PENGARUH KETELADANAN ORANG TUA TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI
DUSUN DOPLANG I DESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0
S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
SUNARTONIM: 11408014
JURUSAN TAREJYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
2010
KEMENTERIAN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGAJl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433
Salatiga 50721Website: www.stainsalatiea.ac. id EmaU:administrasi(a)stainsalati gg. ac. id
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 EksHal : Naskah Skripsi
Saudara Sunarto
KepadaYth: Ketua STAIN Salatiga Di - Salatiga
A S S A L A M U A L A IK U M , WR. WB
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :Nama : SunartoNIM : 11408014Jurusan : Tarbiyah/Pendidikan Agama IslamJudul : PENGARUH KETELADANAN ORANGTUA TERHADAP
KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I DESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.W ASSALAM U’A L A IK U M , WR.fVB
li
KEMENTERIAN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAhi NEGERI (STAIN)
SALATIGAJl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433
Salatiga 50721Website: www.stainsalatiea.ac.id Eumi\\administrasi(asstainsalatiea.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara : SUNARTO dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408014 yang beijudul: PENGARUH KETELADANAN ORANGTUA TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I DESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam.
28 Agustus 2010 MSalatiga, ------------------------------
18 Ramadhan 1431 H
Panitia Ujian
m P r r M
Dr. Imam Sutomo, M.19580827 198303 1
Sbkretaris Sidang
J ahmat Ha^ivadi, M.Pd19670112 199203 1 005
Dra. Hi. Woro Retnaningsih, M.PdNIP. 19681017 199303 2 002
Abdul Aziz N.P. I NIP. 19701028 200C
. MM1 001
NIP. 19670307 199403 1 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SUNARTO
NIM : 11408014
Judul Skripsi : PENGARUH KETELADANAN ORANGTUA
TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN
AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I DESA
PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2010
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesaijanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.
Salatiga, 28 Agustus 2010
Yang Menyatakan
SUNARTO
IV
MOTTO
__5jla c j\7 J ^ \^ 3 J p !
JLyi tff * •* •*' # r '" 11" * f i ̂ ' ' i / * * * * * ,7 r ' , * u * ' ' ' ' ^
^ * b l ^ 3 J a 3 _yL*» ( J ^ j l 0 ^ = £ - * J ^ s S J l j * X i£ - L j i . ^ ^ *3
t •»-> -*.̂ 1 TT 7 f / ̂t- -*TT ■» i- -* f <">' ■, ' i- > * 1 * > * " \oJLxJI Ij lft 4 s « J ) y \« ju l « ^ s i i J U ^ j ^-=^j «U)l JLj^j
p ^b »UJj JLA C» ̂ jx- <Udl
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda . Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka , sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al Baqarah: 185)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Keluarga tercinta, Istri tercinta, Purwiyati, anak-anak tersayang
Pratidina Pum arini, H arum Amalun Nisa, yang selalu membimbing,
mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral m aupun spritual
bagi kelancaran studiku, semoga Allah m engabulkan harapannya.
2. Rekan-rekan guru di Dinas Pendidikan Kota Salatiga, yang senantiasa
memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi
v
KATA PENGANTAR
Puji syuku. Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-l) dalam Program Ilmu Tarbiyah.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian
skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. Joko Sutopo, M.Ag, selaku Ketua Program Studi PAI Ekstensi.
3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, yang dengan keikhlasannya telah
memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.
4. Bapak Djumardi, S.Pd, selaku Kepala SD N Mangunsari 06 Salatiga yang
telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi.
5. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga yang senantiasa memberikan
motivasi untuk menyelesaikan studi.
6. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat
ganda. Amin.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa
senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini
bagi pembaca pada umumnya.
ifaat bagi penulis pribadi dan
A m in - amin yarobbal ‘alam in
Salatiga, 2 8 Agustus 2010 Penulis
Sunarto
vn
ABSTRAK
Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, untuk mengetahui adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel sebanyak 20 orang anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Sedangkan analisisnya menggunakan analisis korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keteladanan orangtua yang berada pada kategori baik mencapai 13,3%, kategori sedaiig 33,3% dan kategori kurang 53,4%, Keberhasilan pendidikan agama yang berada pada kategori baik mencapai 26,6%, kategori sedang 33,4% dan kategori kurang 40%, dan ada pengaruh secara positif dan signifikan antara keteladanan orang tua dengan keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang 1 Desa Pakis Kecamatan Bringin.
Saran yang disampaikan adalah peningkatan keteladanan orang tua dalam bersikap dan bertingkah laku dihadapan anak sehingga anak mendapatkan contoh yang baik, mengingat orangtua akan menjadi teladan bagi anak dan pendidikan agama perlu ditingkatkan sejak dini melalui lembaga-lembaga pendidikan, termasuk dimulai dalam keluarga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING......................................................................... .... ii
PENGESAHAN........................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
ABSTRAK.................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 3
D. Hipotesis Penelitian................................................................ 4
E. Kegunaan Penelitian .............................................................. 4
F. Definisi Operasional............................................................... 5
G. Metode Penelitian................................................................... 6
H. Sistematika Penulisan Skripsi................................................ 9
BABU LANDASANTEORI
A. Keteladanan Orangtua............................................................. 11
B. Keberhasilan Pendidikan Agama........................................... 17
BAB IH LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dusun Doplang 1.................................... 25
B. Keadaan TPA/TPQ............................................................... 26
IX
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data........................................................................... 29
B. Analisis Pengolahan Data....................................................... 40
C. Analisis Uji Hipotesis............................................................. 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 44
B. Saran........................................................................................ 44
C. Penutup.................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
TABEL I Hasil Angket Keteladanan Orangtua
TABEL II Nilai Angket Keteladanan Orangtua
TABEL III Interval Keteladanan Orangtua
TABEL IV Nilai Nominasi Keteladanan Orangtua
TABEL V Hasil Angket Keberhasilan Pendidikan Agama
TABEL VI Nilai Angket Keberhasilan Pendidikan Agama
TABEL VII Interval Keberhasilan Pendidikan Agama
TABEL VIII Nilai Nominasi Keberhasilan Pendidikan Agama
TABEL IX Tabel Persiapan Korelasi
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Daftar Riwayat Hidup
5. r Tabel
X111
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan wadah pendidikan yang memiliki pengaruh
cukup signifikan bagi perkembangan dan kedewasaan yang dicapai siswa,
pendidikan dalam keluarga berlangsung secara kompleks dan multidimensi,
baik pendidikan moral, etika, keterampilan. Amstrong mengungkapkan bahwa
orang tua hendaknya memberi dukungan positif dan menghargai cahaya yang
tersembunyi dengan rasa kesucian, serta memelihara dan tidak memberi
rangsangan palsu bagi putra-putri mereka1.
Keletadanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di
dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena pendidik adalah contoh
terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan-
tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari ataupun tidak itu akan tercetak
dalam jiwa dan perasaan anak didik.
Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal
suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat
dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah
SWT, serta berani dan mampu menjuhkan diri dari perbuatan yang menjadi
larangan Allah SWT, maka pirnya harapan besar anak didik akan tumbuh dan
1 Hamzah B. Uno, 2007. Motivasi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, him. 14
1
2
berkembang dalam kejujuran terbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap
untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu menjauhkan diri
dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka,
dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan,
durhaka, dan hina.
Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan
bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus
dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak Allah. Anak didik,
bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan
bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip
kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka tidak melihat
sang pendidik sebagai teladan dan memilikin moral yang tinggi. Sangat
mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan berbagai metode
pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk melaksanakan selama
pendidik diketahui oleh mereka tidak melaksanakan didikan dan
bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong kosong.
Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan.
Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam
lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan,
karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan.Perlu
disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri,
karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan
pendidikan anaknya.
3
Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk meneliti seberapa jauh
konsep judul: Pengaruh Keteladanan Orangtua terhadap Keberhasilan
Pendidikan Agama Anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang Tahun 2010
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?
2. Bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun
Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?
3. Adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan
agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun
Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
4
2. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama
anak di Dusun Doplang T Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap
keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
D. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata "Hypo" yang berarti dibawah dan "thesa"
yang artinya kebenaran. Dari duakata tersebut hipotesa dapat diartikan sebagai
anggapan dasar yang menjadi teori sementara dan masih bisa di uji
kebenarannya2. Dapat disimpulkan bahwa hipotesa adalah dugaan sementara
yang mungkin benar dan mungkin salah.
Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah "bahwa
Terdapat pengaruh yang positif keteladanan orang tua terhadap keberhasilan
pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang
E. Kegunaan Penelitian
Apabila penelitian tersebut dapat terwujud, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun
manfaat praktis sebagai berikut:
2 Sumadi Suryabrata, 1983. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, him, 69
5
1. Manfaat akademik
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah dasar.
2. Manfaat praktis
Sebagai masukan bagi orang tua untuk memberikan perhatian kepada
anak-anaknya, terutama dalam pendidikan agama.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian
yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah
yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai
berikut:
1. Keteladanan Orangtua
Keteladanan merupakan suatu perilaku yang dicontohkan oleh
seseorang yang telah memahami terhadap orang yang belum memahami
sesuatu3. Adapun indikator keteladanan meliputi:
a. Keteladanan dalam bidang ibadah seperti sholat, puasa wajib,
puasa sunnah, zakat, dan amaliah lain
b. Keteladanan dalam bidang muamalah seperti keija bakti, kegiatan
musyawarah, yasinan, membantu orang lain dan sebagainya
2. Pendidikan Agama
3 EM Zulfri, Ratu Aprilia Senja, 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Difa Publizer, him. 812
6
Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah
al-tarbiyah, al-ta'lim, al-ta'dib dan al-riyadah. Setiap terminologi
tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena
perbedaan teks dan kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda dengan pengertian pendidikan secara
umum.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu
penelitian yang menjelaskan pengaruh antar variabel bebas dengan
variabel terikat serta menguji hipotesis yang diajukan4.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dusun Doplang I Desa Pakis
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Waktu penelitian akan
dimulai bulan Juni 2010 sampai dengan selesai
3. Populasi dan sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang hendak
diselidiki5. Adapun yang menjadi populasi adalah anak yang berusia 6-
13 tahun dan bertempat tinggal di Dusun Doplang I Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang sejumlah 50 orang anak.
4 Sugiyono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, him. 565 Sutrisno Hadi, 1981. Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, Yogyakarta, him 70
7
Yang dimaksud sampel adalah sejumlah individu yang diambil
dari populasi untuk mewakilinya6. Dalam proposal ini yang menjadi
sampel adalah 15 orang anak yang berusia 6-13 tahun di Dusun
Doplang I Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
4. Metode Pengumpulan Data (Angket)
Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi
daftar pertanyaan (question) atau pernyataan (statement) yang disusun
secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun
keterangan dan/ atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok
untuk dianalisis7.
Metode angket diberikan kepada anak yang menjadi sampel dan
digunakan untuk mengumpulkan data yang mempunyai tujuan untuk
mengetahui sejauhmana pengaruh keteladanan orang tua terhadap
tingkat keberhasilan pendidikan agama.
5. Analisis Data
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul digunakan analisa
statistik dengan rumus sebagai berikut:
a. Rumusan Prosentase
P = — jc100%N
6 Ibid, him. 717 Djudju Sudjana, 2001. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, him. 177
8
P : Angka prosentase yang diberi
F : Frekuensi dari jawaban
N : Jumlah Responden
Rumus ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh
keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak
di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang.
b. Rumus korelasi Product Moment
Dalam mengolah data, penulis menggunakan analisa data kualitatif
r*y =
I * 2
L * r -
N
NV Y
►<
J. .vl y 2 ~
& ryM
NJ)
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi y
x : skor variabel x (keteladanan orang tua)
y : skor variabel y (keberhasilan pendidikan agama)
N : Jumlah responden
X : hasil kuadrat variabel x
Y : Hasil kuadrat variabel Y
XY : Produk dari X kali Y
Z : Sigma (jumlah)
9
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang
saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis
E. Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional
G. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian Subyek
2. Metode Pengumpulan Data
3. Metode Analisa Data
H. Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Pustaka
A. Tinjauan tentang Keluarga meliputi: pengertian keluarga
dan keteladanan orang tua
B. Tinjauan tentang Keberhasilan pendidikan agama
BAB III Hasil Penelitian
BAB IV Analisis Data
A. Analisis Data Pertama
1. Analisis Data tentang Keteladanan orangtua
2. Analisis data tentang keberhasilan pendidikan agama
B. Analisis Pengolahan Data
C. Analisis Uji Hipotesis
10
BAB V Penutup
Dalam bab ini akan disampaikan tentang:
A. Kesimpulan
B. Saran
Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang
dapat mendukung laporan penelitian ini.
BAB n
LANDASAN TEORI
A. Keteladanan Orangtua
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral
dan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak
di dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena orangtua adalah contoh
terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk
tindakan-tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari ataupun tidak itu akan
tercetak dalam jiwa dan perasaan anak didik1.
Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal
suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat
dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah
SWT, serta berani dan mampu menjuhkan diri dari perbuatan yang menjadi
larangan Allah SWT, maka punya harapan besar anak didik akan tumbuh
dan berkembang dalam kejujuran terbentuk akhlak mulia, berani mengambil
sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu
1 Beni Ahmad Saebani, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, him. 262
11
12
menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong,
khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam
kebohongan, durhaka, dan hina. Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia
merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan
amanat Ilahi yang harus dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak
Allah.
Anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk
kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi
prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka
tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan memilikin moral yang
tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan
berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk
melaksanakan selama pendidik diketahuioleh mereka tidak melaksanakan
didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya
omong kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis
kepercayaan.
Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua
dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci
tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga
pendidikan2. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa
berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut
menentukan keberhasilan pendidikan anaknya. Dalam kitab Shahihul
2 Ibid, him. 264
13
Bukhari dikatakan bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah),
maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi3.
Allah SWT adalah Maha Pendidik dan Dialah peletak pertama
metode samawi yang tiada taranya, bahkan Allah SWT lah Yang Maha
Kuasa menciptakan Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW yang
mampu mendidik sehingga sikap, perilaku, dan keimanan manusia jahiliyah
menjadi manusia yang terhormat. Nabi Muhammad SAW diutus Allah
untuk menyebarkan keteladanan pendidikan samawi kepada seluruh umat
manusia. Hanya dengan 23 tahun, amanat Allah itu sampai dengan
paripurna kepada obyek pendidikan. Rahasianya, dia dalah seorang yang
mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual.
Sehingga umat manusia meneladaninya, memenuhi panggilannya,
menggunakan metodenya dalam kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang
terpuji. Karena kenabian Muhammad SAW adalah penugasan (taklif!)
bukan yang dicari-cari (iktisabi).
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai
teladan yang baik bagi kaum muslimin dan seluruh manusia disetiap saat
dan tempat dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia. Firman Allah
dalam QS. Al Ahzab ayat 21 menyatakan :
3 Ibid, him. 264
14
yXj ^ b 1̂ $ b > -b ( i c ^ b*^ b iJ
© US^T
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik. "*
Namun demikian, ternyata masih ada manusia, apalagi anak didik
setelah dewasa tidak mau mengikuti bimbingan dan pendidikan orang tua
maupun pendidiknya, malah memilih jalan lain yang tidak benar. Yang
demikian itu sering teijadi, seperti ada anak didik yang berani menentang
kepada pendidik, berani menentang orang tuanya, berkhianat kepada
agamanya dan lebih celaka lagi murtad. Hal demikian dapat terjadi karena
ada faktor-faktor tertentu antara lain4 5:
1. Anak didik, pendidikan dan pengamalan agamanya kurang.
Yang demikian teijadi karena anak didik tidak banyak mendapatkan
pendidikan dan bimbingan agama di lingkungan rumah tangganya, di
sekolah, dan di lingkungan masyarakatnya.
Keteladanan orang tua di lingkungan rumah tangga dalam mengamalkan
ajaran agama sangat berpengaruh sekali kepada anaknya. Pengarahan
orang tua untuk mengambil keputusan masuk sekolah sangat penting.
Kita akan lebih celaka jika memasukkan anak ke lembaga pendidikan
non muslim, karena secara tidak langsung membentuk pribadi anak
tersebut untuk berbadan Islam tetapi jiwanya sebaliknya. Akibatnya
4 Depag RI, 2005. Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, him. 4285 Abdul Hamid, 2009. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, him. 13
15
perasaan hati anak akan kasar, pandangannya tentang Islam remang-
remang, tidak pernah merasakan manisnya iman dan Islam. Itulah
sebabnya anak didik lebih condong memilih jalan hidup yang lain, yang
tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT. Agama Islam telah memberi
petunjuk kepada umatnya agar memperhatikan pendidikan Islam kepada
anak-anaknya sejak dini dan menyerahkan tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada sekolah yang Islami, bukan yang merugikan Islam.
Disamping itu itu agar orang tua juga menjadi teladan bagi anaknya.
Orang tua menjadi teladan dalam mu'amalah dan 'ubudiyah. Hal ini agar
anak bertambah halus perasaannya, bertambah tajam pandangannya
terhadap kebenaran dan dapat merasakan kenikmatan iman dan Islam.
Maka bersyukurlah anak-anak kita yang terdidik dan prihatin bila anak-
anak kita terlambat dididik.
2. Kurangnya kontrol dan pengawasan orang tua.
Pada umumnya jika orang tua terlalu sibuk mengurus pekerjaannya,
berangkat pagi ketika anak-anak masih tidur dan pulang malam ketika
anak sudah mengantuk atau tidur. Apabila ada masalah anak didik di
sekolah, susah untuk dapat diselesaikan disebabkan undangan pihak
sekolah kepada orang tuanya tidak sempat dihadiri oleh orangtua. Atau
terlalu percaya kepada anak-anak, jika anak pergi kemana saja, orangtua
tidak menaruh curiga sama sekali. Setelah tergelincir dalam kenakalan
yang berat, barulah orangtua sadar untuk memperbaikinya. Penyesalan
seringkah datang terlambat. Agama Islam membimbing umatnya, baik
V
16
secara langsung maupun tidak langsung. Jika anak didik menyadari hal
demikian, maka ia akan merasa diawasi oleh orang tuanya. Sebaliknya
orang tua tidak akan lupa kepada anaknya dan selalu membimbingnya.
Dalam hal pengawasan ini, Allah berfirman dalam QS. At Tahrim ayat
6:
4 up a jU v flj ^ L J I U i y j Ijb > > l j Iji oi^<
(̂) 0 \r * } i L* ̂̂ Ojy»*j V -ti.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari (siksa) api neraka.,l6
Menjaga keluarga ini berarti termasuk anak-anak kita harus dijaga agar
tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dilarang agama.
3. Terpengaruh kehidupan matrialistis.
Jika anak kita terbuai dengan dengan konsep hidup duniawi, dan
melupakan hidup ukhrawi, sehingga tidak seimbang antara
perkembangan lahir dan batin. Maka tidak jarang anak menjadi murtad,
hanya karena terpengaruh dengan wanita cantik, jabatan, dan harta.
4. Terpengaruh lingkungan keluarga yang rusak.
Cukup banyak anak-anak yang menyimpang dari jalan yang benar
disebabkan oleh kehidupan dalam rumah tangganya yang tidak
harmonis. Anak yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis akan
6 Depag RI, op.cit, him. 534
17
berakibat fatal dan kurangnya pendidikan, sehingga mudah teijebak
dalam pergaulan bebas.
