pembinaan narapidana laki-laki dan wanita dalam … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam...

79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : SHINTA HARYANTI NIM. E0007051 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 25-Sep-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA

DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995

TENTANG PEMASYARAKATAN

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

SHINTA HARYANTI

NIM. E0007051

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA

DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995

TENTANG PEMASYARAKATAN

Oleh

Shinta Haryanti

NIM. E0007051

Disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 4 Juli 2011

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

WINARNO BUDYATMOJO, S.H.,M.S. SABAR SLAMET, S.H.,M.H.

NIP.196005251987021002 NIP.195607271986011001

Page 3: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan hukum (Skripsi)

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA

DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995

TENTANG PEMASYARAKATAN

Oleh

Shinta Haryanti

NIM. E0007051

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Senin

Tanggal : 11 Juli 2011

DEWAN PENGUJI

1 R. Ginting S.H., M.H. :...........................................................

Ketua

2. Sabar Slamet S.H., M.H. :..................................................................

Sekretaris

3. Winarno Budyatmojo S.H., M.S. :...................................................................

Anggota

Mengetahui

Dekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum. NIP. 195702031985032001

Page 4: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Shinta Haryanti

NIM : E0007051

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi)

berjudul :

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM SATU

LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN adalah betul-

betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan

hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 4 Juli 2011

Yang membuat pernyataan

Shinta Haryanti

NIM. E0007051

Page 5: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK SHINTA HARYANTI. E0007051, PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum (Skripsi). 2011.

Tujuan penelitian ini berfungsi untuk mengetahui tata cara pembinaan narapidana laki-laki dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, dan bagaimana bila ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diklasifikasikan menjadi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier atau penunjang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, kuesioner, dan mempelajari data sekunder. Analisis data yang dipergunakan adalah model analisis interaktif. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini diperoleh simpulan bahwa pembinaan narapidana yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta berjalan cukup baik. Hal ini tercermin dari pelaksanaan seluruh program pembinaan, baik program pembinaan kepribadian maupun program kemandirian. Meskipun secara yuridis, pembinaan narapidana laki-laki dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak sesuai dengan amanat Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, tetapi pembinaan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan ini tetap berjalan baik, efektif, dan kondusif. Implikasi teoritis penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan.

Kata kunci : pembinaan narapidana

Page 6: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

SHINTA HARYANTI. E0007051, MALE AND FEMALE PRISONERS GUIDANCE IN ONE INSTITUTION OF PENITENTIARY IN YOGYAKARTA INSTITUTION OF PENITENTIARY CLASS IIA VIEWED FROM ACT NUMBER 12 YEAR 1995 ABOUT PENITENTIARY. Faculty of Law Sebelas Maret University of Surakarta. Legal Writing (Thesis). 2011.

The purpose of this study to observe the procedure of male prisoners and female prisoners guidance who performed in one institution of penitentiary in Yogyakarta Institution of Penitentiary Class IIA, and what if the review of Act Number 12 Year 1995 about Penitentiary.

This research is an empirical law research that is descriptive with qualitative approach. Types of data that was used are primary and secondary data which are classified into primary legal materials, secondary legal materials, as well as legal materials tertiary or auxiliary. Data collection techniques that was used in this research are field study and literature study, the technique of collecting data by conducting interviews, questionnaires, and study the secondary data. Analysis of the data that was used is interactive model. Based on the discussion of the research results obtained the conclusion that prisoners guidance who carried by Yogyakarta Institution of Penitentiary Class IIA is going good enough. This is reflected in the implementation of all development programs, both in personality development and self-sufficiency program. Although legally, male prisoners and female prisoners guidance who performed in one institution of penitentiary in Yogyakarta Institution of Penitentiary Class IIA is not in accordance with the mandate of Article 12 paragraph (2) of Act Number 12 of 1995 about Penitentiary, but the guidance in this institution of penitentiary is still running good, effective, and conducive. Theoretical implications of this research is to provide contributions to the development of legal science, especially in the implementation of the penitentiary system in institution of penitentiary.

Keywords: prisoners guidance

Page 7: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan dan kebaikanNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Penulisan Hukum (Skripsi) dengan

judul “Pembinaan Narapidana Laki-Laki dan Wanita dalam Satu Lembaga

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta Ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan”.

Penulisan Hukum ini membahas mengenai tata cara pembinaan narapidana

laki-laki dan narapidana wanita dalam satu lembaga pemasyarakan, yaitu di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, dan bagaimana hal tersebut

ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, membimbing, memotivasi dan mendoakan sehingga penulisan hukum

ini dapat selesai, yaitu kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Winarno Budyatmojo, S.H., M.S. dan Bapak Sabar Slamet, S.H.,

M.H., selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum (Skripsi) yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis

dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.

3. Bapak Rehnalemken Ginting, S.H., M.H., selaku ketua Bagian Hukum

Pidana yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan hukum (skripsi) ini.

4. Bapak Budi Setiyanto, S.H., M.H., yang telah membantu memberikan

referensi dalam penulisan hukum (skripsi) ini.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, atas bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis

selama masa perkuliahan.

6. Bapak Santosa Heru Irianto, Bc.IP., S.H., M.H., selaku Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dan segenap petugas dan pegawai

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta yang telah membantu

Page 8: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

penulis dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penulisan

hukum (skripsi) ini.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Sumiyanto dan Ibu Tri Hardiati yang tak

pernah lelah memberikan doa, perhatian, nilai-nilai kehidupan, motivasi

dan kasih kepada penulis.

8. Septian Prayogi yang selalu setia mendampingi penulis.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam

penulisan hukum (skripsi) ini.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini tidak sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Saya berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.

Surakarta, 4 Juli 2011

Penulis

Page 9: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B Rumusan Masalah ....................................................................... 3

C Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

E Metode Penelitian ....................................................................... 5

F Sistematika Penulisan Hukum .................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A Kerangka Teori ........................................................................... 13

1. Tinjauan Tentang Teori Pemidanaan ................................... 13

a. Teori Absulot/Teori Pembalasan .................................... 13

b. Teori Relatif .................................................................... 13

2. Tinjauan Umum Tentang Kaidah Hukum & Asas Hukum . 14

3. Tinjauan Umum Tentang Pemasyarakatan .......................... 15

4. Tinjauan Umum Tentang Narapidana ................................. 16

5. Tinjauan Umum Tentang Pembinaan Narapidana ............... 17

a. Pengertian dan Asas Pembinaan Narapidana ................. 17

Page 10: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

b. Tujuan Pembinaan .......................................................... 19

c. Tahapan Pembinaan Narapidana .................................... 20

B Kerangka Pemikiran ................................................................... 23

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 25

1. Kondisi Fisik Lembaga Pemasyarakatan ................................ 25

2. Visi dan Misi ........................................................................... 29

3. Peraturan Perundang-Undangan yang Mendasari

Pelaksanaan Pembinaan .......................................................... 29

4. Sistem Penjagaan .................................................................... 31

5. Kondisi Sumber Daya Manusia .............................................. 34

6. Kondisi Narapidana ................................................................. 36

B Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta ...................................... 37

1. Janji, Tata Tertib, Sanksi, Hak dan Kewajiban Narapidana ... 37

2. Tahap Pelaksanaan Pembinaan ............................................... 41

3. Metode Pembinaan ................................................................. 47

4. Program dan Wujud Pembinaan ............................................. 49

C Pembinaan Narapidana Wanita dan Narapidana Laki-Laki dalam

Satu Lembaga Pemasyarakatan Ditinjau dari Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan .......................... 54

1. Lembaga Pemasyarakatan Wanita sebagai Golongan Khusus

dari Lembaga Pemasyarakatan ............................................... 54

2. Hak-Hak Narapidana Wanita sebagai Hak Khusus ................ 54

3. Pembinaan Narapidana Wanita dan Narapidana Laki-Laki

dalam Satu Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta .................................. 57

BAB IV PENUTUP

A Simpulan ..................................................................................... 64

B Saran ........................................................................................... 65

Page 11: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data SDM berdasarkan golongan…………………………… 35

Tabel 2. Data SDM berdasarkan tingkat pendidikan…………….…… 35

Tabel 3. Data Narapidana………………………………………....…… 36

Page 13: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Skema 1. Komponen-komponen Analisis Model Interaktif….………… 10

Skema 2. Kerangka Pemikiran………………………………….………. 23

Skema 3. Struktur Organisasi Kesatuan Pengamanan……….….……… 33

Skema 4. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta…………………………………..….…………… 34

Diagram 1. Program & kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh

petugas…………………………………..…….…………… 59

Diagram 2. Keamanan & ketertiban di lingkungan lembaga

pemasyarakatan…………………………….…….………… 59

Diagram 3. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian…...………… 60

Diagram 4. Pelaksanaan program pembinaan kemandirian………..…… 60

Diagram 5. Sarana & prasarana ibadah……………………….………… 61

Diagram 6. Sarana & prasarana perawatan dan kesehatan……………… 61

Diagram 7. Sarana & prasarana pendidikan dan pengajaran…………… 62

Diagram 8. Kelayakan makanan……………………………...………… 62

Diagram 9. Pemenuhan hak narapidana…………...…………………… 63

Diagram 10. Upaya petugas pemasyarakatan dalam mengawasi

dan menjaga interaksi narapidana laki-laki dan

narapidana wanita………………………………………… 63

Page 14: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran 2 : Daftar Hadir Seminar Proposal

Lampiran 3. : Surat ijin melakukan penelitian

Lampiran 4 : Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyrakatan

Lampiran 5 : Data pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta per tanggal 02 Mei 2011

Lampiran 6 : Data narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta per tanggal 30 April 2011

Lampiran 7 : Daftar susunan bahan makanan dan menu makanan

narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta

Lampiran 8 : Skema proses pemasyarakatan narapidana

Page 15: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum

sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 1

ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, maka penegakan hukum

di Indonesia sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara yang dalam hal ini

diemban oleh lembaga-lembaga penegakan hukum di Indonesia, seperti

Kepolisian yang mengurusi proses penyidikan, Kejaksaan yang mengurusi

penuntutan, Kehakiman yang mengurusi penjatuhan pidana atau vonis, dan

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang mengurusi perihal kehidupan narapidana

selama menjalani masa pidana.

Sejalan dengan UUD 1945, Pancasila sebagai landasan idiil dari sistem

pemasyarakatan, menyebutkan adanya keseimbangan dan keselarasan baik dalam

hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungannya dengan masyarakat,

hubungannya dengan alam, dengan bangsa-bangsa lain maupun hubungannya

dengan Tuhan.

Semakin berkembangnya budaya dan iptek, maka perilaku manusia di dalam

hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan

multikompleks. Perilaku tersebut bila ditinjau dari segi hukum tentunya ada

perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada perilaku yang

tidak sesuai dengan norma. Perilaku yang tidak sesuai norma akan menyebabkan

gangguan ketertiban dan ketenteraman kehidupan manusia, yang biasanya oleh

masyarakat disebut sebagai pelanggaran atau bahkan kejahatan.

Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan

selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan Negara. Dalam

kenyataannya, kejahatan hanya dapat dicegah dan dikurangi, tidak dapat

diberantas secara tuntas. Oleh karena itu dibentuklah suatu pranata hukum yang

bertujuan melindungi masyarakat dari perbuatan yang dilarang beserta akibatnya,

yaitu hukum pidana. Pidana itu sendiri memiliki tujuan, antara lain pembalasan

Page 16: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

(revenge) yaitu membalaskan dendam korban kejahatan kepada pelaku kejahatan,

penghapusan dosa (expiation) atau retribusi (retribution) yaitu melepaskan pelaku

dari perbuatan jahat, dan variasi antara penjeraan (deterrent) terhadap pelaku dan

calon pelaku, melindungi masyarakat dari perbuatan jahat, dan perbaikan

(reformasi) kepada pelaku (Andi Hamzah, 1986:15-16).

Berdasarkan tujuan tersebut, maka pelaku kejahatan dijatuhi hukuman.

