Pemberdayaan
Melalui Peng
Widyaiswara
Pendahuluan
Desa Rumpin merupakan salah
pada Balai Diklat Kehutanan Bogor.
beberapa benturan kepentingan
sebagian masyarakat Desa Rumpin
sehingga menjadi permasalahan
Pendekatan-pendekatan terus
kepada masyarakat Desa
kesepakatan antara Masyarakat
Widyaiswara bahwa untuk
Pemberdayaan Masyarakat
Alternatif Mata Pencaharian
Meningkatnya jumlah dan
Rumpin berdampak pada
tangga, antara lain berupa
(Bahan Beracun Berbahaya), seperti
Jumlah dan jenis sampah, sangat
dikonsumsi. Semakin meningkat
semakin bervariasi jumlah sampah yang dihasilkan.
Gambar 1 dan2 Jenis
Pemberdayaan Masyarakat Rumpin
Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga
Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si.
Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor
salah satu Desa yang berdekatan dengan Hutan
Kehutanan Bogor. Kedekatan dengan hutan Diklat menyebabkan
kepentingan antara masyarakat dengan pengelola
Rumpin melakukan aktivitas bertani / berkebun di Hutan
permasalahan bagi pengelola Hutan Diklat.
terus dilakukan oleh pengelola Hutan Diklat
Rumpin khususnya masyarakat Kampung
Masyarakat Kampung Lio dengan Pengelola
untuk mengurangi benturan kepentingan maka
Masyarakat dengan tema “Pengelolaan Sampah Rumah
Pencaharian Tambahan”
aktivitas penduduk yang semakin cepat di Kampun
meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan
sampah plastik, kertas, produk kemasan yang mengandung B3
Berbahaya), seperti pada Gambar 1 dan 2.
sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis
meningkat perekonomian seseorang dalam rumah
sampah yang dihasilkan.
Jenis Sampah Plastik dan Kertas
1
Tangga
Hutan Diklat Rumpin
menyebabkan adanya
Hutan Diklat. Ada
berkebun di Hutan Diklat,
Diklat cq Widyaiswara
Kampung Lio. Alhasil ada
Hutan Diklat cq
dilakukan kegiatan
Rumah Tangga Sebagai
di Kampung Lio Desa
sampah yang dihasilkan setiap rumah
kemasan yang mengandung B3
jenis makanan yang
rumah tangga maka
2
Selama ini sampah yang ada dibuang begitu saja di sekitar rumah dan apabila telah
menumpuk mereka bakar yang mengakibatkan polusi udara. Untuk sampah yang dibuang
pada selokan mengakibatkan mampetnya aliran air selokan dan yang dibuang di sungai
mengakibatkan polusi air.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. (SK SNI, 1992), sedangkan masyarakat
mendefenisikan sampah sebagai bahan yang dibuang dan tidak mempunyai nilai ekonomi.
Di dalam UU No. 18 / 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa sampah perlu
dikelola dengan baik agar mengurangi akibat negatif yang ditimbulkan oleh sampah. Ada 3
(tiga) cara dalam pengelolaan sampah yaitu :1) Reuse 2) Reduce, dan 3) Recycle. Reuse
(menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung,
baikuntukfungsi yang samamaupunfungsi lain. Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi
segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah. Recycle (mendaur ulang) yaitu
memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan.
Kebiasaan Versus Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga
Pengelola hutan Diklat Rumpin Cq Widyaiswara berperan sebagai fasilitator dalam
memberikan dorongan agar masyarakat mampu mengelola sampah rumah tangga untuk
dijadikan kompos sampah organik dan dapat menambah pendapatan masyarakat.
Berdasarkan observasi kelapangan ditemukan beberapa permasalahan pengelolaan Sampah
saat ini yaitu : a) Sampah sulit dimanfaatkan karena tidak dipisahkan antara sampah basah
dan kering, b) Partisipasi masyarakat masih rendah sehingga sampah menumpuk dimana-
mana, c) tidak adanya tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada di Desa Rumpin
sehingga sampah dibuang ke sungai atau menumpuk di pinggir-pinggir jalan. d) Masih
rendahnya pemahaman masyarakat terhadap konsep 3 R yaitu reuse (memakai kembali
barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce (berusaha mengurangi sampah) dan recycle
(mendaur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan)
Dalam upaya meningatkan partisipasi masyarakat Kampung Lio dalam mengelola sampah
maka dilakukan kegiatan Pemberdayaan masyarakat tentang Pembuatan Kompos dari
Sampah Organik Rumah Tangga. Jika sampah organik rumah tangga dapat dibuat kompos
dan dikelola oleh kelompok kemudian dijual atau sebagian digunakan sebagai pupuk
3
dalam usaha pertanian tentunya akan memberikan nilai ekonomi tambahan bagi
masyarakat.
