perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL THROWING (MELEMPAR BOLA SALJU) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ORGANISASI
DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS V SDN 01 TOHUDAN COLOMADU KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
MUHIBUDDIN FADHLI
K7108182
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
MEI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING (MELEMPAR BOLA SALJU)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ORGANISASI DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KELAS V SDN 01 TOHUDAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
MUHIBUDDIN FADHLI
K7108182
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
MEI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Muhibuddin Fadhli. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING (MELEMPAR BOLA SALJU) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ORGANISASI DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS V SDN O1 TOHUDAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. April 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep organisasi dengan menggunakan model kooperatif tipe Snowball throwing pada siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model siklus, terdapat dua siklus yakni siklus I, dan siklus II. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 yang jumlahnya 35 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan pemahaman konsep organisasi. Variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumen dan wawancara. Teknik analisis data menggunkan model interaktif yang terdiri tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil analisis data yang diperoleh adalah bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada materi organisasi yang diperoleh siswa. Pada tes awal sebesar 56,57; kemudian pada siklus I 73; dan 78,2 pada siklus II. Kemudian adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa yang pada tes awal hanya 37,14%; pada siklus I, 77,14% dan pada siklus II menjadi 91,42%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan pemahaman konsep organisasi dalam pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar.
Kata Kunci : Pemahaman Konsep Organisasi, PKn, Model Pembelajaran Kooperatif, Snowball throwing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Muhibuddin Fadhli. The Implementation of the Cooperative Learning Model of Snowball Throwing Type in Increasing the Comprehension on the Concept of Organization in the Subject of Civics Education on the Fifth-grade Class of SDN 01 Tohudan of Colomadu of Karanganyar Regency in the Academic Year of 2011/2012. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University. Surakarta. 2012. The objective of this research is to increase the comprehension of the 5th-grade students of SDN 01 Tohudan of Colomadu of Karanganyar Regency on the concept of organization by using the cooperative learning model of Snowball Throwing type. This research used the class action research with the cycle model. There were two cycles in this research, namely: the first cycle and the second cycle. Each cycle consisted of four cycles, namely: planning, acting, observing, and reflecting. The population of this research was the 5th-grade students of SDN 01 Tohudan of Colomadu of Karanganyar regency in the academic year of 2011/2012 as many as 35 students. The variable which became the target of change in this class action research was the concept of organization. The variable of action which was used in this research was the cooperative learning model of Snowbal Throwing type. The data of this research were collected through observation, test, document, and interview. The data were then analyzed by using the interactive model which consisted of three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. The results of this research are as follows: 1) the ratio of the average test score of the students of the pre-cycle stage to that of the first cycle and that of the second cycle is 56.57: 73: 78.2; and 2) the ratio of the learning completeness percentage of the students of the pre-cycle stage to that of the first cycle and that of the second cycle is 37.14%: 77.14%: 91.42%. Based on the results of the research, it is concluded that the implementation of the cooperative learning model of Snowball Throwing type can increase the comprehension of the 5th-grade students of SDN 01 Tohudan of Colomadu of Karanganyar regency. Keywords: comprehension on concept of organization, Civics Education,
cooperative learning model, and Snowball Throwing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Bawakan Aku Sepuluh Pemuda Dan Akan Aku Rubah Dunia
(Ir. Sukarno)
Hidup adalah pilihan, pilihlah yang baik menurutmu dan menurut Tuhan.
(Muhibuddin Fadhli)
Aku tidak akan sukses, dengan cara orang yang gagal.
(Mario Teguh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan ibuku tercinta Drs.Marsaid dan Insiyah, S.Pd.I. yang selalu
mendukung, mendoakan dan memberikan motivasi.
Kakak - kakakku Ahsan Fahmi Rozaqi, Betharia NAE Hastuti, Mujiyanto,
serta seluruh keluarga besarku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya Penerapan
Model Kooperatif Tipe Snowball throwing (Melempar Bola Salju) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Organisasi Dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SDN 01 Tohudan Colomadu
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 .
Karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam
menyusun skripsi ini, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai
pihak, dan akhirnya kesulitan yang timbul tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Sebelas
Maret,
4. Drs. Samidi, M. Pd. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
dukungan kepada penulis,
5. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S.U. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis,
6. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis,
7. Eko Suparyono S. Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 01 Tohudan yang
telah memberikan izin melakukan penelitian tindakan kelas,
8. Nurhayati, S. Pd. selaku guru kelas V SD Negeri 01 Tohudan yang telah
bersedia berkolaborasi dengan peneliti,
9. Bapak/Ibu guru SD Negeri 01 Tohudan yang sudah membantu penulis selama
proses penelitian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
10. Bapak, Ibu, Kakak, dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan
dukungan selama proses penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabaku yang sudah mendukung di saat penyusunan skripsi.
12. Teman-teman mahasiswa S1 Kelas D angkatan 2008 PGSD Universitas
Sebelas Maret,
13. Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD Universitas Sebelas Maret.
14. Pembaca dan semua pihak yang telah membantu dalam menysun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis berharap
kepada pembaca guna memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat, khusunya bagi
peneliti dan umumnya bagi para pembaca terutama mahasiswa PGSD UNS.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan permintaan maaf bila terdapat kesalahan
dalam bertutur kata yang kurang berkenan dihati pembaca sekalian.
Surakarta, 13 Mei 2012
Muhibuddin Fadhli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakan Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 4
D. Perumusan Masalah ............................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .............................................................. ..... 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................. ... 5
BAB II . LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ........................................................................ 7
1. Kajian Tentang Pemahaman Konsep Organisasi ............. 7
a. Pemahaman ................................................................. 7
b. Konsep ........................................................................ 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
Halaman
c. Pemahaman Konsep .................................................... 9
d. Pengertian Organisasi ................................................. 10
2. Kajian Tentang Model-model Kooperatif Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan .................... 16
3. Kajian Tentang Model Kooperatif Tipe Snowball throwing ............................................................................. 19 a. Pengertian Model Pembelajaran ................................. 19
b. Model Pembelajaran Kooperatif... ............................. 21
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif .............................. 23
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ............................... 24
e. Unsur -unsur Model Pembelajaran Kooperatif .......... 25
f. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing .... 26
g. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing ...................................................... 29
h. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing ........................... 30
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 32
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 33
D. Hipotesis ................................................................................ 35
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian .................................................................. 36
1. Tempat Penelitian............................................................... 36
2. Waktu dan Jadwal Penelitian ............................................. 36
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 37
1. Subjek Penelitian ............................................................... 37
2. Objek Penelitian ................................................................. 37
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 37
1. Bentuk Penelitian ............................................................... 37
2. Strategi Penelitian .............................................................. 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Halaman
D. Sumber Data .......................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40
1. Observasi ............................................................................. 40
2. Tes ................................................................................ .... 41
3. Dokumen ........................................................................... 41
4. Wawancara ........................................................................ 41
F. Validitas Data ......................................................................... 42
1. Triangulasi Sumber .......................................................... 43
2. Triangulasi Metode ............................................................ 43
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 44
1. Reduksi Data ..................................................................... 45
2. Penyajian Data ................................................................... 46
3. Penarikan Kesimpulan / Verivikasi ................................... 46
H. Indikator Kinerja .................................................................... 47
I. Prosedur Penelitian .................................................................. 47
1. Rancangan Siklus Pertama ............................................... 48
2. Rancangan Siklus Kedua ................................................... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 51
B. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian .................................... 52
1. Kondisi Awal (Pra Tindakan) ............................................ 52
2. Siklus Pertama ..................................................................... 55
3. Siklus Kedua ....................................................................... 65
C. Perbandingan Perkembangan Hasil Tindakan Antarsiklus ...... 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 78
BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................... 82
B. Implikasi ................................................................................... 83
1. Implikasi Teoritis ................................................................. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
Halaman
2. Implikasi Praktis ................................................................... 84
C. Saran .................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 87
LAMPIRAN..................................................................................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1. Jadwal Penelitian...................................................................................
2. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Pkn pada Pra Siklus..............
3. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar PKn Pada Siklus I................
4. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Pada Siklus I.................
5. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Pkn Pada Siklus II................
6. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II.............................
7. Perkembangan Nilai Terendah, Tertinggi, Nilai Rata-Rata, Dan Ketuntasan Pada Siklus I Dan Siklus II................................................
8. Perkembangan Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II......................................................
36
53
63
64
72
73
77
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir...........................................................................
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
3. Analisis Data Model Interkatif .......................................................
4. Model ..........................
5. Grafik Nilai Hasil Belajar PKn Pada Pra Siklus.............................
6. Grafik Nilai Hasil Belajar PKn Pada Siklus I..................................
7. Grafik Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Nilai Hasil Belajar PKn Pada Pra Siklus dan Siklus I Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing.........................
8. Grafik Nilai Hasil Belajar PKn Pada Siklus II.................................
9. Grafik Hasil Perkembangan Nilai Hasil Belajar PKn Pada Siklus I dan Siklus II Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing...................................................................
10. Grafik Perkembangan Nilai Rata Rata, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, Ketuntasan Klasikal Pada Siklus I Dan Siklus II...........
11. Grafik Perkembangan Nilai Hasil Belajar PKn Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II. ......................................................................
34
38
45
48
54
64
65 73 74
78
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Waktu dan Jadwal Penyusunan Skripsi...........................................
2. Rekapitulasi Nilai Kelas V pada Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II...........................................................................................
3. Kisi-kisi Soal Evaluasi Pra Siklus...................................................
4. Evaluasi Pra Siklus..........................................................................
5. Kunci Jawaban Evaluasi Pra Siklus................................................
6. Silabus Pembelajaran......................................................................
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ............
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ...........
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I............
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II..........
11. Hasil Wawancara Dengan Guru Sebelum Tindakan.......................
12. Hasil Wawancara Dengan Guru Setelah Tindakan ........................
13. Hasil Wawancara Dengan Murid Sebelum Tindakan.....................
14. Hasil Wawancara Dengan Murid Setelah Tindakan.......................
15. Lembar Penilaian Kemampuan Guru..............................................
16. Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus I.......................................
17. Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus II......................................
18. Foto Kegiatan Pembelajaran Pada Saat Penelitian..........................
90
91
97
97
98
100
103
115
127
141
154
156
158
164
172
184
187
190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia telah memasuki era dimana pembelajaran
berpusat pada siswa ( student-centered learning ) dan bukan berpusat pada guru
lagi, hal ini dimaksudkan agar anak dapat secara mandiri mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan berpikirnya. Keaktifan siswa itu dapat dilihat dalam
bentuk mengajukan pertanyaan pendapat atau pandangan lain bahkan dapat pula
berupa bantahan. Dalam pengalaman penulis ketika mengajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegraaan di kelas V SD Negeri 01 Tohudan, para siswa pasif
dan kurang antusias dalam pembelajaran, hal ini terbukti dari sedikit siswa yang
memperhatikan dan bertanya tentang materi pembelajaran. Sehingga membuat
penulis bertanya-tanya dalam hati, kenapa siswa tidak mau bertanya? Atau ada
yang salah dengan cara pengajaran penulis?.
Dalam mengajarkan konsep organisasi ini mula-mula penulis
menggunakan model yang konvensional yaitu dengan metode ceramah yang
hanya berpusat pada guru, jadi guru hanya menjadi pusat pengetahuan bagi siswa,
hal ini berdampak pada kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Selain itu kebiasaan siswa yang bermain-main di dalam kelas
dengan melempar-lempar kertas pada saat pembelajaran berlangsung menambah
masalah lagi, sehingga membuat penulis berpikir untuk menemukan sebuah
inovasi dalam pembelajaran, penulis mencari sebuah model yang cocok untuk
diterapkan dalam situasi seperti ini, dimana siswa yang pasif dalam kegiatan
pembelajaran diikuti dengan kebiasaan siswa yang suka bermain-main di dalam
kelas, dan akhirnya penulis mencoba menggunakan model Snowball throwing,
yang dimaksud dengan model pembelajaran Snowball throwing adalah
engembangan model kooperatif yang menekankan pada kemampuan bertanya
dan keaktifan murid yang dikemas dengan menggunakan permainan lempar bola
salju (Ferayanti, 2010), oleh karena itu model pembelajaran ini dapat
membangkitkan keaktifan siswa dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
serta mengarahkan kebiasaan siswa yang ramai dan suka bermain di dalam kelas
dengan kegiatan yang lebih positif. Dengan mengadakan penelitian tindakan kelas
(PTK) akar masalah keengganan siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraaan terutama dalam konsep organisasi dapat dikaji, diteliti,
dievaluasi dan dicari pemecahan masalahnya.
Untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi ini
sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep terutama
pengertian organisasi, sebagian besar siswa beranggapan bahwa organisasi adalah
sekumpulan dari banyak orang, padahal makna sesungguhnya dari organisasi
adalah perkumpulan dari dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara bersama (Najib sulhan, 2008), disini jelas bahwa
suatu perkumpulan bisa dikatakan sebuah organisasi jika sudah terdapat dua orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan, oleh karena itu perlu
adanya sebuah model pembelajaran yang membahas tentang sebuah konsep dan
dipahami secara detail kemudian menggabungkannya menjadi pengertian yang
utuh, oleh karena itu penulis memlilih menggunakan model kooperatif tipe
Snowball throwing untuk lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep
organisasi karena dalam pembelajaran ini mengedepankan kerja sama kelompok
dan didalam kelompok itu membahas tentang sebuah konsep sehingga siswa lebih
terfokus dalam memahami konsep tersebut, pembelajaran kooperatif bersinergi
dengan konsep organisasi karena pengertian organisasi merupakan perkumpulan
dari dua atau lebih orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, jadi
lebih memudahkan guru untuk mengaitkan konsep dengan model pembelajaran
yang digunakan, karena guru dapat mengambil sebuah contoh dari diskusi yang
dilakukan siswa.
Menurut Ingridwati Kurnia, dkk arakteristik perkembangan masa anak
akhir 6-12 tahun adalah anak senang bermain dalam kelompoknya dengan
melakukan permainan yang konstruktif dan olahraga. Minat dan kegiatan bermain
anak semakin meluas dengan kegiatan yang semakin bervariasi (2007: 1.20).
Dari pengertian di atas dijelaskan anak pada usia 6-12 tahun adalah anak senang
bermain dalam kelompoknya dengan permaianan yang konstruktif dan olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing terdapat sebuah
permainan yang dapat memupuk jiwa sosial dengan temannya yaitu dengan
bekerja sama membuat sebuah soal dikertas kemudian kertas itu di bentuk seperti
bola kemudian di lempar kepada kelompok lain, hal ini berdampak positif bagi
perkembangan anak, karena anak terlatih mandiri dalam membuat soal selain itu
lebih mengarahkan kebiasaan buruk siswa yang suka melempar-lempar kertas
kepada temannya pada saat pembelajaran berlangsung dengan kegiatan yang lebih
positif.
