perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN PENDEKATAN STM
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PARE
MONDOKAN SRAGEN TAHUN AJARAN /
SKRIPSI
Oleh :
MARTYA JITA SARI
K
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Martya Jita Sari
NIM : K
Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan / PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN PENDEKATAN STM
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PARE
MONDOKAN SRAGEN” ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni
Yang membuat pernyataan
Martya Jita Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN PENDEKATAN STM
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PARE
MONDOKAN SRAGEN TAHUN AJARAN /
Oleh :
MARTYA JITA SARI
K
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Siti Istiyati, M. Pd Dra. Lies Lestari, M. Pd
NIP NIP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Hari : Kamis
Tanggal : Juli
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd
Anggota I : Dra. Siti Istiyati, M. Pd
Anggota II : Dra. Lies Lestari, M. Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
Prof. Dr.rer.nat.Sajidan, M. Si
NIP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
# Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga.
Memilik waktu tidak menjadikan kita kaya,
tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan
(Mario Teguh) #
# Jika kita tidak berubah, kita tidak akan bertumbuh, jika kita tidak bertumbuh,
kita belum benar-benar hidup (Call Sheehy) #
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada- Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
Ayahku (Agustinus Sarwiji) dan Ibuku (Catarina Sri Hartati) tercinta yang
senantiasa mendoakan dan menyayangiku sepanjang waktu, serta untuk
dukungan dan semangatnya.
Agustina Wita Sari dan Pandu Prihantoko, terimakasih karena senantiasa
mendorong langkahku dengan perhatian dan semangat.
Sahabat-sahabat yang aku sayangi terimakasih atas dukungan, bantuan dan
semangatnya.
Rekan-rekan S PGSD teristimewa Kelas D dan Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Martya Jita Sari. PENERAPAN PENDEKATAN STM UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PARE
MONDOKAN SRAGEN TAHUN AJARAN / . Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli .
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
pada siswa kelas IV SD Negeri Pare Mondokan Sragen.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Pare
yang berjumlah siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi. Validitas
data menggunakan teknik triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan
model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Pare
Mondokan Sragen Tahun Ajaran / . Hal ini ditunjukkan dari kondisi
awal sebelum tindakan nilai rata – rata keaktifan belajar siswa adalah atau
% siswa telah aktif dalam pembelajaran. Siklus I nilai rata – rata keaktifan
belajar siswa adalah atau % siswa telah aktif dalam pembelajaran dan
siklus II nilai rata – rata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi atau
% siswa telah aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat diajukan
rekomendasi bahwa melalui penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA.
Kata kunci : keaktifan belajar, Sains Teknologi Masyarakat (STM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Martya Jita Sari. THE APPLICATION OF STM APPROACH TO IMPROVE
THE STUDENT LEARNING ACTIVENESS IN SCIENCE LEARNING IN
THE IV GRADERS OF SD NEGERI PARE MONDOKAN SRAGEN IN
THE SCHOOL YEAR OF . Skripsi, Teacher Training and Education
Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July .
The objective of research aims to improve the student learning activeness
in science learning through Science Technology Society (STM) approach in the
IV graders of SD Negeri (Public Elementary School) Pare Mondokan Sragen.
This study was a classroom action research consisting of two cycles, each
of which containing planning, acting, observing, and reflecting stages. The subject
of research was the SD Negeri Pare consisting of students. The data source
derived from teachers and students. Techniques of collecting data used were
observation, questionnaire and documentation. The data validation was done
using method triangulation technique. Technique of analyzing data used was an
interactive analysis model of encompassing three components : data reduction,
data display and conclusion drawing.
Based on the result of research, it could be concluded that the application
of Science Technology Society (STM) approach could improve the student
learning activeness in Science learning in the IV graders of SD Negeri Pare
Mondokan Sragen in the school year of . It is showed from condition
before the action the student learning activeness had mean value of or %
of students had learning actively. In cycle I, the student learning activeness had
mean value of or of students had learning actively and cycle II the
student learning activeness had mean value increased become or had
learning actively. Therefore a recommendation that the application of Science
Technology Society (STM) approach can improve the science activeness.
Keywords: learning activeness, Science Technology Society (STM) approach.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi dengan
judul “PENERAPAN PENDEKATAN STM UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI PARE MONDOKAN SRAGEN TAHUN
AJARAN / ”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan pengahargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada :
. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
. Dra. Siti Istiyati, M. Pd. Selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
. Dra. Lies Lestari, M. Pd. Selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
. Kepala SD Negeri Pare yang telah memberikan kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
. Siti Nur Solikhah, S. Pd. SD, selaku guru kelas IV SDN Pare , yang telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
. Para siswa kelas IV SDN Pare , yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juni
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................
B. Identifikasi Masalah .................................................................
C. Pembatasan Masalah ................................................................
D. Rumusan Masalah ....................................................................
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .........................................................................
. Hakikat Keaktifan Belajar Siswa .......................................
a. Pengertian Keaktifan ....................................................
b. Pengertian Belajar .......................................................
c. Keaktifan Belajar Siswa ...............................................
d. Tinjauan Asas Keaktifan Belajar Siswa .......................
e. Jenis – Jenis Keaktifan Belajar Siswa ..........................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
f. Indikator Keaktifan Belajar Siswa ...............................
. Hakikat Pembelajaran IPA di SD ......................................
a. Pengertian Pembelajaran .............................................
b. Pengertian IPA ............................................................
c. Pembelajaran IPA di SD ..............................................
d. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ..................................
e. Ruang Lingkup IPA di SD ...........................................
. Hakikat Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat .............
a. Pengertian Pendekatan .................................................
b. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM) ..........
c. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ....................
d. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat (STM) ......
e. Tahap – Tahap Pelaksanaan STM ................................
f. Kelebihan dan Kekurangan STM .................................
g. Penerapan Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA.
B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
C. Kerangka Berpikir ....................................................................
D. Hipotesis .................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
B. Subjek Penelitian .....................................................................
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................
D. Sumber Data .............................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
F. Validitas Data ...........................................................................
G. Teknik Analisis Data ................................................................
H. Indikator Kinerja ......................................................................
I. Prosedur Penelitian ..................................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan ............................................................
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .....................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
. Tindakan Siklus I ...............................................................
. Tindakan Siklus II ..............................................................
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ...............................
D. Pembahasan Hasil Tindakan ....................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................
B. Implikasi ..................................................................................
C. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan .............................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus I ..................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus I .................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ......................................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus II .................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus II ...............................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus II .....................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Visual ....................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Oral ........................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Listening ................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Writing ..................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Drawing .................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Motor .....................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Mental ....................................................................
. Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Emotional ..............................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
. Kerangka Berpikir Penerapan Pendekatan STM .......................................
. Strategi Penelitian Tindakan Kelas ............................................................
. Komponen dalam Analisis Data ................................................................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan ..................................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus I.......................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus I .....................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ...........................................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus II .....................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus II ....................
. Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ..........................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Visual ...............................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Oral ...................................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Listening ...........................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Writing .............................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Drawing ............................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Motor ................................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Mental ..............................................
. Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Emotional .........................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
. Jadwal Penelitian .......................................................................................
. Silabus ........................................................................................................
. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I.........................
. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Siklus I .......................
. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus II .......................
. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Siklus II ......................
. Kisi – Kisi Pedoman Observasi Keaktifan Belajar Siswa .........................
. Pedoaman Keaktifan Belajar Siswa ...........................................................
. Kisi – Kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa ..............................................
. Angket Keaktifan Belajar Siswa ................................................................
. Nilai Tertinggi Keaktifan Belajar Siswa ....................................................
. Nilai Terendah Keaktifan Belajar Siswa ....................................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan .............................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus I ..................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus I .................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ......................................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus II .................................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus II ...............................
. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus II .....................................................
. Nilai Angket Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan.................................
. Nilai Angket Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ..........................................
. Nilai Angket Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ........................................
. Hasil Observasi Guru Mengajar Pertemuan I Siklus I ...............................
. Hasil Observasi Guru Mengajar Pertemuan II Siklus I..............................
. Hasil Observasi Guru Mengajar Pertemuan I Siklus II..............................
. Hasil Observasi Guru Mengajar Pertemuan II Siklus II ............................
. Rekapitulasi Nilai Keaktifan Belajar Siswa ...............................................
. Nilai Evaluasi Siklus I dan Siklus II ..........................................................
. Foto Penelitian ...........................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pendidikan
bidang studi dengan alam semesta serta segala proses yang terjadi di dalamnya
sebagai objeknya. Ilmu Pengetahuan Alam hakekatnya merupakan suatu cara
untuk memecahkan masalah dengan prosedur tertentu mengenai gejala-gejala
alam. Prosedur ini biasanya tersusun secara sistematis untuk mengalami fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, serta mendorong
seseorang memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan mencari tahu dan
berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahamannya yang lebih
mendalam tentang alam sekitar serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya Ilmu Pengetahuan Alam dalam kehidupan, mendorong
sistem pendidikan memasukkan IPA ke dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan
IPA diajarkan pada anak mulai dari jenjang SD, SMP, SMA maupun di perguruan
tinggi. Tujuan IPA di sekolah dasar seperti yang diamanatkan dalam kurikulum
tidaklah hanya sekedar agar siswa memiliki pengetahuan tentang gejala-gejala
alam saja, melainkan juga melalui pendidikan IPA diharapkan siswa memiliki
kemampuan berfikir aktif, kritis dan kreatif. Sedangakan menurut S. Richardson
dalam Hendro Darmodjo ( ) menyarankan digunakannya tujuh prinsip
dalam proses pembelajaran agar suatu pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh
prinsip itu adalah : ( ) prinsip keterlibatan siswa secara aktif; ( ) prinsip belajar
berkesinambungan; ( ) prinsip motivasi; ( ) prinsip multi saluran; ( ) prinsip
penemuan; ( ) prinsip totalitas; ( ) prinsip perbedaan individual.
Keterlibatan siswa secara aktif merupakan salah satu prinsip yang
menunjang keberhasilan tujuan IPA di SD. Partisipasi aktif siswa sangat
mendukung keefektifan pembelajaran di kelas. Adanya partisipasi yang aktif
membuat siswa mengalami, menghayati, dan menarik pelajaran yang dialami.
Siswa yang aktif mampu membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengamatan dan pengalaman yang di alaminya. Sehingga siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuan tersebut secara bermakna.
Dari hasil pengamatan dan pedoman penilaian keaktifan belajar IPA
(Lampiran halaman ) terhadap siswa kelas IV SDN Pare menunjukkan
kurang maksimalnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Dari
jumlah siswa, hanya siswa atau , % siswa yang terlihat aktif dan
sebagian besar siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran. Siswa justru lebih asyik bermain dengan teman sebangkunya.
Sedangkan guru hanya sekedar menyampaikan materi sebanyak-banyaknya, dan
siswa hanya pasif mendengarkan tanpa ada keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, siswa kurang mendapat perhatian untuk belajar secara mandiri,
kreatif, dan bertanggung jawab, sehingga dapat mengakibatkan verbalisme pada
diri siswa. siswa hanya menerima suatu konsep tanpa membuktikan sendiri
konsep tersebut sehingga pemahaman siswa mengenai suatu konsep tersebut
hanya mampu bertahan beberapa saat saja, bahkan hanya pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Sehingga pengetahuan atau konsep yang
di peroleh tidak bermakna bagi siswa.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kurang maksimalnya keaktifan
belajar siswa kelas IV SDN Pare disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
proses pembelajaran masih di dominasi oleh guru yaitu dengan menggunakan
metode konvensional (ceramah), yang mungkin di anggap guru sebagai metode
yang paling praktis, mudah, dan efisien. Sehingga pembelajaran cenderung
monoton dan kurang bermakan. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang
inovatif menyebabkan siswa pasif selam proses pembelajaran berlangsung karena
guru tidak menggunakan media yang melibatkan siswa. Banyak siswa cepat
jenuh, perasaan jenuh terlihat sekali ketika guru menyampaikan materi pelajaran
banyak siswa yang justru berbicara dengan teman sebangkunya, malas mengikuti
pelajaran dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Dalam kegiatan diskusi pun
hanya beberapa siswa yang menunjukkan keaktifan. Siswa tidak diberi
kesempatan untuk mengkonstruksikan pengetahuan yang sudah mereka miliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan kehidupan nyata. Pembelajaran seperti itu kurang tepat karena tidak ada
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Jika hal ini berlarut-larut akan mengakibatkan rendahnya keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPA. Rendahnya keaktifan siswa menyebabkan
pemahaman konsep yang di terima kurang maksimal dan pada akhirnya akan
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran
keaktifan siswa merupakan hal yang sangat penting untuk mengoptimalkan
pemahaman konsep. Jika siswa dapat memahami konsep secara maksimal maka
hasil belajar yang di peroleh juga akan meningkat. Oleh sebab itu, keaktifan siswa
memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Guru harus
mengoptimalkan keaktifan siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran dan senantiasa meningkatkan keaktifan siswa secara terus menerus.
Karena partisipasi aktif dari siswa sangat mendukung keefektifan pembelajaran di
kelas.
Maka permasalahan tentang keaktifan belajar siswa memerlukan
tindak lanjut agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menerapkan suatu pendekatan yang tepat sehingga siswa dapat memahami dan
aktif dalam pembelajaran IPA. Salah satu pendekatan tersebut adalah dengan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Istilah STM (Sains, Tehnologi,
Masyarakat) menurut Anna Poedjiadi ( : ) antara lain : Sains-Tehnology-
Society (STS), Science Tehnology Society and Environtment (STSE), sebenarnya
intinya sama yaitu environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan.
Istilah STM untuk pertama kalinya diciptakan oleh John Ziman yang
mengemukakan bahwa konsep konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan
kehidupan siswa sehari-hari (Nono Sutarno, : ).
STM adalah pendekatan terpadu antara sains, tehnologi, dan isu yang
ada dimasyarakat. STM dengan teknologinya berusaha menjembatani antara ilmu
dan masyarakat. Karena di dalam Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini
berkaitan dengan kehidupan yang nyata. Strategi yang digunakan dalam
pendekatan STM dapat diawali dengan mengangkat isu-isu yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berkembang di masyarakat atau kejadian yang terjadi di lingkungan sebagai
dampak kemajuan dibidang teknologi. Selanjutnya dihubungkan dengan sains
sebagai konsep materi yang akan diajarkan, terjalinlah hubungan antara konsep
sains dengan komponen STM.
Pendekatan STM tepat di gunakan dalam pembelajaran IPA karena
memiliki kelebihan : STM menekankan cara belajar yang aktif mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran IPA karena topik atau masalah di ambil dari lingkungan sekitar.
Siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran karena media yang
digunakan dapat di peroleh dengan mudah di lingkungan sekitar. Keaktifan siswa
akan meningkat dalam menerapkan konsep-konsep sains (IPA) karena konsep-
konsep yang diterima tidak bersifat abstrak namun nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa yang diberi pendekatan STM mempunyai sikap yang lebih positif dan
aktif terhadap pelajaran sains (IPA).
Dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) diharapkan
tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat tercapai secara maksimal karena
siswa tidak hanya menerima pengetahuan dalam konsep – konsep abstrak saja,
tetapi siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari dalam
masyarakat, mendidik siswa menjadi warga negara yang baik, tanggap terhadap
perkembangan teknologi dan dapat menilai secara kritis dampak positif dan
negatif kemajuan teknologi, sehingga dengan aktif dapat mengambil keputusan
untuk kesejahteraan masyarakat secara bijak. Dengan pendekatan ini diharapkan
siswa lebih tahu dan jelas tentang pembelajaran IPA, sehingga diharapkan
keaktifan siswa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
identifikasi permasalahan sebagai berikut : Pembelajaran masih konvensional,
yaitu masih di dominasi guru dengan metode ceramah, sehingga pembelajaran
cenderung monoton dan kurang bermakna. Guru tidak menggunakan media yang
melibatkan siswa, sehingga siswa pasif selama proses pembelajaran. Siswa tidak
di libatkan secara aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan yang harus di kuasai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Pare
Mondokan Sragen Tahun Ajaran / . Pendekatan pembelajaran yang di
gunakan adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ( STM ).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan bahwa
keaktifan belajar IPA akan meningkat, jika dalam pembelajarannya digunakan
suatu pendekatan yang tepat. Salah satunya dengan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat ( STM ). Hal ini yang mendorong peneliti mengambil judul “
Penerapan Pendekatan STM Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV SDN Pare Mondokan Sragen Tahun
Ajaran / ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah penerapan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat ( STM ) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Pare Mondokan Sragen
Tahun Ajaran / ?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini,
maka tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa melalui penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ( STM ) pada
siswa kelas IV SDN Pare Mondokan Sragen Tahun Ajaran / .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan, referensi juga rujukan
bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang serupa dengan penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendekatan STM untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam
pembelajaran IPA.
. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memperolehnya pengalaman dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan STM di SD.
b. Bagi Siswa
) Dengan pendekatan STM memungkinkan watak siswa terbentuk yang
peduli akan lingkungan dan ramah terhadap lingkungan, karena semua
materi yang dikaji selalu berhubungan dengan lingkungan.
) Meningkatnya keaktifan belajar siswa dengan menggunakan penekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM).
c. Bagi lembaga / sekolah.
Mendorong terjadinya inovasi para guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
. Hakikat Keaktifan Belajar Siswa
a. Pengertian Keaktifan
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pengajaran yang sangat
diharapkan adalah keaktifan secara mental yang dibarengi dengan
keaktifan fisik, sehingga diharapkan siswa betul-betul berperan serta dan
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Sriyono ( : ) bahwa pada waktu guru mengajar
ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.
Keaktifan menurut Iqra ( ) merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan giat, rajin dan dengan frekuensi pengerjaan yang tinggi.
Martinis ( ) mengemukakan keaktifan merupakan “suatu
kegiatan atau usaha individu untuk membangun pengetahuan dalam
dirinya yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik karena
adanya interaksi antara individu dengan lingkungan” (hlm ). Sedangkan
menurut Rosdjati ( ) keaktifan adalah proses yang dapat
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk terlibat secara aktif (hlm.
). Sedangkan menurut Hermawan ( ) keaktifan adalah usaha untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam
kegiatan pembelajaran .
Hal ini seperti yang tercantum pada jurnal internasional berikut ini :
Active learning is any teaching method which gets students actively
involved: some general characteristics are commonly associated
with the use of strategies promoting active learning in the
classroom: student are involved in more than listening less
emphasis is pleced on transmitting information and more on
developing student skill student are engaded in activities (e.g,
reading, discussing, writing) greater emphasis is placed on student
exploration of their own attitudes and values. As a working
definition, Bonwell and Eison suggest that “active learning be
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
defined as anyting that involves student in doing things and thinking
about what they are doing “ (Keyser, ).
Berdarkan jurnal internasional di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif, siswa tersebut dilibatkan lebih dari mendengarkan kurangnya
penekanaan terletak pada penyampaian informasi dan lebih banyak pada
pengembangan kemampuan siswa (misalnya, membaca, berdiskusi,
menulis) penekanan yang lebih besar ditempatkan pada eksplorasi siswa,
sikap dan nilai mereka sendiri. Bonwell dan Eison menunjukkan bahwa
“keaktifan didefinisikan sebagai suatu yang melibatkan siswa dalam
melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah
proses pembelajaran harus dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa
secara aktif dengan tingkah laku saat pembelajaran diharapkan akan
mudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan guru. Guru
harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran menyenangkan sehingga
siswa tidak merasa bosan dan enggan untuk menyimak pelajaran. Agar
tercipta pembelajaran yang penuh semangat, giat, dan aktif.
b. Pengertian Belajar
Dalam proses pengajaran unsur belajar memegang peranan yang
penting. Oleh karena itu penting sekali bagi guru untuk memahami tentang
proses belajar siswa Hamalik berpendapat “Belajar adalah modifikasi atau
memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan” ( : ).
Sedangkan Muhibbin Syah ( ) mengemukakan belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (hlm. ). Belajar
adalah suatu proses yang di arahkan kepada suatu tujuan, proses perbuatan
melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu yang dipelajari (Sudjana, ).
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh
individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan
sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil
(Siddiq, ). Sedangkan menurut Slameto, belajar dapat di definisikan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
( ).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang,
perubahan tidak berlaku pada perubahan perilaku melainkan juga
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain yang di peroleh
melalui pengalaman dalam interaksi dengan ligkungannya.
c. Keaktifan Belajar Siswa
Kata keaktifan sama artinya dengan kegiatan dan kesibukan.
Dan keaktifan yang dimaksud disini adalah segala aktifitas atau
kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar
di sekolah.
Keaktifan belajar menurut Sardiman ( ) adalah kegiatan yang
bersifat fisik atau mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat di pisahkan. Sedangakan Rohani ( )
mengemukakan bahwa belajar yang berhasil harus melalui berbagai
macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah
siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya
pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan), jika daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya siswa juga
aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya. Sedangkan Natawijaya ( )
menyatakan belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektis, dan psikomotorik.
Hisyam menyatakan belajar aktif adalah salah satu cara untuk
mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak.
Pembelajaran yang aktif mengajak siswa untuk belajar secara aktif, dengan
belajar aktif berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.
Dengan ini mereka mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok, memcahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa
yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata ( ).
Jadi keaktifan belajar siswa adalah kegiatan atau usaha sadar yang
dilakukan oleh siswa secara rutin atau teratur untuk mencapai tujuan yang
diinginkan sehingga mendapatkan kemampuan baru dan terjadi perubahan
perilaku. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar siswa harus aktif berbuat.
Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.
Keaktifan belajar itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik
yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Aktivitas-
aktivitas tersebut akan membuahkan hasil belajar yang optimal.
d. Tinjauan Asas Keaktifan Belajar Siswa
Asas keaktifan dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain segi
pendidikan, segi pengamatan, segi berpikir, dan segi kejiwaan. Tinjauan
asas keaktifan ini secara jelas di kemukakan oleh Sriyono, meliputi:
) Segi Pendidikan
Keaktifan anak dalam mencoba atau mengerjakan sesuatu amat besar
artinya dalam pendidikan dan pengajaran. Pendidikan adalah proses
pengalaman. Tiap pengalaman positif maupun negatif pasti berguna
bagi anak. Berdasarkan pengalaman ia akan dapat membentuk
pengertian dan pendapat, mengambil keputusan, bersikap tepat dan
memiliki keterampilan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Segi Pengamatan
Selama proses pembelajaran seorang anak harus mengoptimalkan
semua fungsi alat indera yang dimilikinya untuk memahami materi
yang disampaiakan oleh guru agar pengetahuan yang diperolehnya
bermakana. Di antara alat indera yang paling penting untuk
memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan. Akan
tetapi bukanlah berarti alat-alat yang lain kurang/tidak penting.
) Segi Berfikir
Semua kegiatan anak selama pembelajaran berlangsung memerlukan
pikiran baik seluruh tugas sekolah maupun kegiatan sekolah lainnya.
Maka dari itu semua pengajaran harus membentuk pikiran anak.
Sehingga pendengaran, penglihatan dan akal harus selalu diusahakan
aktif.
) Segi Kejiwaan
Gerkan-gerakan yang dilakukan anak sesuai dengan keadaan dan
nalurinya. Dengan demikian ia dapat menggunakan semua alat indera
yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dengan
baik. Kegiatan ini juga tercermin dalam situasi belajar anak, ia akan
lebih menerima dan menguasai bahan jika ia aktif jasmaniah maupun
rohaniahnya ( ).
Dalam proses pembelajaran tidak semua siswa memiliki kadar
keaktifan yang sama, kadar keaktifan yang dimiliki masing-masing siswa
pasti berbeda. Mc Keachie dalam Abimanyu mengemukakan (tujuh)
dimensi yang dapat menjadikan variasi kadar keaktifan dalam
pembelajaran, yakni :
) Partisipasi murid dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
) Penekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran.
) Partisipasi murid dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terutama
yang berbentuk interaksi antar murid.
) Penerimaan guru terhadap perbuatan / kontribusi murid yang kurang
relevan, bahkan salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Kekohesifan kelas sebagai kelompok.
) Kebebasan/kesempatan yang diberikan kepada murid untuk
mengambil keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
) Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah
pribadi anak ( : - ).
e. Jenis - Jenis Keaktifan Belajar Siswa
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Sekolah
merupakan arena untuk mengembangkan keaktifan siswa. Banyak jenis
keaktifan yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Keaktifan siswa
tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat selama proses
pembelajaran berlangsung. Keaktifan belajar siswa ini dapat di
klasifikasikan berdasarkan macam kegiatan siswa. Seperti yang
dikemukakan Paul D. Dierich dalam Hamalik mengklasifikasikan
kekatifan belajar siswa dalam delapan kelompok, yaitu:
) Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities)
Yang termasuk ke dalam kegiatan visual adalah membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran,
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
) Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities)
Siswa dikatakan melakukan kegiatan-kegiatan lisan jika ia mampu
mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, berwawancara, diskusi,
) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities)
Banyak aktivitas yang masuk kedalam kegiatan mendengarkan sebagai
contoh, mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan
atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen
musik, mendengarkan siaran radio.
) Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities)
Kegiatan menulis tidak hanya terjadi saat siswa mengerjakan tugas dari
guru. Kegiatan menulis lainnya seperti, menulis cerita, menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
laporan, menulis karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau
rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
) Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities)
Kegiatan siswa menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola
termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan menggambar. Kegiatan
menggambar tidak hanya terjadi dalam pelajaran seni rupa saja, tetapi
kegiatan-kegiatan di atas juga termasuk kegiatan-kegiatan
menggambar.
) Kegiatan-kegiatan metrik (Motor activities)
Ketika siswa melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi),
menari, dan berkebun berarti ia telah melakukan kegaitan-kegaitan
metrik.
) Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities)
Kegiatan-kegiatan mental ini dapat berupa merenungakan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan
hubungan-hubungan, membuat keputusan.
) Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities)
Kegiatan-kegiatan emosional seperti misalnya, menaruh minat,
membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompokk ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas,
dan bersifat tumpang tindih ( : ).
Telah dikatakan di atas bahwa sekolah merupakan salah satu tempat
untuk mengembangkan keaktifan belajar siswa. Namun keaktifan belajar
siswa ini juga di pengaruhi oleh situasi yang ada di sekitar siswa. Setiap
situasi dimanapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar bagi siswa.
Selanjutnya Soemanto mengemukakan macam-macam keaktifan belajar
yang dapat dilakukan oleh siswa dalam beberapa situasi, yaitu : )
mendengarkan, ) memandang, ) meraba, mencium, dan mencicipi, )
menulis atau mencatat, ) membaca, ) membuat ringkasan, ) mengamati
tabel, diagram, dan bagan, ) menyusun kertas kerja, ) mengingat, )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berpikir, ) latihan atau praktik ( ). Keaktifan yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap daya ingat siswa.
f. Indikator Keaktifan Belajar Siswa
Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana
keaktifan siswa dapat dilihat dalam : ) Turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya, ) Terlibat dalam pemecahan masalah, ) Bertanya
kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapi, ) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, ) melakukan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru, ) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperolehnya, ) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis, ) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya
( : ).
Beberapa indikator cara belajar siswa aktif juga dikemukakan oleh
T. Raka Joni dalam Abimanyu ( ) adalah : ) Keterlibatan murid
dalam pembelajaran, baik keterlibatan fisik maupun yang utama
keterlibatan mental, ) Prakarsa murid dalam pembelajaran, ) Peranan
guru lebih ditekankan sebagai fasilitator (penyedia dan pengelola fasilitas
pembelajaran), pemantau kegiatan pembelajaran, dan selalu siap memberi
balikan yang diperlukan murid, ) Belajar dengan pengalaman langsung,
) Variasi penggunaan multi metode dan multi media dalam setiap
pembelajaran yang diikuti dengan keberagaman bentuk dan alat dalam
kegiatan pembelajaran, ) Kualitas interaksi murid dalam pembelajaran
(hlm. - ).
Keaktifan siswa saat pembelajaran juga dapat dilihat dari kegiatan-
kegiatan siswa saat pembelajaran, keaktifan siswa saat pembelajaran akan
melatih jiwa sosial siswa, mengajarkan arti pentinganya kerjasama, dengan
aktif saat pembelajaran siswa akan lebih mudah mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Siswa dikatakan aktif
apabila, saat pembelajaran siswa menunjukkan hal-hal yaitu : ) sering
bertanya kepada guru, ) mampu menjawab pertanyaan, ) senang diberi
tugas belajar, ) tepat waktu dalam mengerjakan, dll (Anonim, ).
Dengan adanya tanda-tanda di atas, maka akan lebih mudah bagi
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pengajaran.
Setidak-tidaknya memberi rambu-rambu bagi guru dalam menilai
keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
. Hakikat Pembelajaran IPA di SD
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah
pengajaran dan istilah belajar mengajar. Siddiq ( ) berpendapat,
“Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru
atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar” (hlm - ).
Menurut UU No. , Bab I Ayat , pembelajaran adaalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Dalam Depdiknas ( ) pembelajaran adalah suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan
siswa yang belajar (hlm. - ). Selanjutnya menurut Hamalik ( )
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran” (hlm ).
Sedangkan Pribadi menyatakan pembelajaran adalah proses yang
sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam
diri individu, dengan kata lain pembelajaran merupakan sesuatu hal yang
bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya
proses belajar internal dalam diri individu ( ). Sedangkan menurut
Gagne dalam Pribadi mendefinisikan pembelajaran sebagai “a set of
events embedded in purposefull activities that facilitate learning”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar ( : ). Walter
Dick dan Lou Carey dalam Pribadi juga mendefinisikan pembelajaran
sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang dismapaiakan secara
terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis
media ( : ).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dirancang secara terprogram yang melibatkan
peserta didik, pendidik, dan sumber belajar melalui proses yang sistematis
untuk memperoleh pengetahuan baru.
b. Pengertian IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”
Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata
Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat dapat disebut “Science”
Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut
dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) atau science itu secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu
tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam (Iskandar, ).
Leo Sutrisno ( ) menyatakan “IPA merupakan usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)
pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth)” (hlm ). Selanjutnaya Carin dan Sund
dalam Slamet, menganggap bahwa IPA merupakan system untuk
mengetahui alam dan kumpulan pengetahuan yang berfungsi untuk
menjelaskan apa yang di peroleh ( : ).
Menurut Darmodjo dan Kaligis ( ) IPA adalah “Pengetahuan
yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”
(hlm. ). Sedangkan Nash dalam Darmodjo dan Kaligis, mengatakan
bahwa Science is a way of looking at the worid. IPA itu suatu cara atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia ini bersifat
analistis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena
dengan fenomena yang lain sehingga keseruhannnya membentuk suatu
perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu ( ). Hal serupa
juga dikemukakan oleh Sukardjo yang menyatakan “Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau
secara sederhana marupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis tentang gejala alam” ( : ).