Seperti yang diungkapkan oleh Bambang Waluyo:

Penjatuhan pidana merupakan upaya mempertahankan hukum pidana materiil. Namun demikian, dalam dimensi kemasyarakatan dan kenegaraan, hukum merupakan tatanan kehidupan nasional, baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan (hankam). Dalam hal ini penjatuhan pidana merupakan upaya agar tercipta suatu ketertiban, keamanan, keadilan, serta kepastian hukum. Bagi yang bersangkutan agar dapat menyadari kesalahannya, memperbaiki, dan tidak mengulangi tindak pidana (Bambang Waluyo, 2000:35). Pemidanaan dewasa ini berkembang lebih manusiawi dan lebih rasional dan

mulai meninggalkan pola lama dari pembalasan dan pengasingan menuju pada

usaha perbaikan narapidana agar menjadi orang yang lebih baik atau dapat

dikatakan sebagai pemasyarakatan.

Di Indonesia, masalah pemasyarakatan selanjutnya diatur dalam Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Dalam undang-undang

ini disebutkan bahwa “pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan

pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan

cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana” (Pasal

1 ayat (1) UU No.12 Tahun 1995).

Pembinaan narapidana dilakukan dengan terlebih dahulu digolongkan atas

dasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan

kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan. Dari

penggolongan tersebut, yang akan dibahas oleh penulis adalah penggolongan

menurut jenis kelamin, karena pembinaan terhadap narapidana wanita dilakukan

di lembaga pemasyarakatan wanita. Sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta, pembinaan terhadap narapidana laki-laki dan wanita

dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu, penulis

Page 17: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

bermaksud untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul: “PEMBINAAN

NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA

PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA

YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12

TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN”.

B. Rumusan Masalah

Sebagai usaha dalam melakukan suatu penelitian yang lebih baik,

terstruktur, terarah, serta agar lebih mudah memperoleh jawaban atas

permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan dalam

penelitian ini dalam dua kerangka pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tata cara pembinaan narapidana laki-laki dan wanita dalam satu

lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta?

2. Bagaimana pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan

yang menjadi pokok permasalahan yang diangkat. Adapun tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

Tujuan obyektif merupakan tujuan untuk memperoleh data dalam rangka

mengetahui jawaban permasalahan. Sedangkan tujuan obyektif dari penelitian

ini sendiri adalah:

a. Untuk mengetahui tata cara pembinaan narapidana laki-laki dan wanita

dalam satu lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Yogyakarta.

Page 18: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

b. Untuk mengetahui pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta sudah sesuai atau belum dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

2. Tujuan Subyektif

Tujuan subyektif merupakan motif subyektif penyusunan penelitian.

Tujuan subyektif dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengaplikasikan, menambah, memperluas pengetahuan penulis

mengenai pemahaman hukum pidana dalam teori dan praktek di lapangan.

b. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pembinaan narapidana di

lembaga pemasyarakatan.

c. Untuk memperoleh data-data sebagai bahan penulisan hukum guna

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam

bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

sendiri, serta bagi pembaca, sehingga akan memperkaya khasanah pengetahuan,

terutama di bidang hukum pidana. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian

ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat pada pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya,

dan Hukum Pidana pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi,

masukan data ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya dan

dapat menyumbangkan pemecahan atas permasalahan yang akan diteliti.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran dan informasi tentang penelitian yang sejenis dan

pengetahuan bagi masyarakat luas tentang pembinaan narapidana laki-laki

dan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta.

Page 19: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Memberikan gambaran dan informasi tentang penelitian yang sejenis dan

pengetahuan bagi masyarakat luas tentang pembinaan narapidana menurut

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

E. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Penelitian Hukum, “penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis

adalah berdasarkan suatu sistim, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal

yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu” (Soerjono Soekanto, 2006:42).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum

empiris, yaitu suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasi hukum yang

terdapat dalam masyarakat dengan maksud mengetahui gejala lainnya Penulis

akan menjelaskan secara obyektif mengenai pembinaan narapidana laki-laki

dan wanita dalam satu lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. “Suatu penelitian deskriptif,

dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan, atau gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas

hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau

didalam kerangka menyusun teori-teori baru” (Soerjono Soekanto, 2007: 10).

3. Pendekatan Penelitian

Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai berikut:

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

Page 20: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan (Lexy J Moleong, 2010:4). Pendekatan tersebutlah yang digunakan oleh penulis dalam penulisan

hukum ini, yaitu berdasarkan informasi dan data yang dinyatakan oleh

narasumber, baik secara lisan maupun tertulis. Serta dengan mengamati

perilaku yang nyata untuk kemudian dipelajari dan ditelaah.

4. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam

menyusun penulisan hukum ini, penulis mengadakan penelitian di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, dimana pemilihan lokasi tersebut

dilakukan karena lokasi tersebut dinilai terdapat data yang penulis perlukan,

yaitu mengenai pembinaan narapidana laki-laki dan wanita dalam satu

lembaga pemasyarakatan.

5. Jenis Data

Menurut Soerjono Soekanto, “lazimnya di dalam penelitian, dibedakan

antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka.

Yang pertama disebut dengan data primer atau data dasar (primary data atau

basic data), dan yang kedua dinamakan data sekunder (secondary data)”

(Soerjono Soekanto, 2008:11-12). Jenis data yang digunakan dalam penulisan

hukum ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah keterangan, info, fakta yang diperoleh dari

narasumber melalui wawancara maupun dari fakta yang diamati secara

langsung di lapangan. Dalam penelitian ini penulis mengambil data primer

dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah keterangan, info, fakta yang diperoleh bukan

secara langsung dari narasumber yang ada si lapangan, melainkan studi

kepustakaan yaitu dari tulisan ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip, majalah,

Page 21: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, dan sebagainya, yang

mempunyai relevansi dengan topik yang akan penulis bahas pada

penelitian hukum ini, untuk kemudian akan penulis telaah dan kaji lebih

lanjut.

6. Sumber Data

Dalam suatu penelitian hukum, perlu adanya data yang digunakan untuk

memecahkan masalah dan memberikan deskripsi mengenai obyek penelitian.

Tempat ditemukannya data-data tersebut adalah sumber data. Maka penulis

akan menggunakan beberapa sumber data, antara lain:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang sangat menunjang dalam penulisan hukum

ini adalah sumber data primer yang diperoleh secara langsung dari

lapangan, yang terdiri dari keterangan maupun data yang diperoleh dari

petugas yang berwenang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh bukan

secara langsung dari narasumber. Dalam prakteknya, sumber data

sekunder adalah data dari kepustakaan, yang sifatnya dapat mendukung

data primer, yang terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer, yaitu materi hukum yang sifatnya mengikat dan

mempunyai kedudukan secara yuridis, seperti peraturan perundang-

undangan, meliputi:

a) Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

b) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

c) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan

dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu semua bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu:

a) Buku-buku yang berkaitan dengan topik yang penulis angkat

b) Hasil penelitian para sarjana dan kaum cendekiawan

Page 22: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

c) Literatur dan hasil penelitian

3) Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang member petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder tersebut. Ini

biasanya diperoleh dari media internet, kamus, ensiklopedia, dan

sebagainya.

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperlancar jalannya penelitian, perlu diperhatikan teknik dalam

pengumpulan data. Menurut Soerjono Soekanto, “di dalam penelitian, pada

umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau

bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.

Ketiga alat tersebut dapat dpergunakan masing-masing, atau bersama-sama”

(Soerjono Soekanto, 2008:21).

Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah pengumpulan data dengan cara penelitan

untuk mendapatkan data yang diperlukan, dimana peneliti menggunakan

teknik wawancara. “Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Lexy J.

Moleong, 2010: 186).

Selain wawancara, penulis juga melakukan pengumpulan data

dengan menggunakan kuesioner kepada narapidana, dimana kuesioner

yang digunakan merupakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 10

pertanyaan.

Kemudian penulis juga melakukan studi dokumenter dengan

mempelajari dokumen tentang pelaksanaan pembinaan terhadap

narapidana. “Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

Page 23: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”

(Lexy J. Moleong, 2010:217).

b. Studi Pustaka

Penulis melakukan studi pustaka dengan membaca dan mempelajari

segala bahan seperti buku, majalah, literatur, tulisan ilmiah, peraturan

perundang-undangan, internet dan sebagainya.

8. Teknik Analisis Data

Setelah penulis melakukan pengumpulan data, perlu adanya suatu teknik

analisis data yang tepat agar data yang telah penulis kumpulkan dapat diolah

dengan tepat untuk menghasilkan suatu penelitian hukum yang sempurna dan

baik. “Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,

foto, dan sebagainya” ( Lexy J. Moleong, 2010: 247).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif, yaitu model analisis dalam penelitian kualitatif yang terdiri

dari tiga komponen analisis yang dilakukan dengan cara interaksi, baik antara

komponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang

berbentuk siklus.

Dalam teknik analisis ini penulis bergerak dalam tiga komponen analisis,

selama pengumpulan data berlangsung hingga saat pengumpulan data selesai.

Maka peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis tersebut, hingga waktu

yang tersisa bagi penelitian berakhir. Model analisis interaktif tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 24: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Skema 1

Komponen-komponen Analisis Model Interaktif

Keterangan:

a) Reduksi Data

Proses ini berlangsung sejak awal penelitian dan pada saat

pengumpulan data berlangsung. Reduksi data ini dilakukan dengan

membuat singkatan, memusatkan tema, menuliskan memo, dan

menentukan batas-batas permasalahan. Proses seleksi, pemfokusan, dan

penyederhanaan dan abstraksi data dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tulis di lapangan. Proses reduksi data dilakukan

hingga penelitian dan penulisan hukum ini berakhir.

b) Penyajian Data

Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi yang dibuat dalam

suatu bentuk pemaparan atau narasi hingga memungkinkan dibuatnya

suatu kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Pengumpulan

data

Reduksi data Sajian data

Penarikan kesimpulan/ Verifikasi

Page 25: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c) Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang

utuh. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung

(H.B. Sutopo, 1988: 34-37).

Dengan menggunakan model analisis data interaktif maka akan didapat

gambaran yang lengkap dan menyeluruh terhadap keadaan yang nyata sesuai

dengan penelitian.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Dalam menyusun semua data yang telah diperoleh agar dapat menjadi suatu

bentuk penulisan hukum yang baik, perlu adanya suatu sistematika tertentu yang

diharapkan dapat menyelaraskan antara judul, latar belakang, tinjauan pustaka,

serta data yang diperoleh untuk memperoleh suatu kesimpulan yang baik.

Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dari penulisan hukum

yang disusun, maka penulis menyusun suatu sistematika penulisan hukum sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai pendahuluan dari penelitian

ini yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan kerangka penelitian hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II ini, penulis membagi menjadi dua kategori, yaitu

kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori berisi

Tinjauan tentang Teori Pemidanaan, Tinjauan Umum tentang

Kaedah Hukum dan Asas Hukum, Tinjauan Umum tentang

Pemasyarakatan, Tinjauan Umum tentang Narapidana dan

Tinjauan Umum tentang Pembinaan Narapidana. Kerangka

pemikiran berisi kerangka atau landasan berpikir yang

penulis gunakan dalam penulisan hukum ini.

Page 26: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB III : PEMBAHASAN

Dalam bab III ini penulis akan menguraikan tentang

gambaran umum mengenai Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Yogyakarta, tata cara pembinaan narapidana laki-laki dan

wanita dalam satu lembaga pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, dan bagaimana

pelaksanaan pembinaan tersebut ditinjau dari Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab IV sebagai penutup penulis akan menyajikan

simpulan berdasarkan analisis data sebagai jawaban

permasalahan yang telah dirumuskan serta saran-saran yang

dapat peneliti berikan atas permasalahan yang peneliti teliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 27: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORI

1. Tinjauan Tentang Teori Pemidanaan

Masalah pemidanaan merupakan masalah yang kurang mendapat

perhatian dalam perjalanan hukumnya, bahkan ada yang menyatakan sebagai

anak tiri. Padahal, masalah pemidanaan dan pidana merupakan masalah yang

sama sekali tidak boleh dipisahkan. Hal ini ditegaskan oleh Dwidja Priyatno:

Apabila dikaji lebih dalam filsafat pemidanaan bersemayam ide-ide dasar pemidanaan yang menjernihkan pemahaman tentang hakikat pemidanaan sebagai tanggung jawab subyek hukum terhadap perbuatan pidana dan otoritas publik kepada Negara berdasarkan atas hukum untuk melakukan pemidanaan. Sedangkan teori pemidanaan berada dalam proses keilmuan yang mengorganisasi, menjelaskan dan memprediksi tujuan pemidanaan bagi Negara, masyarakat, dan subyek hukum terpidana (Dwidja Priyatno, 2009:13). Oleh karena itu, untuk mengorganisasi, menjelaskan, dan memprediksi

tujuan pemidanaan, terdapat dua teori tentang pemidanaan, yaitu:

a. Teori Absulot/Teori Pembalasan

Sanksi pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan

suatu kejahatan atau tindak pidana. Menurut teori ini, sanksi pidana wajib

(mutlak) dikenakan pada pelaku kejahatan tanpa dipikirkan manfaat

pemidanaan, hanya sebagai suatu pembalasan kepada orang yang

melakukan kejahatan atau tindak pidana.

b. Teori Relatif

Sanksi pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan kepada

orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, melainkan mempunyai

tujuan-tujuan tertentu yaitu untuk menjamin tertib hukum dan masyarakat

dan mencegah terjadinya kejahatan (prevensi). Adapun pencegahan

kejahatan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu:

Page 28: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1) Prevensi Umum

Pencegahan kejahatan itu ingin dicapai oleh hokum pidana dengan

mempengaruhi tingkah laku anggota masyarakat pada umumnya untuk

tidak melakukan kejahatan atau tindak pidana.

