Download - PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SSCS DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS
DAN SIKAP ILMIAH SISWA
HALAMAN JUDUL
(Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrolisis
Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan
Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Kimia
Oleh:
ANIES RACHMANIA SRI SECONDARIA
NIM S831102007
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah dengan
Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap
Ilmiah Siswa (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi
Elektrolisis Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran
2011/2012) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak
terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas
No 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian
atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan
Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini,
maka saya bersedia mendapat sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 18 Juli 2012
Mahasiswa,
Anies Rachmania Sri Secondaria
NIM. S831102007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Jangan pernah merasa marah dan sakit hati pada orang yang berbuat tidak adil
kepada kita, tetapi tetap berterimakasih dan bersyukurlah karena dari sanalah
akan datang berkat besar yang melebihi keinginan dan pemikiran kita
(pengalaman hidupku)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hatiku, karya kerja keras ini kupersembahkan untuk :
Ibunda terkasih ibu Wirasmani yang senantiasa mendoakanku
Suamiku yang penuh kasih Ir. Tri Widodo karunia Tuhan yang sempurna untukku
Anak-anakku sumber inspirasi dan penyemangat hidupku
Yudha Prima Satya Adi, S.T, M.T.
Aditya Priyo Nugroho, S.T.
Anggito Kusumo Pamungkas
Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sains angkatan Februari 2011
Almamater tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah dengan Menggunakan
Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa
(Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia Untuk Materi Elektrolisis Kelas
XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012).
Dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini penulis mendapatkan
banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus,M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. H. Sarwanto, M.Si., selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan motivasi yang luar biasa
sehingga penyusunan tesis dapat terselesaikan dengan lancar .
5. Drs. Haryono, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran yang luar biasa dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan
motivasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pascasarjana yang dengan kesabaran hati
dan senantiasa membagi ilmunya.
7. Drs. Tri Sugiharto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Kalasan yang telah
memberikan ijin penulis untuk melanjutkan studi dan memberikan fasilitas
pembiayaan serta waktu.
8. Daddy suamiku tercinta dan anak-anakku Yudha, Ditya dan Ito yang dengan
setia memberikan dukungan dan dorongan semangat, pengertian serta cinta
kasih yang luar biasa, terima kasih dear.I love you all.
9. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains minat
utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Februari 2011
yang senantiasa saling memberi dorongan, semangat.
10. Rekan-rekan Guru SMA Negeri 1 Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta
yang selalu memberi kesempatan dan pengertian yang luar biasa.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah turut
membantu dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
meningkatkan dan mengembangkan karya penelitian demi penyempurnaan
penulisan tesis ini, semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan khususnya pendidikan kimia.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ........................iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx
ABSTRAK ............................................................................................................xxi
ABSTRACT .......................................................................................................... xxii
1 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 14
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 14
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................ 16
1. Manfaat teoritis ......................................................................................... 16
2. Manfaat praktis.......................................................................................... 17
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 18
A. Kajian Teori................................................................................................... 18
1. Pembelajaran Kimia .................................................................................. 18
2. Belajar ....................................................................................................... 21
3. Teori Belajar.............................................................................................. 22
4. Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS)32
5. Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek. .................................................. 40
6. Kreativitas ................................................................................................. 47
7. Sikap Ilmiah .............................................................................................. 51
8. Prestasi Belajar .......................................................................................... 53
9. Materi Elektrolisis ..................................................................................... 57
B. Penelitian yang relevan.................................................................................. 65
C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 69
D. Perumusan Hipotesis ..................................................................................... 78
3 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 80
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 80
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Populasi Penelitian .................................................................................... 80
2. Sampel Penelitian ...................................................................................... 81
3. Teknik Sampling ....................................................................................... 81
C. Rancangan dan Variabel Penelitian ............................................................... 82
1. Rancangan Penelitian ................................................................................ 82
2. Variabel Penelitian .................................................................................... 84
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 87
1. Teknik Angket ........................................................................................... 88
2. Teknik Tes ................................................................................................. 88
3. Teknik Unjuk kerja ................................................................................... 89
4. Teknik Dokumentasi ................................................................................. 89
E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 90
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 90
2. Instrumen Pengambilan Data .................................................................... 91
F. Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 92
1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif ................................................. 92
2. Tes Kreativitas ........................................................................................ 100
3. Angket Sikap Ilmiah ............................................................................... 101
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 102
1. Uji Prasyarat Hipotesis ............................................................................ 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Uji Hipotesis............................................................................................ 104
4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 107
A. Deskripsi Data ............................................................................................. 107
1. Data Prestasi Belajar ............................................................................... 107
2. Data Kreativitas ....................................................................................... 112
3. Data Sikap Ilmiah .................................................................................... 118
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................................... 124
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 125
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 127
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 128
1. Analisis variansi ...................................................................................... 129
2. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe) ............................................................... 134
D. Pembahasan ................................................................................................. 138
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 155
5 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................... 157
A. Simpulan...................................................................................................... 157
B. Implikasi ...................................................................................................... 159
1. Implikasi Teoritis .................................................................................... 159
2. Implikasi Praktis...................................................................................... 159
C. Saran ............................................................................................................ 160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1. Guru......................................................................................................... 160
2. Peneliti..................................................................................................... 160
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Prestasi Belajar materi Elektrolisis Siswa SMA Negeri 1 Kalasan 7
Tabel 2.1 Sintaks Metode SSCS ...................................................................... 36
Tabel 2.2 Sintaks Metode Proyek .................................................................... 44
Tabel 2.3 Reaksi Bersaing di Katoda dan Anoda ............................................ 60
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 80
Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian ....................................................................... 81
Tabel 3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................ 83
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif ...................... 95
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif .................. 95
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif.............................. 97
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif ........................... 97
Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ........................... 98
Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif .......... 100
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa …………..……………. 100
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa.................................... 101
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tes Sikap Ilmiah ............................................... 101
Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Tes Sikap Ilmiah Siswa................................. 102
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Penerapan Metode SSCS
dan Proyek ....................................................................................... 107
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan
Metode SSCS dan Proyek............................................................... 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Halaman
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Afektif Penerapan Metode SSCS
dan Proyek ....................................................................................... 109
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan
Metode SSCS dan Proyek ............................................................... 110
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor Siswa Penerapan
Metode SSCS dan Proyek ............................................................... 111
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan
Metode SSCS dan Proyek.............................................................. 111
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas
Rendah dan Tinggi....................................................................... 113
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas
Rendah dan Tinggi......................................................................... 113
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas
Rendah dan Tinggi......................................................................... 114
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................... 115
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah
dan Tinggi ...................................................................................... 116
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................... 117
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah
dan Tinggi ...................................................................................... 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Halaman
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Sikap
Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................................. 119
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah
dan Tinggi ...................................................................................... 120
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Sikap Ilmiah
Rendah dan Tinggi........................................................................ 121
Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah
dan Tinggi ..................................................................................... 122
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap
Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................................. 123
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif........... 125
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif............. 126
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ...... 127
Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Aspek Kognitif .............................................................................. 128
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Aspek Afektif ................................................................................ 128
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Aspek Psikomotor ......................................................................... 128
Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif ........ 129
Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif .......... 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Halaman
Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Psikomotor ... 132
Tabel 4.28 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Kognitif ................................................. 135
Tabel 4.29 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Afektif ................................................... 136
Tabel 4.30 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Psikomotor ............................................ 137
Tabel 4.31 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif ............ 138
Tabel 4.32 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Afektif .............. 138
Tabel 4.33 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Psikomotor ....... 138
Tabel 4.34 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa
Berdasarkan Sikap Ilmiah dan Kreativitas ................................... 152
Tabel 4.35 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah
dan Kreativitas ............................................................................... 154
Tabel 4.36 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah
dan Kreativitas ............................................................................... 154
Tabel 4.37 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Sikap
Ilmiah dan Kreativitas ................................................................... 154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran SSCS ............................................... 34
Gambar 2.2 Elektrolisis larutan dengan elektrode inert .................................. 58
Gambar 2.3 Elektrolisis Lelehan NaCl (Elektrode Inert) ................................ 59
Gambar 2.4 Elektrolisis Larutan NaCl ............................................................ 61
Gambar 2.5 Sel Elektrolisis disusun seri ......................................................... 63
Gambar 2.6 Proses penyepuhan ...................................................................... 63
Gambar 2.7 Proses elektrolisis pengolahan logam Aluminium ...................... 64
Gambar 2.8 Proses elektrolisis pemurnian logam tembaga............................. 65
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Penerapan Metode SSCS dan Proyek ......................................... 108
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Penerapan
Metode SSCS dan Proyek .......................................................... 110
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor
Menggunakan Metode SSCS dan Metode Proyek ..................... 112
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 114
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 116
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Halaman
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan
Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................... 120
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan
Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ................................................ 122
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan
Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ................................................ 124
Gambar 4.10 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Kognitif .............................................. 149
Gambar 4.11 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas
terhadap Prestasi Afektif ............................................................ 149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus .......................................................................................... 164
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode SSCS ........... 166
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Proyek ......... 185
Lampiran 4 Indikator Kreativitas Verbal ......................................................... 193
Lampiran 5 Instrumen Tes Kreativitas Verbal ................................................. 196
Lampiran 6 Lembar Jawab Tes Kreativitas Verbal.......................................... 201
Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah ..................................................... 202
Lampiran 8 Angket Sikap Ilmiah ..................................................................... 203
Lampiran 9 Lembar Jawab Angket Sikap Ilmiah ............................................ 208
Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Prestasi Kognitif Elektrolisis ................................ 209
Lampiran 11 Soal Prestasi Belajar Kognitif....................................................... 224
Lampiran 12 Lembar jawab Tes Kognitif .......................................................... 233
Lampiran 13 Indikator Tes Afektif Materi Elektrolisis ..................................... 234
Lampiran 14 Angket Aspek Afektif ................................................................... 235
Lampiran 15 Lembar Jawab Angket Aspek Afektif .......................................... 237
Lampiran 16 Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa ............................................. 238
Lampiran 17 Lembar Penilaian Psikomotor ...................................................... 239
Lampiran 18 Uji Kesamaan rerata (uji t ) kelas sampel untuk metode SSCS
dan Proyek ................................................................................... 241
Lampiran 19 Foto – foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian .............................. 242
Lampiran 20 Perijinan ........................................................................................ 245
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Anies Rachmania Sri Secondaria, 2012, “Pembelajaran Kimia Berbasis
Masalah Dengan Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari
Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa” (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran
Kimia Materi Elektrolisis Kelas XII Semester I di SMA Negeri 1 Kalasan
Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha
Sunarno, M Pd, II: Drs. Haryono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains,
Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Perbedaan penggunaan
metode SSCS dan Proyek, Kreativitas, Sikap Ilmiah, dan interaksinya terhadap
prestasi belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari
bulan Oktober 2011 – April 2012. Populasi penelitian ini adalah semua siswa
kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel
diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, XII
IPA1 dan XII IPA3. Kelas XII IPA1 diberi pembelajaran dengan metode SSCS
dan kelas XII IPA3 diberi pembelajaran dengan metode Proyek. Data
dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, tes kreativitas
verbal, angket untuk sikap ilmiah dan prestasi afektif serta lembar observasi untuk
psikomotor siswa. Hipotesis diuji menggunakan ANOVA dengan desain factorial
2x2x2 sel tak sama dengan bantuan software PASW versi 18
Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) Ada perbedaan penggunaan
metode SSCS dan Proyek terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan
psikomotor siswa, 2) Kreatifitas memberikan perbedaan pada prestasi belajar
kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor siswa, 3) Sikap Ilmiah tidak
memberikan perbedaan pada prestasi belajar kognitif dan afektif namun
memberikan perbedaan pada kemampuan psikomotor siswa, 4) Ada interaksi
antara metode dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif siswa namun tidak ada interaksi dengan kemampuan psikomotor siswa, 5)
Tidak ada interaksi antara metode dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif tetapi ada interaksi dengan kemampuan psikomotor
siswa, 6) Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar kognitif dan afektif dan psikomotor siswa , 7) Tidak ada interaksi
antara metode, kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor siswa.
Kata Kunci: Metode SSCS, Metode Proyek, Kreatifitas, Sikap Ilmiah, Prestasi
Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Anies Rachmania Sri Secondaria, S831102007, 2012, “Problem-Based
Chemistry Learning Using SSCS and Project Methods from the Point of
View of Students’ Creativity and Scientific Attitudes” (Chemistry Learning
of Electrolysis for Grade XII Students of SMA Negeri 1 Kalasan in Semester
1 - 2011/2012 Academic Year). THESIS.Thesis Advisors I: Prof. Dr. H. Widha
Sunarno, M Pd, II: Drs. Haryono, M Pd. Science Education Program, Master
Program of Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRACT
This study was aimed at finding out: the difference of the use of SSCS and
Project Methods, Creativity, Scientific Attitudes and their relationships on
students’ achievement of their study on cognitive, affective and psychomotor
aspects.
This study was based on experiments conducted from October 2011 to
April 2012. The population were all students of Grade XII, Natural Science
Program at SMA Negeri 1 Kalasan Academic Year 2011/2012. The sample was
obtained using Cluster Random Sampling technique, consisting of two classes,
XII IPA1 and XII IPA3; the former was treated using the SSCS method and the
latter using the Project method. Data were collected using a test for cognitive
aspect achievement, verbal creative test, questionnaires for scientific attitude and
affective aspect achievement, also observation sheets for psychomotor aspect. The
hypothesis was tested using ANOVA with 2x2x2 factorial designs with unequal
cell computed using PASW version 18 software.
Based on the result of the data analysis, it could be concluded that: 1)
There was a difference between the usage of SSCS and Project methods on
students’ achievement of cognitive, affective and psychomotor aspects, 2)
Creativity creates a difference on students’ learning achievement of cognitive,
affective and psychomotor aspects, 3) Scientific attitude creates no difference on
students’ learning achievement of cognitive and affective aspects but it creates a
difference in students’ psychomotor competence, 4) There was a relationship
between methods and students’ creativity on students’ learning achievement of
cognitive and affective aspects but there was no relationship on students’
psychomotor competence, 5) There was no relationship between methods and
students’ scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive and
affective aspects but there was a relationship with students’ psychomotor
competence, 6) There was no relationship between creativity and scientific
attitude on students’ learning achievement of cognitive, affective and
psychomotor aspects, 7) There was no relationship between methods, creativity
and students’ scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive,
affective and psychomotor aspects.
Keywords: SSCS Method, Project Method, Creativity, Scientific Attitude,
Learning Achievement,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan di dunia saat ini mengalami perkembangan
amat cepat. Dalam kaitan ini UNESCO sesuai laporannya yang diberi judul
Learning the Treasure Whithin (1996) menyampaikan adanya tantangan
kontroversial yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan berbagai tekanan
(tension), yaitu tekanan antar tuntutan global dan lokal, universal dan dengan
individual, pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek, tradisional dan
modern, dan sebagainya.
Bagi dunia pembelajaran, untuk menghadapi dan beradaptasi dengan
berbagai tantangan itu, UNESCO memberikan empat pilar belajar (four pillars of
education/learning), yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk bekerja (learning to do), belajar untuk hidup berdampingan dan
berkembang bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi
manusia seutuhnya (learning to be). Learning to be ini yang diharapkan menjadi
sasaran proses pembelajaran.
Implementasi keempat pilar pendidikan seperti yang dicanangkan
UNESCO ini dapat dilihat dalam konsideran yang melandasi Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Semua
itu berkaitan dengan reformasi pendidikan yang melahirkan visi pendidikan
nasional Indonesia mencakup penyelenggaraan pendidikan, antara lain dinyatakan
sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sepanjang hayat. Dalam proses ini harus ada pendidik yang memberikan
keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan
kreativitas peserta didik. Prinsip ini menyebabkan adanya pergeseran paradigma
proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.
Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia
sebagai sumber daya pembangunan menjadi paradigma manusia sebagai subjek
pembangunan secara utuh. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik
yang terintegrasi dengan lingkungan sosio-kulturalnya dan pada gilirannya akan
menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang
berbudaya.
Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas RI Nomor 30
Tahun 2003 bab II pasal 3 menguraikan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Tatanan normatif dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut belum
dijalankan sebagaimana mestinya. Proses implementasi kebijakan pendidikan
tersebut telah berlangsung dengan baik tetapi kualitas pendidikan yang dihasilkan
belum memenuhi harapan semua pihak.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan
upaya untuk menyempurnakan pendidikan sehingga kurikulum lebih familiar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan guru, karena guru banyak dilibatkan dalam proses penyusunannya dan
diharapkan memiliki tanggung jawab bagi penerapannya di lapangan. KTSP
adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan
oleh setiap satuan pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan
perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara
berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sementara itu Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam dokumen
Perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2008) menyatakan bahwa keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru
merancang materi pembelajaran.Materi pembelajaran (instructional materials)
adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik
dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Pada penerapan KTSP di lapangan ternyata proses pembelajaran belum
dapat berjalan optimal seperti yang diharapkan dan ini berdampak pada motivasi
belajar siswa menjadi menurun, khususnya pada pembelajaran mata pelajaran
kimia di kelas. Motivasi belajar yang rendah akan berdampak pada rendahnya
kemauan untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Motivasi belajar yang rendah
berakibat pula pada rendahnya partisipasi dan keaktifan siswa di kelas. Kemauan
untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan berargumentasi saat menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh guru cenderung rendah pula. Hal ini juga disebabkan
lingkungan kelas yang kurang kondusif untuk terciptanya kebiasaan bertanya dan
berpendapat di kelas. Pada akhirnya keadaan yang demikian menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kompetensi yang belum dipahami siswa tidak dapat terpantau dengan jelas oleh
guru. Pembelajaran di kelas menjadi terasa monoton dan tidak menyenangkan,
sehingga semakin menurunkan minat belajar siswa di kelas. Akibat lebih lanjut
prestasi belajar siswa menjadi rendah dan kemungkinan hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab ketidakberhasilan siswa dalam Ujian Nasional.
Dalam perkembangannya sebenarnya guru sudah berusaha dengan
berbagai cara untuk menjadikan nilai mata pelajarannya khususnya mata pelajaran
kimia agar meningkat dan menjadi materi pembelajaran yang menarik. Tidak
sedikit yang berusaha dengan berbagai cara memunculkan dan mencoba berbagai
metode baru dengan harapan mata pelajaran kimia menjadi menarik. Perubahan
kurikulum yang terus-menerus secara cepat menyebabkan pemahaman guru
tentang cara pembelajaran dan evaluasi belajar yang sesuai dengan kurikulum
tersebut masih kurang, terutama untuk menyiasati jumlah jam tatap muka
pelajaran kimia yang semakin berkurang dimana kelas XII hanya mendapatkan
waktu 4 jam tatap muka per minggu. Kesulitan yang sering dialami oleh guru
adalah dalam pemilihan metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu
secara mudah, sehingga siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada
KTSP. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil
pembelajaran yang dicapai menjadi optimal.
Seperti diketahui bahwa pembelajaran di sekolah saat ini terutama di SMA
Negeri 1 Kalasan masih berupa pembelajaran klasikal dengan jumlah peserta
didik sebanyak 32 orang di tiap kelasnya. Akibatnya sulit bagi seorang guru untuk
menerapkan semua materi yang dianjurkan dalam KTSP, karena mengelola kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dengan jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan
kreativitas guru yang memadai. Banyaknya Kompetensi Dasar yang harus
dikuasai siswa yang tidak disertai alokasi waktu yang memadai menyebabkan
guru kesulitan membagi waktu antara target penyelesaian materi dengan
pemilihan metode yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa
dalam menyelesaikan permasalahan saat pembelajaran materi kimia. Kreativitas
guru untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran yang inovatif kadang-
kadang harus berbenturan dengan terbatasnya waktu yang tersedia untuk
mengajar. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi
belajar di kelas agar dapat menyiasati keterbatasan waktu yang tersedia.
Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan
sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi pelajaran yang disampaikan guru
terhadap siswa. Pembelajaran kimia dengan metode yang bervariasi akan
memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran di kelas sebaiknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa
dengan menyediakan tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) yang
terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional,
spiritual dan sosial siswa.
Interaksi siswa dengan siswa akan mendorong keberanian, mengilhami,
menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai
dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan keberhasilan siswa. Guru
berperan membantu, mengarahkan dan memberi penegasan, memberi jiwa dan
mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
gairah dari seorang pembelajar yang berani beresiko (risk taking learner).
Sehingga akan menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman
tinggal di kelas, menyenangkan (joyful learning), kondusif bagi terciptanya
kreativitas dan inovasi juga demokratisasi sehingga efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Demikian halnya pembelajaran di SMA N 1 Kalasan terasa belum optimal
mengingat kemampuan siswa yang masuk (input) adalah siswa terpilih yang
masuk dengan seleksi sangat ketat. SMA N 1 Kalasan adalah sekolah Rintisan
Bertaraf Internasinal (RSBI) dimana siswa yang masuk memiliki kemampuan
lebih dibandingkan dengan sekolah di sekitarnya.Akan tetapi kenyataannya hasil
prestasi siswa terutama pada mata pelajaran kimia belum memuaskan. Banyak
materi yang tidak terkuasai oleh siswa secara maksimal terutama materi yang
menggunakan banyak penggabungan konsep-konsep materi dari pembelajaran
sebelumnya seperti diantaranya materi stoikiometri, termokimia, kesetimbangan
kimia , elektrolisis dan sebagainya.
Pada penelitian ini dipilih materi elektrolisis dengan alasan prestasi
kognitif pada kompetensi dasar elektrolisis belum sesuai harapan jika ditinjau dari
kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa dan prestasi Ujian Nasional siswa di
tingkat kabupaten dan propinsi belum berhasil sesuai harapan yang ditargetkan
oleh sekolah.Data prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis dengan KKM 72
di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan, dua tahun terakhir nilai KKM dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tabel 1.1 Prestasi Belajar materi Elektrolisis Siswa SMA Negeri 1 Kalasan Tahun
Pelajaran
Materi Elektrolisis Persentase
nilai lebih
besar dari
KKM
Persentase
nilai lebih
kecil dari
KKM
KKM Nilai rata-rata
2009/2010 71 67,30 62,72% 37,28%
2010/2011 72 68,15 63,22% 36,78%
Dari data nilai yang terpantau ini menunjukkan bahwa pembelajaran di
kelas belum cukup optimal.Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan
berdasarkan nilai KKM standar nasional adalah 75 dan prosentase ketuntasan
kelas 75%, maka hasil yang telah dicapai dirasa masih perlu ditingkatkan proses
pembelajarannya.Selain itu juga proses penilaian yang dihasilkan selama ini
hanya mengukur aspek kognitif siswa. Guru masih kurang memperhatikan aspek
penilaian yang lainnya sehingga prestasi belajar siswa belum terukur secara baik.
