KPS Optimisme
di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
2 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 3
Buku ini disusun oleh Tim IIGF didukung oleh berbagai narasumber :Hadiyanto, Direktur Jenderal Kekayaan Negara RI, Freddy Saragih, Komisaris PT PII 2010-2013; Sinthya Roesly, Direktur Utama PT PII; Armand Hermawan, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PII, Yadi Ruchandi, Direktur Operasi PT PII; Arianto Wibowo, Executive Vice President Head of Business Development PT PII, Emil Elestianto Dardak, Executive Vice President Project Appraisal and Structuring PT PII; Andre Permana, Senior Vice President Risk and Compliance PT PII; Erwin Sukandar dan Djoko Sarwono, Senior Vice President Project and Guarantee Consultation PT PII; Brahmantio Isdijoso, Kepala Bidang Rekomendasi Pengelolaan Risiko Fiskal Kementerian Keuangan RI; Farid Arif Wibowo dan Dudi Rulliadi, Peneliti dan Pemerhati Infrastruktur dan KPS
BaGIaN 1 KONSEP DaN KONTEKS KPS DI INDONESIa
7BaGIaN 2 PERaNaN PT PII (PERSERO) DaLaM SKEMa KPS
63
89BaGIaN 3 CONTOH KaSUS PROYEK KPS DI INDONESIa
107
PENUTUP
KaTa PENGaNTaR4
Daftar Isi
103
110
DaFTaR PUSTaKa
DaFTaR SINGKaTaN
4 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Konsep KPS yang kompleks dan model penjaminan di In donesia yang unik membutuhkan lebih banyak penjelasan dan sosialisasi kepada berbagai pemangku ke penting an terkait guna mem peroleh ke
satuan pemahaman.Ide besar pemberian jaminan oleh pemerintah melalui PT PII selaku
Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur, untuk me mastikan tata kelola yang baik dalam eksekusi proyek KPS (Public Private Partnership/PPP) dan mendukung keberhasilan pembangunan infrastruktur Indonesia secara berkelanjutan, merupakan suatu terobosan yang menan tang. Namun dengan komitmen, kerja keras dan berpegang teguh pada tata nilai yang baik, maka suatu proses dan pekerjaan yang sulit akan dapat dikerjakan dan memperoleh hasil yang baik pula. Citacita PT PII untuk menjadi institusi yang kredibel dan respected dalam menjalankan mandatnya akan dapat dicapai dengan adanya sistem yang baik dan didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk juga dukungan dari individuindividu yang bekerja di PT PII, yang senantiasa bekerja dengan semangat tinggi bagi kemajuan Indonesia melalui pembangunan infrastruktur yang memadai.
Perjalanan PT PII dimulai dari ide awal yang digulirkan Kementerian Keuangan, kemudian didukung pula oleh Parlemen, dan dilanjutkan dengan penyusunan regulasi terkait seiring dengan pengembangan kapasitas organisasi. Saat ini, PT PII telah beroperasi secara penuh untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia. Pengalaman menyusun struktur penjaminan dalam proyek pembangkit listrik PLTU Jawa Tengah, pembelajaran dalam proyek SPAM Bandar Lampung, SPAM Umbulan, kereta api batubara Kalimantan Tengah dan pembangkit mulut tambang Sumatera
Kata Pengantar
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 5Selatan 9 dan 10, telah menempa organisasi dan individu di PT PII. Hal ini secara nyata telah menjadikan PT PII mampu merealitakan sebuah konsep penjaminan ala Indonesia.
Berbagai dinamika, romantika dan drama dalam membangun institusi, interaksi dengan sektor publik seperti regulator, pembuat kebijakan, PJPK, konsultan PT PII ataupun PJPK, serta sektor swasta seperti investor dan perbankan, telah turut membantu PT PII dalam menentukan bagaimana harus bersikap, berkomunikasi dan membangun sistem serta alur kerja yang responsif namun tetap akuntabel dan kredibel.
Pada tahun 2013 ini, PT PII sudah menjalani tahun keempat beroperasi. Setelah lebih dari tiga tahun pembentukannya, diharapkan penerbitan tulisan ten tang KPS dan catatan sejarah pembentukan dan dinamika operasional PT PII dapat memberikan paparan yang bermanfaat bagi PT PII sendiri maupun bagi semua pihak dan pemangku kepentingan terkait.
Berkat kontribusi dari berbagai pihak, tulisan ini telah berhasil disusun untuk memberikan gambaran tentang KPS dan konsep penjaminan pemerintah melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Tulisan ini disusun agar dapat menimbulkan pengharapan dan optimisme bahwa apabila berbagai pihak memiliki komitmen yang tinggi dan saling mendukung sesuai dengan porsi masingmasing, maka infrastruktur dengan skema KPS akan dapat berhasil dibangun di Indonesia dalam skala yang lebih besar dan berkesinambungan, sehingga dapat mendukung pembangunan menuju Indonesia yang adil dan makmur.
Akhir kata, apresiasi kami secara institusi kepada para pihak yang telah mendukung terwujudnya tulisan ini. Diharapkan tulisan ini akan dapat terus disempurnakan sesuai masukan dari para pemangku kepentingan dan dinamika perkembangan implementasi KPS di Indonesia.
Jakarta, 6 Oktober 2013Sinthya RoeslyDirektur Utama PT PII
6 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
6 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 7
BAGIAN 1
KONSEP DAN KONTEKSKPS DI INDONESIA
Konteks Ekonomi Indonesia
Selama lebih dari enam dasawarsa, sejak kemerdekaannya, Indonesia telah mengalami beragam perubahan dan kemajuan di bidang pembangunan ekonomi. Bermula dari sebuah negara yang perekonomiannya berbasis kegiatan pertanian tradisional, kini Indonesia telah menjelma men
jadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang lebih besar. Hal ini tentu saja memberikan perubahan pada bentuk perekonomian Indonesia. Kemajuan ekonomi juga telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang tercermin tidak saja dalam peningkatan pendapatan per kapita, namun juga dalam perbaikan berbagai indikator sosial dan ekonomi lainnya termasuk Indeks Pembangunan Manusia. Dalam periode 1980 hingga 2010, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia meningkat dari 0,39 ke 0,60. Indonesia juga memainkan peran yang makin besar di perekonomian global. Saat ini Indonesia menempati urutan ekonomi ke16 terbesar di dunia. Keterlibatan Indonesia pun sangat diharapkan dalam berbagai
8 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
forum global dan regional seperti aSEaN, aPEC, G20, dan berbagai kerjasama bilateral lainnya. Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan asia pada tahun 1990an, dan berhasil melewati krisis ekonomi global tahun 2008. Hal ini mendapatkan apresiasi positif dari berbagai lembaga internasional, antara lain tercermin dengan per baikan peringkat hutang Indonesia di saat peringkat negaranegara lain justru mengalami penurunan.
Di sisi lain, tantangan pembangunan ekonomi Indonesia ke depan tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap perubahan. Keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global, yaitu kawasan asia Timur dan asia Tenggara, mengharuskan Indonesia mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam UndangUndang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, adil, dan Makmur”.
Rencana Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Mempertimbangkan berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki, serta tantangan pembangunan yang harus dihadapi, Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju. Dengan demi kian, daya saing Indonesiapun meningkat dan sekaligus dapat mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025, melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 9berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil ratarata sekitar 69 persen per tahun secara berkelanjutan.
Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan yang didasari oleh semangat “Not Business As Usual”, melalui perubahan pola pikir bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya tergantung pada pemerintah saja, melainkan kolaborasi bersama Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan Swasta. Pihak swasta yang memiliki kepentingan bisnis atau pure private investor, diberikan peran penting dalam pembangunan ekonomi terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan pihak pemerintah berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Sebagai regulator, pemerintah akan menerbitkan regulasi yang mendukung ataupun melakukan deregulasi terhadap regulasi yang menghambat pelaksanaan investasi yang sehat. Sebagai fasilitator dan katalisator, pemerintah membangun infrastruktur maupun memberikan insentif fiskal dan non fiskal. Diharapkan, melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun.
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, diperlukan pertumbuhan eko nomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada periode 2011– 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.
Keterlibatan Swasta Dalam PembangunanPertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi menye babkan kebu
tuhan infrastruktur di Indonesia menjadi meningkat. Namun secara umum, saat ini terdapat kendala ketersediaan infrastruktur untuk mening katkan daya saing perekonomian nasional dan memberikan
10 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Dengan keterbatasan pendanaan peme rintah menyadari peran penting sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur tersebut. Disinilah muncul ide untuk melibatkan swasta dalam pembangunan infrastruktur, yang sebenarnya merupakan
pela yanan kepada masyarakat secara merata. Saat ini, selain kurang dari sisi jumlah, infrastruktur yang adapun dapat dikatakan belum berfungsi optimal. Hal ini disebabkan oleh antara lain :- Isue koordinasi kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan
infrastruktur;- Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah;- Kemampuan pembiayaan pemerintah yang terbatas.
Sebagaimana diketahuiketersediaan infrastruktur yang memadai dan ber kualitas merupakan prasyarat bagi peningkatan pertumbuhan eko nomi, produktifitas dan daya saing serta bagi pengurangan kemiskinan.
Pemerintah memperkirakan bahwa untuk jangka waktu lima tahun yaitu dimulai 2010 sampai 2014, dibutuhkan investasi se nilai Rp. 1,430 triliun (sekitar USD 150 milyar) untuk sektor infra struktur.
TOTA
L Rp
1.9
24 T Swasta
345 T
BUMN341 T
APBD355 T
APBN560 T
324 T2.000,00
1.800,00
1.600,00
1.400,00
1.200,00
1.000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
-Kebutuhan Investasi
2010-2014Perkiraan Pendanaan Perbedaan
Gambar 1 : Kebutuhan Investasi Infrastruktur dalam RPJMN 2010-2014
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 11tanggung jawab peme rintah. Namun, hal ini memerlukan tata laksana khusus. Pada awalnya, pemerintah melibatkan swasta melalui sistem tender aPBN/aPBD. Dengan sistem ini, mulai dari desain pekerjaan, spesifikasi alat sampai ke bagaimana pekerjaanya harus dilakukan, diatur dalam kontrak.
Sistem kerjasama dengan swasta kemudian berkembang. Pemerintah tidak lagi mendiktekan detil pekerjaan pada kontraktor. Jika sebelumnya pem bayaran dilakukan saat proyek dimulai maka dengan sistem Turn Key, dimana pembayaran dilakukan setelah pekerjaan selesai dan serah terima aset. Disini swasta sudah mulai dilibatkan dalam merencanakan dan membangun proyek.
Melihat keuntungan sistem Turn Key, maka mulai dikembangkan sistem kerjasama pemerintah swasta dengan melibatkan pihak swasta lebih jauh lagi, selain membangun sampai aset selesai, juga mengelola dan memelihara aset dalam jangka waktu tertentu. Spesifikasi proyek berubah dari pemerintah yang mendikte spesifikasi teknis (input based) menjadi output based. Pemerintah kemudian menyediakan suatu sarana bagi pihak swasta agar dapat ikut berperan serta dalam pembangunan infrastruktur melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Sebuah proses panjang yang cukup rumit namun bila dilaksanakan sesuai ketentuan, akan memberikan kepastian dan kejelasan bagi pihakpihak yang terlibat di dalamnya.
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)KPS adalah kerjasama yang memberikan kesempatan bagi sektor
swasta untuk berpartisipasi dalam pembiayaan, desain, konstruksi, operasional dan pemeliharaan terhadap proyek/program sektor publik. Kemitraan dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak antara pemerintah, baik pusat ataupun daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah pihak (pemerintah dan swasta) dikerjasamakan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Begitu juga untuk risiko dan manfaat dalam menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan
12 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Prinsip Dasar dalam KPS:1. adanya pembagian risiko antara pemerintah dan swasta dengan
mengalokasikan pengelolaan jenis risiko kepada pihak yang relatif dapat mengelolanya dengan lebih baik;
2. Pembagian risiko ini ditetapkan dengan kontrak antara para pihak dimana pihak swasta diikat untuk menyediakan layanan dan pengelolaannya atau kombinasi keduanya;
3. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek (revenue) yang dibayar oleh pengguna (user charge) atau pemerintah;
4. Tanggung jawab penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada pemerintah, untuk itu bila swasta tidak dapat memenuhi pelayanan (sesuai kontrak), pemerintah dapat mengambil alih.
Tujuan pelaksanaan KPS:1. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan melalui
pengerahan dana swasta;2. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui
persaingan sehat;3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam
penyediaan infrastruktur.
swasta. KPS digunakan sebagai alternatif sumber pembiayaan pada kegiatan pemberian layanan dengan karakteristik layak secara keuangan dan memberikan dampak ekonomi tinggi dan memerlukan dukungan atau jaminan pemerintah yang minimum.
Pihak swasta melaksanakan sebagian fungsi pemerintah selama waktu tertentu dan dapat menerima kompensasi atas pelaksanaan fungsi tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak swasta juga bertanggungjawab atas risiko yang timbul akibat pelaksanaan fungsi tersebut. Fasilitas pemerintah, lahan atau aset
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 13
Manfaat Skema KPS:1. Tersedianya alternatif berbagai sumber pembiayaan;2. Pelaksanaan penyediaan infrastruktur lebih pasti;3. Berkurangnya beban (aPBN/aPBD) dan risiko pemerintah;4. Infrastruktur yang dapat disediakan semakin banyak;5. Kinerja layanan masyarakat semakin baik;6. akuntabilitas dapat lebih ditingkatkan dan7. Swasta menyumbangkan modal, teknologi, dan kemampuan
mana jerial yang lebih baik.
lainnya digunakan oleh pihak swasta selama masa kontrak untuk kepentingan proyek.
Pada tahun 1990an, Pemerintah mulai memperkenalkan model pengelolaan listrik swasta atau Independent Power Producers (IPPs), program “Kerja Sama Operasi” (KSO) ekspansi telekomunikasi, dan sejumlah proyek jalan tol untuk dibangun dengan kemitraan pemerintah dan swasta. Namun pelaksanaannya dilakukan berdasarkan penunjukan, atau dengan proses kompetisi yang terbatas. Tingkat kesuksesan proyekproyek tersebut menjadi sangat terbatas, bahkan dalam beberapa kasus terjadi perselisihan hingga kontrak harus dirundingkan kembali. Karenanya KPS lebih dipahami sebagai sebuah wacana saja.
Model KPS yang adaPada dasarnya KPS terkait dengan kerja sama pengadaan
investasi. Terdapat berbagai model investasi publik (dari Pemerintah), dengan peranan pihak swasta yang lebih besar, misalnya kontrak operasi dan pemeliharaan (O&M Contract), BLT (Leasing), BOT/ROOT, BOOT (DBFO)/ROOT, dan BOO/ROO. Secara konvesional kerja sama yang ada selama ini merupakan kontrak layanan (Service Contract).
14 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Regulasi KPS di IndonesiaRantai nilai pengembangan KPS secara umum meliputi tahapan
perencanaan, prastudi kelayakan, pelelangan, pembiayaan proyek, konstruksi dan operasi.
Gambar 3 : Rantai Nilai KPS di Indonesia dan Berbagai Instansi Pemerintah yang Terlibat
Dalam satu dasawarsa terakhir ini, terdapat berbagai perubahan kebijakan yang fundamental di Indonesia guna mewujudkan program KPS yang baik dan mengatasi kekurangan pengaturan KPS ter dahulu.
InvestasiPemerintah
ServiceContract
O&MContract
BLT(Leasing) BOT
ROT
BOOTDBFOROOT
BOOROO
Privati-zation/
Divesti-tuse
Keteragnan :O&M Contract : Operation and maintenanceBLT (Leasing) : Build lease transferBOT : Build operate transferROT : Rehabilitate operate transfer
BOOT : Build own operate transferDBFO : Develop building finance operateBOO : Build own operateROO : Rehabilitate operate own
Gambar 2 : Berbagai Model Kerjasama Pemerintah Swasta
Sektor Infrastruktur1. Transportasi2. Jalan Tol3. Kelistrikan4. Air Minum5. Limbah6. Irigasi7. Telkomunikasi (tertentu)8. Minyak & Gas (tertentu)
MOF
Pembiayaan dan/atau Investasi langsung Pemerintah
Keterlibatan VGF untuk meningkatkan kelayakan
Penjaminan untukmeningkatkan “bankability”
Badan Pemerintah(Kementerian terkait, Pemerintah
Daerah, PJPK)
PascaStudi Kelayakan
PembiayaanProyek
PelelanganPengembanganRencana Proyek
PenyusunanStruktur Proyek
Pra-Studi KelayakanPerencanaan Konstruksi Operasi
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 15
Obyektif Skema KPS1. Memperoleh “Value for money” dengan kompensasi, atau tarif
“harga pasar”, yang kompetitif;2. Meningkatkan kesediaan lembaga keuangan untuk menye dia kan
pendanaan;3. Menurunkan biaya pendanaan;4. Mengurangi risiko kegagalan proyek;5. Meningkatkan kemudahan memperoleh perijinan untuk proyek.6. Membantu untuk menarik pihak swasta yang lebih berkualitas
dan berpengalaman;7. Meningkatkan akuntabilitas proses pengadaan infrastruktur
publik yang melibatkan swasta dan8. Meningkatkan investasi dalam proyek infrastruktur dan mencipta
kan pertumbuhan ekonomi.
Sebelum melangkah lebih jauh untuk menyiapkan prastudi kelayakan proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), sangat penting untuk dipastikan dalam kajian hukum dan kelembagaan apakah proyek tersebut telah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang ada untuk diKPSkan dan secara kelembagaan pihak penyusun prastudi kelayakan tersebut telah tepat menjadi PJPK.
Biaya yang dikeluarkan oleh PJPK dalam menyusun prastudi kelayakan akan siasia, apabila secara hukum dan kelembagaan proyek tersebut bukan merupakan bagian dari kewenangannya. Kajian hukum dan kelembagaan merupakan salah satu poin penting dalam proses penyiapan proyek KPS, oleh karena itu sebelum menyiapkan suatu proyek dengan skema KPS, PJPK harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu peraturanperaturan yang terkait dalam KPS.
Beberapa pihak mengatakan bahwa KPS di Indonesia seharusnya dilindungi oleh undang undang khusus seperti BOT Law atau PPP Law. Regulasi yang terkait dengan proyek KPS khususnya dalam pe nyediaan infrastruktur telah berkembang sejak lama. awalnya Peme rintah menerbitkan beberapa regulasi sektoral yang didalamnya terdapat
16 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
pengaturan berkaitan dengan KPS, seperti UU No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan, PP No. 10/1987 tentang Ketenagalistrikan dan UU No. 13 /1987, PP No. 8/1990 tentang Jalan Tol dan Keputusan Presiden No. 7/1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta Dalam Pembangunan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur. Namun terjadinya krisis finansial di Asia tahun 1998 yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekonomi, sistem politik dan kelembagaan di Indonesia, mengakibatkan perubahan kebijakan dan kelembagaan dalam sektor infrastruktur, termasuk kebijakan dan kelembagaan yang berhubungan dengan pengembangan KPS. Terjadi penataan ulang dan konsolidasi pengaturan serta kelembagaan KPS pada periode tahun 19982004 pasca krisis. Pengaturan kebijakan dan regulasi pelaksanaan proyek KPS didasarkan pada praktekpraktek terbaik yang dilakukan dunia internasional.
16 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 17
Pengaturan KPS terkini dalam penyediaan infrastruktur secara umum diatur dalam Peraturan Presiden No. 67/2005 yang telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 13/2010, dan kemudian diubah kembali dengan Peraturan Presiden No. 56/2011 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Regulasi KPS). Disamping itu, masih ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan proses KPS dan pemberian dukungan atau jaminan pemerintah.
Regulasi KPS mengatur KPS untuk proyekproyek infrastruktur tertentu, meliputi bandara, pelabuhan, jalur kereta api, jalan, penyediaan air bersih/sistem pengairan, air minum, air limbah, limbah padat, informatika dan telekomunikasi, ketenagalistrikan, serta minyak dan gas bumi.
Proyek KPS dapat dilaksanakan berdasarkan usulan PJPK. Namun penunjukan Badan Usaha yang akan mengerjakan proyek KPS harus
Optimisme KPS di Indonesia | 17
18 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Tabel Landasan Hukum KPS
PERATURAN KETENTUAN
Perpres 56/2011 Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2010 dan Peraturan Presiden Nomor 56 tahun 2011.
Perpres 12/2011 Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Kebijakan Percepatan Pe nyediaan Infrastruktur (KKPPI) sebagai mana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2011.
Perpres 78/2010 Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Pen jaminan Infrastruktur.
UU No 10/2010 Pengadaan Tanah
UU No 2/2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Permen PPN 03/2009 Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha dalam Penyediaan infrastruktur.
melalui proses tender terbuka. ada dua jenis pendekatan yang dapat diambil dalam proses ini yaitu proyek solicited dan unsolicited. Proyek yang solicited diidentifikasi dan disiapkan oleh PJPK, sedangkan untuk proyek yang unsolicited diidentifikasi dan diajukan kepada PJPK oleh Badan Usaha.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 19
Permen PPN 04/2010 Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Permenko 01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur.
Permenko 04/2006 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Per eko nomian Nomor 04/M.Ekon/06/2006 tentang Tata Cara Evaluasi Proyek Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang mem butuhkan dukung an pemerintah.
Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan Modal Negara RepublikNo. 35 tahun 2009 Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Per
seroan (Persero) di Bidang Penjaminan Infrastruktur.
Peraturan Pemerintah Tentang Penambahan Penyertaan Modal No. 88 tahun 2010 Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham PT Penjaminan Infrastruktur Indo nesia.
Peraturan Pemerintah Tentang Penambahan Penyertaan Modal No. 55 tahun 2011 Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham PT Penjaminan Infrastruktur Indo nesia.
Permenko 03/2006 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Per ekono mian Nomor 03/M Ekon/06/ 2006 tentang Prosedur dan Kriteria Penyu sunan
Daftar Prioritas Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.
