PAPARAN INSPEKTUR UTAMA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
RAPAT KOORDINASI DAN SINERGI PELAKSANAAN P4GN
T.A 2017
1. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKANASIONAL.
2. SURAT EDARAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR:SE/59/XII/KA/LG.03/2015/BNN TENTANG DISTRIBUSI/ PENYALURANPENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN DINASDILINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA.2016
3. SURAT EDARAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR:SE/10/I/SU/LG,04,01/2016/BNN TENTANG BIAYA PERAWATAN KENDARAANDINAS JABATAN DAN OPERASIONAL R-6, R-4, DAN R-2 BNN TA. 2016PADA BIRO UMUM SETTAMA BNN
DATA KONDISI KENDARAAN DINAS BNN PUSAT RODA 4 DAN RODA 2
NO JENIS KENDARAAN
DINAS
JUMLAH KONDISI
1 KENDARAAN R-4 17 UNIT RUSAK BERAT
2 KENDARAAN R-2 10 UNIT RUSAK BERAT
3 KENDARAAN R-2 10 UNIT RUSAK RINGAN
4 KENDARAAN R-2 2 UNIT HILANG
5. MASIH TERDAPAT KENDARAAN DINAS JABATAN YANGBELUM DIKEMBALIKAN:A. PEJABAT YANG SUDAH PURNA DINAS (PENSIUN)
DANB. PEGAWAI TIDAK BERDINAS LAGI DI BNN
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
6. TIDAK TERTIB DALAM PENGURUSANADMINISTRASI KENDARAAN BERUPASTNK YANG TELAH HABIS MASABERLAKUNYA DI BNNP DAN BNNK/KOTA.
STNK HABIS MASA BERLAKUNYA
JUMLAH R-4R-2
Untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan
kewenangannya BNN dalam melaksanakan
program pencegahan, dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
dan prekursor narkotika dan melakukan
penyidikan sangat berpotensi menghadapi
resiko terhadap keselamatan jiwanya dan jiwa
orang lain sehingga perlu dilengkapi senjata
api;
1.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian
Izin Pemakaian Senjata Api sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Darurat Tahun 1951 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1951 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 169);
2.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);
3.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4169);
4.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
5.Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;
6.Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pedoman
Perizinan, Pengawasan, dan Pengendalian Senjata Api Standar Militer di
luar lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 338);
7.Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2085);
8.Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional
Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 493) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan
Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1301);
9.Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2015 tentang Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Api Non organik Kepolisian Negara Republik Indonesia/
Tentara Nasional Indonesia untuk kepentingan bela diri (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1883);
1. JENIS SENJATA API
1) Jenis Senjata Api yang dimiliki oleh BNN, terdiri dari :
a) Senjata Api Nonorganik; dan/atau
b) Senjata Api standar militer.
2) Jenis Senjata Api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu:
a) Senjata Api bahu jenis senapan paling besar kaliber 9 (sembilan) kali
21 (dua puluh satu) mm;
b) Senjata Api bahu jenis senapan kaliber .22 (dua puluh dua), .222 (dua
ratus dua puluh dua) dan penabur kaliber 12 (dua belas) GA; dan
c) Senjata Api genggam jenis pistol/revolver kaliber .32 (tiga puluh dua),
25 (dua puluh lima) dan .22 (dua puluh dua).
3) Jenis Senjata Api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu:
a)Senjata Api genggam dan bahu kaliber 9 (sembilan) kali 19 (sembilan
belas) mm;
b)Senapan Laras Panjang kaliber 5,56 mm; dan
c)Senapan Laras Panjang kaliber 7,62 mm;
4) Selain jenis Senjata Api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat
benda yang menyerupai Senjata Api yang dapat digunakan sebagai bela
diri, berupa :
a. senjata gas air mata; dan
b. alat kejut listrik.
1) Jenis Amunisi yang digunakan di BNN terdiri
atas:
a) Amunisi karet;
b) Amunisi tajam;
c) Amunisi hampa; dan
d) Amunisi Gas Air Mata.
2) Jumlah amunisi setiap Senjata Api termasuk
cadangannya dibatasi sebagai berikut:
a) Senjata Api genggam jenis pistol dan
revolver 2
(dua) kali kapasitas magazen/silinder; dan
b) Senjata Api bahu jenis senapan dan
penabur, 2 (dua) kali kapasitas magazen
/silinder.
a. dilengkapi dengan Surat Izin Memegang
Senjata Api;
b. dilengkapi dengan Kartu Izin Memegang
Senjata Api;
c. dimasukkan dalam holster dan melekat pada
badan (tidak dibawa dalam tas/koper, dll);
d. Senjata Api harus dalam keadaan terkunci;
e. tidak dibawa ke luar daerah/wilayah,
kecuali dalam rangka pelaksanaan tugas
yang didukung dengan Surat Perintah Tugas;
dan
f. Senjata Api selalu dalam penguasaan dan
pengawasan pengguna.
a. dilengkapi dengan Surat Izin Memegang
Senjata Api;
b. dilengkapi dengan Kartu Izin Memegang
Senjata Api;
c. dalam membawa Senjata Api ke tempat
pelaksanaan tugas dimasukkan dalam tas
Senjata Api;
d. dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas;
e. Senjata Api harus dalam keadaan
terkunci;
f. Senjata Api berada dalam penguasaan
dan pengawasan pengguna Senjata Api.
(1) Pengawasan terhadap penggunaan Senjata Api dan Amunisi dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari atasan langsung.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan secara berkala terhadap:
a.kondisi kesehatan fisik dan psikis
pemegang Senjata Api yang
dilaksanakan paling sedikit setahun
sekali; dan
b.keterampilan dan pemahaman peng
gunaan Senjata Api yang dilaksanakan
paling sedikit setahun sekali;
(3) Selain pemeriksaan secara berkala juga dilakukan pemeriksaan secara insidentil.
(4) Pemeriksaan secara insidentil, dilakukan terhadap kondisi fisik Senjata Api dan serta kelengkapan administrasi.
(5) Pengawasan dilakukan oleh Biro Kepegawaian, Biro Umum, Direktorat Hukum Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama, Deputi Bidang Pemberantasan dan Inspektorat Utama.
(1) Senjata Api yang dibawa dan digunakan dilarang dipindah tangankan atau dipinjamkan atau digunakan oleh orang lain dan dilarang mengubah bentuk aslinya.
(2) Pengguna Senjata Api yang pindah tugas atau pensiun harus mengembalikan Senjata Api kepada Biro umum atau atasan langsung sejak Surat Pindah Tugas atau Pensiun dikeluarkan.
(1) Setelah menerima laporan kehilangan Kepala BNN membentuk Tim Pemeriksa dengan Inspektur Utama BNN sebagai Ketua.
(2) Tim Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap pengguna Senjata Api dan hasilnya berupa keputusan sidang dan sanksi yang direkomendasikan berupa sanksi dan/atau Tuntutan Ganti Rugi.
(3) Hasil dilaporkan oleh Tim Pemeriksa kepada Kepala BNN.
(4) Pelaksanaan pemberian sanksi dan/atau Tuntutan Ganti Rugi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyimpangan/penyalahgunaan Senpi :
(1) Dalam hal pengguna Senjata Api melakukan penyimpangan/penyalahgunaan Senjata Api dapat diberikan sanksi berupa penarikan Senjata Api dan amunisi serta sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal terjadi penyimpangan/penyalahgunaan Senjata Api melaporkan kepada Kepala BNN dengan tembusan Sekretaris Utama BNN.
(3) Kepala BNN memerintahkan Tim Pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan khusus.
(4) Tim Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap pemegang Senjata Api dan hasilnya dilaporkan kepada Kepala BNN.
(5) Hasil pemeriksaan khusus berupa keputusan sidang dan sanksi yang direkomendasikan.
(6) Sanksi yang direkomendasikan dilaporkan Kepala BNN kepada Kapolri untuk penanganan selanjutnya.
