PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
MATERI PELAJARAN NO. 7
STUDI KASUS KECELAKAAN KERJA
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -133/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.1. Pendahuluan7.1.1. Pengertian Kecelakaan DinasKecelakaan dinas adalah kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan
kerja, baik yang terjadi di tempat kerja maupun luar tempat kerja.
7.1.2. Kriteria Kecelakaan Dinasa. Kecelakaan Dinas Pada Waktu Kerja Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja,
dan pulang ke rumah melalui ruas jalan yang biasa dan wajar untuk dilalui.
Kecelakaan dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas kewajiban
dan tanggung jawab sehari-hari baik di tempat kerja maupun luar tempat
kerja.
Kecelakaan dalam melakukan perjalanan dinas di dalam negeri maupun di
luar negeri yang harus dibuktikan dengan Surat Perintah Perjalanan Dinas,
kecuali perjalanan pengobatan dan perjalanan pensiun.
Meninggal dunia secara mendadak di tempat kerja, termasuk perjalanan di
tempat kerja sampai tiba di rumah sakit tetapi belum sempat mendapatkan
pertolongan dari Dokter dengan cacatan bahwa yang bersangkutan
berangkat ke rumah dalam keadaan sehat.
Perkelahian di tempat kerja yang disebabkan pegawai yang bersangkutan
mendapat serangan dari pihak lain yang tidak terpikirkan sebelumnya atau
melakukan reaksi dari aksi yang dilakukan dari pihak lain.
Kecelakaan yang terjadi pada waktu istirahat antara jam-jam kerja di
lingkungan kerja.
b. Kecelakaan Dinas di Luar Waktu Kerja. Kegiatan olah raga yang merupakan tugas dari Perseroan / Perusahaan.
Mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari Perusahaan / Perseroan.
Kecelakaan dalam hal kerja lembur atau shift yang harus dibuktikan dengan
surat perintah lembur atau daftar shift.
Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokasi
tempat kerja di luar jam kerja (di luar istirahat)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -134/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
KASUS - KASUS KECELAKAAN DINAS /KECELAKAAN KERJA YANG PERNAH TERJADI.
7.2. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 31 Juli 1996 di Gardu Induk Bogor Baru
a. Pekerjaan yang direncanakan :Pekerjaan yang direncanakan adalah pekerjaan pemeliharaan PMT 150 KV
kopel Bus 1 dan 2.
7.2.1. Kronologis terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai berikut : Manuver Sistem :
Jam 07.50 WIB PMT 150 KV kopel dilepas , di remote dari panel kontrol.
Jam 07.51 WIB PMS 150 kV kopel Bus 1 dan Bus 2 dilepas secara
manual dan dikunci
Jam 07.52 WIB KSO (Kepala Seksi Operasi) menyerahkan kondisi hasil
manuver ke Seksi Pemeliharaan, selanjutnya Kepala
Seksi Pemeliharaan memberikan pengarahan kepada
petugas pemeliharaan dengan kondisi daerah kerja
sebagai berikut :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -135/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Bus 2 150 KV Bus 1 150 KV
Pelaksanaan Pekerjaan :
Jam 08.00 WIB Petugas pemeliharaan memasang kawat pentanahan
pada posisi bebas tegangan pada konduktor di ujung
bushing PMT 150 KV kopel Bus
Jam 08.45 WIB Pemeliharaan di PMT 150 KV kopel selesai, kemudian
dilanjutkan pemeliharaan PMS 150 KV kopel Bus 1 pada
Phasa S dan R selesai dengan baik dan petugas turun
dari PMS 150 KV kopel yang dipelihara. Sedang di
Phasa T yang dikerjakan oleh salah seorang dari regu
pemeliharaan belum selesai.
Dua orang yang telah selesai melaksanakan pekerjaan
tersebut diatas, pindah melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan di PMS 150 KV kopel bus 2 yang bebas
tegangan dengan diikuti pengawas pekerjaan.
Jam 08.48 WIB Terjadi ledakan yang bersumber dari PMS 150 KV Bus 1
Phasa T yang ternyata salah seorang petugas
pemeliharaan tersebut tersengat arus listrik 150 KV.
Kondisi korban masih sadar dan tergantung di serandang
PMS 150 KV kopel Bus 1.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -136/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.2.2. Kerugian akibat kecelakaan.Dengan terjadinya peristiwa tersebut berakibat :
Korban mengalami luka bakar 90 % dan akhirnya meninggal dunia setelah
mengalami perawatan selama 10 jam di Rumah Sakit.
Beban Psikhologis yang teramat berat pada keluarga yang ditinggalkan.
Perusahaan mengalami kerugian berupa :
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka mempersiapkan yang bersangkutan
menjadi pegawai pemeliharaan yang handal dan biaya melatih pegawai
penggantinya.
Biaya perawatan yang bersangkutan selama perawatan di rumah sakit dan
biaya perawatan lainnya serta biaya tunjangan tewas.
Biaya perbaikan / penggantian peralatan.
Hilangnya waktu kerja bagi pegawai yang memberikan pertolongan
(kehilangan jam kerja).
Energi tidak terjual (Pemadaman listrik).
Dapat menurunkan citra perusahaan.
Disamping kerugian yang diderita pihak korban maupun keluarga serta pihak
perusahaan, kerugian juga diderita oleh masyarakat konsumen PLN antara lain:
Adanya pemadaman di daerah tertentu.
Usaha masyarakat yang menggunakan energi listrik akan mengalami
penghentian produksi.
Proyek-proyek vital serta rumah sakit mengalami gangguan pelayanan.
