i
PENGARUH KONTEN YOUTUBE TUTORIAL MAKE UP
BACK TO SCHOOL TERHADAP PERBEDAAN PERILAKU
IMITASI SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI
SE-JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Social
(S.Sos)
Oleh:
Mei Kartikasari
NIM: 11140510000049
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2018 M
v
ABSTRAK
Mei Kartikasari
NIM: 11140510000049
Pengaruh Konten Youtube Tutorial Make Up Back To School
Terhadap Perbedaan Perilaku Imitasi Siswi Madrasah Aliyah
Negeri Se-Jakarta Barat
Penelitian ini, bertujuan untuk megetahui apakah terdapat
pengaruh dari konten tutorial make up back to school terhadap
perbedaan perilaku imitasi siswi MAN se-Jakarta Barat.
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik,
dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian komparatif, bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan antara kelompok sampel. Teknik sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel 100 orang.
Teori yang digunakan adalah teori Imitasi dengan
indikator atensi, retensi, reproduksi motorik, dan motivasional.
Menurut Tarde, semua orang memiliki kekuatan untuk menyamai
dan menyaingi, atau bahkan melebihi tindakan orang
disekitarnya. Teori imitasi adalah proses kognisi yang melibatkan
indra untuk menerima rangsangan untuk melakukan tindakan
meniru seperti yang dilakukan oleh model.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis Kruskal Wallis dan
Mann Whitney U Test, hasil dari penelitian ini adalah tidak
terdapat perbadaan pada aspek atensi dan retensi dengan hasil
signifikansi 0,210 untuk atensi dan 0,164 untuk retensi.
Sedangakan pada aspek reproduksi motorik terdapat perbedaan.
Setelah diuji menggunakan Uji Mann Whitney U Test, perbedaan
tersebut terdapat pada kelompok sampel MAN 1 dengan MAN
16, MAN 1 dengan MAN 17, MAN 12 dengan MAN 16, dan
MAN 12 dengan MAN 17.
Kata Kunci: MAN, Youtube, Konten, Make up back to
School.
vi
ABSTRACT
Mei Kartikasari
NIM: 11140510000049
The Effect of Make Up Back to School Tutorial Content on The
Differences in Imitation Behavior of MAN Students
Throughout West Jakarta
This study aims to determine whether there are
differences in the influence of the make up back to school tutorial
content on imitation behavior of MAN students in West Jakarta.
This study uses the positivistic paradigm, with a
quantitative approach. The type of research used is comparative
research, aiming to determine whether or not there are
differences between sample groups. The sample technique used in
this study was purposive sampling with a sample of 100 people.
The theory used is the Imitation theory with indicators of
attention, retention, motor reproduction, and motivation.
According to Tarde, everyone has the power to match and rival,
or even exceed the actions of those around them. Imitation theory
is a process of cognition that involves the senses to receive
stimuli to carry out mimic actions as done by the model.
Based on the results of the Kruskal Wallis hypothesis test
and the Mann Whitney U Test, the results of this study are that
there is no difference in attention and retention aspects with
significance results of 0.210 for attention and 0.164 for retention.
While in the aspect of motor reproduction there are differences.
After being tested using the Mann Whitney U Test, the difference
was found in the sample group MAN 1 with MAN 16, MAN 1 with
MAN 17, MAN 12 with MAN 16, and MAN 12 with MAN 17.
Key Words: MAN, Youtube, Content, Make up back to School.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim…
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah
SWT., yang melimpahkan nikmat dan karunia yang luar biasa,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Konten Youtube Tutorial Make Up Back To School
Terhadap Perbedaan Perilaku Imitasi Siswi MAN se-Jakarta
Barat”. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW., suri tauladan bagi kita semua.
Perjalanan panjang penuh suka dan duka yang peneliti
lalui untuk menyelesaikan penelitian ini, guna memenuhi
persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dapat
berbuah manis. Namun, keberhasilan ini semata-mata atas
pertolongan Allah SWT. sehingga penulis dikelilingi oleh orang-
orang yang senantiasa suka rela memberikan peneliti motivasi
agar tetap semangat menyelesaikan penelitian ini.
Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah berbaik hati memberikan
semangat, arahan, dan bimbingan kepada peneliti. Terima kasih
kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
i
2. Wakil Dekan I Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan II
Dr. Roudhonah, M. Ag, dan Wakil Dekan III Drs. H.
Suhaimi, M.Si Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Masran, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
4. Fita Fathurokhman, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd., selaku dosen
pembimbing, yang telah memberikan dedikasinya
dalam membantu memberikan arahan dan dorongan
kepada peneliti dengan sabar untuk menyelesaikan
penelitian ini.
6. Drs. H. Suhaimi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada
peneliti.
8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Responden dalam penelitian ini, yaitu Siswi MAN se-
Jakarta Barat, partisipasinya dalam mengisi kuesioner
penelitian ini.
10. Kedua orang tua penulis, atas Do’a, kasih sayang,
semangat, nasehat, dan kesabarannya dalam
i
menunggu penulis menyelesaikan penelitian ini untuk
meraih gelar sarjana.
11. Kakak-kakak, Nur Aisyah, Nur Cholillah, Robiatul
Adawiyah, Iwan Saputra, dan Adikku, Fatimah
Husnah. yang selalu membuat peneliti bersemangat
dengan menanyakan “kapan wisuda?” kepada peneliti.
12. UNFAEDAH-ku, yaitu Dian, Yosa, Iffah, dan Dinie,
atas hari-hari yang penuh kesan selama kuliah, dan
bersedia mendengarkan segala keluh kesah yang
peneliti alami selama ini.
13. Teman-teman KPI B 2014 yaitu, Dian, Dinie, Iffah,
Yosa, Dita, Dinda, Uu, Novi, Amira, Iis, Aya, Firly,
Caca, Tiara, Salfa, Widya, Suci, Aini, Ilka, Rofi,
Diman, Mufid, Waqid, Hayim, Firman, Oji, Ojan, dan
Kak Dika. atas hari-hari di kampus bersama peneliti
dengan penuh kebahagian menghadapi tugas-tugas.an
14. Teman-teman KKN 10 Andromeda, atas kenangan di
waktu yang singkat namun berkesan di ingatan dan
hati.
15. Kepada Nanda, Novi, dan Fatimah, atas kebaikannya
mengenalkan penulis kepada para responden
penelitian ini.
16. Untuk semua orang yang telah membantu peneliti,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri
sendiri dan para pembaca. Penelti menyadari bahwa masih
i
terdapat bayak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,
peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki penelitian selanjutnya. Demikian pengantar yang
dapat peneliti sampaikan
Jakarta, Desember 2018
Peneliti
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................... 8
F. Sistematika Pembahasan ...................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL
A. Media Baru ........................................................... 12
B. Youtube dan Konten Youtube .............................. 14
C. Tutorial Make Up back To School ....................... 16
D. Make Up dalam Pandangan Islam ........................ 18
E. Perilaku Imitasi .................................................... 20
F. Teori Pembelajaran Sosial .................................... 25
G. Kerangka Berpikir ................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ................. 31
B. Jenis Penelitian ..................................................... 32
i
C. Metode Penelitian ................................................. 32
D. Ruang Lingkup Penelitian .................................... 32
E. Sumber Data ......................................................... 33
F. Metode Pengumpulan Data .................................. 34
G. Populasi dan Sampel ............................................. 35
H. Teknik Pengambilan Sampel ................................ 38
I. Variabel Penelitian ............................................... 39
J. Definisi Operasional ............................................. 40
K. Hipotesis Penelitian .............................................. 41
L. Uji Instrumen ........................................................ 43
M. Teknik Analisis Data ............................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Distribusi Frekuensi .............................................. 48
B. Pengelolaan Uji Instrumen ................................... 51
1. Uji Validitas .................................................... 51
2. Uji Realibilitas ................................................ 53
C. Analisis Data Penelitian ....................................... 54
1. Statistic Deskriptif .......................................... 54
2. Uji Kruskall Wallis ......................................... 70
3. Uji Post Hoc ................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................... 86
B. Saran ..................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 89
LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Media Lama dan Media Baru .................. 13
Tabel 2.2 Disain Penelitian ...................................................... 30
Tabel 3.1 Jumlah Siswi MAN se-Jakarta Barat ........................ 35
Tabel 3.2 Proposionate Stratified Random Sampling ............... 38
Tabel 3.3 Definisi Operasional ................................................. 40
Tabel 3.4 Skala Pengukuran Data ............................................. 43
Tabel 3.5 Tingkat Realibilitas Teknik Alpha Cronbach ........... 45
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi MAN 1 ..................................... 48
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi MAN 10 ................................... 49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi MAN 12 ................................... 49
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi MAN 16 ................................... 50
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi MAN 17 ................................... 50
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi MAN 22 ................................... 51
Tabel 4.7 Uji Validitas .............................................................. 52
Tabel 4.8 Uji Realibilitas .......................................................... 53
Tabel 4.9 Tanggapan Responden pada Penyataan 1 ................. 54
Tabel 4.10 Tanggapan Responden pada Penyataan 2 ............... 55
Tabel 4.11 Tanggapan Responden pada Penyataan 3 ............... 55
Tabel 4.12 Tanggapan Responden pada Penyataan 4 ............... 56
i
Tabel 4.13 Tanggapan Responden pada Penyataan 5 ................ 57
Tabel 4.14 Tanggapan Responden pada Penyataan 6 ................ 58
Tabel 4.15 Tanggapan Responden pada Penyataan 7 ................ 59
Tabel 4.16 Tanggapan Responden pada Penyataan 8 ................ 60
Tabel 4.17 Tanggapan Responden pada Penyataan 9 ................ 61
Tabel 4.18 Tanggapan Responden pada Penyataan 10 .............. 62
Tabel 4.19 Tanggapan Responden pada Penyataan 11 .............. 63
Tabel 4.20 Tanggapan Responden pada Penyataan 12 .............. 63
Tabel 4.21 Tanggapan Responden pada Penyataan 13 .............. 64
Tabel 4.22 Tanggapan Responden pada Penyataan 14 .............. 65
Tabel 4.23 Tanggapan Responden pada Penyataan 15 .............. 66
Tabel 4.24 Tanggapan Responden pada Penyataan 16 .............. 67
Tabel 4.25 Tanggapan Responden pada Penyataan 17 .............. 68
Tabel 4.26 Tanggapan Responden pada Penyataan18 ............... 69
Tabel 4.27 Rank Uji Kruskal Wallis ......................................... 70
Tabel 4.28 Uji Kruskall Wallis .................................................. 71
Tabel 4.29 Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 10 ............... 73
Tabel 4.30 Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 12 ............... 73
Tabel 4.31 Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 16 ............... 74
Tabel 4.32 Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 17 ............... 75
Tabel 4.33 Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 22 ............... 75
Tabel 4.34 Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 12 ............. 76
i
Tabel 4.35 Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 16 ............. 77
Tabel 4.36 Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 17 ............. 78
Tabel 4.37 Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 22 ............. 78
Tabel 4.38 Uji Mann Whitney MAN 12 dan MAN 16 ............. 79
Tabel 4.39 Uji Mann Whitney MAN 12 dan MAN 17 ............. 80
Tabel 4.40 Uji Mann Whitney MAN 12 dan MAN 22 ............. 80
Tabel 4.41 Uji Mann Whitney MAN 16 dan MAN 17 ............. 81
Tabel 4.42 Uji Mann Whitney MAN 16 dan MAN 22 ............. 82
Tabel 4.43 Uji Mann Whitney MAN 17 dan MAN 22 ............. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Larat Belakang
Kita hidup di lingkungan dengan perubahan media
yang cepat. Beberapa tahun lalu, multimedia atau internet
mungkin tidak pernah terdengar di sebagian besar telinga
masyarakat. Sekarang hampir setiap orang tidak dapat
membaca koran tanpa melihat salah satu atau keduanya.
Di era generasi ke-3 ini, kita telah terbiasa dengan
dunia digital di kehidupan kita sehari-hari. Dengan
perkembangan zaman yang dibarengi oleh perkembangan
teknologi yang canggih. Memudahkan kita dalam mencari
dan memperoleh informasi berbagai bidang dari penjuru
dunia.
Flew (2002) mengatakan bahwa “Digital media are
forms of media content that combine and integrated
data, text, sound, and images of all kinds; are stored
in digital formats; and are increasingly distributed
trough network such as based upon broad-band fibre-
optic cables, sattelities, and microwave transmision
system”. Media digital adalah bentuk dari konten
media yang menggabungkan dan mengintegrasikan
data, teks, suara, dan berbagai gambar yang tersimpan
dalam format digital dan didistribusikan melalui suatu
jaringan seperti kabel serat optik, satelit dan sistem
transmisi gelombang rendah.1
1 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 72.
2
Media baru merupakan produk terkenal di era digital
yang mengandalkan internet dalam mengaksesnya. Saat ini,
internet buaknlah hal yang asing, karena hampir setiap
lapisan masyarakat mengenal dan menggunakannya. Kita
menggunakan internet untuk berbagai kepentingan di dunia
nyata dan juga dunia maya. Karena internet bukan hanya
tempat mencari informasi tetapi kini mejadi sumber
pendapatan baik individu atau lembaga.2
Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita
simpulkan bahwa internet adalah sebuah wadah untuk
berkomunikasi tanpa batas yang memberi kebebasan bagi
para penikmatnya. Internet memudahkan proses komunikasi
antarindividu atau kelompok dari seluruh penjuru dunia
tanpa mengenal ruang dan waktu.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun
2017 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai
143,26 juta jiwa, meningkat dibandingkan dari tahun 2016.
Jumlah tersebut menjelaskan bahwa jumlah pengguna
Internet pada tahun 2017 tersebut mencakup 54,68% dari
total populasi Indonesia.3 Dari data tersebut menjelaskan
bahwa internet sudah bukanlah sesuatu yang asing di
kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan meningkatnya
jumlah pengguna Internet berarti minat masyarakat juga
2 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 75. 3 Setiawan, S. R. Tahun 2017, Pengguna Internet di Indonesia
Mencapai 143,26 Juta Orang (Jakarta: KOMPAS.com, 2018)
3
meningkat dalam penggunaan internet. Ini merupakan kabar
baik apalagi jika dibarengi dengan sesuatu hal yang baik
dalam penggunaan internet.
Dengan adanya internet munculah produk-produk
baru yang kita kenal dengan media sosial. Beragam jenis
media sosial yang ada saat ini dengan berbagai tawaran fitur-
fitur yang membuat orang betah berlama-lama
menggunakannya. Seperti halnya Facebook, Twitter,
Instagram, dan Youtube.
Dari berbagai media sosial yang ada, Youtube
menempati posisi nomor satu sebagai media sosial paling
aktif di Indonesia. Google Indonesia mengumumkan bahwa
pengguna aktif Youtube di Indonesia tahun 2017 telah
mencapai 50 juta pengguna di seluruh Indonesia.4 Selama
satu tahun, dari januari 2016 sampai januari 2017, durasi
menonton Youtube dari Indonesia meningkat 155%.
Sementara jumlah konten yang diunggah naik hingga 278%
dari tahun lalu. dilansir dari Website Youtube, lebih dari 1
miliar pengguna youtube, jumlah ini hampir sepertiga dari
seluruh pengguna internet, dengan usia pengguna antara 18-
34.
