................................
5. ................................................................
6. ................................................................
Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia
Kajian Teori : .................................................................
Kelas/ Semester : .................................................................
MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
229
KOMPETENSI DASAR:
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi arah kesetimbangan.
INDIKATOR:
4.9.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
4.9.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
4.9.3 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Siswa mampu merancang percobaan faktor suhu yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia.
2. Siswa mampu melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia .
3. Siswa mampu menyimpulkan percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia.
4. Siswa mampu menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengarui kesetimbangan kimia.
230
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat dan temukan kalimat yang
merupakan pokok masalah dalam wacana tersebut!
Apa yang terjadi di atmosfer saat ada petir?
Tahukah anda, apa yang terjadi di atmosfer saat ada petir? Selain ditandai dengan
kilatan cahaya, bunyi menggelegar, petir juga melepaskan energi panas. Energi panas
ini memungkinkan gas oksigen dan nitrogen di atmosfer bereaksi membentuk gas
nitrogen monoksida menurut reaksi kesetimbangan:
N2 (g) + O2 (g) 2 NO (g)
Reaksi kesetimbangan di atas merupakan reaksi endoterm. Kenaikan suhu
mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke arah reaksi endoterm (ke kanan) sehingga
konsentrasi gas NO di atmosfer meningkat. Gas NO yang terbentuk kemudian larut
dalam air hujan dan diserap oleh tanah. Tanaman menyerap senyawa nitrogen
terlarut yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Begitulah reaksi kesetimbangan
berperan dalam siklum nitrogen di bumi (Watoni, 2014 : 190).
Berdasarkan wacana di atas, bagaimana pengaruh suhu saat terjadinya petir?
INSTRUKSI:
1. Bentuklah 6 kelompok bersama teman-temanmu.
2. Setiap siswa harus membaca LKS ini dengan seksama dan
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan
instruksi guru.
3. Apabila terdapat hal yang tidak dimengerti atau sulit dipahami
mintalah bantuan kepada guru untuk menjelaskannya.
Wacana 3
Tahap Invitasi
231
Diskusikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman
sekelompokmu berdasarkan wacana di atas!
1. Masalah apa saja yang dapat kamu temukan berdasarkan wacana tersebut?
(Skor: 4)
2. Tuliskan masalah apa saja yang kamu temukan berdasarkan pengamatan yang
telah kamu lakukan (dalam bentuk pertanyaan)!
(Skor: 4)
3. Berdasarkan masalah yang telah kamu temukan dalam wacana di atas, dapatkah
kamu mengemukakan pengaruh suhu terhadap kesetimbangan?
(Skor: 4)
4. Tuliskan hipotesis yang kamu dapatkan dari wacana mengenai pengaruh suhu
terhadap kesetimbangan!
(Skor: 4)
Tahap Eksplorasi
232
5. Berdasarkan hipotesis yang telah kamu tulis, jelaskan dan pertimbangkan
jawabanmu dengan menambahkan informasi dari sumber lain untuk mendukung
jawabanmu!
(Skor: 4)
6. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, buatlah kesimpulan
yang menunjukkan pengaruh suhu terhadap kesetimbangan!
(Skor: 4)
Tahap Solusi
233
Untuk lebih memahami bagaimana suhu dapat berpengaruh terhadap
kesetimbangan kimia, maka lakukan percobaan dibawah ini:
Pertanyaan:
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di atas, bagaimanakah pengaruh
suhu terhadap kesetimbangan kimia? Jelaskan !
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Kegiatan Percobaan 3
(Pengaruh Perubahan Suhu pada Reaksi Kesetimbangan)
Tujuan: Menyelidiki pengaruh perubahan suhu pada reaksi kesetimbangan.
Alat dan Bahan:
Cawan Penguap
Kaki tiga
Kawat kasa
Pembakar spirtus
Langkah Kerja:
1. Timbang padatan CuSO4. 5H2O sebanyak 1 gram.
2. Panaskan padatan CuSO4. 5H2O. Amati perubahan yang terjadi.
3. Setelah dipanaskan, padatan CuSO4. 5H2O didinginkan kemudian tetesi
dengan air. Amati perubahan yang terjadi.
(Sumber : Buku Panduan Praktikum Kimia SMA/MA Kelas XI)
Pipet tetes
Neraca
Padatan CuSO4. 5H2O
Air
Tahap Aplikasi
234
Catat hasil pengamatan yang kamu dapatkan pada tabel berikut!
Tabel Pengamatan
Aksi yang diberikan Warna Kristal (CuSO4. 5H2O) Arah pergeseran
kesetimbangan
Kristal dipanaskan
Kristal didinginkan
dan ditambahkan H2O
Reaksi kesetimbangan pada percobaan ini:
(Skor: 4)
Pembahasan
(Skor: 4)
Tahap Pemantapan Konsep
235
Kesimpulan
(Skor: 4)
Presentasikan hasil diskusi kelompokmu di
depan kelas!
“Takut gagal adalah penghalang paling besar
dalam meraih kesuksesan”
= Sven Goran Eriksson =
236
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
R. MELISA NELVITA SARI
NAMA KELOMPOK :
1. ................................................................
2. ................................................................
3. ................................................................
4. ................................................................
5. ................................................................
6. ................................................................
Materi Pokok : Prinsip kesetimbangan dalam kehidupan dan industri
Kajian Teori : .................................................................
Kelas/ Semester : .................................................................
MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
237
TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Siswa mampu memahami prinsip kesetimbangan dalam kehidupan dan
industri.
2. Siswa mampu mengaitkan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan dan
industri.
KOMPETENSI DASAR:
3.9 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dan penerapannya dalam industri.
