i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2
MA KARTAYUDA WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : AHMAD JANI
NIM : 073 111 239
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2010
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Jani
NIM : 073111239
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 21 Maret 2011
Saya yang menyatakan,
Ahmad Jani
NIM: 073111239
ii
iii
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh Pokok Bahasan Peradilan Islam Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Ahmad Jani NIM : 073111239 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 15 April 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris, Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A Nasirudin, M.Ag NIP. 19640308 199303 1 002 NIP. 19691012 199603 1 002 Penguji I Penguji II Sugeng Ristiyanto, M.Ag Nur Uhbiyati, M.Pd NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19520208 197612 2 001
Pembimbing,
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2 001
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM KUALIFIKASI S.1 GURU R.A DAN MADRASAH
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka ( Kampus II ) Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Fax 7615387 Semarang
iii
iv
NOTA DINAS Semarang, 21 Maret 2011
Kepada
Yth. Dekan IAIN Walisongo
di Semarang.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah
skripsi dengan:
Judul : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Fiqh Pokok Bahasan Peradilan Islam
Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Ahmad Jani
NIM : 073111239
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2 001
iv
v
ABSTRAK
Ahmad Jani (NIM. 073111239). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh siswa kelas XI IPA semester I di MA Kartayuda.
Penelitian dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus mencakup empat tahapan kegiatan yaitu (1) Perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan tindakan (acting) (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflecting) dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Siswa MA Kartayuda Kelas XI IPA 2 sebanyak 27 siswa yang terdiri 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil antar siklus, dan teknik analisis kritis untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru pada pembelajaran siklus sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora.
Data yang diperoleh dari hasil ulangan harian pra siklus menunjukkan bahwa dari nilai KKM 70, siswa yang sudah tuntas 22 siswa dan yang belum tuntas 5 anak dengan rata-rata nilai kelas 72,78. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 24 anak, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 anak, sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 25 anak yang sudah tuntas dan 2 anak belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata kelas siklus I 74,26 dan pada siklus II 77,59. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama diskusi berlangsung semua siswa telah menjalankan tugas kelompok dengan baik serta presentasi yang baik dengan memanfaatkan media, sumber belajar yang ada. Pada siklus I pada saat sesi tanya jawab terdapat 9 (33,33%) anak yang memberikan ataupun menanggapi jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan sedangkan pada siklus II terdapat 15 anak (55,55%) yang aktif dalam menyampaikan pendapatnya.
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada mata pelajaran agama yang lain dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
v
vi
HALAMAN MOTTO
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl 125).1
1Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Sinar Baru Algesindo, Jakarta,
2009) Cet. 6, hlm. 553
vi
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Kupersembahkan kepada Bapak dan Ibu yang tercinta
2. Muhammad Noor Hadi kakakku tercinta
3. Sahabat/teman mahasiswa program program kualifikasi S1 bagi guru
RA/Madrasah IAIN Walisongo Semarang
4. Segenap dewan guru Madrasah Aliyah kartayuda yang selalu memberikan
dukungan
vii
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia dan telah menurunkan cahaya
kebenaran kepada hamba-hambanya. Hanya kepada Allah penulis berlindung dan
memohon pertolongan. Salawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat, taufik, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga
Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Fiqh Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora
Tahun Pelajaran 2010/2011” bisa penulis selesaikan.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis lakukan secara
maksimal. Akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki maka penulis yakin bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan juga saran yang konstruktif dari semua
pihak sangat penulis harapkan.
Keberhasilan yang penulis peroleh di dalam menyelesaikan skripsi ini
tentu tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. Suja’i, M.Ag., Dekan IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;
2. Ahmad Muthohar, M.Ag., Ketua program kualifikasi S1 bagi guru
RA/Madrasah IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;
3. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag., dosen pembimbing program S1 Kualifikasi
IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;
4. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mendidik dengan penuh kesabaran dan
berdoa dengan penuh ketulusan demi kesuksesan studi yang penulis jalani;
viii
ix
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini,
yang tidak mungin kami sebutkan satu persatu, penulis sampaikan banyak terima
kasih, teriring doa Jazakumullah khairan katsira. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang, 21 Maret 2011
Ahmad Jani 073 11 239
ix
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Penegasan Istilah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Istilah ....................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
Bab II PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR FIQH .............................................................................. 9
A. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ...... 9
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 9
2. Ciri-ciri dan tujuan Pembelajaran Kooperatif ...................... 12
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation .......................................................................... 16
B. Hasil Belajar ................................................................................ 19
x
xi
1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 19
2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar ................................................. 22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................. 25
C. Penerapan Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar 29
D. Pembelajaran Fiqh di MA ........................................................... 31
1. Pengertian Pembelajaran Fiqh MA…….. ............................. 31
2. Tujuan Pembelajaran Fiqh MA…… ..................................... 33
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh MA…………. .............. 34
Bab III METODE PENELITIAN ................................................................ 36
A. Setting Penelitian ......................................................................... 36
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 36
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
E. Validitas Data .............................................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 38
G. Indikator Keberhasilan ............................................................... 39
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 39
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 45
A. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 45
B. Deskrispsi Hasil Siklus I ............................................................. 46
C. Deskrispsi Hasil Siklus II ............................................................ 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 54
Bab V PENUTUP .......................................................................................... 60
A. Simpulan ...................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 44
Tabel 2 Prosentase Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 45
Tabel 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 46
Tabel 4 Lembar Obervasi Siswa Siklus I, 49
Tabel 5 Lembar Observasi Siswa Siklus II, 52
Tabel 6 Nilai Ulangan Harian Siklus I, 53
Tabel 7 Nilai Ulangan Harian Siklus II, 55
Tabel 8 Nilai Perbandingan Antar Siklus, 56
Tabel 9 Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran, 57
Tabel 10 Peningkatan Hasil Tes Siswa, 58
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan PTK
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok Siklus I
Lampiran 4 Soal Ulangan Siklus I
Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Siklus I
Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Siklus II
Lampiran 7 Soal Ulangan Siklus II
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Siklus II
Lampiran 9 Permohonan Izin Riset
Lampiran 10 Surat Keterangan Melaksanakan PTK
xii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang berbeda satu sama lain.
Karena sifatnya yang berbeda, maka manusia akan saling membutuhkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya
manusia adalah makhluk sosial. Mendidik manusia menjadi makhluk sosial
yang mudah berinteraksi dengan yang lain dapat diciptakan melalui proses
pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat hanya dapat diciptakan melalui
perencanaan yang baik dan tepat. Hakikat proses pembelajaran adalah
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan
berbagai pengalaman belajar. Namun pada kenyataannya masih banyak
proses pembelajaran di kelas hanya menekankan aspek kognitif saja,
sehingga kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada
kemampuan taraf pengetahuan dan ingatan.
Setiap sesuatu memiliki ruh. Ruh sebuah lembaga pendidikan
adalah kualitas proses belajar mengajar yang diciptakan. Dalam upaya
membangun lembaga pendidikan yang efektif, apapun bentuknya menjadi
tak bermakna bila tidak dibarengi dengan upaya menciptakan suasana
belajar yang kondusif bagi setiap siswa.2 Efektivitas proses belajar-mengajar
dipengaruhi oleh lama waktu belajar, metode/strategi mengajar yang
digunakan, penilaian, umpan balik, bentuk penghargaan bagi peserta didik,
dan jumlah peserta didik dalam satu kelas.
Mengajar atau membelajarkan bukan pekerjaan yang mudah,
membutuhkan kesungguhan, semangat, pengetahuan, keterampilan dan seni.
Mengajar berbeda dengan membuat kursi, atau beternak ayam. Dalam
membuat kursi dan beternak ayam berhadapan antara subyek dengan obyek.
2Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, (Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), Cet. 2, hlm. 11.
1
xv
pembuat kursi atau peternak ayam adalah subyek, sedang kursi atau kayu
bahan kursi dan ayam adalah obyek. Kayu bahan kursi memiliki sejumlah
sifat, tetapi sifat-sifatnya sederhana dan kondisinya statis, mudah dipahami.
Ayam hidup, disamping sifat-sifatnya terdapat dinamika tetapi masih
sederhana, relatif masih mudah dipahami.3
Pada proses pembelajaran guru dihadapkan pada keragaman
karakteristik dan dinamika perkembangan siswa yang berbeda-beda. Oleh
karena itu mengajar adalah ilmu sekaligus seni. Ada ilmu mengajar saja
belum cukup maka diperlukan juga seni dalam mengajar.Di dalam proses
belajar mengajar seorang guru harus mampu menentukan metode
pembelajaran dengan tepat. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan
maksud dan tujuan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran
mempunyai peranan yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa
dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Dengan
penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, meskipun
materi yang disampaikan kurang menarik. Sebaliknya materi yang cukup
menarik, karena cara penyampaiannya kurang menarik maka materi itu
kurang dapat dicerna oleh siswa.
Melalui proses belajar diharapkan terjadi perubahan,
perkembangan, kemajuan yang lebih baik, baik dari aspek fisik-motorik,
intelek, sosial-emosional maupun sikap dan nilai.4 Semakin banyak
perubahan yang dicapai siswa maka akan semakin baik proses belajar
tersebut. Proses belajar mengajar disini adalah dalam rangka pendidikan,
dan di dalam pendidikan semua aktivitas dan perubahan mengarah kepada
yang baik. Perkembangan yang mengarah pada yang tidak baik, itu
bukanlah pendidikan. Proses mengajar harus memungkinkan para siswa
3Mohamad Ali, “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II”, (Bandung: IMTIMA, 2007),
hlm. 124. 4Mohamad Ali, “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II”, (Bandung: IMTIMA, 2007),
hlm. 124.
2
xvi
memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Seperti yang dikatakan filsuf
terkenal, Alfred North Whitehead, “Anak harus menjadikannya (ide-ide
tersebut) milik mereka dan harus mengerti penerapannya dalam situasi
kehidupan yang nyata mereka pada saat yang sama.5 Oleh karena itu,
penerapan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, kesalahan dalam
menerapkan metode akan berakibat fatal.
Menurut Arends sebagaimana yang dikutip oleh Trianto dalam
buku Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
mengatakan ”it is strange that we expect student to learn yet seldom teach
then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach
the about problem solving” yang berarti dalam mengajar guru selalu
menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang
bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana seharusnya
siswa menyelesaikan masalah.6 Bentuk kejadian inilah yang selama ini
terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia. Guru yang seharusnya menjadi
fasilitator belum bisa menjalankan perannya sebagai pelaksana dalam dunia
pendidikan. Ia hanya memberikan perintah dan belum menyampaikan
bagaimana menyelesaikan perintah yang dihadapi oleh siswa.
Kondisi di Madrasah Aliyah Kartayuda Desa Wado Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora, masih sering dijumpai adanya permasalahan
yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata pelajaran Fiqh.
Selama ini dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa pasif, siswa tidak
menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang
bercanda dengan temannya. Sering kali guru terjebak dengan cara-cara
konvensional yaitu berpusat pada guru (teacher centered) yang hanya
5Ninong Santika, Mengajarkan IPA Berbasis Kecerdasan Majemuk, (Bandung: Tinta
Emas Publishing, 2008), hlm. 15. 6Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 66.
3
xvii
berorientasi pada pencapaian aspek-aspek kognitif yang mengandalkan
metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan kejenuhan,
membosankan, dan siswa tertekan karena harus mendengarkan guru
bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa terlibat dalam proses
pembelajaran, ditambah lagi sarana prasarana, media pembelajaran yang
kurang memadai, dan lingkungan di luar sekolah siswa yang kurang
mendukung sehingga menyebabkan minat belajar siswa rendah.
Beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif
(effectiveness school) membuktikan bahwa kecerdasan atau prestasi belajar
siswa ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) sekolah.7
Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana lembaga pendidikan
dalam hal ini seorang pendidik hendaknya mampu menciptakan kondisi
pembelajaran yang interaktif, sehingga proses kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna serta kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
dapat berkembang secara optimal.
Kooperatif adalah usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya.8 Pembelajaran
kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan
siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata
pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Dengan asumsi
mengutamakan pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berfikir
tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan
masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, dan tidak
membosankan, pembelajaran kooperatif menjadi relevan untuk diterapkan
sebagai metode pembelajaran fiqh. Dengan pendekatan model pembelajaran
kooperatif diasumsikan belajar fiqh akan menjadi menarik karena obyek
yang dipelajari adalah situasi nyata yang dekat dengan kehidupan siswa.
7Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, (Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi
Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), Cet. 2, hlm. 6.
8Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), Cet. I, hlm. 39.
4
xviii
Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti melalui studi
tindakan kelas akan melakukan penelitian dengan judul penelitian ”
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK
BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2 MA KARTAYUDA
WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.
B. Penegasan Istilah
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.9 Dalam hal ini
ketika siswa mendapatkan tugas dari kelompoknya, dia akan menjadi
partisipan yang aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga dengan
pembelajaran yang bersumber pada siswa, guru dapat mengembangkan
segala potensi yang ada pada diri siswa.
Investigation adalah saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,
klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
inferensi.10 Prinsip dasar group investigation adalah siswa membentuk
kelompok-kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai
tujuan bersama. Setelah belajar kelompok, perwakilan dari masing-masing
kelompok mempresentasikan atau menyajikan materi hasil diskusi di depan
kelas, sedangkan kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi,
mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan.
C. Pembatasan Masalah
Mata pelajaran fiqh bertujuan untuk membekali peserta didik agar
dapat mengetahui dan memahami pokok – pokok hukum Islam secara
9Made Vena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 189
10Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta; Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 225
5
xix
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, serta
melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar.11
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.12 Sedangkan suatu kelompok diskusi adalah suatu kelompok yang
diadakan dengan maksud untuk mempelajari suatu masalah yang
pemecahannya harus ditemukan.13
Berdasarkan rendahnya nilai rata-rata hasil ulangan umum semester
genap tahun pelajaran 2009/2010, peneliti akan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
group investigation pada siswa kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado
Kedungtuban Blora tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pelajaran Fiqh
pokok bahasan Peradilan Islam (Hakim dan Saksi dalam Peradilan Islam).