Permen PPN 03/2012 Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Peme rintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
Permen PPN 06/2012 Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Infrastruktur
20 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Proyek KPS harus dilak sanakan melalui suatu Perjanjian Kerjasama (PKS) antara PJPK dengan badan usaha. Pemerintah dapat memberikan dukungan fiskal dan/atau nonfiskal untuk meningkatkan kelayakan suatu proyek infrastruktur. Proyek KPS harus terstruktur baik dengan alokasi risiko yang mampu dikelola secara optimal oleh para pihak.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi No. 4/2006, mensyaratkan bahwa suatu permintaan atas dukungan kontinjen setidaknya harus dimuat pada bagian studi kelayakan. Hal ini lebih tegas diatur dalam Peraturan PPN No. 4/2010. Berbagai peraturan KPS juga mengatur dokumen yang harus disiapkan saat meminta dukungan pemerintah baik berupa kontribusi fiskal langsung maupun penjaminan, termasuk konsep perjanjian kerjasama, estimasi biaya proyek, hasil dari konsultasi publik dan lainnya. Pemerintah telah mendirikan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) “PT PII” sebagai Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) untuk mengelola pemberian jaminan tersebut. Dengan upaya ini maka diharapkan dapat menekan ongkos biaya pembangunan proyek infrastruktur KPS, mening katkan kualitas dan kredibilitas proyek serta membantu pemerintah untuk dapat lebih baik mengelola risiko infrastruktur PT PII telah membuat kerangka kerja yang komprehensif dan konsisten untuk dapat menilai suatu proyek dan membuat keputusan sehubungan dengan pemberian jaminan dari pemerintah untuk proyekproyek KPS.
Pengaturan tentang KPS di bidang Infrastruktur bersinggungan dengan berbagai regulasi lainnya, seperti Peraturan Pemerintah No. 6/2006 yang diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 38/2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Pemerintah No. 50/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Dae rah dan Peraturan perundangundangan lain tentang pengaturan sektoral.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 21
Tabel Peraturan Perundang-undangan Sektoral Terkait
Peraturan Utama Peraturan Terkait Lain PeraturanTerkait Non-KPS
KeretaApi PP 6/2006 Pengelolaan Keppres 80/2003 tentangw UU 23/2007 BMN/D Pengadaan Barang/Jasaw PP No. 56 Pemerintah sebagaimana tahun 2009 tentang telah diubah dengan Penyelenggaraan Perpres 54 Tahun 2010 Perkeretaapian
Pelabuhan PP 50/2007 UU 17/2003 Tentangw UU 17/2008 Tentang Tata Cara Keuangan Negara Tentang Pelayaran Pelaksanaan Kerjasamaw PP No. 61 tahun 2009 Daerah tentang Kepelabuhan
Bandara PP 1/2008 UU 25/2007 Tentangw UU 1/2009 Tentang Investasi Penanaman Modal Tentang Penerbangan Pemerintah
Jalan Tol PP 38/2007w PP 15/2005 Tentang Pembagianw PP No. 44 tahun 2009 Urusan Pemerintahan tentang perubahan w PP No. 15 tahun 2005
Air Minum: Perpres 36/2005w PP 16/2005 jo. 65/2006 dan Per Ka BPN 3/2007 Tentang PengadaanTanah
Lainnya:w Permenhub 83/2010w PermenPU 12/2010w PermenPU 13/2010
22 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Infrastruktur di Indonesia dan PendanaannyaKetersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah
satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah/negara. Selanjutnya, kinerja infrastruktur menjadi faktor kunci dalam penentu an daya saing global, selain faktor ekonomi makro, efisiensi pemerintahan dan efisiensi usaha. Dalam “World Competitiveness Yearbook 2012”, daya saing Indonesia ditempatkan pada peringkat ke 50 dari 144 negara yang dinilai. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (daya saing infrastruktur Indonesia pada peringkat 78, yaitu di bawah Brazil, China, Thailand, Malaysia, dan Korea). Perekonomian akan timpang akibat ketersediaan pasokan (supply) terhadap permintaan (demand) ter
22 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 23
hambat oleh tidak adanya dukungan infrastruktur yang memadai. Kiranya kondisi tersebut yang saat ini dihadapi oleh Indonesia, dimana ekonomi bertumbuh relatif pesat (6,1% pada tahun 2010, 6,5% pada tahun 2011 dan 6,23% pada tahun 2012), namun investasi infrastruktur tidak memadai, atau kurang 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dari yang seharusnya minimal 5% (Islamic Development Bank/IDB 2010). Hal ini diantaranya terlihat pada kemacetan di berbagai ruas jaringan transportasi yang semakin parah serta kurang memadainya pasokan daya listrik.
Peran strategis infrastruktur juga ditunjukkan oleh berbagai kajian empirik yang menyatakan, bahwa ketersediaan infrastruktur yang lebih baik akan memberikan kontribusi terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi. IDB (2010) melaporkan, bahwa kenaikan investasi infrastruktur sebesar 1% di Indonesia, akan memberikan kontribusi sebesar 0,3% terhadap PDB. Untuk mendukung program tersebut, Pemerintah telah mencanangkan, bahwa kebutuhan dana pembangunan infrastruktur publik antara tahun 20102014 adalah sebesar Rp1.924 triliun. Kebutuhan tersebut diperhitungkan berdasarkan asumsi, bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,5 – 5,6% pada tahun 2010 menjadi 7,0 – 7,7% pada tahun 2014 diperlukan dana pembangunan infrastruktur minimal sebesar 5% dari PDB per tahun. Kebutuhan tersebut diharapkan dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu aPBN sebesar Rp560 triliun (29%), aPBD sebesar Rp355 triliun (18%) , BUMN dan BUMD sebesar Rp341 triliun (18%), serta dari swasta sebesar Rp345 triliun (18%). Dalam hal ini masih terdapat kekurangan (gap) pendanaan sebesar Rp324 triliun (17%).
Pada tahun 1998, tidak ada seorang pun yang pernah berfikir bahwa Indonesia akan berada di posisi yang cukup penting. Namun, negara ini telah melalui kemajuan yang pesat dalam masa 13 tahun terakhir, dan Indonesia telah menerima lebih dari US$5 miliar investasi asing dalam masa dua kuartal (kuartal keempat tahun 2010 dan kuartal pertama tahun 2011). Secara khusus, Pemerintah
24 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
mentargetkan penanaman modal di sektor swasta sebesar Rp.980 triliun (kurang lebih USD 94 milyar) melalui skema KPS untuk jangka waktu 20102014. Program KPS mencakup rentang infrastruktur yang luas, termasuk sektor di bawah ini: Bandar udara Pelabuhan laut dan sungai Jalan dan Jembatan Jalan Kereta api Penyediaan air baku dan Penyediaan air minum sistem irigasi Penampungan air Limbah Pembuangan Sampah Informatika dan Tele Ketenagalistrikan komunikasi Minyak dan Gas
Neraca dari Pemerintah Indonesia hanya mampu mendanai sekitar sepertiga dari infrastruktur yang dibutuhkan, hingga diperlukan investasi senilai US$140 miliar untuk 4 tahun ke depan. Ini berarti, sektor swasta harus memasukan dana US$23 miliar setiap tahun selama 4 tahun. angka tersebut bukanlah merupakan jumlah uang yang kecil. Untuk itu diperlukan adanya situasi yang kondusif bagi keterlibatan pihak swasta, khususnya dengan skema, KPS terutama untuk halhal berikut: Peraturan yang mendukung Kerangka kebijakan yang berpihak Prosedur yang jelas, dan terinci Budaya kompetisi yang sehat Transparansi dalam setiap transaksi Pasar modal yang berkembang Pejabat pemerintah yang cukup paham tentang KPS
Jika melihat negaranegara G20 dengan hutang ratarata sebesar 80%, GDP dari Brasil yang relatif memiliki skala ekonomi yang sebanding dengan sebesar 66% Indonesia, memiliki hutang dengan rasio terhadap GDP yang jauh lebih kecil, yaitu 26%. Hal ini merupakan hal yang baik bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 25
Gam
bar 4
: In
isia
tif D
ukun
gan
Pem
erin
tah
untu
k P
roye
k In
frast
rukt
ur
Land
Fun
dVi
abilit
y G
ap
Fund
(VG
F)Gu
aran
tee
Fund
(PT
PII)
Pasa
r Mod
alda
n Re
form
asi
Kebij
akan
Bada
n Us
aha/
Lend
ers
Pem
biaya
an
Proy
ek
Penja
mina
n Ri
siko
Infra
struk
tur
Pem
beba
san
dan
Pem
bers
ihan
Laha
n
Duku
ngan
Ke
layak
anPr
oyek
PT II
F (P
rivat
e Se
c-to
r) &
PT S
MI (
SOE)
Kons
truks
iKo
nstru
ksi
Lelan
g
Refin
ancin
gDa
na P
embia
yaan
Pem
erin
tah
Pers
iapan
Pemerintah telah mengambil berbagai inisiatif untuk mendukung pembangunan infrastruktur melalui skema KPS, yang dapat dilihat pada bagan berikut:
26 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Beberapa dukungan fasilitas fiskal dari peme rintah, meliputi:1. Land Fund atau Dana penyediaan tanah tersedia dalam dua kate
gori, yaitu Land Revolving Fund yang disediakan sebagai “bridging fi-nance” kepada investor (terutama untuk jalan tol) dan Land Capping yang dimaksudkan untuk mengcover risiko kenaikan biaya akuisisi tanah sampai dengan tingkat tertentu. Pada tahun 2010, Land re-volving Fund yang dikelola BLUBPJT Kementerian Pekerjaan Umum telah mencapai Rp3,4 triliun. Sedangkan dana Land Capping yang dialokasikan sampai dengan tahun 2013 mencapai Rp4,89 triliun.
2. Infrastructure Fund atau dana infrastruktur. Pada bulan Februari 2009, PT SMI menerima modal awal dari Pemerintah sebesar Rp1 triliun. Kemudian pada Tahun 2010 PT SMI mendapat tambahan modal dari Pemerintah sebesar Rp 1 triliun. Pada Bulan Januari 2010 melalui kerjasama dengan IFC, aDB, dan DEG membentuk anak perusahaan yang diberi nama PT Indonesia Infrastructure Finance (PT IIF).
3. Guarantee Fund atau dana penjaminan. Saat didirikan pada Bulan Desember 2009, PT PII mendapat modal awal dari Pemerintah sebesar Rp1 triliun dan pada tahun 2010 dan 2011 mendapat tambahan modal masingmasing sebesar Rp 1 triliun dan 2012 sebesar Rp 1,5 triliun dari Pemerintah. Modal tersebut akan terus ditingkatkan menjadi Rp 9 triliun dalam beberapa tahun mendatang. Pendirian PT PII dimaksudkan untuk meningkatkan kelayakan kredit proyek KPS dan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan penjaminan Risiko Infrastruktur. Pada tanggal 15 Oktober 2011, PT PII menandatangani penjaminan pertama untuk proyek KPS pembangkit listrik Jawa Tengah senilai US$ 3,5 miliar.
4. Untuk mendorong partisipasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur dapat memberikan Viability Gap Fund (VGF) untuk proyekproyek infrastruktur yang dapat menunjang aktivitas ekonomi mendukung. VGF merupakan dana talangan yang diberi kan pemerintah atas sebuah proyek dengan skema KPS. VGF hanya akan diberikan pada proyek infrastruktur yang tidak memiliki keuntungan besar atau memiliki waktu balik modal yang lama supaya investor masih tetap tertarik untuk mengikuti tender tersebut.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 27
Alasan Penyelenggaraan KPS di Berbagai Negara Berbagai negara melakukan KPS untuk alasan yang berbeda
beda. Jika di afrika Selatan KPS dilaksanakan untuk memperoleh dana investasi tambahan maka di Thailand dilakukan untuk pengadaan jasa pelayanan umum yang belum tersedia. Untuk Korea Selatan, skema kerjasama ini ditujukan untuk memperoleh teknologi baru dan yang sudah terbukti keunggulannya. Untuk di negara lainnya seperti amerika Serikat, KPS dimaksudkan guna memperbaiki tingkat efisiensi. Inggris melakukannya untuk meningkatkan kompetisi, Philiphina melakukan KPS untuk meningkatkan transparansi proses pengadaan dan India bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja.
Selain dukungan dalam bentuk pendanaan dan penjaminan, pemerintah juga melan jutkan memberikan dukungan nonfiskal guna memfasilitasi per cepatan penyediaan infrastruktur melalui KPS, yaitu dalam ben tuk Project Development Facility (PDF) untuk penyiapan proyek KPS, penyediaan lahan yang dimiliki pemerintah, penyertaan modal sampai tingkat tertentu melalui BUMN serta insentif fiskal lainnya dan kebijakan “Land Freezing” untuk mencegah kenaikan harga tanah yang tidak terkendali.
Desentralisasi dan KPS Di era desentralisasi dan otonomi daerah saat ini, kewenangan
yang menyangkut sektor infrastruktur, ditangani oleh masingmasing tingkat pemerintahan sesuai dengan kewenangannya. Ke tika Indonesia memasuki era Reformasi, spirit untuk menerapkan desentralisasi dan otonomi daerah secara luas, kian nyata seiring dengan diimplementasikannya UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
28 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Pusat dan Daerah. Tak berselang lama dilakukan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah dengan mengganti kedua undangundang tersebut dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Dikaitkan dengan gelombang reformasi di berbagai belahan dunia, setidaknya berbagai upaya yang dilakukan konvergen pada satu kesimpulan yakni harus ada transfer tanggung jawab dan sumber daya dari pemerintah pusat kepada daerah. Hal ini demi mendukung tercapainya nilainilai demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance). Desentralisasi pun kemudian menjadi alat terbaik untuk membawa pemerintah lebih dekat kepada warga negara, memperbaiki pembuatan keputusan publik, dan memberikan pelayanan publik secara lebih efektif.
Teori desentralisasi sendiri berangkat dari suatu pemikiran bahwa setiap pelayanan publik mestinya disediakan oleh yuridiksi tertentu yang memiliki kontrol atas wilayah geografis tertentu. Hal ini mengingat: a. Pemerintah daerah memahami apa yang menjadi concern pen
duduknya; b. Pembuatan keputusan akan lebih responsif kepada pihakpihak
yang diberikan pelayanan, dengan demikian akan ada tanggung jawab anggaran dan efisiensi, khususnya apabila pendanaan pelayanan pun didesentralisasikan;
c. Birokrasi yang sekiranya tidak bermanfaat dapat dieliminir;d. Kompetisi dan inovasi akan ada di antara berbagai yuridiksi.
Ditinjau dari aspek histori, otonomi daerah di Indonesia dikenalkan sejak tahun 1903. Namun pengakuan secara legal formal untuk kali pertama pemberlakuan otonomi daerah persis ketika pembentukan Komite Nasional Daerah (KND) untuk mewujudkan politik desentra lisasi. Dilandasi oleh keinginan untuk menghargai pluralisme daerah yang membentuk NKRI, Pada 1965 dikeluarkan UU No. 18 tahun 1965. UU ini memberikan keleluasaan kepala daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, bahkan bisa diberikan kewenangan lebih oleh pemerintah pusat. Kemudian
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 29dikeluarkan Ketetapan No. IV/TaP MPR/1973, prinsip otonomi seluasluasnya sebagaimana tertuang dalam Ketetapan No. XXI/MPR/1966 diubah menjadi otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Hal ini kemudian menjadi acuan dalam pembentukan UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini bertekad mewujudkan otonomi daerah yang mengancam ketahanan politik. UU ini menitikberatkan pelaksanaan Otonomi daerah pada daerah tingkat II (kabupaten/kota) seperti yang dilanjutkan dengan UU lain pada era Reformasi yaitu UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004.
Dalam UU No. 5 tahun 1974, pelaksanaan Otonomi Daerah berdasar kan asas desentralisasi dan dilaksanakan bersamaan dengan dekonsentrasi. Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 secara substansial mengubah beberapa paradigma penyelenggaraan Peme rintahan Daerah dalam UU No. 22 Tahun 1999. Salah satunya adalah desentralisasi dan dekonsentrasi dipandang sebagai sesuatu yang bersifat kontinum bukan bersifat dikotomis. Dalam pembentukan daerah, UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mengatur persyaratan administrasi, teknis dan fisik kewilayahan. Hal ini dimaksudkan agar pembentukan daerah dapat menjamin terselenggaranya pelayanan publik secara optimal.
Jika berbicara soal pembagian pekerjaan pemerintahan, maka ada pembagian yang spesifik:1. Pekerjaan yang sepenuhnya menjadi wewenang Pemerintah Pusat,
meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional, yustisi, dan agama.
2. Pekerjaan yang bersifat concurrent atau pekerjaan yang dapat dikelola bersama antara pusat, provinsi, atau pun kabupaten/ Kota. Pembagian wewenang ini diatur dalam pasal 11 ayat (1) UU
Nomor 32 Tahun 2004, dengan menggunakan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dalam rangka mewujudkan proporsionalitas pembagian wewenang pemerintahan, sehingga ada kejelasan siapa melakukan apa.
30 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Kewenangan daerah terbagi dua, yakni: 1. Kewenangan wajib adalah wewenang pemerintahan yang ber
kaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar dan sebagainya.
2. Kewenangan pilihan adalah hal yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan. Selanjutnya agar penyediaan pelayanan kepada masyarakat
mampu memenuhi ukuran kelayakan minimal, pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah Daerah harus berpedoman kepada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah. aspek penting lainnya adalah aspek demokratisasi yang diukur dari unsur keterlibatan masyarakat dalam menentukan pejabat publik di daerah.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 31adanya kebijakan desentralisasi di Indonesia, telah membawa
tantangan tersendiri dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, khususnya dengan skema KPS. Risiko politik yang berdampak kepada proyekproyek KPS dapat dianggap semakin meningkat, mengingat adanya pengambilan keputusan dan kewenangan yang beragam dan berlapis. KPS merupakan proyek Pemerintah sehingga membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Dengan adanya otonomi daerah maka kekuasaan Pemerintah pusat semakin tersebar. ada pro dan kontra terkait kebijakan otonomi dimana kebijakan pusat tidak bisa serta merta direplicate dengan kebijakan pemerintah daerah. Contohnya adalah industri penyediaan air minum, di mana tarifnya diputuskan oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat tidak bisa mengintervensi atau menyamakan tarif dengan daerah lainnya.
32 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Desentralisasi Di Berbagai NegaraDalam penelitiannya di Meksiko yang dituangkan dalam
bukunya Going Local: Decentralization, Democratization, and the Promise of Good Governance, Merilee Grindle menganalisa penerimaan berbagai pemerintah daerah terhadap tanggung jawab dan sumberdaya yang diserahkan oleh peme rintah pusat. Ia mengkaji dampak kompetisi politik, kapasitas pemimpin politik untuk memobilisasi sumber daya, pengenalan metode baru dan keahlian administrasi publik, dan tuntutan pada kapasitas pemerintah daerah untuk menjalankan amanah secara lebih efisien, efektif, dan responsif.
Terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi di berbagai negara antara lain Filipina, Philipina, Uganda, Brazil, dan Indonesia, ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik: 1. Faktor lingkungan politik dan kerangka legal nasional turut
memengaruhi bentuk dan isi kebijakan desentralisasi. Devolusi politik kepada pemerintah akan menjadi terhambat apabila sistem politik masih menyimpan benihbenih otoritarian. Harus dilihat pula, bagaimana karakteristik struktur kekuasaan daerah dan sejauh mana penerima manfaat di tingkat lokal terkelola dengan baik.
2. Salah satu pembagian fungsi dan tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah adalah adanya keuntungan kompetitif yang diterima dari penyediaan pelayanan tertentu. ada semacam kebutuhan bersama bagi keduanya agar pelayanan tertentu yang diberikan oleh pusat mampu menangkap apa yang menjadi preferensi dan prioritas setiap pemerintah daerah, dan bahwa inisiatif yang digagas harus mampu menjamin pemerataan antar wilayah melalui paketpaket kebijakan redistribusi. Distribusi fungsi dan
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 33
tang gung jawab memang perlu namun tidak cukup untuk menciptakan kemitraan yang efektif diantara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah daerah pun memerlukan sum ber daya yang proporsional dengan tanggung jawab yang ada padanya. Disini kemudian mekanisme transfer dari pemerintah pusat kepada daerah bisa menjadi alat yang penting.
3. Perlunya akuntabilitas pemerintah daerah dan kelompok politik. Seberapa jauh derajat akuntabilitas pemerintah daerah kepada konstituennya merupakan suatu parameter keberhasilan kebijakan desentralisasi. Parameter lainnya adalah aturanaturan elektoral yang memungkinkan partisipasi dan representasi, keterlibatan aktif dari masyarakat dalam proses politik lokal, serta sistem administrasi di daerah yang berjalan efektif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat daerah.
4. Perlunya penguatan kapasitas pada tingkat pusat. agar proses imple men tasi kebijakan desentralisasi sampai di tujuan nya, pemerintah pusat perlu menyiapkan panduan dan pelatihan untuk mendukung pemerintah daerah. Manakala kapasitas pemerintah pada level pusat diragukan, besar kemungkinan proses desentralisasi yang begitu cepat tidak akan mencapai sasarannya. Kapasitas disini misalnya mengawal Undangundang dan peraturan lainnya, penyediaan pelayanan sosial, pembuatan sistem dan proses yudisial, serta pengelolaan sumber daya alam.
5. Perlunya kapasitas administrasi di tingkat daerah. ada kecenderungan bahwa pemerintah lebih mengedepankan desentralisasi dalam pem buatan keputusan serta manajemen dan administrasi dengan sedikit menaruh perhatiannya
34 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
pada kapasitas pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan dan fungsinya. Di satu sisi, banyak pemerintah daerah mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini karena mereka memiliki kapasitas dan sumberdaya yang memadai, sementara di sisi lain, banyak pemerintah daerah terjebak dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena keterbatasan kapasitas dan sumber daya. Kalau ini dipaksakan, lambat laun akan terjadi kesenjangan yang luar biasa antara satu wilayah dengan wilayah lain.
6. Perlunya peran yang kuat dari masyarakat madani dan community-based groups. Peran utama dimainkan oleh organi sasi berbasis masyarakat maupun masyarakat dalam konteks desentralisasi. asosiasi petani, kelompokke lompok muda, dan organisasi perempuan, misalnya, dapat
Ekspektasi Swasta terhadap KPSDengan adanya KPS, pihak swasta memperoleh peluang untuk
memperoleh keuntungan dari keterlibatan mereka dalam bisnis penyediaan layanan infrastruktur publik. Jika melihat besaran pasar dan daya beli yang sedang meningkat, bisnis layanan infrastruktur sangat menjanjikan, terutama di Indonesia dan negaranegara berkembang. akan tetapi, ketertarikan swasta untuk terlibat dalam bisnis infrastruktur juga mensyaratkan bahwa skema KPS dikembangkan berdasarkan pembagian risiko yang adil dan saling menguntungkan antara pihak swasta dan masyarakat umum yang diwakili oleh pemerintah. Pihak swasta berharap bahwa dana pemilik modal dan pemberi pinjaman dapat dikembalikan ditambah dengan return yang layak atas investasi yang ditanamkan dalam bisnis penyediaan layanan infrastruktur. Sementara dari sisi publik, pemerintah berharap tersedianya layanan infrastruktur yang layak
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 35
meningkatkan dukungan lokal dan intervensi peme rintah. Disamping itu, mereka juga memainkan peran sebagai penjaga kepentingan publik di tingkat lokal. Mereka diharapkan mampu memperbaiki akses publik kepada pelayanan dasar, meningkatkan kesadaran publik mengenai berbagai inisiatif yang diambil pemerintah daerah, dan pada kasus tertentu, memberikan pelayanan secara langsung kepada kaum miskin.