1.Jumlah :106 pucuk terdiri dari
a. Jenis HK P30 :46 pucuk
b. JenisHK USP SD :14 pucuk
c. Jenis MP5 A5 :32 pucuk
d. MP5 SD6 : 0 pucuk
e. HK G 36 : 0 pucuk
f. HK 416 :14 pucuk
g. MSG90A2 : 0 pucuk
2.Jumlah pada Point 1 didistribusi ke 32 BNNP dan
21 BNNK/Kota
3.Jumlah dan jenis Senpi di Gudang per Desember 2016
a. Roum Settama BNN
1) Pistol HK P30 = 16 pucuk
2) Pistol HK USP SD = 3 pucuk
3) SNP Panjang HK = 1 pucuk
4) SNP Panjang HK 416 = 9 pucuk
b. Sarpras Polri
1) SNP Sedang HK MP 5A5 = 10 pucuk
2) SNP Panjang HK = 5 pucuk
c. Brimob Polri
1) SNP Sedang HK MP5SD6 = 10 pucuk
2) SNP Panjang HK G 36 = 9 pucuk
3) SNP Panjang HK 416 = 61 pucuk
4) SNP Panjang HK MSG 90A2 = 10 pucuk
1. Pistol CZ 07 Kadet (1.398 pucuk) dengan perincian
per BNNP (33) 15 pucuk,per BNNK(89) 7 pucuk dan per
BNN Kota(56) 5 pucuk)
2. Shotgun 12 GA Saiga (244 pucuk) dengan perincian per
BNNP(33) 3 pucuk, per BNNK(89) 1 pucuk dan per BNN Kota
(56) 1 pucuk
3. Rompi Anti Peluru Level IIIA (2.288 buah) dengan rincian per BNNP
(33) 20 buah,per BNNK (89) 12 buah dan per BNN Kota (56) 10 buah
4. Amunisi kal.22 LR (27.960 butir) per BNNP (33) 20 pucuk,per BNNK
(89) 20 butir dan BNN Kota(56) 20 butir
5. Amunisi kal .22 LR (3.904 butir) dengan rincian per BNNP (33) 16
butir/senjata,BNNK (89) 16 butir/senjata dan BNN Kota (56) 16
butir/senjata
6. Untuk daerah-daerah dengan tingkat kerawanan tinggi akan diberikan
penambahan sesuai kebutuhan .
Terhadap senjata api tersebut diatas telah di lakukan pengujiankemampuan dan akurasi dilapangan tembak Brimob Kelapa Dua tanggal 27Juli 2016
KONTRAK KERJA PRAMUBAKTI
RUJUKAN
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
Perpres No. 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;
Perka BNN No.16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja BadanNarkotika Nasional;
Perka BNN No. 3 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah dengan PerkaBNN No. 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga Atas Perka BNN No.3 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan NarkotikaNasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota;
PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Masukan TahunAnggaran 2017;
Surat Edaran Nomor: SE/82/XI/KA/KP.02/2016/BNN Tentang JumlahTenaga Kontrak (TKK) yang Dipekerjakan di Lingkungan Badan NarkotikaNasional.
a. Tenaga Kerja Kontrak (TKK) di lingkungan Satker BNN Pusat, untuk meningkatkanfungsi pelayanan sesuai fungsi masing-masing, jumlah maskimal yang dapatdipekerjakan adalah 30% dari jumlah Riil pegawai yang ada
b. TKK di BNN Provinsi, dengan perincian sebagai berikut:
1. Kebutuhan dasar jumlah 16 orang terdiri dari Satuan Pengamanan (satpam) 9orang, Driver 3 orang, dan Pramubakti 4 orang
2. Dapat menambah jumlah TKK untuk meningkatkan fungsi pelayanan sesuaitugas pokok dan fungsi Badan Narkotika Nasional, maksimal 30% dari jumlah Riilpegawai yang ada.
Tenaga Kerja KontrakDalam Jumlah Maksimal Yang Dapat
Dipekerjakan Di Lingkungan BNN
Tenaga Kerja KontrakDalam Jumlah Maksimal Yang Dapat
Dipekerjakan Di Lingkungan BNN
c. Tenaga Kerja Kontrak (TKK) BNN Kab/Kota sebagai berikut:
1. kebutuhan dasar jumlah 11 orang terdiri dari Satpam 6 orang,Driver 2 orang, dan Pramubakti 3 orang
2. Dapat menambah jumlah TKK untuk meningkatkan fungsipelayanan sesuai tugas pokok dan fungsi Badan NarkotikaNasional dengan maksimal 30% dari jumlah Riil pegawai yang ada.
Isi Perjanjian Kontrak kerja secaratertulis sekurang-kurangnya memuat
1. Nama, Alamat Satker yang mempekerjakan sebagai pihak pertama;
2. Nama, tempat/tanggal lahir, pendidikan, dan alamat tenaga pramubakti sebagaipihak kedua;
3. Penempatan tugas;
4. Mulai dan jangka waktu berlakunyaperjanjian kerja;
5. Waktu kerja;
6. Cuti, ijin dan denda tidak masuk kerja;
7. Hak dan kewajiban pihak pertama danpihak kedua;
8. Besarnya upah dan carapembayarannya;
9. Sanksi perjanjian;
10. Pemutusan hubungankerja (PHK);
11. Penutup yang berisi waktujatuh tempo, hal-hal lain dalam perjanjian ;
12. Tempat dan tanggalperjanijan kerja dibuat;
13. Tanda tangan para pihakdalam perjanjian kerja
Pakaian DinasHarian Pegawai Di Lingkungan BNNINSPEKTORAT UTAMA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
RUJUKAN
Perka BNNNomor 15 Tahun 2016
tentang
Pakaian Dinas Harian Pegawai Di LingkunganBadan Narkotika Nasional
Ketentuan Pakaian DinasHarian BNN
SENIN
•PDH PutihLenganPanjang, celana/rokhitam
SELASA
•Bebas Rapi
RABU-KAMIS
•PDH PutihLenganPendek, celana/rokhitam
JUMAT
•PDH Batik
Ketentuan PDH BNN Lainnya
Untuk pegawai perempuan yang mengenakan jilbab atau kerudung, warna jilbab atau kerudung menyesuaikan dengan warna celana/rok PDH.
Kelengkapan PDH berupa : pin Badan Narkotika Nasional
papan nama
tanda pengenal
Pakaian Dinas HarianLengan Panjang Pria
Keterangan :
1. Model Pakaian.
a. Warna PDH, Baju Kemeja Putih dan celana
hitam;
b. Kerah baju kemeja biasa;
c. Saku baju dua buah dengan penutup dan
kancing luar;
d. Kancing lima buah;
e. Terdapat lidah bahu dan berkancing;
f. Pergelangan tangan dijahit dengan manset dan
berkancing;
g. Pecah pola dibawah pundak belakang;
h. Panjang baju disesuaikan dengan tinggi badan;
i. Celana warna hitam model lurus tanpa rempel,
saku depan dan belakang tanpa penutup
2. Kelengkapan PDH.
PIN BNN, Papan Nama, dan Tanda Pengenal.
Pakaian Dinas Harian Lengan Panjang Wanita
Keterangan :
1. Model Pakaian.
a. Warna PDH, Baju Kemeja Putih dan rok/celana hitam;
b. Kerah baju kemeja biasa;
c. Saku baju dua buah dengan penutup dan kancing luar;
d. Kancing lima buah;
e. Terdapat lidah bahu dan berkancing;
f. Pergelangan tangan pecah pola dengan atau tanpa
menset;
g. Pecah pola dibawah pundak belakang;
h. Panjang baju disesuaikan dengan tinggi badan;
i. Celana model pipa lurus dengan saku kanan kiri dan
resleting depan;
j. Rok panjang lurus di belakang pecah pola dan dijahit
tumpuk.
2. Kelengkapan PDH.
PIN BNN, Papan Nama, dan Tanda Pengenal.
Pakaian Dinas Harian Lengan Pendek Pria
Keterangan :
1. Model Pakaian.
a. Warna PDH, Baju Kemeja Putih dan celana
hitam;
b. Kerah baju kemeja biasa;
c. Saku baju dua buah dengan penutup dan
kancing luar;
d. Kancing lima buah;
e. Terdapat lidah bahu dan berkancing;
f. Pecah pola dibawah pundak belakang;
g. Panjang baju disesuaikan dengan tinggi
badan;
h. Celana warna hitam model lurus tanpa
rempel, saku depan dan belakang tanpa
penutup
2. Kelengkapan PDH.
PIN BNN, Papan Nama, dan Tanda Pengenal.
Pakaian Dinas Harian Lengan Pendek Wanita
Keterangan :
1. Model Pakaian.
a. Warna PDH, Baju Kemeja Putih dan
rok/celana hitam;
b. Krah baju kemeja biasa;
c. Saku baju dua buah dengan penutup dan
kancing luar;
d. Kancing lima buah;
e. Terdapat lidah bahu dan berkancing;
f. Pecah pola dibawah pundak belakang;
g. Panjang baju disesuaikan dengan tinggi
badan;
h. Celana model pipa lurus dengan saku kanan
kiri dan resleting depan;
i. Rok panjang lurus dibelakang pecah pola
dan dijahit tumpuk.
2. Kelengkapan PDH.
PIN BNN, Papan Nama, dan Tanda Pengenal.
Pakaian Dinas Harian Batik Pria
Keterangan :
1. Model Pakaian.
a. Corak PDH Batik Sekar
Jagat 2;
b. Kerah baju kemeja
biasa;
c. Saku baju satu buah;
d. Kancing tanam lima
buah;
e. Panjang baju
disesuaikan dengan
tinggi badan;
2. Kelengkapan PDH.
PIN BNN, Papan Nama,
dan Tanda Pengenal.
