PANDUAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA TERPADU
“Pengenalan Organisme Pengganggu Tanaman”
Oleh :
Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS.
LABORATORIUM PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
i
TATA TERTIB
PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA TERPADU
1. Seluruh rangkaian kegiatan praktikum wajib diikuti oleh semua mahasiswa yang
mengambil mata kuliah “Pengelolaan Hama Terpadu”.
2. Demi kelancaran praktikum, praktikan wajib datang 10 menit sebelum acara
praktikum dimulai.
3. Apabila tidak mengikuti rangkaian acara praktikum maka harus membuat surat
izin yang sah dan benar, kemudian diberikan kepada dosen pengampu praktikum
atau asisten dosen.
4. Apabila jadwal praktikum akan diganti dengan hari lain, maka koordinator kelas
harus berusaha menghubungi dosen pengampu praktikum minmal satu (1)
minggu sebelum praktikum atau sesuai kebijakan dosen pengampu praktikum.
5. Jika tidak mengikuti ketentuan praktikum mata kuliah “Pengelolaan Hama
Terpadu” akan mendapat Nilai Tidak Lengkap (TL).
Daftar presentase penilaian kegiatan praktikum
Asistensi : 5%
General Pretest : 10%
Kegiatan praktek : 30%
Diskusi : 10%
Alat bantu praktikum : 15%
Laporan : 15%
Responsi : 15%
+
Total : 100%
ii
KATA PENGANTAR
Praktikum Lapang dan di laboratorium ini merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa untuk mempraktekkan ilmu atau materi yang didapat di
dalam kelas. Kejelasan akan sebuah materi dari sebuah mata kuliah menjadi sangat
penting dipahami oleh setiap mahasiswa. Karena hal itu akan mempengaruhi hasil
yang hendak dicapai dari materi itu sendiri. Oleh karenanya, perlu dilakukan adanya
praktikum lapang dan di laboratorium sebagai salah satu metode pembelajaran yang
dianggap lebih efektif karena mahasiswa akan langsung menerapkan ilmu yang
didapatkan di lapangan.
Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman kepada mahasiswa/mahasiswi tentang beberapa materi yang berkaitan
dengan organisme pengganggu tanaman budidaya. Melalaui praktikum kali ini
diharapkan mahasiswa mampu mengenali/mengidentifikasi hama dan penyakit yang
sudah ditemukan dan diidentifikasi, serta mampu menganalisa faktor sebab-akibat
yang ada dan mampu mengatasi masalah hama dan penyakit yang terjadi dari
pengalaman praktikum yang dilakukannnya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada asisten dosen yang telah membantu
mengumpulkan materi praktikum ini.
Denpasar, 12 Februari 2018
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
TATA TERTIB ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ..... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 1
1. Hama Penting pada Tanaman Padi ............................................................................ 1
2. Hama Penting pada Tanaman Kubis .......................................................................... 3
3. Hama Penting pada Tanaman Cabai ......................................................................... 4
4. Hama Penting pada Tanaman Bawang Merah ........................................................... 6
PRAKTIKUM DI LABORATORIUM ...................................................................... 9
A. Pokok Bahasan ......................................................................................................... 9
B. Kompetensi Khusus .................................................................................................. 9
C. Waktu/Tempat Praktikum ......................................................................................... 9
D. Prosedur Parktikum ................................................................................................... 9
1. Persiapan .................................................................................................................... 9
2. Pelaksanaan ................................................................................................................ 10
3. Pelaporan .................................................................................................................... 11
PRAKTIKUM DI LAPANG ....................................................................................... 14
A. Pokok Bahasan ......................................................................................................... 14
B. Kompetensi Khusus .................................................................................................. 14
C. Waktu/Tempat Praktikum ......................................................................................... 14
iv
D. Prosedur Parktikum ................................................................................................... 14
1. Persiapan .................................................................................................................... 14
2. Pelaksanaan ................................................................................................................ 15
3. Pelaporan .................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 18
1
TINJAUAN PUSTAKA
Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat
menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan
kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara serta sudah
mencapai ambang ekonomi terhadap tanaman budidaya. Hal ini mengakibatkan
perlunya penanggulangan akan adanya serangan OPT karena perkembangan serangan
OPT yang tidak dapat dikendalikan, akan berdampak kepada timbulnya masalah-
masalah lain yang bersifat sosial, ekonomi, dan ekologi. Beberapa organisme
pengganggu tanaman yang perlu diwaspadai sebgai berikut:
1. Hama penting tanaman padi (penggerek batang padi dan wereng coklat )
Hama merupakan salah satu kendala yang dihadapi petani padi dalam
berproduksi. Pada tahun 1912, hama penggerek batang merusak pertanaman padi
seluas 38.318 ha di Jawa dengan kehilangan hasil 61.760 ton/ha (Dammerman 1915).
