Menimbang:
Mengingat:
PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG
NOMOR o8 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG TAHUN 2009-2018
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI EMPAT LAWANG,
a. bahwa dalam rangka ikut serta program pemerintah dafam pemerataan pembangunan untuk meningkatkan · kesejahteraan masyarakat dan upaya penataan serta pengembangan sektor kebudayaan dan kepariwisataan di Daerah dipandang perfu untuk menetapkan Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah ;
b. bahiNa potensi kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Empat Lawang perlu ditata, dibina, dan dikembangkan secara terarah, terpadu, berkesinambungan serta meningkatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan kebijakan nasional, provinsi, dan kebijakan daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud dalam
huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Rencana lnduk Pengenbangan Pariwisata Daerah Kabupaten Empat Lawang Tahun 2009-2018.
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Rl tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konve1-si Sumber Daya Hayati, dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990 Nomor 49 Tambahan Lemt::iaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 1067, T ambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 );
, I
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 T a hun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4677);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
I
10.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3516);
13. Peraturan Pemerintah . Nomor 191 Tahun 1995 ten tang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang Analisa Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206);
''
Menetapkan:
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provonsi dan Pemerintahan Oaerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Rl Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 4737);
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
20.1nstruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan PembangunanKebudayaan dan Pariwisata;
21. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 012/MKP/IV/2001, tentang Pemberian lzin Usaha Kepariwisataan;
22. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Empat Lawang.
Dengan persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG
dan
BUPATI EMPAT LAWANG
MEMUTUSKAN:
PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG TAHUN 2009-2018
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Empat Lawang;
2. Pemerintah Kabupaten adalah : Pemerintahan Kabupaten Empat Lawang;
3.
4.
5,
7.
8.
Bupati adalah Bupati Empat Lawang;
Dinas adalah Satuan Ke~a Perangkat Daerah berbentuk Dinas di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Empat Lawang yang bertanggung jawab di bidang Pariwisata;
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang bertanggung jawab di bidang Pariwisata di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Empat Lawang;
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata; Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;
9. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan wisata;
10 Usaha Pariwisata adalah kegiatan menyelenggarakan jasa pariwisata, mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain tersebut;
yang bertujuan men~ediakan atau
yang I terkait dibidang
11 Objek dan daya tarik wisata yang selanjutnya disebut ODTW adalah segala sesuatu yang menjadi sarana wisata;
12 Usaha jasa biro perjalanan adalah usaha jasa penyediaan, jasa perencanaan, dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata;
13 Usaha Jasa Agen Perjalanan adalah usaha jasa perantara dalam penyediaan pelayanan kegiatan penyelenggaraan wisata;
14 Usaha jasa pramuwisata adalah usaha jasa pemberian bimbingan pengarahan dan petunjuk tentang objek wisata serta pelayanan dan pembantuan yang diperlukan oleh wisatawan;
15. Rencana lnduk Penataan Pengembangan Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat RIPPDA adalah petunjuk dan pedoman umum dalam melaksanakan pemeliharaan kebudayaan, potensi kepariwisataan pada setiap tingkatan Pemerintahan Kabupaten Empat Lawang;