Pakaian Dinas HarianBatik Wanita
Keterangan :
1. Model Pakaian.
a. Corak PDH Batik Sekar
Jagat 2;
b. Kerah baju kemeja biasa;
c. Saku baju dua buah;
d. Kancing tanam lima
buah;
e. Panjang baju disesuaikan
dengan tinggi badan;
2. Kelengkapan PDH.
PIN BNN, Papan Nama, dan
Tanda Pengenal.
Bentuk Tanda Pengenal
Keterangan :
a. Ukuran Tanda Pengenal : Panjang 8,5 cm; lebar 5,5 cm;
b. Ukuran Logo BNN : 2,5 cm x 2,5 cm;
c. Logo terletak secara simetris di atas;
d. Kata Badan Narkotika Nasional, ditulis dengan huruf kapital, font Arial
ukuran 18 condensed 1,2 pt;
e. Seluruh penulisan di dalam kartu memakai font Arial;
Tampak Depan
a. Foto berukuran 3x4;
b. Nama ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya
ukuran 8 dan bolt;
c. Singkatan jabatan ditulis dengan huruf kapital ukuran 11 dan bolt.
Tampak Belakang
a. Keterangan identitas nama dan NIP/NRP ditulis dengan huruf awal
kapital pada setiap awal unsurnya ukuran 8 plain;
b. Keterangan Peraturan ditulis dengan huruf awal kapital ukuran 8 plain;
c. Keterangan alamat Badan Narkotika Nasional ditulis dengan huruf awal
kapital pada setiap awal unsurnya ukuran 8 plain
Bentuk Pin BNN
Keterangan:
Pin BNN yang digunakan di kerah baju
pada pakaian sipil lengkap (PSL)
memiliki diameter 20 mm/2 cm,
sedangkan yang digunakan di atas
dada kiri pada Pakaian Dinas Harian
(PDH) memiliki diameter 25 mm/2,5
cm.
RUMAH TAHANAN
A. DASAR PENUNJUKKAN RUMAH TAHANAN
UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang PemasyarakatanPasal 41) LAPAS dan BAPAS didirikan di setiap ibukota kabupaten atau kotamadya.2) Dalam hal dianggap perlu, di tingkat kecamatan atau kota administratif dapat
didirikan Cabang LAPAS dan Cabang BAPAS
PP Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP
Bab VIII. Rumah Tahanan Negara
Pasal 18
1) Di tiap Ibukota Kabupaten atau Kotamadya dibentuk RUTAN oleh Menteri. 2) Apabila dipandang perlu Menteri dapat membentuk atau menunjuk RUTAN di
luar tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merupakan cabangdari RUTAN
B. PENGAWASAN TAHANAN
1. Perka BNN RI Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pengawasan Tahanan• Pengawasan Tahanan adl rangkaian kegiatan dan tindakan pengawasan terhadap
tahanan
• Rumah Tahanan Negara (RUTAN) adl tempat tersangka/terdakwa ditahan selama
proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
• CABANG RUTAN BNN yang selanjutnya disebut RUTAN BNN adl cabang Rutan Kelas I
Cipinang merupakan tempat tahanan yg diduga melakukan tindak pidana narkotika
dan prekursor narkotika dan TPPU yg diduga berasal dr tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika yg ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan
• Pejabat yg berwenang adl Direktur Wastahti pada tingkat pusat dan Kepala BNNP
pada tingkat provinsi
2. Pengawasan meliputi
• Administrasi tahanan, meliputi penerimaan, penempatan, dan pengeluaran
tahanan;
• Keamanan dan ketertiban tahanan merupakan tanggungjawab pejabat yang
berwenang meliputi seluruh penghuni, para pengunjung, sarana dan
prasarana, aspek ketatalaksanaan;
• Pembinaan tahanan dan kunjungan, meliputi pembinaan jasmani dan rohani,
kunjungan dilakukan berdasarkan waktu yang ditentukan;
• Makanan dan pakaian, makanan yang diberikan sesuai dengan standar gizi
dengan menu, porsi, jadwal yang ditentukan. Tahanan boleh memakai pakaian
sendiri dengan memperhatikan kepatutan dan kesopanan.
Penitipan Tahanan di Rutan BNN yang bersifat sementara dari BNN Provinsi/BNN Kota/Kabupaten untuk keperluanpengembangan penyidikan paling lama 3 (tiga) hari dan
dapat diperpanjang 3 (tiga) hari serta wajib seizin Pejabat yang Berwenang dengan melampirkan surat perintah tugas
dan membuat surat pernyataan penitipan Tahanan.
JABATAN FUNGSIONAL PENYIDIK
A. DASAR HUKUM
UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Pasal 71:
Dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN
berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika
Pasal 72:
1) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
dilaksanakan oleh penyidik BNN.
2) Penyidik BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat dan diberhentikan oleh Kepala BNN.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
pengangkatan dan pemberhentian penyidik BNN
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Kepala BNN.
Pasal 81:
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
penyidik BNN berwenang melakukan penyidikan terhadap
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika berdasarkan Undang-Undang ini.
B. Pengertian Penyidik BNN
Perka BNN Nomor 1 Tahun 2009 tentang Syarat dan Tata Cara
Pengangkatan dan Pemberhentian Penyidik BNN
Pasal 1 Ayat (4) :Penyidik Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disebut Penyidik BNN adalah pegawai BNN yang diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikandan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotikadan Prekursor Narkotika berdasarkan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Pasal 2 ayat (1) :Penyidik BNN berasal dari sumber Anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia (Anggota Polri) dan Pegawai Negeri Sipil
C. Pengangkatan Penyidik BNN
Pasal 2 ayat (2) :
Untuk dapat diangkat menjadi Penyidik BNN, yang bersangkutan harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. WNI;
b. bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi;
e. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
f. memiliki pengalaman yang cukup dalam penyidikan terhadap kejahatan
g. umum dan/atau kejahatan narkotika;
h. lulus seleksi yang diselenggarakan oleh BNN
Pasal 2 ayat (3) :
Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g, meliputi:
a. psikotest dan Polygraph;
b. ketrampilan dalam mengoperasionalkan komputer dan program
Microsoft
c. office basic;
d. visi intelijen taktis (surveilance, observasi, pembuntutan, pembelian
e. terselubung, penyerahan terkendali) dalam penyidikan kejahatan
narkotika.
f. memahami Undang-Undang Narkotika No 35 Tahun 2009.
Pasal 3 :
1) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
calon Penyidik BNN wajib mengikuti proses ujian Calon Penyidik BNN.
2) Untuk melaksanakan proses ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
BNN membentuk Dewan Penguji untuk melaksanakan pengujian bagi calon
Penyidik BNN.
3) Dewan Penguji sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari:
a. Ketua dijabat oleh Sekretaris Utama;
b. Wakil Ketua dijabat oleh Inspektur Utama;
c. Sekretaris dijabat oleh Kepala Biro Kepegawaian;
d. 5 (lima) anggota terdiri dari pejabat Deputi terkait dan Direktur di
e. Lingkungan Deputi Bidang Pemberantasan
D. Pemberhentian Penyidik BNN
Pasal 6 :
a. Penyidik BNN dapat berhenti atau diberhentikan sebagai Penyidik BNN, bila:
b. telah selesai masa kerjanya sebagai Penyidik Badan Narkotika Nasional;
c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
d. meninggal dunia;
e. tidak dapat melaksanakan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;
f. diduga terlibat tindak pidana narkotika atau tindak pidana lainnya;
g. dinyatakan bersalah berdasarkan Keputusan Dewan Kode Etik Profesi Penyidik
h. BNN, karena melakukan tindakan yang mencoreng citra BNN;
i. tidak lagi memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan sebagaimana
j. dimaksud dalam pasal 2.
Pasal 7 :Pengangkatan dan pemberhentian penyidik Badan NarkotikaNasional ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala BNN.
PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU (RIKTU)
A. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak
termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja
B. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan
atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian intern pemerintah
C. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dilakukan berdasarkan temuan
hasil pemeriksaan atau pengaduan masyarakat, yaitu adanya informasi
awal mengenai adanya indikasi penyimpangan, pelanggaran disiplin dan
penyalahgunaan wewenang
D. Selama tahun 2016, Inspektorat Utama telah melaksanakan 16
Riktu, baik yang berasal dari pengaduan masyarakat, pelanggaran
kode etik dan disiplin maupun pengembangan temuan audit
operasional terindikasi
E. Hasil rekomendasi dari Riktu dapat berupa:
- pengembalian kepada negara
- pemberian hukuman disiplin
- pencopotan jabatan
- dll
A. PENEGAKAN DISIPLIN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010
TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
SIPIL
PENEGAKAN DISIPLIN DAN KODE ETIK
1.PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI
Penegakan Disiplin Pegawai adalahprosedur pendataan kembali danpenelusuran kehadiran jam kerja daripegawai BNN Pusat berdasarkan absensifinger print sebagai pertanggungjawabanpegawai dalam rangka menaati jam kerjaguna peningkatan kedisiplinan.