Prestasi belajar siswa merupakan satu kesatuan yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif
siswa yang sangat terkait dengan pengolahan informasi dalam benak
siswa.Informasi yang diproses merupakan pengetahuan yang dapat berupa konsep,
prosedur dan prinsip-prinsip.Pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan dan
semuanya menuju pembelajaran yang ideal. Ini mengingat bahwa kreativitas
siswa dan sikap ilmiah merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap
orang yang dapat dikenali dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Pembelajaran dikondisikan agar mendorong kreativitas siswa secara keseluruhan,
membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Seseorang selalu berinteraksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Oleh karena
itu, baik perubahan di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang
atau dapat menghambat upaya peningkatan prestasi belajar.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dicarikan upaya pemecahannya
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa terhadap pelajaran
kimia dengan mencobakan suatu metode yang dapat mengeksplorasi kemampuan
siswa sehingga prestasinya lebih meningkat lagi. Dari data prestasi sekolah yang
ada menunjukkan bahwa prestasi siswa-siswa SMA Negeri 1 Kalasan sangat
menonjol di daerah kabupaten Sleman. Setiap tahun banyak siswa yang lolos maju
seleksi olimpiade (OSN) tingkat propinsi, siswa banyak menjuarai lomba-lomba
yang diadakan oleh dinas kabupaten dan propinsi serta universitas-universitas di
daerah sekitar Yogyakarta, namun ternyata prestasi siswa di tingkat Nasional
masih sangat kurang. Dari kenyataan yang ada di lapangan maka untuk dapat
menggali dan mengeksplorasi kemampuan siswa lebih maksimal pada penelitian
ini akan dicoba diterapkan metode pembelajaran berbasis masalah agar siswa
lebih tertantang dalam proses pembelajarannya dengan melakukan pemecahan
masalah pada materi yang dipelajarinya di kelas.Diharapkan siswa lebih terasah
kemampuannya baik dalam bertanya, berargumentasi dan menganalisis saat
menyelesaikan sebuah permasalahan dalam menjalani proses pembelajaran.
Metode pembelajaran yang akan dicoba untuk digunakan adalah metode
Search Solve Create and Share (SSCS) yaitu model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan
ketrampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Menurut (Pizzini: 1996) metode SSCS pada tahap pembelajarannya melalui
beberapa tahap yaitu tahap Search pada tahap ini siswa mengidentifikasi serta
mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki, kemudian siswa
menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalam permasalahan ke konsep-
konsep sains yang relevan, masalah diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa,
berdasarkan skema konseptual siswa. Tahap Solve pada tahap ini kegiatan
berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan siswa
menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban.Tahap Create
siswa diharuskan menghasilkan suatu produk yang terkait dengan permasalahan,
membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan
memodifikasi. Pada tahap Share siswa pengembangan suatu produk inovatif dan
mengkomunikasikan hasil yang diperoleh dari mulai tahap search sampai ke tahap
solve ke siswa lainnya. Pembelajaran menggunakan metode ini dirasa cocok
diterapkan pada materi elektrolisis yang banyak menggabungkan konsep-konsep
pembelajaran sebelumnya yaitu konsep reaksi redoks, sel volta, konsep mol,
stoikiometri dan sebagainya melalui kegiatan praktikum di laboratorium.
Selain itu juga akan diterapkan metode pembelajaran Project-based
Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek). Metode Proyek merupakan suatu
teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan
oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil untuk mencari jawaban
terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi
(Ratna Willis, 1989: 153). Pembelajaran berbasis masalah metode Proyek adalah
sebuah metode pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran
terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu. Melibatkan siswa
dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas bermakna yang lain. Memberi
kesempatan bekerja siswa secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.
Pembelajaran pada materi elektrolisis banyak melibatkan kegiatan-kegiatan yang
kompleks, seperti persamaan reaksi redoks, hitungan matematis dari hukum
Faraday dan pengamatan praktikum di laboratorium. Metode Proyek menuntut
agar siswa banyak melibatkan penggunaan alat dan bahan sesuai dengan
kebutuhan praktikum elektrolisis, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah
dan memadukan teori-teori dari berbagai bidang ilmu seperti juga matematika
yang digunakan dalam pemecahan masalah materi elektrolisis penyelesaian
masalah dilakukan secara mandiri oleh siswa bersama kelompoknya.
Selain metode perlu diperhatikan faktor kreativitas siswa saat proses
pembelajaran. Menurut Torrance (1988) dalam Utami Munandar 2009: 27,
menyatakan bahwa kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan
mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini,
menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya
lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas
adalah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun
eksternal dari lingkungan. Selanjutnya Munandar menambahkan bahwa
kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena dengan berkreativitas dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mewujudkan dirinya mengeksplor kemampuannya untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan
kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.
Saat pembelajaran sains juga diharapkan memunculkan sikap ilmiah siswa
yang merupakan sikap yang harus ditunjukkan saat bekerja dan berfikir untuk
mendapatkan pengetahuan dalam sains. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) sikap adalah perbuatan berdasar pendirian, sedangkan ilmiah adalah secara
ilmu pengetahuan. Dengan demikian sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan
suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan.
Pembelajaran pada materi elektrolisis yang sangat kompleks melibatkan reaksi
redoks dan perhitungan matematika yang rumit sehingga dengan sikap ilmiah
siswa yang tinggi akan lebih mudah untuk dipahami karena siswa dapat
memecahkan masalahnya secara lebih sistematik melalui langkah-langkah metode
ilmiah.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi
antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam
rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang
berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut. Setiap
individu akan memiliki kecepatan yang berbeda-beda dan menghasilkan prestasi
yang berbeda pula tergantung pada faktor-faktor yang melingkupinya. Salah satu
faktor yang penting adalah metode mengajar. Berbagai metode tersedia untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menjelaskan kepada siswa tetapi setiap metode akan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Ketepatan pemilihan metode yang digunakan tergantung pada
kepandaian dan pengalaman guru dalam mengajar. Seringkali guru mengajar
dengan metode ceramah dan pembelajarannya berpusat pada guru (teacher
centered) bukan pada siswa. Di sini guru dituntut agar pandai memilih metode
yang sesuai dengan karateristik materi untuk keberhasilan suatu proses
pembelajaran.
Selain metode, guru juga memperhatikan faktor internal yang dimiliki
siswa seperti kreativitas, ketrampilan menggunakan alat, sikap ilmiah, motivasi,
kemampuan berfikir abstrak, kemandirian yang dapat mempengaruhi
pembelajaran. Dalam penelitian ini faktor internal siswa yang menjadi variabel
moderator adalah kreativitas dan sikap ilmiah. Kreativitas dan sikap ilmiah siswa
tersebut dapat digali melalui metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan
metode proyek. Menurut Arends, 1997 (dalam Trianto 2007: 92) metode SSCS
dan dan Proyek merupakan metode yang memiliki ciri berdasarkan masalah
(problem solving) yaitu suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, dan mengembangkan kemandirian dan percaya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka beberapa masalah dapat di
identifikasi sebagai berikut:
1. Prestasi rata-rata kelas belajar kimia siswa pada materi elektrolisis di SMA
Negeri 1 Kalasan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Guru masih banyak menggunakan sistem konvensional pada proses
pembelajaran dalam mengajar kimia dan kurang berinovatif.
3. Pembelajaran kimia di kelas masih menerapkan faham behaviorisme jadi masih
bersifat teacher-centered. Sehingga siswa selama ini kurang dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajarannya.
4. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia,
seperti problem base learning, contextual teaching and learning, cooperatif
learning yang bersifat student centered, namun guru cenderung melakukan
pembelajaran dengan teacher centered. Padahal Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak tahun 2006 dikatakan bahwa salah
satu pilar pembelajarannya adalah konstruktivisme sehingga semestinya dipilih
pendekatan student – centered.
5. Ada beberapa metode yang sesuai untuk pembelajaran materi elektrolisis,
seperti metode SSCS, eksperimen, Proyek, demonstrasi, namun guru cenderung
melaksanakan pembelajaran secara monoton dengan metode ceramah untuk
mengatasi keterbatasan waktu yang tersedia.
6. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti
kemampuan memori, sikap ilmiah, kemampuan berpikir abstrak, kreativitas,
motivasi, aktivitas, gaya belajar dan lain-lain, namun guru belum
memperhatikan faktor tersebut.
7. Guru cenderung melakukan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal
prestasi belajar merupakan satu kesatuan penilaian yang terdiri dari aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa kelas XII SMA, seperti,
Reaksi Redoks, Sel Volta, Sel Elektrolisis, Stoikiometri, namun keterkaitan
antara materi tersebut belum banyak ditunjukkan guru dalam proses
pembelajarannya.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka perlu adanya
pembatasan masalah sebagai berikut:
1.Model Pembelajaran Berbasis masalah difokuskan pada metode Search Solve
Create and Share (SSCS) dan Proyek.
2.Kreativitas siswa dalam penelitian ini pengukurannya menggunakan kreativitas
verbal, dimana indikator adalah mengukur kemampuan berfikir kreatif meliputi
kelancaran, kelenturan, orisionalitas dalam berfikir (utami Munandar, 2009:68).
Kreativitas dibatasi dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Kreativitas
3.Sikap ilmiah siswa dalam penelitian ini meliputi aspek ketelitian, kejujuran,
kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat,ingin tahu,
bekerja sama, dan kritis (Bahrul Ulum,2007: 1). Sikap Ilmiah dibatasi dalam dua
kategori yaitu tinggi dan rendah.
4.Materi Redoks dan Sel Elektrokimia dibatasi tentang Elektrolisis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka dalam penelitian dikemukakan perumusan masalahnya sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan
Proyek pada materi elektrolisis?
2.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi
elektrolisis?
3.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi
elektrolisis?
4.Apakah terdapat interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS)
dan Proyek dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi
elektrolisis?
5.Apakah terdapat interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS)
dan Proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi
elektrolisis?
6.Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar pada materi elektrolisis?
7.Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and
Share (SSCS) dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar pada materi elektrolisis?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi
elektrolisis.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.
4. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek
dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.
5. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek
dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.
6. Interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar
pada materi elektrolisis.
7. Interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS)
dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar
pada materi elektrolisis.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat teoritis
a. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis masalah yang
menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada
materi elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan metode Search Solve
Create and Share (SSCS) dan Proyek dalam pembelajaran materi elektrolisis.
c. Memberikan masukan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik
dan bermakna memerlukan kreativitas dan sikap ilmiah.
d. Mengembangkan cara bepikir siswa dalam pembelajaran sains khususnya
kimia sehingga meningkatkan daya kreativitas siswa dan memupuk sikap
ilmiah serta pola pemahaman konsep yang lebih sistematis.
2. Manfaat praktis
a. Untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
b. Memberikan alternatif pembelajaran kepada guru dalam pembelajaran antara
lain dengan melibatkan peran aktif siswa.
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi inovasi-
inovasi pembelajaran di sekolah pada khususnya dan dalam dunia pendidikan
pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Penelitian ini tidak mungkin akan terlepas dari teori-teori dan penelitian
dari peneliti pada masa-masa sebelumnya, namun demikian kajian teori yang akan
dibahas disini adalah teori-teori yang berhubungan dengan proses pembelajaran
dan metode yang akan digunakan pada proses pembelajaran yang akan dilakukan.
1. Pembelajaran Kimia
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan di mana guru mengajar atau
membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Pembelajaran yang menyenangkan
merupakan strategi, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari
pembelajaran aktif, pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, dan
psikologi perkembangan anak.
Pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru
untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi
kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademinya, latar belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal
karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian
bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Sedang
pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir
yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pada pembelajaran aktif guru menciptakan suasana pembelajaran sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat, berdebat dan
berdiskusi, berbuat dan melakukan sesuatu, menunjukkan dan
mendemonstrasikan, berkarya, berketrampilan, berfikir aktif dan kritis,
memecahkan masalah, melakukan perenungan, refleksi dan evaluasi keberhasilan
diri.Sehingga kegiatan pembelajaran bervariasi, memenuhi berbagai tingkat
kecakapan, minat dan gaya belajar yang mampu memfasilitasi timbulnya
pemikiran dan karya kreatif siswa.Pembelajaran efektif bila tujuan pembelajaran
sesuai denga kompetensi dasar yang seharusnya memang dikuasai siswa.Sedang
pembelajaran menyenangkan jika suasana pembelajaran dapat menciptakan gairah
belajar, menggembirakan hati siswa, membuat siswa nyaman di kelas atau di
tempat belajar, sehingga perhatian siswa penuh kepada belajar artinya waktu
curah perhatiannya (time on task) tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan yang semuanya bertujuan
menuju pembelajaran yang ideal. Guru yang profesional harus mampu
mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik pembelajaran yang ideal dimana
siswa mampu mewujudkan perilaku pembelajaran yang efektif. Dalam
pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya
sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa
dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan
siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960) mengatakan bahwa perlu
adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang
pembelajaran yang efektif di kelas.Pada saat pendekatan pembelajaran berbasis
lingkungan berkembang maka definisi belajar juga menyesuaikan diri.
Secara umum dapat dimaknai bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya.Belajar
dimaknai sebagai kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau
pemahaman.Tanggung jawab belajar ada pada diri peserta didik , sedangkan guru
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa,
motivasi, dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
b. Ilmu Kimia
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya.
Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Kimia
merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang
berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
energetika tentang materi. Oleh karena itu, kimia mempelajari segala sesuatu
tentang materi dan perubahannya yang melibatkan keterampilan dan penalaran.
Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain
karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikroskopis (molekular) terhadap
fenomena makroskopis. Disamping itu, ilmu kimia memberikan kontribusi yang
penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian,
kesehatan, dan teknologi.
Kimia bersifat abstrak namun dapat diamati dan dikembangkan
berdasarkan gejala-gejala yang terjadi dalam suatu perubahan kimia. Meskipun
zat-zat tersebut mengikuti hukum-hukum alam yang dasar (termasuk hukum
fisika), tetapi karena antaraksinya dapat menghasilkan gejala-gejala baru maka
ilmu kimia dibedakan dari ilmu fisika. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahun
kimia yang berupa fakta, teori, prinsip dan hukum) temuan saintis dan proses
(kerja ilmiah) yang dapat mengembangkan sikap ilmiah. Dengan demikian,
pembelajaran kimia perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai
produk, proses dan sikap.
2. Belajar
Pengertian belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono,9). Dalam Buku Perangkat
Pembelajaran KTSP SMA (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas
yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu
yang belajar .Sehingga pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau
obyek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak
secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization). Menurut Kimble
dan Garmezi dalam Trianto (2010, 9) menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari
pengalaman.Sedangkan Garry dan Kingsley dalam Trianto (2010, 9) menyatakan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisional melalui
pengalaman dan latihan-latihan.
Dengan demikian dapat diambil inti pengertian dari belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman.Perubahan tingkah laku
tersebut dapat berupa perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan,
pemahaman, dan apresiasi.Oleh karena itu harus diciptakan suasana agar belajar
di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pada akhirnya konsep belajar menekankan tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga
tentang nilai dan norma.
3. Teori Belajar
Berbagai ahli pendidikan telah mengemukakan definisi belajar, tetapi
dalam pembahasan ini tidak semua teori belajar diuraikan. Definisi atau batasan
belajar tersebut salah satunya dikemukakan oleh Gagne. Menurut Gagne dalam
Sagala (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedang menurut
Gagne (1977) belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi
perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis
kinerja.Dikemukan juga oleh Divesta dan Thomson (1970) dalam Suyono (2011)
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman . Belajar menurut teori perilaku merupakan suatu
perubahan perilaku yang dapat diamati, dan terjadi melalui terkaitnya stimulus-
stimulus dan respon-respon menurut prinsip mekanik. Ivan Pavlov menyatakan
bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka reflektif
dan tidak dapat dikendalikan. Skinner dengan teorinya Operant Conditioning
menyatakan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus
hanya sebagian kecil dari semua perilaku-perilaku (Ratna Wilis, 1989: 23-
24).Dalam buku perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2009) belajar didefinisikan
sebagai suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral
change) pada individu yang belajar.Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau
obyek belajar baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak
secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization).
Berdasarkan berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan dapat
diberikan pengertian belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku akibat
pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif kualitatif,
belajar tidak hanya dari segi teknis tetapi juga tentang nilai dan norma. Pada
penelitian ini akan dibahas beberapa teori belajar yang didasarkan melalui
serangkaian eksperimen, yang secara sintak dan simantik dapat diandalkan.Teori-
teori yang dkembangkan setelah abad ke 20 dikelompokkan menjadi dua, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kelompok teori perilaku (behavioristik) yang meliputi teori stimulus-respon ( S-R)
conditioning dan kelompok Gestalt-field yang meliputi teori kognitif (Ratna
Wilis,1989: 19). Teori ini terus mengalami perkembangan , diantaranya teori
kondisioning operant B F Skiner, teori pengolahan informasi Robert Gagne, teori
perkembangan kognitif Jean Piaget, teori sosial Albert Bandura, dan teori
motivasi (teori atribusi) Bernard Weiner.Teori belajar yang melandasi metode
pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek adalah teori
belajar kognitif dan konstruktivisme.
Dimulai dari Piaget dalam (Suyono,2011) kognitivisme lebih mendekati
konstruktivisme yang menganut filsafat empirisme dengan asumsi pembangunan
kemampuan kognitif harus melalui pengalaman atau tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan , jadi pembelajaran harus bersifat aktif.
Menurut pandangan psikologi, kognitif adalah pengetahuan dibangun dalam
pikiran siswa dan belajar merupakan hasil interaksi antara apa yang diketahui,
informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika belajar. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, juga lebih
menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya.Sehingga model belajar kognitif sering disebut sebagai sebagai model
perseptual.
Disamping teori kognitif, kedua model pembelajaran tersebut juga
didasarkan pada teori konstruktivisme. Belajar dalam pandangan konstruktivisme
merupakan suatu proses aktif. Asumsi tentang konstruktivisme tersebut sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan pendapat Thomas M. Duffy dan David H. Jonassen (1992 : 102 ),
bahwa ”Assumption of Constructivism ... Learning is active, Learning is an active
process in which meaning is develop on the basis of experience” .
Menurut pandangan konstruktivisme, manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan
sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu adalah konstruksi manusia dan secara
konstan manusia mengalami pengalaman-pengalaman baru, sehingga pengetahuan
itu tidak stabil. Pemahaman kita tentang pengetahuan akan semakin mendalam
dan kuat jika diuji melalui pengalaman-pengalaman baru. Dalam hal ini siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan mengemukakan ide-ide yang berguna bagi dirinya. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Discroll (1994: 360), bahwa ” .... constructivist
thery rests on the assumption that knowledge is constructed by leaners as they
attempt to make sense of their experiences.Learners, therefore, are not empty
vessels waiting to be filled, but rather active organisms seeking meaning”. Hal ini
berarti menurut teori konstruktivisme pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
dengan mencoba memberi arti dari pengalamannya. Siswa harus tetap selalu aktif
mencari makna selama proses belajarnya.Teori belajar yang mendukung dan
mendasari model pembelajarn SSCS dan Proyek ini dikembangkan oleh tokoh-
tokoh seperti Jean Piaget, Vygotsky, Ausebel, dan Bruner.
a. Teori Konstruktivisme
Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif.
Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Vygotsky menyatakan teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi social (social cognition).
Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu
utama bagi perkembangan individu.Perkembangan pembelajaran anak
dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budaya dari
lingkungan keluarga anak dimana dia berkembang.
Kunci pemikiran kognisi sosial dari Vygotsky antara lain (1) kebudayaan
mengajari siswa tentang apa berpikir dan bagaimana berpikir, (2) siswa yang
belajar melalui pengalaman pemecahan masalah akan digunakan untuk saling
berbagi dengan orang lain, (3) secara bertahap anak tanggung jawab dalam
menyelesaikan masalah, (4) bahasa adalah bentuk primer dari interaksi melalui
orang dewasa dalam membagi pengetahuan yang terkandung dalam kebudayaan
kepada anak, (5) anak memilki bahasa sendiri yang dipergunakannya sebagai
perangkat primer bagi adaptasi intelektualnya sebagai bentuk pengungkapan hasil
kemajuan belajarnya, (6) melalui bahasa anak dapat melakukan internalisasi
(internalizing) terhadap kebudayaan yang kaya akan pengetahuan serta sebagai
alat bagaimana berpikir, (7) ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak
sendiri dengan apa yang dilakukan siswa dengan bantuan guru atau orang tua,
Vygotsky menyebut sebagai ZPD (zone of proximal development), (8) siswa
belajar dari kebudayaan di sekelilingnya untuk memecahkan permasalahan
sebagai cara siswa memperoleh ketrampilan baru, (9) secara signifikan
perkembangan intelektual anak terjadi karena interaksi dengan kebudayaan di
sekelilingnya.Menurutnya pembicaraan egosentrik merupakan permulaan
pembentukan kemampuan bicara yang pokok yang akan digunakan sebagai alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dalam berpikir. Vygotsky membedakan antara pengertian spontan dan pengertian
ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman
sehari- hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas.
Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisiksn secara logis dalam
suatu system yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari
pengertian spontan ke ilmiah.
Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan
figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur
pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam
situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan
pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.
Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, yang terpenting adalah bagaimana
menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstektual. Secara sosiologis,
pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam
belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif
dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Peran
guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah memberikan
dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar
kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan tersebut setelah peserta didik
mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget
Menurut Piaget dalam Suyono (2011,86) belajar akan lebih berhasil jika
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.Peserta didik
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari guru. Di samping itu Piaget mengembangkan konsep adatasi dengan dua
variannya yaitu asimilasi dan akomodasi.Adaptasi adalah struktur fungsional,
yang menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya
dalam proses pengebangan kognitif.
Adaptasi terdiri dari dua proses yang saling melengkapi yaitu asimilasi dan
akomodasi.Asimilasi adalah integrasi unsur-unsur eksternal terhadap struktur
yang sudah lengkap pada organisme.Asimilasi kognitif meliputi obyek eksternal
yang disintesiskan untuk menjadi struktur pengetahuan internal.Proses asimilasi
didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasi
informasi-informasi yang sampai kepadanya.Kemudian informasi-informasi
tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah
dipahaminya.
Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau
menggabung-gabungkan istilah/konsep lama untuk menghadapi tantangan baru.
Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang sudah dimiliki
sebelumnya untuk disesuaikan dengan obyek stimulus eksternal. Jadi jika pada
asimilasi terjadi pada perubahan pada obyeknya, maka pada akomodasi perubahan
terjadi pada subyeknya, sehingga subyek dapat menyesuaikan diri dengan obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang ada di luar dirinya.Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang
mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan obyeknya.
c. Teori Ausubel.
Menurut David Ausubel peserta didik akan belajar dengan baik jika apa
yang disebut pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers
yang didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik .Pengatur kemajuan belajar
adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didik. Ausubel percaya bahwa ”advance
organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni: 1) dapat menyediakan
suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.
2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari sedemikian
rupa sehingga dan 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar
secara lebih mudah.
Dari penjelasan tersebut maka belajar sebagai proses yaitu: 1) belajar tidak
hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak
mereka sendiri; 2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru; 3) para
ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman mendalam tentang suatu persoalan; 4) pengetahuan
tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau preposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; 5) manusia mempunyai
tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru; 6) siswa perlu dibiasakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan dengan ide; 7) proses belajar dapat mengubah struktur otak,
perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik, dengan demikian
seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel sangat
abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain
itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika
berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran,
merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta menjelaskan materi
dalam struktur yang sistematis. Untuk mendalami lebih lanjut tentang belajar
bermakna, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh
siswa, yang tercakup dalam tiga aspek kemampuan antara lain :
1). Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a) Pengetahuan (mengingat,
menghafal); b) Pemahaman (menginterprestasikan); c) Aplikasi (menggunakan
konsep untuk memecahkan masalah); d) Analisis (menjabarkan suatu konsep);
e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);
f). Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya).
