PENGARUH BEKERJA DI LUAR NEGERI TERHADAP TINGKAT EKONOMI DAN PERCERAIAN
(Studi Kasus di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Eli Karlina
NIM: 1112015000036
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2016
i
ABSTRAK
Eli Karlina (NIM:1112015000036). Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi Dan Perceraian (Studi Kasus Di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu). Skripsi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Latar belakang kehidupan ekonomi yang kurang menguntungkan, bekerja sebagai petani atau buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan, pendapatan yang kecil tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari karena kebanyakan pekerjaannya sebagai petani atau berdagang kecil-kecilan. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan praktek demi peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya dengan memanfaatkan kesempatan kerja internasional yang tersedia.
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk memperoleh gambaran tingkat ekonomi keluarga setelah bekerja ke luar negeri serta pengaruh bekerja di luar negeri terhadap tingkat perceraian pada masyarakat di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data meliputi : reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebelum bekerja ke luar negeri kehidupan ekonomi keluarga tergolong rendah rata-rata di bawah Rp. 1.500.000 tetapi Setelah bekerja di luar negeri menjadi TKI kehidupan ekonomi mereka mengalami peningkatan yang tinggi rata-rata lebih dari Rp.3.500.000. pengaruh bekerja di luar negeri terhadap perceraian yang dialami oleh keluarga yang bekerja di luar negeri di Desa Cikedung tergolong rendah karna jumlahnya kurang dari 20.
Kata kunci: bekerja di luar negeri, tingkat ekonomi dan perceraian
ii
ABSTRACT Eli Karlina (NIM:1112015000036). The Influence of Working Abroad towards the Level of Economic and Divorce (Case Study in the Cikedung Village of the Cikedung District Indramayu Regency). Skripsi, Departemen of Social Sciences Education (IPS), Tarbiyah and Teaching Science Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Background of unfavorable economic life, working as farmers or farm workers who earn mediocre, small income is not sufficient daily needs since most work as farmers or petty trading. Indonesian Workers (TKI) is a government program that aims to improve the quality of human resources through training and practice in order to improve the welfare of migrant workers and their families to take advantage of employment opportunities available internationally.
The aim of this research are: to obtain an overview of family economic level after work abroad and the influence of working abroad towards divorce rate in the community at Cikedung village of the Cikedung District Indramayu Regency. The kind of this research are using a qualitative approach with case study method. The techniques used to collect the data are: observation, interviews and documentation. Meanwhile, the data analysis technique includes: data reduction, data display and conclusion.
The results of the research show that before work overseas economic life of families classified as low average below Rp. 1,500,000 but after working abroad as migrant workers of their economic life has increased the average height of more than Rp.3.500.000. the effect of working abroad to divorce experienced by relatives working abroad in the village Cikedung relatively low because the amount is less than 20. Keywords: work abroad, the level of economic and divorce
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Bekerja di Luar Negeri
Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)”. Shalawat bertangkaian salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta
para sahabat.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak selalu berjalan mulus, sangat
diperlukan niat, do’a yang terus menerus serta usaha keras. Sehubungan dengan
selesainya penulisan skripsi dan seiring ucapan Alhamdulillah penulis haturkan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Pembimbing I, Muhammad Arif, M.Pd yang selalu memberikan
saran dan ilmu tambahan selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
Bapak atas bimbingan dari mulai pengerjaan proposal, hingga skripsi ini
selesai.
5. Dosen Pembimbing II, Sodikin, M.Si yang selalu memberikan semangat
serta dukungan dalam penulisan skripsi. Bapak membuat mahasiswa
menjadi semangat dalam penyelesaian skripsi dengan memberikan
iv
nasihat-nasihat dan selalu meluangkan waktunya dikala sibuk untuk
mahasiswa bimbingan Bapak.
6. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA sebagai dosen Pembimbing Akademik
yang banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti
perkuliahan di Universitas ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang akademis, sosial, dan
keagamaan.
8. Kepada seluruh staf pusat perpustakaan dan perpustakaan fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
9. Didi Sudjatmadi, selaku kepala Desa Cikedung yang telah mengijinkan
untuk melakukan penelitian beserta para staf yang bertugas.
10. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak Durajak dan Ibu Karni
yang senantiasa memberikan dukungan baik material maupun spiritual
serta kasih sayang yang tiada batas dan do’a sepanjang waktu yang sangat
berarti.
11. Dini Putri Sari, adik kandung satu-satunya yang telah banyak membantu
secara material maupun non material atas selesainnya proposal, hingga
rampungnya skripsi dan tempat bertukar pikiran.
12. Segenap keluarga besar Desa Cikedung, yang turut memberikan do’a dan
dukungan.
13. Bapak Jaja, Margana, Cariman, Mudi Ibu Asni, Nina, Fatonah, Kibtiah,
Bapak Carsidi dan Ibu Rasimen serta tak lupa seluruh warga sekitar Desa
Cikedung yang telah membantu dengan tulus dalam memberikan
informasi tentang Desa Cikedung atas segala bantuan dan kebaikan
semoga Allah membalasnya.
14. Sahabat teristimewa Sri Setiyowati, Eni Haryati, Maulyda Wulandari,
Khoerunnisa, Winda Al fiani, Doni Amalia, Hanni Khairunnisa, dan
Nurhayati. Terima kasih untuk waktu bersama, beban bersama yang telah
dilewati selama di bangku perkuliahan. Terima kasih juga untuk tidak
v
pernah bosan dalam memberikan saran nya selama proposal hingga skripsi
rampung.
15. Teman-teman seluruh keluarga besar pendidikan IPS angkatan 2012,
khususnya teman-teman Geografi 2012.
16. Teman-teman BMC: Reza, Pupu, Wulan, Syifa, Yayah, Eni, Mala yang
telah tinggal bersama selama beberapa tahun terakhir, terima kasih sudah
mau berbagi suka, duka, canda, tawa dan bahagia. Dan terima kasih karena
telah mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.
17. Segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, hanya Do’a dan ucapan
terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas
segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membnatu
menyelesaikan skripsi ini, Amin.
Kesempurnaan hanya milik Allah, dan ibarat “tiada gading yang tak
retak” demikian pula dengan penyusunan skripsi ini, tentu saja masih
bertaburan sejumlah kekuarngan dan kekeliruan, maka sudah sepantasnya
skripsi ini butuh masukan, berupa kritik dan saran membangun. Dengan
demikian, diharapkan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan itu sendiri.
Akhir kata, dalam bentuk sekecil apapun, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2016
Penulis
Eli Karlina NIM. 1112015000036
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Luar Negeri ............................................. 7
1. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia ........................................................ 7
2. Faktor Pendorong Menjadi TKI .............................................................. 8
3. Negara Tujuan Bagi Para TKI ................................................................ 9
4. Kehidupan TKI Di Luar Negeri ............................................................. 11
5. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Tingkat Ekonomi............................... 12
6. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perubahan Gaya Hidup (Life Style) .. 13
7. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Tingkat Perceraian ........................... 14
B. Tingkat Ekonomi ........................................................................................... 15
1. Definisi Ekonomi ................................................................................... 15
vii
2. Stratifikasi Sosial Dengan Ukuran Ekonomi/ Tingkat Ekonomi ........... 16
C. Perceraian ...................................................................................................... 19
1. Definisi Perceraian ................................................................................. 19
2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian ....................................................... 20
3. Dampak Perceraian ................................................................................ 23
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................................... 28
B. Metode Penelitian .......................................................................................... 30
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 30
D. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data .......................................... 32
E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ......................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .............................................................................................. 34
B. Hasil Penelitian ............................................................................................ 43
C. Pembahasan ................................................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 66
B. Implikasi ........................................................................................................ 66
C. Saran .............................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 29
4.1 Jumlah Warga Yang Bekerja di Luar Negeri di Kecamatan Cikedung
Tahun 2014-2015 ......................................................................................... 35
4.2 Jumlah Usaha Rumah Tangga Pertanian Menurut Subsektor Di Desa
Cikedung Tahun 2015 ................................................................................... 37
4.3 Penduduk Desa Cikedung Menuurt Kelompok Umur .................................. 38
4.4 Menurut Mobilitas/Mutasi ............................................................................. 39
4.5 Jumlah Penduduk Menurut Usia Sekolah ..................................................... 39
4.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan .................................................. 40
4.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama ............................................................... 41
4.8 Data Informan ............................................................................................... 42
4.9 Penggolongan Tingkat Ekonomi Sebelum Bekerja Ke Luar Negeri ............ 47
4.10 Penggolongan Tingkat Ekonomi Setelah Bekerja Ke Luar Negeri ............ 50
4.11 Jumlah TKI Dan Perceraian Tahun 2014-2015 .......................................... 54
4.12 Penggolongan Tingkat Ekonomi Setelah Bekerja Ke Luar Negeri ............ 59
ix
DAFTAR GAMBAR
3.1 Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 28
4.1 Peta Kecamatan Cikedung ............................................................................ 36
4.2 Grafik Tingkat Ekonomi Keluarga TKI ........................................................ 60
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian .............................................................................. 71
Lampiran 2 Rekap Hasil Wawancara ........................................................................ 76
Lampiran 3 Dokumentasi .......................................................................................... 94
Lampiran 4 Lampiran Lain
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 secara tegas menyebutkan
bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa,
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014
menyatakan bahwa pembangunan dibidang ekonomi ditujukan untuk
menjawab berbagai permasalahan dan tantangan dengan tujuan akhir adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.1 Seperti yang diperintahkan oleh
Allah SWT dalam firmannya:
Artinya : Dan Katakanlah:”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-
Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan”.2
Ayat diatas menjelaskan bahwa masyarakat merupakan faktor yang
potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Jumlah penduduk
Indonesia yang cukup besar akan menentukan percepatan pertumbuhan laju
ekonomi, baik melalui pengukuran produktivitas maupun melalui pengukuran
pendapatan perkapita. Selain itu kesempatan kerja yang tersedia dan kwalitas
1 Rini Sulistiawati, Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Masyarakat di Propinsi di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi. 2 Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 105 Tentang Perintah Bekerja.
2
tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses perkembangan
ekonomi. Dengan demikian tenaga kerja merupakan sumber daya untuk
menjalankan proses produksi dan juga distribusi barang dan jasa.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan program pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan
praktek demi peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya dengan
memanfaatkan kesempatan kerja internasional yang tersedia. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri:
“Tenaga Kerja Indonesia yang kemudian disebut TKI adalah setiap warga
negara Indonesia yang mempunyai syarat untuk bekerja di luar negeri dalam
hubungan kerja dalam jangka waktu tertentu dengan menerima upah”.3
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dengan membuka kesempatan
kerja di luar negeri sebagai TKI ini diharapkan dapat mengurangi
pengangguran yang cukup tinggi dan juga sebagai solusi alternatif
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Perbedaan upah kerja yang
cukup tinggi dan syarat yang cukup mudah dengan tidak perlu berpendidikan
tinggi menyebabkan masyarakat pedesaan khususnya perempuan
berbondong-bondong pergi bekerja keluar negeri sebagai TKI.
Cerita kesuksesan para TKI yang telah berhasil meningkatkan taraf
hidupnya dan keluarga didaerah asal, sehingga membuat masyarakat dan
calon tenaga kerja Indonesia tertarik untuk mencoba mengikuti jejak mereka.
Itu hanya beberapa alasan yang lumrah dan biasa yang digunakan oleh calon-
calon TKI untuk bisa bekerja ke luar negeri, agar memperoleh penghasilan
yang lebih besar jika dibandingkan bekerja di dalam negeri. Bekerja di luar
negeri diharapkan dapat memperbaiki taraf hidup pribadi dan keluarga.
Indramayu terletak di wilayah Jawa Barat. Salah satu desa yang
mengalami kondisi tersebut adalah desa Cikedung. Informasi kesempatan
bekerja di luar negeri dengan upah yang tinggi dan syarat yang mudah apalagi
3 Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
3
biaya yang murah bagi TKI perempuan dibandingkan dengan TKI laki-laki.
serta melihat bukti nyata kesuksesan hasil kerja orang lain sebagai TKI
membuat masyarakat Cikedung baik laki-laki maupun perempuan yang
sebagian besar buruh tani dan tidak mempunyai penghasilan tetap memilih
untuk bekerja di luar negeri dibandingkan bekerja di dalam negeri untuk
bekerja sebagai TKI, dengan harapan mampu mengubah kehidupan dari segi
ekonomi dan sosial.
Latar belakang kehidupan ekonomi yang kurang menguntungkan,
bekerja sebagai petani atau buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan,
pendapatan yang kecil tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari karena
kebanyakan pekerjaannya sebagai petani atau berdagang kecil-kecilan. Ini
merupakan masalah yang harus di pecahkan, kebutuhan ekonomi yang
semakin meningkat membuat mereka mengambil keputusan untuk menjadi
buruh migran yang di harapkan akan memulihkan keadaan ekonomi keluarga.
Selain dampak positif seperti terpenuhinya kebutuhan ekonomi rumah
tangga, adanya TKI juga memberikan dampak negatif terhadap rumah tangga
tersebut antara lain: kurangnya kasih sayang ibu terhadap anak, dan dampak
ekstrim lainnya adalah perceraian. Keluarga tidak utuh memiliki pengaruh
negatif bagi perkembangan anak. Dalam masa perkembangan seorang anak
membutuhkan suasana keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang.
Perubahan sosial yang dialami TKI adalah perubahan gaya hidup (life
style). Sebelum mereka bekerja ke luar negeri kehidupannya sederhana
selayaknya orang desa, namun setelah kembali dari luar negeri mereka
cenderung mengalami perubahan tersebut. Salah satu faktornya penyebabnya
adalah pengaruh lingkungan, perubahan gaya hidup TKI meliputi berubahnya
cara berpenampilan, perubahan selera, timbulnya sifat konsumerisme
terhadap gadget atau fashion.
Banyaknya kaum wanita yang menjadi TKI telah menimbulkan
perubahan yang sangat luas dan mendasar khususnya bagi wanita yang telah
berkeluarga. Keluarga yang dahulu utuh, telah berubah menjadi keluarga
yang tidak utuh lagi, banyak keluarga yang tidak lagi memiliki sosok istri
4
bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya. Terpisahnya keluarga antara
suami dan istri, karena salah satu anggota keluarga tersebut menjadi TKI
menimbulkan masalah dalam anggota keluarga, selain terpisah dalam waktu
yang lama kondisi tersebut diperparah lagi dengan sebagian besar suami TKI
ini cenderung menjadi malas bekerja setelah istrinya menjadi TKI.
Berdasarkan data yang ada, disebutkan bahwa 92% penyebab perceraian di
Indramayu adalah karena faktor ekonomi.4
Negara tujuan untuk mencari pekerjaan yang paling banyak bagi para
TKI ini adalah Taiwan, Hongkong, Singapure, Korea, Jepang. Tenaga kerja
wanita mereka berangkat pada umumnya bekerja di sektor pelayanan dan
jasa, terutama sebagai pembantu rumah tangga karena dirasa mereka tidak
perlu mempunyai keahlian khusus karena dirumah mereka juga sudah biasa
mengurus rumah dan mengerjakan tugas rumah tangga dengan alasan ini
mereka yakin bisa berangkat untuk dapat bekerja di luar negeri.
Hal ini terjadi karena pendidikan mereka rata-rata hanya lulus Sekolah
Menengah Atas (SMA) bahkan hanya lulus Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dari latar belakang pendidikan tersebut mereka tidak mempunyai
keahlian atau keterampilan yang memungkinkan untuk bekerja dalam bidang
lain. Sedangkan laki-laki banyak memilih negara tujuan Jepang, Taiwan dan
Korea karena negara-negara tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja
untuk menunjang kebutuhan disektor industrinya yang sudah maju.
Peneliti mengambil Desa Cikedung menjadi tempat penelitian karena
belum ada penelitian yang fokus pada masalah tingkat ekonomi dan
perceraian di Desa Cikedung dan juga masyarakat Desa Cikedung banyak
yang bekerja di luar negeri menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).
Maka berdasarkan uraian di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Bekerja di Luar Negeri Terhadap
Tingkat Ekonomi dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)”.
4 Abdul Jamil. Isu dan Realitas di Balik Tingginya Angka Cerai-Gugat di Indramayu.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No.2. 2015.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Tidak sedikit masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu yang kesulitan memenuhi kebutuhan ekonominya,
karena ingin mengejar gaya hidup (life style) yang tinggi.
2. Tidak sedikit masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu memutuskan bekerja di luar negeri, hal ini
mengakibatkan kurangnya pendidikan dalam keluarga.
3. Pada umumnya masyarakat yang bekerja di luar negeri, mengalami
perubahan gaya hidup (life style) cenderung ke arah hedonisme.
4. Banyak ditemukan fenomena perceraian pada masyarakat Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu akibat ditinggal bekerja di
luar negeri dalam waktu yang lama.
5. Rendahnya kesadaran pendidikan yang dimiliki masyarakat Desa
Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu sehingga
menyebabkan kurangnya peluang lapangan kerja.
6. Belum ada penelitian yang fokus pada masalah status ekonomi dan
perceraian di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, karena keterbatasan waktu, tenaga,
biaya pada peneliti, maka penelitian ini akan di fokuskan pada masalah
1. Tidak sedikit masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan
ekonominya, karena ingin mengejar gaya hidup (life style) yang tinggi.
2. Banyak ditemukan fenomena perceraian pada masyarakat Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, akibat di tinggal bekerja ke
luar negeri dalam waktu lama.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
6
1. Bagaimanakah pengaruh bekerja di luar negeri terhadap tingkat ekonomi
pada masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu?
2. Bagaimanakah pengaruh bekerja di luar negeri terhadap perceraian pada
masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
yang akan di capai dari setiap pembahasan yang di susun, yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran tingkat ekonomi keluarga setelah bekerja
ke luar negeri pada masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu.
