1
Pemberdayaan Nelayan Kecil di Kota Batam Tahun 2017
Syntia Arafika Sari ( 140565201003)
Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
Abstrak
Pemberdayaan nelayan merupakan suatu proses untuk memperoleh daya,
kekuatan, atau kemampuan danatau proses pemberian daya, kekuatan atau
kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
berdaya. Program pemberdayaan nelayan ini meliputi ruang lingkup
permodalan,pelatihan,penumbuhkembangan,pelaksanaan dan kemitraan. Untuk
melihat pemberdayaan nelayan kecil di Batam dengan menggunakan teori ukuran
perencanaan program yang baik. Mengenai perkembangan sejauh mana program
pemberdayaan nelayan di Kota Batam.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai sumber dan teknik penentuan
informan. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini
sebanyak 8 orang. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif kemudian
menguraikannya dan selanjutnya membuat kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian ini menjelaskan bahwa untuk ukuran
perencanaan program yang baik dalam konteks pemberdayaan nelayan kecil di
Kota Batam masih dikategorikan cukup hal ini dikarenakan masih adanya
beberapa kendala yang dialami oleh kelompok KUB nelayan di Kota Batam
dalam mensejahterakan kehidupan nelayan, tidak diikuti dengan pemerataan
pendapatan bagi penduduknya khususnya masyarakat nelayan
Kata kunci : Program, Pemberdayaan nelayan, Kesejahteraan
2
A. Pendahuluan
Kota Batam merupakan satu dari daerah bahari di provinsi Kepulauan Riau
dengan luas wilayah seluas 251.810,71 KM2 (25.181.071 Ha). Kota Batam
memiliki potensi sebagai kawasan pesisir, ekosistem yang khas dapat dilihat dari
masyarakat yang sejahtera karena potensi sumber daya alamnya yang besar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2015 Tentang Pemberdayaan
Nelayan Kecil dan Pembudidayaan-Ikan Kecil bahwasannya Nelayan kecil
merupakan orang yang mata pencahariaanya melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari yang menggunakan kapal perikanan.
Dinas Perikanan Kota Batam terdapat bidang perikanan tangkap dan
pemberdayaan masyarakat yang mempunyai program bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan. Adapun
programnya yaitu Pemberdayaan (Pembinaan), Pengembangan, dan Pengawasan
Perikanan Dinas Perikanan. Untuk sumber dana yang didapat oleh Dinas
perikanan Dalam Tingkat 2 Kota Batam yakni sebagai berikut :
NO SUMBER ANGGARAN RAGU (Rp)
1 DAK 2.972.734.300,00
2 APBD 4.175.776.200,00
JUMLAH 7.148.510.500
Dalam anggaran sumber dana awal Dinas perikanan untuk Tahun 2017
sejumlah 7.148.510.500 pembagian dana ini tidak hanya berfokus kepada salah
satu program saja tetapi dana tersebut digunakan untuk keseluruhan Dinas
Perikanan baik dari segi program, kelembagaan, serta penyuluh baikpun yang
lainnya
3
Dalam pembahasan ini kecamatan yang menjadi objek penelitian yakni
Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Bengkong, dan Kecamatan Lubuk Baja. Hal
yang melatar belakangi penelitian ini ialah dengan gambaran bahwasannya Kota
Batam identik dengan kota industi maka dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi
di Kota Batam tidak diikuti dengan pemerataan pendapatan bagi penduduknya.
Pengembangan kawasan industri Batam salah satunya mengakibatkan penduduk
setempat termarginalkan. Hal ini dirasakan kepada masyarakat yang berkehidupan
di wilayah pesisir Kota Batam.