2). Psikomotor, yang terdiri dari lima bagian: a) Peniruan misalkan
menirukan gerakan, b) Penggunaan yaitu menggunakan konsep untuk melakukan
gerak c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), d) Perangkaian (melakukan
beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e) Naturalisasi yaitu melakukan gerak
secara wajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3).Afektif, yang terdiri dari lima karakteristik antara lain: a) Sikap yaitu
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif; b) Minat untuk mengetahui bakat
dan pelayanan individual, memilih metode dan motivasi belajar siswa; c) Konsep
diri untuk menentukan jenjang karier siswa dan motivasi belajarnya; d) Nilai
adalah keyakinan dan target sikap serta perilaku siswa; e) Moral berkaitan dengan
perasaan benar atau salah dan kebahagiaan orang lain atau diri sendiri.
Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar
berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa
serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur
kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran
penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam
mempelajari materi elektrolisis dengan menggunakan metode Search Solve Create
and Share (SSCS) dan Proyek, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada
struktur kognitif yang telah ada pada materi sebelumnya yaitu redoks, sehingga
belajar siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa mampu
mengaplikasikan materi elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tidak
hanya sekedar belajar hafalan.
d. Teori Bruner
Dalam bukunya yang mendukung prinsip kognitivisme yaitu The Proses of
Education (1960) dan The Culture of Education (1996), Bruner dengan konsepnya
menyatakan bahwa belajar dengan menemukan (discovery learning), siswa
mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir
yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. Pendidikan pada hakikatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
merupakan proses penemuan personal (personal discovery) oleh setiap individu
siswa. Guru harus memberikan keleluasan kepada siswa untuk menjadi pemecah
masalah (problem solver), seorang ahli sains, matematikawan, ahli sejarah dan
profesi lain yang menantang, menjelajah, dan berbasis penemuan. Siswa dibiarkan
menemukan arti hidup bagi dirinya sendiri dan memungkinkan mereka
mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri. Siswa didorong dan
disemangati untuk belajar sendiri melalui kegiatan dan pengalaman. Peran guru
terutama untuk menjamin agar kegiatan belajar menimbulkan rasa ingin tahu
(kuriositas) siswa, meminimalkan resiko kegagalan belajar relevan dengan
kebutuhan siswa.
Menurut Bruner guru yang efektif harus membantu pembelajar dan
membimbingnya untuk melewati ketiga fase (enaktif, ikonik dan simbolik)
dengan suatu proses yang disebut scaffolding. Suatu cara bagi siswa untuk
membangun pemahamanya sehingga siswa dapat menjadi pembelajar yang
mandiri, dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari
melalui memorisasi hafalan (rote memorization).
4. Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS)
Metode SSCS adalah metode pembelajaran yang menggunakan
pendekatan problem solving, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Search Solve
Create and Share (SSCS) dikembangkan oleh Pizzini (1988) menyususn suatu
model pembelajaran metode pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta memecahkan masalah-
masalah yang nyata.
Penggunaan metode ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan
bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Metode
pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru,
membangkitkan minat bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang
nyata. Metode pembelajaran SSCS merupakan metode pembelajaran yang
memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan
kreativitas dan keterampilan berfikir dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu
dengan melakukan penyelidikan dan mencari SSCS.
a.Tujuan Pembelajaran metode SSCS
Metode pembelajaran SSCS menyediakan kerangka kerja bagi guru
untuk : 1) membuka minat atau menimbulkan perhatian siswa dalam jangkauan
yang luas; 2) Memasukkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi ke dalam kurikulum
ilmu pengetahuan; 3) melibatkan keaktifan semua siswa dalam proses belajar; 4)
mengembangkan pemahaman bahwa terhadap hubungan di antara ilmu
pengetahuan, teknologi dan masyarakat yang difokuskan pada pribadi, relevan,
dan masalah nyata.
Menurut Pizzini (1991: 6) menyatakan bahwa metode pembelajaran SSCS
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk: 1) memahami proses problem
solving; 2) mempelajari dan memperkuat konsep dasar ilmu dengan lebih
bermakna; 3) memanipulasi informasi ilmiah; 4) menggunakan ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berfikir tingkat tinggi; 5) mengembangkan metodologi ilmiah;6) mengembangkan
minat terhadap ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada ilmu melalui tindakan
ilmu; 7) mengalami bagaimana ilmu pengetahuan berkreasi dan berkembang; 8)
mempertanggungjawabkan belajarnya sendiri; 9) bekerja bersama (kooperatif)
dengan yang lainnya; dan 10) menggabungkan grafik, gambar, komputer, seni
bahasa, dan lainnya dalam keseluruhan cara.
b. Siklus Pembelajaran SSCS
Pelaksanaan pembelajaran problem solving metode Search Solve Create
and Share (SSCS) di kelas melalui tahap atau siklus SSCS. Siklus pembelajaran
dengan metode SSCS dapat dilihat pada skema berikuti (Pizzini, 1991: 5).
Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran SSCS
Ada empat tahapan atau fase yang terdapat dalam metode pembelajaran ini
menurut Pizzini (1996). Fase Search menyangkut ide-ide lain yang mempermudah
dan mengidentifikasi serta mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki
Fact Finding
Skill Learning
SEARCH
SOLVE
CREATE
SHARE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(researchable question) atau, masalah dalam sains. Selain proses identifikasi dan
mengembangkan pertanyaan dan masalah selama fase search, siswa juga
mengidentifikasi kriteria untuk menetapkan permasalahan dan menyatakan
pertanyaan dalam format pertanyaan yang dapat diselidiki. Fase search membantu
siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalan permasalahan
ke konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah diidentifikasi dan
diterapkan oleh siswa, berdasarkan skema konseptual siswa.
Fase Solve (Pizzini:1996) berpusat pada permasalahan spesifik yang
ditetapkan pada fase search dan mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan
menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban. Selama fase Solve
siswa mengorganisasikan kembali konsep-konsep yang diperoleh dari fase Search
menjadi konsep-konsep yang berada dalam ”higher-order” yang
mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan jawaban yang
diinginkan. Penerapan konsep-konsep sains dalam fase solve memberikan
kebermaknaan terhadap konsep sewaktu siswa memperoleh pengalaman untuk
menghubungkan antara konsep yang termuat dalam permasalahan, konsep dari
permasalahan yang diselesaikan, dari konsep yang diterapkan dalam
permasalahan, yang semuanya dihubungkan ke skema konseptual siswa
Fase Create mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang
terkait dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan
generalisasi, jika diperlukan memodifikasi. Siswa menggunakan keterampilan
seperti mereduksi data menjadi suatu penjelasan tingkat paling sederhana. Fase
Create menyebabkan siswa untuk mengevaluasi proses berpikir mereka. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dari fase create adalah pengembangan suatu produk inovatif yang
mengkomunikasikan hasil fase search ke fase solve ke siswa lainnya (Pizzini:
1996). Pada tahap search siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan
tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve
siswa membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan dalam penyelidikan
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-penginterpretartanyaan penyelidikannya.
Setelah melakukan penyelidikan siswa menganalisis dan menginteprestasikan data
yang diperolehnya. Siswa selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan
untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create.
Tahap terakhir dalam metode pembelajaran SSCS ini adalah share .Pada
tahap share ini siswa membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari
penyelidikan yang dilakukannya.Langkah-langkah/sintaks dalam menerapkan
metode SSCS yang digunakan peneliti dapat terlihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Sintaks Metode SSCS
FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Search (mencari
permasalahan)
Guru memberikan masalah
dengan diawali pertanyaan
siapa(who),apa (what),
kapan(when) dan
bagaimana (how)
Merumuskan pertanyaan
yang berhubungan dengan
masalah dan memilih salah
satu yang dianggap
pertanyaan terbaik dari
suatu masalah.
Memberikan gagasan
untuk menyelesaian atau
menjawab pertanyaan
yang telah disusun.
Solve (memecahkan
masalah)
Mengidentifikasi kriteria
yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Mendiskusikan alternatif
kegiatan yang akan
digunakan untuk
pemecahan masalah yang
telah dipilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Mendesain kegiatan yang
akan dilakukan dengan
berdiskusi
Create ( membuat/
menciptakan rencana
pemecahan masalah )
Guru membantu
mengarahkan siswa agar
dapat memecahkan
masalahnya dengan
pertanyaan yang mengarah
pada pemecahan masalah.
Menunjukan masalah dan
pemecahannya yang
menunjukan bahwa siswa
adalah pencipta dari
pemecah masalah itu.
Share (membagi atau
memberikan hasil dan
evaluasi dari
penyelidikan yang
dilakukannya.)
Guru memberikan
penguatan untuk
pemecahan permasalah
yang telah dilakukan oleh
siswa dan membantu
mempebaiki cara
pemecahan masalah yang
masih kurang tepat.
Siswa mempresentasikan
hasil pemecahan masalah
yang telah dilakukan
dengan menggunakan
ucapan, gambar atau
model
Sumber :SSCS Implementation Handbook ( Edward L Pizzini,1991 )
Siklus SSCS yang lengkap (Pizzini, 1991: 7-9) dapat dijelaskan sebagai
berikut : Search pada tahap search ini kegiatan yang dilakukan meliputi: a). State
the facts (menyebut fakta).Fakta yang disebutkan berupa daftar informasi yang
diketahui dan berhubungan dengan situasi. Biasanya digunakan empat pertanyaan
awal yang mengikuti untuk memulai search (mencari), yaitu pertanyaan who
(siapa), what (apa), when (kapan) dan how (bagaimana) dari suatu masalah. b).
Analyze the facts (menganalsis fakta) Pada tahap ini dilakukan observasi dan
analisis dari informasi yang diketahui. Merumuskan pertanyaan dan mencari
jawaban yang berhubungan dengan masalah. Mengumpulkan data tambahan jika
diperlukan. c).State the problem. Merupakan masalah dengan mendefinisikan
masalah dalam bentuk pertanyaan - pertanyaan. Dengan bertanya ”mengapa” pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
setiap pertanyaan sering membantu untuk membuat jalan baru dari sebuah
gagasan. Kemudian beberapa uraian baru dari masalah tersebut dipilih salah satu
yang dianggap pernyatan terbaik dari suatu masalah. d). Brainstorming (ilham).
Mengikutsertakan ilham untuk menghubungkan gagasan sebanyak-banyaknya,
untuk menghubungkan gagasan yang lebih luas, dan ide atau gagasan-gagasan
yang kreatif.
Solve pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: a). Determine the
criteria (menentukan kriteria).Identifikasi dan daftar kriteria akan digunakan
dalam memilih alternatif (solusi) terbaik. b). Judge the alternatives
(mempertimbangkan alternatif). Menggunakan suatu sistem jaringan untuk
mempertimbangkan alternatif solusi pada kriteria, skor tertinggi untuk penerimaan
solusi biasanya adalah yang terbaik. Kadang-kadang skor tertinggi dari sebuah
gagasan dapat dikombinasikan ke dalam pelaksanaan suatu solusi. Sifat dari suatu
masalah dan pertanyaan research biasanya menghasilkan tipe dari investigasi
untuk dilakukan. Penentuan metode research yang tepat adalah sangat penting
pada tingkat ini.c). Scrutinize the solution and/or procedure (meneliti dengan
cermat dari solusi dan atau prosedur). Dalam hal ini siswa diharapkan terus
berfikir mengenai solusi, mencoba untuk memprediksi kesulitan apa yang
mungkin dapat diatasi.d).State the plan (menyatakan rencana). Pada tahap ini
terus bicaralah pada diri sendiri tentang rencana, berbicara yang dituangkan dalam
bentuk laporan atau catatan tentang informasi baru yang diperoleh. Rencana
tersebut harus memasukkan solusi, materi yang akan dibutuhkan, siapa siswa yang
akan terlibat dalam membawa keluar pada tahap ini, banyak masalah yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
diatasi dengan solusi dan informasi lain yang berhubungan. Pengumpulan dan
pengorganisasian data harus diselesaikan pada tahap ini.
Create pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi :a). Implement the
plan (pelaksanaan rencana).Ungkapan masalah dan atau solusi sebagai
penemu,pencipta, penjelajah, pembuat keputusan atau penghubung. b).Arriculate
your thingking (artikulasikan pikiranmu).Mengkomunikasikan dengan diri sendiri,
seperti mengapa kamu lakukan dan apa yang kamu lakukan.c).Data display and
analysis (displai data dan analisis). d).Choose an audience for snce for share
(pilih pendengar untuk berbagi). e).Choose an avenve of presentation for the
share (memilih jalan presentasi untuk berbagi )Prepare the create
(mempersiapkan karya/ciptaan)
Share pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : a). Promote your
solution (mempromosikan penyelesaian masalah). b). Display your solution
(menampilkan penyelesaian masalah).c). Communicate your solution vebally
(orally or in writing) and/ or visually (with drawing or models) yaitu
komunikasikan solusi secara verbal dengan ucapan atau dalam tulisan dan atau
secara visual dengan gambar atau model. d). Evaluate feed back received from
others adalah mengevaluasi balikan yang diterima dari lainnya. d). Reflect on
your effectiveness as a problem solver maksudnya merefleksikan dalam
keefektifan sebagai pemecah masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
5. Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek.
Pembelajaran berbasis masalah proyek adalah strategi pembelajaran yang
menunjukkan bahwa siswa mengalami dan belajar atas konsep-konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara
aktivitas dan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan diharapkan dapat
berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dalam pembelajaran kimia guru
akan banyak terlibat dalam penggunaan alat dan bahan kimia yang biasanya
dilakukan di laboratorium untuk membangun pengertian siswa tentang bahasan
tertentu.
Metode Proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan
penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau
kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan
perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi (Ratna Wilis, 1989:153). Konsep
dan karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah metode atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang komplek. Fokus pembelajaran terletak pada
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa
dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang
lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk
nyata. Pengajaran berbasis proyek/tugas berstruktur (proyect based learning)
membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan
belajar siswa didesain agar dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa
untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk pembelajarannya, dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk
membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa.
Dalam pembelajaran ini, siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar
mereka (instruktur) berposisi di belakang dan pembelajar berinisiatif, instruktur
memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun
penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Produk yang dibuat siswa
selama proyek memberikan hasil yang secara autentik dapat diukur oleh guru
dalam pembelajaran-nya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran berbasis proyek,
guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi guru menjadi
pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa.
Dalam pembelajaran menggunakan metode Proyek siswa dapat disiapkan
dalam kolaborasi dengan guru tunggal atau ganda, sedangkan siswa belajar di
dalam kelompok kolaboratif 4-5 orang. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka
menemukan ketrampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat
konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung
jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan
disajikan. Ketrampilan-ketrampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini
merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya.
Hakekat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan ketrampilan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan
individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu
keseluruhan. Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat
disebut pembelajaran berbasis proyek. Dimulai dari pertanyaan ”apa yang harus
dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek,”
dan keunikan Pembelajaran Berbasis Proyek yang ditemukan dari sejumlah
literatur dan hasil penelitian, menetapkan lima kriteria apakah suatu pembelajaran
berproyek termasuk sebagai pembelajaran berbasis proyek. Lima kriteria itu
adalah keterpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah,
investigasi konstruktif atau desain, otonomi pembelajar, dan realisme. Proyek
dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum.
Menurut Ratna Wilis (1989: 69) langkah-langkah metode proyek adalah:
a). guru mengajukan sejumlah problematik. Siswa tidak dapat diharapkan dengan
sendirinya mampu melakukannya, tanpa insiatif guru. Hampir setiap proyek mulai
dengan direncanakan oleh guru pada tahap pemula, karena siswa memerlukan
bantuan dan bimbingan guru serta kesempatan untuk memilih proyek yang sesuai
dengan minatnya; b) siswa memilih topik masalah yang diinginkan. Usulan kerja
proyek dapat dimulai pada saat guru mengajukan sejumlah masalah yang dapat
dipecahkan siswa melalui kerja proyek. Untuk menentukan masalah ini guru dapat
bertolak dari minat para siswanya, di sini siswa dapat memilih topik masalah yang
diajukan guru. Perlu diperhatikan bahwa guru tidak boleh terlalu banyak
memberikan pengarahan kepada siswa; c) siswa membentuk kelompok kecil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menentukan langkah penyelesaian. Bagi siswa yang belum berani mengerjakan
proyeknya secara individual, guru dapat menyarankan agar mereka dapat
bergabung dengan temannya untuk bekerjasama dalam mengerjakan proyek
tersebut, karena pada hakekatnya mereka senang bekerjasama. Jumlah siswa
paling sedikit dua orang, karena terlalu banyak jumlah anggota kelompok akan
mengurangi bahkan menghilangkan kesempatan bagi siswa untuk bekerja; d)
siswa menyusun program kerja. Untuk menyusun program secara reguler, guru
perlu terlibat dalam pengaturan waktu, karena siswa masih terikat dengan jam
sekolah. Guru perlu menyusun program khusus atau memanfaatkan akhir dari
setiap jam pelajaran, kira-kira 20 menit untuk berkonsentrasi pada kerja proyek.
Pada saat itu siswa menyusun program kerja yang berkenaan dengan kegiatan
penyelidikan, guru berperan mengamati. Pada jam-jam praktikum dapat pula
siswa menyusun dan mengerjakan proyeknya; e) siswa mencari sumber yang
diperlukan. Kelangsungan suatu proyek memerlukan fasilitas khusus sesuai
dengan masalah yang dipecahkan. Untuk memenuhi hal ini diperlukan biaya
tambahan guna pengadaan alat-alat dan bahan yang diperlukan sebagai penunjang
proyek; f) siswa mengadakan penyelidikan. Secara umum untuk berlangsungnya
proyek diperlukan ruangan khusus tempat siswa bekerja, yang dilengkapi dengan
meja yang lebar dan kursi-kursi. Pada tempat dan situasi tersebut siswa
melakukan penyelidikan, tetapi tempat penyelidikan juga bisa dilakukan di luar
ruangan, misalnya di pantai, pegunungan, sawah, kolam, dan tempat-tempat lain
yang diperlukan. Langkah berikutnya g) mengumpulkan data yang dipandang
penting. Dalam penyelidikan di laboratorium tertutup maupun terbuka, semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kejadian di tulis dan data yang didapat dicatat dengan baik, kemudian diverifikasi.
Data yang relevan dikumpulkan, dianalisis, dihubungkan kemudian dibuat tulisan
yang sistematis. Langkah berikutnya h) menyusun laporan tertulis.
Penyusunan laporan ditulis dengan pedoman yang ditentukan guru yaitu
berisi: (1) pendahuluan (terdiri atas: rumusan topik atau masalah yang diteliti,
tujuan, ruang lingkup, metode penelitian serta hasil penting yang diperoleh); (2)
materi dan metode (terdiri atas: deskripsi alat dan bahan yang digunakan,
deskripsi metode yang digunakan); (3) eksperimen dan hasil (terdiri atas:
deskripsi eksperimen, dan deskripsi hasil; (4) diskusi (terdiri atas: latar belakang
materi yang relevan, interprestasi data, dan prinsip-prinsip utama atau
generalisasi. Langkah berikutnya i) presentasi hasil laporan. Laporan yang ditulis
secara sistematis dipaparkan kepada siswa yang lain atau bila perlu mengundang
beberapa guru guna memperoleh saran perbaikan dan sekaligus untuk mendorong
minat siswa lain bahwa presentasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Langkah-
langkah/sintaks dalam menerapkan metode proyek yang digunakan peneliti dapat
terlihat dalam Tabel 2.2.berikut ini:
Tabel 2.2 Sintaks Metode Proyek
FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Guru mengajukan
permasalahan.
Siswa memilih topik
yang diinginkan
Menyodorkan beberapa
permasalahan penelitian yang
aktual dengan penjelasannya
Memandu kelompok-kelompok
yang dibentuk seraya
memberikan argumen yang
ilmiah atas topik yang dipilih.
Mempelajari topik atau
judul yang akan dipilih dan
diminati
Mendiskusikan dengan
teman dalam kelompok
tentang topik yang dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Siswa membentuk
kelompok kecil dan
menentukan langkah
penyelesaian
Siswa menyusun
program kerja
Memberi kebebasan kepada
siswa untuk membentuk
kelompok peneliti minimal 2
orang
Terlibat dalam pengaturan
waktu, karena siswa masih
terikat dengan jam sekolah.
Guru perlu menyusun pro-gram
khusus atau memanfaat-kan
akhir dari setiap jam pelajaran,
kira-kira 20 menit untuk
berkonsentrasi pada kerja
proyek.
Menentukan teman yang
cocok untuk masuk ke
dalam kelompok
Mendiskusikan tentang
literatur yang digunakan,
laboratorium, alat dan
bahan, waktu penelitian
serta batas waktu penelitian
Siswa mencari sumber
yang diperlukan
Memfasilitasi kepentingan
siswa seperti melakukan
koordinasi kepada pengurus
laboratorium dan pengurus
perpustakan atau pihak lain
yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian siswa.
Mencari sumber belajar
seperti yang ditunjukan
guru atau sesuai yang
mereka tahu
Siswa mengadakan
penyelidikan
Mengumpulkan data
Mendampingi langsung dan
tidak langsung kelompok siswa
yang mengadakan penelitian.
Memeriksa data yang
dikumpulkan .
Pada waktu yang telah
ditentukan siswa berada di
tempat penyelidikan
Data dikumpulkan,
dianalisis, dihubungkan
kemudian diverifikasi
Siswa menyusun
laporan tertulis
Presentasi hasil laporan
Menentukan kerangka lapor-an
yaitu berisi: (1) Pendahu-luan
(2) Materi dan metode (3)
Eksperimen dan (4) Hasil
diskusi.
Memandu dan menilai
presentasi siswa bila perlu
mengundang beberapa guru dan
siswa lain.
Menulis kerangka laporan
secara lengkap
Laporan yang ditulis secara
sistematis dipaparkan
kepada siswa dan guru
Sumber: Made Wena 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kelima langkah kegiatan tersebut harus dipatuhi secara baik oleh guru dan
siswa untuk mencapai pemahaman yang optimal. Dalam praktek ke lima langkah
tersebut disederhanakan menjadi kegiatan awal, inti, dan akhir .Menurut Ratna
Willis (1989:194) dalam pelaksanaannya penggunaan metode Proyek banyak
keungggulannya namun juga kekurangnya. Kelebihan penggunaan metode
Proyek di antaranya adalah: 1) Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis
tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa yang tekun sampai
kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan.
Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen
kurikulum yang lain; 2) Kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya
bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya
untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis
proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang komplek; 3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok
dalam proyek. Memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktekkan
keterampilan berkomunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik
menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, siswa akan belajar maksimal
di dalam lingkungan kolaboratif.
Sejalan dengan kelebihan di atas metode Proyek juga memiliki
kelemahannya yaitu: 1) menyita waktu. siswa yang terlibat dalam metode Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
akan mencurahkan waktu yang banyak dan kegiatan yang cukup padat, sehingga
dapat melalaikan mata pelajaran lainnya, sementara itu muatan pelajaran di
sekolah cukup banyak; 2) Siswa terbelenggu oleh kecakapan tertentu saja. Metode
Proyek digunakan untuk konsep tertentu saja sehingga mereka tidak memiliki
kesempatan untuk mendalami konsep lainnya dengan kekuatan metode yang
sama; 3) Terbatas penggunaannya. Metode Proyek akan dilaksanakan secara
efektif untuk siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dan didukung oleh
fasilitas yang disediakan sekolah secara memadai. Apabila sekolah tidak memiliki
ruang laboratorium, alat dan bahan yang lengkap dan memadai serta ditunjang
oleh perpustakan yang lengkap dan kondusif, maka kegiatan ini sulit dilakukan.
6. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan
kognitif karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan
otak.Para pakar kreativitas misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui
“Teori Belahan Otak” (Hemisphere Theory) mengataka bahwa sesungguhnya otak
manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan yakni belahan otak
kiri dan belahan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan
yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan,
dan sejenisnya yang mengarah kepada cara-cara berfikir konvergen (convergent
thingking). Adapun otak kanan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
non linier, non verbal, holistik, humanistik, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan
mistik dan sejenisnya yang mengarah kepada cara-cara berfikir menyebar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(divergent thingking) Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun
pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan
peningkatan pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif,
psikomotorik maupun afektif. Pengem-bangan ketiga ranah keterampilan berfikir
tersebut tergantung pada bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam
mengajar dan usaha maksimal siswa mening-katkan pengetahuannya secara
mandiri.
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta
(Purwodarminto, 1984). Menurut Torrance (1988 dalam Munandar 2009: 27),
kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya
masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan
menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan
akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas adalah
sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun
eksternal dari lingkungan. Lebih lanjut Munandar menambahkan bahwa
kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena berkreasi berarti tumbuhnya
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada individu dan
memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.
Masih menurut Utami Munandar (2009: 27) bahwa dalam
perkembangnnya kreativitas sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek
pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari
proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah,
membuat dugaan tentang masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-
hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi,
iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan
bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreatif, ialah sesuatu yang baru, orisinal,
dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya
memerlukan dorongan internal maupun eksternal.
b. Pembelajaran Kreatif
Belajar kreatif merupakan situasi belajar yang memberi ruang kepada
siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam
menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini
terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus
mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan
yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
karakteristik siswa.
Menurut Munandar untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,
diperlukan berbagai keterampilan mengajar. Delapan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menuntut pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
c. Strategi Pembelajaran Kreatif
Berbagai strategi pembelajaran kreatif yang telah terbukti berhasil
meningkatkan kreativitas siswa adalah : 1) pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Di sini guru berperan sebagai fasilitator, teman belajar, inspirator,
navigator dan orang yang berbagai pengalaman; 2) penggunaan berbagai peralatan
bantu dalam pembelajaran, guru yang kreatif dan banyak akal akan menggunakan
berbagai peralatan dalam mengajar; 3) strategi manajemen kelas. Strategi ini
mencakup menciptakan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan
memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individunya;
4) meningkatkan kreativitas para siswa adalah dengan menghubungkan isi
pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata; dan 5) menggunakan
pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif.
d. Ukuran Sikap Kreatif
Menurut Utami Munandar (2009: 70) berdasarkan pertimbangan bahwa
perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berfikir kreatif maka sikap
kreatif dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) keterbukaan terhadap pengalaman
baru; 2) kelenturan dalam berfikir; 3) kebebasan dalam ungkapan diri, 4)
menghargai fantasi; 5) minat terhadap kegiatan kreatif; 6) kepercayaan terhadap
gagasan sendiri; dan 7) kemandirian dalam memberikan pertimbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
7. Sikap Ilmiah
Arti sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam
mengambil tindakan, terutama bila terbuka berbagai kemungkinan untuk
bertindak (W.S Winkel:1999,77). Istilah sikap dalam bahasa Inggris
disebut ”attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin
yakni ”aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk
melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai: ”An attitude is an
idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular
class of social situation”. Pernyataan itu dapat diartikan bahwa sikap mengandung
tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek tingkah laku. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa
cenderung untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana
berhadapan dengan suatu masalah atau objek.
Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk
bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan. Menurut Baharuddin (1982: 34)
bahwa ”sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para
ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Dengan
perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam
memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985:
31-34 dalam Bahrul Ulum 2007:1) sikap ilmiah yang biasa dilakukan para ahli
dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain: Sikap ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tahu,sikap kritis,sikap obyektif, sikap ingin menemukan, sikap menghagai karya
orang lain, sikap tekun dan terbuka : dalam menghadapi masalah yang baru, maka
ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan
peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk
menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam
menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis: tidak langsung begitu saja menerima
kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada
waktu menarik kesimpulan; tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh
orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Sikap objektif: melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias
pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat
mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
Sikap ingin menemukan: selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru;
kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan
konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang
dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain: tidak akan mengakui dan
memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah
walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun: tidak bosan
mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya
meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum
selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Sikap terbuka: bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda
dengan apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
terhadap pendapatnya. Dari beberapa aspek sikap ilmiah di atas, maka sikap
ilmiah yang dikembangkan untuk siswa antara lain: jujur, tanggung jawab,
disiplin, kritis, tekun dan terbuka. Dengan demikian, sikap ilmiah adalah sikap
yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung
jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka.
8. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah prestasi yang diharapkan pada akhir kegiatan
setelah seseorang belajar. Menurut Winkel (1999) “bahwa prestasi belajar
merupakan salah satu bukti yag menunjukkan kemampuan atau keberhasilan
seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang
diraihnya”. Prestasi belajar dan proses belajar merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, karena hasil akhir dari suatu proses pembelajaran adalah prestasi
belajar.Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu
dilakukan suatu evaluasi. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil diperoleh karena
adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.Menurut S. Nasution (1996: 17)
prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,
merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3
aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut.
Faktor-faktor prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
dalam diri siswa, yang meliputi: a) gaya belajar; b) motivasi, siswa yang memiliki
motivasi kuat akan mencapai hasil yang maksimal; c) intelegensi (IQ), pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
umumnya siswa yang mempunyai IQ tinggi dapat lebih berprestasi daripada siswa
yang IQ rendah; d) kesehatan, yang dapat dijaga dengan berolah raga, makanan
bergizi, dan istirahat cukup; dan e) kejelasan tujuan, siswa yang mempunyai
kejelasan tujuan akan belajar lebih bersemangat, sehingga dapat menunjang
keberhasilan dalam pencapaian prestasi terbaik dibandingkan dengan siswa yang
tidak mempunyai kejelasan tujuan.
Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi: a) sarana belajar;
b) metode mengajar; c) faktor keluarga, apabila lingkungan keluarga mendukung
maka mendorong anak untuk dapat berprestasi; d) faktor lingkungan sekolah,
situasi sekolah yang nyaman dan komunikasi kekeluargaan yang kondusif antara
guru dan siswa, antara siswa dengan siswa di dalam sekolah merupakan
pendukung keberhasilan siswa; dan e) faktor lingkungan masyarakat, siswa yang
berada dalam masyarakat dengan kondisi yang baik akan berpengaruh positif
terhadap prestasi siswa.
Menurut taksonomi Bloom (1956), hasil belajar terdiri dari tiga domain
(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26-32), yaitu: Domain kognitif, berhubungan
dengan kemampuan intelektual. Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang
sederhana sampai yang lebih kompleks, yaitu: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu
kemampuan mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2)
pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan,
atau meringkas; (3) penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau
menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau
konkret; (4) analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya
dapat dimengerti; (5) sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-
bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan
menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan kriteria tertentu.
Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai. Ada lima
tipe karakteristik afektif yang penting yaitu 1) Sikap, menurut Fishbein dan Ajzen
dalam Depdiknas (2008), sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep, atau
orang. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak suka atau tidak
suka. Sikap dapat dibentuk dengan mengamati dan menirukan sesuatu yang
positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.Penilaian
sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik; 2) Minat, menurut
Getzel dalam Depdiknas (2008), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalamanyang mendorong seseorang untuk memperoleh obyek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian.Penilaian minat dapat digunakan untuk: mengetahui minat, bakat,
pertimbangan penjurusan dan pelayanan individualmemilih metode yang tepat
dalam penyampaian materi dan meningkatkan motivasi belajar siswa; 3) Konsep
diri, menurut Smith konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Arah konsep diri bisa positif atau
negatif dan intensitasnya bisa dinyatakan mulai dari rendah sampai tinggi.Konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
diri dapat digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa dan untuk
memberikan motivasi belajar siswa dengan tepat; 4) Nilai, menurut Rokeach
dalam Depdiknas (2008), nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang diangggap baik atau buruk. Nilai mengacu pada
keyakinan dan memilki target sikap dan perilaku; 5) Moral, moral berkaitan
dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri. Selain itu ranah afektif yang lain adalah
kejujuran, integritas, adil, dan kebebasan.
Domain psikomotor, adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas
fisik . Menurut Bloom dalam Depdiknas (2008), ranah psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui ketrampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Sedang pembelajaran psikomotor /ketrampilan
akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil
mengerjakan (learning by doing) ini sesuai pendapat Mills (1977). Cara menilai
hasil belajar psikomotor (Ryan,1980) dapat diukur melalui 1) pengamatan
langsung selama proses pembelajaran berlangsung; 2) sesudah mengikuti
pembelajaran; 3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai. Dari penjelasan di
atas dapat dirangkum bahwa penilaian hasil belajar psikomotor /ketrampilan
harus mencakup penilaian saat persiapan, proses dan produk. Penilaian
psikomotor dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu siswa
melakukan praktikum di laboratorium atau sesudah proses berlangsung.
Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar
yang baik. Hasil prestasi belajar dapat digunakan antar lain: 1) sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; 2) sebagai lambang
pemuasan hasrat ingin tahu siswa; 3) sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan;4) sebagai indikator produktivitas institusi pendidikan; 5) dapat
dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa.
Dari uraian kegunaan hasil prestasi belajar di atas maka dapat dimaknai
pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor karena dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat menyusun evaluasi
pembelajaran untuk menghasilkan prestasi belajar yang di sudah ditargetkan.
Dalam penelitian ini, prestasi belajar kognitif ditunjukkan dengan nilai atau
angka, yaitu prestasi akhir dari hasil tes prestasi belajar kimia materi elektrolisis,
prestasi belajar afektif dengan angket dan psikomotor dengan observasi
pengamatan saat proses praktikum berlangsung.
9. Materi Elektrolisis
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang melibatkan serah terima elektron,
aliran elektron adalah arus listrik. Kita dapat menggunakan reaksi redoks spontan
untuk menghasilkan energi listrik dan menggunakan energi listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks tidak spontan. Rangkaian perubahan energi kimia
menjadi energi listrik dan perubahan energi listrik menjadi energi kimia disebut
sel elektrokimia. Sel elektrokimia dibedakan menjadi dua yaitu sel volta (energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kimia diubah menjadi energi listrik) dan sel elektrolisis (energi listrik diubah
menjadi energi kimia).
Sel elektrolisis (Johari dan Rachmawati, 2006) adalah tempat terjadinya
peruraian zat elektrolit dengan menggunakan arus listrik searah. Pada elektrolisis
melibatkan reaksi redoks tidak spontan dan memerlukan arus listrik dari luar.
Anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi dan bermuatan positif, sedangkan
katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan bermuatan negatif. Pada
rangkaian luar, arus listrik dibawa oleh elektron, sedangkan pada rangkaian dalam
(larutan atau lelehan elektrolit) arus listrik dibawa oleh ion.
Secara umum sel elektrolisis terdiri dari: a) Sumber listrik yang menyuplai arus
listrik searah, b) katoda, c) anoda dan d) elektrolit merupakan zat yang dapat
menghantarkan listrik yang akan diuraikan dalam sel elektrolisis (dapat berupa
lelehan dan juga larutan).
Gambar 2.2 Elektrolisis larutan dengan elektrode inert
Elektrolisis dengan menggunakan lelehan reaksinya bersifat sederhana
karena tidak melibatkan air. Sedangkan elektrolisis dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
elektrolit larutan reaksinya lebih kompleks karena adanya reaksi-reaksi bersaing
pada katoda maupun anoda.
a. Reaksi Elektrolisis
Reaksi elektrolisis dengan elektrolit lelehan menggunakan reaksi redoks
sederhana karena berlangsung tanpa air.
Contohnya elektrolisis lelehan NaCl dengan menggunakan elektroda grafit
(C). Gambar 2.3 menunjukkan elektrolisis lelehan NaCl dengan elektroda inert.
Gambar 2.3 Elektrolisis Lelehan NaCl (Elektrode Inert)
Di dalam sel elektrolisis, ion Na+ akan tereduksi di katode membentuk
logam Na, sedangkan ion Cl- akan teroksidasi di anoda membentuk gas Cl2.
NaCl(l) → Na+(l) + Cl
-(l)
Katoda : Na+(l) + e → Na(s)
Anoda : 2 Cl-(l) → Cl 2(g) + 2e +
Reaksi total : 2Na(l) + 2 Cl-(l) → 2Na(s) + Cl2(g)
Reaksi elektrolisis pada larutan elektrolit menggunakan reaksi redoks yang
kompleks karena adanya reaksi bersaing reaksi redoks elektrolit dan reaksi redoks
pelarut air. Jika elektrolitnya berupa asam maka terdapat reaksi bersaing H+.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Reaksi bersaing di katoda dan anoda pada reaksi elektrolisis larutan tertera pada
Tabel 2. 3
Tabel 2.3 Reaksi Bersaing di Katoda dan Anoda
Reaksi bersaing di katoda Reaksi bersaing di anoda
* Reaksi reduksi kation
Lx+
(aq) + xe → L(s)
* Reaksi oksidasi anion
* Reaksi reduksi air
2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq)
* Reaksi oksidasi air
2 H2O(l) → O2(g) + 4 H+(aq) + 4e
* Reaksi reduksi H+ (elektrolit asam)
2 H+(aq) + 2e → H2(g)
Ketentuan reaksi elektrolisis dengan menggunakan elektrolit larutan
b. Reaksi reduksi di katoda
Kation yang berasal dari logam aktif (gol IA, IIA, Al atau Mn) : air yang tereduksi
2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq)
Kation lain : kation lain tereduksi
Lx+
(aq) + xe → L(s)
2 H+(aq) + 2e → H2(g)
c. Reaksi oksidasi di anoda
Jika anodanya inert ( Pt, Au, C) maka:
Anion yang tidak mengandung oksigen akan teroksidasi:
X-(aq) → X2(g) + 2e
Anion yang mengandung oksigen : air yang teroksidasi
2 H2O(l) → O2(g) + 4 H+(aq) + 4e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Jika anodanya tak inert : anoda teroksidasi
L(s) → Lx+
(aq) + xe
Berikur beberapa contoh reaksi elektrolisis larutan
Reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda C
NaCl (aq) → Na+(aq) + Cl
-(aq) (2x)
Katoda : 2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq) (1x)
Anoda : 2 Cl-(aq) → Cl 2(g) + 2e (1x) +
Reaksi total : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) → H2(g) + 2 OH
-(aq) + Cl2(g)
Reaksi kimia : 2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) → 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda C dapat dilihat secara jelas
pada Gambar 2.2 berikut ini.
Reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda grafit dan anoda Fe
CuSO4 (aq) → Cu2+
(aq) + SO42-
(aq)
Katoda : Cu2+
(aq) + 2e → Cu(s)
Anoda : Fe(s) → Fe2+
(aq) + 2e +
Reaksi Sel : Cu2+
(aq) +Fe(s) → Cu(s) + Fe2+
(aq)
Untuk menghitung jumlah zat yang dihasilkan pada elektrolisis digunakan
hukum Faraday. Michael Faraday mengemukakan hubungan antara massa zat
yang dihasilkan di elektrode dengan jumlah listrik yang digunakan, hubungan
Gambar 2.4 Elektrolisis Larutan NaCl
Anode Katode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tersebut dinyatakan dalam dua hukum Faraday. Hukum Faraday I menyatakan
massa zat yang dihasilkan pada elektrode selama proses elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang dipaka, dinyatakan pada persamaan berikut :
G ∞ i x t,
Keterangan:
G = massa zat yang dihasilkan (gram),
i = arus listrik (Amper)
t = waktu (detik).
Hukum Faraday II menyatakan apabila dua sel elektrolisis atau lebih
dialiri arus listrik dalam jumlah yang sama maka massa zat-zat yang dihasilkan
akan berbanding lurus dengan massa ekuivalen zat-zat tersebut, dinyatakan dalam
rumus berikut
G ∞ ME,
Keterangan:
ME = massa ekivalen zat (ME = Ar : pbo)
pbo = perubahan bilangan oksidasi.
Jika digabungkan diperoleh persamaan:
G ∞ i x t x ME,
Perbandingan ini menjadi persamaan dengan menambahkan faktor
,sehingga diperoleh rumus G =
x i x t x ME
Hukum Faraday II dapat dilihat seperti pada Gambar 2.5 sel elektrolisis yang
disusun seri berikut .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
w Ag : w Ni : w Cr = e Ag : e Ni : e Cr
Gambar 2.5 Sel Elektrolisis disusun seri
d. Penggunaan Elektrolisis.
Aplikasi elektrolisis dalam industri dapat digunakan dalam proses : a)
Penyepuhan (elektroplating) adalah pelapisan dengan logam menggunakan sel
elektrolisis untuk memperindah penampilan dan mencegah korosi.Benda yang
akan disepuh dijadikan katoda dan logam penyepuh sebagai anoda. Larutan
elektrolit yang digunakan adalah larutan elektrolit yang sesuai dengan logam
penyepuh. Contoh penyepuhan sendok yang terbuat dari besi yang dilapisi dengan
perak, sel disusun dari anoda Ag dan katoda sendok (Fe), larutan elektrolit yang
digunakan adalah perak nitrat (AgNO3). Dapat dilihat seperti pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Proses penyepuhan
massa Ag massa Ni massa Cr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Reaksi elektrolisis yang terjadi :
Katoda (Fe) : Ag+(aq) + e → Ag(s)
Anoda (Ag) : Ag(s) → Ag+(aq) + e
Ion Ag+ dalam larutan tereduksi di katoda dan mengendap sebagai Ag di
sendok. Di anoda, elektroda Ag teroksidasi untuk terus memasok ion Ag+dalam
larutan, b) Produksi logam dengan kereaktifan tinggi tidak ditemukan dalam
bentuk unsur bebas, tetapi dalam bentuk senyawanya yang bersifat sangat stabil.
Salah satu metode yang digunakan untuk ekstraksi logam reaktif dari senyawanya
adalah dengan proses elektrolisis. Contoh pengambilan Al dari oksidanya Al2O3
dalam bijih bauksit. Pengolahan logam Al secara industri proses elektrolisis yang
dikenal sebagai proses Hall-Heroult. Sel ini terdiri dari anoda dan katoda karbon ,
Al2O3 dilarutkan ke dalam lelehan kriolit Na3AlF6,
Gambar 2.7 Proses elektrolisis pengolahan logam Aluminium
Katoda : Al3+
(l) + 3e → Al(s) (x4)
Anoda : O2-
(l) → O2(g) + 4e (x3) +
Sel : 4 Al3+
(l) + 6 O2-
(l) → 4Al(s) + 3 O2(g)
Di katoda Al3+
tereduksi menjadi logam Al, selanjutnya lelehan Al membentuk
lapisan di dasar sel dan diambil secara berkala, c) Pemurnian logam, contoh
Katode grafit
Isolator
Leburan Al2O3 + kriolit t = 850 0C
Leburan logam Al (yang diperoleh)
Tabung untuk mengalirkan
leburan Al
Anode grafit
Anode Katode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian logam tembaga. Sel terdiri dari
anoda Cu kotor dan katoda yang dilapisi Cu murni. Larutan elektrolit yang
digunakan adalah CuSO4 .Pada katoda ion Cu2+
dalam larutan akan tereduksi dan
mengendap, sementara pada anoda Cu akan teroksidasi menjadi Cu2+
.
Gambar 2.8 Proses elektrolisis pemurnian logam tembaga
Reaksi elektrolisis yang terjadi:
CuSO4 (aq) → Cu2+
(aq) + SO4 2-
(aq)
Katoda : Cu2+
(aq) + 2e → Cu(s)
Anoda : Cu(s) → Cu2+
(aq) + 2e +
Reaksi Sel : Cu(s) (anoda) → Cu(s) ( katoda)
B. Penelitian yang relevan
Penelitian-penelitian yang relevan tentang pembelajaran berbasis masalah
(PBM) dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS), metode Proyek,
kreativitas dan sikap ilmiah telah dilakukan sebelum ini. Berikut adalah beberapa
hasil penelitian yang pernah dilakukan.
1.Runtut Prih Utami (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Prestasi Belajar
Biologi Pada Kompetensi Dasar Bioteknologi Menggunakan Model
Pembelajarn Problem Based Instruction (PBI) Disertai Hand Out Dan Model
Cu tidak murni Cu murni
Cu2
Cu2+
Larutan CuSO4
Cu2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) Ditinjau Dari Intelegensi
Dan Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh
model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) disertai Hand Out dan
model pembelajaran SSCS terhadap prestasi belajar Biologi, dan terdapat
pengaruh antara kreativitas siswa (tinggi, rendah) terhadap prestasi belajar
biologi. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan memberikan rerata
prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa yang mempunyai kreatrivitas
sedang atau rendah yang diberi motode pembelajaran SSCS. Jadi faktor
kreativitas berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara penelitian yang
dilakukan Runtut Prih Utami dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
penggunaan metode pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) dan
variabel moderator kreativitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan Runtut Prih
Utami dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam
pembelajaran kimia menggunakan metode Proyek, variabel moderator yang
digunakan sikap ilmiah dan berbeda pada mata pelajaran yang diampu.
2.Ertmer Peggy A., Simons & Krista D.(2006), melakukan penelitian dengan
judul ” Jumping the PBL Implementation Hurdle: Supporting the Efforts of K–
12 Teachers ”.Penelitian ini membahas tentang hambatan yang dialami oleh
guru dalam mengimplementasikan PBL dan masukan bagi guru dalam
penggunaan PBL. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ertmer
Peggy A., Simons Krista D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang dapat memudahkan
siswa dalam memahami materi yang dipelajari karena siswa dituntut tanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
jawab yang tinggi, ini dilihat dari peranan mereka dalam diskusi. Perbedaan
antara penelitian yang dilakukan oleh Ertmer Peggy A., Simons Krista D dengan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti sebelumnya sudah mengamati
peranan kelompok secara intensif dan dampak perubahan nyata yang
ditimbulkan yaitu partisipasi yang tinggi diantara mereka, sudah menerapkan
kelompok-kelompok belajar yang dibentuk sebelumnya, sedangkan peneliti
hanya mengamati perubahan prestasi belajar siswa
3.Osburn Holly K. and Mumford Michael D.(2006), melakukan penelitian dengan
judul ”Creativity and Planning: Training Interventions to Develop Creative
Problem-Solving Skills, The University of Oklahoma”. Penelitian menunjukkan
bahwa berpikir kreatif memerlukan perencanaan untuk memperoleh ide-ide
baru. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and
Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
kreativitas untuk mendapatkan ide-ide baru pada Problem-Solving Skills.
Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and
Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
kreativitas untuk model Problem-Based Learning.
4.Erdal Senocak (2009), melaksanakan penelitian dengan judul ”Development of
an Instrument for Assessing Undergraduate Science Students Perceptions: The
Problem-Based Learning Environment Inventory” Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan dan memvalidasi lingkungan pembelajaran berbasis masalah
agar guru lebih memahami Problem-Based Learning (PBL). Persamaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Erdal Senocak dengan penelitian yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
peneliti adalah menerapkan model Problem-Based Learning (PBL). Perbedaan
penelitian yang dilakukan Erdal Senocak dengan peneliti bahwa peneliti
memusatkan pembelajaran dengan metode Search Solve Create And Share
(SSCS) dan proyek sedang Erdal Senocak penerapan 4 langkah Problem-Based
Learning (PBL) untuk keberhasilan pembelajaran di bidang pendidikan.
5.Tri Lestari (2010) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran Kimia
Metode Eksperimen dengan Inquiri terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan
Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal Dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil
penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah. Kesamaan antara penelitian yang
dilakukan Tri Lestari dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel
moderator sikap ilmiah. Perbedaan penelitian yang dilakukan Tri Lestari dengan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia
menggunakan metode Search Solve Create And Share (SSCS) dan metode
Proyek serta variabel moderator kreativitas.