Proses pembelajaran di SDN 01 Tohudan, guru masih banyak
menggunakan metode yang di dominasi metode ceramah yang menjadikan guru
sebagai pusat pengetahuan (teacher-centered), hal ini berdasarkan pengamatan
yang dilaksanakan penulis dengan berbagai masukan dari guru kelas V SDN 01
Tohudan. Keadaan ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan
belajar berlangsung. Siswa pada umumnya hanya mendengarkan, membaca dan
menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat.
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar. Yaitu model
yang memuat kecakapan hidup dan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Bila dilihat dari hasil belajar PKN Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan yang
ditunjukkan kriterianya masih kurang, karena rata-rata nilai siswa hanya sekitar
57,71 dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, disebabkan karena
kreatifitas belajar siswa masih sangat kurang sehingga hasil belajarnya juga
rendah. Selain itu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam penggunaan
model pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dapat menjadikan siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena siswa hanya mendengar cerita
dari guru saja, sehingga tidak ada interaksi dua arah antara guru dan siswa.
Untuk mengatasi semua permasalahan di atas dapat dilakukan dengan
model pembelajaran yang variatif. Salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball throwing yang telah sedikit dibahas di atas. Prinsip dari
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing ini membagi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mempunyai satu orang ketua
yang akan menjelaskan konsep yang diberikan guru kepada anggota
kelompoknya. Lalu tiap siswa menulis satu pertanyaan dan dilempar seperti bola
salju kepada siswa yang lain. Selain itu pembagian kelompok ini bertujuan agar
siswa dapat berkolaborasi dengan teman, lingkungan dan guru sehingga
diharapkan setiap siswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang
siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas maka dilakukan penelitian dengan judul
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING
(MELEMPAR BOLA SALJU) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP ORGANISASI DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN KELAS V SDN 01 TOHUDAN COLOMADU
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Mengapa siswa kurang antusias dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan?
2. Mengapa guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional, hanya
berceramah dan pemberian tugas?
3. Mengapa interaksi antara guru dan siswa kurang ?
4. Mengapa siswa belum memahami konsep organisasi dengan baik dan benar ?
C. Pembatasan Masalah
1. Pemahaman siswa dalam konsep organisasi dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegraaan siswa kelas V SDN 01 Tohudan Colomadu Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Snowball
throwing (melempar bola salju) dimana siswa berkelompok dan membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pertanyaan di kertas kemudian kertas di bentuk bulat dan dilempar kepada
siswa lainnya kemudian menjawabnya.
D. Perumusan Masalah
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing (melempar bola
salju) dapat meningkatkan pemahaman konsep organisasi pada siswa kelas V SD
Negeri 01 Tohudan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan pemahaman konsep organisasi dengan menggunakan model
kooperatif tipe Snowball throwing (melempar bola salju) pada siswa kelas V SD
Negeri 01 Tohudan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat teoritis dan
praktis yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan atau
pembelajaran, khususnya yang bersangkutan dengan Penerapan Model
Kooperatif Tipe Snowball throwing (Melempar Bola Salju) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Organisasi Dalam Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas V SD Negeri 01 Tohudan Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa :
1) Meningkatkan pemahaman pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
khususnya dalam konsep organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
konsep organisasi dengan menggunakan model kooperatif tipe Snowball
throwing (melempar bola salju).
b. Bagi guru (peneliti):
1) Memberikan pengalaman langsung pada guru khususnya peneliti yang
terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing (melempar bola salju).
2) Kualitas isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat meningkat
dengan penerapan model kooperatif tipe Snowball throwing (melempar
bola salju).
3) Guru mendapat wawasan baru mengajarkan konsep organisasi dengan
menggunakan model kooperatif tipe Snowball throwing (melempar bola
salju).
c. Bagi sekolah:
1) Memperoleh wawasan dan pengaruh kepada guru lainnya untuk berupaya
menciptakan pembelajaran yang berkualitas.
2) Memperoleh masukan dalam usaha proses perbaikan pembelajaran
sehingga mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan dapat
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Kajian Tentang Pemahaman Konsep Organisasi
a. Pemahaman
Dalam mempelajari suatu hal, kita harus memiliki pemahaman, karena
dengan pemahaman yang baik, kita akan mudah menangkap pengetahuan
tersebut, dalam mempelajari konsep organisasi dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan juga diperlukan sebuah pemahaman, seperti
pendapat Suhaenah Suparno, pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menangkap arti dari apa yang tersaji, kemampuan untuk menterjemahkan
dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam kata-kata, angka, maupun
interpretasi berbentuk penjelasan, ringkasan, prediksi dan hubungan sebab
akibat. Pendapat ini lebih menekankan bahwa pemahaman merupakan suatu
kemampuan yang kompleks. Pemahaman tidak hanya menangkap arti saja
namun makna dari sesuatu yang dipahami tersebut juga harus bisa ditangkap
(2001). Sedangkan menurut W.S Winkel Pemahaman mencakup kemampuan
untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (2004: 274).
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain,
seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan
tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti grafik..
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memaknai suatu
hal yang dipelajari. Pemahaman seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk
kata kerja operasional sebagai berikut: menjelaskan, menguraikan,
merumuskan, merangkum, mengubah, memberikan contoh tentang,
menyimpulkan, menerangkan, mendemonstrasikan, dan membuktikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Konsep
Dalam memahami sesuatu kita memerlukan sebuah konsep, W.S.
Winkel berpendapat, lah objek
yang mempunyai ciri- (2004: 113). Konsep dibedakan atas konsep
konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah
pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik. Konsep
itu mewakili golongan benda tertentu, seperti meja, kursi, pohon, dan lain
sebagianya; golongan sifat tertentu, seperti warna dan bentuk, dan lain
sebagainya; relasi tempat diantara benda-benda, seperti atas, dibawah, di
samping, dan lain sebagainya; golongan perbuatan tertentu seperti duduk,
mengangkat, menurunkan. Orang yang memiliki konsep, mampu untuk
menunjukkan benda atau perbuatan tertentu yang diwakili dalam konsep itu,
dengan menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik, karena realitas itu tidak
berbadan. Realitas yang tidak berbadan atau tidak bermateri, tidak dapat
diamati secara langsung. Misalnya, anak A adalah saudara sepupu anak B. Ini
merupakan suatu kenyataan, tetapi kenyataan itu tidak dapat diketahui dengan
mengamati anak A dan anak B saja. Kenyataan itu diberitahukan melalui
penggunaan bahasa dan, sekaligus, dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan
ada kemungkinan untuk menunjukkan dua orang bersaudara sepupu hanya
dengan mengamati dua orang itu. Konsep yang demikian, biasanya telah
miliki jari-jari sama
panja .
, mengungkapkan bahwa
adalah bahan bidang studi yang isinya berupa gagasan, ide, pendapat,
teori/dalil, konsep itu bersifat abstrak, namun akan menjadi nyata jika
(2010). Berdasarkan pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu gagasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mengandung sebuah pengertian. Orang yang memiliki konsep, mampu
mengadakan abstraksi terhadap segala objek yang dihadapi, sehingga objek
ditempatkan dalam golongan tertentu (klasifikasi). Konsep itu bersifat abstrak,
namun akan menjadi nyata jika diwujudkan dalam bentuk benda/perbuatan.
c. Pemahaman Konsep
Setiap mata pelajaran perlu dipahami secara mendalam oleh setiap siswa
termasuk dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
terutama konsep organisasi. Pemahaman tersebut mencakup pemahaman
konsep dari setiap materi pelajaran yang diberikan agar siswa dapat menerima
materi dengan baik, Trianto berpendapat, emahaman konsep adalah
pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan
dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam
situasi baru (2009: 7). Setelah siswa memperoleh apa yang mereka ketahui
kemudian mereka mampu memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam situasi
baru dan ini membuat siswa paham benar tentang pengetahuan yang
diperolehnya.
Flavell dalam Syaiful Sagala (2003: 72) mengemukakan bahwa
pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi
yaitu:
1) Atribut, atribut setiap konsep berbeda-beda yang mempunyai atribut relevan
dan tidak relevan.
2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau melekatnya konsep-konsep
tersebut.
3) Keabstrakan, konsep-konsep yang tidak dapat dilihat secara konkret atau
konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
4) Keinklusifan, ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam
konsep tersebut.
5) Generalisasi, bila diklasifikasikan konsep-konsep tersebut dapat berbeda
dalam posisi superordinat maupun subordinat.
6) Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan membedakan
contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
7) Kekuatan, kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana konsep tersebut penting.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah mengerti dan mengusai konsep untuk dipaparkan kembali
dengan jelas dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi
baru, dalam hal ini konsep tentang organisasi, dimana nanti siswa dapat
memahami konsep organisasi dan dapat memaparkan dengan jelas konsep
tersebut, sehingga didapat pengetahuan yang baru.
d. Pengertian Organisasi
Ikhwan Sapto Darmono berpendapat, merupakan suatu
perkumpulan yang anggotanya terdiri atas beberapa orang untuk melakukan
(2008: 71). Pernyataan ini
didukung oleh pendapat Najib Sulhan dkk, bahwa,
perkumpulan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai
(2008: 73). Senada dengan kedua pendapat di
atas Setiati Widihastuti juga berpendapat tentang pengertian organisasi,
iatur untuk bekerja
sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (2008: 57). Organisasi memiliki
beberapa unsur, antara lain; 1) Adanya tujuan, yaitu sesuatu yang ingin
diwujudkan serta dicapai sehingga memunculkan adanya tugas, wewenang, dan
tanggung jawab; 2) Adanya pembagian tugas sekelompok orang; 3) Adanya
kerja sama diantara orang-orang yang bekerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian organisasi adalah suatu
perkumpulan yang anggotanya terdiri atas beberapa orang untuk melakukan
kerja sama dalam upaya mencapai tujuan bersama. Sebuah organisasi memiliki
pengurus, anggota, dan tujuan. Tujuan dibentuknya organisasi adalah agar
kegiatan organisasi berjalan dengan lancar, dan para anggota dapat menjalin
kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1) Manfaat Organisasi
Organisasi merupakan kegiatan yang tidak wajib kita ikuti. Meskipun
demikian, tidak ada salahnya kita aktif dalam kegiatan organisasi.
Mengapa? Mengikuti organisasi sangat banyak manfaatnya. Mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
organisasi di sekolah dapat menambah wawasan dan pengalaman. Selain
menambah wawasan dan pengalaman, organisasi juga membantu kita
mengetahui dan mengembangkan bakat: misalnya, lewat kegiatan organisasi
kita bisa menemukan kelebihan dan bakat yang selama ini terpendam. Satu
hal yang pasti, aktif dalam organisasi berarti menambah teman yang bukan
hanya teman sekelas atau teman di lingkungan rumah. Melalui organisasi,
kamu akan mendapat lingkungan pergaulan yang berbeda. Peserta
organisasi sangat beragam. Di sana kita bisa berkenalan dengan adik kelas,
kakak kelas, dan teman seangkatan lain dari kelas yang berbeda. Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwasanya aktif dalam organisasi mampu
mendatangkan banyak manfaat, seperti:
a) Menambah wawasan dan pengalaman.
b) Mengetahui dan mengaembangkan bakat.
c) Menambah teman.
d) Mudah bergaul.
e) Melatih diri mandiri.
f) Membagi dan mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat.
g) Menimbulkan kepercayaan diri dan tidak mudah mengeluh.
2) Unsur-unsur Organisasi
Banyak hal yang harus ada di dalam organisasi. Semua itu harus
dipenuhi agar tujuan bisa tercapai. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:
a) Anggota (Manusia).
b) Tempat.
c) Tujuan.
d) Tugas.
e) Struktur.
3) Tugas-tugas Pengurus Organisasi
Dalam suatu organisasi terdiri dari beberapa pengurus, dan masing-
masing pengurus mempunyai tugas yang berbeda-beda. Pengurus dalam
sebuah organisasi terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain.
Adapun tugas-tugas dari pengurus suatu organisasi antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a) Ketua mempunyai tugas:
(1) Mengurus organisasi.
(2) Bertanggung jawab ke luar dan ke dalam organisasi.
(3) Memimpin rapat.
(4) Mengadakan hubungan dengan pihak luar.
(5) Membuat rencana kerja.
b) Wakil ketua mempunyai tugas:
(1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.
(2) Bertanggung jawab dan menggantikan tugas ketua, apabila ketua
tidak ada.
c) Sekretaris, mempunyai tugas:
(1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.
(2) Membuat agenda kegiatan organisasi.
(3) Membuat surat-surat yang diperlukan/proposal kegiatan.
(4) Membuat arsip.
(5) Membuat rencana kerja organisasi bersama ketua.
d) Bendahara, mempunyai tugas:
(1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.
(2) Mengurus masalah keuangan organisasi.
(3) Membuat laporan keuangan.
(4) Membantu ketua membuat rencana kerja organisasi.
4) Organisasi di lingkungan rumah dan masyarakat
Ada beberapa jenis organisasi yang ada di lingkungan sekolah.
Organisasi-organisasi tersebut diikuti dan dilakukan oleh guru, siswa, dan
warga sekolah lainnya. Sekolah merupakan organisasi sosial yang
bergerak di bidang pendidikan. Organisasi sekolah bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara memberikan pendidikan
bagi para siswa. Organisasi sekolah dapat berjalan lancar dan tercapai
tujuannya jika setiap pengurus bertanggung jawab pada tugasnya masing-
masing, selain itu juga harus melaksanakan aturan-aturan yang ada.
Kepengurusan organisasi sekolah terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sekolah, tata usaha, komite sekolah, guru, penjaga sekolah, dan siswa.
Masing-masing pengurus mempunyai tugas dan kewajiban. Kepengurusan
tersebut dijabarkan dalam struktur organisasi sekolah. Struktur organisasi
sekolah berbeda-beda, tergantung dari sarana dan prasarana yang ada di
masing-masing sekolah. Di lingkungan sekolah ada beberapa jenis
organisasi. Mari kita bahas jenis-jenis dari organisasi tersebut.
a) Organisasi Di Lingkungan Sekolah
(1) Koperasi Sekolah
Koperasi sekolah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota. Koperasi sekolah anggotanya terdiri dari semua siswa,
guru, dan karyawan sekolah. Koperasi sekolah didirikan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota sekolah. Apa saja barang-
barang yang ada di koperasi sekolahmu? Biasanya koperasi sekolah
menyediakan alat-alat tulis (buku, bolpen, pensil, penggaris),
seragam sekolah, dan lain-lain. Koperasi sekolah biasanya dikelola
oleh guru, dan murid. Anggota koperasi sekolah terdiri dari semua
siswa sekolah, guru, dan karyawan sekolah tersebut. Tujuan koperasi
sekolah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, yaitu
seluruh warga sekolah.
