Download - PBL Blok 28 - Computer Visual Sindrom
Pendahuluan
American Optometric Association (AOA) mendefinisikan Computer Vision Syndrome
(CVS) sebagai masalah mata majemuk yang berkaitandengan pekerjaan jarak dekat yang
dialami seseorang selagi atau berhubungan dengan penggunaan komputer.1,2 Gejala-gejala
yang timbul kemudian dibagi menjadi empat kategori, yaitu gejala astenopia (mata lelah,
mata tegang, mata terasa sakit, mata kering, dan nyeri kepala), gejala yang berkaitan dengan
permukaan okuler (mata berair, mata teriritasi, dan akibat penggunaan lensa kontak), gejala
visual (penglihatan kabur, penglihatan ganda, presbiopia, dan kesulitan dalam memfokuskan
penglihatan), dan gejala ekstraokuler (nyeri bahu, nyeri leher, dan nyeri punggung).3
Computer Vision Syndrome dipengaruhi oleh faktor individual, faktor lingkungan, dan faktor
komputer. Faktor-faktor individual yang berperan dalam terjadinya CVS antara lain: usia,
jenis kelamin, penggunaan lensa kontak, penggunaan kacamata, lama bekerja dengan
komputer, lama bekerja di depan komputer, dan lama istirahat setelah penggunaan komputer.
Faktor- faktor yang berasal dari komputer di antaranya: jarak penglihatan, posisi bagian atas
monitor terhadap ketinggian horizontal mata, polaritas monitor, dan jenis komputer.
Pembahasan
Diagnosis klinis
Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menanyakan :- Identitas pasien yaitu
Nama : Ny.A, usia : 28 thn, pekerjaan : Pengawai keuangan, pekerjaan sebelumnya(-),
alamat: Pasar Rebo, tempat tanggal lahir : Bandung 4 agustus 1985, suku bangsa :
Sunda, pendidikan terakhir : S-1, agama : Kristen, dll.
- Keluhan utama yang berupa kedua mata berair
- Kapan mulai timbulnya keluhan sejak 1 minggu yang lalu
- Riwayat penyakit sekarang yaitu Nona A 28 Tahun, menyusun keuangan dari jam 8
pagi sampai jam 4 sore, ia bekerja diruangan ber-AC, kadang-kadang tanpa istirahat.
Karena kurang istirahat dan selalu berhadapan dengan komputer serta posisi pasien
yang duduk statis-kepala menunduk, repetitif, penerangan yang kurang, merasa beban
kerja meningkat, sehingga perlu lembur, maka kedua mata nona A berair yang sudah
dialaminya selama 1 minggu. Keluhan tersebut hanya berair tidak ada gatal, merah,
sekret, tidak ada rasa berpasir, buram, dan mata terasa pegal. Keluhan memberat sejak
3 hari belakangan ini, Nn A sudah menggunakan obat tetes mata tetapi tidak
membaik.
- Riwayat penyakit sebelumnya, seperti : Dulu sudah pernah menggunakan kacamata
karena menderita miopia yang tinggi. Juga pernah menderita Ambliopia dan tidak ada
riwayat alergi.
- Riwayat penyakit keluarga: Keluarga ada yang menggunakan kacamata karena
miopia.
- Riwayat Sosial: tinggal bersama ibu dan adik di lingkungan perumahan, tidak padat
penduduk, cahaya matahari cukup, tidak mengkonsumsi alkohol maupun merokok,
dan suka membaca buku.
Diagnosis CVS sebenarnya dapat dilakukan hanya berdasarkan anamnesis dari gejala-
gejala yang dikeluhkan dan riwayat penggunaan komputer sebelumnya. Seseorang
didiagnosis CVS bila berdasarkan anamnesis, orang tersebut mengeluhkan adanya minimal
tiga gejala dari empat gejala utama CVS : mata lelah dan tegang, mata kering teriritasi,
penglihatan kabur, dan nyeri kepala. Empat gejala utama tersebut didapatkan dari prevalensi
pada penelitian-penelitian sebelumya, di mana gejala-gejala tersebut mempunyai prevalensi
tinggi di antara gejala lainnya.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legartis: Tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan jantung, paru-paru, dan sebagainya.4 Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dapat
dilakukan pemeriksaan nadi, dan perlu dinilai frekuensi, ekualitas, irama serta kualitas nadi.
Penghitungan frekuensi nadi yang baik adalah saat keadaan tidur. Perlu ditekankan juga
bahwa penghitungan nadi harus disertai penghitungan frekuensi denyut jantung, untuk
menyingkirkan kemungkinan terdapatnya pulsus defisit. Dalam keadaan normal, irama nadi
adalah teratur. Disritmia sinus adalah jenis ketidakteraturan nadi yang sering dijumpai.
Kualitas nadi yang normal disebut cukup, pada kelainan dapat dijumpai pulus seler dimana
nadi yang teraba sangat kuat dan turun dengan cepat. Sedangkan ekualitas nadi menilai
bahwa nadi teraba sama pada keempat ekstremitas.4 Pemeriksaan tekanan darah idealnya
dilakukan pada keempat ekstremitas.
Berdasarkan kasus : TD :110/70. Nadi : 80 kali/menit, Napas: 18 kali/menit, Suhu 36,7o C.
Kesadaran : compos mentis, Keadaan umum : tidak tampak sakit, Gangguan jalan (-).
Antropometri
Tinggi badan : 160 cm, Berat badan : 56 kg, Indeks massa Tubuh : 21,9 kg/m2,
Bentuk tubuh : Atletikus.
Visus ( Tajam penglihatan)
Dewasa. Tes tajam penglihatan (VA) menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar
adalah dengan menggunakan kartu Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang
ukurannya semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam meter dan lebar tiap
huruf membentuk sudut 1 menit dengan mata. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak bacak
(mis 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat. Jika jark baca ini adalah
garis 60 meter maka tajam penglihatan adalah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata
bila pasien menggunakan kacamata, namun tes pinhole akan mengoreksi kelainan refraksi
sedang.5
Berdasarkan kasus visus kedua matanya adalah 6/21 tanpa koreksi.
Lapang Pandang
Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Tiap lapang pandang
dapat direpresentasikan sebagai satu seri kontur atau isopter mendemonstrasikan kemampuan
untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu. Lapang pandang tidak rata;
daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal
ini menghasilkan ‘bukit penglihatan’ dimana objek yang dilihat dengan detil terbaik berada
pada puncak bukit (di fovea). Di sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta. Ini
berhubungan dengan papil saraf optik di mana tidak terdapat fotoreeptor. Lapang pandang
dapat diperiksa dengan berbaga cara.5
Tes Konfrontasi
Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di seberangnya, menutup mata pada
sisi yang sama. Satu objekm biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian digerakan
dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan
ia pertama kali melihat objek tersebut. Tip kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta
ditentukan. Selanjutnya lapang pandang paien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa. Dengan latihan dapat juga diidentifikasi skotoma sentral (skotoma adalah daerah
fokal dalam lapang pandangan dengan sensitivitas yang berkurang, dikelilingi oleh area yang
lebih sensitif).5
Tes lapang pandang kasar dapat dilakukan sebagai berikut :
- Mintalah pasien untuk menutup satu matanya. Duduklah di depan pasien dan
angkatkedua tangan anda di depan mata yang tidak ditutup dengan telapak tangan
menghadap pasien, satu tangan pada masing-masing sisi. Tanyakan apakah kedua
telapak tangan terlihat sama. Ulangi tes dengan mata satunya. Tes ini dapat berguna
mendeteksi hemanopia bitemporal (pasien mungkin juga tidak dapat melihat huruf
temporal pada kartu Snellen ketika dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan).
- Mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang diperlihatkan pada tiap kuadran
lapang pandang
Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi defek lapang pandang neurologis adalah
dengan menggunakan objek bewarna merah. Lapang pandang merah menrupakan yang
paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes konfrontasi digunakan jarum
dengan kepala bewarna merah dapat dipegang di tiap kuadran atau setengah lapang pandang
dan pasien diminta untuk membandingkan kualitas warna merah di tiap lokasi. Pada defek
lapang pandang hemianopik, warna merah akan tampak lebih buram di lapang pandang yang
kena.
Perimeter
Mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebih akurat. Mesin ini mengukur :
- Lapang pandang kinetik dimana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat
cahaya dengan ukuran dan tingkat kecerahan tertentu yang digerakkan dari perifer.
Hal ini seperti menggerakan kepala jarum pada tes konfrontasi
- Lapang pandang statik dimana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat
cahaya stasioner pada tingkat kecerahan yang bertambah.5
Teknik-teknik ini terutama berguna pada kondisi okular kronis dan neurologis untuk
memonitor perubahan lapang pandang (mis : glaukoma)
Tekanan intraokuler
Tekanan intraokular diukur dengan tonometer Goldmann. Satu silinder plastik jernih
diletakkan pada kornea yang sudah dianestesi. Cincin pendataran, dilihat melalui silinder,
dibuat terlihat dengan adanya fluoresein pada film air mata. Prisma yang diletakkan secara
horizontal dalam silinder, memisahkan cincin kontak menjadi 2 setengah lingkaran. Tekanan
yang diberikan ke silinder dapat divariasikan untuk mengubah tingkat pendataran kornea dan
kemudian ukuran cincin. Tekanan disesuaikan sehingga kedua setengah lingkaran saling
bertautan. Ini merupakan titik akhir dari tes, dan tekanan yang diberikan dikonversi ke dalam
satuan tekanan okular (mmHg) yang dapat dilihat di tonometer.
