Download - pembahasan asetolisis
Eksin dan intin merupakan lapisan yang berfungsi sebagai pelindung sel dalam serbuk
sari untuk mencegah sel tersebut dari dehidrasi.
Daya tahan polen sangat tinggi karena memiliki eksin yang keras dan secara kimia
tidak mudah hancur oleh aktifitas mikroba, tingkat salinitas, kondisi basah, oksigen
rendah, dan kekeringan.
Tidak dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertigkat, karena jumlah polen yang
disiapkan sedikit, sehingga untuk mencegah specimen habis dalam pencucian maka
yang dilakukan hanya mencuci specimen dengan menggunkan aquades.
Asetolisis adalah proses untuk menghilangkan selulosa dari dinding serbuk sari
dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat (bebas air). Bertujuan untuk
mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari
tersebut. kematangan serbuk sari ditandai dengan serbuk sati yang sudah kering dan
ringan sehingga mudah terlepas dari anteranya.
Tujuan fiksasi dengan asam asetat glasial ini adalah mematikan (penghentian proses-
proses hidup secara tiba-tiba dan kekal (permanen) serta mengawetkan semua isi sel
dalam ukuran serta posisi semula dalam sel atau hampir sama dengan pada waktu
masih hidup.
Tujuan sentrifuse memisahkan serbuk sari dengan asam asetat glasial sehingga serbuk
sari nantinya dapat diambil karena membentuk endapan.
Tujuan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari
dan melisiskan selulosa yang terdapat pada dinding serbuk sari sehingga ketika dibuat
preparat maka secara morfologi ciri-ciri alami eksin serbuk sari akan terlihat lebih
jelas dibandingkan dengan sebelum asetolisis. Selain itu, juga berfungsi agar struktur
sel serbuk sari tetap utuh seperti keadaan hidupnya ketika mendapat perlakuan
selanjutnya.
Pendinginan berfungsi agar serbuk sari lebih terpisah dengan larutan karena setelah
pemanasan ada kemungkinan serbuk sari tersebut bercampur merata dengan larutan.
Setelah dingin kemudian disentrifuge kembali, hal ini bertujuan untuk mendapatkan
serbuk sari yang terpisah dari larutan asam asetat glasial dan H2SO4 dengan
membentuk endapan.
Supernatan dibuang dan dicuci menggunakan aquadest sebanyak 2 kali serta setiap
pencucian disentrifuge kembali, agar serbuk sari yang didapatkan benar-benar bersih
dari larutan fiksatif dan sisa larutan fiksatif tersebut tidak berpengaruh pada hasil
ketika perlakuan selanjutnya.
Safranin merupakan pewarna (dye) yang memudahkan pengamatan karena menyerap
panjang gelombang tertentu dari cahaya. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk
memudahkan melihat serbuk sari dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran
serbuk sari, serta meningkatkan kontras serbuk sari dengan sekitarnya. Selain itu,
dalam penentuan medium ini, harus dipilih yang indeks refraksinya berbeda dari
indeks refraksi serbuk sari (1,55 - 1,60). Gliserin memiliki indeks refraksi 1,4, dan
baik digunakan untuk preparat semi permanen seperti serbuk sari.
parafin untuk perekat dan mencegah masuknya udara ke dalam preparat sehingga
tidak mengganggu pengamatan terhadap serbuk sari. Kemudian yang terakhir preparat
tadi ditutup dengan gelas penutup secara perlahan-lahan dan dipanaskan di atas lampu
spiritus dengan melintaskannya sehingga paraffin dan gliserin mencair dan dilakukan
secara hati-hati agar tidak ada gelembung udara yang terjebak. Karena jika terdapat
gelembung udara menjadikan preparat tidak representatif untuk pengamatan maupun
menghalangi pengamatan (Akmalia, 2012).
Hasil pengamatan menunjukkan bentuk dan ukuran polen yang bervariasi antar jenis-
jenis tumbuhan. Selain ukuran dan bentuk polen, ciri lainnya seperti tipe, jumlah dan
posisi apertur serta arsitektur dinding eksin juga dapat diamati dan dijadikan
parameter dalam studi palinologi (Irawati, 2011).
Fiksasi adalah suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan,
dalam hal ini serbuk sari agar tetap pada tempatnya, dan tidak mengalami perubahan
bentuk maupun ukuran dengan media kimia sebagai fiksatif. Fiksasi umumnya
memiliki kemampuan untuk mengubah indeks bias bagian-bagian sel, sehingga
bagian-bagian dalam sel tersebut mudah terlihat di bawah mikroskop. fiksatif
mempunyai kemampuan untuk membuat jaringan mudah menerap zat warna. Dari
proses fiksasi ini, fiksatif diharapkan akan :
1. Menghentikan proses metabolisme dengan cepat
2. Mengawetkan elemen sitologis dan histologis
3. Mengawetkan bentuk yang sebenarnya
4. Mengeraskan atau memberi konsistensi material yang lunak biasanjya secara koagulasi, dari
protoplasma dan material-material yang dibentuk oleh protoplasma
Asam asetat dapat mengendapkan nukleoprotein, tetapi melarutkan histon dalam
nukleus, tidak melarutkan lemak, juga bukan pengawet karbohidrat. Daya penetrasinya
cepat, tetapi dapat membengkakkan jaringan, ini disebabkan oleh bertambahnya
diameter serabut-serabut dalam jaringan tersebut. fungsinya yaitu mencegah pengerasan
tetapi mengeraskan kromosom. Dalam konsentrasi tinggi, asam asetat dapat
menghancurkan mitokondria dan apparatus golgi.
