1. Latar Belakang
Ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen penting lingkungan. Ruang terbuka
hijau sebagai unsur utama tata ruang kota mempunyai fungsi yang sangat berpengaruh besar
yang berguna bagi kemaslahatan hidup warga.
Masyarakat juga dinilai kurang mampu dan peduli terhadap keberadaan RTH yang
sesungguhnya mempunyai peran penting. Pemanfaatan lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau
masih kurang maksimal dewasa ini. Dalam hal ini ruang terbuka hijau mempunyai fungsi
yaitu sebagai pendukung utama keberlanjutan perikehidupan warga kota selain itu juga hutan
kota dapat dijadikan sebagai pelunak dan penyejuk lingkungan.
Ruang Terbuka Hijau menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang adalah:
Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang atau jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun sengaja
ditanam. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur
penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat .
(Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 pasal 1).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang Rerbuka Hijau Kawasan Perkotaan pasal 1 menyebutkan bahwa :
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya
disingkat RTHKP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
tata ruang wilayah propinsi dan kabupaten/kota. RTHKP adalah bagian
dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan
tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan
esterika. Luas ideal RTHKP minimal 20% dari luas kawasan perkotaan.
Dari Pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Ruang Terbuka Hijau adalah ruang
yang disediakan oleh pemerintah kota ataupun swasta untuk tumbuhnya tanaman dan pohon
dengan tujuan menampung segala aktivitas masyarakat kota, mengurangi polusi udara, dan
sehat. Ruang Terbuka Hijau membutuhkan perencanaan yang lebih baik lagi untuk menjaga
keseimbangan kualitas perkotaan melalui pembangunan berkelanjutan dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pada hakikatnya ruang
terbagi kedalam kawasan lindung (alami,konservasi) dan kawasan budi daya atau terbangun.
Walau telah ada peraturannya, pada kenyataanya telah terjadi degradasi kualitas lingkungan
air, udara, dan tanah di hampir seluruh wilayah kota karena lemahnya penegakan hukum.
Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota. Ruang terbuka
hijau berfungsi untuk menyeimbangkan keadaan ekologi pada suatu kawasan agar terjadi
keseimbangan antara ekosistem dan perkembangan pembangunan di era modern. Kota
mempunyai luas lahan terbatas, permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus
berkembang untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan baik permukiman, industri dan
pertambahan jalur transportasi yang perlahan akan menyita lahan – lahan atau ruang terbuka
lainnya diwilayah perkotaan.
Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup sulit untuk diatasi.
Perkembangan pembangunan perkotaan selain mempunyai dampak positif bagi kesejahteraan
warga kota juga menimbulkan dampak negatif pada beberapa aspek termasuk aspek
lingkungan. Pada mulanya, sebagian besar lahan kota merupakan ruang terbuka hijau. Namun
adanya peningkatan kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya, ruang
terbuka hijau tersebut cenderung mengalami alih fungsi lahan menjadi ruang terbangun
Pertumbuhan penduduk dengan aktivitas yang tinggi di kawasan perkotaan berdampak pada
perubahan ciri khas sebuah kota, baik berupa fisik, sosial, dan budaya. Perubahan tersebut
terlihat jelas dengan timbulnya permasalahan yang sering terjadi dikawasan perkotaan, antara
lain, kemacetan, banjir, kawasan kumuh, dan polusi. Identifikasi kelestarian lingkungan dan
daya dukung lingkungan di daerah perkotaan dapat diestimasi dengan keberadaan ruang
terbuka hijau. Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka
hijau privat.
Proporsi ruang terbuka hijau pada ruang wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah
kota (Pasal 29 UU Nomor 26 tahun 2007). Sedangkan luas kebutuhan ruang terbuka hijau per
penduduk ditetapkan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2008 yaitu 20 m2/penduduk. Penyediaan dan pemanfaatan ruang tebuka hijau
dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan
dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi kawasan konservasi untuk
kelestarian hidrologis, area pengembangan keanekaragaman hayati, area penciptaan iklim
mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan.
Perkembangan fisik ini menyebabkan terjadinya pergeseran struktur dan pola pemanfaatan
ruang sehingga perlu dilakukan penyesuaian dengan kecenderungan perubahan kondisi yang
terjadi.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa sebagian ruang terbuka hijau yang tidak tertata secara
baik belum ada secara umum keseriusan dalam penataan ruang terbuka hijau. Disisi lain
ruang terbuka hijau sangat diperlukan. Selain itu juga keberadaan ruang terbuka hijau
berfungsi untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota, menciptakan iklim mikro yang
lebih sejuk, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), mengurangi
polutan, serta membantu mempertahankan ketersediaan air tanah.
Oleh karena itu dalam hal ini dengan cara mengambil salah satu sample RTH di Kota Malang
yaitu Hutan Malabar, kami akan mencoba menganalisis dan mengidentifikasi apakah sample
yang kami pilih tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Rumusan Masalaha. Bagaimana Pembangunan Ruang Terbuka Hijau dalam Ekosistem Perkotaan?
b. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dalam Ekosistem Perkotaan?
c. Faktor-faktor apa saja yang ada pada Pembangunan Ruang Terbuka Hijau dalam
Ekosistem Perkotaan?