7. Berkaitan dengan kepemimpinan lokal. Kepemimpinan lokal tidak hanya berkaitan dengan pemerintah daerah, tetapi juga kepemimpinan dalam masyarakat dan sektor swasta. Mereka diharapkan menjadi consensus builder antara masyarakat dan pemerintah daerah dan menjadi mediator bagi pemerintah pusat dan lembaga donor internasional.
dengan harga yang terjangkau sehingga memberikan nilai uang (value-for-money) yang wajar.
Kepentingan swasta untuk mendapatkan keamanan pengembalian dana yang diinvestasikan di proyek KPS seringkali memunculkan keperluan adanya penjaminan pemerintah karena dalam proyek KPS terdapat risikorisiko proyek yang tidak (atau kurang) dapat dikendalikan oleh pihak swasta seperti risiko politik, risiko perubahan kebijakan dan lainlain. Di sisi lain, pemerintah juga perlu berhatihati dalam memberikan penjaminan untuk proyekproyek KPS karena penjaminan yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan risiko instabilitas terhadap anggaran pemerintah dan menyinggung rasa ketidakadilan publik. Permintaan penjaminan akan semakin tinggi apabila pemerintah tidak bisa memberikan kejelasan dan kepastian hukum serta tidak mampu menunjukkan pemahaman dan kemampuan yang diperlukan dalam proses transaksi proyek KPS.
36 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Tujuan Implementasi KPSMelihat kepentingan KPS yang sangat luas, maka perlu adanya
upaya yang nyata atau tindakan untuk menghemat tenaga dan biaya guna memperbaiki, meningkatkan produksi atau targettarget yang telah ditentukan. Dalam konteks KPS, penghematan, perbaikan dan peningkatan ini dicapai melalui peningkatkan sistem kerjasama yang saling menguntungkan dengan meminimalisir kemung kinan risiko yang ada. Secara sederhana, tujuan dari KPS ini adalah untuk membuat semua yang tadinya sulit menjadi lebih mudah (lewat kerjasama teknologi dan pengetahuan, mahal menjadi lebih murah (lewat kerjasama pendanaan), risiko yang terdeteksi dan yang lebih penting lagi adalah pertumbuhan infrastruktur yang bisa diwujudkan melalui skema KPS ini bisa dieksekusi melalui pembangunan berskala besar dan berkelanjutan. Tentunya lewat komitmen dan kerja keras namun tetap dalam jalur tata nilai.
Keterbatasan Infrastruktur di Negara LainKeterbatasan infrastruktur juga dialami oleh negara lain, dan
berbagai program dilakukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Brazil misalnya, meluncurkan program Growth acceler ation Program (PaC) pada tahun 2007, dengan menganggarkan dana sebesar R$504 miliar selama periode 2007–10. Dana itu untuk investasi di sektor infrastruktur sosial (R$171 miliar), kelistrikan (R$275 miliar), dan logistik (R$58 miliar).
Program PaC ditujukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas jaringan infrastruktur dan akses penduduk yang lebih baik untuk layanan air bersih, sanitasi, perumahan, listrik, transportasi, dan energi. Pada tahun 2010, pemerintah Brazil meluncurkan program PaC 2, dengan anggaran tiga kali lipat yaitu sebesar R$1,59 triliun selama periode 2011–14. Dapat dipastikan bahwa infrastruktur yang segera dibangun ini akan mendorong Brazil mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dalam beberapa tahun ke depan.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 37Proyek KPS merupakan proyek infrastruktur yang telah ditetap
kan oleh Pemerintah untuk dibangun dan dibiayai pihak swasta melalui ikatan perjanjian (kontrak) yang melibatkan instansi pemerintah (sektor publik) dan badan usaha (sektor swasta). Setelah mendapatkan penetapan dari Pemerintah, pihak swasta bertang gung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan dan operasi dari proyek. Kontrak KPS biasanya memiliki jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari 15 tahun) untuk memungkinkan pengem balian investasi pihak swasta. Basis dari kontrak KPS adalah pembagian/alokasi risiko proyek KPS antara Pemerintah (melalui PJPK) dan Swasta, dimana tiap risiko dialokasikan kepada pihak yang secara relatif lebih mampu mengendalikan, mengelola, mencegah ataupun menyerapnya. Bentuk proyek KPS dapat berupa kerjasama operasi dan pemeliharaan fasilitas infrastruktur hingga pembiayaan, penyediaan dan pengoperasian fasilitas infrastruktur. Kita bisa berkaca pada keberhasilan di negara lain, seperti Jepang misalnya. Dari sebuah negara yang terpuruk (akibat perang), kini bisa menjelma menjadi salah satu negara asia (bahkan dunia) dengan percepatan laju ekonomi yang tinggi. Itu bisa terjadi berkat komitmen mereka untuk mengawali proses pemulihan melalui pembangunan berbagai infrastrukur. Sementara Indonesia masih tertinggal jauh, bahkan dari negeri tetangga, Malaysia dan Singapura.
Menurut Global Competitiveness Report 20132014 (WEF, 2013), Indonesia menempati peringkat ke 61 dari 148 negara jika dilihat dari pilar infrastruktur, salah satu dari 12 pilar daya saing yang diukur. Dibandingkan dengan negaranegara sekelas, Indonesia masih tertinggal jauh, antara lain: Malaysia (29), Thailand (47), Brunei (58), dan Turki (49). Indonesia nyaris disusul oleh Kazakstan (62) yang berada satu tingkat dibawah peringkat Indonesia. Negaranegara maju menunjukkan peringkat infrastruktur yang lebih baik. Lima peringkat teratas adalah: Hong Kong SaR, Singapura, Jerman, Prancis, dan United arab Emirates. Peringkat Indonesia dalam rincian kualitas infrastruktur juga berada pada posisi relatif rendah atau di peringkat tengah (82 dari 148). Meskipun mengalami peningkatan dari sebelumnya (WEF
38 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
2012) dimana sebelumnya masuk dalam peringkat 96 untuk kualitas infrastruktur kereta api dan 97 untuk kualitas pasokan listrik menjadi peringkat 89 untuk keduanya, namun relative bukan peringkat yang baik juga. Sedangkan untuk peringkat pelanggan telpon gerak mengalami perbaikan yang signifikan dari peringkat 98 menjadi 62. Indonesia juga mengalami penurunan peringkat untuk kualitas infrastruktur dimana sebelumnya berada di peringkat 21 menjadi 68. Sedangkan untuk ketersediaan penerbangan km/minggu memiliki peringkat yang baik yaitu 15 dari 148. Bila skema KPS dijalankan dengar benar seharusnya Indonesia bisa menaikan peringkatnya. Implementasi KPS yang efektif memungkinan per cepatan pembangunan infra struktur di Indonesia.
Keterbatasan anggaran pemerintah semestinya bisa diatasi dengan menggandeng pihak swasta yang tepat dan kredibel. Sebaliknya, melalui kerjasama yang efektif kecemasan pihak swasta akan kemungkinan risiko politik tidak perlu lagi ada, karena pemerintah dapat menjamin keberlangsungan proyek yang sedang berjalan melalui PT PII. apabila selama masa konsesi terjadi perubahan peraturan yang mengakibatkan proyek dipandang tidak akan mampu mengembalikan investasi sesuai dengan yang diperjanjikan, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada penyelenggara proyek.
Selain risiko investasi dan politik, ada risiko terminasi. Hal ini biasa nya terjadi bila sebuah pemerintahan berganti, yang biasanya pula berganti kebijakan. Termasuk kebijakan terkait proyek KPS. Kasus seperti ini pun termasuk lingkup risiko yang dapat dijamin. Jaminan seperti inilah yang diharapkan bisa membuat pihak swasta merasa aman untuk mengeluarkan investasinya dalam proyek KPS sehingga program ini pun menjadi tepat sasaran.
Pemberian penjaminan tentunya harus membawa manfaat bagi kedua belah pihak (pemerintah dan swasta). Jangan sampai, jaminan risiko yang harus diberikan pemerintah kepada pihak swasta bisa menimbulkan instabiltas aPBN. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan keberadaan PT PII, sebagai badan yang menyediakan penjaminan pada proyek KPS secara akuntabel dan transparan. Bagi pemerintah manfaat dari dibentuknya PT PII bagi proyek KPS adalah untuk dapat
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 39menarik minat investor swasta dan lembaga keuangan dalam berperan serta membangun infrastruktur sehingga tingkat keberhasilan eksekusi proyek menjadi lebih tinggi serta dapat sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan. Manfaat lain adalah meningkatnya kompetisi dalam proses tender sehingga diharapkan diperoleh proposal tender yang berkualitas dengan harga yang kompetitif. Bagi sektor swasta, manfaat yang bisa diperoleh adalah mitigasi risiko yang tidak dapat dicakup dari pasar, peningkatan transparansi dan konsistensi akan proses evaluasi dan pemberian jaminan serta dapat meningkatkan bankability proyek.
Komparasi Sektor Publik dan Sektor SwastaDalam melakukan komparasi pelaksanaan proyek oleh sektor publik
dan sektor swasta ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Karakteristik sektor publik sangat berbeda dengan sektor swasta, sehingga perhitungan yang diterapkan pada kedua sektor tersebut juga berbeda dan mempunyai keunikan sendiri.
PJPK
Sektor Publik selain PJPK
Konsesi
KonsultanDesain
KontraktorKonstruksi Kontrak
Konstruksi
Operator
Konstruksi dan Operasi PenggunaPembiayaan
Pembiayaan Pinjaman
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Lenders
Badan Usaha
Sektor Publik
Sektor Swasta
Transaksi sesuai Tarif
Kontrak Operasi
FinancialClose
Kontrak KPS
Pengaruh terhadap Proyek KPS
Gambar 5 : Model struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur
40 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Perbedaan mencolok diantara keduanya adalah motif yang melatarbelakangi keputusan masingmasing. Kalkulasi sektor bisnis (swasta) selalu mencari keuntungan sebanyakbanyaknya dari layanan atau produk yang diberikan kepada publik. Namun, berbeda dengan swasta, sektor publik sematamata hanya untuk memenuhi kebutuhan publik tanpa motif mencari keuntungan. Kalkulasi sektor publik dibuat sebagai wujud pertanggung jawaban kepada masyarakat dan bukan sematamata kepada pemilik atau pemegang saham saja sebagaimana di sektor swasta.
Pada tataran konsep, kalkulasi sektor publik diharapkan dapat me ningkatkan akunta bilitas dan trans paransi kinerja penge lola an sektor publik. Dampak lainnya ada lah men dudukkan kembali keseimbangan pembangunan fisik dan pembangunan nilai.
Sektor publik dan sektor swasta merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional yang menggunakan sumber daya finansial, modal, maupun manusia. Keduanya juga saling bertransaksi dan membutuhkan dengan pola manajemen keuangan yang sama yang dimulai dari perencanaan sampai pengendalian. Beberapa sektor swasta mempunyai keluaran yang sama. Misalnya, pemerintah menyediakan alat transportasi publik, sementara ada juga pihak swasta yang bergerak di sektor yang sama dan menyediakan sarana transportasi untuk umum.
Kedua sektor tersebut memiliki perbedaan tujuan sumber pendanaan, pola pertanggung jawaban, struktur organisasi, karakteristik anggaran, stakeholders, sistem akuntansi dan sebagainya. Bicara soal tujuan, sangat jelas bahwa sektor swasta menginginkan laba maksimum sedangkan sektor publik bertujuan untuk pelayanan publik. Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah dan pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan lainnya yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor swasta lebih fleksibel dan bervariasi. Pada sektor swasta sumber pembiayaan dipisahkan menjadi sumber pembiayaan internal dan
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 41
sumber pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke perusahaan dan modal pemilik. Sedangkan sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik. Kebijakan pemilihan struktur modal pada sektor swasta lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sedangkan pada sektor publik, keputusan pemilihan struktur pembiayaan tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan politik dan sosial.
Pola pertanggung jawaban manajemen sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Jika manajemen sektor swasta bertanggung jawab kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan, maka manajemen sektor publik bertanggung jawab secara vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah pertanggung jawaban atas penge lo laan
Optimisme KPS di Indonesia | 41
42 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertang gung jawaban pemerintah kepada parlemen. Pertanggung jawaban horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggung jawaban kepada masyarakat luas.
Jika dilihat dari karateristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu anggaran pada sektor swasta tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan. Hal ini tentu saja membawa perbedaan yang besar pada sistem akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi yang biasa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual (accrual accounting), sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting).
Persamaan dan perbedaan ini haruslah diketahui dan dipahami oleh pemerintah sebagai sektor publik dan sektor swasta saat melakukan kerjasama dengan skema KPS. Dengan pemahaman yang mendalam tentang komparasi sektor publik dan swasta maka rasionalitas KPS pun menjadi semakin mudah dipahami.
Konsep Value for Money (VFM) dan Pendekatan Life Cycle Cost (LCC)
Sebagai pendorong sektor infrastruktur, faktor terpenting dalam keterlibatan pihak swasta adalah adanya nilai manfaat uang (Value for Money-VFM) yang lebih baik dibandingkan model pengadaan tradisional. VFM didefinisikan sebagai kombinasi optimal dari keseluruhan biaya selama aset tersebut digunakan, yaitu biaya untuk menjaga aset tersebut sesuai dengan umur yang telah ditentukan dan kualitas yang dihasilkan (fit for purpose) dari barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Terdapat metodologi rinci untuk menilai VFM dalam KPS, melalui analisis kuantitatif dan kualitatif. Berbagai risiko yang (mungkin) akan terjadi harus diperhitungkan agar skema KPS ini bisa berjalan sukses sesuai harapan, melalui alokasi risiko dan mitigasi yang tepat. Disinilah
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 43peran penting Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), lewat analisis yang tepat terhadap berbagai kemungkinan risiko dan langkah mitigasinya. PJPK harus dapat menciptakan kondisi yang kondusif sehingga pihak swasta merasa nyaman dan aman melakukan investasi. Khusus mitigasi risiko yang dibebankan kepada Badan Usaha swasta, PJPK harus memastikan bahwa pihak Badan Usaha swasta mengambil langkah mitigasi yang tepat dengan menggunakan biaya terendah dalam melaksanakan proyek. Pengalokasian risiko harus sejalan dengan Prinsip alokasi Risiko dimana risiko dialokasikan kepada pihak yang lebih mampu mengelola atau memiliki biaya terendah untuk mengelola risiko tersebut. alokasi yang tepat ini penting demi memaksimalkan prinsip VFM .
Kriteria kualitatif VFM adalah konsep dasar pendekatan yang membandingkan antara nilai manfaat yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan untuk proyek KPS dengan proyek nonKPS. Secara rinci, kriteria kualitatif VFM adalah sebagai berikut:• adanya nilai investasi yang memerlukan pengelolaan risiko yang
efektif;• Sektor swasta yang memiliki keunggulan dalam pelaksanaan
Proyek Kerjasama; • Efektifitas, pemerataan, dan akuntabilitas layanan yang dapat
terjamin dalam jangka panjang;• Teknologi dan aspek lain pada sektor terkait yang bersifat stabil
dan adaptif terhadap perubahan; dan• adanya insentif yang menarik bagi sektor swasta.
VFM merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu:1. Ekonomi: perolehan input dengan kualitas dan kuantitas ter tentu
pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan per bandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
2. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan penggunaan input yang terendah. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
44 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
3. Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output.Konsep VFM bukanlah tentang memilih opsi pengadaan yang
memberikan penawaran paling rendah, tapi lebih kepada mem bandingkan berbagai pilihan pengadaan yang berbeda dan mengukur nilai masingmasing dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti waktu, dan cost overruns. Konsep ini merupakan eva luasi penawaran dalam kaitannya dengan keberlanjutan, tujuan, dan pencapaian dari opsi pengadaan itu sendiri. Dalam menjalankan konsep VFM haruslah ada semacam contoh analisis kuantitatif untuk mengukur sebuah kontrak KPS dengan membandingkan net present cost dari pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak KPS dengan net present cost dari komparator sektor publik ; yaitu timbulnya biaya proyek apabila dilakukan pengadaan secara tradisional.
Bukan saja analisis kuantitatif, prinsip VFM dari sebuah KPS membutuhkan kemampuan untuk memenuhi hasil yang ditetapkan, fleksibilitas dalam program, ketertarikan sektor swasta, serta kapasitas dan kemauan untuk mendapatkan dan mengelola kontrak. ‘Nilai untuk uang’ atau VFM ini bisa dikatakan sebagai patokan untuk menilai apakah sebuah kerjasama akan dan bisa memperoleh manfaat maksimal bagi kedua belah pihak (pemerintah dan swasta). Bukan sekadar mengukur biaya, namun juga memperhitungkan kualitas, kemampuan sumber daya, transparasi, ketepatan waktu dan kenyamanan sehingga benarbenar bisa memperoleh hasil sebaik mungkin.
Tidak kalah penting, yang juga patut dipertimbangkan dalam menentukan sukses atau tidaknya skema KPS adalah perhitungan Life Cycle Cost (LCC). Ini merupakan bagian penting yang harus dijalani, yaitu sebuah proses untuk menentukan seluruh biaya yang berkaitan dengan aset pengembangan meliputi biaya perencanaan, biaya perolehan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, perbaruan, dan biaya penghapusan. Sederhananya, LCC dari sebuah aset bisa didefinisikan sebagai total biaya selama umur aktual dari aset tersebut.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 45Institusi Pendukung KPS
Dalam mendukung infrastruktur dengan skema KPS berdasarkan kebijakan dan regulasi yang ada, pemerintah tidak mungkin melakukan semuanya sendiri. Untuk itu dibentuklah beberapa institusi pendukung. Dari Kementerian Keuangan, pertama dengan mendirikan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI, yang berfungsi sebagai katalisator pembangunan infrastruktur dengan menyediakan fasilitas pembiayaan dalam bentuk dana pinjaman, penyertaan modal dan pinjaman subordinasi untuk proyek. Kedua, mendirikan Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) dengan 100 persen saham dimiliki pemerintah. Ketiga adalah penyediaan fasilitas dana talangan bagi pembiayaan pengadaan tanah melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, dalam melakukan investasi Pemerintah, PIP dapat melakukan kerjasama investasi dengan Badan Usaha dan/atau BLU dengan pola KPS.
Kesiapan Proyek KPS Kesiapan proyek KPS bergantung pada masingmasing pemilik
proyek dalam hal ini biasa disebut Government Contracting Agency (GCA) atau Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK). Sehingga bila proyek disiapkan maka investor pun akan tertarik untuk mendanai, baik berbentuk equity maupun debt financing. Dengan kondisi tersebut, yang harus dilakukan Pemerintah adalah membuat masingmasing PJPK mampu menyiapkan proyek KPS dengan baik. Upaya peningkatan kapasitas (capacity building) perlu dilakukan supaya PJPK memiliki pengetahuan yang cukup untuk bisa melakukannya.
Struktur Proyek KPS Secara UmumBerdasarkan Regulasi KPS, PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah, dan untuk sektor infrastruktur yang menurut per
46 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
aturan perundangundangan diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD, maka PJPK proyek sektor tersebut adalah BUMN/BUMD.
Bila dilihat dari Regulasi KPS yang ada, bentukbentuk kerjasama atau struktur KPS dapat bervariasi. Klasifikasi struktur KPS dapat dilakukan berdasarkan sifat dari pelayanan dan pembagian risiko yang termuat dalam kontrak KPS. Dua kategori utama struktur proyek KPS dasar adalah struktur berbasispenggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP), dan struktur berbasisketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP).
Lingkup penyediaan infrastruktur dalam struktur berbasispenggunaan layanan meliputi seluruh peran atau pekerjaan yang dimungkinkan untuk dilakukan oleh pihak swasta. Struktur ini kerap
46 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 47disebut juga sebagai model Konsesi Penuh (model “Konsesi”) dan biasa digunakan di sektor perhubungan seperti jalan tol, kereta api dan sektor utilitas seperti penyediaan air minum. Sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah ini, Badan Usaha secara langsung menyediakan layanan infrastruktur kepada pelanggan retail/pengguna akhir, dimana PJPK hanya berperan sebagai regulator. PJPK secara kontraktual sepakat untuk memberikan suatu hak pengusahaan/konsesi untuk penyediaan layanan infrastruktur secara keseluruhan selama periode kontrak yang disepakati.
Dalam struktur berbasisketersediaan layanan, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan hanya meliputi sebagian dari seluruh peran yang dimungkinkan untuk dilakukan oleh pihak swasta. Seperti terlihat pada diagram, Badan Usaha menerima pembayaran berkala dari PJPK selama periode kontrak atas ketersediaan layanan
Gambar 6 : Struktur KPS berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur
PJPK
Sektor Publik selain PJPK
Kontraktor BOTPerjanjian jual beli
KonsultanDesain
KontraktorKonstruksi Kontrak
Konstruksi
Operator
Konstruksi dan Operasi Pembiayaan
Pembiayaan Pinjaman
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Lenders
Badan Usaha
Sektor Publik
Sektor Swasta
Kontrak Operasi
FinancialClose
Kontrak KPS
Pengaruh terhadap Proyek KPS
Transaksi Tarif
Pengguna
48 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Tantangan KPS Sektor publik yang mengelola keterlibatan swasta ikut menentu
kan sukses tidaknya sebuah skema KPS, utamanya dalam mengatasi berbagai tantangan yang seringkali menjadi ganjalan, sehingga KPS ini dapat diakui sebagai skema yang bisa membawa manfaat.
Berbagai tantangan yang masih terjadi menurut kajian World Bank – terutama di negaranegara Asia Pasifik adalah ;1. adanya gap (jurang pemisah) dalam perkiraan dan persepsi atas
berbagai risiko. Hal ini telah berakibat pada berbagai negosiasi yang berkepanjangan.
infrastruktur (termasuk biaya operasional yang diteruskan atau pass-through ke PJPK). Karena nya, biasanya entitas yang menjadi PJPK adalah instansi utilitas publik (misal PLN untuk sektor listrik).
