JURNAL
PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA YANG MEMPUNYAI
ANAK BALITA ATAU DALAM KEADAAN MENGANDUNG
DI LP WIROGUNAN YOGYAKARTA
Diajukan Oleh :
LILY LASTRIANA DEWI
N P M : 070509664
Program Studi : Ilmu Hukum
Program kekhususan: Peradilan Dan Penyelesaian Sengketa Hukum
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM
2014
Dr. G. Sri Nurhartanto, SH. LLM.
I. Judul : Pembinaan narapidana wanita yang mempunyai anak
balita atau dalam keadaan mengandung di LP
Wirogunan Yogyakarta
II. Nama : Lily Lastriana Dewi, G . Aryadi.
III. Program Studi : Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
IV. Abstract
The objective of this research was to obtain descriptions and analyze the
guidance to women prisoners who were undergoing criminal proceedings and
having children under the age of five and those who were pregnant at Wirogunan
Penitentiary, Yogyakarta. The research was also to identify and present obstacles
or constraints in the implementation of guidance to women prisoners who were
undergoing criminal proceedings and having children under the age of five and
those who were pregnant at Wirogunan Penitentiary, Yogyakarta. The type of the
research used in this research was a normative legal research, supported by
empirical law materials. The approach used in this research was Statue Approach
and The Analytical and Conceptual Approach. The type and technique of non-
probability sampling was purposive sampling. Therefore, the samples required in
this research were related to pregnant and postpartum woman prisoners, those
having children under the age of five and relevant parties with Wirogunan
Penitentiary, Yogyakarta, i.e. the head and supervisors of the inmates. The method
of the data analysis used in empirical research was qualitative method, comprised
of descriptive, interpretive, evaluative and argumentative methods.
Keywords: Guidance, women prisoners, pregnant Penitentiary
V. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Di negara berkembang seperti Indonesia masalah pembinaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang beradab sering terabaikan. Bahkan
sebuah idiologi sering tergantikan oleh kekuatan ekonomi yang cenderung lebih
berperan. Sering manusia salah jalan dan melakukan tindakan diluar aturan yang
berlaku demi mendapatkan ekonomi yang layak. Selain itu kecenderungan
peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup membuat semakin komplek dan
beragam masalah dalam masyarakat, seperti kejahatan ataupun perbuatan yang
melanggar hukum. Tujuan utama bangsa Indonesia sesuai pembukaan Undang-
Undang Dasar RI 1945 alinea keempat yang berbunyi:
” ......... yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasarnegara
Indonesia............ ”.
Pada dasarnya manusia sebagai salah satu modal yang sangat penting bagi
tercapainya pembangunan maka harus memiliki mental dan kehidupan yang
mampu mendorong proses tersebut. Lembaga Pemasyarakatan sebagai salah satu
lembaga yang memiliki peran besar dalam rangka membina warga binaan
(narapidana) diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan mental
narapidana menjadi manusia yang diterima oleh hukum dan masyarakat.
Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan
menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang
harus diberantas ialah faktor penyebab tindak pidana, bukan pelaku tindak pidana.
Pandangan ini menimbulkan atau memunculkan persepsi dan penghargaan
terhadap hak-hak narapidana, yang selama ini tidak terlalu dihiraukan. Dilain
pihak masyarakat dapat berpatisipasi secara langsung, baik dengan mengadakan
kerjasama dalam pembinaan ataupun dengan sikap mampu menerima kembali
mantan narapidana dalam linkungan sosial. Fungsi sistem pemasyarakatan adalah
menyiapkan warga binaan pemasyarakatan (narapidana) agar dapat berintegrasi
normal di masyarakat, dapat menjadi anggota mayarakat sepenuhnya. Berintegrasi
normal ialah pemulihan hubungan warga binaan dengan masyarakat, karena
mereka melakukan tindak pidana, maka hal itu dianggap perbuatan yang tidak
sesuai dan cenderung meresahkan masyarakat, kemudian masyarakat akan
memberi stigma atau label jahat kepada pelaku tindak pidana tersebut1.