2. Untuk memperoleh gambaran pengaruh bekerja di luar negeri terhadap
perceraian pada masyarakat di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Teoritis:
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah khazanah
keilmuan bidang ekonomi sehingga dapat di gunakan sebagai bahan
untuk menyumbangkan pemikiran lebih lanjut .
B. Praktis:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menangani
Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
2. Sebagai masukan bagi kebijakan pemerintah dalam mengurangi
dampak negatif dari pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
3. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam memutuskan
bekerja ke luar negeri menjadi TKI.
4. Sebagai bentuk kewaspadaan masyarakat yang akan bekerja ke luar
negeri
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri
1. Pengertian TKI
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah tiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Ada beberapa istilah mengenai Tenaga Kerja Indonesia.
Menurut Pasal (1) Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang
penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar
negeri.
a. Tenaga Kerja Indonesia yang kemudian di sebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.
b. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja diluar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
c. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja diluar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai kenegara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
d. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.1
Dari definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap
1 Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja di luar negeri.
8
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di
luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
kerja melalui prosedur penempatan TKI dengan menerima upah.
2. Faktor Pendorong Menjadi TKI
Keputusan menjadi TKI di dasarkan pada perbandingan
untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah tersebut. Tujuan
utama menjadi TKI adalah meningkatkan taraf hidup dan
keluarganya baik dari segi ekonomi maupun sosial, sehingga
umumnya mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan
pendapatan dan status sosial yang lebih baik di negara tujuan.
Berdasarkan pengelompokannya, maka faktor yang
mendorong individu menjadi TKI di bedakan dalam dua kategori,
yaitu faktor internal dan eksternal:
a. Faktor Internal yang menjadi pendorong menjadi TKI adalah kondisi daerah asal TKI yang kurang menguntungkan, baik karena kurangnya lapangan pekerjaan dan juga minimnya upah atau pendapatan yang diperoleh mereka di daerah asal. Sehingga banyak warganya memilih bekerja ke luar negeri untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi.
b. Faktor Eksternal di sebabkan adanya tarikan atau ajakan dari saudara, teman, dan kerabat TKI yang terlebih dahulu bekerja di luar negeri, dan juga karena kondisi bekerja di luar negeri memang lebih menguntungkan bila di bandingkan dengan kondisi bekerja di daerah asal mereka, yaitu gaji yang tinggi dan peluang kerja yang luas. Hal ini pula yang menyebabkan warga yang belum atau sudah menikah meninggalkan daerah mereka untuk bekerja ke luar negeri.2
Tidak hanya laki-laki yang dapat bekerja menjadi buruh
migran, perempuan juga dapat menjadi pahlawan devisa bahkan
sebagai penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Pahlawan devisa
adalah sebutan bagi para TKI yang bekerja ke luar negeri, bagi para
2 Khusnatul Zulfa Wafirotin. Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ekuilibrium, Vol 11, Nomor 2, Maret 2013.
9
suami yang bekerja sebagai petani di rumah tak jarang mereka
malah mengijinkan istrinya untuk bekerja ke luar negeri sebagai
TKI dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Selain para perempuan yang sudah berumah tangga, banyak
juga para remaja yang nekat untuk bekerja ke luar negeri karena
himpitan ekonomi dan tergoda oleh tetangga mereka yang pernah
menjadi TKI dan pulang ke tanah air dapat hidup lebih baik. Para
remaja tersebut biasanya akan ikut orang-orang yang sudah
pengalaman menjadi TKI.
Remaja yang berangkat ke luar negeri sebagai TKI biasanya
karna ingin mengikuti perubahan jaman yang semakin modern
teknologi yang canggih mengharuskan mereka mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit, karna hal demikian banyak remaja yang bekerja
ke luar negeri karna ingin memenuhi kebutuhannya sendiri.
Bagi sebagian orang yang bekerja ke luar negeri dan belum
menikah masa depan yang diharapakan tentunya harus lebih baik
dari sekarang karna itu mereka memilih bekerja di luar negeri
untuk tabungan masa depan agar lebih baik dari sekarang.
3. Negara-negara Tujuan Bagi Para TKI
Salah satu alasan TKI bekerja di luar negeri adalah untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di bandingkan
penghasilan di dalam negeri. Besar kecilnya pendapatan yang
dikirim tergantung dengan penghasilan yang di peroleh TKI di
negara tujuan. Pendapatan yang mereka peroleh tentunya berbeda-
beda, tergantung di negara mana TKI bekerja, karena masing-
masing negara memiliki standar gaji untuk tenaga kerja Indonesia.
Mengenai negara tujuan penempatan TKI ada 15 negara
tertinggi dari jumlah 25 negara tujuan:
1) Malaysia 2) Taiwan 3) Arab Saudi 4) Hong Kong
10
5) Singapore 6) Oman 7) Uni Emirat Arab 8) Brunai Darussalam 9) Korea Selatan 10) United States 11) Qatar 12) Bahrain 13) Jepang 14) Kuwait 15) Turki.3
Dari beberapa negara tujuan para TKI di atas ada negara yang
menjadi tujuan utama untuk berangkat bekerja, negara Taiwan
merupakan pilihan utama sebagai tempat bekerja di banding negara
tujuan lain. Standar gaji yang di peroleh memang negara Taiwan
lebih tinggi di banding Negara Hongkong dan Singapore.4
Menjadi TKI bukanlah satu-satunya jalan yang dapat di
tempuh akan tetapi sedikitnya lapangan kerja yang ada membuat
mereka memilih pekerjaan ini. Ketika para suami dihadapkan
dengan himpitan kebutuhan rumah tangga dan tanggung jawab
sebagai kepala rumah tangga maka mereka memilih menjadi
seorang TKI untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berperan sebagai kuli kasar atau kuli bangunan dengan gaji
yang lebih banyak di bandingkan menjadi seorang petani atau
buruh tani yang pendapatannya pas-pasan maka mereka rela harus
berpisah jauh dari anak dan istrinya dalam kurun waktu yang lama,
begitupun sebaliknya bagi perempuan yang sudah menikah mereka
harus rela meninggalkan anak dan suaminya untuk berangkat
bekerja di luar negeri dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga.
3 www.bnp2tki.go.id/read/9704/11-bulan-BNP2TKI-mencatat-penempatan-TKI-390.473-
orang. 19 Desember 2014. Di akses pada hari Sabtu 27 Agustus 2016 Pukul 20.21. 4 Singgih Susilo, Tingkat Pendapatan Dan Sebaran Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Berdasarkan Negara Tujuan, Studi Di Desa Aryojeding Kabupaten Tulungagung. Jurnal Pendidikan Geografi , Th.20, No. 1, Jan 2015.
11
4. Kehidupan TKI di Luar Negeri
Tenaga kerja Indonesia atau yang lebih di kenal dengan
sebutan TKI bukanlah hal baru di kalangan masyarakat Indonesia.
banyak hal yang membuat mereka mengambil pekerjaan ini jadi
salah satu penopang hidup bagi keluarga. Salah satunya adalah
tingginya gaji yang diterima oleh seorang tenaga kerja
dibandingkan penghasilan di dalam negeri.
“Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri memiliki sifat konsumerisme yang tinggi, mereka mengikuti gaya hidup meropolitan di negara-negara tersebut. Mereka sangat suka berganti HP dan warna rambutnya, mereka tidak mau kalah dari temannya. Mereka juga suka nongkrong di cafe-cafe sehingga gaya hidupnya cenderung boros”.5 Bekerja di daerah orang lain memang tak lepas dari
kebudayaannya, apalagi beda negara itu yang membuat para TKI
mau tidak mau akan terbawa budaya negara tempat dia bekerja.
Dengan penghasilan yang diperoleh setiap bulannya dan berada di
lingkungan dimana serba baru, adaptasi baru dan kebudayaan yang
baru dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini yang biasanya
menjadi alasan kenapa setelah bekerja di luar negeri terjadi
perubahan hal sangat terlihat adalah perubahan pada cara berpakai.
“Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah membantu pemerintah dalam hal keuangan, di mana TKI merupakan penghasil devisa bagi keuangan Negara. Namun tidak semua orang mengetahui kerja keras mereka telah memberikan sumbangsih kepada negara berupa devisa negara yang dapat di jadikan sumber dana pembangunan”.6 Peluang bekerja di luar negeri hasil yang diperoleh juga
dirasakan oleh negara yaitu devisa yang diperoleh dari para tenaga
kerja yang ada di luar negeri merupakan penghasil devisa yang bisa
5 M. Republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/08/nept3c-gaya-hidup-tki-di-empat-
negara-ini-lebih-gaul. Di akses pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2016 pukul 17.00. 6 Heny Yuningrum. Polemik Tenaga Kerja Indonesia Sebagai Sumber Devisa Negara
(Problematika Tenaga Kerja Indonesia Dari Segi Islami). Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam Nomor II/Edisi II/ November 2010.
12
menjadi sumber dana bagi pembangunan yang dilakukan didalam
negeri. Seharusnya dengan devisa yang mereka berikan kepada
negara setara dengan perlindungan yang mereka dapatkan ketika
bekerja di luar negeri.
5. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Kehidupan Ekonomi
Salah satu dampak bekerja di luar negeri adalah
berkembangnya aset yang dimiliki oleh keluarga TKI, pendapatan,
penampilan, dan kepemilikan. Penduduk yang menjadi TKI
mempunyai keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya
dengan pendapatan yang lebih tinggi.
Pada umumnya peran mereka adalah menghimpun dana yang
di gunakan untuk berbagai keperluan, seperti menyekolahkan anak-
anaknya sampai tingkat SMA/SMK bahkan sampai ke perguruan
tinggi. Walau demikian pendidikan mereka umumnya tidak terlalu
tinggi, kebanyakan hanya sampai tingkat SMP/SMA, serta jarang
yang ingin kuliah ke perguruan tinggi. Kemudian dana yang
terkumpul juga untuk membangun rumah, serta memperbaiki
kehidupan keluaga.
Keberadaan TKI di Desa juga menyebabkan munculnya sifat
konsumtif, artinya mereka membelanjakan uang yang ada untuk
barang-barang yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Rumah
tempat tinggal para TKI tersebut pada umumnya sangat megah.
Sudah jarang di jumpai rumah-rumah gubug/reyot di kantong TKI
tersebut.7
Setelah bekerja ke luar negeri hasil yang diperolah biasanya
digunakan untuk membangun rumah, membeli sawah dan
membuka usaha. Rumah yang megah dan bagus biasanya yang
menjadi ciri khas jika dia telah sukses bekerja di luar negeri
sehingga mampu membangun rumah yang bagus. Sedangkan
7 Yuniastuti. Kehidupan Sosial Ekonomi TKI Dan TKW Serta Dampak Sosial Psikologis Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Februari 2014.
13
kepemilikan barang berharga lainnya yang bisa dilihat adalah
perabotan rumah dan kepemilikan kendaraan.
6. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perubahan Gaya Hidup (life style)
“Engel mendefinisikan gaya hidup sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen”.8 Istilah gaya hidup memilki arti sosiologis yang lebih terbatas
dengan merujuk pada gaya hidup khas dari berbagai kelompok
status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini
mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri
yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang,
pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan dan pilihan
hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari
individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.
Gaya hidup adalah suatu titik tempat pertemuan antara kebutuhan
ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam
bertindak, yang tertuang dalam norma-norma kepantasan.
Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dengan
simbol untuk menampakan identitas diri. Gaya hidup TKI di
pengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan
kehidupan sosial yang dialami tenaga kerja itu sendiri, hal itu
mereka lakukan demi menunjukan identitas diri melalui ekspresi
tertentu yang mencerminkan perasaan. Sampai akhirnya gaya
hidup yang dijalani oleh TKI saat ini telah menghilangkan batas-
batas budaya lokal, daerah, maupun nasional karena terbawa arus
gelombang gaya hidup global yang dengan mudahnya berpindah-
8 Dian Ayu Puspita Ardy, Pengaruh Gaya Hidup, Fitur, Dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Blacberry Curve 9300. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.
14
pindah tempat melalui perantara media massa dan dengan cepat
mempengaruhi TKI.
Gaya hidup yang semulanya sederhana berubah menjadi gaya
hidup yang cenderung mengikuti tren di kalangan TKI. Perubahan
gaya hidup tersebut mencakup sandang, pangan, dan papan.
Sandang adalah segala sesuatu yang di pakai mulai dari ujung
kepala sampai dengan ujung kaki, sedangkan papan yaitu segala
sesuatu yang di rasa menjadi kebutuhan TKI seperti rumah,
peralatan elektronik maupun gadget. Dan yang terakhir adalah
pangan yang mencakup selera sampai pada kebiasaan makan.
7. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua
pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka
bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian,
pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta
mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak, dan bagaimana mereka menerima biaya
dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang
memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu
dapat menyelesaikannya ke pengadilan.
“Tingginya peceraian ini sebab utamanya adalah masalah komunikasi antara TKI dengan pasangannya tidak dilakukan secara konsisten. Perceraian menjadi masalah serius dalam sebuah rumah tangga, ini tidak boleh diremehkan. Dampak dari perceraian bukan hanya melibatkan kedua belah pihak, suami dan istri, tetapi juga anak dan keluarga”.9 Para perempuan bekerja ke luar negeri dan meninggalkan
anak serta suaminya. Posisi dan peran seorang suami yang
seharusnya menjadi tulang punggung keluarga tiba-tiba berubah.
Penghasilan yang diperoleh perempuan yang bekerja di luar negeri
9 Sulthon Miladiyanto. Pengaruh Profesi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Terhadap
Tingginya Perceraian Di Kabupaten Malang. Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, Juni 2016.
15
dibanding dengan suaminya sebagai petani terpaut cukup jauh.
Lambat laun, peran suami berganti tidak lagi bekerja di bidang
pertanian melainkan hanya menikmati hasil keringat istrinya dan
mengasuh anak-anaknya.
B. Tingkat Ekonomi
1. Definisi Ekonomi
Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat
ukuran-ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam
masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan istilah stratifikasi
sosial diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan
seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi.
Sebelum beranjak lebih jauh untuk memahami hal tersebut
perlu untuk menelaah kembali pengertian dari ekonomi itu sendiri
sebagai arti dasar pembentukan tingkatan atau pelapisan yang
terjadi di dalam struktur sosial kemasyarakatan tersebut. Ekonomi
sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada
individu dan masyarakat, secara etimologis dapat diartikan
ekonomi terdiri dari dua suku kata bahasa yunani yaitu oikos dan
nomos yang berarti tata laksana rumah tangga.
Ekonomi dalam Islam dapat di defnisikan sebagai perilaku
individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya;harus
sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan
dan menjaga magashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab dan
harta).10
“Ilmu ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya”.11
10 Nur Rianto. Dasar-dasar Ekonomi Islam.( Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011),
h.12. 11 Prathama Rahardja, Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi
dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga. ( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 3.
16
Di dalam struktur sosial masyarakat banyak terdapat ukuran-
ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam
masyarakat tersebut yang lebih di kenal dengan sebutan tingkat
ekonomi. “Keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara
rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam
masyarakat, pemberian posisi itu di sertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh seorang pembawa
status”.12
Dari uraian tentang ekonomi di atas penulis menyimpulkan
bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan masyarakat yang
mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat
yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan
masyarakat, kemampuan akses tersebut di wujudkan melalui
pendapatan seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk
pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan dan keinginanya
tersebut. Aspek-aspek yang mendukung ke arah pemenuhan
kebutuhan tersebut tergolong dalam unsur indikator penentuan
tingkatan ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
2. Stratifikasi Sosial Dengan Ukuran Ekonomi/ Tingkat Ekonomi
Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-
tingkatan atau pelapisan status ekonomi seseorang di dalam
masyarakat tidak terlepas dari konsep sosiologis tentang terjadinya
stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang terdiri dari
berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat
heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan
adanya kelompok sosial ini maka terbentuklah suatu pelapisan
masyarakat yang berstrata.
12 Basrowi dan Siti Juariyah. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010.
17
Istilah stratifikasi berasal dari kata strata atau stratum yang
berarti lapisan. Karena itu Social Statification sering di
terjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang
mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran
masyarakatnya, di katakan berada dalam suatu lapisan atau
stratum.
Beberapa Teori yang membahas pelapisan masyarakat:
1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Di sini Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan dimensi ekonomi sehingga ada orang yang kaya, menengah dan melarat.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. Menyatakan sebagai berikut: selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang di hargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang di hargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
3) Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
4) Karl Marx di dalam menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk di sumbangkan di dalam proses produksi.13
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ukuran atau
kriteria yang biasa di pakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat ke dalam pelapisan sosial adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut
13 Abu Ahmadi. Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h.204-205.
18
misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang di gunakannya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
b. Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
c. Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling di segani dan di hormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak di jumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.14
Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa
seseorang itu termasuk ke dalam status ekonomi tinggi, sedang dan
rendah dalam lapisan masyarakat adalah berdasarkan banyak
tidaknya bentuk penghargaan masyarakat kepadanya dilihat dari
kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan
kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut di dalam masyarakat,
dengan mengikuti pendapat para ahli di atas dan berdasarkan
uraian sebelumnya, maka ukuran yang di pakai untuk melihat
tingkat ekonomi seseorang adalah penghasilan, pengeluaran,
pemilikan terhadap benda-benda berharga, jabatan pekerjaan/mata
pencaharian, pemenuhan tingkat kebutuhan.
14 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatau Pengantar.(Jakarta: Rajawali Press, 2015)h. 208.
19
Berasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik
menggolongkan tingkat ekonomi berdasarkan penghasilan menjadi
4 golongan:
1) Golongan pendapatan sangat tinggi jika pendapatan rata-rata lebih dari 3.500.000 per bulan.
2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara 2.500.000 – 3.500.000 per bulan.
3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 1.500.000 – 2.500.000 per bulan.
4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata di bawah Rp.1.500.000 per bulan.15
Berdasarkan penggolongan tersebut dapat dikatakan bahwa
pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi
seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi,
maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.
Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga biasanya
memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan.
