Download - Penda Hulu An
PENDAHULUAN
Konsentrasi larutan dalam ilmu Farmasi sangat penting dalam perancangan produk obat, maupun dalam pengujian hasil-hasil industri obat. Contoh aplikasinya adalah pengukuran kadar vitamin C pada tablet vitacimin. Dalam penentuan nilai konsentrasi ini pada umumnya dilakukan secara manual, dimana larutan yang hendak dicari kadarnya, dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu ditambahkan indikator, kemudian larutan ini ditetesi iodin yang telah diketahui nilai konsentrasinya sedikit demi sedikit hingga terjadi perubahan warna. Namun karena alasan efisiensi, ketelitian, dan kepraktisan, selain cara manual memakan waktu lama, hasil titrasi juga umumnya menghasilkan pembacaan yang tidak tepat dari titik akhir titrasi, ini dikarenakan persepsi yang berbeda setiap orang untuk menilai warna akhir titrasi. Untuk kepentingan ini, pengukuran konsentrasi vitamin C dibuat sistem yang cenderung terotomatisasi yang dapat menghemat waktu juga membaca warna akhir titrasi secara akurat. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu analisis kuantitatif dan bagaimana cara penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada tablet vitacimin dengan menggunakan metode iodimetri.
KAJIAN TEORI
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui/ menetapkan kadar
suatu zat (Svehla, 1985). Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi kimia. Pada
analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya telah diketahui
konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga kepekatan zat yang kita cari dapat
dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut larutan standar. Larutan ini
biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini
dinamakan titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi. Titik ini seharusnya
jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH
intervalnya mendekati pH ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut
kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002).
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan
terionisasi sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak terionisasi
(Sumardjo, 1994).
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan suatu volume larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut harus
ditambahkan dengan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam
larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi (Lehninger, 1995).
Analisa volumetri dapat dibedakan menjadi: (1) Asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri: bila yang
diketahui konsentrasi asamnya. Alkalimetri adalah apabila konsentrasi basanya diketahui. (2)
Oksidimetri dibagi menjadi dua yaitu permanganametri dan kromatometri. Permanganametri sebagai
oksidatornya adalah KMnO4. Reaksinya: MnO4- + 8H+ Mn2
+ + 4H2O. Kromatometri bila kita mamakai
oksidator K2Cr2O7. Reaksinya: Cr2O72- + 14H+ Cr. (3) Kalorimetri adalah titrasi dengan iodium secara
tidak langsung. Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara langsung. Reaksinya: I2+
2S2O32- 2I- +S4O6
2- I2 + 2e- 2I- I + e- I- (Day, dan Underwood, 2002).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi iodimetri yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada
proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap (Pratama, 2012).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C (Karinda dkk, 2013).
Vitamin C pada tubuh manusia juga berfungsi sebagai sintesis kolagen, sintesis karnitin, noradrenalin, sorotin, adsobsi, dan metabolism besi, absobsi kalsium, mencegah infeksi serta mencegah kanker dan penyakit jantung (Ika, 2009).
PEMBAHASANAnalisis kuantitatif adalah analisis yang selain mengidentifikasi unsur juga
mengidentifikasi kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel.Analisis kuantitatif vitamin C dalam tablet vitacimin dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodium. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,1 N sebagai titran dan amylum/ larutan kanji 0,5% sebagai indikatornya. metode titrasi iodimetri iodimetri ini dipilih karena lebih mudah dikerjakan, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih
Prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analit oleh I2 menjadi I-. Iodium merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat.
Pada makalah ini diambil sebagai sampel yaitu tablet vitacimin, mula-mula tablet digerus, lalu timbang pada neraca analitik. Setelah itu dimasukkan kedalam Erlenmeyer lalu dilarutkan menggunakan air bebas CO2, setelah pengenceran dilakukan ditambahkan H2SO4 encer, kemudian ditambahkan indikator kanji 0,5% sebanyak 1 pipet lalu dititrasi menggunakan iodium 0,1 N, hingga perubahan warna larutan menjadi biru tua. Warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir.
Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum/ kanji sebagai indikator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena
adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Warna biru akan terlihat bila konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga pada penetapan kadar vitamin C ditambahkan H2SO4 encer yang berfungsi sebagai peningkat kelarutan.
KESIMPULANDari pembahasan diatas dapat dimpulkan bahwa penetapan kadar vitamin C pada tablet
vitacimin dengan metode iodimetri dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memerlukan peralaten yang cukup canggih sehingga dapat dilakukan pada percobaan skala laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk
pemeliharaan kesehatan. Vitamin dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak
dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak contohnya adalah vitamin A, vitamin D, vitamin E,
dan vitamin K yang dapat disimpan dalam tubuh tepatnya di hati. Sedangkan vitamin yang larut dalam air contohnya
adalah vitamin C, dan vitamin B. Karena larut dalam air maka vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh, jika berlebihan
akan dikeluarkan melalui urin (Gaman 1992).
Vitamin C atau asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat larut dalam air. Vitamin C berfungsi
untuk pembentukan semua jaringan tubuh terutama untuk pembentukan jaringan ikat, dan membantu absorbsi zat
besi dalam usus halus. Karena vitamin C tidak disimpan dalam tubuh maka dibutuhkan asupan yang teratur. Jumlah
vitamin C yang dibutuhkan tubuh adalah 1000 mg perharinya, jumlah tersebut sudah cukup untuk
mengcegah scurvydan dosis ini dapat diperoleh dengan menelan tablet asam askorbat (Gaman 1992).
Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat. Asam aaskorbat sangat mudah
teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat (Ronald 2008). Sumber vitamin C sebagian besar
berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Buah masih mentah lebih banyak kandungan
vitamin C-nya, semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Vitamin C mudah larut dalam air
dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya
pengirisan dan penghancuran yang berlebihan harus dihindari (Budiyanto 2002).
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan
yang kuat kemampan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam raksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa
turunan vitamin C (seperti asam eritrobik dan askorbik palmitat) digunakan sebagai antioksidan di dalam industry
pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan warna pada buah-buahan dan untuk mengawetkan
daging. Fungsi vitamin C salah satunya untuk mencegah infeksi dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Selain itu vitamin C dapat mencegah kanker serta penyakit jantung yang berkaitan dengan peranan vitamin
sebagai antioksidan yang mempengaruhi pembentukan sel kanker (Almatsier 2006) .
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dalam tablet dan vitamin C sari buah.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain pipet mohr, bulp, tabung erlenmeyer, pipet tetes, alat titrasi, batang pengaduk,
dan corong.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi tablet vitamin C, sari buah, larutan tiosulfat 0.1 N, larutan
pati, larutan iodin 0.1 N, akuades, dan larutan asam sulfat 2 N.
Prosedur percobaan
Blanko dibuat dengan cara 20 mL akuades dicampurkan 15 mL larutan iodin 0.1 N dan 5 mL H2SO4 2N dalam labu
erlenmeyer. Campuran kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan tiosulfat 0.1 N sampai larutan berubah
warna dari cokelat menjadi kekuningan. Sebanyak 4 tetes larutan pati kemudian ditambahkan ke dalamnya dan titrasi
dilanjutkan kembali sampai larutan menjadi tak berwarna.
Penentuan kadar vitamin C dalam tablet. Tablet vitamin C yang telah digerus halus dilarutkan dengan akuades
sebanyak 20 mL di dalam erlenmeyer. Sebanyak 5 mL asam sulfat 2 N dan sebanyak 15 ml iodin 0.1 N ditambahkan
ke campuran tersebut. Campuran kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan tiosulfat 0.1 N sampai larutan
berubah warna. Volume tiosulfat dicatat dengan teliti.
Penentuan kadar vitamin C dalam sari buah. Sari buah dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Sebanyak 15 mL larutan iodin 0.1 N ditambahkan ke dalamnya. Campuran kemudian dititrasi dengan
menggunakan larutan tiosulfat 0.1 N sampai terjadi perubahan warna dari cokelat menjadi kekuningan. Sebanyak 4
testes larutan pati ditambahkan ke dalam campuran dan titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna larutan
menjadi tidak berwarna seperti blanko. Volume tiosulfat yang terpakai dicatat dengan teliti.