KEHIDUPAN
NELAYAN
DESKRIPSI
1. Kegiatan
Melaut
Kegiatan melaut (tangkap ikan) umumnya dilakukan selama 7-9
jam dan turun melaut dilakukan dalam 2 waktu melaut : (1)
subuh/pagi, (2) sore dan mengikuti arus pasang air laut
2. Hasil Melaut Hasil melaut (tangkap ikan) berkisar Rp 70.000 sampai Rp.100.000
sekali melaut, jumlah hasil tangkap ikan tersebut tergantung pada
kapasitas alat tangkap dan jangkauan melaut serta musim
3. Pasar Hasil tangkapan ikan umumnya disimpan untuk dijual di pasar
tradisional pada besok paginya, namun terdapat juga didistribusikan
ke tetangga sekitarnya juga untuk dikonsumsi sendiri
4. Pengeluaran
pokok pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan bagi rumah tangga nelayan pada
umumnya bergantung pada hasil melaut, jika pada kondisi tertentu
seperti kerusakan perahu merupakan ancaman untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehari-hari karena nelayan hanya bergantung
pada 1 perahu
4
Pemerintah Kota Batam cenderung lebih fokus membangun pusat-pusat
industri di Kota Batam daripada mengembangan kawasan pesisir, padahal untuk
membangun Kota Batam utuh perlu diciptakan pusat-pusat pertumbuhan diluar
Batam kota sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing seperti
pemberdayaan nelayan, industri pengelolaan perikanan dan membangun sentra-
sentra perikanan. Ada beberapa indikator munculnya kebijakan program
pemberdayaan ini salah satunya yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia
serta ketersediaan sarana dan prasarana di Kota Batam Konteks kesejahteraan
nelayan bukan hanya dengan bantuan saja tetapi dalam undang – undang Nomor 7
Tahun 2016 aturan ruang lingkup pemberdayaan terbagi menjadi 4 indikator yakni
Pembiayaan dan permodalan, Pelatihan di Bidang Perikanan,
Penumbuhkembangan Kelompok Nelayan Kecil, serta Pelaksanaan. Hal ini yang
menjadi alasan kuat pemilihan objek penelitian nelayan kecil di Kota Batam yang
notabene masyarakat diluar Kota Batam mengangap sebagai kota industry dan
dengan adanya program kebijakan yang di laksanakan oleh Dinas Perikanan Kota
Batam peneliti ingin melihat bagaimana perencanaan program pemberdayaan
yang dilaksanakan oleh Dinas Perikana pada Tahun 2017. maka peneliti ingin
mengetahui perencanaan Pemberdayaan Nelayan Kecil Di Kota Batam Tahun
2017
B. Kerangka Teori
1. Pemberdayaan
Menurut I Nyoman dalam sosiologi pemerintahan mengenai pemberdayaan
Masyarakat yakni Pemberdayaan diartikan sebagai proses melepaskan situasi atau
5
keadaan, ketertekanan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, kehilangan atau
ketidadaan otoritas, keterpinggiran, ketersisihan, kebangkitan dari kekalahan, dan
hal-hal yang berkaitan dengan kelemahan/powerless. Dengan diberdayakan
diharapkan dapat member energi dan kekuatan baru untuk dapat mereposisi status
yang lemah menjadi setara dan sejajar dengan status yang diharapkan.
Ndhara(2000) menegaskan bahwa tujuan mutlak setiap program pemberdayaan
adalh peningkatan bargaining position dan bargaining power suatu pihak agar
mampu berhadapan secara relatif sejajar dengan pihak lain dalam rangka
menciptakan rasa keadilan bersama melalui solusi (kesepa/katan) yang saling
menguntungkan.
2. Ukuran Program Perencanaan Yang Baik
Arikunto (2009:1) berpendapat bahwa “program adalah suatu rencana yang
harus dilaksanakan, program ini merupakan sederatan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan Hasibuan (2001:100)
menyatakan bahwa “program adalah suatu rencana kongkrit, disebut rencana
kongkrit karena dalam program sudah tercantum baik itu sasaran, kebijakan,
prosedur, waktu maupun anggrannya, jadi program juga merupakan usaha-usaha
untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut
bidang masing-masing”. Adapun Ukuran program perencanaan yang baik
(Mardikanto) yakni :
a. Analisis Fakta dan Keadaan
Perencanaan program yang baik harus mengungkapkan hasil analisis fakta
dan keadaan sarana dan prasarana dan dukungan kebijakan.