D. Rumusan Masalah
Permasalahan ketidakefektifan pembelajaran di kelas itu cukup
banyak. Dari sekian masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran
konvensional, yang hanya menekankan otoritas guru tanpa melibatkan
aktivitas murid. Contoh yang paling banyak ditemui adalah penggunaan
metode ceramah. Hal ini bukan berarti metode ceramah tidak baik, tetapi
menempatkan ceramah sebagai satu-satunya metode tidak akan dapat
menggali potensi yang dimiliki siswa, sekaligus menjadikan pembelajaran
dan tidak memberdayakan. Maka perlu dikembangkan model pembelajaran
yang menempatkan murid sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya dalah
model pembelajaran kooperatif.
11Permendiknas No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta:
2006. hlm. 21. 12Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
FKIP UNS Surakarta, 2009), Cet. I, hlm. 37. 13Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008) Cet. 2,
hlm. 144.
6
xx
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara spesifik rumusan masalah
yang menjadi fokus pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah;
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih di MA Kartayuda?
2. Apakah penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fiqh di MA Kartayuda ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh siswa kelas
XI IPA semester I di MA Kartayuda.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan baru dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Untuk digunakan sebagai bahan acuan memperbaiki metode
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
- Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah, dan kemampuan intelektual dalam
berkomunikasi dengan kelompok.
- Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
- Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
7
xxi
- Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama.
b. Bagi guru
- Sebagai bahan masukan dalam pengembangan model
pembelajaran pada mata pelajaran fiqh dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran.
- Menerapkan metode pembelajaran kooperatif untuk materi
yang lain.
- Membantu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
mengoptimalkan aktivitas siswa sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
- Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran dalam membuat
keputusan yang tepat bagi siswa dalam kelas yang diajarnya.
c. Bagi sekolah
- Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara dan strategi baru
dalam pembelajaran untuk mutu pembelajaran selain
kemampuan inovatif guru.
- Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-
sungguh.
- Mampu mewujudkan kerjasama, kolaborasi antar guru dalam
satu sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
- Sebagai upaya peningkatan kualitas kelulusan.
8
xxii
BAB II
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQH
A. Metode Pembelajaran Koperatif Tipe Group Investigation
Dalam konteks pendidikan, terkadang terjadi kesalahan yang
seharusnya dapat dihindari, dalam paradigma lama guru terkadang hanya
menyampaikan, menuangkan materi semata tanpa adanya peran aktif dari
siswa, ibarat air di dalam teko yang dituangkan kedalam botol kosong.
Banyak anggapan bahwa paradigm lama ini sebagai satu-satunya alternatif
dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga siswa dalam hal ini
sebagai pendengar setia yang hanya duduk mendengarkan kemudian
mencatat dari apa yang didengarnya. Anggapan ini sebenarnya keliru, tetapi
alangkah baiknya apabila seorang siswa dianggap sebagai sebuah permata
yang tertimbun didalam lumpur yang apabila dikeluarkan akan
menghasilkan manfaat yang besar.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kondisi semacam ini diharapkan tercipta suasana
saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya berasal dari guru dan buku saja melainkan teman sesama.
Dengan pastisipasi dan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan proses belajar mengajar akan lebih
bermakna.
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan falsafah
dari pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Teori
konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek, informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
9 9 9
xxiii
itu tidak lagi sesuai.14 Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.15 Dalam
pembelajaran kooperatif tersebut memungkinkan terjadinya interaksi
antar siswa dengan saling bertukar informasi atau menggabungkan
beberapa ide dari masing-masing anggota kelompok untuk dijadikan
tujuan bersama dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students
work together in four member teams to master material initially
presented by the theacher” pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.16
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar.17 Sedangkan Johnson & Johnson
mengatakan pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
tim untuk mencapai tujuan bersama.18
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar
14Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 13. 15Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 53. 16Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 22. 17Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 Surakarta, 2009), Cet. Pertama, hlm. 37. 18Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 63.
10
xxiv
bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa
(Nurhadi dan Senduk). Menurut Lie pembelajaran kooperatif adalah
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur,
dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. 19
Prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif adalah siswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai
mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena
banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang
sebelumnya terbiasa dengan sikap pasif akan terbantu karena adanya
bantuan serta motivasi dari temannya.
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup segala bentuk
kesenjangan dalam pemahaman materi pelajaran pada tiap-tiap siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang menempatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar
dalam bentuk tim atau kelompok yang beranggotakan empat sampai
enam dengan berbagai latar belakang tingkat kemampuan siswa
sehingga didalamnya terjadi sebuah interaksi diantara sesama siswa
sehingga yang dijadikan sumber belajar bukan hanya berasal dari guru
dan buku pelajaran. Dalam pembelajaran tersebut menekankan bentuk
kerja kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran yang sama diantara
masing-masing anggota.
Dalam proses pendidikan, untuk dapat belajar seseorang
harus memiliki pasangan atau teman. Dewey menggagas konsep
19Made Vena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 3, hlm. 189-190. 11
xxv
pendidikan sebagaimana yang dikutip oleh Hamruni, bahwa kelas
seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey
yang utama tentang pendidikan adalah: (1) siswa hendaknya aktif,
learning by doing; (2) belajar hendanya didasari motivasi intrinsic; (3)
pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan
belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5)
pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling
memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur
demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan
dengan dunia nyata.20
2. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja
kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka
menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran
kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja
kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.
Bennet sebagaimana dikutip oleh Isjoni menyatakan ada lima
unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan
kerja kelompok, yaitu ;21
Pertama, Positif Interdepence, yaitu hubungan timbal balik
yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara
anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Kedua, Interaction Face to
face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya
perantara. Ketiga, adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi
20Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 224-225. 21 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 60.
12
xxvi
pelajaran dalam anggota kelompok sehingga termotivasi untuk
membantu temannya, karena tujuan dalam pembelajaran kooperatif
adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat
pribadinya. Keempat, membutuhkan keluwesan. Kelima, meningkatkan
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses
kelompok) yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam
pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama
dan berhubungan ini adalah keterampilan yang terpenting dan sangat
diperlukan di masyarakat.
Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran
yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja
sama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama.
Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimal bukan saja untuk
diri sendiri, tetapi juga untuk teman-teman lain dalam kelompok.
Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif
adalah;22
a. Saling ketergantungan antara satu sama lain secara positif (positif
interdependence).
b. Saling berinteraksi langsung antar anggota dalam kelompok (face to
face interaction).
c. Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual
accountability).
d. Keterampilan sosial (cooperative social skills).
e. Pemrosesan kelompok (group processing).
Sedangkan menurut Lie mengatakan pembelajaran kooperatif
adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang
22Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 54.
13
xxvii
saling terkait. Menurut Lie sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyanto
elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah23;
a. Saling ketergantungan pasif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan
yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai
melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, menyelesaikan
tugas, bahan atau sumber, peran dalam kerja kelompok.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru, tetapi juga terhadap siswa lain. Interaksi
semacam ini sangat penting dalam rangka membantu siswa yang
merasa kesulitan dalam belajar. Hal tersebut juga menggambarkan
proses terjadinya pembelajaran model tutor sebaya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan secara
individual. Hasil penilaian tersebut kemudian disampaikan dalam
kelompok siswa sehingga siswa yang lain dalam kelompoknya
mengetahui siapa anggota kelompoknya yang merasa memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
d. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
23Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 Surakarta, 2009), Cet. Pertama, hlm. 40-42.
14
xxviii
hubungan antar pribadi tidak hanya sekedar diasumsikan
melainkan secara sengaja diajarkan.
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut;24
a. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan
belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras,
budaya dan jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kelompok kerja dari pada
individual.
Tujuan pembelajaran kooperatif dikatakan berhasil apabila
siswa dapat mencapai tujuan bersama dalam anggota kelompoknya.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum Ibrahim, et. Al yaitu;25
a. Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
24Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet. 2, hlm. 74-75. 25Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm.
39-42.
15
xxix
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Yaitu penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para
siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara, karena
mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi
masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan
bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan
global untuk memenangkan persaingan tersebut.
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama,
strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. (Ibrahim, dkk).26
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa untuk
saling bekerja sama bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation
Dalam konsep group investigation Thelen menyatakan bahwa
kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi. Menurut Slavin
26Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 44. 16
xxx
sebagaimana yang dikutip oleh Trianto model group investigation
memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu ; 27
Tahap 1 : Grouping
• Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,
dan mengkategorikan saran-saran.
• Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari
topik-topik yang telah mereka pilih.
• Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
• Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan28
Tahap 2 : Planning
• Para siswa merencakan bersama mengenai apa yang akan
dipelajari?, bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa?
(pembagian tugas), untuk tujuan dan kepentingan apa kita
menginvestigasi topik ini?.
Tahap 3 : Investigation
• Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.
• Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
• Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan
mensintesis semua gagasan29
Tahap 4 : Organizing
• Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek
mereka.
27Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 225.
28Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 218.
29Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 219.
17
xxxi
• Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan,
dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
• Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi30
Tahap 5 : Presenting
• Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk.
• Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya
yang aktif.
• Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
oleh seluruh anggota kelas31
Tahap 6 : Evaluating
• Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik
tersebut.
• Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran
siswa.
• Penilaian atas pembelajaran32
Sistem sosial yang dikembangkan adalah arahan guru yang
minim, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu
menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip
reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor,
konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan
dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan
perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah
berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.
Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi
30Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 129.
31Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 219.
32Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 220.
18
xxxii
yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh
informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan
referensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan
kemampuan perseorangan. 33
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan
belajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sekaligus
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar telah lama dikenal dan
bahkan secara sadar maupun tidak sadar dilakukan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari
seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Melalui proses belajar
mengajar diharapkan terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan, baik
dalam hal aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosional maupun sikap
dan nilai pada diri siswa. Belajar merupakan proses mental yang
dinyatakan dalam berbagai perilaku, baik perilaku fisik-motorik
maupun psikis. Meskipun kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan fisik-motorik namun didalamnya terdapat ketrampilan mental
meski kapasitasnya lebih rendah.
Berikut ini adalah pengertian belajar yang diberikan oleh
beberapa ahli pendidikan;
a. Clifford T. Morgan sebagaimana dikutip oleh Mustaqim
mengatakan “Learning is any reltively permanent change in
behavior that is a result of past experince” belajar adalah perubahan
33Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 225. 19
xxxiii
tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman
yang lalu.34
b. Harold Spears mengatakan “learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”
(belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri
tentang sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk).35
c. Briggs belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di
dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman stuktur
kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan stuktur
kognitif lama.36
d. Gagne, belajar adalah suat proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.37
Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama
belajar, yaitu; proses, perubahan perilaku dan pengalaman.38
a. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Pada hakekatnya belajar dilakukan melalui berbagai
aktivitas baik fisik maupun mental untuk mencapai suatu hasil
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan belajar itu sendiri pada
hakekatnya dimiliki oleh setiap individu siswa. Tujuan tersebut lahir
dari adanya keinginan atau kebutuhan baik jasmani maupun rohani.
Seseorang dikatakan belajar apabila fikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas fikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati
34Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hlm. 39. 35Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hlm. 40. 36Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.
Kedua, hlm. 40. 37Udin S. Winataputra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), Cet. 11, hlm. 2.3. 38Udin S. Winataputra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), Cet. 11, hlm. 2.3.
20
xxxiv
keberadaannya oleh orang lain, akan tetapi dapat dirasakan oleh
orang yang belajar. Guru tidak dapat melihat aktivitas fikiran dan
perasaan siswa, tetapi yang dapat diamati guru ialah manifestasinya,
yaitu kegiatan siswa sebagai akibat dari adanya aktivitas fikiran dan
perasaan pada diri siswa tersebut.
b. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang
dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana
proses mental dan emosional terjadi. Menurut Wingo dalam proses
belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar,
yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan
menerapkan konsep, memampuan memberikan dan manerik
kesimpulan dan member respon yang positif terhadap sesuatu yang
dipelajari, dan diperoleh kecapakan melakukan suatu kegiatan
tertentu.
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam
interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Pemahaman dan struktur kognitif dapat
diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan.
Dalam khazanah peristilahan pendidikan hal ini dikenal dengan
“learing by doing” yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu
kegiatan.39 Dalam hal ini seharusnya guru mampu memberian
ransangan terhadap siswa dengan menyodorkan suatu materi
pembelajaran yang bersifat problematik, atau materi pembelajaran
yang mengandung permasalahan yang harus dipecahkan atau dicari
jawabannya oleh siswa. Sehingga dengan adanya permasalahan
tersebut siswa melakukan kegiatan untuk mencari atau memecahkan
masalah tersebut.
39Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.
Kedua, hlm. 41. 21
xxxv
Agar belajar dapat mencapai sasaran yang diperolehnya
pemahaman dan struktur kognitif baru, atau berubahnya pemahaman
dan struktur kognitif lama yang dimiliki seseorang, maka proses belajar
seharusnya dilakukan secara aktif, melalui berbagai macam kegiatan,
seperti mengalami, melakukan, mencari, dan menemukan. Perubahan
yang terjadi pada diri seseorang meliputi perubahan dan pemahaman
yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan teori Gestalt (insightful learning theory), balajar
pada hakekatnya merupakan hasil dari proses interaksi individu dengan
lingkungan sekitarnya.40 Belajar tidak hanya semata-mata sebagai suatu
upaya dalam merespons suatu stimulus. Tetapi lebih dari itu, belajar
dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan,
dan memahami belajar melalui proses. Jadi belajar dapat diperoleh jika
siswa aktif dan bukan pasif. Apabila dalam pelaksanaan pembelajaran
siswa aktif maka fungsi guru adalah pemberi rangsang agar siswa
belajar, mengarahkan seluruh kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan memberikan dorongan dan motivasi sehingga siswa
mampu melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar
Perubahan yang terjadi pada siswa banyak sekali jenis dan
bentuknya sebagai hasil dari proses belajar. Oleh karena itu tidak semua
jenis perubahan tersebut dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam menuntut ilmu yaitu
suatu hasil yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu.
Bentuk perilaku sebagai hasil belajar digolongkan menjadi
tiga klasifikasi. Benyamin S, Bloom dan kawan-kawan menamakan
40Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet. Kedua, hlm. 84.