16. Kebudayaan adalah sebagai keseluruhan prilaku manusia yang diatur oleh tata laku, dan harus didapat melalui belajar tersusun dalam kehidupan bermasyarakat;
17. Kesenian adalah karya artistik hasil perwujudan kreatifitas daya cipta. daya karya dan karsa yang hidup atau berakar di daerah baik tradisional maupun kontemporer;
18. Kesejahteraan adalah dinamika pariwisata yang te~adi di masa lalu dalam berbagai aspek kehidupan dari hasil rekontruksi pariwisata-pariwisata tersebut serta peninggalan-peninggalan masa lalu dalarn bentuk pemikiran maupun tak tertulis dari tradisi lisan;
19. Nilai Tradisi adalah konsep abstrak mengenai masalah yang tercermin dalam sikap dan perilaku;
20. Tinggalan Budaya adalah temuan benda bergerak dan tidak bergerak yang menjadi warisan budaya;
21. Sastra Daerah adalah sastra yang ungkapkan dalam bahasa daerah baik lisan maupun tulisan;
22. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau di sediakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawarl yang berupa fasilitas, pariwisata, pelayanan produk wisata secara terpadu;
24. Satuan Kawasan Wisata yang selanjutnya disebut SKW adalah satu daerah wisata yang memiliki kelengkapan produk wisata yang dapat dikembangkan secara terpadu;
25 Sumber Daya Manusia Pariwisata adalah mereka yang mengabdikan dirinya dalam pekerjaan dibidang kepariwisataan, instansi/lembaga yang bergerak dibidang pariwisata yang sesuai dengan potensi dan latar belakang pendidikan;
BAS II
KEDUDUKAN, RUANG LINGKUP DAN JANGKA WAKTU PERENCANAAN
Bagian Pertama Kedudukan
Pasal2
Kedudukan RIPPDA Kabupaten Empat Lawang :
a. merupakan penjabaran dari visi dan misi pembangunan Kabupaten Empat Lawang serta kebijakan Pembangunan sektor kepariwisataan;
b. merupakan dasar pertimbangan dalam penyusunan program satuan kerja perangkat daerah; ·
c. merupakan dasar penyusunan pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Empat Lawang;
d. buku RIPPDA merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua Ruang Lingkup
Pasal 3
Ruang Lingkup Peraturan Daerah tentang RIPPDA memperhatikan keterkaitan
a. kota dan/atau Kabupaten tetangga yang berbatasan sebagai daerah wisata;
b. Penyusunan paket Pariwisata; dan
c. kerjasama antar Daerah.
Bagian Ketiga Jangka Waktu
Pasal4
Jangka Waktu RIPPDA :
Jangka waktu RIPPDA Kabupaten Empat Lawang adalah 10 (sepuluh)
tahun. RIPPDA yang telah ditetapkan dapat ditinja\.l kembali untuk
disesuaikan dengan kepentingan pembangunan daerah peninjau
dilakukan paling lama 5 (lima) tahun sekali.
BAB 111
MAKSUD TUJUAN DAN MANFAAT
Bagian Pertama Maksud
Pasal 5.
Maksud Penetapan RIPPDA:
a. menjabarkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Empat Lawang serta visi dan misi pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Empat Lawang;
b. menyatukan pandangan di antara sektor pembangunan lainnya di Kabupaten Empat Lawang akan pentingnya kebudayaan dan kepariwisataan dalam kontek perencanaan pembangunan daerah;
c. menyelaraskan Kegiatan Kebudayaan dan Pariwisata;
d. membudidayakan, memudahkan masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Empat Lawang.
Bagian Kedua Tujuan
Pasal6
Tujuan Penetapan Rencana lnduk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yaitu:
a. memberikan gambaran secara terpadu mengenai pengembangan potensi kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Empat Lawang yang meliputi objek wisata dan usaha sarana wisata;
b. memberikan pedoman tentang perencanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Empat Lawang;
c. menyikapi peluang pembangunan kebudayaan dan kepariwis<:Haan di Kabupaten Empat Lawang sejalan dengan perkembangan pemerintah daerah;
d. memberikan arah kebijakan dalam membangun kebudayaan dan kepariwisataan yang didasari oleh kebijaksanaan perencanaan pembangunan Kabupaten Empat Lawang.
Manfaat Penetapan RIPPDA:
Bagian Ketiga Manfaat
Pasal7
a. memberikan kemudahan bagi para penanam modal/investor dalam upaya membangun kebudayaan dan kepariwisataan di Kabupaten Empat Lawang;
b. alat monitoring, evaluasi bagi langkah pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Empat Lawang:
c. alat pembinaan dan koordinasi lintas sektoral yang berdasarkan pada perencanaan partisipatif;
d. sebagai data keputustakaan dalam penyusunan karya-karya ilmiah penelitian oleh perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya.