Pada periode 1988- 1991, luas pertanaman padi yang terserang hama penggerek
batang mencapai 108.595 ha dengan kerugian diperkirakan sekitar Rp. 54,7 miliar
(Natanegara, 1992). Pada periode 2000-2005, hama ini merusak pertanaman padi
rata-rata 85.000 ha/tahun (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan, 2006).
Pada tahun 1960-1970 terjadi ledakan hama wereng coklat di Jawa Barat dan
Jawa Tengah, yang merusak pertanaman padi seluas 52.000 ha (Soehardjan, 1973).
Pada tahun 1976-1977, luas pertanaman padi yang diserang wereng coklat mencapai
1,5 juta ha dengan kehilangan hasil lebih dari 2,3 juta (Oka, 1995). Pada periode
2000-2005, luas pertanaman padi yang dirusak hama ini rata-rata mencapai 20.000
ha/tahun (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan 2006). Kerusakan tanaman
padi akibat hama seakan telah menjadi bagian integral dari sistem produksi padi.
Wereng coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi
keberadaannya selalu mengancam kestabilan produksi padi nasional. Serangan
wereng coklat di lapangan berfluktuatif, mulai ringan sampai mencapai puncak
2
perkembangannya saat terjadi ledakan yang menimbulkan puso/mati terbakar
(hopperburn). Wereng coklat menyerang langsung tanaman padi dengan mengisap
cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering. Serangan tidak langsungnya
yaitu wereng dapat mentransfer tiga virus yang berbahaya bagi tanaman padi, yaitu
virus kerdil hampa, virus kerdil rumput tipe 1, dan virus kerdil rumput tipe 2.
Serangan wereng coklat selalu menjadi perhatian nasional karena adanya
pengalaman pahit pada tahun-tahun yang lalu, yang merusak tanaman padi petani dan
bahkan menurunkan produksi nasional. Wereng coklat merupakan hama r-strategis
dengan ciri: 1) serangga kecil yang cepat menemukan habitatnya, 2) berkembang biak
dengan cepat dan mampu menggunakan sumber makanan dengan baik sebelum
serangga lain ikut berkompetisi, dan 3) menyebar dengan cepat ke habitat baru
sebelum habitat lama tidak lagi berguna.
Pola perkembangan hama mengikuti biological clock, artinya wereng coklat
dapat berkembang biak dan merusak tanaman padi pada lingkungan yang cocok, baik
pada musim hujan maupun musim kemarau. Sebelum tahun 1994 wereng coklat
merupakan serangga pada musim hujan, tetapi setelah tahun 1994 merupakan
serangga yang menyerang tanaman padi pada musim hujan dan musim kemarau,
apabila hujan berlanjut ke musim kemarau atau adanya iklim La Nina.
Gambar 1. (a) Penggerek batang padi dan (b) hama wereng pada tanaman padi
(a) (b)
3
2. Hama penting tanaman kubis (Plutella xylostella dan Crocidolomia pavonana)
Hama utama yang ditemukan pada pertanaman kubis di Bali yaitu Plutella
xylostella dan Crocidolomia pavonana (Yuliadhi, 2012). Hama utama merupakan
serangga yang selalu menyerang tanaman dengan menimbulkan kerusakan/intensitas
serangan yang berat sehingga merugikan secara ekonomis dan perlu dilakukan
tindakan pengendalian.