(2) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Adakah UKS di sekolahmu? Usaha kesehatan sekolah didirikan
untuk menangani masalah kesehatan. Kegiatan UKS misalnya
memberikan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Jadi, di
UKS disediakan beberapa jenis obat. UKS juga dapat digunakan
oleh warga sekolah untuk beristirahat sementara ketika sakit.
(3) Gugus Depan Pramuka
Gugus depan pramuka biasanya merupakan kegiatan
ekstrakurikuler. Pernahkan kalian berkemah? Tentunya kalian
mengenal gugus depan bukan? Gugus depan biasanya didirikan
berdasarkan Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka. Gugus depan
dalam kelompok terdiri dari kelompok putra dan putri. Pembina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
gugus depan terdiri dari Pembina siaga putra (Yanda), Pembina siaga
putri (Bunda), Pembina penggalang putra dan putri (kakak).
(4) Komite Sekolah
Adakah komite sekolah di sekolahmu? Komite sekolah
merupakan organisasi yang didirikan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Biasanya pengurus komite sekolah terdiri dari
tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh agama, dan tokoh-tokoh
lainnya yang peduli pada pendidikan.
(5) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
OSIS kependekan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah yaitu
suatu organisasi di tingkat sekolah di Indonesia, yang dimulai dari
sekolah menengah. OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang
terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini
memiliki seorang pembimbing yaitu guru yang dipilih oleh pihak
sekolah. Kita sebagai pelajar secara tidak langsung menjadi anggota
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). OSIS adalah organisasi sah
yang merupakan bagian dalam sekolah, serta menampung kegiatan-
kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler yang menunjang
kurikulum sekolah. Hal ini berarti siswa sebagai kader penerus cita-
cita perjuangan bangsa dan sumber inspirasi dalam organisasi OSIS.
Setiap anggota organisasi tentu mempunyai hak dan kewajiban yang
harus dipatuhi, begitu juga OSIS.
b) Organisasi Di Lingkungan Masyarakat
(1) RT (Rukun Tetangga)
Tentunya di lingkunganmu terdapat rukun tetangga bukan?
Siapakah ketua RT di lingkunganmu? Rukun tetangga dibentuk oleh
masyarakat untuk memberikan pelayanan pada masyarakat di
sekitarnya, misalnya pelayanan pembuatan KTP dan urusan
administrasi lainnya. Warga baru yang ada di suatu RT wajib
melaporkan diri ke ketua RT agar tercatat sebagai warga baru di RT
tersebut. Bahkan orang lain atau tamu yang menginap di sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
keluarga pun juga harus lapor pada ketua RT, untuk menjaga agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
(2) RW (Rukun Warga)
Rukun warga (RW) merupakan gabungan dari beberapa rukun
tetangga (RT). Rukun warga ini dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat sekitar RW tersebut. Rukun warga
biasanya dipimpin oleh ketua RW yang dipilih oleh ketua ketua RT
atau perwakilan dari warga RT yang tergabung dalam wilayah RW
tersebut.
(3) Karang Taruna
Karang taruna merupakan organisasi para pemuda atau remaja
di suatu desa atau kelurahan. Fungsi dari organisasi ini adalah
sebagai wadah pembinaan para pemuda desa atau kelurahan.
Biasanya kegiatan karang taruna meliputi kegiatan-kegiatan positif,
misalnya olahraga, kerja bakti, bakti sosial, kesenian, membantu
acara warga yang mempunyai hajat, keagamaan, dan lain-lain.
(4) Desa Atau Kelurahan
Desa atau kelurahan merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah tertentu. Desa mempunyai
wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat. Pengertian tentang desa atau kelurahan diatur oleh
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Suatu desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih langsung
oleh masyarakat suatu desa tersebut. Kepala desa dibantu oleh
perangkat desa, seperti sekretaris dan perangkat lainnya. Sedangkan
kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang diangkat oleh bupati
atau wali kota atas usul camat.
(5) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa adalah sebuah lembaga yang
dibentuk untuk membantu pengaturan dan penyelenggaraan
pemerintah desa. Tugas dari Badan Permusyawaratan Desa ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
biasanya membuat dan melaksanakan peraturan desa, menyusun
anggaran pendapatan dan belanja desa serta menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Badan Permusyawaratan Desa
adalah organisasi yang bertugas menetapkan peraturan desa bersama
kepala desa. Selain sebagai pembuat peraturan desa, BPD juga
bertugas untuk menampung dan menyalurkan aspirasi warga desa.
(6) Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan organisasi yang
didirikan untuk memberikan pelayanan terpadu kepada balita dan
ibu-ibu yang sedang melaksanakan program Keluarga Berencana.
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan bayi, penimbangan
bayi, pemberian makanan tambahan bagi bayi, imunisasi bayi,
konsultasi kesehatan, dan lain-lain.
2. Kajian Tentang Model model Kooperatif Dalam Pembelajaran PKn
Ada banyak macam tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya adalah:
a. STAD (Student Teams Achievment Divisions)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari
universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan
metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkah-langkahnya adalah:
1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan
(tinggi, sedang, rendah).
2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi
antar sesama anggota tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar,
dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa
atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria
atau standar tertentu.
b. Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari
universitas Texas; kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan.
Menurut Simpulan Arends (1997) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam
satu kelompok yang bertanggung jawab atas pengusaan bagian materi belajar
dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya Martinis Yamin (2011: 178).
Langkah-langkahnya adalah:
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa
dengan karakteristik yang heterogen.
2) Bahan akademik yang disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap
siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan
akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.
(expert group).
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai
materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam (home teams), para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode
STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan
oleh guru.
c. GI (Group Investigation)
Dasar dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya
diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan kawan dari universitas Tel
Aviv. Metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalm pembelajaran kooperatif. Dibandingkan
dengan metode STAD dan jigsaw, metode GI melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajaraninya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk
mempunyai kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan
proses memiliki kelompok (group process skills). Para guru yang
menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4 hingga 5 siswa dengan karakteristik yang
heterogen.
Langkah-langkahnya adalah:
1) Seleksi topik; para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas
(task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun
kemampuan akademik.
2) Merencanakan kerja sama; para siswa dan guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan
berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih seperti langkah di atas.
3) Implementasi; para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai
aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para
siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan
tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4) Analisis dan Sintesis; para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan
peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5) Penyajian hasil akhir; semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik
dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan
mencapai prespektif yang luas mengenai topik tersebut. Presntasi kelompok
dikoordinasikan guru.
6) Evaluasi selanjutnya; guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai
kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau
kelompok atau keduanya.
Dan masih banyak lagi model pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dalam penelitian
ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dikarenakan
pembelajaran menggunakan model ini dirasa lebih cocok diterapkan dalam
kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan, selain itu model
pembelajaran ini begitu menarik sehingga siswa akan tertarik mengikuti
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
3. Kajian Tentang Model Kooperatif Tipe Snowball throwing
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam
pengajaran di dalam kelas, menurut Winata Putra odel pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
Sugiyanto (2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Sedangkan Joyce dan Weil (1980)
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
Rusman (2010: 133). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dasar pertimbangan memilih model
menurut Rusman (2010: 133) bagi guru, yaitu:
1) Pertimbangan terhadap tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor?
b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan
akademik?
2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan
prasyarat atau tidak?
c) Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis:
a) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau
efisiensi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Model Pembelajaran Kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pe (2008: 4). Sedangkan Rusman
(cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empa
(2010 : 202).
Cooperative learning is a succesful teaching strategy in which small
teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning
activities to improve their understanding of a subject.
(http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.html,diakses 19 Januari
2012). Diartikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi mengajar yang
sukses dengan menggunakan tim kecil, dengan beberapa siswa yang memiliki
kemampuan beragam, menggunakan berbagai macam kegiatan pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Smith, dan Johnson & Johnson
Cooperative learning is the instructional use of small groups so that students work together to maximize their own and each others learning. Carefully structured cooperative learning involves people working in teams to accomplish a common goal, under conditions that involve both positive interdependence (all members must cooperate to complete the task) and individual and group accountability (each member individually as well as all members collectively accountable for the work of the group). (http://www.ce.umn.edu/, diakses 20 Januari 2012).
Yang artinya pembelajaran kooperatif adalah penggunaan intruksional
dari kelompok-kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan kemampuan mereka sendiri dan saling belajar. Pembelajaran
kooperatif melibatkan orang bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan
bersama, dalam kondisi yang melibatkan saling ketergantungan positif (semua
anggota harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas) dan tanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
individu dan kelompok (masing-masing anggota secara individu maupun
kolektif semua anggota bertanggung jawab untuk bekerja kelompok).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan
ketergantungan antar individu, seperti halnya pendapat Martinis Yamin tentang
pembelajaran kooperatif, ia berpendapat bahwa ubungan dalam kelompok
peserta didik yang memerlukan saling ketergantungan positif (rasa tenggelam
atau berenang bersama-sama), akuntabilitas individu (masing-masing dari kita
harus berkontribusi dan belajar), keterampilan interpersonal (komunikasi,
kepercayaan, kepemimpinan, pemgambilan keputusan, dan resolusi konflik),
tatap muka interaksi promotif, dan pengolahan (2011).
Pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran yang menggunakan
kelompok-kelompok kecil sehingga para siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan kemampuan mereka dan pembelajaran lainnya. Perhatian
struktur pembelajaran kooperatif melibatkan orang-orang yang bekerja dalam
tim untuk meraih tujuan bersama, dalam kondisi yang melibatkan saling
ketergantungan positif (semua anggota harus bekerja sama menyelesaikan
tugas) dan tanggung jawab individu dan kelompok (tiap anggota secara
individu sama baiknya dengan semua anggota secara kolektif bertanggung
jawab pada pekerjaaan kelompok).
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Belajar belum
selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok yang terdiri dari beberapa
siswa yang memiliki kemampuan berbeda (kelompok heterogen) guna
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Ciri ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2010: 41) terdapat beberapa ciri yang menonjol
dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman). Kelompok heterogenitas
bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar
belakang agama sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.
2) Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari 2 sampai dengan
5 anak, menurut jumlah siswa dan kepentingan tugas.
3) Adanya kerja sama antar individu dalam kelompok.
4) Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Nilai
Sedangkan menurut Rusman (2010: 207) karakteristik atau ciri-ciri
pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pembatasan secara tim, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim
harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif:
a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
dalam bentuk tes maupun nontes.
3) Kemauan untuk bekerja sama, Keberhasilan pembelajaran kooperatif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip
kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak
akan mencapai hasil yang optimal.
4) Keterampilan bekerja sama, kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan
melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Sedangkam menurut Sugiyanto (2009: 40), ciri-ciri pembelajaran
kooperatif adalah:
1) Saling ketergantungan positif, guru menciptakan suasana yang mendorong
agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
2) Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap
muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog.
3) Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya
dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran secara individual.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi
orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat.
Berdasarkan pendapat di atas, ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu,
adanya perubahan hubungan antara guru dan siswa, adanya pendekatan baru
dalam hal pengajaran oleh guru, dan komposisi pembelajaran kooperatif.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pemebelajaran kooperatif mempunyai tujuan, tujuan ini yang
dijadikan acuan dalam pelaksanaannya, seperti halnya yang diungkapkan
Rachmadiarti, ia berpen Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial . Beberapa ahli berpendapat bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
model ini sangat unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,
dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, membantu
siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan sangat berguna untuk
membantu siswa menumbuhkan kemampuan bekerja sama dan kolaborasi.
Keuntungan dari pembelajaran kooperatif adalah dapat menambah
kepercayaan diri siswa, mempererat hubungan interpersonal, dan sikap baik
terhadap sekolah dan teman sebaya, seperti yang diungkapkan Judith R.
Lampe, Gene E. Rooze dan Mary Tallent-Runnels (1996: 187) dalam jurnalnya
yang berjudul Effects Of Cooperative Learning Among Hispanic Students In
Elementary Social Studies mereka berpendapat bahwa
has been found to promote self-esteem, interpersonal relations, and improved
.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif disusun bertujuan untuk; 1) Meningkatkan partisipasi siswa; 2)
Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok; serta 3) Memberikan kesempatan pada siswa
untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang
(Trianto, 2007: 42).
e. Unsur unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, (2010: 31)
terdapat lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
1) Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok bergantung pada
usaha setiap anggotanya. Masing-masing anggota bekerja sama dan sa- ling
membantu satu sama lain.
2) Tanggung jawab perseorangan. Setiap anggota dalam kelompok selain
bertanggung jawab pada kelompok, juga memiliki tanggung jawabnya
sendiri.
3) Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4) Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap
kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran model cooperative
learning.
Pendapat lain juga menjelaskan tentang unsur-unsur pembelajaran
kooperatif, seperti pendapat Bennet dalam Isjoni (2010: 60), Bennet
menyatakan ada lima unsur dasar pembelajaran kooperatif yaitu :
1) Positive Interdependence, Hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama dan perasaan yang sama diantara anggota kelompok
dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan kelompok.
2) Interaction Face to Face, Interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa
terjadi perantara.
3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok.
4) Membutuhkan keluwesan.
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas unsur-unsur pembelajaran
kooperatif adalah adanya saling ketergantungan positif, adanya interaksi antar
siswa yang berdiskusi, dan adanya tanggung jawab baik terhadap diri sendiri
dan kelompoknya sehingga akan meningkatkan keterampilan bekerja sama
dalam memecahkan masalah.
f. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing
Dalam pembelajaran di kelas guru harus menerapkan model
pembelajaran yang tepat untuk anak didiknya, karena model pembelajaran
memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran, dalam penelitian
ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing
(melempar bola salju). Permainan melempar bola salju (Snowball throwing) ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
adalah salah satu strategi dalam pembelajaran yang sangat menarik untuk
diberikan kepada siswa, karena sangat menyenangkan dan menantang. Selain
menghibur, permainan ini juga mewajibkan pesertanya untuk menjawab
pertanyaan, Sholeh hamid (2011), pendapat ini juga didukung oleh Martinis
Yamin, ia berpendapat bahwa Snowball throwing merupakan
strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk mengajukan
pertanyaan. Melalui strategi ini guru dapat mengetahui pola pikir siswa dan
akan memberikan pengaruh positif bagi siswa dalam mengikuti proses
(2011: 89).
Pembelajaran Snowball throwing dimulai dengan pembentukan
kelompok dan berdiskusi sehingga menghasilkan pertanyaan dan jawaban yang
bertingkat, seperti halnya pendapat Menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe,
dan Sekar Ayu Aryani (2008), mereka berpendapat bahwa embelajaran
Snowball throwing dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban yang
dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil
kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar pada akhirnya akan
memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara
berkelompok .
Ferayanti (2010) dalam penelitiannya menjelaskan pengertian
pembela Salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan
yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling
melemparkan bola salju (Snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada
sesama teman . Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini
membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh
hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi
yang dipelajarinya.
Pada beberapa sumber, pelaksanaan pembelajaran Snowball throwing
memiliki langkah-langkah pembelajaran yang berbed-beda. Menurut Erman
Suherman (2009), sintak pembelajaran Snowball throwing adalah Informasi
materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap
kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain,
kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan
evaluasi.
Suyatno (2009) mengemukakan sintak Snowball throwing sebagai
berikut: 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan; 2) Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; 3) Masing-masing
keuta kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; 4)
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembrat kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok; 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti
bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15
menit; 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola tersebut secara bergantian; 7) Evaluasi; 8) Penutup.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi Snowball throwing
merupakan perpaduan antara permainan dan diskusi, jadi siswa akan tertarik
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti pendapat Sholeh Hamid
permainan melempar bola salju adalah alah satu strategi dalam pengajaran
yang sangat menarik untuk diberikan kepada siswa, karena sangat
menyenangkan dan menantang, selain menghibur, permainan ini juga
mewajibkan pesertanya untuk menjawab pertanyaan (2011: 230).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas pembelajaran Snowball
throwing (melempar bola salju) adalah salah satu pengembangan model
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan bertanya dan
keaktifan murid yang dikemas dengan menggunakan permainan lempar bola
yang menjadikan pembelajaran ini lebih bermakna dan menyenangkan,
sehingga peserta didik akan tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang
diadakan oleh guru. Model yang dikemas dalam sebuah permainan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh
hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan konsep
yang dipelajarinya.
g. Langkah langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing
Sholeh Hamid (2011: 230) memberikan langkah-langkah pembelajaran
Snowball throwing seperti berikut:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4) Selanjutnya, masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk
menuliskan satu pertanyaan (apa saja) menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian, kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit.
6) Setelah siswa mendapat satu bola (satu pertanyaan), guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) Begitu seterusnya, hingga semua selesai mendapatkan giliran untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Lalu guru membahas bersama siswa tentang
materi yang telah dibahas tersebut.
8) Penutup
Andiny (2008, 10) dalam penelitiannya juga mengemukakan langkah-
langkah pembelajaran Snowball throwing seperti berikut:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya dan mendiskusikan materi.
4) Guru memberikan satu lembar kertas kepada masing-masing siswa dalam
kelompok, selanjutnya siswa diminta untuk menuliskan sebuah pertanyaan
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan ketua kelompok.
5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa lainnya. (waktu pelemparan bisa
disesuaikan dengan musik atau nyanyian).
6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
Berdasarkan pendapat di atas ada beberapa langkah penting dalam
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing ini diantaranya adalah
pembentukan kelompok, pemberian konsep pada tiap-tiap kelompok,
penguasaan konsep pada tiap kelompok, pemberian lembar kerja pada tiap
kelompok, kemudian kertas yang akan digunakan untuk melempar pertanyaan.
h. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Snowball
throwing menurut Heppy (http://cakheppy.wordpress.com/2010/05/08/snowball-
throwing, di akses 25 Januari 2012) yaitu:
Kelebihan :
1) Melatih kesiapan siswa, dalam hal ini siswa dituntut untuk bisa menjawab
pertanyaan temannya sendiri dalam kondisi tidak tahu pertanyaannya dan
juga waktu yang sudah ditentukan.
2) Saling memberikan pengetahuan. Artinya dari beberapa pertanyaan bisa
memungkinkan pertanyaan yang sama dan tentu beragam pula para siswa
yang menanggapinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Memberi kesempatan siswa untuk berpendapat, dalam pelemparan bola
siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya sendiri, dan
disitu siswa diberi kesempatan untuk memberi pandangan.
Kekurangan : 1) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
Artinya hasil yang diperoleh dari pembelajaran tergantung pada siswa
sendiri
Menurut (Andiny 2008, 8) kelebihan dan kekurangan pembelajaran
kooperatif tipe Snowball throwing yaitu :
Kelebihan :
1) Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena
adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola.
2) Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali,
karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus
dijawab dengan cara berargumentasi.
3) Melatih kesiapan siswa.
4) Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan :
1) Pengetahuan tidak luas, hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
Dalam pelaksanannya ada peluang timbul pertanyaan yang sama antara
kelompok yang satu dan kelompok yang lain.
2) Bagi siswa yang biasanya mendominasi diskusi pembelajaran Snowball
throwing akan dinilai mengekang kebebasan. Hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan bagi siswa yang agresif.
Akan tetapi penulis berpendapat bahwa kelemahan-kelemahan di atas
masih bisa disiasati yaitu dengan cara menindak lanjuti tanggapan. Maksudnya,
setelah siswa yang mendapatkan pertanyaan menjawab atau menanggapi
pertanyaan yang ia dapat, maka siswa lain boleh menanggapi pendapat dari
siswa yang lebih dulu mengemukakan pendapatnya tadi. Selain itu, penulis
juga berpendapat bahwa timbulnya pertanyaan yang sama antar kelompok
tidak terlalu berpengaruh. Walaupun pertanyaannya sama, ada kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pendapat yang dikemukakan siswa berbeda. Hal ini didasari oleh anggapan
bahwa pendapat seseorang mengenai sesuatu cenderung bersifat subjektif.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya mengenai variabel yang menjadi pokok penelitian. Hal ini
diperlukan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Seperti halnya
penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah mengenai penerapan model
kooperatif tipe Snowball throwing (variabel bebas) untuk meningkatkan
pemahaman konsep organisasi dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (Variabel Terikat).
1. Dwi Wulandari, d Penggunaan Metode
Snowball throwing Dalam Menigkatkan Kreativitas Belajar IPS Siswa Kelas V
SD Negeri 03 Wonorejo Kec. Jatiyoso kab. Karanganyar Tahun Ajaran
Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut hampir sama dengan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yaitu dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing. Pada penelitian tersebut
menggunakan tiga siklus, dan hasil menyebutkan bahwa berdasarkan hasil
pelaksanaan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran IPS dengan menggunakan Model kooperatif tipe Snowball
throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 03 Wonorejo.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada
pra siklus sebesar 52%; pada siklus I sebesar 60%; pada siklus II sebesar 68%;
dan pada siklus III sebesar 88% .
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Imas hodijah, dalam skripsinya yang ber Snowball
throwing Pada Konsep Kenampakan Alam, Sosial Dan Budaya Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Siswa Di Kelas IV SD : Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Sukagalih Kecamatan
Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut hampir sama dengan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yaitu dengan menggunakan
model kooperatif tipe Snowball throwing. Pada penelitian tersebut juga
menggunakan tiga siklus, dan hasil membuktikan bahwa berdasarkan
pelaksanaan siklus I, siklus II, siklus III dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
konsep Kenampakan Alam, Sosial Dan Budaya meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada siklus I sebesar
53,33 %; pada siklus dua sebesar 68%; dan pada siklus III sebesar 78%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian menggunakan model
kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan nilai rata rata kelas
dan konsep Kenampakan Alam, Sosial dan Budaya.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal guru menggunakan metode konvensional dalam
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi.
Metode konvensional yang dimaksud adalah ceramah, bertutur (telling), atau
siswa hanya ditugaskan untuk membaca, kemudian menghafalkan konsep. Hal
ini menimbulkan anggapan dalam diri siswa bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang membosankan. Prestasi
belajar yang rendah membuktikan bahwa pemahaman konsep siswa terhadap
materi organisasi rendah.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif. Sebenarnya, dalam pembelajaran kooperatif terdapat banyak variasi
atau tipe pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tipe
Bola Salju (Snowball throwing). Tindakan yang diberikan direncanakan dalam
dua siklus, dan dalam tiap siklus terdapat beberapa proses, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus I akan
digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari pelaksanaan tindakan tersebut, keadaan akhir terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep organisasi. Penjelasan mengenai kerangka
berpikir tersebut dapat dijelaskan dalam gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Keaadaan
Awal Dalam pembelajaran PKN, guru masih menggunakan metode konvensional
Tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi rendah
Pemberian Tindakan
Keadaan Akhir Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep organisasi
Penggunaan model kooperatif tipe Snowball throwing
Siklus I
Persentase Ketuntasan siswa 77,14%, sedangkan indikator 80%, jadi siklus I belum berhasil
Siklus II Persentase ketuntasan siswa 91,42%, sedangkan indikator 80%, jadi siklus II dinyatakan berhasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian relevan yang telah diuraikan,
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan pemahaman
konsep organisasi siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan, Kecamatan Colomadu,
Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 01 Tohudan yang terletak
di Jalan Adisumarmo Tohudan Kulon RT 04 - RW III Tohudan Colomadu
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Alasan memilih lokasi penelitian
adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terutama materi organisasi
masih menggunakan metode yang konvensional, sehingga banyak siswa
yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.
b) Peneliti ingin menigkatkan pemahaman materi organisasi dengan
menggunakan model kooperatif tipe Snowball throwing.
2. Waktu dan Jadwal Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan selama semester genap tahun pelajaran
2011/2012 yakni mulai bulan Februari-Juni 2012 atau selama 5 bulan. Pada
semester 2 atau (genap) Tahun Ajaran 2011/2012 dapat dijelaskan pada tabel 1
dibawah ini:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Keterangan Bulan
Februari Maret April Mei Juni
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal
Seminar proposal
Pengajuan Ijin Penelitian
Pelaksanaan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Subjek Dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam hal ini peneliti mengambil subjek penelitian pada siswa kelas V
SDN 01 Tohudan Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012. Siswa yang dijadikan Subjek penelitian adalah siswa
kelas V, siswa tersebut berjumlah 35 orang yang terdiri dari 17 siswa
perempuan dan 18 siswa laki-laki. Dari kesemua siswa adalah anak yang
normal tidak cacat dalam artian tidak ada anak yang ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah tentang peningkatan
pemahaman konsep organisasi pada mata pelajaran PKn melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing yang akan diterapkan guru
yang dikarenakan hal-hal berikut ini yaitu, pemahaman konsep siswa kurang,
sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan, partisipasi
siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang monoton. Adapun jenis tindakan
yang diteliti adalah proses belajar mengajar, kerja sama siswa dalam
berdiskusi, keseriusan dalam mengerjakan suatu tugas, dan sikap kooperatif
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta hasil belajar siswa.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penilitan ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research).
pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja
(2010: 4).
Pengolahan data
Penyusunan laporan
Ujian skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Zainal Aqib dkk,
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa
(2009: 3). Sedangkan Mulya
Kelas sebagai upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta
didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja
(2009: 11).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
Penilitan Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru
terhadap dirinya dan siswa-siswa yang diajarnya dikelas, berupa rangkaian
tindakan yang dilakukan secara bersiklus, dalam rangka memperbaiki kinerja
dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai guru yang
mengajar di kelas.
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani
(2007) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan
melalui proses pengkajian berdaur atau siklus yang terdiri dari empat tahap,
yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi
seperti tampak pada gambar 2 di bawah ini:
.
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Refleksi
Merencanakan
Melakukan Tindakan
Mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Perencanaan adalah tahap untuk peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Peneliti juga menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah
instrumen pengamatan untuk membantu peneilti merekam fakta yang terjadi
selama tindakan berlangsung,
Kegiatan ini meliputi:
1) Membuat perencanaan pengajaraan.
2) Mempersiapkan alat peraga.
3) Membuat lembar observasi.
4) Membuat alat evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan adalah menerapkan hal yang telah direncankan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Dalam tahap ini peneliti harus ingat dan
berusaha menaati apa yang dirumuskan dalam rancangan, dan juga berlaku
wajar dan tidak dibuat-buat. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini
adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah
direncanakan dalam tahap perencanaan.
c. Tahap Observasi
Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan
telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis
data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen
pengumpulan data ( observasi, wawancara, dan lain-lain).
d. Tahap Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali hal yang telah
hali ini peneliti seolah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga
tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya. Dalam
tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa
perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Sumber Data
1. Siswa SD Negeri 01 Tohudan khususnya kelas V SD Negeri 01 Tohudan,
berjumlah 35 orang yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-
laki.
2. Informasi yang didapat dari hasil pengamatan (observasi) selama proses
pembelajaran berlangsung, serta pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam
pembelajaran kooperatif.
3. Hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa kelas V.
4. Nilai hasil evaluasi atau tes yang diberikan kepada siswa serta dokumen
yang berkaitan dan menunjang penelitian.
5. Lingkungan kelas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian, diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan
objektif. Penetapan metode untuk pengumpulan data berdasarkan pada tujuan
penelitian yang akan dicapai dan juga berdasar pada kebutuhan dan pada tujuan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi yang dilaksanakan oleh peneliti dalam penelitian ini sering
disebut dengan observasi berperan atau partisipatif. Observasi dilakukan secara
formal di dalam kelas pada proses belajar-mengajar berlangsung dan selama
proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, untuk mengamati aktivitas
siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan
hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupnya.
Observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotor siswa, serta observasi pada
keterampilan mengajar guru (peneliti) untuk data tentang observasi ini dapat
dilihat pada (lampiran 15 dan 16 pada halaman 172-184).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Tes
Pengertian tes menurut Bimo Walgito (1987: ebagai
suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan
soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan-
persoalan atau pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya itu telah dipilih dengan
seksama distandarisasikan, artinya telah ada standar tertentu . Dalam penelitian
kali ini penulis menggunakan bentuk tes esai, dalam tes esai siswa dituntut
untuk berpikir dan mempergunakan apa yang diketahui dan berkenaan dengan
pertanyaan yang harus dijawab. Penyusunan instrumen tes dilakukan dengan
berdasarkan pada kisi-kisi, indikator, dan jenis item skala pengukuran tes mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi (aspek kognitif). Tes
diberikan pada siswa kelas V SDN 01 Tohudan yang berjumlah 35 siswa,
dengan soal dan jumlah yang sama.