Ahli optometri menggunakan tiupan udara dengan intensitas yang berbeda-beda untuk
menghasilkan pendataran kornea dan bukannya menggunakan prisma tonometer Golmann.
Berbagai tonometer lain juga dapat digunakan termasuk alat elektronik genggam kecil.5
INSPEKSI
Orbita dan Letak Mata.
Perhatikan alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat. Hilangnya sepertiga lateral
alis mata kadang dijumpai pada miksedema, suatu keadaaan yang disebabkan kekurangan
hormon tiroid. Perhatikan letak bola mata di dalam orbita. Kadang-kadang anda perlu
mengukur letak mata.
Bola mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita. Ia dirangkul oleh otot-otot ekstraokuler
pada sisi-sisinya, nervus optikus dan bantalan lemak di bagia posteriori, dan konjungtiva di
bagian anterior. Kelainan salah satu strktur ini dapat mengubah posisi bola mata di dalam
orbita. Posisi ini dapat diukur. Letakkan sebuah penggaris pada ujung lateral sudut orbita dan
lihatlah dari sisi di seberang pinggir depan kornea. Pasien menderita eksoftalmus jika jarak
dari sudut tersebut ke pinggir anterior kornea melebihi 16 mm. Jarang-jarang, pada auskultasi
bola mata dapat terdengar bising kontinu yang khas yang disebabkan fistula steriorvenosa,
sampai sejauh arteri karotis. Untuk mendengarkan bising bola mata ini, mintalah pasien
menutup kelopak mata, kemudian dengan hati-hati dan ringan letakkan stetoskop pada mata. 5
Kelopak Mata
Disini kita harus melihat permukaan kelopak mata atas. Letakkan kapas lidi kira-kira
sepertiga bawah kelopak mata atas. Tarik bulu mata kebawah dan keluar dan balikkanlah
kelopak mata pada lidi tersebut untuk memperlihatkan konjungtiva palpebra. Lihat apakah
pada palpebra ada ptosis, ektropion (eversi) atau entropion (inversi) kelopak mata, hordeolum
(infeksi kelenjar sebasea di akar bulu mata), khalazion (kista), perdarahan daerah
subkonjungtiva (vaskulitis), Stare, Lid lag (keterlambatan kelopak mata). Sudut yang
terbentuk di bagian medial dan lateral oleh pertemuan kelopak mata atas dan bawah disebut
kanthus. Lipatan kulit tambahan yang menutupi sudut ini disebut lipatan epikanthus.
Jarak kedua mata dapat berbeda-beda pada penyakit kongenital. Jarak antara kedua
kanthus interna tidak boleh lebih dari 40mm, antara kedua pupil tidak lebih dari 75mm dan
antara kedua kanthus eksterna tidak lebih dari 95mm. Bila batas-batas ini dilampaui, terjadi
hipertelorisme okuler.
Perhatikan posisi kelopak mata. Ini ditentukan oleh 3 kumpulan otot : muskulus
orbikularis okuli yang dipersarafi N. VII, muskulus levator yang dipersarafi N. III, dan otot
polos muller yang dipersarafi saraf-saraf simpatis dan parasimpatis. Biasanya kelopak mata
atas melewati kornea pada ketinggian yang tepat menyentuh iris.
Aparatus lakrimalis terdiri dari glandula lakrimalis pada dinding luar atas orbita
anterior dan punkta atas dan bawah yang mengalirkan cairan dari margo palpebra medial atas
dan bawah. Keadaan aparatus lakrimalis dapat diperiksan dengan tes Schirmer. Pakailah
sepotong kertas penyaring dengan lebar 5mm dan panjang 2 cm. Lipatlah kertas ini beberapa
mm dan letakkanlah di dalam sakus konjungtiva pada kelopak mata bawah. Setelah 5 menit,
kelenjar lakrimalis normal akan menghasilkan air mata yang cukup untuk membasahi
potongan kertas penyaring sepanjang 15 mm atau lebih.
Iris, Sklera dan Kornea
Periksalah sklera untuk meliat peradangan dan perubahan warna (ikterus).
Kornea dapat diperiksa dengan langsung atau dengan bantuan oftalmoskop. Ia tidak
mengandung pembuluh darah sama sekali dan mempunyai banyak persarafan. Epitel kornea
yang halus mudah rusak yang menimbulkan akibat-akibat yang serius. Untuk membantu
diagnosis gangguan pada epitel kornea, pakailah kertas penyaring yang diimpregnasi dengan
fluoresein. Ujung kertas dengan hati-hati diletakkan pada konjungtiva kelopak mata bawah.
Fluoresein akan berdifusi dengan cepat di permukaan bola mata dan akan menimbulkan
warna yang terang pada setiap kerusakan epitel.
Humor akueus pada kamera okuli anterior biasanya jernih. Iris normal harus bulat dan
simetris. Perubahan fungsional pada ukuran pupil terjadi melalui pengaruh saraf simpatis dan
parasimpatis yang terdapat pada N. III.
Reaksi pupil, diperiksan dengan beberapa cara. Pertama, sinarilah dengan cepat dan
langsung ke dalah salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi normal. Peganglah senter anda
15 cm dari orbita dan di bagian lateralnya, kemudian gerakan dengan cepat di depan mata.
Biasanya terjadi reaksi berlebihan dalam waktu singkat. Kemudian, sinarilah salah satu mata
dan perhatikan reaksi pada mata lainnya, refleks konsensual. Kedua tindakan ini
membuktikan keutuhan busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa maupun
mata kontralateral. Kontraksi terjadi juga apabila mata berakomodasi untuk meligat dekat.
Mintalah pasien untuk memusatkan penglihatannya pada benda yang jauh, kemudian dengan
cepat memusatkan penglihatannya pada jari anda yang terleta 20-30 cm di depan matanya.
Perhatikan kontraksi pupil. 5
Pemeriksaan dengan slitlamp
Pemeriksaan dengan slitlamp untuk mengevaluasi tear meniscus dan pemulasan
kornea. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis adanya mata kering yang dikeluhkan
oleh penderita. Keadaan mata kering ditunjukkan dengan keadaan meniskus air mata yang
terputus di tepian palpebra inferior. Pemulasan bisa dilakukan dengan pemulasan Rose
Bengal 1% yang akan memulas semua sel epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang
mengering dari kornea dan konjungtiva.
Tes Schimer
Tes Schirmer, merupakan indikator tidak langsung untuk menilai produksi air mata.
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan strip Schirmer ke
dalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra
inferior. Bagian basah yang terpapar diukur lima menit setelah dimasukkan. Panjang
bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.6
Diagnosis kerja
Definisi computer visus syndrome
American Optometric Association mendefinisikan CVS sebagai masalah mata majemuk yang
berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang selagi atau berhubungan
dengan penggunaan komputer.1,2 Banyak literatur dan hasil penelitian yang melaporkan
bahwa etiologi CVS belum dapat ditentukan secara pasti karena sebenarnya sindrom ini
terjadi akibat multifaktor yang berhubungan. Dengan gejala CVS adalah sakit kepala , kabur
penglihatan , nyeri leher, kemerahan di mata, kelelahan , ketegangan mata , mata kering,
iritasi mata, penglihatan ganda, polyopia, dan kesulitan memusatkan mata. Gejala ini dapat
diperburuk oleh kondisi pencahayaan yang tidak tepat (yaitu silau atau overhead pencahayaan
terang) atau udara bergerak melewati mata (misalnya biaya overhead ventilasi, udara
langsung dari penggemar). Tanda dan gejala CVS di antaranya adalah ketegangan mata,
kemerahan, iritasi atau kekeringan, perasaan terbakar di mata, penglihatan kabur atau
penglihatan ganda hingga sakit kepala dan leher serta bahu terasa nyeri.
Diagnosis banding
Miopia
Adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasaan sinar yang berlebihan
sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan didepan retina (bintik kuning). Pada miopia, titik
fokus sistem optik media penglihatan terletak didepan makula lutea. Hal ini dapat disebabkan
: sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata yang teralalu panjang,
miopia aksial atau sumbu. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila
dekat malahan terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh.
Pasien miopia mempunyai pungtum remptum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
terlihat juling kedalam atau estropia. Derajat miopia pasien dapat ringan (1-3 dioptri), sedang
(3-6 dioptri), atau berat (lebih dari 10 dioptri). Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat
kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer,
dengan miopik kresen pada papil saraf optik.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan -3.0
memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya
diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah
dikoreksi. Pada mata ini diberi kacamata sferis -3.00 karena mata meihat jelas tanpa
akomodasi. Pada miopia tinggi sebaiknya koreksi dengan sedikit kurang atau under
correction. Lensa kontak dapat dipergunakan pada penderita miopia. Pada saat ini miopia
dapat dikoreksi dengan tindakan bedah refraksi pada kornea atau lensa. Penyulit dapat timbul
pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya estropia
atau juling kedalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar
mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
Pajanan yang dialami
Urutan
kegiatan
Bahaya potensialPotensial g. kes
Risiko kes.
