Download - Pengangguran Tersembunyi Sebagai
Pengangguran Tersembunyi SebagaiPotensi Tabungan
ARTI PENGANGGURAN TERSEMBUNYI
Konsep pengangguran tersembunyi diperkenalkan ke dalam teori keterbelakangan
oleh Rosestein – Rodan dalam artikelnya yang terkenal “Problems of Industrialization of
Eastern and South-Eastern Europe”, dan kemudian dirinci oleh Ragner Nurkse. Dalam arti
sempit, konsep ini berarti bahwa dengan teknik dan sumber produktif tertentu, produktivitas
marginal buruh di sektor pertanian negara terbelakang adalah nol. Oleh karena itu ada
kemungkinan untuk mengalihkan kelebihan tenaga buruh dari sektor pertanian tanpa
mengurangi output total pertanian. Pengangguran seperti ini ditemui pada bidang pertanian
yang terlalu banyak buruh kerja sebagai akibat langkahnya kesempatan kerja lain yang
bersifat pengganti atau pelengkap. Jika misalnya tujuh orang bercocok tanam pada
sebidang tanah yang sebenarnya dapat dikerjakan oleh lima orang, dipindah dan diberi
pekerjaan lain, dan lima pekerja lain dibiarkan tetap menggarap pekerjaan yang sama,
output total tanah pertanian tersebut tidak akan berkurang. Hal ini berarti ada dua orang
pekerja yang tidak memberikan sumbangan apa pun terhadap output tanah pertanian tadi
dan itu berarti produktivitas marginal mereka adalah nol.
MASALAH
Maurice Dobb dan Ragner Nurkse, secara terpisah, mengembangkan tesis bahwa
pengangguran tersembunyi di negara terbelakang yang padat penduduk dapat merupakan
sumber pembentukan modal. Menurut Nurkse, keadaan pengangguran tersembunyi di
negara terbelakang merupakan “potensi tabungan yang tersembunyi”. Negara terbelakang
menderita akibat pengangguran tersembunyi dalam skala yang bersifat massal.
Nurkse membagi masalah pengarahan pengangguran tersembunyi sebagai potensi
tabungan ke dalam dua bagian : Pertama, bagaimana memberi makan kelebihan penduduk
yang dialihkan ke berbagai proyek modal, dan kedua, bagaimana menyediakan peralatan
kerja kepada pekerja-pekerja baru. Nurkse yakin bahwa di dalam pengangguran
tersembunyi yang terdapat di negara terbelakang padat penduduk terkandung di dalamnya
potensi tabungan yang dapat secara efektif dipergunakan sebagai sarana pembentukan
modal.
KETERBATASAN KONSEP INI
Konsep pengangguran tersembunyi sebagai potensi tabungan terpendam
mengandung beberapa kontroversi. Para ahli ekonomi mempertanyakan arti praktis konsep
ini pada ekonomian negara terbelakang yang demokratis. Berbagai kesulitan yang
menghadang di perjalanan akan diamati di bawah ini.
1. Kecenderungan Berkonsumsi Tidaklah Konstan
Nurkse mengganggap kecenderungan berkonsumsi pada buruh yang baru
dipekerjakan dan buruh yang tetap tinggal di desa adalah konstan. Kurihara
berpendapat sebagai akibat pemindahan penganggur tersembunyi ke sektor barang
modal, kecenderungan berkonsumsi di dalam keseluruhan perekonomian boleh jadi
meningkat.
2. Masalah Pengumpulan dan Pembagian Surplus Makanan.
Nurkse tidak mampu memperagakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
pengumpulan dan pembagian surplus makanan dari mereka yang bekerja di lading
pertanian kepada mereka yang bekerja pada proyek-proyek modal baru
3. Surplus Barang yang Dapat Dipasarkan Tidak Meningkat
Selanjutnya, cukup meragukan apakah pemindahan surplus tenaga kerja dari sector
pertanian akan meningkatkan surplus barang yang dapat dipasarkan. Kaldor
berpendapat bahwa petani di negara terbelakang lebih banyak memproduksi sesuatu
untuk mencukupi kebutuhan sendiri ketimbang untuk mencari untung, dan jumlah
yang disetor ke sector non pertanian cenderung ditentukan oleh banyaknya
kebutuhan akan barang-barang industri.
4. Sulit Mengerahkan Penganggur Tersembunyi
Tidak begitu mudah menggerakkan para penganggur tersembunyi dan menyuruhnya
ke proyek-proyek modal baru. Mereka terikat kepada keluarga dan tanah sehingga
tidak suka meninggalkan sanak saudaranya dan berpindah ke proyek-proyek baru.