2) Prevensi Khusus

Pencegahan kejahatan itu ingin dicapai oleh hokum pidana dengan

mempengaruhi tingkah laku si terpidana untuk tidak melakukan suatu

tindak pidana lagi. Ini berarti pidana bertujuan agar si terpidana

berubah menjadi lebih baik dan berguna bagi masyarakat.

Selain kedua teori tersebut, terdapat pula teori gabungan tentang

pemidanaan sebagaimana dikemukakan oleh Pellegrino Rossi dalam Muladi

dan Barda Nawawi. “Ia tetap menganggap bahwa pembalasan sebagai asas

dari pidana dan bahwa beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu

pembalasan yang adil, namun dia berpendirian bahwa pidana mempunyai

pelbagai pengaruh antara lain perbaikan sesuatu yang rusak dalam masyarakat

dan prevensi umum” (Muladi & Barda Nawawi, 1998:50).

2. Tinjauan Umum Tentang Kaidah Hukum dan Asas Hukum

Agar suatu peraturan perundang-undangan dapat berlaku efektif, maka

secara substansial harus memperhatikan beberapa asas yaitu :

a. Undang-undang tidak berlaku surut; artinya suatu hanya boleh diterapkan

terhadap peristiwa yang disebut dalam undang-undang tersebut serta

terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku;

b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai

kedudukan yang lebih tinggi pula (Lex Superior Derograt Lex Impriori);

c. Undang-undang yang bersifat khusus mengenyampingkan undang-undang

yang bersifat umum (Lex Specialis Derograt Lex General), apabila

pembuatnya sama; artinya terhadap peristiwa-peristiwa khusus wajib

diberlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa tersebut,

walaupun bagi peristiwa khusus tersebut dapat pula diberlakukan undang-

undang yang menyebutkan peristiwa yang lebih luas ataupun yang lebih

umum, yang juga dapat mencakup peristiwa khusus tersebut;

Page 29: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Undang-undang yang baru mengalahkan undang-undang yang lama (Lex

Posteriori Derograt Lex Priori); artinya undang-undang lain yang lebih

dahulu berlaku dan mengatur hal mengenai suatu hal tertentu, tidak

berlaku lagi apabila telah ada undang-undang baru yang berlaku

belakangan dan mengatur hal tertentu tersebut, akan tetapi makna dan

tujuannya berlainan atau berlawanan dengan undang-undang yang lama

tersebut;

e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat; artinya adalah undang-

undang hanya dapat dicabut dan atau diubah oleh lembaga yang

membuatnya. Di Indonesia, Mahkamah Konstitusi diberi kewenangan

yang salah satunya adalah menguji undang-undang terhadap Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 10 ayat (1)

huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi), sedangkan Mahkamah Agung diberikan wewenang untuk

menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di

bawah undang-undang saja (Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung). Kewenangan tersebut memberikan

makna bahwa Mahkamah Agung dapat menyatakan bahwa suatu peraturan

tertentu di bawah undang-undang tidak mempunyai kekuatan hukum

(harus ditinjau kembali) karena bertentangan dengan peraturan di atasnya;

f. Undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual

dan material bagi masyarakat maupun pribadi melalui pelestarian maupun

pembaharuan (inovasi).

3. Tinjauan Umum Tentang Pemasyarakatan

Diantara jenis sanksi pidana yang berlaku dalam hukum pidana di

Indonesia, yang paling sering digunakan adalah pidana penjara. Seperti yang

diungkapkan Barda Nawawi dalam salah satu bukunya, yaitu:

Salah satu jenis sanksi pidana yang paling sering digunakan sebagai sarana untuk menanggulangi masalah kejahatan ialah pidana penjara. Dilihat dari sejarahnya, penggunaan pidana penjara sebagai “cara untuk menghukum” para penjahat baru dimulai pada bagian terakhir abad 18

Page 30: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang bersumber pada paham individualisme. Dengan makin berkembangnya paham individualisme dan gerakan perikemanusiaan, maka pidana penjara ini semakin memegang peranan penting dan menggeser kedudukan pidana mati dan pidana badan yang dipandang kejam (Barda Nawawi, 2010: 43-44).

Dalam menjalankan pidana penjara tersebut, dengan adanya Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dibentuklah

Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat untuk melaksanakan pembinaan

narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Dalam Undang-Undang tersebut,

dijelaskan bahwa:

Sistem pemasyarakatan adalah tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang bebas dan bertanggung jawab (Pasal 1 ayat (2) UU No.12 Tahun 1995). Sistem Pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatuan penegakan

hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari

pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. “Tujuan

pemasyarakatan sebenarnya dua:

a. Memasukkan bekas narapidana ke dalam masyarakat sebagai warga

yang baik (jika berdasar perikemanusiaan).

b. Melindungi masyarakat dari kambuhnya kejahatan bekas

narapidana dalam masyarakat karena tidak mendapatkan pekerjaan”

(Andi Hamzah, 1986:90).

Kedua tujuan tersebut dapat tercapai apabila pelaksanaan sistem

pemasyarakatan tersebut sesuai dengan instrumen atau peraturan perundang-

undang yang mengaturnya.

4. Tinjauan Umum Tentang Narapidana

Narapidana adalah salah satu komponen yang penting dalam sistem

pemasyarakatan. Narapidana merupakan salah satu Warga Binaan

Page 31: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Pemasyarakatan. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan, memberikan pengertian “narapidana adalah terpidana yang

menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS” (Pasal 1 ayat (7) UU PAS).

Narapidana dalam hal ini, terdiri dari narapidana wanita dan narapidana laki-

laki.

Narapidana sering dipandang oleh masyarakat sebagai seseorang yang

jahat dan terkadang sulit untuk diterima kembali dalam masyarakat. Oleh

karena itu, lembaga pemasyarakatan berusaha untuk memperbaiki narapidana

baik kepribadiannya maupun sikapnya. Narapidana juga diberikan bekal

keterampilan (skill) supaya setelah terjun kembali ke masyarakat, ia dapat

diterima kembali dengan baik oleh masyarakat dan diharapkan dapat lebih

produktif.

5. Tinjauan Umum Tentang Pembinaan Narapidana

a. Pengertian dan Asas Pembinaan Narapidana

Perlindungan hak asasi pelanggar Hukum Internasional yang

ditetapkan dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

sebagaimana telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2005, yaitu “sistem penjara harus mencakup

pembinaan terhadap narapidana, yang tujuan utamanya adalah perbaikan

dan rehabilitasi sosial narapidana” (Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2005).

Pelanggar hukum yang belum dewasa harus dipisahkan dari orang

dewasa dan diberikan perlakuan sesuai dengan usia dan status hukumnya.

Oleh sebab itulah dalam Sistem Pemasyarakatan menganggap bahwa

wadah pembinaan narapidana yang paling ideal adalah masyarakat.

Sejalan dengan prinsip ini maka dalam Pasal 14 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan telah dinyatakan secara

jelas dan limitatif berbagai hak narapidana, temasuk hak mendapatkan

pembinaan di tengah-tengah masyarakat yakni hak asimilasi, hak

mengunjungi keluarga, hak cuti bersyarat dan pembebasan bersyarat. Hal

Page 32: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang negatif dari

pemenjaraan. Sedangkan di sisi lain secara bertahap ia diberikan pelatihan

untuk menerima tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam kegiatan

bermasyarakat.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, dijelaskan

bahwa “pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,

profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan” (Pasal 1 ayat (1) PP No.31 Tahun 1999).

Untuk dapat melandasi program pembinaan narapidana, sistem

pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas:

1.) Pengayoman; 2.) Persamaan perlakuan dan pelayanan; 3.) Pendidikan; 4.) Pembimbingan; 5.) Penghormatan harkat dan martabat manusia; 6.) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan;

dan 7.) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan

orang-orang tertentu (Pasal 5 UU No.12 Tahun 1995).

Penjelasan terhadap asas-asas yang telah disebutkan diatas adalah

sebagai berikut:

Pengayoman adalah perlakuan terhadap Warga Binaan

Pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan

diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, juga

memberikan bekal hidupnya kepada Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.

Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan

pelayanan yang sama kepada Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa

membeda-bedakan orang,

Page 33: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Penghormatan harkat dan martabat manusia” adalah bahwa sebagai

orang yang tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap

diperlakukan sebagai manusia.

Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan

adalah Warga Binaan Pemasyarakatan harus berada dalam LAPAS untuk

jangka waktu tertentu, sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk

memperbaikinya. (Selama di LAPAS, Warga Binaan Pemasyarakatan

tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan

kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh

perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan,

keterampilan, olah raga, atau rekreasi).

Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan

orang-orang tertentu adalah bahwa walaupun Warga Binaan

Pemasyarakatan berada di LAPAS, tetapi harus tetap didekatkan dan

dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari

masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk

kunjungan, hiburan ke dalam LAPAS dari anggota masyarakat yang

bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti

program cuti mengunjungi keluarga.

b. Tujuan Pembinaan

C.I.Harsono dalam skripsi Apriana Kusumaningrum menyebutkan

bahwa:

Tujuan pembinaan adalah pemasyarakatan, yang dapat dibagi dalam tiga hal, yaitu: 1) Setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tidak lagi

melakukan tindak pidana. 2) Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam

membangun bangsa dan negaranya. 3) Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat (C.I. Harsono. 1995:47).

Page 34: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M. 02-

PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan,

tujuan pembinaan dibagi menjadi dua:

1) Tujuan Umum:

a) Memantapkan iman (ketahanan mental) mereka.

b) Membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam

kehidupan kelompok selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dan

kehidupan yang lebih luas (masyarakat) setelah menjalani

pidananya.

2) Tujuan Khusus:

a) Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya

serta bersikap optimis akan masa depannya.

b) Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal ketrampilan untuk

bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan nasional.

c) Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada

sikap dan perilakunya yang tertib disiplin serta mampu

menggalang rasa kesetiakawanan sosial.

d) Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa

dan negara.

c. Tahapan Pembinaan Narapidana

Berikut ini adalah tahap-tahap pembinaan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan:

1.) Pembinaan tahap awal.

Pembinaan tahap awal bagi narapidana dimulai sejak yang

bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 1/3 (satu

pertiga) dari masa pidana.Pembinaan tahap awal ini meliputi:

a) Masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan paling

lama 1 (satu) bulan;

b) Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;

Page 35: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c) Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;

dan

d) Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.

Tahap ini diawali dengan tahap admisi dan orientasi, yaitu sejak

masuk didaftar, diteliti surat-surat vonisnya, lama pidananya,

diperhitungkan kapan bebasnya, hasil penelitian tersebut penting untuk

penyusunan program pembinaan selanjutnya.

2.) Pembinaan tahap lanjutan

Pembinaan tahap lanjutan dapat dibagi kedalam 2 periode, yaitu

sebagai berikut:

a) Tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal

sampai dengan 1/2 (satu per dua) dari masa pidana; dan

b) Tahap lanjutan kedua, sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan

pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana.

Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud di atas,

meliputi:

a) Perencanaan program pembinaan lanjutan;

b) Pelaksanaan program pembinaan lanjutan;

c) Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan; dan

d) Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.

3.) Pembinaan tahap akhir

Pembinaan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap

lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang

bersangkutan. Pembinaan tahap akhir meliputi:

a) Perencanaan program integrasi;

b) Pelaksanaan program integrasi; dan

c) Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.