KerjaFisik Kimia Biologi Psikologi Ergonomi
Berangkat &
pulang kerja
Panas,
bising, hujan,
getaran
Polusi,
debu, asap
Serangga,
bakteri,
virus,
jamur
Stress
karena
macet
Posisi
statis
g. mata
g. kulit
g. telinga
g. pernapasan
g.
muskuloskeletal
Kecelakaan
lalu lintas
Saat bekerja Suhu, radiasi,
pencahayaan
debu Serangga,
bakteri,
virus,
jamur
Stress
krn
tuntutan
pekerjaan
dan tdk
ada
istirahat
Posisi
statis-
kepala
menunduk
dan
repetitif,
g. mata
kulit kering
g. pernapasan
pegal,
backpain,
kesemutan
Tertimpa,
Kesetrum,
Jatuh,
Terpeleset
Hubungan pajanan dengan penyakit
Faktor individualUsia
Studi oleh Das et al menyatakan bahwa pekerja pengguna komputer yang berusia
lebih dari 40 tahun mengeluhkan rasa ketidak nyamanan menggunakan komputer yang
berkaitan dengan kesehatan, dengan tingkat tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia
lain.8 Hal tersebut bisa dijelaskan sebagai suatu akibat proses penuaan yang menimbulkan
penurunan fungsi tubuh, dalam hal ini adalah fungsi penglihatan. Pertambahan usia akan
menyebabkan kepadatan sel pada kornea menurun dan perubahan morfologi dari sel endotel
kornea, yang berakibat kornea menjadi lebih rentan terhadap stress atau jejas. Diameter pupil
mengecil menyebabkan jumlah sinar yang masuk untuk diteruskan ke retina berkurang.7 Hal
tersebut menyebabkan orang dengan usia lebih lanjut sulit melihat di tempat redup dan
membutuhkan penerangan hingga tiga kali lipat daripada orang dewasa.7,8 Lensa menebal dan
menjadi kekuningan akibat peningkatan deposisi dari serat kortikal.7,8,9 Lensa juga mengalami
perubahan indeks refraksi yang menurunkan sensitivitas dan kemampuan diskriminasi
terhadap warna biru-hijau.8,9 Penebalan lensa mengurangi kemampuan otot siliaris untuk
mengubah kurvatura lensa ketika akomodasi sehingga kemampuan akomodasi lensa juga
akan berkurang menimbulkan suatu keadaan yang disebut presbiopia. Presbiopia umumnya
terjadi sejak usia 40 tahun tetapi pekerjaan dengan menggunakan komputer dapat
menyebabkan presbiopia muncul pada usia lebih muda karena terjadi perubahan kemampuan
akomodasi yang berusaha menyesuaikan kebutuhan melihat monitor dalam jarak dekat.7
Jenis kelamin
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kejadian CVS pada perempuan lebih
banyak dari pada laki-laki walaupun tidak berbeda secara bermakna.10 Secara fisiologis,
lapisan tear film pada perempuan cenderung lebih cepat menipis seiring dengan
meningkatnya usia. Penipisian tear film menyebabkan mata terasa kering, yang juga
merupakan salah satu gejala CVS. Perbedaan fisiologis lainnya adalah penurunan sekresi air
mata, perbedaan ukuran atau massa tubuh, dan fungsi hormon. Selain itu, perempuan
memiliki tingkat stress yang lebih tinggi yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, yaitu
mengurus anak dan pekerjaan rumah. Perempuan juga lebih sering mendatangi pelayanan
kesehatan jika merasakan suatu ketidaknyamanan pada tubuhnya. 10-14
Penggunaan kacamata
Kacamata digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Koreksi yang buruk
merupakan salah satu risiko terjadinya mata lelah pada pengguna Video Display Unit (VDU).
Studi terhadap pengguna VDU di Italia melaporkan bahwa 38% dari pengguna VDU
mempunyai kelainan miopia. Cole et al. menyatakan bahwa 62,5% pengguna Video Display
Terminal (VDT) dengan kacamata mengeluhkan nyeri kepala di daerah frontal yang frekuen
yang merupakan salah satu akibat dari kelelahan mata akibat VDT. Sebuah penelitian pernah
dilakukan oleh Edema et al. Tentang kejadian astenopia pada pengguna VDT yang
menggunakan kacamata. Hasil yang diperoleh ialah terdapat perbedaan yang signifikan
antara pengguna VDT yang memakai kacamata dengan kejadian astenopia
dibandingkan dengan pengguna VDT yang tidak memakai kacamata.11
Penggunaan lensa kontak
Lensa kontak menyebabkan ketidakstabilan lapisan permukaan mata karena lensa
kontak membagi lapisan tersebut menjadi dua bagian, bagian pre-lens yang kehilangan
lapisan musin dan bagian post-lens yang kehilangan lapisan lemak. Hal ini berakibat pada
peningkatan penguapan lapisan air mata yang diikuti dengan suatu kompensasi berupa
peningkatan osmolaritas dari lapisan air mata yang pada akhirnya menimbulkan jejas pada
permukaan mata.10 Beberapa studi terdahulu mendapatkan bahwa kejadian CVS lebih tinggi
dan lebih berat pada pekerja pengguna komputer yang menggunakan lensa kontak
dibandingkan dengan pekerja pengguna komputer yang tidak menggunakan lensa
kontak.10,24 Hal tersebut bisa terjadi karena penggunaan lensa kontak berkaitan dengan
peningkatan risiko terkena infeksi bakteri, kerusakan epitel konjungtiva, reaksi inflamasi,
penurunan break-up time, selain itu juga menyebabkan mata kering dan teriritasi.6Pekerja
pengguna komputer juga menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu ruangan dan
kelembaban udara yang lebih rendah. Hasil penelitian yang lain yaitu keluhan adanya
gangguan penglihatan pada pekerja pengguna komputer dengan lensa kontak dan bekerja di
depan komputer selama lebih dari sama dengan empat jam sehari lebih tinggi secara
signifikan.
Lama bekerja dengan komputer
Penelitian oleh Bhanderi et al. melaporkan bahwa angka kejadian CVS lebih tinggi
pada pengguna VDT yang bekerja dengan komputer selama kurang dari lima tahun.12 Hasil
tersebut berbeda dengan hasil penelitian lain oleh Wang yang melaporkan bahwa kejadian
CVS lebih banyak pada pekerja pengguna komputer yang telah bekerja selama lebih
dari 10 tahun.
Lama bekerja di depan komputer
Peningkatan jam kerja di depan komputer tanpa diselingi oleh aktivitas lain dapat
menurunkan kemampuan akomodasi sehingga akan memperberat gejala CVS pada pekerja
komputer. Dengan penelitiannya mengenai hubungan antara penggunaan VDT terhadap
keadaan fisik dan mental pada pegawai administrasi di Jepang melaporkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan pada kejadian mata tegang terhadap bukan pengguna VDT, pengguna
VDT yang bekerja kurang dari lima jam sehari, dan pengguna VDT yang bekerja lebih dari
sama dengan lima jam sehari. Lamanya bekerja di depan komputer merupakan faktor risiko
kejadian mata tegang, jika bekerja kurang dari lima jam sehari memiliki odds ratio 3,1
sedangkan jika bekerja lebih dari lima jam sehari nilai oddsratio menjadi lebih tinggi yaitu
5,4.11 Studi oleh Edema et al. mendapatkan bahwa 53,15% responden menggunakan
komputer secara terus-menerus selama empat jam menyebabkan mereka lebih berisiko
mengalami stress akibat penggunaan komputer.9 Studi sebelumnya oleh Sanchez-Roman et
al. melaporkan bahwa bekerja secara terus-menerus selama empat jam di depan komputer
tanpa diselingi istirahat berasosiasi secara signifikan dengan kejadian astenopia.
Lama istirahat setelah penggunaan komputer
National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) mengemukakan bahwa
istirahat sejenak tapi sering dapat menurunkan tingkat ketidaknyamanan pekerja pengguna
komputer dan meningkatkan produktivitas kerja jika dibandingkan dengan istirahat 15 menit
pada pagi hari dan istirahat pada jam makan siang. Ada banyak pendapat yang menyatakan
tentang lamanya istirahat setelah penggunaan komputer. Studi sebelumnya mengemukakan
istirahat bisa dilakukan selama 10-15 menit setelah bekerja secara terus-menerus di depan
komputer selama 1-2 jam.32,34 Pendapat lain mengemukakan bahwa istirahat bisa dilakukan
selama 3-5 menit setelah satu jam menatap monitor komputer secara terus-menerus.