Youtube merupakan sebuah situs web video sharing (berbagi
video) populer dimana para pengguna dapat memuat,
menonton dan berbagi klip video secara gratis. Umumnya
video-video di Youtube adalah film, klip musik (video clip),
4 Yasa, A. Pengguna Youtube di Indonesia Tembus 50 Juta. (Jakarta:
BISNIS.com, 2017).
4
TV, serta video buatan para penggunanya. Format yang
digunakan video-video di Youtube adalah flv yang dapat
diputar di penjelajah web yang memiliki plugin Flash
Player. Youtube didirikan oleh tiga orang bekas karyawan
PayPal: Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim pada
Februari 2005. Hurley pernah belajar tentang reka bentuk di
Universitas Indiana Pennsylvania. Sementara Chen dan
Karim sama-sama belajar komputer sains di Universitas
Illinois di Urbana-Champaign.5
Dengan semakin meningkatnya pengguna Youtube
dan pengunggah konten di Indonesia, membuat lapangan
kerja bagi masyarakat Indonesia. Banyak orang menjadikan
youtube lahan pekerjaan, yang kita kenal dengan kata
youtubers. Banyak konten-konten menarik yang ditawarkan
para youtubers di Indonesia, seperti halnya konten tutorial
make up yang dibuat oleh beauty vlogger.
Karena banyaknya anak remaja atau anak sekolah
yang ingin menunjang penampilannya dengan menggunakan
make up, meski ke sekolah sekalipun. Fenomena ini
membuat para beauty vlogger yang kerap memberi tutorial
make up di Youtube juga ikut berpartisipasi dengan
memberikan tutorial make up untuk ke sekolah yang biasa
disebut make up back to school.
Make up saat ini layaknya suatu kebutuhan bagi para
wanita. Namun, bukan hanya wanita, banyak pria yang juga
5 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 83.
5
menggunakan make up untuk kebutuhannya. Banyak alat
make up yang dapat kita gunakan untuk menunjang
penampilan. Make up saat ini sudah menjangkit semua usia,
dari anak kecil hingga orang tua. Hingga terkadang banyak
anak yang berpenampilan lebih tua daripada usianya karena
menggunakan make up.
Hal ini membuat konten tutorial make up back to
school menjadi konten yang populer. Dari sekian banyak
beauty vlogger di Indonesia, hamper seluruhnya memiliki
konten ini. Bahkan tidak hanya di Indonesia, tetapi konten ini
juga populer di kalangan beauty vlogger luar negeri.
Kepopuleran suatu konten menandakan adanya rasa
ingin tahu yang besar di kalangan masyarakat. Maka,
kepopuleran konten tutorial make up back to school yang
ditandai dengan banyaknya beauty vlogger yang membuat
konten tersebut menandakan banyaknya ketertarikan
masyarakat, khususnya para pelajar terhadap konten tersebut.
Rasa tertarik dapat berlanjut pada peniruan. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam teori pembelajaran sosial, perilaku
imitasi tercipta dengan diawali oleh perhatian atau
ketertarikan akan suatu peristiwa. Perhatian ini bukan hanya
berfokus pada konen saja, tetapi juga kepada model atau
orang yang memberikan tutorial.
Perilaku imitasi dalam penelitian ini adalah perilaku
menggunakan make up ke sekolah. Penggunaan make up
sendiri memiliki banyak makna dan tujuan. Seperti dalam
penelitian yang dilakukan oleh Lita Donna dan V. Indah
6
dengan judul makna penggunaan make up sebagai identitas
diri, menunjukkan bahwa makna penggunaan make up adalah
keinginan untuk tampil menarik, mendapat perhatian, dan
kepuasan diri yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksernal.
Selaras dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh
Woro Andani dengan judul perbedaan tingkat kepercayaan
diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetik wajah,
memiliki hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbadaan signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja
putri dilihat dari pemakaian kosmetik wajah. Secara umum,
siswi yang menggunakan kosmetik wajah sedikit, sedang,
dan banyak memiliki kepercayaan diri sedang.
Penggunaan make up sehari-hari oleh remaja sesuai
dengan pengetahuaan mereka tentang make up. Seperti jurnal
yang ditulis oleh Mila Noviana dan Yasmi Teni dengan judul
hubungan pengetahuan rias wajah sehari-hari dengan
penggunaan kosmetik tata rias wajah di SMKN 3 Klaten,
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara pengetahuan rias wajah sehari-hari dengan
penggunaan kosmetik pada wajah.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka
penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Konten
Youtube Tutorial Make Up Back To School terhadap
Perbedaan Perilaku Imtasi Siswi MAN se-Jakarta
Barat.”
7
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Populasi yang dibatasi pada siswi Madrasah Aliyah
Negeri se-Jakarta Barat dari setiap tingkatan kelas.
Banyak yang dapat diteliti dari pengaruh terpaan Youtube,
namun penelitian ini meneliti pengaruh konten Youtube
tutorial make up back to school terhadap perbedaan
perilaku imitasi siswi MAN Se-Jakarta Barat.
2. Rumusan Masalah
a. Adakah pengaruh konten tutorial make up back to
school terhadap perbedaan perilaku imitasi pada aspek
atensi siswi MAN se-Jakarta Barat?
b. Adakah pengaruh konten tutorial make up back to
school terhadap perbedaan perilaku imitasi pada aspek
retensi siswi MAN se-Jakarta Barat?
c. Adakah pengaruh konten tutorial make up back to
school terhadap perbedaan perilaku imitasi pada aspek
reproduksi motorik dan motivasional siswi MAN se-
Jakarta Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang:
1. Pengaruh konten tutorial make up back to school terhadap
perbedaan perilaku imitasi pada aspek atensi siswi MAN
se-Jakarta Barat.
8
2. Pengaruh konten tutorial make up back to school terhadap
perbedaan perilaku imitasi pada aspek retensi siswi MAN
se-Jakarta Barat.
3. Pengaruh konten tutorial make up back to school terhadap
perbedaan perilaku imitasi pada aspek reproduksi motorik
dan motivasional siswi MAN se-Jakarta Barat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
manfaat akademis dan manfaat praktis.
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menyumbangkan pemikiran dalam perkembangan ilmu
komunikasi tentang pengaruh Youtube. Serta
membuktikan teori pembelajaran sosial (social learning)
pada permasalahan dalam penelitian ini.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi persoalan di
lapangan mengenai pengaruh Youtube. Serta menjadi
refrensi dan acuan bagi penelitian selanjutnya.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan
pustaka sebagai langkah dari penyusunan penelitian, serta
sebagai refrensi penelitian yang berhubungan dengan
penelitian ini.
9
Skripsi yang ditulis oleh Lita Donna dan V. Indah
dengan judul “Makna Penggunaan Make Up Sebagai
Identitas Diri”. Persamaan kedua penelitian ini adalah sama-
sama meneliti tentang make up. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini
berfokus pada perbedaan makna penggunaan make up,
sedangkan penelitian yang dilakukan berfokus pada
perbedaan pengaruh konten tutorial make up back to school.6
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Woro Andani
dengan judul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada
Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetik Wajah”.
Persamaan kedua penelitian ini adalah sama-sama meneliti
tentang make up. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan adalah penelitian ini berfokus pada
perbedaan tingkat kepercayaan diri sedangkan penelitian
yang dilakukan berfokus pada perbedaan perilaku imitasi.7
Dan jurnal yang ditulis oleh Mila Noviana dan Yasmi
Teni dengan judul “Hubungan Pengetahuan Rias Wajah
Sehari-Hari Dengan Penggunaan Kosmetik Tata Rias Wajah
Di SMKN 3 Klaten”. Persamaan kedua penelitian ini adalah
sama-sama meneliti tentang make up. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini
berfokus pada siswi di SMKN 3 Klaten, sedangkan
6 Lita Donna, V. Indah, Skripsi: “Makna Penggunaan Make Up Sebagai
Identitas Diri” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta). 7 Woro Andani, Skripsi: “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada
Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetik Wajah” (Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2007).
10
penelitian yang dilakukan berfokus pada Siswi MAN se-
Jakarta Barat.8
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika skripsi ini berdasarkan SK Rektor No.
507 Tahun 2017 tentang pedoman penulisan karya ilmiah
(skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas latar belakang
masalah, batasan dan rumusan penelitian, tujuan
penelitian, manfaan penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORI
Dalam bab ini akan membahas tentang Efek
Komunikasi Massa dan Media, Media Baru dan
Media Sosial, Youtube dan Konten Youtube,
Tutorial Make Up, Make Up Back To School,
Berhias dalam Pandangan Islam, Teori Sosial
Learning, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai Paradigma
Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis
Penelitian, Metode Penelitian, Waktu dan
Tempat Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian,
8 Mila Noviana, Yasmi Teni, “Hubungan Pengetahuan Rias Wajah
Sehari-Hari Dengan Penggunaan Kosmetik Tata Rias Wajah Di SMKN 3
Klaten”. Keluarga. Vol. I. No. 2, Thn 2015.
11
Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan
Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, dan Uji
Instrumen.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA
Pada bab ini membahas hasil temuan dan
analisis lapangan, yaitu perbedaan pengaruh
konten Youtube tutorial make up back to school
terhadap perilaku imitasi siswi Madrasah Aliyah
Negeri se-DKI Jakarta.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari peneliti
terhadap penelitian yang telah dilakukan, serta
lampiran-lampiran sebagai bahan pelengkap.
12
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL
A. Media Baru (New Media) atau Media Sosial (Jejaring
Sosial)
Pergeseran teknologi tradisional ke digital membuat
perubahan pada cara manusia berkomunikasi. Jika awalnya
informasi dari lembaga media massa mengendalikan
khalayak, dengan adanya perubahan teknologi digitalisasi,
terjadi perubahan pada pola distribusi konten kepada
khalayak. Sehingga lembaga media massa tidak lagi
mendominasi sebagai satu-satunya sumber penyedia konten
informasi, karena khalayak dapat menciptakan konten media
itu sendiri.
Internet sendiri adalah suatu network (jaringan) yang
dapat menghubungkan antarkomputer yang ada di dunia dan
membentuk komunitas maya yang dikenal sebagai desa
global (global village).1
Salah satu hasil dari keberadaan new media adalah
jejaring sosial (social network) atau yang dewasa ini dikenal
dengan media sosial. Mengapa dikatakan seperti itu karena
pada kenyataannya, aktivitas sosial tidak hanya dapat
berlangsung di dunia nyata (real) tetapi juga di dunia maya.
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama berkomunikasi
1 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 75.
13
menggunakan jejaring sosial untuk membuat status,
mengomentari status dirinya dan orang lain, berkirim foto
dan video seperti ketika berada di lingkungan sosial. Hanya
saja berbeda medianya.
Istilah cyberspace diperkenalkan oleh novelis sains-
fiksi William Gibson dalam bukunya yang bebrjudul
Neuromancer. Pada saat itu, tahun 1984, dia melihat
semacam integrasi antara komputer dan manusia. Berikut ini
definisi Gibson tentang cyberspace: “konsensus halusinasi
yang dialami sehari-hari oleh miliaran orang di setiap negara.
Representasi grafis dari data yang diabstraksikan dari bank
data di setiap komputer dalam setiap manusia. Kompleksitas
yang tak terbayangkan. Garis-garis cahaya di luar ruang
pikiran, klaster dan konstelasi data”.2
Perbedaan media lama (first media age) dengan
media baru (second media age), yaitu:3
Tabel 2.1
Perbedaan Media Lama dan Media Baru
First media age (broadcast) Second media age
(interactivity)
Tersentral (sedikit berbicara
pada banyak)
Komunikasi satu arah
Cenderung pada kontrol
Tersebar (banyak berbicara
pada banyak)
Komunikasi dua arah
Menghindari kontrol
2 Jhon Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2015), 264.
3 David Holmes, Teori Komunikasi: Media, Teknologi, dan Masyrakat
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 21.
14
negara
Instrumen bagi rezim
stratifikasi dan
ketidaksetaraan
Peserta terfragmentasi dan
dipandang sebagai suatu
massa
Memengaruhi kesadaran
negara
Demokratisasi:
memfasilitasi
kewarganegaraan universal
Peserta dipandang tetap bisa
mempertahankan
individualitas mereka
Memengaruhi pengalaman
individu tentang ruang dan
waktu
Sumber: David Holmes (2012).
B. Youtube dan Konten Youtube
Youtube adalah situs yang menyediakan perbagai
informasi dalam bentuk video yang dapat diandalkan. Situs
ini disediakan untuk mereka yang ingin mencari informasi
berbentuk video dan menontonnya lansung. Selain itu, para
pengguna juga dapat berpartisipasi langsung untuk
meberikan informasi ke seluruh dunia dengan mengunggah
video informasi ke server Youtube.4
Youtube memungkinkan siapa saja untuk
mengunggah video dan ditonton oleh siapa saja dari seluruh
penjuru dunia hanya dengan waktu beberapa menit saja
4 Adi Baskoro, Panduan Praktis Searching di Internet (Jakarta: PT
TransMedia, 2009), 58
15
setelah video di unggah. Keberagaman konten video di
Youtube membuat berbagi video menjadi salah satu hal
penting dalam berinternet. Setelah tahun pertamanya,
Youtube dibeli oleh Google seharga US 1,65 miliar.
Beberapa ISP Indoenesia, pada awal April 2008 menutup
akses ke beberapa situs web termasuk Youtube karena
memuat film Fitna. Pemblokiran tersebut awalnya
merupakan pemblokiran sepenuhnya kepada seluruh situs
web, namun berubah menjadi pemblokiran kepada URL
tertentu yang mengandung video tersebut saja.
Youtube sendiri memiliki banyak konten yang dapat
dinikmati para penggunanya. Konten-konten kreatif di
Youtube juga berasal dari para pengguna Youtube yang
mengunggah videonya ke Youtube. Baik lembaga,
kelompok, atau individu. Adapun konten-konten di Youtube
seperti konten film, musik, olahraga, kuliner, kesehatan, dan
juga kecantikan seperti tutorial make up. Selain itu, Youtube
juga memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Mencari Penghasilan melalui Google AdSense
Jika video-video yang kita unggah melalui akun pribadi
memiliki cukup banyak penonton, daftarkan saja akun
Youtube ke Google AdSense yang akan membayar anda
setiap kali ada orang yang mengklik iklan sebelum video
ditayangkan (terkadang di tengah-tengah video). Walau
begitu, ada syarat tertentu agar video bisa dimonetisasi,
yaitu sebuah akun harus memiliki video yang sudah
tayang sebanyak minimal 10.000 views. Angka yang tidak
16
besar jika video yang anda miliki cukup kreatif dan
menghibur.
2. Mempromosikan Perusahaan/Profil Individu
Di era informasi ini, kurang afdol rasanya jika sebuah
perusahaan tidak memiliki video profilnya sendiri.
Seseorang juga dituntut untuk lebih kreatif
mempromosikan dirinya melalui video CV. Youtube
dapat menjadi wadah yang menampung profil berbagai
macam perusahaan dan individu agar memiliki citra baik
bagi siapa saja yang menontonnya sekaligus hal ini untuk
keperluan internet marketing.