Tahap Integrasi atau non institusional, tahap ini apabila narapidana

sudah menjalani 2/3 masa pidanaya dan paling sedikit 9 (sembilan) bulan,

narapidana dapat diusulkan diberikan pembebasan bersyarat. Di sini

narapidana sudah sepenuhnya berada di tengah-tengah masyarakat dan

Page 36: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

keluarga. Setelah pembebasan bersyarat habis, kembali ke lembaga

pemasyarakatan untuk mengurus atau menyelesaikan surat bebas atau

surat lepasnya. Apabila dalam tahap ini mendapatkan kesulitan atau hal-

hal yang memungkinkan tidak mendapatkan persyaratan pembebasan

bersyarat, maka narapidana diberikan cuti panjang lepas yang lamanya

sama dengan banyaknya remisi terakhir, tapi tidak boleh lebih dari 6

(enam) bulan. Dengan uraian di atas, tampak jelas bahwa proses

pemasyarakatan berjalan tahap demi tahap, dan masing-masing tahap ada

gerak ke arah menuju kematangan.

Pentahapan pembinaan tersebut ditetapkan oleh Tim Pengamat

Pemasyarakatan (TPP) melalui sidang TPP. Dalam sidang TPP, kepala

lembaga pemasyarakatan wajib memperhatikan hasil lintas.

Page 37: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Skema 2

Kerangka Pemikiran

Tindak Pidana / Kejahatan

Pemidanaan

Pidana Penjara Pidana Mati Pidana Kurungan

Pidana Denda

Lembaga Pemasyarakatan

Pembinaan Warga Binaan

Narapidana Anak Didik Pemasyarakatan

Klien Pemasyarakatan

Narapidana Laki-Laki

Narapidana Wanita

LAPAS Kelas IIA Yogyakarta

Kesimpulan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

Page 38: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

KETERANGAN

Adanya tindak pidana/kejahatan yang dilakukan, maka diberlakukannya

pemidanaan untuk mengatasi maupun mencegah tindak pidana/kejahatan. Bentuk

pemidanaan atau sanksi pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Indonesia antara lain pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana

denda. Penulis berkonsentrasi pada pelaksanaan pidana penjara. Untuk

melaksanakan pidana penjara tersebut, diperlukan suatu wadah yang memadai dan

manusiawi.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan, maka dibentuklah Lembaga Pemasyarakatan yang tidak hanya

berfungsi sebagai wadah untuk melaksanakan pidana penjara tetapi juga sebagai

sarana untuk mengembalikan narapidana kepada perilaku yang baik dan

bertanggungjawab serta menyiapkan narapidana untuk terjun kembali ke

masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut

adalah dengan pembinaan warga binaan, yaitu narapidana, anak didik

pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan. Penulis berkonsentrasi pada

pembinaan narapidana.

Pembinaan terhadap narapidana laki-laki dan narapidana wanita tentu saja

berbeda. Namun, di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Yogyakarta, pembinaan

terhadap narapidana laki-laki dan wanita dilakukan dalam satu lembaga

pemasyarakatan.

Oleh karena itu, pada penulisan hukum ini penulis akan menguraikan

bagaimana tata cara pembinaan narapidana laki-laki dan wanita dalam satu

lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dan

bagaimana jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.

Page 39: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kondisi Fisik Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta terletak di Jl. Taman

Siswa No.06 Yogyakarta dengan luas areal ± 3,8 Hektar, merupakan

bangunan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama

Gevangenis En Huis Van Bevaring dengan bentuk bangunan yang khas, yaitu

tembok yang tinggi dan tebal serta bentuk kusen pintu dan jendela besar

dengan batas-batas geografis sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : SD Margoyasan

b. Sebelah Barat : Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA

Yogyakarta

c. Sebelah Selatan : Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

(Rupbasan) Yogyakarta

d. Sebelah Timur : Jalan Taman Siswa

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta didirikan pada tahun

1910. Sampai dengan tahun 1915, Lembaga pemasyarakatan ini mengalami

berkali-kali ganti nama sebagai berikut:

a. Gevangenis En Huis Van Bevaring (Zaman Belanda)

b. Penjara Yogyakarta

c. Kepenjaraan Daerah Istimewa Yogyakarta

d. Kantor Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga

e. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta

f. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Rincian bangunan dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

adalah sebagai berikut:

a. Kompleks bangunan untuk keperluan pembinaan dan bimbingan kerja

narapidana:

1) 2 gedung kantor utama

Page 40: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2) 1 gedung aula

3) 1 Masjid

4) 1 ruang pendidikan

5) 1 ruang perawatan

6) 1 ruang pijat refleksi

7) 1 gedung bengkel kerja

8) 1 ruang diesel

9) I gudang perlengkapan

b. Kompleks bangunan untuk keperluan narapidana:

1) 1 Blok Wanita (Blok C)

2) 3 Blok Pria (Blok D, E, F)

3) 1 Blok Pengenalan Lingkungan (Blok G)

4) 1 Blok Pengamanan Khusus (Blok A) untuk narapidana yang terancam

dan narapidana yang melakukan pelanggaran

5) 1 Sel Pengasingan

6) 1 Ruang Kunjungan

c. Kompleks bangunan untuk keperluan penjagaan:

1) 4 Pos Atas

2) 1 Pos Transit

3) 1 Pos Utama/ Kepala Jaga

4) 1 Ruang Tempat Penyimpanan Senjata dan Amunisi

Rincian jumlah narapidana pada setiap blok di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Blok A (Super Maximum Security)

1) Sel A1: Kapasitas : 13 orang

Isi : 0 orang

2) Sel A2: Kapasitas : 13 orang

Isi : 3 orang

3) Sel A3: Kapasitas : 13 orang

Isi : 6 orang

4) Sel A4: Kapasitas : 13 orang

Page 41: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Isi : 0 orang

b. Blok C (Blok Wanita)

1) Sel C1: Kapasitas : 9 orang

Isi : 8 orang

2) Sel C2: Kapasitas : 21 orang

Isi : 7 orang

3) Sel C3: Kapasitas : 21 orang

Isi : 0 orang

c. Blok D

1) Sel D1: Kapasitas : 17 orang

Isi : 7 orang

2) Sel D2: Kapasitas : 9 orang

Isi : 4 orang

3) Sel D3: Kapasitas : 33 orang

Isi : 24 orang

4) Sel D4: Kapasitas : 9 orang

Isi : 5 orang

5) Sel D5: Kapasitas : 33 orang

Isi : 25 orang

6) Sel D6: Kapasitas : 9 orang

Isi : 6 orang

7) Sel D7: Kapasitas : 33 orang

Isi : 24 orang

d. Blok E (Maximum Security)

1) Sel E1: Kapasitas : 11 orang

Isi : 5 orang

2) Sel E2: Kapasitas : 31 orang

Isi : 20 orang

3) Sel E3: kapasitas : 33 orang

Isi : 20 orang

4) Sel E4: kapasitas : 33 orang

Page 42: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Isi : 17 orang

5) Sel E5: Kapasitas : 33 orang

Isi : 17 orang

e. Blok F

1) Sel F1: Kapasitas : 5 orang

Isi : 5 orang

2) Sel F2: Kapasitas : 5 orang

Isi : 4 orang

3) Sel F3: Kapasitas : 5 orang

Isi : 4 orang

4) Sel F4: Kapasitas : 5 orang

Isi : 5 orang

5) Sel F5: Kapasitas : 5 orang

Isi : 2 orang

6) Sel F6: Kapasitas : 5 orang

Isi : 4 orang

7) Sel F7: Kapasitas : 5 orang

Isi : 4 orang

8) Sel F8: Kapasitas : 5 orang

Isi : 3 orang

9) Sel F9: Kapasitas : 5 orang

Isi : 4 orang

10) Sel F10: Kapasitas: 5 orang

Isi : 3 orang

11) Sel F11: Kapasitas: 5 orang

Isi : 2 orang

f. Blok G

1) Sel G4: Kapasitas : 33 orang

Isi : 27 orang

2) Sel G5: Kapasitas : 21 orang

Isi : 23 orang

Page 43: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Visi dan Misi

Berikut ini Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta:

a. Visi: memulihkan kesatuan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga

Binaan Pemasyarakatan dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa

(Membangun Hidup Mandiri)

b. Misi: melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan

3. Peraturan Perundang-Undangan yang Mendasari Pelaksanaan Pembinaan

Indonesia sebagai negara hukum ditegaskan dalam penjelasan Undang-

Undang Dasar 1945. Maksudnya adalah bahwa Negara Indonesia adalah

negara yang berdasarkan atas hukum dalam menjalankan pemerintahannya

dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat). Oleh karena itu,

lembaga pemasyarakatan sebagai salah satu sistem dalam pemerintahan di

bidang penegakan hukum, maka pelaksanaan tugas serta fungsinya harus

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pada

umumnya dan peraturan yang dibuat oleh lembaga pemasyarakatan yang

bersangkutan pada khususnya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibu Kandi Tri S.,

S.H., M.H., selaku Staff Bina Kemasyarakatan dan Perawatan (BIMASWAT)

pada tanggal 19 Mei 2011, peraturan perundang-undangan yang mendasari

pelaksanaan tugas serta fungsi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

b. Peraturan Pemerintah:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan

Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Page 44: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

c. Surat Keputusan:

1) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.01.PR.07.03 Tahun 1985

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan

2) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M. 02-PK.04.10 Tahun 1990

tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan

3) Keputusan Menteri Hukum dan perundang-Undangan Nomor:

M.02.PR.08.03 Tahun 1999 tentang Pembentukan Balai Pertimbangan

Pemasyarakatan dan Tim Pengamat Pemasyarakatan

4) Keputusan Bersama Menteri Kehakiman Nomor: M.01-PK.03.01

Tahun 1984, Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP.354/MEN/84, dan

Menteri Sosial Nomor: 63/Huk/X/1984 tentang Kerjasama dalam

Penyelenggaraan Program Latihan Kerja Bagi Narapidana serta

Rehabilitasi Sosial dan Resosialisasi Bekas Narapidana dan Anak

Negara

5) Keputusan Bersama Menteri Kehakiman Nomor: M.01-PK.03.01

Tahun 1985 dan Menteri Perindustrian Nomor: 425/M/SK/11/1985

tentang Kerjasama dalam Penyelenggaraan Program Latihan Tenaga

Kerja Industrial dan Pemasaran Hasil Produksi Narapidana

6) Keputusan Bersama Menteri Kehakiman Nomor: M.01-UM.0106

Tahun 1987 dan Menteri Kesehatan Nomor:

65/MENKES/SKB/II/1987 tentang Pembinaan Upaya Kesehatan

Masyarakat di rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan

d. Surat Edaran

1) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E.PK.04.10-

64 Tahun 1992 tentang Syarat Tambahan untuk Mendapat Izin

Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas Bagi

Narapidana dalam Bentuk Jaminan Secara Tertulis

Page 45: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E.PK.04.01-

70 Tahun 1994 tentang Syarat Substantif yang Harus Dipenuhi oleh

Narapidana yang Mendapat Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti

Menjelang Bebas

3) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E.PS.01.04-

137 Tahun 1997 tentang Hari/Tanggal Dimulainya Pidana Dijalankan

dalam Kaitannya dengan Perhitungan Pengurangan Masa Menjalani

Pidana (Remisi)

4) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E.PK.04.05-

158 Tahun 1999 tentang Peningkatan Pemberian Bebas Bersyarat

5) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor:

E.UM.01.10-130 Tahun 2001 tentang Penjelasan Remisi Khusus yang

Tertunda dan Remisi Khusus Bersyarat serta Remisi Tambahan

6) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E.PR.06.10-

70 Tahun 2004 tentang Bebas Peredaran Uang (BPU).

e. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis

Peraturan Urusan Dalam (PUD) Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Yogyakarta.

Peraturan-peraturan inilah yang dijadikan pedoman bagi petugas

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dalam menjalankan tugas

dan fungsinya dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana.