Frekuensi berkedip
Frekuensi berkedip para pekerja komputer turun secara bermakna pada saat bekerja di
depan komputer dibandingkan dengan sebelum atau sesudah bekerja. Frekuensi tersebut
berkurang akibat adanya keharusan untuk berkonsentrasi pada tugas atau kisaran gerak mata
yang relatif terbatas. Faktor lingkungan juga berperan yaitu akibat kondisi penerangan
lingkungan kerja dengan tingkat iluminasi tinggi, suhu dan kelembaban udara ruangan kerja
yang rendah.27 Faktor komputer seperti ukuran huruf yang lebih kecil dan tingkat kontras
yang lebih rendah ternyata juga berpengaruh terhadap penurunan frekuensi berkedip. Studi
terdahulu melaporkan bahwa refleks mengedip pada pekerja VDT berkurang 66% atau
sekitar 3,6 kali/menit dibanding saat tidak menggunakan VDT. Tsubota et al. juga pernah
meneliti pekerja yang menggunakan VDT rata-rata lebih dari tiga jam sehari dan kemudian
mendapatkan adanya penurunan refleks mengedip pada pekerja pengguna VDT. Rata-rata
mengedip pada kondisi santai yaitu 22±9 kali/ menit, saat membaca buku menjadi 10±6
kali/menit, dan saat bekerja menggunakan VDT frekuensi berkedip berkurang lagi menjadi
7±7 kali/menit. Schlote et al. mendapatkan rata-rata frekuensi berkedip adalah 16,8
kali/menit saat melakukan percakapan dan secara signifikan menurun saat menggunakan
VDT yaitu 6,6 kali/menit dan terus menurun pada pengukuran setelah 30
menit menggunakan VDT yaitu 5,9 kali/menit.6
Faktor Biologik
- Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada si sekitar manusia, dalam bentuk
mikroorganisme(virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan(debu organic), dan
binatang. Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat
dibedakan : penyakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi
di masyarakat luas.
- Penggolongan pajanan biologi :
Pajanan biologi akibbat kerja
Pajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau
merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja.
Pajanan biologi lingkungan kerja
Pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan
merupakan akibat tidak langsung akibat proses kerja, seperti higine dan
pemeliharaan tempat kerja yang kurang baik.
Pajanan biologis alamiah/bukan akibat kerja
Pajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat
kerja, yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di
tempat tersebut, seperti malaria, demam berdarah.
- Penyakit akibat pajanan biologi :
Penyakit Legionaire
Terjangkit melalui pernapasan dalam(menghirup) udara ber-aerosol yang
tercemar. Tidak menular dari orang ke orang.
Kuman ini dapat ditemukan di danau sungai tapi juga dapat pada alat-alat
maupun tempat-tempat tertentu, seperti : system buatan manusia seperti
menara pendingin pada AC, humidifiers, system sirkulasi air hangat, kamar
mansi system semprot, kran air, alat pembangkit uap, air mancur hias,
peraltan pengobatan saluran pernafasan.
Gejala : demam Pontiak(gejala seperti flu), infeksi yang lebih serius
termasuk pneumonia.
Penyakit di sektor pertanian : Antraks
PAK(Penyakit Akibat Kerja) pertama menurut ILO.
Transmisi : udara, makanan dan kontak.
Penyebab : Bacillus anthracis.
Avian flu
Menyebabkan pneumonia berat dan progresif.
Transmisinya melalui udara dari unggas ke manusia.
Faktor Kimia
- Yang terpenting untuk mencegah PAK(Penyakit Akibat Kerja) karena bahan
kimia diperlukan suatu criteria yang dikatakan wajib ada pada bahan kimia
tersebut. Hal yang terpenting tersebut adalah MSDS(Material Safety Data Sheet).
- Dari MSDS tersebut maka akan langsung diketahui semua informasi mengenai
bahan kimia tersebut.
- MSDS adalah suatu Lembar Data Keselamatan Bahan(LDKB) memberikan
informasi yang penting yang dapat digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan
penggunaan bahan kimia dan meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan
tempat kerja.
- MSDS meliputi : nama bahan kimia, informasi tentang komposisi bahan, sifat-
sifat fisik dan kimiawi, kestabilan dan daya reaktif, identifikasi bahaya, tindakan
P3K, tindakan pemadam kebakaran, tindakan penyelamatan kecelakaan, metode
penanganan dan penyimpanan yang tepat, pengawasan dan perlindungan diri yang
diperlukan, informasi tentang toksikologi(keracunan), informasi tentang
ekologi(lingkungan), pertimbangan pembuangan, informasi tentang angkutan,
informasi tentang peraturan, informasi tambahan.
Faktor lingkungan kerja
Sumber pencahayaan ruangan
Pencahayaan ruangan pada lingkungan kerja VDT pada umumnya menggunakan
pencahayaan yang terlalu terang sehingga dapat menyilaukan mata dan menurunkan
kemampuan mata untuk memfokuskan penglihatan pada monitor.12
Suhu udara ruangan
Suhu udara ruangan yang tinggi dapat menurunkan frekuensi
berkedip.15
Kelembaban udara ruangan
Kelembaban udara ruangan yang rendah dapat menurunkan
frekuensi berkedip. 15
Radiasi elektromagnetik
Radiasi sinar ultraviolet, sumber : sinar UV , las.Dan dapat ,enimbulkan
penyakit kulit yakni iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni
dengan menggunakan kacamata kobal saat las.
Radiasi sinar infra merah, Sumber : peleburan baja, peleburan gelas, dan bara
logam. Tentunya dapat meningkatkan bebabn panas tubuh. Dan juga
mempunyai efek terhadap mata yaitu katarak.
Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit : konjunctivitis,
gangguan sistem saraf, dab gangguan reproduksi.
Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa : efek
stokastik dan non-stokastik. Memiliki efek akut : eritem, depresi sum-sum
tulang, penurunan fertilitas sementara/permanen. Efek kronis : kemandulan,
kanker, cacat congenital dan juga katarak.
Faktor komputer
Posisi bagian atas monitor terhadap ketinggian horizontal mata
Posisi bagian atas monitor yang lebih tinggi daripada ketinggian horizontal mata
menyebabkan sudut penglihatan yang lebih besar yang kemudian dapat menurunkan
frekuensi berkedip sehingga mengurangi produksi air mata.12 Produksi air mata yang
berkurang akan menimbulkan keluhan mata kering. Psihogios et al. mengemukakan bahwa
posisi bagian atas monitor yang sejajar terhadap ketinggian horizontal mata merupakan posisi
terbaik untuk meminimalisasi timbulnya keluhan.
Polaritas monitor
Ada dua macam polaritas monitor yaitu polaritas positif dan polaritas negatif.
Polaritas positif mengacu pada latar belakang monitor yang berwarna gelap dan karakter
(huruf atau gambar) yang berwarna putih. Polaritas negatif mengacu pada latar belakang
monitor yang berwarna putih dan karakter yang berwarna gelap. Polaritas monitor yang dapat
memperparah gejala CVS adalah polaritas positif, yang secara visual berbeda dengan
dokumen tertulis. Pekerja yang bekerja melihat monitor dan dokumen tertulis secara
bergantian membutuhkan penyesuaian antara layar monitor yang berlatar belakang gelap
dengan dokumen tertulis yang kebanyakan berlatar belakang putih. Penyesuaian yang
dilakukan oleh mata secara berangsur-angsur akan menurunkan fungsi penglihatan. Alasan
lain polaritas positif dapat memperparah gejala CVS adalah karena latar belakang gelap
cenderung reflektif, di mana cahaya terang akan menghasilkan hot spots atau bayangan pada
layar monitor, selain itu cahaya yang terang akan mengaburkan layar monitor sehingga akan
mengurangi tingkat kontras antara latar belakang layar dengan karakter.12
Sudut penglihatan
Izquierdo menyatakan bahwa sudut penglihatan merupakan faktor terpenting terhadap
kejadian CVS karena besarnya sudut penglihatan dapat mempengaruhi munculnya gejala
CVS. Sudut penglihatan ke arah bawah sebesar 100-200 merupakan sudut penglihatan yang
ideal dan akan memberikan penglihatan jarak dekat yang optimum. Kualitas penglihatan yang
optimum akan menurun seiring dengan meningkatnya sudut penglihatan. Sudut penglihatan
yang lebih besar dari suatu penglihatan ideal juga dapat menurunkan frekuensi berkedip
sehingga mengurangi produksi air mata yang berfungsi untuk melubrikasi dan membersihkan
lapisan permukaan mata.12 Penelitian sebelumnya oleh Chiemeke et al. melaporkan bahwa
gejala-gejala gangguan penglihatan lebih banyak dikeluhkan oleh pekerja komputer dengan
sudut penglihatan ke arah atas sebesar 30º-50º sedangkan pekerja komputer dengan sudut
penglihatan ke arah atas kurang dari 15º tidak banyak mengeluhkan adanya gangguan
penglihatan.
Jarak penglihatan
Pekerjaan dengan komputer merupakan pekerjaan melihat dalam jarak dekat. Proses
melihat jarak dekat memerlukan suatu mekanisme akomodasi sehingga mata dapat
memfokuskan objek penglihatan ke retina dan terbentuk bayangan yang jatuh tepat di retina.
Mekanisme tersebut menyebabkan objek yang terlihat menjadi jelas. Mata memiliki resting
point of accommodation (RPA) yaitu suatu suatu titik di mana mata akan fokus tanpa suatu
stimulus visual atau ketika dalam keadaan gelap. Nilai RPA masing-masing individu
bervariasi antara 20-37 inci (50,8 cm- 93,98 cm). Ada pula istilah lain yang disebut dengan
lag yang merupakan selisih antara RPA seseorang dengan jarak penglihatan orang tersebut.