6.Erlina Hartiningsih (2011) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran
Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode Inquiri Terbimbing dan Proyek
Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil penelitian
menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode
Inquiri terbimbing dan Proyek terhadap prestasi belajar kimia pada materi
elektrolisis. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Erlina Hartiningsih
dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Proyek, kreativitas dan
sikap ilmiah. Perbedaan penelitian yang dilakukan Erlina Hartiningsih dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia
menggunakan metode Search Solve Create And Share (SSCS).
C. Kerangka Berpikir
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai bentuk operasional
kurikulum yang berlaku saat ini memberikan kebebasan guru untuk berkreasi,
baik dalam hal strategi mengajar maupun mengatur proses pembelajaran di dalam
kelas. Hal ini sejalan dengan adanya pergeseran paradigma dari teacher centered
ke student centered dimana diharapkan dalam proses pembelajaran siswa bukan
hanya sebagai objek pembelajaran, tetapi lebih ditekankan sebagai subjek
pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.
Pada kenyataannya, penerapan kurikulum dan perubahan paradigma
tersebut belum dapat ditangkap oleh guru sebagai peluang untuk mengembangkan
diri dan mewujudkannya secara optimal untuk saat ini. Hal ini disebabkan guru
kesulitan mengembangkan kreativitas mengajarnya karena kendala alokasi waktu
yang terbatas dan banyaknya kelas yang harus diampu. Namun demikian sebagian
besar guru tetap berusaha mencoba berbagai metode baru dengan harapan dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswanya.
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan penelitian yang relevan
maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek pada materi
elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Materi elektrolisis merupakan materi yang bersifat faktual dan empiris,
dikatakan faktual karena perubahan yang terjadi setelah proses elektrolisis dapat
diamati misalnya dihasilkannya gelembung, endapan, perubahan pH dan
perubahan warna pada elektroda.Sedang bersifat empiris karena endapan, gas dan
dapat dihitung secara stoikiometri. Menurut teori belajar Ausubel pembelajaran
berdasarkan penemuan siswa yang berinteraksi langsung dengan obyek melalui
pengamatan akan menghasilkan pengetahuan yang lebih mudah dipahami dan
lama diingat. Materi elektrolisis dibahas dengan cara praktikum di laboratorium
sehingga siswa langsung mengamati perubahan-perubahan selama elektrolisis
berlangsung.
Metode Search Solve Create and Share (SSCS) melakukan kegiatan
pembelajaran seperti observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan
investigasi yang merupakan proses penemuan pengetahuan yang terukur dan
berulang. Dalam kegiatan tersebut melibatkan mental pikiran, emosi yang
berasimilasi dalam rangka mengkaji konsep bahkan menemukan prinsip-prinsip
baru. Metode Search Solve Create and Share (SSCS) mempunyai kelebihan
pengetahuan yang dipelajari mudah diingat, mudah diterapkan, meningkatkan
penalaran dan membangkitkan keingintahuan siswa, sehingga metode Search
Solve Create and Share (SSCS) dapat dipergunakan untuk menerangkan materi
elektrolisis. Namun demikian metode Search Solve Create and Share (SSCS) juga
mempunyai kekurangan antara lain metode ini memerlukan fasilitas dan sumber
belajar yang memadai, jika jumlah siswa banyak tugas guru dalam membimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dan mengawasi menjadi lebih berat dan siswa yang gagal dalam pembelajaran
menjadi frustasi.
Metode Proyek adalah sebuah metode pembelajaran inovatif yang
menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip-prinsip inti dari
suatu disiplin belajar, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain. Memberi kesempatan siswa bekerja
secara mandiri dengan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai
puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Sesuai teori belajar Ausubel siswa
akan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari apa yang mereka alami
berdasarkan pola-pola bermakna. Metode proyek mempunyai kelebihan
meningkatkan motivasi, mampu memecahkan masalah dan meningkatkan
kolaborasi, materi elektrolisis diajarkan dengan cara praktikum berkelompok di
laboratorium dalam pemecahan masalahnya sehingga dengan menggunakan
metode Proyek materi elektrolisis mudah dipahami oleh siswa. Namun demikian
metode Proyek juga mempunyai kelemahan yaitu menyita waktu, terbelenggu
oleh kecakapan tertentu, terbatas penggunaannya hanya pada siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan fasilitas sekolah harus memadai. Dengan penggunaan
metode Proyek akan menggali kreativitas siswa dengan sangat baik sehingga
diharapkan metode Proyek ini akan dapat menghasilkan prestasi yang baik.
Walaupun kedua metode tersebut berperan besar dalam menghasilkan prestasi
yang baik.Diduga ada perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada
materi elektrolisis.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis.
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta.
Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam
mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru
dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi
kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji
hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu
konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik.
Berdasarkan ciri siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan cenderung
menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah memiliki
konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrolisis diberikan oleh guru dengan
menggunakan eksperimen. Eksperimen dapat merangsang siswa yang kreatif
untuk mencoba mengelektrolisis beberapa larutan bahkan lelehan zat kimia,
dengan variasi elektroda aktif maupun inert sehingga siswa-siswa tersebut lebih
mudah saat memahami materi elektrolisis. Menurut Bruner belajar penemuan
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa sendiri akan
memberikan hasil yang paling baik, dengan berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, dapat menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Diduga ada pengaruh siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
memiliki kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa pada
pembelajaran materi elektrolisis
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.
Sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir
untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki sikap ilmiah
cenderungan berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah
melalui langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka,
sikap obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan
kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Materi elektrolisis merupakan materi
yang kompleks karena melibatkan banyak pengetahuan diantaranya matematika
dan fisika. Siswa harus menguasai kedua pengetahuan tersebut untuk
mempertajam materi elektrolisis sebelum melakukan eksperimen. Menurut
konstruktivisme belajar memadukan antara realitas internal dan eksternal. Realitas
internal adalah susunan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sedangkan realitas
eksternal adalah obyek yang menjadi bahan kajian. Siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi akan mampu mengintergrasikan antara realitas internal dan realitas
eksternal. Diduga ada perbedaan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar
siswa pada materi elektrolisis.
4. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu contoh model
pembelajaran yang inovatif, di dalamnya terdapat metode Search Solve Create
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
and Share (SSCS) dan Proyek. Metode pembelajaran Search Solve Create and
Share (SSCS) memerlukan ketekunan menjabarkan konsep, membentuk
kelompok, melakukan interaksi antara pengetahuan dan kekompakan kelompok
serta membagikan pengetahuan yang diperoleh dengan mempresentasikan pada
kelompok yang lain. Sedangkan metode proyek juga memerlukan ketekunan,
kemampuan dalam menemukan dan memecahkan masalah dan menghasilkan
karya yang aktual. Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi
elektrolisis yang mengacu pada pemecahan masalah. Metode yang sesuai karakter
materi yang dipelajari akan mampu memperjelas materi elektrolisis. Siswa-siswa
yang kreatif akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah elektrolisis. Metode
SSCS dan proyek dapat mendorong siswa untuk kreatif, tetapi siswa yang
memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis lebih cocok
menggunakan metode SSCS, sedang siswa yang memiliki kreativitas tinggi cocok
menggunakan metode proyek. Diduga ada interaksi antara model pembelajaran
berbasis masalah dengan metode SSCS dan proyek dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada materi elektrolisis.
5. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek
dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.
Metode merupakan sarana untuk memperjelas materi. Ada banyak metode
yang dapat digunakan, tetapi tidak semua cocok diterapkan tergantung materi
yang akan menjadi kajian. Selain itu siswa memiliki sikap ilmiah yang berbeda-
beda. Untuk menggali sikap ilmiah siswa diperlukan metode yang cocok. Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pembelajaran berbasis masalah melahirkan metode inovatif diantaranya metode
SSCS dan Proyek.
Meskipun kedua metode tersebut memiliki kesamaan untuk memecahkan
masalah tetapi dalam prakteknya tidak selalu menghasilkan sikap ilmiah yang
sama. Perbedaannya metode SSCS masih mengandalkan guru sebagai
pendamping pemecahan masalahnya sedangkan pada metode Proyek guru hanya
sebagai fasilitator, oleh karena itu siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah lebih
cocok mengguna metode SSCS dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih
cocok menggunakan metode Proyek. Diduga ada interaksi antara model
pembelajaran berbasis masalah dengan metode SSCS dan metode Proyek dengan
sikap ilmiah siswa pada pembelajaran materi elektrolisis terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada
materi elektrolisis.
Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dan kreativitas rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi dan sikap ilmiah rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan
mempunyai daya cipta yang tinggi dalam belajarnya sehingga lebih baik dalam
memecahkan masalah materi elektrolisis dan siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi memiliki penalaran yang baik sehingga diduga prestasi belajarnya lebih
baik. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai interaksi pribadi dengan
lingkungannya cukup tinggi, senang belajar dengan cara mengamati suatu
eksperimen bahkan mencoba berulang-ulang terhadap eksperimen lain sehingga
menghasilkan banyak produk, senang bekerja. Dalam menyelesaikan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
materi elektrolisis lebih senang dengan cara praktikum secara sistematik.Sikap
ilmiah ditunjukkan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan
dalam sains, dan terjadi dalam kegiatan ilmiah untuk mengamati obyek tertentu,
Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi kecenderungan bertindak atau
berperilaku dalam memecahkan masalah secara sistematik dan melalui langkah-
langkah kimia. Siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya tinggi pada umumnya
mempunyai daya nalar, penguasan materi lebih baik sehingga diduga ada interaksi
antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada materi
elektrolisis
7. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan proyek,
dengan kreativitas, dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi
elektrolisis.
Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode SSCS dan Proyek. Menurut Bruner
perolehan pengetahuan merupakan proses interaksi, dan orang mengkonstruksi
pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi
yang diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif, kreatif dan bersikap ilmiah yang tinggi akan
memperoleh hasil yang paling baik.
Teori belajar sosial Vygotsky mengatakan bahwa proses pembelajaran
akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan sesuai zone of proximal
development siswa dan scaffolding siswa. Sedangkan Piaget dalam teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
belajarnya mengatakan bahwa belajar mengalami tingkat-tingkat perkembangan
intelektual sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional
formal yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak. Siswa SMA termasuk
kategori operasional formal, namun setiap siswa mempunyai kemampuan berpikir
abstrak yang berbeda-beda dengan kreativitas dan sikap ilmiah yang berbeda-beda
pula, maka dengan model pembelajaran dan metode yang tepat siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda memahami materi elektrolisis.
Model pembelajaran berbasis masalah dalam mempelajari materi elektrolisis
dengan menggunakan metode Proyek, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
dan sikap ilmiah tinggi diduga prestasi belajarnya lebih baik. Diduga ada interaksi
antara penngunaan dengan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan sikap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang
diminati siswa karena berbagai sebab, diantaranya pembelajaran di kelas yang
kurang menarik dan kurang dapat menstimulasi munculnya kreativitas dan sikap
ilmiah mereka. Kesulitan yang sering dialami oleh guru adalah dalam pemilihan
metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu secara mudah, sehingga
siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada KTSP. Dengan
pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil pembelajaran yang
dicapai menjadi optimal.
Pembelajaran di SMA Negeri 1 Kalasan masih berupa pembelajaran
klasikal dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak, yaitu sebanyak 32 siswa.
Banyaknya siswa yang diampu menyebabkan guru kesulitan untuk menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
semua materi yang dianjurkan dalam KTSP, karena mengelola kelas dengan
jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan kreativitas guru
yang memadai.
Search Solve Create and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.
Penggunaan model ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan
kepada guru untuk mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model pembelajaran
SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru, membangkitkan minat
bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang nyata.
Pada penelitian ini akan dicoba diterapkan metode pembelajaran SSCS dan
Proyek dengan harapan agar proses pembelajaran menjadi optimal, sehingga dapat
memunculkan motivasi belajar siswa pada pelajaran kimia. Motivasi belajar yang
tinggi akan berakibat meningkat pula prestasi belajar siswa Motivasi yang tinggi
akan meningkatkan pada tingginya partisipasi dan keaktifan siswa di kelas.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek pada materi
elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis.
3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.
4. Ada interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan
proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi
elektrolisis.
5. Ada interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan
proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi
elektrolisis.
6. Ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar pada materi elektrolisis.
7. Ada interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share
(SSCS) dan proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar pada materi elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kalasan yang beralamat di
Bogem, Tamanmartani, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman , Daerah Istimewa
Yogyakarta.Dengan beberapa pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Kalasan
merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, memiliki sebanyak 4
kelas XII program IPA serta sarana prasarana yang memadai untuk penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 dengan
rencana jadwal kegiatan penelitian tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2011 dan 2012 bulan
Mei
Ju
ni
Ju
li
Agst
Sep
t
Ok
t
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
rll
Mei
Ju
ni
Ju
li
1. Penyusunan Proposal 2. Pembimbingan Proposal 3. Penyusunan Instrumen 4. Seminar Proposal 5. Uji coba Instrumen 6. Analisis uji Coba Instrumen 7. Pelaksanaan Penelitian 8. Pengolahan data penelitian 9. Penulisan laporan 10. Ujian Tesis
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:
130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII program IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
SMA Negeri 1 Kalasan tahun pelajaran 2011/2012 yang masing-masing terdiri
dari 32 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-masing kelas tercantum
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah
Laki-laki
Jumlah
Perempuan Jumlah
Nilai rata-rata
raport kelas XI
1. XII IPA 1 15 17 32 76,48
2. XII IPA 2 8 24 32 76,08
3. XII IPA 3 8 24 32 76,56
4. XII IPA 4 14 16 30 75,79
Total = 126
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006: 131).Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi
siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan tahun pelajaran 2011/2012.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-
kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang
ada dalam populasi. Jadi, populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok
kemudian kelompok tersebut tercermin dalam sampel. Masing-masing kelas dari
keseluruhan kelas XII program IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang
akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok
sampel.
Sebelum penentuan sampel maka dilakukan pengujian kesamaan rerata
prestasi siswa yaitu dengan cara uji t terhadap nilai raport kenaikan kelas XI IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
siswa. Pengukuran dilakukan pada kelas eksperimen dan bukan eksperimen. Uji
statistik yang digunakan adalah uji t-matching. Dihitung dengan menggunakan
software PASW versi 18. Uji kesamaan rerata digunakan untuk mengetahui
kesamaan prestasi siswa dari pengukuran nilai raport kenaikan kelas XI IPA
dengan menggunakan uji t 2 pihak. Uji kesamaan rerata dilakukan dalam
pengambilan sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan uji independent
samples t-test. Dari hasil pengujian independent samples t-test didapatkan
signifikansi 0.740 (Sig.>0.5) yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari
uji t menunjukkan bahwa sampel (4 kelas populasi) tidak memiliki perbedaan
prestasi belajar, berarti sampel memiliki keadaan awal yang sama. Ini
menunjukkuan sampel yang akan diambil dari populasi adalah representatif
(mewakili).
Setelah diundi secara acak, kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen
pertama menggunakan metode pembelajaran SSCS dan kelas XII IPA3 sebagai
kelas eksperimen kedua menggunakan metode pembelajaran Proyek.
C. Rancangan dan Variabel Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan
metode SSCS dan Proyek yang berbasis masalah terhadap prestasi belajar kimia
siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen
(experimental research). Menurut Donald Ary et.al (2005: 337) penelitian
eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis. Kedua
kelompok itu diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya
berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah.
Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan
perbedaan variabel yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan Anava tiga jalan dengan rancangan desain
faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode SSCS dan Proyek. Faktor kedua
adalah kreativitas siswa dikategorikan dalam kreativitas tinggi dan rendah. Faktor
ketiga adalah sikap ilmiah siswa dikategorikan tinggi dan rendah. Berkaitan
dengan hal tersebut maka rancangan penelitian ini dapat disajikan seperti Tabel
3.3.
Tabel 3.3 Rancangan Penelitian
Model Pembelajaran
berbasis masalah ( A )
SSCS (A1) Proyek (A2)
Kreativitas (B) Kreativitas Tinggi (B1)
A1B1 A2B1
Kreativitas Rendah (B2)
A1B2 A2B2
Sikap Ilmiah (C) Sikap ilmiah tinggi (C1)
A1C1 A2C1
Sikap ilmiah rendah (C2) A1C2 A2 C2
Keterangan :
A1 B1 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan kreativitas tinggi
A1 B2 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan kreativitas rendah
A1 C1 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi
A1 C2 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan sikap ilmiah rendah
A2 B1 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
A2 B2 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas rendah
A2 C1 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi
A2 C2 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan sikap ilmiah rendah
Pada Tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian.
Variabel bebas dalam penelitian ini masing-masing dikelompokkan menjadi dua
bagian. Variabel bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran SSCS (A1) dan
metode pembelajaran Proyek(A2) ,dan variabel moderatornya adalah kreativitas
(B), dan sikap ilmiah (C). Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam,
yaitu metode SSCS (A1) dan Proyek (A2); kreativitas yang digunakan adalah
kreativitas tinggi (B1) dan kreativitas rendah (B2); serta sikap ilmiah siswa
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).
2. Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung)
adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen.
Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau
independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau
variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Variabel bebas/ independent variabel: metode pembelajaran SSCS dan metode
pembelajaran Proyek.
b. Variabel moderator: kreativitas dan sikap ilmiah siswa.
c. Variabel terikat/ dependent variabel: prestasi belajar kimia siswa dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah
dengan menggunakan metode pembelajaran SSCS dan metode Proyek.
Definisi operasional :
Metode SSCS merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam
pemilihan masalahnya ditentukan oleh siswa dengan didampingi guru, tetapi
dalam penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan
yang mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian akan ditampilkan
atau dipresentasikan.Sedangkan metode Proyek merupakan suatu metode yang
menerapkan teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan
yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau kelompok kecil siswa, untuk
mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari
berbagai bidang studi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,
menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau
dipresentasikan. Saat pengerjaan di kelas menggunakan berbagai macam bahan-
bahan, dengan pendekatan belajar aktif atau berpusat pada siswa.
b. Variabel moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan sikap
ilmiah.
1) Variabel moderator I Kreativitas
a) Definisi operasional:
Kreativitas merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari
bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang dimilikinya. Kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru
ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta
dapat dimengerti.
b) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan
rendah.
c) Indikator: kreativitas tinggi jika ≥ X (rerata) dan kreativitas rendah jika < X
(rerata).
2) Variabel moderator II Sikap Ilmiah
a) Definisi operasional:
Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk
bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah yang dimiliki sesesorang dengan
parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung jawab, ingin tahu, objektif, tekun,
ingin menemukan dan terbuka.
b) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu sikap ilmiah tinggi dan
rendah.
c) Indikator: sikap ilmiah tinggi jika ≥ X (rerata) dan sikap ilmiah rendah jika
< X (rerata).
c. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia materi
elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
1) Definisi operasional:
Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai
akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi elektrolisis,
dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor pada mata pelajararan kimia dengan materi pembelajaran
elektrolisis. Materi tersebut disampaikan dengan model pembelajaran berbasis
masalah dengan menggunakan metode SSCS dan Proyek.
2) Skala pengukuran: interval
3) Indikator: nilai tes prestasi belajar pada materi elektrolisis aspek kognitif,
angket untuk aspek afektif dan lembar observasi untuk psikomotor. Aspek
kognitif adalah domain belajar sesuai taksonomi Bloom (Situmorang, 2005: 218)
aspek pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek
afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang
merupakan aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral yang muncul saat
terjadi proses interaksi. Aspek psikomotor yaitu hasil belajar dalam bentuk
ketrampilan proses sains yang meliputi merangkai alat, melakukan percobaan,
mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, berkomunikasi dan menyimpulkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab
dengan tujuan untuk mengukur aspek tertentu. Teknik non tes dengan
menggunakan angket dan observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok elektrolisis dengan
menggunakan perangkat tes berupa obyektif tes dengan 5 pilihan jawaban.
2. Data moderator kreativitas verbal diperoleh dengan tes.
3. Data moderator sikap ilmiah diperoleh dari angket.
4. Data nilai afektif diperoleh dari angket.
5. Data observasi kemampuan psikomotor di peroleh dari observasi kegiatan
siswa saat melakukan eksperimen di laboratorium.
Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan
kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda
satu dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut
antara lain berupa teknik angket, teknik tes, teknik observasi dan dokumentasi.
1. Teknik Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, angket
digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah, dan prestasi belajar kimia siswa pada
ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan empat
alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk mengambil data
penelitian, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas angket.
2. Teknik Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk
memperoleh data prestasi belajar kimia siswa pada ranah kognitif dan kreativitas.
Bentuk soal tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban
dan hanya ada satu jawaban yang benar. Sedang tes kreativitas berupa tes tertulis
yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya
sesuai waktu yang telah ditentukan. Soal-soal tersebut disesuaikan dengan kisi-
kisi soal dan indikator yang telah disusun.Sebelum diujikan pada sampel
penelitian, terlebih dahulu soal tes diujicobakan untuk menentukan validitas dan
reliabilitas yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.
3. Teknik Unjuk kerja
Unjuk kerja yang dimaksud adalah unjuk kerja siswa untuk hasil prestasi
belajar pada aspek psikomotorik.Dalam penelitian ini bentuk unjuk kerja yang
yang digunakan adalah pengamatan terhadap siswa saat melaksanakan proses
eksperimen secara langsung.
4. Teknik Dokumentasi
Dalam melaksanakan pengumpulan data dokumentasi, pada penelitian ini
didapatkan dari menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulen,
catatan harian, gambar, foto, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk
mengetahui proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun jenis
dokumentasi yang diperlukan adalah foto proses pembelajaran siswa dengan
metode pembelajaran SSCS dan Proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan
pembelajaran dan instrumen pengambilan data.
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai
dengan rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen
pembelajaran dalam penelitian ini, yang meliputi:
a. Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam
silabus.
c. Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes prestasi belajar
kognitif, instrumen angket prestasi belajar afektif , instrumen kreativitas verbal,
instrumen angket sikap ilmiah serta lembar observasi pelaksanaan kegiatan
praktikum untuk prestasi belajar psikomotorik.
a. Tes prestasi belajar kognitif.
Soal tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 35 soal dengan 5 pilihan
jawaban. Soal pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika
jawaban salah. Skala penilaian menggunakan skala 100.
b. Tes kreativitas
Instrumen tes kreativitas verbal disusun sesuai kisi dan indikator yang
telah dibuat.Tes kreativitas verbal berupa pertanyaan yang harus dijawab siswa
dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya sesuai batasan waktu yang
diberikan.Tes diberikan di awal sebelum pembelajaran di mulai.
c. Angket sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif.
Instrumen angket sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif disusun dengan
memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia. Penyusunan
item angket meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk
pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan.
Kriteria penilaian tiap item pernyataan dengan skala 1 sampai 4. Instrumen yang
berupa angket sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen
tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. Soal
angket prestasi belajar afektif berjumlah 20 butir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
d. Lembar Unjuk kerja siswa.
Lembar Unjuk kerja siswa dibuat untuk memperoleh data tentang prestasi
psikomotorik siswa selama eksperimen berlangsung didapat melalui pengamatan.