Pembahasan
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga
kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C
termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin C dapat
ditemukan pada sayur dan buah-buahan. Kelebihan vitamin C akan dikeluarkan melalui urine, sedangkan
kekurangan vitamin ini akan menyebabkan penyakit sariawan atau askorbut dengan gejala pendarahan disekitar
gusi, gigi, usus, menurunnya jumlah sel darah merah dan kerusakan sumsum.
Penentuan kadar vitamin C dalam tablet atau dalam sari buah dapat ditentukan melalui titrasi. Jenis titrasi yang
digunakan termasuk dalam titrasi iodometri. Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang
dianalisis kemudian direaksikan dengan ion Iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium
dibebaskan secara kuantatif dan dititrasi dengan larutan standar atau asam. Titrasi Iodometri ini termasuk golongan
titrasi redoks yang mengacu pada transfer elektron. Titrasi iodometri dapat dibedakan menjadi titrasi langsung dan
titrasi tidak langsung. Titrasi langsung merupakan titrasi yang menggunakan alat sebagai titrat atau titran. Sementara
itu pada titrasi tak langsung, alat tidak langsung terlibat dalam tahap titrasi (Harjadi 1986).
Dalam penentuan kadar vitamin C, titrasi iodometri yang digunakan ialah titrasi iodometri langsung dengan
menggunakan tiosulfat sebagai titran, yang berdasarkan reaksi redoks antara iodin dengan larutan tiosulfat.
Kestabilan larutan tiosulfat mudah dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari, serta bakteri yang dapat
memanfaatkan sulfur sebagai sumber energi. Selain itu, kestabilan larutan ini juga dipengaruhi oleh kondisi
penyimpanan.
Sebenarnya, titrasi ini dapat dilakukan tanpa indikator karena warna iodin yang ditritasi akan lenyap bila titik akhir
tercapai. Warna yang terjadi ialah coklat tua menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda, sampai warna benar-
benar lenyap. Namun untuk lebih mudahnya, ditambahkan amilum sebagai indikator. Amilum dapat membentuk
kompleks berwarna biru tua bila bereaksi dengan iodin. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati titik akhir
titrasi yaitu saat warna menjadi kekuningan. Larutan H2SO4 berperan dalam penentuan kadar vitamin C. Reaksi
kimia yang terjadi saat titrasi berlangsung lambat dalam larutan netral tetapi lebih cepat dalam larutan berasam. Oleh
karena itu, H2SO4 sebagai katalisator yang mempercepat berlangsungnya reaksi kimia tetapi tidak ad pada hasil akhir
reaksi.
Berdasarkan data hasil percobaan dapat diketahui bahwa kadar vitamin C dalam tablet sebesar 8.484 mg dan kadar
vitamin C dalam sari buah sebesar 72.72 % (b/v). Penurunan konsentrasi ini disebabkan oleh adanya pengenceran
beberapa kali sebelum sari buah digunakan. Penambahan amilum pada larutan vitamin C dari tablet tidak perlu
dilakukan karena pada tablet vitamin C sudah mengandung pati. Sementara untuk titrasi vitamin C dalam sari buah
menggunakan pati.
Kadar vitamin C dalam tablet atau dalam sari buah sebenarnya tidak dapat dibandingkan. Kadar vitamin C dalam
tablet adalah buatan manusia sehigga dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Sedangkan kadar vitamin C
dalam sari buah tergantung habitat dan nutrisi yang diberikan untuk pertumbuhannya. Jika habitanya mendukung
serta asupan nutrisi untuk perkembangan buah tersebut baik, maka kadar vitamin C tersebut akan tinggi. Vitamin C
mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak
hilang, sebaiknya pengirisan dan penghancuran yang berlebihan harus dihindari.
Hasil yang didapat tidak terlepas oleh adanya berbagai kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi antara lain kurang akurat yang dipengaruhi oleh adanya kesalahan oksigen. Adanya oksigen di udara
dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion iodida menjadi iodin. Selain itu, pH
tinggi dapat menyebabkan bereaksinya iodin dengan air sehingga menyebabkan penggunaan larutan tiosulfat
menjadi menurun.
