Download - PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DAN …
PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
KELAS IX SMP NEGERI 24 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
JUMARDI RAUF
NIM 10536 5033 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : JUMARDI RAUF
Stambuk : 10536 5033 15
Program Studi : Pendidikan Matematika
Dengan Judul
: PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN
DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
IX SMP NEGERI 24 MAKASSAR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2019
Yang membuat pernyataan
JUMARDI RAUF
10536 5033 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
SURAT PERJANJIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama : JUMARDI RAUF
NIM : 10536 5033 15
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, September2019
Yang Membuat Perjanjian
JUMARDI RAUF
10536 5033 15
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah
hendaknya kamu berharap” (Q.S. Al-Insyirah : 6-8)”
DREAM, BELIEVE AND MAKE IT HAPPEN
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai bukti kecintaanku
kepada orang tuaku. Kepada Ayahanda Abd. Rauf dan Ibunda Nurmia
(Alm), yang telah memberikan doa, dan dukungan kepada ananda
untuk mencapai cita-cita. Kepada Ibunda Nursia, atas berkat doa,
kasih sayang dan pengorbanannya lah yang mengantarkan ananda
untuk mencapai kesuksesan dan cita-cita. Kepada saudara-saudaraku
banggakan, keluarga, sahabat-sahabat, dan semua orang yang
mengenalku atas nasehat, dukungan dan bantuannya dalam
menyelesaikan karya ini.
ABSTRAK
Jumardi Rauf, 2019. Pengaruh Kemampuan Berpikir Divergen dan
Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar siswa Kelas IX SMP Negeri 24
Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rukli dan
pembimbing II St. Nur Humairah Halim.
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar. Populasi dalam
penelitian ini adalah kelas IX SMP Negeri 24 Makassar dengan jumlah siswa
sebanyak 102 dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu 66 orang siswa.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu tes
kemampuan berpikir divergen, koesioner kemandirian belajar, dan tes hasil belajar
matematika siswa. Data yang diperoleh diolah dengan program pengolahan data
statistic yaitu SPSS. Hasil analisis statistika deskriptif menunjukan bahwa
kemampuan berpikir divergen siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar
dikategorikan sedang dengan skor rata-rata 55,91 dan standar deviasi 10,623 dari
skor ideal 100 dengan persentase 42,42%. Kemandirian belajar siswa kelas IX
SMP Negeri 24 Makassar berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 60,03 dan
standar deviasi 6,528 dari skor ideal 80 dengan persentase 74,2%. Sedangkan
hasil belajar siswa kelas IX SMP Negari 24 Makassar dikategorikan baik (B)
dengan skor rata-rata 80,77 dan standar deviasi 6,416 dari skor ideal 100 dengan
persentase 53%. Hasil analisi inferensial menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP
Negeri 24 Makassar sebesar 0,183. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu unit
kemampuan berpikir divergen (X1) akan memberikan dampak pada hasil belajar
(Y) sebesar 0,183. Selain itu kemandirian belajar juga berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar sebesar 0,101. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit kemandirian belajar (X2) akan
memberikan dampak pada hasil belajar (Y) sebesar 0,101. Hasil analisis
inferensial juga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir divergen dan
kemandirian belajar berpengaruh secara simultan terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negari 24 Makassar yaitu sebesar 58,20% dan
sisanya 41,20% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar dari variavel dalam
penelitian ini. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa baik secara persial
maupun simultan kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Kata kunci: Kemampuan Berpikir Divergen, Kemandirian Belajar, dan Hasil
Belajar Matematika
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
segala karunia dan rahmat serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in dan
orang-orang yang senantiasa istiqamah dalam perjuangannya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada jurusan pendidikan matematika FKIP UNISMUH Makassar.
Meskipun penulis telah berusaha dengan maksimal untuk penyempurnaan skripsi
ini, penulis menyadari akan adanya berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, baik dari segi tata bahasa, sistematika penulisan, maupun isi yang terkandung
dalam tulisan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua Abd. Rauf, Alm.
Nurmia dan Nursia yang telah berjuang, mengasuh, membesarkan, mendidik,
membiayai, dan senantiasa mendoakan ananda dalam proses pencapaian ilmu.
Demikian pula, penulis ucapkan terimah kasih kepada Dr. Rukli, M.pd., M. Cs
dan St. Nur Humairah Halim, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing I dan pembimbing
II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan,
nasehat, serta motivasi sejak awal penyusunal proposal hingga selesainya skripsi
ini.
Dalam kerendahan hati, penulis juga menyampaikan banyak terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE, MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Erwin Akib, M.pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Mukhlis, S.pd., M.pd., Ketua Program Studi pendididkan
Matematika dan Bapak Ma’rup, S.pd., M.pd., selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Matematika.
4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika UNISMUH Makassar yang
telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu kepada peulis selama
mengikuti perkuliahan.
5. Kepala SMP Negeri 24 Makassar yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian dan Ibu Rusniati selaku guru bidang studi
Matematika SMP Negeri 24 Makassar yang telah banyak memberikan
bantuan bagi penulis. Begitupula kepada siswa-siswa kelas IX yang telah
bersedia menjadi sampel dalam penelitian dan memberikan semangat
kepada penulis.
6. Rekan-rekan di Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2015 khususnya
teman seperjuangan di kelas Geometri B Angkatan 2015 yang namanya
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas semua ilmu dan waktu yang
begitu berarti.
7. Untuk keluarga yang senantiasa memberikan nasehat, motivasi, dan
dukungan kepada penulis.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya ktitikan dan penulis menyerahkan
segalanya kepada-Nya, semoga amal baik mereka yang telah mengulurkan
tangannya diridhai oleh Allah SWT. Amin.
Makassar, September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 9
1. Kemampuan Berpikir Divergen .......................................................... 9
2. Kemandirian Belajar ......................................................................... 13
3. Hasil belajar ...................................................................................... 16
B. Hasil Penelitian Relevan .......................................................................... 19
1. Kemampuan Berpikir Divergen ........................................................ 19
2. Kemandirian Belajar ......................................................................... 21
C. Kerangka Pikir ......................................................................................... 22
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................................... 27
B. Populasi dan Sampel ................................................................................ 27
C. Variabel dan Desain Penelitian ................................................................ 28
D. Prosedur Penelitian .................................................................................. 30
E. Defenisi Operasional Variabel ................................................................. 30
F. Instrumen Peneliian ................................................................................. 32
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 36
H. Teknik Analisis ........................................................................................ 36
1. Statistika Deskriptif ............................................................................. 36
2. Statistika Inferensial ............................................................................ 39
3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 44
B. Pengujian Hipotesis ................................................................................. 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Tabel Halaman
3.1 Populasi siswa Kelas IX SMPN 24 Makassar .................................................... 27
3.2 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Divergen .......................................................... 33
3.3 Kisi-kisi Kemandirian Belajar ........................................................................... 34
3.4 Skor Alternatif Jawaban Indikator Kemandirian Belajar ................................... 34
3.5 kisi-kisi Hasil Belajar Matematika ..................................................................... 35
3.6 Skala Pengkategorian Kemampuan Berpikir Divergen...................................... 37
3.7 Kriteria Pengkategorian Kemandirian Belajar .................................................... 38
3.8 Skala Pengkategorian Hasil Belajar Matematika.............................................. 38
4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Divergen ................................................ 44
4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemampuan Berpikir Divergen ..... 45
4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Divergen .................. 46
4.4 Statistik Skor Kemandirian Belajar .................................................................... 47
4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemandirian Belajar ........................ 48
4.6 Persentase Ketercapaian Indikator kemandirian belajar .................................... 49
4.7 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika ............................................................ 50
4.8 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar ............................................................ 51
4.9 Uji Normalitas Kolmogrov Smirnova ................................................................ 51
4.10 Uji Linear Kemampuan Berpikir Divergen dengan Hasil Belajar
Matematika ......................................................................................................... 52
4.11 Uji Linear Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Matematika .................. 52
4.12 Multikolinearitas dengan menggunakan metode Tollerance dan VIF
(Varians Inflation Factor) ................................................................................... 53
4.13 Uji Korelasi Run Test ......................................................................................... 53
4.14 Uji Heteroskedastisitas Glejser .......................................................................... 54
4.15 Uji Regresi Linear Sederhana Kemampuan Berpikir Divergen terhadap
Hasil Belajar Matematika ................................................................................... 55
4.16 Uji Regresi Linear Sederhana Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika ......................................................................................................... 56
4.17 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ............................................................ 57
4.18 Uji Signifikan Parameter Individu (Uji Statistik t) ............................................ 57
4.19 Analisis Regresi Ganda ...................................................................................... 58
4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................................ 60
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Gambar
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ........................................................................................ 25
3.1 Desain Kemampuan Berpikir Divergen dan Kemandirian Belajar .................... 30
4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Divergen ............ 47
4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemandirian Belajar .............................. 50
4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ................................................... 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, kreativitas, kemandirian, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana terkandung
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Di era sekarang semua orang membutuhkan pendidikan
untuk meningkatkan pengetahuan dan potensi yang terkandung dalam dirinya.
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan dapat
memperluas wawasan manusia dan dapat mengubah masa depan.
Dari penjelasan diatas bahwa pendidikan dalam kehidupan memiliki
peranan yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan zaman yang
semakin maju. Dengan pendidikan seseorang dapat merubah sesuatu yang ada
pada dirinya. Maka dari itu setiap orang harus menjalankan pendidikan. Di dalam
pendidikan terdapat kurikulum. Dimana kurikulum itu adalah seperangkat mata
pelajaran dan program pendidikan yang diberikan pemerintah yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Pelajaran yang
diberikan bersifat akademis yang salah satunya pelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan
manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan inovatif, serta kreatif. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampaun memperoleh,
mengelolah, dan memanfaatkan informasi.
Dari penjelasan diatas, bahwa matematika adalah mata pelajaran yang
memerlukan daya pikir tinggi agar dapat menyelesiakan suatu permasalahan.
Sehingga untuk meningkatkan kecerdasan siswa diberi keterampilan berpikir
logis, kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran matematika agar dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung dengan guru mata
pelajaran matematika di SMPN 24 Makassar pada tanggal 17 ktober 2018
memaparkan bahwa masih ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas, seperti halnya yang terjadi di kelas IX
SMPN 24 Makassar. Hal itu diamati oleh guru mata pelajaran matematika ketika
memberikan soal kepada siswa dengan redaksi kata yang berbeda dengan contoh
soal yang telah diberikan sebelumnya dimana masih banyak siswa yang bingung
dalam mengerjakannya. Selian itu kebanyakan dari mereka hanya meniru
pekerjaan temannya tanpa berusaha mengerjakan sendiri dengan kemampuan dan
pemikirannya sendiri. Pada saat ujian banyak dari mereka yang mendapatkan nilai
di bawah kriteria ketuntasan minimun (KKM).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siswa didalam menyelesaikan
soal matematika yaitu kemampuan berpikir divergen. Jauk, dkk (2014: 5)
mengatakan bahwa berpikir divergen merupakan komponen kunci dari proses
berpikir kreatif. Sehingga sangat penting mengetahui bagaimana kondisi
kemampuan berpikir divergen siswa dalam belajar matematika. Munandar
(Khodijah, 2011: 106) mengemukakan bahwa berpikir divergen adalah berpikir
kreatif, berpikir untuk memberikan berbagai macam kemungkinan jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada kuantitas,
keragaman, dan originalitas jawaban. Jadi kemampuan berpikir divergen itu
merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dengan memberikan berbagai macam solusi/jawaban yang diperoleh berdasarkan
informasi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sri (2014: 6)
menemukan bahwa hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya berpikir
divergen lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya
berpikir biasa.
Dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika sangat
memerlukan kemampuan berfikir yang logis, kritis, sistematis dan kreatif dalam
menyelesaikan permasalahan baik dalam mata pelajaran matematika itu sendiri.
Dengan tingkat kemampuan berpikir divergen yang tinggi, maka dalam proses
belajar matematika menjadi lebih mudah. Namun, kenyataan yang kita lihat tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Kebanyakan siswa sangat mudah dalam
menyelesaikan soal yang diberikan oleh gurunya ketika sama dengan contoh soal
yang diberikan. Tetapi, pada saat soal diajukan kepada siswa dengan redaksi kata
yang berbeda namun maksud dan tujuan pembelajaran sama, siswa tidak dapat
menyelesaikan soal tersebut. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan dan
membuat hasil belajar matematika siswa menurun.
Selain kemampuan berpikir divergen, faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemandirian belajar. Kemandirian
belajar sangat diperlukan agar peserta didik/siswa bisa menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapinya dan mampu mengambil keputusan sendiri dalam
mencapai hasil yang lebih baik lagi dalam belajar. Menurut Kozma, Belle dan
Williams (Nurhayati, 2011: 131), kemandirian belajar merupakan bentuk belajar
yang memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menentukan sendiri
tujuan, kegiatan belajar, dan sumber yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
Dalam proses belajar ini, pembelajar dapat berpartisipasi secara aktif menentukan
apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Nur (2016: 67) menyimpulkan bahwa kemandirian belajar
siswa kelas V di SDN Sirnagalih Gugus I Kecamatan Taman Sari Kota Bogor
berpengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Dengan adanya kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar
yang tinggi yang dimiliki oleh peserta didik/siswa, maka mereka dapat
memperoleh pencapaian yang sangat baik dan memuaskan dalam hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang “Pengaruh
Kemampuan Berpikir Divergen dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada siswa bahwa masih terdapat
diantara siswa yang ketika proses belajar berlangsung dianggap bisa
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, akan tetapi pada saat ulangan
berlangsung mereka tidak bisa lagi mengerjakannya yang menyebabkan hasil
belajar matematika siswa rendah. Selain itu matematika merupakan mata
pelajaran yang membutuhkan kemampuan berfikir yang logis, kritis, sistematis
dan kreatif dalam memecahkan permasalahan dengan baik. Kedua masalah
tersebut berkaitan dengan kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar,
maka dapat dikemukakan adanya indikasi bahwa kemampuan berpikir divergen
dan kemandirian belajar berhubungan dengan hasil belajar matematika yang diraih
siswa. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga penelitian ini dilakukan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar kemampuan berpikir divergen, kemandirian belajar, dan hasil
belajar matematika di kelas IX SMP Negeri 24 Makassar?
2. Apakah kemampuan berpikir divergen siswa berpengaruh positif yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24
Makassar?
3. Apakah kemandirian belajar siswa berpengaruh positif yang signifikan
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar?
4. Apakah kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar berpengaruh
positif yang signifikan secara bersama terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas IX SMP Negeri 24 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan berpikir divergen, kemandirian
belajar, dan hasil belajar matematika di kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif kemampuan berpikir
divergen siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri
24 Makassar.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif kemandirian belajar siswa
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan berpikir divergen dan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP
Negeri 24 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Utama
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh
positif yang berarti antara kemampuan berpikir divergen dan kemandirian
belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga
bagi siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar matematika serta
kaitannya dengan kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar.
Prestasi belajar matematika bagi siswa cukup dipengaruhi oleh kemampuan
berpikir divergen dan kemandirian belajar.
b. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru dan peneliti
selanjutnya.
3. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan
dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku kuliah serta dapat
digunakan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
b. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan mutu pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika serta menambah literatur
sekolah.
d. Bagi Guru
Sebagai sumber informasi mengenai kemampuan operasi hitung matematika,
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar yang dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar matematika.
e. Bagi Siswa
Penelitian ini merupakan informasi bagi siswa untuk mengetahui tingkat
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar yang diharapkan dapat
memotivasi mereka untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kemampuan Berpikir Divergen
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
melakukan sesuatu, sedangkan menurut (KBBI) kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan dan kekuatan. Selanjutnya kemampuan menurut UU Mendiknas No.
45 tahun 2002 menyatakan bahwa kemampuan dinyatakan sebagai seperangkat
tindakan yang cerdas yang penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas
dibidang tertentu. Menurut Soelaiman (2007: 112) kemampuan adalah sifat yang
dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaanya, baik secara mental atau fisik.
Menurut Ivancevich M. John, dkk (Suhaji, 2012: 5) bahwa kemampuan
adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas mental atau fisik. Robbins, S.P.
(Suhaiji, 2012: 5) mendefiniskan bahwa kemampuan adalah suatu kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan juga menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan. Kemampuan itu mungkin dimanfaatkan atau mungkin juga
tidak. Menurut Gibson (Syardianto, dkk 2014: 3) bahwa kemampuan
berhubungan erat dengan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki orang untuk
melaksanakan pekerjaan dan bukan yang ingin dilakukannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan
atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu
yang diwujudkan melalui tindakannya.
Adapun gaya berpikir divergen adalah pola berpikir seseorang yang lebih
mendominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan, berpikir lateral, menyangkut
pemikiran sekitar atau yang menyimpang dari pusat persoalan. Menurut Chang,
dkk. (2010: 2) berpikir divergen adalah proses yang lebih intuitif dibandingkan
dengan penalaran logis. Selain itu menurut Putra, dkk (2012: 2) bahwa pemikiran
divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah.
Sehingga peran kemampuan dalam intuisi lebih berperan untuk menghasilkan
suatu gagasan atau ide pemikiran. Munandar (Khodijah, 2011: 106)
mengemukakan bahwa berpikir divergen adalah berpikir kreatif, berpikir untuk
memberikan berbagai macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan dengan penekanan pada kuantitas, keragaman, dan originalitas jawaban.
Cara berpikir divergen menunjuk pada pola berpikir yang menuju ke
berbagai arah dengan ditandai adanya kelancaran, kelenturan, dan keaslian.
Contohnya dalam pembelajaran matematika di sekolah, siswa diberikan soal yaitu
seekor kerbau beratnya 200 kg, berapa orang anak yang kamu perlukan agar
jumlah semua berat badan mereka sama dengan beratnya kerbau tersebut?. Pada masalah matematika dirumuskan sedemikian rupa sehingga menuntut siswa
untuk melakukan investigasi konteks, sebab tidak semua data diberikan.
Misalnya: karena berat masing-masing anak tidak diberikan, maka dalam hal ini
diperlukan kemampuan berpikir divergen untuk membuat keputusan matematis
yang reasonable. Artinya, anak harus mengambil keputusan, misalnya dengan
mengandai-andaikan. Anak harus membuat investigasi dalam menentukan
pengandaian yang masuk akal dan dapat dipertahankan baik nila logis-
matematisnya ataupun nilai realitas-kontekstualnya.
Sedangkan menurut Kleinmuntz, dkk (2014: 1) berpikir divergen
merupakan sub kognitif dari kreatifitas, yang mencerminkan kemampuan
menghasilkan banyak jawaban atas satu masalah. Jadi kemampuan berpikir
divergen merupakan bagian dari berpikir kreatif yang merupakan salah satu aspek
kognitif. Selain itu menurut Putra, dkk (2012: 2) bahwa pemikiran divergen
menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Bambang
(2013: 7-8) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir divergen dapat dinyatakan
sebagai keterampilan siswa dalam pengembangan gagasan kreatif oleh adanya
stimulus dengan ciri tipikal yang terjadi secara spontan dan bebas dari cara-cara
tertentu.
Selanjutnya menurut Munandar dan Utami (Haryanto 2005: 5)
berpendapat bahwa berpikir divergen merupakan ranah berpikir kreatif yang
memberikan berbagai kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan dengan penekanan pada kuantitas, keragaman, dan orijinalitas jawaban.
Berpikir divergen menujuk pada pola berpikir ke segala arah dengan ditandai oleh
adanya kelancaran (fluency), kelenturan (flexibiliyt), keaslian (originality), dan
elaborasi (elaboration). Sehingga peserta didik mampu memikirkan alternatif
kemungkinan lainnya. Sehingga berpikir divergen merupakan bagian dari berpikir
kreatif, seperti yang di kemukakan oleh Jauk, dkk (2014: 5) bahwa komponen
kunci dari proses berpikir kreatif yang memprediksi pencapaian kreatif.
Adapun gambaran sesesorang yang berpikir divergen yaitu seorang
pedagang yang memiliki pemikiran divergen akan lebih berhasil dalam usahanya,
karena selain dia mampu membuat model matematika yang berkaitan dengan
masalah penjualannya, dia juga mampu memprediksi segala kemungkinan yang
akan berdampak pada keuntungan penjualannya misalnya dalam hal penentuan
harga jual, dengan melihat persediaan yang dimilikinya, biaya operasional, harga
saingan, dll, ia mampu memprediksi dengan ilmiah harga berapa dagangannya
akan memiliki keuntungan yang paling besar. Ia juga selalu memiliki rencana
cadangan apabila prediksi yang dilakukannya tidak sesuai dengan harapan.
Disinilah letak peran pemikiran divergen ini
Menurut Gulo dalam (Susilawati, dkk. 2014: 5) menyatakan bahwa
berpikir divergen bertitik tolak dari suatu peristiwa menuju ke berbagai
kemungkinan, sehingga ketika seseorang berpikir divergen ia akan mampu
melahirkan berbagai macam gagasan yang tidak berhubungan dengan
permasalahan awal atau konsep yang sedang diperbincangkan. Hasil penelitian
yang relevan menurut Susilawati, dkk. (2014: 6) menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa yang memiliki gaya berpikir divergen lebih tinggi dari hasil
belajar matematika siswa yang memiliki gaya berpikir konvergen.
Guilford (Yagolkovskiy, dkk. 2015: 3) juga menghubungkan sifat-sifat
pemikiran divergen dengan empat karakteristik, yaitu: a) Kelancaran (kemampuan
untuk menghasikan banyak ide atau soslusi untuk suatu masalah) dengan tepat; b)
Feksibilitas (kapasitas untuk mempertimbangkan berbagai pendekatan terhadap
masalah secara bersamaan); c) Elaborasi (kemampuan untuk memikirkan rincian
gagasan dan melaksanakannya), dan d) Orisinalitas (kecenderungan untuk
menghasilkan gagasan yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir
divergen adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang mampu
memecahkan atau menyelesaikan suatu permasalahan atau persoalan yang ada
dengan berbagai solusi atau penyelesaian dengan tepat. Dengan berpikir divergen
seseorang dengan mudah dapat menyelesaikan persoalan atau permasalah yang
ada dengan memberikan alternatif jawaban yang lain dan benar.
2. Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat awalan ke dan
akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.
Karena kemandirian berasal dari kata diri, pembahasan kemandirian tidak dapat
lepas dari pembahasan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut
dengan istilah self karena diri itu sendiri merupakan inti dari kemandirian (Ali
dan Asrori, 2008: 109). Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata
Independence yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak
bergantung pada orang lain dalam memutuskan keputusan dan adanya sikap
percaya diri (Chaplin, 2011: 343).