Tujuan utama dari pewarnaan adalah untuk meningkatkan kontras warna serbuk sari
dengan sekitarnya sehingga memudahkan dalam pengamatan serbuk sari di bawah
mikroskop. Pewarnaan dapat memperjelas bentuk ornamen dinding sel serbuk sati serta
mempermudah mengetahui ukuran serbuk sari. Safranin adalah suatu chlorida dan zat
warna basa yang kuat (Hayati, 2012). Pewarna lain yang bias digunakan adalah neutral
red, basic fuchsin dan nigrosin
Paraffin berfungsi sebagai penutup kontak preparat yang diawetkan dengan udara dan
air, bias digantikan dengan kutek.
Aperture adalah modifikasi dinding serbuk sari berupa penipisan, kerutan, dan porus.
Fungsi utamanya untuk membantu terbentuknya buluh/saluran keluarnya isi serbuk sari
serta memungkinkan penyusutan dan pembengkakan pada butiran serbuk sari yang
disebabkan oleh perubahan kadar air di dalamnya (Prafiadi, 2012).
• Tipe apertura polen dibedakan berdasarkan bentuknya, jumlah, posisi dan susunannya.
1. Sulkus, kerutan memanjang yang tegak lurus terhadap sumbu yang membujur, di kutub butir
polen (Gb. 1, 2)
2. Kolpa, kerutan memanjang dengan sudut tegak lurus terhadap bidang equator, akhir dari
kerutan langsung menghadap kutub butir polen. apertura memanjang dengan rasio panjang
lebar lebih dari 2:1 (Gb. 3, 4)
3. Ruga, kerutan memanjang dengan arah yang berbeda dari kedua tipe di atas (Gb. 5)
4. Porus, apertur bundar. Bila jumlah porinya sedikit, porus hanya terdapat di daerah equator,
tetapi jika dalam jumlah besar dapat terbentuk di seluruh permukaan butir polen. porus adalah
bentukan apertura melingkar atau sedikit elips dengan perbandingan rasio panjang lebar
kurang dari 2:1 (Gb. 6, 7, 8). Jika pori dominan pada butir serbuk sari maka
disebut pantoporate. Bentuk apertura seperti kolpus namun hanya memiliki bagian berbentuk
seperti lingkaran disebut colporate.
Eksin tersusun atas
sporopolenin, sedangkan intin tersusun atas selulosa. Eksin terbagi atas dua lapisan, yaitu
seksin dan neksin. Seksin merupakan lapisan yang memiliki ornamenetasi, sedangkan
neksin tidak. Struktur dinding serbuk sari, khususnya bagian eksin, merupakan salah satu
karakter yang digunakan dalam identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi
tiga tipe, yaitu: tektat, semitektat, dan intektat. Unit serbuk sari dibedakan atas: monad,
diad, tetrad, dan polyad. Selain itu ada pula serbuk sari yang dilepaskan dari tumbuhan
dalam bentuk massulau atau polinia. Serbuk sari tertrad dibedakan ke dalam lima tipe,
yaitu: tetrahedral, tetragonal, rhomboid, decussata, dan tetrad silang. Tumbuhan
Angiospermae yang memiliki serbuk sari polyad diketahui ada lima suku, yaitu:
Annonaceae, Leguminosae, Hippocrateaceae (pada marga Hippocraea), Asclepiadaceae,
dan Orchidaceae.
Bentuk serbuk sari dapat pula ditentukan berdasarkan perbandingan antara panjang aksis
polar (P) dan diameter ekuatorial (E), atau lndeks PIE. Bentuk butir serbuk sari juga
terkait erat dengan tipe aperturanya, contohnya: butir serbuk sari dengan tire apertura
trikolpat akan cenderung berbentuk bulat hingga bulat telur, sedangkan pada serbuk sari
yang aperturanya monosulkat akan cenderung berbentuk seperti perahu.
Ukuran serbuk sari dibedakan dalam enam kelas, berdasarkan aksis terpanjang (kecuali
pada serbuk sari yang ekinat, maka durinya tidak dimasukkan dalam ukuran). Pembagian
kelas ukuran tersebut adalah:10 - 25 µm = kecil; 25 - 50 µm = sedang; 50 – 100 µm =
besar; 100 - 200 µm = sangat besar; 200 µm = raksasa.
Ornamentasi eksin
Analisis Asetolisis untuk:
a. Melacak sejarah kelompok dan jenis (spesies) tumbuhan
b. Melacak sejarah komunitas tumbuhan dan habitatnya
c. Menentukan umur relatif batuan atau sedimen
d. Memperlajari sejarah iklim
e. Mempelajari pengaruh manusia terhadap lingkungan
f. mempelajari pengaruh serbuk sari di udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan
manusia
g. Menentukan kandungan serbuk sari dalam madu (melisopalinologi)
h. Membantu memecahkan kasus kriminologi