6
b. Pemilihan Masalah Berlandaskan pada Kebutuhan
Hasil analisis fakta dan keadaan, biasanya menghasilkan berbagai masalah,
Sehingga pokok permasalahan dipusatkan pada satu permasalahan
c. Jelas dan Menjamin Kebutuhan
Setiap perencanaan harus di beri peluang untuk dimodifikasi sebab jika
tidak program tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik
d. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan
Tujuan yang dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau
kepuasan masyarakat
e. Menjaga Keseimbangan
Setiap pengambilan keputusan harus ditekankan kepada kebutuhan yang
harus diutamakan yang mencakup kebutuhan masyarakat banyak. Efisiensi
diarahkan demi pemerataan kegiatan dan waktu pelaksanaan.
f. Pekerjaan yang jelas
Merumuskan prosedur dan tujuan serta sasaran kegiatan
g. Proses berkelanjutan
Perubahan – perubahan yang perlu dilakukan, selaras dengn perubahan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi
h. Merupakan Proses belajar dan Mengajar
Semua pihak yang terlibat perlu mendapatkan kesempatan “belajar” dan
“mengajar” dan fasilitator dan aparat pemerintah mampu memanfaatkan
kesempatan.
7
i. Proses Koordinasi
Hubungan antara kedua belah pihak sangat di perlukan dalam proses
pelaksanaan kegiatan, Tanpa adanya koordinasi yang baik tujuan kegiatan tidak
akan tercapai
j. Memberikan Kesempatan Evaluasi Proses dan Hasilnya
3. Masyarakat Nelayan
Berdasarkan Undang – Undang nomor 7 tahun 2016 pasal 6 ayat 1 tentang
perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak
garam klasifikasi nelayan meliputi:
a. Nelayan kecil
Merupakan nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak menggunakan kapal penangkap ikan
maupun yang menggunakan kapalpenangkap ikan berukuran paling besar 10
(sepuluh) gros ton (gt).
b. Nelayan tradisional
Merupakan nelayan yang melakukan penangkapan ikan di perairan yang
merupakan hak perikanan tradisional yang telah dimanfaatkan secara turun-
temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal.
c. Nelayan buruh
Merupakan nelayan yang menyediakan tenaganya yang turut serta dalam
usaha penangkapan ikan.
8
d. Nelayan pemilik
Merupakan nelayan yang memiliki kapal penangkap ikan yang digunakan
dalam usaha penangkapan ikan dan secara aktif melakukan penangkapan ikan.
Dalam pasal 3 terdapat ruang lingkup pengaturan pemberdayaan nelayan
kecil meliputi :
a. Pembiayaan dan permodalan
b. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan dibidang perikanan
c. Penumbuhkembangan kelompok nelayan kecil
d. Pelaksanaan penangkapan ikan oleh nelayan kecil dan pembudidayaan ikan
e. Kemitraan
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian deskriptif ini peneliti hanya melihat
gambaran fenomena-fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya
mengenai pemberdayaan nelayan kecil di Kota Batam tahun 2017.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kota Batam sebagai objek penelitian ialah
Kecamatan Lubuk Baja, Bengkong, Batu Ampar dengan pertimbangan
bahwasannya untuk mengetahui bagaimana perencanaan program pemberdayaan
di Kota Batam terhadap nelayan kecil.
9
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informan
melalui wawancara. Data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak melalui
wawancara, melainkan dari sumber lain berupa dokumen-dokumen dan literature.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1) Observasi
Untuk teknik observasi atau pengamatan, dilakukan secara langsung di
lapangan berkenaan dengan perencanaan pelaksanaan program pemberdayaan
nelayan kecil di Kota Batam Tahun 2017
2) Wawancara
Dalam melakukan penelitian teknik wawancara merupakan hal yang
penting untuk memperoleh informasi dari informan terkait permasalahan yang
akan diteliti. Wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih. Wawancara ini
ditujukan kepada Kepala Bidang Perikanan, Kepala Bidang Budidaya, Kelurahan,
serta Ketua KUB nelayan di Kota Batam
3) Dokumentasi
Dokumentasi dalam sebuah penelitian digunakan sebagai penunjang
penelitian penulis, dimana dalam dokumentasi ini dapat melihat serta
mengabadikan gambar dilokasi penelitian, catatan-catatan penting, yang mana
dokumen juga sebagai sumber data dimanfaatkan untuk mengkaji, menafsirkan
bahkan untuk meramalkan. Alat yang digunakan adalah buku, jurnal, peraturan
10
perundang-undangan, rencana kerja/, surat kabar serta gambar mengenai
penelitian
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat bagaimana perencanaan Dinas
Perikanan Kota Batam selaku stakeholder dalam program pemberdayaan terhadap
nelayan kecil di Kota Batam yang di lihat dari sudut pandang ukuran perencanaan
program yang baik, apakah program ini sudah sesuai dengan ketentuan –
ketentuan dalam keberhasilannya suatu program. Konsep pemberdayaan nelayan
merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya kehidupannya.