INDIKATOR:
3.9.2 Mengaitkan prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan
industri.
238
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat dan temukan kalimat yang
merupakan pokok masalah dalam wacana tersebut!
Pembuatan amonia (NH3) dengan proses Haber-Bosch
Amonia (NH3) merupakan gas tak berwarna dengan bau yang menyengat dan sangat
mudah larut dalam air. Senyawa ini umumnya digunakan dalam refrigerator dan
dalam pembuatan pupuk urea, bahan peledak, plastik, serta bahan-bahan kimia
lainnya. Selain itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut.
Dalam industri, amonia diproduksi dengan menggunakan proses Haber-Bosch yang
mereaksikan gas nitrogen dan hidrogen dengan menggunakan katalis besi dengan
campuran Al2O3, MgO, CaO, dan K2O.
N2 (g) + 2H2 (g) 2NH3 (g) ∆H° = -92 kJ
Proses ini gas N2 diperoleh dari hasil penyulingan udara, sedangkan gas H2 diperoleh
dari hasil reaksi antara gas alam dengan air. Pada suhu biasa, reaksi ini berjalan
lambat sekali. Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan berlangsung jauh lebih cepat.
Akan tetapi, kenaikan suhu menyebabkan reaksi bergeser ke kiri, sehingga
mengurangi hasil NH3. Dengan memperhitungkan faktor waktu dan hasil, maka suhu
yang digunakan adalah 500°C. Tekanan 200 atm akan memberikan hasil NH3 15%,
tekanan 350 atm menghasilkan NH3 30%, dan tekanan 1000 atm akan menghasilkan
NH3 40%. Tekanan optimum yang digunakan adalah antara 150 – 350 atm. Hal ini
Tahap Invitasi
Wacana 4
INSTRUKSI:
1. Bentuklah 6 kelompok bersama teman-temanmu.
2. Setiap siswa harus membaca LKS ini dengan seksama dan
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan
instruksi guru.
3. Apabila terdapat hal yang tidak dimengerti atau sulit dipahami
mintalah bantuan kepada guru untuk menjelaskannya.
239
dikarenakan jika menggunakan tekanan yang terlalu tinggi akan memakan biaya
produksi yang tinggi karena keterbatasan alat, serta faktor keselamatan.
Selama proses berlangsung, gas-gas nitrogen dan hidrogen terus menerus
ditambahkan ke dalam campuran. Sedangkan NH3 yang terbentuk harus segera
dipisahkan dari campuran dengan cara mengembunkannya, sebab titik didih NH3
jauh lebih tinggi daripada titik didih N2 dan H2.
Agar mendapatkan produk NH3 dalam jumlah yang banyak, hal apakah yang harus
dilakukan?
(Dikutip dari berbagai sumber).
Diskusikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman
sekelompokmu berdasarkan wacana di atas!
1. Masalah apa saja yang kamu temukan dalam wacana?
(Skor: 4)
2. Tuliskan masalah apa saja yang kamu temukan berdasarkan pengamatan yang
telah kamu lakukan (dalam bentuk pertanyaan)!
(Skor: 4)
3. Berdasarkan masalah yang telah kamu temukan dalam wacana diatas, dapatkah
kamu mengemukakan prinsip Le Chatelier yang digunakan pada prinsip
kesetimbangan dalam industri amonia?
(Skor: 4)
(Skor : 4)
240
4. Tuliskan hipotesis yang kamu dapatkan dari wacana di atas mengenai prinsip
kesetimbangan dalam industri amonia!
(Skor: 4)
5. Berdasarkan hipotesis yang telah kamu tulis, jelaskan dan pertimbangkan
jawabanmu dengan menambahkan informasi dari sumber lain untuk mendukung
jawabanmu!
(Skor: 4)
6. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, solusi apa yang
menurut kamu paling tepat agar produksi amonia berlangsung efisien dan
menghasilkan produk yang optimal?
(Skor: 4)
Tahap Eksplorasi
Tahap Solusi
241
7. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, buatlah kesimpulan
yang menunjukkan prinsip kesetimbangan dalam industri amonia!
(Skor: 4)
Untuk lebih memahami bagaimana prinsip kesetimbangan dalam industri
amonia, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Tekanan yang besar akan menggeser kesetimbangan ke arah jumlah koefisien
yang lebih kecil, sehingga jika di terapkan dalam pembuatan amonia akan
menguntungkan produksi amonia. Berdasarkan wacana pembuatan amonia,
tekanan 200 atm akan memberikan hasil NH3 15%, tekanan 350 atm
menghasilkan NH3 30%, dan tekanan 1000 atm akan menghasilkan NH3 40%.
Namun, faktanya pada proses Haber-Bosch menggunakan tekanan 150 – 350
atm. Mengapa demikian?
(Skor: 4)
2. Pada proses Haber-Bosch, apa tujuan pengambilan produk reaksi NH3 secara
kontinyu terkait dengan kesetimbangan kimia?
(Skor: 4)
Tahap Aplikasi
242
Setelah memahami masalah yang terdapat dalam wacana, simpulkan bagaimana
kondisi operasional yang nyata untuk industri amonia menurut proses Haber-Bosch!
Kesimpulan
(Skor: 4)
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat dan temukan kalimat yang
merupakan pokok masalah dalam wacana tersebut!
Hypoxia Sympton dan Kadar Hemoglobin
Pernahkah kamu mendengar istilah Hypoxia Sympton? Hypoxia sympton adalah
suatu kondisi sindrom kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat
pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal bisa berakibat koma, bahkan
sampai kepada kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu tubuh akan segera
beradaptasi dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.