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
bagi individu. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu
menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak bergantung
pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.
Kemandirian menurut sudut pandang Erickson (Monks, 2002: 272) yaitu suatu
sikap usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk
menentukan dirinya dengan proses mencari identitas ego yaitu merupakan
perkembangan kearah yang mantap untuk berdiri sendiri.
Suhendri dan Mardalena (2013: 109) menyatakan bahwa kemandirian
belajar adalah suatu aktivitas belajar yang dilakukan siswa tanpa bergantung pada
orang lain baik teman maupun gurunya dalam mencapai tujuan belajar yaitu
menguasai materi atau pengetahuan dengan baik dengan kesadarannya sendiri,
serta siswa dapat mengaplikasikan dalam menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kemandirian belajar, siswa dituntut untuk mampu
menggali informasi materi pelajaran tidak hanya bersumber dari guru. Artinya
dari sumber lain seperti internet. Selain itu, siswa dapat melakukan aktivitas
belajar tanpa terpengaruh dari orang lain atau teman.
Kemandirian belajar yang dimiliki seorang siswa, mendorong siswa
tersebut agar dapat berperilaku tidak bergantung pada orang lain. Hal ini sesuai
pendapat Mujiman yang dikutip Aini dan Taman (2012: 51) bahwa kemandirian
belajar dapat diartikan sebagai sifat dan kemampuan yang dimiliki siswa untuk
melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motifasi untuk menguasai
suatu kompetensi yang dimiliki.
Kemandirian belajar menurut Mujiman (2005: 1) adalah kegiatan belajar
aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah, dan di bangun dengan begal pengetahuan atau
kompetensi yang dimiliki. Selain itu menurut Brookfield (2000: 130-133)
mengemukakan bahwa kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakan
oleh diri sendiri, kemampuan belajar untuk mencapai tujuannya. Basir (2010)
menyatakan bahwa kemandirian belajar diartikan sebagai suatu proses belajar
yang terjadi pada diri seseorang, dan dalam usahanya untuk mencapai tujuan
belajar orang tersebut dituntut untuk aktif secara individu atau tidak bergantung
pada orang lain.
Menurut Gunarhadi (2005: 120) kemandirian belajar akan tercapai apabila
seorang anak dapar memiliki keberhasilan-keberhasilan yang diperolehnya.
Kemandirian belajar adalah kondisi aktivitas belajar yang mandiri tidak
bergantung pada orang lain, memiliki kemampuan serta tanggung jawab sendiri
dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud
apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan,
mengevaluasi, dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam dalam
pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.
Desi, (2009: 7-8) mendeskripsikan kemandirian belajar sebagai berikut :
a. Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam mengambil
berbagai keputusan.
b. Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang
dan situasi belajar.
c. Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain.
d. Pembelajaran mandiri dapat mentransfer hasil belajarnya yang berupa
pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi.
e. Siswa yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan
aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan dan kegiatan
korespondensinya.
f. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan seperti dialog
dengan siswa, mencari sumber, mengevaluasi hasil dan mengembangkan
berpikir kritis.
g. Beberapa institusi pendidikan menemukan cara untuk mengembangkan belajar
mandiri melalui program pembelajaran terbuka.
Adapun ciri-ciri kemandirian belajar menurut Sardiman sebagaimana
dikutip oleh Farida (2008: 45) meliputi: 1) Adanya kecenderungan untuk
berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya sendiri; 2) Memiliki
keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan; 3) Membuat perencanaan dan
berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan harapan; 4) Mampu untuk
berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru; 5)
Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan
prestasi belajar; 6) Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus
dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.
Dari beberapa teori dan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kemandirian belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri
dan segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar
diusahakan sendiri bertanggung jawab sepenuhnya dan proses belajar tersebut.
3. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah: “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relative menetap”. Hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2013: 7).
Menurut Winkel (2004: 57) hasil belajar adalah kemampuan intelektual
yang telah menjadi milik pribadi seseorang yang memungkinkan atau
memberikan hasil tertentu. Hasil belajar terkait dengan perubahan pada diri orang
yang belajar. Bentuk perubahan sebagai hasil dari belajar berupa perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, serta keterampilan dan
kecakapan. Sedangkan menurut Sudijarto hasil belajar adalah “tingkat penguasaan
yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan”.
Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad dan Haris, 2012: 14). Menurut
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mengaktualisasi hasil
belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi
yang baik dan memenuhi syarat pengukuran demikian dimungkinkan karena
pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai
bidang termasuk pendidikan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang hampir selalu ada dan
diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Bahkan pada taman kanak-kanak matematika diajarkan secara
informal. Matematika sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,
berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-
unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas,
dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan
analisis (Hamzah B. Uno dalam Lestari Eni, 2015).
Menurut Gagne dalam Sholihin, hasil belajar matematika adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika
adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan setelah
mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya
Menurut Sudjana (2006: 57), hasil belajar matematika adalah kompetensi
kompetensi yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya.
Hasil belajar matematika marupakan pencapaian siswa dalam proses pembelajaran
matematika dalam kurun waktu tertentu yang berupa pemahaman dan
keterampilan dalam hal menyelesaikan masalah matematika dalam kurun waktu
satu semester (Bey dan Narfin, 2013: 175).
Adapun hasil belajar matematika menurut Suhendri dan Mardalena (2013:
108) menyatakan bahwa ”hasil belajar matematika adalah puncak dari kegiatan
belajar yang berupa perubahan dalam bentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik
dalam hal kemampuan tentang kemampuan bilangan, bangun, hubungan-
hubungan konsep dan logika yang berkesinambungan serta dapat diukur atau
diamati”.
Berdasarkan uraian tentang hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat perubahan, pencapaian,
pemahaman, dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
setelah melalui proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang didapat dari
tes hasil belajar.
Secara psikologis ada dua macam faktor internal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, yaitu faktor kognitif dan faktor
afektif. Slameto (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor kognitif yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah persepsi, perhatian, mendengarkan,
ingatan, kesiapan, struktur kognitif, intelegensi, kreativitas, dan gaya kognitif,
sedangkan faktor-faktor afektif yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah
motivasi dan kebutuhan, minat, konsep diri, aspirasi, kecemasan, dan sikap.
Faktor-faktor kognitif dan afektif tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika dapat berbentuk pengaruh tersendiri maupun secara bersamaan, dan
dapat secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada satu faktor yang
mempengaruhi faktor yang lain.
Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
matematika yang mencakup semua tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman
(C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6). Instrumen
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah
tes hasil belajar dengan bentuk soal essay (uraian).
B. Hasil Penelitian Relevan.
1. Kemampuan Berpikir Divergen
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian
Fatika (2018: 67) tentang “pengaruh kemampuan operasi hitung matematika,
kemampuan berpikir divergen dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sengkang Kabupaten Wajo”. Hasil
penelitian mendukung hipotesis ketiga bahwa variabel kemampuan berpikir
divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat
terlihat pada hasil uji t diperoleh t hitung sebesar 3,072 dengan p value adalah
0,003. Jika dibandingkan dengan t tabel pada α = 0,05 berarti t-hitung > t-tabel
dan p value < 0,05 (3,072> 1,990 dan 0,003 < 0,05). Adapun hasil uji linear
diketahui nilai p value deviation from linearity sebesar 0,072 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara kemampuan berpikir
divergen dengan hasil belajar. Selain itu Koefisien regresi X2 (kemampuan
berpikir divergen) 0,174 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu poin
variabel kemampuan berpikir divergen akan meningkatkan hasil belajar
matematika sebesar 0,174 kali. Persamaan dari penelitian tersebut dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti kemampuan berpikir
divergen. Adapun perbedaan penelitian ini yaitu objek penelitian dan variabel
bebas lainnya.
Hasil penilitian terdahulu lainnya yang relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu hasil penelitian Sri (2014: 6) menemukan bahwa hasil
belajar matematika siswa yang memiliki gaya berpikir divergen lebih tinggi dari
pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya berpikir biasa.
Kemampuan berpikir divergen mengarahkan siswa menghasilkan banyak ide yang
berguna dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran matematika
karena kemampuan berpikir divergen merupakan bagian dari aspek kognitif
sebagai proyeksi atas kemampuan menghasilkan banyak jawaban atas satu
permasalahan.
2. Kemandirian Belajar
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu laporan hasil
penelitian Nur (2016). Tentang “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Perhatian
Orang Tua terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMP Swasta di
Kecamatan Setiabudi, Jakarta selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode survey dengan menggunakan analsiskorelasional. Hasil penelitian
nenunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika (t0 = 4,372 dan sig. = 0,000<0,05). Persamaan
regresif linear: Y= -23.305 +0,112 X1, hal ini menunjukkan setiap kenaikan satu
unit kemandirian belajar akan meningkatkan hasil belajar matematika 0.112 unit
secara signifikan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
adalah sama-sama meneliti kemandirian belajar. Adapun perbedaannya yaitu
objek penelitian dan veriabel bebas lainnya.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu hasil penelitian
Sukenda (2016). Tentang “Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SDN
Sirnagalih Gugus I Kecamatan Taman Sari Kota Bogor”. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey dan teknik korelasional
yang menggambarkan tentang variabel-variabel yang diteliti, sekaligus
menyelidiki hubungan antar variabel. Hipotesis kedua yang diajukan dalam
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
kemandirian belajar dan hasil belajar matematika, hal ini ditunjukkan dengan t-
hitung jauh lebih besar daripada t-tabel pada taraf signifikan α = 0,05 yaitu 1,645
atau t-hitung 5,436 > 1,645. Pola hubungan kedua variabel ini dinyatakan oleh
persamaan regresi Y = 1,583 + 0,394 X2. Adapun hasil analisis korelasi sederhana
antara kemandirian belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas V di Sekolah
Dasar Negeri Kota Bogor diperoleh r sebesar 0,405. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut kuat dan searah (positif). Sedangkan
hasil analisis koefisien determinasi antara variabel X2 dan Y maka R Square
sebesar 0,164 atau 16,4%. Hal ini menunjukkan pengaruh positif dari kemandirian
belajar siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas V di Sekolah Dasar
Kota Bogor sebesar 16,4% sedangkan sisanya 83,6% merupakan faktor lain.
Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
sama-sama meneliti kemandirian belajar siswa. Adapun perbedaan dalam
penelitian ini yaitu objek penelitian dan variabel bebas lainnya.
C. Kerangka Pikir
Pada latar belakang dan kajian pustaka, dikemukakan beberapa masalah
yang terkhusus pada mata pelajaran matematika yaitu masih seringnya ditemukan
siswa mengalami kesulitan dalam hal belajar matematika sehingga menyebabkan
nilai matematika yang rendah, diduga rendahnya nilai matematika dipengaruhi
oleh beberapa faktor, beberapa penelitian yang relevan mengemukakan bahwa
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar siswa sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi.
Berdasarkan kajian teori tersebut dan hasil penelitian yang relevan
sehingga peneliti ingin melakukan penelitian kuantitatif untuk melihat pengaruh
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar siswa terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian expost-facto
dengan metode kuantitatif dimana variabel yang diamati adalah pengaruh variabel
variabel bebas yaitu kemampuan berpikir divergen (X1) dan kemandirian belajar
(X2) terhadap variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa (Y). penelitian
ini akan mengamati sejauh mana variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat dengan menggunakan analisis regresi ganda, sehingga nantinya akan
menunjukkan seberapa besar variabel bebas tersebut mempengaruhi variabel
terikat.