3. Dokumen
Istilah dokumen dipakai untuk satu unit informasi tunggal, a single unit
of information (informasi yang tunggal), pada umumnya berisi teks, tetapi juga
bisa mengandung bentuk lain seperti gambar, suara, dan gambar hidup (moving
images). Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah arsip dan
dokumen yang dimiliki oleh guru kelas yang akan diteliti, yaitu berupa nilai
formatif siswa pada mata pelajaran PKn, khususnya materi organisasi, Silabus,
RPP, dan catatan harian guru, serta foto dokumentasi dan video selama proses
pembelajaran. Dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap konsep organisasi, serta mengetahui
kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
4. Wawancara
Esterbeg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai berikut
of two persons to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and join construction of meaning about
Sugiyono (2009: 317). Wawancara adalah merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara berstruktur
(structured interview), dalam melakukan wawancara penulis sudah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya. Wawancara diberikan pada seluruh siswa kelas V SDN 01
Tohudan dan guru kelas V, untuk wawancara kepada siswa peneliti mengambil
jawaban yang sekiranya sudah mewakili jawaban dari satu kelas, untuk melihat
data wawancara dapat dilihat pada (lampiran 11-14 pada halaman 154-164).
F. Validitas Data
Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga
dalam sebuah penelitian, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang
selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat
begitu besarnya posisi data, maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat
vital. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah,
demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil
penelitian yang benar. Keabsahan data itu dikenal sebagai validitas data. Untuk
memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas
isi. Uji validitas isi bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana peserta didik
mengusai materi pelajaran yang disampaikan.
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
Oleh karena itu, pada penelitian ini data yang diukur menggunakan
validitas isi adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
menyelesaikan soal tes konsep organisasi.
Untuk pengecekan data agar memperoleh keyakinan terhadap kebenaran
data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi
eknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2009: 330). Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Ada banyak macam triangulasi, penulis menggunakan
triangulasi sumber, dan triangulasi metode.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi melibatkan pengumpulan
data tentang situasi pengajaran tertentu dari tiga sudut pandang yang berbeda;
yakni sudut pandang guru, siswa, dan observer yang berpartisipasi.
Untuk menggali data yang sejenis bisa diperoleh dari guru yang
mengajar di kelas V SD Negeri 01 Tohudan, siswa kelas V, dan observer.
Dalam hal ini observer adalah guru kelas V SDN 01 Tohudan. Dalam
penelitian ini data yang dijadikan data triangulasi adalah hasil observasi pada
guru (peneliti) dan observasi pada siswa (Lampiran 16 dan 17 pada halaman
184-187).
2. Triangulasi Metode
Pada triangulasi dengan metode diperoleh dengan menggunakan
berbagai jenis metode pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh data
yang sejenis, sehingga didapat data yang valid. Peneliti menggunakan metode
pengumpulan data yang berupa hasil tes yang kemudian di cocokkan dengan
data wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa serta dokumentasi.
Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang
berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar
diperoleh data yang lebih kuat validitasnya, dapat dilihat pada lampiran
(lampiran 11-14 pada halaman 154-164) kemudian untuk data dokumentasi
dapat dilihat pada (lampiran 18 pada halaman 190).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
G. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982), adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Sugiyono, 2009 : 334).
Dalam penelitian ini data yang disajikan adalah perpaduan antara data
kualitatif dan kuantitatif, untuk data kuantitatif peneliti menggunakan model
analisis deskriptif komparatif. Menurut Suwandi (2009: 61), analisis deskriptif
komparatif dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes kondisi awal
sebelum dilakukan tindakan, hasil tes siklus I, dan hasil tes setelah siklus II.
Dengan demikian dapat terlihat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya
tindakan. Secara garis besar, langkah-langlah dalam analisis deskriptif komparatif
dibagi menjadi empat kegiatan, yaitu: mengolah data, penyajian data, analisis,
kesimpulan.
Peneliti melakukan olah data terhadap data yang diperoleh. Data berupa
nilai peserta didik pada kondisi awal sebelum tindakan, setelah siklus I, dan
setelah siklus II. Penyajian data dilakukan pada saat mengolah dan mengambil
tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian.
Kemudian untuk data yang bersifat kualitatif peneliti menggunakan
analisis data model analisis interaktif, dalam penelitian kualitatif, analisis data
dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data
diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari
wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi selanjutnya aktivitas
penyajian data serta menyimpulkan data. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model analisis interaktif (Miles dan Huberman 1992: 15), seperti
pada gambar 3 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 3. Analisis Data Model Interaktif ( Miles & Huberman, 1992: 20)
Langkah-langkah analisis:
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup. Maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan
matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsur.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan penolakan data apabila dalam persiapan
analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka
perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Melakukan analisis antar kasus. Dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
6. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.
7. Merumuskan kebijakan sebagai dari pengembangan saran dalam laporan akhir
penelitian.
1. Reduksi Data
Miles dan Huberman menjelaskan yang dimaksud dengan reduksi data
adalah Proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan,
reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi . (Milles dan Huberman, 2000)
Reduksi dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak
diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian,
serta untuk menarik kesimpulan sementara.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi
peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam
suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data
tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisihkan untuk disortir menurut
kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk
ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk
kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.
3. Penarikan Kesimpulan /Verivikasi
Setelah data-data direduksi, disajikan langkah terakhir adalah
dilakukannya penarikan kesimpulan/verifikasi. Penarikan kesimpulan ini
merupakan bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan juga diverfikasi
selama penelitian berlangsung, verifikasi data yaitu emeriksaan tentang
benar dan tidaknya hasil laporan penelitian sedang kesimpulan adalah tinjauan
ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya.
Kekokohannya merupakan validitasnya . (Milles Huberman, 1992: 19 )
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu jalinan pada saat sebelum,
selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk
membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan
data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Oleh karena penelitian ini
sifatnya kualitatif maka diperlukan adanya objektivitas, subjektivitas dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
peneliti agar hasil penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca
secara mendalam.
H. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 70) indikator kinerja merupakan
rumusan kinerja yang akan dijadikan tolak ukur dalam menentukan
keberhasilan atau keefektifan penelitian. Sebagai indikator keberhasilan kinerja
penelitian peningkatan pemahaman konsep organisasi dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing pada siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan adalah adanya
peningkatan nilai rata-
dan peningkatan presentase ketuntasan kelas sebesar 80%.
I . Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui siklus-siklus
tindakan. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai,
seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diteliti. Untuk mengetahui
permasalahan yang menyebabkan rendahnya memahami mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi pada khususnya kelas V SD
Negeri 01 Tohudan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar dengan
model kooperatif tipe Snowball throwing.
Prosedur penelitian tindakan merupakan gambaran lengkap mengenai
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Tindakan yang
ditempuh dimaksudkan untuk mengubah kondisi atau perilaku yang
mencangkup rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan
dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar 4 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4. Model PTK (Suharsimi Arikunto, dkk, 2010: 17)
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas dapat dijabarkan dalam
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Rancangan Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Merencanakan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe
Snowball throwing.
2) Menentukan pokok bahasan, yaitu materi organisasi.
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing.
4) Mengembangkan skenario pembelajaran.
5) Menyusun lembar kerja kelompok.
6) Menyiapkan sumber belajar.
7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
8) Mengembangkan format observasi guru dan aktifitas siswa.
9) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan.
Masing-masing pertemuan siswa melakukan diskusi kelompok. Pada
pertemuan pertama, siswa berdiskusi tentang pengertian organisasi, unsur-
unsur dalam organisasi, dan contoh-contoh organisasi. Pada pertemuan
kedua masih membahas pengertian organisasi, manfaat berorganisasi,
tujuan berorganisasi, serta unsur-unsur dalam organisasi kemudian siswa
mengerjakan soal evaluasi.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing,
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, serta
observasi pada hasil evaluasi siswa.
d. Tahap Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan.
Nilai dalam siklus pertama ini persentase ketuntasan siswa 77,14% atau
sebanyak 27 siswa, sedangkan indikator ketercapaian 80%, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe Snowball throwing ini
belum berhasil. Maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe Snowball throwing ini pada siklus kedua.
2. Rancangan Siklus Kedua
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penerapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing.
3) Perbaikan Skenario pembelajaran pada siklus I.
4) Menyusun Lembar Kerja Kelompok.
5) Menyiapkan sumber belajar.
6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
7) Mengembangkan format observasi guru dan aktivitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
8) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan pada proses
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
dengan materi kegiatan yang sama dengan siklus I. Berikut ini merupakan
langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus II:
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru memperbaiki penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing dengan metode yang lebih variatif agar siswa tidak
merasa bosan.
3) Siswa bertanya jawab mengenai materi sebelumnya.
4) Guru melaksanakan penilaian dan menutup pelajaran dengan
memberikan refleksi kepada siswa.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing,
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, serta
observasi pada hasil evaluasi siswa.
d. Tahap Refleksi
Penelitian yang dilakukan guru pada siklus kedua dalam
meningkatkan pemahaman konsep organisasi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing pada siswa kelas V
hasilnya adalah nilai persentase ketuntasan siswa pada siklus kedua ini telah
mencapai 91,42% sebanyak 32 siswa, sehingga telah memenuhi indikator
kinerja 80%, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing yang diterapkan dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi ini telah
berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah yang menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar (SD)
Negeri 01 Tohudan yang beralamatkan di Jalan Adisumarmo, Desa Tohudan,
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar sekolah ini berdiri pada tahun
1923 dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031312008. Adapun ruangan
yang terdapat dalam sekolah ini yaitu; 6 ruang untuk kelas I sampai dengan
kelas VI, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
UKS, 3 ruang MCK, 1 Mushola, 1 ruang kegiatan, 1 ruang komputer, lapangan
upacara.
Keadaaan lingkungan yang dapat mendukung siswa dalam belajar
adalah lingkungan yang luas, sejuk, dan bersih. Hanya saja sekolah ini terletak
di tepi jalan raya sehingga kondisi ramai lalu lalang kendaraan, namun
meskipun begitu murid murid sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, jadi
mereka tidak begitu terganggu dalam aktivitas belajarnya. Keadaan lingkungan
belajar di Sekolah Dasar Negeri 01 Tohudan Tohudan Colomadu Karanganyar
antara lain:
1. Kondisi gedung atau bangunan yang permanen serta dalam kondisi yang
baik.
2. Pemisahan ruang kelas sehingga antara ruang kelas yang satu dengan kelas
yang lain tidak saling menganggu dalam kegiatan belajar mengajaranya.
3. Tersedianya kursi dan meja belajar dalam kondisi baik serta dalam jumlah
yang cukup.
4. Penataan ruang kelas yang baik, rapi, dan teratur yang meliputi meja, kursi,
gambar-gambar dan media belajar lainnya.
5. Penanaman pohon di halaman sekolah untuk menbambah keindahan sekolah
dan tercipta suasana yang nyaman dan asri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Demi kelancaran dan menunjang proses pembelajaran, sekolah harus
memiliki alat-alat pembelajaran. Alat-alat pembelajaran tersebut terdiri dari
sarana dan prasarana serta alat peraga. Sekolah Dasar Negeri 01 Tohudan
memiliki alat-alat pelajaran yang cukup memadai sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Didukung juga dengan adanya
perpustakaan sekolah yang menyediakan buku-buku pelajaran dan bacaan
untuk pengetahuan siswa. Media pembelajaran sudah cukup lengkap dari kelas
I sampai dengan kelas VI sudah mempunyai media yang mendukung, namun
sayangnya pada saat penelitian ini berlangsung sekolah ini belum memiliki
LCD, sehingga pada saat peneliti melaksanakan pembelajaran di sekolah
tersebut hanya menggunakan media yang sederhana dan tepat guna.
B. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian
1. Kondisi Awal ( Pra Tindakan) Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan
Penelitian diawali dengan observasi terhadap objek penelitian yaitu
siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan yang berjumlah 35 siswa. Setelah itu
peneliti menggunakan teknik pengambilan dokumentasi berupa RPP, silabus,
dan daftar nilai siswa kelas V pada mata pelajaran PKn untuk mengetahui
kondisi awal kualitas pembelajaran PKn. Dalam daftar nilai PKn ditemukan
nilai rata-rata kelas yang paling rendah yaitu nilai rata-rata pada konsep
organisasi. Sehingga peneliti kemudian mencari tahu penyebab rendahnya nilai
konsep organisasi.
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dimana setiap
siklusnya terdiri dua kali pertemuan dengan empat tahapan, yakni: 1)
perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3) pengamatan atau observasi; 4) refleksi.
Sebelum dialksanakan siklus, dilaksanakan pula tindakan pra siklus untuk
mengetahui kondisi awal hasil belajar Pkn konsep organisasi.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada
pembelajaran PKn khusunya konsep organisasi menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas V SDN 01 Tohudan masih
kurang variatif, antara lain: 1) guru masih menggunakan metode ceramah saja;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sehingga hanya tercipta komunikasi satu arah; 2) Peserta didik hanya diminta
mencatat dan menghafalkan materi; 3) pembelajaran tidak disertai dengan
penggunaan media yang menarik. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan
cara demikian menyebabkan peserta didik menjadi cepat bosan dan kurang
antusias dalam pembelajaran, sehingga hal tersebut menyebabkan hasil belajar
siswa rendah.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru, faktor yang
mendasari rendahnya hasil belajar PKn siswa adalah mata pelajaran PKn
konsep organisasi banyak, kemudian faktor lain adalah guru tidak
menggunakan metode lain selain ceramah, guru jarang menggunakan media,
sehingga menciptakan kondisi belajar yang kurang kondusif (lampiran 11 pada
halaman 154).
Keadaan ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar Pkn konsep
organisasi yang hanya sebesar 57,71 (dibawah KKM 70), fakta tersebut
menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang
berhasil dalam menyampaikan materi organisasi.
Kondisi awal atau pra siklus nilai hasil belajar PKn konsep organisasi
masih tergolong rendah, karena masih banyak peserdik yang nilainya dibawah
kriteria ketuntasan minimal sebesar 70. Berdasarkan data dibawah ini, peserta
didik yang tidak tuntas sebanyak 22 peserta didik atau 62,85% dan yang sudah
tuntas adalah 13 peserta didik atau 37,14%. Agar lebih jelas, dapat
ditunjukkan pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V Pada Pra Siklus
No Interval
Nilai Frekuensi
(fi) Nilai
Tengah (xi) fi.xi Persentase
(%) Keterangan
1 35-42 7 38,5 269,5 20 Tidak tuntas 2 43-50 6 46,5 279 17,14 Tidak tuntas 3 51-57 7 54,5 381,5 20 Tidak tuntas 4 58-64 2 61,5 123 5,71 Tidak tuntas 5 65-72 8 68,5 548 22.85 Tuntas 6 73-80 5 76,5 382,5 14,28 Tuntas
35 1983,5 100 Nilai rata-rata = 1983,5 : 35 = 56,57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Ketuntasan klasikal = 13: 35 x 100% = 37,14% Nilai Di bawah KKM = 22: 35 x 100% = 62,85%
Nilai Tertinggi = 80 Nilai Terendah = 35
Berdasarkan tabel 2 di atas supaya lebih jelas dapat disajikan dalam
bentuk grafik pada gambar 5 seperti dibawah ini:
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Kelas V Pada
Pra Siklus
Berdasarkan tabel 2 dan grafik pada gambar 5 data nilai rata-rata kelas
mengenai hasil belajar siswa kelas V PKn konsep organisasi pada pra siklus
sebanyak 22,85% siswa mendapat nilai diantara 65-72 sebanyak 8 siswa, untuk
nilai diantara 35-42 dan 43-50 masing-masing ada 7 siswa atau 20%,
kemudian 17,14% siswa mendapat nilai diantara 43-50 ada 6 orang siswa, dan
14,28% siswa yang mendapat nilai diantara 73-80 ada 5 siswa dan yang
terakhir 5,71% siswa mendapat nilai diantara 58-64 ada dua siswa.