4. Sistem Penjagaan

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak Suhono,

S.IP., selaku Unit Bina Administrasi KPLP Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Yogyakarta pada tanggal 24 Mei 2011, maka dapat diketahui bahwa

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta memiliki 4 (empat) regu

petugas penjagaan dan dengan tiap-tiap regu terdiri dari 13 personil dengan

pembagian tugas sebagai berikut:

a. 5 (lima) orang petugas penjaga porter (pintu depan), terdiri dari:

1) 1 komandan jaga

2) 1 wakil komandan jaga

Page 46: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3) 3 orang P2U

b. 4 (empat) orang petugas penjaga pos atas (masing-masing pos 1 orang)

c. 4 (empat) orang petugas penjaga pos bawah (blok laki-laki)

Setiap regu petugas penjagaan tersebut dibantu oleh satu orang perwira

piket dan dua orang staff KPLP dan penugasan mereka dengan sistem shift

pagi, shift siang, dan shift malam, dangan libur 1 (satu) hari. Pembagian waktu

shift tersebut adalah sebagai berikut:

a. Shift Pagi : pukul 07.00-13.00 WIB

b. Shift Siang : pukul 13.00-19.00 WIB

c. Shift Malam : pukul 19.00-07.00 WIB.

Selain itu, terdapat regu penjagaan khusus, yaitu regu penjaga

lingkungan dan regu penjaga blok wanita. Regu penjaga blok wanita

dilakukan oleh petugas wanita dengan shift jaga pagi dan siang saja, tidak ada

shift malam.

Pada setiap pergantian shift dibuat berita acara penyerahan tugas dan

laporan hasil selama penjagaan, diserahkan oleh petugas penjaga shift

sebelumnya kepada petugas penjaga shift berikutnya.

Page 47: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Skema 3

Struktur Organisasi Kesatuan Pengamanan

Sumber: Bagian KPLP Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

KALAPAS

Ka.KPLP

Unit Bina

Administrasi

Unit Bina

Kebersihan

Unit Bina

Sarana

Unit Bina

Ketertiban

Unit Bina

Personalia

RUPAM

Wanita

RUPAM

I

RUPAM

II

RUPAM

Lingkungan

RUPAM

IV

RUPAM

III

Page 48: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

5. Kondisi Sumber Daya Manusia

Sebelum dipaparkan lebih lanjut, berikut struktur organisasi Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta:

Skema 4

Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Sumber: Bagian BIMASWAT Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

KALAPAS

Ka. KPLP Ka. SUBBAG

TATA USAHA

Petugas Pengamanan

Ka. Ur. Peg& Keu

Ka. Ur. Umum

Ka. SIE BINAPI Ka. SIE Kegiatan Kerja

Ka. SIE MINKAMTIB

Ka. SUBSIE Keamanan

Ka. SUBSIE LAPORAN

& TATA TERTIB

Ka. SUBSIE Sarana Kerja

Ka. SUBSIE

BIMKER- HAKER

Ka. SUBSIE REGISTRASI

Ka. SUBSIE BIMASWAT

Page 49: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Berikut ini rincian sumber daya manusia (pegawai) Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta berdasarkan golongan dan tingkat

pendidikan terakhir yang telah ditempuh per Bulan Mei 2011.

Tabel 1

Data SDM berdasarkan golongan

Gol I II III IV

A - 28 35 1

B - 7 50 1

C - 15 18 -

D - 6 25 1

Jumlah 0 56 128 3

Sumber: Bagian Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Tabel 2

Data SDM berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan L P Jumlah

SARJANA 40 20 60

SARMUD 4 11 15

SLTA 93 16 109

SLTP 2 - 2

SD 1 - 1

Sumber: Bagian Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Untuk keperluan pelaksanaan pembinaan dan bimbingan kerja terhadap

narapidana, dibentuk suatu tim yaitu Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP),

yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang

bersangkutan untuk masa waktu kepengurusan selama 3 tahun.

Page 50: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tugas pokok dari tim ini berdasarkan Pasal 45 ayat (4) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang dituangkan kembali

dalam Pasal 13 Keputusan Menteri Hukum dan perundang-Undangan Nomor:

M.02.PR.08.03 Tahun 1999 tentang Pembentukan Balai Pertimbangan

Pemasyarakatan dan Tim Pengamat Pemasyarakatan antara lain:

a. Memberi saran mengenai bentuk dan program pembinaan dan

pembimbingan dalam melaksanaan sistem pemasyarakatan

b. Membuat penilaian atas pelaksanaan program pembinaan dan

pembimbingan

c. Menerima keluhan dan pengaduan dari Warga Binaan Pemasyarakatan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibu Kandi Tri

S., S.H., M.H., selaku Staff Bina Kemasyarakatan dan Perawatan

(BIMASWAT) pada tanggal 20 Mei 2011, susunan kepengurusan dari Tim

Pengamat Pemasyarakatan (TPP) diubah setiap perubahan struktur organisasi.

Yang menjadi Ketua TPP adalah Kepala Seksi BIMASWAT, sedangkan

Sekretaris TPP adalah Kepala Sub Seksi BIMASWAT, dan petugas lainnya

adalah anggota ditambah petugas dari BAPAS dan wali pemasyarakatan.

6. Kondisi Narapidana

Berikut ini adalah data narapidana yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta per tanggal 30 April 2011.

Tabel 3

Data narapidana

Jenis Kelamin MT SH B I B IIa B IIb B III Jumlah

Pria 0 0 225 79 0 0 304

Wanita 0 0 15 0 0 0 15

Total 319

Sumber: Bagian Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Page 51: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Keterangan:

MT = Pidana Mati

SH = Pidana Penjara Seumur Hidup

B I = Pidana Penjara lebih dari 1 tahun + 1 hari

B IIa = Pidana Penjara 3 bulan + 1 hari sampai dengan 1 tahun

B IIb = Pidana Penjara 1 hari sampai dengan 3 bulan

B III = menjalani subsidair (karena tidak membayar denda)

B. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta

1. Janji, Tata Tertib, Sanksi, Hak dan Kewajiban Narapidana

a. Janji Narapidana

Setiap upacara yang di selenggarakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, narapidana diwajiblan untuk

mengucapkan janji narapidana. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan

kepada narapidana atas tindak pidana yang telah dilakukan sehingga

narapidana harus menjalani pembinaan di lembaga pemasyarakatan dan

untuk mendorong serta memberikan semangat dalam diri mereka agar

mempunyai niat dan kemauan untuk dapat hidup kembali di dalam

masyarakat sebagai anggota masyarakat yang baik dan tidak akan

mengulangi perbuatannya.

Janji narapidana yang wajib diucapkan dalam upacara dan wajib

ditepati tersebut adalah “Catur Dharma Narapidana”, yang isinya adalah

sebagai berikut:

1) Kami narapidana, berjanji menjadi manusia susila yang ber-Pancasila,

dan menjadi manusia pembangunan yang aktif dan produkif.

2) Kami narapidana, menyadari dan menyesali sepenuhnya perbuatan

pelanggaran hukum yang pernah kami lakukan, dan berjanji tidak akan

mengulangi lagi perbuatan tersebut.

Page 52: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3) Kami narapidana, berjanji untuk memelihara tata karma dan tata tertib,

melakukan perbuatan yang utama dan menjadi teladan dalam lembaga

pemasyarakatan.

4) Kami narapidana, dengan tulus ikhlas bersedia menerima bimbingan,

dorongan dan teguran serta patuh, taat dan hormat kepada petugas dan

pembimbing pemasyarakatan.

Janji tersebut diharapkan tidak hanya diucapkan oleh narapidana,

tetapi juga dihayati dan diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku dan

perbuatan, baik selama menjalani pembinaan di lembaga pemasyarakatan

maupun ketika sudah terjun kembali ke masyarakat. Tetapi tentu saja

semangat dan kemauan untuk kembali hidup dengan baik di dalam

masyarakat tidak terlepas dari peran serta masyarakat, maka diharapkan

pula masyarakat tidak memberikan stigma negatif terhadap mantan

narapidana.

b. Tata Tertib Narapidana

Untuk menjaga keamanan dan ketertiban narapidana dalam

melaksanakan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta, maka Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta menetapkan tata tertib narapidana sebagai berikut:

1) Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dilarang memakai/menyimpan

obat-obatan selain obat yang telah diijinkan oleh Dokter Lapas.

2) Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dilarang memakai/menyimpan

obat-obatan terlarang/narkoba.

3) Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dilarang memakai/menyimpan

barang/senjata tajam/senjata api dan barang lain sejenis yang

membahayakan.

4) Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dilarang memasak di dalam

kamar.

5) Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dilarang memakai/menyimpan

Handphone/alat komunikasi lainnya (apabila kedapatan akan

diambil/disita dan tidak akan dikembalikan).

Page 53: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

6) Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dilarang memasang/

menyambung/ menggunakan aliran listrik secara tidak resmi (apabila

kedapatan barang akan disita/ diambil dan tidak dikembalikan).

7) Apabila Warga Binaan Pemasyarakatan masih memakai/ menyimpan/

menggunakan barang/alat dimaksud apabila saat diadakan operasi/

penggeledahan kamar/ halaman/ badan kedapatan/ ditemukan maka

akan dikenakan sanksi/ tindakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Selain itu, di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

terdapat Budaya Tertib Pemasyarakatan, antara lain:

1) Tertib Pengamanan

2) Tertib Pelayanan

3) Tertib Perawatan dan Pengelolaan

4) Tertib Pembinaan dan Pembimbingan

5) Tertib Peri Kehidupan Penghuni.

Diharapkan bukan hanya narapidana saja yang mematuhi ketertiban,

tetapi juga petugas pemasyarakatan.

c. Sanksi Narapidana

Di dalam lembaga pemasyarakatan juga diterapkan beberapa sanksi

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh narapidana. Hal ini

dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera kepada narapidana dan

menggiring narapidana untuk tetap mematuhi peraturan dan tata tertib

yang berlaku di lembaga pemasyarakatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak

Yhoga A.R., Amd.IP., S.H., selaku Kepala Sub Seksi Pelaporan dan Tata

Tertib pada tanggal 24 Mei 2011, pelanggaran yang dilakukan narapidana

dikategorikan sebagai berikut:

1) Pelanggaran Berat

Merupakan pelanggaran-pelanggaran yang menjurus pada

terjadinya suatu tindak pidana. Tindakan yang termasuk dalam

kategori ini antara lain: penganiayaan terhadap sesame narapidana.

Page 54: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Sanksi dari pelanggaran ini antara lain dimasukkan ke dalam

“sel hantu” (pengasingan) dan dicabutnya beberapa hak untuk

sementara, seperti cuti mengunjungi keluarga, remisi, dan cuti

menjelang bebas.

2) Pelanggaran Sedang

Tindakan yang termasuk dalam kategori ini antara lain

melanggar tata tertib yang ada di lembaga pemasyarakatan. Sanksi dari

pelanggaran ini adalah dikurung selama 6 hari di “sel kering”, tidak

boleh dikunjungi oleh siapapun.

3) Pelanggaran Ringan

Tindakan yang termasuk dalam kategori ini antara lain tidak

responsif, atau bahkan mangkir dari setiap kegiatan pembinaan dan

pembimbingan yang diselenggarakan oleh petugas pemasyarakatan.

d. Hak dan Kewajiban Narapidana

Setiap narapidana, melekat dalam dirinya beberapa hak dan

kewajiban baik yang telah ditentukan undang-undang maupun yang

muncul secara spontanitas.

Pada dasarnya, pidana penjara menghilangkan hak kemerdekaan

narapidana. Namun dengan adanya lembaga pemasyarakatan, narapidana

tetap diberikan hak-hak tertentu untuk melindungi hak asasinya.

Berdasarkan Pasal !4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan disebutkan beberapa hak narapidana antara lain:

1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

2) Mendapat perawatan rohani maupun jasmani

3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

5) Menyampaikan keluhan

6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

Page 55: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya

9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

11) Mendapatkan pembebasan bersyarat

12) Mendapatkan cuti menjelang bebas

13) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pemenuhan hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Yogyakarta tergolong baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sarana

ibadah, adanya fasilitas kesehatan berupa balai kesehatan yang setingkat

dengan puskesmas (ruang rawat inap, obat gratis, 1 dokter umum, 1 dokter

gigi, dan 6 perawat), kerjasama dengan instansi lain dalam pendidikan dan

pengajaran, penyediaan buku bacaan, dan makanan yang layak.

Makanan yang layak dalam hal ini ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.HH-01.PK.07.2 Tahun

2009, dilanjutkan Surat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor:

PAS.PK.0702-72, dilanjutkan Surat Kantor Wilayah Yogyakarta Nomor:

W22.PK.01.07.02-3902, yaitu mengenai daftar susunan bahan makanan

dan menu makanan bagi narapidana yang secara rinci terdapat dalam

lampiran.

Sedangkan kewajiban narapidana tercantum dalam Pasal 15 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu

narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan

tertentu.