BAB1V AZAS, SASARAN DAN STRATEGI
Bagian Pertama Az.as dan Sasaran
Paragraf 1 Azas
Pasal 8
RIPPDA Kabupaten Empat Lawang disusun berazaskan:
a. azas manfaat bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, seralas, seimbang, lestari, dan berkelanjutan;
b. azas keterbukaan persamaan keadilan dan perlindungan hukum;
c. azas keterpaduan (intergrated) yang memiliki keterpaduan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan makro yang telah di tetapkan baik pada tingkat nasional atau pun regional daerah;
d. azas berkelanjutan (sustainable) RIPPDA Kabupaten Empat Lawang mempunyai dan memperhatikan keseimbangan "balance of life" : (hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitamya), prinsip pembangunan yang berkelanjutan;
e. azas keterkaitan antar wilayah dengan melihat keterkaitan antar wilayah yang diikat dengan kesamaan sejarah, kondisi alam atau sumber daya yang diharapkan akan mendorong terjadinya kerjasama antar daerah.
Paragraf 2 Sasaran
Pasal9
Sasaran RIPPDA Kabupaten Empat Lawang:
a. tersusun RIPPDA yang partisipatif dan memiliki wawasan pembangunan yang akan datang berdasarkan kepada pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, kebudayaan, letak geografis pertumbuhan usaha pariwisata dan koordinasi lintas sektoral;
b. tersusunnya pola penyebaran produk wisata yang didukung oleh
terbentuknya infrastruktur di wilayah Kabupaten Empat Lawang;
c. tersusunnya kawasan-kawasan pariwisata yang dapat menunjang jumlah kunjungan untuk menunjang PAD;
d. tersusunnya pembinaan pariwisata yang berwawasan lingkungan;
e. tersusunya investasi pembangunan kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten Empat Lawang;
f. terkoordinasinya RIPPDA Kabupaten Empat Lawa~g;
g. tersusunnya pemasaran Pariwisata Kabupaten Empat Lawang.
Bagian Kedua Strategi Pelaksanaan
Pasal 10
RIPPDA Kabupaten Empat Lawang disusun berdasarkan strategi pelaksanaan:
a. pengembangan kepariwisataan yang berdasar kepada pendekatan struktur atau perencanaan partisipatif yang mengikut sertakan seluruh stakeholder kepariwisataan;
b. pengembangan kepariwisataan dengan memahami karakteristik, sikap, perilaku dan kebutuhan wisatawan yang berguna untuk menyusun kebijaksanaan dalam penyediaan produk wisata;
c. penyebaran produk wisata yang menopang aspek-aspek kehidupan ekonomi masyarakat yang berguna untuk meningkatkan pendapatan daerah;
d. pemanfaatan seni budaya untuk pariwisata merupakan alternative utama untuk memperkaya atraksi wisata, terselenggaranya program seni budaya selektif yang mampu mengembangkan pemuliaan, bisnis, dan pemasaran promosi wisata;
e. pemberdayaan masyarakat merupakan tolak ukur perkembangan kebersihan pariwisata di daerah yang memberikan dampak untuk terselenggaranya kepariwisataan yang mendasarkan kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat;
f. pengembangan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan (ekotourism) merupakan kegiatan kepariwisataan yang mendasarkan kepada pengendalian dan manfaat lingkungan untuk kelanjutan pembangunan kepariwisataan dimasa yang akan datang;
g. pengembangan kawasan wisata merupakan strategi terintergrasi dalam penyediaan sarana dan prasarana upaya memudahkan pembianaan, pelayanan dan mendorong peningkatan lama tinggal, belanja wisatawan, dan kunjungan wisatawan;
h. penanaman modal (investasi). strategi ini mendorong terwujudnya kemudahan investasi melalui penyederhanaan regulasi penataan lahan dan kepemilikan lahan untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan;
i. pengembangan SDM merupakan strategi untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) kepariwisataan yang memiliki kompetensi sesuai persepsi yang di miliki.
BABV
KEPARIWISAT AAN
Bagian Pertama Penggolongan Usaha Kepariwisataan
Pasal11
Penggolongan usaha pariwisata meliputi:
a. pengusaha objek wisata;
b. daya tarik wisata;
c. usaha jasa pariwisata; dan
d. hiburan umum (aneka wisata).