Dari data yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa hasil
belajar siswa belum maksimal, hanya 13 anak yang sudah memenuhi KKM,
oleh karena itu diperlukan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Salah satunya yakni dengan menggunakan model pembelajaran yang
berbeda dan lain dari biasanya, model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
throwing dapat digunakan untuk merangsang keaktifan siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi.
2. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus Pertama
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap
pertemuan terdiri atas dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yakni tanggal 14 dan 17 Maret 2012.
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas V
SDN 01 Tohudan untuk mendiskusikan rencana kegiatan tindakan yang
akan dilaksanakan, serta menentukan waktu bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitian. Rencana tindakan berdasarkan pada solusi
permasalahan yakni dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing. Selanjutnya perencanaan pelaksanaan akan
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yakni pada tanggal 14 dan 17 maret
2012. Adapun deskripsi pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun RPP untuk kelas V mata pelajaran PKn konsep
organisasi untuk 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Setiap pertemuan RPP meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran,
sumber dan media pembelajaran, serta penilaian (lampiran 7 dan 8 pada
halaman 103 dan 113).
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang dipersiapkan untuk
pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas didesain menjadi 2-3 meja disatukan menjadi satu dengan
kursi berhadap-hadapan, dengan tujuan agar siswa dapat berdiskusi
dengan nyaman saat pembelajaran berlangsung, serta memberi ruang
tiap meja agar pada saat kegiatan melempar bola berlangsung siswa
tidak terganggu dengan kondisi yang sempit dan berdesakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, kali ini
media yang digunakan adalah gambar tentang peta konsep organisasi,
agar siswa mengerti apa saja yang akan dipelajari nantinya, dan tujuan
mempelajarinya.
c) Guru menyiapkan lembar diskusi yang nantinya akan diberikan
kepada ketua kelompok, dan didiskusikan bersama teman satu
kelompok.
b. Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan peneliti menggunakan model kooperatif
tipe Snowball throwing. Peneliti bertindak sebagai guru kelas V SDN 01
Tohudan, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer atau pengamat.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012.
Materi yang pertama diajarkan adalah tentang pengertian organisasi,
unsur-unsur organisasi. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
meliputi:
a) Kegiatan awal
Sebelum memasuki kegiatan awal guru mengadakan
pengkondisian kelas agar siswa siap menerima pelajaran. Kemudian
guru mengabsen siswa satu persatu. Pada saat memasuki kegiatan
awal guru mengawali dengan memberikan pertanyaan seputar materi
kepada siswa, apakah ada siswa mengikuti suatu organisasi, kalau iya
organisasi apa saja.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti terbagi menjadi tiga, yakni ekplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Guru melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang
luas tentang topik/tema konsep yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alamtakambang jadi guru dan siswa belajar
dari aneka sumber, dalam pembelajaran kali ini guru mengaitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sebuah nyanyian tentang organisasi (Hymne Pramuka) dengan
konsep organisasi yang akan diajarkan, kemudian guru
memberikan sebuah contoh bagan tentang struktur organisasi
(Pramuka) kepada siswa, guru meminta siswa untuk menyebutkan
siapa saja yang ada dalam stuktur tersebut, dan apa saja tugasnya
kemudian guru menyimpulkan kegiatan tersebut.
(2) Elaborasi
Kegiatan inti dimulai dengan membagi siswa menjadi 5
kelompok, 1 kelompok terdiri dari 7 siswa, setiap kelompok
ditunjuk seorang ketua agar memudahkan nanti dalam
pengkondisian dan pemberian materi, kemudian siswa berdiskusi
dengan kelompoknya setelah selesai berdiskusi mereka membuat
pertanyaan di kertas kosong setiap anak satu pertanyaan masing-
masing diberi nama, kemudian siswa membentuknya seperti bola
dan dilempar dengan aba-aba dari guru, setelah mendapatkan
pertanyaan tiap siswa langsung menjawab, guru mengumpulkan
semua pertanyaan tersebut kemudian memilih beberapa pertanyaan
secara acak untuk didiskusikan didepan kelas benar atau salah
jawaban dari teman-temannya, sehingga pembelajaran ini menarik
dan terjadi interaksi antara guru dan siswa. Jika dirasa cukup dalam
melaksanakan diskusi, guru memberikan soal evaluasi, pada saat
evaluasi siswa sudah kembali ke tempat duduk masing-masing.
(3) Konfirmasi
Guru mengajak peserta didik untuk bersama-sama
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan ulang dan menunjuk siswa
untuk menyimpulkan apa saja yang telah dipelajari hari ini.
c) Kegiatan akhir
Sebelum menutup pelajaran, guru memberikan kesempatan pada
peserdik untuk bertanya, kalau tidak ada pertanyaan maka guru
mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pekerjaan rumah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kemudian guru menyampaikan konsep yang akan disampaikan pada
pertemuan selanjutnya.
2. Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2012.
Konsep yang akan disampaikan adalah masih pengertian organisasi
ditambah dengan manfaat dan tujuan organisasi serta unsur-unsur dalam
organisasi. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut:
a) Kegiatan awal
Sebelum melakukan kegiatan awal, guru mengadakan kegiatan
pendahuluan dengan mengadakan absensi siswa, guru
mengkondisikan kelas agar siswa siap menerima pembelajaran, guru
memancing pertanyaan tentang konsep yang telah diajarkan kemarin
agar siswa mengingat dan siap menerima pelajaran, agar lebih
menarik guru meminta siswa menyanyikan lagu tentang salah satu
organisasi, contohnya .
b) Kegiatan inti
Kegiatan ini dilakukan menggunakan metode ceramah, diskusi,
serta dengan menggunakan model kooperatf tipe Snowball throwing.
Kegiatan ini mempunyai tiga tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Guru melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang
luas tentang topik/tema konsep yang akan dipelajari dengan
aneka sumber, guru meminta meminta siswa untuk membuat
sebuah contoh struktur organisasi kelas V, kemudian guru meminta
siswa menyebutkan isi dari strukur organisasi yang telah dibuatnya.
(2) Elaborasi
Kegiatan inti dimulai dengan membagi siswa menjadi 5
kelompok, 1 kelompok terdiri dari 7 siswa, setiap kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
ditunjuk seorang ketua agar memudahkan nanti dalam
pengkondisian dan pemberian materi, kemudian siswa berdiskusi
dengan kelompoknya setelah selesai berdiskusi mereka membuat
pertanyaan di kertas kosong setiap anak satu pertanyaan masing-
masing diberi nama, kemudian siswa membentuknya seperti bola
dan dilempar dengan aba-aba dari guru, setelah mendapatkan
pertanyaan tiap siswa langsung menjawab, guru mengumpulkan
semua pertanyaan tersebut kemudian memilih beberapa pertanyaan
secara acak untuk didiskusikan didepan kelas benar atau salah
jawaban dari teman-temannya, sehingga pembelajaran ini menarik
dan terjadi interaksi antara guru dan siswa. Jika dirasa cukup dalam
melaksanakan diskusi didalam kelas guru memberikan soal
evaluasi, pada saat evaluasi siswa sudah kembali ke tempat duduk
masing-masing.
(3) Konfirmasi
Guru bersama siswa mengadakan kesimpulan mengenai
pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru mengevaluasi apa saja
kekurangan dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c) Kegiatan akhir
Sebelum menutup pelajaran pada hari ini guru memberikan
kesempatan pada peserdik untuk bertanya, kalau tidak ada pertanyaan
maka guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pekerjaan
rumah, tidak lupa guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan, disini
peneliti menggunakan observasi partisipatif dimana peneliti terlibat dengan
kegiatan objek yang sedang diamati, dengan tujuan untuk mengetahui hasil
belajar PKn konsep organisasi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball throwing. Peneliti mengadakan pengamatan
dengan berkolaborasi dengan guru kelas dan melakukan pemantauan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tingkat
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar PKn konsep organisasi siswa kelas V SDN 01 Tohudan, data
observasi aktivitas siswa dalam siklus I (lampiran 16 pada halaman 184),
selama dua kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
1) Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup baik, namun
jika ingin mengadakan pembelajaran guru harus selalu mengkondisikan
kelas terlebih dahulu agar siswa siap dalam menerima pembelajaran.
2) Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran baik, siswa mudah untuk
diajak bekerja sama, mudah untuk diberi materi, dan jika berkelompok
sebagian besar dari mereka sudah bisa bertanggung jawab terhadap
kelompoknya.
3) Keaktifan siswa dalam berdiskusi cukup baik, dilihat dari cara mereka
menerima materi, mengerjakan soal diskusi dan membagi tugas dengan
teman kelompoknya.
4) Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas baik, siswa dapat
melaksanakan tugas sesuai dengan langkah-langkah yang ada, siswa
melaksanakan tugas dengan tertib dan tenang
5) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam proses penugasan baik,
siswa sudah bisa menjawab pertanyaan dengan tepat, lengkap dan lancar.
6) Keadaan siswa pada saat berdiskusi baik, Siswa bertanggung jawab
terhadap kelompoknya, siswa juga mau berbagi pengetahuan dengan
kelompoknya dan melibatkan guru pada saat berdiskusi.
7) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi baik, siswa mengerjakan
soal dengan tenang dan tepat waktu.
8) Dalam observasi yang dilaksanakan peneliti terhadap siswa kelas V SDN
01 Tohudan yang dilaksanakan pada pertemuan I dan II dapat
disimpulkan proses pembelajaran pada siklus pertama berjalan dengan
baik, meskipun terdapat beberapa kekurangan, kekurangan ini akan
dijadikan pertimbangan dalam perbaikan pada siklus kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Observasi tidak hanya dilakukan pada siswa tapi juga pada peneliti
sebagai guru. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan dan
kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini
dilakukan oleh guru kelas V kepada peneliti dalam pelaksanaan
pembelajaran (lampiran 15 pada halaman 172). Dari data observasi guru
dalam siklus I selama dua kali pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Persiapan guru baik, guru sudah baik dalam mempersiapkan ruang, alat
dan media pembelajaran serta memeriksa kesiapan siswa.
2) Kemampuan guru dalam membuka pelajaran baik, guru sudah
melaksanakan absensi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
3) Kemampuan guru dalam penguasaan materi baik, guru sudah
menunjukkan penguasaan materi dan mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan.
4) Pendekatan/strategi pembelajaran yang dikaksanakan guru baik, guru
sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa.
5) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran baik, guru
menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien.
6) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa yang
dilaksanakan oleh guru baik, guru sudah dapat menumbuhkan partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran.
7) Penilaian proses dan hasil yang dilaksanakan guru cukup baik, guru
sudah memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
berlangsung.
8) Penguasaan bahasa cukup baik, guru menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai.
9) Kemampuan menutup guru baik, guru sudah melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
10) Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh guru kelas kepada
peneliti, dapat disimpulkan kemampuan guru dalam mengajar pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
I ini baik, hal itu dapat dilihat pada indikator yang telah dicapai oleh guru
menunjukkan bahwa guru sudah baik dalam pelaksanaan pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dengan mengadakan kolaborasi
dengan guru kelas, ada beberapa siswa yang belum dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, karena guru belum menyampaikan informasi tentang
pembelajaran yang dilaksanakan, karena pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing ini merupakan hal yang baru bagi anak-anak. Selain itu
masih ada beberapa siswa yang belum menunjukkan keaktifan dalam
pembelajaran, terutama dalam berdiskusi mereka sibuk sendiri dengan
kegiatan lain, beberapa siswa masih ada yang bermain dan berbicara dengan
temannya diluar materi pembelajaran. Masih ada beberapa siswa yang
belum mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok karena perbedaan
jenis kelamin.
Perolehan nilai hasil belajar PKn pada siklus I yaitu siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM (70) sebanyak 8 siswa atau 22,85% dengan
perolehan nilai terendah 60 dan siswa yang mendapat nilai yang sudah
memenuhi KKM (70) sebanyak 27 siswa atau 77,14% dengan nilai tertinggi
90. Sedangkan rata-rata kelas yaitu 73. Dari data tersebut masih ada 8 siswa
yang belum mendapat nilai memenuhi KKM (70).
Belum tuntasnya hasil belajar siswa pada siklus pertama ini
dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: 1) Ada sebagian siswa yang
tidka berani bertanya bila apabila kesulitan dalam memahami pelajaran; 2)
siswa belum berani mengemukakan pendapat; 3) sebagian siswa belum
mampu mengerjakan soal dengan tenang; 4) masih ada siswa yang belum
melakukan tugas dengan tepat dan ketentuan yang ada. Hal tersebut terjadi
karena guru belum maksimal dalam pengelolaan kelas, dengan demikian
dapat di rasakan bahwa siklus satu sudah mengalami peningkatan akan tapi
belum maksimal dan belum memenuhi indikator kinerja yang telah
ditentukan, dan harus diperbaiki lagi pada siklus kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mencari solusi
bagaimana mengelola kelas dengan baik. Dalam penerapan model
kooperatif tipe Snowball throwing, guru harus lebih bisa mengawasi siswa,
terutama dalam pelaksanaan diskusi, dikarenakan guru tidak banyak
melakukan ceramah sehingga siswa belajar dari diskusi tersebut, diharapkan
anak akan bertanggung jawab serta melaksanakan diskusi dengan baik.