Selanjutnya Paolo dan Marten dalam Iskandar ( )
mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak sebagai berikut :
) mangamati apa yang terjadi
) mencoba memahami apa yang diamati
) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang
akan terjadi
) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk
melihat apakah ramalan tersebut benar (hlm. ).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
IPA adalah pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh
dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah untuk memahami fenomena
alam sebagai upaya untuk membuat berbagai pengalaman menjadi suatu
sistem pola piker yang logis.
c. Pembelajaran IPA di SD
Suatu pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses belajar yang
harmoni. Seorang ahli pengajaran IPA, John S. Richardson dalam
Darmodjo dan Kaligis menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam
proses pembelajaran agar suatu pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh
prinsip itu adalah :
) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
Dalam pembelajaran IPA sering dilupakan bahwa keterlibatan siswa
secara aktif ini merupakan bagian yang sangat esensial dari suatu
proses belajar mengajar. Yang dimaksud dengan keterlibatan siswa
secara aktif menurut Richardson adalah “learning by doing” Siswa
harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Prinsip belajar berkesinambungan
Yang dimaksud dengan prinsip belajar berkesinambungan proses
belajar yang selalu dimulai dari apa-apa yang telah dimiliki oleh siswa.
Dalam hal ini pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa itu seolah-
olah merupakan jembatan yang sangat esensial bagi siswa untuk dapat
meraih pengetahuannya yang baru.
) Prinsip motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang menyebabkan
seorang mau berbuat sesuatu. Dalam proses belajar IPA tentunya
motivasi dimaksudkan sebagai dorongan untuk mau belajar IPA.
) Prinsip multi saluran
Daya penerimaan masing-masing siswa tidak sama. Maksudnya ada
siswa yang mudah belajar melalui membaca, ada siswa yang mudah
mengerti apabila diberi ceramah oleh guru, ada pula yang baru
mengerti kalau ia ikut aktif melakukan percobaan. Oleh karena itu
penggunaan multi saluran dalam proses belajar IPA sangar diperlukan
agar semua siswa dengan berbagai kemampuan daya tangkap dapat
menerima pelajaran dengan baik.
) Prinsip penemuan
Yang dimaksud dengan prinsip penemuan di sini adalah bahwa untuk
memahami sesuatu konsep atau simbol-simbol, siswa tidak diberitahu
oleh guru, tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat memperoleh
sendiri pengertian-pengertian itu, melalui pengalamannya.
) Prinsip totalitas
Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dengan
segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu
panca inderanya, perasaan serta pikirannya. Dalam proses belajar,
siswa tidak hanya memperhatikan materi pelajaran tetapi meliputi
bagaimana guru mengajar, situasi kelas, lingkungan kelas, perabot
sekolah, situasi kelas, pencahayaan kelas, lingkungan sekitar, teman-
temannya, pokonya semua hal yang mempengaruhi jiwa raganya. Itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
semua ikut menentukan keberhsilan belajar siswa. Yang dimaksud
hasil belajar tidak hanya berupa pengetahuan intelektual, tetapi
meliputi juga bidang sikap dan kepribadian siswa.
) Prinsip perbedaan individual.
Perbedaan individu ini terutama ditujukan kepada adanya perbedaan
kemampuan (termasuk kecerdasan dan kecepatan belajar), dan
perbedaan minat termasuk motivasi belajar. Prinsip perbedaan individu
dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai
dengan kapasitas dan minatnya ( ).
Selain ketujuh prinsip dalam proses pembelajaran IPA di atas, Ilmu
Pengetahuan Alam juga sebagai disiplin ilmu, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari membuat pendidikan IPA menjadi penting. Anak-
anak perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan
proses IPA, sebab diharapkan mereka dapat berfikir dan memiliki sikap
ilmiah.
d. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut : ) Memperoleh kayakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya. ) Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. ) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. ) Mengembangakan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan. ) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memlihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. )
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. ) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan di SMP/MTs.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun )
Menurut Darmodjo dan Kaligis menyatakan tujuan pembelajaran
IPA adalah sebagai berikut : ) Memahami alam sekitarnya, meliputi
benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang
terkandung di dalamnya. ) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan
ilmu khususnya IPA berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah
sederhana. ) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya
dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran
Penciptanya. ) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
( ).
Pembelajaran IPA dimasukkan dalam kurikulum sekolah
merupakan hal penting, dalam Iskandar dikemukakan alasannya ke dalam
empat golongan besar, yaitu faedah bagi kehidupan atau pekerjaan di
kemudian hari, merupakan bagian kebudayaan bangsa, melatih siswa
berpikir kritis, dan mempunyai nilai-nilai pendidikan / mempunyai potensi
yang dapat membentuk pribadi siswa secara keseluruhan ( ).
Selanjutnya menurut pernyataan Amien dalam Fajar ( ), tujuan
pendidikan sains abad antara lain; harus tanggap terhadap kondisi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang dan masa
yang akan datang dan masalah-masalah sosial yang timbul dari isu-isu
sosial (hlm. ).
e. Ruang Lingkup IPA di SD
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut :
) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
) Benda, materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan
gas.
) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
(Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun )
. Hakikat Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
a. Pengertian Pendekatan
Agar suatu pembelajaran dapat berlangsung secara efektif
diperlukan suatu pendekatan yang sesuai dengan konsep pembelajaran
yang akan disampaikan. Menurut T. Raka Joni dalam Abimanyu
“Pendekatan diartikan sebagai cara umum dalam memandang
permasalahan atau obyek kajian, sehingga berdampak, ibarat seseorang
menggunakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang
alam” ( : - ).
Anitah menyatakan “Pendekatan adalah suatu cara pandang
terhadap sesuatu” ( : ). Sedangkan St. Y. Slamet ( )
mengemukakan “Pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian. Selanjutnya Everest mendefinisikan
pendekatan sebagai “method of treating a particular topic” atau cara
memperlakukan pokok bahasan tertentu” (hlm. ).
Sukintaka ( ) menyatakan bahwa “pembelajaran mengandung
pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta
didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”
Sedangkan pembelajaran menuzut H.J. Gino ( ) menyatakan
bahwa “pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan
disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan
mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar
mengajar” Dalam pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu )
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach), ) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran Pendekatan dapat diartikan “sebagai
proses perbuatan atau cara untuk mendekati sesuatu” (Anonim, ).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas pengertian pendekatan dan
pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan adalah jalan
yang akan ditcmpuh oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar dan
perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar dan mencapai
tujuan instruksional tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil belajar
secara optimal.
b. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata bahasa
Yunani, yaitu kata techne dan logos. Techne artinya seni (art) atau
keterampilan, logos artinya kata-kata yang terorganisasi atau wacana
ilmiah yang mempunyai makna. Selanjutnya Fischer memberikan definisi
bahwa teknologi merupakan keseluruhan upaya yang dilakukan
masyarakat dalam mengadakan benda untuk memperoleh kenyamanan dan
keamanan bagi diri manusia itu sendiri. Perkembangan teknologi dimulai
dari usaha coba-coba atau trial and error, kemudian mulai abad ke-
perkembangan teknologi memerlukan dukungan teori dan penemuan sains
untuk melandasi pengetahuan praktisnya (Poedjiadi dalam Fajar, ).
Beberapa istilah telah dikemukakan oleh para pendidik atau praktisi
pendidikan yakni Science-Technology-Society (S-T-S) yang
diterjemahkan dengan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M atau
SATEMAS), Science-Environment-Technology (SET) dan Sceince-
Environment-Technology-Society (SETS) yang intinya sebenarnya
sama (Poedjiadi, : ).
Poedjiadi menambahkan bahwa istilah STS untuk pertama kali
diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning
About science and Society” pada tahun . Dalam bukunya tersebut,
Ziman mencoba mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses
sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari ( ).
Alwi menyatakan “Science Technology Society (STS) adalah suatu
inovasi dalam pendidikan sains di Amerika Serikat yang berkembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mulai tahun -an, yang merupakan suatu gerakan guna menjawab
kelemahan yang terdapat dalam program pendidikan sains sebelumnya”
( : ).
Hal ini seperti yang tercantum pada jurnal internasional berikut ini :
The starting point for this work on the development of scales was an
existing instrument concerned with Views on Science, Technology
and Society (STS) which had been prepared in Canada. This
Australian study developed scales to measure views towards
Science, Technology and Society. One of the aims of this Australian
study was to develop a master scale to measure views, beliefs and
attitudes towards Science, Technology and Society (STS).
(Tedman & Keeves, ).
Berdarkan jurnal internasional di atas dapat disimpulkan bahwa titik
awal dalam sebuah pekerjaan adalah pengembangan skala yang
instrumennya peduli dengan pandangan tentang Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Masyarakat (STS) yang telah di susun dan dikembangkan
di Kanada. Skala penelitian ini pun di kembangkan di Australia untuk
mengukur pandangan tehadap Sains, Teknologi, dan Masyarakat. Salah
satu ciri dari penelitian di Australia adalah mengembangkan skala untuk
mengukur pandangan, keyakinan, dan sikap terhadap Sains, Teknologi,
dan Masyarakat (STS).
Pembelajaran STM haruslah diselenggarakan dengan cara
mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami
berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa STM adalah
cara yang tepat dalam pengajaran sains agar pembelajaran lebih bermakna
karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari dan membuka wawasan tentang peranan sains dalam
kehidupan nyata.
c. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru melalui
topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan
teknologi yang terkait dengan kegunaanya dalam masyarakat. Tujuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
antara lain adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar di
samping memperluas wawasan siswa (Poedjiadi, ). Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) mencakup tujuan kurikulum, asesmen dan
khususnya mengenai pengajaran.
STM adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-
proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi social mempengaruhi
perkembangan sains dan teknologi. Sains Teknologi Masyarakat adalah
suatu pendekatan yang mencangkup seluruh aspek pendidikan yaitu, topik
masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi dan
persiapan / kinerja guru (Anonim, )
Ade Sanjaya berpendapat ( ) Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
kontekstual yang dapat membantu siswa untuk membuat pelajaran menjadi
lebih berarti. Menurut Galib, L. M. ( ) pendekatan sains teknologi
masyarakat (STM) adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi
dalam konteks pengalaman manusia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
STM adalah suatu pendekatan dengan mengaitkan pembelajaran sains
dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-
konsep yang telah dipelajari dan dikuasai siswa diharapkan dapat
bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya.
d. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Yang menjadi dasar pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) adalah menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan
yang cukup sehingga mampu membuat keputusan-keputusan yang bijak
tentang masalah-masalah dan isu-isu yang mutakhir dan mengambil
tindakan sesuai dengan keputusan yang di buatnya tersebut. Menurut
Yager dalam Fajar ( ) Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki
kepentingan dan dampak.
) Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda,
lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah.
) keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi
yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
) Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
) Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya
konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam tes.
) Penekanan pada keterampilan proses, dimana siswa dapat
menggunakan dalam memecahkan masalah.
) Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains
dan teknologi.
) Kesempatan siswa untuk berperan sebagai warganegara dimana
ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah
diidentifikasi.
) Identifikasi berbagai sains dan tehnologi berdampak kepada
masyarakat dimasa depan.
) Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar (hlm. ).
Selain karakteristik di atas Yager juga berpendapat dalam Nono
Sutarno tujuan-tujuan yang dikarakteristikkan STM sebagai domain, yaitu:
) Domain Konsep
Domain konsep meliputi fakta-fakta, informasi, hukum-hukum,
prinsip-prinsip, penjelasan- penjelasan keberadaan sesuatu dan teori
yang digunakan oleh sains.
) Domain Proses
Proses sains beerhubungan dengan bagaimana saintis berpikir dan
bekerja, yaitu menggambarkan dimensi sains. Proses tersebut meliputi
: mengobservasi, menggunkan ruang dan waktu, mengklasifikasikan,
mengorganisasikan, mengukur, dan lain-lain.
) Domain Aplikasi
Domain ini meliputi mengaplikasikan konsep-konsep dan keterampilan
dalam memecahkan masalah sehari-hari, memahami prinsip-prinsip
ilmiah dan prinsip-prinsip teknologi yang terdapat dalam rumah
tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Domain Kreativitas
Domain ini meliputi : visualisasi,menghasilkan gambaran mental,
mengabungkan objek-objek dan ide-ide dalam cara-cara baru,
memecahkan masalah dan teka-teki, memprediksi konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin, menyarankan alasan-alasan yang
mungkin, mendesain alat-alat atau mesin, dan menghasilkan ide-ide
yang tidak biasa.
) Domain Sikap
Domain sikap meliputi pengembangan sikap-sikap positif terhadap
sains pada umumnya, kelas sains, kegunaan belajar sains, dan untuk
guru terbentuknya pengembangan sikap-sikap positif terhadap diri
sendiri ( ).
e. Tahap-Tahap Pelaksanaan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Agar Pelaksanaan pembelajaran IPA konsep sumber daya alam
tumbuhan melalui pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) dapat
berhasil dengan baik, maka sebagai seorang guru kiranya penting untuk
mengetahui tahap-tahapanya. Poedjiadi menyatakan tahap-tahap
implementasi pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) dalam
pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
) Tahap pendahuluan (apersepsi, inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang
mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di lapangan.
) Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau
mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen,
dan diskusi.
) Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yang telah
dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang telah
dipahami siswa.
) Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman
konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
) Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil
( ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya Yager dalam Nono Sutarno juga menyarankan langkah-
langkah pembelajaran IPA menggunakan pendekatan STM, yaitu:
) Pada tahap pertama dalam pembelajaran (invitasi), siswa didorong agar
mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan
dibahas.
) Pada tahap kedua (eksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk
penyelidikan dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorgasisasian, penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang
telah dirancang guru. Secara berkelompok / individu siswa melakukan
kegiatan dan diskusi.
) Tahap ketiga (penjelasan dan solusi), saat siswa memberikan
penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya
ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan
gagasan, membuat model, membuat penjelasan baru, membuat solusi,
memadukan solusinya dengan teori dari buku, membuat rangkuman
dan kesimpulan.
) Pada tahap keempat (pengambilan keputusan), siswa dapat membuat
keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagi
informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan
saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan
dengan pemecahan masalah ( ).
Tahap atau langkah-langakh pendekatan STM tersebut sangat sesuai
khususnya dalam peningkatan keaktifan belajar siswa tentang konsep
sumber daya alam tumbuhan khususnya bagi siswa kelas IV SD.
f. Kelebihan dan Kekurangan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Setiap pendekatan dalam pembelajaran pastinya memiliki kelebihan
dan kekurangan. Sama seperti pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) ini. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) ini seperti dikemukakan oleh Poedjiadi ( ) antara
lain :
) Memiliki kreativitas yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan lebih besar.
) Lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari untuk
kebutuhan masyarakat.
) Memiliki kecenderungan untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan
menyelesaikan masalah di lingkungannya (hlm. ).
Sedangkan kekurangan atau kendala yang di hadapi dalam
penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) antara lain :
) Pendekatan STM apabila dirancang dengan baik, memakan waktu
lebih lama bila dibandingkan dengan model-model lain.
) Bagi guru, tidak mudah untuk mencari isu atau masalah pada tahap
pendahuluan yang terkait dengan topic yang dibahas atau dikaji,
karena hal ini memerlukan adanya wawasan luas dari guru dan melatih
tanggap terhadap masalah lingkungan.
