PENETAPAN KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM ISI
ULANG DENGAN METODE ARGENTOMETRI
(Metode Mohr)
TUGAS AKHIR
OLEH:
ESKADOANY SINAGA
NIM 132410009
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Tugas Akhir (TA) dengan judul ”Penetapan Kadar Klorida pada Air Minum Isi
Ulang dengan metode Argentometri (Metode Mohr)”. Dimana penulisan Tugas
Akhir (TA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak, antara lain:
1. Ibu Dr.Masfria, MS.,Apt., selaku Pejabat Dekan Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.SC., Apt.,selaku Ketua
Program Studi D-3 Analis Farmasi dan Makanan yang telah mengajari
dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir
ini.
4. Ibu Dra. Lely Sary Lubis, M.Si,. Apt., selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dengan
penuh perhatian hingga Tugas Akhir inidapat diselesaikan.
Universitas Sumatera Utara
iv
5. Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat
Akademik yang telah memberikan banyak nasehat-nasehat kepada
penulis selama melakukan perkuliahan.
6. Ibu dr. Hartati, M.Kes.,selaku Pimpinan Balai Laboratorium Kesehatan
Daerah Medan dan seluruh Staf Pegawai yang telah memberikan
tempat pelaksanaan PKL dan telah mengajari penulis selama
melakukan praktek kerja lapangan berlangsung.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D3, yang telah memberi doa dan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Nope,
Ade, Dahlan, Evelin, Liluk, Niong serta kelompok PKL penulis yaitu
Wantrio, Hanna, dan Herdina yang sangat banyak memberikan
dukungan dan banyak pengalaman yang luar biasa kepada penulis
selama kuliah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Ester dan Moni dan secara khusus kepada Abang Soezono Eben Ezer Sumbayak
yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan serta memberikan motivasi
kepada penulis sehingga penulisan Tugas Akhir (TA) ini dapat diselesaikan.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yaitu
Drs. Ramly Sinaga dan Asna Deriah Purba, S.Pd., yang telah memberikan
dukungan baik secara material maupun moril kepada penulis dengan penuh kasih
sayang dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir (TA) ini masih
mempunyai kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan,
Universitas Sumatera Utara
v
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan peningkatan mutu penulisan
Tugas Akhir (TA) di masa yang akan datang.
Akhir katapenulis berharap semoga Tugas Akhir (TA) ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Medan, Mei 2016
Penulis,
Eskadoany Sinaga
NIM 132410009
Universitas Sumatera Utara
vi
PENETAPAN KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM ISI
ULANG DENGAN METODE ARGENTOMETRI
(METODE MOHR)
ABSTRAK
Klorida dalam bentuk ion Cl
- adalah anion anorganik yang banyak terdapat
dalam air. Adanya klorida yang berlebihan dalam air minum dapat menyebabkan
gangguan pada sifat fisis air, gangguan pipa logam, dan gangguan kesehatan.
Tujuan pemeriksaan klorida ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kadar klorida yang terkandung dalam air minum isi ulang yang diuji di
Laboratorium Kesehatan Daerah Medan sesuai persyaratan air minum yang
diperbolehkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/ 2010. Kadar klorida dalam air minum isi ulang ditetapkan
dengan metode Argentometri Mohr yaitu dengan menggunakan larutan standar
AgNO3 dan indikator K2CrO4. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya
endapan warna merah bata dari Ag2CrO4.
Kadar klorida (Cl) pada air minum isi ulang yang diuji di Laboratorium
Kesehatan Daerah Medan yang diperiksa, diperoleh kadar klorida (Cl) dengan
kode masing-masing sampel 0307 dengan kadar 4,86 mg/L, kode sampel 0308
dengan kadar 11,61 mg/L, dan kode sampel 0316 dengan kadar 6,40 mg/L. Dari
hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa air minum isi ulang tersebut layak
digunakan sebagai air minum karena kadar klorida yang diijinkan untuk
pengolahan air minum secara konvensional berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 adalah lebih kecil atau sama
dengan 250 mg/L.