1. Analisis Fakta dan Keadaan
Dalam ini indikatornya mengenai dukungan kebijakan bahwasannya latar
belakang sumber dana perikanan terkait dengan pemberdayaan nelayan di Kota
Batam dana tersebut berasal dari dana Kota Batam Tingkat 2 itu ada dari
Musrembang, Pokir (pokok-pokok pikiran), dan juga dan OPD dan dilakukan
secara musrembang. Untuk tahun 2017 sejumlah 7.148.510.500.
Anggaran ini bukan hanya didapat untuk satu program saja tetapi anggaran
ini merupakan dana keselurahan Dinas Perikanan Kota Batam. Anggaran ini
setiap tahunnya ada jadi tidak spesifik bahwa kegiatan pemberdayaan itu
11
bermacam-macam mulai dari bantuan sosial misalnya penguatan kelompoknya,
penguatan orangnya karena hal itu merupakan proses pemberdayaanya, jadi yang
spesifik untuk bantuan untuk penguatan kelembagaannya, untuk penguatan
nelayannya dalam hal ini ini tidak semua ada anggaran tetapi ada angggaran yang
di dapatkan untuk Dinas Perikanan.
2. Pemilihan Masalah Berlandasan Pada Kebutuhan
Untuk Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan dilihat dari segi
keterkaitan dalam pembuatan program . Keterlibatan masyarakat dalam membuat
suatu kebijakan atau program merupakan faktor utama dalam pengelolaan
pemerintahan yang baik. Hal ini akan memberikan manfaat yang besar terhadap
meningkatkan kualitas program. Dari ketiga kelurahan tersebut yang dijadikan
sebagai lokasi/objek penelitian terhadap pemberdayaan nelayan di Kota Batam
masih terdapat masyarakat kelompok nelayan yang tidak mengetahui adanya
keterkaitan dalam pembuatan program yang dilakukan melalui musrembang,
biasanya mereka hanya mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan dari
pemerintah. Ada bebrapa faktor yang menjadi tidak berjalannya keterlibatan
program yakni :
1. Kurangnya sosialisasi
2. Kurangnya koordinasi pemerintah dengan nelayan
3. Jelas dan menjamin Kebutuhan
Dalam hal ini perencanaan program, harus dengan jelas (dan tegas)
sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan atau kesalah-pengertian dalam
12
pelaksanaanya. Dalam program ini jaminan terhadap masyarakat nelayan berupa
Asuransi Mandiri,
Untuk Sistem untuk memperoleh asuransi tersebut untuk tahap awal
masyarakat di kasih free oleh pemerintah dalam bulan pertama selebihnya
masyarakat diminta untuk menlanjutkan sendiri pembayaran. Ada 3 golongan
premi dalam asuransi yakni 175.000,100.000, dan 75.000. Asuransi ini bertujuan
apabila masyarakat nelayan mengalami kecelakaan kerja dalam saat melaut.
Hanya saja, dalam pelaksanaanya masyarakat nelayan merasa keberatan terkait
dengan pembayaran asuransi nelayan yang ditanggung sendiri, mereka menggap
bahwasannya nelayan untuk pendapatan berhadapan dengan ketidakpastian
pendapatan.
4. Merumuskan tujuan dan Pemercahan masalah yang menjanjikan
kepuasan
Dalam sebuah program pengambilan keputusan dalam menyelesaikan
masalah secara musyawarah merupakan faktor penting dalam pemecahan
masalah. Pihak pemerintah mempaparkan bahwasannya pemerintah ikut turun
langsung apabila masyarakat nelayan mengalami permasalahan Tetapi hal ini
bertolak belakang dengan keadaan yang masyarakat kelompok nelayan rassakan.