3. Menonton tayangan berita yang terlewat
Hampir semua stasiun televisi kini juga membuat akun
official tersendiri untuk mendokumentasikan berbagai
acara yang telah ditayangkan, termasuk berita. Jadi tidak
ada lagi istilah ketinggalan berita, karena semua yang
tertinggal bisa dikejar melalui video-video yang ada
dalam Youtube.
C. Tutorial Make Up Back to School
Menurut KBBI, tutorial adalah pembimbing kelas
oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau
sekelompok kecil mahasiswa, pengajaran tambahan melalui
tutor. Tutorial merupakan bimbingan pembelajaran dalam
bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan
motivasi agar siswa efisien dan efektif dalam belajar.
17
Make up atau tata rias menurut KBBI adalah
pengaturan susunan hiasan terhadap objek yang akan
dipertunjukkan. Lebih jelasnya, tata rias wajah adalah ilmu
untuk mempercantik diri dengan menyamarkan bagian wajah
yang kurang sempurna dan menonjolkan bagian wajah yang
sempurna dengan warna-warna redup dan terang. Tata rias
wajah terbagi menjadi rias wajah pagi – siang, tata rias sore –
malam, pesta. Adapun macam-macam make up di antaranya,
eyeliner, eye shadow, mascara, foundation, bedak,
concealer, blush on, dan lipstik.
Dewasa ini, maraknya tutorial make up dengan segala
jenis tujuan, seperti make up ke kantor, make up natural,
make up pesta, bahkan make up ke sekolah. Maka, tutorial
make up back to school adalah pembelajaran oleh seseorang
kepada orang lain mengenai cara-cara atau tips memakai
make up untuk ke sekolah.
Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan
Aubert (2008), make-up secara psikologi memiliki dua fungsi
yaitu fungsi seduction dan camoflage. Fungsi seduction
artinya individu menggunakan make-up untuk meningkatkan
penampilan diri. Umumnya individu yang menggunakan
make-up untuk fungsi seduction merasa bahwa dirinya
menarik dan menggunakan make-up untuk membuat lebih
menarik. Fungsi camoflage artinya individu menggunakan
make-up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik.
Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk
18
camoflage merasa dirinya tidak menarik sehingga perlu
menggunakan make-up untuk membuat menarik.5
D. Make Up Dalam Pandangan Islam
Sebagai seorang wanita, tampil cantik adalah keingin
hampir setiap wanita. Untuk bisa tampil cantik terkadang
wanita rela melakukan apupun untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Walau terkadang cara yang harus mereka
tempuh adalah merubah ciptaan Allah SWT. dengan melalui
operasi plastik.
Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam
berhias sampai pada batas yang menjurus pada suatu sikap
mengubah ciptaan Allah SWT. yang dinilai Al-Qur’an
merupakan salah satu ajakan syaitan kepada pengikut-
pengikutnya.6
رن خلق الله ...ول مرن هم ف لي غي
“Dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan
Allah, (lalu mereka benar-benar merubahnya).” (QS. An-
Nisa: 119)7
5 Yuwanto L., Fungsi Make-Up dari Tinjauan Psikologi, Dipetik Maret
13, 2018, dari UBAYA Universitas (Surabaya: www.ubaya.ac.id , 2010,
Desember 1). 6 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam (Surabaya: PT Bina
Ilmu Surabaya, 2003), 116. 7 Departemenen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung:
Diponogoro, 2009), 77.
19
Islam sungguh agama yang sempurna. Islam tidak
melarang seorang wanita untuk berhias, Islam justru
mengajarkan seorang wanita berhias sesuai ajaran Islam,
tidak merendahkan derajat dan martabat wanita.8 Namun,
tidak semua cara mempercantik diri diperbolehkan dalam
Islam. Berikut adalah beberapa larangan berhias diri dalam
Islam.
1. Tidak ada unsur menyambung rambut, baik rambut kepala
ataupun bulu mata
Sabda Rasulullah SAW. yang artinya “Allah melaknat
penyambung rambut dan orang yang minta di sambung
rambutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Tidak ada unsur bertato dan mencukur alis
Rasulullah SAW. bersabda “Allah melaknat orang yang
mentato dan wanita yang minta ditato, wanita yang
menyambung rambutnya (dengan rambut palsu), yang
mencukur alis dan minta di cukur, serta wanita yang
meregangkan (mengikir) giginya untuk kecantikan, yang
merubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak ada unsur buka aurat
رهن ويحفظن ف روجهن إلا ما ظهر بص وقل للمؤمنت ي غضضن من أ
ها ولا ي بدين زينت هن إلا صلىى جيوبحن وليضربن بخمرهن عل صليمن
8 Ummu Sa’id, Boleh Berhias, Tapi... (Etika Berhias Wanita Muslimah),
Dipetik Mei 11, 2018, dari muslimah.or.id, (Jakarta: www.muslimah.or.id ,
2013, Mei 10).
20
لب عولتهن أوءابآئهن أوءابآء ب عولتهن أوأب نآئهن أوأب نآء ب عولتهن أوإخوانهن أوبنى إخوانهن أوبنى أخواتهن أونسآئهن أو ما ملكت
ربة من الرخال أو الط بعين غير ن هن أو الت أيم فل الذين لم أولى الصلىيظهروا على عورت النسآء
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman,
agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
(auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya),
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau para
perempuan (sesame Islam) mereka, atau hamba sahaya
yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki(tua) yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan.” (QS. An-Nuur, 24: 31).9
E. Perilaku Imitasi
Menurut Gabriel Tarde (1903), perilaku imitasi
adalah seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan
pada faktor imitasi saja. Walaupun pendapat ini berat
sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu
tidak kecil. Tarde juga berpendapat bahwa semua orang
9 Departemenen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung:
Diponogoro, 2009) , 282.
21
memiliki kekuatan untuk menyaingi, meyamai atau bahkan
melebihi tindakan orang di sekitarnya. Ia berpendapat bahwa
mustahil jika dua individu yang berinteraksi dalam kurun
waktu yang cukup lama tidak menunjukan peningkatan
peniruan perilaku secara timbal balik. Ia juga memandan
bahwa imitasi mempunyai peranan penting dalam transmisi
kebudayaan dan pengetahuan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan penelitiannya tersebut, Tarde sampai
pada pernyataan “society is imitation...”.10
Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi yang
melibatkan indera sebagai penerima rangsangan untuk
melakukan tindak seperti yang dilakukan model, dan
pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi
yang diterima rangsangan dengan kemampuan aksi untuk
melakukan gerakan motorik.11
Teori imitasi yang alamiah ini dalam
perkembangannya secara bertahap ditinggalkan oleh para
ahli psikologi dan digantikan dengan sejumlah kerangka
teoritis yang mengemukakan bahwa kecenderungan untuk
meniru orang lain adalah suatu yang dipelajari (learned) atau
diperoleh melalui suatu proses pengkondisian agar orang
melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu.12
10
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 52. 11
Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi
Massa (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), 13. 12
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung:
Rekatama Media, 2007), 64.
22
Untuk bisa meniru, menurut Choros ada beberapa
syarat tertentu, diantaranya:
1. Menaruh minat kepada sesuatu hal yang akan
diimitasi (ditiru) adalah syarat dasar untuk bisa
melakukan imitasi. Akan mustahil melakukan
imitasi kepada suatu objek yang tidak kita senangi.
2. Mengagumi pada hal-hal yang akan diimitasi
(ditiru). Mengagumi adalah suatu langkah yang
umumnya lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
dengan hanya menyukai.
3. Peneguhan, harus ada penghargaan sosial yang
tinggi terhadap suatu objek yang akan menjadi objek
dari imitasi agar imitasi yang diperoleh dapat
mendapatkan penghargaan sosial di dalam
lingkungannya.
4. Memiliki pengetahuan pada hal tentang hal atau
pada suatu yang akan diimitasi.
a. Macam – Macam Perilaku Imitasi
Macam – macam perilaku imitasi menurut Gerungan
dapat di lakukan dengan berbagai macam cara, seperti :13
1) Gaya berbicara: Proses peniruan yang di lalukan karena
memperhatikan orang yang di kagumi lewat gaya
bicara nya.
2) Gaya Berpakaian: Pada proses peniruan ini tidak hanya
meliputi gaya berbicara, namun juga gaya berpakaian
13
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT Tarsito, 2004), 68.
23
atau busana seseorang yang di kagumi lewat
pancaindera.
3) Cara menyatakan diri: Cara menyatakan diri meliputi
beberapa aspek seperti cara memberi salam, dan
kebiasaan seperti yang dilakukan orang yang di
idolakan.
b. Jenis Jenis Perilaku Imitasi
Lebih lanjut Slamet menjelaskan bahwa Albert Bandura
dalam teori pembelajaran sosial melanjutkan terdapat
jenis-jenis imitasi atau peniruan, yaitu :14
1) Peniruan langsung: Pembelajaran langsung
dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial
dari Albert Bandura. Pembelajaran langsung adalah
model pembelajaran yang dirancang untuk
mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang diajarkan setahap demi setahap.
2) Peniruan tak langsung: Peniruan jenis ini adalah
melalui imajinasi atau pemerhatian secara tidak
langsung.
3) Peniruan gabungan: Peniruan jenis ini adalah dengan
cara menggabung tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tak langsung.
4) Peniruan sekat laluan : Tingkah laku yang ditiru hanya
disesuaikan dengan situasi tertentu saja.
14
Slamet Sentosa, Dinamika Kelompok (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
64.
24
5) Peniruan tak sekat laluan: Tingkah laku yang ditiru
boleh di perlihatkan dalam situasi apapun.contoh :
seorang anak meniru gaya bahasa sopan dari orang tua
nya.
c. Faktor Terjadinya Perilaku Imitasi
Banyak faktor-faktor pendukung mengapa seseorang
berperilaku imitasi, Slamet Menyatakan alasan terjadinya
perilaku imitasi, yaitu : 15
1) Perilaku imitasi itu terjadi karena adanya tokoh idola
yang dijadikan sebagai model untuk ditiru : manusia
mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh yang dia
sukai sehingga memunculkan minat yang besar untuk
meniru tokoh yang ia idola kan.
2) Keterpesonaan atau kekaguman akan tokoh yang di
idolakan : setiap orang memiliki tokoh yang dikagumi,
saat manusia mulai mengidentifikasi tokoh yang ia
suka, maka itu semua berasal dari kekaguman. Contoh
: anak kecil mulai menyukai lionel messi karena lionel
messi dalah seorang pemain sepakbola yang hebat,
selain itu ia memiliki kepribadian yang baik di
lapangan maupun saat di luar lapangan (tidak sedang
bermain sepakbola) sehingga anak tadi semkain
mengaggumi nya.
3) Kepuasan untuk menjadikan diri seperti tokoh yang di
idolakan :ini adalah salah satu tahap yang tinggi dalam
15
Slamet Sentosa, Dinamika Kelompok (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
64.
25
proses peniruan, yaitu adanya gejala hedonisme
(pemuasaan diri di luar batas) untuk memenuhi
kepuasaan diri seseorang saat meniru totalitas dari
tokoh yang di idolakan.
F. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning)
Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku
seseorang sekarang adalah hasil dari pengalaman
sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar
perilaku tertentu, yang seiring dengan berjalannya waktu
akan menjadi kebiasaan.
Teori Belajar Sosial dikembangkan oleh Albert
Bandura, yakni pakar psikologi. Bandura berpijak pada
pemikiran bahwa perilaku seseorang adalah gabungan hasil
dari faktor-faktor kognisi dan lingkungan. Teori ini
berasumsi, media massa merupakan agen sosialisasi yang
utama selain keluarga, guru, sahabat, atau sekolah. Artinya
dengan fungsi kemampuannya menyeleksi berita dan
informasi, ulasan dan tulisan menyajikan serta
mempublikasikannya secara luas dan serempak kepada
masyarakat yang heterogen serta anonim, media massa dapat
berperan sebagai guru yang baik dan profesional.16
Teori belajar secara tradisional menyatakan bahwa
belajar terjadi dengan cara menunjukkan tanggapan
(response) dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu
16
Haris Sumadiria, Sosiologi Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2014), 83
26
utama dalam belajar adalah peneguhan (reinforcement).
Tanggapan akan diulangi lagi organisme mendapat ganjaran
atau imbalan (reward). Tanggapan tidak akan diulangi lagi
kalau organisme mendapat hukuman (punishment) atau bila
tanggapan tidak memimpinnya ke arah tujuan yang
dikehendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh
kondisi stimulus yang ditimbulkan oleh kondisi-konsidi
peneguhan.
Reinforcement (peneguhan) mengatakan bahwa
tingkah laku manusia itu adalah hasil kompilasi dari
pengalaman-pengalaman yang ia temui sebelumnya. Hal ini
menyebutkan bahwa perilaku seseorang dimasa mendatang
dibentuk oleh akibat dari perilakunya sekarang. Reward
(imbalan) yang diberikan ketika pengalaman yang telah
ditemui seseorang tersebut memberikan respon positif.
Melalui pemberian reward, seorang individu akan berpikir
bahwa pengalaman yang ia dapatkan tersebut baik atau tidak.
Ketika pengalaman yang didapatkan seseorang itu baik,
maka seseorang akan mendapatkan reward (imbalan).
Misalnya ketika beberapa orang melihat tayangan sebuah
berita di televisi, seseorang tersebut akan mendapat respon
yang berbeda-beda setelah menonton berita. Ketika dia
melihat suatu program berita yang menurutnya menarik,
maka ia akan menonton program berita tersebut secara
berulang atau setip hari.
Secara kategoris, teori belajar sosial terbagi dalam
empat tahap yaitu proses atensi atau perhatian (attentional
27
process), tahap proses retensi (retention process), tahap
reproduksi motor (motor reproduction process) dan terakhir
adalah proses motivasional (motivational process).
1) Tahap Proses atensi atau perhatian
Dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian
terhadap model dengan cermat. Dalam proses belajar
sosial, langkah pertama adalah kita memberi perhatian
kepada suatu peristiwa, dengan asumsi kita merasa tertarik
dengan peristiwa tersebut. Perhatian kepada peristiwa
ditentukan oleh karakteristik peristiwa itu dan
karakteristik pengamat.
2) Tahap Proses retensi atau pengingatan
Dalam tahapan ini, berkaitan dengan penyimpanan dan
pemanggilan kembali apa yang diamati. Retensi ini dapat
dilakukan dengan cara menyimpan informasi secara
imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam
simbol-simbol verbal yang mudah dipergunakan. Materi
yang bermakna bagi pengamat dan menambah
pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat.
Tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku
yang ditampilkan oleh model yang diamati maka
seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap
perilaku model atau terhadap suatu program berita.
3) Tahapan proses reproduksi motor
Dalam tahapan ini, seseorang yang telah memberikan
perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat
kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya
28
maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau
mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model atau
pada suatu program berita tersebut. Pada tahap ini, hasil
ingatan tadi akan meningkat dan berubah menjadi bentuk
perilaku.
4) Tahap proses motivasional
Dalam tahap ini, perilaku akan berwujud apabila terdapat
nilai peneguhan. Motivasional, tahapan berikutnya adalah
seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar dari
model atau dari program berita yang telah menayangkan
suatu kasus. Motivasi adalah sebab, alasan dasar,
dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok
yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku
manusia.