1. Pengaruh Kemampuan Berpikir Divergen terhadap Hasil Belajar
Matematika
Pengaruh kemampuan berpikir divergen terhadap hasil belajar matematika
merupakan hal yang sering dibahas serta dianggap besar pengaruhnya terhadap
pencapaian seorang siswa dalam hasil belajar matematika. Hal tersebut
dikarenakan kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan yang dimiliki
seorang siswa dalam menyelesaikan satu permasalahan dengan memberikan
berbagai alternatif jawaban yang benar sehingga dengan adanya kemampuan
berpikir divergen yang tinggi maka hasil belajar matematika siswa akan
meningkat. Hal ini senada dengan hasil penelitian Sri (2014: 6) yang
menemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya berpikir
divergen lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya
berpikir biasa.
2. Pengaruh Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik mka ia akan
memperoleh peluang yang relatif cukup besar dalam memperoleh hasil belajar
yang memuaskan dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
yang kurang baik, sehingga akan turut mempengaruhi hasil belajar matematika
siswa tersebut (Syah, 2004: 73). Belajar adalah suatu proses yang terus-menerus
untuk memecahkan masalah bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua.
Dengan menerima tanggapan siswa sebagai masukan yang berharga menjadikan
semangat kemandiriannya semakin besar. Hal ini akan menambah semangat siswa
untuk meningkatkan hasil belajarnya, sehingga ketika tingkat keberhasilan siswa
tercapai maka siswa tersebut akan merasa puas dengan memberi pujian pada
dirinya sendiri.
3. Pengaruh Kemampuan Berpikir Divergen dan Kemandirian Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika
Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar
matematika salah satunya adalah kemampuan berpikir divergen. Berpikir divergen
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang mampu memecahkan atau
menyelesaikan suatu permasalahan atau persoalan yang ada dengan berbagai
solusi atau penyelesaian dengan tepat.
Begitupun dengan kemandirian belajar, adanya kemandirian belajar yang
dimiliki siswa akan sangat membantu siswa tersebut dalam proses pembelajaran
sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi.
Kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar matematka siswa, dengan demikian faktor
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar dapat mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa apabila ditingkatkan terus-menerus. Maka dari itu
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar secara bersama-sama
diduga mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar matematika.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah uraikan, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif kemampuan berpikir divergen terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar. Untuk keperluann
pengujian hipotesis penelitian, maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai
berikut:
H0:β1 = 0
H1: β1 > 0
Kemandirian
Belajar
Kemampuan
Berpikir Divergen
Kesulitan dalam belajar matematika
Faktor yang mempengaruhi
Internal
Hasil Belajar
2. Terdapat pengaruh positif kemandirian belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar. Untuk keperluann
pengujian hipotesis penelitian, maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai
berikut:
H0:β2 = 0
H1: β2 > 0
3. Terdapat pengaruh positif kemampuan berpikir divergen dan kemandirian
belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24
Makassar. Untuk keperluann pengujian hipotesis penelitian, maka dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0:βi = 0; i = 1,2
H1:βi > 0; i = 1,2
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian ex -post facto. Penelitian ex-post facto adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke
belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kegiatan
tersebut. Ex-post facto sebagai metode penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
terhadap variabel bebas telah terjadi sebelumnya, sehingga tidak perlu
memberikan perlakuan, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiono (2017: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dari penelitian ini adalah kelas IX SMPN 24 Makassar yang terdiri dari
tiga kelas dengan jumlah siswa sebanyak 102 orang.
Tabel 3.1 Populasi siswa kelas IX SMPN 24 Makassar
Kelas IX Jumlah siswa
1 34
2 33
3 35
Total 102
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Menurut Arikunto (2010: 174) penentuan pengambilan sampel
sebagai berikut : Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari :
1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana.
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang
resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan cara pengambilan sampel yang telah dijelaskan maka dalam
penelitian ini yang akan menjadi sampel yaitu 66 orang siswa kelas IX SMPN 24
Makassar.
C. Desain dan Variabel Penelitian
1. Desain Penelitian
Menurut Gay (Emzir, 2007:127) bahwa desain dasar penelitian ex-post
facto sangat sederhana, dan walaupun variabel-variabel bebas tidak dimanipulasi,
ada prosedur kontrol yang dapat diterapkan.
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah pemberian tes dan angket
(kuesioner), yaitu hanya sekali tes dan tidak ada pemberian perlakuan proses
Pembelajaran.
Gambar 3.1. Desain Kemampuan Berpikir Divergen dan Kemandirian
Belajar.
Keterangan:
X1 = Kemampuan Berpikir Divergen
X2 = Kemandirian Belajar
Y = Hasil Belajar Matematika Siswa
= Pengaruh secara parameter individu
--> = Pengaruh secara simultan
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 : 60). Dalam
penelitian ini variabel yang diselidiki adalah variabel bebas dan terikat;
a. Variabel bebas yaitu variabel yang berdiri sendiri artinya variabel tersebut
dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian yang menjadi
variabel bebas yaitu kemampuan berpikir divergen (X1 ) dan kemandirian
belajar (X2).
b. variabel terikat yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya
dalam hal ini variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikat yaitu hasil belajar matematika siswa (Y).
X1
X2
Y
D. Prosedur Penelitian
Dalam suatu penelitian Ex-Post Facto, pengambilan data yang digunakan
harus dipilih sesuai dengan karakteristik penelitian. Pada penelitian ini tahap-
tahap yang dilakukan adalah:
1. Tahap Awal
a.) Konsultasi dengan pembimbing, guru dan kepala sekolah untuk meminta
izin melakukan penelitian di sekolah; b.) Menetepkan masalah yang akan diteliti;
c.) Menentukan populasi dan sampel yang akan diteliti; d.) Pemilihan desain dasar
penelitian ex-post facto; e.) Penyusunan instrumen penelitian; f.) Melakukan
validasi instrumen oleh validator.
2. Tahap Pelaksanaan
Melakukan pengumpulan data dengan pemberian tes kemampuan berpikir
divergen, koesioner kemandirian belajar dan tes hasil belajar matematika
terhadap siswa tanpa memberikan perlakuan atau melakukan proses mengajar
terlebih dahulu.
3. Tahap Akhir
Mengelolah data, menganalisis dan pembahasan hasil dari data yang telah
diperoleh sesuai dengan variabel yang diteliti.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Kemampuan Berpikir Divergen
Kemampuan berpikir divergen mengarahkan siswa menghasilkan banyak
ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran
matematika karena kemampuan berpikir divergen merupakan bagian dari aspek
kognitif sebagai proyeksi atas kemampuan menghasilkan banyak jawaban atas
satu permasalahan.
Kemampuan berpikir divergen yang di maksud dalam penelitian ini adalah
skor yang menunjukkan tingkat kemampuan berpikir divergen siswa terkait
dengan kelancaran (fluency), keaslian (originality), kelenturan (flexibility), dan
elaborasi (elaboration).
2. Kemandirian Belajar
Kemandirian dalam belajar matematika adalah penilaian terhadap diri
sendiri, keyakinan individu dalam menyelesaikan masalah matematika ataupun
keyakinan belajar untuk memahami konsep dan menyelesaikan tugas.
Kemandirian belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor dari
hasil jawaban angket untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa terkait
dengan indikator sebagai berikut:
a. Adanya hasrat atau keinginan yang kuat untuk belajar.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif dalam menghadapi masalah.
c. Tanggung jawab atas apa yang dilakukan.
d. Percaya diri dan melaksanakan tugas-tugas secara mandiri.
3. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya.
Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor
yang diperoleh dari hasil pemberian tes kepada siswa pada materi bangun ruang
sisi datar (kubus, balok, limas, dan prisma).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah: Alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Selanjutnya instrumen yang diartikan
sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda.
Contohnya: wawancara, pengamatan/observasi, ujian atau tes, dan dokumentasi.
1. Jenis Instrumen
Adapun jenis instrumen yang digunakan penelitian ini adalah sebagai
berikut;
a. Tes Kemampuan Berpikir divergen
Tes kemampuan berpikir divergen merupakan instrument yang digunakan
untuk memperoleh data hasil kemampuan berpikir divergen. Tes kemampuan
berpikir divergen ini dikembangkan sendiri oleh peneliti. Tes yang digunakan
adalah tes dalam bentuk essay (uraian). Skor untuk tes kemampuan berpikir
divergen adalah jumlah skor dari jawaban siswa yang benar.
b. Koesioner Kemandirian Belajar
Kuesioner merupakan instrument yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai kemandirian belajar. Kuesioner dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Dalam penelitian ini, jenis kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner langsung yang tertutup. Kuesioner tertutup merupakan daftar
pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan oleh peneliti. Pada
kuesioner peneliti akan menyediakan alternatif pertanyaan sehingga responden
tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang tersedia.
c. Tes Hasil Belajar Matematika
Tes hasil belajar matematika merupakan instrument yang digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar matematika siswa. Tes hasil belajar matematika ini
dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan bentuk essay (uraian). Skor yang
diberikan adalah Skor untuk tes hasil belajar adalah jumlah skor dari jawaban
siswa yang benar.
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
a. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Divergen
Tabel 3.2 Kisi-kisi kemampuan berpikir divergen
No. Aspek Yang
Diukur
Indikator No. Item
1 Fluency Menuntut dengan cepat menghasilkan
sejumlah besar gagasan atau solusi
masalah.
1
2 Menuntut kemampuan untuk menemukan
kata yang memenuhi persyaratan
struktural.
2 Originality
Menunjuk pada tingkat keaslian suatu
gagasan, atau jawaban terhadap suatu
gejalah.
3
3 Flexibility
Menunjuk pada tingkat kemampuan untuk
mempertimbangkan suatu variansi
pendekatan pada suatu masalah secara
serempak.
4
4 Elaboration
Kemampuan untuk mengembangkan suatu
gagasan, memperincinya dengan
mempertimbangkan macam-macam
implikasi.
5
Jumlah 5
b. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Belajar
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kemandirian Belajar
No. Indikator Jumlah Butir Soal
Positif Negatif
1 Adanya hasrat atau keinginan
yang kuat untuk belajar
1,9,17,25 2,10,18,26
2 Mampu mengambil keputusan
dan inisiatif dalam menghadapi
masalah
3,11,19,27 4,12,20,28
3 Tanggung jawab atas apa yang
dilakukan
5,13,21 6,14,22
4 Percaya diri dan melaksanakan
tugas-tugas secara mandiri
7,15,23,29 8,16,24,30
15 15
Total 30
Ketengan: Butir soal yang bercetak tebal hitam gugur setelah uji coba
Skala yang digunakan untuk pengukuran variabel kemandirian belajar
adalah dengan model Skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat pilihan
jawaban. Skor setiap alternatif jawaban atas pernyataan positif (+) dan pernyataan
negatif (-) seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Indikator Kemandirian Belajar
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Alternative jawaban Skor Alternative jawaban Skor
Sangat setuju 4 Sangat setuju 1
Setuju 3 Setuju 2
Tidak setuju 2 Tidak setuju 3
Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 4
c. Kisi-kisi Hasil Belajar Matematika
Tabel 3.4 Kisi-kisi Hasil Belajar Matematika
Kompetensi
Dasar
Indikator Materi No. Soal
5.1Mengidentifik
asi sifat-sifat
kubus, balok,
prisma dan limas
serta bagian-
bagiannya.