Kasus hypoxia sympton sering terjadi pada penduduk yang baru tinggal di dataran
tinggi ataupun para pendaki gunung. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan reaksi
kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin:
Hb(aq) + O2 (aq) HbO2 (aq)
HbO2 merupakan oksihemoglobin yang berperan membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh termasuk otak. Berkurangnya oksigen mengakibatkan HbO2 di dalam
Tahap Pemantapan Konsep
Tahap Invitasi
Wacana 5
243
darah menjadi menurun. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai
oksigen ke seluruh jaringan tubuh akan berkurang. Sehingga menyebabkan rasa
pusing, mual, serta rasa tidak nyaman bagi tubuh.
Berdasarkan wacana di atas, bagaimanakah cara mengatasi sindrom hypoxia
sympton?
(Sumber : Sudarmo, 2007:129)
Diskusikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman
sekelompokmu berdasarkan wacana di atas!
1. Masalah apa saja yang kamu temukan dalam wacana?
(Skor: 4)
2. Tuliskan masalah utama berdasarkan pengamatan yang telah kamu lakukan
(dalam bentuk pertanyaan)!
(Skor: 4)
3. Berdasarkan masalah yang telah kamu temukan dalam wacana di atas, dapatkah
kamu mengemukakan prinsip Le Chatelier yang digunakan pada prinsip
kesetimbangan dalam pengikatan oksigen oleh hemoglobin?
(Skor: 4)
244
4. Tuliskan hipotesis yang kamu dapatkan dari wacana di atas mengenai prinsip
kesetimbangan dalam pengikatan oksigen oleh hemoglobin!
(Skor: 4)
5. Berdasarkan hipotesis yang telah kamu tulis, jelaskan dan pertimbangkan
jawabanmu dengan menambahkan informasi dari sumber lain untuk mendukung
jawabanmu!
(Skor: 4)
6. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, solusi apa yang
menurut kamu paling tepat agar produksi oksihemoglobin (HbO2) berlangsung
efisien sehingga dapat meningkatkan produksi oksihemoglobin (HbO2)?
(Skor: 4)
Tahap Eksplorasi
Tahap Solusi
245
7. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam wacana di atas, buatlah kesimpulan
yang menunjukkan prinsip kesetimbangan dalam pengikatan oksigen oleh
hemoglobin!
(Skor: 4)
Untuk lebih memahami bagaimana prinsip kesetimbangan dalam pengikatan
oksigen oleh hemoglobin, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jika seorang pendaki gunung mengalami hypoxia sympton, bagaimanakah cara
pendaki gunung tersebut agar dapat meningkatkan kembali konsentrasi HbO2?
Jelaskan pendapatmu!
(Skor: 4)
2. Reaksi pengikatan oksigen oleh hemoglobin (Hb) terjadi di paru-paru.
Prediksikan arah kesetimbangan jika konsentrasi oksigen bertambah dan saat
oksigen berkurang karena reaksi pembakaran!
(Skor: 4)
Tahap Aplikasi
246
Setelah memahami masalah yang terdapat dalam wacana, simpulkan bagaimana
penderita hypoxia sympton dapat memproduksi HbO2 seperti semula!
Kesimpulan
(Skor: 4)
Presentasikan hasil diskusi kelompokmu di depan
kelas!
“Kualitas bukanlah suatu kebetulan; kualitas selalu berasal dari usaha yang
cerdas”.
= John Ruskin =
Tahap Pemantapan Konsep
247
Lampiran 10. Rubrik Penilaian LKS
Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen I, II, dan III
No. Kriteria Penilaian Skor
1. a) Jika siswa dapat dengan tepat dan sesuai dalam menuliskan masalah apa saja yang terdapat dalam wacana.
b) Jika siswa cukup tepat dan cukup sesuai dalam menuliskan masalah apa saja yang terdapat dalam wacana.
c) Jika siswa kurang tepat dan kurang sesuai dalam menuliskan masalah apa saja yang terdapat dalam wacana.
d) Jika siswa siswa menuliskan masalah-masalah yang terdapat dalam wacana namayn tidak tepat dan tidak sesuai.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
2 a) Jika siswa dapat membuat rumusan masalah yang tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
b) Jika siswa dapat membuat rumusan masalah cukup tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
c) Jika siswa dapat membuat rumusan masalah kurang tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
d) Jika siswa tidak tepat membuat rumusan masalah berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
3 a) Jika siswa dapat dengan tepat dan sesuai dalam mengaitkan masalah yang terdapat pada wacana dengan konsep kesetimbangan kimia.
b) Jika siswa cukup tepat dan sesuai dalam mengaitkan masalah yang terdapat pada wacana dengan konsep kesetimbangan kimia.
c) Jika siswa kurang tepat dan kurang sesuai dalam mengaitkan masalah yang terdapat pada wacana dengan konsep kesetimbangan kimia.
d) Jika siswa tidak tepat dalam menuliskan keterkaitan antara masalah yang terdapat dalam wacana dengan konsep kesetimbangan kimia.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
4 a) Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan tepat.
b) Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat membuat hipotesis namun kurang tepat.
d) jika siswa dapat membuat hipotesis namun tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
5 a) Jika siswa dapat menambahkan informasi/data dari berbagai sumber yang mendukung pendapatnya sendiri.
b) Jika siswa dapat menambahkan informasi/data dari berbagai sumber yang cukup mendukung pendapatnya sendiri.
c) Jika siswa dapat menambahkan informasi/data dari berbagai sumber yang kurang mendukung pendapatnya sendiri.
d) Jika siswa dapat memberikan pendapatnya sendiri namun tidak menyertakan informasi/data dari berbagai sumber yang mendukung.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
6 a) Jika siswa mampu membuat kesimpulan yang tepat berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep kesetimbangan 4
248
kimia.
b) Jika siswa mampu membuat kesimpulan cukup tepat berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep
kesetimbangan kimia.
c) Jika siswa mampu membuat kesimpulan kurang tepat berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep
kesetimbangan kimia.
d) Jika siswa mampu membuat kesimpulan berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep kesetimbangan kimia
namun tidak tepat (salah).