C. Perceraian
1. Definisi Perceraian
Perceraian dalam bahasa Arab di kenal dengan sebutan
‘thalaq’. “Talaq secara etimologi adalah melepaskan ikatan,
sedangkan secara terminologi berarti melepaskan tali atau ikatan
pernikahan baik oleh suami atau permintaan sang istri”.16
Menurut Subekti perceraian adalah “penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu”. Sedangkan menurut Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 adalah “putusnya perkawinan”.17 Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan
secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketepatan
untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
15 Badan Pusat Statistik. Penggolongan Pendapatan Tahun 2012. 16 Hasbi Indra. Potret Wanita Shalehah. Cet ke 2.(Jakarta:Penamadani,2004), h. 226. 17 Muhammad, Syaifuddin dkk. Hukum Perceraian. (Jakarta: Sinar Grafika, 2014),h. 18-
20.
20
Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak
ada ikatan yang resmi.
“Perceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya hubungan antara suami dan istri dalam sebuah perkawinan secara hukum, namun perceraian tidak hanya berarti putusnya hubungan suami dan istri”.18 Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka
perpisahan tidak menimbulkan dampak traumatis psikologi bagi
anak-anak. Namun mereka yang telah memiliki keturunan, tentu
saja perceraian menimbulkan masalah psiko-emosional bagi anak-
anak. Di sisi lain, mungkin saja anak-anak yang dilahirkan selama
mereka hidup sebagai suami-istri, akan diikutsertakan pada salah
satu orang tuanya apakah mengikuti ayah atau ibunya.
2. Faktor-faktor Penyebab Perceraian
Perceraian merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam
pernikahan, akan tetapi apa yang tidak di inginkan tersebut sering
kali menimpa pasangan yang telah menikah. Seperti halnya
perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses yang di
dalamnya menyangkut banyak aspek seperti: emosi, ekonomi,
sosial dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum
yang berlaku. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab
perceraian pada keluarga antara lain:
a. Kekerasan Verbal Kekerasan verbal (verbal violence) merupakan sebuah penganiayaan yang dilakukan oleh seorang pasangan terhadap pasangan lainnya, dengan menggunakan kata-kata, ungkapan kalimat yang kasar, tidak menghargai, mengejek, mencaci-maki, menghina, menyakiti perasaan dan merendahkan harkat-martabat.
b. Masalah ekonomi-finansial Dalam masyarakat tradisional atau modern, seorang suami tetap memegang peran besar untuk menopang
18 Fachrina dan Rinaldi Eka Putra. Upaya Pencegahan Perceraian Berbasis Keluarga Luas
dan Institusi Lokal dalam Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Jurnal Antropologi Indonesia Vol. 34 No. 2 2013.
21
ekonomi keluarga, sehingga mau tidak mau seorang suami harus bekerja agar dapat memiliki penghasilan.
c. Masalah perilaku buruk Perjudian (gambling) merupakan aktivitas seseorang untuk memperoleh keberuntungan yang lebih besar dengan mempertaruhkan sejumlah uang tertentu.
d. Perselingkuhan Perselingkuhan merupakan sebuah perzinaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang bukan menjadi pasangan hidup yang sah, padahal ia telah terikat dalam perkawinan secara resmi dengan pasangan hidupnya.19
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bawa
terdapat 4 faktor sebagai penyebab perceraian:
a. Kekerasan verbal. Kekerasan yang terjadi dalam rumah
tangga menjadi faktor yang paling berbahaya bagi
korbannya, banyak kasus yang mengungkapkan tindakan
fisik yang dilakuakn pasangannya yang bisa menyebabkan
cacat fisik hingga kematian. Hal ini juga yang membuat
pasangan yang teraniaya baik lahir maupun bathinnya
memilih berpisah dari pasangannya.
b. Masalah ekonomi. Ekonomi merupakan kebutuhan pokok
dalam kehidupan, segala cara dilakukan agar dapat
memenuhinya jadi tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi
dapat menimbulkan banyak masalah salah satunya
perceraian. Akibat kekurangan ekonomi banyak pasangan
memilih bercerai karena suaminya tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
c. Masalah perilaku buruk. Banyak terjadinya perjudian
membuat kehidupan keluarga menjadi berantakan, nafkah
yang harusnya diberikan kepada keluarga untuk mencukupi
kebutuhan malah disalah gunakan untuk berjudi dengan
19 Agoes Dariyo, Memahami Psikologi Perceraian Dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal
Psikologi Vol. 2 No.2, Desember 2004.
22
harapan dapat memperoleh keuntungan berlipat ganda,
setelah sekali mendapatkan itu maka penjudi akan menjadi
ketagihan dan melakukannya berkali sampai anak istrinya
menjadi korban, tak jarang banyak keluarga yang sampai
habis-habisan hartanya digunakan untuk berjudi.
d. Perselingkuhan. Hadirnya orang ketiga dalam keluarga
jelas membuat hubungan yang awalnya baik menjadi
buruk. Tak bisa dipungkiri bahwa perselingkuhan memang
menyebabkan rumah tangga hancur begitupun dengan
poligami, jika istri pertama menerima suaminya melakukan
poligami keutuhan keluarga bisa diselamatkan tetapi jika
istri pertamanya tidak menyetujui itu akibat yang paling
tidak diinginkan adalah terjadinya perceraian karena tidak
mau berbagi dengan orang lain.
Jumlah faktor penyebab perceraian biasanya yang paling
tertinggi adalah faktor ekonomi, karena banyak istri yang merasa di
terlantarkan oleh suaminya karena tidak diberi nafkah, karna itu
istri langsung mengajukan gugatan cerai. Pada tahun 2014 jumlah
faktor penyebab perceraian karena masalah ekonomi yang ada di
Pengadilan Agama Indramayu jumlahnya 6.814 dan pada tahun
2015 jumlahnya 7.719 angka tersebut termasuk tinggi.20
3. Dampak Perceraian
Pada dasarnya perceraian itu menimbulkan dampak yang
kompleks bagi pasangan yang bercerai maupun bagi anak
keturunannya. Meskipun perceraian di satu sisi dapat
menyelesaikan suatu masalah rumah tangga yang tidak mungkin
lagi di kompromikan, tetapi perceraian itu juga menimbulkan
dampak negatif berkaitan dengan pembangunan ekonomi rumah
tangga, hubungan individu dan sosial antar dua keluarga menjadi
rusak, dan yang lebih berat adalah berkaitan dengan perkembangan
20 Data Faktor Penyebab Perceraian Pengadilan Agama Indramayu Tahun 2014-2015.
23
psikis anak mereka, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
perilakunya.
Perceraian yang merupakan akhir dari ketidakstabilan
perkawinan yang di bina dan kemudian hidup terpisah, adalah
suatu tindakan yang di ambil oleh pasangan tertentu bukanlah
semata-mata merupakan sebuah keputusan pada waktu sesaat saja,
melainkan sebuah proses panjang yang membutuhkan sumbangan
pikiran dari berbagai pihak terutama dari keluarga dan kerabat
dekat.
Keputusan akan perceraian ini adalah sebuah pemikiran yang
panjang yang banyak membutuhkan pertimbangan. Meskipun
keputusan cerai adalah mutlak berada di tangan pasangan yang
akan bercerai, namun dalam prosesnya mereka tetap mengharapkan
untuk dapat membicarakannya dengan pihak keluarga, dalam hal
ini keluarga dan kerabat yang mewakili. Perceraian tentu saja
membawa dampak yang tidak baik bagi istri, suami dan anak.
Dampak tersebut juga dapat di rasakan oleh orang-orang yang ada
di sekitar keluarga yang mengalami perceraian.
Karena pasca perceraian anak-anak akan kehilangan kasih
sayang dari salah satu orang tuanya, atau kalaupun mendapatkan
kasih sayang tidak sepenuhnya, karena orang tuanya sudah tidak
mempunyai fokus terhadap anak, atau kepada pasangan barunya
jika yang bersangkutan menikah lagi. Sehingga anak akan menjadi
anak tiri dari orang tuanya.
“Generasi yang tumbuh dalam suasana keluarga yang broken home mempunyai karakter yang temperamen bahkan sensitif tingkat ketersinggungannya tinggi, cenderung labil mentalnya, mudah tersinggung, tidak mendapat pengasuhan seimbang dari pihak ayah maupun ibu, karakter bapak dan ibu tidak terekam dalam perilaku dirinya, tidak bisa mengontrol diri rata-rata dari keluarga broken home, anak merasa tidak ada yang menghargai,
24
tidak ada yang memperhatiakn, karena merasa untuk apa berbuat baik”.21 Dalam kasus perceraian, anak pada umumnya merasakan
dampak psikologis, ekonomis dan koparental yang kurang
menguntungkan dari orangtuanya. Kepribadian anak menjadi
terbelah karena harus memilih salah satu orangtuanya. Memilih
berpihak kepada ibunya berarti menolak ayanhnya, begitu juga
sebaliknya.
Seorang anak yang hidup diantara orang tua yang sudah
bercerai biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang
percaya diri karena mereka mendapatkan dukungan dan kasih
sayang yang kurang baik dari kedua orang tuanya sehingga mereka
rawan mengikuti hal-hal yang berbau negatif.
Penulis menyimpulkan dampak perceraian terhadap anak
adalah memiliki karakter yang tempramental dan labil dalam
mengambil tindakan karena kurangnya bimbingan dari kedua
orang tua. Kurangnya pengawasan dari orang tua yang biasanya
menyebabkan mereka melakukan tindakan yang kurang baik dan
bersikap kurang sopan.
D. Penelitian Relevan
1. Penelitian dilakukan oleh Makhfudin (Perubahan Kondisi Sosial
Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan
Susukan Kabupaten Cirebon). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih
untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah alasan
ekonomi, setelah salah satu anggota keluarga menjadi TKI terjadi
perubahan kondisi sosial ekonomi yang sangat signifikan,
21 Muhammad Julianto dkk. Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus
di Kabupaten Wonogiri. Buana Gender-Vol.I, Nomor I, Januari 2016.
25
perbedaan pendapatan antara suami dan istri pada keluarga TKI
berdampak keutuhan rumah tangga keluarga TKI.22
2. Penelitian dilakukan oleh Dedi Aktur Rokhman (Dampak
Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri Bagi
Peningkatan SDM Di Daerah Asal: Studi kasus di Desa
Sumuragung Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro).
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar TKI
berasal dari keluarga bermata pencaharian sebagai petani dengan
penghasilan yang rendah, para TKI pada usia produktif dengan
pendidikan rendah dan keterampialn yang terbatas, aliran dana
remitensi TKI luar negeri dapat dilhat dari besarnya remiten
tertinggi yaitu antara Rp. 2.000.000-Rp.3.000.000 juta per bulan
dengan jumlah 33,33% (15 orang) sedangkan terendah kurang dari
Rp. 1.000.000 sejumlah 15,56% (7 orang) dengan periode
pengiriman 3-4 bulan sekali, pola penggunaan remiten oleh
keluarga TKI di daerah asal dapat dilihat dari sumbangan terhadap
pendapatan total rumah tangga TKI yang mencapai 71,86% dan
sebagian besar dialokasikan dalam kegiatan yang bersifat
konsumtif baik pangan maupun non-pangan.23
3. Penelitian dilakukan oleh Choirul Anam (Komunikasi Keluarga
TKI dalam Mendidik Anak) hasil dari penelitian ini adalah
komunikasi yang terjadi diantara orang tua TKI dengan anaknya
kurang berjalan dengan baik, dalam melakukan komunikasi dengan
anaknya, orang tua TKI menggunakan sebuah perantara media
Handphone, orang tua TKI menghubungi anaknya disaat sudah
mulai merasa rindu dengan anaknya, dalam mendidik anak orang
tua TKI memotivasinya melewati telepon dan memasrahkan
22 Makhfudin, “Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon”. Skripsi pada UPI Bandung, Bandung 2011. 23 Dedi Aktur Rakhman, “Dampak Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri
Bagi Peningkatan SDM di Daerah Asal:Studi kasus di Desa Sumuragung Kecamatan Sumberrejo KabupatenBojonegoro”. Skripsi di Universitas Negeri Malang, 2009.
26
masalah pendidikan sekolah kepada kakek dan neneknya, perilaku
komunikasi anak cenderung bersikap pendiam, komunikasi
keluarga TKI dengan anaknya berlangsung secara interpersonal.24
4. Penelitian dilakuakn oleh Ahmad Fauzi (Eskalasi Perceraian di
Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Masyarakat Pulau
Kangean, Kabupaten Sumenep Studi Kasus si Pengadilan Agama
Kangean) hasil dari penelitian ini adalah tingkat ekonomi yang
begitu rendah, sementara kebutuhan semakin meningkat, tingginya
angka perceraian disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan
biologis atau hasrat seksual selama mereka berjauhan, rendahnya
tingkat pemahaman dan pengetahuan saumi istri tentang makna
pernikahan, pengaruh perkembangan budaya dan teknologi yang
semakin hari semakin canggih dan relevansi antara TKI dengan
perceraian cukup signifikan.25
5. Penelitian di lakukan oleh Muchimah (Faktor-faktor Penyebab
Perceraian di Kalangan Buruh Migran Studi Kasus di Desa
Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap) hasil dari
penelitian ini adalah penyebab perceraian dikalangan buruh migran
di Desa Banjarsari Nusawungu Cilacap itu ada beberapa sebab, di
antaranya yaitu: pelanggaran terhadap taklik talak, perselisihan dan
pertengkaran yang tidak henti-henti yang di dasari oleh beberapa
faktor diantaranya: faktor ekonomi dan faktor suami tidak
bertanggung jawab, kekerasan dalam rumah tangga dan
perselingkuhan.26
Penelitian yang dilakukan oleh Makhfudin fokus pada masalah
Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia
24 Chairul Anam, “Komunikasi Keluarga TKI dalam Mendidik Anak”. Skripsi di UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
25 Ahmad Fauzi, “Eskalasi Perceraian di Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep (Studi Kasus si Pengadilan Agama Kangean)”. Skripsi Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014.
26 muchimah, “Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Buruh Migran (Studi Kasus di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap)”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015 .
27
(TKI) di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon, Penelitian Dedi Aktur
Rokhman mengenai Dampak Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Luar Negeri Bagi Peningkatan SDM Di Daerah Asal: Studi kasus di Desa
Sumuragung Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, selanjutnya
Penelitian Choirul Anam yang difokuskan masalah Komunikasi Keluarga
TKI dalam Mendidik Anak, Penelitian Ahmad Fauzi fokus kepada
Eskalasi Perceraian di Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep Studi Kasus si
Pengadilan Agama Kangean, dan Penelitian Muchimah difokuskan pada
Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Buruh Migran Studi Kasus
di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap, maka
penelitian ini memfokuskan pada Pengaruh Bekerja di Luar Negeri
Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian Studi Kasus di Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Cikedung Kecamatan
Cikedung Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Secara astronomis Desa
Cikedung berada di garis 1080 10’ 50,95’’ Bujur Timur dan 60 29’
15,26’’ Lintang Selatan. Secara administratif Desa Cikedung
berbatasan dengan wilayah:
a. Sebelah Utara : Desa Cikedung Lor
b. Sebelah Selatan : Desa Amis
c. Sebelah Barat : Desa Jatimulya
d. Sebelah Timur : Desa Jambak1
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dapat dilihat
pada gambar:
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
1 Data Monograf Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu tahun
2015.
29
Peneliti mengambil tempat penelitian di Desa Cikedung karena banyak
masyarakatnya yang bekerja di luar negeri.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan agustus-september.
Observasi pengamatan awal telah dilakukan terhadap masyarakat yang
bekerja diluar negeri. Berikut ini dijelaskan jadwal penelitian dalam
bentuk tabel:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Bulan
Nov
2015
Maret
2016
Agust
2016
Sept
2016
Oktober
2016
1 Pengajuan
Proposal
√
2 Seminar
Proposal
√
3 Penyusunan
Bab I-III
√
4 Penyusunan
Instrumen
Penelitian
√
5 Pengumpulan
Data
√
6 Pengolahan
Data dan
Analisis Data
√
7 Pemeriksaan
dan Keabsahan
Data
√
8 Penyerahan
Hasil Penelitian
√
30
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmah untuk mendapatkan suatu
data dengan tujuan yang ingin di capai di dalam penelitian ini. Penelitian
yang akan di lakukan di Desa Cikedung ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus.
“Meleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.2 “Studi kasus adalah kegiatan yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini di batasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang di pelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu”.3 Dalam penelitian yang akan di lakukan di Desa Cikedung yang
akan dipelajari berupa peristiwa seputar keputusan untuk bekerja di luar
negeri dengan alasan upah di luar negeri lebih besar dari pada di Desa, hal
ini dikarenakan kebanyakan hanya bekerja sebagai petani dan buruh tani,
selain itu ingin mengetahui tingkat perceraian yang terjadi di kalangan
masyarakat yang bekerja di luar negeri.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data
primer dan sekunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data
merupakan langkah yang penting dalam metode ilmiah, karena pada
umumnya data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memperoleh data
yang dibutuhkan agar dapat menunjang suatu penelitian, maka penulis
melakukan pengumpulan data dengan teknik dan alat pengumpulan data
sebagai berikut:
2 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung:PT. Rosda Karya, 2009), h.6. 3 Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h.169.
31
a Observasi
Menurut Nasution (1998) dalam Sugiyono, menyebutkan “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.4 Teknik ini digunakan untuk melakukan pengamatan secara
langsung untuk mendapatkan data primer yang aktual dan secara
langsung sesuai dengan yang dibutuhkan, mengamati dan mencatat
secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Observasi lapangan
pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
perubahan yang dialami oleh keluarga TKI di Desa Cikedung.
b Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang di peroleh sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah wawancara mendalam.5
“Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antar pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee)”.6 Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
langsung dari informan yang telah ditetapkan dalam proses
penelitian kepada keluarga para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang
masih bekerja di luar negeri dan yang sudah dirumah dan ingin
berangkat lagi.
c Dokumentasi
Menurut Sugiyono dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.226. 5 Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. h.170 6 Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi penelitian Kualitatif.