Gambar 7 : Tantangan KPS
Tantangan KPS secara umum
Regulasi &Perizinan
Kapasitas Sektor Publik
KoordinasiKPS
Dukungan Pemerintah
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 492. adanya tujuan pemerintah, komitmen dan proses peng ambilan
keputusan yang rumit. 3. adanya kelemahan dalam kebijakan sektor, kerangka hukum dan
regulasi.4. adanya anggapan pemerintah bahwa kebanyakan dan risiko
merupakan risiko komersial yang harus ditanggung swasta. 5. adanya kebutuhan investasi infrastruktur yang sangat besar.
Proyekproyek infrastruktur yang dibiayai swasta membutuhkan pasar modal dalam negeri yang ber kembang dengan baik.
6. adanya keterbatasan jangka waktu pembiayaan dimana proyek infrastruktur umumnya memerlukan jangka waktu pinjaman lebih dari 15 tahun.
7. adanya inisiasi untuk proyek baru yang dilakukan berdasarkan transaksi langsung dimana kebanyakan transaksi tersebut tidak melibatkan persaingan yang terbuka dan dihasilkan dari suatu proses negosiasi langsung yang tidak sesuai standar.Melalui kerangka kerja yang jelas, tantangan tersebut harusnya
tidak perlu lagi terjadi pada proyek dengan skema KPS yang melibatkan pemerintah, investor (swasta), dan publik (pengguna jasa). Dengan kerangka kerja yang jelas maka pemerintah harus mengetahui dan mengupayakan pencapaian efisiensi dan pembiayaan secara tepat dan benar. Pihak swasta pun harus diyakinkan atas pendapatan keuntungan yang konsisten dengan kemungkinan risiko yang terjadi. Selanjutnya masyarakat pun harus yakin bila jasa pelayanan akan meningkat tentunya juga dengan berbagai kompensasi atau penyesuaian tarif yang wajar.
Banyak hal yang harus dipahami agar skema KPS bisa berjalan sesuai rencana. Salah satunya adalah dengan cara melakukan benchmarking. Benchmarking adalah alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kinerja (performance) serta mengembangkan suatu praktek yang terbaik bagi perusahaan/organisasi. Benchmarking dapat menjadi dasar untuk membangun rencana operasional dengan praktek terbaik dan menyempurnakan tatanan dan keterlibatan seluruh pihak yang terlibat dalam KPS.
50 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Dalam pelaksanaan proyek pemerintah dalam bidang infrastruktur yang dikelola melalui skema KPS perlu ada struktur transaksi yang baku yang selaras dengan praktikpraktik terbaik di pasar. Tentu saja seperti yang dijabarkan sebelumnya, struktur transaksi proyek KPS harus dalam perspektif bankability, dilaksanakan secara transparan dan terbuka melalui konsultasi pasar dan dengan stakeholders kunci. Setiap perjanjian yang dilakukan dalam struktur transaksi KPS harus selalu jelas dan komprehensif.
Proyek yang dikerjakan dalam skema KPS harus feasible baik secara ekonomi, keuangan, sosial, maupun lingkungannya. Dalam konteksi
Tahap Implementasi KPS Jika melihat secara menyeluruh, maka Tahapan dalam KPS bisa
digambarkan sebagai berikut:
TAHAP I:PERENCANAAN PROYEK
KERJASAMA
TAHAP II:PENYIAPAN PROYEK
KERJASAMATAHAP III:
TRANSAKSI PROYEK KERJASAMATAHAP IV:
MANAJEMEN PELAKSANAPERJANJIAN KERJASAMA
PJPK, KKPPI, PPRF, BUPI, BKPM, BAPPENAS, BPN
Indentifikasidan
PemilihanProyek
Kerjasama
PenetapanPrioritas
Kajian AwalPrastudi
KelayakanProyek
Kerjasama
Kajian KesiapanProyek
Kerajasama
PenyelesaianPrastudi Kelayakan
- Rencana Pengadaan Badan Usaha
- Pelaksanaan Pengadaan BU
- Penyiapan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Output:Daftar Prioritas Proyek
Dokumen Studi Pendahuluan
Output:Dokumen Penyiapan Proyek
Kerjasama
Output:Dokument Prastudi
Kelayakan
Output:Dok. Perjanjian
KerjsamaDok. Penjaminan &
Dok. Regress
Output:LaporanBerkala
PelaksanaanManajemen PK
Output:Perolehan
Pembiayaan;Kontrak EPC;
Kontrak Operasi
PerencanaanManajemen
PelaksanaanPerjanjianKerjasama
ManajemenPelaksanaan
PerjanjianKerjasama
Proses alokasi, pencairan, pengawasan & pemantauan Pemberian Dukungan
Pemerintah dan/atau pemantauan & evaluasi pelaksanaan Perjanjian Penjaminan & Perjanjian Regress
Proses Permohonan KebutuhanDukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Konfirmasi/Persetujuan Pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP/BUKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP/PJPK
PROSES PENGADAAN TANAH
Penanggung Jawa ProyekKerjasama (PJPK)/BAPPENAS
PJPK, KKPPI, BKPM, BAPPENAS, KementerianKeuangan (PPRF), BUPI, BPN, KLH
PJPK, PPRF, BUPI, BKPM, BAPPENAS, KLH
PERAN SERTA INSTANSI/LEMBAGA
Konsultasi Publik:Penyebarluasan Informasi
Konsultasi Publik:Interaksi Konsultatif
Konsultasi Publik:Penjajakan Minat Pasar
Gambar 8 : Tahapan Dalam Implementasi KPS (sumber:Bappenas)
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 51ini setiap proyek harus memiliki struktur transaksi yang memberikan manfaat secara ekonomi baik dari sisi sektor publik maupun pihak swasta. Struktur transaksi akan feasible secara sosial apabila berdampak positif dan manfaatnya dapat dirasakan khususnya oleh masyarakat pengguna infrastruktur serta lingkungan sekitar. Proyek juga harus dapat memperhatikan keseimbangan alam dan tetap menjaga stabilitas lingkungan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya yang menjadikan lingkungan setempat sebagai habitatnya.
Setiap proyek KPS harus memiliki struktur transaksi yang memenuhi ketentuan regulasi. apabila memerlukan dukungan langsung maupun dukungan kontinjen pemerintah, setiap transaksi KPS selalu mengikuti ketentuan fiskal yang diatur oleh Menteri Keuangan. Perpres 13/2010 menyebutkan adanya dukungan kontinjen berupa Jaminan Pemerintah yang akan diberikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) kepada proyek KPS. Dukungan kontinjen atau jaminan tersebut diberikan Menkeu melalui suatu Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) dalam hal ini PT PII. Kehadiran PT PII sebagai BUPI diharapkan akan mendorong masuknya pendanaan dari swasta untuk sektor infrastruktur di Indonesia melalui peningkatan kelayakan kredit (creditworthiness)/bankability proyek KPS yang dapat berdampak pada penurunan cost of fund.
Struktur transaksi yang executable dari perspektif sektor publik merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki proyek KPS. Dalam hal ini perlu dipastikan adanya kesepakatan antara pemerintah selaku pemilik proyek dengan badan usaha swasta selaku pelaksana proyek yang terikat dalam perjanjian KPS dan adanya dana yang memadai untuk membiayai pelaksanaan proyek infrastruktur.
Dalam pelaksanaan proyek KPS, kerjasama penyediaan infrastruktur antara pemerintah (Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan Badan Usaha selaku pelaksana KPS) dilakukan berdasarkan prinsip adil, yang berarti seluruh Badan Usaha yang ikut serta dalam proses pengadaan harus memperoleh perlakuan yang sama. Selain itu juga dilakukan secara terbuka, yang berarti seluruh proses pengadaan bersifat terbuka bagi Badan Usaha yang memenuhi kualifikasi yang disyaratkan. Prinsip yang juga tak kalah pentingnya adalah transparansi,
52 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
yang berarti semua ketentuan dan informasi yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur, termasuk syarat teknis administrasi pemilihan, tata cara evaluasi, dan penetapan Badan Usaha bersifat terbuka bagi seluruh Badan Usaha serta masyarakat umum. Prinsip ini membuktikan betapa pelaksanaan proyek infrastruktur dengan skema KPS diinformasikan secara luas kepada publik. Hal ini terutama mengingat bahwa infrastruktur yang akan diadakan dan dibangun tersebut sepenuhnya untuk memberi kesejahteraan bagi masyarakat sebagai tanggung jawab moral pemerintah dan sektor swasta sebagai pelaku usaha yang berpartisipasi dalam pengadaan infrastruktur.
Prinsip lainnya adalah bersaing, yang berarti pemilihan Badan Usaha melalui proses pelelangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan yang terkait dengan pengadaan dan pelaksanaan proyek. Bersaing dalam konteks ini memperlihatkan kesungguhan pemerintah memberi kesempatan bagi sebanyak mungkin Badan Usaha pelaku KPS untuk mendapatkan kesempatan dalam proyek pengadaan dan pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia. Prinsip bersaing ini pun sekaligus mendorong Badan Usaha untuk bekerja secara profesional dengan kompetensi yang memadai di bidang konstruksi dan operasi infrastruktur yang ditanganinya.
Prinsip yang memperlihatkan proyek yang dilaksanakan dengan skema KPS dilakukan dengan penuh tanggung jawab adalah prinsip bertanggung gugat/akuntabel, yang berarti hasil pemilihan Badan Usaha harus dapat dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban ini me nyangkut kemampuan dan komitmen Badan Usaha untuk secara serius melaksanakan proyek infrastruktur yang dimenanginya. Umumnya sebuah proyek infrastruktur bersifat multi years yang harus dikerjakan dalam waktu yang panjang. Badan Usaha yang terpilih untuk melaksanakannya secara konsekuen melakukan tugasnya mengerjakan proyek tersebut hingga infrastruktur dimaksud selesai sesuai dengan perencanaan, baik bentuk fisik, ukuran, dan kualitasnya.
Prinsip saling menguntungkan, yang berarti kemitraan dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur dilakukan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang seimbang sehingga memberi ke
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 53
untungan bagi kedua belah pihak. Prinsip ini memberi kesempatan kepada Badan Usaha untuk mendapatkan manfaat berupa keuntungan finansial dari proyek infrastruktur yang dilaksanakannya. Demikian pula pemerintah, yang memperoleh keuntungan dengan tersedianya infrastruktur publik yang dibutuhkan.
Saling mendukung adalah prinsip yang berarti kemitraan dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur dilakukan dengan semangat saling mengisi dari kedua belah pihak dan saling mendukung untuk menciptakan keselarasan yang diperlukan gu na keberhasilan pembangunan proyek infrastruktur, terutama menghargai dan mengikuti segala ketentuan yang dituangkan dalam kontrak kerja sama sehinga proyek infrastruktur dengan kondisi dan kualitas yang sesuai dengan perencanaan dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Optimisme KPS di Indonesia | 53
54 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Akuntabilitas Publik dalam KPSKPS meng utamakan kepentingan publik. adalah jelas bahwa
poyek KPS itu harus memiliki akuntabilitas publik. Manfaat yang bisa dirasakan publik dari infrastruktur tersebut harus sudah terlihat dari sejak awal perencanaan hingga pelaksanaan proyek. agar hal tersebut dapat diwujudkan, harus jelas dan tegas peranan masingmasing sektor, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Proses pengadaan infrastruktur dengan skema KPS seyogyanya dilakukan melalui proses yang kompetitif dan transparan. Proses yang kompetitif dimaksudkan untuk memperoleh Badan Usaha dan layanan infrastruktur terbaik dan harga yang kompetitif. Dengan transparansi, publik pun bisa mengetahui proses dalam penentuan Badan usaha pelaksana proyek KPS. Perencanaan dan pelaksanaan proyek infrastruktur perlu melalui proses konsultasi dengan publik untuk melihat manfaat infrastruktur tersebut bagi masyarakat dan peme rintah. Hasil konsultasi publik secara transparan sebaiknya diumumkan kepada masyarakat, sehingga masyarakat memahami manfaat yang dapat diperoleh dari proyek infrastruktur tersebut.
54 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 55
Pemantauan dan Evaluasi dalam Proyek KPSPembangunan proyek infrastruktur mulai dari tahap peren canaan,
pembangunan hingga selesainya harus senantiasa dipantau melalui suatu sistem pemantauan. Meskipun dengan skema KPS pembangunan dan pengelolaan proyek ditangani oleh swasta, proyek tetap berada dalam kerangka pengawasan pemerintah serta masyarakat.
Mengingat proyek infrastruktur bertujuan memberikan manfaat bagi masyarakat, informasi tentang proyek KPS harus dapat diakses oleh masyarakat. Keterbukaan informasi ini sekaligus berguna sebagai kontrol dari masyarakat terhadap proses pengadaan, pembangunan dan pemeliharaan serta pemanfaatan infrastruktur. Suatu sistem pemantauan dan evaluasi akan dapat membantu dalam mendukung upaya mitigasi risiko sehingga dapat menjaga kesinambungan proyek.
56 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Infrastruktur dan KPS di Berbagai Negara Meskipun keterlibatan swasta dalam pembangunan infra
struktur publik telah menjadi praktek yang lazim selama ratusan tahun sebelumnya, skema KPS yang ada sekarang ini pada umumnya dianggap sebagai pengembangan dari apa yang telah dimulai oleh Inggris di masa pemerintahan Margaret Tatcher di sekitar tahun 1980an. Praktek ini secara cepat menyebar ke negaranegara lain hingga saat ini telah mendapatkan penerimaan yang luas di seluruh dunia dan menjadi fenomena baru pengadaan layanan infrastruktur publik di negara maju maupun negara berkembang. Secara umum KPS di Indonesia dikenal sebagai PPP (Publik-Private Partnership) tetapi di beberapa negara banyak pula dipakai istilah lain seperti PFI (Private Finance Initiatives), Privately-Financed Projects (PFP), PPI (Private Participation in Infrastructure) dan PSP (Private Sector Participation). Perbedaan penamaan itu sebetulnya juga mencerminkan adanya perbedaan motivasi dan pendorong implementasi KPS dari konteks ekonomi dan politik yang berbedabeda. Di beberapa negara maju, KPS dimunculkan karena kepentingan untuk mendapatkan value-for-money yang lebih tinggi dari proses alokasi risiko yang dianggap lebih tepat bila proyek infrastruktur dikerjasamakan dengan swasta. Di beberapa negara lain KPS dikembangkan sebagai alternatif pembanding terhadap pengadaan konvensional melalui anggaran negara utamanya dalam mendorong terciptanya efisiensi penyediaan pelayanan publik. Di beberapa negara berkembang, KPS seringkali dijadikan kebijakan untuk mendapatkan tambahan pendanaan pembangunan fasilitas infrastruktur publik dari sektor swasta.
Oleh karena itu penggunaan istilah benchmarking KPS menjadi sesuatu hal yang tidak sederhana dan seringkali kurang tepat karena masingmasing negara memiliki latar belakang, alasan dan konteks
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 57
yang berbedabeda dalam menerapkan KPS. Misalnya, terkait dengan konteks politik, KPS telah terbukti sukses diterapkan di negaranegara dengan sistem presidensial maupun parlementer. Dalam konteks kelembagaan yang lebih teknis lagi, seperti halnya pembentukan lembaga khusus pengelola KPS, juga terbukti bisa diterapkan di negara yang memiliki karakteristik skema KPS yang berbedabeda. Dalam hal regulasi, jumlah peraturan tentang KPS pun tidak bisa serta merta dijadikan sebagai patokan efektifitas dari pelaksanaan program KPS karena masingmasing negara memiliki latar belakang dan konteks hukum yang berbedabeda.
akan tetapi kesuksesan dan kegagalan penerapan KPS bisa dipelajari dari beberapa kasus di beberapa negara yang berbeda. Dari beberapa studi yang pernah dilakukan, faktor kondisi makro ekonomi, kelembagaan dan regulasi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan pengembangan KPS (misalnya Hammami et al, Reside dan Mendoza, dan Sharma). Tiga faktor tersebut apabila dipandu oleh kemauan politik yang kuat dari level pemerintahan tingkat tinggi akan menghasilkan kerangka kebijakan KPS yang jelas dan kuat serta koordinasi yang efektif yang diperlukan untuk menjalankan KPS.
Beberapa negara bisa menjadi contoh perbandingan betapa infrastruktur ternyata memang menjadi syarat mutlak untuk mengejar ketertinggalan dalam percepatan pertumbuhan ekonominya. Kita mungkin bisa belajar dari melesatnya perkembangan ekonomi Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, yang semula bukan negara berkembang, kini menjelma menjadi negara maju. Tidak bisa dimungkiri, semua pencapaian tersebut sebagai hasil dari komitmen pembangunan infrastruktur mereka. Cina, yang kini merajai puncak perekonomian di dunia juga mendapatkan manfaat dari kesadaran mereka untuk memfasilitasi segala bidang infrastruktur secara besarbesaran.
58 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Berbagai negara berkembang seperti Indonesia kini tengah giatgiatnya mem percepat pembangunan infrastruktur guna mengejar pertumbuhan ekonomi. Sebut saja Brazil yang meluncurkan Growth Acceleration Program (PaC) pada tahun 2007, dengan meng ang garkan dana sebesar R$504 miliar selama periode 2007–2010 untuk investasi di sektor infrastruktur sosial (R$171 miliar), kelistrikan (R$275 miliar), dan logistik (R$58 miliar).
Program PaC ditujukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas jaringan infrastruktur dan akses penduduk yang lebih baik untuk layanan air bersih, sanitasi, perumahan, listrik, transportasi, dan energi. Melalui komitmen yang kuat, program itu terus berkanjut pada tahun 2010 dengan meluncurkan program PaC 2, dengan anggaran tiga kali lipat yaitu sebesar R$1,59 triliun selama periode 2011–2014. Dapat dipastikan bahwa infrastruktur yang segera dibangun ini akan mendorong Brazil mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dalam beberapa tahun ke depan.
Keterbatasan infrastruktur men jadi penyebab mengapa banyak investor swasta dunia lebih melirik negaranegara amerika Latin, seperti ; argentina, Brazil, Chile, Kolombia, Peru, dan Meksiko, karena mereka dianggap lebih siap dan memiliki skema program KPS yang jelas. Sebagian besar investor swasta dunia cenderung memilih negara lain, termasuk asia dan afrika. Indonesia belum mendapat banyak bagian dari investasi asing, mereka cenderung memilih negaranegara aSEaN lain seperti Malaysia atau Vietnam.
Data lain menyebutkan sebuah kajian yang di la ku kan di 11 negara berkembang di kawasan dan 4 negara dan satu negara bagian di Gujarat, India, menunjukkan makin terbukanya kerjasa ma pemerintah swasta meskipun kesiapan masingmasing negara untuk melakukannya berbedabeda. Dari kajian tersebut Republik Korea, India dan Jepang adalah negaranegara dengan kinerja kerjasama pemerintah
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 59
swasta terbaik di Asia dan Pasifik. Australia dan Inggris menjadi contoh acuan sebagai negara yang secara keseluruhan menempati peringkat terbaik dalam skema KPS dibandingkan negaranegara lain. Semua ini tidaklah terlepas dari cerminan kuatnya skema atau kerangka kelembagaan dan payung hukum prinsip kerjasama antara pemerintah dengan swasta negaranegara tersebut. Hal ini pula yang – bukan lagi sebaiknya tapi – harus dilaksanakan di Indonesia.
Republik Rakyat Cina juga memiliki kinerja baik dengan 614 proyek kerjasama pemerintah –swasta yang secara keuangan telah selesai antara 20002009, meskipun kerangka kerja kelembagaan dan peraturan di negara itu secara relatif kurang berkembang. Ke mauan dan kapasitas pemerintah provinsi yang kuat untuk melak sana kan proyekproyek kerjasama pemerintah swasta, lingkungan yang ramah investasi serta besarnya pasar di RRC untuk infra struktur mendorong aktivitas kerjasama pemerintah – swasta. Kurangnya pengalaman KPS membuat negara lain yang masuk dalam kajian, seperti; Vietnam, Mongolia dan Papua Nugini berada di ranking bawah dalam index. Selain minim pengalaman, negaranegara ini kurang berkembang dalam hal kerangka kerja dan payung hukumnya. Sementara di sisi lain, kajian ini juga menemukan negaranegara tersebut termasuk telah bergerak cepat untuk mengejar ketertingggalan. Indonesia, Pakistan, Banglades. Kazakhstan, Thailand, dan Filipina juga dinilai telah bergerak cepat untuk menyediakan peraturan dan struktur yang diperlukan untuk menarik lebih banyak investasi swasta. Yang perlu ditekankan dari hasil kajian adalah, bahwa meskipun prospek perkembangan kerjasama pemerintah swasta telah berjalan baik, pemerintah tetap perlu melanjutkan reformasi dan menangani kesenjangan kapasitas dalam menyiapkan rancangan dan melaksanakan proyekproyek agar berjalan efektif sehingga bisa terus meningkat dan berkelanjutan.
60 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Penjaminan sebagai Credit Enchancement dalam KPSSetelah keluar dari krisis finansial, revitalisasi infra struktur Indo
nesia menjadi salah satu prioritas dalam program pembangunan. Sebagai dasar utama perencanaan infrastruktur KPS adalah sejauh mana infrastruktur tersebut memberi manfaat bagi masyarakat dan pemerintah sekaligus namun dapat menarik minat sektor swasta. Semakin besar manfaat yang bisa dicapai dari infrastruktur tersebut semakin tinggi nilainya dan mendesak untuk diwujudkan. Pembangunan infrastruktur tidak jarang menemui ber bagai kendala yang dapat menghambat penyelesaiannya. Hambatan tersebut bisa berupa regulasi atau perijinan. Tidak jarang hambatan tersebut menyebabkan proyek menjadi terhenti dan terlantar. adanya hambatan yang me mungkinkan membawa kerugian, tentu saja tidak dikehendaki hingga pihak swasta sebagai pelaksana proyek infrastruktur, kerap meminta jaminan kepada Pemerintah untuk kelan caran pelaksanaan proyek.
atas dasar itulah Pemerintah mengupayakan pemberian jaminan bagi proyek infrastruktur. Bersamaan dengan itu, ditata pula skema dan prosedur pelaksanaan pengadaan infrastruktur melalui pola KPS yang melibatkan Pemerintah sebagai pemilik proyek dan Badan Usaha sebagai pelaksana proyek. Dengan penerapan pola ini diharapkan pelaksanaan pengadaan infrastruktur di Indonesia akan lebih terarah dan dapat memberikan kepastian.