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
3
2
1
0
Pemantapan Konsep
1 a) Jika siswa menuliskan hasil pengamatan dengan tepat.
b) Jika siswa menuliskan hasil pengamatan dengan cukup tepat.
c) Jika siswa menuliskan hasil pengamatan dengan kurang tepat.
d) Jika siswa menuliskan hasil pengamatan dengan tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
2 a) Jika siswa mampu menuliskan persamaan reaksi dengan tepat dan lengkap.
b) Jika siswa mampu menuliskan persamaan reaksi dengan cukup tepat dan cukup lengkap.
c) Jika siswa mampu menuliskan persamaan reaksi dengan kurang tepat.
d) Jika siswa mampu menuliskan persamaan reaksi dengan tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
3. a) Jika siswa dapat membuat pembahasan dengan tepat setelah melalui rangkaian pembelajaran mengenai pengaruh konsentrasi dalam
kesetimbangan kimia.
b) Jika siswa dapat membuat pembahasan dengan cukup tepat setelah melalui rangkaian pembelajaran mengenai pengaruh konsentrasi dalam
kesetimbangan kimia.
c) Jika siswa dapat membuat pembahasan namun kurang tepat setelah melalui rangkaian pembelajaran mengenai pengaruh konsentrasi dalam
kesetimbangan kimia.
d) Jika siswa dapat membuat pembahasan namun tidak tepat setelah melalui rangkaian pembelajaran mengenai pengaruh konsentrasi dalam
kesetimbangan kimia.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
4 a) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran dengan tepat.
b) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran namun kurang tepat.
4
3
2
249
d) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran namun tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
1
0
Pertanyaan Evaluasi Ekserimen 1:
1 a) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tepat dan rinci.
b) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan kurang tepat.
d) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
2 a) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tepat dan rinci.
b) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan kurang tepat.
d) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
Pertanyaan Evaluasi Eksperimen 2:
1 a) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tepat dan rinci.
b) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan kurang tepat.
d) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
Pertanyaan Evaluasi Eksperimen 3:
1 a) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tepat dan rinci.
b) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan kurang tepat.
d) Jika siswa dapat menjawab pertanyaan terkait hasil percobaan dengan tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
250
Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen IV
No. Kriteria Penilaian Skor
1. a) Jika siswa dapat dengan tepat dan sesuai dalam menuliskan masalah apa saja yang terdapat dalam wacana.
b) Jika siswa cukup tepat dan cukup sesuai dalam menuliskan masalah apa saja yang terdapat dalam wacana.
c) Jika siswa kurang tepat dan kurang sesuai dalam menuliskan masalah apa saja yang terdapat dalam wacana.
d) Jika siswa siswa menuliskan masalah-masalah yang terdapat dalam wacana namayn tidak tepat dan tidak sesuai.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
2 a) Jika siswa dapat membuat rumusan masalah yang tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
b) Jika siswa dapat membuat rumusan masalah cukup tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
c) Jika siswa dapat membuat rumusan masalah kurang tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
d) Jika siswa tidak tepat membuat rumusan masalah berdasarkan masalah yang ditemukan dalam bentuk pertanyaan.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
3 a) Jika siswa dapat dengan tepat dan sesuai dalam mengaitkan masalah yang terdapat pada wacana dengan konsep kesetimbangan kimia dalam
kehidupan dan industri.
b) Jika siswa cukup tepat dan sesuai dalam mengaitkan masalah yang terdapat pada wacana dengan dengan konsep kesetimbangan kimia dalam
kehidupan dan industri.
c) Jika siswa kurang tepat dan kurang sesuai dalam mengaitkan masalah yang terdapat pada wacana dengan dengan konsep kesetimbangan
kimia dalam kehidupan dan industri.
d) Jika siswa tidak tepat dalam menuliskan keterkaitan antara masalah yang terdapat dalam wacana dengan dengan konsep kesetimbangan kimia
dalam kehidupan dan industri.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
4 a) Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan tepat.
b) Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat membuat hipotesis namun kurang tepat.
d) jika siswa dapat membuat hipotesis namun tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
5 a) Jika siswa dapat menambahkan informasi/data dari berbagai sumber yang mendukung pendapatnya sendiri.
b) Jika siswa dapat menambahkan informasi/data dari berbagai sumber yang cukup mendukung pendapatnya sendiri.
4
3
251
c) Jika siswa dapat menambahkan informasi/data dari berbagai sumber yang kurang mendukung pendapatnya sendiri.
d) Jika siswa dapat memberikan pendapatnya sendiri namun tidak menyertakan informasi/data dari berbagai sumber yang mendukung.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
2
1
0
6 a) Jika siswa mampu memberikan solusi yang tepat terhadap masalah yang disajikan.
b) Jika siswa mampu memberikan solusi yang cukup tepat terhadap masalah yang disajikan.
c) Jika siswa mampu memberikan solusi namun kurang tepat terhadap masalah yang disajikan.
d) Jika siswa mampu memberikan solusi namun tidak tepat terhadap masalah yang disajikan.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
7 a) Jika siswa mampu membuat kesimpulan yang tepat berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep kesetimbangan
kimia dalam kehidupan dan industri.
b) Jika siswa mampu membuat kesimpulan cukup tepat berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep
kesetimbangan kimia dalam kehidupan dan industri.
c) Jika siswa mampu membuat kesimpulan kurang tepat berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam dengan konsep kesetimbangan kimia
dalam kehidupan dan industri.
d) Jika siswa mampu membuat kesimpulan berdasarkan masalah yang telah ditemukan dalam wacana dengan konsep kesetimbangan kimia
dalam kehidupan dan industri namun tidak tepat (salah).