2.Penegakan Disiplin terkait ketaatan masuk kerja bagipegawai BNN adalah sebagai berikut :
• Absen Pegawai
Dari laporan penegakan disiplin pegawai di lingkungan BNN setiap bulan pada Periode Januari s.d Desember Tahun 2016 dapat diperoleh rekapitulasi jumlah Pegawai yang Tidak Masuk Kerja (TK), Terlambat (T), Pulang Cepat (PC), serta Terlambat dan Pulang Cepat (TPC) sebagai berikut:
3. PENJATUHAN HUKUMAN
• Pasal 21 ayat 1 Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.
• Pasal 21 ayat 2 Apabila Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yangmelakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.
3.a. Sanksi Bagi PNS yang Tidak Masuk Kerja
Tanpa Alasan yang Sah
a. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) hari kerja TEGURAN LISAN
b. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam) s.d 10 (sepuluh) hari kerja TEGURAN TERTULIS
c. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) s.d 15 (lima belas) hari kerja PERNYATAAN TIDAK PUAS SECARA TERTULIS
3.b.Sanksi Bagi PNS yang Tidak Masuk KerjaTanpa Alasan
yang Sah
a. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 s.d 20 hari kerja PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA SELAMA 1 TAHUN
b. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 s.d 25 hari kerja PENUNDAAN KENAIKAN PANGKAT SELAMA 1 TAHUN
c. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 s.d 30 hari kerja PENURUNAN PANGKAT SETINGKAT LEBIH RENDAH SELAMA 1 TAHUN
3.c.Sanksi Bagi PNS yang Tidak Masuk Kerja Tanpa Alasan
yang Sah
a. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 s.d 35 hari kerja PENURUNAN PANGKAT SETINGKAT LEBIH RENDAH SELAMA 3 TAHUN
b. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 s.d 40 hari kerja PEMINDAHAN DALAM RANGKA PENURUNAN JABATAN SETINGKAT LEBIH RENDAH
c. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 s.d 45 hari kerja PEMBEBASAN DARI JABATAN BAGI PNS YG MENDUDUKI STRUKTURAL / FUNGSIONAL
d. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 hari kerja atau lebih PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT ATAS PERMINTAAN SENDIRI / PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT
B. PENEGAKAN DISIPLIN PERKA NO 06 TAHUN 2012 TENTANGKODE ETIK PEGAWAI BNN
1.a. Pengertian Kode Etik
Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Pegawai BNNyang selanjutnya disebut Kode Etik Pegawaiadalah norma yang wajib dipatuhi dandilaksanakan oleh Pegawai BNN dalammenjalankan tugas organisasi maupunmenjalani kehidupan pribadi.
PEGAWAI BNN
PNS
PNS YANG DIPEKERJAKAN / DIPERBANTUKAN
ANGGOTA POLRI DAN TNI YANG DITUGASKAN
1.b. Kode Etik Pegawai BNN
ETIKA KEPRIBADIAN-beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; -profesional, netral dan bermoral tinggi.
ETIKA SESAMA PEGAWAI-menghormati sesama pegawai sebagai rekankerja yang memiliki hak dan kewajiban dalamsuatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi; dan-memelihara rasa persatuan dan kesatuan serta menjalin kerjasama sesama pegawai.
ETIKA DALAM HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT-menghormati harkat dan martabat manusia berdasarkan prinsip dasar hak asasimanusia; -memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, adil, tidak diskriminatif didasari dengan empati, hormat, santun, dan tanpa pemaksaan.
ETIKA KENEGARAAN-menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;-menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ETIKA KELEMBAGAAN-menjaga kehormatan lembaga; -memiliki integritas dan konsisten dalam bersikap dan bertindak.
1.c. RUANG LINGKUP KODE ETIK PEGAWAI
1.d. Tingkat Pelanggaran
Dalam Pasal 12 ayat (2)
Tingkat pelanggaran terdiri dari:
a.Ringan;
b.Sedang;
c. Berat
Pasal 22,tingkat Pelanggaran
Ringan
Menyampaikan dan menyebarluaskan informasi yang
tidak benar mengenai lembaga dan /atau pribadi pegawai kepada pihak
lain;
Menggunakan fasilitas kantor selain untuk kegiatan kedinasan;
Bersikap diskriminatif melalui tindakan atau pernyataan terhadap rekan kerja, tamu, bawahan maupun
atasan.
Pasal 23, Pelanggaran
SedangMelakukan tindakan yang dapat
mencemarkan nama baik lembaga seperti mendatangi tempat –tempat tertentu yang dapat
merusak kehormatan lembaga kecuali karena urusan dinas atau
atas perintah atasan, serta melakukan pelecehan seksual dan
tindakan asusila lainnya;
Menerima gratifikasi.
Pasal 24, Pelanggaran
Berat
Memanipulasi dan rekayasa perkara yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan;
Menyalahgunakan wewenang yang dapat mengakibatkan dan
menimbulkan rasa kecemasan, kebimbangan, kerugian, dan
ketergantungan bagi para pihak yang terkait dengan perkara.
2.SANKSI
A. TEGURAN LISAN
B. TEGURAN TERTULIS
2.a. Sanksi Tingkat Pelanggaran Ringan dalam Pasal 13 ayat (1)
2.b. SANKSI TINGKAT PELANGGARAN SEDANG DALAM PASAL 13 AYAT (2)
A. PENUNDAAN KENAIKAN GAJI BERKALA SELAMA 1 TAHUN
B. PENUNDAAN KENAIKAN PANGKAT BERKALA SELAMA 1 TAHUN
C. PENURUNAN PANGKAT SETINGKAT LEBIH RENDAH SELAMA 1 TAHUN
2.c. SANKSI TINGKAT PELANGGARAN BERAT DALAM PASAL 13 AYAT (3)
A. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun;
B. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
C. Pembebasan dari jabatan;
D. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai;
E. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai.
3. MAJELIS KODE ETIK
• Pemeriksaan awal terhadap pelanggaran kode etik dilakukan oleh unit yang membidangi tugas pengawasan.
• Dalam hal pemeriksaan awal tersebut diduga sebagai pelanggaran kode etik, unit yang membidangi tugas pengawasan membentuk Majelis Kode Etik.
• Majelis Kode Etik Pegawai BNN terdiri dari : Inspektur Utama, Kepala Bito Kepegawaian dan Organisasi Settama BNN, Direktur Hukum BNN, dan Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan.
• Keanggotaan Majelis Kode Etik berjumlah ganjil.
PROPOSAL KEGIATAN
A. Dasar Hukuma. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;b. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;c. Arahan Presiden dalam Rapat Terbatas tanggal 7 April 2016 tentang
Proyeksi RAPBNP Tahun Anggaran 2016;d. Arahan Kepala BNN Kepada Kepala Biro Perencanaan Tanggal 4 Mei 2016
tentang Penghematan, Efektivitas, dan Efisiensi Penggunaan Anggaran BNN 2016.
e. Surat Edaran BNN Nomor: SE/34/V/SU/PR.01/2016/BNN tentang Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016
B. KEWAJIBANDiwajibkan mengajukan proposal kegiatan dengan besaran anggaranmelebihi Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan syarat-syaratsebagai berikut.1. Proposal dalam bentuk TOR/KAK;2. RAB diuraikan secara rinci sehingga mudah dianalisis sesuai SBM/ SBK;3. Melampirkan jadwal kegiatan secara rinci;4. Melampirkan daftar peserta kegiatan dan narasumber;5. Proposal diajukan paling lambat satu bulan sebelum pelaksanaan
kegiatan.
C. PROSES PERSETUJUAN PROPOSAL KEGIATAN
Proposal kegiatan diajukan kepada
Kepala BNN
Proposal kegiatan diserahkan kepada
Irtama BNN atas disposisi Kepala BNN
Proposal dianalisis oleh
APIP
Proposal DISETUJUI oleh
APIP
Proposal TIDAK DISETUJUI
oleh APIP
Kegiatan DAPATdilaksanakan sesuai RAB
Kegiatan TIDAK DAPATdilaksanakan
Waktu yang dibutuhkan untukpenelaahan Proposal setelah diterima
Ittama BNN sekitar 5 Hari kerja
1. PENGELOLAAN KEUANGANAPBN/APBNP
LATAR BELAKANG
Bahwa dalam rangka menciptakan transparansi dan
meningkatkan akuntabilitas penggunaan anggaran
secara efektif,efisien guna tercapainya tertib
administrasi anggaran maka diharapkan para
pengelola anggaran dapat melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan anggaran secara
terkoordinasi dan terarah sehingga dapat mencegah
terjadinya penyimpangan di lingkungan Badan
Narkotika Nasional.