) Guru perlu menguasai materi yang terkait dengan konsep dan proses
sains yang dikaji selama pembelajaran.
) Penyususunan perangkat penilaian memerlukan usaha untuk
mempelajari secara khusus, misalnya untuk menilai kreativitas
seseorang.
Selain pendapat di atas, Yager dalam Alwi ( ) juga
mengungkapkan bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
memiliki nilai tambah yang merupakan sasaran utama antara lain :
) Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat membuat pengajaran
sains lebih bermakna karena langsung berkaitan dengan permasalahan
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, membuka wawasan siswa
tentang peranan sains dalam kehidupan nyata.
) Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk mengaplikasikan konsep, keterampilan proses, kreativitas, dan
sikap menghargai produk teknologi serta bertanggung jawab atas
masalah yang muncul di lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat membuat siswa dapat
menikmati kegiatan-kegiatan sains dengan perolehan pengetahuan
yang tidak mudah terlupakan.
) Sains teknologi masyarakat dapat memperluas wawasan siswa tentang
keterkaitan sains dengan bidang studi lain.
) Melalui pendekatan Sains Tekonologi Masyarakat dapat pula
dikembangkan pembelajaran terpadu atau lintas bidang studi.
g. Penerapan Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA
Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan pendekatan
pembelajaran yang pada dasarnya membahas penerapan sains dan
teknologi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam pendekatan ini
siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains
untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau solusi untuk mengatur dampak
negatif yang akan muncul akibat munculnya produk teknologi. Dengan
demikian guru sains menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat
untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk
kesejahteraan masyarakat terutama dalam pembelajaran IPA. Hal ini juga
tercantum dalam UU No. tahun tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal. Pasal ayat ( ) Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa
Pengantar IPA (sains) dan teknologi merupakan bahan yang harus dikaji
sejak siswa belajar pada tingkat pendidikan dasar. Intinya adalah dalam
pembelajaran sains perlu dihubungkan antara konsep dengan teknologi
yang terkait (Poedjiadi, : ).
Sesuai dengan pernyataan Undang-Undang di atas maka dalam
pembelajaran, guru perlu menerapkan pendekatan sains teknologi
masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep pada siswa agar
pembelajaran lebih bermakna dan siswa aktif dalam proses pembelajaran
IPA. Dimana siswa dapat menghubungkan hal-hal yang telah dipahami
dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkungannya sehingga siswa
dapat membangun struktur kognitifnya dalam pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Nono Sutarno menyatakan beberapa alasan yang mengemukakan
mengapa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) perlu digunakan
sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPA di sekolah :
) Untuk membuat sains dapat dipahami oleh semua siswa.
) Pengajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) akan mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas.
) Dapat memberikan pengetahuan dan pengertian kepada siswa yang
mereka butuhkan untuk memahami masalah-masalah sosial yang
muncul sebagai akibat sains dan teknologi.
) Pengajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) merupakan konteks pengembangan pribadi dan sosial.
) Dapat memberikan kepercayaan diri kepada siswa untuk berperan serta
dalam teknologi ( ).
Pendekatan STM ini memberikan pengetahuan kepada siswa
bagaimana mengatasi masalah atau isu-isu sosial yang ada di sekitarnya
seperti sember daya alam, pencemaran, bencana alam, kekeringan dan
lain-lain. Dalam pembelajarannya ini, guru mengemukakan masalah aktual
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari hari. Kemudian mengungkap
pemahaman awal siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Setelah itu guru menyuruh siswa mendiskusikan yang berkaitan dengan
pemahaman yang dimilikinya dan menggunakan konsep yang telah
mereka peroleh serta merancang tehnik pemecahan masalah yang dikaji.
Dan melakukan aksi nyata dalam mengatasi masalah yang dimunculkan.
Sehingga melalui penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ini
siswa diharapkan dapat ikut aktif terlibat dalam proses pembelajaran serta
aktif dalam masalah-masalah sosial di lingkungannya.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
. Alwi ( ) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil belajar
Struktur Bumi melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada siswa
kelas V SD Negeri Sebatik Barat Kabupaten Nunukan Tahun ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
silus dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dapat meningkatkan Hasil belajar Struktur Bumi pada siswa kelas
V SD Negeri Sebatik Barat Kabupaten Nunukan Tahun . Hal
ini dapat dilihat dari Kondisi pembelajaran pada siklus I berpengaruh pada
hasil tes formatif siswa. Dari siswa hanya siswa ( ) yang mampu
menjawab pertanyaan dengan baik. pada siklus II mengalami peningkatan dari
siswa sebanyak siswa ( ) yang menjawab pertanyaan dengan
baik, dan mencapai indikator yang ditetapkan yaitu nilai KKM . Penelitian
Alwi relevan dengan penelitian ini karena sama-sama menerapkan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan perbedaannya terletak pada hasil
penelitian, subjek penelitian dan tahun ajaran.
. Retno Witanti ( ) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode
Eksperimen untuk meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri Kramat Panawangan Purwodadi Tahun Pelajaran ”
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam siklus dapat
diketahui bahwa pada aspek keaktifan peserta didik pada saat pembelajaran
diperoleh hasil sebagai berikut : Pada pra siklus siswa yang aktif siklus I
pertemuan I dan pada pertemuan ke II diperoleh rata-rata .
Namun pada siklus II pertemuan I dan pada pertemuan II keaktifan
meningkat sehingga rata-rata . Secara keseluruhan tingkat keaktifan
siswa naik dari kondisi awal dan setelah melalui dua siklus menjadi .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Eksperimen dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kramat
Panawangan Purwodadi Tahun Pelajaran . Penelitian Retno Witanti
relevan dengan penelitian ini karena sama-sama meningkatkan keaktifan
belajar siswa dan perbedaannya terletak pada metode penelitian, subjek
penelitian dan tahun ajaran.
. Puji Purwanti ( ) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keaktifan
Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Active Learning
pada Siswa Kelas V SD Negeri I Waru Kecamatan Slogohimo Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wonogiri Tahun Pelajaran / ” Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan dalam siklus dapat diketahui bahwa pada aspek keaktifan
peserta didik pada saat pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut : Pada
kondisi awal siswa yang aktif kemudian siklus I pertemuan I
dan pada pertemuan ke II diperoleh rata-rata . Namun pada
siklus II pertemuan I mencapai dan pada pertemuan II keaktifan
meningkat sehingga rata-rata . Sedangkan pada siklus III
keaktifan siswa mencapai di pertemuan I dan di pertemuan II,
jika di rata – rata menjadi . Secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa
naik dari kondisi awal dan setelah melalui tiga siklus menjadi .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan active learning dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa
kelas V SD Negeri I Waru tahun pelajaran / . Penelitian Puji
Purwati relevan dengan penelitian ini karena sama-sama meningkatkan
keaktifan belajar siswa dan perbedaannya terletak pada pendekatan, subjek
penelitian dan tahun ajaran.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori dapat disusun kerangka pemikiran untuk
memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka pemikiran ini disusun
berdasarkan variabel-variabel yang dipakai pada penelitian.
Diperoleh alur kerangka berfikir bahwa kondisi awal di SDN Pare
Mondokan Sragen pada pembelajaran IPA di kelas IV lebih banyak berpusat pada
guru. Guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional dengan
mengandalkan ceramah. Metode ceramah ini menitik beratkan pada keaktifan
guru dan siswa cenderung pasif. Guru juga tidak menggunakan media yang
melibatkan siswa sehingga siswa hanya mendapat konsep yang abstrak dan
mengakibatkan keaktifan siswa selama pembelajaran IPA cenderung rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menggunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) adalah pendekatan terpadu antara sains, tehnologi, dan isu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang ada dimasyarakat. Dimana siswa dapat mengemukakan konsep-konsep
pengetahuannya sehingga secara aktif mampu mengambil keputusan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) siswa tidak hanya menerima konsep-konsep dalam bentuk
abstrak tetapi siswa dapat menerapkan konsep-konsep yang mereka terima dalam
kehidupan nyata.
Setelah guru menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM), siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di
atas dapat digambarkan kerangka pemikiran seperti pada gambar .
v
Siklus II
Gambar : Kerangka berpikir Penerapan Pendekatan STM
Kondisi awal
siswa
Tindakan
Kondisi akhir
siswa
. Pembelajaran lebih
berpusat pada guru
. Guru masih
menggunakan metode
konvensional
. Keaktifan belajar IPA
cenderung rendah
. Siswa hanya mendapat
konsep abstrak
Keaktifan
Belajar IPA
rendah
Pembelajaran IPA
menerapkan Pendekatan
Sains Teknologi
Masyarakat (STM)
Keaktifan belajar siswa
dalam Pembelajaran IPA
akan meningkat dengan
diterapkannya Pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat
(STM)
Siklus II
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Siklus I
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas dapat
diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : penerapan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat meningkatkan keaktifan
belajar IPA dalam materi sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN Pare
Mondokan Sragen Tahun Ajaran .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pare , Kecamatan
Mondokan, Kabupaten Sragen, Tahun Ajaran / . Ditentukan di
tempat ini karena dari hasil observasi ditemukan permasalahan tentang
rendahnya kekatifan siswa dalam pembelajaran, serta mempertimbangkan
kemudahan pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan peneliti.
. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua (genap) Tahun Ajaran
yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni atau
selama bulan. Siklus I dilaksanakan pada tanggal s/d April . Dan
Pelaksanaan Siklus II pada tanggal April s/d Mei . Lebih rincinya
dapat dilihat pada jadwal penelitian pada lampiran .
B. Subjek Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Pare tahun ajaran pada
semester II sebanyak siswa, siswa perempuan dan siswa laki-laki.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research atau (PTK). PTK adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil pembelajaran. Masalah
yang akan diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini lebih menekankan pada
perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pembelajaran khususnya IPA kelas IV sekolah dasar.
Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan maka strategi
penelitiannya adalah guru sebagai peneliti sekaligus pelaksana pembelajaran /
tindakan (action) yang diwujudkan dalam bentuk siklus-siklus yang diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Kurt Lewin dalam (Suharsimi Arikunto, : ) setiap siklus
memiliki emapat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Komponen-komponen tersebut
juga merupakan langkah-langkah dalam pelaksanaan siklus. Langkah-langkah
tersebut dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai permasalahan teratasi.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA
melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada siswa kelas IV SD
Negeri Pare Mondokan Sragen. Tahun Ajaran . Skema langkah-
langkah tersebut dapat dilihat pada gambar .
Gambar . Strategi Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto)
Perencanaan
Siklus I Pelaksanaan Refleksi
Observasi
Perencanaan
Siklus II
Observasi
Pelaksanaan Refleksi
Jika pembelajaran
sudah berhasil maka
siklus II di hentikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Suharsimi Arikunto, : ). Pengumpulan data penelitian berupa
informasi keaktifan siswa pada pokok bahasan sumber daya alam. Pengambilan
data penelitian dari berbagai sumber antara lain :
. Informasi dari narasumber, yaitu siswa kelas IV dan guru kelas IV SD Negeri
Pare Mondokan Sragen.
. Hasil pengamatan, observasi selama proses pembelajaran IPA dalam kelas.
. Arsip atau dokumen yang berhubungan dengan keaktifan siswa.
. Tempat, artinya segala sesuatu yang berada di dalam kelas, maupun di luar
kelas, di lingkungan sekolah maupun masyarakat.( SD Negeri Pare ).
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik untuk
mengumpulkan data. Setiap data mempunyai kelemahan, namun kelemahan itu
dapat ditunjang dengan teknik-teknik yang lain. Sehingga antara teknik yang satu
dengan teknik lain saling melengkapi. Teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan sebagai berikut :
. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan
alat observasi tantang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya,
: ). Observasi ini bertujuan mengamati kegiatan yang dilakukan guru
dan siswa di dalam kelas sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan
tindakan sampai akhir tindakan. Observasi yang peneliti gunakan adalah
observasi partisipan. Peneliti bertindak sebagai pengajar atau guru dan
berperan penuh melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang
berlangsung. Sedangkan guru kelas berperan sebagai pengamat jalannya
pembelajaran di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang keaktifan belajar siswa dalam pelajaran IPA yang dilakukan melalui
pengamatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IV
SD Negeri Pare , untuk mengetahui keaktifan siswa pada saat proses
pembelajaran terutama pada saat pembelajaran IPA.
Hasil observasi didiskusikan bersama guru kelas dan dianalisis untuk
mengetahui berbagai kelemahan ataupun kelebihan dalam pembelajaran IPA
yang telah dilakukan. Kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah
disepakati bersama antara peneliti dan guru kelas dapat dilaksanakan pada
siklus berikutnya.
. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi
dirinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, : ). Melalui angket ini
dapat diketahui keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau
pendapat responden, dan lain-lain.
Angket dalam penelitian ini adalah angket keaktifan siswa yang
berbentuk angket terstruktur dengan jawaban tertutup, oleh karena itu
responden hanya memberikan jawaban pada setiap pertanyaan yang sudah
tersedia. Angket ini diisi oleh siswa kelas IV SD Negeri Pare disetiap akhir
siklus. Hasil angket digunakan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis, di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto,
: ). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode dokumentasi ini
merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data tentang keaktifan belajar siswa dalam pelajaran IPA. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini akan didokumentasikan dengan
menggunakan alat kamera guna memperoleh foto atau video selama
pembelajaran IPA.
F. Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono,
: ). Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan
penelitian harus dimantapkan kebenarannya. Oleh karena itu, penulis harus
memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang sudah diperolehnya. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari siswa
dan guru kelas. Informasi dari siswa sendiri mengenai keaktifan dalam
pembelajaran menggunakan lembar angket keaktifan belajar siswa. Dan dari guru
yang berasal dari lembar observasi keaktifan belajar siswa. Untuk menjamin dan
mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan cara trianggulasi. Teknik triangulasi data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah triangulasi metode.
Trianggulasi Metode digunakan untuk mengumpulkan data yang
sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Data yang
divalidasi menggunakan teknik trianggulasi metode adalah data mengenai
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM). Dalam penelitian mengenai peningkatan keaktifan belajar
siswa ini data yang diperoleh melalui observasi, angket, dan dokumentasi yang
berupa foto dan video yang kemudian dicocokkan untuk memastikan kebenaran
data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Afifuddin dan Beni ahmad Saebani, ). Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, : ). Model ini mempunyai tiga buah
komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
Adapun rincian komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Miles dan Huberman dalam
Sugiyono ( : ) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
Jika sudah didapatkan data-data yang berhubungan dengan keaktifan
belajar siswa kelas IV dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) selanjutnya dilakukan penyajian data.
. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Melalui penyajian data tersebut, maka data teroganisasikan, tersusun
dalam pola hubungan. Penyajian data ini akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Adapun data
yang disajikan sesuai dengan aspek-aspek keaktifan belajar siswa berdasarkan
teori Paul B. Diedrich yang terdiri dari aspek keaktifan.
. Kesimpulan-Kesimpulan / Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman
dalam Sugiyono ( : ) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan pada penelitian ini lebih bersifat deskripsi atau gambaran.
Hal ini karena memang tujuan awal dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui meningkat atau tidaknya keaktifan belajar siswa kelas IV dengan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Teknik analisis ini
digambarkan pada gambar .
Gambar . Komponen dalam analisis data (interactive model)
H. Indikator Kinerja
Penelitian ini dikatakan berhasil jika penerapan pendekatan STM
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa
kelas IV SD Negeri Pare , berdasarkan nilai rata – rata keseluruhan aspek
keaktifan belajar siswa yang meliputi : visual activities, oral activities, listening
activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities,
emotional activities. Penelitian ini diakhiri setelah % dari jumlah siswa telah
mengalami peningkatan keaktifan belajar IPA.
