1
PE�GARUH FI�A�CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR� O�
EQUITY (ROE) DA� EAR�I�G PER SHARE (EPS) PADA
PERUSAHAA� PERTAMBA�GA� LOGAM DA� MI�ERAL
LAI��YA YA�G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I�DO�ESIA
OLEH
ARMA� RAMADHA�
�IM 04110331
ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE
PERBA�AS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKU�TA�SI
2008
2
PE�GARUH FI�A�CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR� O�
EQUITY (ROE) DA� EAR�I�G PER SHARE (EPS) PADA
PERUSAHAA� PERTAMBA�GA� LOGAM DA� MI�ERAL
LAI��YA YA�G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I�DO�ESIA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh ARMA� RAMADHA�
NIM 04110331
ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE
PERBA�AS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKU�TA�SI
2008
3
ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE
PERBA�AS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKU�TA�SI
PERSETUJUA�
Skripsi yang berjudul PE�GARUH FI�A�CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR� O�
EQUITY (ROE) DA� EAR�I�G PER SHARE (EPS) PADA
PERUSAHAA� PERTAMBA�GA� LOGAM DA� MI�ERAL
LAI��YA YA�G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I�DO�ESIA
oleh
Nama : Arman Ramadhan NIM : 04110331 Program Studi : S1 - Akuntansi
telah disetujui untuk diujikan.
Jakarta, September 2008 Mengetahui Ketua Program Studi Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi, Niko Silitonga, SE., M. M. Adi Setiadi, S. E., MBA
4
ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE
PERBA�AS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKU�TA�SI
PE�GESAHA�
Skripsi yang berjudul
PE�GARUH FI�A�CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR� O�
EQUITY (ROE) DA� EAR�I�G PER SHARE (EPS) PADA
PERUSAHAA� PERTAMBA�GA� LOGAM DA� MI�ERAL
LAI��YA YA�G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I�DO�ESIA
telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada
Hari : Tanggal : Waktu :
oleh
Nama : Arman Ramadhan NIM : 04110331
DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS
Tim Penguji Skripsi
Ketua Sidang : ………………………..
Anggota : ……………………..…
Anggota : ……………….……….
Mengetahui Ketua Program Studi Akuntansi,
Niko Silitonga SE, M. M.
5
ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE
PERBA�AS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKU�TA�SI
PER�YATAA�
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Jakarta, September 2008 Penyusun, Arman Ramadhan
04110331
6
ABSTRAKSI Arman Ramadhan. 04110331. PE�GARUH FI�A�CIAL LEVERAGE TERHADAP
RETUR� O� EQUITY (ROE) DA� EAR�I�G PER SHARE (EPS) PADA
PERUSAHAA� PERTAMBA�GA� LOGAM DA� MI�ERAL LAI��YA YA�G
TERDAFTAR DI BURSA EFEK I�DO�ESIA. Skripsi. Jakarta: Asian Banking
Finance and Informatics Institute Perbanas. September 2008.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara financial leverage dengan ROE dan EPS. Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya. Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan keuangan selama tahun 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (PRPM BEI). Variabel independent (X) dalam penelitian ini adalah financial leverage sedangkan variabel dependent (Y) adalah ROE dan EPS. Untuk menghitung besarnya pengaruh antara financial leverage dengan ROE dan EPS digunakan analisis korelasi, regresi linear sederhana, uji hipotesis, dan determinasi. Dari hasil perhitungan korelasi atau hubungan antara financial leverage dengan ROE yang memiliki korelasi sifatnya kuat hanya terdapat pada PT Timah Tbk yang artinya jika financial leverage meningkat diikuti dengan kenaikan ROE. Untuk PT Aneka Tambang Tbk memiliki sifat korelasi yang lemah dan positif. Untuk PT International Nickel Indonesia Tbk memiliki sifat korelasi yang kuat dan negatif artinya setiap peningkatan financial leverage akan diikuti oleh penurunan ROE. Untuk perhitungan korelasi atau hubungan financial leverage dengan EPS, yang memiliki hubungan kuat dan positif terdapat pada PT Timah Tbk. PT Aneka tambang memiliki hubugan lemah dan negatif sedangkan pada PT International Nickel Indonesia Tbk, hubungannya kuat dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis dengan menggunakan koefisien regresi, maka dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada ketiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya tersebut. Saran yang dapat penulis berikan kepada ketiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya adalah sebaiknya perseroan berhati-hati dalam penggunaan hutang agar hutang tersebut dapat menghasilkan profit bukan mengakibatkan kerugian.
7
KATA PE�GA�TAR
Assalamualaikum wr wb,
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat
waktu. Skripsi dengan judul “Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return On Equity
(ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Pertambangan Logam dan
Mineral Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Asian Banking Finance and
Informatics Institute Perbanas, Jakarta.
8
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa hormat, sayang dan terima
kasih kepada kedua orang tua penulis yang tidak henti-hentinya mencurahkan doa, kasih
sayang, kesabaran dan perhatian kepada Penulis, serta selalu memberikan dukungan baik
moril maupun materil kepada Penulis selama ini. Agar nantinya kelak Penulis mampu
memenuhi harapan dan bisa membahagiakan kalian. Amin.
Dalam kesempatan ini, Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Cyrillus Harinowo selaku Rektor ABFII Perbanas Jakarta
2. Bapak Niko Silitonga, S. E., M.M, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Perbanas
Jakarta.
3. Bapak Adi Setiadi, S. E., MBA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh staf pengajar ABFII Perbanas, khususnya Dosen S1 Program Studi
Akuntansi yang telah membekali Penulis dengan ilmu pengetahuan yang tidak
ternilai harganya.
5. Iqbal, Mande, Joshua, Yulind, Echa, Erlan, Ida, Kurnia, Harris, Titi, Rio, Danu serta
teman-teman SMA penulis yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Radya (kawan dekat rumah yang sering penulis repotkan, kawan menonton konser
bersama, dan kawan terbaik), Maya (kawan yang paling sering satu kelas dengan
penulis dan sempat membuat ‘dugon’ bersama penulis), Ricky (teman pemberi
motivasi untuk menyelesaikan skripsi), Dila (kawan seperjuangan dalam mengejar
9
kelulusan), Callista, Rahmat, Vina, Dody, Affan, Adji, Nchu, Rendy (thanks for the
beautiful music), Ari (kawan pemberi informasi tentang dosen), Maria, Deborah,
Nana, Deby, Desty, Adila, Asha, dan kawan-kawan seperjuangan yang lainnya dari
kelas G di semester 1 yang telah menemani, membantu, memberikan dorongan
kepada penulis dalam setiap hal yang penulis telah lakukan selama di bangku kuliah,
terutama selama pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa pula Jibril, satu-satunya kawan
akrab dari jurusan Manajemen.
7. Indie (friend by accident), Pipit (motivator penulis dalam menyelesaikan skripsi ini),
Dama alias Bnyo, Reni, Devi, Chris, Anda, Avan, Bayu, Tegal, Yanto, Manda,
Wulan, Yuli, Mbak Put, Uwi, Nova, Endang, Deni Jawa, Dinar, Acil, Ragil, Era,
Rifki, Ryan, Nomo, Prio, Ai, Chiqni, Reza, Basdi, dan seluruh kawan-kawan dari
angkatan 2004 jurusan Akuntansi di ABFII Perbanas yang juga telah banyak
memberikan masukan dan dorongan kepada penulis selama di Perbanas dan selama
pengerjaan skripsi ini.
8. (Alm.) Adek Firmansyah Anwar, kakek penulis yang telah mencurahkan kasih
sayangnya kepada penulis selama beliau hidup, dan Elly Firmansyah, nenek penulis
yang telah menjaga dan memberikan kasih sayangnya serta memberikan doa dan
masakan bergizi kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
10
Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu dengan
lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
para pembaca pada umumnya. Terima Kasih.
Wassalamualaikum wr wb.
Jakarta, September 2008
Penulis
Arman Ramadhan
11
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI KATA PENGANTAR………………………………………………………………... i DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. v DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….. ix DAFTAR ILUSTRASI……………………………………………………………….. xi BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1 1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………………….. 1 1.2. Identifikasi Masalah……………………………………………………………… 4 1.3. Pembatasan Masalah……………………………………………………………… 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………………… 5
12
1.5. Sistematika Penulisan……………………………………………………………. 7 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………. 8 2.1. Modal………..………………………………………………………………….. 8 2.1.1 Pengertian Modal…………………………………………………………... 8 2.1.2 Sumber Modal……………………………………………………………... 9 2.1.3 Jenis-jenis Modal…………………………………………………………… 10 2.2. Risiko Keuangan…………………………………………………………………. 18 2.3. Leverage…………………………………………………………………………. 18 2.4. Operating Leverage……………………………………………………………… 18 2.5. Financial Leverage…………………………….………………………………… 19 2.6. Return on Equity…………………………….…………………………………… 21 2.7. Earning per Share…………………………….…………………………………… 21 2.8. Pengaruh Financial Leverage terhadap ROE.…………………………………….. 22 2.9. Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS.……………………………………… 23 2.10. Kerangka Pemikiran……………………….…………………………………….. 24 2.11. Skema Kerangka Pemikiran……………….…………………………………….. 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………....27 3.1. Jenis Penelitian……………………………………………………………………. 27 3.2. Populasi dan Sampel………………………………………….…………………… 28 3.3. Jenis Data…………………………………………………………………………. 28 3.4. Teknik Pengumpulan Data………………………………..………………….…… 29 3.5. Variabel Penelitian………………………………………………………………... 29
13
3.6. Teknik Analisis Data……………………………………………………………... 30 3.7. Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap ROE dan EPS………………….. 31 3.8. Definisi Operasional……………………………………………………………..... 36 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN……………. 38 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................................... 38 4.1.1 PT Aneka Tambang Tbk………………………………………….................. 38 4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan……………………………..................... 38 4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan…………………………………........................ 39 4.1.1.3 Produk Perusahaan………..……………………………..................... 41 4.1.2 PT International Nickel Indonesia Tbk……….………………….................. 43 4.1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan……………………………..................... 43 4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan…………………………………........................ 45 4.1.2.3 Produk Perusahaan………..……………………………..................... 48 4.1.3 PT Timah Tbk…………………………………………................................. 49 4.1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan……………………………..................... 49 4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan…………………………………........................ 51 4.1.3.3 Produk Perusahaan………..……………………………..................... 53 4.2. Analisis Data dan Pembahasan………………………………………………….... 54 4.2.1 PT Aneka Tambang Tbk………………………………………….................. 55 4.2.1.1 Analisis Financial Leverage……………………………..................... 55
14
4.2.1.2 Analisis Return on Equity……………………………........................ 56 4.2.1.3 Analisis Earning per Share..……………………………..................... 57 4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity, dan Earning per Share........……………………………..................... 59 4.2.1.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity….. 59 4.2.1.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share…. 63 4.2.2 PT International Nickel Indonesia Tbk……………………………................ 67 4.2.2.1 Analisis Financial Leverage……………………………..................... 67 4.2.2.2 Analisis Return on Equity……………………………........................ 69 4.2.2.3 Analisis Earning per Share..……………………………..................... 70 4.2.2.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity, dan Earning per Share........……………………………..................... 71 4.2.2.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity….. 72 4.2.2.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share…. 76 4.2.3 PT Timah Tbk………………………………………….................................. 80 4.2.3.1 Analisis Financial Leverage……………………………..................... 80 4.2.3.2 Analisis Return on Equity……………………………........................ 81 4.2.3.3 Analisis Earning per Share..……………………………..................... 82 4.2.3.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity, dan Earning per Share........……………………………..................... 83 4.2.3.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity….. 84 4.2.3.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share…. 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 92
15
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………………….. 92 5.2. Saran………..…………………………………………………………………….. 94 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 95 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL
�o. Judul Tabel Halaman
Tabel 1 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Financial Leverage...…...………… 55 Tabel 2 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Return on
Equity…...…...………… 56 Tabel 3 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Earning per
Share….....…………... 57 Tabel 4 PT Aneka Tambang Tbk Ringkasan Financial Leverage, Return on
Equity, dan Earning per Share ……………………………………....... 59
Tabel 5 PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap
Return On Equity……………………………………………………... 59
Tabel 6 PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap
Earning per Share…………………………………....……………….. 63 Tabel 7 PT International Nickel Indonesia Tbk Analisis Financial Leverage… 67 Tabel 8 PT International Nickel Indonesia Tbk Analisis Return on
Equity…… 69 Tabel 9 PT International Nickel Indonesia Tbk Analisis Earning per
Share..… 70 Tabel 10 PT International Nickel Indonesia Tbk Ringkasan Financial
Leverage, Return on Equity, dan Earning per Share ……………………………. 71
Tabel 11 PT International Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage
terhadap Return On Equity………………………………………........ 72
17
Tabel 12 PT International Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share………………………………………........ 76
Tabel 13 PT Timah Tbk Analisis Financial Leverage………………………….. 80 Tabel 14 PT Timah Tbk Analisis Return on
Equity……………………………. 81 Tabel 15 PT Timah Tbk Analisis Earning per
Share…………………………… 82 Tabel 16 PT Timah Tbk Ringkasan Financial Leverage, Return on Equity, dan
Earning per Share ……………………………………………………. 83 Tabel 17 PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On
Equity………………………………………........................................ 84 Tabel 18 PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per
Share………………………………………......................................... 88
18
DAFTAR ILUSTRASI
Skema Kerangka Pemikiran……………….……………………………………... 26
19
BAB I
PE�DAHULUA�
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi saat ini mendorong peningkatan atau pertumbuhan
dunia usaha, yang membuat persaingan semakin ketat bagi perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan harus mengembangkan strategi secara berkelanjutan agar mampu membuat
kebijakan dan keputusan yang tepat pada setiap kegiatan perusahaan.
Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik
(shareholder) melalui keputusan atau kebijkan investasi, keputusan pendanaan, dan
keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika
20
dilihat dari sudut pandang manajemen keuangan. Tujuan ini sering diterjemahkan
sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Almilia dan Silvy: 2006).
Perusahaan akan selalu mencari peluang untuk dapat mengembangkan usahanya
atau bertahan dalam berbagai macam situasi ekonomi. Untuk memperoleh peluang
tersebut perusahan perlu memperhatikan seluruh aspek dalam ekonomi termasuk faktor
internal dan eksternal perusahaan, yaitu kondisi keuangan perusahaan dan kondisi
ekonomi global, sehingga dapat dicapai tujuan perusahaan dengan risiko minimal.
Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya. Menurut
Brigham & Houston (2004: 468), terdapat kemungkinan untuk mendanai sebuah
perusahaan sepenuhnya dengan saham biasa. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan
mendapatkan bagian yang substansial dari modal melalui utang, dan banyak juga yang
menggunakan saham preferen.
Untuk melakukan pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap
atas penggunaan dana hutang atau saham, perusahaan dapat melakukan kebijakan
leverage. Menurut Mayo (2001:448) dalam Suharli (2005) leverage dibagi menjadi dua
jenis: (a) Operating Leverage (leverage operasi): “Operating leverage is the use of fixed
factors of production (fixed cost) instead of variable factors of production (variable
cost) to produce a level of output”. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan
menggunakan biaya tetap pada produksi tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut,
dari pada biaya variabel untuk menghasilkan mutu pada output. (b) Financial leverage
(Leverage keuangan). “Financial leverage is the use of another persons’ or firm’s funds
in return for agreeing to pay a fixed return for the funds the use of debt or preferred
21
stock financing”. Leverage keuangan merupakan penggunaan dana untuk
perusahan/orang lain dalam pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return
tetap atas penggunaan dana hutang atau saham preferen dari keuangan.
Rasio leverage keuangan tertimbang berpengaruh negative dan signifikan
terhadap return on equity atau ROE (Martono: 2002). Hasil ini memberikan bukti
empiris yang berbeda dibandingkan studi (Beard dan Dess: 1979) dan (Mandra: 1995)
karena kedua peneliti gagal membuktikan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROE. (Gale: 1972) membuktikan bahwa leverage
keuangan berpengaruh positif dan signifiikan terhadap ROE.
Sasongko dan Wulandari (2006) berpendapat return on equity (ROE) tidak
berpengaruh terhadap harga saham, artinya ROE tidak dapat digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan. Sasongko dan Wulandari (2006) juga mengatakan earning
per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Artinya, EPS dapat digunakan
untuk menentukan nilai perusahaan.
Penelitian dari Sasongko dan Wulandari (2006) masih memiliki keterbatasan
dalam periode penelitian karena periode penelitian yang cukup pendek, yaitu hanya dua
tahun (2001 – 2002), sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten
dengan hasil penelitian sebelumnya.
Earning per Share (EPS) dan return on equity (ROE) dari suatu perusahaan akan
dapat mempengaruhi keputusan para calon pembeli saham untuk membeli saham dari
suatu perusahaan atau tidak. Semakin tinggi EPS suatu perusahaan akan semakin
menarik perhatian calon pembeli saham untuk membeli saham tersebut. Begitu juga
22
dengan ROE, semakin besar persentase pengembalian atas modal maka akan semakin
tinggi pula keinginan investor untuk menanamkan modal di suatu perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap return on equity
(ROE) sudah pernah dilakukan oleh Beard dan Dess (1979), Mandra (1995), Gale
(1972), dan Martono (2002). Penelitian dari Beard dan Dess (1979), Mandra (1995), dan
Gale (1972) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
financial leverage terhadap ROE, sedangkan Martono (2002) menyatakan adanya
hubungan negatif antara financial leverage dengan ROE. Oleh karena itu, penulis ingin
mengulangi penelitian tersebut dengan menambah satu variabel bebas berupa earning
per share (EPS).
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, penulis
tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE
TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) DAN EARNING PER SHARE (EPS)
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN LOGAM DAN MINERAL LAINNYA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang ingin penulis ungkapkan dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat financial leverage pada perusahaan pertambangan logam dan
mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006?
23
2. Bagaimana tingkat ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral
lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006?
3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada pertambangan
logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2002-2006?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman sesuai dengan yang
diharapkan, maka dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa batasan yang
ditetapkan, yaitu:
1. Objek penelitian yang dipilih adalah seluruh perusahaan pertambangan logam dan
mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan telah listing sebelum tahun
2002.
2. Penelitian ini dibatasi masalah ada atau tidaknya pengaruh financial leverage
terhadap ROE dan EPS.
3. Data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan keuangan
pada seluruh perusahan pertambangan logam dan mineral lainnya selama periode
tahun 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa
Efek Indonesia.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
24
1. Untuk mengetahui tingkat financial leverage pada perusahaan pertambangan logam
dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-
2006.
2. Untuk mengetahui tingkat ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan
mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh financial leverage terhadap ROE dan
EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari ke dalam dunia usaha yang
riil, yaitu untuk mengetahui pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS
pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2006.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan masukan kebijakan yang dapat ditempuh oleh
perusahaan yang menggunakan financial leverage, dalam memperbaiki dan
meningkatkan kinerja usahanya.
3. Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca khususnya pemegang saham dapat menganalisa kondisi
financial perusahaan terutama bila perusahaan tersebut menggunakan financial
leverage sebagai penggunaan sumber dana bagi pengembangan perusahaan dan
25
juga untuk mengetahui pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada
perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2002-2006.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN: Menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi
ini.
BAB II LANDASAN TEORI: Menjelaskan pengertian modal, sumber dan jenis modal,
risiko, financial leverage, operating leverage, ROE, EPS, pengaruh financial leverage
dengan ROE, dan pengaruh financial leverage dengan EPS.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN: Menjelaskan jenis penelitian, populasi dan
sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, variabel penelitian, dan
definisi operasional variabel.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN: Berisi uraian
tentang hasil penelitian serta menganalisis pengaruh financial leverage terhadap ROE
dan EPS dari objek penelitian yang dipilih.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Berisi kesimpulan dan dan uraian yang telah
dikemukakan penulis pada bab-bab sebelumnya dan berisikan saran-saran yang dapat
dijadikan masukkan bagi perusahaan sendiri maupun pembaca.
26
BAB II
LA�DASA� TEORI
2.1 Modal
2.1.1 Pengertian Modal
Modal sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk kelangsungan hidup suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan suatu perusahaan.
Modal sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan usaha perusahaan. Modal
sangat berperan sebagai sumber pendanaan perusahaan yang menggambarakan
perusahaan dalam memenuhi dapat didanai oleh modal sendiri secara keseluruhan atau
didanai dengan modal sendiri dan ditambah dengan modal berasal dari pinjaman.
Definisi modal menurut Warren, Reeve dan Philip (2005:5),
27
“Modal atau ekuitas pemegang saham adalah jumlah total dari dua sumber utama ekuitas saham, yaitu modal disetor dan laba ditahan.”
Sedangkan definisi ekuitas menurut Mayo (2004:188),
“A variety of debt instrument to tap the funds of investor who purchase debt
securities, there are only two types of stock: preferred stock and common stock.” Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat
memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan usahanya dengan memperoleh dari modal
disetor yang berupa saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan yang berasal dari
operasi perusahaan.
2.1.2 Sumber Modal
Untuk memenuhi kebutuhan modal suatu perusahaan dalam membiayai kegiatan
operasionalnya dapat diperoleh dengan mencari sumber pembiayaan. Menurut Riyanto
(2001:209) modal dapat dilihat dari asalnya, sumber modal terdiri:
1. Sumber Intern (Internal Sources)
Adalah modal yang dihasilkan dari dalam perusahaan. Sumber intern dapat
berasal dari laba ditahan dan akumulasi penyusutan. Besarnya laba yang dimasukkan ke
dalam cadangan atau ditahan, tergantung besarnya laba yang diperoleh selama periode
tertentu dan tergantung kepada kebijakan dividen perusahaan tersebut. Sedangkan
akumulasi penyusutan dapat dibentuk dari penyusutan, tiap tahunnya, tergantung metode
penyusutan yang dipakai oleh perusahaan tersebut.
2. Sumber Ekstern (External Sources)
28
Adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan atau dana yang diperoleh dari
para kreditur atau pemegang saham yang merupakan bagian dalam perusahaan.
2.1.3 Jenis-jenis Modal
Sumber modal eksternal, terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Modal Asing
Menurut Riyanto (2001:227), “adalah modal berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara di dalam perusahaan tersebut.” Modal tersebut merupakan “hutang”
yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau hurang terbagi atas tiga
golongan, yaitu:
a. Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt)
Menurut Harnanto (2003:5), “hutang jangka pendek atau lancar adalah suatu
kewajiban atau hutang yang terjadi dalam kaitannya dengan operasi normal perusahaan.”
Hutang jangka pendek terdiri dari:
1) Hutang Dagang
Menurut Brigham dan Houston (2006:207), “hutang dagang adalah hutang yang
muncul akibat penjualan kredit dan dicatat sebagai piutang oleh pihak penjual dan utang
oleh pihak pembeli.” Hutang dagang adalah salah satu kategori hutang jangka pendek
terbesar, yang mencerminkan kurang lebih 40 persen dari kewajiban ancar di rata-rata
perusahaan nonkeuangan. Hutang dagang adalah sumber pendanaan “spontan”, di dalam
artian bahwa ia terjadi dari transaksi bisnis biasa.
2) Hutang Wesel
29
Hutang wesel merupakan pengakuan hutang atau pernyataan tertulis untuk
membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu di kemudian hari. Hutang wesel dicatat
dan disajikan di dalam neraca perusahaan. Hanya hutang wesel yang jatuh tempo dalam
satu tahun atau kurang yang di golongkan sebagai kewajiban jangka pendek.
3) Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Periode Kini
Hutang jangka panjang jatuh tempo dalam periode kini merupakan bagian dari
hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam tahun sekarang, sedangkan sisanya
tetap dilaporkan sebagai hutang jangka panjang.
b. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)
Menurut Riyanto (2001:227), “hutang jangka menengah adalah hutang yang
jangka waktunya antara satu sampai sepuluh tahun.” Hutang jangka menengah terdiri
dari:
1) Term Loan
Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang
dari 10 tahun. Pada umumnya, term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama
suatu periode tertentu. Term loan biasanya disediakan oleh commercial bank, insurance,
pension funds, lembaga pembiayaan pemerintah, dan supplier perlengkapan. Menurut
Sartono (2001:301), “keuntungan dari term loan adalah tidak segera jatuh tempo dan
peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodik yang mencakup bunga dan
pokok pinjaman.”
2) Leasing
30
Menurut Sartono (2001:304), “leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva
yang disebut lessor dengan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut untuk jangka
waktu tertentu.” Sedangkan menurut Financial Accounting Standard Board (FASB-13),
“leasing adalah suatu peranjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan untuk
suatu jangka waktu tertentu.
c. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt)
Menurut Riyanto (2001:238), “Hutang jangka panjang adalah hutang yang ka
waktunya lebih dari sepuluh tahun.” Sedangkan menurut Skousen dan Stice (2004:658),
“hutang jangka panjang adalah obligasi yang tidak diharapkan untuk dibayar tunai dalam
jangka satu tahun.”
Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut diperlukan jumlah yang
besar. Adapun jenis hutang jangka panjang, yaitu:
1) Pinjaman Berjangka
Pinjaman berjangka (long-term) merupakan suatu perjanjian dimana peminjam
setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pembayaran pokok pinjaman pada
tanggal tertentu sesuai dengan perjanjian kepada pihak yang meminjamkan. Pemberian
pinjaman berjangka antara lain dilakukan oleh bank komersial dan perusahaan asuransi.
2) Obligasi
Obligasi adalah instrumen (surat) utang yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan obligasi untuk membayar pemegang obligasi sejumlah nilai pinjaman
beserta bunga pada saat jatuh tempo yang telah ditetapkan. Obligasi termasuk salah satu
31
jenis efek. Namun, berbeda dengan saham, yang kepemilikannya menandakan pemilikan
sebagian dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, obligasi menunjukkan utang
dari penerbitnya. Dengan demikian, pemegang obligasi memiliki hak dan kedudukan
sebagai kreditor dari penerbit obligasi. Obligasi merupakan instrumen utang jangka
panjang. Pada umumnya diterbitkan dengan jangka waktu berkisar antara 5 sampai 10
tahun.
3) Hipotik
Hipotik merupakan pinjaman berjangka, dimana pemberi uang diberi hak hipotik
terhadap suatu barang yang tidak bergerak. Apabila pihak peminjam (debitur) tidak
memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut
dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.
Menurut Sartono (2001:328), manfaat yang diperoleh dengan menggunakan
hutang jangka panjang adalah:
a. Bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan.
b. Melalui financial leverge dimungkinkan laba per lembar saham akan meningkat.
Sedangkan kelemahan penggunaan hutang jangka panjang sebagai sumber dana
adalah:
a. Financial risk perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya leverage.
b. Batasan yang disyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer.
2. Modal Sendiri
32
Menurut Riyanto (2001:240), “adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan juga tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas.”
Dengan kata lain, modal sendiri merupakan modal yang dihasilkan atau dibentuk di
dalam perusahaan atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri di dalam
suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas terdiri dari:
a. Modal Saham
Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemilik saham
akan mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap atau dividen dari
perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan.
Orang yang memiliki sahham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil bagian
dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya. Semakin
banyak persentase saham yang dimiliki, maka semakin besar hak suara yang dimiliki
untuk mengontrol operasional perusahaan.
Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:734), “saham biasa adalah jenis saham
yang merupakan jenis saham dasar perusahaan, memungkinkan pemegang saham untuk
memiliki suara dan jumlah kepemilikan tertentu dalam perusahaan.”
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemegang sahamnya
(pemiliknya) paling akhir (setelah pemegang saham preferen) dalam pembagian dividen
sesuai dengan keadaan keuntungan yang dipeoleh perusahaan penerbitnya dan hak atas
harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi setelah pemegang
33
saham preferen. Saham biasa ini mempunyai harga yang nilainya ditetapkan oleh
perusahaan yang menerbitkan saham.
Menurut organisasi.org “saham biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang
mempunyai fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-
aspek penting bagi perusahaan.”
Menurut Agung Purnawan “saham biasa adalah saham dimana pemegang saham
akan mendapatkan dividen pada akhir tahun pembukuan hanya jika perusahaan
mendapat laba.”
Saham biasa mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
• Mempunyai hak suara.
• Selalu mendapat pembagian laba setiap tahunnya.
• Dapat diperjual belikan.
• Bila ingin menambah modal relatif lebih mudah menjualnya.
Disamping itu, saham biasa juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
• Kurang mendapat prioritas dalam pembagian laba.
• Laba yang diterima tidak dapat diakumulasikan.
Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:874), dalam saham biasa terdapat
beberapa hak-hak dari para pemegang saham, antara lain:
• Hak memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan
perusahaan.
• Hak mempertahankan proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui
pembelian saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.
34
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham yang para pemegang sahamnya mempunyai
prioritas terlebih dahulu dalam pembagian atas asset atau kekayaan perusahaan, bila
perusahaan (emiten) dilikuidasi. Pemegang saham ini juga mempunyai pioritas
pembagian dividen dalam jumlah tertentu sebelum dibagikan pada pemegang saham
biasa sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan perusahaan
penerbit.
Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:876)
“Saham preferen adalah pemegang saham preferen melepaskan berbagai hak kepemilikan guna mendapatkan beberapa perlindungan yang biasanya dinikmati oleh kreditor.”
Menurut oragnisasi.org “saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan
memiliki hak lebih dibanding hak pemegang saham biasa“.
Menurut Agug Purnawan “saham preferen adalah saham yang memiliki prioritas
lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagian dividen dan asset.”
Dalam kepemilikan saham preferen menurut Skousen, Stice, dan Stice
(2004:876), ada beberapa hak-hak yang dilepas oleh pemegang saham preferen, yaitu:
• Hak suara.
• Hak pembagian keuntungan
Dividen yang diterima jumlahnya tetap, oleh karena itu, apabila kinerja
perusahaan sangat baik, maka pemegang saham tidak mendapatkan keuntungan
apa-apa.
Disamping hak-hak yang dilepas tersebut, menurut Dahlan Siamat (2004:268)
pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak istimewa, antara lain:
35
• Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen (hak privileges).
• Hak untuk mempengaruhi manajemen terutama dalam pencalonan pengurus.
• Hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah
kreditur apabila perusahaan dilikuidasi, dan
• Hak klaim terhadap kekayaan perusahaan.
b. Laba Ditahan (Retained Earning)
Laba ditahan merupakan penahanan keuntungan yang mempunyai tujuan, maka
disebut dengan cadangan. Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang
dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa tahun
berjalan. Sedangkan penahanan keuntungan tersebut belum mempunyai tujuan tertentu,
maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan.
Menurut Riyanto (2001:243):
“Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan, dapat berupa sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.”
Dengan adanya keuntungan akan memperbesar laba ditahan yang akan berarti
akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya, kalau rugi maka akan memerkecil modal
sendiri. Besarnya laba yang dimasukkan ke dalam laba ditahan ini tergantung pada
besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu. Meskipun keuntungan yang
diperoleh selama periode tertentu besar karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa
sebagian besar keuntungan akan jadi dividen, maka laba ditahan akan kecil.
36
2.2 Risiko Keuangan (Financial Risk)
Risiko keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:17) adalah “tambahan
risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan
untuk mendapatkan pendanaan melalui utang.” Risiko keuangan diakibatkan oleh
transaksi-transaksi keuangan. Secara konseptual, pemegang saham akan menghadapi
sejumlah risiko yang inheren pada operasi perusahaan. Jika sebuah perusahaan
menggunakan utang, maka hal ini akan mengkonsentrasikan risiko bisnis pada
pemegang saham biasa.
2.3 Leverage
Merupakan penggunaan aset dalam sumber dana oleh perusahaan yang memiliki
biaya tetap (beban bunga) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial
pemegang saham. Dengan kata lain, leverage adalah penggunaan dana yang menuntut
peningkatan untuk membayar biaya tetap.
2.4 Operating Leverage
Menurut Brigham dan Houston (2006:12), “operating leverage adalah tingkat
sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan.”
Operating leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan dana dengan biaya tetap
dengan harapan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat
menutup biaya tetap dan biaya variabel.
37
2.5 Financial Leverage
Keputusan pembiayaan mencakup alternatif sumber dana yang akan digunakan
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dari segi struktur pembiayaan, suatu
perusahaan dikatakan menggunakan financial leverage jika perusahaan tersebut
menggunakan pinjaman atau hutang sebagai salah satu sumber pembiayaan selain modal
sendiri. Penggunaan dana tersebut menimbulkan biaya tetap yaitu beban bunga, yang
harus di bayar tanpa memperdulikan tingkat laba perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2006:17), “financial leverage adalah tingkat
sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan
dalam struktur modal sebuah perusahaan.”
Menurut Garrison dan Noreen (2001:790), “financial leverage merupakan
pemerolehan aktiva dengan dana yang diperoleh dari kreditur atau pemegang saham
preferen dengan tingkat pengembalian tertentu.”
Sedangkan definisi menurut Riyanto (2001:375), “financial leverage adalah
penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk memperbesar pendapatan
per lembar saham biasa atau earning per share.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
menggunakan financial leverage berarti perusahaan memperoleh modal atau aktiva
dengan dana yang berasal dari kreditur atau pemegang saham biasa dan preferen. Dana
tersebut dapat berupa hutang yang harus dibayar sebesar pokok pinjaman dan bunganya.
Selain itu, financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan
harapan memperbesar pendapatan per lembar saham biasa atau earning per share (EPS)
38
atau dengan kata lain, financial leverage menguntungkan atau tidak dapat dilihat
pengaruhnya pada laba per lembar saham (earning per share).
Menurut Sartono (2001:263), “financial leverage adalah penggunaan sumber
yang dimiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan
keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Berdasarkan definisi tersebut, maka financial leverage mempunyai alasan untuk
menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang
tersedia bagi pemegang saham.
Penggunaan financial leverage yang semakin besar membawa dampak positif
bila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada
bebannya keuangan yang dikeluarkan. Sedangkan dampak negatifnya penggunaan
financial leverage yang semakin besar akan menyebabkan hutang semakin besar yang
ditanggung perusahaan, yaitu beban tetap atau beban bunganya. Apabila perusahaan
tidak memenuhi kewajibannya yang berupa beban bunganya, maka perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk menjalankan kegiatan usahanya.
Financial leverage dapat dihitung dengan rasio hutang (debt ratio) sehingga
financial leverage dapat dirumuskan sebagai berikut:
Financial Leverage = Total Kewajiban
Total Aktiva
39
2.6 Return on Equity
Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001:789) adalah,
“membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan
rata-rata ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham biasa pada tahun tersebut.”
Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2002:122), “ROE adalah ukuran
pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang saham biasa dan saham
preferen) atas investasi mereka di perusahaan.”
Menurut Sartono, (2001:124), “Return on equity adalah rasio yang mengukur
kemampuan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.”
Dengan demikian ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengalokasikan laba bagi para pemegang saham atas modal yang telah ditanamkan oleh
para pemegang saham tersebut. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang
ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari
pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor karena
semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut.
Return on equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.7 Earning per Share
Menurut Mayo (2004: 192) “earning per share (EPS) is available to common
stockholders divided by number of common share outstanding.”
ROE = EAT
Modal Sendiri
40
Menurut Garrison dan Noreen (2001:787), “Earning per share (EPS) adalah
membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan
jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun.”
Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2002:123), “Earning per share (EPS)
adalah jumlah uang yang dihasilkan oleh oleh setiap lembar saham biasa yang dimiliki
oleh pemegang saham.”
Dari definisi diatas, maka earning per share (EPS) menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham yang telah
berpartisipasi dalam perusahaan, maka EPS menunjukkan laba per saham yang
diperhatikan oleh para investor. EPS merupakan pendapatan yang akan diterima oleh
para pemegang saham biasa setiap lembar saham biasa yang dimilikinya atas
keikutsertaannya dalam perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, maka hal ini menunjukkan
semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut.
Earning per share dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.8 Pengaruh Financial Leverage terhadap ROE
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2000: 54) “financial leverage
merupakan pembiayaan sebagian dari asset (harta) perusahaan dengan surat berharga
EPS = Laba Bersih/EAT
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
41
dengan tingkat pengembalian yang nilainya tetap dengan harapan meningkatkan
pendapatan para pemegang saham.”
Perusahaan yang menggunakan financial leverage berharap keuntungan yang
akan diterima dari penggunaan dana kegiatan pembiayaan tersebut lebih besar dari
beban tetap yang akan mereka tanggung dari penggunaan dana tersebut.
Pada kondisi yang bagus atau stabil, penggunaan financial leverage dapat
memberikan pengaruh positif berupa peningkatan ROE. Hal ini dikarenakan tingkat
pengembalian terhadap laba operasi perusahaan lebih besar dari pada beban tetapnya.
Sedangkan penggunaan financial leverage dapat memberikan pengaruh negatif berupa
penurunan ROE, bila hal tersebut digunakan pada kondisi ekonomi yang kurang stabil.
Pengaruh negatif ini disebabkan tingkat pengembalian investasi terhadap laba
perusahaan kecil dan ditambah beban bungan yang harus dibayar, maka penggunaan
financial leverage dapat menimbulkan risiko keuangan perusahaan.
2.9 Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS
Penggunaan financial leverage bagi suatu perusahaan diharapkan mampu
meningkatkan earning per share (EPS). Bagi perusahaan yang mampu menanggung
beban bunga dari penggunaan hutang, maka penggunaan financial leverage dinilai dapat
meningkatkan EPS. Sedangkan bagi yang tidak mampu menanggung beban tetapnya,
maka dinilai tidak perlu menggunakan financial leverage.
Menurut Riyanto (2001:375), “penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah
dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (EPS)”
42
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa penggunaan financial
leverage dapat meningkatkan dan juga menurunkan besarnya EPS suatu perusahaan.