7.2.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaanDengan memperhatikan mulai dari perencanaan pekerjaan pemeliharaan
sampai dengan kronologis terjadinya kecelakaan, analisa penyebab terjadinya
kecelakaan diantaranya sebagai berikut :
Program perencanaan pemeliharaan yang dituangkan dalam buku dokumen
keselamatan kerja kurang sesuai dengan ketentuan (kurang rinci/tajam, dan
prosedur kerja tidak jelas).
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -137/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Pola pembebasan tegangan yang tidak benar, apabila direncanakan
melaksanakan pekerjaan pemeliharaan termasuk PMS 150 KV Kopel Bus 1
dan 2, maka pekerjaan tersebut merupakan satu kesatuan peralatan yang
secara keseluruhan harus dibebaskan dari tegangan.
Para pelaksana pekerjaan bukan “Team Work” yang baik, terlihat bahwa
rasa kebersamaan antara satu dengan yang lainnya masih kurang dan perlu
ditingkatkan, terbukti bahwa salah seorang yang masih melaksanakan
pekerjaan di PMS 150 KV kopel Bus 1 phasa T belum turun dari serandang
PMS 150 KV telah ditinggalkan begitu saja oleh anggota regu yang lain
bersama pengawas pekerjaan.
Para pengawas belum menjiwai dan belum melaksanakan fungsinya
sebagai pengawas, baik pengawas menuver, pengawas pekerjaan maupun
pengawas K3.
Pada kasus diatas terlihat bahwa pengawas K3 belum berperan
sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu dalam rangka mencapai sasaran
“kecelakaan nihil”, semua unsur terkait dalam penyelesaian suatu pekerjaan
hendaknya selalu bersikap mengutamakan keselamatan, baik untuk pribadi
masing-masing maupun untuk keselamatan orang lain.
Pelaksana (korban) tidak memakai APD yang sudah disiapkan.
7.2.4. KesimpulanTerjadinya kecelakaan dinas 31 Juli 1996 di GI Bogor Baru disebabkan oleh:
Adanya kesalahan prosedur pelaksanaan pekerjaan (tidak sesuai dengan
prosedur K3).
Pola pembebasan tegangan yang tidak benar.
Lemahnya pengawasan (Pengawas Pekerjaan dan Pengawas K3 hampir
tidak berfungsi).
Adanya kecerobohan dari pelaksana pekerjaan (Unsafe Act)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -138/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.3. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 4 Desember 1996, Di Gardu Induk Lamajan
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakanAdalah pemeliharaan 6 bulanan transformator III 70/30/6 KV 10 MVA
7.3.1. Kronologis terjadinya kecelakaan :
Jam 09.40 WIB Instalasi yang direncanakan untuk dipelihara telah bebas
dari tegangan (lihat gambar)
Gambar :
Pelaksanaan Pekerjaan :
Jam 04.45 WIB Pekerjaan pemeliharaan 6 bulanan trafo 70/30/6/6 KV 10
MVA dilaksanakan dengan tenaga 9 orang termasuk
pengawas.
Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan adalah :
- Membersihkan radiator trafo
- Membersihkan bushing trafo sisi 70, 30 dan 6 KV
- Pemeriksaan pengawatan pengaman trafo
- Pemeriksaan motor pendingin berikut kipas pendingin
trafo
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -139/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
- Pemeriksaan pentanahan peralatan
Pada saat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan trafo, salah
seorang petugas pemeliharaan melihat konduktor dari
bushing 70 KV trafo kearah PMT 70 KV Phasa S rusak
(vong), dan hal demikian disampaikan kepada pengawas
pekerjaan dan penanggung jawab pekerjaan.
Selanjutnya konduktor yang rusak tersebut rencananya akan
diganti dan untuk penggantian tersebut diperlukan alat-alat
kerja yang mesti diambil di tempat lain diantaranya :
- Takel rantai
- Tambang
- Montase rol
- Kawat ACSR
- Kamelong
- Sabuk pengaman
Jam 12.00 WIB Peralatan kerja tersebut diatas telah diambil dan disimpan di
bengkel, sementara semua anggota regu pemeliharaan
istirahat untuk makan siang.
Jam 12.12 WIB Tanpa sepengetahuan petugas yang lain salah seorang
petugas pemeliharaan tersebut naik ke Gelagar PMT 70 KV
trafo III melalui tiang gelagar, dan saat itu pula terdengar
ledakan di lokasi pekerjaan dan terlihat korban jatuh dari
ketinggian 5 (lima) meter. Diperkirakan pada saat korban
berada diatas serandang belum sempat mengikatkan sabuk
pengaman ke gelagar, dan pada saat yang bersamaan
korban tersengat tegangan listrik 70 KV.
7.3.2. Akibat kecelakaan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -140/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Akibat dari kecelakaan tersebut :
Korban mengalami luka bakar ± 30 % dan dirawat di rumah sakit.
Sampai saat ini yang bersangkutan tidak bisa bekerja secara optimnal seperti
sediakala dan mengalami cacat.
Penderitaan secara psychologis yang sangat berat pada keluarga korban.
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian
berupa :
Biaya perawatan penderita / korban.
Hilangnya waktu kerja.
Kerugian energi tidak terjual (KWH hilang).
Menurunkan citra perusahaan.
dll.
7.3.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan :Dengan memperhatikan kronologis kejadian, analisa terjadinya kecelakaan
diantaranya sebagai berikut :
Prosedur kerja tidak dipenuhi
Pekerjaan yang dilaksanakan tidak termasuk dalam rencana kerja yang
dituangkan dalam dokumen keselamatan kerja, disamping itu pekerjaan
dilaksanakan tanpa/belum mendapat pengarahan dari penanggung jawab
pekerjaan/pengawas pekerjaan.