B. Keberhasilan Pendidikan Agama
Keberhasilan pendidikan agama Islam adalah keberhasilan dalam
bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam7. Dari pengertian
ini nampaknya ada dua dimensi yang akan diwujudkannya, yaitu dimensi
transendental dan dimensi duniawi. Dimensi transendental (lebih dari hanya
sekedar ukhrawi) yang berupa ketaqwaan, keimanan dan keikhlasan.
Sedangkan dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya,
seperti pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Dengan
demikian, pendidikan agama adalah upaya religiosisasi perilaku dalam
proses bimbingan melalui dimensi transendental dan duniawi menuju
terbentuknya kesalehan (religiositas).
Secara normatif pendidikan agama menciptakan sistem makna untuk
mengarahkan perilaku kesalehan dalam kehidupan manusia. Pendidikan
agama harus mampu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
memenuhi tujuan agama yaitu memberikan kontribusi terhadap terwujudnya
kehidupan religiositas8.
Religiositas ialah kemampuan memilih yang baik di dalam situasi
yang serba terbuka. Setiap kali manusia akan melakukan sesuatu, maka ia
Beni Ahmad Saebani, op.cit, him. 63Ibid, him. 65
7
18
akan mengacu pada salah satu nilai yang dipegangi untuk menentukan
pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Religiositas juga dimaknai sebagai
upaya transformasi nilai menjadi realitas empiris dalam proses cukup
panjang yang berawal dari tumbuhnya kesadaran iman sampai teijadinya
konversi.
Agama lebih menitikberatkan pada kelembagaan yang mengatur tata
cara penyembahan manusia kepada penciptanya dan mengarah pada aspek
kuantitas, sedangkan religiositas lebih menekankan pada kualitas manusia
beragama. Agama dan religiositas merupakan kesatuan yang saling
mendukung dan melengkapi, karena keduanya merupakan konsekuensi logis
kehidupan manusia yang diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu
kutub pribadi dan kebersamaannya di tengah masyarakat. Religiositas
merupakan suatu sikap percaya tentang ajaran-ajaran agama tertentu dan
dampak dari ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Sebagai suatu kritik, religiositas dimaksudkan sebagai pembuka
jalan agar kehidupan orang beragama menjadi semakin inten. Semakin
orang religius, hidup orang itu semakin nyata atau semakin sadar terhadap
kehidupannya sendiri. Bagi orang beragama, intensitas itu tidak bisa
dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus
terhadap pusat kehidupan, Inilah yang disebut religiositas sebagai inti
kualitas hidup manusia, karena ia adalah dimensi yang berada dalam lubuk
hati dan getaran mumi pribadi. Religiositas sama pentingnya dengan ajaran
agama, bahkan religiositas lebih dari sekedar memeluk ajaran agama,
19
religiositas mencakup seluruh hubungan dan konsekuensi, yaitu antara
manusia dengan penciptanya dan dengan sesamanya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Secara operasional religiositas didefinisikan sebagai praktik hidup
berdasarkan ajaran agamanya, tanggapan atau bentuk perlakuan terhadap
agama yang diyakini dan dianutnya serta dijadikannya sebagai pandangan
hidup dalam kehidupan. Religiositas dalam bentuknya dapat dinilai dari
bagaimana sikap seseorang dalam melaksanakan perintah agamanya dan
menjauhi larangan agamanya. Dengan pemaknaan tersebut, religiositas bisa
dipahami sebagai potensi diri seseorang yang membuatnya mampu
menghadirkan wajah agama dengan tampilan insan religius yang humanis.
Meminjam konsep Abu Hanifah, religiositas harus merupakan
kesatuan utuh antara iman dengan Islam. Artinya, religiositas jika diamati
dari sisi internal adalah iman dan dari sisi eksternalnya adalah Islam.
Sebagai suatu fenomena sosial, rumusan ini menunjukkan bahwa
pengalaman beragama terdiri atas respons terhadap ajaran dalam bentuk
pikiran, perbuatan serta pengungkapannya dalam kehidupan kelompok9.
Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan
sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada
persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate
meaning). Ada lima dimensi religiositas10, yaitu : Pertama, dimensi
keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius
9 Sembodo Ari Widodo, 2006. Pendidikan Islam dan Barat. Bandung: Pustaka Setia, him.24'° Ibid. him. 28
20
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran
doktrin tersebut. Kedua, dimensi praktik agama yang mencakup perilaku
pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini
terdiri atas dua aspek penting, yaitu aspek ritual dan ketaatan. Ketiga,
dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa
semua agama mengandung pengaharapan-pengharapan tertentu, meski tidak
tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada
suatu waktuakan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai
kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan
super natural.
Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-
perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang.
Keempat, dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan
bahwa orang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan
tradisi-tradisi. Kelima, dimensi pengamalan. Dimensi ini mengacu pada
identifikasi akibat-akibat atau konsekuensi keyakinan keagamaan, praktik,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari ke hari.
Pendidikan adalah upaya sadar untuk melakukan proses
pembelajaran peserta didik menuju pendewasaan. Pembelajaran adalah
penyampaian pengetahuan atau rangkaian kegiatan untuk memberikan
peluang kepada peserta didik agar dapat mengembangkan diri. Kedewasaan
21
sebagai produk pembelajaran bila dihubungkan dengan upaya penanaman
nilai agama adalah kesalehan yang belakangan lebih popular dengan istilah
religiositas atau keberagamaan. Dengan demikian pembelajaran adalah
proses religiosisasi dalam pendidikan agama.
Prinsip utama yang dimiliki guru dalam pembelajaran religiositas
adalah bahwa proses mengajar tidak terikat oleh ruang dan waktu, dalam
artian mengajar bisa teijadi dimanapun selama siswa memiliki minat yang
tinggi dalam memahami dan mengembangkan materi pelajaran. Tugas
utama guru adalah mengorganaisir suasana dan situasi agar dapat dijadikan
proses belajar.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan keberhasilan pembelajaran
agama. Pertama, Asumsi terhadap siswa. Siswa merupakan input utama
dalam pembelajaran. Siswa merupakan elemen yang memiliki potensi yang
bisa mengarah pada realitas negatif maupun realitas positif. Pembelajaran
mengarahkan siswa kearah terwujudnya atau terbentuknya realitas sikap dan
perilaku siswa yang positif. Dalam konteks ini, maka proses pembelajaran
harus mampu menjawab, memberikan dan menyelesaikan problematika
siswa. Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam
pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat,
bakat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Berdasarkan pesan PP
22
tersebut, dalam pembelajaran harus dikemas dengan sedemikian rupa agar
siswa dapat berekspresi secara bebas, siswa memiliki rasa senang dan
nyaman dalam belajar, serta memiliki keleluasaan dalam mengembangkan
materi sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga siswa benar-benar
memahamai dan mampu melaksanakan materi yang diterima. Apabila
pembelajaran justru melahirkan situasi dan kondisi dimana siswa tidak
mampu melakukan ekspresi secara bebas, maka religiositas tidak akan dapat
dicapai.