G. Kerangka Berpikir
Kita telah mempelajari bahwa teori kognisi sosial
memiliki argumentasi bahwa manusia meniru perilaku yang
dilihatnya, dan proses peniruan ini terjadi melalui dua cara
yaitu imitasi dan identifikasi. Imitasi adalah replikasi secara
langsung perilaku yang diamati sedangkan dalam identifikasi
pengamat tidak meniru secara persis sama apa yang
dilihatnya. Teori kognisi sosial menyatakan bahwa imitasi
dan identifikasi merupakan hasil dari tiga proses, yaitu:
pengamatan, efek larangan, dan efek suruhan.
Komunikasi massa menampilkan berbagai model
untuk ditiru khalayaknya. Teori peniruanlah yang dapat
29
menjelaskan mengapa media massa begitu berperan dalam
menyebarkan mode berpakaian, berbicara, atau berperilaku
tertentu lainnya.
Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain
yang tidak berlangsung secara otomatis melainkan
dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap
apa yang diimitasi. Untuk mengadakan imitasi atau meniru
ada faktor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain
imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor
lain yang ikut berperan sehingga seseorang mengadakan
imitasi.
Donald K. Robert mengungkapkan “efek hanyalah
perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media
massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan
dengan pesan yang disampaikan media massa.17
Carey (1972) mengatakan, media komunikasi
merupakan perubahan sosial yang hebat, yang bukan hanya
dapat mengirim informasi, tetapi juga menentukan apa itu
pengetahuan. Tidak hanya mengantarkan kita pada dunia,
tetapi juga memberitahu kita jenis dunia yang ada.18
Pesan
yang disampaikan media massa pun dapat menerpa
seseorang secara langsung maupun tidak langsung dengan
menimbulkan efek kognitif, afektif, dan konatif.
17
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung:
Simbiosa Rekatama, 2007), 49. 18
David Holmes, Teori Komunikasi: Media, Teknologi, dan Masyrakat
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 31.
30
Jika dikaitkan dengan topik pembahasan dalam
penelitian ini. maka, semakin tinggi intensitas seseorang
dalam mengakses/menonton konten tutorial make up back to
school dapat berpengaruh pada kognitif, afektif, dan konatif
seseorang dengan tahap-tahap atensi, retensi, reproduksi
motorik, dan motivasional.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, munculah
hipotesis, yaitu tidak ada perbedaan pengaruh konten
Youtube tutorial make up back to school. Adapun kerangka
berpikir pada penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Disain Penelitian
Sumber: Hasil pengolahan data
Pengaruh X Terhadap Y
Tayangan Konten
Tutorial Make Up di
Youtubue
Pemakaian Make
Up ke Sekolah
Siswi MAN Se-
- Kognitif
- Afektif
- Konatif
- Atensi/Perhatian
- Retensi/Penyimpanan
- Reproduksi Motorik
- Motivasional
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Paradigma adalah cara pandang ilmuwan tentang sisi
strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu
pengetahuan itu sendiri. Paradigma berhubungan erat dengan
aliran-aliran dalam sebuah disiplin ilmu pengetahuan.1
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik atau
klasik yang menganggap suatu realitas akan berlaku umum
dan bersifat sama di semua tempat. Setiap gejala sosial selalu
merupakan akibat dari gejala sosial yang lain.2
Penelitian ini menggukan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.3
Pendekatan ini banyak di tuntut menggunakan angka, mulai
1 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), 25. 2 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan
Analisis Data Sekunder (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 11 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2011), 7.
32
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,
serta penampilan hasilnya.4
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
komparatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan antar tiga atau lebih kelompok
sampel yang diteliti.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei. Penelitian survei adalah penelitian dengan
tidak melaukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus)
terhadap variabel-variabel yang diteliti.5 Dengan mengambil
sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok.6
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti, baik benda,
orang, ataupun lembaga organisasi. Subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi Madrasah Aliyah
Negeri se-Jakarta Barat yang menonton konten Youtube
4 Arikunto, S., Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), 12. 5 Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 10. 6 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei
(editor) (Jakarta: LP3ES, 2006), 25.
33
turorial make up back to school. Objek penelitian adalah
sifat keadaan dari suatu benda, orang atau yang menjadi
pusat perhatian dan sasaran perhatian. objek dalam
penelitian ini adalah konten Youtube tutorial make up
oleh beauty vlogger.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di seluruh Madrasah
Aliyah Negeri yang ada di Jakarta Barat sebanyak enam
Madrasah Aliyah Negeri.
Waktu penelitian yang dibutuhkn untuk menyebar
kuesioner pada responden selama dua minggu.
E. Sumber Data
Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek
penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.7 Data juga
merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga dapat
menghasilkan informasi atau keterangan yang menunjukkan
fakta dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menarik suatu
kesimpulan.8 Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini,
yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah suatu objek ataupun dokumen asli
yang berupa material mentah dari pelaku utamanya yang
disebut sebagai first hand information. Data-data yang
7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta:
Kencana Prenadamedia, 2010), 119. 8 Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 16.
34
dikumpulkan di sumber primer ini berasal dari situasi
langsung yang aktual ketika suatu oeristiwa itu terjadi.9 Data
primer dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang telah
diisi oleh responden, yaitu siswi MAN se-Jakarta Barat.
Data sekunder adalah data yang didapat dari tangan
kedua atau sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian
yang telah ada sebelumnya. Data sekunder dapat berupa foto,
artikel, buku, dan jurnal ilmiah.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
berupa angket. Angket atau kuesioner merupakan sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau
opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap
fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh
responden.10
Pada penelitian ini, responden diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan oleh
peneliti dalam bentuk pertanyaan terstruktur yang berkaitan
dengan topik penelitian.
Jenis angket dalam penelitian ini adalah angket
tertutup. Dimana peneliti sudah menyediakan pilihan
jawaban atas pertanyaan yang ada dalam bentuk setuju atau
9 Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika
Aditama, 2009), 266. 10
Anwar, S., Pemahaman Individu, Observasi, Checklist, Interview,
Kuesioner, dan Sosiometri (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 168.
35
tidak setuju dengan skor tertentu pada setiap jawaban yang
nantinya akan diukur menggunakan skala likert.
G. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-
gejala, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.11
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi
Madrasah Aliyah Negeri se-Jakarta Barat sebanyak 2.231
siswi.
Tabel 3.1
Jumlah siswi MAN se-Jakarta Barat
Madrasah Aliyah Negeri Jumlah Siswi
MAN 1 Jakarta 403
MAN 10 Jakarta 351
MAN 12 Jakarta 451
MAN 16 Jakarta 385
MAN 17 Jakarta 286
MAN 22 Jakata 355
Total 2231
Sumber: MAN se-Jakarta Barat
11
Nawawi, H., Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta:
Gajahmada University Pers, 1998), 141.
36
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana
hanya sebagian populasi saja yang diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari suatu populasi.12
Sederhananya, sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.13
Untuk mengetahui ukuran sampel dalam penelitian ini,
maka digunakan teknik Slovin. Adapun rumusnya sebagai
berikut:
Rumus:
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
E = perkiraan tingkat kesalahan
Berdasarkan rumus Slovin di atas, diperoleh jumlah
sampel untuk mewakili populasi dengan menggunakan
standar deviasi 10%.
(
)
12
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 56. 13
Arikunto, S., Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), 109.
37
( )
( )
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Slovin, diketahui jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 96 orang. Karena jumlah populasi dari setiap strata
tidak sama, maka dalam penelitian ini menggunakan
rumus Proportionate Stratified Random Sampling untuk
mendapatkan jumlah sampel yang sebanding dari setiap
strata, sesuai dengan proporsi ukurannya. Adapun
rumusnya sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan:
Ni = Jumlah populasi penelitian masing-masing
kelompok
N = Jumlah populasi penelitian
n = Ukuran sampel penelitian
38
Tabel 3.2
Proporsionate Stratified Random Sampling
No MAN Rumus ni
(hasil)
1. MAN 1 Jakarta
18
2. MAN 10 Jakarta
16
3. MAN 12 Jakarta
20
4. MAN 16 Jakarta
17
5. MAN 17 Jakarta
13
6. MAN 22 Jakarta
16
Jumlah 100
Sumber: Hasil pengolahan data
H. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik pengambilan anggota sampel dengan lebih
mengutamakan sifat populasi dalam menentukan sampel
penelitian.14
Karakteristik untuk menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah:
1. Merupakan siswi Madrasah Aliyah Negeri Jakarta Barat.
14
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta:
Kencana, 2009), 115.
39
2. Pernah menonton tayangan tutorial make up back to
school di Youtube.
3. Memakai make up.
I. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.15
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel. variabel bebas (independent variable/X) dan
variabel terikat (dependent variable/Y).
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi
mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini
dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang
menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian.16
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah konten
Youtube tutorial make up back to School.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi variabel bebas. Keberadaan variabel ini
adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus/topik
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2011), 38. 16
Priyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Sidoarjo: Zifatama
Publishing, 2016), 58.
40
penelitian.17
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini
adalah perbedaan perilaku imitasi Siswi MAN se-Jakarta
Barat.
J. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai
variabel yang dirumuskan berdasarkan variabel-variabel
tersebut yang dapat diamati.18
Adapun dalam penelitian ini terdapat indikator-indikator
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Definisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator Skala
Variabel X
Konten
Youtube
tutorial
make up
Kognitif
(Penerimaan
informasi)
1. Menambah
wawasan
mengenai make
up
2. Mengetahui tata
cara ber-make up
3. Memahami arti
make up
Likert
Afektif
(Perasaan)
1. Tertarik terhadap
konten
2. Tertarik dengan
beauty vlogger
3. Senang dengan
hasil make up yang
diberikan
4. Tertarik dengan
Likert
17
Priyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Sidoarjo: Zifatama
Publishing, 2016), 58. 18
Azwar, S., Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003),
74.
41
Sumber: Hasil pengolahan data
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
konsep video Likert
Konatif
(Sikap dan
perilaku)
1. Mulai memakai
make up
2. Meniru tutorial
yang diberikan
beauty vlogger
Likert
Variabel Y
Perilaku
Imitasi
Siswi
MAN se-
Jakarta
Barat
Atensi
(perhatian)
1. Menaruh perhatian
terhadap konten
2. Menaruh perhatian
terhadap beauty
vlogger
3. Menaruh perhatian
terhadap hasil
Likert
Retensi
(proses
mengingat)
1. Mengingat
terhadap konten
2. Mengingat beauty
vlogger
3. Mengingat teknik
ber-make up
4. Mengingat produk
5. Mengingat hasil
Likert
Reproduksi
motor
1. Perilaku
menggunakan
make up
2. Perilaku berhias
diri dalam Islam
Likert
Motivasional 1. Kepuasan diri Likert
42
fakta-fakta empiris yang diperoleh dari melalui pengumpulan
data.19
Menurut Kriyantono, hipotesis berasal dari kata hypo
yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. Dari
dua kata tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis adalah
pendapat yang kurang, maksudnya hipotesis merupakan
pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu
kebenarannya, masih harus diuji lebih dahulu karenanya
bersifat sementara atau dugaan awal.20
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: μl = μp // H0: μl – μp = 0 → Ada perbedaan pengaruh
konten tutorial make up
back to school di
Youtube terhadap
perilaku imitasi siswi
MAN se-Jakarta Barat.
H1: μl ≠ μp // H1: μl – μp ≠ 0 → Tidak ada perbedaan
pengaruh konten
tutorial make up back
to school di Youtube
terhadap perilaku
19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2011), 71. 20
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:
Kencana, 2006), 28.
43
imitasi siswi MAN se-
Jakarta Barat.
L. Uji Instrumen
Instrumen adalah suatu alat yang dapat digunakan
untuk memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan
informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan
dengan menggunakan pola ukur yang sama.21
1. Skala Likert
Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang
suatu objek atau fenomena tertentu.22
Dengan
menggunakan skala likert, variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi
indikator, indikator dijabarkan menjadi subindikator yang
dapat diukur. Akhirnya subindikator dapat dijadikan tolak
ukur untuk membuat pertanyaan/pernyataan.
Adapun skala likert pada penelitian ini menggunakan
empat kategori penilaian yang masing-masing kategori
diberi bobot nilai atau skor, sebagai berikut:
Tabel 3.4
Skala Pengukuran Instrumen
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
21
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 75. 22
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 50.
44
Setuju 4 Setuju 2
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5 Sumber: Hasil pengolahan data
2. Uji Validitas
Uji validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.23
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
instrumen yang digunakan valid dan dapat dipercaya.
Instrumen penelitian dianggap valid jika rhitung > rtable
(lihat di lampiran) dengan n = 30 dengan taraf signifikan
5% yaitu 0,361 atau jika mempunyai nilai rhitung yang lebih
besar dari r standar yaitu 0,3.24
3. Uji Realibilitas
Realibilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat pengukur yang sama pula.25
Salah satu teknik yang digunakan untuk mengukur
realibitas adalah teknik Alpha Cronbach. Teknik atau
rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu instrumen penelitian reabel atau tidak, bila jawaban
yang diberikan responden berbentuk skala, seperti 1-3, 1-
5, dan 1-7 atau jawaban responden yang
23
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 75. 24
Muhammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:
Publica Instute, 2010), 109 25
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 87.
45
menginterpretasikan penilaian sikap.26
Dengan
menggunakan teknik ini, kriteria suatu instrumen
dikatakan reabel apabila koefisien realibilitas (r11) > 0,6.
Tabel 3.5
Tingkat Realibilas Teknik Alpha Cronbach
Alpa Tingkat Reliabilitas
0,0-0,20 Kurang Reliabel
>0,20-0,40 Agak Reliabel
>0,40-0,60 Cukup Reliabel
>0,60-0,80 Reliabel
>0,80-1,00 Sangat Reliabel Sumber: Hasil pengolahan data
M. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif menggunakan untuk
menganalisis data. Berdasarkan cara pengolahan data terdapat
dua teknik analisis statistik, yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial (statistik induksi). Dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Statistik
inferensial adalah serangkaian teknik yang digunakan untuk
mengkaji, menaksir, dan mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan
karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Oleh karena itu,
statistik inferensial disebut juga statistik induksi atau statistik
penarikan kesimpulan.27
26
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 90. 27
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Kencana, 2017), 2.
46
1. Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskal Wallis adalah uji nonparametric berbasis
peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah
perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih
kelompok variable independen pada variable dependen
yang berskala data numeric (interval/rasio) dan skala
ordinal.28
Rumus:
KW = *
( )∑
+ ( )
N: Jumlah total data
Nj: Jumlah data per variable,
Rj: Jumlah Ranking
Dengan syarat pengambilan keputusan
a. Jika angka probabilitas atau signifikansi >0,05 maka
H0 diterima
b. Jika angka probabilitas atau signifikansi <0,05 maka
H0 ditolak.
c. Jika H0 ditolah maka didakan uji lanjutan atau biasa
disebut uji Post Hoc.