Terjadi Unsafe Action (kelalaian pelaksana).
Pada saat regu pemeliharan istirahat makan siang, korban justru
melaksanakan pekerjaan seorang diri yang kemungkinan besar yang
bersangkutan terlalu percaya diri dan punya dedikasi yang tinggi terhadap
pekerjaan maupun terhadap perusahaan.
Yang bersangkutan melaksanakan pekerjaan tanpa melapor terlebih dahulu
ke pengawas pekerjaan / pengawas K3, disamping itu yang bersangkutan
kurang tanggap terhadap kondisi instalasi, mana yang bebas tegangan dan
bagian mana yang masih bertegangan, dimana kondisi ini dapat diketahui
dengan menggunakan alat deteksi tegangan ( Voltage Detector).
Yang bersangkutan tidak tercatat / terencana sebagai tenaga yang
melaksanakan pemeliharaan trafo tersebut.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -141/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Para pengawas belum menjiwai dan belum melaksanakan tugasnya sebagai
pengawas.
Pengawas tidak mengetahui bahwa ada tenaga kerja yang tidak tercatat
dalam dokumen keselamatan kerja sebagai pelaksana pekerjaan pada hari
itu, dan pada saat istirahat pengawas kurang memperhatikan kondisi tenaga
kerja terutama dari sisi jumlah anggota. Disamping tenaga kerja yang lain
juga kurang peduli terhadap keselamatan kerja yang lainnya (didalam hal ini
perlu saling mengigatkan sebagai Team Work yang solid).
7.3.4. Kesimpulan Terjadinya kecelakaan dinas pada 4 Desember 1996 di GI Lamajan disebabkan
oleh :
Adanya kesalahan prosedur kerja.
Terjadinya “Unsafe Act” dari korban.
Kurangnya rasa kepedulian tentang keselamatan diri maupun keselamatan
orang lain (teman sekerja).
Lemahnya pengawasan, dalam arti para pengawas belum melaksanakan
tugas-tugasnya dengan benar.
7.4. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 13 Februari 1997, di Gardu Induk Sukolilo
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakanPerbaikan konduktor jamperan sisi 150 KV trafo II 150/20/ KV 60 MVA Fasa R
7.4.1. Kronologis terjadinya kecelakaan (lihat gambar)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -142/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Gambar :
Manuver Sistem :
Jam 08.17 WIB PMT 20 KV semua penyulang pada trafo II 150/20 KV
60 MVA sel Alsthom dilepas.
Jam 08.20 WIB PMT 20 KV incoming trafo II 150/20 KV 60 MVA
dilepas.
Jam 08.24 WIB PMS 20 KV kopel sel 20 KV Fuji-Alsthom masuk.
Jam 08.26 WIB PMT 20 KV penyulang-penyulang sel Alsthom masuk
( // ).
Keterangan :
Dalam keadaan normal beban penyulang 20 KV sel
Meidensha dan Fuji dipasok dari trafo I 150/20 KV 60
MVA, sedang beban penyulang 20 KV sel Alsthom
dipasok dari trafo II 150/20 KV 60 MVA.
Jam 08.29 WIB PMT 150 KV trafo II 150/20 KV 60 MVA dilepas ( // ).
Pelaksanaan Pekerjaan:
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -143/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Perbaikan jamperan konduktor sisi 150 KV trafo II dilaksanakan dan selesai dengan
baik.
Penormalan :
Jam 09.40 WIB PMT 150 KV trafo II 150/20 KV 60 MVA masuk
(//)untuk penormalan beban penyulang 20 KV sel
Alsthom ke trafo II 150/20 KV 60 MVA menunggu
persetujuan piket UPD dan dalam hal penormalan ini
menjadi tugas operator dan pengawas menuver.
Jam 12.07 WIB PMT 20 KV semua penyulang di sel Alsthom dilepas
secara remote dari UPD, kecuali salah satu PMT 20 KV
penyulang dilepas dari lokal, karena secara remote
mengalami gangguan.
Jam 12.11 WIB PMS 20 KV kopel Fuji-Alsthom dilepas.
Pada saat pelepasan yang dilaksanakan oleh satu
orang pelaksana manuver dan satu orang pengawas
manuver terjadilah flash-over yang disertai semburan
api dan suara ledakan.
7.4.2. Kerugian akibat kecelakaan :Akibat dari kecelakaan tersebut adalah :
Korban mengalami luka bakar ± 25 % dan dirawat di Rumah Sakit.
Korban dan keluarga menderita beban psychologis.
Sampai saat ini korban tidak dapat bekerja sebagaimana sediakala secara
optimal.
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian
berupa :
Pengeluaran biaya perawatan yang bersangkutan.
Hilangnya waktu kerja bagi penolong.
Pengeluaran biaya perbaikan peralatan.
Kerugian energi yang tidak terjual.
Menurunnya citra perusahaan.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -144/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.4.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan : PMS digunakan untuk melepas suatu rangkaian listrik tanpa beban , namun
pada pelaksanaan tersebut beban PS belum dilepas.
Pengawas manuver menggunakan peralatan keselamatan kerja (APD) lebih
lengkap daripada yang dipergunakan oleh petugas manuver.
Pola pembebasan beban yang tidak dipenuhi.
Kurang konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
7.4.4. Kesimpulan Terjadinya kecelakaan dinas tanggal 13 Februari 1997 di Gardu Induk Sukolilo
disebabkan oleh :
Adanya kesalahan prosedur kerja.
Adanya Unsafe Act dari pelaksana pekerjaan
Pengawas yang kurang berfungsi dengan baik.