Pengumpulan
Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-
kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I. Prosedur Penelitian
Prosedur tindakan kelas ini terdiri dari siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Kedua siklus tersebut
merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan siklus II
merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Secara lebih rinci
prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklusnya dapat dijabarkan sebagai
berikut:
. Rancangan Siklus I
Siklus I direncanakan dalam kali pertemuan selama minggu yang
dilaksanakan pada bulan April minggu ke - dan minggu ke – .
a. Perencanaan
Langkah – langkah dalam persiapan penelitian, yaitu :
) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA
dengan KD : Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM).
) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, berupa buku
–buku penunjang dan alat tulis.
) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan diujikan.
) Menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan lembar angket keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan peralatan dokumentasi, berupa kamera.
) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran, misalnya membawa tempe, tahu, sayuran, buah –
buahan, bensin, minyak tanah, gambar peralatan rumah tangga, gambar
batu bara, gambar gas dan gambar logam.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang dibuat peneliti
dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
Langkah – langkah pembelajarannya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Kegiatan Awal
a) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara tanya jawab mengenai kebutuhan hidup
siswa sehari - hari (Tahap pertama STM : pendahuluan).
b) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
dengan memberikan contoh dari lingkungan sekitar.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
) Kegiatan Inti
a) Siswa mengamati contoh sumber daya alam (daging, telur, susu,
sayur, buah, bambu, kayu, bensin, solar, minyak tanah, dan lain –
lain ) yang di bawa guru (Tahap kedua STM : pembentukan
konsep).
b) Siswa menggolongkan hasil pengamatan di atas berdasarkan asal
sumber daya alam (Tahap kedua STM : pengembangan konsep).
c) Siswa dibagi menjadi kelompok.
d) Siswa mengerjakan LKS yang telah di siapkan guru.
e) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang di sediakan
guru (Tahap ketiga STM: aplikasi konsep).
f) Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mendemonstrasikan
hasil diskusi dan kelompok lain menanggapi.
g) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pengelompokan
sumber daya alam berdasarkan bahan asalnya.
) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan guru
memperjelas lagi materi yang telah disampaikan (Tahap keempat
STM: pemantapan konsep).
b) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran IPA dengan pendekatan STM. Pada tahap observasi ini
dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
) Melakukan pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi oleh guru kelas dan peneliti serta
menganalisa lembar angket keaktifan belajar siswa dengan pendekatan
STM.
Berdasarkan hasil observasi dan angket keaktifan belajar siswa, yang
meliputi aspek – aspek keaktifan siswa yaitu visual activities, oral
activities, listening activities, writing activities, drawing activities,
motor activities, mental activities, dan emotional activities sudah
mencapai indikator ketercapaian sebesar %. Meskipun masih ada
aspek keaktifan, yaitu aspek mental activities yang belum mencapai
indikator ketecapaian. Selain itu hasil pengamatan yang dilaksanakan
selama proses pembelajaran yang menerapkan metode diskusi lebih
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa daripada metode ceramah
dan pemberian tugas.
) Melakukan pengamatan mengenai kesesuaian antara proses
pembelajaran dengan perencanaan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru kelas pada saat
peneliti mengajar, kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan yang
direncanakan dalam RPP. Namun masih ada hal – hal yang perlu
diperbaiki dalam proses pembelajaran antara lain pengelolaan kelas
dan mengaktifkan siswa yang kurang berani bertanya / berpendapat
atau maju ke depan kelas.
d. Refleksi
) Membandingkan keaktifan belajar siswa sebelum dan sesudah
penerapan pendekatan STM.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil angket yang diperoleh, keaktifan
belajar siswa sesudah penerapan pendekatan Sains Teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Masyarakat (STM) mengalami peningkatan, meskipun masih ada satu
aspek keaktifan yaitu mental activities yang belum mencapai indikator
ketercapaian yang ditentukan. Jumlah siswa yang mencapai rata – rata
keaktifan belajar IPA ( ) adalah % atau siswa dari siswa.
) Setelah diadakan observasi dan berdasarkan hasil angket diketahui
keaktifan belajar siswa masih dalam kategori kurang dalam mental
activities, misalnya dalam hal mengajukan dan menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat, maju di depan kelas, sehingga akan di
rencanakan di siklus II. Dalam siklus II kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode diskusi dan demonstrasi, selain itu siswa juga di
bagi menjadi kelompok. Agar semua anggota dapat aktif dalam
kegiatan kelompok. Guru juga akan lebih meningkatkan keaktifan
siswa dalam mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat, dan maju di depan
kelas.
. Rancangan Siklus II
Siklus II direncanakan dalam kali pertemuan selama minggu yang
dilaksanakan pada bulan April minggu ke - dan bulan Mei minggu ke - .
a. Perencanaan
) Sesuai dengan hasil refleksi siklus I selanjutnya dibuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA dengan KD : Menjelaskan
hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan.
Yang berbeda dengan mempertimbangkan masalah yang muncul pada
siklus I serta membuat tindakan baru yang dianggap perlu sebagai
solusi pemecahan masalah.
) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, berupa buku
–buku penunjang dan alat tulis.
) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan diujikan.
) Menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan lembar angket keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan peralatan dokumentasi, berupa kamera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran, misalnya tanaman kencur, gula, air panas, blender,
gelas, dan pisau.
b. Pelaksanaan tindakan
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat
dengan menerapkan pendekatan STM dengan kegiatan pembelajaran yang
berbeda dari siklus I, pembelajaran siklus II berlangsung selama kali
pertemuan dengan alokasi waktu masing – masing pertemuan x
menit.
Langkah – langkah pembelajarannya adalah :
) Kegiatan Awal
a) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara bertanya jawab dengan siswa mengenai
SDA yang dapat dimanfaatkan secara langsung dan yang harus
diolah terlebih dahulu dengan menggunakan teknologi. (Tahap
pertama STM : pendahuluan).
b) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari tentang
hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang
digunakan.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
) Kegiatan Inti
a) Siswa mengamati contoh gambar teknologi yang digunakan untuk
memanfaatkan sumber daya alam, seperti penggunaan blender
untuk memanfaatkan tanaman kencur (Tahap kedua STM :
pembentukan konsep).
b) Siswa dibagi menjadi kelompok.
c) Guru mengajak siswa melakukan percobaan pembuatan obat batuk
dari tanaman kencur sebagai hasil sumber daya alam dan
memanfaatkan blender sebagai peralatan teknologi yang
digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Guru menyampaikan langkah – langkah percobaan yang akan
dilaksanakan oleh masing – masing kelompok.
e) Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai petunjuk guru
(Tahap kedua STM : pengembangan konsep).
f) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang di sediakan
guru (Tahap ketiga STM: analisis konsep).
g) Setelah selasai percobaan perwakilan masing – masing kelompok
memaparkan hasil percobaannya.
h) Pemberian apresiasi terhadap kelompok terbaik.
i) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal –
hal yang belum dipahami yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari.
) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa menyimpulkan keuntungan teknologi dalam
mengolah hasil sumber daya alam (Tahap keempat STM:
pemantapan konsep).
b) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran IPA dengan pendekatan STM. Pada tahap observasi ini
dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
) Melakukan pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi oleh guru kelas dan peneliti
pendekatan STM. Berdasarkan hasil observasi dan angket keaktifan
belajar siswa, semua aspek yaitu visual activities, oral activities,
listening activities, writing activities, drawing activities, motor
activities, mental activities, dan emotional activities sudah mencapai
indikator ketercapaian sebesar %.
) Melakukan pengamatan mengenai kesesuaian antara proses
pembelajaran dengan perencanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru kelas pada saat
peneliti mengajar, kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan yang
direncanakan dalam RPP.
d. Refleksi
) Membandingkan keaktifan belajar siswa sebelum dan sesudah
penerapan pendekatan STM dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan
pengamatan dan hasil angket yang diperoleh, keaktifan belajar siswa
sesudah penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ( STM )
mengalami peningkatan. Siswa yang mendapat nilai di atas rata - rata
keaktifan belajar ( ) sebesar % atau siswa dari siswa.
Namun masih ada % atau siswa yang belum tuntas. Siswa –
siswa tersebut tidak berani mengajukan pertanyaan ketika ada materi
yang belum di pahami, mereka juga masih terlihat malu – malu ketika
menjawab pertanyaan dari guru atau teman, ketika teman yang lain
mengajukan pendapat mereka lebih memilih untuk diam saja, mereka
juga tidak berani maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok. Hal inilah yang menyebabkan keaktifan belajar
mereka kurang.
) Setelah diadakan observasi dan berdasarkan hasil angket diketahui,
bahwa target peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
IPA telah sesuai dengan indikator kinerja sehingga penelitian di
hentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pare , sekolah ini
terletak di Kelurahan Pare, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen. Sekolah
yang bernomor pokok sekolah nasional ini berdiri di atas tanah seluas
. Sekolah ini secara keseluruhan memiliki kelas, dengan jumlah seluruh
siswa yang terdaftar pada tahun ajaran / adalah sebanyak siswa,
yang terdiri dari kelas I sebanyak siswa, kelas II sebanyak siswa, kelas III
sebanyak siswa, kelas IV sebanyak siswa, kelas V sebanyak siswa, kelas
VI sebanyak siswa. SD Negeri Pare dipimpin oleh seorang kepala sekolah
dengan jumlah tenaga pengajar seluruhnya ada orang yaitu guru kelas, guru
Bahasa Inggris, guru Agama Islam, guru olah raga, dan penjaga sekolah.
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi di SD Negeri Pare , Kecamatan Mondokan, Kabupaten
Sragen dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang terjadi di
lapangan. Adapun hasil pengamatan awal antara lain :
. Rendahnya keaktifan belajar siswa
Berdasarkan pengamatan langsung oleh peneliti terhadap siswa kelas
IV SD Negeri Pare menunjukkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran masih kurang. Siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengkonstruksikan pengetahuan atau konsep yang sudah mereka miliki
dengan kehidupan nyata. Sehingga pemahaman siswa mengenai suatu konsep
tersebut hanya mampu bertahan beberapa saat saja, bahkan hanya pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan keaktifan belajar
siswa masih kurang.
. Masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, guru masih
menggunakan metode konvensional yang mengandalkan metode ceramah
yang di anggap guru sebagai metode yang paling praktis, mudah, dan efisien
dengan alat bantu utamanya papan tulis. Dalam proses pembelajaran aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masih di dominasi oleh guru daripada aktivitas siswa. Guru berusaha
menyampaikan materi sebanyak-banyaknya, dan siswa hanya pasif
mendengarkan tanpa ada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, siswa
kurang mendapat perhatian untuk belajar secara mandiri, kreatif, dan
bertanggung jawab
Berdasarkan hasil observasi pra tindakan (lampiran ), dapat
diketahui bahwa prosentase keaktifan belajar siswa tergolong rendah yaitu
atau hanya siswa saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi
awal ini memerlukan suatu tindakan perbaikan agar keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA mengalami suatu peningkatan. Dari lampiran dapat
dibuat tabel distribusi frekuensi pada tabel sebagai berikut:
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini :
Gambar . Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan
0
5
10
15
20
25
Fre
ku
en
si
Keaktifan Siswa
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel dan grafik di tersebut dapat dilihat bahwa aspek keaktifan
belajar siswa masih tergolong rendah. Jumlah nilai keaktifan siswa paling
banyak berkisar antara – yang berjumlah .
Pada aspek visual, yaitu perhatian terhadap percobaan belum
mencapai indikator ketercapaian, seluruh siswa masih dalam kategori kurang
yaitu bernilai – atau dengan kata lain siswa aktif dalam
pembelajaran. Semua siswa memang dalam kegiatan pembelajaran belum
sepenuhnya belum memperhatikan percobaan. Sedangkan pada aspek oral,
yaitu bertanya dan diskusi juga belum mencapai indikator ketercapaian, yaitu
siswa masih dalam kategori kurang, siswa masuk kategori cukup, siswa
masuk kategori baik, dan siswa masuk kategori baik sekali. Dalam proses
pembelajaran siswa – siswa tersebut kurang berani bertanya dan kurangnya
kerjasama dalam kegiatan diskusi. Keaktifan siswa dalam aspek oral yakni
.
Pada aspek listening, yaitu mendengarkan penjelasan guru juga belum
mencapai indikator ketercapaian. Sebagian besar siswa masih kurang
memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan, siswa masuk dalam
kategori cukup, siswa masuk kategori baik dan siswa masuk dalam
kategori baik sekali, keaktifan siswa mencapai dalam aspek listening.
Sedangkan pada aspek writing, yaitu mengisi LKS dan mengerjakan soal – soal
latihan juga belum mencapai indikator ketercapaian, siswa masuk kategori
kurang, siswa masuk kategori cukup, siswa masuk kategori baik, dan
siswa dalam kategori baik sekali, keaktifan siswa dalam aspek writing .
Sedangkan untuk aspek drawing, yaitu menggambar/ menulis langkah –
langkah percobaan juga belum mencapai indikator ketercapaian. siswa masuk
kategori kurang, siswa masuk kategori cukup, siswa dalam kategori baik,
dan siswa yang masuk kategori baik sekali atau dengan kata lain keaktifan
siswa dalam aspek drawing . Kebanyakan siswa masih kurang begitu
senang dengan aktivitas menggambar.
Dalam aspek motorik, yaitu melakukan percobaan dan melakukan
demonstrasi juga belum mencapai indikator ketercapian. siswa masuk dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kategori kurang dan siswa dalam kategori baik, keaktifan siswa dalam aspek
ini . Siswa – siswa tersebut kurang aktif dalam kegiatan percobaan
secara berkelompok. Sedangkan untuk aspek mentalnya, yaitu menjawab
pertanyaan dan maju di depan kelas juga belum mencapai indicator
ketercapian. siswa masih dalam kategori kurang, siswa kategori kurang,
siswa kategori baik, dan siswa masuk kategori baik sekali, keaktifan siswa
mencapai . Siswa – siswa tersebut kurang berani dalam menjawab
pertanyaan dari guru / teman sselain itu siswa juga jarang maju di depan kelas
ketika di minta guru, mereka baru maju ketika ditunjuk oleh guru. Dari aspek
emosionalnya, yaitu antusias dalam percobaan jiga belum mencapai indikator
ketercapaian. siswa masuk dalam kategori kurang, siswa masuk kategori
cukup, dan siswa masuk dalam kategori baik, keaktifannya mencapai
. Semua siswa belum melakukan persiapan dalam melakukan
percobaan, dan antusias mereka dalam mengikuti pelajaran juga kurang.
Berdasarkan data tersebut dapat dianalisis bahwa nilai rata-rata
keaktifan belajar yang diperoleh siswa pada saat pra tindakan sebesar .
Siswa dikatakan aktif apabila rata – rata nilai keaktifan dari seluruh aspek,
masuk dalam kategori baik atau bernilai . Siswa yang memiliki nilai di atas
rata – rata keaktifan belajar sebesar ( ) hanya % atau siswa dari
jumlah keseluruhan siswa.
Dari analisis pra tindakan tersebut, maka perlu dilakukan tindakan
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan
mengadakan penelitian di kelas IV SD Negeri Pare yang menerapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.