Alokasi Risiko sebagai Kunci Sukses Proyek KPSSalah satu kunci sukses dari suatu proyek Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS) adalah alokasi risiko dan upaya mitigasi yang tepat. Risiko akan dialokasikan kepada pihak yang relatif paling mampu untuk mengelolanya. Setiap proyek KPS memiliki karakteristik dan tingkat risiko yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu menjadi penting bagi PJPK untuk melakukan analisis terhadap kemungkinan risiko yang terjadi dan langkahlangkah mitigasinya. Sebagian besar dari investor yang akan berinvestasi khususnya di bidang infrastruktur
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 61berskala besar tidak jarang menanyakan kepada PJPK apakah proyek tersebut akan mendapatkan jaminan pemerintah atau tidak. Jaminan pemerintah ini bagi Badan Usaha swasta dimaksudkan untuk lebih memberikan kenyamanan dan meningkatkan keyakinan dalam berinvestasi.
alokasi risiko adalah pembagian risiko proyek kerjasama pemerintah dan Badan Usaha Swasta dengan prinsip dasar bahwa risiko dibagi dan dibebankan kepada pihak yang paling mampu untuk mengendalikan, memitigasi dan mengelola risiko tersebut. Risiko yang terkait dengan konstruksi dan operasi umumnya diserahkan kepada pihak Badan Usaha swasta, sementara risiko yang terkait dengan politik, kebijakan dan peraturan diserahkan kepada pihak pemerintah.
Gambar 9 : Alokasi Risiko dalam Perjanjian KPS
Kemungkinan Cakupan Jaminan
PT PII
*) Risiko yang dapat menimbulkan kewajiban financial
ContohAlokasi Risiko dalam Perjanjian KPS
Bersama PJPKTransportasi
Jalan Tol
Ketenagalistrikan
Penyediaan Air
Air Limbah
Telekomunikasi Tertentu
Pengairan
Migas Tertentu
Catatan: Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010, No. 56 Tahun 2011, dan No. 66 Tahun 2013
- Kewajiban Pembayaran PJPK
- Ketidakmampuan untuk Membayar
- Ketidaksediaan untuk Membayar
- Terminasi Dini/Kewajiban Pembayaran Lain karena Tindakan atau Tiadanya Tindakan Pemerintah. Seperti:
- Perubahan Regulasi - Pengambilalihan - Mata Uang yang Tidak
dapa Dikonversi/Ditransfer
- Kahar yang Mempengaruhi PJPK
s
s
Badan Usaha
AB*C
DE*
F
G*H*
Cakupan penjaminan PT PII adalah kewajiban finansial PJPK sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerjasama yang telah didasarkan pada alokasi risiko yang wajar.PT PII dapat menjamin berbagai kewajiban finansial PJPK yang telah dialokasikan kepada PJPK berdasarkan perjajian KPS.
62 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Dalam penyusunan alokasi risiko proyek KPS perlu mempertimbangkan halhal berikut:a. Fair and reasonable risk allocation; danb. Reasonable risk mitigation plan.
Mitigasi risiko bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkannya. Pihak pemerintah ataupun Badan Usaha swasta harus mempersiapkan upaya mitigasi risiko dengan baik. Khusus mitigasi risiko yang dibebankan kepada pihak Badan Usaha, PJPK harus memastikan bahwa Badan Usaha mengambil langkahlangkah mitigasi yang tepat dengan menggunakan biaya terendah dalam melaksanakan proyek.
Contoh penerapan prinsip alokasi risiko dalam investasi KPS adalah sebagai berikut:• Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan
pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya, sebaiknya ditanggung BU;
• Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau samasama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya ditanggung bersama (kejadian kahar);
• Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan dan
• Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya layanan penting ke masyarakat), dimana jika Badan Usaha gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil alih proyek.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 63
BAGIAN 2
PERANAN PT PII (PERSERO) DALAM SKEMA KPS
Sejarah Lahirnya PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)
Dalam sejarah KPS, kebutuhan akan penjaminan pemerintah bagi proyek infrastruktur merupakan isu penting khususnya untuk proyek berskala besar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dalam rangka menarik investasi serta partisipasi swasta, penyediaan jaminan
pemerintah perlu dilakukan dalam kerangka kerja yang akuntabel serta terukur. Pemerintah Indonesia mem bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan tersebut dinamakan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PT PII, sebagai pelaksana mekanisme satu pintu (Single Window Policy) untuk pemrosesan penjaminan pemerintah yang meliputi evaluasi, pen strukturan, pengelolaan klaim, dan pemantauan penjaminan bagi proyek infrastruktur dengan skema KPS.
64 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
PT PII sebagai upaya pemerintah untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, didirikan pada tanggal 30 Desember 2009, dengan Penyetoran Modal Negara sebesar Rp. 1 triliun berdasarkan PP Nomor 35 tahun 2009. Inisiatif pembentukan PT PII merupakan respon Pemerintah Indonesia kepada investor/perbankan untuk menye diakan penjaminan terhadap risiko politik yang melekat pada proyek infrastruktur dengan skema KPS. PT PII adalah Badan Usaha Milik Negara yang sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah dan berada di bawah pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan.
PT PII di bangun mengacu kepada pengalaman internasional yang relevan, dengan melibatkan penjaminan pemerintah untuk mem berdayakan swasta dalam pembiayaan infrastruktur. Dukungan ber bagai lembaga terkait, termasuk lembaga multilateral seperti World Bank, MIGa, dan sebagainya, dioptimalkan dalam pengembangannya.
Sebagai dasar pelaksanaan KPS, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 67/2005 tentang KPS dalam Penyediaan Infrastruktur, yang diubah dengan Perpres 13/2010 dan Perpres 56/2011. Regulasi KPS ini menyebutkan adanya du kungan kontinjen berupa jaminan pemerintah yang dapat diberikan oleh Menteri Keuangan untuk proyek KPS. Dukungan kontinjen atau jaminan tersebut dapat diberikan melalui suatu Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI), yang dalam hal ini adalah PT PII.
Gambar 10 : Mekanisme Satu Pintu (Single Window Policy)
Proyek
Proyek
Proyek
Proyek
Proyek
Penstrukturan, Pengelolaan klaim, Evaluasi dan Pemantauan Penjaminan
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 65
PT PII bertindak sebagai penjamin atas berbagai risiko infrastruktur yang mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan atau tidak adanya tindakan Pemerintah yang dapat menimbulkan kerugian finansial bagi proyek KPS infrastruktur, seperti keterlambatan pengurusan perijinan, lisensi, perubahan peraturan perundanganundangan, ketiadaan penyesuaian tarif, kegagalan pengintegrasian jaringan/fasilitas dan risikorisiko lainnya yang ditanggung atau dialokasikan ke pemerintah dalam masingmasing kontrak KPS.
Optimisme KPS di Indonesia | 65
66 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Visi, Misi, dan Tujuan PT PII
VisiMenjadi penyedia penjaminan yang memainkan peran penting dalam
menarik modal swasta untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Misi• Menyediakan produkproduk penjaminan melalui proses bisnis yang
transparan dan baik.• Melaksanakan kebijakan satu pelaksana dalam proses pemberian
jaminan dengan modal yang kuat dan manajemen yang profesional.• Meningkatkan kelayakan kredit proyek infrastruktur Indonesia.
Tujuan• Memastikan proyek infrastruktur yang didukung memiliki struktur
yang baik sehingga dapat meningkatkan kelayakan kredit dan proyek infrastruktur.
• Memfasilitasi pengembangan proyek Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (yaitu Kementerian/Lembaga, BUMN, Pemerintah Daerah) dengan menyediakan instrumen finansial untuk meningkatkan kelayakan proyek infrastruktur dan jasa konsultasi terkait
• Mengembangkan tata kelola yang baik dari implementasi penyediaan instrumen finansial untuk meningkatkan kelayakan proyek infrastruktur.
• Memagari kewajiban kontinjensi Pemerintah sehubungan dengan pemberian jaminan Pemerintah.
• Menyediakan penjaminan pada proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha/Swasta KPS dibidang Infrastruktur.
• Meningkatkan kelayakan kredit (creditworthiness), utamanya bankability proyekproyek KPS Infrastruktur.
• Meningkatkan tata kelola (governance), konsistensi dan trans paransi dalam proses pemberian penjaminan.
• Meminimalkan kemungkinan terjadinya sudden shock terhadap aPBN dan ring-fencing eksposur kewajiban kontinjensi Pemerintah.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 67
Gam
bar 1
1 : S
trukt
ur O
rgan
isas
i PT
PII
Boa
rd o
f Com
mis
ione
rs
Chie
f Exe
cutiv
e O
ffcer
Chie
f Ope
ratin
g O
ffcer
Boar
d of
Dire
ctor
s
Chie
f Fin
ancia
l and
Risk
Man
agem
ent O
ffice
r
Risk
& C
ompli
ance
(RAC
)Co
rpor
ate
Secr
etar
y(C
SR)
Lega
l Cou
nsel
(LEC
)In
tern
al Au
dit (I
A)
Risk
Co
mpli
ance
Busin
ess
Deve
lopm
ent
(BUD
)
Proje
ct an
dGu
aran
tee
Cons
ultat
ion(P
GC)
Proje
ctAp
prais
al &S
tructu
ring
(PAS
)
Proje
ctM
onito
ring
&Cl
aim (P
MC)
Trea
sury
&In
vestm
ent
(TRI
)
Corp
orat
e St
rate
gy&
Fina
nce
(CSF
)Co
rpor
ate
Serv
ice(C
OS)
Proc
urem
ent
(PRC
)
Envir
onm
enta
l &So
cial
Proje
ct Fi
nanc
e
Proje
ct Le
gal
Tech
nical
Expe
rt
Unde
rwrit
ingTe
amUn
derw
riting
Team
Unde
rwrit
ingTe
amUn
derw
riting
Team
Unde
rwrit
ingTe
amUn
derw
riting
Team
Unde
rwrit
ingTe
amUn
derw
riting
Team
Proje
ctM
onito
ring
Claim
Man
agem
ent
Trea
sury
Inve
stmen
t
Proc
urem
ent
Facil
ityM
anag
emen
t
Hum
anRe
sour
ces
Orga
nizat
ionDe
velop
men
t
Info
rmat
ionTe
chno
logy
Know
ledge
Man
agem
ent
Acco
untin
g &
Tax
Fina
nce
&Bu
dget
ing
Corp
orat
eSt
rate
gy
Busin
ess
Perfo
rman
ce
Prici
ng &
Colle
ction
Nom
inat
ion
Com
mitt
ee
Rem
uner
atio
n Co
mm
ittee
Audi
t Com
mitt
ee
68 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Kerangka RegulasiPT PII sebagai Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) yang
berada di bawah Kementerian Keuangan, didirikan dan beroperasi sesuai dengan regulasi sebagai berikut:
Gambar 12 : Regulasi dan Tujuan Pembentukan PT PII
Tujuan Utama Pembentukan PT PII
Peraturan PresidenNo. 67/2005
Peraturan PresidenNo. 13/2010
Peraturan PresidenNo. 56/2011
Peraturan PresidenNo.78/2010
Peraturan Menteri Keuangan No. 260/2010
Meningkatkan kelayakan kredit (bankability) proyek-proyek infrastruktur dengan skema KPS
Menyediakan penjaminan untuk proyek KPS yang terstruktur dengan baik
Meningkatkan tata kelola, transparansi dan konsistensi proses penyediaan penjaminan
Memagari kewajiban kontinjen Pemerintah yang muncul dari penyediaan penjaminan dan meminimalkan potensi kejutan langsung terhadap APBN
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 69Sejak didirikan, PT PII telah memperoleh penyertaan modal
Pemerintah sebesar Rp 4,5 triliun melalui aPBN 2009, 2010, 2011 dan 2012, direncanakan akan terdapat penyertaan modal secara bertahap hingga Rp 9 triliun dalam beberapa tahun mendatang. Selanjutnya PT PII secara bertahap akan mengurangi ketergantungan pada aPBN, dan meningkatkan kapasitas penjaminannya melalui kerjasama dengan institusi penyedia jaminan sejenis, seperti lembaga multilateral (Bank Dunia, IDB dan MIGa), bilateral (lembaga pembiayaan ekspor) atau institusi sejenis lainnya.
Manfaat yang bisa diraih dari keberadaan PT PII bagi Indonesia diharapkan antara lain:• Mendukung pembangunan ekonomi melalui pembangunan infra
struktur yang berkualitas dengan skema KPS; dan• Menjembatani kesenjangan pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur.Penanggung jawab Proyek Kerjasama/PJPK (Pemerintah Pusat/
Daerah, BUMN/BUMD) dapat pula memetik manfaat dari keberadaan PT PII, yaitu: • Menarik minat sektor swasta untuk berpartisipasi;• Memfasilitasi tercapainya tujuan PJPK;• Mendorong kompetisi dalam proses tender proyek sehingga
menghasilkan proposal proyek yang lebih berkualitas dengan harga bersaing.Sementara itu sektor swasta pun dapat memperoleh manfaat dari
eksistensi PT PII berupa: • Mitigasi risiko bagi sektor swasta yang tidak dapat dicakup dari
pasar;• Peningkatan kepastian dan kejelasan dengan adanya transparansi,
dan konsistensi proses evaluasi serta pemberian penjaminan bagi proyek;
• Peningkatan bankability dari proyek;
• Memperpanjang jangka waktu pinjaman, yang berdampak pada harga penawaran (bid) yang lebih kompetitif; dan
70 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
• Mendorong insentif bagi PJPK untuk membuat kontrak yang memenuhi standar yang berlaku umum/internasional.Proyek infrastruktur yang dapat dijamin oleh PT PII adalah
proyek infrastruktur dengan skema KPS, sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh regulasi KPS. Regulasi KPS menetapkan 8 (delapan) sektor yang dapat diberi penjaminan, yaitu: transportasi, jalan/jembatan tol, pengairan, air minum, air limbah dan persampahan, tele ko munikasi dan informatika, listrik, serta transmisi dan/atau distribusi minyak dan gas bumi.
Gambar 13 : Proyek Infrastruktur yang Dijamin PT PII
Kriteria sebuah proyek KPS bisa diberikan jaminan oleh PT PII adalah proyek KPS yang pemilihan mitra swastanya dilakukan sesuai dengan Regulasi KPS. Proyek KPS tersebut harus melalui proses lelang, memiliki kelayakan teknis secara ekonomi dan keuangan, serta memenuhi ketentuan lingkungan dan sosial. Kriteria lain yang menjadi pertimbangan adalah, proyek KPS tersebut harus memenuhi ketentuan perundangundangan memiliki dokumen studi kelayakan yang dilakukan oleh pihak yang kredibel dan terdapat ketentuan arbitrase yang mengikat dalam Perjanjian Kerjasama.
Untuk mendapatkan penjaminan atas proyek KPS perlu ditempuh alur proses aplikasi. aplikasi untuk mendapatkan penjaminan harus disampaikan oleh PJPK proyek terkait. Berdasarkan permintaan PJPK,
Perp
res
No
13/2
010
8 sektor yang mewakili77% dari
pembangunaninfrastruktur indonesiamenurut Masterplan
for IndonesiaInfrastructureDevelopment
(MP3EI)
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 71PT PII akan melakukan evaluasi dan menstruktur penjaminan. Jika proyek KPS dinyatakan layak mendapatkan penjaminan, PT PII akan mengeluarkan Pernyataan Kesediaan Penjaminan atas proyek, yang selanjutnya oleh PJPK akan dicantumkan dalam dokumen tender untuk kepentingan para peserta lelang dalam menyusun dokumen penawaran mereka. Proses permohonan penjaminan ini secara rinci diatur dalam Perpres No. 78/2010 dan PMK 260/2010.
Pihak swasta yang menerima manfaat penjaminan infrastruktur akan membayar biaya penjaminan. Struktur imbal jasa penjaminan PT PII berbentuk One-Time Fee (dihitung terhadap nilai proyek) dan Recurring Fee (dihitung terhadap nilai eksposur penjaminan yang diberikan). Selain tergantung kepada nilai proyek dan nilai eksposur penjaminan, besaran imbal jasa penjaminan tersebut akan mempertimbangkan profil risiko proyek, cakupan penjaminan, dan durasi penjaminan.
Proses penjaminan oleh PT PII terhadap suatu proyek meliputi tahapan berikut:1. Konsultasi/Bimbingan (Consultation/Guidance): Memberikan in for masi rinci tentang penjaminan oleh PT PII, seperti kriteria
penjaminan, proses yang harus dilakukan untuk memperoleh jaminan, contoh perjanjian konsesi, dan sebagainya.
2. Penyaringan (Screening): Mengevaluasi Formulir Penyaringan (Screening Form) yang disampaikan PJPK kepada PT PII untuk menentukan kualifikasi proyek atau eligibilitas dalam memperoleh jaminan berdasarkan regulasi atau ketentuan yang ada. Beberapa kriteria umum antara lain: termasuk sektor yang tercantum dalam Regulasi KPS, proyek selaras dengan prioritas Pemerintah, dan dokumentasi proyek telah disiapkan oleh ahli yang kredibel.
3. Evaluasi (appraisal): Melakukan evaluasi kelayakan proyek secara rinci dari aspek legal, teknik, ekonomi dan keuangan, serta lingkungan dan sosial, termasuk juga evaluasi terhadap kemampuan PJPK untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai perjanjian konsesi.
72 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
4. Penstrukturan (Structuring): Menetapkan struktur penjaminan serta menyusun ketentuan dan kondisi penjaminan, misalnya jangka waktu, kewajiban finansial dan risiko yang dijamin, yang disesuaikan untuk masingmasing proyek KPS.
5. Pemantauan (Monitoring): Melakukan pemantauan secara sistematis terhadap potensi risiko dan eksposur penjaminan.Bentuk dan tata cara pemberian jaminan serta mekanisme
pengajuan dan penyelesaian klaim, diatur secara spesifik dalam Perpes No. 78/2010 dan PMK No. 260/2010.
Jika nilai proyek yang harus dijamin PT PII melebihi kemampuan modalnya, PT PII dapat melakukan penjaminan bersama (co-guarantee) dengan lembaga pembangunan multilateral (Mulitilateral Development Agency/MDa, seperti Bank Dunia), dengan institusi keuangan lainnya, atau Pemerintah Republik Indonesia. Mekanisme co-guarantee ini akan tertuang dalam Perjanjian Penjaminan (Guarantee Agreement) antara investor dengan Para Penjamin. Meskipun penjaminan proyek dilakukan melalui struktur penjaminan bersama/co-guarantee, proses penjaminan, evaluasi (appraisal) dan pemrosesan klaim penjaminan dilakukan oleh PT PII sebagai pelaksana kebijakan Satu Pintu (single window policy). Manfaat dari kebijakan Satu Pintu ini adalah untuk mewujudkan transparansi dan konsistensi dalam pem rosesan pemberian jaminan dan klaim guna meningkatkan ke percayaan investor untuk berpartisipasi dalam proyekproyek infra struktur di Indonesia.
Guna mempertahankan keberlangsungan finansial PT PII jika terjadi klaim penjaminan, maka merujuk kepada ketentuan sebagaimana diatur dalam regulasi penjaminan, PT PII memiliki hak regres kepada PJPK atas setiap klaim yang dibayarkan PT PII kepada investor. Nilai regres yang dapat ditagihkan oleh PT PII kepada PJPK adalah nilai klaim yang telah dibayarkan, dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Hak PT PII dan kewajiban PJPK ini dituangkan dalam suatu Perjanjian Regres antara PT PII dan PJPK yang ditandatangani sebelum PT PII menandatangani Perjanjian Penjaminan dengan pihak swasta. adanya skema regres ini dimaksudkan untuk memastikan keberlangsungan kondisi finansial PT PII.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 73Di samping untuk memastikan keberlangsungan kondisi finansial
(financial sustainability) PT PII, Perjanjian Regres (Recourse Agreement) dimaksudkan juga untuk memastikan PJPK akuntabel terhadap kewajiban nya (baik finansial maupun nonfinansial) yang telah disepakati dalam perjanjian KPS.
Gambar berikut menunjukkan pengaturan semua perjanjian yang terkait transaksi KPS.
Gambar 14 : Model Bisnis PT PII
Contracting Agency(Ministry, Regional)Government, SOE)
PJPK (Kementerian,Pemerintah Daerah
BUMN)
Ministry ofFinance
MenteriKeuangan
MultilateralDevelopmentAgency/Other
Lembaga PembangunanMultilateral/
Lainnya
Investor/Lenders
Investor/Kreditor Bank
Equity/Co-guarantee/PolicyEkuitas/Penjaminan Bersama/Kebijakan
Co-GuaranteePerjanjianPenjaminan Bersama
Credit/GuaranteeKredit/Penjaminan
PPP AgreementPerjanjian KPS
Proposal for Guarantee
Usulan Penjaminan
Recourse Agreement
Perjanjian Regres
Guarantee Agreement
Perjanjian PenjaminanCoun
ter G
uara
ntee
for G
uara
ntee
Fac
ility o
f MDA
Penja
mina
n Be
rsam
a un
tuk F
asilit
as P
enjam
inan
dari
Lem
baga
Pem
bang
unan
Mult
ilate
ral
B3b
2
3a
1
A
NOTE exists only if exists, i.e. if is part of the guarantee structure provided to the Investor or Lenders.
B A A
CATATAN ada hanya jika ada yaitu jika merupakan bagian dari strukturpenjaminan yang diberikan kepadaInvestor atau Lenders.
B AA
Contractual Relationship
Hubungan Kontraktual
Investor
Investor
ContractingAgency
PJPK
Guarantee Agreement
Perjanjian Penjaminan
Recourse Agreement
Perjanjian Regres
Claim Payment
Klaim Penjaminan
Reimbursement
Penggantian
Payment Obligation
Kewajiban Pembayaran
GuaranteeCall
MemintaPenjaminan
Investor
Investor
ContractingAgency
PJPK
74 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Gambar 15 : Tahapan Pengembangan (Road Map) PT PII
Sejak didirikan, untuk mencapai tujuan dan sasarannya sebagai lembaga penjamin untuk proyek infrastruktur, PT PII telah merumuskan sebuah road-map yang membagi rencana pengembangan dalam empat tahapan utama:• Tahap Persiapan: meletakkan landasan serta dasardasar proses
penjaminan, sekaligus memastikan good governance dalam melakukan penilaian terhadap kelayakan suatu proyek yang diberikan penjaminan.
• Tahap Pertumbuhan: mendapatkan kepercayaan publik dan sektor swasta atas perannya, memperluas jenis risiko yang dapat dijamin perusahaan dan meningkatkan kapasitas penjaminan.
• Tahap Pemantapan: melakukan ekspansi penjaminan di luar proyekproyek Kerjasama Pemerintah Swasta
• Tahap Perubahan: melakukan ekspansi penjaminan di luar proyek infrastruktur ekonomi.