F. Uji Coba Instrumen
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena
data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya
hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya
instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif
Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) validitas, yaitu sejauh
mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang
ingin diukur; (2) reliabilitas, yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali; (3) sensitivitas, yaitu
kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; (4) objektivitas, yaitu
data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan (5)
fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan
sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji
dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden
populasi peserta didik kelas XII IPA pada SMA Negeri 1 Sleman Yogyakarta
tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket
kreativitas, sikap ilmiah, afektif, dan tes kognitif. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 168). Uji validitas instrumen
dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu
mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Perhitungan uji
validitas dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel. Hasil uji
validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel.
Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2010 : 65). Validitas yang diuji dalam
penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah butir item. Pada validitas item
sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor
total (Suharsimi Arikunto, 2010 : 76). Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal
yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda
skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 jika siswa
menjawab benar dan angka 0 jika siswa menjawab salah.
Untuk menilai apakah soal tes mempunyai validitas isi tinggi, maka
dilakukan validasi oleh ahli (dosen kimia). Dalam hal ini untuk menilai apakah
kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan klasifikasi kisi-kisi
yang mewakili isi yang akan diukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Setelah dinilai oleh validator, selanjutnya untuk menguji konsistensi
internal soal (validitas empirik) pada tes prestasi belajar, digunakan rumus
korelasi Point Biserial dengan rumus:
rpbis =
√
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
= mean skor dari jawaban benar bagi item yang dicari korelasinya
= mean skor total (skor rata-rata seluruh pengikut tes)
= standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar suatu item
q = proporsi siswa yang menjawab salah (1-p)
Sedangkan untuk menghitung validitas angket dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
rxy =
2222
NN
N
Keterangan:
X : skor item untuk masing-masing responden.
Y : skor total dari keseluruhan item masing-masing responden.
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
N : jumlah sampel.
Kriteria item: jika rxy ≥ rtabel maka item tersebut valid, jika rxy< rtabel maka item
tersebut tidak valid untuk taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar kimia yang telah dilakukan
terangkum dalam Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Variabel Kriteria Nomor Soal Total
Soal
Materi
elektrolisis
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,1
7,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,
29,32,33,34,34,35
32
Tidak Valid 15, 30, 31 3
Jumlah 35
Sedangkan uji validitas instrumen angket penilaian prestasi belajar afektif
terangkum dalam Tabel 3.5
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif
Variabel Kriteria Nomor Soal Total
Angket
Penilaian
Prestasi Belajar
Aspek Afektif
Valid 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20
18
Tidak Valid 3,11 2
Jumlah 20
Dari 20 soal yang diujicobakan 18 soal valid dan 2 soal invalid. Sebanyak 18 soal
yang valid digunakan semua dan 2 soal yang tidak valid diperbaiki dan digunakan
kembali.
b. Reliabilitas
Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal.
Suatu soal dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika memberikan
hasil yang sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berlainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dan waktu yang berlainan.Untuk Pengujian reliabilitas instrument tes kognitif dan
sikap ilmiah menggunakan rumus Kuder-Richardson sebagai berikut:
2
2
11
pq
1n
nr
s
s
r11 = Reliabilitas instrument
n = Banyaknya butir pertanyaan
S = Deviasi standar
p = Indeks kesukaran
q = 1 – p
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r
product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut adalah
reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,91-1,00 : Sangat Tinggi
0,71- 0,90 : Tinggi
0,41- 0,70 : Cukup
0,21-0,40 : Rendah
>0,00-0,20 : Sangat Rendah (Suharsimi Arikunto, 2010: 227)
Untuk mengukur reliabilitas instrumen kreativitas digunakan rumus Alpha.
Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya untuk angket dan soal uraian (Suharsimi Arikunto, 2010:227).
Rumus Alpha adalah sebagai berikut:
r11 = (k
k- ) (
∑
)
Keterangan:
11r : reliabilitas instrumen
k : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
∑ b2 : jumlah varians butir
t2 : varians total
Kriteria reliabilitas adalah sebagaiberikut :
0,91-1,00 : Sangat Tinggi
0,71-0,90 : Tinggi
0,41-0,70 : Cukup
0,21-0,40 : Rendah
0,00 -0,20 : Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar kognitif kimia yang telah
dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal Materi Elektrolisis 35 0.82 Reliabilitas tinggi
Reliabilitas soal materi elektrolisis diperoleh angka 0,82 yang berarti
reliabilitasnya tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket prestasi belajar aspek
afektif yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.7
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Penilaian Prestasi
Belajar Aspek Afektif
20 0,78 Reliabilitas
tinggi
Reliabilitas prestasi belajar aspek afektif sebesar 0,78 yang berarti reliabilitasnya
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
c. Uji Taraf Kesukaran
Taraf Kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu suatu
bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
BA
BA
JSJS
JBJB
IK
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas
JBB = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah
JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
IK = 0,00 terlalu sukar
0, 0 < IK ≤ 0,30 sukar
0,3 < IK ≤ 0,70 sedang
0,7 < P ≤ ,00 mudah
IK = 1 terlalu mudah
(Suharsimi Arikunto, 2010: 235)
Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi belajar kimia yang telah dilakukan
terangkum dalam Tabel 3.8
Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar
Taraf Kesukaran Jumlah soal Total Total Soal dipakai
Mudah 3 3 1
Sedang 30 30 33
Sukar 2 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Setelah diuji taraf kesukaran dari 35 soal yang diujicobakan setelah
dihitung menggunakan program microsoft excel 2007 terdapat 32 soal valid dan 3
soal tidak valid.dengan tingkat kesukaran soal sukar 2 ,sedang 30 dan mudah 3.
Dengan mempertimbangkan sebaran materi 32 soal yang valid digunakan untuk
tes prestasi belajar dan satu soal yang sukar diperbaiki menjadi tingkat kesukaran
sedang demikian juga untuk soal yang mudah sebanyak 2 soal diperbaiki menjadi
soal dengan tingkat kesukaran sedang.
d. Uji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah.
Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
A
AP
JS
JBD BJB
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
JBA= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas
JBB= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah
JSA= Banyaknya siswa pada kelompok atas
Klasifikasi daya pembeda:
D < 0,00 : soal sangat jelek = Negatif = tidak baik (butir soal dibuang).
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,00≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor)
0,20< D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
0,40< D ≤ 0,70 : soal baik (good)
0,70< D ≤ ,00 : soal baik sekali (excellent)
(Suharsimi Arikunto, 2010: 236)
Hasil uji daya beda yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.9
Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif
Daya Beda Jumlah soal Total
Sangat Membedakan ( baik sekali) 1 1
Lebih Membedakan (baik) 6 6
Cukup Membedakan (cukup) 22 22
Kurang Membedakan (jelek) 6 6
Sangat kurang membedakan (jelek sekali) - -
Jumlah 35
Jadi dari 35 soal yang diujicobakan, 1 soal sangat membedakan dipakai, 6
soal lebih membedakan dipakai, 22 soal cukup membedakan dipakai. Dan semua
soal yang kurang membedakan diperbaiki.Sehingga semua soal dapat dipakai.
2. Tes Kreativitas
Tes kreativitas berupa tes uraian. Sebelum digunakan untuk mengambil
hasil data diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba
dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Untuk mengetahui
validitas soal digunakan rumus Product Moment dan reliabilitas menggunakan
rumus alpha. Hasil uji coba yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa
Variabel Kriteria Nomor Soal Total
Kreativitas
Siswa
Valid 1.1, 1.2, 1.3, 2.1, 2.2, 2.3, 3.1, 3.2, 4.1,
4.2, 4.3, 5.2
12
Tidak Valid 5.1 1
Jumlah 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Hasil uji coba tes kreativitas terdapat 12 soal valid, semua soal yang valid dipakai
untuk tes kreativitas siswa. 1 soal yang tidak valid yaitu nomor 5.1 tidak dipakai.
Sedangkan hasil uji reliabilitas tes kreativitas terangkum dalam Tabel 3.11
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Kreativitas Siswa 13 0,84 Reliabilitas tinggi
Hasil uji reliabilitas tes kreativitas diperoleh angka 0,84 yang berarti
reliabilitasnya tinggi.
3. Angket Sikap Ilmiah
Angket sikap ilmiah berupa soal pilihan ganda. Sebelum menggunakan
untuk penelitian instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validitas digunakan
korelasi point biserial, sedangkan untuk reliabilitasnya menggunakan rumus
Kuder Richardson (K-R 20)
Hasil uji coba instrumen sikap ilmiah yang telah dilakukan terangkum
dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tes Sikap Ilmiah
Variabel Kriteria Nomor Soal Total
Sikap Ilmiah Valid 1,2,4,6,7,8,10,11,12,13,15,16,17,19,20
,21,22,24,25,26,28,29,30,31,32,33,34,
35,36,37,38,39,40
33
Tidak Valid 3,5,9,14,18,23,27 7
Jumlah 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Dari 40 soal yang diujicobakan 33 soal valid dan memenuhi sebaran indikator
yang akan diukur, sehingga 33 soal tersebut dipakai, dan 7 soal yang tidak valid
diperbaiki untuk dipakai.
Hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir analisis yang telah
dilakukan terangkum dalam Tabel 3.13
Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Tes Sikap Ilmiah Siswa
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Sikap Ilmiah 40 0,717 Reliabilitas tinggi
Hasil uji reliabilitas tes sikap ilmiah siswa sebesar 0,717 berarti reliabilitasnya
tinggi.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian
(Anava) tiga jalan 2x2x2 dengan sel tak sama. Namun sebelum dilakukan analisis
data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung
menggunakan sofware PASW versi 18. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai
berikut :
1) Prosedur penentuan Hipotesis :
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
2) Keputusan Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan –
Joiners. Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif, afektif dan
psikomotor dengan menggunakan uji Ryan Joiners (RJ) , yang perhitungannya
dilakukan dengan program software PASW versi 18 .Ketentuan pengambilan
kesimpulan . Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 selain itu H1 tidak ditolak. Jika p-
Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang
digunakan 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang
sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan sofware
PASW versi 18.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis :
Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen)
H1: semua variansi sama (homogen)
2) Keputusan Uji
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan
keputusan, Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama
( homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi
yang digunakan (α) = 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat. Statistik uji dengan bantuan software program
PASW versi 18 menggunakan GLM (General Linier Model). Taraf signifikasi (α)
yang digunakan 0,05. Pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang
hipotesis yang persamaannya adalah :
1). Menentukan Hipotesis:
a) HoA: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran metode SSCS dengan siswa yang diberi metode Proyek pada
materi elektrolisis.
H1A: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
metode SSCS dengan siswa yang diberi metode Proyek pada materi
elektrolisis.
b) HoB: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam
mempelajari materi elektrolisis.
H1B: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari
materi elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
c) HoC: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dalam
mempelajari materi elektrolisis.
H1C: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari
materi elektrolisis.
d) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.
H1AB: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.
e) HoAC: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.
H1AC: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.
f) HoBC: Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa pada materi eloktrolisis.
H1BC: Ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar siswa pada materi elektrolisis.
g) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas
dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.
H1ABC: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan
sikap ilmiah, terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2). Keputusan Uji
Keputusan uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika p-Value >
0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan
0,05.
b. Uji Lanjut Anava
Apabila diperoleh Ho ditolak maka diperlukan uji lanjut Anava. Sebagai
tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji Mean dan
Interaction Plot. Tujuannya untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Selain dengan menggunakan metode Mean dapat juga
menggunakan uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada pengaruh yang
signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari Interaction Plot
adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi belajar. Ketentuan
pengambilan keputusan ada interaksi jika terjadi perpotongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
107
4BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari SMA Negeri 1 Kalasan Sleman
sebagai kelompok eksperimen. Data yang diperoleh meliputi: nilai tes kognitif
prestasi belajar, angket afektif, angket sikap ilmiah, dan tes kreativitas verbal dan
lembar pengamatan psikomotor prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia materi
elektrolisis.
1. Data Prestasi Belajar
Data nilai dari metode SSCS dan metode Proyek didapat dari tes materi
elektrolisis pada masing-masing kelas. Rentang skor penilaian aspek kognitif 0 –
100. Kelas XII IPA1 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode SSCS,
sedangkan kelas XII IPA3 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode Proyek.
Data prestasi nilai dari kedua metode tersebut terdiri dari prestasi kognitif, afektif
dan psikomotor. Data kognitif diperoleh dari tes prestasi kognitif pada akhir
pembelajaran. Data afektif diperoleh dari angket afektif, sedangkan data
psikomotor didapat dari pengamatan terhadap unjuk kerja siswa saat kegiatan
praktikum.
a. Data Kognitif
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Penerapan Metode SSCS dan
Proyek
Metode Jumlah
Data
Rata-rata Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
SSCS 32 80,43 9,50 56,52 95,65
Proyek 32 71,06 11,29 47,83 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada kelas
Metode SSCS memiliki nilai terendah 56,52, nilai tertinggi 95,65, nilai rata-rata
80,43 dengan standar deviasi sebesar 9,50. Sedangkan prestasi belajar aspek
kognitif pada kelas metode Proyek memiliki nilai terendah 47,83, nilai tertinggi
100; nilai rata-rata 71,06 dengan standar deviasi sebesar 11,29. Distribusi frekuensi
nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan
Metode SSCS dan Proyek
Interval Metode SSCS Metode Proyek
Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)
44,6-52,5 0 0,00 1 3,13
52,6-60,5 1 3,13 3 9,38
60,6-68,5 2 6,25 8 25,00
68,6-76,5 6 18,75 11 34,38
76,6-84,5 12 37,50 5 15,63
84,6-92,5 9 28,13 3 9,38
92,6-100,5 2 6,25 1 3,13
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara kelas Metode SSCS dan
metode Proyek disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan
Metode SSCS dan Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Dari Tabel 4.2 maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar
aspek kognitif pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval
76,6-84,5 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut
kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 5 siswa
(15,63%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada
interval 44,6 – 52,5 pada kelas Proyek terdapat 1 siswa, sedangkan pada kelas
penerapan metode SSCS tidak ada. Ini menunjukkan pembelajaran dengan
menggunakan metode SSCS sebaran nilai kognitifnya lebih baik.
b. Data Afektif
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS dan
Proyek
Metode Jumlah
data Rata-rata
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
SSCS 32 46,25 3,984 38 54
Proyek 32 43,719 4,183 36 52
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif
pada kelas Metode SSCS memiliki nilai terendah 38, dan nilai tertinggi 54; nilai
rata-rata 46,25 dengan standar deviasi sebesar 3,984. Sedangkan prestasi belajar
aspek afektif pada kelas metode Proyek memiliki nilai terendah 36, nilai tertinggi
52, nilai rata-rata 43,719 dengan standar deviasi sebesar 4,183. Distribusi frekuensi
nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS
dan Proyek
Interval Metode SSCS Metode Proyek
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
34,6-37,5 0 0,00 2 6,25
37,6-40,5 2 6,25 7 21,88
40,6-43,5 5 15,63 6 18,75
43,6-46,5 10 31,25 9 28,13
46,6-49,5 9 28,13 6 18,75
49,6-52,5 4 12,50 2 6,25
52,6-55,5 2 6,25 0 0,00
Perbandingan prestasi belajar aspek afektif antara kelas Metode SSCS dan metode
Proyek disajikan pada Gambar 4.2
.
54514845423936
10
8
6
4
2
0
54514845423936
Proyek
Afektif
Fre
qu
en
cy
SSCSMean 43,72
StDev 4,183
N 32
Proyek
Mean 46,25
StDev 3,984
N 32
SSCS
0
2
6
9
6
7
2 2
4
9
10
5
2
0
Histogram of AfektifNormal
Panel variable: METODE
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Penerapan
Metode SSCS dan Proyek
Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek
afektif pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval 43,6-
46,5 yang dicapai oleh 10 siswa (31,25%), sedangkan pada interval tersebut kelas
metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 9 siswa (28,13%),
kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
55,5 pada kelas SSCS terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas metode Proyek tidak
ada. Ini menunjukkan pada metode SSCS sebaran nilai afektif lebih baik.
c. Data Psikomotor
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Penerapan Metode
SSCS dan Proyek
Metode Jumlah data Rata-rata Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
SSCS 32 14,313 1,925 11 18
Proyek 32 15,719 1,955 12 19
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor
pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan metode SSCS
memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 18, nilai rata-rata 14,313 dengan
standar deviasi sebesar 1,925. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada
kelas yang diterapkan metode Proyek memiliki nilai terendah 12, nilai tertinggi 19;
nilai rata-rata 15,719 dengan standar deviasi sebesar 1,955. Distribusi frekuensi
nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan Metode
SSCS dan Proyek
Interval Metode SSCS Metode Proyek
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
9,6-11,0 2 6,25 0 0,00
11,1-12,5 4 12,50 1 3,13
12,6-14,0 12 37,50 8 25,00
14,1-15,5 4 12,50 6 18,75
15,6-17,0 8 25,00 10 31,25
17,1-18,5 2 6,25 4 12,50
18,6-20,0 0 0,00 3 9,38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara kelas yang
diterapkan Metode SSCS dan metode Proyek disajikan pada Gambar 4.3.
19,518,016,515,013,512,010,5
12
10
8
6
4
2
0
19,518,016,515,013,512,010,5
Proyek
Psikomotor
Fre
qu
en
cy
SSCSMean 15,72
StDev 1,955
N 32
Proyek
Mean 14,31
StDev 1,925
N 32
SSCS
3
4
10
6
8
1
0 0
2
8
4
12
4
2
Histogram of PsikomotorNormal
Panel variable: METODE
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Menggunakan
Metode SSCS dan Metode Proyek
Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek
psikomotor pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval
12,6-14,00 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut
kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 8 siswa (25%),
kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 –
20,00 pada kelas Proyek terdapat 3 siswa, sedangkan pada kelas metode SSCS
tidak ada. Ini menunjukkan pada metode Proyek sebaran nilainya lebih baik.
2. Data Kreativitas
Data nilai tes kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas
tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas ≥ rata-rata nilai tes
kreativitas seluruh kelas dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang
mempunyai nilai tes kreativitas < rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa
mempunyai kreativitas tinggi dan 32 siswa mempunyai kreativitas rendah.
a. Data Kognitif
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas Rendah dan
Tinggi
Kreativitas Jumlah
data Rata-rata
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rendah 32 72,15 11,78 47,83 95,65
Tinggi 32 79,35 9,88 60,87 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada siswa
dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 60,87,dan nilai tertinggi 100, nilai
rata-rata 79,35 dengan standar deviasi sebesar 9,88. Sedangkan prestasi belajar
aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 47,83,
nilai tertinggi 95,65; nilai rata-rata 72,15 dengan standar deviasi sebesar 11,78.
Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel
4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah dan
Tinggi
Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi
Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)
44,6-52,5 1 3,13 0 0,00
52,6-60,5 4 12,50 0 0,00
60,6-68,5 7 21,88 3 9,38
68,6-76,5 6 18,75 11 34,38
76,6-84,5 9 28,13 8 25,00
84,6-92,5 4 12,50 8 25,00
92,6-100,5 1 3,13 2 6,25
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai
Kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
96888072645648
12
10
8
6
4
2
0
96888072645648
Rendah
Kognitif
Fre
qu
en
cy
TinggiMean 72,15
StDev 11,78
N 32
Rendah
Mean 79,35
StDev 9,876
N 32
Tinggi
1
4
9
6
7
4
1
2
88
11
3
00
Histogram of KognitifNormal
Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas
Rendah dan Tinggi
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi
belajar aspek kognitif siswa dengan kreativitas tinggi pada interval 68,6-76,5 yang
dicapai oleh 11 siswa, sedangkan pada interval yang sama siswa dengan kreativitas
rendah dicapai oleh 6 siswa. Prestasi kognitif siswa dengan kreativitas rendah
tertinggi pada interval 76,6-84,5 yang dicapai oleh 9 siswa, sedangkan siswa
dengan kreativitas tinggi pada interval yang sama sebanyak 8 siswa. Dari sini
terlihat bahwa kreativitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif
siswa.
b. Data Afektif
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas
Rendah dan Tinggi
Kreativitas Jumlah
data
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rendah 32 42,406 3,826 36 52
Tinggi 32 47,563 2,884 43 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada
kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 43, nilai tertinggi 54; nilai rata-rata
47,562 dengan standar deviasi sebesar 2,884. Sedangkan prestasi belajar aspek
afektif pada kreativitas rendah memiliki nilai terendah 36, nilai tertinggi 52, nilai
rata-rata 42,406 dengan standar deviasi sebesar 3,826. Distribusi frekuensi nilai tes
prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi
Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
34,6-37,5 2 6,25 0 0,00
37,6-40,5 9 28,13 0 0,00
40,6-43,5 10 31,25 1 3,13
43,6-46,5 6 18,75 13 40,63
46,6-49,5 4 12,50 11 34,38
49,6-52,5 1 3,13 5 15,63
52,6-55,5 0 0,00 2 6,25
Perbandingan prestasi belajar aspek afektif dengan kreativitas rendah dan
tinggi disajikan pada Gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
54514845423936
14
12
10
8
6
4
2
0
54514845423936
Rendah
Afektif
Fre
qu
en
cy
TinggiMean 42,41
StDev 3,826
N 32
Rendah
Mean 47,56
StDev 2,884
N 32
Tinggi
0
1
4
6
10
9
2 2
5
11
13
1
00
Histogram of AfektifNormal
Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi
Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan perbandingan prestasi
belajar aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada
interval 43,6-46,5 yang dicapai oleh 13 siswa (40,63%), sedangkan pada interval
tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 6
(18,75%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada
interval 52,6 – 55,5 pada kreativitas tinggi terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas
kreativitas rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran
nilainya lebih baik.
c. Data Psikomotor
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan
Tinggi
Metode Jumlah
data
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rendah 32 14,656 1,977 11 19
Tinggi 32 15,375 2,091 11 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor
pada kelas kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 19, nilai
rata-rata 15,375 dengan standar deviasi sebesar 2,091. Sedangkan prestasi belajar
aspek psikomotor pada kelas kreativitas rendah memiliki nilai terendah 11, nilai
tertinggi 19; nilai rata-rata 14,656 dengan standar deviasi sebesar 1,977. Distribusi
frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas
Rendah dan Tinggi
Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi
Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)
9,6-11,0 1 3,13 1 3,13
11,1-12,5 3 9,38 2 6,25
12,6-14,0 12 37,50 8 25,00
14,1-15,5 6 18,75 4 12,50
15,6-17,0 6 18,75 12 37,50
17,1-18,5 3 9,38 3 9,38
18,6-20,0 1 3,13 2 6,25
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan
kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada histogram Gambar 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
19,518,016,515,013,512,010,5
12
10
8
6
4
2
0
19,518,016,515,013,512,010,5
Rendah
Psikomotor
Fre
qu
en
cy
TinggiMean 14,66
StDev 1,977
N 32
Rendah
Mean 15,38
StDev 2,091
N 32
Tinggi
1
3
66
12
3
1
2
3
12
4
8
2
1
Histogram of PsikomotorNormal
Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi
Dari tabel maupun gambar histogram dapat diketahui perbandingan prestasi
belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki frekuensi
tertinggi pada interval 15,6 – 17,00 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%),
sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi
yang dicapai oleh 6 (18,74%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar,
akan tetapi pada interval 18,6 – 20,00 pada kreativitas tinggi terdapat 2 siswa,
sedangkan pada kelas kreativitas rendah 1 siswa. Ini menunjukkan pada kreativitas
tinggi sebaran nilainya lebih baik.