Kedua, asumsi terhadap pembelajaran. Ibarat sebuah pabrik,
pembelajaran adalah proses mencetak sesuatu barang menjadi barang
cetakan. Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen
dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana,
lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu
mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran berarti
mengoptimalisasikan seluruh eiemeu atau faktor dengan cara yang sesuai
dengan kapasitas siswa. Pembelajaran harus dikemas dalam suasana yang
menyengkan bagi siswa, karena dnegan suasana yang menyenangkan siswa
akan mudah menerima dan mengembangkan materi yang diberikan dari
guru. Banyak anak-anak tidak suka terhadap materi pelajaran tertentu, bukan
disebabkan karena sulitnya materi pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor
siswa pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu terhadap pelajaran
tersebut. Oleh sebab itu jika pembelajaran tidak dikemas dengan suasana
23
yang menyenangkan, maka tidak akan dapat melahirkan pembelajaran
religiositas.
Ketiga, asumsi terhadap guru. Guru diakui atau tidak memiliki
peluang sangat besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun
demikian, guru tidak bisa bersikap dan berperilaku sembarangan. Guru tidak
diperbolehkan memiliki anggapan bahwa dirinya merupakan satu-satunya
orang yang paling pinter, siswa adalah anak yang tidak mengetahui apa-apa
(bodoh). Apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak boleh dibantah.
Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang harus ditiru segala ucapan dan
tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada dalam diri guru maka
pembelajaran religiositas tidak pernah ada.
Pembelajaran agama perlu dikonstruk dengan memperhatikan unsur-
unsur yang sangat dominan yaitu : pertama, perumusan mengenai
pentahapan atau klasifikasi pencapaian tujuan pembelajaran yang lazim
disebut taksonomi harus dirumuskan dengan konkret, tidak hanya tetap
berakar pada al Qur’an dan Sunnah, tetapi juga mewujudkan sosok
kehidupan masa kini yang mampu menunjukkan arah, memberikan motivasi
dan menjadi tolok ukur dalam evaluasi kegiatan.
Kedua, unsur bahan pembelajaran dirancang untuk mencapai tujuan
pendidikan, bersumber pada wahyu dan yang selanjutnya memberikan
penyelesaian praktis permasalahan umat. Cakupan dan arah bahan kemudian
didudukkan sebagai kurikulum sebuah kegiatan belajar mengajar. Struktur
dan organisasi kurikulum didesain dengan kompak dan utuh, meski
24
susunannya sudah dikemas dalam sosok muatan nasional dan lokal, pada
dasarnya berpeluang untuk menentukan jati diri produk pembelajaran dan
tidak perlu terkungkung oleh jerat formal. Artinya, unsur kurikulum bisa
dibangun dengan membuka pintu baik bidang studi agama maupun non
agama. Ini dilakukan karena masing-masing memiliki kaitan fungsional
dengan ilmu tentang kenyataan praktis sebagai bagian proses mencapai
tujuan. Kemampuan membuka diri masing-masing bidang studi,
menentukan kaitan fungsional antar unsur, dan kemudian membangun
organisasi kurikulum yang kompak dan utuh untuk mencapai tujuan.
Secara lebih operasional, agar pengajaran dan pendidikan agama
perlu sinkronisasi, keijasama dan diinteraksikan dengan pendidikan non
agama, sehingga memudahkan peserta didik mengamalkan agama ke dalam
kehidupan sehari-harinya. Disinilah pendidikan agama tidak boleh
terlampau bersikap menyendiri, tetapi harus saling bekeijasama dengan ilmu
lain. Bentuknya bisa berupa latihan-latihan pengamalan keagamaan,
sehingga pendidikan menjadikan orang beragama secara transformatif.
Artinya pendidikan agama yang bisa mempekokoh kehidupan lewat praktek
sosial serta berorientasi pada pemecahan problematika ummat.
BAB m
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dusun Doplang I Desa Pakis
Desa Pakis terletak di wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang. Adapun batas-batas wilayah Desa Pakis adalah sebelah utara
berbatasan dengan Desa Lebak, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Banding, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banding, dan Sebelah
barat berbatasan dengan Desa Bringin Kabupaten Semarang. Wilayah Desa
Pakis adalah salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Semarang dan
sangat terkenal sebagai padi, karena sebagian besar lahannya digunakan
sebagai lahan pertanian untuk menanam padi.
Jumlah penduduk Desa Pakis pada bulan Desember 2009 sebanyak
2.341 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.175 orang dan
1.166 orang perempuan, meliputi 986 kepala keluarga. Mata pencaharian
penduduk sebagian besar adalah petani dan buruh pabrik atau pegawai
swasta, sedangkan dari segi religius, seluruh penduduknya yaitu sebanyak
2.341 beragama Islam.
Desa Pakis terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 12 Rukun
Tetangga (RT). Adapun struktur organisasi desa berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
25
26
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Desa
B. Keadaan TPA/TPQ di Dusun Doplang I Pakis, Hambatan dan
Kebermanfaatannya
Seperti disebutkan diatas salah satu tempat penyelenggaraan
pendidikan agama adalah di mesjid atau yang kini dikenal dengan sebutan
TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), dimana anak akan diajarkan untuk
lebih mendalami ilmu agama khususnya kemampuan dalam membaca serta
memahami isi Al-Qur’an, shalat, menghafal surat-surat pendek serta doa
sehari-hari dan lain sebagainya.
Salah satu tujuan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan agama
seperti TPA/TPQ ini membuktikan betapa pentingnya pendidikan agama,
apalagi ditengah kehidupan masyarakat kita yang semakin modem dan
canggih yang banyak membawa dampak negatif terutama kepada anak-anak.
27
Selain itu motivasi lain berdirinya lembaga ini adalah dilihat dari tujuan dan
fungsi pendidikan agama itu sendiri yaitu lebih berat tanggung jawabnya
bila dibandingkan dengan fungsi pendidikan pada umumnya. Sebab fungsi
dan tujuan pendidikan islam adalah untuk memberdayakan atau berusaha
menolong manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kurikulum pendidikan nasional yang hanya mengalokasikan waktu
2 jam pelajaran setiap minggunya untuk pelajaran agama juga menjadi alas
an berdirinya lembaga-lembaga pendidikan agama separti TPA/TPQ. Selain
itu, fakta dalam masyarakat mengidentifikasikan bahwa banyak orang islam
khususnya usia remaja yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an.