DASAR HUKUM1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4214);
4. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/ 2012 tentang Perjalanan Dinas
Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/ 2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/ 2013 tentang Kedudukan
dan Tanggung jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
10.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.05/ 2014 tentang Rekening Milik
Kementerian Negara/ Lembaga/Satuan Kerja;
11.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 277/PMK.05/ 2014 tentang Rencana
Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas;
12.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/ 2015 tentang Perjalanan Dinas
Luar Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap;
13.Peraturan Kepala BNN Nomor 03 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Dan
Pertanggungjawaban Anggaran Di Lingkungan Badan Narkotika Nasional.
PEJABAT PERBENDAHARAAN
PEJABAT PERBENDAHARAAN DI LINGKUNGAN BNN TERDIRI
DARI :
A. PENGGUNA ANGGARAN (PA)
B. KUASA PENGGUNA ANGGARAN
C. PEJABAT PENANDA TANGAN SURAT PERINTAH
MEMBAYAR (PP-SPM)
D. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
E. BENDAHARA PENGELUARAN (BP)
A. Di Tingkat Pusat.
1. Kepala Badan Narkotika Nasional sebagai Penggna Anggaran (PA)
atas bagian anggaran yang disediakan untuk penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi tugas dan kewenangannya;
2. Pembina program dan anggaran di unit kerja masing-masing selaku
KPA dijabat oleh:
a. Pejabat Eselon I pada Unit Kerja, Sekretariat Utama,
Inspektorat Utama dan ke Deputian;
b. Pejabat Eselon II pada Unit Kerja Pusat Penelitian Data dan
Informasi dan Balai Besar; dan
c. Pejabat Eselon III pada Unit Kerja Balai.
3. Pejabat Eselon II selaku PPK di masing-masing unit kerja;
4. Dalam hal Kepala Satker yang dijabat oleh Eselon II dan III, PPK
dijabat oleh pejabat setingkat dibawah KPA atau Pejabat/Pegawai
yang kompeten dengan mempertimbangkan kesesuaian tugas dan
fungsi, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan;
5. KPA dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) PPK;
STRUKTUR ORGANISASI PEJABAT
PERBENDAHARAAN DAN
PENGELOLA ANGGARAN DI LINGKUNGAN
BNN
6. PPSPM dijabat oleh:a. Kepala Sub Direktorat pada Unit Kerja Kedeputianb. Kepala Bagian/Kepala Bidang pada Unit Kerja Sekretariat
Utama, Inspektorat Utama, Balai Besar dan Pusat PenelitianData dan Informasi; dan
c. Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi pada Unit Kerja Balai.
7.Bendahara Pengeluaran yaitu pejabat perbendaharaan yangditetapkan dengan surat keputusan; dan
8. BPP, PPABP dan Staf Pengelola Keuangan yaitu petugas pengelolaanggaran yang ditetapkan dengan surat perintah dari KPA.
Lanjutan…………..
B. Di Tingkat BNNP.
1. KPA dijabat oleh Kepala BNNP;
2. PPK dijabat oleh pejabat satu tingkat di bawah KPA atau pejabat/pegawai yang kompeten dengan
mempertimbangkan kesesuaian tugas dan fungsi, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan;
3. KPA dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) PPK;
4. PPSPM dijabat oleh pejabat struktural atau pejabat yang membidangi fungsi keuangan;
5. Bendahara Pengeluaran yaitu pejabat perbendaharaan yang ditetapkan dengan surat keputusan; dan
6. BPP, PPABP dan Staf Pengelola Keuangan yaitu petugas pengelola anggaran yang ditetapkan
dengan surat perintah dari KPA.
C. Di Tingkat BNN Kabupaten/Kota.
1. KPA dijabat oleh Kepala BNN Kabupaten/Kota;
2. PPK dijabat oleh pejabat satu tingkat di bawah KPA atau pejabat/pegawai yang kompeten dengan
mempertimbangkan kesesuaian tugas dan fungsi, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan;
3. KPA dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) PPK;
4. PPSPM dijabat oleh pejabat struktural atau pejabat yang membidangi fungsi keuangan;
5. Bendahara Pengeluaran yaitu pejabat perbendaharaan yang ditetapkan dengan surat keputusan; dan
6. BPP, PPABP, dan Staf Pengelola Keuangan yaitu petugas pengelola anggaran yang ditetapkan dengan
surat perintah dari KPA.
DALAM MENYUSUN ATAU MEMBUAT PERTANGGUNG
JAWABAN PENGELOLA KEUANGAN MENGACU PADA :
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/ 2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. Peraturan Kepala BNN Nomor 03 Tahun 2016 Tentang
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Anggaran Di
Lingkungan Badan Narkotika Nasional.
TANGGUNG JAWAB KPA
TERHADAP PENYELESAIAN TAGIHAN
1. MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PROSESPENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADASATKERNYA MASING- MASING;
2. BERTANGGUNG JAWAB ATAS KETEPATAN WAKTUPENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADASATKERNYA MASING-MASING.
Pasal 10
Amanat Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa :
a. Pasal 4 ayat (2) huruf i : wewenang sekaligus
keharusan PA/KPA untuk mengawasi pelaksanaan
anggaran yang berada dalam penguasaannya.
b. Pasal 54 ayat (1) dan (2) : PA/KPA bertanggung
jawab secara formal dan material atas pelaksanaan
kegiatan yang berada dalam penguasaannya.
Cat: Tanggung jawab dimaksud PMK ini hanya bagi KPA
KPA, PPK DAN PP-SPM YANG TINDAKANNYA MENGAKIBATKAN KETERLAMBATAN PENYELESAIAN
TAGIHAN DARI KETENTUAN BATAS WAKTU SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PERATURAN MENTERI KEUANGAN INI DIKENAKAN SANKSI
DISIPLIN SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SANKSIPasal 11
Amanat Peraturan Pemerintah RI Nomor 53 Tahun 2010 tanggal 06 Juni
2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang menyatakan bahwa:
a.Pasal 3 angka 14 : Pegawai Negeri Sipil wajib memberikan
pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
b.Pasal 4 angka 10 : Pegawai Negeri Sipil dilarang melakukan
suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit
salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani
C.Pasal 8 angka 11 : Terhadap pelanggaran atas kewajiban dimaksud
Pasal 3 angka 14 di atas dijatuhkan hukuman disiplin ringan
PENGENAAN SANKSI PADA RPMK INI HANYA BERUPA SANKSI DISIPLIN PEGAWAI, NAMUN TIDAK MENUTUP KEMUNGKINAN PADA PERATURAN SELANJUTNYA DIKENAKAN SANKSI DENDA
DAN / ATAU BUNGA
SANKSIPasal 11
KELAMBATAN PEMBAYARAN ATAS TAGIHAN YANG
BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN APBN DAPAT
MENGAKIBATKAN PENGENAAN DENDA DAN / ATAU
BUNGA
Penjelasan :
DENDA DAN/ATAU BUNGA DIMAKSUD DAPAT
DIKENAKAN KEPADA KEDUA BELAH PIHAK
Amanat Pasal 3 ayat (7) UU-RI No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara bahwa:
1. MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN BATAS WAKTU PENYELESAIAN TAGIHAN
ATAS BEBAN APBN/APBNP PADA SATKER DI LINGKUNGAN BNN
2. PENGECEKAN ATAS KEPATUHAN DALAM MENERAPKAN KETENTUAN PERATURAN
TENTANG PENGELOLAAN/PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BNN
PENGAWASAN SECARA INTERNAL DI
LINGKUNGAN BNN DI LAKSANAKAN OLEH
ITTAMA BNN
2. Pengelolaan Barang Milik
Negara (BMN)
Pasal 9Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas:
f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawab kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
DASAR HUKUM PENGELOLAAN BMN
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
Pasal 44 “Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan BMN/D yang
berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya”
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 jo. PP Nomor 38 tahun 2008tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ;
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
1. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,Pemanfaatan, Penghapusan, & Pemindah-tanganan BMN;
2. 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN;
3. 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi BMN;
4. 171/PMK.05/2007 tentang SAAP,
5. 102/PMK./2009 tentang Rekonsiliasi dan seterusnya
96
Barang Milik Negara meliputi:
1. barang yg dibeli/
diperoleh atas bebanAPBN
2. barang yg berasal dariperolehan lain yg sah. Perolehan lainnya yg sah meliputi
barang yang berasal dari :
1. hibah/sumbangan atau ygsejenis.