2. Tahap Pelaksanaan Pembinaan

Tolak ukur dari keberhasilan dari pembinaan suatu lembaga

pemasyarakatan adalah bagaimana perilaku narapidana baik selama berada di

lembaga pemasyarakatan maupun setelah terjun kembali ke masyarakat. Oleh

Page 56: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

karena itu, perlu adanya suatu sistem atau strategi dalam pembinaan yang

dilakukan oleh petugas pemasyarakatan.

Berdasarkan skema tentang proses pemasyarakatan sebagaimana

terlampir, maka dapat diuraikan bahwa secara garis besar terdapat 4(empat)

tahap pelaksanaan pembinaan, yaitu:

a. Tahap Pertama disebut dengan Tahap Masa Pengenalan Lingkungan

(Mapenaling)

Pada tahap ini terdapat beberapa penekanan, yaitu penerapan

pelatihan Peraturan Baris-Berbaris (PBB) untuk membentuk kedisiplinan,

pengenalan norma-norma yang berlaku di lembaga pemasyarakatan,

pembentukan pola ibadah yang sesuai dengan ajaran agama masing-

masing, dan penggalian minat dan bakat.

Untuk penggalian minat dan bakat maka diperlukan wali narapidana

untuk membantu narapidana mengenali diri sendiri dan mengetahui

kemampuannya. Wali narapidana adalah petugas pemasyarakatan yang

ditunjuk sebagai pengganti orang tua untuk mengamati, mengawasi, dan

memberikan penilaian mengenai tingkah laku narapidana yang diampunya,

serta menerima keluhan dari narapidana tersebut.

Setelah paling lama satu bulan menjalani masa pengenalan

lingkungan dengan penempatan pada Blok G, maka selanjutnya dilakukan

sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) untuk menentukan apakah

narapidana sudah siap atau belum untuk ditempatkan di Blok E sampai

selesai menjalani 1/3 masa pidananya dengan sistem penjagaan Maximum

Security, dalam arti terhadap narapidana tersebut dilakukan pengawasan

secara ketat.

b. Tahap Kedua disebut dengan Tahap Peningkatan

Setelah narapidana menjalani 1/3 masa pidananya di Blok E, maka

segera diadakan sidang TPP tahap kedua (Sidang Peningkatan Program).

Pada sidang ini diputuskan apakah narapidana sudah siap atau belum

untuk ditempatkan di Blok Reguler (Blok D dan F) sampai dengan 1/2

masa pidananya dengan sistem penjagaan Medium Security. Pada tahap

Page 57: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

ini, narapidana sudah dipekerjakan di luar tembok lembaga

pemasyarakatan sesuai dengan kemampuannya.

c. Tahap Ketiga disebut dengan Tahap Asimilasi

Setelah menjalani tahap kedua, narapidana dapat mengusulkan agar

ia dapat menjalani pembinaan tahap ketiga (tahap asimilasi) kepada

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

melalui Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

Asimilasi adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan membaurkan Narapidana dan

Anak Didik Pemasyarakatan di dalam kehidupan masyarakat.

Pada tahap ini, narapidana dapat dipekerjakan pada tiap-tiap latihan

kerja, baik milik lembaga pemasyarakatan maupun milik swasta sampai

2/3 masa pidananya, dengan sistem penjagaan Minimum Security. Bentuk

kegiatan dari tahap ini antara lain:

1) bekerja diluar lembaga pemasyarakatan yang dapat berupa :

a) bekerja pada pihak ketiga baik instansi pemerintah, swasta ataupun

perorangan

b) bekerja mandiri, misalnya menjadi tukang cukur, binatu, bengkel,

tukang memperbaiki radio dan lain sebagainya

c) bekerja pada lembaga pemasyarakatan terbuka dengan tahap

minimum security

2) mengikuti pendidikan, bimbingan dan latihan ketrampilan diluar

lembaga pemasyarakatan

3) mengikuti kegiatan sosial dan kegiatan pembinaan lainnya seperti :

a) kerja bakti bersama dengan masyarakat

b) berolah raga bersama dengan masyarakat

c) mengikuti upacara atau peragaan ketrampilan bersama dengan

masyarakat

Dalam melaksanakan asimilasi, lamanya narapidana berada diluar

lembaga pemasyarakatan ditentukan sebagai berikut :

Page 58: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1) untuk kegiatan pendidikan, bimbingan dan latihan ketrampilan

disesuaikan dengan waktu yang dipergunakan secara efektif ditempat

kegiatan

2) untuk kegiatan kerja pada pihak ketiga dan kerja mandiri disesuaikan

dengan waktu yang dipergunakan ditempat kerja paling lama 9

(sembilan) jam sehari termasuk waktu di perjalanan

3) untuk kegiatan di lembaga pemasyarakatan terbuka dapat menginap

dengan mendapat pengawalan minimum security.

Dalam hal pelaksanaan asimilasi memerlukan kerja sama antara

lembaga pemasyarakatan dengan pihak ketiga, maka kerja sama tersebut

harus didasarkan pada suatu perjanjian yang dibuat antara Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan dengan pihak ketiga yang memberi pekerjaan

pada narapidana. Perjanjian kerjasama tersebut harus memuat hak dan

kewajiban dari masing-masing pihak, termasuk upah yang akan diterima

narapidana.

d. Tahap Keempat disebut dengan Tahap Integrasi

Setiap narapidana yang menempuh tahap keempat ini, yaitu setelah

menempuh 2/3 masa pidananya, dapat diintegrasikan kepada masyarakat

di luar lembaga pemasyarakatan berupa cuti menjelang bebas atau

pembebasan bersyarat.

Cuti menjelang bebas adalah proses pembinaan diluar Lembaga

Pemasyarakatan bagi narapidana yang menjalani masa pidana atau sisa

masa pidana yang pendek. Sedangkan pembebasan bersyarat adalah proses

pembinaan narapidana diluar Lembaga Pemasyarakatan yang dilaksanakan

berdasarkan Pasal 15 dan Pasal 16 Kitab Undang-undang Hukum Pidana

serta Pasal 14, 22 dan Pasal 29 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan.

Dalam pelaksanaan semua tahap pembinaan tersebut, sesuai dengan

Pasal 14 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, maka

narapidana berhak atas Remisi. Menurut Dwidja Priyatno dalam bukunya

menyatakan:

Page 59: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Remisi dalam sistem pelaksanaan pidana penjara khususnya yang menyangkut sistem pemasyarakatan sangat penting. Hal ini menyangkut masalah pembinaan yang dilakukan oleh para petugas LAPAS terhadap para narapidana. Untuk itu dalam pelaksanaan sistem pidana penjara di Indonesia, remisi mempunyai kedudukan yang sangat strategis sebab, apabila narapidana tidak berkelakuan baik (yang merupakan inti keberhasilan pembinaannya) maka tidak dapat diberikan remisi (Dwidja Priyatno, 2009:133).

Pengertian dari remisi itu sendiri menurut Peraturan Pemerintah Nomor

32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

adalah “remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan

kepada Narapidana dan Anak Pidana yang memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan” (Pasal 1 ayat (6) PP No.32

Tahun 1999).

Bentuk-bentuk remisi berdasarkan Pasal 2 dan 3 Keputusan Presiden

Nomor: 174 Tahun 1999 tentang Remisi antara lain:

a. Remisi Umum

Remisi Umum adalah pengurangan masa pidana yang diberikan

kepada Narapidana dan Anak Pidana pada peringatan Proklamasi

Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus.

b. Remisi Khusus

Remisi Khusus adalah pengurangan masa pidana yang diberikan

kepada Narapidana dan Anak Pidana pada Hari Besar Keagamaan yang

dianut oleh yang bersangkutan dan dilaksanakan sebanyak-banyaknya 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun bagi masing-masing agama. Pemberian

Remisi khusus dilaksanakan pada:

1) Setiap Hari Raya Idul Fitri bagi Narapidana dan Anak Pidana yang

beragama Islam.

2) Setiap Hari Natal bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama

Kristen/Khatolik.

3) Setiap Hari Raya Nyepi bagi Narapidana dan Anak Pidana yang

beragama Hindu.

Page 60: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

4) Setiap Hari Raya Waisak bagi Narapidana dan Anak Pidana yang

beragama Budha.

Berdasarakan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Nomor: E.UM.01.10-130 Tahun 2001 tentang Penjelasan Remisi Khusus

yang Tertunda dan Remisi Khusus Bersyarat serta Remisi Tambahan,

Remisi Khusus dibagi menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu:

1) Remisi Khusus Tertunda

Remisi Khusus ini diberikan kepada Narapidana yang telah

memenuhi syarat substantif namun pada hari raya keagamaannya, yang

bersangkutan masih berstatus tahanan sehingga yang bersangkutan

tidak dapat diusulkan untuk memperoleh Remisi. Untuk selanjutnya

yang bersangkutan dapat diusulkan Remisi setelah yang bersangkutan

berstatus Narapidana. Besarnya Remisi Khusus Tertunda maksimal 1

(satu) bulan.

2) Remisi Khusus Bersyarat

Remisi Khusus ini diberikan kepada Narapidana dan anak

pidana yang pada hari raya keagamaannya, belum cukup 6 (enam)

bulan menjalani pidananya, Narapidana tersebut tetap dapat diusulkan

Remisi Khusus Bersyaratnya, apabila selama menjalani masa bersyarat

genap 6 (enam) bulan yang bersangkutan senantiasa berkelakuan baik

selanjutnya Remisi Khusus Bersyarat tersebut diperhitungkan dalam

expirasinya. Namun apabila selama menjalani masa bersyarat tersebut

yang bersangkutan melakukan pelanggaran disiplin maka Remisi

Khusus Bersyarat dicabut/dibatalkan.

c. Remisi Tambahan

Remisi Tambahan adalah pengurangan masa pidana yang diberikan

kepada Narapidana dan Anak Pidana yang berbuat jasa kepada negara,

melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan atau

melakukan perbuatan yang membantu kegiatan Lembaga Pemasyarakatan.

Remisi Tambahan ini diberikan kepada Narapidana biasa bukan

pemuka yang sekurang kurangnya 6 (enam) bulan sebelum hari “H” (Hari

Page 61: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Ulang Tahun Kemerdekaan RI) telah melakukan tugas Karya dan Dharma

Bhakti, sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi banyak Narapidana

lainnya. Remisi tambahan jenis ini tetap dapat diberikan pada Hari Raya

Keagamaan berikutnya sepanjang Dharma, Karya/Bhaktinya dilakukan

terus menerus tidak terputus sampai dengan Hari Raya tahun berikutnya.

Adapun Karya dan Dharma Bhakti yang dilakukan sebagai pengajar, guru,

pelatih keterampilan dan instruktur, Da’i atau Pendeta.

d. Remisi Dasawarsa

Remisi Dasawarsa diberikan bertepatan dengan ulang tahun

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus, tiap 10 (sepuluh) tahun

sekali.