Hal serupa juga teijadi di Doplang I Desa Pakis, dimana banyak masyarakat
yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, padahal seperti diketahui masyarakat
Doplang mayoritas beragama Islam.
Permasalahan besar ini tidak akan terselesaikan hanya dengan
mendirikan lemoaga-lembaga pendidikan islam seperti TPA. Diperlukan
suatu metode yang tepat dalam proses pembelajarannya, terutama dalam hal
pelajaran membaca Al-Qur’an, karena sukses atau gagalnya sebuah
pembelajaran sangat tergantung pada metode yang digunakan. Selain itu
permasalahan juga teijadi pada kemampuan santri dalam hal penguasaan
materi agama. Permasalahan mengenai program pendidikan Al-Qur’an
pasca TPQ dipandang perlu mengingat fakta dalam masyarakat
menunjukkan bahwa hasil pendidikan TPQ masih banyak kekurangan dalam
28
penguasaan materi ilmu Al-Qur’an dasar dan materi-materi keislaman
lainnya.
Berbagai upaya terus dilakukan dalam proses pendidikan agama,
mengetahui metode-metode pengajaran yang dianggap kurang efektif
menjadi metode pengajaran baru yang lebih efektif sesuai perkembangan
zaman, karena lembaga pendidikan islam bukanlah lembaga yang beku,
tetapi fleksibel, berkembang dan menutut kehendak waktu dan tempat.
Dalam dunia pendidikan islam sendiri dikenal sebuah metode pembelajaran
Al-Qur’an yaitu “metode iqra”. Metode ini sudah lama diterapkan di TPA-
TPA di Indonesia dan dianggap paling efektif karena memudahkan para
santri untuk lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an. Namun tidak
bisa kita pungkiri dari sekian banyak TPA yang ada pada umumnya yang
masih menerapkan metode tradisional dalam mengajari santrinya membaca
Al-Qur’an. Keterbatasan tenaga didik serta metode yang diperoleh secara
turun temurun dan susuh dihilangkan, menjadi salh satu alas an masih
diterapkannya metode tradisional di beberapa TPA di Doplang I, yang
merupakan daerah pedesaan. Dalam hal ini di perlukan sebuah perubahan
terhadap metode yang telah ada dan mengantinya dengan metode baru yang
lebih efektif dan efisien, yang nantinya dapat membantu tercapainya tujuan
dari pendidika TPA itu sendiri
29
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Data Pertama
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh keteladanan orang tua
terhadap keberhasilan pendidikan agama, maka dapat diperoleh dengan
analisis statistik. Analisis data tersebut menggunakan teknik analisis statistik
korelasi product moment dengan rumus:
r xy
■£xr- d-s-XZr)
' U' Y r l & r fJ)
N
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
x : skor variabel x (keteladanan orang tua)
y : skor variabel y (keberhasilan pendidikan agama)
N : Jumlah responden
X : hasil kuadrat variabel x
Y : Hasil kuadrat variabel Y
XY : Produk dari X kali Y
E : Sigma (jumlah)
Selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai keteladanan orang tua,
keberhasilan pendidikan agama dan tabel keija untuk mencari koefisien
korelasi antara variabel keteladanan orang tua dan keberhasilan pendidikan
agama.
30
1. Analisis Data tentang Keteladanan orangtua
Data keteladanan orang tua diperoleh dari penyebaran angket
yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 3
alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
- alternatif jawaban A, memiliki nilai 3
- alternatif jawaban B, memiliki nilai 2
- alternatif jawaban C, memiliki nilai 1
TABEL 1
HASIL ANGKET KETELADANAN ORANG TUA
No Nama RespondenNo Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Bagus Setiawan A B A A B A B A A B
2 Turki B B B B A B B B B A
3 Rima A A B B A A A B B A
4 Neni Puji Lestari C A A B B C A A B B
5 Lutfiana Safitri A A A B B A A A B B
6 Gunawan A B B A B A B B A B
7 Rizki Akyunina A A B A A A A B A A
8 Anis Maghfiroh A B B A A A B B A A
9 Vina Fitriani A B B B B A B B B B
10 Hamim A B A B B A B A B B
11 M. Rizki D. A A A A A A A A A A
12 Wahyu Mia H. A B A B A A B A B A
13 Rita Maryani A A A C B A A A C B
14 Ilham B B A B B B B A B B
15 Haris B B A B A B B A B A
31
Hasil angket tersebut di atas dapat ditabulasikan menjadi tabel
berikut:
TABEL 2
NILAI ANGKET KETELADANAN ORANG TUA
No Nomor ItemJml
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 26
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 22
3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 26
4 1 3 3 2 2 1 3 3 2 2 22
5 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 26
6 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 24
7 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28
8 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 26
9 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22
10 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 24
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 26
13 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 24
14 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 22
15 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 24
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut:
32
a. Untuk keteladanan orangtua dengan jumlah 10 item diketahui nilai
tertinggi 30 dan terendah 22 maka berdasarkan rumus interval
sebagai berikut:
(x t-x r )+ \
ki
Keterangan:
i = interval ideal
xt = nilai tertinggi ideal
xr = nilai terendah ideal
ki = kelas interval
. (3 0 -2 2 )+ !