Kesalahan lain yang terjadi saat praktikum adalah kurang teliti dalam pembacaan buret, sehingga mempengaruhi
volume terpakai untuk mentitrasi tersebut. Selain itu blanko yang harusnya menjadi patokan warna tak dapat menjadi
pembanding untuk kedua sampel yang digunakan karena hasilnya berlainan. Ataupun pemberian amilum yang
terlalu awal juga dapat mempengaruhi hasil secara signifikan.
Simpulan
Titrasi vitamin C menggunakan metode iodometri untuk menentukan kadar vitamin C. Kadar vitamin C dalam tablet
sebesar 8.484 mg dan kadar vitamin C dalam sari buah sebesar 72.72 % (b/v). Kadar vitamin C dalam sari buah
dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan pada buah dan lingkungan yang mendukung. Terdapat kesalahan dalam
membaca buret untuk pengukuran kadar vitamin C dalam tablet, sehingga data yang didapat kurang tepat.
Titrasi merupakan penambahan pereaksi dari buret sekaligus mengukur volume larutan yang keluar dari buret. Titrasi asam basa merupakan cara penerapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam maka titrasi tersebut dinamakan asidimetri, dan sebaliknya bila larutan basa yang digunakan sebagai titran maka titrasi ini dinamakn titrasi alkalimetri.
Larutan baku atau disebut juga larutan standar yang digunakan dalam titrasi harus bereaksi secara kuantitatif dengan cara zat yang akan dititrasi. Larutan standar sendiri terdiri dari dua macam yaitu larutan standar primer dan juga larutan standar sekunder.Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya sehingga tidak perlu
distandarisasi lagi. Contoh dari larutan standar primer yaitu HCl, NaCl, H2C2O4, AgNO3, K2Cr2O7, dan masih banyak lagi. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui konsentrasinya sehingga perlu untuk dilakukan standarisasi terhadapnya terlebih dahulu. Contoh
larutan standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3, dan masih banyak lagi. Perubahan pada titik ekivalen dalam titrasi netralisasi dapat ditandai dengan adanya
perubahan warna, perubahan warna ini terjadi karena adanya indikator yang digunakan yang dalam titrasi. Indikator yang digunakan alam titrasi netralisasi haruslah sesuai dengan range pH pada titik ekivalen agar perubahan dapat jelas teramati.
Suatu reaksi kimia yang terjadi dalam titrasi netralisasi haruslah memenuhi beberapa syarat berikut :- Reaksi harus berlangsung cepat sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu yang tidak begitu lama.- Reaksi haruslah sederhana dan diketahui dengan pasti sehingga diperoleh kesetaraan yang pasti dari reaktan.- Reaksi harus berlangsung sempurna. Teori asam – basa sering disebut dengan asidimetri – alkalimetri. Titrasi yang melibatkan asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses metabolism dalam sel hidup.Teori Arrhenius (1884)
Walaupun zat – zat dengan sifat asam dan basa telah dikenal selama ratusan tahun, perlakuan kesetiaan asam – basa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah 1887, sejak Arrhenius mempresentasikan teorinya tentang penguraian elektrik. Dalam larutan berair, menurut Arrhenius asam akan terurai menjadi ion – ion hidrogen dana dan anion, dan basa sendiri akan terurai menjadi ion – ion hidroksida dan kation. Asam dalam larutan air Ion hidrogen ( H+ )
Teori Bronsted – Lowry (1923)Tahun 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan bahwa reaksi asam dan
basa dapat dipandang sebagai reaksi transfer proton, dan asam basa dapat didefinisikan dalam bentuk transfer proton.
Dalam pengertian Bronsted, asam merupakan segala zat yang menerima proton. Ion hidroksida, pastinya adalah suatu akseptor proton dan karena itu merupakan basa Bronsted, tetapi ion ini tidak unik, ion tersebut adalah salah satu dari banyak spesies yang dapat menunjukkan perilaku dasar.