Gambar 3 : Sampah yang dibakar Gambar 4 : Sampah di pinggir jalan
Beberapa keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat Kampung Lio dengan adanya
Bimtek Pengelolaan Sampah ini adalah :
a) Lingkungan menjadi bersih dan sehat karena tidak ada lagi sampah yang menunpuk
di pinggir jalan dan sekitar rumah / pemukiman penduduk
b) Adanya tambahan dari aspek ekonomi hasil penjualan kompos atau penjualan
sampah anorganik
c) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis
masyarakat
Teknik Pembuatan Kompos
A. Membuat Kompos dari Sampah Rumah Tangga bagi yang Memiliki
LahanKosong
Bagi masyarakat yang memiliki lahan kosong beberapa hal yang dilakukan antara lain
sebagai berikut:
1) Gali tanah sedalam 50-100 cm. Lubang dibuat dengan jarak minimal 10 meter dari
sumur untuk menghindari tercemarnya sumur.
2) Isi lubang dengan sampah organik yang telah ditiriskan.
3) Tutup atau taburi sampah dengan tanah secara berkala untuk mengurangi bau.
4) Jika telah penuh, tutup lubang dengan tanah.
5) Setelah 3 (tiga) bulan lubang dapat digali dan menghasilkan kompos sedangkan
lubangnya dapat digunakan untuk membuat kompos kembali.
4
B. Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga Dengan Lahan Terbatas.
Bagi masyarakat yang rumahnya hanya memiliki sedikit lahan kosong, pembuatan
kompos tetap dapatdilakukan sebagai berikut :
1) Sediakan drum atau sejenisnya.
2) Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah.
3) Tanam drum dengan kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah.
4) Masukkan sampah organik ke dalam drum setiap hari.
5) Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.
6) Bila terdapat kotoran hewan (ayam, kambing, sapi) bisa ditambahkan untuk
meningkatkan kualitas kompos.
7) Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama3 (tiga) bulan.
8) Setelah 3 (tiga) bulan keluarkan isi drum dan angin-anginkan selama 2 (dua)
minggu Kompos sudah dapat digunakan.
C. Membuat Kompos Sampah Bagi Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Lahan.
Bagi masyarakat yang tidak memiliki tanah atau lahan kosong pembuatan kompos
dapat dilakukan dengan menggunakan ember, pot, kaleng bekas, atau sejenisnya.
Caranya adalah sebagai berikut :
1) Sediakan ember, pot, kaleng bekas, ataupun wadah lainnya.
2) Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air
dari dalamnya.
3) Masukkan sampah organik ke dalam wadah (ember, pot, kaleng dsb) setiap hari.
4) Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.
5) Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan untuk meningkatkan kualitas
kompos.
6) Setelah penuh, tutup wadah dengan tanah dan diamkan selama 2 (dua) bulan.
Setelah 2 (dua) bulan kompos siap untuk digunakan.
Kesimpulan
Dengan adanya Bimtek pembuatan kompos sampah organik rumah tangga diharapkan
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap Hutan Diklat menurun dan partisipasi
masyarakat untuk berperan aktif dalam mengelola sampahnya meningkat.
5
Masyarakat mulai memilah sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya. Sampah
organik dikumpulkan dan diolah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik untuk saat
ini dikumpulkan dijual ke pemulung.
Sebagai instansi pemerintah Pengelola Hutan Diklat diharapkan masih terus melakukan
pembinaan dan pemberdayaan yang konsisten dan berkelanjutan agar masyarakat pada
akhirnya tidak lagi melakukan aktivitas di dalam Hutan Diklat.
Daftar Pustaka
Artiningsih , 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengeloaan Sampah Rumah Tangga.
Semarang: Universitas Diponegoro
Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sudrajat, 2006. Mengelola Sampah Kota. Penerbit Penebar Swadaya
SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Departemen Pekerjaan Umum
UU-RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah