PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
DI KOTA DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Puti Shakina Nurachmah
NIM: 1113048000055
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
v
ABSTRAK
Puti Shakina Nurachmah. NIM 1113048000055. “PENERAPAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
TERHADAP KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU
SATU PINTU DI KOTA DEPOK”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi
Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta,1439 H/2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penerapan dari amanah Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap kebijakan
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang diselenggarakan oleh
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota
Depok, serta kendala yang dihadapi dalam berjalannya kebijakan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan penelitian empiris dengan
menggunakan metode analisis evaluatif guna membandingkan bentuk penerapan
dengan amanah peraturan perundang-undangan sebagai indikator Pelayanan Terpadu
Satu Pintu. Data sendiri berupa dokumen laporan kinerja DPMPTSP Kota Depok
Tahun 2017 langsung dari pihak DPMPTSP Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan Kota Depok melalui DPMTPSP setidaknya telah
menyelenggarakan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebesar 80% dari apa
yang telah diamanahkan peraturan perundang-undangan. Namun, masih ada beberapa
amanah dari peraturan perundang-undangan terkait kebijakan tersebut yang belum
dilaksanakan. Beberapa yang sudah diterapkanpun juga belum berjalan maksimal.
Kendala sendiri yang dihadapi DPMPTSP Kota Depok dalam menyelenggarakan
antara lain fasilitas sarana dan prasarana seperti pelayanan system online, sarana
ketersediaan untuk unit kerja, terbatasnya sumber daya petugas lapangan, hingga
koordinasi antar bidang yang belum berjalan maksimal. Meskipun begitu, DPMPTSP
Kota Depok tetap terus berupaya untuk meningkatkan kualitas kinerja pelayanannya
melalui kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang baru diterapkan kurang lebih
selama satu tahun .
Kata Kunci : Penerapan, Penanaman Modal, PTSP, DPMPTSP Kota Depok.
Pembimbing : 1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MH., M.A
2. Irfan Khairul Umam, S.HI, LLM
Daftar Pustaka : 1984 sampai 2017
vi
KATA PENGANTAR
حيم حمان الر بسم هللا الر
Segala puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa selalu melimpahkan rahmat dan rizki Nya, hingga menuntun peneliti
menyelesaikan skripsi berjudul “PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25
TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI KOTA
DEPOK”. Shalawat serta salam tak lupa peneliti curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang merangkul kita untuk terus berada di jalan yang diridhai Allah SWT.
Selain kerja keras dan doa, selama masa penyusunannya, banyak sekali pihak
yang terus berpengaruh bagi peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Selanjutnya,
dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepad yng terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Prodi Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Prodi Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang senantiasa memahami dan memberi perhatian pada peneliti
sebagai mahasiswa dari banyak pengurusan pemberkasan terkait maupun
diluar skripsi.
3. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., dan Irfan Khairul Umam,
S.HI., L.L.M., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan
dan berbagi ilmu dan waktunya untuk terus membimbing peneliti
menyelesaikan skripsinya dengan segera.
4. Nanda Yuda Manggala Muin, S.E., selaku ketua seksi perencanaan
pembangunan promosi dan kerjasama penanaman modal di bidang penanaman
vii
modal dan pegawai terkait lainnya pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, serta Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Depok, yang bersedia melayani dan menyediakan waktu untuk peneliti
guna memenuhi data yang diperlukan dalam skripsi.
5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studii
kepustakaan.
6. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti alam
penyelesaian karya tulisnya.
Depok, 5 Januari 2018
Puti Shakina Nurachmah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI........................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................................iv
ABTRAK......................................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah...........................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................................7
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu.................................................................8
E. Metode Penelitian..............................................................................................9
F. Teknik Penulisan.............................................................................................11
G. Sistematika Penulisan......................................................................................11
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN PENANAMAN MODAL TERHADAP
KEBIJAKAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU......................................13
A. Konsep Penanaman Modal..............................................................................13
B. Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Penanaman Modal..............21
BAB III GAMBARAN UMUM DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (DPMPTSP) KOTA DEPOK............31
A. Sejarah Singkat................................................................................................31
B. Visi dan Misi....................................................................................................32
ix
C. Susunan Organisasi..........................................................................................32
D. Tugas dan Fungsi.............................................................................................32
BAB IV ANALISIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN
2007 TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP KEBIJAKAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI KOTA DEPOK.............................37
A. Bentuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal Terhadap Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Kota Depok......................................................................................................37
B. Kendala DPMPTSP Dalam Menyelenggarakan Kebijakan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.........................................................................................................61
BAB V PENUTUP.....................................................................................................62
A. Kesimpulan......................................................................................................62
B. Saran................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................64
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan dari arah pembangunan nasional ialah berusaha mewujudkan
suatu masyarakat yang adil dan makmur, dimana untuk mencapai makna adil dan
makmur yang hakiki itu dapat diwujudkan melalui pembangunan di berbagai
bidang, salah satunya di bidang ekonomi. Beberapa sektor di dalamnya yang
dapat dibangun dan dikembangkan diantaranya melalui sektor pertanian,
kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, serta
perumahan/hotel dan jasa.1Pembangunan ekonomi nasional serta kebijakan
penanaman modal yang berlandaskan demokrasi ekonomi seyogyanya selalu
menjadi dasar ekonomi kerakyatan dengan melibatkan pelaku usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi. Selain itu dapat mempercepat pembangunan
ekonomi dengan mengolah potensi yang ada menjadi kekuatan pembangunan
ekonomi. Salah satu sumber dana dalam pembangunan ekonomi nasional dengan
mengundang investor (penanam modal) agar bersedia menanamkan modalnya.2
Secara konstitusional, Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah menentukan bahwa perekonomian nasional
dan kesejahteraan sosial bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.
Dalam upaya mencapai hal tersebut pemerintah berusaha melakukan peningkatan
investasi. Upaya yang dilakukanm antara lain dengan penyederhanaan prosedur
perizinan investasi, menciptakan kepastian hukum, mengurangi tumpang tindih
kebijakan antara pusat dan daerah serta penyempurnaan kelembagaan investasi
yang efisien, transparan, tidak diskriminatif serta sederhana.3
1 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), h.1.
2 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),
h.1
3 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, ... h. 3.
2
Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional.Penanaman modal dijadikan upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi nasional, menciptakan
lapangan kerja, serta mensejahterakan rakyat. Kebijakan penanaman modal
selayaknya mendasari ekonomi kerakyatan berdasarkan asas kekeluargaan dan
berlandaskan demokrasi ekonomi. Hal ini bertujuan untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana ketentuan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta menjaga kesatuan ekonomi nasional.4
Penanaman modal yang semakin berperan penting bagi pembangunan
ekonomi nasional dewasa ini mengarahkan diundang-undangkannya Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal agar lebih menjamin
kepastian hukum terkait kebijakan penanaman modal, dimana hal ini membuat
Undang-Undang terdahulu terkait penanaman modal dinyatakan tidak berlaku
lagi, sesuai yang dijelaskan pada Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Artinya undang-undang tersebut telah
mengakhiri dualisme pengaturan mengenai penanaman modal sebelumnya
melalui Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri.
Supancana, seperti yang dikutip oleh Lusiana pada buku Usaha
Penanaman Modal di Indonesia, mengemukakan bahwa bagi calon investor
adanya transparansi dalam proses dan tata cara penanaman modal akan
menciptakan suatu kepastian hukum serta menjadikan segala sesuatunya mudah
diperkirakan (predictable). Tranparansi dan kepastian hukum mencakup pula
aspek efektivitas sistem hukum dan peradilan yang adil, termasuk aspek
4Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, ... h. 4.
3
penegakan hukum atas putusan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian
lain. Tranparansi dalam kaitan dengan substansi hukum dimulai sejak suatu
aturan dirancang, dirumuskan, diberlakukan, diimplementasikan, diubah, dicabut,
disempurnakan, dan seterusnya.5Indonesia yang menerapkan otonomi daerah
dimana urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah didasarkan
pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis
nasional, juga turut mengarahkan daerah-daerahnya berperan aktif dalam
meningkatkan investasi di daerahnya dalam rangka pembangunan ekonomi
nasional. Salah satunya Kota Depok, Jawa Barat, dengan dimilikinya Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (selanjutnya disebut
DPMPTSP).
Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota, Kota Depok,
Jawa Barat, menghadapi berbagai permasalahan perkotaan.Salah satunya adalah
masalah kependudukan. Sebagai salah satu daerah penyangga Ibukota Jakarta,
Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi, sebagai
akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan,
perdagangan dan layanan jasa. Hal ini menjadi salah satu aspek yang membuat
Kota Depok termasuk dalam lahan menggiurkan untuk menjadi proyeksi
penanaman modal di bidang ekonomi.
Keberhasilan Kota Depok dalam hal investasi dapat dilihat dengan
diraihnya penghargaan Indonesia’s Attractiveness Award 2016 pada 23 September
2016. Penghargaan yang digagas oleh Tempo Media Group dan Frontier
Consulting Group ini diperoleh berdasar pada empat kriteria penilaian, yaitu
investasi, infrastruktur, pelayanan publik, dan pariwisata. Penghargaan yang
5Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, ... h. 8.
4
diterima Kota Depok adalah kategori kota/kabupaten terbaik dengan total indeks
keseluruhan.6
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) yang merupakan bentuk perubahan dari Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T), diharapkan membawa angin segar
dalam pelayanan perizinan di Kota Depok. Perubahan itu diharapkan akan
membuat pelayanan semakin efektif.Hal ini karena regulasi yang diyakini
semakin memberi kemudahan untuk para investor berinvestasi. Perubahan
Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK) tersebut didasarkan Peraturan Walikota
Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu yang mulai berlaku pada akhir tahun 2016. Seperti yang dikutip dari
laman resmi DPMPTSP Kota Depok, perubahan Susunan Organisasi Tata Kerja
ini ialah upaya yang dilakukan Kota Depok dalam rangka meningkatkan
investasi sebagai bentuk arahan Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.7
Dari laman Merdeka.com, yang dikutip dari liputan Harwanto Bimo
Pratomo, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas
Trikasih Lembong, memaparkan lima keluhan utama investor yang berinvestasi
di Indonesia dalam acara "Investment Outlook" terkait perkembangan kawasan
industri terintegasi di Jakarta, Selasa, 10 Oktober 2017. Ia mengatakan keluhan
utama para investor adalah regulasi yang kerap berubah. Kedua, mengenai pajak.
Ketiga ialah mengenai izin kerja terutama bagi warga negara asing. Selanjutnya
permasalahan lahan yang proses pembuatan perizinannya memakan waktu lama
6 “Depok Raih Indonesia’s Attractiveness Award 2016” diakses pukul 09.17 WIB pada 3
Oktober 2016 dari http://www.depokpos.com/arsip/2016/09/depok-raih-indonesias-attractiveness-
award-2016/
7 “Perubahan SOTK BPMP2T Menjadi DPMPTSP” diakses pukul 13.23 WIB pada 23 Juli
2017 dari http://dpmptsp.depok.go.id/2017/01/04/perubahan-sotk-bpmp2t-menjadi-dpmptsp/
5
juga menjadi keluhan lainnya. Dikatakan di banyak pemerintahan daerah,
pengurusan pembuatan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) itu bisa memakan
waktu bertahun-tahun. Keluhan terakhir yakni soal infrastruktur yang dikeluhkan
terlalu banyak digarap BUMN (Badan Usaha Milik Pemerintah) yang belakangan
ini mulai berkembang.8
Hukum selalu melekat pada manusia dalam bermasyarakat. Dengan
banyaknya peran hukum, hukum itu berfungsi untuk menertibkan dan mengatur
masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.9 Diterapkannya
kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu oleh DPMPTSP Kota Depok
diharapkan dapat menyelesaikani persoalan durasi pengurusan persyaratan
penanaman modal dengan menghadirkan proses atau prosedur perizinan dan
terkait penanaman modal lainnya secara lebih efektif dan cepat. Persoalan
tersebut akan peneliti bahasa dan paparkan melalui penelitian skripsi dengan
judul “PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP KEBIJAKAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI KOTA DEPOK”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
Identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah diuraikan sebagai
berikut:
1. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi peneliti dari uraian latar belakang
ialah sebagai berikut:
a. Realisasi penanaman modal oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) terhadap laju investasi di
Kota Depok.
8 “5 Keluhan Investor Pada Iklim Investasi Indonesia, Salah Satunya Aturan Capai 43.000”
diakses pukul 14.23 pada 13 Februari 2018 dari https://www.merdeka.com/uang/5-keluhan-investor-
pada-iklim-investasi-indonesia-salah-satunya-aturan-capai-43000.html
9 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, cet. 15, 2015)., h. 53.
6
b. Kendala yang dihadapi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dalam meningkatkan laju investasi di
Kota Depok.
c. Bentuk penyelenggaraan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu oleh
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) di Kota Depok.
d. Pengaruh Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) terhadap Pendapatan Daerah Kota Depok.
e. Pengaturan pajak pada kegiatan penanaman modal Kota Depok.
f. Pengaturan kemudahan pengurusan persyaratan penanaman modal di
Kota Depok.
g. Pengaturan tenaga kerja asing pada usaha penanaman modal di Kota
Depok.
h. Pengaturan tentang dominasi keterkaitan BUMN terhadap penggarapan
infrastruktur.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi sebelumnya, peneliti
akan membatasi cakupan penelitian terhadap persoalan pengurusan
persyaratan penanaman modal di Kota Depok dengan membahas bentuk
penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dan kendala yang dihadapi DPMPTSP dalam menyelenggarakan
kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Depok, dalam kurun waktu
tahun 2017.
3. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini ialah:
7
a. Apa bentuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal terhadap kebijakan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu di Kota Depok?
b. Apa saja kendala yang dihadapi DPMPTSP dalam menyelenggarakan
kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian dari penelitian ini ialah:
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang hendak dicapai ini ialah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap kebijakan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di Kota Depok.
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi DPMPTSP dalam
menyelenggarakan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota
Depok.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari karya tulis ini ialah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan kepada para akademisi bagi perkembangan
ilmu hukum, terutama pada bidang penanaman modal, lebih spesifik
pada penerapannya terhadap kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharap dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran atau evaluasi bagi penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu di Kota Depok, dan untuk daerah atau kota lainnya .
8
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Penelitian peneliti yang berjudul “PENERAPAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI
KOTA DEPOK”, bertujuan untuk mengetahui bentuk penerapan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap
penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu oleh DPMPTSP di Kota Depok
dengan membahas bentuk pelaksanaannya dan kendala yang dihadapi, sehingga
diharap dapat menjadi solusi dari persoalan dari pengurusan persyaratan
penanaman modal yang dikeluhkan cukup memakan waktu di Kota Depok.