28 Anwar Hidayat, Penjelasan dan Teori Uji Kruskal Walllis H, Dipetik
November 13, 2018, dari Statistikian, (Jakarta: www.statistikian.com, 2017,
Maret 23).
47
2. Uji Post Hoc : Uji Mann Whitney U Test
Uji Mann Whitney U Test adalah uji nonparametric yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan median 2
kelompok bebas apabila skala data variable terikatnya
adalah ordinal.29
Sebagai uji lanjutan dalam penelitian ini,
uji Mann Whitney U Test digunakan untuk
membandingkan masing-masing dua kelompok sampel.
Dengan dasar pengambila keputusa sebagai berikut:
a. Jika angka probabilitas atau signifikansi >0,05 maka
H0 diterima
b. Jika angka probabilitas atau signifikansi <0,05 maka
H0 ditolak.
29 Anwar Hidayat, Penjelasan Uji Mann Whitney U Test - Lengkap,
Dipetik November 13, 2018, dari Statistikian, (Jakarta: www.statistikian.com,
2017, Maret 23).
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Distribusi Frekuensi
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar
2.231 siswi MAN se-Jakarta Barat dengan jumlah siswi
masing-masing madrasah seperti yang sudah dipaparkan pada
BAB III Metode Penelitian. Yang selanjutnya ditarik sampel
sebesar 100 siswi berdasarkan perhitungan menggunakan
rumus Slovin. Setelah didapatkannya jumlah sampel
keseluruhan, selanjutnya sampel setiap kelompok sampel
dibagi berdasarkan rumus Proportionate Stratified Random
Sampling untuk mendapatkan jumlah sampel yang sebanding
dari setiap kelompok, sesuai dengan proporsi ukurannya.
Berikut distribusi sampel untuk masing-masing kelompok
sampel.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi
MAN_1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kelas XII 18 18.0 100.0 100.0
Missing System 82 82.0 Total 100 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
49
Untuk MAN 1 Jakarta dengan populasi sebesar 403
siswi dihasilkan sampel sebesar 18 siswi yang seluruhnya
terdiri dari siswi kelas XII.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi
MAN_10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kelas XII 16 16.0 100.0 100.0
Missing System 84 84.0 Total 100 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Untuk MAN 10 Jakarta dengan populasi sebesar 351
siswi dihasilkan sampel sebesar 16 siswi yang seluruhnya
terdiri dari siswi kelas XII.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
MAN_12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kelas XI 7 7.0 35.0 35.0
kelas XII 13 13.0 65.0 100.0
Total 20 20.0 100.0 Missing System 80 80.0 Total 100 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Untuk MAN 12 Jakarta dengan populasi sebesar 451
siswi dihasilkan sampel sebesar 20 siswi yang terdiri dari 7
siswi kelas XI dan 13 siswi kelas XII.
50
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi
MAN_16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kelas XII 17 17.0 100.0 100.0
Missing System 83 83.0 Total 100 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Untuk MAN 16 Jakarta dengan populasi sebesar 385
siswi dihasilkan sampel sebesar 17 siswi yang seluruhnya
terdiri dari siswi kelas XII.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi
MAN_17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kelas XI 6 6.0 46.2 46.2
kelas XII 7 7.0 53.8 100.0
Total 13 13.0 100.0 Missing System 87 87.0 Total 100 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Untuk MAN 17 Jakarta dengan populasi sebesar 286
siswi dihasilkan sampel sebesar 13 siswi yang terdiri dari 6
siswi kelas XI dan 7 siswi kelas XII.
51
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi
MAN_22
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kelas XI 9 9.0 56.3 56.3
kelas XII 7 7.0 43.8 100.0
Total 16 16.0 100.0 Missing System 84 84.0 Total 100 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Untuk MAN 22 Jakarta dengan populasi sebesar 355
siswi dihasilkan sampel sebesar 16 siswi yang terdiri dari 9
siswi kelas XI dan 7 siswi kelas XII.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan responden
kepada siswi kelas XI dan XII, dengan alasan bahwa untuk
siswi kelas X masih dalam tahap peralihan dari SMP ke
SMA, jadi masih belum terlalu paham akan make up.
B. Pengelolaan Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Dalam uji validitas instrumen yang dilakukan
dengan bantuan SPSS versi 24 bertujuan untuk
mengetahui valid tidaknya setiap butir pernyataan yang
diajukan kepada responden. Teknik yang digunakan untuk
uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan
membandingkan r-hitung dengan r-tabel pada tingkat
signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Dengan jumlah
responden 100 orang maka r-tabel sebesar 0,195. Adapun
52
syarat dinyatakan validnya sebuah pertanyaan jika r-
hitung lebih besar dari r-tabel, begitupula sebaliknya.
Tabel 4.7 Uji Validitas
Item
Pertanyaan
Pearson
Correlation
(r Hitung)
r-Tabel
(Signifikan
si 0,5)
Keputusan
Pertanyaan 1 0,578 0,195 Valid
Pertanyaan 2 0,548 0,195 Valid
Pertanyaan 3 0,340 0,195 Valid
Pertanyaan 4 0,567 0,195 Valid
Pertanyaan 5 0,604 0,195 Valid
Pertanyaan 6 0,568 0,195 Valid
Pertanyaan 7 0,619 0,195 Valid
Pertanyaan 8 0,397 0,195 Valid
Pertanyaan 9 0,558 0,195 Valid
Pertanyaan 10 0,807 0,195 Valid
Pertanyaan 11 0,578 0,195 Valid
Pertanyaan 12 0,500 0,195 Valid
Pertanyaan 13 0,270 0,195 Valid
Pertanyaan 14 0,629 0,195 Valid
Pertanyaan 15 0,595 0,195 Valid
Pertanyaan 16 0,584 0,195 Valid
Pertanyaan 17 0,722 0,195 Valid
Pertanyaan 18 0,717 0,195 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 24, seluruh
pertanyaan dinyatakan valid karena r-hitung tiap
pertanyaan lebih besar dari r-tabel. Dengan demikian
butir-butir pertanyaan dalam instrument penelitian dapat
digunakan seluruhnya tanpa perlu di perbaiki.
53
2. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan SPSS versi 25. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha.
Dengan menggunakan teknik ini, kriteria seperti yang
sudah dipaparkan pada BAB III peneltian ini. Berikut
tabel nilai koefisien Cronbach Alpha.
Tabel 4.8 Uji Realibilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.877 18
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 24
Berdasarkan data yang disajikan dalam tebel, nilai
Cronbach Alpha sebesar 0.877, berdasarkan kriteria
tingkatan realibilitas Cronbach Alpha, > 0.800 – 1.00
berarti sangat realiabel. Dengan demikian instrumen yang
dipakai dalam penelitian ini sangat reliabel.
54
C. Analisis Data Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Tabel 4.9
Tanggapan Responden pada Pernyataan 1: Saya tertarik
dengan konten tutorial make up back to school
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.9444
3.3750
3.1500 3.1176 3.4615 3.1250
Median 3.0000
4.0000
3.0000 3.0000 4.0000 3.0000
Mode 3.00 4.00 3.00 3.00 4.00 3.00a
Sum 53.00
54.00 63.00 53.00 45.00 50.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data di atas, hasil rata-rata dari setiap
kelompok sampel memiliki nilai yag berbeda-beda meski
tidak signifikan. sedangkan nilai modus dari MAN 1,
MAN 12, MAN 16, dan MAN 22 adalah tiga berarti
setuju. Sedangkan MAN 10 dan MAN 17 memiliki modus
empat berarti sangat setuju. Berarti mayoritas sampel
setuju dengan pernyataan satu. Karena untuk menonton
sebuah tayangan di Youtube harus terlebih dahulu
memiliki ketertarikan terhadap kontennya.
55
Tabel 4.10
Tanggapan Responden pada Pernyataan 2: Saya
mengingat wajah beauty vlogger yang memberi tutorial
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.8333
3.1250 2.7500 2.2941 3.1538
2.9375
Median 3.0000
3.0000 3.0000 2.0000 3.0000
3.0000
Mode 3.00 3.00 3.00 2.00 3.00 3.00
Sum 51.00 50.00 55.00 39.00 41.00 47.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data di atas, hasil rata-rata dari setiap
kelompok sampel memiliki nilai yag berbeda-beda meski
tidak signifikan. sedangkan nilai modus dari MAN 1,
MAN 10, MAN 12, MAN 17, dan MAN 22 adalah tiga
berarti setuju, hanya MAN 16 yang memiliki modus dua.
Berarti mayoritas sampel setuju dengan pernyataan dua.
Karena setelah muncul ketertarikan akan konten, siswi
yang menonton tanyangan tutorial make up akan
mengingat isi dari konten tersebut termasuk mengingat
orang yang memberikan tutorial tersebut.
Tabel 4.11
Tanggapan Responden pada Pernyataan 3: Saya hanya
menonton setengah dari tayangan
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
56
Mean 2.8333
2.5625 2.6000 2.7647 2.6154 2.8125
Median 3.0000
3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Sum 51.00
41.00 52.00 47.00 34.00 45.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data di atas, dari enam kelompok
sampel yang menjadi subjek penelitian, seluruhnya
memiliki mean dikisaran angka dua. Namun, jika dilihat
dari nilai modus, seluruhnya memiliki modus angka tiga.
yang artinya mayoritas dari setiap kelompok sampel yang
diteliti setuju dengan pernyataan nomor tiga bahwa
mayoritas siswi hanya menonton setengah dari tanyangan
tutorial make up. Meski tidak sedikit pula dari mereka
yang tidak setuju dengan pernyataan nomor tiga.
Tabel 4.12
Tanggapan Responden pada Pernyataan 4: Saya tertarik
karena mendapat pengetahuan mengenai produk
kecantikan yang aman untuk remaja
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.6111
3.7500 3.4500 3.5882
4.0000
3.5625
Median 4.0000
4.0000 3.0000 4.0000
4.0000
4.0000
Mode 4.00 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00
Sum 65.00
60.00 69.00 61.00 52.00 57.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
57
Dari data di atas dapat dilihat bahwa MAN 1, MAN
10, MAN 12, MAN 16, dan MAN 22 memiliki mean
dikisaran angka tiga. dan MAN 17 memiliki Mean
mencapai angka empat yang berarti sangat setuju. Dan
lima sekolah, yaitu MAN 1, MAN 10, MAN 16, MAN 17,
dan MAN 22 memiliki modus di angka tiga. dan MAN 12
memiliki modus di angka empat. Dapat disimpulkan
bahwa setiap sampel setuju dengan pernyataan nomor
empat. Mereka menonton konten tutorial make up untuk
mendapatkan informasi mengenai make up, termasuk
produk-produk make up yang cocok untuk remaja seperti
mereka.
Tabel 4.13
Tanggapan Responden pada Pernyataan 5: Saya
mengingat produk-produk kecantikan yang digunakan
oleh beauty vlogger
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.1667
3.1250 2.6500 3.0000
3.2308
3.0625
Median 3.0000
3.0000 3.0000 3.0000
3.0000
3.0000
Mode 3.00 3.00 3.00 3.00a 3.00 3.00
Sum 57.00
50.00 53.00 51.00 42.00 49.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari data di atas menunjukan bahwa nilai mean
yang dimiliki setiap sekolah tidak memiliki perbedaan
58
yang signifikan satu sama lain. Mayoritas sampel
dari setiap sekolah menjawab setuju dengan pernyataan
nomor 5, dapat dilihat dari nilai modus setiap sekolah
berada di angka tiga, yang berarti setuju. Ketika seseorang
tertarik akan sesutau, maka Ia akan mengingat hat itu,
seperti yang dijelaskan oleh teori Pembelajaran Sosial.
Begitupun dengan para responden yang tertarik dengan
konten tutorial make up karena tertarik dengan info
mengenai produk make up, maka mereka akan mengingat
produk make up yang digunakan dan di sarankan oleh
beauty vlogger.
Tabel 4.14
Tanggapan Responden pada Pernyataan 6: Saya membeli
produk kecantikan yang disarankan Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.4444
2.8125 2.6500 2.7647
3.2308
3.0000
Median 2.0000
3.0000 3.0000 3.0000
3.0000
3.0000
Mode 2.00 3.00 2.00a 3.00 3.00 3.00
Sum 44.00
45.00 53.00 47.00 42.00 48.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari data di atas menunjukan bahwa setiap
kelompok sampel tidak memiliki perbedaan yang
signifikan pada nilai mean. Begitupun dengan nilai
modus, lima dari enam kelompok memiliki modus tiga
59
yang artinya setuju. Hanya MAN 1 yang memiliki nilai
modus 2 yang berarti setuju. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden membeli produk kecantikan yang
disarankan oleh beauty vlogger.
Tabel 4.15
Tanggapan Responden pada Pernyataan 7: Saya
tertarik dengan isi konten karena memberi pengetahuan
tentang make up untuk ke sekolah.
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.0556
3.2500 2.8000 3.1765 3.4615 2.8125
Median 3.0000
3.5000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 4.00 3.00 4.00 3.00 3.00
Sum 55.00
52.00 56.00 54.00 45.00 45.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari data di atas menjelaskan bahwa mean dari
setiap kelompok tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. dan modus dari setiap kelompok berada pada
jawaban setuju dan sangat setuju. Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden setuju dengan pernyataan
nomor 7 karena sesuai dengan konten yang disajikan yaitu
toturial make up untuk ke sekolah, maka responden
menonton konten ini untuk mendapatkan informasi
mengenai tips make up untuk ke sekolah.
60
Tabel 4.16
Tanggapan Responden pada Pernyataan 8: Menurut saya
hasil make up yang dihasilkan biasa saja
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.6111
2.6250 2.5000 2.8235 2.8462 2.5625
Median 3.0000
3.0000 2.5000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 3.00 2.00a 3.00 3.00 3.00
Sum 47.00
42.00 50.00 48.00 37.00 41.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Data di atas menunjukan nilai mean dari setiap
kelompok sampel berada dikisaran angka dua. dan nilai
modus berada di angka tiga, kecuali MAN 12 yang
memiliki nilai modus di angka dua. dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden dari MAN 1, MAN 10, MAN
16, MAN 17, dan MAN 22 setuju dengan pernyataan
nomor delapan bahwa make up yang di hasillkan biasa
saja karena tidak sesuai dengan keinginan dan selera
mereka. Sedangakan mayoritas responden dari MAN 12
menjawab tidak setuju dengan pernyataan nomor delapan,
yang berarti make up yang dihasilkan beauty vlogger tidak
biasa saja.
61
Tabel 4.17
Tanggapan Responden pada Pernyataan 9: Saya tertarik
dengan hasil make up yang dihasilkan
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.2222
3.4375 3.3500 3.2353 3.4615 3.3125
Median 3.0000
3.5000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 4.00 3.00 3.00a 3.00 3.00
a
Sum 58.00
55.00 67.00 55.00 45.00 53.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Data di atas menunjukan kesamaan nilai mean dari
setiap kelompok yang berada dikisaran angka tiga. Dan
MAN 1, MAN 12, dan MAN 17 sama-sama memiliki
modus bernilai tiga, MAN 10 memiliki modus bernilai
tiga. Sedangkan MAN 16 dan MAN 22 sama-sama
memiliki modus tiga dan empat. Jika disimpulkan,
mayoritas responden dari tiap kelompok setuju dengan
pernyataan nomor sembilan. Mereka tertarik dengan hasil
make up yang dihasilkan oleh beauty vlogger, meski
mereka mayoritas responden menjawab setuju pernyataan
nomor delapan bahwa hasil make up yang dihasilkan biasa
saja, namun mereka tetap merasa tertarik.