Bagian kedua Pengelolaan Dan Unsur-Unsur Jasa Kepariwisataan
Paragraph 1 Pengelolaan Usaha Jasa Kepariwisataan
Pasal 12
Pengelolaan usaha jasa kepaariwisataan meliputi penyediaan jasa perencanaan, jasa pelayanan, dan jasa penyelenggaraan Kepariwisataan.
Paragraph 2 Unsur-Unsur Usaha Jasa Kepariwisataan
Pasal 13
Unsur-unsur usaha kepariwisataan dapat berupa:
a. biro perjalanan wisata;
b. agen perjalanan wisata;
C. pramuwisata;
d. konvensi;
e. perjalanan insentif dan pameran;
f. inpersariat;
g. kosultan pariwisata;
h. informasi pariwisata; dan
i. even organizer.
Bagian Ketiga Pengelolaan dan Pengusahaan Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Paragraf 1 Pengelolaan
Pasal 14
Penataan, pengelolaan objek dan daya tarik wisata meliputi:
a. kegiatan membangun dan mengelola, objek wisata dan daya tarik wisata;
b. membangun sarana dan prasarana yang diperlukan;
c. mengelola objek wisata dan daya tarik wisata yang telah ada.
Paragraf 2 Pengusahaan
Pasal 15
Pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata, tediri atas:
a. pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam;
b. pengelolaan objek dan daya tarik wisata budaya;
c. pengelolaan objek dan daya tarik wisata minat khusus;
d. pengelolaan rekreasi dan hiburan umum;
e. pengelolaan objek dan daya tarik wisata.
Bagian Keempat Pengelolaan Usaha Sarana Pariwisata dan Unsur- unsur Sarana
Pariwisata
Paragraf 1 Pengelolaan Usaha Sarana Pariwisata
Pasal 16
Pengelolaan usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan pembangunan, pengelolaan, penyediaan fasilitas, dan pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Paragraf 2 Unsur-unsur Sarana Pariwisata
Pasal 17
Unsur sarana pariwisata terdiri atas penyediaan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, penyedian angkutan wisata, penyediaan sarana tirta dan kawasan pariwisata.
Bagian Kelima Kegiatan Usaha Rekresi, Hiburan Umum dan Penggolongan
Paragraf 1 Kegiatan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum
Pasal 18
Penggolongan usaha rekreasi dan hiburan umum terdiri dari: penyediaan sarana olah raga, penyediaan bioskop/teater, penyediaan pantai sungai musi, penyediaan sarana perkemahan/kemping, penyediaan sarana pendakian bukit, penyediaan sarana ketangkasan alam (out bound), penyediaan taman agrowisata, geowisata, shopping, penyediaan sarana pentas satwa, penyediaan sarana gantole dan sejenis, penyediaan sarana taman rekreasi dan fasilitas bermain anak-anak, gelanggang permainan ketangkasan dan yang sejenis.
BABVI
FALSAFAH, SISTEM PENNGEMBANGAN PARIWISATA
Falsafah
Pasal20
Untuk mewujudkan pengembangan pariwisata yang memiliki kesinambungan maka disusun falsafah melalui :
a. hubungan secara vertikal manusia dengan yang maha kuasa sebagai makna keseimbangan kegiatan pembangunan pariwisata yang digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai nilai yang menjadi landasan spiritual, perjudian, narkoba, dan perbuatan yang melanggar kesusilaan tidak ditolelir dan bukan merupakan bagian dari pengembangan pariwisata Kabupaten Empat Lawang;
b. mausia sebagai makhluk sosial pada kenyataannya tidak hidup sendiri interaksi sosial antara sesamanya telah menciptakan rasa toleransi dan saling mengasihi sebagaimana tercermin dalam kehidupan masyarakat yaitu: saling keruani sangi kerawati;
c. hubungan manusia dengan lingkungannya didasari kepada alam sebagai anugerah yang besar dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana manusia hidup ditengah-tengah lingkungannya dan mendapatkan kehidupan, dengan menciptakan keseimbangan hubungan mikro (manusia dan alam) diharapkan dapat mencegah ketidak adilan dan perusakan terhadap Budaya dan Alam.
