1
PENGARUH EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri L.)
TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
JUDO YUSTANTO KAHONO
2
G0007091
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap
Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Judo Yustanto Kahono, G0007091/VII, 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Rabu, 11 Agustus 2010
Pembimbing Utama
Nama : Kisrini, Dra., Apt., M.Si
NIP : 19550804 198303 2 001 (…………………………)
3
Pembimbing Pendamping
Nama : Yul Mariyah, Dra., Apt., M.Si
NIP : 19516329 198303 2 001 (…………………………)
Penguji Utama
Nama : Setyo S. Rahardjo, dr., M.Kes
NIP : 19650718 199802 1 001 (…………………………)
Anggota Penguji
Nama : Nana Hoemar Dewi, dr., M.Kes
NIP : 19570924 198603 2 003 (…………………………)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP : 19660702 199802 2 001
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS.
NIP : 19481107 197310 1 003
PERNYATAAN
4
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 12 Agustus 2010
Judo Yustanto Kahono
NIM : G0007091
5
ABSTRAK
Judo Yustanto Kahono, G0007091, 2010. Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi. Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus). Metode penelitian: Berupa penelitian eksperimental laboratorik dengan pre and post test with control group design. Sebanyak 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar, berat badan ± 200 gram, umur ± 2 bulan, dibagi 5 kelompok dengan Purposive Random Sampling, 6 ekor tikus per kelompok. Kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), kelompok III, IV, dan V (ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis I, II, dan III). Semua kelompok diberi pakan hiperlipemik, untuk kelompok II ditambah Cholvastin 0,5 mg/200 gram BB/hari, kelompok III, IV, dan V ditambah ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) berturut-turut 25 mg, 50 mg dan 100 mg /200 gram BB/hari. Penelitian dilakukan selama 21 hari. Pada hari ke-1 dan ke-21, semua tikus diambil darahnya dari pleksus vena orbitalis untuk diukur kadar trigliserida darah pre dan post test. Data dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA dan dilanjutkan Post Hoc tests. Hasil penelitian: Menunjukkan nilai p=0,002 (p<0,05) sehingga terdapat perbedaan signifikan antara selisih rerata pre test dan post test kadar trigliserida darah tikus putih antar kelompok. Simpulan: Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara bermakna. Dosis yang paling signifikan adalah 100 mg/200 gram BB/hari.
6
Kata Kunci: ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) - trigliserida - tikus putih
ABSTRACT
Judo Yustanto Kahono, G0007091, 2010. The Effect of Meniran Herbs Extract (Phyllantus niruri L.) to Triglycerides Blood Level in Wistar Rats (Rattus norvegicus). Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University.
Objective: The aim of this experiment was to know the effect of meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract to triglycerides blood level in Wistar rats (Rattus norvegicus).
Methods: This experiment was a laboratory experiment with pre and post test with control group design. The samples were 30 male Wistar rats, ± 200 gram, ± 2 months old. The samples were divided into 5 group using Purposive Random Sampling technique and each group consist of 6 rats. Group I as negative control, group II as positive control, group III, IV and V as meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract groups with first dose, second dose, and third dose. All rats simultaneously received hyperlipemic feed. Group II was simultaneously administered Cholvastin 0,5 mg/200 gram weight/day. Group III, IV and V simultaneously received meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract dose 25 mg, 50 mg and 100 mg /200 gram weight/day. Total periods of this experiment was 21 days. At the day 1st
and 21st, blood was collected from rat orbitalis plexus vein. Serum were analyzed for their pre and post test triglycerides blood. Statistical analysis was performed by one way analysis of variance (ANOVA) followed by Post Hoc tests.
7
Results: The value of p=0,002 (p<0,05) that means there was a significant difference between pre test and post test delta means of triglycerides blood level among groups.
Conclusion: Meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract had a significant triglycerides lowering effect against triglycerides blood level of Wistar rats (Rattus norvegicus). The most potential was 100 mg/200 gram weight/day.
Keywords: meniran herbs (Phyllantus niruri L.) extract - triglycerides- Wistar rats
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.
8
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari tidak banyak yang dapat dilakukan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si, selaku Validator Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Kisrini, Dra., Apt., M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.
5. Yul Mariyah, Dra., Apt., M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan demi penulisan skripsi ini.
6. Setyo Sri Rahardjo, dr., M.Kes, selaku Penguji Utama yang berkenan menguji dan memberikan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.
7. Nana Hoemar Dewi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang berkenan menguji dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan pengarahan dan saran demi kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Papa (Rudy Kahono), mama (Rosalia Linawati) dan kakak (Franky Yustanto Kahono) yang selalu mendukung, memberikan doa, bimbingan dan motivasi.
9. Staf Laboratorium Farmasi (Ibu Diah) Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta atas semua bantuannya.
10. Staf Bagian Skripsi (Pak Nardi dan Bu Eni) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua bantuannya.
11. Staf Laboratorium Farmasi USB (Bapak Sigit dan Ibu Marsih) yang telah membantu pelaksaan penelitian ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik yang membangun, saran, dan pengarahan yang berguna demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga semua pihak.
Surakarta, September 2010
Judo Yustanto Kahono
DAFTAR ISI
9
PRAKATA ……............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ………...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK …................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN …............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ….............................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ….................................................................... 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………... 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………..... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ….................................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka …................................................................................ 5
1. Trigliserida ….................................................................................. 5
a. Sifat dan Fungsi Trigliserida …................................................... 5
b. Struktur Kimia Trigliserida …...................................................... 5
c. Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida ….................................... 6
d. Kilomikron ................................................................................... 7
e. VLDL ........................................................................................... 8
2. Meniran (Phyllantus niruri L.) …..................................................... 8
a. Taksonomi Meniran (Phyllantus niruri L.) …............................. 8
b. Deskripsi Meniran (Phyllantus niruri L.) …….…...............….... 9
c. Kandungan Zat dalam Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) ….. 9
3. Pengaruh Pemberian Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Terhadap
10
Kadar Trigliserida Darah ………............………………. 11
4. Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) .....……...………… 14
5. Lovastatin ………………………...................……………….......... 15
6. Tikus Putih (Rattus norvegicus) ……….....………...……………… 16
B. Kerangka Pemikiran ……....…………………………………………… 17
C. Hipotesis ………..………...............………..…………………………… 17
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 18
A. Jenis Penelitian …….…………………………………………………… 18
B. Lokasi Penelitian …..........……………………………………………… 18
C. Subyek Penelitian ………….....………………………………………… 18
D. Teknik Sampling ………….......………………………………………… 18
E. Penghitungan Besar Sampel …………….……………………………… 18
F. Rancangan Penelitian ……........………………………………………… 19
G. Identifikasi Variabel ……....……………………………………………. 20
H. Skala Variabel …………..………………………………………………. 21
I. Definisi Operasional Variabel ……......…………………………………. 21
J. Penghitungan Dosis …….......…………………………………………... 23
K. Alat yang Digunakan ……......…..........………………………………… 24
L. Bahan yang Digunakan ............................................................................. 24
M. Cara Kerja ................................................................................................. 25
N. Analisis Data ………………….......………………………………………... 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN ……………………………………………………… 28
BAB V. PEMBAHASAN …………………………………………………………… 31
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………... 35
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…………………… 36
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test .................................................. 29
12
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rumus Bangun Rutin dan Rutinose …………………............…………. 12
Gambar 2.2. Rumus Bangun Lupeol …………………………....…………...………. 13
Gambar 4.1. Histogram selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test………........……………. .................. 29
14
DAFTAR SINGKATAN
ACAT : Acyl-CoA :Cholesterol Acyl Transferase
ANOVA : Analysis of Variance
ApoB-48 : ApolipoproteinB-48
ApoB-100 : ApolipoproteinB-100
ApoC : ApolipoproteinC
ApoE : ApolipoproteinE
FFA : Free Fat Acids
15
HMG-CoA reduktase : Hydroxyl Metylglutaryl CoA Reductase
LDL : Low Density Lipoprotein
LPL : Enzim Lipoprotein Lipase
LPPT : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan
Lampiran 2. Data Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)
Lampiran 3. Laporan Hasil Sebelum Perlakuan (Pre Test)
Lampiran 4. Laporan Hasil Setelah Perlakuan (Post Test)
Lampiran 5. Tabel Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Post Test - Pre Test)
Lampiran 6. Tabel dan Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Pre Test
Lampiran 7. Tabel dan Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Post Test
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji ANOVA Rerata
Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji ANOVA, Selisih
Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test
dan Post Test
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Post Hoc tests Selisih Rerata Kadar Trigliseirda Darah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test dan Post Test
Lampiran 11. Ethical Clearance
Lampiran 12. Surat Ijin Pemesanan Ekstrak
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 14. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 15. Prosedur Ekstraksi Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memerlukan energi untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Sumber energi yang didapat dari makanan berupa karbohidrat, lemak dan protein.