Penelitian yang peneliti temukan memiliki kemiripan dengan tema
yang peneliti tulis ialah berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman
Modal Pada Bidang Usaha Perkebunan Indonesia, skripsi milik Andi Firdaus,
mahasiswa Ilmu Hukum peminatan Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta. Kemiripan yang ada ialah
sama-sama membahas mengenai aspek penanaman modal. Namun, pada
penelitian karya tulis Andi Firdaus lebih membahas mengenai perlindungan
hukum bagi penanam modal asing dan daam negeri, sedangkan peneliti
membahas penyelenggaraan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu oleh
DPMPTSP Kota Depok sebagai penerapannya dari Undang-Undang Penanaman
Modal. Hal ini terlihat dari tujuan karya tulis Andi Firdaus, yakni untuk
memahami subtansi hukum penanaman modal asing dan dalam negeri,
perlindungan hukum bagi penanam modal asing dan dalam negeri, dan faktor
penghambatnya.
Selanjutnya skripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas
Pelayanan Perizinan SIUP dan IMB di BPMP2T Kota Depok, skripsi karya
Mar’atun Isnaeni dan Sri Susilih dari Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Meski dengan
obyek penelitian yang lebih kurang sama, tapi tujuan dari penelitian karya
9
Mar’atun Isnaeni dan Sri Susilih ialah terfokus untuk mengetahui dan memahami
indikator persepsi masyarakat terhadap pelayanan kinerja BPMP2T, dimana hal
ini berbeda dengan tujuan penelitian peneliti, yakni untuk memahami bagaimana
penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
terhadap penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu oleh DPMPTSP di Kota
Depok dengan membahas bentuk penyelenggarannya dan kendala yang dihadapi.
Skripsi lainnya ialah karya Abdul Ghani Pramono dengan judul Peran
Badan Penanaman Modal Daerah Dalam Meningkatkan Investasi Di
Provinsi Lampung, dari Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada
penelitiannya, memiliki persamaan membahasan peran dan wujud implementasi,
namun pada penelitian milik peneliti ditambahkan kendala. Pembeda lainnya dari
segi objek, ialah badan tersebut belum menerapkan kibijakan pelayanan terpadu
satu pintu seperti DPMPTSP Kota Depok, hingga perbedaaan lokasi penelitian.
Selain skripisi, ada salah satu buku yang menjadi referensi utama
penulis. Buku ini membahas mengenai penanaman modal dengan judul Usaha
Penanaman Modal di Indonesia, karya Lusiana, Dra., S.H., M.H.,. Buku ini di
dalamnya membahas antara lain tinjauan umum tentang penanaman modal,
hukum investasi asing di Indonesia, kepastian hukum penanaman modal di
Indonesia, dan arbitrase.
E. Metode Penelitian
Penelitian menurut Soerjono Soekanto ialah kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan analisis yang dilakukan dengan metodelogis, sistematis dan
konsisten.10
Penelitian hukum sendiri ialah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
suatu gejala hukum dengan perlu dianalisa.11
Pada sub bab ini, peneliti akan
10Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), h.
42.
11
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo, 1997), h.39.
10
memaparkan metode pendekatan penelitian, metode analisis, serta jenis data,
sumber data, dan metode pengumpulan data.
1. Metode Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan penelitian yang peneliti gunakan ialah penelitian
hukum empiris, mengingat dalam penulisannya peneliti tidak hanya
mengkaji peraturan perundang-undangan terkait Penanam Modal terhadap
aturannya tentang Pelayanan Terpadu satu Pintu yang dipayungi mulai dari
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal beserta
turunannya, peneliti juga turut memaparkan bagaimana aturan-aturan
tersebut diterapkan oleh subyek yang menyelenggarakan kebijakan tersebut,
dimana dalam karya tulis ini ialah DPMPTSP Kota Depok.
2. Jenis, Sumber Data, dan Metode Pengumpulannya
Perihal jenis data yang peneliti gunakan untuk mengerjakan penelitian
ini ialah data primer, yakni data utama berupa dokumen Laporan Kinerja
DPMPTSP Kota Depok untuk periode tahun 2017. Untuk sumber data
sendiri, data diatas yang peneliti gunakan diperoleh langsung dari dinas
pemerintahan terkait, dalam hal ini DPMPTSP di bidang penanaman modal.
Artinya sumber data dalam penelitian ini ialah sumber data primer, karena
diperoleh langsung dari DPMPTSP Kota Depok, selaku subyek penelitian.
Dalam mengumpulkan data tersebut, metode pengumpulan data yang
peneliti gunakan ialah studi dokumen untuk mengetahui kegiatan yang telah
dilakukan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja DPMPTSP Kota Depok Tahun
2017.
3. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah
metode analisis evaluatif. Artinya, dalam penulisan ini peneliti akan
mencoba menilai apakah amanat yang terdapat pada Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu sudah dilaksanakan oleh DPMPTSP Kota
11
Depok selaku Penyelenggara. Metode analisis evaluatif sendiri ialah analisis
yang menggunakan adanya kriteria, indikator, atau standar yang digunakan
sebagai pembanding bagi data yang diperoleh, setelah data tersebut diolah
dan merupakan kondisi nyata penelitian. Metode analisis evaluatif disini
guna mengumpulkan data tentang implementasi suatu kebijakan.12
F. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan berpedoman dengan buku
“Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Uinversitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.
G. Sistematika Penulisan
Bab Pertama.Pada penelitian skripsi ini akan dimulai dengan bab
pendahuluan. Pada bab ini memuat latar belakang permasalahan, identifikasi
permasalahan, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika
penulisannya.
Bab Kedua. Pada bab ini akan membahas tentang pemahaman dasar
terkait pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) yang berkaitan dengan hukum
penanaman modal. Bab kajian pustaka ini menyajikan pijakan dasar hukum yang
peneliti gunakan yang akan digambarkan melalui tabel indikator amanah dari tiap
perundang-undangan yang digunakan terkait penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu dalam penelitian ini.
Bab Ketiga. Bab ini akan mengambarkan informasi dasar DPMPTSP
Kota Depok terkait Pelayanan Terpadu Satu Pintu, seperti pemaparan sejarah
singkat, visi dan misi, struktur organisasi, serta tugas dan fungsi yang ada
didalamnya.
Bab Keempat. Pada bab ini akan memuat pembahasan tentang hasil
analisis dari bahan data yang telah dikumpulkan dan dikaitkan satu sama lain
12
Suharsimi Arikunto, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2010), h. 38.
12
guna menggambarkan wujud penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Penanaman Modal terhadap keberlangsungan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Kota Depok, dengan membandingkan tabel indikator kebijakan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu dari bab kedua dengan temuan hasil penelitian, serta kendala
yang dihadapi DPMPTSP Kota Depok dalam menyelenggarakan kebijakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu..
Bab Kelima. Pada bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil
temuan penelitian ini.
13
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN PENANAMAN MODAL TERHADAP
KEBIJAKAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
A. Konsep Penanaman Modal
Pada dasarnya, negara-negara berkembang sangat membutuhkan
investasi, terutama investasi asing. Tujuan investasi itu sendiri ialah
mempercepat laju pembangunan di negara tersebut. Pada umumnya Negara yang
memiliki modal atau investasi adalah negara-negara maju. Negara berkembang
lah yang menjadi host country. Pertanyaan yang ada selanjutnya ialah mengapa
negara-negara maju menanamkan investasinya di negara berkembang.
Wewenang pemerintah daerah yang berdasarkan asas desentralisasi
dalam pemberian izin penanaman modal disamping memperhatikan peraturan
terkait yang lebih tinggi, juga harus memperhatikan asas pokok negara hukum
yang berarti ditaatinya peraturan hukum lainnya dalam segenap aktivitasnya.
Konsekuensi dari prinsip negara hukum ini pun ialah sikap serta kebijakan dan
perilaku alat negara dan warganya yang harus berdasarkan hukum.1 Izin atau
vergunning (dalam Bahasa Belanda) menurut Utrecht ialah bilamana pembuat
peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga
memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-
masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan
perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunnig).2
Untuk mendorong adanya investasi ke Indonesia faktor keamanan,
kepastian hukum, dan stabilitas politik menjadi salah satu hal yang paling
diperhatikan investor.3 Bagi seorang investor, terutama investor asing, hukum
1 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 201) h.
13.
2 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayan Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011,
Cet. Kedua), h., 167.
3 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta: Jakarta Granit, 2005), h. 42.
14
dan undang-undang menjadi salah satu tolak ukur untuk menentukan kondusif
atau tidaknya iklim investasi di suatu negara. Infrastruktur hukum bagi investor
menjadi instrumen penting dalam menjamin investasi mereka. Semakin baik
kondisi dan hukum yang melindungi mereka, semakin dianggap kondusif iklim
investasi dari negara tersebut karena keamanan, certainty, dan predictability atas
investasi mereka. 4 Kepastian hukum ialah adanya jaminan bahwa hukum yang
berlaku benar-benar dilaksanakan melalui lembaga yang berwenang untuk itu.5
Dalam rangka penyelenggaraan penanaman modal, Pemerintah
melalui Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal memaparkan bahwa penanaman modal harus diselenggarakan
berdasarkan asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang
sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, dengan tujuan yang dipaparkan dalam
ayat (2) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan
kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan
ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi dan penanaman modal merupakan istilah yang dikenal baik
dalam kegiatan bisnis maupun bahasa perundang-undangan. Investasi merupakan
istilah populer dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih
banyak digunakan dalam istilah perundang-undangan. Kedua istilah tersebut
terjemahan Bahasa Inggris dari kata invest yang berarti menanam atau
4 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, … h. 13.
5 Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum), (Jakarta: Citra
Aditya Bakti, 2003), h.2.
15
menginvestasikan uang atau modal.6 Untuk mengetahui perbedaan makna antara
penanaman modal dan investasi, berikut beberapa pengertian dari kedua istilah
tersebut:
a. Dalam kamus istilah keuangan dan investasi, investment (investasi) artinya
penggunaaan modal untuk menciptakan uang. Investasi dapat menunjuk ke
suatu investasi keuangan atau menunjuk investasi usaha atau waktu
seseorang yang ingin memetik keuntungan keberhasilan pekerjaannya.
b. Dalam ensiklopedia ekonomi perdagangan, investment atau investasi adalah
penanaman modal; penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi
untuk produksi barang-barang produsen atau barang-barang konsumen.
c. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman uang
atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan.
d. Di dalam undang-undang, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal, baik modal dalam negeri maupun penanaman modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
e. Menurut Sornarajah, investasi adalah penanaman modal yang biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa
yang akan datang.7
f. Kamus Ekonomi mengemukakan, invesment (investasi) mempunyai 2 makna
yakni :
“Pertama, investasi berarti pembelian saham, obligasi dan benda-
benda tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin yang
dilekatkan dan memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor
tersebut yang membedakan investasi dengan spekulasi. Kedua, dalam
teori ekonomi investasi berarti pembelian alat produksi (termasuk di
dalamnya benda-benda untuk dijual) dengan modal berupa uang.”8
6 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia,… h. 34
7 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, ... h. 37-38.
8 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h. 3.
16
Merujuk berbagai pengertian di atas, tidak ada perbedaan prinsipil
mengenai pengertian antara investasi dan penanaman modal. Makna investasi
atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau badan
hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan untuk
melakukan suatu usaha dengan harapan akan mendapakan keuntungan.9 Dalam
ekonomi Islam, anjuran investasi dapat diperoleh dari Alquran. Terdapat
beberapa ayat yang menganjurkan seseorang untuk menafkahkan harta bendanya.
Di antara ayat Alquran yang menganjurkan investasi adalah QS Al-Baqarah:261
yang berbunyi:
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus
biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
Mahaluas, Maha Mengetahui”
“Sabilillah” dalam ayat diatas diartikan semua jalan/perbuatan terkait dengan
harta yang dapat mendatangkan ridha Allah SWT dan sesuai dengan hukum
Allah SWT. Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda bahwa bekerja untuk
menafkahi diri dan keluarganya juga termasuk “sabilillah”. Nabi Muhammad
SAW juga mengatakan bahwa bekerja untuk diri sendiri sehingga terhindar dari
meminta-minta juga merupakan “sabilillah”. Dengan demikian, artinya
“sabilillah” dalam ayat di atas dapat diartikan sebagai semua tindakan terkait
pembelanjaan harta untuk kepentingan yang sesuai dengan ajaran Allah SWT
9 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, ... h. 39.
17
dan untuk mencapai ridha-Nya. Termasuk di dalamnya adalah investasi islami
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Dengan investasi yang islami, investor
artinya membelanjakan hartanya sehingga dapat diambil manfaatnya oleh orang
lain. Investor juga terhindar dari perbuatan menumpuk-numpuk harta untuk
kesenangan duniawi. Ayat di atas menggunakan perumpamaan biji yang ditanam
dan selanjutnya menumbuhkan tujuh tangkai, dimana setiap tangkai tumbuh
menjadi seratus biji. Hal yang sama juga berlaku dalam investasi. Dalam
berinvestasi, sering digunakan kata “tanam” atau “menanam”, misalnya: “Bapak
Zaid menanamkan modalnya di perusahaan yang baru dibentuk”. Pemilihan kata
“tanam/menanam” dalam investasi yang ternyata sangat sesuai dengan QS Al-
Baqarah: 261 di atas tentu memiliki tujuan dan hikmah tersendiri.10
1. Jenis Penanaman Modal
Investasi berdasarkan bentuknya diklasifikasikan dalam dua jenis,
yaitu penanaman modal secara langsung (direct investment) dan investasi
tidak langsung (indirect investment) atau disebut juga portofolio
investment.11
Sedangkan, investasi dapat juga digolongkan berdasarkan
sumber pembiayaan dan bentuknya. Investasi berdasarkan sumber
pembiayaannya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Pertama, investasi yang bersumber dari modal asing, atau penanaman
modal asing, yaitu investasi yang bersumber dari pembiayaan luar
negeri. Penanaman modal asing ialah suatu kegiatan penanaman modal
yang didalamnya terdapat unsur asing (foreign element) seperti dari
kewarganegaraan dan asal modalnya.12
Modal asing ialah alat
pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia, dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke dalam
10 “Investasi Islami” diakses pukul 15.08 WIB pada 24 Oktober 2017 dari
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/21451-investasi-islami 11
I Gede AB Wiranata, Perkembangan Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2009, h. 52.
12 Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, Jakarta: IND-HILL CO, 2003, h. 28.