22
xxxvi
cara mengklasifikasi itu dengan “The taxonomy of education objectives”
taksonomi tujuan pendidikan antara lain ;41
a. Domain Kognitif
Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan
dengan berfikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Domain ini
memiliki enam tingkatan antara lain;
- Mengingat (remember) yaitu mengeluarkan kembali (retrieve)
pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang (long
term memory) melalui kegiatan mengenali (recognize) dan
mengingat kembali (recall)
- Memahami (understand) yaitu menyusun makna dari pesan-
pesan pembelajaran, mencakup komunikasi oral, tertulis dan
grafis. Kemampuan ini meluputi kegiatan menginterpretasikan,
memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan.
- Menerapkan (apply) yaitu menerapkan suatu prosedur dalam
suatu prosedur dalam suatu situasi tertentu. Kegiatan ini
meliputi kegiatan melakukan dan mengimplementasikan.
- Menganalisis (analyze) yaitu menguraikan sesuatu ke dalam
bagian-bagian dan menentukan bagaimana hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan antara bagian-bagian tersebut
dengan struktur keseluruhan atau tujuan. Kemampuan ini
meliputi kegiatan memisahkan, mengorganisasikan dan
mengatribusikan.
- Mengevaluasi (evaluate) yaitu membuat penilaian berdasarkan
suatu criteria atau standar tertentu. Kemampuan ini meliputi
kegiatan mengecek dan mengkritik.
- Mencipta (create) yaitu memadukan berbagai elemen untuk
membentuk sesuatu yang koheren atau berfungsi;
41Lukmanul Hakim, Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV.
Wacana Prima, 2008), Cet. Kedua, hlm. 100-106. 23
xxxvii
mereorganisasi elemen-elemen kedalam suatu pola atau
struktur. Kemampuan ini terdiri dari generating, merencanakan
dan memproduksi.
b. Domain Afektif
Domain afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi
dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan-tingkatan dari domain
ini terdiri dari lima tingkatan antara lain;
- Kemauan menerima (receiving), merupakan kemauan untuk
memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu seperti
kegiatan membaca buku, mendengar music atau bergaul
dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
- Kemauan menanggapi (responding), yaitu pastisipasi aktif
dalam kegiatan tertentu.
- Berkeyakinan (valuing), berkenaan dengan kemauan menerima
sistem nilai tertentu pada diri individu.
- Penerapan karya (organisation), berkenaan dengan penerimaan
terhadap berbagai nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada
suatu sistem nilai yang lebih tinggi.
- Ketekunan dan ketelitian (characterization by a value
complex), pada taraf ini individu sudah memiliki sistem nilai
selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai
yang dipegangnya.
c. Domain Psikomotirik
Domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks adalah sebagai berikut;
- Persepsi (perception), berkenaan dengan penggunaan indera
dalam melakukan kegiatan.
- Kesiapan melakukan sesuatu kegiatan (set) .
- Mekanisme (mechanism), berkenaan dengan penapmpilan
respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan,
24
xxxviii
sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan pada suatu
kemahiran.
- Respons terbimbing (guided respons), seperti meniru-niru,
mengulangi perbuatan yang diperintahkan, melakukan kegiatan
coba-coba (trial and error).
- Kemahiran (complex overt respons), berkenaan dengan
penampilan gerakan motorik dengan keterampilan penuh.
- Adaptasi (adaptation), berkenaan dengan keterampilan yang
sudah berkembang pada diri individu sehingga yang
bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai
dengan situasi dan kondisi tertentu.
- Originasi (origination), menunjukkan pada penciptaan pola
gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah
tertentu.
Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam
bidang pendidikan yang merupakan hasil belajar. Menurut Popham
sebagaimana yang dikutip oleh Harun Rasyid dan Mansur, ranah
afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.42 Orang yang tidak
memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai
keberhasilan studi secara optimal, karena hasil belajar akan bermanfaat
bagi masyarakat bila pada lulusan memiliki perilaku dan pandangan
yang positif dalam ikut mensejahterakan dan menentramkan
masyarakat. Untuk itu semua guru harus dapat melibatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Individu dikatakan melakukan kegiatan belajar apabila terjadi
interaksi dengan lingkungan. Aktivitas belajar tersebut tentu
42Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 13 25 25
xxxix
diperngaruhi oleh beberapa faktor yang membawa perubahan sebagai
akibat hasil belajar. Ada beberapa faktor dalam belajar, antara lain ;43
a. Motivasi untuk belajar
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk
berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku
belajar. Betapa pun beratnya segala sesuatu yang diinginkan akan
terasa ringan dan mudah jika mempunyai motivasi yang tinggi.
Motivasi pada dasarnya muncul dari individu siswa untuk
melakukan agar sesuatu yang diinginkan akan tercapai. Itu sebabnya
sering kita mendengar istilah motif dan dorongan, dikaitkan dengan
prestasi atau keberhasilan. Hal ini berarti motif merupakan
pendorong untuk melakukan tingkah laku atau melakukan kegiatan
belajar. Motivasi memberikan dorongan yang luar biasa terhadap
seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai dalam situasi
belajar. Motivasi ini biasanya merupakan keinginan yang harus
dipuaskan dengan melakukan sesuatu yang menjadi harapan dalam
dirinya.
b. Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju
oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya
mempunya tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang
hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari
sesuatu kegiatan. Dengan mempunyai gambaran yang jelas tentang
hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan berbagai
kegiatan atau perangkat untuk mencapainya.
Sebagaimana motivasi, tujuan juga merupakan salah satu faktor
yang terdapat dalam belajar yang muncul dalam diri individu.
Seorang siswa tentu mempunyai tujuan dalam proses belajar seperti
ingin pintar, cerdas, dapat tercapai segala cita-citanya. Dengan
43Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.
Kedua, hlm. 59-61 26
xl
keinginan tujuan yang besar memungkinkan munculnya usaha
bekerja keras hingga tercapai yang dikehendaki.
c. Situasi yang mempengaruhi proses belajar
- Siswa sebagai individu yang unik
Guru harus mampu mengetahui karakteristik masing-masing
individu siswa. Karena setiap individu siswa tidak ada yang
sama dalam berbagai hal antara satu dengan yang lain.
Perbedaan ini berkaitan dengan keinginan, kebutuhan,
kehendak, kesukaan, minat, bakat dan kemauan.
- Keadaan atau situasi belajar
Keadaan siswa berkaitan dengan kondisi fisik maupun mental.
Dalam kondisi sakit tentu siswa tidak dapat belajar secara
maksimal begitupun sebaliknya jika mental dalam keadaan tidak
tenang maka belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Selain
keadaan fisik dan mental, keadaan lingkungan juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
- Proses belajar
Proses belajar memerlukan metode, teknik dan waktu. Hal ini
menunjukkan keadaan yang berbeda-beda antara seseorang
dengan yang lain, juga terhadap materi pelajaran yang satu
dengan yang lain.
- Guru
Guru merupakan salah satu komponen situasi belajar. Keadaan
guru dapat mempengaruhi hasil belajar. Guru merupakan
pendorong dalam belajar. Oleh karena itu perlu diperhatikan
keadaan guru berkaitan dengan kepribadian, kemampuan dan
kondisi fisik maupun mental, sehingga belajar akan dapat
berlangsung dengan baik sampai pada tujuan yang ingin dicapai.
- Teman
Seringkali keberhasilan atau kegagalan belajar disebabkan oleh
teman pergaulan maupun teman belajar. Oleh karena itu harus
27
xli
diperhatikan dalam bergaul, mencari teman, agar tidak menjadi
penyebab kegagalan dalam belajar.
- Program yang ditempuh, apa yang dipelajari siswa pada
umumnya terfokus pada program pendidikan yang ditempuh.
Oleh karena itu materi pembelajaran yang dipelajari hendaknya
disertai dengan motivasi, minat sesuai dengan bakat siswa.
Menurut H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi
sebagaimana yang dikutip oleh Mustaqim, hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;44
a. Situasi Belajar, meliputi kesehatan jasmani, keadaan psikis dan
pengalaman dasar.
b. Penguasaan alat-alat intelektual, meliputi; bahan bilangan,
membaca, menulis, pengertian-pengertian kuantitatif tingkat tinggi,
mengarang, bahasa dan logika.
c. Latihan-latihan yang terpencar
d. Penggunaan unit-unit yang berarti
e. Latihan yang aktif
f. Kebaikan bentuk dan sistem
Buku pelajaran yang disusun sistematis, bab I memberi landasan
bagi konsep yang ada dalam bab II akan lebih membantu individu
dalam belajar.
g. Efek penghargaan (reward) dan hukuman
Hasil dari pembelajaran biasanya ditandai adanya keberhasilan dan
kegagalan. Penghargaan dapat menjadi penguat terhadap hasil
belajar sedangkan hukuman akan dapat menghilangkan tingkah laku
yang tidak diinginkan.
h. Tindakan-tindakan pedagogis
Hal-hal yang bisa menghambat belajar antara lain;
44Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hlm. 48-50.
28
xlii
- Merusak motif belajar yang sudah ada dengan mengubah
rencana si anak yang memang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
- Kegagalan memahami si murid, akan mengakibatkan salah
membimbing.
- Pengertian guru yang kurang jelas mengenai tujuan-tujuan
hakiki mata pelajaran yang diberikan.
- Kekurang fahaman tentang prinsip-prinsip belajar.
- Penguasaan bahan-bahan yang kurang akan mengakibatkan guru
tidak mampu memberi bimbingan yang baik dan menimbulkan
kesalahan-kesalahan dasar mengenai fakta-fakta.
i. Kapasitas dasar seperti intelegensi, bakat dan minat bawaan
Gardner tidak memandang “kecerdasan” manusia berdasarkan tes
standar semata, namun Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan
adalah;45
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan manusia.
- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru
untuk diselesaikan.
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang menawarkan jasa
yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Minat atau keinginan yang muncul dari dalam diri siswa tentu lebih
berarti daridapa pengaruh dari luar sebab bakat dan minat bawaan
merupakan sifat yang tidak bersifat sementara.
C. Penerapan Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini
merupakan model pembelajaran yang melatih siswa dalam menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Dengan interaksi yang terjadi kelompok ini
45Linda Campbell, dkk, Metode Pembelajaran Berbasis Multi Intelligences, (Depok:
Intuisi Press, 2004), Cet. I, hlm. 2. 29
xliii
membantu siswa aktif dalam pembelajaran serta memberikan kesempatan
untuk berfikir secara analistis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Model
pembelajaran kooperatif group investigation ini meliputi beberapa tahapan;
Tahap pertama, mengidentifikasi topik dan mengatur ke dalam
kelompok. Dalam kegiatan ini guru mempresentasikan permasalahan
tentang bagaimana peran hakim dalam peradilan Islam di Indonesia.
Kemudian guru menjelaskan materi secara umum yang selanjutnya siswa
menanggapi bahasan-bahasan yang akan mereka investigasi. Pembagian
kelompok dalam group investigation ini berdasarkan minat siswa terhadap
materi yang akan mereka pelajari. Karena perbedaan ketertarikan terhadap
materi ini akan menimbulkan pembahasan yang baru untuk didiskusikan
mesti materi yang dipelajari sama.
Tahap kedua, merencanakan investigasi di dalam kelompok. Pada
tahap ini materi yang dipelajari kelompok satu dan tiga membahas
pengertian hakim, dan fungsi hakim. Sedangkan kelompok dua dan empat
membahas etika dan syarat-syarat menjadi hakim. Kemudian kelompok
membagi tugas dengan membentuk struktur organisasi kelompok serta
menentukan sumber bahan yang digunakan dalam investigasi kelas sesuai
dengan lembar kegiatan yang dibagikan oleh guru.
Tahap ketiga, melaksanakan investigasi. Dalam tahap ini kelompok
melaksanakan rencana yang diformulasikan sebelumnya. Pada tahap ini
guru berkeliling di angtara kelompok untuk memastikan tugas dalam
kelompok berjalan dengan baik dengan menggunakan lembar observasi.
Selama tahap ini siswa secara berpasangan mengumpulkan, menganalisis,
dan mengevaluasi informasi serta membuat kesimpulan.
Tahap keempat, menyiapkan laporan akhir. Tahap ini merupakan
transisi dari pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap di mana kelompok
melaporkan hasil investigasi kepada seluruh kelas. pada tahap ini guru
meminta siswa agar masing-masing kelompok menunjuk anggotanya untuk
menjadi panitia presentasi serta mamastikan hasil diskusi siswa sudah
mencakup materi yang dipelajari.
30
xliv
Tahap kelima, mempresentasikan laporan akhir. Pada kegiatan ini
peran kelompok yang mempresentasikan lebih besar sehingga terjadi
pembelajaran antar siswa. Dalam menjelaskan kegiatan presentasi ini siswa
menggunakan sumber belajar baik dari buku pedoman siswa maupun
sumber lain yang diambil dari perpustakaan serta memanfaatkan media
internet secara online. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab antar
kelompok. Agar diskusi ini aktif, guru membebani tiap kelompok
mengajukan dua sampai tiga pertanyaan. Peran guru pada kegiatan
presentasi sebagai narasumber dan fasilitator.
Tahap keenam, evaluasi pembelajaran. Dalam tahap ini guru
bersama siswa mengkolaborasi jawaban atas hasil diskusi untuk
mendapatkan kesimpulan. Akhir dari kegiatan ini adalah pemberian soal tes
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan membantu siswa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan aktifitas siswa
dalam pembelajaran, guru memotivasi siswa memberitahukan bahwa belajar
menurut ajaran Islam dinilai suatu ibadah, hal ini supaya pada diri siswa
timbul minat belajar yang tinggi. Kemudian bagi siswa yang aktif dalam
pembelajaran, guru memberikan imbalan seperti nilai yang tinggi serta
memberikan hadiah yang berupa pujian. Callahan and Clark sebagaimana
yang dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga
pendorong atau penarik yang menyababkan adanya tingkah laku kearah
suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi yang tinggi.46 Dengan minat belajar yang tinggi
dan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membawa dampak tingginya
nilai hasil belajar yang diperoleh siswa.