2. pelaksanaan perjanjian/ kontrak;
3. berdasarkan ketentuan undang-undang;
4. berdasarkan putusanpengadilan yg telahmemperoleh kekuatan hukumtetap
PENGERTIAN BMN
Jenis belanja:Belanja barang (52);Belanja modal (53);Belanja hibah (56);Bantuan sosial (57);Belanja Lain-lain (58)
97
KEPALA KANTOR
KPB Milik Negara dalam lingkungan kantor yang dipimpinnya
MENTERI/ PIMPINAN LEMBAGA
PENGGUNA BARANG MILIK NEGARA / PB
PENGELOLA BARANG MILIK NEGARA
MENTERI KEUANGAN / BUN
PENGELOLA BARANG MILIK NEGARA
PP Nomor 27 Tahun 2014Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
PENGGUNAAN, PENGAMANAN, PEMELIHARAAN & PEMANFAATAN• PENGGUNAAN BMN HARUS SESUAI DGN
PERENCANAAN AWAL ATAU ALOKASI KEBUTUHAN SATKER.
• PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN BMN HARUS DISIMPAN SECARA BAIK DAN TERATUR BAIK DARI SEGI PENGAMANAN DAN DIPELIHARA SECARA TERATUR.
• PEMANFAATAN BMN DISERAHKAN DAN DIGUNAKAN SESUAI KEBUTUHAN SATKER. (PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO.78/PMK.06/2014)
PENATAUSAHAAN
• DASAR :
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.06/2007 TENTANG PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA
HAL-HAL YANG DIATUR
1. PEMBUKUAN (PSP, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAHTANGANAN)
2. INVENTARISASI
3. PELAPORAN BMN
4. PEMELIHARAAN
PENILAIAN
•Dalam ketentuan umum PP Nomor 27 Tahun2014, Penilaian BMN merupakan proseskegiatan untuk memberikan suatu opini nilaiatas suatu objek penilaian berupa BMN padasaat tertentu. Opini nilai yang dihasilkan akandipergunakan dalam proses pengelolaan BMNsesuai dengan tujuan awal pelaksanaanpenilaian.
PENGHAPUSAN
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan danPenghapusan Barang Milik Negara.
SEBABPENGHAPUSAN
1. BARANG RUSAK BERAT2. BARANG HILANG3. BARANG BERPINDAH
TANGANKARENA HIBAH
3. HIBAH
Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191 Tahun 2011Tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah;
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 230 Tahun 2011Tentang Sistem Akuntansi Hibah;
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180 tahun 2012Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224 Tahun 2011Tentang Tata Cara Pemantauan Dan Evaluasi Atas Pinjaman Dan Hibah KepadaPemerintah;
4. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan 81 Tahun 2011 Tentang Tata CaraPengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang Dan Penyampaian MemoPencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga;
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2013Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Aset Lain-lain;
Klafisikasi Hibah
1. Berdasarkan bentuknya menjadi :a. hibah uang
1) uang tunai2) uang untuk membiayai kegiatan
b. hibah barang/jasac. hibah surat berharga
2. Berdasar mekanisme pencairannya :a. hibah terencanab. hibah langsung
3. Berdasarkan sumbernya:a. hibah dalam negerib. hibah luar negeri
*Pasal 3 Nomor 191 Tahun 2011 TentangMekanisme Pengelolaan Hibah
Tata Cara Pengesahan Hibah LangsungDalam Bentuk Uang
1. pengajuan permohonan nomorregister;
2. pengajuan persetujuan pembukaanRekening Hibah
3. penyesuaian pagu hibah dalam DIPA;
4. pengesahan Pendapatan HibahLangsung dalam bentuk uang danbelanja yang bersumber dari hibahlangsung.
*Pasal 6 Nomor 191 Tahun 2011 Tentang Mekanisme PengelolaanHibah
Mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas Pendapatan HibahLangsung bentuk barang/jasa/surat berharga dilaksanakan melalui
pengesahan oleh DJPU:
Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumenpendukung lainnya;
Pengajuan permohonan nomor register;
Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentukbarang/jasa/surat berharga ke DJPU
Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga keKPPN.
1.
2.
3.
4.
*Pasal 19 Nomor 191 Tahun 2011 Tentang Mekanisme Pegelolaan Hibah
Pembukuan, Rekonsiliasi dan Pelaporan Keuangan
Satuan kerja (Satker) membukukan dokumen sumber transaksi keuanganatas:
a. belanja yang bersumber dari hibah langsung bentuk uang;b. saldo kas di K/L dari hibah;c. belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah; dand. belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari
hibah.
Satker melakukan Rekonsiliasi atas belanja yang bersumber dari hibah danbelanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah, belanja modaluntuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari hibah, pengeluaranpembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah dengan KPPNsecara bulanan
Satker menyusun laporan keuangan yang telah direkonsiliasi terdiri dari:a. Laporan Realisasi Anggaran;b. Neraca; danc. CaLK.
4. REVIU LAPORAN KEUANGANKEMENTERIAN /LEMBAGA
Dasar
• Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara;
• Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional;
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2004 tentangPengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor Peraturan PemerintahNomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RencanaKerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara.
JENIS-JENIS REVIU
Reviu RKAK/L;
Reviu RKBMN;
Reviu Laporan Keuangan;
Reviu LKIP.
Pengertian dan Sasaran REVIU
Reviu adalah Penelaahan atas penyusunandokumen (RKAK/L, RKBMN, Laporan Keuangandan LKIP) yang bersifat tahunan oleh auditor APIPK/L yang kompoten.
Sasaran reviu adalah untuk memberikankeyakinan terbatas (Limited Assurance) bahwadokumen-dokumen tersebut telah disusunberdasarkan Pagu Anggaran, Pedoman, danPeraturan yang berlaku dan untuk mendorong K/Lguna meningkatkan kualitas dokumen melaluipelaksanaan reviu.
5. TATA CARA REVISI ANGGARAN
1. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.02/2016 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016
2. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.02/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 15/PMK.02/2016 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016
3. PERATURAN KEPALA BNN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN BNN
DASAR HUKUM
RUANG LINGKUP REVISI ANGGARAN
REVISI ANGGARAN
PAGU BERUBAH
Pagu naik
Pagu turun
PAGU TETAP
REVISI ADMINISTR
ASI
Kesalahan administrasi
Perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran
Pemenuhan persyaratan dalam rangka pencairan
anggaran
BATASAN REVISI ANGGARAN
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasianggaran terhadap:
a. kebutuhan biaya pegawai operasional (komponen 001), kecuali untukmemenuhi alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada Satker lain;
b. komponen berkarakteristik operasional non-belanja pegawai (komponen 002,komponen 003, komponen 004, dan komponen 005), kecuali untuk memenuhialokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji, dan/atau dalam peruntukkanyang sama;
c. pembayaran berbagai tunggakan;
d. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going); dan/atau
e. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananyasehingga menjadi minus.
Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mengubah sasaran Program;
b. tidak mengubah jenis dan satuan Keluaran (Output) kegiatan;atau
c. tidak mengurangi volume keluaran (Output);
Untuk ketentuan Revisi Anggaran pada huruf c, dikecualikan bagiusul Revisi Anggaran yang disebabkan oleh adanya kebijakanpemotongan anggaran, pengurangan pinjaman proyek, perubahanprioritas penggunaan anggaran, perubahan kebijakan pemerintah,atau Keadaann Kahar.
Lanjutan…
6. PROSES PENGAWASAN
Dasar Hukum1. Undang-Undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.2. Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.3. Undang-Undang Republik Indonesia No.15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2016
tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian Negara/Daerah Terhadap Pegawai Negeri bukan Bendahara atau Pejabat lain;
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No.03Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara;
7. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No. 19 tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara di LingkunganBadan Narkotika Nasional.
1. Tahap Perencanaan 2. Tahap Pelaksanaan
Satker menyiapkan antara lain:
1. POK/RKA-KL awal maupun yang
sudah direvisi;
2. Dokumen Hibah Barang dan/atau
Uang dari Pemda maupun pihak
lainnya;
3. Data pegawai meliputi Polri, PNS,
dan Tenaga Kerja Kontrak
(TKK)/PHL;
4. Daftar Inventaris BMN, Perwabkeu,
Laporan realisasi anggaran dan
Kegiatan.
1. Kasatker, PPK, PPSPM, BP, dan
Penanggung Jawab Kegiatan
menyiapkan dokumen sesuai bidang
masing-masing untuk diserahkan
kepada Tim Audit;
2. Kasatker, PPK, PPSPM, BP, dan
Penanggung Jawab Kegiatan
menjelaskan realisasi anggaran dan
kegiatan yang telah dicapai dan
permasalahan/kendala yang dihadapi.