5.1.1Menyebutkan unsur-
unsur kubus, balok,
prisma, dan limas : rusuk,
bidang sisi, diagonal
bidang sisi, diagonal
ruang, bidang diagonal.
Bangun ruang
sisi datar
(kubus, balok,
prisma, dan
limas).
1
5.3Menghitung
luas permukaan
dan volume
kubus,balok,
prisma dan limas
5.3.1. Menghitung luas
permukaan kubus, balok,
prisma dan limasa
Bangun ruang
sisi datar
(kubus, balok,
prisma, dan
limas).
2
5.3.2Menghitung volume
kubus, balok, prisma,
limas.
Bangun ruang
sisi datar
(kubus, balok,
prisma, dan
limas).
3 dan 4
Jumlah 4
3. Validasi Instrumen
Sebelum instrumen tes kemampuan berpikir divergen, koesioner
kemandirian belajar dan tes hasil belajar matematika diberikan kepada subjek
penelitian, terlebih dahulu divalidasi oleh validator dimana validator terdiri dari 2
orang ahli. Suatu instrumen dikatakan valid (sah) apabila instrumen tersebut betul-
betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Setelah divalidasi, dilakukan
perbaikan berdasarkan saran dan pendapaat validator agar masalah yang diberikan
layak dan valid serta dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir
divergen, kemandirian belajar dan hasil belajar matematika siswa.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes kemampuan berpikir
divergen dan kuesioner kemandirian belajar serta tes hasil belajar matematika
siswa. Pemberian tes dilakukan hanya satu kali terhadap siswa. Skor yang
terkumpul pada tes tersebut yang merupakan data penelitian pada penelitian ini
yang selanjutnya akan dianalisis. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
a. Pemberian tes kemampuan berpikir divergen digunakan untuk memperoleh
skor kemampuan berpikir divergen siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
b. Pemberian kuesioner kemandirian belajar digunakan untuk memperoleh skor
kemandirian belajar siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
c. Pemberian tes hasil belajar matematika siswa digunakan untuk memperoleh
skor hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari sampel penelitian berupa skor kemampuan
berpikir divergen, kemandirian belajar dan hasil belajar siswa akan dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi ganda dan sederhana. Teknik analisis
statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial.
1. Analisis Statistika Deskriptif
Tekhnik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tentang
karakteristik distribusi nilai dari masing-masing variabel penelitian yaitu
kemampuan berpikir divergen, kemandirian belajar dan hasil belajar matematika
siswa, tabel distribusi frekuensi, diagram batang, mean (rata-rata), median, range,
minimum, maksimum, standar deviasi (simpangan baku), variansi, skewness dan
kurtosis yang dihitung menggunakan software statistik.
a. Teknik Analisis Data Kemampuan Berpikir Divergen
Analisis data tes kemampuan berpikir divergen dalam penelitian ini yaitu
berupa skor yang diperoleh dari hasil pemberian tes terhadap siswa yang dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan
kemampuan berpikir divergen yang diperoleh siswa guna mendapatkan gambaran
yang jelas tentang kemampuan berpikir divergen siswa.
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori skor
kemampuan berpikir divergen dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Skala Pengkategorian Kemampuan Berpikir Divergen
No. Skor Kategori
1 85 – 100 Sangat Tinggi
2 65 – 84 Tinggi
3
4
5
55 – 64
35 – 54
0 – 34
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
(Munandar, 1999)
b. Teknik Analisis Data Kemandirin Belajar
Kemandirian belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemandirian belajar yang
diperoleh siswa guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang kemandirian
belajar. Data tentang angket kemandirian belajar dianalisis dengan cara
dogolongkan dalam tabel kategorisasi.
Adapun kriteria pengkategorian kemandirian belajar yang dikembangkan
oleh Jumalia (Azwar, 2006: 31), ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Data maksimal = skor tertinggi x jumlah item = 4 x 20 = 80
= 4/4 x 100% = 100%
Data minimal = skor terendah x jumlah item = 1 x 20 = 20
= 1/4 x 100% = 25%
Range = data maksimal – data minimal = 80 – 20 = 60
Panjang kelas interval = range : panjang kelas = 60 : 5 = 12
= 75% : 5 = 15%
Sehingga diperoleh kriteria pengkategorian kemandirian belajar sebagai
berikut;
Tabel 3.6 Kriteria Pengkategorian Kemandirian Belajar
Interval Skor Interval Kategori
20 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 32 25% - 39% Sangat Rendah
32 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 44 40% - 54% Rendah
44 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 56
56 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 68
68 < 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 80
55% - 69%
70% - 84%
85% - 100%
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
c. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika yang
diperoleh siswa guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar
matematika.
Data hasil belajar matematika dikategorikan secara kuantitatif berdasarkan
teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh permendikbud nomor 53 tahun 2015
(Ainamulyana, 2015) sebagai berikut:
Tabel 3.7 Skala Pengkategorian Hasil Belajar Matematika
No. Skor Kategori
1 86 – 100 Sangat Baik (A)
2 71 – 85 Baik (B)
3
4
56 – 70
≤ 55
Cukup (C)
Kurang (D)
2. Analisis Statistika Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
prasayarat analisis Jumalia (Setyadharma, 2010: 33) yaitu:
a. Uji Normalitas
Distribusi normal dalam penelitian ini penulis deteksi dengan
menggunakan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji
Normalitas Kolmogorov smirnov merupakan bagian dari uji asumsi klasik (uji
prasyarat). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai
residual yang berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan :1) Jika nilai p
value > 0,05 maka nilai residual berdistribusi normal dan 2) Jika nilai p value <
0,05 maka nilai residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Linearilitas
Uji Linear digunakan utuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dimana arti linear merupakan hubungan seperti garis
lurus. Dasar pengambilan keputusan :1) Jika nilai p value deviation from linearity
> 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel
terikat dan 2) Jika nilai p value deviation from linearity < 0,05 maka tidak
terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.
c. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah masing-masing
variabel bebas bersifat independen atau tidak, jika ternyata data yang diperoleh
terjadi multikolinearitas maka cukup mengambil satu variabel yang digunakan
untuk menafsirkan pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan terhadap
variabel terikat dengan ketentuan berikut:
Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas
kurang dari 10, maka variabel-variabel bebas tersebut terbebas dari masalah
multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan bagian dari uji asumsi klasik dalam analisis
regresi linear untuk data time series atau data runtut waktu. Uji asumsi klasik
sendiri dimaknai sebagai syarat yang harus terpenuhi sebelum dilakukannya
analisis regresi linear. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah
autokorelasi. Adapun uji yang akan dilakukan peneliti tentang masalah
autokorelasi adalah dengan uji run test.
Dasar pengambilan keputusan uji run test yaitu : 1) Jika nilai asymp. P
value (2-tailed) lebih kecil < 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi. 2) Jika nilai
asymp. P value (2-tailed) lebih besar > 0,05 maka tidak terdapat gejala
autokorelasi.
e. Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variansi dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Jika viriansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut heterokedastisitas.
Modal regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas (tidak terjadi
heterokedastisitas). Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji
Glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang
diperoleh dari model regresi sebagai variabel terikat terhadap semua variabel
bebas dalam model regresi. Apabila nilai koefisien dari masing-masing variabel
bebas dalam model regresi tidak signifikan secara statistik, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
1) Analisis Regresi Berganda
Untuk mencari pengaruh kemampuan berpikir divergen dan kemandirian
belajar terhadap hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan korelasi
ganda. Dalam menghitung korelasi ganda lebih dari dua variable independen
secara bersama-sama dapat dengan menggunakan regresi ganda. Regresi
merupakan suatu metode analisis statistik yang dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variable atau lebih. Analisis
regresi ganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variable bebas
atau lebih terhadap variable terikat untuk membuktikan ada tidaknya hubungan
fungsi atau hubungan kausal. Persamaan regresi ganda untuk tiga variabel dapat
dihitung dengan software statistik, menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan:
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
X1 : Kemampuan berpikir divergen
X2 : Kemandirian belajar
Y : Hasil belajar matematika
Dengan menggunakan program dapat diketahui nilai probabilitasnya. Bila
< 0,05 maka signifikan berpengaruh.
2) Analisis Regresi Sederhana
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kemampuan
berpikir divergen terhadap hasil belajar matematika dan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a) Membuat garis regresi linear sederhana
Y = a + bX
b) Mencari Koefisien Determinasi (r2) antara variabel X1 dengan Y dan X2
dengan Y
𝑟 (
∑
∑ )
𝑟 (
∑
∑ )
Keterangan:
r2(x1y) = koefisien determinasi antara X1 terhadap Y
r2(x2y) = koefisien determinasi X2 terhadap Y
a1 = koefisien prediktor
a2 = koefisien prediktor
∑ = jumlah produk X1 dengan Y
∑ = jumlah produk X2 dengan Y
∑ = jumlah kuadrat kriterium
3). Menguji Signifikansi dengan Uji t
Pengujian hipotesis yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat, yaitu
dengan memanfaatkan uji t (Sugiyono, 2017: 230). Adapun rumus uji t yang
digunakan adalah sebagai berikut:
𝑡 𝑟√
√ 𝑟
Keterangan :
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi n = jumlah sampel
Selanjutnya harga t yang didapat dikonsultasikan dengan harga ttabel,
apabila harga thitung sama dengan atau lebih besar dari harga ttabel pada taraf
signifikansi 5%, maka antara variabel bebas dengan variabel terikat
berpengaruh secara signifikan, sebaliknya jika harga thitung kurang dari harga
ttabel maka variabel bebas terhadap variabel terikat tidak berpengaruh secara
signifikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan tentang karakteristik
distribusi nilai dari masing-masing kelompok penilaian dan sekaligus
jawaban atas masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini.
1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif.
a. Data Kemampuan Berpikr Divergen Siswa Kelas IX SMP Negeri 24
Makassar.
Hasil deskriptif yang berhubungan dengan skor kemandirian belajar
siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Divergen
Statistik Std. Error
Rata-rata 55,91 1,31
Median 57,00
Range 44,00
Maksimum 79,00
Minimum 35,00
Variansi 112,85
Standar Deviasi 10,62
Skewness 0,06 0,30
Kurtosis -0,68 0,58
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa skor rata-rata adalah 55,91 dari skor
ideal 100 dengan standar deviasi 10,62 dan median 57,00. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadinya outlier pada data karena nilai standar
deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata. Kesimetrisan (kecondongan) dari
distribusi data ditentukan oleh nilai skewness. Skor kemampuan berpikir
divergen mempunyai nilai skewness 0,06 (positif) yang berarti bahwa kurva
distribusi data kemampuan berpikir divergen berada di kiri nilai rata-rata
menjulur ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
memperoleh nilai dibawah rata-rata. Keruncingan kurva distribusi
ditunjukkan oleh nilai kurtosis. Nilai kurtosis diperoleh sama dengan -0.68
yang berarti bahwa kurva tersebut puncaknya agak landai mendekati normal.
Adapun nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 35 dan 79.