Stadium yang membahayakan dari ulat Plutella xylostella adalah larva (ulat)
karena menyerang permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala
serangan yang khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang
dan tinggal urat-urat daunnya saja. Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau,
lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah
keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya
baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan,
perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau
ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai
10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki
stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15
hari. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-100%,
terutama di musim kemarau. Selain menyerang tanaman kubis, hama P.
xylostella juga ditemukan menyerang berbagai jenis tanaman yang masih termasuk
famili Brassicaceae (Cruciferae) seperti: lobak, lobak cina, petai, brokoli, kembang
kol, dan mustard. Tanaman brassica liar seperti misalnya B. elongata, B.
fruticulosa, Roripa sp. dan lainnya juga menjadi inang ulat kubis.
Hama ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana F.) merupakan salah satu jenis
hama utama di pertanaman kubis, khususnya di daerah dataran tinggi di indonesia.
Ulat ini dapat hidup pada brasika liar maupun yang dibudidayakan, dan lebih merusak
pada musim kemarau di daerah tropic (Rhueda, 2006). Mereka hidup secara
berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun
saja. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut
dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya.
4
Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak
membentuk krop dan panennya menjadi gagal (Herminanto et al., 2004). Menurut
Erliana (1987), kehilangan hasil kubis yang disebabkan oleh serangan hama dapat
mencapai 10-90%. Finn (2004) melaporkan bahwa hama C. pavonana dapat merusak
tanaman brasika sampai 100%, apabila tidak ada pengendalian yang tepat. Kondisi
seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kubis. Oleh karena itu, upaya
pengendalian hama daun kubis ini perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan
kerugian akibat serangan hama tersebut.
Gambar 2. (a) Plutella xylostella dan (b) Crocidolomia pavonana
3. Hama tanaman cabai (Thrips parvispinus Karny dan Bemisia tabaci)
Cabai merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang mampu
menghasilkan pendapatan masyarakat dan divisa negara dari sektor non migas.
Produksi cabai merah ditingkat petani rata-rata pada tahun 2015 hanya sebesar 8,65
ton/ha, hasil tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan potensinya yang
dapat mencapai lebih dari 20 ton/ha (BPS, 2015). Serangan hama Thrips parvispinus
Karny menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi cabai merah.
T. parvispinus menyerang pada bagian tunas, daun muda dan bunga cabai merah
(Kalshoven, 1981). Untuk mendapatkan nutrisi, thrips menempelkan stilet ke dalam
jaringan daun dan menghisap cairan epidermis, palisade mengandung klorofil dan sel
mesofil (Kirk, 1997). Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut berupa
(a) (b)
5
bercak keperakan kemudian menjadi kecoklatan pada daun yang dapat mengganggu
proses fotosintesis dan mengurangi tingkat fotosintesis sebesar 20%, sehingga daun
mengeriting dan tunas terminal yang terserang menjadi kerdil (Kirk, 2001). Untuk
menanggulangi serangan hama tersebut perlu dilakukan pengendalian.
Selain itu Kutu kebul (Bemisia tabaci) juga merupakan hama penting pada
tanaman cabai. Hama ini pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1938 pada
tanaman tembakau (Kalshoven 1981). Permasalahan hama B. tabaci tidak terbatas
hanya di kawasan Indonesia saja, karena hama ini juga menyerang berbagai tanaman
di beberapa negara lain seperti Australia, India, Sudan, Iran, El Savador, Mexico,
Brazil, Turki, Israel, Thailand, Arizona, California (Horowitz 1986), Eropa, Jepang
(Ohto 1990), dan USA (Perring et al. 1993). Perkembangbiakan dan penyebaran
hama tersebut sangat cepat, dalam kurun waktu 1 tahun, hama tersebut dapat
menghasilkan 15 generasi (Brown 1994).