5. Mustahil Mendapatkan Pekerjaan Tanpa Pembayaran Upah
Di dalam analisa Nurkse, masalah pembayaran upah kepada pekerja investasi tidak
muncul karena keseluruhan proses pembentukan modal diasumsikan bersifat
membiayai diri sendiri (self financing).
6. Hanya Berhasil di Negara Totaliter
Pendekatan melalui tekanan “sepatu laras” hanya berhasil di bawah pemerintahan
totaliter dan sedikit sekali mempunyai relevansi dengan negara terbelakang yang
demokratis.
7. Masalah Inflasi dan Neraca Pembayaran
Lewis berpendapat bahwa apa yang menghalangi penggunaan buruh semacam itu
bukan karena langkanya modal tetap, tetapi karena langkanya modal kerja. Misalkan
modal kerja tersedia, pemanfaatan tenaga kerja surplus seperti itu mungkin akan
membawa perekonomian ke arah inflasi.
8. Buruh Tak Terdidik Tidak Mungkin Menaikkan Output Modal Tetap
Menurut Kurihara buruh tak terdidik dan kurang peralatan tidak mungkin menaikkan
secara cukup output modal tetap yang sangat mutlak bagi industrialisasi.
Menggerakkan penganggur tersembunyi ke proyek-proyek investasi jenis padat-
buruh yang tidak memerlukan keterampilan atau peralatan khusus tidak dapat
diharapkan untuk menghasilkan modal tetap “dalam jumlah dan kualitas” yang
memadai bagi industrialisasi.
9. Asumsi Tidak Realistis Tentang Netralitas Teknologi
Kurihara selanjutnya berpendapat bahwa asumsi diam-diam tentang netralitas
teknologi yang terkandung dalam gagasan Nurkse mengenai pengangguran
tersembunyi sebagai potensi tabungan tidak dapat dipertahankan dan tidak
membantu.
10. Dampak Pertambahan Penduduk Pada Pembentukan Modal
Nurkse lupa menelaah dampak pertambahan penduduk pada akumulasi modal.
Pertumbuhan penduduk yang cepat kian memperberat kesulitan usaha
meningkatkan laju pembentukan modal.
11. Tidak Dapat Diterapkan Pada Kegiatan Produktif Langsung
Hirschmann menarik suatu perbedaan antara faktor-faktor yang “permissive” dan
yang “compulsive” di dalam pembangunan ekonomi. Menurut Nurkse, dengan cara
mempekerjakan “buruh tidak produktif” pada proyek modal overhead sosial itulah
pembentukan modal dapat terjadi.
12. Kemerosotan Produksi
Schultz tidak sependapat dengan Nurkse bahwa pemindahan surplus tenaga buruh
dari daerah pertanian ke proyek-proyek modal baru tidak akan mengurangi
produktivitas pertanian. Ia berpendapat bahwa “belum pernah ada bukti suatu negara
miskin dimana pun yang pemindahan sebagian kecil tenaga kerja dari daerah
pertanian, dapat dilakukan tanpa mengurangi produksi daerah pertanian itu”.
Terakhir, bukti empiris menunjukkan bahwa perkiraan 20-25% surplus tenaga kerja
sama sekali tidak tepat dan menyesatkan. Kao, Anschel, dan Eicher menunjukkan
bahwa studi empiris yang mendukung perkiraan optimis tentang pengangguran
tersembunyi tersebut seringkali diajukan secara ngawur.
Dari keseluruhan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan
pengangguran tersembunyi sebagai potensi tabungan yang tersembunyi dank arena itu
sebagai sumber pembentukan modal di negara terbelakang padat penduduk dipenuhi
dengan sejumlah kesulitan dan sedikit sekali arti praktis bagi negara yang memilih
demokrasi sebagai jalan hidupnya. Kita lalu dapat berkesimpulan sama dengan Viner bahwa
“sebenarnya sedikit saja atau malah tidak ada sama sekali di dalam fenomena yang
dilukiskan sebagai penganggur tersembunyi, sebagai pengangguran terselubung atau
pengangguran yang sepanjang gejala itu merupakan masalah sosial, tidak akan
diperhitungkan dalam penelahaan menyeluruh dan mendalam mengenai produktivitas
rendah tenaga buruh yang dipekerjakan, penyebabnya, rentang persoalannya, dan
kemungkinan jalan keluarnya.