18
wilayah Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan
untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.13
Suatu negara mengundang
modal asing ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna
memperluas lapangan kerja. Baru kemudian setelah masuknya modal
asing, tujuan lain yang ingin dicapai ialah alih teknologi, membangun
prasarana, hingga mengembangkan daerah tertinggal.14
b. Kedua ialah penanaman modal dalam negeri, yaitu investasi yang
bersumber dari modal dalam negeri ialah.15
2. Bidang Usaha Penanaman Modal
Pasal 12 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal menyebutkan semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Pemerintah menetapkan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria
kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan,
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan
produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal
dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk
Pemerintah. Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu
yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal. Bidang usaha
yang tertutup bagi penanam modal asing adalah produksi senjata, mesiu, alat
peledak, dan peralatan perang serta bidang usaha yang secara eksplisit
dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.16
13 I. G. Rai Widjaya, Penanaman Modal, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2005, h. 25.
14
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi Di Indonesia, Depok: Universitas Indonesia, 2005, h.19
15 Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008, h. 38
16 Salim dan Budi Sutrisno,., h. 46.
19
3. Ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal
Secara umum, setidaknya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal memuat ketentuan antara lain sebagai berikut:
a. Penanaman modal harus diselenggarakan berdasarkan asas kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak
membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. (Pasal 3 ayat (1))
b. Pemerintah menetapkan kebijakan penanaman modal dalam bentuk
Rencana Umum Penanaman Modal. (Pasal 4 ayat (3))
c. Penanam modal asing wajib berbentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik
Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. (Pasal 5 (ayat2))
d. Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam
modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan
penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Pasal 6 ayat (1))
e. Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia. Namun tetap
berhak menggunakan tenaga kerja asing sesuai peraturan perundang-
undangan. (Pasal 10 ayat (1) dan (2))
f. Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga
kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal10 ayat (3))
g. Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing
diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi
kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 10 ayat (4))
20
h. Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha
yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri,
dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan
hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional
lainnya. (Pasal 12 ayat (3))
i. Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang
terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. (Pasal 13 ayat (1))
j. Pemberian fasilitas fiskal kepada penanam modal diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 18 ayat (7))
k. Fasilitas terkait kebijakan industrial diatur oleh Pemerintah. (Pasal 19)
l. Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha
wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan
lain dalam undang-undang. Dimana izin tersebut diperoleh melalui
pelayanan terpadu satu pintu. (Pasal 25 ayat (4) dan (5))
m. Ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu
pintu diatur dengan Peraturan Presiden. (Pasal 26 ayat (3))
n. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pelayanan terpadu satu
pintu, Badan Koordinasi Penanaman Modal harus melibatkan
perwakilan secara langsung dari setiap sektor dan daerah terkait dengan
pejabat yang mempunyai kompetensi dan kewenangan. (Pasal 29)
o. Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang
penanaman modal diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.
(Pasal 30 ayat (9)
p. Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus diatur dengan undang-
undang. (Pasal 31 ayat (3)
21
B. Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Penanaman Modal
Tujuan dari penanaman modal dijadikan acuan dalam kebijakan
penanaman modal oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, dinas terkait, dan
pemerintah daerah. Kebijakan tersebut guna mendorong terciptanya iklim usaha
nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing
perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal.
Terdapat lima keluhan utama investor berinvestasi di Indonesia yang telah
dibahas pada bab kesatu sebelumnya. Pertama adalah persoalan regulasi yang
kerap berubah. Kedua ialah persoalan pajak. Selanjutnya mengenai permasalahan
izin kerja, terutama bagi warga negara asing. Keempat adalah permasalahan
lahan yang perizinannya memakan waktu lama seperti di banyak pemerintahan
daerah, IMB (Izin Mendirikan Bangunan) itu bisa bertahun-tahun. Terakhir yakni
soal infrastruktur yang dikeluhkan terlalu banyak digarap BUMN. Pada
penelitian ini, peneliti akan terfokus pada permasalahan durasi proses pengurusan
persyaratan penanaman modal seperti perizinan dan lainnya, melalui
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Dijelaskan dalam Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanam Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang
dilakukan dalam satu tempat. Undang-undang penanaman modal mengatur
masalah PTSP secara khusus pada Pasal 26 yang menyebutkan bahwa tujuan dari
PTSP ialah untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas, dan informasi penanaman modal. Lebih lanjut, PTSP
dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman
modal yang mendapat pendelegasian dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota. Uraian
22
ini menegaskan bahwa PTSP bukan merupakan badan yang berdiri sendiri dalam
menjalankan fungsi pemberian perizinan maupun nonperizinan hingga
investasi.17
Kota Depok sendiri sebelum diselenggarkannya Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, perihal pengurusan prosedur untuk perizinan penanam modal
memerlukan waktu tidak singkat. Hal ini pemohon karena harus menemui dinas-
dinas lain terkait satu persatu untuk mendapat rekomendasi perizinannya.
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu sendiri turut memaparkan tujuan dari Pelayanan Terpadu
Satu Pintu. Tujuan kebijakan ini ialah memberikan perlindungan dan kepastian
hukum kepada masyarakat, memperpendek proses pelayanan, mewujudkan
proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau;
serta mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas kepada
masyarakat.
Implementasi kebijakan menurut Dwijowijoto, seperti yang dikutip
oleh David Kairupan dari buku Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di
Indonesia, ialah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Masih
dari sumber yang sama, Winarno mengatakan implementasi tersebut merupakan
alat administrasi hukum yang saling berkaitan, bekerja bersama dalam rangka
mencapai tujuannya, sehingga memiliki legitimasi hukumnya. Seperti keterkaitan
Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini. Dengan memberi keluasan
wewenang tersebut kepada daerah, tentunya memerlukan kesiapan daerah itu
sendiri, antara lain dengan mempertegas konsep dasar dan strategi
pengembangan penanaman modal daerah, database investasi, sumber daya
pelaksana yang kompeten dan profesional, kerangka hukum penanaman modal
yang meliputi aspek teknis kewajiban penanaman modal seperti kontribusi,
17 David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 45.
23
perizinan, bidang usaha, tata cara evaluasi dalam rangka pengawasan,
pengendalian dan jenis sanksi yang dijatuhkan.18
Karena itu, sangat diharapkan bahwa implementasi atau penerapan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di pusat dan di daerah dapat menciptakan
penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Selain pelayanan
penanaman modal di daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal diberi tugas
mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanaman modal. Untuk lebih
memahami penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang merupakan
salah satu amanah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, dimana dalam hal ini diselenggarakan oleh daerah Kota Depok yang juga
memiliki pertauran terkait hal tersebut, berikut peneliti paparkan beberapa
indikator terkait Pelayanan Terpadu Satu Pintu dengan landasan hukumnya ke
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel Indikator Pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Satu Pintu
No. Indikator Landasan Hukum
1 Perusahaan penanaman modal yang
akan melakukan kegiatan usaha
wajib memperoleh izin sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dari instansi
yang memiliki kewenangan, kecuali
ditentukan lain dalam undang-
undang. Dimana izin tersebut
diperoleh melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
Pasal 25 ayat (4) dan (5) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
2 Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang
18 Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, ... h. 80.
24
dilakukan oleh lembaga atau
instansi yang berwenang di
bidang penanaman modal yang
mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari
lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan
dan nonperizinan di tingkat pusat
atau lembaga atau instansi yang
berwenang mengeluarkan perizinan
dan nonperizinan di provins atau
kabupaten/kota.
Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
3 Ketentuan mengenai tata cara dan
pelaksanaan pelayanan terpadu satu
pintu diatur dengan Peraturan
Presiden.
Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
4 Pemberian kemudahan dalam
penanaman modal dalam bentuk
percepatan proses perizinan
dilakukan dengan penyelengaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Pasal 4 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pemberian Insentif dan Pemberian
Kemudahan Penanaman Modal di
Daerah
5 Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dilaksanakan dengan prinsip
keterpaduan, ekonomis, koordinasi,
pendelegasian atau pelimpahan
wewenang, akuntabilitas, dan
Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor
97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
25
aksesibilitas.
6 Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu oleh pemerintah
kabupaten/kota mencakup urusan
pemerintahan kabupaten/kota
dalam penyelenggaraan perizinan
dan nonperizinan yang
diselenggarakan dalam Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
Pasal 11 Ayat (1) Peraturan
Presiden Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
7 Penyelenggaraan PTSP oleh
pemerintah kabupaten/kota
dilaksanakan oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten/
Kota (BPMPTSP) Kabupaten/
Kota.
Pasal 11 Ayat (3) Peraturan
Presiden Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
8 Dalam menyelenggarakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu oleh
kabupaten/kota, Bupati/Walikota
memberikan pendelegasian
wewenang perizinan dan
nonperizinan yang menjadi urusan
pemerintah kabupaten/kota kepada
Kepala BPMPTSP Kabupaten/
Kota.
Pasal 11 Ayat (4) Peraturan
Presiden Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
9 Penyelenggara Pelayanan Terpadu Pasal 14 Peraturan Presiden
26
Satu Pintu wajib menyusun standar
pelayanan publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pelayanan
publik.
Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
10 Jangka waktu pelayanan PTSP
ditetapkan paling lama 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak
diterimanya dokumen perizinan dan
nonperizinan secara lengkap dan
benar, kecuali yang diatur
waktunya dalam undang-undang
atau peraturan pemerintah.
Pasal 15 Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
11 Penyelenggaraan perizinan dan non
perizinan oleh Pelayanan Terpadu
Satu Pintu wajib menggunakan
Penyelenggaraan Sistem Informasi
(PSE).
Pasal 17 Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
12 PSE untuk perizinan dan
nonperizinan di bidang Penanaman
Modal dilakukan melalui Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE).
Pasal 20 Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
13 Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
27
(DPMPTSP) dapat membentuk
Unit Pelaksana Teknis Daerah dan
bentuk layanan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
14 Dalam menyelenggarakan
pelayanan perizinan dan
nonperizinan, Gubernur atau
Bupati/WaliKota mendelegasikan
kewenangannya kepada Kepala
DPMPTSP.
Pasal 6 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
15 Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan pelayanan
perizinan dan nonperizinan wajib
membentuk Maklumat Pelayanan
Perizinan (MPP) Perizinan dan
Nonperizinan yang dipublikasikan
pada masyarakat.
Pasal 11 ayat (1) daan (3)
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 138
Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
16 Dalam menyelenggarakan
pelayanan perizinan dan
nonperizinan, DPMPTSP wajib
menerapkan manajemen Pelayanan
Terpadu Satu Pintu berupa
pelaksanaan pelayanan,pengelolaan
pengaduan masyarakat,pengelolaan
informasi, pengawasan internal,
penyuluhan kepada masyarakat,
Pasal 15 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
28
dan pelayanan konsultasi..
17 Ruang lingkup PTSP-elektronik
terdiri atas subsistem pelayanan
informasi, subsistem pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan, dan
subsistem pendukung.
Pasal 36 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
18 Sarana dan prasarana
penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu, paling sedikit
meliputi kantor depan/front office,
kantor belakang/back office, ruang
pendukung, dan alat/fasilitas
pendukung.
Pasal 42 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
19 Pemenuhan kebutuhan sumber daya
manusia penyelenggara fungsi
Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada
DPMPTSP dilakukan secara
proporsional untuk mencapai tujuan
dan sasaran Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Pasal 44 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
20 Pelayanan Terpadu Satu Pintu
wajib melakukan Survei Kepuasan
Masyarakat untuk mengukur mutu
dan kualitas pelayanan kepada
masyarakat.
Pasal 44 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor
138 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.
29
21 Dibentuknya DPMPTSP untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintahan wajib di bidang
penanaman modal. Ketentuan lebih
lanjut mengenai Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi, serta tata kerja Perangkat
Daerah serta Unit Kerja di
bawahnya ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 2 dan 4 Peraturan Daerah
Kota Depok Nomor 10 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota
Depok.
22 Dinas menyelenggarakan fungsi
perumusan Kebijakan Teknis
bidang Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
pelaksanaan Kebijakan Teknis
bidang Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
sesuai dengan lingkup tugasnya,
pelaksanaan Administrasi Dinas,
dan pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan oleh Walikota terkait
dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 2 ayat (4) Peraturan
Walikota Depok Nomor 77 Tahun
2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
23 Terdapat struktur organisasi Pasal 3 Peraturan Walikota Depok
Nomor 77 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
30
Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
24 Wali Kota mendelegasikan
kewenangan penyelenggaraan
pelayanan perizinan dan
nonperizinan kepada Kepala
DPMPTSP.
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Wali
Kota Depok Nomor 128 Tahun
2016 Tentang Pendelegasian
Wewenang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
25 Pendelegasian Kewenangan
merupakan pelimpahan
kewenangan dengan penyerahan
tugas, hak, kewajiban, dan
pertanggungjawaban perizinan dan
nonperizinan, termasuk
penandatanganannya atas nama
Kepala DPMPTSP.
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Wali
Kota Depok Nomor 128 Tahun
2016 Tentang Pendelegasian
Wewenang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Selain dari peraturan-perundang-undangan, Badan Koordinasi
Penanaman Modal juga mengeluarkan peraturan terkait Pelayanan Terpadu Satu
Pintu melalui Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 11
Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal. Isinya kurang lebih
sama memuat dari peraturan perundang-undangan yang telah ada. Bentuk
diterapkannya peraturan tersebut oleh DPMPTSP Kota Depok akan dipaparkan
lebih lanjut dalam bab empat dengan acuan tabel indikator di atas.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU (DPMPTSP) KOTA DEPOK
A. Sejarah Singkat
Seperti yang dikutip dari laman resmi di dpmptsp.depok.go.id terkait
sejarah singkat, DPMPTSP Kota Depok lahir setelah disahkannya Peraturan
Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dimana menggantikan nama lamanya, yakni
BPMP2T. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 212 yang menyebutkan adanya Pembentukan dan susunan Perangkat
Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Setelah itu menurun
melahirkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Susunan Perangkat Kota Depok, dimana ketentuan kedudukan,
susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja perangkat daerah serta unit
kerjanya, ditetapkan lebih lanjut melalui Peraturan Walikota. Untuk urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal inilah, di Kota Depok melalui
disahkannnya Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, lahirlah DPMPTSP.
Dengan lahirnya Peraturan Walikota yang diundangkan pada 29 November 2016
ini, Peraturan Walikota Depok Nomor 33 Tahun 2014 tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Uraian Tugas Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Berikut selanjutnya gambaran singkat
tentang DPMPTSP Kota Depok yang diperoileh dari isi Peraturan Walikota
Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu melalui sub selanjutnya.
32
B. Visi dan Misi
“Visi DPMPTSP Kota Depok ialah “Terwujudnya Pelayanan
Perizinan Prima dan Kota Depok yang Ramah Investasi. Untuk mewujudkan
visi tersebut, diuraikanlah misi dari DPMPTSP Kota Depok sebagai berikut:
1. Mewujudkan pelayanan perizinan terpadu berbasis teknologi informasi;
2. Menciptakan iklmim investasi ekslusif.
3. Mewujudkan tata kelolacembaga berdasarkan prinsip pemerintahan
yang baik.”1
C. Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Dinas, terdiri dari kepala dinas yang membawahi
bidang-bidang di bawahnya, seperti yang terlampir.
D. Tugas dan Fungsi
1. Bidang Penanaman Modal
Pasal 10 Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu memaparkan bidang
penanaman modal mempunyai tugas melaksanakan kebijakan program
penanaman modal. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang
Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi berikut.
“Fungsi:
a. “penyusunan rencana progam kegiatan dan pelayanan penanaman
modal;
b. pelaksanaan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penanaman odal;
c. pelaksanaan koordinasi pelayanan, kerjasama dan promosi
penanaman modal;
d. pelaksanaan pengawasan, evaluasi pengendalian dan pembinaan
serta pelaporan penyelenggaraan penanman modal;
e. pelaksanaan kajian dan pengusulan kebijakan penanaman modal;
f. pelaksanaan pembuatan peta penanaman modal;
g. pengembangan peluang dan potensi penanaman modal dalam negeri
dan modal asing;
h. pelaksanaan promosi penanaman modal kota dan fasilitasi
kerjasama penanaman modal;
1 Laporan Akuntabilitas Kinerja DPMPTSP Kota Depok Tahun 2017
33
i. pelaksanaan pemberian fasilitasi penanaman modal dalam negeri
dan penanaman modal asing dan;
j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan
bidang tugasnya.”