(Bandung:Alfabeta, 2013), h.129-130.
32
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.7 Dilakukan
dengan cara mencari data-data yang dapat menunjang penelitian,
yaitu mengumpulkan data-data berupa arsip, alat perekam atau
dokumen yang terkait dengan TKI.
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas dalam penelitian
kualitatif ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan cara dan tekhnik yang berbeda, terdapat dua macam triangulasi
untuk mengecek kreadibilitas data dalam penelitian ini.
a) Triangulasi sumber, digunakan untuk menguji kreadibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Setelah didapatkan data selanjutnya data dideskripsikan, dikategorisasikan, dan dicari yang lebih spesifik. Dalam penelitian ini, triangulasi sumber mengambil keluarga yang bekerja di luar negeri menjadi TKI.
b) Triangulasi tekhnik, untuk menguji kreadibilatas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda.8
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi. Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, hingga setelah di lapangan.9
Untuk menganalisis data-data yang terkumpul yang kemudian telah
diolah, maka digunakan beberapa tekhnik analisis data sebagai berikut:
a Data reduksi, data yang di peroleh di tulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang di susun berdasarkan data yang di peroleh di reduksi, di rangkum, di pilih hal-hal yang pokok di fokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil akan memberikan gambaran yang lebih mudah untuk melakukan pengumpulan data.
b Data display, dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.240 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.273. 9 Buchori Lapau. Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013), h. 95-96.
33
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antra kategori, flowchart dan sejenisnya.
c Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualittaif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.10
10 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif. h.218-220.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Desa Cikedung
Desa Cikedung adalah salah satu desa di Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat yang merupakan
pemekaran dengan kecamatan Terisi pada tahun 2003. Secara
administratif desa Cikedung terdiri dari 6 RW (Rukun Warga) dan 51
RT (Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 8.118 jiwa, luas
wilayahnya 712.785 Ha dengan permukaan tanah dan daratan.1
Keberangkatan masyarakat bekerja di luar negeri berawal dari
keputusan pemerintah membuka kesempatan bekerja di luar negeri
pada tahun 1970 melalui program Antar Kerja Antar Negara (AKAN),
sejak saat itu mulai banyak perusahaan jasa pengerah atau pelaksana
penempatan TKI swasta. Di Desa Cikedung sendiri mulai banyak
warga yang berangkat bekerja di luar negeri karena diajak oleh para
sponsor dari jasa pemberangkatan TKI. Setelah melihat warga lain
yang setelah berangkat memperoleh hasil yang lebih maka warga
lainnya tertarik untuk ikut bekerja di luar negeri.
Sampai sekarang penempatan kerja di luar negeri mengalami
beberapa perubahan dan perbaikan dalam pelaksanaannya. Perjanjian
antar negara yang dilakukan juga semakin luas, mengingat pada
awalnya kebanyakan para TKI hanya bekerja di Negara Timur
Tengah, tetapi sekarang sudah banyak negara yang menjadi tujuan
para TKI.
Penulis memutuskan melakukan penelitian di Desa Cikedung
karna banyak warganya yang bekerja di luar negeri, dari data
1 Data Monograf Desa Cikedung Tahun 2015.
35
Kecamatan Cikedung Dalam Angka dapat dilihat jumlah masyarakat
yang bekerja di luar negeri:
Tabel 4.1 Jumlah warga yang bekerja di luar negeri di Kecamatan
Cikedung Tahun 2014-2015
No
Desa
2014 2015
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
1 Cikedung 7 52 7 78
2 Jambak 7 44 7 48
3 Amis 5 35 5 47
4 Cikedung Lor 21 18 21 4
5 Mundak Jaya 13 15 39 15
6 Jatisura 1 25 1 25
7 Loyang 5 15 5 30
Sumber :Kecamatan Cikedung Dalam Angka Tahun 2014-2015
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa banyak warga Desa
Cikedung yang bekerja di luar negeri. Berdasarkan data ini maka
penulis memutuskan melakukan penelitian di Desa Cikedung.
a. Kondisi Geografis
Secara geografis Desa Cikedung berada di garis 1080 10’
50,95’’ Bujur Timur dan 60 29’ 15,26’’ Lintang Selatan. Desa
Cikedung terletak 0,5 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan.
Sekitar 1 Km dari pusat kota administratif, 32 Km dari ibu kota
kabupaten Indramayu, 60 Km dari ibu kota propinsi.2
Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan
dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-
2 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan
cukup tinggi maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan
2 Data Monograf Desa Cikedung Tahun 2015.
36
air. ketinggian dari permukaan laut rata-rata 12,6 m denagn
panjang garis pantai 147 km. Dengan luas wilayah 3,288 km2.3
Batas-batas Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cikedung Lor
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Amis
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jatimulya
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jambak
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam peta administratif
kecamatan cikedung:
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Cikedung
b. Iklim
Suhu di Desa Cikedung yang termasuk kering dengan suhu
berkisar antara 23,90 -300 Celcius. Sementara rata-rata curah hujan
sepanjang tahun 2013 adalah sebesar 806 mm dengan jumlah hari
hujan 76 hari, sedangkan untuk tahun 2014 curah hujan sebesar
3 Statistik daerah Kecamatan Cikedung tahun 2015.
37
676 mm dengan jumlah hari hujan 52 hari, dan pada tahun 2015
adalah sebesar 2.147 mm denagn jumlah hari hujan 190 hari.
c. Penggunaan lahan
Wilayah Desa Cikedung yang keseluruhan merupakan
dataran dan berdaerah landai sehingga sebagian besar
masyarakatnya banyak memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian
seperti berkebun, tanam padi dan sebagainya, maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani
untuk memperoleh penghasilan.
Untuk melihat usaha apa saja yang digunakan oleh
masyarakat Desa Cikedung bisa dilihat dalam tabel di bawah:
Tabel 4.2 Jumlah Usaha Rumah Tangga Pertanian Menurut Subsektor
di Desa Cikedung Tahun 2015 Subsektor Jumlah
Tanaman Pangan 1.247 Hortikultura 120 Perkebunan 57 Peternakan 334
Jumlah 1.758 Sumber :Kecamatan Cikedung Dalam Angka 2015
Berdasarkan data yang ada jumlah lahan pertanian tanaman
pangan Desa Cikedung di bagi kedalam beberapa sub sektor. Dari
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Cikedung
berada di sektor tanaman pangan, selanjutnya peternakan,
kemudian berusaha di bidang hortikultura dan yang paling terendah
adalah perkebunan.
Penghasilan yang diperoleh bersumber dari lahan yang
mereka gunakan, karena tidak semua orang memiliki lahan untuk
bertanam sehingga banyak juga yang hanya bekerja pada pemilik
lahan.
38
d. Penduduk
Dari data yang di peroleh di ketahui bahwa jumlah
penduduk Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu pada tahun 2016 adalah 8.118 jiwa, yang terbagi dalam
3.114 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut terdiri dari 3.945
berjenis kelamin laki-laki dan 4.173 berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan data monograf antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan lebih banyak jenis kelamin perempuan.
Di bawah ini adalah deskripsi penduduk Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu berdasarkan data yang
di peroleh dari kantor Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu. Deskripsi berdasarkan kelompok umur
yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Penduduk Desa Cikedung Menurut Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah 1 0-4 653 2 5-9 582 3 10-14 621 4 15-19 561 5 20-24 636 6 25-29 554 7 30-34 595 8 35-39 525 9 40-44 572 10 45-49 635 11 50-54 603 12 55-59 516 13 60-64 438 14 64+ 628 Jumlah 8.118
Sumber : Data Penduduk Desa Cikedung Bulan Juli 2016 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa kelompok
penduduk terbanyak berada di umur 0-4 tahun. Angka tersebut menunjukan bahwa tingkat kelahiran penduduk Desa Cikedung cukup tinggi.
39
Dalam suatu desa pasti ada penduduk yang datang dan pergi, selanjutnya pengelompokan penduduk berdasarkan mobilitas/mutasi yang terjadi di Desa Cikedung:
Tabel 4.4 Menurut Mobilitas/Mutasi
No. Jenis Jumlah 1 Lahir 16 2 Meninggal 2 3 Datang 6 4 Pindah 10 Jumlah 34
Sumber: Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.3 di ketahui bahwa penduduk Desa
Cikedung pada tahun 2016 jumlah kelahiran lebih banyak di
bandingkan dengan jumlah meninggal dan jumlah penduduk yang
pindah lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang datang. Ini
menunjukan bahwa terdapat perpindahan penduduk baik itu yang
datang atau yang pindah.
Searah dengan kebijakan bahwa sektor pendidikan
mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu. Berdasarkan hal ini pula secara umum
masyarakat Cikedung dapat dilihat berdasarkan tingkat pendidikan
yang ada, agar lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Usia Sekolah
No. Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak 295
2 Sekolah Dasar 884
3 SMP/SLTP 513
4 SMA/SLTA 421
5 Perguruan Tinggi 89
Jumlah 2.202
Sumber :Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
40
Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa penduduk
Desa Cikedung yang bersekolah berjumlah sebagaimana yang
terbagi dalam berbagai jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan
taraf pendidikan masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung
Kabupaten Indramayu, maka para orang tua menganjurkan anak-
anaknya agar masuk sekolah ke jenjang berikutnya ke kota
kecamatan, kabupaten atau ke kota lainnya sesuai cita-cita dan
kemampuan masing-masing. Dengan adanya data penduduk
berdasarkan usia sekolah menunjukan bahwa tingkat kesadaran
akan pentingnya pendidikan cukup tinggi sehingga banyak yang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun
harus keluar daerah bahkan kota lainnya.
Selain berdasarkan tingkat sekolah dalam kependudukan
juga dicantumkan data mengenai sumber penghasilan penduduk
berdasarkan jenis pekerjaannya yang sudah di bagi kedalam
beberapa bagian, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat di bawah ini :
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 PNS 143
2 TNI 8
3 POLRI 9
4 Pensiunan 140
5 Swasta 47
6 Petani 720
7 Buruh Tani 980
8 Pedagang 112
9 Industri Kecil 8
10 Pelajar/mahasiswa 2.202
41
11 Tenaga Kerja Indonesia (TKI)4 59
12 Lain-lain 3.690
Jumlah 8.118
Sumber :Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mata
pencaharian penduduk Desa Cikedung secara keseluruhan
beragam, namun mayoritas bekerja sebagai buruh tani, karena
masih banyak masyarakat yang belum memiliki lahan pertanian
sehingga mereka kebanyakan hanya bekerja kepada pemilik lahan.
Penghasilan yang diperoleh masyarakat Cikedung sebagian besar
dari hasil petani dan pekerjaan lainnya seperti yang telah di
jelaskan dalam tabel.
Masyarakat desa Cikedung juga dibagi berdasarkan Agama
yang dianut oleh masyarakatnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama Jumlah
1 Islam 8.104
2 Kristen 6
3 Hindu -
4 Budha 6
5 Lain-lain 2
Jumlah 8.118
Sumber :Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa agama di desa
cikedung cukup beragam. Mayoritas penduduk desa cikedung
memeluk dan meyakini agama Islam. meskipun kondisi agama yang
beragam namun penduduk desa cikedung dapat menghormati pemeluk
4 Data yang telah diolah bersumber dari Kecamatan Cikedung Dalam Angka.
42
agama satu dengan pemeluk agama lainnya sehingga masyarakat desa
cikedung hidup rukun dan saling berdampingan.
Kegiatan keagamaan yang ada di wilayah Cikedung cukup baik,
berarti itu dapat mencirikan masyarakatnya mempunyai pengetahuan
agama. Di samping itu, seiring berjalannya waktu dan pengaruh yang
datang melalui berbagai cara yang dapat menurunkan akhlak para
remaja sehingga ajaran agama ditinggalkan sedikit demi sedikit yang
menyebabkan krisis iman didalam diri mereka.
Oleh sebab itu di Desa Cikedung sering diadakan acara
keagamaan dan acara adat setiap bulan atau setiap kali ada perayaan
agar masyarakatnya tetap mengingta dan menjalankan sesuai adat
yang ada di setiap Desa yang ada di Kecamatan Cikedung.
2. Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan
10 responden warga desa cikedung yang anggota keluarganya bekerja
di luar negeri :
Tabel 4.8 Data Informan
No
.
Nama Umur Negara
tujuan
Lama
Bekerja
Tahun Penghasilan
Per bulan
Jenis Pekerjaan
1 Jaja
37 Taiwan 9 tahun 2007-
2016
8 juta PRT
2 Margana 55 -Taiwan
6 tahun
5 bulan
2007-
2016
8 juta PRT
3 Nina 35 -Taiwan
-China
-8
tahun
-1
tahun
2007-
2015
2016
6 juta
6 juta
PRT
4 Didi
Carsidi
50 -Taiwan 4 tahun
5
bulan
2011-
2016
8 juta PRT
43
5 Mudi 40 -Taiwan 4 tahun 2013-
2016
5 juta Pabrik
6 Rasimen 40 -Taiwan 1,5
tahun
2015-
2016
6 juta PRT
7 Cariman 28 -Taiwan 6 tahun 2010-
2016
7 juta PRT
8 Fatonah 39 Malaysi
a
2 tahun 2014-
2015
2,5 juta PRT
9 Asni 50 -Taiwan 4 tahun 2011-
2016
5 juta PRT
10 Kibtiah 58 -Brunai
Darussa
lam
1 tahun 2015-
2016
3 juta PRT
Sumber : Hasil wawancara dengan para informan
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian. Informan yang di wawancarai itu ada istrinya yang
bekerja ke luar negeri dan bahkan ada yang pernah menjadi TKI itu
sendiri yang kebetulan berada di rumah.
Menjadi TKI merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
merubah hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itu merupakan
harapan besar bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik.
B. Hasil Penelitian
1. Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi
a. Kehidupan Ekonomi Sebelum Bekerja Ke Luar Negeri
Ekonomi merupakan masalah yang penting dalam
kehidupan. Masalah ekonomi sering berhubungan dengan masalah
pendapatan atau penghasilan. Dengan penghasilan yang cukup atau
bahkan lebih, kita akan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Mencari pekerjaan memang tidak mudah bagi orang yang
hanya berpendidikan sampai SMP. Namun tidak dapat dipungkiri
44
bahwa untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih sangat
sulit, walaupun kita mendapatkan pekerjaan tersebut tentunya
dengan pendidikan yang tinggi.
Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
banyak masyarakat memilih bekerja di luar negeri, dari hasil
wawancara diketahui bahwa faktor yang memotivasi untuk bekerja
di luar negeri sangat beragam, seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Margana (55 tahun) yang anaknya bekerja di Taiwan
dengan jawabannya:
“di dalam negeri apalagi yang pendidikannya SMP, banyak yang sekolah tinggi aja masih susah, apalagi dulu saya dikejar-kejar hutang jadi anak saya memilih bekerja di luar negeri Alhamdulillah hutang saya jadi lunas”.5 Anak bapak Margana yang hanya lulusan SMP berani
memutuskan bekerja ke luar negeri karena untuk membayar hutang
dan ingin mencukupi kebutuhan orang tuanya.
Senada dengan jawaban Bapak Margana diatas, berikut
jawaban yang dikemukakan oleh Bapak Carsidi (50 tahun):
“karena disini e,,, susah cari kerjanya, disana kan gampang terus gajinya kan agak besar gitu, sebenarnya dulu setelah lulus SMA punya keinginan untuk melanjutkan sekolah tapi saya gak punya modal”.6 Salah satu cara yang di tempuh oleh sebagian orang untuk
mendapatkan uang yang banyak dan tidak perlu pendidikan tinggi
adalah dengan menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar
negeri dan itu yang menjadi pilihan anak Bapak Carsidi, karena
orang tuanya tidak bisa membiayai untuk melanjutkan sekolah ke
perguruan tinggi sehingga memutuskan bekerja ke luar negeri.
Jawaban bapak Carsidi diatas diperkuat lagi oleh Bapak
Jaja (37 tahun):
5 Wawancara Bapak Margana. 6 Wawancara Bapak Carsidi.
45
“iya masalahnya kan kalo di luar kan gajinya lebih besar cuman resikonya kan ninggalin keluarga di rumah”.7 Apa yang dikatakan oleh bapak Jaja bahwa memang segala
sesuatu pasti ada resiko yang harus diambil seperti halnya yang
dilakukan oleh istri bapak Jaja yang harus rela meninggalkan anak
dan suami di rumah demi memenuhi kebutuhan ekonomi.
Selanjutnya Ibu Nina (35 tahun) mengatakan bahwa
adiknya bekerja di luar negeri karena:
“untuk modal anak sekolah, untuk mewujudkan cita-cita anaknya dan juga untuk membiayai orang tua yang sedang sakit stroke jadi sekeluarga dia yang menanggung saya di rumah yang mengurusnya”.8 Keputusan yang diambil oleh adik dari ibu Nina ini untuk
membiayai dan mewujudkan cita-cita anaknya juga membiayai
orang tuanya yang sedang sakit stroke, sehingga semua beban
ekonomi ditanggung oleh adiknya dan Ibu Nina yang mengurus
orang tua serta anaknya di rumah.
Jawaban Ibu Nina juga tidak jauh berbeda dengan Ibu
Fatonah (39 tahun) yang pernah bekerja di Malaysia:
“buat cari uang untuk kebutuhan hiduplah, buat beli susu biaya anak sekolah, suami saya kerjanya kadang-kadang petani ya kesana kesini saja lah”.9 Ibu Fatonah menceritakan bahwa faktor bekerja di luar
negeri itu untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga beli susu
biaya anak sekolah, sedangkan suaminya hanya bekerja serabutan
yang tidak mempunyai gaji tetap.
Jawaban Ibu Fatonah di perkuat oleh jawaban Ibu Kibtiah
(58 tahun):
“sebelumnya anak saya bekerja di salon, tapi kurang untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari”.10
7 Wawancara Bapak Jaja. 8 Wawancara Ibu Nina . 9 Wawancara Ibu Fatonah.
46
Dengan bekerja di salon yang penghasilannya tidak
seberapa sehingga anak Ibu Kibtiah memutuskan bekerja ke Brunai
Darussalam untuk mencukupi kebutuhan keluarganya di rumah.