46E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 264.
31
xlv
D. Pembelajaran Fiqh di MA
1. Pengertian Pembelajaran Fiqh MA
Secara bahasa fiqh berarti paham, dalam arti pengertian atau
pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi
akal. Para ulama fiqh mendefinisikan fiqh sebagai mengetahui hukum-
hukum Islam (syarak) yang bersifat amali (amalan) melalui dalil-
dalilnya yang terperinci.47 Sedangkan menurut Abudin Nata : ilmu
fiqih adalah sekelompok hukum tentang amal perbuatan manusia
yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.48 Yang dimaksud
dengan amal perbuatan manusia adalah segala amal perbuatan orang
mukallaf yang berhubungan dengan bidang ibadah, muamalat,
kepidanaan dan sebagainya.
Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah adalah salah satu
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan
dari fiqh yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah/SMP.49 Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian fiqh baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fiqh serta menggali tujuan dan
hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata
pelajaran Fiqh memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT
47 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, (Jakarta; PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002), hlm. 8 48Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 ),
Cet. Ke-7, hlm. 25. 49Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 84.
32
xlvi
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
ataupun lingkungannya.
2. Tujuan Pembelajaran Fiqh MA
Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk
membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan agama Islam seperti Al-
Attas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk
menjadi manusia yang baik, kemudian al-Abrasyi menjelaskan untuk
membentuk manusia yang berakhlak mulia. Kemudian dalam
konferensi dunia Islam pertama tentang pendidikan Islam
berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “manusia yang
menyerahkan diri kepada Allah SWT secara mutlak sebagaimana
dikutip oleh Muhammad Ali50
Dalam Permenag No. 2 tahun 2008, mata pelajaran Fiqh di
Madrasah Aliyah bertujuan untuk:51
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan
tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam
kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
50Mohamad Ali, “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III”, (Bandung: IMTIMA,
2007), hlm. 2. 51Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
PAI dan Bahasa Arab di Madrasah,hlm. 84.
33
xlvii
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk
menanamkan keimanan dan ketaqwaaan kepada Allah SWT serta
membiasakan siswa berakhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan fungsi
pendidikan agama seperti yang diungkapkan Darajat adalah untuk;52
a. Menumbuhkan rasa keimanan yang kuat
b. Menanamkembangkan kebiasaan dalam melakukan amal ibadah,
amal saleh dan akhlak mulia
c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar
sebagai anugerah Allah SWT
Dengan demikian melalui pembelajaran agama Islam
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan keagamaannya yakni
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT serta
berakhlak mulia.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh MA
Ruang lingkup mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah
meliputi :53 kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam
Islam; hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji,
hikmah dan cara pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan
hukum Islam tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang
kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya;
hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta
hikmahnya; hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta
hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta
hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinaayah,
Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan
hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam
52Mohamad Ali, “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III”, (Bandung: IMTIMA, 2007), hlm. 3
53Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 88-89.
34
xlviii
tentang siyaasah syar’iyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi;
dasar-dasar istinbaath dalam fiqh Islam; kaidah-kaidah usul fiqh dan
penerapannya.
Sedangkan materi yang akan digunakan peneliti dalam
penelitian tindakan kelas yaitu tentang Peradilan Islam dengan sub
pokok bahasan Hakim dan Saksi dalam Peradilan Islam yang meliputi
pengertian hakim, fungsi hakim, syarat-syarat hakim, etika hakim, dasar
hukum pengangkatan hakim dan hakim wanita, pengertian saksi, syarat-
syarat saksi, kesaksian orang buta serta hikmah peradilan dalam Islam.
35
xlix
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting atau lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah MA Kartayuda
Desa Wado Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora, dengan petimbangan
sebagai berikut ;
a. Untuk mengetahui kondisi proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah
Kartayuda
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas XI IPA 2, dengan
jumlah siswa 27 siswa yang terdiri 16 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.
C. Data dan Sumber Data
Dalam penetilian tindakan kelas ini data penelitian yang digunakan
adalah melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran yang menyoroti
aktivitas siswa terhadap materi dan metode analisis dokumen yang berupa
nilai ulangan harian pada materi sebelumnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut meliputi
pengamatan, kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan
sebagai berikut;
a. Observasi / Pengamatan
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
36
l
pengamatan.54 Sutrisno Hadi dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.55
Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan yang
berperan secara pasif. Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas serta aktivitas siswa
selama mengikuti pelajaran.
Pengamatan dilakukan terhadap guru peneliti fokuskan pada saat
menyampaikan materi pelajaran, memotivasi siswa, pengelolaan kelas,
memberikan latihan dan umpan balik dan melakukan penilaian terhadap
hasil belajar siswa. Sedangkan pengamatan terhadap siswa difokuskan
pada partisipasi dan keaktifan siswa selama mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
b. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Tes ini peneliti berikan setelah proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan tes tertulis juga
untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
E. Validitas Data
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes
melakukan fungsi ukurnya. Tes hanya dapat melaksanakan fungsinya dengan
54Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 76. 55Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Alfabeta: ), hlm. 145.
37
li
cermat kalau ada sesuatu yang diukurnya. Jadi untuk dikatakan valid, tes harus
mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat.56
Validitas data ini digunakan untuk mengukur atau mengungkap
kebenaran tentang hasil belajar yaitu nilai ulangan harian yang diadakan
setelah pembelajaran berakhir. Untuk mengetahui prosentase keberhasilan
hasil belajar peneliti menggunakan rumus:
P = NF
x 100 %
Keterangan
P : Angka prosentasi
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya.
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu/responden57
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk menganalisis data-
data yang telah dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif
(statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik
deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antar siklus, sedangkan teknik analisis kritis peneliti
gunakan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan
guru pada saat proses pembelajaran siklus I berlangsung sehingga dapat
peneliti jadikan sebagai bahan untuk menyusun perencanaan tindakan pada
siklus II. 58
56Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 133. 57Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), Cet. 2, hlm. 40. 58Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,
(Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2009), Cet. I, hlm. 61.
38
lii
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pembelajaran fiqh dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini adalah; jika
minimal 85% siswa mendapatkan nilai diatas 70.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan mengacu pada model
penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart pada tahun 1988
dari Deakin University Australia dalam buku penelitian tindakan kelas
sebagaimana ang dikutip oleh Muhammad Asrori yang teridiri dari; 59
a. Rencana (planning)
Kegiatan planning terdiri dari proses identifikasi dan identifikasi
masalah.60 Langkah pertama yang berupa perencanaan ini pada dasarnya
merupakan kegiatan menyusun rencana tindakan yang didalamnya
mengandung penjelasan tentang what (siapa), why (mengapa), when
(kapan), where (di mana), who (siapa) dan how (bagaimana) tindakan
tersebut akan dilakukan peneliti. Langkah tersebut seringkali dikenal
dengan langkah untuk menjawab atau menjabarkan “5W&1H”.61
b. Tindakan (action)
Action tersebut dilaksanakan untuk memperbaiki masalah.
c. Pengamatan (observation)
Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana
efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran.62
59Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008),
Cet. 2, hlm. 64 60Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi
Guru Madrasah (Madrasah Education Development Project (MEDP) ADB Loan No. 2294-INO (SF), hlm. 50.
61Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), Cet. 2, hlm. 100.
62Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Madrasah (Madrasah Education Development Project (MEDP) ADB Loan No. 2294-INO (SF), hlm. 53.
39
liii
d. Refleksi (reflection)
Reflecting adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi yaitu siswa, suasana kelas dan guru.63 Pada tahapan ini guru atau
peneliti berusaha menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how)
dan sejauhmana (to what extenct) intervensi telah menghasilkan perubahan
secara signifikan.
Penelitian ini dimulai dengan kegiatan pra siklus untuk mengetahui
kondisi umum pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kemudian
pada minggu selanjutnya mulai melaksanakan kegiatan siklus I. Berdasarkan
hasil pada siklus pertama, beberapa hambatan yang dijumpai akan digunakan
sebagai bahan acuan untuk melaksanakan kegiatan pada siklus II. Kegiatan
pada siklus II ini prosedur kegiatannya sebagaimana yang telah dilaksanakan
pada siklus I, tetapi sudah ada beberapa tambahan yang disesuaikan dengan
hambatan-hambatan yang ditemukan.
63Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi
Guru Madrasah (Madrasah Education Development Project (MEDP) ADB Loan No. 2294-INO (SF), hlm. 54.
40
liv
Diagram siklus pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas64
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus
Kegiatan Pra Siklus, Rabu, 17 Nopember 2010
Meliputi kegiatan observasi baik dari pihak guru maupun aktifitas siswa pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan ini peneliti lakukan
untuk mendapatkan gambaran umum kenyataan dilapangan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Siklus I, Rabu, 24 Nopember 2010
1) Perencanaan
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Menyiapkan media pembelajaran
c) Menyusun lembar observasi
64Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008),
Cet. 2, hlm. 103.
Permasalahan Perencanaan Tindakah I
Pelaksanaan Tindakah I
SIKLUS I
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
SIKLUS II
Penyimpulan dan Pemaknaan
Hasil
Refleksi I
Refleksi II
Perencanaan Tindakah II
Pelaksanaan Tindakah I
Observasi I
Observasi II
Jika Permasalahan Belum Terselesaikan
Lanjutkan ke Siklus Berikutnya
41
lv
d) Menyusun instrumen penelitian
e) Membuat alat evaluasi
- Lembar kerja siswa dengan materi hakim dan saksi dalam peradilan
Islam
- Soal evaluasi siklus
f) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi untuk siswa
2) Pelaksanaan
a) Melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan,
b) Mengidentifikasikan topik bahasan
c) Membagi pokok materi bahan diskusi kelompok
d) Merencanakan tugas kelompok yang akan dipelajari
e) Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
- Pembelajaran ini diawali dengan guru mempresentasikan sebuah
permasalahan kepada seluruh kelas tentang apa yang akan
dipelajari dari bahasan hakim dan jaksa dalam peradilan Islam
- Dalam kegiatan diskusi kelompok ini masing-masing siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
kesimpulan sebagai hasil diskusi kelompok
- Setiap kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas
mereka
- Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
untuk selanjutnya kelompok lain menanggapi. Sedangkan posisi
guru pada kegiatan presentasi ini adalah sebagai narasumber atau
fasilitator, mengkolaborasi bersama siswa dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa
3) Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas ini pengamatan dilaksanakan dengan
beberapa aspek yang akan diamati meliputi;
a) Perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi
b) Keterlibatan siswa dalam kerjasama kelompok
c) Banyaknya siswa yang bertanya
42
lvi
d) Banyaknya siswa yang menjawab atas pertanyaan yang diajukan
e) Banyaknya siswa yang memberikan saran ataupun tanggapan dari
kelompok lain
Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk
mendapatkan gambaran aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan lembar observasi untuk masing-masing siswa.
Dalam hal ini peneliti memberikan banyak kesempatan komunikasi kepada
siswa melalui proses mendengarkan, mendorong pastisipasi, memberikan
reaksi dan tidak menghakimi siswa dalam kelompok diskusi dengan
mengelilingi masing-masing kelompok.
4) Refleksi
Menganalisis hasil kejadian-kejadian pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, serta menganalisis kelemahan-kelemahan dan keberhasilan
peneliti saat menerapkan model pembelajaran kooperatif group
investigation dan mempertimbangkan langkah-langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan pada siklus II.
Siklus II, Rabu, 1 Desember 2010
Berdasarkan hasil dari siklus I, peneliti perlu mengevaluasi hasil refleksi
siklus I dan mencari perbaikan guna diterapkan pada kegiatan pembelajaran,
1) Perencanaan
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Menyiapkan media pembelajaran
c) Menyiapkan lembar observasi
d) Menyiapkan instrumen penelitian
e) Membuat alat evaluasi
- Lembar kerja siswa dengan materi hakim dan saksi dalam peradilan
Islam
- Soal evaluasi siklus
g) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa
2) Pelaksanaan
43
lvii
Melakukan analisis pemecahan masalah, melaksanakan tindakan perbaikan
berdasarkan hasil refleksi siklus I.
a) Melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan,
b) Mengidentifikasikan topik bahasan
c) Membagi pokok materi bahan diskusi kelompok
d) Merencanakan tugas kelompok yang akan dipelajari
e) Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
- Pembelajaran ini diawali dengan guru mempresentasikan sebuah
permasalahan kepada seluruh kelas tentang apa yang akan
dipelajari dari kelanjutan materi pada siklus I
- Dalam kegiatan diskusi kelompok ini masing-maisng siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
kesimpulan sebagai hasil diskusi kelompok
- Setiap kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas
mereka kemudian mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
untuk selanjutnya mendapatkan tanggapan ataupun pertanyaan dari
kelompok lain. Sedangkan posisi guru disini adalah sebagai
narasumber atau fasilitator, mengkolaborasi bersama siswa dalam
mengevaluasi pembelajaran siswa
3) Pengamatan
Berdasarkan data observasi pada siklus I, peneliti melakukan pengamatan
kembali terhadap kinerja siswa selama kegiatan kerja kelompok dan
mempresentasikan hasil diskusi serta melaksanakan tindakan perbaikan
dengan memaksimalkan penerapan model pembelajaran kooperatif group
investigation.
4) Refleksi
Merefleksi proses pembelajaran, merefleksi hasil belajar siswa dengan
menerapkan kooperatif group investigation, serta menganalisis temuan dan
hasil kegiatan penelitian.
Diharapkan setelah akhir siklus kedua ini implementasi pembelajaran
kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
44
lviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan
observasi pembelajaran pada hari Rabu, 17 Nopember 2010. Pada kegiatan ini
peneliti mengikuti jalannya pembelajaran dengan posisi duduk dibelakang
siswa, hal ini peneliti lakukan untuk mendapatkan gambaran aktifitas
pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
Gambaran secara umum pada pembelajaran mata pelajaran fiqh, dalam
menyampaikan materi guru lebih dominan di dalam kelas. Guru cenderung
hanya mentransfer ilmu pada siswa, sehingga proses pembelajaran berpusat
pada guru yang berorientasi pada pencapaian aspek-aspek kognitif saja.