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
Pertanyaan Tahap Aplikasi pada Kesetimbangan Kimia dalam Industri dan Kehidupan.
1 a) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan
dengan tepat.
b) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan
dengan cukup tepat.
c) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan namun
kurang tepat.
d) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan namun
tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
2 a) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan
dengan tepat.
4
252
b) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan
dengan cukup tepat.
c) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan namun
kurang tepat.
d) Jika siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari rangkaian pembelajaran sebelumnya dan menjawab pertanyaan namun
tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
3
2
1
0
Pemantapan Konsep
1 a) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran dengan tepat.
b) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran dengan cukup tepat.
c) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran namun kurang tepat.
d) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara menyeluruh setelah melalui rangkaian pembalajaran namun tidak tepat.
e) Jika siswa tidak memberikan jawaban.
4
3
2
1
0
253
Lampiran 11. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis
HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS XI MIA 2 (KELAS EKSPERIMEN)
No. Nama Siswa Pretest Posttest
1 Abiyan Dohansyah Putra 13 88
2 Amelia Christina Saruli 27 94
3 Christina Angel Mutiara 19 96
4 Desy Salsabila 15 79
5 Diah Salma Dewi 23 88
6 Evita Dewi Nur Rizqi 23 85
7 Fahreza Arfan Zaeni 17 79
8 Faris Muzhaffar 19 85
9 Fatina Ardelia 15 92
10 Fauzan Hiroki Imam 25 85
11 Fauzan Wahyudi 21 85
12 Gabriel Fauzani 29 79
13 Ginta Shafira Distirani Nawang 19 90
14 Gusti Gita Ayu Cahyani 21 96
15 Hafizh Ridho Nur Achmad 31 90
16 Hanifa Putri Nurawaliya 15 90
17 Inas Safira 23 92
18 Irawan Adhi Putra 19 85
19 Jordan Patrick Er'sinalsal S. 17 83
20 Lathifa Boenjamin 15 88
21 Luqman Alifio Arhab 25 94
22 Muhammad Haykal Firza H. 17 85
23 Muhammad Razi Ihram Pane 10 81
24 Nabila Nur Anggraini 17 92
25 Naifa Dhea Hardiani 21 94
26 Naila Adelia Pribadi 23 85
27 Nur Aini Fitriyah 25 92
28 Rafie Ananta Rizky 17 77
28 Rahadian Wahyu 23 88
30 Rivana Nadia Azzahra 17 90
31 Rizka Ayumi Lathifah 21 92
32 Rizvi Mahendra Dhaneswara 25 83
33 Safina Nurul Adila 29 83
34 Tasya Ananda 17 88
35 Zahra Khairunnisa 19 90
36 Zahratul Umami Annisa 25 90
Jumlah 737 3153
Nilai Tertinggi 31 96
Nilai Terendah 10 77
Rata-rata 20,472 87,583
254
HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS XI MIA 4 (KELAS KONTROL)
No. Nama Siswa Pretest Posttest
1 Aldi Maheswara W. 21 71
2 Alya Hanifa Fahira 25 88
3 Amadika Daffa Verlinan 15 73
4 Andi Denise Zabrina 19 81
5 Andrini Naomi Larasati 25 73
6 Chika Michiko Abigail S. 21 83
7 Chusnul Lutfiyah 19 75
8 Dessy Rahma Waty 31 94
9 Dhabita Syaurah Nurrosna 19 90
10 Dhiva Nuraini 25 77
11 Dinda Ambarsari 15 71
12 Dindasuci Mulyasih 17 83
13 Diska Rahmalia 25 77
14 Diva Firyal Athaaya 13 79
15 Eslim Suyangsu R. 33 83
16 Fakhriza Abrar 21 81
17 Frista Aulia Putri Satrio 25 77
18 Gerald Nicholas Chandra 15 81
19 Gilang Mahardhika P. 19 83
20 Haydar Muhammad Hanan 23 73
21 I Gusti Aswina Mahendra 21 71
22 Lidya Raizel Alinka 19 71
23 Muhammad Azriel Wahyudi 23 83
24 Muhammad Daud Fadhil R. 21 75
25 Muhammad Reza Azhar P. 29 85
26 Nabila Aulia 25 79
27 Naurah Syifa Aludra 21 85
28 Nova Aulia Ramadanti 19 92
28 Putri Malikah Hasibuan 19 90
30 Rafiza Citra Annisa 25 77
31 Rasendrio Muhammad P. S 15 69
32 Riska Maulidya Alfasyah 25 88
33 Salsa Billa Assyifa 27 85
34 Shafira Cholid 13 88
35 Sherin Ashari Putri 17 75
36 Tasya Azalia 19 81
Jumlah 764 2888
Nilai Tertinggi 33 94
Nilai Terendah 13 69
Rata-rata 21,222 80,194
255
Lampiran 12. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
No Nama
Siswa
Nomor Soal Pretest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 ADP 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 48 6 13
2 ACS 3 2 2 2 1 2 1 0 0 0 0 0 48 13 27
3 CAM 3 0 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0 48 9 19
4 DS 2 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
5 DSD 3 1 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 48 11 23
6 EDNR 2 0 3 3 0 3 0 0 0 0 0 0 48 11 23
7 FAZ 2 1 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
8 FM 3 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
9 FA 2 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
10 FHI 4 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
11 FW 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 48 10 21
12 GF 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 48 14 29
13 GSDN 2 1 1 2 2 0 0 0 0 0 1 0 48 9 19
14 GGAC 3 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
15 HRNA 2 2 2 2 3 2 2 0 0 0 0 0 48 15 31
16 HPN 2 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
17 IS 3 1 2 1 2 2 0 0 0 0 0 0 48 11 23
18 IAP 2 1 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
19 JPES 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
256
No Nama
Siswa
Nomor Soal Pretest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 LB 2 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
21 LAA 2 0 1 1 3 2 3 0 0 0 0 0 48 12 25
22 MFH 2 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
23 MRIP 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 5 10
24 NNA 2 0 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
25 NDH 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
26 NAP 2 0 0 3 3 0 3 0 0 0 0 0 48 11 23
27 NAF 2 0 3 4 0 3 0 0 0 0 0 0 48 12 25
28 RAR 2 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
29 RW 3 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 11 23
30 RNA 2 1 1 2 0 2 0 0 0 0 0 0 48 8 17
31 RAL 2 0 2 3 3 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
32 RMD 4 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 48 12 25
33 SNA 2 2 2 3 2 2 1 0 0 0 0 0 48 14 29
34 TA 3 0 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 48 8 17
35 ZK 3 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 48 9 19
36 ZUA 4 1 2 2 0 2 1 0 0 0 0 0 48 12 25
Jumlah 89 37 62 73 46 30 10 0 0 0 1 0 351 737