Kebiasaan memfokuskan objek penglihatan pada jarak yang lebih pendek dari RPA yang
seharusnya, seperti pada pekerja komputer, dapat memicu stress pada mata dan semakin besar
lag maka semakin besar pula stressor pada mata.12 Penelitian oleh Chiemeke et al.
melaporkan bahwa keluhan adanya gangguan penglihatan lebih banyak pada pekerja dengan
jarak penglihatan kurang dari 10 inci (25,4 cm). Jarak penglihatan yang direkomendasikan
adalah 50-70 cm dan studi lain menyatakan bahwa semakin jauh monitor diletakkan (90-
100cm) maka dapat meminimalisasi timbulnya keluhan penglihatan.7
Jenis komputer
Komputer pada awalnya menggunakan monitor jenis cathode ray tube (CRT) yang
lebih banyak dikenal dengan sebutan komputer tabung atau layar cembung. Monitor
komputer CRT terdiri atas titik-titik kecil (pixel) yang membuat mata menjadi sulit untuk
fokus. Adanya efek halo dari pantulan cahaya di antara titik-titik tersebut menyebabkan
gambar yang terbentuk menjadi tidak jelas. Titik- titik tersebut juga harus dilakukan recharge
yang menimbulkan suatu flicker. Flicker tersebut membuat otot-otot mata harus berulang kali
mengatur dan memfokuskan penglihatan. Beberapa hal tersebut dapat menimbulkan
kelelahan pada mata dan karena efek yang tidak menyenangkan itu, komputer tabung saat ini
lebih jarang digunakan. Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut
adalah pemasangan penapis antiglare pada monitor komputer tabung, seperti pada penelitian
oleh Hanum melaporkan bahwa komputer tabung dengan penapis antiglare dapat mengurangi
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer.16 Penapis antiglare dapat mengurangi
pantulan cahaya (yang berasal dari cahaya luar terpantul oleh kecembungan monitor
komputer) dan meminimalisasi pancaran radiasi. Pengguna komputer sekarang lebih banyak
yang menggunakan komputer flat panel monitor (FPM) atau komputer layar datar. Komputer
jenis ini sudah tidak ada flicker pada monitor sehingga dapat meminimalisasi kelelahan mata,
tidak ada lagi efek halo oleh karena itu dapat mengurangi pantulan cahaya, sudah didesain
sedemikian rupa sehingga tidak memancarkan radiasi, dan oleh karena bentuknya yang datar
maka pantulan cahaya dari luar lebih sedikit. Komputer layar datar
juga lebih praktis karena tidak memerlukan penapis antiglare.16
Ergonomik
- Ilmu yang mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang
mempengaruhi rancangan peralatan, system kerja dan pekerjaan yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja.
Definisi lain : Ilmu seni dan penerapan teknologi untuk meyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.3
- Unsur-unsur ergonomik yakni :
1) Anatomi
o Antropometri (dimensi tubuh manusia) dan biomekanik(aplikasi tenaga).
2) Fisiologis
o Fisiologis kerja : pengeluaran energi.
o Fisiologis lingkungan : efek lingkungan fisik.
3) Psikologis
o Psikologi ketrampilan proses informasi dan pembuatan keputusan
o Psikologi kerja : training, usaha dan perbedaan individu.
- Manfaat data antropometrik : merupakan data statistik mengenai ukuran manusia,
massa dan bentuknya, yang dapat digunakan di tempat kerja, membuat tempat
duduk serta untuk keperluan desain peralatan.
- Kriteria antropometrik :
Jarak ruangan
o Ruang untuk kepala, ruang kaki, ruang siku termasuk kemudahan melalui
rintangan
Jangkauan
o Termasuk lokasi control atau penyimpanan material, serta pelabgai situasi
menjangkau melalui rintangan.
Postur/sikap tubuh
o Termasuk lokasi display dan control ditempat ketinggian.
kekuatan
- dikatakan pada kasus di atas, stager yang dipakai pastinya juga memenuhi standar
ergonomik suatu alat, namun sayangnya stager mungkin tidak di cek secara
berkala(rapuh termakan usia). Ditambah pula unsafe action yang dilakukan oleh
pekerja tersebut yang tidak memakai tali pengaman untuk menghinfari
kecekalakaan yang terjadi tiba-tiba. Lebih kearah unsafe action yang dilakukan
oleh pekerja tersebut.
Jumlah pajanan yang dialami
Patofisiologi
Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan airmata dan
berkurangnya sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat
memusatkan penglihatan pada monitor.Pemusatan penglihatan dilakukan dengan cara mata
menatap lurus dan fisura interpalpebra terbuka lebar. Hal tersebut menyebabkan
meningkatnya pajanan udara terhadap mata dan mengurangi frekuensi berkedip. Keadaan ini
diperberat oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain penggunaan air conditioner
(AC) atau alat pemanas sentral yang akan mengalirkan udara kering dengan aliran cepat,
pencahayaan ruangan dengan tingkat iluminasi tinggi sehingga terjadi kontras yang
berlebihan antara monitor dengan lingkungan kerja akan mengganggu fungsi akomodasi dan
berakibat pada ketidaknyamanan terhadap mata, dan monitor komputer yang diposisikan
lebih tinggi dari ketinggian horizontal mata menyebabkan area permukaan mata yang
terpajan oleh lingkungan menjadi lebih luas. Keluhan mata tegang dan mata lelah terutama
disebabkan oleh aktivitas akomodasi dan konvergensi mata yang berlebihan ketika bekerja
di depan komputer.
Aktivitas yang berlebihan itu terjadi karena mata membutuhkan penyesuaian
terhadap jarak antara mata dengan monitor serta karakter huruf dan gambar pada komputer.
Berbagai faktor yang memperberat keluhan ini antara lain astigmatisma, hipermetropia,
miopia, cahaya berlebihan, kesulitan koordinasi mata, dan lain-lain.2 Penggunaan AC juga
berkontribusi terhadap kejadian mata tegang karena AC yang digunakan di ruangan berdebu
dapat mengalirkan partikel debu ke mata sehingga keluhan mata tegang menjadi lebih parah.
Nyeri kepala pada pekerja pengguna komputer dipicu oleh
berbagai macam stress, seperti kecemasan dan depresi. Faktor lain yang berpengaruh yaitu
kondisi mata (astigmatisma dan hipermetropia) dan kondisi lingkungan kerja yang tidak
layak ( silau, kurang pencahayaan, dan penyusunan letak komputer yang tidak layak).2 Nyeri
pada leher dan punggung bisa diakibatkan oleh postur tubuh yang kurang tepat ketika bekerja
di depan komputer. Postur tubuh tersebut bisa berasal dari usaha untuk menyesuaikan
monitor yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ketinggian horizontal mata, selain itu juga
sebagai usaha untuk menyesuaikan penglihatan akibat kelainan refraksi atau keadaan
presbiopia.
Pekerjaan yang dilakukan dengan komputer merupakan pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan kedua mata untuk dapat memfokuskan penglihatan pada jarak dekat. Penglihatan
jarak dekat memerlukan konvergensi kedua mata yang dikoordinasi oleh otak agar mata dapat
mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat setara di kedua retina. Kemampuan
konvergensi dapat menurun akibat bekerja secara terus-menerus di depan komputer sehingga
kedua mata akan tak searah dan tertuju ke titik yang berbeda. Otak yang bekerja menekan
atau menghilangkan bayangan pada satu mata semakin lama akan mengalami kelelahan
sehingga terjadi penglihatan ganda.2 Penglihatan kabur terjadi bila mata tidak dapat
memfokuskan objek penglihatan secara tepat di retina sehingga tidak terbentuk bayangan
yang jelas. Penglihatan kabur disebabkan oleh kelainan refraksi seperti hipermetropia,
miopia, dan astigmatisma, selain itu bisa disebabkan oleh kacamata koreksi yang tidak tepat
kekuatan dan setelannya.
Suatu keadaan yang disebut dengan presbiopia juga berkaitan dengan timbulnya
keluhan penglihatan kabur. Faktor lingkungan kerja dapat berpengaruh pula terhadap
timbulnya keluhan ini, yaitu layar monitor yang kotor, sudut penglihatan yang kurang baik,
adanya refleksi cahaya yang menyilaukan atau monitor komputer yang berkualitas buruk atau
rusak.2
Berdasarkan keterangan pasien, pasien telah bekerja selama 5 tahun. Dalam sehari
pasien bekerja selama 8 jam didepan komputer, kadang pasien tidak beristirahat, dan posisi
pasien dalam keadaan duduk statis, repetitif, dan menunduk. Pasien juga merasa beban
pekerjaan meningkat sehingga harus lembur tanpa menistirahatkan matanya sehingga kedua
matanya berair.
Faktor individu yang berperan
Tidak terdapat faktor individu pada pasien berupa alergi,/atopi, riwayat penyakit
dalam keluarga, dan kebersihan pasien baik.
Faktor lain diluar pekerjaan
Terdapat faktor lain diluar pekerjaan pasien yaitu hobi membaca buku dengan
penerangan baik.
Diagnosis PAK atau Non PAK
Berdasarkan diagnosis klinis dan bukti yang didapatkan dari referensi, maka dapat
ditegakkan diagnosis okupasi Nn A adalah Penyakit akibat kerja yaitu computer visus
syndrome.
Penalaksanaan
Perawatan Mata
Solusi ke komputer-masalah yang berhubungan dengan visi bervariasi. Namun, CVS
biasanya dapat diatasi dengan memperoleh perawatan mata secara teratur dan membuat
perubahan dalam cara kita melihat layar komputer.