Asam = donor proton Basa = aseptor proton(Sukarti, Tati. 2002. Hlmn : 29 – 30)
Kesetimbangan asam basa maerupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang – bidang lain yang sangat penting yang menggunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, farmasi, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan asam dan juga basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik banyak produk komersial, dan penguraian asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses metabolisme dalam sel hidup. Kesetimbangan asam basa yang dibahas dalam hal ini, menawarkan mahasiswa yang tidak berpengalaman suatu kesempatan untuk memperluas pemahaman mereka mnengenai kesetimbanagan kimia dan memperoleh keyakinan dalam menerapkan emahaman ini pad berbagai macam masalah.(Underwood, A.L. 2002. Hlmn :126)Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.Indikator untuk asam dan basa
Nama Trayek pH Warna asam Warna basa
Kuning metil 2 – 3 Merah Kuning
Dinitrofenol 2,4 - 4,0 Tak berwarna Kuning
Jingga metil 3 – 4,5 Merah Kuning
Merah metil 4,4 – 6,6 Merah Kuning
Lakmus 6 -8 Merah Biru
Fenophtalein 8 – 10 Tak berwarna Merah
Timolftalein 10 -12 Kuning Ungu
Trinitrobenzena 12 -13 Tak berwarna jingga
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagian zat, yang bila dilarutkan dalam air, akan mengalami disosiasi dengan pembentukkan ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut : HCl H+ + Cl-
Asam klorida Ion kloridaHNO3 H+ + NO3
-
Asam nitrat Ion nitratAsam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:
CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilenaterftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton/tahun. 1,5 juta ton/tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.Penentuan kadar cuka pada makanan dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi netralisasi dengan menggunakan indicator fenolftalein (PP). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan didalam “buret”.
Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi.Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi atau “titik ekuivalen” (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Pemilihan indikator yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Jika indikator yang digunakan berubah warna pada saat titik ekivalen, maka titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH di mana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekivalen. Indikator yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (PP) karena memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu warna merah muda dari yang tidak berwarna (trayek pH=8,2-10,0).Pada saat titik ekivalen proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrasi, volume dan konsentrasi titer maka dapat menghitung kadar titrasi.(Rizki.2012. Penentuan Asam Cuka)
I.1 Latar Belakang
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan
stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan
mudah.
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara
langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-
garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi dahulu
dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan
natrium tiosulfat baku.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga
mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.
Metode Iodometri
Penentuan kadar Vitamin C secara volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan
reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan larutan baku I2 0,1 N
sebagai oksidator dalam suasana asam dengan menggunakan indikator larutan kanji
dengan titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi biru..
Metode Iodimetri
Penentuan kadar CuSO4 secara volumetri dengan metode iodometri berdasarkan reaksi
oksidasi reduksi dimana sampel yang bersifat oksidator yang direduksi dahulu dengan
KI, lalu I2 yang dibebaskan ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi menggunakan
larutan baku Na2S2O3 0,1 N dalam suasana asam, dengan menggunakan indikator
larutan kanji dimana titik akhir titrasi titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan
dari biru menjadi bening.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Singkat
Iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium tiosulfat, arsenat
dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung. Iodometri adalah analisa
titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan penambahan dengan penambahan larutan iodin
baku berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku. Pada
titrasi iodimetri titrasi oksidasi reduksinya menggunakan larutan iodum. Artinya titrasi
iodometri suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium iodida berlebih dan
iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator) ditirasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat. (1)
Bagan reaksi :
Ox + 2 I- I2 + red
I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6=
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang berwarna
khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan
titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator,
karena amilum akan membentuk kompleks dengan I2 yang berwarna biru sangat jelas.
Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar
amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan
menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam. (2)
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji
yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan kanji
mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama
hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet. Pengawet yang
biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat.
Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa
bahan organik seperti metil dan etil alkohol. (3)
Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25oC), namun sangat
mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium membentuk kompleks
triiodida dengan iodida, dengan tetapan keseimbangan 710 pada 25oC. Penambahan KI
untuk menurunkan keatsirian dari iod, dan biasanya ditambahkan KI 3-4 % dalam
larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik dan menggunakan botol
yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian HIO oleh cahaya matahari.
(3)
Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat yang dapat
dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi iodium yang dibebaskan.
Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan
iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan
perlu diambil untuk menangani KI untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida
dioksidai oleh oksigen di udara :
4 H+ + 4 I- + O2 2 I2 + 2 H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan netral namun lebih cepat dalam larutan asam dan
dipercepat dengan cahaya matahari. Setelah penambahan KI ke dalam suatu larutan
(asam) dari suatu zat pengoksid larutan tak boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan
dengan udara, karena akan terbentuk tambahan iodium oleh reaksi tersebut di atas. (4)
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal karena
dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit yang
merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida, sesuai dengan reaksi :
I2 + O2 HI + IO-
3 IO- IO3- + 2 I-
dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion sulfat
sehingga titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu
dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena asam tiosulfat yang dibebaskan akan
mengendap dengan pemisahan belerang, sesuai dengan reaksi berikut :
S2O3= + 2 H+ H2S2O3
8 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2 + 8 S
Larutan tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan belerang akan
masuk ke dalam larutan ini dan proses metaboliknya akan mengakibatkan
pembentukan SO3=, SO4
= dan belerang koloidal. (3)
Tiosulfat diuraikan dalam bentuk belerang dalam suasana asam sehingga endapan
mirip susu. Tetapi reaksi tersebut lambat dan tak terjadi jika larutan dititrasikan ke
dalam larutan iodium yang asam dan dilakukan pengadukan yang baik. Iodium
mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetraionat
I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6
=
Reaksi ini sangat cepat dan berlangsung sampai lengkap benar tanpa reaksi samping.
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa oksidasi ke sulfat tidak terjadi terutama jika
digunakan iodium sebagai titran. (4)
Iodometri menurut penggunaan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Titrasi iod bebas.
2. Titrasi oksidator melalui pembentukan iodium yang terbentuk dari
iodida.
3. Titrasi reduktor dengan penemtuan iodium yang digunakan.
4. Titrasi reaksi, titrasi senyawa dengan iodium melalui adisi atau
subsitusi.
1. Vitamin C (5, 47)
Nama resmi : Acidum ascorbicum
Sinonim : Asam askorbat, Vitamin C
RM/BM : C6H8O6 / 176,13
Rumus struktur :
CH2OH
CHOH
O
=O
OH OH
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau rasa
asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering,
mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar laut dalam etanol 95 % P,
praktis tidak larut dalam kloroform P dan eter P dan dalam benzen P.
Khasiat : Antiskorbut
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H8O6
1. Tembaga (II) sulfat (5,731)
Nama resmi : Cuprii sulfas
Sinonim : Tembaga (II) sulfat
RM/BM : CuSO4 / 249,68
Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur, biru.
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian gliserol P, sangat
sukar larut dalam etanol 95 % P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari1001,0
% CuSo4. 5H2O.
1. Iodium (5,316)
Nama resmi : Iodum
Sinonim : Iodium
RM/BM : I2 / 126,91
Pemerian : Keping atau butir, mengkilat seperti logam hitam kelabu, bau khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam garam iodida, mudah larut
dalam etanol 95% P.
Khasiat : Anti infeksi kulit
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
1. Kalium Iodida (5,330)
Nama resmi : Kalii iodidum
Sinonim : Kalium iodida
RM/BM : KI / 166,00
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, opak dan
putih, atau serbuk butiran putih. Higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol 95 % P, mudah larut dalam gliserol P.
Khasiat : Anti jamur
Kegunaan : Sebagai reduktor yang melepaskan I2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
1. Amylum manihot (5,93)
Nama resmi : Amylum manihot
Sinonim : Pati singkong
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidak
berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95 % P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk dan kering.
1. Asam sulfat (5,58)
Nama resmi : Acidum sulfuricum
Sinonim : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4 /98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika
ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai katalisator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
1. Asam asetat (5,41)
Nama resmi : Acidum aceticum
Sinonim : Asam asetat
RM/BM : CH3COOH
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol 95% P dan dengan
gliserol P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai katalisator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
1. Air Suling (5,96)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling, aquades
RM/BM : H2O /18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar Vitamin C dan kristal tembaga (II) sulfat
dengan menggunakan metode titrimetri berdasarkan reaksi redoks. Reaksi redoks
merupakan reaksi merupakan reaksi yang menyebabkan naik dan turunnya bilangan
oksidasi reduksi. Larutan baku yang digunakan adalah larutan I2 0,1 N dan
Na2S2O3 yang akan direaksikan dengan suatu asam sebagai katalisator. Indikator yang
digunakan adalah indikator larutan kanji Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat
hilangnya endapan biru tua. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah
Vitamin C dan CuSO4.