Hampir seluruh Lembaga Permasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan
negara (Rutan) di Indonesia saat ini over capacity (kelebihan muatan). Seperti
yang diutarakan Dirjen Permasyarakatan Kementrian Hukum dan Hal Asasi
Manusia, kapasitas Rutan saat ini idealnya dihuni 90.385 orang, akan tetapi
terpaksa dihuni 132.372 orang. Minimnya kapasitas rutan, ketidaklengkapan
fasilitas, buruknya pelayanan dan ditambah kurangnya sipir menjadi pemicu
buruknya pelayanan terhadap narpidana. Pada sistuasi ini wanita adalah obyek
yang paling rentan bahaya psikis dan fisik. Tercatat jumlah narapidana yang
meninggal sepanjang tahun 2010 mencapai 778 orang.2 Secara global narapidana
wanita mengambil porsi sebanyak 5% dari seluruh populasi narapidana, namun
proporsi ini cenderung meningkat dengan cepat.
Pada dasarnya perlindungan hukum narapidana wanita dengan sistem
permasyarakatan dalam peraturan perundang-undangan belum diatur. Secara
kodrati ada hal-hal yang seharusnya mendapat perhatian khusus terhadap
narapidana wanita, oleh karena itu permasalahan yang muncul adalah bagaimana
pembinaan hukum terhadap narapidana wanita. Apalagi jika narapidana wanita
yang memiliki tanggungan balita atau sedang dalam keadaan mengandung.
Narapidana sewaktu menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan dalam
beberapa hal kurang mendapat perhatian, khususnya perlindungan hak-hak
1 http://www.depkumham.go.id/xdepkumhamweb/home.html
2 www.kompas.com. 31/12/2010 diunduh tanggal 17 September 2013
asasinya sebagai manusia. Tindak pidana yang dijalaninya, bukan berarti hak-
haknya dicabut, akan tetapi pemidanaan pada hakekatnya mengasingkan diri dari
lingkungan masyarakat serta sebagai pembebasan rasa bersalah. Sebagai negara
hukum hak-hak narapidana harus dilindungi dan diakui oleh penegak hukum,
khususnya para staf di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana juga harus diayomi
hak-haknya walaupun telah melanggar hukum, selain itu juga ada ketidakadilan
perilaku bagi narapidana, misalnya penyiksaan, tidak mendapat fasilitas yang
wajar dan tidak adanya kesempatan untuk mendapat remisi dan hak-hak
narapidana yang diatur dalam Undang-Undang No.12 tahun 1995 Pasal (14).
Pada dasarnya hak antara narapidana perempuan dan narapidana pria adalah
sama, hanya dalam hal ini karena narapidanya adalah wanita maka ada beberapa
hak yang mendapat perhatian khusus dibanding narapidana pria. Narapidana
perempuan memiliki kodrat berbeda dengan narapidana pria yaitu , mensturasi,
hamil, melahirkan, dan menyusui maka dalam hal ini hak-hak narapidana wanita
perlu mendapat perhatian yang khusus baik menurut Undang-undang maupun oleh
petugas Lembaga Pemasyarakatan di seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa permasalahan yang menarik untuk diperhatikan yaitu,
“bagaimanakah jika terpidana adalah seorang Ibu dari anak balita yang masih
menyusui atau seorang wanita yang menjalani proses pidana dalam keadaan
mengandung?”. Hal ini menimbulkan opini apakah Negara memperbolehkan
terpidana wanita tersebut membawa anak balitanya untuk tinggal bersama di
lembaga pemasyarakatan karena alasan masih menyusui dan apakah wanita yang
menjalani proses pidana dalam keadaan mengandung tersebut dipastikan
mendapatkan fasilitas untuk memeriksakan kandungan setiap bulan dan
mendapatkan jaminan fasilitas melahirkan yang memadai di dalam Lembaga
Pemasyarakatan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 128 ayat (1) UU kesehatan
No.36 Tahun 2009 mengenai anak balita yang berhak mendapatkan ASI eksklusif
dari Ibunya dan UU No.12 Tahun 1995 (14) mengenai narapidana berhak
mendapatkan fasilitas kesehatan.