Rata-rata 2,472 1,028 1,722 2,028 1,278 0,833 0,361 0 0 0 0,028 0 9,750 20,472
Persentase 61,806 25,694 43,056 50,694 31,944 20,833 9,028 0,000 0,000 0,000 0,694 0,000
257
No. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Persentase Kategori
1 Memfokuskan pertanyaan 1 61,81 % Baik
2 Menganalisis argumen 2 25,69 % Kurang
3 Bertanya dan menjawab pertanyaan 4 50,69 % Cukup
4 Menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu sumber 5 31,94 % Kurang
5 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 12 0,00 % Sangat Kurang
6 Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 6 20,83 % Kurang
7 Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi 7 9,03 % Sangat Kurang
8 Membuat dan menilai hasil pertimbangan 8 0,00 % Sangat Kurang
9 Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi 9 0,00% Sangat Kurang
10 Mengidentifikasi asumsi-asumsi 10, 11 0,35 % Sangat Kurang
11 Memutuskan suatu tindakan 3 43,06 % Cukup
Rata-rata 22,13 % Kurang
258
Lampiran 13. Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK
Data Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
No Nama
Siswa
Nomor Soal Pretest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 AMW 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
2 AHF 2 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
3 ADV 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
4 ADZ 1 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
5 ANL 2 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
6 CMAS 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
7 CL 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
8 DRW 3 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 48 15 31
9 DSN 2 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
10 DN 2 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
11 DA 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
12 DM 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
13 DR 3 3 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
14 DFA 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 6 13
15 ESR 2 4 2 3 3 2 0 0 0 0 0 0 48 16 33
16 FA 3 3 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 48 10 21
17 FAPS 2 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
18 GNC 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
19 GMP 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
259
No Nama
Siswa
Nomor Soal Pretest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 HMH 2 3 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 48 11 23
21 IGAM 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
22 LRA 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
23 MAW 2 3 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 11 23
24 MDFR 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
25 MRAP 3 4 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 14 29
26 NA 2 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
27 NSA 2 4 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 10 21
28 NAR 3 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
29 PMH 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
30 RCA 2 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
31 RMPS 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 7 15
32 RMA 2 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 12 25
33 SBA 2 4 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 48 13 27
34 SC 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 6 13
35 SAP 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 48 8 17
36 TA 2 2 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 48 9 19
Jumlah 82 108 76 57 31 8 2 0 0 0 0 0
364,00 764
Rata-rata 2,278 3,000 2,111 1,583 0,861 0,222 0,056 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
10,111 21,222
Persentase 56,944 75 52,778 39,583 21,528 5,556 1,389 0 0 0 0 0
260
No. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Persentase Kategori
1 Memfokuskan pertanyaan 1 59,94 % Cukup
2 Menganalisis argumen 2 75,00 % Sangat Baik
3 Bertanya dan menjawab pertanyaan 4 39,58 % Kurang
4 Menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu sumber 5 21,53 % Kurang
5 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 12 0,00 % Sangat Kurang
6 Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 6 5,56 % Sangat Kurang
7 Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi 7 1,39 % Sangat Kurang
8 Membuat dan menilai hasil pertimbangan 8 0,00 % Sangat Kurang
9 Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi 9 0,00 % Sangat Kurang
10 Mengidentifikasi asumsi-asumsi 10, 11 0,00% Sangat Kurang
11 Memutuskan suatu tindakan 3 52,78 % Cukup
Rata-rata 22,98 % Kurang
261
Lampiran 14. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
No Nama
Siswa
Nomor Soal Posttest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 ADP 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 48 42 88
2 ACS 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 48 45 94
3 CAM 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 48 46 96
4 DS 4 3 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2 48 38 79
5 DSD 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 48 42 88
6 EDNR 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 48 41 85
7 FAZ 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 48 38 79
8 FM 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 48 41 85
9 FA 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 48 44 92
10 FHI 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 48 41 85
11 FW 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 48 41 85
12 GF 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 48 38 79
13 GSDN 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 48 43 90
14 GGAC 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 48 46 96
15 HRNA 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 48 43 90
16 HPN 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 48 43 90
17 IS 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 48 44 92
18 IAP 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 3 3 48 41 85
19 JPES 4 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 48 40 83
262
No Nama
Siswa
Nomor Soal Posttest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 LB 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 48 42 88