Semua tergantung bagaimana perusahaan mampu mengelola hutangnya dan mampu
mengatasi risiko yang muncul dari penggunaan hutang tersebut.
2.10 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan memerlukan modal dalam menjalankan usahanya. Modal bagi
perusahaan bisa didapatkan melalui dua sumber modal, yaitu sumber intern dan sumber
ekstern. Modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Yang termasuk modal asing
adalah hutang jangka pendek, hutang jangka menengah, dan hutang jangka panjang.
Modal sendiri terdiri dari modal saham dan laba ditahan.
Salah satu cara untuk meningkatkan modal perusahaan adalah dengan
penggunaan financial leverage. Financial leverage merupakan penggunaan hutang atau
tambahan pembiyaan yang mempunyai beban tetap berupa beban bunga dan pokok
pinjaman yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan penggunaan financial leverage
diharapkan perusahaan dapat meningkatkan pendapatannya.
Dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan
menggunakan financial leverage, maka earning per share (EPS) dan return on equity
(ROE) perusahaan akan dapat meningkat. Dengan meningkatnya ROE dan EPS
perusahaan akan dapat menarik perhatian para investor untuk membeli saham dari
perusahaan tersebut dan hal ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan.
43
Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai analisis pengaruh financial
leverage terhadap return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode analis regresi linear sederhana, analisis
korelasi, pengujian hipotesis, dan analisis determinasi.
44
2.11 Skema Kerangka Pemikiran
Sumber Modal
Modal Sendiri Modal Asing
Laba Ditahan
Saham
Hutang
Financial
Leverage
Return on
Equity
Earning
Per Share
Analisis Regresi, Korelasi, Uji Hipotesis, Koefisien Determinasi
Ada atau tidak ada pengaruh financial leverage dengan return on
equity
Ada atau tidak ada pengaruh financial leverage dengan earning
per share
Perusahaan
Analisis Regresi, Korelasi, Uji Hipotesis, Koefisien Determinasi
45
BAB III
METODOLOGI PE�ELITIA�
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia. Menurut Kuncoro (2001:23),
“Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).”
Sedangkan data sekunder menurut Kuncoro (2001:25) “adalah data yang diperoleh
dengan pengumpulan data original oleh pihak lain yang digunakan untuk penelitian.”
Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari
46
perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2002-2006.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mencoba menganalisis ada atau tidak
adanya pengauh financial leverage terhadap Return on Equity (ROE) dan Earning per
Share (EPS) pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
berada di Indonesia dan telah listing sebelum tahun 2002.
Sedangkan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tiga
perusahaan dari empat perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berada di Indonesia.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang
terdiri dari:
1. Bidang usaha
2. Sejarah perusahaan
3. Laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi
47
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Lapangan
Merupakan cara untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan untuk
menganalisis objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi dari masing-masing perusahaan
pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode tahun 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek
Indonesia (PRPM BEI).
2. Studi Kepustakaan
Merupakan pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku ilmiah dan
sumber data lainnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai
teori dan pendapat para pakar yang akan digunakan dalam menganalisis penelitian ini.
3.5 Variabel Penelitian
Terdapat dua variable dalam penelitian ini, yaitu:
Dimensi Variabel Indikator – Indukator
1. Variabel Bebas
Adalah variabel yang terjadi dan
merupakan pendugaan dari adanya sebab
yang diperkirakan
Financial Leverage X
Total Kewajiban (debt)
48
2. Variabel Tidak Bebas
Adalah variabel yang terjadi kemudian
akibat yang diperkirakan atau variabel
yang diduga nilainya.
• ROE Y1
• EPS Y2
EAT
Equity
Saham beredar atau outstanding stock
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Analisis Financial Leverage
Analisis financial leverage adalah analisis yang dilakukan untuk melihat
besarnya perbandingan antara total hutang dengan total aktiva selama lima tahun daru
tahun 2002 sampai 2006 dari setiap masing-masing perusahaan.
Rumus yang digunakan adalah:
2. Analisis ROE
Analisis ROE adalah analaisis yang dilakukan untuk mengukur tingkat
pengembalian yang akan diperoleh pemilik dari modal perusahaan selama lima tahun
dari tahun 2002 sampai 2004 dari setiap masing-masing perusahaan.
Rumus yang digunakan adalah:
Financial Leverage = Total Kewajiban
Total Aktiva
49
3. Analisis EPS
Analisis EPS adalah analisis yang dilakukan untuk menunjukkan jumlah uang
yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa bagi para pemegang saham selama lima
tahun dari tahun 2002 sampai 2004 dari setiap masing-masing perusahaan.
Rumus yang digunakan adalah:
3.7 Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap ROE dan EPS
Dalam penelitian ini penulis dalam menganalisis pengaruh financial leverage
terhadap ROE dan EPS menggunakan analisis korelasi sederhana, analisis regresi linear
sederhana, uji koefisien regresi, pengujian hipotesis, dan analisis determinasi.
1. Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi sederhana adalah suatu teknik statistika yang dilakukan untuk
mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara dua variabel. Tujuan dari analisis
korelasi sederhana adalah untuk menentukan seberapa erat hubungan antara dua
variabel, yaitu variabel X dan Y. Keeratan antara dua variabel tersebut dinyatakan dalam
bentuk koefisien korelasi yang dilambangkan dengan huruf r.
Menurut Suhardi dan Purwanto (2004:461), rumus yang dapat digunakan adalah:
ROE = EAT
Modal Sendiri
EPS = Laba Bersih/EAT
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
50
Dimana:
r = Nilai koefisien korelasi
ΣX = Jumlah pengamatan variabel X
ΣY = Jumlah pengamatan variabel Y
ΣXY = Jumlah hasil perkalian variabel X dan Y
ΣX2 = Jumlah pengkuadratan dari variabel X
ΣY2 = Jumlah pengkuadratan dari variabel Y
(ΣX)2 = Jumlah hasil pengamatan variabel X dikuadratkan
(ΣY)2 = Jumlah hasil pengamatan variabel Y dikuadratkan
n = Jumlah tahun penelitian
r dalam analisis korelasi sederhana dapat diartikan:
a. Bila r = -1, disebut linear sempurna negatif, yang berarti mempunyai hubungan yang
kuat negatif atau korelasi negatif antara variabel X dengan variabel Y.
b. Bila r = +1, disebut linear sempurna positif, yang berarti mempunyai hubungan yang
kuat positif atau korelasi positif antara variabel X dengan variabel Y.
c. Bila mendekati 0, hubungan antara variabel X dengan variabel Y sangat lemah atau
mungkin tidak ada hubungan sama sekali.
2. Analisis Regresi Linier
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
51
Analisis regresi linier adalah analisis yang dilakukan untuk membangun
persamaan yang menghubungkan antara Y (variabel tidak bebas) dengan X (variabel
bebas) yang bertujuan untuk menentukan nilai ramalan atau dugaan, dimana perubahan
X mempengaruhi Y tetapi tidak sebaliknya. Persamaan yang menyatakan bentuk
hubungan antara variabel X dan variabel Y disebut dengan persamaan regresi.
Menurut Supranto (2001:183), rumus yang dapat digunakan adalah:
Y = a + bX
Untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus:
Dimana:
a = Intercept, yaitu bilangan konstanta yang berarti rata-rata niai variabel Y sama dengan
a jika x = 0.
b = Slope atau kemiringan garis, yaitu perubahan rata-rata pada Y untuk setiap unit pada
variabel X.
Y = Nilai dugaan dari variabel Y berdasarkan nilai X yang diketahui
X = Variabel bebas
3. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
52
Uji koefisien regresi dan pengujian hipotesis adalah pengujian yang dilakukan
untuk menentukan apakah sebiknya menolak atau menerima hioptesis atas penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Untuk melakukan pengujian terhadap koefisien regresi
digunakan uji t hitung.
Rumus yang dapat digunakan adalah:
Dimana nilai Se besarnya dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana:
t0 = t hitung
Se = Standar error
Pengujian hipotesis B (koefisien regresi), mempunyai langkah untuk sebagai
berikut:
a. Menetapkan Hipotesis
Hipotesis antara financial leverage dan return on equity (ROE)
H01: B1 = 0, tidak terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap ROE.
Ha1: B1 ≠ 0, terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap ROE.
t0 = b Σ x2 Se
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n - 2
53
Hipotesis antara financial leverage dan earning per share (EPS)
H02: B2 = 0, tidak terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap EPS.
Ha2: B2 ≠ 0, terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap EPS.
b. Penetapan tingkat signifikan (α). Besarnya α dalam penelitian ini adalah 0,05.
c. Menetapkan t tabel dimana t tabel tersebut adalah dengan menguji nilai taraf nyata
(α/2) dengan derajat bebas (df) = n – k. Dimana n adalah jumlah tahun dan k adalah
jumlah variabel, yaitu variabel X dan variabel Y.
d. Membuat kesimpulan
• Jika t0 > tα,, atau jika t0 < -tα, maka H0 ditolak (Ha diterima), artinya ada
pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS.
• Jika –ta ≤ t0 ≤ ta, maka H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada
pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS.
4. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi adalah analisis yang dilakukan untuk
menunjukkan bagian dari keragaman total variabel Y yang dapat diterangkan atau
diperhitungkan oleh keragaman variabel X. Jadi koefisien determinasi adalah
kemampuan variabel X mempengaruhi variabel Y. Menurut Suhardi dan Purwanto
(2004:465), rumus yang digunakan untuk melakukan analisis koefisien determinasi
adalah:
54
3.8 Definisi Operasional
Merupakan pernyataan yang berkaitan dengan pengukuran yang ditekankan pada
sifat-sifat konsep yang dapat diamati dan dapat diukur. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Financial Leverage
Merupakan proporsi yang menggambarkan seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai dengan modal pinjaman atau rasio total hutang (debt) terhadap total aktiva
(total asset).
2. Total Hutang (total debt)
Merupakan total kewajiban yang dimiliki perusahaan.
3. Total Aktiva (total asset)
Merupakan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
4. Return on Equity (ROE)
Merupakan rasio laba bersih setelah dikurangi pajak dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pengembalian bersih yang tersedia bagi pemegang saham.
5. Earning per Share (EPS)
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
55
Merupakan laba yang tersedia untuk dibagikan kepada pemegang saham biasa yang
dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi pajak dengan jumlah saham
yang beredar.
56
BAB IV
PE�YAJIA� DATA DA� A�ALISIS HASIL PE�ELITIA�
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 PT Aneka Tambang Tbk.
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Dengan pengalaman 4 dekade lebih sejak 1968, PT Aneka Tambang Tbk
(Antam) merupakan perusahaan perseroan terbatas Indonesia, yang bergerak di bidang
proses pertambangan seperti, eksplorasi, penambangan, peleburan, dan pengilangan
melalui pemasaran. Produk utama Antam adalah ferronickel, nikel, emas, perak, dan
bauksit.
57
Kepemilikan 35% Antam dipegang oleh publik, yang mayoritas intitusi asing,
yang telah memegang Antam untuk beberapa tahun. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan Austarlia, Antam adalah satu dari sedikit perusahaan Indonesia yang terdaftar di
bursa efek di luar Indonesia yang dimana harus memenuhi standar internasional dari
pemerintahan. Walaupun 65% Antam dipegang oleh pemerintah, Antam tidak
dijalankan oleh birokrat. Tujuan utama Antam adalah menghasilkan nilai dari pemegang
saham. Pada umumnya, pendekatan Antam untuk meningkatkan nilai pemegang saham
adalah dengan merendahkan biaya sementara mengembangkan operasi keuntungan
secara terus menerus.
Antam menawarkan kesempatan jangka panjang kepada investor potensial dan
partner kerjasama. Antam mempunyai kekuatan, fokus, manajemen yang berorientasi ke
masa depan dan orang-orang yang mempunyai kemampuan; produk berkualitas tinggi
dan konsumen setia jangka panjang; catatan yang membuktikan prestasi yang
menguntungkan; dan prospek masa depan yang baik dengan kualitas mineral yang
sangat banyak yang masih perlu dikembangkan.
4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan
Antam sedang menjalankan satu tambang nikel dan tiga peleburan ferronickel di
Sulawesi Tenggara, tiga tambang nikel di Maluku Utara, satu tambang emas dan satu
peleburan emas di Jawa Barat, satu tambang bauksit di Riau dan satu penyulingan metal
di Jakarta.
58
Di tahun 2007, sejalan dengan peningkatan produksi dari ferronickel dan bijih
nikel, dan juga dengan harka komoditas yang lebih tinggi, penjualan meningkat sebesar
113% menjadi Rp12,008 milyar dari Rp5,629 milyar di tahun 2006. produksi feronikel
meningkat 28% dan dicatat peningkatan 48% dalam penjualan Antam. Permintaan yang
tinggi akan bijih nikel meningkatkan ekspor sebesar 63% dan berpengaruh 41% dari
penjualan Antam. Dengan peningkatan penjualan nikel, segmen nikel berkontribusi 89%
dari total penjualan Antam di tahun 2007, dibandingkan di tahun 2006 sebesar 84%.
Total penjualan dari segmen nikel berjumlah Rp10,687 milyar, meningkat 126%
dibandingkan pada tahun 2006. Walaupun produksi emas turun ke tingkat yang lebih
rendah, penjualan dari emas meningkat 50% ssejalan dengan aktivitas perdagangan emas
yang dihasilkan oleh perusahaan penyulingan logam, Logam Mulia milik Antam. Seperti
penjualan emas, penjualan dari perak juga meningkat, dan termasuk penghasilan dari
Logam Mulia, pendapatan dari segmen emas meningkat 68% menjadi Rp1,163 milyar.
Segmen nikel dan emas menghasilkan 99% dari total penjualan Antam.
Program eksporasi Antam dikelola dan dilaksanakan oleh Unit Geologi
Perusahaan. Aktivitas eksplorasi meliputi ekplorasi geologikal, investigasi geofisikal,
survey, pengeboran, analisis laboratorium, pemrosesan data, dan mengatur izin yang
dibutuhkan dari investigasi umum untuk tahap pengambilan. Pelatihan yang tinggi dan
dengan pengalaman yang banyak, jasa dari Unit Geologi adalah mencari baik
perusahaan eksplorasi domestik maupun internasional yang ingin meningkatkan
kesempatan mereka dalam membuat penemuan.
59
Antam memiliki banyak izin menambang mencakup lebih dari 1.3 juta hektare di
Indonesia, yang memberikan potensi penting untuk mengembangkan tambang baru dan
memroses fasilitas. Untuk mengembangkan area yang luas, Antam membutuhkan modal
yang besar dan dalam beberapa kasus tehnik serta teknologi terbaru dalam penambangan
dan pemrosesan logam. Selain itu, bagian penting dari strategi Antam untuk menjadi
perusahaan tambang kelas dunia di tahun 2010 ada untuk membuat kerjasama stratejik
dengan perusahaan pertambangan global. Seringkali strategi ini terealisasi melalui
usaha eksplorasi dari Unit Geologi Antam.
Tanggung jawab pribadi untuk penemuan di Pongkor pada tahun 1988, Unit
Geologi juga bekerja bersama dengan mitra kontrak kerja dan mitra joint venture Antam
untuk menciptakan sinergi dan membuat penemuan serta mengembangkan tambang.
4.1.1.3 Produk Perusahaan
Aneka Tambang berarti “bermacam-macam tambang” dan Antam mempunyai
bermacam-macam jenis produk dari tambang di seluruh kepulauan Indonesia.
Keaneka ragaman produk ini membuat Antam dapat bertahan dari harga
komoditas yang berubah-ubah, menyeimbangkan tren yang sedang menurun dari satu
tambang dengan kenaikan yang lainnya. Perbedaan ini tidak menyebabkan tenaga kerja
dan sumber modal menjadi sedikit penyebarannya sebagaimana berjalan sebagai strategi
bisnis unit independent, menguntungkan dari pengalaman menambang 40 tahun.
Produk utama Antam terdiri dari: Nikel, Ferronikel, Emas dan Perak, jasa
penyulingan logam, Bauksit dan pasir besi.
60
1. Bijih Nikel
Bijih nikel merupakan salah satu produk penting Antam. Antam memproduksi
dan mengekspor bijih nikel tingkat tinggi dengan minimal 1.8% kandungan nikel dan
maksimal 25% kandungan besi (saprolite) dan bijih nikel tingkat rendah dengan 1.2%
kandungan nikel minimal (limonite) dan minimal 25% kandungan besi.
Tambang bijih nikel Antam terdapat di Pomalaa, Gee, Tanjung Buli and
Mornopo. Pomalaa, Sulawesi Tenggara, adalah tambang nikel tertua Antam telah hampir
habis. Gee, Tanjung Buli, dan Mornopo berlokasi di Maluku Utara.
2. Ferronikel
Produk terproses yang saat ini diproduksi oleh Antam dalam jalur bisnis nikel
adalah ferronickel, yang mana mengandung sekitar 80% besi dan 20% nikel. Ferronikel
Antam, yang dibedakan menjadi mengandung tingkat karbon tinggi atau rendah, dijual
dalam bentuk batangan atau butiran kepada produsen baja anti karat umumnya di Eropa,
Korea, dan Taiwan. Sekitar 70% nikel dikonsumsi untuk produksi baja anti karat.
3. Emas dan Perak
Produksi emas dan perak utama Antam diambil dari tambang emas Antam di
Pongkor, Jawa Barat, satu-satunya tambang emas bawah tanah Indonesia. Berlokasi di
Taman Nasional Gunung Halimun, sekitar 90km dari Jakarta, luas permukaan area
sekitar 4,058 ha. Indikasi adanya endapan emas di Pongkor ditemukan oleh Unit
Geologi Antam pada tahun 1981, dan produksi dimulai pada Mei 1994 setelah izin
menambang Antam disahkan pada tahun 1992.
61
Tambang Pongkor memiliki tiga vena utama dari emas, yang semuanya telah di
tambang pada tahun 2003: Ciguha, Kubang Cicau, dan Ciurug.
4. Jasa Penyulingan Logam
Penyulingan logam milik Antam, Logam Mulia, menyuling emas dan perak dari
Pongkor menjadi emas mulia dan juga perak mulia sebagai produk sampingan dari
proses penyulingan. Produk emas mulia dan perak mulia dari Logam Mulia sesuai
dengan standar kemurnian internasional yaitu 999.9 untuk emas dan 999.5 untuk perak
dan disertifikati oleh London Bullion Market Association (LBMA).
5. Bauksit dan Pasir Besi
Bauksit, bahan baku untuk produksi Almunium, pertama kali ditemukan tahun
1924 di Kijang, Pulau Bintan, Provinsi Riau, di barat laut Indonesia. Bauksit dari Pulauu
Bintan telah ditambang dan diekspor sejak tahun 1935. Di tahun 1968 Antam
mengakuisisi tambang tersebut. Antam mengekspor Bauksit kepada produsen Almunium
di Jepang dan Cina dengan volume sekitar 1 -1.5 juta wmt per tahun.