3. Metode Pembinaan

Dalam setiap kegiatan tentu saja memiliki metode dalam

pelaksanaannya, agar kegiatan tersebut mencapai tujuan secara efektif dan

efisien. Begitu pula dengan pembinaan narapidana yang dilakukan oleh

petugas pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta,

digunakan metode-metode tertentu dalam menyampaikan materi pembinaan

kepada narapidana. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan

Ibu Kandi Tri S., S.H., M.H., selaku Staff Bina Kemasyarakatan dan

Perawatan (BIMASWAT) pada tanggal 24 Mei 2011, metode-metode tersebut

antara lain:

a. Metode gabungan antara Pendekatan dari Atas ke Bawah (Top Down

Approach) dengan Pendekatan dari Bawah ke Atas (Bottom Up Approach)

Pada dasarnya, semua program dan wujud pembinaan memang telah

ditentukan oleh petugas pemasyarakatan, namun narapidana diberikan

kebebasan untuk memilih sesuai dengan minar, bakat, dan

kemampuannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan narapidana

memberikan masukan kepada petugas pemasyarakatan untuk membuat

program baru dalam pembinaan.

b. Metode gabungan antara Pendekatan Perorangan dengan Pendekatan

Kelompok

Page 62: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tingkat intelektualitas, tingkat kematangan emosi, minat dan bakat

setiap narapidana tentu berbeda. Oleh karena itu, petugas pemasyarakatan

melakukan pendekatan perorangan untuk lebih mengenal kemampuan

narapidana itu sendiri, dan melakukan pendekatan kelompok untuk

memudahkan dalam menyampaikan materi pembinaan.

c. Metode Kekeluargaan

Metode pembinaan yang dilakukan petugas pemasyarakatan

merupakan interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara petugas

pemasyarakatan (pembina) dengan narapidana.

d. Metode Persuasif Edukatif

Petugas pemasyarakatan berusaha untuk merubah tingkah laku

narapidana melalui keteladanan dan memperlakukan secara adil diantara

sesama narapidana sehingga menggugah hati narapidana untuk melakukan

hal-hal yang terpuji, menempatkan narapidana sebagai masyarakat yang

mempunyai harga diri dengan hak dan kewajiban yang sama dengan

manusia lainnya. Hal ini tercermin dalam Sepuluh Wajib Petugas

Pemasyarakatan:

1) Menjunjung tinggi hak-hak Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan

2) Bersikap welas asih dan tidak sekali-kali menyakiti Tahanan dan

Warga Binaan Pemasyarakatan

3) Berlaku adil terhadap Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan

4) Menjaga rahasia pribadi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan

5) Memperhatikan keluhan Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan

6) Menjaga rahasia keadilan masyarakat

7) Menjaga kehormatan diri dan menjadi teladan dalam sikap dan

perilaku

8) Waspada dan peka terhadap kemungkinan adanya ancaman dan

gangguan keamanan

9) Bersikap sopan tetapi tegas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat

Page 63: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

10) Menjaga keseimbangan antara kepentingan pembinaan dan keamanan

e. Metode Continual

Maksudnya adalah bahwa materi-materi pembinaan yang

disampaikan setiap hari mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain,

sehingga pada akhirnya narapidana dapat menguasai materi yang

disampaikan dengan baik secara terus-menerus.

f. Metode Security

Dalam menyampaikan materi pembinaan dan bimbingan kepada

narapidana, langkah-langkah keamanan yang dilakukan disesuaikan

dengan tingkat keadaan yang dihadapi.

Untuk mendukung keberhasilan pembinaan narapidana, perlu adanya

kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab dalam diri petugas

pemasyarakatan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, bagi petugas

pemasyarakatan juga berlaku Tri Dharma Petugas Pemasyarakatan:

a. Kami petugas pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana

dan pengayom masyarakat

b. Kami petugas pemasyarakatan wajib bersikap bijaksana dan bertindak adil

dalam pelaksanaan tugas

c. Kami petugas pemasyarakatan bertekad menjadi suri teladan dalam

mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila.

Ketiga hal ini harus dipegang teguh oleh petugas pemasyarakatan dalam

melaksanakan pembinaan narapidana. Narapidana harus ditempatkan sebagai

subyek dalam pembinaan dan bukan sebagai obyek pembinaan.

4. Program dan Wujud Pembinaan

Seksi Pembinaan Narapidana (Sie. BINAPI) Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta dalam melaksanakan pembinaan narapidana,

mendasarkan program pembinaan bagi narapidana pada Keputusan Menteri

Kehakiman Nomor: M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan

Narapidana dan Tahanan. Program-program tersebut antara lain:

a. Program Pembinaan Kepribadian:

1) Pembinaan kesadaran beragama.

Page 64: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan imannya terutama

memberi pengertian agar warga binaan pemasyarakatan dapat

menyadari akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan yang benar dan

perbuatan-perbuatan yang salah.

Wujud dari program ini adalah bekerja sama dengan

Kementerian Agama (Kotamadya), Pondok Pesantren Krapyak,

Pondok Pesantren Yusuf Mansyur, dan LSM terkait.

2) Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Usaha ini dilaksanakan dengan menyadarkan mereka agar dapat

menjadi warga negara yang baik yang dapat berbakti bagi bangsa dan

negaranya. Perlu disadarkan bahwa berbakti untuk bangsa dan negara

adalah sebahagian dari iman (taqwa).

Wujud dari program ini adalah pelaksanaan upacara bendera

setiap tanggal 17 Agustus (perayaan hari kemerdekaan Republik

Indonesia, hari Karyadika (bulan Oktober), dan hari Pemasyarakatan

(bulan April).

3) Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan).

Usaha ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan

berfikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga

dapat melakukan kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama

masa pembinaan. Pembinaan intelektual (kecerdasan) dapat dilakukan

baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan non-

formal.

Pendidikan formal, diselenggarakan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang telah ada yang ditetapkan oleh pemerintah agar dapat

ditingkatkan semua warga binaan pemasyarakatan. Pendidikan non-

formal, diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

melalui kursus-kursus, latihan ketrampilan dan sebagainya. Bentuk

pendidikan non-formal yang paling mudah dan paling murah ialah

kegiatan-kegiatan ceramah umum dan membuka kesempatan yang

seluas-luasnya untuk memperoleh informasi dari luar, misalnya

Page 65: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

membaca koran/majalah, menonton TV, mendengar radio dan

sebagainya. Untuk mengejar ketinggalan di bidang pendidikan baik

formal maupun non formal agar diupayakan cara belajar melalui

Program Keiar Paket A dan Kejar Usaha.

Wujud dari program ini adalah untuk narapidana yang buta

huruf diwajibkan mengikuti program kejar paket A baik setara maupun

tidak setara. Untuk kegiatan ini, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Sedangkan untuk

Warga Binaan Pemasyarakatan yang ingin melanjutkan studi ke

perguruan tinggi, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

telah bekerja sama dengan UNWAMA untuk jurusan Ekonomi

Manajemen yang saat ini sudah ada 17 orang Warga Binaan

Pemasyarakatan yang menjadi mahasiswa UNWAMA (yang sekarang

menjadi Universitas Mercu Buwana (UMB) Yogyakarta).

4) Pembinaan kesadaran hukum.

Pembinaan kesadaran hukum warga binaan pemasyarakatan

dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan hukum yang bertujuan

untuk mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi sehingga sebagai

anggota masyarakat, mereka menyadari hak dan kewajibannya dalam

rangka turut menegakkan hukum dan keadilan, perlindungan terhadap

harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman, kepastian

hukum dan terbentuknya perilaku setiap warga negara Indonesia yang

taat kepada hukum. Penyuluhan hukum bertujuan lebih lahjut untuk

membentuk keluarga Sadar Hukum (KADARKUM) yang dibina

selama berada dalam lingkungan pembinaan maupun setelah berada

kembali di tengah-tengah masyarakat. Penyuluhan hukum

diselenggarakan secara langsung yakni penyuluh berhadapan langsung

dengan sasaran yang disuluh dalam TEMU SADAR HUKUM dan

SAMBUNG RASA, sehingga dapat bertatap muka langsung, misalnya

melalui ceramah, diskusi, sarasehan, temuwicara, peragaan dan

Page 66: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

simulasi hukum. Metoda pendekatan yang diutamakan ialah metoda

persuasif, edukatif, komunikatif dan akomodatif (PEKA).

Wujud dari program ini adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Yogyakarta bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Provinsi DI.

Yogyakarta. Selain itu, bekerja sama juga dengan Lembaga Konsultasi

dan Bantuan Hukum Untuk Wanita dan Keluarga (LKBH UWK).

5) Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat.

Pembinaan di bidang ini dapat dikatakan juga pembinaan

kehidupan sosial kemasyarakatan, yang bertujuan pokok agar bekas

narapidana mudah diterima kembali oleh masyarakat lingkungannya.

untuk mencapai ini, kepada mereka selama dalam Lembaga

Pemasyarakatan dibina terus untuk patuh beribadah dan dapat

melakukan usaha-usaha sosial secara gotong royong, sehingga pada

waktu mereka kembali ke masyarakat mereka telah memiliki sifat-sifat

positif untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat

lingkungannya.

Wujud dari program ini adalah dengan menerapkan disiplin

ibadah, sharing kelompok, bekerja mandiri, dan bekerja pada pihak

ketiga.

b. Program Pembinaan Kemandirian:

1) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya

kerajinan tangan, industri, rumah tangga, reparasi mesin dan alat-alat

elektronika dan sebagainya.

2) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil, misalnya

pengelolaan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam

menjadi bahan setengah jadi dan jadi (contoh mengolah rotan menjadi

perabotan rumah tangga, pengolahan makanan ringan berikut

pengawetannya dan pembuatan batu bata, genteng, batako).

3) Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-

masing. Dalam hal ini bagi mereka yang memiliki bakat tertentu

diusahakan pengembangan bakatnya itu. Misalnya memiliki

Page 67: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

kemampuan di bidang seni, maka diusahakan untuk disalurkan ke

perkumpulan-perkumpulan seniman untuk dapat mengembangkan

bakatnya sekaligus mendapatkan nafkah.

4) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan

pertanian (perkebunan) dengan menggunakan teknologi madya atau

teknologi tinggi, misalnya industri kulit, industri pembuatan sepatu

kualitas ekspor, pabrik tekstil, industri minyak atsiri dan usaha tambak

udang.

Wujud dari program pembinaan kemandirian ini adalah Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta menyediakan sarana dan prasarana

untuk melakukan kegiatan kerja, antara lain:

1) Pertukangan

2) Konblok dan Batako

3) Kerajinan Tangan/ Handycraft

4) Las

5) Bengkel Otomotif

6) Persepatuan

7) Elektronik

8) Pertanian

9) Potong Rambut

10) Laundry

11) Penjahitan

12) Pencucian Motor/Mobil

13) Pijat Refleksi

Page 68: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

C. Pembinaan Narapidana Wanita dan Narapidana Laki-Laki

dalam Satu Lembaga Pemasyarakatan

Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

1. Lembaga Pemasyarakatan Wanita sebagai Golongan Khusus dari Lembaga

Pemasyarakatan

Di Indonesia, lembaga pemasyarakatan digolongkan ke dalam beberapa

jenis sesuai dengan kriteria penghuninya. Hal ini sangat penting mengingat

pola penanganan pada masing-masing kriteria berbeda. Begitu pula dengan

fasilitas dan kondisi lembaga pemasyarakatan yang perlu disesuaikan dengan

penghuninya.

Pemisahan harus dilakukan berdasarkan jenis kelamin dan usia

narapidana. Penggolongan ini berhubungan erat dengan usaha lembaga

pemasyarakatan untuk memenuhi hak asasi manusia narapidana. Perlakuan

istimewa terhadap beberapa kategori narapidana mutlak hanya dapat dicapai

dengan pemisahan tempat bagi mereka.

Pada Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan dinyatakan bahwa pembinaan narapidana wanita di lembaga

pemasyarakatan dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan wanita. Pasal ini

menunjukkan bahwa lembaga pemasyarakatan wanita merupakan golongan

khusus dari lembaga pemasyarakatan.

2. Hak-Hak Narapidana Wanita sebagai Hak Khusus

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

berusaha untuk mengakomodir konsep pembinaan dan

mengimplementasikannya dalam bentuk formal. Dengan adanya visi dan misi

lembaga pemasyarakatan yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat adanya

kepedulian dari pemerintah dalam perlindungan hak asasi manusia Warga

Binaan Pemasyarakatan.

Secara umum, hak-hak narapidana wanita sama dengan narapidana

lainnya, yaitu tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12

Page 69: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang telah disebutkan sebelumnya.

Namun, ada beberapa hak khusus bagi narapidana wanita yang harus

diperhatikan, antara lain:

a. Hak fungsi reproduksi

Pada Pasal 49 (a) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa hak khusus yang melekat pada diri

wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh

hukum. Dari pasal tersebut dapat dianalisa bahwa ada beberapa hak yang

secara khusus dimiliki narapidana wanita. Hal ini berbeda dengan hak-hak

narapidana secara umum.

Adapun hak yang secara spesifik dimiliki narapidana wanita adalah

hak-hak yang berhubungan dengan fungsi reproduksinya. Perempuan

memiliki fase-fase tertentu dalam hidupnya yang sangat penting bagi

perkembangan generasi penerus masyarakat. Perhatian terhadap kesehatan

alat-alat reproduksi perempuan juga berarti perhatian terhadap kesehatan

anak-anak yang akan mereka lahirkan. Mulai dari tahap sebelum terjadi

kehamilan, bentuk perhatian yang dapat diberikan kepada narapidana

wanita dapat berupa pengetahuan mengenai kesehatan alat reproduksi serta

metode pengontrol kehamilan (KB).