Sistem Pengembangan Kepariwisataan
Pasal21
Sistem pengembangan kepariwisataan kabupaten empat lawang meliputi •
a. pengembangan pariwisata yang dilandasi oleh satu system kehidupan masyarakat yang memegang kuat agama, nilai-nilai budaya yang mendorong terwujudnya satu kehidupan yang mampu mewujudkan satu kehidupan yang harmonis, seimbang dan berkelanjutan;
b. pengembangan pariwisata Kabupaten Empat Lawang bertumpu dan memanfaatkan kekuatan alam, budaya, dan letak geografis, dalam kegiatan bertanggung jawab melaksanakan pelestarian, penghijauan, pemeliharaan lingkkungan dan menghindari pengembangan pariwisata yang berakibat terhadap kerusakan lingkungan dan ekosistem;
c. pengembangan pariwisata Kabupaten Empat Lawang menganut system dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (community based tourism) dalam upaya pengembagan ekonomi rakyat;
d. pengembangan pariwisata Kabupaten Empat Lawang memiliki keterkaitan antara satu usaha dengan usaha lainnya dalam satu bentuk usaha pariwisata yang terdiri dari pengusahaan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana dan usaha jasa pariwisata.
BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN WISATA LINGKUNGAN
Bagian Pertama Kawasan Wisata Alam
Pasal22
(1).Perwujudan kawasan alam didukung oleh beberapa kriteria yang dapat dijadikan dasar bagi pengembangan satu kawasan terpadu dalam satu kesatuan pengembangan seperti wisata agro, wisata budaya, wisata petualangan dan wisata olah raga;
(2).Lokasi-lokasi yang ditetapkan sebagai daerah wisata alam mencakup lokasi wisata yang karena potensi dan lingkungannya menunjang terhadap kebutuhan fasilitas bagi wisatawan.
Bagian kedua Penetapan Lokasi Kawasan
Pasal23
Penetapan lokasi kawasan wisata alam meliputi antara lain :
a. air terjun tujuh tingkat di Desa Tanjung Alam Kecamatan Lintang Kanan (objek unggulan);
b. sumber Air Panas di Desa Penantian Kecamatan Pasemah Air Keruh (Objek Unggulan);
c. air Terjun Rindu Betuntut Jayaloka Kecamatan Tebing Tinggi;
d. pantai lndah Terusan Tebing Tinggi;
e. batu Gelegah Di Oesa Ulak Dabu Kecamatan Talang Padang;
f. pantai Pulau Mas Tebing Tinggi;
g. air Terjun Curup Talang Padang;
h. goa Kelambit Oesa Air Lintang;
i. tebat Sekedi Oi Desa Sukadana Keamatan Muara Pinang;
j. goa Batu Desa Air Lintang Manggilan Kecamatan Pendopo;
k. air Bayau Desa Endalo Kecamatan Lintang Kanan;