62
Tabel 4.18
Tanggapan Responden pada Pernyataan 10: Saya ingat
beauty vlogger yang memiliki hasil make up yang cocok
untuk ke sekolah
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.7222
3.1875 2.6500 2.8235 3.2308 3.0625
Median 3.0000
3.0000 2.5000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 2.00 4.00 2.00 4.00 3.00 4.00
Sum 49.00
51.00 53.00 48.00 42.00 49.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari data di atas menunjukan bahwa setiap
kelompok sampel memiliki perbedaan nilai mean yang
tidak signifikan. Untuk nilai modus, MAN 10, MAN 16,
MAN 22 memiliki nilai modus yang sama yaitu empat,
sangat setuju, dan MAN 17 memiliki nilai modus tiga,
setuju. yang berarti keempat sampel kelompok ini setuju
dan sangat setuju dengan pernyataan nomor sepuluh
bahwa mereka mengingat beauty vlogger yang memiliki
hasil make up yang sesuai untuk ke sekolah. Karena tidak
semua beauty vlogger memiliki hasil yang benar-benar
cocok untuk ke sekolah. Sedangkan kelompok responden
dari MAN 1 dan MAN 12 memiliki nilai modus dua, tidak
setuju. Karena tips yang terlalu banyak, membuat para
responden tidak mengingat detail make up yang telah
mereka tonton.
63
Tabel 4.19
Tanggapan Responden pada Pernyataan 11: Saya
mengingat hasil dari make up yang diberikan
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.0000
3.0625 2.9500 2.8824 3.0769 3.1250
Median 3.0000
3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 2.00a 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Sum 54.00
49.00 59.00 49.00 40.00 50.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada nilai mean setiap
kelompok sampel. Dan nilai modus yang dimiliki setiap
kelompok sampel berada di angka tiga. Untuk MAN 1
memiliki memiliki modus yang sama antara banyaknya
responden yang menjawab tidak setuju, setuju, dan tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
dari setiap kelompok responden setuju dengan pernyataan
nomor sebelas. Mereka mengingat hasil yang make up
yang dihasilkan oleh beauty vlogger sebagai tanda
ketertarikan akan hasil.
Tabel 4.20
Tanggapan Responden pada Pernyataan 12: Saya
memakai make up yang natural ke sekolah
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
64
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.1667
3.0625 3.2000 3.6471 3.5385 3.3750
Median 3.0000
3.0000 3.0000 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 4.00 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00
Sum 57.00
49.00 64.00 62.00 46.00 54.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Data di atas menunjukan bahwa meski terdapat
perbedaan nilai mean, tetapi tidak signifikan, karena
setiap kelompok sampel memiliki nilai mean di kisaran
angka tiga. dan untuk nilai modus, masing-masing
memiliki nilai modus empat, kecuali MAN 12 yang
memiliki nilai mean tiga, namun, tetap dalam taraf setuju.
Dapat simpulkan bahwa mayoritas responden dari setiap
kelompok sampel sangat setuju dengan pernyataan nomor
dua belas, bahwa mereka memakai make up yang natural
ke sekolah. Dalam tahapan di teori Pembelajaran Sosial,
mereka telah memasuki tahap reproduksi motorik.
Tabel 4.21
Tanggapan Responden pada Pernyataan 13: Saya tidak
ingat saran apa saja yang diberikan oleh beauty vlogger
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.8333
2.3750 2.6500 2.9412 2.8462 2.7500
Median 3.0000
2.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00
65
Sum 51.00
38.00 53.00 50.00 37.00 44.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data di atas, nilai mean dari setiap
kelompok berada di kisaran angka dua. dan nilai modus
setiap kelompok sampel bernilai tiga, kecuali MAN 10
yang memiliki nilai modus dua. yang berarti lima dari
enam kelompok sampel setuju bahwa mereka tidak
mengingat saran yang diberikan oleh beauty vlogger.
Sedangkan MAN 10, mayoritas responden menjawab
tidak setuju dengan pernyataa nomor tiga belas.
Tabel 4.22
Tanggapan Responden pada Pernyataan 14: Setelah
menonton tayangan tutorial make up untuk ke sekolah
saya merasa puas
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.8889
2.9375 2.6000 3.3529 3.3077 3.0000
Median 3.0000
3.0000 2.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 2.00 2.00 3.00 3.00 3.00
Sum 52.00
47.00 52.00 57.00 43.00 48.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data di atas, terdapat perbedaan yang
tidak signifikan dalam nilai mean setiap kelompok
sampel. Dalam nilai modus, empat dari enam kelompok
sampel, yaitu MAN 1, MAN 16, MAN 17, dan MAN 22
66
memiliki nilai modus tiga, berarti setuju. Sedangkan
MAN 10 dan MAN 12 sama-sama memiliki nilai modus
dua, berarti tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden setuju dengan pernyataan nomor
empat belas, bahwa mereka merasa puas setelah
menonton tayang konten tutorial make up untuk ke
sekolah. Kepuasan ini dapat memicu motorik mereka
untuk meniru apa yang mereka tonton.
Tabel 4.23
Tanggapan Responden pada Pernyataan 15: Saya tertarik
dengan review produk untuk remaja yang diberikan
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.2778
3.5000 2.9500 2.7647 3.1538 3.1250
Median 3.0000
4.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 4.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Sum 59.00
56.00 59.00 47.00 41.00 50.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Data di atas menunjukan nilai mean yang berbeda-
beda dari tiap kelompok sampel, meski tidak signifikan.
Namun nilai modus yang dimiliki lima dari enam
kelompok sampel, kecuali MAN 10, sama-sama memiliki
nilai modus tiga, berarti setuju. Sedangkan MAN 10
memiliki nilai modus empat, berarti sangat setuju. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas sampel setuju dengan
67
pernyataan nomor lima belas, bahwa mereka tertarik
dengan ulasan produk kecantikan yang diberikan oleh
beauty vlogger. Ketertarikan akan ulasan produk ini akan
berdampak pada ketertarikan responden untuk membeli
produk yang diulas oleh beauty vlogger.
Tabel 4.24
Tanggapan Responden pada Pernyataan 16: Saya
mengingat tips dan trik yang diberikan oleh beauty
vlogger
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 3.1667
2.9375 2.8000 3.2941 3.0000 3.3125
Median 3.0000
3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Sum 57.00
47.00 56.00 56.00 39.00 53.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data di atas bahwa perbedaan nilai
mean pada setiap kelompok responden tidak signifikan.
Untuk nilai modus, seluruh kelompok tidak memiliki
perbedaan, masing-masing memiliki nilai modus tiga,
yang berarti setuju. Dapat di simpulkan bahwa mayoritas
dari setiap kelompok responden setuju dengan pernyataan
nomor enam belas. Mereka mengingat tips dan trik dalam
ber-make up yang diberikan oleh beauty vlogger. Tahap
68
mengingat ini akan berdampak pada keingin meniru apa
yang ada dalam ingatan.
Tabel 4.25
Tanggapan Responden pada Pernyataan 17: Saya
mengikuti tips dan trik yang diberikan untuk memakai
make up ke sekolah
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.6111
2.5625 2.6000 2.8824 3.0000 2.6250
Median 2.5000
2.5000 2.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 2.00 2.00 2.00 2.00a 3.00 3.00
Sum 47.00
41.00 52.00 49.00 39.00 42.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari data di atas menunjukan adanya perbedaan nilai
mean dari setiap kelompok responden, meski tidak ada
perbedaan yang signifikan. Untuk nilai modus, kelompok
sampel MAN 1, 10, dan 12 memiliki nilai modus dua,
yang berarti tidak setuju. Sedang kelompok sampel MAN
17 dan 22 memiliki nilai modus tiga. Kelompok sampel
MAN 16 memiliki dua nilai modus, yaitu tidak setuju dan
setuju. Berarti mayoritas responden tidak setuju dengan
pernyataan nomor tujuh belas, bahwa mereka mengikuti
tips dan trik yang diberikan beauty vlogger. Namun, tidak
sedikit dari responden setuju dengan pernyataan ini. Hal
ini berarti mereka memasuki tahap ketiga yaitu proses
69
reproduksi motoric sesuai dengan teori Pembelajaran
Sosial.
Tabel 4.26
Tanggapan Responden pada Penyataan 18: Saya merasa
puas dapat terlihat menarik dengan memakai make up ke
sekolah seperti yang disarankan
Statistics
MAN_1
MAN_10
MAN_12
MAN_16
MAN_17
MAN_22
N Valid 18 16 20 17 13 16
Missing 82 84 80 83 87 84
Mean 2.6667
2.7500 2.8000 3.0588 3.3846 2.5625
Median 2.5000
3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
Mode 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00a 3.00
Sum 48.00
44.00 56.00 52.00 44.00 41.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Data di atas menunjukan bahwa perbedaan nilai
mean yang dimiliki setiap kelompok sampel tidak
signifikan. Dan nilai modus yang dimiliki lima dari enam
kelompok sampel, kecuali MAN 1, masing-masing
memiliki nilai tiga, berarti setuju. Sedangkan, MAN 1
memiliki nilai modus dua, berarti tidak setuju. Dan MAN
17 memiliki nilai modus yang sama antara setuju dan
sangat setuju. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
kelompok sampel setuju dengan pernyataan nomor
delapan belas, bahwa mereka merasa puas karena terlihat
menarik dengan memakai make up seperti tips dan trik
yang diberikan oleh beauty vlogger. Rasa puas ini
70
merupakan rewards bagi mereka setelah meniru apa yang
mereka tonton. Dan tahap ini termasuk tahap terakhir
dalam proses pembelajaran atau peniruan.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis
digunakan untuk meneliti uji beda pada kelompok sampel
lebih dari tiga tidak berpasangan, dengan kriteria
pengambilan keputusan signifikansi >0,05 maka H0
diterima, begitu sebaliknya. Dalam penelitian ini uji
Kruskal Wallis bertujuan untuk meneliti perbedaan
pengaruh konten Youtube tutorial make up back to school
terhadap perilaku imitasi siswi Madrasah Aliyah Negeri
se-Jakarta Barat. Adapun hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 4.27
Rank Uji Kruskal Wallis
Ranks
SEKOLAH N Mean Rank
ATENSI MAN 1 18 51.67
MAN 10 16 59.25
MAN 12 20 40.60
MAN 16 17 47.29
MAN 17 13 63.35
MAN 22 16 45.78
Total 100 RETENSI MAN 1 18 49.44
MAN 10 16 54.16
MAN 12 20 37.03
MAN 16 17 48.24
MAN 17 13 61.77
MAN 22 16 58.13
Total 100
71
REPRODUKSI MOTORIK DAN MOTIVASIONAL
MAN 1 18 41.22
MAN 10 16 44.72
MAN 12 20 41.90
MAN 16 17 60.68
MAN 17 13 70.15
MAN 22 16 50.69
Total 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Tabel 4.28
Uji Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
ATENSI RETENSI
REPRODUKSI MOTORIK DAN MOTIVASIONAL
Kruskal-Wallis H 7.151 7.869 12.434
Df 5 5 5
Asymp. Sig. .210 .164 .029
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: SEKOLAH
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan data dia atas menunjukan nilai Chi
Square untuk atensi sebesar 7,151 dan signifikasi 0,210.
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji hipotesis,
nilai signifikansi uji Kruskal Wallis penelitian ini dalam
aspek atensi lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan atensi pada konten
tutorial make up back to school terhadap perilaku siswi
MAN se-Jakarta Barat.
Dan data di atas menunjukan nilai Chi Square untuk
retensi sebesar 7,869 dan signifikasi 0,164. Berdasarkan
kriteria pengambilan keputusan uji hipotesis, nilai
signifikansi uji Kruskal Wallis penelitian ini dalam aspek
72
retensi lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti
bahwa tidak terdapat perbedaan retensi pada konten
tutorial make up back to school terhadap perilaku siswi
MAN se-Jakarta Barat.
Hal ini juga terlihat dari nilai rank mean tiap
kelompok sample. Meski terdapat perbedaan, namun tidak
signifikan. perbedaan tersebut disebabkan oleh jumlah
sampel dari masing-masing kelompok sampel berbeda-
beda.
Sedangkan pada aspek reproduksi motorik dan
motivasional menunjukan nilai Chi Square sebesar 12,434
dan signifikansi 0,29. Berdasarkan kriteria pengambilan
keputusan uji hipotesis, nilai signifikansi uji Kruskal
Wallis penelitian ini dalam aspek reproduksi motorik dan
motivasional kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat perbedaan reproduksi motorik dan
motivasional pada konten tutorial make up back to school
terhadap perilaku siswi MAN se-Jakarta Barat.
3. Uji Post Hoc : Mann Whitney U Test
Setelah melihat hasil analisis menggunakan Kruskal
Wallis, terdapat perbedaan pada aspek reproduksi motoric
dan motivasional antara kelompok sampel. Maka,
dilakukan uji lanjutan yang biasa di sebut uji post hoc.
Dalam penelitian ini uji post hoc menggunakan teknik
analisis Mann Whitnet U Test untuk membandingkan dua
73
kelompok sampel untuk dilihat pebedaannya. Berikut
hasil pengujian analisis Mann Whitney:
Tabel 4.29
Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 10
Test Statisticsa
Reproduksi motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 139.000
Wilcoxon W 310.000
Z -.174
Asymp. Sig. (2-tailed) .862
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .878b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 1 dan MAN
10 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,862, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 1 dengan
MAN 10.
Tabel 4.30
Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 12
Test Statisticsa
Reproduksi motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 177.000
Wilcoxon W 348.000
Z -.089
74
Asymp. Sig. (2-tailed) .929
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .942b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 1 dan MAN
12 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,929, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 1 dengan
MAN 12.
Tabel 4.31
Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 16
Test Statisticsa
Reproduksi motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 90.500
Wilcoxon W 261.500
Z -2.085
Asymp. Sig. (2-tailed) .037
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .038b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 1 dan MAN
16 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
75
sebesar 0,037, kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat perbedaan reproduksi motorik dan
motivasional pada konten tutorial make up back to school
terhadap perilaku siswi MAN 1 dengan MAN 16.
Tabel 4.32
Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 17
Test Statisticsa
Reproduksi motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 45.500
Wilcoxon W 216.500
Z -2.881
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .003b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 1 dan MAN
17 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,004, kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat perbedaan reproduksi motorik dan
motivasional pada konten tutorial make up back to school
terhadap perilaku siswi MAN 1 dengan MAN 17.
Tabel 4.33
Uji Mann Whitney MAN 1 dan MAN 22
Test Statisticsa
Reproduksi motorik dan
Motivasional
76
Mann-Whitney U 119.000
Wilcoxon W 290.000
Z -.869
Asymp. Sig. (2-tailed) .385
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .403b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 1 dan MAN
22 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,385, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 1 dengan
MAN 22.