3. Pembahasan3.1 Pembangunan Ruang Terbuka Hijau dalam Ekosistem Perkotaan
3.1.1 Prosedur Perencanaan
Tujuan penyelenggaraan RTH adalah:
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan
perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Ketentuan prosedur perencanaan RTH adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan RTH harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam
rencana tata ruang (RTRW Kota/RTR Kawasan Perkotaan/RDTR Kota/RTR
Kawasan Strategis Kota/Rencana Induk RTH) yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah setempat;
b. Penyediaan dan pemanfaatan RTH publik yang dilaksanakan oleh pemerintah
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
c. Tahapan penyediaan dan pemanfaatan RTH publik meliputi:
1. Perencanaan;
2. Pengadaan lahan;
3. Perancangan teknik;
4. Pelaksanaan pembangunan RTH;
5. Pemanfaatan dan pemeliharaan.
d. Penyediaan dan pemanfaatan RTH privat yang dilaksanakan oleh masyarakat
termasuk pengembang disesuaikan dengan ketentuan perijinan pembangunan;
e. Pemanfaatan RTH untuk penggunaan lain seperti pemasangan reklame ( billboard )
atau reklame 3 dimensi, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing daerah;
2. Tidak menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman misalnya
menghalangi penyinaran matahari atau pemangkasan tanaman yang dapat merusak
keutuhan bentuk tajuknya;
3. Tidak mengganggu kualitas visual dari dan ke RTH;
4. Memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengguna RTH;
5. Tidak mengganggu fungsi utama RTH yaitu fungsi sosial, ekologis dan estetis.
3.1.2 Peran Masyarakat
Peran masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH merupakan upaya
melibatkan masyarakat, swasta, lembaga badan hukum dan atau perseorangan baik
pada tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan
untuk menjamin hak masyarakat dan swasta, untuk memberikan kesempatan akses
dan mencegah terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang
yang telah ditetapkan melalui pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh
masyarakat dan swasta dalam pengelolaan RTH, dengan prinsip:
a. menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam proses
pembangunan ruang ruang terbuka hijau;
b. memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pembangunan ruang
terbuka hijau;
c. menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal dan
keberagaman sosial budayanya;
d. menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika;
e. memperhatikan perkembangan teknologi dan bersikap profesional. Hal-hal yang
dapat dilakukan oleh pemerintah kota dalam mewujudkan penghijauan antara lain:
dalam lingkup kegiatan pembangunan ruang terbuka hijau (yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian), pedoman ini ditujukan pada tahap
pemanfaatan ruang terbuka hijau, dimana rencana pembangunannya akan disusun
dan ditetapkan.
Peran masyarakat, swasta dan badan hukum dalam penyediaan RTH publik meliputi
penyediaan lahan, pembangunan dan pemeliharaan RTH. Peran dalam penyediaan
RTH ini dapat berupa:
a. Pengalihan hak kepemilikan lahan dari lahan privat menjadi RTH publik (hibah);
b. Menyerahkan penggunaan lahan privat untuk digunakan sebagai RTH publik;
c. Membiayai pembangunan RTH publik;
d. Membiayai pemeliharaan RTH publik;
e. Mengawasi pemanfaatan RTH publik;
f. Memberikan penyuluhan tentang peranan RTH publik dalam peningkatan kualitas dan
keamanan lingkungan, sarana interaksi sosial serta mitigasi bencana.
Peran masyarakat pada RTH privat meliputi:
a. Memberikan penyuluhan tentang peranan RTH dalam peningkatan kualitas
lingkungan;
b. Turut serta dalam meningkatkan kualitas lingkungan di perumahan dalam hal
penanaman tanaman, pembuatan sumur resapan (bagi daerah yang memungkinkan)
dan pengelolaan sampah;
c. Mengisi seoptimal mungkin lahan pekarangan, berm dan lahan kosong lainnya
dengan berbagai jenis tanaman, baik ditanam langsung maupun ditanam dalam pot;
d. Turut serta secara aktif dalam komunitas masyarakat pecinta RTH.
Tabel.1 Pelibatan masyarakat pada Pemanfaatan dan Pengendalian
Rencana Pem anfaatan
Pelaksanaan Pem anfaatan
Pasca Pelaksanaan
Pelibatan Masyarakat
Pengambilan Keputusan
RTH
Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan
a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari
20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka
proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar
30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan
perkotaan secara tipikal sebagaimana ditunjukkan pada lampiran A.
b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan
mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita
sesuai peraturan yang berlaku. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, sarana dan
prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki
atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu.
RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik
tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai,
RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.
Kriteria Vegetasi untuk RTH dalam ekosistem Kota
Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota adalah
sebagai berikut:
a. tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak
mengganggu pondasi;
b. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
c. ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain
seimbang;
d. perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
e. kecepatan tumbuh sedang;
f. berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
g. jenis tanaman tahunan atau musiman;
h. jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
i. tahan terhadap hama penyakit tanaman;
j. mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
k. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.