7.5. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 7 Mei 1997 Di Gardu Induk Petukangan
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakan :Pemeliharaan PMT dan CT 150 KV kopel
7.5.1. Kronologis terjadinya kecelakaan dinas : Pekerjaan pemeliharaan PMT 150 KV kopel dilaksanakan oleh beberapa
petugas pemeliharaan dan selesai dengan baik. Pekerjaan selanjutnya
adalah pekerjaan pemeliharaan CT 50 KV kopel diantaranya pengecekan
bagian atasnya.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -145/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Pada jam 12.00 WIB pada saat beberapa tenaga pemeliharaan dan
pengawas pergi ke bengkel (meninggalkan tempat pekerjaan) salah
seorang mengambil inisiatif untuk melaksanakan pekerjaan pengecatan CT
150 KV dengan menggunakan tangga yang disandarkan di bushing isolator
CT 150 KV tanpa diikatkan dan tanpa dipegangi oleh pihak lain (tanpa
pengawas).
Dalam kondisi kerja seperti itu terjadilah kecelakaan dimana tangga yang
dipergunakan tergelincir / meleset dan berakibat petugas yang
bersangkutan jatuh terduduk.
7.5.2. Akibat-akibat kecelakaan : Korban mengalami kelumpuhan.
Beban moril terhadap yang bersangkutan dan keluarga (dampak psychologis)
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian :
Pengeluaran biaya perawatan korban.
Kehilangan waktu kerja bagi yang menolong korban.
Kehilangan / kekurangan tenaga pemeliharaan yang handal.
Kerugian energi tidak terjual.
Menurunnya citra perusahaan.
7.5.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan : Pekerjaan dilaksanakan siang hari saat petugas yang lainnya sedang istirahat
dan makan siang.
Melaksanakan pekerjaan sendiri tanpa pengawas.
Tangga yang digunakan untuk memanjat yang disandarkan pada isolator CT
tidak diikat dan yang bersangkutan tidak menggunakan sabuk pengaman.
Yang bersangkutan terkesan terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaan
sehingga tidak mengindahkan kaidah-kaidah K3 termasuk melaksanakan
pekerjaan pada jam istirahat.
Para pekerja satu sama lainnya kurang memperhatikan kebersaman atau
saling kontrol akan keselamatan sesama (Team Work kurang solid).
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -146/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.5.4. KesimpulanTerjadinya kecelakaan dinas tanggal 9 Mei 1997 di Gardu Induk Petukangan
disebabkan oleh :
Terjadinya “Unsafe Act” dari korban (melanggar prosedur).
Peralatan keselamatan kerja (APD) tidak digunakan.
Faktor pengawasan belum efektif (pengawas kurang berfungsi).
7.6. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 5 Juni 1997 Di Joint Box 12 SKTT 150 KV M. Karang – B. Kemulyaan
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakan :Pemeriksaan / pemeliharaan kabel pilot SKTT 150 KV Muara karang – Budi
Kemulyaan di joint box No. 12.
7.6.1. Kronologis terjadinya kecelakaan .Pada tanggal 5 Juni 1997 setelah SKTT 150 KV Muara karang – Budi
Kemulyaan dibebaskan dari tegangan dan ditanahkan di kedua ujungnya, maka
pada jam 15.00 WIB dilaksanakan pembukaan tutup / Man hole joint box SKTT
150 KV Muara Karang – Budi Kemulyaan No. 12 dalam rangka untuk
pemeriksaan / pemeliharaan kabel pilot yang dilaksanakan oleh 3 orang regu
pemeliharaan dengan urutan-urutan sebagai berikut :
Air dalam dalam joint box tersebut dipompa keluar sampai habis.
Gambar :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -147/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Berpedoman dengan SOP yang telah disusun, salah seorang petugas
pemeliharaan memasuki lubang joint box untuk memastikan apakah ada
gas beracun atau tidak dengan menyalakan korek api didalamnya.
Pada saat korek api dinyalakan terjadilah ledakan dengan kobaran api yang
menunjukan ada indikasi di dalam joint box terdapat gas yang mudah
dibakar.
Pada waktu yang bersamaan, petugas yang masuk ke dalam lubang joint box
terbakar api ledakan gas tersebut dan mengalami luka bakar, kaki kanan kiri
lengan kanan kiri, pantat muka dan perut.
Dua orang teman yang berada di luar berkesempatan menahan korban yang
akan jatuh ke dasar joint box tersebut dan sempat mengalami sengatan
panasnya api pada bagian telapak tangan dan lengan sebagian.
7.6.2. Kerugian akibat kecelakaan.Akibat dari kecelakaan tersebut adalah :
Korban mengalami luka bakar ± 30 %, kemudian meninggal dunia setelah
mendapat perawatan di Runah Sakit.
Keluarga korban menderita secara moril.
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian
sebagai berikut:
Pengeluaran biaya untuk perawatan selama di rumah sakit dan biaya
tunjangan tewas.
Pengeluaran biaya dalam rangka mempersiapkan yang bersangkutan menjadi
pegawai / petugas yang pemeliharaan yang handal.
Kehilangan waktu kerja bagi pegawai lain yang menolong yang bersangkutan
Kehilangan / kekurangan tenaga pemeliharaan yang handal.
Kerugian energi tidak terjual.
Menurunnya citra perusahaan.Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -148/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.6.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan. Yang bersangkutan dalam melaksanakan pekerjaan menggunakan
peralatan keselamatan kerja yang memadai.
Melaksanakan pekerjaan menggunakan / berpedoman pada SOP yang
telah disusun dengan tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya gas
yang mudah meledak / terbakar.
Lubang dari joint box No. 12 tersebut berdekatan dengan tempat
pemeraman pisang dengan menggunakan karbit.
Cara pengetesan kemungkinan adanya gas beracun yang diterapkan
selama ini, dengan menggunakan korek api di dalam lubang yang sedang
dideteksi.
7.6.4. Kesimpulan :Terjadinya kecelakaan dinas pada tanggal 5 Juni 1997 di joint box No. 12 SKTT
150 KV Muara karang – Budi Kemulyaan disebabkan oleh :
Kurang lengkapnya SOP yang telah dibuat.
Pelaksana kurang memperhitungkan kemungkinan lain selain adanya gas
beracun (Unsafe Act).
Faktor pengawasan belum efektif (pengawas belum melaksanakan fungsi
pengawasannya dengan baik).
7.7. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 17 Juli 1997 Di Gardu Induk Tanggerang
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakan :Pekerjaan pemeliharaan peralatan listrik penyulang 20 KV.
7.7.1. Kronologis terjadinya kecelakaan : Pada tanggal 17 Juli 1997 bertepatan dengan hari libur nasional, setelah
dikoordinasi dengan pihak terkait dilaksanakan pekerjaan pemeliharaan
peralatan listrik penyulang 20 KV (sebanyak 5 penyulang)
Pekerjaan dilaksanakan dengan diberi waktu jam 08.00 s/d 16.00 WIB
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -149/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Semua pelaksana pekerjaan tidak menggunakan peralatan kerja yang
memadai.
3 (tiga) penyulang telah dilaksanakan dengan baik.
Penyulang ke 4 (empat) dilaksanakan mulai jam 10.25 s/d 10.30 dengan
urutan-urutan sebagai berikut :
(Gambar 6)
- PMT 20 KV dilepas.
- PMS A1 dilepas.
- PMS B1 dilepas.
- PMS Tanah // (masuk).
- Rel A1 dan B1 masih bertegangan.
Pada saat pengawas manuver melaporkan ke pihak Unit Pengatur Distribusi
tentang pelaksanaan pembebasan tegangan 2 (dua) orang tenaga
pemeliharaan masuk ke ruang sel 20 KV untuk persiapan memulai
pekerjaan.
Sambil menunggu penyerahan pekerjaan dari pihak pengawas manuver ke
pengawas K3 salah satu petugas pemeliharaan yang masuk ke ruang sel 20
KV tadi melepas bushing handel PMS Rel B1 yang menempel di dinding
panel cubicle dengan dibantu tenaga pemeliharaan yang lain dari luar sel
untuk mengganti bushing handel tersebut karena rusak (retak).
Pada saat bushing handel PMS B1 lepas, terjadi perubahan posisi PMS Rel
B1 yang melewati batas penyekat tegangan menembus minimum yang
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -150/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
diizinkan, sehingga antara ujung-ujung Rel BI dan PMT tersebut terjadi
Flash Over melewati pisau-pisau PMS Rel B1 yang pada akhirnya pisau-
pisau tersebut meleleh.
Karena di bagian dalam sel 20 KV tersebut ada 2 (dua) orang tenaga
pemeliharaan yang sangat dekat dengan Rel 20 KV yang menuju ke PMT
20 KV, maka kedua orang tersebut langsung terkena sengatan tegangan 20
KV dan badan mereka berfungsi sebagai pentanahan.
Sebagai akibat dari kejadian tersebut diatas, timbul suara ledakan sehingga
ke petugas tersebut mengalami kecelakaan luka bakar masing-masing 78%
Para petugas pemeliharaan tersebut belum melengkapi dirinya dengan
peralatan keselamatan kerja yang baku sesuai
7.7.2. Kerugian akibat kecelakaan.Akibat dari kecelakaan tersebut :
Korban mengalami luka bakar 78 %, dirawat di Rumah Sakit dan akhirnya
meninggal dunia.
Pihak keluarga yang ditinggalkan mengalami beban moril.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -151/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian
sebagai berikut :
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka mempersiapkan yang bersangkutan
menjadi pegawai pemeliharaan yang handal.
Pengeluaran berupa biaya perawatan yang bersangkutan selama di Rumah
Sakit dan biaya tunjangan tewas.
Biaya perbaikan / penggantian peralatan.
Hilangnya waktu kerja bagi karyawan yang menolong yang bersangkutan.
Energi listrik tidak terjual (pemadaman bebas untuk beberapa saat).
Citra perusahaan menurun.
Demikian pula dari pihak masyarakat mengalami kerugian berupa:
Masyarakat pengguna listrik mengalami pemadaman sehingga aktifitas
terganggu.
Produktifitas usaha masyarakat yang tergantung dengan energi listrik sempat
terhenti.
7.7.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan.Dengan memperhatikan dari perencanaan pekerjaan pemeliharaan sampai
dengan kronologis terjadinya kecelakaan diataranya disebabkan hal-hal
sebagai berikut :
Dalam satu hari pada hari libur nasional melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan cukup banyak (beban kerja cukup tinggi) sehingga dalam
melaksanakan pekerjaan dirasakan kurang perhatian penuh karena dikejar-
kejar waktu yang terbatas.
Petugas pemeliharaan tersebut tidak menggunakan peralatan keselamatan
kerja yang memadai.
Dokumen keselamatan kerja belum diberlakukan sebagaimana mestinya,
sehingga pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan tidak tercermin dalam
dokumen tersebut.
Prosedur melaksanakan pekerjaan di penyulang 4 (empat) tersebut tidak
didiskusikan/ dibicarakan terlebih dahulu antara pelaksana yang mengalami
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -152/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
kesulitan, kemungkinan-kemungkinan timbul gangguan dan cara-cara
pencegahan / mengatasinya.