Gejala serangan B. tabaci berupa bercak nekrotik dan klorosis pada daun,
yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan
serangga dewasa. Dalam keadaan populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Embun madu yang dikeluarkannya dapat
menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam, menyerang pada berbagai
stadia tanaman. Kerusakan yang diakibatkannya adalah (1) kerusakan secara
langsung akibat dari cairan sel daun dihisap oleh hama, daun menjadi klorosis dan
gugur, tanaman menjadi kerdil sehingga mengurangi pertumbuhan dan hasil, (2)
kerusakan secara tidak langsung, embun madu yang dikeluarkan oleh hama dapat
menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam yang dapat mengurangi
laju proses fotosintesis. Selain itu, jamur jelaga yang menyerang buah dapat
menurunkan kualitas buah, dan (3) B. tabaci diketahui mampu berperan sebagai
vektor penting penyakit virus. Sampai saat ini tercatat 100 jenis virus yang dapat
ditularkan oleh B. tabaci, antara lain geminivirus (virus kuning), closterovirus,
nepovirus, carlavirus, potyvirus, dan rod-shape DNA virus (Byrne, 1990 and Bedford
et al. 1994).
6
Gambar 3. (a) T. parvispinus dan (b) B. tabaci
4. Hama bawang merah (Spodoptera exigua dan Liriomyza spp.)
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan banyak diusahakan oleh petani di dataran
rendah. Salah satu kendala dalam budidaya bawang merah ialah serangan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang sangat merugikan. Menurut
Udiarto et al. (2005) kehilangan hasil oleh serangan OPT pada tanaman bawang
merah berkisar antara 20 sampai 100% dengan potensi kerugian secara ekonomi
rerata mencapai 138,4 milyar rupiah/tahun. Pada umumnya petani mengandalkan
penyemprotan pestisida untuk mengatasi masalah tersebut dengan interval yang
semakin pendek dan dosis yang semakin tinggi, serta pencampuran pestisida
tanpa memperhatikan kompatibilitasnya. Hal ini menyebabkan masalah OPT
menjadi semakin rumit, sehingga petani semakin tidak rasional dalam menggunakan
pestisida. Hasil penelitian Adiyoga et al. (1999), Soetiarso et al. (1999), dan Basuki
et al. (2008) menunjukkan bahwa penggunaan pestisida pada tingkat petani di
Brebes sudah melebihi kebutuhan optimum tanaman, akibatnya biaya produksi
meningkat dan budidaya bawang merah menjadi tidak efesien.
Masalah utama dalam budidaya bawang merah adalah hama ulat bawang
(Spodoptera exigua). Hama ini merupakan hama utama di sentra produksi bawang
merah. Hasil pengkajian Thamrin et al. (2003) di Sulawesi Selatan menunjukkan, S.
(a) (b)
7
exigua merupakan hama dominan pada pertanaman bawang merah. Selanjutnya,
Moekasan et al. (2005) melaporkan, kehilangan hasil panen akibat serangan ulat
bawang dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan upaya pengendalian karena hama
ini bersifat polifag. Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada daun
bawang atau gulma yang tumbuh di sekitarnya. Dalam waktu 23 hari, telur akan
menetas dan ulat masuk ke dalam daun bawang untuk hidup dan berkembang
(Samudra 2006). Perkembangan dan proses reproduksi S. exigua dipengaruhi oleh
juvenile hormone (JH), terutama dalam proses fisiologi (Kim et al. 2008).
Lalat pengorok daun Liriomyza sp. pertama kali ditemukan menyerang
tanaman bawang merah di desa Klampok, Kabupaten Brebes pada awal bulan
Agustus 2000. Liriomyza sp. menyerang tanaman bawang merah dari umur 15 hari
setelah tanam sampai menjelang panen. Kehilangan hasil akibat hama tersebut dapat
mencapai 30 – 100%. Hasil pantauan yang dilakukan di lapangan ternyata kerusakan
yang diakibatkan oleh hama tersebut sangat berat dengan kerugian ekonomi yang
tinggi. Di daerah pantauan tersebut, tanaman bawang merah yang terserang hama ini
daunnya mengering akibat korokan larva. Para petani terpaksa memanen tanamannya
lebih awal, sehingga umbi bawang yang dihasillkan berukuran sangat kecil (Setiawati
2000). Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan
korokan, sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar. Larva
pengorok daun bawang merah ini dapat masuk sampai ke umbi bawang, dan hal ini
yang membedakan dengan jenis pengorok daun yang lain. Ridland dan Rauf (2003)
melaporkan bahwa spesies yang menyerang tanaman bawang merah adalah L.