Titrasi iodometri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi
reduksi. Pada percobaan ini metode iodometri dilakukan pada CuSO4. Sedangkan
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara
langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.
Pada percobaan ini dapat dilakukan tanpa menggunakan indikator dari luar, karena
larutan I2 sendiri berwarna sehingga akan memberikan titik akhir berupa hilangnya
endapan biru.
Pada percobaan ini digunakan air bebas CO2, karena CO2 dapat mengoksidasi Vitamin
C sehingga titik akhir titrasi menjadi lebih dekat (volume I2 yang digunakan semakin
sedikit). Pada percobaan ini juga digunakan asam sulfat dan asam asetat, sebagai
katalisator agar reaksi oksidasi reduksi dapat berjalan lebih cepat.
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal karena
dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit yang
merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida, sesuai dengan reaksi :
I2 + O2 HI + IO-
3 IO- IO3- + 2 I-
Dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion
sulfat sehingga titik kesetaraannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga
perlu dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena asam tiosulfat yang dibebaskan
akan mengendap dengan pemisahan belerang, sesuai dengan reaksi berikut :
S2O3= + 2 H+ H2S2O3
8 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2 + 8 S
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji
yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan kanji
mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama
hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.
Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kadar Vitamin C adalah 107,395 %.
Sedangkan kadar kristal tembaga (II) sulfat adalah 130,5 %. Berdasarkan hasil
perhitungan ini maka dapat disimpulkan bahwa serbuk Vitamin C tidak memenuhi
syarat kemurnian sebagai bahan obat, sebagaimana yang tertulis dalam literatur (FI III).
Sedangkan untuk kristal tembaga (II) sulfat juga tidak memenuhi persyaratan
kemurnian sebagaimana yang tertulis dalam Farmakope Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang dapat salah pengamatan dalam melakukan percobaan ini
adalah :
1. Larutan I2 yang digunakan sudah banyak yang menguap atau tereduksi
menjadi I-.
2. Larutan kanji yang digunakan sudah tidak bagus lagi, karena endapan
yang terlihat agak kehitaman.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah
1. Kadar kemurnian Vitamin C adalah 107,395 %, tidak memenuhi
persyaratan kadar yang terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi III.
2. Kadar kemurnian tembaga (II) sulfat adalah 130,5 %, tidak memenuhi
persyaratan kadar yang terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi III.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penetapan kadar sampel tablet vitamin C
DAFTAR PUSTAKA
1. Rivai, H., (1995), “Asas Pemeriksaan Kimia”, Universitas Indonesia
Press, Jakarta,
2. Wunas, J., Said, S., (1986), “Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif”<
UNHAS, Makassar, 122-123
3. Underwood, A.L., day, RA., (1993), “Analisa Kimia Kuantitatif”, Edisi V,
Alih Bahasa : R. Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-304
4. Roth, J., Blaschke, G., (1988), “Analisa Farmasi”, UGM Press,
Yogyakarta, 271-279.
5. Dirjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Departemen
Kesehatan RI., Jakarta, 143, 581, 587, 714
6.Dirjen POM, (1994), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depatemen
Kesehatan RI., JakartaVitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih,tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-192° C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama.Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan sifat
pereduksi yang kuat. Sifat tersebut terutama disebabkan adanya struktur radial yang berkonjugasi dengan
gugus karbonil dalam cincin lekton. Bentuk vitamin C yang ada di alam terutama adalah L-asam askorbat,
D-asam askorbat jarang terdapat dialam dan hanya dimiliki 10% aktivitas vitamin C.
Vitamin C merupakan nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk
menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
Asam askorbat mempunyai struktur yang mirip monosakarida, tetapi struktur ini mempunyai beberapa
gambaran yang tidak lazim. Senyawa ini adalah lakton tak jenuh beranggotakan lima dengan dua gugus
hidroksilvpada ikatan ganda duanya. Struktur enadiol seperti ini jarang ditemukan.
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium
tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan
iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.
(Bassett, 1994).
Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara sempurna dalam
suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji.
Dalam menggunakan metode iodometri kita menggunakan indikator kanji dimana warna dari sebuah larutan
iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga
memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan
kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin–kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodine.
(Underwood, 1986).
Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksid
yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan
sebagai titrannya.
(Bassett, 1994).
Iodimetri dan Iodometri adalah metode penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2,
yang bereaksi dengan cuplikan atau terbentuk oleh cuplikan kalau direaksikan dengan ion I-. Jadi dasar
reaksi yang digunakan pada Iodimetri dan iodometri adalah
I2+ 2e à 2I
Pada Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsure tertentu dalam cuplikan adalah jumlah
I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada iodimetri, larutan bakunya adalah larutan I2 Kesetimbangan reaksi
tersebut diatas dapat berjalan baik ke kanan maupun ke kiri. Pada reaksi 1 I2 bekerja/ bertindak sebagai
oksidator, sedangkan pada reaksi 2 I2 bertindak sebagai reduktor.
(Underwood, 1986).
BAB V
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar vitamin C dari sampel Vitacimin dan IPI CPL. Metode
yang digunakan adalah Titrasi Iodimetri yaitu titrasi pengoksidasian vitamin C oleh larutan Iodin (I2).
Potensial reduksi normalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reversible sebagai berikut:
I2 (aq) + 2e à 2I-
Adalah 0.5345 volt.
Indikator yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan bereaksi dan reaksinya
adalah reaksi yang dapat balik :
I2 + amilum à I2-amil (kompleks)
Kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air sehingga kalau pada reaksi ini I2 tinggi,
kesetimbangan akan terletak jauh di sebelah kanan, kompleks iod-amilum yang terbentuk banyak, akan terjadi
endapan. Akibatnya kalau pada titrasi I2 “hilang” karena tereduksi, kesetimbangannya tidak segera kembali bergeser
ke arah kiri, warna kompleks iod-amilum agak sukar hilang.
Adapun Dari hasil percobaan titrasi iodometri terdapat kesalahan. Faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a) Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara
4 I + O2 + 4 H+ à I2 + 2H2O
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah, maka akan lebih cepat.
Sinar matahari pun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ion-ion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan
harus segera dititrasi.
b) Kecepatan menguap dari Iodium
Agar penguapan larut Iodium tidak begitu besar, maka larutan itu seharus dibubuhi KI hingga berlebih (Konsentrasi I-
minimal 4 %), dimana Iodida yang ditambahkan itu mengikat molekul-molekul Iodium menjadi ion triiodida Karena
reaksi ini bolak balik maka suatu larutan tri iodida pada reaksi-reaksi kimia bereaksi sebagai Iodium murni. Tetapi
pada prakteknya tidak ditambahkan KI dan pada saat titarsi Erlenmeyer tidak di tutup kemungkinan iodium menguap
yang dapat mempengaruhi titik akhir titrasi menjadi terlalu mencolok, yang seharunya berwarna biru. Oleh karena itu
titrasi ini sebaiknya menggunakan Labu Erlenmeyer bertutup.
Selain itu, I2 merupakan zat yang mudah terurai oleh cahaya. Untuk itu dalam penyimpanannya harus menggunakan
botol coklat dan juga pada saat titrasi harus menggunakan Buret Coklat.
Hasil yang didapat pada percobaan kali ini adalah 0.0245% untuk sampel ‘Vitacimin’ sedangkan untuk ‘IPI CPL’
kadar yang didapat adalah 0.0173%. Persen hasil yang didapat memang sangat jauh dari kadar yang seharusnya
hampir mendekati 100%. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan-kesalahan seperti :
1. Pelarutan sampel
Sampel yang digerus dan dilarutkan tidak melarutkan semua vitamin C yang terkandung dalam sampel. Melihat
struktur vitamin C atau asam askorbat yang mencair pada suhu 190-192o C sangat dimungkinkan banyak vitamin C
yang tidak larut dengan pelarut yang digunakan pada saat praktek (aquades dingin). Hal ini menyebabkan sangat
kecilnya kandungan vitamin C pada filtrate yang dipipet dan dititrasi.