Sebagai pengawas pekerjaan dan pengawas K3 serta sebagai penaggung
jawab pekerjaan ikut melaksanakan pemeliharaan, sehingga orang yang
mengingatkan mereka-mereka yang bekerja tidak ada lagi.
Cara pembebasan tegangan Bus 20 KV yang kurang benar, mestinya 20 KV
yang berhubungan dengan PMS 20 KV yang dioperasikan dengan sistem
mekanik rotari yang dikerjakan tersebut dibebaskan dari tegangan.
Apabila Bus 20 KV yang berhubungan dengan PMS 20 KV yang
operasinya dilaksanakan sistem rotari tidak dapat dibebaskan dari
tegangan, batang pemutar bevel gear seharusnya diikat jangan sampai
bergerak sebelum bushing handel yang dikerjakan (dilepas).
7.7.4. KesimpulanTerjadinya kecelakaan dinas tanggal 17 Juli 1997 di Gardu Induk Tanggerang
disebabkan karena :
Dokumen keselamatan kerja belum diberlakukan sebagaimana mestinya.
Adanya kesalahan prosedur kerja.
Pelaksana kurang hati-hati (Unsafe Act)
Beban kerja terlalu tinggi.
Kurangnya rasa peduli tentang keselamatan diri sendiri maupun orang lain
(Team Work belum efektif)
Faktor pengawasan belum berjalansecara efektif.
7.8. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 21 Agustus 1997, Di Gardu Induk Segoromadu
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakan :Pemeliharaan tahunan peralatan listrik Bay 150 KV Lamongan I yang meliputi :
Pemutus tenaga (PMT) 150 KV.
Pemisah line (PMS) 150 KV.
Trafo arus / tegangan (CVT) 150 KV
Lightning Arrester (LA) 150 KV.
Jamperan Blok coil arah pemisah line Fasa R.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -153/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
7.8.1. Kronologis terjadinya kecelakaan .Pekerjaan pemeliharaan tahunan peralatan listrik Bay 150 KV Lamongan I
tersebut dilaksanakan pelepasan sistem mulai jam 08.25 s/d 08.50 sehingga
kondisi peralatan listrik sebagai berikut:
PMT 150 KV lamongan 1 dilepas.
PMS 150 KV Bus B dilepas.
PMS 150 Kv line Lamongan 1 dilepas.
PMS Tanah // (dimasukan).
Pentanahan lokal pada sisi PMT 150 KV // (dipasang).
Petugas pelaksana sebanyak 3 (tiga) orang, ditunjuk lengkap dengan
adanya pengawas pekerjaan, pengawas manuver dan pengawas K3 namun
demikian pada saat demikian pada saat pekerjaan dilaksanakan semua
pengawas belum ada yang berada di tempat pekerjaan.
2 (dua) orang yang melaksanakan pekerjaan perbaikan terminal bloking coil
yang terletak diatas CVT karena memang terjadi kontak yang kurang
sempurna dengan posisi tenaga kerja seperti gambar.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -154/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Pada saat pelaksana No. 2 melepas jamperan dengan posisi satu tangan
berpegangan pada klem yang ada di bloking coil sementara tangan yang
satunya lagi berpegangan pada penghantar yang menuju PMS line, begitu
penghantar lepas dari klem, maka pelaksana No. 2 merasakan sengatan
tegangan induksi.
Melihat kejadian tersebut pelaksana No 1 berusaha membantu melepaskan
pegangan tangan pelaksana No. 2 dengan dorongan kaki tetapi tidak
berhasil.
Pegangan tangan No. 2 dapat terlepas setelah ada pentanahan lokal.
7.8.2. Kerugian akibat Kecelakaan.Akibat dari kecelakaan tersebut :
Korban 1 (satu) orang mengalami trauma (depresi mental) sedangkan yang
seorang lagi meninggal dunia.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -155/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Keluarga yang ditinggalkan menderita beban moril (dampak psychologis).
Dengan adanya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian sebagai
berikut :
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka mempersiapkan yang bersangkutan
menjadi pegawai pemeliharaan yang handal.
Biaya perawatan yang bersangkutan selama di rumah sakit dan biaya
tunjangan tewas.
Biaya perbaikan peralatan
Kehilangan waktu kerja bagi pegawai yang memberikan pertolongan.
Energi listrik tidak terjual.
Citra perusahaan menurun.
Disamping itu kerugian di pihak masyarakat juga tidak dapat diperhitungkan
akibat terhentinya pasokan daya listrik.
7.8.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan.Dengan memperhatikan kronologis terjadinya kecelakaan tersebut, analisa
penyebab terjadinya kecelakaan diantaranya sebagai berikut :
Pada saat pekerjaan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang pelaksana, tidak ada
seorangpun pengawas yang berada dilapangan.
Pekerjaan yang hendak dilaksanakan tidak dibicarakan/didiskusikan terlebih
dahulu kepada pelaksana, pengawas serta penanggung jawab pekerjaan.
Pelaksana pekerjaan mestinya memulai pekerjaan setelah pegawai-
pegawai yang bertanggung jawab berada di tempat kerja.
Pelaksana pekerjaan kurang memperhatikan penggunaan peralatan
keselamatan kerja yang dibakukan.
Pentanahan lokal (stick grounding) saat pekerjaan berlangsung tidak
dipasang di penghantar yang masuk ke bloking coil.
7.8.4. Kesimpulan dari terjadinya kecelakaan dinas 21 Agustus 1997 di Gardu Induk Segoromadu disebabkan oleh :
Prosedur kerja tidak dipenuhi.
Pelaksana pekerjaan ceroboh (Unsafe Act)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -156/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Faktor pengawasan belum efektif (pengawas tidak berfungsi sebagaimana
mestinya).