Kenormalan kurva distribusi dapat ditentukan denngan nilai rasio
skweness (Rs) dan rasio kurtosis (Rk). Diperoleh nilai 𝑅𝑠 = 0,06/ 0,30= 0,21
dan 𝑅𝑘 = -0.67/ 0,58= -1,16. Dari nilai Rs dan Rk dapat disimpulkan bahwa
kurva distribusi kemampuan berpikir divergen tersebut secara statistik adalah
masih mengikuti sebaran normal karena kedua nilai tersebut masih diantara
nilai -2 dan +2. Kategori skor kemampuan berpikir divergen disajikan dalam
tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemampuan
Berpikir Divergen
Skor Kategori Frekuensi Persentase
85 – 100 Sangat Tinggi 0 0,0%
65 – 84 Tinggi 15 22,7%
55 – 64 Sedang 28 42,4%
35 – 54 Rendah 23 34,9%
0 – 34 Sangat Rendah 0 0,0%
Jumlah 66 100%
Berdasarkan tabel kemampuan berpikir divergen siswa di atas, dapat
diketahui bahwa pada umumnya kemampuan berpikir divergen siswa kelas
IX SMP Negeri 24 Makassar berada pada kategori rendah, sedang, dan tinggi
dengan persentase masing-masing 34,9% dengan frekuensi 11 orang
responden, 42,4% dengan frekuensi 28 orang responden, dan 22,7% dengan
frekuensi 15 responden. Berikut ini data disajikan dalam bentuk histogram:
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir
Divergen
Adapun sumbangsi dari tiap-tiap butir indikator kemampuan berpikir
divergen sebagai berikut;
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir
Divergen
No. Aspek Yang
Diukur
Indikator Persentase
1 Fluency Menuntut dengan cepat menghasilkan
sejumlah besar gagasan atau solusi masalah.
72,2%
Menuntut kemampuan untuk menemukan
kata yang memenuhi persyaratan struktural.
70,8%
2 Originality
Menunjuk pada tingkat keaslian suatu
gagasan, atau jawaban terhadap suatu gejalah.
63,4%
3 Flexibility
Menunjuk pada tingkat kemampuan untuk
mempertimbangkan suatu variansi
pendekatan pada suatu masalah secara
serempak.
67,8%
4 Elaboration
Kemampuan untuk mengembangkan suatu
gagasan, memperincinya dengan
mempertimbangkan macam-macam
implikasi.
66,1%
Rata-rata 68,1%
Dari tabel diatas dapat diketahui indikator kemampuan berpikir
divergen dengan sumbangsi terbesar yaitu menuntut dengan cepat
0
20
40
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Fre
kue
nsi
Kemampuan erpikir Divergen
Histogram
Sanagat Rendah
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Rendah
menghasilkan sejumlah besar gagasan atau solusi masalah dengan persentase
72,2% dan yang terendah dengan persentase 63,4% yaitu menunjuk pada
tingkat keaslian suatu gagasan, atau jawaban terhadap suatu gejalah.
b. Data Kemandirian Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Makassar
Hasil deskriptif yang berhubungan dengan skor kemandirian belajar
siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.4 Statistik Skor Kemandirian Belajar
Statistik Std. Error
Rata-rata 60,03 0,80
Median 60,00
Range 29,00
Maksimum 72,00
Minimum 43,00
Variansi 42,61
Standar Deviasi 6,53
Skewness -0,47 0,30
Kurtosis 0,12 0,58
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa skor rata-rata adalah 60,03 dari skor
ideal 80 dengan standar deviasi 6,53 dan median sebesar 60,00. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadinya outlier pada data karena nilai standar
deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata. Kesimetrisan (kecondongan) dari
distribusi data ditentukan oleh nilai skewness. Skor kemandirian belajar
mempunyai nilai skewness -0,47 (negatif) yang berarti bahwa kurva distribusi
data kemandirian belajar puncaknya berada di kanan nilai rata-rata menjulur
kekiri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai
diatas rata-rata. Keruncingan kurva distribusi ditunjukkan oleh nilai kurtosis.
Nilai kurtosis diperoleh sama dengan 0,12 yang berarti bahwa kurva tersebut
cenderung meruncing. Adapun nilai minimum dan maksimum masing-masing
sebesar 43 dan 72.
Kenormalan kurva distribusi dapat ditentukan denngan nilai rasio
skweness (Rs) dan rasio kurtosis (Rk). Diperoleh nilai 𝑅𝑠 = -0,47/ 0,30= -
1,58 dan 𝑅𝑘 = 0,12/ 0,58= 0,30. Dari nilai Rs dan Rk dapat disimpulkan
bahwa kurva distribusi kemandirian belajar tersebut secara statistik adalah
masih mengikuti sebaran normal karena kedua nilai tersebut masih diantara
nilai -2 dan +2. Kategori skor kemandirian belajar disajikan dalam tabel 4.4
dibawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemandirian Belajar
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
20 < KB ≤ 32 Sangat Rendah 0 0,0%
32 < KB ≤ 44 Rendah 1 1,5%
44 < KB ≤ 56 Sedang 11 16,7%
56 < KB ≤ 68 Tinggi 49 74,2%
68 < KB ≤ 80 Sangat Tinggi 5 7,6%
Jumlah 66 100%
Keterangan: KB = Kemandirian Belajar
Berdasarkan tabel kemandirian belajar siswa di atas, dapat diketahui
bahwa pada umumnya kemandirian belajar siswa kelas IX SMP Negeri 24
Makassar berada pada kategori rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi
dengan persentase masing-masing 1,5% dengan frekuensi 1 orang
responden, 16,7% dengan frekuensi 11 orang responden, 74,2% dengan
frekuensi 49 responden dan 7,6 % dengan frekuensi 5 orang responden.
Berikut ini data disajikan dalam bentuk histogram:
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemandirian Belajar
Adapun sumbangsi dari tiap-tiap butir indikator kemandirian belajar
sebagai berikut;
Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Indikator Kemandirian Belajar
No. Indikator Persentase
1 Adanya hasrat atau keinginan yang kuat untuk belajar. 74,2%
2 Mampu mengambil keputusan dan inisiatif dalam
menghadapi masalah.
75,8%
3 Tanggung jawab atas apa yang dilakukan. 74,2%
4 Percaya diri dan melaksanakan tugas-tugas secara
mandiri.
79,5%
Rata-rata 75,9%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa indikator kemandirian belajar
dengan sumbangsi terbesar yaitu percaya diri dan melaksanakan tugas-tugas
secara mandiri dengan persentase 79,5%, kemudian mampu mengambil
keputusan dan inisiatif dalam menghadapi masalah dengan persentase 75,8%,
selanjutnya adanya hasrat dan keinginan yang kuat untuk belajar serta
tanggung jawab atas apa yang dilakukan dengan persentase 74,2%.
c. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Majene
Hasil analisis deskriptif yang berhubungan dengan skor variabel hasil
belajar matematika dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
0
20
40
60
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Fre
kue
nsi
Kemandirian Belajar
Histogram
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Tabel 4.7 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika
Statistik Std. Error
Rata-rata 80,77 0,79
Median 81,00
Range 22,00
Maksimum 90,00
Minimum 68,00
Variansi 41,16
Standar Deviasi 6,42
Skewness -0,38 0,30
Kurtosis -0,96 0,58
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa skor rata-rata adalah 80,77 dari skor
ideal 100 dengan standar deviasi 6,416 dan median sebesar 81,00. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadinya outlier pada data karena nilai standar
deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata. Kesimetrisan (kecondongan) dari
distribusi data ditentukan oleh nilai skewness. Skor hasil belajar mempunyai
nilai skewness -0.38 (negatif) yang berarti bahwa kurva distribusi data hasil
belajar puncaknya berada di kanan nilai rata-rata menjulur kekiri. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai diatas rata-rata.
Keruncingan kurva distribusi ditunjukkan oleh nilai kurtosis. Nilai kurtosis
diperoleh sama dengan -0,96 yang berarti bahwa kurva tersebut puncaknya
agak landai mendekati normal. Adapun nilai minimum dan maksimum
masing-masing sebesar 68 dan 90.
Kenormalan kurva distribusi dapat ditentukan denngan nilai rasio
skweness (Rs) dan rasio kurtosis (Rk). Diperoleh nilai 𝑅𝑠 = -0,38/ 0,30= -
1,27 dan 𝑅𝑘 = -0,96/ 0,58= 1,81. Dari nilai Rs dan Rk dapat disimpulkan
bahwa kurva distribusi hasil belajar tersebut secara statistik adalah masih
mengikuti sebaran normal karena kedua nilai tersebut masih diantara nilai -2
dan +2. Kategori skor hasil belajar disajikan dalam tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar
Nilai Interval Kategori Frekuensi Persentase
86 – 100 Sangat Baik (A) 19 28,8%
71 – 85 Baik (B) 35 53,0%
56 – 70 Cukup (C) 10 15,2%
≤ 55 Kurang (D) 2 3,0%
Jumlah 66 100%
Berdasarkan tabel hasil belajar matematika siswa di atas, dapat
diketahui bahwa pada umumnya hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 24
Makassar berada pada kategori Baik (B) dengan persentase 53% dengan
frekuensi 35 siswa. Berikut ini data disajikan dalam bentuk histogram:
Gambar 4.3 Histogram Distribusu Frekuensi Skor Hasil Belajar
2. Hasil Analisis statistika Inferensial
a. Uji Normalitas
Tabel 4.9 Uji Normalitas Kolmogrov Smirnova
Kolmogorov-Smirnova
Statistik Df Sig.
X1 0,090 66 0,200
X2 0,087 66 0,200
Y 0,095 66 0,200
Uji normalitas terhadap residual dari variabel dependen dan variabel
independen dengan uji kolmogorof-Smirnov dapat dilihat dari tabel diatas
bahwa nilai signifikan untuk hasil belajar matematika siswa sebesar 0,200
0
50
Kurang Cukup Baik Sangat BaikFre
kue
nsi
Hasil Belajar
Histogram
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
untuk kemandirian belajar siswa sebesar 0,200 dan untuk kemampuan
berpikir divergen sebesar 0,200. Karena ketiga nilai signifikan tersebut
sebesar 0,200 > 𝛼(0,05), yang artinya residual berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
1. Kemampuan Berpikir Divergen dengan Hasil Belajar Matematika.
Tabel 4.10 Uji Linear Kemampuan Berpikir Divergen dengan Hasil
Belajar Matematika
Df F Sig.
Hasil Belajar Between
Groups
(Combined) 29 1,807 0,046
Kemampuan
Berpikir Divergen
Deviation from
Linearity
28 1,583 0,097
Within
Groups
36
Total 65
Berdasarkan nilai signifikan (sig) dari tabel diatas, diperoleh nilai
Deviation From Linerity Sig. adalah . maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan linear antara kemampuan berpikir divergen dan hasil
belajar.
2. Kemandirian Belajar Siswa dengan Hasil Belajar
Tabel 4.11 Uji Linear Kemandirian Belajar Siswa dengan Hasil Belajar
Matematika
Df F Sig.