Bidang penanaman modal yang terdiri dari dua seksi, yakni seksi
perencanaan, pengembangan, promosi dan kerjasama penanaman modal
serta seksi bimbingan dan pengendalian pelaksanaan penanaman modal, juga
memiliki tugas dan fungsi masing masing. Seksi perencanaan,
pengembangan, promosi dan kerjasama penanaman modal memiliki tugas
melaksanakan perencanaan, pengembangan dan Promosi dan Kerjasama
Penanaman Modal. Untuk melaksanakan tugas tersebut, melalui Pasal 12
Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, seksi perencanaan,
pengembangan, promosi dan kerjasama penanaman modal
menyelenggarakan fungsi berikut.
“Fungsi:
a. penyusunan rencana kerja seksi perencanaan, pengembangan dan
promosi penanaman modal mengacu pada rencana kerja bidang;
b. pelaksanaan kebijakan teknis perencanaan, pengembangan dan
promosi penanaman modal;
c. pelaksanaan koordinasi pelayanan dan kerjasama promosi
penanaman modal;
d. penyusunan kajian dan usulan kebijakan pelayanan penanaman
modal;
e. penyusunan pembuatan peta penanaman modal;
f. pelaksanaan pengembangan peluang dan potensi penanaman modal
dalam negeri dan modal asing;
g. pelaksanaan promosi penanaman modal kota dan fasilitasi
kerjasama penanaman modal;
h. pelaksanaan pemberian fasilitas penanam modal dalam negeri dan
penanaman modal asing; dan
i. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan bidang tugasnya.”
34
Selanjutnya pada Pasal 13 Peraturan Walikota Depok Nomor 77
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu, dijelaskan tentang seksi bimbingan dan pengendalian pelaksanaan
penanaman modal yang mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan Modal. Untuk menjalankan tugas
tersebut, seksi bimbingan dan pengendalian pelaksanaan penanaman modal
menyelenggarakan fungsi berikut:
“Fungsi:
a. penyusunan rencana kerja seksi bimbingan dan pengendalian
pelaksanaan penanaman modal mengacu pada rencana kerja bidang;
b. pelaksanaan kebijakan teknis bimbingan dan pengendalian
pelaksanaan penanaman modal;
c. pelaksanaan pengawasan, evaluasi, pengendalian dan pembinaan
serta pelaporan pelaksanaan penanaman modal;
d. penyusunan kajian dan usulan kebijakan pemberian bimbingan dan
pengendalian pelaksanaan penanaman modal;
e. penyusunan laporan pelaksanaan penanaman modal;
f. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan bidang tugasnya.”
2. Bidang Pelayanan
Bidang pelayanan dipaparkan dalam Pasal 14 Peraturan Walikota
Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu, yakni mempunyai tugas melaksanakan pelayanan data
dan informasi terhadap permohonan perizinan dan non perizinan serta
koordinasi lapangan dan penelitian perizinan. Untuk melaksanakan tugas
tersebut, bidang pelayanan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
“Fungsi:
a. penyusunan rencana kegiatan dan pelayanan data dan informasi
terhadap permohonan perizinan dan non perizinan serta koordinasi
lapangan dan penelitian perizinan;
b. penyelenggaraan pengumpulan data, informasi, permasalahan,
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan teknis yang
35
berkaitan dengan pelayanan data dan informasi terhadap
permohonan perizinan dan non perizinan serta koordinasi lapangan
dan penelitian perizinan;
c. penyelenggaraan upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pelayanan data dan informasi terhadap permohonan perizinan dan
non perizinan serta koordinasi lapangan dan penelitian perizinan;
d. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi,
pelaporan kegiatan dan anggaran bidang;
e. pengkoordinasian penyelenggaraan pelayanan data dan
f. informasi terhadap permohonan perizinan dan non perizinan serta
koordinasi lapangan dan penelitian perizinan;
g. pengkoordinasian penyelenggaraan penelitian lapangan dan
permasalahan di lapangan;
h. penyelenggaraan pengelolaan dan pengembangan system informasi
perizinan;
i. penyelenggaraan analisis dan pengembangan kinerja bidang;
j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
bidang tugasnya.”
3. Bidang Perizinan dan Non Perizinan
Pasal 18 Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu memaparkan tentang
Bidang Perizinan dan Non Perizinan yang mempunyai tugas melaksanakan
pengolahan proses Perizinan dan non Perizinan. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut, Bidang Perizinan dan Non Perizinan menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut.
“Fungsi:
a. penyusunan rencana kegiatan bidang perizinan dan non perizinan
mengacu pada renstra dinas;
b. penyelenggaraan pengumpulan data, informasi, permasalahan,
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan teknis yang
berkaitan dengan proses penerbitan perizinan dan non perizinan;
c. penyelenggaraan upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan
proses penerbitan perizinan dan non perizinan;
d. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi,
pelaporan kegiatan dan anggaran bidang;
e. pengkoordinasian penyelenggaraan penerbiatan perizinan dan non
perizinan;
36
f. penyelenggaraan analisis dan pengembangan kinerja bidang;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
bidang tugasnya.”
4. Bidang Pengawasan dan Pengaduan
Bidang Pengawasan dan Pengaduan dipaparkan pada Pasal 22
Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dimana mempunyai tugas
melaksanakan Pengawasan dan penanganan pengaduan Perizinan. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut, Bidang Pengawasan dan
Pengaduan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
“Fungsi:
a. penyusunan rencana kegiatan Bidang Pengawasan dan Pengaduan
mengacu pada renstra dinas;
b. penyelenggaraan pengumpulan Data, Informasi, permasalahan,
Peraturan Perundang-undangan dan Kebijaksanaan Teknis yang
berkaitan dengan Pengawasan dan pengaduan Perizinan
c. penyelenggaraan Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
Evaluasi, pelaporan Kegiatan dan Anggaran Bidang;
d. penyelenggaraan upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan
Pengawasan dan Pengaduan Perizinan;
e. penyelenggaraan Pengelolaan Pengawasan dan Pengaduan
perizinan;
f. penyelenggaraan Koordinasi hasil Pengawasan dan pengaduan
Perizinan;
g. penyelenggaraan Analisis pengembangan Kinerja Bidang;
h. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan Pimpinan sesuai dengan
bidang tugasnya.”
37
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU DI KOTA DEPOK
Pada bab ini, peneliti akan membahas hasil analisis dari penerapan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Kebijakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kota Depok dengan menyajikan dua sub bab. Sub
bab pertama akan membahas bentuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
di Kota Depok dimana akan dipaparkan bersamaan dengan tabel indikator terkait
bentuk pelaksanaan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Depok beserta
landasan hukumnya yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab kedua. Sub
selanjutnya peneliti akan memaparkan kendala yang Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Depok sebagai penyelenggara
kebijakan tersebut, dalam menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota
Depok.
A. Bentuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal Terhadap Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di
Kota Depok
Fokus iklim berinvestasi Kota Depok dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Seperti situasi keamanan dan ketertiban masyarakat, kenyamanan investor
dalam mengurus proses perijinan termasuk bea pajak dan retribusi yang
dikenakan, akses terhadap bahan baku serta potensi pasar lokal dalam menyerap
hasil produksi. Pengurusan proses perizinan yang cukup lama juga telah menjadi
salah satu kendala utama dalam iklim investasi di Indonesia secara umum. Dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan dan percepatan proses perizinan kepada
masyarakat dan dunia usaha terkait perizinan, Pemerintah Kota Depok telah
38
membentuk Unit Pelayanan Satu Pintu melalui BPMP2T yang kini bernama
DPMPTSP dengan Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK) barunya.1
Strategi percepatan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui
berbagai terobosan dalam rangka peningkatan daya saing daerah. Daya saing
ditentukan oleh kemampuan ekonomi daerah, infrastruktur, sumber daya
manusia, dan utamanya iklim berinvestasi. Iklim investasi terkait dengan kualitas
pelayanan publik khususnya perizinan, regulasi yang mendukung usaha,
stabilitas daerah serta tingkat kriminalitas. Hambatan investasi dan berusaha
karena biaya ekonomi tinggi, banyaknya regulasi yang memberatkan, serta
keamanan dan ketertiban daerah, perlu ditekan atau ditiadakan agar Kota Depok
menjadi kota yang ramah untuk investasi. Indeks integritas pelayanan publik
Kota Depok yang relatif rendah harus menjadi pemicu bagi perbaikan daya saing
Kota Depok ke depan.2 Pemerintah Kota Depok melalui DPMPTSP Kota Depok
dalam rangka penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu setidaknya telah
melakukan hal-hal sebagai berikut di tahun 2017 seperti yang dipaparkan dalam
Laporan Kegiatan DPMPTSP Kota Depok yang terlampir3:
1. DPMPTSP Kota Depok telah berperan aktif untuk mempromosikan
potensi investasi di Kota Depok melalui:
a. media massa,
b. video profil investasi,
c. banner dan pamflet.
2. Berpartisipasi pada berbagai pameran investasi seperti:
a. Pekan Raya Jakarta,
b. De Syukron (acara hari ulang tahun Jawa Barat, tepatnya di
Bandung)
c. West Java Expo di Batam,
1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok Tahun 2016-2021
2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok Tahun 2016-2021
3 Laporan Kegiatan DPMPTSP Kota Depok, terlampir.
39
d. Pameran Investasi Daerah di Yogyakarta,
e. West Java Investment Forum di Bandung,
f. Pesona Manado,
g. Negeri Sejuta Pelangi Fair di Belitung Timur,
h. Investrade Expo di Surabaya,
i. Bali Investment, Trade, and Tourism Expo di Bali.
3. DPMPTSP Kota Depok telah melakukan intermediasi dalam rangka
menarik penanam modal untuk berinvestasi pada:
a. PT. Nusantara Infrastructure dengan PDAM Tirta Asasta Kota
Depok,
b. Sino – Indonesia Investment, Ltd. (Singapore) dengan Rumah
Potong Hewan Tapos.
4. Bentuk percepatan proses perizinan di Kota Depok, dimana DPMPTSP
Kota Depok telah melaksanakan berbagai kegiatan dan menyediakan
informasi bagi para atau calon penanam modal yakni:
a. Perubahan Susunan Organisasi Tata Kerja menjadi DPMPTSP
melalui terbitnya Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
b. Telah dimilikinya Susunan Organisasi Tata Kerja mulai dari
susunan organisasi, tugas dan fungsi yang menyeseuaikan
keperluan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (terlampir)
c. Pelayanan dan rekomendasi perizinan dari dinas terkait sudah
dalam wilayah satu gedung dan satu loket. Beberapa rekomendasi
yang masih perlu berkoordinasi dengan dinas lain antara lain
adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) terkait
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terkait rekomandasi peil
40
banjir, Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) terkait proteksi
kebakaran, dan Dinas Perhubungan terkait rekomendasi lalu
lintas. Jadi semisal pengembang mengurus AMDAL, nanti
pemohon daftar ke loket, baru nanti DPMPTSP akan mengurus
ke dinas teknisnya.
d. Telah diterapkannya pelayanan perizinan online di
dpmptsp.depok.go.id
e. Fasilitasi promosi investasi di Kota Depok;
f. Penyusunan kajian insentif dan disinsentif penanaman modal.
g. Peningkatan data investasi berbasis spasial;
h. Penyusunan draft rancangan peraturan walikota tentang Rencana
Umum Penanaman Modal (RUPM);
i. Koordinasi pelaku usaha di Kota Depok,
j. Fasilitasi kerjasama Usaha Mikro; Kecil, dan Menengah
(UMKM),
k. Bimbingan dan pengendalian pelaksanaan penanaman modal.
Salah satu bentuk bimbingan dan pengendalian
pelaksanaan penanaman modal yang telah dilakukan DPMPTSP
Kota Depok ialah dengan melaksanakan bimbingan dan
pengendalian secara langsung ke beberapa perusahaan di Kota
Depok tahun 2017, diantaranya kepada:
1) PT. Bayer Indonesia,
2) PT. Givaudan Indonesai,
3) PT. Lasalle Food Indonesisa,
4) PT. San Miguel Pure Food Indonesia,
5) PT. Indo Lysaght,
6) PT. Sanyo Components Indonesia,
7) PT. Triple Ace Indonesia,
8) PT. Energizer Indonesia,
41
9) Perusahaan lainnya melalui in house training dengan
mengundang penanam modal asing dan dalam negeri di
Kota Depok serta narasumber dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), maupun stakeholder
ekonomi lainnya.
DPMPTSP Kota Depok telah berkoordinasi aktif
dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam
pengembangan peluang dan potensi, sistem informasi perizinan
dan non perizinan, pendataan, perumusan dan sosialisasi
peraturan dan kebijakan, promosi, bimbingan, kerjasama, serta
pengendalian penanaman modal.
5. Atas peran aktif dalam updating data, koordinasi, serta pelatihan-peatihan
yang diikuti, DPMPTSP Kota Depok mendapatkan bantuan:
a. 1 (satu) unit kendaraan operasional (Mitsubishi Kuda 500 cc
tahun pembuatan 2002),
b. 3 (tiga) unit komputer (HP Compaq 4000 Pro SFF Core Duo 18,5
inch),
c. 1 (satu) unit printer (HP Laserjet 1536dbf MFP)
6. DPMPTSP Kota Depok juga telah menjalankan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) serta
Laporan Kegiatan Penanaman (LKPM) online untuk melayani para atau
calon penanam modal dalam negeri maupun asing di Kota Depok.
7. DPMPTSP Kota Depok juga telah menyediakan fasilitas sarana dan
prasarana untuk masyarakat berupa:
a. SMS Konsultasi dan pengaduam perizinan ke nomor 0822-1112-
1244;
b. SMS gateway untuk mengetahui status proses pengurusan
perizinan dengan cara ketik cek#nomor pendaftaran kirim ke noor
0811-9593-477;
42
c. website perizinan di dpmptsp.go.id;
d. alamat email di [email protected]; dan
e. kotak saran.
Dengan telah dimilikinya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 7
Tahun 2015 tentang Penanaman Modal Kota Depok serta penyusunan draft
Peraturan Walikota tentang Rencana Umum Penanaman Modal Kota Depok
Tahun 2015-2025 turut menjadi gambaran lain bentuk upaya DPMPTSP Kota
Depok dalam rangka meningkatkan laju investasi di Kota Depok. Bentuk
pelaksanaan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang diselenggarakan oleh
DPMPTSP Kota Depok dimana informasinya berdasarkan Laporan
Akuntabilitas Kinerja DPMPTSP Kota Depok 2017, akan peneliti paparkan
bersamaan pada tabel indikator pelaksanaan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu yang sebelumnya telah dipaparkan pada bab kedua. Tabel tersebut peneliti
paparkan sebagai berikut:
Tabel Indikator Pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Depok
No. Indikator Landasan Hukum Hasil Keterangan
1 Perusahaan
penanaman modal
yang akan
melakukan
kegiatan usaha
wajib memperoleh
izin sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-
undangan dari
Pasal 25 ayat (4)
dan (5) Undang-
Undang Nomor 25
Tahun 2007
tentang Penanaman
Modal.