7.9. Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Tanggal 23 Februari 1998, Di Gardu Induk Probolinggo.
a. Pekerjaan pemeliharaan yang direncanakan :Pemeliharaan setengah tahunan Phasa Trafo 1 150/20 KV – 35 MVA beserta
peralatannya dan penggantian LA 150 KV O, R, S, T Probolinggo – Gd Wetan II
7.9.1. Kronologis terjadinya kecelakaan.Pekerjaan yang direncanakan tersebut dimulai jam 12.17 WIB dan selesai jam
15.00 WIB, saat itu pula semua regu pemeliharaan telah ditarik dari lokasi
pekerjaan beserta seluruh peralatan pendukung pekerjaan dan disimpan di
bengkel.
Pengawas pekerjaan dan pengawas K3 menyatakan bahwa pekerjaan
pemeliharaan trafo telah selesai.
Jam 15.20 WIB dilakukan koordinasi antara pengawas manuver, operator, dan
dispatcher Area IV (UPB Waru) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pengawas manuver minta izin petugas dispatcher UPB Waru untuk
penormalan, dan atas persetujuan UPB Waru PMS 150 KV Trafo I Bus A
dimasukan oleh Operator (lokal scada/remote dari panel control).
Pengawas manuver berpesan kepada operator agar PMT 150 KV trafo 1
150/20 KV – 35 MVA jangan dimasukan terlebih dahulu karena PMS Bus A
150 KV trafo I perlu diperiksa apakah posisi masuknya sudah baik atau
belum.
Berdasarkan pengamatan pengawas manuver, posisi utama PMS 150 KV
kurang sempurna. Selanjutnya pengawas manuver memanggil salah
seorang personil pemeliharaan untuk menyaksikan kondisi tersebut.
Jam 15.24 WIB, saat transisi kondisi aman menjadi kondisi tidak aman.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -157/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
PMS 150 KV trafo I dilepas dan dimasukan lagi dari lokal (switch-yard) oleh
pengawas manuver dengan harapan langkah tersebut dapat memperbaiki
posisi PMS, namun usaha tersebut gagal.
Bersamaan proses butir tersebut diatas terjadi gangguan trafo mobil 150/20
KV – 20 MVA di Gardu Induk Kraksaan trip dengan indikasi rele T 87
(diferensial), padahal trafo tersebut baru operasi satu hari sebelumnya.
Atas perintah K. Utragi pengawas K3 dan pengawas pekerjaan beserta 2
(dua) orang personil pemeliharaan berangkat ke Gardu Induk Kraksaan
termasuk petugas yang menemani pengawas menuver di switch-yard.
Dengan kondisi demikian pengawas hanya seorang diri berada di lokasi
PMS 150 KV Bus A tersebut.
Berdasarkan data yang tercatat di logger sheet scada antara jam 15.27 s/d
15.36 WIB terjadi kegiatan masuk lepas PMS tersebut sebanyak 2 kali dan
kegiatan lain (apa saja) yang dilakukan oleh pengawas manuver tidak ada
yang mengetahui.
Jam 15.38 WIB saat kecelakaan kerja.
Tejadi ledakan dari arah switch-yard, tepatnya sekitar PMS 150 KV Bus A
trafo I 150/20 KV – 35 MVA.
Setelah dilihat K. Utragi, ternyata pengawas manuver tadi tergeletak di
sebelah PMS 150 KV dengan kondisi luka bakar ± 80 % kecuali kepala dan
kedua kaki bagian bawah sebatas sepatu yang dipakai.
Ditempat kejadian ditemukan tongkat pentanahan dengan bagian ujung
terdapat cacat bekas busur api dan kabel fleksibel pentanahan masih terlilit
di bagian bawah tongkat.
Tudung kontak pertama PMS 150 KV Phasa R pada bagian bertegangan
(tersambung busbar) terdapat cacat bekas busur api listrik.
7.9.2. Kerugian akibat kecelakaan.Akibat dari kecelakaan tersebut :
Korban mengalami luka bakar ± 80 %,dirawat di Rumah Sakit, akhirnya
meninggal dunia.
Keluarga yang ditinggalkan menderita beban moril yang sangat berat.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -158/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian
berupa :
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka mempersiapkan yang bersangkutan
sampai menjadi tenaga kerja pemeliharaaan yang handal.
Biaya perawatan yang bersangkutan selama di rumah sakit dan sebagainya
(tunjangan tewas).
Biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan / penggantian peralatan.
Kehilangan waktu kerja karyawan lain yang memberikan pertolongan.
Energi listrik tidak terjual.
Aktivitas terganggu.
Dari sisi masyarakan umum juga mengalami kerugian sebagai berikut :
Usaha masyarakat yang ketergantungan terhadap energi listrik mengalami
hambatan dalam proses produksi.
Dapat berdampak kerawanan sosial maupun Kamtibmas.
Aktifitas terganggu.
7.9.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan.Dengan memperhatikan kronologis terjadinya kecelakaan, faktor penyebab
terjadinya kecelakaan antara lain sebagai berikut :
Pada tanggal 21-22 Februari 1998 melaksanakan pekerjaan mengatasi
ganggguan trafo 150/20 KV – 20 MVA di Gardu Induk Kraksaan.
Dalam satu hari (tanggal 23 Februari 1998) melaksanakan dua pekerjaan
yang berbeda yaitu penggantian Arrester 150 KV arah Gondang Wetan II
dan pemeliharaan ½ tahunan trafo 150/20 KV – 35 MVA beserta
perlengkapannya.