Keadaan ini memaksa siswa untuk mendengarkan saja dan cenderung siswa
bersikap pasif, kurang kreatif, bahkan menimbulkan kebosanan pada diri
siswa. Dalam keadaan ini muncul permasalahan yaitu siswa tidak
menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang
bercanda dengan temannya. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton,
suasana pembelajaran tampak kaku, hal ini tentu akan berdampak pada nilai
yang diperoleh siswa kelas XI IPA 2 khususnya mata pelajaran fiqh.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa pada
pembelajaran fiqh, peneliti melakukan observasi dokumen nilai ulangan harian
pada materi sebelumnya dengan Standar Kompetensi memahami ketentuan
Islam tentang hudud dan hikmahnya, dari dokumen tersebut diperoleh data :
Tabel. 1 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus
No
Nama Siswa Nilai Lambang Nilai Keterangan
Urut Induk 1 1088 A. ZAINURI 75 B Tuntas
2 1025 AHMAD RIRIS MULDANI 70 C Tuntas
3 1033 ALFI NUR AINI 75 B Tuntas
45
lix
No Nama Siswa Nilai Lambang
Nilai Keterangan Urut Induk 4 1091 DELLA WIDYA SARI 70 C Tuntas
5 1100 M ABDUL HAQ 70 C Tuntas
6 1054 NUR HIDAYATUN NAFIAH 80 B Tuntas
7 1111 RIFDA YULIA ALBIQ 85 A Tuntas
8 1046 M ABDUL ROHMAN 80 B Tuntas
9 1055 RIRIN ARIYANTI 75 B Tuntas
10 1090 RUDIK WAHYU ABADI 70 C Tuntas
11 1056 SETYOWATIK RETNO P 60 C Belum Tuntas
12 1116 SITI AZIZATUR ROFI'AH 85 A Tuntas
13 1132 M IMAM SYAFI'I 70 C Tuntas
14 1105 MUHIMMATUL MUTOHAROH 75 B
Tuntas
15 1099 M ZAHLI FADLI 70 C Tuntas
16 1048 MISBAH AMIN ASRORI 75 B Tuntas
17 1106 NUR HAYATI 65 C Belum Tuntas
18 1119 SITI IMROATIN 65 C Belum Tuntas
19 1059 SITI JAYANTI 75 B Tuntas
20 1074 SITI MAEMUNAH 70 C Tuntas
21 1122 SITI NAFSIYAH 80 B Tuntas
22 1123 SITI NUR FATIMAH 70 C Tuntas
23 1127 SUNTORO 65 C Belum Tuntas
24 1128 UMI ROHMATIN 80 B Tuntas
25 1072 VITA 70 C Tuntas
26 1122 TAUFIK HIDAYAT 75 B Tuntas
27 1196 NUR ROHMAT HASIM 65 C Belum Tuntas
Jumlah 1965
Rata-rata 72,78
Dari data tersebut diperoleh data prosentase sebagai berikut;
Tabel. 2 Prosentase Nilai Ulangan Harian Pra Siklus
NO Hasil(Angka) Hasil Arti Lambang Jumlah Siswa Persen 1 85 – 100 A Sangat baik 2 7,41 % 2 75 – 84 B Baik 11 70,74 % 3 65 – 74 C Cukup 14 51,85 % 4 55 – 64 D Kurang 0 … %
5 < 54 E Sangat Kurang 0 … % Jumlah 27 100 %
46
lx
Berdasarkan tabel di atas diperoleh data ketuntasan belajar siswa dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 adalah jumlah siswa yang mendapat
nilai A (85-100) sejumlah 2 siswa (7,41%), yang mendapat nilai B (75-84)
sejumlah 11 siswa (70,74%), yang mendapat nilai C (65-74) sejumlah 14
siswa (51,85 %).
Dari hasil nilai ulangan harian siswa seperti tersebut, sebagian besar
siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan hanya sebagian kecil
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Namun demikian dari jumlah
siswa yang mendapat kategori nilai C yaitu nilai antara 65-74 terdapat 5 anak
yang belum mencapai ketuntasan belajar. Data prosentase ketuntasan belajar
pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini:
Tabel. 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Nilai Ulangan Harian Pra Siklus
No Ketuntasan Belajar Jumlah siswa Prosentase 1 Tuntas 22 81,49 % 2 Belum Tuntas 5 18,51 %
Jumlah 27 100 %
Sumber : Hasil tabulasi data Nopember 2010
Berdasarkan data pada tabel. 2, diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 2
yang mendapatkan nilai dibawah KKM 70 sebanyak 5 siswa. Dengan
demikian dari jumlah siswa 27 anak yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 22 siswa.
B. Deskripsi Hasil Siklus I
5) Perencanaan
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Materi yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu
membahas materi dengan standar kompetensi memahami ketentuan
Islam tentang peradilan dan hikmahnya dengan kompetensi dasar 3.2.
mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan
Islam. Berdasarkan materi tersebut kemudian dituangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran. Tema yang dipilih dalam siklus I
47
lxi
membahas tentang hakim meliputi pengertian hakim, fungsi hakim,
syarat-syarat hakim, etika hakim dan dasar hukum pengangkatan
hakim dan hakim wanita dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
b) Mempersiapkan media pembelajaran
Dalam penelitian ini media pembelajaran yang akan digunakan adalah
media presentasi dengan power point, juga menggunakan sumber
belajar dari jaringan internet yang dibawa ke dalam kelas sehingga
membantu proses pembelajaran serta dapat menambah wawasan
pengetahuan baik untuk guru maupun siswa.
c) Menyusun lembar observasi
d) Menyusun instrumen penelitian
e) Merencanakan tugas kelompok
Dari jumlah siswa 27 anak dibuat menjadi empat kelompok. Kelompok
pertama dan kedua akan menyampaikan materi pada siklus I yaitu
tentang hakim, sedangkan kelompok ketiga dan keempat akan
menyampaikan materi pada siklus II yaitu membahas tentang saksi.
f) Membuat alat evaluasi
- Lembar kerja siswa dengan materi hakim dalam peradilan Islam
- Soal evaluasi siklus
6) Pelaksanaan
Secara umum gambaran pelaksanaan pembelajaran pada Siklus
I adalah sebagai berikut;
Guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan
tanya jawab dengan siswa tentang peradilan dalam Islam. Langkah
selanjutnya yang dilakukan yaitu membagi siswa menjadi empat
kelompok yang heterogen yang masing-masing beranggotakan 6-7 anak.
Kemudian guru membagi materi menjadi 2 bahasan yaitu; Pengertian
dan fungsi hakim, serta etika dan syarat-syarat hakim. Masing-masing
kelompok diberi kesempatan untuk memilih sub pokok bahasan yang
akan dipelajari. Kelompok pertama dan ketiga membahas sub pokok
48
lxii
bahasan yang sama sedangkan kelompok kedua dan keempat membahas
sub pokok bahasan yang sama pula.
Sebelum proses investigasi dimulai guru membagikan lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan yang relevan terhadap perencanaan
investigasi ini yaitu topik penelitian, apa yang ingin kami investigasi dan
sumber bahan yang digunakan. Lembar kegiatan tersebut akan
digunakan siswa sebagai materi presentasi atau investigasi untuk kelas.
Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan materi
secara umum, kemudian secara berpasangan siswa melakukan diskusi
sesuai dengan sub pokok bahasan pada kelompok masing-masing.
Dalam diskusi ini guru melakukan pendekatan kepada masing-masing
kelompok dengan memberikan reaksi dan tidak menghakimi,
berpartisipasi, memberikan ungkapan terhadap kinerja kelompok.
Setelah diskusi secara berpasangan selesai kemudian siswa bergabung
dalam kelompoknya masing-masing untuk berbagi pengetahuan dari
hasil diskusi kecil. (pada kegiatan ini kelompok menunjuk satu anggota
untuk mencatat hasil diskusi ).
Pada siklus 1 ini, kelompok yang akan mempresentasikan hasil
diskusi adalah dua kelompok. Secara bergantian kelompok pertama dan
kedua melaporkan atau mempresentasikan hasil investigasi kepada
seluruh kelas (dalam hal ini kelompok berkontribusi terhadap group
investigasion seluruh kelas). Dalam menyampaikan hasil diskusi
kelompok, semua anggota maju ke depan kelas sesuai dengan tugas
masing-masing.
Pada kegiatan presentasi kelompok berlangsung, kelompok lain
diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan, mengajukan
beberapa pertanyaan sehingga terjadi sebuah diskusi di dalam kelas.
Peran guru pada kegiatan ini yaitu memastikan bahwa semua siswa
dalam kelompok terlibat diskusi, sebagai narasumber atau fasilitator,
mengkolaborasi bersama siswa dalam mengevaluasi setiap jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.
44 49
lxiii
Setelah presentasi selesai, guru memberikan evaluasi untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi. Akhir dari pertemuan
ini yaitu guru mengklarifikasi atas investigasi kelas. Kemudian
berkolaborasi bersama dengan siswa membuat kesimpulan materi.
7) Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan ketika kegiatan diskusi dalam
kelompok berlangsung yaitu dengan cara guru melakukan pendekatan
terhadap masing-masing kelompok untuk memastikan bahwa siswa
melaksanakan tugasnya dengan baik serta memberikan sedikit kontribusi
kepada kelompok apabila mengalami kesulitan. Selain itu juga guru
mengamati siswa pada saat presentasi kelompok berlangsung untuk
melihat aktifitas siswa dengan menggunakan lembar observasi.
Tabel. 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I
No Nama Siswa
Kelomp
ok AKTIFITAS SISWA
Urut Induk 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1088 A ZAINURI 1 1 1 1 1 0 1 0
2 1025 AHMAD RIRIS MULDANI 1 1 1 1 1 0 1 0
3 1033 ALFI NUR AINI 1 1 1 1 1 0 0 1
4 1091 DELLA WIDYA SARI 1 1 1 1 1 1 0 0 0
5 1100 M ABDUL HAQ 1 0 1 1 1 0 0 1
6 1054 NUR HIDAYATUN NAFIAH 1 1 1 1 1 0 1 0
7 1111 RIFDA YULIA ALBIQ 1 1 1 1 1 0 1 1
8 1046 M ABDUL ROHMAN 1 1 1 1 1 0 1 0
9 1055 RIRIN ARIYANTI 1 1 1 1 1 0 0 0
10 1090 RUDIK WAHYU ABADI 1 1 0 1 1 0 0 0
11 1056 SETYOWATIK RETNO P 2 1 1 0 1 1 0 0 0
12 1116 SITI AZIZATUR ROFI'AH 1 1 1 1 1 1 0 1
13 1132 M IMAM SYAFI'I 1 1 0 1 1 0 0 0
14 1105 MUHIMMATUL MUTOHAROH 1 1 1 1 1 1 0 0
15 1099 M ZAHLI FADLI 1 1 0 1 0 0 0 0
16 1048 MISBAH AMIN ASRORI 3 1 1 1 1 0 1 0 0
17 1106 NUR HAYATI 1 1 1 1 0 0 0 1
18 1119 SITI IMROATIN 3 1 1 1 1 0 0 0 0
50
lxiv
No Nama Siswa
Kelomp
ok AKTIFITAS SISWA
Urut Induk 1 2 3 4 5 6 7 8
19 1059 SITI JAYANTI 1 1 1 1 0 0 0 0
20 1074 SITI MAEMUNAH 1 1 1 1 0 0 0 0
21 1122 SITI NAFSIYAH 1 1 1 1 0 1 0 1
22 1123 SITI NUR FATIMAH 1 1 1 1 0 0 0 1
23 1127 SUNTORO 1 1 0 1 0 0 0 0
24 1128 UMI ROHMATIN 4 1 1 1 1 0 1 0 1
25 1072 VITA 1 1 1 1 0 0 0 0
26 1122 TAUFIK HIDAYAT 1 1 1 1 0 1 0 1
27 1196 NUR ROHMAT HASIM 1 1 0 1 0 0 0 0
Jumlah 27 24 21 23 14 7 5 9
Keterangan
Aktifitas Siswa Nilai Siswa
1. Mencari sumber bahan yang relevan 0. Tidak 2. Mempelajari materi 1. Ya 3. Aktif berdiskusi 4. Melaksanakan tugas kelompok 5. Lancar pada saat presentasi 6. Mengajukan pertanyaan 7. Menjawab pertanyaan kelompok 8. Memberikan tanggapan
8) Refleksi
Pada kegiatan aktifitas siswa terlihat bahwa diskusi masih
didominasi oleh beberapa anak saja kebanyakan dari siswa masih malu-
malu untuk mengeluarkan pendapatnya atau mungkin merasa takut
menyampaikan pendapatnya dalam menanggapi ataupun memberikan
jawaban atas pertanyaan yang ada. Untuk itu pada siklus ke-II guru harus
berusaha untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk
melatih menyampaikan pendapatnya di kelas, sehingga akhirnya
diharapkan dapat membantu tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa.
51
lxv
C. Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Desember 2010. Berdasarkan
hasil dari siklus I, peneliti perlu mengevaluasi hasil refleksi siklus I dan
mencari perbaikan guna diterapkan pada kegiatan pembelajaran pada siklus II.
5) Perencanaan
f) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
g) Menyiapkan media pembelajaran
h) Menyiapkan lembar observasi
i) Menyiapkan instrumen penelitian
j) Membuat alat evaluasi
- Lembar kerja siswa dengan materi saksi dalam peradilan Islam
- Soal evaluasi siklus
k) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa
6) Pelaksanaan
Berdasarkan hasil siklus I, maka peneliti perlu melakukan
penelitian tindakan kelas siklus II. Pembelajaran ini diawali dengan guru
mempresentasikan sebuah permasalahan kepada seluruh kelas yaitu
tentang saksi dalam peradilan Islam. Dalam kegiatan diskusi kelompok ini
masing-masing siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data sesuai
dengan lembar kegiatan siswa dan membuat kesimpulan sebagai hasil
diskusi kelompok.
Setiap kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas
mereka kemudian mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas untuk
selanjutnya mendapatkan tanggapan ataupun pertanyaan dari kelompok
lain. Posisi guru disini seperti pada siklus I yaitu sebagai narasumber atau
fasilitator, mengkolaborasi bersama siswa dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa. Kemudian setelah diadakan klarifikasi, guru
membagikan soal evaluasi dilanjutkan bersama dengan siswa membuat
kesimpulan atas materi yang dipelajari.