masyarakat kelompok nelayan di Kota Batam menganggap pemerintah tidak ada
ikut andil dalam menyelesaikan masalah seperti halnya permasalahan mengenai
reklamasi yang terjadi di beberapa kelurahan salah satunya kelurahan Batu merah
padahal dengan adnya permasalah ini akan berdampak kepada lokasi nelayan
mencari ikan sedangkan kepastiaan pendapatan masyarakat kelompok nelayan
13
semua bergantung kepada keadaan sumber daya alam. Bukan hanya itu,
permasalahan lainnya seperti lokasi pencarian ikan, keadaan kapal-kapal besar
yang meelewati batas nelayan dalam lokasi nelayan mencari ikan Dengan begitu
untuk konteks pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah maka dapat
dikatakan bahwasannya, Tidak ada penyelesaian masalah dari pemerintah baik
dari penentuan dari masalah yang dihadapi.
Untuk dari segi Ruang lingkup sarana dan prasarana Ruang lingkup
pemberdayaan salah satunya adalah permodalan. Permodalan dalam
pemberdayaan ini bisa dalam konteks permodalan berupa uang dan bisa juga
dalam segi permodalan bantuan sarana-prasarana. Untuk tahun 2017 permodalan
yang dilakukan dengan memberikan bantuan sarana-prasarana tidak dengan
memberikan modal berupa uang. Bantuan yang diberikan tidak dengan secara
Cuma-Cuma tetapi masyarakat tetap membayarkannya kembali untuk dimasukkan
kedalam tabungan setiap kelompok nelayan dan program bantuan ini tidak setiap
tahunnya dilaksanakan, tetapi apabila ada anggaran yang mencukupi bantuan ini
tetap diajukan. Hanya saja sebagain dari masyarakat kelompok nelayan
menganggap bahwa bantuan yang diberikan belum memenuhi kebutuhan
nelayan. Ketersediaan sumber daya pendukung lapangan tidak sepadan dengan
jumlah kelompok nelayan yang harus diberdayakan Dengan begitu program
pemberdayaan nelayan melalui permodalan sarana sudah berjalan dengan baik
hanya saja proses pelaksanaan pembagian bantuan yang belum terealisasi
semuanya.
14
5. Menjaga Keseimbangan
Untuk melihat efektifitas dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk
berswadaya dari segi pemberdayaan nelayan di Kota Batam dijadikan sebagai
tolak ukur bagaimana ukuran perencanaan program yang baik. program
pemerintah terhadap mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berswadaya
yakni pelatihan kepada nelayan yang dikirm ke ahli penangkapan dimedan
Pelatihan ini termasuk dalam ruang lingkup aturan pemberdayaan yang di atur di
peraturan pemerintah. Model pelatiahan yang diberikan seperti pemahaman
mengenai bagaimana melakukan penangkapan, apabila terjadi permasalahan saat
ditengah laut, keselamatan. Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan
kemandirian masyarakat melalui pelatihan sudah terealisasi sesuai dengan aturan
ruang lingkup pemberdayaan
6. Pekerjaan yang Jelas
Dalam hal ini dilihat dari sudut pandang pemberdayaan nelayan bahwasannya
konsep ini lebih merujuk semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
untuk masyarakat kelompok nelayan. Untuk tahun 2017 penguatan modal berupa
uang memang tidak ada untuk tahun ini kurang efisien apabila diberikan modal
berupa uang karena takutnya akan disalahgunakan dalam proses pelaksanaanya.
Maka sistem nya sekarang pemerintah memberikan bantuan seperti mesin
dengan harga 26 juta diberikan kepada salah satu kelompok yang berhak
mendapatkan bantuan tersebut sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan,
setiap anggota kelompok KUB nelayan juga harus mencicil seharga bantuan
mesin itu, setelah itu uang tersebut dimasukkan kedalam kas kelompok KUB
15
nelayan. Maka dari bantuan itu bisa dijadikan sebagai modal kelompok KUB
nelayan tersebut dari maupun yg dirasan oleh masyakat.