Hasil
Belajar
Between
Groups
(Combined) 24 0,782 0,736
Kemandirian
Belajar
Deviation from
Linearity
23 0,788 0,725
Within Groups 41
Total 65
Berdasarkan nilai signifikan (sig) dari tabel diatas, diperoleh nilai
Deviation From Linerity Sig. adalah . maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan linear antara kemandirian belajar dan hasil belajar.
c. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas dengan menggunakan metode
Tollerance dan VIF (Varians Inflation Factor)
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Kemandirian Belajar 0,902 1,108
Kemampuan Berpikir Divergen 0,902 1,108
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai tolerance masing masing
variabel kemandirian belajar dan kemampuan berpikir divergen sebesar 0,902
< 0,10 dan nilai VIF untuk variabel kemandirian belajar dan kemampuan
berpikir divergen sebesar 1,108 < 10,00, maka mengacu pada dasar
pengambilan keputusan dalam uji multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.13 Uji Korelasi Run Test
Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai Asymp. Sif (2-tailed) sebesar
, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala atau
masalah autokorelasi.
Unstandardized Residual
Test Valuea 0,997
Total Cases 66
Number of Runs 37
Z 0,744
Asymp. P value. (2-tailed) 0,457
a. Median
e. Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas Glejser
Standardized Coefficients
Model Beta T Sig.
(Constant) 0,320 0,750
Kemampuan Berpikir Divergen 0,152 -0,558 0,579
Kemamdirian Belajar -0,073 0,320 0,750
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai sigifikan untuk variabel
kemandirian belajar sebesar dan variabel kemampuan berpikir
divergen sebesar , maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heterokedastisitas dalam model regresi.
Terpenuhinya uji normalitas, uji linearilitas, uji multikorelasi, dan uji
autokorelasi serta uji heterokedastisitas dapat disimpulkan bahwa prasyarat
analisis regresi ganda sudah terpenuhi, selanjutnya data sudah dapat diuji.
B. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis pertama (H1)
Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian, maka dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0:β1 = 0 vs H1: β1 > 0;
H0 : Kemampuan berpikir divergen tidak berpengaruh positif terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
H1: Kemampuan berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
Tabel 4.15 Uji Regresi Linear Sederhana Kemampuan Berpikir
Divergen terhadap Hasil Belajar Matematika
Unstandardized Coefficients
Modal B T Sig.
(Constant) 70,555 17,235 0,000
Kemampuan
berpikir divergen
0,183 2,540 0,014
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh persamaan
regresi linear sederhana Y= 70,555 + 0,183X. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu unit kemampuan berpiki divergen akan meningkatkan
hasil belajar sebesar 0,183.
Adapun nilai t hitung sebesar 2,540 > t tabel sebesar 1,696, dan nilai
sig. sebesar 0,014 < 0,05, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan
dalam uji regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan kemampuan berpikir divergen (X) terhadap hasil belajar (Y),
dengan demikian H0 ditolak sehingga H1 yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif kemampuan berpikir divergen terhadap hasil belajar
matematika diterima.
2. Pengujian Hipotesis kedua (H2)
Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian, maka dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0:β1 = 0 vs H1: β1 > 0;
H0 : Kemandirian belajar tidak berpengaruh positif terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
H1 : Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
Tabel 4.16 Uji Regresi Linear Sederhana Kemandirian Belajar terhadap
Hasil Belajar Matematika
Unstandardized Coefficients
Modal B T Sig.
(Constant) 74,716 10,126 0,000
Kemandirian belajar 0,101 2,826 0,041
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh persamaan
regresi linear sederhana Y= 74,716 + 0,101X. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu unit kemandirian belajar akan meningkatkan hasil belajar
sebesar 0,101.
Adapun nilai t hitung sebesar 2,286 > t tabel sebesar 1,696, dan nilai
sig. sebesar 0,041 < 0,05, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan
dalam uji regresi linear sederhana dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif signifikan kemandirian belajar (X) terhadap hasil belajar
(Y), dengan demikian H0 ditolak sehingga H2 yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif kemandirian belajar terhadap hasil belajar
matematika diterima.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian, maka dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0:βi = 0; i = 1,2 vs H1:βi > 0; i = 1,2
H0 : Kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar tidak
berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
H1 : Kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar berpengaruh
positif secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas
IX SMP Negeri 24 Makassar.
Tabel 4.17 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 245,212 2 122,606 3,178 0,048b
Residual 2430,379 63 38,577
Total 2675,591 65
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
b. Predictors: (Constant), Kemampuan Berpikir Divergen, Kemandirian
Belajar
Berdasarkan hasil uji signifikan simultan (uji F) diperoleh nilai sig.
sebesar 0,048 dan F hitung sebesar 3,178, karena nilai sig. , dan
nilai F hitung F tabel (3,178 3,15), maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan bahwa variabel
kemampuan berpikir divergen (X1) dan kemandirian belajar (X2) signifikan
secara bersama sama terhadap variabel hasil belajar (Y).
Tabel 4.18 Uji Signifikan Parameter Individu (Uji Statistik t)
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Modal B Beta T Sig.
(Constant) 70,119 9,495 0,000
Kemampuan berpikir
divergen
0,009 0,009 2,071 0,044
Kemandirian belajar 0,181 0,300 2,372 0,021
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai sig. 92 tailed) adalah
kemandirian belajar sebesar 0,021 < 0,05 dan kemampuan berpikir divergen
sebesar 0,044 < 0,05 serta nilai t hitung kemandirian belajar sebesar 2,071 > t
tabel = 1,696 dan t hitung kemampuan berpikir divergen sebesar 2,372 > t
tabel = 1,696, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan uji t dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif variabel kemandirian belajar dan
kemampuan berpikir divergen terhadap hasil belajar.
Dengan demikian H0 ditolak sehingga H1 yang menyatakan terdapat
pengaruh positif yang signifikan secara bersama-sama antara kemampuan
berpikir divergen dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar dapat diterima.
Tabel 4.19 Analisis Regresi Ganda
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Modal B Beta
(Constant) 70,119
Kemampuan berpikir divergen 0,009 0,009
Kemandirian belajar 0,181 0,300
Dari data yang terlihat pada tabel diatas diketahui bahwa Y (hasil
belajar matematika) atas X1 dan X2 (kemampuan berpikir divergen dan
kemandirian belajar) yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan
adalah Y = 70,119 + 0,009X1 + 0,181X2. Persamaan regresi linier berganda Y
(hasil belajar matematika) atas X1 dan X2 (kemampuan berpikir divergen dan
kemandirian belajar) tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit
X1 akan memberikan dampak kenaikan Y sebesar 0,009 dan setiap kenaikan
satu unit X2 akan memberikan dampak kenaikan Y sebesar 0,181. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara X1 dan
X2 terhadap Y.
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 0,763a 0,582 0,063 6,211
a. Predictors: (Constant), Kemampuan berpikir divergen, kemandirian belaajar
Dari tabel model summary di atas dapat diketahui bahwa nilai R
adalah 0,763, sedangkan nilai R2 sebesar 0,582. Oleh karena uji koefisien
determinasi berganda ini diperoleh dari perhitungan regresi ganda, maka
koefisien determinasi sebesar 0,582 atau R2 x 100% sebesar 58,2%.
Kebermaknaan dari nilai tersebut memiliki implikasi bahwa variabel
kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar berpengaruh positif
yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri
24 Makassas sebesar 58,20%, dan sisanya 41,20% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain di luar dari variabel dalam penelitian ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil
penelitian yang meliputi pembahasan hasil analisis deskriptif serta
pembahasan hasil analisis inferensial.
1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif
a. Kemampuan Berpikir Divergen Siswa kelas IX SMP Negeri 24
Makassar.
Setelah dilakukan analisis data maka diketahui bahwa siswa kelas IX
SMP Negeri 24 Makassar memiliki skor rata-rata kemampuan berpikir
divergen sebesar 55,91. Secara umum kemampuan berpikir divergen siswa
berada pada kategori rendah, sedang dan tinggi yaitu besarnya skor tes
kemampuan berpikir divergen siswa pada kategori rendah berjumlah 23 orang
dengan persentase 34,85%, kategori sedang yang berjumlah 28 orang dengan
persentase 42,42%, dan ketegori tinggi berjumlah 15 orang dengan persentase
22,73%. Sementara itu tidak terdapat siswa yang mempunyai skor
kemampuan berpikir divergen pada kategori sangat rendah dan sanagat tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susilawati, dkk (2014) yang
menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya
berpikir divergen lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang
memiliki gaya berpikir konvergen. Rata-rata hasil belajar matematika siswa
kelas IX SMP Negeri 24 Makassar yang diperoleh yaitu 80,77. Hal ini berarti
dengan tingkat kemampuan berpikir divergen yang tinggi belum dapat
memaksimalkan pencapaian pada hasil belajar yang baik dan begitupun
sebaliknya.
b. Kemandirian Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
Dari hasil analisis data maka diketahui bahwa siswa kelas IX SMP
Negeri 24 Makassar memiliki skor rata-rata kemandirian belajar sebesar
60,03. Secara umum kemandirian belajar siswa berada pada kategori rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi yaitu besarnya skor angket kemandirian
belajar siswa kategori rendah yang berjumlah 1 orang dengan persentase
1,5%, kategori sedang berjumlah 11 orang dengan persentase 16,7% dan
kategori tinggi yang berjumlah 49 orang dengan persentase 74,2%.
Sedangkan kategori sangat tinggi yaitu besarnya skor kemandirian belajar
berjumlah 5 orang dengan persentase 7,6%. Sementara itu tidak terdapat
siswa yang mempunyai skor kemandirian belajar yang berada dalam kategori
sangat rendah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syah (2004) yang
menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik maka
ia akan memperoleh peluang yang relatif cukup besar dalam memperoleh
hasil belajar yang memuaskan dibandingkan dengan siswa yang memiliki
kemandirian belajar yang kurang baik, sehingga akan turut mempengaruhi
hasil belajar matematika siswa tersebut. Rata-rata hasil belajar matematika
kelas IX SMP Negeri 24 Makassar yang diperoleh yaitu 80,77 atau berada
pada kategori baik (B). Berdasarkan hasil belajar matematika siswa dan skor
kemandirian belajar siswa kita melihat adanya hubungan yang signifikan.
c. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Makassar.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa siswa kelas IX SMP Negeri
24 Makassar memiliki 4 kelompok tingkat hasil belajar matematika
khususnya materi bangun ruang sisi datar, yaitu kelompok kurang, cukup,
baik, dan sangat baik. Untuk kategori kurang (D) berjumlah 2 siswa dengan
persentase 3%, 10 siswa dengan persentase 15,2% berada dalam kategori
cukup (C), 35 siswa dengan persentase 53% berada dalam kategori baik (B),
sedangkan 19 siswa dengan persentase 28,8% berada dalam kategori sangat
baik (A).
Adapun skor rata-rata hasil belajar yang diperoleh dari analisa data
adalah 80,77 yang berarti termasuk dalam kategori baik (B). Hal ini juga
dapat dilihat dari frekuensi tes hasil belajar siswa diketahui bahwa siswa
berada pada kategori baik (B) yakni 35 siswa dari 66 jumlah siswa secara
keseluruhan. Secara psikologi tinggi rendahnya hasil belajar juga dapat
dipengaruhi oleh factor kognitif dan faktor afektif pada diri siswa. Faktor
kognitif yaitu kemampuan berpikir divergen siswa dan faktor afektif yakni
kemandirian belajar siswa.
2. Pembahasan Hasil Analisis Inferensial
a. Pengaruh Kemampuan Berpikir Divergen terhadap Hasil Belajar
Matematika.
Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan regresi linear
sederhana kemampuan berpikir divergen berpengaruh positif yang signifikan
terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat terlihat pada nilai sig. sebesar
0,014. Karena nilai signifikan sebesar 0,014 < 0,05, maka sesuai dasar
pengambilan keputusan dalam pengujian variabel kemampuan berpikir
divergen berpengaruf positif yang signifikan terhadap hasil belajar.