52
lxvi
7) Pengamatan
Berdasarkan data observasi pada siklus I, peneliti melakukan pengamatan
kembali terhadap nilai ulangan harian siklus II dan kinerja siswa selama
kegiatan kerja kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi serta
melaksanakan tindakan perbaikan dengan memaksimalkan penerapan
model pembelajaran kooperatif group investigation.
Tabel. 5 Lembar Observasi Siswa Siklus II
No Nama Siswa
Kelomp
ok AKTIFITAS SISWA
Urut Induk 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1088 A ZAINURI 1 1 1 1 0 1 0 1
2 1025 AHMAD RIRIS MULDANI 1 1 1 1 0 1 0 1
3 1033 ALFI NUR AINI 1 1 1 1 0 0 0 1
4 1091 DELLA WIDYA SARI 1 1 1 1 1 0 0 0 0
5 1100 M ABDUL HAQ 1 1 1 1 0 0 0 1
6 1054 NUR HIDAYATUN NAFIAH 1 1 1 1 0 0 0 1
7 1111 RIFDA YULIA ALBIQ 1 1 1 1 0 0 0 1
8 1046 M ABDUL ROHMAN 1 1 1 1 0 0 0 0
9 1055 RIRIN ARIYANTI 1 1 1 1 0 1 0 1
10 1090 RUDIK WAHYU ABADI 1 1 1 1 0 0 0 1
11 1056 SETYOWATIK RETNO P 2 1 1 1 1 0 1 0 0
12 1116 SITI AZIZATUR ROFI'AH 1 1 1 1 0 0 0 1
13 1132 M IMAM SYAFI'I 1 1 1 1 0 0 0 0
14 1105 MUHIMMATUL MUTOHAROH 1 1 1 1 0 0 0 1
15 1099 M ZAHLI FADLI 1 1 1 1 1 0 0 0
16 1048 MISBAH AMIN ASRORI 1 1 1 1 1 0 1 0
17 1106 NUR HAYATI 1 1 1 1 1 0 0 1
18 1119 SITI IMROATIN 3 1 1 1 1 1 0 1 0
19 1059 SITI JAYANTI 1 1 1 1 1 1 1 0
20 1074 SITI MAEMUNAH 1 1 1 1 1 0 0 1
21 1122 SITI NAFSIYAH 1 1 1 1 1 0 1 0
22 1123 SITI NUR FATIMAH 1 1 1 1 1 0 1 1
23 1127 SUNTORO 1 1 1 1 1 0 0 1
24 1128 UMI ROHMATIN 4 1 1 1 1 1 0 1 0
25 1072 VITA 1 1 1 1 1 1 0 1
26 1122 TAUFIK HIDAYAT 1 1 1 1 1 0 1 0
27 1196 NUR ROHMAT HASIM 1 1 1 1 1 0 0 0
53
lxvii
Jumlah 27 27 27 27 13 6 7 15
Keterangan
Aktifitas Siswa Nilai Siswa
1. Mencari sumber bahan yang relevan 0. Tidak 2. Mempelajari materi 1. Ya 3. Aktif berdiskusi 4. Melaksanakan tugas kelompok 5. Lancar pada saat presentasi 6. Mengajukan pertanyaan 7. Menjawab pertanyaan kelompok 8. Memberikan tanggapan
8) Refleksi
Aktifitas diskusi siswa dalam kelompok pada siklus II terlihat
masing-masing anggota kelompok sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik. Mereka dalam kelompok membagi tugas dan dijalankan dengan
baik, dan selama diskusi berlangsung guru memberikan motivasi kepada
siswa agar yang belum pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan
agar mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya
sehingga diskusi tidak didominasi oleh beberapa anak yang sudah pandai
tetapi diskusi dimiliki kelas.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran model pembelajaran group
investigation, guru memberikan soal evaluasi siklus. Data yang diperoleh dari
ulangan tersebut adalah sebagai berikut;
Tabel. 6
Nilai Ulangan Harian Siklus 1
No Nama Siswa Nilai
Lambang Nilai Keterangan
Urut Induk
1 1088 A ZAINURI 80 B Tuntas
2 1025 AHMAD RIRIS MULDANI 70 C Tuntas
3 1033 ALFI NUR AINI 75 B Tuntas
54
lxviii
4 1091 DELLA WIDYA SARI 70 C Tuntas
5 1100 M ABDUL HAQ 70 C Tuntas
6 1054 NUR HIDAYATUN NAFIAH 80 B Tuntas
7 1111 RIFDA YULIA ALBIQ 80 B Tuntas
8 1046 M ABDUL ROHMAN 80 B Tuntas
9 1055 RIRIN ARIYANTI 75 B Tuntas
10 1090 RUDIK WAHYU ABADI 70 C Tuntas
11 1056 SETYOWATIK RETNO P 65 C Belum Tuntas
12 1116 SITI AZIZATUR ROFI'AH 85 A Tuntas
13 1132 M IMAM SYAFI'I 75 B Tuntas
14 1105 MUHIMMATUL MUTOHAROH 75 B Tuntas
15 1099 M ZAHLI FADLI 70 C Tuntas
16 1048 MISBAH AMIN ASRORI 75 B Tuntas
17 1106 NUR HAYATI 65 C Belum Tuntas
18 1119 SITI IMROATIN 75 B Tuntas
19 1059 SITI JAYANTI 75 B Tuntas
20 1074 SITI MAEMUNAH 70 C Tuntas
21 1122 SITI NAFSIYAH 85 A Tuntas
22 1123 SITI NUR FATIMAH 75 B Tuntas
23 1127 SUNTORO 70 C Tuntas
24 1128 UMI ROHMATIN 80 B Tuntas
25 1072 VITA 65 C Belum Tuntas
26 1122 TAUFIK HIDAYAT 80 B Tuntas
27 1196 NUR ROHMAT HASIM 70 C Tuntas
Jumlah 2005
Rata-rata 74,26
Keterangan :
Tuntas : P = NF
x 100 % = 2724
x 100 % = 88,88 %
Belum Tuntas : P = NF
x 100 % = 273
x 100 % = 11,11 %
Dari data tersebut di atas, diperoleh data ketuntasan belajar dari 27
siswa yang mendapat nilai A (85-100) sejumlah 2 siswa (7,41%), yang
mensdapat nilai B (75-84) sejumlah 14 siswa (51,85%), yang mendapat nilai
C (65-74) sejumlah 11 siswa (70,74%).
44 55
lxix
Dari nilai tersebut di atas, dibandingkan dengan nilai pra siklus
terdapat kenaikan pada prosentase ketuntasan belajar siswa. Pada kegiatan pra
siklus anak yang belum tuntas berjumlah 5 anak (18,51%) namun pada siklus I
ini menjadi 3 anak (11,11%), artinya pada siklus I ini ada prosentasi kenaikan
jumlah siswa yang sudah tuntas KKM yaitu 24 anak (88,88%).
Siklus II
Tabel. 7 Nilai Ulangan Harian Siklus 2
No Nama Siswa Nilai
Lambang Nilai Keterangan
Urut Induk 1 1088 A ZAINURI 80 B Tuntas
2 1025 AHMAD RIRIS MULDANI 75 B Tuntas
3 1033 ALFI NUR AINI 85 A Tuntas
4 1091 DELLA WIDYA SARI 70 C Tuntas
5 1100 M ABDUL HAQ 80 B Tuntas
6 1054 NUR HIDAYATUN NAFIAH 85 A Tuntas
7 1111 RIFDA YULIA ALBIQ 90 A Tuntas
8 1046 M ABDUL ROHMAN 85 B Tuntas
9 1055 RIRIN ARIYANTI 80 B Tuntas
10 1090 RUDIK WAHYU ABADI 75 B Tuntas
11 1056 SETYOWATIK RETNO P 70 C Tuntas
12 1116 SITI AZIZATUR ROFI'AH 90 A Tuntas
13 1132 M IMAM SYAFI'I 75 B Tuntas
14 1105 MUHIMMATUL MUTOHAROH 75 B
Tuntas
15 1099 M ZAHLI FADLI 75 B Tuntas
16 1048 MISBAH AMIN ASRORI 75 B Tuntas
17 1106 NUR HAYATI 75 B Tuntas
18 1119 SITI IMROATIN 75 B Tuntas
19 1059 SITI JAYANTI 80 B Tuntas
20 1074 SITI MAEMUNAH 75 B Tuntas
21 1122 SITI NAFSIYAH 85 A Tuntas
22 1123 SITI NUR FATIMAH 75 B Tuntas
23 1127 SUNTORO 75 B Tuntas
24 1128 UMI ROHMATIN 80 B Tuntas
25 1072 VITA 65 C Belum Tuntas
26 1122 TAUFIK HIDAYAT 75 B Tuntas
56
lxx
27 1196 NUR ROHMAT HASIM 65 C Belum Tuntas
Jumlah 2095
Rata-rata 77,59 Keterangan :
Tuntas : P = NF
x 100 % = 2725
x 100 % = 92,60%
Belum Tuntas : P = NF
x 100 % = 272
x 100 % = 7,40%
Dari data tersebut di atas, diperoleh data ketuntasan belajar dari 27
siswa yang mendapat nilai A (85-100) sejumlah 5 siswa (18,52%), yang
mendapat nilai B (75-84) sejumlah 18 siswa (66,66%), yang mendapat nilai C
(65-74) sejumlah 4 siswa (14,81%).
Dari nilai tersebut di atas, dibandingkan dengan siklus I terdapat
kenaikan pada prosentase ketuntasan belajar siswa. Pada kegiatan siklus I
jumlah siswa yang belum tuntas 3 anak (11,11%), pada siklus II menjadi 2
anak (7,40%) sedangkan jumlah siswa yang telah tuntas KKM yaitu 25 anak
(92,60%).
Untuk melihat prosentase kenaikan nilai rata-rata kelas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel. 8
Nilai Perbandingan Antar Siklus No
Nama Siswa Nilai
Urut Induk Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 1088 A ZAINURI 75 80 80
2 1025 AHMAD RIRIS MULDANI 70 70 75
3 1033 ALFI NUR AINI 75 75 85
4 1091 DELLA WIDYA SARI 70 70 75
5 1100 M ABDUL HAQ 70 70 80
6 1054 NUR HIDAYATUN NAFIAH 80 80 85
7 1111 RIFDA YULIA ALBIQ 85 80 90
8 1046 M ABDUL ROHMAN 80 80 85
9 1055 RIRIN ARIYANTI 75 75 80
10 1090 RUDIK WAHYU ABADI 70 70 75
11 1056 SETYOWATIK RETNO P 60 65 75
57
lxxi
12 1116 SITI AZIZATUR ROFI'AH 85 85 90
13 1132 M IMAM SYAFI'I 70 75 75
14 1105 MUHIMMATUL MUTOHAROH 75 75 75
15 1099 M ZAHLI FADLI 70 70 75
16 1048 MISBAH AMIN ASRORI 75 75 75
17 1106 NUR HAYATI 65 65 75
18 1119 SITI IMROATIN 65 75 75
19 1059 SITI JAYANTI 75 75 80
20 1074 SITI MAEMUNAH 70 70 75
21 1122 SITI NAFSIYAH 80 85 85
22 1123 SITI NUR FATIMAH 70 75 75
23 1127 SUNTORO 65 70 75
24 1128 UMI ROHMATIN 80 80 80
25 1072 VITA 70 65 65
26 1122 TAUFIK HIDAYAT 75 80 80
27 1196 NUR ROHMAT HASIM 65 70 65
Jumlah 1965 2005 2095
Rata-rata 72.78 74.26 77.59
Dari nilai perbandingan antar siklus tersebut di atas, dapat diketahui
adanya peningkatan nilai rata-rata kelas ditiap siklus. Nilai rata-rata kelas
sebelum diadakan penelitian menunjukkan nilai rata-rata adalah 72,78. Namun
setelah diadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terdapat kenaikan 1,48 %,
sedangkan pada siklus II ada kenaikan nilai rata-rata kelas menjadi 3,33%.
Sedangkan aktifitas siswa selama kegiatan presentasi pada sesi tanya jawab
dan prosentase peningkatan hasil tes terdapat kenaikan seperti terlihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel. 9 Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran
Aktifitas Siswa Siklus ke 1
Siklus ke 2
Prosentase keaktifan siswa dalam pembelajaran 33,33% 55,55%
58
lxxii
Tabel. 10 Peningkatan Hasil Test Siswa
Aktifitas Siswa Siklus ke 1 Siklus ke 2
Prosentase Nilai Siswa Yang Mencapai KKM (70) 88,88% 92,59
Prosentase Siswa yang melebihi KKM (> 70) 59,26% 92,59
Hasil Nilai Rata-rata 74.26 77.59
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami
keberhasilan. Dengan kata lain, implimentasi tindakan pembelajaran melalui
metode pembelajaran Koperatif Tipe Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fiqh materi Hakim
dan Saksi dalam Peradilan Islam dan meningkatkan aktifitas siswa dalam
proses pembelajaran.
59
lxxiii
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
group investigation pada mata pelajaran Fiqh pokok bahasan Peradilan Islam
pada siswa kelas XI IPA 2 Madrasah Aliyah Kartayuda Wado Kedungtuban
Blora, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation
adalah pembelajaran yang berbentuk tugas kelompok yang diawali dengan
kegiatan diskusi secara berpasangan dalam satu kelompok. Setiap anggota
dalam kelompok saling berbagi informasi tentang materi yang dipelajari.