B. Deskrispi Hasil Tindakan Tiap Siklus
. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama minggu mulai tanggal april
sampai dengan April . Dilaksanakan sebanyak kali pertemuan.
Setiap pertemuan terdiri dari jam pelajaran ( x menit ). Adapun tahapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Perencanaan
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengamatan awal terhadap
proses pembelajaran IPA. Peneliti memilih materi IPA yang belum
dikuasai siswa dan memilih pendekatan pembelajaran yang sesui untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pelajaran IPA.
Berpedoman silabus Sekolah Dasar Kelas IV, peneliti memilih
materi sumber daya alam dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada saat proses pembelajaran untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Setelah itu peneliti
mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan untuk melaksanakan
penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun langkah – langkahnya antara
lain :
) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
sumber daya alam. Terdiri dari kali pertemuan, masing – masing
pertemuan alokasi waktunya x menit. Mengenai langkah –
langkah dan susunan rencana pelaksanaan pembelajaran terlampir pada
lampiran – .
) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, berupa buku–
buku penunjang dan alat tulis.
) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan diujikan.
) Menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan lembar angket keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan peralatan dokumentasi, berupa kamera.
) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran, misalnya membawa tempe, tahu, sayuran, buah –
buahan, bensin, minyak tanah, gambar peralatan rumah tangga, gambar
batu bara, gambar gas dan gambar logam.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti menerapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama minggu dengan kali
pertemuan, dimana setiap pertemuan dengan alokasi waktu x menit.
) Pertemuan ke –
Pada pertemuan awal ini, indikator yang akan dicapai adalah
menjelaskan pengertian sumber daya alam dengan lingkungan,
menyebutkan asal berbagai sumber daya alam yang ada di lingkungan,
menggolongkan jenis – jenis sumber daya alam berdasarkan asalnya.
Sebelum memasuki kegiatan inti, terlebih dahulu guru melakukan
apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa mengenai masalah
kebutuhan hidup siswa sehari – hari. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran tentang hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan. Guru juga memotivasi siswa agar melestarikan
sumber daya alam yang ada di lingkungan agar tidak punah.
Kegiatan inti dimulai dengan mengajak siswa melakukan
pengamatan terhadap sumber daya alam yang telah di bawa guru.
Seperti mengamati daging, telur, susu, sayur, buah, bambu, kayu,
bensin, solar, minyak tanah, dan lain – lain. Dari kegiatan pengamatan
tersebut siswa menggolongkan hasil pengamatan berdasarkan asal
sumber daya alam.
Kemudian siswa dibagi menjadi kelompok dan mendapat
tugas untuk berdiskusi tentang penggolongan sumber daya alam
berdasarkan asalnya. Dalam kegiatan ini masing – masing kelompok
mendapat contoh sumber daya alam yang telah di sediakan oleh guru
Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah di siapkan
guru. Kemudian siswa menjawab pertanyaan sesui dengan petunjuk di
lembar kegiatan siswa. Siswa bekerja sama dengan kelompoknya
untuk menyelesaikan tugasnya yaitu menggolongkan sumber daya
alam berdasarkan asalnya. Kemudian perwakilan kelompok
membacakan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan kelompok
lain menanggapi. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang penggolongan sumber daya alam berdasarkan asalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemudian menyimpulkan hasil kegiatan kelompok yang telah
dilaksanakan dan memberikan kessempatan beertanya kepada siswa
yang belum jelas.
Dalam kegiatan akhir pembelajaran, siswa dan guru
menyimpulkan kegiatan pembelajaran beersama – sama. Kemudian
siswa mengerjakan soal evaluasi yang telah diberikan guru.
Selanjutnya guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang
telah diajarkan, menyampaikan pelajaran yang akan dipelajari
selanjutnya dan menutup kegiatan pembelajaran.
) Pertemuan ke –
Indikator yang ingin dicapai pada pertemuan kedua ini adalah
menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi
yang digunakan, menyebutkan teknologi apa saja yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada,
menggolongkan berbagai macam teknologi yang digunakan dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Dalam kegiatan awal
pembelajaran guru melakukan tanya jawab mengenai SDA yang dapat
dimanfaatkan secara langsung dan yang harus diolah terlebih dahulu
dengan menggunakan teknologi. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran tentang hubungan antara sumber daya alam
dengan teknologi yang digunakan. Guru juga memotivasi siswa untuk
memilih teknologi yang tepat dalam memanfaatkan sumber daya alam
yang ada.
Kegiatan inti dimulai dengan mengamati gambar yang
dilakukan oleh siswa terhadap contoh teknologi yang digunakan untuk
memanfaatkan sumber daya alam (gambar pengolahan kayu,
pembuatan kertas, pembuatan bahan pakaian, pengolahan bahan
makanan). Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok. Setiap
kelompok mendapat tugas untuk mengidentifikasi penggunaan
teknologi dalam pemanfaatan SDA. Kelompok satu mendapat tugas
untuk mengurutkan langkah – langkah pembuatan kain sutra,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok dua mengurutkan langkah – langkah pembuatan tape,
kelompok tiga mengurutkan langkah – langkah pembuatan kertas,
kelompok empat mengurutkan langkah – langkah pembuatan tempe.
Masing – masing kelompok kemudian berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan yang telah di sediakan dalam lembar kerja. Setelah semua
selesai setiap kelompok maju untuk mendemontrasikan hasil kerjanya
kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Kemudian siswa dan guru
bertanya jawab tentang hubungan sumber daya alam dengan teknologi
yang digunakan. Setelah itu guru menyimpulkan hasil diskusi dan
membeeri kesempatan kepada siswa menanyakan hal – hal yang
belum dipahami.
Dalam kegiatan akhir guru dan siswa membuat ringkasan
tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa mengerjakan soal
evaluasi yang diberikan guru. Untuk tindak lanjut guru memberikan
tugas rumah kepada siswa dan menutup kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pemantapan terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
yaitu untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
IPA. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas melakukan observasi
terhadap keaktifan belajar siswa. Selain itu untuk mengetahui keaktifan
belajar siswa alat bantu yang digunakan pada tahap ini adalah lembar
observasi (lampiran ), lembar angket (lampiran ), dan alat perekam
lapangan (kamera).
Observasi dan angket digunakan untuk memperoleh data mengenai
kekatifan belajar siswa dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM). Observasi ini dilakukan oleh peneliti dan guru kelas
dalam rangka mengamati keaktifan belajar siswa dalam proses
pembelajaran IPA. Angket digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA, baik di rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maupun di sekolah. Angket yang digunakan adalah angket langsung
tertutup, yaitu angket tersebut diisi langsung oleh subjek penelitian dan
alternatif jawaban sudah ada untuk dipilih salah satu oleh subjek peneliti.
Selain itu proses pembelajaran juga di dokumentasikan dalam bentuk foto
dan video dengan menggunakan alat perekam (kamera).
Observasi tidak hanya ditujukan pada keaktifan belajar siswa
dalam proses pembelajaran tetapi juga mengobservasi pelaksanaan guru
atau peneliti dalam mengajar. Akan tetapi observasi yang utama adalah
mengamati keaktifan belajar siswa.
) Pertemuan I
Pembelajaran pada pertemuan I dengan indikator menjelaskan
pengertian sumber daya alam dengan lingkungan, menyebutkan asal
berbagai sumber daya alam yang ada di lingkungan, menggolongkan
jenis – jenis sumber daya alam berdasarkan asalnya. Dalam
pembelajaran menerapkan pendekatan Sains Teknologi Maasyarakat
(STM). Media yang digunakan dalam pembelajaran antara lain daging,
telur, susu, sayur, buah, bambu, kayu, bensin, solar, minyak tanah, dan
lain – lain. Pada pembelajaran ini diperoleh keaktifan siswa secara
keseluruhan dalam kategori baik. Nilai keaktifan belajar siswa tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus I
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini :
Gambar . Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus I
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa semua aspek
keaktifan belajar siswa secara keseluruhan sudah baik. Jumlah nilai
keaktifan siswa paling banyak berkisar – yang berjumlah .
Pada aspek visual, yaitu perhatian terhadap percobaan sudah
mencapai sudah mencapai indikator ketercapaian, yaitu lebih dari
(sekitar %). Hanya siswa yang masih kurang dalam aspek
visualnya. Siswa tersebut memang dalam kegiatan pembelajaran belum
sepenuhnya memperhatikan percobaan yang dilakukan. Sedangkan
aspek oral, yaitu bertanya dan berdiskusi belum mencapai indikator
ketercapaian, yaitu kurang dari (sekitar % ). Hanya siswa
yang masuk dalam kategori baik dan siswa masih kurang dalam
aspek oralnya. Karena dalam proses pembelajaran siswa – siswa
tersebut kurang berani bertanya, menjawab pertanyaan, apalagi
mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi.
Pada aspek listening, yaitu mendengarkan penjelasan guru
sudah mencapai indikator ketercapaian (sekitar %). Akan tetapi
masih ada siswa yang masih suka berbicara sendiri dengan temannya
ketika guru menjelaskan. Sedangkan aspek writing, yaitu mengisi LKS
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Fre
ku
en
si
Keaktifan Siswa
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan mengerjakan soal – soal latihan juga sudah mencapai indikator
ketercapaian (sekitar ). Semua siswa sudah mempunyai
kesadaran untuk menulis LKS dan berlatih soal – soal latihan yang
diberikan guru, meskipun ada siswa yang menulisnya hanya asal –
asalan saja. Sedangkan untuk aspek drawing, yaitu membuat langkah –
langkah kerja percoabaan juga sudah mencapai indikator ketercapaian
(sekitar %), walaupun masih ada siswa yang kurang begitu
senang dengan membuat pola langkah – langkah kerja percobaan.
Dalam aspek motorik, yaitu melakukan percobaan dan
melakukan demonstrasi juga sudah mencapai indikator ketercapaian
(sekitar %), walaupun masih ada siswa yang masih kurang aktif
dalam motoriknya. Sedangkan dalam aspek mentalnya, yaitu
menjawab pertanyaan dan maju di depan kelas belum mencapai
indikator ketercapaian (sekitar %), hanya siswa yang masuk
dalam kategori baik, sedangkan siswa masih dalam kategori cukup
dan siswa masuk kategori kurang. Dalam pembelajaran siswa – siswa
tersebut kurang berani untuk menjawab pertanyaan guru atau teman,
selain itu siswa – siswa tersebut juga jarang sekali maju ke depan kelas
untuk melakukan demonstrasi atau mewakili kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil kelompok. Aspek emosionalnya, yaitu
antusias siswa dalam percobaan juga sudah mencapai indikator
ketercapaian (sekitar %), meskipun masih ada siswa yang
aktivitas emosionalnya masih kurang. Siswa – siswa tersebut masih
kurang antusias dalam mengikuti percobaan.
Jadi pada pertemuan I ini, masih ada dua aspek keaktifan yang
belum mencapai indikator ketercapaian, yaitu aspek oral dan aspek
mental. Dari analisis siklus I tersebut, maka perlu dilakukan tindakan
siklus II untuk meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran
IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
) Pertemuan II
Pembelajaran pada pertemuan II dengan indikator menjelaskan
hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan,
menyebutkan teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang ada, menggolongkan berbagai
macam teknologi yang digunakan dalam memanfaatkan sumber daya
alam yang ada. Pada pembelajaran ini diperoleh hasil keaktifan belajar
siswa secara keseluruhan dalam kategori baik. Nilai keaktifan belajar
siswa tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus I
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini :
Gambar . Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus I
0
5
10
15
20
25
Fre
ku
en
si
Keaktifan Siswa
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa sebagian
besar nilai keaktifan siswa mengalami peningkatan. Akan tetapi ada
satu aspek keaktifan yang nilainya turun yaitu aspek keaktifan oral.
Pada pertemuan I nilai keaktifannya dan pada pertemuan II turun
menjadi .
Aspek visual yaitu perhatian terhadap percobaan sudah
mencapai sudah mencapai indikator ketercapaian, yaitu lebih dari
(sekitar %). Semua siswa sudah memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru maupun kegiatan percobaan yang dilakukan
secara kelompok, meskipun masih ada siswa yang masih kurang
dalam aspek visualnya. Sedangkan aspek oral, yaitu bertanya dan
berdiskusi belum mencapai indikator ketercapaian (sekitar % ).
Hanya siswa yang masuk dalam kategori baik, sedangkan siswa
masuk dalam kategori cukup. Karena dalam proses pembelajaran siswa
– siswa tersebut kurang berani bertanya, menjawab pertanyaan, apalagi
mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi. Pada aspek listening,
yaitu mendengarkan penjelasan guru sudah mencapai indikator
ketercapaian (sekitar %). Akan tetapi masih ada siswa yang
kurang serius dalam mendengarkan karena kadang – kadang masih
melamun sendiri di dalam kelas.
Sedangkan aspek writing, yaitu mengisi LKS dan mengerjakan
soal – soal latihan juga sudah mencapai indikator ketercapaian (sekitar
). Semua siswa sudah mempunyai kesadaran untuk menulis
LKS dan berlatih soal – soal latihan yang diberikan guru, meskipun
ada siswa yang mengerjakan sebagian soal saja. Sedangkan untuk
aspek drawing, yaitu membuat langkah – langkah kerja percoabaan
juga sudah mencapai indikator ketercapaian, walaupun masih ada
siswa yang keaktifan menggambarnya kurang. Siswa – siswa tersebut
tidak mau menggambar karena menurut mereka menggambar pola
percobaan itu sulit. Dalam aspek motorik, yaitu melakukan percobaan
dan melakukan demonstrasi juga sudah mencapai indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ketercapaian, walaupun masih ada siswa yang aspek motoriknya
kurang. Keempat siswa tersebut kurang aktif dalam kegiatan percobaan
dan demonstrasi yang dilakukan secara berkelompok karena siswa
tersebut merasa temannya sudah bisa menyelesaikan percobaan
tersebut tanpa bantuannya.
Sedangkan dalam aspek mentalnya, yaitu menjawab pertanyaan
dan maju di depan kelas belum mencapai indikator ketercapaian yang
ditentukan nilai keaktifan siswa pada pertemuan II ini hanya .
Masih ada siswa yang keaktifan mentalnya kurang. Siswa – siswa
tersebut kurang berani untuk mengungkapkan pendapatnya di depan
teman – temannya, mereka malu untuk menjawab pertanyaan dari
guru, apalagi untuk maju di depan kelas. Sedangkan pada aspek
emosionalnya, yaitu antusias siswa dalam percobaan juga sudah
mencapai indikator ketercapaian. Semua siswa sudah antusias dalam
mengikuti percobaan, meskipun ada siswa yang kurang antusias dan
kadang malah melamun sendiri di kelas.
Jadi pada pertemuan II ini, masih ada dua aspek keaktifan yang
belum mencapai indikator ketercapian, yaitu aspek oral dan aspek
mental.
Rata – rata hasil observasi dan angket keaktifan belajar siswa
pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus I
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil observasi dan angket yang didapat bahwa tingkat
keaktifan siswa dalam pembelajaran di atas adalah visual activity, oral
activity, listening activity, writing activity, drawing activity, motor activity,
emotional activity. Sedangkan tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran
dibawah adalah keaktifan siswa pada aspek mental activity.