chinensis. L. chinensis berukuran panjang 1,7 – 2,3 mm. Seluruh bagian
punggungnya berwarna hitam, telur berwarna putih, bening, berukuran 0,28 mm x
0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau kekuningan, dan yang sudah berusia lanjut
berukuran 3,5 mm. Pupa berwarna kuning keemasan hingga cokelat kekuningan, dan
berukuran 2,5 mm. Seekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 50 – 300
butir. Siklus hidup pada tanaman bawang merah sekitar 3 minggu. Tanaman inang L.
chinensis hanya bawang merah, sedangkan pada tanaman lainnya belum diketahui.
Gejala daun bawang merah yang terserang, berupa bintik-bintik putih akibat tusukan
8
ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. Pada keadaan
serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan, sehingga
menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.
Gambar 4. (a) S. exigua dan (b) Liriomyza spp.
9
PRAKTIKUM DI LABORATORIUM
Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman kepada mahasiswa/mahasiswi tentang beberapa materi yang berkaitan
dengan organisme pengganggu tanaman budidaya. Melalaui praktikum kali ini
diharapkan mahasiswa mampu mengenali/mengidentifikasi hama dan penyakit yang
sudah ditemukan dan diidentifikasi, serta mampu menganalisa faktor sebab-akibat
yang ada dan mampu mengatasi masalah hama dan penyakit yang terjadi dari
pengalaman praktikum yang dilakukannnya.
A. Pokok Bahasan
Pengenalan Organisme Pengganggu Tanaman
B. Kompetensi Khusus
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa/mahasiswi mampu mengenali
organisme pengganggu tanaman berdasarkan morfologi, prilaku makan, siklus hidup
dan lain-lain dengan baik.
C. Waktu/Tempat Praktikum
Praktikum dimulai pukul 14.00-16.00 Wita, pada 28 Maret 2018 di
(IPMLAB) Laboratorium Pengendalian Hama & Penyakit Terpadu, Gedung
Agrokomplek Lantai II, Jalan PB. Sudirman, Denpasar, (80232) DENPASAR.
Jumlah Mahasiswa yang Hadir ( )
D. Prosedur Praktikum
1. Persiapan
Pelajari materi yang berkaitan dengan organisme pengganggu tanaman (OPT)
Siapkan semua peralatan dan bahan yang sudah diberikan untuk pelaksanaan
praktikum.
10
Siapkan rencana praktikum sendiri, jauh hari sebelum pelaksanaan ujian akhir
semester.
2. Pelaksanaan
a. Bahan dan Alat
Spesimen organisme pengganggu tanaman
Mikroskopo binomial
Materi OPT yang akan dipersentasikan oleh dosen pengampu atau asisten
dosesn
Alat persentasi dan alat tulis
Alat pendingin, untuk melumpuhkan OPT.
b. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Dosen pengampu praktikum akan melakukan asistensi mengenai gambaran
umum jalanya praktikum yang akan dilaksanakan.
Melakukan general pretest (kuis) kepada mahasiwa/mahasiswi yang akan
praktikum
Spesimen OPT yang dibawa oleh mahasiswa/mahasiwi akan dikumpulkan dan
dimasukan kedalam alat pendingin.
Sambil menunggu OPT nya lumpuh atau pingsan, dosen pengampu atau
asisten dosen akan mengenalkan OPT lewat persentasi Power Point.
Bersihkan kedelai dari kotoran‐kotoran yang tidak diinginkan dengan cara
pencucian.
Setelah persentasi selesai atau saat persentasi sedang berjalan akan
mahasasiwa/mahasiswi diharapkan dapat berdiskusi dengan baik.
11
Melihat OPT yang sudah pingsan dengan mikroskop binomial untuk
mengetahui secara langsung morfologi dan rupa OPT yang sudah ditemukan.