1 - 3 4 - 6 7 - 9 > - 10
2010-2012 2013-2013 2016-2018 >2018
Set upStage
GrowingStage
EstablishedStage
ChangeStage
Perluasan cakupan sektore.g. ifnrastruktur
Kemungkinan ekspansi untuk proyekinfrastruktur non KPS
l Proaktif mengamankan prosesl Perluasan kapasitas penjaminanl Kepercayaan publik dan swasta kepada PII
l Penyedia penjaminan dan penyusun struktur transaksi yang baikl Gate keeperl Cakupan terbatas
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 75
Mengacu kepada road-map yang disusun mulai pada tahun 2011, PT PII berada di tahap Persiapan yang berlangsung hingga tahun 2012. Pada tahap Persiapan ini, PT PII fokus pada strategi orientasi pelanggan serta pengembangan sumbersumber daya internal. Pada tahap ini, PT PII juga memperhatikan aspek kapasitas penjaminannya.
Pada bulan Oktober 2011, PT PII menandatangani perjanjian penjaminan pertama untuk proyek KPS PLTU Jawa Tengah senilai lebih dariRp 35 triliun berkapasitas 2x1000 MW. Proyek KPS PLTU Jawa Tengah merupakan proyek showcase skala besar pertama berdasarkan Regulasi KPS, yang didukung penjaminan PT PII bersama dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Mengingat nilai proyek yang relatif besar dan melibatkan investor asing, maka transaksi ini membutuhkan dukungan pemerintah berupa penjaminan atas berbagai risiko yang terkait dengan tindakan maupun nontindakan pemerintah.
Pada tahun yang sama PT PII juga telah memproses penjaminan bagi proyekproyek infrastruktur air minum Bandar Lampung dengan kapasitas 500 liter/detik yang Pre Qualificationnya diikuti oleh 10 peminat dari pihak swasta nasional dan internasional.
Optimisme KPS di Indonesia | 75
76 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Selanjutnya di sektor kelistrikan, PT PII juga telah mulai memproses penja minan untuk Proyek KPS PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 dan 10. Screening Form dari PT PLN untuk proyek ini diterima PT PII pada tanggal 5 Oktober 2012. PT PII juga melakukan kajian persiapan bersama PJPK antara lain proyek air minum Semarang, proyek air minum Umbulan, proyek akses tol Tanjung Priok, dan jalan tol Medan –Kualanamu–Tebing tinggi. Keseluruhannya merupakan bagian dari proyekproyek infrastruktur yang menjadi prioritas Pemerintah Republik Indonesia untuk diwujudkan melalui skema KPS.
Pada tahun 2012 berbagai sektor telah dan sedang dipersiapkan sebagai model proyek dengan penjaminan PT PII, antara lain PLTU Minemouth Sumsel 9 dan 10, dan air Minum di Bandar Lampung.
Sebagai pelaku bisnis yang berada di tengahtengah masyarakat, PT PII juga turut memberi kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai Badan Usaha Milik Negara, PT PII melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk masyarakat di Kabupaten Batang dan Kotamadya Bandar Lampung yang berfokus pada pendidikan. Pada tahun 2011 program CSR utama PT PII adalah memberikan pelatihan “Paradigma Baru dalam Mengajar” kepada guruguru Sekolah Dasar dan memberikan bantuan infrastruktur pendidikan untuk beberapa sekolah dasar di kedua wilayah tersebut. Untuk masamasa mendatang, PT PII berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui program yang berkelanjutan.
Kapasitas Penjaminan untuk KPSKapasitas PT PII untuk melakukan penjaminan proyekproyek
infrastruktur hingga tahun 2013 masih mengandalkan ekuitas per usaha an berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) yang disetor penuh dan berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (aPBN) dan laba bersih ditahan. Sampai akhir tahun 2012 pemerintah telah melakukan penyetoran dana sebesar Rp 4,5 triliun.
Dalam perkembangan selanjutnya, PT PII tidak saja menggunakan
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 77
Pada tahun 2012 pencapaian prestasi PT PII kian meningkat. Selasa, 13 November 2012 Direktur Utama PT PII Sinthya Roesly dan Vice President Insurance and Managing Director OPIC John Morran menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan The Overseas Private Investment Corporation (OPIC). Penandatangan MoU tersebut disaksikan oleh Wakil Menteri Perdagangan amerika Serikat, Fransisco J. Sanchez dan Wakil Duta Besar amerika Serikat untuk Indonesia, Kristen Bauer. Nota kesepakatan tersebut menetapkan dasar kerja sama yang berkaitan dengan identifikasi prospek untuk proyek infrastruktur dan merumuskan struktur yang dapat diterapkan untuk pemberian jaminan atau asuransi oleh PT PII atau OPIC, skema reinsurance oleh OPIC untuk PT PII, dan kerangka kerja untuk meningkatkan pemahaman publik terkait asuransi risiko politik/jaminan di Indonesia.
Nota kesepakatan ini menjadi dasar bagi kontribusi PT PII dan OPIC yang berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur Indonesia. OPIC bersama dengan PT PII juga sepakat meningkatkan pemahaman terhadap proses underwriting kedua belah pihak dan akan membangun model untuk bersamasama mendukung proyekproyek infrastruktur.
OPIC yang didirikan tahun 1969, adalah lembaga milik pemerintah amerika Serikat yang mempunyai misi memobilisasi dan memfasilitasi partisipasi modal dan keahlian dalam pembangunan ekonomi dan sosial di negaranegara yang sedang bertumbuh.
Sedangkan PT PII dengan mandat sebagai pelaksana satu pintu dalam mengevaluasi dan memberikan jaminan untuk proyek KPS infrastruktur. PT PII bertanggung jawab penuh untuk menseleksi, menilai, menstruktur serta memonitor pen jaminan, dan juga memproses klaim penjaminan.
Menurut John Morran, meski baru didirikan, tetapi peran PT PII yang strategis dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi dasar bagi OPIC untuk membangun kerja sama. OPIC antusias untuk bekerja sama dengan PT PII untuk mengembangkan pembangunan infra struktur di Indonesia.
78 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
PMN, tapi akan mengupayakan kerjasama dengan berbagai instansi yang memiliki kesamaan tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk bisa lebih memberi manfaat dalam penjaminan proyek infrastruktur dengan skema KPS. Opsi yang dapat dilakukan PT PII yaitu memberdayakan pola penjaminan bersama (co-guarantee) untuk mengatasi keter batasan kapasitas penjaminan proyek. Struktur ini dilakukan dengan pihak co-guarantor seperti lembagalembaga pem bangunan multilateral dan institusi keuangan internasional lainnya.
Mekanisme Penjaminan Infrastruktur untuk KPSPada dasarnya, penjaminan infrastruktur merupakan bentuk
dukungan fiskal dari Kementerian Keuangan untuk proyek infrastruktur yang didanai pihak swasta. Penjaminan ini dimaksudkan untuk men
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 79jamin komitmen PJPK dalam memenuhi kewajiban keuangannya dalam Perjanjian KPS. Sesuai dengan regulasi yang ada, penjaminan tersebut dapat diberikan melalui BUPI.
PT PII melakukan perjanjian dengan investor atau badan usaha, yang berisi penjaminan kewajiban finansial PJPK sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Dalam memberikan pen jaminan tersebut, PT PII mensyaratkan PJPK untuk mengadakan Perjanjian Regres (Recourse Agreement) dengan PT PII.
apabila PJPK gagal memenuhi kewajibannya sesuai Perjanjian KPS, maka PT PII akan melakukan pembayaran klaim yang diajukan oleh Badan Usaha. Proses pengajuan klaim tersebut diatur dalam Perjanjian Penjaminan. Sesuai dengan Perjanjian Regres, PT PII akan mendapat pengembalian (reimburse) dari PJPK untuk pembayaran yang dilakukan terhadap klaim Badan Usaha ditambah nilai waktu (time value of money) dari dana PT PII.
FinancialClose
Gambar 16 : Tahapan pelelangan dengan skema KPS
KeputusaunpenggunaanSkema KPS
Skren in formyang masuk
Finalisasi Pre-FSdan persiapan
GAP
Proses PQ
GAP
PenerbitanRFP awal
Pengumumanke pihakswasta/
One-on-onemeeting
PenerbitanRFP final
EvaluasiProposal
Pengumumanpemenanglelang dan
penandatanganankontral
Penerbitan“Confirmation toProceed” (CTP)
Penerbitan“Letter of Intent”
(LOI)Penerbitan
“In-Principle Approval” (IPA)
Penandatanganan:1. Kontrak KPS2. Guaratee Agreement (GA)3. Recourse Agreement (RA)
2. Skrening 3. Appraisal 4. Structuring
GAP = Guarantee Application Package
Tahapan pelelangan dengan skema KPS menggunakan model penjaminan PT PII
To enhance bankability of PPP projects, guarantee povision with IIGF model is expected to encourage broader investors/financiers base in ensuring Value for Money from well structured PPPs acquired via transparent, competitive process
1. Konsultasi
80 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Penilaian Risiko dalam Proyek KPSKeterlibatan PT PII dalam kegiatan pengembangan proyek
infrastruktur dimulai sejak tahap perencanaan, konsultasi, dan pem bahasan berbagai risiko serta manfaat infrastruktur tersebut bagi publik. Langkahlangkah dengan model bisnis PT PII ini justru dimaksudkan untuk dapat menekan risiko yang bakal terjadi dan dapat menjamin keberlangsungan proyek infrastruktur hingga berhasil penyelesaian dan pengoperasiannya.
Gambar 17 : Proses Penyediaan Penjaminan Infrastruktur oleh PT PII
Cakupan risikopenjaminan PIIRisk coverage
by IIGF
Cakupan risikoco-guarantorRisk coverage
by co-guarantor
Evaluasi Dampak PenjaminanEvaluation of Guarantee Impact
AnalisiskelayakanpejaminanAnalysis ofguaranteefeasibility
Cakupan risiko yangdipertimbangkan untuk
dijamin oleh PIIRisk coverage consideredto be guaranteed by IIGF
Tidak Dapat DijaminCan Not Be Guaranteed
Sesuai Prinsip
alokasi risikoPrinciples
of riskallocation?
Acuan Risiko PIIKategori Risiko KPS& Matriks Risiko KPS
IIGF Rrisk Reference, PPP Risk Category& PPP Risk Matrix
Evaluasi Aspek Lainnya Evaluation of Other Aspects
Evaluasi Aspek Risiko Evaluation of Risk AspectsDraf Perjanjian KPS
Draft PPP Agreement
Matriks Risko danRencana Mitigasi Risiko
Risk Matrix and RiskMitigation Plan
Jenis Risiko yangDiminta untuk DijaminTypes of Risk Guarantee
Required
Usulan Penjaminan (UP)Guarantee Proposal (GP)
LayakFeasible
Tidak LayakNotFeasible
TidakNo
YaYes
PrinsipAlokasi Risiko
Principle or RiskAllocation
Perpres 67/2005 j.o.13/2010 j.o 56/2011(Infrastruktur KPS)(Infrastructure PPP)
Perpres 78/2010(PenjaminanInfrastruktur)(Infrastructure
Guarantee)
PMK 260/2010(Juklak Perpres
78/2010)
Kerangka Regulasi KPS dan Penjaminan InfrastrukturRegulatory Framework of PPP and Infrastructure Guarantee
1. Konsultasi dan Bimbingan Consultation and Guidance
2. Penyaringan Screening
3. Evaluasi Appraisal
4. Penyusunan Struktur Structuring
Proses Penyediaan Penjaminan Infrastruktur oleh PT PIIProvision of Infrastructure Guarantee Process by IIGF
Cakupan risiko untukevaluasi struktur
penjaminanRisk coverage for the
evaluation of guaranteestructuring
Analisiskapasitas
pejaminanAnalysis ofguaranteecapacity
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 81PT PII menempatkan fungsi pengelolaan risiko melalui kerangka
Enterprise Risk Management (ERM) sebagai salah satu fokus utama operasionalisasi organisasinya. Lebih jauh, fungsi kepatuhan terhadap prosedur merupakan aspek penting lainnya yang menjadi bagian dari pengelolaan risiko secara komprehensif di PT PII.
Dalam mengevaluasi kelayakan penjaminan proyek, PT PII memiliki kerangka penilaian yang relatif ketat. Gambar berikut menunjukkan berbagai aspek yang dinilai :
PT PII secara relatif memiliki proses pengukuran jaminan
Penilaian atas kelayakan kredit dan kewajiban dalam
alokasi risiko
- PT PII akan melakukan evaluasi kelayakan proyek dari aspek teknik, ekonomi dan keuangan serta lingkungan dan sosial
- Alokasi risiko yang layak dan pantas
- proses pengadaan barang dan jasa yang kompetitif
Mengikat klausul dalam
persetujuan KPS
Dilakukan dengan bantuan dari
konsultan yang kredibel
Peni
laia
n Ke
laya
kan
Penj
amin
an
Perjanjian KPS
Evaluasi Proyek
Pemenuhan
Sebelum Studi Kelayakan
Klausul Arbitrase
Kelangsungan Proyek
Persaingan
Komitmen PJPK
Alokasi Risiko
Gambar 18 : Penilaian Kelayakan Penjaminan Proyek
82 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Pada dasarnya, penjaminan infrastruktur oleh PT PII adalah untuk menjamin kewajiban finansial PJPK dalam suatu perjanjian KPS, dimana kewajiban ini timbul akibat risiko yang disebabkan oleh antara lain peristiwa penyebab (triggering events) berikut:a. Tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK
dalam halhal yang menurut hukum atau peraturan perundanganundangan PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut;
b. Kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK;c. Keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK;d. Ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban
yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian Kerjasama (breach of contract).
Keputusan PT PII dalam memberikan penjaminan risiko infrastruktur untuk suatu proyek KPS dibuat setelah mengevaluasi, antara lain, kesesuaian draft perjanjian KPS dengan prinsip alokasi risiko seperti yang ditunjukkan diagram berikut:
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 83
1. C
onsu
ltatio
nan
d G
uida
nce
2. S
cree
ning
3. A
ppra
isal
4. S
truct
urin
g
Usul
an P
enja
min
an (U
P)
Draf
t Per
janj
ian
KPS
Mat
riks
Risik
o da
nRe
ncan
a M
itigas
i Risi
koJe
nis
risiko
yan
gdi
min
ta u
ntuk
dija
min
Sesu
aiPr
insip
Alok
asi
Risik
o?
Anal
isis
Kela
yaka
nPe
njam
inan
Acua
n Ri
siko
PT P
IIKa
tego
ri Ri
siko
KPS
& M
atrik
s Ri
siko
KPS
Ya
Tida
k La
yak
Tida
k
Eval
uasi
Aspe
k Ri
siko
Eval
uasi
Aspe
k La
inny
a
PRO
SES
PENY
EDIA
AN P
ENJA
MIN
AN IN
FRAS
TRUK
TUR
OLE
H PT
PII
Kera
ngka
Reg
ulas
i KPS
dan
Pen
jam
inan
Infra
stru
ktur
Perp
res
67/2
005
j.o. 1
3/20
10 j.
o56
/201
1(In
frast
rktu
r KPS
)
Perp
res
78/2
010
(Pen
jam
inan
In
frast
rukt
ur)
PMK
260/
2010
(Juk
lak
Perp
res
78/2
010)
Caka
puan
risik
o ya
ngdi
perti
mba
ngka
n un
tuk
dija
min
ole
h PT
PII
Tida
k da
pat
dija
min
Anal
isis
Kapa
sitas
Penj
amin
an
Eval
uasi
Dam
pak
Penj
amin
an
Eval
uasi
Aspe
k La
inny
a
Caku
pan
risiko
unt
ukev
alua
si st
rukt
urpe
njam
inan
Caku
pan
risiko
Pe
njam
inan
PT
PII
Caku
pan
risiko
Co
-gua
rant
or
Prin
sipAl
okas
iRi
siko
Laya
k
Gam
bar 1
9 : K
aita
n A
cuan
Ris
iko
PT
PII
dan
Ker
angk
a R
egul
asi P
enja
min
an In
frast
rukt
ur
84 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Risikorisiko yang mungkin tercakup dalam fasilitas penjaminan PT PII meliputi:1. Lisensi, Ijin, dan Persetujuan: Cakupan terhadap risiko akibat
keterlambatan atau kegagalan dalam memberikan lisensi, ijin atau persetujuan (keterlambatan yang berdampak negatif terhadap biaya konstruksi, biaya pendanaan, dan tanggal perolehan pendapatan).
2. Keterlambatan/Kegagalan Financial Close: Cakupan terhadap risiko keterlambatan atau kegagalan finacial close yang di akibatkan tindakan/tidak bertindaknya PJPK atau pemerintah.
3. Perubahan Regulasi dan Perundangan: Cakupan terhadap kerugian sebagai dampak dari perubahan regulasi/perundangan yang berdampak negatif terhadap proyek, seperti peraturan pajak, struktur tarif, atau peraturan yang mempengaruhi spesifi
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 85kasi teknis proyek dan menyebabkan perubahan biaya. Berlaku hanya jika kontrak secara eksplisit mengacu kepada regulasi/perundangan yang berlaku (melindungi terhadap perubahan regulasi/perundangan), di mana lazim bagi PJPK untuk menanggung risiko perubahan regulasi/perundangan yang bersifat diskriminatif.
4. Wanprestasi: Cakupan terhadap tindakan/tidak bertindaknya PJPK yang melanggar kontrak, atau mengubah kontrak secara sepihak.
5. Integrasi dengan Jaringan: Cakupan terhadap tindakan/tidak bertindaknya PJPK (atau otoritas yang berwenang) yang mempengaruhi operasional/pendapatan proyek karena kegagalan (atau tidak memadainya) integrasi dengan jaringan eksisting atau yang direncanakan.
86 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Sejarah Perusahaan & Jejak Langkah
Penambahan Penyertaan Modal Negara 2010Pada akhir Desember 2010, Pemerintah RI menambah Penyertaan Modal Negara (PMN) di PT PII sebesar Rp 1 triliun, merujuk pada PP No. 88/2010, sehinggal total (PMN) menjadi Rp 2 triliun.
Peraturan Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010Pada tanggal 31 Desember 2010, Menteri Keuagnan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha, yang merupakan peraturan pelaksana dari Peraturan Presiden No. 78/2010.
Peraturan Presiden No. 78.2010Terbitnya Peraturan Presiden No. 78/2010 tanggal 21 Desember 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur menandakan dimlainya era baru proses penjaminan infrastruktur di Indonesia
Peresmian Operasional PT PII Pada tanggal 11 Mei 2010, PT PII secara resmi mulai beroperasi sesuai mandatnya untuk menyediakan penjaminan bagi proyek-proyek infrastruktur dalam skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) sebagai salah satu upaya percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Pembentukan PT PIIPada tanggal 30 Desember 2009, Pemerintah Indoensia mendirikan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, sebagai sebuah Bandan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Penempatan Modal Negara sebesar Rp 1 triliun sesuai PP No. 35 tahun 2009, sebagai modal dasar ditempatkan dan disetor penuh.
‘10‘10
‘10‘9 ‘10
6. Risiko Fasilitas Saingan: Cakupan terhadap risiko adanya fasilitas/infrastruktur sejenis yang dibangun dan akan bersaing dengan penyediaan layanan yang diperjanjikan.
7. Risiko Pendapatan: Cakupan terhadap pemenuhan/penerapan kewajiban PJPK terhadap pendapatan proyek. Cakupan berlaku hanya jika PJPK secara kontraktual menyetujui pembayaran atas layanan infrastruktur/proyek (anuitas/dukungan fiskal terhadap kesenjangan kelayakan/pendapatan minimum).
8. Risiko Permintaan: Cakupan terhadap perubahan yang ditanggung Badan Usaha akibat tindakan PJPK yang mempengaruhi permintaan layanan proyek.
9. Risiko Harga: Cakupan terhadap pemenuhan tingkat pendapatan yang tidak tercapai akibat perubahan tarif secara sepihak.
10. Risiko Ekspropriasi: Cakupan terhadap tindakan pengambilalihan proyek oleh PJPK atau otoritas lainnya yang menyebabkan berakhirnya kontrak proyek.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 87
Acuan Alokasi RisikoPada bulan Maret 2011, PT PII menerbitkan dokumen Acuan Alokasi Risiko yang berisi kategori dan distribusi risiko infrastruktur yang akan menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam skema KPS untuk proyek infrastruktur.
Panduan PenyedianPenaminan InfrastrukturPT PII juga meluncurkandokumen Panduan Penyediaan Penjaminan Infrastruktur yang bertujuan memberikan ilustrasi tentang langkah-langkah dalam proses pemberian penjaminan infrastruktur oleh PT PII.
PLTU Jawa TengahPada tanggal 6 Oktober 2011, PT PII menandatangani Perjanjian Penjaminan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 x 1.000 MW di Batang, Jawa Tengah, yang menjadi proyek pembangunan infrastruktur skema KPS pertama yang berhasil diwujudkan oleh Pemerintah menggunakan fasilitas penjaminan bersama oleh PT PII dan Kemeneterian Keuangan RI.
Pehambahan Penempatan Modal NegaraPada tanggal 31 Desember 2011, Pemerintah RI menignkatkan jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh PT PII melalui tambahan Penempatan Modal Negara sebesar Rp 1,5 triliun, sesuai dengan PP no 55/2011, untuk memperkuat kapasitas penjaminan PT PII menjadi total Rp 3,5 triliun.
‘11‘11
‘11‘11
11. Risiko Tidak Dapat dilakukannya Konversi dan Transfer Mata Uang: Cakupan terhadap risiko pendapatan/profit dari proyek tidak dapat terkonversi ke mata uang asing dan/atau tidak dapat direpatriasi ke negara asal investor.
12. Risiko Parastata atau Subnasional: Cakupan terhadap risiko suatu entitas subnasional atau parastata yang bertindak sebagai PJPK pada suatu proyek, yang gagal memenuhi pembayaran kontraktual atau kewajiban lainnya (karena keputusan sepihak).
13. Risiko Kahar yang Mempengaruhi PJPK: Cakupan terhadap risiko bahwa suatu kejadian di luar kendali kedua belah pihak (bencana alam atau akibat tindakan manusia) yang akan dapat terjadi dan dapat menyebabkan keterlambatan atau kegagalan PJPK untuk memenuhi kinerja kewajiban kontraktual.
14. Risiko Interface: Cakupan terhadap risiko bahwa metode atau standar layanan sektor publik akan menghambat layanan kontraktual atau sebaliknya. Risiko ini termasuk jika kualitas pekerjaan oleh pemerintah tidak sesuai dengan apa yang telah dikerjakan BU.