I. tebat goyang Kecamatan Pendopo.
Bagian Ketiga Sarana dan Prasarana
Pasal24
(1).Pengembangan sarana di kawasan wisata alam diarahkan untuk:
a. penyediaan pasar wisata sayu~ mayor dan buah-buahan;
b. penyediaan terminal pusat pemberangkatan tour;
c. pengelolaan lingkungan yang berdasarkan kepada pemanfaatan alam sebagai konservasi, rekreasi dan edukasi;
(2).Pengembangan prasarana di kawasan wisata alam lebih diarahkan untuk:
a. penyediaan sarana untuk berbagai kegiatan olah raga seperti hiking, jogging, lintas alam, ketangkasan alam;
b. penyediaan sarana outbond; c. penyediaan sarana transportasi untuk Resort Tour; d prasarana dimasing-masing objek dan daya tarik wisata;
Bagian Keempat Pengembangan Usaha Sarana Wisata
Pasal25
(1).Pengembangan usaha sarana wisata diharuskan untuk:
a penyediaan restoran dengan struktur dan arsitektur bangunan khas rumah adat yang terbuat dari kayu disesuaikan dengan alam sekitarnya, dihindari bangunan-bagunan terbuat dari beton dan sejenisnya;
b penyedian sarana akomodasi pasal zona pelayanan pengunjung dalam bentuk cottage atau drive, in motel, dengan bangunan yang terbuat dari material kayu, dengan bentuk bangunan gaya rumah adat:
c penyediaan sarana bangunan informasi dengan ruangan presentasi, pemutaran video atau film yang berhubungan dengan alam dan lingkungan alam;
d. penyediaan taman rekreasi untuk anak-anak dengan perlengkapan fasilitas yang tidak menimbulkan bunyi;
e. penyediaan Rest Area yang dibangun dengan arsitektur setempat dan menggunakan bahan bangunan yang tidak merusak lingkungan.
(2).Setiap orang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 dikenakan sanksi administrasi berupa: a. peringatan;
b. pencabutan izin usaha; dan/atau
c. penghentian pembangunan.
BAB VIII PENGEMBANGAN KAWASAN WISATAAGRO
Bagian pertama Kawasan wisata argo
Pasal26
Kawasan wisata argo merupakan kawasan yang memanfatkan potensi pertanian, pemandanggan alam, kawasan pertanian, keanekaragaman, aktivitas produksi dan teknologi pertanian, serta budaya masyarakat.
Bagian Kedua Tujuan pengembangan wisata argo
Pasal27
Tujuan pengembangan wisata Argo :
a. mernperluas wawasan pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha bidang pertanian, yang meliputi : tanaman pangan, holtikultura perkebunan, perikanan, peternakan;
b. mernposisikan pariwisata sejalan dengan fungsi budi daya pertanian dan pernukiman pedesaan;
c. meningkatkan lama tinggal wisatawan dan belanja wisatawan yang berdampak pada pendapatan masyarakat, melalui pengembangan ekonomi rakyat.
BAB IX
RENCANA PENGEMBANGAN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA
Bagian Pertama Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
Pasal 28
(1 ).Pengembangan objek dan daya tarik wisata terdiri dari:
a. air Terjun Tujuh Tingkat Desa Tanjung Alam Kecamatan Lintang Kanan;
b. suban Air Panas di Desa Penantian Kecamatan Pasemah Air Keruh.
(2).Penyediaan sarana dan prasarana objek dan daya tarik wisata ditetapkan kemudian oleh Peraturan Bupati.
BABX
RENCANA PANGEMBANGAN PEMASARAN
Bagian Pertama Pemasaran dan Pengembangan Pemasaran
Paragraf 1 Pemasaran
Pasal29
Pemasaran pariwisata adalah merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pengusaha untuk mempertahankan dan mengembangkan citra pariwisata daerah, serta kelangsungan hidup usaha pariwisata.
Paragraf 2 Pengembangan Pemasaran
Pasal30
(1).Pengembangan pemasaran dilakukan dengan cara merencanakan, mengusahakan, melaksanakan, mengelola, dan membuat bahanbahan pemasaran dan promosi;
(2).Pengembangan pemasaran sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. menentukan kebijakan produk wisata, penentuan harga, saluran distribusi dan promosi;
b. menentukan dan memperkenalkan produk wisata yang sesuai dengan segmen pasar baik di dalam maupun di luar negeri;
c. menentukan dan memperkenalkan produk wisata yang baru kepada pasar wisatawan potensial;
d. menentukan kegiatan dan biaya promosi dalam upaya menciptakan permintaan tehadap produk wisata;
e. menentukan perkiraaan kebutuhan, pasar potensial, segmen pasar dan pembiayaan
Bagian Kedua Tujuan Pemasaran
Pasal 31
Tujuan pemasaran meliputi :
a. menarik wisatawan untuk dating berkunjung ke objek dan daya tarik wisata pada satu daerah tujuan wisata untuk meningkatkan kunjungan wisata;
b. menarik wisatawan yang datang untuk menggunakan seluruh pelayanan yang diberikan untuk para pengusaha yang bergerak dalam bidang usaha objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata.