Tabel 4.34
Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 12
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 157.000
Wilcoxon W 293.000
Z -.096
Asymp. Sig. (2-tailed) .923
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .937b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
77
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 10 dan MAN
12 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,923, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 10 dengan
MAN 12.
Tabel 4.35
Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 16
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 94.500
Wilcoxon W 230.500
Z -1.506
Asymp. Sig. (2-tailed) .132
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .136b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 10 dan MAN
16 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,132, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 10 dengan
MAN 16.
78
Tabel 4.36
Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 17
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 62.500
Wilcoxon W 198.500
Z -1.837
Asymp. Sig. (2-tailed) .066
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .068b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 10 dan MAN
17 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,066, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 10 dengan
MAN 17.
Tabel 4.37
Uji Mann Whitney MAN 10 dan MAN 22
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 116.500
Wilcoxon W 252.500
Z -.437
79
Asymp. Sig. (2-tailed) .662
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .669b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 10 dan MAN
22 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,662, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 10 dengan
MAN 22.
Tabel 4.38
Uji Mann Whitney MAN 12 dan MAN 16
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 101.500
Wilcoxon W 311.500
Z -2.111
Asymp. Sig. (2-tailed) .035
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .036b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 12 dan MAN
16 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
80
sebesar 0,035, kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat perbedaan reproduksi motorik dan
motivasional pada konten tutorial make up back to school
terhadap perilaku siswi MAN 12 dengan MAN 16.
Tabel 4.39
Uji Mann Whitney MAN 12 dan MAN 17
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 46.500
Wilcoxon W 256.500
Z -3.097
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 12 dan MAN
17 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,002, kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat perbedaan reproduksi motorik dan
motivasional pada konten tutorial make up back to school
terhadap perilaku siswi MAN 12 dengan MAN 17.
Tabel 4.40
Uji Mann Whitney MAN 12 dan MAN 22
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
81
Mann-Whitney U 134.000
Wilcoxon W 344.000
Z -.834
Asymp. Sig. (2-tailed) .404
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .422b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 12 dan MAN
22 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,404, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 12 dengan
MAN 22.
Tabel 4.41
Uji Mann Whitney MAN 16 dan MAN 17
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 87.000
Wilcoxon W 240.000
Z -.994
Asymp. Sig. (2-tailed) .320
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .341b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
82
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 16 dan MAN
17 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,320, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 16 dengan
MAN 17.
Tabel 4.42
Uji Mann Whitney MAN 16 dan MAN 22
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 112.000
Wilcoxon W 248.000
Z -.873
Asymp. Sig. (2-tailed) .383
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .402b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 16 dan MAN
22 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,384, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 16 dengan
MAN 22.
83
Tabel 4.43
Uji Mann Whitney MAN 17 dan MAN 22
Test Statisticsa
Reproduksi Motorik dan
Motivasional
Mann-Whitney U 68.500
Wilcoxon W 204.500
Z -1.571
Asymp. Sig. (2-tailed) .116
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .121b
a. Grouping Variable: MAN b. Not corrected for ties.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan uji
hipotesis, nilai signifikansi uji Mann Whitney U Test
penelitian ini antara kelompok sampel MAN 17 dan MAN
22 dalam aspek reproduksi motorik dan motivasional
sebesar 0,116, lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan reproduksi
motorik dan motivasional pada konten tutorial make up
back to school terhadap perilaku siswi MAN 17 dengan
MAN 22.
4. Interpretasi Penelitian
Ada beberapa tahapan yang dilalui untuk meniru.
Seseorang harus menaruh minat terhadap suatu peristiwa
atau objek. Dalam hal ini para responden menaruh
minatnya terhadap konten dan juga beauty vlogger. Maka,
untuk mengetahui apakah para responden melalui tahap
ini untuk bisa melakukan imitasi, peneliti menanyakan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan minat.
84
Sebagian besar responden menaruh minat terhadap konten
dan beauty vlogger.
Selanjutnya adalah rasa kagum, kekaguman akan
sesuatu merangsang seseorang untuk bisa menjadi seperti
yang dikagumi. Pada akhirnya timbul suatu perilaku
imitasi. Rasa kagum ini membuat seseorang menyimpan
ingatan atas suatu peristiwa atau objek. Untuk mengetahui
apakah para responden melalui tahap ini setelah menaruh
minat yang sama, peneliti menanyakan beberapa
pertanyaan yang hasilnya sebagian besar responden
memiliki kekaguman yang sama akan konten ini. Hal ini
membuat hasil akhir penelitian menujukan tidak ada
perbedaan pengaruh pada aspek retensi.
Setelah perilaku imitasi terjadi, maka akan terjadi
peneguhan dalam diri peniru. Tahap ini menentukan
kelanjutan dari perilaku imitasi. Jika seseorang merasa
puas dengan apa yang dia kerjakan, maka dia akan
mengulangi perbuatannya.
Ada beberapa jenis perilaku imitasi menurut Alber
Bandura, seperti yang telah dipaparkan dalam bab dua.
Dalam penelitian ini, responden berada pada jenis
peniruan secara langsung karena para responden melewati
tahapan-tahapan dalam proses peniruan seperti pada teori
pembelajaran sosial.
Namun, tidak selamanya tahapan-tahapan proses
imitasi berjalan lancar sampai pada tahap akhir.
Terkadang seseorang gagal sampai ke tahap perilaku
85
imitasi. Seperti halnya dalam kasus penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukan bahwa,
meski para responden menyaksikan konten yang sama,
yaitu konten tutorial make up back to school, tetapi
memiliki efek yang berbeda pada perilaku imitasi setiap
responden.
Meski pada aspek atensi dan retensi tidak
menunjukan perbedaan, yang artinya para responden
sama-sama tertarik dan mengingat konten yang mereka
tonton, namun untuk aspek reproduksi motorik dan
motivasional memiliki perbedaan pada beberapa
kelompok sampel. Hal ini berarti bahwa, meski seseorang
tertarik dan mengingat suatu peristiwa yang dilakukan
oleh model, tidak berarti hal itu akan menimbulkan
perilaku imitasi.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa make
up bukanlah hal yang negatif untuk para remaja jika
masih sesuai dengan Syariat Islam dan tidak melakukan
yang dilarang dalam Islam seperti yang telah disampaikan
dalam bab 2. Karena Rasulullah pernah berkata
“sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”.
Make up sendiri berguna untuk memperindah tampilan
seseorang dari luar.
86
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan uji
hipotesis menggunakan teknik analisis Kruskal Wallis, maka
dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbadaan atensi antara tiap kelompok
sampel yaitu Madrasah Aliyah Negeri se-Jakarta Barat.
Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang
cenderung setuju pada pernyataan mengenai atensi. Atensi
dapat terjadi karena adanya rasa tertarik pada suatu hal.
Dalam hal ini responden tertarik dengan beberapa faktor,
yaitu konten, beauty vlogger dan hasil. Atensi menjadi
tahap pembuka dalam proses imitasi, dilihat dari
banyaknya responden yang menjawab setuju dan sangat
setuju pada pernyataan atensi, hal ini menjadi indikasi
bahwa responden menaruh perhatiannya terhadap konten
tutorial make up back to school.
2. Tidak terdapat perbadaan retensi antara tiap kelompok
sampel yaitu Madrasah Aliyah Negeri se-Jakarta Barat.
Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang
cenderung setuju pada pernyataan mengenai retensi.
Retensi merupakan tahap selanjutnya dalam proses imitasi
(pembelajaran). Setelah menaruh perhatian, seseorang
akan mengingat apa yang membuat mereka tertarik.
87
Dalam hal ini, responden akan mengingat beauty vlogger,
hasil, dan segala sesuatu yang disampaikan oleh beauty
vlogger. Dilihat dari banyaknya responden yang
menjawab setuju dan sangat setuju pada pernyataan
retensi, hal ini menjadi indikasi bahwa responden
menaruh berhasil ke tahap selanjutnya, yaitu mengingat
terhadap konten tutorial make up back to school.
3. Terdapat perbadaan reproduksi motorik dan motivasional
antara tiap kelompok sampel yaitu Madrasah Aliyah
Negeri se-Jakarta Barat. Hal ini dapat terlihat dari
jawaban responden yang bervariasi pada pernyataan
mengenai reproduksi motorik dan motivasional. Tahap
yang penting dalam proses imitasi adalah tahap
reproduksi motorik. Karena pada tahap inilah proses
imitasi sebenarnya terjadi. Ketika seseorang memiliki
ingatan tentang sesuatu, maka dia akan terangsang untuk
melakukan seperti apa yang ada dalam ingatannya.
Setelah melakukan tahap imitasi (peniruan), seseorang
akan tiba pada tahap terakhir, yaitu motivasional.
Motivasional adalah rasa puas yang dihasilkan setelah
melakukan peniruan. Ketika seseorang merasa puas
dengan sesuatu yang telah dia lakukan, maka dia akan
cenderung melakukannya kembali.
4. Untuk hasil uji post hoc menggunakan Uji Mann Whitney
U Test pada aspek reproduksi motorik dan motivasional
terdapat 15 perbandingan kelompok sampel. Dengan hasil
keputusan H0 ditolak atau terdapat perbedaan antara
88
kelompok sampel MAN 1 dengan MAN 16, MAN 1
dengan MAN 17, MAN 12 dengan MAN 16, dan MAN
12 dengan MAN 17. Untuk hasil perbandingan kelompok
sampel yang lain, H0 diterima atau tidak terdapat
perbedaan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Semakin populernya make up saat ini membuat make up
menjadi kebutuhan sehari-hari. Keinginan untuk tampil
menarik membuat masyarakat tertarik untuk belajar
menggunakan make up. Tidak hanya orang dewasa, tetapi
para pelajar pun ikut terjangkit demam ber-make up. Hal
ini yang membuat bermunculannya konten tutorial make
up back to school. Oleh karena itu, disarankan bagi para
pelajar untuk lebih memilih tutorial make up yang pantas
untuk dirinya dan sesuai dengan aturan sekolah. Karena
bagaimanapun, tidak ada sekolah yang mengizinkan
siswinya untuk berhias dengan berlebihan ke sekolah.
2. Disarankan agar siswi Madrasah Aliyah Negeri se-Jakarta
Barat lebih memerhatikan cara berhias dirinya agar tetap
sesuai dengan ajaran Islam.
89
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Anwar, S. (2009). Pemahaman Individu, Observasi, Checklist,
Interview, Kuesioner, dan Sosiometri. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ardianto, E. (2007). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.
Bandung: Rekatama Media.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Baskoro, A. (2009). Panduan Praktis Searching di Internet.
Jakarta: PT TransMedia.
Bungin, B. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Effendi, M. S. (2006). Metode Penelitian Survei (editor). Jakarta:
LP3ES.
Gerungan, W. A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Tarsito.
Holmes, D. (2012). Teori Komunikasi: Media, Teknologi, dan
Masyrakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana.
Martono, N. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi
dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
90
Morissan. (2013). Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Mulyadi, M. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Publica Instute.
Nawawi, H. (1998). Metode Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gajahmada University Pers.
Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo:
Zifatama Publishing.
Qardhawi, Y. (2003). Halal dan Haram dalam Islam. Surabaya:
PT Bina Ilmu Surabaya.
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
RI, Departemenen Agama. (2009). Alquran dan Terjemahnya.
Bandung: Diponogoro.
Sentosa, S. (2009). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Severin, J. Werner., W. James. (2009). Teori Komunikasi:
Sejarah, Matode, dan Terapan di dalam Media Massa.
Jakarta: Kencana.
Silalahi, U. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: PT
Refika Aditama.
Siregar, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi
Dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS.
Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sumadiria, Haris. (2014). Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Syam, N. W. (2012). Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu
Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
91
Tamburaka, A. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia
Khalayak Media Massa. Jakarta : Rajawali Pers.
Vivian, J. (2015). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.
INTERNET
Hidayat, A. (2017, Maret 23). Penjelasan dan Teori Uji Kruskal
Walllis H, . Retrieved November 13, 2018, from
Statistikian: www.statistikian.com
Hidayat, A. (2017, Maret 23). Penjelasan Uji Mann Whitney U
Test - Lengkap. Retrieved November 13, 2018, from
Statistikian: www.statistikian.com
L., Y. (2010, Desember 1). Fungsi Make-Up dari Tinjauan
Psikologi. Retrieved Maret 13, 2018, from UBAYA
Universitas: www.ubaya.ac.id
Sa’id, U. (2013, Mei 10). Boleh Berhias, Tapi... (Etika Berhias
Wanita Muslimah). Retrieved Mei 11, 2018, from
muslimah.or.id: www.muslimah.or.id
Setiawan, S. R. (2018). Tahun 2017, Pengguna Internet di
Indonesia Mencapai 143,26 Juta Orang. Jakarta:
KOMPAS.com.
Yasa, A. (2017). Pengguna Youtube di Indonesia Tembus 50
Juta. Jakarta: BISNIS.com.
SKRIPSI DAN JURNAL
Andani, Woro. (2007). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri
Pada Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetik
Wajah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
92
Noviana, M., Yasmi, Teni. (2015). Hubungan Pengetahuan Rias
Wajah Sehari-Hari Dengan Penggunaan Kosmetik Tata
Rias Wajah Di SMKN 3 Klaten. Keluarga. Vol. VI. No. 1.
V., Donna Lita. (2014). Makna Penggunaan Make Up Sebagai
Identitas Diri. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
I. PENGANTAR
1. Angket ini diedarkan kepada Anda dengan maksud
untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan
penelitian dengan judul “Pengaruh Konten Youtube
Tutorial Make Up Back to School Terhadap Prilaku
Imitasi Siswi MAN se-Jakarta Barat.”
2. Partisipasi anda dalam memberikan informasi sangat
kami harapkan.
II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Sebelum mengisi petanyaan bacalah pengisian dengan
cermat.
2. Berilah tanda centang () pada kolom Sangat setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
Setuju (STS) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
3. Jawablah semua pertanyaan sesuai dengan dengan
sejujur-jujurnya.
III. PROFIL RESPONDEN
Nama :
Sekolah :
Kelas :
Saya Pernah Menonton Tayangan Tutorial Make Up Back
Up Back To School (Make Up Untuk Ke Sekolah) Di
Youtube.
A. Ya B. Tidak
No. Pertanyaan SS S TS STS
1.
Saya tertarik dengan konten
tutorial make up back to
school
2. Saya mengingat wajah
beauty vlogger yang
memberi tutorial
3. Saya hanya menonton
setengah dari tayangan
4.
Saya tertarik karena
mendapat pengetahuan
mengenai produk
kecantikan yang aman
untuk remaja
5.
Saya mengingat produk-
produk kecantikan yang
digunakan oleh beauty
vlogger
6. Saya membeli produk
kecantikan yang disarankan
7.
Saya tertarik dengan isi
konten karena memberi
pengetahuan tentang make
up untuk ke sekolah.
8. Menurut saya hasil make up
yang dihasilkan biasa saja
9. Saya tertarik dengan hasil
make up yang dihasilkan
10.
Saya ingat beauty vlogger
yang memiliki hasil make
up yang cocok untuk ke
sekolah
11. Saya mengingat hasil dari
make up yang diberikan
12. Saya memakai make up
yang natural ke sekolah
13.