Kata kunci: Klorida, Air Minum Isi Ulang, Argentometri Mohr
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................... 3
1.3 Manfaat................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
2.1 Air .................................................................................... 4
2.1.1 Air Minum .................................................................. 5
2.1.2 Air Minum Isi Ulang ................................................... 6
2.2 Pencemaran Air .................................................................... 7
2.2.1 Sumber-sumber Pencemaran Air ................................ 8
2.2.2 Dampak Pencemaran Air ............................................ 9
2.2.3 Parameter dan Uji Kualitas Air Minum ...................... 11
2.3 Klorida ................................................................................. 13
2.4 Titrasi Argentometri ............................................................ 14
Universitas Sumatera Utara
viii
2.4.1 Prinsip Dasar Titrasi Argentometri ............................. 15
2.4.2 Jenis-jenis Titrasi Argentometri .................................. 15
2.4.2.1 Metode Mohr .................................................. 15
2.4.2.2 Metode Volhard .............................................. 16
2.4.2.3 Metode K.Fajans ............................................ 16
2.4.2.4 Metode Liebig ................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 18
3.1 Tempat ................................................................................. 18
3.2 Alat ........................................................................................ 18
3.3 Bahan .................................................................................... 18
3.3.1 Sampel ........................................................................ 18
3.3.2 Pereaksi ....................................................................... 18
3.4 Prosedur Analisa Klorida ...................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 20
4.1 Hasil ...................................................................................... 20
4.2 Pembahasan........................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 22
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 22
5.2 Saran ..................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Analisa Kadar Klorida (Cl) .................................................. 20
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Baku MutuKlorida ............................................................. 24
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan zat kehidupan. Tidak satu pun yang berada di planet bumi
ini, yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup, baik pada tumbuh-
tumbuhan ataupun pada hewan (termasuk di dalamnya manusia) akan terkandung
sejumlah air, yaitu lebih dari 75% kandungan sel tumbuh-tumbuhan atau lebih
dari 67% kandungan sel hewan terdiri dari air (Suriawiria, 2005).
Air sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa air kelangsungan
hidup hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan pelarut di dalam tubuh dan
membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur
oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit
(Gabriel, 2001).
Pada umumnya kebutuhan air untuk diminum setiap harinya adalah sekitar
2 liter (bagi orang dewasa). Sedangkan setiap individu memerlukan air sekitar 60
liter/hari untuk segala keperluannya untuk minum, cuci dan sebagainya (Gabriel,
2001).
Namun saat ini air telah menjadi masalah yang perlu mendapatkan
perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai
dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena sudah banyak
air yang tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik
dalam limbah kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan
lainnya (Suripin, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2
Salah satu senyawa yang terkandung dalam limbah yaitu klorida.
Tergolong dalam unsur halogen, yang merupakan gas berwarna kuning kehijauan
dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur. Ion klorida adalah anion yang
dominan di perairan laut. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida
(Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di
perairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya.
Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl) dan kalsium klorida (CaCl2) (Effendi, 2003).
Kebanyakan klorida diproduksi untuk pembuatan senyawa klorin untuk
sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Kerugian dari
penggunaan senyawa klorida yaitu dapat mengiritasi sistem pernafasan, dalam
bentuk gas dapat mengiritasi lapisan lendir dan dalam bentuk cair bisa membakar
kulit (Effendi, 2003).
Penentuan kadar klorida dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya adalah metode titrasi argentometri. Argentometri merupakan metode
yang klasik untuk analisis kadar klorida dengan menggunakan AgNO3 sebagai
pentiternya. Kelebihan analisis klorida dengan cara ini yaitu pelaksanaannya
mudah dan cepat, memiliki ketelitian dan keakuratan yang cukup tinggi dan dapat
digunakan untuk menentukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda-beda.
Berdasarkan hal di atas, dilakukan penelitian pada sampel air minum isi
ulang di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, sehingga
penulis memilih judul tentang “Penetapan Kadar Klorida pada Air Minum Isi
Ulang dengan Metode Argentometri (Metode Mohr)”.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kadar klorida (Cl-) yang
terkandung dalam air minum isi ulang di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Sumatera Utara memenuhi persyaratan baku mutu atau tidak.
1.3 Manfaat
Manfaat tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kadar klorida (Cl-) yang
terkandung dalam air minum isi ulang di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Sumatera Utara memenuhi persyaratan baku mutu atau tidak sehingga
hasil yang diperoleh dapat menjadi informasi bagi masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan
sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung
zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 2001).