Ibu Rasimen (45 tahun) juga menuturkan bahwa anaknya
bekerja ke luar negeri untuk:
“kepingin gaji besar kerja di Taiwan ingin ada hasilnya ingin bikin rumah, lumayan buat bantu-bantu suaminya yang juga kerja di Jakarta”.11 Keputusan bekerja di luar negeri dengan hanya
bermodalkan ijazah SMP anak Ibu Rasimen meninggalkan
suaminya, dengan gaji sekitar 6 juta perbulan membawa impian
dapat membangun rumah yang ingin ditempatinya dengan keluarga
untuk masa depannya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Cariman (28
tahun), alasan istrinya bekerja di luar negeri karena:
“karena lihat saya disini kerja kekurangan terus makanya dia ikut kerja”.12 Karena melihat keadaan ekonomi keluarganya serba
kesusahan dan pekerjaan suaminya hanya sebagai buruh tani maka
istri bapak Cariman memutuskan pergi bekerja ke Taiwan dengan
niat ingin membantu mencukupi kebutuhan keluarganya dan
dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan ekonominya.
Keputusan untuk menjadi TKI di luar negeri walaupun
disana hanya menjadi pembantu rumah tangga dan buruh di pabrik
tapi penghasilan yang di tawarkan memang cukup besar
dibandingkan kita bekerja sebagai pembantu atau buruh pabrik di
negara sendiri karena penghasilan yang didapat sangat sedikit.
Dilihat dari pendapatan yang diperoleh sebelum bekerja ke
luar negeri memang pendapatan yang diperoleh sangat rendah jika
10 Wawancara Ibu Kibtiah. 11 Wawancara Ibu Rasimen . 12 Wawancara Bapak Cariman .
47
dibandingkan bekerja di luar negeri, bisa dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.9 Penggolongan Tingkat Ekonomi Sebelum Bekerja ke Luar
Negeri Pendapatan Frekuensi Tingkat Ekonomi
≥ 3.500.000 0 Pendapatan sangat tinggi
≥ 2.500.000-3.500.000 0 Pendapatan tinggi
≥ 1.500.000 – 2.500.000 0 Pendapatan sedang
≤ 1.500.000 10 Pendapatan rendah
Sumber : Hasil Wawancara dengan informan
Dari jawaban para responden dan data dari tabel 4.8
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata sebelum salah
satu anggota keluarga mereka menjadi TKI di luar negeri
kehidupan mereka terutama menyangkut ekonomi dirasakan
kurang untuk mencukupi kebutuhannya.
b. Kehidupan Ekonomi Setelah Bekerja Ke Luar Negeri
Dengan penghasilan yang ditawarkan kalau bekerja di luar
negeri kita dapat merubah kehidupan terutama soal ekonomi.
Kurangnya penghasilan atau pendapatan sering di lukiskan dengan
kemiskinan. Kemiskinan sebagai status tingkat hidup yang rendah
yaitu tingkat kekurangan materi pada sejumlah golongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku
dalam masyarakat. Pendapatan atau penghasilan seseorang
biasanya berupa uang. Dengan penghasilan yang besar kita dapat
mencukupi kebutuhan hidup bahkan lebih dari itu.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Margana:
“gaji pertama 5 juta yang kedua 6 juta sekarang 8 juta, uangnya saya gunakan untuk pertama beli sawah yang kedua bikin rumah, yang ini mah belum karena masih 5
48
bulan tapi udah kirim 14 juta uang yang 3 bulan itu lebih potongan”.13 Hasil anaknya bekerja di Taiwan sebanyak 3 kali membuat
bapak Margana mampu membeli sawah dan membangun rumah,
sekarang anaknya baru 5 bulan disana tapi sudah mengirimkan
uang 14 juta untuk kebutuhan hidup sehari-hari orang tuanya.
Pernyataan bapak Margana juga dibenarkan oleh bapak
Jaja:
“gaji fullnya mah mencapai 8 juta, tapi sementara ini mah buat gadai sawah, buat renovasi rumah dan kebutuhan sehari-hari saja”.14 Gaji yang diterima Bapak Jaja dari hasil bekerja istrinya di
Taiwan digunakan untuk gadai sawah dan renovasi rumah juga
kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anaknya, karena pekerjaan
bapak Jaja hanya serabutan kadang-kadang sawah dan kadang-
kadang bangunan.
Perubahan ekonomi yang terjadi pada keluarga bapak Jaja
juga dialami oleh bapak Cariman, yang menyatakan bahwa:
“penghasilan istri saya bekerja di Taiwan 7 jutaan lah ini sudah yang kedua kalinya uangnya saya gunakan untuk gadai sawah, beli sawah dan kebutuhan sehari-hari saja”.15 Mengijinkan istrinya untuk bekerja ke Taiwan dengan
harapan bisa membantu perekonomian keluarga, hasil dari bekerja
selama 2 kali ke Taiwan digunakan oleh bapak Cariman untuk beli
sawah, gadai sawah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
Hasil yang diperoleh bekerja di Taiwan juga dirasakan oleh
bapak Carsidi:
“kerjanya di Taiwan ini udah yang kedua kali, yang sekarang baru 17 bulan hasil yang pertama saya gunakan
13 Wawancara Bapak Margana. 14 Wawancara Bapak Jaja. 15 Wawancara Bapak Cariman.
49
untuk gadai sawah, karena anak saya belum menikah jadi belum ada tanggungan”.16 Sama seperti halnya bapak Cariman, hasil yang diperoleh
anaknya bekerja di luar negeri juga digunakan untuk gadai sawah
oleh bapak Carsidi, setelah keberangkatan yang pertama anak
Bapak Carsidi memutuskan untuk berangkat bekerja lagi ke luar
negeri.
Ibu Nina juga mengatakan hasil bekerja adiknya di luar
negeri:
“sebelumnya bekerja di Taiwan, sekarang di Beijing penghasilannya 6 juta perbulan untuk biaya anaknya kuliah dan biaya berobat bapaknya yang sakit stroke”.17 Hasil yang diperoleh adiknya bekerja selama 2 kali di
Taiwan dan sekarang di Beijing bisa membiayai anaknya sekolah
sampai kuliah dan mengobati ayahnya yang sedang sakit stroke.
Selanjutnya Ibu Fatonah mengungkapkan keinginannya
untuk berangkat bekerja ke luar negeri lagi:
“ya mau kesana juga lain negara, gak tau Hongkong, Beijing, Taiwan atau juga mau ke cafe hahaha, kalau bekerja didalam negeri gajinya sesuai ya ingin, tapi lebih suka di luar banyak uangnya kalau bisa mah tapi ya kan kalau diluar kadang-kadang kalau ingin pulang belum habis kontrak saya semua yang biayain ongkos pulangnya”.18 Keinginan ibu Fatonah untuk bisa bekerja di luar negeri
karena gaji yang terima lebih besar dibandingkan bekerja didalam
negeri, tetapi resikonya jika ingin pulang belum habis masa
kontrak biayanya ditanggung sendiri. Keinginannya ini karena
merasa kekurangan lagi setelah pulang ke Indonesia.
16 Wawancara Bapak Carsidi. 17 Wawancara Ibu Nina. 18 Wawancara Ibu Fatonah.
50
Dari jawaban para responden dapat diketahui bahwa setelah
satu anggota keluarga mereka bekerja di luar negeri menjadi TKI
kebutuhan keluarga mereka dapat dikatakan bisa terpenuhi.
Hidup sejahtera merupakan harapan setiap orang, hidup
sejahtera diidentikan dengan terpenuhinya semua kebutuhan
primer maupun sekunder, yakni bisa membangun rumah yang
bagus memiliki motor dan barang-barang lainnya yang dianggap
menunjang kehidupan sejahtera.
Salah satu kriteria hidup sejahtera adalah dengan
memperoleh penghasilan yang tinggi. Jika penghasilan yang
diperoleh dari bekerja di luar negeri dikaitkan dengan
penggolongan pendapatan Badan Pusat Statistik. Keadaan
ekonomi keluarga setelah bekerja di luar negeri sebagai TKI yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Penggolongan Tingkat Ekonomi Setelah Bekerja di Luar
Negeri Pendapatan Frekuensi Tingkat Ekonomi
≥ 3.500.000 9 Pendapatan sangat tinggi
≥ 2.500.000-3.500.000 1 Pendapatan tinggi
≥ 1.500.000–2.500.000 0 Pendapatan sedang
≤ 1.500.000 Pendapatan rendah
Sumber : Hasil wawancara dengan Informan
Karena kebanyakan yang pergi bekerja ke luar negeri itu
perempuan sehinga sebelum mereka berangkat belum
mendapatkan pengahsilan apa-apa dikarenakan hanya mengurus
rumah tangga saja. Jadi ketika mereka bekerja ke luar negeri
penghasilan mereka bertambah tinggi.
Dan ada yang setelah lulus SMP/SMA langsung bekerja di
luar negeri seperti anak bapak Margana dan bapak Carsidi,
sebelumnya mereka belum bekejra di rumah setelah lulus sekolah
51
mereka langsung pergi bekerja ke luar negeri. Berbeda dengan
yang dialami oleh anak ibu Kibtiah yang sebelumnya bekerja di
salon dengan penghasilan Rp. 1.000.000 perbulan untuk
mencukupi krbutuhan anaknya sehari-hari masih dianggap kurang
sehingga memutuskan untuk bekerja di luar negeri.
2. Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Perceraian
Keputusan bekerja di luar negeri tentunya sudah mengetahui
dampak positif dan negatifnya terutama bagi TKI yang sudah
berkeluarga, kasus perceraian yang dihubungkan dengan bekerja di
luar negeri disebabkan karena banyaknya perempuan yang menjadi
TKI di luar negeri, tetapi kasus perceraian yang terjadi disebabkan
karena faktor ekonomi seperti halnya yang dialami oleh anak ibu
Kibtiah:
“anak saya pergi bekerja ke Brunai Darussalam untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, karena suaminya di rumah tidak membantu mencari nafkah untuk kebutuhan anaknya makanya sesudah anak saya berangkat bekerja mereka bercerai lalu anaknya saya yang ngasuh”.19 Ketidakmampuan suami anak ibu Kibtiah mencukupi kebutuhan
rumah tangga yang menyebabkan anaknya menceraikan suaminya
ketika dia sudah bekerja di Brunai Darussalam, karena suaminya tidak
bisa membantu perekonomian keluarga dan anaknya diasuh oleh ibu
Kibtiah.
Selain faktor ekonomi banyaknya perceraian juga disebabkan
karena poligami tidak sehat atau selingkuh. Kasus yang diungkapkan
oleh informan, ketika istri bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka
suami kemudian menikah lagi, bahkan menggunakan uang yang
dikirim oleh istrinya.
seperti yang dikatakan oleh ibu Asni (50 tahun) kenapa anaknya
bekerja ke luar negeri:
19 Wawancara Ibu Kibtiah.
52
“ditinggal suaminya menikah lagi, makanya dia memutuskan bekerja ke luar negeri dan anaknya ditinggal disini di asuh saya”.20 Jawaban ibu Asni tersebut menyatakan bahwa anaknya bercerai
karena pada saat anaknya sedang bekerja suaminya malah menikahi
wanita lain, setelah ditinggal suaminya menikah anak ibu Asni
bertekad untuk memperoleh penghasilan dengan bekerja di luar negeri
menjadi TKI.
Adanya perkawinan di usia muda juga menyebabkan pasangan
ini mudah melakukan perceraian, sebagaimana yang dialami oleh anak
bapa Mudi (40 tahun) mengungkapkan alasan anaknya bercerai
adalah:
“faktornya ya itu mah gak benar bapaknya, setelah bercerai anak saya pergi ke luar negeri, dan anaknya (cucu) diasuh oleh kami”.21 Bapak mudi menjelaskan faktor anaknya bercerai karena
suaminya itu tidak benar sehingga setelah bercerai anak bapak Mudi
memutuskan bekerja di luar negeri dan anaknya dititipkan kepada
orang tuanya (nenek dan kakek).
Selain faktor ekonomi dan banyaknya perempuan menjadi TKI,
praktik poligami dan rendahnya pendidikan pasangan juga menjadi
penyebab banyaknya kasus perceraian.
Berdasarkan jawaban responden diatas bahwa kepergian istri
bekerja ke luar negeri walaupun menjadi faktor penyebab terjadinya
perceraian. Namun rendahnya pendidikan berhubungan dengan
tingginya angka perceraian, sebab kualitas pendidikan seseorang
sangat berhubungan dengan kemampuan dalam pencapaian atau
keberhasilan ekonominya. Terlebih dari data yang ada disebutkan
bahwa 92 % penyebab perceraian disebabkan oleh faktor ekonomi.
20 Wawancara Ibu Asni. 21 Wawancara Bapak Mudi.
53
Keputusan bekerja di luar negeri menjadi problema tersendiri
karena harus rela jauh dari keluarga apalagi jika sudah berumah
tangga keputusan bekerja di luar negeri harus dipikirkan matang-
matang karena harus meninggalkan anak dan suami di rumah. Akan
tetapi kebutuhan ekonomi yang memaksa mereka sehingga harus
mengambil keputusan bekerja di luar negeri.
Faktor perceraian kebanyakan terjadi karena masalah ekonomi,
dalam penelitian ini juga ditemukan karena adanya perselingkuhan
dan poligami, rendahnya tingkat pendidikan pasangan, serta adanya
unsur usia pasangan yang belum siap, hal ini dikarenakan adanya
pernikahan dibawah umur.
Walaupun bekerja di luar negeri biasanya di masukkan kedalam
faktor ekonomi tapi tidak semua orang yang bekerja ke luar negeri
melakukan perceraian. Hal ini memang menjadi permasalahan yang
sangat jelas jika salah satu pasangannya bekerja ke luar negeri maka
suami atau istri yang di tinggalkan sulit untuk menjaga amanah yang
diberikan oleh pasangannya yang bekerja ke luar negeri baik itu
amanah menjaga keluarga, anak, bahkan hasil yang diperoleh dari
bekerja di luar negeri.
Hal ini dikarenakan berpisah dalam jangka waktu yang lama
biasanya mereka bekeja di kontrak 2 atau 3 tahun oleh negara tujuan
mereka sehingga dalam kurun waktu tersebut mereka dihadapkan
berbagai godaan, sering terjadi uang hasil istrinya bekerja di gunakan
untuk menikah lagi atau berjudi sehingga ketika istrinya pulang ke
tanah air suami tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya
lalu istri memilih bercerai. Kasus seperti ini yang biasanya menjadi
penyebab perceraian di kalangan TKI semakin banyak pasangan yang
pemahaman mengani pernikahan maka semakin banyak pula kasus
perceraian yang terjadi.
Tingkat perceraian di lihat dari jumlah yang bercerai dan
menikah kemudian di bandingkan. Menurut Pak Lebe Desa Cikedung
54
“ perceraian yang terjadi maksimalnya itu 60 dalam 1 tahun, jadi jika
di bagi ke dalam tingkatan maka, kurang dari 20 itu tergolong rendah,
antara 20-40 tergolong sedang dan lebih dari 40 itu tergolong
tinggi”.22
Untuk melihat tingkat perceraian yang terjadi diperoleh data dari
kantor Desa Cikedung mengenai Jumlah TKI yang berangkat dan
pengaruhnya terhadap keluarga TKI yang bercerai yang terjadi di
Desa Cikedung antara tahun 2014-2015 dapat di lihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.11 Jumlah TKI dan Perceraian Tahun 2014-2015
Jumlah TKI Tahun jumlah cerai
85 2014 5
59 2015 6
Sumber : Data Kecamatan Cikedung Dalam Angka
Jika dilihat dari tabel 4.8 pengaruhnya terhadap perceraian
tergolong rendah. Jadi keberangkatan keluarga yang pergi bekerja ke
luar negeri dengan jumlah perceraian yang terjadi pengaruhnya
rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa
menyebutkan bahwa memang ada pengaruhnya orang yang bekerja ke
luar negeri dengan kehidupan berumah tangga, namun pengaruhnya
itu tergolong rendah di Desa Cikedung karna sebelum berangkat kerja
biasanya mereka sudah berkomitmen untuk menjaga rumah tangganya
dan bekerja di luar negeri sebagai usaha untuk mencukupi kehidupan
keluarganya.
Perceraian yang dilakukan oleh masyarakat yang bekerja ke luar
negeri biasanya dilakukan setelah dia pulang ke rumah atau menunjuk
pengacara lalu mengajukan perceraian dengan alasan suami tidak
memenuhi tanggung jawabnya terhadap ekonomi sehingga biasanya
pihak wanita yang mengajukan perceraian. Adapun jika perceraian itu 22 Wawancara Dengan Pak Lebe
55
terjadi sebelum keberangkatannya bekerja di luar negeri faktornya
karena perelingkuhan atau poligami tidak sehat dan krisis moral
sehingga setelah bercerai wanita memutuskan pergi bekerja ke luar
negeri untuk dapat mencukupi kebutuhan anak dan dirinya sendiri.
Tingginya angka perceraian di Pengadilan Agama Indramayu di
dominasi oleh faktor ekonomi. Pada tahun 2014 tercatat telah terjadi
perceraian disebabkan faktor ekonomi dengan jumlah perkara
sebanyak 6.814 atau sekitar 92 % sedangkan pada tahun 2015 faktor
terbanyak masih sama dengan tahun 2014 yaitu faktor ekonomi
dengan jumlah perkara 6.126 atau sekitar 79 % . Terlihat pada faktor
ekonomi mengalami penurunan 12 % selama dua periode.