3. Tahap Pelaporan 4. Tahap Pemantauan
1. Menerima Notisi dari tim audit;
2. Kasatker dan staf terkait menanggapi
notisi;
3. Tanggapan atas notisi diserahkan
kepada tim audit;
4. Melakukan klarifikasi tanggapan
kepada tim audit;
5. Apabila ada perubahan temuan dalam
notisi sesuai hasil klarifikasi agar
membuat tanggapan kembali;
6. Hasil tanggapan diserahkan kepada
tim audit dan membuat berita acara
kesepakatan temuan dan tindak lanjut
paling lama satu bulan.
1. Kasatker menindaklanjuti temuan dan
rekomendasi dalam notisi;
2. Hasil tindak lanjut diserahkan kepada
tim audit untuk diputuskan apakah
temuan sudah selesai atau belum selesai
ditindaklanjuti;
3. Untuk temuan kerugian negara
diupayakan selesai dalam waktu 1 (satu)
bulan atau selambat-lambatnya 24 bulan.
4. Pemantauan tindak lanjut hasil temuan
audit akan dilaksanakan oleh Tim
Pemantauan Tindak Lanjut (PTL) Ittama
BNN dan Tim Penyelesaian Kerugian
Negara (TPKN) BNN.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Belum semua satker melaporkan rencana dan hasil revisi POK/RKA-KL kepada Ittama;
2. Belum seluruh satker melaporkan secara tertib penerimaan HIibah Barang dan/atau Uang dari Pemda maupun pihak lainnya;
3. Masih terdapat inventaris BMN yang bekum diketemukan/hilang maupun belum melakukan proses penghapusan BMN;
4. Belum seluruh satker membuat Daftar Barang Ruangan (DBR) dan label kodefikasi BMN;
5. Penyusunan Dokumen Perwabkeu belum tertib dan rapi;
6. Belum semua kegiatan dilengkapi dengan Laporan Kegiatan;
7. Kasatker, PPK, PPSPM, BP, dan Penanggung Jawab Kegiatan agar memahami dan melaksanakan peraturan terkait tentang
perwabkeu;
8. Belum seluruh satker menindaklanjuti temuan hasil audit secara tepat waktu;
9. Kasatker bertanggungjawab terhadap penyelesaian temuan hasil audit yang baru maupun lama yang belum ditindaklajuti dan
secara aktif memfasilitasi/memanggil pegawai yang belum menyelesaikan temuan namun telah mutasi/pensiun.
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KINERJA BNN
T.A. 2014 SATKER BNN YANG BELUM SELESAI
PER 21 FEBRUARI 2017
SATUAN KERJA TEMUAN PEMERIKSAAN REKOMENDASISIMPULAN
(PTL 21 FEBRUARI 2016)
BIRO KEPEGAWAIAN DAN ORGANISASI SETTAMA BNN
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Lembaga Rehabilitasi pada Mitra BNN belum optimal
Menyusun dan menetapkan standar
kompetensi teknis bagi jabatan-jabatan
fungsional di lingkungan BNN, terutama
bagi Konselor Adiksi
Belum sesuai rekomendasi dan dalam
proses tindak lanjut
DEPUTI BIDANG REHABILITASI BNN
Perencanaan Pengelolaan Kegiatan Rehabilitasi BNN Kurang Memadai
a. Membuat Grand Design Penguatan Lembaga Rehabilitasi.
Belum sesuai Rekomendasi dan dalam proses tindak lanjut
b. Membuat Grand Design Penerapan Peraturan Bersama dengan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam Perber.
Belum sesuai Rekomendasi dan dalam proses tindak lanjut
Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Rehabilitasi Kurang Memadai
a. Mengkaji kembali naskah MoU
dengan lembaga rehabilitasi yang
akan diberi dukungan penguatan
agar dapat mengakomodasi target
dan kebutuhan BNN
Belum sesuai Rekomendasi dan dalam
proses tindak lanjut
b. Melibatkan BNNP dan BNNK dalam
memonitoring kinerja LRIP dan LRKM
yang telah mendapatkan dukungan
penguatan dari BNN
Belum sesuai Rekomendasi dan dalam
proses tindak lanjut
REKAPITULASI SATKER BNNP/BNN KAB/BNN KOTA
ATAS TEMUAN ITTAMA TAHUN 2013 s/d 2015YANG BELUM SELESAI
PER TANGGAL 21 FEBRUARI 2016
BNNP KERUGIAN NEGARA BELUM SELESAI BNN KAB/KOTA KERUGIAN NEGARA BELUM SELESAI
BNNP SUMATERA UTARA 27.200.000,- BNNK TAPANULI SELATAN 587.617.119,-
BNNP DKI JAKARTA 183.244.786,- BNNK DEPOK 9.525.700,-
BNNP SULAWESI UTARA 562.079.866,- BNNK KOLAKA 4.979.000,-
BNNP SULAWESI BARAT 222.800.000,- BNNK GORONTALO 142.878.271,-
BNNP SULAWESI TANGAH 335.098.800,- BNNK BONE BOLANGO 19.316.300,-
BNNP SULAWESI TENGGARA 73.598.577,- BNNK TUAL 1.049.998.750,-
BNNP GORONTALO 19.420.000,- BNNK TIDORE KEPULAUAN 27.874.614,-
BNNP MALUKU 115.461.408,- BNNK HALMAHERA UTARA 47.838.000,-
BNNP MALUKU UTARA 29.632.379,-
BNNP PAPUA BARAT 14.037.800,-
JUMLAH 1.582.573.616,- JUMLAH 1.890.027.754,-
JUMLAH TOTAL 3.472.601.370,-
REKAP TINDAK LANJUT TEMUAN BPK BIDANG KEUANGAN (SISTIM
PENGENDALIAN INTERN (SPI)/KEPATUHAN) SATKER BNN T.A. 2006 s/d 2015
YANG BELUM SELESAIPER 21 FEBRUARI 2017
No. SATKER PENANGGUNG JAWAB TAHUN TEMUAN DAN REKOMENDASI
1. Setlakhar BNN T.A.2006 / Settama BNN 2006
(SPI)
Temuan :
Pekerjaan pemeliharaan perangkat multimedia sebesar Rp332.533.333 tidak dilaksanakan sesuai
dengan kontrak.
Rekomendasi :
BPK-RI menyarankan kepada Kalakhar BNN agar
Menegur KPA dan Pelaksana Kegiatan atas pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan menyetor ke kas negara kelebihan pembayaran pada PT Mega Datama Solusindo
sebesar Rp332.533.333.
Catatan :
Berdasarkan hasil PTL tanggal 28 Januari 2011, diketahui bahwa masih terdapat kekurangan selisih
lebih pembayaran dengan total Rp143.906.853.
2. Biro Umum Settama BNN dan Deputi Bidang Rehabilitasi BNN
2009
(SPI)
Temuan :
Aset Milik BNN yang Digunakan oleh Instansi Lain Sebesar Rp5.799.944.150,00 Belum Diusulkan
untuk Dialihstatuskan dan/atau Dihibahkan.
Rekomendasi :
BPK RI menyarankan melakukan inventarisasi atas barang yang diserahkan kepada pihak ketiga
untuk kemudian diproses usulan hibah dan/atau alih status aset BNN kepada Menteri Keuangan.
3. Deputi Bidang Dayamas BNN(PPK. Direktorat Pemberdayaan Alternative T.A. 2010)
2010
(SPI)
Temuan :
Realisasi Belanja Barang Sebesar Rp445.887.645,00 Fiktif.
Rekomendasi :
Memerintah Tim Penyelesaian Kerugian Negara untuk menetapkan Kerugian Negara atas bukti
pertanggungjawaban keuangan yang tidak valid dan sah dari keseluruhan belanja barang Tahun
2010 yang teridentifikasi oleh Inspektorat Utama, serta pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
segera menyetorkan ke kas negara dan bukti setor disampaikan kepada BPK.
Catatan :
Telah dibuat Surat Keputusan Nomor KEP/355/XI/KA/TU.00/2016/BNN tanggal 23 November 2016
tentang Pembebanan Kerugian Negara kepada Saudara Hendrajit Putut Widagdo senilai
Rp103.842.769,-.
No. SATKER PENANGGUNG JAWAB TAHUN TEMUAN DAN REKOMENDASI
4. Deputi Bidang Dayamas BNN(PPK. Direktorat Pemberdayaan Alternative T.A. 2010)
2010
(KEPATUHAN)
Temuan :
Realisasi Belanja Barang Sebesar Rp11.368.115.428 Tidak Didukung Bukti yang Valid dan
Dapat Merugikan Negara Minimal Sebesar Rp754.795.569.
Rekomendasi :
Segera menyetor sisa dana sebesar Rp311.681.458 (Rp754.795.569 - Rp443.114.111) ke kas
negara, serta menyampaikan bukti setornya kepada BPK.