Sudah Segala bentuk
pelayanan terkait
penanaman
modal, termasuk
perizinan, telah
diselenggarakan
oleh DPMPTSP
Kota Depok yang
telah memiliki
SOTK Pelayanan
43
instansi yang
memiliki
kewenangan,
kecuali ditentukan
lain dalam undang-
undang. Dimana
izin tersebut
diperoleh melalui
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Terpadu Satu
Pintu, seperti
dimuat pada
profilnya di
laman resmi
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal.
2 Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
dilakukan oleh
lembaga atau
instansi yang
berwenang di
bidang penanaman
modal yang
mendapat
pendelegasian atau
pelimpahan
wewenang dari
lembaga atau
instansi yang
memiliki
kewenangan
perizinan dan
nonperizinan di
Pasal 26 ayat (2)
Undang-Undang
Nomor 25 Tahun
2007 tentang
Penanaman Modal.
Sudah Penyelenggaraan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
diselenggarakan
oleh DPMPTSP
Kota Depok,
selaku dinas yang
berwenang di
bidang
penanaman
modal.
44
tingkat pusat atau
lembaga atau
instansi yang
berwenang
mengeluarkan
perizinan dan
nonperizinan di
provinsi atau
kabupaten/kota.
3 Ketentuan
mengenai tata cara
dan pelaksanaan
pelayanan terpadu
satu pintu diatur
dengan Peraturan
Presiden.
Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang
Nomor 25 Tahun
2007 tentang
Penanaman Modal.
Sudah Sudah diundang-
undangkannya
Peraturan
Presiden Nomor
97 Tahun 2014
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu.
4 Pemberian
kemudahan dalam
penanaman modal
dalam bentuk
percepatan proses
perizinan dilakukan
dengan
penyelengaraan
Pasal 4 Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun
2008 Tentang
Pedoman
Pemberian Insentif
dan Pemberian
Sudah Meski sudah
diterapkan,
namun dari hasil
laporan kinerja
terkait proses
perizinan sebagai
berikut:
a. Indeks
45
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Kemudahan
Penanaman Modal
di Daerah
Kepuasan
Masyarakat
(IKM)
(tercapai)
b. Persentase
permohonan
perizinan
yang
diterbitkan
sesuai SOP
(tidak
tercapai)
c. Persentase
pengaduan
yang
ditindaklanjuti
(tercapai)
d. Rata-rata
waktu
penyelesaian
izin (tidak
tercapai)
(Halaman 15)
5 Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
dilaksanakan
dengan prinsip
keterpaduan,
Pasal 3 Peraturan
Presiden Nomor 97
Tahun 2014
tentang
Penyelenggaraan
Sudah Namun, Masih
didapati kurang
koordinasi antar
bidang dalam
proses pelayanan
46
ekonomis,
koordinasi,
pendelegasian atau
pelimpahan
wewenang,
akuntabilitas, dan
aksesibilitas.
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
perizinan.
Persentase
permohonan
perizinan yang
diterbitkan sesuai
SOP dengan
target 100%
sedangkan
realisasi
pencapaian
sebesar 81.93 %,
dan indikator
kinerja rata rata
waktu
penyelesaian izin
dengan terget
100% sedangkan
realisasi 81,25%,
dalam arti kata
belum tercapai.
(Halaman 38)
6 Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu oleh
pemerintah
kabupaten/kota
mencakup urusan
pemerintahan
Pasal 11 Ayat (1)
Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun
2014 tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Sudah Kota Depok telah
menyelenggara-
kan Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu. Namun
pada praktiknya
masih terdapat
47
kabupaten/kota
dalam
penyelenggaraan
Perizinan dan Non
perizinan yang
diselenggarakan
dalam Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu.
Satu Pintu. kendala-kendala
yang dihadapi
seerti yang
dipaparkan pada
laporan
akuntabilitas
kinerja sendiri,
terutama pada
koordinasi antar
bidang yang
masih kurang dan
jenis pelayanan
online yang
belum cukup
banyak (masih 3
pelayanan)
(Halaman 6 dan
20)
7 Penyelenggaraan
PTSP oleh
pemerintah
kabupaten/kota
dilaksanakan oleh
Badan Penanaman
Modal dan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Kabupaten/ Kota
Pasal 11 Ayat (3)
Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun
2014 tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Sudah Ini terlihat dari
BPMP2T (Badan
Penanaman
Modal dan
Pelayanan
Perizinan
Terpadu) Kota
Depok yang telah
berganti nama
menjadi
48
(BPMPTSP)
Kabupaten/ Kota.
DPMPTSP sejak
Desember 2016.
8 Dalam
menyelenggarakan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu oleh
kabupaten/kota,
Bupati/Walikota
memberikan
pendelegasian
wewenang
Perizinan dan Non
perizinan yang
menjadi urusan
pemerintah
kabupaten/kota
kepada Kepala
BPMPTSP
Kabupaten/ Kota.
Pasal 11 Ayat (4)
Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun
2014 tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Sudah Dengan telah
dimilikinya
Peraturan Wali
Kota Depok
Nomor 128
Tahun 2016
Tentang
Pendelegasian
Wewenang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
9 Penyelenggara
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu wajib
menyusun standar
pelayanan publik
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-
Pasal 14 Peraturan
Presiden Nomor 97
Tahun 2014
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Sudah Telah dimilikinya
standar pelayanan
publik yang
memuat dasar
hukum,
persyaratan,
sistem,
mekanisme dan
49
undangan di bidang
pelayanan publik.
prosedur/Standar
Operasional
Prosedur, Jangka
waktu
penyelesaian,
biaya/ tarif,
produk
pelayanan,
prasarana dan
Sarana,
kompetensi
pelaksana,
pengawasan
internal,
penanganan
pengaduan, saran
dan masukan,
jumlah pelaksana,
jaminan
pelayanan,
jaminan
keamanan dan
keselamatan
pelayanan, dan
evaluasi kinerja
pelaksana.
Namun beberapa
diantaranya
50
belumberjalan
maksimal seperti
stnadar sumber
daya manusia,
sarana dan
prasarana yang
belum cukup
maksimal.
(Halaman 20)
10 Jangka waktu
pelayanan PTSP
ditetapkan paling
lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung
sejak diterimanya
dokumen Perizinan
dan Nonperizinan
secara lengkap dan
benar, kecuali yang
diatur waktunya
dalam undang-
undang atau
peraturan
pemerintah.
Pasal 15 Peraturan
Presiden Nomor 97
Tahun 2014
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Belum Jangka waktu
pelayanan masih
memakan waktu
rata-rata 19 hari.
(Halaman 17)
11 Penyelenggaraan
Perizinan dan Non
perizinan oleh
Pasal 17 Peraturan
Presiden Nomor 97
Tahun 2014
Sudah Namun Belum
maksimalnya
pelayanan
51
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu wajib
menggunakan
Penyelenggaraan
Sistem Informasi
(PSE).
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
berbasis online.
Jenis pelayanan
yang diterapkan
secara online
baru 3. Lalu
informasi tentang
prosedur untuk
persyaratan
permohonan
bebagai jenis
iziun belum
dimuat cukuyp
baik di olaman
resmi DPMPTSP
Kota Depok.
(Halaman 30)
12 PSE untuk
Perizinan dan
Nonperizinan di
bidang Penanaman
Modal dilakukan
melalui Sistem
Pelayanan
Informasi dan
Perizinan Investasi
Secara Elektronik
(SPIPISE).
Pasal 20 Peraturan
Presiden Nomor 97
Tahun 2014
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Sudah Namun, yang
harus
diperhatikan pada
saat ini adalah
ditambahnya
layanan berbasis
online karena saat
ini baru 3
pelayanan yang
berbasis online
yaitu SIUP, TDP
dan Reklame.
52
(Halaman 30)
13 DPMPTSP dapat
membentuk Unit
Pelaksana Teknis
Daerah dan bentuk
layanan lainnya
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-
undangan.
Pasal 5 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Sudah Namun, untuk
layanan gerai
layanan atau
outlet, layanan
keliling, dan
layanan antar
jemput, belum
terdapat.
14 Dalam
menyelenggarakan
pelayanan
Perizinan dan
Nonperizinan,
Gubernur atau
Bupati/WaliKota
mendelegasikan
kewenangannya
kepada Kepala
DPMPTSP.
Pasal 6 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Sudah Dengan telah
dimilikinya
Peraturan Wali
Kota Depok
Nomor 128
Tahun 2016
Tentang
Pendelegasian
Wewenang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
15 Pemerintah Daerah
dalam
menyelenggarakan
pelayanan
Pasal 11 ayat (1)
daan (3) Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Belum Belum terdapat
publikasi
Maklumat
Pelayanan Publik
53
Perizinan dan
Nonperizinan wajib
membentuk
Maklumat
Pelayanan
Perizinan (MPP)
Perizinan dan
Nonperizinan yang
dipublikasikan
pada masyarakat.
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
di laman resmi
DPMPTSP Kota
Depok, seperti di
beberapa kota
lain.
16 Dalam
menyelenggarakan
pelayanan
Perizinan dan Non
perizinan,
DPMPTSP wajib
menerapkan
manajemen
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu berupa
pelaksanaan
pelayanan,pengelol
aan pengaduan
masyarakat,pengel
olaan informasi,
pengawasan
internal,
penyuluhan kepada
Pasal 15 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Sudah Diantaramya
Sistem prosedur
pengelolaan
pengaduan
pengguna
layanan di
DPMPTSP telah
memiliki : Loket
pengaduan dan
petugas khusus
yang menangani
pengelolaan
pengaduan.
DPMPTSP juga
menyediakan
pelayanan
pengaduan
melalui SMS,
54
masyarakat, dan
pelayanan
konsultasi..
email dan form
pengaduan.
Tahun 2017
DPMPTSP
menangani 1.817
pengaduan dan
telah diselesaikan
seluruhnya
( 100%);
(Halaman 17)
17 Ruang lingkup
PTSP-elektronik
terdiri atas
subsistem
pelayanan
informasi,
subsistem
pelayanan
Perizinan dan
Nonperizinan, dan
subsistem
pendukung.
Pasal 36 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Belum Masih terdapat
dualisme link
dengan jenis
badan
sebelumnya.
Untuk pelayanan
di laman terkini
belum cukup
memadai untuk
segala jenis
pelayanan
perizinan, masih
memaparkan 5
jenis perizinan
saja. Infomasi
terkait laporan-
laporan perihal
penanaman
55
modal di Kota
Depok tidak
update.
18 Sarana dan
prasarana
penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, paling
sedikit meliputi
kantor depan/front
office, kantor
belakang/back
office, ruang
pendukung, dan
alat/fasilitas
pendukung.
Pasal 42 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Sudah Khusus untuk
pelayanan
perizinan sarana
dan prasarana
telah mumpuni,
yang harus
diperhatikan pada
saat ini adalah
ditambahnya
layanan berbasis
online karena saat
ini baru 3
pelayanan yang
berbasis online
yaitu SIUP, TDP
dan Reklame,
serta perlu
adanya ruangan
untuk Tim Teknis
(Seksi Koordinasi
Lapangan),
karena masih
menggunakan
ruang rapat kerja.
(Halaman 20)
56
19 Pemenuhan
kebutuhan sumber
daya manusia
penyelenggara
fungsi Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
pada DPMPTSP
dilakukan secara
proporsional untuk
mencapai tujuan
dan sasaran
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Pasal 44 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Sudah Sumber Daya
Manusia (SDM)
yakni jumlah
(kuantitas)
pegawai yang
kurang, tetapi
tetap membuat
kinerja
DPMPTSP
berjalan baik.
Jumlah Sumber
Daya Manusia
(Pegawai) di
DPMPTSP PNS
sebanyak 74
orang dan
Outsourcing
sebanyak 22
orang yang telah
memiliki sikap
dan perilaku,
keterampilan,
kepekaan dan
kedisiplinan
dalam
memberikan
pelayanan kepada
masyarakat atau
57
pengguna
layanan; bahkan
meningkat.
(Halaman 24)
20 Pelayanan Terpadu
Satu Pintu wajib
melakukan Survei
Kepuasan
Masyarakat untuk
mengukur mutu
dan kualitas
pelayanan kepada
masyarakat.
Pasal 44 Peraturan
Menteri Dalam
Negeri Republik
Indonesia Nomor
138 Tahun 2017
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Daerah.
Sudah Tahun 2017
Indeks Kepuasan
Masyarakat
terhadap
pelayanan
perizinan terpadu
pada DPMPTSP
Kota depok
sebesar 82,54%
atau kategori
“Baik”.
(Halaman 21)
21 Dibentuknya
DPMPTSP untuk
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan wajib
di bidang
penanaman modal.
Ketentuan lebih
lanjut mengenai
Kedudukan,
Susunan
Pasal 2 dan 4
Peraturan Daerah
Kota Depok Nomor
10 Tahun 2016
tentang
Pembentukan dan
Susunan Perangkat
Daerah Kota
Depok.
Sudah Telah dimilikinya
Peraturan
Walikota Depok
Nomor 77 Tahun
2016 tentang
Kedudukan,
Susunan
Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta
Tata Kerja Dinas
Penanaman
58
Organisasi, Tugas
dan Fungsi, serta
tata kerja Perangkat
Daerah serta Unit
Kerja di bawahnya
ditetapkan lebih
lanjut dengan
Peraturan
Walikota.
Modal dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
22 Dinas
menyelenggarakan
fungsi perumusan
Kebijakan Teknis
bidang Penanaman
Modal dan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu,
pelaksanaan
Kebijakan Teknis
bidang Penanaman
Modal dan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu,
pelaksanaan
Evaluasi dan
Pelaporan sesuai
dengan lingkup
tugasnya,
Pasal 2 ayat (4)
Peraturan Walikota
Depok Nomor 77
Tahun 2016
tentang
Kedudukan,
Susunan
Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta
Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal
dan Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu.
Sudah Telah dimilikan
Rencana Umum
Penanaman
Modal (RUPM)
sebagai wadah
kebijakan-
kebijakan
tersebut. Namun,
belum
tersedianya info
grafik pada
prosedur
pelayanan secara
komprehensif,
sehingga
menyulitkan
masyarakat
dalam memahami
tahapan prosedur
pelayanan.
59
pelaksanaan
Administrasi
Dinas, dan
pelaksanaan fungsi
lain yang diberikan
oleh Walikota
terkait dengan
tugas dan
fungsinya.
23 Terdapat struktur
organisasi
Pasal 3 Peraturan
Walikota Depok
Nomor 77 Tahun
2016 tentang
Kedudukan,
Susunan
Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta
Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal
dan Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu.
Sudah Terlampir
24 Wali Kota
mendelegasikan
kewenangan
penyelenggaraan
pelayanan
Pasal 4 ayat (1)
Peraturan Wali
Kota Depok Nomor
128 Tahun 2016
Tentang
Sudah Dengan telah
dimilikinya
Peraturan Wali
Kota Depok
Nomor 128
Tahun 2016
Tentang
60
Perizinan dan
Nonperizinan
kepada Kepala
DPMPTSP.
Pendelegasian
Wewenang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Pendelegasian
Wewenang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu.
25 Pendelegasian
Kewenangan
merupakan
pelimpahan
kewenangan
dengan penyerahan
tugas, hak,
kewajiban, dan per-
tanggungjawaban
Perizinan dan
Nonperizinan,
termasuk
penandatanganan-
nya atas nama
Kepala DPMPTSP.