Air dapat berwujud padatan (es), cairan, dan gas (uap air). Dimana air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia sehingga air sering
disebut sebagai pelarut universal (Achmad, 2004).
Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh mausia
itu sendiri. Menurut Notoadmojo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang
dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%
(Mulia, 2005).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah R.I. No. 20 Tahun 1990 yang
mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut
peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut (Mulia, 2005):
Universitas Sumatera Utara
5
Golongan A :Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B :Air yang dapat digunakan sebagai air baku minum
Golongan C :Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
Golongan D :Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
Menurut definisi di atas, bila sumber air yang termasuk dalam golongan B
(air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami pencemaran
yang berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan
untuk air baku air minum, maka dikatakan sumber air tersebut telah tercemar.
2.1.1 Air Minum
Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam
tubuh manusia itu sendiri. Sumber air minum dapat berasal dari air permukaan
(surface water), air tanah (ground water), dan air hujan. Termasuk air permukaan
adalah air sungai dan air danau, sedangkan air tanah dapat berupa air sumur
dangkal, air sumur dalam maupun mata air (Mulia, 2005).
Air minum merupakan air yang dapat diminum langsung tanpa dimasak
terlebih dahulu. Sedangkan air bersih merupakan air yang digunakan keperluan
sehari-hari, memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak
terlebih dahulu.Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas
dari bakteri yang berbahaya dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus
Universitas Sumatera Utara
6
bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, dan tidak mengandung bahan
tersuspensi atau kekeruhan (Mulia, 2005).
Perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas airnya sebelum
didistribusikan pada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar,
maka perlu dilakukan pengolahan agar memenuhi standar air minum. Air minum
yang ideal harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dan tidak
mengandung kuman patogen. Air seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya (Mulia, 2005).
2.1.2 Air Minum Isi Ulang
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah produksi air
minum isi ulang yang pada saat ini telah berkembang pesat di seluruh daerah di
Indonesia, utamanya di perkotaan seiring dengan pertumbuhan industri air dalam
kemasan. Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen.
Air baku yang digunakan Depot Air Minum harus memenuhi standar mutu dan
persyaratan kualitas air minum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (Renny, 2013).
Kebutuhan masyarakat akan air minum terus meningkat seiring dengan
cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga masyarakat terdorong untuk
mencari alternatif lain guna memenuhi kebutuhan akan air minum salah satunya
dengan air minum isi ulang. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas air
minum isi ulang yaitu hygiene dan sanitasi depot, sarana pengolahan, dan proses
pengolahan air minum isi ulang. Proses pengolahan air minum isi ulang yang saat
Universitas Sumatera Utara
7
ini dilakukan diberbagai depot yang ada di masyarakat yaitu proses ozonisasi,
ultraviolet (UV), dan reversed osmosis(Renny, 2013).
Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi
(penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk
memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk
koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses
sebelumnya (Renny, 2013).
2.2 Pencemaran Air
Pencemaran air didefinisikan sebagai perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap keadaan air dari keadaan yang normal menjadi keadaan air
yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi
kehidupan makhluk hidup. Kehadiran bahan pencemar di dalam air dalam jumlah
banyak tidak normal mengakibatkan air dinyatakan sebagai terpolusi (Manihar,
2007).
Air diperlukan dalam jumlah banyak untuk mendukung aktivitas
organisme, mulai dari kebutuhan konsumsi makhluk hidup (termasuk manusia),
untuk industri, dan sebagainya. Beberapa indikator terhadap pencemaran air dapat
diamati dengan melihat perubahan keadaan air dari keadaan yang normal,
diantaranya:
1. Adanya perubahan suhudan adanya perubahan pH atau konsentrasi
hidrogen
2. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
Universitas Sumatera Utara
8
3. Timbulnya endapan, koloida dari bahan terlarut
4. Adanya mikroorganisme, dan
5. Adanya perubahan tingkat keasaman, basa dan garam.
Pencemaran air dapat juga merupakan masalah regional maupun
lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan udara serta penggunaan lahan
tanah dan daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh kebumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan
pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air kedaerah sekitarnya sehingga
mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengelolahan tanah
yang kurang baik dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar
dengan tanah endapan (Manihar, 2007).