Periksa kesehatan mata secara teratur. Jika memang merupakan penderita mata
minus atau plus,memastikan kacamata atau kontak lensa yang kita gunakan benar-benar
nyaman dipakai. meminta resep sesuai dengan kondisi kesehatan mata, sehingga saat kita
menggunakan komputer kita bisa merasa nyaman berada di depan layar.
Perawatan Mata. Dalam beberapa kasus, individu yang tidak memerlukan
penggunaan kacamata untuk kegiatan sehari-hari lainnya dapat mengambil manfaat dari
kacamata diresepkan khusus untuk penggunaan komputer. Selain itu, orang yang sudah
memakai kacamata mungkin menemukan resep mereka saat ini tidak memberikan visi
optimal untuk menampilkan komputer.
Kacamata atau lensa kontak yang diresepkan untuk penggunaan umum mungkin tidak
memadai untuk kerja komputer. Lensa diresepkan untuk memenuhi tuntutan visual yang
unik melihat komputer mungkin diperlukan. Desain lensa khusus, kekuatan lensa atau
tints lensa atau pelapis dapat membantu untuk memaksimalkan kemampuan visual dan
kenyamanan.
Beberapa pengguna komputer mengalami masalah dengan fokus mata atau koordinasi
mata yang tidak dapat cukup dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Sebuah
program terapi visi mungkin diperlukan untuk mengobati masalah-masalah tertentu. Visi
terapi, juga disebut pelatihan visual, merupakan program terstruktur kegiatan visual yang
diresepkan untuk meningkatkan kemampuan visual. Ini melatih mata dan otak untuk
bekerja bersama lebih efektif. Latihan ini membantu memulihkan mata kekurangan dalam
gerakan mata, mata fokus dan mata bekerja sama dan memperkuat sambungan mata-otak.
Pengobatan mungkin termasuk kantor-berbasis serta prosedur rumah pelatihan.
Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja(SMK3)
Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diperhatikan terlebih
bagi pmrakarsa supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus
dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi,
kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja , yaitu :
1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja
2) Analisis risiko di tempat kerja
3) Pencegahan dan pengendalian bahaya
Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan
melaksanakannya
Aturan dan prosedur kerja dipatuhi
Pemeliharaan sebagai usaha preventif
Perencanaan untuk keadaan darurat
Pencatatan dan pelaporan kecelakaan
Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
4) Pelatihan buat pekerja, penyelia dan manager.
SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu
perusahaan(pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya
dapat dilihat dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses
produksi mengalami kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau
mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakaan dan PAK; mengamankan mesin
instalasi, pesawat. Alat, bahan dan hasil produksi; menciptakan lingkungan kerja yang
aman, nyaman, sehat dan penyesuian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia
dengan pekerjaan.
Dalam SMK3 memiliki tahapan-tahapan yang penting untuk diperhatikan yaitu :
Penerapan, Pengukuran dan evaluasi dan Tinjauan ulang dan peningkatan. Tahapan-tahapan
tersebut akan membawa ke dalam suatu sistem yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai
optimalisasi kerja. Tahap-tahap tersebut :
Penerapan
Jaminan kemampuan
SDM, sumber daya, dana
Integrasi SMK3 perusahaan
Tanggung jawab dan tanggung gugat
Konsultasi, motivasi dan kesadaran
Pelatihan dan kompetensi
Kegiatan pendukung
Komunikasi; pelaporan;pendokumentasian
Pengendalian dokumen
Pencatatan dan manajemen informasi
Identifikasi bahaya/ penilaian dan pengendalian risiko
Perancangan dan rekayasa; administratif
Kontrak ;pembelian
Prosedur keadaan darurat;insiden
Pemulihan keadaan darurat
Pengukuran dan evaluasi
Inspeksi dan pengujian
Personil : keahlian dan pengalaman
Catatan dipelihara; dan tersedia
Peralatan; metode untuk menjamin standar K3
Perbaikan segera ketidaksesuaian
Penyelidikan permasalahan insiden
Temuan di analisis dan ditinjau ulang
Audit SMK3
Perbaikan dan pencegahan
Tinjauan ulang dan peningkatan
Evaluasi terhadap penerapan K3
Tujuan, sasaran; kinerja K3
Temuan audit
Efektivitas penerapan
Perubahan peraturan
Tuntutan pihak terkait;pasar
Perubahan produk; kegiatan
Perubahan struktur organisasi
Perkembangan iptek
Pengalaman insiden
Pelaporan
Umpan balik dari tenaga kerja
Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
K3 berlandaskan trhadapa undang-undang yang berlaku. Pemerintah menerapkan
undang-undang K3 karena memang penting dalam proses produksi dalam suatu perusahaan.
Landasan undang-undang mengenai tenaga kerja, yaitu :
i. UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.
ii. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
iii. UU Kesehatan No 23 tahun 1992 fasal 23 tentang Kesehatan.
iv. UU No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
v. Permenaker No 05/men 1996, setiap perusahaan yang mempekerjakan > 100orang
dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajamen K3
(babIII fasal 3)
vi. PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
vii. UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undanganTenaga Kerja.
Semua peraturan dan sistem mengenai tenaga kerja dengan upaya meningkatkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja sudah di tetapkan secara resmi oleh peraturan perundang-
undangan , sehingga dapat dikatakan Kesehatan dan Keselamata Kerja sanga wajib
diberlakukan bagi semua orang yang terkait di dalamnnya.
Pencegahan komputer visual sindrom
Hampir 90% karyawan yang sehari-harinya terlalu lama bekerja dengan komputer
mengalami gangguan penglihatan yang mengakibatkan mata lelah, mata berkedut, mata
tegang, dan bahkan penurunan produktivitas kerja. Berikut 10 cara mengurangi risiko
gangguan penglihatan akibat bekerja dengan komputer terlalu lama setiap hari:
1. Mengatur posisi tubuh. Aturlah jarak mata dengan layar monitor sejauh 50-60 cm
dengan posisi tengah layar berada kira-kira 10-15 derajat di bawah mata. Jika Anda
mengetik dari sumber buku atau kopian halaman, taruhlah di samping layar monitor
dengan penjepit kertas khusus sehingga pergerakan pandangan mata lebih nyaman.
2. Menyesuaikan penerangan. Mata tegang seringkali disebabkan karena pencahayaan
ruangan yang berlebihan. Penerangan ruangan yang disarankan untuk menggunakan
komputera adalah separuh dari umumnya penerangan di kantor. Jika memungkinkan,
pilih lampu yang full spectrum dengan pencahayaan lebih alami sehingga nyaman
bagi mata.
3. Mengganti Monitor CRT dengan LCD. CRT atau monitor komputer berbentuk
tabung menghasilkan gambar berkedip sehingga menjadi faktor utama penyebab mata
tegang dan lelah. Ganti monitor CRT dengan monitor LCD berukuran minimal 19
inchi dan beresolusi besar agar lebih nyaman bagi mata.
4. Mengatur tampilan layar komputer. Brightness disarankan diatur hampir sama
terangnya dengan kondisi penerangan ruangan. Pastikan ukurang font memungkinkan
teks terbaca dengan mudah dengan setelan contrast seimbang. Kurangi level color
temperature komputerhingga mata benar-benar merasa nyaman.
5. Kedip lebih sering. Melihat layar monitor saat asik bekerja seringkali membuat Anda
lupa untuk berkedip, sehingga tanpa disadari mata kering dan iritasi. Kedipan mata
berfungsi menjaga kelembaban mata. Jadi, berkediplah lebih sering.
6. Melakukan latihan mata 20-20-20. Setiap 20 menit sekali berpalinglah dari monitor
komputer dan pandanglah objek lain berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20
detik. Latihan ini dapat membuat otot fokus pada mata lebih santai dan
menghindarkan risiko kejang otot mata.
7. Istirahat 4×5 menit. Menurut National Institute of Occupational Safety and
Health (NIOSH), pengguna komputer disarankan beristirahat secara berkala sebanyak
4 kali dengan durasi masing-masing 5 menit. Saat istirahat, berdirilah, goyangkan
seluruh badan dan lakukan peregangan mulai dari kaki, punggung, lengan hingga
leher.
8. Menggunakan kacamata khusus komputer. Anda bisa memesannya di optik. Jika
Anda memakai contact lens yang rawan menyebabkan mata kering dan tidak nyaman
atau memakai kacamata dengan lensa bifocal atau lensa progressif yang tidak optimal
bagi jarak mata dan layar monitor.
9. Menggunakan tetes mata. Cairan khusus pada obat tetes mata akan membuat mata
lebih lembab, segar dan bebas dari mata merah akibat iritasi. Sediakan obat tetes mata
di dekat monitor dan gunakan sesuai petunjuk penggunaan.
10. Memeriksa mata ke dokter secara berkala. Pengguna komputer sebaiknya ke
dokter mata minimal 1 tahun sekali. Jelaskan ke dokter berapa intensitas Anda
memakai komputer di kantor maupun di rumah. 17
Pencegahan secara umum
Pendidikan dan pelatihan
Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi termasuk penyampaian instruksi dan pelatihan, perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pendidikan dan latihan merupakan komponen penting dalam perlindungan kesehatan pekerja.