21 LAA 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 48 45 94
22 MFH 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 48 41 85
23 MRIP 3 4 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 48 39 81
24 NNA 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 48 44 92
25 NDH 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 48 45 94
26 NAP 4 4 3 4 3 4 4 3 4 2 3 3 48 41 85
27 NAF 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 48 44 92
28 RAR 4 4 3 2 4 2 4 3 2 4 2 3 48 37 77
29 RW 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 3 3 48 42 88
30 RNA 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 48 43 90
31 RAL 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 48 44 92
32 RMD 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 48 40 83
33 SNA 3 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 48 40 83
34 TA 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 48 42 88
35 ZK 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 48 43 90
36 ZUA 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 48 43 90
Jumlah 133 132 118 118 131 126 138 130 132 126 117 111 1512 3153
Rata-rata 3,694 3,667 3,278 3,278 3,639 3,500 3,833 3,611 3,667 3,500 3,250 3,083 42,000 87,583
Persentase 92,361 91,667 81,944 81,944 90,972 87,500 95,833 90,278 91,667 87,500 81,250 77,083
263
No. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Persentase Kategori
1 Memfokuskan pertanyaan 1 92,36 % Sangat Baik
2 Menganalisis argumen 2 91,67 % Sangat Baik
3 Bertanya dan menjawab pertanyaan 4 81,94 % Sangat Baik
4 Menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu sumber 5 90,97 % Sangat Baik
5 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 12 77,08 % Baik
6 Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 6 87,50 % Sangat Baik
7 Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi 7 95,83 % Sangat Baik
8 Membuat dan menilai hasil pertimbangan 8 90,28 % Sangat Baik
9 Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi 9 91,67 % Sangat Baik
10 Mengidentifikasi asumsi-asumsi 10, 11 84,38 % Sangat Baik
11 Memutuskan suatu tindakan 3 81,94 % Sangat Baik
Rata-rata 87,78 % Sangat Baik
264
Lampiran 15. Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK
Data Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK
No Nama
Siswa
Nomor Soal Posttest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 AMW 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 34 71
2 AHF 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 48 42 88
3 ADV 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 35 73
4 ADZ 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 48 39 81
5 ANL 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 48 35 73
6 CMAS 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 48 40 83
7 CL 2 4 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 48 36 75
8 DRW 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 48 45 94
9 DSN 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 48 43 90
10 DN 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 48 37 77
11 DA 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 48 34 71
12 DM 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 48 40 83
13 DR 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 3 48 37 77
14 DFA 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 48 38 79
15 ESR 2 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 48 40 83
16 FA 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 48 39 81
17 FAPS 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 48 37 77
18 GNC 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 48 39 81
19 GMP 2 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 48 40 83
265
No Nama
Siswa
Nomor Soal Posttest Skor
Maks. Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 HMH 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 2 48 35 73
21 IGAM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 48 34 71
22 LRA 2 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 48 34 71
23 MAW 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 2 48 40 83
24 MDFR 2 3 2 2 3 4 4 4 4 3 3 2 48 36 75
25 MRAP 3 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 3 48 41 85
26 NA 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 48 38 79
27 NSA 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 2 48 41 85
28 NAR 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 48 44 92
29 PMH 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 48 43 90
30 RCA 2 4 3 4 3 3 2 4 4 3 2 3 48 37 77
31 RMPS 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 48 33 69
32 RMA 2 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 48 42 88
33 SBA 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 48 41 85
34 SC 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 2 48 42 88
35 SAP 4 2 2 2 4 3 3 4 4 3 2 3 48 36 75
36 TA 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 48 39 81
Jumlah 105 123 94 117 121 120 122 126 126 119 109 104 1386 2887
Rata-rata 2,917 3,417 2,611 3,250 3,361 3,333 3,389 3,500 3,500 3,306 3,028 2,889 38,500 80,194
Persentase 72,917 85,417 65,278 81,250 84,028 83,333 84,722 87,500 87,500 82,639 75,694 72,222
266
No. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Persentase Kategori
1 Memfokuskan pertanyaan 1 72,92 % Baik
2 Menganalisis argumen 2 85,42 % Sangat Baik
3 Bertanya dan menjawab pertanyaan 4 81,25 % Sangat Baik
4 Menjelaskan kredibilitas (kriteria) suatu sumber 5 84,03 % Sangat Baik
5 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 12 72,22 % Baik
6 Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 6 83,33 % Sangat Baik
7 Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi 7 84,72 % Sangat Baik
8 Membuat dan menilai hasil pertimbangan 8 87,50 % Sangat Baik
9 Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi 9 87,50 % Sangat Baik
10 Mengidentifikasi asumsi-asumsi 10, 11 79,17 % Baik
11 Memutuskan suatu tindakan 3 65,28 % Baik
Rata-rata 80,30 % Baik
267
Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan uji normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22, taraf
nyata (α) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
SAVE OUTFILE='C:\Users\USER\Documents\Pretest XI MIA 2 dan
4.sav'
/COMPRESSED.