2.2.1 Sumber-sumber Pencemaran Air
a) Pencemaran Air oleh Bahan Nutrisi Tanaman
Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah
dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia telah menghasilkan
produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga menguntungkan petani.
Tetapi dilain pihak nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau dan
lautan. Begitu juga dengan pupuk yang mengandung klorida dapat
memberikan dampak yang buruk bagi manusia.
b) Pencemaran Bahan Kimia Anorganik
Bahan kimia anorganik seperti asam, garam, dan bahan toksik logam
seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak
enak diminum. Disamping itu dapat menyebabkan matinya ekosistem air
seperti ikan dan organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat
Universitas Sumatera Utara
9
menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui
air tersebut (karena bersifat korosif).
c) Pencemaran Bahan Kimia Organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Dengan bertambahnya
mikroorganisme dalam air maka tidak tertutup untuk ikut berkembangnya
bakteri patogen yang dapat berbahaya bagi manusia.
d) Sedimen dan Bahan Tersuspensi
Bahan partikel yang tidak larut seperti pasir, lumpur,, tanah, dan bahan
kimia organik dan anorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi dalam air,
sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi didalam air.
Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai
meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi,
dan pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan
didalam air.
e) Substansi Radioaktif
Radioaktif yang terlarut dalam air akan mengalami amplifikasi biologi
(kadarnya berlipat) dalam sistem rantai makanan. Radiasi yang terionisasi
dari isotop tersebut dapat menyebabkan mutasi DNA pada makhluk hidup
sehingga mengakibatkan gangguan reproduksi, kanker dan kerusakan
genetik (Darmono,2001).
2.2.2 Dampak Pencemaran Air
Menurut Gabriel (2001), akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air adalah :
a. Terganggunya kehidupan organisme air
Universitas Sumatera Utara
10
b. Pendangkalan dasar perairan
c. Punahnya biota air seperti ikan
d. Menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber
e. Banjir akibat tersumbatnya saluran air
Maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi
manusia. Berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan dua
hal yaitu :
1) Air menjadi tidak bermanfaat lagi
Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai
keperluan seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk
keperluan pertanian. Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak
memenuhi persyaratan untuk digunakan, tentu saja hal ini juga
menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat. Misalnya seperti efek
pencemaran air pada tanah mengakibatkan kualitas tanah menurun,
menyebabkan material yang dilalui air mudah keropos, dan sebagainya.
2) Air menjadi penyebab dari penyakit
Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam
komponen dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu
kematian. Kematian dapat terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah
sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Seperti
pencemaran yang diakibatkan oleh beberapa logam berat seperti Cadmium
(Cd), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Merkur (Hg) dan beberapa logam
lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, tulang,
Universitas Sumatera Utara
11
pankreas dan kelenjar gondok yang jika sudah lama akan bersifat kronis
dan kumulatif yang dapat menyebabkan kematian (Mukono, 2006).
2.2.3 Persyaratan dan Parameter Uji Kualitas Air Minum
Air siap minum/ air minum adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik,
kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi
maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri koliform yang
diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas, bahwa air minum yang
berkualitas harus memenuhi syarat sebagai berikut (Gabriel, 2001):
a. Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
b. Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik
c. Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
d. Mengandung mineral yang cukup sesuai standar
e. Bebas kuman/ LKM koliform dalam batas aman.
Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air
tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia,
standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 492/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 yaitu persyaratan air minum dapat ditinjau
dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter
radioaktivitas yang terdapat dalam air minum tersebut.
1. Parameter Fisika
Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air
tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan
jumlah zat padat terlarut (TDS). Air yang baik idealnya tidak berbau,
harus jernih (air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang
Universitas Sumatera Utara
12
berbahaya bagi kesehatan), tidak memiliki rasa serta air minum yang baik
tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar
(udara ambien). Zat padat terlarut (TDS) adalah bahan-bahan terlarut
(diameter <10-6
) dan koloid (diameter 10-6
– 10-3
mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan/ kerak pada sistem perpipaan.