Bagian Ketiga
Peranan Pemerintah, Usaha Pariwisata, Masyarakat dan lnstansi Terkait dalam Promosi dan Pemasaran
Pasal32
(1). Peranan Pemerintah meliputi:
a. menyediakan biaya promosi dan pemasaran sesuai dengan kewenangannya dalam mendorong promosi dan pemasaran daerah tujuan wisata;
b. menciptakan citra daerah wisata yang memilikii nilai-nilai dan unsur-unsur sapta pesona;
c. mendorong pengusaha di bidang pariwisata untuk mengembangkan, melaksanakan promosi dan pemasaran;
d. mengadakan hubungan masyarakat dan komunikasi promosi di berbagai daeraht tujuan wisata di Indonesia dan luar negeri.
(2). Peranan Dunia usaha meliputi :
a. menyediakan biaya untuk kepentingan berbagai kegiatan promosi baik di dalam maupun di luar negeri;
b. membuat berbagai bentuk bahan promosi perusahaan sesuai dengan bidang usahanya;
c. membantu kegiatan promosi produk wisata lainnya yang berada di luar kegitan usaha;
d. mengikuti berbagai kegiatan promosi dan perr.asaran baik yang diselenggarakan di dalam maupun diluar negeri.
(3). Peranan Masyarakat meliputi :
a. menjaga Citra Daerah tujuan wisata melalui pengembangan SAPTA PESONA;
b. menyediakan dan mengikutsertakan kegiatan promosi yang dilaksanakan sesuai bidang kegiatan;
c. mendukung berbagai kegiatan promosi yang dilaksanakan pemerintah, dunia usaha pariwisata.
(4). Peranan Lembaga I instansi terkait meliputi:
a. membantu promosi pariwisata sesuai dengan bidang kegiatannya;
b. menyediakan biaya promosi untuk menujang berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan bidang tugasnya;
c. meneliti berbagai kegiatan promosi pariwisata sesuai dengan bidang kegitanya.
BABX1
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN
Bagian Pertama . Penyediaan Pengelolaan Pengembangan Dan Pengemdalian Usaha
Akomodasi
Paragraf 1 Penyediaan Akomodasi
Pasal 33
Penyedian usaha akomodasi diselengarakan melalui :
a. Penyedian kamar dan fasilitas yang lain serta pelayanan yang diperlukan;
b. Penyediaan setiap jenis akomodasi sebagai mana dimaksud dalam huruf a dibedakan menurut jenis dan tingkat fasilitas yang disediakan.
Paragraf 2 Jenis Usaha Akomodasi
Pasal34
1 Jenis usaha akomodasi dapat berupa: usaha hotel, usaha pondok wisata, usaha condominium, usaha bumi perkemahan dan usaha persinggahan karapan;
2 Klasifikasi usaha akomodasi berpedoman kepada peraturan perUndangUndangan yang ber1aku.
Paragraf 3 Pengelolaan
Pasal35
Pengelolaan usaha akomodasi sebagaimana dimaksud pasal 35 ayat ( 1) di selenggarakan oleh perorangan, koperasi, Perseroan Terbatas dan BUMN.
Paragraf 4 Pengendalian, pengembangan usaha akomodasi
' Pasal36
Pengendalian, pengamangn usaha akomodasi dilakukan dengan cara:
a. Perigembangan usaha akomodasi dialokasikan pada jalur-jalur wisata dikabupaten empat lawang, objek dan daya tarik wisata, lokasi lainnya dan dilarang dibangun pada kawasan lindung, daerah rawan bencana alam dan daerah-daerah lainnya yang dinyatakan sebagai konservasi alam dan daerah resapan air pada kawasan Kabupaten Empat Lawang;
b. Pembangunan akomodasi yang berbentuk bangunan permanen diwajibkan menggunakan bangunan tipe khas Kabuaten Empat Lawang baik sebagian atau keseluruhan bangunan;
c. Penggunaan tenaga diutamakan menggunakan tenaga kerja local pada bagian-bagian yang sesuai/dalam operasional usahanya;
Bagian Kedua Usaha Makanan Dan Minuman
Paragraf 1 Penyediaan Usaha Makanan Dan Minuman
Pasal 37
(1).Penyediaan usaha makanan dan minuman dapa~ berupa: retoran, rumah makan, jasa boga (catering), coffe house, dan usaha makanan dan minuman lainnya baik yang khas daerah ataupun makanan dan minuman pada umumnya;
(2).Usaha penyediaan makanan dan minuman rr.erupakan usaha pengelolaan dan pelayanan makanan dan minuman dapat dilakukan dalam bentuk usaha berdiri sendiri atau sebagian dari pelayanan akomodasi.