Lembaga Permasayarakatan Wirogunan Yogyakarta mempunyai narapidana
wanita dalam kondisi hamil 1 orang dan memiliki balita 1 orang. Berdasarkan
hasil pengamatan , hak – hak dan kepentingan narapidana wanita masih di bilang
dapat terpenuhi dengan baik. Adanya fasilitas kesehatan baik untuk narapidana
wanita juga tersedia, selain itu tempat-tempat sebagai kegiatan sehari-hari, tempat
tidur atau kamar mandi juga tersedia, akan tetapi kurang layak untuk digunakan,
mengingat kondisi yang jauh dari kata bersih. Selain adanya fasilitas yang
diberikan di Lapas perlu adanya pembinaan moril kepada narapidana wanita
khusunya yang memiliki tanggungan balita dan sedang mengandung. Sejauh ini
pembinaan untuk kondisi ibu hamil atau yang memiliki tanggungan balita belum
secara rutin dilakukan, akan tetapi dari fasilitas hanya jika narapidana
membutuhkan misalkan jika kondisi sakit, gangguan kehamilan, dan jika balita
yang dibawa sakit, dll, sedangkan untuk perlakuan khusunya belum sepenuhnya
dijalankan.
Berdasarkan uaraian latar berlakang permasalahan di atas maka penulis
tertarik untuk lebih mengetahui mengenai pembinaan narapidana wanita.
Khusunya kepada narapida wanita yang mempunyai anak balita dan narapida
dalam kondisi mengandung. Adapun judul untuk penelitian ini adalah “Pembinaan
Narapidana Wanita Yang Mempunyai Anak Balita atau Dalam Keadaan
Mengandung Di LP Wirogunan Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pembinaan narapidana Wanita yang mempunyai anak balita
atau mengandung di LP Wirowinangun Yogyakarta?
2. Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana
Wanita yang mempunyai anak balita dan mengandung dan upaya untuk
mengatasi di LP Wirowinangun Yogyakarta?
VI. Isi Makalah
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PERNYATAAN KEASLIAN
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian
Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II : PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA YANG
MEMPUNYAI ANAK BALITA ATAU DALAM
KEADAAN MENGANDUNG DI LP WIROGUNAN
YOGYAKARTA
Dalam Bab II ini penulis mengawali dengan pembahasan
tinjauan umum tentang narapidana, tinjauan umum tentang
pembinaan narapidana yang mempunyai anaka balita atau
dalam keadaan mengandung di LP Wirogunan Yogyakarta,
tinjauan umum tentang narapidana dan pengertian
narapidana wanita.
BAB III : PENUTUP
Dalam Bab III berisi kesimpulan yang merupakan jawaban
dari rumusan masalah dan juga berisi saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang di uaraikan pada bab
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pembinaan yang diberikan pada narapidana wanita yang mempunyai anak
balita dan dalam kondisi mengandung telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar pemasyarakatan. Tidak hanya itu, pihak LP Wirogunan Yogyakarta juga
telah menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan UU antara lain adalah
PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan yang mengacu pada perubahan PP No 28 tahun 2006 dan UU
No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, serta PP No. 58 Tahun 1999
tentang pemeriksaan kesehatan bagi narapidana. Adapun pembinaan yang
dijalankan adalah pembinaan kepribadian meliputi pembinaan keagamaan,
pembinaan kesadaran berbangsa, dan pembinaan kesadaran hukum,
kemudian melakukan pembinaan kemandirian atau keterampilan dan
pembinaan lain-lain sebagai penunjang yaitu pembinaan intelektual dan
pembinaan sosial budaya. Khusus untuk narapidana wanita hamil dan
melahirkan atau membawa tanggungan balita tidak melakukan pembinaan
yang berupa kegiatan fisik baik olah raga, kegiatan kerja bakti ataupun
kegiatan yang membahayakan ibu dan anak.
2. Penghambat atau kendala dari pembinaan di LP Wirogunan Yogyakarta
meliputi kendala dari dalam napi itu sendiri yaitu tidak jarang napi bersikap malas-
malasan atau terlibat perkelahian dengan sesama napi dan juga kendala dari pihak
LP Wirogunan yaitu keterbatasan tenaga pembimbing , tenaa ahli ( Dokter
Kandungan ) , narasumber dan biaya.