Setelah praktikum telah dilaksanakan maka mahasiswa diharapkan dapat
mengumpulakan laporan sementara yang nantinya akan dilampirkan dilaporan
yang sebenarnya.
3. Pelaporan
Buat laporan hasil praktikum Saudara dengan format sebagai berikut:
a. Judul Praktikum : Tuliskan judul praktikum sesuai unit yang dilakukan.
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
d. Pendahuluan :
Latar belakang (Ruang lingkup materi yang dipraktikumkan)
Tujuan praktikum
Manfaat praktikum
e. Tinjaun Pustaka : isi materi yang berkaiatan dengan yg dipraktikumkan
f. Metode Praktikum
Lokasi dan waktu pelaksanaan praktikum (tempat, hari/tanggal, bulan, tahun,
jam)
Bahan dan alat : Sebutkan semua bahan dan alat yang Saudara gunakan dalam
praktikum.
Cara kerja atau langkah kerja praktikum
g. Hasil dan Pembahasan
12
Pokok Bahasan : Sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan.
Hasil Pengamatan : dibuat dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 1.
Contoh hasil tabel pengamatan praktikum.
Tabel 1. Contoh Hasil Tabel Pengamatan Praktikum
No. Nama spesies OPT/musuh alami Gambar OPT/MA
Gambar OPT/MA
bawa sendiri atau
gambar dari ppt
1. Spesies A Gambar A Bawa sendiri
2. Spesies B Gambar B PPT dosen
Dst..
Pembahasan : Buatlah pembahasan materi praktikum sesuai dengan hasil
pengamatan Saudara pada setiap unit praktikum dikaitkan dengan materi yang
ada (jurnal/buku yang berkaitan) sebagai rujukan.
h. Simpulan dan Saran
Simpulan dan Saran : Buatlah simpulan dan saran dengan ringkas, tepat dan
baik serta disesuaikan dengan praktikum yang telah Saudara lakukan.
i. Referensi/Daftar Pustaka
Referensi/Daftar Pustaka : Tuliskan daftar pustaka yang Saudara rujuk untuk
pelaksanaan praktikum.
j. Lain-lain
Untuk menjelaskan setiap tahap praktikum yang sudah Saudara lakukan,
sertakan foto‐foto kegiatan setiap tahap praktikum yang sudah Saudara
lakukan disertai dengan keterangan dan pembahasan pada setiap foto yang
ditampilkan. (diletakkan pada lampiran)
13
Laporan diketik pada kertas A4 dengan spasi 1,5, margins (atas 3 cm, kiri 4
cm, bawah 3 cm, dan kanan 3 cm).
14
PRAKTIKUM DI LAPANG
Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman secara langsung kepada mahasiswa/mahasiswi di lapang tentang
“Pengenalan Organisme Pengganggu Tanaman” (OPT) pada lahan budidaya.
Melalaui praktikum kali ini diharapkan mahasiswa mampu
mengenali/mengidentifikasi hama dan penyakit yang sudah ditemukan dan
diidentifikasi, serta mampu menganalisa faktor sebab-akibat yang ada dan mampu
mengatasi masalah hama dan penyakit yang terjadi dari pengalaman praktikum yang
dilakukannnya.
A. Pokok Bahasan
Pengenalan Organisme Pengganggu Tanaman
B. Kompetensi Khusus
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa/mahasiswi mampu mengenali
organisme pengganggu tanaman berdasarkan morfologi, prilaku makan, siklus hidup
dan lain-lain dengan lebih jelas.
C. Waktu/Tempat Praktikum
Praktikum dimulai pukul…..Wita, pada……di Jumlah Mahasiswa yang
Hadir ( )
D. Prosedur Praktikum
1. Persiapan
Pelajari materi yang berkaitan dengan teknik sampling dan organisme
pengganggu tanaman (OPT)
Siapkan semua peralatan dan bahan yang sudah diberikan untuk pelaksanaan
praktikum.
15
Siapkan rencana praktikum sendiri, jauh hari sebelum pelaksanaan ujian akhir
semester.