Dalam penelitian juga didapatkan hasil dari Data Pengadilan
Agama Indramayu menyebutkan bahwa laporan penyebab terjadinya
perceraian yaitu:
a. moral, yang didalamnya menyangkut poligami tidak sehat,
krisis moral, dan cemburu. Faktor tersebut yang
mengakibatkan terjadinya perceraian, banyak wanita yang
menggugat suaminya karena krisis moral dan poligami
yang dilakukan oleh para suami sehingga istri mengajukan
perceraian.
b. Meninggalkan kewajiban yang akhirnya mengakibatkan
kawin paksa, ekonomi dan tidak ada tanggung jawab
sehingga hal ini banyak menjadi alasan yang mendominasi
kasus perceraian yang ada, alasan ekonomi yang dianggap
mudah untuk bisa mengajukan gugatan perceraian.
c. Kawin di bawah umur karena usia yang belum matang dan
pemikiran yang belum seimbang dalam mengambil
keputusan sehingga mengakibatkan pasangan usia muda
ini mengambil keputusan untuk menikah. Pernikahan
muda ini yang biasanya rentan terhadap perceraian karna
masih mengandalkan ego masing-masing.
56
d. Menyakiti jasmani atau bertindak kasar merupakan suatu
hal yang bisa mengakibatkan cacat fisik.
Baik suka maupun tidak suka perceraian merupakan sebuah
fakta yang terjadi antara pasangan suami – istri, akibat perbedaan-
perbedaan prinsip yang tidak dapat dipersatukan lagi melalui berbagai
cara dalam kehidupan keluarga. Walaupun ajaran agama melarang
untuk bercerai, akan tetapi kenyataan seringkali tidak dapat dipungkiri
bahwa perceraian sering terjadi pada pasangan- pasangan yang telah
menikah secara resmi. Tidak peduli apakah sebelumnya mereka
menjalin hubungan percintaan cukup lama atau tidak, romantis atau
tidak dan mneikah secara megah atau tidak. Perceraian dianggap
menjadi jalan terbaik bagi pasangan tertentu yang tidak mampu
menghadapi masalah konflik rumah tangga atau konflik perkawinan.
C. Pembahasan
Dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan membantu perekonomian
keluarga serta meningkatkan tingkat ekonomi karena di desa penghasilan
yang didapat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari maka salah satu cara
yang ditempuh dengan bekerja menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke
luar negeri.
1. Pengaruh bekerja ke luar negeri terhadap tingkat ekonomi
a. Kehidupan ekonomi sebelum bekerja ke luar negeri
Perekonomian warga yang setiap harinya hanya bekerja
sebagai buruh dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari yang kadang menuntut mereka untuk memutar otak mencari
cara agar bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Adanya peluang bekerja di luar negeri di rasa membuka
kesempatan mereka untuk dapat mengubah perekonomian
keluarganya. Informasi yang mereka dapatkan dan hasil yang
mereka lihat dari para eks tenaga kerja luar negeri semakin
menguatkan tekad mereka untuk dapat bekerja di sana.
57
a. Faktor Internal yang menjadi pendorong menjadi TKI adalah kondisi daerah asal TKI yang kurang menguntungkan, baik karena kurangnya lapangan pekerjaan dan juga minimnya upah atau pendapatan yang diperoleh mereka di daerah asal.
b. Faktor Eksternal di sebabkan adanya tarikan atau ajakan dari saudara, teman, dan kerabat TKI yang terlebih dahulu bekerja di luar negeri, dan juga karena kondisi bekerja di luar negeri memang lebih menguntungkan bila dbandingkan dengan kondisi bekerja di daerah asal mereka, yaitu gaji yang tinggi dan peluang kerja yang luas.23
Mereka yang belum berkeluarga bekerja sebagai TKI di
luar negeri jauh dari keluarga terdorong untuk membantu
ekonomi keluarganya atau sekedar untuk pemenuhan kebutuhan
dirinya sendiri. Sedangkan bagi wanita yang sudah berkeluarga
bekerja menjadi TKI di luar negeri terdorong untuk membantu
ekonomi keluarganya. Walaupun mencari nafkah adalah tugas
suami, semakin majunya perkembangan zaman kaum ibu juga
berkesempatan untuk bekerja membantu suaminya dalam rangka
peningkatan ekonomi keluarganya.
Sekitar 59 orang dari warga desa Cikedung yang menjadi
TKI dengan negera tujuan paling banyak yaitu negara Taiwan.
Mereka yang bekerja sebagai TKI di luar negeri sangat bervariasi
yaitu baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum
berkeluarga, baik itu laki-laki maupun perempuan.
“Negara Taiwan merupakan pilihan utama sebagai temapt bekerja di banding negara tujuan lain. Standar gaji yang diperoleh memang negara Taiwan lebih tinggi di banding negara Hongkong dan Singapore”.24
23 Khusnatul Zulfa Wafirotun. Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga TKI di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ekuilibrium. 24 Singgih Susilo. Tingkat Pendapatan Dan Sebaran Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Berdasarkan Negara Tujuan, Studi di Desa Aryejoding Kabupaten Tulungagung. Jurnal Pendidikan Geografi.
58
Pilihan terbanyak untuk bekerja memang negara Taiwan
karena gaji yang diperoleh per bulannya bagi pekerja rumah
tangga tergolong lebih banyak, mereka yang bekerja di Taiwan
gaji pokoknya saja mencapai Rp. 8.000.000 perbulan itu sudah
bersih dari uang makan dan tempat tinggal karena pekerja rumah
tangga biaya makan dan tempat tinggal sudah di tanggung oleh
majikannya. Apalagi jika ada perayaan atau uang bonus yang
diterima itu jelas menambah gaji yang mereka terima.
Seperti yang telah diperoleh dari hasil penelitian
menunjukan bahwa tingkat perekonomian keluarga yang bekerja
ke luar negeri meningkat dikarenakan penghasilan yang mereka
peroleh selama bekerja di sana cukup tinggi. Hal ini pula yang
membuat masyarakat lainnya tergiur untuk berangkat bekerja di
luar negeri untuk memperoleh penghasilan yang tinggi.
b. Kehidupan ekonomi setelah bekerja ke luar negeri
Cara yang ditempuh oleh warga untuk bekerja sebagai TKI
di sana ternyata membawa hasil yang baik. Perubahan terjadi
dalam kehidupan keluarga mereka terutama adanya perubahan
ekonomi. Perubahan ekonomi keluarga ini dapat dilihat dari
peningkatan penghasilan yang didapat anggota keluarga mereka
yang bekerja sebagai TKI di luar negeri.
Dari hasil yang mereka dapatkan tidak menutup
kemungkinan bahwa kehidupan mereka di kampung halaman
meningkat setelah bekerja ke luar negeri.
“keberadaan TKI di Desa juga menyebabkan munculnya sifat konsumtif, artinya mereka membelanjakan uang yang ada untuk barang-barang yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Rumah tempat tinggal para TKI tersebut pada umumnya sangat megah. Sudah jarang di jumpai rumah-rumah gubug/reyot di katong TKI tersebut”.25
25 Yuniastuti. Kehidupan Sosial Ekonomi TKI dan TKW Serta Dampak Sosial Psikologis
Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
59
Penghasilan yang didapat jauh lebih banyak dibandingkan
dengan mereka yang bekerja didalam negeri. Dengan penghasilan
tersebut mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
baik itu kebutuhan pangan, sandang bahkan dengan penghasilan
yang didapat mereka bisa membangun rumah, beli motor dan
lain-lain.
Hal ini terjadi karena penghasilan yang didapatkan
tergolong dalam pendapatan tinggi bahkan sangat tinggi, dapat di
lihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Penggolongan Tingkat Ekonomi Setelah Bekerja di Luar
Negeri Pendapatan Frekuensi Tingkat Ekonomi
≥ 3.500.000 9 Pendapatan sangat tinggi
≥ 2.500.000-3.500.000 1 Pendapatan tinggi
≥ 1.500.000-2.500.000 0 Pendapatan sedang
≤ 1.500.000 0 Pendapatan rendah
Sumber : Hasil wawancara dengan Informan
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan bahwa tingkat ekonomi
yang dimiliki keluarga yang berangkat bekerja ke luar negeri
mengalami peningkatan yang tinggi, bahkan jika menggunakan
standar pendapatan dari Badan Pusat Statistik pun pendapatan
mereka berada di tingkat pendapatan sangat tinggi.
Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pendapatan
yang diperoleh setelah bekerja di luar negeri memang termasuk
tinggi jika dilihat berdasarkan penggolongan yang ditetapkan oleh
Badan Pusat Statistik. Untuk lebih memastikan perbandingan
pendapatan yang diperoleh dari sebelum dan sesudah bekerja di
luar negeri dapat dilihat dalam grafik perbandingan pendapatan
sebelum dan sesudah bekerja di luar negeri di bawah ini:
60
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Ekonomi Keluarga TKI
Perubahan yang dialami keluarga yang bekerja di luar
negeri memang menjadi daya tarik untuk warga lainnya untuk
dapat bekerja di luar negeri dengan harapan dapat memperoleh
hasil yang lebih dengan sehingga dapat memperbaiki dan
mengubah kehidupan ekonominya.
Dengan hasil yang didapat itulah sehingga banyak warga
yang memutuskan bekerja di luar negeri menjadi TKI. Banyak
yang tidak meneruskan sekolah sampai ke perguruan tinggi
karena kebanyakan dari mereka tidak mempunyai dana untuk bisa
meneruskan sekolah ke perguruan tinggi.
Ada juga alasan lainnya yaitu dari pada sekolah yang
mengharuskan mereka mengeluarkan biaya besar lebih baik
bekerja untuk memperoleh penghasilan, atau juga karena melihat
teman yang lain bisa pergi ke luar negeri dan memperoleh
pengalaman baru serta memperoleh penghasilan sendiri sehingga
mereka bisa membeli apapun yang mereka inginkan tanpa harus
meminta kepada orang tua.
“Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri memiliki sifat konsumerisme yang tinggi, mereka mengikuti gaya hidup metropolitan di negara-negara tersebut. Mereka sangat suka berganti HP dan warna rambutnya, mereka tidak mau kalah
Pendapatan
SangatTinggi
Pendapatan
Tinggi
Pendapatan
Sedang
Pendapatan
Rendah
Frekuensi Sebelum 0 0 0 10Frekuensi Sesudah 9 1 0 0
02468
1012
Frek
uens
i
Grafik Tingkat Ekonomi Keluarga TKI
61
dari temannya. Mereka juga suka nongkrong di cafe-cafe sehingga gaya hidupnya cenderung boros”.26 Hal seperti ini yang banyak terjadi di Desa Cikedung,
kepergian bekerja di luar negeri dan sifat konsumtif yang
dimilikinya terkadang meyebabkan pemborosan yang akhirnya
ketika mereka pulang ke kampung halaman tidak bisa
meningkatkan perekonomian keluarga, karena hasil yang mereka
peroleh hanya digunakan untuk hal-hal yang membuatnya merasa
bahwa hanya dia yang mempunyai segala barang baru atau hal
lainnya yang menunjang penampilan atau gaya hidup yang
modern seperti yang sedang trend atau digandrungi banyak orang.
Sedangkan bagi mereka yang mempunyai niat yang
sungguh-sungguh dari awal untuk bisa memperbaiki kehidupan
ekonominya tidak terlalu cenderung ke sifat konsumtif, mereka
sadar akan tujuan bekerja di luar negeri untuk bisa mencukupi
kebutuhan keluarga sehingga ketika mereka sudah di luar negeri
hasil yang diperoleh digunakan untuk hal yang memang
diperlukan.
Hasil yang diperoleh biasanya digunakan untuk membeli
sawah atau gadai sawah, kemudian membeli alat transportasi
seperti motor kemudian selanjutnya membangun rumah. Barang-
barang seperti inilah yang selalu menjadi taraf kesuksesan bagi
orang yang bekerja ke luar negeri. Mempunyai usaha kecil atau
sawah yang luas biasanya bertujuan untuk tabungan di masa
depan karna mereka menyadari tidak akan seterusnya bekerja di
luar negeri menjadi TKI. Disamping itu dari segi pendidikan
keluarganya juga banyak yang sukses, kalau dulu sebelum
menjadi TKI mereka tidak memikirkan sekolah anak-anak mereka
26 M.Republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/08/nept3c-gaya-hidup-tki-di-empat-
negara-ini-lebih-gaul. Di akses pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2016 pukul 17.00.
62
tetapi setelah menjadi TKI anak-anak mereka banyak yang sudah
menjadi sarjana.
Dari penghasilan yang diperoleh setiap bulannya bekerja di
luar negeri tersebut penulis menyimpulkan bahwa adanya
peningkatan ekonomi setelah bekerja di luar negeri, sehingga
mereka bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan
lainnya, keadaan tersebut berarti adanya pengaruh positif bagi
kehidupan ekonomi keluarga yang bekerja ke luar negeri sebagai
TKI.
2. Pengaruh bekerja di luar negeri terhadap perceraian
Perceraian adalah peristiwa yang sangat tidak diharapkan oleh
siapapun, namun keputusan bercerai terpaksa dilakukan karena merasa
tidak ada pilihan lain. Perceraian yang terjadi disebabkan karena
beberapa faktor, menurut Agus Dariyo faktor penyebab terjadinya
perceraian di golongkan menjadi 4 yaitu:
a. Kekerasan Verbal Kekerasan verbal (verbal violence) merupakan sebuah penganiayaan yang dilakukan oleh seorang pasangan terhadap pasangan lainnya, dengan menggunakan kata-kata, ungkapan kalimat yang kasar, tidak menghargai, mengejek, mencaci-maki, menghina, menyakiti perasaan dan merendahkan harkat-martabat.
b. Masalah ekonomi-finansial Dalam masyarakat tradisional atau modern, seorang suami tetap memegang peran besar untuk menopang ekonomi keluarga, sehingga mau tidak mau seorang suami harus bekerja agar dapat memiliki penghasilan.
c. Masalah perilaku buruk Perjudian (gambling) merupakan aktivitas seseorang untuk memperoleh keberuntungan yang lebih besar dengan mempertaruhkan sejumlah uang tertentu.
d. Perselingkuhan Perselingkuhan merupakan sebuah perzinaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang bukan menjadi pasangan hidup yang sah, padahal ia telah terikat
63
dalam perkawinan secara resmi dengan pasangan hidupnya.27
Dari beberapa faktor diatas penulis menyimpulkan bahwa kasus
perceraian yang terjadi penyebabnya karena faktor ekonomi,
rendahnya pendidikan pasangan, poligami dan perselingkuhan, juga
banyaknya pernikahan dibawah umur yang menyebabkan sangat
rentan terjadi perceraian.
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh,
secara umum berdasarkan data yang diperoleh dari Pengadilan Agama
Kabupaten Indramayu, faktor tertinggi yang menjadi penyebab
tingginya perceraian adalah ekonomi. Berdasarkan data yang ada 79%
penyebab perceraian yang terjadi karena faktor ekonomi. Namun
demikian dalam penelitian ini ditemukan adanya faktor yang kadang
ikut mengiringi penyebab perceraian tersebut yaitu, adanya
perselingkuhan dan poligami tidak sehat, rendahnya tingkat
pendidikan pasangan, banyaknya unsur usia pasangan yang belum
siap, hal ini diindikasikan dengan adanya beberapa pernikahan di
bawah umur.
Hal ini membuktikan bahwa keputusan bekerja di luar negeri
justru ingin mengubah nasib dengan memperoleh penghasilan lebih
untuk mencukupi kebutuhan hidup dan meningkatkan tingkat ekonomi
keluarganya.
Akan tetapi jika terjadi perceraian hal ini pasti akan
menimbulkan dampak negatif terhadap anak yang seharusnya
mendapat bimbingan dari kedua orang tua malah harus menerima
kenyataan bahwa orang tuanya harus berpisah. Seperti yang dikatakan
oleh Muhammad Julianto:
“Generasi yang tumbuh dalam suasana keluarga yang broken home mempunyai karakter yang temperamen bahkan sensitif tingkat ketersinggungannya tinggi, cenderung labil mentalnya,
27 Agoes Dariyo, Memahami Psikologi Perceraian Dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal
Psikologi Vol. 2 No.2.
64
mudah tersinggung, tidak mendapat pengasuhan seimbang dari pihak ayah maupun ibu, karakter bapak dan ibu tidak terekam dalam perilaku dirinya, tidak bisa mengontrol diri rata-rata dari keluarga broken home, anak merasa tidak ada yang menghargai, tidak ada yang memperhatiakn, karena merasa untuk apa berbuat baik”.28
Karena keputusan bercerai yang diambil oleh orang tuanya
sehingga anak merasa kurang diperhatikan apalagi jika ibunya
kemudian memutuskan untuk bekerja ke luar negeri dan menitipkan
anaknya untuk diasuh dan dirawat oleh nenek dan kakeknya.
Setelah bercerai, dampak yang paling berat adalah dirasakan
oleh istri. Seperti yang telah diuraikan secara singkat, keputusan untuk
memilih bekerja diluar negeri dan menitipkan anaknya kepada orang
tua dengan harapan bisa tetap mencukupi kebutuhan anak dan
mengubah kehidupan ekonominya dirasa sangat berat karena harus
meninggalkan anak dan keluarganya. Tetapi kebutuhan ekonomi yang
harus dipenuhi menuntut mereka untuk bekerja ke luar negeri.
Perceraian yang terjadi di kalangan TKI yang berada di Desa
cikedung masih tergolong rendah hal ini berdasarkan hasil dari
penelitian yang menunjukan bahwa perceraian keluarga TKI yang
terjadi jumlahnya kurang dari 20 yang berarti termasuk rendah, seperti
yang dikatakan oleh Pak Lebe “ perceraian yang terjadi maksimalnya
itu 60 dalam 1 tahun, jadi jika di bagi ke dalam tingkatan maka,
kurang dari 20 itu tergolong rendah, antara 20-40 tergolong sedang
dan lebih dari 40 itu tergolong tinggi”.29
Berdasarkan data yang telah di peroleh penulis menyimpulkan
bahwa pengaruh bekerja di luar negeri dengan perceraian yang terjadi
di Desa Cikedung tergolong rendah. Dalam penelitian ini juga
ditemukan faktor lain penyebab terjadinya perceraian yaitu karena
28 Muhammad Julianto dkk. Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus
di Kabupaten Wonogiri. Buana Gender-Vol.I, Nomor I. 29 Wawancara Dengan Pak Lebe
65
adanya poligami serta unsur usia pasangan yang belum siap, hal ini
dikarenakan adanya pernikahan di bawah umur.