88 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
28 Feb: PT PII menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT PLN (Persero) tentang kerja sama persiapan Proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 dan Sumsel 10.
03 Feb: Acara kick-off Sosialisasi Nilai-nilai Perusahaan dan Kode Etik Perusahaan.
26 Jan: Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham membahas Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tahun 2012
10 Jan: Acara Infrastructure Day di Batang, Jawa Tengah, dimana PT PII menyumbangkan perangkat komputer dan buku-buku perpustakaan untuk 10 Sekolah Dasar di Batang.
Penambahan Penempatan Modal Negara Perusahaan telah menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1 triliun pada tanggal 17 Desember 2012 sehingga total kapasitas penjaminan menjadi Rp. 4,5 triliun.
‘12‘12
‘12‘12 ‘12
11 Agt: Pemerintah RI menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2012 tentang tambahan penyertaan Modal Negara sebesar Rp 1,0 triliun, sehingga total modal disetor PT PII menjadi Rp 4,5 triliun.
02 Agt: PT PII menjadi sponsor dan pembicara pada Investor Forum: Indonesia Infrastructure Fiscal Policy Support and Update di Singapura yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Keuangan RI.
18 Jul: Lokakarya Proyek Rel KA Batubara Kalimantan Tengah dengan pemangku kepentingan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, BKPM dan Bappenas.
12 Jul: PT PII bersama Gubernur Kalimantan Tengah menyaksikan penandatanganan Deklarasi Komitmen terhadap Transportasi Batubara di Palangkaraya.
18 Jun: Direktur Utama PT PII menjadi pembicara dalam acara tahunan KPS di Emerging Market summit di Kuala Lumpur, Malaysia.
‘12‘12
‘12‘12 ‘12
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 89
14 Jun: Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2011.
08 Mei: PT PII menerima hasil diagnostic assessment dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tentang penerapan GCG di PT PII.
30 Apr: PT PII dan Islamic Corporation for Insurance of Investment and Export Credits (ICIEC, IDB) telah menandatangani Nota Kesepahaman bersamaan dengan acara Asia Finance and Risk Itigation Forum 2012 di Makati City, Filipina.
25 Apr: Lokakarya pembentukan Joint Monitoring Committee (JMC) untuk Proyek PLTU Jawa Tengah.
‘12‘12
‘12‘12 ‘12
11 Mei: Kunjungan dan Rapat Kerja Menteri Keuangan di kantor PT PII.
30 Okt: Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) melalui lokakarya untuk guru-guru Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung.
12 Sep: PT PII menjadi pembicara dan partisipan dalam Forum Koordinasi Percepatan Investasi Proyek Infrastruktur yang diselenggarakan oleh BKPM di Bali.
28-30 Agt: PT PII mendapatkan penghargaan untuk ‘Best Booth’ pada acara Indonesia International Infrastructure Conference & Exhibition (IIICE) 2012 yang berlangsung di Jakarta.
28 Agt: PT PII berpartisipasi dalam Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibition (IIICE) di Jakarta Convention Center, Jakarta.
‘12‘12
‘12‘12 ‘12
18 Sep: Direktur Utama PT PII menjadi pembicara dalam Korean PPP Roadshow di Jakarta yang diselenggarakan oleh Pemerintah Korea bekerjasama dengan Bappenas.
90 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
13 Des: Rapat Kerja PT PII membahas Rencana Strategis 2013 - 2017 dan Rencana Kerja 2013.
15 Nop: PT PII berpartisipasi dalam Annual Asia & Middle East Government Funds Roundtable ke-5 di Singapura.
13 Nop: PT PII dan Overseas Private Investment Corporation dari Amerika Serikat menandatangani Nota Kesepahaman mengenai kerja sama untuk mendukung proyek infrastruktur.
8 Nop: PT PII mendapatkan rating AA+ dari Fitch Rating untuk pemeringkatan domestik (unpublished).
‘12‘12
‘12‘12 ‘12
PT PII mendapatkan peringkat BBB- internasional untuk kategori jangka panjang dan F3 untuk jangka pendek dari Fitch Ratings. Peringkat ini menempatkan PT PII sebagai perusahaan dengan tingkat risiko gagal bayar rendah hingga moderat. Hingga saat ini, pemerintah telah melakukan penyertaan modal sebesar Rp 4,5 triliun ke PT PII. Dalam jangka menengah angka tersebut direncanakan terus meningkat hingga sekitar Rp 9 triliun.
25 Jul: PT PII dan bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan IIGF Institute menyelenggarakan Indonesia Infrastructure Roundtable (IIR) yang sudah memasuki sesi keempat, dengan topic “Project Planning: Studi Kasus Perencanaan Proyek KPS Pengalaman Pembangunan Terminal Kalibaru”.
13 – 14 Jun: Direktur Utama PT PII, Sinthya Roesly menjadi pembicara dengan topik “Prakarsa Dunia Usaha Dalam Mewujudkan Infrastruktur yang Handal” pada acara Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi Se-Indonesia,di Bali , yang disponsori PT PII.
25 Apr: PT PII bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan IIGF Institute menyelenggarakan IIR ke 3 yang kali ini mengambil topik “Land Provision” Studi Kasus Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Tol Kanci – Pejagan.
28 Feb: Tiga perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan IIGF Institute menyelenggarakan Indonesia Infrastructure Roundtable (IIR) kedua yang bertajuk “Institutional and Regulatory Framework dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Publik”
‘13‘13
‘13‘13 ‘13
27 Nop: Soft launching IIGF Institute dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT PII dengan tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada tentang program peningkatan pemahaman dan kapasitas pemangku kepentingan terhadap penyediaan infrastruktur.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 91
5 Mar: PT PII dan Universitas Indonesia sebagai perwakilan dari tiga Universitas (UI-ITB-UGM) telah menandatangani Perjanjian Kerjasama tentang Pelaksanaan Kegiatan Indonesia Infrastructure Roundtable di Kampus Universitas Indonesia Depok.
19 Mar: PT PII bersama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menandatangani nota kesepahamankerjasama dalam bidang konsultasi kebijakan dan penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa, Kerjasama Pemerintah Swasta serta saling menunjang dalam melaksanakan tugas kedua belah pihak sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing serta peraturan perundang-undang.
Proyek KPS PLTU Jawa Tengah yang didukung oleh fasilitas penjaminan yang disediakan oleh PT PII tercatat sebagai salah satu proyek KPS dalam ‘Top 40 PPPs in Emerging Markets’ untuk kawasan Asia Timur, Pasifik dan Asia Selatan, dalam laporan Emerging Partnership yang diterbitkan oleh infrastructure Journal bekerja sama dengan IFC.
PT PII memenangkan Gold Award untuk Laporan Tahunan 2011 di kategori Financial Services Company pada Vision Award Annual Report Competition 2012 yang diselenggarakan oleh League of American Communications Professional di Amerika Serikat. Untuk seluruh kategori, PT PII menempati urutan 74 dunia.
‘13‘13
‘12‘12 ‘13
7 Mar: PT PII dan PT SMI bekerjasama melaksanakan Lokakarya Percepatan Pembangunan Infrastruktur di DKI Jakarta dengan melibatkan unsur-unsur Pemprov DKI yang terkait, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan BUMD yang terkait dengan pembangunan infrastruktur.
6 Des: Program Konservasi Sumber Air dan Pelestarian Lingkungan Bandar Lampung yang digagas oleh PT PII sebagai bagian dari PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), diresmikan oleh Walikota Bandar Lampung Herman HN
13 – 15 Nop: PT PII turut ikut serta kembali dalam pameran akbar tahunan infrastruktur, “Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibition (IIICE) 2013” yang pada tahun ini diadakan pada tanggal
18 Okt: PT PII menandatangani MoU dengan Universitas Lampung (Unila) untuk merintis kerja sama dalam hal peningkatan kapasitas pemangku kepentingan PT PII dan kemitraan yang mencakup aspek lingkungan, sosial dan pengembangan komunitas.
25 Sep: Pelantikan dan sertijab (serah terima jabatan) Komisaris Utama PT PII, dari Komisaris Utama sebelumnya, Bapak Freddy Saragih kepada Komisaris Utama yang baru Bapak Luky Alfirman. Pergantian jabatan Komisaris Utama PT PII ini efektif berlaku pada tanggal 19 Agustus 2013. Selain dihadiri oleh para pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Keuangan Negara Kementerian Keuangan RI, acara ini juga dihadiri oleh para undangan dari jajaran Direksi PT PII, jajaran Direksi PT SMI, serta Corporate Secretary dari kedua BUMN dibawah Kementerian Keuangan ini.
‘13‘13
‘13‘13 ‘13
26 Nop: PT PII selaku salah satu anggota dari IPFA , bekerja sama dengan KPMG Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dan Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menyelenggarakan sebuah diskusi panel mengenai proyek-proyek KPS di Indonesia.
92 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Tidak semua proyek infrastruktur bisa mendapatkan penjaminan dari PT PII. Setidaknya ada tiga aspek yang penting dalam proyek KPS yang menjadi concensus PT PII. Pertama, dari segi proses, harus transparan, kompetitif, serta ada fairness di dalamnya, juga ada komitmen yang tinggi dari PJPK. Kedua dari sisi proyeknya sendiri, harus terstruktur dengan baik dan layak secara finansial, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga, dari sisi produk, memberikan dukungan produk penjaminan yang sesuai yang dapat disediakan PT PII. Dari uraian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran implemen tasi KPS dan beberapa poin penting dalam perjalanannya, termasuk tantangan yang dihadapi proyek KPS, agar menjadi perhatian ber sama dalam memastikan proyek KPS yang baik dapat terbangun dan beroperasi menyediakan layanan infrastruktur publik dalam jangka waktu sesuai periode KPS tanpa hambatan yang berarti.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 93
BAGIAN 3
CONTOH KASUS PROYEK KPS DI INDONESIA
Terminal Bus di Yogyakarta
Pada tahun 2002, pemerintah kota Yogyakarta berniat membangun terminal di daerah Giwangan untuk mengembangkan pereko nomian bagian selatan kota Yogyakarta dan menata lalulintas di kawasan selatan yang semakin sem rawut. Pemerintah kota membuka kesempatan bagi swasta
untuk membangun terminal tipe a di Giwangan. PT Perwita Karya (“Perwita”) memenangkan tender.
Setelah Perwita mulai mengoperasikan Giwangan, pengelolaan terminal dilaksanakan secara profesional. Kebersihan dan keadaan terminal terjaga baik. Namun, pada tahun 2006 Perwita mengeluh karena keberadaan terminal liar di sekitar Giwangan menyebabkan terminal sepi. Selain itu, terminal Jombor yang baru direnovasi pemerintah Provinsi DIY berkembang menjadi terminal yang lebih ramai dari Giwangan sebab lokasinya yang lebih strategis. Maraknya
94 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
tiket lowcost airlines dan lesunya perekonomian daerah akibat gempa besar yang terjadi pada tahun 2006 ternyata juga berakibat kepada perubahan kebiasaan penumpang bus dan berujung kepada sepinya penumpang di terminal. Karena Perwita terus merugi akibat tidak lakunya kawasan komersial dalam terminal, Perwita dan pemerintah kota setuju untuk mengakhiri kontrak kerjasama. Proses transfer aset diliputi perselisihan metode appraisal aset. Perwita menggugat pemerintah kota untuk memperoleh kompensasi biaya investasi dan menang. Pemerintah kota banding.
Dari sisi pemerintah tidak terlihat adanya upaya serius untuk mensecure demand penggunaan terminal Giwangan. Penertiban terminal bayangan tidak berjalan konsisten. Rehabilitasi terminal Jombor di bagian utara kota Yogyakarta ditanggapi dingin oleh pemerintah kota. Dari sisi swasta pun terdapat keteledoran yang serupa. Perwita tidak memperhitungkan estimasi penumpang di terminal Giwangan ke dalam kalkulasi pendapatan karena mereka bergantung kepada penyewaan lahan komersial untuk membayar utang dan menutup biayabiaya. Padahal, bukankah market value lahan komersial di suatu terminal tergantung kepada jumlah penumpang terminal?
Merupakan kewajiban dan kewenangan pemerintah untuk mengatur trayek angkutan umum dan merencanakan pembangunan terminal sebagai bagian dari jejaring transportasi makro. Menurut Kepmenhub No. 31/1995, pembangunan terminal merupakan bagian
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 95dari perencanaan transportasi makro yang melibatkan peran menteri perhubungan, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kota/kabupaten. Penetapan dan regulasi trayek angkutan umum adalah kewenangan pemerintah daerah. Melihat peraturan perundangundangan tersebut, timbul per tanyaan: mengapa pemerintah kota pada saat itu membiarkan keberadaan terminal bayangan dan pembangunan terminal tan dingan padahal kewenangan dan kewajiban pengawasan terminal dan transportasi umum pada prinsipnya terletak di pemerintah? Memang, pembangunan terminal Jombor bukan merupakan ke putusan pemerintah kota. akan tetapi, seyogyanya pemerintah kota berkoordinasi dengan pemerintah provinsi maupun peme rintah kota/kabupaten setempat dalam merancang simpul jejaring transportasi. argumen bahwa pemerintah kota kesulitan mengendalikan pembangunan Jombor karena Jombor tidak terletak dalam yurisdiksinya merupakan argumen yang lemah yang tidak memerhatikan kepentingan masyarakat.
Dalam proyek Giwangan, risiko yang sebenarnya berada di luar kendali swasta malah diemban oleh pihak swasta. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip mengalokasikan risiko kepada pihak yang paling mampu menanganinya. Tiga Prinsip ini dikenal di India, australia, World Bank dan UNCITRaL . Kasus Terminal Giwangan, Yogyakarta, dapat dibandingan dengan keadaan di amritsar, India. Di sana sedikitnya jumlah penumpang yang diakibatkan oleh keberadaan terminal tandingan dan sedikitnya bus yang masuk terminal amritsar telah diantisipasi. Dalam proyek tersebut, walaupun risiko revenue pada prinsipnya dibebankan kepada pihak swasta, pihak pemerintah terikat dengan janji untuk tidak mengijinkan pembangunan terminal serupa dalam radius 10 km dari lokasi proyek terminal. Selain itu, semua bus antarkota diwajibkan untuk singgah, menurunkan, dan menaikkan penumpang di terminal amritsar.
Wanprestasi atas komitmen pemerintah ini akan dihukum dengan 100% termination payment yang setara dengan total utang dan 125% ekuitas. Strategi ini berhasil mengurangi secara drastis eksposur demand risk kepada investor swasta. adapun dalam
96 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
kerjasama KPS pengadaan Inter State Bus Terminus di Dehradun, India, pemerintah diharuskan menutup seluruh halte bus di sekitar terminal untuk menjaga input penumpang di Dehradun. Belajar dari praktik di India, pemerintah harus dianggap sebagai pihak yang tepat dalam mengendalikan risiko yang ditimbulkan oleh competing terminal dan ketidaktertiban trayek transportasi umum.
Dalam praktik di Giwangan, ketidakmampuan pemerintah kota untuk menertibkan terminal bayangan dan untuk berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dalam hal pembangunan terminal Jombor, menunjukkan bahwa pemerintah kota telah melupakan tujuan awal kerjasama KPS Giwangan dibentuk. Tujuan yang dimaksud adalah mendorong pengembangan perekonomian bagian selatan kota Yogyakarta dan untuk menata lalu lintas dan transportasi publik.
Semua pihak harus berani mengakomodasi renegosiasi kontrak agar semua faktor, baik yang berada dalam kendali maupun di luar kendali masingmasing pihak dapat diperhitungkan dengan sepantasnya. apabila kedua pihak samasama menyerah, proyek bisa berujung pada kegagalan finansial maupun kegagalan melayani public interest. Klausula renegosiasi dapat melindungi kepentingan para pihak untuk menyeimbangkan kembali hak mereka yang mungkin telah berubah karena dipengaruhi perkembangan realita proyek. Selain itu, capacity building aparat pemerintah juga diperlukan untuk menjamin alokasi dan manajemen risiko dalam proyek KPS berjalan dengan mulus. Kontrak kerjasama tidak boleh dibiarkan menjadi “kontrak judi” di mana pendapatan para pihak berasal dari hal yang tidak dapat dipastikan karena analisis risiko yang tidak tuntas. Buruknya persiapan pada saat negosiasi kontrak membuat dasar kemitraan menjadi corrupt dan memengaruhi kinerja proyek di masa yang akan datang.
SPAM di TangerangPada tahun 2006, Kabupaten Tangerang menawarkan proyek
pengadaan SPaM melalui skema KPS yang dimenangkan oleh PT aetra air Tangerang (PT aaT). Proyek ini terganggu oleh masalah air baku,
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 97di mana di dalam perjanjian konsesi disepakati air baku diambil dari Sungai Ciujung di Kabupaten Serang dan dari Sungai Cisadane di Kota Tangerang. akan tetapi ternyata air baku dari kedua sungai ini sulit untuk didapatkan. air baku di Sungai Ciujung ternyata sudah dikelola oleh pihak swasta dan Kabupaten Serang sehingga dikhawatirkan pasokan air baku sangat tergantung kepada pengelola Sungai Ciujung. air baku tidak jadi diambil dari Ciujung dan diupayakan untuk diambil dari Cisadane. Pembangunan fasilitas air baku di Cisadane dihambat oleh Kota Tangerang yang menolak mengijinkan PT aaT mengambil air di wilayahnya. Permohonan IMB dan ijin galian tidak diberikan walaupun PT aaT telah didukung rekomendasi Menteri PU, Gubernur Banten, dan Balai Besar Wilayah Sungai CiliwungCisadane. Frustasi dengan peliknya urusan memperoleh air baku dari pemerintah tetangga, PT aaT sempat mempertimbangkan untuk mengambil sumber air dari Sungai Cihuni di Kabupaten Tangerang. Ide ini mentah kembali karena ternyata bea penyaluran air dari Cihuni ke fasilitas penjernihan air sangat mahal.
98 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Ketegangan antara Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang memuncak dengan penurunan Satpol PP untuk menyegel lokasi di Cisadane dan menghentikan pembangunan pipa PT aaT. Setelah perundingan, tercapai kesepakatan di mana PT aaT diperkenankan membangun fasilitas dengan syaratsyarat tambahan yang tidak diungkap ke publik. Untuk itu, air minum yang merupakan kebutuhan primer masyarakat, layak dijadikan proyek KPS. Karena penyediaan air minum merupakan hal yang sangat krusial. Proyekproyek KPS air minum memiliki nilai risiko yang rendah karena pelangganpelanggan penyedia air minum biasanya menjadi pelanggan seumur hidup. Akan tetapi, air minum juga merupakan bisnis yang berprofit rendah.
Saat ini, terdapat tantangan dalam mengevaluasi risiko dan merancang mitigasi risiko ketersediaan air baku akibat adanya ketidakjelasan institusi/lembaga yang mampu menjamin atau memimpin mitigasi risiko ketidaktersediaan air baku. Diperlukan suatu kebijakan yang memadai untuk meningkatkan kapasitas lembagalembaga terkait sumber daya air (SDa).
CJPP di Jawa TengahSesuai dengan Rencana Umum Pembangunan Tenaga Listrik
tahun 2010–2019, Pemerintah dan PT PLN (Persero)/PLN berencana meningkatkan kapasitas pembangkitan listrik nasional menjadi sebesar 85.800 MW pada tahun 2019. Peningkatan kapasitas tersebut diperlukan untuk mengimbangi kenaikan permintaan tenaga listrik sebesar 9% per tahun, termasuk peningkatan rasio elektritifikasi nasional menjadi 90% pada tahun 2019, dari sekitar 60% pada tahun 2010. Pada tanggal 6 Oktober 2011, PT PII menandatangani Perjanjian Penjaminan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 x 1.000 MW di Batang, Jawa Tengah, yang menjadi proyek pembangunan infrastruktur skema KPS pertama yang berhasil diwujudkan oleh Pemerintah dengan menggunakan fasilitas penjaminan bersama oleh PT PII dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 99Proyek KPS PLTU Jawa Tengah tercatat sebagai salah satu
proyek KPS dalam ‘Top 40 PPPs in Emerging Markets’ untuk kawasan Asia Timur, Pasifik dan Asia Selatan, seperti yang dituangkan dalam laporan Emerging Partnership yang diterbitkan oleh Infrastructure Journal bekerja sama dengan IFC. Sebagai proyek infrastruktur KPS, fasilitas ini akan dibangun oleh konsorsium PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) dengan skema Built-Own-Operate-Transfer dengan masa konsesi 25 tahun.
Setelah PT PII menandatangani Perjanjian Penjaminan dengan BPI dan Perjanjian Regres dengan PT PLN (Persero) sebagai PJPK, sesuai ketentuan, BPI diwajikan untuk melakukan proses financial close paling lambat satu tahun setelah penandatanganan Perjanjian Penjaminan. Tetapi memasuki tahun 2012, terlihat indikasi akan tertundanya penyelesaian proses financial close tersebut akibat keterlambatan pemrosesan beberapa perijinan, proses aMDaL dan pengadaan lahan. Untuk itu, PT PII dengan sigap melakukan langkah antisipatif dengan membentuk Joint Monitoring Committee (JMC) yang juga melibatkan unsurunsur dari BPI dan pihak PJPK. Sepanjang tahun 2012, JMC aktif berperan dalam memantau perkembangan dari prosesproses perijinan dan persyaratan lain yang diperlukan, dan memfasilitasi solusi terhadap berbagai hambatan yang ditemui.
100 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
SPAM di Bandar LampungPengembangan infrastruktur Sistem Penyediaan air Minum
(SPaM) merupakan salah satu upaya penting untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGS) Pemerintah sampai dengan tahun 2015, khususnya untuk meningkatkan akses penduduk Indonesia terhadap layanan air minum dan sanitasi. Sesuai dengan perundangundangan yang ada, tanggung jawab penyediaan SPaM ada di tangan Pemerintah (kabupaten, kota, dan provinsi), yang dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah air Minum (PDaM).
Keterlibatan swasta melalui skema KPS dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan PDaM dalam aspek teknis, manajemen maupun keuangan yang selama ini menjadi kendala dalam memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas pelayanan air minum bagi masyarakat.
Selain proyekproyek tersebut, sejak tahun 2011, terdapat beberapa proyek air minum yang dipersiapkan untuk dikembangkan melalui skema KPS. Proyek Sistem Penyediaan air Minum Bandar Lampung adalah proyek infrastruktur untuk penyediaan air minum di kota Bandar Lampung. Dasar pemikiran perlunya proyek sistem pengadaan air minum ini adalah pengadaan air minum untuk kota Bandar Lampung, ibu kota provinsi Lampung, yang saat ini sudah tidak memadai lagi, terutama akibat keterbatasan sumber air yang dapat digunakan masyarakat.