2. Pelaksanaan
a. Bahan dan Alat
Tanaman yang akan dijadikan tempat praktikum, meteran, alat tulis, suip
net, OPT, plastik, dan Kamera/alat dokumentasi.
b. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Dosen pengampu praktikum akan melakukan asistensi mengenai gambaran
umum jalanya praktikum yang akan dilaksanakan.
Setelah asistensi selesai mahasiswa/mahasiswi segera melakukan praktikum
yang sudah diarahkan sebelumnya oleh pemandu praktikum.
Setelah praktikum selesai dan sudah mendapatkan data dan gambar,
selanjutnya data akan dibuat laporan sementara yang nantinya akan
dilampirkan dilaporan yang sebenarnya.
3. Pelaporan
Buat laporan hasil praktikum Saudara dengan format sebagai berikut:
4. Judul Praktikum : Tuliskan judul praktikum sesuai unit yang dilakukan.
5. Kata pengantar
6. Daftar isi
7. Pendahuluan :
Latar belakang (Ruang lingkup materi yang dipraktikumkan)
Tujuan praktikum
16
Manfaat praktikum
8. Tinjaun Pustaka : isi materi yang berkaiatan dengan yg dipraktikumkan
9. Metode Praktikum
Lokasi dan waktu pelaksanaan praktikum (tempat, hari/tanggal, bulan, tahun,
jam)
Bahan dan alat : Sebutkan semua bahan dan alat yang Saudara gunakan dalam
praktikum.
Cara kerja atau langkah kerja praktikum
Menggunakan metode apa dalam pengambilan sampel di lapang.
10. Hasil dan Pembahasan
Pokok Bahasan : Sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan.
Hasil Pengamatan : dibuat dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 1.
Contoh hasil tabel pengamatan praktikum.
Tabel 1. Contoh Hasil Tabel Pengamatan Praktikum
No. Nama spesies OPT/musuh alami Gambar OPT/MA
Gambar OPT/MA
bawa sendiri atau
gambar dari ppt
1. Spesies A Gambar A Bawa sendiri
2. Spesies B Gambar B PPT dosen
Dst..
Pembahasan : Buatlah pembahasan materi praktikum sesuai dengan hasil
pengamatan Saudara pada setiap unit praktikum dikaitkan dengan materi yang
ada (jurnal/buku yang berkaitan) sebagai rujukan.
17
11. Simpulan dan Saran: Buatlah simpulan dan saran dengan ringkas, tepat dan
baik serta disesuaikan dengan praktikum yang telah Saudara lakukan.
12. Referensi/Daftar Pustaka: Tuliskan daftar pustaka yang Saudara rujuk untuk
pelaksanaan praktikum.
13. Lain-lain
Untuk menjelaskan setiap tahap praktikum yang sudah Saudara lakukan,
sertakan foto‐foto kegiatan setiap tahap praktikum yang sudah Saudara
lakukan disertai dengan keterangan dan pembahasan pada setiap foto yang
ditampilkan. (diletakkan pada lampiran)
Laporan diketik pada kertas A4 dengan spasi 1,5, margins (atas 3 cm, kiri 4
cm, bawah 3 cm, dan kanan 3 cm).
18
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi cabai besar, cabai rawit, dan bawang merah
tahun 2014. Berita resmi statistik. No. 71/08/ Th. XVIII.
Basuki, RS 2009, „Analisis kelayakan teknis dan ekonomis teknologi budidaya
bawang merah dengan benih biji botani dan benih umbi tradisional‟, J. Hort.,
vol. 19, no. 2, hlm. 213-26.
Bedford, I.D., R.W. Briddon, J.K. Brown, R.C. Rosel and P.G. Markham. 1994.
Geminivirus Transmission and Biological Characterization of Bemisia tabaci
(Gennadius) Biotype from Different Geographic Regions. Annals of Applied
Biol. 125(2):311-325.
Brown, J.K. 1994. Current Status of Bemisia tabaci as a Plant Pest and Virus Vector
in Agro Ecosystems Word Wide. FAO Plant Prot. Bull. 42:3-32.