Catatan :
Telah dibuat Surat Keputusan Nomor KEP/355/XI/KA/TU.00/2016/BNN tanggal 23
November 2016 tentang Pembebanan Kerugian Negara kepada Saudara Hendrajit Putut
Widagdo senilai Rp103.842.769,-
5. Deputi Bidang Dayamas BNN 2013
(KEPATUHAN)
Temuan :
Kelebihan Pembayaran atas Pelaksanaan Pekerjaan/Kegiatan Sebesar Rp585.621.842,29.
Rekomendasi :
Menyetorkan ke kas negara atas kelebihan pembayaran pelaksanaan pekerjaan/kegiatan
sebesar Rp556.316.842,29 dan menyampaikan bukti setornya ke BPK.
Catatan :
Hingga Desember 2015 telah disetorkan ke kas negara sebesar Rp403.099.868,38 sehingga
yang masih harus disetorkan sebesar Rp153.216.973,91).
6. Biro Umum Settama BNN 2014
(SPI)
Temuan :
Penatausahaan dan Pelaporan Barang Persediaan pada BNN Belum Tertib.
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN agar mengoptimalkan pengawasan kepada para
petugas yang melaksanakan penatausahaan dan pelaporan Persediaan di seluruh Satker
BNN dan segera menyusun peraturan dan pedoman yang lebih rinci tentang penatausahaan
dan pelaporan persediaan terutama jenis Persediaan khusus yang dimiliki BNN, serta
ketentuan terkait pengakuan nilai persediaan.
No. SATKER PENANGGUNG JAWAB TAHUN TEMUAN DAN REKOMENDASI
7, Biro Umum Settama BNN 2015
(SPI)
Temuan :
Pengadaan BBM untuk dukungan opersional BNN tidak memadai.
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN melalui Sestama BNN menginstruksikan kepada Kepala
Biro Umum agar menyusun kontrak pengadaan BBM berdasarkan volume BBM dengan
besaran pagu biaya sesuai kebutuhan dan pembayarannya sesuai dengan kebutuhan riil.
Catatan :
Dokumen Langsung diserahkan BPK
5. Biro Umum Settama BNN 2015
(SPI)
Temuan :
Penganggaran dan Penatausahaan Persediaan pada Badan Narkotika Nasional Belum
Memadai
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN melalui Sestama BNN menginstruksikan Kepala Biro
Keuangan dan Kepala Biro Umum agar:
1. Menyusun SOP tentang alur penatausahaan dan pengelolaan persediaan sejak
perencanaan anggaran sampai dengan pelaporan;
2. Menyelenggarakan pelatihan tentang aplikasi persediaan dan perlakuan persediaan
berbasis akrual;
3. Menyampaikan kelemahan-kelemahan aplikasi persediaan yang ditemukan dalam
proses penatausahaan dan pengelolaan persediaan kepada Kementerian Keuangan cq.
DJKN sebagai bahan perbaikan;
Catatan :
Dokumen Langsung diserahkan BPK.
No. SATKER PENANGGUNG JAWAB TAHUN TEMUAN DAN REKOMENDASI
6. Biro Umum Settama BNN 2015
(SPI)
Temuan :
Penatausahaan dan Pengamanan Terhadap Aset Tetap Belum Tertib.
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN agar menginstruksikan Sestama BNN untuk:
1. Mengkoordinasikan penyelesaian dokumen kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB dan STNK)
baik di satker pusat maupun di BNNP/K termasuk proses pengalokasian anggaran pembuatan
dokumen tersebut dalam DIPA masing-masing satker;
2. Membuat SK Perubahan Penghapusan BMN sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Catatan :
Dokumen Langsung diserahkan BPK
7. Biro Umum Settama BNN 2015
(SPI)
Temuan :
BNN Belum Mengajukan Usulan Penghapusan Barang Hilang Sehingga Terjadi Duplikasi Pencatatan atas
Piutang dan Aset Lain-Lain Sebesar Rp110,81 Juta.
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN agar menginstruksikan Sestama BNN untuk:
1. Menginstruksikan kepada Kepala BNNP/K terkait agar segera membuat usulan penghapusan BMN
kepada KPKNL setempat;
2. Melakukan koreksi pencatatan pada TA 2016.
Catatan :
Dokumen Langsung diserahkan BPK
8. Biro Umum Settama BNN 2015
(SPI)
Temuan :
Koreksi atas Kurang Saji Aset Tetap di Neraca Sebesar Rp10,76 juta Tidak Bisa Dilakukan Dengan Tepat
oleh Aplikasi.
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN menginstruksikan Kepala Biro Keuangan agar berkoordinasi
dengan Kementerian Keuangan untuk menyampaikan permasalahan tersebut sebagai bahan bagi
Kementerian Keuangan memperbaiki aplikasi SIMAK BMN.
Catatan :
Dokumen Langsung diserahkan BPK
No. SATKER PENANGGUNG JAWAB TAHUN TEMUAN DAN REKOMENDASI
9. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN 2015
(Kepatuhan)
Temuan :
Kelebihan Pembayaran Biaya Rehabilitasi Pecandu Narkoba Melalui Lembaga Rehabilitasi
Komponen Masyarakat Sebesar Rp111,40 Juta dan Tidak Efisien Sebesar Rp87 juta
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN melalui Deputi Rehabilitasi BNN untuk menarik
kelebihan pembayaran sebesar Rp111.400.000,00 kepada LRKM terkait untuk disetorkan ke
Kas Negara dan menetapkan kebijakan yang dapat meminimalisir pembiayaan ganda, baik
dengan Kemenkes dan Kemensos maupun antar lembaga rehabilitasi.
Catatan :
Total kurang setor senilai Rp3.500.000 + Rp59.600.000 + Rp7.550.000 = Rp70.650.000,-
10. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN
2015
(Kepatuhan)
Temuan :
Pembayaran Uang Penjangkauan Para Penyalahguna Narkoba Melebihi Standar yang
Berlaku sebesar Rp597,30 Juta dan Indikasi Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp631,55 Juta
Rekomendasi :
Memerintahkan Deputi Pemberdayaan Masyarakat agar mengevaluasi besaran biaya
penjangkauan sebagaimana telah ditetapkan dalam Buku Pedoman Pemberdayaan
Masyarakat Anti Narkoba (P4GN) Dalam Kegiatan Kampanye Media, Penjangkauan dan Tes
Urine, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
No. SATKER PENANGGUNG JAWAB TAHUN TEMUAN DAN REKOMENDASI
11. Deputi Hukum dan Kerjasama BNN 2015
(Kepatuhan)
Temuan :
Kelebihan Pembayaran pada Pekerjaan Pengadaan Jasa Internasional Conference ASOD Work Plan
on Securing ASEAN Community Againts Illicit Drugs 2015-2025 Sebesar Rp105,07 juta dan
Pemborosan Biaya Sebesar Rp155,38 juta
Rekomendasi :
Melalui Deputi Hukum dan Kerjasama sebagai Pengguna Anggaran, memerintahkan kepada PPK
untuk menarik kelebihan pembayaran sebesar Rp51.100.000,00 (Rp105.065.400,00 -
Rp8.665.400,00 - Rp45.300.000,00) kepada pelaksana kegiatan dan menyetorkannya ke Kas
Negara.
Catatan :
Telah dibuat surat dari Deputi Hukum dan Kerjasama kepada PT Melali Mice Nomor
B/4188/XII/DE/HK.01.01/2016/BNN tanggal 28 Desember 2016 untuk penyelesaian kerugian
Negara senilai Rp51.100.000 ,-
12 Biro Umum Settama BNN 2015
(Kepatuhan)
Temuan :
Aset Tetap Berupa Kendaraan Bermotor Roda Empat Sebesar Rp3.216.875.465,00 dan Roda Dua
Sebesar Rp416.789.910,00 pada Sekretariat Utama BNN Belum Diketahui Keberadaanya
Rekomendasi :
BPK merekomendasikan Kepala BNN melalui Sestama BNN agar menginstruksikan kepada Kepala
Biro Umum:
1. Menelusuri keberadaan fisik kendaraan yang belum diketahui keberadaannya dan
memastikan pihak yang menggunakan kendaraan tersebut;
2. Memastikan status kendaraan yang diindikasikan hilang dan menentukan pihak yang
bertanggung jawab;
3. Atas kehilangan kendaraan tersebut, untuk segera dilaporkan ke TPKN BNN untuk diproses
TGR nya
Catatan :
Dokumen Langsung diserahkan BPK.
Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang Jakarta TimurTelepon : (62-21) 80871566, 80871567
Faksimili : (62-21) 80885225, 80871591, 80871592
Call Center : 021- 80 88 00 11SMS : 081-221-675-675