Pasir besi bukan merupakan produk penghasil uang untuk Antam. Target
produksi pasir besi Antam telah merosot sejak puncaknya 450.000 ton di tahun 1999
sejalan dengan menurunnya permintaan dari industri semen lokal.
4.1.2 PT International �ickel Indonesia Tbk.
4.1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1937, Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves
diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan
62
nikel laterit di Sulawesi yang pernah dilakukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt
pada tahun 1901. Ia mengunjungi Sorowako. Mengetahui adanya endapan nikel laterit di
Soroako, pemerintah Indonesia melakukan survey geologi yang komperhensif atas
endapan di pulau Sulawesi tersebut pada tahun 1966. Pada tahun 1967, pemerintah
Indonesia mengundang peusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan
proposal bagi eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut. PT
International Nickel Indonesia Tbk (Inco) adalah perusahaan yang terpilih untuk
melakukan eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut.
PT Inco memulai usahanya di Indonesia pada tahun 1968, tepatnya pada tanggal
25 Juli 1968 setelah akta pendirian disahkan. Dalam kurun waktu 1968-1973, PT Inco
telah melakukan eksplorasi dan studi kelayakan di Indonesia. Daerah eksplorasi mula-
mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga provinsi di
Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim
ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario pada tahun 1970. Sebuah
pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari
Sorowako dapat diolah dengan hasil yang memuaskan.
Pada tahun 1976, 10.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing
dipekerjakan membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga,
bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara serta sarana dan
prasarana lain yang dibutuhkan. Tanggal 1 April 1978, PT Inco mulai berproduksi
secara komersial di Indonesia.
63
Pada tahun 1988, INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang
dimilikinya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dari Jepang dan pada 16 Mei
1990 INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang dimilikinya kepada
publik dan dicatatkan pada bursa-bursa efek di Indonesia. INCO LIMITED tetap
memiliki 58,19 persen saham PT Inco.
Sejak tahun 2000, PT Inco telah meningkatkan produksi sebesar 30 persen
menjadi 130,5 juta pon nikel dalam matte, sejalan dengan rencana Perseroan untuk
mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi per tahun. PT Inco
menyelesaikan penelitian dan rekayasa atas presipitator elektrostatis Tanur Pengering
No.2 yang dirancang untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40
persen.
Tahun 2003, PT Inco membangun daerah penambangan baru di Petea (sebelah
Timur Danau Matano, berdekatan dengan wilayah timur penambangan bijih (ore body)
PT Inco). Petea memiliki lima juta ton cadangan mineral terbukti dengan kualitas 1,81%
nikel dan 24 juta ton cadangan mineral terduga dengan kualitas 1,78% nikel. Investasi
yang dialokasikan sebesar US$11.8 juta.
PT Inco telah menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang (Antam)
untuk bersama-sama membangun daerah kontrak di Sulawesi Tenggara. PT Inco akan
menambang bijih saprolitik di wilayah timur Pomalaa, sementara Antam akan
melakukan proses peleburan (smelting).
64
Saat ini PT Inco telah berhasil memasang teknologi Bag House System di seluruh
tanur listrik yang dimiliki. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga
berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah.
4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan
Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan
ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih
dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah
dan Tenggara.
Operasi penambangan nikel PT Inco di Soroako digolongkan sebagai tambang
terbuka dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut
2. Pembersihan dan Pengupasan
Pembersihan dan pengupasan lapisan tanah penutup setebal 10 - 20 meter yang
kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu
wilayah purna tambang.
3. Penggalian
Penggalian lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan
dibawa ke stasiun penyaringan.
4. Pemisahan
65
Pemisahan bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir
hasil penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe
Barat adalah – 4/-2 inci.
5. Penyimpanan
Penyimpanan bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk
pengurangan kadar air secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan
penyaringan ulang di pabrik.
6. Penghijauan
Penghijauan lahan-lahan purna tambang. Dengan metode open cast mining yang
dilakukan sekarang, dimana material dari daerah bukaan baru, dibawa dan dibuang ke
daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping, pelapisan dengan
lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan pengelolaan drainase sebelum proses
penghijauan/penanaman ulang dilakukan.
Pengolahan Nikel
Pabrik pengolahan PT Inco di Soroako mempunyai kapasitas produksi 72.500
ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen.
Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:
• Pengeringan di Tanur Pengering
Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian
Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan – 25 mm.
• Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
66
Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
• Peleburan di Tanur Listrik
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan terak.
• Pengkayaan di Tanur Pemurni
Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas
75 persen.
• Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
Nikel dan Lingkungan
PT Inco memiliki dedikasi untuk memajukan usaha pelestarian lingkungan.
Program-program Pemeliharaan Produk dari Inco. Inco's Product Stewardship programs
diarahkan oleh pengetahuan PT Inco tentang industri dan pemahaman zat-zat yang
terkandung dalam nikel, yang mencakup hal-hal berikut:
• Nikel merupakan logam yang terbentuk dari proses alam. Peran PT Inco sebagai
penghasil nikel adalah menambang nikel dari lingkungan alamnya dan
mengolahnya menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi para pelanggan
maupun masyarakat.
• Nikel dapat didaur-ulang dan dapat digunakan serta digunakan-kembali tanpa
degradasi atau penghilangan zat-zat intrinsiknya sebagai pertimbangan penting
67
bagi pembangunan yang berkelanjutan. PT Inco merupakan partisipan aktif
dalam upaya pendaur-ulangan nikel.
• Beragamnya produk dan pengolahan yang menggunakan nikel terbukti
memberikan berbagai manfaat penting, baik bagi lingkungan maupun bagi
masyarakat.
• PT Inco memiliki komitmen untuk menghasilkan dan mendistribusikan produk-
produk bermutu dengan cara yang aman dan baik bagi lingkungan.
4.1.2.3 Produk Perusahaan
Produk PT Inco adalah nikel dalam matte, sebuah produk setengah jadi yang
diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat
Sorowako, Sulawesi. Nikel dalam granul matte mengandung 78 persen nikel, 20 persen
sulfur dan 2 persen lagi adalah cobalt.
Seluruh hasil produksi PT Inco dijual dalam mata-uang Dolar Amerika Serikat
berdasarkan kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang, berdasarkan standar
harga London Metal Exchange (LME).
4.1.3 PT Timah Tbk.
4.1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di
Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di
Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka,
Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur.
68
Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha
pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep
dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke
Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij
(NV SITEM).
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, tiga perusahaan Belanda tersebut
dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang
terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-
tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga
perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU
tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang
Timah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek
Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang
seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah
menjadi PT Tambang Timah (Persero).
Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC)
sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan
dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor
69
Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta
penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing
perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian.
PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia
dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek
Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu,
35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65%
sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada
tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan
memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis
menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company)
dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan
perdagangan.
Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam
timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar
penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan
dikembangkan.
4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan
70
PT Timah (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi
secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga
pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan.
Eksplorasi
Mulai tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern
yaitu Global Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktifitas
eksplorasi. Hal ini sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari
pemetaan dan pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam
komputer untuk memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi
keakuratannya bagi pertambangan yang sistematis dan efisien.
Penambangan Lepas Pantai
Perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di
daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok
(bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi
mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu
menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk
dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu
bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk
mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa
ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya
71
selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan
yaitu minimal 70-72% Sn.
Penambangan Darat
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP)
perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah
kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari
penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai
dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam.
Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel
pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan
berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta
cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan
tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan
lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha
dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja
Sama.
Pengolahan
Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah,
bijih timah tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui
proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn
menjadi 72% Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih
timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk
72
mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi
dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah.
Peleburan
Perusahaan mengoperasikan 8 tanur dan 2 single stage furnace (SSF), 7 tanur
berada di daerah Mentok, Bangka dan 1 tanur berada di daerahKundur. Proses peleburan
merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan
logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian
terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer.
4.1.3.3 Produk Perusahaan
Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan
dengan skala berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg per batang. Produk yang
dihasilkan juga dapat dibentuk sesuai permintaan pelanggan (customize) dan mempunyai
merek dagang yang terdaftar di London Metal Exchange (LME)..
Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam
timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di
luar negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan
ekspor logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang,
Korea, Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis,
Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor
sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta.
73
Tipe pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user)
seperti pabrik atau industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar
(trader).
Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar
internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London (London Metal
Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan
sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar internasional dan
berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange
(LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas
kualitas dan bentuknya.
A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas:
• Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
• Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
• Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm,
Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm
• Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)
B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:
• Banka Small Ingot
• Banka Tin Shot
• Banka Pyramid
• Banka Anoda
74
4.2 Analisis Data dan Pembahasan
Dalam analisis data dan pembahasan ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang
telah penulis lakukan mengenai analisis financial leverage, analisis return on equity
(ROE), analisis earning per share (EPS), analisis pengaruh financial leverage terhadap
return on equtiy, dan analisis pengaruh financial leverage terhadap earning per share
dari PT Aneka Tambang Tbk, PT International Nickel Indonesia Tbk, dan PT Timah
Tbk.
4.2.1 PT Aneka Tambang Tbk.
4.2.1.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 1
PT Aneka Tambang Tbk
Analisis Financial Leverage
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Perubahan Perubahan Perubahan
Leverage
(%) Hutang
(%) Aktiva
(%)
Financial Leverage
(%)
2002 Rp 843.862.593 Rp 2.525.025.597 33,42 - - -
2003 Rp 2.543.331.703 Rp 4.326.844.058 58,78 201,39 71,36 75,88
2004 Rp 3.564.425.577 Rp 6.042.567.861 58,99 40,15 39,65 0,36
2005 Rp 3.373.068.629 Rp 6.402.714.128 52,68 -5,37 5,96 -10,7
2006 Rp 3.009.300.105 Rp 7.290.905.515 41,27 -10,78 13,87 -21,66
Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
financial leverage dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006
mengalami perubahan yang fluktuatif. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada
75
tahun 2004, yaitu sebesar 58,99%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002,
yaitu sebesar 33,42%.
Di tahun 2003 terjadi kenaikan financial leverage yang cukup besar yaitu sebesar
75,88%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang yang sangat besar
dari tahun 2002 yang hanya Rp 843.862.593.000 menjadi Rp 2.543.331.703.000 di
tahun 2003 atau sebesar 201,39%.
Di tahun 2004 kenaikan financial leverage hanya sebesar 0,36%. Hal ini
dikarenakan persentase kenaikan jumlah hutang dan jumlah aktiva tidak berbeda terlalu
jauh, yaitu 40,15% untuk jumlah hutang dan 35,65% untuk jumlah aktiva.
Karena penurunan jumlah hutang di tahun 2005 yang menjadi Rp
3.373.068.629.000 atau sebesar 5,37% dari tahun sebelumnya dan meningkatnya jumlah
aktiva menjadi Rp 6.402.714.128.000 atau sebesar 5,96% dari tahun sebelumnya, maka
financial leverage mengalami penurunan sebesar 10,70% menjadi 52,86% di tahun
2005.
Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan karena
disebabkan oleh hal yang sama seperti pada tahun 2005, yaitu menurunnya jumlah
hutang dan meningkatnya jumlah aktiva. Hal ini menyebabkan financial leverage turun
sebesar 21,66% menjadi 41,27% dari tahun sebelumnya sebesar 52,68%.
4.2.1.2 Analisis Return On Equity (ROE)
TABEL 2
PT Aneka Tambang Tbk
Analisis Return On Equity
76
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return Perubahan Perubahan Perubahan
On Equity
(%)
Laba Bersih
(%) Ekuitas
(%) ROE (%)
2002 Rp 177.402.974 Rp 1.675.475.974 10,59 - - -
2003 Rp 226.550.749 Rp 1.783.511.688 12,70 27,70 6,45 19,97
2004 Rp 807.108.655 Rp 2.478.140.709 32,57 256,26 38,95 156,40
2005 Rp 841.935.961 Rp 3.029.642.904 27,79 4,32 22,25 -14,67
2006 Rp 1.552.777.307 Rp 4.281.602.475 36,27 84,43 41,32 30,50
Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
ROE dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan
yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar
36,27%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 10,59%.
Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 32,57% dari
12,70% di tahun 2003 atau mengalami kenaikan sebesar 156,40%. Hal ini diakibatkan
karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Aneka Tambang
Tbk yaitu sebesar 256,56% dari Rp 226.550.749.000 di tahun 2003 menjadi Rp
841.935.961.000 di tahun 2004.
Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2004, pada tahun 2005 ROE
dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami penurunan sebesar 14,67% dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan yang lebih besar pada
jumlah ekuitas dibandingkan peningkatan pada laba bersih.
Pada tahun 2006, ROE PT Aneka Tambang Tbk kembali mengalami kenaikan.
Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada laba bersih
77
perseroan, yaitu sebesar 84,43%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan
ROE sebesar 30,50% dari tahun 2005.
4.2.1.3 Analisis Earning Per Share (EPS)
TABEL 3
PT Aneka Tambang Tbk
Analisis Earning Per Share
(Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share)
Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan
Beredar (lembar) Per Share
Laba Bersih (%)
Jumlah Saham (%) EPS (%)
2002 Rp 177.402.974 1.907.691.949 Rp 92,99 - - -
2003 Rp 226.550.749 1.907.691.949 Rp 118,76 27,70 0,00 27,70
2004 Rp 807.108.655 1.907.691.949 Rp 423,08 256,26 0,00 256,26
2005 Rp 841.935.961 1.907.691.949 Rp 441,34 4,32 0,00 4,32
2006 Rp 1.552.777.307 1.907.691.949 Rp 813,95 84,43 0,00 84,43
Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
EPS dari PT Aneka Tambang, Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006,
yaitu sebesar Rp 813,95. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu
sebesar Rp 92,99.
Pada tahun 2003, EPS dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami peningkatan dari
Rp 92,99 menjadi Rp 118,76 atau meningkat sebesar 27,70 %. Sementara itu jumlah
saham beredar tindak terjadi perubahan sama sekali.
78
Kenaikan tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 256,26%
dari Rp118,76 di tahun 2003 menjadi Rp 423,08 di tahun 2004. Kenaikan tersebut
dikarenakan oleh peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2004 sebesar 256,26%.
Peningkatan laba yang tidak terlalu tinggi di tahun 2005 yaitu menjadi Rp
841.935.961.000 dari tahun sebelumnya Rp 807.108.655.000 mengakibatkan terjadinya
peningkatan EPS yang hanya sebesar 4,32%.
Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar
84,43% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi
Rp 1.552.777.307.000 atau sebesar 84,43% dari tahun 2005.
Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah rata-
rata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.
4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS)
TABEL 4
PT Aneka Tambang Tbk
Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity,
dan Earning Per Share
Tahun Financial Return Earning
Leverage On Equity Per Share
2002 33,42% 10,59% Rp 92,99
2003 58,78% 12,70% Rp 118,76
2004 58,99% 32,57% Rp 423,08
2005 52,68% 27,79% Rp 441,34
2006 41,27% 36,27% Rp 813,95
79
Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan
financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity
(ROE). Pada saat financial leverage turun di tahun 2006, ROE tetap mengalami
peningkatan di tahun tersebut.
Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu
diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005 dan
2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS tetap
mengalami kenaikan.
4.2.1.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)
TABEL 5
PT Aneka Tambang Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Return On Equity (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3342 0,1059 0,0354 0,1117 0,0112
0,5878 0,1270 0,0747 0,3455 0,0161
0,5899 0,3257 0,1921 0,3480 0,1061
0,5268 0,2779 0,1464 0,2775 0,0772
0,4127 0,3627 0,1497 0,1703 0,1316
2,4514 1,1992 0,5982 1,2530 0,3422
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return
on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis
korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta
analisis koefisien determinasi.
80
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (0,5982) – (2,4514) (1,1992)
[5 (1,2530) – (2,4514)2] [5 (0,3422) – (1,1992)2]
r = 0,0513
[0,2556] [0,2729] r = 0,0513
0,2641 r = 0,1942 19,42% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,1942 atau 19,42%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat
hubungan lemah positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
diikuti dengan peningkatan dari ROE.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (0,5982) – (2,4514) (1,1992)
81
[5 (1,2530) – (2,4514)2]
b = 0,0513 0,5056
b = 0,1015
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (1,1992) 0,1015 (2,4514)
5 5
a = 0,1901
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 0,1901 + 0,1015 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan
mencapai 0,1901%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap
adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan
menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,1015%.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 0,3422 – (1,1992)2 ∑ x2 = 1,2530 – (2,4514)2
5 5
∑ y2 = 0,0546 ∑ x2 = 0,0511
82
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
0,0546 – (0,1015)2 (0,0511) Se =
5 – 2
0,0541 Se =
3
Se = 0,1343
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = 0,1015 √0,0511 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
0,1343
t0 = 0,1708 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,1708, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
return on equity (ROE).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
83
r2 = (0,1942)2
r2 = 0,0377 3,77%
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,1942 atau 19,42%, maka r2 adalah 0,0377
atau 3,77%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 3,77% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 96,23% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.1.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 6
PT Aneka Tambang Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Earning Per Share (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3342 92,99 31,0772 0,1117 8.647,14
0,5878 118,76 69,8071 0,3455 14.103,94
0,5899 423,08 249,5749 0,3480 178.996,69
0,5268 441,34 232,4979 0,2775 194.781,00
0,4127 813,95 335,9172 0,1703 662.514,60
2,4514 1.890,12 918,8743 1,2530 1.059.043,37
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap
earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu
analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis,
serta analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
84
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (918,8743) – (2,4514) (1.890,12)
[5 (1,2530) – (2,4514)2] [5 (1.059.043,37) – (1890,12)2]
r = -39,0687
[0,2556] [1.722.663,23]
r = -39,0687
663,5606 r = -0,0589 -5,89% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,0589 atau -5,89%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan
lemah negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
menyebabkan penurunan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (918,8743) – (2,4514) (1.890,12)
[5 (1,2530) – (2,4514)2]
85
b = -39,0687 0,5056
b = -77,2719
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (1890,12) -77,2719 (2,4514)
5 5
a = 415,9089
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 415,9089 – 77,2719 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan
mencapai Rp 415,9089. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan EPS sebesar Rp 0,772719.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 1.059.043,37 – (1.890,12)2 ∑ x2 = 1,2530 – (2,4514)2
5 5
∑ y2 = 344.532,6471 ∑ x2 = 0,0511
Σ y2 – b2 Σ x2
86
Se =
n – 2
344.532,6471 – (-77,2719)2 (0,0511) Se = 5 – 2
344.227,5317 Se =
3
Se = 338,7366
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = -77,2719 √0,0511 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
338,7366
t0 = -0,0516 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,0516, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
earning per share (EPS).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (-0,0589)2
r2 = 0,0035 0,35%
87
Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,0589 atau -5,89%, maka r2 adalah 0,0035
atau 0,35%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 0,35% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 99,65% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.2 PT International �ickel Indonesia Tbk.
Karena PT International Nickel Indonesia Tbk menggunakan mata uang dollar
Amerika Serikat sebagai mata uang di dalam laporan keuangannya, maka penulis
melakukan translasi dari laporan keuangan tersebut ke dalam mata uang rupiah
Indonesia. Kurs yang digunakan adalah kurs penutupan di setiap akhir tahun laporan
keuangan.