Pasal 4 ayat (2)
Peraturan Wali
Kota Depok Nomor
128 Tahun 2016
Tentang
Pendelegasian
Wewenang
Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Sudah Kinerja atas
pendelegasian
tersebut masih
memiliki beberpa
catatan, karena
terlihat
persentase
permohonan
perizinan yang
diterbitkan sesuai
SOP dengan
target 100%
sedangkan
realisasi
pencapaian
sebesar 81.93 %
(Halaman 17)
Dari tabel indikator pelaksanaan Kebijakan Pealyanan Terpadu Satu Pintu
di Kota Depok tersebut, 3 indikator diselenggarakannya kebijakan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu belum dijalankan oleh DPMPTSP Kota Depok. Indikator lain
sudah dijalankan cukup baik. Meskipun begitu, beberapa diantaranya masih
memiliki catatan kecil atau dalam arti lain belum berjalan maksimal. Beberapa
61
yang telah terlaksana belum mampu mencapai target di tahun 2017. Hal ini perlu
menjadi perhatian, meskipun kebijakan ini baru berjalan 1 tahun.
B. Kendala DPMPTSP Dalam Menyelenggarakan Kebijakan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di Kota Depok
Kendala yang dihadapi antara lain, dalam hal situs resmi penanaman
modal Kota Depok masih terdapat dualisme. Situs BPMP2T masih terdapat,
meskipun akan merujuk ke situs DPMPTSP. Namun situs DPMPTSP sendiri
juga kurang komunikatif karena tidak memuat informasi dengan lengkap seperti
pemaparan prosedur, pelayanan, biaya, realisasi penanaman modal, bahkan
informasi dasar tentang DPMPTSP seperti susunan organisasi dan lainnya. Selain
itu masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
perizinan, belum maksimalnya pelayanan berbasis online, belum optimalnya
kualitas pelayanan perizinan sehingga perizinan masih berlangsung lama.
Lebih lanjut, pada laporan akuntabilitas kinerja DPMPTSP Kota
Depok tahun 2017 terdapat pemaparan lain terkait kendala lain seperti
terbatasnya petugas survey lapangan dan terbatasnya sumber daya aparatur secara
kuantitas, sehingga proses pelayanan belum dapat dilakukan secara lebih efektif.
Lalu terkait sarana dan prasarana, terbatasnya jumlah kursi pada ruang tunggu
sehingga mengganggu kenyamanan pengguna layanan. Selain itu, belum
tersedianya info grafik pada prosedur pelayanan secara komprehensif, sehingga
menyulitkan masyarakat dalam memahami tahapan prosedur pelayanan. Sarana
pelayanan perizinan berbasis online juga masih berjalan 3 layanan izin, lainnya
masih dipersiapkan. Untuk sarana tempat kerja tim teknis juga belum memadai,
masih menggunakan ruang rapat DPMPTSP, hingga kurangnya fasilitas kursi
tunggu bagi pemohon. Namun begitu, DPMPTSP Kota Depok tidak berhenti
dan terus meningkatkan kinerjanya guna melayani masyarakat terkait penanaman
modal, melalui kebijakan Pelayan Terpadu Satu Pintu yang baru berjalan kurang
lebih 1 tahun.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kota Depok telah menerapkan beberapa indikator pelaksanaan
kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai arahan dari Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Penerapan terkait pelayanan
terpadu diterapkan dalam rangka percepatan proses perizinan untuk memudahkan
para calon penanam modal mengurus perizinan. Untuk beberapa hal yang
ditentukan dari peraturan perundang-undangan terkait Pelayanan Terpadu Satu
Pintu masih belum ada yang diterapkan DPMPTSP Kota Depok. Namun
setidaknya dari tabel indikator pelaksanaan kebijakan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu yang dipaparkan pada bab keempat, dapat dikatakan setidaknya sudah 80%
DPMPTSP Kota Depok menerapkan kebijakan tersebut, meskipun masih ada
beberapa diantaranya yang belum diterapkan secara maksimal.
Kendala-kendala DPMTSP Kota Depok dalam menerapkan kebijakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tersebut juga masih ditemui, seperti terbatasnya
petugas survey lapangan dan terbatasnya sumber daya aparatur secara kuantitas,
sehingga proses pelayanan belum dapat dilakukan secara lebih efektif. Lalu
terkait sarana dan prasarana, terbatasnya jumlah kursi pada ruang tunggu
sehingga mengganggu kenyamanan pengguna layanan, hingga ruang kerja untuk
tim teknis yang masih menggunakan ruang rapat DPMPTSP Kota Depok. Selain
itu, belum tersedianya info grafik pada prosedur pelayanan secara komprehensif,
sehingga menyulitkan masyarakat dalam memahami tahapan prosedur pelayanan.
Kendala-kendala tersebut menjadi alarm bagi DPMPTSP untuk terus
meningkatkan kinerjanya dengan tidak melakukan pembiaran, namun dengan
bertindak.
63
B. Rekomendasi
DPMPTSP Kota Depok telah cukup baik menerapkan kebijakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam bidang penanaman modal meskipun
kebijakan tersebut baru berjalan satu tahun. Namun begitu diantaranya masih
belum berjalan maksimal. Diharapkan DPMPTSP Kota Depok dapat mampu
segera menyelenggarakan indikator lainnya agar proses perizinan di Kota Depok
berjalan efektif. Hal ini akan mampu mengayomi kebutuhan masyarakat,
terlebih para pemohon atau penanam modal lebih baik. Lainnya, diharapkan
fasilitas bagi masyarakat agar dapat segera dijalankan dengan maksimal, baik
dari segi layanan online, maupun sarana dan prasarana yang terdapat langsung di
Kantor DPMPTSP Kota Depok agar segera ditingkatkan.
64
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Zainuddin , Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Arikunto, Suharsimi Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta; PT. Rineka Cipta,,
2010.
Dayanto, Peraturan Daerah Responsif: Fondasi Teoritik dan Pedoman
Pembentukkannya, Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Fuady , Munir, Aliran Hukum Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan
Hukum), Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2003.
Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2010.
Kairupan, David, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2013.
Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012
Mamuji, Sri, Teknik Menyusun Karya Ilmiah, Jakarta: UI Press, 2006
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, cet. VI, Jakarta: Kencana,
2010.
Muhammad, Abdulkadi, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakri, 2004
Nurmantu , Safri , Pengantar Perpajakan, Jakarta: Jakarta Granit, 2005.
Raco, J. R., Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Gramedia Widiarsana
Indonesia, 2010.
Rajagukguk, Erman, Hukum Investasi Di Indonesia, Depok: Universitas
Indonesia, 2005.
Salim dan Sutrisno, Budi, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
65
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia, 1984.
Sunggono, Bambang Metode Penelitian Hukum, Jakarta: RajaGrafindo,
1997.
Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Rajawali Pers,
2013.
Untung, Hendrik Budi, Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Widjaya, I. G. Rai, Penanaman Modal, Jakarta: PT Pradnya Paramita,
2005.
Wiranata, I Gede AB, Perkembangan Hukum Penanaman Modal Di
Indonesia, Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2009.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal
di Daerah.
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 138 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah.
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kota Depok.
66
Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Peraturan Wali Kota Depok Nomor 128 Tahun 2016 Tentang Pendelegasian
Wewenang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
C. Lain-lain
Laporan Kinerja DPMPTSP Kota Depok Tahun 2017
Booklet Sosialisasi Kebijakan Penanaman Modal Kota Depok.
“Depok Raih Indonesia’s Attractiveness Award 2016”, diakses Pukul 09.17
WIB pada 3 Oktober 2016 dari
http://www.depokpos.com/arsip/2016/09/depok-raih-indonesia-
sattractiveness-award-2016/
“SOTK Baru, Perizinan di Depok Makin Mudah”, diakses pukul 13. 23 pada
23 Juli 2017dari.https://www.depok.go.id/03/01/2017/01-berita-
depok/sotk-baru-perizinan-di-depok-makin-mudah
“Perizinan Satu Pintu di DPMPTSP” diakses pukul 13.34 wib pada 23 Juli
2017 dari http://dpmptsp.depok.go.id/2017/02/22/perizinan-satu-
pintu-di-dpmptsp/
“Investasi Islami”, diakses pukul 15.08 WIB pada 24 Oktober 2017 dari
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-
keuangan-umum/21451-investasi-islami
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan
pemerintahan harus berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung
jawab. Pelaksanaan lebih lanjut didasarkan atas Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan
Perjanjian Kinerja.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan
kewajiban suatu Instansi Pemerintah untuk mempertangungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat
pertanggungjawaban secara periodik.
Untuk mencapai Akuntabilitas Instansi Pemerintah yang baik, Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok selaku
unsur pembantu Pemerintah dituntut selalu melakukan pembenahan
pembenahan kinerja. Pembenahan pembenahan diharapkan mampu
meningkatkan peran serta fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Depok sebagai sub sistem dari sistem
pemerintahah yang berupaya memenuhi aspirasi masyarakat.
Dalam perencanaan pembangunan daerah Kota Depok, capaian,
tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan tidak hanya
mempertimbangkan visi dan misi daerah, melainkan kondisitasnya dengan
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada lingkup Pemerintah Kota,
Provinsi dan Nasional.
Terwujudnya suatu tata pemerintahan yang baik dan akuntabel
merupakan harapan semua pihak. Berkenaan harapan tersebut diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
2
jelas dan terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna,
besih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Sejalan dengan pelaksanaan Undang – undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka diterbitkan Peraturan
Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntablitas Kinerja Instansi
Pemerintah . Dalam salah satu pasal dalam Undang – Undang tersebut
menyatakan bahwa azas azaz umum penyelenggaraan negara meliputi
kepastian hukum, azas tertib penyelenggaraan negara, azas kepentingan
umum, azas keterbukaan, azas proporsionalitas dan profesionalitas serta
akuntabilitas. Azas akuntabilitas adalah setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dipertanggung jawabkan
kepada LAKIP Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Depok.
1.2 Dasar Hukum
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja instansi Pemerintah (LAKIP)
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok
Tahun 2017 berdasarkan kepada :
a. Undang-undang Nomor 15 tentang Pembentukan Kotamdya Daerah
Tingkat II Depok dan Kotamdaya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Infonesia Nomor 3828):
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembar negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lambaran Ngara Republik Idonesia Nomor 3851);
c. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perancangan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104 );
d. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Idonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 )
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
3
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang undang Nomor
32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
e. Peraturan Poresiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemeritah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanan Rencana
Pembangunan Daerah’
h. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor
PER/09/M/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja
Utama;
i. Peraturan Menteri Pemberdayaan paratur Negar Nomor
PER/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Utama;
j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanan
Rencana Pembangunan Daerah’
k. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 08)
sebagimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Daerah Kota Depok Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat
atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2012);
l. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD ) Kota Depok Tahun
2016-2021;
m. Peraturan walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanana Terpadu Satu Pintu Kota Depok.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
4
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Walikota Depok Nomor 77 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok memiliki
tugas pokok melaksanakaan urusan pemerintahan daerah dan tugas
pembantuan bidang penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu pintu.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Depok menjalankan tugas sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis Bidang Penanaman Modal dan PTSP;
b. Pelaksanaan kebijakan Teknis bidang Penanaman Modal dan PTSP;
c. Pelaksanaan Evaluasi dan Pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. Pelaksanaan administrasi dinas;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Susunan Organisasi DPMPTSP Kota Depok terdiri dari :
a. Kepala Dinas membawahi :
1. Sekretariat membawahi 3 (tiga) Sub Bagian terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
c. Sub Bagian Keuangan.
2. Bidang Penanaman Modal membawahi 2 (dua) Seksi terdiri dri :
a. Seksi Perencanaan, Pengembangan, Promosi dan Kerjasama
Penanaman Modal;
b. Seksi Bimbingan dan Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal.
3. Bidang Pelayanan membawahi 2 (dua) Seksi terdiri dari :
a. Seksi Data dan Informasi;
b. Seksi Koordinasi Lapangan dan Peenelitian.
4. Bidang Perizinan dan Non Perizinan membawahi 2 (dua) Seksi, terdiri
dari :
a. Seksi Perizinan dan Non Perizinan Usaha, Sosial Budaya;
b. Seksi Perizinan dan Non Perizinan Bangunan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
5
5. Bidang Pengawasan dan Pengaduan membawahi 2 (dua) Seksi,
terdiri dari :
a. Seksi Pengawasan Perizinan;
b. Seksi Pengaduan dan Regulasi
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
7. Kelompok Jabatan Fungsional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
6
1.4 Permasalahan Utama Organisasi
Dalam mencapai target kinerja, permasalahan yang masih
dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok pada tahun
2017 adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya kualitas pelayanan perizinan sehingga
proses perizinan masih berlangsung lama;
2. Masih didapati kurang koordinasi antar bidang dalam proses
pelayanan perizinan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Akuntabulitas Kinerja Instansi
Pemerintah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Depok tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Ikhitisar Eksekutif
Menguraikan tentang sistem akuntabilitas kinerja dan pencapaian
kinerja
BAB I Pendahuluan
Menjelaskan dan menjabarkan latar belakang, dasar hukum,
tugas pokok dan fungsi, permasalahan yang dihadapi dan
sistematika penulisan LAKIP Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok.
BAB II Perencanaan Kinerja
Dalam bab ini diikhtisarkan beberapa hal penting dalam
perencanaan yang menjabarkan visi, misi, tujuan, sasaran,
indikator kinerja sasaran, kebijakan dan program. Dokumen
Penetapan Kinerja tahun 2017 yang menggambarkan tentang
sasaran dan indikator kinerja sasaran yang telah ditetapkan serta
program dan kegiatan yang harus dilaksanakan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
7
BAB III Akuntabilitas Kinerja
Dalam bab ini menggambarkan akuntabilitas kinerja yang terdiri
dari capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran yang
mendukung pencapaian kinerja.
BAB IV Penutup
Dalam bab ini diuraikan keberhasilan dan kegagalan, kendala dan
hambatan dalam pencapaian kinerja serta langkah antisipatif dan
strategi pemecahan masalah.
Lampiran
Dalam lampiran menampilkan Pengukuran Kinerja Tahun 2017
dan lampiran lain yang diperlukan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
8
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis
Rencana Strategis merupakan suatu proses yang
berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1
(satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang
dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Proses ini
menghasilkan suatu Rencana Strategis yang setidaknya memuat
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Kinerja, Strategi, Kebijakan,
Program dan Kegiatan. Penyusunan Renstra Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok Tahun
2016-2021 merupakan amanat dari Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Renstra Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Depok disusun dari hasil penyelarasan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Depok Tahun 2016-2021 dan telah disesuaikan dengan tugas dan
fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu
Kota Depok.