VIII. Daftar Pustaka
Buku
Amirudin,. Asikin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Eddyono,. Sri Wiyanti, 2004, Hak Asasi Perempuan dan Konvensi CEDAW,
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta.
Hadjon, Philipus M. 1987. Perlindungan Hulum Bagi Rakyat di Indonesi. PT Bina
Ilmu. Surabaya.
Hamzah, Andi, 1993, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta.
1994. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia Dari Retribusi di
Reformasi, Pradaya Paramita, Jakarta.
Harsono, Hs, C.I. 1995. Sistem baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Jembatan.
Kabul, Imam, 2005, Paradigma. Pembangunan Hukum di Indonesia, Yogyakarta:
Kurnia Kalam.
Mangunhardjana, A, 1986, Pembinaan : Arti dan Metode, Kanisius, Yogyakarta.
Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum, Fajar Interpratama Offset,
Jakarta.
Muhamad, Abdul Kadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Pandjaitan, Petrus Irawan,. Simorangkir, Pandapotan. 1995. Lembaga
Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
2008, Pembaharuan Pemikiran DR.Sahardjo Mengenai
Pemasyarakatan Narapidana , Indhillco , Jakarta.
Pasaribu, Roma Ulina ,2009, Analisis Hukum pola pembinaan narapidana wanita,
University of Sumatra Utara, Medan.
Poernomo, Bambang, 1986, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem
Kemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta.
Soekanto, Arjono,. mamuji, Sri, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm . 13. (Selanjutnya disebut Soerjono II).
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Soerjono, Soekanto dan Sri mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: CV Rajawali.
Surjobroto, Bahrudin, 1965, Pemasyarakatan dalam Rangka Nation Building dan
Character Building, Direktorat Pemasyarakatan, Jakarta.
Wahid, Abdul,. Irfan, Muhammad, 2001, Perlindungan Terhadap Korban
Kekerasan Seksual, Refika Aditama, Bandung
TESIS
Aswanto, Jaminan Perlindungan HAM dalam KUHAP dan Bantuan Hukum
Terhadap PenegakanHAM di Indonesia. Disertasi. Makassar.
Perpustakaan FH-Unair
Program Studi Magister Hukum Unud, 2008, Pedoman Penulisan Usulan
Penelitian dan Tesis, Denpasar, hal. 39
Syahruddin, 2010, Pemenuhan Hak Asasi Warga Binaan Pemasyarakatan Dalam
Metakukan Hubungan Biologis Suami Isteri, Disertasi. Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Makassar.
Peraturan Perundang – undangan
Undang – Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Undang – Undang Pasal 14 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Undang-Undang Pasal 128 ayat (1) tahun 2009 tentang kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI eksklusif.
Peraturan Pemerintah Nomer 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara
pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan
Perauran Pemerintah Nomer 28 Tahun 2006 Perubahan pertama PP Nomer 32
Tahun 1999
Pasal 23 Peraturan Pemerintah No 58 tahun 1999 Tentang Pemeriksaan kesehata
bagi narapidana paling sedikit 1 kali dalam 1 bulan
Website
http/www.metris-community.com.ibu-mengandung.html. Diakses tanggal 4 Maret
2013
http/www.lysminiar-an.students-blog.undip.ac.id.pembinaan narapidana html.
Diakses tanggal 5 Mare 2013
http/www.elibrary.ub.ac.id.Narapidana dan hak-haknya.html. Diakses tanggal 5
Maret 2013
http/www.bidan-cosultation.co.id.ASI eksklusif.html. Diakses tanggal 5 Maret
2013
http/www.botolkacaasi.com.pentingnya ASI eksklusif.html. Diakses tanggal 5
Maret 2013
http/www.ayahbunda.co.id.pentingnya ASI bagi kesehatan lambung bayi.html.
Diakses tanggal 5 Maret 2013
http/www.bidanku.com.html. Diakses tanggal 6 Maret 2013
http://www.ditjenpas.go.id/berita-terkini/kemenkumham-terus-upayakan-napi-
dapat-layanan-kesehatan-melalui-bpjs. Diakses 22 Januari 2014