Paragraf 2 Pengendalian Pembangunan Usaha Makanan Dan Minuman
Pasal 38
Pengendalian pembangunan usaha makanan dan minuman diselenggarakan meliputi:
(1). Pembangunan usaha makanan dan minuman dapat dibangun pada jalur-jalur wisata, objek dan daya tarik wisata dan atau lokasi lainnya dan dilarang dibangun pada kawasan lindung, daerah konservasi alam dan daerah wisata air;
(2). Pembangunan usaha makanan yang menggunakan bangunan, diutamakan menggunakan tipe rumah adat Empat Lawang.
Paragraf 3 Pengambangan Usaha Makanan Dan Minuman
di Kabupaten Empat Lawang
Pasal39
(1).Pengembangan usaha makanan dan minuman diarahkan pada jenis makanan dan minuman khas daerah;
(2).Pengelolaan usaha makanan dan minuman sebagaimana dimaksud ayat ( 1) diselenggarakan perorangan, koperasi, perseroan terbatas dan BUMN;
(3).Penggunaan tenaga diutamakan menggunakan tenaga kerja local pada bagian-bagian yang sesuai/dalam operasional usahanya.
(
(
BABX1
KERJASAMA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN USAHA PARIWISATA
Bagian Pertama Pengelolaan dan Pengembangan
Pasal40
Setiap usaha pariwisata khususnya pengusahaan objek dan daya tarik wisata harus dilaksanakan kerjasama antara pihak pengelolla ODTW dengan Pemerintah Kabupaten Empat Lawang, dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku;
Bagia~ kedua Pengendalian perizinan
Pasal41
Setiap usaha kebudayaan dan pariwisata harus memenuhi perizinan usaha sebagaimana ditetapkan oleh Peraturan Oaerah.
BAB XIII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal42
Pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati dalam pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas berkoordinasi dengan instansi terkait.
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal43
(1).Barang siapa melanggar ketentuan dalam pasal 24 dan pasal 25 dikenakan sanksi administrasi;
(2).Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa:
a. peringatan;
b. pencabutan izin usaha;
c. penghentian pembangunan.
(
BABXV
KETENTUAN PIDANA
Pasal44
(1).Setiap orang melanggar ketentuan pasal 41 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta rupiah); '
(2).Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran
BAB XV1
PENYIDIKAN
Pasal45
(1).Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidik atas tindakan pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan pemerintah daerah yang pengangkatannya sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan;
(2).Tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksudkan pada ayat(1) mengacu pada ketentuan peraturan perundang- undangan.
BAB XVII
PEMBIAYAAN
Pasal46
Pembiayaan dalam pelaksanaan RIPPDA berasal dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD);
b. sumber lain yang sah dan tidak meningkat.
BAB XIX
KETENTUAN DAN PENUTUP
Pasal47
Ketentuan lebih lanjut mengenai tekhnis pelaksanaannya di tetapkan
dengan Peraturan Bupati.
. ( .
/;··""-..4
(
Pasa148
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Empat La wang.
Diundangkan di Tebing Tinggi pada tanggal 2 ?Ll('F' 2010
SEKRETARlS DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG,
M. EDUAR KOHAR
Ditetapkan di T ing Tinggi pada tanggal t 7~1 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG TAHUN 2010 NOMOR g