2.2 Perjanjian Kinerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada
pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
9
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta
sumber daya yang tersedia.Kinerja yang disepakati tidak dibatasi
pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan,
tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud
akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya.Dengan demikian target
kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang
dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya,sehingga
terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Dokumen
Perjanjian Kinerja disusun oleh setiap pimpinan instansi
pemerintah dengan tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi
amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabiltas,
transparansi, dan kinerja aparatur;
2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja
aparatur;
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian
penghargaan dan sanksi;
4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan
monitoring, evaluasi dan supervisi atas
perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
Dokumen Penetapan Kinerja Perubahan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok Tahun 2017
adalah sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
10
PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN
TAHUN 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1. Meningkatnya kualitas
manajemen
pemerintahan yang
akuntabel
Nilai evaluasi SAKIP B
2. Meningkatnya kualitas
pelayanan perizinan
1. Indikator Kepuasan
Masyarakat (IKM)
76.09%
2. 2. Presentase
3. permohonan
4. perizinan yang
5. diterbitkan sesuai
6. SOP
100%
3. Presentaase
pengaduan yang
ditindaklanjuti
100%
4. Rata – rata waktu
penyelesaian izin
16 Hari Kerja
3 Meningkatnya kualitas
iklim usaha dan investasi
Realisasi nilai investasi
(PMA dan PMDN) di
Kota Depok ( dalam
milyar rupiah)
5.317,36
No Program Anggaran Keterangan
1. Peningkatan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja dan Kuangan
63.646.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
11
2. Kualitas Perencanan
Pembangunan
116.875.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 1
3. Peningkatan Administrasi
Perkantoran
1.029.678.800 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
4. Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
628.609.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
5. Peningkatan
Standarisasi Pelayanan
Publik
88.800.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
6. Pembentukan, Penataan
Produk Hukum dan
Kesadaran Hukum
&HAM
93.500.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
7. Pengembangan
Keterbukaan Informasi
Publik
136.250.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
8. Pengembangan Layanan
Teknologi Informatika
234.900.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
9. Peningkatan dan
Pengembangan
Pelayanan Terpadu
1.414.144.800 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
10. Peningkatan Kompetensi
SDM Perizinan
254.628.000 Mendukung misi ke 1
dan sasaran strategis
ke 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
12
11. Peningkatan
Pengembangan,
Pengawasan dan
Pengendalian Investasi
306.035.000 Mendukung misi ke 3
dan sasaran strategis
ke 3
12 Pengembangan Potensi
Investasi Daerah
650.032.000 Mendukung misi ke 3
dan sasaran strategis
ke 3
Jumlah Anggaran 5.016.916.600
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
13
Dari Dokumen Perjanjian Kinerja di atas dapat dilihat bahwa
pada tahun 2017 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Depok telah menetapkan 3 sasaran strategis,
6 indikator kinerja sasaran berikut target kinerja yang akan dicapai
melalui 12 program dan 26 kegiatan dengan alokasi anggaran sebesar
Rp. 16.385.023.982 terdiri dari Belanja Tidak Langsung
Rp. 11.368.107.382 dan Belanja Langsung Rp. 5.016.916.600.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
14
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Depok melaksanakan akuntabilitas kinerja
melalui penyajian laporan kinerja, yang disusun sesuai
Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petujuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan ini memberikan gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran strategis dengan membandingkan realisasi
indikator kinerja sasaran strategis terhadap target yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja DPMPTSP Kota Depok Tahun
2017. Perjanjian Kinerja yang digunakan sebagai dasar
pengukuran kinerja tahun 2017 adalah Perjanjian Kinerja Tahun
2017 DPMPTSP Kota Depok setelah reviu oleh Kementerian PAN
dan RB.
Pada Tahun 2017, pengukuran kinerja dilakukan terhadap
3 (tiga) sasaran strategis dengan menggunakan 6 (enam)
indicator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun 2017. Dari 6 (enam) indikator terdapat
3 (tiga) Indikator Kinerja ( 50%) mencapai bahkan melampaui
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
15
target, 2 (dua) Indikator Kinerja (33,33%) tidak mencapai
target dan 1 (satu) Indikator Kinerja belum dapat dihitung
karena belum ada penilaian SAKIP.
Tahun 2017 merupakan tahun awal dari Rencana
Strategis DPMPTSP Kota Depok Tahun 2016-2021. Berikut
diuraikan hasil pengukuran dan analisis pencapaian sasaran
strategis DPMPTSP Kota Depok Tahun 2017, sebagai berikut:
3.1. Membandingkan Antara Target dan Realisasi Kinerja
Tahun 2017
Tabel 3.1 Tingkat Pencapaian Sasaran
No Sasaran Jumlah
Indikator
Sasaran
Tingkat Pencapaian Sasaran
Melampaui target
(> 100%)
Sesuai target
(100%)
Belum mencapai
target
(< 100%)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Sasaran
1 1 - - - - - -
2 Sasaran
2 4 1 25 1 25 2 50
3 Sasaran
3 1 1 100 - - - -
Jumlah 6 2 33,3
3 1
16,
67 2
33,
33
Tabel 3.2
Capaian Realisasi Indikator Kinerja Utama
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Tahun 2017
Target Realisasi Capaian
Kinerja (%)
1 Meningkatnya kualitas manajemen
pemerintahan yang akuntabel
Nilai evaluasi SAKIP
B - Belum ada penilaian
2 Meningkatnya kualitas
pelayanan perizinan
Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)
76,09% 82,54% 108,48 (tercapai)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
16
Persentase permohonan perizinan
yang diterbitkan sesuai SOP
100% 81,93% 81,93 (belum
tercapai)
Persentase pengaduan
yang ditindaklanjuti
100% 100% 100 (tercapai)
Rata-rata
waktu penyelesaian izin
16 hari
kerja
19 hari
kerja
81,25
(belum tercapai)
3 Meningkatnya kualitas iklim
usaha dan investasi
Realisasi nilai investasi
(PMA dan PMDN) di Kota Depok
(dalam Milyar rupiah)
Rp. 5.317.36
Rp. 37.193.46
699,47 (tercapai)
Note : N/A = Not Available
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 3
(tiga) Indikator Kinerja Utama (50%) telah mencapai atau
melampaui target, sebanyak 2 (dua) Indikator Kinerja Utama
(33,33%) tidak mencapai target dan sebanyak 1 (satu)
Indikator Kinerja Utama belum ada penilaian yaitu nilai evaluasi
SAKIP 2017.
3.2. Membandingkan antara Realisasi Kinerja Serta Capaian
Kinerja Tahun 2017 dengan Tahun 2016
Adapun perbandingan realisasi kinerja tersebut disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3 Perbandingan Capaian Kinerja
No Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Realisasi
2016
Tahun 2017
Target Realisasi Capaian Kinerja
(%)
1 Meningkatnya kualitas
manajemen pemerintahan
yang akuntabel
Nilai evaluasi SAKIP
B B - Belum ada
penilaian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
17
2 Meningkatnya kualitas pelayanan
perizinan
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
72,81% 76,09% 82,54% 108,48 (tercapai)
Persentase permohonan
perizinan yang
diterbitkan sesuai SOP
N/A 100% 81,93% 81,93 (belum
tercapai)
Persentase
pengaduan yang ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100
(tercapai)
Rata-rata waktu
penyelesaian izin
N/A 16 hari kerja
19 hari kerja
81,25 (belum
tercapai)
3 Meningkatnya
kualitas iklim usaha dan investasi
Realisasi nilai
investasi (PMA dan PMDN) di
Kota Depok (dalam Milyar
rupiah)
Rp.
6.078.63
Rp.
5.317.36
Rp.
37.193.46
699,47
(tercapai)
Note : N/A = Not Available
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
18
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan:
- Di Tahun 2016, DPMPTSP berhasil mendapat nilai B untuk
indikator kinerja LAKIP pada Meningkatnya kualitas manajemen
pemerintahan yang akuntabel, sedangkan untuk tahun ini belum
ada penilaian dari Inspektorat Kota Depok. Dari table diatas
dapat dilihat pula ada 2 indikator yang mengalami kenaikan
yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat dan Realisasi Nilai Investasi.
- Tahun 2016 DPMPTSP mengalami kenaikan Realisasi Nilai
Investasi pada sasaran strategis Meningkatnya kualitas iklim
usaha dan investasi sebesar 699,47%
(Rp. 37.193.468.363.728) dari target Rp. 5.317.360.000.000.
Dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp. 6.078.632.134.439 tahun ini realisasi investasi sangat
mengalami kenaikan dikarenakan terdapat satu proyek atas
nama PT. PP Properti, Tbk sebesar Rp. 32 Triliyun.
- Setelah reviu oleh Kemenpan dan RB, Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Depok
ditetapkan 6 (enam) indikator kinerja utama untuk mengukur
kemajuan dan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran
strategis DPMPTSP Kota Depok. Dari hasil pengukuran kinerja,
sebanyak 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (50%) telah
mencapai atau melampaui target, sebanyak 2 (dua) Indikator
Kinerja Utama (33,33%) tidak mencapai target dan sebanyak 1
(satu) Indikator Kinerja Utama belum ada penilaian yaitu nilai
evaluasi SAKIP 2017
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
19
3.3. Membandingkan Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun
2017 dengan Taregt Jangka Menengah yang Terdapat
Dalam Dokumen RENSTRA
Strategi dan arah kebijakan merupakan sesuatu yang
harus direncanakan dengan sempurna karena terkait dengan
tujuan yang harus kita capai. Untuk meningkatkan pencapaian
kinerja DPMPTSP telah merevisi RENSTRA DPMPTSP sesuai
dengan arahan Kementerian PAN dan RB pada pertengahan
tahun 2017. Adapun Standar dan target pelayanan dan kinerja
yang dilaksanakan oleh DPMPTSP adalah berdasarkan RENSTRA
2016-2021 dapat kita lihat pada Tabel 3.2 di atas.
3.4. Membandingkan Realisasi Kinerja Tahun 2017 dengan
Standart Nasional
DPMPTSP Kota Depok mengambil standar pelayanan
berdasarkan RENSTRA DPMPTSP. Standar Nasional untuk
pelayanan publik diambil berdasarkan PERMENPAN – RB
Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Unit Pelayanan. Adapun realisasi kinerja DPMPTSP yang telah
mengikuti/ memenuhi standar nasional sebagai berikut :
Visi berdasarkan RENSTRA DPMPTSP : “TERWUJUDNYA
PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN YANG
RAMAH INVESTASI”;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
20
Misi : Mewujudkan pelayanan perizinan dan non
perizinan berbasiss informasi, Menciptakan iklim investasi
yang kondusif, Mewujudkan tata kelola lembaga
berdasarkan prinsip kepemerintahan yang baik;
Moto Pelayanan : “Hari ini harus lebih baik dari
kemaren”;
Sistem, mekanisme, dan prosedur pelayanan :
Tahapan pengurusan pelayanan perizinan pada DPMPTSP
dapat kita lihat pada SOP berdasarkan Sistem Manajemen
Mutu - SMM (ISO 9001:2008) serta Web site DPMPTSP;
Sumber Daya Manusia : Jumlah Sumber Daya Manusia
( Pegawai ) di DPMPTSP PNS sebanyak 74 orang dan
Outsourcing sebanyak 22 orang yang telah memiliki sikap
dan perilaku, keterampilan, kepekaan dan kedisiplinan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat atau
pengguna layanan;
Sarana dan Prasarana Pelayanan : khusus untuk
pelayanan perizinan sarana dan prasarana telah
mumpuni, yang harus diperhatikan pada saat ini adalah
ditambahnya layanan berbasis online karena saat ini baru
3 pelayanan yang berbasis online yaitu SIUP, TDP dan
Reklame, serta perlu adanya ruangan untuk Tim Teknis
(Seksi Koordinasi Lapangan)
Penanganan Pengaduan : Sistem prosedur
pengelolaan pengaduan pengguna layanan di DPMPTSP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
21
telah memiliki : Loket pengaduan dan petugas khusus
yang menangani pengelolaan pengaduan. DPMPTSP juga
menyediakan pelayanan pengaduan melalui SMS, email
dan form pengaduan. Tahun 2017 DPMPTSP menangani
1.817 pengaduan dan telah diselesaikan seluruhnya
( 100%);
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM):
Target tahun 2017 IKM terhadap pelayanan perizinan
terpadu pada DPMPTSP Kota depok sebesar 82,54% atau
kategori “Baik”. Adapun hasil survey kepuasan secara
keseluruhan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Hasil Survey IKM Tahun 2017
No Unsur Pelayanan Nilai
1 Prosedur pelayanan 36,667
2 Persyaratan pelayanan 37,689
3 Kejelasan petugas pelayanan 36,767
4 Kedisiplinan petugas
pelayanan
37,778
5 Tanggung jawab petugas
pelayanan
37,022
6 Kemampuan petugas
pelayanan
37,522
7 Kecepatan pelayanan 35,478
8 Keadilan mendapatkan
pelayanan
37,422
9 Kesopanan dan keramahan 37,544
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
22
petugas
10 Kewajaran biaya pelayanan 37,367
11 Kepastian biaya pelayanan 35,844
12 Kepastian jadwal pelayanan 36,967
13 Kenyamanan lingkungan, dan 36,500
14 Keamanan pelayanan 37,544
Rata-Rata Nilai IKM 82,54
Dari table diatas terlihat bahwa kepuasan masyarakat
terhadap layanan perizinan DPMPTSP Kota Depok adalah
Baik. Kepuasan masyarakat tertinggi adalah dalam hal
kedisiplinan petugas pelayanan sedangkan terendah pada
hal kecepatan pelayanan.
Sistem informasi pelayanan Publik : Pengelolaan
Sistem informasi pelayanan berbasis electronik yang ada
di DPMPTSP untuk mendukung kinerjanya adalah : adanya
SIMPADU (Sistem Pelayanan Terpadu) dengan aplikasi
PHP Frame Work yang akan diganti menjadi SI MPOK ,
Mesin Antrian, Mesin Anjungan, Web Site DPMPTSP, E-
mail. Sedangkan melalui media masa melalui :Billboard,
Leaflet, Banner;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
23
3.5. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan atau
Peningkatan/Penurunan Kinerja Serta Alternatif Solusi
yang telah dilakukan.
Pencapaian kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Depok telah dilakukan evaluasi dan
analisis kinerja untuk mengetahui penyebab keberhasilan /
kegagalan atau peningkatan / penurunan kinerja serta solusi
yang dilakukan. Adapun evaluasi dan analisis tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
memadai SI MPOK dan “SIMPADU” Sistem Pelayanan
Terpadu dengan memakai aplikasi PHP Frame Work;
2. Fasilitas sarana dan prasarana loket pelayanan yang sudah
mendukung seperti adanya: Loket Informasi & Pengaduan,
Kotak saran & pengaduan, mesin nomor antrian, Mesin
Anjungan, Standing Banner, Ruang Tunggu, running text
dan tempat air minum (dispenser);
3. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini Pegawai
DPMPTSP semakin menyadari hakekat dari pelayanan
kepada masyarakat.
Sebaliknya pencapaian kinerja DPMPTSP yang mengalami
kegagalan atau penurunan target dipengaruhi oleh
permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh DPMPTSP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
24
Kota Depok sebagaimana telah di uraikan pada BAB IV
Permasalahan dan Kendala Utama yang dihadapi Organisasi.