Adapun hasil yang diperoleh dari siklus I dapat dilihat pada tabel 3 dan
grafik pada gambar 5 dibawah ini;
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Siklus I
Dari tabel 3 tentang distribusi frekuensi nilai peningkatan hasil belajar
PKn konsep organisasi siswa kelas V SDN 01 Tohudan pada siklus pertama
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing,
dapat disajikan dengan grafik pada gambar 6 di bawah ini:
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi Persentase (%)
Keterangan
1 60-65 8 62,5 500 22,85 Tidak Tuntas 2 66-71 13 68,5 890,5 37,14 Tuntas 3 72-77 0 74,5 0 0 Tuntas 4 78-83 11 80,5 885,5 31,42 Tuntas 5 84-89 0 86,5 0 0 Tuntas 6 90-95 3 92,5 277,5 8,57 Tuntas
35 2553,5 100 Nilai rata-rata = 2555 : 35 = 73
Ketuntasan klasikal = (27: 35) x 100% = 77, 14% Nilai Di bawah KKM = (8: 35) x 100 % = 22,85 %
Nilai Tertinggi = 90 Nilai Terendah = 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 6. Grafik Nilai Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V Konsep
Organisasi SDN 01 Tohudan Pada Siklus I
Untuk mengetahui perkembangan hasil tes pada prasiklus ke siklus I
dapat dilihat pada daftar tabel 4 dibawah ini, pada tabel terlihat adanya
perubahan dan perkembangan yang signifikan dari tahap prasiklus ke tahap
siklus pertama, hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa setelah dilaksanakan tindakan.
Tabel 4. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 4 di atas dapat dilihat perkembangan nilai dari pras siklus
ke siklus pertama untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada grafik pada
gambar 7 di bawah ini:
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 35 60
Nilai tertinggi 80 90
Rata-rata nilai 56,57 73
Ketuntasan Klasikal 37,14% 77,14%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 7 . Grafik Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Pada Pra Siklus dan Siklus I Setelah Menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing.
3. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus Kedua
Tindakan pada siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal 21 dan 24 Maret 2012. Adapun
tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan memperbaiki
kekurangan pada siklus I agar dalam proses pembelajaran di siklus II
menjadi lebih baik. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(Lampiran 9 dan 10 pada halaman 127 dan 141). Pembelajaran yang
direncanakan adalah pembelajaran PKn konsep organisasi dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing.
2) Menyiapkan media dan alat pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dengan pemantapan dan
penyempurnaan dari siklus pertama yaitu pada konsep organisasi sesuai
dengan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2012. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah pengertian organisasi, ciri-
ciri organisasi yang baik, struktur organisasi, dan tata tertib
berorganisasi, serta mengidentifikasi contoh-contoh perilaku baik dan
buruk dalam berorganisasi serta memilih dan memanfaatkan organisasi
yang ada di lingkungan masyarakat dan sekolah, berikut ini urutan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama:
a) Kegiatan awal
Guru bersama siswa berdoa demi kelancaran pembelajaran,
melaksanakan absensi untuk mengetahui kehadiran siswa, guru
mengkondisikan kelas agar siswa siap dalam menerima pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ada tiga tahap yakni eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi, tahap-tahap pembelajarannya adalah sebagai berikut:
(1) Eksplorasi
Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik
dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar materi
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, agar siswa ingat dan
mudah untuk melanjutkan ke materi selanjutnya, kemudian guru
bertanya kepada siswa organisasi apa saja yang pernah diikuti, serta
mendapat tugas apa, guru meminta siswa membuat bagan struktur
organisasi kelas serta tata tertib kelas, kemudian guru membahas
dan menyimpulkan hasil kegiatan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(2) Elaborasi
Guru membentuk 5 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 7 orang dan masing-masing kelompok ditunjuk
ketua kelompok, kemudian guru membagikan lembar diskusi
kepada ketua kelompok kemudian ketua kelompok menjelaskan
kepada masing-masing anggota kelompok, ketua kelompok
kembali ke tempat kelompoknya masing-masing dan berdiskusi
tentang materi yang telah disampaikan guru, setelah selesai
berdiskusi guru meminta siswa membuat pertanyaan di kertas
kosong, masing-masing siswa satu pertanyaan, yang nantinya
dilempar ke teman lainnya, dalam siklus II pertemuan I ini ada
sedikit perbedaan dari siklus I, yaitu pada saat melempar bola
pertanyaan, supaya lebih teratur guru menentukan tempat
melemparnya, untuk kelompok 1 melempar ke kelompok 2,
kelompok 2 melempar ke kelompok 3, kelompok 3 melempar ke
kelompok 4, dan kelompok 4 melempar ke kelompok 5, dan
kelompok 5 melempar ke kelompok 1, setelah semua pertanyaan
dan siswa telah menjawab pertanyaan tersebut guru memanggil
secara acak siswa untuk membacakan pertanyaan dan jawabannya,
setelah dirasa cukup siswa kembali ke tempat duduk masing-
masing dan dilanjutkan dengan pemberian evaluasi.
(3) Konfirmasi
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik dan tidak lupa guru bersama siswa membuat
kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c) Kegiatan akhir
Sebelum menutup kegiatan pembelajaran guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai pemebelajaran
yang telah dilaksanakan, jika tidak ada pertanyaan guru memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa, dan menyampaikan konsep yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dipelajari pada pertemuan selanjutnya, pembelajaran ditutup dengan
a dan pesan moral kepada anak-anak.
2) Pertemuan II
Pertemuan II ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2012. Pada
pertemuan ini materi yang disampaikan adalah menjelaskan tata tertib
berorganisasi, contoh-contoh organisasi di sekolah dan masyarakat
beserta fungsinya, contoh perliaku baik dan buruk dalam memanfaatkan
organisasi yang ada di sekolah dan masyarakat. Berikut ini urutan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua:
a) Kegiatan awal
Guru ber jaran berjalan dengan
lancar kemudian dilanjut dengan absensi kehadiran siswa. Guru
mengajak siswa untuk bernyanyi, kali ini menyanyikan lagu pemilihan
umum. Kemudian guru mengaitkan lagu tersebut dengan konsep yang
akan disampaikan, agar siswa bersemangat dan siap menerima
pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini ada tiga tahapan yaitu ekslporasi untuk
menggali pengetahuan siswa, elaborasi dimana pebelajaran sudah
masuk pada intinya, dan yang terakhir adalah konfirmasi mengadakan
kesimpulan dan penguatan terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan, adapun langakah-langkahnya seperti berikut:
(1) Eksplorasi
Guru memfasilitasi adanya interaksi antara peserta didik
dengan guru dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa
tentang keikut sertaan siswa dalam berorganisasi di lingkungan
sekolah dan masyarakat, kemudian guru sedikit menjelaskan
tentang pembelajaran yang sudah dilaksanakan sebelumnya dan
menghubungkan dengan konsep yang akan diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(2) Elaborasi
Guru membentuk 5 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 7 orang dan masing-masing kelompok ditunjuk
ketua kelompok, kemudian guru membagikan lembar diskusi
kepada ketua kelompok kemudian ketua kelompok menjelaskan
kepada masing-masing anggota kelompok, ketua kelompok
kembali ke tempat kelompoknya masing-masing dan berdiskusi
tentang materi yang telah disampaikan guru, setelah selesai
berdiskusi guru meminta siswa membuat pertanyaan di kertas
kosong, masing-masing siswa satu pertanyaan, yang nantinya
dilempar ke teman lainnya, dalam siklus II pertemuan II ini ada
sedikit perbedaan dari siklus I, yaitu pada saat melempar bola
pertanyaan, supaya lebih tertib guru menentukan tempat
melemparnya, untuk kelompok 1 melempar ke kelompok 2,
kelompok 2 melempar ke kelompok 3, kelompok 3 melempar ke
kelompok 4, dan kelompok 4 melempar ke kelompok 5, dan
kelompok 5 melempar ke kelmpok 1, setelah semua pertanyaan dan
siswa telah menjawab pertanyaan tersebut guru memanggil secara
acak siswa untuk membacakan pertanyaan dan jawabannya, setelah
dirasa cukup siswa kembali ke tempat duduk masing-masing dan
dilanjutkan dengan pemberian evaluasi.
(3) Konfirmasi
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
pembelajaran yang sudah dilaksanakan, tidak lupa guru
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang aktif dalam
pembelajaran.
c) Kegiatan akhir
Sebelum menutup kegiatan pembelajaran guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang sulit. Guru
dan siswa bersama-sama memantapkan materi dengan membuat
kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari, kemudian guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
memberikan tugas rumah kepada siswa. Guru menutup pelajaran dan
memberikan pesan moral kepada anak-anak.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan didampingi
guru kelas V sebagai narasumber untuk mengamati sikap dan perilaku siswa
selama pembelajaran berlangsung serta kemampuan guru dalam mengajar
dengan model pemeblajaran kooperatif tipe Snowball throwing materi
organisasi, dari hasil observasi aktivitas siswa dan kegiatan pembelajaran
siklus II selama dua kali pertemuan (lampiran 17 pada halaman 187)
diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Kedisiplinan siswa sangat baik, siswa tepat waktu masuk kelas sebelum
pelajaran dimulai dan berdoa sebelum pelajaran dimulai.
2) Kesiapan siswa menerima pelajaran sangat baik, siswa sudah
menyaipakan alat tulis serta buku pelajaran.
3) Keaktifan siswa sangat baik, siswa mengikuti proses pembelajaran dari
awal sampai akhir dengan baik.
4) Kemampuan siswa melaksanakan tugas baik, siswa sudah melakukan
tugas sesuai dengan langkah-langkah yang ada.
5) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam proses penugasan baik,
siswa menjawab pertanyaan dengan tepat dan logis.
6) Keadaan siswa pada saat berdiskusi sangat baik, siswa melibatkan guru
dalam diskusi dan bertanggung jawab pada kelompoknya.
7) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi sangat baik, siswa
mengerjakan soal evaluasi dengan tenang dan tepat waktu.
8) Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus kedua dapat disimpulkan
siswa sudah baik dalam proses pembelajaran, hal ini berdampak baik
pada hasil belajar mereka.
Observasi tidak hanya dilakukan pada siswa, melainkan juga pada
observer/peneliti yang berperan sebagai guru, dari data observasi aktivitas
guru dalam siklus II selama dua kali pertemuan (lampiran 15 pada halaman
172) diperoleh hasil sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
1) Pada kegiatan pra pembelajaran guru sangat baik, sangat baik dalam
mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran.
2) Kemampuan guru dalam membuka pembelajaran sangat baik, guru sudah
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan.
3) Penguasaan materi pelajaran guru baik, guru sudah mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan.
4) Pendekatan/strategi pembelajaran yang dilakukan guru baik, guru sudah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai.
5) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran oleh guru baik, guru
sudah menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien.
6) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keaktifan siswa yang
dilaksanakan oleh guru baik, guru sudah dapat menumbuhkan keceriaan
dan antusiasme siswa dalam belajar.
7) Penilaian proses dan hasil yang dilaksanakan guru sangat baik, guru
memantau kemajuan hasil belajar selama proses dan melakukan penilaian
akhir sesuai dengan kompetensi.
8) Penggunaan bahasa yang dilaksanakan guru baik, guru menggunakan
bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar.
9) Pada kegiatan penutup guru sudah melaksanakan kegiatan ini dengan
sangat baik, guru membuat refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
10) Berdasarkan indikator-indikator ketercapaian yang diamati pada siklus
kedua ini, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan
baik, dengan terdapat peningkatan pada proses dan hasilnya (Lampiran
15 pada halaman 172).
d. Refleksi
Pada siklus II dilakukan refleksi dari pelaksanaan siklus I, pada
siklus II ini siswa sudah menangkap dan memahami pembelajaran yang
peneliti terapkan, dengan berkelompok dan permainan melempar bola siswa
juga dengan mudah berkelompok dengan temannya, siswa baik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
bertukar informasi,. dalam diskusi mereka aktif dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan. Perolehan nilai siswa pada siklus II ini juga cukup
baik, terbukti nilai dibawah KKM (70) hanya sebanyak 3 Siswa atau 8,71%
dengan perolehan nilai terendah 65 dan siswa yang telah memenuhi KKM
(70) sebanyak 32 siswa atau 91,42% dengan perolehan nilai tertinggi 100.
Sedangkan rata-rata nilai kelas yaitu 77,42. Dari data tersebut ada 3 siswa
dari 32 siswa yang nilainya masih dibawah KKM (70), jadi dari data ini
terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari
data nilai hasil belajar Pkn konsep organisasi siswa kelas V SDN 01
Tohudan seperti pada tabel 5 dibawah ini
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Siklus I
Dari tabel 5 di atas nilai hasil belajar PKn konsep organisasi siswa kelas V
SDN 01 Tohudan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing yang telah dijelaskan di atas, dapat disajikan dengan grafik
pada gambar 8 dibawah ini:
No Interval
Nilai Frekuensi
(fi) Nilai
Tengah (xi) fi.xi Persentase
(%) Keterangan
1 65-71 13 68 884 37,14 Tidak Tuntas 2 72-78 1 75 75 2,85 Tuntas 3 79-85 17 82 1394 48,57 Tuntas 4 86-92 2 89 178 5,71 Tuntas 5 93-99 0 96 0 0 Tuntas 6 100-106 2 103 206 5,71 Tuntas
35 2737 100% Nilai rata-rata = 2737 : 35 = 78,2
Ketuntasan klasikal = (32: 35) x 100 % = 91,42% Nilai Di bawah KKM = (3: 35) x 100% = 8,57%
Nilai Tertinggi = 100 Nilai Terendah = 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 8. Grafik Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Siklus II
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan siklus II
(lampiran 2 pada halaman 91) dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 60 65
Nilai tertinggi 90 100
Rata-rata nilai 73 78,2
Ketuntasan Klasikal 77,14% 91,42%
Dari hasil perkembangan tes siklus I dan evaluasi siklus II pada tabel 6 di
atas dapat disajikan dalam grafik pada gambar 9 seperti berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 9. Grafik Hasil Perkembangan Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Siklus I dan Siklus II Setelah
Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing.
Dari hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
kelas pembelajaran PKn konsep organisasi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing sudah berhasil meningkatkan
ketuntasan siswa, tetapi masih ada siswa yang belum tuntas dan memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti, untuk siswa yang belum tuntas KKM disebabkan oleh
kemampuan siswa tersebut dalam memahami konsep rendah, mereka tidak
aktif dalam pembelajaran dan tidak mau bertanya jika ada yang belum mereka
pahami.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses pembelajaran
serta diskusi dan wawancara antara observer dengan guru kelas, observer
dengan siswa, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model kooperatif tipe Snowball throwing berhasil, karena dapat
membangkitkan antusiasme siswa untuk belajar mata pelajaran PKn khususnya
konsep organisasi yang sebelumnya siswa tidak antusias dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan dan analisis data dapat dilihat adanya
peningkatan hasil belajar PKn konsep organisasi kelas V SDN 01 Tohudan.
Peningkatan hasil belajar PKn konsep organisasi siswa terlihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
meningkatnya nilai yang sebelumnya belum memenuhi KKM menjadi tuntas
dan sudah memenuhi KKM.