Berikut ini adalah kurs akhir tahun yang penulis gunakan dalam analisis untuk
PT International Nickel Indonesia, Tbk:
• Kurs 2002 : Rp 8.940
• Kurs 2003 : Rp 8.465
• Kurs 2004 : Rp 9.290
• Kurs 2005 : Rp 9.830
• Kurs 2006 : Rp 9.020
4.2.2.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 7
88
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Analisis Financial Leverage
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Perubahan Perubahan Perubahan
Leverage
(%) Hutang
(%) Aktiva
(%)
Financial Leverage
(%)
2002 Rp 3.984.791.949 Rp 10.878.487.020 36,63 - - -
2003 Rp 3.670.855.715 Rp 10.958.501.190 33,50 -7,88 0,74 -8,55
2004 Rp 3.981.870.510 Rp 13.967.533.580 28,51 8,47 27,46 -14,90
2005 Rp 3.471.061.470 Rp 16.143.553.420 21,50 -12,83 15,58 -24,58
2006 Rp 3.968.385.080 Rp 19.147.042.640 20,73 14,33 18,60 -3,61
Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
financial leverage dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami penurunan
dari tahun ke tahun sejak tahun 2002 hingga 2006. Tingkat financial leverage tertinggi
terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 36,33%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada
tahun 2006, yaitu sebesar 20,73%.
Di tahun 2003 terjadi penurunan pada jumlah hutang PT International Nickel
Indonesia Tbk dari Rp 3.984.791.949.000 menjadi Rp 3.670.855.715.000 atau sebesar
7,88% sedangkan jumlah aktiva meningkat sebesar 0,74%. Hal ini mengakibatkan
tingkat financial leverage turun sebesar 8,55% menjadi 33,50% dari yang sebelumnya
36,63%.
Di tahun 2004 jumlah hutang mengalami peningkatan sebesar 8,47% akan tetapi
peningkatan dalam jumlah aktiva lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah hutang
sebesar 27,46% sehingga financial leverage tetap mengalami penurunan sebesar
14,90%.
89
Terjadi penurunan tingkat financial leverage yang paling besar di tahun 2005,
yaitu sebanyak 24,58%. Hal ini dikarenakan jumlah hutang mengalami penurunan yang
besar, yaitu sebesar 12,83% sedangkan jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup
besar pula, yaitu sebanyak 15,58%.
Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan sebanyak
3,61%. Penurunan ini ada penurunan tingkat financial leverage terkecil, yaitu hanya
sebesar 3,61%. Jumlah hutang di tahun 2006 meningkat sebanyak 14,33% dan jumlah
aktiva juga meningkat sebanyak 18,60% dari yang sebelumnya Rp 16.143.553.420.000
menjadi Rp 19.147.042.640.000 di tahun 2006.
4.2.2.2 Analisis Return On Equity (ROE)
TABEL 8
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Analisis Return On Equity
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return Perubahan Perubahan Perubahan
On Equity
(%) Laba
Bersih (%) Ekuitas
(%) ROE (%)
2002 Rp 270.721.080 Rp 6.893.785.980 3,93 - - -
2003 Rp 881.926.025 Rp 7.287.645.475 12,10 225,77 5,71 208,16
2004 Rp 2.462.667.520 Rp 9.985.663.070 24,66 179,24 37,02 103,79
2005 Rp 2.643.483.600 Rp 12.672.491.950 20,86 7,34 26,91 -15,42
2006 Rp 4.630.489.160 Rp 15.178.657.560 30,51 75,17 19,78 46,24
Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
ROE dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006
mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun
90
2006, yaitu sebesar 30,51%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu
sebesar 3,93%.
Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 12,10% dari
3,93% di tahun 2002 atau mengalami kenaikan sebesar 208,16%. Hal ini diakibatkan
karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT International
Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 225,77% dari Rp 270.721.080.000 di tahun 2002
menjadi Rp 881.926.025.000 di tahun 2003.
Di tahun 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami
kenaikan ROE yang tinggi, yaitu sebanyak 103,79%. Hal ini juga disebabkan karena
kembali meningkatnya laba bersih perseroan sebesar 179,24% di tahun 2004.
Pada tahun 2005 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami
penurunan sebanyak 15,42%. Hal ini terjadi karena kenaikan jumlah ekuitas yang lebih
tinggi dibangingkan dengan kenaikan laba bersih.
Tahun 2006 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk kembali naik menjadi
30, 51% dari tahun sebelumnya 20,86% atau naik sebesar 46,24%. ROE pada tahun
2006 ini adalah ROE tertinggi sejak tahun 2002 hingga tahun 2006.
4.2.2.3 Analisis Earning Per Share (EPS)
TABEL 9
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Analisis Earning Per Share
(Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share)
Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan
Beredar (lembar) Per Share
Laba Bersih
Jumlah Saham EPS (%)
91
(%) (%)
2002 Rp 270.721.080 248.408.468 Rp 1.072,80 - - -
2003 Rp 881.926.025 248.408.468 Rp 3.555,30 225,77 0,00 231,40
2004 Rp 2.462.667.520 993.634.000 Rp 2.508,30 179,24 300,00 -29,45
2005 Rp 2.643.483.600 993.634.000 Rp 2.654,10 7,34 0,00 5,81
2006 Rp 4.630.489.160 993.634.000 Rp 4.690,40 75,17 0,00 76,72
Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006
mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun
2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002,
yaitu sebesar Rp 1.072,80.
Pada tahun 2003, EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami
peningkatan tertinggi, yaitu sebanyak 231,40% dari Rp 1.072,80 menjadi Rp 3.555,30.
Hal ini dikarenakan peningkatan laba bersih perseroan yang mencapai 225,77% di tahun
tersebut.
Pada tahun 2004 terjadi penurunan tingkat EPS sebesar 29,45% karena PT
International Nickel Indonesia Tbk melakukan stock split (pemecahan saham) pada
tahun 2004 sehingga jumlah saham beredar meningkat dari 248.408.468 menjadi
993.634.000 atau sebanyak 300%.
Setelah penurunan EPS di tahun 2004 karena dilakukannya stock split, pada
tahun 2005 EPS PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan,
yaitu sebanyak 5,81%.
92
Tahun 2006 PT International Nickel Indonesia Tbk mencatat EPS tertinggi sejak
tahun 2002 hingga 2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40 atau naik sebanyak 76,72% dari EPS
tahun sebelumnya.
Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah rata-
rata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.
4.2.2.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS)
TABEL 10
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity,
dan Earning Per Share
Tahun Financial Return Earning
Leverage On Equity Per Share
2002 36,63% 3,93% Rp 1.072,80
2003 33,50% 12,10% Rp 3.555,30
2004 28,51% 24,66% Rp 2.508,30
2005 21,50% 20,86% Rp 2.654,10
2006 20,73% 30,51% Rp 4.690,40
Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan
financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity
(ROE). Pada tahun 2003, financial leverage mengalami penurunan akan tetapi ROE
mengalami peningkatan di tahun tersebut. Di tahun 2004 hal yang sama seperti pada
tahun 2003 juga terjadi dimana financial leverage mengalami penurunan akan tetapi
93
ROE mengalami peningkatan. Begitu pula pada saat financial leverage turun di tahun
2006, ROE tetap mengalami peningkatan di tahun tersebut.
Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu
diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2003, 2005,
dan 2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS
tetap mengalami kenaikan.
4.2.2.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)
TABEL 11
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Return On Equity (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3663 0,0393 0,0144 0,1342 0,0015
0,3350 0,1210 0,0405 0,1122 0,0146
0,2851 0,2466 0,0703 0,0813 0,0608
0,2150 0,2086 0,0448 0,0462 0,0435
0,2073 0,3051 0,0632 0,0430 0,0931
1,4087 0,9206 0,2332 0,4169 0,2135
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return
on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis
korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta
analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
94
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (0,2332) – (1,4087) (0,9206)
[5 (0,4169) – (1,4087)2] [5 (0,2135) – (0,9206)2]
r = -0,1308
[0,1001] [0,2200] r = -0,1308
0,1484 r = -0,8814 -88,14% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar -0,8814 atau -88,14%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat
hubungan kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
menyebabkan penurunan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (0,2332) – (1,4087) (0,9206)
95
[5 (0,4169) – (1,4087)2]
b = -0,1308 0,3164
b = -0,4134
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (0,9206) (-0,4134) (1,4087)
5 5
a = 0,3006
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 0,3006 - 0,4134 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan
mencapai 0,3006%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap
adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan
menyebabkan penurunan ROE sebesar -0,4134%.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 0,2135 – (0,9206)2 ∑ x2 = 0,4169 – (1,4087)2
5 5
∑ y2 = 0,0440 ∑ x2 = 0,0200
96
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
0,0440 – (-0,4134)2 (0,0200) Se =
5 – 2
0,0406 Se =
3
Se = 0,1163
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = -0,4134 √0,0200 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
0,1163
t0 = -0,5030 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,5030, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
return on equity (ROE).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (-0,8814)2
r2 = 0,7769 77,69%
97
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8814 atau 88,14%, maka r2 adalah 0,7769
atau 77,69%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 77,69% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 22,31% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.2.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 12
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Earning Per Share (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3663 1.072,80 392,9666 0,1342 1.150.899,84
0,3350 3.555,30 1.191,0255 0,1122 12.640.158,09
0,2851 2.508,30 715,1163 0,0813 6.291.568,89
0,2150 2.654,10 570,6315 0,0462 7.044.246,81
0,2073 4.690,40 972,3199 0,0430 21.999.852,16
1,4087 14.480,90 3.842,0598 0,4169 49.126.725,79
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap
earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu
analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis,
serta analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
98
r = 5 (3.842,0598) – (1,4087) (14.480,90)
[5 (0,4169) – (1,4087)2] [5 (49.126.725,79) – (14.480,90)2]
r = -1.188,9448
[0,1001] [35.937.164,14]
r = -1.188,9448
1.896,6576 r = -0,6269 -62,69% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,6269 atau -62,69%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan
kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan
penurunan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (3.842,0598) – (1,4087) (14.480,90)
[5 (0,4169) – (1,4087)2]
b = -1.188,9448
99
0,3164
b = -3.757,7269
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (14.480,90) (-3.757,7269) (1,4087)
5 5
a = 3.954,8810
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 3.954,8810 – 3.757,7269 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan
mencapai Rp 3.954,8810. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan EPS sebesar Rp 37,7577269.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 49.126.725,79 – (14.480,90)2 ∑ x2 = 0,4169 – (1,4087)2
5 5
∑ y2 = 7.187.432,8280 ∑ x2 = 0,0200
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
100
n – 2
7.187.432,8280 – (-3.757,71269)2 (0,0200) Se =
5 – 2
6.905.022,5989 Se =
3
Se = 1.517,1270
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = -3.757,71269 √0,0200 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
1.517,1270
t0 = -0,3503 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,3503, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
earning per share (EPS).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (-0,6269)2
r2 = 0,3930 39,30%
101
Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,6269 atau -62,69%, maka r2 adalah 0,3930
atau 39,30%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 39,30% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 60,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.3 PT Timah Tbk
4.2.3.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 13
PT Timah Tbk
Analisis Financial Leverage
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Perubahan Perubahan Perubahan
Leverage
(%) Hutang
(%) Aktiva
(%)
Financial Leverage
(%)
2002 Rp 452.244.000 Rp 1.940.502.000 23,31 - - -
2003 Rp 581.310.000 Rp 1.974.282.000 29,44 28,54 1,74 26,34
2004 Rp 906.983.000 Rp 2.416.289.000 37,54 56,02 22,39 27,48
2005 Rp 1.213.866.000 Rp 2.748.257.000 44,17 33,84 13,74 17,67
2006 Rp 1.785.322.000 Rp 3.462.222.000 51,57 47,08 25,98 16,75
Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
financial leverage dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami
perubahan kenaikan dari tahun ke tahunnya. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi
pada tahun 2006, yaitu sebesar 51,57%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun
2002, yaitu sebesar 23,31%.
102
Di tahun 2003 ada kenaikan financial leverage sebanyak 26,34%. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang dari tahun 2002 dari Rp
452.244.000.000 menjadi Rp 1.974.282.000.000 di tahun 2003 atau sebesar 26,34%.
Kenaikan financial leverage tertinggi terjadi di tahun 2004, yaitu sebesar
27,48%. Jumlah hutang meningkat cukup besar di tahun 2004 yaitu sebanyak 56,02%.
Begitu pula dengan jumlah aktiva yang meningkat dari Rp 1.974.282.000.000 menjadi
Rp 2.416.289.000.000 atau sebesar 22,39%.
Di tahun 2005 financial leverage mengalami kenaikan sebanyak 17,67%. Begitu
pula di tahun 2006 financial leveragei kembali mengalami kenaikan yang sedikit lebih
kecil dari kenaikan di tahun 2005, yaitu sebanyak 16,75%.
4.2.3.2 Analisis Return On Equity (ROE)
TABEL 14
PT Timah Tbk
Analisis Return On Equity
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return Perubahan Perubahan Perubahan
On Equity
(%) Laba
Bersih (%) Ekuitas
(%) ROE (%)
2002 Rp 11.278.000 Rp 1.488.252.000 0,76 - - -
2003 Rp 76.372.000 Rp 1.392.565.000 5,48 577,18 -6,43 623,71
2004 Rp 177.907.000 Rp 1.509.256.000 11,79 132,95 8,38 114,94
2005 Rp 107.499.000 Rp 1.534.033.000 7,01 -39,58 1,64 -40,55
2006 Rp 208.147.000 Rp 1.676.629.000 12,41 93,63 9,30 77,16
Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
ROE dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang
103
cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 12,41%.
Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 0,76%.
Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 623,71% dari
0,76% di tahun 2002 menjadi sebesar 5,48%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya
peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Timah Tbk yaitu sebesar 577,18%
dari Rp 11.278.000.000 di tahun 2002 menjadi Rp 76.372.000.000 di tahun 2003 dan
juga turunnya jumlah aktiva sebesar 6,43%.
Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2003, pada tahun 2004 ROE
dari PT Timah Tbk kembali mengalami kenaikan yang besar, yaitu sebesar 114,94% dari
tahun sebelumnya.
Setelah dua kali mengalami kenaikan yang tinggi, pada tahun 2005 ROE PT
Timah Tbk kembali mengalami penurunan. Hal ini dikarenan adanya penurunan yang
pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 39,58%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan ROE sebesar 40,55% dari tahun 2004.
ROE PT Timah Tbk kembali naik di tahun 2006 sebesar 77,16% dari tahun
sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah hutang yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah aktiva.
4.2.3.3 Analisis Earning Per Share (EPS)
TABEL 15
PT Timah Tbk
Analisis Earning Per Share
(Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share)
Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan
104
Beredar (lembar) Per Share
Laba Bersih
(%)
Jumlah Saham
(%) EPS (%)
2002 Rp 11.278.000 503.301.999 Rp 22 - - -
2003 Rp 76.372.000 503.301.999 Rp 152 577,18 0,00 577,18
2004 Rp 177.907.000 503.301.999 Rp 353 132,95 0,00 132,95
2005 Rp 107.499.000 503.301.999 Rp 214 -39,58 0,00 -39,58
2006 Rp 208.147.000 503.301.999 Rp 414 93,63 0,00 93,83
Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
EPS dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang
cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp
414. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 22.
Pada tahun 2003, EPS dari PT Timah Tbk mengalami peningkatan dari Rp 22
menjadi Rp 152 atau meningkat sebesar 577,18 %. Kenaikan tersebut adalah yang
tertinggi selama tahun 2002 hingga tahun 2006. Kenaikan tersebut dikarenakan oleh
peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2003 sebesar 577,18%.
Pada tahun 2004, EPS PT Timah, Tbk kembali mengalami kenaikan yang
besar,yaitu sebesar 132,95% dari Rp 152 di tahun 2003 menjadi Rp 353 di tahun 2004.
Terjadi penurunan EPS di tahun 2005, yaitu menjadi Rp 214 dari tahun
sebelumnya Rp 353. Penyebab penurunan ini adalah karena turunnya laba bersih PT
Timah Tbk sebesar 39,58%.
Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar
93,83% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi
Rp 208.147.000.000 atau sebesar 93,83% dari tahun 2005.
105
Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah rata-
rata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.
4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS)
TABEL 16
PT Timah Tbk
Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity,
dan Earning Per Share
Tahun Financial Return Earning
Leverage On Equity Per Share
2002 23,31% 0,76% Rp 22,00
2003 29,44% 5,48% Rp 152,00
2004 37,54% 11,79% Rp 353,00
2005 44,17% 7,01% Rp 214,00
2006 51,57% 12,41% Rp 414,00
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan
financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity
(ROE). Pada saat financial leverage naik di tahun 2005, ROE tetap mengalami
pennurunn di tahun tersebut.
Dapat dilihat juga bahwa setiap peningkatan financial leverage juga tidak selalu
diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005, dimana
pada saat financial leverage mengalami peningkatan sedangkan EPS mengalami
penurunan.
106
4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)
TABEL 17
PT Timah Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Return On Equity (Y)
X Y XY X2 Y2
0,2331 0,0076 0,0018 0,0543 0,000057
0,2944 0,0548 0,0161 0,0867 0,0030
0,3754 0,1179 0,0443 0,1409 0,0139
0,4417 0,0701 0,0310 0,1951 0,0049
0,5157 0,1241 0,0640 0,2659 0,0154
1,8603 0,3745 0,1572 0,7429 0,0373
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return
on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis
korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta
analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (0,1572) – (1,8603) (0,3745)
[5 (0,7429) – (1,8603)2] [5 (0,0373) – (0,3745)2]
r = 0,0893
[0,2538] [0,0462] r = 0,0893
107
0,1083 r = 0,8246 82,46% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,8246 atau 82,46%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat
hubungan kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
diikuti dengan peningkatan dari ROE.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (0,1572) – (1,8603) (0,3745)
[5 (0,7429) – (1,8603)2]
b = 0,0893 0,5038
b = 0,1772
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (0,3745) 0,1772 (1,8603)
5 5
108
a = 0,0090
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 0,0090 + 0,1772 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan
mencapai 0,1772%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap
adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan
menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,0090%.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 0,0373 – (0,3745)2 ∑ x2 = 0,7429 – (1,8603)2
5 5
∑ y2 = 0,0093 ∑ x2 = 0,0508
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
0,0093 – (0,1772)2 (0,0508) Se =
5 – 2
0,0077 Se =
3
Se = 0,0507
109
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = 0,1772 √0,0508 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
0,0507
t0 = 0,7877 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,7877, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
return on equity (ROE).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (0,8246)2
r2 = 0,6800 68%
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8246 atau 82,46%, maka r2 adalah 0,6800
atau 68%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap
return on equity (ROE) hanya sebesar 68% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 32%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi
ini.