Setiap jumlah lemak dan karbohidrat yang tidak langsung digunakan oleh tubuh,
akan disimpan dalam jaringan ekstrahepatik seperti pembuluh darah, otot, dan
jaringan lemak subkutan dalam bentuk trigliserida (Hellerstein and Parks, 2001).
Trigliserida dibentuk oleh tubuh di dalam hepar dari gliserol dan lemak
yang berasal dari makanan atau dari kelebihan kalori akibat makan yang
berlebihan. Peningkatan trigliserida dalam plasma darah akan menyebabkan
hipertrigliseridemia (American Heart Association, 2010). Kadar trigliserida yang
tinggi memiliki hubungan sebab akibat langsung dengan obesitas. Hormon leptin,
yang fungsinya memberitahu otak agar bisa berhenti makan saat kenyang, dapat
dihambat oleh trigliserida untuk mencapai otak sehingga tubuh akan terus makan
dan terjadilah obesitas (Alex, 2004; Stankus, 2009).
Tingginya kadar trigliserida dan kolesterol dalam tubuh akan
menimbulkan ancaman dan masalah yang serius, terutama pada penyakit
pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penyakit ini dapat memicu
timbulnya penyakit jantung koroner dan stroke, di mana jenis penyakit pembuluh
darah ini merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Kolesterol yang
18
menempel pada permukaan dalam dinding pembuluh darah semakin lama akan
mengeras membentuk plak yang akan menyumbat pembuluh darah jantung
sehingga penyebabkan penyakit jantung koroner. Apabila penyumbatan terjadi
pada pembuluh darah otak dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah maka
dapat mengakibatkan stroke. Para peneliti juga mengungkapkan bahwa
trigliserida dapat digunakan untuk mengindentifikasi risiko seseorang mengidap
stroke iskemik (American Heart Association, 2010; Brown, 2006; Jacobson et al.,
2007; Mayo Clinic, 2008; Plaisance et al., 2009).
Gaya hidup yang tidak sehat adalah inti dari obesitas yang tumbuh
pandemi, sehingga untuk mengontrol trigliserida, perlu untuk mendisiplinkan diri
mengendalikan pola makan dan berolah raga. Dapat ditambah dengan
mengkonsumsi agen penurun kadar lemak seperti statin, fibrat, niasin, dan asam
lemak omega-3 (Adam, 2007; Jacobson et al., 2007; Stankus, 2009). Selain itu,
juga dapat digunakan bahan-bahan alami untuk menurunkan kadar trigliserida.
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapi. WHO menetapkan bahwa pengobatan tradisional pada
masa kini dan mendatang akan tetap digunakan oleh dua pertiga penduduk dunia
dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat (Wijayakusuma, 2007).
Salah satu tanaman berkhasiat obat yang ada di Indonesia yaitu meniran
(Phyllantus niruri L.). Belum banyak informasi ilmiah yang memuat manfaat
meniran untuk menurunkan kadar trigliserida dalam tubuh. Berdasarkan
penelitian, herba meniran mengandung rutin dan lupeol. Senyawa aktif tersebut
19
dipisahkan dengan senyawa yang lain dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.)
dengan cara ekstraksi. Herba meniran (Phyllantus niruri L.) diekstraksi dengan
menggunakan pelarut etanol sehingga dihasilkan ekstrak herba meniran
(Phyllantus niruri L.) yang di dalamnya terdapat rutin dan lupeol. Senyawa-
senyawa tersebut diketahui dapat berfungsi menurunkan kadar trigliserida dalam
tubuh (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al., 2002; Pulok, 2001;
Sudhahar et al., 2006). Selain itu, dari segi ekonomis herba meniran (Phyllantus
niruri L.) cukup murah dan mudah untuk mendapatkan tanaman ini.
Pada penelitian sebelumnya, Khanna et al. (2002) mengungkapkan bahwa
herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat menurunkan kadar VLDL dan LDL
darah tikus putih dengan dosis 250 mg/kg BB pada tikus yang secara simultan
diberi makan kolesterol (25 mg/kg BB). Hasil penelitian Okoli et al. (2010)
menunjukkan bahwa pemberian kronik ekstrak metanol herba meniran
(Phyllantus niruri L.) dengan dosis 200 dan 400 mg/kg BB pada tikus diabetik
dapat menurunkan kadar kolesterol total secara signifikan. Sedangkan dalam
penelitian Chasbi et al. (2005) mengungkapkan bahwa pemberian ekstrak
metanol akar meniran (Phyllantus niruri L.) tidak menunjukkan aktivitas
penurunan kadar trigliserida darah pada seluruh dosis perlakuan yaitu 2mg/200
gram BB, 4 mg/200 gram BB, 6 mg/200 gram BB, 8 mg/200 gram BB dan 10
mg/200 gram BB. Pada penelitian ini, peneliti mencoba dengan sudut pandang
berbeda dengan cara memakai tiga dosis dan pembanding obat yang berbeda.
Dalam penelitian ini, hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih
(Rattus norvegicus). Digunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus)
20
karena tikus putih dan manusia mempunyai fisiologi dan anatomi yang hampir
sama, sedangkan kebanyakan proses biokimia dan biofisik juga sama berdasarkan
fungsi fisiologiknya (Koeman, 1987). Sehingga metabolisme trigliserida dalam
tubuh tikus putih (Rattus norvegicus) juga serupa dengan metabolisme manusia.
Alasan inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang
pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar
trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
B. Perumusan Masalah :
Adakah pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap
kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)?
C. Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus
niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
D. Manfaat Penelitian :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap
kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Manfaat praktis
Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ekstrak
herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Trigliserida
a. Sifat dan Fungsi Trigliserida
Trigliserida disebut juga triasilgliserol, merupakan senyawa lipid
utama pada deposit lemak tubuh dan makanan (Mayes, 2003b). Keberadaan
kolesterol dan trigliserida dalam darah memang sangat dibutuhkan oleh
tubuh. Jika konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh berlebihan
maka kadar kolesterol dan trigliserida juga berlebihan. Peningkatan
trigliserida dalam plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia
(American Heart Association, 2010; Mayo Clinic, 2008).
Trigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, merupakan 99%
dari volume sel. Di samping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida
dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau
dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai fungsi
fisik yaitu sebagai bantalan tulang dan organ vital, melindungi organ-organ
tadi dari guncangan atau kerusakan (Linder, 1992).
b. Struktur Kimia Trigliserida
Trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dan tiga asam
lemak (Mayes, 2003a). Rumus kimia dari trigliserida adalah RCOO-
22
CH2CH(OOC-R')CH2-OOCR", di mana R, R', dan R" adalah rantai alkil
yang panjang. Tiga asam lemak RCOOH, R'COOH dan R"COOH dapat
berbeda semua, semua sama atau dapat pula hanya dua yang sama. Panjang
rantai asam lemak pada trigliserida dapat bervariasi, tetapi umumnya
panjangnya adalah 16, 18 dan 20 rantai karbon (Wikipedia, 2007).
c. Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah trigliserida, yang
tersusun dari sebuah inti gliserol dan tiga rantai panjang asam lemak
(Guyton and Hall, 2007; Mayes, 2003a). Sejumlah kecil trigliserida dicerna
dalam lambung oleh lipase lingual yang disekresi oleh kelenjar lingual dan
ditelan bersama dengan saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari 10%.
Sedangkan sejumlah besar lemak akan dicerna di dalam usus halus. Tahap
awal pencernaan lemak adalah emulsifikasi lemak, yaitu memecah
gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat kecil sehingga enzim
pencernaan yang larut air dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak.
Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum dengan pengaruh empedu
yang mengandung garam empedu dan lesitin (Guyton and Hall, 2007).
Enzim yang paling penting untuk pencernaan trigliserida adalah
lipase pankreas. Enzim ini merupakan senyawa yang larut air dan memecah
gumpalan lemak hanya pada permukaannya, sehingga emulsifikasi lemak
sangat penting. Lipase pankreas mengkatalis hidrolisis ikatan ester (pada C-
1 dan C-3) trigliserida sehingga terbentuk asam lemak dan 2 monogliserol
(Horton et al., 2002; Mayes, 2003c).