3. Data Sikap Ilmiah
Data sikap ilmiah dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu sikap ilmiah
tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai angket sikap ilmiah ≥ rata-rata nilai angket
sikap ilmiah seluruh kelas dan kategori sikap ilmiah rendah bagi siswa yang
mempunyai nilai angket sikap ilmiah < rata-rata nilai angket sikap ilmiah seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
kelas. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa
mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 32 siswa mempunyai sikap ilmiah rendah.
a. Data Kognitif
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan
Tinggi
Sikap
Ilmiah
Jumlah
data
Rata-rata Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rendah 32 73,78 9,97 56,52 91,3
Tinggi 32 77,72 12,48 47,83 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada siswa
dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 56,52, nilai tertinggi 91,3; nilai
rata-rata 73,78 dengan standar deviasi sebesar 9,97. Sedangkan prestasi belajar
aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 47,83,
nilai tertinggi 100, nilai rata-rata 77,72 dengan standar deviasi sebesar
12,48.Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Sikap Ilmiah
Rendah dan Tinggi
Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
44,6-52,5 0 0,00 1 3,13
52,6-60,5 3 9,38 1 3,13
60,6-68,5 5 15,63 5 15,63
68,6-76,5 11 34,38 6 18,75
76,6-84,5 8 25,00 9 28,13
84,6-92,5 5 15,63 7 21,88
92,6-100,5 0 0,00 3 9,38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai sikap
ilmiah rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.7.
10496888072645648
12
10
8
6
4
2
0
10496888072645648
Rendah
Kognitif
Fre
qu
en
cy
TinggiMean 73,78
StDev 9,969
N 32
Rendah
Mean 77,72
StDev 12,48
N 32
Tinggi
0
5
8
11
5
3
0
3
7
9
6
5
11
Histogram of KognitifNormal
Panel variable: Sikap Ilmiah
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan
Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi
belajar aspek kognitif siswa dengan sikap ilmiah tinggi pada interval 76,6-84,5
yang dicapai oleh 9 siswa, sedangkan pada interval yang sama siswa dengan sikap
ilmiah rendah dicapai oleh 8 siswa. Prestasi kognitif siswa dengan sikap ilmiah
rendah pada interval 92,6-100,5 tidak ada, sedangkan siswa dengan sikap ilmiah
tinggi pada interval yang sama sebanyak 3 siswa. Dari data yang didapat terlihat
bahwa sikap ilmiah mempengaruhi prestasi belajar kognitif siswa.
b. Data Afektif
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan
Tinggi
Kreativitas Jumlah
data
Rata-rata Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rendah 32 44,281 4,305 36 54
Tinggi 32 45,688 4,138 38 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdasarkan tabel data diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif
pada siswa dengan Sikap Ilmiah rendah 36, dan tertinggi 54 serta nilai rata-rata
44,28 dengan standar deviasi sebesar 4,305. Sedangkan prestasi belajar aspek
afektif pada siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi nilai terendah 36, nilai tertinggi 54,
serta nilai rata-rata 45,68 dengan standar deviasi sebesar 4,138.
Adapun distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif dengan Sikap
Ilmiah tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Sikap Ilmiah Rendah dan
Tinggi
Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi
Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)
34,6-37,5 2 6,25 0 0,00
37,6-40,5 4 12,50 5 15,63
40,6-43,5 7 21,88 4 12,50
43,6-46,5 10 31,25 9 28,13
46,6-49,5 6 18,75 9 28,13
49,6-52,5 2 6,25 4 12,50
52,6-55,5 1 3,13 1 3,13
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa dengan Sikap
Ilmiah rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
54514845423936
10
8
6
4
2
0
54514845423936
Rendah
Afektif
Fre
qu
en
cy
TinggiMean 44,28
StDev 4,305
N 32
Rendah
Mean 45,69
StDev 4,138
N 32
Tinggi
1
2
6
10
7
4
2
1
4
99
4
5
0
Histogram of AfektifNormal
Panel variable: Sikap Ilmiah
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Sikap
Ilmiah Rendah dan Tinggi
Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan
prestasi belajar aspek afektif pada Sikap Ilmiah tinggi memiliki frekuensi tertinggi
pada interval 46,6 – 49,5 yang dicapai oleh sebanyak 9 siswa (28,13%), sedangkan
pada interval yang sama sikap ilmiah rendah memiliki frekuensi tertinggi yang
dicapai oleh sebanyak 6 siswa (18,75%), kedua kelas menunjukkan perbedaan
yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 – 55,5 pada sikap ilmiah tinggi terdapat
sebanyak 1 siswa, sedangkan pada siswa dengan sikap ilmiah rendah 1 siswa. Ini
menunjukkan pada sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi afektif.
c. Data Psikomotor
Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
Metode Jumlah
data
Rata-rata Standar
Deviasi
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rendah 32 14,094 1,614 11 17
Tinggi 32 15,938 2,047 12 19
Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek
psikomotor pada sikap ilmiah tinggi memiliki nilai terendah 12, dan nilai tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
19, nilai rata-rata 15,938 dengan standar deviasi sebesar 2,047. Sedangkan prestasi
belajar aspek psikomotor pada kelas sikap ilmiah rendah memiliki nilai terendah
11, dan nilai tertinggi 17; nilai rata-rata 14,094 dengan standar deviasi sebesar
1,614. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan
pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap Ilmiah
Rendah dan Tinggi
Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
9,6-11,0 2 6,25 0 0,00
11,1-12,5 3 9,38 2 6,25
12,6-14,0 14 43,75 6 18,75
14,1-15,5 6 18,75 4 12,50
15,6-17,0 7 21,88 11 34,38
17,1-18,5 0 0,00 6 18,75
18,6-20,0 0 0,00 3 9,38
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan Sikap
Ilmiah tinggi dan rendah disajikan pada Gambar 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
19,518,016,515,013,512,010,5
12
10
8
6
4
2
0
19,518,016,515,013,512,010,5
Rendah
Psikomotor
Fre
qu
en
cy
TinggiMean 14,66
StDev 1,977
N 32
Rendah
Mean 15,38
StDev 2,091
N 32
Tinggi
1
3
66
12
3
1
2
3
12
4
8
2
1
Histogram of PsikomotorNormal
Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap
Ilmiah Rendah dan Tinggi
Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan
prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi memiliki
frekuensi tertinggi tertinggi pada interval 15,6-17 yang dicapai oleh 11 siswa
(34,38%), sedangkan pada interval yang sama pada siswa dengan sikap ilmiah
rendah frekuensi tertinggi dicapai oleh 7 siswa (21,88%), kedua kelas
menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 – 20 pada siswa
dengan sikap ilmiah tinggi terdapat 3 siswa, sedangkan pada kelas sikap ilmiah
rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada Sikap Ilmiah tinggi mempengaruhi
prestasi belajar psikomotor siswa.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara
lain: uji normalitas, dan uji homogenitas. Berikut ini uraian pengujian tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data prestasi
belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada masing-masing kelompok dapat
dilihat Tabel 4.19, 4.20 dan 4.21.
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Kriteria Pengelompokan Data signifikansi Kesimpulan Uji
Metode SSCS 0,197 Normal
Metode Proyek 0,200 Normal
Kreativitas Rendah 0,143 Normal
Kreativitas Tinggi 0,078 Normal
Sikap Ilmiah Rendah 0,200 Normal
Sikap Ilmiah Tinggi 0,182 Normal
SSCS_KR_SIR 0,200 Normal
SSCS_KR_SIT 0,200 Normal
SSCS_KT_SIR 0,200 Normal
SSCS_KT_SIT 0,200 Normal
Proyek_KR_SIR 0,200 Normal
Proyek_KR_SIT 0,200 Normal
Proyek_KT_SIR 0,141 Normal
Proyek_KT_SIT 0,200 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif
Kriteria Pengelompokan Data signifikansi Kesimpulan Uji
Metode Metode SSCS 0,200 Normal
Metode Metode Proyek 0,200 Normal
Kreativitas Rendah 0,200 Normal
Kreativitas Tinggi 0,092 Normal
Sikap Ilmiah Rendah 0,200 Normal
Sikap Ilmiah Tinggi 0,200 Normal
SSCS_KR_SIR 0,200 Normal
SSCS_KR_SIT 0,200 Normal
SSCS_KT_SIR 0,200 Normal
SSCS_KT_SIT 0,200 Normal
Proyek_KR_SIR 0,200 Normal
Proyek_KR_SIT 0,200 Normal
Proyek_KT_SIR 0,107 Normal
Proyek_KT_SIT 0,200 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
Kriteria Pengelompokan Data Signifikansi Kesimpulan Uji
Metode Metode SSCS 0,200 Normal
Metode Metode Proyek 0,200 Normal
Kreativitas Rendah 0,183 Normal
Kreativitas Tinggi 0,070 Normal
Sikap Ilmiah Rendah 0,200 Normal
Sikap Ilmiah Tinggi 0,132 Normal
SSCS_KR_SIR 0,200 Normal
SSCS_KR_SIT 0,200 Normal
SSCS_KT_SIR 0,200 Normal
SSCS_KT_SIT 0,077 Normal
Proyek_KR_SIR 0,200 Normal
Proyek_KR_SIT 0,135 Normal
Proyek_KT_SIR 0,200 Normal
Proyek_KT_SIT 0,200 Normal
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh signifikansi
> 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas juga digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Rangkumannya disajikan pada Tabel 4.22
untuk aspek kognitif, Tabel 4.23 untuk aspek afektif dan Tabel 4.24 untuk aspek
psikomotor berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek
Kognitif
Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan
Metode SSCS –Metode Proyek 0,467 Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,272 Homogen
Sikap Ilmiah Tinggi – Sikap Ilmiah Rendah 0,358 Homogen
Metode – kreativitas – Sikap ilmiah 0,344 Homogen
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek
Afektif
Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan
Metode SSCS – Metode Proyek 0,434 Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,123 Homogen
Sikap Ilmiah Tinggi – Sikap Ilmiah Rendah 0,778 Homogen
Metode – kreativitas – Sikap ilmiah 0,500 Homogen
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek
Psikomotor
Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan
Metode SSCS -Metode Proyek 0,970 Homogen
Kreativitas Tinggi - Kreativitas Rendah 0,642 Homogen
Sikap Ilmiah Tinggi - Sikap Ilmiah Rendah 0,642 Homogen
Metode – kreativitas – Sikap Ilmiah 0,500 Homogen
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian
diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians
yang sama atau homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga
jalan. Sebagai variabel bebas adalah metode SSCS, Metode Proyek, kreativitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
sikap ilmiah siswa. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Uji lanjut
dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat.
1. Analisis variansi
Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama menggunakan PASW versi 18. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga
jalan untuk prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25, untuk prestasi
belajar afektif pada Tabel 4.26 dan untuk prestasi belajar psikomotor pada Tabel
4.27 berikut :
a. Prestasi Belajar Kognitif
Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif
Perhitungan Signifikansi
Metode 0,000
Kreativitas 0,005
Sikap Ilmiah 0,186
Metode* Kreativitas 0,046
Metode* Sikap Ilmiah 0,800
Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,574
Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,094
Deskripsi hipotesis:
1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif
antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode SSCS dengan
siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode Proyek pada materi
elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
2) signifikansi kreativitas = 0,005 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif
antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai
kreativitas rendah pada materi elektrolisis.
3) signifikansi sikap ilmiah = 0, 86 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar
kognitif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang
mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.
4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,046 < 0,05 atau (signifikansi <
α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi
antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif pada materi elektrolisis.
5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,800 > 0,05 atau (signifikansi
> α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar kognitif pada materi elektrolisis.
6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,574 > 0,05 atau
(signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif
pada materi elektrolisis.
7) signifikansi interaksi metode, kreativitas dan sikap ilmiah = 0,094 > 0,05 atau
(signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi antar metode, kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar kognitif pada materi elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
b. Prestasi Belajar Afektif
Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif
Perhitungan signifikansi
Metode 0,002
Kreativitas 0,000
Sikap Ilmiah 0,212
Metode* Kreativitas 0,049
Metode* Sikap Ilmiah 0,761
Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,755
Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,747
Deskripsi Hipotesis:
1) signifikansi metode = 0,002 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara
siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode SSCS dengan siswa yang diberi
pembelajaran dengan Metode Proyek pada materi Elektrolisis.
2) signifikansi kreativitas = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara
siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas
rendah pada materi Elektrolisis
3) signifikansi sikap ilmiah = 0,2 2 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar
afektif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis
4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,049 < 0,05 atau (signifikansi <
α) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
afektif pada materi Elektrolisis.
5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,761 > 0,05 atau (signifikansi
> α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar afektif pada materi Elektrolisis.
6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,755 > 0,05 atau
(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar afektif pada materi Elektrolisis.
7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kreativitas = 0,747 > 0,05,
(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi
belajar afektif pada materi Elektrolisis.
c. Prestasi Belajar Psikomotor
Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Psikomotor
Perhitungan signifikansi
Metode 0,001
Kreativitas 0,184
Sikap Ilmiah 0,000
Metode* Kreativitas 0,092
Metode* Sikap Ilmiah 0,041
Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,445
Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Deskripsi Hipotesis:
1) signifikansi metode = 0,001 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor
antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode SSCS dengan siswa yang
diberi pembelajaran dengan Metode Proyek pada materi Elektrolisis.
2) signifikansi kreativitas = 0, 84 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar
psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang
memiliki kreativitas rendah pada materi Elektrolisis
3) signifikansi sikap ilmiah = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat ada perbedaan prestasi belajar
psikomotor antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis
4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,092 > 0,05 atau (signifikansi >
α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi
antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar psikomotor pada materi Elektrolisis.
5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,041 < 0,05 atau (signifikansi
< α) artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi
antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar psikomotor pada materi Elektrolisis.
6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,455 > 0,05 atau
(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar psikomotor pada materi Elektrolisis
7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kreativitas = 0,747 > 0,05,
(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi
belajar psikomotor pada materi Elektrolisis.
2. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe)
Uji lanjut Anava bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Uji lanjut dilakukan pada semua hipotesis yang
diterima atau H0 yang ditolak, atau hipotesis yang memperoleh nilai signifikansi <
0,05. H0 yang ditolak pada prestasi kognitif dan afektif adalah H01, H02, dan H04 ,
sedangkan untuk prestasi psikomotor adalah H01, H03, dan H05 dilakukan uji
scheffe dengan software PASW versi 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Tabel 4.28 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Kognitif
Metode-
Kreativitas
Metode-Kreativitas Signifikansi Kesimpulan
SSCS_KR SSCS_KT 0,938 Tidak ada interaksi
Proyek_KR 0,001 Ada interaksi
Proyek_KT 0,938 Tidak ada interaksi
SSCS_KT SSCS_KR 0,938 Tidak ada interaksi
Proyek_KR 0,000 Ada interaksi
Proyek_KT 0,652 Tidak ada interaksi
Proyek_KR SSCS_KR 0,001 Ada interaksi
SSCS_KT 0,000 Ada interaksi
Proyek_KT 0,008 Ada interaksi
Proyek_KT SSCS_KR 0,938 Tidak ada interaksi
SSCS_KT 0,652 Tidak ada interaksi
Proyek_KR 0,000 Ada interaksi
Keterangan :
KT = Kreativitas Tinggi
KR = Kreativitas Rendah
Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.28 terdapat
interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas
rendah dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah.
Siswa pada pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas tinggi dengan siswa
pada pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Untuk pembelajaran
Proyek-kreativitas rendah terdapat interaksi dengan metode SSCS-kreativitas
rendah, metode SSCS-kreativitas tinggi, dan metode Proyek-kreativitas tinggi.
Sedangkan untuk metode Proyek-kreativitas tinggi berinteraksi dengan metode
Proyek-kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Tabel 4.29 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Afektif
Metode-Kreativitas Metode-Kreativitas Signifikansi Kesimpulan
SSCS_KR SSCS_KT 0,022 Ada interaksi
Proyek_KR 0,004 Ada interaksi
Proyek_KT 0,131 Tidak ada interaksi
SSCS_KT SSCS_KR 0,022 Ada interaksi
Proyek_KR 0,000 Ada interaksi
Proyek_KT 0,884 Tidak ada interaksi
Proyek_KR SSCS_KR 0,004 Ada interaksi
SSCS_KT 0,000 Ada interaksi
Proyek_KT 0,000 Ada interaksi
Proyek_KT SSCS_KR 0,131 Tidak ada interaksi
SSCS_KT 0,884 Tidak ada interaksi
Proyek_KR 0,000 Ada interaksi
Keterangan :
KT = Kreativitas Tinggi
KR = Kreativitas Rendah
Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.29 terdapat
interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas
rendah dengan siswa pada kelas metode SSCS-kreativitas tinggi, pembelajaran
dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Siswa pada pembelajaran SSCS-
kreativitas tinggi dengan siswa pada metode SSCS-kreativitas rendah, metode
Proyek-kreativitas rendah. Untuk pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas
rendah terdapat interaksi dengan pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas
rendah, metode SSCS-kreativitas tinggi, dan Proyek-kreativitas tinggi. Sedangkan
untuk pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas tinggi berinteraksi dengan
metode Proyek-kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Tabel 4.30 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Psikomotor
Metode -Kreativitas Metode-Kreativitas Signifikansi Kesimpulan
SSCS_SIR SSCS_SIT 0,420 Tidak ada interaksi
Proyek_SIR 0,824 Tidak ada interaksi
Proyek_SIT 0,000 Ada interaksi
SSCS_SIT SSCS_SIR 0,420 Tidak ada interaksi
Proyek_SIR 0,908 Tidak ada interaksi
Proyek_SIT 0,004 Ada interaksi
Proyek_SIR SSCS_SIR 0,824 Tidak ada interaksi
SSCS_SIT 0,908 Tidak ada interaksi
Proyek_SIT 0,000 Ada interaksi
Proyek_SIT SSCS_SIR 0,000 Ada interaksi
SSCS_SIT 0,004 Ada interaksi
Proyek_SIR 0,000 Ada interaksi
Keterangan :
SIT = Sikap Ilmiah Tinggi
SIR = Sikap Ilmiah Rendah
Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.30 terdapat
interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-sikap ilmiah
tinggi dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek- sikap ilmiah
tinggi. Siswa pada pembelajaran dengan metode SSCS-sikap ilmiah tinggi dengan
siswa pada penggunaan metode Proyek-sikap ilmiah tinggi. Untuk pembelajaran
metode Proyek-sikap ilmiah rendah terdapat interaksi dengan siswa pada metode
Proyek-sikap ilmiah tinggi. Sedangkan untuk pembelajaran dengan metode
Proyek-sikap ilmiah tinggi berinteraksi dengan penggunaan metode SSCS-sikap
ilmiah rendah, metode SSCS-sikap ilmiah tinggi, dan Proyek-sikap ilmiah tinggi.
Untuk mengetahui mana yang lebih unggul maka dilakukan uji Compare
Means pada masing-masing H0 yang ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Tabel 4.31 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif
Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi
Proyek
SSCS
32 71,06 11,29
32 80,43 9,5
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
32 72,15 11,78
32 79,35 9,88
Proyek-Kreativitas Rendah
Proyek- Kreativitas Tinggi
SSCS-Kreativitas Rendah
SSCS-Kreativitas Tinggi
16 64,95 8,91
16 77,17 10,23
16 79,35 9,85
16 81,52 9,32
Tabel 4.32 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Afektif
Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi
Proyek
SSCS
32 43,719 4,183
32 46,250 3,984
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
32 42,406 3,826
32 47,563 2,884
Proyek-Kreativitas Rendah
Proyek- Kreativitas Tinggi
SSCS-Kreativitas Rendah
SSCS-Kreativitas Tinggi
16 40,313 2,442
16 47,125 2,335
16 44,500 3,864
16 48,000 3,367
Tabel 4.33 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Psikomotor
Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi
Proyek
SSCS
32 15,719 1,955
32 14,313 1,925
Sikap Ilmiah Rendah
Sikap Ilmiah Tinggi
32 14,094 1,614
32 15,938 2,047
Proyek-Sikap Ilmiah Rendah
Proyek-Sikap Ilmiah Tinggi
SSCS-Sikap Ilmiah Rendah
SSCS-Sikap Ilmiah Tinggi
16 14,375 1,408
16 17,063 1,436
16 13,813 1,797
16 14,813 1,974
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan pengaruh penggunaan Metode SSCS dan Metode Proyek terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
prestasi belajar siswa, pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa, interaksi antara metode dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa,
interaksi antara metode dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, interaksi
antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, dan ada atau
tidaknya interaksi antara metode, sikap ilmiah, dan kreativitas terhadap prestasi
belajar siswa pada materi kompetensi Elektrolisis. Sampel dalam penelitian ini
diambil dengan teknik cluster random sampling. Hasil pengundian diperoleh kelas
sebagai kelompok eksperimen pertama adalah XII IPA1 dikenai metode
pembelajaran SSCS dan kelas sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas
XII IPA3 dikenai metode Proyek.
1. Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan harga
signifikansi berturut-turut sebesar 0,000; 0,002 dan 0,001 berarti Ho ditolak.
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan
psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS dan siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode Proyek pada materi
Elektrolisis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori belajar konstruktivisme yang
menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dari pengalaman memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang baru dan mengemukakan ide-ide yang berguna setelah
siswa belajar. Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 34) menyatakan bahwa
prestasi siswa ditentukan dari interaksi kondisi internal siswa dan kondisi eksternal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud kondisi internal siswa adalah
kreativitas dan sikap ilmiah sedangkan kondisi eksternal yang dimaksud adalah
metode belajar. Seorang guru harus menyesuaikan metode yang digunakan dengan
materi yang diajarkan sehingga interaksi kondisi internal dan eksternal siswa dapat
maksimal dan hasil prestasi siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Materi elektrolisis merupakan materi yang bersifat empiris dan faktual
artinya materi ini dapat diberikan dengan cara eksperimen dan dibuktikan
menggunakan perhitungan logika-matematik. Siswa dapat mengamati terbentuknya
perubahan warna larutan dan adanya endapan di elektroda ketika siswa melakukan
elektrolisis. Sedangkan elektron yang dihasilkan tidak dapat diamati siswa tetapi
dapat ditentukan secara matematis menggunakan konsep stoikiometri.
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk menginteraksikan siswa dengan
sumber belajar dalam lingkungan belajarnya. Salah satu usaha guru untuk
memaksimalkan interaksi antara siswa dengan sumber belajaranya adalah dengan
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi. Dalam
penelitian ini digunakan metode SSCS (Search Solve Create and Share) dan
Proyek yang keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya
kepada kelompok lain dan mengkonstruk pengetahuan secara bersama.
Tahapan pembelajaran metode SSCS dilakukan dengan 1) search:
mengidentifikasi dan mengembangkan pertanyaan masalah, 2) solve : fokus pada
permasalahan spesifik yang telah ditetapkan pada fase search, 3) create :
mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan
permasalahan dan melakukan generalisasi/ modifikasi, 4) share : membagi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
memberikan hasil dan evaluasi dari eksperimen yang telah dilakukan. Sedangkan
tahapan metode Proyek adalah 1) siswa memilih topik yang diinginkan bersama
dengan kelompoknya, 2) siswa menyelesaikan masalah melalui eksperimen, 3)
siswa mendiskusikan hubungan hasil eksperimen dengan konsep dari sumber
belajarnya yang telah mereka cari sendiri, dan 4) mempresentasikan hasil diskusi.
Kelebihan metode SSCS dibandingkan dengan Proyek terlihat pada fase
search dimana siswa dihadapkan pada suatu pertanyaan masalah yang menuntut
siswa mengkaitkan pengetahuan/ skema yang telah dimiliki siswa dengan materi
yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel bahwa prestasi belajar
ditentukan dari dukungan materi yang telah dikuasai sebelumnya. Pertanyaan
masalah yang diberikan dapat merangsang sistematika berpikir siswa untuk
mengeksplor konsep yang telah dimiliki. Siswa yang belajar menggunakan SSCS
dapat mengasimilasi pengetahuan barunya kedalam skema yang telah dimiliki,
mengakomodasikan skema barunya menjadi skema pengetahuan yang baru.