Byrne, D.N. and T.S. Bellows. 1990. Whitefly Biology. Ann. Rev. Entomol. 36:431-
457.
Dammerman, K.W. 1915. De rystboorderplaartg op Java. Med. Lab. Plantens.
Buitenzorg 16.70 pp.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan. 2006. http://www.ditlin.deptan.
go.id. (diakses Agustus 2006).
Erliana, L. 1987. Pengamatan Hama Penting Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.)
di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. HPT Fak. Pertanian IPB, Bogor.
Finn, L. 2004. Crocidolomia pavonana F . ( Lepidoptera: Pyralidae ) . Hunter Regi
on Schoolof Photography in New Castle. Uni., Sydney.
Herminanto. 2004. Pengamanan residu insektisida kimia pada bahan pangan sayuran
brasika dari serangan hama plutella xylostella L. melalui pengelolaan hama
terpadu. Seminar Sehari Kependudukan, Pangan dan Kesehatan. Lembaga
Penelitian Universitas Jendral Soedirman, Purwokwtrto 12 April 1997. 9 hal.
Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia . Laan PA Van der.: P. T.
Ichtiar Van Hoeve.
Kim, Y., S. Jung, and N. Madanagopal. 2008. Antagonistic effect of juvenile
hormone on homocyte-spreading behavior of Spodoptera exigua in response
19
to an insect cytokinine in its putative membrane action. J. Insect Physiol. 54:
909-915.
Krik, W. D. J. 2001. Feeding, in lewis T(ed), Thrips as Crop Pests, UK, CABI, pp.
Moekasan, K.T. dan R.S. Basuki. 2007. Status resistensi Spodoptera exigua Hubn.
Pada tanaman bawang merah asal Kabupaten Cirebon, Brebes, dan Tegal
terhadap insektisida yang umum digunakan petani di daerah tersebut. Jurnal
Hortikultura 17(4): 21-24.
Natanegara, F. dan H. Sawada. 1992. Pengamatan, peramalan dan pengendalian hama
penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata Wlk.) di jalur pantura.
hlm. 50-61. Laporan Akhir Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang Bidang
Perlindungan Tanaman Pangan (ATA 162).
Ohto. K. 1990. Occurrence of the Sweetpotato Whitefly, Bemisia tabaci (Gennadius),
on the Poinsettia. Plant Protections. 44:264-266.
Oka, I N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.
Perring TM, C.A.D. Rodriguez, and R.J. Farrar. Bellow. 1993. Identification of
Whitefly by Genomic and Behavioral Studies. Science, 259:74-77.
Rhueda, A. and T. Shelton. 2006. Croci or Cabbagehead Caterpillar. Cornel
International Institute for Food, Agriculture, and Development.
Ridland, P. and A. Rauf. 2003. Liriomyza huidobrensis leaf miner : developing
effective pest management strategies for Indonesia and Australia. Review
Report of the leafminer project.
Samudra. 2006. Pengendalian ulat bawang ramah lingkungan. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 28(6): 3-5.
Setiawati, W. 2000. Invasi Liriomyza sp. Pada komunitas bawang merah. Laporan
Bahan Rapim. Balitsa, Agustus 2000.
Setiawati, W. dan B. K. Udiarto. 2005. Pengelolaan Tanaman Terpadu pada
Tanaman Cabai Merah dalam Upaya Mengatasi Serangan Penyakit Virus
Kuning. Makalah disampaikan pada Pertemuan Apresiasi Penerapan
Penganggulangan Virus Cabai, Yogyakarta, 14-15 April 2005. 16 Hlm.
Soehardjan, M. 1973. Observation on leaf and planthoppers on rice in West Java.
Contrib. Cent. Res. Inst. Agric. (3): 10.
20
Thamrin, M., Ramlan, Armiati, Ruchjaningsih, dan Wahdania. 2003. Pengkajian
system usaha tani bawang merah di Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 6(2): 141-153.
Yuliadhi, KA., dan Sudiarta P. 2012. Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun
Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya. AGROTROP, 2(2): 191-196.