23
Hasil pencernaan trigliserida yang berupa asam lemak dan
monogliserida akan diserap sel mukosa intestinal dengan cara difusi pasif
masuk ke bagian dalam sel epitel (Linder, 1992). Setelah memasuki sel
epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh retikulum endoplasma
halus, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida baru
kemudian dilepaskan dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal sel
epitel, mengalir ke atas melalui duktus limfe torasikus dan menuju aliran
darah (Guyton and Hall, 2007). Kilomikron trigliserida tidak langsung
diambil oleh hati. Senyawa ini akan dimetabolisme oleh jaringan
ekstrahepatik yang mempunyai enzim lipoprotein lipase, yang akan
menghidrolisis trigliserida, yang kemudian disatukan ke dalam lipid
jaringan atau dioksidasi sebagai bahan bakar (Mayes, 2003a).
Sesudah unsur lipid ini mengalami lipolisis, asam lemak akan lepas
dan masuk ke dalam darah sebagai asam lemak bebas (FFA) yang akan
diambil oleh jaringan tubuh (kecuali otak dan eritrosit) dan di dalam hepar
akan mengalami esterifikasi menjadi trigliserida atau dioksidasi sebagai
bahan bakar utama. Triasilgliserol yang berlebihan baik dari hasil
lipogenesis maupun dari FFA akan disekresikan ke dalam darah sebagai
VLDL yang akan mengalami siklus yang serupa dengan kilomikron
(Mayes, 2003a).
d. Kilomikron
Merupakan lipoprotein terbesar, dibentuk di dalam usus halus dan
mengangkut trigliserida yang berasal dari makanan. Sejumlah kolesterol
24
diesterifikasi oleh sistem ACAT yang juga tampak dalam inti kilomikron.
Fosfolipid dan kolesterol bersama dengan ApoB-48, A-II dan protein yang
lain membentuk lapisan pada permukaan. Kilomikron masuk ke ruang limfe
ekstraselular, diangkut melalui pembuluh limfe usus dan ductus toraksikus
ke aliran darah (Mayes, 2003a).
e. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Disekresikan oleh hepar dan mengangkut trigliserida yang disintesis
di hepar. VLDL mengandung ApoB-100 dan sejumlah ApoC. Setelah
meninggalkan hepar, trigliserida dihidrolisis oleh lipoprotein lipase yang
menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan lemak dan
untuk oksidasi dalam jaringan seperti jantung dan otot (Mayes, 2003a).
2. Meniran (Phyllantus niruri L.)
a. Taksonomi Meniran (Phyllantus niruri L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus (L) Murr.
Spesies : Phyllanthus niruri L.
(Herbal Guides, 2008)
25
b. Deskripsi Meniran (Phyllantus niruri L.)
Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan terna
semusim, tumbuh tegak, bercabang-cabang, tinggi 30-50 cm. Batang bulat,
liat, tidak berbulu, licin, hijau pucat, diameter ± 3 mm, bagian bawah
batang berwarna kecokelatan dan cabangnya hijau pucat (Damle, 2008;
Herbal Guides, 2008).
Daun majemuk berseling, warna hijau, anak daun 15-24 helai, bulat
telur, tepi rata, pangkal membulat, ujung tumpul, panjang sekitar 1,5 cm,
lebar sekitar 7 mm. Dalam 1 tanaman ada bunga betina dan bunga jantan.
Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar
di atas ketiak daun, bunga berwarna kekuningan. Daun kelopak berbentuk
bintang, mahkota putih kecil. Buah kotak, bulat, licin, bergaris tengah 2-
2,5 mm, berwarna hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk ginjal, cokelat
(Damle, 2008; Indonesian Hospital Association, 2004).
Herba ini rasanya agak pahit, manis, sifatnya sejuk, astrigen.
Berkhasiat membersihkan hati, antiradang, penurun demam (antiperik),
diuretik, peluruh dahak, peluruh haid, menerangkan penglihatan dan
menambah nafsu makan (Indonesian Hospital Association, 2004).
c. Kandungan Zat dalam Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)
Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam herba
meniran (Phyllantus niruri L.). Beberapa golongan zat utama yang
terkandung adalah lignan, tanin, polifenol, alkaloid, flavonoid, terpenoid
26
dan steroid (Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003). Berikut adalah zat yang
telah diisolasi dari ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.):
1) Lignan
Golongan lignan yang terkandung dalam tanaman ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu 1,4-diarylbutane (phyllanthin, niranthin seco-
isolariciresinol trimethyl ether, hydroxy-niranthin, nirphyllin , 2,3-
desmethoxy seco-iso-lintetralin , 2,3-desmethoxy seco-isolintetralin
diacetate, linnanthin, dan demethylenedioxyniranthindan) dan 1-
aryltetralin (hypo-phyllanthin, nirtetralin, phyltetralin, lintetralin, iso-
lintetralin, dan neonirtetralin). Juga ditemukan neolignan
(phyllnirurin) dan jenis lain (seco-4-hydroxylintetralin,
dibenzylbutyrolactone, hinokinin) pada tanaman ini (Taylor, 2003).
2) Courmarin, tanin dan polifenol
Golongan courmarin, tanin dan polifenol yang telah diisolasi
dari tanaman ini yaitu gallic acid, ellagic acid, brevifolin carboxylic
acid, ethyl brevifolin carboxylate, methyl brevifolin carboxylate,
geraniin, corilagin, phyllanthusiin D, amariin, amariinic acid,
elaeocarpusin, geraniinic acid B, catechin, epicatechin, gallo-catechin,
epigallocatechin, epicatechin 3-O-gallate, epigallo-catechin 3-O-
gallate (Murugaiyah, 2008).
3) Flavonoid
Golongan flavonoid yang telah diisolasi yaitu quercetin, rutin,
astragalin, quercitrin, isoquercitrin, kaempferol-4’-rhamnopyranoside,
27
eridictyol-7-rhamnopyranoside, fisetin-4’-O-glucoside, quercetin-3-O-
glucopyranoside, kaempferol-3-O-rutinoside (Murugaiyah, 2008).
4) Terpenoid
Golongan terpenoid yang telah diisolasi yaitu : lupeol, lupeol
acetate, phyllantenol, phyllantenone, phyllanteol, tetracosahexa-cis-2-
cis-6-cis-10-trans-14-trans-18-trans-22-en-1-ol,3-7-11-15-19-23-
hexamethyl, limonene, phytol, phyllanthusone (Taylor, 2003).
5) Alkaloid
Golongan alkaloid yang telah diisolasi dari tanaman ini yaitu :
deca-trans-2-cis-4-dienamide, octa-trans-2-trans-4-dienamide dan
pentacosanol ester (Taylor, 2003).
3. Pengaruh Pemberian Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Terhadap
Kadar Trigliserida Darah
Beberapa zat yang telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar
trigliserida adalah rutin dan lupeol (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009;
Park et al., 2002). Zat-zat tersebut ternyata terkandung di dalam herba
meniran (Phyllantus niruri L.) (Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003). Jadi ada
kemungkinan bahwa herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat berfungsi
menurunkan kadar trigliserida darah.
Rutin merupakan bioflavonoid, berwarna kuning atau kuning
kehijauan, kristal berbentuk seperti jarum. Rutin adalah flavonol glycoside
terdiri dari quercetin dan disakarida rutinose (Vitamin Supplements Guide,
2006).
28
Gambar 2.1. Rumus Bangun Rutin dan Rutinose (Murugaiyah, 2008)
Dengan mengkonsumsi rutin, secara signifikan dapat menurunkan
kadar trigliserida dalam plasma darah, namun tidak berefek pada kadar HDL-
C dan kolesterol total. Selain tidak berpengaruh pada parameter biokimia yang
lain, rutin juga tidak menimbulkan efek toksik (Kanashiro et al., 2009). Hal
ini juga didukung dengan hasil penelitian Santos et al. (1999) yang
menyatakan bahwa rutin merupakan bahan yang paling efektif untuk
menurunkan kadar trigliserida pada tikus hiperlipidemia adalah dibanding
naringenin dan asam nikotinat.