Sedangkan pembelajaran yang menggunakan metode Proyek adalah sebuah
metode pembelajaran inovatif yang menekankan pada pembelajaran kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran ini memberi kesempatan
siswa bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Akan
tetapi, metode Proyek ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup
tinggi. Hal inilah yang menjadi penyebab lebih rendahnya rata-rata prestasi
kognitif dan afektif siswa pada materi elektrolisis dibandingkan dengan siswa yang
belajar menggunakan metode SSCS.
Dari hasil rata-rata prestasi belajar kognitif, siswa yang menggunakan
metode SSCS yaitu sebesar 80,43 dan yang menggunakan metode Proyek sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
71,06. Sedangkan rata-rata prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan
metode SSCS sebesar 46,25 dan yang menggunakan metode Proyek sebesar
43,719. Dari data prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
SSCS lebih baik daripada metode Proyek. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada
proses mengkostruksi pengetahuan barunya, membutuhkan fasilitator untuk
merangsang sistematika berpikirnya khususnya pada fase search. Siswa
memerlukan penguatan konsep yang mereka dapatkan dari materi sebelumnya.
Berkebalikan dengan hasil prestasi kognitif dan afektif, rata-rata prestasi
psikomotor siswa yang menggunakan metode proyek yaitu 15,719 lebih baik
dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode SSCS sebesar
14,313. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tahapan metode Proyek mendorong siswa
lebih aktif untuk berkreasi dalam melakukan eksperimen sehingga memicu
keterampilan motoriknya untuk menjadi lebih terasah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halizah Awang dan Ishak
Ramly (2008: 20) yang menyatakan bahwa metode SSCS sesuai diterapkan untuk
materi-materi yang membutuhkan pembuktian empiris seperti halnya materi
elektrolisis. Selain itu disebutkan pula bahwa SSCS merangsang siswa untuk
mendayagunakan segala kreativitasnya untuk memecahkan masalah. Hasil
penelitian ini diperkuat dari hasil penelitian Irwan (2011: 10) yang berjudul
“Pengaruh Pendekatan Problem Posing Metode SSCS dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika” yang menyatakan
bahwa pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya
meningkatkan kemampuan penalaran matematis, karena pada SSCS tercipta
suasana pembelajaran yang kondusif, aktivitas dan kerjasama mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
meningkat. Proses pengajuan masalah memicu mahasiswa untuk lebih aktif dalam
belajar yang pada akhirnya meningkatkan penalaran dalam memahami situasi yang
diberikan. Sama halnya dengan penelitian ini, penerapan metode SSCS memicu
siswa untuk memecahkan masalah dengan mendayagunakan kemampuannya
mengkaitkan materi yang telah dimiliki dengan hasil pengetahuan baru yang
didapatkan melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Proses
pembelajaran menggunakan SSCS akan membentuk pola pikir siswa lebih
sistematis sehingga pengetahuan baru yang sudah terkonstruk di dalam memori
jangka pendek kemudian dapat tersimpan dalam memori jangka panjang yang siap
di-recall kembali.
2. Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi kognitif dan afektif masing-masing menunjukkan harga
signifikansi sebesar 0,005 dan 0,000 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan
prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Elektrolisis.
Sedangkan pada prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,184
sehingga Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor
antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai
kreativitas rendah pada materi Elektrolisis. Hal ini menunjukkan bahwa tinjauan
kreativitas tinggi dan rendah memberikan perbedaan prestasi belajar pada materi
Elektrolisis baik kognitif maupun afektif, tetapi tidak memberikan perbedaan
terhadap prestasi psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta.
Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam
mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat
memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif
dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal
yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep,
menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik.
Berdasarkan ciri–ciri tersebut siswa yang mempunyai kreativitasnya tinggi
akan cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah
memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrolisis diberikan oleh guru
dengan menggunakan eksperimen. Eksperimen tersebut merangsang siswa yang
kreatif untuk mencoba mengelektrolisis beberapa larutan dengan variasi elektroda
aktif maupun pasif sehingga siswa-siswa tersebut lebih memahami materi
elektrolisis. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh siswa dengan sendirinya memberi hasil yang paling
baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya sehingga menghasilkan konsep pengetahuan yang akan tersimpan
kuat dalam memori jangka panjang dan siap di recall kembali.
Dilihat dari deskripsi data pada awal bab ini, bisa dilihat bahwa siswa
mempunyai prestasi yang bisa dikatakan baik, untuk siswa mempunyai kreativitas
tinggi maupun rendah. Ada perbedaan yang signifikan dari prestasi belajar kognitif
dan prestasi belajar afektif siswa yang kreativitasnya tinggi dengan siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai dengan teori Piaget karena siswa yang
memiliki kreativitas tinggi akan cenderung lebih dapat memaksimalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
interaksinya dengan sumber belajar sehingga siswa dapat mengkonstruk konsep
secara utuh. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) mengungkapkan bahwa siswa yang
memiliki kreativitas tinggi cenderung percaya diri, memiliki keinginan untuk
bekerjasama, menyenangi hal-hal yang baru dan ketiga faktor tersebut berpengaruh
kuat dalam proses belajar dan kreativitas berkorelasi kuat dengan prestasi siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi kognitif dan afektif menunjukkan harga signifikansi
masing-masing sebesar 0,186 dan 0,212 sehingga Ho tidak diterima, artinya tidak
ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi
Elektrolisis. Sedangkan prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi
sebesar 0,000 sehingga Ho ditolak artinya ada perbedaan prestasi belajar
psikomotor antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang
mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis.
Sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir
untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki sikap ilmiah
cenderung berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah melalui
langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap
obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan
kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Sikap ilmiah sangat dibutuhkan untuk
mempelajari ilmu pengetahuan alam khusunya kimia.
Kimia adalah ilmu yang mengkaji suatu materi dan perubahannya. Unsur
dan senyawa adalah zat yang mengalami perubahan kimia. Karakterisasi zat dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
dilakukan dengan mengetahui sifat fisik yang dapat diamati dan sifat kimia yang
hanya ditunjukkan melalui perubahan kimia. Selain itu ilmu kimia bersifat
kuantitatif dan membutuhkan pengukuran (Raymond Chang, 2000:5). Sesuai
dengan karakteristik kimia tersebut maka dalam belajar kimia dibutuhkan
pembuktian fakta secara scientific (ilmiah).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sikap ilmiah memberikan
kontribusi terhadap prestasi belajar. Sejalan dengan teori Gagne bahwa prestasi
belajar ditentukan dari kondisi internal siswa (sikap ilmiah). Siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi cenderung akan mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi
dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Hale Bayram dan Arif
Comek (2009: 53 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Examining the Relations
Between Science Attitudes, Logical Thinking Ability, Information Literacy and
Academic Achievement Through Internet Assisted Chemistry Education”
mengungkapkan besarnya korelasi sikap ilmiah dengan prestasi elektrokimia yaitu
r = 0.663 artinya sikap ilmiah berkontribusi terhadap prestasi elekrokimia sebesar
43,95%. Dalam penelitian ini sikap ilmiah hanya memberikan perbedaan signifikan
terhadap prestasi psikomotorik. Hal ini dimungkinkan karena sikap ilmiah
berakibat langsung terhadap keterampilan siswa dalam merangkai percobaan
elektrolisis, menentukan jenis elektroda yang digunakan, menguji hasil elektrolisis
larutan dan menimbang endapan yang terbentuk.
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 23) bentuk pengetahuan dapat
dibagi menjadi tiga yaitu bentuk pengetahuan fisik, logiko matematik dan
psikologi sosial. Ilmu kimia diperoleh dari hasil sciencetific inquiry yaitu
penggabungan pengetahuan fisik dan logiko-matematik yang diperoleh saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
eksperimen. Pengetahuan fisik dapat diperoleh dari adanya perubahan warna
larutan dan perubahan pada elektroda, timbulnya gas serta terbentuknya endapan.
Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan dengan mudah mengintegrasikan
pengetahuan fisiknya dengan logiko-matematik untuk memperoleh konsep
elektrolisis secara utuh.
4. Hipotesis Keempat
Hasil pengujian hipotesis keempat menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing
0,046, 0,049 dan 0,092. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
metode dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif namun
tidak terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar psikomotor.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori belajar Gagne bahwa interaksi
antara kreativitas dengan metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi
belajar. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) menyatakan bahwa seorang guru harus
merancang metode (learning activities) yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Sesuai dengan teori Cognitive Constructivism bahwa siswa yang memiliki
kreativitas tinggi akan lebih termotivasi menemukan pemecahan masalah ketika
mereka diberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan fasiltas belajar dan
sumber belajar yang memadai.
Metode pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu contoh metode
pembelajaran yang inovatif, di antaranya adalah metode Search Solve Create and
Share (SSCS) dan Proyek. Metode pembelajaran Search Solve Create and Share
(SSCS) memerlukan ketekunan mencari dan menentukan masalah yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
diselesaikan dalam kelompoknya, melakukan interaksi dalam kelompok untuk
mengkonstruksi pengetahuan dan konsep baru yang akan didapatkan serta
membagikan pengetahuan yang diperoleh dengan mempresentasikan pada
kelompok yang lain akan tetapi pada proses pelaksanaannya masih memerlukan
bimbingan dan pendampingan oleh guru. Sedangkan metode Proyek juga
memerlukan ketekunan, kemampuan dalam menemukan dan memecahkan
masalah namun dilakukan secara lebih mandiri oleh siswa dalam kelompoknya
untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru. Pengetahuan baru yang didapat siswa
akan tercerna lebih matang dan diingat lebih lama pada pikiran siswa karena
konsep-konsep yang didapatkan ditemukan sendiri. Peran guru dalam
pembimbingan lebih sedikit pada proses pembelajaran dengan menggunakan
metode Proyek. Namun ketrampilan siswa sangat tereksplor pada proses
pembelajarannya.
Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi elektrolisis yang
mengacu pada pemecahan masalah. Siswa-siswa yang kreatif akan lebih mudah
dalam menyelesaikan masalah elektrolisis. Metode Search Solve Create and Share
(SSCS) dan Proyek dapat mendorong siswa untuk lebih kreatif, tetapi siswa yang
memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis lebih cocok
menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS). Sesuai data hasil
analisis rerata prestasi kognitif siswa SSCS dan Proyek yang memiliki kreativitas
rendah masing-masing adalah 79,35; 64,95 sedangkan hasil analisis rerata siswa
yang mengguakan metode SSCS dan proyek dan memiliki kreativitas tinggi
masing-masing adalah 81,52 dan 77,17. Rerata prestasi afektif siswa SSCS dan
Proyek yang memiliki kreativitas rendah masing-masing adalah 44,50; 40,31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
sedangkan hasil analisis rerata siswa SSCS dan Proyek yang memiliki kreativitas
tinggi masing-masing adalah 48,00 dan 47,12. Hasil plot interaksi metode dengan
kreativitas terhadap prestasi kognitif dan afektif disajikan pada Gambar 4.10 dan
Gambar 4.11.
Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa ada interaksi yang signifikan
antara penggunaan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
Gambar 4.10 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Kognitif
Gambar 4.11 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas terhadap
Prestasi Afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
belajar kognitif dan afektif siswa. Pada hipotesis pertama dan kedua, ada
perbedaan preatsi kognitif maupun afektif pada metode dan kreativitas sehingga
akan menghasilkan interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan
kreativitas terhadap prestasi siswa. Pada prestasi psikomotor, tidak ada interaksi
antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi psikomotor.
Hal ini disebabkan karena pada tahapan pembelajaran SSCS maupun Proyek,
menggunakan tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan
keterampilan merangkai alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen.
5. Hipotesis Kelima
Hasil pengujian hipotesis kelima menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi belajar kognitif dan afektif menunjukkan harga signifikansi
sebesar 0,80 dan 0,761 sehingga Ho diterima, maka hipotesis yang menyatakan
bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Sedangkan prestasi belajar
psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,041 sehingga Ho ditolak,
maka dapat disimpulkan terdapat interaksi antara metode SSCS dan Metode
Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor.
Metode pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru untuk mengemas
media dan metode sedemikian sehingga interaksi siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya dapat
terjadi secara maksimal. Penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Salah satu karkteristik siswa yang
diperhatikan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah. Sejalan dengan penelitian
Jonathan Osborne (2010: 1066-1067) yang menyatakan bahwa salah satu penentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
prestasi belajar adalah sikap ilmiah siswa. Whitfield (1980) dan Ormerod (1971)
dalam Jonathan et.al (2010: 1055) menyelidiki respon siswa Amerika
menggunakan skala Likert mengenai kesukaannya terhadap materi science. Mata
pelajaran Kimia dan Fisika ternyata paling tidak disukai. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sikap ilmiah siswa terhadap materi science antara lain gender,
learning strategies dan personality. Faktor yang paling mempengaruhi sikap
ilmiah siswa adalah learning strategies (metode pembelajaran) yang digunakan
dalam proses belajar siswa. Variasi strategi pembelajaran dan kegiatan belajar
siswa yang unusual (tidak biasanya) mendorong siswa menyukai pembelajaran
science.
Sesuai dengan indikator sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kesukaan memeriksa kembali hasil pekerjaanya dan rasa ingin tahu yang
tinggi memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi akan lebih tertantang mempelajari konsep elektrolisis melalui
pemecahan masalah. Rerata prestasi psikomotor dan standar deviasi siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi yang dikenai metode SSCS dan Proyek berturut-turut
14,81; 1,97 dan 17,06; 1,43 sedangkan rerata siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah yang dikenai metode SSCS dan Proyek berturut-turut 13,81; 1,79 dan
14,37; 1,40. Dari data dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi dan rendah cocok dikenai metode Proyek. Metode Proyek memberikan
kebebasan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih banyak
yaitu siswa mengeksplor kemampuan internalnya sehingga diperoleh hasil
eksperimen yang lebih beragam. Beberapa data yang tidak sejalan dengan hasil
penelitian adalah rerata dan standar deviasi siswa yang memiliki sikap ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
tinggi dan rendah berturut-turut adalah 15,93; 2,05 dan 14,09; 1,61. Hal ini
disebabkan karena adanya sebaran nilai yang tidak homogen dimana rentang nilai
prestasi psikomotor siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah masing-
masing 12-19 dan 11-17.
6. Hipotesis Keenam
Hasil pengujian hipotesis keenam menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik menunjukkan
harga signifikansi sebesar 0,574; 0,755 dan 0,445 sehingga Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil rerata prestasi
kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan pada Tabel 4.34.
Tabel 4.34 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa
Berdasarkan Sikap Ilmiah dan Kreativitas
Prestasi Sikap Ilmiah
Tinggi
Sikap Ilmiah
Rendah
Kognitif Kreativitas Tinggi 81,30 77,00
Kreativitas Rendah 73,62 70,84
Afektif Kreativitas Tinggi 47,88 47,20
Kreativitas Rendah 43,20 41,70
Psikomotor Kreativitas Tinggi 16,41 14,20
Kreativitas Rendah 15,40 14,00
Dari Tabel 4.34 diatas menunjukkan bahwa urutan rerata prestasi kognitif,
afektif dan psikomotor berturut-turut dari tinggi ke rendah adalah kelompok siswa
yang memiliki kreativitas tinggi-sikap ilmiah tinggi, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi-sikap ilmiah rendah, kreativitas rendah-sikap ilmiah tinggi dan
sikap ilmiah rendah-kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Torrance dalam Muhammdad Asrori (2008: 63) mengungkapkan bahwa
kreativitas berkembang didasari oleh potensi dari dalam dirinya dan ditunjang oleh
pengalaman selama berinteraksi dengan sumber belajar dalam lingkungan
belajarnya. Sejalan dengan penelitian Munandar (1977) dalam Munandar (2009: 9)
bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi dimana kreativitas sebagai
prediktor dari prestasi sekolah. Sama halnya dengan hasil penelitian ini bahwa
siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan sikap ilmiah tinggi mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih baik dalam lingkungan
belajarnya tinggi sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik dibandingkan siswa
yang memiliki kreativitas dan sikap ilmiah rendah.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan tabel test between subject effect, hasil pengujian hipotesis
ketujuh pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut
menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,094; 0,747 dan 0,175 sehingga Ho
diterima berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode Search Solve Create
and Share (SSCS) dan Proyek. Selain itu menurut Piaget perolehan pengetahuan
merupakan hasil kostruksi pengetahuan yang masuk dengan menghubungkan
informasi yang masuk tersebut dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
Belajar penemuan melalui metode SSCS dan Proyek sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif, dan kreatif serta membutuhkan sikap ilmiah yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
sehingga akan diperoleh prestasi yang paling baik. Begitu pula Teori belajar social
Vygotsky yang menyatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik
jika materi yang diberikan diatas sesuai zone of proximal development siswa dan
scaffolding siswa. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan
pada Tabel 4.35, 4.36 dan 4.37.
Tabel 4.35 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan
Kreativitas
Metode SSCS Metode Proyek
Kreativitas
Tinggi
Kreativitas
Rendah
Kreativitas
Tinggi
Kreativitas
Rendah
Sikap Ilmiah Tinggi 82,06 82,61 80,68 63,35
Sikap Ilmiah Rendah 80,98 76,09 72,67 66,18
Tabel 4.36 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan
Kreativitas
Metode SSCS Metode Proyek
Kreativitas
Tinggi
Kreativitas
Rendah
Kreativitas
Tinggi
Kreativitas
Rendah
Sikap Ilmiah Tinggi 48,13 45,13 47,67 41,00
Sikap Ilmiah Rendah 47,87 43,87 46,43 39,77
Tabel 4.37 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah
dan Kreativitas
Metode SSCS Metode Proyek
Kreativitas
Tinggi
Kreativitas
Rendah
Kreativitas
Tinggi
Kreativitas
Rendah
Sikap Ilmiah Tinggi 15,87 13,75 16,89 17,28
Sikap Ilmiah Rendah 14,00 13,63 14,43 14,33
Dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan masih ada faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mengingat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
keterbatasan penulis, tidak semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
diteliti. Namun metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajar secara parsial.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi
waktu penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan
pembelajaran (silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan
aturan Depdiknas (2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa
kekurangan antara lain instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif
siswa yang hanya berupa angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua
metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode
observasi dan laporan diri. Penggunaan metode observasi didasarkan pada asumsi
bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Metode
laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif
seseorang adalah dirinya sendiri. Penggunaan angket sebagai salah satu bentuk
metode laporan diri menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk
mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu
mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada
tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokan
dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat lebih
diketahui dengan tepat.
Selain itu Donald Ary (2007:30) menyatakan “penelitian di bidang
pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian
di bidang IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Selain itu tidak
digunakannya reliabilitas rating untuk mengetahui konsistensi rater (observer) saat
melakukan penilaian psikomotor siswa saat eksperimen berlangsung.
Dalam uji instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas dan tes prestasi serta
nilai angket sikap ilmiah dan afektif peneliti berusaha agar jawaban siswa yang
dituangkan dalam kuisioner benar-benar independen dan jawaban-jawaban tersebut
diungkapkan secara jujur artinya sesuai dengan suara hati dan pikiran yang ada
dalam diri siswa.
Peneliti juga sudah berusaha untuk bersikap obyektif dan senantiasa
mengatur jarak fisik dan mental supaya siswa tidak merasa tertekan. Namun tidak
dipungkiri bahwa pengisian angket tersebut sifatnya sangat subyektif sehingga ada
celah yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan temannya atau
jawaban tersebut tidak sesuai dengan suara hati mereka, kejadian inilah tentu di
luar kemampuan peneliti dalam menjaga sikap obyektivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
5BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari analisis data dan pembahasan yang telah ada, maka dapat ditarik simpulan
antara lain:
1. Hasil penelitian ini memberikan hasil data bahwa ada perbedaan secara signifikan
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diajar dengan
menggunakan metode SSCS dan metode Proyek pada pembelajaran materi
elektrolisis. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS mempunyai
prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode Proyek. Penerapan metode SSCS dan Proyek keduanya menuntut
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan
eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan
mengkonstruk pengetahuan secara bersama, namun penerapan metode Proyek ini
harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi.
2. Pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah saat proses
pembelajaran memberikan perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kognitif
dan afektifnya untuk pembelajaran materi elektrolisis, tetapi tidak ada perbedaan
prestasi belajar psikomotor. Kreativitas merupakan faktor internal yang ada dalam
diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kreativitas sangat terkait
dengan aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Eksperimen pada materi
elektrolisis merangsang siswa yang kreatif untuk melakukan inovasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
bereksperimen sehingga kreativitas sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa pada
prestasi belajar kognitif dan afektifnya.
3. Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah tidak
memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda secara signifikan terhadap aspek
kognitif dan afektif, tetapi ada perbedaan secara signifikansi terhadap aspek
psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis. Hal ini karena sikap ilmiah
berakibat langsung terhadap ketrampilan siswa saat melakukan eksperimen.Sikap
ilmiah merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
4. Pembelajaran menggunakan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas tinggi dan
rendah ada interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif,
tetapi tidak ada interaksi terhadap prestasi psikomotor untuk pembelajaran materi
elektrolisis. Metode SSCS dan metode Proyek membutuhkan kreativitas dari diri
siswa. Pada pembelajaran materi elektrolisis dengan menggunakan metode SSCS
dan metode Proyek, kreativitas siswa yang tinggi mempengaruhi saat proses
pembelajaran dan akan merubah prestasi belajar menjadi lebih baik. Hal ini
disebabkan karena pada tahapan pembelajaran SSCS maupun Proyek, menggunakan
tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan keterampilan merangkai
alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen.
5. Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode SSCS dan metode Proyek dengan
sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi
ada interaksi antara metode SSCS dan metode Proyek dengan sikap ilmiah tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor untuk pembelajaran materi
elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
6. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara kreativitas dan sikap ilmiah untuk
prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada pembelajaran materi
elektrolisis. Dapat disimpulkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode SSCS dan metode Proyek, mempunyai kreativitas tinggi dan
rendah serta memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah prestasi belajarnya baik aspek
kognitif maupun afektif tidak terdapat perbedaan yang signifikan
7. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara metode SSCS dan metode Proyek
dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif
dan psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
a. Pembelajaran kimia metode SSCS dan metode Proyek dapat diterapkan pada siswa
dengan kreativitas siswa tinggi maupun pada siswa dengan kreativitas rendah.
b. Pembelajaran kimia metode SSCS dan metode Proyek dapat diterapkan pada siswa
dengan sikap ilmiah tinggi maupun siswa dengan sikap ilmiah rendah.
2. Implikasi Praktis
a. Metode SSCS memberikan prestasi belajar yang baik dibandingkan metode Proyek
sehingga metode tersebut dapat menjadi alternatif dalam proses belajar mengajar
untuk materi elektrolisis .
b. Kreativitas dan sikap ilmiah siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam
upaya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan
saran-saran sebagai berikut:
1. Guru
Dalam penggunaan metode SSCS dan metode Proyek, perlu dilakukan
persiapan secara matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan
rencana.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode SSCS dan
metode Proyek dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran yang lain
untuk mengetahui pengaruh metode tersebut dengan prestasi belajar.
Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kreativitas verbal dan sikap ilmiah siswa dalam menyampaikan materi pelajaran,
khususnya materi elektrolisis.
2. Peneliti
Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain dan variabel yang berbeda
dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru
dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.