Hal ini dapat ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:
1) Hasil Belajar Pkn Materi Organisasi
a) Data Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Sebelum
Dilaksanakan Tindakan (Pra Siklus)
Dari daftar nilai pada (lampiran 2) dapat diketahui bahwa nilai PKn
sebelum dikenai tindakan adalah ada 7 siswa yang mendapatkan nilai 35-
42, kemudian ada 6 siswa yang mendapat nilai diantara 43-50, dan ada 7
siswa yang mendapat nilai diantara 51-57, ada 2 siswa mendapat nilai
diantara 58-64, ada 8 siswa mendapat nilai 65-72, dan ada 5 siswa yang
mendapat 73-80, nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 57,51, siswa
yang belum tuntas atau yang belum memenuhi KKM ada 22 siswa atau
62,85%, sedangkan siswa yang sudah memenuhi KKM ada 13 siswa atau
37,14%.
b) Data Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Siklus I
Berdasarkan tes pada siklus I selama dua kali pertemuan dapat
diketahui nilai pembelajaran PKn konsep organisasi adalah seperti
berikut:
1) Pada pertemuan pertama siswa yang mendapat nilai diantara 50-56
ada 3 orang siswa, untuk nilai diantara 57-63 ada 8 siswa, kemudian
diantara 70-75 ada 13 siswa, dan diantara 76-81 ada 8 siswa, untuk
nilai diantara 88-93 ada 3 siswa, dengan demikian siswa yang telah
memenuhi KKM ada 24 siswa atau 68,57%, sedangkan untuk siswa
yang belum memenuhi KKM ada 11 siswa atau 31,42%.
2) Pada pertemuan kedua ini ada beberapa peningkatan hal ini dapat
dibuktikan dari hasil berikut, untuk siswa yang mendapat nilai
diantara 60-66 ada 6 siswa, untuk nilai diantara 67-73 ada 12 siswa,
sedangkan untuk nilai diantara 74-80 ada 9 siswa, sedangkan untuk
nilai diantara 88-94 ada 7 siswa dan yang terakhir untuk siswa yang
mendapat nilai diantara 95-101 ada 1 orang siswa, dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
untuk siswa yang telah memenuhi KKM ada 29 siswa atau 82,57%
dan untuk siswa yang belum memenuhi KKM ada 6 orang atau
17,14%.
Nilai rata-rata pertemuan I dan II pada siklus pertama adalah 73,
dan siswa yang telah memenuhi KKM ada 27 Siswa atau 77,14%,
sedangakan untuk siswa yang belum memenuhi KKM ada 8 siswa atau
22,85%.
c) Data Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Siklus II
Untuk hasil tes pada siklus II selama dua kali pertemuan dapat
dilihat dari nilai pembelajaran Pkn konsep organisasi seperti dibawah ini:
1) Pada pertemuan pertama siswa yang memeproleh nilai diantara 60-66
ada 5 siswa, dan untuk siswa yang mendapatkan nilai diantara 67-73
ada 13 siswa, dan untuk nilai diantara 74-80 ada 13 siswa, sedangkan
untuk siswa yang mendapat nilai diantara 88-94 ada 2 siswa,
sedangkan untuk siswa yang mendapat nilai diantara 95-101 ada 2
siswa, dengan demikian untuk siswa yang telah memenuhi KKM ada
30 siswa atau 85,71%, sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi
KKM ada 5 siswa atau 14,28% .
2) Pada pertemuan kedua pada siklus II ini terdapat peningkatan, hal ini
dapat dibuktikan dengan data sebagai berikut; untuk siswa yang
mendapat nilai diantara 60-66 ada 3 siswa, untuk nilai 67-73 terdapat
9 siswa, dan untuk siswa yang mendapat nilai diantara 74-80 ada 13
siswa, sedangkan untuk siswa yang mendapat nilai diantara 88-94 ada
6 siswa, dan yang terakhir untuk siswa yang mendapat nilai diantara
95-101 ada 4 siswa, dengan demikian untuk siswa yang telah
memenuhi KKM terdapat 32 siswa atau 91,42%, dan untuk siswa
yang belum memenuhi KKM ada 3 siswa atau 8,57% saja.
Untuk rata-rata nilai dari hasil tes pada pertemuan I dan II pada
siklus II adalah 78,2, siswa yang sudah memenuhi KKM ada 32 siswa
atau 91,42% dan yang belum memenuhi KKM ada 3 siswa atau 8,57%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
C. Perbandingan Perkembangan Hasil Tindakan Antarsiklus
Setelah dilakukan deskripsi dari tiap siklus, selanjutnya dilakukan
perbandingan perkembangan anatrsiklus untuk mendeskripsikan peningkatan yang
dicapai dari siklus I ke siklus II. Untuk memperjelas deskripsi perkembangannya,
perhatikan tabel 7 dibawah ini:
Tabel 7. Perkembangan Nilai Terendah, Tertinggi, Nilai Rata-Rata, Dan Ketuntasan Pada Siklus I Dan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II Persentase Kenaikan
Nilai terendah 60 65 8,3%
Nilai tertinggi 90 100 11,1%
Rata-rata nilai 73 78,2 7,1%
Ketuntasan Klasikal 77,14% 91,42% 18,5%
Berdasarkan tabel 7 di atas kita dapat melihat hasil perkembangan tiap-tiap
siklus, nilai terendah pada siklus I yang semula 60 meningkat 8,3% menjadi 65
pada siklus II, kemudian untuk nilai tertinggi juga meningkat yakni yang semula
90 pada siklus I meningkat 11,1 % pada siklus II menjadi 100, kemudian untuk
nilai rata-rata pada siklus I yang semula 73 meningkat sebesar 7,1 % menjadi
78,2, dan untuk ketuntasan pada siklus I yang semula 77,14% meningkat 18,5%
menjadi 91,42%.
Dari hasil persentase di atas perkembangan nilai terendah, nilai tertinggi,
rata-rata nilai, berbanding lurus dengan ketuntasan klasikal, hal ini membuktikan
bahwa pembelajaran model kooperatif tipe Snowball throwing ini selain dapat
meningkatkan ketuntasan siswa, juga dapat meningkatkan nilai rata-rata siswa.
Untuk mengetahui perkembangan nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai, dan
ketuntasan belajar dapat disajikan hasilnya dalam bentuk grafik pada gambar 10
dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 10. Grafik Perkembangan Nilai Rata Rata, Nilai Tertinggi, Rata-rata Nilai, Ketuntasan Klasikal Pada Siklus I Dan Siklus II.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari beberapa data di atas dapat diketahui bahwa ada
peningkatan hasil belajar terhadap konsep pada masing-masing pertemuan pada
tiap-tiap siklus melalui penerapan model kooperatif tipe Snowball throwing.
Peningkatan ini terlihat dari nilai hasil belajar pada penjelasan perhitungan rata-
rata nilai belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan
tindakan dan setelah dilaksanakan siklus I, dan siklus II selama dua kali
pertemuan pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8. Perkembangan Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Hasil Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai Terendah 35 60 65
2 Nilai Tertinggi 80 90 100
3 Nilai rata-rata 56,57 73 78,2
4 Persentase ketuntasan 37,14% 77,14% 91,42%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mem (KKM) mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Pada prasiklus persentase ketuntasan siswa hanya sebesar 37,14%, kemudian
meningkat pada siklus pertama sebesar 77,14%, dan pada siklus kedua sebesar
91,42%. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran PKn konsep organisasi
dengan menerapkan model kooperatif tipe Snowball throwing yang dilaksanakan
guru berhasil, akan tetapi ada 8,58% atau 3 anak yang belum tuntas, dari temuan
pengamatan dan hasil belajar mereka, 3 anak yang belum tuntas tersebut
dikarenakan pemahaman mereka terhadap konsep organisasi rendah, dalam
pembelajaran mereka tidak aktif, dan jika ada konsep yang belum dipahami
mereka tidak mau bertanya kepada guru, solusi yang dilakukan untuk 3 anak
tersebut adalah dengan memberikan remediasi/pengulangan konsep dan tes,
diharapkan hasil belajar mereka dapat meningkat.
Peningkatan rata-rata nilai Pkn materi orgnisasi melalui penerpan model
kooperatif tipe Snowball throwing dapat disajikan dalam grafik berikut:
Gambar 11. Grafik Perkembangan Nilai Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Pada Siswa Kelas V SDN 01 Tohudan Sebelum Tindakan, Siklus I dan
Siklus II.
Hambatan-hambatan yang ditemui setiap siklus berbeda-beda, pada siklus
pertama hambatan yang ditemui adalah siswa belum begitu mengerti apa itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing, oleh karena itu sebagian besar
hanya mengikuti instruksi guru saja dan tidak memahami dan dapat menerima
pelajaran dengan baik, selain itu pada siklus pertama ini proses pelemparan bola
tidak terkontrol dan terkesan siswa hanya bermain-main saja, dapat dilihat dari
hasil dokumen video, bahkan sebagian siswa ada yang belum mendapat soal
lemparan dari siswa lain, hal ini berdampak pada kurang masksimalnya hasil tes
pada siklus pertama.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ditemui dalam siklus pertama
adalah dengan melakukan refleksi dan mencari kekurangan-kekurangan dalam
proses pembelajarannya, kemudian kekurangan-kekurangan pada siklus pertama
diperbaiki pada siklus yang kedua, dalam siklus kedua ini guru memberikan
arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif
tipe Snowball throwing secara tepat dan jelas, tentu dengan perlahan dan tidak
terlalu cepat. Memberikan perhatian dan bimbingan secara menyeluruh secara
individu maupun berkelompok agar pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif,
pemberian motivasi secara verbal dan non verbal kepada siswa agar mereka bisa
lebih aktif berdiskusi dan mengikuti pembelajaran. Untuk permasalahan tidak
terkontrolnya proses pelemparan bola pertanyaan pada siklus pertama, peneliti
mencoba untuk mencari jalan keluar pada siklus kedua ini, pada proses
pelemparan bola pada siklus pertama semula siswa bebas melempar bola
pertanyaan kemana saja, tapi pada siklus kedua ini pelemparan sudah ditentukan,
sehingga tidak ada siswa yang tidak menerima bola pertanyaan, dan pembelajaran
berjalan dengan kondusif, hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar
siswa pada siklus kedua.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya
untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi
siswa kelas V SDN 01 Tohudan adalah dengan memberi pengarahan kembali
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing kepada siswa
agar siswa dapat mengerti, selain itu pengawasan dan pendampingan guru juga
berperan dalam keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe Snowballl throwing ini, dengan dilaksanakannya model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembelajaran ini membuktikan dapat menggali potensi siswa untuk aktif dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus dengan menerapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep
organisasi siswa kelas V SD Negeri 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi kelas V SD Negeri
01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat
terlihat dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada saat pra
tindakan sebesar 56,57, pada siklus I meningkat menjadi 73, dan pada siklus II
meningkat menjadi 78,2. Sedangkan untuk persentase ketuntasan siswa menurut
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, pada saat pra tindakan siswa yang
tuntas sebanyak 13 siswa atau 37,14% dari jumlah keseluruhan 35 siswa. Pada
siklus I persentase ketuntasan menunjukkan peningkatan dari siswa yang tuntas
sebanyak 27 siswa atau 77,14%. Pada siklus II persentase ketuntasan kembali
menunjukkan peningkatan dari siswa yang tuntas yaitu sebanyak 32 siswa atau
91,42%
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing melibatkan siswa secara
aktif dan mengasah keterampilan siswa dalam proses pembelajaran melalui
pembuatan soal dan penyelesaiannya oleh siswa itu sendiri. Sehingga pengetahuan
yang diperoleh sangat kokoh, mendalam, dan berkembang. Dalam
pelaksanaannya siswa bisa saling bekerja sama maupun bekerja mandiri untuk
mengembangkan materi menjadi soal sekaligus penyelesaiannya sehingga rasa
ingin tahu, keaktifan, dan pemikiran siswa meningkat, hal ini berdampak positif
dan hasil belajar siswa juga meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Snowball throwing
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan konsep
organisasi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dilaksanakan tanggal 14
dan 17 Maret 2012, siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 dan 24 Maret 2012.
Persentase pemahaman konsep organisasi siswa setelah menggunakan
model kooperatif tipe Snowball throwing meningkat. Hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan nilai rata-rata pada tiap siklus. Dengan adanya peningkatan
ini kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya pemahaman konsep
organisasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi
siswa kelas V SDN 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar meningkat.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat
meningkatkan pemahaman konsep organisasi pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas V, SD Negeri 01 Tohudan, Colomadu,
Karanganyar. Hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut.
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam
pembelajaran dengan baik. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan
pemahaman konsep organisasi pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas V karena penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball throwing dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa,
siswa dengan siswa sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan lebih
interaktif sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga
sangat penting, motivasi deiberikan agar siswa dapat bersemangat dalam
menjalani proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai keinginan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang
dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan
memberikan latihan-latihan soal, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap
keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan konsep organisasi terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain itu penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing juga mampu
meningkatkan kreatifitas dan kerja sama kelompok.
Persentase pemahaman konsep organisasi siswa setelah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing meningkat. Hal itu
terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tiap siklus, dengan adanya
peningkatan ini kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya
pemahaman konsep organisasi pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas V SDN 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar
meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat guna sehingga dapat menigkatkan kualitas proses dan
hasil belajar mengajar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Model pembelajaran kooperatif
tipe Snowball throwing telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa pada materi organisasi, oleh karena itu model tersebut dapat digunakan
oleh guru dalam mata pelajaran yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball throwing untuk meningkatkan pemahaman konsep
organisasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas V
SD Negeri 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012,
maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
peserta didik SD Negeri 01 Tohudan, Colomadu, Karanganyar pada khususnya
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah menginspirasi guru-guru secara umum melaksanakan
penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas. Karena penelitian tindakan
kelas membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
b. Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mendorong guru-guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif salah satunya
menggunakan model kooperatif tipe Snowball throwing.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball throwing sebagai alternatif model pembelajaran dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing,
terutama dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan evaluasi, sehingga mudah dipahami
siswa.
c. Guru hendaknya menciptakan komunikasi dua arah dengan siswa, karena
komunikasi yang baik dapat memudahkan kita sebagai pendidik untuk
memberikan materi kepada anak didik kita, selain itu jika terdapat
hubungan yang baik antara guru dan siswa dapat menciptakan
keharmonisan dan kenyamanan di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga memperoleh hasil belajar
yang optimal.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya yaitu meningkatnya
pemahaman konsep organisasi siswa ke dalam kehidupan sehari-hari.