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini :
Gambar . Grafik Nilai Rata – Rata Observasi dan Angket Keaktifan
Belajar Siswa Siklus I
Dari hasil observaasi dan hasil angket yang diperoleh, peneliti
memperoleh temuan bahwa keaktifan belajar yang masih perlu
ditingkatkan adalah mental activity, yaitu ) Siswa belum berani
menjawab pertanyaan yang diberikan guru atau teman yang lain, ) Siswa
masih malu dan takut untuk memberi tanggapan dan mengemukakan
pendapatnya, ) Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan kepada guru
ketika masih ada materi yang belum dipahami, ) Siswa masih belum
berani melaporkan hasil diskusi yang telah dilaksanakan di depan kelas
dengan kemauannya sendiri.
Berdasarkan data tersebut peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
untuk membahas solusi dari permasalahan tersebut, yaitu ) guru akan
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
ku
en
si
Keaktifan Siswa
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan pertanyaan dengan materi yang telah diajarkan sebelumnya,
agar siswa terangsang untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan yang
diberikan oleh guru, ) semua anggota kelompok maju ke depan untuk
melaporkan hasil diskusi secara bergantian dan setiap siswa yang berani
akan di beri reward, ) guru juga akan memberikan pertanyaan secara lisan
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab, ) guru akan
menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
pembelajaran dengan metode diskusi dan demonstrasi secara kelompok
dan tiap kelompok beranggotakan siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I, terlihat bahwa jumlah
siswa yang mencapai rata – rata keaktifan belajar IPA ( ) adalah
% atau siswa dari siswa. Namun peningkatan tersebut belum
memenuhi indikator keberhasilan yang sudah direncanakan, indikator
keberhasilan yang diharapkan yaitu % dari siswa nilainya di atas
rata –rata keaktifan belajar ( ). Maka untuk meningkatkan keaktifan
belajar dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan siklus II sebagai langkah
perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus I.
Dalam kegiatan pembelajaran kinerja peneliti sebagai guru juga
diobservasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran yang telah dirancang. Uraian hasil observasi
kinerja guru pada siklus I berdasarkan lampiran dan adalah sebagai
berikut:
a) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai mendapat nilai rata-
rata dan tergolong dalam kategori sangat baik.
b) Kinerja guru dalam mengelola kegiatan awal seperti melakukan
apersepsi, menyampaikan tujuan maupun melakukan orientasi
mendapat nilai rata-rata dan termasuk dalam kategori baik.
c) Kinerja guru dalam pengelolaan kegiatan inti pembelajaran mendapat
nilai rata-rata dan tergolong dalam kategori baik. Pembelajaran
sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan yang dicapai,
meskipun demikian ada beberapa hal yang masih kurang maksimal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
misalnya dalam hal penguasaan materi, pengelolaan waktu,
penumbuhan partisipasi aktif siswa.
d) Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan akhir pembelajaran
mendapat nilai rata-rata dan tergolong dalam kategori sangat baik.
Rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I adalah , dan
tergolong dalam ketegori baik. Hasil pengamatan terhadap kinerja peneliti
sebagai guru pada siklus I menunjukkan bahwa guru sudah berupaya untuk
melaksanakan kinerjanya dengan baik.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan hasil angket yang diperoleh,
keaktifan belajar siswa sesudah penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) mengalami peningkatan, meskipun masih ada satu
aspek keaktifan yaitu mental activities yang belum mencapai indikator
ketercapaian yang ditentukan.
Setelah diadakan observasi dan berdasarkan hasil angket diketahui
keaktifan belajar siswa masih dalam kategori kurang dalam mental
activities, dalam hal mengajukan dan menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat, maju di depan kelas, sehingga akan di
rencanakan di siklus II. Dalam siklus II kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode diskusi dan demonstrasi, selain itu siswa juga di bagi
menjadi kelompok. Agar semua anggota dapat aktif dalam kegiatan
kelompok. Guru juga akan lebih meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan, mengungkapkan pendapat, dan maju di depan kelas.
. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama minggu mulai tanggal
April sampai dengan Mei . Dilaksanakan sebanyak kali
pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari jam pelajaran ( x menit ). Pada
siklus II ini peneliti mengkaji hasil keaktifan belajar siswa pada siklus I.
Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dilaksanakan selama dua kali
pertemuan tentang materi sumber daya alam, belum berhasil secara
maksimal karena indikator yang diharapkan belum tercapai. Oleh karena
itu peneliti kembali menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) agar keaktifan belajar
siswa dapat meningkat maksimal. Langkah – langkah yang direncanakan
pada siklus II ini adalah sebagai berikut :
) Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi
sumber daya alam dengan melaksanakan kelebihan – kelebihan pada
siklus I, yaitu menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dengan metode diskusi secara kelompok. Selain itu dalam
pembelajaran guru akan berusaha untuk meningkatkan keaktifan
mental siswa dengan memberikan berbagai pertanyaan dan aktivitas
yang dilaksanakan di depan kelas untuk mengoptimalkan keaktifan
mental siswa dengan bertanya, menjawab, berpendapat dan maju di
depan kelas. Pelaksanaan terdiri atas kali pertemuan, masing –
masing pertemuan alokasi waktunya x menit. Mengenai langkah –
langkah dan susunan rencana pelaksanaan pembelajaran terlampir pada
lampiran – .
) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, berupa buku
–buku penunjang dan alat tulis.
) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan diujikan.
) Menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan lembar angket keaktifan belajar siswa.
) Menyiapkan peralatan dokumentasi, berupa kamera.
) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran, misalnya gambar berbagai gambar dampak pengambilan
bahan alam terhadap lingkungan ( banjir, letusan gunung berapi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebakaran hutan, penggundulan hutan, dll) serta menyiapkan tanaman
kencur, gula, air panas, blender, gelas, dan pisau.
b. Pelaksanaan Tindakan
) Pertemuan Ke –
Pada pertemuan awal ini, indikator yang akan dicapai adalah
menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan, menyebutkan upaya – upaya pelestarian lingkungan,
mendiskusikan dampak pengambilan bahan alam serta upaya – upaya
pelestarian lingkungan. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan Tanya
jawab mengenai pengambilan hasil SDA yang ada di lingkungan
sekitar. Siswa di minta memberikan contoh hasil sumber daya alam
apa saja yang dapat diambil dan dimanfaatkann untuk kebutuhan
manusia. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang
dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
Guru juga memotivasi siswa untuk melakukan upaya – upaya
pelestarian lingkungan..
Dalam kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati contoh
gambar dampak pengambilan bahan alam terhadap lingkungan ( banjir,
letusan gunung berapi, kebakaran hutan, penggundulan hutan, dll)
yang telah disediakan guru. Guru dan siswa bertanya jawab tentang
dampak yang diakibatkan jika pengambilan bahan alam dilakukan
secara liar. Kemudian bersama teman sebangkunya siswa diminta
berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan guru.
Kegiatan diskusi diakhiri dengan presentasi laporan hasil diskusi oleh
masing – masing siswa. Siswa diminta untuk mengungkapakan
pendapatnya lewat diskusi dengan teman sebangkunya, bagi siswa
yang berani maju ke depan dan membacakan hasil diskusinya akan
mendapatkan reward. Setelah semua siswa membacakan hasil
diskusinya di depan kelas, guru menyimpulkan hasil kegiatan diskusi
yang telah dilaksanakan dan memberi kesempatan bertanya kepada
siswa yang belum jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam kegiatan akhir pembelajaran, siswa dan guru
mmenyimpulkan kegiatan pembelajaran bersama – sama. Kemudian
siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Setelah itu
guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dan menyampaikan
materi yang akan dipelajari selanjutnya. Kemudian guru menutup
kegiatan pembelajaran.
) Pertemuan Ke –
Indikator yang akan diajarkan pada pertemuan kedua ini adalah
menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi
yang digunakan, menyebutkan teknologi apa saja yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada,
melakukan praktik pembuatan obat batuk dari tanaman kencur. Dalam
kegiatan awal pembelajaran guru melakukan tanya jawab mengenai
SDA yang dapat dimanfaatkan secara langsung dan yang harus diolah
terlebih dahulu dengan menggunakan teknologi. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran tentang hubungan antara sumber
daya alam dengan teknologi yang digunakan. Guru juga memotivasi
siswa untuk memilih teknologi yang tepat dalam memanfaatkan
sumber daya alam yang ada.
Kegiatan inti dimulai dengan mengamati bahan yang dibawa
oleh guru, seperti tanaman kencur, gula, air panas, blender, gelas, dan
pisau. Siswa diminta menyebutkan sumber daya alam apa saja yang
dimanfaatkan serta teknologi apa saja yang digunakan. Selanjutnya
siswa dibagi menjadi kelompok dan tiap kelompok terdiri dari atau
siswa. Setiap kelompok akan melakukan praktik pembuatan obat
batuk dari tanaman kencur. Sebelumnya guru menjelaskan langkah –
langkah dalam praktik pembuatan obat dari tanaman kencur. Secara
berkelompok siswa bekerja sama dalam praktik pembuatan obat
batuk, mereka juga diminta berdiskusi untuk menjawab pertanyaan
yang disediakan oleh guru. Setelah kegiatan praktik dan diskusi
tersebut setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasilnya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
depan kelas. Dalam presentasi tersebut semua anggota kelompok meju
ke depan mempresentasikan hasil praktik dan diskusinya secara
bergantian. Setelah semua kelompok maju ke depan kemudian guru
menyimpulkan hasil praktik dan diskusi yang telah dilaksanakan,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi
yang telah dipelajari bersama – sama. Setelah itu siswa mengerjakan
soal evaluasi, guru memberikan pekerjaan rumah dan menutup
kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Dalam tahap ini, peneliti dan guru kelas mengamati keaktifan
belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Seperti halnya pada
siklus I untuk mengetahui keaktifan belajar siswa, peneliti juga
menggunakan angket keaktifan belajar siswa. Alat bantu yang
digunakan pada tahap ini adalah lembar observasi, lembar angket, dan
alat perekam lapangan (kamera).
Observasi dan angket digunakan untuk memperoleh data
mengenai kekatifan belajar siswa dengan penerapan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM). Observasi ini dilakukan oleh peneliti
dan guru kelas dalam rangka mengamati keaktifan belajar siswa dalam
proses pembelajaran IPA. Angket digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA, baik
di rumah maupun di sekolah. Angket yang digunakan adalah angket
langsung tertutup, yaitu angket tersebut diisi langsung oleh subjek
penelitian dan alternatif jawaban sudah ada untuk dipilih salah satu
oleh subjek peneliti. Selain itu proses pembelajaran juga di
dokumentasikan dalam bentuk foto dan video dengan menggunakan
alat perekam (kamera).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Observasi tidak hanya ditujukan pada keaktifan belajar siswa
dalam proses pembelajaran tetapi juga mengobservasi pelaksanaan
guru atau peneliti dalam mengajar. Akan tetapi observasi yang utama
adalah mengamati keaktifan belajar siswa.
) Pertemuan I
Pembelajaran pada pertemuan I dengan indikator
menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan, menyebutkan upaya – upaya pelestarian lingkungan,
mendiskusikan dampak pengambilan bahan alam serta upaya –
upaya pelestarian lingkungan. Dalam pembelajaran menerapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pada
pembelajaran ini diperoleh keaktifan belajar siswa secara
keseluruhan dalam kategori baik.
Nilai keaktifan belajar siswa tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus II
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini :
Gambar . Grafik Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan I Siklus II
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa semua
aspek keaktifan belajar siswa secara keseluruhan sudah baik.
Jumlah nilai keaktifan siswa paling banyak berkisar antara –
yang berjumlah .
Pada aspek visualnya, yaitu perhatian terhadap percobaan
sudah mencapai sudah mencapai indikator ketercapaian, yaitu lebih
dari (sekitar %). Hanya siswa yang masih kurang
dalam aspek visualnya tersebut, dalam kegiatan pembelajaran
maasih belum sepenuhnya memperhatikan kegiatan percobaan.
Sedangkan aspek oral, yaitu bertanya dan berdiskusi juga sudah
mencapai indikator ketercapaian, yaitu (sekitar % ).
Semua siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi yang dilakukan
secara berkelompok.
Pada aspek listening, yaitu mendengarkan penjelasan guru
sudah mencapai indikator ketercapaian. Semua siswa sudah
mendengarkan penejelasan guru, meskipun masih ada siswa yang
keaktifan mendengarkannya hanya dalam kategori cukup. Siswa –
siswa tersebut dalam pembelajaran masih kurang serius dalam
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18F
reku
en
si
Keaktifan Siswa
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendengarkan saat pelajaran. Sedangkan aspek writing, yaitu
mengisi LKS dan mengerjakan soal – soal latihan juga sudah
mencapai indikator ketercapaian. Semua siswa sudah mempunyai
kesadaran untuk menulis LKS dan berlatih soal – soal latihan yang
diberikan guru, meskipun ada siswa yang mengerjakan sebagian
soal saja. Sedangkan untuk aspek drawing, yaitu membuat langkah
– langkah kerja percoabaan juga sudah mencapai indikator
ketercapaian, walaupun masih ada siswa yang keaktifan
menggambarnya kurang. Siswa – siswa tersebut hanya
menggambar semaunya saja meskipun sudah disuruh oleh guru.
Dalam aspek motorik, yaitu melakukan percobaan dan
melakukan demonstrasi juga sudah mencapai indikator
ketercapaian, walaupun masih ada siswa yang masih dalam
kategori cukup dalam keaktifan motoriknya. Siswa tersebut kurang
begitu aktif dalam kegiatan percobaan yang dilakukan secara
berkelompok.
Sedangkan dalam aspek mentalnya, yaitu menjawab
pertanyaan dan maju di depan kelas sudah mencapai indikator
ketercapaian. Akan tetapi masih ada siswa yang keaktifan
mentalnya masih kurang. Siswa – siswa tersebut kurang berani
untuk menjawab pertanyaan guru, siswa tersebut juga malu – malu
untuk mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan pada aspek
emosionalnya, yaitu antusias siswa dalam percobaan juga sudah
mencapai indikator ketercapaian, meskipun masih ada siswa yang
keaktifan emosionalnya masih kurang. Siswa tersebut masih ramai
dan kurang antusias ketika pelajaran akan di mulai.
Jadi pada pertemuan I ini semua aspek keaktifan belajar
siswa sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu di atas .
) Pertemuan II
Pembealajaran pada pertemuan II dengan indikator
menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang digunakan, menyebutkan teknologi apa saja yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada,
melakukan praktik pembuatan obat batuk dari tanaman kencur.
Pada pembelajaran ini diperoleh hasil keaktifan belajar siswa
secara keseluruhan dalam kategori baik. Nilai keaktifan belajar
siswa tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus II
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini :
Gambar . Grafik Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan II Siklus II
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa semua
nilai keaktifan siswa dari semua aspek sudah mencapai indicator
ketercapaian yaitu di atas .
Pada aspek visualnya, yaitu perhatian terhadap percobaan
sudah mencapai sudah mencapai indikator ketercapaian, yaitu lebih
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Fre
ku
en
si
Keaktifan Siswa
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari (sekitar %). Semua siswa sudah memperhatikan
semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung, baik penjelasan
yang disampaikan oleh guru maupun kegiatan percobaan yang
dilakukan secara kelompok, meskipun ada siswa yang nilai
keaktifan visualnya dalam kategori cukup. Siswa – siswa tersebut
dalam pembelajaran kadang – kadang masih berbicara sendiri
dengan teman lainnya. Sedangkan aspek oralnya, yaitu bertanya
dan berdiskusi sudah mencapai indikator ketercapaian. Semua
siswa sudah berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru, maupun aktif dalam kegiatan percobaan yang dilakukan
secara berkelompok. Akan tetapi masih ada siswa yang keaktifan
oralnya masih dalam kategori cukup karena siswa tersebut harus
ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan. Pada aspek listening,
yaitu mendengarkan penjelasan guru sudah mencapai indikator
ketercapaian. Sebagian besar siswa sudah serius dalam
mendengarkan penjelasan dan arahan yang diberikan oleh guru,
meskipun masih ada siswa yang kurang serius dalam
mendengarkan.