3.6. Analisis atas efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu selama
tahun 2017 dijelaskan sebagai berikut:
Sumber Daya Manusia (SDM) yakni jumlah (kuantitas)
pegawai yang kurang, tetapi tetap membuat kinerja DPMPTSP
berjalan baik bahkan meningkat,
Sarana dan prasarana yaitu ruangan untuk Tim Teknis (Seksi
Koordinasi Lapangan) karena hingga saat ini masih
menggunakan ruang rapat Dinas PMPTSP dan masih
kurangnya kursi tunggu pemohon.
Keuangan/ anggaran yang dipergunakan sebagaimana
diuraikan dan jelaskan pada tabel berikut ini :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
25
Tabel 3.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran DPMPTSP Tahun 2017
NO URAIAN
ANGGARAN REALISASI % PROGRAM KEGIATAN
Urusan Penanaman Modal
1 Peningkatan Standarisasi Pelayanan Publik
Sertifikasi ISO 88,800,000 87,650,000 98.70
2 Peningkatan Kualitas
Perencanaan Pembangunan
Pelaksanaan Forum OPD dan
Penyusunan Renja
70,125,000 68,475,000 97.65
Penyusunan Revisi Renstra 2016-
2021
46,750,000 44,210,000 94.57
3 Pembentukan, Penataan
Produk Hukum dan
Kesadaran Hukum dan HAM
Penyusunan Naskah Akademis
SOP Perizinan dan Non Perizinan
93,500,000 61,550,925
65.83
4 Pengembangan Keterbukaan
Informasi Publik
Penanganan Pengaduan/
Permasalahan Perizinan
136,250,000 136,250,000 100.00
5 Pengembangan Layanan
Teknologi Informasi
Pemeliharaan dan Pengembangan
Sistem Pelayanan Perizinan
234,900,000 234,396,000 99.79
6 Peningkatan dan
Pengembangan Pelayanan
Terpadu
Pengawasan, Pengendalian dan
Pengolahan Data Perizinan
1,174,194,800 991,239,509 84.42
Pengembangan Sistem Integrasi
Pelayanan Perizinan
53,700,000 53,420,000 99.48
Pengadaan dan Pemeliharaan
Billboard Sosialisasi Pelayanan
Perizinan
186,250,000 185,050,000
99.36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
26
7 Peningkatan Pengembangan,
Pengawasan dan
Pengendalian Investasi
Pengendalian dan Pengawasan
Pelaksanaan Penanaman Modal
81,185,000 26,580,000 32.74
Penyusunan Profil Investasi 185,000,000 0 0.00
Sosialisasi Kebijakan Penanaman
Modal
39,850,000 39,250,000 98.49
8 Peningkatan Kompetensi
SDM Perijinan
Bimtek Pelayanan Prima Lanjutan 254,628,000 248,208,000 97.48
9 Pengembangan Potensi Investasi Daerah
Forum Kemitraan UMKM dan Usaha Besar
48,750,000 48,025,000 98.51
Promosi Investasi Kota Depok 601,282,000 378,994,750 63.03
Pendukung (Urusan Non Pelayanan Dasar)
1 Peningkatan Administrasi
Perkantoran
Penyediaan Alat Tulis Kantor 187,004,000 182,608,000 97.65
Penyediaan Barang Cetakan dan
Penggandaan
221,657,200 219,819,725 99.17
Penyediaan Komponen Instalasi
Listrik /Penerangan Bangunan
Kantor
18,698,000 18,698,000
100.00
Penyediaan Peralatan Rumah Tangga
18,688,000 18,688,000 100.00
Penyediaan Makanan dan
Minuman
231,825,000 231,735,000 99.96
Rapat-Rapat Koordinasi dan
Konsultasi Dalam dan Luar Daerah
300,711,000 298,318,747 99.20
Penyediaan Sarana Informasi
51,095,600 41,446,626 81.12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
27
2 Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
Pemeliharaan Rutin/ Berkala
Kendaraan Bermotor
93,500,000 91,745,442 98.12
Pemeliharaan Rutin/ Berkala
Perlengkapan Gedung Kantor
46,749,000 46,738,000 99.98
Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan Kantor
488,360,000 459,504,210 94.09
3 Peningkatan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
Penyusunan Pelaporan Keuangan
dan Capaian Kinerja
63,464,000 63,430,000
99.95
Total Anggaran 5,016,916,600 4,276,030,934 85.23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
28
3.7. Analisis program/ kegiatan yang menunjang
keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
Pada Tahun 2017 DPMPTSP Kota Depok telah
melaksanakan 12 (dua belas) program dan 26 ( dua puluh
enam) kegiatan dalam rangka mencapai Visi Kota Depok
yaitu Kota Depok yang Unggul, Nyaman dan Religius.
Evaluasi dan analisis atas capaian kinerja sasaran
strategis DPMPTSP Kota Depok dengan indikator kinerja
sasaran dijabarkan sebagai berikut :
Misi Pertama: “Meningkatkan kualitas pelayanan
public yang professional dan transparan”, dengan
Sasaran Strategis Pertama:
1) Meningkatnya kualitas manajemen pemerintahan yang
akuntabel
Sasaran Strategis pertama Misi I ini belum dapat diukur
karena belum ada penilaian SAKIP dari Inspektorat Kota
Depok
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
29
Misi Pertama : “Meningkatkan kualitas pelayanan
public yang professional dan transparan”, dengan
Sasaran Strategis Kedua :
1) Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan
Sasaran Strategis kedua Misi I ini, terdapat 2 indikator
kinerja yang mencapai target yaitu Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) sebesar 82,54% dan Persentase
pengaduan yang ditindaklanjuti yaitu 100%. Dan terdapat 2
indikator kinerja yang belum mencapai target yaitu
persentase permohonan perizinan yang diterbitkan sesuai
SOP dan rata-rata waktu
penyelesaian izin. Adapun untuk data dimaksud dapat dilihat di
table dibawah ini :
Tabel 3.6
Capaian Indikator Kinerja, target dari sasaran strategis 2 :
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Tahun 2017
Target Realisasi Capaian
Kinerja (%)
1 Meningkatnya kualitas pelayanan
perizinan
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
76,09% 82,54% 108,48 (tercapai)
Persentase
permohonan perizinan yang
diterbitkan sesuai SOP
100% 81,93% 81,93
(belum tercapai)
Persentase
pengaduan yang
ditindaklanjuti
100% 100% 100
(tercapai)
Rata-rata waktu
penyelesaian izin
16 hari kerja 19 hari kerja 81,25 (belum tercapai)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
30
Analisis pencapaian kinerja :
Analisis terhadap indikator kedua dari misi I ini, belum seluruhnya
mencapai target kinerja, hal ini disebabkan oleh :
a. Kesadaran masyarakat untuk mengurus perizinan yang
relative rendah (sering menggunakan jasa orang lain);
b. Lamanya proses penyelesaian perizinan;
c. Terbatasnya petugas survey lapangan dan terbatasnya
sumber daya aparatur secara kuantitas, sehingga proses
pelayanan belum dapat dilakukan secara lebih efektif;
d. Terbatasnya jumlah kursi pada ruang tunggu sehingga
mengganggu kenyamanan pengguna layanan;
e. Belum tersedianya info grafik pada prosedur pelayanan
secara komprehensif, sehingga menyulitkan masyarakat
dalam memahami tahapan prosedur pelayanan;
Misi Ketiga: “Mengembangkan ekonomi yang mandiri,
kokoh dan berkeadilan”, dengan Sasaran Strategis Ketiga :
Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan
Sasaran Strategis Misi Ketiga telah melebihi target yaitu sebesar
699,47%. Hal ini dapat kita lihat pada Indikator kinerja, target,
dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
31
Tabel 3.7
Capaian Indikator kinerja, target dari sasaran strategis 3
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Tahun 2017
Target Realisasi Capaian
Kinerja (%)
1 Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi
Realisasi nilai investasi
(PMA dan PMDN) di
Kota Depok (dalam Milyar
rupiah)
Rp. 5.317.36
Rp. 37.193.46
699,47 (tercapai)
Analisis pencapaian kinerja :
Pada Tahun 2017 ini mengalami kenaikan yang signifikan
dikarenakan adanya satu proyek PT. PP Properti, Tbk sebesar Rp.
32 Trilyun. Tercapainya target tersebut didukung oleh :
a. Adanya penambahan variabel data yang dihitung oleh
BKPPMD yaitu SIUP;
b. Telah terselenggaranya sosialisasi kebijakan penanaman
modal ;
c. Telah tersusunnya perda penanaman modal;
d. Promosi investasi yang sudah efektif dilaksanakan.
3.8 Realisasi Anggaran
Adapun anggaran pendukung masing – masing sasaran strategis yang
ditetapkan sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
32
Tabel 3.8 Anggaran Pendukung Sasaran Strategis
No Sasaran Strategis
Indikator Sasaran
Target Program / Kegiatan Target Pagu Anggaran
(Rp)
(1) ( 2 ) (3) (4) (5) ( 6 ) (7)
1 Meningkatnya
kualitas manajemen
pemerintahan
yang akuntabel
Nilai evaluasi
SAKIP
B Peningkatan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan
63,464,000
1 Penyusunan pelaporan
keuangan dan capaian kinerja
18 dok
63,464,000
Kualitas perencanaan
pembangunan
116,875,000
1 Pelaksanaan forum OPD dan
penyusunan renja
3 dok
70,125,000
2 Penyusunan revisi renstra
2016-2021
1 dok
46,750,000
2 Meningkatnya
kualitas
pelayanan perizinan
Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)
76,09% Peningkatan administrasi
perkantoran
1,029,678,800
Persentase
permohonan perizinan yang
diterbitkan sesuai
SOP
100% 1 Penyediaan alat tulis kantor 73 Jenis
187,004,000
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
33
Persentase
pengaduan yang
ditindaklanjuti
100% 2 Penyediaan barang cetakan
dan penggandaan
72 Jenis
221,657,200
Rata-rata waktu penyelesaian izin
16 Hari Kerja
3 Penyediaan komponen instalasi listrik/ penerangan
bangunan kantor
5 Jenis (358 item)
18,698,000
4 Penyediaan peralatan rumah tangga
15 Jenis (655 item)
18,688,000
5 Penyediaan makanan dan
minuman
3785 snack, 990
nasi, 1080 air galon, 209 dus
air mineral gelas,
176 dus air mineral botol,
220 kue saji, 44
keranjang buah saji
231,825,000
6 Rapat-rapat koordinasi dan
konsultasi dalam dan luar
daerah
228 hari
300,711,000
7 Penyediaan sarana informasi 6 jenis ( 339
item)
51,095,600
Peningkatan sarana dan prasarana aparatur
628,609,000
1 Pemeliharaan rutin/ berkala
kendaraan bermotor
6 unit
93,500,000
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
34
2 Pemeliharaan rutin/ berkala
perlengkapan gedung kantor
9 jenis
46,749,000
3 Penyediaan peralatan dan
perlengkapan kantor
10 jenis
488,360,000
Peningkatan standarisasi
pelayanan publik
88,800,000
1 Setifikasi ISO 2 layanan
88,800,000
Pembentukan, penataan
produk hukum dan kesadaran
hukum dan HAM
93,500,000
1 Penyusunan naskah
akademis SOP perizinan dan
non perizinan
1 dok
93,500,000
Pengembangan keterbukaan
informasi publik
136,250,000
1 Penanganan pengaduan/
permasalahan perizinan
100%
136,250,000
Pengembangan layanan
teknologi informatika
234,900,000
1 Pemeliharaan dan
pengembangan sistem
pelayanan perizinan
1 sistem
234,900,000
Peningkatan dan pengembangan pelayanan
1,414,144,800
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
35
terpadu
1 Pengawasan, pengendalian
dan pengolahan data perizinan
16000 surat izin
1,174,194,800
2 Pengembangan sistem
integrasi pelayanan perizinan
1 sistem
pelayanan
53,700,000
3 Pengadaan dan
pemeliharaan billboard sosialisasi pelayanan
perizinan
11 titik
186,250,000
Peningkatan kompetensi SDM
perizinan
254,628,000
1 Bimtek pelayanan prima
lanjutan
140 peserta
254,628,000
3 Meningkatnya kualitas iklim
usaha dan
investasi
Realisasi nilai investasi (PMA dan
PMDN) di Kota
Depok (dalam milyar rupiah)
Rp. 5.317.36
Peningkatan pengembangan, pengawasan dan
pengendalian investasi
306,035,000
1 Pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan
penanaman modal
12 pengawasan
dan 15 LKPM
81,185,000
2 Penyusunan profil investasi 1 dok profil
investasi, 1 video
investasi dan 70 peserta rapat
185,000,000
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
36
3 Sosialisasi kebijakan
penanaman modal
50 pelaku usaha
39,850,000
Pengembangan potensi
investasi daerah
650,032,000
1 Forum kemitraan UMKM dan
usaha besar
70 peserta
48,750,000
2 Promosi investasi Kota
Depok
5 kali pameran
601,282,000
Total Anggaran 5.016.916.600
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Keberhasilan Dan Kegagalan Kinerja
Dalam rangka mencapai kinerja sasaran Tahun 2017 Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok telah
melaksanakan Program dan Kegiatan untuk mencapai Visi dan Misinya.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan analisisnya diperoleh gambaran
mengenai capaian kinerja secara keseluruhan dari 3 (tiga ) sasaran
strategis dan 6 (enam) indikator kinerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok Tahun 2017, 2 (dua) sasaran
strategis dan 2 (dua) indikator kinerja mencapai lebih dari 100%, 1 (satu)
indikator kinerja mencapai 100%, sedangkan 2 (dua) indikator kinerja
strategis tidak mencapai target yang telah ditetapkan indikator kinerja
yakni : Persentase permohonan perizinan yang diterbitkan sesuai SOP
dengan target 100% sedangkan realisasi pencapaian sebesar 81.93 %, dan
indikator kinerja rata rata waktu penyelesaian izin dengan terget 100%
sedangkan realisasi 81,25%, dan 1 (satu) indikator kinerja terkait nilai
LAKIP masih menunggu penilaian untuk tahun 2017. Pencapaian kinerja
sasaran tersebut diatas didukung oleh 12 (dua belas) program dan 26 (dua
puluh enam) kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2017.
4.2 Tantangan dan Kendala dalam Pencapaian Kinerja
Pada Tahun 2017 terdapat kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
upaya pencapaian sasaran strategis Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok meliputi :
1. Belum optimalnya laporan LKPM oleh pelaku usaha (perusahaan);
2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
perizinan;
3. Belum maksimalnya pelayanan berbasis online;
4. Belum optimalnya kualitas pelayanan perizinan sehingga perizinan
masih berlangsung lama.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017
39
4.3 Strategi Pemecahan Masalah
Dalam menghadapi kendala dan hambatan yang ada, Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok memerlukan langkah-
langkah taktis dan kaidah pelaksanaan sebagai berikut :
1. Perlu adanya sosialisasi kepada pelaku usaha (perusahaan) terkait
pelaporan LKPM;
2. Meningkatkan secara bertahap sarana dan prasarana yang dibutuhkan;
3. Meningkatkan pelayanan berbasis online, dimana seluruh perizinan yang
tidak memerlukan pemeriksaan lapangan utuk diselenggarakan secara
online;
4. Meningkatkan pelayanan perizinan secara bertahap dan
berkesinambungan.