EXAMINE VARIABLES=Pretest BY Kelas
/PLOT HISTOGRAM NPPLOT
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
[DataSet2] C:\Users\USER\Documents\Pretest XI MIA 2 dan 4.sav
Kelas
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest Kontrol 36 100,0% 0 0,0% 36 100,0%
Eksperimen 36 100,0% 0 0,0% 36 100,0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Pretest Kontrol Mean 21,22 ,804
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19,59
Upper Bound 22,85
5% Trimmed Mean 21,07
Median 21,00
Variance 23,263
Std. Deviation 4,823
Minimum 13
Maximum 33
Range 20
268
Interquartile Range 6
Skewness ,367 ,393
Kurtosis -,093 ,768
Eksperimen Mean 20,47 ,804
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18,84
Upper Bound 22,10
5% Trimmed Mean 20,44
Median 20,00
Variance 23,285
Std. Deviation 4,825
Minimum 10
Maximum 31
Range 21
Interquartile Range 8
Skewness ,189 ,393
Kurtosis -,350 ,768
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Kontrol ,129 36 ,133 ,959 36 ,196
Eksperimen ,125 36 ,167 ,974 36 ,537
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian:
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig :
Kelas Kontrol Sig (0,133) > α (0,05) sehingga H0 diterima
Kelas Eksperimen Sig (0,167) > α (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan
Data berdistribusi normal.
269
Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22,
dengan taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Levene.
UNIANOVA Pretest BY Kelas
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/EMMEANS=TABLES(OVERALL)
/EMMEANS=TABLES(Kelas)
/PRINT=HOMOGENEITY
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=Kelas.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kelas 1 Kontrol 36
2 Eksperimen 36
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Pretest
F df1 df2 Sig.
,050 1 70 ,824
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Kelas
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria pengujian:
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,824) > α (0,05) maka H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berasal dari varian yang sama atau homogen.
270
Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22, dengan
taraf nyata (α ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji independent sample
test.
T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Pretest
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pretest Kontrol 36 21,22 4,823 ,804
Eksperimen 36 20,47 4,825 ,804
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pretest Equal
variances
assumed
,050 ,824 ,660 70 ,512 ,750 1,137 -1,518 3,018
Equal
variances
not
assumed
,660 70,000 ,512 ,750 1,137 -1,518 3,018
1. H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas kontrol dan
eksperimen
H1 = terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas kontrol dan
eksperimen
2. Kriteria pengujian:
Sig (2-tailed) > α maka H0 diterima; H1 ditolak
Sig (2-tailed) < α maka H0 ditolak; H1 diterima
3. Sig (2-tailed) (0,512) > α (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas kontrol dan
eksperimen.
271
Lampiran 19. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan uji normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22, taraf
nyata (α) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
EXAMINE VARIABLES=Posttest BY Kelas
/PLOT HISTOGRAM NPPLOT
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore Kelas
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Posttest Kontrol 36 100,0% 0 0,0% 36 100,0%
Eksperimen 36 100,0% 0 0,0% 36 100,0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Posttest Kontrol Mean 80,19 1,113
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 77,94
Upper Bound 82,45
5% Trimmed Mean 80,05
Median 81,00
Variance 44,561
Std. Deviation 6,675
Minimum 69
Maximum 94
Range 25
Interquartile Range 10
Skewness ,188 ,393
Kurtosis -,846 ,768
Eksperimen Mean 87,58 ,838
272
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 85,88
Upper Bound 89,28
5% Trimmed Mean 87,65
Median 88,00
Variance 25,279
Std. Deviation 5,028
Minimum 77
Maximum 96
Range 19
Interquartile Range 7
Skewness -,304 ,393
Kurtosis -,644 ,768
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posttest Kontrol ,101 36 ,200* ,966 36 ,316
Eksperimen ,129 36 ,137 ,959 36 ,206
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian:
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig :
Kelas Kontrol Sig (0,200) > α (0,05) sehingga H0 diterima
Kelas Eksperimen Sig (0,137) > α (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan
Data berdistribusi normal.
273
Lampiran 20. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22,
taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Levene.
UNIANOVA Posttest BY Kelas
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/EMMEANS=TABLES(OVERALL)
/EMMEANS=TABLES(Kelas)
/PRINT=HOMOGENEITY
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=Kelas.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kelas 1 Kontrol 36
2 Eksperimen 36
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Posttest
F df1 df2 Sig.
3,599 1 70 ,062
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Kelas
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria pengujian:
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,062) > α (0,05) maka H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berasal dari varian yang sama atau homogen.
274
Lampiran 21. Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22, dengan
taraf nyata (α ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji independent sample
test.
T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Posttest
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Kontrol 36 80,19 6,675 1,113
Eksperimen 36 87,58 5,028 ,838
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Posttest Equal
variances
assumed
3,599 ,062 -5,305 70 ,000 -7,389 1,393 -10,167 -4,611
Equal
variances
not
assumed
-5,305 65,042 ,000 -7,389 1,393 -10,171 -4,607
1. H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas kontrol
dan eksperimen
H1 = terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas kontrol dan
eksperimen
2. Kriteria pengujian:
Sig (2-tailed) > α maka H0 diterima; H1 ditolak
Sig (2-tailed) < α maka H0 ditolak; H1 diterima
3. Sig (2-tailed) (0,000) < α (0,05) sehingga H0 ditolak
4. Kesimpulan:
Terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas kontrol dan
eksperimen yang menandakan terdapat pengaruh model pembalajaran
inkuiri terbimbing berpendekatan SETS terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa.
275
Lampiran 22. Surat Bimbingan Skripsi
276
Lampiran 23. Surat Izin Validasi
277
Lampiran 24. Surat Izin Penelitian
278
Lampiran 25. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
279
Lampiran 26. Lembar Observasi
280
281
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian
282
Lampiran 28. Lembar Uji Referensi
283
284
285
286
287
288
289
290