2. Parameter Kimiawi
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat-zat ataupun mineral
yang berbahaya bagi kesehatan. Parameter kimiawi dikelompokkan
menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Dalam standard air minum di
Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat
berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (pH). Sedangkan zat kimia
organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organic chemicals
(zat kimia organik mudah menguap) zat-zat berbahaya dan beracun
maupun zat pengikat oksigen.
3. Parameter Mikrobiologi
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhidar dari
kemungkinan kontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat patogen.
Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri koliform sebagai organisme
petunjuk (indicator organism). Dalam laboratorium, istilah total koliform
menunjukkan bakteri koliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah
lainnya. Istilah fecal Coliform (Koliform tinja) menunjukkan bakteri
Universitas Sumatera Utara
13
koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas
lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah
adanya mikroba patogen di dalam air minum.
4. Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan
perubahan komposisi genetik. Sinar Alpha, Beta, Gamma berbeda dalam
kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit
dan sinar Gamma dapat menembus kulit sangat dalam. Kerusakan yang
terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan,
oleh karena itu bahan radioaktif tidak diperbolehkan dalam air minum
(Mulia, 2005).
2.3 Klorida
Klorida (Cl) adalah salah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan
alam. Senyawa-senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air
membentuk ion. Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat dalam
keadaan mudah larut. Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa
kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi
dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam klorida
dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting
dilakukan analisa terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air
menyebabkan pembentukan noda berwarna putih di perpiaan air (Achmad, 2004).
Universitas Sumatera Utara
14
Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini
berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida
merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi sebagai
desinfektan, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi (Sutrisno, 2007).
Konsentrasi maksimum klorida sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 492 tahun 2010 yang diperbolehkan dalam air minum adalah 250 mg/L.
Kadar yang berlebihan menyebabkan air asin rasanya. Rasa asin akan bertambah
akibat adanya limbah yang mencemari air. Namun kadar klorida dalam
konsentrasi yang layak tidak berbahaya bagi manusia (Sutrisno, 2007).
Di Indonesia, klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air
minum. Dalam jumlah banyak klorida akan menimbulkan rasa asin, korosi pada
pipa sistem penyediaan air minum. Sebagai desinfektan, residu klor di dalam
penyediaan air sengaja dilakukan, tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa
organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya
dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai
negara maju sekarang ini, kloronisasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi
digunakan karena adanya anggapan bahwa senyawa klorida tersebut dapat
memberi resiko buruk bagi kesehatan (Slamet, 1994).
2.4 Titrasi Argentometri
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang Berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan
Universitas Sumatera Utara
15
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion
Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan (Rohman dan Gandjar, 2007).
2.4.1 Prinsip Dasar Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat
yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Zat
tersebut misalnya garam-garam halogenida (Cl, Br, I), sianida (CN), tiosianida
(SCN) dan fosfat (Rohman dan Gandjar, 2007).
2.4.2 Jenis-Jenis Titrasi Argentometri
2.4.2.1 Metode Mohr
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan
K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana
netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5-9,0. Dalam suasana asam, perak kromat
larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan
perak hidroksida (Rohman dan Gandjar, 2007).
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam
adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3secara berlebihan. Untuk
larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah
sedikit CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah;
a. Bromida dan klorida kadarnya dapat ditentukan dengan metode Mohr akan
tetapi untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan,
Universitas Sumatera Utara
16
karena endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorpsi ion
kromat, sehingga memberikan titik akhir yang kacau.
b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat dan arsenat juga akan mengendap.
c. Titik akhir titrasi kurang jelas jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ion-ion yang diadsorpsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan
hasil yang rendah sehingga penggojongan yang kuat mendekati titik akhir
titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengkosidasi. Warna
biru akan hilang pada saat titik akhir dan warna putih-kuning dari endapan
perak iodida (AgI) akan muncul (Rohman dan Gandjar, 2007).
2.4.2.2 Metode Volhard
Cara volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan
asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat
berlebih. Cara ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari perak dari
larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada
keadaan terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi
dengan tiosianat standad. Anion-anion yang lain seperti bromide dan iodida dapat
ditentukan dengan prosedur yang sama. Cara volhard secara luas digunakan untuk
perak dan klorida karena kenyataan bahwa titrasi ini dapat dilakukan dalam
larutan asam (Rohman dan Gandjar, 2007).