7. Proses Berkelanjutan
Dalam hal ini Perubahan kebutuhan merupakan permasalahan yang dihadapi
oleh nelayan. Apalaagi dalam melaksanakan aktivitasnya terutama dalam hal
melaut, masalah perlatan yang sederhana tentunya akan mempengaruhi jangkauan
untuk mencari ikan,belum lagi apabila terjadi kerusakan pada alat untuk nelayan
mencari ikan. Untuk melihat kehidupan nelayan adanya peningkatan kebutuhan
sehari-hari dalam kehidupan nelayan kecil seperti biaya pendidikan, biaya
kebutuhan primer maupun biaya kebutuhan sekunder sedangkan masyarakat
nelayan untuk sumber pendapataan mereka semua bergantung kepada keadaan
sumber daya alam sedangkan masyarakat nelayan selalu berhadapan dengan
ketidakpastian pendapatan . jikalau peralatan nelayan yang digunakan mengalami
kerusakan, tidak ada sentuh tangan dari pemerintah ataupun melihat layak atau
tidaknya peralatan nelayan yang digunakan,
8. Proses Belajar Dan Mengajar
Dalam hal ini indikator nya mengenai kemanfaatan program manfaat yang
langsung dinikmati oleh masyarakt karena adanya perbaikan kualitas terhadap
suatu kebijakan. Untuk Sebagaian masyarakat merasakan manfaat adanya
program pemberdayaan untuk kesejahteraanh nelayan hanya saja memang belum
semua berjalan dengan baik untuk setiap indikatornya. Bahkan dengan adanya
program pemberdayaan ini masyarakat kelompok nelayan lebih mengerti cara
pengelolaan keuangan dengan adanya sistem simpan pinjam didalam kelompok
KUB masing-masing.
16
Dalam segi kemafaatan program dalam taraf “cukup” hal ini dikarenakan
pemerintah tidak ada melakukan pengontrolan setiap bulannya terhadap
kehidupan nelayan di Kota Batam Walaupun memang pemerintah memberikan
bantuan untuk masyarakat nelayan tetapi bukan hanya bantuan saja yang dijadikan
taraf kesejahteraan masyarakat nelayan tetapi ada banyak hal yang seharusnya
pemerintah perbaikin dengan begitu ada sebagian dari masyarakat KUB nelayan
di Kota Batam
9. Proses Koordinasi
Komponen yang terlibat dalam program pemberdayaan ini semua
menjalankan koordinasi antara satu dengan yang lainnya sebeb program
pemberdayaan ini diibaratkan seperti rantai dimana setiap komponen memiliki
fungsi dan kinerja masing- masing hanya saja walau belum begitu sempurna
koordinasi yang dilakukan oleh dinas perikanan terhadap masyarakat nelayan
KUB di Kota Batam
- Koordinasi antara dinas dengan kelurahan terkait mengenai administrasi
dan sebgainya
- koordinasi antara dinas dengan nelayan mengenai program pemberdayaan
Hanya saja, Peran dinas dalam koordinas masih dianggap belum sepenuhnya
berhubungan dengan masyarakat nelayan. Hal ini bisa dilihat dari segi
penyelesaian masalah yang masyarakat nelayan hadapi seperti reklamasi, lokasi
penangkapan serta jangkar serta keterlibatan antara poemerintah dengan
masyarakat nelayan KUB di setiap Kecamatanh yang ada di Kota Batam.
17
10. Evaluasi
Dengan adanya sub bab teori ini tujuaan dari evaluasi itu sendiri untuk
mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program ini
perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan . Banyak harapan nelayan yang begitu
besar terhadap adanya program ini, sebenarnya dengan adanya kebijakan dalam
program pemberdayaan ini sangat membantu terhadap kesejateraah nelayan dikota
batam, tetapi dalam berjalannya program ini pengimplemntasian program ini
masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh nelayan
E. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pemberdayaan
Nelayan di Kota Batam Tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebijakan proram pemberdayaan nelayan memfokuskan kesejateraan
nelayan tetapi konteks bukan hanya hantuan saja
2. Keadaan ketersediaan sumber daya pendukung lapangan tidak seimbang
dengan jumlah kelompok nelayan yang harus diberdayakan di Kota Batam
3. Kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat
nelayan tidak bejalan optimal oleh karena kurangnya kontrol
4. Dan untuk dari segi jaminan para pelaksana kebijakan hanya melihat ini
hanya sebagai sebuah kebijakan dari pemerintah pusat yang sekedar hanya
dilaksanakan tanpa mengetahui keluhan keterberatan masyarakat nelayan.