Bila narapidana terlanjur mengalami kehamilan, maka yang patut

diperhatikan adalah tercukupinya kebutuhan gizi dan kesehatan janin. Hal

yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan nutrisi yang didapat

selama masa kehamilan tersebut telah memenuhi standar kesehatan, serta

memberi dispensasi bagi narapidana yang hamil untuk tidak melakukan

pekerjaan berat yang dapat membahayakan kandungannya. Ketika

memasuki masa setelah melahirkan, narapidana wanita harus diberi

kesempatan untuk memelihara anaknya yang baru dilahirkan dengan

sebaik-baiknya. Penyediaan tempat khusus untuk menyusui dan merawat

anaknya di dalam lingkungan lembaga pemasyarakatan adalah hal yang

mutlak untuk dilakukan.

Page 70: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

b. Hak pendidikan dan pengajaran

Pada Pasal 48 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia dinyatakan bahwa wanita berhak untuk memperoleh

pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan

sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Pasal ini menunjukkan

bahwa hak khusus narapidana wanita adalah hak untuk mendapatkan

materi pembinaan yang sama dengan narapidana laki-laki. Selama ini

materi pembinaan yang didapat oleh narapidana wanita dirasa masih

mencerminkan diskriminasi gender.

Kegiatan yang dilakukan dan pengetahuan yang diberikan di dalam

lembaga pemasyarakatan masih sangat didasarkan pada asumsi mengenai

peran perempuan yang marginal di masyarakat. Sebagai contoh, kegiatan

memasak yang dilakukan secara rutin sebagai kegiatan sehari-hari

narapidana wanita. Selain itu, materi pembinaan juga disesuaikan dengan

asumsi yang umum mengenai profesi apa yang pantas untuk dijalankan

seorang perempuan, seperti menjahit dan tata rias.

Sebagai pembekalan untuk kehidupan narapidana selepas menjalani

masa pemidanaannya di lembaga pemasyarakatan, seharusnya materi

pembinaan memberikan wawasan seluas-luasnya kepada narapidana tanpa

mempedulikan jenis kelaminnya.

c. Hak-hak lain yang relevan dengan perlindungan perempuan

Hak-hak lain yang relevan dengan perlindungan perempuan

misalnya mengenai penyediaan pembalut wanita sebagai salah satu

kewajiban lembaga pemasyarakatan.

Hal lainnya adalah penanganan terhadap narapidana wanita yang

harus senantiasa dilakukan oleh, atau dengan kehadiran petugas

perempuan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa tidak akan ada

pelecehan dalam bentuk apapun terhadap narapidana wanita yang rentan

secara kodrati. Seperti yang diungkapkan oleh Jenni Gainsborough, “of

grave concern in all countries is the sexual abuse of women in prison at

the hands of guards or other prisoners” (Jenni Gainsboroough, 2008: 299),

Page 71: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

yaitu yang menjadi perhatian semua negara adalah kekerasan seksual yang

dialami narapidana wanita oleh petugas atau narapidana lainnya.

3. Pembinaan Narapidana Wanita dan Narapidana Laki-Laki dalam Satu

Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, pembinaan

narapidana wanita dan narapidana laki-laki dilakukan dan satu lembaga

pemasyarakatan. Hal ini secara yuridis tidak sesuai dengan Pasal 12 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 12 Yahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang

ditegaskan bahwa pembinaan narapidana wanita dilakukan di lembaga

pemasyarakatan dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan wanita.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak Santosa

Heru Irianto, Bc.IP, S.H, M.H., selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 2011, beliau menjelaskan bahwa

di Yogyakarta tidak ada Lembaga Pemasyarakatan Wanita karena belum

merupakan skala prioritas, jumlah narapidana wanita belum signifikan.

Sementara yang bersangkutan (narapidana wanita) masih bisa ditampung di

Lembaga Pemasyarakatan Laki-Laki, maka belum perlu didirikan Lembaga

Pemasyarakatan Wanita.

Namun dalam pelaksanaan pembinaannya, ada sekat atau pemisahan

antara narapidana wanita dan narapidana laki-laki dan pengawasan yang ketat

ketika dilakukan kegiatan pembinaan yang menyebabkan interaksi antara

narapidana wanita dan narapidana laki-laki.

a. Upaya Pengawasan yang Dilakukan Petugas Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Yogyakarta

Untuk melindungi hak-hak khusus narapidana wanita dan mencegah

hal-hal yang tidak diinginkan, maka berikut ini akan penulis paparkan

beberapa upaya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Kandi Tri S.,

S.H., M.H., selaku Staff Bina Kemasyarakatan dan Perawatan

(BIMASWAT) pada tanggal 25 Mei 2011, antara lain:

1) Narapidana wanita ditempatkan di blok khusus wanita, yaitu Blok C.

Page 72: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2) Gembok Blok C diberi semacam segel pada lubang kunci gembok,

yang bisa membuka hanya petugas wanita. Gembok ini biasa disebut

“Gembok Kegadisan”. Apabila segel pada gembok itu ditemukan

robek, berarti ada yang telah membuka Blok C selain petugas wanita,

tidak lain adalah petugas laki-laki. Hal ini dilakukan karena petugas

wanita melakukan tugas jaga hanya pada shift pagi dan siang saja,

sehingga ketika malam hari Blok C tidak dijaga petugas.

3) Dalam setiap kegiatan pembinaan yang mengharuskan narapidana laki-

laki dan narapidana wanita saling berinteraksi, maka pengawasan

dilakukan secara ketat supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

4) Setiap narapidana wanita harus dikawal oleh petugas wanita.

b. Pendapat Narapidana mengenai Pembinaan yang Dilakukan Petugas

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta

Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan kuesioner kepada

sejumlah narapidana untuk mengetahui pendapat mereka mengenai

pembinaan yang telah dilakukan oleh petugas, dengan 10 pertanyaan

tertutup.

Untuk menentukan jumlah sampelnya, “banyak ahli riset

menyarankan untuk mengambil sampel sebesar 10% dari populasi, sebagai

aturan kasar. Secara umum, semakin besar sampel maka akan semakin

representatif” (Saifuddin Azwar, 2009: 82).

Jumlah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta adalah 319 orang, maka penulis mengambil 50 orang sebagai

sampel. Berikut ini hasilnya:

Page 73: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

1) Program & kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh petugas

24% (12 orang) menjawab Sangat Baik, 60% (30 orang) menjawab

Baik, 16% (8 orang) menjawab Cukup Baik, 0% (0 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 1

Program & kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh petugas

2) Keamanan & ketertiban di lingkungan lembaga pemasyarakatan

38% (19 orang) menjawab Sangat Baik, 44% (22 orang) menjawab

Baik, 18% (9 orang) menjawab Cukup Baik, 0% (0 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 2

Keamanan & ketertiban di lingkungan lembaga pemasyarakatan

Page 74: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3) Pelaksanaan program pembinaan kepribadian

14% (7 orang) menjawab Sangat Baik, 60% (30 orang) menjawab

Baik, 24% (12 orang) menjawab Cukup Baik, 2% (1 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 3

Pelaksanaan program pembinaan kepribadian

4) Pelaksanaan program pembinaan kemandirian

22% (11 orang) menjawab Sangat Baik, 36% (18 orang) menjawab

Baik, 38% (19 orang) menjawab Cukup Baik, 4% (2 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 4

Pelaksanaan program pembinaan kemandirian

Page 75: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

5) Sarana & prasarana ibadah

34% (17 orang) menjawab Sangat Baik, 34% (17 orang) menjawab

Baik, 30% (15 orang) menjawab Cukup Baik, 2% (1 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 5

Sarana & prasarana ibadah

6) Sarana & prasarana perawatan dan kesehatan

16% (8 orang) menjawab Sangat Baik, 34% (17 orang) menjawab

Baik, 36% (18 orang) menjawab Cukup Baik, 14% (7 orang)

menjawab Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 6

Sarana & prasarana perawatan dan kesehatan

Page 76: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

7) Sarana & prasarana pendidikan dan pengajaran

10% (5 orang) menjawab Sangat Baik, 60% (30 orang) menjawab

Baik, 28% (14 orang) menjawab Cukup Baik, 2% (1 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 7

Sarana & prasarana pendidikan dan pengajaran

8) Kelayakan makanan

16% (8 orang) menjawab Sangat Baik, 36% (18 orang) menjawab

Baik, 26% (13 orang) menjawab Cukup Baik, 16% (8 orang)

menjawab Kurang Baik, dan 6% (3 orang) menjawab Buruk.

Diagram 8

Kelayakan makanan

Page 77: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

9) Pemenuhan hak narapidana

14% (7 orang) menjawab Sangat Baik, 48% (24 orang) menjawab

Baik, 26% (13 orang) menjawab Cukup Baik, 12% (6 orang)

menjawab Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 9

Pemenuhan hak narapidana

10) Upaya petugas pemasyarakatan dalam mengawasi dan menjaga

interaksi narapidana laki-laki dan narapidana wanita

44% (22 orang) menjawab Sangat Baik, 38% (19 orang) menjawab

Baik, 14% (7 orang) menjawab Cukup Baik, 4% (2 orang) menjawab

Kurang Baik, dan 0% (0 orang) menjawab Buruk.

Diagram 10

Upaya petugas pemasyarakatan dalam mengawasi dan menjaga

interaksi narapidana laki-laki dan narapidana wanita

Page 78: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan dan pembahasan dari permasalahan

yang dikaji, maka penulis dapat memberikan simpulan sebagai berikut:

1. Pembinaan narapidana yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Yogyakarta berjalan cukup baik. Hal ini tercermin dari pelaksanaan seluruh

program pembinaan, baik program pembinaan kepribadian maupun program

kemandirian. Seluruh narapidana mengikuti program dengan baik dan

kondusif. Selain itu, sistem penjagaan juga sangat baik, terlihat dari

pembedaan pengamanan Blok C (blok wanita) dengan menggunakan

“Gembok Kegadisan” yang selama ini terbukti melindungi narapidana wanita

dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pembinaan dan sistem penjagaan adalah

hal yang tidak terpisahkan, karena apabila pembinaan tidak berjalan dengan

baik maka keamanan akan sulit terjaga, begitu pula sebaliknya apabila

keamanan tidak terjaga dengan baik maka pembinaan tidak akan berjalan

efektif dan kondusif. Meskipun pembinaan narapidana laki-laki dan

narapidana wanita dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, tetapi pembinaan yang

dilakukan di lembaga pemasyarakatan ini tetap berjalan baik, efektif, dan

kondusif.

2. Pada dasarnya, pembinaan narapidana wanita seharusnya tidak dilakukan

dalam satu lembaga pemasyarakatan dengan narapidana laki-laki. Hal ini

tercantum dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, yaitu bahwa pembinaan narapidana wanita di

lembaga pemasyarakatan dilakukan di lembaga pemasyarakatan wanita. Di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, pembinaan narapidana

wanita dan narapidana laki-laki dilakukan dan satu lembaga pemasyarakatan.

Hal ini secara yuridis tidak sesuai dengan pasal tersebut. Namun, di

Yogyakarta memang tidak ada Lembaga Pemasyarakatan Wanita karena

Page 79: PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI-LAKI DAN WANITA DALAM … · dan narapidana wanita yang dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

belum merupakan skala prioritas, jumlah narapidana wanita belum signifikan.

Sementara yang bersangkutan (narapidana wanita) masih bisa ditampung di

Lembaga Pemasyarakatan Laki-Laki maka belum perlu didirikan Lembaga

Pemasyarakatan Wanita. Tetapi dalam pelaksanaan pembinaannya, ada sekat

atau pemisahan antara narapidana wanita dan narapidana laki-laki dan

pengawasan yang ketat ketika dilakukan kegiatan pembinaan yang

mengharuskan adanya interaksi antara narapidana wanita dan narapidana laki-

laki.

B. Saran

Akhirnya dalam penutup penulisan hukum ini, ada beberapa saran-saran

yang ingin penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang penulis kaji,

antara lain:

1. Pembinaan yang dilakukan oleh petugas pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta sudah cukup baik, terutama dalam

pembinaan terhadap narapidana wanita. Namun, penulis menyarankan supaya

lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap narapidana ketika narapidana

laki-laki dan narapidana wanita saling berinteraksi ketika melakukan kegiatan

pembinaan.

2. Apabila jumlah narapidana wanita di Yogyakarta jumlahnya sudah cukup

signifikan dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta tidak mampu

menampung narapidana wanita lagi, maka untuk memenuhi Pasal 12 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, sebaiknya di

Provinsi DI Yogyakarta didirikan Lembaga Pemasyarakatan Wanita.