2.4.2.3 Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbs, yang mana pada titik
ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan
Universitas Sumatera Utara
17
perubahan warna pada larutan, tetapi pada permukaan endapan. Apabila suatu
senyawa organik berwarna diserap pada permukaan suatu endapan, perubahan
struktur organik mungkin terjadi, dan warnanya sebagian besar kemungkinan
telah berubah dan mungkin telah menjadi lebih jelas. Peristiwa ini dapat dipakai
untuk mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak.
Beberapa flouresein yang disubstitusi dapat bekerja sebagai indikator untuk titrasi
perak. Jika perak nitrat ditambahkan kepada suatu larutan natrium klorida, maka
partikel perak klorida yang terbagi halus itu cenderung menahan pada
permukaannya (menyerap) beberapa ion klorida berlebih dalam larutan (Rohman
dan Gandjar, 2007).
2.4.2.4 Metode Liebig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator,
akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojokan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang
stabil dan larut. Cara Liebig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan
apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-
lahan. cara Liebig ini tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoni-alkalis
karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+
yang larut. Hal ini dapat
diatasi dengan menambahkan sedikit larutan kalium iodida (Rohman dan Gandjar,
2007).
Universitas Sumatera Utara
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pengujian
Analisa kadar klorida ini dilakukan di Laboratorium Kimia Air di Balai
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, Jalan Willem Iskandar
Pasar V Barat I No.4 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan klorida adalah Buret 50 mL,
erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 50 mL, pipet volume 10 mL, pipet tetes.
3.3 Bahan
3.3.1 Sampel
Sampel yang digunakan pada penetapan kadar klorida adalah air minum isi
ulang dari Depot Air Minum yang ada diLaboratorium Kimia AirBalai
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2 Pereaksi
Pereaksi yang digunakan dalam pemeriksaan klorida adalah akuades bebas
klor, kertas saring, indikator kalium kromat (K2CrO4 5%), larutan natrium klorida
(NaCl 0,014 N), dan perak nitrat (AgNO3 0,014 N).
Universitas Sumatera Utara
19
3.4 Prosedur Analisa Klorida
a. Digunakan 100 mL sampel uji, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL. Dibuat larutan blanko dengan volume yang sama.
b. Ditambahkan 1 mL K2CrO4 5% dengan cara penetesan menggunakan pipet
tetes.
c. Dititrasi dengan larutan baku AgNO30,014 N sampai titik akhir titrasi
yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan.
Dicatat volume AgNO3 yang digunakan.
d. Dilakukan titrasi blanko, sama seperti pada titrasi sampel uji. Air suling
bebas klorida (titrasi blanko memerlukan 0,3 mL larutan baku AgNO3).
e. Dihitung kadar klorida yang diperoleh dengan rumus:
Kadar Klorida = 𝐴−𝐵 ×𝑁×35,450×100
𝑉
Keterangan:
A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel uji (mL)
B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
N = normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)
V = volume sampel uji (mL)
Universitas Sumatera Utara
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Air minum yang diukur kadar kloridanya adalah air minum isi ulang di
Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang dilakukan
pada tanggal 2 Februari 2016. Penetapan kadar klorida tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode argentometri metode Mohr. Hasil pengujian kadar klorida
air minum isi ulang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Klorida (Cl-) pada Air Minum Isi Ulang di Balai
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Kadar Klorida = 𝐴−𝐵 ×𝑁×35,450×100
𝑉
Kadar Klorida = 1,28−0,3 ×0,014×35,450×100
100 𝑚𝐿
= 4,86 mg/L
Kadar Klorida = 2,64−0,3 ×0,014×35,450×100
100 𝑚𝐿
= 11,61 mg/L
Kadar Klorida = 1,59−0,3 ×0,014×35,450×100
100 𝑚𝐿
= 6,40 mg/L
Kode Sampel Kadar Maks. Air Minum
(mg/L)
Hasil Uji
(mg/L)
0307 250 4,86
0308 250 11,61
0316 250 6,40
Universitas Sumatera Utara
21
4.2 Pembahasan
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan
K2CrO4 sebagai indikator. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena
terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak
hidroksida. Pada titik ekivalen maka ion perak nitrat berlebih akan bereaksi
dengan ion kromat yang ada memberikan perak kromat yang berwarna cokelat
merah (Widya, 2014).