Rutin secara signifikan menurunkan kadar lemak plasma dan kolesterol
hepar. Rutin menginduksi penurunan aktivitas HMG-KoA reduktase dan
aktivitas ACAT (acyl CoA: cholesterol acyl transferase) hepar sehingga
menurunkan lipogenesis oleh hepar. Selain itu, rutin juga meningkatkan
ekskresi fecal sterol sehingga terjadi penurunan absorbsi lemak (Odbayar et
al., 2006; Park et al., 2002).
29
Lupeol merupakan derivat dari triterpene, yaitu lupane triterpene
(Sudhahar et al., 2008). Rumus molekulernya yaitu C30H50O. Berat
molekulnya yaitu 426,73 gram/mol. Esternya yaitu lupeol linoleate (R&D
Chemicals, 2010).
Gambar 2.2. Rumus Bangun Lupeol (R&D Chemicals, 2010)
Lupeol mensupresi sekresi trigliserida dan kolesterol dari sel hepar.
RT-PCR analisis secara kuantitatif menunjukkan bahwa lupeol menghambat
ekspresi dari sterol regulatory element-binding protein-1c dan -2, fatty acid
synthase, HMG-CoA synthetase, dan farnesyl-diphosphate farnesyl
transferase, di mana bahan tersebut dibutuhkan untuk sintesis lemak di dalam
sel hepar. Lebih jauh lagi, lupeol menghambat ApoB-100 dan microsomal
triglyceride transfer protein dalam sel pada tingkat mRNA. Hal ini
menyebabkan lupeol menurunkan sekresi lemak dari sel hepar dengan
penghambatan sintesis lemak intrasel (Itoh et al., 2009).
Lupeol juga secara intensif menghambat sintesis trigliserida dan
akumulasi butiran lemak intraseluler sehingga tidak terjadi diferensiasi dari
sel preadiposit menjadi adiposit. Lupeol menghambat sintesis trigliserida
30
dengan menghambat enzim adipogenik pada sel preadiposit (Hata et al., 2008;
Reddy et al., 2009).
4. Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat aktif yang
diinginkan dapat larut. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dipilih
berdasarkan kemampuan pelarut dalam melarutkan jumlah maksimum zat
aktif yang dinginkan larut dan seminimum mungkin untuk unsur yang tidak di
inginkan. Zat aktif dari tanaman obat yang secara umum sama sifat kimianya,
mempunyai sifat kelarutan yang sama dan dapat diekstraksi secara simultan
dengan pelarut tunggal atau campuran (Ansel, 1989).
Sistem ekstraksi yang digunakan untuk menyari zat aktif dalam herba
meniran (Phyllantus niruri L.) yaitu sistem penyarian dengan metode maserasi
dengan pelarut etanol 70%. Pada akhir ekstraksi akan didapatkan ekstrak
kental herba meniran (Phyllantus niruri L.). Digunakan pelarut etanol karena
etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, sehingga
memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Dengan etanol kadar 70% volume
31
dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena bahan pengotor hanya larut
dalam skala kecil.
5. Lovastatin
Lovastatin termasuk kelompok obat statin. Statin merupakan salah satu
obat antihiperlipidemia yang paling efektif dan aman. Obat ini terutama
efektif dalam menurunkan kolesterol (Suyatna, 2007).
Biosintesis lovastatin berasal dari dua buah rantai polipeptida yang
dihubungkan dengan ikatan ester. Lovastatin mampu menurunkan kadar
serum kolesterol, LDL, triglisedida dan VLDL dalam darah. Lovastatin
merupakan senyawa inhibitor HMG-KoA reduktase yang dapat menurunkan
kadar kolesterol plasma darah dan dapat menjaga tekanan darah dalam
ambang normal. Formula empiris lovastatin adalah C24H36O5 dengan berat
molekul 404.55 gram/mol. Lovastatin dapat berbentuk lakton non aktif atau
asam hidroksi terbuka aktif, semi polar dan larut baik dalam etanol (Cheung et
al., 1993). Dosis harian lovastatin bervariasi dari 10-80 mg (Katzung, 1998).
Prinsip kerja lovastatin terhadap HMG KoA reduktase sama dengan
prinsip kerja inhibitor kompetitif enzim. Mekanisme penghambatan
pembentukan kolesterol oleh lovastatin terjadi pada salah satu komponen dari
struktur lovastatin yang analog dengan HMG KoA yang akan diubah menjadi
asam mevalonat dengan bantuan enzim HMG-KoA reduktase sehingga
lovastatin dapat berkompetisi dengan HMG-KoA untuk berikatan dengan
enzim HMG-KoA reduktase. HMG KoA reduktase adalah enzim utama yang
mendukung sintesis kolesterol di hati dengan cara berikatan dengan mengubah
32
HMG KoA menjadi mevalonat. Ketika lovastatin hadir dalam bentuk asam
hidroksi terbuka dengan konsentrasi lebih dari konsentrasi substrat (HMG
KoA) maka HMG KoA reduktase akan lebih cenderung berikatan dengan
lovastatin sehingga jumlah dan frekuensi sintesis kolesterol tereduksi. Jika
konsentarasi lovastatin cukup banyak untuk berikatan dengan HMG-KoA
reduktase maka asam mevalonat yang merupakan senyawa antara biosintesis
kolesterol tidak akan terbentuk sehingga pembentukan kolesterol menjadi
terhambat (Cheung et al., 1993). Tanpa adanya kolesterol yang merupakan
bagian dari kompleks lipoprotein pengangkut trigliserida (VLDL), maka kadar
trigliserida juga akan menurun di dalam plasma darah.
6. Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih merupakan hewan yang paling banyak digunakan dalam
penelitian terutama dalam percobaan toksisitas. Hal tersebut disebabkan
antara tikus putih dan manusia mempunyai fisiologi dan anatomi yang hampir
sama, sedangkan kebanyakan proses biokimia dan biofisik juga sama
berdasarkan fungsi fisiologiknya (Koeman, 1987). Bahkan kemiripannya tidak
hanya terbatas pada struktur genomnya saja, tetapi sampai tingkat DNA
sequense.
Tikus putih relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Ada satu
sifat lain yang membedakan tikus putih dengan hewan percobaan lain yaitu
tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di
tempat esofagus bermuara ke dalam lambung (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
33
B. Kerangka Pemikiran
Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran
Keterangan : : menghambat
: terkandung dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.)
: terkandung dalam obat Cholvastin
C. Hipotesis
Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) berpengaruh terhadap
penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
Hepar Glukosa → asam lemak
↑↓ Trigliserida
VLDL
Rutin Lupeol
Lovastatin
Rutin
Lipase Pankreas
Usus Halus
Asam lemak + MG → Trigliserida
Jaringan Adiposa Glukosa → asam lemak
↑↓ Trigliserida
Otot asam lemak
↑↓ Trigliserida
Makanan
Trigliserida
Pembuluh darah
Trigliserida plasma
Kilomikron
LPL LPL
FFA
Lupeol
34
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan
penelitian pre and post test with control group design (Saryono, 2008).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berupa 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan,
strain Wistar, berat badan ± 200 gram, dan berumur 2 bulan. Tikus putih
diperoleh dari Laboratorium Universitas Setia Budi.
5. Teknik Sampling
Pengambilan sampling dilakukan dengan Purposive Random Sampling.
Teknik randomisasi menggunakan pengundian (Mustafa, 2000).
6. Penghitungan Besar Sampel
Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer, dimana (t)
merupakan jumlah ulangan untuk tiap perlakuan dan (n) adalah jumlah
perlakuan. Rumus yang digunakan yaitu (Murti, 2006) :
(n-1) (t-1) > 15
Sehingga dalam percobaan ini jumlah sampel minimal yang dibutuhkan per
kelompok adalah sebagai berikut :
35
(n-1) (5-1) > 15 ; t = 5
(n-1) (4) > 15
4n – 4 > 15
4n > 19
n > 4,75; (n > 5)
Dari perhitungan di atas jumlah sampel yang digunakan minimal 5 ekor tikus
putih per kelompok. Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel yang
digunakan oleh penulis adalah 6 ekor tikus putih per kelompok.