Dari hasil penelitian ini adanya pengaruh bekerja di luar negeri
dengan tingkat ekonomi dan perceraian. Hal tersebut berkaitan dengan
hasil penelitian terdahulu tentang perubahan kondisi sosial ekonomi
keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan Susukan
Kabupaten Cirebon.
Hasil penelitian sebelumnya bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi yang mempengaruhi masyarakat memilih untuk
menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah alasan ekonomi, setelah
salah satu anggota keluarga menjadi TKI terjadi perubahan kondisi
sosial ekonomi yang sangat signifikan, perbedaan pendapatan antara
suami dan istri pada keluarga TKI berdampak keutuhan rumah tangga
keluarga TKI.
Sedangkan dalam penelitian ini hasil yang diperoleh setelah
salah satu anggota keluarga bekerja di luar negeri sebagai TKI
perekonomian keluarga meningkat selain itu pengaruhnya terhadap
perceraian tergolong rendah.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh
Bekerja di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian di
Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu maka
diperoleh kesimpulan:
1. Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Perubahan Tingkat
Ekonomi
Berdasarkan hasil yang diperoleh sebelum bekerja ke luar
negeri kehidupan ekonomi keluarga tergolong rendah penghasilan
yang diperoleh rata-rata di bawah Rp. 1.500.000 tetapi Setelah
bekerja di luar negeri menjadi TKI kehidupan ekonomi mereka
mengalami peningkatan yang tinggi rata-rata penghasilan yang
diperoleh lebih dari Rp.3.500.000. Dengan penghasilan yang
mereka dapatkan mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari
bahkan lebih dari itu sehingga kehidupan ekonomi mereka
mengalami peningkatan. Hal ini pula yang membuat masyarakat
lainnya tergiur untuk berangkat bekerja di luar negeri untuk
memperoleh penghasilan yang tinggi. Maka pengaruh bekerja di
luar negeri terhadap tingkat ekonomi keluarga TKI pengaruhnya
sangat tinggi.
2. Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Perceraian
Kasus perceraian yang terjadi disebabkan karena beberapa
faktor yaitu krisis moral, meninggalkan kewajiban, menyakiti
jasmani, terjadinya perselisihan dan pernikahan di bawah umur.
Berdasarkan jumlah perceraian yang terjadi di kalangan
TKI yang berada di Desa cikedung masih tergolong rendah hal ini
berdasarkan hasil dari penelitian yang menyebutkan bahwa
67
perceraian keluarga TKI yang terjadi jumlahnya kurang dari 20
yang berarti termasuk rendah. Maka pengaruh bekerja di luar
negeri terhadap perceraian yang terjadi tingkatnya rendah.
B. Implikasi
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dengan membuka
kesempatan bekerja di luar negeri menjadi TKI, telah membawa
pengaruh yang positif terhadap peningkatan ekonomi.
Sejak di mulai kesempatan bekerja di luar negeri memberikan
pengaruh yang positif terhadap tingkat ekonomi masyarakat
Cikedung. Hal ini terlihat dengan meningkatnya pedapatan yang
diperoleh setiap bulannya bagi keluarga yang bekerja di luar negeri
menjadi TKI. Meningkatnya pendapatan yang diperoleh masyarakat
ini berpengaruh sangat besar terhadap pemenuhan kebutuhan.
Sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya terutama untuk
kebutuhan ekonomi. Dengan meningkatnya pendapatan maka hal ini
berpengaruh terhadap tingkat ekonomi keluarga. Sedangkan pengaruh
negatif yang harus dihindari bagi keluarga yang sudah berumah
tangga dan bekerja di luar negeri adalah terjadinya perceraian.
C. Saran
1) Hendaknya keluarga TKI mampu mengelola keuangan untuk
modal masa depan agar nantinya tidak berangkat lagi menjadi
TKI yang kebanyakan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
2) Kebebasan yang diberikan kepada wanita jangan disalah
artikan, wanita harus tetap menyadari kodratnya sebagai
perempuan, sebagai ibu, sebagai istri sebagaimana mestinya.
3) Kepada pihak pemerintah agar lebih berusaha lagi untuk
mengatasi masalah lapangan kerja dan peluangnya dan lebih
memperhatikan orang kecil yang penghasilannya rendah
sehingga bangsa kita bisa hidup lebih sejahtera.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 105 Tentang Perintah Bekerja.
Anam , Chairul. “Komunikasi Keluarga TKI dalam Mendidik Anak”. Skripsi di UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
Ardy, Dian Ayu Puspita, Pengaruh Gaya Hidup, Fitur, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Blacberry Curve 9300. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.
Badan Pusat Statistik. Penggolongan Pendapatan 2012.
Basrowi, dan Juariyah, Siti. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010.
Dariyo, Agoes. Memahami Psikologi Perceraian Dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal Psikologi Vol. 2 No.2, Desember 2004.
Data Monografi Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu Tahun 2015.
Data Faktor Penyebab Perceraian Pengadilan Agama Indramayu Tahun 2014-1015.
Fachrina dan Putra, Eka, Rinaldi. Upaya Pencegahan Perceraian Berbasis Keluarga Luas dan Institusi Lokal dalam Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Jurnal Antropologi Indonesia Vol. 34 No. 2 2013.
Fauzi, Ahmad. “Eskalasi Perceraian di Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep (Studi Kasus si Pengadilan Agama Kangean)”. Skripsi Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014.
Indra, Hasbi. Potret Wanita Shalehah. Cet ke 2.Jakarta:Penamadani,2004.
Jamil, Abdul. Isu dan Realitas di Balik Tingginya Angka Cerai-Gugat di Indramayu. Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No.2. 2015.
Julianto, Muhammad dkk. Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri. Buana Gender-Vol.I, Nomor I, Januari 2016.
69
Kecamatan Cikedung Dalam Angka 2014-2015.
Lapau, Buchori. Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013.
Makhfudin. “Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon”. Skripsi pada UPI Bandung, Bandung 2011.
Meleong, J Lexy., Metode Penelitian Kualitatif,Bandung:PT. Rosda Karya, 2009.
Miladiyanto, Sulthon. Pengaruh Profesi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Terhadap Tingginya Perceraian Di Kabupaten Malang. Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, Juni 2016.
Muchimah. “Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Buruh Migran (Studi Kasus di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap)”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Pedoman penulisan skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Rahardja, Prathama, Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Rakhman, Dedi Aktur. “Dampak Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri Bagi Peningkatan SDM di Daerah Asal:Studi kasus di Desa Sumuragung Kecamatan Sumberrejo KabupatenBojonegoro”. Skripsi di Universitas Negeri Malang, 2009.
Rianto, Nur. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta, 2013.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatau Pengantar.Jakarta: Rajawali Press, 2015.
Statistik Daerah Kecamatan Cikedung 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung:Penerbit Alfabeta,2009.
Sumantri, Arif. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
70
Sulistiawati, Rini. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Propinsi di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi.
Susilo, Singgih. Tingkat Pendapatan Dan Sebaran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Negara Tujuan, Studi Di Desa Aryojeding Kabupaten Tulungagung. Jurnal Pendidikan Geografi , Th.20, No. 1, Jan 2015.
Syaifuddin, Muhammad, dkk. Hukum Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Wafirotin, Zulfa Khusnatul. Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ekuilibrium, Vol 11, Nomor 2, Maret 2013.
Yuniastuti. Kehidupan Sosial Ekonomi TKI Dan TKW Serta Dampak Sosial Psikologis Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Februari 2014.
Yuningrum, Heny. Polemik Tenaga Kerja Indonesia Sebagai Sumber Devisa Negara (Problematika Tenaga Kerja Indonesia Dari Segi Islami). Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam Nomor II/Edisi II/ November 2010.
SUMBER DARI INTERNET
http://indramayukab.bps.go.id
M.Republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/08/nept3c-gaya-hidup-tki-di-empat-negara-ini-lebih-gaul. Di akses pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2016 pukul 17.00
www.bnp2tki.go.id/read/9704/11-bulan-BNP2TKI-mencatat-penempatan-TKI-390.473-orang. 19 Desember 2014. Di akses pada hari Sabtu 27 Agustus 2016 Pukul 20.21
LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN PEDOMAN OBSERVASI
1. Kondisi Geografis Desa Cikedung
2. Jumlah Penduduk Desa Cikedung
3. Tingkat Pendidikan DesaCikedung
4. Jenis Pekerjaan Desa Cikedung
5. Sarana dan Prasarana
6. Jumlah TKI Desa Cikedung
7. Faktor penyebab bekerja di luar negeri
8. Ekonomi Keluarga Sebelum Menjadi TKI
9. Ekonomi Keluarga Setelah Menjadi TKI
10. Penghasilan Atau Pendapatan TKI
11. Konsumsi Atau Gaya Hidup TKI
12. Perceraian Di Kalangan TKI
13. Faktor perceraian TKI
14. Dampak perceraian terhadap pendidikan keluarga
72
Tabel 3.2 Kisi-kisi lembar observasi
Variabel Aspek yang diamati Ya/Tidak
Pengaruh Bekerja
di Luar Negeri
Terhadap Tingkat
Ekonomi dan
Perceraian
A. Bekerja di luar negeri
1. Mengetahui pengertian TKI
2. Mengetahui faktor
pendorong bekerja ke luar
negeri
3. Mengetahui negara tujuan
bekerja ke luar negeri
B. Tingkat ekonomi
1. Mengetahui tingkat ekonomi
sebelum dan sesudah
bekerja di luar negeri
2. Mengetahui pengertian
ekonomi
3. Mengetahui penghasilan
atau pendapatan TKI
4. Mengetahui gaya hidup TKI
C. Tingkat perceraian
1. Mengetahui jumlah
perceraian di kalangan TKI
2. Mengetahui Faktor
percerian di kalangan TKI
73
Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara
Variabel Dimensi Pernyataan
Pengaruh bekerja di luar
negeri terhadap tingkat
ekonomi dan perceraian
Bekerja di luar negeri
1. Anggota keluarga
yang bekerja ke luar
negeri
2. Hasil bekerja
buruh/tani
3. Ketertarikan menjadi
TKI karena dorongan
teman
4. Ketertarikan menjadi
TKI karena keinginan
diri sendiri
5. Penanggung jawab
pemberangkatan TKI
6. Dibekali apa saja
selama mengikuti
pelatihan menjadi
TKI
7. Sering atau tidak
terjadi kasus
8. Pendidikan terakhir
TKI
9. Berminat ingin
berhenti menjadi TKI
10. Keinginan untuk terus
menjadi TKI
Kondisi Ekonomi
1. Perekonomian
keluarga sebelum dan
sesudah bekerja ke
luar negeri
2. Negara yang paling
paling di minati TKI
74
3. Penghasilan TKI
4. Gaya hidup TKI
Perceraian 1. Kekerasan verbal
2. Masalah ekonomi
3. Perilaku buruk
4. Perselingkuhan
75
Wawancara
1. Identitas Informan (Keluarga TKI)
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
2. Siapa anggota yang bekerja ke luar negeri?
3. Sudah berapa lama dia bekerja di luar negeri?
4. Apa pendidikan terakhirnya?
5. Apakah faktor yang membuat dia bekerja di luar negeri?
6. Adakah pengaruhnya bagi perekonomian keluarga?
7. Apakah mencukupi kebutuhan sehari-hari?
8. Berapa penghasilannya 1 bulan?
9. Bagaimana perekonomian keluarga setelah ada salah satu anggota keluarga yang
bekerja ke luar negeri?
76
Lampiran 2
REKAP HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Ibu Nina
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 15 September 2016
Waktu : 15.30 WIB
Ket : p (pewawancara) dan i (informan )
1. p : assalamualikum... i : waalaikum salam p: dengan ibu siapa? i : Ibu Nina p : oh ibu Nina, Ibu Nina di keluarganya ada yang bekerja di luar negeri? i : ada p : siapanya Bu? i : adik p : oh adik, kerjanya dimna? i : di Beijing, China p : itu udah berapa lama Bu? i: baru 1 tahun p : ini yang pertama kali atau udah pernah sebelumnya? i: udah p : di China juga? i : ga, di Taiwan p : dulu pendidikan terakhirnya apa BU? i : SD p : oh berarti udah lama ya bu, udah berapa kali kesana? Maksudnya pergi ke luar negeri? i: saya? Eh.. adiknya sudah 3 kali p : itu penghasilan perbulannya kira-kira berapa Bu? i : perbulan tuh 6 juta p : itu di gunakan buat apa Bu penghasilannya? i : buat modal anak sekolah p : oh buat anak sekolah, anaknya di sini sama sapa? i : sama saya p : anaknya sekolah dmna? i : di Cirebon p : kuliah, SMA atau SMP? i : iya kuliah sekarang p : trus adik Ibu bekerja di sana itu keinginan sendiri atau diajak orang? i : keinginan sendiri buat cita-cita anak
77
p : oh buat mewujudkan cita-cita anaknya, suaminya bekerja dimana Bu? i : ga punya suami dia p : oh udah cerai ya Bu? i : iya cerai p : cerai sama suaminya itu sebelum berangkat ke luar negeri? i : iya sebelum p: oh sebelum,,, setelah bercerai baru berangkat bekerja (iya) selama ini penghasilan dari adik ibu ini cukup ga buat kebutuhan sehari-hari sama kebutuhan anaknya? i : ya dicukup-cukupin aja hehe,, haha,, p : mmm faktor adik Ibu berangkat ke luar negeri ini hanya untuk mewujudkan cita-anaknya sama kebutuhan sehari-hari (sama nyukupin orang tuanya yang sakit stroke) oh orang tuanya sakit jadi adik ibu yang menanggungnya i: iya semuanya dia (dan ibu yang merawat orang tuanya) iya, sekeluarga tuh dia yang nanggung saya juga p : oh trus komunikasi dengan adik ibu ini lancar ga Bu? i : iya lancar tiap hari juga ngebel (nelfon) (oh tiap hari juga ngabarin) p : terimakasih untuk waktunya Bu, wassalamualaikum i : waalaikum salam
78
Wawancara dengan Bapak Margana
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 15 September 2016
Waktu : 16.30 WIB
2. p : assalamualaikum
i : waalaikum salam p : dengan bapa siapa? i : bapak Margana p : bapak Margana di keluarganya siapa yang bekerja ke luar negeri? i : syamsiah p : itu siapa nya bapa? i : anak p : oh anak bapa, udah berapa tahun pa? i : udah 3 tahun yg 2 kali, sekarang baru 5 bulan p : oh berarti ini yang ke 3 kali (iya ) oh yang ke 3 kali udah 5 bulan, itu bekerjanya dimana pak? i : di Taiwan p : di Taiwan, dulu pendidikan terakhirnya apa pak? i : SMP p : oh sampai SMP, sudah menikah atau belum pak? i : belum p : oh belum,, mm berangkat ke luar itu keinginan sendiri atau diajak orang lain? i : keinginan sendiri ( oh keinginan sendiri ) kalau diajak ornag lain ga jadi p : ohh mm,,, penghasilan di sana itu sebulan kira-kira berapa pak? i : pertama lebih potongan tuh 5 juta ke dua nya 6 juta sekarang 8 juta lebih potongan p : oh sekarang 8 juta,, itu penghasilan anak bapa itu digunakan untuk apa uangnya? i : pertama tuku sawah (beli sawah) ke duanya beli eh bikin rumah (oh bikin rumah) iya yang ke duanya p : eee trus buat mencukupi kebutuhan bapa di rumah itu cukup ga pa dari penghasilan anak bapa bekerja di sana? i : lebih dari cukup p : oh lebih dari cukup,,, kenapa anak bapa lebih memilih bekerja di luar negeri tenimbag di dalam negeri? i : di dalam negeri apalagi yang pendidikannya SMP, banyak yang sekolah tinggi aja udah susah p :mmm,, oh berarti karna susahnya pekerjaan (iya) selain itu adalagi gak pak? i : ada waktu itu kan saya keplepek (dikejar-kejar) sama utang, anak saya akhirnya memilih ke luar negeri. Alhamdulillah beres jadinya tuh p :hmm anak bapa belum menikah ya pa jadi penghasilannya itu murni buat orang tua, itu udah 3 kali berangkat (2 kali yang sukses sekarang masih potongan baru 5 bulan)
79
berarti di rumah penhaghasilannya bapa gunakan buat beli sawah sama perbaikan rumah ya pa? i : iya bikin rumah yang pertama beli sawah keduanya bikin rumah,, yang ini mah belom hehehe (karna baru 5 bulan ya pa) iya tapi udah kirim 14 juta yang 3 bulan lebih potongan tuh p : oh yaudah terimakasih atas waktunya pa wassalamualaikum i :waalaikum salam iya sama-sama
80
Wawancara dengan Bapak Cariman
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 15 September 2016
Waktu : 13.00 WIB
3. p : assalamualaikum, selamat sore bapa, dengan bapak siapa? i : waalaikum salam, bapak cariman P : oo bapak cariman, bapak cariman di keluarganya siapa yang bekerja ke luar negeri? I : istri saya namanya Yeni P :oo istrinya, istrinya sudah berapa tahun pa bekerja di sana? I : ya sekitar mau 3 tahunan lah P : mm,,, mau 3 tahunan, itu bekerjanya dimana pak? I : di Taiwan P : di Taiwan, dulu pendidikan terakhirnya apa? I : SMP P : SMP,, penghasilan dari bekerja di sana itu digunakan buat apa pak? I : buat gadai sawah, buat beli sawah P : mmm, buat gadai sawah buat beli sawah,, terus penghasilan dari ibu itu sebulannya berapa pak di sana? I : 7 jutaan lah P : mm,, sekitar 7 juta, penghasilan segitu tuh cukup buat eee kehidupan bapak di kampung? I : yaa cukuplah P : bapaknya di rumah kerjanya apa? I : sawah P : mmm sawah eee ibu itu pergi ke sana di ajak teman atau keinginan sendiri? I : keinginan sendiri P : mmm keinginan sendiri,,,faktornya apa pak bisanya pergi ke sana? I : faktornya karna lihat saya kerja disini kekurangan terus makanya dia ikut kerja P : jadi membantu-bantu, niatnya ibu tuh mau membantu bapak, oh berarti karna faktor enokomi I : iya iya P : trus bapak mengijinkan? I : ya mengijinkan P : mmm,, mengijinkan, ibu pergi ke luar udah berapa kali? I : dua kali sekarang P : oo dua kali sekarang, berarti penghasilannya itu sampai sekarang untuk beli sawah dan kebutuhan sehari-hari I: iya untuk itu saja P: terimakasih atas waktu dan informasinya pak, Wassalamualaikuam I: iya sama-sama, Waalaikum salam
81
Wawancara dengan Ibu Kibtiah
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 16 September 2016
Waktu : 15.30 WIB
4. p : assalamualaikum ibu
i : waalaikum salam p : namanya siapa Bu? I : Kibtiah P : ibu Kibtiah di keluarganya siapa yang bekerja ke luar negeri? I : anak saya P : ooh anak saya, itu udah berapa lama Bu? I : 1 tahun P : kerjanya dimana? I : di Brunai Darussalam P : eee bekerja selama setahun ini hasilnya udah buat apa aja Bu I : buat sekolah buat kanggo mangan sehari-hari P: oo buat sekolah buat makan sehari-hari, ee anak ibu ini bekerja di sana itu diajak orang apa keinginan sendiri I : keinginan sendiri P : dulunya disini kerjanya apa Bu? I : di salon P : ooh di salon ee anak ibu udha berkeluarga? I : udah P : udah punya anak? I : udah P : oo terus anaknya di asuh sama siapa? Sama ibunya? I : iya P : trus suaminya? I : udah cerai P : udah cerainya itu sebelum anak ibu pergi ke luar apa sebelum? I : se se se,, dah,, P : oh sesudah pergi ke luar itu udah cerai (iya) itu kalau boleh tau kenapa bu faktor bercerainya? I : tidak mencukupi kebutuhan P : oo untuk komunikasi dengan anak ibu biasanya gimana via telfon atau video call kan sekarang ada video call bu? I : telfon P : oo telfon aja, tapi komunikasnya lancar ya bu? I : lancar P : oo itu penghasilan selama setahun itu untuk memenuhi kebutuhan hidup, ee menurut ibu cukup gak?