4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
110
TABEL 18
PT Timah Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Earning Per Share (Y)
X Y XY X2 Y2
0,2331 22,00 5,1282 0,0543 484,00
0,2944 152,00 44,7488 0,0867 23.104,00
0,3754 353,00 132,5162 0,1409 124.609,00
0,4417 214,00 94,5238 0,1951 45.796,00
0,5157 414,00 213,4998 0,2659 171.396,00
1,8603 1.155,00 490,4168 0,7429 365.389,00
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap
earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu
analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis,
serta analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (490,4168) – (1,8603) (1.155)
[5 (0,7429) – (1,8603)2] [5 (365.389) – (1.155)2]
r = 303,4375
[0,2538] [492.920]
r = 303,4375
111
353,6992 r = 0,8579 85,79% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar 0,8579 atau 85,79%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan
kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan
peningkatan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (490,4168) – (1,8603) (1.155)
[5 (0,7429) – (1,8603)2]
b = 303,4375 0,5038
b = 602,2975
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (1.155) 602,2975 (1,8603)
5 5
112
a = 6,9092
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 6,9092 + 602,2975 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan
mencapai Rp 6,9092. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan EPS sebesar Rp 6,022975.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 365.389 – (1.155)2 ∑ x2 = 0, 7429 - (1,8603)2
5 5
∑ y2 = 98.584 ∑ x2 = 0,0508
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
98.584 – (602,2975)2 (0,0508) Se =
5 – 2
80.155,6763 Se =
3
Se = 163,4581
113
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = 602,2975 √0,0508 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
163,4581
t0 = 0,8305 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,8305, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
earning per share (EPS).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (0,8579)2
r2 = 0,7360 73,60%
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8579 atau 85,79%, maka r2 adalah 0,7360
atau 73,60%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 73,60% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 26,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
114
BAB IV
PE�YAJIA� DATA DA� A�ALISIS HASIL PE�ELITIA�
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 PT Aneka Tambang Tbk.
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Dengan pengalaman 4 dekade lebih sejak 1968, PT Aneka Tambang Tbk
(Antam) merupakan perusahaan perseroan terbatas Indonesia, yang bergerak di bidang
proses pertambangan seperti, eksplorasi, penambangan, peleburan, dan pengilangan
melalui pemasaran. Produk utama Antam adalah ferronickel, nikel, emas, perak, dan
bauksit.
115
Kepemilikan 35% Antam dipegang oleh publik, yang mayoritas intitusi asing,
yang telah memegang Antam untuk beberapa tahun. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan Austarlia, Antam adalah satu dari sedikit perusahaan Indonesia yang terdaftar di
bursa efek di luar Indonesia yang dimana harus memenuhi standar internasional dari
pemerintahan. Walaupun 65% Antam dipegang oleh pemerintah, Antam tidak
dijalankan oleh birokrat. Tujuan utama Antam adalah menghasilkan nilai dari pemegang
saham. Pada umumnya, pendekatan Antam untuk meningkatkan nilai pemegang saham
adalah dengan merendahkan biaya sementara mengembangkan operasi keuntungan
secara terus menerus.
Antam menawarkan kesempatan jangka panjang kepada investor potensial dan
partner kerjasama. Antam mempunyai kekuatan, fokus, manajemen yang berorientasi ke
masa depan dan orang-orang yang mempunyai kemampuan; produk berkualitas tinggi
dan konsumen setia jangka panjang; catatan yang membuktikan prestasi yang
menguntungkan; dan prospek masa depan yang baik dengan kualitas mineral yang
sangat banyak yang masih perlu dikembangkan.
4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan
Antam sedang menjalankan satu tambang nikel dan tiga peleburan ferronickel di
Sulawesi Tenggara, tiga tambang nikel di Maluku Utara, satu tambang emas dan satu
peleburan emas di Jawa Barat, satu tambang bauksit di Riau dan satu penyulingan metal
di Jakarta.
116
Di tahun 2007, sejalan dengan peningkatan produksi dari ferronickel dan bijih
nikel, dan juga dengan harka komoditas yang lebih tinggi, penjualan meningkat sebesar
113% menjadi Rp12,008 milyar dari Rp5,629 milyar di tahun 2006. produksi feronikel
meningkat 28% dan dicatat peningkatan 48% dalam penjualan Antam. Permintaan yang
tinggi akan bijih nikel meningkatkan ekspor sebesar 63% dan berpengaruh 41% dari
penjualan Antam. Dengan peningkatan penjualan nikel, segmen nikel berkontribusi 89%
dari total penjualan Antam di tahun 2007, dibandingkan di tahun 2006 sebesar 84%.
Total penjualan dari segmen nikel berjumlah Rp10,687 milyar, meningkat 126%
dibandingkan pada tahun 2006. Walaupun produksi emas turun ke tingkat yang lebih
rendah, penjualan dari emas meningkat 50% ssejalan dengan aktivitas perdagangan emas
yang dihasilkan oleh perusahaan penyulingan logam, Logam Mulia milik Antam. Seperti
penjualan emas, penjualan dari perak juga meningkat, dan termasuk penghasilan dari
Logam Mulia, pendapatan dari segmen emas meningkat 68% menjadi Rp1,163 milyar.
Segmen nikel dan emas menghasilkan 99% dari total penjualan Antam.
Program eksporasi Antam dikelola dan dilaksanakan oleh Unit Geologi
Perusahaan. Aktivitas eksplorasi meliputi ekplorasi geologikal, investigasi geofisikal,
survey, pengeboran, analisis laboratorium, pemrosesan data, dan mengatur izin yang
dibutuhkan dari investigasi umum untuk tahap pengambilan. Pelatihan yang tinggi dan
dengan pengalaman yang banyak, jasa dari Unit Geologi adalah mencari baik
perusahaan eksplorasi domestik maupun internasional yang ingin meningkatkan
kesempatan mereka dalam membuat penemuan.
117
Antam memiliki banyak izin menambang mencakup lebih dari 1.3 juta hektare di
Indonesia, yang memberikan potensi penting untuk mengembangkan tambang baru dan
memroses fasilitas. Untuk mengembangkan area yang luas, Antam membutuhkan modal
yang besar dan dalam beberapa kasus tehnik serta teknologi terbaru dalam penambangan
dan pemrosesan logam. Selain itu, bagian penting dari strategi Antam untuk menjadi
perusahaan tambang kelas dunia di tahun 2010 ada untuk membuat kerjasama stratejik
dengan perusahaan pertambangan global. Seringkali strategi ini terealisasi melalui
usaha eksplorasi dari Unit Geologi Antam.
Tanggung jawab pribadi untuk penemuan di Pongkor pada tahun 1988, Unit
Geologi juga bekerja bersama dengan mitra kontrak kerja dan mitra joint venture Antam
untuk menciptakan sinergi dan membuat penemuan serta mengembangkan tambang.
4.1.1.3 Produk Perusahaan
Aneka Tambang berarti “bermacam-macam tambang” dan Antam mempunyai
bermacam-macam jenis produk dari tambang di seluruh kepulauan Indonesia.
Keaneka ragaman produk ini membuat Antam dapat bertahan dari harga
komoditas yang berubah-ubah, menyeimbangkan tren yang sedang menurun dari satu
tambang dengan kenaikan yang lainnya. Perbedaan ini tidak menyebabkan tenaga kerja
dan sumber modal menjadi sedikit penyebarannya sebagaimana berjalan sebagai strategi
bisnis unit independent, menguntungkan dari pengalaman menambang 40 tahun.
Produk utama Antam terdiri dari: Nikel, Ferronikel, Emas dan Perak, jasa
penyulingan logam, Bauksit dan pasir besi.
118
1. Bijih Nikel
Bijih nikel merupakan salah satu produk penting Antam. Antam memproduksi
dan mengekspor bijih nikel tingkat tinggi dengan minimal 1.8% kandungan nikel dan
maksimal 25% kandungan besi (saprolite) dan bijih nikel tingkat rendah dengan 1.2%
kandungan nikel minimal (limonite) dan minimal 25% kandungan besi.
Tambang bijih nikel Antam terdapat di Pomalaa, Gee, Tanjung Buli and
Mornopo. Pomalaa, Sulawesi Tenggara, adalah tambang nikel tertua Antam telah hampir
habis. Gee, Tanjung Buli, dan Mornopo berlokasi di Maluku Utara.
2. Ferronikel
Produk terproses yang saat ini diproduksi oleh Antam dalam jalur bisnis nikel
adalah ferronickel, yang mana mengandung sekitar 80% besi dan 20% nikel. Ferronikel
Antam, yang dibedakan menjadi mengandung tingkat karbon tinggi atau rendah, dijual
dalam bentuk batangan atau butiran kepada produsen baja anti karat umumnya di Eropa,
Korea, dan Taiwan. Sekitar 70% nikel dikonsumsi untuk produksi baja anti karat.
3. Emas dan Perak
Produksi emas dan perak utama Antam diambil dari tambang emas Antam di
Pongkor, Jawa Barat, satu-satunya tambang emas bawah tanah Indonesia. Berlokasi di
Taman Nasional Gunung Halimun, sekitar 90km dari Jakarta, luas permukaan area
sekitar 4,058 ha. Indikasi adanya endapan emas di Pongkor ditemukan oleh Unit
Geologi Antam pada tahun 1981, dan produksi dimulai pada Mei 1994 setelah izin
menambang Antam disahkan pada tahun 1992.
119
Tambang Pongkor memiliki tiga vena utama dari emas, yang semuanya telah di
tambang pada tahun 2003: Ciguha, Kubang Cicau, dan Ciurug.
4. Jasa Penyulingan Logam
Penyulingan logam milik Antam, Logam Mulia, menyuling emas dan perak dari
Pongkor menjadi emas mulia dan juga perak mulia sebagai produk sampingan dari
proses penyulingan. Produk emas mulia dan perak mulia dari Logam Mulia sesuai
dengan standar kemurnian internasional yaitu 999.9 untuk emas dan 999.5 untuk perak
dan disertifikati oleh London Bullion Market Association (LBMA).
5. Bauksit dan Pasir Besi
Bauksit, bahan baku untuk produksi Almunium, pertama kali ditemukan tahun
1924 di Kijang, Pulau Bintan, Provinsi Riau, di barat laut Indonesia. Bauksit dari Pulauu
Bintan telah ditambang dan diekspor sejak tahun 1935. Di tahun 1968 Antam
mengakuisisi tambang tersebut. Antam mengekspor Bauksit kepada produsen Almunium
di Jepang dan Cina dengan volume sekitar 1 -1.5 juta wmt per tahun.
Pasir besi bukan merupakan produk penghasil uang untuk Antam. Target
produksi pasir besi Antam telah merosot sejak puncaknya 450.000 ton di tahun 1999
sejalan dengan menurunnya permintaan dari industri semen lokal.
4.1.2 PT International �ickel Indonesia Tbk.
4.1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1937, Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves
diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan
120
nikel laterit di Sulawesi yang pernah dilakukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt
pada tahun 1901. Ia mengunjungi Sorowako. Mengetahui adanya endapan nikel laterit di
Soroako, pemerintah Indonesia melakukan survey geologi yang komperhensif atas
endapan di pulau Sulawesi tersebut pada tahun 1966. Pada tahun 1967, pemerintah
Indonesia mengundang peusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan
proposal bagi eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut. PT
International Nickel Indonesia Tbk (Inco) adalah perusahaan yang terpilih untuk
melakukan eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut.
PT Inco memulai usahanya di Indonesia pada tahun 1968, tepatnya pada tanggal
25 Juli 1968 setelah akta pendirian disahkan. Dalam kurun waktu 1968-1973, PT Inco
telah melakukan eksplorasi dan studi kelayakan di Indonesia. Daerah eksplorasi mula-
mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga provinsi di
Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim
ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario pada tahun 1970. Sebuah
pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari
Sorowako dapat diolah dengan hasil yang memuaskan.
Pada tahun 1976, 10.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing
dipekerjakan membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga,
bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara serta sarana dan
prasarana lain yang dibutuhkan. Tanggal 1 April 1978, PT Inco mulai berproduksi
secara komersial di Indonesia.
121
Pada tahun 1988, INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang
dimilikinya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dari Jepang dan pada 16 Mei
1990 INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang dimilikinya kepada
publik dan dicatatkan pada bursa-bursa efek di Indonesia. INCO LIMITED tetap
memiliki 58,19 persen saham PT Inco.
Sejak tahun 2000, PT Inco telah meningkatkan produksi sebesar 30 persen
menjadi 130,5 juta pon nikel dalam matte, sejalan dengan rencana Perseroan untuk
mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi per tahun. PT Inco
menyelesaikan penelitian dan rekayasa atas presipitator elektrostatis Tanur Pengering
No.2 yang dirancang untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40
persen.
Tahun 2003, PT Inco membangun daerah penambangan baru di Petea (sebelah
Timur Danau Matano, berdekatan dengan wilayah timur penambangan bijih (ore body)
PT Inco). Petea memiliki lima juta ton cadangan mineral terbukti dengan kualitas 1,81%
nikel dan 24 juta ton cadangan mineral terduga dengan kualitas 1,78% nikel. Investasi
yang dialokasikan sebesar US$11.8 juta.
PT Inco telah menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang (Antam)
untuk bersama-sama membangun daerah kontrak di Sulawesi Tenggara. PT Inco akan
menambang bijih saprolitik di wilayah timur Pomalaa, sementara Antam akan
melakukan proses peleburan (smelting).
122
Saat ini PT Inco telah berhasil memasang teknologi Bag House System di seluruh
tanur listrik yang dimiliki. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga
berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah.
4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan
Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan
ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih
dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah
dan Tenggara.
Operasi penambangan nikel PT Inco di Soroako digolongkan sebagai tambang
terbuka dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut
2. Pembersihan dan Pengupasan
Pembersihan dan pengupasan lapisan tanah penutup setebal 10 - 20 meter yang
kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu
wilayah purna tambang.
3. Penggalian
Penggalian lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan
dibawa ke stasiun penyaringan.
4. Pemisahan
123
Pemisahan bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir
hasil penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe
Barat adalah – 4/-2 inci.
5. Penyimpanan
Penyimpanan bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk
pengurangan kadar air secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan
penyaringan ulang di pabrik.
6. Penghijauan
Penghijauan lahan-lahan purna tambang. Dengan metode open cast mining yang
dilakukan sekarang, dimana material dari daerah bukaan baru, dibawa dan dibuang ke
daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping, pelapisan dengan
lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan pengelolaan drainase sebelum proses
penghijauan/penanaman ulang dilakukan.
Pengolahan Nikel
Pabrik pengolahan PT Inco di Soroako mempunyai kapasitas produksi 72.500
ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen.
Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:
• Pengeringan di Tanur Pengering
Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian
Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan – 25 mm.
• Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
124
Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
• Peleburan di Tanur Listrik
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan terak.
• Pengkayaan di Tanur Pemurni
Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas
75 persen.
• Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
Nikel dan Lingkungan
PT Inco memiliki dedikasi untuk memajukan usaha pelestarian lingkungan.
Program-program Pemeliharaan Produk dari Inco. Inco's Product Stewardship programs
diarahkan oleh pengetahuan PT Inco tentang industri dan pemahaman zat-zat yang
terkandung dalam nikel, yang mencakup hal-hal berikut:
• Nikel merupakan logam yang terbentuk dari proses alam. Peran PT Inco sebagai
penghasil nikel adalah menambang nikel dari lingkungan alamnya dan
mengolahnya menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi para pelanggan
maupun masyarakat.
• Nikel dapat didaur-ulang dan dapat digunakan serta digunakan-kembali tanpa
degradasi atau penghilangan zat-zat intrinsiknya sebagai pertimbangan penting
125
bagi pembangunan yang berkelanjutan. PT Inco merupakan partisipan aktif
dalam upaya pendaur-ulangan nikel.
• Beragamnya produk dan pengolahan yang menggunakan nikel terbukti
memberikan berbagai manfaat penting, baik bagi lingkungan maupun bagi
masyarakat.
• PT Inco memiliki komitmen untuk menghasilkan dan mendistribusikan produk-
produk bermutu dengan cara yang aman dan baik bagi lingkungan.
4.1.2.3 Produk Perusahaan
Produk PT Inco adalah nikel dalam matte, sebuah produk setengah jadi yang
diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat
Sorowako, Sulawesi. Nikel dalam granul matte mengandung 78 persen nikel, 20 persen
sulfur dan 2 persen lagi adalah cobalt.
Seluruh hasil produksi PT Inco dijual dalam mata-uang Dolar Amerika Serikat
berdasarkan kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang, berdasarkan standar
harga London Metal Exchange (LME).
4.1.3 PT Timah Tbk.
4.1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di
Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di
Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka,
Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur.
126
Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha
pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep
dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke
Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij
(NV SITEM).
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, tiga perusahaan Belanda tersebut
dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang
terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-
tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga
perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU
tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang
Timah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek
Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang
seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah
menjadi PT Tambang Timah (Persero).
Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC)
sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan
dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor
127
Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta
penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing
perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian.
PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia
dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek
Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu,
35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65%
sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada
tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan
memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis
menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company)
dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan
perdagangan.
Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam
timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar
penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan
dikembangkan.
4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan
128
PT Timah (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi
secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga
pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan.
Eksplorasi
Mulai tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern
yaitu Global Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktifitas
eksplorasi. Hal ini sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari
pemetaan dan pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam
komputer untuk memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi
keakuratannya bagi pertambangan yang sistematis dan efisien.
Penambangan Lepas Pantai
Perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di
daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok
(bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi
mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu
menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk
dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu
bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk
mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa
ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya
129
selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan
yaitu minimal 70-72% Sn.
Penambangan Darat
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP)
perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah
kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari
penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai
dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam.
Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel
pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan
berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta
cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan
tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan
lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha
dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja
Sama.
Pengolahan
Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah,
bijih timah tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui
proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn
menjadi 72% Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih
timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk
130
mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi
dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah.
Peleburan
Perusahaan mengoperasikan 8 tanur dan 2 single stage furnace (SSF), 7 tanur
berada di daerah Mentok, Bangka dan 1 tanur berada di daerahKundur. Proses peleburan
merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan
logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian
terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer.
4.1.3.3 Produk Perusahaan
Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan
dengan skala berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg per batang. Produk yang
dihasilkan juga dapat dibentuk sesuai permintaan pelanggan (customize) dan mempunyai
merek dagang yang terdaftar di London Metal Exchange (LME)..
Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam
timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di
luar negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan
ekspor logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang,
Korea, Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis,
Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor
sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta.
131
Tipe pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user)
seperti pabrik atau industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar
(trader).
Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar
internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London (London Metal
Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan
sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar internasional dan
berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange
(LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas
kualitas dan bentuknya.