7. Rancangan Penelitian
Keterangan :
I : Jumlah Sampel Tikus Putih (Rattus norvegicus)
J1 : Kelompok Kontrol Negatif
J2 : Kelompok Kontrol Positif
J3 : Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis I (25
mg/200 gram BB/hari)
J4 : Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis II (50
mg/200 gram BB/hari)
I
Uji ANOVA
dan Post Hoc
Tests
J1
J2
J3
J4
J5
K1
K2
K3
K4
K5
L3
L2
L1
L4
L5
M1
M2
M3
M4
M5
36
J5 : Kelompok Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis III (100
mg/200 gram BB/hari)
K1 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J1 Pre Test
K2 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J2 Pre Test
K3 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J3 Pre Test
K4 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J4 Pre Test
K5 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J5 Pre Test
L1 : Perlakuan pada J1
L2 : Perlakuan pada J2
L3 : Perlakuan pada J3
L4 : Perlakuan pada J4
L5 : Perlakuan pada J5
M1 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J1 Post Test
M2 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J2 Post Test
M3 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J3 Post Test
M4 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J4 Post Test
M5 : Pengukuran Kadar Trigliserida pada Plasma Darah J5 Post Test
8. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.).
2. Variabel terikat : kadar trigliserida darah tikus putih.
3. Variabel luar :
a. Variabel terkendali : lemak babi, kuning telur bebek, umur dan
berat badan.
37
b. Variabel tak terkendali : genetik, gangguan fungsi empedu dan
gangguan fungsi lipase.
9. Skala Variabel
1. Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) : skala ordinal.
2. Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) : skala rasio.
10. Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.)
Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan adalah
ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang berasal dari hasil ekstraksi
tanaman herba meniran (Phyllantus niruri L.) di LPPT Universitas Gadjah
Mada, Jl. Kaliurang Km.4, Jogjakarta. Sampel herba meniran (Phyllantus
niruri L.) diperoleh dari Merapi Farma, Kamdanen, Yogyakarta. Alat ukur
menggunakan timbangan digital dengan satuan miligram. Khanna et al.
(2002) mengemukakan bahwa dosis herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang
diberikan untuk lipid lowering activity pada tikus putih (Rattus novergicus)
adalah 250 mg/kg BB/hari.
2. Lovastatin
Lovastantin yang digunakan adalah lovastatin yang diperoleh dari
Apotek Kondang Waras Surakarta. Brand name obat lovastatin yang
digunakan yaitu Cholvastin. Dosis yang biasa digunakan pada manusia
dengan berat 70 kg adalah 10-80 mg/hari, dengan dosis optimal 20 mg/hari.
38
3. Lemak Babi
Lemak babi yang digunakan adalah minyak babi yang diperoleh dari
tempat penyembelihan hewan Jagalan, Surakarta. Setiap 100 gram minyak
babi mengandung: asam palmitat 26 gram, asam stearat 14 gram, asam oleat
44 gram, asam linoleat 10 gram (Zamora, 2005). Semua asam lemak pada
minyak babi memiliki rantai panjang (lebih dari 12 atom karbon). Minyak
babi pada usus Rattus norvegicus akan diresintesis menjadi trigliserida dan
didistribusikan dalam bentuk kilomikron (Gibney et al., 2002). Penggunaan
diet tinggi lemak yang diberikan pada manusia adalah 150 gram/ hari.
4. Kuning Telur Bebek
Kuning telur bebek yang dimaksud adalah kuning telur yang diambil
dari telur bebek yang diperoleh dari Pasar Gedhe Surakarta. Telur bebek
merupakan sumber kolesterol yang tinggi karena setiap 100 gram kuning telur
bebek mengandung 1000 mg kolesterol (Sutama, 2008). Ariantari et al. (2010)
mengemukakan bahwa kuning telur bebek sebanyak 2 gram/200 gram BB
tikus putih dapat menaikkan kadar kolesterol.
5. Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Kadar trigliserida yang dimaksud adalah kadar trigliserida dalam
plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diukur dengan metode
Spektrofotometri yang dinyatakan dalam mg/dl. Trigliserida postpandrial
(kilomikron) nampak dalam darah mulai menit ke 30 dan mulai memuncak
satu jam setelah makan lemak (Gibney et al., 2002). Skala variabel adalah
skala rasio. Pengukuran dilakukan di Universitas Setia Budi, Surakarta.
39
11. Penghitungan Dosis
a. Dosis Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)
Dosis ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan sebesar :
Dosis II = 50 mg/200 gram BB/hari (Khanna et al., 2002)
Dosis I = ½ x dosis II
= ½x 50 mg/200 gram BB/hari
= 25 mg/200 gram BB/hari
Dosis III = 2 x dosis II
= 2 x 50 mg/200 gram BB/hari
= 100 mg/200 gram BB/hari
b. Dosis Lovastatin (Cholvastin)
Dosis yang digunakan untuk manusia adalah 20 mg/hari, setelah dikonversi
untuk tikus putih dengan berat badan kurang lebih 200 gram menjadi :
Dosis Cholvastin pada tikus putih = 0,018 x 20 mg/200 gram BB/hari
= 0,36 mg/200 gram BB/hari
≈ 0,5 mg/200 gram BB/hari.
c. Pemberian Lemak Babi
Penghitungan dosis lemak babi yang diberikan:
Dosis lemak babi = 0,018 X 150 gram
= 2,7 gram/200 gram BB/hari
≈ 3 gram/ 200 gram BB/hari.
d. Pemberian Kuning Telur Bebek
Kuning telur bebek yang digunakan sebanyak 2 gram/200 gram BB/hari
untuk satu ekor tikus putih (Ariantari et al., 2010).
40
12. Alat yang Digunakan
1. Kandang hewan percobaan
2. Sentrifuge
3. Pipa Kapiler
4. Tabung Sentrifuge
5. Spuit
6. Bekker Glass
7. Timbangan Digital
8. Mortar dan Alu Penumbuk
9. Spektrofotometer Stardust
10. Sonde Lambung
11. Pipet Ukur
12. Cawan Petri
13. Almari pengering
14. Blender
15. Vacum rotary evaporator
16. Water warming bath
17. Cawan porselin
13. Bahan yang Digunakan
1. Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.)
2. Lemak babi dan kuning telur bebek
3. Lovastatin (Brand name : Cholvastin)
4. Aquades
41
14. Cara Kerja
a. Persiapan
a. Kandang tikus yang bersih disiapkan. Tikus putih (Rattus norvegicus)
sebanyak 30 ekor diadaptasikan dengan lingkungan Universitas Setia
Budi Surakarta selama 2 hari.
b. Subyek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok dengan randomisasi.
Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih (Rattus
norvegicus). Kelompok penelitian terdiri dari kelompok kontrol negatif,
kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi ekstrak herba
meniran (Phyllantus niruri L.) dosis I, II dan III.
c. Pembuatan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dilakukan di
LPPT Universitas Gadjah Mada. Herba meniran (Phyllantus niruri L.)
diekstraksi dengan etanol 70%. Hasil ekstraksi kemudian disimpan di
dalam almari pendingin.
d. Menghaluskan tablet lovastatin (Cholvastin) 20 mg menjadi serbuk,
kemudian dibuat suspensi dalam aquades 40 ml dan ditambahkan CMC
1% secukupnya agar serbuk Cholvastin tidak mengendap. Jadi 1 ml
suspensi mengandung 0,5 mg lovastatin.
b. Perlakuan
a. Sebelum perlakuan tikus putih dipuasakan selama ± 12 jam. Kemudian
diambil darahnya ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan
menggunakan pipa kapiler. Setelah pipa kapiler ditusukkan di daerah
saccus medianus orbitalis kemudian darah mengalir ke dalam pipa
kapiler. Darah disentrifuge selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000
42
rpm dan diambil serumnya. Serum darah yang telah diambil kemudian
dilakukan pengukuran kadar trigliserida dengan metode direk
menggunakan Spektrofotometer Stardust untuk pemeriksaan kadar
trigliserida pre test sebelum perlakuan.
b. Pada hari pertama perlakuan sampai hari ke-21 diberi makan lemak babi
3 gram/200 gram BB/hari dan kuning telur bebek 2 gram/200 gram
BB/hari yang dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi yang
homogen dan diberikan pada pagi hari dengan sonde lambung. Kemudian
pada sore harinya tikus putih (Rattus norvegicus) diberi pakan pelet.
1) Untuk kelompok I (Kontrol Negatif) tidak diberi tambahan apa-apa.
2) Untuk kelompok II (Kontrol Positif) ditambah Cholvastin sebanyak
0,5 mg/200 gram BB/hari dengan memberikan 1 ml suspensi
Cholvastin 20 mg dalam 40 ml aquadest dan CMC 1%.