82
I : cukup P : ee berarti ada peningkatan ya Bu dari segi ekonomi I : iya P: kalau begitu saya cukupkan ya bu, terima kasih atas waktu dan informasinya I: iya sama-sama P:assalamualaikum I: waalaikaum salam
83
Wawancara dengan Bapak Didi Carsidi
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 16 September 2016
Waktu : 15.30 WIB
5. p : assalamualaikum selamat sore bapak
I : sore p : dengan bapak siapa pak? I : pak Didi Carsidi P : mm pak Didi di keluarganya siapa yang bekerja ke luar negeri? I : anakku,, istri, anu eee apa arane anak wadon P : mm anak perempuan, udah berapa lama pak? I : udah 17 bulan P : 17 bulan itu bekerjanya dimana pak? I : di Taiwan P : ooh kerjanya di Taiwan (eemmm TKI) itu pendidikan terakhirnya apa dulunya? I : SMA P : SMA eee terus anak bapa kenapa milih bekerja ke luar negeri I : karna disini eee susah cari kerjanya di sana kan gampang terus gajinya kan agak besar gitu P : terus selama anak bapak ke luar negeri itu kebutuhan di rumah cukup atau tidak pak ? I : lumayan P : lumayan itu eee bekerja di Taiwan itu baru pertama kali apa udah pernah sebelumnya? I : eks sudah eks dua kali ini P : eee penghasilan anak bapak selama bekerja di sana itu buat apa aja di rumah? I : buat gadai sawah P : gadai sawah,, terus anak bapa udah nikah atau belum? I : belum P : oh belum jadi belum ada tanggungan ya pak? I : belum P : ee terus bapak di rumah itu selain untuk eee apa gadai sawah apalagi pak, sementara hanya itu aja? I : he eh sementara hanya itu saja ya P : mm anak bapa itu bekerja di sana diajak orang atau keinginan sendiri atau melihat orang lain I : ya keinginan sendiri P : keinginan sendiri bekerja di sana, oh sebelumnya memang punya keinginan pak? I : punya, dulu sih punya eee punya keinginan sekolah cuman gak ada modal P : jadi lebih memilih bekerja disana, itu udah 2 kali ke sana berarti sudah merasakan enak bekerja disana jadinya lebih memilih di sana dari pada bekerja di sini ya pak
84
I : iya iya iya itu P: terimakasih atas waktu dan informasinya pak , wassalamualaikum I: iya sama-sama, waalaikum salam
85
Wawancara dengan Bapak Jaja
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 02/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 17 September 2016
Waktu : 16.30 WIB
6. p : assalamualaikum
i : waalaikum salam p : selamat sore pak i : sore p : ini dengan bapak siapa? i : bapak Jaja p : bapak Jaja siapa di anggota keluarganya yang pergi ke luar negeri? i : istri p : istri,, itu udah berapa lama pak? i : kalau berangkatnya sih sudah 3 kali ini cuman yang ini mah baru 4 bulan p : ooh itu dimana Pak? i : di Taiwan p : 3 kali itu semuanya di Taiwan semua? i : he eh itu tuh Taiwan semua p : mm itu kenapa milih bekerja ke luar negeri? i : ingin membantu ekonomi di rumah p : oo eee terus anaknya bapak diasuh sama siapa sekarang? i : sama nenek p : bapaknya kerja apa di sini? i :kerja serabutan, tani kadang-kadang kuli bangunan p : eee terus penghasilannya itu udah buat apa aja pak? Pengahsilan dari bekerja di Taiwan itu i : ya sementara ini mah buat gadai sawah, buat renovasi rumah p : ee kira-kira pengahsilan sebulannya itu berapa pak bekerja di sana? I : di Taiwan (iya) ya kalo gaji fullnya mah mencapai 8 juta P : oo eee itu biasanya tiap bulan dikirimin atau misalkan bapa yang minta baru dikirim ke rumah? I : ya kalo tiap bulan sih engga, kadang-kadang kalo ada perlu di kampungnya di rumahnya gitu di transfer P : itu dengan ibunya bekerja di luar pengahsilan segitu apa mencukupi buat kebutuhan sehari-hari I : ya Alhamdulillah lebih dari cukup P : lebih dari cukup , berarti ee ibu itu lebih memilih bekerja ke luar negeri ya pa dibanding di dalam negeri? I : iya masalahnya kalo di luar kan gaji ini nya kan lebih gede cuman resikonya kan ninggalin anak istri eh suami istri di rumah P : trus komunikasi dengan keluarga di sini gimana?
86
I : ya baik, sangat baik P : oh itu maksudnya melalui via telfon atau gimana I : telfon,,sering telfon P : oh sering telfon,,terus ibu itu pergi ke sana diajak, keinginan sendiri apa gimana? I : ya keinginan sendiri P: kalau begitu terima ksih atas informasinya pak I: iya sama-sama P:assalamaulaikum I:waalaikum salam
87
Wawancara dengan Bapak Mudi
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/04 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 18 September 2016
Waktu : 14.30 WIB
7. p : selamat sore dengan bapak siapa?
I : bapak Mudi P : umur berapa pak? I : umur 40 P : pekerjaan bapak apa? I : wiraswasta anu bangunan P : ee didalam keluarga siapa yang bekerja ke luar negeri pak? I : anak P : oh anak, udah berapa lama pak? I : 4 tahun P : pendidikan terakhirnya apa pak? I : SMP P : eee itu bekerjanya dimana? I : di ,,,, Taiwan P : ee faktor penyebab anaknya ini bekerja di Taiwan apa pak? I : kekurangan anu ekonomi dengan pengalaman P : oh cari pengalaman juga, ee hasil yang diperolehnya itu cukup ga buat kebutuhan sehari-hari? I : ya cukup gak cukup ya hahaha P : pengaruhnya bagi ekonomi keluarga apa pak? Apakah puny abarang atau bisa bangun rumah atau gimana gitu pak? I : belum bangun rumah mah, dapat gadai sawah beli alat-alat untuk bangun rumah P : mm itu kira-kira penghasilan sebulannya berapa pak anaknya? I : 5 juta P : eee anaknya sudh amenikah atau belum? I : sudah P : e sudah punya anak? I : ya sudah ini anaknya P : itu anaknya yang ngasuh bapak ya berarti orang taunya, terus suaminya? I : suaminya ga udah pisahan P : oh udah bercerai I : iya bercerai P : kenapa itu pak faktornya apa? I : faktornya ya itu mah gak benar bapaknya P : oh bapaknya gak benar ibuny abekerja di luar bapaknya ga jaga anaknya I : udah udah anu udah cerai pergi ke luar P : oh setelah bercerai pergi ke luar, ke Taiwan itu ya pak?
88
I : iya P : eee selama bekerja 4 tahun itu hasil yang di peroleh itu untuk apa aja pak uangnya? I : ya untuk kebutuhan rumah tangga, anaknya P : ooh kebutuhan sehari-hari, anaknya udah sekolah apa belum pak? I : apanya? Anaknya udah kelas 1 P : oh kelas 1 yang menyekolahkan bapak biayanya dari ibunya, kalau begitu terimakasih ya pak atas waktunya wassalamualaikum I : waalaikum salam
89
Wawancara dengan Ibu Fatonah
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/04 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 18 September 2016
Waktu : 15.30 WIB
8. p : selamat sore ibu
i : sore p : ee dengan ibu siapa? i : Fatonah p :umurnya berapa Bu? i : umurnya 39 p : sekarang kerjanya apa Bu? i : ya kalo di rumah ya tidur hehehe p : mm di keluarga ibu siapa yang pernah bekerja ke luar negeri? i : ya saya sendiri lah p : oh ibu,, itu dimana bu? i : Malaysia p : udah berapa lama bu? i : 2 tahun p : pendidikan terakhir ibu apa? i : SMP p : mm SMP,,terus kenapa ibu memutuskan bekerja ke sana i : ya ya buat cari uang ehehehehe, ya untuk kebutuhan hiduplah p : terus ada gak bu pengaruhnya bagi ekonomi? i : ya ada kali hahaha ada p : itu hasil ibu bekerja di Malaysia itu cukup ga buat kebutuhan sehari-hari di rumah i : ya dibilang cukup ya cukup lah, kalo udah lama mah ya kurang lagi p : kalo udah lama di rumah kurang lagi ya bu? i : ya iyalah p : ooh terus penghasilan ibu disana berapa itu bu? i : hhmm ga banyak sih sekitar 2 juta setengah tak sampai 3 juta p : ibu sudah menikah? i : sudah p : sebelum berangkat itu anak ibu diasuh siapa? i : di asuh sama neneknya p : diasuh sama neneknya,, kalo suami ibu? i : suami saya tak tahu yah hehehehe p :maksudnya suami ibunya tuh bekerja juga apa gimana? i : eeh ya kadang bekerja kadang juga ya petani kesana kesini sajalah hehehe p : terus hasil dari ibu bekerja itu untuk apa aja bu gaji yang diterima? i : ya gak tau buat yang dirumah, buat beli susu buat apa anak sekolah ya tak tau juga lah
90
p : itu biasanya di minta tiap bulan apa ibu kirimin tiap bulan apa nanti nunggu di minta? i : ga nunggu, ya kadang kadang diminta ya kadang ingin saya sendiri buat beli susu atau keperluan anak-anak sekolah p : mm itu ibu sekitar tahun berapa bu kerja disana? i : mmm 2015 apa berapa ya p : oh belum lama ya bu? i : belum lama p : terus ada niatan buat kesana lagi? i : ya mau kesana juga lain negara p : itu mau kemana bu? i : gak tau mau ke Hongkong, Beijing, Taiwan ya gak tau apa juga mau kesini mau ke cafe hahahaha p : apa ga minat bekerja di dalam negeri saja bu? I : ya kalau sesuai dengan gajinya ya ingin lah minat tapi tak tau lah apa hehehe lebih suka di luar banyak uangnya kalau bisa mah, tapi ya kan kalau di laur kan kadang-kadang kalau kita ingin pulang belum habis kontrak kita semua yang biayain kalau,, kalau maksudnya mmm kalau sudah kontrak sudah semua kan kerjanya 3 tahun ya tergantung ada 2 tahun ada 3 tahun P : mmm fakttor ekonomi ya yang utama I : ya lah betul lah tul tul heheheh P : ibu pergi ke laur itu ada yang mengajak atau keinginan sendiri? I : keinginan saya sendiri, bukan ada yang ngajak,,, lihat-lihat begini kurang ini kurang hehehe P : jadi karna udah pernah sekali kesana mau lagi, ga betah di rumah ya bu? I : mau lagi,, ga betah, sekarang aja abis keliling-keliling jualan jamu ehehehhehe ga laku-laku jamunya ahahahaha P : ooh gitu ya bu, terimakasih ya bu atas informasinya saya akhiri Assalamualaikum I : iya sama-sama Waalaikum salam
91
Wawancara dengan Ibu Rasimen
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/04 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 18 September 2016
Waktu : 15.30 WIB
9. p : assalamualaikum
i : waalaikum salam p : mm saya bicara dengan ibu siapa? i :ibu Rasimen p : oo ibu Rasimen ee umurnya berapa bu sekarang? i : 40 tahun p : pekerjaan ibu sekarang apa? i : Tani p : keluarga ibu yang bekerja ke luar negeri siapa? i : anak p : oh anak ibu, sudah berapa lama bu bekerja disana? i : setahun setengah p : itu dimana bu? i : di Taiwan p : pendidikan terakhir anaknya apa? i :SMP p : oh SMP terus faktor yang membuat dia bekerja ke luar negeri itu apa? i : ya karna apa pengen gaji gede ning Taiwan mah pengen ana hasile pengen gawe peranti turu p : mm mau bikin rumah gitu ya i :iya he eh p : setelah anak ibu bekerja ke luar negeri itu ada gak pengaruhnya bagi ekonomi keluarga, apakah ekonomi keluarga itu bertambah? i : ya luamyan ningan di bantu-bantu p : mm ada yang bantu-bantu ya bu, dari gaji anak ibu itu cukup ga buat kebutuhan sehari-hariya? i : ya cukup eh cukup ora cukup p : itu biasanya kirimnya itu tiap bulan apa? i : ora p : kalau ibu minta aja? i :iya p : itu kalau boleh tau penghasilan satu bulannya berapa bu? i : lima setengah apa enem, sekitar semono p : oh sekitar lima setengah sampai enam, ee anak ibu sudah menikah? i :sudah p : ee sudah punya anak? i : belum
92
p : terus suaminya sekarang dimana? i : ya kerja di Jakarta p : mm jadi gak apah cuman nunggu hasil dari istrinya saja ya bu? i : engga p : mm terimakasih saya akhiri assalamulaikum i :waalaikum salam
93
Wawancara dengan Ibu Asni
Tempat : Desa Cikedung RT/RW 01/03 Kecamatan Cikedung
Tanggal : 15 September 2016
Waktu : 15.30 WIB
10. p : assalamualaikum
i :waalaikum salam p : boleh tau ibu namanya siapa? i : Asni p : umurnya berapa bu? i : ya golongan telung puluh pituan p : pekerjaan ibu apa? i : tani p : anggota keluarga ibu yang pergi bekerja ke luar negeri siapa? i :Lilis p : mm berapa lama itu bu? i : pirang tahun kan,,, papat p : oh 4 tahun, pendidikan terakhirnya dulu apa? i :SMP p : knpa mbak lilis memutuskan bekerja ke luar negeri? i : karna rumah tangga,, ditinggal nang suami p : oh ditinggalin suaminya jadi memutuskan bekerja ke luar negeri, ee dari hasil dia bekerja di luar negeri itu pengaruhnya bagi ekonomi keluarga gimana, apa meningkat atau bertambah barang yang dimiliki? i : duh ya ukur-ukur aja anu bae lah aja kurang belanja p : intinya mencukupi kebutuhan sehari-hari saja ya bu? i : iya p : kalau boleh tau penghasilan perbulannya berapa bekerja di sana? i : 5 juta p : berrati setelah ada anngota keluarga yang bekerja ke luar perekonomian ibu tuh mencukupi ya bu i : cukup sedina-dina ne mah p : kan itu di tinggal suaminya ya bu, anaknya yang mengurusi siapa? i :ya kita p : oh ibu sendiri, terus pendidikan anaknya sudah sekolah atau belom? i : sudah kelas 3 p : berarti pendidikannya juga yang nanggung mbak Lilis dan ibu yang mengasuh, itu kira-kira faktor penyebab bercerai itu apa bu? i :ya mapan kun ditinggal rabi maning ningan dadine tekad mah yayu miang p : mm suaminya itu menikah lagi, terimakasih ibu atas infonya, assalamualikum i : iya waalaikum salam
94
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI WAWANCARA
gambar 1.wawancara dengan Ibu Nina
gambar 2. Wawancara dengan Bapak Margana
gambar 3. Wawancara dengan Bapak Jaja
gambar 4. Wawancara dengan Ibu Asni
BIODATA PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Eli karlina lahir di Indramayu, 22 Januari 1994, putri dari pasangan Bapak Durajak dan Karni. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Alamat email penulis [email protected].
Penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri Cikedung II Indramayu tahun 2000-2006, MTs Ciwaringin Cirebon tahun 2006-2009, MAN Ciwaringin Cirebon tahun 2009-2012 dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, konsentrasi Geografi tahun 2012-2016.
Skripsi yang penulis buat berjudul “Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi Dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Dr. Mohammad Arif, M. Pd dan Bapak Sodikin, M. Pd