A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas:
• Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
• Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
• Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm,
Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm
• Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)
B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:
• Banka Small Ingot
• Banka Tin Shot
• Banka Pyramid
• Banka Anoda
132
4.2 Analisis Data dan Pembahasan
Dalam analisis data dan pembahasan ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang
telah penulis lakukan mengenai analisis financial leverage, analisis return on equity
(ROE), analisis earning per share (EPS), analisis pengaruh financial leverage terhadap
return on equtiy, dan analisis pengaruh financial leverage terhadap earning per share
dari PT Aneka Tambang Tbk, PT International Nickel Indonesia Tbk, dan PT Timah
Tbk.
4.2.1 PT Aneka Tambang Tbk.
4.2.1.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 1
PT Aneka Tambang Tbk
Analisis Financial Leverage
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Perubahan Perubahan Perubahan
Leverage
(%) Hutang
(%) Aktiva
(%)
Financial Leverage
(%)
2002 Rp 843.862.593 Rp 2.525.025.597 33,42 - - -
2003 Rp 2.543.331.703 Rp 4.326.844.058 58,78 201,39 71,36 75,88
2004 Rp 3.564.425.577 Rp 6.042.567.861 58,99 40,15 39,65 0,36
2005 Rp 3.373.068.629 Rp 6.402.714.128 52,68 -5,37 5,96 -10,7
2006 Rp 3.009.300.105 Rp 7.290.905.515 41,27 -10,78 13,87 -21,66
Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
financial leverage dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006
mengalami perubahan yang fluktuatif. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada
133
tahun 2004, yaitu sebesar 58,99%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002,
yaitu sebesar 33,42%.
Di tahun 2003 terjadi kenaikan financial leverage yang cukup besar yaitu sebesar
75,88%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang yang sangat besar
dari tahun 2002 yang hanya Rp 843.862.593.000 menjadi Rp 2.543.331.703.000 di
tahun 2003 atau sebesar 201,39%.
Di tahun 2004 kenaikan financial leverage hanya sebesar 0,36%. Hal ini
dikarenakan persentase kenaikan jumlah hutang dan jumlah aktiva tidak berbeda terlalu
jauh, yaitu 40,15% untuk jumlah hutang dan 35,65% untuk jumlah aktiva.
Karena penurunan jumlah hutang di tahun 2005 yang menjadi Rp
3.373.068.629.000 atau sebesar 5,37% dari tahun sebelumnya dan meningkatnya jumlah
aktiva menjadi Rp 6.402.714.128.000 atau sebesar 5,96% dari tahun sebelumnya, maka
financial leverage mengalami penurunan sebesar 10,70% menjadi 52,86% di tahun
2005.
Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan karena
disebabkan oleh hal yang sama seperti pada tahun 2005, yaitu menurunnya jumlah
hutang dan meningkatnya jumlah aktiva. Hal ini menyebabkan financial leverage turun
sebesar 21,66% menjadi 41,27% dari tahun sebelumnya sebesar 52,68%.
4.2.1.2 Analisis Return On Equity (ROE)
TABEL 2
PT Aneka Tambang Tbk
Analisis Return On Equity
134
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return Perubahan Perubahan Perubahan
On Equity
(%)
Laba Bersih
(%) Ekuitas
(%) ROE (%)
2002 Rp 177.402.974 Rp 1.675.475.974 10,59 - - -
2003 Rp 226.550.749 Rp 1.783.511.688 12,70 27,70 6,45 19,97
2004 Rp 807.108.655 Rp 2.478.140.709 32,57 256,26 38,95 156,40
2005 Rp 841.935.961 Rp 3.029.642.904 27,79 4,32 22,25 -14,67
2006 Rp 1.552.777.307 Rp 4.281.602.475 36,27 84,43 41,32 30,50
Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
ROE dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan
yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar
36,27%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 10,59%.
Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 32,57% dari
12,70% di tahun 2003 atau mengalami kenaikan sebesar 156,40%. Hal ini diakibatkan
karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Aneka Tambang
Tbk yaitu sebesar 256,56% dari Rp 226.550.749.000 di tahun 2003 menjadi Rp
841.935.961.000 di tahun 2004.
Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2004, pada tahun 2005 ROE
dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami penurunan sebesar 14,67% dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan yang lebih besar pada
jumlah ekuitas dibandingkan peningkatan pada laba bersih.
Pada tahun 2006, ROE PT Aneka Tambang Tbk kembali mengalami kenaikan.
Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada laba bersih
135
perseroan, yaitu sebesar 84,43%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan
ROE sebesar 30,50% dari tahun 2005.
4.2.1.3 Analisis Earning Per Share (EPS)
TABEL 3
PT Aneka Tambang Tbk
Analisis Earning Per Share
(Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share)
Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan
Beredar (lembar) Per Share
Laba Bersih (%)
Jumlah Saham (%) EPS (%)
2002 Rp 177.402.974 1.907.691.949 Rp 92,99 - - -
2003 Rp 226.550.749 1.907.691.949 Rp 118,76 27,70 0,00 27,70
2004 Rp 807.108.655 1.907.691.949 Rp 423,08 256,26 0,00 256,26
2005 Rp 841.935.961 1.907.691.949 Rp 441,34 4,32 0,00 4,32
2006 Rp 1.552.777.307 1.907.691.949 Rp 813,95 84,43 0,00 84,43
Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
EPS dari PT Aneka Tambang, Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006,
yaitu sebesar Rp 813,95. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu
sebesar Rp 92,99.
Pada tahun 2003, EPS dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami peningkatan dari
Rp 92,99 menjadi Rp 118,76 atau meningkat sebesar 27,70 %. Sementara itu jumlah
saham beredar tindak terjadi perubahan sama sekali.
136
Kenaikan tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 256,26%
dari Rp118,76 di tahun 2003 menjadi Rp 423,08 di tahun 2004. Kenaikan tersebut
dikarenakan oleh peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2004 sebesar 256,26%.
Peningkatan laba yang tidak terlalu tinggi di tahun 2005 yaitu menjadi Rp
841.935.961.000 dari tahun sebelumnya Rp 807.108.655.000 mengakibatkan terjadinya
peningkatan EPS yang hanya sebesar 4,32%.
Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar
84,43% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi
Rp 1.552.777.307.000 atau sebesar 84,43% dari tahun 2005.
Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah rata-
rata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.
4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS)
TABEL 4
PT Aneka Tambang Tbk
Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity,
dan Earning Per Share
Tahun Financial Return Earning
Leverage On Equity Per Share
2002 33,42% 10,59% Rp 92,99
2003 58,78% 12,70% Rp 118,76
2004 58,99% 32,57% Rp 423,08
2005 52,68% 27,79% Rp 441,34
2006 41,27% 36,27% Rp 813,95
137
Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan
financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity
(ROE). Pada saat financial leverage turun di tahun 2006, ROE tetap mengalami
peningkatan di tahun tersebut.
Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu
diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005 dan
2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS tetap
mengalami kenaikan.
4.2.1.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)
TABEL 5
PT Aneka Tambang Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Return On Equity (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3342 0,1059 0,0354 0,1117 0,0112
0,5878 0,1270 0,0747 0,3455 0,0161
0,5899 0,3257 0,1921 0,3480 0,1061
0,5268 0,2779 0,1464 0,2775 0,0772
0,4127 0,3627 0,1497 0,1703 0,1316
2,4514 1,1992 0,5982 1,2530 0,3422
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return
on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis
korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta
analisis koefisien determinasi.
138
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (0,5982) – (2,4514) (1,1992)
[5 (1,2530) – (2,4514)2] [5 (0,3422) – (1,1992)2]
r = 0,0513
[0,2556] [0,2729] r = 0,0513
0,2641 r = 0,1942 19,42% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,1942 atau 19,42%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat
hubungan lemah positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
diikuti dengan peningkatan dari ROE.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (0,5982) – (2,4514) (1,1992)
139
[5 (1,2530) – (2,4514)2]
b = 0,0513 0,5056
b = 0,1015
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (1,1992) 0,1015 (2,4514)
5 5
a = 0,1901
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 0,1901 + 0,1015 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan
mencapai 0,1901%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap
adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan
menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,1015%.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 0,3422 – (1,1992)2 ∑ x2 = 1,2530 – (2,4514)2
6 5
∑ y2 = 0,0546 ∑ x2 = 0,0511
140
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
0,0546 – (0,1015)2 (0,0511) Se =
5 – 2
0,0541 Se =
3
Se = 0,1343
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = 0,1015 √0,0511 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
0,1343
t0 = 0,1708 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,1708, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
return on equity (ROE).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
141
r2 = (0,1942)2
r2 = 0,0377 3,77%
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,1942 atau 19,42%, maka r2 adalah 0,0377
atau 3,77%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 3,77% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 96,23% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.1.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 6
PT Aneka Tambang Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Earning Per Share (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3342 92,99 31,0772 0,1117 8.647,14
0,5878 118,76 69,8071 0,3455 14.103,94
0,5899 423,08 249,5749 0,3480 178.996,69
0,5268 441,34 232,4979 0,2775 194.781,00
0,4127 813,95 335,9172 0,1703 662.514,60
2,4514 1.890,12 918,8743 1,2530 1.059.043,37
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap
earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu
analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis,
serta analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
142
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (918,8743) – (2,4514) (1.890,12)
[5 (1,2530) – (2,4514)2] [5 (1.059.043,37) – (1890,12)2]
r = -39,0687
[0,2556] [1.722.663,23]
r = -39,0687
663,5606 r = -0,0589 -5,89% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,0589 atau -5,89%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan
lemah negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
menyebabkan penurunan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (918,8743) – (2,4514) (1.890,12)
[5 (1,2530) – (2,4514)2]
143
b = -39,0687 0,5056
b = -77,2719
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (1890,12) -77,2719 (2,4514)
5 5
a = 415,9089
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 415,9089 – 77,2719 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan
mencapai Rp 415,9089. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan EPS sebesar Rp 0,772719.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 1.059.043,37 – (1.890,12)2 ∑ x2 = 1,2530 – (2,4514)2
5 5
∑ y2 = 344.532,6471 ∑ x2 = 0,0511
Σ y2 – b2 Σ x2
144
Se =
n – 2
344.532,6471 – (-77,2719)2 (0,0511) Se = 5 – 2
344.227,5317 Se =
3
Se = 338,7366
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = -77,2719 √0,0511 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
338,7366
t0 = -0,0516 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,0516, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
earning per share (EPS).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (-0,0589)2
r2 = 0,0035 0,35%
145
Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,0589 atau -5,89%, maka r2 adalah 0,0035
atau 0,35%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 0,35% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 99,65% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.2 PT International �ickel Indonesia Tbk.
Karena PT International Nickel Indonesia Tbk menggunakan mata uang dollar
Amerika Serikat sebagai mata uang di dalam laporan keuangannya, maka penulis
melakukan translasi dari laporan keuangan tersebut ke dalam mata uang rupiah
Indonesia. Kurs yang digunakan adalah kurs penutupan di setiap akhir tahun laporan
keuangan.
Berikut ini adalah kurs akhir tahun yang penulis gunakan dalam analisis untuk
PT International Nickel Indonesia, Tbk:
• Kurs 2002 : Rp 8.940
• Kurs 2003 : Rp 8.465
• Kurs 2004 : Rp 9.290
• Kurs 2005 : Rp 9.830
• Kurs 2006 : Rp 9.020
4.2.2.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 7
146
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Analisis Financial Leverage
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Perubahan Perubahan Perubahan
Leverage
(%) Hutang
(%) Aktiva
(%)
Financial Leverage
(%)
2002 Rp 3.984.791.949 Rp 10.878.487.020 36,63 - - -
2003 Rp 3.670.855.715 Rp 10.958.501.190 33,50 -7,88 0,74 -8,55
2004 Rp 3.981.870.510 Rp 13.967.533.580 28,51 8,47 27,46 -14,90
2005 Rp 3.471.061.470 Rp 16.143.553.420 21,50 -12,83 15,58 -24,58
2006 Rp 3.968.385.080 Rp 19.147.042.640 20,73 14,33 18,60 -3,61
Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
financial leverage dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami penurunan
dari tahun ke tahun sejak tahun 2002 hingga 2006. Tingkat financial leverage tertinggi
terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 36,33%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada
tahun 2006, yaitu sebesar 20,73%.
Di tahun 2003 terjadi penurunan pada jumlah hutang PT International Nickel
Indonesia Tbk dari Rp 3.984.791.949.000 menjadi Rp 3.670.855.715.000 atau sebesar
7,88% sedangkan jumlah aktiva meningkat sebesar 0,74%. Hal ini mengakibatkan
tingkat financial leverage turun sebesar 8,55% menjadi 33,50% dari yang sebelumnya
36,63%.
Di tahun 2004 jumlah hutang mengalami peningkatan sebesar 8,47% akan tetapi
peningkatan dalam jumlah aktiva lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah hutang
sebesar 27,46% sehingga financial leverage tetap mengalami penurunan sebesar
14,90%.
147
Terjadi penurunan tingkat financial leverage yang paling besar di tahun 2005,
yaitu sebanyak 24,58%. Hal ini dikarenakan jumlah hutang mengalami penurunan yang
besar, yaitu sebesar 12,83% sedangkan jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup
besar pula, yaitu sebanyak 15,58%.
Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan sebanyak
3,61%. Penurunan ini ada penurunan tingkat financial leverage terkecil, yaitu hanya
sebesar 3,61%. Jumlah hutang di tahun 2006 meningkat sebanyak 14,33% dan jumlah
aktiva juga meningkat sebanyak 18,60% dari yang sebelumnya Rp 16.143.553.420.000
menjadi Rp 19.147.042.640.000 di tahun 2006.
4.2.2.2 Analisis Return On Equity (ROE)
TABEL 8
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Analisis Return On Equity
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return Perubahan Perubahan Perubahan
On Equity
(%) Laba
Bersih (%) Ekuitas
(%) ROE (%)
2002 Rp 270.721.080 Rp 6.893.785.980 3,93 - - -
2003 Rp 881.926.025 Rp 7.287.645.475 12,10 225,77 5,71 208,16
2004 Rp 2.462.667.520 Rp 9.985.663.070 24,66 179,24 37,02 103,79
2005 Rp 2.643.483.600 Rp 12.672.491.950 20,86 7,34 26,91 -15,42
2006 Rp 4.630.489.160 Rp 15.178.657.560 30,51 75,17 19,78 46,24
Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
ROE dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006
mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun
148
2006, yaitu sebesar 30,51%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu
sebesar 3,93%.
Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 12,10% dari
3,93% di tahun 2002 atau mengalami kenaikan sebesar 208,16%. Hal ini diakibatkan
karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT International
Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 225,77% dari Rp 270.721.080.000 di tahun 2002
menjadi Rp 881.926.025.000 di tahun 2003.
Di tahun 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami
kenaikan ROE yang tinggi, yaitu sebanyak 103,79%. Hal ini juga disebabkan karena
kembali meningkatnya laba bersih perseroan sebesar 179,24% di tahun 2004.
Pada tahun 2005 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami
penurunan sebanyak 15,42%. Hal ini terjadi karena kenaikan jumlah ekuitas yang lebih
tinggi dibangingkan dengan kenaikan laba bersih.
Tahun 2006 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk kembali naik menjadi
30, 51% dari tahun sebelumnya 20,86% atau naik sebesar 46,24%. ROE pada tahun
2006 ini adalah ROE tertinggi sejak tahun 2002 hingga tahun 2006.
4.2.2.3 Analisis Earning Per Share (EPS)
TABEL 9
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Analisis Earning Per Share
(Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share)
Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan
Beredar (lembar) Per Share
Laba Bersih
Jumlah Saham EPS (%)
149
(%) (%)
2002 Rp 270.721.080 248.408.468 Rp 1.072,80 - - -
2003 Rp 881.926.025 248.408.468 Rp 3.555,30 225,77 0,00 231,40
2004 Rp 2.462.667.520 993.634.000 Rp 2.508,30 179,24 300,00 -29,45
2005 Rp 2.643.483.600 993.634.000 Rp 2.654,10 7,34 0,00 5,81
2006 Rp 4.630.489.160 993.634.000 Rp 4.690,40 75,17 0,00 76,72
Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006
mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun
2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002,
yaitu sebesar Rp 1.072,80.
Pada tahun 2003, EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami
peningkatan tertinggi, yaitu sebanyak 231,40% dari Rp 1.072,80 menjadi Rp 3.555,30.
Hal ini dikarenakan peningkatan laba bersih perseroan yang mencapai 225,77% di tahun
tersebut.
Pada tahun 2004 terjadi penurunan tingkat EPS sebesar 29,45% karena PT
International Nickel Indonesia Tbk melakukan stock split (pemecahan saham) pada
tahun 2004 sehingga jumlah saham beredar meningkat dari 248.408.468 menjadi
993.634.000 atau sebanyak 300%.
Setelah penurunan EPS di tahun 2004 karena dilakukannya stock split, pada
tahun 2005 EPS PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan,
yaitu sebanyak 5,81%.
150
Tahun 2006 PT International Nickel Indonesia Tbk mencatat EPS tertinggi sejak
tahun 2002 hingga 2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40 atau naik sebanyak 76,72% dari EPS
tahun sebelumnya.
Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah rata-
rata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.
4.2.2.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS)
TABEL 10
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity,
dan Earning Per Share
Tahun Financial Return Earning
Leverage On Equity Per Share
2002 36,63% 3,93% Rp 1.072,80
2003 33,50% 12,10% Rp 3.555,30
2004 28,51% 24,66% Rp 2.508,30
2005 21,50% 20,86% Rp 2.654,10
2006 20,73% 30,51% Rp 4.690,40
Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan
financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity
(ROE). Pada tahun 2003, financial leverage mengalami penurunan akan tetapi ROE
mengalami peningkatan di tahun tersebut. Di tahun 2004 hal yang sama seperti pada
tahun 2003 juga terjadi dimana financial leverage mengalami penurunan akan tetapi
151
ROE mengalami peningkatan. Begitu pula pada saat financial leverage turun di tahun
2006, ROE tetap mengalami peningkatan di tahun tersebut.
Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu
diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2003, 2005,
dan 2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS
tetap mengalami kenaikan.