Saya tidak ingat saran apa
saja yang diberikan oleh
beauty vlogger
14.
Setelah menonton tayangan
tutorial make up untuk ke
sekolah saya merasa puas
15. Saya tertarik dengan review
produk untuk remaja yang
diberikan
16.
Saya mengingat tips dan
trik yang diberikan oleh
beauty vlogger
17.
Saya mengikuti tips dan trik
yang diberikan untuk
memakai make up ke
sekolah
18.
Saya merasa puas dapat
terlihat menarik dengan
memakai make up ke
sekolah seperti yang
disarankan
KONSTRUKSI INSTRUMEN
Variabe
l Y Teori Dimensi
Definisi
Konsep Indikator
Definisi
Operasional Butir Positif
Butir
Negatif
Perilaku
Imitasi
Memak
ai Make
Up
Pada
Siswi
MAN
Imitasi
adalah
suatu
proses
kognisi
untuk
melakuka
n
tindakan
aksi
seperti
yang
dilakukan
oleh
model.
Kecender
1. Atensi
(perha
tian)
2. Reten
si
(meng
ingat)
3. Repro
duksi
Motor
ik
4. Motiv
asiona
l
Perilaku
imitasi
meliputi
atensi,
retensi,
reproduksi
motorik,
dan
motivasio
nal yang
dimiliki
oleh siswi
MAN se-
Jakarta
Barat.
1. Atensi
a. Menaruh
perhatia
n
terhadap
konten
b. Menaruh
perhatia
n
terhadap
hasil
c. Menaruh
perhatia
n
terhadap
produk
Perilaku
imitasi
adalah suatu
proses,
menaruh
perhatian
terhadap
konten,
beauty
vlogger,
hasil make
up, dan
produk. Dan
mengingat
kembali
beauty
1.a.1. Saya tertarik
dengan konten tutorial
make up back to school
(1)
1.a.2. Saya tertarik
dengan isi konten
karena memberi
pengetahuan tentang
make up untuk ke
sekolah (7)
1.c.1. Saya tertarik
dengan hasil make up
yang dihasilkan (9)
1.d.1. Saya tertarik
dengan review produk
untuk remaja yang
1.a.1.
Saya
hanya
menonto
n
setengah
dari
tayangan
(3)
1.c.1.
Menurut
saya
hasil
make up
yang
dihasilka
ungan
meniru
orang lain
adalah
suatu
yang
dipelajari
dan
diperoleh
melalui
suatu
proses
pengkond
isian agar
orang
melakuka
n
peniruan
terhadap
2. Retensi
a. Menging
at beauty
vlogger
b. Menging
at
terknik
ber-
make up
c. Menging
at
produk
d. Menging
at hasil
3. Reproduksi
Motorik
a. Perilaku
menggu
nakan
vlogger,
teknik make
up, produk,
dan hasil.
Dan
perilaku
menggunak
an make up
dan
membeli
produk,
serta rasa
puas diri.
diberikan (15)
1.d.2. Saya tertarik
karena mendapat
pengetahuan mengenai
produk kecantikan yang
aman untuk remaja (4)
2.a.1. Saya mengingat
wajah beauty vlogger
yang memberi tutorial
(2)
2.a.2. Saya ingat beauty
vlogger yang memiliki
hasil make yang cocok
untuk ke sekolah (10)
2.b.1. Saya mengingat
tips dan trik yang
diberikan oleh beauty
vlogger (16)
n biasa
saja (8)
2.b.1.
Saya
tidak
ingat
saran
apa saja
yang
diberika
n oleh
beauty
vlogger
(13)
perilaku
tertentu.
Teori
belajar
sosial
mengatak
an bahwa
belajar
terjadi
dengan
cara
menunjuk
kan
tanggapan
dan
mengala
mi efek-
efek yang
timbul.
make up
b. Membeli
produk
yang
disarank
an
4. Motivasion
al
a. Kepuasa
n diri
2.c.1. Saya mengingat
produk-produk
kecantikan yang
digunakan oleh beauty
vlogger (5)
2.d.1. Saya mengingat
hasil dari make up yang
diberikan (11)
3.a.1. Saya memakai
make up yang natural
ke sekolah (12)
3.a.2. Saya mengikuti
tips dan trik yang
diberikan untuk
memakai make ke
sekolah (17)
3.b.1. Saya membeli
produk kecantikan yang
Terdapat
empat
tahapan
dalam
pembelaja
ran sosial,
yaitu:
atensi,
retensi,
repreduks
i motorik,
dan
motivasio
nal.
disarankan (6)
4.a.1. Setelah
menonton tayangan
tutorial make up untuk
ke sekolah saya merasa
puas (14)
4.a.2. Saya merasa puas
dapat terlihat menarik
dengan memakai make
up ke sekolah seperti
yang disarankan (18)
DATA TANGGAPAN RESPONDEN
No.
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6
P
7
P
8
P
9
P1
0
P1
1
P1
2
P1
3
P1
4
P1
5
P1
6
P1
7
P1
8
Scor
e
1
MAN 1
3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 63
2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 57
3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 50
4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53
5 2 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 46
6 2 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 46
7 2 2 3 3 3 2 2 1 4 2 2 2 3 3 2 2 2 2 42
8 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 51
9 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 46
10 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 53
11 3 2 2 4 4 3 2 2 2 2 4 4 2 3 3 3 2 2 49
12 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 4 4 2 3 3 3 2 2 45
13 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 59
14 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 50
15 4 3 3 3 3 2 2 3 4 2 4 2 3 4 4 4 3 3 56
16 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 66
17 3 3 2 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
18 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 69
19
MAN
10
2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 1 40
20 2 3 3 4 3 2 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 2 49
21 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 48
22 3 2 3 4 2 2 2 3 4 2 2 2 1 4 4 2 2 2 46
23 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 49
24 2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 41
25 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 62
26 4 3 2 4 3 2 4 3 4 4 3 4 2 2 4 2 2 2 54
27 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 3 62
28 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 55
29 4 4 2 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57
30 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 69
31 4 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 63
32 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 2 3 55
33 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 57
34 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 64
35
MAN
12
4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 1 2 3 1 3 4 55
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
37 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 69
38 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 46
39 4 3 2 4 3 2 4 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 53
40 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 53
41 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 2 3 54
42 4 3 3 3 3 2 3 1 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 49
43 3 1 2 3 1 2 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 2 42
44 3 2 3 4 3 2 1 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 47
45 2 3 2 4 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 50
46 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 3 48
47 4 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 44
48 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 53
49 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 47
50 2 3 3 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 43
51 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 62
52 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 45
53 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 63
54 3 1 1 3 1 2 4 2 4 1 3 4 2 3 3 3 2 3 45
55
MAN
16
3 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 43
56 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 61
57 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 44
58 2 2 2 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 55
59 2 2 2 4 4 3 2 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 52
60 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53
61 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 68
62 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 68
63 4 2 2 4 4 3 2 1 2 1 4 3 3 3 3 2 1 2 46
64 3 1 1 3 1 2 4 2 4 1 2 4 2 3 1 4 2 3 43
65 3 2 4 4 2 2 2 3 4 3 1 3 3 3 2 4 2 2 49
66 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 63
67 4 2 3 4 2 2 4 2 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 54
68 4 3 2 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 58
69 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 52
70 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 57
71 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 59
72 MAN 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 62
73 17 3 3 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 2 2 51
74 3 4 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 63
75 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 58
76 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 59
77 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 64
78 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 4 58
79 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53
80 4 3 1 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 56
81 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 58
82 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 61
83 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3 1 4 3 3 3 3 55
84 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 56
85
MAN
22
4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 1 3 3 4 3 3 61
86 4 3 4 3 3 3 1 3 3 1 3 4 3 3 3 3 1 1 49
87 3 3 4 3 3 3 1 3 3 1 3 4 3 3 3 3 1 1 48
88 4 4 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 64
89 3 3 3 4 4 3 3 1 3 4 4 1 4 2 4 4 4 1 55
90 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 36
91 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 53
92 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 56
93 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
94 2 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 2 3 2 4 3 1 1 51
95 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 54
96 4 4 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 64
97 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 61
98 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 44
99 2 2 2 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 55
10
0 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 1 3 3 4 3 3 61
HASIL UJI VALIDITAS
Correlations
item
_1
item
_2
item
_3
item
_4
item
_5
item
_6
item
_7
item
_8
item
_9
item_
10
item_
11
item_
12
item_
13
item_
14
item_
15
item_
16
item_
17
item_
18
score_to
tal
item_1 Pearson
Correlati
on
1 .358*
*
.066 .358*
*
.218* .331
*
*
.424*
*
.028 .349*
*
.343** .353
** .330
** -.003 .313
** .419
** .257
** .348
** .410
** .578
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .517 .000 .029 .001 .000 .782 .000 .000 .000 .001 .978 .002 .000 .010 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_2 Pearson
Correlati
on
.358*
*
1 .200* .297
*
*
.419*
*
.485*
*
.255* .001 .287
*
*
.490** .224
* .027 .070 .130 .443
** .179 .338
** .390
** .548
**
Sig. (2-
tailed)
.000
.046 .003 .000 .000 .011 .991 .004 .000 .025 .787 .491 .196 .000 .075 .001 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_3 Pearson
Correlati
on
.066 .200* 1 .181 .278
*
*
.155 -.033 .362*
*
.197* .227
* .113 -.044 .236
* .087 .292
** .091 .261
** -.076 .340
**
Sig. (2-
tailed)
.517 .046
.072 .005 .124 .744 .000 .050 .023 .262 .662 .018 .388 .003 .365 .009 .452 .001
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_4 Pearson
Correlati
on
.358*
*
.297*
*
.181 1 .332*
*
.192 .429*
*
.339*
*
.325*
*
.534** .234
* .206
* .067 .349
** .425
** .244
* .238
* .266
** .567
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .003 .072
.001 .055 .000 .001 .001 .000 .019 .040 .505 .000 .000 .015 .017 .007 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_5 Pearson
Correlati
on
.218* .419
*
*
.278*
*
.332*
*
1 .418*
*
.133 .186 .158 .516** .519
** .168 .184 .271
** .371
** .300
** .398
** .317
** .604
**
Sig. (2-
tailed)
.029 .000 .005 .001
.000 .186 .065 .117 .000 .000 .095 .067 .006 .000 .002 .000 .001 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_6 Pearson
Correlati
on
.331*
*
.485*
*
.155 .192 .418*
*
1 .187 .060 .157 .387** .398
** .259
** .047 .281
** .275
** .206
* .404
** .499
** .568
**
Sig. (2-
tailed)
.001 .000 .124 .055 .000
.062 .556 .119 .000 .000 .009 .640 .005 .006 .040 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_7 Pearson
Correlati
on
.424*
*
.255* -.033 .429
*
*
.133 .187 1 .126 .387*
*
.601** .246
* .340
** -.020 .397
** .289
** .359
** .511
** .541
** .619
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .011 .744 .000 .186 .062
.212 .000 .000 .014 .001 .847 .000 .004 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_8 Pearson
Correlati
on
.028 .001 .362*
*
.339*
*
.186 .060 .126 1 .236* .316
** .152 .272
** .034 .242
* .197
* .251
* .223
* .165 .397
**
Sig. (2-
tailed)
.782 .991 .000 .001 .065 .556 .212
.018 .001 .132 .006 .734 .015 .050 .012 .025 .100 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_9 Pearson
Correlati
on
.349*
*
.287*
*
.197* .325
*
*
.158 .157 .387*
*
.236* 1 .449
** .257
** .217
* -.047 .383
** .364
** .313
** .331
** .399
** .558
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .004 .050 .001 .117 .119 .000 .018
.000 .010 .030 .644 .000 .000 .002 .001 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_10 Pearson
Correlati
on
.343*
*
.490*
*
.227* .534
*
*
.516*
*
.387*
*
.601*
*
.316*
*
.449*
*
1 .407** .315
** .155 .366
** .492
** .422
** .572
** .559
** .807
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .023 .000 .000 .000 .000 .001 .000
.000 .001 .124 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_11 Pearson
Correlati
on
.353*
*
.224* .113 .234
* .519
*
*
.398*
*
.246* .152 .257
*
*
.407** 1 .275
** .027 .344
** .441
** .293
** .365
** .297
** .578
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .025 .262 .019 .000 .000 .014 .132 .010 .000
.006 .786 .000 .000 .003 .000 .003 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_12 Pearson
Correlati
on
.330*
*
.027 -.044 .206* .168 .259
*
*
.340*
*
.272*
*
.217* .315
** .275
** 1 .012 .406
** .124 .341
** .287
** .473
** .500
**
Sig. (2-
tailed)
.001 .787 .662 .040 .095 .009 .001 .006 .030 .001 .006
.906 .000 .218 .001 .004 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_13 Pearson
Correlati
on
-.003 .070 .236* .067 .184 .047 -.020 .034 -.047 .155 .027 .012 1 .183 .179 .298
** .192 .136 .270
**
Sig. (2-
tailed)
.978 .491 .018 .505 .067 .640 .847 .734 .644 .124 .786 .906
.069 .075 .003 .056 .177 .007
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_14 Pearson
Correlati
on
.313*
*
.130 .087 .349*
*
.271*
*
.281*
*
.397*
*
.242* .383
*
*
.366** .344
** .406
** .183 1 .185 .454
** .488
** .493
** .629
**
Sig. (2-
tailed)
.002 .196 .388 .000 .006 .005 .000 .015 .000 .000 .000 .000 .069
.065 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_15 Pearson
Correlati
on
.419*
*
.443*
*
.292*
*
.425*
*
.371*
*
.275*
*
.289*
*
.197* .364
*
*
.492** .441
** .124 .179 .185 1 .274
** .221
* .237
* .595
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .003 .000 .000 .006 .004 .050 .000 .000 .000 .218 .075 .065
.006 .027 .018 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_16 Pearson
Correlati
on
.257*
*
.179 .091 .244* .300
*
*
.206* .359
*
*
.251* .313
*
*
.422** .293
** .341
** .298
** .454
** .274
** 1 .339
** .344
** .584
**
Sig. (2-
tailed)
.010 .075 .365 .015 .002 .040 .000 .012 .002 .000 .003 .001 .003 .000 .006
.001 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_17 Pearson
Correlati
on
.348*
*
.338*
*
.261*
*
.238* .398
*
*
.404*
*
.511*
*
.223* .331
*
*
.572** .365
** .287
** .192 .488
** .221
* .339
** 1 .651
** .722
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .009 .017 .000 .000 .000 .025 .001 .000 .000 .004 .056 .000 .027 .001
.000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
item_18 Pearson
Correlati
on
.410*
*
.390*
*
-.076 .266*
*
.317*
*
.499*
*
.541*
*
.165 .399*
*
.559** .297
** .473
** .136 .493
** .237
* .344
** .651
** 1 .717
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .452 .007 .001 .000 .000 .100 .000 .000 .003 .000 .177 .000 .018 .000 .000
.000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
score_to
tal
Pearson
Correlati
on
.578*
*
.548*
*
.340*
*
.567*
*
.604*
*
.568*
*
.619*
*
.397*
*
.558*
*
.807** .578
** .500
** .270
** .629
** .595
** .584
** .722
** .717
** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .007 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).