3) Untuk kelompok III, IV dan V (Kelompok Ekstrak Herba Meniran
(Phyllantus niruri L.) Dosis I, II dan III) ditambah ekstrak herba
meniran (Phyllantus niruri L.) sebanyak 25, 50 dan 100 mg/200 gram
BB/hari yang dibuat suspensi dalam aquadest dan CMC 1%.
c. Setelah Perlakuan
a. Sesudah perlakuan tikus putih (Rattus norvegicus) diambil darahnya
dengan prosedur yang sama seperti saat pre test untuk diukur kadar
trigliserida darah post test.
43
b. Membandingkan kadar trigliserida pre dan post test tiap kelompok dan
mengolah data hasil pemeriksaan kadar trigliserida plasma darah tikus
putih (Rattus norvegicus).
15. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA
dan dilanjutkan Post Hoc Tests menggunakan program SPSS for Windows 16. Uji
ANOVA adalah uji untuk membandingkan mean lebih dari dua kelompok,
sedangkan Post Hoc Tests membandingkan antar kelompok. Syarat untuk uji
ANOVA adalah data dengan normalitas sama dan varians data sama.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Strain
Wistar, berumur kira-kira 2 bulan, dan berat badan ± 200 gram. Tikus putih (Rattus
norvegicus) yang digunakan sebanyak 30 ekor dan dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan yaitu kelompok I (kelompok kontrol negatif), kelompok II (kelompok
kontrol positif), kelompok III, IV dan V (kelompok ekstrak herba meniran
(Phyllantus niruri L.) dosis 25 mg/200 gram/hari, dosis 50 mg/200 gram/hari dan
dosis 100 mg/200 gram/hari). Perlakuan diberikan pada kelima kelompok tikus putih
(Rattus norvegicus) selama 21 hari.
Sebelum diberikan perlakuan, kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) diperiksa menggunakan spektofotometer Stardust dengan metode direk.
Data yang didapat ditetapkan sebagai data pre test (Lampiran 3).
Hasil rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test
(Lampiran 6) tersebut berbeda tiap kelompok. Rerata kadar trigliserida darah tikus
putih (Rattus norvegicus) pre test paling tinggi terdapat pada kelompok II sedangkan
paling rendah terdapat pada kelompok IV. Namun setelah dianalisis secara statistik,
perbedaannya tidak signifikan dengan nilai p = 0,132 (p>0,05). Analisis statistik
kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test adalah dengan uji
normalitas, uji homogenitas, kemudian uji ANOVA (Lampiran 8).
Data pre test rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)
dan post test rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang
45
didapat kemudian dihitung besar selisih rerata (delta) untuk masing-masing
kelompok. Hasil penghitungan selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih
(Rattus norvegicus) post test dan pre test adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test (mg/dl)
Kelompok Perlakuan N Mean ± SD
Kontrol Negatif 6 27,67 ± 11,91
Kontrol Positif 6 -11,83 ± 17,63
Ekstrak Herba Meniran Dosis I 6 9,17 ± 14,32 Ekstrak Herba Meniran Dosis II 6 7,83 ± 13,96
Ekstrak Herba Meniran Dosis III 6 -1,67 ± 15,53
Gambar 4.1. Histogram selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test
46
Kelompok kontrol negatif menunjukkan peningkatan rerata kadar trigliserida
darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang tinggi yaitu ± 27,67 mg/dl. Kelompok
kontrol positif menunjukkan penurunan rerata kadar trigliserida darah tikus putih
(Rattus norvegicus) yang paling banyak diantara kelima kelompok perlakuan yaitu ±
11,83 mg/dl. Kelompok Ekstrak Herba Meniran Dosis I menunjukkan sedikit
peningkatan rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar ±
9,17 mg/dl. Kelompok Ekstrak Herba Meniran Dosis II juga menunjukkan sedikit
peningkatan rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar ±
7,83 mg/dl tetapi lebih rendah dibanding peningkatan pada kelompok ekstrak herba
meniran dosis I. Sedangkan kelompok Ekstrak Herba Meniran Dosis III
menunjukkan penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)
sebesar ± 1,67 mg/dl. Jadi, di antara ketiga kelompok yang diberi ekstrak herba
meniran, kelompok ekstrak herba meniran dosis III adalah yang paling banyak
menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
Analisis statistik selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) pre test dan post test adalah dengan uji normalitas, uji homogenitas,
kemudian uji ANOVA. Hasil uji normalitas dan homogenitas (Lampiran 9)
menunjukkan p>0,05 sehingga dapat dikatakan data memiliki distribusi yang normal
dan homogen. Hasil uji ANOVA (Lampiran 9) menunjukkan p=0,002 (p<0,05)
sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelima
kelompok. Uji ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Tests (Lampiran 10) untuk
mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan selisih rerata kadar trigliserida
darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test dan post test yang signifikan.
47
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil pengukuran rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) sebelum perlakuan (pre test) dari kelima kelompok dianalisis
menggunakan uji ANOVA, begitu juga selisih rerata kadar triglserida darah tikus
putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test. Hasil pengujian rerata kadar
trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test tidak digunakan untuk
pengambilan simpulan melainkan digunakan untuk menentukan layak tidaknya
pemberian perlakuan pada hewan coba. Pemberian perlakuan tidak dapat dilakukan
jika kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pre test kelima kelompok
perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik.
Pemberian pakan hiperlipemik selama 21 hari berupa lemak babi dan kuning
telur bebek dapat meningkatkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus). Hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Buettner
et al. (2006). Peningkatan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) ini
disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak dan kolesterol dalam minyak
babi dan kuning telur bebek. Semua asam lemak pada minyak babi memiliki rantai
panjang (lebih dari 12 atom karbon). Minyak babi pada usus Rattus norvegicus akan
diresintesis menjadi trigliserida dan didistribusikan dalam bentuk kilomikron
(Gibney et al., 2002). Karena itu, maka kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) akan meningkat dengan pemberian pakan hiperlipemik ini.
48
Selisih rerata kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) post test
dan pre test pada kelompok yang diberi obat Cholvastin (kontrol positif) jauh lebih
rendah dibanding kelompok kontrol negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberian
Cholvastin dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)
secara signifikan dibandingkan kelompok yang tidak diberi obat tersebut. Cholvastin
adalah salah satu brand name dari lovastatin. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kasim et al. (1992) bahwa lovastatin dapat menurunkan kadar
trigliserida darah secara signifikan. Lovastatin merupakan senyawa inhibitor enzim
HMG-KoA reduktase yang dapat mengganggu sintesis kolesterol dalam hepar.
Akibat gangguan pada biosintesis kolesterol, maka pembentukan VLDL di hepar pun
terhambat sehingga kadar trigliserida darah jadi menurun karena penurunan produksi
VLDL yang berfungsi sebagai pengangkut trigliserida dalam pembuluh darah.
Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis I dan II (25 dan
50 mg/ 200 gram BB/hari) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih
(Rattus norvegicus) tetapi penurunannya tidak signifikan (p=0,400 dan p=0,286).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Khanna et al.
(2002) yang mengungkapkan bahwa herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat
menurunkan kadar VLDL dan LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara
signifikan dengan dosis 250 mg/kg BB pada tikus putih yang secara simultan diberi
makan kolesterol (25 mg/kg BB) selama 60 hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh
waktu perlakuan yang lebih singkat, yaitu hanya 21 hari sedangkan pada penelitian
Khanna et al. (2002) waktu perlakuannya 60 hari sehingga efek penurunan kadar
trigliserida darahnya belum optimal.
49
Tetapi hasil penenlitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chasbi et al. (2005) yang mengungkapkan bahwa pemberian ekstrak metanol akar
meniran (Phyllantus niruri L.) selama 15 hari tidak menunjukkan aktivitas
penurunan kadar lemak darah pada seluruh dosis perlakuan yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10
mg/200 gram BB. Hal ini mungkin disebabkan karena Chasbi et al. (2005) hanya
menggunakan ekstrak akar meniran (Phyllantus niruri L.), padahal menurut
Murugaiyah (2008), senyawa rutin lebih banyak terkandung pada daun dan batang
herba meniran (Phyllantus niruri L.) sehingga efek penurunan kadar trigliserida
darah kurang optimal karena hanya sedikit zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
akar meniran (Phyllantus niruri L.). Selain itu, waktu perlakuan dalam penelitian
Chasbi et al. (2005) juga terlalu singkat, hanya 15 hari, sehingga hasil yang
didapatkan belum optimal.
Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dosis III (100 mg/200
gram BB/hari) dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif (p=0,021).
Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) mengandung rutin dan lupeol
yang berpotensi untuk menurunkan kadar trigliserida darah. Rutin menginduksi
penurunan aktivitas HMG-KoA reduktase dan aktivitas ACAT (acyl CoA:
cholesterol acyl transferase) hepar sehingga menurunkan lipogenesis oleh hepar.
Rutin juga meningkatkan ekskresi fecal sterol sehingga terjadi penurunan absorbsi
lemak dengan begitu maka kadar trigliserida dalam plasma darah dapat menurun
(Odbayar et al., 2006; Park et al., 2002). Selain rutin, lupeol juga dapat menurunkan
kadar trigliserida darah dengan mengurangi sekresi trigliserida dan kolesterol dari sel
50
hepar dan menghambat sintesis trigliserida dengan menghambat enzim adipogenik
pada sel preadiposit (Hata et al., 2008; Itoh et al., 2009; Reddy et al., 2009 ).
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Okoli et al. (2010) yang
menunjukkan bahwa pemberian kronik ekstrak metanol herba meniran (Phyllantus
niruri L.) dengan dosis 400 mg/kg BB selama 28 hari pada tikus diabetik dapat
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total secara signifikan.
Dari ketiga dosis ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang
digunakan, ternyata dosis III (100 mg/200 gram BB/hari) merupakan dosis yang
paling signifikan menurunkan kadar trigliserida darah. Karena semakin tinggi dosis
ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan maka kandungan zat
aktif (rutin dan lupeol) juga makin banyak, sehingga kemampuan untuk menurunkan
kadar trigliserida darah juga makin besar dibandingkan dosis yang lebih kecil.
51
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemberian ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) dapat
menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus). Dosis
ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang dapat menurunkan kadar
trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) selama 21 hari secara
bermakna adalah dosis III sebesar 100 mg/200 gram BB/hari.
B. Saran
1. Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan metode yang lebih
baik dan stressor minimal terhadap hewan uji untuk mengetahui secara lebih
terperinci efek penurunan kadar trigliserida darah ekstrak herba meniran
(Phyllantus niruri L.) sehingga didapat dosis yang tepat dan dapat berguna
dalam penatalaksanaan hipertrigliseridemia.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama agar
pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar
trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) terlihat lebih jelas.
3. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak herba meniran
(Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
52
norvegicus) dengan dosis lebih tinggi sehingga dapat diketahui dosis optimal
pengguanaan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.).
53
DAFTAR PUSTAKA
Adam JMF. 2007. Dislipidemia. In : Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 1926-32.
Alex. 2004. Triglycerides May Lead to Obesity.
http://www.handcoding.com/archives/2004/04/29/triglycerides-may-lead-to-obesity/. (7 Maret 2010).
American Heart Association. 2010. Triglycerides.
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4778. (2 Maret 2010).
Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, pp: 605-19. Ariantari NP, Yowani SC, Swastini DA. 2010. Uji aktivitas penurunan kolesterol
produk madu herbal yang beredar di pasaran pada tikus putih diet lemak tinggi. J Kim 4: 15-9.
Brown CT. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. In : Sylvia A P. and Lorraine M
W. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol.1. Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 576-611.
Buettner R, Parhofer KG, Woenckhaus M, Wrede CE, Kunz-Schughart LA,
Schölmerich J, et al. 2006. Defining high-fat-diet rat models: metabolic and molecular effects of different fat types. J of Mol Endocryn 36: 485-501.
Chasbi F, Sutarno, Shanti L. 2005. Kadar glukosa dan kolesterol total darah tikus
putih (Rattus norvegicus L.) hiperglikemik setelah pemberian ekstrak metanol akar meniran (Phyllanthus niruri L.). Biofarm 3(1): 1-6.
Cheung, Alfred K, DeVault, George A, Gregory, Martin C. 1993. A prospective
study on treatment of hypercholesterolemia with Lovastatin in renal transplant patients receiving cyclosporine. Am Soc Nephro J 3: 1884-91.
Damle MC. 2008. Phyllantus Niruri.
http://www.pharmainfo.net/ reviews/phyllanthus-niruri. (2 Maret 2010).
54
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes
RI, p: 7. Gibney MJ, Vorster HH, Kok FJ. 2002. Introduction to Human Nutrition. Oxford:
Blackwell Science, pp: 92-114. Guyton AC, and Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC, pp: 852-58. Hata K, Kazuyuki H, Mizuho I, Nao S, Takayuki W, Junichiro T, et al. 2008.
Inhibitory effects of lupeol on 3T3-L1 preadipocyte differentiation. J Phytol 1: 191-4.
Hellerstein MK, and Parks EJ. 2001. Obesity and Overweight. In: Greenspan FS, and
David GG. (eds). Basic & Clinical Endocrynology. New York: Lange Medical books/McGraw-Hill.
Herbal Guides. 2008. Chanca Piedra (Stonebreaker).
http://herbalguides.com/guides/chanca-piedra. (2 Maret 2010).
Horton R, Moran LA, Ochs RS, Rawn DJ, Scrimgeour KG. 2002. Principles of
Biochemistry. 3th ed. USA: Prentice-Hall, p: 491. Indonesian Hospital Association. 2004. Obat Tradisional: Meniran (Phyllanthus
niruri L.). http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=1020&tbl=alternatif. (7 Maret 2010).
Itoh M, Kazuyuki H, Yukie A, Fumiko K, Gen T, Junichiro T, et al. 2009. Lupeol
reduces triglyceride and cholesterol synthesis in human hepatoma cells. J Phytol 2: 176-8.
Jacobson TA, Miller M, Schaefer EJ. 2007. Hypertriglyceridemia and cardiovascular
risk reduction. Clin Ther 9(5): 763-77. Kanashiro A, Daiani COA, Luciana MK, Walter MT, Lucia HF, Sérgio AU, et al.
2009. Modulatory effects of rutin on biochemical and hematological parameters in hypercholesterolemic Golden Syrian hamsters. An Acad Bras Ciênc 81(1).
Kasim SE, Renee CL, Sheila W, Lalitha T, Dewundra D, Catherine J. 1992.
Mechanisms of triglyceride-lowering effect of an HMG-CoA reductase inhibitor in a hypertriglyceridemic animal model, the Zucker obese rat. J Lipid Res 33: 1-7.
55
Katzung BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC, pp: 550-1.
Khanna AK, Rizvi F, Chander R. 2002. Lipid lowering activity of Phyllanthus niruri
in hyperlipemic rats. J Ethnopharm 82: 19-22. Koeman JH. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, pp: 77-8. Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara
Klinis. Jakarta: UI-Press, pp: 64-5. Mayes PA. 2003a. Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. In: Murray RK, Granner
DK, Mayes PA, Rodwell VW. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 151-2.
Mayes PA. 2003b. Metabolisme Asilgliserol dan Sfingolipid. In: Murray RK,
Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 245.
Mayes PA. 2003c. Pencernaan dan Absorpsi. In: Murray RK, Granner DK, Mayes
PA, Rodwell VW. (eds). Biokima Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, pp: 633. Mayo Clinic. 2008. Triglycerides: Why do they matter.
http://www.mayoclinic.com/print/triglycerides/CL00015/METHOD=print. (7 Maret 2010).
Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 136-7.
Murugaiyah V. 2008. Phytochemical, Pharmacological and Pharmacokinetic Studies
of Phyllantus niruri Linn. Lignans as Potential Antihyperuricemic Agents. Malaysia, University Sains Malaysia. Thesis.
Mustafa H. 2000. Teknik Sampling.
http://home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc. (24 April 2010).
Odbayar TO, Demberel B, Toshinori K, Yoko T, Tojiro T, Takashi I. 2006.
Comparative studies of some phenolic compounds (quercetin, rutin, and ferulic acid) affecting hepatic fatty acid synthesis in mice. J Agric Food Chem 54 (21): 8261-65.
56
Okoli CO, Ibiam AF, Ezike AC, Akah PA, Okoye TC. 2010. Evaluation of antidiabetic potentials of Phyllanthus niruri in alloxan diabetic rats. Afr J Biotechnol 9 (2): 248-59.
Park SY, Song HB, Seon MJ, Yong BP, Soon JL, Tae SJ, et al. 2002. Effect of rutin
and tannic acid supplements on cholesterol metabolism in rats. Nut Res 22: 283-95.
Plaisance EP, Grandjean PW, Mahurin AJ. 2009. Independent and combined effects
of aerobic exercise and pharmacological strategies on serum triglyceride concentrations: a qualitative review. Phys Sportsmed J 37(1): 11-9.