Untuk itu, Pemerintah melalui Pemerintah Kota Bandar Lampung bersama dengan tim PDaM Way Rilau membentuk Tim un tuk merencanakan pembangunan Sistem Penyediaan air Minum (SPaM) Bandar Lampung yang akan mengambil pasokan air baku dari sungai Way Sekampung, sekitar 28 km sebelah utara kota Bandar Lampung. Dengan nilai investasi sekitar US$ 100 juta, proyek SPaM Bandar Lampung akan mampu memasok 500 liter/detik air bersih untuk meningkatkan jumlah penduduk Bandar Lampung yang dapat menikmati pelayanan air bersih.
Pemerintah Kota awalnya merencanakan proyek ini dengan dana aPBNaPBD. Namun setelah di tinjau kemampuan dana pembangunan, proyek ini ternyata tidak dapat didukung oleh aPBD.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 101
Disinilah kemudian muncul inisiatif untuk membuat proyek KPS, mulai melakukan pendekatan kepada PT PII. PDaM Way Rilau sebagai bagian dari Tim memberikan komitmen dukungan teknis dan dana, termasuk penyediaan lahan.
Selain tujuan penyediaan pelayanan air minum sebagai pelayanan publik, disadari juga bahwa dengan penyediaan air minum yang lebih baik, pelanggan PDaM akan dapat meningkat, dan diharapkan pendapatan PDaM juga dapat meningkat. Setelah melakukan kajian terdapat keraguan terhadap kemampuan PDaM dalam pengelolaan sistim distribusi, mengingat adanya kebocoran pengelolaan air minum yang relatif tinggi. Untuk itu mulai dipertimbangkan untuk mengundang investor untuk membangun dan menangani sistim distribusi air minum.
PT PII menyediakan bantuan tenaga ahli dan konsultasi proses transaksi bagi PJPK. PT PII juga memberikan bantuan fasilitasi ke Singapore Corporate Enterprise dan World Bank yang memberikan dana dan konsultan untuk proyek tersebut. Sebagai proyek pertama
102 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
sekaligus menjadi pilot project penjaminan penuh PT PII dan juga VGF dari Pemerintah, maka PT PII relatif terlibat dalam kesuksesan proyek.
Mundurnya tenggat waktu proyek dapat dipahami berbagai pihak karena diperlukannya penyusunan regulasi terkait VGF dan adanya keterbatasan kemampuan pelaksanaan baik dari sisi pendelegasian, atau kerangka institusional, penjadwalan maupun perencanaan proyek. ada be berapa tantangan yang dihadapi dalam perjalanan proyek ini: 1. Perlunya memperoleh kejelasan mekanisme kerja dan proses
pengambilan keputusan termasuk hak dan kewenangan PJPK serta panitia lelang;
2. Perlunya peningkatan pemahaman tentang KPS dan isu terkait, alokasi Risiko, serta upaya mitigasinya;
3. Perlunya peningkatan pengetahuan tentang konsep project financing dan langkahlangkah mencapai financial close project
4. Perlunya penyesuaian berbagai dokumentasi proyek dalam dua bahasa, dan perlunya penyelesaian peraturan/regulasi terkait.Terkait dengan penyediaan fasilitas penjaminan, PT PII telah
melakukan proses appraisal atas dokumen Usulan Penjaminan yang diajukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung pada agustus 2012. atas hasil appraisal tersebut, pada Oktober 2012, PT PII telah mengeluarkan pernyataan dukungan (Letter of Intent) pemberian jaminan dengan beberapa prakondisi. Salah satu prakondisi penjaminan proyek adalah kelayakan proyek yang ditentukan oleh keberadaan VGF untuk proyek. Dengan penerbitan Letter of Intent tersebut, proyek SPaM Bandar Lampung adalah proyek kedua yang berpotensi memperoleh fasilitas penjaminan dari PT PII, setelah proyek PLTU Jawa Tengah.
Kereta Api Pengangkut Batu Bara di Provinsi Kalimantan Tengah
Elemen konektivitas ekonomi dalam konteks MP3EI meliputi infrastruktur transportasi udara, laut, dan darat. Di sektor trans
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 103portasi dapat diaplikasikan pengembangan pelayanan jasa kebandarudaraan, penyediaan dan pelayanan jasa kepelabuhan, serta sarana dan prasarana perkeretaapian. Di sektor perkeretaapian, infrastruktur yang ada dewasa ini terkonsentrasi di Pulau Jawa dan sebagian kecil di Sumatera. Belum ada pengembangan yang signifikan yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara besarnya populasi Indonesia, terutama di Jawa dan Bali semakin menuntut adanya alternatif sistem transportasi darat yang ekstensif, handal, dan terjangkau harganya. Di Sumatera dan Kalimantan, infrastruktur perkeretaapian juga dibutuhkan untuk mendukung konektivitas industri pertambangan, khususnya penambangan batu bara.
Sejak tahun 2011, Pemerintah telah mengembangkan masterplan penyelenggaraan perkeretaapian yang baru, yang membuka ke
104 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
mung k inan partisipasi swasta pada pengembangan infrastruktur per keretaapian. Pada tahun 2011, PT PII melakukan upaya untuk memfasilitasi penstrukturan proyek Kereta api Batu Bara Puruk CahuBangkuangBatanjung, Kalimantan Tengah, melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah selaku PJPK. PT PII berkonsentrasi untuk terus mendukung terlaksananya proyek infrastruktur kereta api batu bara Kalimantan Tengah tersebut melalui skema KPS.
Pembangunan jalur kereta api (Ka) batu bara Puruk Cahu Bangkuang Batanjung di Kalimantan Tengah merupakan salah satu proyek dalam Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Koridor Kalimantan. Jalur Ka batu bara Puruk CahuBangkuangBatanjung menghubungkan lokasilokasi penambangan batu bara di wilayah utara provinsi Kalimantan Tengah dengan jaringan logistik di lepas pantai bagian selatan provinsi tersebut yang berbatasan dengan Laut Jawa. Proyek ini akan dapat mengatasi keterbatasan kapasitas angkutan batu bara yang saat ini mengandalkan angkutan tongkang melalui Sungai Barito Hulu dan Sungai Barito Hilir, baik dari sisi volume angkutan per trip maupun ketersediaan jalur sepanjang tahun. Yang menjadi pelanggan tentunya adalah para penambang.
Proyek ini merupakan proyek perkeretaapian umum wilayah per tama di Indonesia yang dibangun dengan skema KPS. Proyek yang diperkirakan memakan biaya sebesar US$ 2,6 miliar tersebut di bangun dengan skema Built-Own Operate-Transfer (BOOT) dengan masa konsesi 50 tahun. Pemerintah provinsi sudah mulai mengerjakan proyek KPS sampai proses prakualifikasi di tahun 2010, dibantu Bappenas dan konsultannya. Dalam proses prakualifikasi ini terpilih 4 peserta lelang lolos prakualifikasi. Terkait dengan proses penjaminan proyek Ka batu bara, PT PII telah menerima dokumen Usulan Penjaminan yang diajukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah pada Oktober 2012. PT PII telah membantu melihat risiko yang mungkin timbul pada proyek.
Struktur penjaminan untuk proyek transportasi pengangkutan
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 105batu bara ini diperkirakan berupa penjaminan risiko politik, seperti kepastian regulasi, antara lain coal transportation policy. Semula pihak calon investor meminta pemerintah menyediakan minimum guarantee, dari pengoperasian kereta yang penggunanya adalah penambang batubara. Namun penjaminan risiko ini tidak dapat disetujui. PT PII mengusulkan konsep tatalaksana pengangkutan kereta api yang mengatur tata laksana pengangkutan batu bara dengan kereta api termasuk bagaimana penentuan tarif. Penentuan tarif akan dibuka transparan antara investor dan pengguna. Mengenai investasi, diusulkan sebuah pengaturan penyelengaraan proyek dengan investasi yang wajar dan feasible. PT PII juga mengajukan sebuah sistem dimana para investor yang mengikuti tender, mengajukan proposal yang paling masuk akal (techno business plan).
Proyek yang kompleks dari sisi lingkungan, pasar, struktur, dan tarif ini baru sampai pada penyelesaian appraisal penjaminan yang menghasilkan beberapa catatan untuk memastikan kelayakan penjaminan, dan proses dapat dilanjutkan dengan penyiapan draft perjanjian penjamin an proyek. Mengingat besarnya nilai proyek maka PT PII telah ber koordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait dengan ke mungkinan keikutsertaan Pemerintah sebagai co-guarantor pada proyek ini hingga penulisan buku ini, proses penjaminan proyek masih menunggu berbagai klasifikasi dan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh PJPK.
SPAM UmbulanProyek SPaM Umbulan, Jawa Timur merupakan salah satu
infrastruktur Sistem Penyediaan air Minum (SPaM) yang mendapat dukungan PT SMI sejak tahun 2011. SPaM Umbalan nantinya dapat menyalurkan air curah dengan kapasitas 4.000 liter/detik dari Kabupaten Pasuruan ke lima kabupaten dan kota di Jawa Timur. Proyek SPaM Umbulan diestimasi bernilai sekitar Rp.2 triliun. Hingga September 2013, SPaM Umbulan telah sampai pada proses appraisal dan sructuring penjaminan proyek.
106 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Dengan terlaksananya proyekproyek infrastruktur ini kelak, berarti PT PII turut berperan aktif memenuhi kebutuhan masyarakat akan infrastruktur publik yang strategis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Belajar dari pengalaman yang dijum pai dalam berinteraksi dengan berbagai PJPK terkait pelaksanaan proyekproyek KPS yang ditangani pada tahun 2011 dan 2012, PT PII telah mengambil langkah proaktif dengan membentuk fungsi Project Guarantee & Consultation (PGC) dalam struktur organisasinya. Fungsi PGC berperan memberikan konsultasi dan pengarahan untuk membantu para PJPK dengan berbagai informasi yang perlu mereka ketahui agar dapat mengembangkan struktur proyek infrastruktur dengan skema KPS dengan baik. PT PII memandang langkah ini, setidaknya untuk saat ini, sangat diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kapasitas PJPK terkait dengan implementasi proyek KPS infrastruktur.
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 107
PENUTUP
Struktur proyek KPS yang baik adalah struktur yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pihak swasta untuk berinvestasi, namun menjaga kesinambungan dan ke amanan fiskal, menghasilkan harga layanan yang wajar untuk pengguna/publik serta tersedianya layanan infrastruktur
yang handal dan berkualitas secara berkelanjutan. Sejak awal tahun 1990an Indonesia telah memulai pengembangan KPS terutama di sektor listrik, jalan tol dan penyediaan air bersih. Sejak saat itu pula pemerintah Indonesia telah mencoba beberapa cara dan pendekatan yang berbedabeda untuk membuat skema KPS berjalan efektif dan bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan layanan infrastruktur yang semakin meningkat. Dari pengalaman dalam implementasi baik yang sukses maupun gagal yang dikumpulkan sejak periode awal tersebut, banyak hal yang dapat dipetik terutama terkait dengan prinsip dasar KPS dalam hal penyiapan proyek, pembagian risiko, dan pemberian dukungan pemerintah. Proses pembelajaran itu tampak antara lain dalam perkembangan peraturan tentang KPS dari mulai Keppres 7/1998, Perpres 67/2005, Perpres 13/2010 hingga Perpres 56/2011 yang menggambarkan pemahaman yang semakin baik dan komprehensif terhadap KPS sebagai hasil dari pengalaman penerapan KPS pada periode sebelumnya.
108 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Konsep dan model penjaminan yang diwujudkan melalui PT PII dimaksudkan untuk mewujudkan tata cara dan proses yang akuntabel serta kredibel dalam pelaksanaan KPS. Tantangan dalam menciptakan suatu kebijakan penjaminan melalui model bisnis PT PII, adalah mewujudkan suatu konsep penjaminan menjadi sebuah realita, memperoleh kepercayaan dan komitmen semua pihak yang terlibat dalam KPS termasuk sektor publik, untuk memproses KPS dengan tata kelola yang baik dan dapat diterima pasar. Tantangan yang lain adalah mengupayakan koordinasi multi sektoral untuk memastikan upaya mitigasi risiko yang baik. Semua ini telah dilalui dan masih akan menjadi tantangan di masa depan. Oleh karena itu berbagai catatan dan rekaman perlu dibuat sebagai pembelajaran.
Keberadaan PT PII dalam memegang amanat untuk meningkatkan bankability proyek infrastruktur KPS serta mendukung pengelolaan risiko fiskal akibat penerbitan penjaminan pemerintah, telah menjadikan PT PII sebagai institusi kunci. Dalam hal ini PT PII perlu memastikan proyek yang didukung harus melalui proses yang akuntabel dan memiliki struktur yang baik dengan alokasi risiko yang adil dan wajar. PT PII juga harus mampu mendorong terciptanya disiplin pasar dalam eksekusi pengadaan badan usaha untuk KPS. Hal ini menjadi tantangan bagi PT PII sekarang dan dimasa depan.
Proses evaluasi untuk menilai kelayakan penjaminan proyek KPS yang dilakukan PT PII secara independen dengan analisis risiko dan kajian multi aspek yang ketat, sering kali dianggap sebagai suatu praktek yang berlebihan oleh berbagai kalangan. apalagi di tengah percepatan pembangunan sekarang ini, dimana kebutuhan pembangunan infrastruktur menjadi sangat mendesak. Hal ini tentu tidak lepas dari praktek penyiapan dan implementasi proyek infrastruktur oleh sektor publik selama ini yang relatif sederhana dan dengan hasil yang seringkali belum maksimum.
Posisi independen dan kekuatan analisis kelayakan penjaminan yang dilakukan PT PII selama ini, disamping untuk memastikan bahwa penjaminan yang diberikan tidak berdampak buruk kepada neraca keuangan PT PII di kemudian hari, juga merupakan suatu
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 109upaya untuk meningkatkan kepastian dari keberhasilan pendanaan dan pembangunan proyek KPS serta memperoleh kualitas pelayanan yang bermutu, dioperasikan oleh pengembang atau operator yang kompeten dan kredibel. Namun demikian, pemberian penjaminan oleh PT PII tidak sematamata pasti akan menjamin keberhasilan proyek. ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan proyek KPS seperti ketersediaan dukungan bagi kelayakan proyek, penyelesaian pengadaan tanah komitmen tinggi PJPK.
Dukungan dan regulasi yang memadai dan pengalaman menyusun struktur penjaminan dalam proyek KPS telah membantu PT PII mengem bangkan diri dalam menjalankan tugasnya, menentukan sikap, menentukan bagaimana berkomunikasi dan membangun sistem dan alur kerja yang responsif, namun tetap akuntabel dan kredibel dalam menjawab tantangan saat ini dan dimasa nanti. Sebagai salah satu jawaban atas tantangan percepatan pembangunan infrastruktur dengan skema KPS, PT PII harus dibangun menjadi institusi yang high profile dengan orangorang yang low profile. Orientasi dan kerja dari individu dalam PT PII sendiri harus fokus kepada keberhasilan transaksi dengan dampak risiko yang manageable. Pendekatan penyelesaian masalah atau solution oriented adalah suatu keharusan dalam menyikapi setiap kondisi, yang saat ini berada dalam konteks ketidaksempurnaan, baik karena keterbatasan regulasi yang koheren, paradigma maupun kapasitas sumber daya berbagai pemangku kepentingan.
Tantangan KPS kedepan sangat kompleks, mulai dari persaingan menarik investor di tingkat asia sampai dunia, kepastian penjaminan risiko dalam pelaksanaannya sampai pada kemampuan dan keseriusan semua pihak yang terlibat dalam KPS. Proyek yang memiliki biaya investasi yang sangat besar dengan risiko yang tinggi namun memiliki unsur keuntungan yang menarik pihak swasta membuat proyek infrastruktur sangat unik dan dapat dijalankan dengan skema KPS. Disini kita perlu meyakinkan investor baik dalam maupun luar negeri agar nyaman untuk terlibat dalam proyek KPS. Kenyamanan ini bisa dicapai dengan kepastian atas risiko yang dihadapi, perjanjian
110 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
kerjasama bankable, proses yang akuntabel, kredibel dan transparan, serta adanya sistem pemahaman dan evaluasi yang baik, dengan regulasi yang men dukung.
Tentu saja, dukungan dan kesadaran berbagai pihak yang terlibat dalam proyek infrastruktur dengan skema KPS ini sangat penting dalam mengatasi tantangan kedepan. Semua pihak harus memiliki kesadaran akan perannya serta menjalankan fungsi masingmasing sesuai dengan ketentuan dan regulasi yang ada.
Kerangka kebijakan dan instrumen pengembangan KPS yang ada saat ini, yang meliputi institusi pelaksana atau PJPK (Kementerian
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 111Teknis, BUMN dan Pemda), institusi perencana (Bappenas) dan institusi mulai (Kementerian Keuangan, PT PII dan PT SMI) serta institusi pendukung lainnya, diharapkan semakin mampu menciptakan proyek infrastruktur yang well-structured. Dari beberapa proyek yang dihasilkan dari proses yang dijalankan oleh institusiinstitusi dalam kerangka kelembagaan tersebut, baik proyek yang saat ini sedang berproses seperti Proyek KPS PLTU Jawa Tengah maupun beberapa proyek yang lain, telah menunjukkan bahwa Indonesia telah berada dalam jalur yang benar untuk mengembangkan well-structured PPP dan menjawab tantangan menuju optimisme KPS di Indonesia.
112 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
112 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 113
DAFTAR PUSTAKA
aDB, Improving Health and Education Service Delivery in India through Public–Private Partnerships, Manila, 2010.
aDB, Preparatory Studies on National Social Security System in Indonesia, Manila, 2007.
aLLEN &OVERY LLP, Asia Pacific Guide to Public Private Partnership, 2012
BaDaN PENGaTUR JaLaN TOL KEMENTERIaN PEKERJaaN UMUM, Peluang Investasi Jalan Tol di Indonesia 2010, Jakarta, 2010
BaHaR & PaRTNERS, Foreign Direct Investment in Indonesia, Jakarta, 2010
BaPEPaM, Making PPP for Indonesia, Report on PublicPrivate Partnership in Indonesia’s Infrastructure, Ministry of National Development Planning/National Development Planning agency, Jakarta, 2010
BARNUM, H. DAN KUTZIN, J.2007. Hospital Costs and Efficiency. In Public Hospitals in Developing Countries: Resource Use, Cost, Financing, Baltimore, MD, John Hopkins University Press, 1993.
FENGLER, W. aND B. HOFMaN, Managing Indonesia’s Rapid Decentra lization: achievements and Challenges, Jakarta, World Bank, 2007.
HaMMaMI, M., RUHaSHYaNKIKO, J. & YEHOUE, E. 2006. Deter minants of PublicPrivate Partnerships in Infrastructure, International Monetary Fund
114 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
IIGF, annual Report 2011, Unfolding Future Progress, Today, 2012
IIGF, annual Report 2012, addressing Challenges Shaping Future Progress, 2012
IIGF, Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia, Panduan Penyediaan Penjaminan Infrastruktur, Jakarta, Maret 2012
IIGF, Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia; acuan alokasi Risiko, Maret 2012
IIGF, Profil Perusahaan PT PII (Persero) 2012, Jakarta 2012
IRSDP BaPPENaS. Sustaining Partnership, Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan KPS; Edisi Khusus Tahapan KPS 2011, BaPPENaS 2011
KEMENKO PEREKONOMIaN RI, Kerjasama Pemerintah Swasta, Panduan Bagi Investor Dalam Investasi di Bidang Infrastruktur, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Maret 2010
KEMENKO PEREKONOMIaN RI, Kinerja Perekonomian 0409 Biro Persidangan dan Humas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Jakarta, 2009
KEMENKO PEREKONOMIaN RI, Masterplan Percepatan dan Per luasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 20112025, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta 2011
KEMENTERIaN PU, Konstruksi Indonesia 2011; Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan, 2011
MIGa, 2009 World Investment and Political Risk 2009, Multilateral Investment Guarantee agency, Washington DC, 2010
MINTER ELLISON, Infrastructure 2012 ; Getting Work Done, 2012
MOFRI, Hand Book on Government Bond and Infrastructure Investment, Ministry of Finance Republic of Indonesia,
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
Optimisme KPS di Indonesia | 115MUSGROVE, P., Public and Private Roles in Health: Theory and
Financing Patterns,World Bank Discussion Paper No. 339, Washington, DC., World Bank, 1996.
NORTON ROSE, Indonesia Inward Investment, an Industry Survey, 2011
RESIDE, R. E. & MENDOZa, a. M. 2010. Determinants of Outcomes of PublicPrivate Partnerships (PPP) in Infrastructure in asia. UPSE Discussion Papers, 2010
Sekretariat KP3EI, Majalah Koridor (MP3EI News) Edisi Perdana 2012, Jakarta, 2012
SHaRMa, C. 2012. Determinants of PPP in Infrastructure in Developing Economies. Transforming Government: People, Process and Policy, 6,
World Bank, Investing in Indonesia’s Education: allocation, Equity and Efficiency of Public Expenditures, Jakarta, January 2007.
World Bank, Investing in Indonesia’s Institutions for Inclusive and Sustainable Development, Jakarta, 2012
WORLD BaNK, Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Tekanan Meningkat, Maret 2013
http://www.iigf.co.idhttp://pkps.bappenas.go.id
116 | Optimisme KPS di Indonesia
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund
DAFTAR SINgKATANaDB asian Development BankaIF asean Infrastructure FundaPBN anggaran Pendapatan Belanja NegaraBLU Badan Layanan UmumBOO Build Operate OwnBOT Build Operate TransferBPJT Badan Pengelola Jalan TolBU Badan Usaha BUJT Badan Usaha Jalan TolBUMD Badan Usaha Milik Daerah BUMN Badan Usaha Milik NegaraBUPI Badan Usaha Penjamin Pinjaman InfrastrukturGCa Government Contracting agencyGDP Gross Domestic ProductIIGF Indonesia Infrastructure Guarantee FundKemenpu Kementerian Pekerjaan UmumKPS Kerjasama Pemerintah SwastaMP3EI Masterplan PercepatanOGM Operations Guideline ManualPDB Produk Domestik BrutoPJPK Penanggung Jawab Proyek KerjasamaPPJT Perjanjian Pengelolaan Jalan TolPT PII PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)PT SMI PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalSPaM Sistem Penyediaan air MinumSPV Special Purpose Vehicle – sebuah badan usaha yang dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia digunakan sebagai media untuk menjembatani kerjasama
antara pemerintah dan swasta VFM Value for MoneyWB World Bank