Sesuai dengan konsentrasi standard maksimum yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 untuk klorida dalam air
minum adalah lebih kurang atau sama dengan 250 mg/L. Dari analisa tiga sampel
air minum isi ulang yang diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara tersebut, diperoleh kadar klorida (Cl) dengan kode masing-masing
sampel 0307 dengan kadar 4,86 mg/L, kode sampel 0308 dengan kadar 11,61
mg/L, dan kode sampel 0316 dengan kadar 6,40 mg/L.
Dari data yang diperoleh bahwa konsentrasi klorida dalam ketiga sampel
yang diuji tidak ada yang melebihi kadar dari 250 mg/L. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa sampel air minum isi ulang yang diuji masih memenuhi
standar klorida yang masih aman atau masih memenuhi persyaratan dan
dinyatakan layak untuk digunakan masyarakat sesuai dengan peruntukannya
khususnya sebagai kebutuhan air minum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
22
5.1 Kesimpulan
Dari analisa tiga sampel air minum isi ulang yang diperiksa di Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, diperoleh kadar klorida (Cl-)
dengan kode masing-masing sampel 0307 dengan kadar 4,86 mg/L, kode sampel
0308 dengan kadar 11,61 mg/L, dan kode sampel 0316 dengan kadar 6,40 mg/L.
Dari ketiga hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel air minum isi
ulang yang diujimemenuhi persyaratan baku mutu sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dimana kadar klorida yang
diijinkan yaitu tidak lebih dari atau sama dengan 250 mg/L.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan pengujian logam-logam
berat selain klorida pada air minum. Hal ini untuk membuktikan bahwa air minum
tersebut bebas dari cemaran logam-logam berat berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 15,
47-49.
Universitas Sumatera Utara
23
Darmono.(2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Penerbit UI Press.
Halaman 28-34.
Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman
79, 80, 92-108.
Kusumaningrum, Widya. (2014). Menentukan Kadar Ion Klorida dengan Metode
Argentometri (Metode Mohr). Jakarta. UIN. Diakses tanggal 1 April 2014.
Mukono, H.J. (2006). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua.
Surabaya: Airlangga. Halaman 20-22.
Mulia, Ricki. M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Halaman 46-64.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Persyaratan Kualitas
Air Minum.
Renny M, Veronica. (2013). Analisis Kandungan Klorida dalam Air Minum Isi
Ulang. Jakarta. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Rohman, A dan Gandjar. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 146-149.
Situmorang, Manihar. (2007). Kimia Lingkungan. Medan. Universitas Negeri
Medan. Halaman 94-101.
Suriawiria, Unus. (2005). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Bandung. Penerbit P.T Alumni. Halaman 3-4.
Lampiran 1. Baku Mutu Klorida
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 492/Menkes/Per/1V/2010
Tanggal : 19 April 2010
Universitas Sumatera Utara
24
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E.Coli Jumlah per
100 ml sampel
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per
100 ml sampel
b. Kimia an-organik
1 Arsen 0,01
2) Fluorida mg/ I 1,5
3 Total Kromium mg/ I 0,05
4) Kadmium mg/ I 0,003
5 Nitrit, Sebagai N02 mg/ I 3
6 Nitrat, Sebagai N03 mg/ I 50
7) Sianida mg/ I 0,07
8 Selenium mg/ I 0,01
2 Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1 Bau Tidak berbau
2 Warna TCU 15
3)Total zat padat terlarut
(TDS)
mg/ I 500
4 Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6 Suhu suhu udara ± 3
b.Parameter Kimiawi
1 Aluminium mg/ I
2) Besi mg/ I 0,3
3) Kesadahan mg/ I 500
4 Khlorida mg/ I 250
5) Mangan mg/ I 8
6) Ph 5
7) Seng mg/ I 3
Universitas Sumatera Utara
25
8) Sulfat mg/ I 250
9 Tembaga mg/ I 2
10 Axnonia mg/ I 1,5
MENTERI KESEHATAN,
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH
Universitas Sumatera Utara