Dengan adanya pekerjaan tersebut diatas, kemungkinan adanya kelelahan
fisik sehingga mereka melaksanakan pekerjaan yang kurang prima.
Kesinambungan informasi perkembangan pekerjaan antara pelaksana, para
pengawas dan penanggung jawab pekerjaan belum terjalin dengan baik.
Kesadaran akan tugas dan tanggung jawab pekerjaan semua pengawas
masih rendah.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -159/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Pengalihan tugas pengawas tidak serempak diikuti dengan menunjuk
pengganti personil yang lain, sehingga petugas bekerja seorang diri dan
tidak ada pengawasan.
7.9.4. KesimpulanTerjadinya kecelakan dinas tanggal 23 Februari 1998 di Gardu Induk
Probolinggo disebabkan oleh :
Beban kerja yang cukup tinggi, sehingga petugas pelaksana menjalankan
tugas pekerjaannya dalam kondisi yang kurang prima.
Kepala Unit Tragi tidak segera mengambil alih fungsi pengawas K3 setelah
personil pengawas K3 yang terkait diperintahkan mengatasi gangguan trafo
di Gardu Induk Kraksaan.
Kecelakaan kerja dapat terjadi dan merupakan suatu objek dari kesalahan
prosedur.
7.10. Kecelakaan Kerja yang Terjadi Tanggal 17 April 1998, Di Gardu Induk Lagadar.
a. Pekerjaan yang dilaksanakan :Mengatasi gangguan yang terjadi pada tanggal 17 Aril 1998 yang
mengakibatkan kerusakan Conector Busbar 20 KV di sel incoming trafo I.
7.10.1. Kronologis terjadinya kecelakaan . Pekerjaan perbaikan busbar 20 KV penyambung antara incoming trafo I
dengan penyulang pembersihan sel 20 KV dilaksanakan sesudah jam
21.15 dimana saat itu penerangan Gardu Induk telah normal kembali.
Saat berlangsungnya pekerjaan perbaikan dimana seorang petugas
pemeliharaan dengan menggunakan peralatan keselamatan kerja
yang memadai memasuki HV sel 20 KV untuk membersihkan dan
memasang ground lokal tambahan, pada saat bersamaan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -160/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
dilakukannya pula komunikasi antara petugas UPD Bandung melalui
JWOT dengan isi komunikasi :
- Agar mengurangi beban GIS Cibabat.
- Merencanakan hendak menolong beban penyulingan SLCU.
- Menanyakan posisi SP Nanjung dan SP Melong, namun belum
sempat dijawab oleh pihak UPD, komunikasi dilanjutkan oleh orang
lain isi komunikasi sebagai berikut :
Yang mengirim berita :Minta SP Melong di Nanjung dikeluarkan dan SP Nanjung di Melong
dimasukan.
Yang menerima berita :
SP Melong di Nanjung dimasukan tanpa menerima instruksi lain.
Sementara petugas PLN Cabang Cimahi menghubungi penanggung jawab
pekerjaan menanyakan apakah penyulang yang dibersihkan dapat diisi
tegangan dari luar, dan dijawab tidak boleh karena sel 20 KV itu akan
dikerjakan pemeliharaan.
Pada saat petugas PLN Cabang akan kembali ke ruang panel control, baru
sampai di depan pintu terjadilah ledakan yang mengakibatkan salah
seorang petugas pemeliharaan sektor / tragi mengalami kecelakaan kerja
dengan luka bakar di sebagian kedua pergelangan tangannya.
Gambar konfigurasi sistem 20 KV GI Lagadar terlampir.
7.10.2. Kerugian akibat kecelakaan.Akibat dari kecelakaan tersebut :
Korban mengalami luka bakar.
Keluarga menderita beban moril.
Dengan terjadinya kecelakaan tersebut perusahaan mengalami kerugian
berupa :
Biaya perawatan yang bersangkutan selama di rumah sakit.
Biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan peralatan.
Kehilangan waktu kerja bagi karyawan yang membantu pertolongan.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -161/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Energi listrik tidak terjual.
Menurunnya citra perusahaan.
7.10.3. Analisa penyebab terjadinya kecelakaan.Dengan memperhatikan kronologis penyebab terjadinya kecelakaan tersebut
diatas maka faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan diantaranya :
Komunikasi dengan satu permasalahan dilaksanakan oleh 1 orang dari UPD
Bandung, sementara di pihak PLN Cabang Cimahi diterima 2 (dua) orang
petugas dan masing-masing petugas tidak mengetahui persis kondisi di
lapangan.
Akibat dari kondisi diatas terjadi miss komunikasi antara petugas PLN
Cabang Cimahi dengan petugas UPD Bandung.
Petugas UPD Bandung terlalu percaya atas permintaan dari petugas PLN
Cabang Cimahi tentang permintaannya tanpa cross check dengan
penanggung jawab pekerjaan di GI Lagadar.
Akibat dari butir-butir diatas, diujung salah satu kabel 20 KV di Gi Lagadar
terisi tegangan dari luar yang saat itu masih dalam pekerjaan mengatasi
gangguan.
7.10.4. Kesimpulan.Terjadinya kecelakaan dinas pada tanggal 17 April 1998 di Gardu Induk
Lagadar disebabkan oleh :
Terjadi miss komunikasi antara petugas PLN Cabang Cimahi dengan
petugas UPD Bandung yang mengakibatkan salah mengambil tindakan.
Miss komunikasi juga terjadi akibat komunikasi yang dilakukan lebih dari 2
(dua ) orang.
Adanya kesalahan prosedur antara petugas lapangan PLN Cabang Cimahi
dengan UPD Bandung.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -162/218
PT PLN ( Persero )PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan-Hal -163/218