Pulok KM. 2001. Evaluation of Indian traditional medicine. Drug Infor J 35: 623-32. R&D Chemicals. 2010. Lupeol.
http://www.rdchemicals.com/chemicals.php?mode=details&mol_id=8013. (7 Maret 2010).
Reddy KP, Singh AB, Puri A, Srivastava AK, Narender T. 2009. Synthesis of novel
triterpenoid (lupeol) derivatives and their in vivo antihyperglycemic and antidyslipidemic activity. J BMCL 19: 4463-66.
Santos KF, Oliveira TT, Nagem TJ, Pinto AS, Oliveira MG. 1999. Hypolipidaemic
effects of naringenin, rutin, nicotinic acid and their associations. Pharmacol Res 40: 493-6.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press, p: 56. Smith JB. dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1. Jakarta: Universitas Indonesia, pp: 37-57.
Stankus T. 2009. Lowering Triglycerides: Dieting, Exercise, Niacin, Statins,
Fibrates, Nuts & Fish. http://sladivisions.typepad.com/dbio/2009/05/loweringtriglyceridesdieting-exercise-niacin-statin -fibrates-nuts-fish.html. (7 Maret 2010).
Sudhahar V, Sekar AK, Periyasamy TS, Palaninathan V. 2006. Protective effect of
lupeol and its ester on cardiac abnormalities in experimental hypercholesterolemia. J VPh 46 (6): 412-8.
Sudhahar V, Sekar AK, Palaninathan V, Sujatha V. 2008. Protective effect of lupeol
and lupeol linoleate in hypercholesterolemia associated renal damage. Mol Cell Biochem J 317: 11-20.
57
Sutama INS. 2008. Daun pepaya dalam ransum menurunkan kolesterol pada serum
dan telur. J Veteriner 9 (3): 152-6. Suyatna FD. 2007. Hipolipidemik. In: Gunawan S G, Setiabudy R, Nafrialdi,
Elysabeth. (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, p: 385.
Taylor L. 2003. Herbal Secrets of the Rainforest. 2nd edition. Austin: Sage Press, pp:
32-7. Vitamin Supplements Guide. 2006. Rutin (Vitamin P1).
http://www.vitamins-supplements.org/rutin.php. (7 Maret 2010).
Wijayakusuma HMH. 2007. Potensi tumbuhan obat asli Indonesia sebagai produk
kesehatan. Proseding Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Jakarta: Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupuntur Indonesia, p: 1.
Wikipedia. 2007. Triglceride.
http://en.wikipedia.org/wiki/Triglyceride. (7 Maret 2010).
Zamora A. 2005. Fats, Oils, Fatty Acids, Triglycerides. http://www.scientificpsychic.com/fitness/fattyacids1.html.
(18 Maret 2010).
58
Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan
TABEL KONVERSI DOSIS MANUSIA DAN HEWAN
(Suhardjono, 1995)
Mencit
20 g
Tikus
200 g
Marmut
400 g
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit
20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 123,2 387,9
Tikus
200 g 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmut
400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing
2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera
4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
12 kg 0,008 0,006 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,026 0,16 0,32 1,0
59
Lampiran 5. Tabel Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
(Post Test – Pre Test)
No Kelompok Perlakuan Tikus
ke
Selisih Kadar Trigliserida Darah
Tikus Putih (Post Test – Pre Test)
1.
2.
3.
4.
5.
Kontrol Negatif Kontrol Positif Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis I Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis II Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Dosis III
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
12 14 35 36 29 40 -7 -33 -22 1 14 -24 5
-11 29 3 7 22 18 30 -5 7 -6 3 10 -9 10 -19 -18 16
60
Lampiran 6
Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test
Kelompok Perlakuan N Mean ± SD Kontrol Negatif Kontrol Positif Ekstrak Herba Meniran Dosis I Ekstrak Herba Meniran Dosis II Ekstrak Herba Meniran Dosis III
6 6 6 6 6
74,83 ± 7,11 78,67 ± 11,76 74,17 ± 6,59 64,00 ± 8,17 74,17 ± 12,51
Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test
61
Lampiran 7
Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post Test
Kelompok Perlakuan N Mean ± SD
Kontrol Negatif 6 102,50 ± 13,44 Kontrol Positif 6 66,83 ± 8,89 Ekstrak Herba Meniran Dosis I 6 83,33 ± 10,97 Ekstrak Herba Meniran Dosis II 6 71,83 ± 9,60 Ekstrak Herba Meniran Dosis III 6 72,50 ± 11,73
Histogram Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post Test
62
Lampiran 8
Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test
Test of Homogeneity of Variances
Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre test
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.080 4 25 .387
ANOVA
Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Pre test
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 714.333 4 178.583 1.960 .132
Within Groups 2277.833 25 91.113
Total 2992.167 29
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar Trigliserida Darah Tikus
Putih Pre test
I .232 6 .200* .933 6 .601
II .166 6 .200* .949 6 .731 III .237 6 .200* .868 6 .218 IV .269 6 .200* .842 6 .136
V .160 6 .200* .956 6 .791
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
63
Lampiran 9
Selisih Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pre Test dan Post Test
Test of Homogeneity of Variances
Delta Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post test - Pre test
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.566 4 25 .690
ANOVA
Delta Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Post test - Pre test
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5156.200 4 1289.050 5.892 .002
Within Groups 5469.167 25 218.767
Total 10625.367 29
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Post -
Pre test
I .231 6 .200* .861 6 .191 II .218 6 .200* .956 6 .791 III .227 6 .200* .952 6 .753 IV .190 6 .200* .921 6 .509
V .274 6 .180 .852 6 .163
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
64
Lampiran 10. Hasil Analisis Post Hoc tests Selisih Rerata Kadar Trigliserida Darah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) post test dan pre test.
(I) Kelompok Perlakuan pada
Tikus Putih
(J) Kelompok Perlakuan pada
Tikus Putih
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol Negatif Kontrol Positif 39.500* 8.539 .001 13.21 65.79
Ekstrak Herba Meniran Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)
18.500 8.539 .400 -7.79 44.79
Ekstrak Herba Meniran Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)
19.833 8.539 .286 -6.45 46.12
Ekstrak Herba Meniran Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)
29.333* 8.539 .021 3.05 55.62
Kontrol Positif Kontrol Negatif -39.500* 8.539 .001 -65.79 -13.21
Ekstrak Herba Meniran Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)
-21.000 8.539 .212 -47.29 5.29
Ekstrak Herba Meniran Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)
-19.667 8.539 .299 -45.95 6.62
Ekstrak Herba Meniran Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)
-10.167 8.539 1.000 -36.45 16.12
Ekstrak Herba Meniran Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)
Kontrol Negatif -18.500 8.539 .400 -44.79 7.79
Kontrol Positif 21.000 8.539 .212 -5.29 47.29
Ekstrak Herba Meniran Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)
1.333 8.539 1.000 -24.95 27.62
Ekstrak Herba Meniran Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)
10.833 8.539 1.000 -15.45 37.12
Ekstrak Herba Meniran Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)
Kontrol Negatif -19.833 8.539 .286 -46.12 6.45
Kontrol Positif 19.667 8.539 .299 -6.62 45.95
Ekstrak Herba Meniran Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)
-1.333 8.539 1.000 -27.62 24.95
Ekstrak Herba Meniran Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)
9.500 8.539 1.000 -16.79 35.79
Ekstrak Herba Meniran Dosis III (100 mg/200 gram BB/hari)
Kontrol Negatif -29.333* 8.539 .021 -55.62 -3.05
Kontrol Positif 10.167 8.539 1.000 -16.12 36.45
Ekstrak Herba Meniran Dosis I (25 mg/200 gram BB/hari)
-10.833 8.539 1.000 -37.12 15.45
Ekstrak Herba Meniran Dosis II (50 mg/200 gram BB/hari)
-9.500 8.539 1.000 -35.79 16.79
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Multiple Comparisons
Delta Kadar Trigliserida Tikus Putih (Post-Pre test)
Bonferroni
Multiple Comparisons
65
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
Kandang Tikus
Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.)
66
(Lanjutan)
Suspensi Cholvastin Minyak babi
Pengambilan Darah dari Pleksus Venosus Orbitalis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
67
(Lanjutan)
Sonde Lambung Mortar dan Alu Penumbuk
68
Telur Bebek Gelas Ukur
(Lanjutan)
69
Spektrofotometer Stardust Timbangan Digital
70
Tabung Sentrifuge Berisi Darah yang Akan Diperiksa