Selain itu, berdasarkan perbandingan t hitung dan t tabel diperoleh t
hitung sebesar 2,540 > t tabel sebesar 1,696, hail ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir divergen berpengaruh positif secara signifikan terhadap
hasil belajar matematika. Adapun hasil uji linearitas diperoleh nilai Deviation
From Linerity Sig. adalah , yang berarti bahwa ada hubungan
linear antara kemampuan berpikir divergen dan hasil belajar.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
divergen berpengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar relevan
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fatika (2018: 67) yang
menyatakan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan kemampuan
berpikir divergen terhadap hasil belajar siswa.
Selanjutnya, hasil penelitian relevan lainnya adalah hasil penelitian
yang dilakukan oleh Martina (Erwin,2015) yang memberikan penjelasan
bahwa terdapat pengaruh positif signifikan dari kemampuan berpikir divergen
terhadap hasil belajar pada taraf signifikan 0,05. Selain itu, penelitian yang
releven dilakukan oleh Wahyuni (2016: 76) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan kemampuan berpikir divergen terhadap hasil
belajar matematika.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
divergen dapat berpengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar
matematika, sehingga kemampuan berpikir divergen siswa perlu
dikembangkan lagi agar hasil belajar siswa dapat lebih maksimal.
b. Pengaruh Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika.
Berdasarkan analisis data dan perhitungan regresi linear sederhana
kemandirian belajar berpengaruh positif secara signifikan terhadap hasil
belajar matematika. Hal ini dapat terlihat pada nilai sig. sebesar 0,041. Karena
nilai sig. sebesar 0,041 < 0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan dalam pengujian terdapat pengaruh positif kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika.
Selain itu, berdasarkan perbandingkan t hitung dengan t tabel,
dimana diperoleh t hitung sebesar 2,826 > t tabel sebesar 1,696, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan kemandirian
belajar terhadap hasil belajar. Adapun hasil uji linearitas diperoleh nilai
Deviation From Linerity Sig. adalah , yang berarti bahwa ada
hubungan linear antara kemandirian belajar dan hasil belajar.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar
berpengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar relevan dengan
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendri (2011:38) yang
menyatakan bahwa “terdapat pengaruh positif yang signifikan kemandirian
belajar terhadap hasil belajar matematika.” Oleh karena itu, individu yang
memiliki kemandirian belajar yang tinggi dalam kegiatan belajar matematika
akan lebih cenderung memiliki intensitas proses belajar matematika yang
tinggi.
Kemandirian merupakan suatu hal yang berperan penting dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Hal ini karena
kemandirian belajar merupakan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar dengan dorongan sendiri dan tanpa paksaan. Senada dengan pendapat
Tirtaraharja dan La Sulo (2005:50) “kemandirian Belajar diartikan sebagai
aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar”.
Selanjutnya, hasil penelitian relevan lainnya adalah hasil penelitian
yang dilakukan oleh Jumarniati (2015: 132) yang mengatakan bahwa ada
pengaruh positif yang signifikan antara variabel kemandirian belajar siswa
terhadap variabel hasil belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
atau semakin bertambahnya nilai kemandirian belajar yang dimiliki oleh
siswa maka akan semakin tinggi dan bertambahnya nilai hasil belajar
matematika siswa pada materi tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif
yang signifikan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika,
sehingga perlunya dilakukan pengembangan terhadap kemandirian belajar
siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal.
c. Pengaruh Kemampuan Berpikir Divergen dan Kemandirian Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika.
Berdasarkan hasil uji signifikan simultan (uji F) diperoleh nilai sig.
sebesar 0,048 dan nilai F hitung sebesar 3,178. Dimana nilai sig. sebesar
0,048 < 0,05, dan perbandingan nilai F hitung > F tabel (3,178 > 3,15), maka
sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan
bahwa variabel kemampuan berpikir divergen (X1) dan kemandirian belajar
(X2) signifikan secara bersama-sama terhadap variabel hasil belajar (Y).
Selanjutnya, berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai sig. (2 tailed) yaitu
kemampuan berpikir divergen sebesar 0,021 < 0,05 dan kemandirian belajar
sebesar 0,044 < 0,05 serta nilai t hitung kemampuan berpikir divergen sebesar
2,372 dan nilai t hitung kemandirian belajar sebesar 2,071, jika dibendingkan
dengan t tabel maka nilai t hitung kemampuan berpikir divergen > t tabel
(2,372 > 1,696) dan nilai t hitung kemandirian belajar > t tabel (2,071 >
1,696), sehingga sesuai dengan dasar pengambilan keputusan uji t dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel kemampuan berpikir divergen (X1)
dan kemandirian belajar (X2) terhadap hasil belajar (Y).
Adapun analisis data dan perhitungan regresi ganda kemampuan
berpikir divergen dan kemandirian belajar siswa (X1 dan X2) dengan hasil
belajar matematika (Y) diperoleh persamaan regresi γ = 70,119 + 0,009X1 +
0,181X2 dengan melihat nilai p lebih kecil dari nilai 𝛼 yaitu 0,048 < 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama
antara kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar siswa kelas IX
SMP Negeri 24 makassar, dimana setiap kenaikan satu unit X1 akan
mengakibatkan 0,009 unit kenaikan Y dan kenaikan satu unit X2 akan
mengakibatkan 0,181 unit kenaikan Y. Jadi semakin tinggi kemampuan
berpikir divergen maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa,dan semakin
tinggi kemandirian belajar siswa maka semakin tinggi juga hasil belajar
siswa.
Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,582. Hal ini berarti
besarnya pengaruh kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa adalah sebesar 58,20%. Dengan
demikian hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat pengaruh kemampuan
berpikir divergen dan kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar
matematika dapat diterima.
Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan kemampuan berpikir divergen dan
kemandirian belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika.
Artinya kedua faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika harus
terus dikembangkan agar hasil belajar matematika dapat lebih baik lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Besarnya kemampuan berpikir divergen, kemandirian belajar, dan hasil
belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 24 Makassar yaitu
kemampuan berpikir belajar pada kategori sedang dengan persentase
42,2%, kemandirian belajar pada kategori tinggi dengan persentase
74,2%, dan hasil belajar pada kategori baik dengan persentase 53,0%.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemampuan berpikir divergen
terhadap hasil belajar matematika. Setiap kenaikan satu unit kemampuan
berpikir divergen akan meningkatkan sebesar 0.183 unit secara signifikan
hasil belajar matematika.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemandirian belajar terhadap
hasil belajar matematika. Setiap kenaikan satu unit kemandirian belajar
akan meningkatkan sebesar 0.101 unit secara signifikan hasil belajar
matematika.
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemampuan berpikir divergen
dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika. Besar
sumbangan kemampuan berpikir divergen dan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika sebesar 58,2% sisanya sebesar 41,8%
disumbang oleh variabel-variabel lain selain kemampuan berpikir
divergen dan kemandirian belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat digali
adalah sebagai berikut:
1. Kepada Guru dan Pihak Sekolah
Dengan adanya pengaruh kemampuan berpikir divergen dan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika, maka guru dan pihak
sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kemampuan berpikir divergennya serta membangkitkan
kemandirian belajar siswa agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi.
2. Siswa
Siswa diharapkan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk
mengembangkan kemampuan berpikir divergennya serta belajar mandiri
dengan menetapkan target dalam belajar.
3. Peneliti selanjutnya.
Dalam memberikan suatu instrumen penelitian hendaknya peneliti
benar-benar mempertimbangkan waktu, kondisi atau keadaan sampel
sehingga data bisa didapatkan sesuai fakta.
4. Pembaca.
Hendaknya pembaca dalam membaca skripsi ini perlu didukung oleh
literatur lain yang sesuai dengan pembahasan pada skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, P. N., & Taman, A. (2012). Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Lingkungan
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma
Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia. https://doi.org/10.21831/jpai.v10i1.921
Anisa, R. N. (2017). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Psikologi.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. In
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi revisi).
In Jakarta: Rineka Cipta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Asep, S. E. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar dengan
Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Dasar.
Bey, A., & Narfin, L. (2013). Pengaruh Kemandirian Belajar Matematika
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Ipa Sma Negeri 6
Kendari. MIPMIPA.
Darmawan, E. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran SIMAS ERIC
(Skimming-Mind Mapping-Questioning-Exploring-Writing Communicating)
pada Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda terhadap Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa SMA di
Malang.
Fatika, Y. D. (2018). Pengaruh Kemampuan Operasi Hitung Matematika,
Kemampuan Berpikir Divergen, dan Kecerdasan Linguistik terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sengkang kabu paten Wajo. Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar. Unismuh Makassar.
Haryanto. (2006). Pengembangan Cara Berpikir Divergen-Ko nvergen Sebagai
Isu Kritis Dalam Proses Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran.
Jauk, E., Benedek, M., & Neubauer, A. C. (2014). The road to creative
achievement: A latent variable model of ability and personality predictors.
European Journal of Personality. https://doi.org/10.1002/per.1941
Jumalia. (2018). Pengaruh Kepercayaan Diri dan Kemampuan Komunikasi
Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 5 Majene. Skripsi. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
Kaharu, A.W. (2013). Pengaruh Pengembangan Keterampilan Berpikir Divergen
pada Soal Open Ended terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa. Skripsi.
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Makassar.
Kleinmintz, O. M., Goldstein, P., Mayseless, N., Abecasis, D., & Shamay-Tsoory,
S. G. (2014).Expertise In Musical Improvisation and Creativity: The
Mediation Of Idea Evaluation. PLoS ONE.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0101568
Marliani, N. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA.
https://doi.org/10.30998/formatif.v5i1.166
Ningsih, R., & Nurrahmah, A. (2016). Pengaruh Kemandirian Belajar dan
Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Formatif:
Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1), 73–84.
https://doi.org/10.30998/formatif.v6i1.754
Nurul, B. A. (2016). Pengaruh Potensi Akademik, Kemampuan Berpikir
Divergen, dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Sengkang. Skripsi. Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Makassar.
Putra, T. T. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika, Part.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003. Sekretariat Negara. https://doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-
1776.2003.03.004
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Sinarbaru.
Sugiyono, P. D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta, cv.
Suhaji, A. W. (2012). Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan (The Effect Of Ability and Motivation On Employee’s
Performance). (Online). (http://jurnal.widyamanggala.ac.id/index.php.
Diakses 15 Desembar 2018).
Suhendri, H. (2011). Pengaruh Kecerdasan Matematis–Logis dan Kemandirian
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA. https://doi.org/10.30998/formatif.v1i1.61
Sukenda, A. E. (2016). Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian
Belajar dengan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Dasar vol. 7.
No. 2 (2017). (Online). (https://www.neliti.com/id/publications/119448.
Diakses 27 Juni 2019).
Susilawati, S., & Saragih, A. H. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya
Berpikir terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan
(JTP). https://doi.org/10.24114/jtp.v7i1.2024.
Tahar, I dan Enceng. (2006). Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar
pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 7
(2), pp. 91-101.
Wahyuni, T. (2016). Pengaruh Sikap, Kemampuan Verbal, Motivasi Berprestasi,
Kedisiplinan, Kemampuan Berpikir Divergen dan Minat Belajat terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Takalar. Skripsi. Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Makassar.