4.2.2.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)
TABEL 11
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Return On Equity (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3663 0,0393 0,0144 0,1342 0,0015
0,3350 0,1210 0,0405 0,1122 0,0146
0,2851 0,2466 0,0703 0,0813 0,0608
0,2150 0,2086 0,0448 0,0462 0,0435
0,2073 0,3051 0,0632 0,0430 0,0931
1,4087 0,9206 0,2332 0,4169 0,2135
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return
on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis
korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta
analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
152
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (0,2332) – (1,4087) (0,9206)
[5 (0,4169) – (1,4087)2] [5 (0,2135) – (0,9206)2]
r = -0,1308
[0,1001] [0,2200] r = -0,1308
0,1484 r = -0,8814 -88,14% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar -0,8814 atau -88,14%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat
hubungan kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
menyebabkan penurunan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (0,2332) – (1,4087) (0,9206)
153
[5 (0,4169) – (1,4087)2]
b = -0,1308 0,3164
b = -0,4134
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (0,9206) (-0,4134) (1,4087)
5 5
a = 0,3006
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 0,3006 - 0,4134 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan
mencapai 0,3006%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap
adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan
menyebabkan penurunan ROE sebesar -0,4134%.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 0,2135 – (0,9206)2 ∑ x2 = 0,4169 – (1,4087)2
5 5
∑ y2 = 0,0440 ∑ x2 = 0,0200
154
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
0,0440 – (-0,4134)2 (0,0200) Se =
5 – 2
0,0406 Se =
3
Se = 0,1163
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = -0,4134 √0,0200 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
0,1163
t0 = -0,5030 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,5030, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
return on equity (ROE).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (-0,8814)2
r2 = 0,7769 77,69%
155
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8814 atau 88,14%, maka r2 adalah 0,7769
atau 77,69%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 77,69% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 22,31% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.2.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 12
PT Interntional Nickel Indonesia Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Earning Per Share (Y)
X Y XY X2 Y2
0,3663 1.072,80 392,9666 0,1342 1.150.899,84
0,3350 3.555,30 1.191,0255 0,1122 12.640.158,09
0,2851 2.508,30 715,1163 0,0813 6.291.568,89
0,2150 2.654,10 570,6315 0,0462 7.044.246,81
0,2073 4.690,40 972,3199 0,0430 21.999.852,16
1,4087 14.480,90 3.842,0598 0,4169 49.126.725,79
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap
earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu
analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis,
serta analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
156
r = 5 (3.842,0598) – (1,4087) (14.480,90)
[5 (0,4169) – (1,4087)2] [5 (49.126.725,79) – (14.480,90)2]
r = -1.188,9448
[0,1001] [35.937.164,14]
r = -1.188,9448
1.896,6576 r = -0,6269 -62,69% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,6269 atau -62,69%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan
kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan
penurunan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (3.842,0598) – (1,4087) (14.480,90)
[5 (0,4169) – (1,4087)2]
b = -1.188,9448
157
0,3164
b = -3.757,7269
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (14.480,90) (-3.757,7269) (1,4087)
5 5
a = 3.954,8810
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 3.954,8810 – 3.757,7269 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan
mencapai Rp 3.954,8810. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan EPS sebesar Rp 37,7577269.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 49.126.725,79 – (14.480,90)2 ∑ x2 = 0,4169 – (1,4087)2
5 5
∑ y2 = 7.187.432,8280 ∑ x2 = 0,0200
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
158
n – 2
7.187.432,8280 – (-3.757,71269)2 (0,0200) Se =
5 – 2
6.905.022,5989 Se =
3
Se = 1.517,1270
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = -3.757,71269 √0,0200 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
1.517,1270
t0 = -0,3503 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,3503, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
earning per share (EPS).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (-0,6269)2
r2 = 0,3930 39,30%
159
Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,6269 atau -62,69%, maka r2 adalah 0,3930
atau 39,30%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 39,30% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 60,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
4.2.3 PT Timah Tbk
4.2.3.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 13
PT Timah Tbk
Analisis Financial Leverage
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Perubahan Perubahan Perubahan
Leverage
(%) Hutang
(%) Aktiva
(%)
Financial Leverage
(%)
2002 Rp 452.244.000 Rp 1.940.502.000 23,31 - - -
2003 Rp 581.310.000 Rp 1.974.282.000 29,44 28,54 1,74 26,34
2004 Rp 906.983.000 Rp 2.416.289.000 37,54 56,02 22,39 27,48
2005 Rp 1.213.866.000 Rp 2.748.257.000 44,17 33,84 13,74 17,67
2006 Rp 1.785.322.000 Rp 3.462.222.000 51,57 47,08 25,98 16,75
Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
financial leverage dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami
perubahan kenaikan dari tahun ke tahunnya. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi
pada tahun 2006, yaitu sebesar 51,57%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun
2002, yaitu sebesar 23,31%.
160
Di tahun 2003 ada kenaikan financial leverage sebanyak 26,34%. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang dari tahun 2002 dari Rp
452.244.000.000 menjadi Rp 1.974.282.000.000 di tahun 2003 atau sebesar 26,34%.
Kenaikan financial leverage tertinggi terjadi di tahun 2004, yaitu sebesar
27,48%. Jumlah hutang meningkat cukup besar di tahun 2004 yaitu sebanyak 56,02%.
Begitu pula dengan jumlah aktiva yang meningkat dari Rp 1.974.282.000.000 menjadi
Rp 2.416.289.000.000 atau sebesar 22,39%.
Di tahun 2005 financial leverage mengalami kenaikan sebanyak 17,67%. Begitu
pula di tahun 2006 financial leveragei kembali mengalami kenaikan yang sedikit lebih
kecil dari kenaikan di tahun 2005, yaitu sebanyak 16,75%.
4.2.3.2 Analisis Return On Equity (ROE)
TABEL 14
PT Timah Tbk
Analisis Return On Equity
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return Perubahan Perubahan Perubahan
On Equity
(%) Laba
Bersih (%) Ekuitas
(%) ROE (%)
2002 Rp 11.278.000 Rp 1.488.252.000 0,76 - - -
2003 Rp 76.372.000 Rp 1.392.565.000 5,48 577,18 -6,43 623,71
2004 Rp 177.907.000 Rp 1.509.256.000 11,79 132,95 8,38 114,94
2005 Rp 107.499.000 Rp 1.534.033.000 7,01 -39,58 1,64 -40,55
2006 Rp 208.147.000 Rp 1.676.629.000 12,41 93,63 9,30 77,16
Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
ROE dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang
161
cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 12,41%.
Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 0,76%.
Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 623,71% dari
0,76% di tahun 2002 menjadi sebesar 5,48%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya
peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Timah Tbk yaitu sebesar 577,18%
dari Rp 11.278.000.000 di tahun 2002 menjadi Rp 76.372.000.000 di tahun 2003 dan
juga turunnya jumlah aktiva sebesar 6,43%.
Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2003, pada tahun 2004 ROE
dari PT Timah Tbk kembali mengalami kenaikan yang besar, yaitu sebesar 114,94% dari
tahun sebelumnya.
Setelah dua kali mengalami kenaikan yang tinggi, pada tahun 2005 ROE PT
Timah Tbk kembali mengalami penurunan. Hal ini dikarenan adanya penurunan yang
pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 39,58%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan ROE sebesar 40,55% dari tahun 2004.
ROE PT Timah Tbk kembali naik di tahun 2006 sebesar 77,16% dari tahun
sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah hutang yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah aktiva.
4.2.3.3 Analisis Earning Per Share (EPS)
TABEL 15
PT Timah Tbk
Analisis Earning Per Share
(Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share)
Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan
162
Beredar (lembar) Per Share
Laba Bersih
(%)
Jumlah Saham
(%) EPS (%)
2002 Rp 11.278.000 503.301.999 Rp 22 - - -
2003 Rp 76.372.000 503.301.999 Rp 152 577,18 0,00 577,18
2004 Rp 177.907.000 503.301.999 Rp 353 132,95 0,00 132,95
2005 Rp 107.499.000 503.301.999 Rp 214 -39,58 0,00 -39,58
2006 Rp 208.147.000 503.301.999 Rp 414 93,63 0,00 93,83
Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
EPS dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang
cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp
414. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 22.
Pada tahun 2003, EPS dari PT Timah Tbk mengalami peningkatan dari Rp 22
menjadi Rp 152 atau meningkat sebesar 577,18 %. Kenaikan tersebut adalah yang
tertinggi selama tahun 2002 hingga tahun 2006. Kenaikan tersebut dikarenakan oleh
peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2003 sebesar 577,18%.
Pada tahun 2004, EPS PT Timah, Tbk kembali mengalami kenaikan yang
besar,yaitu sebesar 132,95% dari Rp 152 di tahun 2003 menjadi Rp 353 di tahun 2004.
Terjadi penurunan EPS di tahun 2005, yaitu menjadi Rp 214 dari tahun
sebelumnya Rp 353. Penyebab penurunan ini adalah karena turunnya laba bersih PT
Timah Tbk sebesar 39,58%.
Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar
93,83% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi
Rp 208.147.000.000 atau sebesar 93,83% dari tahun 2005.
163
Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah rata-
rata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.
4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS)
TABEL 16
PT Timah Tbk
Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity,
dan Earning Per Share
Tahun Financial Return Earning
Leverage On Equity Per Share
2002 23,31% 0,76% Rp 22,00
2003 29,44% 5,48% Rp 152,00
2004 37,54% 11,79% Rp 353,00
2005 44,17% 7,01% Rp 214,00
2006 51,57% 12,41% Rp 414,00
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan
financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity
(ROE). Pada saat financial leverage naik di tahun 2005, ROE tetap mengalami
pennurunn di tahun tersebut.
Dapat dilihat juga bahwa setiap peningkatan financial leverage juga tidak selalu
diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005, dimana
pada saat financial leverage mengalami peningkatan sedangkan EPS mengalami
penurunan.
164
4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)
TABEL 17
PT Timah Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Return On Equity (Y)
X Y XY X2 Y2
0,2331 0,0076 0,0018 0,0543 0,000057
0,2944 0,0548 0,0161 0,0867 0,0030
0,3754 0,1179 0,0443 0,1409 0,0139
0,4417 0,0701 0,0310 0,1951 0,0049
0,5157 0,1241 0,0640 0,2659 0,0154
1,8603 0,3745 0,1572 0,7429 0,0373
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return
on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis
korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta
analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (0,1572) – (1,8603) (0,3745)
[5 (0,7429) – (1,8603)2] [5 (0,0373) – (0,3745)2]
r = 0,0893
[0,2538] [0,0462] r = 0,0893
165
0,1083 r = 0,8246 82,46% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,8246 atau 82,46%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat
hubungan kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan
diikuti dengan peningkatan dari ROE.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (0,1572) – (1,8603) (0,3745)
[5 (0,7429) – (1,8603)2]
b = 0,0893 0,5038
b = 0,1772
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (0,3745) 0,1772 (1,8603)
5 5
166
a = 0,0090
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 0,0090 + 0,1772 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan
mencapai 0,1772%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap
adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan
menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,0090%.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 0,0373 – (0,3745)2 ∑ x2 = 0,7429 – (1,8603)2
5 5
∑ y2 = 0,0093 ∑ x2 = 0,0508
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
0,0093 – (0,1772)2 (0,0508) Se =
5 – 2
0,0077 Se =
3
Se = 0,0507
167
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = 0,1772 √0,0508 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
0,0507
t0 = 0,7877 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,7877, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
return on equity (ROE).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (0,8246)2
r2 = 0,6800 68%
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8246 atau 82,46%, maka r2 adalah 0,6800
atau 68%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap
return on equity (ROE) hanya sebesar 68% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 32%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi
ini.
4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
168
TABEL 18
PT Timah Tbk
Pengaruh Financial Leverage (X)
terhadap Earning Per Share (Y)
X Y XY X2 Y2
0,2331 22,00 5,1282 0,0543 484,00
0,2944 152,00 44,7488 0,0867 23.104,00
0,3754 353,00 132,5162 0,1409 124.609,00
0,4417 214,00 94,5238 0,1951 45.796,00
0,5157 414,00 213,4998 0,2659 171.396,00
1,8603 1.155,00 490,4168 0,7429 365.389,00
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap
earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu
analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis,
serta analisis koefisien determinasi.
a. Analisis Korelasi Sederhana
r = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r = 5 (490,4168) – (1,8603) (1.155)
[5 (0,7429) – (1,8603)2] [5 (365.389) – (1.155)2]
r = 303,4375
[0,2538] [492.920]
r = 303,4375
169
353,6992 r = 0,8579 85,79% Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara
financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar 0,8579 atau 85,79%.
Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan
kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan
peningkatan dari EPS.
b. Analisis Regresi Linier
Y = a + bX
b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)
n (ΣX2) – (ΣX)2
b = 5 (490,4168) – (1,8603) (1.155)
[5 (0,7429) – (1,8603)2]
b = 303,4375 0,5038
b = 602,2975
a = (ΣY) b (ΣX)
n n
a = (1.155) 602,2975 (1,8603)
5 5
170
a = 6,9092
Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis
Y = 6,9092 + 602,2975 X
Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta (α) yang menunjukkan bahwa
jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan
mencapai Rp 6,9092. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan EPS sebesar Rp 6,022975.
c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis
∑ y2 = ∑ Y2 – (∑Y)2 ∑ x2 = ∑ X2 – (∑X)2
n n
∑ y2 = 365.389 – (1.155)2 ∑ x2 = 0, 7429 - (1,8603)2
5 5
∑ y2 = 98.584 ∑ x2 = 0,0508
Σ y2 – b2 Σ x2 Se =
n – 2
98.584 – (602,2975)2 (0,0508) Se =
5 – 2
80.155,6763 Se =
3
Se = 163,4581
171
t0 = b √Σ x2 tα = t [α/2 ; (n-2)] Se
t0 = 602,2975 √0,0508 tα = t [0,05/2 ; (5-2)]
163,4581
t0 = 0,8305 tα = t [0,025 ; 3] = 3,182
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,8305, sedangkan
hasil hasil dari tα adalah 3,182 jadi -ta ≤ t0 ≤ ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak),
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap
earning per share (EPS).
d. Uji Koefisien Determinasi
r2 = [n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)2]
[n (ΣX2) – (ΣX)2] [n (ΣY2) – (ΣY)2]
r2 = (0,8579)2
r2 = 0,7360 73,60%
Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8579 atau 85,79%, maka r2 adalah 0,7360
atau 73,60%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage
terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 73,60% saja. Sedangkan sisanya yang
sebesar 26,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti
dalam skripsi ini.
172
BAB V
KESIMPULA� DA� SARA�
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan dari ketiga
perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya sebagai berikut:
1. Pada PT Aneka Tambang Tbk, tingkat financial leverage terkecil terjadi pada
tahun 2002 sebesar 33,42% dan terbesar pada tahun 2004 sebesar 58,99%.
Tingkat ROE terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 10,59% dan terbesar tahun
2006 sebesar 36,27%. Untuk EPS perseroan yang terkecil pada tahun 2002
sebesar Rp 92,99 dan terbesar di tahun 2006 sebesar Rp 813,95.
173
2. Pada PT International Nickel Indonesia Tbk, tingkat financial leverage terkecil
terjadi pada tahun 2006 sebesar 20,73% dan terbesar pada tahun 2002 sebesar
36,33%. Tingkat ROE terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 3,93% dan
terbesar tahun 2006 sebesar 30,51%. Untuk EPS perseroan yang terkecil pada
tahun 2002 sebesar Rp 1.072,80 dan terbesar di tahun 2006 sebesar Rp 4.690,40.
3. Pada PT Timah Tbk, tingkat financial leverage terkecil terjadi pada tahun 2002
sebesar 23,31% dan terbesar pada tahun 2006 sebesar 51,57%. Tingkat ROE
terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 0,76% dan terbesar tahun 2006 sebesar
12,41%. Untuk EPS perseroan yang terkecil pada tahun 2002 sebesar Rp 22 dan
terbesar di tahun 2006 sebesar Rp 414.
4. Penggunaan hutang yang lebih besar tidak selalu memberikan tingkat financial
leverage yang lebih besar bagi perusahaan pertambangan logam dan mineral
lainnya. Meningkatnya penggunaan hutang berakibat meningkatnya beban
hutang yang harus ditanggung oleh perusahaan. Tingkat financial leverage yang
besar tidak selalu dapat meningkatkan return on equity dan earning per share
pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya.
5. Pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya financial leverage
tidak selalu mempunyai hubungan yang positif terhadap ROE dan EPS begitu
juga sebaliknya. Financial leverage yang positif akan diikuti dengan
meningkatnya ROE dan EPS sedangkan financial leverage yang negatif akan
diikuti penurunan ROE dan EPS.
174
6. Setelah dilakukan analisis koefisien regresi, pengujian hipotesa dan analisis
determinasi, diketahui bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap
ROE dan EPS yang signifikan, hal ini disebabkan pengaruh financial leverage
terhadap ROE dan EPS tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya.
5.2 Saran
1. Perusahaan yang menggunakan hutang sebagai salah satu sumbernya, sebaiknya
proporsi hutang tersebut didasarkan pada perhitungan yang tepat agar pada
akhirnya penggunaan hutang tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan bukan sebaliknya. Jika penggunaan financial leverage
menguntungkan bagi perusahaan maka pendapatan akan lebih besar daripada
beban bunganya yang harus dibayar, hal ini akan meningkatkan laba bagi
pemegang saham atas modal yang telah ditanamkannya.
2. Bila perusahaan menggunakan pinjaman dalam bentuk mata uang asing
sebaiknya diikuti dengan melakukan hedging, hal ini dilakukan untuk
mengurangi selisih kurs mata uang asing dan menghindari kerugian yang lebih
besar.
175
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvy. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan
Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial dengan Tehnik
Analisis Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Volume 6, No. 1.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Buku Satu. Edisi Sepuluh. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto dari
Fundamentals of Financial Management (2004). Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Buku Dua. Edisi Sepuluh. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto dari
Fundamentals of Financial Management (2004). Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H. 2001. Akuntansi Manajemen. Terjemahan A. Totok Budisantoro, SE,
Akt, dari Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Emapat.
Harnanto. 2003. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku Dua. Yogyakarta: BPFE.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty dan David F. Scott, Jr. 2000. Dasar-
dasar Manajemen Keuangan. Edisi Tujuh. Terjemahan oleh Chaerul D. Djakman
dan Dwi Sulistyorini dari Basic Financial Management (1996). Jakarta: Salemba
Empat.
Kuncoro, Mujarad. 2001. Metode Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Martono, Cyrillius. 2002. Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage
Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang serta Pangsa Pasar
Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur yang Go-Public Di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 4, No. 2.
Mayo, Herbert B. 2004. Financial Intitutions, Investment and Management. Tenth
Edition. South Western: Thomson.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat.
Yogyakarta: BPFE.
Sasongko, Noer dan Nila Wulandari. 2006. Pengaruh EVA dan Rasio-rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Empirika Volume 19, No. 1.
176
Skousen, K. Fred, Earl K. Stice dan James D. Stice. 2004. Akuntansi Keuangan
Menengah. Edisi Lima Belas. Terjemahan oleh Thomson Learning dari
Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat.
Suhardi dan Purwanto. 2004. Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta:
Salemba Empat.
Suharli, Michell. 2005. “Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return
Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Akuntansi
& Keuangan. Vol. 7. No. 2: 99- 116.
Sundjadja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh.
Bandung: Prehallindo.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Warren, Carl, James. M Reeve, Philip E. Fess. 2005. Pengantar Akuntansi. Terjemahan
oleh Thomson Learning dari Accounting. Jakarta: Salemba Empat.
http://corobirugroup.wordpress.com/
www.google.co.id
www.idx.co.id
http://organisasi.org/pengertian-arti-definisi-saham-biasa-dan-saham-preferen-ilmu-
pengetahuan-dasar-investasi-ekonomi-keuangan
http://skripsi.blog.dada.net/post/624385/PENGARUH-PUBLIKASI-PEMECAHAN-
SAHAM-STOCK-SPLIT