Tujuan utama pendidikan dan latihan ini adalah agar pekerja:
1. Mengerti, paling tidak pada tingkat dasar, bahaya kesehatan yang terdapat di
lingkungan kerjanya
2. Terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai prosedur untuk
mengurangi tingkat pajanan
3. Menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar tetap
berfungi baik
4. Mempunyai kebiasaan sehat dan selamat serta hygiene perorangan yang baik
5. Mengenal gejala dini gangguan kesehatan akibat pajanan bahaya tertentu
6. Melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gangguan keehatan sesegera
mungkin.
Proteksi berdasarkan faktor pajanan
1) Pajanan fisik
a. Bising
Upaya pencehagannya adalah dengan program konservasi pendengaran(hearing
conservation program) dan penggunaan sumbat telinga(earplug), penutup
telinga(ear muff), helm pelindung telinga(ear protektif helmet).5
b. Vibrasi
Usahakan menghindari alat-alat yang memiliki efek vibrasi yang besar atau
apabila tidak dapat dihindari dapat juga mengurang waktu pajanan terhadap alat
tersebut atau memakai alat pelindung seperti sarung tangan yang tebal.
c. Pencahayaan
Menghindari tempat-tempat yang memiliki pencahayaan yang kurang lalu
apabila kurang pencahayaannya perlu ditingkatkan lebih lagi.
d. Suhu panas dan dingin
Menghindari tempat-tempat sumber pajanan ataupun dapat memakai alat
pelindung diri yaitu pakaian yang tebal atau pakaian khusus.
e. Radiasi elektromagnetik
Menghindari daerah pajanan.
2) Pajanan biologik
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah : Penerapan Higine perorangan
Cara kerja yang aman
Pemakaian alat pelindung diri yang sesuai
Proteksi yang spesifik(imunisasi dan profilaksis)
Penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya potensial di tempat kerja dengan
gangguan kesehatan yang mungkin timbul.
Penyuluhan dan edukasi higine perorangan dengan penyediaan fasilitasnya
(mis : cuci tangan , mandi)
Pelatihan cara kerja yang aman beserta pemakaian alat pelindung diri yang
sesuai, dengan standard precaution.
Surveilans medic terhadap penyakit yang mungkin timbul
Penanggulangan di tempat kerja : pengendalian vector dll.
3) Pajanan kimia
Perhatikan MSDS-nya
Memakai alat pelindung diri menurut aturan.
Kurangi besarnya pajanan.
4) Ergonomic
Menelaah aturan ergonomic sesuai dengan unsur yang sesuai
Memakai alat-alat sesuai dengan aturan
Hindari unsafe action
5) Psikologis
a. Pencegahan primer
Penceggahan primer bertujuan mengurangi insidensi gangguan psikiatrik dalam
suatu populasi dan untuk kelompok merka yang tidak termasuk kelompok
berisiko.
Diusahakan dengan mengurangi atau meniadakan pengaruh buruk lingkungan
kerja dan memperkuat kemampuan individu untuk menghadapi dan
menanggulangi kesulitan yang dihadapinya.
Dilakukan dengan kampanye promosi dan edukasi kesehatan jiwa dan pesan
disampaikan kepada setiap orang yang termasuk kelompok berisiko atau tidak
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan
gangguan psikatrik yang dialami pekerja serta mengurangi / memperpendek
durasi penyakit.
Pencegahan sekunder ditujukan kepada kelompok yang dicurigai terkena risiko
atau gangguan stress akibat kerja.
c. Pencegahan tersier
Difokuskan pada kelompok orang yang telah megalami gangguan stress akibat
kerja dan diupayakan untuk dipulihkan kesehatannya.
Dalam pencegahan ini diupayakan konseling, pengobatan klinis dan rehabilitsi
mental.
Setelah pulih dari gangguan stress akibat kerja, pekerja tersebut diupayakan
kembali ke tempat kerja semula dengan supervisi dari supervisornya. Gradasi
beban kerja ditingkatkan mulai dari kerja ringan, sedang, sampai kembali
bekerja seperti semula.
Jelas bahwa kecelakaan kerja menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari segi biaya
saja dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan kerja harus dicegah. Pernyataan ini
berbeda dari pendapat umum jaman dahulu yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib.
Kecelakaan kerja seolah-olah takdir yang harus diterima. Tidak! Kecelakaan dapat dicegah,
asal ada kemauan yang cukup untuk mencegahnya dan pencegahan dilakukan atas dasar
pengetahuan yang memadai tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan
teknik-teknologi upaya preventif terhadap kecelakaan.
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.
Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap
kecelakaan yang terjadi. Metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui
dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu
peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya
dilakukannya identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden
kecelakaan di perusahaan serta mengakses besarnya risiko bahaya.
Peningkatan Kesehatan
Gizi Kerja
Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Dengan gizi kerja diharapkan diwujudkan
kesehatan dan kesejahteraan faktor manusia dalam proses produki (juga distribusi) dan juga
dipelihara kemampuan bekerja dan produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal bahkan
bila mungkin lebih ditingkatkan. Zat makanan yang dicerna dan masuk ke dalam tubuh
menghasilkan energy untuk menggerakkan aktivitas orang yang bersangkutan,
mempertahankan proses kehidupan itu sendiri, dan sangat perlu untuk menunjang
pertumbuhan serta perbaikan kerusakan pada sel dan jaringan. Karbohidrat merupakan bahan
bakar utama, oleh karena senyawa tersebut dapat dibakar oleh tubuh sebagai sumber tenaga
untuk bekerja. Protein mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan juga reparasi sel atau pun
jaringan yang rusak. Lemak penting untuk penyimpanan energy. Vitamin dan mineral berlaku
sebagai pengatur aktivitas internal tubuh dengan jalan melancarkan proses oksidasi,
memelihara fungsi normal otot dan saraf serta bagian tubuh lainnya, mempertahankan
vitalitas jaringan dan menunjang kelangsungan fungsi-fungsi tertentu organ tubuh.
Untuk mengetahui keadaan konsumsi makanan oleh tenaga kerja perlu diadakan pemeriksaan
makanan, baik mengenai jenis makanan yang dimakan oleh tenaga kerja, kuantitas dan
kualitasnya, dan pemeriksaan laboratorium.
Kondisi gizi yang tidak kondusif terhadap kesehatan dan produkrivitas tenaga kerja
dalam masyarakat di mana pun adalah kombinasi kekurangan atau tidak memadainya protein,
kalori, dan vitamin. Rendahnya konsumsi protein dan kalori dalam makanan sehari-hari
menjadi sebab rendahnya peroduktivitas dan buruknya keadaan kesehatan serta menjadi
penyebab timbulnya penyakit. Demikian pula kekurangan vitamin; kekurangan vitamin B
dari aneka jenisnya sangat perlu bagi pekerjaan yang dilakukan pada malam hari atau
pekerjaan yang pada lingkungan kerjanya terjadi perubahan pencahayaan khususnya gelap
dan terang.
Pemenuhan kebutuhan akan zat makan menentukan status gizi seseorang termasuk
tenaga kerja. Unsur terpenting bagi penilaian status gizi adalah tinggi badan dan berat badan
yang menentukan besarnya IMT ( IMT= BB/TB2 dengan satuan kg per m2). Apabila
IMT<18,5 maka status gizi kurang, IMT normal 18,5-24,9 dan status gizi lebih bila nilai
IMT>25. Selain itu dengan memakai rumus tersebut, BB ideal dan normal.
Semakin meningkat kegiatan tubuh, semakin meningkat oula metabolisme yang
berlangsung. Metabolisme basal adalah kuantitas energy yang diperlukan oleh tubuh dalam
keadaan itirahat sambil tiduran dalam kondisi tenang (fisik dan mental) yang dimulai sejak
12-15 jam setelah selasai makan. Kebutuhan energy minimum ini dipergunakan untuk
pemeliharaan kelangsungan proses kehidupan pada alat-alat vital seperti jantung, paru,
lambung, usus, kelenjar-kelenjar, hati, ginjal, serta juga untuk perawatan dalam rangka
perbaikan sel atau jaringan yang mengalami kerusakan.
Faktor mental-psikologis sangat mempengaruhi tonus otot-otot yang berakibat kepada
tingkat kegiatan proses metabolism di dalam tubuh. Pengaruh yang terjadi setelah bekerjanya
otot menetap untuk sementara waktu sesudah berakhirnya otot bekerja. Ketentuan yang
bersifat umum tersebut berlaku pula bagi otot system gastrointestinal yang fungsinya
mencerna dan meresap makanan.
Kebutuhan kalori orang dewasa termasuk tenaga kerja ditentukan oleh:
1. Metabolism basal
2. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (kira-kira 10% dari metabolism basal)
3. Aktivitas otot.
Aktivitas otot atau bekerjanya otot dengan atau tanpa kesadaran, mempunyai peranan
sangat penting dalam menentukan kebutuhan kalori di atas kebutuhan metabolism basal.
Kalori yang dibutuhkan ini berasal dari bahan makanan terutama yang mengandung
karbohidrat.