Setelah diskusi kelompok, setiap kelompok melaporkan atau
mempresentasikan hasil inverstigasi didepan kelas agar kelompok lain
menanggapi, mengajukan pertanyaan sehingga terjadi sebuah diskusi untuk
memecahkan permasalahan. Dalam diskusi ini posisi guru adalah sebagai
narasumber atau fasilitator, mengkolaborasi bersama siswa dalam
mengevaluasi setiap jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh pokok
bahasan Peradilan Islam. Hal ini terbukti pada akhir siklus I, siswa yang
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 24 anak (88,88%), dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 3 anak (11,11%), sedangkan pada akhir siklus II,
sebanyak 92,60% (25 anak) dan sebanyak 2 anak (7,40%) belum mencapai
ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata kelas siklus I 74,26 dan rata-rata
kelas siklus II 77,59. Sedangkan aktifitas siswa selama kegiatan diskusi dan
presentasi menunjukkan perubahan, siswa lebih aktif selama proses
pembelajaran dan semua siswa telah menjalankan tugas kelompok dengan
baik. Pada siklus I pada saat sesi tanya jawab terdapat 9 (33,33%) anak yang
60
lxxiv
memberikan ataupun menanggapi jawaban atas beberapa pertanyaan yang
diajukan sedangkan pada siklus II terdapat 15 anak (55,55%) yang aktif
dalam menyampaikan pendapatnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut.
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada
materi lain perlu kiranya dipertimbangkan sebagai salah satu metode
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pengelolaan kelas dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
group investigation mata pelajaran fiqh perlu mendapat perhatian lebih
untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif.
3. Pada sesi tanya jawab, guru hendaknya terus memberikan motivasi kepada
siswa agar menyampaikan pendapatnya sehingga proses diskusi menjadi
lebih aktif.
61
lxxv
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, Mohamad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II, Bandung: IMTIMA, 2007.
-------, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III, Bandung: IMTIMA, 2007.
Asrori, Mohammad, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Wacana Prima, 2008.
Campbell, Linda, dkk, Metode Pembelajaran Berbasis Multi Intelligences, Depok: Intuisi Press, 2004, Cet. I.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, Jakarta; PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2008, Cet. Kedua.
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta; Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta; 2009.
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 1.
Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002, Cet. 2.
Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Madrasah (Madrasah Education Development Project (MEDP) ADB Loan No. 2294-INO (SF).
Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-7.
Permenag, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, Tahun 2008, No. 2.
Permendiknas No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: 2006.
lxxvi
Rasyid, Harun dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: CV Wacana Prima, 2008, Cet. Kedua.
Santika, Ninong, Mengajarkan IPA Berbasis Kecerdasan Majemuk, Bandung: Tinta Emas Publishing, 2008.
Sudjiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
-------, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009, Cet. I.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta:
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2008, Cet. 2.
Suwandi, Sarwiji. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah, Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2009.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2005.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, Cet. I.
Vena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Winataputra, S Udin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2003, Cet. 11.
Yamin, Martinis dan Ansari, I Bansu, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, Cet. 2.
lxxvii
JADWAL PELAKSANAAN PTK
Nama Peneliti : Ahmad Jani NIM : 073 111 239 Tempat Penelitian : MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran : 2010 / 2011
No Kegiatan Bulan (Minggu ke)
Nopember Desember 3 4 1 2 3
1 Penyerahan Surat Ijin Riset Penelitian √ - - - - 2 Penyerahan Proposal √ - - - - 3 Tahap Pra Siklus √ - - - - a Observasi dokumen nilai ulangan siswa - - - b Observasi Pembelajaran Model √ - - - - 4 Tahap Persiapan Penyusunan - - - - - a Penyusunan RPP √ - - - - b Persiapan Media Pembelajaran √ - - - - c Menyusun Lembar Observasi Siswa √ - - - - d Menyusun Instrumen Penelitian √ - - - - e Merencakan Tugas Kelompok √ - - - - 5 Siklus I - - - - - a Perencanaan - √ - - - b Tindakan dan Pengamatan - √ - - - c Analisis dan refleksi - √ - - - 6 Siklus II - - - - - a Perencanaan - - √ - - b Tindakan dan Pengamatan - - √ - - c Analisis dan refleksi - - √ - - 7 Tahap Penyusunan Laporan - - √ √ √
Wado, Nopember 2010 Peneliti, Ahmad Jani 073 111 239
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM KARTAYUDAMADRASAH ALIYAH KARTAYUDATERAKREDITASI BJl Pasar No 10 Wado Kedungtuban Blora Telp ( 0296 ) 420037
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : FIQIH
Kelas / Semester : XI / 1
Mahasiswa : Ahmad Jani
NIM : 073 111 239
Tahun Pelajaran : 2010 / 2011
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM KARTAYUDA MADRASAH ALIYAH KARTAYUDA TERAKREDITASI B Jl Pasar No 10 Wado Kedungtuban Blora Telp ( 0296 ) 420037
lxxviii
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Lampiran 2
lxxix
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MA Kartayuda Mata Pelajaran : Fiqih Kelas/Semester : XI / 1 Waktu : 8 x 45 menit
STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya
KOMPETENSI DASAR
5.1 Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan Islam
INDIKATOR
• Menjelaskan pengertian Hakim
• Menyebutkan macam-macam hakim
• Membedakan antara tugas dan fungsi hakim
• Mengidentifikasi syarat-syarat hakim
• Menunjukkan dalil tentang adanya hakim dalam peradilan Islam
• Menjelaskan pengertian saksi
• Menjelaskan kesaksian orang buta dalam peradilan Islam
MATERI AJAR (MATERI POKOK)
• Hakim dan saksi dalam peradilan Islam
METODE PEMBELAJARAN
• Group Investigation
TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan untuk : • Mampu menjelaskan tata cara shalat jenazah
• Mampu memperagakan shalat jenazah laki-laki
• Mampu memperagakan shalat jenazah perempuan
lxxx
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Siklus I
A Kegiatan Awal 5 menit
- Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan
basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran.
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa memahami materi
tentang hakim dan saksi dalam peradilan Islam.
- Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan,
contohnya:
• Pernahkan anda mengikuti sebuah persidangan?
• Apakah yang dimaksud dengan supremasi hukum?
B Kegiatan Inti 70 menit
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen
- Setelah kelompok terbentuk, guru membagi materi menjadi 2 bahasan
yaitu;
a. Pengertian Hakim, Fungsi hakim,
b. Etika hakim, Syarat-syarat hakim,
- Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk memilih sub
pokok bahasan yang akan dipelajari
- Sebelum proses inverstigasi dimulai guru membagikan lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan yang relevan terhadap perencanaan
investigasi ini, contoh
a. Topik penelitian kami
b. Apa yang ingin kami investigasi
c. Apa sumber-sumber kami
lxxxi
- Secara berpasangan siswa melakukan diskusi sesuai dengan sub
pokok bahasan pada kelompok masing-masing (dalam hal ini siswa
berkontribusi terhadap group investigasion kelompok kecil)
- Setelah diskusi secara berpasangan kemudian siswa bergabung dalam
kelompoknya masing-masing untuk berbagi pengetahuan dari hasil
diskusi kecil, (pada kegiatan ini kelompok memilih satu anggota
untuk mencatat kesimpulan )
- Masing-masing kelompok melaporkan atau mempresentasikan hasil
investigasi kepada seluruh kelas (dalam hal ini kelompok
berkontribusi terhadap group investigasion seluruh kelas)
- Kelompok lain dipersilahkan untuk memberikan tanggapan,
mengajukan beberapa pertanyaan sehingga terjadi sebuah diskusi di
dalam kelas
- Selama diskusi berlangsung melakukan evaluasi
- Setelah diskusi selesai, guru mengklarifikasi atas hasil diskusi kelas.
C Kegiatan Akhir / Penutup 15 menit
- Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi
- Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah / do’a
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Siklus II
A Kegiatan Awal 5 menit
- Guru-Siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum
memulai pelajaran.
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi
memahami hakim dan saksi dalam peradilan Islam.
- Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan,
contohnya:
• Mengapa dalam persidangan diperlukan saksi?
• Bagaimana saksi diterima kesaksiannya?
lxxxii
B Kegiatan Inti 70 menit
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen
- Setelah kelompok terbentuk, guru membagi materi menjadi 2 bahasan
yaitu;
c. Pengertian Saksi, Syarat-syarat saksi
d. Kesaksian orang buta
- Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk memilih sub
pokok bahasan yang akan dipelajari
- Sebelum proses inverstigasi dimulai guru membagikan lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan yang relevan terhadap perencanaan
investigasi ini, contoh
a. Topik penelitian kami
b. Apa yang ingin kami investigasi
c. Apa sumber-sumber kami
- Secara berpasangan siswa melakukan diskusi sesuai dengan sub
pokok bahasan pada kelompok masing-masing (dalam hal ini siswa
berkontribusi terhadap group investigasion kelompok kecil)
- Setelah diskusi secara berpasangan kemudian siswa bergabung dalam
kelompoknya masing-masing untuk berbagi pengetahuan dari hasil
diskusi kecil, (pada kegiatan ini kelompok memilih satu anggota
untuk mencatat kesimpulan )
- Masing-masing kelompok melaporkan atau mempresentasikan hasil
investigasi kepada seluruh kelas (dalam hal ini kelompok
berkontribusi terhadap group investigasion seluruh kelas)
- Kelompok lain dipersilahkan untuk memberikan tanggapan,
mengajukan beberapa pertanyaan sehingga terjadi sebuah diskusi di
dalam kelas
- Selama diskusi berlangsung melakukan evaluasi
- Setelah diskusi selesai, guru mengklarifikasi atas hasil diskusi kelas.
C
- Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi
- Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah /
Bahan/Sumber Belajar
• Al Quran dan terjemahan Departemen Agama RI
• Buku pelajaran Pengalaman Fiqih Madrasah Aliyah, Tiga Serangkai, 2008
• Kertas jawaban untuk diskusi kelompok
• Internet
Penilaian :
• Tes perbuatan (Performance Individu)
• Tes tertulis
2010
MengetahuiKepala MA Kartayuda
SUWARNO, S.Ag. M.S.INIP. 150 301 145
Kegiatan Akhir / Penutup
Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi
Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah / do’a
Bahan/Sumber Belajar :
Al Quran dan terjemahan Departemen Agama RI
Buku pelajaran Pengalaman Fiqih Madrasah Aliyah, Tiga Serangkai, 2008
Kertas jawaban untuk diskusi kelompok
Tes perbuatan (Performance Individu)
Blora,
Mengetahui Kepala MA Kartayuda Mahasiswa
SUWARNO, S.Ag. M.S.I AHMAD JANINIP. 150 301 145 NIM. 073 111 239
lxxxiii
15 menit
do’a
Buku pelajaran Pengalaman Fiqih Madrasah Aliyah, Tiga Serangkai, 2008
Blora, 24 Nopember
Mahasiswa
AHMAD JANI NIM. 073 111 239
lxxxiv
LEMBAR KERJA KELOMPOK SIKLUS I PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
Mata Pelajaran : Fiqh Hari / tanggal : Rabu, 24 Nopember 2010 Siklus : I Topik Materi : Pengertian, fungsi dan syarat-syarat hakim Sumber Bahan : Buku Pengalaman Fikih 2, Tiga Serangkai, 2008 Hasil diskusi : 1. Pengertian Hakim adalah orang yang diangkat oleh penguasa untuk mengadili
perkara di antara manusia menurut ketentuan undang-undang yang berlaku, yang bersumber hukum Islam (konsep peradilan Islam).
2. Fungsi hakim pejabat yang melaksanakan tugas-tugas kehakiman 3. Syarat-syarat hakim
Sesuai UU RI. No. 7 tahun 1989 syarat a) Warga Negara Indonesia b) Beragama Islam c) Bertakwa kepada tuhan yang maha Esa d) Setia pada Pancasila dan UUD 1945 e) Bukan bekas anggota PKI f) PNS g) Sarjana Hukum Islam (syari’ah) h) Berumur serendah-rendahnya 25 tahun i) Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
Sedangkan syarat-syarat hakim menurut Ijma’ para ulama Islam a) Laki-laki yang merdeka b) Berakal c) Beragama Islam d) Adil e) Menguasai segala pokok hukum dan cabangnya f) Sehat jasmani dan rohani
Kelompok : 1 1. Rifda Yulia Albiq ( Ketua ) 2. Alfi Nur’aini ( Sekretaris ) 3. Ahmad Riris Muldani ( Moderator ) 4. Ahmad Zaenuri ( Anggota ) 5. M. Abdul Haq ( Anggota ) 6. Della Widyasari ( Anggota ) 7. Nur Hidayatun Nafi’ah ( Anggota )
Lampiran 3
lxxxv
PERTANYAAN
1. Bagaimana hukum suap dalam peradilan 2. Atas dasar apa peradilan Islam dibentuk 3. jenis hakim dalam memutuskan perkara menurut Islam
KESIMPULAN JAWABAN
1. Hukum suap adalah haram, sesuai hadits nabi
UVWXYZو[او[واZوا]X^وا_ا` ab^cاdefg`Xcواhi`cاhcjkاlmnc Laknat Allah atas orang yang menyuap dan yang disuap di dalam hukuman (Hr. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar)
2. Dasar dibentuknya Peradilan memiliki 3 prinsip yaitu: a) Bahwa penerapan hukum-hukum Islam dalam setiap kondisi adalah wajib. b) Bahwa dilarang mengikuti syari’ah lain selain Islam. c) Syari’ah selain Islam adalah kufur dan batil (taghut).
3. Hakim itu ada 3, 2 diantaranya akan masuk api neraka dan satu akan masuk surga. Seseorang yang mengetahui kebenaran dan menghakiminya dengan kebenaran itu ?msks ia masuk surga, seseorang yang mengetahui kebenaran namun tidak memutuskan berdasarkan kebenaran itu, dia masuk neraka. Yang lain tidak mengetahui kebenaran dan memutuskan sesuatu dengan kebodohannya, dan dia akan masuk neraka.
lxxxvi
LEMBAR KERJA KELOMPOK SIKLUS I PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
Mata Pelajaran : Fiqh Hari / tanggal : Rabu, 24 Nopember 2010 Siklus : I Topik Materi : Etika dan syarat-syarat hakim Sumber Bahan : Buku Pengalaman Fikih 2, Tiga Serangkai, 2008 Hasil diskusi : 1. Etika hakim
a. Menghindari penjatuhan hukuman had karena adanya subhat b. Hakim lebih baik salam mengampuni daripada salam menjatuhkan
hukuman 2. Dasar Hukum pengangkatan hakim dan Hakim Wanita
Al-qur’an ( al-maidah ) Hadits Ijma’
Kelompok : 2 1. Siti Azizatur Rofi’ah ( Ketua ) 2. Ririn Ariyanti ( Sekretaris ) 3. M. Abdul Rochman ( Moderator ) 4. M. Imam Syaf’i ( Anggota ) 5. Muhimmatul Mutoharoh ( Anggota ) 6. Setyowatik Retno P ( Anggota ) 7. Rudik Wahyu Abadi ( Anggota )
Lampiran 3
lxxxvii
PERTANYAAN
1. Macam-macam hakim menurut Islam 2. Sejak kapan diberlakukanya hukuman pernjara dalam Islam 3. Sebutkan jenis-jenis hukuman dalam peradilan Islam
KESIMPULAN JAWABAN
1. Ada 3 macam hakim dalam Islam, yaitu:
1) Qodli ‘Aam: bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan ditengah-tengah masyarakat, misalnya masalah sehari-hari yang terjadi didarat, tabrakan mobil, kecelakaan-kecelakaan, dsb.