Sedangkan aspek writing, yaitu mengisi LKS dan
mengerjakan soal – soal latihan juga sudah mencapai indikator
ketercapaian. Hampir semua siswa mengisi LKS dan mengerjakan
soal evaluasi. Selain itu masih ada siswa yang nilai keaktifannya
dalam kategori cukup. Sedangkan untuk aspek drawing, yaitu
membuat langkah – langkah kerja percoabaan juga sudah mencapai
indikator ketercapaian, walaupun masih ada siswa yang keaktifan
menggambarnya kurang. Siswa – siswa tersebut tidak mau
membuat pola percobaan karena menganggapnya sulit.
Dalam aspek motorik, yaitu melakukan percobaan dan
melakukan demonstrasi juga sudah mencapai indikator
ketercapaian, semua siswa begitu aktif dalam kegiatan percobaan
yang dilakukan secara berkelompok, sehingga kerjasama antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anggota sangat terjalin dengan baik, meskipun masih ada siswa
yang keaktifannya masuk dalam kategori cukup. Sedangkan dalam
aspek mentalnya, yaitu menjawab pertanyaan dan maju di depan
kelas belum mencapai indikator ketercapaian. Masih ada siswa
yang keaktifan mentalnya dalam kategori cukup. Siswa – siswa
tersebut kurang berani untuk menjawab pertanyaan guru, siswa
tersebut juga malu – malu untuk mengeluarkan pendapatnya,
sehingga pada saat pembelajaran guru harus menunjuk secara acak
agar semua siswa dapat aktif berbicara di dalam kelas. Sedangkan
pada aspek emosionalnya, yaitu antusias siswa dalam percobaan
juga sudah mencapai indikator ketercapaian, meskipun masih ada
siswa yang kadang – kadang masih sering melamun sendiri di
kelas. Siswa sangat antusias untuk melakukan percobaan.
Jadi pada pertemuan II ini, semua aspek keaktifan sudah
mencapai indikator ketercapaian yang ditentukan.
Rata – rata hasil observasi dan angket keaktifan belajar
siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel . Nilai Keaktifan Belajar Siswa Siklus II
No Interval Frekuensi (Keaktifan Belajar Siswa)
Jml
–
–
–
–
Rata - Rata
Keterangan lebih lengkap pada lampiran , halaman .
Dari hasil observasi dan angket yang didapat bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa sebagian besar masuk dalam kategori baik
sekali. Kategori tersebut meliputi aspek visual activities, listening
activities, motor activities, emotional activities. Sedangkan tingkat
keaktifan belajar siswa yang masuk dalamkategori baik adalah oral
activities, writing activities, drawing activities, dan mental
activities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik pada gambar berikut ini:
Gambar . Grafik Nilai Rata – Rata Observasi dan Angket
Keaktifan Belajar Siswa Siklus II
Hasil analisis data dan diskusi antara peneliti dan guru kelas
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada siklus II, secara umum
telah menunjukkan perubahan terhadap keaktifan belajar siswa,
dimana penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran.
Keaktifan belajar siswa khususnya pada mental activity juga
meningkat. Siswa lebih berani menjawab pertanyaan dari guru dan
maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi yang
dilaksanakan.
Dari hasil observasi dan angket yang didapat bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa sebagian besar masuk dalam kategori baik
sekali. Kategori tersebut meliputi aspek visual activities, listening
activities, motor activities, emotional activities. Sedangkan tingkat
keaktifan belajar siswa yang masuk dalam kategori baik adalah
oral activities, writing activities, drawing activities, dan mental
activities. Dengan kata lain, semua aspek keaktifan belajar siswa
telah meningkat seperti yang diharapkan. Siswa yang mendapat
0
2
4
6
8
10
12
14F
reku
en
si
Keaktifan Siswa
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilai di atas rata - rata keaktifan belajar ( ) sebesar % atau
siswa dari siswa
Dari analisis siklus II tersebut dan melihat hasil yang
diperoleh pada data observasi dan angket keaktifan belajar siswa
serta dokumentasi siswa, maka pembelajaran yang menerapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dilaksanakan
pada siklus II dikatakan berhaasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada siklus beerikutnya.
Dalam kegiatan pembelajaran kinerja peneliti sebagai guru
juga diobservasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru
dalam menerapkan pembelajaran yang telah dirancang. Uraian
hasil observasi kinerja guru pada siklus II berdasarkan lampiran
dan adalah sebagai berikut :
a) Kinerja guru pada tahap pra pembelajaran atau persiapan
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai mendapat nilai rata-
rata dan tergolong dalam kategori sangat baik.
b) Kinerja guru dalam mengelola kegiatan awal seperti melakukan
apersepsi, menyampaikan tujuan maupun melakukan orientasi
mendapat nilai rata-rata dan termasuk dalam kategori
sangat baik.
c) Kinerja guru dalam pengelolaan kegiatan inti pembelajaran
mendapat nilai rata-rata , dan tergolong dalam kategori baik.
Pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
tujuan yang dicapai, meskipun demikian ada beberapa hal yang
masih kurang maksimal, misalnya dalam hal penguasaan
materi, pengelolaan waktu, penumbuhan partisipasi aktif siswa.
d) Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan akhir pembelajaran
mendapat nilai rata-rata , dan tergolong dalam kategori
sangat baik.
Rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus II adalah
dan tergolong dalam ketegori baik. Hasil pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap kinerja peneliti sebagai guru pada siklus II menunjukkan
bahwa guru sudah berupaya untuk melaksanakan kinerjanya
dengan baik.
d. Refleksi
Dari observasi dan angket belajar siswa tersebut dapat ditemukan
bahwa keaktifan belajar pada siklus II meningkat dibandingkan dengan
keaktifan pada siklus I. Keaktifan belajar siswa ini antara lain : ) siswa
memperhatikan penjelasan guru, terutama penjelasan mengenai percobaan
yang akan dilaksanakan, ) siswa sudah mulai berani menjawab
pertanyaan dari guru, ) semua siswa sudah berani mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas, ) siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran
yang berlangsung, ) siswa aktif dalam mengerjakan soal – soal latihan
maupun soal evaluasi, ) siswa sangat antusias mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM).
Berdasarkan pengamatan dan hasil angket yang diperoleh,
keaktifan belajar siswa sesudah penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat ( STM ) mengalami peningkatan. Target peningkatan
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA telah sesuai dengan
indikator kinerja sehingga penelitian di hentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan analisis data observasi dan angket yang ada, dapat dilihat
adanya peningkatan keaktifan belajar IPA pada setiap siklus. Peningkatan terlihat
setelah dilakukan tindakan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) pada siklus I dan siklus II. Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam
aspek visual dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Visual
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Visual
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
visual. Untuk pra tindakan dalam aspek visual seluruh siswa masih dalam kategori
0
5
10
15
20
25
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kurang. Nilai rata – rata aspek visual yang diperoleh dari pra tindakan adalah
kemudian pada siklus I diperoleh dan pada siklus II juga diperoleh nilai .
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek oral dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II dalam Aspek Oral
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Oral
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek oral.
0
2
4
6
8
10
12
14
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Diperoleh rata – rata keaktifan belajar siswa pada pra tindakan adalah
kemudian pada siklus I diperoleh dan pada siklus II juga .
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek listening dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II dalam Aspek Listening
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Listening
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
0
2
4
6
8
10
12
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
listening. Rata – rata keaktifan belajar siswa pada pra tindakan dan pada siklus
I diperoleh kemudian pada siklus II diperoleh .
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek writing dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II dalam Aspek Writing
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Writing
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
0
2
4
6
8
10
12
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
writing. Rata – rata keaktifan pada aspek writing dari pra tindakan diperoleh nilai
pada siklus I diperoleh dan siklus II juga diperoleh nilai .
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek drawing dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II dalam Aspek Drawing
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Drawing
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
drawing. Pada aspek drawing diperoleh rata – rata keaktifan belajar dari pra
0
2
4
6
8
10
12
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tindakan dan pada siklus I menjadi kemudian pada siklus II meningkat
menjadi .
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek motor dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II dalam Aspek Motor
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Motor
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
motor. Pada aspek motornya nilai rata – rata yang diperoleh dari pra tindakan
adalah dan pada siklus I diperoleh dan pada siklus II juga .
0
2
4
6
8
10
12
14
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek mental dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II dalam Aspek Mental
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Mental
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
mental. Pada aspek mental, diperoleh nilai dari pra tindakan dan pada siklus I
diperoleh dan pada siklus II meningkat menjadi
Perbandingan keaktifan belajar siswa dalam aspek emotional dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel . Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II dalam Aspek Emotional
No Interval Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml
–
–
–
–
–
–
Rata - Rata
Perbandingan nilai keaktifan belajar Siswa pada tabel di atas, dapat
disajikan dalam bentuk grafik pada gambar berikut.
Gambar . Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Belajar IPA Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II dalam Aspek Emotional
Berdasarkan tabel dan gambar terlihat perbandingan nilai
keaktifan belajar siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dalam aspek
emotional. Pada aspek emotional, nilai rata – rata keaktifan yang diperoleh dari
pra tindakan adalah dan pada siklus I diperoleh dan pada siklus II juga .
Berdasarkan hasil penelitian keaktifan belajar siswa ini, dapat kita lihat
hasil keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi sumber daya alam
dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dari pra
tindakan belum ada aspek keaktifan yang tercapai untuk itu perlu di adakan
0
2
4
6
8
10
12
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
0.8 - 1.3
1.4 - 1.9
2.0 - 2.5
2.6 - 3.1
3.2 - 3.7
3.8 - 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tindakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. dari siklus I, aspek
keaktifan belajar yang telah tercapai adalah visual activity, oral activity, listening
activity, writing activity, drawing activity, motor activity, emotional activity. Akan
tetapi masih ada satu aspek yang ketercapaiannya di bawah adalah keaktifan
siswa pada aspek mental activity. Setelah pembelajaran pada siklus II dengan
penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang lebih dapat
mengaktifkan siswa maka seluruh aspek keaktifan belajar siswa telah tercapai.
Rata – rata nilai keaktifan belajar siswa pada siklus I dan siklus II
sudah mencapai target, yaitu nilai rata – rata pada siklus I dengan nilai atau
dengan kata lain , % siswa telah aktif dalam pembelajaran. Sedangkan nilai
rata – rata pada siklus II ada peningkatan dari menjadi atau sekitar ,
% siswa telah aktif dalam pembelajaran.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data pengamatan dan angket yang ada, dapat
dilihat aadanya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada
siswa kelas IV SDN Pare Mondokan Sragen Tahun Ajaran sebagai
berikut : Dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Maasyarakat (STM)
siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa lebih aktif bertanya,
berdiskusi, dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa lebih aktif dalam
mengerjakan tugas tertulis dari guru dan aktif mengisi LKS. Siswa ikut berperan
aktif dalam pelaksanaan percobaan atau demonstrasi. Siswa lebih berani maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi atau percobaan yang telah
dilaksanakan.
Setelah dilakukan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dalam pembelajaran IPA, siswa menjadi lebih peduli dengan lingkungan
sekitar, siswa juga lebih mudah mengaplikasikan konsep – konsep yang mereka
pelajari untuk kebutuhan masyarakat, hal ini seperti yang di paparkan oleh
Poedjiadi ( ). Namun selain kelebihan di atas terdapat pula kendala yang di
temui selama proses pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Poedjiadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
( ) antara lain tidak semua isu atau masalah terkait dengan topik yang akan di
bahas dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam pembelajarannya.
Untuk mengatasi kendala – kendala di atas dapat di atasi dengan :
. Guru harus menguasai materi dan pintar – pintar memilih topik atau tema
yang sesui dengan kondisi lingkungan alam dimana siswa berada.
. Guru harus memberikan tema yang sederhana dahulu dan tidak terlalu luas
agar waktu yang ada dapat dimanfaatkan seefektif mungkin.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata – rata nilai keaktifan
belajar siswa pada pra tindakan sebesar atau hanya % siswa yang aktif
dalam pembelajaran. Pada silklus I mengalami peningkatan menjadi dengan
kata lain siswa telah aktif dalam pembelajaran. Sedangkan nilai rata – rata
pada siklus II menjadi atau sekitar siswa telah aktif dalam
pembelajaran. Namun masih ada % atau siswa yang belum tuntas karena
siswa – siswa tersebut tidak berani mengajukan pertanyaan ketika ada materi yang
belum di pahami, mereka juga masih terlihat malu – malu ketika menjawab
pertanyaan dari guru atau teman, ketika teman yang lain mengajukan pendapat
mereka lebih memilih untuk diam saja, mereka juga tidak berani maju ke depan
kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Dari hasil penelitian di atas dapat di bandingkan dengan penelitian
yang relevan dari saudara Alwi dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan
Hasil belajar Struktur Bumi melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada
siswa kelas V SD Negeri Sebatik Barat Kabupaten Nunukan Tahun
” Pada siklus I hanya siswa ( ) yang mampu menjawab
pertanyaan dengan baik. Pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak siswa
( ). Sedangkan hasil yang diperoleh peneliti pada pra tindakan hanya
% siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siklus I diperoleh . Dan siklus II
meningkat menjadi .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA pada siswa kelas IV
SDN Pare Mondokan Sragen Tahun Ajaran dapat dilakukan dengan
menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA dalam
materi sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN Pare Kecamatan Mondokan
tahun ajaran / . Sebelum penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada pembelajaran IPA keaktifan belajar siswa masih rendah.
Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa hanya langsung menerima suatu
konsep tanpa menerapkannya dalam kehidupan nyata sehingga pemahaman siswa
mengenai konsep tersebut hanya mampu bertahan beberapa saat saja. Siswa hanya
mendapatkan konsep abstrak tanpa di beri kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya itu. Akan tetapi setelah penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat ( STM ) dalam pembelajaran IPA, keaktifan belajar siswa dapat
meningkat. Hal ini terbukti dari nilai rata – rata keaktifan belajar siswa dalam
aspek visual pada pra siklus adalah kemudian meningkat pada siklus I menjadi
dan pada siklus II juga . Kemudian nilai rata – rata keaktifan belajar siswa
dalam aspek oral pada pra siklus adalah kemudian meningkat pada siklus I
menjadi dan pada siklus II juga . Nilai rata – rata keaktifan belajar siswa
dalam aspek listening pada pra siklus adalah kemudian meningkat pada siklus
I menjadi dan pada siklus II juga . Nilai rata – rata keaktifan belajar siswa
dalam aspek writing pada pra siklus adalah kemudian meningkat pada siklus I
menjadi dan pada siklus II juga . Nilai rata – rata keaktifan belajar siswa
dalam aspek drawing pada pra siklus adalah kemudian pada siklus I meningkat
menjadi dan pada siklus II meningkat lagi menjadi . Nilai rata – rata
keaktifan belajar siswa dalam aspek motor pada pra siklus adalah kemudian
meningkat pada siklus I menjadi dan pada siklus II meningkat lagi menjadi
. Nilai rata – rata keaktifan belajar siswa dalam aspek emotional pada pra
siklus adalah kemudian meningkat pada siklus I menjadi dan pada siklus II
juga .