5. Penyelesaian masalah yang tidak ada kepastiaan dalam kehidupan nelayan
18
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tentang Pemberdayaan Nelayan
Kecil di Kota Batam Tahun 2017, maka peneliti akan memberikan saran-saran
dan masukan yang tujuannya agar dapat menjadi bahan ukuran perencanaan
program yang baik dalam program pemberdayaan nelayan di Kota Batam.
Saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya pemerintah dinas perikanan lebih berperan aktif dalam
meberikn motiasi seperti menggalakan kegiatan nelayan, karena dengana
adanya hal ini bisa menambah pendapatan nelayan
2. Pemerintah lebih berkoordinasi langsung dengan masyarakat nelayan
bukan hanya melihat saja tetapi juga mendengar dan merasakan serta
mencari jalan keluarnya.
3. Pemerintah harus melibatkan anggota rumah tangga lain untuk ikut
berperan dalam membantu mencari tambahan pendapatan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
4. Dan masukkan untuk pemerintah kedepannya agar membuat program
sesuai dengan ukuran perencanaan program yang baik, agar program
bener-bener kebijakan yang sesuai dengan harapan masyarakat nelayan
5. Pemerintah lebih memperjuangkan Hak-hak yang seharusnya masyarakat
nelayan rasakan
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adi,Isbandi Rukminto,2001.Pemberdayaan,Pengembangan Masyarakat Dan
Intervensi Komunitas, Lembaga Penelitian FE-IU, Jakarta
Arikunto,S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta
Hasibuan,Melayu,2011,Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Bumi
Aksara,Jakarta
Iskandar,Agung, Pendidikan wawasan kebangsaan di daerah perbatasan,Bee
Media Pustaka,Jakarta
KencanaSyafie,Inu.2011,Manajemen Pemerintahan, Pustaka Reka Cipta,Bandung
Kusnadi, 2006, Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Humaniora. Bandung
Mardikanto,Totok ,2014,Pemberdayaan Masyarakat,Alfabeta, Bandung
Ndraha,Taliziduhu.2003.Kybernology(ilmu pemerintahan baru 1),PT RINEKA
CIPTA,Jakarta
Suharto,Edi,Ph.D.2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejateraan Sosial dan Pekerjaan sosial.PT
Refika Aditama, Bandung
Suhendra.K, 2006, Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat .
Alfabeta.Bandung
Sumaryadi,Nyoman.2010.Sosiologi Ilmu Pemerintahan, Penerbit Ghalia
Indonesia,Bogor
Sugiyono,2011,Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta,Bandung
Sugiyono.2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alphabeta. Bandung
B. Dokumen :
20
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, Dan Petambak GaramPeraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2015 Tentang Pemberdayaan Nelayan
Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil
RENSTRA DINAS PERIKANAN KOTA BATAM 2016-2021
Kecamatan Bengkong Dalam Angka 2017
Kecamatan Lubuk Baja Dalam Angka 2017
Kecamatan Batu Ampar Dalam Angka 2017
Statistik Daerah Kecamatan Bengkong 2015
C. Sumber Online
mediacenter.batam.go.id ( Diakses pada 2016)
m.antarakepri.com ( Diakses pada 2017)
http://bappeda.kepriprov.go.id/data/musrebang/Paparan_Kabupaten_Kota/Kota_B
atam/ekspose.pdf (diakses pada 10 maret 2014)
https://transparansi.batam.go.id/penganggaran/file/Ringkasan%20APBD%20TA
%202017.pdf (Di akses pada 10 maret 2014 )
http://aplikasipupi.kkp.go.id/download/Juknis_Bantuan_Sarana_Penangkapan_Ika
n_2016.pdf ( Diakses 21 Maret 2018)
D. Jurnal
Haryono Nuryanto.2017. “Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Utara Jawa
Tengah Melalui Koperasi Nelayan Dan E-Commerce. Jurnal Saintek Maritim,
Vol XVII Nomor 1: September 2017
Mamentu Michael.2015. “ Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Nelayan
Tangkap Di Kota Manado”.Jurnal LPPM, Vol 2 Nomor 2 :Oktober 2015
Tampubolon Dahlan.” Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Di Kabupaten
Kepulauan Meranti”.Jurnal Sorort Vol 8 Nomor 2 : Oktober
21