‘ 3
= * ± i3
= 3
Kemudian dimasukkan table untuk mengetahui berapa keteladanan
orang tuanya baik, sedang dan kurang
TABEL 3
INTERVAL KETELADANAN ORANG TUA
Nilai Jumlah siswa Nilai nominasi
28-30 2 A
25-27 5 B
22-24 8 C
33
Dengan demikian dapat diketahui:
a. Untuk keteladanan orang tua yang baik mendapat nilai antara
27-30 sebanyak 2 siswa
b. Untuk keteladanan orang tua yang sedang mendapat nilai antara
25-27 sebanyak 5 siswa
c. Untuk keteladanan orang tua yang kurang mendapat nilai antara
22-24 sebanyak 8 siswa
Kemudian dibuat table nominasi A (baik), B (sedang), C (kurang)
untuk mengetahui keteladanan orangtua
TABEL 4
NILAI NOMINASI KETELADANAN ORANGTUA
No Responden Skor Nominasi
1 26 B
2 22 C
3 26 B
4 22 C
5 26 B
6 24 C
7 28 A
8 26 B
9 22 C
10 24 C
11 30 A
34
12 26 B
13 24 C
14 22 C
15 24 C
Setelah diketahui keteladanan orang tua yang baik, sedang
dan kurang kemudian dipresentasikan masing-masing variabel
dengan rumus sebagai berikut:
P = — *100%N
- Keteladanan orang tua yang baik mendapat nilai A sebanyak 2
siswa
P = — x \ 00% = 13,3%15
- Keteladanan orang tua yang sedang mendapat nilai B sebanyak 5
siswa
P = — *100% = 33,3%15
Keteladanan orang tua yang kurang mendapat nilai C sebanyak 8
siswa
P = — x \ 00% =53,4%
35
2. Analisis data tentang Keberhasilan pendidikan anak
Data keberhasilan pendidikan diperoleh dari penyebaran angket
yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 3
alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
- alternatif jawaban A, memiliki nilai 3
- alternatif jawaban B, memiliki nilai 2
- alternatif jawaban C, memiliki nilai 1
TABEL 5
ANGKET KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK
No Nama RespondenNo Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Bagus Setiawan A A A A A B A B A B
2 Turki B A B A B B B A B A
3 Rima B A B A B A B A B A
4 Neni Puji Lestari B B C P B B B B B A
5 Lutfiana Safitri B B B B A B B A B B
6 Gunawan A B A B A B A B A B
7 Rizki Akyunina A A A A A A A A A A
8 Anis Maghfiroh A A A A A A A A A A
9 Vina Fitriani B B B B B B B B B B
10 Hamim B B B B B B B B B B
11 M. Rizki D. A A A A A A A A A A
12 Wahyu Mia H. B A B A B A B A B A
13 Rita Maryani A B B B C B C B A B
14 Ilham B B B B B B B B B B
15 Haris A B B A B A B A B B
36
Hasil angket tersebut ditabulasikan sebagai berikut:
TABEL 6
NILAI ANGKET KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA
No Nomor ItemJml
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 27
2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 24
3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 25
4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 20
5 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 22
6 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 25
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 25
13 3 2 2 2 1 2 1 2 3 2 20
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
15 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 24
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut:
37
Untuk keberhasilan pendidikan agama dengan jumlah 10 item diketahui
nilai tertinggi 30 dan terendah 20 maka berdasarkan rumus interval
sebagai berikut:
( x t- x r )+1 ki
Keterangan:
i = interval ideal
xt = nilai tertinggi ideal
xr = nilai terendah ideal
ki = kelas interval
. (3 0 -2 0 )+ !
3
= 10 + 13
= 3,3
Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa
yang mempunyai keberhasilan pendidikan baik, sedang dan kurang
TABEL 7
INTERVAL KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA
Nilai Jumlah siswa Nilai nominasi
27-30 4 A
24-26 5 B
20-23 6 C
38
Dengan demikian dapat diketahui:
a. Untuk keberhasilan pendidikan agama yang baik mendapat nilai
antara 27-30 sebanyak 4 siswa
b. Untuk keberhasilan pendidikan agama yang sedang mendapat
nilai antara 24-26 sebanyak 5 siswa
c. Untuk keberhasilan pendidikan agama yang kurang mendapat
nilai antara 20-23 sebanyak 6 siswa
Kemudian dibuat table nominasi A (baik), B (sedang), C (kurang)
untuk mengetahui kategori keberhasilan pendidikan agama
TABEL 8
NILAI NOMINASI KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA
No Responden Skor Nominasi
1 27 A
2 24 C
3 25 B
4 20 C
5 22 C
6 25 B
7 30 A
8 30 A
9 20 C
10 20 C
11 30 A
39
12 25 B
13 20 C
14 20 C
15 24 C
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang keberhasilan
pendidikan agama baik, sedang dan kurang kemudian
dipresentasikan masing-masing variabel dengan rumus sebagai
berikut:
P = — *100%N
- Untuk keberhasilan pendidikan agama yang baik mendapat nilai
A sebanyak 4 siswa
P = — *100% =26,6%15
- Untuk keberhasilan pendidikan agama yang sedang mendapat
nilai B sebanyak 5 siswa
P = — *100% = 33,4%15
- Untuk keberhasilan pendidikan agama yang kurang mendapat
nilai C sebanyak 6 siswa
P = — *100% =40%15
40
B. Analisis Pengolahan Data
Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai
variabel keteladanan orangtua dan keberhasilan pendidikan agama siswa
untuk mencari korelasi dengan menggunakan rumus product moment
dengan angka kasar sebagai berikut:
Y,xr-r*y |r ,
N
I * 2-& * y
M
NJ)
[f
J j ' -
M
IVN
y
Selanjutnya kedua variabel tersebut didistribusikan ke dalam
koefisien dari perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel
Y agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product
moment dengan skor angka kasar. Untuk lebih jelasnya akan penulis
kemukakan dalam tabel berikut:
TABEL 9
TABEL KERJA UNTUK MENCARI KOEFISIENSI ANTARA
KETELADANAN ORANG TUA (X) DAN KEBERHASILAN
PENDIDIKAN AGAMA ANAK (Y)
NoResp
X Y X2 Y2 XY
1 26 27 676 729 702
2 22 24 484 576 528
3 26 25 676 625 650
4 22 20 484 400 440
5 26 22 676 484 572
41
6 24 25 576 625 600
7 28 30 784 900 840
8 26 30 676 900 780
9 22 20 484 400 440
10 24 20 576 400 480
11 30 30 900 900 900
12 26 25 676 625 650
13 24 20 576 400 480
14 22 20 484 400 440
15 24 24 576 576 576
I 372 362 9304 8940 9078
Sehingga diketahui:
IX = 372
ZY =362
£X 2 =9304
I Y 2 =8940
XXY = 9078
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:
r - ^ N
’^ N
lv JJ .v
E r n l
# I
42
r*y =
9078-372x362
9304-V
(372)
15
,2 \
'5
2 N
r*y =
9078-134664
15
» 3 0 4 - l ^ ) j j ( s 9 4 „ - l ^ '
___________9078-8977,6_________
Txy J {(9304 " 9225,6)}{(8940 - 8736,26)}
100,4
” V((7*.4)(«203.74)}
100,4
xy ~ Vl 5973,21
rxy = 0,794
C. Analisis Uji Hipotesis
Setelah hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment
diketahui hasilnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembuktian
analisis yaitu dengan cara mengkonsultasikan nilai r yang ada pada tabel.
Dalam perhitungan dengan rumus korelasi product moment di atas,
diketahui bahwa nilai r yang diperoleh itu akan dikonsultasikan dengan nilai
r (pada tabel) apakah teijadi signifikansi atau tidak, atas dasar signifikansi
5% maupun 1%.