2) Qodli Muhtasib: bertanggung jawab menyelesaikan perselisihan yang timbul diantara ummat dan beberapa orang, yang menggangu masyarakat luas, misalnya berteriak dijalanan, mencuri di pasar, dsb.
3) Qodli Madzaalim: yang mengurusi permasalahan antara masyarakat dengan pejabat negara. Dia dapat memecat para penguasa atau pegawai pemerintah termasuk khalifah.
2. Khalifah kedua yaitu Umar Ibnu Al Khattab adalah orang pertama yang membuat
penjara dan rumah tahanan di Mekkah. 3. Jenis hukuman
1) Hudud. Hak Allah SWT, seperti perbuatan zina (100 cambukan), murtad
(hukuman mati). 2) Al Jinayat. Hak individu, dia boleh memaafkan tindak kejahatan seperti
pembunuhan, kejahatan fisik. 3) Ta’zir. Hak masyarakat, perkara-perkara yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat umum sehari-hari seperti pengotoran lingkungan, mencuri di pasar. 4) Al-Mukhalafat. Hak negara, perkara-perkara yang mempengaruhi kelancaran
tugas negara misal melanggar batas kecepatan.
lxxxviii
Lampiran 4
lxxxix
Lampiran 5
xc
LEMBAR KERJA KELOMPOK SIKLUS II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
Mata Pelajaran : Fiqh Hari / tanggal : Rabu, 1 Desember 2011 Siklus : II Topik Materi : Pengertian dan Syarat-syarat Saksi Sumber Bahan : Buku Pengalaman Fikih 2, Tiga Serangkai, 2008 Hasil diskusi : 1. Pengertian saksi
Kesaksian (syahadah) diambil dari kata musyahadah berarti melihat dengan mata kepala. Syahid (orang yang menyaksikan) itu memberitahukan tentang apa yang disaksikan dan dilihatnya. Maknanya pemberitahuan seseorang tentang apa yang dia ketahui dengan lafal’ aku menyaksikan atau aku telah menyaksikan;
2. Syarat-syarat saksi a. Islam b. Balig c. Berakal d. Merdeka e. Adil
Kelompok : 3 1. Siti Nafsiyah ( Ketua ) 2. Siti Maemunah ( Sekretaris ) 3. Misbah Amin Asrori ( Moderator ) 4. Siti Jayanti ( Anggota ) 5. Siti Imroatin ( Anggota ) 6. Nur Hayati ( Anggota ) 7. M. Zahli Fadli ( Anggota )
Lampiran 6
xci
DAFTAR PERTANYAAN 1. Maksud saksi yang adil itu apa? 2. Hukuman bagi yang melanggar sumpah 3. Tujuan sumpah dalam peradilan menurut Islam
JAWABAN 1. Maksud Adil; menjauhi dari dosa besar maupun kecil, baik hati, dapat
dipercaya sewaktu marah, menjaga kehormatannya, dan bukan musuh terdakwa maupun musuh keluarganya
2. Hukuman yang melanggar sumpah 1) Memberi makanan pokok kepada 10 fakir miskin dengan ukuran masing-
masing ¾ liter 2) Memberikan pakaian yang pantas kepada 10 orang miskin 3) Memerdekakan seorang hamba sahaya
3. Tujuan Sumpah a. Menyatakan tekad untuk melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh
dan bertanggung jawab terhadap tugas tersebut b. Membuktikan dengan sungguh-sungguh bahwa yang bersangkutan berada
di pihak yang benar .
xcii
LEMBAR KERJA KELOMPOK SIKLUS II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
Mata Pelajaran : Fiqh Hari / tanggal : Rabu, 1 Desember 2011 Siklus : II Topik Materi : Kesaksian orang buta Sumber Bahan : Buku Pengalaman Fikih 2, Tiga Serangkai, 2008 Hasil diskusi :
Menurut Malik dan Ahmad, kesaksian orang buta diperbolehkan dalam hal cara kesaksiannya adalah pendengaran apabila dia mengenal suara. Oleh sebab itu kesaksian orang buta diterima dalam lima hal, nikah, talak, jual beli, pinjam meminjam, nasab, wakaf miliknya mutlak
Imam Syafi’I berkata tidak diterima kesaksian orang buta kecuali dalam lima hal yaitu; nasab, kematian, milik mutlak, riwayat hidup dan tepatnya mengenai apa yang disaksikan sebelum ia buta
Abu Hanifah berkata tidak diterima kesaksian orang buta sama sekali
Kelompok : 4 1. Siti Nur Fatimah ( Ketua ) 2. Umi Rohmatin ( Sekretaris ) 3. Taufiq Hidayat ( Moderator ) 4. Suntoro ( Anggota ) 5. Vita ( Anggota ) 6. Nur Rohmat Hasim ( Anggota )
Lampiran 6
xciii
DAFTAR PERTANYAAN
1. Syarat orang yang bersumpah 2. Lafal yang digunakan untuk bersumpah 3. Mengapa barang bukti diperlukan? Sedangkan ia benar bersalah
JAWABAN
1. Syarat bersumpah
a. Mukallaf artinya sudah dewasa, Islam, berakal sehat b. Didorong oleh kemauan sendiri tanpa paksaan c. Disengaja, bukan karena terlanjur dan lain sebagainya
2. .
3. Digunakan untuk memperjelas masalah terhadap terdakwa yang dapat berupa dokumen resmi, surat-surat. Dalam sebuah hadits nabi dijelaskan bahwa barang bukti wajib bagi yang mendakwa, sedangkan sumpah wajib bagi orang yang mengingkarinya
xciv
SOAL ULANGAN SIKLUS II NAMA : ……………………… Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1. Berikut ini yang bukan termasuk bukti adalah …
A. Sumpah B. Mimpi C. Bukti tertulis D. Ikrar E. Saksi seseorang
2. Saksi dalam pengadilan termasuk bagian dari … A. Hakim B. Tergugat C. Bukti D. Pemerintah E. Penggugat yang disampaikan orang
3. Syarat diterimanya saksi yang disampaikan orang buta adalah … A. Tidak melihat B. Melihat C. Mengenal suara D. Tuli dan mengenal wajah E. Berakal
4. Pernyataan berikut yang tidak termasuk syarat-syarat menjadi saksi yang adil adalah … A. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa besar dan dosa kecil B. Menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah C. Dapat mengendalikan diri dan jujur pada saat marah D. Berakhlaq mulia E. Orang yang merdeka
5. Membuktikan dengan sungguh-sungguh bahwa yang bersangkutan berada di pihak yang benar, hal ini merupakan … A. Hikmah sumpah B. Arti sumpah C. Alat bukti D. Tujuan sumpah E. Maksud sumpah
6. Orang yang mengajukan gugatan karena merasa dirugikan oleh pihak tergugat disebut … A. Terdakwa B. Mudda’a lahu C. Tergugat D. Penggugat E. Mudda’a ilaih
Lampiran 7
xcv
7. Orang yang diperlukan pengadilan untuk memberikan keterangan yang berkaitan dengan suatu perkara disebut… A. Al-mudda’i B. Saksi C. Mudda’a lahu D. Mudda’alaihi E. Bayyinah
8. Bagi orang yang melanggar sumpah wajib membayar … A. Qadha B. Dam C. Puasa tiga hari D. Kifarat E. Denda
9. Pernyataan berikut adalah cara yang digunakan untuk menetapkan suatu dakwaan, kecuali … A. Ikrar B. Sumpah C. Kesaksian D. Dokumen resmi E. Melihat kejadian
10. Segala sesuatu yang ditunjukkan oleh penggugat untuk memperkuat kebenaran gugatannya disebut …. A. Bayyinah B. Qadhi C. Qarinah D. Qadha E. Imamah
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar 1. Apa yang kamu ketahui tentang penggugat 2. Jelaskan tujuan sumpah 3. Sebutkan syarat-syarat orang yang bersumpah 4. Jelaskan pengertian saksi 5. Sebutkan denda bagi orang yang melangar sumpah
xcvi
KUNCI JAWABAN SIKLUS II
Pilihan Ganda 1. E 2. C 3. C 4. E 5. D 6. D 7. B 8. D 9. E 10. A Essay 1. Penggugat adalah orang yang mengajukan gugatan karena merasa dirugikan
oleh pihak tergugat (mudda’i) 2. Tujuan sumpah
a. Menyatakan tekad untuk melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab terhadap tugas tersebut
b. Membuktikan dengan sungguh-sungguh bahwa yang bersangkutan berada di pihak yang benar
3. Syarat bagi orang yang bersumpah a. Mukallaf b. Didorong oleh kemauan sendiri c. Disengaja, bukan karena terlanjur dan lain sebagainya
4. Saksi adalah melihat dengan mata kepala, karena orang yang menyaksikan itu memberitahukan tentang apa yang disaksikan dan dilihatnya
5. Denda bagi orang yang melanggar sumpah a. Memberi makanan pokok kepada 10 fakir miskin dengan ukuran masing-
masing ¾ liter b. Memberikan pakaian yang pantas kepada 10 orang miskin c. Memerdekakan seorang hamba sahaya
Lampiran 8
xcvii
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM KUALIFIKASI S.1 GURU R.A DAN MADRASAH
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang
Nomor : In.06.3/DI/TL.00/ / 2010 Semarang, Nopember 2010 Lamp. : 1 (satu) proposal Hal : Mohon Ijin Riset. An Ahmad Jani NIM 073 111 239
Kepada Yth. Kepala Madrasah Aliyah Kartayuda Jl. Pasar No. 10 Wado Kedungtuban Blora di Blora
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Diberitahukan dengan hormat, bahwa mahasiswa kami yang bernama Ahmad Jani NIM: 073 111 239 sangat membutuhkan data sehubungan dengan penulisan Skripsi yang berjudul ” PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH KELAS XI MA KARTAYUDA WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Dibawah bimbingan saudari Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. Untuk itu kami mohon agar mahasiswa tersebut diberi ijin untuk melaksanakan Penelitian di Madrasah Aliyah Kartayuda Wado Kedungtuban Blora selama 30 hari. Atas ijin yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. a.n. Dekan, Pembantu Dekan I
Dra. Muntholi’ah, M.Pd NIP. 19670319 19933 2 001 Tembusan disampaikan kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Lampiran 9
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM KARTAYUDA
MADRASAH ALIYAH KARTAYUDA
Jl Pasar No 10 Wado Kedungtuban Blora Telp ( 0296 ) 420037
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama NIP
Tempat Tanggal LahirJabatan Alamat
Menerangkan dengan sesungguhnya : Nama Tempat Tanggal LahirNIM Program StudiFakultas Lembaga Semarang
Telah melaksanakan penelitian Kartayuda pada tanggal 2010 dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :PENERAPAN METODE PEMINVESTIGATIONSISWA PADA MATA PELAPERADILAN ISLAM KEDUNGTUBAN BLORA TA Demikian surat keterangan ini agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM KARTAYUDA
MADRASAH ALIYAH KARTAYUDATERAKREDITASI B
Jl Pasar No 10 Wado Kedungtuban Blora Telp ( 0296 ) 420037
SURAT KETERANGAN Nomor : 1298 / MA.Ka / XII / 2010
Yang bertanda tangan dibawah ini :
: SUWARNO, S.Ag, M.S.I : 150 301 145
Tempat Tanggal Lahir : Blora, 20 April 1961 : Kepala MA Kartayuda
: Pulo Kec. Kedungtuban Kab. Blora
Menerangkan dengan sesungguhnya :
: AHMAD JANI Tempat Tanggal Lahir : Blora, 05 Januari 1982
: 073 111 239 Program Studi : Pendidikan Agama Islam
: Tarbiyah : Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Telah melaksanakan penelitian tindakan kelas di Madrasah Aliyah Kartayuda pada tanggal 15 Nopember 2010 sampai dengan
dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUINVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN HASSISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2 MA KARTAYUDA WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Demikian surat keterangan ini agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Wado, 18 Desember 2010Kepala, Madrasah Aliyah Kartayuda SUWARNO, S. AgNIP. 150 301 145
xcviii
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM KARTAYUDA
MADRASAH ALIYAH KARTAYUDA
Jl Pasar No 10 Wado Kedungtuban Blora Telp ( 0296 ) 420037
Kab. Blora
Institut Agama Islam Negeri Walisongo
di Madrasah Aliyah sampai dengan 15 Desember
KOOPERATIF TIPE GROUP PAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
POKOK BAHASAN MA KARTAYUDA WADO
011
Demikian surat keterangan ini agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Desember 2010
Madrasah Aliyah Kartayuda
, S. Ag, M.S.I NIP. 150 301 145
Lampiran 10
xcix
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : AHMAD JANI
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Blora, 05 Januari 1982
3. Alamat Rumah : RT. 04 / RW. 03 Wado Kedungtuban
Blora
HP : 081 575 093 344 / 087 882 614 610
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. MI Assalam I Wado Kedungtuban Blora Lulus Tahun 1994
b. MTs Al-Ma’ruf Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Lulus Tahun
1997
c. MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Lulus Tahun 2000
d. DII PGSD Universitas Terbuka Jakarta Lulus Tahun 2006
Blora, 21 Maret 2011
Yang membuat
Ahmad Jani