Jumlah kalori yang diperlukan yang harus digunakan dalam tubuh, menurut kegiatan
daoat ditentukan secara tidak langung denga mengukur pemakaian O2 oleh tubuh untuk
melakukan aktivita tersebut. Dari penelitian, ditemukan bahwa pemakaian 1 liter O2
menghasilkan rata-rata 4,825 kilokalori untuk konsumsi makan berimbang. Kalori yang
dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan tidak lain daripada banyaknya kalori yang harus
dikerahkan oleh tubuh per satuan waktu untuk menjamin berlangsungnya kegiatan yang
dimaksudkan.
Dalam hubungan pekerjaan, bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja
adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakt pada umumnya ditambah
dengan tambahan kebutuhan kalori demikian merupakan kalori kerja yaitu energy yang
benar-benar diperlukan guna meraih hasil kerja sebagaimana diharapkan dari seorang tenaga
kerja. Kebutuhan kalori orang tandar adalah tenaga kerja dengan aktivitas ringan atau
pekerjaan ringan.
Pada upaya menerapkan gizi kerja beberapa hal khusus perlu mendapat perhatian:
1. Pengaruh frekuensi makan dan komposisi makanan:
a. Pengalaman dari pelaksanaan gizi kerja di perusahaan menunjukkan bahwa
pemberian kesempatan untuk makan pada saat-saat istirahat kerja membantu
meperbaiki produktivitas dan dapat mengurangi timbulnya kelelahan kerja, bila
pengaturan waktu istirahat demikian mungkin dilakukan. Namun tidak ada
pembuktian bahwa makin sering peluang untuk istirahat dan makan diberikan,
makin meningkat kapasitas tenaga kerja untuk bekerja
b. Makan pagi mempunyai pengaruh penting kepada produktivitas kerja. Sebaiknya
dianjurkan agar tenaga kerja melakukannya. Makan pagi merupakan salah satu
aspek dari kebiasaan atau cara hidup sehat
c. Makanan yang diberikan dalam pekerjaan harus berifat ringan, makanan yang
berat atau susah dicerna bahkan berakibat menurunkan produktivitas kerja, oleh
karena alat pencernaan memikul pembebanan berat dari makanan.
d. Jika nilai gizi makanan dipenuhi untuk kebutuhan kalori termasuk kalori kerja,
makan tidak perlu ditambah frekuensi makan, kecuali makanan selingan pada
waktu istirahat kerja
e. Tidak diperlukan tambahan protein dari makanan untuk kegiatan otot yang lebih
besar, asalkan kebutuhan sehari-hari akan protein telah dipenuhi.
f. Demikian juga vitamin atau mineral tidak perlu diberikan ekstra, asal kuantitas
yang dibutuhkan telah dipenuhi dari makanan
2. Untuk pekerjaan pada tempat kerja yang bersuhu tinggi, harus diperhatikan secara
khusus kebutuhan akan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan
keringat. Dalam lingkungan kerja panas dan pada pekerjaan berat, diperlukan
sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum bagi seorang tenaga kerja, sedangkan untuk
kerja ringan dianjurkan sekitar 1,9 liter. Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi,
melainkan sekitar 0,2%. Biasanya pada pekerja yang bekerja pada suhu panas
diberikan tablet garam. Namun biasanya pekerja tersebut sudah menyesuaikan diri
dengan memilih makanan yang asin sebagai mekanisme alami untuk memenuhi
kebutuhan mengganti garam yang hilang melalui keringat. Tenaga kerja tidak
dibenarkan minum minuman yang mengandung alcohol.
3. Zat makanan dalam berbagai hal dapat mengurangi pengaruh zat beracun seperti
halnya vitamin C terhadap racun logam berat, larutan kimia organis, seperti derivate
aniline, fenol, sianida, dan lain-lain. Makanan ekstra hanya merupakan upaya
meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kerja.
Guna menerapkan gizi kerja sangat penting peran kantin, ruang/kamar makan, dapur
beserta peralatan dan perlengkapan serta juga perusahaan catering sebagai penyelenggara
penyiapan dan penghidangan makanan bagi tenaga kerja.
Penilaian kesehatan
Surveilans medis terdiri dari tiga hal penting yaitu pemeriksaan kesehatan pra-kerja
(pre-employment atau pre-placement medical examination), sebelum subjek pemeriksaan
ditempatkan atau bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination)
yang terkait dengan bahaya kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical
examination) yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah terdapat
gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang berat.1
Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja
1. Menetapkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan penempatan
pekerja
2. Mengidentifikasi kondisi kesehatan yang mungkin diperbuuk oleh pajanan bahaya
kesehata, kerentanan calon pekerja terhada bahaya kesehatan tertentu yang
memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan tertentu
3. Menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi sebelum pekerjaannya. Data dasar
ini berguna sebagai pertimbangan kelak adanya gangguan kesehatan dan adanya
kaitan dengan pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja.1
Tujuan pemeriksaan berkala
1. Mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dan
disebabkan oleh pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja
2. Mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan) yang bermakna dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila
melanjutkan pekerjaan, atau menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap
pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja atau kondisi kerja.
Riwayat kesehatan dan riwayat pekerjaan secara lengkap diperlukan untuk dapat
dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai terutama bila diketahui adanya pajanan yang
berulang dan kemungkinan gangguan kesehatan.
Pemeriksaan medis berkala dilakukan kelompok pekerja agar dapat memberi efek pencegahan penyakit primer, atau bila gagal, akan memberi efek pencegahan penyakit sekunder.
Ada dua jenis pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu:
1. Pemeriksaan berkala umum yang dilakukan terhadap seluruh pekerja sebagai bagian
program pemerliharaan kesehatan karyawan, atau bila dicurigai terjadinya suatu
kemungkinan gangguan kesehatan akibat berbagai kondisi kerja yang memadai.
2. Pemeriksaan kesehatan yang dihubungkan dengan ancaman gangguan kesehatan di
lingkungan kerja tertentu yang berisiko tinggi, dilaksanakan secara berkala untuk
memantau pekerja tertentu yang bekerja dalam kondisi spesifik.3
Tujuan pemeriksaan khusus
Pada dasarnya pemeriksaan khusus sama dengan pemeriksaan kesehatan prakerja. Dalam hal ini hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan pekerja. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan.1
Pemeriksaan kesehatan setelah sembuh dari sakit berguna untuk memastikan bahwa seorang pekerja telah sembuh benar dari sakitnya dan dapat megerjakan pekerjaannya dengan aman tanpa membahayakan dirinya sendiri ataupun orang lain disekitarnya. Obat-obatan yang masih diminum perlu juga diperiksa karena dapat berpengaruh terhadap kinerjanya.3
Penutup
Kesimpulan :
Hipotesa diterima, dimana Nn A 28 tahun dengan keluhan mata berair terkena CVS,
karena bekerja didepan komputer kadang tidak beristirahat.
Daftar Pustaka
1. American Optometric Assosciation. Computer vision syndrome [Internet]. 2011
[updated 2006: cited 2011 Jul 25].
2. Affandi ES. Sindrom penglihatan komputer.Maj Kedokt Indon. 2005;55(3) : 297-300
3. Blehm C, Vishnu S, Khattak A, Mitra S, Yee RW. Computer vision syndrome: a
review. J Surv Ophthal. 2005; 50(3) : 253-262
4. Munro JF, Ford MJ. Pengantar pemeriksaan klinis. Edisi 6. Jakarta: EGC,2003.h.59-
72
5. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes on Ophtalmology. Ed 9th. Jakarta :
Penerbit Erlangga.2005.h.18-24
6. Roestijawati N. Sindrom dry eye pada pengguna video display terminal (VDT).
CerminDuniaKedokteran.2007;154(29)
7. The aging eye. [Internet]. 2011 [updated 2007: cited 2011 Feb 20]. Available from :
http://www.lighthouse.org/eye-health/the-basics-of-theeye/the-aging-eye/
8. Lata H, Walia L. Ageing: physiological aspects. JK Science. 2007; 9(3):111-115
9. Amod RC. The ageing eye. CME. 2007; 25(10): 484-488
10. Rosenfield M. Computer vision syndrome: a review of ocular causes and potential
treatments. J Ophthalmic Physiol Opt. 2011
11. Izquierdo NJ. Computer vision syndrome [Internet]. 2011[updated 2010: cited 2011 Jul 25].
Available from:http://emedicine.medscape.com/article/1229858- overview
12. Wolkoff P, Skov P, Franck C, Petersen LN. Eye irritation and environmental factors
in the office environment— hypotheses, causes and a physiological model. Scand J
Work Environ Health 2003;29(6):411–430
13. Bhanderi DJ, Choudhary S, Doshi VG. A community-based study of asthenopia in
computer users. Indian J Ophthalmol. 2008; 56(1) : 51-55
14. Das B, Ghosh T. Assessment of ergonomical and occupational health related problems
among VDT workers of West Bengal, India. Asian Journal of MedSciences.2010;1:26-31
15. Cabrera SRG, Lim-Bon-Siong R. A survey of eye-related complaints among call-
center agents in Metro Manila. Philipp J Ophthalmol. 2010;35(2): 65-69
16. Hanum, IF. Efektivitas penggunaan screen pada monitor komputer untuk mengurangi
kelelahan mata pekerja call centre di PT Indosat NSR tahun 2008 [tesis]. Medan :
Universitas Sumatera Utara; 2008.
17. Loh KY, Reddy SC. Understanding and preventing computer vision syndrome.
Malaysian Family Physician. 2008; 3(3).