Pada tabel lain product moment (r hitung) dengan jumlah responden
= 15, kolom N (membacanya ke kanan) dalam kolom signifikansi 5% dalam
43
tabel diperoleh 0,514 dan taraf signifikansi 1% diperoleh bilangan 0,641,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
- pada taraf signifikansi 5% r tabel = 0,514 dan r hitung = 0,794
sehingga r hitung > rt dan
- pada taraf signifikansi 1% r tabel = 0,641 dan r hitung = 0,794
sehingga r hitung > r tabel dan
Oleh karena nilai r yang diperoleh yaitu 0,794 berada pada batas signifikan,
yaitu pada taraf signifikan 1% sebesar 0,514 atas dasar pernyataan ini maka
nilai r yang telah diperoleh dapat dikatakan signifikan. Dengan demikian
penulis menerima hioptesis yang berbunyi:
keteladanan orangtua berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan anak
siswa, bahwa semakin baik keteladanan orangtua, semakin baik pula hasil
pendidikan agama anak.
BABY
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat keteladanan orangtua yang berada pada kategori baik mencapai
13,3%, kategori sedang 33,3% dan kategori kurang 53,4%
2. Keberhasilan pendidikan agama yang berada pada kategori baik
mencapai 26,6%, kategori sedang 33,4% dan kategori kurang 40%
3. Ada pengaruh secara positif dan signifikan antara keteladanan orang tua
dengan keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa
Pakis Kecamatan Bringin.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan
tentang hasil tersebut maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Peningkatan keteladanan orang tua dalam bersikap dan bertingkah laku
dihadapan anak sehingga anak mendapatkan contoh yang baik,
mengingat orangtua akan menjadi teladan bagi anak.
2. Pendidikan agama perlu ditingkatkan sejak dini melalui lembaga-
lembaga pendidikan, termasuk dimulai dalam keluarga.
44
45
C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun ada kendala-kendala yang
menghadang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis berterima kasih jika para pemerhati
skripsi ini berkenan memberikan tanggapan, saran maupun kritik yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis panjatkan do'a semoga skripsi ini menjadi manfaat
yang lebih bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2003. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bahreisy, Hussen. 1980. Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari. Surabaya: Al Ikhlas
Depag RI, 2005. Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI
EM Zulffi, Ratu Aprilia Senja, 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Difa Publizer
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset
Hamid, Abdul.2009. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia
Saebani, Beni Ahmad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia
Sudjana, Djudju. 2001, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi.1983. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Uno, Hamzah B. 2007 Motivasi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta
Widodo, Sembodo Ari. 2006. Pendidikan Islam dan Barat, Bandung: Pustaka Setia
46
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Sunarto
Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 24 Februari 1957
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Doplang I Rt:07 Rw:04 Desa Pakis Kec.Bringin Kab.
Semarang 50772
Pendidikan : SD Tahun 1969
PGA 4 Tahun 1973
PGA 6 Tahun 1975
DII Tahun 1996
Pekerjaan : Guru SD Negeri Mangunsari 06 Kec. Sidomukti Kota
Salatiga sejak tahun 1983 sampai sekarang.
KEMENTERIAN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Nomor: Sti.24/K-1 /TL.01 / - € 0 0 0 /2010Lamp : Proposal PenelitianHal : Perm ohonan Izin Penelitian
9 Agustus 2010
KepadaYth. Kepala TPQ Dsn. Doplang I Desa Pakis Kec. Bringin
Di - Tempat
Assalamualaikum wr.wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami menerangkan bahwa :
NAMANIMMahasiswa Jurusan Program Studi
: Sunarto :11408014: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga : Tarbiyah: Pendidikan Agama Islam
Dalam rangka penyelesaian studi Program S. 1 di STAIN Salatiga, diwajibkan memenuhi salah satu persyaratan yang berupa pembuatan SKRIPSI.
Adapun judul yang diambil adalah :
Pengaruh Keteladanan Orang Tua terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Anak di TPQ Dsn. Doplang I Desa Pakis Kec. Bringin Tahun 2010
Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Syukur, M.Si
Untuk keperluan tersebut, kami mohon Saudara berkenan memberi izin kepada mahasiswa yang bersangkutan untuk mengadakan penelitian guna memperoleh data atau keterangan dan bahan yang diperlukan di instansi Saudara.
Demikian atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
a.n. Ketua,Pembawtu Ketua Bidang Akademik
ahm at H ariyadi, M-PcOTP. 19670112 199203 1 005 '
Tembusan : Ketua STAIN Salatina ('cphaaai i
PENDIDIKAN HIDAYATUL MUBTADIIN Dsn DOPLANG I Ds PAKIS Kec BRINGIN
No : 02/P HM/VIII/2010 Pakis, Juni 2010Hal : Pemberian Ijin Penelitian
KepadaYth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamualaikum W.W
NamaNIM
Yang bertanda tangan dibawah ini, kami menerangkan bahwa : : Sunarto
• :11408014Mahasiswa Salatiga Jurusan Program Studi
: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN )
: Tarbiyah:Pendidikan Agama Islam
Dengan ini kami memberikan ijin kepada yang disebut diatas untuk mengadakan penelitian terhadap anak - anak yang kami asuh pada pendidikan HIDAYATUL MUBTADIIN di Dusun kami.
Kemudian kepada pihak STAIN Salatiga yang memberikan tugas kepada yang disebut diatas kami mohon diperiksa hasilnya dikemudian.
Nama :
Nomor :
Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur
ANGKET KETELADANAN ORANG TUA
1. Ayah mengajak sholat beijamaah
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
2. Orangtua mengajak pergi ke masjid
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
3. Orangtua setiap habis shalat mengajak berdoa
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
4. Setiap habis shalat orang tua membaca al qur'an
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
5. Orangtua menyuruh anak belajar di Madrasah
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
6. Orangtua memberi contoh sikap dermawan
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
7. Orangtua hadir dalam kegiatan pengajian
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
8. Orangtua hadir dalam kegiatan gotong royong
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
9. Orangtua menjenguk kalau ada orang sakit
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
10. Orangtua taat terhadap aturan
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
ANGKET KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK
1. Anak menjalankan sholat dengan tertib
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pernah
2. Anak mengaji di TPQ setiap sore
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
3. Anak mengaji dengan lancar sehabis shalat
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
4. Anak mengeijakan sholat sunnah dengan baik
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
5. Anak menjalankan puasa senin-kamis
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
6. Anak sehabis sholat mendo'akan orang tua
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
7. Anak tertib mendengarkan khutbah Jum'at
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
8. Anak menjalankan puasa sebulan penuh dengan baik
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
9. Anak menurut perintah orang tua
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah
10. Anak suka membantu pekeijaan orang tua
a. Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak Pemah